METODOLOGI PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Dalam rangka penjabaran permasalahan tersebut di atas maka diperlukan landasan berpikir yang sistematis terhadap tahapan-tahapan yang berlangsung tentang hubungan
kualitas tempat tumbuh (sifat- sifat tanah) dengan
pertumbuhan hutan tanaman industri A. mangium pada daur 1 dan daur 2. Adapun alur pikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Kerangka Teoristis
Kualitas tempat tumbuh menunjukkan kapasitas produksi tanah dalam menghasilkan massa kayu untuk jenis tertentu. Faktor tempat tumbuh tegakan adalah totalitas dari peubah keadaaan habitat tegakan yang, mencakup bentuk lapangan, sifat-sifat tanah dan iklim yang memiliki tingkat keeratan hubungan yang cukup tinggi dengan dimensi tegakan (Suhendang, 1990). Terdapat dua cara pendekatan menilai kualitas tempat tumbuh. Cara pertama yaitu dengan menilai atau mengukur satu atau lebih sifat-sifat vegetasi yang mencerminkan pengaruh dari faktor-faktor lingkungan pohon atau tegakan hutan, sedangkan cara yang kedua adalah dengan menetapkan atau mengukur faktor lingkungan yang berasosiasi dengan pertumbuhan pohon atau tipe hutan (Spurr, 1952; Husch, 1963). Cara yang biasanya digunakan untuk mengukur kualitas tempat tumbuh suatu tegakan hutan tanaman yaitu menggunakan indikator peninggi. Dimana pengertian peninggi itu sendiri adalah tinggi rata-rata dari 100 pohon tertinggi yang tersebar merata pada suatu lahan seluas satu hektar hutan tanaman (Suhendang, 1990).
31
Pengelolaan Hutan dan Sistem Silvikultur
Kualitas Tempat Tumbuh Rona Awal
Faktor Genetik
•
Lahan kritis/marginal (vegetasi alang-alang)
•
Semak belukar dan hutan sekunder (hutan rawang)
Kualitas Tempat Tumbuh Daur 2 ? •
Kualitas Tempat Tumbuh Daur 1 • •
Pemanenan Kayu
Sifat Kimia Tanah (pH, C-Org, N,
Sifat Kimia Tanah (pH, C-Org, N, P, K, Ca dan Mg)
P, K, Ca dan Mg)
•
Sifat Fisika Tanah
Sifat Fisika Tanah
•
Sifat Biologi Tanah
Proses Fisiologis Tanaman
Peninggi Tegakan A. mangium
Diameter Batang dan Tinggi Total
Biomassa Tegakan
Kelestarian Kualitas Tempat Tumbuh (Daur 1 ≤ Daur 2)
32
Kandungan Hara dan Neraca Hara
Gambar 1.
33
Alur pikir penelitian
Wilde (1958) menyatakan bahwa pada dasarnya produktivitas tanah hutan dipengaruhi oleh faktor-faktor primer dan sekunder. Faktor-faktor primer ini terdiri atas kondisi umum iklim, topografi, drainase, batuan asal, tekstur tanah, profil tanah dan lain-lain ciri tanah. Sedangkan faktor-faktor sekunder antara lain serasah, simbiosis organisme, iklim mikro dan spesies tumbuhan.
