METODOLOGI
Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan dalam rangka mendorong pengembangan industri rumput laut secara berkelanjutan melalui pendekatan klaster.
Penelitian ini
bermaksud merancang suatu model pengembangan klaster industri rumput laut menggunakan pendekatan pembangunan yang berkelanjutan. Pengembangan klaster industri rumput laut merupakan suatu sistem yang kompleks dengan berbagai permasalahan sebagaimana disampaikan oleh Martin dan Mayer (2008), ADB (2001), Rosenfeld (2002), Matopoulos et al. (2005), dan Taufik (2007). Pengembangan klaster industri rumput laut yang berkelanjutan pada penelitian ini pada hakekatnya merupakan upaya penguatan daya saing industri rumput laut berdasarkan pada dimensi-dimensi keberlanjutan yang telah ditetapkan. Identifikasi keberlanjutan klaster industri rumput laut mengacu pada pilarpilar pokok model pembangunan berkelanjutan, yang meliputi pilar ekonomi, sosial, dan lingkungan, dengan tidak meninggalkan ciri khas klaster sebagai titik tolak analisisnya. Model generik pembangunan berkelanjutan, terkait dengan penggunaan pilar-pilar keberlanjutannya, dapat dimodifikasi sesuai dengan lingkup dan tujuan pengembangan (Glavic dan Lukman 2007). Dalam konteks penelitian, pilar-pilar keberlanjutan didalam pengembangan klaster industri rumput laut menjadi basis dalam pengembangan klaster industri rumput laut yang berkelanjutan. Klaster industri merupakan bentuk aktivitas bisnis yang terintegrasi dari sekumpulan perusahaan dan lembaga-lembaga pendukung yang saling terkait (Porter 1990; Roeland dan den Hertog 1998).
Hal mengindikasikan bahwa upaya
pengembangan klaster industri rumput laut mempunyai kompleksitas dan kerumitan yang sangat tinggi dimana komponen-komponen yang terkandung didalamnya saling berkaitan sangat erat satu sama lain. Oleh karena itu, dalam penelitian rancang bangun model pengembangan klaster industri rumput laut ini digunakan pendekatan sistem agar tujuan dari pemodelan klaster industri rumput laut ini dapat tercapai secara efektif.
41
42
Rancang bangun model pengembangan klaster industri rumput laut yang berkelanjutan pada penelitian ini dilakukan berdasarkan suatu kerangka berpikir logis yang dilandasi argumentasi kuat secara ilmiah, yang mengintegrasikan konsepsi pengembangan klaster industri dan konsepsi pembangunan berkelanjutan, baik pada tataran input, proses, maupun output. Rancangan model klaster industri rumput laut dikonstruksi berdasarkan permasalahan aktual dalam industri rumput laut dan upaya penyelesaiannya menggunakan metodologi yang relevan sebagai solusi model. Kerangka pemikiran yang melandasi perancangan model pengembangan klaster industri rumput laut yang berkelanjutan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Kerangka pemikiran penelitian. Tahapan Penelitian Tahapan
penelitian
mengacu
pada
metodologi
menggunakan pendekatan sistem (Eriyatno 1999).
pemecahan
masalah
Penelitian dirancang melalui
beberapa tahapan yang sistematis, logis, dan terstruktur yang terdiri dari 4 (empat) tahapan utama, meliputi: (i) studi pendahuluan; (ii) analisis sistem; (iii) pemodelan sistem; serta (iv) verifikasi dan validasi. Hasil setiap tahapan sangat menentukan proses pada tahapan berikutnya. Secara sistematis, tahapan penelitian dalam
43
pengembangan model klaster industri rumput laut yang berkelanjutan dapat dilihat pada Gambar 9. Mulai Studi Pendahuluan
Studi Pustaka Studi Lapang Survei Pakar Analisis Sistem
Analisis Kebutuhan Formulasi Permasalahan Identifikasi Sistem Pemodelan Sistem
Pemodelan Diagnosis Kelayakan Pengembangan Klaster
Pemodelan Proses Pengembangan Klaster
Pemodelan Prediksi Kinerja Pengembangan Klaster
Submodel Prasyarat Ekologi (Heuristik)
Submodel Proses Ekonomi (Heuristik)
Submodel Kinerja Ekonomi (Heuristik)
Submodel Prasyarat Ekonomi (IPE, OWA)
Submodel Proses Teknologi (Heuristik)
Submodel Kinerja Sosial (Heuristik)
Submodel Prasyarat Sosial (IPE, OWA)
Submodel Proses Sosial (ISM)
Submodel Kinerja Lingkungan (Heuristik)
Submodel Prasyarat Kelembagaan (IPE, OWA)
Submodel Proses Lingkungan (AHP)
Submodel Agregasi Prasyarat (Expert System)
Verifikasi dan Validasi
Rancangan Sistem Penunjang Keputusan
Studi Kasus
Verifikasi tidak
Sesuai? ya Validasi
tidak
Valid? ya Selesai
Gambar 9 Tahapan penelitian.
