ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN MURABAHAH UNTUK USAHA MIKRO AGRIBISNIS SEKTOR PERDAGANGAN (Studi Kasus: KBMT Bil Barkah, Bogor)
SKRIPSI
FEBRINA MAHLIZA H34070016
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 i
RINGKASAN FEBRINA MAHLIZA. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Murabahah untuk Usaha Mikro Agribisnis Sektor Perdagangan (Studi Kasus: KBMT Bil Barkah, Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Dibawah bimbingan NETTI TINAPRILLA). Usaha mikro memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Tidak hanya karena ketangguhannya dalam menghadapi berbagai permasalahan ekonomi (seperti krisis ekonomi 1997 dan krisis global 2008), tetapi juga dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya penyerapan tenaga kerja, kontribusi terhadap PDB, serta jumlahnya yang lebih besar dari jumlah usaha kecil, menengah, dan besar. Menurut Kementrian UKM dan Koperasi 2010, pada tahun 2009 usaha mikro mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 90.012.694 orang, memberikan kontibusi terhadap PDB nasional atas harga konstan tahun 2000 sebesar Rp 682.462,40 Milyar, serta memiliki jumlah sebanyak 52.176.795 unit dari total usaha yang ada. Usaha mikro yang memiliki peran penting tersebut sebagian besar berasal dari sektor agribisnis yang meliputi sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan serta sebagian dari sektor perdagangan dan industri pengolahan. Sampai saat ini, perkembangan usaha mikro serta merta dipengaruhi oleh beberapa masalah. Permasalahan yang sering dihadapi oleh pelaku usaha mikro adalah lemahnya permodalan, dimana salah satunya akibat dari kegagalan dalam memperoleh pendanaan dari perbankan. Salah satu upaya alternatif penambahan modal bagi usaha mikro dapat diperoleh melalui Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS). Lembaga Keuangan Mikro Syariah merupakan lembaga keuangan yang melakukan kegiatan jasa keuangan untuk pengusaha mikro dengan berbasis syariah dengan menerapkan hubungan kemitraan. Berbeda dengan pembiayaan konvensional, pembiayaan syariah ini bebas bunga dan pembagian keuntungan didasarkan atas bagi hasil yang dilakukan setelah periode transaksi berakhir. Salah satu bentuk LKMS bentuk non-bank adalah Koperasi Baitul Maal wat Tamwil (KBMT). Penelitian ini dilaksanakan di KBMT Bil Barkah Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan murabahah untuk usaha mikro agribisnis sektor perdagangan di KBMT Bil Barkah karena masih belum tercapainya target pembiayaan murabahah. Usaha mikro agribisnis sektor perdagangan sendiri memiliki proporsi sebesar 58,62 persen dari total usaha yang dibiayai berdasarkan data bulan Maret 2011. Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi kedalam dua bagian yaitu data primer dan sekunder. Data primer berupa informasi yang diperoleh melalui diskusi dengan pihak manajemen KBMT Bil Barkah dan didapat secara langsung dari responden yang menjadi sampel yaitu nasabah pembiayaan murabahah. Sedangkan, data sekunder diperoleh dari berbagai arsip dan sumber literatur lain yang diperlukan untuk menunjang laporan penelitian ini. Data dianalisis secara deskriptif dan menggunakan model regresi linier berganda. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap jumlah realisasi pembiayaan murabahah di KBMT Bil Barkah adalah lama pendidikan, lama ii
usaha, pendapatan bersih usaha per bulan, dan agunan. Keempat faktor tersebut memiliki pengaruh positif. Hal ini berarti semakin lama pendidikan formal yang dilalui nasabah, semakin lama usaha yang dijalankan nasabah, semakin besar pendapatan bersih usaha per bulan nasabah, dan ada agunan yang diserahkan oleh nasabah, maka semakin besar pula jumlah realisasi pembiayaan murabahah yang diberikan oleh KBMT Bil Barkah. Semakin lama pendidikan formal yang dimiliki nasabah maka nasabah dianggap lebih berdisiplin dan bertanggung jawab terhadap kewajiban pinjamannya dan penggunaan pembiayaan yang diterima. Semakin lama usaha bertahan akan berpengaruh terhadap kemampuan nasabah dalam memperhitungkan kebutuhan pembiayaan usahanya dengan tepat dan cermat. Semakin besar tingkat pendapatan usaha nasabah per bulan dianggap kemampuan membayar angsuran dan beban marjin akan semakin besar, serta adanya agunan berperan penting sebagai alat penjamin bagi KBMT untuk memberikan pembiayaan yang lebih besar. Saran yang dapat diajukan bagi KBMT Bil Barkah diantaranya: Pertama, pihak KBMT Bil Barkah sebaiknya lebih memperhatikan faktor lama pendidikan, lama usaha, pendapatan bersih usaha per bulan, dan agunan dalam merealisasikan pembiayaan murabahah. Kedua, pihak KBMT Bil Barkah harus lebih detail dalam memperoleh dan memonitor data yang terkait dengan keempat faktor tersebut. Ketiga, sebaiknya diadakan pendampingan usaha dari pihak KBMT Bil Barkah.
iii
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN MURABAHAH UNTUK USAHA MIKRO AGRIBISNIS SEKTOR PERDAGANGAN (Studi Kasus: KBMT Bil Barkah, Bogor)
FEBRINA MAHLIZA H34070016
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
iv
Judul Skripsi
: Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Murabahah untuk Usaha Mikro Agribisnis Sektor Perdagangan (Studi Kasus: KBMT Bil Barkah, Bogor)
Nama
: Febrina Mahliza
NIM
: H34070016
Disetujui, Pembimbing
Ir. Netti Tinaprilla, MM NIP. 19690410 19951 2 001
Diketahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus:
v
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Murabahah untuk Usaha Mikro Agribisnis Sektor Perdagangan (Studi Kasus: KBMT Bil Barkah, Bogor)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2011
Febrina Mahliza H34070016
vi
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 1 Februari 1990. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Mahpud dan Ibu Enjah Azizah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD AL-Mubarak Tangerang pada tahun 2001 dan pendidikan menengah pertama di SMPN 177 Jakarta Selatan pada tahun 2004. Sedangkan pendidikan lanjutan menengah atas di SMAN 70 Jakarta Selatan diselesaikan pada tahun 2007. Penulis diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2007. Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai pengurus Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA) sebagai staf kesekretariatan periode tahun 2008-2009 dan pengurus Sharia Economic Student Club (SES-C) sebagai sekretaris divisi eksternal periode tahun 2009-2010. Selain itu, penulis tercatat sebagai penerima beasiswa Djarum periode tahun 2009-2010. Penulis juga berhasil didanai dalam Program Kreativitas Mahasiswa di bidang Penelitian (PKM-P) 2009 dengan tulisan yang berjudul “Formulasi Mie Kering Berbahan Singkong dan Kijing serta Rumput Laut Kaya Serat dan Mineral”.
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT, serta shalawat dan salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, atas segala berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Murabahah untuk Usaha Mikro Agribisnis Sektor Perdagangan (Studi Kasus: KBMT Bil Barkah, Bogor)”. Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi
pembiayaan murabahah
untuk
usaha
mikro
agribisnis
sektor
perdagangan di KBMT Bil Barkah Kabupaten Bogor. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Juli 2011
Febrina Mahliza
viii
UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada; 1.
Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing skripsi atas segala arahan, bimbingan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
2.
Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
3.
Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
4.
Ir. Burhanuddin, MM selaku pembimbing akademik dan Ir. Narni Farmayanti, M.Sc selaku pembimbing gladikarya, serta seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis. Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama proses perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi, seminar, dan sidang.
5.
Pihak KBMT Bil Barkah, baik pengurus (Nurhadi Idrus dan Iis Rosiyah selaku ketua dan sekretaris) maupun pengelola yaitu Normanditya, Indiani Mustikasari, Norman Eka Haryanto, Iis Nurhasanah, dan Muhammad Said atas waktu, kesempatan, dan informasi yang telah diberikan kepada penulis.
6.
Nasabah pembiayaan murabahah usaha mikro agribisnis sektor perdagangan KBMT Bil Barkah yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam mengumpulkan data penelitian.
7.
Bapak (Mahpud), ibu (Enjah Azizah), kakak (Lia Octavia), adik (Ardho Mahfeliza dan Alviana Mahfeliza), serta keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan moril, material, doa, dan kasih sayang. Semoga skripsi ini dapat menjadi persembahan yang terbaik untuk kalian.
8.
Muhammad Rizqiadhi yang telah memberikan dukungan, doa, dan waktunya kepada penulis selama penelitian dan penulisan skripsi ini. ix
9.
Teman-teman satu bimbingan skripsi Karmizon Defri dan Felicia Nanda yang telah memberikan dukungan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
10. Teman-teman Pondok Putri Kenanga (Riska, Firda, Indi, Dila, Rizky) dan teman-teman AGB 44 (Rasyid, Maryam, Ungki, Alvi, Citra, Achi, serta semuanya) yang telah memberikan semangat, dukungan, kritik, dan saran selama penelitian hingga penulisan skripsi ini selesai. 11. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak menghilangkan rasa hormat dan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
Bogor, Juli 2011
Febrina Mahliza
x
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ............................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................
xvi
I
PENDAHULUAN ................................................................ 1.1. Latar Belakang ........................................................... 1.2. Perumusan Masalah ................................................... 1.3. Tujuan ........................................................................ 1.4. Manfaat ...................................................................... 1.5. Ruang Lingkup ...........................................................
1 1 7 10 10 11
II
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 2.1. Potensi dan Permasalahan Usaha Mikro ………….... 2.2. Pembiayaan Syariah bagi Usaha Mikro …... .............. 2.2.1. Peranan Pembiayaan Syariah …………….. ... 2.2.2. Pembiayaan Syariah Murabahah ………….. . 2.3. Peranan BMT dalam Pembiayaan Usaha Mikro ......... 2.4. Karakteristik Nasabah Pembiayaan Syariah ............... 2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Syariah.....................................................
12 12 13 13 14 14 15
III
KERANGKA PEMIKIRAN ............................................... 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ..................................... 3.1.1. Pembiayaan Syariah ................................................... 3.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan ........ 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ..............................
18 18 18 24 25
IV
METODE PENELITIAN .................................................... 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................... 4.2. Metode Penentuan Sampel ......................................... 4.3. Data dan Instrumentasi ............................................... 4.4. Metode Pengumpulan Data ........................................ 4.5. Metode Pengolahan Data ........................................... 4.5.1. Analisis Kualitatif .......................................... 4.5.2. Analisis Kuantitatif ........................................ 4.5.2.1.Analisis Regresi Linier Berganda ................... 4.6. Definisi Operasional ..................................................
31 31 31 31 32 32 32 33 33 40
V
GAMBARAN UMUM KBMT BIL BARKAH .................. 5.1. Sejarah KBMT Bil Barkah ......................................... 5.2. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran KBMT Bil Barkah ....................................................... 5.3. Struktur Organisasi KBMT Bil Barkah ...................... 5.4. Produk dan Layanan KBMT Bil Barkah .................... 5.5. Dasar Pertimbangan Pembiayaan di KBMT Bil Barkah ………………………………... 5.6. Prosedur Pembiayaan di KBMT Bil Barkah ………...
42 42
16
43 43 47 49 49 xi
VI
VII
KARAKTERISTIK NASABAH PEMBIAYAAN MURABAHAH KBMT BIL BARKAH ………………….. 6.1. Karakteristik Responden Sebagai Nasabah Penerima Realisasi Pembiayaan Murabahah KBMT Bil Barkah …………………………………..
53 53
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN MURABAHAH KBMT BIL BARKAH …………………............................. 7.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Murabahah KBMT Bil Barkah ............. 7.1.1. Usia (X1) ........................................................ 7.1.2. Jenis Kelamin (D1) ......................................... 7.1.3. Jumlah Tanggungan Keluarga (X2) ................ 7.1.4. Lama Pendidikan (X3) .................................... 7.1.5. Lama Usaha (X4) ............................................ 7.1.6. Pendapatan Bersih Usaha Per Bulan (X5) ...... 7.1.7. Frekuensi Pinjaman (X6) ................................. 7.1.8. Agunan (D2) ...................................................
60 62 63 64 65 65 66 67 68
KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan ................................................................ 8.2. Saran ..........................................................................
70 70
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................
72
LAMPIRAN ......................................................................................
74
VIII
60
xii
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja dan PDB atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Skala Usaha Tahun 2008-2009 …………………………………………….
1
Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja dan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Usaha Mikro menurut Sektor Ekonomi Tahun 2008-2009 …………….......
2
3.
Jumlah Usaha menurut Skala Usaha Tahun 2008-2009 …......
3
4.
Jumlah Usaha Mikro menurut Sektor Ekonomi Tahun 2008-2009 …………………………………………….
2.
5.
3
Pembiayaan per Akad KBMT Bil Barkah Tahun 2008-2010 …………………………………………….
7
Alokasi Pembiayaan Murabahah KBMT Bil Barkah menurut Tujuan Pembiayaan berdasarkan Data Performance Bulan Maret 2011 ..............................................
8
Target dan Realisasi per Akad KBMT Bil Barkah Tahun 2009-2010 .....................................................................
9
Jumlah dan Proporsi Nasabah Responden Murabahah KBMT Bil Barkah menurut Jenis Usaha ................................
53
Jumlah dan Proporsi Nasabah Responden Murabahah KBMT Bil Barkah menurut Usia ……………………………
54
10. Jumlah dan Proporsi Nasabah Responden Murabahah KBMT Bil Barkah menurut Jenis Kelamin ………………....
55
11. Jumlah dan Proporsi Nasabah Responden Murabahah KBMT Bil Barkah menurut Jumlah Tanggungan …………..
55
12. Jumlah dan Proporsi Nasabah Responden Murabahah KBMT Bil Barkah menurut Lama Pendidikan …..................
56
13. Jumlah dan Proporsi Nasabah Responden Murabahah KBMT Bil Barkah menurut Lama Usaha …………………...
57
14. Jumlah dan Proporsi Nasabah Responden Murabahah KBMT Bil Barkah menurut Pendapatan Bersih Usaha per Bulan ……………………………………...
58
15. Jumlah dan Proporsi Nasabah Responden Murabahah KBMT Bil Barkah menurut Frekuensi Pinjaman ...................
58
6.
7. 8. 9.
xiii
16. Jumlah dan Proporsi Nasabah Responden Murabahah KBMT Bil Barkah menurut Agunan ……………...………...
59
17. Hasil Pengujian Model Regresi Linier Berganda Realisasi Pembiayaan Murabahah KBMT Bil Barkah ………………...
60
xiv
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Kerangka Pemikiran Operasional ........................................
30
2.
Struktur Organisasi KBMT Bil Barkah ...............................
44
3.
Prosedur Pembiayaan Syariah pada KBMT Bil Barkah ......
52
xv
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1.
2.
3.
4.
Halaman Output Regresi Linear pada Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Murabahah untuk Usaha Mikro Agribisnis Sektor Perdagangan KBMT Bil Barkah ……………………………………………
75
Uji Normalitas pada Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Murabahah untuk Usaha Mikro Agribisnis Sektor Perdagangan KBMT Bil Barkah ………………………………………….
76
Uji Heteroskedastisitas pada Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Murabahah untuk Usaha Mikro Agribisnis Sektor Perdagangan KBMT Bil Barkah ………………………………………….
77
Kuesioner Penelitian ……………………………………….
78
xvi
I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Usaha mikro memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian
nasional. Peranan penting tersebut tidak hanya karena ketangguhannya dalam menghadapi berbagai permasalahan ekonomi (seperti krisis ekonomi 1997 dan krisis global 2008), tetapi juga dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya penyerapan tenaga kerja dan kontribusi terhadap Pendapatan Domestik Bruto PDB) yang semakin meningkat. Pada tahun 2009, penyerapan tenaga kerja dari sektor usaha mikro sebanyak 90.012.694 orang. Angka ini meningkat dari tahun 2008 dimana penyerapannya sebanyak 87.810.366 orang dan memperlihatkan bahwa penyerapannya tersebut lebih besar dibandingkan pada sektor usaha kecil, menengah, dan besar. Kontribusi usaha mikro terhadap PDB juga meningkat pada tahun 2009 dibandingkan tahun 2008, yaitu dari 655.703,80 Milyar menjadi 682.464,40 Milyar (Tabel 1). Tabel 1. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja dan PDB atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Skala Usaha Tahun 2008-2009 Skala Usaha Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah Usaha Besar Total
Jumlah Tenaga Kerja (Orang) 2008 2009 87.810.366 90.012.694 3.519.843 3.521.073 2.694.069 2.677.565 2.756.205 2.674.671 96.780.483 98.886.003
PDB atas Harga Konstan 2000 (Rp. Milyar) 2008 2009 655.703,80 682.462,40 217.130,20 225.478,30 292.919,10 306.784,60 832.184,80 873.567,00 1.997.938,00 5.294.860, 90
Sumber: Kementrian Koperasi dan UKM (2010)
Jumlah terbesar penyerapan tenaga kerja pada tahun 2008 dan 2009 adalah (1) Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan sebanyak 41.720.781 orang pada tahun 2008 dan 42.041.978 orang pada tahun 2009, (2) Sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebanyak 19.417.114 orang pada tahun 2008 dan 20.518.886 orang pada tahun 2009, (3) Sektor industri pengolahan 8.471.573 orang pada tahun 2008 dan 8.833.784 orang pada tahun 2009. Sedangkan jumlah terbesar PDB atas harga konstan 2000 oleh usaha mikro pada tahun 2008 dan 2009 adalah (1) Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan sebesar 1
247.922,60 Milyar pada tahun 2008 dan 258.787,50 Milyar pada tahun 2009, (2) Sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 196.077,70 Milyar pada tahun 2008 dan 199.497,30 Milyar pada tahun 2009, (3) Sektor jasa-jasa sebesar 66.685,90 Milyar pada tahun 2008 dan 70.302,80 Milyar pada tahun 2009, (4) Sektor industri pengolahan sebesar 61.302,70 Milyar pada tahun 2008 dan 64.822,40 Milyar pada tahun 2009. Adapun data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2.
Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja dan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Usaha Mikro menurut Sektor Ekonomi Tahun 2008-2009
Sektor Ekonomi Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Jumlah
Tenaga Kerja (Orang) Tahun Tahun 2008 2009
PDB (Rp. Milyar) Tahun Tahun 2008 2009
41.720.781
42.041.978
247.922,60
258.787,50
913.150
985.077
16.888,90
18.099,90
8.471.573
8.833.784
61.302,70
64.822,40
82.463
74.576
33,90
34,40
3.515.263
3.449.378
13.628,80
14.696,10
19.417.114
20.518.886
196.077,70
199.497,30
5.745.591
5.670.008
32.199,70
34.414,70
1.098.718
1.131.821
20.963,70
21.807,20
6.845.714 87.810.366
7.307.185 90.012.694
66.685,90 655.703,80
70.302,80 682.462,40
Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UKM (2010)
Usaha mikro dalam memajukan perekonomian nasional juga dapat dilihat dari jumlah usahanya yang mengalami peningkatan dan lebih besar dari jumlah usaha kecil, menengah, dan besar. Berdasarkan Tabel 3, pada tahun 2008 jumlah usaha mikro mencapai 50.847.771 unit dan pada tahun 2009 jumlahnya mencapai 52.176.795 unit dari total usaha yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa usaha mikro memiliki peran yang lebih besar dalam pembangunan perekonomian Indonesia dibandingkan skala usaha lainnya. 2
Tabel 3. Jumlah Usaha menurut Skala Usaha Tahun 2008-2009 Skala Usaha Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah Usaha Besar Total
Jumlah Usaha (Unit) Tahun 2008 Tahun 2009 50.847.771 52.176.795 522.124 546.675 39.717 41.133 4.650 4.677 51.414.262 52.769.280
Sumber: Kementrian Koperasi dan UKM (2010)
Jumlah terbesar dari usaha mikro berasal dari (1) Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan sebanyak 26.222.578 unit pada tahun 2008 dan 26.364.440 unit pada tahun 2009, (2) Sektor perdagangan, hotel, dan restoran 14.387.690 unit pada tahun 2008 dan 15.112.028 unit pada tahun 2009, (3) Sektor pengangkutan dan komunikasi sebanyak 3.186.181 unit pada tahun 2008 dan 3.388.742 unit pada tahun 2009, (4) Sektor industri pengolahan sebanyak 3.176.471 unit pada tahun 2008 dan 3.205.046 unit pada tahun 2009. Berikut jumlah usaha mikro menurut sektor ekonomi tahun 2008-2009 yang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Usaha Mikro menurut Sektor Ekonomi Tahun 2008-2009 Sektor Ekonomi Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Jumlah
Jumlah Usaha (Unit) Tahun 2008 Tahun 2009 26.222.578 258.974 3.176.471 10.756 485.530 14.387.690 3.186.181
26.364.440 269.516 3.205.046 10.838 538.603 15.112.028 3.388.742
970.163
1.031.609
2.149.428 50.847.771
2.255.973 52.176.795
Sumber: Kementrian Koperasi dan UKM (2010)
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa sektor agribisnis memberikan peran yang cukup besar dalam perkembangan jumlah usaha mikro yang ada di Indonesia. Sesungguhnya, agribisnis tidak hanya meliputi sektor pertanian, 3
peternakan, kehutanan, dan perikanan dalam sisi on-farm (budidaya) tetapi juga meliputi sisi off-farm (perindustrian dan perdagangan). Karena sistem agribisnis adalah relasi saling keterkaitan kinerja antara usahatani dengan usaha-usaha (rantai pasok input dan output) dan fasilitas penunjang (jasa layanan, infrastruktur, dan regulasi penunjang) di luar sektor pertanian (Saragih 2010a). Berdasarkan cara pandang ini, sektor ekonomi yang termasuk sektor agribisnis adalah keseluruhan sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan serta sebagian dari sektor perdagangan dan industri pengolahan. Sistem agribisnis terdiri dari empat subsistem yang saling berkaitan satu sama lain. Keempat subsistem tersebut adalah subsistem hulu (pengadaan sarana produksi pertanian), usahatani (produksi pertanian), hilir (pengolahan dan industri hasil pertanian serta pemasaran dan perdagangan), dan jasa penunjang. Salah satu sektor yang juga penting bagi keberlangsungan sistem agribisnis adalah sektor perdagangan hasil produk pertanian atau hasil olahannya. Sektor ini masuk ke dalam subsistem hilir. Sektor perdagangan hasil produk pertanian atau hasil olahannya ini berperan penting sebagai kegiatan terakhir untuk menyampaikan output agribisnis kepada konsumen (Saragih 2010b). Oleh karena itu, sektor perdagangan merupakan sektor yang menarik untuk diteliti. Usaha agribisnis di Indonesia masih banyak yang berada pada skala usaha mikro. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM, pengertian usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00. Sampai saat ini, perkembangan usaha mikro serta merta dipengaruhi oleh beberapa masalah. Permasalahan yang sering dihadapi oleh usaha mikro adalah lemahnya permodalan. Lemahnya permodalan salah satunya berasal dari akses kredit yang kurang memadai terutama akibat dari kegagalan dalam memperoleh pendanaan dari perbankan1. Selama ini, usaha mikro kurang mendapatkan perhatian dari dunia perbankan karena dunia perbankan menganggap sektor ini
1
Administrator. 2010. Masalah yang Dihadapi UKM Selama Ini. http://www.danabergulir.com [1 April 2011].
