23
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usahatani Bachtiar Rifai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Organisasi ini ketatalaksanaannya sendiri-sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang, sekumpulan orang atau segolongan sosial, baik yang terikat geologis, politis maupun teritorial sebagai pengelolanya. Usahatani bedasarkan coraknya terbagi dua, yaitu usahtani pencukup kebutuhan keluarga (self sufficient farm) dan usahtani komersil (commercial farm). Usahatani pencukup kebutuhan keluarga mempunyai motif untuk memenuhi kebutuhan keluarga baik dengan melalui atau tanpa melalui peredaran uang, sedangkan usahatani komersil memiliki motif yang didorong oleh keinginan untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya (Soeharjo dan Patong, 1973). 3.1.2. Pengertian Proyek Proyek
adalah
kegiatan-kegiatan
yang
dapat
direncanakan
dan
dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan manfaat (Gray et al, 1987). Menurut Kadariah et al (1999), proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas, yang menggunakan sumber-sumber untuk
mendapatkan
kemanfaatan
(benefit),
atau
suatu
aktivitas
yang
mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (return) diwaktu yang akan datang, dan yang dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit. Berbagai ragam kegiatan-kegiatan pertanian dapat dimasukkan ke dalam kerangka proyek. Proyek pertanian adalah suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan atau manfaat-manfaat setelah beberapa periode waktu (Gittinger, 1986).
24
3.1.3. Teori Biaya dan Manfaat Biaya dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang langsung maupun tidak langsung mengurangi tujuan proyek atau bisnis, sedangkan manfaat adalah segala sesuatu yang baik langsung maupun tidak langsung membantu tercapainya tujuan dari suatu proyek (Gittinger, 1986). Sedangkan manfaat yang diperoleh dari suatu bisnis/proyek umumnya terdiri dari manfaat langsung, manfaat tidak langsung dan manfaat yang tidak dapat diukur. (Kadariah, 2001). Soeharjo dan Patong (1973) menggolongkan biaya usahtani menurut sifatnya sebagai berikut. 1. Biaya tetap dan biaya variabel Biaya tetap adalah biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi, seperti pupuk, penyusutan alat-alat produksi, bunga pinjaman, dan sewa tanah. Biaya variabel sifatnya berubah sesuai dengan besarnya produksi, seperti pembelian bibit dan sarana produksi. 2. Biaya Investasi dan biaya tidak langsung Biaya langsung ialah biaya yang langsung digunakan dalam proses produksi. Biaya ini terdiri dari harga pembelian pupuk, obat-obatan, bibit, pajak, dan biaya tenaga kerja. Biaya tidak langsung terdiri dari penyusutan modal dan biaya tenaga kerja keluarga. Penerimaan tunai usahatani adalah nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani dan pengeluaran tunai usahatani adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani. Selisih antara penerimaan dan pengeluaran tunai usahatani disebut pendapatan tunai usahatani dan merupakan ukuran kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang tunai (Soekartawi, 1986). 3.2. Analisis Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Sarwono (2000), analisis kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Tujuan analisis proyek adalah untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, menghindari pemborosan sumber-sumber, yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang
25
tidak menguntungkan, mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan, dan menentukan prioritas investasi (Gray et al. 1993). Menurut Kadariah et al. (2001), proyek dapat dievaluasi dari aspek teknis, aspek manajerial administratif, aspek organisasi, aspek komersial, aspek finansial dan aspek ekonomi. