51
III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 3.1
Kerangka Pikir Penelitian Kerangka pikir merupakan suatu hal yang diperlukan dalam setiap
penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya perluasan bidang garapan yang dapat mengakibatkan penelitian menjadi tidak terfokus (Verschuren dan Dooreward, 1999; de Vaus, 2001). Secara umum, analisis yang dilaksanakan dalam penelitian ini dapat dijabarkan dalam dua tahapan. Tahapan pertama dilaksanakan untuk mengetahui keterkaitan ekonomi dan struktur ekonomi antar pulau dalam periode tahun 2000 dan 2005. Pada tahap ini, alur penghitungan keterkaitan ekonomi didasari oleh analisis model IRIO 2000. Model IRIO 2000 ini selain untuk mendapatkan acuan (benchmark) struktur perekonomian dan keterkaitan antarregion periode sebelumnya. Pola perubahan struktur ekonomi sektoral dan spasial digunakan untuk melihat dampak dari pembangunan sektor transportasi, sehingga melalui pola ini dapat tergambarkan fokus investasi. Selanjutnya, pola ini juga dapat menggambarkan produktivitas perekonomian antar-sektor dan antarregion. Tahapan kedua dilaksanakan untuk mengetahui peranan sektor transportasi dalam mengurangi disparitas ekonomi antar wilayah dengan integrasi intra wilayah dan antar wilayah. Hal ini dapat dilakukan dengan data dasar IRIO 2000 dan IRIO 2005. Dari sini diperoleh gambaran dampak sektor transportasi di masing-masing wilayah dalam mengurangi disparitas intra wilayah dan antar wilayah. Sehingga diperoleh gambaran dampak simulasi kebijakan sektor transportasi terhadap output, nilai tambah, dan kesempatan kerja regional. Lebih
52
jauh lagi, dari tahap ini diketahui dampak investasi infrastruktur transportasi dan hubungannya terhadap peningkatan perdagangan intra wilayah dan antar wilayah. Perekonomian Wilayah Indonesia
IRIO 2000
IRIO 2005
Aggregasi/Disaggregasi (12 sektor)
Aggregasi/Disaggregasi (12 sektor)
5 Wilayah
5 Wilayah Analisis
Perubahan Struktur Wilayah
Input Output Wilayah
DFD;EE;IS;TC Transportasi (darat, laut, udara)
Analisis deskriptif, keterkaitan dampak output, nilai tambah dan kesempatan kerja
Sumber-sumber Pertumbuhan Sektor Transportasi dan Disparitas Ekonomi di Wilayah Indonesia
Gambar 8 . Alur Penghitungan Analisis Dampak dan Pola Perubahan Struktural Ekonomi Pola perdagangan antar wilayah dianalisis dengan melihat angka ekspor, impor dan ekspor neto daerah, baik domestik maupun internasional. Kemudian nilai ekspor total domestik akan dipecah ke dalam nilai ekspor untuk permintaan antara dan permintaan akhir. Nilai ekspor dan impor tersebut diproksi dari model IRIO Indonesia tahun 2005 dan 2000. Untuk menganalisis derajat keterkaitan dan kemandirian suatu pulau terhadap pulau lainnya akan digunakan model I-O Daerah dan Input-Output Antardaerah (IRIO). Keterkaitan ekonomi dilihat dari aspek sektoral dan spasial. Dari aspek sektoral dianalisis keterkaitan ekonomi
53
antarsektor di suatu pulau. Sedangkan dari aspek spasial, dianalisis keterkaitan ekonomi antar-wilayah secara sektoral. Dari kedua tahapan umum yang dijabarkan di atas diharapkan adanya implikasi kebijakan, monitoring dan evaluasi, serta perencanaan progam sektor transportasi terhadap pengurangan disparitas ekonomi intra wilayah dan antar wilayah. Dampak secara sektoral dan regional digunakan untuk melihat implikasi kebijakan pembangunan sektor transportasi yang sudah dilakukan pemerintah. 3.2.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian literatur dan konseptualisasi penelitian, maka diperoleh hipotesis : 1. Untuk mempercepat perubahan struktural di sektor transportasi maka diperlukan dukungan Domestic Final Demand (DFD) dan Expansi Export (EE). 2. Terdapat pola saling ketergantungan antar sektor dalam ekonomi yang diikat oleh sektor transportasi sebagai katalisator. 3. Sektor transportasi merupakan faktor pendorong dalam intrawilayah/ interwilayah dalam usaha menghubungkan simpul simpul strategis. 3.3.
