ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN MIKRO PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI KCP BOGOR MERDEKA
SAMIRAH ALI
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Mikro Pada PT Bank Syariah Mandiri KCP Bogor Merdeka adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014 Samirah Ali H24104066
ABSTRAK SAMIRAH ALI. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Mikro Pada PT Bank Syariah Mandiri KCP Bogor Merdeka. Dibimbing oleh ALI MUTASOWIFIN. PT Bank Syariah Mandiri adalah salah satu anak perusahaan Bank Mandiri yang telah berdiri sejak tanggal 01 November 1999. PT Bank Syariah Mandiri KCP Bogor Merdeka merupakan salah satu kantor cabang pembantu di bawah kantor cabang Bogor. Pembiayaan warung mikro merupakan salah satu produk BSM yang sedang berkembang dan sesuai dengan misi ke-2 BSM. PT BSM KCP Bogor Merdeka ingin mengetahui dari 11 faktor pembiayaan, faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi pembiayaan mikro dan mengetahui karakteristik debitur pembiayaan mikro. Dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dan dengan melakukan uji F serta Uji T pada α = 10% terdapat enam variabel yang mempengaruhi realisasi pembiayaan yaitu jenis kelamin, lama usaha, tingkat laba bersih per bulan, jenis usaha (perdagangan), jumlah pembiayaan yang diajukan dan nilai agunan dengan p-value berturut-turut (0,080; 0,097; 0,051, 0,044; 0,000; 0,000) dan dengan analisis kualitatif dapat diketahui bahwa karakteristik debitur pembiayaan mikro didominasi oleh jenis kelamin pria, usia 31-40 tahun, pendidikan SMA, jumlah tanggungan keluarga 2-4 orang, lama usaha di atas 2 tahun, laba bersih per bulan Rp 1.000.000-Rp 5.000.000, jenis usaha didominasi perdagangan, mayoritas frekuensi pinjaman nasabah 1-3 kali, jumlah pembiayaan yang diajukan <= Rp 20.000.000, nilai agunan nasabah Rp <= Rp 50.000.000, dan jenis penggunaan adalah produktif. Kata kunci : Bank Syariah Mandiri, Warung Mikro, Realisasi Pembiayaan, Regresi Linier Berganda, Kualitatif, Uji F, Uji T, R2 .
ABSTRACT SAMIRAH ALI . Analysis of Factors Affecting Microfinance Realization at PT Bank Syariah Mandiri KCP Bogor Merdeka. Guided by ALI MUTASOWIFIN. PT Bank Syariah Mandiri is a subsidiary of Bank Mandiri, which has been established on November 1st, 1999. PT Bank Syariah Mandiri KCP Bogor Merdeka is one of the sub-branches under the Bogor branch. Funding stalls micro is one emerging BSM product and in accordance with the mission-2 at BSM. PT BSM KCP Bogor Merdeka want to know 11 factors of financing , factors that influence the realization of micro-finance and micro-finance borrowers know the characteristics . By using multiple linear regression analysis, F test and T test at α = 10 % there are six variables affect the realization of financing ie gender, length of business , the level of net income per month , type of business ( trade ) , the amount of financing proposed and value of collateral with p-value in a row ( 0.080 ; 0.097 ; 0.051 , 0.044 ; 0,000 ; 0,000 ) and the qualitative analysis can be seen that the characteristics of microfinance borrowers are dominated by the male gender , age 31-40 years old , high school education , number of dependents family of 2-4 people , old businesses in over 2 years, the net income per month to Rp 1,000,000 to Rp 5,000,000 , types of businesses dominated by trade , the majority of customers 1-3 times the frequency of the loan , the amount of financing proposed < = Rp 20,000 . 000 , the value of customer collateral Rp < = USD 50,000,000 , and the type of use is productive .
Keywords: Bank Syariah Mandiri, Micro point, Realization of Financing, Multiple Linear Regression, Qualitative, F test, T test R2.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN MIKRO PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI KCP BOGOR MERDEKA
SAMIRAH ALI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Mikro Pada PT Bank Syariah Mandiri KCP Bogor Merdeka Nama : Samirah Ali NIM : H24104066
Disetujui oleh
Ali Mutasowifin S.E., M. Ak. Pembimbing
Diketahui Oleh
Dr Mukhamad Najib, STP, MM Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Mikro Pada PT Bank Syariah Mandiri KCP Bogor Merdeka : Samirah Ali Nama : H24104066 NIM
Disetujui oleh
Ali Mutasowifin S.E., M. Ak.
Pembimbing
Diketahui Oleh
Tanggal Lulus :
06 MAR 2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan RidhoNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhamad SAW, keluarga, dan pengikutnya. Tema skripsi penulis yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2013 ini adalah keuangan, dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Mikro Pada PT Bank Syariah Mandiri KCP Bogor Merdeka. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ali Mutasowifin S.E., M. Ak. selaku pembimbing atas saran dan motivasi yang diberikan. Selain itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh karyawan PT Bank Syariah Mandiri khususnya KCP Bogor Merdeka yang telah memberikan waktu untuk penulis dalam mengumpulkan dan menyelesaikan penelitian. Terima kasih penulis ucapkan juga kepada orang tua, keluarga, serta seluruh teman-teman atas doa dan kasih sayangnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Bogor, Januari 2014
Samirah Ali
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
5
Ruang Lingkup Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
5
Pengertian Bank
5
Pembiayaan di Bank Syariah
6
Usaha Kecil, Mikro dan Menengah (UMKM)
8
Penelitian Terdahulu
9
METODE Kerangka Pemikiran
9 9
Lokasi dan Waktu Penelitian
12
Jenis dan Metode Pengumpulan Data
12
Analisis Data
12
Teknik Pengolahan Data
13
Asumsi dalam Regresi Linier Berganda
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
19
Gambaran Umum Perusahaan
19
Visi dan Misi Perusahaan
20
Struktur Organisasi
21
Warung Mikro
22
Mekanisme Penyaluran Pembiayaan Mikro
22
Karakteristik Responden
23
Analisis Realisasi Pembiayaan Mikro pada PT Bank Syariah Mandiri KCP Bogor Merdeka
32
vi SIMPULAN DAN SARAN
37
DAFTAR PUSTAKA
39
LAMPIRAN
40
DAFTAR TABEL 1 Perkembangan Jumlah Pelaku Usaha Menurut Skala Usaha Tahun 2010– 2011 1 2 Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga 2 Konstan 2000 menurut Skala Usaha Tahun 2010-2011 3 Perkembangan Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Skala Usaha Tahun 2010-2011 3 4 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin 24 5 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 24 6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan 25 7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan 26 8 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha 27 9 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Laba Bersih Per Bulan 28 10 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha 28 11 Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Pinjaman 29 12 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Pembaiyaan yang Diajukan 30 13 Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Agunan 31 14 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Penggunaan Pembiayaan 32 15 Hasil Pengujian Model Regresi Linier Berganda (I) 33 16 Hasil Pengujian Model Regresi Linier Berganda (II) 33 34 17 Hasil Uji Autokorelasi 18 Hasil Uji F 34 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin 24
DAFTAR GAMBAR 1 Grafik realisasi pencairan warung mikro BSM KCP Bogor Merdeka bulan Januari 2012 – Januari 2013 4 2 Kerangka pemikiran penelitian 11 3 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin 24 4 Karakteristik responden berdasarkan usia 25 5 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan 25 6 Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga 26 7 Karakteristik responden berdasarkan lama usaha 27 8 Karakteristik responden berdasarkan tingkat laba per bulan 28 9 Karakteristik responden berdasarkan jenis usaha 29 10 Karakteristik responden berdasarkan frekuensi pinjaman 29 11 Karakteristik responden berdasarkan jumlah pembiayaan yang diajukan 30
vii
12 Karakteristik responden berdasarkan nilai agunan 13 Karakteristik responden berdasarkan jenis penggunaan pembiayaan
31 32
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5
Struktur organisasi Kantor Pusat Struktur organisasi Kantor Cabang Struktur organisasi Kantor Cabang Pembantu Struktur organisasi Warung Mikro Hasil normalitas data dan hasil homogenitas data
40 41 42 43 43
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan penting dalam perekonomian di Indonesia. UMKM memiliki proporsi sebesar 93,11% dari total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia atau sebanyak 52,76 juta unit (BPS,2009). Berikut data perkembangan jumlah pelaku usaha menurut skala usaha tahun 2010–2011, dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Perkembangan Jumlah Pelaku Usaha Menurut Skala Usaha Tahun 2010– 2011 No 1 2 3
Skala Usaha
Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah Total Usaha A. Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) B. Usaha Besar (UB) Jumlah Unit Usaha (A+B)
Tahun 2010 Jumlah Pangsa (unit) (%) 53.207.500 98,85 573.601 1,07 42.631 0,08
Tahun 2011 Jumlah Pangsa (unit) (%) 54.559.969 99 602.195 0,91 44.28 0,08
Perkembangan Jumlah Pangsa (unit) (%) 1.352.469 2,54 28.594 4,98 1.649 3,87
53.823.732 4.838 53.828.570
55.206.444 4.952 55.211.396
1.382.712 114 1.382.826
99,99 0,01
99,99 0,01
2,57 2,35 2,57
Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia, 2012.
Berdasarkan data Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Tabel 1), dapat terlihat pada tahun 2010 UMKM di Indonesia sebanyak 53.823.732 unit atau sekitar 93,11% lebih dari total unit usaha yang ada. Selain itu, dapat diketahui bahwa usaha yang paling banyak adalah usaha mikro dengan jumlah 53.207.500 unit. Sedangkan usaha kecil (UK) sekitar 573.601 unit dan usaha menengah (UM) sekitar 42.631 unit usaha. Adapun yang tergolong sebagai usaha besar (UB) hanya 4.838 unit. Hal ini mengindikasikan bahwa usaha mikro dan kecil merupakan mayoritas dalam sektor usaha di Indonesia. UMKM juga berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Kontribusi dari UMKM terhadap PDB atas harga dasar 2000 yaitu sebesar 22.391,2 Milyar atau terjadi peningkatan dari tahun 2010 ke tahun 2011 sebesar 6,90%. Perkembangan nilai PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut skala usaha tahun 2010-2011 dapat dilihat pada Tabel 2.
2
Tabel 2 Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Skala Usaha Tahun 2010-2011 Jumlah ( Rp Milyar) Perkembangan No Skala Usaha Tahun 2010 Tahun 2011 (Rp Milyar) (%) 1 Usaha Mikro 719.070,2 761.228,8 42.158,6 5,86 2 Usaha Kecil 239.111,4 261.315,8 22.204,4 9,29 Usaha 3 Menengah 324.390,2 346.781,4 22.391,2 6,90 A. Total Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 1.282.571,8 1.369.326,0 86.754,2 6,76 B. Usaha Besar (UB) 933.375,2 1.007.784,0 72.408,8 7,74 Nilai PDB Total
2.217.947,0
2.377.110,0
159.163,0
7,18
Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia, 2012.
