VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO Faktor-faktor yang diduga akan mempengaruhi pengembalian KUR Mikro adalah usia, jumlah tanggungan keluarga, jarak tempat tinggal nasabah dengan BRI, jenis usaha, omset usaha per enam bulan, RPC per enam bulan, jumlah pinjaman, jumlah angsuran kredit per enam bulan, dan jangka waktu pengembalian. Variabel dependent terdiri dari dua kemungkinan yaitu pengembalian pinjaman secara lancar (Y=1) dan pengembalian pinjaman yang menunggak (Y=0). Pengujian menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 90 persen atau dengan taraf nyata (α) sebesar 10 persen. Tabel 19. Dugaan Parameter Regresi Logistik Berdasarkan Omnibus Tests of Model Coefficients Statistik-G Step 1
df
P-value
Step
27.289
9
.001
Block
27.289
9
.001
Model
27.289
9
.001
Hasil uji G sebesar 0,001 (P < 0,10) pada Tabel 19 menunjukkan bahwa model adalah signifikan dan minimal ada satu variabel independent yang berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian KUR Pengujian akurasi model. Tabel 20. Dugaan Parameter Regresi Logistik Berdasarkan Hosmer and Lemeshow Test Step 1
Chi-square
df 2.246
P-value 8
.973
Hasil pada Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit Test pada Tabel 21 terlihat bahwa p-value lebih dari 0,10 (0,973 > 0,10). Hal ini menunjukkan bahwa model sudah cukup baik untuk digunakan. Untuk melihat pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent dapat dilihat pada Tabel 20.
57
Tabel 21. Hasil Pengolahan Regresi Logistik Mengenai Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUR Mikro pada BRI Unit Lalabata Rilau Koefisien Step 1a Usia
S.E.
W
df
P-value
Odds Ratio
-.091
.072
1.583
1
.208
.913
Jumlah Tanggungan Keluarga
.066
.431
.024
1
.878
1.069
Jarak Rumah dengan
.383
.230
2.771
1
.096
1.467
-5.480
5.301
1.069
1
.301
.004
Omset *
.000
.000
2.847
1
.092
1.000
Repayment Capacity
.000
.000
.286
1
.593
1.000
Jumlah pinjaman
.000
.000
.856
1
.355
1.000
Angsuran
.000
.000
1.013
1
.314
1.000
Jangka Waktu Pengembalian
.072
.135
.284
1
.594
1.075
-5.697
3.739
2.321
1
.128
.003
BRI * Jenis Usaha
Constant
Variabel-variabel yang berpengaruh secara nyata (signifikan) dan tidak berpengaruh (tidak signifikan) dapat diketahui melalui hasil pengolahan regresi logistik. Identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian KUR Mikro dapat dilihat dari p-value variabel yang bersangkutan. Jika nilai sig. dari variabel tersebut lebih kecil dibandingkan α (0,10), maka variabel tersebut berpengaruh secara nyata terhadap pengembalian KUR. Sebaliknya jika nilai sig. dari variabel lebih besar dibandingkan α, maka variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap pengembalian KUR. Pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap pengembalian KUR Mikro adalah variabel jarak tempat tinggal dengan BRI (X3) dan omset usaha (X5). Hal ini terlihat dari nilai P pada masingmasing variabel yaitu 0,096 dan 0,092 dimana nilai tersebut lebih kecil dari α (0,10). Variabel independen yang tidak berpengaruh terhadap pengembalian KUR Mikro yaitu usia, jumlah tanggungan keluarga, jenis usaha, RPC, jumlah pinjaman, jumlah angsuran, dan jangka waktu pengembalian kredit. Variabel58
