REALISASI PEMBIAYAAN “MURABAHAH” PADA BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG MAGELANG
TUGAS AKHIR Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md) Pada Program Studi Keuangan Dan Perbankan Islam
Disusun Oleh : Misbhakhul Munir NIM 201 06 038
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2009
REALISASI PEMBIAYAAN “MURABAHAH” PADA BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG MAGELANG
TUGAS AKHIR Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md) Pada Program Studi Keuangan Dan Perbankan Islam
Disusun Oleh :
Misbhakhul Munir NIM 201 06 038
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2009
ii
PESETUJUAN PEMBIMBING
Lamp
:
Hal
: Pengajuan Naskah Tugas Akhir
Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah diadakan pengarah, bimbingan, koreksi, dan perbaikan seperlunya, maka Tugas Akhir Saudara :
Nama
: Misbakhul Munir
NIM
: 201 06 038
Judul
: Realisasi Pembiayaan Murabahah di BMI Cabang Magelang
Dapat diajukan dalam sidang munaqasah. Demikianlah untuk menjadikan periksa. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing
Faqih Nabhan S.E., M.M, NIP. 19741230 200212 1 002
iii
PENGESAHAN TUGAS AKHIR
Judul Tugas Akhir : REALISASI PEMBIAYAAN DI BANK MUAMALAT INDONESIA UPS MAGELANG Nama
: Misbakhul Munir
Nim
: 201 06 038
Program Studi
: Keuangan Perbankan Islam
Telah dipertahankan didepan sidang Munaqasyah pada tanggal 20 Agustus, dan dinyatakan lulus sehingga dapat diterima sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya.
Ketua
Sekretaris
Dr. Muh. Saerozi, M.Ag.
Dr. Imam Sutomo, M.Ag. NIP. 19580827 198303 1 002
NIP. 19660215 199103 1 001
Penguji I
Penguji II
Siti Zumrotun, M.Ag
Nafis Irkhami, M.Ag.
NIP. 19670115 199803 2 002
NIP. 19731026 200312 1 002
Pembimbing
Faqih Nabhan S.E., M.M, NIP. 19741230 200212 1 002
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrobill alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan hidayahnya serta masih memberi kesempatan kepada kita untuk mencari dan berbagi ilmu dengan sesama. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membimbing kita dari zaman kegelapan, kebodohan menuju jalan yang terang benderang, amin. Penulis Tugas Akhir ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan program strudi DIII jurusan Syari’ah Keuangan Perbankan Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Terselesaikannya Tugas Akhir ini tentunya bukanlah hasil usaha penulis sendiri, melainkan tidak lepas dari bantuan pembimbing dari semua pihak. Untuk itu, perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih baik materiil maupun spiritual kepada : 1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M. Ag. Selaku ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Drs. Mubasirun, M. Ag. Selaku ketua jurusan Syari’ah STAIN Salatiga. 3. Bapak H. Agus Waluyo, M. Ag. Selaku Ka Progdi DIII Keuangan Perbankan Islam. 4. Bapak Faqih Nabhan, S.E., M.M. Selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. 5. Seluruh Panitia Pelaksana Magang, Mahasiswa DIII Keuangan Perbankan Islam (KPI) STAIN Salatiga. 6. Bapak/Ibu dosen dan seluruh staf karyawan STAIN Salatiga. 7. Seluruh Kru BMI UPS Magelang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan magang serta memberikan informasi yang berguna. 8. Keluraga tercinta atas dukungan dan doanya, dan 9. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Tugas Akhir ini.
v
Akirnya penulis yakin, bahwa dalam penyusunan Tuga Akhir ini, pastilah jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis berharap saran dan kritik dari semua pihak agar lebih baik lagi nantinya. Dan semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat serta menambah pengetahuan pembaca. Amin. . . .
Salatiga, Juli 2009 Penulis
Misbakhul Munir NIM. 201 06 038
vi
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini Kupersembahkan Kepada : 1. Allah SWT atas segala nikmat yang dianugerahkan. 2. Ibunda, Ayahanda, Yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, do’a yang tak henti-henti dipanjatkan dan dorongan baik secara moril maupun materiil. 3. Kakak dan Adik tercinta yang telah mambantu dalam menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini, dengan memberikan semangat. 4. Pakde - Bude, Paklek - Bulek dengan nasihatnya yang membuat semangat dalam belajar. 5. Teman-teman Teater Getar, Teman-teman Kontrakan, Teman-teman K-SEI, dan Teman-teman kuliah dengan segenap dukungan dan kebersamaanya selama ini. 6. Teman-teman DIII Keuangan Perbankan Islam STAIN Salatiga atas kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan selama ini. 7. Sahabat, Teman-teman mahasiswa dan mahasiswi IKMPS yang dimana penulis telah banyak belajar dari kalian, semoga kompak selalu dan tetap berjuang untuk mewujudkan cita-cita.
vii
MOTTO
1. Hidup Adalah Ibadah Dengan Ilmu Hidup Mudah Dengan Agama Hidup Terarah 2. Bekerja keraslah, karena sesungguhnya nikmat hidup itu (ada) dalam bekerja keras (berpayah-payah)
viii
ABSTRAK
Pada tahun 1997 ini merupakan tahun yang paling kelam bagi dunia perbankan kita, dimana pada saat itu banyak bank-bank besar yang hancur karena tidak mampu membayar hutang-hutangnya. Bank Indonesia selaku bank central di Indonesia saat itu mau tidak mau harus mengambil kebijakan untuk melikuidasi bank.bank tersebut demi menyelamatkan perekonomian negara. Kita tahu semua akar dari permasalahan ini adalah adanya pembiayaan bermasalah dari bank-bank konvensional. Mereka meminjam uang dari perusahaan debitur dalam jumlah yang besar dengan syarat yang lunak bahkan mungkin tanpa jaminan, karena kedekatan hubungan keluarga, teman dekat, relasi bisnis ataupun adanya KKN diantara mereka. Dan bisa dibayangkan apa yang terjadi pada saat itu ketika perekonomian negara ini sedang terpuruk, nilai tukar rupiah anjlok, sehingga banyak perusahaan yang mengalami kebangkrutan yang luar biasa yang mengakibatkan mereka tidak mampu mengembalikan pinjamannya. Dan lembaga bankpun tidak bisa berbuat banyak atas masalah ini karena kesalahan prosedur sejak awal dalam pemberian kredit/pembiayaan, hal itu berbeda dengan perbankan yang menerapkan hukum-hukum syari’ah, dan perbankan syari’ah pada saat itu tampaknya tidak mengalami kesulitan seperti bank-bank konvensional yang mengalami kesulitan akibat krisis moneter. Bank syari’ah dengan sistem syari’ah (bagi hasil) yang saat ini tengah mengalami perkembangan yang cukup pesat harus bisa memnjemen maslah ini dengan baik sejak awal, jangan sampai kepercayaan masyarakat terhadap bank syari’ah yang sudah baik menjadi berkurang atau bahkan mungkin hilang. Jangan sampai produk-produknya tidak dipercaya. Produk dalam bank syari’ah khususnya BMI yaitu pembiayaan murabahah sangat digemari oleh nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan dalam pembiayaan itu sudah barang tentu mengalami benyak kendala, maka dari itu kita perlu mengetahui sedikit tentang realisasi pembiayaan murabahah.
ix
DAFTAR ISI Halaman Judul.....................................................................................................i Halaman Persetujuan...........................................................................................ii Halaman Pengesahan ..........................................................................................iii Kata Pengantar ....................................................................................................iv Persembahan .......................................................................................................vi Halaman Motto ..................................................................................................vii Abstrak ...............................................................................................................viii Daftar Isi .............................................................................................................ix BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah ....................................................................1 B. Rumusan Masalah .............................................................................6 C. Tujuan Penulisan ...............................................................................6 D. Manfaat Penulisan .............................................................................6 E. Metode Penelitian ..............................................................................7 F. Telaah Pustaka ..................................................................................8 G. Sistematika Penulisan .......................................................................9 BAB II Landasan Teori A. Kerangka Teoritik .............................................................................11 B. Telaah Pustaka ..................................................................................14 BAB III Deskripsi Bank Muamalat Indonesia A. Sejarah dan Perkembangan BMI .......................................................16 B. Visi dan Misi BMI ............................................................................17 C. Tujuan BMI ......................................................................................17 D. Produk-produk BMI ..........................................................................18
BAB IV Analisis A. Pelaksanaan Pembiayaan murabahah................................................27 B. Proses Realisasi Pembiayaan murabahah .......................................44 C. Analisis ..............................................................................................60
x
BAB V Penutup A. Kesimpulan ........................................................................................64 B. Saran .................................................................................................65 Daftar Pustaka Lampiran
xi
ABSTRAK Pada tahun 1997 ini merupakan tahun yang paling kelam bagi dunia perbankan kita, dimana pada saat itu banyak bank-bank besar yang hancur karena tidak mampu membayar hutang-hutangnya. Bank Indonesia selaku bank central di Indonesia saat itu mau tidak mau harus mengambil kebijakan untuk melikuidasi bank.bank tersebut demi menyelamatkan perekonomian negara. Kita tahu semua akar dari permasalahan ini adalah adanya pembiayaan bermasalah dari bank-bank konvensional. Mereka meminjam uang dari perusahaan debitur dalam jumlah yang besar dengan syarat yang lunak bahkan mungkin tanpa jaminan, karena kedekatan hubungan keluarga, teman dekat, relasi bisnis ataupun adanya KKN diantara mereka. Dan bisa dibayangkan apa yang terjadi pada saat itu ketika perekonomian negara ini sedang terpuruk,nilai tukar rupiah anjlok, sehingga banyak perusahaan yang mengalami kebangkrutan yang luar biasa yang mengakibatkan mereka tidak mampu mengembalikan pinjamannya. Dan lembaga bankpun tidak bisa berbuat banyak atas masalah ini karena kesalahan prosedur sejak awal dalam pemberian kredit/pembiayaan, hal itu berbeda dengan perbankan yang menerapkan hukum-hukum syari’ah, dan perbankan syari’ah pada saat itu tampaknya tidak mengalami kesulitan seperti bank-bank konvensional yang mengalami kesulitan akibat krisis moneter. Bank syari’ah dengan sistem syari’ah (bagi hasil) yang saat ini tengah mengalami perkembangan yang cukup pesat harus bisa memnjemen maslah ini dengan baik sejak awal, jangan sampai kepercayaan masyarakat terhadap bank syari’ah yang sudah baik menjadi berkurang atau bahkan mungkin hilang. Jangan sampai produk-produknya tidak dipercaya. Produk dalam bank syari’ah khususnya BMI yaitu pembiayaan murabahah
sangat digemari oleh nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan dalam pembiayaan itu sudah barang tentu mengalami benyak kendala, maka dari itu kita perlu mengetahui sedikit tentang realisasi pembiayaan murabahah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari – hari zaman sekarang ini, masyarakat memiliki kebutuhan – kebutuhan konsumtif yang harus dipenuhi. Ada kalanya masyarakat tidak memiliki cukup dana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karenanya, dalam perkembangan perekonomian masyarakat yang semakin meningkat muncullah jasa pembiayaan yang ditawarkan oleh lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank1. “Lembaga perbankan merupakan salah satu aspek yang diatur dalam syariah Islam, yakni bagian muamalah sebagai bagian yang mengatur hubungan sesama manusia. Pengaturan lembaga perbankan dalam syariah Islam dilandaskan pada kaidah dalam ushul fiqih yang menyatakan bahwa “ maa laa yatimm al – wajib illa bihi fa huwa wajib “, yakni sesuatu yang harus ada untuk menyempurnakan yang wajib, maka ia wajib diadakan. Mencari nafkah (yakni melakukan kegiatan ekonomi) adalah wajib diadakan. Oleh karena pada zaman modern ini kegiatan perekonomian tidak akan sempurna tanpa adanya lembaga perbankan, maka lembaga perbankan ini pun menjadi wajib untuk diadakan”2. 1
http://www.scribd.com/doc/3144164/Praktek-Pembiayaan-Dalam-Perbankan-Syariah 13:39 2207-2009
2
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006, hal. 14 - 15
1
2
Salah satu fungsi utama Bank Syari’ah adalah menyalurkan dana kepada masyarakat. Pola pembiayaan dalam Bank Syari’ah mempunyai karakteristik yang spesifik dibanding dengan Bank Konvensional. Pada Bank Konvensional, penilaian kelayakan pembiayaan didasarkan sematamata hanya pada business wise, sedangkan pada Bank Syari’ah selain didasarkan pada business wise, juga harus mempertimbangkan syari’ah wise. Artinya, bisnis tersebut layak dibiayai
dari segi usahanya, dan
acceptable dari segi syari’ahnya. Ada beberapa pola yang sampai saat ini dijalankan oleh Bank Muamalat Indonesia dalam pembiayaan, yakni; jual beli dan bagi hasil. Pada jual beli secara terminologis merupakan proses pemindahan hak milik atau barang atau juga harta kepada pihak lain dengan menggunakan uang sebagai alat tukar. Terdapat ada beberapa bentuk akad jual beli, dimana jenis jual beli yang dipergunukan oleh Bank Muamalat dalam melakukan pembiayaan kepada nasabah adalah murabahah. Di Bank Muamalat, sekarang ini istilah pembiayaan lebih dikenal dengan istilah penanaman dana didasarkan pada fungsi bank sebagai manajer investasi, sedangkan secara istilah mengandung asumsi bahwa bank seolah-olah membiayai nasabah atau semata hanya memberikan uang kepada nasabah3. Sehingga seakan-akan tidak ada keuntungan yang bisa didapat dari pembiayaan tersebut. Dengan menggunakan “penanaman 3
http://akudantugasku.wordpress.com/2009/06/26/analisis-kebijakan-bank-syariah-terhadappembiayaan-ukm/ 23:00 25-07-2009
3
dana”, mangandung maksud bahwa hubungan antara nasabah dengan bank bukan debitur dan kreditur, melainkan nasabah dianggap sebagai partner. Penanaman dana pada piutang murabahah ini memiliki persentase cukup besar dibanding penanaman dana yang lain yaitu mencapai 70 hingga 80 persen dari total porto folio penanaman dana. Dalam prinsip murabahah, bank memberikan pembiayaan dengan cara membelikan barang yang dibutuhkan nasabah. Bank dan nasabah kemudian menyepakati margin, dan barang itu kemudian dijual kepada nasabah. Selanjutnya nasabah tersebut tinggal mengangsurnya secara tetap dalam periode tertentu. Seandainya terjadi kemacetan, barang itu bisa ditarik kembali oleh bank. Dengan demikian resiko pada bank menjadi lebih kecil dibanding resiko pola bagi hasil, maka tak heran Lebih dari setengah aset beberapa bank syariah diinvestasikan pada transaksi murabahah4.