UMKM dapat menjadi alternatif lapangan kerja baru guna mengurangi pengangguran di Indonesia. Pada tahun 2010, kontribusi UMKM pada penyerapan tenaga kerja mencapai 99.401.775 orang atau sekitar 97,22 persen dari total penyerapan tenaga kerja yang ada dan terjadi peningkatan pada tahun 2011 yaitu sebesar 101.722.458 orang atau sekitar 97,24 persen dari total penyerapan tenaga kerja, dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Perkembangan Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Skala Usaha Tahun 2010-2011 Tahun 2010 Tahun 2011 Perkembangan No Skala Usaha Jumlah Pangsa Jumlah Pangsa Jumlah Pangsa Usaha 1 Mikro 2 Usaha Kecil Usaha 3 Menengah A. Total Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) B. Usaha Besar (UB) Jumlah Tenaga Kerja (A+B)
(orang)
(%)
93.014.759 3.627.164
90,98 3,55
94.957.797 3.919.992
90,77 3,75
1.943.038 292.828
2,09 8,07
2.759.852
2,70
2.844.669
2,72
84.816
3,07
99.401.775
97,22
101.722.458
97,24
2.320.683
2,33
2.839.711
2,78
2.891.224
2,76
51.513
1,81
2.372.196
2,32
102.241.486
(orang)
104.613.681
(%)
(orang)
(%)
Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia, 2012.
Akan tetapi, pengembangan UMKM ini masih menghadapi kendala terutama dalam mengakses pembiayaan dari sektor perbankan. Kendala UMKM terhadap pembiayaan perbankan ini bisa ditinjau dari sisi permintaan dan penawaran. Dari sisi permintaan, UMKM memiliki karakteristik yang cukup unik dimana pada umumnya UMKM tidak memiliki informasi keuangan yang transparan dan terorganisir yang menyebabkan pemberi pembiayaan memiliki
3
kesulitan dalam memperoleh informasi mengenai kondisi keuangan dan usaha dari UMKM. Hal tersebut menyebabkan bank kesulitan dalam meminimalisir risiko default atas pembiayaan yang disalurkan kepada UMKM. Bank perlu mengelola resiko pembiayaan yang terkandung dalam fortofolio pembiayaan. Dalam penerapan manajemen resiko pembiayaan, salah satu tujuannya adalah meyakinkan bahwa calon debitur yang diterima oleh bank adalah memang yang layak untuk diterima dan calon debitur yang ditolak oleh bank adalah memang seharusnya ditolak berdasarkan profil resiko dari calon debitur tersebut. Dengan menetapkan penilaian pembiayaan yang baik dan sesuai profil populasi dari calon debitur, maka bank memiliki kemampuan yang lebih baik dan konsisten untuk dapat mengambil keputusan yang lebih tepat untuk menyetujui pengajuan pembiayaan. Pada akhirnya bank tersebut akan memiliki debitur-debitur dengan resiko lebih rendah, yang juga berarti bahwa bank tersebut memiliki nilai non-performing financing yang lebih rendah dengan asumsi kondisi lainnya yang mendukung. Bank Syariah Mandiri memiliki market share sebesar 40% pada perbankan syariah di Indonesia. Konsentrasi pembiayaan mikro sangat difokuskan dibandingkan dengan pembiayaan lainnya. NOA (Number Of Account) tabungan BSM sebesar 3.565.432 nasabah yang tersebar di seluruh Indonesia dan berdasarkan riset BSM bahwa dari total keseluruhan nasabah BSM yang membutuhkan pembiayaan mikro sebesar 778.600.200 nasabah. Berdasarkan latar belakang inilah, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN MIKRO PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI KCP BOGOR MERDEKA”’ Rumusan Masalah Bank Syariah Mandiri mewujudkan salah satu misinya yaitu “Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran pembiayaan pada segmen UMKM” dengan membuat produk pembiayaan khusus pada segmen mikro yang diberi nama Warung Mikro. Dalam hal ini, BSM tidak hanya memberikan bantuan dalam segi permodalan usaha mikro dan kecil, tetapi juga turut memberikan bantuan teknis agar usaha mikro kecil yang bersifat feasible dan belum bankable sehingga persyaratan dalam pengajuan pinjaman dapat terpenuhi. Hal ini bertujuan agar usaha mikro dan kecil tersebut menjadi bankable, seperti pengurusan sertifikat, surat izin dan sebagainya sehingga usaha mikro dan kecil dapat dengan mudah mengembangkan usahanya. Saat ini Warung Mikro BSM bisa juga dipergunakan untuk kebutuhan konsumtif (renovasi rumah, biaya sekolah, pembelian mobil dan motor) dan bagi karyawan yang baru akan memulai usaha juga memungkinkan untuk diberi modal melalui pembiayaan Warung Mikro BSM. Bank Syariah Mandiri KCP Bogor Merdeka merupakan salah satu dari kantor unit yang dibuka oleh BSM untuk melayani masyarakat termasuk di dalamnya adalah dengan memberikan pelayanan nasabah mikro di wilayah Bogor yang memiliki asset terbesar diantara KCP lain di wilayah Bogor dan terletak dekat dengan pasar (strategis) dengan jumlah nasabah 10.782 orang. BSM KCP Bogor Merdeka harus terus melakukan pengembangan salah satunya dengan mengembangkan pengelolaan risiko pembiayaan, terutama dalam hal
4
penyeleksian calon debitur agar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pembiayaan. Berikut adalah Grafik realisasi Warung Mikro BSM KCP Bogor Merdeka pada bulan Januari 2012 – Januari 2013, dapat dilihat pada Gambar 1. (Juta)
Gambar 1 Grafik Realisasi Pencairan Warung Mikro BSM KCP Bogor Merdeka bulan Januari 2012 – Januari 2013 Terlihat dengan terjadinya kecendrungan penurunan pembiayaan mikro oleh karena itu penting menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan mikro pada BSM KCP Bogor Merdeka. Selain itu, diperoleh data dari Warung Mikro BSM KCP Bogor Merdeka bahwa setiap pengajuan pembiayaan nasabah tidak semua akan disetujui sesuai dengan pengajuan nasabah. Dari data debitur yang diperoleh sebanyak 112 nasabah pembiayaan mikro terdapat 80 nasabah yang mendapatkan platfond yang lebih rendah dari pengajuan yaitu sekitar 71% mendapatkan pembiayaan yang lebih rendah dari pengajuan, sedangkan yang sesuai dengan pengajuan hanya 29%. Dengan demikian diharapkan BSM KCP Bogor Merdeka dapat menentukan langkah yang tepat dalam menentukan pembiayaan mikro, sehingga pertumbuhan pembiayaan dapat meningkat. Berdasarkan data yang telah diperoleh, maka masalah yang dapat dirumuskan antara lain : 1. Bagaimanakah karakteristik debitur pembiayaan Mikro BSM KCP Bogor Merdeka ? 2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi realisasi pembiayaan Mikro BSM KCP Bogor Merdeka ? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka penelitian ini bertujuan : 1. Mengidentifikasi karakteristik debitur pembiayaan Mikro BSM KCP Bogor Merdeka.
5
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan Mikro pada PT Bank Syariah Mandiri KCP Bogor Merdeka. Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan, sebagai berikut : 1. Bagi Pihak Bank, dapat menjadi salah satu bahan acuan atau masukan bagi manajemen terutama bagian pembiayaan mikro untuk mempertimbangkan langkah strategis berdasarkan pada hasil analisis faktor-faktor realisasi pembiayaan mikro. 2. Bagi peneliti, menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan mikro, kecil, dan menengah. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memfokuskan pada produk mikro yaitu pinjaman dengan platfond Rp 2.000.000 sampai dengan Rp 100.000.000 dengan jangka waktu pembiayaan 1-3 tahun, dengan sistem angsuran (pinjaman angsuran berjangka). Data diambil dari debitur produktif (wiraswasta) Warung Mikro Bank Syariah Mandiri KCP Bogor Merdeka sebanyak 112 debitur dan yang masih aktif dari 01 September 2010 sampai dengan 31 Maret 2013.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank Pengertian bank menurut Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1998 dalam Dendawijaya (2005) adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Kegiatan suatu bank adalah menarik dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito, dan giro dengan imbalan berupa bunga simpanan sehingga masyarakat akan tertarik untuk menyimpan uangnya di bank. Kemudian bank menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Jenis atau bentuk bank bermacam-macam, tergantung pada cara penggolongannya. Dendawijaya (2005) mengemukakan beberapa jenis bank dan penggolongannya, berikut ini adalah penggolongan berdasarkan hal-hal sebagai berikut : 1. Formalitas berdasarkan undang-undang. Berdasarkan pasal 5 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, terdapat dua jenis bank, yaitu bank umum dan bank perkreditan rakyat. Dengan catatan bahwa bank umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian lebih besar kepada kegiatan tertentu.
6
2.
3.
4.
Kepemilikannya a. Bank milik negara ( Badan Usaha Milik Negara atau BUMN) b. Bank milik pemerintah daerah (Badan Usaha Milik Daerah atau BUMD) c. Bank swasta nasional d. Bank swasta campuran (nasional dan asing) e. Bank milik asing (cabang atau perwakilan) Penekanan kegiatan usahanya a. Bank retail (retail banks) b. Bank korporasi (corporate banks) c. Bank Komersil ( commercial banks) d. Bank pedesaan ( rural banks) e. Bank pembangunan ( development banks) Pembayaran bunga atau pembagian hasil usaha a. Bank konvesional b. Bank berdasarkan prinsip syariah Pembiayaan di Bank Syariah
Pengertian Pembiayaan Definisi pembiayaan menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan dalam pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank atau pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Sedangkan dalam Peraturan Bank Indonesia No 8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, pengertian dari pembiayaan tersebut diperjelas lagi bahwa pembiayaan adalah penyedia dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa : a. transaksi bagi hasil dalam bentuk Mudharabah dan Musyrakah; b. transaksi sewa dalam bentuk Ijarah atau sewa dengan opsi perpindahan hak milik dalam bentuk Ijarah Muntahiyah bit Tamlik; c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang Murabahah, Salam, Istishna; d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang Qardh; dan e. transaksi multijasa dalam bentuk Ijarah atau Kafalah. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara pihak Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau pemberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan, tanpa imbalan, atau bagi hasil. Secara ringkas dapat diartikan bahwa istilah pembiayaan ini merupakan istilah kredit yang biasa dipergunakan dalam bank konvensional. Yang membedakan hanya bentuk imbalan pada pembiayaan adalah bagi hasil sedangkan dalam kredit adalah bunga. Sehingga pembiayaan dan kredit adalah merupakan bentuk penyaluran dana perbankan.
