ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN SEWA GUNA USAHA, ANJAK PIUTANG, KARTU KREDIT DAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN (MULTIFINANCE) DI INDONESIA Meita Liliasari1 Abstract : Multi-finance industry is a promises industry and growth of multi-finance industry enough good with a good return that make this industry interesting enough for local and international investor. The multi-finance industry has expanded by 25% annually on the average in the past five years. The expansion followed improved condition of the country’s economic which Bank Indonesia gradually cut in SBI Interest Rate with the result that contributed to the growth of finance in the multi-finance industry. The analytical method used in the research is multiple regression analysis performed with SPSS 22. Before doing multiple regression analysis, we must do a classic assumption test. This is necessary so that the regression equation is BLUE (Best,Linear,Unbiased,Estimator). In addition to assessing the goodness of fit from a model, we use coefficient of determination test, F test and t test. They are four independent variables SBI interest rate, conversation rate, inflation and money supply and four dependent variables are leasing, factoring, consumer finance and credit cards. This research using monthly data from 2009-2013 for each variable. Result from this research of each independent variables indicated different influences on each dependent variables. On the other hand, the result indicated that all independent variables influenced simultaneously on the financing in the multi-finance industry. Keywords : Leasing, Factoring, Consumer Finance, Credit Cards, SBI Interest Rate, Conversion Rate, Inflation and Money Supply. PENDAHULUAN Peningkatan kebutuhan terhadap transportasi darat untuk mendukung mobilitas dan kondisi infrastruktur yang belum memadai, makin memacu perkembangan industri otomotif di dalam negeri dimana pertumbuhan industry otomotif tidak terlepas dari pertumbuhan pembiayaan konsumen. Namun bukan hanya dari sektor konsumsi saja yang tinggi melainkan dari sisi pembangunan infrastruktur juga memacu perkembangan perusahaan pembiayaan untuk pengadaan alat-alat berat. Aktivitas perusahaan pembiayaan dilakukan karena tidak semua konsumen maupun perusahaan membeli secara tunai. Di era modern sekarang ini dikenal bermacam-macam jenis kredit yang dapat menunjang kebutuhan konsumsi dimana kredit memiliki peran vital dalam perekonomian suatu Negara. Kredit dapat diperoleh dari pinjaman bank atau lembaga penyedia jasa keuangan lainnya. Salah satunya adalah perusahaan pembiayaan. Tidak heran 1
Alumnus Program Studi Magister Manajemen Universitas Tarumanagara (
[email protected])
164
Liliasari : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ... dalam dekade tahun 2000, industri perbankan dan jasa keuangan tumbuh begitu pesat. Namun dengan adanya persyaratan dari Bank Indonesia mengenai likuiditas bank-bank umum di Indonesia, membuat konsumen harus memenuhi persyaratan yang lebih rumit ketika akan mengajukan kredit ke bank. Akibat dari kebijakan tersebut, konsumen memilih alternatif lain yaitu perusahaan pembiayaan ( multifinance ) daripada meminjam dari bank. Dengan begitu, industri multifinance memiliki peluang bisnis yang besar Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.84/PMK.012/2006 Tgl.29 September 2006 tentang Perusahaan Pembiayaan dimana kegiatan Perusahaan Pembiayaan adalah melakukan kegiatan usaha Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Kartu kredit, dan Pembiayaan Konsumen. Berikut ini perkembangan perusahaan pembiayaan dari tahun 2009 – 2013. Tabel 1.1 Perkembangan Perusahaan Pembiayaan 2009 -2013 ( Miliar Rp. )
Akhir Periode 2009 2010 2011 2012 2013
Sewa Guna Usaha
Anjak Piutang
Kartu Kredit
Pembiayaan Konsumen
Jumlah
46.528 53.167 76.592 105.082 117.363
2.027 2.296 3.915 5.148 7.697
930 876 2 2 4
93.054 130.016 164.791 191.820 222.963
142.539 186.355 245.300 302.052 348.027
Sumber : www.bi.go.id/
Dari tabel 1 terlihat bahwa penyaluran pembiayaan dari perusahaan pembiayaan didominasi oleh pembiayaan konsumen sejak tahun 2009-2013. Data-data tersebut menunjukkan performa perusahaan pembiayaan mengalami masa emas setelah krisis global tahun 2008. Menurut kalangan pelaku usaha yang bergerak di perusahaan pembiayaan (Sinar Harapan, 17 Juli 2006, Menilik “Survive” Pembiayaan Konsumen di Bidang Otomotif), bahwa pesatnya laju pertumbuhan pembiayaan multifinance ditopang oleh beberapa faktor yang merupakan kelebihannya jika dibandingkan dengan perbankan yaitu : Proses yang relatif lebih cepat dan tidak berbelit-belit dibandingkan perbankan sangat disukai oleh konsumen Probabilita mendapatkan kredit setelah semua persyaratan dipenuhi oleh konsumen relatif lebih tinggi dibandingkan perbankan Fleksibilitas aturan memungkinakan multifinance masuk ke pasar yang tidak dapat dimasuki oleh perbankan misalnya pembiayaan elektronik Keinginan konsumsi yang tinggi di masyarakat Indonesia misalnya keinginan untuk memiliki motor dan mobil yang tidak memungkinkan dibiayai secara tunai dari disposable income, membuat peluang pasar multifinance kian terbuka lebar Walaupun secara keseluruhan kinerja perusahaan pembiayaan hingga tahun 2013 menunjukkan peforma yang baik, bukan berarti kinerja mereka tidak dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi yang terjadi di Negara Indonesia. Sumber dana utama 165
JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 53/No.12/Desember -2016 : 164-181 perusahaan pembiayaan adalah dana pinjaman bank local dan pinjaman bank luar negeri. Kedua sumber dana tersebut mengarah kepada indikator makro ekonomi yaitu tingkat suku bunga dan kurs mata uang. Akibatnya, jika suku bunga perbankan tinggi, perusahaan pembiayaan akan terkena imbasnya dan akan mengalami kesulitan dalam menyalurkan pembiayaan karena mahalnya biaya sumber dana. Untuk itu penelitian tentang korelasi faktor ekonomi makro dari sisi inflasi, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, nilai tukar dan jumlah uang beredar dengan pembiayaan perusahaan multifinance akan diuraikan pengaruhnya secara diskriptif dan eksploratif untuk periode Januari 2009 – Desember 2013. TELAAH KEPUSTAKAAN Perusahaan Pembiayaan merupakan badan usaha yang melaksanakan kegiatan usaha dari lembaga pembiayaan. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing jenis pembiayaan (Tri dan Conny, 2014 : 323-325) adalah : Sewa Guna Usaha (leasing) adalah pembiayaan pengadaan barang modal kepada penyewa guna usaha (lessee) dengan hak opsi (financial lease) atau sewa guna tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan penyewa guna usaha selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran. Jadi dalam transaksi sewa guna ini terdapat dua pihak yang saling berhubungan, yaitu : Pemberi sewa guna usaha (lessor), yaitu perusahaan pembiayaan yang telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan untuk melakukan kegiatan sewa guna usaha. Penyewa guna usaha (lessee), yaitu perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang modal dengan pembiayaan dari pemberi sewa guna usaha Anjak Piutang (factoring) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut. Anjak piutang wajin dilakukan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek yang memiliki jatuh tempo maksimal 2 (dua) tahun, yang berasal dari piutang transaksi perdagangan, dan/atau piutang dari kegiatan usaha pembiayaan yang bersifat jangka pendek dari sewa guna usaha, anjak piutang, kartu kredit atau pembiayaan konsumen. Dalam transaksi anjak piutang ini terdapat dua pihak yang saling berhubungan, yaitu : Pembeli piutang (factor) adalah perusahaan pembiayaan yang telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan untuk melakukan kegiatan anjak piutang. Penjual piutang (client) adalah perusahaan yang menjual piutang dagang jangka pendek kepada pembeli piutang Transaksi anjak piutang terbagi atas : (1) anjak piutang tanpa jaminan dari penjual piutang (without recourse), yang bermakna seluruh risiko atas tidak tertagihnya piutang yang dijual kepada pembeli piutang ditanggung oleh pembeli piutang dan/atau (2) anjak piutang dengan jaminan dari penjual piutang (with recourse) yang bermakna sebagian atau seluruh risiko tidak tertagihnya piutang yang dijual kepada pembeli piutang ditanggung oleh penjual piutang. Untuk mengamankan semua pihak yang terlibat dalam transaksi anjak piutang, maka diantara pembeli piutang dan penjual piutang wajib diikat oleh perjanjian tertulis 166
Liliasari : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ...
Usaha Kartu Kredit (credit card) adalah kegiatan pembiayaan untuk pembelian barang dan/atau jasa dengan menggunakan kartu kredit. Penyedia pembiayaan kartu kredit adalah perusahaan pembiayaan yang telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan untuk melakukan kegiatan pembiayaan kartu kredit. Pemegang kartu kredit adalah peorangan yang menerima pembiayaan untuk pembelian barang dan/atau jasa dengan menggunakan kartu kredit dari penyedia pembiayaan kartu kredit. Usaha kartu kredit antara penyedia pembiayaan kartu kredit dengan pemegang kartu kredit wajib diikat dengan perjanjian tertulis, serta mengikuti ketentuan Bank Indonesia sepanjang berkaitan dengan system pembayaran.
Pembiayaan konsumen (consumer finance) adalah perusahaan pembiayaan yang telah memperoleh izin usaha dari pihak yang berwenang untuk melakukan kegiatan pembiayaan konsumen. Pembiayaan konsumen digunakan untuk membiayai pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen melalui pembayaran secara angsuran, misalnya mobil, motor, elektronik atau pembiayaan untuk pembelian barang-barang konsumsi. Konsumen dalam kegiatan ini mencakup perusahaan atau perorangan yang menerima pembiayaan pengadaan barang baik berujud dan tidak berujud dari penyedia pembiayaan konsumen. Penyedia pembiayaan konsumen dapat melakukan pembiayaan kembali atas barang milik konsumen yang sama dengan pembayaran secara angsuran seperti (1) pembiayaan kendaraan bermotor; (2) pembiayaan alat-alat rumah tangga; (3) pembiayaan barang-barang elektronik, dan (4) pembiayaan perumahan. Seluruh aktivitas pembiayaan konsumen mewajibkan pihak penyedia pembiayaan konsumen dan konsumen untuk melakukan perikatan dengan perjanjian tertulis.