Di kalangan masyarakat ada satu anggapan bahwa pengajuan pembiayaan di Bank Syari’ah cukup sulit atau tidak mudah bila dibandingkan dengan Bank Konvensional. Proses realisasi atau pencairan dananya tidak semudah seperti lembaga keuangan lain yang lebih mementingkan jaminanya. Asal jaminan atau jaminanya cukup untuk menutup pembiayaan tersebut, maka permohonan pembiayaan tersebut bisa terealisasi. Hal ini berbeda dengan Bank Syari’ah. Sesuai dengan prinsip Bank Syari’ah, yaitu prinsip kehati-hatian dalam pembiayaan atau penanaman dana sebenarnya sama saja dengan 4
http://telagaalkautsar.multiply.com/journal/item/100 18:10 25-07-2009
4
Bank Konvensional karena semua mengacu pada aturan BI. Namun secara tekhnis tentu saja berbeda atara pembiayaan di Bank Syari’ah dengan Bank Konvensional. Perbedaan ini karena perbankan syari’ah harus mengikuti koridor syari’ah yang telah ditetapkan. Dalam konteks kehatihatian pada Bank Syari’ah inilah seorang nasabah harus mengikuti prosedur yang berlaku; nasabah yang datang mengajukan penanaman dana harus membuat surat permohonan (SP) pembiayaan. Jenis surat permohonannya tergantung pada pembiayaan apa yang diajukan, dan dokumen-dokumen atau data yang menyangkut tentang usahanya, (sebagaimana ditulis dalam buku “Konsep, Produk Dan Implementasi Operasional Bank Syari’ah Oleh Tim Pengembangan Perbankan Syari’ahIB”). Bagi nasabah yang paham akan aturan Bank Syari’ah, proses dari permohonan penanaman dana tersebut merupakan suatu hal yang biasa dan wajar atau tidaklah sulit, dan proses realisasi atau pencairan dananya mudah. Proses realisasi ini harus sesua prosedur yang telah ditetapkan, mengingat jumlah dana yang diajukan dalam permohonan penanaman dana tersebut umumnya dalam jumlah yang relative besar, dan resikonyapun juga besar (terjadi kredit macet). Sehingga Bank Syari’ah prinsip kehati-hatian ini sangat penting karena dana yang dikelola oleh bank adalah dana pihak ketiga yang merupakan amanah bagi bank. Oleh karena itu Bank Syari’ah harus bisa memegang amanah atas dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga tersebut.
5
Dalam penanaman dana di Bank Muamalat Indonesia, umumnya proses realisasi atau pencairan dana tidak bagitu membutuhkan waktu yang lama, asalkan permohonanya sesuai dengan prosedur atau aturanaturan yang ada. Misalnya dalam murabahah juga harus ada kesepakatan antara bank dan nasabah, setelah itu dana akan segera dapat dicairkan. Di Bank Muamalat proses realisasi pembiayaan pada aplikasi murabahah ini cukup besar dibanding dengan pembiayaan (produk penyaluran dana) yang lain. Hal ini menjadi suatu hal yang menarik bagi penulis untuk melakukan penelitian tentang proses realisasi atau pencairan pembiayaan pada produk ini. Proses ralisasi ini menyangkut; ruang lingkup, persyaratan, prosedur, kewajiban pemeriksaan dokumen pendukung, kewajiban pemeriksaan kepatuhan ketentuan ekstern dan kebijakan bank, persiapan pencairan penanaman dana, tahap-tahap pencairan dana, dan prosedur pencairan atau droping serta penambahan pembiayaan (penanaman dana). Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengangkat kedalam suatu tugas akhir (TA) dengan judul “realisasi pembiayaan murabahah”.
6
B. Rumusan Masalah Berdasarkan rumusan judul tersebut di atas, penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana prosedur pelaksanaan pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia Cabang Magelang? 2. Bagaimana proses realisasi pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia Cabang Magelang? C. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini antara lain: 1. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia Cabang Magelang. 2. Untuk mengetahui realisasi pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia Cabang Magelang. D. Manfaat Penelitian 1. Untuk menambah wawasan bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya mengenai praktik atau akad murabahah di Bank Muamalat Indonesia. 2. Penulis dan pembaca dapat memperoleh diskripsi mengenai proses realisasi pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Cabang Magelang. 3. Sebagai kontribusi Bank Muamalat Cabang Magelang khususnya para operasional pembiayaan yang berkaitan dengan persyaratan dan prosedur dalam proses pendroppingan.
7
4. Untuk memberikan gambaran mengenai proses realisasi pembiayaan murabahah pada peneliti selanjutnya. E. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian Penulis menggunakan tipe penelitian deskripsi dimana penelitian itu bertujuan untuk menggambarkan suatu keadaan yeng berkaitan dengan masalah yang diteliti. 2. Jenis Data yang Dibutuhkan Adapaun jenis data yang diperoleh dikelompokkan menjadi 2 (dua) macam. Yaitu; a) Data Primer Adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya kemudian dicatat dan dicermati. b) Data Skunder Adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari semua kegiatan yang ada dalam perusahaan yaitu dengan cara membaca buku, serta sumber-sumber data lain yang berhubungan dengan penelitian. 3. Metode Pengumpulan Data Data-data yang dikumpulkan penulis dalam penyusunan karya ilmiah ini; a) Wawancara
8
Penulis membuat pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada praktisi seputar masalah realisasi pembiayaan murabahah. b) Observasi Penulis mengadakan pengamatan secara langsung terhadap pelaksanaan operasional murabahah dan realisasinya dibank yang bersangkutan. c) Dokumentasi Tekhnik pengumpulan data dengan membaca buku-buku referensi tentang murabahah yang berhubungan dengan masalah penanaman dana untuk melengkapi data yang dibutuhkan dalam penelitian. 4. Analisis Data Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif yaitu menjelaskan dan menggambarkan keadaan yang sebenarnya tentang bagaimana proses realisasi pembiayaan murobahah di Bank Muamalat Indonesia Cabang Magelang. Adapun pendekatan yang digunakan penulis dalam penulisan ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik (perhitungan). F. Telaah Pustaka Jannah, s. Managemant Pembiayaan, 2006 menjelaskan produk pembiayaan secara garis basar tentang pembiayaan, yaitu tentang ciri dan unsur pembiayaan di BMT Blater. Jannah juga berpendapat akan hal itu
9
sangat perlu diperhatikan, mengingat masyarakatnya banyak yang beranggapan bahwa pembiayaan yang berprinsip syari’ah sama dengan kredit di lembaga keuangan konvensional. Astuti, n. Prosedur Pembiayaan Murabahah,2004. Membahas tentang prosedur-prosedur dalam mengajukan pembiayaan murabahah yang disitu menjelaskan perbedaan kredit dan pembiayan antara lembaga syari’ah dan konvensional. Kali ini penulis akan membahas seputar realisasi pembiayaan murabahah di UPS Magelang, yang menerangkan sedikit tentang seluk beluk tentang murabahah dari prosedur dan realisasinya. G. Sistematika Penulisan BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan D. Manfaat E. Metode Penelitian F. Telaah Pustaka G. Sistematika Penulisan
BAB II
LANDASAN TEORI A. Kerangka Teoritik B. Telaah Pustaka
BAB III
GAMBARAN UMUM
10
A. Sejarah dan Perkembangan BMI B. Visi dan Misi BMI C. Tujuan Berdirinya BMI D. Produk-produk Bank Muamalat Indonesia BAB IV
ANALISIS A. Pelaksanaan Murabahah Di BMI B. Proses Realisasi Pembiayaan Murabahah. C. Analisis
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
11
BAB II LANDASAN TEORI A.
Kerangka Teoritik Allah swt, telah menjadikan harta sebagai salah satu sebab tegaknya kemaslahatan manusia di dunia. Untuk mewujudkan kemaslahatan tersebut, Allah swt. Telah mensyari’atkan cara perdagangan tertentu. Sebab, apa saja yang dibutuhkan oleh setiap orang tidak bisa dengan mudah diwujudkan setiap saat, dan karena mendapatkannya dengan menggunakan kekerasan dan penindasan itu merupakan tindakan yang merusak, maka harus ada sistem yang memungkinkan tiap orang untuk mendapatkan apa saja yang dia butuhkan, tanpa harus menggunakan kekerasan dan penindasan. Itu adalah dasar perdagangan jual beli5. Allah swt berfirman6: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan harta sesama kalian dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perdagangan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kalian.” (Q.s. An-Nisa’:29).