7
Unsur-Unsur Pembiayaan Unsur-unsur yang terkandung dalam kredit atau pembiayaan menurut Komarudin Sastradipoera (2004) adalah sebagai berikut : 1. Amanat (dari bahasa arab, amuna yang berarti jujur, dapat dipercaya, atau titipan) adalah segala hal dipercayakan kepada manusia, baik berkaitan dengan hak dirinya, hak pihak lain, maupun hak Allah. Bank yakin bahwa prestasi akan diberikan kepada para nasabah akan diterima kembali di waktu tertentu kelak. 2. Waktu. Dalam setiap transaksi kredit terdapat suatu periode waktu antara saat pemberian prestasi dan saat pengembaliannya. Dalam transaksi kredit terdapat tenggang waktu antara peristiwa prestasi dengan kontraprestasi. 3. Risiko. Setiap kredit senantiasa menganduk risiko tertentu, mungkin risiko kehilangan seluruhnya atau sebagian. Hal ini disebabkan oleh ketidkpastian di masa yang akan datang. 4. Prestasi. Prestasi nampak sebagai suatu yang diserahkan oleh pemberi kredit (kreditur) kepada penerima kredit (debitur). 5. Perjanjian dua belah pihak. Kredit bermuka ganda: pemberi amanat dan penerima amanat (debitur) berupa utang, suatu kewajiban yang harus dipenuhi, sementara dari sudut pemberi amanat (kreditur) berupa kredit, suatu kepercayaan dan harapan bahwa debitur mau memenuhi kewajibannya pada waktu jatuh tempo. 6. Perjanjian keuangan. Terkecuali dalam keadaan khusus atau luar biasa, utang dan kredit dalam perekonomian modern, dinyatakan atau dihitung dalam satuan uang (atau alat bayar) yang menjadi „baku pembayaran yang ditunda. Kebijakan Pembiayaan Dalam memberikan pembiayaan, selayaknya bank syariah selalu berpegang pada prinsip yang sering disebut dengan konsep 5C sebagai berikut : 1. Character, yaitu penilaian karakter calon debitur berupa moral, watak atau pun sifat-sifat personality untuk mengetahui sejauh mana itikad baik calon debitur untuk memenuhi perjanjain sesuai yang telah disepakati. 2. Capacity, yaitu untuk melihat kemampuan calon debitur dalam mengelola usahanya secara sehat menyangkut kemampuan debitur untuk melunasi kewajibannya. 3. Capital, yaitu penilaian atas modal yang dimiliki calon debitur apakah memadai untuk menjalankan dan memelihara kelangsungan usahanya. 4. Collateral, yaitu adanya penilaian jaminan yang diserahakn calon debitur untuk mengetahui sejauh mana nilai barang jaminan dapat menutup risiko kegagalan pengembalian kewajiban-kewajiban debitur. 5. Condition of Economy, yaitu pertimbangan mengenai kondisi makro yang mempengaruhi perkreditan, dan tentu mempengaruhi bisnis debitur. Sehingga dapat memperkecil risiko yang mungkin timbul dari kondisi ekonomi secara makro. (Kasmir 2013)
8
Pembiayaan Mikro Pembiayaan mikro merupakan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dalam penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank atau pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil yang diperuntukkan bagi usaha mikro yaitu usaha produktif yang dikelola oleh perorangan atau badan hukum dengan memiliki kekayaan bersih maksimal Rp 50 juta di luar tanah dan bangunan dengan tingkat penjualan bersih tahunan sampai dengan Rp 300 juta, sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM.
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Pengertian UMKM Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 pengertian Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang ini. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam UndangUndang ini. Kriteria UMKM Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah: 1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus jutarupiah). 2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
9
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). 3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). Penelitian Terdahulu Lubis dan Rachmina (2011) menemukan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi realisasi dan pengembalian kredit KUR. Penelitian ini menggunakan Analisis Regresi Berganda dan Analisis Regresi Logistik Biner. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa faktor omzet usaha, tingkat laba bersih, jenis usaha, jumlah kredit yang diajukan, dan nilai agunan berpengaruh secara signifikan terhadap realisasi KUR. Sementara faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian KUR (lancar atau menunggak) adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan, jangka waktu pengembalian, dan kewajiban per bulan membayar cicilan dan bunga kredit. Mulyarto (2009) menemukan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi realisasi kredit KUR. Penelitian ini menggunakan Analisis Regresi Berganda. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR di BRI Unit Leuwiliang adalah jumlah pendapatan atau penghasilan, pengalaman pengambilan kredit, lama usaha dan modal usaha. Dari semua faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi ada yang mempengaruhi secara negatif, yaitu aset keluarga, aset usaha dan lama pendidikan. Perbedaan dengan penelitian terdahulu terletak pada jumlah sample yang diambil yaitu sebanyak 116 sampel dan 80 sample dan berusaha pada sektor agribisnis dengan platfond kredit sampai 5 juta rupiah serta menggunakan kuisioner kepada nasabah. Sedangkan pada penelitian ini mengambil sample sebesar 112 dan berusaha pada usaha mikro dengan platfond 2 juta rupiah sampai dengan 100 juta rupiah serta tidak menggunakan kuisioner kepada nasabah, hanya menggunakan data dari bank (data sekunder). METODE Kerangka Pemikiran PT Bank Syariah Mandiri (BSM) digerakkan oleh keinginan untuk memberikan kinerja yang lebih baik dari generasi sebelumnya dan dipenuhi citacita pertumbuhan dan sukses. Banyaknya penghargaan yang diterima oleh Bank Syariah Mandiri menyebabkan BSM terus menyesuaikan diri dengan kokoh. PT Bank Syariah Mandiri merupakan Bank Syariah Terbaik tahun 2012 versi majalah investor. Cabang dan jumlah nasabah BSM terus tumbuh dan merk BSM semakin
10
dikenal. Pada bulan November 1999, Bank Syariah Mandiri berdiri dan merupakan anak perusahaan dari PT Bank Mandiri. PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik (Better Ways for Greater Indonesia). Sesuai dengan salah satu misi Bank Syariah Mandiri yaitu “Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran pembiayaan pada segmen UMKM” maka pada tahun 2009, BSM menciptakan sebuah produk pembiayaan yang berkaitan dengan usaha mikro, kecil dan menengah yaitu Warung Mikro. Warung Mikro BSM bisa dibilang termasuk baru dibandingkan dengan perbankan lainnya seperti BRI yang sudah sangat terkenal dengan pembiayaan pada sektor mikro. Oleh karena itu perlu adanya analisa faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi pembiayaan mikro. Realisasi pembiayaan merupakan salah satu indikator keberhasilan dari perusahaan dalam menjalankan fungsinya sebagai penyalur dana yang dihimpun dari masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Penelitian difokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan mikro BSM KCP Bogor Merdeka. Faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan mikro BSM ini didasarkan pada prinsip 5C yaitu character, capacity, capital, collateral, dan condition of economic. Berdasarkan pada prinsip 5C ini pemodelan dalam mengestimasi faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan mikro BSM ditetapkan dengan memodifikasi prinsip 5C. Variabel yang diturunkan dari prinsip 5C ini meliputi karakteristik individu, usaha, dan pembiayaan. Karakteristik individu meliputi variabel umur, jenis kelamin, jumlah tanggungan dan pendidikan. Karakteristik usaha meliputi variabel lama usaha, tingkat laba bersih perbulan, dan jenis usaha. Sedangkan karakeristik pembiayaan meliputi variabel frekuensi pinjaman, jumlah pembiayaan yang diajukan, nilai agunan dan jenis penggunaan pembiayaan. Berdasarkan pada karakteristik individu dapat diketahui sejauh mana pengaruh nyata atas variabel independen yaitu variabel umur, jenis kelamin, jumlah tanggungan dan pendidikan. Karakteristik usaha juga digunakan untuk mengetahui pengaruh atas variabel lama usaha, tingkat laba bersih perbulan, dan jenis usaha. Sementara, variabel frekuensi pinjaman, jumlah pembiayaan yang diajukan, nilai agunan dan jenis penggunaan pembiayaan dipilih untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variabel tersebut terhadap karakteristik pembiayaan. Semua variabel tersebut diperkirakan mempunyai pengaruh nyata terhadap tingkat pertumbuhan realisasi pembiayaan mikro BSM KCP Bogor Merdeka, dengan demikian pihak bank dapat memperhatikan karakteristik debitur dalam menyetujui permohonan pinjaman. Dengan mengetahui variabel karakteristik yang mempengaruhi realisasi pembiayaan mikro tersebut diharapkan BSM KCP Bogor Merdeka dapat memformulasikan langkah strategis dalam meningkatkan realisasi pembiayaan mikro.
11
BSM KCP Bogor Merdeka Realisasi Pembiayaan Mikro Prinsip 5 C Character Capacity Capital Collateral Condition of Economy
Umur X1
Karakteristik Individu
Karakteristik Usaha
Karakteristik Pembiayaan
X2
Jenis Kelamin
X3
Jumlah Tanggungan Keluarga
X4
Pendidikan
X5
Lama Usaha
X6
Tingkat Laba bersih per bulan
X7
Jenis Usaha
X8
Frekuensi Pinjaman
X9
Jumlah Pembiayaan Yang Diajukan
X10
Nilai Agunan
X11
Jenis Penggunaan Pembiayaan
Analisis Kualitatif dan Regresi Linier Berganda Rekomendasi Kebijakan Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian
12
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bank Syariah Mandiri KCP Bogor Merdeka yang berlamat di Jl Merdeka No 63, Bogor selama tiga bulan, yaitu dari bulan September sampai dengan bulan Desember 2013. Lokasi penelitian ini di tentukan dengan sengaja dengan pertimbangan bahwa realisasi pembiayaan mikro di Bank Syariah Mandiri KCP Bogor Merdeka masih menunjukkan pertumbuhan negatif sehingga berpotensi untuk dijadikan tempat penelitian. Jenis dan Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. 1. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan pihak Bank Syariah Mandiri KCP Bogor Merdeka. Data yang digunakan oleh peneliti hanya menggunakan data dari pihak internal bank dan tidak menggunakan kuisioner, dikarenakan data yang diperoleh oleh pihak bank dengan cara wawacara langsung dengan debitur sekaligus melakukan survei untuk melihat kebenaran data debitur. Oleh karena itu data yang terdapat di bank lebih terpercaya dibandingkan dengan kuisioner kepada debitur. 2. Data sekunder diperoleh : a. Laporan posisi pembiayaan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. b. Studi pustaka, yaitu mengumpulkan data dari buku atau literatur-literatur yang mendukung penelitian. c. Dokumentasi, yaitu mengambil data historis berupa catatan yang mendukung dari pihak bank atau pihak yang terkait. Analisis Data Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan perangkat komputer dengan aplikasi program Minitab 14 (Iriawan dan Astuti 2006). Nazir (2003) mendefinisikan analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisis, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah dalam penelitian. Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis Kualitatif Analisis kualitatif merupakan suatu metode dalam meneliti suatu status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, maupun suatu kelas peristiwa pada masa yang akan datang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, akurat dan faktual mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Analisis kualitatif dapat digunakan untuk menjelaskan gambaran umum mengenai Bank Syariah Mandiri KCP Bogor Merdeka dalam melakukan proses
13
penyaluran pembiayaan mikro dengan menyajikan tabulasi berdasarkan pada karakeristik variabel yang mempengaruhi realisasi pembiayaan mikro. Analisis Kuantitatif Model analisis kuantitatif yang digunakan adalah analisis faktor-faktor yang berpengaruh pada realisasi pembiayaan mikro dengan menggunakan model analisis Regresi Linier Berganda. Dengan demikian dapat diketahui sejauh mana variabel independen berpengaruh secara nyata atau tidak terhadap variabel dependen yaitu tingkat realisasi pembiayaan mikro di Bank Syariah Mandiri KCP Bogor Merdeka. Variabel independen terdiri dari turunan karakeristik individu, usaha, dan pembiayaan. Yang meliputi variabel umur, variabel jenis kelamin, variabel jumlah tanggungan, variabel pendidikan, variabel lama usaha, variabel laba bersih per bulan, variabel jenis usaha, variabel frekuensi pinjaman, variabel jumlah pembiayaan yang diajukan, variabel nilai agunan dan jenis penggunaan pembiayaan. Teknik Pengolahan Data Teknik pengolahan data yang dilakukan dengan melakukan analisis faktorfaktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan mikro dengan metode Regresi Linier Berganda. Metode Regresi Linier Berganda merupakan suatu model analisis untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen yang berskala metrik (dengan variabel yang belum berskala metrik diubah menjadi variabel dummy) dengan variabel dependen yang juga berskala metrik. Model ini merupak model yang terbaik dalam memprediksi arah, besar koefisien dan sensitivitas perubahan variabel dependen atas perubahan variabel-variabel independen. Variabel dependen merupakan variabel jumlah realisasi pembiayaan mikro terakhir yang diterima oleh nasabah. Sedangkan variabel independent merupakan turunan dari prinsip 5C yang meliputi; karakteristik individu, karakteristik usaha, dan karakteristik pembiayaan. Karakeristik individu yang diduga mempunyai pengaruh terhadap realisasi pembiayaan mikro yaitu umur, jenis kelamin, jumlah tanggungan dan pendidikan. Karakteristik usaha yang diduga mempunyai pengaruh yaitu lama usaha, laba bersih per bulan, dan jenis usaha. Karakteristik pembiayaan yang diduga mempunyai pengaruh yaitu frekuensi pinjaman, jumlah pembiayaan yang diajukan, nilai agunan, dan jenis penggunaan pembiayaan. Variabel-variabel tersebut diduga berpengaruh terhadap realisasi pembiayaan mikro di Bank Syariah Mandiri KCP Bogor Merdeka. Estimasi model untuk analisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan mikro berdasarkan pada karakteristik individu, karakteristik usaha, dan kakteristik pembiayaan yaitu: Y = β0 + β1X1 + β2X2 + … + β11X11 Keterangan : Y Βo
= Variabel dependen yaitu jumlah realisasi pembiayaan (Rp) = konstanta atau intersept model garis regresi
14
X1,…,X11 X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 β1,..β11
= Variabel independen = usia (tahun) = jenis kelamin, sebagai variabel dummy (pria=1 dan wanita =0) = jumlah tanggungan (orang) = pendidikan (tingkat pendidikan) = lama usaha (tahun) = tingkat laba bersih per bulan (Rp) = jenis usaha (jenis usaha) = frekuensi pinjaman (kali) = jumlah pembiayaan yang diajukan (Rp) = nilai agunan (Rp) = jenis penggunanan pembiayaan (penggunaan pembiyaan) = koefisien variabel independen
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi realiasasi pembiayaan mikro pada BSM KCP Bogor Merdeka yaitu karakteristik individu, kakateristik usaha, dan karakteristik pembiayaan. Dimana hipotesis untuk karakteristik individu yaitu : H1 = Umur debitur diduga berpengaruh positf terhadap realisasi pembiayaan mikro Umur mempunyai pengaruh terhadap realisasi atas dasar pertimbangan bahwa semakin meningkat umur seseorang akan semakin meningkat pula tingat kematangan berpikirnya. H2 = Jenis kelamin diduga berpengaruh positif terhadap realisasi pembiayaan mikro Jenis kelamin laki-laki mempunyai pengaruh positif terhadap realiasasi berdasarkan pada asumsi bahwa laki-laki merupakan penanggung jawab keluarga sehingga laki-laki berperan sebagai pencari nafkah bagi keluarganya. H3 = Jumlah tanggungan diduga berpengaruh negatif terhadap realisasi pembiayaan mikro Jumlah tanggungan berpengaruh negatif terhadap realiasasi pembiayaan mikro dengan dasar asumsi bahwa semakin banyak jumlah tanggunggan akan semaikn besar pengeluaran seseorang sehingga kemampuan dalam membayar pinjaman akan semakin kecil.