Pertumbuhan pohon sangat ditentukan oleh interaksi antara tiga faktor yaitu
keturunan (genetik), kualitas tempat tumbuh (lingkungan) dan teknik pembudidayaan (silvikultur) (Kramer dan Kozlowski, 1960).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan perlu
diketahui sehingga dapat dilakukan manipulasi pertumbuhan tanaman agar dapat diperoleh hasil produksi yang menguntungkan dan lestari. Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang dapat dimanipulasi yaitu faktor genetik, faktor tanah dan sistem silvikultur (Sabarnurdin, 1999; Callesen et al, 2004). Pembangunan hutan tanaman industri A. mangium diarahkan pada lahan-lahan yang tidak produktif dengan tingkat kesuburan tanah rendah, sehingga dikhawatirkan akan terjadi kesenjangan antara tuntutan pertumbuhan tanaman yang tinggi dengan kualitas tempat tumbuh (kesuburan tanah) dengan meningkatnya daur tanaman. Perbaikan sifat-sifat tanah melalui pemupukan (TSP sebanyak 70 gram/tanaman dan urea sebanyak 30 gram/tanaman) pada pembangunan HTI A. mangium di Subanjeriji daur 1 oleh pihak PT Musi Hutan Persada telah memberikan hasil panen kayu secara memuaskan. Namun hasil penelitian menunjukkan pada daur 1 telah menyebabkan pemiskinan hara N, P, K, Ca dan Mg (Setiawan, 1993;. Mindawati, 1996; Rosalina dan Setiawan, 1997; Mackensen, 2000) serta hasil analisis statistik memberi hasil bahwa pH, C organik, kadar P tanah dan kadar K tanah menjadi peubah yang paling berpengaruh terhadap peninggi tegakan A. mangium (Chaerudy, 1994; Rukmini, 1996). Pemanenan kayu yang dilakukan pada daur 1 dapat menyebabkan hilangnya unsur hara makro seperti N, P, K, Ca dan Mg dalam jumlah banyak, hal ini tentunya akan berakibat menurunnya tingkat kesuburan tanah pada daur 2. Di tanah-tanah tropik umumnya unsur hara, tersimpan pada biomassa, sehingga apabila biomassa dipanen maka unsur hara pada tanah tersebut akan berkurang secara signifikan. Dengan demikian permasalahan yang muncul pada pembangunan hutan tanaman industri A. mangium yaitu akan timbulnya penurunan kualitas tempat tumbuh pada daur 2 dan daur berikutnya, dimana hal tersebut akan berakibat kelestarian aspek produksi tidak akan tercapai.
33
Upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kelestarian kualitas tempat tumbuh hutan tanaman industri A. mangium yaitu dengan cara memperbaiki kesuburan tanah melalui perbaikan terhadap sifat kimia tanah yaitu dengan pemupukan dan pengapuran, perbaikan sifat fisik tanah melalui pengolahan tanah dan perbaikan biologi tanah melalui peningkatan kemampuan penambatan nitrogen oleh bintil akar. Hal ini umumnya sudah biasa diterapkan pada konsep budidaya secara intensif pada bidang pertanian dan perkebunan. Salah satu syarat kelestarian pembangunan hutan tanaman industri A. mangium yaitu terjadinya kelestarian kualitas tempat tumbuh dan fungsi produksi pada setiap daur. Kelestarian kualitas tempat tumbuh dan fungsi produksi dapat diukur secara langsung melalui parameter tegakan di lapangan seperti kadar hara N, P dan K pada bagian tanaman, diameter batang dan tinggi total tegakan, kandungan hara N, P, K, Ca dan Mg pada tanah, biomassa tegakan dan neraca hara.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja PT Musi Hutan Persada, Propinsi Sumatera Selatan. Penelitian dilakukan dalam dua tahap selama 9 bulan yaitu antara bulan September 2003 sampai dengan Mei 2004. Tahap pertama selama 2 bulan untuk pengambilan data lapangan, sedangkan tahap kedua selama 7 bulan untuk analisa hara di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian IPB.
Bahan Penelitian Bahan utama penelitian sebagai obyek penelitian adalah tegakan hutan tanaman A. mangium berumur satu tahun sampai 5 tahun pada daur 2 di wilayah kerja PT Musi Hutan Persada, Propinsi Sumatera Selatan. Data peninggi, tinggi total dan diameter batang tegakan hutan tanaman A. mangium pada daur 1 diperoleh berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Saharjo (1999) dan disamping itu diperoleh pula data tinggi total dan diameter batang yang berdasarkan data dari PT Musi Hutan Persada (2003).
34
Metode Penelitian
Cara Pengambilan Contoh
Penelitian ini menggunakan metode survey. Penentuan lokasi didasarkan atas peta kelas perusahaan, peta tanah dan konsultasi dengan pihak perusahaan yaitu Divisi Research and Development PT Musi Hutan Persada.
Pada tiap umur tanaman dilakukan pengukuran
sebanyak 3 petak ukur (plot). Pengambilan contoh dilakukan pada tegakan A. mangium umur 1 tahun sampai dengan 5 tahun pada daur kedua. Setiap umur tanaman diwakili 3 petak ukur yang ditentukan secara acak, namun diusahakan lokasinya menyebar di seluruh wilayah penelitian. Petak ukur yang digunakan berbentuk lingkaran seluas 0,10 ha (jari-jari 17,80 meter).
