EVALUASI MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI KCP GRAHA RAYA SERPONG UTARA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Sebagai Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh: CHAIRUNNISA WAHYU UTAMI 1111053000026
MANAJEMEN DAKWAH KONSENTRASI MLKS FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/1436 H
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S-1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 1 Juli 2015
ChairunnisaWahyuUtami
ABSTRAK Chairunnisa Wahyu Utami. “ Evaluasi Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya”. Dibawah bimbingan : Dr. Sihabudin Noor, MA Dunia perbankan syariah hingga saat ini terus mengalami perkembangan, banyak sekali berbagai macam produk-produk yang ditawarkan oleh bank syariah. Seiring dengan banyaknya macam-macam produk yang ditawarkan oleh bank syariah baik itu produk penghimpunan dana, produk pembiayaan dan produk jasa, maka tingkat risiko yang akan dihadapi dari masing-masing produk tersebut juga semakin kompleks. Pada pembiayaan atau penyaluran dana yang dimana merupakan kegiatan utama dalam bank, tentunya bank syariah akan dihadapi oleh risiko yang ada pada pembiayaan tersebut. Jika dilihat dari berbagai macam bentuk pembiayaan yang diberikan, salah satunya pembiayaan murabahah warung mikro yang diberikan oleh Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya juga tentunya akan dihadapi oleh suatu risiko. Maka dara itu perlu adanya proses pengelolaan yang baik melalui manajemen risiko. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses dan evaluasi manajemen risko pembiayaan murabahah pada Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya serta langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan pembiayaan murabahah yang bermasalah. Pada penelitian ini model evaluasi yang digunakan adalah evaluasi proses. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang dimana memberikan gambaran secara sistematis dan cermat dalam bentuk kata-kata dari perilaku atau objek yang diamati. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa proses manajemen risiko pembiayaan murabahah pada Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya dilakukan secara bertahap meliputi tahap pertama proses identifikasi, tahap kedua proses pengukuran, tahap ketiga pengelolaan, tahap terakhir pemantauan dan pengendalian. Evaluasi manajemen risiko yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri yaitu dengan terus mengembangkan infrsturktur dan kapabilitas manajemen risiko. Sedangkan untuk menyelesaikan pembiayaan yang bermasalah, yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya yaitu dengan memberikan berbagai macam alternatif atau solusi seperti restructuring, reconditioning dan rescheduling.
Kata Kunci: Manajemen Risiko, Pembiayaan murabahah, warung mikro, Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya i
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum.Wr.wb Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa Shalawat serta salam selalu terlimpah keharibaan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW, para keluarganya, sahabat-sahabanya dan para pengikutnya sampai akhir zaman yang dimana telah membawa kita dari zaman kegelapan hingga ke zaman yang terang benderang. Pertama ucapan terima kasih penulis sampaikan untuk kedua orang tua tersayang. Terima kasih telah memberikan cinta kasih seutuhnya, merawat dengan penuh kasih sayang dan selalu mendoakan yang terbaik. Bapak dan Ibu adalah orang tua terhebat, terima kasih untuk segalanya, terima kasih untuk doa nya, terimakasih untuk semangat yang selalu di berikan dan jerih payah nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi S1 di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Semoga Bapak dan Ibu selalu sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Dalam proses menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari dengan benar bahwa dalam penyusunan bukan hanya semata-mata hasil usaha dari penulis saja. Maka dari itu dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam kelancaran penulisan skirpsi ini. Pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
ii
1. Dr. H. Arief Subhan, MA., selaku dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Suparto, M,ed.Ph.D selaku Wakil Dekan 1, Dr. Raudhonah, MA selaku Wakil dekan 2, Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan 3. 2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah dan Mulkanasir, BA, S.Pd, MM., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah yang banyak memberi arahan kepada penulis dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Dr. Sihabudin Noor, MA., selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia dan banyak meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan nasihat kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Allah selalu memberikan rahmat dan perlindungannya. 4. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang selama ini telah memberikan banyak ilmu pengetahuan, semoga ilmu yang telah diberikan bermanfaat bagi penulis. 5. Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwan dan Ilmu Komunikasi
yang banyak membantu penulis dalam
memberikan referensi buku-buku dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Terima kasih untuk Mas Novan (kakak), dan juga saudarasaudaraku semuanya skripsi ini saya persembahkan.
iii
7. Bapak Indra Utama selaku Kepala Cabang Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di kantor yang beliau pimpin. Terima kasih untuk Bapak Andi dan Bapak Ferry yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi yang terkait dengan penelitin skripsi. Dan terima kasih untuk Mba Fitri beserta seluruh staf karyawan Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan untuk penulis melakukan penelitian di Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya. 8. Kakak-kakak senior tersayang Rika Fitrianti, Ratih, Muti, Ajeng yang selalu mendukung dan memberikan semangat. 9. Sahabat seperjuangan Indah Nurwasilah, Aretha Poetry, Hana Rahmanida, Tri Meilani, Aam Abdussalam, Muflih, Aris dan juga teman-teman MD-LKS, MD-ZISWAF, MD-MHU 2011 yang telah mewarnai dan memberikan kenangan untuk penulis selama kuliah. 10. Sahabat LENTZ Daily, Teteh Elin, Bona dan Zilda yang sudah memberikan banyak keceriaan dan semangat kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. 11. Sahabat KKN SIAP dan juga adik-adik junior ku semangat semuanya. Penulis sadar bahwa masih banyak nama yang tidak tercantum dalam penulisan skripsi ini. Dan penulis juga sadar bahwa masih banyak kekurangan yang ada dalam skripsi ini. demikianlah sedikit pengantar dan iv
ucapan terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi keluarga besar Jurusan Manajemen Dakwah pada khususnya. Demikian atas semua perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum. Wr.Wb Penulis
Chairunnisa Wahyu Utami
v
DAFTAR ISI ABSTRAK ................................................................................................ i KATA PENGANTAR……………………………………………..……. ii DAFTAR ISI ……………………………………………………………. vi DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….... viii DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix A. Latar Belakang Masalah …………………………………..… 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………………...10 C. Tujuan Penelitian …................................................................. 10 D. Manfaat Penelitian ……………............................................... 11 E. Metodologi Penelitian ……….................................................. 12 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian ……................................... 12 2. Sumber Data ……………………………............................. 13 3. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………...14 4. Teknik Pengumpulan Data ………………………………....14 5. Teknik Analisa Data ………………………………………..15 6. Teknik Penulisan Skripsi …………………………………...16 F. Tinjauan Pustaka ………………………………………………17 G. Sistematika Penulisan …………………………………………19 BAB II: LANDASAN TEORI A. Evaluasi ……………………………………………………….21 B. Manajemen Risiko …………….…………...……………….... 23 1. Manajemen Risiko ………………..……………………....... 23 2. Manajemen Risiko dalam Pandangan Islam ………………...24 3. Jenis-jenis Risiko ……………………………………………26 4. Proses Manajemen Risiko ……………………………………30 C. Pembiayaan Murabahah ………………………………………..33 1. Pengertian Pembiayaan ………………………………………33 2. Pengertian dan Landasan Syariah Pembiayaan Murabahah … 34 3. Manfaat Pembiayaan Murabahah …………………………… 36 4. Tujuan Pembiayaan Murabahah KKP ………………………. 36 5. Ketentuan Umum Pembiayaan Murabahah …………………. 37 6. Prinsip-prinsip Pemberian Pembiayaan ……………………... 37 7. Prosedur Pemberian Pembiayaan …………………………….38 D. Usaha Mikro ……………………………………………………40 BAB III: GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI KCP GARHA RAYA A. Sejarah Bank Syariah Mandiri ………………………………… 43 B. Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri KCP Graha raya ………45 vi
C. Visi & Misi Bank Syariah Mandiri ……………………………. 47 D. Budaya Kerja Bank Syariah Mandiri ………………………….. 49 E. Produk dan Layanan Bank Syariah Mandiri …………………… 50 BAB IV: ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Proses Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah Warung Mikro Bank Syariah Mandiri ………………………… 55 B. Prosedur Pembiayaan Murabahah Warung Mikro …………….. 66 C. Proses Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah ………………… 74 D. Evaluasi Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah Warung Mikro Bank Syariah Mandiri ………………………… 77 BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ……………………………………………………. 80 B. Saran …………………………………………………………... 81 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….83 LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Siklus Manajemen Risiko …………………………………. 31 Gambar 3.1 Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya …………………………………………... 47 Gambar 4.1 Proses Manajemen Risko Bank Syariah Mandiri …………. 56 Gambar 4.2 Alur Proses Pembiayaan Warung Mikro ……………….... 67 Gambar 4.3 Alur Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah ……………… 74
\
DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Rating & Score Kredit ………………………………………... 60 Tabel 4.2 Industry Risk ………………………………………………….. 73
viii
ix
x
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan usaha yang bergerak dalam bidang keuangan artinya usaha perbankan selalu berkaitan dengan masalah bidang keuangan, jadi dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya.1 Seperti yang dikatakan diatas, fungsi bank yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan disalurkan kembali untuk masyarakat. Jenis-jenis bank sendiri dengan jelas diatur dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1998, dimana terdapat dua jenis bank yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Terdapat dua klasifikasi bagi kedua jenis bank tersebut dalam menjalankan kegiatan usahanya yaitu beroperasi secara konvensional dan beroperasi sesuai dengan prinsip syariah. Bank konvensional merupakan bank yang dalam penentuan harganya menggunakan bunga sebagai balas jasa.2 Sedangkan bank syariah adalah bank yang dalam kegiatan operasional dan mekanismenya harus sesuai dengan prinsip syariah dan menerapkan bagi hasil dalam kegiatannya, jadi bank syariah sendiri tidak membebankan bunga. Berbicara mengenai bank yang beroperasi dengan prinsip syariah, di Indonesia sendiri bank syariah muncul di tahun 1991. Bermula dari
1 2
Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 12. Drs. Ismail, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Kencana, 2011), h.19.
2
situlah,lambat laun perkembangan lembaga keuangan ekonomi Islam di Indonesia mulai berkembang dengan baik. Perkembangan perbankan syariah semakin baik pada saat memasuki era reformasi pada tahun 1998,yang dimana pada tahun sebelumnua Indonesia mengalami krisis moneter anyak perusahaan atau bank yang mengalami dampak buruk akibat krisis moneter. Akan tetapi di era reformasi dunia perbankan khususnya perbankan syariah mengalami perkembangan yang baik dengan adanya UU No.10 Tahun 1998.3 Dimana pada UU tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Pembiayaan merupakan salah satu kegiatan utama yang ada dalam bank. Dalam hal memberikan pembiayaan atau penyaluran dana kepada nasabah, produk pembiayaan syariah terbagi dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan
tujuan
penggunaanya.
Produk-produk
pembiayaan
tersebut
diantaranya pembiayaan dengan prinsip jual-beli, pembiayaan dengan prinsip sewa, pembiayaan dengan prinsip bagi hasil dan pembiayaan akad pelengkap.4 Sama halnya dengan bank syariah,kegiatan pembiayaan (financing) merupakan salah satu tugas pokok. Pembiayaan yang dimaksud disini adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang memerlukan dana dan pembiayaan.5 Bank harus benar-benar teliti dan selektif dalam hal memberikan pembiayaan kepada calon debitur yang mengajukan pembiayaan, bank harus melakukan penilaian terlebih dahulu 3
Muhammad, Syafi‟i Antonio, Bank Syariah, (Depok: GEMA INSANI, 2001),h. 26. Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Graha Persada, 2007), h.97. 5 Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis…..,h.98. 4
3
terhadap pembiayaan atau kredit yang akan disalurkan.6 Hal tersebut perlu dilakukan oleh pihak bank agar tidak terjadi hal-hal yang memberikan kerugian untuk bank, seperti halnya debitur tersebut tidak mampu membayar kembali kewajibannya atau biasa sering dikenal dengan istilah kredit macet. Dimana dalam hal menyalurkan dana kepada calon debitur atau memberikan pembiayaan, pihak bank harus melakukan analisa-analisa terlebih dahulu. Dimana pada umumnya ketika bank akan memberikan pembiayaan atau menyalurkan dana kepada calon debitur, pihak bank perlu menilai atau menganalisa calon debitur tersebut dengan menggunakan prinsip 5C yaitu, character, capacity, capital, collateral dan condition of economic.7 Hal demikian perlu dilakukan agar tidak terjadi hal-hal yang memberikan kerugian ataupun risiko bagi pihak bank. Karena jika bank gagal dalam mengelola risiko akan berdampak bagi para pemegang saham adapun dampak tersebut dalam bentuk hilangnya seluruh investasi, penurunan nilai investasi, harga saham yang turun karena reputasi yang buruk atau penurunan laba, hilangya dividen sebagai akibat dari penurunan laba.8 Tidak hanya berdampak langsung pada pemegang saham saja, kegagalan dalam mengelola resiko juga berdampak kepada pegawai dan nasabah. Untuk pegawai dampak yang terlihat seperti kehilangan pendapatan misalnya penurunan bonus dan penundaan peningkatan upah. Dampak terhadap nasabah memang tidak langsung dan tidak terlihat jelas namun tetap dirasakan seperti penurunan kualitas pelayanan konsumen, penurunan ketersediaan produk, 6
Dr. Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Ed.Revisi (Jakarta:Rajawali Pers,2012),h.136. Dr. Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan…..,h.136. 8 Sulad Sri Hardanto, Manajemen Resiko Bagi Bank Umum, (Jakarta: PT. Elex Komputindo,2006), h.12. 7
4
krisis likuiditas dan juga perubahan peraturan.9 Adapun jenis risiko yang berdampak pada nasabah sehari-hari adalah risiko operasional. Risiko operasional tersebut akan mempengaruhi langsung nasabah melalui kesalahan atau kelemahan kualitas pelayanan, gangguan pelayanan, ketidaknyamanan yang bersifat persepsi maupun kenyataan, dan
tidak adanya pelayanan yang memadai. 10 Dampak
tehadap nasabah akan memberikan kerugian finansial bagi bank yaitu ganti rugi pembayaran kepada nasabah sebagai kompensasi, ongkos ligitasi dan denda. Oleh karena itu sistem manajemen harus dikelola dengan sebaik mungkin, karena dengan adanya sistem pengelolaan manajemen yang baik bank akan terhindar dari kerugian-kerugian yang tidak diinginkan. Demikian pula dengan manajemen risiko harus bisa dikelola dengan sebaik mungkin, agar bank mampu meminimalisasi kemungkinan risiko dan mampu mengelola dan menyelesaikan risiko yang ada dengan baik. Masing-masing bank syariah harus memiliki sistem manajemen yang baik, karena dengan perkembangan dan persaingan yang begitu pesat memungkinkan bank-bank syariah akan di hadapkan oleh berbagai macam risiko yang bisa muncul.