Dibanding perbankan, multifinance memiliki kekuatan operasional yang lebih baik yang terletak pada tiga faktor yaitu (1) Customer base, (2) barang-barang leasing dan dealer, dan (3) kemampuan perusahaan dalam menyusun proposal kepada customer (Rating and Investment Report, 2007). Pasar kredit merupakan pasar yang sangat dinamis, dimana didalamnya terdapat dua kekuatan yang saling berinteraksi yaitu penawaran dan permintaan akan kredit. Permintaan akan kredit diwakili oleh para peminjam (borrowers), sedangkan penawaran akan kredit diwakili oleh pemberi pinjaman (lenders). Peminjam yang direpresentasikan oleh kurva permintaan termasuk peminjam dari sektor rumah tangga (kartu kredit, kredit mobil, perumahan, dan lainnya), bisnis (perusahaan, perdagangan, dan lainnya), dan pemerintah. Sisi permintaan akan kredit, umumnya terdiri dari dua komponen: (1) permintaan akan kredit langsung melalui pengisian aplikasi dan, (2) dengan menjual interest-bearing aset keuangan untuk raising money. Menurut Walsh (2005) permintaan kredit secara teoritis hanya dipengaruhi oleh dua variable saja yaitu suku bunga kredit (i) dan pendapatan (y). Penelitian lain dilakukan oleh Muliaman D. Hadad, dkk (2004) untuk mengukur permintaan dan penawaran kredit 167
JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 53/No.12/Desember -2016 : 164-181 konsumsi rumah tangga dengan menggunakan variabel suku bunga kredit, jumlah kantor cabang bank, pertumbuhan penduduk, tingkat pengangguran dan pendapatan (PDB). Bunga pada prinsipnya adalah balas jasa yang diberikan oleh pihak yang membutuhkan uang kepada pihak yang memerlukan uang. Bunga dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi penawaran dan sisi permintaan. Bunga dari sisi penawaran merupakan pendapatan atas pemberian kredit sehingga pemilik dana akan menggunakan dananya pada jenis investasi yang menjanjikan pembayaran yang tinggi. Sedangkan bunga dari sisi permintaan adalah biaya atas pinjaman atau jumlah yang dibayarkan sebagai imbalan atas penggunaan uang yang dipinjam. Bunga merupakan harga yang dibayar atas modal. Tingkat suku bunga dibedakan menjadi dua yaitu : Suku Bunga Riil (Real Interest Rate) Koreksi atas tingkat inflasi dan didefinisikan sebagai nominal interest rate dikurangi dengan tingkat inflasi Riil Rate = Nominal Rate – Rate of Inflation Suku Bunga Nominal (Nominal Interest Rate) Tingkat suku bunga yang biasanya tertera di rekening koran dimana mereka memberikan tingkat pengembalian untuk setiap investasi yang dilakukan. Pada saat periode inflasi harus menggunakan suku bunga riil, bukan suku bunga nominal, untuk menghitung hasil investasi dalam ukuran barang-barang yang didapat per tahun atas barang yang diinvestasikan. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga adalah: Kebutuhan dana, apabila bank kekurangan dana sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar kebutuhan dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Persaingan, dalam memperebutkan daa simpanan, maka disamping faktor promosi, yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing. Kebijakan pemerintah, dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman kita, tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Jangka waktu, semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko di masa mendatang. Target keuntungan yang diharapkan. Reputasi perusahaan. Kualitas jaminan. Daya saing produk Jaminan pihak ketiga Dalam penelitian ini yang digunakan adalah bunga Sertifikat Bank Indonesia sebagai acuan bagi pihak Perbankan menentukan bunganya.
168
Liliasari : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ... Nilai tukar mata uang dipengaruhi oleh aliran modal, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Aliran modal ini dipengaruhi oleh tingkat bunga yang terjadi, kenaikan tingkat bunga akan menyedot uang yang ada pada masyarakat untuk menabung atau melepas sebagian likuiditasnya ke Bank. Nilai tukar (kurs) berhubungan positif dengan tingkat suku bunga, dimana naiknya nilai tukar (rupiah terapresiasi terhadap dollar) akan meningkatkan suku bunga. Maka masyarakat akan terdorong untuk menambah jumlah tabungan dengan mengurangi pengeluaran untuk konsumsi, dan melepas Dollar yang mereka miliki. Beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu faktor fundamental meliputi, indikator-indikator ekonomi seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar negara, ekspektasi pasar dan intervensi Bank Sentral. Faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan permintaan devisa pada saat-saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara penawaran tetap, maka harga valuta asing akan naik dan sebaliknya. Kurs yang berlaku di Indonesia saat ini adalah sitem kurs mengambang terkendali dimana dalam hal ini kurs valuta asing ditentukan oleh kekuatan pasar sampai pada tingkat tertentu dan jika telah melewati batas akan segera distabilkan oleh intervensi pemerintah. Kurs akan selalu mengalami perubahan, apabila terjadi kenaikan harga valuta asing dalam satuan mata uang domestik disebut depresiasi dan apabila terjadi penurunan harga valuta asing dalam satuan mata uang domestik akan disebut apresiasi. Menurut Sukirno (2003:362) terdapat lima faktor-faktor yang mempengaruhi kurs yaitu :
Perubahan dalam cita rasa masyarakat Perubahan harga dari barang-barang ekspor Kenaikan harga-harga umum (inflasi) Perubahan dalam tingkat bunga dan tingkat pengembalian investasi Perkembangan ekonomi
Dalam penelitian ini maka variabel nilai tukar yang akan dipakai adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dan dinyatakan dalam rupiah/US$. Inflasi adalah suatu keadaan dimana harga barang secara umum mengalami kenaikan secara terus menerus atau terjadi penurunan nilai uang dalam negri. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Indikator yang sering sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat.
169
JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 53/No.12/Desember -2016 : 164-181 Menurut Boediono (2009: 51), dinyatakan bahwa : “Inflasi ada dua macam, inflasi yang timbul karena kelebihan permintaan (demand inflation) dan inflasi yang timbul karena kenaikan ongkos produksi (cost inflation)” Inflasi karena kenaikan permintaan (Demand Pull Inflation) Inflasi seperti ini terjadi karena adanya kenaikan permintaan untuk beberapa jenis barang. Dalam hal ini, permintaan masyarakat meningkatkan secara agregat (aggregate demand). Peningkatan permintaan ini dapat terjadi karena peningkatan belanja pada pemerintah, peningkatan permintaan akan barang untuk diekspor, dan peningkatan permintaan barang bagi kebutuhan swasta. Kenaikan permintaan masyarakat (aggregate demand) ini mengakibatkan harga-harga naik karena penawaran tetap. Inflasi karena biaya produksi (Cost Pull Inflation) Inflasi seperti ini terjadi karena adanya kenaikan biaya produksi. Kenaikan pada biaya produksi terjadi akibat karena kenaikan harga-harga bahan baku, misalnya karena keberhasilan serikat buruh dalam menaikkan upah atau karena kenaikan harga bahan bakar minyak. Kenaikan biaya produksi mengakibatkan harga naik dan terjadilah inflasi. Inflasi meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan menurun. Jumlah uang beredar ( money supply ) adalah jumlah uang yang beredar dalam sebuah perekonomian. Ada sebagian ahli yang mengklarifikasikan jumlah uang beredar menjadi dua, yaitu: Uang beredar dalam arti sempit atau disebut ‘Narrow Money’ (M1), yang terdiri dari uang kartal dan uang giral (demand deposit); dan Uang beredar dalam arti luas atau ‘Broad Money’ (M2), yang terdiri dari M1 ditambah dengan deposito berjangka (time deposit). Di dalam kehidupan masyarakat, jumlah uang yang beredar ditentukan oleh kebijakan dari bank sentral untuk menambah atau mengurangi jumlah uang melalui kebijakan moneter. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah uang yang beredar adalah: Kebijakan Bank Sentral berupa hak otonom dan kebijakan moneter (meliputi: politik diskonto, politik pasar terbuka, politik cash ratio, politik kredit selektif) dalam mencetak dan mengedarkan uang kartal. Kebijakan pemerintah melalui menteri keuangan untuk menambah peredaran uang dengan cara mencetak uang logam dan uang kertas yang nominal kecil.