H4 = Pendidikan diduga berpengaruh positif terhadap realisasi pembiayaan mikro Pendidikan berpengaruh positif terhadap realiasasi pembiayaan mikro. Semakin tinggi tingkat pendidikan nasabah akan semakin mengetahui bagaimana cara mengelola usaha dengan baik. Pendidikan diukur dengan mengetahui tingkat pendidikan formal nasabah. Sedangkan hipotesis untuk karakteristik usaha yaitu :
15
H5 = Lama usaha diduga berpengaruh positif terhadap realisasi pembiayaan mikro Lama usaha diduga mempunyai pengaruh positif terhadap realisasi berdasarkan pada asumsi bawa semakin lama usaha akan semakin matang debitur dalam mengelola usahanya sehingga pengalaman dalam mengelola usaha akan berpergaruh terhadap kelangsungan usaha debitur. H6 = Laba bersih per bulan diduga berpengaruh positif terhadap realisasi pembiayaan mikro Laba bersih per bulan berpengaruh positif dengan landasan asumsi bahwa semakin tinggi laba bersih per bulan akan semakin besar pula tingkat kemampuan membayar pinjaman debitur. H7 = Jenis usaha diduga berpengaruh positif terhadap realisasi pembiayaan mikro Jenis usaha diduga mempunyai pengaruh positif terhadap realisasi pembiayaan berdasarkan pada asumsi bahwa perbedaan jenis usaha akan mempengaruhi realisasi pembiayaan. Jenis usaha dibagi menjadi tiga yaitu, perdagangan, manufaktur dan jasa. Sedangkan hipotesis untuk karakteristik pembiayaan yaitu : H8 = Frekuensi pinjaman diduga berpengaruh positif terhadap realisasi pembiayaan mikro Frekuensi pinjaman yang dilakukan oleh debitur diduga berpengaruh positif terhadap realisasi pembiayan dengan dasar bahwa pinjaman yang diajukan sebelumnya dapat dijadikan rujukan bagi analis pembiyaan dalam menilai lancar atau tidaknya pinjaman yang diajukan oleh debitur, sehingga track record frekuensi pembiayaan menjadi penting dalam realisasi pembiayaan mikro. H9 = Jumlah pembiayaan yang diajukan diduga berpengaruh negatif terhadap realisasi pembiayaan mikro Jumlah pembiayaan yang diajukan diduga berpengaruh negatif terhadap realisasi pembiayaan. Semakin banyak pinjaman yang diajukan akan semakin semakin banyak pula persyaratan yang harus dipenuhi oleh debitur. H10 = Nilai agunan diduga berpengaruh positif terhadap realisasi pembiayaan mikro Nilai agunan diduga berpengaruh positif terhadap realisasi pembiayaan mikro, dengan dasar asumsi bahwa semakin besar nilai agunan akan semakin besar tanggung jawab debitur dalam melakukan pembayaran pinjaman pembiayaan yang diajukan. H11 = Jenis penggunaan pembiayaan diduga berpengaruh positif terhadap realisasi pembiayaan mikro Jenis penggunaan pembiyaan diduga berpengaruh positif terhadap realisasi pembiayaan mikro, dengan dasar asumsi bahwa jika penggunaan pembiayaan digunakan untuk keperluan yang produktif (modal kerja dan investasi) maka
16
tingkat pengembaliannya akan lebih lancar dibandingkan dengan jika penggunaan dana untuk keperluan yang konsumtif. Uji Signifikasi Model Pengujian terhadap kelayakan model menggunakan statistik F yang merupakan nisbah maksimum untuk mengetahui peran faktor-faktor Xi secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen (Y). Uji F dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan : SSRegression DFRegression SSError DFError MSRegression MSError
= Sum Square Regression (jumlah kuadrat kolom) = Degree of Freedom Regression (derajat bebas kolom) = Sum Square Error (jumlah kuadrat galat) = Degree of Freedom Error (derajat bebas galat) = Mean Square Regression (jumlah kuadrat untuk nilai tengah kolom) = Mean Square Error (jumlah kuadrat untuk nilai tengah galat)
Hipotesis H0 = β1 = β2 = … = βk = 0 H0 = Minimal ada satu slope β ≠ 0 Statistik Uji Fhitung menyebar mengikuti sebaran F dengan derajat pembilang = DFRegression= v1=k, dan derajat bebas penyebut = DFError = v2 = (n-k1). Jika nilai Fhitung > Xα(v1,v2) atau bila nilai P dari nilai statistik F lebih kecil dari taraf nyata (α = 0,05) maka keputusannya menolak Ho artinya ada setidaktidaknya satu variabel independent yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependent. Akurasi Model Dugaan Akurasi model dugaan (goodness of fit) ini dilakukan dengan cara melihat besaran koefisien determinasi (R2) yang mengukur besarnya variasi variabel independent yang dapat dijelaskan oleh model dugaan. Semakin besar tingkat keragaman yang dapat dijelaskan oleh suatu model maka akan semakin besar koefisien determinasi yang diperoleh (Gujarati, 2007). Koefisien determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut : R2 = 1 Keterangan R2
= koefisien determinasi
17
MSError S2y
= Mean Square Error (jumlah kuadrat untuk nilai tengah galat) = simpangan baku untuk variabel dependen
Uji Signifikasi Variabel Prediktor Secara Individu Pengujian signifikansi terhadap masing-masing variabel independen secara individu dihitung dengan menggunakan uji T, dengan rumus sebagai berikut ;
Thit = Keterangan bj bj(Ho)
= slope variabel Xj = slope konstanta (dijelaskan pada Ho) = standard error
Hipotesis : Ho = βj = 0 (variabel Xj tidak mempengaruhi variabel Y) Ho = βj ≠ 0 (variabel Xj mempengaruhi variabel Y) Statistik Uji Thitung menyebar mengikuti sebaran T dengan derajat bebas = α DFError = (n-k-1). Jika nilai Thitung > X ( /2 [n - k - 1]) atau bila nilai P dari nilai statistik T lebih kecil dari taraf nyata (α = 0,05) maka keputusannya menolak Ho artinya variabel independen ke j tersebut berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependen. Asumsi Dalam Analisis Regresi Linier Analisis regresi dipergunakan untuk menelaah hubungan antara dua variabel atau lebih, terutama untuk menelusuri pola hubungan yang modelnya belum diketahui dengan sempurna, atau untuk mengetahui bagaimana variasi dari beberapa variabel independen mempengaruhi variabel dependen dalam suatu fenomena yang kompleks. Jika X1,X2,…Xk adalah variabel independen dan Y adalah variabel dependen maka terdapat hubungan fungsional antara variabel X dan Y. Variabel respon (Y) sering disebut variabel dependen karena peneliti tidak dapat mengendalikannya, sedangkan variabel predictor (X) atau yang disebut variabel independen karena peneliti bebas mengendalikannya. Analisis regresi dapat mempelajari bagaimana eratnya antara satu atau beberapa variabel independen dengan sebuah variabel dependen (Nazir, 2003). Ada empat usaha pokok yang dilaksanakan dalam melakukan analisis regresi yaitu ; 1. Mengadakan estimasi pada parameter berdasarkan pada data empiris. 2. Menguji berapa besar variasi variabel dependen dapat diterangkan oleh variable independen. 3. Menguji apakah estimasi parameter tersebut signifikan atau tidak. 4. Melihat apakah tanda atau magnitude dari estimasi parameter cocok dengan teori.
18
Jika parameter dari suatu hubungan fungsional antara satu variabel dependen dengan lebih dari satu variabel ingin diestimasikan, maka analisis regresi yang dikerjaan berkenaan dengan regresi linier berganda (multiple regression), atau dengan kata lain analisis Regresi Berganda memiliki lebih dari satu variabel predictor. (Nazir, 2003). Selain itu, dapat diartikan analisis Regresi Berganda adalah alat untuk meramalkan nilai pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen, untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh hubungan fungsional antar variabel independen dan dependen. Untuk membuat suatu persamaan regresi linier berganda diperlukan beberapa asumsi mendasar, yaitu normalitas, homogenitas, multikolinieritas, dan autokorelasi (Sunyoto, 2011). Dalam penelitian ini, analisis regresi yang digunakan adalah regresi linier berganda karena memiliki sebelas variabel bebas dan satu variabel dummy, asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah normalitas, homogenitas multikolinieritas dan autokorelasi. Uji Normalitas Normalitas atau disebut juga uji kenormalan data diperlukan dalam analisis regresi berganda, hal ini disebabkan metode ini merupakan salah satu metode analisis parametrik. Kenormalan diketahui melalui sebaran regresi yang merata disetiap nilai. Salah satu cara yang digunakan untuk melihat normalitas data adalah dengan melihat plot garis dari standardized residual cumulative probability. Apabila sebaran data berada pada garis normal, maka dapat dikatakan bahwa data yang diuji memiliki sebaran yang normal dan sebaliknya jika garis tidak terletak disekitar garis, maka data tidak normal (Sunyoto, 2011). Uji Homogenitas Uji Homoskedastisitas ini pada dasarnya menyatakan bahwa nilai-nilai variabel terikat (Y) bervariasi dalam satuan yang sama. Untuk menguji asumsi ini, dibuat plot antara standardized residual dengan faktor X. Jika tidak terdapat suatu pola dalam plot tersebut maka dikatakan bahwa data tersebut homogen (Sunyoto, 2011). Uji Multikolinieritas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent variable). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas, karena jika hal tersebut terjadi maka variabel-variabel tersebut tidak ortogonal atau terjadi kemiripan. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas bernilai nol. Uji ini untuk menghindari kebiasaan dalam proses pengambilan keputusan mengenai pengaruh parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk mendeteksi apakah terjadi problem multikolinearitas dapat diketahui dengan Variace Inflation Factor (VIF) dan Tolerance. Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas menurut Sunyoto (2011) adalah sebagai berikut : a. Mempunyai nilai VIF disekitar angka 1.
