KINERJA PENYALURAN KREDIT DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT (Studi Kasus pada Koperasi Kredit (CU) Merdeka, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo, Sumatera Utara)
SKRIPSI
ERIKA PRATIWI BR SEMBIRING H34086035
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN ERIKA PRATIWI BR SEMBIRING. Kinerja Penyaluran Kredit dan FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit (Studi Kasus pada Koperasi Kredit (CU) Merdeka, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo, Sumatera Utara). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Dibawah Bimbingan SUPREHATIN) Untuk memperkuat posisi sektor pertanian, ketersediaan modal bagi pelaku usaha pertanian merupakan suatu keharusan. Pada era modern ini teknologi pertanian semakin tinggi, pengerahan modal yang intensif baik untuk alat-alat pertanian maupun sarana produksi menjadi suatu keharusan. Sebagian besar petani tidak sanggup mendanai usahatani dengan modal sendiri. Pada saat ini pemerintah memberikan solusi untuk membantu petani dalam pemberian modal berupa program kredit. Pemerintah telah menyalurkan kredit dalam bentuk kredit modal kerja (KMK) dan kredit investasi (KI). KMK mengalami pertumbuhan pada setiap sektor kecuali sektor industri pengolahan, pertumbuhan yang tertinggi terjadi pada sektor pertambangan dan perdagangan, untuk sektor pertanian hanya mengalami pertumbuhan sebesar 0.17 persen. KI juga mengalami pertumbuhan tetapi pada sektor pertambangan dan sektor pengolahan mengalami penurunan, sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan adalah sektor listrik, gas dan air sebesar 0.64 persen, dan sektor pertanian mengalami peningkatan sebesar 0.14 persen. Kreditkredit tersebut diberikan melalui bank, koperasi dan lembaga keuangan lainnya. Namun, penyaluran kredit yang diberikan oleh pemerintah melalui bank-bank yang ditunjuk pada saat ini, juga mengalami risiko tingkat pengembalian diatas batas normal yaitu NPL >3%. Berbagai risiko yang harus dihadapi perbankan dalam periode gejolak ekonomi global telah meningkatkan sikap kehati-hatian dalam memberikan kredit kepada nasabah. Sehingga menyebabkan nasabah melakukan pinjaman ke lembaga keuangan lainnya baik yang formal maupun informal. Salah satu alternatif buat petani untuk mengakses kredit adalah lembaga keuangan mikro atau koperasi. Credit Union (CU) adalah salah satu koperasi yang bergerak dalam bidang perkreditan yang dibentuk oleh anggota dan untuk anggota. CU adalah model koperasi yang tumbuh dan berkembang atas prakarsa masyarakat (bottom up) dengan tujuan utamanya adalah memberdayakan masyarakat rakyat baik secara ekonomi, sosial maupun budaya.Salah satu unit CU di Indonesia adalah CU Merdeka. Pada saat ini CU Merdeka memiliki 13 unit yang menyebar di beberapa desa di wilayah Kabupaten Karo. Kredit yang diberikan untuk modal usaha pertanian dan kesejahteraan. Saat ini, anggota yang memperoleh kredit dari CU tidak seluruhnya dapat mengembalikannya dengan baik tepat pada waktu yang telah dijanjikan. Pada kenyataannya ada anggota yang tidak dapat mengembalikan sebagian pinjamannya karena suatu hal atau sebab, sehingga pinjaman tidak dapat dikembalikan secara utuh. Akibat adanya anggota yang tidak membayar kreditnya maka perjalanan kredit akan terhenti atau macet. Kredit macet merupakan suatu keadaan dimana seorang anggota tidak mampu membayar lunas kredit tepat waktu.
Berkaitan dengan latar belakang dan perumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Menganalisis kinerja penyaluran kredit CU Merdeka, (2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit pada CU Merdeka dan (3) Mendeskripsikan implikasi manajerial (managerial implications) berdasarkan kinerja penyaluran kredit dan faktor-faktor yang mempengaruhi kredit terhadap manajemen CU Merdeka. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) karena CU Merdeka merupakan koperasi kredit sekaligus lembaga keuangan mikro yang berkembang di wilayah kecamatan Merdeka. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Januari 2011 sedangkan upaya persiapan (prapenelitian) dan penjajakan mulai sejak bulan Mei 2010. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode quota sampling, dimana sampel yang diambil distratifikasikan secara proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan. Pengambilan sampel diambil dari tiga wilayah kerja CU Merdeka yang memiliki tingkat kredit macet yang tertinggi yaitu Desa Merdeka, Surbakti dan Perteguhen. Dari ketiga wilayah tersebut sampel dibagi menjadi dua yaitu anggota kredit macet dan anggota kredit lancar. Berdasarkan data yang didapat maka jumlah sampel yang diambil sebanyak 80 orang. Jumlah sampel tersebut distratifikasi berdasarkan lancar dan menunggak. Sampel responden menunggak sebanyak 45 orang dan sampel responden lancar sebanyak 35 orang. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dikumpulkan dan diolah untuk dianalisis lebih lanjut baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif deskriptif dilakukan untuk melihat dan memberikan gambaran mengenai mekanisme dan kinerja penyaluran kredit di CU Merdeka. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis faktor-faktor pengembalian kredit dengan menggunakan model regresi logistik. Pengolahan data menggunakan perangkat komputer dengan software Microsoft Excel 2007 dan Minitab 14. Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: mekanisme penyaluran kredit CU Merdeka sudah berpedoman dengan kriteria 6C yaitu character, capital, capacity, condition of economy, collateral dan constraints. Meskipun demikian 6C tersebut belum seutuhnya diterapkan dalam pengajuan kredit karena masih ada penyimpanganpenyimpangan didalam pengajuan kredit. Hasil dari analisis kinerja pelayanan yaitu pelayanan CU Merdeka sudah tergolong baik. Namun ada atribut-atribut yang harus diperhatikan dan ditingkatkan lagi oleh CU Merdeka. Adapun atributatribut tersebut adalah ketelitian dan keakuratan karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya, pelayanan pemberian kredit, kecepatan dan ketepatan karyawan dalam menanggapi masalah dan pengawasan penyaluran kredit. Faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan pada taraf 5 persen dan 10 persen terhadap pengembalian kredit di CU Merdeka adalah tingkat pendapatan per bulan, tujuan pinjaman, jenis kelamin, status pernikahan dan frekuensi pinjaman. Hal ini dapat dilihat dari variabel-variabel yang memiliki nilai p<5% yaitu tingkat pendapatan per bulan 0,019 dan tujuan pinjaman 0,020 dan pada nilai p<10% yaitu variabel jenis kelamin 0,055, status pernikahan 0,072 dan frekuensi pinjaman 0,086.Tingkat pendapatan per bulan dan tujuan pinjaman berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit di CU Merdeka. Sedangkan jenis kelamin dan status pernikahan berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian kredit di CU Merdeka. Pendapatan antara satu juta
sampai dengan dua juta berpeluang besar melakukan penunggakan dalam mengembalikan kredit. Nilai odds ratio untuk variabel tingkat pendapatan per bulan sebesar 1,00 menunjukkan bahwa kenaikan jumlah pendapatan per bulan anggota satu satuan (satu rupiah) akan menyebabkan peningkatan peluang pengembalian kredit dengan lancar sebesar 1,00 kali dari semula (sebelum peningkatan pendapatan per bulan). Nilai odds ratio 14,51 untuk tujuan pinjaman yang artinya apabila peningkatan jumlah anggota yang melakukan pinjaman produktif akan memiliki peluang dalam kelancaran pengembalian sebesar 14,51 dibandingkan dengan pinjaman kesejahteraan. Nilai odds ratio jenis kelamin 4,19 yang artinya apabila peningkatan jenis kelamin wanita melakukan pinjaman dibandingkan pria akan memiliki peluang pengembalian sebesar 4,19 kali. Nilai odds ratio status pernikahan 0.04 yang artinya anggota yang belum menikah memiliki peluang 0,04 kali melakukan pengembalian kredit lancar dibandingkan dengan anggota yang belum menikah. Nilai odds ratio frekuensi pinjaman 14,51 artinya apabila frekuensi anggota melakukan pinjaman meningkat maka peluang untuk mengembalikan pinjaman lancar sebesar 14,51 kali. Implikasi manajerial yang harus dilakukan CU Merdeka terhadap penyimpangan yang terjadi pada pengajuan kredit yaitu mengoptimalkan 6C. Tindakan yang perlu dilakukan CU Merdeka dalam peningkatan pelayanan kredit yaitu dengan memberikan pelatihan-pelatihan dan kursus kepada pengurus dan karyawan agar mampu bekerja lebih kompeten lagi. Tindakan yang perlu dilakukan oleh CU Merdeka berkaitan dengan anggota yang memiliki pendapatan yang rendah dan tujuan penggunaan kredit adalah memberikan pelatihan dan pendidikan terhadap peningkatan kualitas pertanian dan penggunaan kredit secara tepat sasaran. Adapun variabel yang tidak signifikan yang sebaiknya diperhatikan oleh CU Merdeka adalah plafon kredit dan jaminan kredit. Saran yang dapat diberikan kepada pihak CU Merdeka adalah sebagai berikut: (1) CU Merdeka hendaknya meningkatkan kualitas manajemennya khususnya mengenai peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), pelayanan pemberian kredit, kecepatan dan ketepatan karyawan dalam menanggapi masalah dan pengawasan terhadap penyaluran kredit, dan (2) CU Merdeka hendaknya memperhatikan pendapatan bersih anggota per bulannya, tujuan pinjaman, plafon pinjaman dan nilai jaminan sehingga tunggakan pengembalian kredit dapat ditekan. Hal ini untuk meningkatkan pencapaian kinerja, likiuditas dan profitabilitas CU Merdeka.
KINERJA PENYALURAN KREDIT DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT (Studi Kasus pada Koperasi Kredit (CU) Merdeka, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo, Sumatera Utara)
ERIKA PRATIWI BR SEMBIRING H34086035
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul Skripsi : Kinerja Penyaluran Kredit dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit (Studi Kasus pada Koperasi Kredit (CU) Merdeka, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo, Sumatera Utara) Nama
: Erika Pratiwi Br Sembiring
NRP
: H34086035
Disetujui, Pembimbing
Suprehatin, SP, MAB NIP. 19800107 200501 1001
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”Kinerja Penyaluran Kredit dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Studi Kasus pada Koperasi Kredit (CU) Merdeka, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo, Sumatera Utara adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi.
Bogor, April 2011
Erika Pratiwi Br Sembiring H34086035
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Berastagi pada tanggal 23 Juli 1987 sebagai anak keempat dari lima bersaudara. Penulis anak dari Bapak Darwin Sembiring Gurukinayan dan Ibu Mulianna Br Tarigan Silangit. Penulis mengikuti pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Santa Maria Berastagi dan lulus pada tahun 1993. Pendidikan Dasar di SDN 03 Berastagi dan lulus pada tahun 1999. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di Yayasan Perguruan Methodist Berastagi diselesaikan pada tahun 2002. Pendidikan menengah atas diselesaikan penulis pada tahun 2005 di SMA Negeri 1 Berastagi. Pada tahun yang sama penulis diterima melalui jalur USMI pada Program Diploma Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 2008. Penulis melanjutkan kuliah pada Program Ekstensi Manajemen Agribisnis pada tahun yang sama.
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Kinerja Penyaluran Kredit dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Studi Kasus pada Koperasi Kredit (CU) Merdeka, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo, Sumatera Utara”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja penyaluran kredit dan pengembalian kredit anggota pada CU Merdeka.
Bogor, April 2011 Erika Pratiwi Br Sembiring
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih dan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah, kasih dan karunia-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai waktu yang telah direncanakan. Penyelesaian skripsi ini juga tidak lepas dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Suprehatin, SP, MAB, sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan masukan, arahan dan meluangkan waktunya dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS sebagai dosen evaluator dan penguji utama yang telah memberikan kritik dan saran untuk penyusunan skripsi ini. 3. Eva Yolynda Aviny, SP, MM sebagai dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan kritik dan saran untuk penyusunan skripsi ini. 4. Kedua orangtua saya tercinta yaitu bapak Darwin Sembiring dan Ibu Muliana br Tarigan yang selalu mendoakan saya dan memberikan saya dukungan yang luar biasa selama hidup saya. 5. Sisko S, Menda Br Bukit, Ade Amon S, Eka K Tamba, Dodi J S, Desi A Tekang, Andreo S serta keponakan saya Meissy S, Dimas S, Marcel S, Arabella S, Edgar S serta keluarga besar Sembiring dan Tarigan yang selalu memberikan doa dan dukungan yang besar kepada saya dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Pihak Pengurus, karyawan dan anggota CU Merdeka atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan. 7. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman program ekstensi Agribisnis angkatan 05 atas semangat dan informasi selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.
Bogor, April 2011 Erika Pratiwi Br Sembiring
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ...................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
xv
I
PENDAHULUAN ........................................................................ 1.1. Latar Belakang .................................................................. 1.2. Perumusan Masalah .......................................................... 1.3. Tujuan Penelitian .............................................................. 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................ 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................
1 1 4 7 8 8
II
TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................
9
2.1. 2.2. 2.3. III
Koperasi ............................................................................ Koperasi Kredit (Credit Union) ......................................... Penelitian Terdahulu ..........................................................
9 11 14
KERANGKA PEMIKIRAN ......................................................
18
3.1 3.2 3.3
Konsep Kinerja ................................................................. Konsep Jasa ......................................................................... Kredit .................................................................................. 3.3.1 Fungsi dan Tujuan Kredit ........................................... 3.3.2 Jenis-Jenis Kredit........................................................ 3.3.3 Permohonan Kredit ..................................................... Kerangka Pemikiran Operasional ...................................... Hipotesis Penelitian ...........................................................
18 18 21 22 23 26 33 34
METODE PENELITIAN ...........................................................
37
4.1. 4.2 . 4.3. 4.4.
37 37 37 38 39
3.4 3.5 IV
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................ Jenis dan Sumber Data ...................................................... Metode Pengumpulan Data ............................................... Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................ 4.4.1 Mekanisme dan Analisis Kinerja Penyaluran Kredit . 4.4.2 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit ................................................. 4.4.3 Implikasi Manajerial bagi Manajemen CU Merdeka ............................................................... Definisi Operasional ..........................................................
43 43
GAMBARAN UMUM CU MERDEKA .....................................
45
5.1 5.2 5.3 5.4 5.5
45 46 47 50 52
4.5. V
Sejarah Umum CU Merdeka ............................................... Visi dan Misi CU Merdeka.................................................. Organisasi dan Manajemen CU Merdeka............................ Kegiatan Operasional CU Merdeka..................................... Perkembangan Anggota CU Merdeka .................................
40
VI
ANALISIS KINERJA PENYALURAN KREDIT DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT CU MERDEKA ......................... 6.1 6.2 6.3
6.4 6.5
Mekanisme Penyaluran Kredit pada CU Merdeka .............. Analisis Kinerja Penyaluran Kredit CU Merdeka ............... Karakteristik Responden sebagai Peminjam Kredit pada CU Merdeka ........................................................................ 6.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit pada CU Merdeka ................... 6.3.2 Perbandingan Karakteristik Individu Responden ....... 6.3.3 Perbandingan Karakteristik Usaha Responden ......... 6.3.4 Perbandingan Karakteristik Kredit Responden .......... Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit CU Merdeka ....................................................................... Implikasi Manajerial ............................................................
55 55 58 63 63 65 68 70 73 78
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................
81
7.1 Kesimpulan ............................................................................... 7.2 Saran ..........................................................................................
81 82
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
83
LAMPIRAN ..............................................................................................
85
VII
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Investasi UMKM .............
2
2. Lembaga Keuangan Non Bank Berperan di Keuangan Mikro, Tingkat Aktivitas dan Jumlah Nasabah pada Tahun 2007 ..............
4
3. Realisasi Pinjaman Koperasi CU Merdeka tahun 2008-2009 ..........
5
4. Penilaian Kinerja Penyaluran Kredit ...............................................
39
5. Jumlah dan Proporsi menurut Jenis Kelamin ...................................
65
6. Jumlah dan Proporsi menurut Usia ..................................................
66
7
Jumlah dan Proporsi menurut Status Pernikahan .............................
66
8. Jumlah dan Proporsi menurut Tingkat Pendidikan ..........................
65
9. Jumlah dan Proporsi menurut Jumlah Tanggungan Keluarga..........
67
10. Jumlah dan Proporsi menurut Jenis Usaha .......................................
68
11. Jumlah dan Proporsi menurut Lama Usaha ......................................
69
12. Jumlah dan Proporsi menurut Pendapatan Per Bulan ......................
70
13. Jumlah dan Proporsi menurut Nilai Plafon Pinjaman ......................
71
14. Jumlah dan Proporsi menurut Tujuan Pinjaman ..............................
72
15. Jumlah dan Proporsi menurut Frekuensi Pinjaman ..........................
72
16. Jumlah dan Proporsi menurut Nilai Jaminan ...................................
73
17. Hasil Analisis terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit pada CU Merdeka..........................................
74
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. NPL Perbankan 2007-2009 .....................................................................
3
2. Perkembangan Jumlah Kredit Macet CU Merdeka Tahun 2006-2009 .............................................................................................
6
3. Perkembangan Jumlah Penunggak CU Merdeka Tahun 2006-2009 ......
6
4. Grafik Perkembangan NPL CU Merdeka Januari 2009-Desember 2009 ........................................................................................................
7
5. Kerangka Pemikiran Operasional ...........................................................
35
6. Perkembangan Anggota CU Merdeka 2004-2009 ..................................
53
7. Skema Penyaluran Kredit CU Merdeka ..................................................
57
8. Hasil Analisis Kinerja Penyaluran Kredit pada CU Merdeka.................
59
9. Proporsi Jumlah Responden CU Merdeka Berdasarkan Tingkat Pengembalian Pinjaman ..........................................................................
64
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Struktur Organisasi pada CU Merdeka ..............................................