Penerapan
manajemen
yang
baik
diharapkan
dapat
mampu
meminimalisir kemungkinan munculnya risiko. Kemunculan risiko dalam kegiatan usaha bank bisa menjadi masalah yang besar, salah satunya pada pembiayaan. Dengan kemungkinan akan munculnya risiko, maka bank harus mampu mengelola risiko tersebut dengan baik. 9
Sulad Sri Hardanto, Manajemen Resiko ….., h. 13. Sulad Sri Hardanto, Manajemen Resiko ….., h. 14.
10
5
Manajemen risiko semaksimal mungkin harus diterapkan dan dimanfaatkan untuk menyelesaikan risiko-risiko yang ada. Pada tanggal 19 Mei 2003, Bank Indonesia mengeluarkan
peraturan
No.5/8/PBI/2003 tentang penerapan manajemen risiko bank umum, dimana peraturan ini merupakan wujud keseriusan Bank Indonesia dalam masalah manajemen risiko perbankan.11 Di dua tahun berikutnya Bank Indonesia mengeluarkan kembali peraturan No.7/25/PBI/2005 tentang sertifikasi manajemen risiko bagi pengurus dan pejabat bank umum yang mengharuskan seluruh pejabat bank dari tingkat rendah hingga tingkat tertinggi memiliki sertifikasi manajemen risiko sesuai dengan tingkat jabatannya. Melihat peraturan yang telah dikeluarkan oleh Bank Indonesia mengenai manajemen risiko, Bank Indonesia meminta perbankan yang berada di Indonesia agar mengatur risiko-risikonya dalam suatu struktur manajemen yang terintegrasi serta membangun sistem dan struktur manajemen yang dibutuhkan didalamnya. Strutur manajemen yang ada harus sebisa mungkin didesain untuk memastikan bahwa unit pengambil risiko (risktaking unit) bersifat independen dari unit audit internal dan juga independen dari departemen manajemen risiko.12 Manajemen risiko sendiri didefinisikan sebagai suatu metode logis dan sistematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap
11
Ferry N. Idroes, Manajemen Resiko Perbankan: Pemahaman Pendekatan Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaanya di Indonesia, Ed.1(Jakarta: Rajawali Pers,2008), h. 52. 12 Sulad Sri Hardanto, Manajemen Resiko ….., h. 50.
6
aktivitas atau proses.13 Dengan dikeluarkannya peraturan-peraturan tersebut sudah menjadi hal yang diwajibkan bahwasanya manajemen risiko harus diterapkan oleh setiap bank yang ada. Setiap bank yang ada tidak akan pernah lepas dari kemunculan berbagai macam risiko, baik itu resiko pembiayaan, risiko pasar dan risiko operasional. Oleh karena itu manajemen risiko perlu diterapkan pada bank dalam menjalakan kegiatan operasionalnya. Ketika risiko-risiko muncul, diharapkan keberadaan manajemen risiko mampu mengelola dan menyelesaikan risiko atau masalah yang muncul pada bank tersebut. Adapun secara umum, risiko-risiko yang ada dan melekat pada bank syariah yaitu yang pertama risiko pembiayaan, kedua risiko pasar,ketiga risiko operasional, risiko harga dan yang terakhir risiko likuiditas.14 Berbagai macam jenis-jenis risiko yang telah dipaparkan diatas, bisa kapan saja terjadi jika pengelolaan manajemen risiko tidak baik. Tujuan adanya manajemen risiko sendiri adalah untuk menyediakan informasi tentang risiko kepada pihak regulator, memastikan bank tidak mengalami kerugian yang bersifat unacceptable, meminimalisasi kerugian dari berbagai risiko yang bersifat uncontrolled, mengalokasikan modal dan membatasi risiko.15 Salah satu kegiatan bank yaitu menyalurkan dana ke masyarakat atau memberikan pembiayaan. Risiko-risiko yang muncul pada pembiayaan bisa 13
Ferry N. Idroes, Manajemen Resiko Perbankan ….., h. 5. Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Graha Persada, 2007), h.260-278. 15 Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis …..,h.255. 14
7
dikatakan kegagalan yang akan dialami oleh bank. Yang dimaksud risiko pembiayaan yang ada pada bank syariah adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kegagalan counterparty dalam memenuhi kewajibannya atau debitur tidak mampu membayar kembali kewajibannya sesuai dengan kesepakatan diawal. 16 Hingga akhir November 2014 jumlah pembiayaan murabahah yang dikeluarkan oleh keseluruhan Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) Rp.115.602 Milyar.17 Dan dari laporan annual report yang dipublikasikan oleh Bank Syariah Mandiri hingga akhir tahun 2013 jumlah pembiayaan yang diberikan sebesar Rp. 50,46 Triliyun.18 Seperti halnya produk-produk pembiayan murabahah yang ada pada Bank Syariah Mandiri. Dimana pembiayaan murabahah ini adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli, akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts karena dalam pembiayaan murabahah ditentukan berapa keuntungan yang ingin diperoleh.19 Pengertian lain mengenai pembiayaan murabahah adalah pembiayaan yang dicirikan dengan adanya penyerahan barang diawal akad dan pembayaran kemudian, baik dalam bentuk angsuran ataupun dalam bentuk lump sum (sekaligus).20 Jika dilihat dalam pemberian pembiayaan murabahah dengan
16
Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis …..,h.260. Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Syariah-November, 2014. 18 Bank Syariah Mandiri, Annual Report, 2013. 19 Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis …..,h. 113. 20 Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis …..,h. 115. 17
8
jangka waktu jangka panjang menimbulkan risiko tidak bersaingnya bagi hasil kepada dana pihak ketiga.21 Risiko-risiko tersebut muncul karena adanya DCRM (Direct Competitor‟s Market Rate), kenaikan ICRM (Indirect Competitor‟s Market Rate)dan adanya kenaikan ECRI (Expected Competitor‟s Market Rate).22 Selain itu masih banyak kemungkinan-kemungkinan risiko yang akan dialami oleh bank terhadap pembiayaan murabahah seperti pembiayaan yang bermasalah atau debitur tersebut tidak bisa mengembalikan kewajibannya, selain itu adanya risiko kenaikan nilai tukar mata uang. Pembiayaan murabahah ini tidak akan lepas dari kemungkinan-kemungkinan munculnya risiko. Dengan melihat hal-hal tersebut, Bank Syariah Mandiri harus bisa mengelola risiko-risiko tersebut. Karena dengan adanya sistem atau pengelolaan risiko yang baik, setiap kegiatan penyaluran dana atau pembiayaan murabahah yang ada pada Bank Syariah Mandiri bisa lebih baik dan mampu bersaing dengan baik terhadap kredit yang ada di bank-bank konvensional. Banyaknya produk-produk pembiayaan yang dikeluarkan oleh Bank Syariah Mandiri tidak akan lepas dari suatu resiko. Seperti halnya produk-produk pembiayan murabahah yang ada pada Bank Syariah Mandiri. Dimana pembiayaan murabahah ini adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola dengan suatu perjanjian keuntungan. Warung mikro merupakan salah satu pembiayaan jenis murabahah yang dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri. Dimana warung mikro
21 22
Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis ….., h.263. Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis ….., h.263.
9
ini merupakan layanan pembiayaan yang ada di kantor cabang dan cabang pembantu untuk nasabah kategori mikro. Bank Syariah Mandiri juga ingin membantu dan mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia serta Bank syariah Mandiri memiliki komitmen untuk menyalurkan pembiayaan bagi usaha kecil dan mikro. Hingga akhir tahun 2013 pembiayaan yang tersalurkan sebesar Rp 2,37 Triliyun. 23 Pembiayaan murabahah ini tidak akan lepas dari kemungkinan-kemungkinan munculnya risiko, melihat juga besarnya nominal pembiayaan yang sudah tersalurkan. Berdasarkan pemaparan dan uraian singkat diatas, serta melihat semakin banyaknya pembiayaan murabahah yang disalurkan oleh Bank Syariah Mandiri. Dan pada pembiayaan-pembiayaan tersebut tidak lepas dari suatu risiko. Jika risiko tersebut tidak mampu dikelola dengan baik akan berpengaruh pada perkembangan Bank Syariah Mandiri. Proses evaluasi perlu dilakukan dalam hal manajemen risiko yang ada di Bank Syariah Mandiri, agar tingkat risiko yang dihadapi oleh Bank Syariah Mandiri tidak termasuk dalam kategori very high risk. Selain itu adanya evaluasi untuk mengetahui seberapa berhasil Bank Syariah Mandiri dalam mengelola risiko yang ada dan juga untuk mengoreksi jika ada hal-hal yang kedepannya pelru diperbaiki dan ditingkatkan. Tidak hanya itu saja, evalusi perlu dilakukan untuk mengukur apakah manajemen risiko yang ada pada Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya berjalan 23
Bank Syariah Mandiri, Annual Report, 2013.
10
dan berhasil dengan baik atau tidak. Maka dari itu penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut dan melakukan penelitian dengan judul “Evaluasi Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya.” B. Pembatasan dan Perumusah Masalah Risiko merupakan hal atau sesuatu yang ingin dihindari oleh setiap pelaku usaha, begitupun dengan Bank Syariah Mandiri. Bank Syariah Mandiri memiliki berbagai macam produk dengan jenis pembiayaan murabahah. Begitu banyaknya produk dengan jenis pembiayaan tersebut, penulis membatasinya pada produk warung mikro. Dan dalam penentuan kriteria evaluasi, pada penelitian ini penulis menggunakan model evaluasi Stuflebeam dan Shinkfield yaitu evaluasi proses. Sesuai dengan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, secara spesifik rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana proses manajemen risiko yang dilakukan Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya dalam mengelola pembiayaan murabahah warung mikro? 2. Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah pada produk murabahah warung mikro? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dijelaskan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
11
1. Untuk mengetahui manajemen
risiko yang dilakukan Bank Syariah
Mandiri KCP Graha Raya dalam mengelola pembiayaan murabahah warung mikro. 2. Untuk mengetahui langkah-langkah yang dilakukan Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah pada produk murabahah warung mikro? D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari adanya penelitian tentang evaluasi manajemen risiko pembiayaan murabahah pada Bank Syariah Mandiri yaitu: 1. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan dijadikan sumber informasi dan referensi bagi para pengelola bank, khususnya bagi Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya terkait pada proses dan pengelolaan manajemen
risiko serta evaluasi manajemen risiko.
2. Manfaat Akademis Penelitian ini juga diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga bagi Jurusan Manajeme Dakwah
sebagai pengembangan keilmuan serta
mampu memberikan motivasi kepada peneliti-peneliti selanjutnya agar mampu melakukan penelitian mengenai manajemen risiko yang lebih komperhensif dan baik.