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan suatu proyek menguntungkan atau tidak, maka harus dilakukan perhitungan berdasarkan kriteria-kriteria kelayakan investasi yang sudah ditentukan. Mengingat waktu dapat mempengaruhi nilai uang, maka untuk membandingkan nilai uang yang berbeda waktu keluaran dan penerimaannya perlu dilakukan penyamaan nilai uang melalui pemotongan (discounting). Metode ini disebut metode arus tunai terpotong atau discounted cash flow. Penggunaan metode ini didasarkan pada pertimbangan adanya inflasi, resiko dan reinvestasi yang mengakibatkan perbedaan nilai uang saat ini dengan nilai uang di masa yang akan datang. Adapun kriteia-kriteria kelayakan investasi yang harus dilakukan antara lain adalah 1. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) merupakan nilai kini arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi yang merupakan selisih antara nilai sekarang dari manfaat dengan nilai sekarang dari biaya. 2. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C ratio) Net B/C ratio merupakan penilai yang dilakukan untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan biaya yang berupa perbandingan jumlah nilai bersih sekarang yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif. 3. Interest Rate of Return (IRR) Interest Rate of Return (IRR) adalah presentase keuntungan yang akan diperoleh perusahaan yang melakukan investasi, biasanya dinyatakan dalam persen. Tujuan perhitungan IRR adalah untuk mengetahui presentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya dan menunjukkan kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. 4. Tingkat Pengembalian Investasi
26
Pada awal pelaksanaan suatu proyek biasanya dilakukan investasi yang memerlukan biaya cukup besar, karena itu umumnya pendapatan yang diterima oleh pelaksana proyek masih menunjukkan nilai yang negatif. Untuk mengetahui jangka waktu pengembalian investasi perlu dilakukan tingkat pengembalian investasi dengan Payback Period (PP). 3.3. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas kelayakan finansial suatu usaha merupakan metode analisis yang dilakukan untuk mengetahui seberapa sensitive atau seberapa besar kepekaan suatu usaha terhadap perubahan-perubahan yang terjadi baik dari sisi tingkat suku bunga discount factor, pendapatan maupun biaya produksi. Sehingga dapat diketahui apakah dengan adanya perubahan-perubahan tersebut suatu usaha masih memberikan keuntungan yang positif dan masih layak untuk dijalankan atau tidak. Alat analisis yang digunakan adalah IRR rasio, dimana pengertian IRR itu sendiri adalah tingkat maksimal perubahan suku bunga discount factor yang dapat ditoleransi sehingga nilai NPV sama dengan nol. Semakin besar tingkat bunga discount factor terhadap NPV belum mencapai angka nol, maka semakin layak kuat usaha tersebut dijalankan. 3.4. Kerangka Pemikiran Operasional Kerangka pemikiran operasional penelitian mengenai jambu biji merah getas ini berawal dari kebijakan pemerintah Kabupaten Bogor, dimana pemerintah kabupaten melalui salah satu program kerjanya yaitu peningkatan produksi pertanian, perkebunan dan kehutanan. Kebijakan tersebut mendorong pemerintah desa Ragajaya untuk membuat suatu kebijakan yang bisa dimanfaatkan untuk hajat orang banyak yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat dan petani di desa Ragajaya melalui komoditas jambu biji merah getas. Apabila hasil analisis kelayakan finansial terhadap tekonologi irigasi tetes (bubbler irrigation) lebih menguntungkan petani ketimbang dengan tadah hujan maka penerapan teknologi irigasi tetes tersebut layak untuk diterapkan. (Gambar 3).
27
Program Kerja PemKab.Bogor Peningkatan Hasil Produksi
Kebijakan Pemerintah Desa Ragaja Meningkatkan Hasil Produksi Pertanian Jambu Biji
Permasalahan Petani Jambu Biji Tadah Hujan : a. Musim kemarau petani mengalami kerugian hasil panen menurun b. Musim hujan panen raya, harga turun
Analisis Karakteristik Usahatani Jambu Biji Petani Desa Ragajaya
Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial
Analisis Kelayakan Finansial dan Sensitivitas Usahatani Jambu bii
Analisis Kelayakan Finansial dan Sensitivitas Jambu Biji Tadah Hujan
Analisis Kelayakan Finansial dan Sensitivitas Jambu Biji Irigasi Tetes
Perbandingan Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Jambu Biji Tadah Hujan dengan Teknologi Irigasi Tetes (Bubbler Irrigation)
Rekomendasi : Petani Melakukan Usahatani Jambu biji dengan Teknologi Irigasi Tetes
Gambar 3. Alur Pemikiran Operasional