86
2. Permohonan Masuk Menjadi Anggota CU Merdeka .........................
87
3. Surat Permohonan Pinjaman Anggota ...............................................
88
4. Surat Perjanjian Pinjaman ..................................................................
89
5. Kartu Simpanan dan Pinjaman Anggota (KSPA) CU Merdeka.........
90
6. Hasil Analisis Regresi Logistik Biner ................................................
91
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pengalaman krisis moneter tahun 1998 telah menyadarkan semua pihak bahwa sektor pertanian memiliki peran strategis serta andil yang sangat besar sebagai mesin penggerak dan penyangga perekonomian nasional. Berdasarkan PDB riil, sektor pertanian telah pulih ke level sebelum krisis sejak tahun 1999 atau empat tahun lebih cepat dari perekonomian agregat yang baru pulih tahun 2003. Sektor pertanian juga menjadi kunci untuk mengurangi kemiskinan, pertahanan pangan dan penyediaan lapangan kerja (Deptan, 2004). Untuk memperkuat posisi sektor pertanian, ketersediaan modal bagi pelaku usaha pertanian merupakan suatu keharusan. Hal ini dikarenakan, fungsi modal dalam tataran tingkat mikro (usahatani), tidak hanya sebagai salah satu faktor produksi, tetapi juga berperan dalam peningkatan kapasitas petani dalam mengadopsi teknologi seperti benih bermutu, pupuk berimbang, dan teknologi pasca panen. Pada era modern ini teknologi pertanian semakin tinggi, pengerahan modal yang intensif baik untuk alat-alat pertanian maupun sarana produksi menjadi suatu keharusan. Sebagian besar petani tidak sanggup mendanai usahatani dengan modal sendiri (Syukur et al, 2000). Pada saat ini pemerintah memberikan solusi untuk membantu petani dalam pemberian modal berupa program kredit. Kredit-kredit tersebut diberikan melalui bank, koperasi dan lembaga keuangan lainnya. Salah satu program kredit saat ini yaitu skema Kredit Usaha Rakyat (KUR), dengan skema ini petani diharapkan dapat memperoleh pembiayaan dengan persyaratan yang ringan didukung oleh fasilitas penjaminan oleh pemerintah. Dalam skema tersebut petani atau pengusaha pertanian yang memiliki usaha yang layak namun belum bankable karena keterbatasan agunan memperoleh kesempatan untuk mendapatkan kredit dari bank, karena 70% dari nilai kredit dijamin oleh lembaga penjamin kredit pemerintah (Bank Indonesia, 2009). Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa pemerintah telah menyalurkan kredit dalam bentuk kredit modal kerja (KMK) dan kredit investasi (KI). KMK mengalami pertumbuhan pada setiap sektor kecuali sektor
industri pengolahan, pertumbuhan yang tertinggi terjadi pada sektor pertambangan dan perdagangan, untuk sektor pertanian hanya mengalami pertumbuhan sebesar 0.17 persen. KI juga mengalami pertumbuhan tetapi pada sektor pertambangan dan sektor pengolahan mengalami penurunan, sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan adalah sektor listrik, gas dan air sebesar 0.64 persen, dan sektor pertanian mengalami peningkatan sebesar 0.14 persen. Tabel 1. Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Investasi UMKM Tahun 20082009 (Rp.000.000) No
Sektor
Kredit Modal Kerja (KMK)
2008 1
Pertanian
2
Pertambangan
3
4
2008
2009
Pertumbuhan (%) KMK
KI
13.548.786
15.860.458
5.875.700
6.731.565
0.17
0.14
3.023.641
3.624.215
702.703
636.684
0.19
-0.09
Industri pengolahan
39.099.768
37.334.323
6.959.461
6.748.235 -0.04
-0.03
Listrik, Gas dan Air
384.833
0.08
0.64
5
Konstruksi
6
Perdagangan
7
Pengangkutan
8
9
2009
Kredit Investasi (KI)
416.919
175.089
288.218
14.223.747
15.990.977
2.893.445
3.300.093
0.12
0.14
138.331.809
163.558.675
18.818.021
24.421.565
0.18
0.29
4.691.147
4.785.247
3.949.499
4.520.721
0.02
0.14
Jasa Dunia Usaha
28.633.538
30.195.279
12.218.683
13.932.720 0.05
0.14
Jasa Sosial Masyarakat
5.034.939
0.12
0.20
5.666.125
2.551.786
3.080.270
Sumber : Bank Indonesia (2009) Meskipun demikian, skema yang ditawarkan pemerintah memiliki kelemahan karena besarnya kredit yang diberikan kepada petani sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah terutama dalam pengalokasian dana pembangunan APBN di sektor pertanian. Selain itu, banyak program skema kredit yang disalurkan lewat bank dengan persyaratan-persyaratan yang sangat ketat. Hal ini menyebabkan akses petani, terutama petani kecil terhadap skema kredit
pemerintah sangat terbatas. Usaha petani sering dikategorikan tidak bankable sehingga petani menggunakan jasa rentenir dan tengkulak (Bank Indonesia, 2009). Penyaluran kredit yang diberikan oleh pemerintah melalui bank-bank yang ditunjuk pada saat ini, juga mengalami risiko tingkat pengembalian diatas batas normal yaitu Net Performing Loan (NPL) >3%. Hal ini dapat menyebabkan penurunan realisasi penyaluran kredit. dilihat pada Gambar 1 NPL perbankan mengalami kenaikan pada awal 2009. Rasio NPL gross perbankan pada Desember 2009 mencapai 3,79%, turun dibandingkan dengan posisi tertinggi tahun 2009 yang sempat mencapai 4,71% pada Mei 2009. Kenaikan NPL nominal tertinggi terjadi pada kredit untuk sektor pertanian dan perdagangan yang juga mengalami pertumbuhan kredit dibandingkan sektor lainnya. (Bank Indonesia, 2009)
Gambar 1. NPL Perbankan 2007-2009 Sumber: Bank Indonesia (2009) Berbagai risiko yang harus dihadapi perbankan dalam periode gejolak ekonomi global telah meningkatkan sikap kehati-hatian dalam memberikan kredit kepada nasabah. Sehingga menyebabkan nasabah melakukan pinjaman ke lembaga keuangan lainnya baik yang formal maupun informal. Pada saat ini,
banyak lembaga keuangan mikro yang memenuhi kebutuhan masyarakat yang membutuhkan modal. Salah satu alternatif buat petani untuk mengakses kredit adalah lembaga keuangan mikro atau koperasi. Selain mampu memenuhi kebutuhan modal petani, lembaga tersebut tidak memberikan bunga yang tinggi kepada petani. Tabel 2. Lembaga Keuangan Non Bank Berperan di Keuangan Mikro, Tingkat Aktivitas dan Jumlah Nasabah pada Tahun 2007 Tipe
Unit
Peminjam
878.379
Pinjaman (Rp. Mil) 1.154,80
480.326
Rata‐Rata Pinjaman (Rp. Mil) 2,4
Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Unit Simpan Pinjam (USP) LDKP
1.598
Simpanan (Rp. Mil) 325,27
Penabung
36.485
1.454
10.524.908
13.495
4.987.783
2,7
2.272
334
n.a
358
1.300.000
0,27
Koperasi Syariah
3.038
209
n.a
157
1.200.000
0,13
Koperasi Kredit dan LSM
1.146
188,01
290.000
505,73
400.000
1,27
Sumber : Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Statistik Koperasi 2007 Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa koperasi sudah mampu menghimpun dana dan memberikan pinjaman kepada masyarakat dalam jumlah yang besar. Penyaluran dana pinjaman yang terbesar dilakukan oleh koperasi simpan pinjam (KSP), diikuti oleh unit simpan pinjam dan koperasi kredit. Keberhasilan koperasi dalam mengembangkan usahanya karena adanya kesamaan tujuan anggota. Salah satu koperasi yang berkembang saat ini adalah koperasi kredit (credit union). Credit union (CU) merupakan koperasi kredit yang membantu permodalan usaha mikro dan kecil sehingga masyarakat sudah mulai mengenal program kredit yang diberikan CU terhadap usaha mikro dan kecil. 1.2 Perumusan Masalah Credit Union (CU) adalah salah satu koperasi yang bergerak dalam bidang perkreditan yang dibentuk oleh anggota dan untuk anggota. Menurut BK3I (1995) dalam Credit Union Sumut (2009), CU adalah model koperasi yang tumbuh dan berkembang atas prakarsa masyarakat (bottom up) dengan tujuan utamanya adalah memberdayakan masyarakat rakyat baik secara ekonomi, sosial maupun budaya. Selain itu CU dikenal sebagai koperasi yang langsung dikelola oleh masyarakat
melalui modal bersama dan digunakan bersama-sama dengan tingkat bunga yang ringan dan diutamakan untuk usaha produktif. Tujuan dari CU yaitu untuk mengembangkan sikap hidup hemat diantara orang miskin serta menyelamatkan mereka dari para rentenir. Pada saat ini koperasi kredit (kopdit) melayani nasabah yang belum dibantu oleh lembaga keuangan yang lain. Salah satu unit CU di Indonesia adalah CU Merdeka. CU Merdeka dibentuk atas dasar kesamaan persepsi dan kebutuhan petani dan anggota akan kemudahan untuk memperoleh kebutuhan modal. Modal tersebut digunakan untuk memenuhi sarana dan prasarana produk pertanian dan juga sebagai modal usaha lainnya. CU Merdeka merupakan lembaga keuangan mikro yang masih memiliki keterbatasan modal dan keahlian operasional khususnya dalam menyalurkan kredit kepada nasabah. CU Merdeka adalah salah satu CU primer yang ada di Puskopdit Karo Simalem (KARSIMA). Pada saat ini Puskopdit KARSIMA memiliki 10 anggota CU dan dua CU dalam tahap binaan. CU Merdeka merupakan salah satu koperasi kredit yang telah berjalan dengan baik. CU Merdeka dalam kegiatan kerjanya telah mampu membantu anggota dalam penyediaan simpan pinjam uang. Pada saat ini CU Merdeka memiliki 13 unit yang menyebar di beberapa desa di wilayah Kabupaten Karo. Kredit biasanya diberikan untuk modal produktif dan kesejahteraan. Tabel 3. Realisasi Pinjaman CU Merdeka Tahun 2008-2009 Jenis Pinjaman
Tahun 2008 Jumlah (Rp)
Pinjaman Produktif Pinjaman Kesejahteraan Total
Pertumbuhan (%) 2009
Orang
Jumlah (Rp)
Orang
Jumlah (Rp)
Orang
3.405.700.000
1221
4.683.200.000
2317
37,51
89,76
521.200.000
96
473.600.000
98
-9,13
2,08
3.926.900.000
1317
5.156.800.000
2415
31,31
83,37
Sumber : CU Merdeka 2008 dan 2009 Berdasarkan Tabel 3, pada tahun 2009 terjadi penurunan pada jenis pinjaman kesejahteraan sebesar 9,13 persen. Penurunan pada pinjaman ini
dikarenakan turunnya permintaan anggota untuk jenis pinjaman ini. Hal ini kemungkinan terjadi karena kurangnya kemampuan koperasi kredit untuk melayani dari segi pelayanan seperti prosedur peminjaman. Anggota yang memperoleh kredit dari CU tidak seluruhnya dapat mengembalikannya dengan baik tepat pada waktu yang telah dijanjikan. Pada kenyataannya
ada
anggota
yang
tidak
dapat
mengembalikan
sebagian
pinjamannya karena suatu hal atau sebab, sehingga pinjaman tidak dapat dikembalikan secara utuh. Akibat adanya anggota yang tidak membayar kreditnya maka perjalanan kredit akan terhenti atau macet. Kredit macet merupakan suatu keadaan dimana seorang anggota tidak mampu membayar lunas kredit tepat waktu.
600,000,000 500,000,000
495,482,000
400,000,000 300,000,000
251,549,680241,744,100
200,000,000 100,000,000 0 2005
127,418,710 2006
2007
2008
2009
2010
Gambar 2. Perkembangan Jumlah Kredit Macet CU Merdeka Tahun 2006-2009 Sumber : CU Merdeka, 2009 Berbeda halnya dengan jumlah kredit macet yang mengalami penurunan pada tahun 2007, apabila dilihat dari jumlah penunggak mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan yang mengalami kenaikan jumlah penunggak yang tertinggi terjadi pada tahun 2008 ke 2009.
250 218
200 150 115
100 68
50
41
0 2006
2007
2008
2009
Gambar 3. Perkembangan Jumlah Penunggak CU Merdeka Tahun 2006-2009 Sumber : CU Merdeka, 2009 Seiring dengan meningkatnya realisasi penyaluran kredit, ternyata nilai tunggakan riil mengalami fluktuasi. Nilai tunggakan riil atau NPL merupakan persentasi seluruh kredit yang termasuk Kurang Lancar (KL), Diragukan (D) dan Macet (M) terhadap nilai sisa pinjaman (biasa disebut Out Standing/OS). Salah satu indikator yang sehat bagi CU Merdeka adalah jika NPL dibawah tiga persen. Grafik perkembangan NPL CU Merdeka dapat dilihat pada Gambar 4. 40 35 30 25 20 15 10 5 0
31
34
20.7 15.3
11.6
7.3
11.54
7
7.2
6
6
8.4
Gambar 4. Grafik Perkembangan NPL CU Merdeka Januari 2009-Desember 2009 Sumber : CU Merdeka, (2010) Tingginya kredit yang diberikan oleh CU Merdeka diikuti dengan peningkatan jumlah penunggak dan NPL. Tingginya NPL diakibatkan oleh banyaknya tunggakan kredit anggota CU Merdeka yang tergolong kredit kurang lancar, diragukan dan macet. Untuk mengatasi permasalahan pengembalian kredit yaitu dengan melihat kinerja penyaluran kredit dan menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi pengembalian kredit serta bagaimana implikasi manajerial yang harus dilakukan oleh CU Merdeka. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut: 1.
Bagaimana kinerja penyaluran kredit CU Merdeka?
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit di CU Merdeka?
3.
Bagaimana implikasi manajerial (managerial implications) berdasarkan kinerja penyaluran kredit dan faktor-faktor pengembalian kredit pada manajemen CU Merdeka?
1.3 Tujuan Penelitian Berkaitan dengan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Menganalisis kinerja penyaluran kredit CU Merdeka.
2.
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit pada CU Merdeka.
3.
Mendeskripsikan implikasi manajerial (managerial implications) berdasarkan kinerja penyaluran kredit dan faktor-faktor yang mempengaruhi kredit terhadap manajemen CU Merdeka.
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut: 1.
Bagi CU Merdeka, diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan strategi untuk menentukan kebijakan khususnya terkait dengan meningkatkan realisasi pemberian kredit dan mengurangi kredit macet bahkan mencegah adanya penunggakan kredit.
2.
Memberikan informasi bagi dunia pengetahuan dan menambah wawasan tentang lembaga keuangan mikro Koperasi kredit (CU) untuk peneliti selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi pada anggota CU Merdeka yang masa angsurannya selesai pada tahun 2008 sampai 2009 dengan pertimbangan karena CU Merdeka sudah melakukan RAT. Pada hasil RAT tersebut dilihat banyak anggota yang
mengalami kredit macet dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Analisis kinerja pelayanan dilakukan berdasarkan kinerja pelayanan kredit pada CU Merdeka. Analisis ini dilakukan hanya sebatas ruang lingkup deskriptif.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Koperasi Koperasi memiliki beberapa definisi antara lain menurut ICA (1995) dalam Firdaus dan Agus (2004) Koperasi adalah perkumpulan yang otonom dari orang-orang yang bergabung secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya mereka yang sama melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis. Menurut UU No 25/1992 dalam Firdaus dan Agus (2004) koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Berdasarkan UU No 25/1992 maka koperasi disejajarkan dan diberlakukan sebagaimana badan usaha lainnya, yaitu terkena pajak, tidak boleh menjadi monopoli, dan kinerja keberhasilan yang diperbandingkan dengan jenis badan usaha lainnya (misalnya besarnya SHU, volume usaha tanpa melihat partisipasi anggota, dan lain-lain). Adapun pengertian koperasi menurut ekonomi Djojohadikoeseome (1941) dalam Firdaus dan Agus (2004) mengartikan bahwa koperasi adalah perkumpulan manusia seorang-seorang yang dengan sukanya sendiri hendak bekerja sama untuk memajukan ekonominya. Menurut Soeriaatmadja bahwa koperasi sebagai suatu perkumpulan dari orang-orang yang atas dasar persamaan derajat sebagai manusia, dengan tidak memandang haluan agama dan politik secara sukarela masuk, untuk sekedar memenuhi kebutuhan bersama yang bersifat kebendaan atas tanggungan bersama. Menurut Schaars (1980) dalam Firdaus dan Agus (2004) koperasi adalah suatu badan usaha yang secara sukarela dimiliki dan dikendalikan oleh anggota yang adalah juga pelanggannya dan dioperasikan oleh mereka dan untuk mereka atas dasar nir laba atau atas dasar biaya. Dengan demikian, koperasi dapat diartikan sebagai perkumpulan otonomi dari orang-orang yang berhimpun secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi-aspirasi ekonomi, sosial dan budaya bersama melalui perusahaan yang mereka miliki bersama dan mereka kendalikan secara demokratis.
Fungsi dan peran koperasi menurut Firdaus dan Agus (2004) yaitu : 1.
Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
2.
Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.
3.
Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya.
4.
Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Prinsip koperasi menurut Pasal 5 UURI No. 25 Tahun 1992 dalam Pasal 5
yaitu koperasi harus bersifat sukarela dan terbuka, pengelolaan dilakukan secara demokratis. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing. Pembalasan balas jasa usaha masing-masing terhadap modal serta memiliki kemandirian dalam menjalankan usahanya. Selain itu, koperasi juga memiliki prinsip yaitu pendidikan perkoperasian untuk meningkatkan kualitas anggota dan melakukan kerjasama antar koperasi untuk mengembangkan koperasi (Firdaus dan Agus, 2004). Sesuai ketentuan yang terdapat dalam pasal 16 UU RI No. 25 Tahun 1992 beserta penjelasannya dinyatakan bahwa “jenis koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya”. Dasar untuk menentukan jenis koperasi adalah kesamaan aktivitas, kepentingan dan kebutuhan ekonomi anggotanya, seperti antara lain koperasi simpan pinjam, koperasi konsumen pemasaran dan koperasi jasa. Khusus koperasi yang dibentuk oleh golongan fungsional seperti pegawai negeri, anggota ABRI, karyawan dan sebagainya, bukan merupakan jenis koperasi sendiri (Firdaus dan Agus, 2004). Jenis-jenis koperasi menurut Firdaus dan Agus (2004) dapat ditinjau dari berbagai sudut pendekatan, antara lain sebagai berikut:
1.
Berdasarkan pada kebutuhan dan efisiensi dalam ekonomi sesuai dengan sejarah timbulnya gerakan koperasi, maka dikenal jenis-jenis koperasi yaitu: koperasi konsumsi, kredit, produksi, jasa, dan distribusi (pemasaran).
2.
Berdasarkan golongan fungsional, maka dikenal jenis-jenis koperasi yaitu: koperasi pegawai negeri (KPN), koperasi angkatan darat (Kopad), koperasi angkatan laut (Kopal), koperasi angkatan udara (Kopau), koperasi angkatan kepolisian (Koppol), koperasi pensiunan angkatan darat, koperasi pensiunan (Koppen), koperasi karyawan (Kopkar), dan koperasi sekolah.
3.
Berdasarkan lapangan usaha, maka dikenal beberapa jenis koperasi antara lain koperasi desa/serba usaha, konsumsi, perikanan, kerajinan/industri, simpan pinjam/kredit, asuransi, dan koperasi unit desa. Dalam perkembangan terakhir sejak diberlakukannya Inpres No. 18 Tahun
1998, maka berbagai macam/jenis koperasi bermunculan sesuai dengan aspirasi masyarakat, antara lain: koperasi tani (Koptan), koperasi pondok pesantren (Koppontren), koperasi wanita/koperasi an-nissa, koperasi agribisnis, koperasi pedagang pasar, koperasi industri, koperasi syariah (Kopsyah), koperasi serba usaha, koperasi kredit (Kopdit), koperasi di kalangan profesi (akuntan, arsitek, pengacara, dokter, dan lain-lain), dan koperasi kelompok masyarakat tertentu (Pokmas) (Firdaus dan Agus, 2004). 2.2 Koperasi Kredit (Credit Union) Istilah CU berasal dari bahasa latin, credere yang artinya percaya dan union/unus yang berarti kumpulan. CU diartikan sebagai kumpulan orang-orang yang saling percaya dalam suatu ikatan pemersatu yang sepakat untuk menabungkan uang, menciptakan modal bersama, untuk dipergunakan (dalam bentuk pinjaman) diantara sesama anggota untuk tujuan yang produktif dan kesejahteraan bersama (Credit Union Sumut, 2009). CU memiliki empat perspektif yang terus dikembangkan di seluruh dunia adalah (Credit Union Sumut, 2009) : 1.
Perspektif Keuangan, CU menjanjikan kesejahteraan dalam hal keuangan kepada anggotanya asalkan tetap setia dalam menabung untuk masa depan.
Dana anggota akan terus bertambah apabila anggota saling percaya, karena dalam pelayanannya CU mengutamakan kepuasan anggotanya. 2.
Perspektif Anggota, CU adalah kumpulan orang yang saling percaya, sehingga bila CU makin kuat dan semakin banyak orang terlibat serta percaya, maka pelayanan dapat terus ditingkatkan.
3.
Perspektif Internal Bisnis, CU berbisnis bersama seluruh anggotanya demi mewujudkan impian bersama untuk membangun kesejahteraan dengan sistem perbankan, namun tetap berbasis kepada anggotanya.
4.
Perspektif Pendidikan dan Pembelajaran yang diberikan secara terus menerus kepada pengurus, pengawas, manajemen dan anggota menjadi sarana untuk melahirkan pribadi-pribadi kompeten untuk mengurus lembaga keuangan miliknya. Dalam menjalankan usahanya CU memiliki prinsip dan pilar yang telah
dirumuskan dan disepakati dalam forum CU yang diselenggarakan oleh WOCCU. Kesembilan prinsip tersebut menurut Credit Union Sumut (2009) yaitu: 1.
Keanggotaan yang terbuka dan sukarela, bagi semua orang yang bersedia menerima tanggung jawab keanggotannya tanpa membedakan jenis kelamin, ras, politik, maupun agama.
2.
Dikontrol secara demokratis oleh anggota, yang mempunyai hak yang sama (satu anggota satu suara) dan berperan dalam pengambilan keputusan tanpa dipengaruhi jumlah sahamnya.
3.
Tidak diskriminatif, karena CU tidak membedakan anggota dari suku, kebangsaan, jenis kelamin, agama, maupun politik.
4.
Pelayanan kepada anggota, ditujukan untuk meningkatkan ekonomi seluruh anggotanya dengan mempertahankan azas dari, oleh, dan untuk anggota.
5.
Distribusi kepada anggota, mendorong sikap hemat dengan cara menabung dan penyediaan pinjaman serta pelayanan lainnya. Surplus yang diperoleh dibagikan kepada seluruh anggota sebanding dengan transaksinya sebagai balas jasa saham dan balas jasa pinjaman. Balas jasa yang diberikan kepada anggota harus sebanding dengan besarnya modal saham yang dimilikinya dan partisipasinya dalam mengembangkan usaha CU.
6.
Membangun stabilitas keuangan, untuk membangun kekuatan finansial, termasuk pembentukan cadangan yang memadai dan internal kontrol yang memastikan pelayanan yang berkesinambungan kepada seluruh anggota
7.
Pendidikan yang terus menerus bagi seluruh anggota, pengurus, pengawas dan manajemen serta masyarakat luas tentang ekonomi, sosial, dan demokrasi dan prinsip kerja sama dan saling membantu dalam CU, termasuk pengelolaan keuangan, hidup hemat, dan penggunaan pinjaman secara bijaksana.
8.
Kerjasama antar lembaga pada tingkat lokal, nasional, dan internasional dalam rangka memberikan pelayanan terbaik kepada anggota.
9.
Tanggung Jawab Sosial dalam menjunjung pembangunan manusia dan hubungan sosialnya. Dalam mengembangkan dan mempertahankan eksistensinya maka CU memiliki tiga pilar yaitu (Credit Union Sumut, 2009) :
1.
Pendidikan, tujuannya agar anggota dapat mengerti peran serta, hak dan kewajiban sebagai anggota CU agar lebih bijaksana dalam mengatur keuangan keluarga maupun keuangan usaha, mengetahui dan memahami laporan keuangan serta perkembangan CU. Dalam CU dikenal motto: dimulai dengan pendidikan, berkembang melalui pendidikan dan dikontrol oleh pendidikan.
2.
Solidaritas atau kesetiakawanan, karena CU tidak sekedar menghimpun simpanan dan memberikan pinjaman kepada anggotanya, namun yang paling utama adalah bagaimana setiap anggota CU memperhatikan kepentingan bersama daripada kepentingan diri sendiri dan saling melayani. Hal ini secara nyata diwujudkan anggota CU yang menyimpan/menabung secara teratur, dan mengangsur pinjamannya secara tertib sehingga anggota-anggota lain juga memperoleh bantuan (pinjaman) bila membutuhkan.
3.
