POLA ASUH NENEK DAN IMPLIKASINYA TERHADAP AKHLAK ANAK DI DUSUN NGRAWING, DESA NGAMBAKREJO, KEC. TANGGUNGHARJO, KAB. GROBOGAN TAHUN 2016 SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh : MUTOHAROH NIM : 111-12-010 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016
i
ii
iii
iv
v
MOTTO
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” ( QS. At-Tahrim : 6 ).
)مج َسنِ ِو (رواه البيهقى ِّ َُك ُّل َم ْولُْو ٍد يُ ْولَ ُد َعلَى ال ِْفط َْر ِاة فَأَبَ َواهُ يُ َه ِّو َدانِِو أ َْويُن ِّ ُص َرانِِو أ َْوي Artinya :“Tiap-tiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan mereka Yahudi, Nasrani dan Majusi (HR. Baihaqi).
vi
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan Skripsiku ini untuk : 1. Keluarga besarku terutama kepada ayah terhebatku Bapak Muhammad Yani, Ibu tersabarku Ibu Sulimah, dan adikku tercinta Miftaqul Jannah, merekalah yang selalu memberi nasihat, kasih sayang, bimbingan dan motivasi serta dukungan materi. 2. Keluarga besar dari Simbah H. Syukur dan Simbah Suwardi yang aku banggakan dan kepada seseorang yang jauh disana yang selalu memberi dukungan dan motivasi kepada penulis. 3. Dosen-dosen Tarbiyah dan dosen-dosen di IAIN Salatiga, terima kasih telah
mengalirkan
ilmu
kedalam
hati,
menjadi
fasilitator
serta
mendorongku agar mampu berbuat yang terbaik untukku maupun bangsaku. 4. Sahabat dan sahabati di PMII (ANDALAS, KOPRI, KOMSAT, Pengurus Cabang, dll), yang selalu memberikanku semangat berjuang dalam berorganisasi serta memberikan banyak pelajaran yang berharga dan ilmu yang bermanfaat. 5. Keluarga Besar PAI 2012, PAI (A), teman-teman PPL di SMA N 02 Salatiga, teman-teman KKN posko 46, DEMA FTIK 2015, SON’S CLUB, Keluarga Besar IMADISA dan teman-teman lainnya. Kebersamaan kita akan selalu aku simpan dan aku kenang dalam memori dan akan tertoreh dalam sejarah hidupku.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “POLA ASUH NENEK DAN IMPLIKASINYA TERHADAP AKHLAK ANAK DI DUSUN NGRAWING, DESA NGAMBAKREJO, KEC. TANGGUNGHARJO, KAB. GROBOGAN TAHUN 2016” Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1.
Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2.
Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
3.
Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam
viii
4.
Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5.
Bapak Drs. A. Bahrudin, M.Ag. selaku pembimbing akademik.
6.
Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
7.
Kepala Desa Ngambakrejo yang telah memberikan ijin serta tak lupa kepada Dusun Ngrawing tempat kelahiranku.
8.
Bapak dan Ibuku tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun spiritual, serta yang senantiasa berkorban dan berdoa demi tercapainya cita-cita, adikku tercinta yang selalu manja dan tak lupa kepada seseorang yang jauh disana yang selalu memberi motivasi dan dukungan kepada penulis.
9.
Saudara-saudaraku dan sahabat-sahabatku semua yang selalu mendorong dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini. Salatiga, 15 September 2016 Penulis
ix
ABSTRAK
Mutoharoh. 2016. Pola Asuh Nenek dan Implikasinya Terhadap Akhlak Anak di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri. Dosen Pembimbing : Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. Kata kunci : Pola asuh nenek, penanaman akhlak, dan akhlak anak. Latar belakang penelitian ini yaitu orang tua seharusnya mendidik dan mengasuh anaknya, tetapi pada zaman sekarang orang tua yang tidak ada atau karena suatu hal lebih mempercayakan pengasuhan anak kepada nenek. Nenek merupakan sumber kasih sayang kepada cucunya. Di sisi lain pola asuh yang diterapkan nenek jadi salah, karena perbedaan zamanlah yang membedakannya, ketika seorang nenek mengasuh anaknya (orang tua cucu) dengan mengasuh cucunya. Objek dalam penelitian ini yaitu anak- anak yang dalam pola asuh seorang nenek di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016. Pertanyaan utama yang ingin peneliti jawab adalah : (1) Bagaimana pola asuh yang digunakan nenek di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016? (2) Bagaimana penanaman nenek terhadap akhlak anak di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016? dan (3) Bagaimana implikasi akhlak anak yang berada dalam pengasuhan nenek di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016? Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan metode pengumpulan datanya antara lain : wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan teknik analisis data yaitu pengorganisasian data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Temuan ini menunjukkan bahwa (1) Pola asuh yang digunakan nenek di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016 yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, dan pola asuh laissez faire. (2) Penanaman nenek terhadap akhlak anak yaitu : membiasakan anak untuk shalat berjama’ah, menasihati anak bila berbuat salah, menyuruh anak untuk belajar Al-Qur’an, menegur anak yang berkata bohong, mengajarkan kemandirian kepada anak, memarahi dan memukul anak ketika tidak shalat, dan memberikan pujian dan hadiah. (3) Akhlak anak yang berada dalam pengasuhan nenek yaitu mempunyai Akhlak Terpuji (Al-Akhlak Al-Mahmudah) dan Akhlak Tercela (AlAkhlak Al-Mazmumah). Sehingga anak hanya meniru dan mencontoh apa yang di lakukan oleh nenek ketika di rumah
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i HALAMAN BERLOGO..............................................................................
ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING............................................................ iii HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..................................................... v MOTTO......................................................................................................... vi PERSEMBAHAN.........................................................................................
vii
KATA PENGANTAR..................................................................................
viii
ABSTRAK....................................................................................................
x
DAFTAR ISI................................................................................................. xi DAFTAR TABEL......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xv BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1 B. Fokus Masalah..................................................................................
7
C. Tujuan Penelitan................................................................................ 8 D. Kegunaan Penelitian.......................................................................... 8 E. Penegasan Istilah............................................................................... 9 F. Metode Penelitian.............................................................................. 11 G. Sistematika Penulisan........................................................................ 17 BAB II KAJIAN PUSTAKA........................................................................
xi
20
A. Pola Asuh..........................................................................................
20
B. Akhlak Anak.....................................................................................
36
C. Implikasi Pola Asuh Nenek terhadap Akhlak...................................
44
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN...................... 49 A. Paparan Data.....................................................................................
49
B. Temuan Penelitian............................................................................. 62 BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................ 80 A. Pola Asuh yang digunakan Nenek di Dusun Ngrawing.................... 80 B. Penanaman Nenek terhadap Akhlak Anak........................................ 83 C. Implikasi Pola Asuh nenek terhadap Akhlak Anak.........................
87
BAB V PENUTUP........................................................................................ 90 A. Kesimpulan.......................................................................................
90
B. Saran.................................................................................................. 92 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Penduduk Menurut Kelompok Umur...........................................
51
Tabel 3.2 Mata Pencaharian.......................................................................... 52 Tabel 3.3 Agama yang dianut.......................................................................
52
Tabel 3.4 Sarana Ekonomi............................................................................
53
Tabel 3.5 Perusahaan atau Usaha.................................................................. 53 Tabel 3.6 Sarana Ibadah................................................................................ 54 Tabel 3.7 Sarana Kesehatan..........................................................................
54
Tabel 3.8 Sarana Olahraga atau Kesenian Kebudayaan...............................
54
Tabel 3.9 Sarana Pendidikan Umum............................................................
55
Tabel 3.10 Sarana Pendidikan Khusus..........................................................
55
Tabel 3.11 Struktur Perangkat Desa..............................................................
57
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Nota Pembimbing Skripsi 2. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian 3. Surat Keterangan Melakukan Penelitian 4. Daftar SKK 5. Lembar Konsultasi 6. Pedoman Wawancara 7. Hasil Wawancara 8. Triangulasi Data 9. Dokumentasi 10. Riwayat Hidup Penulis
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan pendidik yang pertama dalam pendidikan anak, karena dari keluargalah anak pertama mengenal bahasa sebagaimana diungkapkan, anak berbicara dengan “bahasa ibu”. Tidak hanya dalam hal berbicara seorang anak pun meniru setiap tindakan, tingkah laku, watak, dan perbuatan orang tuanya. Demikian jelas bahwa pendidikan pertama yang diketahui anak yaitu pendidikan dari keluarganya. Untuk menunjang perkembangan fisik maupun mentalnya anak membutuhkan pengasuhan yang tepat dari keluarganya. Sebagai orang tua seharusnya dapat memahami, menerima, dan memperlakukan anak sesuai dengan tingkat pertumbuhannya, maka hubungan orang tua dan anak ditentukan dari sikap pola asuh dalam keluarga. Pola pengasuhan inilah yang nantinya akan berpengaruh terhadap karakter anak di masa depan. Berdasarkan uraian di atas jelas bahwasanya keluarga merupakan pendidik yang paling utama dalam perkembanagan anak. Karena dalam keluargalah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Juga dikatakan lingkungan yang utama, sebagian besar dari kehidupan anak adalah didalam keluarga. Sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga. Sebab pada masa itulah yang paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupannya (usia pra sekolah), pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan
1
sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah dalam ingatannya. Sebagaimana ada pepatah yaitu : “Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, sementara belajar di waktu dewasa bagai mengukir di atas air” Berdasarkan pepatah tersebut telah jelas menjelaskan tentang pembelajaran yang mudah sekali lupa dari memori manusia (Noor, 2012:128). Berdasarkan uraian diatas jelas bahwasanya dalam upaya menumbuhkan karakter anak, keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama dan utama. Karena di masa ini pula anak akan mudah sekali menerima pengaruh dari orang-orang terdekatnya, hal ini merupakan masa paling kritis pada anak. Sehingga apa yang ditanamkan orang tua kepada anak akan membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah dalam ingatannya. Sedangkan dalam perspektif Islam, orang tua wajib mengupayakan pendidikan kepribadian sebagai mana dijelaskan dalam firman Allah QS. Luqman : 17-19
Artinya : Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
2
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai (Kemenag RI, 2014:412). Berdasarkan ayat diatas jelas bahwasanya orang tua harus mendidik anak mereka dengan mengajarkan shalat, menyeru kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, sabar, tidak sombong, serta bertutur kata yang baik. Pendidikan tersebut hendaknya dimulai sejak usia dini. Demikian orang tua berkewajiban memberikan bekal pendidikan sebagaimana uraian di atas. Selain ayat di atas juga terdapat ayat yang menegaskan tentang kewajiban orang tua untuk tidak meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka. Allah berfirman dalam QS. An Nisa’: 9
Artinya : Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar (Kemenag RI, 2014:77). Berdasarkan ayat tersebut jelas orang tua tidak hanya berkewajiban mengajarkan pendidikan agama namun juga berkewajiban untuk tidak meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka. Keturunan yang lemah disini adalah lemah dalam artian pendidikan, pengetahuan, ekonomi dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, orang tua sebaiknya mengetahui pola asuh yang tepat terhadap anak mereka.
3
Sedangkan makna pola asuh sendiri merupakan suatu cara yang terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung
jawab kepada anak dimana tanggung
jawab untuk mendidik anak ini adalah merupakan tanggung jawab primer. Karena anak adalah hasil dari buah kasih sayang yang diikat dalam tali perkawinan antara suami istri dalam satu keluarga (Thoha,1996:109). Orang tua sangat berperan penting dalam mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik dimasa yang sekarang dan masa yang akan datang. Sedangkan, tujuan pola asuh menurut Hurlock yaitu untuk mendidik anak agar dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosialnya atau supaya dapat diterima oleh masyarakat. Pengasuhan orang tua berfungsi untuk memberikan kelekatan dan ikatan emosional, atau kasih sayang antara orang tua dan anaknya, juga adanya penerimaan dan tuntutan dari orang tua dan melihat bagaimana orang menerapkan disiplin (Muallifah, 2009:44). Ketika orang tua dalam mendidik anak harus mempunyai tujuan yang jelas agar anak juga jelas agar terarah dengan baik dan benar. Jika kita menganalisis dari sisi realitas model pola asuh sesuai dengan perkembangan zaman, telah terjadi perubahan paradigma pemikiran. Jika zaman dahulu kualitas pola asuh dan adanya kedekatan antara seorang anak dan orang tua selalu dikaitkan dengan kualitas ibu,
4
sekarang sudah mulai beralih dengan adanya tuntutan kebutuhan, sehingga seorang ibu pun ikut berperan menjadi tulang punggung keluarga. Hal inilah yang seharusnya menjadi perhatian kita, bagaimana generasi selanjutnya jika ternyata kedekatan yang terjadi justru antara anak dengan pembantu, bukan anak dengan orang tua, di mana dampaknya anda sudah mengetahui sendiri jika seorang anak malah dekat dengan seorang pembantu, maka bukan hanya hak kesehatan yang dikhawatirkan, tetapi juga bagaimana konsep pendidikan yang akan berpengaruh, dan bisa saja terjadi ketidaksinkronan dalam cara menerapkan pendidikan (Muallifah, 2009:41-42). Inilah tantangan selaku orang tua untuk berpikir lebih mendalam demi masa depan anak yang cerah. Kenyataan di lapangan dalam suatu keluarga banyak anak yang tidak di asuh oleh orang tuanya, melainkan dengan neneknya, karena adanya beberapa faktor yang menyebabkan pengasuhan anak beralih atau bergeser kepada nenek yaitu : ekonomi, orang tua sibuk bekerja, orang tua janda atau duda karena kematian, orang tua bercerai. Masing-masing nenek memiliki pola asuh yang berbeda dalam mengarahkan seorang anak. Karena dipengaruhi oleh latar pendidikan, pengetahuan, pengalaman, keadaan sosial ekonomi dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan karena pada era zaman nenek berbeda dengan era cucunya. Secara hakiki pola asuh yang diterapkan nenek cenderung bertujuan baik, namun ada beberapa orang melakukan kesalahan dalam pola asuh tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pemahaman
5
yang dimiliki. Tidak hanya pengasuhan yang salah karena seorang pengasuh (nenek) pasti mengharapkan cucunya menjadi lebih baik, hanya saja cara mengasuhnya keliru. Karena pada zaman sekarang orang tua (nenek) pada saat mengasuh anaknya (orang tua anak) tentu sangat berbeda ketika mengasuh cucunya. Hal ini disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih, namun kenyataanya banyak sekali orang tua yang mempercayakan pengasuhan anaknya kepada nenek. Ketika tidak ada sosok panutan yang patut diteladani, maka anak akan kehilangan kesempatan berharga untuk mencontoh, menyerap, meneladani, atau meniru. Dengan kuranganya komunikasi, interaksi, pelukan kasih sayang, kurangnya diajak memahami sesuatu oleh orang tua akan menyebabkan anak menjadi rapuh dan tidak stabil secara emosi. Tidak adanya hubungan batin sejak dini antara anak dan orang tua menyebabkan anak melanggar nasehat orang tua, menyakiti hatinya, tidak menjawab
pertanyaannya,
tidak
mendengar
nasihatnya,
tidak
menjenguknya saat sakit, dan sikap negatif lainnya (Hasan, 2011:80). Perilaku anak yang negatif itu, disebabkan karena anak nakal, bandel, acuh tak acuh. Justru kita harus memahami bahwa perilaku anak seperti itu, disebabkan karena pola asuh yang salah sejak kecil. Hal ini berkaitan dengan cara penanaman akhlak dan perilaku anak itu sendiri yang menyebabkan anak mempunyai akhlak yang terpuji maupun akhlak yang tidak terpuji atau tercela di hadapan orang lain.
6
Sebagaimana yang dipaparkan di atas peneliti ingin menganalisis tentang Pola Asuh Nenek dan Implikasinya terhadap Akhlak Anak di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016. Dalam hal ini, peneliti merasa perlu mengetahui bagaimana pola asuh yang baik yang diterapkan Nenek terhadap Akhlak anak asuh mereka (cucu). Karena di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan. Sebagian besar penduduknya terhimpit oleh kebutuhan ekonomi yang semakin besar, sehingga terpaksa menitipkan anaknya kepada nenek. Berdasarkan alasan tersebut, penulis ingin meneliti dengan judul POLA ASUH NENEK DAN IMPLIKASINYA TERHADAP AKHLAK ANAK DI DUSUN NGRAWING, DESA NGAMBAKREJO, KEC. TANGGUNGHARJO, KAB. GROBOGAN TAHUN 2016. B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti memperlihatkan beberapa masalah yang tentunya layak untuk dikaji dan diteliti lebih lanjut, maka rumusan masalah penelitiannya adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pola asuh yang digunakan nenek di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016? 2. Bagaimana cara nenek dalam menanamkan akhlak anak di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016?
7
3. Bagaimana implikasi pola asuh nenek terhadap akhlak anak di Dusun Ngrawing,
Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan
Tahun 2016? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang ada, maka penulis mempunyai tujuan dalam penelitian sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pola asuh yang digunakan nenek di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016. 2. Untuk mengetahui cara nenek dalam menanamkan akhlak anak di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016. 3. Untuk mengetahui implikasi pola asuh nenek terhadap akhlak di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016. D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas tentang Pola
Asuh
Nenek
di
Dusun
Ngrawing,
Desa
Ngambakrejo,
Kec.
Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016. Dari informasi tersebut dapat memberikan manfaat secara teoretik maupun praktik yaitu: 1. Secara Teoretik Penelitian ini dapat menambah wawasan dan selanjutnya orang tua atau pengasuh dapat memilih bagaiamana pola asuh yang terbaik yang harus dilakukan dalam mengasuh anak mereka.
8
2. Secara Praktik Diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pengembangan pengetahuan, perilaku dan khususnya dapat memberi sumbangan dibidang psikologi
pendidikan
yang
diperoleh
di
lapangan,
serta
dapat
menumbuhkan semangat bagi orang tua dalam mengasuh anak. E. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran judul di atas, maka perlu adanya pembatasan permasalahan yang akan penulis teliti, sehingga tidak terjadi pembiasan dalam permasalahan. Dalam hal ini, ada beberapa hal yang perlu diketahui maksud dari istilah dalam judul di atas. 1. Pola Asuh Nenek Pola asuh berarti model, cara, dan sistem (Poerwadarminta, 1982:763). Dalam hal ini bisa dikaitkan dengan pola kepemimpinan, pola asuh merupakan suatu cara yang terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung
jawab
kepada anak dimana tanggung jawab untuk mendidik anak ini adalah merupakan tanggung jawab primer. Karena anak adalah hasil dari buah kasih sayang yang diikat dalam tali perkawinan antara suami istri dalam satu keluarga (Thoha, 1996:109). Oleh karena itu, orang tualah yang berperan penting dalam mendidik anak mereka. Menurut Haurlock (1973), sebagaimana dikutip oleh Mansur mengemukakan ada tiga jenis pola asuh orang tua terhadap anakanya, yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, pola asuh laissez faire
9
(Mansur, 2005:354). Pola asuh tersebut biasa digunakan orang tua atau pengasuh bagi anak-anaknya. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia “Nenek” berarti orang yang sudah tua, ibu dari ayah, ibu dari ibu, atau sebutan kepada perempuan yang sudah tua (Poerwadarminta, 2006:798). Nenek yang dimaksud peneliti yaitu nenek yang sudah tua yang mengasuh dan mendidik cucunya. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan pola asuh nenek adalah suatu daya atau suatu cara yang dilakukan nenek kepada anak
asuhnya
dalam
hal
memelihara,
merawat,
mendidik,
dan
mengarahkan yang bertujuan agar menjadi anak yang berakhlakul karimah. 2. Akhlak Anak Lafadz akhlak (dalam bahasa Indonesia dituliskan akhlak) berasal dari kata khulq, yang artinya : kejadian bathin atau internal creation dalam bahasa Inggrisnya. Maka menurut Linguistik bahasa Arab Akhlak sebenarnya ialah bentuk jamak dari pada khulq, dan berarti : ciri-ciri watak seseorang (the traits of man‟s) moral karakter. Tapi dalam arti agama, akhlak ialah suatu daya positif dan aktif dalam bentuk perilaku atau perbuatan (Harahap, 1979:13). Jadi yang dimaksud dengan judul penelitian ini adalah POLA ASUH NENEK DAN IMPLIKASINYA TERHADAP AKHLAK ANAK DI DUSUN NGRAWING,
DESA
NGAMBAKREJO,
TANGGUNGHARJO, KAB. GROBOGAN TAHUN 2016.
