ANALISIS RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH WARUNG MIKRO PRODUKTIF BANK SYARIAH MANDIRI KCP DRAMAGA BOGOR
RIEZKY NOVYANDIKA
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko Pembiayaan Murabahah Warung Mikro Produktif Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2016 Riezky Novyandika NIM H54120039
ABSTRAK RIEZKY NOVYANDIKA. Analisis Risiko Pembiayaan Murabahah Warung Mikro Produktif Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga. Dibimbing oleh DEDI BUDIMAN HAKIM. Kemiskinan dan pengangguran menjadi permasalahan multidimensi yang mengganggu kesejahteraan penduduk Indonesia. Pemberdayaan usaha mikro dan kecil menjadi solusi untuk menanggulangi permasalahan tersebut. Namun usaha mikro dan kecil tidak berkembang dengan baik karena mengalami keterbatasan permodalan, aset, dan agunan, sehingga tidak bankable dan sulit untuk mendapatkan pembiayaan dari lembaga keuangan formal. Pemerintah mengeluarkan kebijakan bahwa bank umum wajib memberikan pembiayaan usaha mikro dan kecil. Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga merupakan salah satu bank yang memberikan pembiayaan usaha mikro dan kecil melalui pembiayaan murabahah Warung Mikro Produktif. Diperlukan manajemen risiko yang baik untuk meminimalisir peluang kerugian dari risiko pembiayaan default. Berdasarkan temuan pada penelitian dengan menggunakan metode CreditRisk+, nilai expected loss adalah sebesar Rp162 411 655.3 dan 2 nasabah berpeluang untuk default dengan total potential loss Rp53 000 000 (0.76%) dari total exposure Rp6 936 266 368. Kata Kunci: Analisis Risiko, CreditRisk+, Pembiayaan Murabahah, Usaha Mikro dan Kecil
ABSTRACT RIEZKY NOVYANDIKA. Risk Analysis of Murabaha Financing in Warung Mikro Produktif Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga. Supervised by DEDI BUDIMAN HAKIM. Poverty and unemployment are multidimensional problems. They distract Indonesian’s welfare. Micro, Small Enterprises (MSEs) empowerment is a solution to alleviate poverty and overcome unemployment problems. But MSEs are not able to develop properly because they have capital, asset, and collateral limitations. MSEs is not bankable, risky to default and difficult to get financing from formal financial institution because of those factors. The central bank provided policies to support MSEs development by requesting banks to facilitate MSEs financing. Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga is one of banks that facilitates MSEs financing through a product named Warung Mikro Produktif in Murabaha scheme. Good corporate governance is needed to minimize a probability of loss of default risk. This research used CreditRisk+ method. The result of this research discovered that the value of expected loss is Rp162 411 655.3 and 2 creditors have probability to default with potential loss value of Rp53 000 000 (0.76%) of the total exposure in Warung Mikro Produktif financing is Rp6 936 266 368. Keywords: CreditRisk+, Micro and Small Enterprises, Murabaha Financing, Risk Analysis
ANALISIS RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH WARUNG MIKRO PRODUKTIF BANK SYARIAH MANDIRI KCP DRAMAGA BOGOR
RIEZKY NOVYANDIKA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2016 ini berjudul Analisis Risiko Pembiayaan Murabahah Warung Mikro Produktif Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, khususnya kepada: 1. Bapak Dr Ir Dedi Budiman Hakim, MA Ec selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah membimbing dan memberikan kritik dan saran kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Dr Irfan Syauqi Beik, SP MSc Ec selaku dosen penguji utama dan ibu Heni Hasanah SE MSi selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Bapak Misja, Ibu Nunung Ratnaningsih dan Acep Rhieza Wardhany selaku keluarga penulis yang telah selalu mendoakan dan mendukung penulis untuk menyelesaikan studi sarjana ini. 4. Bapak Rahardian Riza selaku Kepala Cabang Pembantu, Bapak Tiar Rachman selaku Pimpinan Unit Warung Mikro dan Ibu Rosi selaku Bagian Administrasi Warung Mikro yang telah mengizinkan penulis melaksanakan penelitian di Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga. 5. Teman-teman satu bimbingan, Aisyah Nur Rachma dan Ririn Istiqamah yang telah memberikan kritik, saran, bantuan, serta motivasi untuk bersama-sama menyelesaikan skripsi ini. Semoga karya skripsi ini dapat bermanfaat. Bogor, Juli 2016 Riezky Novyandika
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
ix
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
6
Manfaat Penelitian
6
Ruang Lingkup Penelitian
7
TINJAUAN PUSTAKA
7
Tinjauan Teori-Teori
7
Penelitian Terdahulu
16
Kerangka Pemikiran Operasional
18
METODE PENELITIAN
20
Jenis dan Sumber Data
20
Waktu dan Lokasi Pengambilan Data
20
Metode Pengumpulan Data
21
Metode Analisis Data
21
GAMBARAN UMUM
24
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
24
Karakteristik Nasabah Warung Mikro Produktif
27
HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Kerugian Risiko Pembiayaan Murabahah Warung Mikro Produktif Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga
32 32
Pengumpulan dan Pengolahan Data
32
Penyusunan Exposure dan Pengelompokan Band dan Kelas
32
Penentuan Nilai Probability of Default
33
Penghitungan Expected Loss
33
Penghitungan Recovery Rate dan Real Loss
34
Penentuan Expected Loss Individual dan Peluang Jumlah Nasabah Default dengan Poisson Distribution
34
Penghitungan Potential Loss SIMPULAN DAN SARAN
36 37
Simpulan
37
Saran
37
DAFTAR PUSTAKA
38
LAMPIRAN
41
RIWAYAT HIDUP
52
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Perkembangan UMKM Perkembangan data usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) dan usaha besar (UB) tahun 2013 Jumlah rekening Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) Perbandingan bank syariah dengan bank konvensional Analisis Statistika Deskriptif Karakteristik nasabah warung mikro produktif menurut jangka waktu pembiayaan Pengelompokkan nilai pembiayaan atau plafon nasabah Karakteristik nasabah warung mikro produktif menurut nilai pembiayaan Karakteristik nasabah warung mikro produktif menurut kolektibilitas Pembagian band Karakteristik nasabah warung mikro produktif menurut band Tingkat kelancaran pembiayaan nasabah berdasarkan jangka waktu pembiayaan Tingkat kelancaran pembiayaan nasabah berdasarkan nilai pembiayaan Jumlah nasabah setiap kelas dalam band Jumlah nasabah dan nilai expected loss masing-masing band Nilai expected loss individual setiap kelas dalam band (nj) Penghitungan jumlah nasabah berpeluang macet setiap kelas dalam band Nilai potential loss dalam band
1 2 3 8 28 28 29 29 30 30 31 31 32 33 34 35 35 36
DAFTAR GAMBAR 1 2 3
Perkembangan rasio NPF warung mikro Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga Skema murabahah secara cicilan pada bank Kerangka pemikiran
5 10 19
DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil wawancara dengan pihak Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga 2 Data nasabah Warung Mikro Produktif Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga 3 Hasil analisis Poisson Distribution dengan n-default (α=5%) 4 Data nasabah pembiayaan warung mikro produktif bermasalah
41 44 48 51
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan menjadi permasalahan kompleks dan bersifat multidimensional di Indonesia (Kementerian Sekretaris Negara 2013). Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2015), jumlah penduduk miskin hingga bulan Maret 2015 adalah sebanyak 28.59 juta orang dengan nominal garis kemiskinan Rp330 776 per kapita setiap bulan. Tingkat pengangguran Indonesia pun mengalami peningkatan. Menurut data BPS (2015), jumlah pengangguran hingga Agustus 2015 adalah 7.56 juta orang dari total angkatan kerja sebanyak 122.38 juta orang. Jika kondisi tersebut dibiarkan akan menimbulkan dampak yang buruk bagi stabilitas perekonomian Indonesia. Permasalahan kemiskinan dapat diatasi dengan mengembangkan ekonomi kerakyatan yakni dengan mengembangkan sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Sektor UMKM telah terbukti mampu menjadi solusi bagi perekonomian Indonesia sejak terjadinya krisis periode 1998 hingga 2000. UMKM berperan dalam memperluas kesempatan kerja, pendistribusian pendapatan, pengurangan kemiskinan, menjadi sumber pendapatan bagi kelompok miskin serta pembangunan perekonomian secara nasional (Putriana 2012). Kinerja UMKM dalam perekonomian diukur dari kontribusinya dalam peningkatan pendapatan, penyerapan tenaga kerja, serta pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) (BAPPENAS 2014). Tabel 1 Perkembangan UMKM No. Indikator 1 Jumlah UMKM 2 Jumlah Tenaga Kerja UMKM 3 Sumbangan PDB UMKM (harga berlaku)
Satuan Juta unit Juta orang
2012 56.53 110.80
2013 57.90 117.68
Rp Triliun
8 241.86
9 014.95
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM 2013 (diolah).
Tabel 1 menunjukkan bahwa UMKM terus mengalami perkembangan dalam segi jumlah unit, tenaga kerja, dan sumbangannya pada PDB. Sebanyak 57.90 juta UMKM mampu menyerap 117.68 juta orang tenaga kerja serta menyumbang PDB sebesar Rp9 014.95 triliun pada tahun 2013. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor UMKM merupakan sektor yang memiliki peran dalam meningkatkan perekonomian negara. Usaha mikro berjumlah 57.18 juta unit yang berarti pangsa pasarnya di Indonesia sebanyak 98.77%, sedangkan usaha kecil berjumlah 654 ribu unit dengan pangsa pasar 1.13%. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha mikro dan kecil menjadi usaha yang paling banyak jumlahnya di Indonesia. Usaha mikro mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 104.6 juta orang (88.9%) dan usaha kecil sebanyak 5.5 ribu orang (4.73%). Usaha mikro mampu menyumbang PDB sebesar Rp 3 326 564.8 milyar (36.90%) dan usaha kecil menyumbang PDB sebesar Rp 876 385.3 milyar (9.72%) (Tabel 2). Hal tersebut menunjukkan bahwa unit usaha mikro dan kecil memiliki potensi untuk mengembangkan perekonomian Indonesia. Namun usaha mikro memiliki beberapa kendala dalam operasional usahanya sehingga tidak mampu berkembang dengan baik.
2 Tabel 2 Perkembangan data UMKM dan usaha besar (UB) tahun 2013 No. Indikator Jumlah Pangsa (%) 1 Unit Usahaa Usaha Mikro 57 189 393.0 98.7 Usaha Kecil 654 222.0 1.1 Usaha Menengah 512 106.0 0.1 Usaha Besar 5 066.0 0.0 2 Tenaga Kerjab Usaha Mikro 104 624 466.0 88.9 Usaha Kecil 5 570 231.0 4.7 Usaha Menengah 3 949 385.0 3.3 Usaha Besar 3 537 162.0 3.0 c 3 PDB Usaha Mikro 3 326 564.8 36.9 Usaha Kecil 876 385.3 9.7 Usaha Menengah 1 237 057.8 13.7 Usaha Besar 3 574 943.0 39.6
Sumber: Kementerian Koperasi dan UMKM 2013 (diolah); adalam satuan unit; bdalam satuan orang; c dalam satuan Rp milyar.
Muhammad (2005) menyatakan bahwa unit usaha mikro pada umumnya memiliki aksesibilitas yang rendah terhadap lembaga keuangan formal (not bankable) karena dianggap tidak memiliki potensi pendanaan, diasumsikan kemampuannya dalam mengembalikan pinjaman rendah, serta tidak memiliki agunan. Hal tersebut menyebabkan laju pertumbuhan usahanya terhambat karena hanya dapat mengandalkan modal seadanya, sehingga masih diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan produktivitas usaha mikro dan kecil. Menurut Tambunan (2002), usaha mikro dan kecil di Indonesia pun sering kali dikaitkan dengan upaya pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan, mengurangi pengangguran dan pemerataan pendapatan sehingga pengembangan usaha kecil dan menengah sering dianggap sebagai kebijakan (policy) penciptaan kesempatan kerja, atau kebijakan anti kemiskinan, atau kebijakan redistribusi pendapatan. Pemerintah melaksanakan beberapa upaya dan kebijakan untuk mengembangkan sektor usaha mikro dan kecil melalui beberapa program seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri serta pemberian kredit kepada usaha mikro dan kecil melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pemerintah pun mengeluarkan kebijakan untuk memfasilitasi usaha mikro dan kecil agar lebih bankable dalam mendapatkan bantuan pembiayaan dari lembaga keuangan formal melalui Peraturan Bank Indonesia nomor 17/12/PBI/2015 tentang pemberian kredit atau pembiayaan oleh bank umum dan bantuan teknis dalam rangka pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah, pasal 2 ayat 1 yang menyatakan bahwa bank umum wajib memberikan kredit atau pembiayaan UMKM (Bank Indonesia 2015). Saat ini produk layanan pembiayaan kepada sektor mikro telah berkembang di sektor perbankan. Indonesia menganut dual banking system yakni perbankan dengan sistem konvensional dan prinsip syariah Islam. Khan dan Ahmed (2008) menyatakan bahwa sejak pertama kali beroperasi pada tahun 1970-an, pertumbuhan industri keuangan syariah sangat pesat. Bank syariah telah menunjukkan kinerja yang cukup bagus dalam usianya yang masih belia. Studi tentang kinerja bank syariah menunjukkan bahwa lembaga ini mempunyai kapitalisasi yang baik, profitable, dan
3 relatif stabil. Hal tersebut dikarenakan bank syariah dengan misi Islami rahmatan lil alamin menjadi solusi atas ketidakmampuan bank konvensional untuk menjadi lembaga keuangan formal rakyat. Bank syariah menjadi lembaga keuangan bersifat kerakyatan yang kegiatan operasionalnya didasarkan pada prinsip-prinsip syariah Islam mampu memberikan jaminan pengembangan usaha kepada masyarakat karena tidak menggunakan sistem bunga yang mengakibatkan eksploitasi modal serta ketidakadilan terhadap masyarakat kecil yang menyebabkan ekonominya tidak berkembang secara mandiri. Produk-produk bank syariah menerapkan prinsip kehatihatian (prudential principles) serta bagi hasil (profit sharing) seperti mudharabah, musyarakah, murabahah, qardh, istishna’ dan lain-lain semakin diminati oleh masyarakat (Muhammad 2005). Tabel 3 Jumlah rekening pembiayaan Bank Syariah (UUS) Tahun Mudharabah Musyarakah 2008 30 071 10 949 2009 32 609 16 066 2010 39 844 22 799 2011 46 510 29 591 2012 48 725 40 470 2013 46 461 50 267 2014 47 370 72 403
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2014 (diolah).
Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Murabahah 498 469 531 952 586 706 797 912 1 754 412 2 776 068 3 231 216
Qardh 55 112 100 370 207 554 489 555 617 750 535 298 343 930
Istishna' 695 1 346 1 335 1 491 1 846 2 568 2 971
Tabel 3 menunjukkan perkembangan jumlah rekening beberapa akad pembiayaan di Bank Umum Syariah (BUS) serta Unit Usaha Syariah (UUS) di Indonesia dari tahun 2008 hingga tahun 2014. Tabel tersebut memperlihatkan perkembangan jumlah rekening pembiayaan akad mudharabah, musyarakah, istishna, dan qardh. Rekening pembiayaan akad murabahah terus meningkat hingga tahun 2014. Kondisi tersebut berbeda dengan akad lainnya yang berfluktuasi dan memiliki jumlah yang jauh lebih kecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa akad murabahah lebih diminati oleh masyarakat dibandingkan dengan akad lainnya. Salah satu bank syariah yang melaksanakan jasa pelayanan murabahah kepada usaha mikro dan kecil adalah Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga. Bank Syariah Mandiri memberikan layanan pembiayaan kepada usaha mikro dan kecil dengan prinsip syariah Islam melalui produk pembiayaan Warung Mikro yang telah dimulai sejak tahun 2009. Akad yang digunakan untuk pembiayaan ini adalah akad murabahah dan ijarah. Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga berada di Jl. Perwira No. 151, Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Terdapat 198 nasabah pada pembiayaan Murabahah Warung Mikro Produktif di Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga. Total nilai pembiayaan hingga 8 Maret 2016 adalah Rp13 598 955 879 (total harga pokok adalah Rp9 813 725 000 dan total margin adalah Rp3 785 230 879). Terdapat 10 nasabah yang memiliki pembiayaan bermasalah dengan total nilai outstanding adalah Rp340 709 964 (total outstanding pokok adalah Rp284 571 911 dan total outstanding margin adalah Rp56 138 052). Hal tersebut menunjukkan bahwa pembiayaan Warung Mikro Produktif potensial dikembangkan karena memberikan profit yang besar, namun di sisi lain layanan warung mikro ini memiliki risiko pembiayaan macet atau gagal bayar. Risiko pembiayaan macet atau gagal bayar dapat dilihat dari rasio Non Performing Financing (NPF) pembiayaan tersebut.