Pada petak ukur dilakukan
pengukuran peninggi untuk menentukan kualitas tempat tumbuh, tinggi total dan diameter batang, pemanenan pohon sebanyak 3 pohon untuk menentukan biomassa dan kadar hara N, P, K, Ca dan Mg pada jaringan tanaman, lereng, tebal horison A, bintil akar dan pengambilan contoh tanah.
Pengambilan Data Lapangan
1. Peninggi
Peninggi yang digunakan dalam penelitian ini adalah peninggi dari tanaman selama penelitian ini dilakukan dari tegakan yang tidak terganggu oleh kebakaran, penggembalaan ternak, penjarangan dan kerusakan lainnya.
Peninggi dan tinggi total diukur dengan
menggunakan haga hipsometer. Perhitungan rata-rata peninggi dari masing-masing umur dan kualitas tempat tumbuh dilakukan sebagai berikut :
35
a. Peninggi dalam petak ukur ke i.
Hi =
ni ∑ Hij j=i _____________________ n
dimana : Hi Hij ni
= peninggi dalam petak ukur ke i = tinggi pohon tertinggi ke j dalam petak ukur ke i = banyaknya peninggi dalam petak ukur ke i
b. Peninggi dalam petak ke k.
Hk =
nk ∑ Hki j=i ______________ n
dimana : Hk Hki nk
= peninggi dalam petak ke k = peninggi petak ukur ke i dalam petak ke k = banyaknya petak ukur dalam petak ke k
2. Diameter batang pohon
Diameter batang pohon diukur dengan menggunakan pita ukur (meteran). Perhitungan rata-rata diameter batang pohon dari masing-masing umur tanaman dilakukan sebagai berikut : 36
a. Diameter batang pohon dalam petak ukur ke i.
Di =
ni ∑ Dij j=i _____________________ n
dimana : Di Dij ni
= diameter batang pohon dalam petak ukur ke i = diameter batang pohon ke j dalam petak ukur ke i = banyaknya pohon dalam petak ukur ke i
b. Diameter batang pohon dalam petak ke k.
Dk =
nk ∑ Dki j=i ______________ n
dimana : Dk Dki nk
= diameter batang pohon dalam petak ke k = diameter batang pohon petak ukur ke i dalam petak ke k = banyaknya petak ukur dalam petak ke k
3. Tinggi total
Tinggi total pohon diukur dengan menggunakan haga hipsometer. Perhitungan rata-rata tinggi total tanaman dari masing-masing umur tanaman dilakukan sebagai berikut :
37
a. Tinggi total dalam petak ukur ke i.
Ti =
ni ∑ Tij j=i _____________________ n
dimana : Ti Tij ni
= tinggi total dalam petak ukur ke i = tinggi total ke j dalam petak ukur ke i = banyaknya pohon dalam petak ukur ke i
b. Tinggi total dalam petak ke k.
Tk =
nk ∑ Tki j=i ______________ n
dimana : Tk Tki nk
= tinggi total dalam petak ke k = tinggi total petak ukur ke i dalam petak ke k = banyaknya petak ukur dalam petak ke k
4. Tebal horison A Horison A adalah horison pencampuran bahan mineral dengan bahan organik. Tebal horison A merupakan ukuran bagi kuantita ruang tumbuh perakaran termasuk kedalaman efektif bagi akar-akar kecil pohon. Horison A diukur dengan menggunakan bor tanah dan meteran.
Perhitungan tebal horison A dilakukan sebagai berikut : 38
THAm =
nm ∑ THA mi i=1 _______________ n
dimana : THAm THAmi n
= tebal horison A anak petak ke m = tebal horison A petak ukur ke i pada anak petak ke m = banyaknya petak ukur dalam anak petak ke m
5. Persentase kemiringan (lereng)
Pada setiap petak ukur dilakukan pengukuran lereng dengan menggunakan haga hipsometer. Perhitungan persentase kemiringan (lereng) dilakukan sebagai berikut :
Sm =
nm ∑ S mi i=1 _______________ n
dimana : Sm S mi n
= persentase kemiringan anak petak ke m = persentase kemiringan petak ukur ke i pada anak petak ke m = banyaknya petak ukur dalam anak petak ke m
6. Deskripsi profil tanah
Untuk mengetahui sifat tanah di lapangan, maka dilakukan deskripsi profil tanah untuk masing-masing jenis tanah yang diteliti. Dalam deskripsi profil memuat nama tanah berdasarkan sistem
klasifikasi LPT (1981), FAO/UNESCO (1974) dan USDA (2000), fisiografi,
permeabilitas, penggunaan tanah, muka air tanah dan penentuan horison, ketebalan horison dan uraian pada masing-masing horison. 39
7. Biomassa bintil akar
Pada setiap petak ukur dilakukan pengukuran biomassa bintil akar dengan cara membuat 3 buah lubang dekat pohon dengan luas 1 m2 yang digali sampai kedalaman 50 cm. Setiap contoh bintil akar yang terkumpul kemudian ditimbang.