19
b. Mempunyai angka tolerance mendekati 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan Nilai-nilai perusahaan yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan integritas telah tertanam kuat pada segenap insan Bank Syariah Mandiri (BSM) sejak awal pendiriannya. Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, manufaktur perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia. Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing. Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB. Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system). Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999. Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut,
20
PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. Visi dan Misi Perusahaan Profil Perusahaan Profil: Nama: Alamat: Telepon: Faksimili: Situs Web: Tanggal Berdiri: Tanggal Beroperasi: Modal Dasar: Modal Disetor: Kantor Layanan: Jumlah jaringan ATM BSM:
Jumlah Karyawan:
PT Bank Syariah Mandiri Wisma Mandiri I, Jl. MH. Thamrin No. 5 Jakarta 10340 – Indonesia (62-21) 2300 509, 3983 9000 (Hunting) (62-21) 3983 2989 www.syariahmandiri.co.id 25 Oktober 1999 1 November 1999 Rp2.500.000.000.000,Rp1.158.243.565.000,712 kantor, yang tersebar di 33 provinsi di seluruh Indonesia 757 ATM Syariah Mandiri, ATM Mandiri 10,361,ATM Bersama 40,959 unit (includeATM Mandiri danATM BSM), ATM Prima 42,209 unit, EDC BCA 159,703 unit, ATM BCA 9,175 dan Malaysia Electronic Payment System (MEPS) 7,435 unit. 15.354 orang (Per September 2012)
Kepemilikan Saham 1. PT Bank Mandiri: 2. PT Mandiri Sekuritas:
231.648.712 lembar saham (99,999999%) 1 lembar saham (0,000001%).
Visi Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha. Misi Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran pembiayaan pada segmen UMKM 3. Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan kerja yang sehat 4. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal 5. Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang sehat. Shared Values 1. 2.
21
Setelah melalui proses yang melibatkan seluruh jajaran pegawai sejak pertengahan 2005, lahirlah nilai-nilai perusahaan yang baru yang disepakati bersama untuk di-shared oleh seluruh pegawai Bank Syariah Mandiri yang disebut Shared Values Bank Syariah Mandiri. Shared Values Bank Syariah Mandiri disingkat “ETHIC”. Excellence: Berupaya mencapai kesempurnaan melalui perbaikan yang terpadu dan berkesinambungan. Teamwork: Mengembangkan lingkungan kerja yang saling bersinergi. Humanity: Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan religius. Integrity: Menaati kode etik profesi dan berpikir serta berperilaku terpuji. Customer Focus: Memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan untuk menjadikan Bank Syariah Mandiri sebagai mitra yang terpercaya dan menguntungkan. Struktur Organisasi BSM dipimpin oleh seorang direktur utama yang dibantu oleh lima orang direktur yang membidangi bisnis. Masing-masing direktur membawahi bidang bisnis mikro dan kecil, bisnis commercial, bidang koporasi, bidang manajemen resiko, dan bidang kepatuhan. Secara struktural direksi membawahi para kepala divisi di kantor pusat dan pemimpin wilayah di kantor wilayah BSM. Struktur Organisasi BSM Pusat dapat dilihat pada Lampiran 1. Unit kerja di kantor pusat BSM meliputi berbagai bidang bisnis, yang masing-masing dipimpin oleh para kepala divisi dibantu oleh wakil kepala divisi yang membawahi para kepala bagian dan staf. Unit kerja di tingkat wilayah dipimpin oleh pemimpin wilayah yang dibantu oleh wakil pemimpin wilayah, yang membawahi pemimpin cabang yang ada di wilayah tersebut. Unit kerja di kantor cabang BSM dipimpin oleh pemimpin cabang yang dibantu oleh kepala cabang pembantu yang membawahi masing-masing cabang pembantu di wilayah cabang. Struktur organisasi kantor cabang dapat dilihat pada Lampiran 2. Unit kerja kantor cabang pembantu (KCP) dipimpin oleh Kepala KCP yang membawahi para officer (Operational Officer, Account Officer, Officer Gadai dan Kepala Warung Mikro), dan masing-masing officer membawahi pelaksana (Service Assistant, Teller, Back Office, Customer Service, Penaksir Gadai, Analis Mikro dan Marketing Mikro). Struktur organisasi kantor cabang pembantu dapat dilihat pada Lampiran 3.
22
Warung Mikro Warung mikro Bank Syariah Mandiri berdiri pada tahun 2009. Berdasarkan dasar hukum yang ada maka BSM menerbitkan produk layanan pembiayaan mikro dan diterbitkannya Surat Edaran pada bulan Februari 2009. Saat ini oulet warung mikro di seluruh indonesia baik out branch (sales outlet) maupun in branch sebanyak 522 outlet (Bank Syariah Mandiri, 2013). Untuk wilayah Bogor saat ini terdapat 6 outlet in branch dan 1 outlet out branch. Plafon pembiayaan mikro BSM Rp 2.000.000 sampai dengan Rp 100.000.000 dengan jangka waktu pembiayaan maksimum 3 tahun (wiraswasta) dan maksimum 5 tahun (karyawan). Struktur organisasi warung mikro BSM terdiri dari 1 Kepala Warung Mikro (KWM), 1 Asisten Analis Mikro (AAM), 1 Mentor Usaha (MU), 3 Pelaksana Marketing Mikro (PMM), dan 1 Admin Pembiayaan Mikro (APM). Gambar struktur organisasi warung mikro dapat dilihat pada Lampiran 4. Mekanisme Penyaluran Pembiayaan Mikro Produk pembiayaan di Bank Syariah Mandiri bermacam-macam, diantaranya PPR (Pembiayaan Pemilikan Rumah), PPM (Pembiayaan Pemilikan Mobil), Pensiun, Implan (Pembiayaan PNS), PDB (Pembiayaan Dana Berputar), Pembiayaan Komersial, Pembiayaan Mikro dan lain-lain. Karena banyaknya produk pembiayaan di Bank Syariah Mandiri maka mekanisme penyalurannya terdapat beberapa perbedaan. Untuk mekanisme penyaluran pembiayaan warung mikro Bank Syariah Mandiri KCP Merdeka tidak terlepas dari syarat-syarat maupun prosedur yang harus dilengkapi dan dilaksanakan oleh nasabah. Prosedur pengambilan pembiayaan mikro di BSM meliputi beberapa tahap dan semua prosedur penyaluran pembiayaan mikro tidak terlepas dari prinsip 5C (Character, Capacity, Colleteral, Capital, dan Condition Of Economic). Proses pencairan pembiayaan mikro kurang lebih adalah 14 hari kerja setelah permohonan pembiayaan. Secara lebih jelas prosedur penyaluran pembiayaan mikro yang dilakukan oleh Warung Mikro BSM KCP Merdeka adalah sebagai berikut : 1. Persyaratan Awal Calon nasabah harus melengkapi indentitas diri untuk permohonan pembiayaan mikro, yaitu : 1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) suami istri bila sudah menikah 2. Fotokopi Kartu Keluarga (KK) 3. Fotokopi Surat Nikah bila sudah menikah 4. Pas Photo (4x6) sebanyak 1 lembar 5. Surat Keterangan Usaha dari Kelurahan (Wiraswasta) 6. Bon Usaha 3 bulan terakhir 7. Fotokopi Jaminan (BPKB, Akta Jual Beli, Sertipikat) Calon nasabah dapat memilih jumlah serta jangka waktu angsuran yaitu selama 12, 24, dan 36 bulan.
23
2. Pengecekan Data Nasabah Setelah proses pengajuan pembiayaan, selanjutnya dilaksanakan proses pengecekan data nasabah. Dalam hal ini, analis bertugas memeriksa apakah calon nasabah termasuk dalam daftar hitam atau tidak. Lalu analis mengajukan bank checking nasabah yang diketahui oleh kepala warung mikro. Jika data bagus dan sudah lengkap sesuai dengan persyaratan, maka analis dan kepala warung mikro segera melakukan pemeriksaan nasabah. 3. Pemeriksaan Usaha dan Jaminan Nasabah Pemeriksaan terhadap usaha nasabah sangat diperlukan agar dapat meminimalkan resiko pembiyaan yang macet. Pemeriksaan usaha nasabah atau yang biasa dikenal dengan istilah OTS (On The Spot) atau survei biasanya dilakukan oleh analis dan kepala warung mikro. Untuk memperoleh informasi tersebut analis dan KWM (Kepala Warung Mikro) dapat melakukan wawancara langsung dengan nasabah dan lingkungan sekitar. Pada saat survei usaha, analis dan KWM pun sekaligus menilai/taksasi jaminan pembiayaan. Pihak bank melihat dan menilai kembali data-data yang sudah di informasikan nasabah apakah sudah benar dan akurat atau terdapat beberapa yang tidak sesuai. Pemeriksaan terhadap usaha nasabah dapat dibagi atas beberapa aspek, yaitu pemasaran, keuangan, manajemen, dan hukum. Setelah dilakukan survei usaha dan jaminan, analis menuangkan hasilnya pada sebuah nota analisa pembiayaan agar komite dapat memberikan persetujuan terhadap pengajuan pembiayaan. Dalam menganalisa nasabah, analis dan KWM tidak terlepas dari prinsip 5C.
Deskripsi Responden Dalam perealisasian pembiayaan oleh pihak Bank yang mengacu pada prinsip 5C terbagi menjadi tiga deskripsi responden yaitu karakteristik individu, karakteristik usaha dan karakteristik pembiayaan. Data nasabah dalam penelitian ini terdiri dari 112 nasabah produktif (wiraswasta) Warung Mikro BSM KCP Bogor Merdeka yang aktif dari 01 September 2010 sampai dengan 31 Maret 2013. Lalu dilakukan pengolahan data dan terdapat beberapa data yang harus dibuang (pencilan) karena menyebabkan data tidak normal. Data yang dibuang sebanyak 7, sehingga responden yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 105 nasabah. Karakteristik Individu Salah satu prinsip dalam 5 C yaitu Character dan sangat penting dalam persetujuan pembiayaan. Karakteristik individu terbagi menjadi 4 yaitu umur, jenis kelamin, jumlah tanggungan keluarga, dan pendidikan yang menjadi dasar penilaian karakter nasabah. Jenis Kelamin Berdasarkan jenis kelamin, nasabah lebih didominasi oleh responden pria yaitu sebesar 61% atau 64 orang, sedangkan 39% atau 41 orang berjenis kelamin
24
wanita. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Pria 64 61% Wanita 41 39% Sumber : Data primer yang diolah, 2013 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin. Sumber : Data primer yang diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 4, dapat terlihat bahwa nasabah Mikro BSM lebih didominasi oleh pria. Hal ini dapat dipahami karena adanya norma yang berlaku di masyarakat bahwa tugas mencari penghasilan merupakan tugas pria. Usia Usia menjadi kriteria lainnya dalam melihat karakter nasabah. Usia responden nasabah Mikro BSM KCP Bogor Merdeka mayoritas berada pada kisaran usia 31 – 40 tahun (usia produktif). Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia Frekuensi Persentase (%) 21 - 30 thn 16 15% 31 - 40 thn 47 45% 41 - 50 thn 35 33% < 50 thn 7 7% Sumber : Data primer yang diolah, 2013 Karakteristik responden berdasarkan usia untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.