Logika, kesesuaian konseptual, dan kerja komputasi
Face validity, event validity, sensitivity analysis, animation, prediction validation
44
Studi Pendahuluan Tahap studi pendahuluan merupakan tahapan awal dalam pelaksanaan penelitian, yang mencakup studi pustaka, observasi lapang, dan survei pakar. Studi pustaka mencakup kajian literatur dari berbagai sumber dan referensi sebagai pijakan awal dan kerangka teori yang melandasi penelitian ini. Studi pustaka difokuskan dengan mengkaji referensi-referensi terkait dengan pengembangan agroindustri rumput laut, klaster industri dan karakteristiknya, serta model-model keberlanjutan dalam pembangunan industri, melalui metode compare and contrast.
Sumber-
sumber yang dijadikan referensi diantaranya adalah buku teks terkait dengan substansi penelitian, jurnal, majalah ilmiah, tulisan ilmiah (skripsi, tesis, disertasi), serta publikasi data yang bersumber dari BPS. Hasil kajian pustaka ini memberikan banyak informasi berupa pengkayaan materi, yaitu pemahaman tentang makna klaster industri dalam konteks pembangunan berkelanjutan. Observasi lapang dilakukan dalam rangka mendapatkan elemen-elemen yang harus dimiliki oleh sistem yang akan dikembangkan. Observasi lapangan dilakukan pada daerah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi sebuah klaster rumput laut. Hasil observasi ini sangat diperlukan untuk mendapatkan contoh baik klaster yang dapat dijadikan obyek untuk verifikasi dan validasi model sehingga penyempurnaan model dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Survei pakar dilakukan dalam rangka mendapatkan pakar yang akan dilibatkan didalam penelitian.
Survei pakar mencakup pemilihan pakar yang
didasarkan pada kualifikasi pakar sesuai dengan topik penelitian serta jumlah pakar yang dibutuhkan dalam penelitian.
Pakar penelitian terdiri dari dosen, peneliti,
pejabat pemerintah, dan praktisi agroindustri. Analisis Sistem Tahap ini bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap sistem klaster industri rumput laut yang akan dikembangkan dalam penelitian. Karakteristik klaster industri tersebut diperlukan untuk memahami lebih jauh tentang sifat-sifat spesifik klaster industri rumput laut yang berkelanjutan, sehingga rekomendasi korektif yang diberikan dalam perbaikan serta analisis lainnya selalu berpedoman pada
45
karakteristik yang dimiliki klaster industri rumput laut tersebut.