12
3. Bagi pembaca Penelitian ini semoga dapat berguna dan dapat dijadikan rujukan atau referensi sumber informasi bagi para penulis atau peneliti lain yang ingin membahas lebih lanjut mengenai manajemen resiko pada bank. E. Metodologi Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena dari sudut pandang partisipan serta penelitian kualitatif ini menghasilkan data berupa deskriptif kata-kata tertulis maupun lisan dari sumber-sumber yang diwawancarai dan bisa juga dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati. Definsi penelitian kualitiatif menurut Denzin dan Lincoln sebagai berikut. Qualitative research is multimethod in focus, involving an interpretive, naturalistic approach to its subject matter. This means that qualitative researchers study in their natural setting, attempting to make sense of or interpret phenomena in terms of the meanings people bring to them. Qualitative research involves the studied use and collection of a variety of empirical materialscase study, personal experience, introspective, live story, interview, observational, historical, interactional, and visual texts-that describe rotine and problematic moment and meaning in individuals‟ live. Definisi menurut Denzin dan Lincoln menyarankan agar suatu pendekatan a priori yang didasarkan pada asumsi filosofis (pendekatan naturalistis interpretif) pada penelitian kualitatif dan informasi sumber-
13
sumber informasi jamak dan pendekatan naratif yang tersedia bagi peneliti.24 Sedangkan dengan pendekatan deskriptif ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara sistematis dan cermat dari fakta-fakta yang aktual. Dimana data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata daripada angka-angka, yang biasanya digunakan pada penelitian kuantitatif. Hasil dari penelitian dengan pendekatan deskriptif ini tertulis berisi kutipan-kutipan dari data untuk mengilustrasikan dan menyediakan bukti presentasi. 2. Sumber data a) Data Primer Dalam penelitian ini data primer akan didapat dari hasil wawancara dengan pejabat yang berwenang dan melakukan obesrvasi langsung. Data primer adalah jenis data yang diperoleh dan digali dari sumber utamanya (sumber asli).25 b) Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dan didapat dari sumber yang menerbitkan. Adapun data sekunder yang digunakan pada skripsi ini yaitu berupa laporan keuangan Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya 24
Prof. Dr. Emzir, M.Pd, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisa Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.1. 25 Muhammad Teguh, Metodelogi Penelitian Ekonomi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), h.122.
14
dan juga laporan NPF (Non Performing Financing) pembiayaan murabahah warung mikro 20 Maret 2015. 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini bertempat di Bank Syariah Mandiri yang beralamatdi Wisma Ruko Venice Blok JF No. 1-2, Jl. Ruko Venice, Kel. Pakujaya Kec. Serpong Utara, Kab. Tangerang, Banten. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret s/d Mei 2015. 4. Teknik Pengumpulan Data Dalam melakukan pengumpulan data terkait dengan penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a) Wawancara Wawancara adalah merupakan metode pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab langsung. Dengan cara seperti ini terjadi interaksi komunikasi antara pihak peneliti selaku penanya dan responden selaku pihak yang diharapkan memberikan jawaban.26 Wawancara pada penelitian ini akan dilakukan pihak Bank Syariah Mandiri, terutama pada bagian atau divisi yang berkaitan dengan penelitian. b) Observasi Observasi meruapakan salah satu teknik operasional pengumpulan
26
Muhammad Teguh, Metodelogi Penelitian ….., h.136.
15
data melalui proses pencatatan secara cermat dan sistematis terhadap obyek yang diamati secara langsung.27 Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan secara langsung di Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya. c) Riset Kepustakaan Tujuan adanya riset kepustakaan ini yaitu untuk mendapatkan acuan teori yang dimana berfungsi untuk melengkapi data-data yang telah didapat pada saat wawancara dan observasi. Adapun riset kepustakaan ini dapat dilakukan dengan cara membaca buku-buku, mempelajari literatur dan catatan yang sesuai dengan masalah yang dibahas, agar yang diperoleh benar-benar memiliki landasan teori dan acuan yang jelas. 5. Teknik Analisis Data Pada penelitian ini,penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Analisis deskriptif ini menuturkan dan menafsirkan data yang ada selanjutnya data tersebut dianalisa, di interpretasi sehingga mampu menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. adapun Analisis yang dilakukan dalam peneltian ini menggunakan teknik analisis data model interaktif menurut Miler & Huberman. Adapun tahap-tahap analisis yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
27
Muhammad Teguh, Metodelogi Penelitian ….., h.133.
16
a. Pengumpulan Data b. Reduksi Data Pada tahap ini dimana proses menggabungkan dan menyeragamkan segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan yang akan dianalisis. c. Display Data atau Penyajian Data Setelah melewati tahap reduksi, kemudian selanjutnya penyajian data. Penyajian data disini maksudnya kumpulankumpulan segala informasi yang sudah didapat, kemudian informasi tersebut disusun. d. Kesimpulan atau verifikasi, Setelah ketiga tahap tersebut dilakuakn. Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dalam menganalisis data. Dimana dari informasi-informasi yang didapat kemudian informasi tersebut disusun, setelah itu tahap penarikan kesimpulan dilakukan. 6. Teknik Penulisan Skripsi Dalam penulisan skripsi ini berpedoman pada standar penulisan skripsi pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)” yang diterbitkan CeQDA (Center For Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007. Cet. Ke-2
17
F. Tinjauan Pustaka Penelitian dengan masalah yang telah dipaparkan diatas didapat dari ide dan pengetahuan dari peneliti-peneliti sebelumnya. Akan tetapi penlitian yang dilakukan ini tidak sama dengan penelitian sebelumnya, ada perbedaan-perbedaan antara penelitian yang sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan saat ini. Adapun penelitian terdahulu yang dijadikan referensi diantaranya: 1. Aan Anisya Mahasiswa FSH, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 1433 H/ 2012
dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Manajemen Resiko
Pada Pembiayaan Rekening Koran Syariah (Studi Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia). Adapun dalam skripsinya membahas mengenai penerapan manajemen resiko pada pembiayaan rekening Koran syariah Pada Bank Muamalat TBK. Dimana pembiayaan rekening Koran ini termasuk dalam jenis pembiayaan musyarakah dan menerapkan
acuan kerja
manajemen resiko. Perbedaannya terletak pada jenis resiko pembiayaan serta pada penelitian sebelumnya hanya membahas penerapan saja . 2. Fika Auna Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 1431 H/ 2010 M dalam penelitiannya Manajemen Resiko Musyarakah. Pada penelitian yang dilakukan oleh Fika Auna lebih fokus pada penerapan manajemen resiko musyarakah baik dari proses awal hingga proses akhirnya. Sedangkan pada penelitian ini lebih menekankan pada proses manajemen resiko dari tahap identifikasi risiko, pengelolaan risiko, pemantauan hingga pengendalian risiko,evaluasi manajemen resiko pada
18
pembiayaan murabahah
dan juga langkah-langkah yang dilakukan untuk
menangani resiko pada pembiayaan murabahah yang bermasalah khususnya pada pembiyaan warung mikro. 3. Sri Mulyani Mahasiswa Fakultas Ekonomi UIN Malang dalam skripsinya “Implementasi Manajemen Resiko Pembiayaan Dalam Upaya Menjaga Likuiditas Pada Bank Syariah Mandiri. Pada penelitian yang dilakukan oleh saudari Sri Mulyani lebih menekankan penerapan manajemen resiko yang berfungsi dan
mampu menjaga likuiditas pada Bank Syariah Mandiri.
Sedangkan pada penelitian ini lebih fokus pada proses manajemen risiko, evaluasi manajemen resiko Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya. Dan juga langkah-langkah
yang dilkaukan untuk menyelesiakan
pembiayaan
bermasalah yang ada pada pembiayaan murabahah Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya. 4. Mutiara Yasmi Sumantri Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014 dalam skripsinya “Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Kepemilikan Rumah (KPR) pada Bank BNI Syariah Kantor Cabang Fatmawati-Jakarta Selatan. Pada penelitian yang dilakukan oleh mutia yaitu tentang mekanisme pembiayaan KPR yang ada pada bank BNI Syariah Fatmawati dan juga manajemen risiko yang diterapkan pada pembiaayaan KPR tersebut. Sedangkan pada penelitian ini lebih menekankan proses manajemen risiko dan evaluasi manajemen risiko pada pembiayaan murabahah warung mikro. Tidak hanya itu pada penelitian ini
19
juga mengangkat proses penyelesaian pembiayaan bermasalah yang ada pada Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya. E. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah penyusunan dan penulisan skripsi ini, pokok permasalahan akan dibagi menjadi lima bab. Untuk lebih jelasnya kana dikemukakan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodelogi penelitian, kajian pustaka dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan menguraikan dan menjelaskan tentang evaluasi, teori manajemen, jenis resiko, proses manajemen resiko pada bank syariah. Serta menguraikan mengenai pembiayaan murabahah dan usaha mikro. BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG BANK SYARIAH MANDIRI Pada
bab
ini
akan
menguraikan
tentang
sejarah
berdirinya
Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya, visi dan misi, struktur organisasi, produk-produk bank Syariah Mandiri yang ada pada KCP Graha Raya. BAB IV: ANALISIS HASIL PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan hasil penelitian yang dilakukan penulis. Yaitu menjelaskan
proses
manajemen
resiko
yang
diterapkan
oleh
Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya pada pembiayaan murabahah dan langkah-langkah yang dilakukan untuk menangani resiko yang timbul pada
20
pembiayaan murabahah serta proses evaluasi manajemen resiko di Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya. BAB V: PENUTUP Pada bab ini menguraikan tentang kesimpulan yaitu menjawab dari rumusan masalah yang telah diangkat mengenai evaluasi manajemen resiko pembiayaan murabahah pada Bank Syariah Mandiri.
BAB II LANDASAN TEORI A. Evaluasi Secara etimologi evaluasi adalah penaksiran, perkiraan keadaan dan penentuan nilai. Dalam pengertian lainnya, evaluasi merupakan mengkritisi suatu program dengan melihat kekurangan, kelebihan pada kontek, input, proses dan produk pada sebuah program. Evaluasi merupakan kegiatan penting untuk mengetahui apakah kegiatan yang telah ditentukan dapat dicapai, apakah pelaksanaan program sesuai dengan rencana dan dampak apa yang terjadi setelah program dilaksanakan.28 Evaluasi juga merupakan proses memahami, member arti, mendapatkan dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi keperluan pengambilan keputusan.29 Jadi dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan cara untuk mengetahui apakah sesuatu yang direncanakan diawal dapat berhasil dan berjalan dengan baik atau sebaliknya. Tujuan adanya evaluasi yaitu sebagai alat yang dapat digunakan untuk memperbaiki alokasi sumber dana, daya dan manajemen baik untuk saat ini maupun masa yang akan datang. Adapun
28
H. D. Sudjana, Manajemen Pendidikan untuk Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan Sumberdaya Manusia, Evaluasi Program, (Bandung: Falah Production,200), h.281. 29 Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press), Cet. Ke-1, h.3.
21
22
secara umum model-model dalam evaluasi terbagi menajdi 3 (tiga) yaitu evaluasi input, evaluasi proses dan evaluasi hasil.30 Evaluasi input menyangkut dalam pemanfaatan sumber daya, baik itu sumber dana,tenaga ataupun sarana. Evaluasi proses lebih menekankan pada pelaksanaanya, apakah sesuai rencana atau tidak baik dari proses perencanaan hingga sampai pada tahap pelaksanaan. Pada evaluasi proses peneliti dapat melihat bagaimana rencana-rencana program tersebut dilaksankan. Sedangkan evaluasi hasil dilakukan pada saat program telah selesai dilaksanakan. Dengan evaluasi hasil atau output dapat dilihat efektifitasnya.31 Model evaluasi proses yang dikembangkan oleh Stuflebeam dan Shinkfield
dimana
evalusi
proses
digunakan
untuk
membantu
mengimplementasikan keputusan. Sampai sejauh mana rencana telah diterapkan, pelaksanaan program-program yang dilakukan telah sesuai jadwal, terdapat hambatan atau tidak selama pelaksanaan. B. Teori Manajemen Risiko 1. Pengertian Manajemen Resiko Ferry N. Idroes dalam bukunya Manajemen Risiko Perbankan menjelaskan “Risiko merupakan bahaya: risiko adalah ancaman atau
30
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Inntervensi Komunitas(Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis) Edisi Revisi, (Jakarta:Lembaga Penerbit FEUI,2003), h.189. 31 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktek), (Jakarta: PT Bumi Aksara,2013),h. 125.
23
kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai”. 32Dengan munculnya risiko maka perlulah adanya suatu metode atau suatu cara untuk bisa mengelola dan menyelesaikan risiko, maka dari itulah manajemen risiko muncul untuk menjawab dan mengantisipasi risiko-risiko tersebut. Sedangkan
menurut
Ferry
N.Idroes,
Manajemen
risiko
didefinisikan sebagai suatu metode logis dan sistematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses.33 Adapun menurut Djojosoedarso, Manajemen risiko adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan resiko, terutama resiko yang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan. Menurut Adiwarman A. Karim, “Manajemen risiko adalah sutau rangkaian prosedur dan metodologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha”.34 Keberadaan manajemen risiko memiliki tujuan yang sangat penting, diantaranya:35 a. Menyediakan informasi tentang risiko kepada pihak regulator. b. Memastikan bank tidak mengalami kegiatan yang bersifat unacceptable,
32
Ferry N. Idroes, Manajemen Resiko Perbankan ….., h.4. Ferry N. Idroes, Manajemen Resiko Perbankan ….., h.4. 34 Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis ….., h.255. 35 Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis ….., h.255. 33
24
c. Meminimalisasi kerugian dari berbagai risiko yang bersifat uncontrolled. d. Mengukur eksposur dan pemusatan risiko. e. Mengalokasikan modal dan membatasi risiko. Manajemen risiko adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang diguanakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan resiko yang timbul dari kegiatan usaha bank. 2. Manajemen Risiko dalam Pandangan Islam Dalam paradigma ekonomi Islam, risiko dipandang sebagai hal yang positif. Risiko dikaitkan dengan konsep keadilan dimana setiap hasil keuntungan usaha harus dihasilkan dari keterlibatan dalam menghadapi risiko usaha. Bagi umat Islam manajemen risiko adalah suatu hal yang penting untuk dilaksanakan, dimana manajemen risiko yang baik mengindikasikan bahwa manusia berusaha untuk menjaga amanah dari Allah SWT atas harta kekayaan.36 Kegagalan dalam mengelola risiko tidak kemudian langsung membawa kerugian bagi Allah, akan tetapi hanya berdampak kepada manusia yang telah gagal dalam mengelola risiko tersebut.Hasil usaha yang tidak memiliki kaitan dengan keterlibatan menghadapi risiko usaha dianggap tidak mencerminkan keadilan.37
36
Prof. Dr. Veithzal Rival dan Rifki Ismail, S.e. Islamic Risk Management For Islamic Bank . (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2013), h. 37 Prof. Dr. Veithzal Rival dan Rifki Ismail, S.e. Islamic Risk….., h.107.