Allah swt. Telah menjelaskan tentang orang-orang kafir, mengcounter (membedakan) mereka, karena membandingkan antara ba’i dengan riba tersebut berdasarkan akal mereka.
5
Taqiyyudin An-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif (Alih Bahasa Maghfur Wachid), Risalah Gusti,1986, hlm. 149.
6
http://www.alquran-melayu.com/4-An-Nisa/ 07:22 23-08-09
12
Allah swt berfirman7: “Hal itu adalah karena mereka menganggap ba’I (jual beli) itu sama dengan riba.” (Q.s. Al-Baqarah: 275) Kemudian Allah swt memilah masing-masing dengan perbandingan halal dan haram. Firman Allah swt8: “Padahal Allah telah menghalalkan mengharamkan riba.” (Q.s. Al-Baqarah: 275).
ba’I
(jual
beli)
dan
Kita tau bahwa masing-masing , baik jual beli maupun riba, adalah jenis perdagangan. Dan perdagangan diantara keduanya menurut syara’, yaitu jual beli, hukumnya adalah mubah. Sedangkan untuk melakukan jual beli harus menggunakan dua lafadz, yang salah satunya menunjukkan ijab sementara yang lain menunjukkan qobul, yaitu saya menjual dan saya membeli, atau yang senada dengan kedua pernyataan ini, baik dari segi ungkapan maupun praktiknya. Seorang pemilik barang bisa melakukan penjualan sendiri, atau melalui wakil yang menggantikanya, atau delegasi yang ditugasi untuk melakukan penjualan tersebut. Diperbolehkan juga mengontrak seorang ajiir untuk melakukan penjualan, dengan syarat upahnya harus jelas. Apabila pemilik barang tadi mengontrak ajiir dengan upah yang diambil dari laba penjualan, maka ajiir tersebut statusnya adalah Syarik Mudharib 7
http://www.alquran-melayu.com/2-al-baqarah/ 07:22 23-08-09
8
Ibid,
13
(persero yang merupakan pengelola), dan terhadap orang yang bersangkutan harus diberlakukan hukum mudharib (persero) bukan hukum ajiir. Diperbolehkan pula pembelian harta sendiri, atau melalui wakil, utusanya, ataupun mengontrak orang untuk membelikanya. Walhasil, perdagangan itu hukumnya mubah. Dan perdagangan tersebut
adalah
salah
satu
bentuk
pengembangan
kepemilikan.
Ketentuanya juga sangat jelas dalam hukum-hukum ba’I (jual beli) dan syirkah (perseroan) 9. Perdagangan tersebut juga telah dinyatakan didalam Al-Qur’an dan Al-Hadist. Allah swt berfirman10: “Kecuali jika muamalah itu adalah perdagangan tunai yang kamu jalankan diantara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya.” (Q.s. Al-Baqarah: 282)
Rufa’ah meriwayatkan, bahwa dia telah keluar bersama Nabi saw. Ke mushalla. Kemudian beliau menyaksikan ada dua orang saling melakukan jual beli. Beliau bersabda: “hai para pedagang.” Mereka kemudian mengangkat kepala dan pandangan mereka tertuju kepada beliau, untuk memenuhi panggilanya. Beliau bersabda:
9
Taqiyyudin An-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif (Alih Bahasa Maghfur Wachid), Risalah Gusti,1986, hlm. 150.
10
http://www.alquran-melayu.com/2-al-baqarah/ 07:22 23-08-09
14
“Bahwa para pedagang nanti akan dibangkitkan pada hari kiamat sebagai orang yang durjana, kecuali pedagang yang bertaqwa kepada Allah, taat dan jujur.” (H.r. Imam At-Tirmidzi). Abi sa’id meriwayatkan dari Nabi saw. Bersabda: “Pedagang yang jujur lagi terpercaya, kelak akan bersama-sama para Nabi dan orang-orang yang jujur, serta para syuhada’.” (H.r. Imam At-Tirmidzi).
Pada lembaga keuangan atau perbankan islam, dengan operasi murabahah, para klien bank membeli suatu komoditi menurut rincian tertentu dan menghendaki agar bank mengirimkanya kepada mereka berdasarkan imbuhan harga tertentu menurut persetujuan mula antara kedua belah pihak11. Adapun mengenai pembayaran harga oleh nasabah dapat dilakukan secara penuh setelah jatuh tempo, dan dapat pula diangsur setiap periode tertentu, misalnya sepekan atau sebulan sekali, selama jangka waktu yang disepakati12. B.
Telaah pustaka Mannan, M.A; 1995, Menjelaskan tentang pertimbangan hukum syari’ah
dan menyatakan tentang harga, yang tidak memperkenankan
setiap jenis pengisapan baik dari pihak produsen maupun konsumen.
M. Abdul Mannan, Teori Dan Praktek Ekonomi Islam, 1995, hlm. 168.
11
Makhalul Ilmi SM, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syari’ah, 2002, hlm. 38.
12
15
Dalam bukunya ia juga berpendapat bahwa persoalan besar yang menanti penyelesaian negara islam ialah adanya suatu pengaturan institusional yang jelas berdasarkan prinsip islam yang secara otomatik akan mengurus semua penyakit ekonomi masyarakat. An-Nabhani, T; 1996 (hlm.149). Berpendapat bahwa hukumhukum syara’
telah menjamin tercapainya seluruh kebutuhan primer
secara menyeluruh kepada masyarakat islam secara menyeluruh, cara yang ditulis adalah dengan mewajibkan bekerja kepada tiap laki-laki yang mampu bekerja, sehingga dia bisa memenuhi kebutuhan-kebutahan primernya sendiri, berikut orang-orang yang nafkahnya menjadi tanggunganya. Dalam bukunya juga menjelaskan tentang hukum dasar jual beli
serta
menjelaskan
murabahah
yang
dalam
melaksanakan
pembayaranya diangsur atau dengan cicilan. Ilmi, M; 2002 (hlm.37). Menjelaskan produk lembaga keuangan yang sangat diminati masyarakat serta membahas tentang pembayaran harga oleh nasabah yang dilakukan secara penuh setelah jatuh tempo, dan dapat pula diangsur setiap periode tertentu yang telah disepakati lembaga dan nasabah. Dalam buku ini juga dipaparkan bahwa kurang lebih 80% dana dipetakan ke murabahah walau dalam praktiknya tidak semua memenuhi ketentuan yang mutlak adanya menurut syari’ah. Antonio, M.S; 2004. Menjelaskan tentang pengertian murabahah, landasan syari’ah, syarat bai’I almudharabah, dan ketentuan umum dalam
16
murabahah (ketentuan tentang jaminan, hutang dalam murabahah, penundaan pembayaran oleh debitur mampu, bangkrut), dan aplikasi murabahah dalam perbankan dan dijelaskan juga mengenai manfaat murabahah. Arifin, Z; 2000. Menjelaskan tentang bagaimana pola pembiayaan koperasi, usaha kecil, dan menengah di bank muamalat indonesia. Pola pembiayaan ini meliputi; jual beli, dan pola bagi hasil. Dalam buku ini dijelaskan juga mengenai upaya-upaya dalam mengantisipasi hambatan pola pembiayaan syari’ah kepada koperasi, usaha kecil dan menengah. Muhammad; 2000. Menjelaskan
tentang prosedur operasional
produk penyaluran dana yang meliputi; pinjaman baru, perpanjangan pinjaman, atau pembiayaan, serta pelunasan pinjaman atau pembiayaan.
17
BAB III DESKRIPSI OBYEK A. Sejarah Dan Perkekmbangan Bank Muamalat Indonesia UPS Magelang. Bank Muamalat Indonesia, merupakan bank pertama di indonesia yang menggunakan konsep perbankan secara syari’ah. Bank Muamalat Indonesia (BMI) didirikan berdasarkan akta pendirian no.1 tanggal 1 November 1991 masehi. Akta pendirian tersebut telah memperoleh pengesahan menteri kehakiman republik indonesia dengan surat keputusan No.C2-2413.HT.01.01 tahun 1992 dan telah didaftarkan di kantor pengadilan tinggi jakarta pusat pada tanggal 30 Maret 1992 dibawah no.970/1992 serta diumumkan dalam berita negara RI No.34 tanggal 28 April 1992 tambah No.1919A. Berdasarkan
surat
keputusan
menteri
keuangan
RI
No.430/KMK.013/1992 tanggal 24 April 1992 bank muamalat telah memperoleh izin untuk beroperasi sebagai bank umum. Bank muamalat secara resmi mulai beroperasi sebagai bank devisa sejak tanggal 27 Oktober 1994 berdasarkan surat keputusan menteri keuangan surat keputusan direksi BI no.27/76/KED/DIR. Berdasarkan surat keputusan menteri keuangan No.131/KMK.017/1995 tanggal 30 maret 1995, bank muamalat dinyatakan sebagai bank yang beroperasi dengan sistem bagi hasil.
18
Bank muamalat berdasarkan surat keputusan menteri keuangan No.S-106/MK.031/1995 tanggal 7 maret 1995 memperoleh setatus bank persepsi yang mengijinkan bank muamalat untuk menerima setoransetoran pajak. Pandiri bank muamalat, diantaranya menteri kabinet pembangunan V misalnya Ir. Dr Ginanjar Kartasasmita, alamsyah ratu perwiranegara, Ir hartato, Dr. arifin M siregar, Ir. Azwar anas, begitu pula presiden RI soeharto berperan serta sebagai pemrakarsa terbentuknya bank syari’ah. Kantor pusat bank muamalah berada di gedung Artaloka, Jl. Jendral sudirman no.2 Jakarta (10220) sedangkan kantor UPS Magelang di dirikan pada tanggal 21 maret 2005 yang berada di Jl. Daha no. 5 capem magelang. B. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia 1.
Visi Menjadi Bank Syari’ah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional.
2.
Misi Menjadi role model Lembaga Keuangan Syari’ah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai kepada stakeholder.