25
Gambar 4 Karakteristik responden berdasarkan usia. Sumber : Data primer yang diolah, 2013 Tingkat Pendidikan Selain faktor jenis kelamin dan usia, tingkat pendidikan juga merupakan faktor yang perlu dilihat dari nasabah Mikro BSM, karena tinggi rendahnya pendidikan sangat mempengaruhi nasabah dalam memahami tata cara atau proses pengajuan pembiayaan sehingga realisasi pembiayaan sangat memungkinkan. Dalam penelitian tingkat pendidikan dibagi menjadi beberapa kategori dari lulusan SD hingga S2. Berdasarkan penelitian terhadap tingkat pendidikan responden yang dilakukan di BSM KCP Bogor Merdeka , diketahui bahwa tingkat pendidikan nasabah sebagian besar adalah SMA sebesar 49%. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dalam dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Frekuensi Persentase(%) SD 5 5% SMP 21 20% SMA 51 49% D3 9 8% S1 17 16% S2 2 2% Sumber : Data primer yang diolah, 2013 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan Sumber : Data primer yang diolah, 2013
26
Berdasarkan hasil penelitian, responden memiliki tingkat pendidikan yang beragam, akan tetapi mayoritas responden berpendidikan SMA, sehingga responden mudah dalam memahami proses pembiayaan mikro di BSM KCP Bogor Merdeka. Karakteristik Usaha Karakteristik usaha sangat berpengaruh terhadap persetujuan pembiayaan. Dalam prinsip 5C biasa dikenal dengan sebutan Capacity yaitu kemampuan nasabah dalam mengelola usahanya dan menyangkut kemampuan nasabah untuk membayar kewajibannya. Karakteristik usaha dibagi menjadi 3 yaitu lama usaha, tingkat laba bersih per bulan, dan jenis usaha. Jumlah Tanggungan Keluarga Yang termasuk jumlah tanggungan dalam keluarga antara lain jika dia seorang pria maka tanggungan keluarganya adalah istri dan anak-anak. Jika dia seorang wanita dan suaminya memiliki penghasilan maka tanggungan keluarga yang dihitung hanya anak-anak, tetapi jika suami tidak memiliki penghasilan maka suami pun dihitung menjadi tanggungan keluarga. Jumlah tanggungan keluarga faktor yang perlu diperhitungkan dalam realiasasi pembiayaan. Karena semakin sedikit tanggungan maka semakin sedikit pula biaya yang harus dikeluarkan oleh nasabah, begitupun sebaliknya. Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Jumlah Tanggungan Frekuensi Persentase (%) <1 2 2% 1-2 44 42% 3-4 49 46% >= 5 10 10% Sumber : Data primer yang diolah, 2013 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga Sumber : Data primer yang diolah, 2013.
27
Lama Usaha Lama usaha juga merupakan faktor yang penting dalam realisasi pembiayaan mikro, karena menurut asumsi bahwa semakin lama usaha yang dijalankan oleh nasabah maka akan semakin besar kemungkinan disetujuinya pengajuan pinjaman. Persyaratan pengajuan pembiayaan mikro adalah minimal usaha sudah berjalan 2 tahun. Karakteristik responden berdasarkan lama usaha dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha Lama Usaha Frekuensi Persentase (%) < 5 tahun 63 60% 5 - 10 tahun 31 29% 11 - 15 tahun 8 8% 16 - 20 tahun 2 2% > 20 tahun 1 1% Sumber : Data primer yang diolah, 2013 Karakteristik responden berdasarkan lama usaha untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Karakteristik responden berdasarkan lama usaha. Sumber : Data primer yang diolah, 2013 Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa usaha-usaha yang sudah lama cenderung jarang mengajukkan pembiayaan ke Bank, karena usaha sudah stabil atau karena mereka membutuhkan pembiayaan di atas Rp 100.000.00 atau kebutuhan mereka adalah pembiyaan komersial. Karakteristik responden berdasarkan lama usaha didominasi oleh usaha-usaha yang baru berjalan tetapi sudah di atas 2 tahun. Usaha-usaha baru tersebut memang perlu dibantu oleh bank agar semakin besar dan kokoh. Laba Bersih Per Bulan Faktor selanjutnya yang di analisa adalah laba bersih per bulan. Faktor ini sangat menentukkan kelancaran pembayaran nasabah dan salah satu faktor penting agar pembiayaan dapat disetujui oleh pihak bank. Laba bersih dihitung dari omzet (laba kotor) dari usaha dikurangi oleh HPP (Harga Pokok Produksi)
28
dan biaya operasional sehingga menghasilkan laba bersih. Karakteristik responden berdasarkan tingkat laba bersih per bulan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Laba Bersih Per Bulan Laba Per Bulan Frekuensi Persentase (%) >1 juta 4 4% 1 juta-5 juta 66 62% >5 juta-10 juta 23 22% >10 juta-15 juta 9 9% >15 juta 3 3% Sumber : Data primer yang diolah, 2013 Karakteristik responden berdasarkan tingkat laba bersih per bulan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 8.
9%
3% 4%
22%
62%
<1 juta >10 juta-15 juta
1 juta-5 juta >15 juta
>5 juta-10juta
Gambar 8 Karakteristik responden berdasarkan tingkat laba per bulan. Sumber : Data primer yang diolah, 2013 Berdasarkan analisa di atas, responden BSM KCP Bogor Merdeka memiliki laba bersih mayoritas berkisar antara Rp 1.000.000 sampai dengan Rp 5.000.000 sebesar 62%. Laba bersih nasabah yang kurang dari Rp 1.000.000 sebesar 4%, laba bersih nasabah di atas Rp 5.000.000 sampai dengan Rp 10.0000.000 sebesar 22%, laba bersih nasabah di atas Rp 10.000.000 sampai dengan Rp 15.000.000 sebesar 9%, dan pendapatan nasabah di atas Rp 15.000.000 sebesar 3%. Dapat terlihat bahwa masih banyak pengusaha mikro yang memiliki laba bersih di bawah Rp 1.000.000 yang belum menerima pembiayaan mikro di BSM KCP Bogor Merdeka. Jenis Usaha Dalam menilai usaha nasabah dapat terlihat dari jenis usaha yang nasabah jalankan. Jenis usaha dibagi menjadi 3, yaitu perdagangan, manufaktur dan jasa. Karakteristik responden berdasarkan jenis usaha dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha Jenis Usaha Frekuensi Persentase (%) Perdagangan 64 61% Manufaktur 26 25%
29
Jasa 15 14% Sumber : Data primer yang diolah, 2013 Karakteristik responden berdasarkan jenis usaha untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Karakteristik responden berdasarkan jenis usaha. Sumber : Data primer yang diolah, 2013. Dari hasil analisa diperoleh hasil bahwa responden di BSM KCP Bogor Merdeka mayoritas berada pada jenis usaha perdagangan yaitu sebesar 61%. Untuk manufaktur sebesar 25% dan jasa sebesar 14%. Mayoritas nasabah mikro menjalankan jenis usaha perdagangan dengan rata-rata terbanyak memiliki usaha warung sembako. Hal tersebut terjadi karena letak BSM KCP Bogor Merdeka sangat dekat dengan pasar, diantaranya pasar anyar, pasar merdeka, pasar gunungbatu dan merupakan jalur berbagai angkutan umum sehingga pedagang banyak yang melewati kantor BSM KCP Bogor Merdeka. Karakteristik Pembiayaan Karakteristik pembiayaan dibagi menjadi 4, yaitu frekuensi pinjaman, jumlah pembiayaan yang diajukan, nilai agunan (collateral), dan jenis penggunaan pembiayaan. Frekuensi Pinjaman Dalam menilai karakater nasabah dapat dilihat dari frekuensi pinjamannya. Pada saat pengajuan maka dapat terlihat melalui Bank Checking banyaknya pinjaman yang dimiliki oleh nasabah. Dan dapat terlihat kelancaran nasabah dalam melakukan pembayaran angsuran. Karakteristik responden berdasarkan frekuensi pinjaman dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11 Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Pinjaman Frekuensi Pinjaman Frekuensi Persentase (%) 1-3 78 74% 4-6 21 20% 7-9 5 5% >9 1 1% Sumber : Data primer yang diolah, 2013
30
Karakteristik responden berdasarkan frekuensi pinjaman untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Karakteristik responden berdasarkan frekuensi pinjaman Sumber : Data primer yang diolah, 2013 Jumlah Pembiayaan yang Diajukan Faktor berikutnya yang mempengaruhi realisasi pembiayaan adalah jumlah pembiayaan yang diajukan oleh nasabah. Jumlah pembiayaan yang diajukan merupakan dasar bagi bank untuk memberi penilaian apakah nasabah berhak menerima berdasarkan pengajuan. Untuk itu bank harus benar dalam menganalisa kebutuhan nasabah, karena dikhawatirkan adanya side streaming. Karakteristik responden berdasarkan jumlah pembiayaan yang diajukan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Pembiayaan yang Diajukan Jumlah Pembiyaan Frekuensi Persentase (%) <= 20 juta 65 62% 21 juta – 40 juta 25 24% 41 juta – 60 juta 5 5% 61 juta – 80 juta 1 1% 81 juta – 100 juta 9 8% Sumber : Data primer yang diolah, 2013 Karakteristik responden berdasarkan jumlah pembiayaan yang diajukan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 11. 1% 5%
8%
62%
24% <= 20juta
21-40juta
41-60juta
61-80juta
81-100juta
31
Gambar 11 Karakteristik responden berdasarkan jumlah pembiayaan yang diajukan Sumber : Data primer yang diolah, 2013. Berdasarkan hasil olahan responden di BSM KCP Merdeka, bahwa mayoritas nasabah mengajukan pembiayaan di bawah Rp 20.000.000 yaitu sebesar 61%. Terlihat bahwa sebagian besar responden adalah usaha mikro yang membutuhkan modal yang tidak terlalu besar guna menunjang usaha kecilnya agar tetap stabil dan dapat berkembang. Nilai Agunan Nilai agunan merupakan salah satu kriteria terpenting dalam pengajuan pembiayaan, karena semakin besar nilai agunan maka semakin mungkin realisasi pembiayaan dapat terpenuhi. Tetapi dalam pembiayaan pada umumnya, agunan merupakan second way out. Ketika nasabah tidak mampu membayar angsurannya ke bank maka agunan dapat dijual guna pelunasan hutangnya pada bank. Karakteristik responden berdasarkan nilai agunan dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13 Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Agunan Nilai Agunan
Frekuensi
Persentase (%)
<= 20 juta 53 52% >20 juta – 50 juta 30 29% >50 juta – 80 juta 9 8% >80 juta – 100 juta 5 4% > 100 juta 8 7% Sumber : Data primer yang diolah, 2013 Karakteristik responden berdasarkan nilai agunan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 12. 4%
7%
8%
<= 20juta
52%
29% >20-50juta
>50-80juta
>80-100juta
>100juta
Gambar 12 Karakteristik responden berdasarkan nilai agunan Sumber : Data primer yang diolah, 2013. Mayoritas nasabah mikro BSM KCP Bogor Merdeka memiliki nilai agunan sebesar <= Rp 20.000.000. Hal tersebut terjadi karena rata-rata realisasi berada pada kisaran Rp 20.000.000 dan pengusaha mikro memang belum memiliki banyak asset dengan nilai yang besar.