4
kurang memberikan keuntungan bagi mereka disamping adanya kelemahankelemahan yang dimiliki oleh sektor ini. Padahal jika diperhatikan, sektor ini yang terbukti mampu memberikan kontribusi dan manfaat yang nyata pada pembangunan2. Melihat hal tersebut, salah satu upaya alternatif penambahan modal bagi usaha mikro dapat diperoleh melalui Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Lembaga Keuangan Mikro merupakan lembaga keuangan yang mampu memenuhi kebutuhan modal usaha mikro, kecil, dan menengah yang cenderung dianggap tidak bankable oleh sektor perbankan nasional. Peluang yang ada pada LKM adalah lembaga keuangan yang lebih dekat dengan masyarakat yang menawarkan sistem administrasi yang lebih sederhana dan sesuai dengan skala serta sifat usaha mikro dan kecil sehingga kemudahan dan kecepatan layanan dalam menyalurkan pembiayaan dapat diberikan lebih baik (Wijono 2005). Lembaga
keuangan
mikro
dapat
menerapkan
sistem
keuangan
konvensional ataupun sistem keuangan syariah. Hal ini diatur dalam UU No. 7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 10 tahun 1998, diacu dalam Kasmir 2002. Berbeda dengan pembiayaan konvensional, pembiayaan syariah ini bebas bunga dan pembagian keuntungan didasarkan atas bagi hasil yang dilakukan setelah periode transaksi berakhir. Lembaga Keuangan Mikro yang menerapkan sistem syariah dikenal dengan sebutan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS). Lembaga Keuangan Mikro Syariah merupakan lembaga keuangan yang melakukan kegiatan jasa keuangan untuk pengusaha mikro dengan berbasis syariah dengan menerapkan hubungan kemitraan. Menurut Bank Indonesia, LKMS dapat berbentuk bank dan non-bank. Lembaga yang termasuk pada LKMS bentuk bank adalah Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), sedangkan lembaga yang termasuk dalam LKMS bentuk non-bank adalah Baitul Maal wat Tamwil (BMT). Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan salah satu bentuk dari Lembaga Keuangan Mikro Syariah non-bank yang konsisten bergerak pada pembiayaan mikro. Usaha mikro merupakan usaha yang memiliki potensi untuk dibiayai (seperti yang telah dijelaskan di awal) serta dianggap lebih tangguh 2
Tim Warta BRI. April 2005. Mendorong Perkembangan Ekonomi Kerakyatan. Warta BRI. 1.
5
dalam menghadapi berbagai permasalahan ekonomi dibandingkan usaha besar. Sistem syariah pun dianggap sangat pas untuk usaha yang mempunyai ketidakpastian tinggi dan keterbatasan informasi pasar seperti karakteristik usaha mikro tersebut. Ada tiga hal yang menjadi penciri dari pembiayaan berbasis syariah, yaitu (1) bebas bunga, (2) berprinsip bagi hasil dan risiko, dan (3) perhitungan bagi hasil tidak dilakukan di muka. Berbeda dengan kredit konvensional yang memperhitungkan suku bunga di depan, pembiayaan syariah menghitung hasil setelah periode transaksi berakhir. Hal ini berarti dalam pembiayaan syariah pembagian hasil dilakukan setelah ada keuntungan riil, bukan berdasar hasil perhitungan spekulatif. Sistem bagi hasil ini dipandang lebih sesuai dengan iklim bisnis yang memang mempunyai potensi untung dan rugi (Anonim 2005). Selain itu, pembiayaan kepada usaha mikro juga dapat membantu pemerintah dalam menurunkan angka kemiskinan karena salah satu penyebab utama masih tingginya angka kemiskinan dan kesenjangan pendapatan di Indonesia saat ini adalah desain kebijakan ekonomi yang ada masih belum sepenuhnya berpihak pada kelompok marjinal masyarakat. Padahal, dalam struktur perekonomian nasional, proporsi kelompok usaha mikro, yang mencerminkan kaum marjinal tersebut, menempati urutan teratas (Beik 2010). Usaha pokok Baitul Maal wat Tamwil (BMT) adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan/tabungan dan menyalurkan lewat pembiayaan usaha-usaha masyarakat yang produktif dan menguntungkan sesuai dengan sistem ekonomi syariah. Dengan demikian, selain menghimpun dana dari masyarakat, melalui investasi/tabungan, kegiatan BMT adalah mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi umat, terutama pengusaha mikro3. Pengusaha mikro juga menjadi lebih leluasa bergerak karena tidak terbebani akan adanya beban bunga yang terus bertambah. Baitul Maal wat Tamwil pun dapat mengadopsi bentuk koperasi menjadi Koperasi Baitul Maal wat Tamwil (KBMT). Dasar dari adopsi ini adalah UU No. 25 tahun 1992 dimana diperbolehkan bagi sebuah koperasi menerapkan sistem bagi hasil.
3
Administrator. 2008. Pengertian BMT.http://www.yayasanmuslimbatuhijau.com [1 Juni 2011].
6
Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Bogor (2010) menyatakan bahwa pada tahun 2007 terdapat 8 KBMT yang aktif. Lalu pada tahun 2009 terdapat 18 KBMT dan pada tahun 2010 jumlahnya mengalami kenaikan menjadi 29 KBMT. Hal ini memperlihatkan bahwa Kabupaten Bogor memiliki potensi dalam perkembangan KBMT ke depannya. Dengan adanya peningkatan jumlah KBMT diharapkan pula mampu menurunkan angka kemiskinan dan turut menggerakkan sektor riil terutama pada usaha mikro. 1.2.
Perumusan Masalah Koperasi Baitul Maal wat Tamwil (KBMT) Bil Barkah merupakan KBMT
yang berdiri pada tanggal 2 Januari 2008 dan terletak di Kabupaten Bogor. Adapun produk pembiayaan yang tersedia saat ini baru dua, yaitu mudharabah (akad bagi hasil) dan murabahah (akad jual beli). Meskipun demikian, KBMT Bil Barkah juga menyalurkan dua akad pelengkap, yaitu qardh dan hiwalah (Tabel 5). Pembiayaan yang difokuskan untuk lebih banyak disalurkan adalah murabahah. Hal tersebut dipilih karena KBMT Bil Barkah dapat dengan mudah menentukan marjin keuntungan dari setiap nasabah dan memudahkan pembukuan bagi pihak KBMT sendiri. Pembiayaan murabahah yang disalurkan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan usaha/produktif (modal kerja dan investasi) dan kebutuhan konsumtif. Tabel 5. Pembiayaan per Akad KBMT Bil Barkah Tahun 2008-2010 Jenis Akad
Murabahah Mudharabah Qard Hiwalah
2008 Realisasi Nasa (Rp 000) bah (Org) 251.427 135.850 1.300 -
282 185 3 -
2009 Realisasi Nasa (Rp 000) bah (Org) 457.204 5.500 5.700 13.800
360 3 3 9
2010 Realisasi (Rp 000)
450.585 11.000 1.000 12.100
Nas aba h (Org ) 344 4 1 9
Sumber: Laporan Keuangan Tahunan KBMT Bil Barkah (2011)
Realisasi pembiayaan murabahah yang dilakukan oleh KBMT Bil Barkah didominasi oleh nasabah yang bergerak pada usaha agribisnis sektor perdagangan. 7
Berdasarkan data performance bulan Maret 2011, total nasabah pembiayaan murabahah berjumlah 145 orang. Dari total nasabah tersebut, nasabah yang mengajukan pembiayaannya untuk tujuan konsumtif (seperti pembelian barang elektronik rumah tangga, pembayaran pendidikan anak, dan sebagainya) berjumlah 36 orang dan nasabah yang mengajukan pembiayaannya untuk tujuan produktif berjumlah 109 orang. Usaha produktif tersebut terdiri atas nasabah yang memiliki usaha di bidang agribisnis sebanyak 22 orang dan nasabah yang memiliki usaha di bidang non-agribisnis sebanyak 87 orang. Dua orang berusaha di sektor on-farm (budidaya pertanian) dan 85 orang berusaha di sektor off-farm (perdagangan). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa proporsi terbesar berasal dari nasabah yang memiliki kegiatan produktif agribisnis sektor perdagangan, yaitu sebesar 58,62 persen dari total usaha yang ada (Tabel 6). Tabel 6. Alokasi Pembiayaan Murabahah KBMT Bil Barkah menurut Tujuan Pembiayaan berdasarkan Data Performance Bulan Maret 2011 Tujuan Pembiayaan Produktif
Agribisnis On-farm (budidaya) Off-farm (perdagangan) Non-agribisnis
Konsumtif Total
Realisasi (Rp 000)
Proporsi (%)
Nasabah (Orang)
Proporsi (%)
2.000
0,81
2
1,38
127.300 42.800 73.975 246.075
51,73 17,40 30,06 100,00
85 22 36 145
58,62 15,18 24,82 100,00
Sumber: Laporan Keuangan Tahunan KBMT Bil Barkah (2011)
Sampai saat ini, jumlah realisasi dan nasabah pembiayaan murabahah di KBMT Bil Barkah masih berfluktuasi (naik-turun). Target pembiayaan murabahah pun masih belum dapat dicapai secara maksimal. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7 dimana target pembiayaan murabahah yang ditetapkan pada tahun 2009 adalah Rp 797.053.069,00. Dari target tersebut, pembiayaan murabahah yang
direalisasikan
sebesar
Rp
457.204.000,00
sehingga
persentase
pencapaiannya hanya 57,36 persen dari target. Sedangkan pada tahun 2010, meskipun target realisasinya sudah diturunkan, namun masih juga belum mencapai target. Persentase pencapaiannya baru mencapai 88,35 persen. Hal ini 8
karena pembiayaan yang direalisasikan hanya sebesar Rp 450.585.000,00 dari target sebesar Rp 510.021.570,00. Tabel 7. Target dan Realisasi Pembiayaan per Akad KBMT Bil Barkah Tahun 2009-2010 Jenis Akad
Tahun 2009 Target Realisasi (Rp 000) (Rp 000)
Murabahah Mudharabah Qard Hiwalah
Tahun 2010 Target Realisasi (Rp 000) (Rp 000)
(%)
(%)
797.053,069
457.204
57,36
510.021,570
450.585
88,35
61.700 12.800 -
5.500 8.000 13.800
8,91 62,50 -
41.000 13.000 86.750
11.000 1.000 12.100
26,83 7,69 13,95
Sumber: Laporan Keuangan Tahunan KBMT Bil Barkah (2011)
Realisasi pembiayaan murabahah juga dipengaruhi oleh unsur kehatihatian yang dianut oleh KBMT Bil Barkah dalam penyaluran pembiayaan. Unsur kehati-hatian tetap menjadi prioritas dalam penyaluran dana, karena penyaluran dana berkaitan dengan pengumpulan dana (pengembalian piutang), pengumpulan dana akan berpengaruh terhadap perputaran piutang, perputaran piutang yang lambat akan menjadi penilaian tingkat kesehatan KBMT. Sebagai LKMS yang nasabahnya berada pada skala usaha mikro, plafon maksimal pembiayaan akad murabahah di KBMT Bil Barkah saat ini adalah Rp 10.000.000,00. Dengan plafon sebesar ini, usaha mikro diharapkan dapat tumbuh dan berkembang usahanya, sehingga dapat meningkatkan permintaan realisasi pembiayaan. Untuk dapat mencapai peningkatan realisasi pembiayaan murabahah tersebut, perlu mengetahui dan memperhatikan karakteristik nasabahnya. Hal ini karena
dari
karakteristik
nasabah
dapat
diketahui
faktor-faktor
yang
mempengaruhi realisasi pembiayaan murabahah. Karakteristik nasabah penting untuk diidentifikasi karena terkait dengan karakter, keberhasilan dalam menjalankan usaha, serta kemampuan dalam pengembalian pembiayaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian secara faktual untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan murabahah tersebut berdasarkan karakteristik nasabah. Dengan demikian, KBMT Bil Barkah pun dapat meningkatkan jumlah pembiayaan yang tepat dan 9
menentukan nasabah yang tepat untuk direalisasikan ke depannya sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam hal ini ada beberapa permasalahan yang harus dijawab dalam penelitian ini, yaitu: 1.
Bagaimana karakteristik nasabah pembiayaan murabahah usaha mikro agribisnis sektor perdagangan di KBMT Bil Barkah?
2.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi pembiayaan murabahah untuk usaha mikro agribisnis sektor perdagangan di KBMT Bil Barkah?
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai melalui
penelitian ini adalah: 1.
Mengidentifikasi karakteristik nasabah pembiayaan murabahah usaha mikro agribisnis sektor perdagangan di KBMT Bil Barkah.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan murabahah untuk usaha mikro agribisnis sektor perdagangan di KBMT Bil Barkah. 1.4.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan informasi bagi
berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu: 1.
Bagi KBMT Bil Barkah, dapat menjadi sumber informasi dan bahan masukan terkait dalam meningkatkan total realisasi pembiayaan syariah khususnya murabahah sesuai target dan tepat sasaran.
2.
Bagi penulis, dapat memperkaya ilmu dan pengetahuan yang telah diperoleh di masa perkuliahan khususnya tentang pembiayaan syariah.
3.
Bagi mahasiswa, dapat menjadi bahan pustaka dan referensi untuk penelitian yang akan dilakukan.
10
1.5.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian
ini
difokuskan
kepada
analisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah, khususnya realisasi terhadap nasabah yang bergerak pada usaha mikro agribisnis dari sisi off-farm yaitu sektor perdagangan hasil pertanian dan olahannya (dalam hal ini pedagang sembako, pedagang makanan, dan pedagang sayuran) di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Studi Kasus dilakukan pada KBMT Bil Barkah dan skim pembiayaan yang diteliti adalah murabahah.
11
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Potensi dan Permasalahan Usaha Mikro Usaha Mikro sering disebut bersamaan dengan Usaha Kecil dan
Menengah (UMKM) merupakan salah satu pelaku usaha yang memiliki peran penting namun kadang dianggap terlupakan dalam kebijakan di Indonesia. Peran usaha mikro juga tidak hanya sekedar pendukung dalam kontribusi ekonomi nasional. Hal ini ditandai dengan kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, penyedia lapangan kerja terbesar, pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor (Rafinaldy, 2006). Setyobudi (2007) memaparkan bahwa usaha mikro kecil menengah dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Kondisi tersebut dapat dilihat dari berbagai data empiris yang mendukung bahwa eksistensinya cukup dominan dalam perekonomian Indonesia, yaitu jumlah industri yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi. Setiap tahun jumlahnya mendominasi dari jumlah total unit usaha. Kontribusinya dalam pembentukan PDB cukup signifikan. Kemudian potensinya juga besar dalam penyerapan tenaga kerja. Setiap unit investasi pada sektor usaha mikro kecil menengah dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja bila dibandingkan dengan investasi yang sama pada usaha besar. Akan tetapi, potensi yang begitu besar tidak membuat usaha mikro kecil menengah
dapat
berkembang
dengan
pesat.
Bahkan
banyak
yang
perkembangannya masih jauh dari harapan. Hal ini terkait dengan permasalahanpermasalahan
yang
dihadapi.
Permasalahan-permasalahan
tersebut
dapat
dikategorikan menjadi tiga, yaitu permasalahan yang bersifat klasik dan mendasar, permasalahan lanjutan, dan permasalahan antara. Permasalahan yang bersifat klasik dan mendasar, antara lain berupa permasalahan modal, bentuk badan hukum yang umumnya non-formal, SDM, pengembangan produk dan akses pemasaran. Lalu permasalahan lanjutan, antara lain pengenalan dan penetrasi pasar ekspor yang belum optimal, kurangnya pemahaman terhadap desain produk yang sesuai dengan karakter pasar, 12
permasalahan hukum yang menyangkut hak paten, prosedur kontrak penjualan, serta peraturan yang berlaku di negara tujuan ekspor. Sedangkan permasalahan antara, yaitu permasalahan dari instansi terkait untuk menyelesaikan masalah dasar agar mampu menghadapi persoalan lanjutan secara lebih baik. Permasalahan tersebut antara lain dalam hal manajemen keuangan, agunan, dan keterbatasan dalam kewirausahaan. 2.2.
Pembiayaan Syariah bagi Usaha Mikro
2.2.1. Peranan Pembiayaan Syariah Saat ini, pembiayaan syariah dapat dijadikan sebagai alternatif solusi bagi para pelaku usaha yang memiliki masalah dalam hal permodalan. Pembiayaan syariah pun memiliki peranan penting bagi para pelaku usaha yang ada di Indonesia ke depannya terutama bagi para pelaku usaha mikro. Peranan penting tersebut antara lain membuka peluang pembiayaan bagi kegiatan usaha berdasarkan prinsip kemitraan (partnership). Konsep yang diterapkan adalah hubungan kerjasama investasi yang harmonis (mutual investorrelationship) yang berbeda dengan pola hubungan debitur dan kreditur yang antagonis (debtor to creditor relationship) pada pembiayaan oleh perbankan konvensional. Produk dan jasa yang ditawarkan pembiayaan syariah pun memiliki sejumlah keunggulan berupa peniadaan pembebanan
bunga
pembatasan
kegiatan
yang
berkesinambungan
spekulasi,
pengutamaan
(perpetualinterest kegiatan-kegiatan
effect), yang
mewujudkan keterkaitan antara sektor keuangan dengan sektor riil (linkages between financial sector and real sector), serta pembiayaan ditujukan kepada usaha-usaha yang lebih memperhatikan nilai-nilai etika dan moralitas (Siregar, 2002). Hal ini didukung oleh Soetrisno (2004) yang menyatakan bahwa pembiayaan syariah sangat cocok untuk usaha yang mempunyai ketidakpastian tinggi dan keterbatasan informasi pasar seperti usaha mikro. Pada umumnya, usaha mikro merasa terbebani dengan adanya sistem bunga yang diterapkan pada pembiayaan konvensional karena bunga tersebut identik dengan upaya memperoleh keuntungan atas kerjasama antara pihak pemberi pembiayaan dengan 13
pelaku usaha. Akan tetapi, adanya sistem bagi hasil yang diterapkan pada pembiayaan syariah dapat menghindari prinsip mendapatkan untung atas kerjasama orang lain tersebut. 2.2.2. Pembiayaan Syariah Murabahah Dalam pembiayaan syariah, terdapat tiga prinsip pembiayaan, yaitu bagi hasil, jual beli, dan sewa menyewa. Murabahah termasuk ke dalam prinsip jual beli. Yuspin (2007) memaparkan bahwa murabahah adalah prinsip jual beli dimana harga jualnya terdiri dari harga pokok barang ditambah nilai keuntungan yang disepakati. Pada murabahah, penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi sementara pembayarannya dilakukan secara tunai, tangguh ataupun dicicil. Pada murabahah, untuk terbentuknya akad pembiayaan haruslah memenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat murabahah. Rukun murabahah ada lima yaitu adanya penjual, pembeli, objek atau barang yang diperjualbelikan, harga nilai jual barang berdasarkan mata uang, dan ijab qabul. Sementara itu, syarat murabahah adalah penjual memberitahu biaya modal kepada pembeli, kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan, kontrak harus bebas riba, penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian, serta penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. Dalam pelaksanaannya, pembelian objek murabahah dapat dilakukan oleh pembeli murabahah tersebut sebagai wakil dari pihak lembaga keuangan syariah dengan akad wakalah atau perwakilan. Setelah akad wakalah dimana pembeli murabahah tersebut bertindak untuk dan atas nama lembaga keuangan syariah untuk melakukan pembelian objek murabahah tersebut. Setelah akad wakalah selesai dan objek murabahah tersebut secara prinsip telah menjadi hak milik lembaga keuangan syariah maka terjadi akad kedua antara lembaga keuangan syariah dengan pembeli murabahah atau nasabah yaitu akad murabahah. 2.3.