variabel tersebut memiliki nilai P yang lebih besar dari α (0,10). Koefisien pada setiap variabel independent menunjukkan adanya pengaruh positif atau negatif terhadap variabel dependent. 6.1. Variabel Usia Koefisien variabel usia memiliki nilai negatif, hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambah usia debitur maka tingkat kelancaran pengembalian KUR Mikro akan menurun. Namun, dilihat dari nilai P variabel usia lebih besar dari taraf nyata 0,10 menunjukkan bahwa variabel ini tidak berpengaruh nyata terhadap pengembalian KUR. Nilai odds ratio variabel usia debitur sebesar 0,913 mengindikasikan bahwa nasabah KUR Mikro yang lebih tua satu tahun memiliki tingkat pengembalian secara lancar 0,913 kali lipat lebih kecil dibandingkan dengan nasabah lainnya yang lebih muda. Hasil analisis regresi logistik tidak sesuai dengan hipotesis awal dimana peningkatan usia berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit. Kesimpulan ini didukung oleh analisis deskriptif dimana rata-rata usia debitur yang lebih muda mendominasi nasabah yang mengembalikan pinjaman secara lancar walaupun perbedaan usia tersebut tidak begitu besar dan dapat dikatakan hampir sama. Hal ini menunjukkan bahwa usia muda adalah usia produktif dimana seseorang selalu belajar menjalankan usaha dengan baik dan juga pada usia tersebut seseorang dapat lebih menerima dan memahami peraturan yang diberikan oleh pihak bank mengenai KUR. Di BRI Unit Lalabata Rilau banyak usia produktif yang menjadi nasabah karena banyak di antara mereka yang baru membuka usaha untuk memenuhi kebutuhan keluarganya pada tingkat usia produktif. 6.2. Variabel Jumlah Tanggungan Keluarga Variabel jumlah tanggungan keluarga memiliki nilai koefisien positif, artinya semakin besar jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki debitur maka tingkat kelancaran pengembalian KUR Mikro akan meningkat. Nilai P pada variabel ini lebih besar dari taraf nyata 0,10 yaitu sebesar 0,878 yang menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh secara nyata terhadap peluang pengembalian KUR Mikro. Nilai odds ratio pada variabel
59
jumlah tanggungan keluarga sebesar 1,069 menunjukkan bahwa nasabah KUR Mikro yang jumlah tanggungan keluarganya lebih besar sebanyak satu orang memiliki tingkat pengembalian secara lancar 1,069 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan nasabah yang jumlah tanggungan keluarganya lebih sedikit. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis sebelumnya dimana peningkatan jumlah keluarga akan memperkecil peluang untuk mengembalikan pinjaman secara lancar. Hal ini juga sesuai dengan analisis deskriptif dimana rata-rata jumlah tanggungan keluarga pada debitur lancar sama dengan debitur yang menunggak. Jumlah tanggungan keluarga tidak menjadi masalah bagi nasabah KUR Mikro di BRI Unit Lalabata Rilau karena sebagian besar dari mereka membayar angsuran dikurangi dari pendapatan kotor yang dihasilkan, bukan dari sisa pendapatan bersih yang telah dikurangi pengeluaran untuk sehari-hari. 6.3. Variabel Jarak Tempat Tinggal Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, variabel jarak tempat tinggal dengan BRI memiliki nilai koefisien positif, artinya semakin jauh tempat tinggal debitur dengan BRI maka tingkat kelancaran pengembalian KUR Mikro akan meningkat. Variabel jarak tempat tinggal berpengaruh secara nyata terhadap pengembalian KUR karena nilai P variabel lebih kecil dari taraf nyata 0,10. Nilai odds ratio pada variabel jarak tempat tinggal sebesar 1,467 mengindikasikan bahwa nasabah KUR Mikro yang tempat tinggalnya lebih jauh satu km dari BRI Unit Lalabata Rilau memiliki tingkat pengembalian secara lancar 1,467 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan nasabah lain yang tempat tinggalnya lebih dekat. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis awal dimana semakin jauh jarak tempat tinggal dengan BRI Unit Lalabata Rilau akan mengurangi peluang kelancaran pengembalian KUR Mikro. Hal ini sesuai dengan analisis deskriptif sebelumnya dimana rata-rata jarak tempat tinggal nasabah yang melakukan pengembalian secara lancar lebih jauh dibandingkan dengan yang menunggak. Akses antara tempat tinggal nasabah dengan BRI Unit Lalabata Rilau terbilang baik, sarana transportasi umum pun tersedia dan tidak menyulitkan nasabah yang bertempat tinggal jauh untuk membayar angsuran kredit. Namun, tempat tinggal nasabah KUR Mikro BRI Unit Lalabata Rilau yang jauh bisa mencapai 10 km. Hal ini akan memakan waktu yang lebih lama dan biaya lebih besar bagi pihak 60
BRI untuk mendatangi rumah mereka jika terjadi tunggakan. Oleh karena itu, nasabah yang bertempat tinggal jauh lebih disiplin untuk membayar angsuran karena mereka khawatir pihak BRI tidak akan memberikan kredit lagi. 6.4. Variabel Jenis Usaha Koefisien variabel jenis usaha bernilai negatif menunjukkan bahwa tingkat pengembalian KUR Mikro secara lancar yang dimiliki oleh nasabah usaha off farm (bernilai 1) lebih rendah dibandingkan dengan nasabah usaha on farm (bernilai 0). Nilai P pada variabel jenis usaha lebih besar dari taraf nyata 0,10 yang artinya variabel tersebut tidak berpengaruh secara nyata terhadap kelancaran pengembalian kredit. Nilai odds ratio variabel jenis usaha sebesar 0,004 menunjukkan bahwa nasabah KUR Mikro yang jenis usahanya off farm memiliki tingkat pengembalian secara lancar 0,004 kali lipat lebih rendah dibandingkan dengan nasabah on farm. Hasil ini berbeda dengan hipotesis awal dimana usaha off farm akan lebih lancar dalam mengembalikan pinjaman dibandingkan dengan usaha on farm. Pada analisis deskriptif juga terlihat bahwa nasabah pertanian on farm yang lancar lebih besar jumlahnya. Hal ini disebabkan nasabah KUR Mikro di bidang pertanian on farm merupakan nasabah yang termasuk dalam sebuah kelompok tani yang sudah dipercaya oleh pihak BRI untuk diberikan KUR Mikro. Ketua kelompok tani tersebut sudah beberapa kali memperoleh KUR Mikro maupun Kupedes, sehingga ketua kelompok tani mengajukan kredit kepada BRI Unit Lalabata Rilau untuk anggota kelompok taninya. Pihak BRI akan sulit memberikan kredit kepada nasabah pertanian on farm yang belum dipercaya karena tingkat risiko kegagalan padi cukup tinggi. 6.5. Variabel Omset Usaha Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa variabel omset usaha per enam bulan memiliki koefisien positif, artinya semakin besar jumlah omset usaha yang dimiliki debitur maka tingkat kelancaran pengembalian KUR Mikro akan meningkat. Variabel omset usaha berpengaruh secara nyata tehadap kelancaran pengembalian KUR Mikro. Hal ini dapat dilihat dari nilai P variabel tersebut yang lebih kecil dari taraf nyata 0,10. Odds ratio variabel omset usaha
61
bernilai 1,000 menunjukkan bahwa nasabah KUR Mikro yang jumlah omsetnya lebih besar satu rupiah memiliki tingkat pengembalian secara lancar 1,000 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan nasabah lainnya. Hasil ini sesuai dengan hipotesis awal dimana semakin besar omset usaha seorang nasabah akan meningkatkan peluang nasabah melakukan pengembalian kredit secara lancar. Analisis regresi logistik ini juga sesuai dengam analisis deskriptif sebelumnya bahwa debitur yang memiliki omset lebih besar akan memiliki peluang yang lebih besar dalam kelancaran pengembalian kredit. Hal ini berkaitan dengan prinsip Capacity (kemampuan) dimana faktor omset usaha merupakan