Kerangka Interregional Input-Output Sampai dengan saat ini, sudah banyak pihak yang melakukan studi tentang
model perkembangan ekonomi nasional secara agregat, baik yang dilakukan secara individual maupun institusi. Salah satu tujuan studi seperti ini adalah untuk menangkap dampak perubahan variabel-variabel kebijakan atau variabel yang
54
dieksogenkan ke dalam perekonomian. Menurut Muchdie (1998), model-model ekonomi agregat demikian tidak lagi memadai karena tidak dapat menggambarkan aspek ruang suatu perekonomian, baik dalam pelaksanaan kegiatan maupun dalam pemanfaatan hasil pembangunan. Demikian pula dengan model I-O nasional atau daerah, yang digunakan untuk mengukur dampak perubahan permintaan akhir terhadap perekonomian, tidak mampu menggambarkan aspek ruang perekonomian nasional atau daerah. Jadi, model I-O tidak terlalu banyak manfaatnya bagi perencanaan pembangunan dan evaluasinya yang telah merasuk ke dalam dimensi ruang. Oleh karena itu, sekarang dibutuhkan model yang mampu memberikan analisis tentang dampak langsung, tidak langsung dan, yang terimbas (induced effect) dari kegiatan pembangunan yang memasukkan aspek keruangan. Model Interregional Inputoutput (IRIO) memiliki kapasitas tersebut. Model IRIO menawarkan beberapa kelebihan tidak seperti model I-O regional. Pertama, model I-O suatu daerah mengabaikan dampak pengganda pada suatu perekonomian daerah yang didorong oleh aliran perdagangan antardaerah (Bulmer-Thomas, 1982). Model IRIO menyadari kelemahan ini dengan menambahkan (1) baris untuk mencatat impor daerah dan (2) kolom untuk mencatat tambahan ekspor daerah1. Struktur keterkaitan antarregion telah menjadi topik diskusi yang umum di dalam analisis regional, yang diarahkan pada permasalahan dampak timbal balik (feedback effect) antarregion dan derajat tingkat perubahan yang dimulai pada satu daerah yang mempengaruhi aktivitas ekonomi di daerah lain. Hal ini akan 1
dikutip dari Kuncoro (2002) hal 152.
55
mempengaruhi kembali aktivitas ekonomi di daerah asal. Sementara itu, Miller (1969) mengusulkan suatu perumusan proses feedback untuk menangani masalah ini yang sedikit berbeda dengan Miyazawa (1976) yang mengusulkan cara yang inovatif dengan membatasi sistem daerah yang dianalisis dengan menghasilkan identifikasi yang dikenal sebagai internal, eksternal multiplier interregional feedback effects. Dari waktu ke waktu, sistem model input-output telah menerapkan perkiraan keterkaitan ekonomi dengan lingkungan. Lebih lanjut, sistem model ekonomi interregional input-output dapat diterapkan di dalam analisis dampak residual yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi antardaerah (Raa, 2003). 3.4.
Dampak Pengganda Input-Output Matriks multiplier Input Output atau Leontief Inverse Matrix adalah
matriks (I-A)-1 yang sering diberi nama matriks B. Matriks ini digunakan untuk melihat bagaimana output terjadi jika terdapat perubahan di permintaan akhir. West dan Jensen (1980) membedakan kategori pengganda menjadi dampak awal (initial impact) dan dampak luberan yaitu akumulasi dari dampak pengaruh langsung (direct effect), dampak pengaruh tidak langsung (indirect effect) yang juga dikenal dengan pengaruh dukungan industri (industrial support effect), serta dampak imbasan konsumsi (consumption induced effect) terhadap pembentukan output, nilai tambah dan kesempatan kerja secara regional dan sektoral dalam model IRIO.