Peranan BMT dalam Pemberdayaan Usaha Mikro Falihah (2007), dalam skripisinya, mengemukakan tentang peranan BMT
dalam pemerdayaan usaha mikro. Pemberdayaan adalah usaha suatu lembaga atau perkumpulan untuk membatu seseorang atau suatu masyarakat untuk hidup lebih 14
baik. Dalam hal ini, BMT bertindak sebagai LKMS yang memberdayakan masyarakat sekitar yang berpendidikan rendah, berpenghasilan rendah, dan salafi. Prioritas utama pemberdayaan BMT adalah para pengusaha mikro, selain pengusaha kecil dan menengah. Usaha mikro diartikan sebagai usaha yang bergerak di sektor informal, berpenghasilan rendah, dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan primer saja. Contohnya adalah tukang sayur keliling. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) berperan dalam pemberdayaan usaha mikro dengan lebih menekankan setiap pembiayaan yang disalurkannya untuk para pelaku usaha mikro yang produktif. Dengan adanya pembiayaan produktif, BMT mampu memberikan kesempatan dan memotivasi para pelaku usaha mikro untuk terus berusaha demi memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya. Dengan pembiayaan produktif, BMT juga berperan dalam melindungi nasabah dari jeratan kemiskinan, baik miskin harta ataupun miskin akan kepercayaan diri untuk hidup yang lebih baik melalui usaha. 2.4.
Karakteristik Nasabah Pembiayaan Syariah Karakteristik nasabah merupakan salah satu hal yang dilihat oleh pihak
lembaga keuangan syariah sebelum memberikan keputusan realisasi pembiayaan. Karakteristik nasabah usaha mikro khususnya nasabah pembiayaan murabahah dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain tingkat pendidikan, jenis kelamin, profit usaha, aset usaha, komposisi modal, pengalaman usaha, frekuensi pembiayaan, nisbah bagi hasil, dan sektor usaha. Hal ini dipaparkan oleh Kurnia (2009) dimana pemberian pembiayaan syariah mayoritas nasabah berpendidikan akhir SD dan berjenis kelamin laki-laki. Profit usaha yang dimiliki nasabah berkisar rata-rata Rp 19.977.225,70 per tahun dengan sumbangan terbesar dari sektor perdagangan yaitu Rp 43.817.506,70 per tahun. Total aset usaha rata-rata sebesar Rp 41.915.000,00 per tahun dan komposisi modal rata-rata sebesar Rp 9.408.750,40 per tahun. Selain itu, pengalaman usaha setiap nasabah pun beragam. Akan tetapi, mayoritas berada di atas 10 tahun. Frekuensi pembiayaannya masih rendah, yaitu dibawah lima kali. Untuk nisbah bagi hasil, rata-rata total dari seluruh sektor usaha memiliki nisbah bagi hasil sebesar Rp 765.625,00. Sedangkan sektor yang paling besar realisasi pembiayaannya adalah sektor peternakan diikuti oleh sektor perdagangan. 15
Hal yang serupa juga ditunjukkan oleh Anggriawan (2010). Di dalam penelitiannya, karakteristik nasabah pembiayaan syariah dapat dilihat dari tingkat pendidikan, jenis kelamin, jumlah tanggungan keluarga, keuntungan usaha, frekuensi pembiayaan, nisbah bagi hasil, komposisi modal usaha, dan sektor usaha. Tingkat pendidikan para nasabah beragam, namun yang paling banyak adalah tamatan SMU/sederajat. Untuk jenis kelamin, pria lebih banyak dibandingkan wanita yang direalisasikan pembiayaannya dengan jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki nasabah rata-rata sebanyak empat orang. Keuntungan usaha terbesar tiap tahunnya berasal dari sektor perdagangan, yaitu Rp 143.505.995,00 per tahun. Frekuensi pembiayaannya berkisar antara 2-10 kali. Nisbah bagi hasil usaha rata-rata sebesar Rp 17.039.083,25 per tahun dan komposisi modal usaha rata-rata sebesar 55,06 persen. Selain itu, dapat terlihat pula bahwa sektor yang paling besar realisasi pembiayaannya adalah sektor perikanan dan yang paling kecil adalah sektor perdagangan. 2.5.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Syariah Faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah dapat
dilihat dari variabel karakteristik nasabah yang direalisasikan pembiayaanya. Setiap variabel akan menggambarkan pengaruh atau tidaknya terhadap jumlah realisasi pembiayaan. Farida (2007) menduga adanya beberapa faktor yang mempengaruhi pembiayaan syariah dalam pembiayaan agribisnis. Faktor-faktor tersebut adalah jumlah tanggungan keluarga, pengalaman usaha, pendapatan usaha, skala usaha, frekuensi pembiayaan, jangka waktu angsuran, pengetahuan mengenai akad, serta sektor usaha. Berdasarkan hasil penelitiannya, diketahui enam variabel yang berpengaruh nyata, yaitu skala usaha, jangka waktu angsuran, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan usaha, frekuensi pembiayaan, dan sektor usaha. Pengalaman usaha dianggap tidak berpengaruh nyata karena dalam penyaluran pembiayaan, pihak KBMT tidak memberikan plafon pembiayaan atas dasar pengalaman usaha dari nasabah. Sedangkan variabel pengetahuan skim pembiayaan tidak berpengaruh secara nyata karena sebagian besar pola pikir nasabah mengenai pembiayaan masih bersifat konvensional. Kurnia (2009) juga meneliti hal yang sama dan membahas tujuh faktor yang diduga mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis, 16
yaitu pengalaman usaha, profit usaha, frekuensi pembiayaan, nisbah bagi hasil, tahun pendidikan, komposisi modal usaha, dan sektor usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah pada sektor agribisnis hanya satu, yaitu nisbah bagi hasil. Bagi hasil semakin besar dengan mengikuti besarnya nilai realisasi pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis. Sedangkan faktor-faktor lainnya tidak berpengaruh secara nyata. Selain itu, dalam penelitian lain tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan syariah pada sektor agribisnis yang dilakukan Anggriawan (2010), dijelaskan bahwa dari delapan faktor yang diduga berpengaruh terhadap realisasi pembiayaan murabahah pada sektor agribisnis, terdapat empat faktor yang berpengaruh nyata. Faktor-faktor yang berpengaruh tersebut adalah nisbah bagi hasil/margin, komposisi modal usaha, pengetahuan mengenai akad pembiayaan, dan sektor usaha yang dimiliki nasabah. Sedangkan faktor yang tidak berpengaruh adalah jumlah tanggungan keluarga, keuntungan usaha, frekuensi pembiayaan, dan tahun pendidikan. Adapun dalam penelitian yang dilakukan ini juga akan membahas mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah pada sektor agribisnis dengan menggunakan perhitungan regresi linier berganda. Namun, terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu lokasi penelitian serta hanya fokus kepada agribisnis sektor perdagangan. Selain itu, ada delapan faktor yang diduga memiliki pengaruh dalam realisasi. Faktor-faktor tersebut yaitu usia, jenis kelamin, jumlah tanggungan keluarga, lama pendidikan, lama usaha, pendapatan bersih usaha per bulan, frekuensi pinjaman, dan agunan.
17
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Pembiayaan Syariah Menurut Rivai dan Veithzal (2008), terdapat tiga prinsip pembiayaan dalam melakukan akad pada lembaga keuangan syariah, yaitu: 1.
Bagi hasil atau syirkah (Profit Sharing) Fasilitas pembiayaan yang disediakan disini berupa uang tunai atau barang yang dinilai dengan uang. Dilihat dari sisi jumlah, dapat menyediakan sebagian atau 100% dari modal yang diperlukan. Dilihat dari sisi bagi hasilnya, ada dua jenis, yaitu revenue sharing atau profit sharing. Sedangkan dalam hal presentase bagi hasilnya dikenal dengan nisbah, yang dapat disepakati dengan nasabah pada saat akad pembayaran. a.
Mudharabah Sistem kerjasama usaha antara dua pihak atau lebih dimana pihak pertama menyediakan seluruh kebutuhan modal sedangkan pengusaha sebagai pengelola yang menyediakan keahliannya. Pengelola yang dipercaya harus bertanggung jawab bila terjadi kerugian yang diakibatkan oleh kelalaiannya, sedangkan kerugian ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut bukan akibat kelalaian pengelola. Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang tertuang dalam kontrak. Dalam hal ini, Lembaga Keuangan Syariah (LKS) berperan sebagai penyedia modal sedangkan nasabah akan menjadi pengelola dari usaha tersebut.
b.
Musyarakah Transaksi ini terjadi diantara 2 pihak atau lebih yang memiliki keinginan untuk bekerjasama dalam suatu usaha. Masing-masing menyertakan dan menyetorkan modalnya (baik tangible atau intangible asset) dengan pembagian keuntungan di kemudian hari sesuai kesepakatan. Terdapat dua jenis, yaitu muzara’ah (benih dari pemilik lahan) dan murabarah (benih dari penggarap lahan pertanian). Dalam hal ini LKS menyediakan
18
fasilitas pembiayaan berupa dana segar agar usaha nasabah dapat berkembang ke arah yang lebih baik. c.
Al-Muzara’ah Kerjasama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan persentase bagian tertentu dari hasil panen.
d.
Al-Musaqah Kerjasama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, dimana penggarap tanah hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan dan sebagai imbalannya, penggarap mendapat nisbah tertentu dari hasil panen.
2.
Jual beli atau bai’ (Sale and Purchase) a.
Bai’ Al-Murabahah atau beli angsur Transaksi jual beli dimana lembaga pembiayaan menyebutkan jumlah keuntungan tertentu. Di sini LKS bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli sehingga harga beli dari produsen ditambah dengan keuntungan/margin lembaga pembiayaan sebelum dijual ke nasabah. Barang diserahkan setelah akad dilakukan, sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh atau mencicil.
b.
Al-Bai’ Naqdan Akad jual beli biasa yang dilakukan secara tunai.
c.
Al-Bai’ Muajjal Jual beli yang dilakukan secara cicilan. Barang diserahkan pada awal periode sedangkan uang dapat diserahkan pada periode berikutnya.
d.
Al-Bai’ Salam Dalam jual beli jenis ini, barang yang ingin dibeli biasanya belum ada. Uang sekaligus diserahkan dimuka sedangkan barang diserahkan di akhir periode pembayaran. Biasanya yang diperjualbelikan adalah produk pertanian. Lembaga Keuangan Syariah akan bertindak sebagai pembeli.
19
e.
Bai’ Al-Istishna Transaksi yang merupakan kontrak penjualan antara pembeli dengan produsen. Transaksi ini relatif hampir serupa dengan bai’ as-salam. Akan tetapi akad ini lebih cocok untuk produk manufaktur.
3.
Sewa-menyewa a.
Ijarah Akad untuk memanfaatkan jasa, baik jasa atas barang atau tenaga kerja. Bila digunakan untuk mendapatkan manfaat barang, disebut sewamenyewa. Bila digunakan untuk mendapatkan manfaat tenaga kerja disebut upah-mengupah.
b.
Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT) Ijarah yang membuka peluang kemungkinan perpindahan kepemilikan atas barang yang disewakan.
c.
Ju’alah Akad ijarah yang pembayarannya didasarkan atas kinerja objek yang disewa. Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya diperlukan pula
akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, namun akad pelengkap ini diperbolehkan untuk meminta pengganti biaya-biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan akad ini. Besarnya pengganti biaya ini hanya untuk menutupi biaya yang benar-benar timbul (Antonio, 2001). Akad pelengkap yang berbasis jasa (fee-based service) ini terdiri atas: 1.
Al-Hawalah Al-Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Pada LKS biasanya diterapkan pada factoring atau anjak piutang (dimana nasabah yang memiliki piutang kepada pihak ketiga memindahkan piutang itu ke LKS, LKS lalu membayar piutang tersebut dan LKS menagihnya dari pihak ketiga ), post-dated check (dimana LKS bertindak sebagai juru tagih tanpa membayarkan dulu piutang tersebut), ataupun bill discounting.
20
2.
Ar-Rahn Ar-Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjamannya. Lembaga Keuangan Syariah menggunakannya dalam dua hal, yaitu sebagai produk pelengkap dan produk tersendiri. Sebagai produk pelengkap artinya sebagai akad tambahan jaminan terhadap produk pembiayaan lain. Di samping itu, LKS dapat menahan harta nasabah sebagai konsekuensi akad tersebut.
3.
Al-Qardh Al-Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih kembali tanpa mengharapkan imbalan. Biasanya diterapkan dalam tiga hal, yaitu sebagai produk pelengkap kepada nasabah loyal yang membutuhkan dana talangan, fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat, serta produk untuk menyumbang usaha yang sangat kecil atau sektor sosial.
4.
Al-Wakalah Al-Wakalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandat. Biasanya terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada LKS untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan L/C (administrasi) dan transfer uang. Pemberian kuasa berakhir sesuai dengan persetujuan bersama antara pihak nasabah dan LKS.
5.
Al-Kafalah Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Aplikasinya yaitu penjaminan atau garansi LKS kepada anggota yang memerlukan adanya jaminan untuk kepentingan usahanya. Atas penjaminan ini LKS berhak atas fee atau jasa penjaminan yang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah, terdapat prinsip-prinsip
penilaian pembiayaan yang harus dipenuhi oleh pemohon pembiayaan karena terdapat unsur kepercayaan dan risiko yang dipertaruhkan. Sebagai lembaga keuangan syariah non-bank, KBMT dalam menyalurkan pembiayaannya menggunakan pendekatan pembiayaan yang dilakukan oleh lembaga keuangan syariah bank dimana pemberian pembiayaan kepada seorang nasabah agar dapat 21
dipertimbangkan dan direalisasikan pembiayaannya maka terlebih dahulu harus terpenuhi persyaratan yang dikenal dengan prinsip 6C (Rivai dan Veithzal 2008), yaitu: 1.
Character adalah keadaan watak/sifat dari nasabah, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana itikad/kemauan calon nasabah untuk memenuhi kewajibannya (willingness to pay) sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. Pemberian pembiayaan harus atas dasar kepercayaan, sedangkan yang mendasari suatu kepercayaan, yaitu adanya keyakinan dari pihak bank, bahwa si peminjam mempunyai moral, watak, dan sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif. Disamping itu, memiliki rasa tanggungjawab,
baik
dalam
kehidupan
pribadi
sebagai
manusia,
kehidupannya sebagai anggota masyarakat, maupun dalam melakukan kegiatan usahanya. 2.
Capital adalah jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah. Makin besar modal sendiri yang dimiliki, tentu semakin tinggi kesungguhan calon nasabah menjalankan usahanya (karena ikut menanggung risiko terhadap gagalnya usaha) dan lembaga keuangan akan merasa lebih yakin memberikan pembiayaan. Penilaian atas besarnya modal sendiri adalah penting, mengingat pembiayaan lembaga keuangan hanya sebagai tambahan pembiayaan dan bukan untuk membiayai seluruh modal yang diperlukan. Dalam prakteknya, kemampuan capital ini dimanifestasikan dalam bentuk kewajiban untuk menyediakan self financial, yang sebaiknya memiliki jumlah yang lebih besar dari pembiayaan yang diminta kepada lembaga keuangan. Bentuk dari self financial ini tidak harus berupa uang tunai, bisa saja dalam bentuk barang modal seperti tanah, bangunan, dan mesin-mesin. Besar kecilnya capital ini dapat dilihat dari neraca perusahaan, yaitu pada owner equity, laba yang ditahan, dan lain-lain. Untuk perorangan, dapat dilihat dari daftar kekayaan yang bersangkutan setelah dikurangi utang-utangnya.
3.
Capacity adalah kemampuan yang dimiliki calon nasabah dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Kegunaan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui/mengukur sampai sejauh mana calon nasabah 22
mampu mengembalikan atau melunasi utang-utangnya (ability to pay) secara tepat waktu, dari hasil usaha yang diperolehnya. Pengukuran capacity dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan, antara lain: a. Pendekatan
historis,
yaitu
menilai
past
performance,
apakah
menunjukkan perkembangan dari waktu ke waktu. b. Pendekatan finansial, yaitu menilai latar belakang pendidikan para pengurus. Hal ini sangat penting untuk perusahaan-perusahaan yang mengandalkan keahlian teknologi tinggi atau perusahaan yang memerlukan profesionalitas tinggi, seperti rumah sakit dan biro konsultan. c.
Pendekatan yuridis, yaitu secara yuridis apakah calon nasabah mempunyai kapasitas untuk mewakili badan usaha untuk mengadakan perjanjian pembiayaan dengan bank.
d.
Pendekatan manajerial, yaitu menilai sejauh mana kemampuan dan keterampilan nasabah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam memimpin perusahaan.
e.
Pendekatan teknis, yaitu untuk menilai sejauh mana kemampuan calon nasabah mengelola faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja, sumber bahan
baku,
peralatan-peralatan/mesin-mesin,
administrasi
dan
keuangan, industrial relation, sampai pada kemampuan merebut pasar. 4.
Collateral adalah barang yang diserahkan nasabah sebagai agunan terhadap pembiayaan yang diterimanya. Collateral harus dinilai oleh bank untuk mengetahui sejauh mana risiko kewajiban finansial nasabah kepada bank. Penilaian terhadap agunan ini meliputi jenis, lokasi, bukti kepemilikan, dan status hukumnya. Pada hakikatnya bentuk collateral tidak hanya berbentuk kebendaan. Bisa juga collateral yang tidak berwujud seperti jaminan pribadi (borgtocht), letter of guarantee, letter of comfort, rekomendasi, dan avails. Penilaian terhadap collateral ini dapat ditinjau dari dua segi, yaitu: a.
Segi ekonomis, yaitu nilai ekonomis dari barang-barang yang akan diagunkan.
b.
Segi yuridis, yaitu apakah agunan tersebut memenuhi syarat-syarat yuridis untuk dipakai sebagai agunan. 23
5.
Conditions of Economy adalah situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, dan budaya yang mempengaruhi keadaan perekonomian yang kemungkinan pada suatu saat dapat mempengaruhi kelancaran usaha calon nasabah. Untuk mendapat gambaran mengenai hal tersebut, perlu diadakan penelitian mengenai beberapa hal, antara lain: a.
Keadaan konjungtur.
b.
Peraturan-peraturan pemerintah.
c.
Situasi politik dan perekonomian dunia.
d.
Keadaan lain yang mempengaruhi pemasaran.
Kondisi ekonomi yang perlu disoroti mencakup hal-hal sebagai berikut: a.
Pemasaran
: Kebutuhan, daya beli masyarakat, luas pasar, perubahan mode, bentuk persaingan, peranan barang substitusi, dan lain-lain.
b.
Teknis Produksi
: Perkembangan teknologi, tersedianya bahan baku, dan cara penjualan dengan sistem cash atau pembiayaan.
c.
Peraturan Pemerintah : Kemungkinan pengaruhnya terhadap produk yang dihasilkan. Misalnya, larangan peredaran jenis obat tertentu.
6.
Constraints adalah batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan suatu bisnis untuk dilaksanakan pada tempat tertentu, misalnya, pendirian usaha SPBU yang disekitarnya terdapat banyak bengkel-bengkel las atau pembakaran batu bata.
3.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pembiayaan yang diberikan kepada nasabah adalah pendapatan bersih usaha, frekuensi pinjaman, besar tunggakan dan jangka waktu angsuran (Arsyad 2008). Jumlah pembiayaan yang diambil sangat tergantung dari tingkat aksesibilitas nasabah yang dipengaruhi oleh dua faktor umum, yaitu faktor ekonomi dan non-ekonomi dengan penjabaran sebagai berikut:
24
1.
Faktor ekonomi a.
Jumlah tanggungan keluarga yaitu jumlah anggota keluarga yang harus dihidupi atau merasakan manfaat dari kredit yang bersangkutan.
b.
