III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi minyak bumi, salah satunya dengan menerapkan teknologi Enhanched Oil Recovery (EOR) pada lapangan minyak yang sudah tua. Salah satu teknologi EOR adalah dengan menginjeksikan bahan kimia pada lapangan tua. Bahan kimia yang diinjeksikan sendiri merupakan gabungan dari surfaktan, co-surfaktan, polimer, elektrolit, dan lain-lain. Proyek EOR menggunakan bahan kimia ini telah direncanakan pemerintah sebagai salah satu program peningkatan produksi minyak bumi. Proyek ini direncanakan akan dilakukan pada beberapa lapangan tua di Indonesia. Adanya penerapkan teknologi EOR menggunakan bahan kimia membuat adanya peluang untuk mengembangkan industri surfaktan. Salah satu surfaktan yang potensial dikembangkan adalah surfaktan Metil Ester Sulfonat (MES). Penelitian mengenai surfaktan MES telah dilakukan oleh Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC) IPB bekerjasama dengan PT. Mahkota Indonesia. Kerjasama tersebut, PT Mahkota Indonesia memfasilitasi penyediaan gas SO3 yang menjadi salah satu bahan penolong dalam pembuatan MES. Surfaktan MES yang termasuk surfaktan anionik ini memiliki kemampuan untuk menurunkan tegangan antarmuka antara air dan minyak. Surfaktan MES dapat dibuat dari minyak nabati, salah satunya dari minyak kelapa sawit. Dari segi ketersediaan bahan baku, Indonesia merupakan negara penghasil minyak kelapa sawit. Luas areal kelapa sawit di Indonesia pada periode 1970-2009 cenderung mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan 11,2 %. Produksi minyak kelapa sawit pada tahun 2009 saja mencapai lebih dari 18 juta ton (Kementrian Pertanian, 2010) namun selama ini penggunaan minyak kelapa sawit untuk industri pengolahan kelapa sawit masih relatif rendah yaitu baru sekitar 35% dari total produksi. Pemerintah Indonesia telah merencanakan pokok-pokok aksi jangka menengah (2010-2014) dalam pengembangan klaster industri pengolahan kelapa sawit dengan pengembangan industri turunan minyak sawit ke arah industri surfaktan, pelumas dan biodiesel (Kementrian Perindustrian, 2009). Adanya peluang pasar surfaktan MES yang terbuka yaitu untuk aplikasi EOR dengan injeksi bahan kimia, ditambah dengan ketersediaan bahan baku minyak kelapa sawit yang cukup melimpah serta teknologi proses produksi yang telah dikembangkan oleh SBRC IPB di PT Mahkota Indonesia, membuat usulan untuk mendirikan industri surfaktan MES berbasis minyak kelapa sawit menjadi cukup strategis. Usulan pendirian industri ini perlu dilakukan studi untuk melihat kelayakannya. Bila dari studi kelayakan industri surfaktan ini memenuhi kriteria kelayakan, maka industri ini dapat didirikan. Studi kelayakan industri surfaktan MES berbasis minyak kelapa sawit untuk aplikasi EOR ini dilakukan dengan meneliti beberapa aspek diantaranya aspek pasar, teknis, manajemen, legalitas dan lingkungan, serta finansial. Teknik yang digunakan dalam penentuan kelayakannya adalah pengumpulan data-data yang dibutuhkan baik berupa data primer maupun data sekunder. Data primer didapatkan dengan survei lapang, wawancara dengan para ahli, sedangkan data sekunder melalui data yang berasal dari buku, jurnal, buletin, dan lain sebagainya. Data-data tersebut kemudian ditabulasi dan kemudian dianalisis. Analisis ini selanjutnya menjadi pengambilan keputusan terhadap kelayakan pendirian industri surfaktan MES.
3.1 TAHAPAN STUDI KELAYAKAN Tahapan yang dilakukan dalam penyusunan studi kelayakan ini dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan studi kelayakan. Adapun tahap-tahap dalam penyusunan studi kelayakan antara lain: 1. Pengumpulan data dan informasi Mengumpulkan data dan informasi merupakan tahapan awal yang dilakukan. Data dikumpulkan selengkap mungkin baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Pengumpulan data diperoleh dari berbagai sumber yang dapat dipercaya antara lain dari Lembaga Penelitian Minyak dan Gas (LEMIGAS), Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementrian Perindustrian, Kementrian Pertanian, PT. Mahkota Indonesia, Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC) IPB, Pemerintah Daerah, dan Bank Mandiri. Adapun data yang dibutuhkan pada penelitian ini meliputi: a. Data proyek EOR menggunakan bahan kimia b. Data kebutuhan surfaktan untuk satu lapangan minyak c. Data ketersediaan bahan baku minyak kelapa sawit d. Data proses produksi surfaktan MES e. Data spesifikasi mesin dan peralatan f. Tata cara perizinan industri g. Harga tanah, bahan baku, bahan penolong, utilitas, serta harga-harga lain yang dibutuhkan dalam analisis finansial. h. Data suku bunga yang berlaku pada salah satu bank. 2.