32
Jenis Penggunaan Pembiayaan Jenis penggunaan pembiayaan di bagi menjadi dua, yaitu produktif dan konsumtif. Yang dimaksud dengan produktif adalah penggunaan pembiayaan untuk modal usaha atau investasi. Konsumtif adalah penggunaan pembiayaan untuk hal konsumtif, contohnya renovasi rumah, sekolah, dan lain sebagainya. Karakteristik responden berdasarkan jenis penggunaan pembiayaan dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Penggunaan Pembiayaan Jenis Penggunaan
Frekuensi
Produktif 103 Konsumtif 2 Sumber : Data primer yang diolah, 2013
Persentase (%) 88% 2%
Karakteristik responden berdasarkan jenis penggunaan pembiayaan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13 Karakteristik responden berdasarkan jenis penggunaan pembiayaan Sumber : Data primer yang diolah, 2013. Penggunaan pembiayaan yang diajukan oleh pengusah mikro mayoritas memang digunakan untuk usaha (produktif) dan hanya sebagian kecil yang mengajukan pembiayaan yang digunakan untuk konsumtif. Hal tersebut terjadi karena pengusaha miko memiliki visi dan misi untuk pengembangan usaha sehingga mayoritas pengusaha mikro mengajukan pembiayaan pada bank hanya untuk usahanya saja. Analisis Realisasi Pembiayaan Mikro Pada PT Bank Syariah Mandiri KCP Bogor Merdeka Dalam penelitian ini terdapat sebelas faktor yang diduga mempengaruhi realisasi pembiayaan mikro di BSM KCP Bogor Merdeka, yaitu Umur (X1), Jenis Kelamin (X2), Jumlah Tanggungan Keluarga (X3), Pendidikan (X4), Lama Usaha (X5), Tingkat Laba Bersih Per Bulan (X6), Jenis Usaha (X7), Frekuensi Pinjaman
33
(X8), Jumlah Pembiayaan yang Diajukan (X9), Nilai Agunan (X10), dan Jenis Penggunaan Pembiayaan (X11). Untuk membuat persamaan regresi linier berganda diperlukan beberapa asumsi mendasar, yaitu normalitas, homogenitas, multikolinieritas dan autokorelasi. Untuk hasil dari pengolahan menunjukkan bahwa data memiliki sebaran normal (lampiran 5). Dan untuk asumsi homogenitas terpenuhi dalam gambar residual plots (versus fits) pada lampiran 5 yang memiliki lebar pitaan sama, sehingga dapat dikatakan bahwa data yang diuji homogen. Interpretasi Variabel-Variabel Dependen dan Independen Dalam penelitian ini terdapat satu variabel dependen dan sebelas variabel independen. Pada saat dilakukan pengujian dari variabel-variabel tersebut ada salah satu variabel yang menghasilkan data yang kurang akurat dengan kondisi pada kenyataan. Hasil tersebut dapat terlihat pada hasil pengujian model regresi pada Tabel 15. Tabel 15 Hasil Pengujian Model Regresi Linier Berganda (I) Predictor Coef SE Coef T Constant 1560788 3216973 0,49 Umur 38618 71143 0,54 DJ(jenis kelamin) -2728189 1118084 -2,44 Jumlah Tanggungan Keluarga -132867 459107 -0,29 DP1(pendidikan) 1577882 2538428 0,62 DP2 108737 1708047 0,06 DP3 452560 1401943 0,32 DP4 527294 2143145 0,25 Lama Usaha (tahun) 199513 111815 1,78 Tingkat laba bersih per bln 0,2665 0,1310 2,03 DU1(jenis usaha) -3377725 1525429 -2,21 DU2 -593201 1811711 -0,33 Frekuensi Pinjaman 95077 277940 0,34 Jumlah Pembiayaan yang diajukka 0,48929 0,03254 15,04 Nilai Agunan 0,08978 0,02155 4,17 DPP 11272698 3610872 3,12 R-Sq(adj) = 93,1% S = 4694554 R-Sq = 94,1%
P 0,629 0,589 0,017 0,773 0,536 0,949 0,748 0,806 0,078 0,045 0,029 0,744 0,733 0,000 0,000 0,002
VIF 1,366 1,418 1,654 1,392 2,224 2,341 1,715 1,426 1,630 2,614 2,987 1,347 3,691 3,220 1,161
Dari hasil di atas diperoleh bahwa variabel yang tidak sesuai adalah DPP (jenis penggunaan pembiayaan) menghasilkan positif untuk penggunaan konsumtif. Artinya jika pengajuan nasabah konsumtif maka realisasi pembiayaan akan naik karena bernilai positif, tetapi pada kenyataan bank akan lebih merealisasi jika kebutuhan nasabah untuk produktif. Hal tersebut terjadi karena data yang diperoleh berbanding jauh yaitu 2 : 103, sehingga faktor jenis penggunaan pembiayaan dihilangkan dan menghasilkan hasil olahan regresi berganda yang dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Hasil Pengujian Model Regresi Linier Berganda (II) Predictor Constant Umur DJ (jenis kelamin) Jumlah Tanggungan Keluarga DP1 (pendidikan) DP2
Coef 3118844 1621 -2035874 -258883 1945254 -50376
SE Coef 3328863 73479 1147885 479036 2656051 1788319
T 0,94 0,02 -1,77 -0,54 0,73 -0,03
P 0,351 0,982 0,080** 0,590 0,466 0,978
VIF 1,328 1,362 1,642 1,389 2,222
34
DP3 585002 1467811 DP4 75110 2239732 Lama Usaha (tahun) 196370 117117 Tingkat laba bersih per b 0,2715 0,1372 -3270250 1597424 DU1 (jenis usaha) DU2 -935714 1894217 288225 Frekuensi Pinjaman -27226 Jumlah Pembiayaan yang diajukka 0,50981 0,03338 0,08217 0,02243 Nilai Agunan S = 4917373 R-Sq = 93,4% R-Sq(adj) = 92,4%
0,40 0,03 1,68 1,98 -2,05 -0,49 -0,09 15,27 3,66
0,691 0,973 0,097** 0,051** 0,044* 0,623 0,925 0,000* 0,000*
2,339 1,707 1,426 1,630 2,613 2,976 1,320 3,540 3,178
Ket : (*),(**) signifikan pada taraf nyata 5% dan 10% Dalam penelitian ini nilai VIF pada masing-masing variabel tertinggi yaitu jumlah pembiayaan yang diajukkan sebesar 3,540. Karena nilai VIF lebih kecil dari 10, maka tidak terdapat hubungan yang kuat antara variabel bebas atau masing-masing variabel bebas tidak saling mempengaruhi satu sama lainnya (bebas multikolinieritas). Untuk uji autokorelasi dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Hasil Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
0.046462 0.110964
Prob. F(2,87) Prob. Chi-Square(2)
0.9546 0.9460
Dari hasil analisis pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa, H0: tidak ada serial correlation (autokorelasi), H1: ada serial correlation (autokorelasi), sehingga tolak H0 jika Prob.chi-square(2) lebih dari alpha 5%. Berdasarkan hasil di atas maka tidak tolak H1 atau terima H0 artinya tidak ada autokorelasi. Uji F (simultan) Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikatnya. Tabel 18 Hasil Uji F Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 14 90 104
SS 3,09469E+16 2,17625E+15 3,31231E+16
MS 2,21049E+15 2,41806E+13
F 91,42
P 0,000
Dari hasil analisis pada Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa secara simultan variable umur, jenis kelamin, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan, lama usaha, tingkat laba bersih per bulan, jenis usaha, frekuensi pinjaman, jumlah pembiayaan yang diajukan, dan nilai agunan berpengaruh secara signifikan terhadap realisasi pembiayaan, karena nilai p-value (0.000) < alpha (0.05) maka tolak Ho sehingga minimal ada satu variable atau peubah bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tidak bebas (Realisasi Pembiayaan).
35
Uji T (parsial) Uji t digunakan untuk menguji signifikansi regresi masing-masing variabel independen. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikan yang diharapkan (α = 5% dan α = 10%), maka terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel dependen dengan independennya. Berdasarkan hasil uji t diketahui variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi realisasi pembiayaan mikro pada BSM KCP Bogor Merdeka. Berdasarkan hasil penelitian (tabel 16) pada α = 5% terdapat tiga variabel yang mempengaruhi realisasi pembiayaan yaitu jenis usaha (perdagangan), jumlah pembiayaan yang diajukan dan nilai agunan dengan nilai p-value berturut-turut (0,044; 0,000; 0,000). Pada α = 10% terdapat enam variabel yang mempengaruhi realisasi pembiayaan yaitu jenis kelamin, lama usaha, tingkat laba bersih per bulan, jenis usaha (perdagangan), jumlah pembiayaan yang diajukan dan nilai agunan dengan p-value berturut-turut (0,080; 0,097; 0,051, 0,044; 0,000; 0,000). Uji R2 (Koefisien Determinasi) Uji R2 menunjukkan seberapa besar model mampu menjelaskan variabilitas variabel independen. R2 adalah koefisien determinasi yang mengukur besarnya pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dari hasil penelitian pada Tabel 16 diketahui bahwa R-Sq(adj) = 92,4% yang artinya kemampuan seluruh variabel X mampu menjelaskan secara nyata keragaman perealisasian pembiayaan sebesar 92,4%, sedangkan sisanya sebesar 7,6% dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Variabel Dependen Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah jumlah realisasi pembiayaan mikro pada PT Bank Syariah Mandiri KCP Bogor Merdeka. Untuk plafon mikro sendiri maksimum Rp 100.000.000. Dan untuk besaran realisasi pembiayaan mikro berfluktuatif dan rata-rata realisasi pembiayaan mikro berdasarkan penelitian adalah Rp 19.016.190. Variabel Independen Dalam penelitian ini variabel independen yang mempengaruhi realisasi pembiayaan mikro pada α = 10% terdapat enam variabel yaitu jenis kelamin, lama usaha, tingkat laba bersih per bulan, jenis usaha (perdagangan), jumlah pembiayaan yang diajukan, dan nilai agunan. Berdasarkan hasil analisa regresi dari data panel pada Tabel 16 dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut: Y = 3118844 + 1621 Umur (X1) - 2035874 DJ (jenis kelamin (X2)) - 258883 Jumlah Tanggungan Keluarga (X3) + 1945254 DP1 (pendidikan (X4)) - 50376 DP2 (X4) + 585002 DP3 (X4) + 75110 DP4 (X4) + 196370 Lama Usaha (tahun) (X5) + 0,272 Tingkat laba bersih per bln (X6) - 3270250 DU1(jenis usaha (X7)) -
36
935714 DU2 (X7) - 27226 Frekuensi Pinjaman (X8) + 0,510 Jumlah Pembiayaan yang diajukan (X9) + 0,0822 Nilai Agunan (X10). Keterangan : X1 = Umur X2 = Jenis Kelamin. Dummy 1 = perempuan dan 0 = laki-laki X3 = Jumlah Tanggungan Keluarga X4 = Pendidikan. DP1 : 1 = SD, 0 = selain SD DP2 : 1 = SMP, 0 = selain SMP DP3 : 1 = SMA, 0 = selain SMA DP4 : 1 = D3, 0 = selain D3 X5 = Lama Usaha X6 = Tingkat Laba Bersih per Bulan X7 = Jenis Usaha. DU1 : 1 = perdagangan, 0 = selain perdagangan DU2 : 1 = manufaktur, 0 = selain manufaktur X8 = Frekuensi Pinjaman X9 = Jumlah Pembiayaan yang Diajukan X10 = Nilai Agunan Dari persamaan regresi di atas, maka dapat diinterprestasikan untuk masingmasing variabel yang mempengaruhi realisasi pembiayaan mikro sebagai berikut : 1. Jenis kelamin Berdasarkan tabel 16, jenis kelamin termasuk salah satu faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan. Variabel jenis kelamin adalah variabel dummy yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Arti dari model regresi untuk jenis kelamin adalah jika jenis kelamin adalah perempuan maka realisasi pembiayaan akan turun sebesar 2035874. Hal tersebut terjadi pada kondisi sebenarnya karena laki-laki merupakan penanggung jawab keluarga sehingga laki-laki berperan sebagai pencari nafkah bagi keluarganya sedangkan perempuan dikhawatirkan tidak fokus pada usaha karena berperan juga sebagai ibu rumah tangga, sehingga realisasi pembiayaan untuk perempuan akan lebih rendah daripada laki-laki. 2. Lama usaha Arti dari model regresi untuk lama usaha adalah jika lama usaha naik sebesar satu satuan maka realisasi pembiayaan akan naik sebesar 196370. Hal tersebut terjadi pada kondisi sebenarnya karena semakin lama usaha akan semakin matang debitur dalam mengelola usahanya sehingga pengalaman dalam mengelola usaha akan berpergaruh terhadap kelangsungan usaha debitur. 3. Tingkat laba bersih per bulan Arti dari model regresi untuk tingkat laba bersih per bulan adalah jika tingkat laba bersih per bulan naik sebesar satu satuan maka realisasi pembiayaan naik sebesar 0,272. Hal tersebut terjadi pada kondisi sebenarnya karena semakin tinggi laba bersih per bulan akan semakin besar pula tingkat kemampuan membayar pinjaman debitur.