Bank umum dapat menciptakan uang giral melalui pembelian saham dan surat berharga. Tingkat pendapatan masyarakat. 170
Liliasari : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ...
Tingkat suku bunga bank. Selera konsumen terhadap suatu barang ( semakin tinggi selera konsumen terhadap suatu barang maka harga barang tersebut akan terdorong naik, sehingga akan mendorong jumlah uang yang beredar semakin banyak, demikian sebaliknya). Harga barang. Kebijakan kredit dari pemerintah
Bank sentral umumnya mengendalikan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku bunga sebagai instrument dalam mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik METODOLOGI PENELITIAN Jenis data yang digunakan untuk menyelesaikan penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Bank Indonesia dan Biro Pusat Statistik. Data yang digunakan adalah data time series bulanan yaitu suku bunga SBI, nilai tukar rupiah terhadap US$, inflasi dan jumlah uang beredar dengan sampel waktu dari Januari 2009 sampai Desember 2013. Dengan series sebanyak 60 observasi diharapkan dapat membantu dalam mencapai tujuan penelitian yaitu menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pembiayaan multifinance. Dimana metode yang digunakan adalah metode penelitian Historis yang bersifat KausalDistributif, artinya penelitian dilakukan untuk menganalisa suatu keadaan yang telah lalu dan mengetahui pengaruh hubungan antar variabel independent dan dependen dan analisa yang digunakan adalah analisa regresi berganda. Metode Analisis Penelitian yang digunakan sebelum melakukan uji hipotesis maka terlebih dahulu data akan dianalisis dengan cara sebagai berikut : Melakukan uji Statistik Deskriptif Statistik Deskriptif adalah startistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi ( Sugiyono, 2009 : 206 ). Dengan kata lain hanya melihat gambaran secara umum dari data yang didapatkan dan gunanya untuk menerapkan keadaan, gejala dan atau persoalan. Bambang Suryoatmono (2004:18) menyatakan Statistika Deskriptif adalah statistika yang menggunakan data pada suatu kelompok untuk menjelaskan atau menarik kesimpulan mengenai kelompok itu saja : Ukuran Lokasi: mode, mean, median, dll Ukuran Variabilitas: varians, deviasi standar, range, dll Ukuran Bentuk: skewness, kurtosis, plot boks
Melakukan Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan dengan menggunakan 4 (empat) pengujian dimana pengujian ini telah dilakukan oleh Titik Aryati dalam Jurnal Akuntansi Th X/02/Mei/2006 yang dalam tulisannya berjudul Pengaruh Leverage, Saham Publik dan 171
JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 53/No.12/Desember -2016 : 164-181 Reputasi Auditor terhadap Disclosures yang diterbitkan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara Jakarta, uji asumsi klasik adalah : Uji Normalitas Uji Multikoloniearitas Uji Autokorelasi Uji Heteroskedastisitas
Melakukan uji regresi terhadap angka-angka hasil penelitian Uji regresi digunakan untuk melihat pengaruh variabel Independen (X), atas Suku Bunga SBI, Nilai tukar, Inflasi dan Jumlah uang beredar terhadap variabel dependen (Y) yaitu Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Kartu Kredit dan Pembiayaan Konsumen. Uji ini dinamakan regresi linier berganda dimana hipotesis penelitian akan diuji dengan menggunakan pendekatan uji keberartian (test of significance) melalui uji t (parameter individual) dan uji F (parameter simultan) Uji t ( uji signifikansi parameter individual) dipakai untuk melihat signifikansi dan pengaruh independen secara individu terhadap variabel dependen (Sulaiman 2004 : 87) Bila nilai t hitung lebih besar dari nilai t table berarti variabel independen tersebut secara individual mempengaruhi variabel dependen atau jika nilai t hitung lebih besar dari 2 (angka tersebut diperoleh dari t-statistik table dimana P=0,05 df=60). Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah persamaan regresi berganda yaitu : Sewa Guna Usaha = Y1 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Anjak Piutang = Y2 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Kartu Kredit = Y3 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Konsumen = Y4 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Atau Y1,2,3,4 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Keterangan : Y1,2,3,4 = Pembiayaan sewa guna usaha, anjak piutang, kartu kredit dan pembiayaan konsumen a = Konstanta b1,b2,b3 dan b4 = Koefisien determinasi dari variable X1,X2,X3,X4 X1 = Suku Bunga SBI bulanan dalam % dari Jan 2009 Des 2013 X2 = Nilai tukar kurs tengah Rupiah terhadap USD dari Jan 2009 – Des 2013 X3 = Inflasi bulanan dalam % dari Jan 2009 – Des 2013 X4 = Jumlah Uang Beredar bulanan dari Jan 2009 – Des 2013 Persamaan regresi yang telah ditemukan dapat digunakan untuk melakukan prediksi (ramalan) bagaimana individu dalam variable dependen akan terjadi jika individu dalam variable independent ditetapkan (Sugiyono, 2009 : 275).
172
Liliasari : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ...
Uji F ( Uji Signifikansi Simultan) Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh dari variabel-variabel independent secara keseluruhan terhadap variabel dependent (Sulaiman, 2004 : 86). Dalam penelitian ini pengujian dilakukan dengan metode statistic analisis varians (ANOVA), digunakan untuk menguji hipotesis nol, bila F hitung lebih besar dari nilai F tabel maka semua varibel independent secara simultan atau serentak berpengaruh pada variabel dependent secara signifikan. Untuk lebih menjelaskan pengaruhnya maka digunakan Model Summary melalui R Square yang menjelaskan persentase pengaruhnya serta pengaruh lain yang mempengaruhi.