C. Tujuan Berdiri Bank Muamalat Indonesia Adapun tujuan berdiri Bank Muamalat Indonesia yaitu:
19
1. Meningkatkan
kualitas
kehidupan
sosial
ekonomi
masyarakat
Indonesia, sehingga semakin berkurang kesenjangan sosial ekonomi, dan dengan demikian akan melestarikan pembangunan nasional, antara lain melalui: a) Meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan usaha b) Meningkatkan kesempatan kerja c) Meningkatkan penghasilan masyarakt banyak 2. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan terutama dalam bidang ekonomi keuangan, yang selama ini masih cukup banyak masyarakat yang enggan berhubungan dengan bank karena masih menganggap bahwa bunga bank itu riba. 3. Mengembangkan lembaga bank dan system Perbankan yang sehat berdasarkan efisiensi dan keadilan, mampu meningkatkan partisipasi masyarakat sehingga menggalakkan usaha-usaha ekonomi rakyat antara lain memperluas jaringan lembaga Perbankan ke daerah-daerah terpencil. 4. Mendidik dan membimbing masyarakat untuk berpikir secara ekonomi, berperilaku bisnis dan meningkatkan kualitas hidup mereka. D. Produk-produk Bank Muamalat Indonesia 1. Produk Penghimpuanan Dana (Funding Products) a) Shar-‘e
20
Shar-‘e adalah tabungan instan investasi syari’ah yang memadukan kemudahan akses ATM, Debit dan Phone Banking dalam satu kartu dan dapat dibeli di kantor pos seluruh Indonesia. Hanya dengan Rp 125.000, langsung dapat diperoleh satu kartu Shar-‘e dengan saldo awal tabungan Rp 100.000, sebagai sarana menabung berinvestasi di Bank Muamalat. Shar-‘e dapat dibeli melalui kantor pos. diinvestasikan hanya untuk usaha halal dengan bagi hasil kompetitif. Tarik tunai bebas biaya di lebih dari 8.888 jaringan ATM BCA/PRIMA dan fasilitas SalaMuamalat. (phone banking 24 jam untuk layanan otomatis cek saldo, informasi history transaksi, transfer antara rekening sampai dengan 50 juta dan berbagai pembayaran). b. Tabungan Ummat Merupakan investasi tabungan dengan aqad Mudharabah di Counter Bank Muamalat di seluruh Indonesia maupun di Gerai Muamalat yang penarikannya dapat dilakukan di seluruh Counter Bank Muamalat, ATM Muamalat, jaringan ATM BCA/PRIMA dan jaringan ATM Bersama. Tabungan Ummat dengan Kartu Muamalat juga berfungsi sebagai akses debit di seluruh Merchant Debit BCA/PRIMA di seluruh Indonesia. Nasabah memperoleh bagi hasil yang berasal dari pendapatan Bank atas dana tersebut. c. Tabungan Haji Arafah
21
Merupakan tabungan yang dimaksudkan untuk mewujudkan niat nasabah untuk menunaikan ibadah haji. Produk ini akan membantu nasabah untuk merencanakan ibadah haji sesuai dengan kemampuan keuangan dan waktu pelaksanaan yang diinginkan. Dengan fasilitas asuransi jiwa, Insya Allah pelaksanaan ibadah haji tetap terjamin. Dengan keistimewaan tersebut, nasabah Tabungan Arafah bisa memilih jadwal waktu keberangkatannya sendiri dengan setoran tetap tiap bulan, keberangkatan nasabah terjamin dengan asuransi jiwa, apabila penabung meninggal dunia, maka ahli waris otomatis dapat berangkat. Tabungan haji Arafah juga menjamin nasabah untuk memperoleh porsi keberangkatan (sesuai dengan ketentuan Departemen Agama) dengan jumlah dana Rp 32.670.000 (Tiga puluh dua juta enam ratus tujuh puluh ribu rupiah), karena Bank Muamalat telah on-line dengan Siskohat Departemen Agama Republik Indonesia. Tabungan haji Arafah memberikan keamanan lahir batin karena dana yang disimpan akan dikelola secara Syari’ah. d. Deposito Mudharabah Merupakan jenis investasi bagi nasabah perorangan dan Badan Hukum dengan bagi hasil yang menarik. Simpanan dana masyarakat akan dikelola melalui pembiayaan kepada sektor riil yang halal dan baik saja, sehingga memberikan bagi hasil yang halal. Tersedia dalam jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan.
22
e. Deposito Fulinves Merupakan jenis investasi yang dikhususkan bagi nasabah perorangan, dengan jangka waktu enam dan 12 bulan dengan nilai nominal minimal Rp 2.000.000,- atau senilai USD 500 dengan fasilitas asuransi jiwa yang dapat dipergunakan sebagai jaminan pembiayaan atau untuk referensi Bank Muamalat. Nasabah memperoleh bagi hasil yang menarik tiap bulan. f. Giro Wadi‘ah Merupakan titipan dana pihak ketiga berupa simpanan giro yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet, giro, dan pemindahbukuan. Diperuntukkan bagi nasabah pribadi maupun perusahaan untuk mendukung aktivitas usaha. Dengan fasilitas kartu ATM dan Debit, tarik tunai bebas biaya di lebih dari 8.888 jaringan ATM BCA/PRIMA dan ATM Bersama, akses di lebih dari 18.000 Merchant Debit BCA/PRIMA dan fasilitas SalaMuamalat. (phone banking 24 jam untuk layanan otomatis cek saldo, informasi history transaksi, transfer antar rekening sampai dengan 50 juta dan berbagai pembayaran). g. Dana Pensiun Muamalat Dana Pensiun Muamalat dapat diikuti oleh mereka yang berusia minimal 18 tahun, atau sudah menikah, dan pilihan usia
23
pensiun 45-65 tahun dengan iuran sangat terjangkau, yaitu minimal Rp 20.000 per bulan dan pembayarannya dapat didebet secara otomatis dari rekening Bank Muamalat atau dapat ditransfer dari Bank lain. Peserta juga dapat mengikuti program WASIAT UMMAT, dimana selama masa kepesertaan, peserta dilindungi asuransi jiwa sebesar nilai tertentu dengan premi tertentu. Dengan asuransi ini, keluarga peserta akan memperoleh dana pensiun sebesar yang diproyeksikan sejak awal jika peserta meninggal dunia sebelum memasuki masa pensiun. 2. Produk Penanaman Dana (Invesment Product) a. Konsep Jual Beli 1) Murabahah Adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Harga jual tidak boleh berubah selama masa perjanjian. 2) Salam Adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari dimana pembayaran dilakukan di muka/tunai. 3) Istishna
24
Adalah jual beli barang dimana Shani’ (produsen) ditugaskan untuk membuat suatu barang (pesanan) dari Mustashni’ (pemesan). Istishna’ sama dengan Salam yaitu dari segi obyek pesanannya yang harus dibuat atau dipesan terlebih dahulu dengan ciri-ciri khusus. Perbedaannya hanya pada sistem pembayarannya yaitu Istishna’ pembayaran dapat dilakukan di awal, di tengah atau di akhir pesanan. b. Konsep Bagi Hasil 1). Musyarakah Adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung sesuai kesepakatan. 2). Mudharabah Adalah kerjasama antara bank dengan Mudharib (nasabah) yang mempunyai keahlian atau keterampilan untuk mengelola usaha. Dalam hal ini pemilik modal (Shahibul Maal) menyerahkan modalnya kepada pekerja/pedagang (Mudharib) untuk dikelola. c. Konsep Sewa 1). Ijarah
25
Adalah perjanjian antara bank (muajjir) dengan nasabah (mustajir) sebagai penyewa suatu barang milik bank dan bank mendapatkan imbalan jasa atas barang yang disewakannya. 2). Ijarah Muntahia Bittamlik Adalah perjanjian antara Bank (muajjir) dengan nasabah sebagai penyewa. Mustajir/penyewa setuju akan membayar uang sewa selama masa sewa yang diperjanjikan dan bila sewa selama masa sewa berakhir penyewa mempunyai hak opsi untuk memindahkan kepemilikan obyek sewa tersebut. 3. Produk Jasa (Service Products) a. Wakalah Berarti penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandat. Secara
teknis
Perbankan,
Wakalah
adalah
akad
pemberian
wewenang/kuasa dari lembaga/seseorang ( sebagai pemberi mandat) kepada pihak lain (sebagai wakil) untuk melaksanakan urusan dengan batas kewenangan dan waktu tertentu. Segala hak dan kewajiban yang diemban wakil harus mengatasnamakan yang memberikan kuasa. b. Kafalah Merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan
26
tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin. c. Hawalah Adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Dalam pengertian lain, merupakan pemindahan beban hutang dari muhil (orang yang berhutang) menjadi tanggungan muhal ‘alaih atau orang yang berkewajiban membayar hutang. d. Rahn Adalah menahan salah satu milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis, sehingga pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana rahn adalah jaminan hutang atau gadai. e. Qardh Adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali. Menurut teknis Perbankan, qardh adalah pemberian pinjaman dari Bank ke nasabah yang dipergunakan untuk kebutuhan mendesak, seperti dana talangan dengan kriteria tertentu dan bukan untuk pinjaman yang bersifat konsumtif. Pengembalian pinjaman ditentukan dalam jangka waktu tertentu (sesuai kesepakatan bersama)
27
sebesar pinjaman tanpa ada tambahan keuntungan dan pembayarannya dilakukan secara angsuran atau sekaligus. 4. Jasa Layanan (Services) a. ATM Layanan ATM 24 jam yang memudahkan nassabah melakukan penarikan dana tunai, pemindahbukuan antara rekening, pemeriksaan saldo, pembayaran Zakat, Infaq, Sedekah (hanya pada ATM Muamalat), dan tagihan telepon. Untuk penarikan tunai, kartu Muamalat dapat diakses di 8.888 ATM di seluruh Indonesia, terdiri atas mesin ATM Muamalat, ATM BCA/PRIMA dan ATM Bersama, yang bebas biaya penarikan tunai. Kartu Muamalat juga dapat dipakai untuk bertransaksi di 18.000 lebih Merchant Debit BCA/PRIMA. Untuk ATM Bersama dan BCA/PRIMA, saat ini sudah dapat dilakukan transfer antara Bank. b. SalaMuamalat Merupakan layanan Phone Banking 24 jam dan call center yang memberikan kemudahan bagi nasabah, setiap saat dan di manapun nasabah berada untuk memperoleh informasi mengenai produk, saldo dan informasi transaksi, transfer antara rekening, serta mengubah PIN. c. Pembayaran Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS)
28
Jasa yang memudahkan nasabah dalam membayar ZIS, baik ke lembaga pengelola ZIS Bank Muamalat maupun ke lembaga-lembaga ZIS lainnya yang bekerjasama dengan Bank Muamalat, melalui Phone Banking dan ATM Muamalat di seluruh cabang Bank Muamalat. d. Jasa-jasa Lain Bank Muamalat juga menyediakan jasa-jasa Perbankan lainnya kepada
masyarakat luas, seperti
instruction, dan lain sebagainya.
transfer, collection, standing
29
BAB IV ANALISIS
A. Pelaksanaan Murabahah di Bank Muamalat Indonesia UPS Magelang 1. Murabahah di BMI UPS Magelang Murabahah dalam pelaksanaannya di perbankan adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan atau harga beli ditambah keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli13. Definisi lain tentang murabahah. Dalam pelaksanaanya diperbankan yaitu pembiayaan berdasarkan perjanjian jual beli atas hal barang tertentu, dimana pemilik barang
(Bank) akan menyerahkan
barang kepada pembeli (Nasabah) dengan kelebihan yang telah disepakati bersama. Apabila pembayaranya dilakukan secara angsuran, disebut Bai’ Bitsaman Ajil. Dengan murabahah
demikian,
yang
dimaksud
dengan
pembiayaan
di Bank Muamalat adalah akad perjanjian penyediaan
barang berdasarkan jual beli, dimana Bank Muamalat membelikan kebutuhan barang atau investasi nasabah dan kemudian barang atau investasi tersebut dijual kembali kepada nasabah ditambah dengan keuntungan yang telah disepakati. Murabahah dengan sebagaimana yang disebutkan dalam definisi di atas, mengandung dua nusur utama
13
Adiwarman Karim, Bank Islam (Analisis Fiqih Dan Keuangan), Rajawali Perss, Jakarta, 2004, Hlm. 105
30
yaitu harga
membeli dan biaya yang terkait, dan kesepakatan
berdasarkan keuntungan (mark-up)14 Akad murabahah merupakan salah satu produk pembiayaan yang besifat natura certainty contracts, hal ini karena dalam murabahah ditentukan berapa keuntungan yang akan diperoleh (redquired rate off profit). Oleh karena itu bank harus memberi tahu harga produk barang yang dibeli dan menentukan suatu tingkat
keuntungan sebagai
tambahanya, karena adanya unsur kepastian keuntungan yang didapat inilah banyak bank syari’ah yang menggunakan produk pembiayaan murabahah sebagai metode utama dalam penyaluran dana pembiayaan. Sehingga dimungkinkan sekali murabahah ini menduduki posisi teratas dengan jumlah yang paling tinggi dengan jumlah porto folio penanaman dana.