Pengolahan data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode-metode yang lazim digunakan. Pengolahan data dilakukan secara benar dan akurat pada aspek-aspek yang hendak diteliti. 3.
Analisis data Langkah yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan analisis data untuk menentukan kelayakan dari keseluruhan aspek. a.
Aspek pasar. Inti analisis aspek pasar adalah market share yang hendak diambil dari pasar potensial tersebut. Metode yang digunakan dalam penentuan pasar potensial adalah mengidentifikasi kesempatan terlebih dahulu, kemudian mengidentifikasi hambatan, dan terakhir merencanakan market share. b.
Aspek teknis teknologis Aspek ini menganalisis mengenai lokasi industri yang hendak didirikan, kemudian menentukan besarnya kapasitas produksi, teknologi proses produksi yang digunakan, penentuan kebutuhan luas ruangan industri dan lay out produksi. Penentuan lokasi industri mempertimbangkan ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, utilitas, supply tenaga kerja, dan fasilitas transportasi. Penentuan kapasitas produksi mempertimbangkan kemampuan pasar menyerap produk, ketersediaan bahan baku, dan kemampuan teknis. Penentuan teknologi proses produksi mempertimbangkan jumlah kapasitas produksi, limbah yang dihasilkan, keefektifan dan efisiensi produksi. Penentuan kebutuhan luas ruangan produksi
12
dilakukan dengan cara sebagai berikut: kebutuhan luas ruangan mesin dan peralatan pembantu adalah maksimum panjang dikalikan maksimum lebarnya, kebutuhan luas ruangan operator adalah maksimum panjang mesin dikalikan satu meter, kebutuhan luas ruangan bahan disesuaikan dengan bentuk bahan atau wadahnya, dan kelonggaran yang dipakai adalah 150%. c. Aspek manajemen Aspek ini menentukan tipe organisasi yang sesuai dengan industri ini. Selain itu ditentukan pula kebutuhan sumber daya manusia untuk menempati jabatan pada tipe organisasi yang telah ditentukan dan kualifikasi pendidikan yang sesuai untuk menempati jabatan tersebut. d. Aspek legalitas dan lingkungan Aspek legalitas ini menentukan bentuk badan usaha yang sesuai. Selain itu ditentukan pula hal-hal yang diperlukan dalam perizinan industri. Aspek lingkungan menganalisis dampak lingkungan yang ditimbulkan serta cara penanggulanganya. e. Aspek finansial Aspek finansial ini menilai mengenai kebutuhan biaya –biaya yang dibutuhkan dalam industri ini, baik itu berupa biaya investasi maupun biaya produksi. Selain itu dianalisis pula rencana pendapatan yang akan diterima bila industri ini dijalankan. Kemudian struktur pembiayaan industri ini dengan tingkat suku yang berlaku. Metode penilaian yang digunakan untuk menentukan kelayakan investasi ini meliputi: net present value, internal rate of return, benefit cost ratio, break even point, pay back period, dan analisis sensitivitas serta analisis resiko mata uang. 1) Net Present Value (NPV) Menurut Soeharto (1999), NPV didasarkan pada konsep mendiskonto seluruh aliran kas masuk dan keluar selama umur proyek (investasi) ke nilai sekarang, kemudian menghitung angka neto maka akan diketahui selisihnya dengan memakai dasar yang sama yaitu harga pasar (saat ini). Rumus NPV dijelaskan pada Persamaan 3.1.
(3.1)
Keterangan (C)t (Co)t n i t
= aliran kas masuk tahun ke-t = aliran kas keluar tahun ke-t = umur unit usaha hasil investasi = arus pengembalian (rate of return) = waktu
indikasinya,NPV = positif , usulan dapat diterima, semakin tinggi nilai NPV maka semakin baik NPV = negatif, usulan ditolak NPV = 0 berarti netral
13
2.
Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) adalah arus pengembalian yang menghasilkan NPV aliran kas masuk=aliran kas keluar. Untuk IRR ditentukan terlebih dahulu NPV=0, kemudian dicari berapa besar arus pengembalian (diskonto) (i) agar hal tersebut terjadi. Rumusnya dijelaskan pada persamaan 3.2. (3.2) keterangan (C)t = aliran kas masuk tahun ke-t (Co)t = aliran kas keluar tahun ke-t i = arus pengembalian (diskonto) n = tahun Indikasinya, IRR > arus pengembalian (i) yang diinginkan (required rate of return), maka diterima IRR < arus pengembalian (i) yang diinginkan (required rate of return), maka ditolak. 3.
Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio ) Menurut Soeharto (1999), Benefit/cost ratio adalah perbandingan manfaat terhadap biaya. Pada proyek-proyek swasta benefit umumnya berupa pendapatan minus biaya di luar biaya pertama (misalnya untuk produksi dan operasi. Rumusnya dijelaskan persamaan 3.3. (3.3) keterangan B/C ratio = Benefit cost ratio R = Nilai sekarang pendapatan (C)op = Nilai sekarang biaya (di luar biaya pertama) Cf = Biaya pertama Indikasinya,B/C ratio > 1 usulan diterima B/C ratio < 1 usulan ditolak B/C ratio = 1 netral 4.
Pay Back Period (PBP) Pay Back Period menurut Soeharto (1999) adalah jangka waktu yang digunakan untuk mengembalikan modal investasi, dihitung dari aliran kas bersih. Aliran kas bersih sendiri adalah selisih pendapatan dikurangi pengeluaran pertahun. Bila aliran kas tiap tahunnya berubah-ubah maka rumusnya sebagai berikut: (3.3) Keterangan Cf An n
= Biaya pertama = Aliran kas pada tahun n = Tahun pengembalian ditambah 1
14
5.
Break even point (BEP) Menurut Ibrahim (2003), Break even point adalah titik pulang pokok dimana total revenue sama dengan total cost. Semakin besar keuntungan yang diterima maka semakin cepat waktu pengembalianya. Rumus untuk menghitung BEP pada persamaan 3.4. dan 3.5. BEP (jumlah produksi) =
(3.4)
BEP (Rupiah) =
(3.5)
Keterangan a : biaya tetap b : biaya variabel per unit p : harga per unit q : jumlah produksi 6.
Analisis sensitivitas Analisis sensitivitas mengkaji sejauh mana perubahan parameter aspek finansial berpengaruh terhadap keputusan yang dipilih. Apabila nilai unsur tertentu berubah dengan variasi yang relatif besar tetapi tidak berakibat terhadap investasi, maka dapat dikatakan bahwa keputusan untuk berinvestasi pada suatu proyek tidak sensitif terhadap unsur yang dimaksud. Sebaliknya bila terjadi perubahan yang kecil saja mengakibatkan perubahan keputusan investasi maka dinamakan keputusan untuk berinvestasi tersebut sensitif terhadap unsur yang dimaksud. Analisis sensitivitas terhadap unsur-unsur yang terdapat di dalam aliran kas meliputi perubahan harga bahan baku, biaya produksi, berkurangnya pangsa pasar, turunnya harga jual produk per unit, ataupun tingkat bunga pinjaman (Soeharto 2000). Selain itu dianalisis pula resiko nilai tukar mata uang asing.
3.1. PENGAMBILAN KEPUTUSAN Analisis yang telah dilakukan pada beberapa aspek selanjutnya digunakan dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan ini berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Jika ternyata layak dilaksanakan maka industri ini dapat dijalankan namun bila tidak layak maka dibatalkan dengan menyebutkan alasannya. Jika layak bersyarat maka disebutkan syarat kelayakanya. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam studi kelayakan industri surfaktan MES untuk aplikasi EOR ini ditunjukkan pada Gambar 4.
15
Mulai
Pengumpulan data tidak Data cukup
Survei lapang
ya Tabulasi data
Analisis pasar market share
Analisis teknis teknologis Lokasi industri, kapasitas produksi, teknologi proses produksi, kebutuhan luas ruangan, lay out
Analisis manajemen Tipe organisasi, kebutuhan tenaga kerja, tugas tenaga kerja, kualifikasi tenaga kerja
Analisis legalitas dan lingkungan Tata cara perizinan, dampak lingkungan yang ditimbulkan dan upaya penanganannya.
Analisis finansial Biaya-biaya, rencana penerimaan, sumber dana dan struktur pembiayaan, aliran kas, laba rugi, kriteria investasi, analisis sensitivitas, analisis resiko. . Pengambilan keputusan Selesai
Gambar 4. Tahapan studi kelayakan
16