25
Islam memberikan landasan prinsip di dalam manajemen risiko, diantaranya:38 a. Ruang lingkup risiko yang dianggap positif dan diperkenankan oleh Islam adalah ketidakpastian yang sifatnya “expected” maksudnya yaitu bisa diperkirakan. b. Dalam Islam pula speculative transaction controversion atau transaksi spekulasi diharamkan. Dalam konteks manajemen risiko, speculative risk adalah risiko yang outcome risikonya bukan hanya mengandung kemungkinan merugikan saja tapi juga mengandung kemungkinan menguntungkan.
Kemungkinan munculnya risiko pun jug aditerangkan dalam AlQur‟an
Surat
Yusuf
ayat
43-49
dimana
pada
surat
tersebut
menggambarkan contoh usahah manusia dalam membentuk sistem proteksi untuk menghadapi kemungkinan yang buruk dimasa depan.
38
Prof. Dr. Veithzal Rival dan Rifki Ismail, S.e. Islamic Risk….., h.108-109.
26
Terlihat jelas pada ayat diatas bahwa dengan jelas kita dianjurkan untuk berusaha menjaga kelangsungan kehidupan dengan melindungi dan memproteksi akan kemungkinan terjadinya kondisi atau hal-hal yang buruk.
Risiko dalam usaha perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak dapat diperkirakan (unanticipated) yang berdampak negatif pada pendapatan dan modal bank.39 Bank harus benar-benar memperhatikan dengan sungguhsungguh potensi risiko yang dihadapinya dan mengembankan sistem untuk mengidentifikasi, mengontrol, dan mengelola risiko-risiko tersebut. 3. Jenis-Jenis Risiko Resiko-resiko yang biasanya melekat pada aktivitas fungsional bank syariah dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis risiko, yaitu risiko pembiayaan, risiko pasar dan risiko operasional.40 a. Risiko Pembiayaan Resiko pembiayaan adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kegagalan
counterparty
dalam
memenuhi
kewajibannya.41
Risiko
pembiayaan sendiri mencakup risiko terkait produk dan risiko terkait pembiayaan korporasi. Risiko terkait produk, pembiayaan murabahah termasuk risiko terkait pembiayaan berbasis Natural Certainty Contracts (NTC). Penilaian 39
Prof. Dr. Veithzal Rival dan Rifki Ismail, S.e. Islamic Risk….., h.222. Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis ….., h.260. 41 Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis ….., h.260. 40
27
risiko ini mencakup akan dua hal yaitu default risk (risiko kebangkrutan) dan recovery risk (risiko jaminan). 42 Pada risiko pembiayaan korporasi, risiko yang harus diantisipasi adalah risiko yang timbul dari perubahan kondisi bisnis nasabah, risiko yang timbul dari komitmen kapital yang berlebihan dan juga risiko yang timbul dari lemahnya analisis bank. Salah satu penyebab utama terjadinya risiko pembiayaan atau kredit adalah terlalu mudahnya bank memberikan pinjaman atau melakukan investasi karena terlalu dituntut untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas.43 Akibatnya penilaian pemberian pembiayaan atau kredit menjadi kurang cermat dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan resiko usaha yang dibiayai. b. Risiko Pasar Risiko pasar merupakan risiko kerugian yang terjadi pada portofolio yang dimiliki oleh bank akibat adanya pergerakan variabel pasar (Adverse Movement) berupa suku bunga dan nilai tukar. Risiko pasar ini mencakup akan empat hal yaitu risiko tingkat suku bunga, risiko pertukaran mata uang, risiko harga dan risiko likuiditas.44 Berdasarkan Bank Indonesia, sebagai bank umum dengan prinsip syariah maka bank Islam tidak perlu mengelola risiko pasar yang tekait dengan tingkat suku bunga. Bank Islam tidak berhadapan dengan risiko suku bunga, tetapi
42
Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis ….., h.261. Prof. Dr. Veithzal Rival dan Rifki Ismail, S.e. Islamic Risk….., h.13. 44 Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis ….., h.272. 43
28
berhadapan dengan pricing risk atau dikenal dengan Direct Competitor Market Rate (DCMR).45 Risiko pertukaran mata uang merupakan konsekuensi sehubungan dengan pergerakan atau fluktuasi nilai tukar uang terhadap rugi-laba. Risiko pertukaran mata uang ini atau risiko kurs akan meningkat bila jumlah posisi yang diambil besar, baik posisi long maupun posisi short dan fluktuasi di pasar tinggi. Oleh karena itu, bank syariah perlu menetapkan eksposur limit, transaction limit, currency limit, turnover limit, cut loss limit, intradary limit dan counterparty limit.46 Risiko harga adalah kemungkinan kerugian akibat perubahan harga instrument keuangan. Risiko harga terjadi bila harga barang yang dibeli atau dipesan turun, sehingga nasabah tidak berminat untuk membeli, meskipun pada awalnya telah setuju untuk membeli.47 Sebaliknya saat harga naik, maka secara tidak langsung bank akan terkena risiko tingkat bunga. Selain itu dengan dimungkinkannya bank syariah untuk memiliki stock barang dagangan, maka sangat rentan terhadap risiko turun-naiknya harga barang. Sedangkan risiko likuiditas merupakan risiko yang antara lain disebabkan oleh ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Risiko likuiditas muncul ketika kemampuan bank utnuk mencocokkan jangka waktu aset dan liabilitas terganggu. Risiko
45
Prof. Dr. Veithzal Rival dan Rifki Ismail, S.e. Islamic Risk….., h.15. Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis ….., h.274. 47 Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis ….., h.274. 46
29
likuiditas yang berlaku pada bank syariah terdiri dari dua jenis yaitu kurangnya likuiditas di pasar dan kurangnya akses pendanaan. 48 Risiko likuiditas pasar, dimana risiko yang timbul karena bank tidak mampu melakukan offsetting tertentu dengan harga karena kondisi likuiditas pasar yang tidak memadai atau terjadi gangguan dipasar.49 Sedangkan kurangnya akses pendanaan atau risiko likuiditas pendanaan, risiko tersebut muncul karena bank tidak mampu mencairkan asetnya atau memperoleh pendanaan dari sumber dana lain. Adapun faktor penyebab meningkatnya risiko likuiditas yaitu penurunan kepercayaan terhadap sistem
perbankan,
penurunan
kepercayan
terhadap
suatu
bank,
ketergantungan kepada deposan inti, berlebihnya dana jangka pendek atau long term asset dan keterbatasan secara syariah pada asset securization karena pembatasan untuk menjual utang (sale of debt). c. Risiko Operasional Risiko operasional didefinisikan dengan risiko kerugian sebagai akibat dari ketidakcukupan atau kegagalan proses internal, yang terkait dengan manusia dan sistem atau risiko eksternal.50 Ada tiga faktor yang menjadi penyebab timbulnya risiko ini, yaitu infrastruktur, proses dan sumber daya. Risiko ini mencakup lima hal yaitu risiko reputasi, risiko kepatuhan, risiko transaksi, risiko strategis dan risiko hukum. Risiko resputasi disini maksudnya adalah risiko yang disebabkan oleh adanya 48
Hennie, Van Greuning dan Zamir iqbal, Analisis Risiko Perbankan Syariah, ( Jakarta: Salmeba Empat, 2011), h. 146 49 Prof. Dr. Veithzal Rival dan Rifki Ismail, S.e. Islamic Risk….., h.17. 50
Hennie, Van Greuning dan Zamir iqbal, Analisis Risiko…..,h. 165.
30
publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan bank atau adanya persepsi negatif terhadap bank.51 Dalam hal pelayanan, bila pelayanan kurang baik maka risiko reputasi menjadi tinggi. Dalam penerapan prinsip-prinsip syariah haruslah dilaksankan secara konsekuen agar tidak timbul penilaian negatif terhadap penerapan sistem syariah tersebut yang dapat mengakibatkan timbulnya publikasi negatif sehingga akan menaikkan tingkat risiko reputasi. Risiko kepatuhan adalah risiko yang disebabkan oleh tidak dipatuhinya ketentuan-ketentuan yang ada, baik ketentuan internal maupun eksternal.
52
Untuk risiko
transaksi sendiri merupakan risiko yang disebabkan oleh permasalahn dalam pelayanan atau produk-produk yang disediakan.53 Sedangkan risiko hukum adalah risiko yang disebabkan adanya kelemahan aspek yuridis seperti adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak terpenuhinya syarat keabsahan sutau kontrak atau pengikatan agunana yang tidak sempurna. 54 4. Proses Manajemen Risiko Pada tahap awal bank syariah harus secara tepat mengenal dan memahami serta mengidentifikasi seluruh risiko, yang timbul dari suatu bisnis baru bank. Selanjutnya secara berturut-turut, bank syariah perlu melakukan pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko.
51
Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis ….., h.275. Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis ….., h.276. 53 Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis ….., h.277. 54 Prof. Dr. Veithzal Rival dan Rifki Ismail, S.e. Islamic Risk….., h.18. 52
Proses-
31
proses tersebut terus berkesinambungan sehingga menjadi sebuah lifecycle. Gambar.2.1 Siklus Manajemen Risiko
Terdapat berbagai tahap dalam proses manajemen risiko. Proses manajemen risiko ini harus dilakukan semua faktor-faktor risiko yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang berpengaruh terhadap kondisi masing-masing bank. Adapun tahap-tahap dalam proses manajemen risiko itu terdapat 4 (empat) diantaranya: a. Identifikasi, pada tahap ini dilakukan cara analisa terhadap seluruh jenis dan karakteristik risiko yang terdapat pada setiap kegiatan uasaha bank. adapun hal-hal yang dilakukan diantaranya:55
55
Ferry N. Idroes, Manajemen Resiko Perbankan ….., h.7.
32
1) Mendapatkan seluruh informasi risiko semua sumber yang mencakup semua aktivitas fungsional dan operasional bank. 2) Melakukan analisa terhadap kemungkinan timbulnya risiko. 3) Melakukan analisis secara proaktif, tanpa menunggu timbulnya risiko yang berlebihan. b. Pengukuran Dalam pengukuran risiko dilakukan untuk memperkirakan risiko yang mungkin timbul atas aktivitas dan produk bank, serta untuk memperoleh gambaran evektivitas penerapan manajemen risiko. Selain itu pengukuran risiko dibutuhkan karena sebagia dasar atau tolak ukur untuk memahami signifikansi dari akibat kerugian yang akan ditimbulkan oleh terwujudnya suatu risiko, baik secar aindividual maupun portofolio terhadap tingkat kesehatan dan kelangsungan usaha bank. Pengukuran risiko dilaksanakan dengan melakukan: 1) Evaluasi secara berkala terhadap kesesuaian asumsi, sumber data dan prosedur yang digunakan untuk mengukur risiko. 2) Penyempurnaan terhadap sistem pengukuran risiko apabila terdapat perubahan kegiatan usaha, produk, transaksi dan faktor resiko yang bersifat material. 56 c. Pemantauan Pemantauan risiko merupakan mekansime yang diarahkan untuk dapat memperoleh informasi terkini dari profil risiko perusahaan.57 56
Prof. Dr. Veithzal Rival dan Rifki Ismail, S.e. Islamic Risk….., h.133.
33
Pemantauan dilakukan dengan cara mengevaluasi pengukuran risiko yang terdapat pada kegiatan usaha bank serta pada kondisi efektivitas proses manajemen risiko. Bank harus mempersiapkan sistem dan prosedur yang efektif untuk mencegah terjadinya gangguan dalam proses pemantauan risiko.
Hasil
pemantauan
tersebut
dapat
digunakan
untuk
menyempurnakan proses manajemen risiko yang ada.58 d. Pengendalian risiko Pengendalian ini dilakukan atas dasar evaluasi pengukuran risiko yang terdapat pada seluruh produk dan aktivitas bank. Metode pengendalian risiko harus mempertimbangkan analisis terhadap besarnya potensi kerugian bank serta pertimbangan atas manfaat yang didapat serta biaya yang dikeluarkan. Pengendalian risiko digunakan untuk mengelola risiko tertentu yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank.59 C. Pembiayaan Murabahah 1. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan merupakan salah satu kegiatana atau tugas pokok bank, dimana pembiayaan yaitu dengan member fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang membutuhkan dana.