Pendapatan usaha yaitu rasio pendapatan dari usaha yang dibiayai oleh kredit terhadap pendapatan total.
c. 2.
Biaya transportasi.
Faktor non-ekonomi a.
Umur yang berhubungan dengan kematangan berpikir atau kedewasaan seseorang dalam menentukan tindakan.
b.
Tingkat pendidikan.
c.
Pengalaman mengambil kredit bersangkutan yang berpengaruh pada pemahaman prosedur pengambilan.
3.2.
d.
Pengalaman usaha.
e.
Jarak lokasi.
f.
Tingkat pengenalan pengurus. Kerangka Pemikiran Operasional Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) atau dalam hal ini adalah
KBMT berperan sebagai lembaga keuangan mikro non-bank dengan sistem syariah yang fokus memberikan pembiayaan di tingkat UMKM terutama usaha mikro. KBMT memiliki akses terhadap berbagai sektor, salah satunya adalah sektor agribisnis baik on-farm maupun off-farm. Penelitian ini akan mengkaji mengenai realisasi pembiayaan syariah untuk usaha mikro agribisnis sektor perdagangan pada KBMT Bil Barkah yang terletak di Kabupaten Bogor. KBMT Bil Barkah merupakan salah satu alternatif lembaga keuangan mikro non-bank yang dapat memperkuat permodalan bagi usaha mikro melalui produk-produk pembiayaan yang disalurkannya khususnya murabahah. Akan tetapi, kenyataan yang terjadi adalah masih belum dapat tercapainya target pembiayaan murabahah oleh KBMT Bil Barkah. Jumlah realisasi pembiayaan murabahah dapat dipengaruhi beberapa aspek. Salah satunya dapat dipengaruhi dan ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pengajuan pembiayaan yang dilihat dari karakteristik nasabah. 25
Sebagai lembaga keuangan syariah non-bank, KBMT dalam menyalurkan pembiayaannya menggunakan pendekatan pembiayaan yang dilakukan oleh lembaga keuangan syariah bank dimana pemberian pembiayaan kepada seorang nasabah agar dapat dipertimbangkan dan direalisasikan pembiayaannya maka terlebih dahulu harus terpenuhi persyaratan yang dikenal dengan prinsip 6C (Rivai dan Veithzal 2008). Penilaian tersebut berpengaruh terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan. Dalam penelitian ini, terdapat delapan variabel yang diduga dapat mempengaruhi realisasi pembiayaan murabahah untuk usaha mikro agribisnis sektor perdagangan, yaitu usia, jenis kelamin, jumlah tanggungan keluarga, lama pendidikan, lama usaha, pendapatan bersih usaha per bulan, frekuensi pinjaman, serta
agunan.
Pemilihan variabel-variabel yang mempengaruhi
realisasi
pembiayaan tersebut berdasarkan hasil diskusi dengan manajer, bagian marketing dan collection KBMT Bil Barkah, serta disesuaikan dengan kondisi nasabah yang merupakan usaha mikro. Untuk menganalisis faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi pembiayaan murabahah, kelompok nasabah dibedakan dalam tiga karakteristik yaitu karakteristik rumah tangga, karakteristik usaha, dan karakteristik pembiayaan. Karakteristik rumah tangga terdiri dari usia, jenis kelamin, jumlah tanggungan dalam keluarga dan lama pendidikan. Alasan pemilihan karakteristik rumah tangga dalam penelitian ini karena objek penelitian ini yaitu pembiayaan murabahah yang ditujukkan untuk usaha mikro. Seperti yang diketahui bahwa pada umumnya usaha mikro merupakan home industry sehingga peran nasabah dan anggota keluarga lainnya sangat berpengaruh dalam menjalankan usaha. Selain itu pada usaha mikro antara rumah tangga dengan usaha belum bisa dipisahkan. Alasan tersebut membuat karakteristik rumah tangga ini perlu untuk diteliti. Karakteristik
usaha
yang
diduga
berpengaruh
terhadap
realisasi
pembiayaan meliputi lama usaha dan pendapatan bersih usaha per bulan. Alasan pemilihan karakteristik usaha dalam penelitian ini karena pembiayaan murabahah yang ditujukkan untuk usaha mikro yang diajukan pembiayaannya. Lama usaha dipilih karena pembiayaan yang diberikan harus melihat prospek usaha 26
nasabahnya sehingga pihak KBMT dapat menentukan untuk memberikan jumlah realisasi pembiayaan yang lebih besar atau tidak. Sedangkan variabel pendapatan bersih usaha per bulan sangat berpengaruh untuk melihat kelancaran usaha dan kemampuan nasabah membayar pengembalian dari hasil usahanya. Karakteristik pembiayaan meliputi frekuensi pinjaman dan ada atau tidaknya agunan. Alasan pemilihan karakteristik pembiayaan dalam penelitian ini karena pembiayaan murabahah merupakan objek yang akan dilihat pengaruhnya. Variabel frekuensi pinjaman dipilih karena dapat menjadi cerminan bagi pihak KBMT terkait pengalaman pembiayaan yang telah diambil oleh nasabah sebelumnya sehingga pihak KBMT dapat menentukan apakah nasabah tersebut berhak mendapatkan jumlah realisasi yang lebih besar atau tidak. Sedangkan agunan berperan sebagai alat penjamin bagi pihak KBMT yang diserahkan oleh nasabah untuk jumlah pembiayaan tertentu dan lebih besar. Variabel usia mempengaruhi keberanian nasabah dalam mengambil keputusan secara rasional dalam menjalankan usahanya. Hal ini karena peningkatan usia pada umumnya akan mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang sehingga semakin meningkatnya usia nasabah dianggap dapat lebih bertanggung jawab dalam memanfaatkan pembiayaan bagi usahanya serta berani dalam mengambil keputusan secara rasional dalam menjalankan usahanya. Semakin meningkatnya usia ini pun dianggap telah memiliki pengalaman yang lebih banyak baik dalam menjalankan usaha ataupun mengajukan pembiayaan. Oleh karena itu jumlah realisasi pembiayaan diduga akan semakin besar dengan semakin meningkatnya usia nasabah. Variabel jenis kelamin berkaitan dengan pria atau wanita yang mengajukan pembiayaan. Dari jenis kelamin ini dapat terlihat posisi nasabah dalam keluarganya dan dalam usaha yang dijalankannya. Pada umumnya pria diduga lebih banyak mengajukan kredit dibandingkan wanita karena perannya sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. Sehingga pria dianggap dapat lebih bertanggung jawab terhadap pembiayaan karena pembiayaan tersebut ditujukan untuk usahanya dalam rangka menghidupi keluarganya. Oleh karena itu diduga bahwa jika pria yang mengajukkan pembiayaan murabahah akan diberikan jumlah realisasi pembiayaan yang lebih besar dibandingkan wanita. 27
Variabel jumlah tanggungan keluarga berkaitan dengan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin besar biaya yang akan dikeluarkan. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kemampuannya dalam membayar angsuran pembiayaan. Oleh karena itu diduga bahwa semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin kecil jumlah realisasi pembiayaan yang akan diberikan kepada nasabah. Variabel lama pendidikan berkaitan erat dengan pengetahuan yang dimiliki nasabah dalam mengajukan pembiayaan maupun dalam menjalankan usahanya. Lama pendidikan masuk ke dalam prinsip capacity. Diduga bahwa semakin lama pendidikan formal nasabah, maka nasabah semakin memahami penggunaan pembiayaan
yang
diajukannya
bagi
usaha
serta
kewajibannya
terkait
pengembalian pembiayaan. Oleh karena itu semakin lama pendidikan nasabah maka semakin besar jumlah realisasi pembiayaan murabahah yang akan diberikan oleh pihak KBMT. Variabel pendapatan bersih usaha per bulan berkaitan dengan pendapatan usaha yang telah dikurangi dengan risiko-risiko atau pengeluaran-pengeluaran usaha dan biaya-biaya tak terduga. Pendapatan bersih usaha per bulan masuk ke dalam prinsip capacity. Hal ini karena pendapatan bersih usaha per bulan menjadi cerminan terkait kemampuan nasabah untuk mengembalikan pembiayaannya berdasarkan hasil usaha yang dijalankan. Semakin tinggi tingkat pendapatan bersih rumah tangga maka akan semakin besar jumlah realisasi pembiayaannya. Variabel lama usaha memperlihatkan performa dari usaha yang diajukan pembiayaannya serta apakah usaha itu memiliki prospek untuk dibiayai lebih besar. Lama usaha menjadi bagian dari prinsip capacity. Semakin lama usaha yang dijalankan nasabah dan diajukan pembiayaannya, maka diduga semakin besar jumlah realisasi pembiayaan yang akan diberikan. Variabel frekuensi pinjaman berkaitan dengan karakter nasabah yang dapat dipercaya dan hal tersebut sudah terbukti dari pengalaman kredit sebelumnya. Oleh karena itu, frekuensi pinjaman masuk ke dalam prinsip character. Diduga bahwa semakin tinggi frekuensi pinjaman maka semakin besar jumlah realisasi pembiayaan yang akan diberikan kepada nasabah karena tingkat kepercayaan KBMT terhadap nasabah tinggi. 28
Variabel agunan (collateral) berkaitan dengan ada atau tidaknya agunan yang diserahkan nasabah kepada pihak KBMT. Hal ini karena pihak KBMT sendiri memiliki ketentuan dimana untuk jumlah pembiayaan tertentu harus menyertakan agunan dalam pembiayaannya. Agunan yang harus diserahkan biasanya dilihat terlebih dahulu bentuknya dibandingkan nilainya. Agunan merupakan benda berharga yang harus dikorbankan untuk mendapatkan suatu pembiayaan tertentu. Agunan berperan sebagai penjamin dimana apabila nasabah tidak menyelesaikan pengembaliannya dengan baik maka agunan yang diserahkan dapat menjadi penggantinya. Semua karakteristik tersebut diperkirakan memiliki pengaruh yang nyata terhadap jumlah realisasi pembiayaan murabahah sehingga pihak KBMT perlu memperhatikan karakteristik nasabah dalam menyetujui suatu permohonan pembiayaan murabahah. Penentuan faktor-faktor ini menggunakan alat analisis regresi linier berganda. Setelah output regresi berganda didapatkan, maka akan diinterpretasikan untuk menunjukkan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh nyata mempengaruhi realisasi pembiayaan murabahah untuk usaha mikro agribisnis sektor perdagangan. Hasilnya dapat dijadikan saran bagi KBMT Bil Barkah terkait masalah masih belum tercapainya target pembiayaan murabahah sehingga KBMT Bil Barkah dapat menentukan karakteristik nasabah yang tepat untuk diberikan pembiayaan dalam jumlah besar dan meningkatkan jumlah pembiayaan yang tepat untuk direalisasikan ke depannya sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 1.
29
KBMT Bil Barkah
Pembiayaan Murabahah untuk Usaha Mikro Permasalahan: Belum Tercapainya Target Pembiayaan Murabahah
Karakteristik Nasabah yang Mempengaruhi Realisasi:
Character Capacity Collateral
Karakteristik Rumah Tangga: Usia Jenis kelamin Jumlah tanggungan keluarga Lama pendidikan Karakteristik Usaha: Lama usaha Pendapatan bersih usaha Karakteristik Pembiayaan: Frekuensi pembiayaan Agunan
Capacity Capacity Capacity Character Collateral
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Murabahah untuk Usaha Mikro Agribisnis Sektor Perdagangan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
30
IV METODE PENELITIAN 4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di KBMT Bil Barkah Kabupaten Bogor.
Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan KBMT Bil Barkah merupakan salah satu LKMS yang bergerak di bidang pembiayaan yang berfokus untuk usaha mikro serta masih belum tercapainya target realisasi pembiayaan murabahah sesuai dengan yang telah ditetapkan. Pengambilan data penelitian ini dilakukan sejak bulan April hingga Juni 2011. 4.2.
Metode Penentuan Sampel Berdasarkan data performance bulan Maret 2011, nasabah aktif
pembiayaan murabahah berjumlah 145 orang dan yang termasuk ke dalam sektor agribisnis off-farm perdagangan berjumlah 85 orang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nasabah usaha mikro agribisnis sektor off-farm perdagangan. Penentuan sampel dilakukan secara convenience sampling, dimana dalam pelaksanaannya karena terkait dengan lembaga keuangan, peneliti memiliki keterbatasan yang membuat peneliti tidak dapat mengunjungi sendiri nasabah sehingga mengharuskan peneliti mengambil sampel bersamaan dengan staf pengelola bagian collection saat melakukan penarikan angsuran ke rumah-rumah nasabah. Jumlah responden yang dipilih sebanyak 40 orang atau sebesar 47,06 persen dari populasi. Jumlah responden penelitian ini telah memenuhi pendapat Bailey diacu dalam Hasan 2002, yang menyatakan bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima dalam penelitian yang akan menggunakan analisis data statistik adalah 30. 4.3.
Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui observasi lapangan, penyebaran kuisioner, dan wawancara langsung dengan pihak KBMT yang berkompeten dan dapat memberikan informasi yang akurat mengenai penyaluran pembiayaan serta pihak nasabah yang memiliki usaha agribisnis di sektor perdagangan dan modal usahanya diperoleh dari 31
pembiayaan murabahah KBMT Bil Barkah. Sedangkan, data sekunder diperoleh dari berbagai arsip dan administrasi KBMT, Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Dinas Koperasi UKM Kabupaten Bogor, jurnal, buku, serta sumber literatur lain yang diperlukan untuk menunjang laporan penelitian ini. 4.3.
Metode Pengumpulan Data Data dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, wawancara
(interview), kuisioner, dan penelusuran literatur/studi dokumentasi. Dalam hal ini, informasi atau keterangan diperoleh melalui data primer dari responden dan pihak KBMT Bil Barkah dengan cara tatap muka atau bercakap-cakap (wawancara) dan alat yang digunakan berupa kuisioner. Sedangkan, data sekunder didapatkan dari berbagai macam sumber terkait, baik dari arsip/dokumen pihak KBMT Bil Barkah maupun dari berbagai macam literatur. 4.4.
Metode Pengolahan Data Sebelum diolah dan dianalisis, dilakukan beberapa prosedur pendahulan
terhadap data yang diperoleh yaitu mengedit data, membuat pengkodean, dan penggolongan beberapa kategori jawaban. Data diolah menggunakan aplikasi program Microsoft Office Excel 2007 dan Minitab 14 for windows. Data disajikan dalam bentuk uraian, bagan/gambar, dan tabel. Setelah itu data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Nazir (2009) mendefinisikan bahwa analisis data sebagai bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisis, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. 4.4.1. Analisis Kualitatif Analisis kualitatif yang digunakan adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif merupakan deskripsi yang akan menggambarkan gambaran umum KBMT Bil Barkah serta karakteristik nasabah pembiayaan murabahah yang didukung penyajian data dalam bentuk tabulasi. Sehingga dapat diketahui karakteristik pelaku usaha mikro yang menjadi nasabah dan menerima pembiayaan murabahah. Selain itu, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap 32
realisasi
pembiayaan murabahah
untuk
usaha
mikro
agribisnis
sektor
perdagangan juga diuraikan secara deskriptif, yang sebelumnya dianalisa terlebih dahulu melalui model persamaan regresi linier berganda. 4.4.2 Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif yang digunakan adalah analisis terhadap faktor-faktor yang
berpengaruh
terhadap
realisasi
pembiayaan
murabahah
dengan
menggunakan model analisis regresi linear berganda sehingga diketahui variabelvariabel bebas yang secara nyata berpengaruh atau tidak terhadap tingkat realisasi pembiayaan sebagai variabel terikat. Variabel-variabel bebas model tersebut terdiri usia, jenis kelamin, jumlah tanggungan keluarga, lama pendidikan, lama usaha, pendapatan bersih usaha per bulan, frekuensi pinjaman, dan agunan. 4.4.2.1 Analisis Regresi Linier Berganda Analisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
realisasi
pembiayaan
murabahah akan dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda. Regresi linier berganda adalah persamaan regresi dengan pendugaan nilai peubah Y (variabel terikat) berdasarkan hasil pengukuran pada beberapa peubah bebas X (variabel bebas) (Supranto 2001). Variabel terikat adalah jumlah realisasi pembiayaan terakhir yang diterima oleh nasabah. Variabel bebas terdiri dari usia, jenis kelamin, jumlah tanggungan keluarga, lama pendidikan, lama usaha, pendapatan bersih usaha per bulan, frekuensi pinjaman, dan ada/tidaknya agunan. Estimasi model untuk analisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan murabahah pada usaha mikro agribisnis sektor perdagangan adalah sebagai berikut: Y = b0+b1X1+c1D1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+c2D2+e Dugaan nilai parameter: b0, b1, b2, b3, b4, b5, b6, dan c1, c2 < 0 adalah koefisien untuk setiap faktor Dimana: Y = Jumlah pembiayaan yang direalisasikan (rupiah) X1 = Usia (tahun) D1 = Jenis Kelamin D1 bernilai 1 jika pria dan 0 jika wanita
33
X2 = Jumlah tanggungan keluarga (orang) X3 = Lama pendidikan (tahun) X4 = Lama usaha (tahun) X5 = Pendapatan bersih usaha per bulan (rupiah) X6 = Frekuensi pembiayaan (kali) D2 = Agunan (dummy) D2 bernilai 1 jika ada dan 0 jika tidak ada
e = Kesalahan pengganggu (disturbance error)
Dalam penelitian ini, hipotesis faktor-faktor yang diduga mempengaruhi realisasi pembiayaan murabahah pada usaha mikro agribisnis sektor perdagangan di KBMT Bil Barkah adalah: 1.
Usia diduga mempengaruhi keberanian nasabah dalam mengambil keputusan secara rasional dalam menjalankan usahanya. Hal ini karena peningkatan usia pada umumnya akan mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang sehingga semakin meningkatnya usia nasabah dianggap dapat lebih bertanggung jawab dalam memanfaatkan pembiayaan bagi usahanya serta berani dalam mengambil keputusan secara rasional dalam menjalankan usahanya. Semakin meningkatnya usia juga dianggap telah memiliki pengalaman yang lebih banyak baik dalam menjalankan usaha atau mengajukan pembiayaan. Oleh karena itu usia diduga mempengaruhi secara positif realisasi pembiayaan murabahah dimana dengan semakin meningkatnya usia nasabah, maka jumlah realisasi pembiayaan yang diberikan kepada nasabah akan semakin besar. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan digunakan adalah: H0 = Koefisien usia tidak berpengaruh nyata H1 = Koefisien usia berpengaruh nyata
2.
Jenis kelamin dibuat sebagai variabel dummy yang menunjukkan pria atau wanita yang mengajukan pembiayaan. Dari jenis kelamin ini dapat terlihat posisi nasabah dalam keluarganya dan dalam usaha yang dijalankannya. Pada umumnya pria diduga lebih banyak mengajukan kredit dibandingkan wanita karena perannya sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. Pria dianggap dapat lebih bertanggung jawab terhadap pembiayaan karena pembiayaan 34
tersebut ditujukan untuk usahanya dalam rangka menghidupi keluarganya. Oleh karena itu diduga bahwa jenis kelamin berpengaruh positif terhadap realisasi pembiayaan murabahah dimana jika pria yang mengajukkan pembiayaan murabahah akan diberikan jumlah realisasi pembiayaan yang lebih besar dibandingkan wanita. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan digunakan adalah: H0 = Koefisien jenis kelamin tidak berpengaruh nyata H1 = Koefisien jenis kelamin berpengaruh nyata 3.
Jumlah tanggungan keluarga diduga berimplikasi pada pengeluaran keluarga yang akan mempengaruhi kemampuan dalam mengangsur pembiayaan. Hal ini akan berhubungan negatif dengan jumlah realisasi. Semakin banyak jumlah tanggungannya, maka semakin kecil jumlah realisasi pembiayaannya. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan digunakan adalah: H0 = Koefisien jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh nyata H1 = Koefisien jumlah tanggungan keluarga berpengaruh nyata
4.
Lama
pendidikan
diduga
mempengaruhi
secara
positif
pencairan
pembiayaan. Semakin lama pendidikan formal yang dilalui nasabah maka akan semakin baik pula manajemen yang diterapkan dalam menjalankan usahanya tersebut dan semakin besar pembiayaan yang akan direalisasikan karena nasabah dianggap dapat lebih bertanggung jawab dalam penggunaan dan pengembalian pembiayaan tersebut. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan digunakan adalah: H0 = Koefisien lama pendidikan tidak berpengaruh nyata H1 = Koefisien lama pendidikan berpengaruh nyata 5.
Lama usaha diduga berpengaruh positif terhadap pencairan pembiayaan karena dengan semakin lama usaha berjalan, maka nasabah diharapkan sudah banyak mengetahui kekurangan dan kelebihan dari usaha yang sudah dijalankannya dan membuktikan usahanya mampu bersaing serta memiliki prospek ke depannya. Sehingga semakin lama usaha tersebut dijalankan maka semakin besar jumlah pembiayaan yang akan direalisasikan. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan digunakan adalah: H0 = Koefisien lama usaha tidak berpengaruh nyata 35
H1 = Koefisien lama usaha berpengaruh nyata 6.