37
4. Jenis usaha (perdagangan) Arti dari model regresi untuk jenis usaha perdagangan adalah jika jenis usaha adalah perdagangan maka realisasi pembiayaan akan turun sebesar 3270250. Hal tersebut terjadi pada kondisi sebenarnya karena dikhawatirkan dalam usaha perdagangan debitur memiliki banyak stock dan terjadi penumpukan karena tidak laku dan jenis usaha perdagangan tidak mengandung sesuatu yang unik karena banyak yang menjalankan usaha sejenis serta memiliki banyak pesaing. Sehingga jika usaha debitur adalah perdagangan maka realisasi pembiayaan akan turun dibandingan jika jenis usaha debitur manufaktur atau jasa. 5. Jumlah pembiayaan yang diajukan Arti dari model regresi untuk jumlah pembiayaan yang diajukan adalah jika jumlah pembiayaan naik sebesar satu satuan maka realisasi pembiayaan naik sebesar 0,510. Hal tersebut terjadi pada kondisi sebenarnya karena ketika debitur mengajukan bank akan menyetujui pembiayaan yaitu sebesar 85% dari kebutuhan nasabah, maka ketika debitur mengajukan tinggi maka realisasi pembiayaan akan naik. 6. Nilai agunan Arti dari model regresi untuk nilai agunan adalah jika nilai agunan naik sebesar satu satuan maka realisasi pembiayaan akan naik sebesar 0,0822. Hal tersebut terjadi pada kondisi sebenarnya karena semakin besar nilai agunan akan semakin besar tanggung jawab debitur dalam melakukan pembayaran pinjaman pembiayaan yang diajukan dan untuk agunan sebagai second way out harus mengcover pinjaman > 100%. Sehingga jika nilai agunan besar maka realisasi pembiayaan akan naik. Implikasi Manajerial Implikasi manajerial dari hasil penelitian ini untuk BSM sendiri adalah karena dapat diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi pembiayaan mikro maka seorang analis mikro dapat memfokuskan analisa pembiayaan pada faktor jenis kelamin, lama usaha, tingkat laba bersih per bulan, jenis usaha, jumlah pembiayaan yang diajukan, dan nilai agunan sehingga proses SLA (Service Level Agreement) dapat tercapai yaitu maksimal 3 hari dan pencapaian target mikro dapat cepat tercapai.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan a. Karakteristik debitur pembiayaan mikro BSM KCP Bogor Merdeka didominasi oleh pria, dan usia nasabah mayoritas pada usia 31-40 tahun. Tingkat pendidikan mayoritas adalah SMA (Sekolah Menengah Atas). Jumlah tanggungan keluarga rata-rata adalah 3-4 orang biasanya terdiri dari suami/istri dan anak. Lama usaha nasabah mikro BSM KCP Bogor Merdeka sudah di atas
38
2 tahun dan mayoritas < 5 tahun. Untuk laba bersih per bulan nasabah mayoritas adalah Rp 1.000.000-Rp 5.000.000. Jenis usaha didominasi oleh sektor perdagangan. Mayoritas frekuensi pinjaman nasabah adalah 1-3 kali. Dan jumlah pembiayaan yang diajukan <= Rp 20.000.000. Nilai agunan dari nasabah mayoritas <= Rp 50.000.000 karena pembiayaan yang diajukan tidak terlalu besar dan rata-rata asset pengusaha mikro memang tidak terlalu besar. Dan untuk jenis penggunaan pembiayaan banyak digunakan untuk produktif (modal usaha atau investasi) dibandingkan untuk konsumtif. b. Berdasarkan hasil penelitian pada α = 5% terdapat tiga variabel yang mempengaruhi realisasi pembiayaan yaitu jenis usaha (perdagangan), jumlah pembiayaan yang diajukan dan nilai agunan dengan nilai p-value berturut-turut (0,044; 0,000; 0,000). Pada α = 10% terdapat enam variabel yang mempengaruhi realisasi pembiayaan yaitu jenis kelamin, lama usaha, tingkat laba bersih per bulan, jenis usaha (perdagangan), jumlah pembiayaan yang diajukan dan nilai agunan dengan p-value berturut-turut (0,080; 0,097; 0,051, 0,044; 0,000; 0,000). c. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan mikro pada PT Bank Syariah Mandiri KCP Bogor Merdeka yaitu jenis kelamin, lama usaha, tingkat laba bersih per bulan, jenis usaha (perdagangan), jumlah pembiayaan yang diajukan dan nilai agunan. Saran a. BSM KCP Bogor Merdeka diharapkan dapat lebih memfokuskan pada beberapa faktor yaitu jenis kelamin, lama usaha, tingkat laba bersih per bulan, jenis usaha (perdagangan), jumlah pembiayaan yang diajukan dan nilai agunan agar mendapatkan calon nasabah yang berkualifikasi baik dan perealisasian pembiayaan mikro cepat tercapai. b. BSM KCP Bogor Merdeka diharapkan dapat memperluas jaringan outlet warung mikro dan tetap menjaga nasabah mikro BSM dengan mengadakan kegiatan pembinaan nasabah. c. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas penelitian yaitu dengan meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan mikro pada PT Bank Syariah Mandiri KCP Bogor Merdeka. DAFTAR PUSTAKA [BI] Bank Indonesia. 2008. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah [Internet]. [diunduh 2013 September 12]. Tersedia pada : http//www.bi.go.id/uu/UU20Tahun2008UMKM/. [BI] Bank Indonesia. 2006. Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah [Internet]. [diunduh 2103 September 12]. Tersedia pada : http://www.bi.go.id/peraturan/perbankan/. Dendawijaya L. 2005. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua. Cetakan Kedua. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.
39
[DEPKEU] Departemen Keuangan. 1998. Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 [Internet]. [diunduh pada 2013 September 12]. Tersedia pada : http://www.sjdih.depkeu.go.id/FullText/10Tahun~1998UU.htm. Gujarati D. 2007. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta (ID): Erlangga. Iriawan N dan Astuti SP. 2006. Mengolah Data Statistik Dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Yogyakarta (ID): CV Andi Offset. Kasmir. 2013. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. Cetakan Keduabelas. Jakarta (ID): Raja Grapindo Persada. Komarudin S. 2004. Strategi Manajemen Bisnis Perbankan Konsep dan Implementasi untuk Bersaing. Bandung (ID): Kappa-Sigma. Lubis AM dan Rachmina D. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi dan Pengembalian Kredit Usaha Rakyat. Forum Agribisnis Volume 1 (Nomor 2) : 112-131. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Mulyarto EP. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kredit Usaha Rakyat (KUR) Di Bank Rakyat Indonesia Unit Leuwiliang Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nazir M. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. Sunyoto D. 2011. Analisis Regresi Dan Uji Hipotesis. Yogyakarta (ID): CAPS.
40
40 Lampiran 1 Struktur Organisasi Kantor Pusat
41
Mentor Usaha
Kepala Warung Mikro
Lampiran 2 Struktur Organisasi Kantor Cabang
Officer Gadai
Penaksir
Assistant Analis Mikro
Marketing Mikro
Admin. Pembiayaan Mikro
41
42
42
Mentor Usaha
Kepala Warung Mikro
Penaksir
Assistant Analis Mikro
Marketing Mikro
Admin. Pembiayaan Mikro
Lampiran 3 Struktur Organisasi Kantor Cabang Pembantu
Officer Gadai
43
Lampiran 4 Struktur Organisasi Warung Mikro
Mentor Usaha
Kepala Warung Mikro
Assistant Analis Mikro
Admin. Pembiayaan Mikro
Marketing Mikro
Lampiran 5 Hasil Normalitas Data dan Hasil Homogenitas Data Probability Plot of Realisasi Pembayaan Normal
99,9
Mean StDev N KS P-Value
99 95 90
-1,59123E-08 4574438 105 0,047 >0,150
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0,1 -15000000
-10000000
-5000000
0
RESI3
5000000
10000000
15000000
Residual Plots for Realisasi Pembiayan Normal Probability Plot
Versus Fits
99,9
10000000
90
Residual
Percent
99
50 10 1 0,1
5000000 0 -5000000 -10000000
-10000000
0 Residual
0
10000000
Residual
Frequency
100000000
Versus Order
15 10 5
2 -1
75000000
10000000
20
00 00 00
50000000
Fitted Value
Histogram
0
25000000
5000000 0 -5000000 -10000000
0 0 00 00 00 00 0 0 -8 -4
0
Residual
0 00 00 0 4
80
0 00 00
1 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Observation Order
44
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat, pada tanggal 04 Agustus 1986. Penulis merupakan anak bungsu dari 4 bersaudara dari ayahanda Ali Bawahab dan ibunda Jauharoh Thalib. Penulis memulai pendidikan mulai dari TK Al-Irsyad Bogor dan lulus pada tahun 1993, kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Dasar Al-Irsyad Bogor dan lulus pada tahun 1999. Pendidikan menengah penulis selesaikan pada tahun 2002 di SLTP Negeri 7 Bogor. Pendidikan tingkat atas dapat diselesaikan pada tahun 2005 di SMA Plus YPHB (Yayasan Persaudaraan Haji Bogor) dan pada tahun yang sama penulis langsung melanjutkan pendidikan di Program Keahlian Diploma 3 Manajemen Informatika, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Kemudian pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan S1 pada Program Sarjana Alih Jenis, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.