10
KEC.
F. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai beriku: 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif (Sugiyono, 2012:9). Mengatakan bahwa : Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data yang dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif
merupakan
penelitian
yang
dimaksudkan
untuk
mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada yaitu keadaan gejala perubahan akhlak anak ketika tidak diasuh oleh orang tuanya sendiri melainkan diasuh oleh nenek mereka. 2. Kehadiran Peneliti Kehadiran peneliti di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan yaitu untuk meneliti pola asuh yang digunakan nenek, penanaman akhlak, dan akhlak anak yang diasuh oleh sang nenek. 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan secara khusus di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016.
11
4. Sumber Data Sumber data yang digunakan pada penelitian ini ada dua macam, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. a. Sumber Data Primer Sumber
data
primer
adalah
sumber
data
yang
dikumpulkan langsung dari tangan pertama, yaitu kata-kata dan tindakan subyek serta gamabaran dan pemahaman dari subyek yang diteliti sebagai dasar utama melakukan interpretasi data. Data tersebut diperoleh secara langsung dari orang-orang yang dipandang mengetahui masalah yang akan dikaji dan bersedia memberi data yang diperlukan. Penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah nenek dan cucu. Karena dari informasi-informasi tersebut akan dilakukan penelusuran lebih lanjut kepada pihak-pihak terkait. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah data yang mengandung dan melengkapi sumber-sumber data primer. Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Petugas Kelurahan Desa Ngambakrejo yang tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan mengasuh anak dan dokumentasidokumentasi dalam penelitian.
12
5. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang relevan dengan fokus penelitian, maka teknik pengumpulan data yang akan di pakai meliputi : a. Metode Wawancara Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2012:231). Teknik ini penulis gunakan untuk mencari data yang didapat baik dari sumber data primer maupun sumber data sekunder. Penulis dalam penelitian ini akan melakukan wawancara dengan 7 nenek dan 7 anak di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016. b. Metode Dokumentasi Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukkan pada subjek penelitian, namun melalui dokumentasi-dokumentasi (Hasan, 2002:87). Metode dokumentasi ini peneliti mencari dokumen-dokumen penting atau arsip-arsip yang mendukung data yang berkaitan dengan penelitian dan untuk memperkuat data-data yang didapat.
13
6. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan atau catatan lapangan, dan dokumentasi (Sugiyono, 2012:244). Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan sebelum di lapangan. Adapun yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini yaitu analisis kualitatif, yaitu dengan langkah-langkah : a. Mengorganisir Data Pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui metode atau teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar yang ditetapkan (Sugiyono, 2012:240). Hal ini bertujuan untuk membuktikan bahwa penelitian ini penting untuk dikaji dan diteliti serta diketahui keasliannya. b. Reduksi Data Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polannya (Sugiyono, 2012:247). Reduksi data ini berguna untuk meninjau kembali data-data yang kurang atau data-data yang
14
sekiranya tidak perlu dapat dipertimbangkan kembali apakah data tersebut perlu tidak dicantumkan dalam penulisan penelitian. c. Penyajian Data Penyajian data ini diatasi sebagai sekumpulan informasi yang bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, dan sejenisnya. Penyajian data diharapkan agar pembaca lebih cepat memahami isi dalam penelitian ini. d. Penarikan Kesimpulan Kegiatan
analisis
selanjutnya
adalah
penarikan
kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya (Sugiyono, 2012:252). Penarikan kesimpulan ini digunakan peneliti untuk menarik suatu masalah yang ada. 7. Pengecekan Keabsahan Data Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini peneliti berusaha memperoleh keabsahan temuan. Teknik yang dipakai untuk menguji keabsahan temuan tersebut yaitu teknik triangulasi. Triamgulasi dilakukan dengan tujuan untuk mengecek kembali data-data yang sudah terkumpul, agar tidak terjadi salah memasukkan data yang terkumpul.
15
Triangulasi dapat diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan bebagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono, 2012:273). Triangulangi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu : a. Triangulasi Sumber Data Triangulasi
sumber
data
berarti,
untuk
menguji
kredibilitas data yang dilakukan dengan mengecek data yang teleh diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2012:274). Triangulasi sumber data berarti membandingkan data-data yang diperoleh dari informasi satu dengan informan yang lainnya dan juga mengecek kebenaran dan kepercayaan suatu informasi. b. Triangulasi Metode Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2012:274). Metode ini digunakan untuk pengecekan keabsahan data untuk mengetahui hasil temuan ini benar-benar hasil temuan sendiri tidak hasil penelitian orang lain ataupun tidak plagiat dari penelitian sebelumnya.
16
8. Tahap-tahap Penelitian a. Tahap sebelum ke lapangan Penulis menentukan fokus penelitian yang akan menjadi pokok pembahasan, selain itu penulis melakukan konsultasi kepada pembimbing dalam penyusunan surat ataupun proposal penelitian, dilanjutkan penyelesaian perizinan lokasi penelitian. b. Tahap pekerjaan lapangan Penulis melakukan pengumpulan bahan yang berkaitan dengan wawanacara, observasi,
dan dokumentasi penelitian.
Pada tahap ini penulis memulai terjun ke lapangan tempat penelitian tersebut dilakukan. c. Tahap analisis data Penulis melakukan analisis data yang di peroleh melalui wawancara mendalam dan dokumentasi dengan nenek yang mengasuh anak (cucu) mereka dan anak yang diasuh oleh nenek. G. Sistematika Penulisan Skripsi ini penulis bagi menjadi lima bab, di masing-masing bab saling berkaitan, dengan penjelasan sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN, yang meliputi : A. Latar Belakang Masalah B. Fokus Penelitian C. Tujuan Penelitian D. Keguanaan Penelitian
17
E. Penegasan Istilah F. Metode Penelitian G. Sistematika Penulisan Skripsi BAB II : KAJIAN PUSTAKA, yang berisi : A. Pola Asuh 1. Pengertian Pola Asuh 2. Macam-macam Pola Asuh 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pola Asuh 4. Faktor-faktor yang menyebabkan pengasuhan anak bergeser pada nenek B. Akhlak Anak 1. Pengertian Akhlak 2. Dasar dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis 3. Tujuan Akhlak 4. Ruang Lingkup Akhlak 5. Klasifikasi Akhlak C. Implikasi Pola Asuh Nenek terhadap Akhlak Anak BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN, berisi tentang : A. Paparan Data 1. Gambaran Lokasi Penelitian a. Sejarah Singkat tentang Dusun Ngrawing b. Keadaan Geografis c. Keadaan Penduduk d. Keadaan Sosial
18
e. Keadaan Ekonomi f. Sarana dan Prasarana g. Visi dan Misi Desa h. Struktur Perangkat Desa Ngambakrejo 2. Gambaran Informan B. Temuan Penelitian BAB IV : PEMBAHASAN, yang berisi tentang : A. Pola asuh yang digunakan nenek di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016. B. Penanaman nenek terhadap akhlak anak di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016. C. Implikasi pola asuh nenek terhadap akhlak anak di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kab. Grobogan Tahun 2016. BAB V : PENUTUP, yang merupakan bab terakhir berupa : A. Kesimpulan. B. Saran.
19
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pola Asuh 1. Pengertian Pola Asuh Pola berarti model, dan sistem (Poerwadarminta, 1982:763). Sedangkan asuh, mengasuh berarti menjaga, merawat, mendidik anak kecil, memimpin, dan melatih (Poerwadarminta, 1982:63). Kata pengasuh adalah orang yang menjaga, merawat, dan mendidik anak. Maksud dari mengasuh anak adalah mendidik dan memelihara anak itu, mengurus makanan, minuman, pakaian dan kebersihannya, dalam periode umurnya yang pertama (Al-Barry, 1977:51). Pola asuh adalah model atau cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak (Thoha, 1996:109). Orang tualah yang berhak dan bertanggung jawab dalam mengasuh dan mendidik anak mereka. Menurut pendapat Theresia pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak. Lebih jelasnya, yaitu bagaimana sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak. Termasuk caranya menerapkan aturan, mengajarkan nilai atau norma, memberikan perhatian dan kasih sayang, serta menunjukkan sikap dan perilaku yang baik, sehingga dijadikan contoh atau panutan anaknya (Muallifah, 2009:43). Oleh karena itu, pola pengasuhan anak itu sangat penting. Karena dalam mengasuh anak itu juga di butuhkan cara atau
20
sistem untuk mengasuh anak. Pola asuh juga merupakan sikap dan perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anaknya.
Sikap dan
perilaku orang tua itulah yang dijadikan anak sebagai contoh atau panutan bagi anaknya dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua bertanggung jawab untuk dirinya dan keluarganya melalui pendidikan yang di berikan mereka, selain itu orang tua juga yang bertugas menjadikan anak-anak mereka mempunyai agama yang baik menurut agama Islam. Menurut Al-Abrasyi dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam mengatakan bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, seperti sabda Nabi Muhammad SAW bersabda :
ِِ ِّ َُك ُّل مولُوٍد ي ولَ ُد علَى الْ ِفطْراةِ فَأَب واه ي ه ِّودانِِو أَوي ن )سنِ ِو (رواه البيهقى َ ُْ ْ ْ َ ُ ْ َ َ ُ ُ ََ َ َ صَرانو أ َْوُُي ِّج Artinya : Tiap-tiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan mereka Yahudi, Nasrani dan Majusi (HR. Baihaqi). Berdasarkan hadits di atas bahwasanya anak itu terlahir dalam keadaan fitrah atau suci tidak ada noda sama sekali. Orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani dan Majusi. Ketika orang tua berada di rumah, anak akan melihat dan memahami apa yang dilakukan orang tuanya. Oleh karena itu, anak akan menjadikan orang tuanya sebagai panutan atau contoh dalam kehidupan sehari-hari dan yang akan mendatang.
21
Menurut Haurlock (1973), sebagaimana dikutip oleh Mansur mengemukakan ada tiga jenis pola asuh orang tua terhadap anakanya, yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, pola asuh laissez faire (Mansur, 2005:354). Pola asuh tersebutlah yang biasanya digunakan oleh orang tua maupun pengasuh dalam mengasuh anak, agar lebih mudah dalam mengasuh anak berdasarkan pola asuh di atas. 2. Macam-macam Pola Asuh Anak Mendidik anak dalam keluarga diharapkan agar anak mampu berkembang kepribadiannya, menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap positif terhadap agama, kepribadiaan kuat dan mandiri, berakjlak mulia, potensi jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang secara optimal. Untuk mewujudkan hal itu ada berbagai cara dalam pola asuh yang dilakukan oleh orang tua menurut Haurlock yang di kutip oleh Chabib Thoha (1973:110) ada 3 macam pola asuh yaitu : a. Pola Asuh Otoriter Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang ditandai dengan : cara mengasuh anak-anaknya dengan aturan-aturan yang ketat, seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orang tua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi. Anak jarang diajak berkomunikasi dan diajak ngobrol, berceritacerita, bertukar
pikiran dengan orang tua, orang tua malah
menganggap bahwa semua sikap yang dilakukan itu dianggap sudah benar sehingga tidak perlu anak diminta pertimbangan atas
22
semua keputusan yang menyangkut permasalahan anak-anaknya. Pola asuh yang bersifat otoriter ini juga ditandai dengan hukumanhukumannya yang dilakukan dengan keras, mayoritas hukuman tersebut sifatnya hukuman badan dan anak juga diatur yang membatasi perilakunya (Mansur, 2005:354). Pola asuh ini, lebih mengutamakan perintah-perintah dari orang tua untuk mematuhi apa yang diperintahkan orang tua mereka, tidak mendengar argumen atau pendapat dari anak. Anak dituntut untuk selalu menuruti kemauan orang tua mereka. Menurut penulis dalam menggunakan Pola Asuh Otoriter mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari Pola Asuh Otoriter : anak akan menurut kepada orang tua, takut untuk melakukan kesalahan atau hal negatif. Kelemahan dari Pola Asuh Otoriter : anak akan menjadi pembangkang karena merasa hidupnya terbatas, penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, dan melakukan hal negatif secara diam-diam karena penasaran. b. Pola Asuh Demokratis Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang ditandai dengan : pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak-anakanya dan kemudian anak diberi kesempatan untuk selalu tergantung kepada orang tua atau pengasuh. Pola asuh seperti ini orang tua memberi sedikit kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang dikehendaki dan apa yang diinginkan yang menurut anak yang terbaik bagi
23
dirinya. Orang tua dalam hal-hal tertentu perlu ikut campur tangan, misalnya dalam keadaan yang membahagiakan hidupnya dan keselamatan anak. Demikian pula terhadap hal-hal yang sangat prinsip mengenai pilihan agama, orang tua dapat memaksakan kehendaknya terhadap anak, karena anak belum memiliki alasan yang cukup tentang hal itu. Tidak semua materi pelajaran agama seluruhnya diajarkan secara demokratis terhadap anak (Mansur, 2005:355-356). Pola asuh ini, anak diberi kebebasan untuk memilih apa yang menjadi kesukaannya, asalkan masih dalam pengawasan orang tua mereka. Menurut penulis dalam menggunakan pola asuh demokratis mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari Pola Asuh Demokratis : menghasilkan karakteristik anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan temantemanya, mampu menghadapi stres, dan
mempunyai minat
terhadap hal-hal yang baru. Kelemahan dari Pola Asuh Demokratis : anak akan cenderung merongrong kewibaan otoriter orang, kalau segala sesuatu harus dipertimbangkan antara orang tua. c. Pola Asuh Laissez Faire Pola asuh laissez faire adalah pola asuh dengan : cara orang tua mendidik anak secara bebas, anak dianggap kurang dewasa atau muda, ia diberi kelonggaran seluas-luasnya apa saja yang dikehendaki. Kontrol orang tua terhadap anak sangat lemah, juga
24
tidak memberikan bimbingan pada anak. Semua apa yang dilakukan oleh anak adalah benar dan tidak perlu mendapat teguran, arahan, atau bimbingan. Hal itu ternyata dapat diterapkan kepada orang dewasa yang sudah matang pemikirannya, sehingga cara mendidik seperti itu tidak sesuai, jika diberikan kepada anak-anak. Apalagi bila diterapkan untuk pendidikan agama banyak hal yang harus disampaikan secara bijaksana. Oleh karena itu, dalam keluarga orang tua harus merealisasikan peranan atau tanggung jawab dalam mendidik anak (Mansur, 2005:356-357). Pola asuh laissez faire ini, anak di didik oleh orang tuanya dengan bebas dan anak dianggap sudah dewasa untuk melakukan apapun yang diinginkan oleh anak mereka. Menurut penulis dalam pola asuh laissez faire mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari pola asuh laissez faire : menghasilkan anak yang di beri kebebasan oleh orang tuanya, jadi anak bisa melakukan apa yang disukai oleh anak. Kelemahan dari pola asuh Laissez faire : menghasilkan karakteristik anak yg agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, sering bolos, bermasalah dengan teman karena kontrol orang tua yang lemah. Pola asuh di atas merupakan pola asuh yang biasa dilakukan orang tua atau pengasuh lainnya misalnya nenek, jadi dari berbagai pola asuh atau cara mendidik, merawat dan mengasuh anak haruslah memperhatikan kondisi anak. Pendidikan harus lebih diutamakan
25
kegunaannya bagi masa yang akan datang, dimana masa sekarang berbeda dengan yang akan datang, meskipun pelajaran tersebut tidak berguna untuk masa sekarang tetapi harus tetap diberikan dalam mempersiapkan masa depan. Banyak sekali persiapan untuk membekali anak untuk menyongsong masa depan, yang tidak ada pada kehidupan sekarang. Semakin jauh zaman yang dilalui, maka semakin tinggi ilmu pengetahuan dan teknologi yang harus dimiliki dalam rangka memberi bekal pada anak. Pola asuh yang dilakukan menurut seorang nenek benar pada zamannya, belum tentu benar pada kehidupan sekarang bila diterapkan dalam mengasuh cucunya. 3. Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Menurut Casmini (2007), sebagaimana dikutip oleh Muallifah (2009: 63) menjelaskan bahwa Faktor yang mendukung terlaksananya pola asuh dengan baik, bukan hanya tergantung dengan jenis pola asuh yang ditetapkan oleh orang tua (nenek), tetapi juga tergantung pada karakteristik keluarga, anak dan jenis pola asuh yang diterapkan. Adapun beberapa karakteristiknya adalah sebagai berikut : a. Karakteristik Struktur Keluarga Hal-hal yang berkaitan dengan struktur keluarga adalah etnis keluarga dan pendidikan (lingkungan pergaulan sosial dan etnis). Pola asuh ini tidak hanya dipengaruhi oleh situasi keluarga,
26
tetapi juga lingkungan sekitar, situasi perawatan anak, situasi sekolah, juga konflik yang terjadi di lingkungan sekitar. b. Karakteristik Struktur Anak Ketika ingin memperlakukan jenis pola asuh, maka harus memperhatikan karakteristik anak, diantaranya adalah karakter anak, bagaimana perilaku soial, dan keterampilan kognitif anak. c. Karakteristik Budaya Keluarga Karakteristik
kultur
keluarga
didefinisikan
pada
kemampuan berbahasa, sedangkan indikator dalam karakteristik kultur keluarga adalah reading behavior (kebiasaan membaca), home language (bahasa asli), dutch language (bahasa asing), mastery and culture participan (menguasai dan partisipasi budaya). d. Karakteristik Situasi Keluarga Penelitian tentang komposisi keluarga menunjukkan anak dalam keluarga satu orang tua (single parent) akan mengalami problem perilaku dan emosional yang frekuensinya lebih daripada keluarga dan orang tuanya dan berakibat pada prestasi anak di sekolah. Keluarga yang hanya satu orang tua akan mengalami ketegangan, dikarenakan akan mengalami kesulitan keuangan, masalah kesehatan, serta perubahan karena perceraian yang berpengaruh terhadap orang tua dalam pengasuhan anak dan interaksi orang tua. Begitu juga dalam pengasuhan anak atau tanpa orang tua.
27
Adapun faktor yang yang mempengaruhi pola asuh adalah sebagai berikut : 1). Latar Belakang Pendidikan si Pendidik Pendidikan merupakan alat di masyarakat untuk memperbaharui dirinya dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Al-Gazhali
mengemukakan
bahwa
amal
perbuatan, perilaku, akhlak dan kepribadian seorang pendidik adalah penting dari pada ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Karena kepribadian pendidik akan diteladani dan ditiru oleh anak didiknya, baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan secara langsung maupun tidak langsung (Zainuddin, 1991:56). Ketika seorang pengasuh (nenek) dalam mengasuh anak (cucu) mereka, harus mempunyai pendidikan yang baik dan benar dalam mendidik anak (cucu) mereka. 2). Pengetahuan Pendidik Pengetahuan
nenek
tentang
kesehatan
dan
gizi
memmpunyai hubungan yang erat dengan pendidikan. Anak yang berada dalam pengasuhan nenek dengan latar belakang pendidikan yang tinggi akan memungkinkan mendapat kesempatan untuk hadir dan tumbuh dengan baik, sebaiknya jika pengetahuan nenek akan pengasuhan sangat minim memungkinkan juga mendapatkan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang kurang. Pengetahuan tidak mutlak diperoleh
28
melalui pendidikan formal, tetapi juga dari informasi di media masa atau hasil dari pengalaman orang lain. Pembentukan kepribadian terjadi dalam masa panjang, mulai dari dalam kandungan sampai umur 21 tahun (Kaelany, 2000:243). Pembentukan kepribadian ini erat hubungannya dengan pembinaan iman dan akhlak anak (cucu) mereka. 3). Aktivitas Pendidik Kebutuhan wanita terhadap tugas dan tanggungjawab di luar tugas sebagai nenek berbeda-beda, ada nenek yang merasa bahagia dengan peran sebagai pengasuh anak, ada juga yang merasa terbebani dengan tanggungjawab mengasuh anak. Aktivitas nenek juga menjadi alasan utma dalam keberhasilan memelihara, merawat, mendidik, membimbing dan juga mengarahkan anak ke arah yang baik dan benar. Nenek yang sibuk bekerja atau mengurus diri sendiri karena terbebani oleh tanggung jawab dalam hal ekonomi tentu dalam pengawasan serta kontrol pada anak akan kurang, sehingga anak lepas dari pengawasannya. Sedangkan nenek yang aktivitasnya hanya mengasuh anak saja di rumah, tentu dapat setiap saat mengawasi anak tersebut.
Sehingga anak
tidak terjerumus kepada pergaulan yang remaja yang bebas tanpa pengawasan orang tua.