Pendapatan bersih usaha diduga berhubungan positif dengan jumlah realisasi. Semakin besar pendapatan bersih usahanya diasumsikan akan semakin besar pula kemampuan membayar angsuran dari bagian pendapatan bersih usaha yang didapat sehingga jumlah realisasinya akan semakin besar pula. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan digunakan adalah: H0 = Koefisien pendapatan bersih usaha per bulan tidak berpengaruh nyata H1 = Koefisien pendapatan bersih usaha per bulan berpengaruh nyata
7.
Frekuensi pinjaman diduga berhubungan positif dengan jumlah realisasi. Semakin banyak frekuensinya dapat berpengaruh pada semakin besar juga realisasi yang diberikan. Semakin banyak frekuensinya dapat melihat seberapa baik pengembaliannya. Semakin baik pengembalian pembiayaan sebelumnya, maka KBMT akan percaya untuk mencairkan pembiayaannya kembali kepada nasabah tersebut. Selain itu, pihak KBMT pun sudah mengenal
karakteristik
dan
menilai
kelayakan
usahanya
tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan digunakan adalah: H0 = Koefisien frekuensi pinjaman tidak berpengaruh nyata H1 = Koefisien frekuensi pinjaman berpengaruh nyata 8.
Agunan diduga dapat mempengaruhi secara positif jumlah realisasi kredit. Agunan disini dibuat sebagai variabel dummy yang menunjukkan ada atau tidaknya agunan yang diserahkan. Hal ini terkait dengan pihak KBMT Bil Barkah yang lebih melihat agunan dari standar bentuknya dibandingkan nilainya. Adanya agunan yang bersifat mengikat baik bagi pihak KBMT maupun bagi pihak nasabah itu sendiri dapat membuat nasabah mendapat jumlah realisasi pembiayaan yang lebih besar jika dibandingkan tidak adanya agunan yang diserahkan. Karena dengan adanya agunan, pihak KBMT dapat menggunakannya sebagai pengganti pembiayaan apabila nasabah tidak melakukan pengembalian dengan baik. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan digunakan adalah: H0 = Koefisien agunan tidak berpengaruh nyata H1 = Koefisien agunan berpengaruh nyata
36
Untuk mengetahui persen variasi dalam variabel terikat (Y) yang disebabkan oleh variabel bebas (X) maka digunakan koefisien determinasi (Lind et al. 2007). Dalam regresi berganda, variasi ini akan disebabkan oleh beberapa variabel bebas (X1, X2, X3,…, Xk). R2 =
Dimana: R2
= Koefisien Determinasi
SSR
= Jumlah Kuadrat Regresi
SS Total = Jumlah Kuadrat Total Jangkauannya berkisar antara 0-1. Nilai yang dekat dengan nol menunjukkan hubungan yang lemah antara kelompok variabel bebas dan variabel terikatnya. Sedangkan nilai yang dekat dengan satu menunjukkan hubungan yang kuat yang berarti semakin tepat suatu garis regresi linier yang digunakan sebagai pendekatan. Untuk menentukan faktor yang berpengaruh nyata dan tidak berpengaruh nyata digunakan uji sebagai berikut: 1. Pengujian parsial terhadap koefisien regresi (uji T) =
( )
Dimana: bi
= koefisien regresi ke i
S(bi)
= standar deviasi koefisien regresi ke i
Hipotesa: H0 = bi
=0
H1 = bi
≠0
Kriteria uji: H0 ditolak apabila : thitung > ttabel atau P-value < α, derajat bebas tertentu H0 diterima apabila : thitung < ttabel atau P-value > α, derajat bebas tertentu Uji T digunakan untuk melihat masing-masing koefisien regresi berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat. Jika tolak Ho berarti variabel bebas yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel terikat, sedangkan
37
jika terima Ho berarti variabel bebas yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. 2.
Pengujian serentak seluruh koefisien regresi (uji F) =
⁄[
Dimana:
⁄ (
)]
SSR
= jumlah dari kuadrat regresi
SSE
= jumlah kesalahan kuadrat
k
= jumlah variabel bebas
n
= jumlah pengamatan
Hipotesa: H0 = bi
=0
H1 = bi
≠0
Kriteria uji: H0 ditolak apabila : Fhitung > Ftabel atau P-value < α, derajat bebas tertentu H0 diterima apabila : Fhitung < Ftabel atau P-value < α, derajat bebas tertentu Uji F ini digunakan untuk mengetahui kemampuan dari sekelompok variabel bebas X1, X2, X3,…, Xk untuk menjelaskan perilaku variabel terikat Y. Jika tolak Ho berarti seluruh variabel bebas X berpengaruh nyata terhadap variabel terikat Y. Sedangkan jika terima Ho berarti seluruh variabel bebas X tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat Y. Pengujian ini menggunakan tingkat kepercayaan 90 persen atau taraf nyata (α) sebesar 10 persen4. Hal ini merujuk pada literatur yang menyatakan bahwa pada penelitian ekonomi/sosial, besarnya taraf nyata yang masih bisa ditolerir dan digunakan adalah 10 persen.
4
Mauludin H. 2002. Perbincangan Seputar Pengolahan Data Penelitian (Pendekatan Praktis dengan SPSS Versi Mahasiswa S1) http://www.scribd.com/doc/24393622/Regresi Berganda [10 Juni 2011].
38
Selain itu, untuk menguji terhadap adanya masalah pada regresi linear berganda (Lind et al. 2007), antara lain: 1.
Uji Normalitas Uji ini untuk memastikan bahwa kesimpulan yang diambil dalam uji global dan uji parsial valid adanya. Kenormalan diketahui melalui sebaran regresi yang merata disetiap nilai. Salah satu cara yang digunakan untuk melihat normalitas data adalah dengan melihat plot garis dari standardized residual cumulative probability (grafik probabilitas normal). Apabila sebaran data berada pada garis normal atau cukup dekat dengan garis lurus yang ditarik dari kiri bawah ke kanan atas dalam grafik, maka dapat dikatakan bahwa data yang diuji memiliki sebaran normal atau jika pada grafik standardized residual cumulative probability P-value > α, maka data menyebar normal. Sebaliknya jika garis tidak terletak disekitar garis dan P-value < α, maka data tidak normal.
2.
Uji Autokorelasi Autokolerasi terjadi ketika residu-residu berhubungan yang berada dalam regresi saling berkolerasi. Masalah autokorelasi diuji dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Nilai d (statistik Durbin-Watson) dapat berkisar dari nol hingga empat. Jika nilai d berkisar pada angka dua, hal ini menunjukkan bahwa model tersebut tidak mengandung autokorelasi.
3.
Uji Multikolinearitas Multikolinearitas terjadi ketika variabel-variabel bebasnya saling berkolerasi. Variabel-variabel yang berkorelasi ini membuat pendugaan koefisien menjadi tidak stabil. Pengujian masalah multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factors) pada setiap variabel bebas, jika nilai VIF lebih besar dari sepuluh menunjukkan adanya masalah multikolinearitas.
4.
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasitisitas terjadi ketika variasi di sekitar persamaan regresi bernilai berbeda untuk semua nilai variabel-variabel bebas. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedasitisitas dengan cara membuat scatter plot dari model persamaan
regresi.
Jika
membentuk
pola
tertentu,
akan
terjadi
heteroskedastisitas. Jika tidak membentuk pola yang jelas serta titik-titik 39
tersebut tersebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, heteroskedastisitas tidak terjadi atau disebut dengan homokedastisitas. Hal ini juga dapat diperjelas dengan hasil Test for Equal Variance for Residual. Jika P-value Bartlett’s test dan P-value Levene’s test > α, maka data tersebut homogen atau komponen error tidak heterokedastisitas. 4.6. 1.
Definisi Operasional Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan jual beli dengan sistem mark up harga yang disetujui bersama antara penjual (KBMT Bil Barkah) dengan pembeli (nasabah).
2.
Responden adalah nasabah pembiayaan murabahah yang masih aktif dan tercatat dalam data performance bulan Maret 2011.
3.
Jumlah pembiayaan yang direalisasikan adalah nilai nominal pembiayaan murabahah yang diterima oleh nasabah, diukur dalam satuan rupiah.
4.
Usia adalah umur nasabah sejak lahir hingga proses pengajuan pinjaman yang terdata dalam dokumen permohonan (aplikasi pembiayaan) KBMT Bil Barkah, dihitung dalam satuan tahun berdasarkan Kartu Tanda Penduduk (KTP).
5.
Jenis kelamin menunjukkan pria atau wanita yang mengajukan pembiayaan murabahah. Jenis kelamin dibuat dalam variabel dummy.
6.
Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya jiwa yang harus dibiayai hidupnya oleh nasabah, baik anggota keluarga sendiri ataupun anggota keluarga orang lain yang menjadi beban tanggungan keluarga nasabah, dihitung dalam satuan orang.
7.
Lama pendidikan adalah lamanya pendidikan formal yang telah dilalui nasabah, diukur dalam satuan tahun.
8.
Lama usaha adalah lamanya usaha yang diajukan untuk pembiayaannya oleh nasabah dan diukur dalam satuan tahun.
9.
Pendapatan bersih usaha per bulan yang dimaksud disini adalah selisih antara jumlah penerimaan kotor usaha dikurangi beban usaha dan beban lainnya yang mempengaruhi usaha (seperti beban rumah tangga), diukur dalam satuan rupiah. 40
10. Frekuensi pinjaman adalah pengalaman pinjaman atau jumlah pinjaman pembiayaan murabahah yang telah diajukan dan diterima oleh nasabah kepada KBMT itu sendiri sebelumnya, diukur dalam satuan kali. 11. Agunan adalah ada atau tidaknya jaminan yang diberikan oleh nasabah ke pihak KBMT Bil Barkah untuk dipenuhi. Agunan dibuat dalam variabel dummy.
41
V GAMBARAN UMUM KBMT BIL BARKAH 5.1.
Sejarah KBMT Bil Barkah Koperasi Baitul Maal wat Tamwil (KBMT) Bil Barkah didirikan tanggal
16 Januari 2008 sesuai dengan akta notaris Indira Shinta Maharani SH, No. 09. Jumlah anggota pendiri awal adalah 22 orang. KBMT Bil Barkah bertempat usaha di pasar Laladon Blok A1 No 4. Pada awal pendiriannya, KBMT Bil Barkah belum memiliki seorang manajer dalam kepengelolaannya. Berdasarkan keputusan Rapat Anggota Luar Biasa yang diadakan pada tanggal 20 Mei 2009, Normanditya, SE,
yang
sebelumnya menjabat posisi wakil ketua, ditunjuk untuk menduduki jabatan sebagai manajer, dengan No. Keputusan No.01/KBMT-BB/SK/V/2009 tanggal 20 Mei 2009. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa dalam menjalankan koperasi dibutuhkan adanya seseorang yang mampu untuk memimpin dan mengembangkan usaha agar dapat lebih maju. Sebagai BMT yang menerapkan prinsip koperasi, anggota merupakan unsur penting. Pada tahun kedua, keanggotaan KBMT Bil Barkah tidak banyak mengalami perubahan. Jumlah keanggotaan dari 22 orang berkurang menjadi 20 orang, karena ada satu orang anggota yang mengundurkan diri pada tahun 2008, dan
satu orang mengundurkan diri pada akhir tahun 2009. Jumlah anggota
KBMT Bil Barkah pada tahun ketiga juga tidak banyak mengalami perubahan. Bila tahun sebelumnya anggota berjumlah 20 orang, akhir tahun 2010 ini jumlah anggota menjadi 23 orang, karena ada tiga orang anggota yang mengundurkan diri dan enam orang anggota baru. Pendirian KBMT Bil Barkah dilatarbelakangi harapan untuk membantu usaha pemerintah mengerakkan ekonomi rakyat yang salah satunya adalah memberikan perhatian khusus kepada sistem syariah yang lebih sesuai untuk masyarakat Indonesia, karena sistem syariah memberikan jaminan kesejahteraan bagi masyarakat, memberikan rasa adil, kebersamaan, dan kekeluargaan. Selain itu, ekonomi syariah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha terutama pelaku usaha mikro untuk dapat berkembang lebih maju dengan menekankan sifat kesatuan dan kebebasan. 42
5.2.
Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran KBMT Bil Barkah
Visi: Menciptakan lembaga keuangan mikro yang sehat, berkembang dan terpercaya, berasas kepada Aqidah Islam dan berlandaskan pada prinsip-prinsip ekonomi syariah bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah sehingga mampu mengupayakan keadilan dalam melayani anggota dan masyarakat sekitarnya untuk mencapai kehidupan yang penuh keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan. Misi: Melaksanakan dan mengembangkan sistem ekonomi syariah melalui gerakan keadilan, gerakan pemberdayaan dan gerakan pembebasan dari sistem ekonomi kapitalis agar terwujud kualitas masyarakat yang salaam, damai dan sejahtera. Tujuan: 1.
Membantu pemerintah di bidang ekonomi melalui lembaga keuangan mikro KBMT guna memacu pertumbuhan usaha dalam rangka peningkatan kesejahteraan umat.
2.
Memperkuat sistem ekonomi syariah dengan memperluas jaringan kerja melalui kerjasama dengan lembaga-lembaga keuangan dan perbankan syariah lainnya.
3.
Mengembangkan jaringan dengan lembaga-lembaga keuangan syariah sebagai penghubung dalam memberdayakan usaha mikro.
Sasaran: 1.
Memajukan bisnis (usaha) produktif bagi para pengusaha mikro kecil dan kesejahteraan sosial masyarakat sekitar.
2.
Membantu anggota koperasi yang ingin menumbuhkembangkan bisnis (usaha) mikro terutama usaha-usaha kecil dan menengah.
3.
Meningkatkan kesejahteraan para pengelola KBMT melalui penyaluran dana pembiayaan baik untuk kebutuhan produktif maupun konsumtif.
5.3.
Struktur Organisasi KBMT Bil Barkah Struktur organisasi KBMT Bil Barkah mengalami perubahan setiap tahun
demi mencari struktur yang efektif. Berikut struktur organisasi KBMT Bil Barkah pada tahun 2011 yang dapat dilihat pada Gambar 2. 43
Rapat anggota
Pengurus
Manajer
Marketing dan collection
Administrasi pembiayaan dan simpanan
Kasir
Akutansi
Gambar 2. Struktur Organisasi KBMT Bil Barkah Sumber: Laporan Keuangan Tahunan KBMT Bil Barkah (2011)
Uraian tugas dan wewenang perangkat organisasi KBMT Bil Barkah adalah sebagai berikut: 1.
Rapat Anggota Menetapkan: a.
Anggaran Dasar /Anggaran Rumah Tangga
b.
Kebijaksanaan umum di bidang organisasi, manajemen, dan usaha koperasi.
c.
Pemilihan, pengangkatan, dan pemberhentian pengurus dan pengawas.
d.
Menerima Rencana Kerja/RAPBK dan pengesahan laporan keuangan.
e.
Mengesahkan
pertanggungjawaban
pengurus
dalam
pelaksanaan
tugasnya. 2.
Pengurus a.
Memimpin organisasi dan usaha koperasi.
b.
Mengajukan rencana kerja serta anggaran dan belanja koperasi.
c.
Menyelanggarakan rapat anggota.
d.
Mengajukan laporan keuangan dan pertangungjawaban pelaksanaan tugas.
e.
Menyelanggarakan pembukuan keuangan dan inventarisasi secara tertib.
f.
Memelihara buku buku organisasi. 44
3.
Pengelola usaha yaitu suatu tim manajemen yang sehari-hari mengelola usaha, terdiri dari: a.
Manajer Manajer adalah pelaksana dalam pengelolaan usaha koperasi dalam ruang lingkup sebagaimana diatur didalam surat perjanjian kerja dengan pengurus. Manajer diangkat oleh pengurus atas persetujan rapat anggota. Tugas, wewenang,
dan
tanggung jawab manajer
adalah sebagai
berikut: i.
Melaksanakan kebijakan operasional usaha yang ditetapkan oleh pengurus dan bertanggung jawab kepada pengurus.
ii.
Bekerja sesuai isi surat perjanjian yang disepakati bersama antara manajer dan pengurus.
iii.
Melaksanakan kegiatan operasional
koperasi
yang
meliputi
kegiatan marketing, penagihan, administrasi, dan akuntansi. iv.
Menjalankan fungsi manajerial koperasi dengan tujuan untuk memajukan usaha koperasi.
v.
Mengawasi kegiatan transaksi harian, baik transaksi yang terjadi didalam kantor maupun transaksi diluar kantor yang dilakukan oleh tim penagih.
vi.
Menyelesaikan segala masalah yang berkaitan dengan kegiatan operasional koperasi didalam maupun diluar kantor.
b.
Marketing dan Collection i.
Melakukan kegiatan marketing sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh manajer, kegiatan ini meliputi kegiatan pemasaran produk produk dan jasa KBMT Bil Barkah yang terdiri dari produk pembiayaan dan simpanan dan pembayaran jenis rekening.
ii.
Melakukan
kegiatan
penerimaan
transaksi
baik
transaksi
penerimaan tagihan piutang ataupun simpanan, dengan cara mendatangi nasabah. iii.
Menyetorkan hasil penerimaan transaksi kepada kasir dan memberikan laporan kegiatan diluar kantor kepada manajer.
45
c.
Administrasi Pembiayaan dan Simpanan i.
Melakukan kegiatan kegiatan penerimaan transaksi harian baik transaksi pengeluran maupun penerimaan keuangan.
ii.
Melakukan kegiatan pencatatan administrasi pembiayaan dan simpanan kedalam kartu pembiayaan dan kartu simpanan ataupun kedalam komputer.
iii.
Memelihara ketertiban dan kelancaran administrasi yang bertujuan memelihara semua data transaksi sehingga memudahkan. dalam menjalankan kegiatan operasional yang berkaitan dengan nasabah dan anggota koperasi.
iv.
Melaporkan segala kegiatan dan transaksi di dalam kantor kepada manajer.
d.
Akuntansi i.
Melakukan pembukuan semua transaksi ke dalam buku besar dan membuat laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku
ii.
Membuat laporan pajak setiap bulan dan melakukan penyetoran ke kantor pajak
iii.
Memelihara semua bukti transaksi yang terjadi dan mengarsip sebagai dasar pembuatan laporan keuangan
iv.
Melaporkan laporan keuangan kepada manajer untuk dasar pengambilan keputusan.
e.
Kasir i.
Memproses berbagai jenis transaksi, seperti tabungan, pembiayaan, dan layanan lainnya.
ii.
Memasukan data transaksi.
iii.
Menghitung dan merapikan kas.
iv.
Mempersiapkan kartu pembiayaan untuk diserahkan ke bagian administrasi.
v.
Merapikan kembali kartu pembiayaan yang telah disiapkan kuitansinya oleh bagian administrasi.
vi.
Mempersiapkan uang dan berbagai keperluan untuk pencairan. 46
vii.
Merapikan kembali setiap kuitansi yang tidak tertagih oleh bagian Collection.
5.4.
Produk dan Layanan KBMT Bil Barkah Produk-produk KBMT Bil Barkah tidak jauh berbeda dengan lembaga
keuangan syariah lainnya, hanya saja produk-produk yang ada masih merupakan produk dasar dan belum bersifat variatif. Produk-produk dan layanan yang dimiliki oleh KBMT Bil Barkah adalah: 1.
Produk Simpanan a.
Simpanan Bil Barkah (Akad Wadiah Yadhamanah) Simpanan dari nasabah baik dari pihak ketiga maupun dari anggota yang berbentuk tabungan dengan akad wadiah mukayadah artinya simpanan yang oleh pihak koperasi diperbolehkan untuk dikelola.
b.
Simpanan Masa Depan Baari (Akad Mudharabah) Simpanan yang sifatnya berjangka, baik itu 1, 3, 6, dan 12 bulan. Untuk para nasabah yang menyimpan dana dalam bentuk simpanan berjangka ini mendapatkan bagi hasil setiap bulannya.
c.
Simpanan Haji Arafah (Akad Wakalah) Simpanan berjangka yang dapat diambil sesuai dengan perjanjian. Simpanan ini sifatnya untuk jangka panjang artinya simpanan untuk jangka waktu diatas satu tahun, karena dilihat dari fungsinya simpanan ini akan dipergunakan untuk biaya perjalanan ibadah haji.
2.
Produk Pembiayaan a.
Pembiayan Murabahah (Akad Jual Beli) Pada akad Murabahah, KBMT bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli oleh BMT dari pihak pemasok ditambah keuntungan (margin) yang jumlahnya diketahui oleh nasabah (pembeli).
b.