60
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
57
Dr. Veithzal Rival dan Rifki Ismail, S.e. Islamic Risk….., h.161. Prof. Dr. Veithzal Rival dan Rifki Ismail, S.e. Islamic Risk….., h.272. 59 Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis ….., h.260. 60 Muhammad, Syafi‟i Antonio, Bank Syariah…..,160. 58
34
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.61 Terdapat perbedaan antara pembiayaan yang ada pada bank konvensional dengan bank syariah.Bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional keuntungan yang diperoleh melalui bunga, sedangkan bagi bank yang berdasrakan prinsip bank syariah keuntungan berupa imbalan atau bagi hasil.62 Perbedaan lainnya juga terletak pada analisis pemeberian kredit beserta persyaratannya. Dalam penelitian ini, pembiayaan yang diangkat merupakan jenis pembiayaan murabahah. Dimana dalam praktiknya, bank disini bertindak sebagai penjual dan nasabah menjadi pembeli. 2. Pengertian dan Landasan Syariah Pembiayaan Murabahah Pembiayaan
murabahah
adalah
jual
beli
barang
dengan
menyatakan harga perolehandan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
63
Dalam dunia perbankan syariah, pembiayaan
ini umumnya diterapkan pada produk pembiayaan secara berkelanjutan seperti untuk pembelian barang ataupun untuk usaha modal kerja.
61
Kasmir, S.E,. MM, Manajemen Perbankan Persada,2010),h.73. 62 Muhammad, Syafi‟i Antonio, Bank Syariah….., h. 29. 63 Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis ….., h.113.
(Jakarta:PT
RajaGrafindo
35
Dalam pembiayaan murabahah, penjual harus member tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.64Pembiayaan murabahah dapat dilakukan untuk pembelian secara pemesanan dan biasa disebut sebagai murabahah kepada pemesan pembelian atau sering disingkat dengan (KKP).65 Adapun firman Allah swt mengenai pembiayaan murabahah terdapat pada surat Al-Baqarah ayat 275
Artinya: Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhan-Nya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka mereka kekal didalamnya.
Pembiayaan murabahah selalu dilakukan dengan cara pembayaran cicilan. Untuk harga jualnya dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad.
64 65
Muhammad, Syafi‟i Antonio, Bank Syariah…..,h. 101. Muhammad, Syafi‟i Antonio, Bank Syariah…..,h. 103.
36
Berdasarkan
sumber
dana
yang
digunakan,
pembiayaan
murabahah secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu:66 a. Pembiayaan murabahah yang didanai dengan URIA (Unrestricted Invesment Account = investasi tidak terikat). b. Pembiayaan murabahah yang didanai dengan RIA (Restricted Invesment Account = investasi terikat). c. Pembiayaan murabahah yang didanai dengan modal bank. 3. Manfaat Pembiayaan Murabahah Pembiayaan murabahah tentunya memiliki beberapa manfaat dan juga resiko yang harus dihindari dan diantisipasi. Pembiayaan murabahah memberi banyak manfaat kepada bank syariah. Adapun manfaat yang dirasakan oleh bank syariah salah satunya adalah keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual dengan harga jual kepada nasabah.67 Tidak hanya itu saja, pembiayaan murabahah juga sangat sederhana. 4. Tujuan Pembiayaan Murabahah kepada Pemesan Pembelian (KKP) Pembiayaan jual beli atau murabahah KKP ini berakar pada dua alasan. Pertama, mencari pengalaman. Maksudnya satu pihak yang berkontrak (pemesan pembelian) meminta pihak lain (pembeli) untuk membeli sebuah aset. Pemesan berjanji untuk ganti membeli aset tersebut dan memberinya keuntungan. Kedua, mencari pembiayaan. Dalam operasi 66 67
Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis ….., h.117. Muhammad, Syafi‟i Antonio, Bank Syariah…..,h. 107.
37
perbankan syariah,motif pemenuhan pengadaan aset atau modal kerja merupakan salah satu alsan utama yang mendorong datang ke bank.68 5. Ketentuan Umum Pembiayaan Murabahah a. Jaminan Jaminan
yang
ada
pada
pembiayaan
murabahah
dimaksudkan untuk menjaga agar si pemesan tidak main-main dengan pesanan. Dalam teknis operasionalnya, barang-barang yang dipesan dapat menjadi salah satu jaminan yang bisa diterima untuk pembayaran utang.69 b. Penundaan Pembayaran oleh Debitur Mampu Nasabah atau debitur yang mempunyai kemampuan ekonomis
dilarang
menunda
penyelesaian
utangnya
dalam
pembiayaan murabahah. Bila nasabah atau debitur tersebut menundan dalam penyelesaian utang tersebut, pembeli atau disni bank dapat mengambil tindakan untuk mendapatkan kembali utang dan mengklaim kerugian financial yang terjadi akibat penundaan. 70 6. Prinsip-Prinsip Pemberian Pembiayaan Ada beberapa prinsip-prinsip penilaian pembiayaan yang sering dilakukan yaitu dengan analisa 5C. adapun prinsip 5C tersebut diantaranya:71
68
Muhammad, Syafi‟i Antonio, Bank Syariah…..,h. 103. Muhammad, Syafi‟i Antonio, Bank Syariah…..,h. 105. 70 Muhammad, Syafi‟i Antonio, Bank Syariah…..,h. 106. 71 Dr. Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan…..,h.136-137. 69
38
1) Character, adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini adalah calon debitur. Tujuannya adalah memberikan keyakinan kepada pihak bank bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan pembiayaan benar-benar dapat dipercaya. Untuk melihat atau membaca watak dapat dilihat dari latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti gaya hidup. Keyakinan ini tercermin dari latar belakang si nasabah. Character disini merupakan ukuran untuk menilai kemauan nasabah membayar pinjamannya. 2) Capacity, untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar pinjaman yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuan mencari laba. 3) Capital, adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank. 4) Collateral, merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupunnonfisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi suatu masalah, jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. Fungsi jaminan sebagai pelindung bank dari resiko kerugian. 5) Condition,dalam menilai pembiayaan hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk di masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing. 7. Prosedur Pemberian Pembiayaan Prosedur pemberian kredit merupakan tahap yang harus dilalui sebelum kredit atau pembiayaan tersebut disetujin dan dikucurkan dananya.
72
T ujuan adanya prosedur pemberian pembiayaan adalah untuk
memastikan kelayakan suatau pembiayaan diterima atau ditolak. Secara umum antara bank satu dengan bank yang lainnya dalam hal prosedur dan penilaian pembiayaan tidak terlalu jauh berbeda.73 Yang menjadi perbedaan mungkin hanya terletak pada persyaratan dan ukuran-
72 73
Dr. Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan…..,h.143. Dr. Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan…..,h.143
39
ukuran penialain yang ditetapkan oleh bank dengan perimbangan amsingmasing. Secara umum prosedur pemberian pembiayaan oleh badan hukum sebagai berikut:74 1) Pengajuan berkas-berkas seperti proposal, untuk memperoleh fasilitas pembiayaan maka tahap awal yaitu pemohon mengajukan permohonan pembiayaan secara tertulis dalam suatu proposal. Proposal harus dilampiri dengan dokumen-dokumen yang disyaratkan. 2) Penyelidikan berkas pinjaman, tujuannya yaitu untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan yang telah ditetapkan. Dalam penyelidikan berkas hal-hal yang perlu diperhatikan adalah membuktikan kebenaran dan keaslian dari berkas-berkas yang ada. 3) Penilaian kelayakan pembiayaan, dalam tahap ini dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip 5C atau 7P. Namun untuk pembiayaan yang lebih besar jumlahnya perlu dilakukan metode penilaian dengan studi kelayakan. Studi kelayakan ini setiap aspek dinilai apakah memenuhi syarat atau tidak. 4) Wawancara pertama, tahap ini merupakan penyidikan kepada calon debitur dengan cara berhadapan langsung dengan calon debitur. Tujuannya adalah mendapatkan keyakinan apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti yang bank inginkan. Wawancara ini juga untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya. 5) Peninjauan ke lokasi, setelah memperoleh keyakinan atas keabsahan dokumen dari hasil penyelidikan dan wawancara maka langkah selanjutnya adalah melakukan peninjauan ke lokasi yang menajdi objek pembiayaan. Tujuan peninjauan ke lokasi adalah untuk memastikan bahwa objek yang akan dibiayai benar-beanr ada dan sesuai dengan apa yang tertulis dalam proposal. 6) Wawancara kedua, merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan-kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan. Catatan yang ada pada pemohonan dan pada saat wawancara pertama dicocokkan dengan pada saat on the spot apakah ada kesesuaian dan mengandung suatu kebenaran.
74
Dr. Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan…..,h.143-147.
40
7) Keputusan pembiayaan, tahap ini adalah menentukan apakah pembiayaan yang akan diberikan layak untuk diberikan atau tidak. Jika layak maka dipersiapkkan administrasinya. 8) Penandatanganan akad, kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya pembiayaan tersebut. Sebelum pembiayaan dicairkan, maka terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad pembiayaan, kemudian mengikat jaminan pembiayaan dengan surat perjanjian yang dianggap perlu. 9) Realisasi pembiayaan, realisasi diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening di bank yang bersangkutan. Dengan demikian penarikan dana pembiayaan dapat dilakukan melalui rekening yang telah dibuka. D. Usaha Mikro Usaha mikro adalah usaha produktif milik prang perorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria sebagaimana usaha mikro. Menurut keputusan menteri keuangan No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003 usaha mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah) per tahun.75 Dilihat dari sisi perbankan, usaha mikro merupakan suatu segmen pasar yang cukup potensial untuk dilayani dalam upaya mengkatkan fungsi intermediasinya karena usaha mikro mempunyai karakteristik yang positif dan unik, antara lain karakteristik tersebut yaitu: 1) Perputaran usaha cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana yang mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap berjalan bahkan terus berkembang.
75
www.depko.go.id diakses pada tanggal 27 Maret 2015.
41
2) Kriteria umum modal usaha mikro yaitu untuk asset maksimal Rp.50.000.000 (lima puluh juta rupiah) dan omset yang didaptkan maksimal Rp. 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah). 76 3) Pada umumnya berkarakter jujur,ulet, lugu dan dapat menerima bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat. 4) Menurut badan pusat statistik, tenaga kerja usaha mikro 1-4 orang tenaga kerja.77 5) Bersifat fluktuatif baik dari segi omset dan tenaga kerja. Dimana omset dan tenaga kerja bergantung pada permintaan, musim, serta ketersediaan bahan baku.78 Kelebihan usaha mikro yaitu dapat menjadi dasar pengembangan kewirausahaan, dikarenakan organisasi internal dewasa ini mampu meningkatkan ekonomi rakyat dan membuka lapangan usaha serta mengurangi tingkat pengangguran. Selain itu usaha mikro aman bagi perbankan dalam hal memerikan pembiayaan atau kredit, karena bergerak
dibidang usaha
yang cepat
menghasilkan. Usaha mikro memiliki manfaat dan kontribusi yang cukup besar bagi masyarakat, baik itu dari segi ekonomi maupun sosial. Adapun manfaat dari usaha
76
www.depko.go.id diakses 27 Maret 2015. www.bps.go.id diakses pada tanggal 27 Maret 2015. 78 Lembaga Penelitian SEMERU, Buku II Upoya Penguatan Usaha Mikro dalam Rangka Peningkatan Ekonomi Perempuan,2003, h. 30. 77
42
mikro yaitu menjadi alternatif pilihan untuk mengurangi angka pengangguran, meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat.79
79
Lembaga Penelitian SEMERU, Buku II Upoya Penguatan Usaha Mikro dalam Rangka Peningkatan Ekonomi Perempuan,2003, h. 34.
BAB III GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI KCP GRAHA RAYA A. Sejarah Bank Syariah Mandiri Indonesia ditahun 1997-1998 mengalami krisis moneter, dibalik krisis moneter yang melanda Indonesai terdapat tonggak sejarah Sistem Perbankan Syariah di Indonesia. Dimana pada masa itu Bank-Bank konvensional terkena imbas dari krisis ekonomi atau krisis moneter, saat itulah berkembang pemikiran mengenai suatu konsep yang dapat menyelamatkan perekonomian dari ancaman krisis yang berkepanjangan.80 Pada sektor ekonomi dan dunia perbankan mengalami imbas dari krisis moneter. Melihat peristiwa yang amat mengancam dunia ekonomi Indonesia, pemerintah mengambil inisiatif untuk melakukan penggabungan (merger) 4 (empat) Bank milik pemerintah, yaitu Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim dan Bapindo menjadi satu,satu Bank yang kokoh dengan nama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan ke empat bank tersebut, sekaligus uga menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai pemilik mayoritas PT Bank Susila Bakti (BSB). PT BSB merupakan salah satu Bank konvensional yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi. Untuk keluar dari krisis ekonomi, PT BSB juga melakukan upaya merger dengan beberapa Bank lain serta mengundang investor asing. 81
80 81
www.syariahmandiri.co.id/profil-perusahaan diakses pada tanggal 10 Maret 2015 www.syariahmandiri.co.id diakses pada tanggal 10 Maret 2015.