29
4. Faktor yang Menyebabkan Pengasuhan dari Orang tua Bergeser pada Nenek Kenyataan di lapangan dalam suatu keluarga banyak anak yang tidak di asuh oleh orang tuanya, melainkan dengan neneknya, karena adanya beberapa faktor yang menyebabkan pengasuhan anak beralih atau bergeser kepada nenek yaitu : ekonomi, orang tua sibuk bekerja, orang tua janda atau duda karena kematian, orang tua bercerai. Adapun faktor yang menyebabkan pengasuhan orang tua terhadap anak bergeser atau beralih kepada nenek adalah sebagai berikut: a. Faktor Ekonomi Faktor Ekonomi dalam pengasuhan dipengaruhi oleh gaya dan pengalaman yang dimiliki serta pengetahuan yang diterimanya. Perbedaan dalam pola asuh seorang nenek juga bisa dilihat dari status sosial ekonomi dalam masyarakat. Status sosial ekonomi mempunyai peranan terhadap perkembangan anak (Ahmadi, 1991:91). Salah satu faktor yang mengakibatkan pengasuhan dari orang tua beralih kepada nenek adalah faktor ekonomi dalam seuatu keluarga, karena sulitnayamencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, maka orang tua harus bekerja dan meninggalkan anak-anaknya kepada pengasuh atau nenek. b. Orang Tua Sibuk Bekerja Keluarga dianggap sebagai masyarakat kecil yang terdiri dari subsistem yang berstruktur, yakni anggota keluarga yang
30
terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Setiap bagian memiliki hubungan antara satu dan lainnya yang menyatu dalam keluarga. Teori fungsionalisme struktural menekankan pada keteraturan dan mengabaikan konflik dalam masyarakat (Suhendi, 200:175). Istri yang
bekerja
di
luar
rumah,
fungsi
manifesnya
adalah
meningkatnya kesejahteraan ekonomi keluarga, tetapi fungsi latennya adalah terjadinya disfungsi ibu rumah tangga dalam menjalankan tugasnya dalam keluarga. Demikian itulah dapat menyebabkan berkurangnya waktu pengasuhan anak oleh ibu rumah tangga yang berperan ganda memungkinkan rendahnya intensitas pengasuhan anak, sehingga terjadi perubahan pola, peran, serta fungsi pada pengasuhan anak, dimana keluarga besar (extended family) sangat dibutuhkan. c. Orang Tua Janda atau Duda karena Kematian Kemampuan keluarga
untuk
menyesuaikan
keadaan
setelah kematian orang tua yang menyangkut masalah keuangan, sosial, dan emosi selalu menjadi ujian bagi terciptanya relasi antara orang tua dan anak (Suhendi, 2001:74). Apabila relasi ini bedasarkan pada rasa hormat, kesamaan, dorongan, semangat, dan kepercayaan akan mengurangi akibat yang menimpa anak, karena kehilangan salah satu orang tuanya. Tentu saja anak merasa kesepian, frustasi, merasa bersalah, dan perasaan-perasaan yang saling berlawanan dari orang tua yang masih hidup merupakan
31
problem
yang
memerlukan
penenangan
dalam
keluarga.
Keberadaan keluarga besarlah yang sangat membantu memberikan solusi dan pengarahan agar apa yang terjadi ataupun yang akan dilakukan oleh orang tua tunggal tidak salah jalan. d. Orang Tua yang Bercerai Kekacauan dalam keluarga merupakan bahan pergunjingan umum karena semua orang mungkin saja terkena dari salah satu jenisnya
dan
karena
pengalaman
itu,
biasanya
dramatis
menyangkut moral dan penyesuaian-penyesuaian pribadi dan dilematis. Kekacauan keluarga dapat ditafsirkan sebagai pecahnaya suatu unit keluarga, terputusnya atau retaknya struktur peran sosial, jika satu atau beberapa anggota keluarga gagal menjalankan peran mereka (Goode, 1997:184). Oleh karena itu, bersatunya orang tua dalam mendidik anak itu sangat penting, agar terjadinya keseimbangan dalam mendidik anak.
32
5. Seni Mendidik dalam Islam Seorang nenek perlu memperhatikan bagaimana mengasuh, merawat, mendidik dan juga memberi teladan yang baik bagi anakanak agar menjadi anak yang berakhlakul karimah. Menurut Muallifah (2009: 145), tentang seni mendidik anak dalam Islam. Adapun seni, atau cara mendidik anak dalam Islam adalah sebagai berikut : a. Membiasakan Anak untuk Shalat Berjama’ah. Konsep keteladanan dalam sebuah pendidikan sangatlah penting dan bisa berpengaruh terhadap proses pendidikan, khususnya dalam membentuk aspek moral, spiritual, dan etos sosial anak. Karena seorang pendidik baik orang tua, guru bahkan nenek merupakan figur dalam pandangan anak, disadari atau tidak akan ditiru oleh anak. Seorang pengasuh yaitu haruslah memberikan teladan yang baik pada anak asuhnya, mengajak untuk meniru akhlak Rasulullah dan banyak mengingat Allah SWT. Perbanyak mengingat Allah SWT yaitu selalu melaksanakan shalat dan membiasakan shalat berjama’ah b. Menasehati Anak apabila Berbuat Salah. Cara mengasuh atau mendidik dengan menasehati, juga merupakan suatu cara untuk mempersiapkan pembentukan akhlak, emosional maupun sosial.
33
c. MenyuruhAnak untuk Belajar Al-Qur,an. Seorang
pengasuh
misalnya
nenek
juga
harus
memperhatikan apa yang dipelajari anak mengenai prinsip, pemikiran, dan keyakinan yang sudah diajarkan di sekolah. Konsep keimanan yang dimaksud sebenarnya bukan hanya kepada iman pada Allah ataupun sebatas religi, tetapi bisa diperluas kembali kedalam aspek lainnya. Nenek selaku pengganti orang tua harus mampu menanamkan sifat atau rasa keyakinan dan rasa percaya diri anak setiap perbuatan yang diambilnya. Dalam menanamkan keyakinan dan agar berbuat sesuai ajaran Islam maka bisa dimulai dari belajar Al-Qur,an. d. Menegur Anak yang Berkata Bohong Nenek selaku pengganti orang tua kandung hendaknya selalu memantau anak agar berbuat jujur sejak kecil. Kemudian nenek juga bisa menunjukkan kebaikan dan keburukan serta dampak dari masing-masing perbuatan tersebut. Kebiasaan bohong tersebut akan berlanjut sampai nanti ketika ia dewasa. Oleh karena itu, menegur anak yang berkata bohong dengan cara efisien dan metode yang sesuai harus bisa dilakukan nenek, karena itu merupakan salah satu perhatian akhlak nenek kepada cucunya.
34
e. Mengajarkan Kemandirian Kepada Anak. Hal ini bisa dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan fisik yang menunjang perkembangan mental anak dan intelektual melalui latihan-latihan. Sedang kematangan mental melalui bagaimana menyikapi permasalahannya sendiri, dan ketika dewasa hilang rasa ketergantungan pada keluarga. Hal ini bisa dilakukan misalnya, nenek tidak banyak ikut campur urusan cucunya dalam hal pekerjaan sehari-hari yang bisa dilakukan sendiri oleh cucunya. f. Memarahi dan Memukul Anak ketika Tidak Shalat. Konsep pendidikan dan hukuman dalam Islam bukan menjadikan kekerasan sebagai modal utama, namun bagaimana memberi peringatan terhadap anak agar perbuatan yang keji tidak diulangi lagi. Misalnya, memperingati dengan lemah lembut dan kasih sayang, menjaga tabiat anak yang salah dalam menggunakan hukuman dan menasihati anak secara bertahap. g. Memberikan Pujian dan Hadiah Memberikan pujian atau hadiah sangat dianjurkan oleh Islam. Hal ini dimaksud agar anak mendapatkan motivasi atau dorongan yang kuat untuk mencapai cita-citanya. Motivasi atau dorongan nenek sebagai pengasuh anak sangat dibutuhkan sebagai modal yang besar karena mereka merasakan bahwa apa yang diinginkan anak merupakan hal yang didambakan. Pemberian pujian dan hadiah sebenarnya hampir sama, namun sedikit
35
perbedaan. Pemberian pujian diberikan ketika perilaku anak hasilnya positif, namun pemberian hadiah lebih dimaksud untuk memancing timbulnya perilaku positif. B. Akhlak Anak 1. Pengertian Akhlak Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata Khulq, atas timbangan (wazan) thulasi mazid, af‟ala – yuf‟ilu – if‟alan yang berarti al-sajyah, al-tabi‟ah (kelakuan, watak dasar), al-„adat (kebiasaan), al-maru‟ah (peradaban yang baik), dan al-din (agama) (Damanhuri, 2014:27-28). Orang tua mempunyai kewajiban untuk menanamkan akhlak yang baik kepada anak-anaknya yang dapat membahagiakan di kehidupan dunia dan akhirat. Menurut Muhammad bin Ali Asy-Syarif Al-Jurjani akhlak adalah istilah bagi sesuatu sifat yang tertanam kuat dalam diri, yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa perlu berpikir dan merenung. Jika dari sifat tersebut terlahir perbuatanperbuatan yang indah menurut akal dan syariat, maka dengan mudah sifat tersebut dinamakan dengan akhlak yang baik. Sedangkan jika darinya terlahir perbuatan-perbuatan buruk, maka sifat tersebut dinamakan akhlak yang buruk (Abdul, 2004:32). Bahwasanya akhlak itu tertanam kuat dalam diri masing-masing untuk menjalankan perbuatan yang baik maupun buruk.
36
Menurut Ibnu Miskawaih akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dulu. Karakter yang merupakan suatu keadaan jiwa itu menyebabkan jiwa bertindak tanpa berpikir atau dipertimbangkan secara mendalam (Mansur, 2005:221). Keadaan jiwa seseoranglah yang menyebabkan seseorang tidak berpikir untuk melakukan apapun. Menurut definisi para Ulama’, akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam diri secara kuat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa diawali berfikir panjang, merenung, dan memaksakan diri. Sedangkan sifat-sifat yang tidak tertanam kuat dalam diri, seperti kemarahan seseorang yang asalnya pemaaf, maka itu bukan akhlak (Mahmud, 2004:34). Kesimpulannya bahwa akhlak anak merupakan suatu perbuatan yang tertanam kuat dalam diri seseorang anak untuk melakukan suatu tindakan yang dilakukan seorang anak tanpa perlu berfikir panjang dan dilakukan berulangulang yang akan menjadi suatu kebiasaan. 2. Dasar Al-Qur’an dan Al-Hadist Allah berfirman dalam QS. Al-Qolam : 4
ِ َّك لَ َعلَى ُخلُ ٍق َع ِظْي ٍم َ َوان
Artinya : “Sesungguhnya engkau memiliki moral dan akhlak yang tinggi” (Kemenag RI, 2014:564).
37
Pujian Allah ini bersifat individual dan khusus hanya diberikan kepada Nabi Muhammad karena kemuliaan akhlakNya. Penggunaan istilah Khuluqun „Adhim menunjukkan keanggungan akhlak Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW adalah sosok yang patut ditiru agar seseorang mempunyai akhlak yang baik. Kita sebagai umat Rasulullah SAW harus mencontoh segala sesuatu yang dilakukan oleh Rasulullah SAW untuk mencapai kesempurnaan akhlak yang terpuji. 3. Tujuan Akhlak Tujuan akhlak adalah mencapai kebahagian hidup ummat manusia dalam kehidupannya, baik di dunia maupun akhirat (Sidik, 1998:93). Akhlak dapat menghantarkan kita memperoleh kebahagian di dunia dan kebahagiaan di akhirat, tentunya hal tersebut adalah akhlak yang baik, bukan akhlak yang buruk yang menjerumuskan seseorang kepada kemaksiatan. 4. Ruang Lingkup Akhlak Membahas ruang lingkup akhlak, menurut Kahar Masyhur sebagaimana di kutip oleh Tono Sidik (1998: 94), dalam buku Ibadah dan Akhlak dalam Islam menyebutkan bahwa ruang lingkup akhlak meliputi
bagaimana
seharusnya
seseorang
bersikap
terhadap
penciptanya, terhadap sesama manusia, keluarga dan masyarkat. Menurut Ahmad Azhar Basyir, sebagaimana dikutip oleh Sidik (1998:94) menyebutkan cakupan akhlak meliputi semua aspek kehidupan manusia sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk
38
individu, makhluk sosial, makhluk penghuni, dan makhluk ciptaan Allah SWT. Dengan kata lain akhlak meliputi akhlak pribadi, akhlak keluarga, akhlak sosial, akhlak politik, akhlak jabatan, akhlak terhadap Allah dan juga akhlak terhadap alam. Demikianlah dapat dikatakan ruang lingkup akhlak yaitu akhlak terhadap tuhan, akhlak terhadap keluarga, akhlak terhadap masyarakat dan akhlak terhadap sesama. Hal-hal di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Akhlak Terhadap Allah. Titik tolak akhlak terhadap Allah bahwa tiada tuhan melainkan Allah. Dia yang memiliki sifat-sifat terpuji yang begitu agung, yang tidak dimiliki manusia, bahkan malaikatpun tidak akan mampu menjunjung-Nya. Seperti anak di suruh untuk belajar mengaji, berakhlak baik, mengajarkan anak tentang rukun islam dan rukun iman, belajar tentang alam yang diciptakan oleh Allah untuk manusia, dan mengajarkan bahwasanya tiada tuhan yang wajib di sembah kecuali Allah SWT semata. b. Akhlak Terhadap Keluarga. Akhlak terhadap keluarga meliputi kewajiban orang tua, pengasuh terhadap anak, dalam Islam mengarahkan para orang tua atau pengasuh untuk memperhatikan anak-anak secara sempurna, dengan ajaran-ajaran yang bijak. Seorang anak haruslah mencitai orang tua (pengasuh) karena dialah yang memperhatikan, memelihara dan mendidiknya. Seperti halnya anak dibiasakan
39
untuk menghormati dan berkata baik kepada yang lebih tua darinya, agar nanti anak akan mempunyai sopan santun kepada yang lebih tua darinya. c. Akhlak Terhadap Masyarakat. Akhlak terhadap masyarakat meliputi akhlak terhadap tetangga, akhlak terhadap tamu, dan juga sanak keluarga. Seperti dibiasakan dan diajarkan untuk memberi makanan yang berlebihan di rumahnya kepada tetangga agar terjalin silahturahmi yang baik antar tetangga. Apabila ada tamu di rumahnya anak diminta untuk berjabat tangan kepada tetangga dan di ajarkan bagaimana menjamu tamu dengan baik dan benar, agar anak nanti bisa mempraktikkan di masa yang akan datang. d. Akhlak Terhadap Sesama. Akhlak terhadap sesama meliputi akhlak terhadap makhluk lain, banyak sekali yang dikemukakan Al-Quran berkaitan dengan perlakuan terhadap sesama manusia. Seperti halnya anak dibiasakan untuk berbuat baik kepada sesama, menolong jika ada yang membutuhkan, memaafkan seseorang jika salah, berkata jujur, ramah terhadap sesama. Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah:263:
40
Artinya : Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun” (Kemenag RI, 2014:44). Sesuai uraian diatas sudah jelas bahwasanya cakupan dari akhlak itu sendiri meliputi semua aspek kehidupan manusia sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk
penghuni,
dan
makhluk
ciptaan
Allah
SWT.
Demikianlah dapat dikatakan ruang lingkup akhlak yaitu akhlak terhadap tuhan, akhlak terhadap keluarga, akhlak terhadap masyarakat dan sesama. Oleh karena itu, manusia dapat berakhlak baik dengan siapapun tanpa memandang jabatan seseorang. 5. Klasifikasi Akhlak Menurut Mansur dalam buku Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam (2005:238-248) Akhlak manusia terdiri atas Akhlak yang terpuji (Al-Akhlaq Al-Mahmudah) dan Akhlak yang tercela (Al-Akhlaq Al-Mazmumah), sehingga harus diperhatikan baik sejak mau tidur hingga bangun dari tidurnya, sejak bangun tidur sampai akan tidur kembali. Akhlak seseorang itu dapat digolonkan menjadi dua kategori: a. Akhlak Terpuji (Al-Akhlak Al-Mahmudah) Akhlak terpuji atau Al-Akhlaq Al-Mahmudah maksudnya adalah perbuatan-perbuatan baik yang ada dalam hati menurut syara’. Sifat-sifat itu biasanya disandang oleh para Rasul, anbiya, aulia dan orang-orang yang shalih.
41
Adapun syarat-syarat diterima tiap amal shalih itu dilandasi dengan sifat-sifat terpuji juga antara lain sebagai berikut: 1) Ikhlas, artinya beramal karena Allah. 2) Wara’, artinya meninggalkan setiap hal yang haram atau yang ada subhatnya. 3)
Zuhud, artinya meninggalkan tamak dan meninggalkan yang bagus-bagus dari kelezatan dunia baik berupa makanan, pakaian, rumah, dan lain-lain (Mansur, 2005:239). Apabila seseorang ingin menyempurnakan akhlak yang terpuji harus memilik sifat-sifat tersebut. Sifat-sifat demikianlah yang menjadikan dunia ini menjadi
tempat yang menyejukkan dan menentramkan hati bagi semua orang yang hidup di mana ia bertempat tinggal. Sebagai umat manusia yang diciptakan oleh Allah SWT, kita hanya di suruh untuk mematuhi perintahnya dan menjauhi larangannya agar kita menjadi insan yang kamil. Pentingnya pendidikan orang tua kepada anak-anak mereka, seringkali digambarkan oleh Nabi bukan hanya dalam konteks keteladanan dan kasih sayang (akhlak dan moral), tetapi juga oleh rasio. Allah berfirman dalam QS. Al-Ahzab : 21
42
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah (QS. Al-Ahzab : 21). Oleh karena itu, konsep keteladanan sangatlah penting menemukan hasil yang maksimal. Maka seorang pengasuh yaitu nenek, harus jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani, dan menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan agama. Seorang nenek dalam mengasuh sang cucu haruslah memberikan teladan yang baik pada cucunya, mengajak untuk meniru akhlak Rasulullah dan banyak mengingat Allah SWT. b. Akhlak Tercela (Al-Akhlak Al-Mazmumah) Sifat-sifat tercela atau keji atau Al-akhlaq Al-Mazmumah menurut syara’ dibenci Allah dan Rasul-Nya yaitu sifat-sifat ahli maksiat pada Allah. Sifat-sifat itu sebagai sebab tidak diterimanya amalan-amalan manusia, antara lain : 1) Ujub, yakni melihat kebagusan dan kebajikan diri sendiri dengan ajaib hingga dia memuji akan dirinya sendiri. 2) Takabur, yakni membesarkan diri atas yang lain dengan pangkat, harta, ilmu, dan amal. 3) Riya’, yakni beramal dengan tujuan ingin mendapatkan pangkat, harta, nama, pujian, sebagai lawan ikhlas. 4) Hasad, yakni dengki, suka harta dunia baik halal maupun haram, lawan dari wara‟ dan zuhud. Akhlak tercela lainnya adalah
mengumpat,
43
neminah
main
judi,
mencuri,
mendengarkan bunyi-bunyian yang haram, melihat sesuatu yang haram, dan bid’ah (Mansur, 2005:240). Sifat-sifat tercela tersebutlah yang harus dihindari oleh seseorang, agar tidak berbuat kemaksiatan. C. Implikasi Pola Asuh Nenek terhadap Akhlak Anak Keluarga merupakan
lingkungan sosial
yang pertama
dikenalkan pada anak, atau dapat dikatakan bahwa seorang anak mengenal kehidupan sosial itu pertama-tama didalam lingkungan keluarga. Adanya interaksi antara anggota keluarga yang satu dengan yang lain itu menyebabkan bahwa seorang anak menyadari akan dirinya bahwa ia berfungsi sebagai individu dan juga sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk individu dia harus memenuhi segala kebutuhan hidupnya demi untuk kelangsungan hidupnya di dunia. Sebagai makhluk sosial ia menyesuaikan diri dengan kehidupan bersama. Menurut Haurlock pola asuh adalah mendidik anak agar dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosialnya atau supaya dapat diterima oleh masyarakat. Sedangkan menurut Kohn menyatakan bahwa pola asuh merupakan cara pengasuh berinteraksi dengan anak meliputi pemberian aturan, hadiah, hukuman, pemberian perhatian serta tanggapan orang tua (nenek) terhadap setiap perilaku anak (Muallifah, 2009: 42).