4
NPF adalah tingkat pengembalian pembiayaan yang diberikan deposan kepada bank atau dengan kata lain NPF dapat disebut sebagai pembiayaan yang bermasalah. Risiko kerugian bank akibat pembayaran kembali pembiayaan yang tidak lancar akan berpengaruh terhadap pendapatan dan profit yang diterima oleh bank (Nugroho 2014). Oleh karena itu diperlukan upaya preventif untuk meminimalisir peluang kerugian yang dapat terjadi. Allah SWT. berfirman dalam QS. Yusuf 46-49: “…Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orangorang itu, agar mereka mengetahuinya. Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di bulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu mereka memeras anggur...”. Ayat tersebut mengisahkan upaya Nabi Yusuf dalam meminimalisir dampak negatif yang dapat disebabkan oleh risiko yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Nabi Yusuf melakukan pengukuran dan pengendalian atas risiko kelaparan dengan cara menyimpan bahan makanan pada saat masa banyak makanan untuk masa paceklik yang mungkin dihadapi tujuh tahun ke depan sehingga rakyatnya terhindar dari risiko kelaparan yang mengancam negerinya. Sesuai dengan ayat tersebut, diperlukan langkah preventif dari Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga Bogor untuk mengestimasi kemungkinan kerugian yang dialami akibat risiko pembiayaan. Serangkaian prosedur dan metodologi diperlukan untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengendalikan risiko yang timbul sehingga dapat meminimalisir dampak kerugian dari kegiatan usaha bank tersebut. Model CreditRisk+ yang diperkenalkan oleh Credit Suisse First Boston (CSFB) pada tahun 1996 digunakan dalam penelitian ini sebagai metode penelitian dalam menganalisis potensi kerugian dari pembiayaan Warung Mikro Produktif sehingga Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga dapat melakukan serangkaian tindakan dan prosedur untuk meminimalisir risiko dari pembiayaan bermasalah pembiayaan murabahah Warung Mikro Produktif Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga. Perumusan Masalah Sektor usaha kecil dan mikro dalam perkembangannya mengalami kesulitan akses terhadap lembaga keuangan formal. Bank syariah sebagai lembaga intermediary antara pihak surplus modal dengan defisit modal harus mampu menangani pemasalahan yang dihadapi oleh sektor usaha mikro dan kecil. Hal tersebut dikarenakan sektor usaha mikro dan kecil memiliki potensi untuk mengembangkan perekonomian nasional. Namun di sisi lain, usaha mikro dan kecil memiliki keterbatasan dalam hal modal, manajemen risiko terpadu, serta agunan sehingga dengan melakukan pembiayaan kepada sektor usaha mikro dan kecil, bank syariah
Rasio NPF (%)
5 akan menghadapi risiko pembiayaan yang dapat berdampak negatif terhadap stabilitas kesehatan bank tersebut. Salah satu risiko yang menjadi ancaman dari pembiayaan sektor mikro dan kecil bagi pihak bank adalah risiko pembiayaan macet atau gagal bayar. Hal tersebut disebabkan karena sektor mikro dan kecil memiliki kelemahan dalam hal pendanaan, manajemen bisnis, serta agunan (collateral), sehingga kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan macet atau gagal bayar di sektor mikro dan kecil lebih tinggi. Nilai pembiayaan macet atau gagal bayar ditunjukkan dalam nilai NPF. NPF merupakan salah satu indikator kesehatan kualitas aset bank. Semakin tinggi nilai NPF (di atas 5%) maka bank tersebut tidak sehat. NPF yang tinggi menurunkan laba yang dapat diterima oleh bank (Wangsawidjaja 2012).
5.65 5.15 4.65 4.15 3.65 3.15
6.07
3.18 Desember 2015
3.45
3.75
Januari 2016 Februari 2016 Periode (Bulan)
Maret 2016
Sumber: Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga 2016.
Gambar 1 Perkembangan NPF warung mikro Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga Berdasarkan Gambar 1, rasio NPF Warung Mikro Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga megalami peningkatan dari Desember 2015 hingga Maret 2016 menjadi 6.07%. Menurut ketentuan Bank Indonesia (BI), NPF yang baik memiliki nilai kurang dari 5%. Oleh karena itu rasio NPF pembiayaan Warung Mikro Produktif Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga yang mencapai 6.07% mengindikasikan kondisi pembiayaan tersebut tidak sehat. Jika rasio NPF tinggi, maka nilai penyisihan, penghapusan aktiva yang harus disiapkan oleh bank tinggi sehingga menyebabkan likuiditas bank dalam menyediakan pembiayaan menurun dan menyebabkan volume pembiayaan yang dapat dilakukan menurun. Hal tersebut terjadi sebagai dampak dari peningkatan nilai penyisihan, penghapusan aktiva bank yang meningkat menyebabkan biaya-biaya pencadangan modal bank meningkat sehingga mengurangi profit bank menurun. Apabila kondisi tersebut terus bertahan, maka profit bank akan terus menurun bahkan mencapai negatif karena bank harus menyisihkan modalnya untuk menutupi kerugian yang terjadi sehingga dapat mengurangi aset bank. Berdasarkan kondisi tersebut, harus dilakukan manajemen yang baik terhadap risiko pembiayaan Warung Mikro Produktif sebagai kegiatan bisnis yang dilakukan Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga yang dapat memberikan dampak negatif terhadap permodalan dan pendapatan, dan aset bank. Diperlukan metodologi serta prosedur untuk mengukur risiko pembiayaan untuk meminimalisir terjadinya kerugian. Menurut Khan dan Ahmed (2008), perhitungan atas kerugian pembiayaan adalah hal penting dalam proses mitigasi risiko pembiayaan. Perhitungan atas kerugian pembiayaan memerlukan perhitungan atas kemungkinan debitur mengalami gagal bayar (probability of default), waktu jatuh tempo fasilitas pembiayaan, kerugian
6 yang akan diderita bank jika debitur benar-benar gagal bayar (loss given default), besarnya eksposur debitur pada saat terjadi gagal bayar (exposure at default), serta sensitivitas nilai aset terhadap risiko sistematis dan nun sistematis. Sesuai dengan teori Khan dan Ahmed (2008), penelitian ini menggunakan metode CreditRisk+ untuk mengestimasi kemungkinan kerugian, peluang nasabah gagal bayar, serta nilai pencadangan modal yang harus disiapkan Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga pada pembiayaan Murabahah Warung Mikro Produktif. Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang akan dianalisis dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut. 1. Berapa besar nilai kerugian yang dapat diperkirakan (expected loss) dari nasabah pembiayaan Warung Mikro Produktif untuk menentukan nilai pencadangan modal yang harus dilakukan Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga? 2. Berapa banyak nasabah yang memiliki peluang untuk default dan berapa nilai kerugian (potential loss) yang dapat disebabkan oleh nasabah yang berpeluang default tersebut dalam pembiayaan murabahah Warung Mikro Produktif berdasarkan metode CreditRisk+? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah penelitian, berikut adalah tujuan dari penelitian
ini. 1. Mengukur nilai kerugian yang dapat diperkirakan (expected loss) dari nasabah pembiayaan Warung Mikro Produktif untuk menentukan nilai pencadangan modal yang harus dilakukan Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga. 2. Mengestimasi jumlah nasabah yang memiliki peluang untuk default dan nilai kerugian (potential loss) yang dapat disebabkan oleh nasabah yang berpeluang default tersebut dalam pembiayaan murabahah Warung Mikro Produktif berdasarkan metode CreditRisk+. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Secara spesifik dan terperinci, manfaat yang akan didapatkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi pihak Bank Syariah Mandiri, dapat dijadikan sumber informasi serta rekomendasi untuk menyusun strategi mitigasi risiko dan mengatasi kerugian yang terjadi akibat pembiayaan yang disalurkan. Menjamin kepercayaan nasabah Bank Syariah Mandiri dengan menerapkan sistem mitigasi risiko terpadu untuk mengatasi risiko pembiayaan atau pembiayaan. 2. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan dan pemberdayaan usaka mikro dan kecil serta perbankan. 3. Bagi masyarakat luas termasuk pelaku usaha mikro dan kecil, dapat dijadikan sumber pengetahuan dan informasi mengenai teknis, prosedur dan operasional pembiayaan usaha mikro dan kecil di bank syariah. 4. Akademisi dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan rujukan atau studi literatur untuk penelitian lebih lanjut.
7 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini hanya dilakukan di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Dramaga Bogor, sehingga hasil penelitian tidak dapat dipastikan sama pada Bank Syariah Mandiri kantor cabang lain maupun bank konvensional lainnya. Skema pembiayaan yang akan diteliti adalah pembiayaan murabahah Warung Mikro Produktif dari nasabah aktif (belum lunas) pembiayaan tersebut mulai periode 2013 hingga Maret 2016 yakni sebanyak 198 nasabah. Pengukuran risiko pembiayaan dilakukan dengan menggunakan metode CreditRisk+ untuk menganalisis kerugian yang dapat diperkirakan akibat pembiayaan nasabah yang bermasalah, pencadangan modal yang harus dilakukan Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga, serta peluang jumlah dan nilai kerugian nasabah default.
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Teori-Teori Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Menurut Bank Indonesia (2008) berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), kriteria usaha mikro, kecil dan menengah adalah sebagai berikut. 1. Usaha Mikro Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria yaitu memiliki kekayaan bersih maksimal Rp50 000 000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp300 000 000. 2. Usaha Kecil Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria yaitu memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50 000 000 sampai dengan Rp500 000 000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300 000 000 sampai dengan Rp2 500 000 000. 3. Usaha Menengah Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar serta memiliki jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan yang memenuhi kriteria yakni memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500 juta sampai dengan Rp10 miliar, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.5 miliar sampai dengan Rp50 miliar.
8 Bank Syariah Perbankan syariah diatur dalam Undang-Undang nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Menurut undang-undang tersebut, Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Berikut adalah perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah. Tabel 4 Perbandingan bank syariah dengan bank konvensional Aspek Legalitas Struktur organisasi Bisnis dan usaha yang dibiayai
Bank Syariah Bank Konvensional Akad Syariah Akad Konvensional Penghimpunan dan penyaluran Tidak terdapat dewan sejenis dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional 1. Melakukan investasi- 1. Investasi yang halal dan investasi yang halal saja haram profit oriented 2. Hubungan dengan nasabah 2. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan dalam bentuk hubungan kemitraan kreditor-debitor 3. Berdasarkan prinsip bagi 3. Memakai perangkat bunga hasil, jual beli, atau sewa 4. Berorientasi pada keuntungan (profit oriented) dan kemakmuran dan kebahagiaan dunia akhirat
Lingkungan kerja Islami Sumber: Machmud dan Rukmana (2010).
Non islami
Produk dan Jasa Perbankan Syariah Menurut Bank Indonesia (2008) berdasarkan Undang-Undang nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 19, kegiatan usaha yang dilakukan bank syariah meliputi sebagai berikut. 1. Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa giro, tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi’ah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. 2. Menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa deposito, tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. 3. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, akad musyarakah, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. 4. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad murabahah, akad salam, akad istishna’, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. 5. Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan akad qardh atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. 6. Menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada nasabah berdasarkan akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bit tamlik atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. 7. Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
9 8. Melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. 9. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan prinsip syariah, antara lain, seperti akad ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah, kafazlah, atau hawalah. 10. Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh pemerintah dan/atau Bank Indonesia. 11. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antar pihak ketiga berdasarkan prinsip syariah. 12. Melakukan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu akad yang berdasarkan prinsip syariah. 13. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan prinsip syariah. 14. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah berdasarkan prinsip syariah. 15. Melakukan fungsi sebagai wali amanat berdasarkan akad wakalah. 16. Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan prinsip syariah. 17. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pembiayaan Murabahah Menurut Karim (2004), murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (marjin) yang disepakati oleh penjual maupun pembeli. Penjual harus memberi tahu harga perolehan dari produsen dan keuntungan yang ditambahkan kepada pembeli. Murabahah dapat dilakukan secara tunai ataupun cicilan. Nilai pembiayaan akan berbeda sesuai dengan cara pembayaran yang dilakukan. Murabahah yang dilakukan secara cicilan (murabahah muajjal) dicirikan dengan adanya penyerahan barang di awal akad dan pembayaran kemudian (setelah awal akad), baik dalam bentuk angsuran maupun dalam bentuk sekaligus (lump sum). Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Murabahah berdasarkan pesanan terjadi apabila bank melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah dengan spesifikasi barang tertentu. Murabahah berdasarkan pesanan ini dapat bersifat mengikat (bank dapat meminta uang muka pembelian kepada nasabah) ataupun tidak. Penjual (bank) dapat meminta pembayaran hamish ghadiyah yakni uang tanda jadi ketika ijab kabul untuk menunjukkan keseriusan pembeli, sehingga apabila terjadi pembatalan, hamish ghadiyah tersebut digunakan untuk menutupi kerugian akibat pembatalan dari pihak pembeli. Apabila nilai kerugian lebih tinggi, maka penjual (bank) boleh meminta kekurangannya kepada pembeli tersebut. Murabahah dapat melibatkan dua pihak ataupun tiga pihak dalam praktiknya. Murabahah melibatkan dua pihak apabila transaksi dilakukan langsung antara penjual dan pembeli. Murabahah melibatkan tiga pihak terjadi apabila terdapat pihak perantara di antara pembeli dan penjual yang dalam hal ini adalah bank. Istilah tersebut dikenal dengan murabahah lil amir bisy-syra (Nawawi 2012). Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari
10 produsen ditambah keuntungan (marjin). Berikut adalah skema murabahah yang terjadi di bank. 2
3
Nasabah
Bank
Supplier
1
4
Sumber: Karim (2004).
Gambar 2 Skema murabahah secara cicilan pada bank Keterangan: 1 : Supplier menjual secara tunai. 2 : Bank membeli secara tunai seharga Rpx. 3 : Bank menjual secara cicilan. 4 : Nasabah membayar secara cicilan Rpx ditambah keuntungan (marjin) bank. Berdasarkan Gambar 2, pembiayaan murabahah terjadi ketika nasabah melakukan transaksi jual beli suatu barang melalui bank. Bank membeli barang yang diinginkan oleh nasabah dari supplier. Bank menjual barang tersebut kepada nasabah baik secara tunai maupun cicilan kepada nasabah dengan menyebutkan harga perolehan barang ditambah dengan biaya perolehan, serta marjin yang diambil oleh bank. Bank juga memberikan informasi mengenai jangka waktu pembiayaan dan jumlah cicilan setiap bulan. Setelah disepakati oleh kedua belah pihak, nasabah berkewajiban untuk mengangsur jumlah cicilan kepada bank tersebut. Menurut Nawawi (2012), bai’ murabahah akan sah apabila memenuhi rukun sebagai berikut. 1. Mengetahui harga pokok (harga beli). Informasi mengenai harga pokok harus diketahui secara jelas oleh kedua belah pihak yang terlibat jual beli. 2. Menjelaskan keuntungan (marjin) yang diambil dalam jual beli. Marjin harus diketahui secara jelas baik berupa nominal maupun persentase. 3. Modal yang digunakan untuk membeli objek transaksi harus merupakan barang mitsli artinya terdapat padanannya di pasar, alangkah lebih baiknya menggunakan uang. Apabila menggunakan barang ghairu mitsli/qimi, atau dalam bahasa populernya adalah transaksi tukar tambah, maka diperbolehkan. Misalnya saya menjual sepeda motor Yamaha lalu terdapat pembeli yang membeli sepeda motor saya dengan sepeda motor Honda ditambah uang Rp1 juta sebagai marjin, maka transaksi tersebut sah. 4. Objek transaksi dan alat pembayaran yang digunakan tidak boleh berupa barang ribawi. Misalkan menjual uang Rp100 ribu dengan Rp110 ribu, maka transaksi tersebut tidak sah, karena Rp10 ribu bukan dianggap marjin. 5. Akad jual beli pertama harus sah, artinya transaksi yang dilakukan penjual pertama dengan pembeli pertama harus sah. Apabila tidak sah, maka akad penjual selanjutnya dengan pembeli selanjutnya dinyatakan rusak dan tidak sah. 6. Tidak boleh saling berkhianat. Bai’ murabahah harus dilandasi saling percaya antara pembeli dan penjual terhadap informasi jual beli yang dilakukan bahkan
11 kondisi cacat barang yang diperjualbelikan harus diinformasikan secara detail. Apabila pembeli dirugikan karena kecurangan informasi mengenai barang yang diperjualbelikan, maka pembeli memiliki hak khiyar, yakni hak option untuk melanjutkan atau membatalkan jual beli. Harga jual bai’ murabahah terdiri dari harga pokok barang ditambah marjin yang disepakati serta biaya-biaya pendukung. Biaya-biaya pendukung tersebut berupa biaya yang digunakan untuk mendapatkan komoditas yang menjadi objek murabahah seperti biaya transportasi, administrasi, pemeliharaan, dan distribusi. Biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pribadi tidak dimasukan dalam harga jual murabahah, seperti biaya makan, minum, kesehatan, dan lain-lain. Risiko Bank Syariah Menurut Rivai dan Arifin (2010), terdapat beberapa jenis risiko yang dihadapi bank syariah, yakni sebagai berikut. 1. Risiko pembiayaan Risiko pembiayaan adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak lawan (counterparty) dalam memenuhi kewajibannya. Risiko pembiayaan dapat bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti pembiayaan (penyediaan dana), tresuri dan investasi, dan pembiayaan perdagangan. 2. Risiko pasar Risiko pasar merupakan risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar dari portofolio yang dimiliki bank yang dapat merugikan bank (adverse movement). Variabel pasar yang dimaksud adalah interest dan nilai tukar termasuk derivasi dari kedua jenis risiko pasar tersebut yaitu perubahan harga options. Risiko pasar terdapat pada aktivitas fungsional bank seperti kegiatan tresuri dari investasi dalam bentuk surat berharga dan pasar uang maupun penyertaan pada lembaga keuangan lainnya, penyediaan dana (pinjaman dan bentuk sejenis), kegiatan pendanaan dan penerbitan surat utang, serta kegiatan pembiayaan perdagangan. 3. Risiko likuiditas Risiko likuiditas adalah risiko yang disebabkan karena bank tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo. Risiko likuiditas dapat dikategorikan sebagai berikut. a. Risiko likuiditas pasar yaitu risiko yang timbul karena bank tidak mampu melakukan offsetting posisi tertentu dengan harga pasar karena kondisi likuiditas pasar yang tidak memadai atau terjadi gangguan di pasar (market disruption). b. Risiko likuiditas pendanaan yaitu risiko yang timbul karena bank tidak mampu mencairkan asetnya atau memperoleh pendanaan dari sumber dana lain. Risiko likuiditas dapat melekat pada aktivitas fungsional pembiayaan (penyediaan dana), tresuri dan investasi, kegiatan pendanaan, dan instrumen uang. Risiko likuiditas dapat mengganggu bukan hanya internal bank namun sistem perbankan secara keseluruhan. 4. Risiko operasional Risiko operasional adalah risiko yang disebabkan karena ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya masalah eksternal yang memengaruhi operasional bank. Risiko operasional dapat menimbulkan kerugian secara langsung maupun tidak langsung
12
5.
6. 7.