14
Ibid, hlm. 116
31
2. Skema Pelaksanaan Murabahah Perbankan
Skema teknis murabahah15 1.Negosiasi dan Persyaratan 2.Akad jual Beli
BANK
NASABA
(6) Bayar.
(5) Terima Barang dan Dokumen Supplier (1) Beli Barang
dan (4) Kirim
Gambar 1: Skema Pelaksanaan Murabahah
a. Teknis Pelaksanaanya sebagai berikut: 1) Nasabah datang ke Bank Muamalat untuk melakukan negosiasi dan persyaratan mengenai jenis barang yang akan dibeli, dalam hal ini bank bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. 2) Antara kedua belah pihak (bank dan nasabah) kemudian melakukan akad jual beli 3) Setelah terjadi kesepakatan dari kedua belah pihak, selanjutnya Bank Muamalat akan melakukan pengadaan barang, dengan membeli secara tunai kepada 15
31
suplier. Hal
ini untuk
Diambil dari “Pedoman Penanaman Dana (Pembiayaan) Bank Muamalat Indonesia” Hlm.
32
mengantisipasi terjadinya penyimpangan penggunaan dana (insid streaming), yang biasanya terjadi apabila pemberian pembiayaan langsung diberikan dalam bentuk uang tunai. 4) Selanjutnya bank muamalat menjual barang kepada nasabahnya dengan harga yang telah disepakati bersama, yaitu harga pembelian ditambah margin (keuntungan). Kesepakatan harga ini tidak boleh berubah, hingga berakhirnya akad pembiayaan. 5) Supplier akan mengirim barang yang telah dibeli oleh Bank Muamalat
tersebut
kepada
nasabah
beserta
dokumen-
dokumennya, selanjutnya nasabah membayar harga barang dengan cara angsuran selama jangka waktu yang telah ditentukan. Angsuran atau pengembalian
dari nasabah ini
dilakukan dengan arus kas usahanya atau sesuai jadwal angsuran. Dengan melakukan angsuran atau pengembalian seperti ini (sesuai dengan arus kas usahanya), maka pihak nasabah memungkinkan pola angsuran atau cicilan kepada Bank Muamalat secara: rata, semakin lama semakin naik (stepup),
semakin
lama
semakin
turun
(step-down),
atau
menggunakan semakin naik dan semakin turun (step-up stepdown). b. Konsekuensi logis yang timbul dengan pola jual-beli murabahah adalah
33
1) Pembiayaan atau penanaman dana akan senantiasa terkait dengan sektor riil karena harus menyebut barang 2) Harga jual sudah ditetapkan diawal dan tidak berubah hingga akad penanaman dana berakhir. 3) Tidak ada peluang untuk melipat gandakan (coumpounding) 4) Pembiayaan hanya ditujukan kepada pengadaan barang yang halal sesuai dengan rukun dan syarat jual beli. 5) Tidak ada penalti atas keterlambatan (bagi nasabah yang benarbenar belum mapu membayar) 3. Aspek Pelaksanaan Murabahah di Bank Muamalat a. Implementasi 1) Barang yang Boleh Dibeli Pembiayaan murabahah ditujukan untuk pembelian asset atau objek jual beli seperti; pembelian rumah atau gedung atau sejenisnya, kendaraan atau alat-alat mesin industri, dan asset lain yang tidak bertentangan dengan Syari’ah dan disetujui bank. 2) Bank Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan bank melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah. Murabahah pesanan ini dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk membeli barang yang dipesanya.
34
Dalam murabahah pesanan mengikat pembeli serta tidak dapat membatalkan pesanannya. Dengan fasilitas murabahah ini dapat digunakan untuk membiayai nasabah seperti, untuk keperluan modal kerja misalnya, untuk membeli bahan mentah, bahan setengah jadi, barang jadi, stock persediaan, suku cadang, dan penggantian. Sedangkan untuk perdagangan atau penjualan barang atau jasa yang dilakukan oleh nasabah termasuk didalamnya biaya produksi barang baik untuk pasar domestik maupun untuk expor. Misalnya; untuk biaya membeli bahan mentah, tenaga kerja, overheads cost, dan margin keuntungan16. Berdasarkn PSAK No.59, dapat ditarik suatu kesimpulan tentang bank sebagai berikut: a) Pada prinsipnya bank bertindak sebagai penyedia barang b) Dalam kondisi tertentu bank dapat mewakilkan (wakalah) pembelian barang tersebut kepada nasabah. c) Bank berhak menentukan suplier dalam pembelian barang yang dibutuhkan oleh nasabah. d) Bank
menerbitkan
kesepakatan
dengan
Purchases nasabah
Order kepada
(PO)
sesuai
suplier
bukan
diberikan langsung kepada nasabah. Kecuali jika bank mewakilkan kepada nasabah (melalui akad wakalah). 16
Muhammad, Sistem Dan Prosedur Operasional Bank Syari’ah, UII Press, 2000, Hlm. 25.
35
e) Dalam hal ini bank mewakalahkan kepada nasabah, maka akad wakalah dilakukan pada saat penyerahan uang dari bank kepada nasabah. f) Jika bank hendak mewakilkan
kepada nasabah untuk
membeli barang dari pihak ketiga maka akad murabahah dilakukan seteleh kepemilikan barang secara prinsip dikuasai oleh bank.
3) Nasabah Dalam akad murabahah, nasabah bertindak sebagai pembeli atas suatu barang. Berdasarkan fatwa Dewan Syari’ah Nasional (DSN) No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah telah
ditetapkan
ketetapan
kedua
mengenai
ketentuan
murabahah kepada nasabah yaitu sebagai berikut: 1) Nasabah
mengajukan
permohonan
dan
perjanjian
pembiayaan suatu barang atau asset suatu bank. 2) Jika bank menerima permohonan tersebut, bank harus membeli dahulu barang yang dipesannya secara sah dengan pedagang. 3) Bank kemudian menawarkan barang kepada nasabah dan nasabah harus menerima (membeli) sesui dengan perjanjian yang mengikat tersebut, kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli.
36
Nasabah yang telah mendapatkan kontrak, baik kontrak kerja maupun kontrak pemasukan barang, dapat pula meminta pembiayaan dari bank. Bank dapat membiayai keperluan ini dengan prinsip murabahah dan untuk itu bank dapat meminta Surat Perintah Kerja (SPK) dari nasabah yang bersangkutan. 4) Pemasok Barang atau Supplier Pemasok barang atau supplier adalah orang atau badan hukum yang membantu bank dalam penyediaan barang sesuai permintaan nasabah. Bank akan membeli barang sesuai permintaan nasabah ke supplier dan menjual kembali barang tersebut kepada nasabah. 5) Harga Harga dalam murabahah adalah harga beli ditambah dengan margin (keuntungan) yang telah disepakati. Ketentuan tentang harga ini meliputi: a) Ketentuan harga jual (pricing) ditetapkan diawal perjanjian dan tidak boleh berubah selama waktu perjanjian. b) Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau secara dicicil,
selain itu juga diperkenankan adanya
perbedaan dalam harga barang untuk cara pembayaran yang berbeda.
37
c) Harga yang disepakati adalah harga jual (harga beli ditambah margin atau keuntungan). Sedangkan harga beli harus diberitahukan. d) Jika bank mendapat potongan dari pemasok, maka potongan itu merupakan hak nasabah. Apabila potongan itu terjadi setelah akad maka pembagian potongan tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian yang dimuat dalam akad. Cara menjual secara kredit atau cicilan sebenarnya bukan merupakan bagian dari syarat sistem murabahah atau murabahah pesanan (KPP). Meskipun demikian transaksi murabahah dengan sistem cicilan atau angsuran ini mendominasi praktik pelaksanaan kedua jenis murabahah tersebut. Hal ini dikarenakan seseorang tidak akan datang ke bank kecuali untuk mendapatkan kredit dan membayar secara angsur17. e) Apabila nasabah memberikan uang muka (urbun), maka berdasarkan fatwa DPSN No.04/DSN-MUI/IV2000 tentang murabahah terutama ketetapan kedua mengenai ketentuan murabahah khususnya telah ditetapkan bahwa :
17
Muhamad syafi’i antonio, “Bank Syari’ah Dari Teori Kepraktik”, Gema Insani Press, 2001, hlm. 103
38
(1) Dalam jual beli ini bang diperbolehkan meminta nasabah
untuk
membayar
uang
muka
saat
menandatangani kesepakatan awal pemesanan (2) Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut. (3) Jika nilai uang muka kurang dari nilai kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugianya kepada nasabah. (4) Jika uang muka memakai kontrak (urbun) sebagai alternatif dari uang muka, maka: (a) Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, nasabah tinggal membayar sisa harga. (b) Jika nasabah gagal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut. Jika uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekuranganya. 6) Uang Muka dalam Murabahah Berdasarkan
fatwa
DSN
No.13/DSN-MUI/IX/2000
tentang uang muka dalam murabahah khususnya keputusan pertama mengenai ketentuan umum uang muka maka telah ditetapkan:
39
a) Dalam akad penanaman dana Murabahah, Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) dibolehkan untuk meminta uang muka apabila kedua belah pihak bersepakat. b) Besarnya jumlah uang muka ditentukan berdasarkan kesepakatan. c) Jika nasabah membatalkan akad murabahah, nasabah harus memberikan ganti rugi kepada Lembaga Keuangan Syari’ah dari uang muka tersebut. d) Jika jumlah uang muka lebih kecil dari kerugian, Lembaga Keuangan Syari’ah dapat meminta tambahan kepada nasabah. e) Jika jumlah uang muka lebih besar dari kerugian Lembaga Keuagan
Syari’ah
harus
mengembalikannya
kepada
nasabah. 7) Jangka Waktu Jangka waktu dalam murabahah disesuaikan dengan kemampuan nasabah untuk mencicil angsuran harga jual. 8) Penundaan Pembayaran Berdasarkan
fatwa
DSN
No.04/DSN-MUI/IV/2000
tentang murabahah khususnya ketetapan kelima mengenai penundaan
pembayaran
ditetapkan bahwa:
dalam
murabahah,
maka
telah
40
a) Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian hutangnya. b) Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibanya dilakukan melalui Badan Arbitrase Muamalah Indonesia (BAMUI) yang merupakan suatu lembaga yang didirikan bersama antara kejaksaan agung republik indonesia dan MUI. 9) Bangkrut dalam Murabahah Berdasarkan
fatwa
DSN
No.04/DSN-MUI/IV/2000
tentang murabahah, khususnya ketetapan keenam mengenai bangkrut dalam murabahah maka telah ditetapkan “jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan hutangnya, bank harus menunda tagihan hutang sampai nasabah
menjadi
sanggup
kembali
atau
berdasarkan
kesepakatan. 10) Sanksi
atas
Nasabah
Mampu
yang
Menunda-nunda
Pembayaran. Berdasarkan fatwa DSN-MUI/IX/2000 sangsi atas nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran, maka telah ditetapkan bahwa: a) Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenakan Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) kepada
41
nasabah yang mampu membayar tetepi menunda-nunda pembayaran dengan sengaja. b) Nasabah yang tidak mampu membayar disebabkan for majeur tidak boleh dikenakan sanksi c) Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dan tidak mempunyai kemauan dan iktikad baik untuk membayar hutangnya boleh dikenakan sanksi. d) Sanksi didasarkan pada prinsip ta’zir, yaitu bertujuan agar nasabah libih disiplin dalam melaksanakan kewajibanya. e) Sangsi dapat berupa denda sejumlah uang yang dipesanya ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani. f) Dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana sosial (qordul hasan) 11) Diskon dalam Murabahah. Berdasarkan fatwa DSN No. 16/DSN-MUI/IX/2000 tentang diskon murabahah, maka telah ditetapkan: a) Harga dalam jual beli adalah suatu jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak, baik sama dengan nilai (qimah) benda menjadi obyek jual beli lebih tinggi maupun lebih rendah.