Pembiayaan Mudharabah (Akad Bagi Hasil) Pada akad Mudharabah, pemilik modal (KBMT) mempercayakan sejumlah modal kepada nasabah pelaksana usaha dengan suatu perjanjian
pembagian keuntungan. Nisbah bagi hasil antara KBMT
dan nasabah adalah tetap, namun angsuran berubah-ubah sesuai tingkat 47
pendapatan atau realisasi usaha nasabah. Nisbah bagi hasil, yaitu angka perbandingan (porsi) pembagian pendapatan atau hasil keuntungan usaha bagi masing-masing pihak yang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan. c.
Pembiayaan Hiwalah (Akad Wakalah) Pembiayaan dengan pengertian mewakilkan suatu urusan kepada orang lain. Dalam akad ini nasabah wajib mengembalikan piutang , dan KBMT berhak meminta biaya (fee). Pada akad Hiwalah, nisbah BMT adalah selisih dari pembiayaan yang dikeluarkan untuk nasabah dengan jumlah piutang yang dialihkan dari nasabah ke pihak KBMT.
d. Pinjaman Qardh Pembiayaan dengan menggunakan transaksi berdasarkan prinsip biaya administrasi, dimana pengembaliannya hanya pokok saja, tanpa ada kelebihan
nisbah,
tetapi
nasabah
diharusnya
membayar
biaya
administrasi. Ketentuan nasabah yang layak untuk diberikan pinjaman Qardh: i.
Berada dalam situasi darurat setelah menempuh berbagai macam upaya untuk mendapat bantuan dana tetapi belum ada hasil
ii.
Kebutuhan
mendesak
yang
kepentingannya
tidak
dapat
dikategorikan kedalam jenis akad tertentu seperti murabahah, mudharabah, atau hiwalah. 3.
Jasa Layanan Pembayaran Akses KBMT Bil Barkah menjalin kemitraan dengan PT. Akses yang merupakan
Perusahaan yang bekerja sama dengan Bank Perkreditan Rakyat Karyadjatnika Sadaya (BPRKS) yang memiliki jaringan diseluruh Indonesia dalam bentuk layanan pembayaran dengan mempergunakan mesin EDC. Jenis layanan yang diberikan adalah atas pembayaran: a.
Listrik (PLN)
b.
Telpon dan Internet (PT. Telkom)
c.
Kartu Kredit (Citibank, SCB, ANZ, HSBC, RBS)
d.
Televisi Kabel (Indovision)
48
e.
Pulsa Telpon, Pra Bayar dan Pasca Bayar (PT. Telkomsel, Indosat, Mobile 8, Esia, Axis)
f. 5.5.
Transfer antar bank dalam jaringan ATM Bersama Dasar Pertimbangan Pembiayaan di KBMT Bil Barkah Pembiayaan di KBMT Bil Barkah terbagi pada beberapa jenis sektor usaha
diantaranya yaitu: a.
Sektor Perdagangan, seperti warung sembako, warkop, warnas, pedagang sayuran.
b.
Sektor Pertanian, seperti petani ikan, petani sayur dan rempah-rempah.
c.
Sektor Industri, seperti konveksi, bengkel tas, bengkel sepatu.
d.
Sektor Peternakan, seperti ternak bebek, ternak ayam, ternak kambing.
e.
Sektor Jasa, seperti untuk kepentingan pendidikan, kesehatan, pembelian barang-barang elektronik, telepon genggam, renovasi rumah. Jangka pembayaran angsuran dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu:
a.
Pembayaran Harian (batas waktu maximal 90 hari)
b.
Pembayaran Mingguan (batas waktu maximal 24 minggu)
c.
Pembayaran Bulanan (batas waktu maximal 48 bulan) Berdasarkan tujuan penggunaannya, dana pembiayaan yang disalurkan
oleh KBMT Bil Barkah dibagi menjadi dua jenis yaitu: a.
Tujuan Produktif, seperti untuk kebutuhan modal usaha.
b.
Tujuan Konsumtif, seperti pada transaksi jual beli barang secara kredit.
5.6.
Prosedur Pembiayaan di KBMT Bil Barkah Berikut ini adalah prosedur yang harus ditempuh oleh setiap calon nasabah
apabila mengajukan permohonan pembiayaan di KBMT Bil Barkah: a.
Pengajuan Permohonan Pembiayaan Setiap calon nasabah yang ingin mengajukan pembiayaan harus mengisi formulir pengajuan dan melengkapi persyaratan umum. Adapun persyaratan umum yang harus dimiliki dan dilengkapi oleh calon nasabah adalah: 1.
Calon nasabah berada di wilayah jangkauan pelayanan (Bogor Barat).
2.
Berusia minimal 21 tahun dan pada saat pembiayaan lunas berusia maksimal 65 tahun. 49
3.
Menyerahkan fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) suami dan isteri masing-masing sebanyak satu lembar.
4.
Menyerahkan fotokopi Kartu Keluarga (KK) sebanyak satu lembar.
5.
Menyerahkan pas foto terbaru ukuran 3 x 4 sebanyak dua lembar.
6.
Menyerahkan
fotokopi
Surat
Keterangan
Usaha
(SKU)
dari
desa/kelurahan setempat. 7.
Menyerahkan fotokopi pembayaran rekening listrik dan PAM tiga bulan terakhir.
8.
Memiliki usaha/penghasilan tetap.
9.
Mempunyai simpanan yang aktif di KBMT Bil Barkah.
10. Mempunyai agunan untuk jumlah pembiayaan tertentu. b.
Analisis Kelayakan Pembiayaan (Survey Usaha dan Tempat Tinggal) Setelah administrasi dan persyaratan telah dilengkapi oleh calon nasabah, maka proses selanjutnya adalah analisis kelayakan pembiayaan. Analisa pembiayaan dilakukan oleh bagian marketing dan collection secara kualitatif (melihat kondisi usaha, peluang, ancaman serta strategi nasabah) dan kuantitatif
(perkembangan
usaha,
kondisi
keuangan
dan
proyeksi
keuntungan/kerugian). Analisa pembiayaan disesuaikan dengan jumlah dan jenis pembiayaan sesuai dengan keperluan. Jika calon nasabah dianggap cukup rumit, seperti plafon yang diajukan besar, maka analisa pembiayaan tidak hanya dilakukan oleh bagian marketing dan collection, namun juga oleh manajer.
Data
yang
didapat
menggambarkan
nasabah
mengenai
perkembangan masa lalu dan prospek masa yang akan datang. Analisa pembiayaan harus memuat penilaian dan kesimpulan yang tegas dan jelas serta harus mengungkapkan segi positif atau segi negatifnya. Adapun standar penilaian dengan menggunakan prinsip 5C, yaitu: Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Condition of Economy. c.
Keputusan Pembiayaan Setelah analisis dilakukan oleh bagian marketing dan collection, maka rekomendasi disampaikan kepada manajer untuk ditentukan apakah seorang calon mitra berhak atau tidak untuk mendapatkan pembiayaan syariah. Manajer pun memiliki tanggung jawab penuh dalam menentukan seseorang 50
layak untuk mendapatkan pembiayaan. Manajer memiliki peran besar dalam memimpin operasional KBMT sesuai dengan tujuan dan kebijakan umum yang digariskan oleh pengurus sehingga manajer sangat penting dalam menentukan perguliran dana pembiayaan dari pihak KBMT terhadap calon mitra yang mengajukan pembiayaan syariah. d.
Pencairan Pembiayaan Setelah adanya keputusan diterima atau ditolak, maka bagian marketing dan collection langsung menyampaikan keputusan tersebut kepada calon nasabah yang
mengajukan
pembiayaan.
Jika
keputusannya
diterima
untuk
direalisaskikan, selanjutnya akan dilakukan pengikatan melalui akad yang akan disepakati bersama antara pihak KBMT dan nasabah pembiayaan syariah. Setelah melakukan penandatanganan akad atau perjanjian, maka nasabah berhak mendapatkan pencairan bantuan pembiayaan. Proses pencairan pembiayaan di KBMT Bil Barkah kurang lebih membutuhkan waktu tiga hari setelah pengajuan pembiayaan. e.
Pengawasan dan Pembinaan Dalam perjalanan pembiayaannya, nasabah secara kontinyu dipantau untuk dilakukan pembinaan secara persuasif dengan tujuan untuk menjaga hubungan baik dan mengetahui kondisi terakhir perkembangan usahanya. Beberapa hal yang diterapkan oleh pengelola, yaitu: memberitahukan atau mengingatkan posisi pembiayaan, mengirimkan surat teguran atau penagihan apabila nasabah terlambat, serta konsultasi manajemen dan pendampingan. Berikut prosedur pembiayaan KBMT Bil Barkah yang dapat dilihat pada Gambar 3.
51
Pengajuan pembiayaan oleh calon nasabah
Analisa pembiayaan
Keputusan pembiayaan
Ditolak
Diterima
Pengikatan akad dan pencairan pembiayaan
Pengawasan dan pembinaan Gambar 3. Prosedur Pembiayaan Syariah pada KBMT Bil Barkah Sumber: Laporan Keuangan Tahunan KBMT Bil Barkah (2011)
52
VI 6.1.
KARAKTERISTIK NASABAH PEMBIAYAAN MURABAHAH KBMT BIL BARKAH
Karakteristik Responden Sebagai Nasabah Penerima Realisasi Pembiayaan Murabahah KBMT Bil Barkah Responden dalam penelitian ini adalah nasabah pembiayaan murabahah
yang memiliki usaha perdagangan produk agribisnis dan hasil olahannya. Responden terdiri dari 40 orang. Umumnya responden merupakan nasabah yang memiliki usaha sebagai pedagang sembako, pedagang sayuran, dan pedagang makanan. Berdasarkan Tabel 8, sebagian besar responden memiliki usaha sebagai pedagang makanan yaitu sebanyak 23 orang (55,00 persen), sedangkan jumlah responden yang memiliki usaha sebagai pedagang sembako sebanyak 15 orang (37,50 persen) dan sisanya responden yang memiliki usaha sebagai pedagang sayuran sebanyak 2 orang (5,00 persen). Tabel 8. Jumlah dan Proporsi Nasabah Responden Murabahah KBMT Bil Barkah menurut Jenis Usaha Jenis Usaha Pedagang sembako Pedagang makanan Pedagang sayuran Total
Jumlah Responden (Orang) 15 23 2 40
Proporsi (%) 37,50 55,00 5,00 100,00
Dari hasil penelitian terhadap nasabah yang menjadi responden tersebut dapat diperoleh karakteristik nasabah pembiayaan murabahah. Karakteristik nasabah diidentifikasi melalui beberapa variabel yang terdapat dalam masingmasing responden terpilih tersebut. Variabel-variabel tersebut adalah usia, jenis kelamin, jumlah tanggungan keluarga, lama pendidikan, lama usaha, pendapatan bersih usaha per bulan, frekuensi pinjaman, dan agunan. a.
Usia Usia berkaitan dengan keberanian nasabah dalam mengambil keputusan
secara rasional dalam menjalankan usahanya. Hal ini karena peningkatan usia pada umumnya akan mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang sehingga semakin meningkatnya usia, nasabah dianggap dapat lebih bertanggung jawab dalam memanfaatkan pembiayaan bagi usahanya. Semakin meningkatnya usia, 53
nasabah pun dianggap telah memiliki pengalaman yang lebih banyak sebelumnya baik dalam menjalankan usaha atau mengajukan pembiayaan. Usia nasabah yang menjadi responden dalam penelitian ini berkisar antara 25 tahun hingga 64 tahun. Berdasarkan Tabel 9 secara keseluruhan diketahui bahwa proporsi terbesar responden berada pada usia 6-50 tahun yaitu sebanyak 15 orang (37,50 persen). Proporsi responden terbesar berikutnya adalah pada kisaran usia dibawah atau sama dengan 35 tahun yaitu sebanyak 13 orang (32,50 persen). Kemudian selanjutnya adalah nasabah yang memiliki usia diatas 51 tahun yaitu sebanyak 12 orang (30,00 persen). Tabel 9. Jumlah dan Proporsi Nasabah Responden Murabahah KBMT Bil Barkah menurut Usia Usia (Tahun) 35 36-50 >51 Total
Jumlah Responden (Orang) 13 15 12 40
Proporsi (%) 32,50 37,50 30,00 100,00
Pembiayaan murabahah di KBMT Bil Barkah memperhatikan faktor usia. Usia yang masih terlalu muda dikhawatirkan belum memiliki pengalaman yang cukup dalam menjalankan usaha, sedangkan usia yang terlalu tua juga dikhawatirkan akan kurang mampu lagi menjalankan usahanya. Dilihat dari kisaran usia responden nasabah, hal ini pun telah memenuhi persyaratan KBMT Bil Barkah dimana minimal usia nasabah saat mengajukan pembiayaan adalah 21 tahun dan maksimal 65 tahun. b.
Jenis Kelamin Jenis kelamin dibuat sebagai variabel dummy yang menunjukkan pria atau
wanita yang mengajukan pembiayaan. Dari jenis kelamin ini dapat terlihat posisi nasabah dalam keluarganya dan dalam usaha yang dijalankannya. Pada umumnya pria diduga lebih banyak mengajukan kredit dibandingkan wanita karena perannya sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. Pria dianggap dapat lebih bertanggung jawab terhadap pembiayaan karena pembiayaan tersebut ditujukan untuk usahanya dalam rangka menghidupi keluarganya. Oleh karena itu diduga 54
bahwa jenis kelamin berpengaruh positif terhadap realisasi pembiayaan murabahah dimana jika pria yang mengajukkan pembiayaan murabahah akan diberikan jumlah realisasi pembiayaan yang lebih besar dibandingkan wanita. Tabel 10. Jumlah dan Proporsi Nasabah Responden Murabahah KBMT Bil Barkah menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Jumlah Responden (Orang)
Pria Wanita Total
9 31 40
Proporsi (%) 22,50 77,50 100,00
Dilihat dari Tabel 10 bahwa proporsi terbesar pembiayaan murabahah berasal dari nasabah wanita yaitu sebanyak 31 orang (77,50 persen). Sedangkan nasabah pria hanya sebanyak 9 orang (22,50 persen). Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak lagi menjadi suatu permasalahan saat ini karena sebagian besar nasabah yang mengajukan pembiayaan murabahah di KBMT Bil Barkah dan menjalankan usaha yang diajukan pembiayaannya tersebut adalah wanita. c.
Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga terkait dengan banyaknya anggota keluarga
atau yang ada hubungan keluarga dengan nasabah serta orang yang tinggal dengan nasabah dan kebutuhan hidupnya ditanggung oleh nasabah. Dalam penelitian ini, jumlah tanggungan keluarga nasabah responden dimulai dari tidak ada tanggungan sampai dengan tujuh orang. Tabel 11. Jumlah dan Proporsi Nasabah Responden Murabahah KBMT Bil Barkah menurut Jumlah Tanggungan Jumlah Tanggungan Keluarga (Orang) 2 3-5 >5 Total
Jumlah Responden (Orang) 18 19 3 40
Proporsi (%) 45,00 47,50 7,50 100,00
Tabel 11 menunjukkan bahwa proporsi nasabah responden pembiayaan murabahah yang memiliki jumlah tanggungan keluarga kurang atau sama dengan dua orang hampir berimbang dengan proporsi nasabah responden yang memiliki 55
jumlah tanggungan keluarga tiga sampai lima orang, yaitu sebanyak 18 orang (45,00 persen) dan 19 orang (47,50 persen). Sedangkan nasabah yang memiliki jumlah tanggungan keluarga lebih dari lima orang memiliki proporsi terkecil, yaitu hanya sebanyak 3 orang (7,50 persen). d.
Lama pendidikan Lama pendidikan yang dimaksud adalah lamanya pendidikan formal yang
dilalui oleh nasabah dan dihitung dalam satuan tahun. Berdasarkan Tabel 12, nasabah responden murabahah di KBMT Bil Barkah memiliki lama pendidikan yang beragam. Akan tetapi, responden yang mendominasi adalah nasabah yang berpendidikan sama dengan 6 tahun atau setara SD/sederajat dengan jumlah 18 orang atau proporsinya sebesar 45,00 persen dari seluruh responden yang ada. Nasabah responden yang memiliki lama pendidikan diatas 6 atau sama dengan 9 tahun atau setara dengan SMP berjumlah 10 orang (25,00 persen). Nasabah responden yang memiliki lama pendidikan diatas 9 atau sama dengan 12 tahun atau setara SMA berjumlah 9 orang (22,50 persen), sedangkan nasabah responden yang memiliki lama pendidikan diatas 12 tahun atau setara akademi dan sarjana memliki proporsi yang paling sedikit yaitu berjumlah 3 orang (7,50 persen). Tabel 12. Jumlah dan Proporsi Nasabah Responden Murabahah KBMT Bil Barkah menurut Lama Pendidikan Lama pendidikan (Tahun) 6 tahun (SD) 6<X 9 tahun (SMP) 9<x 12 tahun (SMA/sederajat) >12 tahun (Diploma dan S1) Total
Jumlah Responden (Orang) 18 10 9 3 40
Proporsi (%) 45,00 25,00 22,50 7,50 100,00
Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar pelaku usaha mikro agribisnis sektor perdagangan yang meminjam di KBMT Bil Barkah memiliki lama pendidikan yang masih rendah (SD/sederajat). Rendahnya lama pendidikan mereka dapat pula disebabkan oleh keadaan mereka sebagai pelaku usaha mikro dimana keadaan mereka dapat dikatakan berada pada skala ekonomi ke bawah. Meskipun demikian, para nasabah yang memiliki pendidikan rendah tersebut tetap 56
bisa menjadi nasabah pembiayaan murabahah di KBMT Bil Barkah dan diberikan pinjaman. e.
Lama Usaha Lama usaha terkait dengan seberapa lama nasabah menjalankan usaha
yang diajukan pembiayaannya. Lama usaha nasabah responden berkisar dari 1-20 tahun. Proporsi terbesar dimiliki oleh nasabah responden yang lama usahanya 1-5 tahun yaitu sebanyak 19 orang dengan proporsi 47,50 persen, diikuti oleh nasabah yang usahanya 6-10 tahun sebanyak 15 orang dengan proporsi 37,50 persen. Sedangkan sisanya adalah nasabah yang lama usahanya 11-15 tahun dan nasabah yang lama usahanya diatas 15 tahun sebanyak 4 orang (10,00 persen) dan 2 orang (5,00 persen). Berikut jumlah dan proporsi nasabah murabahah menurut lama usaha yang dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Jumlah dan Proporsi Nasabah Responden Murabahah KBMT Bil Barkah menurut Lama Usaha Lama usaha (Tahun) 5 6-10 11 – 15 > 15 Total f.
Jumlah Responden (Orang) 19 15 4 2 40
Proporsi (%) 47,50 37,50 10,00 5,00 100,00
Pendapatan Bersih Usaha Per Bulan Pendapatan bersih usaha per bulan yang dimaksud adalah selisih antara
jumlah penerimaan kotor usaha dikurangi beban usaha dan beban lainnya yang mempengaruhi usaha (seperti beban rumah tangga) per bulan. Hal ini diperhitungkan sebagai jumlah dana yang memungkinkan untuk dialokasikan nasabah dalam membayar kewajibannya yaitu membayar angsuran yang terdiri dari pokok pinjaman ditambah dengan beban marjin pada setiap bulannya. Pendapatan bersih per bulan nasabah yang menjadi responden dalam penelitian ini berkisar antara Rp 380.000,00 (nilai terendah) sampai Rp 6.600.000,00 (nilai tertinggi). Tabel 12 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pendapatan bersih usaha Rp 1.000.001,00 - 2.000.000,00 per bulannya, yaitu sebanyak 18 orang dengan proporsi sebesar 45,00 persen (Tabel 57
14). Sedangkan nasabah responden yang memiliki pendapatan bersih usaha per bulan dibawah atau sama dengan Rp 1.000.000,00 sebanyak 12 orang (30,00 persen) dan nasabah responden yang memiliki pendapatan bersih usaha per bulan di atas Rp 2.000.000,00 sebanyak 10 orang (25,00 persen). Sebagian besar pendapatan bersih usaha per bulan tersebut berasal dari usaha sembako dan makanan. Tabel 14. Jumlah dan Proporsi Nasabah Responden Murabahah KBMT Bil Barkah menurut Pendapatan Bersih Usaha Per Bulan Pendapatan Bersih Usaha per Bulan (Rp 000) 1.000,001-2.000 > 2.000 Total g.
Jumlah Responden (Orang) 12 18 10 40
Proporsi (%) 30,00 45,00 25,00 100,00
Frekuensi Pinjaman Frekuensi pinjaman yang dimaksud adalah berapa banyaknya pinjaman
pembiayaan yang telah diajukan dan diterima oleh pihak KBMT Bil Barkah sebelumnya. Frekuensi pinjaman dapat mencerminkan tingkat loyalitas dari nasabah. Frekuensi pinjaman nasabah responden dimulai dari nol (belum pernah meminjam sebelumnya atau nasabah baru) sampai dengan delapan kali. Tabel 15. Jumlah dan Proporsi Nasabah Responden akad Murabahah KBMT Bil Barkah menurut Frekuensi Pinjaman Frekuensi Pinjaman (Kali) 2 3-5 >5 Total
Jumlah Responden (Orang) 17 20 3 40
Proporsi (%) 42,50 50,00 7,50 100,00
Berdasarkan Tabel 15, proporsi terbesar dimiliki oleh responden dengan frekuensi pinjaman sebanyak 3-5 kali yaitu sebanyak 20 orang (50,00 persen). Proporsi kedua diikuti oleh nasabah responden yang memiliki frekuensi pinjaman di bawah atau sama dengan dua kali sebanyak 17 orang (42,50 persen).
