VI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN AGRIBISNIS 6.1.
Uji Kelayakan Persamaan Sebuah persamaan regresi logistik akan dinyatakan layak dan signifikan apabila
telah memenuhi persyaratan uji persamaan yang dapat dilakukan dengan menggunakan omnibus test dan hosmer-lemeshow test. Tabel 10 menunjukkan hasil uji kelayakan persamaan dengan omnibus test dan hosmer-lemeshow test. Tabel 10. Uji Kelayakan Persamaan dengan Omnibus Test dan Hosmer-
Lemeshow
Test Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square
Df
Sig.
28.674
8
0.000
Block
28.674
8
0.000
Model
28.674
8
0.000
Step 1 Step
Hosmer and Lemeshow Test Step
Chi-square
Df
Sig.
1
10.402
8
0.238
Model Summary Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1
39.356
0.436
0.587
Berdasarkan hasil pengolahan data pada Tabel 10 maka dapat terlihat bahwa nilai -2 Log likelihood sebesar 39.356 dan nilai signifikasinya 0.000. Nilai -2 Log likelihood tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai chi-square tabel dengan df N-1, (N adalah jumlah responden = 50). Persamaan dapat dinyatakan layak apabila nilai -2 Log likelihood lebih kecil dari nilai chi-square tabel. Nilai chi-square tabel dengan df sebesar 49 adalah 66.33. Perbandingan kedua nilai chi-square tersebut menunjukkan bahwa nilai -2 Log likelihood (39.356) lebih kecil dibandingkan dengan nilai chi-square tabel (66.33), hal ini menunjukkan bahwa persamaan dinyatakan layak dan dapat diinterpretasikan.
Metode lain yang dapat digunakan untuk menguji kelayakan persamaan adalah dengan menggunakan hosmer-lemeshow test, tetapi terdapat perbedaan dengan omnibus test. Hosmer-lemeshow test digunakan untuk melihat apakah terdapat kesesuaian antara data empiris dengan persamaan. Tujuannya adalah untuk memastikan tidak adanya perbedaan antara data empiris dengan persamaan. Tahapan yang dilakukan adalah dengan membandingkan
antara
nilai
chi-square
dengan
nilai
chi-square
tabel
atau
membandingkan nilai signifikasinya dengan taraf alpha 5 persen (0,05). Persamaan dapat dinyatakan layak apabila nilai chi-square hosmer-lemeshow test lebih kecil dari nilai chisquare tabel df 8 atau nilai signifikasinya lebih besar dari taraf alpha 5 persen (0,05). Berdasarkan Tabel 10, nilai chi-square hosmer-lemeshow (10.402) ternyata lebih kecil dari nilai chi-square tabel dengan df 8 (15,51) dan nilai signifikasinya 0.238 lebih besar dari taraf alpha 5 persen (0,05), artinya terdapat perbedaan jika memasukkan semua variabel. Oleh karena itu, persamaan yang dibangun sudah layak dan dapat diinterpretasikan. 6.2.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Pembiayaan Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengembalian pembiayaan agribisnis
pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Depok yang terdiri dari faktor usia, tingkat pendidikan, tanggungan keluarga, pemahaman akad, pendapatan usaha, lama usaha, jenis usaha, dan fasilitas pembiayaan. Faktor-faktor tersebut digolongkan kedalam tiga golongan, yaitu karaktersitik individu, karakteristik usaha dan karakteristik pembiayaan. Hasil pengolahan data penelitian yang dilakukan dengan mempergunakan alat bantu program komputer SPSS.16 untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian pembiayaan Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu dengan regresi logistik dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Pembiayaan
Karakteristik
B
Sig.