44
Pola asuh orang tua (nenek) juga dijelaskan dalam Hadits Rasulullah SAW, beliau bersabda :
َّ صبِّ ِّي بِال َّ ُمزُّ وْ ال ُصالَ ِة اِ َذا بَلَ َغ َس ْب َع ِسنِ ْينَ َواِ َذا بَلَ َغ َع َش َز ِسنِ ْينَ فَاضْ ِزبُىْ ه )َعلَ ْيهَا (رواه التزميذ Artinya : Suruhlah anak-anakmu bersembahyang apabila ia telah berumur 7 tahun, dan apabila ia telah berumur 10 tahun ia meninggalkan sembahyang itu, maka pukullah ia (HR. Turmudzi) (Uhbiyati, 2009: 55). Hadits di atas menjelaskan bagaimana seorang pengasuh yaitu nenek sebagai pengganti kedua orang tua juga harus mengajari anak untuk shalat sejak dini dan pukullah ia ketika berumur 10 tahun tidak mau mengerjakan shalat. Kekerasan kadang dipandang sesuatu yang bukan negatif, tetapi kadang kekerasan juga perlu tetapi kalau sekedar untuk mendidik. Pola asuh nenek sangatlah variatif, tergantung pada ideologi dan keinginannya,
namun
tidak seharusnya
seorang nenek
menerapkan tipe pengasuhan ekstrem pada satu model. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa pola asuh menurut para ahli ada 3 yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis dan pola asuh laissez faire. Tiga jenis pola asuh tersebut biasa digunakan orang tua, misalnya nenek. Adapun dalam terlaksananya pola asuh dengan baik juga tergantung jenis dari pola asuh yang diterapkan, dan juga melihat karakteristik keluarga.
45
Pola asuh nenek yang baik, juga akan berdampak dengan akhlak anak. Dari cara mengasuh dan mendidik anak yang telah disebutkan
sebelumnya
misalnya
:
menyuruh
anak
shalat
berjama’ah, menyuruh anak untuk belajar Al-Qur’an, menasehati anak jika berkata bohong, memarahi dan memukul anak ketika tidak shalat, menegur anak jika berbuat salah, dan memberi pujian dan hadiaya. Dari cara mendidik dan mengasuh anak dengan menyuruh untuk shalat berjamaah, maka anak akan terbiasa shalat hingga tumbuh dewasa nanti meskipun tanpa pengawasan nenek. Dari nenek menyuruh anak untuk belajar Al-Qur’an, gemar membaca Al-Qur’an karena dengan ajaran ini anak akan merasa mengenal agamanya dan merasa dekat dengan kitab Al-Qur’an, kedekatan ini akan menjadikan anak agar gemar membaca al-Quran, anak tersebut akan mampu menumbuhkan minat anak untuk lebih banyak mengkaji dan mendalani isi Al-Qur’an dengan sebaik-baiknya, sehingga anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dengan ajaran agama Islam. Dari perilaku pola asuh nenek tersebut berdampak dengan akhlak anak. Dengan kata lain bahwa ada dampak yang positif mengenai pola asuh nenek terhadap akhlak anak. Dalam hal ini, hendaklah orang tua takut seandainya meninggalkan keturunan yang lemah.
46
Firman Allah SWT, dalam QS. An-Nisa’ : 9
Artinya : Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar (QS. An-Nisa’ : 9). Dari ayat di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa setiap orang tua atau pengasuh yaitu nenek sebagai pengganti kedua orang tua, hendaklah takut apabila meninggalkan di belakang mereka anakanak yang lemah (berakhlak buruk). Kelalaian-kelalaian dalam mendidik anak akan menyebabkan penyimpangan dan kenakalan pada anak. Keluarga hendaknya mengetahui hal-hal yang dapat menjadikan anak menyimpang dan melakukan kenakalan. Apabila keluarga mengetahui hal tersebut maka penyimpangan dan kenakalan anak dapat dicegah. Menurut Ali Hasan Az-Zhecolany dalam bukunya yang berjudul Kesalahan-kesalahan Orang Tua Penyebab Anak tidak Shalih (2011:68-105). Berikut ini beragam jenis kesalahan dalam mendidik anak : membiarkan anak melakukan kesalahan, kurang apresiatif, selalu melarang anak, selalu menuntut anak, selalu mengabulkan permintaan anak, tidak mampu menjadi teladan bagi anak, melakukan
47
kekerasan, tidak memberikan kasih sayang dan perhatian yang cukup, tidak sepaham antara ayah dan ibu, mengklaim buruk, terlalu memanjakan anak, terlalu berbaik sangka atau berburuk sangka terhadap anak, pilih kasih, mendo’akan buruk terhadap anak, bertengkar dan berbuat hal yang tidak layak dihadapan anak, susah memberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan, lalai pada bacaan, tontonan, pergaulan anak, dan membuat anak minder Kesalahan-kesalahan tersebut jika diketahui oleh keluarga maka keluarga akan berusaha mendidik anak dengan cara yang baik dan benar. Sehingga anak dapat tumbuh dengan baik tanpa melakukan penyimpangan dan kenakalan. Akhlak anak akan baik dengan cara pendidikan akhlak yang baik pula.
48
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data 1. Gambaran Lokasi Penelitian Sebelum memasuki pokok permasalahan penyajian data, peneliti memandang perlu untuk menyajikan keadaan obyek peneliti secara umum, yaitu untuk mendapatkan gambaran lebih lanjut tentang obyek penelitian yang peneliti maksud. Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo yang dijadikan penelitian ini adalah termasuk dalam wilayah Desa Ngambakrejo, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, Purwodadi, Provinsi Jawa Tengah. Adapun untuk mengetahui gambaran secara jelas mengenai Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo maka dapat dilihat keterangan di bawah ini: a. Sejarah Berdirinya Dusun Ngrawing Sebelum menjadi sebuah desa Ngrawing merupakan hutan, lalu ada seorang yang bernama Joko Tinggi. Adapun asal-usulnya tidak ada yang mengetahuinya. Dia membuat hutan itu untuk dijadikan tempat tinggal, makin lama daerah itu makin banyak penghuninya dan terjadilah sebuah Desa. Karana waktu membabat hutan banyak sekali dijumpai pohon rawe (sebangsa pohon yang menjalar dan buahnya berbulu yang sangat gatal jika sampai terkena bulunya), sehingga dari kata rawe itu maka daerah itu diberi nama ngrawing. Setelah Joko Tinggi meninggal lalu
49
dimakamkan disitu sampai sekarang makamnya dianggap keramat oleh penduduk disitu dengan diberi nama kuburan Joko Tinggi. (Dokumen Pemerintah Desa Ngambakrejo, 1979:21) b. Keadaan Geografis Berdasarkan buku Monografi Desa Ngambakrejo (2014:19) Desa Ngambakrejo merupakan Desa yang terletak di Kecamatan Tanggungharjo,
Kabupaten
Grobogan,
Purwodadi.
Desa
Ngambakrejo terdiri dari 3 Dusun yaitu Dusun Ngrawing, Ngetuk, dan Ngambak. Hal ini dapat dilihat dari gambaran Desa Ngambakrejo sebagai berikut: 1) Luas dan Batas wilayah Desa Ngambakrejo Luas Desa Ngambakrejo adalah luas keseluruhan wilayah yang berada di Desa Ngambakrejo dengan luas 497.950 Ha yang terdiri atas 3 Dusun yaitu : Dusun Ngrawing, Dusun Ngetuk, dan Dusun Ngetuk. 2) Batas-batas wilayah Desa Ngambakrejo a) Sebelah Utara
: Desa Kuwaron/Trisari
b) Sebelah Selatan
: Desa Jumo/Wates
c) Sebelah Barat
: Desa Kapung
d) Sebelah Timur
: Desa Trisari/Wates
3) Orbitas (jarak dari pusat pemerintahan Desa) a) Jarak pusat pemerintahan Kecamatan
: 06 Km
b) Jarak dari ibukota Kabupaten/Kota
: 36 Km
50
c) Jarak dari ibukota Provinsi
: 36 Km
d) Jarak dari ibukota Negara
: 636 Km
4) Pertanahan a) Tanah Kas Desa/Kelurahan
: 52.941 Ha
b) Tanah bersertifikat
: 867 buah 247 Ha
c) Tanah yang belum bersertifikat
: 1968 buah 250 Ha
c. Keadaan Penduduk Sebagai gambaran kependudukan di Desa Ngambakrejo, berikut tabel kependudukan yang dapat terdokumentasikan : 1) Jumlah Kepala Keluarga : 2.609 KK 2) Jumlah penduduk menurut jenis kelamin : Laki-laki
: 2.671 orang
Perempuan
: 2.609 orang
3) Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tabel 3.1 Data Jumlah Penduduk berdasarkan Umur di Desa Ngambakrejo Tahun 2016 NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Kelompok Umur 0–4 5–9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 39 40 – 49 50 – 59 60 + Jumlah
51
Jenis Kelamin L P 217 190 210 194 239 211 253 231 226 250 261 269 467 397 315 362 268 264 215 231 2.671 2. 609
Jumlah 407 404 450 484 476 530 864 677 532 446 5.280
d. Keadaan Sosial 1) Mata Pencaharian Penduduk Tabel 3.2 Data Mata Pencaharian Penduduk di Desa Ngambakrejo Tahun 2016 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Mata Pencaharian PNS TNI/POLRI Karyawan (swasta) Wiraswasta Petani Pertukangan Buruh Tani Pensiunan Nelayan Pemulung Jasa/lainnya
Jumlah 37 orang 05/03 orang 215 orang 680 orang 870 orang 25 orang 1.120 orang 14 orang 16 orang 04 orang 706 orang
2) Kepercayaan yang dianut Tabel 3.3 Data Kepercayaan Agama di Desa Ngambakrejo Tahun 2016 NO. 1. 2. 3. 4. 5.
Agama Islam Kristen Katolik Hindu Budha
52
Jumlah Penganut 5.280 orang -
e. Keadaan Ekonomi 1) Sarana Perekonomian Tabel 3.4 Data Sarana Ekonomi di Desa Ngambakrejo Tahun 2016 NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Jenis Sarana Ekonomi Jumlah Pasar Umum Pasar Hewan Toko/kios/warung 07/29/06 buah BUUD/KUD Koperasi Simpan Pinjam (KSP) 04 buah Badan Kredit Lumbung Desa 01 buah
2) Jumlah Perusahaan/Usaha Tabel 3.5 Data perusahaan/usaha di Desa Ngambakrejo Tahun 2016 NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Nama Usaha Industri Besar Industri Kecil Industri Rumah Tangga Hotel/losmen Penginapan Rumah Makan Warung Makan Perdagangan Angkutan Lain-lain
53
Jumlah 03 buah 04 buah 05 buah 03 buah 02 buah
f. Sarana dan Prasarana 1) Agama Tabel 3.6 Sarana Ibadah di Desa Ngambakrejo Tahun 2016 NO. 1. 2. 3. 4. 5.
Tempat Ibadah Masjid Musholla Gereja Vihara Pure
Jumlah 03 buah 28 buah -
2) Kesehatan
NO. 1. 2. 3. 4.
Tabel 3.7 Sarana Kesehatan di Desa Ngambakrejo Tahun 2016 Tempat Pengonatan Jumlah Rumah Bersalin (RB) 02 buah Klinik KB 03 buah Balai Pengobatan (BP) 01 buah Posyandu 03 buah
3) Olahraga atau Kesenian Kebudayaan dan Sosial Tabel 3.8 Sarana Olahraga atau Kesenian Kebudayaan dan sosial di Desa Ngambakrejo Tahun 2016 NO. 1. 2. 3.
Sarana Sarana Olahraga Sarana Kesenian atau Kebudayaan Sarana Sosial
54
Jenis 03 jenis 02 jenis
Jumlah 05 buah 03 buah
01 jenis
01 buah
4) Pendidikan Tabel 3.9 Gambaran-gambaran Sarana Pendidikan umum di Desa Ngambakrejo Tahun 2016 NO. 1. 2. 3. 4. 5.
Pendidikan Umum PAUD TK SD SMP SMA
Jumlah Sekolah 03 buah 02 buah 03 buah 01 buah 01 buah
Jumlah Guru Murid 03 orang 64 anak 06 orang 86 anak 18 orang 638 anak 16 orang 310 anak 12 orang 96 anak
Tabel 3.10 Gambaran-gambaran Sarana Pendidikan Khusus di Desa Ngambakrejo Tahun 2016 NO. 1. 2. 3. 4.
Pendidikan Khusus Pondok Pesantren Madrasah Dinniyah Sekolah Luar Biasa (SLB) Sarana Pendidikan NonFormal
55
Jumlah Sekolah 03 buah
Jumlah Guru Murid 17 orang 479 anak
03 buah
16 orang
920 anak
-
-
-
12 buah
12 orang
260 anak
g. Visi dan Misi Desa 1) Visi Terwujudnya masyarakat Desa Ngambakrejo yang tertib, sehat, dan kondusif dalam tata kehidupan yang agamis, demokratis, dan memiliki nasionalisme yang tinggi, dilandasi oleh akhlak yang baik dalam rangka mencapai terwujudnya Desa Ngambakrejo
yang lebih maju dan bermartabat
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. 2) Misi Menumbuh kembangkan keinginan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari sesuai dengan situasi dan kondisi Sumber Daya Alam (SDA) Desa Ngambakrejo. Menjadikan Desa Ngambakrejo sebagai Desa Sentra Pertanian atau Palawija, Desa yang mampu mewujudkan pertanian yang modern dengan mengembangkan penggunaan Pupuk
Organik
yang
ramah
lingkungan.
Menjadikan
masyarakat Desa Ngambakrejo berakhlak yang baik, tangguh, sehat jasmani dan rohaninya, cerdas, patriotik, berdisiplin, kreatif, produktif, berjiwa iman dan bertaqwa serta demokratis demi terciptanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.
56
h. Struktur Perangkat Desa Ngambakrejo Tabel 3.11 Struktur Perangkat Desa Ngambakrejo Tahun 2016 NO. 1. 2 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Jabatan Kepala Desa Ngambakrejo Sekretaris Desa Bendahara KAUR Pembangunan KAUR Kesejahteraan KADUS I Dsn. Ngambak KADUS II Dsn. Ngrawing KADUS III Dsn. Ngetuk
Nama Sulyaji Ahmad Makruf Sri Rahayu Sugeng Wibowo Yasak Ahmad Bagiyo Wardoyo Ali Wahyudi
2. Gambaran Informan Berdasarkan jumlah beberapa responden yang diteliti masingmasing subjek terdiri dari nenek yang mengasuh cucu dan anak-anak yang bestatus siswa Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas yang berada dalam pengasuhan nenek. Berikut ini penjelasan mengenai profil masing-masing nenek yang di jadikan responden oleh peneliti, sebagai berikut : a. Nenek MM Nenek MM lahir di Grobogan, usia beliau 65 tahun, bekerja sebagai petani di desa. Nenek MM diminta anaknya MP untuk merawat dan mengasuh cucunya NO. NO yang berumur 6 tahun adalah seorang laki-laki yang masih duduk dibangku SD kelas 1 di SD N 02 Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan, Purwodadi, hidup dalam kondisi yang sederhana dan tinggal bersama nenek sejak masuk Sekolah Dasar. NO adalah anak
57
pertama dan kedua oarng tuanya bekerja keras untuk menghidupi anak semata wayangnya itu. Ayahnya bernama MM usia 26 tahun, saat ini bekerja sebagai buruh proyek yang tidak tentu pulangnya, sedangkan ibunya yang bernama MP usia 25 tahun yang rela menjadi TKW di hongkong demi anak semata wayangnya itu. Karena faktor ekonomilah orang tuanya menitipkan NO kepada nenek. Karena khawatir akan pergaulan anak zaman sekarang, sangat mengkhawatirkan perkembangn psikologis anak, jadi cara terbaik adalah menitipkan anak mereka kepada nenek. b. Nenek SP Nenek SP lahir di Grobogan yang sekarang berusia 70 tahun, yang kuat dan tangguh untuk merawat dan mengasuh kedua cucunya yang dititipkan kepada nenek SP. IA yang berumur 6 tahun adalah seorang laki-laki yang masih duduk dibangku SD kelas 1 di SD N 02 Ngambakrejo. IA sering menghabiskan waktunya bersama nenek karena ayahnya SD (36 tahun) dan ibunya SP (33 tahun) bekerja sebagai TKI dan TKW di luar Negeri. IA anak kedua dari dua bersaudara, IA dan kakaknya dititipkan kepada neneknya. Kegiatan yang dilakukan IA setiap harinya adalah sekolah pagi, sekolah Madin, mengaji ketika sore. Aanak tersebut termasuk anak yang terkadang baik terkadang nakal ketika bergaul dengan temanya, namun prestasinya di sekolah agak kurang bagus.
58
c. Nenek MR Nenek MR lahir di Grobogan, yang sekarang berusia 51 tahun, yang bekerja sebagai petani di sawah maupun di ladang. Nenek MR di minta anaknya TS untuk mengasuh anaknya KB yang berusia 9 tahun seorang anak laki-laki yang duduk dibangku kelas 4 di SDN 02 Ngambakrejo. Karena ayahnya yang bernama TS (34 tahun) dan ibunya MM (25 tahun) merantau di Jakarta bersama aduknya yaitu MS (4 tahun). KB adalah anak pertama dari dua bersaudara yang sekarang tinggal bersama nenek. Karena faktor ekonomi orang tuanya menitipkan KB kepada nenek. Selain itu karena pergaulan di Jakarta sangat mengkhawatirkan bagi perkembangan psikologis anak. Oleh karena itu KB dititipkan kepada neneknya. Kegiatan yang dilakukan KB setiap harinya adalah sekolah, bermain, menggembala kambing, dan mengaji. d. Nenek SY Nenek SY lahir di Grobogan, yang sekarang berusia 59 tahun, yang bekerja sebagai petani di Desa. Nenek SY yang diberi amanah oleh anaknya (IY) untuk mengasuh anak-anaknya yaitu : SD yang berusia 12 tahun kelas VII MTS Miratul Muslimien, kakaknya bernama SN (17 tahun kelas XII di MA Futuhiyyah Jeketro), sedangkan adiknya bernama SA (4 tahun baru masuk PAUD). SD, kakaknya, dan adiknya sudah diasuh neneknya sejak lahir sampai sekarang. Karena ibunya yang bernama IY (32 tahun)
59
dan ayahnya yang bernama HW (39 tahun) telah bercerai. Ibunya bekerja sebagai TKW di Malaysia untuk menafkai ketiga anaknya, sedangkan ayahnya tidak diketahui keberadaanya. e. Nenek KW Nenek KW lahir di Grobogan, yang berusia 58 tahun, bekerja sebagai petani di Desa. Nenek KW diminta anakanya JL untuk mengasuh cucunya ZK yang berusia 16 tahun seorang anak perempuan yang masih duduk dibangku kelas XI di SMK Muhammadiyah Gubug. Ayahnya yang bernama JL (43 tahun) tidak mempunyai pekerjaan yang menetap (wiraswasta) dan ibunya yang bernama KT (37 tahun) bekerja sebagai pembantu rumah tangga di perumahan. ZK dititipakan dengan neneknya KW (58 tahun) sejak ayah dan ibunya bercerai. ZK adalah anak pertama dari dua bersaudara dia ikut dengan ayahnya, sedangkan adiknya yang bernama LD (12 tahun) ikut dengan ibunya dan sekarang duduk dibangku kelas VII di SMP N 01 Tegowanu. f. Nenek DS Nenek DS yang lahir di Grobogan, yang berusia 70 tahun, yang bekerja sebagai petani di Desa. Nenek DS dititipi cucunya MA sejak umur 7 tahun yang masih duduk dibangku kelas 2 di SD N 02 Ngambakrejo dan adiknya bernama MR (4,5 tahun yang duduk di TK Dharma Wanita II). Ayahnya SL (35 tahun) bekerja yang tak tentu terkadang menjadi menjadi sopir mobil rental terkadang
60
menjadi buruh tani (Wiraswasta), sedangkan ibunya DT bekerja sebagai buruh pabrik di Semarang. MA dan adiknya sejak kecil dititipkan kepada neneknya DS (70 tahun). Neneknya DS selalu mengantar adiknya ke sekolah, sedangkan MA berangkat ke sekolah dengan bersepeda dengan teman-temanya. g. Nenek SM Nenek SM yang lahir di Grobogan, yang sekarang berusia 75 tahun dan bekerja sebagai Buruh Tani di Desa. Anaknya yang bernama JW (38 tahun) yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) menitpkan anak-anaknya kepada nenek SM, karean suaminya (SY) sudah meninggal 3 tahun yang lalu. Cucunya AS yang berusia 13 tahun adalah anak laki-laki yang masih duduk di bangku kelas VIII di SMP N 02 Tanggungharjo, kakaknya bernama FS (19 tahun) sudah lulus dari SMA dan sekarang bekerja menjadi buruh bangunan, sedangkan adiknya DL (9 tahun) masih duduk dibangku kelas IV di SD N 02 Ngambakrejo. AS dan adiknya dititipkan kepada neneknya SM karena ibu dan kakanya bekerja untuk membiayai sekolah AS dan adiknya itu.