Swadaya, karena CU harus bisa membiayai dirinya sendiri. Agar hal tersebut dapat terwujud para anggota harus berusaha agar lembaganya semakin besar dan sehat. Caranya adalah menabung ke CU secara teratur dan sebanyak banyaknya serta menghindari agar tidak menabung ke lembaga keuangan lain. CU adalah milik anggota sendiri, sedangkan di lembaga keuangan lain
pemiliknya adalah sebagian orang, sedangkan penabung hanya sebagai nasabah. 2.3 Penelitian Terdahulu Penelitian yang membahas mengenai kinerja penyaluran dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian pada CU Merdeka belum pernah dilakukan sebelumnya sebagai topik penelitian di Institut Pertanian Bogor (IPB). Tetapi, sebelumnya telah ada beberapa penelitian mengenai kinerja dan faktorfaktor yang berpengaruh terhadap pengembalian kredit, baik pada bank umum maupun melalui koperasi. Diantaranya yang pernah dilakukan Santy (2008), Lismawati (2009), Pamungkas (2009), Hasibuan (2010), Lubis (2009), Triwibowo (2009). Pamungkas (2009) melakukan penelitian kinerja keuangan dan penilaian nasabah terhadap mutu pelayanan BPR Rama Ganda Bogor. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder dan teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive (sengaja). Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah IPA (Importance Performance Analysis), CSI (Customer Satisfication Index) dan analisis rasio keuangan. Adapaun hasil penelitiannya yaitu kinerja keuangan BPR Rama Ganda masih berada pada batas aman. Nasabah BPR Rama Ganda sektor perdagangan sebagian besar adalah pedagang sembako dengan lama usaha dua tahun, rata-rata besarnya pinjaman sebesar Rp 1-10 juta dan penghasilan (omset) perbulannya sebesar Rp 2-3 juta. Berdasarkan karakteristik responden terhadap mutu pelayanan BPR Rama Ganda, rata-rata responden masih merasa belum puas dengan pelayanan yang diberikan. Santy (2008) melakukan penelitian kinerja dan faktor-faktor yang mempengaruhi keanggotaan koperasi petani (KOPTAN) Mitra Sukamaju Desa Pasir Langu Kecamatan Cisarua Jawa Barat. Dari hasil analisisnya disebutkan bahwa kinerja keanggotaan Mitra Sukamaju jika dilihat dari jumlah anggota selama enam tahun terakhir memiliki kecenderungan yang menurun, namun kesejahteraan anggota jika dilihat dari rata-rata SHU yang diterima setiap anggota semakin meningkat. Selain itu, KOPTAN Mitra Sukamaju belum mampu mencapai target dalam memberikan pelayanan yang memuaskan bagi anggotanya
khususnya dalam pengadaan benih dan obat-obatan. Untuk hasil analisis regresi logistik terdapat dua faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk menjadi anggota KOPTAN Mitra Sukamaju yaitu lamanya pengalaman bertani paprika dan produktivitas paprika yang dihasilkan petani. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Lismawati (2009) penelitiannya berjudul analisis kinerja keuangan dan pelayanan KUD Sumber Alam Dramaga. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis kinerja keuangan yang terdiri dari Analisis Trend, Persentase Per komponen dan Rasio untuk mengetahui keadaaan keuangan KUD selama ini sehingga mengukur keberhasilan KUD Sumber Alam dalam menghasilkan laba serta analisis pelayanan yang digunakan sama dengan Pamungkas (2007) yang menggunakan pendekatan Customer Satisfication Index (CSI) untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan berdasarkan atribut-atribut tertentu. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa trend pada pos aktiva cenderung meningkat, pos aktiva tetap cenderung turun hal ini dikarenakan sebagian dari aktiva tetap dimanfaatkan untuk memenuhi hutang KUD yang telah jatuh tempo. Trend pada pos kewajiban lancar dan jangka panjang juga mengalami penurunan. Hasil dari persentase komponen menunjukkan aktiva lancar memberikan asset terbesar dibandingkan aktiva lainnya. Sedangkan pada pos pasiva lainnya memberikan sumbangan yang lebih besar pada pos jumlah kewajiban dibandingkan jumlah kekayaan walaupun perbedaannya tidak terlalu signifikan. Sementara hasil analisis CSI menunjukkan tingkat kepuasan anggota terhadap pelayanan yang diberikan KUD Sumber Alam masih berada pada tingkatan cukup puas. Triwibowo (2009) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit bermasalah oleh nasabah di sektor perdagangan agribisnis kasus pada BPR Rama Ganda Bogor. Dari hasil penelitiannya diketahui bahwa karakteristik individu debitur BPR Rama Ganda pada sektor perdagangan agribisnis yang mengalami kredit bermasalah sebagian besar berada pada usia 31 tahun sampai 40 tahun, berpendidikan SLTA, memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 0-2 orang, memiliki jarak rumah 11 km-15 km dan nasabah yang sebelumnya tidak pernah meminjam atau tidak punya pengalaman pengambilan kredit sebelumnya. Pengalaman usaha debitur antara 3
tahun, memiliki omzet usaha perbulan antara Rp 1.000.000 sampai Rp 6.000.000, memiliki besar agunan Rp 1.000.000 sampai dengan Rp 10.000.000, dan menyatakan keberatan dengan beban bunga. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit pada sektor perdagangan agribisnis yang mengalami kredit bermasalah adalah jumlah tanggungan keluarga, pengalaman pengembalian kredit, omzet usaha dan beban bunga. Lubis (2009) dan Hasibuan (2010) melakukan penelitian di sektor perbankan yang sama yaitu BRI. Lubis (2009) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi dan pengembalian kredit usaha rakyat di BRI unit Cibungbulang sedangkan Hasibuan (2010) melakukan penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat macet pada kredit usaha rakyat (Kupedes) yang terkait sektor agribisnis pada BRI Cijeruk. Hasil penelitian Lubis (2009) adapun faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi kredit adalah karakteristik individu (usia, jenis kelamin dan jumlah tanggungan keluarga), karakteristik usaha (omzet usaha per bulan, tingkat pendapatan perbulan, jenis usaha dan lama usaha) serta karakteristik kredit (frekuensi peminjaman kredit, jumlah kredit yang diajukan dan nilai agunan). Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit yaitu karakteristik nasabah yaitu karakteristik individu (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan jarak tempat tinggal), karakteristik usaha (nilai RPC per bulan, jenis usaha, lama usaha dan lama menetap di lokasi usaha) serta karakteristik kredit (nilai plafon kredit, jangka waktu pengembalian, frekuensi peminjaman kredit, nilai agunan dan kewajiban perbulan). Hasil analisis deskriptif (Lubis, 2010) karakteristik debitur responden sebagai penerima realisasi KUR-Kupedes adalah sebagian besar berusia 36 sampai 45 tahun, berjenis kelamin pria dan jumlah tanggungan keluarga empat hingga enam orang, sebagian besar memiliki omzet usaha diatas lima juta hingga 10 juta rupiah per bulan, pendapatan bersih diatas 250 ribu hingga 500 ribu rupiah per bulan, usaha off farm
dan lama usaha maksimal lima tahun, frekuensi
peminjaman kredit maksimal dua kali kredit yang diajukan diatas empat juta
hingga lima juta dengan nilai agunan maskimal dua juta rupiah. Karakteristik debitur responden berdasarkan tingkat pengembalian KUR-Kupedes adalah sebgaian besar memiliki usia dan jumlah tanggungan keluarga pada kisaran yang sama dengan realisasi kredit, jenis kelamin wanita, tingkat pendidikan SD dan jarak tempat tinggal maksimal lima kilometer, sebagian RPC diatas 250 ribu hingga 500 ribu rupiah per bulan, jenis usaha dan lama usaha pada kisaran yang sama dengan realisasi kredit, serta menetap di lokasi usaha maksimal 10 tahun, sebagian besar nilai plafon kredit kisaran dua juta hingga empat juta rupiah (debitur yang lancar) dan diatas empat juta rupiah (debitur yang menunggak), jangka waktu pengembalian kredit 12 bulan (setahun), frekuensi peminjaman kredit dan nilai agunan pada kisaran yang sama dengan realisasi kredit, serta kewajiban mulai dari 200 ribu hingga 400 ratus ribu rupiah per bulan. Menurut Hasibuan (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian tunggakan Kupedes (kredit macet) adalah usia, pendidikan, tanggungan keluarga, jumlah pembinaan, jarak rumah debitur dengan BRI, pengalaman usaha, jangka waktu pengembalian kredit, beban bunga dan omzet usaha. Dari hasil analisis regresi linier berganda Lubis (2009) menilai faktorfaktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap realisasi KUR Kupedes di BRI unit Cibungbulang adalah omzet usaha per bulan, tingkat pendapatan bersih per bulan, jenis usaha, jumlah kredit yang diajukan, dan nilai agunan. Berdasarkan analisis regresi logistik biner, faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap pengembalian KUR-Kupedes (lancar atau menunggak) adalah jenis kelamin dan kewajiban per bulan. Untuk hasil analisis Hasibuan (2010) pada BRI Cijeruk faktor-faktor yang signifikan terhadap pengembalian Kupedes adalah variabel usia, variabel tingkat pendidikan dan variabel nilai agunan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah lokasi penelitian, tempat penelitian, analisis kinerja yang digunakan hanya sebatas ruang lingkup deskriptif.
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Konsep Kinerja Pengertian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam Nawawi (2006) adalah (a) sesuatu yang dicapai, (b) prestasi yang diperlihatkan, (c) kemampuan kerja. Menurut Lavasque dalam Nawawi (2006), kinerja adalah segala sesuatu yang dikerjakan seseorang dan hasilnya dalam melaksanakan fungsi suatu pekerjaan. Dari kedua pengertian tersebut dapat diartikan kinerja merupakan kemampuan kerja dan hasil atau prestasi yang dicapai dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Menurut Nawawi (2006) kinerja merupakan gabungan dari tiga faktor yang terdiri dari pengetahuan, pengalaman dan kepribadian. (a) Pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab dalam bekerja. Seperti jenis dan jenjang pendidikan serta pelatihan yang pernah diikuti di bidangnya. (b) Pengalaman, yang tidak sekedar jumlah waktu atau lamanya dalam bekerja, tetapi berkenaan juga dengan substansi yang dikerjakan jika dilaksanakan dalam waktu yang cukup lama akan meningkatkan kemampuan dalam mengerjakan suatu bidang tertentu. (c) Kepribadian, berupa kondisi di dalam seseorang dalam menghadapi bidang kerjanya, seperti minat, bakat, kemampuan bekerjasama/keterbukaan, ketekunan, kejujuran, motivasi kerja, dan sikap terhadap pekerjaan. 3.2 Konsep Jasa Menurut Umar (2003) produk dapat diklasifikasikan dengan banyak cara, salah satunya adalah mengklasifikasikannya berdasarkan pada berwujud atau tidak. Dengan kriteria ini, produk dapat diklasifikasikan sebagai barang yang tahan lama (durable goods), barang tidak tahan lama (nondurable goods), dan jasa (service). Akan tetapi, membedakan antara barang dan jasa sering sulit dilakukan, misalnya karena pembelian suatu barang sering dilengkapi dengan jasa-jasa atau sebaliknya, pembelian jasa sering melibatkan barang-barang. Kotler dan Kevin (2007) mendefinisikan jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat
intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Produk jasa dapat berhubungan dengan produk fisik maupun tidak. Karakteristik jasa dan implikasinya terhadap pemasaran (Umar, 2003): 1. Intangibility: jasa bersifat intangible, tidak dapat dilihat, dirasakan, didengar atau dihirup sebelum dikonsumsi. Untuk mengurangi sifat ketidak pastian, pembeli akan melihat tanda dari kualitas jasa. Pembeli akan menarik kesimpulan akan sebuah kualitas dari tempat, orang, perlengkapan, alat komunikasi dan harga yang bisa mereka lihat. Dalam dunia perbankan dan lembaga keuangan, karakteristik ini diantisipasi dengan memperbaiki penampilan fisik mulai dari letak gedung yang strategis, fasilitas yang lengkap serta penampilan pegawai yang meyakinkan. 2. Inseparability: dalam proses, produk barang lebih dahulu diproduksi kemudian disimpan, dijual lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa lebih dulu dijual, baru diproduksi dan konsumsi dalam waktu yang bersamaan. Oleh karena itu, jasa tidak terpisahkan dari penyedianya, meskipun penyedia jasa adalah sebuah mesin. Karena pembeli hadir dalam proses produsi jasa maka interaksi keduanya sangat berpengaruh terhadap hasil yang didapat. 3. Variability: jasa sangat bervariasi, kualitas yang dihasilkan bergantung pada penyedianya, kapan, dimana dan bagaimana jasa tersebut disediakan. Dalam hal ini koperasi telah menetapkan satu acuan yang digunakan secara umum sebagai standar layanan koperasi. 4. Perishability: jasa bersifat perishable
atau tidak tahan lama, tidak dapat
diproduksi sekarang untuk dijual kemudian. Dalam hal ini banyak strategi yang digunakan koperasi mulai dari strategi pendidikan sampai penambahan unit dan jam layanan. Menurut Umar (2003) kualitas jasa akan dinilai oleh konsumen, sehingga perusahaan hendaknya menentukan suatu tolok ukur rencana kualitas produk dari tiap dimensi kualitasnya. Dimensi kualitas jasa dapat dibagi kedalam lima dimensi kualitas jasa yaitu realibility, responsibility, assurance, emphaty dan tangibles (Umar, 2003): a.
Realibility yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan.
b.
Responsibility yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap, yang meliputi kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi, dan penanganan keluhan pelanggan/pasien.
c.
Assurance meliputi kemampuan karyawan atas pengetahuan terhadap produk secara tepat, kualitas keramahtamahan, perhatian dan kesopanan dalam memberikan
pelayanan,
keterampilan
dalam
memberikan
pelayanan,
keterampilan dalam memberikan informasi, kemampuan dalam memberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. Dimensi ini merupakan gabungan dari sub dimensi kompetensi, kesopanan dan kredibilitas: - Kompetensi (competence) keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh para karyawan untuk melakukan pelayanan. - Kesopanan (courtesy) meliputi keramahan, perhatian, dan sikap para karyawan. - Kredibilitas (credibility) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan kepada perusahaan, seperti reputasi, prestasi dan sebagainya. d.
Emphaty yaitu perhatian secara individual yang diberikan perusahaan kepada pelanggan, seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan dan usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggannya. Dimensi emphaty ini merupakan gabungan dari dimensi akses, komunikasi, dan pemahaman pada pelanggan: - Akses (access) meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan perusahaan. - Komunikasi
(communication)
merupakan
kemampuan
melakukan
komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada pelanggan atau memperoleh masukan dari pelanggan. - Pemahaman pada pelanggan (understanding the customer) meliputi usaha perusahaan untuk mengetahui, memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan.
e.
Tangibles meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan ruangan front office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapian dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi dan penampilan karyawan.
3.3 Kredit Kredit berasal dari bahasa Italia yaitu credere yang artinya kepercayaan, kepercayaan yang dimaksud adalah kepercayaan dari kreditur bahwa debiturnya akan mengembalikan pinjaman beserta bunganya sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak. Dalam hal ini, kreditur percaya bahwa kredit tersebut tidak akan macet. Kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati Hasibuan (2008). Pengertian kredit dalam UU RI No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan Bab I, Pasal 1 ayat (12) dalam Hasibuan (2008) adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Dalam kegiatan ekonomi, kredit diartikan sebagai lalu lintas pembayaran dan penukaran barang dan jasa dimana pihak yang kesatu (kreditur) memberikan prestasi baik berupa uang, barang, jasa atau prestasi lainnya kepada pihak lain (debitur), sedangkan imbangan prestasi (kontraprestasi) akan diterima kemudian. Kredit adalah alat yang ampuh bagi perkembangan ekonomi karena dapat memproduktifkan modal yang beku untuk selanjutnya disalurkan pada sektor perniagaan dalam arti luas. Laba yang diperoleh perusahaan karena adanya kredit menghasilkan peningkatan produksi dan konsumsi dalam masyarakat Suyatno et al (2007). Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga kredit kepada debitur didasarkan kepercayaan, sehingga dengan demikian pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan. Lembaga kredit akan memberikan kredit apabila betul-betul yakin debitur akan mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua pihak. Tanpa keyakinan
tersebut, suatu lembaga kredit tidak akan meneruskan simpanan masyarakat yang diterimanya. Menurut Suyatno et al (2007) unsur-unsur yang terdapat dalam kredit yaitu kepercayaan, waktu, degree of risk dan prestasi : a.
Kepercayaan yaitu keyakinan si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang.
b.
Waktu yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini, terkandung pengertian nilai agio dari uang yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang.
c.
Degree of risk yaitu suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat risikonya, karena sejauh kemampuan manusia untuk menerobos hari depan itu, maka masih selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan. Inilah unsur risiko maka timbullah jaminan dalam pemberian kredit.
d.
Prestasi atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat bentuk barang atau jasa. Namun karena kehidupan modern sekarang ini didasarkan kepada uang, maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang sering kita jumpai dalam praktek perkreditan.
3.3.1 Fungsi dan Tujuan Kredit Kredit yang diberikan oleh lembaga kredit kepada masyarakat atau debitur mempunyai pengaruh yang sangat luas dalam segala bidang, khususnya di bidang ekonomi. Fungsi kredit bagi masyarakat menurut Hasibuan (2008) antara lain: 1.
Menjadi motivator dan dinamisator peningkatan kegiatan perdagangan dan perekonomian.
2.
Memperluas lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
3.
Memperlancar arus barang dan arus uang.
4.
Meningkatkan hubungan internasional (L/C, CGI, dan lain-lain).
5.
Meningkatkan produktivitas dana yang ada.
6.
Meningkatkan daya guna (utility) barang.
7.
Meningkatkan kegairahan berusaha masyarakat.
8.
Memperbesar modal kerja perusahaan.
9.
Meningkatkan income per capita (IPC) masyarakat.
10. Mengubah cara berpikir/bertindak masyarakat untuk lebih ekonomi. Tujuan kredit menurut Hasibuan (2008) pada umumnya didasarkan kepada usaha untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan prinsip ekonomi yang dianut oleh organsasi yang bersangkutan, yaitu pengorbanan yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh manfaat (keuntungan) yang sebesar-besarnya. Oleh karena itu pemberian kredit dimaksud untuk memperoleh keuntungan, maka lembaga keuangan hanya boleh meneruskan simpanan masyarakat kepada nasabahnya dalam bentuk kredit jika ia betul-betul merasa yakin bahwa nasabah yang akan menerima kredit itu mampu dan mau mengembalikan kredit yang telah diterimanya. Dari faktor kemampuan dan kemauan tersebut, terdapat unsur keamanan (safety) dan sekaligus unsur keuntungan (profability) dari suatu kredit Suyatno, et al (2007) Tujuan penyaluran kredit menurut Hasibuan (2008) antara lain adalah: 1.
Memperoleh pendapatan bank dari bunga kredit.
2.
Memanfaatkan dan memproduktifkan dana-dana yang ada.
3.
Melaksanakan kegiatan operasional bank.
4.
Memenuhi permintaan kredit dari masyarakat.
5.
Memperlancar lalu lintas pembayaran.
6.
Menambah modal kerja perusahaan.
7.
Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rakyat.
3.3.2 Jenis-Jenis Kredit Pemberian fasilitas kredit oleh bank dikelompokkan ke dalam jenis yang masing-masing dilihat dari berbagai segi. Pembagian jenis ini ditujukan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu mengingat setiap jenis usaha memiliki berbagai karakteristik tertentu. Jenis-jenis kredit menurut Khasmir (2007) yaitu dibedakan menurut kegunaan, tujuan kredit, jangka waktu, jaminan dan sektor usaha:
1. Jenis Kredit berdasarkan Kegunaan yaitu kredit investasi dan kredit modal kerja. a. Kredit Investasi yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru dimana masa pemakainnya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan. b. Kredit Modal Kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai, atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan. 2. Jenis Kredit berdasarkan Tujuan Kredit yaitu kredit produktif, kredit konsumtif dan kredit perdagangan. a. Kredit Produktif, kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Artinya, kredit ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan sesuatu baik berupa barang maupun jasa. b. Kredit Konsumtif merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. c. Kredit Perdagangan merupakan kredit yang digunakan
untuk kegiatan
perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah tertentu. 3. Jenis Kredit berdasarkan Jangka Waktu yaitu kredit jangka pendek, kredit jangka menengah dan kredit jangka panjang. a. Kredit Jangka Pendek merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. b. Kredit Jangka Menengah yaitu jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun, kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal
kerja. Beberapa bank mengklasifikasikan kredit menengah menjadi kredit jangka panjang. c. Kredit Jangka Panjang merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling lama yaitu diatas tiga tahun atau lima tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan juga untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan. 4. Jenis Kredit berdasarkan Jaminan yaitu kredit dengan jaminan dan kredit tanpa jaminan. a. Kredit dengan Jaminan merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya, setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur. b. Kredit tanpa Jaminan yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter, serta loyalitas si calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan. c. Jenis Kredit berdasarkan Sektor Usaha yaitu kredit pertanian, kredit peternakan, kredit industri dan kredit pertambangan. a. Kredit Pertanian merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang. b. Kredit Peternakan merupakan kredit diberikan untuk jangka waktu yang relatif pendek misalnya peternakan ayam dan untuk kredit jangka panjang seperti kambing atau sapi. c. Kredit Industri yaitu kredit untuk membiayai industri pengolahan baik untuk industri kecil, menengah atau besar. d. Kredit Pertambangan yaitu jenis kredit untuk usaha tambang yang dibiayainya, biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau tambang timah.
3.3.3 Permohonan Kredit Syarat awal yang harus dilakukan debitur untuk melakukan kredit adalah mengajukan permohonan kredit. Suyatno et al (2007) mengungkapkan bahwa permohonan kredit mencakup permohonan baru untuk mendapatkan suatu jenis fasilitas kredit, permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan, permohonan perpanjangan/pembaruan masa laku kredit yang telah berakhir jangka waktunya, dan permohonan lainnya berupa perubahan syarat-syarat fasilitas kredit yang sedang berjalan. Dalam permohonan kredit hal-hal yang harus dilakukan adalah pertimbangan kredit, pencairan kredit, pengawasan kredit, pelunasan kredit, penambahan kredit, dan kredit macet. 1. Pertimbangan Kredit Pertimbangan kredit harus dilaksanakan untuk menghindari terjadinya kredit macet dan penyelesaian kredit macet. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam mempertimbangkan pengajuan kredit yaitu prinsip 6C menurut Dendawijaya (2001) yaitu character, capital, capacity, condition of economic, collateral dan constraints: 1.
Character (watak) dalam melakukan analisis mengenai watak/karakter berkaitan dengan integritas dari calon debitur. Integritas ini sangat menentukan willingness to pay atau kemauan membayar kembali nasabah atas kredit yang telah dinikmatinya.
2.
Capital pembiayaan suatu usaha yang akan dijalankan debitur tidak seluruhnya berasal dari bank atau lembaga keuangan, tetapi dibiayai bersama antara bank dan debitur. Oleh karena itu, pihak (calon) debitur wajib memiliki sejumlah dana guna dapat berpartisipasi dalam pembiayaan proyeknya. Perbandingan antara besarnya modal sendiri yang dapat disediakan nasabah disebut dengan debt to equity ratio. Penilaian terhadap modal sangat erat hubungannya dengan nilai modal yang dimiliki calon nasabah guna membiayai proyek yang akan dijalankannya.
3.
Capacity adalah penilaian terhadap calon nasabah kredit dalam hal kemampuan memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam perjanjian pinjaman atau akad kredit, yakni melunasi pokok pinjaman disertai bunga sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat yang diperjanjikan.
Kemampuan-kemampuan calon nasabah yang harus diukur adalah: a. Kemampuan (calon) nasabah menyediakan dana untuk pembiayaan, b. Kemampuan (calon) nasabah untuk membangun proyeknya, c. Kemampuan nasabah untuk menghasilkan produk dari proyeknya, d. Kemampuan nasabah untuk menjual hasil produksinya, e. Kemampuan nasabah untuk memperoleh laba dari penjualan tersebut, f. Kemampuan nasabah untuk menyediakan cash yang memadai untuk membayar kewajiban-kewajibannya kepada bank. 4.
Condition of Economic suatu proyek yang akan dibiayai bersama oleh bank dan nasabah kredit tentu memiliki berbagai ciri tertentu, misalnya jenis bisnis yang akan digeluti, jenis produk/jasa yang akan diproduksi, sasaran pasar yang akan dituju, harga yang akan ditawarkan, promosi yang akan dijalankan, dan sebagainya. Faktor-faktor yang berada di lingkungan sekitar lokasi proyek akan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap ciri/corak bisnis atau proyek yang akan dibangun, baik proyek baru ataupun proyek perluasan. Dalam rangka proyeksi pemberian kredit, kondisi perekonomian harus pula ikut dianalisis (paling sedikit selama jangka waktu kredit). Kondisikondisi tersebut antara lain meliputi: a. Kondisi dari sektor pertanian atau industri dimana proyek akan dibangun, b. Ketergantungan terhadap bahan baku yang harus diimpor, c. Nilai kurs valuta terhadap nilai uang domestik (rupiah), d. Peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku, e. Kondisi perekonomian secara nasional, regional dan global, f. Kemudahan untuk memperoleh sumber daya (bahan baku, tenaga kerja), g. Tingkat bunga yang berlaku.