Exp (B)
Usia (X1)
0.018
0.757
1.018
Pendidikan Terakhir (X2)
0.202
0.677
1.223
Jumlah Tanggungan (X3)
-0.640
0.006
0.527
Pemahaman Akad (X4)
0.107
0.942
1.113
Pendapatan Usaha (X5)
0.000
0.004
1.000
Lama Usaha (X6)
0.287
0.024
1.332
Jenis Usaha (X7)
-0.171
0.005
0.843
Frekuensi Pembiayaan (X8)
0.117
0.866
1.125
Constant (B0)
-1.553
0.563
0.212
Berdasarkan hasil pengolahan dengan regresi logistik, maka dapat diketahui pengaruh variabel-variabel penjelas terhadap pengembalian pembiayaan agribisnis. Tabel 11 menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian pembiayan dapat berpengaruh positif dan negatif. Secara matematis, hubungan antara variabel penjelas dengan variabel respon dapat dirumuskan sebagai berikut: Y=
0.018X1 + 0.202X2 – 0.640X3 + 0.107X4 + 0.000X5 + 0.287X6 – 0,171X7 +
0,117X8 – B0 Persamaan matematis tersebut menunjukkan bahwa variabel usia, pendidikan terakhir, pemahaman akad, omset, lama usaha dan frekuensi pembiayaan berpengaruh positif terhadap pengembalian pembiayaan agribisnis, hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi usia (41 – 45), semakin tinggi pendidikan, semakin memahami akad pembiayaan, semakin tinggi omset, semakin lama usaha dan semakin banyak frekuensi pembiayaan atau kredit yang diberikan oleh bank akan menyebabkan peluang pengembalian pembiayaan yang semakin lancar. Sedangkan variabel-variabel yang berpengaruh negatif terhadap pengembalian pembiayaan terdiri dari jumlah tanggungan keluarga dan jenis usaha. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin banyak jumlah tanggungan, dan semakin tinggi risiko jenis usaha, akan mengakibatkan nasabah memiliki peluang mengalami penunggakan angsuran dalam mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya. Kondisi ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Utomo (2010) yang menyatakan bahwa usia, pemahaman akad, omset dan lama usaha berpengaruh positif terhadap pengembalian pembiayaan agribisnis, Sedangkan variabel-variabel yang
berpengaruh negatif terhadap pengembalian pembiayaan terdiri dari pendidikan terakhir, jumlah tanggungan keluarga, jenis usaha, margin dan frekuensi pembiayaan. Mulyarto (2009) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR melalui studi kasus nasabah BRI Unit Leuwiliang, menyimpulkan bahwa hasil analisisnya menunjukkan bahwa faktor pendapatan, frekuensi pengambilan kredit, lama usaha, dan modal usaha mempengaruhi realisasi kredit pada bank tersebut. Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil yang simpulkan Safitri, Risdwianto dan Wangi. Hasil penelitian dari pengolahan data diatas ternyata terdapat perbedaan antara hasil variabel penulis dengan hasil yang dikemukaan oleh Utomo (2010) yaitu pada banyaknya frekuensi pengambilan pembiayaan dimana pada penelitian yang dilakukan Utomo (2010) frekuensi pembiayaan tidak termasuk kedalam faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit, sedangkan hasil dari pengolahan data pada studi kasus di BMI yang penulis kemukakan diatas sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Kasmir (2004), yang menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian fasilitas pembiayaan bank salah satunya adalah unsur kepercayaan dimana bank akan memberikan fasilitas pembiayaan ketika Bank yakin bahwa dana yang telah dikeluarkan benar-benar akan kembali dimasa yang akan datang. Hal ini berarti nasabah yang telah memiliki track record peminjaman yang baik (frekuensi pembiayaan yang baik) akan memudahkan Bank untuk memberikan persetujuan dalam memberikan pinjaman. Kasmir (2004) pun menjelaskan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengembalian pinjaman adalah akad (kesepakan dalam bentuk perjanjian kredit), jangka waktu pengembalian, risiko yang ditimbulkan karena adanya tenggang waktu pengembalian pembiayaan yang telah diberikan, serta adanya balas jasa yang ditentukan dengan bagi hasil dan keuntungan penjualan. Adapun faktor lain seperti usia dan tingkat pendidikan terdapat beberapa perbedaan seperti pendapat Safitri (2007) menyatakan bahwa usia tidak mempengaruhi pengembalian pembiayaan nasabah sedangkan tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengembalian pembiayaan. Hasil pengolahan pada Tabel 11 dapat juga digunakan untuk menganalisis dampak dari masing-masing variabel penjelas yang diduga mempengaruhi pengembalian angsuran pembiayaan, hal tersebut dapat dilihat dari nilai Exp (B) atau sering juga disebut dengan odds ratio. Berdasarkan Tabel 11 usia mempunyai pengaruh positif terhadap pengembalian pembiayaan. Artinya, semakin tinggi usia (41-45), maka pengembalian pembiayaannya akan memiliki peluang lancar. Nasabah dengan usia rata-rata 41-45 tahun memiliki peluang dapat mengembalikan pembiayaannya 1.018 kali lipat dibandingkan dengan nasabah yang berusia satu tingkat lebih muda. Pendidikan terakhir mempunyai