8.
dan kerugian potensial atas hilangnya kesempatan memperoleh keuntungan. Risiko operasional dapat melekat pada setiap aktivitas fungsional bank, seperti kegiatan penyediaan dana, tresuri dan investasi, operasional dan jasa, pembiayaan perdagangan, pendanaan dan instrumen utang, teknologi, sistem informasi, sistem manajemen, dan pengelolaan sumber daya manusia. Risiko hukum Risiko hukum adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis, yang antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna. Risiko reputasi Risiko reputasi adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya publikasi negatif terkait dengan usaha bank atau persepsi negatif terhadap bank. Risiko strategik Risiko strategik adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat, atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal. Risiko kepatuhan Risiko kepatuhan adalah risiko yang disebabkan bank tidak memenuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Pada prakteknya risiko kepatuhan melekat pada risiko bank yang terkait peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku, seperti risiko pembiayaan terkait dengan ketentuan kewajiban pemenuhan modal minimum, kualitas aktif produktif, pembentukan penyisihan aktiva produktif, batas minimum pemberian pembiayaan, risiko pasar terkait dengan ketentuan Rencana Kerja Anggaran Tahunan (RKAT) bank, dan risiko lain terkait dengan ketentuan tertentu.
Risiko Pembiayaan Natural certainty contracts adalah kontrak yang dilakukan dengan menentukan secara pasti nilai nominal dari keuntungan di awal kontrak perjanjian (Hayati 2015). Pembiayaan berbasis natural certainty contracts antara lain pembiayaan murabahah, ijarah, ijarah muntahia bit tamlik, salam, dan istishna’. Menurut Karim (2004), penilaian risiko tersebut mencakup dua aspek, yaitu default risk dan recovery risk. a. Default Risk (Risiko Kebangkrutan) Default risk adalah risiko yang terjadi pada first way out. First way out merupakan sumber pembayaran yang berasal dari kelayakan usaha dan berdasarkan cash flow perusahaan. Hal-hal yang memengaruhi default risk adalah sebagai berikut: 1. Industry risk Industry risk merupakan risiko yang terjadi pada jenis usaha yang ditentukan oleh hal-hal berikut. a. Karakteristik masing-masing jenis usaha yang bersangkutan. b. Riwayat eksposur pembiayaan yang bersangkutan di bank syariah, terutama perkembangan NPF jenis usaha yang bersangkutan. c. Kinerja keuangan jenis usaha yang bersangkutan. (industry financial standard).
13 2. Kondisi internal perusahaan nasabah, seperti manajemen, organisasi pemasaran, teknis produksi, dan keuangan. 3. Faktor negatif lainnya yang memengaruhi perusahaan nasabah, seperti kondisi group usaha, keadaan force majeure, permasalahan hukum, permogokan, kewajiban off balance sheet (L/C import dan bank garansi), market risk (forex risk, interest risk, security risk), riwayat pembayaran (tunggakan kewajiban) dan restrukturasi pembiayaan. b. Recovery Risk (Risiko Jaminan) Recovery risk yaitu risiko pembayaran kembali atas sisa pinjaman nasabah dari hasil penjualan jaminan, apabila first way out tidak dapat diharapkan lagi (risiko second way out). Second way out adalah adanya jaminan aktiva likuid dan marketable sebagai kontra garansi apabila first way out dinilai kurang atau tidak memadai. Recovery risk dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut. a. Kesempurnaan pengikatan jaminan b. Nilai jual kembali jaminan (marketability jaminan) c. Faktor negatif lainnya, misalnya tuntutan hukum pihak lain atas jaminan, lamanya taksasi ulang jaminan. d. Kredibilitas penjamin (jika ada). Proses Manajemen Risiko Operasional Bank Islam Proses manajemen risiko bank Islam dan bank konvensional berbeda. Menurut Karim (2004), perbedaan mendasar antara bank Islam dengan bank konvensional bukan terletak pada bagaimana cara mengukur (how to measure), melainkan pada apa yang dinilai (what to measure). Perbedaan tersebut akan tampak terlihat dalam proses manajemen risiko operasional bank Islam yang meliputi identifikasi risiko, penilaian risiko, antisipasi risiko, dan monitoring risiko. 1. Identifikasi Risiko Identifikasi risiko yang dilakukan dalam bank Islam tidak hanya mencakup berbagai risiko yang ada pada bank-bank pada umumnya, melainkan juga meliputi berbagai risiko yang khas hanya ada pada bank-bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah. Keunikan bank Islam terletak pada hal-hal sebagai berikut. a. Proses transaksi pembiayaan Karakteristik bank Islam dalam proses ini terlihat pada tiga aspek, proses transaksi pembiayaan syariah, proses transaksi bagi hasil dana pihak ketiga, dan proses transaksi devisa. b. Proses manajemen Sistem dan prosedur operasional akuntansi dan Chart of Account (CoA), sistem dan prosedur operasional teknologi informasi, sistem dan prosedur tutup buku, serta sistem dan prosedur operasional pengembangan produk. c. Sumber daya manusia Spesifikasi kapabilitas sumber daya manusia yang tidak hanya mencakup dalam bidang perbankan secara umum tetapi juga meliputi aspek-aspek syariah. d. Teknologi Business Requirement Specification (BRS) untuk pembiayaan berbasis bagi hasil dan BRS dana pihak ketiga. e. Lingkungan eksternal Keberadaan dual regulatory body, yaitu Bank Indonesia dan Dewan Syariah Nasional (DSN).
14
f. Kerusakan Keunikan bank Islam terlihat misalnya ketika terjadi kerusakan pada objek ijarah atau IMBT.
2. Penilaian Risiko Keunikan bank Islam dalam penilaian risiko terlihat pada hubungan antara probability dan impact. 3. Antisipasi Risiko Antisipasi risiko dalam bank Islam bertujuan untuk sebagai berikut. a. Preventive Bank Islam memerlukan persetujuan Dewan Pengawas Syariah (DPS) untuk mencegah kekeliruan proses dan transaksi dari aspek syariah. Bank Islam juga memerlukan opini bahkan fatwa DSN bila Bank Indonesia memandang persetujuan DPS belum memadai atau berada di luar kewenangannya. b. Detective Pengawasan dalam bank Islam meliputi dua aspek, yaitu aspek perbankan oleh Bank Indonesia dan aspek syariah oleh DPS. Kadangkala timbul pemahaman yang berbeda atas suatu transaksi apakah melanggar syariah atau tidak. c. Recovery Koreksi atas suatu kesalahan dapat melibatkan Bank Indonesia untuk aspek perbankan dan DSN untuk aspek Syariah. 4. Monitoring Risiko Aktivitas monitoring dalam bank Islam tidak hanya meliputi manajemen bank Islam, tetapi juga melibatkan DPS. Warung Mikro Bank Syariah Mandiri Menurut Bank Mandiri Syariah (2010), pembiayaan Warung Mikro adalah sebagai berikut. 1. Pembiayaan Warung Mikro Pembiayaan Mikro adalah pembiayaan bersifat produktif kepada nasabah/calon nasabah perorangan/badan usaha dengan limit sampai dengan Rp100 juta. Termasuk dalam segmen mikro adalah pembiayaan dengan tujuan multiguna kepada nasabah perorangan dengan limit sampai dengan Rp50 juta yang disalurkan melalui Warung Mikro. a. Multiguna Pembiayaan Bank Syariah Mandiri yang ditujukan kepada seseorang (golongan berpenghasilan tetap seperti PNS, pegawai swasta, dan sebagainya) dan badan usaha untuk memenuhi kebutuhan dengan plafon pembiayaan mulai dari Rp2 juta s.d. Rp50 juta. Pembiayaan ini dibagi menjadi 3 sebagai berikut. 1. Tunas Plafon pembiayaan Rp2 Juta – Rp10 Juta. Margin (berdasarkan jenis produk) setara 36% dan dengan jangka waktu waktu maksimal 36 bulan. 2. Madya Plafon pembiayaan Rp11 juta – Rp50 juta. Margin (berdasarkan jenis produk) setara 32% dan jangka waktu waktu maksimal 36 bulan.
15 3. Utama Plafon pembiayaan Rp51 juta – Rp100 juta. Margin (berdasarkan jenis produk) setara 28% dan jangka waktu waktu maksimal 48 bulan. b. Produktif Pembiayaan Bank Syariah Mandiri yang ditujukan kepada seseorang (wiraswasta, profesi, dan lain sebagainya) dan badan usaha untuk memenuhi kebutuhan produktif dengan plafon pembiayaan mulai dari Rp2 juta s.d. Rp50 juta. Pembiayaan ini dibagi menjadi 3 sebagai berikut. 1. Tunas Plafon pembiayaan Rp2 Juta – Rp10 Juta. Margin (berdasarkan jenis produk) setara 36% dan dengan jangka waktu waktu maksimal 36 bulan. 2. Madya Plafon pembiayaan Rp11 juta – Rp50 juta. Margin (berdasarkan jenis produk) setara 32% dan jangka waktu waktu maksimal 36 bulan. 3. Utama Plafon pembiayaan Rp51 – Rp100 juta. Margin (berdasarkan jenis produk) setara 28% dan jangka waktu waktu maksimal 48 bulan. Kolektibilitas Kolektibilitas merupakan penggolongan nasabah yang dilakukan oleh bank dalam lima kategori berdasarkan lamanya hari tunggakan kewajiban atau persyaratan lainnya untuk mengetahui kualitas pembiayaan sehingga bank dapat mengestimasi tingkat cadangan yang harus disiapkan untuk mengantisipasi kerugian dari pembiayaan bermasalah tersebut. Terdapat tiga kriteria untuk menentukan kualitas pembiayaan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia nomor 13/13/PBI/2011 tentang penilaian kualitas aktiva bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dalam pasal 8, yakni prospek usaha, kinerja debitur, dan kemampuan membayar (Bank Indonesia 2011). Setelah dilakukan penilaian terhadap tiga kategori tersebut, kualitas pembiayaan dapat digolongkan menjadi lima kategori, yakni sebagai berikut. 1. Kolektibilitas 1 yang dikategorikan sebagai lancar apabila tidak terdapat tunggakan pembayaran pinjaman baik pokok ataupun bunga. 2. Kolektibilitas 2 yang dikategorikan sebagai dalam perhatian khusus apabila terdapat tunggakan pinjaman pembayaran pokok atau bunga sampai dengan 90 hari. 3. Kolektibilitas 3 yang dikategorikan sebagai kurang lancar apabila terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga sampai dengan 120 hari. 4. Kolektibilitas 4 yang dikategorikan sebagai diragukan apabila terdapat tunggakan pembayaran pinjaman baik pokok dan atau bunga sampai dengan 180 hari. 5. Kolektibilitas 5 yang dikategorikan sebagai macet apabila terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga lebih dari 180 hari. Lima kategori tersebut dikelompokkan dalam dua kelompok. Kolektibilitas 1 dan 2 disebut Performing Financing, sedangkan kolektibilitas 3, 4, dan 5 disebut Non Performing Financing. CreditRisk+ Menurut Credit Suisse First Boston International (1997), metode ini diperkenalkan oleh Credit Suisse First Boston (CSFB 1997) pada tahun 1996. Metode ini muncul setelah terjadi kasus asuransi kebakaran. Kerugian besar yang diderita oleh
16 perusahaan asuransi kebakaran ditentukan oleh dua faktor, yaitu probabilitas kejadian rumah terbakar (frequency of event) dan nilai kerugian dari rumah yang terbakar (severity of loss). Kemudian ide ini diterapkan untuk menghitung risiko kredit. Distribusi kerugian dari portofolio kredit dicerminkan oleh frekuensi dari default (frequency of event) dan nilai dari kredit yang gagal (severity of loss). Menurut CSFB (1997), CreditRisk+ is based on a portofolio approach to modelling credit default risk that takes into account information relating to size and maturity of an exposure and credit quality and systematic risk of an obligor. The CreditRisk+ model is a statistical model of credit default risk that makes no assumption about the cause of default. CreditRisk+ menganalisis risiko default dari pembiayaan bermasalah atau default setiap debitur. CreditRisk+ mencari peluang jumlah debitur yang default dalam satu periode yang dinyatakan dengan alat bantu analisis statistik Poisson Distribution. Kelebihan dari model CreditRisk+ adalah mudah dimplementasikan dan data mudah didapatkan. Model ini hanya membutuhkan data exposure, probability of default, dan recovery rate. Model ini tidak harus mengetahui identitas nasabah pembiayaan tersebut yang biasanya data identitas tersebut dilindungi oleh lembaga keuangan. Hal tersebut dikarenakan fokus model ini adalah mengestimasi potensi risiko serta nilai potensi risiko tersebut pada setiap nasabah. Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian yang menjadi referensi penelitian ini. Penelitian berjudul Analisis Risiko Pembiayaan Syariah, Pendekatan Metode CreditRisk+ Portofolio (Studi Kasus: BMT Prima Dinar Cabang Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah) dilakukan oleh Achmad Iqbal pada tahun 2006. Penelitian yang dilakukan Iqbal (2006) menguji kemampuan metode CreditRisk+ dalam mengestimasi risiko kredit pembiayaan syariah di BMT Prima Dinar Cabang Tawangmangu pada bulan Desember 2004, serta mencari alternatif strategi mitigasi risiko yang dapat meminimalisir risiko yang dihadapi BMT Prima Dinar Cabang Tawangmangu. Kesimpulan dari penelitian tersebut menyatakan bahwa metode CreditRisk+ mampu mengestimasi potensi kerugian BMT Prima Dinar Cabang Tawangmangu pada periode Desember 2004. Metode CreditRisk+ dinyatakan sesuai untuk mengestimasi risiko kredit pembiayaan syariah di BMT Prima Dinar Cabang Tawangmangu yang beroperasi di sentra produksi pertanian dan melayani sebagian besar debitur yang berprofesi sebagai petani. Strategi mitigasi risiko yang dapat dilaksanakan yaitu strategi penyaluran pembiayaan, penanganan portofolio pembiayaan bermasalah, penggunaan CreditRisk+ portofolio untuk mengestimasi risiko pembiayaan, pembentukan cadangan penghapusan utang dan modal ekonomi untuk risiko. Berbeda dengan Iqbal, Tsabita (2013) melakukan penelitian melalui skripsinya tentang risiko pembiayaan pertanian di Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Tsabita meneliti mengenai Analisis Risiko Pembiayaan Syariah pada Sektor Pertanian, Kasus: BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang, Bogor. Perbedaannya terletak pada lembaga yang dijadikan objek penelitian serta adanya penambahan metode yang dilakukan oleh Tsabita. Skala usaha BPRS cenderung lebih besar dibandingkan dengan BMT. Metode analisis yang digunakan yakni metode CreditRisk+ untuk menghitung peluang kerugian dan metode Enterprise Risk Mangement untuk mengetahui langkah-langkah strategi mitigasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi
17 peluang risiko yang terjadi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pembiayaan sektor pertanian di BPRS Amanah Ummah menghasilkan 29 peristiwa risiko yang terdiri dari 16 peristiwa risiko pembiayaan, 11 peristiwa risiko operasional, dan 2 peristiwa risiko eksternal. Hasil perhitungan potensi kerugian pembiayaan syariah untuk sektor pertanian di BPRS Amanah Ummah diestimasi sebesar Rp29 765 400 atau sebesar 1.84% dari total baki debetnya. Tindakan mitigasi risiko yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko pembiayaan bermasalah atau macet adalah dengan melakukan rescheduling, restrukturisasi, dan pencairan jaminan nasabah. Berbeda dengan Achmad Iqbal dan Tsabita, Rahardja (2009) melakukan penelitian mengenai Analisis Pengukuran Risiko Kredit KPR Consumer Banking Bank X dengan metode Credit Risk+. Perbedaan penelitian yang dilakukan Raharja terletak pada objek penelitiannya yang berfokus kepada KPR Consumer Banking. Lembaga yang dijadikan objek penelitian beroperasi dengan sistem konvensional. Metode analisis data yang digunakan yakni metode CreditRisk+. Penelitian ini mengestimasi kerugian yang dapat diperkirakan (expected loss) dengan kerugian yang tidak terduga (unexpected loss), kebutuhan modal yang harus dicadangkan untuk menutup risiko kredit, serta pengujian akurasi metode CreditRisk+ untuk mengukur risiko kredit KPR di Bank X. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata metode CreditRisk+ pun cukup akurat untuk mengukur risiko kredit di KPR Bank X berdasarkan hasil pengujian back testing dan likelihood ratio. Oleh karena itu Rahardja merekomendasikan metode CreditRisk+ digunakan sebagai internal model di bank X untuk mengukur risiko kredit KPR. Armen (2014) melakukan penelitian dengan lembaga yang sama jenisnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahardja yakni Bank. Pembiayaan kredit di sektor UKM yang menjadi fokus penelitian Armen menjadi pembeda antara penelitiannya dengan Rahardja. Penelitian yang berjudul Analisis Risiko Kredit UKM Menggunakan Credit Risk Plus: Studi Kasus pada PT Bank XYZ Kantor Wilayah I. Penelitian tersebut menggunakan metode analisis data CreditRisk+. Penelitian tersebut membandingkan perbedaan kebutuhan modal yang harus dicadangkan untuk menutup risiko kredit UKM berdasarkan surat edaran Bank Indonesia No. 13/6/DPNP perihal Perubahan Penghitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko Untuk Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Portofolio Ritel ditetapkan dengan bobot risiko sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dengan pencadangan modal menggunakan metode CreditRisk+. Kesimpulan dari penelitian tersebut bahwa pencadangan modal berdasarkan CreditRisk+ jauh lebih kecil dibandingkan dengan berdasarkan SE BI No. 13/6/DPNP. Perbedaan pencadangannya sekitar Rp19.310.838.260,95. Metode CreditRisk+ melalui proses back testing dapat digunakan untuk mengestimasi pencadangan modal untuk menutup risiko kredit UKM oleh Bank XYZ. Namun kekurangan dari penelitian ini adalah data yang digunakan hanya selama periode 31 Oktober 2007 sampai 31 Oktober 2009, data yang digunakan diharapkan ditambah hingga tiga sampai lima tahun. Meilani (2010) meneliti risiko kredit kendaraan bermotor dalam jurnalnya yang berjudul Penerapan Metode CreditRisk+ dalam Pengukuran Risiko Kredit Kendaraan Bermotor (Kasus pada PT “X”). Meilani (2010) mengestimasi kerugian yang dapat diperkirakan (expected loss) dengan kerugian yang tidak terduga (unexpected loss), kebutuhan modal yang harus dicadangkan untuk menutup risiko kredit, serta pengujian akurasi metode CreditRisk+ untuk mengukur risiko kredit kendaraan bermotor di PT “X”. Setelah berhasil mengestimasi kerugian di sektor pertanian serta kredit KPR, hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pengujian back testing dan likelihood ratio, metode pengukuran risiko pembiayaan kendaraan bermotor dengan