56
3.4.1
Dampak Pengganda Total Dampak pengganda total merupakan penjumlahan dari dampak awal,
dampak langsung, dampak tidak langsung dan dampak imbasan konsumsi. Dampak pengganda total dapat berupa dampak pengganda total output, pendapatan dan kesempatan kerja sebagai akibat terjadinya perubahan pada permintaan akhir. Sebagai contoh dapat diilustrasikan sebagai berikut: Apabila sektor Konstruksi di Jawa memiliki angka dampak pengganda total terbesar di antara sektor-sektor di 5 kelompok pulau, yaitu sebesar 2.866, maka arti dari angka ini adalah jika permintaan akhir terhadap output sektor konstruksi di Jawa meningkat sebesar Rp 1000, maka berdampak pada peningkatan output perekonomian keseluruhan (semua sektor dan pulau) senilai Rp 2866. Untuk pengganda total pendapatan, misalnya sektor jasa-jasa lainnya di Kalimantan memiliki nilai pengganda total sebesar 0.980. Artinya jika terjadi peningkatan permintaan akhir jasa-jasa lainnya di Kalimantan sebesar Rp 1000, maka akan meningkatkan pendapatan total sebesar Rp 980. 3.4.2. Dampak Pengganda Sektoral Pengganda sektoral adalah dekomposisi pengganda berdasarkan sektoral, yaitu dibedakan menjadi dampak yang terjadi pada sektor yang mengalami kenaikan permintaan akhir dan dampak yang terjadi pada sektor-sektor lainnya. Hasil studi Muchdie (1998a), menunjukkan bahwa pada beberapa sektor, pengganda pada sektor sendiri mencapai lebih dari 60 persen dari pengganda total karena besarnya dampak awal. Akan tetapi, ada beberapa sektor di mana dampak pengganda yang terjadi pada sektor lain lebih besar dibanding dengan yang terjadi
57
pada sektor sendiri. Ini terutama karena kuatnya keterkaitan antarsektorantardaerah melalui pembelian input. 3.4.3. Dampak Pengganda Spasial Pengganda spasial adalah dekomposisi pengganda berdasarkan keruangan, yaitu dibedakan menjadi dampak yang terjadi pada pulau sendiri dan pulau lain. Umumnya pengganda output yang terjadi pada pulau sendiri lebih besar dibandingkan dengan yang mengimbas ke pulau lain. Penyebabnya ada dua hal yaitu dampak awal yang terjadi pada pulau itu sendiri dan lemahnya keterkaitan antar-daerah.Tingginya persentase dampak pengganda yang terjadi di pulau sendiri menunjukkan bahwa pulau tersebut sangat mandiri, tetapi ini juga berarti bahwa keterkaitan spasial dengan pulau-pulau lainnya sangat lemah. 3.4.4. Dampak Pengganda Bersih Nilai pengganda total saja dapat menyesatkan jika analisis ditujukan untuk memilih sektor-sektor unggulan. Dampak bersih (flow-on effects) agaknya lebih tepat karena menunjukkan dampak bersih akibat berubahnya permintaan akhir. Dampak bersih mengukur dampak yang terjadi pada semua sektor-spasial sebagai hasil dari dampak awal. Dampak bersih diukur dari dampak langsung, dampak tidak langsung dan dampak imbasan. Dampak awal yang merupakan sebab telah dikeluarkan dalam perhitungan sehingga diperoleh dampak bersih.
Dalam
konteks antar-daerah, dampak bersih ini tersebar pada berbagai sektor dan juga pada berbagai pulau.
58
A.
Dampak Pengganda Bersih Sektoral Dampak bersih sektoral adalah dampak bersih akibat adanya perubahan
permintaan akhir terhadap perekonomian yang dilihat secara secara sektoral, atau tidak memperhatikan sisi spasial. Menurut hasil studi Muchdie (1998a), secara umum dampak bersih output yang diciptakan karena perubahan permintaan akhir dinikmati oleh tiga sektor dominan dalam perekonomian Indonesia, yaitu sektor Industri, Pertanian (peternakan, kehutanan dan perikanan) dan Perdagangan, hotel dan restoran. B.