61
B. Temuan Penelitian Sesuai dengan hasil wawancara, dan dokumentasi di lokasi penelitian yaitu di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan, Purwodadi tahun 2016, peneliti mendapatkan beberapa hal di antaranya : 1. Pola Asuh yang digunakan nenek di Dusun Ngrawing Pola asuh adalah model atau cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak. Orang tua harus menerapkan aturan, mengajarkan nilai atau norma, memberikan perhatian dan kasih sayang, serta menunjukkan sikap dan perilaku yang baik, sehingga dapat dijadikan contoh atau panutan anaknya. Oleh karena itu, orang tua atau pengasuh harus menggunakan pola asuh yang benar dan tepat dalam mendidik dan mengasuh anak, agar nantinya anak juga merasa senang dan nyaman di asuh oleh orang tua maupun pengasuh. Jika anak di asuh dan di didik oleh orang tua dengan benar dan tepat, maka pastinya anak akan mempunyai akhlak yang baik atau berakhlakul karimah. Berdasrkan wawancara yang dilakukan penenliti kepada nenek SY terhadap cucunya yaitu SD, Pola Asuh yang di gunakan nenek SY ketika SD melakukan kesalahan, sebagai berikut : “Hanya saya nasehati mbak, berbicara dengan pelan-pelan dahulu kepada cucu saya, tidak menggukan kekerasan” (12 Agustus 2016).
62
Hal yang serupa juga di sampaikan oleh nenek MM dan nenek DS, tentang Pola Asuh yang diguanakan ketiaka cucunya melakukan kesalahan, dibuktikan dengan hasil wawancara dengan nenek DS sebagai berikut : “Hanya saya nasehati saja mbak tidak menggunakan kekerasan fisik” (16 Agustus 2016). Menurut nenek MM ketika cucunya melakukan kesalahan dari hasil wawancara sebagai berikut : “Hanya saya nasehati saja mbak, tidak menggunakan kekerasan” (12 Agustus 2016). Sedangkan menurut nenek SP sebagai pengasuh anak dari IA, berikut data yang penulis dapatkan mengenai Pola Asuh yang digunakan oleh nenek SP ketika cucunya melakukan kesalahan sebagai berikut: “Saya pukul dengan menggunakan kayu kecil” (12 Agustus 2016). Jawaban itu diperkuat dengan hasil wawancara dengan IA cucu dari nenek SP dari hasil wawancara sebagai berikut : “Nenek saya akan marah dan nanti sya akan di pukul pakai kayu kecil atau di pupoh” (12 Agustus 2016). Hal yang hampir sama juga peneliti dapatkan dari wawancara dengan nenek MR yang mengasuh cucunya yaitu KB sebagai berikut: “Saya nasihati baik-baik dahulu, kalau tidak bisa di nasehati di pukul dengan kayu” (12 Agustus 2016).
63
Jawaban yang berbeda diungkapkan oleh cucu dari nenek MR yaitu KB dari wawancara sebagai berikut : “Nenek saya akan marah tetapi tidak menggunakan kekerasan” (12 Agustus 2016). Sedangkan menurut nenek KW dan SM, tentang cucunya jika melakukan kesalahan. Pola Asuh yang digunakan nenek KW dari hasil wawancara sebagai berikut : “Saya tidak pernah memarahi cucu saya mbak, karena cucu saya sudah besar, sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik bagi dirinya” (14 Agustus 2016). Jawaban tersebut diperkuat dengan hasi wawancara dengan cucu dari nenek KW yaitu ZK dari wawancara sebagai berikut : “Nenek saya jarang sekali memarahi saya mbak, karena saya dianggap sudh besar bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk bagi saya” (14 Agustus 2016). Menurut nenek SM jika cucunya melakukan kesalahan, dibuktikan dengan wawancara oleh peneliti sebagai berikut : “Saya tidak pernah memarahi cucu saya mbak, sudah besar nanti saya malu sendiri” (16 Agustus 2016). Jawaban yang sedikit berbeda peneliti dapatkan dari AS cucu dari nenek SM dari wawancara sebgai berikut : “Nenek saya hanya menasehati saya tidak memukul dengan tangan” (16 Agustus 2016). Berdasarkan
beberapa
pendapat
tentang
jika
cucunya
melakukan kesalahan apa yang dialakukan nenek terhadap anak, penulis dapat menyimpulkan bahwa pola asuh yang digunakan nenek di Dusun Ngrawing dalam mendidik anak sangat berbeda-beda, ada
64
yang hanya menasehati saja, ada yang memukul menggunaka kayu atau menggunakan kekerasan, dan ada pula yang tidak menasehati maupun memukul anak. Karena anak sudah dianggap dewasa oleh sang nenek. Seharusnya orang tualah yang mengasuh dan mendidik anak atau buah hati mereka. Namun belakangan ini hal tersebut berubah menjadi orang tua menitipkan anak mereka kepada ibu mereka (nenek). Berikut ini adalah faktor yang Melatarbelakangi Pengasuhan dari Orang tua Bergeser pada Nenek adalah sebagai berikut : 1) Faktor Ekonomi Faktor Ekonomi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pengasuhan dari orang tua beralih kepada nenek. Mengenai hal ini peneliti medapatkan informasi dari wawancara dengan nenek yang MM adalah sebagai berikut : “Iya mbak, ekonominya kurang cukup dan juga untuk membangun rumah di desa, makanya ibune NO pergi ke luar Negeri” (12 Agustus 2016). Hal yang serupa juga peneliti dapatkan dari nenek SY dari wawancara pada hari yang sama yaitu : “Iya mbak, karena ekonomi yang kurang” (12 Agustus 2016). 2) Orang tua yang Sibuk Bekerja Orang tua menitipkan anak kepada neneknya, dikarenakan ekonomi yang kurang cukup untuk mencukupi keluarganya. Menyebabkan orang tua harus bekerja keras dan menyibukkan
65
dengan pekerjaan mereka, karena anaknya sudah berada dalam pengasuhan nenek mereka. Berikut ini adalah wawancara peneliti dengan responden NO mengenai orang tuanya sebagai berikut : “Ayah dan ibu saya bekerja semua mbak, ayah saya bekerja sebagai buruh proyek, sedangkan ibu saya bekerja di luar Negeri menjadi TKW Hongkong” (12 Agustus 2016) Hal yang serupa juga peneliti dapatkan dari responden IA pada hari yang sama mengenai orang tuanya, yaitu : “Ibu saya bekerja di luar Negeri mbak, sedangkan ayah saya bekerja juga di luar Negeri. Makanya saya dan kakak saya dititipkan kepada nenek saya" (12 Agustus 2016). 3) Orang tua yang Janda karena kematian Keberadaan keluarga besarlah yang sangat membantu memberikan solusi dan pengarahan agar apa yang terjadi ataupun yang akan dilakukan oleh orang tua tunggal tidak salah jalan. Mengenai hal tersebut peneliti menemukan responden yang ikut dengan nenek karena faktor kematian salah satu dari orang tuanya, responden tersebut adalah AS. Berikut wawancara yang peneliti lakukan dengan AS hasilnya sebagai berikut : “Saya ikut dengan nenek karena ayah saya sudah meninggal, ibu saya bekerja sebagai pembantu rumah tangga, sedangkan kakak saya bekerja sebagai buruh bangunan, makanya saya dititipkan kepada nenek saya mbak” (16 Agustus 2016). Jawaban yang sama juga peneliti dapatkan dari nenek yang berisial SM pada hari yang sama : “Sesudah bapaknya meninggal itu cucu-cucu saya dititipakan kepada saya mbak, ibunya biar bekerja untuk membiayai sekolah anak-anaknya” (16 Agustus 2016).
66
4) Orang tua yang Bercerai Mengenai hal tersebut peneliti menemukan anak yang diasuh oleh nenek yang disebabkan karena perceraian orang tua. Berikut adalah wawancara dengan anak yang berisial SD yaitu : “Ibu bekerja di luar Negeri menjadi TKW di Malaysia, sedangkan bapk saya sudah bercerai dengan ibu saya dan sudah tidak diketahui keberadaanya mbak” (12 Agustus 2016). Peneliti juga mencari informasi lagi mengenai perceraian tersebut dengan neneknya SD yaitu SY yaitu sebagai berikut : “Sudah tidak ada kecocokan lagi mbak, makanya anak saya bercerai dengan bapaknya anak-anak” (12 Agustus 2016). Jawaban yang hampir sama juga peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan ZK mengenai orang tuanya sebagai berikut : “Saya tinggal di rumah dengan nenek, karena ayah dan ibu saya bercerai mbak, adik saya ikut dengan ibu saya, sedangkan saya ikut dengan ayah saya, karena ayah saya bekerja jadi saya tidak ada temannya maka saya tinggal dengan nenek” (14 Agustus 2016). Peneliti juga mencari informasi lagi mengenai perceraian tersebut dengan neneknya ZK yaitu nenek KW dengan wawancara sebagai berikut : “Cucu saya dititipkan ke saya sesudah bapak dan ibunya bercerai mbak, karena sudah tidak ada kecocokan lagi makanya bercerai, terus bapaknya bekerja cucu saya dititipkan ke saya” (14 Agustus 2016). Berdasarkan beberapa pendapat mengenai faktor-faktor yang melatar belakangi pengasuhan dari orang tua bergeser kepada nenek, dapat disimpulkan oleh penulis bahwasanya faktor yang melatar belakanginya berbeda-beda, ada yang karena faktor
67
ekonomi, faktor orang tua sibuk bekerja, faktor duda atau janda karena kematian maupun perceraian. Karena setiap orang tua mempunyai alasan masing-masing untuk menitipkan anaknya kepada nenek. 2. Penanaman Nenek terhadap Akhlak Anak di Dusun Ngrawing Pendidikan anak harus dilengkapi dengan penanaman akhlak yang memadahi, karena di dalam Al-Qur’an sendiri banyak sekali ayat yang menyindir, memerintahkan atau menekankan pentingnya akhlak bagi setiap hamba Allah yang beriman. Maka dari itu dalam mendidik akhlak kepada anak-anaknya, selain harus diberi keteladanan yang tepat, juga harus ditunjukkan tentang bagaimana harus menghormati dan menghargai orang lain. Karena penanaman akhlak bagi anak itu sangat penting, agar nantinya anak juga mempunyai akhlak yang terpuji atau berakhlakul karimah. Seorang nenek atau pengasuh perlu memperhatikan bagaimana mengasuh, merawat, mendidik dan juga memberi teladan yang baik bagi anak-anak agar menjadi anak yang berakhlakul karimah. Adapun seni atau cara mendidik anak dalam Islam adalah sebagai berikut : a.
Membiasakan Anak untuk Shalat Berjama’ah. Konsep keteladanan dalam sebuah pendidikan sangatlah penting dan bisa berpengaruh terhadap proses pendidikan, khususnya dalam membentuk aspek moral, spiritual, dan etos sosial anak. Karena seorang pendidik baik orang tua, guru bahkan
68
nenek merupakan figur dalam pandangan anak, disadari atau tidak akan ditiru oleh anak. Berdasarkan wawancara dengan nenek SP, MR, SM, DS, KW, MM, dan SY menanamkan untuk cucu-cucu mereka untuk shalat berjama’ah di tempat mengaji Al-Qur’an atau TPA. Agar nantinya cucu mereka rajin untuk sholat berjama’ah. b.
Menasehati Anak apabila Berbuat Salah. Cara mengasuh atau mendidik dengan menasehati, juga merupakan suatu cara untuk mempersiapkan pembentukan akhlak, emosional maupun sosial. Berdasarkan wawancara dengan nenek SY ketika cucunya SD melakukan kesalahan, sebagai berikut : “Hanya saya nasehati mbak, berbicara dengan pelan-pelan dahulu kepada cucu saya, tidak menggukan kekerasan” (12 Agustus 2016). Hal yang serupa juga di sampaikan oleh nenek MM dan nenek DS, tentang Pola Asuh yang diguanakan ketiaka cucunya melakukan kesalahan, dibuktikan dengan hasil wawancara dengan nenek DS sebagai berikut : “Hanya saya nasehati saja mbak tidak menggunakan kekerasan fisik” (16 Agustus 2016). Menurut nenek MM ketika cucunya melakukan kesalahan dari hasil wawancara sebagai berikut : “Hanya saya nasihati saja mbak, tidak menggunakan kekerasan” (12 Agustus 2016).
69
c. Menyuruh Anak untuk Belajar Al-Qur’an. Nenek selaku pengganti orang tua harus mampu menanamkan sifat atau rasa keyakinan dan rasa percaya diri anak setiap perbuatan yang diambilnya. Dalam menanamkan keyakinan dan agar berbuat sesuai ajaran Islam maka bisa dimulai dari belajar Al-Qur,an. Berdasarkan wawancara kepada nenek yang mengasuh cucunya, beliau-beliau menyuruh cucu-cucu mereka untuk belajar mengaji setiap hari di waktu sore sampai isya’, dibuktikan dengan wawancara dengan nenek MM, SD, SM, MR, SY, KW, dan DS dengan jawaban yang sama yaitu sebagai berikut : “Saya menyuruh cucu saya mengaji di waktu sore samapai isya’ mbak” (12-16 Agustus 2016 ). Peneliti juga mewawancarai kepada cucu-cucu mereka untuk mencari informasi lebih lanjut dengan KB, IA, ZK, NO, SD, AS, dan MA menurut peneliti jawaban yang di dapatkan dari mereka sama, yaitu sebagai berikut : “Iya, saya disuruh nenek saya mengaji diwaktu sore atau maghrib sampai isya’ “ (12-16 Agustus 2016 ) d.
Menegur Anak yang Berkata Bohong Nenek selaku pengganti orang tua kandung hendaknya selalu memantau anak agar berbuat jujur sejak kecil. Kemudian nenek juga bisa menunjukkan kebaikan dan keburukan serta dampak dari masing-masing perbuatan tersebut. Kebiasaan bohong tersebut akan berlanjut sampai nanti ketika ia dewasa. Oleh karena itu, menegur
70
anak yang berkata bohong dengan cara efisien dan metode yang sesuai harus bisa dilakukan nenek, karena itu merupakan salah satu perhatian akhlak nenek kepada cucunya. e.
Mengajarkan Kemandirian Kepada Anak. Hal ini bisa dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan fisik yang menunjang perkembangan mental anak dan intelektual melalui latihan-latihan. Sedang kematangan mental melalui bagaimana menyikapi permasalahannya sendiri, dan ketika dewasa hilang rasa ketergantungan pada keluarga. Hal ini bisa dilakukan misalnya, nenek tidak banyak ikut campur urusan cucunya dalam hal pekerjaan seharihari yang bisa dilakukan sendiri oleh cucunya. Hal tersebut peneliti temukan dengan wawancara dengan nenek KW tentang cucunya ZK sebagai berikut : Cucu saya itu perilakunya baik mbak, sering membantu saya di rumah menyapu, mengepel lantai, mencuci baju neneknya, misalkan ada rendaman baju di ember, cucu saya langsung mencucinya, anak saya saja belum tentu menyucikan baju saya mbak (14 Agustus 2016). jawaban yang sama juga peneliti temukan dari wawancara kepada cucu nenek KW yaitu ZK, dengan wawancara sebagai berikut : “Saya kalau di rumah membantu nenek untuk membersihkan rumah, menyapu, mengepel, dan menyucikan baju nenek saya” (14 Agustus 2016).
f. Memarahi dan Memukul Anak ketika Tidak Sholat. Konsep pendidikan dan hukuman dalam Islam bukan menjadikan kekerasan sebagai modal utama, namun bagaimana
71
memberi peringatan terhadap anak agar perbuatan yang keji tidak diulangi lagi. Misalnya, memperingati dengan lemah lembut dan kasih sayang, menjaga tabiat anak yang salah dalam menggunakan hukuman dan menasihati anak secara bertahap. Menurut nenek MR yang mengasuh cucunya yaitu KB, dari wawancara yang dilakukan peneliti yaitu sebagai berikut : “saya menasehati dahulu mbak, kalau tidak bisa dinasehati baru saya pukul cucu saya” (12 Agustus 2016). g. Memberikan Pujian dan Hadiah Motivasi atau dorongan nenek sebagai pengasuh anak sangat dibutuhkan sebagai modal yang besar karena mereka merasakan bahwa apa yang diinginkan anak merupakan hal yang didambakan. Pemberian pujian dan hadiah sebenarnya hampir sama, namun sedikit perbedaan. Pemberian pujian diberikan ketika perilaku anak hasilnya positif, namun pemberian hadiah lebih dimaksud untuk memancing timbulnya perilaku positif. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada nenek yang mengasuh cucu di Dusun Ngrawing tentang pemberian hadiah atau pujian kepada cucunya, di buktikan dengan wawancara dengan nenek SM yaitu sebagai berikut: “Pernah, diberi uang dan picis atau topi” (16 Agustus 2016). Dibuktikan dengan wawancara yang dilakukan kepada AS yaitu sebagai berikut : “Pernah, diberi uang dan picis atau topi” (16 Agustus 2016).
72
Menurut MA cucu dari nenek DS bahwasanya beliau pernah menberi hadiah kepada cucunya, di buktikan dari hasil wawancara sebagai berikut : “Nenek saya pernah memberi saya hadiah uang, susu, permen, jajanan” (16 Agustus 2016). Dibuktikan dengan wawancara dengan nenek DS yang mengasuh MA, yaitu sebagai berikut : “Saya pernah memberi susu dan permen mbak” (16 Agustus 2016). Sedangkan menurut nenek KW pernah meberi hadiah kepada cucunya yaitu ZK dibuktiakna dengan wawancara sebagai berikut : “Saya pernah memberikan hadiah mukena karena cucu saya mendapatkan rangking waktu di sekolah” (14 Agustus 2016). Jawaban yang sama juga peneliti dari cucu nenek KW yaitu ZK, sebagai berikut : “Nenek saya pernah memberikan mukena karena saya mendapatkan rangking waktu di sekolah” (14 Agustus 2016). Sedangkan peneliti juga menemukan bahwasanya nenek SP tidak pernah memberi hadiah kepada cucunya yaitu IA, membuat anak tidak termotivasi dalam melakukan sesuatu, dibuktikan dengan wawancara sebagai berikut : “Saya tidak pernah memberi hadiah kepada cucu saya mbak” (12 Agustus 2016).
73
Peneliti juga mencari informasi dari IA cucu dari nenek SP, dengan wawancara sebagai berikut : “Saya tidak pernah diberi hadiah oleh nenek saya, tetapi kalau uang tiap hari” (12 Agustus 2016). Berdasarkan cara mendidik nenek dalam menanamkan akhlak anak, penulis dapat menyimpulkan bahwasanya yang dilakukan nenek untuk mendidik anak atau cucunya sudah benar, yaitu dengan menyuruh anak unuk shalat berjama’ah, menasehati anak jika melakukan
kesalahan,
menegur
anak
jika
berkata
bohong,
mengajarkan kemandirian kepada anak, memarahi anak jika tidak melakukan sholat, menyuruh anak untuk belajar mengaji, memberi hadiah
kepada
anak.
Penanaman-penanaman
akhlak
tersebut
ditanamkan nenek sejak dini, agar nantinya anak akan terbiasa untuk melakukan hal-hal yang baik yang di ajarkan nenek kepada mereka melalui pembiasaan-pembiasaan yang baik. 3. Implikasi pola asuh nenek terhadap akhlak di Dusun Ngrawing Keluarga
merupakan
lingkungan
sosial
yang
pertama
dikenalkan pada anak, atau dapat dikatakan bahwa seorang anak mengenal kehidupan sosial itu pertama-tama didalam lingkungan keluarga. Adanya interaksi antara anggota keluarga yang satu dengan yang lain itu menyebabkan bahwa seorang anak menyadari akan dirinya bahwa ia berfungsi sebagai individu dan juga sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk individu dia harus memenuhi segala kebutuhan hidupnya demi untuk kelangsungan hidupnya di dunia.