5.
Collateral
(agunan)
berdasarkan
ketentuan
yang
dikeluarkan
pemerintah/Bank Indonesia, setiap pemberian kredit oleh bank harus didukung oleh adanya jaminan/agunan yang memadai, kecuali untuk program pemerintah. Agunan kredit merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum permohonan kredit disetujui atau dicairkan. Agunan pada umumnya adalah barang-barang yang diserahkan peminjam kepada
bank sebagai jaminan atas kredit atau pinjaman yang diterimanya. Dengan demikian, collateral atau jaminan tersebut berfungsi sebagai: a. Bagian dari pelaksanaan prinsip kehati-hatian yang dilakukan bank, b. Cara yang dilakukan bank untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kegagalan usaha atau proyek yang dibiayainya, c. Cara untuk mendorong nasabah agar mau bersungguh-sungguh dalam melaksanakan /mengelola proyeknya yang ikut dibiayai bank, d. Pengganti
pembayaran
apabila
nasabah
tidak
dapat
memenuhi
kewajiabannya kepada bank, misalnya dijual melalui lelang umum dan berbagai cara lain sesuai dengan ketentuan serta perundang-undanagn yang berlaku. 6.
Constraints merupakan faktor hambatan atau rintangan berupa faktor-faktor hambatan atau rintangan berupa faktor-faktor psikologis yang ada pada daerah atau wilayah tertentu yang menyebabkan suatu proyek tidak dapat dilaksanakan. Selain aspek 6 C di atas, prinsip tambahan lainnya yang dapat digunakan
untuk mempertimbangkan pengajuan kredit adalah prinsip 7P. Menurut Hasibuan (2008), prinsip 7 P yaitu personality, party, purpose, prospect, payment, profitability dan protection : 1.
Personality (kepribadian) adalah sifat dan perilaku yang dimiliki calon debitur yang mengajukan permohonan kredit bersangkutan, dipergunakan sebagai dasar pertimbangan pemberian kredit. Jika kepribadiannya baik, kredit dapat diberikan, sebaliknya apabila kepribadiannya jelek maka kredit tidak akan diberikan. Alasannya adalah karena kepribadian yang baik akan berusaha membayar pinjamannya, sedangkan kepribadian yang jelek akan sulit membayar pinjamannya. Kepribadian calon nasabah ini dapat diketahui dengan mengumpulkan informasi tentang keturunan, pekerjaan, pendidikan dan pergaulannya.
2.
Party adalah mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi-klasifikasi atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, karakter, dan loyalitasnya dimana setiap klasifikasi nasabah akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.
3.
Purpose (tujuan) adalah tujuan dan penggunaan kredit oleh calon debitur, apakah untuk kegiatan konsumtif atau sebagai modal kerja. Tujuan kredit ini menjadi hal yang menentukan apakah permohonan calon debitur disetujui atau ditolak. Apabila kredit digunakan untuk kegiatan konsumtif maka kredit tidak dapat diberikan, tetapi jika digunakan sebgai modal kerja (produktif) maka kredit dapat diberikan. Jadi, analis kredit harus mengetahui secara pasti tujuan dan penggunaan kredit yang akan diberikan sehingga dapat mempertimbangkan apakah kredit akan diberikan atau ditolak.
4.
Prospect adalah prospek perusahaan di masa datang, apakah akan menguntungkan (baik) atau merugikan (jelek). Jika prospek terlihat baik maka kredit dapat diberikan, sebaliknya jika jelek maka kredit ditolak. Oleh karena itu, analisis kredit harus mampu mengestimasi masa depan perusahaan calon debitur agar pengembalian kredit menjadi lancar.
5.
Payment (pembayaran) adalah mengetahui bagaimana pembayaran kembali kredit yang diberikan. Hal ini dapat diketahui jika analis kredit memperhitungkan kelancaran penjualan dan pendapatan calon debitur sehingga dapat diperkirakan kemampuannya untuk membayar kembali kredit tersebut sesuai dengan perjanjian. Atas payment ini harus dipergunakan sebagai bahan pertimbangan pemberian kredit agar pengembalian kredit berjalan lancar.
6.
Profitability adalah untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah mendapatkan laba. Profitability diukur per periode, apakah konstan atau meningkat dengan adanya pemberian kredit.
7.
Protection bertujuan agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang, jaminan orang atau jaminan asuransi. Prinsip 3R menurut Hasibuan (2008) yaitu returns, repayment, risk dan
bearing ability: 1.
Returns adalah penilaian atas hasil yang akan dicapai perusahaan calon debitur setelah memperoleh kredit. Apabila hasil yang diperoleh cukup untuk membayar pinjamannya dan sekaligus membantu perkembangan usaha calon
debitur bersangkutan maka kredit diberikan. Akan tetapi, jika sebaliknya maka kredit jangan diberikan. 2.
Repayment adalah memperhitungkan kemampuan, jadwal, dan jangka waktu pembayaran kredit oleh calon debitur, tetapi perusahaannya tetap berjalan.
3.
Risk bearing ability adalah memperhitungkan besarnya kemampuan perusahaan calon debitur untuk menghadapi risiko, apakah perusahaan calon debitur risikonya besar atau kecil. Kemampuan perusahaan menghadapi risiko ditentukan oleh besarnya modal dan strukturnya, jenis bidang usaha, dan manajemen perusahaan bersangkutan. Jika risk bearing ability perusahaan besar maka kredit tidak diberikan, tetapi apabila risk bearing ability perusahaan kecil maka kredit diberikan.
2. Pencairan Kredit Pencairan kredit dilakukan oleh pihak lembaga keuangan setelah pihak debitur telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam surat perjanjian dan telah ditanda tangani oleh kedua belah pihak yang disahkan notaris. Pencairan kredit tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu langsung dikirim ke rekening debitur ataupun dikirim ke rekening perusahaan. 3. Pengawasan Kredit Pengawasan dimaksudkan untuk memonitoring perkembangan usaha debitur setelah kredit diberikan, apakah maju atau terjadi penurunan. Jika usaha debitur maju maka kredit akan lancar. Sebaliknya apabila usaha debitur menurun hendaknya penagihan lebih ditingkatkan sebelum kredit tersebut macet. 4. Pelunasan Kredit Pelunasan kredit adalah dipenuhinya semua kewajiban utang nasabah terhadap bank atau lembaga keuangan yang bersangkutan yang berakibat hapusnya ikatan perjanjian kredit Suyatno et al (2007). Apabila debitur sudah melunasi kewajiban sesuai perjanjian maka bank atau lembaga keuangan harus mengembalikan agunan yang semula dikuasakan ke bank atau lembaga keuangan sebagai agunan. 5. Penambahan Kredit Seorang debitur yang berhasil dalam menjalankan usahanya dan mampu melunasi kewajiban pengembalian kreditnya dengan baik sesuai dengan perjanjian
yang sebelumnya telah disepakati bersama, maka akan memiliki peluang yang lebih besar untuk mendapatkan kredit kembali. Hal in disebabkan oleh adanya kepercayaan pihak bank atau lembaga keuangan sebagai kreditur terhadap integritas debitur yang tidak perlu diragukan lagi. Proses analisis dalam kelayakan pemberian kredit ini akan berulang kembali sama seperti seleksi permohonan kredit yang pertama. 6. Kredit Macet Kredit macet adalah kredit yang diklasifikasikan pembayarannya tidak lancar dilakukan oleh debitur bersangkutan. Bank Indonesia sebagai bank sentral negara Indonesia menetapkan penggolongan kredit berdasarkan tingkat kelancaran pengembalian kredit. Penggolongan tersebut membedakan kredit ke dalam empat kategori yaitu kredit lancar, kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet: 1.
Kredit lancar, yaitu kredit yang tidak mengalami penundaan dalam pembayaran pokok pinjaman dan bunga.
2.
Kredit kurang lancar, merupakan kredit yang pembayaran pokok pinjaman dan bunganya telah mengalami penundaan selama tiga bulan dari waktu yang diperjanjikan.
3.
Kredit diragukan, kredit yang pembayaran pokok pinjaman dan bunganya telah mengalami penundaan selama enam bulan atau dua kali jadwal yang telah diperjanjikan.
4.
Kredit macet, yaitu yang pembayaran pokok pinjaman dan bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo berdasarkan jadwal yang telah diperjanjikan. Kredit macet harus secepatnya diselesaikan agar kerugian yang lebih besar
dapat dihindari. Untuk menghindari kerugian tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut rescheduling, reconditioning, restructuring dan liquidation (Hasibuan 2008): 1.
Rescheduling atau penjadwalan ulang atau perubahan syarat kredit yang hanya menyangkut jadwal pembayaran atau jangka waktu termasuk masa tenggang (grace period) dan perubahan besarnya angsuran kredit. Debitur yang dapat diberikan fasilitas penjadwalan ulang adalah nasabah yang
menunjukkan iktikad baik dan karakter yang jujur serta ada keinginan untuk membayar (willingness to pay) serta menurut bank, usahanya tidak memerlukan tambahan dana atau likuiditas. 2.
Reconditioning atau persyaratan ulang atau perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit meliputi perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, tingkat suku bunga, penundaan sebagian atau seluruh bunga, dan persyaratan-persyaratan lainnya. Perubahan syarat kredit tidak termasuk penambahan dana dan konversi sebagian atau seluruh kredit menjadi equity perusahaan. Persyaratan ulang diberikan kepada debitur yang jujur, terbuka dan kooperatif yang usahanya sedang mengalami kesulitan keuangan tetapi diperkirakan masih dapat beroperasi dengan menguntungkan, kreditnya dapat dipertimbangkan untuk dilakukan persyaratan ulang.
3.
Restructuring atau penataan ulang adalah perubahan syarat kredit yang menyangkut : a. Penambahan dana bank atau lembaga keuangan b. Konversi sebagian/seluruh tunggakan sebagian/seluruh tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru, atau c. Konversi sebagian/seluruh kredit menjadi penyertaan bank mengambil partner lain untuk menambah penyertaan.
4.
Liquidation atau likuidasi adalah penjualan barang-barang yang dijadikan agunan dalam rangka pelunasan hutang. Pelaksanaan likuidasi dilakukan terhadap kategori kredit yang menurut bank atau lembaga keuangan sudah tidak dapat dibantu untuk disehatkan kembali, atau nasabah sudah tidak memiliki prospek untuk dikembangkan. Proses likuidasi dapat dengan: 1. Menyerahkan penjualan agunan kepada debitur bersangkutan, harga minimumnya
ditetapkan
bank
atau
lembaga
keuangan
dan
pembayarannya tetap dikuasai bank atau lembaga keuangan. 2. Penjualan agunan dilakukan melalui lelang dan hasil penjualan diterima oleh bank atau lembaga keuangan untuk membayar pinjamannya. 3. Bagi bank Negara diselesaikan Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) dengan melelang agunan untuk membayar pinjaman nasabah.
4. Agunan disita pengadilan negeri lalu dilelang untuk membayar utang debitur. 5. Agunan dibeli bank untuk dijadikan asset bank. 3.4 Kerangka Pemikiran CU Merdeka merupakan lembaga keuangan mikro yang memberikan kredit kepada anggotanya. Bagi koperasi ini anggota merupakan sumber potensi utama. Pelayanan yang lancar dan bermutu merupakan motif utama yang penting dalam koperasi. Apabila tingkat hubungan koperasi dengan anggotanya dapat diketahui untuk menciptakan kepuasan bagi anggotanya. Bila anggota sudah merasa puas dengan pelayanan koperasi, maka anggota akan tetap mempertahankan keanggotannya, atau timbul perasaan tidak ingin pindah/keluar ke koperasi lainnya Soedjono dkk (2000). Permasalahan yang dihadapi CU Merdeka saat ini adalah meningkatnya kredit macet yang sejalan dengan peningkatan permintaan kredit. Dengan meningkatnya kredit macet akan mengurangi modal yang dimiliki oleh CU Merdeka dan hal ini akan mempengaruhi pemberian kredit terhadap anggota. Apabila kredit macet dibiarkan akan membuat modal CU Merdeka menjadi beku dan menurun sehingga pendapatan yang diperoleh juga menurun yang seharusnya diperoleh dari hasil pemberian kredit. Untuk itu, pentingnya menganalisis kinerja penyaluran kredit dan meneliti kelancaran pengembalian kredit khususnya faktorfaktor yang mempengaruhinya. Pengembalian kredit dikatakan lancar apabila pembayaran angsuran dan bunga dilakukan tepat waktu sesuai dengan tanggal jatuh tempo pinjaman atau bayar lewat tanggal jatuh tempo pinjaman tetapi masih dalam bulan wajib bayar dan pelunasan kredit tidak mengalami penundaan berdasarkan perjanjian. Kredit yang digolongkan tidak lancar (menunggak) dalam pengembaliannya jika pembayaran angsuran dan bunga mengalami penundaan dari waktu yang ditetapkan. Secara umum, CU Merdeka menetapkan bahwa anggota pinjaman tidak lancar (menunggak) adalah nasabah yang mengembalikan pinjaman lewat dari bulan wajib sampai umur tunggakan empat bulan.
Analisis kinerja penyaluran kredit yang dilakukan dilihat dari segi penyaluran kredit, ketelitian dan keakuratan karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya, informasi tentang kredit, kecepatan dan ketepatan karyawan dalam menanggapi masalah, pengawasan terhadap penyaluran kredit, kecepatan penyaluran kredit dan tingkat suku bunga. Penilaian kinerja penyaluran dilihat dari persepsi pengurus dan persepsi anggota. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat kelancaran pengembalian kredit dan membedakan kelompok anggota yang tergolong lancar dan menunggak dalam pengembalian kredit tersebut diduga terdiri dari karakteristik personal yaitu jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status debitur dan jumlah tanggungan dalam keluarga. Karakteristik usaha juga diduga berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit meliputi jenis usaha, pengalaman usaha, dan total pendapatan per bulan. Selain itu, karakteristik kredit yaitu tujuan pinjaman, plafon pinjaman, pengalaman menerima kredit, dan jaminan kredit. Semua karakteristik yang sudah dipilih diperkirakan memiliki pengaruh nyata baik terhadap kinerja kredit dan kelancaran pengembalian kredit sehingga pihak CU perlu memperhatikan karakteristik anggota dalam menyetujui suatu permohonan kredit. Hasil analisis faktor-faktor dari semua karakteristik nasabah yang mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit tersebut diharapkan akan menghasilkan karakteristik anggota yang layak diberikan kredit dengan jumlah yang tepat dan memiliki peluang yang besar dalam mengembalikan pinjaman sebaik mungkin (lancar). Hasil analisis diharapkan memberi implikasi manajerial bagi manajemen CU Merdeka pada masa yang akan datang. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 5. 3.5 Hipotesis a. Hipotesis Umum Analisis Pengembalian Kredit 1. Pola pengembalian kredit dipengaruhi secara nyata oleh karakteristik individu debitur CU Merdeka. 2. Pola pengembalian kredit dipengaruhi secara nyata oleh karateristik usaha debitur CU Merdeka. 3. Pola pengembalian kredit dipengaruhi secara nyata oleh karakteristik kredit debitur CU Merdeka.
CU Merdeka
Kredit macet dan jumlah pengunggak yang meningkat
Mekanisme dan Kinerja Penyaluran Kredit
Faktor-faktor Mempengaruhi Kredit 1.
2. 3.
yang Pengembalian
Personal : Jenis Kelamin, Usia, Status Pernikahan, Tingkat Pendidikan, Jumlah Tanggungan Keluarga Usaha : Jenis Usaha, Lama Usaha, Tingkat Pendapatan per Bulan Kredit : Frekuensi Peminjaman, Nilai Jaminan, Plafon Pinjaman, Tujuan Pinjaman.
Implikasi Manajerial bagi Manajemen CU Merdeka Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional b. Hipotesis Khusus Analisis Pengembalian Kredit 1. Hubungan pengaruh antara karakteristik individu terhadap kelancaran pengembalian kredit CU Merdeka. •
Usia berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit CU Merdeka.
•
Status pernikahan anggota yang belum berpengaruh negatif terhadap pengembalian kredit CU Merdeka. Menikah= 1 dan Belum menikah = 0.
•
Jenis kelamin, wanita berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian kredit CU Merdeka dibandingkan dengan pria sehingga wanita= 1 dan pria= 0.
•
Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap pengembalian kredit CU Merdeka.
•
Jumlah
tanggungan
keluarga
berpengaruh
positif
terhadap
kelancaran pengembalian kredit CU Merdeka. 2. Hubungan pengaruh antara karakteristik usaha terhadap kelancaran pengembalian kredit CU Merdeka •
Jenis usaha, usaha on farm lebih berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit CU Merdeka dibandingkan usaha off farm sehingga usaha on farm = 0 dan off farm = 1.
•
Lama usaha berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit CU Merdeka.
•
Pendapatan per bulan berpengaruh positif terhadap pengembalian kredit CU Merdeka.
3. Hubungan pengaruh antara karakteristik kredit terhadap kelancaran pengembalian kredit CU Merdeka •
Tujuan pinjaman, pinjaman produktif berpengaruh positif terhadap pengembalian
kredit
CU
Merdeka
dibandingkan
pinjaman
kesejahteraan sehingga pinjaman produktif= 0 dan pinjaman kesejahteraan= 1. •
Frekuensi pinjaman berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit CU Merdeka.
•
Nilai
jaminan
berpengaruh
positif
terhadap
kelancaran
pengembalian kredit CU Merdeka. •
Plafon pinjaman berpengaruh negatif terhadap pengembalian kredit CU Merdeka.
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di CU Merdeka, Desa Merdeka Kabupaten Karo. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) karena CU Merdeka merupakan koperasi kredit sekaligus lembaga keuangan mikro yang berkembang di wilayah kecamatan Merdeka. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Januari 2011 sedangkan upaya persiapan (prapenelitian) dan penjajakan mulai sejak bulan Mei 2010. 4.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari dua sumber, yaitu dari hasil wawancara dengan debitur CU Merdeka dengan bantuan kuesioner agar pertanyaan dalam wawancara lebih sistematis, dan dari diskusi dengan pihak manajemen CU Merdeka. Data sekunder diperoleh dari data terkait debitur CU Merdeka, data dan laporan tahunan CU Merdeka tentang kredit, dan dari lembaga terkait seperti Kementerian Negara Koperasi dan UMKM, Bank Indonesia, BK3D dan studi pustaka dari literatur-literatur yang terkait. 4.3 Metode Pengumpulan Data Sampel yang diambil adalah anggota CU Merdeka yang melakukan pinjaman. Alasan fokus penelitian in hanya pada kinerja penyaluran kredit dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit karena CU Merdeka merupakan lembaga keuangan mikro yang bergerak dalam bidang kredit. Pengambilan sampel menggunakan teknik quota sampling dimana sampel yang diambil distratifikasikan secara proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan. Sampel diambil dari tiga wilayah kerja CU Merdeka yang memiliki tingkat kredit macet yang tertinggi yaitu Desa Merdeka, Surbakti dan Perteguhen. Dari ketiga wilayah tersebut sampel dibagi menjadi dua yaitu anggota kredit macet dan anggota kredit lancar. Hal tersebut dilakukan untuk
melihat kaarakteristik yang terjaddi pada kineerja penyaluuran kredit ddan karakteeristik faktor-fakktor yang meempengaruhhi pengembalian kreditt. Penentuan jumlah samppel yang diiteliti digunnakan metoode Slovin yang dikutip daari Umar (20003), dengaan rumus:
dimana n adalah jumllah sampel yang akan diambil d darri sejumlah N populasi dan e adalah tinggkat kesalahhan yang diiharapkan. Jum mlah popullasi diambill dari data anggota yaang melakuukan kredit pada unit Merddeka, Pertegguhen dan Surbakti S seb besar 400 orrang. Dengaan menggun nakan data tersebbut dan nilai kritis sebbesar 10 peersen (nilai kritis peneelitian deskrriptif) maka dipeeroleh jumlaah sampel sebanyak:
=
80
Jum mlah sampeel tersebut dibagi d berdasarkan lanncar dan meenunggak, hal h ini dilakukan untuk melihat faktor--faktor yang g mempenggaruhi penggembalian kredit. k Sampel reesponden menunggak m sebanyak 45 4 orang daan sampel rresponden lancar l sebanyak 35 orang. Proporsi P sam mpel respon nden tersebuut diambil secara kebeetulan pada saat melakukann pembagiann kuesionerr sehingga terbentuk t peerbedaan ju umlah r lancar. l Selaanjutnya, aggar sampel yang respondenn menunggaak dengan responden diambil reepresentatif, f, maka pengambilan reesponden dilakukan d paada hari dan n jam kerja kanttor CU Merrdeka dimaana para ang ggota melaakukan transsaksi pembagian deviden dan balas jassa pinjamann. Sehingga anggota yaang mengalaami kredit lancar l dan menunnggak dapaat diwawanccarai sesuai dengan kueesioner yangg disebarkan n. 4.4 Metod de Pengolah han dan An nalisis Data a Daata yang dipperoleh darri hasil pen nelitian dikuumpulkan ddan diolah untuk u dianalisis lebih lanjutt baik secarra kualitatiff maupun kuuantitatif. A Analisis kuaalitatif deskriptif dilakukann untuk melihat m dan n memberiikan gambbaran men ngenai me dan kineerja penyaluuran kredit di CU Meerdeka. Annalisis kuan ntitatif mekanism digunakann untuk menganalisi m is faktor-ffaktor penggembalian kredit deengan
menggunakan model regresi logistik. Pengolahan data menggunakan perangkat komputer dengan software Microsoft Excel 2007 dan Minitab 14. 4.4.1 Mekanisme dan Kinerja Penyaluran Kredit CU Merdeka Kinerja CU Merdeka tidak diuji dalam kaitannya dengan keanggotaan koperasi, karena data keanggotaan (jumlah anggota) berupa time series sedangkan data mengenai kinerja (kepuasan anggota terhadap pelayanan) dan manfaat koperasi berupa data cross section, sehingga sulit diuji. Oleh karena itu, baik manfaat ataupun kinerja hanya dideskripsikan, guna mendukung hasil analisis atau pengujian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit. Mekanisme dan kinerja penyaluran kredit dinilai secara deskriptif dari pelayanan yang diberikan oleh CU Merdeka dalam ruang lingkup pemberian kredit. Kinerja penyaluran kredit yang dilakukan dilihat dari segi pemberian permohonan kredit. Adapun hal yang diperhatikan dalam kinerja penyaluran kredit yaitu prosedur penyaluran kredit, ketelitian dan keakuratan karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya, informasi tentang kredit, pelayanan dalam pemberian kredit, kecepatan dan ketepatan karyawan menanggapi masalah, pengawasan terhadap penyaluran kredit, kecepatan penyaluran kredit dan tingkat suku bunga pinjaman. Tabel 4. Penilaian Kinerja Penyaluran Kredit No Kriteria
Skala Penilaian 5
1
Prosedur penyaluran kredit
2
Ketelitian dan keakuratan karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya
3
Informasi tentang kredit
4
Pelayanan dalam pemberian kredit
5
Kecepatan dan ketepatan karyawan menanggapi masalah
6
Pengawasan terhadap penyaluran kredit
7
Kecepatan penyaluran kredit
8
Tingkat suku bunga pinjaman
4
3
2
1
Penyaluran kredit juga dilakukan berdasarkan persepsi dari anggota yang mengajukan kredit dan pengurus CU Merdeka. Responden baik anggota maupun pengurus akan diminta mengevalusi kinerja penyaluran kredit selama ini dengan mengisi kuesioner berdasarkan skala Likert yaitu 5= sangat baik, 4= baik, 3= sedang/biasa saja, 2= buruk, 1= sangat buruk. Kriteria yang dijadikan penilaian kinerja penyaluran kredit mencakup prosedur, ketelitian, informasi, pelayanan, kecepatan dan ketepatan, pengawasan dan kecepatan penyaluran kredit dan tingkat suku bunga. Indikator ini diolah dari hasil penelitian Pamungkas, 2010 dalam melakukan penilaian mutu pelayanan BPR Rama Ganda. Hal ini dilakukan karena memiliki kemiripan jenis pelayanan pada CU Merdeka Tabel 4. Analisis ini akan dibedakan antara anggota yang lancar dan tidak dalam mengembalikan kredit, dan juga pengurus. Berikutnya penilaian responden tersebut akan ditampilkan dalam Diagram Ular. 4.4.2
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Analisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pengembalian
kredit
menggunakan model analisis regresi Logistik. Persamaan matematik yang memungkinkan untuk meramalkan nilai-nilai suatu peubah tak bebas dari nilainilai satu atau lebih peubah disebut persamaan regresi, Walpole (1995). Model Regresi Logistik merupakan suatu model analisis untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independent yang berskala metrik (kontinyu) atau kategorik (nominal) terhadap variabel dependent yang berskala kategorik. Variabel dependent-nya adalah tingkat kelancaran pengembalian kredit anggota yaitu Y= 1, jika lancar yaitu anggota yang melakukan pembayaran kredit sesuai waktu yang telah ditentukan dan Y =0, jika menunggak yaitu anggota yang tidak mengembalikan kredit sesuai waktu yang telah ditentukan. Variabel independent diturunkan dari tiga jenis karakteristik anggota yaitu karakteristik individu (usia, jenis kelamin, status pernikahan, tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan keluarga), karakteristik usaha (jenis usaha, lama usaha dan tingkat pendapatan per bulan) serta karakteristik kredit (tujuan pinjaman, plafon
pinjaman, frekuensi pinjaman, nilai jaminan). Estimasi model untuk analisis faktor-faktor yang pengembalian kredit CU Merdeka adalah : Logit Y= ln
= β0 + β1X1 + β2X2 + β3 X3 +….+ β11 X11 + β12 X12
Keterangan: Y
=
Variabel dependent, yaitu tingkat kelancaran pengembalian kredit. dimana : Y= 1 : Jika pengembalian kredit lancar, dan Y= 0 : Jika pengembalian kredit menunggak
Β0
=
Konstanta
X1,…, X12
=
Variabel independent
X1
=
Usia (tahun)
X2
=
Jenis Kelamin, sebagai dummy (1= wanita dan 0= pria)
X3
=
Status Pernikahan, sebagai dummy (1= menikah dan 0= belum menikah)
X4
=
Tingkat Pendidikan (tahun)
X5
=
Jumlah Tanggungan Keluarga (orang)
X6
=
Tingkat Pendapatan Per Bulan (Rupiah)
X7
=
Jenis usaha, sebagai variabel dummy (usaha on farm = 0 dan usaha off farm = 1)
X8
=
Lama Usaha (tahun)
X9
=
Frekuensi Pinjaman (kali)
X10
=
Nilai Jaminan (Rp)
X11
=
Plafon Pinjaman (Rp)
X12
=
Tujuan Pinjaman sebagai dummy (pinjaman produktif= 0 dan pinjaman kesejahteraan= 1)
β1,…. β12 1.