ANALISIS DAN BAHASAN TEMUAN Data penelitian ini diambil dari pelaporan bulanan semua perusahaan pembiayaan di Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan ( d/h Bapepam ) dan Bank Indonesia untuk periode dari Januari 2009 – Desember 2013 Dalam penelitian ini persamaan regresi yang digunakan adalah persamaan regresi berganda seperti yang sudah disebutkan dalam bab sebelumnya. Sementara untuk pengolahan datanya dilakukan dengan bantuan program SPSS 22. Tetapi sebelum dilakukan analisa terhadap persamaan regresi tersebut maka terlebih dahulu dilakukan beberapa uji statistik dan uji asumsi klasik untuk mendapatkan bentuk persamaan BLUE ( best, linier, unbias, estimated ). Uji Statistik Tabel 2 Output Statistik Deskriptif variabel X
Output pada tabel menunjukkan pada variable independen terdapat 60 periode waktu selama lima tahun yaitu Januari 2009 sampai dengan Desember 2013. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dengan nilai minimum 5.75% maksimum 8.75% dan rata-ratanya adalah 6.49% sementara standard deviasinya 0.65%. Sedangkan Nilai Tukar Rupiah terhadap 1 USD yaitu nilai minimumnya Rp 8.508 dan maksimum Rp 12.189, rata-rata nilai tukar Rp 9.621,33 dengan standard deviasi Rp 930,82. Inflasi dengan nilai minimum 2.41% dan maksimum 9.17% dimana rata-rata inflasi sebesar 5.33% dengan standard deviasi 1.79%. Untuk Jumlah Uang Beredar didapatkan dari hasil proses dengan minimum Rp 1.433,55 triliun maksimum 173
JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 53/No.12/Desember -2016 : 164-181 Rp 2.820,31 triliun, rata-ratanya berada pada angka Rp 1.996,47 triliun dengan standar deviasi Rp 413,36 triliun.
Tabel 3 Output Statistik Deskriptif variabel Y
Output pada Tabel menunjukkan banyaknya data pada variabel dependen (Y) yaitu terdapat 60 periode waktu selama lima tahun dari Januari 2009 sampai dengan Desember 2013. Nilai minimum Sewa Guna Usaha adalah Rp 45,94 triliun dan maksimum sebesar Rp 117,36 triliun dimana rata-rata dari Sewa Guna Usaha sebesar Rp 74,06 triliun dengan standar deviasi Rp 26,93 triliun. Anjak Piutang (Factoring) pembiayaan minimum sebesar Rp 1,81 triliun dan maksimum Rp 7,69 triliun, rata-rata pembiayaan Rp 3,44 triliun dengan standar deviasi Rp 1,59 triliun. Sementara Kartu Kredit pembiayaan minimum hanya sebesar Rp 1 milyar maksimum Rp 1,12 triliun dengan rata-rata Rp 481,42 milyar dan standar deviasi Rp 471,01 milyar. Sedangkan untuk Pembiayaan Konsumen minimum adalah Rp 80,31 triliun dan maksimum sebesar Rp 222,96 triliun dimana rata-rata pembiayaan konsumen Rp 147,58 triliun dengan standar deviasi Rp 45,76 triliun. Uji Asumsi dalam Model Regresi Uji Asumsi dilakukan dengan Model Regresi dimana Hasil Model Regresi sebagai berikut : Y (Pembiayaan) = a+b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + e Analisis dilakukan terhadap : Pembiayaan Sewa Guna Usaha (Leasing) Pembiayaan Anjak Piutang (Factoring) Pembiayaan Kartu Kredit Pembiayaan Konsumen Sementara untuk variabel makronya maka analisis dilakukan terhadap : Suku Bunga SBI Nilai Tukar Inflasi Jumlah Uang Beredar 174
Liliasari : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ... Hasil model regresi secara keseluruhan Sewa Guna Usaha = Y1 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Anjak Piutang = Y2 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Kartu Kredit = Y3 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Konsumen = Y4 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Disederhanakan menjadi : Model Regresi 1 = Pengaruh variabel makro terhadap Pembiayaan Sewa Guna Usaha (Leasing) Model Regresi 2 = Pengaruh variabel makro terhadap Pembiayaan Anjak Piutang (Factoring) Model Regresi 3 = Pengaruh variabel makro terhadap Pembiayaan Kartu Kredit Model Regresi 4 = Pengaruh variabel makro terhadap Pembiayaan Konsumen
Tabel 4 Hasil Penelitian Uji Asumsi
175
JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 53/No.12/Desember -2016 : 164-181 Tabel 5 Hasil Penelitian Uji Hipotesis
Dasar Pengambilan Keputusan UJI F : Jika probabilitasnya (nilai sig) > 0.05 atau F hitung < F tabel maka H0 tidak ditolak Jika probabilitasnya (nilai sig) < 0.05 atau F hitung > F tabel maka H0 ditolak UJI t : Jika probabilitasnya (nilai sig) >0.05 atau - t tabel< t hitung< t tabel maka H0 tidak ditolak Jika probabilitasnya (nilai sig) < 0.05 atau t hitung< - t tabel atau t hitung>t tabel maka H0 ditolak Dengan demikian Model yang dihasilkan adalah sebagai berikut : Y1 (leasing) = -33,844.781- 11,812.225*suku bunga Sertifikat Bank Indonesia + 8.588*nilai tukar + 210.248*inflasi + 0.051*jumlah uang beredar + e Berdasarkan Uji F pada tabel di atas nilai sig = 0.000 < 0.05, sehingga H0 ditolak, yang berarti suku bunga bank indonesia, nilai tukar, inflasi dan jumlah uang beredar secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel pembiayaan sewa guna usaha. Hasil yang diperoleh dari model Regresi 1 ini menunjukkan bahwa variabel-variabel yang digunakan mempunyai hubungan positif terhadap variabel pembiayaan sewa guna usaha kecuali untuk konstanta dan suku bunga SBI. Secara Model, suku bunga SBI mempunyai nilai koefisien sebesar -11812, maka setiap kenaikan tingkat suku bunga SBI sebesar 1% akan menurunkan pembiayaan sewa guna usaha sebesar Rp 11,812 triliun, nilai tukar Rupiah terhadap dolar dengan nilai koefisien sebesar 8,588 artinya bahwa setiap kenaikan nilai kurs sebesar 1 rupiah/dolar, ceteris paribus akan menaikkan pembiayaan sewa guna usaha sebesar Rp 8,59 milyar, untuk tingkat inflasi yang mempunyai nilai koefisien sebesar 210,248 yang berarti bahwa setiap kenaikan tingkat inflasi sebesar 1%, ceteris paribus akan menaikkan pembiayaan sewa guna usaha sebesar Rp 210,25 milyar sedangkan yang terakhir adalah pengaruh jumlah uang beredar terhadap pembiayaan sewa guna usaha maka secara model dengan tingkat signifikan 5% jumlah uang beredar yang mempunyai nilai koefisien sebesar 0,051 diartikan bahwa setiap kenaikan jumlah 176
