III. METODOLOGI
A. KERANGKA PEMIKIRAN Pabrik roti seperti PT Nippon Indosari Corpindo merupakan salah satu contoh industri pangan yang memproduksi produk berdasarkan nilai permintaan, dengan ciri produk memiliki waktu siklus penyimpanan yang pendek, sangat memerlukan perancangan sistem produksi yang tepat untuk mendukung kelancaran sistem produksinya. Kelancaran sistem produksi memiliki pengaruh terhadap tinggi rendahnya produktivitas dari suatu industri. Tingginya produktivitas dapat membantu industri untuk memenuhi permintaannya dengan tepat waktu. Kelancaran sistem produksi umumnya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor ini merupakan komponen-komponen proses produksi itu sendiri yang dapat mendukung lancarnya aliran bahan bila diterapkan secara tepat. Beberapa komponen yang memiliki pengaruh terhadap kelancaran sistem produksi yaitu, pelayanan operator/mesin, tata letak, penanganan bahan, dan lainnya. Operator merupakan komponen penting dalam suatu sistem produksi. Semakin tinggi kinerja operator yang diberikan maka akan semakin baik bagi tingkat produktivitas bahan yang dihasilkan. Pengukuran tingkat kinerja operator dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran kerja. Pengukuran waktu kerja merupakan metode penetapan keseimbangan antara jalur manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Hal ini berimplikasi pada pemanfaatan sumber daya manusia dan juga efisiensi waktu yang dapat meningkatkan produktivitas. Kinerja operator juga ditentukan oleh keadaan ruang produksi tersebut yang dapat memberikan tingkat kenyamanan tertentu bagi operator, hal ini dapat diberikan melalui strategi tata letak yang tepat. Selain itu, pengefisiensian waktu juga dapat didapatkan melalui penerapan strategi tata letak yang baik juga. Tata letak yang merupakan salah satu strategi dalam pengefisiensian operasi dalam jangka panjang, dapat memberikan kemudahan dan kelancaran dalam proses
29
produksi bila diterapkan secara tepat. Tata letak yang baik akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan produktivitas perusahaan. Pabrik roti umumnya menerapkan tata letak berdasarkan produk (product layout), yaitu dimana tata letak mesin dan peralatan akan disusun berdasarkan urutan proses produksinya. Salah satu permasalahan yang sering ditemukan pada tata letak tipe produk (product layout) pada industri pengolahan roti adalah yang berkaitan dengan keseimbangan lini produksi (line balancing). Kapasitas keluaran dan masukan dari stasiun satu ke stasiun lainnya yang tidak sama dapat mengakibatkan ketidakseimbangan aliran bahan, bottleneck, dan antrian. Menurut Apple (1990), salah satu metode yang dapat digunakan untuk melakukan analisis keseimbangan lini adalah dengan menggunakan teori antrian. Menurut Siagian (1987), dalam menganalisis keseimbangan lini dengan teori antrian, yang menjadi dasar pertimbangannnya adalah kecepatan kedatangan bahan dan kecepatan pelayanan server pada tiap stasiun kerja dengan menggunakan teori antrian. Solusi yang dihasilkan dari analisis antrian dapat berupa pengembangan model antrian dengan kinerja sistem produksi yang lebih baik, dapat diindikasikan oleh kondisi proses produksi yang mendekati tercapainya keseimbangan lini antara stasiun kerja yang satu dengan stasiun kerja lainnya. B. PENYELESAIN PERMASALAHAN Menurut Sutalaksana et. al. (1979), terdapat 5 langkah sistematis untuk memecahkan suatu masalah yaitu : 1.
Pendefinisian Masalah Pada tahapan ini, tujuan yang akan dicapai dinyatakan secara umum, artinya ditentukan dahulu kriteria-kriterianya, hasil yang diinginkan, waktu yang tersedia dan lain-lain.
2.
Penganalisaan Masalah Berdasarkan fakta-fakta yang ada, dibuat spesifikasi dan batasanbatasannya, menyajikan fakta-fakta secara sistematis, melakukan pengujiian kembali atas persoalam dan kriteria-kriterianya.
30
3.