74
Sebagai makhluk sosial ia menyesuaikan diri dengan kehidupan bersama. Pola asuh nenek sangatlah variatif, tergantung pada ideologi dan keinginannya,
namun
tidak seharusnya
seorang nenek
menerapkan tipe pengasuhan ekstrem pada satu model. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa pola asuh menurut para ahli ada 3 yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis dan pola asuh laissez faire. Tiga jenis pola asuh tersebut biasa digunakan orang tua, misalnya nenek. Adapun dalam terlaksananya pola asuh dengan baik juga tergantung jenis dari pola asuh yang diterapkan, dan juga melihat karakteristik keluarga. Pola asuh nenek yang baik, juga akan berdampak dengan akhlak anak. Dari cara mengasuh dan mendidik anak yang telah disebutkan
sebelumnya
misalnya
:
menyuruh
anak
shalat
berjama’ah, menyuruh anak untuk belajar Al-Qur’an, menasehati anak jika berkata bohong, memarahi dan memukul anak ketika tidak shalat, menegur anak jika berbuat salah, dan memberi pujian dan hadiaya. Dari cara mendidik dan mengasuh anak dengan menyuruh untuk shalat berjamaah, maka anak akan terbiasa shalat hingga tumbuh dewasa nanti meskipun tanpa pengawasan nenek. Dari nenek menyuruh anak untuk belajar Al-Qur’an, gemar membaca Al-Qur’an karena dengan ajaran ini anak akan merasa mengenal agamanya dan merasa dekat dengan kitab Al-Qur’an, kedekatan ini akan
75
menjadikan anak agar gemar membaca al-Quran, anak tersebut akan mampu menumbuhkan minat anak untuk lebih banyak mengkaji dan mendalani isi Al-Qur’an dengan sebaik-baiknya, sehingga anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dengan ajaran agama Islam. Dari perilaku pola asuh nenek tersebut berdampak dengan akhlak anak. Dengan kata lain bahwa ada dampak yang positif mengenai pola asuh nenek terhadap akhlak anak. Dalam hal ini, hendaklah orang tua takut seandainya meninggalkan keturunan yang lemah. Orang tua haruslah mengajarkan nilai dengan berpegang teguh pada akhlak didalam hidup, membiasakan akhlak yang baik semenjak usia dini. Sebab manusia itu sesuai dengan sifat asasinya menerima nasehat, jika datangnya melalui rasa cinta dan kasih sayang, sedang ia menolaknya jika disertai dengan kekerasan dan biadab. Akhlak seseorang itu dapat digolonkan menjadi dua kategori: a.
Akhlak Terpuji (Al-Akhlak Al-Mahmudah) Akhlak terpuji atau al-akhlaq al-mahmudah maksudnya adalah perbuatan-perbuatan baik yang ada dalam hati menurut syara’. Sifat-sifat itu biasanya disandang oleh para Rasul, anbiya, aulia dan orang-orang yang shalih.
76
Berdasarkan
wawancara
yang
dilakukan
peneliti
terhadap responden yaitu ZK yang diasuh oleh nenek KW tentang akhlak ZK adalah sebagai berikut : Cucu saya itu baik mbak serimg membantu say membersihkan rumah, memyapu, mengepel lantai, dan mencuci pakaian. Cucu saya juga menururut jika saya suruh untuk mengaji, sering mendapatka rangking di kelas, dan mempunyai sopan-santun dengan orang tua (14 Agustus 2016). Menurut nenek MM yang mengasuh NO tentang akhlak NO, peneliti memperoleh informasi dengan wawancara sebagai berikut : “Akhlak cucu saya itu baik mbak saya suruh untuk sekolah dan belajar mengaji mbak, kalau bermain terus saya larang dan kalau nakal saya marahi. Nilai-nilai di sekolah pagi maupun madin juga bagus-bagus” (12 Agustus 2016).
Sedangkan menurut nenek SM yang mengasuh AS tentang akhlak AS peneliti memperoleh informasi dari wawancara kepasa nenek SM yaitu sebagai berikut : “Cucu saya akhlaknya baik-baik saja mbak, tidak pernah nakal, sering mendapatkan rangking satu kalau di kelas, dan saya suruh untuk belajar mengaji waktu sore atau maghrib sampai isya’ mbak”( 16 Agustus 2016 ). Berdasarkan uraian diatas bahwasanya akhlak anak yang berada dalam pengasuhan nenek mempunyai akhlak yang baik. Karena si anak menurut apa yang di perintahkan nenek kepadanya. Jika anak di biasakan untuk berbuat baik maka anak nantinya akan
77
meniru maupun mencontoh sesuatu yang dilakukan nenek kepada mereka. b. Akhlak Tercela (Al-Akhlak Al-Mazmunah) Sifat-sifat tercela atau keji atau al-akhlaq al-mazmumah menurut syara’ dibenci Allah dan Rasul-Nya yaitu sifat-sifat ahli maksiat pada Allah. Berdasarkan hal tersebut peneliti melakukan wawancara dengan informan yaitu nenek SP yang mengasuh IA, sehingga mendapatkan hasil wawancara sebagai berikut : “Cucu saya itu nakal mbak, nakali segalanya kalau di sekolah menangis terus kalau di suruh menulis tidak bisa, kalau saya suruh mengaji IA mau berangkat mbak” (12 Agustus 2016). Jawaban yang sedikit berbeda peneliti dapatkan dari nenek DS yang mengasuh MA, nenek SY yang mengasuh SD yang menurut peneliti mempunyai jawaban yang sama, yaitu sebagai berikut : Cucu saya pernah nakal namanya juga masih anak-anak yang dimana masih ada tahap-tahap bermain, nilai-nilai di sekolah juga lumayan baik, dan kalau di suruh untuk belajar menaji juga mau berangkat (12-16 Agustus 2016). Sedangkan menurut nenek MR yang mengasuh KB tentang akhlak KB dapat diperoleh dari wawancara sebagai berikut : “Cucu saya baik mbak, pernah nakal kalau minta jajan tidak di kasih, nilai-nilai di sekolah juga baik tetapi tidak pernah mendapatkan rangking, dan kalau di suruh untuk belajar mengaji pasti mau berangkat” (12 Agustus 2016).
78
Berdasarkan hal tersebut bahwasanya anak yang berada dalam pengasuhan nenek mempunyai akhlak yang tercela karena anak tersebut nakal jika tidak dituruti apa kemauan mereka. Hal tersebut membuat anak nantinya akan mempunyai sifat manja tidak mandiri dalam menjalankan kehidupannya. Berdasarkan uraian-uraian di atas tentag akhlak terpuji dan akhlak tercela bahwasanya anak itu mempunyai akhlak yang baik mapun tercela itu tergantung si pendidik dalam menanamkan akhlak terhadap anak. Karena si anak hanya mencontoh maupun meniru apa yang ada di sekitar mereka. Jika orang tua mencontohi akhak yang tercela maka anak akan mengikuti apa yang dilakukan oleh orang tuanya yang dijadikan panutan oleh sang anak, dan begitupun sebaliknya jika sang nenek mengajarkan akhlak yang baik maka anak akan meniru atau mencontohnya. Demikianlah peran orang tua ataupun keluarga menjadi penting untuk mendidik anak-anaknya baik dalam sudut tinjauan agama, tinjauan sosial kemasyarakatan maupun tinjauan individu. Persoalannya sekarang bukan lagi pentingnya pendidikan keluarga melainkan bagaimana cara pendidikan keluarga dapat berlangsung dengan baik sehingga mampu menumbuhkan perilaku yang benarbenar baik dan perkembangan kepribadian anak menjadi dewasa sekaligus berkepribadian secara Islami, sehingga dapat diandalkan menjadi manusia yang berkualitas akhlaknya.
79
BAB IV PEMBAHASAN A. Pola Asuh yang digunakan Nenek di Dusun Ngrawing Pola Asuh dalam mendidik dan mengasuh anak itu sangat penting untuk anak. Termasuk dalam caranya menerapkan aturan, mengajarkan nilai atau norma, memberi perhatian dan kasih sayang, serta menunjukkan sikap dan perilaku yang baik, sehingga dijadikan contoh atau panutan anaknya. Oleh karena itu pola pengasuhan anak sangat penting, karena dalam mengasuh anak itu sangat penting. Karena dalam mengasuh anak itu dibutuhkan cara atau sistem untuk mengasuh anak. Pola Asuh juga merupakan sikap dan perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anaknya. Sikap dan perilaku orang tua itulah yang dijadikan anak sebagai contoh atau panutan bagi anaknya dalam kehidupan sehari-hari. Mendidik anak dalam keluarga diharapkan agar anak mampu berkembang kepribadiannya, menjadi manusia yang memiliki sikap positif terhadap agama, kepribadian yang kuat dan mandiri, berakhlak mulia, potensi jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang secara optimal. Mengenai hal tersebut peneliti melakukan wawancara di Dusun Ngrawing untuk mengetahui bagaimana Pola Asuh yang diterapkan nenek dalam mengasuh dan mendidik anak atau cucu mereka.
80
Berdasarkan wawancara dengan 7 nenek dan 7 cucu di Dusun Ngrawing penulis membagi pola asuh yang digunakan oleh nenek di Dusun Ngrawing, penulis menyimpulkan bahwa nenek menggunakan tiga macam yaitu sebagai berikut : 1. Pola Asuh Otoriter Berdasarkan wawancara dengan salah satu nenek yang mengasuh cucunya di Dusun Ngrawing mengatakan bahwa cara mengasuh anak jika melakukan kesalahan yaitu dengan menggunakan kekerasan fisik. Misalkan memukul dengan menggunakan kayu. Hal ini menandakan bahwa nenek tersebut menggunakan pola asuh otoriter ditandai dengan hukuman-hukuman yang dilakukan keras atau hukuman fisik atau badan kepada sang anak atau cucu mereka. Hal yang hampir sama juga peneliti dapatkan dari salah satu nenek yang di wawancarai oleh peneliti bahwasanya jika cucunya melakukan kesalahan nenek tersebut mengatakan bahwa beliau akan menasehati dahulu apabila tidak bisa dinasehati, beliau akan memukul menggunakan kayu untuk menghukum cucunya itu. 2. Pola Asuh Demokratis Berdasarkan wawancara dengan 4 nenek yang mengasuh cucunya di Dusun Ngrawing bahwasanya beliau-beliau menggunakan pola asuh demokratis ditandai dengan ketika anak melakukan kesalahan, sikap dan perilaku nenek hanya menasehati dahulu tidak
81
menggunakan kekerasan yang membuat anak akan trauma dan menjadi takut jika ingin melakukan kesalahan lagi. Cucu-cucu dari nenek tersebut juga mengatakan hal yang sama dengan yang dikatakan oleh sang nenek, bahwasanya neneknya kalau di rumah bersikap dan berperilaku baik terhadap cucunya. Tetapi apabila cucunya melakukan kesalahan yang dilakukan nenek adalah menasehati maupun memarahi secara pelan-pelan dari hati ke hati tidak menggunakan kekerasan fisik yang dapat menyebabkan anak trauma dan takut untuk melakukan kesalahan. 3. Pola Asuh Laissez Faire Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti di Dusun Ngrawing
terhadap
nenek
yang
menggunakan pola asuh laissez faire
mengasuh
cucunya
yaitu
yang ditandai dengan anak
diberi kebebasan untuk melakukan apapun yang disukainya. Karena sang cucu dianggap sudah dewasa dan diberi kebebasan terhadap sesuatu. Semua yang dilakukan cucu adalah benar dan tidak perlu mendapatkan teguran, arahan, atau bimbingan dari sang nenek. Mengenai hal tersebut cucu-cucunya juga mengatakan hal yang sama, bahwasanya kalau di rumah neneknya bersikap baik dan tidak pernah memarahinya ketika melakukakan kesalahan. Hal tersebut dilakukan nenek karena sang nenek menganggap cucunya sudah besar bisa membedakan mana yang baik bagi dirinya dan mana yang tidak baik bagi dirinya.
82
Berdasarkan beberapa pendapat tentang pola asuh diatas bahwasanya penulis dapat menyimpulkan setiap nenek mempunyai perbedaan dalam mengasuh dan mendidik anak atau cucunya. Ada yang menggunakan kekerasan atau fisik, ada yang hanya menasehati maupun memarahi secara pelan-pelan dari hati ke hati tidak menggunakan kekerasan fisik, dan ada pula yang hanya membiarkan saja karena sang cucu sudah dianggap dewasa sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk bagi dirinya. B. Penanaman Nenek terhadap Akhlah Anak di Dusun Ngrawing Pendidikan anak harus dilengkapi dengan penanaman akhlak yang memadahi, karena di dalam Al-Qur’an sendiri banyak sekali ayat yang menyindir, memerintahkan atau menekankan pentingnya akhlak bagi setiap hamba Allah yang beriman. Maka dari itu dalam mendidik akhlak kepada anak-anaknya, selain harus diberi keteladanan yang tepat, juga harus ditunjukkan tentang bagaimana harus menghormati dan menghargai orang lain. Karena penanaman akhlak bagi anak itu sangat penting, agar nantinya anak juga mempunyai akhlak yang terpuji atau berakhlakul karimah. Adapun seni atau cara mendidik anak dalam Islam adalah sebagai berikut : 1. Membiasakan Anak untuk Shalat Berjama’ah. Konsep keteladanan sangatlah penting untuk menemukan hasil yang maksimal. Maka seorang pengasuh yaitu nenek, harus jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani, dan menjauhkan diri dari hal-hal
83
yang bertentangan dengan agama. Seorang pengasuh yaitu haruslah memberikan teladan yang baik pada anak asuhnya, mengajak untuk meniru akhlak Rasulullah dan banyak mengingat Allah SWT. Perbanyak mengingat Allah SWT yaitu selalu melaksanakan shalat dan membiasakan shalat berjama’ah. Menurut peneliti apa yang dilakukan nenek di Dusun Ngrawing itu sudah baik dan benar bahwasanya sang anak atau cucu disuruh shalat berjam’ah di tempat mengaji. 2. Menasihati Anak apabila Berbuat Salah. Cara mengasuh atau mendidik dengan menasehati, juga merupakan suatu cara untuk mempersiapkan pembentukan akhlak, emosional maupun sosial, dalam menyajikan nasihat dan pengajaran dalam proses mendidik. 4. Menyuruh Anak untuk Belajar Al-Qur’an. Konsep keimanan sebenarnya bukan hanya kepada iman pada Allah ataupun sebatas religi, tetapi bisa diperluas kembali kedalam aspek lainnya. Nenek selaku pengganti orang tua harus mampu menanamkan sifat atau rasa keyakinan dan rasa percaya diri anak setiap perbuatan yang diambilnya. Dalam menanamkan keyakinan dan agar berbuat sesuai ajaran Islam maka bisa dimulai dari belajar Al-Qur’an. Perilaku tersebut juga yang dilakukan nenek di Dusun Ngrawing bahwasanya sang cucu di suruh untuk belajar mengaji setiap sore atau sesudah maghrib.
84
5. Menegur Anak yang Berkata Bohong Nenek selaku pengganti orang tua kandung hendaknya selalu memantau anak agar berbuat jujur sejak kecil. Kemudian nenek juga bisa menunjukkan kebaikan dan keburukan serta dampak dari masingmasing perbuatan tersebut. Kebiasaan bohong tersebut akan berlanjut sampai nanti ketika anak dewasa. Oleh karena itu, menegur anak yang berkata bohong dengan cara efisien dan metode yang sesuai harus bisa dilakukan nenek, karena itu merupakan salah satu perhatian akhlak nenek kepada cucunya. 6. Mengajarkan Kemandirian Kepada Anak. Hal ini bisa dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan fisik yang menunjang perkembangan mental anak dan intelektual melalui latihan-latihan. Sedangkan kematangan mental melalui bagaimana menyikapi permasalahannya sendiri, dan ketika dewasa hilang rasa ketergantungan pada keluarga. Hal ini bisa dilakukan misalnya, nenek tidak banyak ikut campur urusan cucunya dalam hal pekerjaan seharihari yang bisa dilakukan sendiri oleh cucunya. Seperti dalam hal membersihkan rumah, menyuci piring, dan menyuci bajunya sendiri. 7. Memarahi dan Memukul Anak ketika Tidak Shalat. Konsep
pendidikan
dan
hukuman
dalam
Islam
bukan
menjadikan kekerasan sebagai modal utama, namun bagaimana memberi peringatan terhadap anak agar perbuatan yang keji tidak diulangi lagi. Misalnya anak tidak menjalankan shalat, nenek
85
memperingati dengan lemah lembut dan kasih sayang, menjaga tabiat anak yang salah dalam menggunakan hukuman dan menasihati anak secara bertahap. 8. Memberikan Pujian dan Hadiah Motivasi atau dorongan nenek sebagai pengasuh anak sangat dibutuhkan sebagai modal yang besar karena mereka merasakan bahwa apa yang diinginkan anak merupakan hal yang didambakan. Pemberian pujian dan hadiah sebenarnya hampir sama, namun sedikit perbedaan. Pemberian pujian diberikan ketika perilaku anak hasilnya positif, namun pemberian hadiah lebih dimaksud untuk memancing timbulnya perilaku positif. Misalkan memberi pujian selamat dan hadiah ketika anak mendapatkan rangking di kelas agar anak senang. Berdasarkan cara mendidik anak di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwasanya yang dilakukan nenek untuk mendidik anak atau cucunya sudah benar, yaitu dengan menyuruh anak unuk shalat berjama’ah, menasehati anak jika melakukan kesalahan, menegur anak jika berkata bohong, mengajarkan kemandirian kepada anak, memarahi anak jika tidak melakukan shalat, menyuruh anak untuk belajar mengaji, memberi hadiah kepada anak. Agar nantinya anak akan terbiasa untuk melakukan hal-hal yang baik yang di ajarkan nenek kepada mereka melalui pembiasaan-pembiasaan yang baik.
86
C. Implikasi Pola Asuh Nenek terhadap Akhlak Anak di Dusun Ngrawing Berdasarkan penelitian di Dusun Ngrawing yang dilakukan oleh penulis babwa pola asuh nenek sangatlah variatif, tergantung pada ideologi dan keinginannya, namun tidak seharusnya seorang nenek menerapkan tipe pengasuhan ekstrem pada satu model. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa pola asuh menurut para ahli ada 3 yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis dan pola asuh laissez faire. Tiga jenis pola asuh tersebut biasa digunakan orang tua, misalnya nenek. Adapun dalam terlaksananya pola asuh dengan baik juga tergantung jenis dari pola asuh yang diterapkan, dan juga melihat karakteristik keluarga. Pola asuh nenek yang baik, juga akan berdampak dengan akhlak anak. Dari cara mengasuh dan mendidik anak yang telah disebutkan sebelumnya misalnya : menyuruh anak shalat berjama’ah, menyuruh anak untuk belajar Al-Qur’an, menasehati anak jika berkata bohong, memarahi dan memukul anak ketika tidak shalat, menegur anak jika berbuat salah, dan memberi pujian dan hadiaya. Orang tua haruslah mengajarkan nilai dengan berpegang teguh pada akhlak didalam hidup, membiasakan akhlak yang baik semenjak usia dini. Sebab manusia itu sesuai dengan sifat asasinya menerima nasehat, jika datangnya melalui rasa cinta dan kasih sayang, sedang ia menolaknya jika disertai dengan kekerasan dan biadab.
87
Tujuan akhlak adalah mencapai kebahagian hidup ummat manusia dalam kehidupannya, baik di dunia maupun akhirat. Akhlak dapat menghantarkan kita memperoleh kebahagian di dunia dan kebahagiaan di akhirat, tentunya hal tersebut adalah akhlak yang baik, bukan akhlak yang buruk yang menjerumuskan seseorang kepada kemaksiatan. Sehingga harus diperhatikan baik sejak mau tidur hingga bangun dari tidurnya, sejak bangun tidur sampai akan tidur kembali.
Akhlak seseorang itu dapat
digolongkan menjadi dua kategori : 1. Akhlak Terpuji (Al-Akhlak Al-Mahmudah) Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti di Dusun Ngrawing bahwasanya nenek-nenek mereka mengatakan cucucucunya mempunyai akhlak yang baik, ditandai dengan sang cucu yang rajin mengaji, tidak nakal, suka membantu neneknya di rumah, prestasinya juga baik di sekolah. Hal tersebut tak luput dari pengawasan sang nenek. Penulis dapat menyimpulkan semua yang dilakukan anak itu semua tak luput dari pengawasan dan pengarahan sang nenek ketika di rumah, agar nantinya anak mempunyai akhlak yang baik. 2.