dampak positif terhadap pengembalian pembiayaan, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan terakhir dari nasabah (D3-S1), maka pengembalian pembiayaannya akan semakin lancar. Nasabah yang tingkat pendidikan terakhirnya tinggi mempunyai peluang dapat mengembalikan pembiayaan 1.223 kali lipat jika dibandingkan dengan nasabah yang mempunyai tingkat pendidikan satu tingkat lebih rendah. Nasabah yang telah mendapatkan fasilitas pembiayaan agribisnis dari Bank Muamalat mempunyai jumlah tanggungan keluarga yang beragam. Jumlah tanggungan keluarga mempunyai dampak negatif terhadap pengembalian pembiayaan. Artinya semakin banyak jumlah tanggungan keluarga nasabah, maka nasabah tersebut akan memiliki peluang tidak lancar dalam mengembalikan pembiayaanya. Nasabah yang mempunyai jumlah tanggungan yang semakin banyak memiliki peluang untuk tidak dapat mengangsur pembiayaannya secara lancar 0.527 kali lipat jika dibandingkan dengan nasabah yang mempunyai jumlah tanggungan satu tingkat lebih sedikit. Akad pembiayaan merupakan salah satu tahapan penting dalam proses penyaluran pembiayaan. Namun tidak semua nasabah mampu memahami akad pembiayaan tersebut dengan baik. Pemahaman akad pembiayaan mempunyai pengaruh positif terhadap pengembalian pembiayaan. Artinya, semakin memahami akad pembiayaan, maka pengembalian pembiayaannya akan semakin lancar. Nasabah yang dapat memahami akad pembiayaan memiliki peluang dapat mengangsur pembiayaan dengan lancar sebesar 1.113 kali lipat dibandingkan dengan nasabah yang tidak memahami akad pembiayaan. Pendapatan dan lama usaha mempunyai pengaruh positif terhadap pengembalian pembiayaan, artinya semakin tinggi omset usaha dan semakin lama usaha dijalankan, maka pengembalian pembiayaan akan semakin lancar. Berdasarkan nilai Exp (B) pendapatan dan lama usaha, maka dapat dijelaskan bahwa nasabah yang mempunyai pendapatan usaha tinggi memiliki peluang dapat mengangsur pembiayaannya 1.000 kali lipat dibandingkan dengan nasabah yang mempunyai pendapatan usaha satu tingkat lebih rendah. Sedangkan nasabah yang sudah lama menjalankan usahanya mempunyai peluang dapat mengangsur secara lancar 1.332 kali lipat dibandingkan dengan nasabah yang menjalankan satu tingkat lebih singkat. Jenis usaha mempunyai pengaruh negatif terhadap pengembalian pembiayaan. Artinya semakin jenis usaha yang dijalankannya memiliki risiko tinggi seperti budidaya atau usahatani (on farm), maka memiliki peluang pengembalian pembiayaanya akan semakin tidak lancar. Nasabah yang menjalankan usahanya semakin mengarah ke
budidaya atau usahatani (on farm), memiliki peluang tidak lancar 0.843 kali lipat dibanding nasabah yang menjalankan jenis usaha satu tingkat ke sektor off farm . Karakteristik pembiayaan yaitu frekuensi pengambilan pembiayaan, memiliki pengaruh positif terhadap pengembalian pembiayaan. Artinya, semakin banyak frekuensi pembiayaan yang diberikan atau yang pernah diambil, maka pengembaliannya akan semakin lancar. Nasabah yang telah memiliki frekuensi pembiayaan lebih banyak memiliki peluang dapat mengangsur dengan lancar pembiayaannya 1.125 kali lipat dibandingkan dengan nasabah yang memiliki frekuensi pembiayaan satu kali lebih sedikit. Berdasarkan Tabel 11 maka dapat dilihat bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian pembiayaan yang berpengaruh nyata dan juga terdapat faktor-faktor yang tidak berpengaruh nyata. Pengaruh nyata ataupun tidak nyata tersebut dapat dilihat dari nilai signifikasinya (Sig.). Faktor yang menjadi variabel penjelas dapat dinyatakan berpengaruh nyata jika variabel penjelas tersebut mempunyai nilai signifikasi kurang dari taraf alpha 5 persen (0,05), jika nilai signifikasi variabel penjelas lebih tinggi dari taraf alpha maka variabel tersebut dinyatakan tidak berpengaruh nyata. Hasil pengolahan pada Tabel 11 menunjukkan bahwa dari delapan faktor yang diduga mempengaruhi pengembalian pembiayaan UMKM agribisnis Bank Muamalat, yaitu usia, pendidikan terakhir, jumlah tanggungan keluarga, pemahaman akad, pendapatan usaha, lama usaha, jenis usaha dan frekuensi fasilitas pembiayaan, ternyata hanya terdapat empat faktor yang