43
44
Sebagai tindak lanjut dari pemikiran Pengembangan Sistem Ekonomi Syariah, pemerintah memberlakukan UU No.10 tahun 1998 yang memberi peluang bagi Bank Umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system). Sebagai respon, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk melakukan konsolidasi serta membentuk tim pengembangan perbankan syariah, yang bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. 82 Tim pengembangan perbankan syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari Bank Konvensional menjadi Bank Syariah. 83Bermula dari adanya UU tersebut yang dijadikan moment yang pas untuk perubahan dari bank yang sebelumnya konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya tim pengembangan
perbankan
syariah
segera
mempersiapkan
sistem
dan
infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB bertransformasi dari Bank Konvensional menjadi Bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999.84 Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi
82
www.wikipedia.org/wiki/Bank_Syariah_Mandiri diakses pada tanggal 10 Maret 2015. www.syariahmandiri....., diakses pada tanggal 10 Maret 2015. 84 www.syariahmandiri....., diakses pada tanggal 10 Maret 2015. 83
45
PT Bank Syariah Mandiri (BSM).85 Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. PT Bank Syariah Mandiri hadir dan tampil dengan harmonisasi idealisme usaha dengan nilai-nilai spiritual. Bank Syariah Mandiri pada saat itu tumbuh dan berkembang sebagai bank yang mampu memadukan keduanya, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmonisasi idealisme usaha dan nilai-nilai spiritual inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. Adapun secara rinci tonggal sejarah PT Bank Syariah Mandiri: 86
1955 Pendirian PT Bank Industri Nasional (PT BINA)
1967 PT BINA berubah nama menjadi PT Bank Maritim Indonesia
1973 PT Bank Maritim Indonesia berubah nama menjadi PT Bank Susila Bakti
1999 PT Bank Susila Bakti dikonversi menjadi bank syariah dan berubah nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri.
B. Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya berdiri pada Tahun 2011. Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya beralamat di Ruko Venice Blok JF No. 12, Jl. Ruko Venice, Kel. Pakujaya Kec. Serpong Utara, Kab. Tangerang, Banten. Di tahun pertama berdirinya Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya, pada tahun 2011 tersebut Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya di bawah pimpinan Bapak 85 86
www.syariahmandiri....., diakses pada tanggal 10 Maret 2015. www.wikipedia.org/wiki/Bank_Syariah_Mandiri diakses pada tanggal 10 Maret 2015.
46
Agung selaku Kepala Cabang. Tiga tahun berikutnya, dengan berjalannya waktu, diawal tahun 2014 kepemimpinan Bapak Agung digantikan oleh Bapak Indra Utama Syukur.87 Dimana yang sebelumnya beliau juga menjabat menajdi kepala cabang di Bank Syariah Mandiri KCP Sektor 3 Bintaro. Tepatnya di bulan April Tahun 2014, Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya dipimpin oleh Bapak Indra Utama Syukur hingga saat ini.88 Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya memiliki beberapa team kerja diantaranya:89 a) Kepala Cabang yang dipegang oleh Bapak Indra Utama. b) Team Marketing, dimana team ini yang memasarkan berbagai macam produk pembiayaan yang ada pada Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya. c) KWM (Kantor Warung Mikro), team kerja KWM sendiri terdiri dari staff PMM dan juga admin mikro. Untuk di team kerja KWM belum ada Assistant Analist Mikro. d) RBO (Retail Banking Officer), team kerja dari RBO yaitu terdiri dari SFE dan CFE. e) Officer gadai dan Penaksir Gadai f) Operation Officer, team yang terdapat pada Operation Officer yaitu Customer Service, Teller dan Back Office.
87
Wawancara dengan Bapak Indra Utama (Kepala Cabang) pada tanggal 3 Maret 2015. Wawancara dengan Bapak Indra Utama (Kepala Cabang) pada tanggal 3 Maret 2015. 89 Wawancara dengan Bapak Ferry Adriansyah (Back Office) pada tanggal 5 Maret 2015 88
47
STRUKTUR ORGANISASI BANK SYARIAH MANDIRI KCP GRAHA RAYA Gambar.3.1 Struktur Organisasi KCP Graha Raya
Note: Untuk Sales Assistanta dan Assistant Analist Mikro di KCP Graha Raya belum terpenuhi (belum ada) C. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri 1) Visi Adapun visi dari Bank Syariah Mandiri yaitu “ Memimpin pengembangan perdaban ekonomi yang mulia”. Penjelasan Tentang
48
Pernyataan visi tersebut adalah bahwa Bank Syariah Mandiri akan menjadi yang terdepan dalam mengembangkan peradaban ekonomi umat manusia yang lebih luhur, adil, terhormat, sejahtera-menyejahterakan, sesuai syariah, bernilai tinggi, dan unggul. Dari setiap kata yang ada pada visi tersebut, memiliki arti atau makna masing-masing, adapun makna dari kata-kata tersebut yaitu:90 a) „Memimpin‟ adalah menjadi yang terdepan. b) „Pengembangan‟ adalah pemberian manfaat dengan berjuang membuat lebih baik secara terus-menerus dan berkesinambungan dari generasi ke generasi. c) „Peradaban Ekonomi‟ adalah suatu kondisi ketika manusia telah mengembangkan cara-cara (tradisi, budaya, proses, system) yang efektif di dalam penggunaan sumber daya dan di dalam memproduksi dan memperdagangkan barang dan jasa. d) „Mulia‟ adalah luhur, adil, terhormat, sejahtera-menyejahterakan, sesuai syariah, bernilai tinggi, dan unggul. 2) Misi Misi yang dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri, diantaranya yaitu:91 a) Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan diatas rata-rata industri yang berkesinambungan. b) Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran pembiayaan pada segmen UMKM. c) Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja yang sehat. d) Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan. e) Mengembangkan nilai-nilai syariah universal. Misi yang telah disebutkan diatas, memiliki penjelasan masingmasing. Adapun penjelasan tentang misi diatas yaitu:92 1. Bahwa pertumbuhan dan keuntungan Bank Syariah Mandiri selalu di atas rata-rata industri yang dicapai dengan strategi pengelolaan yang mengutamakan SCA (Sustainable Competitive Advantage).
90
www.syariahmandiri.co.id/visi-dan-misi diakses pada tanggal 10 Maret 2015. www.syariahmandiri.co.id/visi...., diakses pada tanggal 10 Maret 2015. 92 www.syariahmandiri.co.id/visi...., diakses pada tanggal 10 Maret 2015. 91
49
2. Bahwa Bank Syariah Mandiri mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran pembiayaan pada segmen UMKM. 3. Bahwa Bank Syariah Mandiri terus menerus mengembangkan pengelolaan talentaSumber Daya Manusia (SDM), mulai tahap attraction, identification, development, deployment, s.d. retention, dan lingkungan kerja yang sehat. 4. Bahwa Bank Syariah Mandiri terus menerus berupaya menebar manfaat pada masyarakatdan lingkungan yang meningkat dari waktu ke waktu. 5. Bahwa Bank Syariah Mandiri berkomitmen untuk mengembangkan tata kelola berdasarkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kemanusiaan yangditerima masyarakat secara universal. D. Budaya Kerja Bank Syariah Mandiri Bank Syariah Mandiri memiliki budaya kerja yang telah disepakati oleh seluruh pegawainya. Nilai-nilai budaya perusahaan tersebut dikenal dengan istilah Shared Valuse ETHIC. Adapun penjelasan dari ETHIC adalah sebagai berikut:93 1. Excellence (Imtiyaaz): Berupaya mencapai kesempurnaan melalui perbaikan yang terpadu dan berkesinambungan. - Prudence : menjaga amanah dan melakukan perbaikan terus menerus. - Competence : meningkatkan keahlian dan sesuai tugas yang diberikan dan tuntutan profesi bankir. 2.Teamwork („Amal Jama‟iy): mengembangkan kesinambungan kerja yang saling bersinergi. -
Trusted & Trust : mengembangkan perilaku dapat dipercaya dan percaya. Contribution : memberikan kontribusi positif dan optimal.
3.Humanity (Insaaniyyah): Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang religious. -
Social & Environment Care : memiliki kepedulian yang tulus terhadap lingkungan dan sosial. Inclusivity : mengembangkan perilaku mengayomi.
4. Integrity (Shidiq): Memahami dan menaati kode etik profesi dan berpikir serta berprilaku terpuji. - Honesty : jujur. 93
www.syariahmandir.co.id ....., diakses pada tanggal 10 Maret 2015
50
- Good Governance : melaksanakan tata kelola yang baik. 5. Customer Focus (Tafdhiil Al-„Umalaa): Memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan (eksternal dan internal) untuk menjadikan BSM sebagai mitra yang terpercaya dan menguntungkan. -
Innovation : mengembangkan proses, layanan, dan produk untuk melampaui harapan nasabah. - Service Excellence : memberikan layanan terbaik yang melampaui harapan nasabah. E. Produk dan Layanan Bank Syariah Mandiri Bank Syariah Mandiri memiliki berbagai macam produk, baik itu produk pendanaan, produk pembiayaan dan produk layanan. Produk-produk tersebut diantaranya: 1. Produk Pendanaan94 a) Tabungan BSM, tabungan dalam mata uang rupiah dengan akad mudharabah mutlaqah yang penarikannya sesuai syarat tertentu yang disepakati. b) BSM Tabungan Berencana, tabungan berjangka dengan nisbah bagi hasil berjenjang serta kepastian bagi penabung maupun ahli waris untuk memperoleh dananya sesuai target waktu dan dengan perlindungan asuransi gratis. c) BSM Tabungan Simpatik, tabungan dalam mata uang rupiah verdasarkan prinsip wadiah, yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat-syarat tertentu yang disepakati. d) BSM Tabungan Mabrur, tabungan untuk membantu masyarakat untuk merencanakan ibadah haji&umrah.
94
www.syariahmandiri....., diakses pada tanggal 10 Maret 2015.
51
e) BSM Tabungan Mabrur Junior, tabungan untuk membantu masyarakat untuk merencanakan ibdaha haki&umrah untuk anak. f) BSM Tabungan Dollar, tabungan dalam mata uang dollar yang penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat atau sesuai ketentuan dengan menggunakan slip penarikan. g) BSM Tabungan Investa Cendekia (TIC), tabungan berjangka yang diperuntukan bagi masyarakat dalam melakukan perencanaan keuangan, khususnya pendidikan bagi putra/putri. h) BSM Tabungan Kurban, tabungan dalam mata uang rupiah untuk membantu nasabah dalam merencanakan ibadah kurban dan aqiqah. i) BSM Tabungan Pensiun, Tabungan dalam mata uang rupiah hasil kerja sama Bank Syariah Mandiri dengan PT. Taspen yang diperuntukkan bagi pensiunan pegawai negeri Indonesia. j) BSM Tabunganku, tabungan untuk peroranagan dengan persyaratan mudah dan ringan yang diterbitkan secara bersama oleh bank-bank di Indonesia guna menumbuhkan budaya menabung serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. k) BSM Deposito, produk investasi berjangka yang penarikannya dapat dilakukan setelah jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan. l) BSM Deposito Valas, produk investasi berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan setelah jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan dalam bentuk valuta asing.
52
m) BSM Giro, simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyetgiro, atau alat perintah bayar lainnya dengan prinsip wadiah yad adh-dhamanah. n) BSM Giro Valas, simapanan dalam mata uang dollar Amerika yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan prinsip wadiah yad adhdhamanah. o) BSM Obligasi, surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang mewajibkan emiten (Bank Syariah Mandiri) untuk membayar pendapatan bagi hasil atau kupon dengan membayar kembali dana obligasi syariah pada saat jatuh tempo. 2. Produk Pembiayaan95 a) BSM Pembiayaan Mudharabah, pembiayaan dimana seluruh modal kerja yang dibutuhkan nasabah ditanggung oleh bank. keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati. b) BSM Pembiayaan Talangan Haji, merupakan pinjaman dana talangan dari bank kepada nasabah khusus untuk menutupi kekurangan dana untuk memperoleh kursi atau seat haji dan pada saat pelunasan BPIH. c) BSM Pembiayaan murabahah, pembiayaan berdasarkan akad jual beli antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nabaha sebesar harga pokok ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati. Dapat dipergunakan untuk keperluan usaha (investasi, modal kerja) dan pembiayaan konsumer. 95
www.syariahmandiri....., diakses pada tanggal 10 Maret 2015.
53
d) Pembiayaan Usaha Mikro, BSM memiliki pembiayaan untuk usaha mikro yang disebut dengan warung mikro BSM. Warung mikro BSM merupakan layanan pembiayaan di kantor cabang dan cabang pembantu untuk nasabah kategori mikro. Plafon maksimum yang diberikan kepada nasabah adalah Rp.100 juta sesuai dengan rata-rata maksimum kebutuhan usaha mikro. e) Pembiayaan Isthisna, pembiayaan pengadaan barang dengan skema isthisna adalah pembiayaan jangka pendek, dan panjang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengadaan barang (obyek isthisna) dimana masa angsuran melebihi periode pengadaan barang (goods in process fi dan bank mengakui pendapatan yang menjadi haknya pada periode angsuran, baik pada saat pengadaan berdasarkan presentase penyerahan barang, maupun setelah barang selesai dikerjakan. f) BSM Implan, pembiayaan konsumer dalam valuta rupiah yang diberikan oleh bank kepada karyawan tetap perusahaan atau anggota Kopkar yang pengajuannya dilakukan secara massal atau kolektif. g) Pembiayaan IMBT, pembiayaan dengan skema IMBT (Ijarah Muntahiyah Bittamlik), pembiayaan dengan skema sewa atas suatu obyek sewa antara bank dan nasabah dalam periode yang ditentukan yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan nasabah. h) PKPA, Pembiayaan kepada Koperasi untuk Para Anggota adalah penyaluran pembiayaan kepada koperasi karyawan untuk pemenuhan kebutuhan konsumer para anggotanya (kolektif) yang mengajukan pembiayaan kepada koperasi karyawan.