42
b) Harga dalam jual beli murabahah adalah harga beli, biaya yang diperlukan ditambah dengan keuntungan sesuai dengan kesepakatan. c) Jika dalam jual beli murabahah lembaga keuangan syari’ah mendapat diskon dari supplier, harga sebenarnya adalah harga setelah diskon karena diskon itu adalah hak nasabah. d) Jika pemberian diskon terjadi setelah akad, pembagian tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian atau persetujuan yang dimuat dalam akad. e) Dalam akad pembagian diskon, setelah akad hendaklah diperjanjikan dan ditandatangani. 12) Potongan dalam Pelunasan Berdasarkan
fafwa
DSN
No.23/DSN-MUI/III/2002
tentang potongan pelunasan dalam murabahah maka telah ditetapkan : a) Jika nasabah dalam transaksi murabahah melakukan pelunasan penanaman dana tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang telah disepakati, lembaga keuangan syari’ah boleh memberikan potongan dari kewajiban penanaman dana tersebut dengan syarat tidak diperjanjikan dalam akad.
43
b) Besar potongan sebagaimana dimaksud di atas diserahkan pada kebijakan dan pertimbangan lembaga keuangan syari’ah. 13) Penyelesaian Hutang dalam Murabahah Berdasarkan
fatwa
DSN
No.4/DSN-MUI/IV/2000
tentang murabahah khususnya ketetapan keempat mengenai hutang dalam murabahah ditetapkan bahwa: a) Secara prinsip penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada kaitanya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, nasabah tetap menyelesaikan hutangnya kepada bank. b) Jika nasabah menjual barang menyebabkan kerugian, nasabah harus tetap menyelesaikan hutangnya sesuai kesepakatan awal. Nasabah tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugian tersebut. 14) Lain-lain Apabila aset murabahah yang telah dibeli bank dalam murabahah dengan pesanan yang mengikat, mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli, maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual (bank) dan penjual (bank) akan mengurangi nilai akad. b. Dokumentasi
44
Dokumen-dokumen dalam penanaman dana murabahah terdiri dari : 1) Surat persetujuan prinsip (offering letter). 2) Surat permohonan realisasi penanaman dana murabahah (SPRP). 3) Akad wakalah (bila diperlukan). 4) Tanda terima uang nasabah (TTUN) dalam hal bank mewakilkan kepada nasabah. 5) Akad murabahah. 6) Surat sanggup. 7) Perjanjian pengikatan jaminan. 8) Tanda terima barang-wakalah. 9) Tanda terima barang murabahah. 4. Aspek Administrasi Murabahah Di Bank Muamalat. a. Pembayaran Dana pembelian barang akan dibayarkan setelah akad perjanjian ditandatangani dengan dilengkapi dokumen resmi pembelian barang yang diperjual belikan. Pembayaran murabahah ini dapat dilakukan secara tunai atau cicilan. Namun umumnya pembayaran dilakukan secara cicilan. Pembayaran secara cicilan ini memang bila dilihat dari jenis akadnya merupakan jenis akad Bai’ Bitsaman Ajil (BBA), tetapi di Bank Muamalat sistem pembayaran angsuran atau cicilan ini
45
diterapkan diterapkan dalam akad murabahah dengan alasan bahwa konsep BBA kurang luas cakupanya (cenderung digunakan untuk kegiatan konsumtif), sedangkan kegiatan murabahah lebih untuk kegiatan usaha, dan BBA merupakan diverifikasi dari murabahah sendiri sehingga akad murabahah dinilai lebih fleksibel. Selama ini BBA hanya diterapkan di malaysia, sedangkan bank syari’ah kebanyakan lebih menggunakan akad murabahah. b. Kewajiban Nasabah Pembayaran angsuran sebagai kewajiban nasabah dilakukan dengan mendebit rekening nasabah di BMI. Jika nasabah melakukan pembayaran uang muka, maka pembayaran tersebut dianggap sebagai angsuran kewajiban pertama. Apabila nasabah mengalami masalah menunda pembayaran, maka pembayaran administrasi tunggakan kewajiban nasabah dimasukkan rekening sosial Bank Muamalat (charrety account). c. Pendapatan Pendapatan bank diakui bila kewajiban nasabah sudah dibayar, dan semua biaya administrasi yang timbul akibat dari perjanjian ini ditanggung nasabah dan diakui sebagai pendapatan bank. d. Asuransi Biaya asuransi barang ditanggung oleh nasabah.
46
B. Proses Realisasi Pembiayaan Murabahah Di Bank Muamalat Indonesia. 1. Ruang lingkup Proses realisasi yang dimaksud adalah penggunaan dana bank dari dana pihak ketiga yang disalurkan kepada nasabah. Proses pencairan dana ini dilakukan oleh bank dengan mengkredit rekening nasabah tersebut sejumlah penanaman dana yang dilakukan atau disetujui. Setiap pengajuan pembiayaan atau permohonan penanaman dana belum tentu akan selalu terealisasi, hal ini mengingat prinsip kehatihatian Bank Syari’ah (Bank Muamalat) dalam mengelola dana pihak ketiga. Oleh karena itu, setiap nasabah yang ingin mengajukan penanaman dana harus sesuai ketentuan yang berlaku. Pelaksanaan realisasi akan dilakukan setelah ada pernyataan atau persetujuan dari komite bahwa penanaman dana
tersebut layak untuk diberikan.
Biasanya proses ini membutuhkan waktu + 7 hari. Adapun proses penanaman dana Bank Muamalat kepada nasabah adalah sebagai berikut: a. Permohonan Pembiayaan (penanaman dana) Dlam proses awal penanaman dana, seseorang calon nasabah mendapatkan
dana
yang
diajukan
harus
membuat
surat
poermohonan penanaman dana kebank karena pihak bank hanya akan memberikan penanaman dana apabila permohonan penanaman
47
dana diajukan secara tertulis, baik dari penanaman dana baru, perpanjangan maupun tambahan. b. Survey (proses inisiasi dan solisitasi) Untuk menguji kebenaran semua informasi yang berkaitan dengan usaha dan data pemohon, langkah yang pertama yang dilakukan oleh setiap account manager adalah proses inisiasi dan solisitasi. Semua langkah-langkah tersebut harus dipersiapkan dengan cermat, karena keberhasilan proses awal salah satunya dapat diukur tahap ini. Proses inisiasi terdiri dari; pengumpulan informasi dan penentuan calon nasabah yang potensial. Sedangkan proses solisitasi merupakan proses untuk memperoleh informasi data yang dilakukan melalui kunjungan
atau survei lapangan langsung ke
tempat calon nasabah atau nara sumber diluar perusahaan. c. Analisa Pembiayaan Dalam setiap pemberian pembiayaan tentunya ada resiko yang akan diterima dan resiko tersebut banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu diantaranya adalah kurang mampu menganalisa pembiayaan secara akurat dan cepat. Dengan demikian petugas atau pejabat yang bertugas menyalurkan penanaman dana perlu dibekali pengetahuan dalam menganalisa pemberian pembiayaan. Dalam analisa ini mencakup: 1) Data pemohon. 2) Tujuan pengajuan pembiayaan.
48
3) Latar belakang nasabah. 4) Analisa keuangan nasabah. 5) Analisa aguanan. 6) Analisa resiko pemberian pembiayaan. d. Rekomendasi Persetujuan Pemberian Pembiayaan. Pembuatan usulan pemberian pembiayaan atau disebut dengan memorandum analisa pemberian pembiayaan, pada dasarnya merupakan memorandum atau proposal namun jelas yang berisikan rangkuman data fakta, dari informasi yang berkaitan dengan analisa pemberian pembiayaan dan keuangan dari calon nasabah yang digunakan sebagai bahan untuk penilaian pemberian pembiayaan. e. Persetujuan Pemberian Pembiayaan Apabila keputusan dari komite pembiayaan tersebut disetujui, maka pejabat pembiayaan harus membuat: 1) Surat persetujuan prinsip (offering letter) 2) Proses pengikatan. 3) Tanggung jawab dokumentasi. f. Realisasi Pembiayaan. Setelah usulan pemberian pambiayaan yang hendak diajukan disetujui maka proses labih lanjut harus diperiksa kelengkapankelengkapanya sebelum realisasi ke nasabah yaitu meliputi: 1) Usulan pemberian pembiayaan. 2) Taksasi atau retaksasi jaminan.
49
3) Bank checking. 4) Analisa atau reanalisa yuridis. 5) Kelengkapan dokumen yang menunjang baik asli atau foto copy. g. Monitoring Pemberian Pembiayaan. Monitoring pembiayaan yaitu membina dan memantau pembiayaan dana nasabah. Di bank muamalat proses realisasi pembiayaan ini dilakukan oleh bagian operasional pembiayaan, fungsi dari bagian ini adalah mengelola pembukuan transaksi pembiayaan yang meliputi: 1) Dropping pembiayaan. Yaitu melaksanakan dropping (pencairan dana) sesuai dengan persyaratan dan komisi yang telah ditetapkan. Syarat dropping antara lain; memo dropping, half sheet (UP), tanda terima uang nasabah (TTUN) , surat permohonan realisasi pembiayaan (SPRP), jadwal angsuran. 2) Angsuran Angsuran pembiayaan dilakukan dengan mendebet rekening nasabah sesuai jadwal angsuran
dan atau sesuai memo
marketing. Jenis angsuran yaitu ; pokok dan keuntungan yang disepakati atau bagi hasil, pakok, bagi hasil. 3) Pelunasan.
50
Melaksanakan pelunasan pembiayaan nasabah sesuai memo pelunasan marketing (bila ada). Jenis pelunasanya yaitu: lunas sesuai jangka waktu, namun juga bisa dipercepat. 4) Muqasah Melakukan pembukuan muqasah dan muqasah ini bisa disebabkan karena : pelunasan dipercepat, nasabah kesulitan, dan kondisi pasar (tidak memungkinkan). 5) Biaya Administrasi. Malaksanakan pembukuan biaya administrasi pembiayaan sesuai yang telah disetujui komite pembiayaa, dan biaya administrasi ini harus disediakan dimuka oleh nasabah tidak boleh dipotong dari droppingnya. 6) Premi Asuransi Melaksnakan premi asuransi pembiayaan sesuai dengan yang telah disetujui komite pembiyaan. Jenis asuransinya yaitu: asuransi jiwa, asuransi jaminan (kerugian), dan biaya asuransi harus disediakan dimuka oleh nasabah, serta tidak boleh dipotong dari droppingnya. 7) Tagihan Rupa-rupa (TRR). Adalah perkiraan penampungan semenatara atas biaya-biaya yang timbul berkaitan dengan pembiayaan yang diberikan kepada nasabah. Tagihan rupa-rupa digunakan dalam kasuskasus penyelesaian pembiayaan sebagai penampungan biaya
51
notaris, pengacara, penjualan jaminan, dan lain-lain yang akan ditagihkan kemudian kepada nasabah. 8) PPAP atau Cadangan. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) adalah cadangan kerugian yang harus dibukukan terhadap setiap pembiayaan yang diberikan besarnya sesuai dengan ketentuan. 9) Write-off Adalah pengahapus bukuan atas suatu pembayaran pembiayaan bermasalah. 10) Pelaporan Pelaporan ini meliputi: a) Pelaporan
internal,
yang
terdiri
dari
;
proffsheet
pembiayaan, keterlambatan pembayaran angsuran, titipan operasi pembiayaan, tagihan rupa-rupa. b) Pelaporan eksternal, yang terdiri dari ; laporan ke BI, akuntan publik. 11) Sistem filling Sistem filling ini meliputi ; a) Kartu pembiayaan, baik perjenis
pembiayaan atau
pertanggal angsuran. b) Memo dropping, UP atau half sheet, TTUN, SPRP jenis pembiayaan. c) Dokumen pelaporan, baik pertanggal atau perbulan.