Akhlak Tercela ( Al-Akhlak Al-Mazmumah ) Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti di Dusun Ngrawing bahwasanya penulis dapat menyimpulkan ada 2 0rang anak yang di asuh neneknya yang mempunyai akhlak yang tercela, seperti tidak mau menulis kalau di sekolah, nakal dengan temanya,
88
menangis saja kalau di kelas, dan marah-marah kalau tidak di beri uang. Itu semua penulis simpulkan karena didikan neneknya yang terlalu keras dan kasar terhadap anak, sehingga anak akan melampiaskannya ketika tidak berada dalam pengawasan sang nenek. Jika anak dididik dengan lemah lembut penuh dengan kasih sayang pasti anak akan menurut terhadap nenek. Oleh karena itu nenek harus mendidik dan mengasuh cucu dengan menggunakan pola asuh yang baik, agar nantinya sang cucu tidak mempunyai akhlak tercela yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain yang ada di sekitar mereka. Dewasa ini banyak anak yang mudah terjerumus dengan jalan yang sesat, dikarenakan pergaulan mereka yang terlalu bebas tanpa pengawasan orang tua dengan baik dan benar.
89
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian di Dusun Ngrawing sebagaimana telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pola Asuh yang digunakan nenek di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016. Berdasarkan penelitian di Dusun Ngrawing terhadap 7 nenek dan 7 cucu terdapat berbagai macam pola asuh yang digunakan nenek itu sangat berbeda-beda, ada yang menggunakan pola asuh otoriter dengan
menggunakan
kekerasan
jika
anak
salah,
ada
yang
mennggunakan pola asuh demokratis dengan menasehati anak dan tidak menggunakan kekerasan jika anak salah, dan ada pula yang menggunakan pola asuh laissez faire dengan hanya menganggap anak sudah dewasa bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk bagi dirinya. 2. Penanaman Nenek terhadap akhlak anak di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Dusun Ngrawing bahwasanya nenek dalam menanamkan akhlak anak itu sudah baik agar nantinya anak akan terbiasa dengan apa yang ditanamkan oleh sang nenek ketika ia masih di asuh dan dididik oleh nenek mereka
90
yaitu meliputi : (a) membiasakan anak untuk shalat berjama’ah. (b) menasehati anak bila berbuat salah. (c) menyuruh anak untuk belajar Al-Qur’an. (d) menegur anak yang berkata bohong.(e) mengajarkan kemandirian kepada anak. (f) memarahi dan memukul anak ketika tidak shalat. (g) memberikan pujian dan hadiah 3. Implikasi Pola Asuh Nenek terhadap Akhlak Anak di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan Tahun 2016. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Dusun Ngrawing bahwasanya pola asuh yang digunakan nenek dalam mendidik dan mengasuh anak sudah benar dalam menanamkan akhlak yang baik setiap hari, karena akhlak dapat menghantarkan anak memperoleh kebahagian di dunia dan kebahagiaan di akhirat, tentunya hal tersebut adalah
akhlak
menjerumuskan
yang
baik,
seseorang
bukan kepada
akhlak
yang buruk
kemaksiatan.
yang
Berdasarkan
penelitian di Dusun Ngrawing penulis dapat menyimpulakan akhlak anak yang berada dalam pengasuhan nenek yaitu dari 7 anak hanya 5 anak yang mempunyai Akhlak Terpuji (Al-Akhlak Al-Mahmudah) dan 2 anak yang mempunyai Akhlak Tercela (Al-Akhlak Al-Mazmumah), itu semua karena pola asuh yang diterapkan nenek dalam mendidik dan mengasuh anak setiap hari.
91
B. Saran Demi memperbaiki dan kesempurnaan dalam penelitian ini, maka bagi pembaca maupun pengasuh yaitu nenek perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Bagi pengasuh yaitu orang tua secara umum, dan khususnya bagi nenek agar memperhatikan bagaimana pola asuh yang tepat digunakan dalam membentuk mendidik dan mengasuh anak supaya anak berakhlakul karimah. 2. Bagi pemerintah yaitu pemerintah harus lebih banyak lagi menciptakan lapangan pekerjaan agar orang tua bisa mendidik dan mengasuh anak, tidak menitipkan kepada sang nenek. Apalagi seorang ibu harus ada di rumah untuk mendidik, mengawasi, dan mengasuh anak setiap hari di rumah. 3. Bagi peneliti selanjutnya agar nanti ketika berumah tangga tidak salah dalam menggunakan pola asuh dalam mendidik dan mengasuh anak karena itu berdampak pada akhlak anaknya.
92
DAFTAR PUSTAKA Abidin, Harahap, Z. 1979. Etika Islam. Jakarta : CV. Multi Yasa Co. Ahmadi, Abu. 1991. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Al-Abrasyi, Athiyah, Mohd. 1993. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta : Bulan Bintang. Az- Zhecolany, Hasan Ali. 2011. Kesalahan-kesalahan Orang tua Penyebab Anak tidak Shahih. Yogyakarta : Diva Press. Damanhuri. 2014. Akhlak Perspektif Tasawuf. Jakarta : Lectura Press. Daradjat, Zakiah. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara. Goode, J. William. 2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta : Bumi Aksara. Hasan, Muhammad Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta : Ghalia Indah. Kaelany. 2000. Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan. Jakarta : Bumi Aksara. Kemenag RI. 2014. Al-Qur‟an Terjemah dan Tajwid. Bandung : Sygma Ceative Media Corp. Mahmud, Ali Abdul Hamim. 2004. Akhlak Mulia. Jakarta : Gema Insani. Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Muallifah. 2009. Psycho Islamic Smart Parenting. Yogyakarta : Diva Press. Noor, M, Rohinah. 2012. Mengembangkan Karakter Anak secara Efektif di Sekolah dan di Rumah. Yogyakarta : PT. Pustaka Insan Mandiri. Pemerintah Desa Ngambakrejo. 1979. Mengenal Desa Ngambakrejo. Purwodadi : Pemerintah Desa Ngambakrejo. Pemerintah Kabupaten Grobogan. 2014. Monografi Desa atau Kelurahan. Purwodadi : Pemerintah Kabupaten Grobogan. Poerdarminta, W.J.S. 1982. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
93
Sidik, Tono dkk. 1998. Ibadah dan Akhlak dalam Islam. Yogyakarta: UII Press Indonesia. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R dan D. Bandung : Alfabeta. Suhendi, Herdi dan Wahyu Ramdani. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. Bandung : Pustaka Setia. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Roda Karya. Thoha, Chabib, HM. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. TM, Fuaduddin. 1999. Pengasuhan Anak dalam Keluarga Islam. Jakarta : Lembaga Kajian Agama dan Jender. Zakariyah, Ahmad, Al-Barry. 1977. Hukum anak-anak dalam Islam. Jakarta : Bulan Bintang. Zainuddin, dkk. 1991. Seluk Beluk Pendidikan Al-Ghazali. Jakarta : Balai Aksara.
94
LAMPIRAN-LAMPIRAN
95
96
97
98
99
100
101
102
PEDOMAN WAWANCARA Untuk
Nenek/pengasuh
anak
di
Dusun
Ngrawing,
Desa
Ngambakrejo : A. Identitas Informan : 1. Nama
:
2. Usia Cucu
:
3. Pekerjaan
:
4. Pendidikan
:
5. Hari/tanggal Wawancara
:
6. Tempat Wawancara
:
B. Butir-butir Pertanyaan : 1. Sejak kapan nenek mulai mengasuh cucu anda? 2. Mengapa nenek yang mengasuh cucu anda? 3. Bagaimana perilaku cucu anda ketika berada di rumah? 4. Bagaiman prestasi cucu anda di sekolah? 5. Apakah nenek menyuruh cucu anda untuk belajar mengaji atau TPQ? 6. Pernahkah nenek memberi hadiah atau hukuman kepada cucu anda, Karena apa?
103
PEDOMAN WAWANCARA Untuk cucu/anak asuh di Dusun Ngrawing. Desa Ngambakrejo : A. Identitas Informan : 1. Nama
:
2. Usia
:
3. Pekerjaan
:
4. Pendidikan
:
5. Hari/tanggal Wawancara : 6. Tempat Wawancara
:
B. Butir-butir Pertanyaan : 1. Anda di rumah tinggal dengan siapa? 2. Mengapa anda tinggal dengan nenek anda? 3. Apakah anda senang tinggal dengan nenek? 4. Bagaimana perilaku nenek terhadap anda di rumah? 5. Apakah nenek anda menyuruh untuk belajar mengaji atau TPQ? 6. Apakah nenek anda pernah memberi hadiah atau hukuman kepada anda, Karena apa?
104
Transkip Wawancara Nenek Nama
: Nenek SP (70 tahun)
Nama/usia cucu
: IA (6 tahun)
Pekerjaan
: Buruh Tani
Pendidikan
: tidak tamat SD
Hari/tanggal wawancara
: Jum’at, 12 Agustus 2016
Tempat Wawancara
: Rumah Nenek
NO. Pertanyaan 1. Abit nopo mbah jenengan dititipke jenengan? 2.
3. 4.
5.
6.
7. 8.
Jawaban Artinya putune Kiro-kiro tahun Kira-kira dari kalih 2013 mbak, kulo tahun 2013, lali tahune saya lupa tahunnya Pripun mbah kok saget dititipke Iya mbak, mergo Iya mbak, kalih jenengan? ekonomi sing karena ekonomi kurang yang kurang Pripun sikap lan perilakune Nakal mbak, nakali Nakali putune jenengan nak ting griyo? segala-galane semuanya Pripun prestasine putune Nangis mbak, Menangis kalau jenengan nak ting sekolah? mboten purun nulis di kelas, tidak mau menulis Jenengan nate nopo mboten Bendinten mbak, Setiap hari ngeken putune jenengan bakdo maghrib mbak, sesudah ngaji/ngaos? nyampek isya’ maghrib sampai isya’ Menawi putune jenengan salah, Kulo ajar mbak Saya pukul jenengan dukani nopo mboten pakai kayu kecil mbah? mbak Nate nyukani hadiah kalih Mboten nate mbak Tidak pernah putune jenengan mbah? Nate hukum putune jenengan? Nate mbak, nak Pernah mbak, angel kandanane tk tidak boleh hukum ra oleh pulang mulih omah
105
Nama
: Nenek MM (65 tahun)
Nama/usia cucu
: NO (6 tahun)
Pekerjaan
: Petani
Pendidikan
: Tidak tamat SD
Hari/tanggal wawancara
: Jum’at, 12 Agustus 2016
Tempat wawancara
: Di depan rumah Nenek
NO. Pertanyaan Jawaban 1. Abit nopo mbah putune Awit maret 2016 jenengan dititipke kalih mbak jenengan? 2. Pripun mbah kok saget dititipke Iya mbak, mergo kalih jenengan? ekonomi yang kurang, damel bangun omahe makne 3. Pripun sikap lan perilakune Tak kon sekolah putune jenengan nak ting griyo? karo ngaji mbak, nak dolan tak rawehi nak nakal tak sengeni 4.
Pripun prestasine putune Sae mbak, saget jenengan nak ting sekolah? nulis, moco, nilainilaine sekolah isuk 100, tapi nak sekolah sore durung dibiji
5.
Jenengan nate nopo mboten Nate, Bendinten ngeken putune jenengan mbak, bakdo ngaji/ngaos? maghrib nyampek isya’ Menawi putune jenengan salah, Kulo dukani mbak, jenengan dukani nopo mboten mboten beto mbah? kekerasan
6.
7. 8.
Nate nyukani hadiah kalih Nate, nyukani putune jenengan mbah? jajan kalih duwit Nate hukum putune jenengan Mboten nate mbak mbah? 106
Artinya Dari maret 2016 mbak Iya mbak, karena ekonomi yang kurang untuk membangun rumah di Desa Saya suruh sekolah dan mengaji mbak, kalau bermain tidak boleh kalau nakal saya marahi Baik mbak, bisa menulis, membaca, nilainilain di sekolah pagi 100, tetapi kalau di sekolah sore belum dinilai Pernah, setiap hari sesudah maghrib sampai isya’ Saya nasehati mbak, tidak menggunakan kekerasan Pernah, memberi jajan dan uang Tidak pernah
Nenek
: Nenek MR (51 tahun)
Nama/usia cucu
: KB (9 tahun)
Pekerjaan
: Petani
Pendidikan
: Tamat SD
Hari/tanggal wawancara
: Jum’at 12 Agustus 2016
Tempat wawancara
: Di depan rumah anak nenek
NO. Pertanyaan Jawaban 1. Abit nopo mbah putune Sejak SD mbak jenengan dititipke kalih jenengan? 2. Pripun mbah kok saget dititipke Iya mbak, mergo kalih jenengan? ekonomi yang kurang 3. Pripun sikap lan perilakune Sae mbak, nate putune jenengan nak ting griyo? nakal nak nyuwun jajan mboten di paringi 4.
Pripun prestasine putune Apik mbak, tapi ra jenengan nak ting sekolah? pernah rangking
5.
Jenengan nate nopo mboten ngeken putune jenengan ngaji/ngaos? Menawi putune jenengan salah, jenengan dukani nopo mboten mbah?
6.
7.
8.
Nate nyukani hadiah putune jenengan mbah?
Nate mbak, bakdo maghrib nyampek isya’ Dukani, sabeti, nak dikandani ragugu mbak
kalih Nate, nyukani klambi, sarung, lan duwit Nate hukum putune jenengan Nate, nak nakal tak mbah? ajar mbak.
107
Artinya Dari SD mbak
Iya mbak, karena faktor ekonomi yang kurang Baik mbak, pernah nakal kalau meminta jajan tidak di kasih Baik mbak, tetapi tidak pernah mendapat peringkat Pernah mbak, sesudah maghrib sampai isya’ Marahi, saya pukul pakai kayu kalau tidak menurut Pernah memberi naj, sarung, dan uang Pernah, kalau nakal saya pukul dengan kayu keci
Nenek
: Nenek SY (51 tahun)
Nama/usia cucu
: SD (12 tahun)
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga (IRT)
Pendidikan
: Tamat SD
Hari/atanggal wawancara
: Jum’at, 12 Agustus 2016
Tempat wawancara
: Di rumah nenek
NO. Pertanyaan 1. Abit nopo mbah jenengan dititipke jenengan?
putune kalih
2.
Pripun mbah kok saget dititipke kalih jenengan?
3.
Pripun sikap lan perilakune putune jenengan nak ting griyo?
4.
Pripun prestasine putune jenengan nak ting sekolah?
5.
Jenengan nate nopo mboten ngeken putune jenengan ngaji/ngaos? Menawi putune jenengan salah, jenengan dukani nopo mboten mbah?
6.
7.
Nate nyukani hadiah putune jenengan mbah?
8.
Nate nyukani hukuman kalih putune jenengan mbah? Nyuwun sewu mbah, kados pundi mbah ceritane tiyang sepahe ngantos pegatan?
9.
kalih
Jawaban Sejak lahir sedanten, putune kulo dititpke kalih kulo mbak Iya mbak, mergo faktor ekonomi yang kurang Semuanya baikbaik mbak, nak nakal nggeh nate, wong namine bocah mbak Semuanya baikbaik mbak, nilainya juga baik Iya mbak, sehabis maghrib sampai isya’ Kulo dukani alonalon mbak, mboten beto kekerasan
Artinya Semenjak lahir semua, cucu-cucu saya dititipkan ke saya mbak Iya mbak, karena faktor ekonomi yang kurang Semuanya baikbaik mbak, kalau nakal pernah, namanya masih anak-anak Semuanya baikbaik mbak, nilainya juga baik Iya mbak, sesudah maghrib sampai isya’ Saya nasehati pelan-pelan mbak, tidak menggunakan kekerasan Pernah, memberi Pernah, memberi kado baju saat kado baju saat ulang tahun ulang tahun Kalau hukuman tidak pernah mbak Sudah tidak ada kecocokan mbak
108
Kalau hukuman tidak pernah Sudah tidak ada kecocokan lagi
Nenek Nama/usia cucu Pekerjaan Pendidikan Hari/atanggal wawancara Tempat wawancara NO. Pertanyaan 1. Abit nopo mbah jenengan dititipke jenengan?
2.
3.
4.
5.
6.
7. 8.
9.
: Nenek KW (58 tahun) : ZK (16 tahun) : Petani : Tamat SD : Minggu, 14 Agustus 2016 : Di depan rumah nenek Jawaban Artinya putune Sak bare bapak lan Sesudah bapak kalih ibune pegatan dan ibunya mbak, kiro-kiro bercerai mbak, SD kira-kira saat cucu saya SD Pripun mbah kok saget dititipke Bapak e kerjo, Bapaknya bekerja, kalih jenengan? terus anak e terus anaknya dititipke kalih kulo dititipakn ke saya mbak Pripun sikap lan perilakune Apik mbak, sering Baik mbak, sering putune jenengan nak ting griyo? bantu kulo nyapu, membantu saya ngepel, lan membersihkan ngumbahi mbak rumah, mengepel, dan mencuci pakaian Pripun prestasine putune Apik mbak, sering Baik mbak, sering jenengan nak ting sekolah? oleh rangking nak mendapatkan sekolah peringkat kalau di sekolah Jenengan nate nopo mboten Bendino tak kon Setiap hari, saya ngeken putune jenengan ngaji mbak suruh mengaji ngaji/ngaos? mbak Menawi putune jenengan salah, Mboten mbak, Tidak mbak, cucu jenengan dukani nopo mboten putune kulo mpon say sudah besar, mbah? ageng, saget bedok bisa membedakan ke salah lan bener mana yang benar dan mana yang salah Nate nyukani hadiah kalih Pernah mbak, Pernah mbak, putune jenengan mbah? ngewenehi rukoh memberi mukena Nate hukum putune jenengan Ora mbak, uwis Tidak mbak, mbah? gede wis iso mikir sudah besar sudah dewe-dewe bisa berfikir sendiri Nyuwun sewu mbah kados Mpon mboten Sudah tidak ada pundi ceritane tiyang sepahe cocok kecocokan ngantos pegatan?
109
Nenek
: Nenek DS (70 tahun)
Nama/usia cucu
: MA (7 tahun)
Pekerjaan
: Petani
Pendidikan
: Tidak tamat SD
Hari/tanggal wawancara
: Selasa, 16 Agustus 2016
Tempat wawncara
: Di depan rumah nenek
NO. Pertanyaan Jawaban 1. Abit nopo mbah putune Mpon pitung tahun jenengan dititipke kalih niki mbak jenengan? 2. Pripun mbah kok saget dititipke Ditinggal bapak kalih jenengan? dan ibunya bekerja mbak 3. Pripun sikap lan perilakune Sae mbak, nak putune jenengan nak ting griyo? nakal nggeh lumprah namine bocah 4. Pripun prestasine putune Sae mbak, nak ting jenengan nak ting sekolah? sekolah mboten nakal, tapi nggeh dereng nate rangking nembe kelas dua niki
Artinya Sudah tujuh tahun ini mbak
Ditinggal bapak dan ibunya bekerja mbak Baik mbak, kalau nakal wajar namanya masih anak-anak Baik mbak, kalau di sekolah tidak nakal, tetapi tidak pernah mendaptakan peringkat, baru kelas dua ini Nggeh bendinten Iya setiap hari, ngeken mbak, sesudah maghrib bakdho maghrib sampai isya’ nyampek isya’ Kulo dukani, Saya nasehati, mboten pareng tidak boleh nakal nakal, mboten beto kekerasan Nete mbak, paring Pernah mbak, susu, permen memberi susu dan permen
5.
Jenengan nate nopo mboten ngeken putune jenengan ngaji/ngaos?
6.
Menawi putune jenengan salah, jenengan dukani nopo mboten mbah?
7.
Nate nyukani hadiah putune jenengan mbah?
8.
Nate hukum putune jenengan Mboten nate nak Tidak pernah mbah hukum mbak menghukum
kalih
110
Nenek
: Nenek SM (75 tahun)
Nama/usia cucu
: AS (13 tahun)
Pekerjaan
: Petani
Pendidikan
: Tidak tamat SD
Hari/tanggal wawancara
: Selasa, 16 Agustus 2016
Tempat wawancara
: Di rumah nenek
NO. Pertanyaan Jawaban 1. Abit nopo mbah putune Abit bapak e sedo jenengan dititipke kalih mbak jenengan? 2. Pripun mbah kok saget dititipke Ibuk e kerja mbak, kalih jenengan? damel biayai sekolah anak-anak e 3.
