MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2012. Pemeliharaan burung merpati dilakukan di Sinar Sari, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Pengamatan profil darah dan pengukurannya dilakukan di Laboratorium Anatomi Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Materi Burung merpati yang digunakan dalam penelitian ini adalah 25 pasang burung merpati dewasa berumur 9-12 bulan dengan kisaran bobot badan 200-405 g. Burung merpati tersebut berasal dari peternakan rakyat di Sinar Sari, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu: timbangan digital dengan ketelitian 1 g, kandang
untuk memelihara burung merpati, tempat pakan, dan
minum, kertas koran, spuit, spektrofotometer, mikroskop serta preparat kaca. Bahan yang digunakan yaitu kertas koran, larutan koagulan Ethylene Diamine Tetra Acid (EDTA), alkohol 70%, larutan methanol, larutan giemsa, cuvet. Prosedur Burung merpati yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari peternak dan pedagang di sekitar wilayah Bogor barat.
Masa adaptasi burung merpati
sebelum digunakan dalam penelitian meliputi tiga tahap yaitu (1). Adaptasi kandang pada hari pertama pada saat merpati datang, (2). Adaptasi lingkungan pada hari kedua, dan ketiga, (3). Burung merpati mulai bisa dilatih terbang. Latihan terbang dilakukan pada jarak 50, 100, 150, dan 200 meter dengan 2 kali pengulangan. Pengambilan darah dilakukan pada hari pertama (saat burung merpati datang dan pada hari ke-14 setelah dilatih terbang). Burung merpati yang dilatih terbang adalah burung merpati jantan sedangkan burung merpati betina hanya digunakan sebagai pemancing burung merpati jantan dengan cara diklepek (memanggil burung merpati pejantan dengan cara menggunakan burung merpati betina dengan cara mengayunayunkan burung merpati betina).
Pemeliharaan Burung merpati dipelihara secara intensif.
Burung merpati tersebut
dikandangkan pada saat sore hari (menjelang malam) sebanyak 2 ekor per kandang (Gambar 1B). Burung merpati juga di lepas di dalam kurungan pada saat pagi hari hingga sore hari (Gambar 1A).
(A)
(B)
Gambar 1. Kurungan Merpati (A) dan Kandang Merpati (B). Pemberian Pakan dan Minum Pemberian pakan dilakukan pada pagi hari. Pakan burung merpati berupa jagung butir berukuran kecil dengan diameter 0,5 cm dan diberikan sesuai dengan kebutuhan yaitu 70 g jagung per pasang burung merpati per harinya. Air minum diberikan ad libitum dan disediakan dalam tempat air minum berkapasitas 2 l. Penimbangan Bobot Badan Penimbangan bobot badan burung merpati selama pemeliharaan dilakukan pada awal pemeliharaan dan minggu kedua (hari ke-14) pemeliharaan. Penimbangan bobot badan bertujuan untuk mengetahui pertambahan bobot badan. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan digital dengan merk Weston dengan satuan gram (Gambar 2B). Pengukuran Konsumsi Pakan dan Sisa Pakan Konsumsi pakan diperoleh dengan menimbang jumlah pakan yang diberikan tiap harinya selama pemeliharaan dan dilanjutkan dengan penimbangan sisa pakan untuk mengetahui jumlah konsumsi pakan burung merpati tiap harinnya. Konsumsi pakan adalah selisih pakan dikurangi dengan sisa pakan yang tidak dimakan dalam satuan gram (Gambar 2A).
9
.
B
A
Gambar 2. Timbangan Pakan Digital (A), dan Timbangan Digital (B) Pengambilan Sampel Darah Pengambilan sampel darah dilakukan menggunakan spuit 1 ml dengan jarum 26G x 1/2’’. Sampel darah diambil pada vena sayap. Setelah darah burung merpati diambil, langsung dimasukkan ke dalam tabung yang sudah diisi antikoagulan EDTA Ethylene Diamine Tetra Acid (EDTA) di dalamnya (Gambar 3A dan 3B).