Pengembangan
sistem berorientasi pada tujuan yaitu merancang sistem klaster industri rumput laut menggunakan pendekatan pembangunan yang berkelanjutan. Analisis sistem mencakup analisis kebutuhan sistem, formulasi permasalahan, serta identifikasi sistem. Pada analisis kebutuhan dinyatakan kebutuhan-kebutuhan dari komponen-komponen yang terkait dalam sistem klaster. Analisis kebutuhan komponen sistem diperoleh dari hasil observasi lapang, pendapat pakar, kajian literatur, dan laporan hasil penelitian terkait. Formulasi permasalahan dilakukan dengan menganalisis kesenjangan dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan komponen sistem dengan kemampuan pemenuhannya akibat adanya keterbatasan sumberdaya. Formulasi permasalahan menguraikan masalah-masalah yang muncul dalam sistem industri rumput laut sebagai titik tolak pengembangan sistem. Identifikasi sistem bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap sistem yang dikaji dalam bentuk diagram. Diagram yang digunakan adalah diagram lingkar sebab akibat yang kemudian dilanjutkan intepretasinya kedalam diagram inputoutput. Hasil identifikasi sistem menunjukkan input yang digunakan didalam sistem dan output sistem yang diharapkan. Hal ini sangat berguna untuk membangun model klaster industri rumput laut yang berkelanjutan. Pembahasan lebih lanjut tentang analisis sistem klaster industri rumput laut yang berkelanjutan akan diuraikan secara mendalam pada bagian Analisis Sistem. Pemodelan Sistem Tahap pemodelan sistem bertujuan untuk mengembangkan model klaster industri rumput laut yang berkelanjutan yang didasarkan pada analisis karakteristik sistem klaster industri rumput laut. Pengembangan model merupakan rangkaian dari beberapa aktivitas yang dilakukan dengan menggunakan metode dan alat tertentu serta menghasilkan keluaran yang menjadi dasar pembangunan model klaster yang akan direkomendasikan. Rekayasa model klaster industri rumput laut dirancang berdasarkan tujuan dan karakteristik sistem klaster menggunakan pendekatan struktur, yaitu dengan
46
mempelajari secara struktur tentang sistem dan teori-teori untuk menentukan komponen dasar sistem serta keterkaitannya. Atas dasar hal tersebut, ada 3 sub model utama yang dikembangkan didalam penelitian, yaitu: (i) diagnosis kelayakan persyaratan pengembangan; (ii) operasi pengembangan klaster; serta (iii) prediksi kinerja pengembangan klaster. Masing-masing submodel akan dijabarkan secara lebih rinci kedalam sub submodel yang menggambarkan komponen-komponen sistem klaster industri rumput laut yang berkelanjutan berdasarkan pada hasil analisis sistem. Elemen-elemen model klaster industri rumput laut yang berkelanjutan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Stuktur model klaster industri rumput laut yang berkelanjutan Model
Submodel
Klaster industri rumput laut yang berkelanjutan
Diagnosis kelayakan persyaratan pengembangan
Operasi pengembangan
Prediksi kinerja pengembangan
Sub submodel Prasyarat ekologi Prasyarat ekonomi Prasyarat sosial Prasyarat kelembagaan Agregasi prasyarat Aspek ekonomi Aspek teknologi Aspek sosial Aspek lingkungan Kinerja ekonomi Kinerja sosial Kinerja lingkungan
Pengembangan model mencakup beberapa tahapan.
Pertama, eksplorasi
variabel-variabel yang dilibatkan. Variabel yang dilibatkan adalah variabel yang relevan dengan tujuan pemodelan yang diidentifikasikan setelah adanya pembatasan masalah.
Eksplorasi variabel yang akurat dan keterkaitannya dengan variabel-
variabel yang lain sangat diperlukan untuk menjamin kehandalan model yang akan dihasilkan. Kedua, formulasi model. Formulasi model dilakukan dengan merancang model matematik yang akan digunakan didalam model, baik model numerik (hard system metodhology) maupun non numerik (soft system metodhology).
Model
matematik yang digunakan didalam penelitian disesuaikan dengan ketepatan dan kemanfaatannya.
Model-model matematik tersebut digunakan dalam rangka
47
pengolahan data penelitian.
Model matematik yang dikembangkan dalam
perancangan model klaster industri rumput laut yang berkelanjutan disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Formulasi model pengembangan klaster industri Model Diagnosis kelayakan pengembangan klaster
Submodel Ekologi Ekonomi
Model Matematik
Teknologi Sosial
• • • • • • • • • • • •
Lingkungan Ekonomi Sosial Lingkungan
• • • •
Sosial Kelembagaan
Operasi pengembangan klaster
Prediksi kinerja pengembangan
Agregasi Ekonomi
Heuristic (Deptan 1990; Amarullah 2007) Independent preference evaluation (IPE) Ordered weighted averaging (OWA) (Yager 1993) Independent preference evaluation (IPE) Ordered weighted averaging (OWA) (Yager 1993) Independent preference evaluation (IPE) Ordered weighted averaging (OWA) (Yager 1993) Expert system (Marimin 2005) Heuristic NPV, IRR, B/C ratio, PBP, CV (Kadariyah 1999) Heuristic Intepretive structural modeling (ISM) (Saxena 1992) Analytical hierarchy process (AHP) (Saaty 1988) Heuristic Heuristic Heuristic
Ketiga, implementasi komputer.