52
2. Persyaratan Realisasi. a. Pemeriksaan Dokumen Awal. Data-data yang sudah dipersyaratkan harus diperiksa oleh support pembiayaan. Pemeriksaan tersebut berdasarkan pada kepatuhan ketentuan perbankan dan kebijakan yang berkaitan dengan pembiayaan. Seandainya terjadi penyimpangan maka penyimpangan tersebut harus dilaporkan komite dan direksi. Pemeriksaan yang dilakukan oleh support tidak hanya dokkumen inti, melainkan juga dokumen-dokumen pendukung dalam realisasi langkah-langkah yang harus diperiksa: 1) Apakah usulan pembiayaan (UP) beserta risalah keputusan komite pembiayaan yang telah ditandatangani oleh seluruh anggota komite dan salah satu diantaranya memiliki batasan sampai dengan usulan pembiayaan yang diajukan. 2) Persyaratan-persyaratan yang diminta sebagaimana yang dinyatakan dalm keputusan komite penanaman dana. 3) Surat permohonan realisasi pembiayaan (SPRP), surat sanggup (promes), jadwal angsuran, surat tanda terima uang (STTU), dan surat tanda terima
barang (STTB) yang telah
ditandatangani oleh nasabah. 4) Surat perjanjian pembiayaan (akad) sesuai dengan masingmasing jenis fasilitas serta dokumen pengikatan lainya, termasuk pengikatan jaminan atau dokumen lainya telah sesuai
53
dengan standar pengikatan yang ditetapkan oleh bank dan kesemuanya
telah
ditandantangani
oleh
semua
pihak
sebagaimana mestinya, serta telah dilaksanakan dengan benar. 5) Surat keterangan (cover note) dari notaris yang berisi nomor dan tanggal perjanjian pembiayaan dan pengikatan jaminan serta akad-akad lainya (untuk perjanjian penanaman dana secara notariil).
b. Kewajiban Pemeriksaan Pendukung. Dokumen-dokumen pendukung harus diperiksa terlebih dahulu oleh support pembiayaan dan diverivikasi sebelum diserahkan ke operasi pemebiayaan untuk pencairan (dropping) fasilitas pembiayaan. c. Kewajiban
Pemeriksaan
Kepatuhan
Ketentuan
Extern
dan
Kebijkan Bank. Setiap fasilitas pembiayaan yang akan diberikan harus diperiksa kepatuhan (complience) terhadap ketentuan extern dan kebijakan bank yang berlaku. Pemeriksaan kepatuhan minimal harus meliputi kepatuhan terhadap ketentuan perbankan secara umum dan kebijakan lain yang berkaitan pembiayaan bank. Apabila
ditemukan
penyimpangan
dalam
proses
pemeriksaan ini harus segera dilaporkan secara tertulis kepada
54
pejabat yang berwenang, dan wajib melaporkan penyimpangan tersebut secara tertulis kepada direksi. d. Persiapan Pencairan Pembiayaan. Persiapan yang harus dilakukan dalam persiapan pencairan pembiayaan antara lain: 1) Periksa kelengkapan dokumen pencairan pembiayaan yang meliputi: a) Usulan pembiayaan. b) Dokumen pendukung dari usulan pembiayaan. c) Memorandum analisa pembiayaan d) Keputusan komite pembiayaan. e) Memorandum dropping. f) Surat keterangan (cover note) dari notaris sebagai bukti akad. 2) Periksa apakah persyaratan dropping sudah dipenuhi. e. Tahap Pencairan Pembiayaan. 1) Permintaan pencairan fasilitas pembiayaan yang dilakukan oleh account manager (AM) melalui memorandum dropping harus diajukan melalui support pembiayaan untuk diteruskan kepada unit kerja operasional. 2) Support pembiaayan selanjutnya membubuhkan fiat dropping pada usulan pembiayaan berikut pula pada dua buah lembar foto copy usulan pembiayaan.
55
3) Fiat dropping yang dibubuhkan pada setiap usulan pembiayaan baik asli maupun foto copy harus berupa fiat dropping asli. 4) Usulan pembiayaan asli yang telah dibubuhi
fiat dropping
disimpan di file pembiayaan sebagai bukti realisasi pembiayaan yang telah dibubuhi fiat dropping dan dilengkapi copyan SPRP, dan jadwal angsuran yang masing-masing didistribusikan kepada operasi pembiayaan dan disimpan di file pembiayaan (file folder). 5) Dokumen asli dan bukti keabsahanya disimpan di safe kepping, sedangkan akad pembiayaan dan data-data pendukungnya disimpan pada loan documentation. 6) Operasi
pembiayaan
setelah
menerima
copy
usulan
pembiayaan, dan dokumen-dokumen dropping lainya meneliti kembali kebenaran dan kelengkapanya meliputi: a) Usulan
pembiayaan
telah
dibubuhi
fiat
realisasi,
surat
sanggup,
dropping
(keabsahan dropping) b) Surat
permohonan
jadwal
angsuran, STTU, STTB, yang telah ditandatangani nasabah. 7) Pembiayaan yang mempunyai kelonggaran tarik permohonan
realisasi
pembiayaan
yang
diajukan
setiap AM
khususnya dalam bentuk plafond pembiayaan yang pencairanya dilakukan secara bertahap, cukup menggunakan memorandum dropping.
56
f. Prosedur Pencairan Atau Dropping Pembiayaan. 1) Terima permohonan pencairan fasilitas pembiayaan dari nasabah. 2) Periksa persyaratan draw down, yang meliputi: a) Surat permohonan realisasi pembiayaan (SPRP), surat sanggup (promes), jadwal angsuran, surat tanda terima uang (STTU), dan surat tanda terima barang (STTB) yang telah ditandatangani oleh nasabah. b) Persyaratan pencairan yang ditetapkan oleh komite pembiayaan. 3) Account
manager
meminta
persetujuan
pejabat
yang
berwenang untuk menandatangani formulir dropping awal dan perubahan fasilitas. 4) Kirim seluruh dokumen ke operasianal pembiayaan. 5) Karyawan bagian OP menerima dokumen draw down, kemudian memeriksa apakah AM telah
membubuhkan
parafnya dengan pensil pada dokumen tersebut. 6) Pelaksanaan draw down ke OP, selanjutnya setelah dilakukan pemeriksaan, bagi para pejabat yang terkait memahami pula apakah nasabah tersebut adalah nasabah baru, perpanjangan, atau tambahan.
57
Persyaratan nasabah baru meliputi: SPRP, akad pembiayaan, keputusan pembiayaan, persyaratan mengenai dokumendokumen. 7) Siapkan kartu pembiayaan berdasarkan copy up (usulan pembiayaan). Kartu pembiayaan mencakup data sebagai berikut: a) Nama pemakai dana. b) Alamat rumah atau surat. c) Tanggal diberikan atau dropping. d) Angsuran pertama. e) Tanggal jatuh tempo. f) Jangka waktu pembiayaan. g) Debet rekening (nasabah). h) Tanggal akad. i) Jatuh tempo akad. j) Jumlah nominal k) Jumlah bagi hasil. l) Segmentasi pembiayaan. m) Nama AM. n) Nomor akad pembiayaan. o) Tujuan pembiayaan. p) Keuntungan setara. q) Plafond pembiayaan.
58
r) Nilai jaminan. 8) Berdasarkan
memo
dropping
siapkan
lembar
manifold
penarikan pembiayaan. Tiket penarikan pembiayaan terdiri dari 4 lembar yaitu; nota kredit, tiket debet, tiket kredit, dan copy kartu kewajiban nasabah (KKN). Jurnal saat penarikan atau pembayaran pembiayaan: Debet : pembiayaan (murabahah) Kredit : giro/kas/lainya. 9) Pada saat dropping, debitur dikenakan biaya-biaya antara lain; biaya administrasi, biaya BABS (Badan Arbitrase Bank Syari’ah), biaya notaris, dan biaya asuransi. Berdasarkan surat kuasa debet, juga harus menyiapkan tiket dan membuat jurnal: Debet : rekening debitur beserta nota debet (debit advice). Kredit : pendapatan administrasi. Kredit : biaya BABS beserta nota kredit (credit advice). Kredit : titipan biaya notaris atau asuransi beserta reversing 10) Paraf kartu penjaman, tiket atau lembar manifold penarikan pembiayaan dan tiket untuk pendebetan biaya-biaya, kemudian diteruskan berikut surat sanggupnya, TTUN, copy UP, dan dokumen lain kepada karyawan lain pemeriksa (checker), yang akan memeriksa kebenaran pembukuan dan membubuhkan
59
parafnya pada kartu pinjaman dan lembar manifold penarikan pinjaman (ticket). 11) Kepala bagian atu pejabat bank membubuhkan tanda tangan pada lembar manifold, paraf pada kartu pembiayaan dan tiket biaya-biayanya, kemudian mengembalikan semua dokumen tersebut kepada karyawan semula. 12) Teruskan lembar KKN (dari lembar manifold penarikan pembiayaan) kepada karyawan pemegang KKN yang akan memberi tanda terima dengan jalan membubuhkan paraf pada lembar ticler yang ada. 13) Teruskan kepada petugas yang ditunjuk untuk difile. Apabila setelah realisasi pembiayaan, terjadipenangguhan pelunasan fasilitas pembiayaan (restructurisasi) atau terjadi perubahan persyaratan (recondition), dan penjadwalan ulang (rescheduling) oleh nasabah. Semua itu tidak mempengaruhi jumlah
plafond
sebelumnya.
Prosedur
perpanjangan, tetap dilakukan seperti
pelaksanaan
pemberian baru dan
disetujui oleh komite pembiayaan dengan salah satunya merupakan pemegang limit. g. Penambahan Penambahan merupakan penambahan dana yang telah diterima
sebelumnya.
Penambahan
hanya
berlaku
untuk
pembiayaan bagi hasil sedangkan untuk jual beli atau murabahah
60
dan jasa tidak diperbolehkan. Setiap terjadi perubahan fasilitas yang berbentuk penambahan plafond, maka prosedur yang berlaku sama dengan yang baru, sedangkan penambahan juga tetap dilakukan
sepertipemberian baru, namun keputusanya harus
disetujui oleh pemegang limit yang berhak. h. Kebijakan Proses Perubahan Fasilitas Pembiayaan. Setiap perubahan fasilitas pembiayaan setelah dilakukan dropping
awal
harus
mendapat
persetujuan
pejabat
yang
berwenang dengan menggunakan formulir standar berupa formulir perubahan fasilitas pembiayaan. Khususnyameliputi fasilitas; diperpanjang, ditambah, ditutup, diselesaikan dan diturunkan.
3. Contoh Kasus Pembiayaan Murabahah PT. Terus Maju membutuhkan dana untuk pembangunan tower telkomsel, pada tanggal 17 maret 2008. Untuk pembangunan ini, PT. terus maju harus menyediakan dana rp. 750.000.000. melihat kondisi keuangan PT. Terus Maju mengalami kesulitan untuk melakukan pembelian bahan bangunan untuk pembangunan tersebut. PT. Terus Maju
hanya memiliki kemampuan uang sebesar rp.