=
Koefisien variabel independent
Uji Kelayakan Model Pengujian terhadap kelayakan model menggunakan statistik G yang
merupakan nisbah kemungkinan maksimum untuk mengetahui peran variabelvariabel independent dalam model secara simultan (bersama-sama). Rumus uji G adalah sebagai berikut :
G = -2 ln Keterangan : L0 = Likelihood tanpa variabel independent L1 = Likelihood dengan variabel independent Hipotesis :
H0= β1 = β2= ….. =βk = 0 H1= Minimal ada satu nilai β ≠ 0
Jika nilai G >
2
(α) atau p-value dari statistik G lebih kecil dari taraf
nyata (α =0,050) maka keputusannya adalah menolak H0, artinya setidak-tidaknya ada satu variabel independent yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependent. 2.
Uji Akurasi Model Uji akurasi model atau uji kebaiksesuian (goodness of fit) model dilakukan
dengan memperhatikan nilai sebaran chi-square dari metode Pearson, Deviance dan Hosmes & Lameshow Gujarati (1997). Hipotesis : Ho
=
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai observasi dengan nilai prediksi oleh model
H1
=
Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai observasi dengan nilai prediksi oleh model
Jika p-value dari ketiga alat uji statistik tersebut lebih besar dari taraf nyata (α = 0,05) maka keputusannya adalah menerima Ho, artinya model tersebut cukup layak untuk digunakan dalam prediksi. 3.
Uji Signifikansi Variabel Prediktor Secara Individu Pengujian terhadap signifikansi masing-masing variabel independent
secara individu dilakukan dengan uji Wald (Wj), dengan rumus : G= Keterangan : = Penduga β
= Penduga standard error dari β βk
= Koefisien variabel independent ke-k
Hipotesis :
H0 = βk = 0 H1 = βk ≠ 0, k = 1,2,…k
Statistik Wj mengikuti sebaran normal (Z), jika nilai Wj. Zα atau one-tailed p-value dari statistik Wj lebih kecil dari taraf nyata (α =0,05) maka keputusannya adalah menolak H0, artinya variabel independent ke-k tersebut berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel respon. 4.4.3
Implikasi Manajerial bagi Manajemen CU Merdeka Analisis ini mencakup analisis deskriptif dengan membahas implikasi hasil
analisis kinerja penyaluran kredit dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit bagi manajemen CU Merdeka. Untuk mendukung pembahasan, analisis ini juga didasarkan pada diskusi dengan manajemen CU Merdeka terkait hasil analisis kinerja penyaluran dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit. Hasil analisis tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas kinerja organisasi CU Merdeka untuk masa yang akan datang baik dari segi pelayanan maupun operasionalnya. 4.5 Defenisi Operasional 1.
Anggota atau debitur adalah pihak yang menggunakan jasa koperasi kredit. Pada penelitian ini anggota yang dimaksud adalah anggota yang sudah bergabung dengan CU Merdeka.
2.
Kredit lancar yaitu kredit yang tidak mengalami penundaan/penunggakan dalam pembayaran pokok kredit dan bunga dari waktu yang ditetapkan atau maksimal masih adalah bulan wajib bayar kewajiban.
3.
Kredit tidak lancar (menunggak) yaitu kredit yang pembayaran pokok pinjaman dan bunganya telah mengalami penundaan minimal selama satu minggu atau lewat dari bulan wajib bayar kewajiban.
4.
Usia yaitu umur anggota sejak lahir hingga proses pengajuan pinjaman yang terdata dalam dokumen permohonan kredit CU Merdeka, dihitung dalam satuan tahun.
5.
Jenis kelamin adalah pria dan wanita yang menjadi anggota CU Merdeka.
6.
Status adalah status pernikahan anggota yang menjadi anggota CU Merdeka.
7.
Tingkat pendidikan yaitu jenjang pendidikan terakhir yang diperoleh anggota, diukur berdasarkan lama pendidikan yang dijalani selama satuan tahun.
8.
Jumlah tanggungan keluarga yaitu banyaknya orang yang masih dibiayai hidupnya oleh anggota/debitur dalam keluarganya (termasuk debitur sendiri), dihitung dalam satuan orang.
9.
Jenis usaha adalah usaha/pekerjaan yang dilakukan oleh anggota CU Merdeka selama menjadi anggota.
10.
Lama usaha adalah berapa lama usaha yang telah dijalankan sejak dari awal berdiri sehingga debitur melakukan permohonan kredit, diukur dalam satuan tahun.
11.
Tingkat pendapatan per bulan yaitu selisih antara jumlah penerimaan kotor usaha dikurangi dengan pengeluaran usaha, rumah tangga dan biaya lainlain perbulannya, diukur dalam satuan rupiah.
12.
Nilai jaminan adalah nilai pasar baik barang atau surat berharga lainnya yang diserahkan ke CU Merdeka sebagai jaminan kredit, diukur dalam satuan rupiah.
13.
Frekuensi pinjaman yaitu berapa kali debitur telah memperoleh pinjaman atau kredit di CU Merdeka.
14.
Tujuan pinjaman adalah tujuan dari peminjaman kredit yang dilakukan oleh anggota CU Merdeka yang terdiri dari pinjaman kesejahteraan dan pinjaman produktif.
V GAMBARAN UMUM CU MERDEKA
5.1
Sejarah CU Merdeka Di Indonesia, pada tahun 1955 sudah ada beberapa koperasi simpan
pinjam. Namun WOCCU secara resmi diundang ke Indonesia baru pada tahun 1967. Kala itu, utusan WOCCU yang datang ke Indonesia memperkenalkan gagasan CU adalah Mr. A.A. Bailei. Kedatangan Bailei itu ditindaklanjuti dengan pendirian CU Counselling Office (CUCO) di Jakarta oleh Br. K. Albrecth Karim Arbei SJ. CUCO ini antara lain berfungsi memberikan konsultasi, menyediakan bahan dan program pelatihan, menyelenggarakan kursus-kursus, menyebarkan informasi serta merintis Badan Koordinasi Koperasi Kredit. Selanjutnya, kelompok koperasi kredit Indonesia mengadakan Konferensi Nasional Kopdit di Ambarawa, Jawa Tengah tahun 1976. Pada Konferensi Nasional tahun 1981 terbentuklah Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia (BK3I). Robby Tulus terpilih sebagai ketuanya (Credit Union Sumut, 2009). CU memiliki jaringan kerja yang sangat kuat dan solid dengan 5 jenjang Gerakan Koperasi Kredit Dunia (GKKD), yakni (1) CU Primer, (2) Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah (BK3D), (3) Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia (BK3I) yang berpusat di Jakarta, (3) Asian Confederation of Credit Union (ACCU) yang berpusat di Bangkok, (4) World Council of Credit Union (WOCCU) di berpusat di Medison, USA.(Credit Union Sumut, 2009). CU pada saat ini telah berkembang di seluruh Indonesia, salah satunya yaitu di Propinsi Sumatera Utara. Pada Tahun 2009 jumlah CU Primer Sumut berjumlah 60 Kopdit dengan jumlah anggota 198.129 orang, saham yang dimiliki sebesar
Rp.
390.758.948.351
dan
simpanan
non
saham sebesar
Rp.
192.242.426.753. Pinjaman yang beredar sebesar Rp. 574.064.696.592, kekayaan yang dimiliki sebesar Rp. 693.487.624.731 dan cadangan yang dimiliki sebesar 15.160.997.730. Hal ini membuktikan bahwa CU sangat berkembang di daerah Sumatera Utara. CU Sumut dikelola oleh Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah (BK3D) yang terletak di kota Pematang Siantar (Credit Union Sumut, 2009).
Salah satu CU yang ada di Sumut adalah CU Merdeka. CU Merdeka berdiri atas inspirasi gereja Katolik Merdeka dan petani-petani yang ada di desa Merdeka. Mereka membutuhkan modal untuk keberlangsungan usahatani. CU Merdeka terbentuk pada tanggal 27 Juli 1989 dengan alamat Kantor Pusat CU Merdeka, Desa Merdeka, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo. CU Merdeka sudah memiliki Badan Hukum No. 129/BH/KDK/2.2/XII/2002. 5.2 Visi dan Misi CU Merdeka Visi CU Merdeka adalah menjadi salah satu lembaga keuangan yang tangguh dan terpercaya dan dikelola secara professional dengan menganut nilainilai dan prinsip koperasi. Sedangkan misi CU Merdeka adalah mewujudkan taraf hidup perekonomian anggota yang menerapkan prinsip-prinsip koperasi untuk memenuhi kebutuhan dana anggota dalam bentuk simpan pinjam. Visi dan misi CU Merdeka telah dituliskan ke dalam setiap laporan dan brosur profil CU Merdeka. Selain itu CU Merdeka memiliki motto yang diberikan kepada seluruh anggota CU yaitu “CU hadir dari kita dan untuk kita bersatu dalam keberagaman”. Artinya CU terlahir dari anggota dari anggota dan dikelola oleh anggota (SDM) yang handal dan hasilnya untuk anggota serta komunitas anggotanya bersatu dalam keberagaman. Berdasarkan visi dan misi tersebut, CU Merdeka telah mempunyai tujuan yang jelas khususnya di bidang kredit yaitu sebagai penyedia kredit bagi anggota yang merupakan masyarakat kalangan menengah kebawah. CU Merdeka menjalin hubungan yang erat dengan anggota sehingga tercipta kerjasama yang saling menguntungkan. 5.3 Organisasi dan Manajemen CU Merdeka Struktur organisasi dibentuk dengan membedakan tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing unit organisasi yang telah ditetapkan dan disusun dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Struktur organisasi memegang peranan penting dalam menentukan dan memperjelas tentang pembagian fungsi dan tugas masing-masing dari tiap-tiap bagian untuk menciptakan suasana kerja yang baik. Kerjasama antara orang-orang yang ada
didalamnya juga dibutuhkan, sehingga apa yang menjadi tujuan utama dari perusahaan itu tercapai. Struktur organisasi CU Merdeka adalah berbentuk garis dimana dewan pimpinan dan badan pengawas memiliki jenjang atau kedudukan sederajat. Kemudian dibawah ketua terdapat wakil ketua, sekretaris, bendahara dan lini di bawahnya. Dalam kegiatan operasional CU sehari-hari dipimpin oleh manager operasional yang dibantu oleh lima orang yaitu bendahara harian, administrasi, teller dan karyawan harian. Struktur organisasi CU Merdeka selengkapnya disajikan dalam Lampiran 1. CU Merdeka dalam melakukan aktivitasnya telah melakukan pembagian tugas, wewenang, hak serta tanggung jawab setiap karyawan tertentu dalam struktur organisasi yang dibuat. Adapun struktur organisasi tertinggi pada CU Merdeka yaitu Rapat anggaran tahunan, dan dewan pimpinan (CU Merdeka, 2010): 1.
Rapat Anggaran Tahunan (RAT) Rapat anggota tahunan merupakan kekuasaan tertinggi didalam CU Merdeka,
dimana setiap anggota mempunyai hak untuk menghadirinya. Rapat anggota diadakan satu kali dalam setahun biasanya dilakukan setiap awal tahun. Adapun rapat anggota tahunan diadakan bertujuan untuk sebagai sarana penyampaian laporan kerja pengurus dan pengawas, menyimak pandangan/saran/pendapat dan masukan dari anggota CU Merdeka dan mengesahkan program kerja dan anggaran tahunan. Peserta rapat adalah anggota CU Merdeka yang mewakili 20 : 1 yang telah mendapat mandat dan pengurus serta badan pengawas. Rapat anggota tahunan dipimpin oleh dewan pimpinan CU Merdeka. 2.
Dewan Pimpinan Dewan pimpinan bertugas untuk mempertegas komitmennya untuk selalu
melaksanakan berbagai rencana yang telah disepakati dan ditetapkan. Dewan pimpinan merupakan dewan yang membimbing, mengarahkan dan mengendalikan seluruh aktivitas pengurus dan manager operasional. Oleh karena itu, pihak ini secara kreatif dan inovatif harus mampu mensosialisasikan berbagai rencana dan pelaksanaannya kepada semua pihak yang berkepentingan terhadap koperasi.
Adapun kewenangan dari dewan pimpinan pada CU Merdeka adalah mengambil keputusan serta membuat keputusan serta membuat pola kebijakan, penjamin kelangsungan operasional dan mempertanggung jawabkan hasil pekerjaan pengurus selama satu tahun buku. Adapun tugas dan wewenang bagian-bagian dalam struktur organisasi yang terdapat dalam kepengurusan CU Merdeka adalah sebagai berikut (CU Merdeka, 2010): a.
Ketua Dewan Pimpinan Tugas dan wewenang ketua dewan pimpinan adalah bertindak sebagai
penanggung jawab umum operasional pengurus, memimpin setiap rapat-rapat pengurus dan kepengurusan maupun rapat anggota, mengkoordinir aktivitas/tugas pengurus lain dan meminta pertanggung jawaban tugas masing-masing, menandatangani surat-surat, perjanjian, kontrak dan transaksi lainnya bersamasama dengan pengurus lainnya menurut jenis pekerjaan/jabatan, menandatangani laporan keuangan bersama-sama dengan bendahara. b. Wakil Ketua Dewan Pimpinan dan Panitia Pendidikan Tugas dan wewenang wakil ketua dewan pimpinan sekaligus sebagai panitia pendidikan adalah melakukan tugas ketua apabila ketua berhalangan sesuai dengan wewenang yang ada padanya, bertindak sebagai pengelola pendidikan CU Merdeka baik untuk pengurus, calon pengurus, anggota dan calon anggota, meyediakan menyediakan
rancangan rancangan
pendidikan
khusus
metode-metode
pada
promosi
kader-kader CU
pengurus,
Merdeka
kepada
masyarakat, membimbing dan mengajari anggota koperasi tentang CU Merdeka dan panitia pendidikan memberikan bimbingan kepada anggota mengenai apa maksud dan tujuan dengan menjadi anggota CU Merdeka. c.
Sekretaris Dewan Pimpinan Tugas dan wewenang sekretaris dewan pimpinan adalah bertanggung jawab
kepada ketua/wakil ketua, menyelenggarakan/memelihara buku-buku organisasi, mempertanggung jawabkan seluruh bidang administrasi, data-data monografi (gambaran daerah kerja CU Merdeka), bertindak sebagai pengelola perkantoran, melakukan pengarsipan terhadap seluruh dokumen-dokumen organisasi secara rapi dan terperinci, mengagendakan surat masuk dan surat keluar.
d.
Bendahara Dewan Pimpinan Tugas dan wewenang bendahara dewan pimpinan adalah sebagai penanggung
jawab pengelolaan keuangan, merencanakan anggaran belanja dan pendapatan kas kedalam bentuk realisasi cash flow secara harian, mingguan atau bulanan sesuai dengan kesepakatan yang ada, mempertanggung jawabkan keberadaan aset, uang secara rill, surat-surat berharga berupa buku tabungan, cek, surat-surat perjanjian pinjaman anggota, dan surat-surat agunan, melaporkan posisi keuangan setiap bulan, serta menyusun dan menyediakan informasi kesediaan dana yang dapat dipinjamkan pada bulan berikutnya dan menyediakan rancangan mobilisasi sebagai usulan pada kebijakan keuangan. e.
Panitia Kredit Tugas dan wewenang panitia kredit adalah bertindak sebagai pengelola kredit
(pinjaman) hingga batas tertentu diberikan oleh dewan pimpinan, sebagai konsultan atas proposal usaha anggota, sebagai analisa atas usulan kredit yang diajukan anggota, melakukan wawancara kepada calon peminjam untuk memperoleh
pertimbangan
kredit,
mengadakan
kerjasama
dengan
atas
ketersediaan dana yang akan dilepas untuk pinjaman yang diajukan oleh anggota. f.
Manager Operasional Tugas dan wewenang manager operasional adalah berhak dan bertanggung
jawab atas pekerjaan yang dilakukan setiap harinya. Manager operasional berhak memberikan pekerjaan harian kepada karyawan dan bertanggung jawab terhadap pembukuan harian. g.
Karyawan Tugas dan wewenang karyawan yang terdiri dari karyawan
bagian
administrasi, kas dan bendahara harian. Tugas mereka adalah melaksanakan pekerjaan harian kantor seperti menerima uang yang disetorkan oleh anggota, menyusun laporan harian, melakukan pembayaran atas pengeluaran CU Merdeka serta melakukan perencanaan dan pengembangan atas kegiatan dari organisasi. 3.
Badan Pengawas Badan pengawas merupakan pihak yang bertugas melakukan pemantauan
pada setiap kegiatan pelayanan sesuai dengan aturan dan jadwal yang telah direncanakan,
serta
mengkoordinasikan
setiap
jadwal
pengawasan
dan
menjabarkan sebagai dasar pemberian saran kepada dewan pimpinan. Peran yang optimal dari pengawas antara lain dengan sikap independen dalam melakukan pengawasan, niscaya akan dapat menumbuhkan sikap mandiri dikalangan CU Merdeka. Adapun susunan dari badan pengawas CU Merdeka adalah ketua dewan pengawas, sekretaris dewan pengawas dan wakil ketua dewan pengawas: a.
Ketua Dewan Pengawas Tugas dan wewenang ketua dewan pengawas adalah bertindak sebagai
penanggung jawab pengawas, mengorganisir sekretaris dan anggota dalam tugastugas pengawas, membuat laporan pertanggung jawaban pengawasan pada RAT, mengajukan program kerja pengawasan pada RAT. b.
Sekretaris Dewan Pengawas Tugas dan wewenang sekretaris dewan pengawas adalah mencatat temuan-
temuan pengawas, melakukan pengadministrasian saran-saran yang diberikan kepada dewan pimpinan. Melaksanakan tugas dengan delegasi ketua pengawas. c.
Wakil Ketua Dewan Pengawas Tugas dan wewenang wakil ketua dewan pengawas adalah membantu
kelancaran tugas pengawasan, dan melaksanakan tugas sesuai dengan delegasi ketua pengawas bertindak sebagai penanggung jawab pengawasan. Pendidikan pengurus dan karyawan CU Merdeka sudah tergolong baik. Manager operasional merupakan lulusan S2, karyawan operasional sarjana, diploma dan SMA. Para pengurus lulusan Diploma dan SMA. Untuk pengurus setiap unit adalah lulusan SMA. 5.4 Kegiatan Operasional CU Merdeka Secara umum kegiatan operasional CU Merdeka meliputi dua kegiatan yaitu (1) kegiatan mengumpulkan dana dari anggota dalam bentuk simpanan dan (2) menyalurkan dana ke anggota dalam bentuk kredit. 1.