(A)
(B)
Gambar 3. Pengambilan Sampel Darah Burung Merpati (A) dan Sampel Darah (B)
10
Perhitungan Jumlah Hemoglobin Perhitungan jumlah hemoglobin merujuk pada Sastradipradja et al. (1989). Metoda ini banyak digunakan dalam laboratorium klinik diagnostik dan untuk penelitian hematologi, karena cukup akurat. Prinsip yang digunakan dalam metoda ini yaitu darah ditambahkan ke dalam suatu larutan yang mengandung kalium sianida dan kalium ferisianida (reagen drabkins).
Ferisianida akan merubah besi dari
hemoglobin yang bervalensi dua (++ : ferro) menjadi bervalensi tiga (+++ : ferri) sehingga terbentuk methemoglobin yang kemudian berikatan dengan kalium sianida membentuk pigmen yang stabil ialah sianmethemoglobin. Intensitas warna campuran ini diukur dengan alat spektofotometer, pada panjang gelombang 540 nm, atau menggunakan filter hijau kekuningan. Optical Density (O.D) larutan sebanding dengan konsentrasi hemoglobinnya. Semua bentukbentuk hemoglobin diukur dengan metoda ini, kecuali sulfhemoglobin. Pipet larutan Reagen Drabkins 5,0 ml, kemudian masukan kedalam tabung reaksi 1 dan 2. Tambahkan 0,02 ml darah ke dalam tabung reaksi ke 2, dengan menggunakan pipet sahli atau pipet lainnya yang bervolume 0,02 ml, kemudian bilas pipet yang sudah digunakan, agar tidak ada darah yang tertinggal di dalam pipet, dengan cara menghisap dan meniupkan cairan yang ada dalam tabung reaksi ke 2 tersebut. Campur dengan baik larutan di dalam tabung, kemudian dibiarkan selama paling sedikit 10 menit pada suhu kamar, agar terbentuk sianmthemoglobin dengan baik. Selanjutnya dilakukan pembacaan dengan transmittance (Optical Density) larutan tersebut dengan menggunakan alat kolorimeter atau spektofotometer pada panjang gelombang 540 nm (menggunakan filter hijau kekuningan). Perhitungan Jumlah Hematokrit (PCV%) Perhitungan jumlah hematokrit (PCV%) merujuk pada Sastradipradja et al. (1989).
Perhitungan hematokrit (PCV%) bertujuan untuk menentukan nilai
hematokrit (peresentase volume eritrosit di dalam darah) dengan prinsip darah yang bercampur dengan antikoagulan diputar dengan alat centrifuse sehingga akan terbentuk lapisan-lapisan. Kolom atau lapisan yang terdiri atas butir-butir darah merah atau eritrosit diukur dan dinyatakan sebagai peresentase volume dari keseluruhan darah. 11
Cara yang digunakan dalam perhitungan ini yaitu dengan metoda mikrohematokrit.
Langkah pertama yaitu bersihkan daerah pengambilan darah,
kemudian tusuk pembuluh darah dengan menggunakan spuit setelah darah keluar tempelkan mikrokapiler yang bertanda merah atau biru pada tetesan darah tersebut, biarkan darah sampai mengalir mengisi 4/5 bagian pipa kapiler kemudian sumbat ujung pipa kapiler yang bertanda (tidak selalu bertanda) dengan crestaseal. Setelah itu pipa-pipa kapiler ditempatkan dan disusun pada alat mikrocentrifuse, putar pipapipa kapiler yang berisikan darah dengan alat mikrocentrifuse selama 5 menit dengan kecepatan 11.500-15.000 rpm, setelah diputar akan terbentuk lapisan-lapisan yang terdiri atas lapisan plasma yang jernih dibagian atas kemudian lapisan putih abu-abu (buffy coat) ialah trombosit dan leukosit dan lapisan merah yaitu eritrosit. Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur presentase volume eritrosit (lapisan merah) dari darah dengan menggunakan alat baca mikrohematokrit (microcapillary hematokrit reader). Perhitungan Jumlah Sel Darah Merah Perhitungan jumlah sel darah merah merujuk pada penelitian Sikar et al. (1984). Sampel darah dihisap dengan menggunakan pipet eritrosit hingga pada tera 1 dengan aspirator. Ujung pipet dibersihkan dengan menggunakan tissue, lalu pipet diisi larutan Ress dan Ecker hingga tanda 101 dengan cara menghisap larutan tersebut, kemudian pipet diputar dengan membentuk angka 8, setelah homogen cairan-cairan yang tidak terkocok pada ujung pipet ditempatkan atau diteteskan ke kertas tissue. Setelah itu satu tetes darah diteteskan ke dalam hemocytometer dan dijaga tidak ada udara yang masuk, kemudian didiamkan beberapa saat hingga cairan mengendap, lalu mulai dilakukan penghitungan di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 kali. Penghitungan eritrosit dalam hemocytometer, menggunakan kotak eritrosit yang berjumlah dua buah dengan mengambil bagian sebagai berikut: satu kotak pojok kanan atas, satu kotak pojok kiri bawah. Untuk membedakan kotak eritrosit dengan kotak leukosit berpatokan pada tiga baris pemisah pada kotak eritrosit serta luas kotak eritrosit yang relatif lebih kecil dibandingkan kotak leukosit. Setelah jumlah eritrosit diperoleh maka jumlah darah dikalikan dengan 5.000, untuk mengetahui jumlah ertrosit dalam 1 mm3 darah, yaitu : 12
Jumlah eritrosit per mm3 darah = a x 5.000 butir Perhitungan Jumlah Sel Darah Putih Perhitungan jumlah sel darah putih merujuk pada penelitian Sikar et al. (1984).