Pada tahap ini dibuat paket program
komputer dalam bentuk sistem penunjang keputusan (SPK).
Paket program ini
bertujuan untuk membantu pengguna, baik peneliti, pengambil kebijakan, investor, lembaga pembiayaan maupun lembaga ekonomi serta stakeholder lainnya dalam melakukan analisis klaster industri rumput laut. Model pengembangan klaster industri rumput laut dirancang untuk menghasilkan
SPK
dalam
bentuk
pemrograman Visual Basic 6.0.
perangkat
lunak
menggunakan
bahasa
Perancangan SPK dibangun atas 4 (empat)
komponen meliputi: (i) sistem manajemen basis model; (ii) sistem manajemen basis data; (iii) sistem manajemen basis pengetahuan; dan (iv) sistem manajemen dialog. Konfigurasi SPK dan penjalasan tentang komponen-komponen SPK diuraikan lebih lanjut pada bagian Pemodelan Sistem.
48
Verifikasi dan Validasi Tahap verifikasi dilakukan dengan mengevaluasi dan memeriksa proses komputerisasi, kerja logika dan elemen-elemen substansi yang diakomodir oleh model (Eriyatno 1999).
Menurut Chattergy dan Pooch (1977), pemeriksaan ini
bermaksud mencari kekeliruan dalam program, baik yang bersifat logika maupun kesalahan editorial.
Verifikasi dimaksudkan untuk memeriksa apakah model
konsepsional sudah dapat diterjemahkan oleh model matematiknya. Susila (1991) menjelaskan bahwa model yang telah diverifikasi berarti telah sesuai dengan kerangka logika dan mampu melakukan simulasi dengan menggunakan program komputer. Verifikasi model menurut Sargent (1999) dimaksudkan untuk menjamin bahwa program komputer dan implementasinya telah dilakukan dengan benar. Proses verifikasi model dilakukan melalui pengujian logika, kesesuaian konseptual dan kerja komputasi. Model diverifikasi dengan jalan menguji apakah program untuk model tersebut telah dapat berjalan dengan baik dan benar. Hal ini dilakukan dengan memberikan data input kepada model yang diverifikasi, kemudian hasil outputnya diperiksa apakah telah sesuai dengan hasil perhitungan manual atau tidak. Jika masih ada penyimpangan, maka program diperiksa dan diperbaiki. Jika tidak ada penyimpangan, maka hal ini merupakan petunjuk bahwa tidak ada masalah dalam menterjemahkan model konsepsional ke model matematik. Agar model dapat diimplementasikan, setelah dilakukan tahapan verifikasi, selanjutnya model perlu divalidasi. Tahap validasi model ditujukan untuk memperbaiki tingkat keyakinan bahwa berdasarkan kondisi yang diasumsikan, model yang dikembangkan dapat mewakili sistem yang sebenarnya (Susila 1991). Validasi model dalam penelitian ini menggunakan teknik-teknik validasi yang disesuaikan dengan kebutuhan. Penelitian ini merupakan kombinasi dari pendekatan soft system metodhology dan hard system metodhology. Model yang dihasilkan dari penggabungan dua metode ini membutuhkan teknik validasi yang tepat. Efektivitas proses validasi sangat dibutuhkan untuk meyakinkan bahwa model telah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi nyata.
49
Validasi model pada penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu validasi penyusunan (validation by construct) dan validasi hasil (validation by results). Validasi penyusunan dimaksudkan untuk menilai keabsahan teori dan asumsi-asumsi yang digunakan didalam model.
Sementara, validasi hasil dimaksudkan untuk
menilai kesesuaian antara perilaku keluaran dari model dan keluaran dari sistem yang sebenarnya Validasi penyusunan pada penelitian ini menggunakan teknik face validity (Sargent 2010).