Besarnya biomassa bintil akar diduga dengan rumus sebagai berikut :
BAm =
nm ∑ BA mi i=1 _______________ n
dimana : BAm = biomassa bintil akar anak petak ke m BAmi = biomassa bintil akar petak ukur ke i pada anak petak ke m n = banyaknya petak ukur dalam anak petak ke m .
8. Biomassa pohon dan kadar hara
Biomassa pohon di atas permukaan tanah diduga dengan menggunakan suatu pendekatan dimensional dengan cara dipanen sebanyak tiga pohon pada setiap petak ukur dari umur satu sampai dengan 5 tahun. Data lapangan tersebut akan digunakan untuk menyusun persamaan alometrik. Persamaan alomatrik ini digunakan untuk menentukan biomasa tegakan dengan diameter batang pohon setinggi dada (D) dan tinggi pohon (H). Beberapa pohon contoh dipilih secara acak, kemudian dari pohon-pohon contoh tersebut diambil 3 buah contoh dari komponen batang (kayu), kulit, cabang hidup, daun dan akar. Contoh dengan bobot yang sama (sekitar 200 gram) ini dikeringkan dalam oven pada suhu 80 oC selama 48 jam, kemudian disimpan untuk dianalisis kadar hara N, P, K, Ca dan Mg. Analisis unsur hara untuk setiap komponen dirata-ratakan pada ke 3 pohon. Untuk setiap contoh batang dan kulit (contoh yang dianalisis diambil seksi dasar, puncak dan bagian tengah 40
pohon) rata-rata tertimbang komposisi hara per pohon diperoleh dengan memboboti konsentrasi terukur menurut volume relatif dari kulit atau kayu untuk setiap analisis. Kadar hara akar ditentukan pada setiap petak ukur. Pada setiap petak ukur dibuat 3 buah plot dekat pohon dengan luas 1 m2 digali sampai kedalaman 50 cm. Setiap contoh akar dikeringkan dalam oven bersuhu 80 oC selama 48 jam, kemudian disimpan untuk dilakukan analisis kadar hara N, P, K, Ca dan Mg. Kuantitas hara dalam tegakan pohon A. mangium diperoleh dengan mengalikan biomassa total tega kan dari pohon-pohon dengan rata -rata kadar hara dalam pohon tersebut. 9. Pengambilan contoh tanah
Pengambilan contoh tanah dilakukan pada setiap petak ukur dengan menggunakan bor tanah. Contoh tanah diambil dari masing-masing dari horison A dan horison B, kemudian contoh tanah dari setiap petak ukur dicampur sesuai dengan horison masing-masing. Selanjutnya contoh tanah tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik sebanyak 1 kg dan diberi label sesuai dengan lokasinya. Disamping itu dilakukan pengambilan contoh tanah utuh dengan ring sample untuk analisa sifat fisik tanah pada setiap petak ukur. Semua contoh tanah dari lokasi penelitian dianalisa di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Departemen Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1. Data yang Dikumpulkan Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah meliputi :
1. Dimensi tegakan (diameter batang, tinggi total dan peninggi) daur 2 2. Biomassa dan kadar hara ( N, P, K, Ca dan Mg) pada daur 2 bagian batang, cabang, ranting, daun dan akar untuk sebaran umur satu tahun sampai 5 tahun 3. Sifat kimia, sifat biologi tanah (bintil akar) dan sifat fisik tanah di bawah tegakan hutan tanaman A. mangium umur satu tahun sampai dengan 5 tahun pada daur 2.
41
Tabel 1. Jenis parameter yang dianalisis dan metode penetapan yang digunakan dalam penelitian No. I.