Liliasari : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ... uang beredar sebesar Rp 1 triliun, ceteris paribus akan menaikkan pembiayaan sewa guna usaha sebesar Rp 51 juta. Sementara konstanta diartikan bahwa pembiayaan sewa guna usaha akan berkurang sebesar Rp 33,84 triliun bila variabel suku bunga SBI, nilai tukar, inflasi dan jumlah uang beredar konstan (tetap/nol). Dalam model yang dibangun dalam penelitian ini terlihat bahwa tingkat pertumbuhan pembiayaan sewa guna usaha dipengaruhi oleh besaran inflasi, dimana dengan makin besar inflasi menjadi seolah-olah sebagai stimulus terhadap peningkatan pembiayaan sewa guna usaha. Bidang-bidang yang dapat memperoleh jasa pembiayaan sewa guna usaha adalah manufakturing, pengangkutan, pertambangan, kontruksi, perdagangan, pertanian dan perkebunan, perikanan dan pertenakan, peralatan kantor, perbengkelan, kesehatan, pariwisata, perhubungan, kehutanan, berbagai pelayanan jasa dan lain-lain. Tahun 2013 kondisi pertambangan global yang melambat menyebabkan pertumbuhan nilai leasing secara keseluruhan tidak signifikan tetapi sejak 2009-2013 porsinya selalu diatas 28% dari total pembiayaan perusahaan multifinance. Y2 (factoring) = -9,441.050 + 438.017*suku bunga Sertifikat Bank Indonesia 0.277*nilai tukar - 97.958*inflasi + 0.004*jumlah uang beredar + e
+
Berdasarkan Uji F pada tabel di atas nilai sig = 0.000 < 0.05, sehingga H0 ditolak, yang berarti suku bunga bank indonesia, nilai tukar, inflasi dan jumlah uang beredar secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel pembiayaan factoring. Hasil yang diperoleh dari model Regresi 2 ini menunjukkan bahwa variabel-variabel yang digunakan mempunyai hubungan positif terhadap variabel pembiayaan factoring kecuali untuk konstanta dan inflasi. Secara Model, suku bunga SBI mempunyai nilai koefisien sebesar 438,017, maka setiap kenaikan tingkat suku bunga SBI sebesar 1% akan menaikkan pembiayaan factoring sebesar Rp 438,017 milyar, nilai tukar Rupiah terhadap dolar dengan nilai koefisien sebesar 0,277 artinya bahwa setiap kenaikan nilai kurs sebesar 1 rupiah/dolar, ceteris paribus akan menaikkan pembiayaan factoring sebesar Rp 277 juta, untuk tingkat inflasi yang mempunyai nilai koefisien sebesar -97,958 yang berarti bahwa setiap kenaikan tingkat inflasi sebesar 1%, akan mengakibatkan penurunan pembiayaan factoring sebesar Rp 97,96 milyar sedangkan yang terakhir adalah pengaruh jumlah uang beredar terhadap pembiayaan factoring maka secara model dengan tingkat signifikan 5% jumlah uang beredar yang mempunyai nilai koefisien sebesar 0,004 diartikan bahwa setiap kenaikan jumlah uang beredar sebesar Rp 1 triliun, ceteris paribus akan menaikkan pembiayaan factoring hanya sebesar Rp 4 juta. Sementara konstanta diartikan bahwa pembiayaan factoring akan berkurang sebesar Rp 9,44 triliun bila variabel suku bunga SBI, nilai tukar, inflasi dan jumlah uang beredar konstan (tetap/nol). Dalam model yang dibangun dalam penelitian ini terlihat bahwa tingkat pertumbuhan pembiayaan factoring dipengaruhi oleh besaran suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, dimana dengan makin besar suku bunga Sertifikat Bank Indonesia menjadi seolah-olah sebagai stimulus terhadap peningkatan pembiayaan factoring bahwa kenaikan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia ini masih bisa ditutupi oleh keuntungan oleh sebagian besar perusahaan multifinance yang menyalurkan pembiayaan di sektor 177
JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 53/No.12/Desember -2016 : 164-181 factoring. Hampir sebagian besar sektor ini fokus pada usaha-usaha di bidang perdagangan dimana nasabah dapat memperoleh maksimal 80% pendanaan dari nilai piutang yang dijaminkan. Nasabah dapat menjaminkan piutang dagangnya (kategori lancar) untuk diubah dalam bentuk uang tunai dengan tingkat diskonto yang juga lebih rendah dari keuntungan yang diperoleh dari pembelian tunai. Manfaat dari factoring bahwa Perusahaan yang kesulitan/kekurangan dana akan segera memperoleh dana tunai sehingga terdapat aliran kas masuk (cash in flow) yang bisa digunakan untuk modal kerja perusahaan. Aliran kas (cash in flow) akan lebih lancar karena perusahaan tidak perlu menunggu pencairan piutang sampai jatuh tempo. Namun sektor factoring di Indonesia kurang berkembang dimana fluktuasi pembiayaan naik turun sejak 2009 – 2013 dimana market share nya hanya berkisar 1,2% - 1,9% dari keseluruhan pembiayaan perusahaan multifinance, dan juga karena service fee serta discount charge dikenakan kepada klien atas uang muka (advanced payment) dari pelunasan factoring cukup tinggi. Y3 (kartu kredit) = 1,958.924 + 69.680*suku bunga Sertifikat Bank Indonesia 0.015*nilai tukar + 51.484*inflasi - 0.001*jumlah uang beredar + e