Pencarian Alternatif-Alternatif Berdasarkan kriteria-kriteria dan
batasan-batasan
yang telah
ditentukan, maka dibuatlah berbagai alternatif pemecahan permasalahan. 4.
Mengevaluasi Alternatif-Alternatif yang Diusulkan Alternatif-alternatif yang diperoleh pada langkah 3, dipilih yang paling baik dengan menggunakan prinsip-prinsip dan teknik-teknik yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
5.
Pengambilan Keputusan Satu alternatif yang terpilih dari berbagai alternatif yang ada merupakan keputusan yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak manajemen perusahaan. Jika pelaksana analisa bukan merupakan pelaksana keputusan, maka harus silakukan upaya komunikasi hasil analisa. Diperlukan cara-cara komunikasi yang sistematis dan jelas agar tidak terjadi salah pengertian.
C. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Produksi PT Nippon Indosari Corpindo, Cikarang yang terletak pada Kawasan Industri Jababeka Jalan Jababeka XVIIB, Blok U No. 33, Cikarang, Bekasi 17530. Perusahaan ini bergerak di bidang pangan, yaitu roti tawar dan roti manis. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu dimulai pada tanggal 20 April sampai 19 Juni 2009.
D. TATA LAKASANA 1.
Kajian Pustaka dan Observasi Lapang Kajian pustaka dilakukan untuk mempelajari terlebih dahulu mengenai pengukuran kerja, tata letak, dan keseimbangan lini. Observasi lapang merupakan pengamatan langsung yang dilakukan pada industri yang bersangkutan untuk mengetahui kondisi lapang sebenarnya.
31
2.
Identifikasi Masalah Identifikasi
masalah
merupakan
observasi
terhadap
gejala
permasalahan yang ada pada kinerja operator, tata letak, adanya bahan yang menunggu, idle time, kecepatan kedatangan bahan, dan kecepatan pelayanan mesin/operator yang berpengaruh terhadap keseimbangan lini produksi antar stasiun. 3.
Formulasi Masalah Formulasi masalah dilakukan berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan. Studi waktu, analisis tata letak dan keseimbangan lini produksi dikembangkan untuk menganalisis dan memperbaiki produktivitas perusahaan. Formulasi masalah dilakukan secara heuristik maupun prosedural yang bertujuan untuk mengetahui kebutuhan data.
4.
Pengumpulan Data Data-data yang dipakai dan dibutuhkan pada penelitian ini adalah : a.
Data primer diperoleh melalui : 1) Pengamatan langsung di perusahaan Pengamatan langsung di perusahaan yang dilakukan yaitu pengukuran secara langsung terhadap tata letak pabrik yang ada, proses
produksinya,
mesin
dan
peralatan
yang
digunakan,
pengukuran waktu siklus dari setiap proses, kecepatan kedatangan bahan, kecepatan pelayanan operator pada setiap stasiun kerja, dan pengukuran jam henti dengan menggunakan stopwatch. 2) Wawancara Wawancara
dilakukan
untuk
mendapatkan
informasi
mengenai kegiatan-kegiatan dan proses yang terjadi, serta mengenai permasalahan yang timbul dan upaya untuk mengatasinya kepada pihak-pihak terkait, seperti asisten manajer produksi, dan pekerja pabrik.
32
b.
Data sekunder diperoleh melalui : 1) Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan untuk mencari literatur dan referensi yang berhubungan dengan Tata Letak Pabrik dan Keseimbangan Lini pada Industri Roti. 2) Laporan internal perusahaan Laporan internal perusahaan seperti data umum perusahaan, data kapasitas produksi yang ingin dicapai, data jadwal produksi, dan data lainnya.
5.
Metode Pengukuran Waktu Kerja Metode pengukuran
waktu
yang
dilakukan
adalah
metode
pengukuran jam henti dengan menggunakan stopwatch. Langkah-langkah pengukuran kerja dapat diuraikan sebagai berikut : a.
Pendefinisian pekerjaan yang akan diukur waktunya.
b.
Pencatatan semua informasi yang berkaitan dengan pekerjaan, seperti layout, spesifikasi mesin, dan lain-lain.
c.