18 menggunakan CreditRisk+ dapat diterima dan cukup akurat untuk mengukur risiko pembiayaan kendaraan bermotor PT. “X”. Beralih ke sektor obligasi korporasi, Yustine et al. (2012) dalam jurnalnya mengenai Pengukuran Probabilitas Kebangkrutan dan Valuasi Obligasi Korporasi dengan Metode CreditRisk+, melakukan pengujian akurasi metode CreditRisk+ untuk mengukur probabilitas kebangkrutan dan valuasi obligasi korporasi, serta mengestimasi besarnya probabilitas kebangkrutaan dan nilai valuasi dari obligasi korporasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode CreditRisk+ pun dapat digunakan untuk mengukur probabilitas kebangkrutan dan valuasi obligasi korporasi, serta besarnya probabilitas kebangkrutan dari obligasi tersebut yaitu sebesar 0.6321206 dan nilai valuasi dari obligasi ini sebesar Rp153 481 545 500. Berdasarkan penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu karena difokuskan pada risiko pembiayaan Bank Umum Syariah dengan skema pembiayaan murabahah untuk sektor usaha mikro dan kecil. Kerangka Pemikiran Operasional Lembaga keuangan bank di Indonesia menganut dual banking system, yakni bank dengan sistem konvensional dan bank berdasarkan prinsip syariah Islam. Keduanya memiliki risiko dalam menjalankan operasional bisnis sebagai lembaga keuangan. Menurut Rivai dan Arifin (2010), risiko yang dihadapi oleh bank syariah adalah risiko pembiayaan, likuiditas, operasional, pasar, hukum, strategik, kepatuhan, dan reputasi. Fokus penelitian ini adalah risiko pembiayaan yang dihadapi oleh bank syariah. Karim (2004) menyatakan bahwa pembiayaan bank syariah terbagi dalam dua jenis, yakni pembiayaan berbasis natural certainty contracts dan pembiayaan berbasis natural uncertainty contracts. Pembiayaan natural certainty contracts adalah kontrak yang dilakukan dengan menentukan secara pasti nilai nominal dari keuntungan di awal kontrak perjanjian (Hayati 2015). Pembiayaan berbasis natural certainty contracts antara lain pembiayaan murabahah, ijarah, ijarah muntahia bit tamlik, salam, dan istishna’. Pembiayaan berbasis natural certainty contracts memiliki risiko berupa default risk dan recovery risk. Lokasi penelitian ini dilakukan di Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga pada produk pembiayaan Warung Mikro Produktif dengan menggunakan akad murabahah. Pembiayaan Warung Mikro Produktif dikhususkan bagi nasabah yang memiliki usaha mikro dan kecil. Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga tidak terlepas dari risiko pembiayaan. Pembiayaan Warung Mikro Produktif memiliki risiko pembiayaan berupa risiko gagal bayar (default risk) serta risiko pengembalian kewajiban nasabah yang default (recovery risk). Risiko tersebut muncul disebabkan karena sektor usaha mikro dan kecil memiliki manajemen usaha yang kurang baik, agunan yang lemah, serta keuangan dan permodalan yang kurang stabil. Risiko pembiayaan yang dihadapi oleh Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga harus dapat diminimalisir dan dicegah melalui upaya-upaya manajemen risiko yang relevan. Diperlukan metode pengukuran risiko yang sesuai untuk meminimalisir dampak negatif dari risiko pembiayaan yang dilakukan. Credit Suisse First Boston (CSFB) (1997) menerbitkan metode CreditRisk+ untuk meminimalisir dan mencegah terjadinya risiko pembiayaan. Metode CreditRisk+ digunakan untuk menghitung nilai expected loss sebagai dasar dalam menentukan nilai pencadangan modal yang harus
19 dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri agar likuiditas dan kesehatan bank tetap stabil serta menghitung peluang nasabah default pada pembiayaan Warung Mikro Produktif disertai dengan nilai potential loss yang disebabkan oleh nasabah berpeluang default tersebut. Pihak Bank Syariah Mandiri dapat menentukan strategi yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya risiko serta kerugian yang berpeluang untuk didapatkan oleh Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga. Lembaga Keuangan Bank Indonesia Dual banking system
Bank konvensional
Bank syariah
Risiko
Pasar Pembiayaan
Reputasi Likuiditas
Hukum Operasional
Strategik Kepatuhan al
Risiko Pembiayaan
Risiko pembiayaan Natural Certainty Contract
Risiko pembiayaan Natural Uncertainty Contract
Pembiayaan Murabahah BSM KCP Dramaga Default risk dan recovery risk Manajemen risiko berupa pengukuran risiko
Expected loss
CreditRisk+ (CSFB 1997)
Potential loss
Gambar 3 Kerangka pemikiran Keterangan: : termasuk lingkup penelitian
20
METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari data pembiayaan murabahah Warung Mikro Produktif di Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga Bogor tahun 2013 sampai bulan Maret 2016. Data tersebut terdiri dari credit exposures, default rates, default rates volatility, dan recovery rates, sedangkan pendekatan kualitatif dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam (Lampiran 1) kepada informan. Penulis melakukan observasi secara langsung dan studi dokumentasi terkait. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara kepada informan, sedangkan data sekunder diperoleh dari pihak-pihak terkait dengan penelitian ini, seperti data-data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta laporan internal Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Dramaga Bogor. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen tertulis bank, buku, internet, jurnal-jurnal penelitian, skripsi, disertasi, dan laporan penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. Waktu dan Lokasi Pengambilan Data Waktu pengambilan data dimulai sejak bulan Januari 2016 hingga Maret 2016. Lokasi penelitian dilakukan di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Dramaga Bogor yang beralamat di Jalan Perwira No. 151 Dramaga, Bogor. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja (purposive). Penelitian ini difokuskan pada lembaga keuangan Syariah berupa Bank Umum Syariah. Peneliti memilih Bank Syariah Mandiri dikarenakan Bank Syariah Mandiri memiliki aset terbesar. Fokus penelitian dilaksanaan di Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga pada produk pembiayaan Warung Mikro Produktif menggunakan akad murabahah. Hal tersebut dikarenakan nilai NPF pembiayaan Warung Mikro Produktif lebih dari batas aman (5%) yakni 6.07% pada periode 8 Maret 2016 sehingga menjadi menarik untuk diteliti risiko pembiayaan yang dihadapi bank pada pembiayaan tersebut. Terdapat 198 nasabah pada pembiayaan Murabahah Warung Mikro Produktif di Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga. Total nilai pembiayaan hingga 8 Maret 2016 adalah Rp13 598 955 879 (total harga pokok adalah Rp9 813 725 000 dan total margin adalah Rp3 785 230 879). Apabila Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga dapat melakukan sistem manajerial yang baik terhadap operasional pembiayaan serta penanganan risiko pembiayaan dari pembiayaan Warung Mikro Produktif, baik usaha mikro dan kecil maupun Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga dapat berkembang dengan baik. Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga belum memiliki metode analisis kuantitatif untuk mengestimasi risiko pembiayaan yang dihadapi dari produk usaha yang dilaksanakan di bank tersebut sehingga Bank Syariah Mandiri memerlukan model analisis yang sesuai untuk memitigasi risiko pembiayaan.
21 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode pengamatan atau observasi, penelusuran literatur, wawancara, dan diskusi mendalam. Data dan informasi diperoleh dari hasil wawancara, baik secara langsung tatap muka maupun melalui alat komunikasi dengan pihak Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga. Data sekunder penelitian ini merupakan data populasi nasabah pembiayaan Warung Mikro Produktif Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga yang berjumlah 198 nasabah aktif (belum lunas) pembiayaan tersebut hingga 8 Maret 2016. Data populasi digunakan untuk menganalisis kerugian yang dapat diperkirakan serta potensi default dari setiap nasabah pembiayaan Warung Mikro Produktif. Metode Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan metode CreditRisk+. Fungsi descriptive statistics analysis pada perangkat tersebut digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik nasabah pembiayaan Warung Mikro Produktif. Data kualitatif berupa hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak bank. Metode tersebut mengestimasi potensi kerugian dari pembiayaan Warung Mikro Produktif yang disalurkan. Menurut Crouhy et al. (2000), terdapat tahapan-tahapan sistematis dalam melakukan analisis risiko pembiayaan dengan menggunakan metode CreditRisk+. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Pengumpulan dan pengolahan data Data yang digunakan berupa data debitur pembiayaan murabahah Warung Mikro Produktif Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga Bogor. 2. Penyusunan exposure Penulis melakukan penyusunan data yang telah disortir dari urutan terkecil hingga terbesar berdasarkan nilai exposure setiap nasabah. Exposure atau Loss Given Default (LGD) merupakan nilai tunggakan pokok pembiayaan dari setiap debitur. Debitur yang telah dinyatakan lunas namun masih memiliki tunggakan atas margin tidak termasuk debitur yang berpotensi memberikan risiko pembiayaan. 3. Pengelompokan band dan kelas Penulis melakukan penyusunan atau pengelompokkan nasabah ke dalam band berdasarkan nilai exposure yang telah diurutkan. Band merupakan nilai exposure yang telah dikelompokkan ke dalam range tertentu. Setelah dikelompokkan dalam lima band, setiap band tersebut dikelompokkan dalam sepuluh kelas. Kelas merupakan pengelompokkan nasabah berdasarkan exposure ke dalam range tertentu pada band. Kelas dihitung dengan cara membagi nilai exposure dengan nilai band nasabah tersebut. 4. Menentukan probability default Bank Indonesia menetapkan lima kategori tingkat kelancaran nasabah dalam mengembalikan tunggakan pembiayaan berdasarkan lamanya hari tunggakan. Lima kategori kolektibilitas tersebut adalah lancar, dalam perhatian
22
khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Lima kategori kolektibilitas tersebut dibentuk untuk mengetahui kualitas pembiayaan sehingga bank dapat mengestimasi tingkat cadangan modal yang harus disiapkan untuk mengantisipasi kerugian dari pembiayaan bermasalah tersebut. Probability of default merupakan besaran pencadangan modal yang harus disiapkan bank untuk mengantisipasi kerugian dari pemiayaan yang disalurkan. Persentase probability of default dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu mengikuti ketentuan perundang-undangan atau mengikuti kebijakan yang ditentukan oleh lembaga keuangan yang bersangkutan. Nilai probability of default pada penelitian ini ditentukan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/13/PBI/2011 tentang penilaian kualitas aktiva bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah karena Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga menyiapkan pencadangan modalnya berdasarkan peraturan tersebut (Bank Indonesia 2011). Menurut peraturan tersebut, masing-masing kolektibilitas memiliki nilai probability default atau cadangan khusus penyisihan, penghapusan aktiva sebagai berikut. 1. Kategori kolektibilitas lancar, probability of default: 1% 2. Kategori kolektibilitas dalam perhatian khusus, probabilitas of default: 5%. 3. Kategori kolektibilitas kurang lancar, probabilitas of default: 15%. 4. Kategori kolektibilitas diragukan, probabilitas of default: 50%. 5. Kategori kolektibilitas macet, probabilitas of default: 100%.
5. Menghitung expected loss Expected loss merupakan nilai kerugian yang dapat diperkirakan dari pembiayaan yang disalurkan. Nilai expected loss dapat ditentukan dengan cara melakukan perkalian antara exposure dengan probabilitas of default. Berikut fungsi dari expected loss pada setiap kelas dalam band. 𝑛 𝐸𝐿𝑗 = ∑𝑚 𝑖=1 ∑𝑗=1 𝐿𝐺𝐷𝑖𝑗 𝑃𝑖𝑗
(1)
Keterangan: ELj : Expected loss nasabah pada kelas ke-j LGDij : Loss Given Default (LGD) ke-i pada kelas ke-j Pij : Probability of default nasabah ke-i pada kelas ke-j : Jumlah nasabah dalam setiap band m : Jumlah kelas dalam setiap band n 6. Menghitung recovery rate Recovery rate merupakan presentase nilai pengembalian atas outstanding pembiayaan yang default. Nilai recovery rate didapatkan dari nilai rasio NPF atau nilai penghapusbukuan piutang yang memiliki kolektibilitas macet dengan melakukan likuidasi jaminan pembiayaan. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/29/DPbS tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah, NPF merupakan rasio pembiayaan bermasalah (Bank Indonesia 2007). Menurut Bank Indonesia, kondisi NPF yang baik tercipta pada saat rasio NPF suatu bank kurang dari 5%. NPF bertujuan untuk mengukur proporsi pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan atau dapat diformulasikan sebagai berikut.
𝑁𝑃𝐹 =
𝐽𝑃𝐵 𝐽𝑃
23 (2)
Keterangan: NPF : Non performing financing JPB : Jumlah pembiayaan bermasalah (kolektibilitas 3, 4, dan 5) JP : Jumlah pembiayaan total yang disalurkan bank 7. Menghitung real loss Real loss menunjukkan kewajiban nasabah yang tak tertagih akibat dari pembiayaan bermasalah. Real loss ditentukan untuk mengestimasi kerugian yang ditanggung bank dari pembiayaan yang default. Berikut adalah fungsi dari real loss. 𝑅𝑒𝑎𝑙 𝑙𝑜𝑠𝑠 = 1 − 𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑒
(3)
Nilai real loss berkisar dari 0 hingga 1. Apabila nilai real loss sama dengan 0 (nilai terendah dari nilai real loss), maka hal tersebut menunjukkan tidak ada kerugian sama sekali atau recovery rate mencapai 100%. Apabila nilai real loss sama dengan 1 (nilai tertinggi dari nilai real loss), maka hal tersebut menunjukkan kerugian mencapai 100% atau recovery rate mencapai 0%. 8. Menentukan expected loss individual dan peluang nasabah default dengan metode Poisson distribution Sebelum menghitung jumlah debitur yang berpeluang default, hitung nilai expected loss individual dalam band dengan cara membagi expected loss dengan nilai band. Setelah itu itung nilai expected loss individual setiap kelas pada masing-masing band yang menunjukkan tingkat kegagalan per nasabah per 1 (satu) rupiah. Berikut adalah fungsi expected loss individual setiap kelas dalam band. 𝑛𝑗 =
𝐸𝐿𝑗
(4)
𝐿𝑗
Keterangan: nj = Expected loss individual dalam kelas ke-j ELj = Expected loss pada kelas ke-j Lj = Kelas ke-j Apabila pada suatu kelas dalam band terdapat lebih dari satu nilai expected loss individual dalam band, maka nilai tersebut dirata-ratakan sehingga didapatkan nilai nj. Tahap selanjutnya adalah menghitung peluang jumlah nasabah default yang diperoleh melalui Poisson distribution. Berikut fungsi dari Poisson distribution. 𝛼𝑗 =
𝑚𝑛 𝑛!
𝑒 −𝑚
(5)
24
Keterangan: : Nilai Poisson distribution pada kelas ke-j j m : Rata-rata jumlah nasabah default setiap kelas pada setiap band : Jumlah ekspektasi nasabah macet (minimum = 0) n n! : n faktorial : Angka natural (e = 2.718281828) e Selain melalui fungsi tersebut, Poisson distribution dapat dihitung menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel dengan rumus POISSON (n,λ,1) dan ditentukan jumlah jumlah nasabah default pada tingkat kepercayaan 95%.
9. Menghitung potential loss Potential loss menunjukkan potensi kerugian dari pembiayaan yang disalurkan bank. Setelah didapatkan nilai potential loss setiap kelas, lalu menentukan nilai total potential loss dengan menjumlahkan nilai potential loss di masing-masing band. Berikut merupakan fungsi dari potential loss. 𝑗=𝑛
𝑃𝐿𝑗 = ∑𝑗=1 ∑0𝑖=1(𝐿𝑗 × 𝑛(𝛼 = 5%)𝑗 × 𝑅𝐿 × 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑛𝑑𝑘 ) Keterangan: PLj n( =5%) RLj Nilai bandk n
(6)
: Potential loss pada kelas ke-j : Jumlah nasabah yang diperkirakan macet berdasarkan Poisson distribution pada kelas ke-j : Real loss kelas ke-j : Nilai band ke-k : Jumlah kelas : Jumlah band
GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri dan Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga Berdasarkan keterangan Bank Syariah Mandiri (2010), Bank Syariah Mandiri berdiri pada tahun 1999 pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, lalu disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di bidang politik secara nasional telah menimbulkan beragam dampak negatif yang hebat terhadap seluruh aspek kehidupan masyarakat, tidak terkecuali di sektor usaha. Industri perbankan nasional yang saat itu didominasi oleh bank-bank konvensional pun mengalami krisis. Pemerintah mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia. Salah satu bank konvensional, yakni PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing untuk mengatasi permasalahan tersebut.