-
Berdasarkan Uji F pada tabel di atas nilai sig = 0.000 < 0.05, sehingga H0 ditolak, yang berarti suku bunga bank indonesia, nilai tukar, inflasi dan jumlah uang beredar secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel pembiayaan kartu kredit. Hasil yang diperoleh dari model Regresi 3 ini menunjukkan bahwa variabelvariabel yang digunakan mempunyai hubungan positif terhadap variabel pembiayaan kartu kredit kecuali untuk nilai tukar dan jumlah uang beredar. Secara Model, suku bunga SBI mempunyai nilai koefisien sebesar 69,680, maka setiap kenaikan tingkat suku bunga SBI sebesar 1% akan menaikkan pembiayaan kartu kredit sebesar Rp 69,68 milyar, nilai tukar Rupiah terhadap dolar dengan nilai koefisien sebesar -0,015 artinya bahwa setiap kenaikan nilai kurs sebesar 1 rupiah/dolar, maka akan menurunkan pembiayaan kartu kredit sebesar Rp 15 juta, untuk tingkat inflasi yang mempunyai nilai koefisien sebesar 51.484 yang berarti bahwa setiap kenaikan tingkat inflasi sebesar 1%, ceteris paribus akan menaikkan pembiayaan kartu kredit sebesar Rp 51,48 milyar sedangkan yang terakhir adalah pengaruh jumlah uang beredar terhadap pembiayaan kartu kredit maka secara model dengan tingkat signifikan 5% jumlah uang beredar yang mempunyai nilai koefisien sebesar -0,001 diartikan bahwa setiap kenaikan jumlah uang beredar sebesar Rp 1 triliun, ceteris paribus akan menurunkan pembiayaan kartu kredit sebesar Rp 1 juta. Sementara konstanta diartikan bahwa pembiayaan kartu kredit akan naik sebesar Rp 1,96 triliun bila variabel suku bunga SBI, nilai tukar, inflasi dan jumlah uang beredar konstan (tetap/nol). Dalam model yang dibangun dalam penelitian ini terlihat bahwa tingkat pertumbuhan pembiayaan kartu kredit dipengaruhi oleh besaran variabel independen. Kecenderungan jika keempat variabel independen mengalami kenaikan maka cenderung akan berpengaruh negative terhadap pembiayaan kartu kredit, apalagi bunga yang dikenakan terhadap kartu kredit juga sangat mahal dibandingkan pendanaan dari selain kartu kredit dan sektor ini juga tampaknya kurang diminati oleh 178
Liliasari : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ... pelaku multifinance, hanya ada satu perusahaan yang dominan bergerak di sektor ini dan beberapa waktu belakang ini sudah tidak aktif. Perkembangan kartu kredit di Indonesia juga agak sulit karena selain pasarnya hanya di kota besar dan di kalangan tertentu tetapi juga karena langsung berkompetisi dengan perbankan yang gencar menawarkan kartu kredit, sehingga perkembangan pembiayaannya dibandingkan tiga pembiayaan lainnya relatif sangat kecil dari tahun 2009 – 2013 dimana porsi pembiayaannya hanya berkisar 0,2%-0,7% dari total pembiayaan multifinance. Y4 (consumer) = -32,255.588 + 6,126.134*suku bunga Sertifikat Bank Indonesia – 10.293*nilai tukar + 1,010.971*inflasi + 0.117*jumlah uang beredar + e Berdasarkan Uji F pada tabel di atas nilai sig = 0.000 < 0.05, sehingga H0 ditolak, yang berarti suku bunga bank indonesia, nilai tukar, inflasi dan jumlah uang beredar secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel pembiayaan kartu kredit. Hasil yang diperoleh dari model Regresi 4 ini menunjukkan bahwa variabelvariabel yang digunakan mempunyai hubungan positif terhadap variabel pembiayaan konsumen kecuali untuk konstanta dan nilai tukar. Secara Model, suku bunga SBI mempunyai nilai koefisien sebesar 6126,134, maka setiap kenaikan tingkat suku bunga SBI sebesar 1% akan menaikkan pembiayaan konsumen sebesar Rp 6,13 triliun , nilai tukar Rupiah terhadap dolar dengan nilai koefisien sebesar -10,293 artinya bahwa setiap kenaikan nilai kurs sebesar 1 rupiah/dolar, maka akan menurunkan pembiayaan konsumen sebesar Rp 10,29 milyar, untuk tingkat inflasi yang mempunyai nilai koefisien sebesar 1010.971 yang berarti bahwa setiap kenaikan tingkat inflasi sebesar 1%, ceteris paribus akan menaikkan pembiayaan konsumen sebesar Rp 10,11 triliun sedangkan yang terakhir adalah pengaruh jumlah uang beredar terhadap pembiayaan kartu kredit maka secara model dengan tingkat signifikan 5% jumlah uang beredar yang mempunyai nilai koefisien sebesar 0,117 diartikan bahwa setiap kenaikan jumlah uang beredar sebesar Rp 1 triliun, ceteris paribus akan menaikkan pembiayaan konsumen sebesar Rp 117 juta. Sementara konstanta diartikan bahwa pembiayaan konsumen akan turun sebesar Rp 32,26 triliun bila variabel suku bunga SBI, nilai tukar, inflasi dan jumlah uang beredar konstan (tetap/nol). Dalam model yang dibangun dalam penelitian ini terlihat bahwa tingkat pertumbuhan pembiayaan konsumen dipengaruhi oleh besaran suku bunga dan tingkat inflasi dimana semakin besar variabel tersebut maka seolah-olah justru menjadi stimulus terhadap peningkatan pembiayaan konsumen. Hal ini dapat dijelaskan karena bisnis consumer finance tidak terlalu rentan terhadap fluktuasi inflasi dan suku bunga, mengingat sektor consumer finance ini terkait dengan kebutuhan konsumsi seharohari masyarakat pada umumnya, seperti kendaraan bermotor ( baik roda dua maupun roda empat ), barang-barang elektronik dan kebutuhan lainnya yang juga tumbuh sesuai dengan pertumbuhan kemampuan finansialnya, ditambah lagi sektor consumer finance ini sejak 2009-2013 porsinya selalu diatas 60% dari keseluruhan total pembiayaan perusahaan multifinance. Walaupun tahun 2013 terjadi perlambatan pertumbuhan tetapi perusahaan multifinance tetap growth 15,21% dimana 179
JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 53/No.12/Desember -2016 : 164-181 perlambatan tersebut dikarenakan adanya aturan baru dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mengatur perusahaan multifinance. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Perkembangan perusahaan multifinance di Indonesia belakangan ini diukur dari pertumbuhan penyaluran pembiayaan yang menunjukkan trend yang terus meningkat, terutama pada jenis pembiayaan konsumen dan sewa guna usaha. Tingginya permintaan pembiayaan konsumen dipicu oleh tingginya permintaan terhadap barang-barang konsumsi tahan lama (durable goods) Pengaruh variabel makro perusahaan multifinance terhadap : Pembiayaan sewa guna usaha. Hasilnya adalah secara sendiri-sendiri variabel suku bunga berpengaruh negatif, nilai tukar dan jumlah uang beredar berpengaruh positif terhadap pembiayaan sewa guna usaha dan inflasi tidak berpengaruh. Pembiayaan anjak piutang. Hasilnya adalah suku bunga SBI, nilai tukar dan jumlah uang beredar berpengaruh positif sedangkan inflasi berpengaruh negatif. Pembiayaan kartu kredit. Hasilnya adalah suku bunga SBI tidak berpengaruh, inflasi berpengaruh positif, nilai tukar dan jumlah uang beredar berpengaruh negatif. Pembiayaan konsumen. Hasilnya adalah suku bunga SBI dan jumlah uang beredar berpengaruh positif, nilai tukar berpengaruh negatif dan inflasi tidak berpengaruh. SARAN Diharapkan untuk peneliti selanjutnya sebaiknya dapat menghadirkan variabel nonkuantitatif dengan menambahkan variabel-variabel lainnya seperti pesaing, kemampuan modal, managerial dan lain-lainnya
Permintaan pembiayaan oleh masyarakat (khususnya pembiayaan konsumen) sangat tinggi dan terkesan bahwa masyarakat tidak rasional dalam hal memperoleh pembiayaan dari multifinance karena tidak sensitif terhadap suku bunga yang ditawarkan perusahaan multifinance. Sehingga disarankan kiranya Perusahaan Pembiayaan lebih mendalam menganalisa mengenai perilaku konsumen dalam melakukan pinjaman ke perusahaan multifinance agar tidak terjadi kredit macet.
180
Liliasari : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ... DAFTAR KEPUSTAKAAN Agung, Juda, dkk. (2001). Fenomena Credit Crunch di Indonesia: Fakta, Penyebab dan Implikasi Kebijakan, Bank Indonesia. Arthesa, Ade & Handiman, Edia. (2006). Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, Jakarta, PT Indeks Kelompok Gramedia. Ball, R.J. and Drake, Pamela S. (1963). The Impact of Credit Control on Consumer Durable Spending in the United Kingdom, 1957-1961, Review of Economic Studies. Bernanke, Ben S. and Gertler, Mark, (1995). Inside the Black Box : The Credit Channel of Monetary Policy Tranmission, The Journal of Economic Prespectives Vol. 9 No.4 pp 27-48 Boediono (2009). Kumpulan Esai Ekonomi : Ekonomi Indonesia, Mau ke Mana?, Jakarta : PT Gramedia Carey, Mark; Post, Mitch and Sharpe, Steven A. (June 1998). Does corporate lending by banks and finance companies differ? Evidence on specialization in private dect contracting, The Journal of Finance, Vol. LIII No. 3. Eastwood, David B. and Anderson, Robert. (March 1976). Consumer Credit and Consumer Demand for Automobile, Journal of Finance. Ghozali, Imam (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS, Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro Grenadier, Steven R. (1996). Leasing and Credit Risk, Journal of Financial Economics Gujarati, Damodar N. (1995). Basic Econometrics, Mcgraw-Hill International Edition, Third Edition Hadad, Muliaman D, dkk. (2004). Model dan estimasi permintaan dan penawaran kredit konsumsi rumah tangga di Indonesia, Joint Research Bank Indonesia dan Universitas Pajajran. Hendro, Tri dan Tjandra Rahardja, Conny, SE.,M.M. (2014). Bank & Institusi Keuangan Non Bank di Indonesia, UPP.STIM.YKPN. Ibrahim, Johannes. (2004). Bank sebagai Lembaga Intermediasi dalam Hukum Positif, Bandung, CV Utama. Kuncoro, Mudrajat. (2002). Manajemen Perbankan, Teori & Aplikasi, Yogyakarta, BPFE Mavrotas, George and Vinogradov, Dmitri. (2007) Financial sector structure and financial crisis burden, Journal of Financial Stability. Mishkin, Frederic S. (2006) The Economics of Money, Banking, and Financial Markets, Pearson International Edition, 7th edition update. Nachrowi, D Nachrowi dan Usman, Hardius. (2006) Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta Saunders and Cornett. (2007). Financial Markets and Institutions, An introduction to the Risk Management Approach, Mcgraw-Hill, Third Edition. Schmit, Mathias. (2004). Credit risk in the leasing industry, Journal of Banking and Finance. Widarjono, Agus. (2007). Ekonometrika, Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis, Edisi kedua, Penerbit Ekonosia, UII, Yogyakarta 181