Pembagian operasi kerja ke dalam elemen-elemen kerja sedetail mungkin namun masih dalam batas-batas kemudahan untuk mengukurnya.
d.
Lakukan
pengamatan,
pengukuran
dan
pencatatan
waktu
yang
dibutuhkan oleh operator untuk menyelesaikan elemen-elemen kerja tersebut. e.
Lakukan pengujian kelayakan data terhadap data yang telah diperoleh. Pengukuran waktu dapat dilanjutkan apabila data yang diperoleh telah melalui 3 tahap pengujian kelayakan data, 3 (tiga) tahapan itu adalah sebagai berikut 1) Uji Kenormalan Data Dari data yang didapat dilakukan uji kenormalan data dengan uji Kolmogorv Smirnov. Uji ini digunakan untuk menentukan berasal dari distribusi apakah suatu sampel (Chakravart, 1967). Untuk pengujian distribusi normal, uji hipotesa yang digunakan adalah :
33
Ho : Data berdistribusi normal H1 : Data tidak berdistribusi normal Dengan tolak Ho jika P value < α sebesar 5 %. Jika data yang diambil berdistribusi normal, maka dapat dilanjutkan dengan pengujian selanjutnya. 2) Uji Keseragaman Data Pengujian
keseragaman
data
dilakukan
dengan
menggunakan peta kontrol (control chart). Peta kontrol dibatasi oleh dua batas yaitu batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB). Data yang dikatakan seragam, yaitu bila nilai rata-rata data tiap subgrup berada di antara dua batas kontrol, dan dikatakan tidak seragam, yaitu bila nilai rata-rata data tiap subgrupnya berada di luar dua batas kontrol. Berikut tahapan-tahapan dalam menganalisa keseragaman data : a) Rata-rata subgrup ( ) =
∑
Dimana :
= data waktu pada subgrup ke-i k = jumlah data waktu pada tiap subgrup
b) Rata-rata dari rata-rata subgrup ( ) X=
∑
Dimana :
= rata-rata subgrup ke-i n = jumlah subgrup
c) Standar deviasi ( ) =
∑(
Dimana :
)
= rata-rata dari rata-rata subgrup N = jumlah data waktu pengamatan = waktu ke-j yang teramati selama pengamatan
34
d) Standar deviasi dari distribusi harga rata-rata subgrup ( =
)
√
Dimana :
= standar deviasi n = jumlah subgrup
e) Batas kontrol atas (BKA) = f)
+ 3.
Batas kontrol bawah (BKB) =
− 3.
Dimana :
= rata-rata dari rata-rata subgrup = standar deviasi dari distribusi harga rata-rata subgrup
3) Uji Kecukupan data Uji kecukupan data digunakan untuk mengetahui pada tingkat kepercayaan dan ketelitian berapa, data tersebut dapat mewakili populasi yang diamati. Data yang dapat dikatakan telah cukup untuk mewakili populasi yang diamati atau belum, yaitu apabila nilai N > N’. Menurut Barnes (1980), rumus uji kecukupan data yang digunakan pada tingkat kepercayaan 95 % dan ketelitian 10 %, adalah sebagai berikut : = Dimana :
∑
(∑ ) ∑
= jumlah pengamatan yang dibutuhkan N = jumlah data waktu pengamatan X = nilai tiap pembacaan stopwatch atau individul observation
f.
Penentuan nilai penyesuaian terhadap sikap kerja dari operator yang diamati. Nilai penyesuain didapat dengan menjumlahkan nilai dari masing-masing faktor penyesuaian. Berikut kriteria penyesuaian menurut Westinghouse yang dapat dilihat pada Tabel 2.