5.500.000 perbulan. Untuk memecahkan masalah ini, pt terus maju mendatangi
Bank
Muamalat
untuk
mengajukan
permohonan
pembiayaan dengan memaparkan kondisi kebutuhan dan keuangan. Analisis bank:
61
Berikut adalah analisis bank dalam memberikan pendanaan dengan memperhitungkan kebutuhan dan kemampuan financial nasabah. -
Harga barang dari pemasok rp. 750.000 0000.
-
Kemampuan keuangan nasabah per bulan rp 5.500.000.
-
Harga jual barang kepada nasabah rp. 805.000.000.
-
Periode pembiayaan 10 bulan. Dengan analisis tersebut, maka bentuk pembiayaan yang
diberikan oleh bank kepada PT. Terus Maju adalah dengan menggunakan akad murabahah muajjal (bayar cicilan), harga jual rp. 805.000.000, jangka waktu 10 bulan, dan angsuran Rp. 5.500.000, perbulan.
Skema akad murabaha dari kasus tersebut segabai berikut:
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
20 April 2008
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
20 Cash In
januari 2009
62
Gambar 2 : skema akad murabahah
Realisasi pembiayaan: Nama
: PT. TERUS MAJU.
Rek
: 501.00116.10.
Plafond
: Rp. 750.000.000.
Cadangan biaya administrasiq
: Rp. 11.250.000.
Cadangan biaya materai
: Rp. 60.000.
Cadangan biaya notaris
: Rp. 6.000.000.
Cadangan asuransi kebakaran
: Rp. 100.000.
*persyaratan
atau dokumen pada realisasi pembiayaan pada PT. Terus Maju, ada pada
lampiran yang tidak terpisah dari pembahasan contoh kasus tersebut.
C. Analisis Masalah Pada dasarnya konsep dasar murabahah dalam fiqih tidak selamanya bisa murni diterapkan dalam pelaksanaanya di Bank Syari’ah misalnya Bank Muamalat. Hal ini mengingat perkembangan jaman dan perkembangan teknologi yang menurut Bank Muamalat bekerja dengan efektif dan efisien guna meningkatkan pelayanan kepada nasabah atau masyarakat pengguna jasa perbankan. Untuk itu dalam praktiknya, murabahah yang murni sesuai fiqih muamalah dimana penjual dan pembeli bertemu langsung, masing-masing membawa barang dan uang, hal ini berbeda dengan prakteknya di Bank Muamalat. Dimana Bank Muamalat tidak mempunyai persediaan semua
63
barang yang dibutuhkan oleh nasabah, melainkan bank akan membeli dahulu dari supplier setelah ada permintaan dari nasabah. Sistem pembayaran pada murabahah ini dilakukan secara angsuran dan bukan dengan cara pembayaran sekaligus pada jatuh tempo (sesuai fiqih muamalah), hal ini dikarenakan untuk menghindari resiko adanya kredit macet (non performing loan), dan juga umumnya nasabah yang datang ke bank menginginkan kredit dengan pembayaran secara angsuran. Asumsinya, kalau nasabah yang mampu dengan pembayaran tunai pasti mereka datang langsung ke supplier mengapa harus repot-repot datang ke bank. Dan kalau dilakukan dengan cara sekaligus pada jatuh tempo, ini akan memberatkan nasabah. Padahal pembiayaan di Bank Muamalat minimal Rp. 50.000.000 (cukup besar). Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu karyawan Bank Muamalat, murabahah dengan sistem angsuran atau cicilan (bai’ bitsaman ajil) ini merupakan diverifikasi dari murabahah sendiri dan justru dengan pembayaran secara angsuran inilah, produk ini degemari masyarakat. Dalam pembelian barangnya, Bank Muamalah umumnya dilakukan dengan mewakalahkan kepada nasabahnya sendiri dan nasabah wajib menyerahkan bukti-bukti pembelian kebutuhan barang tersebut (seperti kwitansi, invoice, dsb). Perjanjian ini dibuat pada waktu akad sebelum realisasi pembiayaan dana, dan secara tertulis terdapat pada persyaratan perjanjian pembiayaan. Hal ini dilakukan untuk menghindari penyalahgunaan pembiayaan. Akad wakalah dalam pembelian barang ini
64
dilakukan karena keterbatasan tenaga yang ada dan juga agar lebih efektif dan efisien, hal ini sah-sah saja asalkan tidak melanggar aturan fiqih yang ada. Langkah pemberian Wakalah kepada Nasabah inilah yang oleh sebagian akademisi dianggap bahwa Bank Syariah terkadang kurang bijak dan tidak hati-hati menerapkan media Wakalah pembelian Barang ini. Karena Fatwa MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 1 April 2000 (26 Dzulhijah 1420 H) telah menetapkan bahwa jika Bank hendak mewakilkan kepada Nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, maka akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik Bank. Dengan kata lain, pemberian kuasa (Wakalah) dari Bank kepada Nasabah atau pihak ketiga manapun, harus dilakukan sebelum Akad Jual beli Murabahah terjadi. Dalam kenyataannya, Akad Murabahah sering kali mendahului pemberian Wakalah dan dropping dana pembelian barang. Bagaimana mau dikatakan barang telah menjadi milik Bank, jika dropping dana pembelian barang saja dilakukan setelah akad Murabahah ditanda-tangani. Bank Indonesia (BI) nampaknya cukup tegas dalam hal ini. Melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.7/46/PBI/2005 tanggal 14 Nopember 2005 tentang standarisasi akad, BI menegaskan kembali penggunaan media Wakalah dalam Murabahah pada pasal 9 ayat 1 butir d yaitu dalam hal Bank mewakilkan kepada Nasabah (Wakalah) untuk membeli barang, maka akad Murabahah harus dilakukan setelah barang
65
secara prinsip menjadi milik Bank. Bahkan dalam bagian penjelasan PBI tersebut ditegaskan bahwa Akad Wakalah harus dibuat terpisah dengan Akad Murabahah. Lalu ditegaskan, yang dimaksud secara prinsip Barang milik Bank dalam Wakalah pada Akad Murabahah adalah adanya aliran dana yang ditujukan kepada pemasok barang atau dibuktikan dengan kwitansi pembelian. Proses realisasi penanaman dana murabahah dilakukan oleh bagian OP dengan memperhatikan kelengkapan dokumen yang meliputi; SPRP, surat sanggup, jadwal angsur, STTU, surat kuasa debet, surat fasilitas pembiayaan, perjanjian pembiayaan, keterangan tentang agunan.
66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan. Dari uraian yang ada, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1.
Prosedur Pembiayaan a. Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan atau harga beli dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual (bank) dan pembeli (nasabah). b. Pembiayaan murabahah,
dalam penerapannya di perbankan
syari’ah masih belum bisa sepenuhnya murni menggunakan hukum-hukum syari’ah c. Pembiayaan Murabahah di Bank Muamalat sistem pembayaranya secara angsuran (murabahah muajjal), hal ini karena kebanyakan seseorang atau nasabah tidak akan datang ke bank kecuali untuk mendapat kredit dan membayar secara angsur. 2.
Proses Realisasi a. Proses realisasi pembiayaan merupakan penggunaan dana bank dari pihak ketiga yang disalurkan kepada nasabah. b. Upaya untuk meningkatkan profesionalisme dan ketaatan asas dalam pembiayaan sesuai dengan aturan yang baku, telah dilakukan oleh setiap account manager dalam memproses pembiayaan dimulai dari ; permohonan pembiayaan (penanaman dana),
67
investigasi,
analisa
pembiayaan,
rekomendasi,
persetujuan
pembiayaan, dan realisasi pembiayaan. c. Dalam merealisasi pembiayaan, yang sudah mendapat persetujuan dari komite pembiayaan telah dilakukan oleh bagian OP sesuai dengan ketentuan yang berlaku. d. Dokumen-dokumen yang harus ada dalam realisasi pembiayaan adalah SRPP, surat sanggup, jadwal angsuran, STTU, dan STTB yang telah diisi lengkap dan ditandatangani nasabah. e. Pembiayaan yang terealisasi adalah pembiayaan
yang semua
dokumen-dokumenya telah memenuhi persyaratan. f. Terdapat kontrak (covenants) positif dan negatif yang harus diperhatikan dan dilakukan oleh calon nasabah pembiayaan untuk memperkecil kemungkinan resiko kerugian dalam pembiayaan.
B. Saran 1. Pembiayaan yang sudah terealisir harus mendapatkan porsi cukup dalam pembinaan dan pemantauan kepada nasabah, sebab dengan pengontrolan kegiatan usaha dapat
menjamin tercapainya tujuan
penyaluran dana itu sendiri. Melalui pembinaan nasabah dapat mengoptimalkan kepada pihak bank.
kemampuanya
untuk memenuhi kewajibanya
68
2. Dalam
melakukan
dropping
pembiayaan
harus
benar-benar
diperhatikan kelengkapan datanya. Hal ini untuk menghindari resiko yang mungkin akan terjadi, misalnya : a. Untuk spekulasi. b. Pembiayaan tanpa didukung informasi keuangan yang memadai, tidak terkecuali. c. Debitur yang bermasalah pada lembaga keuangan yang lain. d. Pembiayaan, atau penyaluran dana yang tidak sesuai dengan syari’ah islam. e. Penyalahgunaan dana (inside streaming). 3. Pembiayaan yang telah cair pada dasarnya dokumen-dokumenya telah lengkap. Namun pada kenyataanya masih ada TBO (to be obstain) yang harus dilengkapi oleh manager dan hal ini harus cepat ditangani.
Nampaknya aturan Bank Indonesia telah sejalan dengan Fatwa MUI mengenai Murabahah, dimana BI dan MUI kembali menempatkan posisi Bank dalam kedudukannya sebagai Penjual Barang. Bukan hanya sekedar lembaga keuangan saja. Hal inilah yang sangat membedakan antara pembiayaan Murabahah di Bank Syariah dengan kredit pembelian barang biasa di Bank Konvensional.
Semoga selanjutnya ke depan, praktek-praktek Murabahah akan terus menuju murni Syariah. Kalau sekarang Bank-bank Konvensional sibuk untuk mendirikan perusahaan SPV untuk
69
mengurusi kredit-kredit macet milik bank tersebut, maka di tahun mendatang Bank-bank Syariah di Indonesia akan sibuk mendirikan sebuah perusahaan joint venture bernama ”Murabahah Center” yang akan menjadi showrom dari barang-barang yang akan dijual oleh Bank Syariah. ”Murabahah Center” inilah yang akan menjadi penerima Wakalah untuk mengurusi pembelian barang yang dibutuhkan Masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006. Taqiyyudin An-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif, Risalah Gusti: surabaya, 1996. Hermawan Kartajaya, Muhammad Syakir Sula, Syari’ah Marketing, Mizan Pustaka, Bandung, Oktober 2006. M. Abdul Mannan, Teori Dan Praktek Ekonomi Islam, Dana Bakti Wakaf: Yogyakarta, 1995. Makhalul Ilmi SM, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syari’ah, UII Pres: yogyakarta, 2002. Saeed, Abdullah, Bank Islam dan Bunga: Studi Kritis dan Interpretasi Kontemporer, pustaka pelajar, yogyakarta, 2003. http://www.scribd.com/doc/3144164/Praktek-Pembiayaan-Dalam-PerbankanSyariah 12:30 25-07-2009. http://www.scribd.com/doc/8587207/Jual-Beli-Dalam-Islam.
http://akudantugasku.wordpress.com/2009/06/26/analisis-kebijakan-bank-syariahterhadap-pembiayaan-ukm/.