Sampel darah dihisap menggunakan pipet leukosit hingga pada tera 1
dengan aspirator. Ujung pipet dibersihkan dengan menggunakan tissue, lalu dihisap larutan Ress dan Ecker hingga tanda 101.
Kemudian pipet diputar dengan
membentuk angka 8, setelah homogen cairan yang tidak terkocok pada ujung pipet dibuang dengan menempelkan ujung pipet pada kertas tissue. Setelah itu satu tetes darah diteteskan ke dalam hemocytometer dan jangan sampai ada udara yang masuk. Kemudian didiamkan beberapa saat hingga cairan mengendap, lalu penghitungan dapat dimulai di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 kali. Untuk menghitung leukosit dalam hemocytometer, digunakan kotak leukosit yaitu jumlah leukosit yang didapat dari hasil pengamatan dibawah mikroskop dikalikan 200 untuk mengetahui jumlah leukosit setiap 1 mm3 darah, yaitu : Jumlah leukosit per mm3 darah = b x 200 butir
Gambar 4 . Neubauer Hemocytometer Counting Area Sumber : Buku Fisiologi Veteriner (1989)
13
Rancangan dan Analisis Data Data konsumsi pakan dianalisa secara deskriptif.
Uji t digunakan untuk
membandingkan profil darah burung merpati jantan dan betina serta rataan bobot badan burung merpati. Analisa data merujuk pada Walpole (1982) dengan formula sebagai berikut Peubah Peubah yang diamati adalah persentase hemoglobin, hematokrit, sel darah merah dan sel darah putih sebelum dan setelah dilatih terbang. Selain itu dilengkapi data bobot badan dan konsumsi pakan.
Sp 2 = (n1 - 1) S1 2 + (n2 - 1) ) S2 2 n 1 + n2 - 2 Keterangan : t
= Nilai Hitung = Nilai Rataan Kelompok Ke-1 = Nilai Rataan Kelompok Ke-2
Sp = Simpangan Baku Sp 2 = Kuadrat Simpangan Baku n1 = Jumlah Sampel Ke-1 n2 = Jumlah Sampel Ke-2 Data profil darah burung merpati yang dilatih dan tidak dilatih terbang dianalisa dengan menggunakan uji t berpasangan. Uji t berpasangan merujuk pada Walpole (1982), yaitu
14
v = n-1
Keterangan : Sd = Standar Deviasi n
= Jumlah Sampel
d1 2 = Kuadrat Selisih dari Pengukuran Ke-1 dan Ke-2 = Rataan Sampel V = Derajat Bebas t
= Nilai t Hitung
Keterangan : = nilai rataan n = jumlah ternak Xi = peubah sifat kuantitatif yang diukur, dimulai dari individu ke - i, i = 1, 2, …, n
15
Keterangan : sb = simpangan baku X = peubah sifat kuantitatif yang diukur n = jumlah ternak
Keterangan : KK = koefisien keragaman sb = simpangan baku = nilai rataan
16