58
Sedangkan nasabah responden yang memiliki frekuensi pinjaman di atas lima kali hanya sebanyak 3 orang (7,50 persen). h.
Agunan Agunan merupakan jaminan yang disertakan nasabah ketika melakukan
pinjaman pembiayaan ke KBMT Bil Barkah. Ditinjau dari sebaran responden berdasarkan ada tidaknya agunan (Tabel 16), diketahui bahwa nasabah responden yang menyertakan agunan hanya sebanyak 4 orang atau sebesar 10 persen dari jumlah responden yang ada. Sedangkan 90 persen didominasi oleh nasabah yang tidak menyertakan agunan dalam pembiayaannya. Sebagian besar agunan yang diserahkan oleh nasabah responden adalah sertifikat rumah dan BPKB motor. Tabel 16. Jumlah dan Proporsi Nasabah Responden akad Murabahah KBMT Bil Barkah menurut Agunan Agunan Ada Tidak ada Total
Jumlah Responden (Orang) 4 36 40
Proporsi (%) 10,00 90,00 100,00
59
VII
7.1.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN MURABAHAH KBMT BIL BARKAH
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Murabahah KBMT Bil Barkah Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan
murabahah untuk usaha mikro agribisnis sektor perdagangan, maka dilakukan pengujian dengan regresi linier berganda. Pada penelitian ini, diduga ada delapan faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan murabahah untuk usaha mikro agribisnis sektor perdagangan. Faktor-faktor tersebut, yaitu usia (X1), jenis kelamin (D1), jumlah tanggungan keluarga (X2), lama pendidikan (X3), lama usaha (X4), pendapatan bersih usaha per bulan (X5), frekuensi pinjaman (X6), dan agunan (D2). Pengujian ini menggunakan tingkat kepercayaan 90 persen atau taraf nyata (α) 10 persen. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda dari pengolahan 40 nasabah responden (Tabel 14), diperoleh persamaan: Y = 260531 - 14500 X1 + 45255 D1 + 46592 X2 + 76157 X3 + 52545 X4 + 0,20948 X5 + 32451 X6 + 1443933 D2 Tabel 17. Hasil Pengujian Model Regresi Linier Berganda Realisasi Pembiayaan Murabahah KBMT Bil Barkah Variable Constant Usia Jenis Kelamin Jumlah Tanggungan Keluarga Lama pendidikan Lama Usaha Pendapatan Bersih Usaha per Bulan Frekuensi Pinjaman Agunan (Dummy) R2 = 61,50% ANOVA Source DF SS Regression 8 1,86334E+13 Residual Error 31 1,16444E+13 Total 39 3,02778E+13 Durbin-Watson statistic = 2,03730
Coef 260531 -14500 45255 46592 76157 52545 0,20948
T 0,33 -1,26 0,17 0,67 1,93 2,29 2,32
P-value 0,743 0,217 0,864 0,511 0,063 0,029 0,027
VIF
32451 0,61 1443933 3,84 2 R (adj) = 51,60%
0,547 0,001
1,1 1,4
MS 2,32917E+12 3,75625E+11
F 6,20
1,5 1,3 1,4 1,5 1,2 1,3
P 0,000
60
Ketepatan model diuji dengan menggunakan uji statistik, yaitu uji T, uji F, dan koefisien determinasi (R2). Diketahui bahwa P-value dari statistik F lebih kecil dari taraf nyata sebesar 10 persen (P = 0,000 < α = 0,1) sehingga keputusannya adalah menolak H0, artinya setidak-tidaknya ada satu variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Akurasi model dugaan (goodness of fit) model dilakukan dengan memperhatikan koefisien determinasi (R2), yaitu sebesar 61,50 persen. Hal ini menandakan bahwa sebesar 61,50 persen variasi variabel terikat (jumlah realisasi pembiayaan murabahah) dapat dijelaskan secara nyata oleh variabel-variabel bebas (usia, jenis kelamin, jumlah tanggungan keluarga, lama pendidikan, lama usaha, pendapatan bersih usaha per bulan, frekuensi pinjaman, dan agunan) dalam model, sedangkan sisanya sebesar 38,50 persen dapat dijelaskan oleh variabel error (variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model). Pengujian terhadap pengaruh nyata masing-masing variabel bebas secara parsial dilakukan dengan uji T. Berdasarkan hasil uji, variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap jumlah realisasi murabahah di KBMT Bil Barkah berjumlah empat dari delapan variabel yang diduga. Variabel-variabel tersebut adalah variabel lama pendidikan, lama usaha, pendapatan bersih usaha per bulan, dan agunan pada tingkat kepercayaan 90 persen. Sedangkan variabel lainnya seperti usia, jenis kelamin, jumlah tanggungan keluarga, dan frekuensi pinjaman tidak berpengaruh nyata terhadap besarnya realisasi pembiayaan murabahah yang direalisasikan KBMT Bil Barkah. Selain itu, dalam membuat suatu persamaan regresi linear berganda diperlukan beberapa asumsi mendasar yang perlu diperhatikan, yaitu normalitas, autokorelasi, multikolinieritas, dan heterokedastisitas. 1.
Normalitas, plot garis dari standarized residual cumulative probability menunjukkan bahwa sebaran data berada pada garis normal. Selain itu, Pvalue > α maka data menyebar normal. Berdasarkan hasil uji, dapat dikatakan bahwa data penelitian ini memiliki sebaran yang normal (Lampiran 2).
2.
Autokorelasi, melalui uji Durbin-Watson diperoleh nilai d = 2,03730 (mendekati nilai d=2) sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat
61
autokorelasi pada komponen error sehingga hasil uji T dan uji F adalah valid (Lampiran 1). 3.
Multikolinieritas, berdasarkan hasil VIF (Variance Inflation Factors) diketahui bahwa nilai VIF dari seluruh variabel bebas adalah lebih kecil dari 10 (Lampiran 1). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada multikolinier pada variabel bebas atau tidak terdapat hubungan yang kuat diantara variabelvariabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini.
4.
Heterokedastisitas, plot antara standardized residual dengan variabel terikat memperlihatkan bahwa tidak terdapat suatu pola dalam plot tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa data tersebut homogeni atau komponen error tidak heterokedastisitas. Hal ini juga dapat diperjelas dengan hasil Test for Equal Variance for Residual. Jika P-value Bartlett’s test dan P-value Levene’s test >
α,
maka
data
tersebut
homogen
atau
komponen
error
tidak
heterokedastisitas. Berdasarkan hasil uji, dapat dikatakan bahwa data yang diuji
pada
penelitian
ini
homogen
atau
komponen
error
tidak
heterokedastisitas karena P-value Bartlett’s test dan P-value Levene’s test > α (Lampiran 3). 7.1.1. Usia (X1) Usia nasabah diduga berpengaruh positif terhadap besarnya realisasi pembiayaan. Hal ini karena peningkatan usia pada umumnya akan mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang sehingga semakin meningkatnya usia nasabah dianggap dapat lebih bertanggung jawab dalam memanfaatkan pembiayaan bagi usahanya serta berani dalam mengambil keputusan secara rasional dalam menjalankan usahanya. Semakin meningkatnya usia, nasabah pun dianggap telah memiliki pengalaman yang lebih banyak baik dalam menjalankan usaha ataupun mengajukan pembiayaan. Berdasarkan hasil uji, variabel usia berpengaruh negatif terhadap besarnya realisasi pembiayaan karena koefisien variabel tersebut bernilai negatif, yaitu ketika usia naik satu satuan (orang), maka jumlah realisasi akan turun sebanyak 14.500 satuan (rupiah), ceteris paribus. Pengaruh ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian, dimana semakin meningkat usia nasabah maka akan semakin kecil jumlah realisasi murabahah yang akan diterima oleh nasabah. 62
Berdasarkan hasil regresi linier berganda tersebut, semakin meningkat usia akan mengurangi jumlah realisasi murabahah. Akan tetapi, variabel jumlah tanggungan keluarga ini tidak berpengaruh nyata dalam mempengaruhi besar realisasi pembiayaan murabahah, karena P-value lebih besar dari taraf nyata (P = 0,217 > α = 0,1). Hal ini berarti berapapun usia nasabah tidak berpengaruh terhadap besarnya realisasi pembiayaan murabahah yang diberikan ke nasabah. Hal ini mengindikasikan bahwa KBMT Bil Barkah memberikan pembiayaan terhadap nasabah bukan berdasarkan pada usia nasabah, tetapi sejauh mana nasabah mampu mengembalikan pembiayaan murabahah yang diberikan oleh KBMT Bil Barkah dari hasil usaha yang dijalankannya dengan kerja keras terlepas dari kondisinya berusia muda atau tua. 7.1.2. Jenis Kelamin (D1) Jenis kelamin diduga berpengaruh positif terhadap jumlah realisasi pembiayaan murabahah. Sebagai variabel dummy, jenis kelamin pria diberi nilai 1 yang artinya mempengaruhi realisasi kredit yang lebih besar dan wanita diberi nilai 0. Berdasarkan hasil uji, variabel dummy jenis kelamin berpengaruh positif terhadap besarnya realisasi pembiayaan karena koefisien variabel tersebut bernilai positif, yaitu ketika pria yang mengajukan pembiayaan dan menjadi nasabah dalam satu satuan (orang), maka jumlah realisasi akan naik sebanyak 45.255 satuan (rupiah), ceteris paribus. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian, dimana realisasi pembiayaan murabahah yang diperoleh nasabah pria lebih besar dibanding yang diterima oleh nasabah wanita. Pria dianggap dapat lebih bertanggung jawab terhadap pembiayaan karena pembiayaan tersebut ditujukan untuk usahanya dalam rangka menghidupi keluarganya. Selain itu umumnya pria berperan sebagai kepala keluarga sehingga pria bertugas sebagai pencari nafkah utama dalam suatu keluarga diduga lebih banyak mengajukan kredit dibandingkan wanita. Berdasarkan hasil regresi linier berganda tersebut, nasabah yang berjenis kelamin pria akan meningkatkan jumlah realisasi murabahah. Akan tetapi, variabel jenis kelamin ini tidak berpengaruh nyata dalam mempengaruhi besar realisasi pembiayaan murabahah, karena P-value lebih besar dari taraf nyata (P = 63
0,864 > α = 0,1) yang berarti apapun jenis kelamin nasabah tidak berpengaruh terhadap besarnya realisasi pembiayaan murabahah yang diberikan ke nasabah. Hal ini menunjukkan bahwa KBMT Bil Barkah tetap menjalankan prosedur pemberian pembiayaan dan analisis kelayakan terlepas dari jenis kelamin nasabah yang akan direalisasikan pembiayaannya. 7.1.3. Jumlah Tanggungan Keluarga (X2) Jumlah tanggungan dalam sebuah keluarga diduga berpengaruh negatif terhadap besarnya realisasi pembiayaan. Hal ini akan mempengaruhi KBMT Bil Barkah untuk memberikan pembiayaan dalam jumlah besar karena terkait dengan kemampuan nasabah dalam mengembalikan pembiayaan. Asumsinya, semakin banyak jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan keluarga maka semakin besar pengeluaran nasabah untuk kebutuhannya sehingga kemampuan keuangannya akan semakin kecil. Sehingga semakin besar jumlah tanggungan keluarga maka diduga semakin kecil jumlah realisasi pembiayaan murabahah yang akan diberikan kepada nasabah. Berdasarkan hasil uji, variabel jumlah tanggungan keluarga nasabah berpengaruh positif terhadap besarnya realisasi pembiayaan karena koefisien variabel tersebut bernilai positif, yaitu ketika jumlah tanggungan keluarga naik satu satuan (orang), maka jumlah realisasi akan naik sebanyak 46.592 satuan (rupiah), ceteris paribus. Pengaruh ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian, dimana semakin banyak jumlah tanggungan seseorang maka akan semakin kecil jumlah realisasi murabahah yang akan diterima oleh nasabah. Berdasarkan hasil regresi linier berganda tersebut, semakin besar jumlah tanggungan keluarga akan mdelapanbah jumlah realisasi murabahah. Akan tetapi, variabel jumlah tanggungan keluarga ini tidak berpengaruh nyata dalam mempengaruhi besar realisasi pembiayaan murabahah, karena P-value lebih besar dari taraf nyata (P = 0,511 > α = 0,1). Hal ini berarti berapapun jumlah tanggungan keluarga nasabah tidak berpengaruh terhadap besarnya realisasi pembiayaan murabahah yang diberikan ke nasabah. Hal ini mengindikasikan bahwa KBMT Bil Barkah memberikan pembiayaan terhadap nasabah bukan berdasarkan pada jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki, tetapi sejauh mana nasabah mampu mengembalikan 64
pembiayaan murabahah yang diberikan terlepas dari besarnya biaya kebutuhan keluarga yang ada. Karena sesuai dengan visi misinya, KBMT Bil Barkah berupaya untuk memberikan pembiayaan demi menggerakkan sektor riil terutama usaha mikro. 7.1.4. Lama Pendidikan (X3) Lama pendidikan diduga berpengaruh positif terhadap jumlah realisasi pembiayaan murabahah. Berdasarkan hasil uji, variabel lama pendidikan nasabah berpengaruh positif terhadap besarnya realisasi pembiayaan karena koefisien variabel tersebut bernilai positif, yaitu ketika lamanya lama pendidikan naik satu satuan (tahun), maka jumlah realisasi akan naik sebanyak 76.157 satuan (rupiah), ceteris paribus. Pengaruh ini sesuai dengan hipotesis penelitian, dimana semakin tinggi lama pendidikan seseorang maka akan semakin besar realisasi pembiayaan murabahah yang akan diberikan. Variabel ini berpengaruh nyata dalam mempengaruhi besar realisasi pembiayaan, karena P-value lebih kecil dari taraf nyata (P = 0,063 < α = 0,1). Hal ini berarti semakin lama pendidikan formal yang dilalui nasabah, maka semakin besar pula jumlah realisasi pembiayaan murabahah yang diberikan oleh KBMT Bil Barkah. Semakin lama pendidikan formal seseorang maka akan lebih berdisiplin dan bertanggung jawab terhadap kewajiban pinjamannya. Selain itu, dengan lamanya pendidikan juga dianggap lebih bertanggung jawab dan paham dalam penggunaan dan pengaturan pembiayaan yang diterima. Dengan demikian, semakin lama pendidikan seseorang maka semakin besar realisasi yang akan diberikan oleh KBMT Bil Barkah. Hal ini mengindikasikan bahwa KBMT Bil Barkah menjadikan lama pendidikan sebagai sebuah faktor yang dipertimbangkan dalam merealisasiskan jumlah pembiayaan terhadap nasabah. Oleh karena itu, lama pendidikan tepat untuk digunakan dalam menentukan jumlah pembiayaan murabahah yang akan diberikan oleh KBMT Bil Barkah kepada nasabah. 7.1.5. Lama Usaha (X4) Lama usaha yang diajukan pembiayaannya oleh nasabah diduga berpengaruh positif terhadap realisasi pembiayaan murabahah. Berdasarkan hasil 65
uji, variabel lama usaha memberikan pengaruh yang positif terhadap besarnya realisasi pembiayaan murabahah karena koefisien variabel ini bernilai positif, yaitu ketika lamanya usaha naik satu satuan (tahun), maka jumlah realisasi akan naik sebanyak 52.545 satuan (rupiah), ceteris paribus. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian, dimana semakin lama usaha nasabah maka akan semakin besar realisasi pembiayaan murabahah yang akan diberikan kepada nasabah. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa variabel lama usaha berpengaruh nyata dalam mempengaruhi besar realisasi pembiayaan murabahah, karena Pvalue nya lebih kecil dari taraf nyata (P = 0,029 < α = 0,1). Artinya, semakin lama usaha dijalankan oleh nasabah akan mempengaruhi besarnya realisasi pembiayaan murabahah yang akan diberikan oleh KBMT Bil Barkah kepada nasabah. Semakin lama usaha bertahan maka semakin menjamin bahwa usaha tersebut layak untuk dibiayai atau dikembangkan. Semakin lama nasabah menjalankan usaha tersebut maka akan berpengaruh terhadap kemampuan nasabah dalam memperhitungkan kebutuhan pembiayaan usahanya dengan tepat dan cermat. Hal ini menunjukkan bahwa lamanya usaha nasabah menjadi sebuah faktor yang dilihat dan diperhatikan oleh KBMT Bil Barkah dalam merealisasikan jumlah pembiayaan murabahah karena lama usaha berkaitan erat dengan tujuan pembiayaan yang diajukan oleh nasabah tersebut. 7.1.6. Pendapatan Bersih Usaha Per Bulan (X5) Pendapatan bersih usaha nasabah per bulan diduga berpengaruh positif terhadap jumlah realisasi pembiayaan. Berdasarkan hasil uji, variabel pendapatan usaha nasabah berpengaruh positif terhadap besarnya realisasi pembiayaan karena koefisien variabel tersebut bernilai positif, yaitu ketika pendapatan bersih usaha per bulan naik satu satuan (rupiah), maka jumlah realisasi akan naik sebanyak 0,20948 satuan (rupiah), ceteris paribus. Pengaruh ini sesuai dengan hipotesis penelitian, dimana semakin besar tingkat pendapatan usaha nasabah per bulan maka akan semakin besar realisasi pembiayaan murabahah yang diberikan kepada nasabah. Hasil analisis menunjukkan besarnya pendapatan usaha bersih per bulan berpengaruh nyata terhadap besarnya realisasi pembiayaan murabahah karena memiliki P-value lebih kecil dari taraf nyata (P = 0,027 < α = 0,1). 66
Semakin besar pendapatan bersih usaha per bulannya maka kemampuan membayar angsuran yang terdiri dari pokok dan beban margin akan semakin besar. Semakin besar pendapatan bersih usaha per bulan pun dapat memberikan gambaran bagi KBMT bahwa usaha tersebut memiliki prospek untuk dibiayai lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan bersih per bulan yang lebih besar akan memperbesar jumlah realisasi pembiayaan. Analisis
ini
mengindikasikan
bahwa
KBMT
Bil
Barkah
mempertimbangkan faktor pendapatan usaha bersih sebagai salah satu faktor dalam menentukan besarnya realisasi pembiayaan murabahah. Hal ini karena pendapatan usaha bersih sangat berkaitan erat dengan tujuan pembiayaan yang diajukan oleh nasabah tersebut sehingga tepat untuk digunakan sebagai dasar penentuan jumlah realisasi pembiayaan murabahah yang akan diberikan kepada nasabah. Oleh karena itu, pendapatan bersih usaha per bulan tepat untuk digunakan dalam menentukan jumlah pembiayaan murabahah yang akan diberikan oleh KBMT Bil Barkah kepada nasabah. 7.1.7. Frekuensi Pinjaman (X6) Frekuensi pinjaman diduga berpengaruh positif terhadap realisasi pembiayaan. Berdasarkan hasil uji, variabel frekuensi pinjaman memberikan pengaruh yang positif terhadap besarnya realisasi pembiayaan murabahah karena koefisien variabel ini bernilai positif, yaitu ketika frekuensi pinjaman naik satu satuan (rupiah), maka jumlah realisasi akan naik sebanyak 32.451 satuan (rupiah), ceteris paribus. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian, dimana semakin tinggi frekuensi pinjaman nasabah maka akan semakin besar realisasi pembiayaan murabahah yang akan diberikan kepada nasabah. Frekuensi pinjaman akan menunjukkan apakah nasabah tersebut pernah mengajukan pinjaman sebelumnya atau tidak. Frekuensi pinjaman juga dapat mengindikasikan bahwa semakin seringnya nasabah meminjam maka nasabah diduga akan lebih memahami tentang pembiayaan yang diberikan dan bagaimana menggunakannya. Selain itu semakin sering nasabah meminjam maka akan terlihat bagaimana aktivitas pengembaliannya sehingga jika seorang nasabah tergolong lancar maka tingkat kepercayaan bank untuk merealisasikan pembiayaan yang lebih besar akan semakin tinggi. 67
Positifnya frekuensi pinjaman terhadap jumlah realisasi pembiayaan murabahah karena bila nasabah terus berlanjut mengajukan pinjaman, maka KBMT Bil Barkah akan memberikannya dan juga akan meningkatkan jumlah pinjaman. Hal ini karena pihak KBMT Bil Barkah sudah mengenal karakteristik nasabah dan sudah menilai kelayakan usaha yang dijalankan, sehingga KBMT Bil Barkah memberikan kepercayaannya terhadap nasabah tersebut. Akan tetapi hasil analisis menunjukkan bahwa variabel frekuensi pinjaman tidak berpengaruh nyata dalam mempengaruhi besar realisasi pembiayaan murabahah, karena P-value nya lebih besar dari taraf nyata (P = 0,547 > α = 0,1). Artinya, berapa kalipun nasabah meminjam tidak akan mempengaruhi besarnya realisasi pembiayaan murabahah yang akan diberikan kepada nasabah. Karena KBMT Bil Barkah memiliki prosedur untuk selalu melakukan analisis kelayakan kembali walaupun nasabah tersebut sudah sering mendapatkan pembiayaan. Oleh karena itu, KBMT Bil Barkah tetap harus menjalankan aturan dengan konsisten dan selalu melakukan pengecekan sebelum menyalurkan pembiayaan kepada nasabah yang melakukan pembiayaan kembali. 7.1.8. Agunan (D2) Sebagai variable dummy, adanya agunan diberi nilai satu yang artinya mempengaruhi jumlah realisasi kredit yang lebih besar dan tidak adanya agunan diberi nilai nol. Adanya agunan (bernilai satu) diduga berpengaruh positif terhadap jumlah realisasi pembiayaan. Berdasarkan hasil uji, variabel agunan memberikan pengaruh yang positif terhadap besarnya realisasi pembiayaan murabahah karena koefisien variabel ini bernilai positif, yaitu ketika jumlah agunan yang diberikan kepada KBMT Bil Barkah naik, maka jumlah realisasi akan naik sebanyak 1.443.933 satuan (rupiah), ceteris paribus. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian, dimana ada agunan yang disertakan dalam pembiayaan maka akan semakin besar realisasi pembiayaan murabahah yang akan diberikan kepada nasabah. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa variabel agunan berpengaruh nyata dalam mempengaruhi besar realisasi pembiayaan murabahah, karena Pvalue nya lebih kecil dari taraf nyata (P = 0,001 < α = 0,1). Artinya, jika ada agunan yang bisa diserahkan oleh nasabah ke pihak KBMT Bil Barkah maka 68
semakin besar realisasi pembiayaan murabahah yang akan diberikan kepada nasabah. Hal ini karena agunan berperan penting sebagai jaminan yang disertakan oleh nasabah ketika melakukan pinjaman ke KBMT Bil Barkah. Agunan juga dapat bermanfaat bagi pihak KBMT Bil Barkah sebagai alat pengamanan apabila usaha yang dibiayai dengan pembiayaan murabahah tersebut gagal atau mendapat sebab-sebab lain yang membuat nasabah menjadi tidak mampu melunasi pinjamannya sehingga adanya agunan memberikan kepercayaan kepada pihak KBMT untuk memberikan pembiayaan yang lebih besar. Oleh karena itu, faktor agunan tepat untuk digunakan dalam menentukan jumlah pembiayaan murabahah yang akan diberikan oleh KBMT Bil Barkah kepada nasabah. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari keempat faktor yang berpengaruh nyata tersebut, faktor yang paling responsif terhadap jumlah realisasi pembiayaan murabahah adalah faktor agunan. Hal ini terlihat dari koefisien faktor agunan (1.443.933) yang paling besar dibandingkan dengan koefisien ketiga faktor lainnya. Kemudian faktor yang responsif pada posisi kedua adalah lama pendidikan (76.157) diikuti oleh faktor lama usaha (52.545) pada posisi ketiga dan faktor pendapatan bersih usaha per bulan (0,20948) pada posisi keempat. Berdasarkan hasil ini, maka faktor agunan menjadi faktor yang baik untuk diutamakan oleh pihak KBMT Bil Barkah dalam merealisasikan pembiayaan murabahah karena perubahan dari adanya agunan paling besar dalam meningkatkan jumlah realisasi pembiayaan murabahah. Meskipun demikian, faktor lama pendidikan, lama usaha, dan pendapatan bersih usaha per bulan juga tetap harus diperhatikan oleh KBMT Bil Barkah demi meningkatkan jumlah realisasi dan mencapai target pembiayaan murabahah. Hal ini karena berdasarkan uji regresi linier berganda, keempat faktor tersebut telah terbukti berpengaruh nyata terhadap realisasi pembiayaan murabahah untuk usaha mikro agribisnis sektor perdagangan.