35
Tabel 2. Kriteria Penyesuaian Menurut Westinghouse Faktor
Kelas Superskill Excellent
Keterampilan
Good Average Fair Poor Excessive Excellent
Usaha
Good Average Fair Poor
Kondisi Kerja
Konsistensi
Ideal Excellently Good Average Fair Poor Perfect Excellent Good Average Fair Poor
Lambang A1 A2 B1 B2 C1 C2 D E1 E2 F1 F2 A1 A2 B1 B2 C1 C2 D E1 E2 F1 F2 A B C D E F A B C D E F
Penyesuaian + 0.15 + 0.13 + 0.11 + 0.08 + 0.06 + 0.03 0.00 - 0.05 - 0.10 - 0.16 - 0.22 + 0.13 + 0.12 + 0.10 + 0.08 + 0.05 + 0.02 0.00 - 0.04 - 0.08 - 0.12 - 0.17 + 0.06 + 0.04 + 0.02 0.00 - 0.03 - 0.07 + 0.04 + 0.03 + 0.01 0.00 - 0.02 - 0.04
Sumber : Sutalaksana et. al., 1979. g.
Penentuan nilai kelonggaran (allowance factor) terhadap sikap kerja dari operator yang diamati. Nilai kelonggaran didapat dengan menjumlahkan semua nilai dari masing-masing faktor kelonggaran. Berikut kriteria kelonggaran yang dpat dilihat pada Tabel 3.
36
Tabel 3. Kriteria Kelonggaran Faktor
Tenaga yang dikeluarkan
Sikap Kerja
Gerakan Kerja
Kriteria 1. Dapat diabaikan 2. Sangat ringan 3. Ringan 4. Sedang 5. Berat 6. Sangat berat 7. Luar biasa berat 1. Duduk 2. Berdiri di atas dua kaki 3. Berdiri di atas satu kaki 4. Berbaring 5. membungkuk 1. Normal 2. Agak terbatas 3. Sulit 4. Sebagian anggota badan terbatas 5. Seluruh anggota badan terbatas Pandangan Mata
Kelelahan Mata
1. Pandangan terputus-putus 2. Pandangan terus-menerus 3. Fokus berubah-ubah 4. Fokus tetap Temperatur (oC)
Keadaan Temperatur
Keadaan Atmosfer
Keadaan Lingkungan
1. < 0 2. 0 - 13 3. 13 - 22 4. 22 - 28 5. 28 -38 6. >38 1. Baik 2. Cukup 3. Kurang baik 4. Buruk 1. Bersih, sehat, tidak bising 2. Lama siklus 5 - 10 detik 3. lama siklus 0 - 5 detik 4. Sangat bising 5. Dapat menurunkan mutu 6. Terasa adanya getaran lantai 7. Keadaan yang luar biasa
Nilai Kelonggaran (%) Bagi Pria Bagi Wanita 0.0 - 6.0 0.0 - 6.0 6.0 - 7.5 6.0 -7.5 7.5 - 12.0 7.5 - 16.0 12.0 - 19.0 16.0 - 30.0 19.0 - 30.0 30.0 30.0 - 50.0 30.0 50.0 30.0 0.0 - 1.0 1.0 - 2.5 2.5 - 4.0 2.5 - 4.0 4.0 - 10.0 0 0.0 - 5.0 0.0 - 5.0 5.0 - 10.0 10.0 - 15.0 Cahaya Cahaya Cukup Kurang 0.0 - 6.0 0.0 - 6.0 6.0 - 7.5 6.0 - 7.5 7.5 - 12.0 7.5 - 16.0 12.0 - 19.0 16.0 - 30.0 Lembab Lembab Normal Berlebihan 10 12 10 - 0 12 - 5 5-0 8-0 0-5 0-8 5 - 40 8 - 100 40 100 0 0-5 5 - 10 10 - 20 0 0-1 1-3 0-5 0-5 5 - 10 5 - 15
Sumber : Sutalaksana et. al., 1979.
37
h.
Penghitungan waktu baku (standard time), dapat dilihat pada rumus perhitungan di bawah ini : 1)
Waktu Siklus ( =
2)
∑
× (1 +
Waktu Baku (
= 6.