salah satu faktor yang sangat dipertimbangkan dalam analisis kredit. Jumlah omset yang besar menunjukkan bahwa usaha tersebut berjalan dengan baik. Omset usaha berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian kredit, padahal omset usaha merupakan penghasilan kotor nasabah. Hal ini disebabkan oleh perilaku nasabah KUR Mikro di BRI Unit Lalabata Rilau yang sebagian besar membayar angsuran KUR Mikro langsung dikurangi dari pendapatan kotor yang dihasilkan, bukan dari sisa pendapatan bersih yang telah dikeluarkan untuk pengeluaran rumah tangga dan biaya lainnya. 6.6. Variabel Nilai RPC Nilai koefisien positif pada variabel nilai RPC per enam bulan menunjukkan bahwa semakin besar nilai RPC yang dimiliki debitur maka tingkat kelancaran pengembalian KUR Mikro akan meningkat. Hasil menunjukkan bahwa nilai P lebih besar dari taraf nyata 0,10 yang artinya nilai RPC tidak berpengaruh secara nyata terhadap kelancaran pengembalian KUR Mikro. Nilai odds ratio variabel nilai RPC sebesar 1,000 menunjukkan bahwa nasabah KUR Mikro yang nilai RPC nya lebih besar satu rupiah memiliki tingkat pengembalian secara lancar 1,000 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan nasabah lainnya. Hasil ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa nilai RPC berpengaruh secara positif terhadap kelancaran pengembalian KUR Mikro. Pada analisis deskriptif juga terlihat bahwa rata-rata nilai RPC pada nasabah lancar lebih besar dibandingkan dengan nasabah menunggak. RPC merupakan faktor yang diturunkan dari prinsip Capacity (kemampuan) dimana nilainya adalah 75 persen dari penghasilan bersih nasabah. Kesimpulannya, nilai RPC yang besar 62
menunjukkan besarmya jumlah penghasilan bersih seorang nasabah. Penghasilan bersih dan RPC yang jumlahnya lebih besar mengindikasikan bahwa nasabah tersebut dapat mengatur penerimaan dan pengeluarannya dengan baik. RPC tidak berpengaruh nyata terhadap pengembalian KUR Mikro karena sebagian besar nasabah KUR Mikro di BRI Unit Lalabata Rilau membayar angsuran kredit dikurangi dari penghasilan kotor yang diperoleh nasabah dari usahanya. 6.7. Variabel Jumlah Pinjaman Koefisien jumlah pinjaman bernilai positif menunjukkan bahwa semakin besar jumlah pinjaman seorang debitur maka tingkat kelancaran pengembalian KUR Mikro akan meningkat. Variabel jumlah pinjaman tidak berpengaruh secara nyata terhadap kelancaran pengembalian KUR Mikro yang ditunjukkan dengan nilai P lebih besar dari taraf nyata 0,10. Nilai odds ratio pada jumlah pinjaman yang sebesar 1,000 mengindikasikan bahwa nasabah KUR Mikro yang jumlah pinjamannya lebih besar satu rupiah memiliki tingkat pengembalian secara lancar 1,000 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan nasabah lainnya. Hasil analisis regresi logistik ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa jumlah pinjaman secara negatif berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian KUR Mikro. Kenyataan ini didukung oleh hasil analisis deksriptif dimana jumlah debitur lancar yang meminjam KUR Mikro lebih dari 10 juta rupiah memiliki proporsi terbesar dalam penelitian. Namun, debitur dengan pinjaman kurang dari lima juta rupiah memiliki proporsi terbesar pada kategori debitur yang menunggak sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah pinjaman yang lebih besar tidak terlalu berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian KUR Mikro.Hal ini mengindikasikan bahwa pihak bank tidak akan memberikan kredit dalam jumlah yang lebih besar jika usahanya dinilai berisiko tinggi dan omset maupun RPC yang dimiliki nasabah jumlahnya kecil. 6.8. Variabel Jumlah Angsuran Hasil regresi logistik menunjukkan bahwa variabel jumlah angsuran memiliki nilai positif, artinya semakin besar jumlah angsuran yang harus dibayarkan seorang debitur maka tingkat kelancaran pengembalian KUR Mikro akan meningkat. Namun, variabel jumlah angsuran tidak berpengaruh secara nyata