Pengumpulan dana Pengumpulan dana berasal dari anggota sendiri. Modal sendiri berasal dari
simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela. Dalam undang-undang No. 12/1967 dalam Hendrojogi (2000) memiliki definisi sebagai berikut:
a.
Simpanan Pokok adalah sejumlah uang yang diwajibkan kepada anggota untuk diserahkan kepada koperasi pada waktu seseorang masuk menjadi anggota koperasi tersebut dan besarnya sama untuk semua anggota. Simpanan pokok ini tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota. Simpanan pokok ini ikut menanggung kerugian. Simpanan pokok yang harus dibayar anggota CU Merdeka sebesar Rp 25.000,-.
b.
Simpanan Wajib adalah simpanan tertentu yang diwajibkan kepada anggota untuk membayarnya kepada koperasi pada waktu-waktu tertentu, misalnya ditarik pada waktu penjualan barang-barang atau ditarik pada waktu anggota menerima kredit dari koperasi dan sebagainya. Simpanan wajib ini tidak ikut menanggung kerugian. Simpanan wajib minimal sebesar Rp 5.000,- dan maksimal sebesar Rp 200.000,- setiap penabungan pada CU Merdeka.
c.
Simpanan Sukarela ini diadakan oleh anggota atas dasar sukarela atau berdasarkan perjanjian-perjanjian atau peraturan-peraturan khusus. Simpanan ini dapat diambil oleh anggota pada saat dibutuhkan. Simpanan sukarela dapat diambil seluruhnya oleh anggota pada saat dibutuhkan.
2.
Penyaluran dana CU Merdeka
memberikan fasilitas kredit kepada anggota yang sudah
menjalani pendidikan selama enam kali pertemuan. Adapun fasilitas kredit yang diberikan CU Merdeka yaitu kredit pendidikan, kredit/pinjaman produktif, kredit/pinjaman kesejahteraan, dana perlindungan bersama dan dana kesejahteraan sosial bersama : 1.
Kredit Pendidikan diberikan kepada anggota yang baru dan sudah mengikuti pendidikan selama enam kali pertemuan. Adapun kredit pendidikan yang diberikan sebesar RP 500.000,- dengan suku bunga 3% dengan waktu 12 bulan. Hal ini dilakukan untuk melihat keseriusan anggota dalam melunasi kreditnya. Apabila kredit tersebut telah dilunasi sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan anggota dapat menambah jumlah dan mengajukan pinjaman selanjutnya.
2.
Kredit/pinjaman Produktif adalah kredit yang diberikan kepada anggota dengan tujuan modal usaha seperti modal pertanian, menyewa ladang, membeli ladang, modal usaha, menyewa kios. Adapun plafon yang diberikan
maksimal sebesar Rp 50.000.000,- dengan suku bunga antara 2,5%-3% dengan jangka waktu 2-3 tahun. 3.
Kredit/pinjaman Kesejahteraan diberikan kepada anggota dengan tujuan menyewa rumah, membeli rumah, membangun rumah, membeli mobil, membeli sepeda motor, mengurus pekerjaan, membayar hutang, biaya berobat, biaya sekolah, biaya pesta dan biaya lainnya. Adapun plafon maksimal yang diberikan sebesar Rp 50.000.000,- dengan suku bunga 2,5% 3% dengan jangka waktu 2-3 tahun.
4.
Dana Perlindungan Bersama (DAPERMA) dan Dana Kesejahteraan Sosial Bersama (DAKESMA). DAPERMA adalah salah satu produk CU Merdeka yang merupakan asuransi kematian dan dana pinjaman yang diberikan kepada setiap anggota. Anggota wajib membayar DAPERMA sebesar Rp 50.000 setiap tahunnya. Tetapi anggota tidak wajib ikut dalam DAPERMA. Namun apabila anggota yang mengikuti DAPERMA akan mendapatkan hak dan kewajiban yang sama rata atas SDA (Santunan Duka Cita) sebesar Rp 50.000.000 dan PPA (Perlindungan Pinjaman Anggota). Keuntungan lain apabila anggota CU Merdeka mengikuti DAPERMA adalah jika anggota meninggal dunia akan mendapatkan santunan, pinjaman akan dilunaskan dengan maksimal Rp 50.000.000 dan saham penuh akan diterima oleh ahli waris. Anggota yang tidak mengikuti DAPERMA, jika meninggal dunia tidak mendapat santunan, pinjaman tidak dilunaskan atau menjadi tanggungan ahli waris dan saham penuh akan diterima oleh ahli waris. DAPERMA dikelola oleh Induk Koperasi Kredit yang berpusat di Jakarta.
CU Merdeka wajib mendaftarkan anggota yang mengikuti DAPERMA ke kantor Inkopdit. Sedangkan DAKESMA adalah jaminan sosial yang dikelola oleh CU Merdeka. Keuntungan dengan mengikuti DAKESMA adalah setiap anggota yang meninggal akan mendapatkan santunan sebesar Rp. 3.000.000,-. Setiap anggota diwajibkan mengikuti DAKESMA. DAKESMA yang harus dibayar oleh anggota setiap tahunnya sebesar Rp 20.000,-. 5.5 Perkembangan Anggota CU Merdeka Pada umumnya anggota CU Merdeka adalah petani dan peternak. Jenis usahatani yang mereka lakukan adalah tanaman holtikultura seperti sayur-sayuran,
buah-buahan, bunga dan lain sebagainya. Anggota CU Merdeka mengalami peningkatan setiap tahunnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6. 4500 4000
3936
3500 3000 2500
2403 2036
2000 1500
1377
1473
1643
1000 500 0 2004
2005
2006
2007
2008
2009
Gambar 6. Perkembangan Anggota CU Merdeka 2004-2009 Sumber : CU Merdeka, 2010 Jenis kredit yang pada umumnya digunakan oleh anggota CU Merdeka adalah kredit produktif. Kredit produktif tersebut digunakan untuk biaya usahatani seperti pembelian pupuk, penyewaan lahan, biaya tenaga kerja, pembukaan lahan baru dan biaya usahatani lainnya. Seiring bertambahnya anggota, wilayah kerja CU Merdeka juga bertambah. Pada saat ini, CU Merdeka telah memiliki 16 unit yaitu Merdeka, Sada Perarih, Surbakti, Sukandebi, Gurusinga, Doulu, Naman Teran, Perteguhen, Simacem, Kuta Mbelin, Beganding, Sukatepu, Kuta Rayat Umum, Kutarayat Stasi, Lingga Julu, Ujung Teran, Cinta Rakyat, Payung dan Gajah. Seiring bertambahnya anggota, tetap saja ada anggota yang keluar dari CU Merdeka. Hal yang menyebabkan anggota keluar adalah anggota pindah ke daerah lain, anggota tidak sanggup membayar kredit dan bunganya sehingga memilih keluar dari CU Merdeka. Pada umumnya anggota keluar karena pindah ke daerah lain yang tidak terjangkau oleh CU Merdeka. Anggota CU Merdeka bekerja sebagai petani karena faktor keturunan. Pada awalnya pertanian yang dilakukan adalah petani jagung dan padi, tetapi dengan masuknya suku Tionghoa ke daerah pertanian Tanah Karo sistem
pertanian berubah menjadi petani holtikultura. Petani Karo mulai mengenal tanaman yang berumur pendek dan tanaman palawija. Dalam satu lahan pertanian terdapat berbagai jenis tanaman. Modal untuk pertanian ini sangat tinggi sehingga modal dari keluarga tidak mencukupi dan anggota pada saat ini mengalami masalah dalam pemasaran produk pertanian mereka. Hal ini terjadi karena tanaman pertanian mereka memiliki harga yang tidak stabil dan terjadi penumpukan produk dipasaran. Pemasaran produk pertanian mereka yaitu di wilayah Kabupaten Karo, Medan, Dumai, Kisaran, Pekan Baru, Aceh dan daerah Sumatera Utara. Oleh karena itu CU Merdeka sangat membantu mereka dalam penyediaan modal pertanian. Anggota CU Merdeka memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Masih banyak anggota yang tidak lulus sekolah dasar dan tidak sekolah menengah pertama.
Sehingga
banyak
anggota
yang
belum
mampu
mengadopsi
perkembangan teknologi dan penggunaan peralatan pertanian modern. Petani hanya bergantung dengan keadaan alam dalam mengusahakan pertanian mereka. Untuk hal ini diharapkan CU Merdeka membantu mereka dalam mengembangkan pengetahuan tentang pertanian modern dan menggunakan kredit yang tepat guna.
VI KINERJA PENYALURAN KREDIT DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT CU MERDEKA
6.1 Mekanisme Penyaluran Kredit pada CU Merdeka Kebijakan kredit yang dilakukan oleh CU Merdeka bertujuan untuk memberikan pedoman yang jelas kepada seluruh anggota dan panitia kredit yang berhubungan dengan pemberian kredit kepada anggota. Kredit yang diberikan memiliki jangka waktu pengembalian maksimal tiga tahun. Kredit diberikan kepada anggota yang telah mengikuti pendidikan enam kali untuk anggota baru dan minimal satu kali untuk anggota lama. CU Merdeka memberikan suku bunga menurun dengan tingkat suku bunga 2,5%-3% perbulan. Pemberian kredit diberikan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh CU Merdeka. Semua prosedur penyaluran kredit tidak terlepas dari prinsip 6C yaitu character, capital, capacity,
condition of economy, collateral dan
constraints: 1.
Character yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon peminjaman dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan bawa peminjam dapat memenuhi kewajibannya. Karakter ini dapat diketahui oleh panitia kredit melalui riwayat kredit pendidikan dan kerajinan anggota dalam menabung.
2.
Capital yaitu penilaian terhadap kemampuan modal dimiliki oleh calon peminjam, diukur dengan rasio finansial dan komposisi modalnya. Pada CU Merdeka capital belum terlalu diperhatikan apabila indeks pinjaman masih dibawah Rp 5.000.000-,. Tetapi untuk indeks pinjaman diatas Rp 5.000.000,sudah diperhatikan karena untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah.
3.
Capacity penilaian terhadap calon nasabah kredit dalam hal kemampuan memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam perjanjian pinjaman atau akad kredit, yakni melunasi pokok pinjaman disertai bunga sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat yang diperjanjikan. Kemampuan diukur dari partisipasi anggota didalam CU Merdeka dalam bentuk kerajinan menabung,
membayar kredit tepat waktu, dan mengikuti pendidikan kredit yang diberikan oleh CU Merdeka. 4.
Condition of economic adalah pihak pemberi dana harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi di masyarakat dan secara spesifik melihat adanya keterkaitan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh calon peminjam. CU Merdeka selalu memberikan kualitas yang terbaik kepada anggota dalam pemberian kredit untuk memenuhi kebutuhan anggotanya.
5.
Collateral adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum permohonan kredit disetujui atau dicairkan. Penerapan agunan yang dilakukan oleh CU Merdeka cukup membantu anggota karena untuk pinjaman dibawah Rp 5.000.000 jaminan yang dibutuhkan hanya simpanan anggota. Untuk pinjaman diatas Rp 5.000.000 jaminan yang digunakan adalah surat-surat berharga yang memiliki nilai jual lebih tinggi dari total pinjaman.
6.
Constraints merupakan faktor hambatan atau rintangan berupa faktor-faktor hambatan atau rintangan berupa faktor-faktor psikologis yang ada pada daerah atau wilayah tertentu yang menyebabkan suatu proyek tidak dapat dilaksanakan. Wilayah kerja CU Merdeka merupakan daerah yang strategis untuk melakukan usaha sehingga tidak ada hambatan dalam penyaluran kredit. Walaupun sudah ada penerapan 6C, pada pengajuan kredit CU Merdeka
masih sering terjadi pelanggaran aturan karena tujuan anggota dalam pengajuan kredit beragam, melakukan pinjaman berdasarkan berbagai motif, yaitu: pengajuan kredit untuk orang lain, pengajuan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan berpesta, pengajuan untuk menutupi utang di pihak lain. Berbagai macam motif peminjaman kredit yang dimiliki CU Merdeka mengharuskan pihak CU Merdeka melakukan seleksi yang ketat dengan sistem yang terstandarisasi, sehingga kredit yang diberikan oleh CU Merdeka dapat berjalan dengan optimal. Skema penyaluran kredit pada CU Merdeka anggota terlebih dahulu melakukan permohonan pinjaman kepada panitia kredit setelah itu anggota mengisi surat permohonan kredit. Panitia kredit akan melihat riwayat anggota selama menjadi anggota. Adapun kriteria penilaian pinjaman panitia kredit dilihat
dari tujuan pinjaman, kerajinan menabung, kemampuan mengembalikan pinjaman, prestasi di masa lampau dan partisipasi anggota dalam CU Merdeka. Apabila penilaian tersebut sudah terpenuhi maka permohonan ditindak lanjuti oleh Badan Pengawas. Badan Pengawas akan menganalisa permohonan anggota tersebut. Setelah selesai dianalisa, berkas tersebut diserahkan kepada Badan pemeriksa untuk menilai keakuratan berkas. Adapun penilaian yang yang diberikan BAPEM yaitu tabungan, angsuran dan besar saham yang dimiliki oleh calon peminjam. Apabila berkas sudah layak untuk dikabulkan maka berkas tersebut diberikan kepada bendahara agar pinjaman tersebut segera dicairkan dan diberikan kepada anggota. Berikut adalah bagan prosedur pencairan kredit CU Merdeka. Permohonan kredit Anggota
Iya Ketua Dewan Pengawas
Panitia Kredit Persyaratan Kredit
Tidak
Analisa Kredit DP
Dicairkan
Analisa Kredit Bendahara
Badan Pemeriksa (BAPEM)
Gambar 7. Skema Penyaluran Kredit CU Merdeka Adapun ketentuan umum dari pengajuan kredit di CU Merdeka adalah sebagai berikut : 1. Calon peminjam adalah anggota CU Merdeka dan sudah melakukan pendidikan selama enam kali 2. Jenis kredit dan jangka waktu diberikan sesuai dengan jumlah saham dan modal kerja dengan jangka waktu maksimal tiga tahun. 3. Besar kredit yang dapat diberikan sampai dengan maksimal Rp 50.000.000,4. Suku bunga ;
a. Suku bunga yang diberikan menurun b. Suku bunga 2,5% diberikan kepada peminjaman dengan plafon mulai dari sepuluh juta, sedangkan suku bunga 3% diberikan kepada peminjaman dibawah plafon sepuluh juta. 5. Bentuk kredit yang diberikan terdiri dari tiga bagian yaitu kredit pendidikan, kredit produktif dan kredit kesejahteraan. 6. Denda/pinalti diberikan sebesar 7% atas tunggakan pokok. 7. Biaya administrasi dan provisi kredit tidak dipungut. 8. Pola angsuran sesuai ketentuan yang berlaku, namun apabila peminjam menghendaki angsuran harian, mingguan atau bulanan. Angsuran dapat diterima. Jumlah angsuran tersebut harus memenuhi jumlah angsuran per bulan yang telah ditetapkan. 9. Anggota yang melakukan pinjaman dan telah melunasi maka pada akhir tahun akan memperoleh Balas Jasa Pinjaman (BJP) 7% dari total pinjaman seluruh anggota CU Merdeka. 6.2 Analisis Kinerja Penyaluran Kredit CU Merdeka Analisis kinerja penyaluran kredit dilihat dari penilaian anggota dan pengurus CU Merdeka. Adapun kriteria penilaian yang dilakukan dalam penilaian kinerja CU Merdeka yaitu prosedur penyaluran kredit, ketelitian dan keakuratan karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya, informasi tentang kredit, kecepatan dan ketepatan karyawan menanggapi masalah, pengawasan terhadap penyaluran kredit, kecepatan penyaluran kredit dan tingkat suku bunga pinjaman. Analisis yang digunakan dilihat dari penilaian Skala Likert yang diisi oleh responden yang terdiri dari anggota lancar, anggota menunggak dan pengurus CU Merdeka. Nilai rata-rata untuk kepuasan masing-masing kualitas pelayanan digunakan untuk melihat perbandingan skala Likert. Berdasarkan indeks pelayanan nilai kepuasan anggota lancar, anggota menunggak dan pengurus CU Merdeka terletak pada kriteria “baik”. Anggota lancar, anggota menunggak dan pengurus merasa pelayanan yang diberikan oleh CU Merdeka sudah baik karena anggota menganggap bahwa CU Merdeka sudah sangat membantu kelangsungan usaha yang dijalankan. Tetapi CU Merdeka harus tetap meningkatkan kinerja
penyaluran kredit. Hasil analisis kinerja penyaluran kredit dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Hasil Analisis Kinerja Penyaluran Kredit pada CU Merdeka Kriteria Prosedur penyaluran kredit
:
:
:
4 :X O
:Y
:
Ketelitian dan keakuratan karyawan : dalam melaksanakan pekerjaannya
:
:O Y
:X
:
:
Informasi tentang kredit
:
:
:
:X O Y
:
:
Pelayanan dalam pemberian kredit
:
:
:
:X O Y
:
:
Kecepatan dan ketepatan karyawan menanggapi masalah
:
:
:O Y
:X
:
:
Pengawasan terhadap penyaluran kredit
:
:
:X O Y
:
:
:
Kecepatan penyaluran kredit
:
:
:
:OY
:X
:
Tingkat suku bunga pinjaman
:
:
:
:X O Y
:
:
Keterangan : Pengurus CU Merdeka X
X
Anggota Kredit Lancar O
O
Anggota Kredit Macet Y
Y
1.
1
2
3
5
Prosedur Penyaluran Kredit Prosedur berkaitan dengan kelancaran aktivitas transaksi di lembaga
keuangan. Prosedur merupakan aturan-aturan yang dibuat agar pelaksanaan suatu kegiatan sesuai dengan aturan yang berlaku. Prosedur peminjaman yang dilakukan yaitu mulai dari permohonan kredit, analisis kredit, persetujuan kredit, perjanjian kredit, pencairan kredit, pengawasan kredit dan pelunasan kredit. Prosedur kredit mikro biasanya khusus dirancang dengan operasional dilapangan yang disederhanakan. Prosedur tersebut menempatkan panitia kredit dan karyawan
mengurus dan menyelesaikan hampir segala keperluan administrasi yang dibutuhkan anggota yang melakukan pinjaman. Adapun penilaian yang diberikan anggota lancar dan pengurus terhadap prosedur penyaluran kredit berada pada skala “baik” sedangkan untuk anggota yang menunggak memberikan penilaian “sangat baik”. Penilaian “ sangat baik” yang diberikan oleh anggota dinilai karena prosedur yang diberikan lebih mudah dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya. Kemudahan penyaluran kredit terkait dengan kemampuan anggota dalam memenuhi persyaratan pinjaman seperti buku tabungan dan kelengkapan surat-surat jaminan. Kemudahan prosedur diawali ketika anggota datang ke kantor pusat atau pengurus unit, melapor kepada panitia kredit, administrasi atau pengurus unit dengan membawa buku tabungan, kemudian mereka akan membantu anggota untuk mengisi formulir permohonan pinjaman yang harus diisi oleh calon peminjam. Formulir yang diisi hanya satu lembar dapat dilihat pada Lampiran 3. Setelah itu permohonan diberikan, calon peminjam harus mengisi surat pernyataan pinjaman dapat dilihat pada Lampiran 4. 2. Ketelitian dan Keakuratan Karyawan dalam Melaksanakan Pekerjaannya Ketelitian dalam bekerja merupakan kemampuan karyawan menghitung dalam transaksi, melakukan analisis kredit dan pengawasan (monitoring) dengan mengusahakan agar jangan sampai terjadi kesalahan. Kesalahan akan membuat anggota kesal dan menimbulkan anggapan bahwa CU Merdeka tidak profesional. Anggota dan pengurus memberikan penilaian yang berbeda terhadap atribut ketelitian dan keakuratan karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya, anggota lancar dan menunggak hanya memberikan nilai cukup dan pengurus memberi penilaian baik. Anggota merasa ketelitian dan keakuratan karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya “sedang”. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan harus lebih teliti dalam bekerja agar kelangsungan kerjasama anggota dengan CU Merdeka dapat berjalan dengan baik, lancar dan tidak terjadi salah paham.
3.
Informasi tentang Kredit Kesediaan pengurus dan karyawan dalam memberikan informasi dengan
tepat dan mudah dimengerti sesuai dengan kebutuhan anggota merupakan harapan semua anggota CU Merdeka. Pengurus dan karyawan harus bersedia menjelaskan jika anggota meminta informasi yang jelas tentang kredit baik dalam masa pendidikan ataupun di luar masa pendidikan. Sehingga dengan jelas anggota akan mengerti kredit yang ditawarkan maka dapat mempermudah proses pengajuan kredit atau perpanjangan kreditnya. Anggota dan pengurus menilai kinerja pada atribut informasi kredit “baik”. Hal tersebut dinilai dari kemampuan pengurus dan karyawan yang telah bersedia memberikan kejelasan informasi mengenai kredit sesuai harapan anggota sehingga mempermudah dalam pengajuan kreditnya. Hal ini karena anggota mengerti dan paham prosedur pengajuan kreditnya tanpa karyawan harus menerangkan secara detail. 4.
Pelayanan dalam Pemberian Kredit Pengurus dan karyawan melayani anggota harus memiliki pengetahuan
dan kemampuan tertentu. Oleh karena itu pengurus dan karyawan harus dididik mengenai kemampuan dan pengetahuan dalam menghadapi anggota. Kemampuan pengurus dan karyawan dalam melayani kebutuhan anggota dalam pemberian kredit akan mempermudah proses perolehan kredit dan ada kepuasan terhadap anggota. Nilai yang diberikan oleh anggota lancar, anggota kredit macet dan pengurus untuk atribut pelayanan dalam pemberian kredit sama yaitu baik. Anggota merasa kinerja pelayanan dalam pemberian kredit CU Merdeka masing tergolong “baik”. Hal ini membuktikan bahwa pengurus dan karyawan harus meningkatkan pelayanannya dalam pemberian kredit kepada anggota. 5.
Kecepatan dan Ketepatan Karyawan Menanggapi Masalah Melayani anggota dengan cepat berarti pengurus dan karyawan melayani
sesuai dengan kebutuhan anggota dengan batasan waktu yang normal. Pelayanan untuk setiap transaksi kredit sudah memiliki waktu tertentu sehingga proses yang
terlalu lama dan berbelit-belit akan membuat anggota merasa tidak nyaman. Oleh karena itu pengurus dan karyawan harus mampu berusaha untuk mengerjakan tugasnya dengan cepat dan tepat dalam menanggapi masalah yang dihadapi anggota sesuai dengan standar yang sudah ditentukan. Nilai yang diberikan oleh anggota lancar dan anggota menunggak untuk atribut kecepatan dan ketepatan menanggapi masalah adalah “biasa saja”. Artinya pihak CU Merdeka masih kurang tanggap dalam menangani keluhan anggota dan menggali kebutuhan anggota serta belum memberikan solusi yang tepat bagi kebutuhan nasabah. Sedangkan dari sisi pengurus memberikan nilai baik namun hal ini menunjukkan bahwa CU Merdeka masih belum tanggap dalam memenuhi kebutuhan anggotanya. 6.