25 Pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB. Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk tim pengembangan perbankan syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system). Tim pengembangan perbankan syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karena itu tim pengembangan perbankan syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip Syariah Islam dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999. Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999 pada 25 Oktober 1999. Bank Indonesia menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. Bank Syariah Mandiri terus berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah Islam. Bank Syariah Mandiri membangun kantor cabang hingga kantor cabang pembantu di setiap daerah untuk memfasilitasi kebutuhan masyarakat atas bank syariah. Salah satu kantor cabang Bank Syariah Mandiri yakni Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Dramaga Bogor awalnya merupakan kantor kas yang beroperasi mulai tahun 2008 dan pada Februari 2010 menjadi Kantor Cabang Pembantu Dramaga. Pilot project unit warung mikro PT Bank Syariah Mandiri dirancang sejak bulan Juni tahun 2008. Namun pelaksanaan di Cabang Kota Bogor dimulai sejak bulan Desember tahun 2009, lalu bulan November tahun 2010, Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga mulai menyediakan layanan pembiayaan Warung Mikro Syariah hingga sekarang. Proses Pembiayaan Warung Mikro Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga Menurut hasil wawancara dengan pihak bank, proses pembiayaan Unit Warung Mikro Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga memiliki beberapa tahapan, dimulai dari pengajuan, verifikasi, pengambilan keputusan, pelaksanaan akad hingga pencairan dana pembiayaan. Tahapan-tahapan proses pembiayaan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Pengajuan pembiayaan. a. Calon nasabah (pemohon) mengisi formulir aplikasi permohonan pembiayaan warung mikro.
26
b. Melengkapi dan menyertakan berkas persyaratan sebagai berikut. 1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau identitas pemohon dan suami atau istri. 2. Fotokopi surat nikah (bila ada). 3. Fotokopi kartu keluarga. 4. Fotokopi surat keterangan usaha atau bekerja. 5. Fotokopi NPWP untuk plafon lebih dari Rp50 000 000. 6. Dokumen jaminan (sertifikat atau BPKB atau letter C atau kartu pasar atau izin trayek). 7. Pas foto 4x6. c. Verifikasi berkas calon nasabah oleh bagian administrasi. d. Pihak bank melakukan BI checking. BI checking merupakan pemeriksaan track record pembiayaan yang pernah dilakukan oleh calon nasabah. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kualitas calon nasabah dalam hal menunaikan kewajibannya sebagai nasabah pembiayaan, apakah calon nasabah tersebut pernah bermasalah dalam hal pembiayaan di bank, dan lain-lain. e. Survei usaha dan jaminan. f. Wawancara. Wawancara dilaksanakan secara langsung oleh pihak bank dengan keluarga serta tetangga calon nasabah yang tinggal di sekitar tempat tinggalnya tanpa diketahui oleh calon nasabah. g. Melakukan analisis Nota Analisa Pembiayaan (NAP). h. Komite pembiayaan. Tahap ini merupakan tahap pengambilan keputusan apakah calon nasabah layak atau tidak untuk menjadi nasabah pembiayaan warung mikro. i. Apabila disetujui, selanjutnya dilakukan penawaran kepada nasabah mengenai hasil komite pembiayaan terkait margin, plafon, serta jangka waktu pembiayaan melalui penerbitan surat penegasan penawaran pembiayaan. j. Apabila setuju, bank melakukan order kepada notaris untuk penjaminan. k. Pengecekan dokumen oleh BPN dan kepolisian. l. Prosesi akad antara pihak bank dengan nasabah bersama istri atau suami atau pihak ketiga apabila pemilik agunan adalah pihak ketiga dan disaksikan oleh notaris. m. Menyiapkan dokumen pencairan dana pembiayaan.
Karakteristik Pembiayaan Warung Mikro Produktif Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga Menurut hasil wawancara dengan pihak bank, berikut adalah karakteristik pembiayaan Warung Mikro Produktif Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga. 1. Jenis produk a. Produktif untuk nasabah yang memiliki usaha mikro dan kecil. b. Mutiguna (Golbertap). 2. Jangka waktu pembiayaan a. Minimal 1 (satu) tahun. b. Rp10 juta sampai dengan Rp50 juta maksimal 3 (tiga) tahun. c. Rp50 juta sampai dengan Rp200 juta maksimal 5 (lima) tahun.
27 3. Margin Penentuan jumlah margin mengacu pada margin efektif per tahun, sebagai berikut. a. Margin untuk pembiayaan Rp10 juta sampai dengan Rp50 juta sebesar 23% sampai 24%. b. Margin untuk pembiayaan Rp51 juta sampai dengan Rp100 juta sebesar 21% sampai 23%. c. Margin untuk pembiayaan lebih dari Rp101 juta sebesar 18% sampai 21%. 4. Keterlambatan pembayaran kewajiban nasabah pembiayaan dan denda Tindakan yang dilakukan pihak Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga pada saat terjadi pembiayaan yang macet adalah sebagai berikut. a. Macet 30 hari Nasabah yang pembiayaannya macet selama 30 hari akan menerima SP 1 (Surat Peringatan 1) surat peringatan berupa pemberitahuan tahap pertama. b. Macet 60 hari Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga akan memberikan SP 2 berupa peringatan lebih lanjut kepada nasabah yang menunggak pembiayaan selama kurun waktu 60 hari dengan mendatangi rumah atau tempat usaha nasabah. c. Macet 90 hari Apabila nasabah menunggak pembiayaan dalam kurun waktu 90 hari, Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga akan memberikan SP 3 serta pihak bank secara mendatangi tempat tinggal atau tempat usaha nasabah. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui kondisi nasabah serta bisnis yang dijalankannya sehingga pihak Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga dapat menyusun strategi perihal kemacetan pembiayaan yang dialami nasabah. d. Denda Keterlambatan pembayaran angsuran dikenakan denda sebesar 0,00069% per hari. Hal tersebut dilakukan bertujuan untuk mendisiplinkan nasabah sehingga meminimalisir praktik moral hazard yang dapat merugikan pihak bank serta nasabah lain. Namun denda tersebut tidak diinput sebagai pendapatan, tetapi diinput untuk dana sosial. Bank Syariah Mandiri bekerjasama dengan amil zakat untuk menyalurkan dana sosial tersebut. 5. Tindakan yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri jika terjadi gagal bayar adalah sebagai berikut. a. Restrukturasi atau reschedulling yakni pengurangan angsuran serta jangka waktu pembiayaan. b. Diskon margin dan atau denda. Nasabah hanya diwajibkan untuk membayar nilai pokok pembiayaan saja. Opsi ini dilaksanakan setelah meninjau kondisi keluarga dan usaha dari nasabah c. Menjual collateral bekerjasama dengan balai lelang. Proses lelang dilakukan secara sukarela, yakni menjalin kerjasama yang baik antara bank dengan nasabah selaku pemilik agunan tersebut. Karakteristik Nasabah Warung Mikro Produktif Warung Mikro Produktif Bank Syariah Mandiri memiliki nasabah aktif sebanyak 198 nasabah hingga Maret 2016. Karakteristik nasabah Warung Mikro Produktif perlu diketahui untuk menentukan strategi mitigasi risiko dari pembiayaan tersebut. Alat analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik nasabah
28 Warung Mikro Produktif adalah fungsi descriptive statistics analysis pada perangkat lunak SPSS. Analisis Statistika Deskriptif Analisis statistika deskriptif dilakukan untuk melihat nilai minimum, maksimum, rataan, serta standar deviasi terkait data pembiayaan yang diolah. Tabel 5 menunjukkan hasil analisis statistik deskriptif. Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa jangka waktu pembiayaan yang dilakukan nasabah pada pembiayaan Warung Mikro Produktif di Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga berkisar dari satu tahun hingga lima tahun dengan rataan pada 2.65 tahun. Tingkat kelancaran nasabah yang ditunjukkan melalui kolektibilitas dimulai dari kolektibilitas satu sampai empat dengan rataan pada 1.23. Nasabah melakukan pembiayaan dimulai dari plafon Rp10 juta sampai Rp200 juta dengan rataan Rp49.56 juta. Sisa outstanding pokok atau exposure nasabah pembiayaan ini mulai dari Rp1.06 juta hingga Rp191.03 juta dengan rataan Rp35.03 juta. Tabel 5 Analisis Statistika Deskriptif Indikator Minimum Maksimum a Jangka Waktu Pembiayaan 1 5 Kolektibilitas 1 4 b Plafon 10.00 200.00 b Exposure 1.06 191.03
Rataan 2.65 1.23 49.56 35.03
Standar Deviasi 1.00 0.60 3.95 35.94
Sumber: Data sekunder diolah (2016); adalam tahun; bdalam juta rupiah.
Jangka Waktu Pembiayaan Tabel 6 menunjukkan bahwa nasabah pembiayaan Warung Mikro Produktif melakukan pembiayaan dalam jangka waktu 1 sampai 5 tahun. Nasabah paling banyak melakukan pembiayaan dengan jangka waktu 3 tahun yakni sebanyak 78 nasabah (39.4%). Nasabah paling sedikit melakukan pembiayaan pada jangka waktu 5 tahun yaitu 12 nasabah (6.1%). Tabel 6 Karakteristik nasabah warung mikro produktif menurut jangka waktu pembiayaan Jangka Waktu Pembiayaan (Tahun) 1 2 3 4 5 Total
Jumlah Nasabah 22 68 78 18 12 198
Persentase 11.1 34.3 39.4 9.1 6.1 100.0
Sumber: Data sekunder diolah (2016).
Nilai Pembiayaan atau Plafon Nilai pembiayaan atau plafon dikelompokkan dalam lima kategori. Kategori tersebut dibentuk berdasarkan range pembiayaan yang dilakukan nasabah. Karakteristik nasabah berdasarkan nilai pembiayaan atau plafon ini bermanfaat bagi
29 pihak Bank Syariah Mandiri untuk mengetahui nilai pembiayaan atau plafon yang paling banyak digemari oleh nasabah Pengelompokkan nilai pembiayaan atau plafon nasabah ditunjukkan pada Tabel 7. Tabel 7 Pengelompokkan nilai pembiayaan atau plafon nasabah Kategori Nilai Pembiayaan atau Plafon (Rp) 1 0 10 000 000 2 10 000 001 50 000 000 3 50 000 001 - 100 000 000 4 100 000 001 - 150 000 000 5 150 000 001 - 200 000 000 Sumber: Data sekunder diolah (2016).
Tabel 8 Karakteristik nasabah warung mikro produktif menurut nilai pembiayaan Kategori Nilai Pembiayaan 1 2 3 4 5 Total
Jumlah Nasabah 5 151 29 7 6 198
Persentase 2.5 76.3 14.6 3.5 3.0 100.0
Sumber: Data sekunder diolah (2016).
Nasabah Pembiayaan Warung Mikro Produktif melakukan pembiayaan mulai dari Rp10 juta hingga Rp200 juta. Berdasarkan Tabel 8, nasabah warung mikro paling banyak melakukan pembiayaan pada plafon Rp10 000 001 s.d Rp50 000 000 yakni sebanyak 151 nasabah (76.3%). Nasabah paling sedikit melakukan pembiayaan pada plafon Rp0 s.d Rp10 000 000 yakni sebanyak 6 nasabah (3%). Tingkat Kelancaran Pembiayaan Lancar atau tidaknya pembiayaan ditunjukkan oleh tingkat kolektibilitas pembiayaan nasabah. Menurut hasil wawancara dengan pihak bank, berikut adalah kategori kolektibilitas Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga. 1. Nasabah pembiayaannya lancar dikategorikan ke dalam kolektibilitas 1. 2. Nasabah yang telah menunggak pembiayaan selama 1 sampai 30 hari (satu bulan) dikategorikan ke dalam kolektibilitas 2A. 3. Nasabah yang telah menunggak pembiayaan selama 31 sampai 60 hari (dua bulan) dikategorikan ke dalam kolektibilitas 2B. 4. Nasabah yang telah menunggak pembiayaan selama 61 sampai 90 hari (tiga bulan) dikategorikan ke dalam kolektibilitas 2C. 5. Nasabah yang telah menunggak pembiayaan selama 91 sampai 100 hari dikategorikan ke dalam kolektibilitas 3A. 6. Nasabah yang telah menunggak pembiayaan selama 101 sampai 110 hari dikategorikan ke dalam kolektibilitas 3B. 7. Nasabah yang telah menunggak pembiayaan selama 111 sampai 120 hari (empat bulan) dikategorikan ke dalam kolektibilitas 3C.
30 8. Nasabah yang telah menunggak pembiayaan selama 121 sampai 140 hari dikategorikan ke dalam kolektibilitas 4A. 9. Nasabah yang telah menunggak pembiayaan selama 141 sampai 160 hari dikategorikan ke dalam kolektibilitas 4B. 10. Nasabah yang telah menunggak pembiayaan selama 161 sampai 180 hari (enam bulan) dikategorikan ke dalam kolektibilitas 4C. 11. Nasabah yang pembiayaannya menunggak lebih dari 180 hari (enam bulan) dan atau dinyatakan gagal bayar dikategorikan ke dalam kolektibilitas 5. Penulis melakukan pengelompokkan tingkat kelancaran dalam lima kelompok kolektibilitas. Lima kelompok kolektibilitas tersebut adalah kolektibilitas 1, kolektibilitas 2 (kategori kolektibilitas 2A, 2B, dan 2C), kolektibilitas 3 (kategori kolektibilitas 3A, 3B, dan 3C), kolektibilitas 4 (kategori kolektibilitas 4A, 4B, dan 4C), serta kolektibilitas 5. Tingkat kelancaran nasabah Warung Mikro Produktif berada pada kolektibilitas 1 sampai 4 dan tidak terdapat nasabah pada kolektiblitas 5 atau dikategorikan sebagai nasabah macet. Tabel 9 Karakteristik nasabah warung mikro produktif menurut kolektibilitas Kolektibilitas Lancar Dalam Perhatian Khusus Diragukan Kurang Lancar Macet Total
Jumlah Nasabah 166 22 6 4 0 198
Persentase 83.8 11.1 3.0 2.0 0.0 100.0
Sumber: Data sekunder diolah (2016).
Tabel 9 menunjukkan bahwa nasabah Warung Mikro Produktif Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga paling banyak pembiayaannya berada pada kategori kolektibilitas 1 (lancar), yakni sebanyak 166 nasabah (83.8%), selain itu tidak terdapat nasabah yang pembiayaannya berada pada kolektibilitas 5 (macet), hanya terdapat 4 nasabah (2%) yang berada pada kolektibilitas 4 (kurang lancar). Band
Band merupakan pengelompokkan nasabah berdasarkan nilai exposure atau sisa outstanding pokok nasabah. Band dibagi dalam lima kelompok band. Kategori di setiap band menunjukkan range outstanding pokok atau sisa kewajiban nasabah kepada bank. Pembagian band dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Pembagian band Kategori Band Band (Rp) 1 1 000 000 2 10 000 000 3 50 000 000 4 100 000 000 5 150 000 000
Sumber: Data sekunder diolah (2016).
Nilai Exposure (Rp) 1 000 000 10 000 000 10 000 001 50 000 000 50 000 001 - 100 000 000 100 000 001 - 150 000 000 150 000 001 - 200 000 000
31 Sisa outstanding pokok atau exposure nasabah pembiayaan ini mulai dari Rp1.06 juta hingga Rp191.03 juta. Nasabah terbanyak pada pembiayaan Warung Mikro Produktif berada pada band 2 yakni dengan sisa outstanding pokok sebesar Rp10 000 000 s.d Rp50 000 000 sebanyak 123 nasabah (62.1%). Nasabah paling sedikit berada pada band 4 dengan sisa outstanding pokok Rp100 000 000 s.d Rp150 000 000 sebanyak 5 nasabah (2.5%) (Tabel 11). Tabel 11 Karakteristik nasabah warung mikro produktif menurut band Jumlah Nasabah 43 123 21 5 6 198
Band 1 2 3 4 5 Total
Persentase 21.7 62.1 10.6 2.5 3.0 100.0
Sumber: Data sekunder diolah (2016).
Jangka Waktu Pembiayaan Berisiko Default Peneliti mengelompokkan tingkat kelancaran pembiayaan ke dalam dua kategori, yakni lancar dan tidak lancar. Kategori lancar terdiri dari nasabah dengan kolektibilitas 1 (lancar) dan 2 (dalam perhatian khusus), sedangkan kategori tidak lancar terdiri dari 3 (kurang lancar), 4 (diragukan), dan 5 (macet). Tabel 12 Tingkat kelancaran pembiayaan nasabah berdasarkan jangka waktu pembiayaan
Jangka Waktu Pembiayaan (tahun)
Total
1 2 3 4 5
Tingkat Kelancaran Pembiayaan Lancar Tidak Lancar 22 0 65 3 73 5 17 1 11 1 188 10
Total 22 68 78 18 12 198
Sumber: Data sekunder diolah (2016).
Berdasarkan hasil olah data melalui cross tab (tabulasi silang) pada Tabel 12, pembiayaan lancar terbanyak berada pada jangka waktu pembiayaan tiga tahun yakni sebanyak 73 nasabah (36.9%), sedangkan pembiayaan tidak lancar terbanyak terdapat pada jangka waktu pembiayaan tiga tahun yakni sebanyak 5 nasabah (2.5%). Nilai Pembiayaan atau Plafon Berisiko Default Seperti penjelasan sebelumnya, nilai pembiayaan atau plafon dikelompokan dalam lima kategori range pembiayaan. Lima kategori range pembiayaan tersebut dihubungkan dengan tingkat kelancaran pembiayaan nasabah berdasarkan kategori kolektibilitas lancar dan tidak lancar. Analisis ini menggunakan cross tab. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui nilai pembiayaan nasabah yang berisiko default.
32 Tabel 13 Tingkat kelancaran pembiayaan nasabah berdasarkan nilai pembiayaan
Plafon
Total
1 2 3 4 5
Tingkat Kelancaran Pembiayaan Lancar Tidak Lancar 4 1 146 5 26 3 6 1 6 0 188 10
Total 5 151 29 7 6 198
Sumber: Data sekunder diolah (2016).
Berdasarkan hasil olah data melalui cross tab (tabulasi silang) pada Tabel 13, nasabah pembiayaan lancar terbanyak berada pada nilai pembiayaan Rp10 000 001 sampai dengan Rp50 juta yakni sebanyak 146 nasabah (73.7%). Nasabah pembiayaan tidak lancar paling banyak berada pada nasabah dengan nilai pembiayaan Rp10 000 001 sampai dengan Rp50 juta yakni sebanyak 5 nasabah (2.5%).
HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Kerugian Risiko Pembiayaan Murabahah Warung Mikro Produktif Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga Pengumpulan dan Pengolahan Data Data yang diperoleh dari Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga merupakan data nasabah aktif yang melakukan berbagai layanan pembiayaan di bank tersebut hingga periode Maret 2016. Terdapat 658 nasabah aktif yang menggunakan berbagai jasa pembiayaan seperti pembiayaan konsumer, komersial, warung mikro, dan lain-lain. Nasabah warung mikro berjumlah 446 nasabah yang terdiri dari dua produk warung mikro, yakni 248 nasabah Warung Mikro Golongan Berpenghasilan Tetap (Golbertap) atau Multiguna dan 198 nasabah Warung Mikro Produktif. Nasabah aktif (belum lunas) dari tahun 2013 hingga Maret 2016 Warung Mikro Produktif menjadi objek penelitian ini. Oleh karena itu data nasabah aktif Warung Mikro Produktif dipisahkan dari nasabah pengguna layanan pembiayaan lainnya pada tahap ini. Data nasabah Warung Mikro Produktif dapat dilihat pada Lampiran 2. Penyusunan Exposure dan Pengelompokan Band dan Kelas Data nasabah aktif Warung Mikro Produktif yang telah disortir, diurutkan berdasarkan exposure dari nilai exposure terendah hingga tertinggi. Nilai exposure ditunjukkan oleh nilai Loss Given Default (LGD) yakni tunggakan pokok yang tersisa dari setiap nasabah. Apabila nasabah telah lunas tetapi masih memiliki tunggakan marjin, maka tidak termasuk sebagai LGD. Exposure terkecil dari pembiayaan Warung Mikro Produktif adalah Rp1 060 578.12 dan nilai terbesarnya yaitu Rp191 034 897.94. Data dikelompokkan dalam lima kelompok band seperti yang ditampilkan pada Tabel 10.
33 Setelah dikelompokkan dalam lima band, nasabah dibagi dalam beberapa kelas. Kelas masing-masing nasabah ditentukan dengan cara membagi nilai exposure dengan band nasabah tersebut. Jumlah nasabah yang telah dibagi dalam band dan kelas dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Jumlah nasabah setiap kelas dalam band Kelas Band (Rp) 1 000 000 10 000 000 50 000 000 2 19 1 10 2 35 2 11 2 32 3 3 25 4 3 12 5 8 6 5 7 8 8 9 8 10 2 Total 43 123 21
Sumber: Data sekunder diolah (2016).
100 000 000
150 000 000
-
-
5
5
6
6
Tabel 14 memperlihatkan bahwa sebagian besar nasabah pembiayaan murabahah Warung Mikro Produktif berada pada band Rp10 000 000 (Rp10 000 001 hingga Rp50 000 000) dengan jumlah nasabah sebanyak 123 nasabah (62.121%), sedangkan nasabah pembiayaan murabahah Warung Mikro Produktif paling sedikit berada pada band Rp100 000 000 (Rp100 000 001 sampai Rp150 000 000) dengan jumlah nasabah sebanyak 5 nasabah (2.525%). Penentuan Nilai Probability of Default Penentuan nilai probability of default dalam penelitian ini mengacu pada nilai pencadangan modal dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/13/PBI/2011 tentang penilaian kualitas aktiva bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Hal tersebut dikarenakan Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga menggunakan Peraturan Bank Indonesia tersebut sebagai landasan untuk menentukan pencadangan economic capital dari pembiayaan Warung Mikro. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia tersebut, terdapat lima kualitas pembiayaan nasabah, yaitu pembiayaan lancar (kolektibilitas 1) dengan nilai probability of default sebesar 1%, pembiayaan dalam perhatian khusus (kolektibilitas 2) dengan nilai probability of default sebesar 5%, pembiayaan kurang lancar (kolektibilitas 3) dengan nilai probability of default sebesar 15%, pembiayaan diragukan (kolektibilitas 4) dengan nilai probability of default sebesar 50%, dan pembiayaan macet (kolektibilitas 5) dengan nilai probability of default sebesar 100%. Penghitungan Expected Loss Nilai probability of default masing-masing nasabah dikalikan dengan nilai exposure untuk mendapatkan nilai expected loss. Expected loss menunjukkan nilai kerugian yang dapat diperkirakan dari pembiayaan yang disalurkan. Nilai expected loss masing-masing band ditunjukkan pada Tabel 15.
34 Tabel 15 Jumlah nasabah dan nilai expected loss masing-masing band Band (Rp juta)
Lancar
1 10 50 100 150 Total
35 100 20 5 6 166
Dalam Perhatian Khusus 7 15 22
Kolektibilitas Kurang Diragukan Lancar 1 4 1 6
1 3 4
Macet
Expected Loss (Rp)
0
6979323.03 112402885.53 26229278.46 6058582.67 10741585.56 162411655.26
Expected Loss (%) 4.29 69.20 16.15 3.73 6.61 100.00
Sumber: Data sekunder diolah (2016).
Berdasarkan Tabel 15, total expected loss dari pembiayaan Warung Mikro Produktif adalah Rp162 411 655.3. Nilai total expected loss tersebut dijadikan landasan bagi bank untuk menyiapkan pencadangan modal. Oleh karena itu Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga harus menyiapkan pencadangan modal sesuai dengan nilai Rp162 411 655.3. Penghitungan Recovery Rate dan Real Loss Nilai real loss menunjukkan kewajiban nasabah yang tak tertagih akibat pembiayaan default. Nilai recovery rate diperlukan untuk mengetahui nilai real loss. Recovery rate merupakan nilai pengembalian atas outstanding pembiayaan yang default. Nilai recovery rate dihitung berdasarkan pencairan jaminan nasabah, nilai baki debet yang dihapusbukukan, atau NPF pembiayaan Warung Mikro Produktif. Nasabah diwajibkan memberikan agunan atau collateral sebagai jaminan dari pembiayaan yang dilakukan. Namun, Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga belum pernah melakukan likuidasi agunan yang dijadikan jaminan oleh nasabah pada pembiayaan Warung Mikro Produktif. Penghapusbukuan baki debet pun belum pernah dilakukan di pembiayaan Warung Mikro Produktif Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga. Pihak bank lebih mengutamakan melakukan teguran secara kekeluargaan atau restrukturasi (rescheduling) apabila nasabah mengalami masalah dalam mengembalikan kewajibannya terhadap bank. Nilai NPF pun tidak bisa digunakan sebagai nilai recovery rate karena nasabah pembiayaan Warung Mikro Produktif tidak ada yang default hingga periode pembiayaan Maret 2016. Oleh karena itu nilai recovery rate pada penelitian ini diasumsikan nol, sehingga sesuai dengan ketenttuan nilai real loss adalah 1 (Real Loss = 1 - Recovery Rate). Penentuan Expected Loss Individual dan Peluang Jumlah Nasabah Default dengan Poisson Distribution Jumlah debitur yang berpeluang default ditentukan dengan menggunakan Poisson distribution dengan tingkat kepercayaan 95%. Sebelum menentukan jumlah peluang debitur default, terlebih dahulu dihitung nilai expected loss individual dalam band (m = λ = nj) yang menunjukkan tingkat macet setiap debitur per 1 (satu) rupiah dalam masing-masing band. Nilai expected loss individual dalam band dan setiap kelas pada masing-masing band (nj) ditunjukkan pada Tabel 16.
35
Tabel 16 Nilai expected loss individual setiap kelas dalam band (nj) Kelas (Lj) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Band Rp1 Juta Expected lossa 0.01 0.04 0.66 0.03 0.12 0.08 0.18 0.12 0.28 0.09
nj 0.01 0.02 0.22 0.00 0.02 0.01 0.02 0.01 0.03 0.00
Band Rp10 Juta Expected lossa 0.03 0.06 0.11 0.05 0.25 -
nj 0.03 0.03 0.03 0.01 0.05 -
Band Rp50 Juta Expected lossa 0.01 0.03 -
nj 0.01 0.01 -
Band Rp100 Juta Expected nj lossa 0.01 0.01 -
Band Rp150 Juta Expected nj lossa 0.01 0.01 -
Sumber: Data sekunder diolah (2016); aExpected loss individual dalam Band.
Setelah didapatkan nilai nj yang merupakan nilai expected loss individual setiap kelas dalam band, jumlah nasabah yang memiliki peluang default ditentukan dengan alat bantu analisis statistik Poisson distribution pada tingkat kepercayaan 95% atau ndefault (=5%). Penghitungan jumlah nasabah macet dengan metode Poisson distribution selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 17 Penghitungan jumlah nasabah berpeluang macet setiap kelas dalam band Kelas (Lj) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
Band Rp1 juta nPb a default 0 0.988 0 0.975 1 0.978 0 0.990 0 0.975 0 0.985 0 0.974 0 0.985 0 0.968 0 0.990 1
Band Rp10 juta nPb a default 0 0.968 0 0.968 0 0.961 0 0.985 1 0.998 1
Band Rp50 juta nPb a default 0 0.987 0 0.981 0
Band Rp100 juta nPb a default 0 0.987 0
Band Rp150 juta nPb a default 0 0.988 0
Sumber: Data sekunder diolah (2016); aMenggunakan alat bantu analisis Poisson distribution dengan n-default ( = 5%); b Jumlah nasabah berpeluang macet ( = 5%).
Tabel 17 merupakan jumlah nasabah berpeluang default setiap kelas dalam band serta nilai peluangnya. Jumlah nasabah berpeluang default dalam band Rp1 juta berdasarkan Poisson distribution sebanyak 1 nasabah (2.32%) dari 43 nasabah yang termasuk dalam band ini. Jumlah nasabah berpeluang default dalam band Rp10 juta adalah 1 nasabah (0.81%) dari 123 nasabah berdasarkan Poisson distribution. Band Rp50 juta dengan total 21 nasabah tidak memiliki nasabah yang berpeluang default. Sama halnya dengan band Rp50 juta, Band Rp100 juta dengan total 5 nasabah dan band Rp150 juta dengan total 6 nasabah tidak memiliki nasabah yang berpeluang default. Jadi, total nasabah yang berpeluang default dari pembiayaan Warung Mikro Produktif Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga adalah sebanyak 2 nasabah. Jika dilihat karakteristik nasabahnya, terdapat 2 nasabah pada band Rp1 juta kelas 3. Masing-masing nasabah tersebut memiliki tingkat kelancaran pembiayaan yang berada pada kolektibilitas1 dan 4A artinya satu nasabah lancar namun nasabah
36 yang kedua memiliki pembiayaan macet selama 121 sampai dengan 140 hari. Hal tersebut membuat band Rp1 juta kelas 3 memiliki peluang 1 nasabah default. Sementara itu terdapat 12 nasabah pada band Rp10 juta kelas 5, yakni 1 nasabah dengan tingkat kelancaran pembiayaan berada pada kolektibilitas 2A (pembiayaan macet 1 sampai dengan 30 hari), 1 nasabah dengan tingkat kelancaran pembiayaan berada pada kolektibilitas 4B (pembiayaan macet 141 sampai dengan 160 hari), dan 10 nasabah dengan pembiayaan lancar. Hal tersebut membuat band Rp10 juta kelas 5 memiliki peluang nasabah default sebanyak 1 nasabah. Karakteristik nasabah bermasalah selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 4. Penghitungan Potential Loss Setelah didapatkan 2 nasabah yang berpeluang macet pada band Rp1 juta dan Rp10 juta, nominal kerugian yang berpeluang didapatkan dari masing-masing nasabah tersebut ditunjukkan oleh nilai potential loss. Potential loss atau potensi kerugian dihitung dengan cara melakukan perkalian antara kelas (Lj), real loss, n-default, dan nominal band. Hal ini dilakukan untuk dijadikan sebagai pedoman bagi pihak Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga dalam menentukan strategi mitigasi risiko yang tepat bagi nasabahnya yang berpeluang memberikan dampak kerugian bagi bank. Tabel 18 Nilai potential loss dalam band Kelas (Lj) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
Band Rp1 juta PLb
ndefaulta 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 3000000 0 0 0 0 0 0 0 3000000
Band Rp10 juta nPLb defaulta 0 0 0 0 0 0 0 0 1 50000000 1 50000000
Band Rp50 juta nPLb defaulta 0 0 0 0 0 0
Band Rp100 juta nPLb defaulta 0 0 0 0
Band Rp150 juta nPLb defaulta 0 0 0 0
Sumber: Data sekunder diolah (2016); aJumlah nasabah berpeluang macet ( = 5%); bPotential
loss dalam Rupiah.
Terdapat 1 nasabah yang berpeluang default dalam band Rp1 juta. Setelah dilakukan penghitungan, nilai potential loss yang berpeluang ditanggung dari 1 nasabah default dalam band tersebut sebesar Rp3 000 000. Terdapat 1 nasabah berpeluang default pada band Rp10 juta. Potential loss yang berpeluang ditanggung dari 1 nasabah tersebut sebesar Rp50 000 000. Band Rp50 juta, band Rp100 juta, dan band Rp150 juta tidak memiliki nasabah yang berpeluang default (Tabel 18). Oleh karena itu total potential loss yang berpeluang ditanggung oleh Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga dari 2 nasabah berpeluang default adalah Rp53 000 000.
37
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil yaitu nilai kerugian yang dapat diperkirakan (expected loss) pada Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga ditentukan berdasarkan Bank Indonesia Nomor: 13/13/PBI/2011 tentang penilaian kualitas aktiva bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Nilai expected loss dari pembiayaan murabahah Warung Mikro Produktif Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga adalah sebesar Rp162 411 655.3. Nilai tersebut merupakan nilai pencadangan modal yang harus disiapkan oleh Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga. Nasabah yang berpeluang macet diuji melalui alat analisis Poisson distribution menggunakan tingkat kepercayaan 95% (n-default =5%). Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa terdapat 2 nasabah (1.01% dari total 198 nasabah) yang berpeluang default dalam pembiayaan Warung Mikro Produktif ini. Jumlah potential loss dari 2 nasabah yang berpeluang macet tersebut adalah Rp53 000 000 atau sekitar 0.76% dari total exposure Rp6 936 266 368. Saran Saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut. 1. Bank Syariah Mandiri dapat menggunakan metode CreditRisk+ dalam mengestimasi potensi kerugian yang berpeluang didapatkan oleh bank yang disebabkan oleh pembiayaan nasabah yang bermasalah serta pencadangan modal yang harus disiapkan guna menjaga stabilitas finansial bank, sehingga pihak bank dapat melakukan serangkaian tindakan preventif unuk menekan kerugian yang berpeluang didapatkan dari risiko tersebut. 2. Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga dapat melakukan pencadangan penghapusan piutang sebanyak Rp53 000 000 sesuai dengan nilai potential loss dari 2 nasabah yang berpeluang default. 3. Sesuai dengan hasil penghitungan melalui Poisson distribution, dua nasabah yang berpeluang default memiliki pembiayaan dengan tingkat kelancaran masingmasing berada pada kolektibilitas 4 yakni kurang lancar. Oleh karena itu pihak Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga harus mencegah pembiayaan nasabahnya maksimal mencapai pembiayaan kurang lancar atau berada di kategori kolektibilitas 4, terlebih nasabah tersebut memiliki outstanding yang besar dan dapat menimbulkan kerugian yang besar bagi bank. Pihak Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga harus memberi peringatan, monitoring, dan menangani nasabah secara aktif dalam mengembalikan kewajibannya kepada bank selain itu meninjau secara langsung kondisi usaha yang dijalankan oleh nasabah, bagaimana kondisi usaha nasabah, apakah masih memiliki peluang bagi usahanya untuk berkembang sehingga pembiayaan nasabah yang sempat macet dapat kembali lancar. Apabila usaha nasabah bangkrut dan nasabah tidak mampu mengembalikan sisa outstanding, pihak bank bersama dengan nasabah bermusyawarah mencari solusi terbaik dari permasalahan tersebut.
38 4. Bagi akademisi, diperlukan pengembangan penelitian ke berbagai jenis lembaga keuangan syariah lainnya dengan akad dan produk yang berbeda serta menambah data pembiayaan lebih dari tiga tahun.
DAFTAR PUSTAKA Armen A. 2014. Analisis risiko kredit UKM menggunakan credit risk plus: studi kasus pada PT Bank Xyz kantor wilayah I. (Tesis). Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada. [Internet]. [diunduh pada 20 Mei 2015]. Tersedia pada: http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?act=view&buku_id=83896&mod=pe nelitian_detail&sub=PenelitianDetail&typ=html. [BAPPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2014. Laporan analisis daya saing UMKM di Indonesia. [internet]. [dikutip tanggal 25 Maret 2016]. Tersedia pada: http://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/17415/8810/. Bank Syariah Mandiri. 2010. Pembiayaan warung mikro. [internet]. [dikutip tanggal 26 Maret 2016]. Tersedia pada: www.syariahmandiri.co.id/category/businessbanking/micro-banking-business/warung-mikro/. _____. 2010. Sejarah. [internet]. [dikutip tanggal 26 Maret 2016]. Tersedia pada: www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/profilperusahaan/sejarah/. [BI] Bank Indonesia. 2007. Lampiran surat edaran Bank Indonesia No. 9/29/DPbS. [Internet]. [dikutip tanggal 10 April 2016]. Tersedia pada: http://www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Documents/034563d78ef24178876 c577c2bbd0ff9lampiran_se_091208.zip. _____. 2008. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah. [Internet] . [diunduh 2 Maret 2016]. Tersedia pada: http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/uubi/Documents/UU20Tahun2008UMKM.pdf. _____. 2008. Undang-undang Republik Indonesia nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah. [Internet] . [diunduh 2 Maret 2016]. Tersedia pada: www.bi.go.id/id/tentang-bi/uu-bi/Documents/UU_21_08_Syariah.pdf. _____. 2011. Peraturan Bank Indonesia no. 13/13/PBI/2011 tentang penilaian kualitas aktiva bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah. [Internet] [diunduh 2 Maret 2015]. Tersedia pada: http://www.bi.go.id/d/peraturan/perbankan/Documents/8692eb05fb1e48c8b32f b6feb77e30e9pbi_131312.pdf _____. 2015. Peraturan Bank Indonesia nomor 17/12/pbi/2015 tentang perubahan atas peraturan Bank Indonesia nomor 14/22/pbi/2012 tentang pemberian kredit atau pembiayaan oleh bank umum dan bantuan teknis dalam rangka pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah [internet] [diunduh November 2015]. Tersedia pada: http://www.bi.go.id/id/peraturan/ssk/Documents/pbi_171215_rev.pdf. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Keadaan ketenagakerjaan Agustus 2015. [Internet]. [diunduh pada Desember 2015]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/website/brs_ind/brsInd-20151105121046.pdf.