Prosedur validasi yang diterapkan dalam penelitian ini adalah
merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan untuk mendapatkan kecocokan bahwa model telah mengandung semua elemen, kejadian, dan relasi dari sebuah sistem klaster industri rumput laut. Pada teknik ini diperlukan bantuan pakar yang memahami tentang klaster industri rumput laut yang berkelanjutan guna menilai apakah logika model dan hasil yang dicapai telah dianggap mewakili sistem nyata yang ada.
Pada tahap ini dimungkinkan terjadinya perbaikan-perbaikan secara
simultan yang pada akhirnya akan diperoleh model sistem pengembangan klaster industri rumput laut berkelanjutan yang efektif. Teknik validasi ini digunakan untuk validasi model makro pengembangan klaster industri rumput laut. Validasi hasil dilakukan melihat kesesuaian output model dengan kondisi pada sistem nyata yang sebenarnya yang merupakan petunjuk bahwa model yang dikembangkan adalah model yang valid. Beberapa teknik validasi yang digunakan dalam penelitian meliputi teknik face validity, event validity, sensitivity analysis, animation dan predictive validation (Sargent 2010).
Teknik-teknik tersebut
digunakan untuk validasi beberapa submodel sesuai kebutuhan. Teknik face validity digunakan untuk validasi model-model dengan pendekatan soft system metodhology. Pada teknik ini, validasi tidak bisa sepenuhnya dilakukan secara matematis, namun cukup mendapat pengakuan secara intelektual (professional judgement) (Checkland 1995). Teknik ini digunakan untuk validasi submodel prasyarat pengembangan klaster pada perspektif sosial, ekonomi, dan kelembagaan. Teknik validasi ini juga digunakan untuk submodel pengembangan kelembagaan klaster serta penanganan limbah cair agroindustri rumput laut.
50
Teknik event validity digunakan untuk validasi submodel prasyarat ekologi dalam pengembangan klaster.
Prosedur yang dilakukan adalah membandingkan
keluaran model dengan kondisi sistem yang sebenarnya menggunakan data yang ada sebagai pendukung sistem. Teknik sensitivity analysis digunakan untuk validasi submodel penetapan harga rumput laut. Teknik ini dilakukan dengan memasukkan nilai parameter harga rumput laut yang sensitif terhadap perubahan kelayakan usaha agroindustri rumput laut sehingga dapat diketahui nilai kisaran harga rumput laut pada kondisi kelayakan usaha. Keluaran harga rumput laut dari model dibandingkan dengan harga rumput laut yang sebenarnya pada waktu tertentu. Teknik animation digunakan untuk validasi submodel keseimbangan bahan baku rumput laut secara grafis (Sargent 2010). Metode ini dilakukan dengan melihat perilaku secara grafis antara kebutuhan baku rumput laut untuk agroindustri dan kapasitas pasok rumput laut dari hasil budidaya. Teknik predictive validation digunakan untuk validasi submodel kinerja pengembangan klaster, yaitu kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Model
digunakan untuk memprediksi perilaku sistem, dan kemudian perbandingan dibuat antara perilaku sistem dan prediksi model. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa Timur yang terletak di ujung timur Pulau Madura. Kabupaten Sumenep dipilih sebagai tempat penelitian karena aktivitas-aktivitas yang terkait dengan usaha rumput laut di wilayah ini tergolong tinggi. Kabupaten ini dianggap memiliki pra kondisi yang sesuai bagi pengembangan klaster industri rumput laut, sehingga merupakan tempat yang tepat dalam rangka studi kasus untuk implementasi model klaster industri rumput laut. Untuk mengembangkan suatu klaster di suatu daerah diperlukan beberapa prasyarat yang harus dipenuhi agar klaster yang terbentuk dapat efektif sebagaimana diharapkan. Beberapa prasyarat yang sudah dimiliki Kabupaten Sumenep untuk pengembangan klaster industri rumput laut adalah sebagai berikut:
51
•
Potensi lahan seluas 11.500 ha, namun baru termanfaatkan 3.500 ha. Jumlah produksi rumput laut pada tahun 2009 sebesar 69.283,80 ton basah.
•
Jumlah pembudidaya pada tahun 2009 tercatat sebanyak 6.485 orang dengan jumlah kepemilikan rakit budidaya sebanyak 31.195 rakit. Jumlah kelompok pembudidaya yang telah berjalan baik saat ini mencapai 214 kelompok.