63
terhadap kelancaran pengembalian KUR Mikro karena nilai P variabel jumlah angsuran lebih besar dari taraf nyata 0,10. Nilai odds ratio variabel jumlah angsuran bernilai 1,000 menunjukkan bahwa nasabah KUR Mikro yang jumlah angsuran kreditnya lebih besar satu rupiah memiliki tingkat pengembalian secara lancar 1,000 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan nasabah lainnya. Hasil analisis regresi logistik ini berbeda dengan hipotesis sebelumnya dimana jumlah angsuran dianggap mempengaruhi kelancaran pengembalian KUR Mikro secara negatif. Hal tersebut didukung oleh analisis deskriptif dimana nasabah menunggak sebagian besar berkewajiban membayar angsuran kurang dari dua juta rupiah per enam bulan, bahkan tidak ada nasabah menunggak pada kisaran jumlah angsuran yang lebih dari empat juta rupiah. Pada nasabah lancar, sebagian besar berada pada kisaran jumlah angsuran sebesar dua sampai empat juta rupiah per enam bulan dan bahkan nasabah pada kisaran angsuran lebih dari empat juta rupiah jumlahnya cukup besar. Berdasarkan fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa pihak bank menyepakati jumlah angsuran yang harus dibayarkan oleh nasabah berdasarkan kemampuan nasabah tersebut dalam mengembalikan pinjamannya yang dapat dilihat dari nilai RPC nasabah maupun dari besarnya jumlah omset yang diterima oleh nasabah. Jumlah angsuran per bulan yang lebih kecil dapat disebabkan oleh plafon kredit yang disetujui oleh pihak bank kepada nasabah lebih kecil dan jangka waktu pengembalian yang diberikan kepada nasabah lebih lama. 6.9. Variabel Jangka Waktu Pengembalian Kredit Koefisien variabel jangka waktu pengembalian adalah positif, artinya semakin lama jangka waktu pengembalian kredit seorang debitur maka tingkat kelancaran pengembalian KUR Mikro akan meningkat. Namun, variabel jangka waktu pengembalian kredit tidak berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian KUR Mikro karena nilai P variabel tersebut lebih besar dari taraf nyata 0,10. Pernyataan ini dibuktikan dengan analisis deskriptif sebelumnya dimana proporsi terbesar jumlah debitur lancar maupun menunggak masingmasing berada pada kisaran jangka waktu 24 hingga 36 bulan. Oleh karena itu, variabel
jangka
waktu
pengembalian
tidak
mempengaruhi
kelancaran
pengembalian KUR Mikro. Nilai odds ratio sebesar 1,075 menunjukkan bahwa 64
nasabah KUR Mikro yang jangka waktu pengembalian kreditnya satu bulan lebih lama memiliki tingkat pengembalian secara lancar 1,000 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan nasabah lainnya. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian sebelumnya dimana jangka waktu pengembalian kredit berpengaruh positif terhadap pengembalian KUR Mikro secara lancar. Hal ini juga didukung oleh analisis deskriptifyang menunjukkan bahwa rata-rata nasabah baik lancar maupun menunggak diberikan waktu pengembalian kredit antara 24 hingga 36 bulan atau dua hingga tiga tahun. Hasil yang sama pada kedua kategori pengembalian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang nyata antara jangka waktu pengembalian kredit dengan tingkat pengembalian kredit.
65