)
Waktu Normal ( =
3)
)
×
)
) (%))
(
Metode Analisis Tata Letak Metode analisis tata letak yang digunakan yaitu dengan pembuatan diagram keterkaitan. Diagram keterkaitan digunakan untuk membuat perencanaan penentuan mesin-mesin dengan memperhatikan hubungan kedekatan antara mesin dan keterkaitan antara kegiatan produksi. Bagan keterkaitan aktivitas tersusun atas sejumlah belah ketupat, dengan masing-masing belah ketupat menunjukkan hubungan keterkaitan aktifitas. Bagian atas dari masing-masing belah ketupat menunjukkan simbol kedekatan sedangkan pada bagian bawah menunjukan alasan kedekatan. peta aktifitas tersebut kemudian dianalisis menggunakan TCR (Total Closeness Rating). TCR menunjukkan pusat aktifitas menjadi center dari semua aktifitas yang ada dan seberapa besar keterkaitan pusat aktifitas terhadap sejumlah pusat aktifitas lainnya. Penetuan pusat aktifitas dilakuakan secara kuantitatif mengikuti perhitungan sebagai berikut : M
TCR = ∑ V (rij) j=1,j≠j
Dimana : rij
= hubungan pusat aktifitas ke-i dan ke-j
V(rij) = fungsi nilai yang ditetapkan untuk rij, setiap simbol tersebut memiliki besaran yang berbeda-beda yaitu: V(rij=A) = 81
V(rij=I) = 9
V(rij=U) = 1
V(rij=E) = 27
V(rij=O) = 3
V(rij=X) = 0
38
Hasil analisis keterkaitan antar departemen dilaporkan dalam bentuk peta keterkaitan kegiatan, lembar kerja untuk diagram keterkaitan, dan diagram keterkaitan antar departemen. 7.
Metode Analisis Keseimbangan Lini Data-data yang diperlukan dalam analisis keseimbangan lini yaitu data
kedatangan
bahan,
waktu
pelayanan
mesin/operator,
jumlah
operator/mesin dan disiplin antrian yang diterapkan pada perusahaan. Datadata yang melibatkan kerja operator di dalamnya harus diuji distribusi terlebih dahulu melalui uji kecukupan data dan uji distribusi data. Hal ini untuk memastikan bahwa data yang telah dimiliki telah cukup untuk mewakili populasi yang diamati atau tidak, serta untuk melihat sebaran peluang yang akan terjadi di dalam sistem antrian. Metode uji kecukupan data yang digunakan sama seperti uji kecukupan data pada data pengukuran waktu baku dengan selang kepercayaan yang digunakan yaitu pada tingkat kepercayaan 95% dan ketelitian 10%. Setelah itu dilakukan uji distribusi data dengan bantuan perangkat lunak EasyFit 5.1 Professional. Populasi data yang telah diuji distribusi datanya dan memiliki distribusi Poisson atau eksponensial dianalisa dengan menggunakan rumusrumus baku model antrian, sedangkan bila terdistribusi normal, maka model diselesaikan melalui teknik simulasi. Teknik simulasi dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak QSS 1.00. Output dari hasil uji distribusi data dengan menggunakan software EasyFit 5.1 Professional merupakan salah satu data input yang akan dimasukkan saat mengoperasikan perangkat lunak QSS 1.00. Output tersebut berupa parameter-parameter dari tiap distribusi yang berada pada ranking 1 pada setiap stasiun yang dikerjakan oleh operator. Data lain yang diinputkan ke dalam software QSS yaitu jumlah operator, kapasitas antrian, disiplin antrian, tipe komponen, dan nama komponen yang telah dibuat sendiri sebelumnya sesuai dengan kondisi nyata di perusahaan. Objek yang diperhatikan (entity) sebagai output dari analisa sistem antrian adalah customer analysis, server analysis, dan queue analysis, dimana 39
customer analysis terdiri dari jumlah bahan yang dihasilkan (number of finished), rata-rata waktu menunggu (Wq), dan rata-rata waktu siklus (W); server analysis terdiri dari utilitas pelayanan (server utilization); dan queue analysis terdiri dari rata-rata panjang antrian (Lq), dan rata-rata waktu menunggu (Wq). Verifikasi
model
dilakukan
dengan
membandingkan
waktu
pelayanan historis dengan waktu pelayanan hasil simulasi. Apabila nilai tengah hasil simulasi tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan nilai tengah waktu pelayanan historisnya, maka model simulasi antrian yang dikembangkan telah mewakili kondisi sebenarnya. Diagram alir penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 6.
40
Gambar 6. Diagram Alir Penelitian Keseluruhan
41