•
Ketersediaan infrastruktur yang memadai, yaitu listrik dan air cukup tersedia, akses jalan cukup baik namun perlu peningkatan kelas jalan, serta adanya pelabuhan (Pelabuhan Kalianget dan Tanjung Perak Surabaya).
•
Adanya industri pengolah basic product menjadi intermediate product, diantaranya adalah PT Madura Prima Interna dan PT. Sansiwita, serta pabrik pengolahan ATC yang dibangun oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan bekerjasama dengan DKP Kabupaten Sumenep.
•
Adanya kegiatan ekonomi yang menangani segmen usaha rumput laut dari hulu ke hilir, meskipun belum ada keterkaitan yang erat dalam sebuah rantai nilai. Saat ini tercatat ada 9 unit usaha yang bergerak di bidang usaha rumput laut, baik unit usaha perdagangan maupun unit industri pengolahan.
•
Adanya lembaga pembiayaan, seperti perbankan (BRI, Bank Jatim, BPR Syariah Bakti Sumekar), lembaga pembiayaan (PNM, Pegadaian), koperasi dan LKM (PEMP, KSP, USP, BMT).
•
Dukungan Perguruan Tinggi atau Lembaga Pendidikan, yaitu Universitas Wiraraja Sumenep, Universitas Negeri Trunojoyo Bangkalan, STM Perikanan Jurusan Budidaya Rumput Laut Sumenep, dan Pesantren Al-Amin Prenduan Sumenep. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan, observasi di lapangan, serta wawancara mendalam dengan pakar (stakeholders). Data sekunder diperoleh dari studi pustaka dalam rangka memperoleh landasan teoritis dan data penunjang yang berkaitan dengan materi penelitian (desk research). Pakar yang dilibatkan dalam
52
penelitian memiliki keahlian di bidang teknik dan manajemen agroindustri rumput laut. Data untuk mendiagnosis prasyarat ekologi adalah data sekunder yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumenep, serta Stasiun Meteorologi Maritim BMKG Perak Surabaya.
Data yang diambil adalah data
potensi perairan yang diambil secara purposif pada 11 kecamatan pesisir yang ada di Kabupaten Sumenep yang merupakan hasil pengukuran pada 3 desa pada masingmasing kecamatan terkait. Sementara, data untuk mendiagnosis prasyarat ekonomi, sosial, dan kelembagaan diperoleh melalui penggalian informasi dari pakar (responden ahli) secara langsung baik secara terstruktur dengan menggunakan alat bantu berupa kuesioner maupun secara tidak terstruktur dengan melakukan wawancara secara mendalam (depth interview) yang bertujuan untuk mengeksplorasi informasi sebanyak-banyaknya. Data operasi ekonomi klaster diperoleh dari hasil observasi dan diskusi dengan kelompok pembudidaya rumput laut di Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep, khususnya terkait dengan data harga untuk analisis kelayakan usaha budidaya rumput laut. Data operasi ekonomi juga diperoleh dari hasil observasi, diskusi dengan praktisi agroindustri rumput laut, serta didasarkan pula pada pustaka dan data sekunder yang relevan, terkait dengan analisis kelayakan usaha agroindustri. Metode ini juga digunakan untuk mengumpulkan data operasi teknologi terkait dengan keseimbangan bahan baku.
Untuk memperoleh data operasi sosial dan
lingkungan, dilakukan melalui wawancara mendalam dengan pakar terkait secara terstruktur menggunakan kuesioner. Data prediksi kinerja ekonomi dan sosial didasarkan pada hasil analisis kelayakan finansial klaster serta data sekunder yang diperoleh dari BPS, Dinas Tenaga Kerja serta Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumenep. Sementara, untuk data-data prediksi kinerja lingkungan diperoleh dari diskusi dengan pakar agroindustri serta telaah pustaka disertai dengan data-data sekunder yang terkait. Untuk melengkapi kebutuhan data-data penelitian, dilakukan pengumpulan data penunjang lainnya berupa statistik-statistik dalam angka, laporan hasil penelitian terkait, jurnal, buletin, internet, dan sebagainya.