Dampak Pengganda Bersih Spasial Dampak bersih spasial adalah dampak bersih akibat adanya perubahan
permintaan akhir terhadap perekonomian yang dilihat secara spasial, atau tidak memperhatikan sisi sektoral. Seberapa besar persentase dampak bersih akan terjadi di pulau sendiri sangat ditentukan oleh besarnya keterkaitan antarpulau melalui dampak luberan (spill-over effects) dan dampak balik (feed-back effects). Semakin besar dampak luberan, akan semakin besar dampak bersih yang terjadi di pulau lain dan semakin kecil dampak bersih yang terjadi di pulau sendiri. Semakin besar dampak balik, akan semakin besar persentase dampak bersih yang terjadi di pulau sendiri. Pada bagian berikut kedua hal tersebut akan dibahas secara lebih rinci. 3.4.5. Dampak Balik dan Luberan Persentase kesalahan total angka pengganda (overall percentage error) muncul karena mengabaikan keterkaitan spasial dengan menggunakan ukuran dan
59
definisi IDBAD dan IDBTAD2. Perhitungan ini didasarkan atas matriks Kebalikan Leontief tertutup yang secara total sudah mempertimbangkan dampak imbasan konsumsi. Pada tingkat nasional, nilai IDBAD adalah kecil untuk semua angka pengganda total (output, pendapatan dan kesempatan kerja). Akan tetapi, nilai IDBTAD cukup berarti mengingat besarnya dampak luberan. Pengabaian dampak balik dan dampak luberan antardaerah akan menyebabkan angka pengganda total lebih rendah. Nilai IDBTAD akan lebih relevan dalam analisis keterkaitan antardaerah karena indeks tersebut mencakup analisis yang lebih menyeluruh di mana diperhitungkan dampak luberan dan dampak balik secara bersama-sama. Nilai IDBTAD di atas menunjukkan pentingnya keterkaitan antarpulau dalam ekonomi kepulauan, seperti Indonesia. Pengabaian keterkaitan spasial akan menyebabkan nilai perkiraan dampak ekonomi wilayah lebih kecil dari yang sesungguhnya terjadi. Mengingat model daerah tunggal mengabaikan dampak luberan dan dampak balik, adalah kemudian menjadi penting untuk menggunakan model antardaerah. Pola keterkaitan spasial dampak bersih mirip dengan pola keterkaitan spasial pengganda total. Akan tetapi ukuran keterkaitan spasial dampak bersih lebih kecil dibandingkan dengan pengganda total karena dikeluarkannya dampak awal dalam perhitungan. Implikasinya, untuk merelokasikan kegiatan pembangunan diperlukan intervensi pemerintah mengingat bahwa luberan antarsektor dan luberan
2
IDBAD = Index Dampak Balik Antar Daerah IDBTAD = Index Dampak Balik Tumpahan Daerah
60
antarpulau tidak akan memadai. Adanya konsentrasi kegiatan pembangunan di suatu wilayah akan memperburuk masalah pemerataan dalam perekonomian Indonesia. Rendahnya dampak luberan dari suatu wilayah mengindikasikan bahwa dampak bersih di wilayah tersebut tidak mengalir secara memadai ke wilayah lain di Indonesia. Sebaliknya, dampak balik dari pembangunan di diluar wilayah tersebut akan mengalir kembali kewilayah asalnya. 3.5.
Perubahan Struktur Ekonomi Dalam proses pembangunan ekonomi, perubahan/pergeseran struktur
(structural change) menjadi penting untuk dianalisa (Guo and Planting, 2000, Sonis et al, 1995, West and Brown, 2003). Penelitian mengenai pergeseran struktur di dalam domain ekonomi pada umumnya berhubungan dengan proses diversifikasi yang mana berhubungan dengan produksi, konsumsi dan pola perdagangan. Analisis perubahan struktur dan pertumbuhan ekonomi dapat memberikan perspektif jangka panjang tentang arah perkembangan perekonomian ke depan. Chenery dan Syrquin (1975). Achyar, et al (2004) menyebutkan tiga macam proses yang menyebabkan perubahan struktur ekonomi yaitu : 1. Akumulasi proses yang diindikasikan oleh perubahan dalam investasi, pendapatan pemerintah dan pendidikan. 2. Akumulasi proses yang dindikasikan dengan perubahan struktur permintaan domestik, produksi dan perdagangan. 3. Demografi dan proses distribusi, perubahan alokasi sumber daya manusia, urbanisasi dan distribusi pendapatan.
61
Hewing et al, (1998a, 1998b) berpendapat bahwa pembangunan dapat saja terkait dengan besar kecilnya interaksi antar sektor. Ketika kondisi ekonomi dalam thap maturity, derajat (tingkat) produksi antara akan berubah, di mana salah satu yang diharapkan akan terjadi adalah arus perubahan didalam unsur perekonomian (intra economy flow) akan tumbuh cepat dari pada transaksi diluar sistem ekonomi itu sendiri. Hal ini dapat menunjukkan bahwa, tingkat antara mencapai batas atas dan kemudian dapat saja mengalami penurunan. Beberapa alat (tools) analisis telah dikembangkan dalam upaya untuk melakukan identifikasi perubahan struktur ekonomi seperti ” growth and size alasticity model” yang dikembangkan oleh Chenery dan Syrquin, 1975, dengan menggunakan cross section of the countries. Terkait dengan pengunaan Input Output model, maka perubahan struktur dapat terjadi karena perubahan output akibat dari perubahan permintaan akhir; perubahan output sebagai akibat dari kemajuan teknologi; dan perubahan output sebagai akibat dari sinergi antara perubahan permintaan akhir dan teknologi.