54
i) BSM , pembiayaan Resi Gudang, pembiayaan transaksi komersial dari suatu komuditas atau produk yang diperdagangkan secara luas dengan jaminan utama berupa komuditas atau produk yang dibiayai dan berada dalam suatu gudang atau tempat yang terkontrol secara independen. 3. Produk Layanan96 a) BSM Card, sarana untuk melakukan transaksi penarikan, pembayaran, dan pemindah bukuan dana pada ATM BSM, ATM Mandiri, ATM Bersama maupun ATM Bank Card. b) BSM Sentra Bayar, layanan bank dalam menerima pembayaran tagihan pelanggan pada pihak ketiga (PLN, Telkom, Indosat, Telkomsel). Layanan serta bayar dapat dilakukan dengan setoran uang kas atau debet rekening melalui teller, ATM, SMS banking atau proses autodebet secara bulanan. c) BSM Mobile Banking, produk layanan perbankan yang berbasis teknologi SMS telepon selular yang memberikan kemudahan untuk melakukan berbagai transaksi perbankan dimana saja. d) BSM Net Banking, fasilitas layanan bank bagi nasabah utnuk melakukan transaksi perbankan (ditentukan bank) melalui jaringan internet dengan sarana komputer. e) BSM Kliring, penagihan warkat bank lain dimana lokasi bank tertariknya berada dalam satu wilayah kliring. f) BSM Inkaso, penagihan warkat bank lain dimana bank tertariknya berbeda wilayah kliring atau berada di luar negeri. 96
www.syariahmandiri....., diakses pada tanggal 10 Maret 2015.
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Proses Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah Warung Mikro Pada Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya Pada pembiayaan murabahah tepatnya pada pembiayan warung mikro yang ada di Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya juga dihadapkan oleh risikorisiko yang ada pada umumnya. Resiko yang muncul tersebut perlu dikelola agar tidak memberi dampak yang buruk dan negatif bagi Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya. Maka dari itu manajemen risiko berfungsi untuk mengelola dan menyelesaikan risiko-risiko yang ada. Secara umum dalam dunia perbankan manajemen risiko sendiri adalah suatu cara atau metode yang logis dan sistematik dalam melakukan identifikasi, penilaian, menetukan sikap, menetapkan solusi serta melakukan pengamatan atau pemantauan dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses.97 Pembiayaan warung mikro yang ada di Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya pun tak luput dari yang namanya risiko. Pembiayaan warung mikro yang ada di Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu produk pembiayaan pada segmen untuk usaha mikro. Di tahun 2014,pada pembiayaan ini ada beberpa jenis usaha yang dihindari seperti usaha kayu dantransportasi. Tapi di tahun 2015, Bank Syariah Mandiri sudal bisa menyalurkan pembiayaan pada usaha transportasi.98
97 98
Ferry N. Idroes, Manajemen Resiko Perbankan ….., h. 5. Wawancara dengan Bapak Indra Utama (Kepala Cabang) pada tanggal 11 Maret 2015.
55
56
Dalam mengelola risiko, Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya tetap mengikuti peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh Bank Syariah Mandiri Pusat.99 Manajemen risiko Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya diterapkan secara terintegrasi dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian, tujuan dari kehati-hatian tersebut adalah untuk mencapai pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan. Ada beberapa proses langkah yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya untuk mengelola dan menyelesaikan risiko yang ada melalui manajemen resiko yang ada. Adapun proses manajemen risiko pada pembiayaan warung mikro yang dilakukan melalui proses identifikasi, proses pengukuran, proses pengelolaan, proses pemantauan dan pengendalian risiko. Gambar.4.1 Proses Manajemen Risiko Bank Syariah Mandiri
99
Wawancara dengan Bapak Indra Utama (Kepala Cabang) pada tanggal 11 Maret 2015.
57
1. Identifikasi Risiko Identifikasi risiko ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada seluruh pemegang saham mengenai kondisi risiko yang sedang dihadapi oleh Bank Syariah Mandiri. Dimana pada tahap ini pihak manajemen perusahaan melakukan proses identifikasi pada setiap bentuk risiko yang ada pada pembiayaan warung mikro yang mungkin akan dialami oleh Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya. Pada tahap awal ini dilakukan dengan cara melihat potensi-potensi risiko yang sudah terlihat dan yang akan terlihat. 100 Identifikasi ini dilakukan untuk melihat risiko apa yang terjadi pada pembiayaan warung mikro baik itu sebelum atau setelah pembiayaan tersebut cair, risiko-risiko tersebut bisa berupa risiko kredit atau risiko pembiayaan, risiko pasar, risiko operasional dan risiko likuiditas. Pada wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada Bapak Indra Utama selaku kepala cabang Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya, Bapak Indra Utama mengatakan bahwasanya risiko yang terjadi pada risiko kredit atau pembiayaan pada jenis pembiayaan warung mikro biasanya yaitu adanya nasabah yang tidak melakukan pembayaran dan tidak memenuhi kewajibannya atau bisa dikatakan kredit macet (pembiayaan bermasalah). Dimana risiko tersebut terjadi karena adanya kegagalan nasabah atau debitur untuk membayar kembali murabahah installment.101 Dengan adanya risiko tersebut, Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya menerapkan manajemen resiko untuk mengelola dan 100 101
Wawancara dengan Bapak Indra Utama (Kepala Cabang) pada tanggal 11 Maret 2015. Wawancara dengan Bapak Indra Utama (Kepala Cabang) pada tanggal 11 Maret 2015.
58
menyelesaikan risko kredit atau risiko pembiayaan tersebut. Dalam mengelola dan menyelesaikan risiko kredit atau pembiayaan tersebut perlu ada kebijakan dan strategi pada manajemen risko. Pada tahap identifikasi risiko kredit ini bank harus benar-benar teliti. Banyak hal-hal yang diperhatikan dalam identifikasi ini, seperti memperhatikan dengan benar-benar kondisi keuangan debitur, hal tersebut dilakukan agar bank dapat melihat kemampuan debitur dalam membayar kewajibannya secara tepat waktu.102 Pada pembiayaan warung mikro di Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya, risko pasar yang biasanya dihadapi seperti pricing risk. Kenapa pricing risk, karena pada dasarnya bank syariah atau Bank Syariah Mandiri sendiri tidak berhadapan dengan suku bunga. Dengan tidaknya mengahdapi suku bunga, Bank Syariah Mandiri berhadapan dengan pricing risk atau dikenal dengan DCMR (Direct CompetitorMarket Rate) dan ICMR (Indirect Competitor Market Rate).103 Jika pembiayan tersebut sudah berjalan, dipertengahan jalan tingkat suku bunga sedang naik atau meningkatany DCMR maka margin pembiayaan murabahah warung mikro tidak dapat ikut ditingkatkan karena sudah ada ketetapan di awal akad.104 Disaat suku bunga sedang naik, maka pendapatan margin yang didapatkan dari pembiayaan warung mikro Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya menjadi lebih kecil dibanding dengan pendapatan bunga. Risiko operasional yang ada pada Bank Syariah Mandiri biasanya muncul karena adanya kegagalan suatu sistem, proses internal maupun eksternal dalam 102
Wawancara dengan Bapak Andi (Marketing) pada tanggal 12 Maret 2015. Wawancara dengan Bapak Indra Utama (Kepala Cabang) pada tanggal 11 Maret 2015. 104 Wawancara dengan Bapak Andi (Marketing) pada tanggal 12 Maret 2015. 103
59
bank.
Ketika hal tersebut terjadi, maka akan berpotensi untuk memberikan
dampak yang buruk bagi Bank Syariah Mandiri,dampak tersebut dapat berupa kerugian finansial maupun non finansial. Untuk menyelesaikan risiko operasional ini, Bank Syariah Mandiri melakukan pemanfaatan piranti lunak, menerapkan manajemen risiko teknologi informasi, melakukan perhitungan kecukupan modal risiko operasional, dan mengimplementasikan program risk culture.105 Untuk risiko likuiditas sendiri, Bank Syariah Mandiri dalam pengelolaanya mengacu pada kebijakan manajemen risiko dan pedoman pengelolaan dana. Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya menempatkan dana pada instrumen keuangan Bank Indonesia dan instrument keuangan jangka pendek untuk dijadikan cadangan likuiditas bagi Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya.106 Identifikasi risiko ini dilakukan untuk mengetahui risiko apa yang mungkin akan dihadapi oleh Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya pada produk murabahah warung mikro. Pada tahap ini akan diketahui risiko-risiko apa saja yang mungkin terjadi pada produk murabahah warung mikro, karena karakteristik dari masing-masing risiko berbeda. Sehingga nanti pada tahap pengelolaan risiko nya juga dilakukan dengan treatmen atau cara yang berbeda juga, sesuai dengan jenis risiko yang dihadapi oleh produk murabahah warung mikro tersebut. 2. Pengukuran Risiko Tujuan adanya pengukuran risiko ini yaitu untuk dijadikan dasar atau tolak ukur dalam memahami signifikansi dari akibat kerugian yang akan ditimbulkan 105 106
Wawancara dengan Bapak Indra Utama (Kepala Cabang) pada tanggal 11 Maret 2015. Wawancara dengan Bapak Indra Utama (Kepala Cabang) pada tanggal 11 Maret 2015.
60
oleh suatu risiko terhadap tingkat kesehatan dan kelangsungan usaha Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya. Dalam tahap pengukuran risiko ini Bank Syariah Mandiri terus mengembangkan tools pengukuran risiko seperti rating dan scoring system yang meliputi financing risk rating, consumer scoring, micro banking scoring, LKMS (Lembaga
Keuangan Mikro Syariah ) scoring,
manajemen informasi risiko pasar dan likuiditas, implementasi operational risk profile.107 Dimana ketiga hal tersebut dilakukan disetiap unit kerja kantor Bank Syariah Mandiri pusat dan juga Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya. Kantor cabang pembatu Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya juga berkoordinasi dengan kantor Bank Syariah Mandiri Pusat. Adapun secara umum pengukuran risiko tinggi atau rendahnya credit scoring dan credit rating akan diberi nilai atau score sebagai berikut.108 Tabel. 4.1 Rating dan Score Credit Rating
107
Score
Tingkat Risiko
1 = baik sekali
5
Very low risk
2 = baik
4
Low risk
3 = cukup/sedang
3
Moderate risk
4 = kurang
2
High risk
5 = buruk sekali
1
Very high risk
Wawancara dengan Bapak Indra Utama (Kepala Cabang) pada tanggal 11 Maret 2015. Wawancara dengan Bapak Ferry Ardiansyah(Back Office) pada tanggal 18 Maret 2015.
108
61
Fungsi dari adanya credit scoring dan credit rating yaitu agar Bank Syariah Mandiri benar-benar memperoleh pengukuran risiko yang yang lebih sensitif dan juga mendapatkan gambaran risiko yang sesuai.109 3. Pengelolaan Risiko Risiko-risiko yang ada pada Bank Syariah Mandiri dikelola dengan treatment atau cara yang berbeda-beda, tergantung dari jenis risikonya. Adapun pada pengelolaan risiko kredit ada beberapa hal yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri. Proses pengelolaan risiko kredit yang ada dilakukan secara endto-end, dari process di front-end, middle-end, sampai dengan back-end. Proses pengelolaan risiko tersebut didukung dengan sistem yang terintegrasi. Untuk meminimalisasi risiko kredit ini Bank Syraiah Mandiri memiliki kebijakan dalam memberikan pembiayaan yang disebut dengan KPBSM (Kebijakan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri),ada juga SPO (Standar Prosedur Operasional) dalam pemberian pembiayaan per segmen bisnis. Kebijakan tersebut sudah ditetapkan oleh Bank Syariah Mandiri pusat, sehingga kantor cabang menjadikan kebijakan tersebut sebagai pedoman dalam mengelola risiko kredit yang ada meliputi penetapan
target
market,
analisa,
persetujuan,
dokumenatsi,
pencairan
pembiayaan, pemantauan atau pengawasan, dan proses penanganan pembiayaan bermasalah.110 Pengeloaan risiko pasar yang ada pada Bank Syariah Mandiri mengikuti kebijakan manajemen risko pasar, kebijakan investasi surat berharga, standar 109 110
Wawancara dengan Bapak Indra Utama (Kepala cabang) pada tanggal 25 Maret 2015. Wawancara dengan Bapak Indra Utama (Kepala cabang) pada tanggal 25 Maret 2015.