II
III
IV
42
Parameter
Metode yang Digunakan
Sifat fisika tanah 1. Kadar air tersedia 2. Bobot isi 3. Tekstur (kadar liat dalam %)
Gravimetrik Nisbah bobot tanah/volume Pipet
Sifat kimia tanah 1. pH (H2O dan HCl) 2. C -organik 3. N- total tanah 4. P 5. Al dd 6. Ca, Mg, K, KTK
Potentiometrik Walkley dan Black Kjehldahl Bray II N KCl titrasi HCl NH4OAc pH 7,0
Sifat biologi tanah 1. Biomassa bintil akar
Gravimetrik
Kadar hara di biomassa 1. N, P, K, Ca, Mg
Pengabuan basah
Analisis Data
Analisis Uji Kesamaan Slope dan Intercept Dua Model
Pengujian analisis uji kesamaan slope dan intercept dua model, dilakukan pada peubah peninggi, diameter batang dan tinggi total. Kesamaan slope dan intercept dua buah kurva dapat dievaluasi dengan menggunakan pendekatan regresi linier sederhana. Jika Y1 dan Y2 adalah kurva yang merupakan fungsi dari X, atau Yi = f(x) dan Y2 = g(x). Pengujian kesamaan slope dan intercept dua model dapat dilakukan dengan cara meregresikan Y1 dan Y 2 dengan model :
Y1 = a + bY2
dimana pengujian slope (b) kurva dilakukan dengan menggunakan uji statistik :
^
T hitung =
b− b s^
2
b
dengan hipotesis
H0 : b = 1 H1 : b ≠ 1
Sedangkan untuk pengujian intercept (a) kurva, dilakukan dengan uji statistik :
43
^
T hitung =
a− a s^
2
a
Dengan hipotesis
H0 : a = 1 H1 : a ≠ 1
Jika Ho benar, t hitung memiliki sebaran -t student dengan derajat bebas n-2. penolakan H0 dapat diartikan bahwa intercept atau slope kedua kurva tidak sama (Mattjik dan Sumertajaya. 2002)
Hubungan Peninggi dengan Umur pada Hutan Tanaman A. mangium Data peninggi pada daur 1 diperoleh berdasarkan penelitian Saharjo (1999) dan data peninggi daur 2 didapatkan dari hasil pengukuran di lapangan, kemudian data tersebut dianalisa untuk mencari bentuk kurva hubungan peninggi tegakan dengan umur. Program yang digunakan untuk mencari bentuk kurva hubungan peninggi dengan umur hutan tanaman A. mangium pada daur 1 dan daur 2 menggunakan Program Curve Expert 1.3. Asumsi dasar untuk penelitian ini adalah pertama, lokasi penelitian dianggap seragam dalam hal kondisi lingkungan dan jenis yang ditanam pada daur 1 dan daur 2, dan kedua tindakan silvikultur dan pengelolaan yang dilakukan relatif sama antara daur 1 dan daur 2.
Analisis Hubungan Sifat-sifat Tanah dengan Peninggi Tegakan A. mangium 44
Analisis statistik ditujukan untuk mengidentifikasi peubah sifat-sifat tanah yang paling erat hubungannya dengan pertumbuhan hutan tanaman A. mangium pada daur 2 serta mencari pola hubungan matematik antara peubah sifat-sifat tanah tersebut dengan peubah pertumbuhan tanaman. Model matematik yang digunakan berbentuk persamaan logaritma. Sesuai dengan pola pertumbuhan hutan tanaman A. mangium maka kurva indeks tempat tumbuh merupakan penyederhanaan kurva pertumbuhan bagi kesatuan genetik tertentu di bawah seperangkat kondisi lingkungan tertentu. Persamaan umum yang digunakan untuk penelitian hubungan sifat-sifat tanah dengan peninggi tegakan A. mangium adalah regresi linier berganda menurut persamaan sebagai berikut (Husch, 1963) :
Log Y = bo + b1X1 + b2X2 + ...................+ b17 X17 + E Dimana : Log Y
= Rata-rata peninggi yang ditransformasi ke dalam logaritma
X1
= 1/umur
X2, X3, ..., X17
= Sifat-Sifat Tanah
b 0, b1, ..., b 17
= konstanta
E
= sisaan Variabel-variabel bebas yang dipilih dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
X1
= 1/umur
X2
= Tebal horison A
X3
= Persentase kemiringan (lereng)
X4
= Kadar liat pada horison A
X5
= Kadar air tersedia horison A
X6
= Bobot isi horison A
X7
= Kadar liat horison B
X8
= pH tanah
X9
= C-organik tanah
X10
= N total tanah
45
X11
= P tanah
X12
= Al dd tanah
X13
= Ca dd tanah
X14
= Mg dd tanah
X15
= K dd tanah
X16
= KTK tanah
X17
= Biomassa bintil akar
Untuk menyaring peubah-peubah bebas yang memberikan sumbangan nyata dalam menerangkan keragaman pertumbuhan hutan tanaman A. mangium digunakan metoda stepwise dengan program Minitab.