Pengawasan Terhadap Penyaluran Kredit Pengawasan terhadap penyaluran kredit sangat penting dilakukan oleh
pengurus dan karyawan agar tidak terjadi penyimpangan penggunaan kredit yang diajukan oleh anggota. Pengawasan yang harus dilakukan pengurus dan karyawan harus dimulai sejak masa awal pinjaman sampai dengan pengembalian pinjaman sampai lunas, hal ini berguna untuk mengurangi tingginya kredit macet ataupun penunggakan kredit. Nilai yang diberikan oleh anggota lancar, anggota menunggak dan pengurus
untuk
atribut
pengawasan
terhadap
penyaluran
kredit
yaitu
“biasa/cukup”. Artinya pengurus dan karyawan masih belum terlalu ketat dalam mengawasi penyaluran kredit terhadap anggota. Hal ini harus ditingkatkan oleh pengurus dan karyawan agar kredit yang beredar tetap dalam pengawasan dan digunakan sesuai dengan fungsinya. 7.
Kecepatan Penyaluran Kredit Kecepatan dalam pemberian kredit artinya pengurus dan karyawan
melayani anggota sesuai dengan harapan anggota dengan batasan waktu yang normal. Semakin cepat kredit yang diajukan diproses maka anggota akan merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh CU Merdeka.
Nilai yang diberikan oleh anggota menunggak dan pengurus terhadap atribut kecepatan penyaluran kredit adalah “baik” dan anggota lancar memberikan nilai sangat baik. Penilaian ini diberikan anggota lancar dan anggota menunggak karena kecepatan penyaluran kredit yang diberikan oleh CU Merdeka sudah sesuai harapan mereka yaitu pencairan kredit terjadi sesuai dengan prosedur tujuh hari kerja serta prosedur yang tidak berbelit-belit sehingga memudahkan mereka untuk melakukan pinjaman. 8.
Tingkat Suku Bunga Pinjaman Tingkat suku bunga pinjaman merupakan hal yang penting, karena hal ini
akan berdampak pada jumlah anggota yang meminjam. Adapun tingkat bunga yang ditawarkan oleh CU Merdeka yaitu 2,5%-3% dengan bunga menurun. Hal ini merupakan salah satu kelebihan CU Merdeka dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya. Adapun penilaian anggota lancar, anggota menunggak dan pengurus terhadap atribut tingkat suku bunga pinjaman yaitu “baik”. Artinya dalam pelaksanaannya atribut tingkat suku bunga yang diberikan oleh CU Merdeka sudah baik dan anggota menganggap tingkat suku bunga yang diberikan oleh CU Merdeka sudah sesuai. 6.3 Karakteristik Responden sebagai Peminjam Kredit pada CU Merdeka Responden adalah sebagian peminjam kredit CU Merdeka yang telah terpilih dari anggota yang melakukan pinjaman lancar dan yang menunggak dan masih tergolong aktif sebagai anggota CU Merdeka. Karakteristik peminjam diidentifikasi melalui beberapa faktor yang diduga mempengaruhi pengembalian kredit di CU Merdeka yang terdapat dalam masing-masing responden yang terpilih tersebut. Beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap tingkat pengembalian meliputi karakteristik individu, karakteristik usaha dan karakteristik kredit. 6.3.1 Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit pada CU Merdeka Berdasarkan tingkat pengembalian pinjaman, maka anggota CU Merdeka dibedakan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah anggota yang dapat
mengembaalikan pinjaman sesuuai dengan tanggal jaatuh tempoo pinjaman atau membayarr lewat tangggal jatuh tempo pinjaman tetapi masih dallam bulan wajib w bayar. Keelompok naasabah terseebut termassuk ke dalam kolektiibilitas pinjaman lancar. Keelompok inii memiliki proporsi p seb besar 43,75 persen darii total responden. Kelompokk kedua adaalah anggotta yang tidaak lancar (m menunggakk), yaitu anggota yang menngembalikann pinjamann lewat darri bulan waajib bayar
sampai umur
tunggakann lebih dari enam bulann (anggota kredit maceet). Kelomppok ini tergo olong ke dalam kolektibilittas tidak lanncar (menun nggak) sebeesar 56,25 persen darii total ngkat respondenn. Proporsii jumlah responden CU Merdeka berddasarkan tin pengembaalian dapat dilihat d padaa Gambar 9.
CU Merddeka Berdaasarkan Tin Gambar 9. 9 Proporsii Jumlah Responden R ngkat Pengem mbalian Pinjaaman Kaarakteristik responden baik b yang lancar l mauppun yang m menunggak dalam d pengembaalian pinjam man diidenttifikasi berd dasarkan beeberapa fakktor yang diduga berpengarruh terhadaap tingkat pengembaalian melipputi karakteeristik indiividu, karakteristtik usaha daan karakteriistik kredit. Karakteristtik individuu terdiri darii jenis kelamin, usia u anggotta, tingkat pendidikan n, status debbitur (angggota) dan ju umlah tanggungaan dalam keluarga. Karakteristi K ik usaha dilihat d darii
jenis usaha, u
pengalamaan usaha, dan d tingkat pendapatan n bersih perr bulan. Karrakteristik kredit k seperti plaafon pinjam man, frekueensi peminjjaman kreddit, nilai aggunan kredit dan tujuan pem minjaman krredit.
6.3.2 Perbandingan Karakteristik Individu Responden Responden dari masing-masing kategori kelancaran pengembalian kredit diidentifikasi karakteristik individunya berdasarkan faktor jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status anggota dan jumlah tanggungan dalam keluarga adalah sebagai berikut : a) Jenis Kelamin Jenis kelamin diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit. Jenis kelamin responden secara keseluruhan didominasi oleh pria dengan proporsi sebesar 55 persen dan sisanya adalah wanita. Jumlah dan proporsi menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah dan Proporsi menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Lancar
Menunggak
Total
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Pria 16 20 28 35 44 55 Wanita 19 23.75 17 21.25 36 45 35 43.75 45 56.25 80 100 Total Proporsi wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria dalam mengembalikan kredit secara lancar yaitu sebesar 23.75 persen. Begitu juga sebaliknya, proporsi debitur pria lebih besar dalam melakukan tunggakan kredit yaitu sebesar 35 persen. Proporsi yang berbeda tersebut diduga bahwa jenis kelamin sangat mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit. b) Usia Usia mempengaruhi anggota untuk berpikir dan melakukan keputusan yang bijaksana dalam melakukan sebuah keputusan atau pun tindakan. Bertambahnya usia maka pengalaman hidup dalam menghadapi dan memecahkan suatu masalah semakin banyak. Usia responden pada penelitan ini berada pada kisaran 16 tahun sampai 60 tahun. Sebagian besar reponden berada pada kisaran usia dibawah 35 tahun yaitu mencapai 50 persen dari seluruh responden yang ada. Pada kisaran usia tersebut, proporsi responden menunggak lebih besar dibandingkan proporsi responden lancar. Angka ini menunjukkan bahwa pembinaan CU Merdeka pada kelompok usia ini harus dilakukan dengan lebih hati-hati, karena adanya peluang tunggakan
yang lebih tinggi. Dapat dilihat bahwa semakin tinggi usia anggota proporsi anggota lancar dan menunggak mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan semakin tinggi usia anggota diduga anggota untuk melunasi kreditnya lebih baik. Jumlah dan proporsi responden usia dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah dan Proporsi menurut Usia Lancar
Usia (Tahun) ≤ 35 36-46 47-57 ≥58 Total
Jumlah 16 13 4 2 35
Menunggak
(%) 20 16.25 5 2.5 43.75
Jumlah 24 17 2 2 45
(%) 30 21.25 2.5 2.5 56.25
Total Jumlah 40 30 6 4 80
(%) 50 37.5 7.5 5 100
c) Status Pernikahan Status pernikahan mempengaruhi anggota untuk mengambil keputusan dalam mengembalikan kredit. Pada umumnya apabila seseorang telah menikah maka tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya semakin tingggi. Maka, anggota yang sudah menikah diduga mempengaruhi tingkat pengembalian kredit dengan lancar. Dilihat pada Tabel 7 responden telah menikah sebanyak 90 persen dan jumlah yang mengalami penunggakan adalah responden yang telah menikah sebesar 55 persen. Jumlah dan proporsi menurut status pernikahan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah dan Proporsi menurut Status Pernikahan Status Menikah Belum Menikah Total
Lancar Jumlah (%) 28 35 7 8.75 35 43.75
Menunggak Jumlah (%) 44 55 1 1.25 45 56.25
Total Jumlah (%) 72 90 8 10 80 100
d) Tingkat Pendidikan Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan lebih disiplin dan bertanggung jawab dalam menjalankan kewajibannya. Begitu juga dalam pengembalian kredit, semakin tinggi pendidikan anggota maka diduga
semakin besar juga rasa tanggung jawabnya untuk mengembalikan kredit dengan lancar. Tingkat pendidikan responden berkisar antara lulusan SD sampai Diploma. Jumlah dan proporsi menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah dan Proporsi menurut Tingkat Pendidikan Lancar Tingkat Pendidikan SD SLTP SMA Diploma Total
Jumlah 1 5 25 4 35
Menunggak
(%) Jumlah 1.25 2 6.25 10 31.25 31 5 2 43.75 45
Total
(%) Jumlah 2.5 3 12.5 15 38.75 56 2.5 6 56.25 80
(%) 3.75 18.75 70 7.5 100
Sebagian besar responden adalah lulusan SMA yaitu 70 persen dari seluruh responden yang ada. Tingkat pendidikan sebagian responden sudah tergolong baik karena wilayah Desa Merdeka dekat dengan pusat pemerintahan Kabupaten Karo. Dari hasil Tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa anggota yang paling banyak menunggak yaitu anggota yang berpendidikan SMA sebesar 56 persen dari total responden. e) Jumlah Tanggungan Dalam Keluarga Jumlah anggota keluarga yang harus ditanggung kebutuhan hidupnya oleh seorang kepala keluarga mempengaruhi besarnya pengeluaran dalam keluarga tersebut. Semakin banyak tanggungan dalam keluarga secara otomatis kebutuhan hidup keluarga semakin besar sehingga biaya yang dikeluarkan juga semakin tinggi sehingga proporsi pendapatan yang harus dibelanjakan semakin besar. Hal tersebut diduga akan mengurangi kemampuan anggota dalam membayar anggsuran kredit. Jumlah tanggungan responden mulai dari 0 sampai 6 orang. Jumlah dan proporsi menurut jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada Tabel 9. Proporsi terbesar dimiliki oleh responden dengan tanggungan keluarga sebanyak 1 sampai tiga orang yaitu mencapai 61,25 persen dari seluruh responden yang ada. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar anggota merupakan keluarga kecil dimana hanya terdapat satu orang sampai tiga orang anak yang
harus dibiayai. Dari Tabel 9 proporsi anggota yang lancar dan menunggak dapat dikatakan tidak ada perbedaan pada kisaran jumlah anggota keluarga. Tabel 9. Jumlah dan Proporsi menurut Jumlah Tanggungan dalam Keluarga Lancar Jumlah (%)
Tanggungan Keluarga 0 ≤3 4–6 Total
8 20 7 35
10.00 25.00 8.75 43.75
Menunggak Jumlah (%) 4 29 12 45
5.00 36.25 15.00 56.25
Total Jumlah (%) 12 49 19 80
15.00 61.25 23.75 100.00
6.3.3 Perbandingan Karakteristik Usaha Responden Karakteristik usaha responden yang mempengaruhi pengembalian kredit diidentifikasi jenis usaha, faktor Pengalaman usaha dan total pendapatan bersih sebagai berikut : a) Jenis Usaha Jenis usaha diduga berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit karena setiap usaha memiliki resiko yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi kemampuan anggota untuk membayar angsuran kredit. Usaha on farm diduga memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan dengan usaha off farm sehingga off farm diharapkan akan lebih lancar dalam mengembalikan kredit. Jumlah dan proporsi menurut jenis usaha dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Jumlah dan Proporsi menurut Jenis Usaha Lancar
Menunggak
Total
Jenis Usaha On Farm Off Farm Total
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) 25 31.25 40 50 65 81.25 10 12.5 5 6.25 15 18.75 35 43.75 45 56.25 80 100
Permasalahan pengembalian kredit yang timbul akibat jenis usaha anggota yang berisiko tinggi dapat diatasi dengan memberikan pengarahan kepada anggota agar meningkatkan cadangan dana yang dapat digunakan untuk membayar
kewajiban-kewajiban usaha yang tidak dapat ditangguhkan pada saat usaha mengalami risiko besar sehingga tidak terjadi penunggakan pengembalian kredit. Jenis usaha responden sebanyak 81,25 persen adalah on farm dan sisanya adalah off farm. Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa proporsi anggota lancar dan menunggak pada masing-masing usaha baik on farm maupun usaha off farm memiliki tren yang sama. b) Lama Usaha Lama usaha anggota diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin lama usaha maka pemahaman dan kemampuan anggota dalam mengelola usaha tersebut sudah baik sehingga mendukung keberhasilan usaha yang dikelola. Keberhasilan usaha tersebut dapat menjamin perolehan pendapatan atau keuntungan sebagai sumber biaya hidup dan memberikan peluang yang lebih besar dalam meningkatkan kemampuan mengembalikan kredit secara lancar. Jumlah dan proporsi menurut lama usaha dapat dlihat pada Tabel 11. Lama usaha anggota CU Merdeka yang menjadi responden dalam penelitian ini berkisar antara satu tahun hingga 40 tahun. Proporsi terbesar dimiliki oleh responden lebih dari 16 tahun. Tren proporsi anggota lancar dan menunggak yang sama untuk setiap lama usaha diduga
tidak ada perbedaan pengaruh yang
diberikan oleh faktor lama usaha terhadap kelancaran pengembalian kredit CU Merdeka. Tabel 11. Jumlah dan Proporsi menurut Lama Usaha Lama Usaha ≤5 6-10 11 – 15 ≥16 Total
Lancar Jumlah 9 8 7 11 35
(%) 11.25 10 8.75 13.75 43.75
Menunggak Jumlah 10 12 10 13 45
(%) 12.5 15 12.5 16.25 56.25
Total Jumlah 19 20 17 24 80
(%) 23.75 25 21.25 30 100
c) Total Pendapatan Per Bulan Pendapatan Per Bulan yang diterima oleh anggota diduga mempengaruhi pengembalian kredit secara lancar. Pendapatan per bulan anggota diperoleh setelah pendapatan kotor dikurangi biaya produksi dan biaya lainnya. Semakin tinggi pendapatan bersih maka semakin besar peluang anggota untuk membayar kewajibannya. Dilihat dari responden pendapatan anggota berkisar dari enam ratus ribu sampai dengan tiga juta rupiah. Jumlah dan proporsi menurut pendapatan per bulan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Jumlah dan Proporsi menurut Pendapatan Per Bulan Lancar
Menunggak
Total
Pendapatan Per Bulan (Rp) ≤ 1.000.000 1.000.001-2.000.000 ≥2.000.001 Total
Jumlah 4 24 7 35
(%) Jumlah 5 0 30 45 8.75 0 43.75 45
(%) Jumlah 0 0 56.25 69 0 0 56.25 80
(%) 5 86.25 8.75 100
Pendapatan bersih anggota yang menjadi responden dalam peneilitian ini didominasi pada kisaran satu juta rupiah sampai dengan dua juta rupiah. Seluruh responden yang mengalami kredit macet memiliki pendapatan bersih berada pada pendapatan satu juta rupiah sampai dengan dua juta rupiah. 6.3.4 Perbandingan Karakteristik Kredit Responden Ketegori kelancaran pengembalian kredit diidentifikasi karakteristik kreditnya berdasarkan nilai plafon kredit, tujuan kredit, pengalaman/frekuensi menerima kredit dan nilai agunan kredit adalah sebagai berikut: a) Plafon Pinjaman Plafon pinjaman adalah jumlah kredit yang diberikan oleh CU Merdeka sebagai kredit kepada anggota dalam bentuk mata uang rupiah. Nilai plafon pinjaman diduga berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin besar nilai plafon yang diterima akan memperbesar beban angsuran dan bunga yang harus dibayar sehingga menurunkan peluang pengembalian kredit secara lancar. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah dan
proporsi responden anggota lancar dan menunggak CU Merdeka menurut plafon pinjaman dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Jumlah dan Proporsi Menurut Plafon Pinjaman Lancar
Menunggak
Total
Plafon Pinjaman ≤ 2.000.000 2.000.001 -4.000.000 4.000.001 - 10.000.000 ≥ 10.000.001 Total
Jumlah 3 12 12 8 35
(%) Jumlah 3.75 13 15 15 15 13 10 4 43.75 45
(%) Jumlah 16.25 16 18.75 27 16.25 25 5 12 56.25 80
(%) 20 33.75 31.25 15 100
Nilai plafon pinjaman yang diterima responden berkisar antara lima ratus ribu sampai dengan lima puluh juta rupiah. Proporsi tersebut mengindikasikan bahwa CU Merdeka mengejar target realisasi kredit dengan menyalurkan kredit tersebut dengan memberikan plafon yang cukup besar. Proporsi terbesar anggota lancar menerima kredit dengan plafon dua juta sampai dengan sepuluh juta rupiah dan sebagian anggota yang menunggak menerima kredit dengan plafon yang tinggi mulai dari dua juta rupiah ke atas. Namun anggota yang menunggak juga memiliki proporsi yang besar dibawah plafon dua juta dibandingkan dengan anggota kredit lancar. b) Tujuan Pinjaman Tujuan pinjaman diduga berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian kredit. Kredit yang digunakan sebagai modal usaha diharapkan memiliki peluang lebih besar untuk melakukan pengembalian kredit lancar. Tujuan pinjaman yang memiliki proporsi paling besar yaitu pinjaman produktif sebesar 62 persen dan sisanya adalah pinjaman kesejahteraan. Penurunan proporsi anggota lancar dan menunggak pada masing-masing tujuan kredit menunjukkan tren yang sama pada anggota tersebut sangat berbeda. Jumlah dan proporsi menurut tujuan pinjaman dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Jumlah dan Proporsi menurut Tujuan Pinjaman Lancar
Menunggak
Total
Tujuan Pinjaman Pinjaman Produktif Pinjaman Kesejahteraan Total
Jumlah (%) 19 23.75
Jumlah 43
16 20 35 43.75
2 45
(%) Jumlah 53.75 62 2.5 56.25
18 80
(%) 77.5 22.5 100
c) Frekuensi Pinjaman Frekuensi pinjaman mengindikasikan bahwa semakin sering anggota meminjam maka debitur akan lebih memahami bagaimana pola kredit yang diambil
dan
bagaimana
menggunakannya.
Frekuensi
pinjaman
diduga
berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit. Frekuensi pinjaman responden berkisar antara satu sampai 13 kali. Frekuensi pinjaman responden berkisar antara satu sampai 13 kali peminjaman di CU Merdeka. Proporsi terbesar dimiliki oleh responden tiga sampai enam kali yaitu sebesar 66,25 persen. Pada kelompok ini responden lancar dan menunggak merupakan yang terbesar. Frekuensi pinjaman yang lebih tinggi juga memiliki responden lancar dan menunggak relatif sedikit. Jumlah dan proporsi menurut frekuensi pinjaman dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Jumlah dan Proporsi menurut Frekuensi Pinjaman Lancar
Frekuensi Pinjaman ≤2 3–6 ≥7 Total
Jumlah 4 20 11 35
Menunggak
(%) 5 25 13.75 43.75
Jumlah 9 33 3 45
(%) 11.25 41.25 3.75 56.25
Total Jumlah 13 53 14 80
(%) 16.25 66.25 17.5 100
d) Nilai Jaminan Jaminan merupakan jaminan tambahan yang disertakan anggota ketika melakukan pinjaman di CU Merdeka. Semakin tinggi nilai jaminan maka rasa memiliki anggota terhadap jaminan tersebut akan semakin besar sehingga akan timbul rasa waspada yang lebih tinggi pada anggota tersebut. Jaminan dapat
berpindah status kepemilikan kepada CU Merdeka jika pengembaliannya tidak lancar. Hal ini mendorong anggota untuk mengembalikan kredit dengan lancar sehingga nilai jaminan diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit. Jumlah dan proporsi menurut nilai jaminan dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Jumlah dan Proporsi menurut Nilai Jaminan Lancar
Menunggak
Total
Nilai Jaminan Jumlah 8 8 2 17 35
≤1.000.000 1.000.001 -2.000.000 2.000.001 - 3.000.000 ≥ 3.000.000 Total
(%) 10 10 2.5 21.25 43.75
Jumlah 23 8 4 10 45
(%) Jumlah (%) 28.75 31 38.75 10 16 20 5 6 7.5 12.5 27 33.75 56.25 80 100
Nilai jaminan terendah yang dimiliki oleh responden adalah sebesar tiga ratus ribu yang berupa tabungan simpanan wajib, sedangkan nilai jaminan tertinggi responden mencapai 65 juta rupiah. Proporsi terbesar dimiliki oleh responden dengan nilai jaminan dibawah satu juta rupiah yaitu mecapai 38,75 persen. 6.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit CU Merdeka Variabel-variabel independent yang diduga mempengaruhi anggota untuk mengembalikan kredit CU Merdeka adalah usia, jenis kelamin, status, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, tingkat pendapatan per bulan, jenis usaha, lama usaha, frekuensi peminjaman, nilai agunan/jaminan, plafon pinjaman dan tujuan pinjaman. Variabel dependent yang akan dilihat terdiri dari dua alternatif pilihan yaitu
anggota
yang
mengembalikan
dengan
lancar
(Y=1)
atau
tidak
lancar/menunggak (Y=0). Dari hasil analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian CU Merdeka pada Tabel 17. Pengujian ini menggunakan tingkat kepercayaan 95 persen dengan taraf nyata (α) sebesar lima persen. Analisis logistik biner ini menghasilkan nilai uji statistik-G adalah sebesar 46,729 dengan P-value = 0.000. Hasil ini menunjukkan bahwa minimal ada satu slope (βi) model
yang bernilai sama dengan nol. Dengan kata lain ada salah satu diantara variabel usia, jenis kelamin, status anggota, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, tingkat pendapatan per bulan, jenis usaha, lama usaha, frekuensi peminjaman, nilai agunan/jaminan, plafon pinjaman dan tujuan pinjaman berpengaruh nyata terhadap pengembalian kelancaran pengembalian kredit di CU Merdeka. Tabel
17.