39 _____. 2015. Profil kemiskinan di Indonesia Maret 2015. [internet]. [diunduh pada 19 Februari 2016]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/websitebrs_ind/brsInd20150915122517.pdf. [CSFB] Credit Suisse First Boston International. 1997. Creditrisk+: A Management Framework. London (GB). Credit Suisse First Boston Internasional. Crouhy Michel, Dan G, Robert M. 2000. Risk Management: Comprehensive Chapters on Market, Credit, and Operational Risk, Features An Integrated VaR Framework, Hedging Strategies for Reducing Risk. New York (US): McGrawHill Education. [Internet]. [diunduh 29 Maret 2016]. Tersedia pada: https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://wafaasherif. com/new/ar/wpcontent/uploads/2012/11/Risk%2520Management%2520 %2520Michel%2520Crouhy.pdf&ved=0ahUKEwidoaywiubLAhVNj44KHcyu BBYQFggYMAA&usg=AFQjCNH09sg_6TQoR87KF6JuGJyHV-Y aA&sig2=b210jWsIvPHtD_3rf2dx5A Hayati RR. 2015. Pengaruh cost of loanable fund, overhead cost, dan risk factors terhadap tingkat margin pembiayaan berbasis natural certainty contract di industri perbankan syariah. Jurnal ekonomi syariah teori dan terapan. [Internet]. [dikutip tanggal 24 Juni 2016]. 02(05):441-458. Tersedia pada: http://e-journal.unair.ac.id/index.php/JESTT/article/download/584/387. Iqbal A. 2006. Analisis risiko pembiayaan syariah, pendekatan metode creditrisk+ portofolio (studi kasus: BMT prima dinar cabang Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Karim AA. 2004. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta (ID): PT Rajagrafindo Persada. [Kemenkop dan UKM] Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. 2013. Data usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) dan usaha besar (UB) tahun 2012-2013. [Internet]. [diunduh pada 16 mei 2016]. Tersedia pada: http://www.depkop.go.id/berita-informasi/data-informasi/dataumkm/?eID=tx_rtgfiles_download&tx_rtgfiles_pi1%5Buid%5D=9. [Kemensetneg] Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia. 2013. Kajian kebijakan penguatan peran pemerintah daerah dalam percepatan pengentasan kemiskinan [internet]. [diunduh pada 15 Mei 2016]. Tersedia dari: http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=6804 Khan T, Ahmed H. 2008. Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah. Basri IA, penerjemah; Yustianti F, editor. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara. Terjemahan dari: Risk Management An Analysis of Issues in Islamic Financial Industry. Machmud A, Rukmana. 2010. Bank Syariah Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Meilani A. 2010. Penerapan metode creditrisk+ dalam pengukuran risiko kredit kendaraan bermotor (kasus pada PT ”X”). Jurnal organisasi dan manajemen; 6(2):101-118. [Internet]. [diunduh pada tanggal 20 Mei 2015]. Tersedia pada: http://jurnal.ut.ac.id/JOM/article/view/223 Muhammad. 2005. Bank Syari’ah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia. Jakarta (ID): Graha Ilmu. Nawawi I. 2012. Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer. Bogor (ID): Penerbit Ghalia Indonesia. Nugroho FA. 2014. Faktor-faktor yang mempengaruhi non performing financing (NPF) pada perbankan syariah di Indonesia (periode 2009 – 2012). [Tesis].
40
Yogyakarta (ID): Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. [Internet]. [diunduh pada 20 Mei 2016]. Tersedia pada: http://thesis.umy.ac.id/datapublik. [OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2014. Statistik perbankan syariah. [Internet]. [diunduh pada tanggal 19 Februari 2016]. Tersedia pada: http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/statistik-perbankansyariah/Documents/SPSDesember2014_1424172863.pdf. Putriana P. 2012. Strategi penanggulangan kemiskinan melalui pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Jurnal penelitian sosial keagamaan. [internet]. [dikutip tanggal 17 Mei 2016]. Tersedia pada: http://ejournal.uinsuska.ac.id/index.php/Kutubkhanah/article/view/235/221. Rahardja SB. 2009. Analisis pengukuran risiko kredit kpr consumer banking bank x dengan metode credit risk+. [Skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia. Rivai V, Arifin A. 2010. Islamic Banking Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara. Tambunan, TTH. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Beberapa Isu Penting. Jakarta (ID): PT Salemba Empat. Tsabita K. 2013. Analisis risiko pembiayaan syariah pada sektor pertanian kasus: BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang, Bogor. [Skripsi]. Jakarta (ID): Institut Pertanian Bogor. Yustine Y, Hoyyi A, Maruddani DAI. 2012. Pengukuran probabilitas kebangkrutan dan valuasi obligasi korporasi dengan metode creditrisk+. Jurnal gaussian. [Internet]. [dikutip tanggal 17 Mei 2016]. 1(1):259-268. Tersedia pada: http://download.portalgaruda.org/article.php?article=74149&val=4706. Wangsawidjaja ZA. 2012. Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
Lampiran 1 Hasil wawancara dengan pihak Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga
41
Analisis Risiko Pembiayaan Murabahah Warung Mikro Produktif PT Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga Bogor (Informan: PT Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga Bogor) Hari/Tanggal Wawancara Lokasi Wawancara Nama Informan
: : :
Rabu/17 Februari 2016 Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga Bogor Tiar Rachman
Daftar Pertanyaan dan jawaban 1. Bagaimana sejarah PT Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga Bogor? Awalnya merupakan kantor kas yang beroperasi sejak tahun 2008, lalu menjadi kantor cabang pembantu sejak Februari 2010. 2. Bagaimana sejarah Unit Pembiayaan Warung Mikro PT Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga Bogor? Pilot project dirancang sejak Juni 2008. Pelaksanaan di Kota Bogor sejak Desember 2009. Pembiayaan warung mikro syariah dimulai di PT Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga Bogor pada November 2010. 3. Seperti apa produk Bank Syariah Mandiri Unit Warung Mikro? 1.1. Produktif: untuk yang punya usaha a) Tunas: plafon kurang dari 10jt b) Madya: plafon 10-50jt c) Utama: plafon 50-200jt 1.2. Multiguna: untuk pegawai a) Tunas: plafon kurang dari 10jt b) Madya: plafon 10-50jt c) Utama: plafon 50-200jt Akad di semua produk Warung Mikro adalah ijarah dan murabahah. Paling banyak nasabah menggunakan produktif dengan plafon < 100jt 4. Berapa lama jangka waktu pembiayaan Warung Mikro? a. Minimal 1 tahun b. 10-50jt: maksimal 3 tahun c. 50-200jt: maksimal 5 tahun 5. Bagian apa yang bertugas dalam hal manajemen risiko? Micro Analyze Financing/Asisten analis risiko Micro Banking Manager | Asisten Analis Mikro | Marketing Mikro | Admin Mikro
42 6. Apa tujuan pembiayaan Warung Mikro? a. Meningkatkan pendapatan bank dan menambah unit bisnis Bank Syariah Mandiri b. Mendukung program pemerintah untuk meningkatkan UMKM agar usahanya berkembang dan mudah mendapatkan bantuan permodalan c. Dari sisi syariah, mencegah praktik riba seperti rentenir yang menerapkan konsep bunga yang tinggi, serta memberikan awareness kepada masyarakat mengenai cara untuk mendapatkan bantuan permodalan sesuai syariah 7. Bagaimana kebijakan penetapan marjin pada pembiayaan Warung Mikro? Margin yg diambil mengacu pada magin efektif per tahun: Plafon a. 10-50jt: 23-24% b. 50-100: 23-21% c. >100: 21-18% 8. Strategi apa yang dilaksanakan Bank Syariah Mandiri agar Bank Syariah dapat bersaing dengan bank konvensional? a. Selain menjadi lembaga pembiayaan, juga menjadi lembaga pembinaan. Contohnya di beberapa kelurahan dilakukan pembinaan terhadap UMKM, berupa pelatihan usaha, bantuan fasilitas penunjang usaha, dsb. b. Menjalin kerasama dengan pemerintah dan lembaga-lembaga seperti pemda, depag, dinas pendidikan, BAZNAS, pesantren, serta lembaga-lembaga pendidikan, dalam melaksanakan pelatihan dan penghargaan. 9. Tindakan apa yang dilakukan Bank Syariah Mandiri Dramaga pada saat terjadi pembiayaan macet? a. 30 hari: SP 1 = Surat peringatan berupa pemberitahuan b. >60 hari: SP 2 = Surat peringatan berupa pemberitahuan lebih lanjut c. >90 hari: SP 3 = Surat peringatan berupa pemanggilan dan pemeriksaan terhadap nasabah SP 2 dan SP 3 didatangi pihak bank ke lokasi narasumber untuk dilakukan pengecekan kondisi usaha & keluarga. 10. Bagaimana ketentuan denda pada pembiayaan Warung Mikro? Keterlambatan pembayaran angsuran dikenakan denda sebesar 0,00069% per hari. Hal tersebut dilakukan bertujuan untuk mendisiplinkan nasabah sehingga meminimalisir praktik moral hazard yang dapat merugikan pihak bank serta nasabah lain. Namun denda tersebut tidak diinput sebagai pendapatan, tetapi diinput untuk dana sosial. Bank Syariah Mandiri bekerja sama dengan amil zakat untuk menyalurkan dana sosial tersebut. 11. Collateral atau agunan apa saja digunakan sebagai penjamin dari pembiayaan Warung Mikro? a. sepeda motor: maaksimal 5 tahun b. mobil: maksimal 15 tahun c. mobil niaga: maaksimal 5 tahun d. tanah dan bangunan: 1. surat: akta jual beli : plafon 50jt 2. sertifikat: plafon 200jt 12. Tindakan apa yang dilakukan Bank Syariah Mandiri ketika terjadi gagal bayar? Jika terjadi gagal bayar: a. Restrukturasi atau Rescheduling yakni pengurangan angsuran serta jangka waktu pembiayaan.
43 b. Diskon margin dan atau denda. Nasabah hanya diwajibkan untuk membayar nilai pokok pembiayaan saja. Opsi ini dilaksanakan setelah meninjau kondisi keluarga dan usaha dari nasabah c. Menjual collateral bekerjasama dengan balai lelang. Proses lelang dilakukan secara sukarela, yakni menjalin kerjasama yang baik antara bank dengan nasabah selaku pemilik agunan tersebut. 13. Sebutkan langkah untuk mendapatkan pembiayaan warung mikro PT Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga! 1. Mengisi formulir aplikasi permohonan pembiayaan warung mikro. 2. Melengkapi dan menyerahkan berkas persyaratan: a. Fotokopi KTP atau identitas pemohon dan suami atau istri. b. Fotokopi surat nikaah (bila ada). c. Fotokopi kartu keluarga. d. Fotokopi surat keterangan usaha atau bekerja. e. Fotokopi NPWP untuk plafon lebih dari Rp50 000 000. f. Dokumen jaminan (sertifikat atau BPKB atau leter C atau kartu pasar atau izin trayek). g. Pas foto 4x6. 3. Verifikasi berkas oleh pihak admin. 4. Melakukan BI checking BI checking merupakan pengecekan track record pembiayaan calon nasabah di bank lain. 5. Survey usaha dan jaminan. 6. Wawancara Wawancara dilaksanakan secara langsung dengan pihak keluarga serta tetangga tanpa diketahui oleh calon nasabah. 7. Melakuan analisis Nota Analisa Pembiayaan (NAP). 8. Komite pembiayaan Tahap ini merupakan tahap pengambilan keputusan apakah calon nasabah layak atau tidak untuk menjadi nasabah pembiayaan warung mikro 9. Apabila disetujui, selanjutnya dilakukan penawaran kepada nasabah mengenai hasil komite pembiayaan terkait margin, plafon, serta jangka waktu pembiayaan melalui penerbitan surat penegasan penawaran pembiayaan. 10. Apabila setuju, bank melakukan order kepada notaris untuk penjaminan. 11. Pengecekan dokumen oleh BPN dan kepolisian. 12. Prosesi akad antara pihak bank dengan nasabah bersama istri atau suami atau pihak ketiga apabila pemilik agunan adalah pihak ketiga dan disaksikan oleh notaris. 13. Menyiapkan dokumen pencairan dana pembiayaan.