berpengaruh nyata karena mempunyai nilai signifikasi kurang dari 5 persen (Sig < 0,05), yaitu jumlah tanggungan keluarga (Sig = 0.006), omset usaha (Sig = 0,004), lama usaha (Sig = 0,024) dan jenis usaha (Sig = 0,005). Hasil olahan regresi logistik secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4. Berdasarkan Tabel 11, hipotesis awal variabel pengaruh pendidikan terakhir terhadap pengembalian pembiayaan adalah positif, artinya semakin tinggi pendidikan maka nasabah tersebut akan semakin lancar dalam mengembalikan angsuran pembiayaan. Berdasarkan hasil penelitian maka hipotesis tersebut diterima. Berdasarkan hasil pengamatan, nasabah yang mempunyai pendidikan terakhir lebih tinggi, dalam menjalankan usahanya mempertimbangkan kondisi nyata di lapangan. Pada hipotesis penelitian disebutkan bahwa nasabah yang menjalankan usaha dibidang usahatani atau budidaya (on farm) mempunyai peluang penunggakan angsuran lebih tinggi, dan pada kenyataanya memang demikian. Berdasarkan hasil pengamatan, penyebabnya adalah bidang usaha yang berkaitan dengan budidaya atau usahatani memiliki risiko tinggi dalam proses produksi usahanya jika tidak dikelola dengan baik
dan selain itu faktor cuaca sekarang yang tidak menentu serta dengan penguasaan teknologi yang kurang bisa di implementasikan dengan baik akan berakibat pada usaha yang dikelola dikategorikan memiliki kecenderungan pendapatan yang berfluktuatif karena risiko kegagalan panen dan risiko pasar pun tinggi. Variabel terakhir yang tidak mempunyai perbedaan antara hipotesis dan hasil pengolahan data adalah frekuensi pembiayaan yang diberikan. Berdasarkan hasil pengamatan, nasabah yang mempunyai pengalaman yang banyak dalam menerima fasilitas pembiayaan dari Bank Muamalat memiliki kecenderungan lebih lancar dalam mengembalikan angsuran sehingga semakin tinggi frekuensi pembiayaan yang pernah di ambil nasabah dalam menerima pembiayaan maka pembayarannya akan lebih lancar. 6.3.
Implikasi Manajerial Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan regresi logistik, maka dari delapan
variabel yang diduga berpengaruh terhadap pengembalian pembiayaan agribisnis Bank Muamalat ternyata hanya ada empat variabel yang signifikan, yaitu variabel jumlah tanggungan keluarga, pendapatan usaha, lama usaha dan jenis usaha. Dengan demikian, untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kemacetan pengembalian pembiayaan agribisnis
di
bank,
maka
pihak
manajerial
Bank
Muamalat
perlu
untuk
mempertimbangkan ke empat faktor tersebut sebelum memberikan fasilitas pembiayaan kepada calon nasabah pembiayaan agribisnis Bank Muamalat. Selain itu, dalam pengambilan
keputusan
pemberian
pembiayaan
juga
harus
didasarkan
pada
pertimbangan-pertimbangan lain, karena berdasarkan nilai Nagelkerke R Square pada Tabel 10 menunjukkan nilai 0.587 yang berarti bahwa kedelapan variabel yang mempengaruhi pengembalian pembiayaan agribisnis hanya mampu menjelaskan ketepatan pengembalian pembiayaan sebesar 58.7 persen, sisanya yaitu sebesar 41,3 persen dijelaskan oleh faktor lain. Menurut Hossein (2003) Faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan adalah untuk me-review dan mengidentifikasi risiko-risiko yang mungkin akan timbul atas proposal pengajuan dan menganalisa kembali cash flow dan memberikan saran-saran mitigasi resikonya seperti: 1. Business risk, misalnya apakah supply bahan baku yang diperlukan nasabah mencukupi, minimal selama masa pembiayaan berlangsung 2. Operational Risk, misalnya apakah nasabah memiliki team work termasuk para spesialis dengan tingkat keahlian dan dalam jumlah yang mencukupi untuk mengerjakan usahanya
3. Financial Risk, misalnya apakah dari hasil proyeksi keuangan nasabah masih sanggup menyelesaikan proyek usahanya bila terjadi cost overrun sekian persen 4. Legal Risk, misalnya menganalisa proyek kerja sama dengan pemberi proyek jika ada, tujuannya adalah agar pasar yang dituju lebih terjamin, jelas dan terarah dalam penjualan barangnya. 5. Economic Risk, misalnya apakah bisnis nasabah sangat sensitif terhadap gejolak perekonomian nasional maupul global yang tengah terjadi saat ini 6. Faktor Resiko lain jika ada misalkan, apakah lokasi proyek nasabah terletak di lokasi daerah rawan bencana alam atau faktor non teknis lainnya yang bisa merugikan usaha tersebut. Faktor lainnya diatas diharapkan mampu memberikan masukan atas rekomendasi pembiayaan yang diberikan sebagai proses untuk meminimalisasi risiko atas kegagalan membayar angsuran pembiayaan.