Hubungan Diameter Batang Pohon dan Tinggi Total dengan Umur pada Hutan Tanaman A. mangium Data diameter batang pohon dan tinggi total pada daur 1 diperoleh berdasarkan data penelitian Saharjo (1999) dan PT Musi Hutan Persada (2003), sedangkan data diameter batang pohon dan tinggi total pada daur 2 didapatkan dari hasil pengukuran di lapangan. Program yang digunakan untuk mencari hubungan diameter batang pohon dan tinggi total dengan umur hutan tanaman A. mangium pada daur 1 dan daur 2 menggunakan Program Curve Expert 1.3.
Pembuatan Persamaan Alometrik Biomassa Persamaan empiris untuk mendug a biomassa sesungguhnya hampir sama dengan persamaan empiris untuk menduga volume yaitu berdasarkan hubungan antara bobot kering biomassa (W), diameter pohon (D) dan tinggi pohon (H). Kato et al (1978) dalam Whitmore (1984) telah membuat hubungan alometrik hutan di Pasoh , Malaysia, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.
D
WB
D2H
H 46
WS
WT
WL
LA
Keterangan : W = bobot kering, S = batang, B = cabang, L = daun T = total pohon, La = luas daun Gambar 2. Hubungan diameter batang pohon dan tinggi total terhadap biomassa pohon Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hubungan antara diameter batang pohon tidak berbanding lurus dengan tinggi total pohon. Oleh karena itu hubungan D dan W tanpa H menjadi pilihan terbaik seperti dilakukan oleh Brown (1997). Brown (1997) telah membuat model penduga biomassa di hutan tropika dengan model polynomial (Y = a + bD + c D2) atau model pangkat (Y = a D b) berdasarkan zona wilayah curah hujan kering, lembab dan basah. Model pendugaan biomassa daerah lembab dan basah yang diusulkan Brown (1997) adalah model polinomial dan model pangkat. Oleh karena itu model pendugaan biomassa pohon di lokasi penelitian akan dicoba dengan menggunakan model polynomial dan model pangkat. Penyusunan diawali dengan melihat tingkat keeratan masing-masing peubah baik antar peubah bebas maupun antara peubah tidak bebas. Setiap model yang disusun dicari nilai keofisien determinasi (R2), nilai simpangan kuadrat (MS) dan F hitung. Nilai koefisien determinasi (R2) digunakan untuk menerangkan besarnya peubah-peubah bebas yang dapat menerangkan peubah tidak bebasnya, makin besar nilai koefisien determinasinya maka model yang dibentuk semakin baik. Nilai simpangan kuadrat digunakan untuk melihat besarnya kesalahan atau simpangan dari nilai tengahnya dimana semakin besar nilai simpangan kuadrat maka model yang dibentuk semakin jelek. F hit digunakan untuk melihat apakah nilai- nilai koefisien regresi dapat diandalkan untuk meramalkan besarnya biomassa. Persamaan alometrik ini digunakan untuk menduga biomassa pohon yang berdiameter > 10 cm, untuk pada saat tanaman A. mangium berumur sekitar 3 tahun.
Pendugaan Nilai Tengah, Keragaman dan Uji Beda Nyata
Besarnya nilai rata-rata dan selang penduga pH tanah, kadar bahan organik, kadar hara N, P, K, Ca dan Mg pada tanah dan tanaman ditentukan secara statistik.
Nilai rata-rata ditentukan dengan rumus sebagai berikut : ni ∑ Xi 47
X
=
i=1 _____________________ n
dimana : X = Nilai rata -rata Xi = Nilai X ke i n = Banyaknya contoh
Nilai keragaman ditentukan dengan rumus :
S2
=
ni ∑ X i - (∑X i )2 / n i=1 _____________________ n -1
dimana : S 2
= Nilai keragaman ke i
Sedangkan untuk mengetahui perbedaan pH tanah, bahan organik tanah dan kadar hara N, P, K, Ca dan Mg pada tanah dan tiap bagian tanaman dilakukan uji beda nyata dari Tukey (Steel and Torrie, 1980).
48