69
VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1.
Kesimpulan Karakteristik nasabah pembiayaan murabahah di KBMT Bil Barkah
dilihat berdasarkan usia, jenis kelamin, jumlah tanggungan keluarga, lama pendidikan, lama usaha, pendapatan bersih usaha per bulan, frekuensi pinjaman, dan agunan. Proporsi terbesar berasal dari nasabah yang berusia 6-50 tahun sebanyak 15 orang (37,50 persen), berjenis kelamin wanita sebanyak 31 orang (77,50 persen), memiliki jumlah tanggungan 3-5 orang sebanyak 19 orang (40,00 persen), berpendidikan sama dengan 6 tahun atau setara SD/sederajat sebanyak 18 orang (45,00 persen), memiliki lama usaha 1-5 tahun sebanyak 19 orang (47,50 persen), memiliki pendapatan bersih usaha Rp 1.000.001,00 - 2.000.000,00 per bulannya sebanyak 18 orang (45,00 persen), memiliki frekuensi pinjaman 3-5 kali sebanyak 20 orang (50,00 persen), dan tidak menyertakan agunan dalam pembiayaannya sebanyak 36 orang (90,00 persen). Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan murabahah untuk usaha mikro agribisnis sektor perdagangan di KBMT Bil Barkah pada tingkat kepercayaan 90 persen adalah lama pendidikan, lama usaha, pendapatan bersih usaha per bulan, dan agunan. Keempat faktor tersebut memiliki pengaruh positif terhadap jumlah realisasi pembiayaan murabahah untuk usaha mikro agribisnis sektor perdagangan di KBMT Bil Barkah. Hal ini berarti semakin lama pendidikan formal yang dilalui nasabah, semakin lama usaha yang dijalankan nasabah, semakin besar pendapatan bersih usaha per bulan nasabah, dan ada agunan yang diserahkan oleh nasabah, maka semakin besar pula jumlah realisasi pembiayaan murabahah yang akan diberikan oleh KBMT Bil Barkah. 8.2.
Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, saran yang dapat disampaikan adalah: 1. Pihak KBMT Bil Barkah sebaiknya memperhatikan karakteristik calon nasabah khususnya faktor lama pendidikan, lama usaha, pendapatan bersih usaha per bulan, dan agunan dalam merealisasikan pembiayaan 70
murabahah. Hal ini demi mendapatkan nasabah yang memiliki kualifikasi yang baik, tepat sasaran yaitu bagi pengusaha mikro yang membutuhkan bantuan pembiayaan, serta mencapai target pembiayaan yang telah ditentukan. 2. Pihak KBMT Bil Barkah harus lebih detail dalam memperoleh dan memonitor data yang terkait dengan lama pendidikan, lama usaha, pendapatan bersih usaha per bulan, dan agunan karena faktor-faktor tersebut
yang
dapat
meningkatkan
jumlah
realisasi
pembiayaan
murabahah yang akan diberikan kepada nasabah. 3. Pihak KBMT Bil Barkah diharapkan melakukan pembinaan usaha terhadap nasabah agar nasabah dapat menjadikan usahanya semakin profitable. Hal ini terkait dengan faktor pendapatan bersih usaha per bulan yang dapat mempengaruhi realisasi pembiayaan murabahah. 4. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengkaji efektivitas penyaluran perbandingan
pembiayaan kondisi
murabahah
nasabah
sehingga
sebelum
dan
dapat
diketahui
sesudah
menerima
pembiayaan yang dapat memperlihatkan pemanfaatan pembiayaan murabahah bagi para nasabah usaha mikro.
71
DAFTAR PUSTAKA Anggriawan A. 2010. Analisis Efektivitas dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Syariah pada Sektor Agribisnis (Studi Kasus: PT BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang, Bogor) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Anonim. 2005. Pembiayaan Syariah Lebih Mengandung Nilai Keadilan. Jurnal Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 5 (27): 8-10. Antonio MS. 2001. Bank Syariah dari Teori Ke Praktek. Jakarta: Gema Insani. Arsyad L. 2008. Lembaga Keuangan Mikro: Institusi, Kinerja, dan Sustanabilitas. Yogyakarta: Andi. Beik SI. 2010. Mengembangkan Lembaga Keuangan Mikro Syariah. Iqtishodia Jurnal Ekonomi Islam Republika 17: 2. Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Bogor. 2010. Laporan Tahunan. Falihah EI. 2007. Peran Baitul Maal Wat Tamwil dalam Upaya Pemberdayaan Usaha Mikro di Koperasi BMT-MMU Kraton Sidogiri Pasuruan [Skripsi]. Malang: Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Negeri Malang. Farida R. 2007. Analisis Penilaian dan Faktor-Faktor Penyaluran Pembiayaan Syariah dalam Pembiayaan Agribisnis Pada KBMT Khidmatul Ummah, Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hasan MI. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Kasmir. 2010. Dasar-Dasar Perbankan. Ed. Ke-8. Jakarta: Rajawali Pers. KBMT Bil Barkah. Laporan Tahunan (Annual Report) 2011. Bogor Kementerian Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia. 2010. Statistik Usaha Kecil dan Menengah Tahun 2008-2009. Jakarta: Kementerian Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia. Kurnia F. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Syariah pada Sektor Agribisnis [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Lind DA, Marchal WG, Wathen SA. 2007. Teknik-Teknik Statistika dalam Bisnis dan Ekonomi Menggunakan Kelompok Data Global. Buku ke-2. Ed ke-13. Sungkono C, penerjemah; Jakarta: Salemba Empat. Terjemahan dari: Stastistical Techniques in Business and Economics. Nazir M. 2009. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. 72
Rachmina D, Burhanuddin. 2008. Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Rafinaldy N. 2006. Memeta Potensi dan Karakteristik UMKM bagi Penumbuhan Usaha Baru. Infokop 29. Rivai V, Veithzal P. 2008. Islamic Financial Management. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Saragih B. 2010a. Refleksi Agribisnis: 65 Tahun Profesor Bungaran Saragih. Bogor: IPB Press. Saragih B. 2010b. Agribisnis Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. Bogor: IPB Press. Setyobudi A. 2007. Peran Serta Bank Indonesia dalam Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan 29. Volume 5. No 2. Agustus 2007. Siregar M. 2002. Agenda Pengembangan Perbankan Syariah untuk Mendukung Sistem Ekonomi yang Sehat di Indonesia: Evaluasi, Prospek, dan Arah Kebijakan. Iqtisad Jurnal Ekonomi Islam 3 (6): 46-66. Soetrisno N. 2004. Pengembangan Lembaga Keuangan Syariah Menuju Pemberdayaan Ekonomi Rakyat. Prosiding Silaturahmi Nasional ke-2; Jakarta: 30-31 Agustus 2004. Jakarta: Graha Wisata Mahasiswa. hlm 1-6. Supranto J. 2001. Statistik: Teori dan Aplikasi. Ed ke-6. Jakarta: Erlangga. Wijono WW. 2005. Pemberdayaan Lembaga Keuangan Mikro sebagai Salah Satu Pilar Sistem Keuangan Nasional: Upaya Konkrit Memutus Mata Rantai Kemiskinan. Jurnal Ekonomi dan Keuangan 1 (10): 55 – 67 Yuspin W. 2007. Penerapan Prinsip Syariah dalam Pelaksanaan Akad Murabahah. Jurnal Ilmu Hukum, edisi khusus: 86-100.
73
LAMPIRAN
74
Lampiran 1. Output Regresi Linear pada Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Murabahah untuk Usaha Mikro Agribisnis Sektor Perdagangan KBMT Bil Barkah The regression equation is Jumlah Realisasi = 260531 - 14500 Usia + 45255 Jenis Kelamin + 46592 Jumlah Tanggungan Keluarga + 76157 Lama Pendidikan + 52545 Lama Usaha + 0.209 Pendapatan Bersih Usaha/Bulan + 32451 Frekuensi Pinjaman + 1443933 Agunan Predictor Constant Usia Jenis Kelamin Jumlah Tanggungan Keluarga Lama Pendidikan Lama Usaha Pendapatan Bersih Usaha/Bulan Frekuensi Pinjaman Agunan S = 612882
R-Sq = 61.5%
Coef 260531 -14500 45255 46592 76157 52545 0.20948 32451 1443933
SE Coef 787986 11500 262274 70050 39489 22924 0.09049 53337 375903
T 0.33 -1.26 0.17 0.67 1.93 2.29 2.32 0.61 3.84
P 0.743 0.217 0.864 0.511 0.063 0.029 0.027 0.547 0.001
VIF 1.5 1.3 1.4 1.5 1.2 1.3 1.1 1.4
R-Sq(adj) = 51.6%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 8 31 39
SS 1.86334E+13 1.16444E+13 3.02778E+13
Source Usia Jenis Kelamin Jumlah Tanggungan Keluarga Lama Pendidikan Lama Usaha Pendapatan Bersih Usaha/Bulan Frekuensi Pinjaman Agunan
MS 2.32917E+12 3.75625E+11
DF 1 1 1 1 1 1 1 1
F 6.20
P 0.000
Seq SS 3.01146E+11 2.52434E+12 12348626376 7.09966E+12 1.80678E+12 1.20107E+12 1.45642E+11 5.54239E+12
Durbin-Watson statistic = 2.03730
75
Lampiran 2. Uji Normalitas pada Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Murabahah untuk Usaha Mikro Agribisnis Sektor Perdagangan KBMT Bil Barkah Probability Plot of RESI1 Normal 99
Mean StDev N KS P-Value
95 90
-1.22236E-10 546419 40 0.077 >0.150
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
-1000000 -500000
0 500000 RESI1
1000000 1500000
76
Lampiran 3. Uji Heteroskedastisitas pada Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Murabahah untuk Usaha Mikro Agribisnis Sektor Perdagangan KBMT Bil Barkah Residual Plots for Jumlah Realisasi Normal Probability Plot of the Residuals
Residuals Versus the Fitted Values
99 1000000 Residual
Percent
90 50 10 1
500000 0 -500000 -1000000
-1000000
-500000
0
500000
1000000
1000000
Residual
Histogram of the Residuals
2000000 3000000 Fitted Value
4000000
Residuals Versus the Order of the Data
8 Residual
Frequency
1000000 6 4
500000 0
2
-500000
0
-1000000 -1000000 -500000
0
500000
Residual
1000000
1
5
10 15 20 25 30 Observation Order
35
40
Test for Equal Variances for RESI1 500000
Bartlett's Test
700000
Test Statistic P-Value
Jumlah Realisasi
800000
2.10 0.836
Levene's Test
1000000
Test Statistic P-Value
1200000
0.48 0.788
1500000 2000000 2500000 3000000 3500000 5000000
00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 50 10 15 20 25 30 90% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs 0
77
Lampiran 4. Kuesioner Penelitian
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN MURABAHAH UNTUK USAHA MIKRO AGRIBISNIS SEKTOR PERDAGANGAN (Studi Kasus: KBMT Bil Barkah, Bogor) Tanggal:
No. Kuesioner:
Saya, Febrina Mahliza (H34070016) mahasiswa tingkat akhir program studi Agribisnis Fakultas Ekonomi & Manajemen Institut Pertanian Bogor sedang melakukan penelitian dan pengumpulan data yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi. Kesediaan bapak/ibu/saudara/i dalam mengisi kuesioner penelitian ini sangat saya harapkan untuk memberikan informasi secara lengkap sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh informasi sebagai data primer dalam penelitian. Informasi yang diperoleh dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademik. Terima kasih atas bantuan dan kesediaannya dalam mengisi kuesioner ini.
I. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Nama :……………………………………………... 2. Alamat :………………………………………........... ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… 3. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan 4. Usia :……………………………………….tahun 5. Status : a. Belum Menikah b. Menikah c. Janda/duda 6. Data Keluarga/tanggungan : Istri……………………………..........orang Anak…………………………………orang Anak yang menikah………………….orang Lainnya……………………………....orang 7. Pendidikan Formal :………………………………………..tahun 8. Pendidikan Non Formal :……………………………………………... 9. Pekerjaan Utama :……………………………………………... 10. Pekerjaan Sampingan :……………………………………………... 78
11. Pendapatan Rumah Tangga per Bulan No Sumber Pendapatan Suami 1. 2. 12. No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pelaku Istri
Konsumsi Rumah Tangga per Bulan Jenis Makan dan minum Pakaian Pendidikan Kesehatan Air + Listrik Telepon
Total Anak
Total Biaya
Total 13. Total penerimaan bersih (Pendapatan – Konsumsi Rumah Tangga):
………………………………………………………………………………….. 14. Aset Rumah Tangga No Jenis Jml
1. 2.
Harga (Rp)
Nilai pembelian (Rp)
Masa pakai (thn)
Estimasi umur ekonomis (thn)
Biaya penyusut an (Rp)
Rumah Kendaraan
Total II. KARAKTERISTIK USAHA 1. Jenis usaha:…………………………................................................................... 2. Bidang usaha: a. Penyedia sarana produksi b. Budidaya c. Pengolahan d. Lain-lain……………………………………………………………………. 3. Komoditas usaha:……………………................................................................. 4. Lama usaha:………………………Sejak tahun:………………………………. 5. Lama berbisnis:…………………...Sejak tahun:………………………………. 6. Rata-rata omset hasil usaha:Rp…………………………………........................ 7. Status usaha: 79
a. Sewa b. Gadai c. Milik d. Lain-lain……………………………………………………………………. 8. Lokasi usaha:…………………............................................................................ 9. Jarak lokasi usaha dengan KBMT Bil Barkah:....................menit……….….km 10. Wilayah pemasaran usaha:……………………................................................... 11. Pembeli produk/jasa usaha:……………….......................................................... III.KARAKTERISTIK PEMBIAYAAN A. Pengalaman pembiayaan secara umum: Bunga Jangka /mark Sumber Thn Realisasi Waktu up
Agunan
Lama Pencairan
Frekuensi
B. Pembiayaan di KBMT Bil Barkah: 1. Apa Anda mengetahui KBMT Bil Barkah? a. Tahu b. Tidak tahu 2. Alasan memilih:…………................................................................................... 3. Lama menjadi nasabah:.....................sejak tahun:…………………………….. 4. Frekuensi mendapatkan pembiayaan:……………………………………...Kali 5. Apa Anda mengetahui akad pembiayaan yang anda ambil? c. Tahu d. Tidak tahu 6. Alasan mengambil pembiayaan:.......................................................................... 7. Tujuan fasilitas pembiayaan yang Anda terima: a. Kebutuhan Modal Kerja b. Investasi Usaha c. Lain-lain…………………………………………………………................... 8. Jarak KBMT Bil Barkah dengan rumah:……………..………menit……….km 9. Jumlah pembiayaan yang diajukan:.................................................................... 10. Jumlah pembiayaan yang dicairkan:.................................................................... 11. Lama waktu pencairan pembiayaan yang diajukan:......................................hari 12. Jangka waktu pengembalian pembiayaan:..................................................bulan 13. Cicilan yang harus dibayar tiap bulannya: Rp……………………..................... 14. Tambahan biaya (mark up) yang dibebankan dari pihak KBMT Bil Barkah?................................................................................................................ 15. Ada/tidak agunan yang diserahkan?.................................................................... Nilai agunan yang harus dipenuhi untuk pembiayaan: …………………………………………………………………………………. 16. Mekanisme penyaluran pembiayaan: …………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………. 80
17. Permasalahan dalam pengambilan pembiayaan: …………………………………………………………………………………. 18. Pembinaan nasabah (ada/tidak):……………………………………………….. 19. Saran terhadap pelayanan di KBMT Bil Barkah: ………………………………………………………………………………….. ………………………………………………………………………………….. Sektor perdagangan 20. Biaya Pembelian Barang untuk Dijual Kembali selama 1 (Satu) Bulan No Jenis barang Jumlah Satuan Harga satuan Total 1. 2.
21. Biaya Bahan Baku dan Penolong selama 1 (Satu) Bulan No Bahan Baku dan Jumlah Satuan Harga satuan Penolong 1. 2.
22. Biaya yang Dikeluarkan selama 1 (Satu) Bulan No Jenis pengeluaran 1. Sewa tempat 2. Gaji karyawan 3. Biaya transportasi 4. Biaya komunikasi 5. Biaya overhead (air+listik)
No
23. Penjualan Barang selama 1 (Satu) Bulan Jenis Barang Jumlah Satuan
Total
Total biaya
Harga Satuan
Total Biaya
81
24. Produksi yang dikonsumsi setiap bulan:……………………………………… Total biayanya:................................................................................................... 25. Total pendapatan yang diterima (total hasil penjualan-total biaya pembelian barang/biaya bahan baku dan penolong-total biaya lainnya-total biaya yang dikonsumsi): Rp.................................................................................................. 26. Aset Usaha: No. Jenis
Jumlah
Harga satuan (Rp)
Total (Rp)
1. 2. 3. 4.
Total
82