4.
5.
6.
7.
8. 9.
Pripun sikap lan perilakune Sae-sae mawon putune jenengan nak ting griyo? mbak, mboten nate nakal Pripun prestasine putune Sae mbak, jenengan nak ting sekolah? rangking setunggal nak ting sekolah Jenengan nate nopo mboten Nggeh nate mbak, ngeken putune jenengan bakdho maghrib ngaji/ngaos? dugi isya’ Menawi putune jenengan salah, Mboten mbak, jenengan dukani nopo mboten mpon ageng mbah? mengkeh kulo ndak risi piyambak Nate nyukani hadiah kalih Nate mbak, picis putune jenengan mbah? kalih arto
Artinya Sejak bapanya meninggal mbak Ibunya bekerja mbak untuk membiayai sekolah anakanaknya Baik-baik saja mbak, tidak pernah nakal Baik mbak, peringkat satu jalau di sekolah Iya pernah mbak, setiap hari sesudah maghrib sampai isya’ Tidak mbak, cucu saya sudah besar nanti saya malah malu sendiri Pernah mbak, memberi picis dan uang Tidak pernah
Nate hukum putune jenengan Mboten nate mbak mbah? Kangelan nopo mboten mbah Mboten mbak, Tidak ngasuh putune jenengan? kados anak e kulo saya piyambak seperti sendiri
111
pernah, anggap anak
Transkip Wawancara Anak Nama
: NO (6 tahun)
Nama/usia nenek
: MM (65 tahun)
Pendidikan
: Kelas 1 di SD N 02 Ngambakrejo
Hari/tanggal wawancara
: Jum’at, 12 Agustus 2016
Tempat wawancara
: Di depan rumah Nenek
NO.
Pertanyaan
Jawaban
1.
Tinggal di rumah dengan siapa ?
Dengan
Artinya
simbah Dengan nenek
putri 2.
Kenapa
bisa
tinggal
dengan Bapak saya kerja Bapak saya kerja
nenek?
proyek, ibu saya proyek dan ibu kerja
3.
Senang
gak
tinggal
di
luar saya kerja di luar
Negeri
Negeri
dengan Senang
senang
nenek? 4.
Bagaimana perilaku nenek kalau Baik
Baik
di rumah? 5.
6.
Apakah nenek pernah menyuruh Pernah, waktu sore
Pernah,
belajar mengaji?
sore
Pernah gak di beri hadiah nenek?
Gak pernah diberi Tidak hadiah
7.
Pernah di beri hukuman nenek?
pernah
diberi hadiah
Gak tau, aku lupa Tidak tahu, saya mbak
8.
waktu
Kalau kamu salah, apa yang Marah dilakukan simbah kepadamu?
112
lupa Marah
Nama
: IA (6 tahun)
Nama/usia nenek
: SP (70 tahun)
Pendidikan
: Kelas 1 di SD N 02 Ngambakrejo
Hari/tanggal wawancara
: Jum’at, 12 Agustus 2016
Tempat wawancara
: Di rumah Nenek
NO.
Pertanyaan
Jawaban
1.
Tinggal di rumah dengan siapa ?
Dengan
Artinya
simbah Dengan nenek
rayi 2.
Kenapa
bisa tinggal
dengan Mamak kerja ke Ibu
nenek?
di
luar bapak kerja di
Negeri Senang
di
luar Negeri, bapak luar Negeri dan kerja
3.
bekerja
gak
tinggal
luar Negeri juga
dengan Senang
senang
nenek? 4.
Bagaimana perilaku nenek kalau Galak, serimg di Galak, kalau di di rumah?
seneni/di marahi
rumah
sering
dimarahi 5.
Apakah nenek pernah menyuruh Pernah,
maghrib- Pernah,
isya’
belajar mengaji?
waktu
maghrib sampai isya’
6.
Pernah gak di beri hadiah nenek? Tidak kalau
7.
Pernah di beri hukuman nenek?
pernah, Tidak uang
pernah,
tiap kalau uang setia
hari
hari
Pernah, di ajar
Pernah di pukul pakai kayu
8.
Kalau kamu salah, apa yang Marah, di pupoh
Marah, di pukuk
dilakukan simbah kepadamu?
pakai kayu besar
113
Nama
: SD (12 tahun)
Nama/usia nenek
: SY (59 tahun)
Pendidikan
: Kelas VII di Mts Mir’atul Muslimien
Hari/tanggal wawancara
: Jum’at, 12 Agustus 2016
Tempat wawancara
: Di rumah Nenek
NO. Pertanyaan Jawaban 1. Tinggal di rumah dengan Dengan simbah yayi siapa ? 2. Kenapa bisa tinggal dengan Ibu kerja ke luar nenek? Negeri, kalau bapak sudah bercerai 3.
4.
5.
6.
Senang gak tinggal dengan Senang, karena seperti nenek? hidup dengan ibu saya sendiri Bagaimana perilaku nenek Sangat baik, tidak kalau di rumah? suka marah-marah mbak Apakah nenek pernah Iya, maghrib-isya’ menyuruh belajar mengaji? Pernah gak di beri hadiah atau hukuman sama nenek?
-
-
7.
Pernah, karena prestasi saya mendapatkan rangking 10 besar Kalau hukuaman tidak pernah
Kalau kamu salah, apa yang Dimarahi, tidak main dilakukan simbah tangan hanya kepadamu? bicaranya saja mbak
114
Artinya Dengan nenek Ibu bekerja di luar Negeri kalau bapak sudah bercerai Senang, karena seperti ibu saya sendiri Sangat baik, tidak suka marah-marah mbak Iya, waktu maghrib sampai isya’ - Pernah, karena prestasi saya mendapatk an peringkat 10 besar - Kalau hukuman tidak pernah Dimarahi, tidak menggunakan kekerasan hanya bicara saja mbak
Nama
: KB (9 tahun)
Nama/usia nenek
: MR (51 tahun)
Pendidikan
: Kelas IV di SD N 02 Ngambakrejo
Hari/tanggal wawancara
: Jum’at, 12 Agustus 2016
Tempat wawancara
: Di rumah anak Nenek
NO.
Pertanyaan
Jawaban
1.
Tinggal di rumah dengan siapa ? Dengan nenek
2.
Kenapa bisa tinggal dengan Ditinggal nenek?
dan
Artinya Dengan nenek
bapak Karena ditinggal
ibu
saya bapak
bekerja di Jakarta 3.
Senang
gak
tinggal
dengan Senang
dan
ibu
bekerja di jakarta senang
nenek? 4.
Bagaimana perilaku nenek kalau Baik
Baik
di rumah? 5.
Apakah nenek pernah menyuruh Pernah, belajar mengaji?
sehabis Pernah,
maghrib-isya’
maghrib
sesudah sampai
isya’ 6.
Pernah gak di beri hadiah Pernah, baju dan Pernah,
diberi
nenek?
uang
baju dan uang
7.
Pernah di beri hukuman nenek?
Tidak pernah
Tidak pernah
8.
Kalau kamu salah, apa yang Marah, tidak main Marah, dilakukan simbah kepadamu?
tangan
tidak
menggunakan kekerasan fisik
115
Nama Nama/usia nenek Pendidikan Hari/tanggal wawancara Tempat wawancara
: ZK (16 tahun) : KW (58 tahun) : Kelas XI di SMK Muhammadiyah Gubug : Minggu, 14 Agustus 2016 : Di rumah Nenek
NO. Pertanyaan Jawaban 1. Tinggal di rumah dengan siapa Dengan nenek saya ? 2. Kenapa bisa tinggal dengan Karena ayah dan nenek? ibu saya bercerai, saya ikut ayah saya dan saya tidak temanya, jadi saya dititikan dengan nenek
3.
4.
5. 6.
7.
Senang gak tinggal dengan Sangat senang, nenek? karena nenek seperti ibu saya sendiri Bagaimana perilaku nenek Sangat baik, tidak kalau di rumah? suka marah-marah Apakah nenek pernah menyuruh belajar mengaji Pernah gak di beri hadiah nenek?
Pernah di beri hukuman nenek?
Pernah, setelah shalat maghrib Pernah, memberikan mukena karena saya mendapatkan rangking waktu di sekolah Tidak pernah diberi hukuman mbak
116
Artinya Dengan nenek saya Karena bapak dan ibu saya bercerai, saya ikut dengan bapaksaya dan saya di rumah tidak ada temannya, makanya saya dititipkan dengan nenek Sangat senang, karena nenek sudah seperti ubu saya sendiri Sangat baik, tidak suka marahmarah Pernah, sesudah shalat maghrib Pernah, memberikan mukenan karena saya mendapatka peringkat waktu di sekolah Tidak pernah diberi hukuman mbak
8.
Kalau kamu salah, apa yang Simbah jarang dilakukan simbah kepadamu? sekali memarahi saya, karena saya sudah besar sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk untuk saya
117
Nenek jarang sekali marah dengan saya, karena saya sudah besar bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk unuk saya
Nama
: MA (7 tahun)
Nama/usia nenek
: DS (70 tahun)
Pendidikan
: Kelas II di SD N 02 Ngambakrejo
Hari/tanggal wawancara
: Minggu, 14 Agustus 2016
Tempat wawancara
: Di rumah Nenek
NO.
Pertanyaan
Jawaban
1.
Tinggal di rumah dengan siapa ?
2.
Kenapa bisa tinggal dengan Karena bapak dan Karena nenek?
Dengan simbah
ibu saya bekerja
Artinya Dengan nenek
dan
bapak
ibu
saya
bekerja 3.
Senang
gak
tinggal
dengan Senang,
nenek?
karena Senang,
bisa main-main
karena
saya
bisa
bermain-main 4.
Bagaimana perilaku nenek kalau Baik, tidak suka Baik, tidak suka di rumah?
5.
marah-marah
Apakah nenek pernah menyuruh Pernah, belajar mengaji?
marah-marah waktu Pernah,
maghrib-isya’
waktu
maghrib sampai isya’
6.
Pernah
gak
di
beri
hadiah Pernah, uang, susu, Pernah,
nenek?
permen, jajanan
diberi
uang,
susu,
permen, dan jajan 7.
Pernah di beri hukuman nenek?
Tidak pernah hukum
8.
di Tidak pernah di hukum
Kalau kamu salah, apa yang Hukum, dinasehati Dimarahi, dilakukan simbah kepadamu?
saja
118
nasehati saja
di
Nama
: AS (13 tahun)
Nama/usia nenek
: SM (75 tahun)
Pendidikan
: Kelas VIII di SMP N 02 Tanggungharjo
Hari/tanggal wawancara
: Selasa, 16 Agustus 2016
Tempat wawancara
: Di rumah Nenek
NO. 1.
Pertanyaan
Jawaban
Tinggal di rumah dengan siapa Dengan nenek
Artinya Dengan nenek
? 2.
Kenapa bisa tinggal dengan Karena nenek?
ibu Karena ibu saya
bekerja,
kalau bekerja dan bapak
bapak
sudah saya
meninggal 3.
sudah
meninggal
Senang gak tinggal dengan Senang
Senang
nenek? 4.
Bagaimana
perilaku
nenek Baik, tidak suka Baik, tidak suka
kalau di rumah? 5.
Apakah
nenek
marah-marah pernah Pernah,
menyuruh belajar mengaji?
marah-marah
waktu Pernah,
maghrib-isya’
waktu
maghrib
sampai
isya’ 6.
7.
Pernah gak di beri hadiah Pernah,
diberi Pernah diberi uang
nenek?
uang dan topi
Pernah di beri hukuman nenek?
Tidak
pernah Tidak
pernah
diberi
hukuman diberi
hukuman
nenek 8.
Kalau kamu salah, apa yang Tidak dilakukan simbah kepadamu?
oleh nenek memukul, Tidak
memukul,
hanya tetapi
hanya
tapi menasehati
119
dan topi
menasehati
TRIANGULASI DATA Kategori Sejak kapan mengasuh cucu?
Data Kira-kira tahun 2013, tahunnya lupa (nenek SP). Sejak maret 2016 (nenek MM). Sejak SD (nenek MR)
Sejak lahir semuanya cucu saya dititpkan ke saya (nenek SY) Sesudah bapak dan ibunya bercerai, kira-kira SD (nenek KW) Sudah tujuh tahun ini (nenek DS) Sesudah bapaknya meninggal terus ibunya bekerja menafkai anak-anaknya (nenek SM) Kenapa bisa dititipkan dengan nenek?
Bagaimana sikap dan
Karena faktor ekonomi, makanya dititipkan ke saya (nenek SP) Karena ekonomi yang kurang cukup dan untuk membangun rumah di kampung (nenek MM) Karena ekonomi yang kurang makanya bapak dan ibunya bekerja di Jakarta (nenek MR) Karena faktor ekonomi yang kurang cukup makanya ibunya bekerja menjadi TKW di Malaysia (nenek SY) Karena bapaknya bekerja terus anaknya dititipkan kepada saya (nenek KW) Karena ditinggal bapak dan ibunya bekerja (nenek DS) Karena ibunya bekerja untuk membiayai anak-anaknya sekolah (nenek SM) Cucu saya suka nakal, nakal disegala urusan (nenek SP)
120
Proposisi Sejak balita sudah di asuh nenek Baru beberapa bulan ditahun ini Sejak cucu masuk SD sekarang sudah kelas IV SD Sejak lahir
Kesimpulan
Cucu diasuh nenek sejak lahir sampai orang tua bercerai
Faktor perceraian Dari balita Sesudah bapaknya meninggal (3 tahunan) Faktor ekonomi
Faktor ekonomi
Faktor orang tua sibuk bekerja
Faktor ekonomi Faktor duda karena perceraian Faktor orang tua sibuk bekerja Faktor ibu janda karena suami meninggal Anak nakal
Faktor yang melatarbelakangi cucu diasuh nenek adalah faktor ekonomi, orang tua sibuk, orang tua bercerai, dan janda karena suami meninggal
perilaku cucu kalau di rumah?
Bagaimana prestasi cucu?
Pernah menyuruh cucu
Saya suruh cucu saya untuk sekolah dan belajar mengaji, kalau main jauh-jauh saya tidak bolehi dan kalau nakal saya marahi (nenek MM) Cucu saya baik, pernah nakal kalau tidak diberi jajan (nenek MR) Semuanya baik-baik saja, kalau nakal pernah karena masih anak-anak masih labil (nenek SY) Baik, sering membantu saya memberesihkan rumah seperti menyapu, mengepel, dan mencuci pakaian saya (nenek KW) Baik, kalau nakal pernah karena masih anak-anak (nenek DS) Baik-baik saja, tidak pernah nakal (nenek SM) Kalau di sekolah menangis terus, tidak mau menulis (nenek SP) Baik, cucu saya bisa memaca dan menulis, nilai-nilainya di sekolah pagi juga bagus yaitu 100, sedangkan sekolah MADDIN belum di nilai (nenek MM) Baik, tetapi tidak pernah rangking di kelas (nenek MR) Semuanya baik-baik saja, kalau nilainya juga baik (nenek SY) Baik, sering mendapatkan peringkat kalau di kelas (nenek KW) Baik, kalau di sekolah tidak nakal, tetapi belum pernah mendapatkan peringkat karena baru masuk kelas dua SD (nenek DS) Baik, sering mendapatkan peringkat satu di kelas (nenek SM) Setiap hari, sesudah maghrib sampai isya’ (nenek SP) Pernah, setiap hari setelah
121
Penanaman akhlak yang baik
Cucu masih labil
Cucu masih labil
Masih anak-anak jadi pemikiranya belum stabil, tugas neneklah sebagai pengasuh untuk menanamkan akhlak yang baik bagi anak atau cucu
Rajin
Cucu masih labil Anak baik Anak pemalas
Anak rajin
Prestasi standar Prestasi baik
Anak pintar
Prestasi baik
Anak pintar
Prestasi cucu yang diasuh nenek beragam ada yang pemalas, rajin, pintar, baik, dan standar
belajar mengaji?
Kalau cucu salah?
Pernah memberi hadiah dan hukuman kepada cucu?
maghrib sampai isya’ (nenek MM) Pernah, setelah maghrib samapai isya’ (nenek MR) Iya, setelah maghrib sampai isya’ (nenek SY) Setiap hari saya suruh belajar mengaji (nenek KW) Iya, setiap hari saya suruh belajar mengaji setelah maghrib sampai isya’ (nenek DS) Iya, setiap hari setelah maghrib sampai isya’ (nenek SM) Saya ajar atau di pukul pakai kayu kecil (nenek SP) Saya marahi, tetapi tidak menggunkan kekerasan fisik (nenek MM) Saya marahi, kalau tidak menurut dengan saya, maka saya akan memukul mengunakan kayu (nenek MR) Saya marahi dengan pelanpelan dan tidak menggunakan kekerasan fisik (nenek SY) Saya tidak memarahi cucu saya, karena cucu saya sudah besar bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk untuknya (nenek KW) Saya marahi, tidak boleh nakal dan tidak menggunakan kekerasan (nenek DS) Saya tidak memarahi cucu saya, cucu saya sudah besar nanti saya tidak enak sendiri (nenek SM) - Hadiah tidak pernah - Hukuman kalau cucu saya sulit untuk menurut dengan saya (nenek SP) - Pernah memberi hadiah jajan dan uang - Hukuman tidak pernah - Pernah memberi hadiah baju, sarung, dan uang - Hukuman kalau susah
122
Nenek dalam menanamkan akhlak sejak Penanaman kecil itu sangat akhlak baik sejak bagus sekali, agar kecil nantinya anak akan terbiasa untuk belajar mengaji
Pola asuh otoriter Pola asuh demokratis Pola asuh otoriter Pola asuh demokratis
Pola asuh laissez faire
Pola asuh demokratis
Cucu ketiaka melakukan kesalahan nenek ada yang menggunakan kekerasan (pola asuh otoriter), ada yang tidak menggunakan kekerasan (pola asuh demokratis), ada yang tidak sabar, cucu dianggap dewasa, dan malu ketika memarahi cucu(pola asuh laisses faire).
Pola asuh laissez faire
Tidak perhatian dan kasar
Perhatian dan tidak kasar Perhatian dan melihat situasi kondisi cucu
Setiap nenek mempunyai kriteria masingmasing dalam
Bagaimana orang tua cucu bisa bercerai? Apakah kesulitan mengasuh cucu?
diatur (nenek MR) - Pernah memberi hadiah baju saat ulang tahun - Hukuman tidak pernah (nenek SY) - Pernah memberi hadiah mukena - Kalau hukuman tidak pernah karena sudah besar bisa berfikir sendiri (nenek KW) - Pernah memberi hadiah permen dan susu - Kalau hukuman tidak pernah (nenek DS) - Pernah memberi hadiah picis dan uang - Kalau hukuman tidak pernah (nenek SM) Karena sudah tidak ada kecocokan (nenek SY) Karena sudah tidak cocok (nenek KW) Tidak, sudah seperti anak sendiri (nenek SM)
123
Perhatian dan tidak kasar
Perhatian dan tidak kasar
memberi hadiah dan hukuman , ada yamh memberi hadiah dan tidak pernah memberi hukamn cucu dan adapula yang yang tidak pernah memberi hadiah dan malah memberi hukuman kepada cucu
Perhatian dan tidak kasar
Perhatian dan tidak kasar Tidak cocok lagi Tidak cocok lagi Dianggap seperti mengasuh anak sendiri
Faktor ketidak cocokanlah yang menyebabkan bercerai Nenek menganggap cucu sudah seperti anak sendiri
RIWAYAT HIDUP
1. Nama
: Mutoharoh
2. Tempat dan Tanggal lahir
: Grobogan, 11 Desember
1993 3. Jenis kelamin
: Perempuan
4. Warga Negara
: Indonesia
5. Agama
: Islam
6. Alamat
: Grobogan, Purwodadi
7. Riwayat Pendidikan a. TK Dharma Wanita II
: Lulus tahun 2000
b. SD N 02 Ngambakrejo
: Lulus tahun 2006
c. SMP N 02 Tanggungharjo
: Lulus tahun 2009
d. MA Mir’atul Muslimien
: Lulus tahun 2012
e. S1 IAIN Salatiga
: Lulus tahun 2016
8. Pengalaman Organisasi a. Sekretaris IMADISA
: Tahun 2013
b. DEMA FTIK (Div. Inventaris)
: Tahun 2015
c. Pengurus Komsat PMII (Div. Jarkom)
: Tahun 2016
d. Pengurus Kopri PMII (Div. Ketrampilan)
: Tahun 2016
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Salatiga, 14 September 2016 Penulis
124