Hasil Analisis terhadap Faktor-Faktor Pengembalian Kredit pada CU Merdeka
Variabel Independent Konstanta Usia Jenis Kelamin Status Tingkat Pendidikan Jumlah Tanggungan Keluarga Tingkat Pendapatan Per Bulan Jenis Usaha Lama Usaha Frekuensi Nilai Jaminan Plafon Pinjaman Tujuan Pinjaman Statistik G = 46.729
Koefisien -4.72536 0.0346876 1.43251 -3.14826 0.276551 -0.259984 0.0000022 -0.567919 -0.0180558 0.360472 0.0000001 -0.0000001 2.67503
Odds Ratio 1.04 4.19 0.04 1.32 0.77
1.00 0.57 0.98 1.43
1.00 1,00 14.51
yang
Z-hitung -1.37 0.41 1.92 -1.80 0.46 -0.78 2.34 -0.49 -0.20 1.72 1.55 -1.27 2.32
Mempengaruhi
P-value
Hipotesis
0.172 0.683 + 0.055 ** 0.072 ** 0.642 + 0.434 + 0.019* + 0.627 + 0.844 + 0.086** 0.122 + 0.203 0.020* + P-value = 0.000
Keterangan : * signifikan pada taraf 5%, ** signifikan pada taraf 10% Pengujian Goodness of Fit (uji akurasi model) dilakukan dengan memperhatikan nilai sebaran chi-square dari metode uji Pearson, Deviance dan Hosmes & Lemeshow. Nilai p-value pada uji tersebut menunjukkan bahwa tidak semua nilai p-value lebih besar dari 5 persen (α= 0.05) sehingga mengindikasikan bahwa model sudah cukup baik dalam memrepresentasikan data yang ada dan cukup layak untuk digunakan dalam prediksi. Disamping itu, penggunaan taraf nyata sebesar 10 persen masih dimungkinkan untuk mengukur tingkat signifikansi variabel bebas. Adapun variabel-variabel yang signifikan pada taraf nyata lima persen dari hasil analisis regresi logistik biner ada dua variabel yaitu variabel tingkat pendapatan per bulan dan tujuan pinjaman. Hal ini dapat dilihat dari nilai p-value dari variabel-variabel tersebut yaitu 0,019 dan 0,020 dimana nilai masing-masing variabel tersebut lebih kecil dari 5 persen (p< 0,05). Pada taraf nyata 10 persen, variabel bebas yang signifikan dan berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit pada CU Merdeka yaitu variabel jenis kelamin, status pernikahan dan
frekuensi pinjaman. Variabel jenis kelamin memiliki p-value 0,055, variabel status pernikahan 0,072 dan frekuensi pinjaman 0.086 dimana nilai p-value masing-masing tersebut lebih kecil dari 10 persen (p< 0.1). Variabel yang tidak signifikan dan tidak berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit pada CU Merdeka pada taraf nyata lima persen maupun 10 persen adalah usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, jenis usaha, lama usaha, nilai jaminan/agunan dan plafon pinjaman. Pada hasil penelitian Lubis (2009) ternyata memiliki kesamaan variabel yang tidak signifikan pada hasil analisis ini yaitu variabel usia, tingkat pendidikan, jenis usaha, lama usaha dan nilai jaminan. Variabel-variabel yang tidak signifikan pada taraf lima persen dan 10 persen terhadap pengembalian kredit seperti usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, jenis usaha, lama usaha, nilai jaminan/agunan dan plafon pinjaman. Hal ini terjadi karena masih rendahnya pengetahuan anggota untuk mengelola kredit yang baik meski dilihat dari segi usia anggota yang produktif, dan pendidikan anggota yang rata-rata lulusan SMA. Meskipun jumlah anggota yang ditanggung oleh anggota rata-rata tiga orang anak tetapi hal itu tidak mampu membuat anggota melakukan pengembalian kredit secara lancar karena biaya hidup dan biaya produksi pertanian yang semakin tinggi. Jenis usaha dan lama usaha juga tidak mempengaruhi pengembalian kredit secara lancar karena ratarata lahan pertanian anggota tergolong sempit yaitu < 0,5 ha per rumah tangga dan jenis pertanian yang dilakukan merupakan produk pertanian yang berumur pendek seperti usahatani bawang pere, wortel, daun sop dan tanaman lainnya. Nilai jaminan dan plafon juga tidak signifikan karena rata-rata jaminan dan plafon pinjaman berkisar < Rp 2000.000. Jaminan yang digunakan adalah saham yang disimpan di CU Merdeka sehingga tidak membuat anggota lebih takut untuk melakukan penunggakan. Adapun variabel-variabel yang signifikan pada lima persen dan 10 persen adalah variabel tingkat pendapatan per bulan, variabel tujuan pinjaman, jenis kelamin, status pernikahan dan frekuensi pinjaman. Variabel-variabel ini signifikan karena memiliki p-value lebih kecil daripada 0,05 dan 0,1.:
1.
Tingkat Pendapatan Per Bulan Tingkat pendapatan anggota per bulan dihipotesis berdampak positif
terhadap kelancaran pengembalian kredit dan terbukti pada hasil analisis regresi Logistik bernilai positif . Hal ini juga didukung oleh p-value yang lebih kecil daripada taraf nyata yaitu 0,019 dimana lebih kecil dari pada 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan anggota per bulan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kelancaran pengembalian kredit CU Merdeka. Nilai odds ratio untuk variabel tingkat pendapatan per bulan sebesar 1,00 menunjukkan bahwa kenaikan jumlah pendapatan per bulan anggota satu satuan (satu rupiah) akan menyebabkan peningkatan peluang pengembalian kredit dengan lancar sebesar 1,00 kali dari semula (sebelum peningkatan pendapatan per bulan). Seorang anggota yang mengalami peningkatan jumlah pendapatan perbulan dari anggota lain akan berpeluang 1,00 kali lebih besar dalam mengembalikan kredit secara lancar dibanding anggota yang memiliki pendapatan per bulan yang lebih kecil. Pendapatan per bulan memiliki pengaruh terhadap pengembalian kredit karena apabila produk pertanian yang dihasilkan anggota dijual dengan harga yang tinggi maka anggota akan bersemangat untuk membayar kredit. Sebaliknya, apabila harga produk pertanian mereka murah maka anggota akan malas membayar kredit karena kebutuhan sehari-hari harus dipenuhi. 2.
Tujuan Pinjaman Tujuan pinjaman kredit diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran
pengembalian kredit dan koefisien juga bertanda positif. Asumsinya jika tujuan dari pinjaman kredit adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumtif dan kredit digunakan menyimpang dari tujuan modal akan menyebabkan pengembalian angsuran lebih lama. Jadi apabila kredit digunakan untuk konsumsi akan menyebabkan peluang pengembalian kredit secara lancar akan semakin kecil. Nilai p-value juga mendukung yaitu variabel tujuan pinjaman berpengaruh secara signifikan terhadap kelancaran pengembalian kredit karena p-value lebih kecil dari taraf nyata dimana p-valuenya sebesar 0,020.
Adapun nilai odds ratio 14,51 yang artinya apabila peningkatan jumlah anggota yang melakukan pinjaman produktif akan memiliki peluang dalam kelancaran pengembalian sebesar 14,51 dibandingkan dengan pinjaman kesejahteraan.Tujuan pinjaman sangat berpengaruh karena rata-rata anggota melakukan pinjaman untuk membiayai usaha pertanian mereka. Usaha pertanian merupakan usaha yang berisiko tinggi karena harga produk dipasar tidak stabil, biaya produksi tinggi dan sangat berepngaruh terhadap cuaca. Apabila produk pertanian mereka gagal panen ataupun harga jual murah akan menyebabkan anggota tidak mampu membayar angsuran kredit CU Merdeka. 3.
Jenis Kelamin Jenis kelamin berpengaruh signifikan pada taraf nyata 10 persen atau P-
value 0,1 dimana p-valuenya 0,55 dan lebih besar daripada 0,5. Jenis kelamin diduga berpengaruh negatif terhadap pengembalian kredit dengan lancar namun hal itu tidak didukung dengan hasil koefisien yang bertanda positif. Hal ini menandakan bahwa jenis kelamin berpengaruh positif terhadap pengembalian kredit. Adapun nilai odds ratio jenis kelamin 4,19 yang artinya apabila peningkatan jenis kelamin wanita melakukan pinjaman dibandingkan pria akan memiliki peluang pengembalian sebesar 4,19 kali. Hal ini didukung dengan hasil analisis karakteristik responden dimana persentase menunggak pria lebih tinggi dibandingkan wanita yaitu pria 35 persen dan wanita 21,25 persen. Hal ini diduga karena pria merupakan kepala keluarga sehingga harus mengutamakan kebutuhan keluarga dan usahanya. 4.
Status Pernikahan Status pernikahan memiliki p-value yang lebih besar dari taraf nyata lima
persen dan lebih kecil dari 10 persen yaitu 0,072. Dimana status pernikahan signifikan pada p-value 0,1. Status pernikahan diduga berpengaruh negatif terhadap pengembalian kredit dan hal ini didukung oleh hasil Logistik yang berkoefisien negatif. Nilai odds ratio status pernikahan 0.04 yang artinya anggota yang belum menikah memiliki peluang 0,04 kali melakukan pengembalian kredit lancar
dibandingkan dengan anggota yang belum menikah. Hal ini diduga karena anggota yang belum menikah, belum memiliki tanggungan keluarga yang harus dipenuhi. 5.
Frekuensi Pinjaman Frekuensi pinjaman signifikan pada taraf nyata 10 persen (0,1) dimana p-
valuenya sebesar 0,086 dan lebih kecil pada taraf nyata lima persen atau 0,05. Frekuensi pinjaman diduga berpengaruh negatif terhadap pengembalian kredit secara lancar tetapi dari hasil logistik berkoefisien positif. Nilai odds ratio frekuensi pinjaman 14,51 artinya apabila frekuensi anggota melakukan pinjaman meningkat maka peluang untuk mengembalikan pinjaman lancar sebesar 14,51 kali. Hal ini diduga karena anggota sudah mengerti prosedur pinjaman dan cara mengembalikan secara tepat waktu. 6.5 Implikasi Manajerial Mekanisme penyaluran kredit CU Merdeka tidak terlepas dari prinsip 6C yaitu character, capital, capacity, condition of economy, collateral dan constraints. Tetapi prinsip 6 C tersebut belum dilakukan secara optimal. Untuk itu pihak CU Merdeka lebih teliti dalam menilai pengajuan kredit anggota agar tidak terjadi penyimpangan. Analisis kinerja penyaluran kredit yang diberikan oleh CU Merdeka sudah tergolong baik. Akan tetapi ada atribut-atribut yang harus ditingkatkan oleh CU Merdeka dalam keberlangsungan kinerjanya. Adapun atribut-atribut yang harus diperhatikan oleh CU Merdeka yaitu ketelitian dan keakuratan karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya, pelayanan pemberian kredit, kecepatan dan ketepatan karyawan dalam menanggapi masalah dan pengawasan penyaluran kredit. Ketelitian dan keakuratan karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya harus ditingkatkan karena masih ada kesalahan-kesalahan yang dilakukan karyawan dalam menghitung bunga yang harus dibayarkan dan masih banyak coretan pada buku tabungan. Pelayanan pemberian kredit harus ditingkatkan dalam bentuk peningkatan realisasi penyaluran kredit dan mempersingkat waktu pencairan kredit. Pengawasan penyaluran kredit ditingkatkan dengan mengawasi
penggunaan kredit dilapangan agar tidak terjadi penyimpangan penggunaan kredit. Tindakan yang perlu dilakukan CU Merdeka dalam peningkatan pelayanan kredit yaitu dengan memberikan pelatihan-pelatihan dan kursus kepada pengurus dan karyawan agar mampu bekerja lebih kompeten lagi. Dengan adanya pelatihan-pelatihan dan kursus yang diberikan diharapkan pengurus dan karyawan lebih professional dalam menjalankan tugasnya dan lebih mampu mengatasi permasalahan yang terjadi dalam CU Merdeka. Untuk pengawasan kredit diperlukan peningkatan kerjasama antara CU Merdeka dengan anggota dalam bentuk diskusi permasalahan-permasalahan yang dihadapi anggota di lapangan usahanya. Diskusi tersebut diharapkan mampu membantu anggota dalam menggelola kredit secara tepat dan pengurus serta karyawan dapat mengetahui keluhan-keluhan yang dihadapi anggota. Dari hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit CU Merdeka diketahui bahwa terdapat variabel-variabel signifikan yang berpengaruh nyata lima persen terhadap pengembalian kredit pada CU Merdeka. Hasil regresi logistik tersebut adalah variabel tingkat pendapatan perbulan dan variabel tujuan pinjaman. Hal ini dapat dilihat pada p-value
masing-masing
variabel yaitu 0,019 dan 0,020 dimana masing-masing variabel lebih kecil dari 5 persen (p<0,05). Pada taraf nyata 10 persen variabel-variabel yang signifikan yaitu jenis kelamin, status pernikahan dan frekuensi pinjaman dengan p-value masing-masing yaitu 0,055, 0,072 dan 0,086. Tindakan yang perlu dilakukan oleh CU Merdeka berkaitan dengan anggota yang memiliki pendapatan yang rendah dan tujuan penggunaan kredit adalah memberikan pelatihan dan pendidikan terhadap peningkatan kualitas pertanian dan penggunaan kredit secara tepat sasaran. Adapun variabel yang tidak signifikan yang sebaiknya diperhatikan oleh CU Merdeka adalah plafon pinjaman dan jaminan kredit. Pemberian plafon pinjaman yang tinggi dan tidak diimbangi dengan pendapatan per bulan yang tinggi akan merupakan salah satu penyebab terjadinya kredit macet. Hal ini dapat dilihat bahwa dari data karakteristik rata-rata penghasilan anggota per bulan Rp 1.000.000- Rp 2.000.000, serta pengurus juga harus mengimbanginya dengan jumlah jaminan agar kredit macet dapat ditanggulangi. Dengan demikian, untuk
mengantisipasi terjadinya penunggakan kredit, maka pihak pengurus CU Merdeka perlu kiranya mempertimbangkan hal tersebut dalam memberikan kredit kepada calon anggota peminjam.
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Mekanisme penyaluran kredit CU Merdeka sudah berpedoman pada kriteria 6C yaitu character, capital, capacity,
condition of economy, collateral dan
constraints. Meskipun demikian, 6C tersebut belum seutuhnya diterapkan dalam pengajuan kredit. Atribut-atribut yang harus diperhatikan dan ditingkatkan lagi oleh CU Merdeka adalah ketelitian dan keakuratan karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya, pelayanan pemberian kredit, kecepatan dan ketepatan karyawan dalam menanggapi masalah dan pengawasan penyaluran kredit. 2. Faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan pada taraf nyata lima persen dan 10 persen terhadap pengembalian kredit di CU Merdeka adalah tingkat pendapatan per bulan, tujuan pinjaman, jenis kelamin, status pernikahan dan frekuensi pinjaman. Tingkat pendapatan, tujuan pinjaman dan frekuensi pinjaman berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit di CU Merdeka. Sedangkan jenis kelamin dan status pernikahan berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian kredit di CU Merdeka. 3. Implikasi
manajerial
yang
harus
dilakukan
CU
Merdeka
terhadap
penyimpangan yang terjadi pada pengajuan kredit yaitu mengoptimalkan 6C. Tindakan yang perlu dilakukan CU Merdeka dalam peningkatan pelayanan kredit yaitu dengan memberikan pelatihan-pelatihan dan kursus kepada pengurus dan karyawan agar mampu bekerja lebih kompeten. menggelola kredit secara tepat dan pengurus serta karyawan dapat mengetahui keluhankeluhan yang dihadapi anggota. 7.2 Saran Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, maka beberapa saran yang dapat diampaikan antara lain:
1. CU Merdeka hendaknya meningkatkan kualitas manajemennya khususnya mengenai peningkatan kualitas Sumber daya manusia (SDM), pelayanan pemberian kredit, kecepatan dan ketepatan karyawan dalam menanggapi masalah dan pengawasan terhadap penyaluran kredit. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas kinerja CU Merdeka serta mampu menekan kredit macet di CU Merdeka. 2. CU Merdeka hendaknya memperhatikan pendapatan bersih anggota per bulannya, tujuan pinjaman, plafon pinjaman dan nilai jaminan sehingga tunggakan pengembalian kredit dapat ditekan. Hal ini untuk meningkatkan pencapaian kinerja, likiuditas dan profitabilitas CU Merdeka. 3. Diharapkan bagi penelitian lanjutan untuk dapat menemukan solusi agar anggota dapat mengembalikan kreditnya dengan baik sehingga terjadi simbiosis mutualisme antara anggota dengan CU Merdeka.
DAFTAR PUSTAKA Ashari. 2009. Optimalisasi Kebijakan Kredit Program Sektor Pertanian di Indonesia. Jurnal. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Vol 7 No.1 Maret: 21-42 [BI] Bank Indonesia. 2009. Memperkuat Ketahanan, Mendorong Momentum, Pemulihan Ekonomi Nasional dalam Laporan Perekonomian Indonesia. Jakarta: Bank Indonesia [CU] Merdeka. 2009. Laporan Rapat Anggota Tahunan. Desa Merdeka: CU Merdeka [CU] Merdeka. 2010. Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus dan Badan Pengurus CU Merdeka. Desa Merdeka: CU Merdeka [CU] Credit Union Sumut. 2009. Data Statistik. http://www.creditunionsumut.org [20 Mei 2010] Dendawijaya L. 2001. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia. [Deptan] Departemen Pertanian. 2004. Kinerja Sektor Pertanian Tahun 20002003. Jakarta: Departemen Pertanian Engel J. F dkk. 1995. Perilaku Konsumen Jilid 1 Ed ke-6. Jakarta. Binarupa Aksara Firdaus M, Agus E.S. 2004. Perkoperasian Sejarah, Teori dan Praktek. Bogor: Ghalia Indonesia Firdaus M, Farid M.A. 2008. Aplikasi Metode Kuantitatif Terpilih untuk Manajemen dan Bisnis. Bogor : IPB Press Gujarati D. 1997. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari : Basic Econometrics. Hasibuan M. 2008. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hasibuan R. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Macet pada Kredit Usaha Pedesaan (KUPEDES) yang Terkait Sektor Agribisnis (Kasus PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Unit Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Bogor. IPB. Hendrojogi. 2000. Koperasi Azas-Azas, Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada [Kemenkop] Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. 2007. Statistik Koperasi. Jakarta: KemenkopUKM
Khasmir. 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Ed ke-6. Jakarta: PT. Raja Garafindo Persada Kotler P, Kevin L.K. 2007. Manajemen Pemasaran Jilid 2 Ed ke-12. Jakarta.PT. Indeks Lismawati. 2009. Analisis Kinerja Keuangan dan Pelayanan KUD Sumber Alam (kasus: KUD Sumber Alam Dramaga, Kec. Dramaga, Kab. Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Bogor. IPB. Lubis A. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi dan Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kasus : BRI Unit Cibung Bulang). Skripsi Bogor.. IPB. Nawawi H. 2006. Evaluasi dan Manajemen Kinerja di Lingkungan Perusahaan dan Industri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Pamungkas W. C. 2009. Kinerja Keuangan dan Penilaian Nasabah Terhadap Mutu Pelayanan BPR Rama Ganda (Kasus: Pelaku Sektor Perdagangan Pertanian dan Pengusaha Katering). Skripsi. Bogor. IPB. Santy. 2008. Analisis Kinerja dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keanggotaan Koperasi Petani (KOPTAN) Mitra Sukamaju, Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung-Jawa Barat. Skripsi. Bogor.IPB. Soedjono dkk. 2000. Membangun Koperasi Pertanian Berbasis Anggota. Jakarta: LSP2I. Suyatno T, Chali HA, Sukada M, Ananda TY, Marala DT. 2007. Dasar-dasar Perkreditan. Ed ke-4. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Syukur M H, Mayrowani, Sunarsih, Y. Marisa. 2000. Peningkatan Peranan Kredit dalam Menunjang Agribisnis di Pedesaan. Laporan Hasil Penelitian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor Triwibowo D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Bermasalah oleh Nasabah di Sektor Perdagangan Agribisnis (Kasus pada BPR Rama Ganda Bogor). Skripsi. Bogor. IPB. Umar H. 2003. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Jakarta. Ghalia Indonesia. Walpole R. 1995. Pengantar Statistika Ed ke-3. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi pada CU Merdeka
RAT RAPAT ANGGOTA TAHUNAN
Dewan Pimpinan
Ketua
Wakil
Badan Pengawas
Sekretaris
Panitia
Bendahar
Panitia Kredit
Manager
Bendahara
Karyawan
Teller
ANGGOTA
Ketu
Wakil
Sekretari
Lampiran 2. Permohonan Masuk Menjadi Anggota CU Merdeka
Lampiran 3. Surat Permohonan Pinjaman Anggota
Lampiran 4. Surat Perjanjian Pinjaman
Lampiran 5. Kartu Simpanan dan Pinjaman Anggota (KSPA) CU Merdeka
Lampiran 6. Hasil Analisis Regresi Logistik Biner Response Information Variable STATUS PINJAMAN
Value 1 0 Total
Count 35 45 80
(Event)
Logistic Regression Table
Predictor Constant USIA J KELAMIN STATUS PENDIDIKAN TANGGUNGAN KLRG PENDAPATAN PER BLN JENIS USAHA LAMA USAHA FREKUENSI PEMINJAMAN JAMINAN PLAFON TUJUAN PINJAMAN
Coef -4.72536 0.0346876 1.43251 -3.14826 0.276551 -0.259984 0.0000022 -0.567919 -0.0180558 0.360472 0.0000001 -0.0000001 2.67503
SE Coef 3.45993 0.0850417 0.746720 1.74994 0.595523 0.332208 0.0000009 1.17013 0.0915879 0.209950 0.0000001 0.0000001 1.15119
Z -1.37 0.41 1.92 -1.80 0.46 -0.78 2.34 -0.49 -0.20 1.72 1.55 -1.27 2.32
P 0.172 0.683 0.055 0.072 0.642 0.434 0.019 0.627 0.844 0.086 0.122 0.203 0.020
Odds Ratio
95% CI Lower Upper
1.04 4.19 0.04 1.32 0.77 1.00 0.57 0.98 1.43 1.00 1.00 14.51
Log-Likelihood = -31.461 Test that all slopes are zero: G = 46.729, DF = 12, P-Value = 0.000
Goodness-of-Fit Tests Method Pearson Deviance Hosmer-Lemeshow
Chi-Square 90.1280 62.9213 5.3023
DF 67 67 8
P 0.031 0.619 0.725
0.88 0.97 0.00 0.41 0.40 1.00 0.06 0.82 0.95 1.00 1.00 1.52
1.22 18.10 1.33 4.24 1.48 1.00 5.62 1.18 2.16 1.00 1.00 138.57