44 Lampiran 2 Data nasabah warung mikro produktif Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Nilai Pembiayaan 25,000,000.00 10,000,000.00 10,000,000.00 10,000,000.00 10,000,000.00 10,100,000.00 20,000,000.00 10,000,000.00 10,100,000.00 10,100,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00 20,000,000.00 20,000,000.00 10,100,000.00 10,100,000.00 11,000,000.00 50,000,000.00 20,000,000.00 11,000,000.00 10,100,000.00 10,100,000.00 20,000,000.00 10,100,000.00 10,500,000.00 20,000,000.00 50,000,000.00 20,000,000.00 35,000,000.00 10,100,000.00 30,000,000.00 10,100,000.00 10,100,000.00 15,000,000.00 12,000,000.00 25,000,000.00 13,625,000.00 20,000,000.00 17,500,000.00 30,000,000.00 100,000,000.00 30,000,000.00 15,000,000.00 30,000,000.00 20,000,000.00 30,000,000.00 15,000,000.00 75,000,000.00 20,000,000.00 20,000,000.00
Margin 14,198,962.65 2,183,032.66 3,173,239.39 2,450,757.06 2,361,113.63 1,596,525.84 3,161,437.27 3,748,563.16 2,384,724.81 1,596,525.84 15,866,197.13 18,336,956.68 3,161,437.27 3,161,437.27 2,959,195.02 3,204,971.80 3,490,563.39 24,454,457.83 6,346,478.87 2,179,962.89 3,204,971.80 3,204,971.80 6,346,478.87 2,475,264.70 3,331,901.33 4,901,514.26 15,866,197.13 6,346,478.87 17,118,120.41 3,204,971.80 4,390,850.03 2,475,264.70 2,959,195.02 4,759,859.14 2,833,336.39 9,371,407.83 3,339,156.57 2,927,233.36 4,288,824.94 9,519,718.27 12,313,255.56 6,549,098.02 3,676,135.68 8,067,190.00 2,927,233.36 4,390,850.03 3,274,548.98 42,366,607.74 4,722,227.29 6,346,478.87
Total Pembiayaan 39,198,962.65 12,183,032.66 13,173,239.39 12,450,757.06 12,361,113.63 11,696,525.84 23,161,437.27 13,748,563.16 12,484,724.81 11,696,525.84 65,866,197.13 68,336,956.68 23,161,437.27 23,161,437.27 13,059,195.02 13,304,971.80 14,490,563.39 74,454,457.83 26,346,478.87 13,179,962.89 13,304,971.80 13,304,971.80 26,346,478.87 12,575,264.70 13,831,901.33 24,901,514.26 65,866,197.13 26,346,478.87 52,118,120.41 13,304,971.80 34,390,850.03 12,575,264.70 13,059,195.02 19,759,859.14 14,833,336.39 34,371,407.83 16,964,156.57 22,927,233.36 21,788,824.94 39,519,718.27 112,313,255.56 36,549,098.02 18,676,135.68 38,067,190.00 22,927,233.36 34,390,850.03 18,274,548.98 117,366,607.74 24,722,227.29 26,346,478.87
Exposure 1,060,578.12 1,310,913.38 1,572,698.01 1,983,394.80 2,593,860.80 2,792,798.95 3,729,215.30 3,773,324.89 4,431,982.33 4,550,145.72 5,302,547.21 5,474,794.03 5,530,294.86 5,530,294.86 5,695,931.44 5,744,449.95 5,798,539.33 5,925,871.41 6,080,503.74 6,442,548.33 6,556,589.14 6,948,823.75 7,014,599.70 7,209,134.41 7,224,024.75 7,655,540.98 7,863,490.64 7,927,397.05 8,018,893.71 8,072,677.86 8,238,174.44 8,342,723.47 8,401,475.68 8,531,361.40 8,539,099.56 8,651,494.78 8,658,414.38 8,962,151.14 8,969,989.78 9,120,755.49 9,190,937.49 9,524,583.95 9,532,199.36 10,265,438.03 10,642,173.49 10,868,592.44 11,395,906.03 11,525,057.44 12,124,771.74 12,188,519.70
Outstanding Margin 28,282.08 42,756.88 73,956.80 91,731.26 153,053.27 131,332.57 260,064.48 427,625.02 423,188.46 323,406.76 5,206,224.28 219,952.25 260,064.48 131,024.27 833,666.02 908,035.89 842,968.95 278,666.88 2,082,489.72 696,598.24 1,204,644.36 1,906,050.96 854,762.62 1,612,694.43 1,420,913.60 644,963.84 8,503,408.46 4,163,879.25 4,977,577.59 1,366,783.58 595,024.23 1,174,375.41 1,937,053.69 1,348,568.22 1,349,791.39 896,118.47 1,237,343.59 590,862.76 1,016,554.93 4,059,753.29 168,500.51 627,943.22 1,362,213.12 837,492.33 821,443.19 359,538.06 1,802,379.35 700,630.92 1,609,798.99 2,706,502.21
45 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103
20,000,000.00 15,000,000.00 20,000,000.00 35,000,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00 35,000,000.00 20,000,000.00 20,000,000.00 20,000,000.00 50,000,000.00 30,000,000.00 25,000,000.00 20,000,000.00 20,000,000.00 20,000,000.00 30,000,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00 20,000,000.00 20,000,000.00 30,000,000.00 20,000,000.00 70,000,000.00 50,000,000.00 30,000,000.00 25,000,000.00 20,000,000.00 40,000,000.00 65,000,000.00 30,000,000.00 40,000,000.00 50,000,000.00 30,000,000.00 35,000,000.00 30,000,000.00 30,000,000.00 35,000,000.00 30,000,000.00 50,000,000.00 40,000,000.00 79,000,000.00 30,000,000.00 30,000,000.00 30,000,000.00 25,000,000.00 40,000,000.00 30,000,000.00 30,000,000.00 35,000,000.00 50,000,000.00 40,000,000.00 30,000,000.00
5,081,229.00 6,756,935.03 9,009,246.75 7,022,324.37 24,454,457.67 24,454,457.67 8,263,897.74 6,346,478.87 6,346,478.87 6,346,478.87 7,903,593.15 8,067,190.00 5,457,581.66 5,859,792.12 4,366,065.34 9,781,783.21 14,672,674.71 21,567,686.59 21,567,686.59 4,366,065.34 6,346,478.87 8,789,688.18 5,378,126.73 34,236,240.89 20,083,378.15 17,038,755.36 11,261,558.35 12,368,614.51 22,718,340.30 24,365,660.39 26,044,477.15 9,803,028.44 28,397,925.41 9,519,718.27 17,118,120.41 8,789,688.18 13,513,870.11 11,106,337.95 8,789,688.18 24,454,457.67 19,563,566.20 44,626,160.27 8,067,190.00 13,513,870.11 14,672,674.71 12,227,228.92 11,719,584.28 12,371,480.77 10,184,930.08 23,551,606.07 24,454,457.67 18,018,493.65 20,187,090.80
25,081,229.00 21,756,935.03 29,009,246.75 42,022,324.37 74,454,457.67 74,454,457.67 43,263,897.74 26,346,478.87 26,346,478.87 26,346,478.87 57,903,593.15 38,067,190.00 30,457,581.66 25,859,792.12 24,366,065.34 29,781,783.21 44,672,674.71 71,567,686.59 71,567,686.59 24,366,065.34 26,346,478.87 38,789,688.18 25,378,126.73 104,236,240.89 70,083,378.15 47,038,755.36 36,261,558.35 32,368,614.51 62,718,340.30 89,365,660.39 56,044,477.15 49,803,028.44 78,397,925.41 39,519,718.27 52,118,120.41 38,789,688.18 43,513,870.11 46,106,337.95 38,789,688.18 74,454,457.67 59,563,566.20 123,626,160.27 38,067,190.00 43,513,870.11 44,672,674.71 37,227,228.92 51,719,584.28 42,371,480.77 40,184,930.08 58,551,606.07 74,454,457.67 58,018,493.65 50,187,090.80
12,195,139.98 12,588,101.09 12,966,700.05 13,076,952.49 13,215,383.15 13,215,383.15 13,313,166.20 13,760,047.11 13,760,047.11 13,760,047.11 13,825,737.09 14,247,573.73 15,067,631.44 15,186,985.86 15,194,541.35 15,536,610.91 15,554,212.80 16,162,110.34 16,162,110.34 16,197,270.78 16,693,749.87 16,918,608.34 17,988,025.86 18,501,536.10 18,768,110.66 19,280,345.20 19,862,803.12 20,000,000.00 20,134,474.53 20,423,894.86 20,449,003.02 20,502,833.82 20,526,783.11 20,640,070.61 21,081,482.56 21,657,818.82 21,713,182.87 22,720,853.54 22,780,478.79 22,962,957.90 23,000,752.26 23,135,052.17 23,779,354.25 23,835,363.66 23,986,147.17 24,087,969.63 24,189,031.47 25,047,750.62 25,335,159.25 25,497,373.97 25,923,688.07 25,933,400.16 26,583,276.25
1,738,876.14 4,333,959.46 3,149,548.14 930,488.92 11,956,654.97 5,099,002.62 1,108,132.98 506,116.03 669,790.02 2,706,502.21 650,161.19 1,613,755.39 1,853,247.26 3,130,366.88 2,754,113.36 5,145,183.05 3,059,401.68 1,729,811.15 1,729,811.15 2,403,172.49 2,706,502.21 2,476,235.72 4,217,835.02 4,042,534.91 2,256,902.68 5,545,664.63 6,326,100.13 12,368,614.51 4,255,991.13 1,917,520.11 8,507,310.15 2,323,554.15 9,242,774.18 759,174.04 10,328,104.37 4,201,973.28 7,591,320.25 4,174,510.21 4,695,550.32 11,077,463.13 5,126,487.25 2,620,398.10 6,326,752.43 6,087,345.18 8,277,451.24 11,071,079.91 3,825,743.33 11,771,480.77 6,812,784.81 9,877,554.63 3,923,374.03 6,299,096.37 14,193,734.95
46 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156
35,000,000.00 30,000,000.00 40,000,000.00 33,000,000.00 30,000,000.00 70,000,000.00 40,000,000.00 30,000,000.00 30,000,000.00 35,000,000.00 40,000,000.00 30,000,000.00 40,000,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00 60,000,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00 51,000,000.00 50,000,000.00 40,000,000.00 45,000,000.00 40,000,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00 40,000,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00 40,000,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00 40,000,000.00 40,000,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00 70,000,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00
11,106,337.95 8,067,190.00 11,719,584.28 8,873,909.02 12,371,480.77 34,236,240.89 18,018,493.65 7,352,271.35 12,371,480.77 17,118,120.41 11,719,584.28 12,371,480.77 11,339,927.56 10,915,163.34 14,649,480.34 18,742,815.73 15,866,197.13 20,619,134.65 40,374,181.98 28,397,925.41 22,523,116.93 22,523,116.93 31,539,967.27 9,402,955.93 16,495,307.81 20,270,805.18 9,803,028.44 22,523,116.93 22,523,116.93 22,595,524.25 24,454,457.67 22,523,116.93 16,495,307.81 24,454,457.67 15,866,197.13 14,622,474.16 14,994,252.57 20,619,134.65 32,856,736.21 30,921,536.29 24,454,457.67 32,856,736.21 20,619,134.65 33,645,151.53 12,253,785.54 15,866,197.13 15,866,197.13 28,244,405.25 18,742,815.73 28,866,788.61 20,619,134.65 6,445,792.77 12,253,785.54
46,106,337.95 38,067,190.00 51,719,584.28 41,873,909.02 42,371,480.77 104,236,240.89 58,018,493.65 37,352,271.35 42,371,480.77 52,118,120.41 51,719,584.28 42,371,480.77 51,339,927.56 60,915,163.34 64,649,480.34 68,742,815.73 65,866,197.13 70,619,134.65 100,374,181.98 78,397,925.41 72,523,116.93 72,523,116.93 82,539,967.27 59,402,955.93 56,495,307.81 65,270,805.18 49,803,028.44 72,523,116.93 72,523,116.93 62,595,524.25 74,454,457.67 72,523,116.93 56,495,307.81 74,454,457.67 65,866,197.13 54,622,474.16 54,994,252.57 70,619,134.65 82,856,736.21 80,921,536.29 74,454,457.67 82,856,736.21 70,619,134.65 83,645,151.53 62,253,785.54 65,866,197.13 65,866,197.13 78,244,405.25 68,742,815.73 98,866,788.61 70,619,134.65 56,445,792.77 62,253,785.54
26,706,270.13 26,982,038.81 27,347,779.42 27,354,937.16 27,621,891.62 27,807,427.48 27,966,555.52 27,968,861.07 28,234,193.33 28,760,485.91 28,877,091.78 29,423,014.42 29,847,201.66 30,135,262.87 30,236,289.32 30,403,723.28 30,471,299.17 30,755,539.45 31,799,723.52 32,133,908.68 32,416,750.08 32,416,750.08 32,924,482.87 33,204,041.17 34,280,700.97 34,714,616.99 35,900,371.83 36,188,638.17 36,188,638.17 36,252,575.34 36,490,662.60 37,392,987.80 37,645,591.13 37,679,650.14 38,151,814.51 39,199,375.72 39,205,715.20 39,470,281.50 40,204,118.38 40,267,190.94 41,086,408.50 42,665,749.26 42,850,876.18 42,871,294.97 43,104,273.95 43,464,624.95 43,464,624.95 43,853,688.79 44,850,328.64 44,905,936.24 44,995,573.14 46,254,517.26 46,614,768.46
5,952,385.88 4,771,038.23 5,602,631.06 5,795,240.81 7,907,845.51 1,766,621.73 7,489,190.65 6,270,721.00 10,041,646.83 667,459.60 4,976,960.74 10,606,330.70 5,805,525.80 3,706,494.55 4,782,179.17 14,344,873.79 11,423,872.66 14,036,760.06 7,931,723.55 3,428,138.55 7,873,870.37 10,955,756.77 10,065,083.45 9,141,762.93 11,229,408.14 10,612,331.07 7,677,278.04 10,145,575.37 7,873,870.37 17,214,434.97 1,261,872.50 10,145,575.37 14,141,774.38 14,754,434.75 11,423,872.66 13,905,807.49 14,260,919.24 6,515,670.49 20,857,748.55 17,052,230.59 1,261,872.50 17,795,597.03 11,532,426.85 21,605,175.93 10,451,201.62 369,784.01 186,302.56 19,719,890.44 5,877,207.23 10,020,057.49 15,815,348.36 5,487,459.44 8,773,880.67
47 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198
50,000,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00 100,000,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00 60,000,000.00 100,000,000.00 60,000,000.00 80,000,000.00 100,000,000.00 100,000,000.00 100,000,000.00 85,000,000.00 80,000,000.00 105,000,000.00 100,000,000.00 100,000,000.00 80,000,000.00 150,000,000.00 89,000,000.00 100,000,000.00 100,000,000.00 100,000,000.00 100,000,000.00 100,000,000.00 100,000,000.00 150,000,000.00 125,000,000.00 120,000,000.00 150,000,000.00 150,000,000.00 200,000,000.00 200,000,000.00 200,000,000.00 200,000,000.00 200,000,000.00 200,000,000.00
18,742,815.73 18,742,815.73 20,619,134.65 36,303,897.57 41,238,269.38 9,155,786.93 18,742,815.73 18,742,815.73 15,071,604.34 18,278,092.64 33,893,286.42 65,713,471.85 22,491,378.87 29,988,505.04 41,238,269.38 72,607,795.06 13,305,707.90 43,544,797.47 29,988,505.04 9,320,880.91 37,485,631.44 65,713,471.84 36,852,591.35 50,683,349.95 40,998,507.61 37,485,631.44 65,713,471.84 58,963,301.96 19,817,844.74 33,788,899.93 46,065,739.08 33,224,889.40 37,685,779.93 16,895,557.42 61,499,997.25 61,499,997.25 67,577,799.91 60,297,247.82 91,816,685.19 35,022,930.41 53,130,637.71 91,816,685.19
68,742,815.73 68,742,815.73 70,619,134.65 86,303,897.57 141,238,269.38 59,155,786.93 68,742,815.73 68,742,815.73 65,071,604.34 68,278,092.64 93,893,286.42 165,713,471.85 82,491,378.87 109,988,505.04 141,238,269.38 172,607,795.06 113,305,707.90 128,544,797.47 109,988,505.04 114,320,880.91 137,485,631.44 165,713,471.84 116,852,591.35 200,683,349.95 129,998,507.61 137,485,631.44 165,713,471.84 158,963,301.96 119,817,844.74 133,788,899.93 146,065,739.08 183,224,889.40 162,685,779.93 136,895,557.42 211,499,997.25 211,499,997.25 267,577,799.91 260,297,247.82 291,816,685.19 235,022,930.41 253,130,637.71 291,816,685.19
46,966,491.24 46,966,491.24 47,056,988.90 47,234,530.55 47,496,267.36 47,630,234.06 47,996,085.66 47,996,085.66 48,726,779.85 48,999,219.64 52,624,426.63 53,238,038.60 57,595,302.79 60,832,512.73 61,511,078.91 62,841,851.24 63,770,751.68 65,868,316.99 70,020,899.23 71,837,102.20 76,040,640.83 76,473,757.63 76,641,352.38 77,726,810.92 78,609,139.10 83,056,727.24 87,662,171.70 88,242,654.62 89,364,825.15 89,404,185.17 91,389,947.51 100,587,196.66 119,672,240.38 120,000,000.00 124,419,840.97 141,178,989.85 150,954,715.29 178,203,442.40 181,582,009.03 185,653,076.40 186,730,414.62 191,034,897.94
16,047,756.51 16,927,684.75 17,677,217.86 30,438,977.28 7,429,726.30 8,239,120.26 16,047,756.51 16,927,684.75 14,175,771.01 17,382,259.31 23,663,868.62 13,047,350.05 20,313,221.70 15,548,393.56 13,031,341.05 20,585,249.84 12,862,183.90 22,506,231.18 21,636,188.31 4,376,818.39 19,435,492.09 31,239,999.01 32,907,952.00 11,465,789.03 29,722,950.51 23,876,541.64 44,908,605.74 41,577,375.27 15,475,788.99 25,802,923.06 36,417,574.19 13,928,359.14 33,975,440.67 16,895,557.42 52,696,007.64 38,611,406.94 34,863,201.25 45,941,409.87 71,325,784.80 29,784,609.81 45,306,003.26 81,327,341.57
48
Lampiran 3 Hasil analisis Poisson Distribution dengan n-default (α=5%) Band Rp1 000 000 a. Kelas 1 Poisson with mean nj = 0.011857458
e. Kelas 5 Poisson with mean nj = 0.024817775
X
P(X <= x)
X
P(X <= x)
0 1 2 3 4
0.988212565 0.999930254 0.999999725 0.999999999 1
0 1 2 3 4
0.975487654 0.999697087 0.999997499 0.999999985 1
b. Kelas 2 Poisson with mean nj = 0.024617212
f. Kelas 6 Poisson with mean nj = 0.014571373
X
P(X <= x)
x
P(X <= x)
0 1 2 3 4
0.97568332 0.999701924 0.999997559 0.999999985 1
0 1 2 3 4
0.985534276 0.999894863 0.99999949 0.999999998 1
c. Kelas 3 Poisson with mean nj = 0.220809732
g. Kelas 7 Poisson with mean nj = 0.026184162
X
P(X <= x)
x
P(X <= x)
0 1 2 3 4 5 6 7
0.801869236 0.978929767 0.998478111 0.999916933 0.999996359 0.999999867 0.999999996 1
0 1 2 3 4
0.974155671 0.999663121 0.999997066 0.999999981 1
d. Kelas 4 Poisson with mean nj = 0.009945435
X
P(X <= x)
0 1 2 3
0.990103857 0.999950871 0.999999837 1
h. Kelas 8 Poisson with mean nj = 0.015093117
x
P(X <= x)
0 1 2 3 4
0.985020213 0.999887239 0.999999433 0.999999998 1
49
i. Kelas 9 Poisson with mean nj = 0.031503752
c. Kelas 3 Poisson with mean nj = 0.039548
x
P(X <= x)
x
P(X <= x)
0 1 2 3 4
0.968987321 0.999514057 0.99999491 0.99999996 1
0 1 2 3 4 5
0.961223814 0.999238294 0.999989992 0.999999901 0.999999999 1
j. Kelas 10 Poisson with mean nj = 0.009528392
x
P(X <= x)
0 1 2 3
0.99051686 0.999954892 0.999999857 1
d. Kelas 4 Poisson with mean nj = 0.014995397
X
P(X <= x)
0 1 2 3 4
0.985116474 0.999888687 0.999999444 0.999999998 1
Band Rp10 000 000 a. Kelas 1 Poisson with mean nj = 0.031799615
x
P(X <= x)
0 1 2 3 4
0.968700675 0.999504984 0.999994767 0.999999958 1
b. Kelas 2 Poisson with mean nj = 0.032111221
x
P(X <= x)
0 1 2 3 4
0.968398869 0.99949534 0.999994613 0.999999957 1
e. Kelas 5 Poisson with mean nj = 0.051536045
x
P(X <= x)
0 1 2 3 4 5
0.949769415 0.998716774 0.999978051 0.999999718 0.999999997 1
Band Rp50 000 000 a. Kelas 1 Poisson with mean nj = 0.012402806
x
P(X <= x)
0 1 2 3 4
0.987673792 0.999923718 0.999999685 0.999999999 1
50
b. Kelas 2 Poisson with mean nj = 0.01820716
X
P(X <= x)
0 1 2 3 4
0.981957589 0.999836248 0.999999008 0.999999995 1
Band Rp100 000 000 Kelas 1 Poisson with mean nj = 0.012117165
X
P(X <= x)
0 1 2 3 4
0.987955952 0.999927178 0.999999706 0.999999999 1
Band Rp150 000 000 Kelas 1 Poisson with mean nj = 0.011935095
x
P(X <= x)
0 1 2 3 4
0.988135846 0.999929341 0.999999719 0.999999999 1
Lampiran 4 Data nasabah pembiayaan warung mikro produktif bermasalah No. Nilai Pembiayaan Exposure 1 10,000,000 2,593,860.80 2 30,000,000 23,835,363.66 3 40,000,000 28,877,091.78 4 40,000,000 37,645,591.13 5 50,000,000 33,204,041.17 6 50,000,000 16,162,110.34 7 51,000,000 32,924,482.87 8 75,000,000 11,525,057.44 9 100,000,000 47,496,267.36 10 150,000,000 77,726,810.92 Kategori Band 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3
Kelas 3 2 4 3 3 2 3 1 5 2
Kelas Kolektibilitas 4A 4C 3C 4B 3A 3B 3B 3A 4B 3C
51
52
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 15 November 1993 dari pasangan Misja dan Nunung Ratnaningsih. Penulis adalah anak kedua dari 2 bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Ganeas I (2000-2006), pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 2 Sumedang (2006-2009), dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Sumedang (2009-2012). Penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2012. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam beberapa organisasi kampus, events, dan berbagai kepanitiaan. Penulis menjabat sebagai staff Departemen Budaya dan Seni Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB pada tahun 2013-2014. Penulis menjabat sebagai staff Kementerian Seni dan Budaya Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB pada tahun 2014-2015 dan menjadi Ketua Pelaksana IPB Art Contest 2015. Penulis juga aktif menjadi Master of Ceremony dan penyanyi di beberapa events kampus dan luar kampus.