62
prosedur operasional investasi surat berharga yang telah ditetapkan oleh Bank Syariah Mandiri pusat. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk mengelola risko pasar yaitu, mengukur potensi kerugian maksimal akibat adanya nilai tukar mata uang, melakukan stress test risiko pasar atas portofolio surat berharga yang diukur pada nilai wajar dan posisi valuta asing secara berkala, menetapkan limit risiko pasar antara lain PDN (posisi devisa neto ) dan limit bank notes, selain itu jika ada perubahan tingkat imbal hasil pasar atau di dunia perbankan konvensional dikenal dengan naiknya tingkat suku bunga, Bank Syariah Mandiri tidak melakukan perubahan harga jual yang telah disepakati.111 Sama halnya dengan pengelolaan risiko pasar, untuk risko likuiditas Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya juga mengikuti prosedur, kebijakan manajemen risiko, pedoman pengelolaan dana yang telah dipuat oleh Bank Syariah Mandiri pusat. Dalam mengelola risiko likuiditas, Bank Syariah Mandiri memantau risiko tersebut melalui pembiayaan terhadap dana pihak ketiga, rasio kewajiban antar bank, dan rasio kas terhadap dana pihak ketiga.112 Tidak hanya itu Bank Syariah Mandiri juga menaruh dana atau menempatkan dana untuk dijadikan cadangan likuiditas. Cadangan tersebut disalurkan pada instrumen keuangan Bank Indonesia dan instrumen keuangan lain, Bank Syariah Mandiri membuat penilaian cash flow dan liquidity gap secara rutin dan juga setiap hari memantau atas semua dana yang masuk. Selain dari keempat hal tersebut Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya juga mematuhi batas limit risiko likuiditas yang telah ditetapkan. Dimana
111 112
Wawancara dengan Bapak Andi (Marketing) pada tanggal 26 Maret 2015. Wawancara dengan Bapak Indra Utama (Kepala Cabang) pada tanggal 25 Maret 2015.
63
batas limit internal minimal 5% dari rata-rata DPK, 5,04% untuk GWM (Giro Wajib Minimum), dan 1% untuk valas.113 Resiko operasional merupakan risiko yang terjadi akibat adanya kegagalan dari proses internal, kesalahan SDM, adanya kegagalan sistem dan juga kejadiankejadian eksternal. Dengan adanya risiko tersebut, maka Bank Syariah Mandiri harus mengelola risiko operasional tersebut agar kegiatan operasional bank dapat berjalan dan terkendali dengan baik. Adapun dalam mengelola risiko operasional ini,Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya mengimplementasikan operational risk tools. Adapun sistem yang digunakan yaitu ORMIS. ORMIS merupakan suatu piranti lunak yang berbasis web. Jadi Bank Syariah Mandiri pusat tetap bisa memantau risiko-risiko operasional tersebut, karena sistem tersebut selalu online. ORMIS (Operational Risk Management Information System) berfungsi sebagai alat identifikasi dan pemantauan risiko operasional, potensi risiko operasional (early warning system). Dalam mengelola risiko operasional, Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya juga menerapkan manajemen risiko teknologi informasi. Tujuan diterapkannya manajemen risiko teknologi informasi ini yaitu untuk menjaga dan mengamankan operasional sistem TI.114 Tidak hanya itu saja, banyak hal-hal yang dilakukan Bank Syariah Mandiri dalam mengelola risiko operasional juga dengan menerapkan Business Continuity Management (BCM). BCM ini berfungsi ketika tiba-tiba ada gangguan seperti bencana alam atau kebakaran yang dimana akan memungkinkan dan menganggau
113 114
Wawancara dengan Bapak Indra Utama (Kepala Cabang) pada tanggal 25 Maret 2015. Wawancara dengan Bapak Indra Utama (Kepala Cabang) pada tanggal 25 Maret 2015.
64
bahkan dapat melumpuhkan kegiatan operasional bank.115 Bank Syariah Mandiri juga menetapkan kewajiban yang harus dipatuhi oleh seluruh karyawan, kewajiban tersebut berupa suatu program yang diberi nama risk culture. Adanya program tersebut yaitu untuk menumbuhkan kesadaran para karyawan atas potensi risiko yang dihadapi dalam menjalankan kegiatan dan aktivitas operasional bank. 4. Pemantauan dan Pengendalian Risiko . Pada tahap pemantauan risiko ini berfungsi untuk memperoleh infomasi terkini atau terbaru dari profil risko yang ada. Pemantauan risiko ini dilakukana agar mampu mengantisipasi risiko yang mungkin terjadi, selain itu pemantauan dapat berguna untuk menyempurnakan serangakian proses manajemen risiko.116 Bank Syariah Mandiri terus memantau kebijakan limit yang harus ditaati dan dilaksanakan. Pada risiko pasar kebijakan limit pada posisi devisa neto maksimal sebesar 20% yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pada risiko operasional, Bank selalu memantau kecukupan limit transaksi, limit net banking dan limit atm secara berkala. Untuk tahap pengendalian risiko Bank Syariah Mandiri harus mempertimbangkan analisis terhadap besarnya potensi kerugian bank serta mempertimbangkan atas manfaat yang didapat serta biaya yang dikeluarkan. Proses pengendalian risiko ini bank menerapkan pengendalian internal untuk memastikan bahwa jika terjadi penyimpangan-penyimpangan terhadap kebijakan
115 116
Wawancara dengan Bapak Indra Utama (Kepala Cabang) pada tanggal 25 Maret 2015. Wawancara dengan Bapak Indra Utama (Kepala Cabang) pada tanggal 25 Maret 2015.
65
maupun prosedur yang telah ditetapkan telah dilaporkan kepada ketua Komite Pemantau Risiko. Berdasarkan hasil wawancara dari Bapak Indra Utama Syukur, untuk di Bank Syariah Mandiri tidak memiliki staff atau difisi khusus yang menangani seluruh proses manajemen risiko.117 Karena proses manajemen risko yang ada pada Bank Syariah Mandiri memiliki staff kerja atau divisi sendiri yang menangani manajemen risiko. Divisi tersebut terpusat pada Bank Syariah Mandiri pusat, akan tetapi kantor cabang pembantu seperti Bank Syariah Mandiri Graha Raya mengelola risiko-risiko dengan menaati dan mengikuti kebijakan-kebijakan yang telah dibuat oleh kantor pusat. Kantor cabang pembantu Bank Syariah Mandiri Graha Raya, terus berkoordinasi dan melakukan laporan jika terdapat risko pada kegiatan usaha bank nya. Dan Bank Syariah Mandir pusat bisa melakukan pemantauan melalui sistem-sistem yang telah tersedia, semua sistem tersebut berjalan secara online.118 Semua rangkaian proses manajemen risko yang ada pada Bank Syariah Mandiri dibantu oleh SDM yang berkualitas. Tidak hanya itu saja, proses manajemen risko juga semakin berjalan dengan baik dan berkualitas dengan adanya pemanfaatan teknologi informasi. Teknologi informasi ini perlu diterapkan dalam manajemen risiko. Teknologi informasi ini pada umumnya bertujuan untuk dapat mendukung pencapaian rencana bisnis bank dan memastikan risiko yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung
117 118
Wawancara dengan Bapak Indra Utama (Kepala Cabang) pada tanggal 25 Maret 2015. Wawancara dengan Bapak Indra Utama (Kepala Cabang) pada tanggal 25 Maret 2015.
66
dengan penggunaan teknologi informasi ini dapat diatasi. Dengan kemajuan teknologi dapat meningkatkan ketersediaan informasi yang cukup. Tidak hanya itu teknologi informasi juga berfungsi untuk pengamanan infomasi. Seperti contohnya
dalam mengelola
risiko
operasional
Bank
Syariah
Mandiri
memanfaatkan teknologi informasi berupa piranti lunak yang bernama ORMIS (Opertional Risk Management Information System), selain itu juga SIMRIS ( Sistem Informasi Manajemen Risiko).119 Kedua sistem tersebut berfungsi untuk alat identifikasi dan monitoring kejadian risiko operasional, database kerugian operasional. Bank Syariah Mandiri juga mengembangkan kebijakan dan prosedur akan hal teknologi informasi yaitu kebijakan manajemen risko teknologi informasi (KMRTI), contingency plancore banking system (CBS) dan standar manual operasional- core banking system. B. Prosedur Pembiayaan Murabahah Warung Mikro Pembiayaan warung mikro Bank Syariah Mandiri adalah layanan pembiayaan yang berada di kantor cabang dan kantor cabang pembantu yang diperuntukan untuk nasabah kategori mikro. Target utama pasar warung mikro adalah perorangan maupun badan usaha yang membutuhkan pembiayaan s.d Rp. 100 juta untuk kegiatan produktif. Adapun produk dan persyaratan pembiayaan mikro disesuaikan dengan karakteristik usaha mikro tesebut. Berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh Bapak Indra Utama selaku kepala cabang ada beberapa jenis usaha yang dihindari oleh Bank Syariah Mandiri yaitu
119
Wawancara dengan Bapak Indra Utama (Kepala Cabang) pada tanggal 3April 2015.
67
diantaranya jenis usaha yang tidak sesuai dengan syariat Islam seperti usaha minuam keras dan jenis usaha lainnya yang tidak halal, selain itu jenis usah yang dihindari yaitu usaha pada industri kayu, pabrik rokok dan juga transportasi.120 Tapi untuk tahun ini jenis usaha transpotasi sudah tidak termasuk jenis usaha yag harus dihindari. Usaha yang ingin mengajukan pembiayaan di Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya minimal sudah 2 (dua) tahun berjalan. Gambar.4.2 Alur proses pembiayaan warung mikro Bank Syariah Mandiri KCP GrahaRaya
Debitur yang inging mengajukan pembiayaan warung mikro, pada tahap awal harus mengisi form pengajuan pembiayaan. Setelah itu, debitur harus melengkapi dokumen persyaratan yang telah ditetapkan oleh Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya. Adapun syarat-syarat yang harus dipersiapkan untuk mengajukan pembiayaan warung mikro yaitu diantaranya:
120
Wawancara dengan Bapak Indra Utama (Kepala Cabang) pada tanggal 3 April 2015.
68
a) Pas fot 4 X 6 b) Foto copy KTP (Suami/istri), dan foto copy akte nikah atau cerai c) Foto Copy KK, foto copy kartu keluarga ini dijadikan bank untuk melakukan verifikasi apakah alamat yang tertera di KTP sesuai dengan yang ada di kartu keluarga. Dan juga melihat jumlah anggota keluarga yang menajdi tanggungan. d) Rumah tempat tinggal milik sendiri atau milik keluarga sesuai KTP dan KK. e) Foto copy NPWP (untuk pembiayaan maksimal diatas Rp.50.000.000), dimana saat ini di setiap pemberian pembiayaan terus dipantau oleh Bank Indonesia adalah dengan NPWP. f) Status pegawai tetap dengan masa dinas minimal 1 (satu) tahun, slip gaji terakhir, dan surat keterangan kerja (untuk karyawan). g) SKU, dan usaha berjalan minimal 2 (dua) tahun dan ada pembukuan sederhana, foto copy syarat keterangan usaha dari RT/ RW setempat (untuk wiraswasta). h) Foto copy rekening tabungan 3 bulan terakhir, untuk mengetahui mutasipemasukan dan penegluaran rekening nasabah. i) PBB dan rekening listrik rumah. j) Agunan BPKB/ sertifikat hak milik/ akta jual beli. k) Proposal pengajuan pembiayaan. Setelah berkas pesryaratan lengkap pihak Bank Syariah Mandiri tepatnya divisi KWM (Kantor Warung Mikro) melakukan verifikasi kelengkapan berkas.
69
Apakah berkas tersebut benar-benar asli atau tidaknya. Kelengkapan berkas tersebut dimasukan kedalam formulir check list dokumen. Di Bank Syariah Mandiri memiliki form masing-masing untuk berkas-berkas yang telah disebutkan diatas ketika berkas-berkas tersebut sudah diteliti kebenarannya, maka berkasberkas tersebut akan digabungkan menajdi satu dan dimasukan kedalam form checklist dokumen. Dan form tersebut akan disimpan oleh pihak bank untuk bukti dokumentasi. Setelah berkas tersebut sudah dinyatakan kebenarannya, pihak bank baru melakukan proses analisa pembiayaan. Adapun dalam melakukan analisa pembiayaan, Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya menggunakan metode atau prinsip 5C dan 7A. Adapun prinsip 5C yang diterapkan oleh Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya sebagai berikut: a. Character (Karakter) Character disini merupakan sifat atau watak seseorang. Hal-hal yang dilkaukan oleh Bank Syariah Mandiri yaitu diantaranya: 1) Melihat latar belakang atau riwayat pinjaman debitur tersebut. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengecek riwayat kelancaran pembayaran debitur tersebut melalui SID (Sistem Informasi Debitur) Bank Indonesia.121 Melalui sistem tersebut rekam jejak atau riwayat kelancaran pembayaran debitur dapat terlihat dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir. Dari SID tersebut dapat terlihat apakah debitur tersebut memiliki riwayat yang
baik atau buruk. Istilah yang
digunakan pada Bank Syariah Mandiri pada tahap ini yaitu tahap BI 121
Ali Suyanto Herli, Pengelolaan BPR dan Lembaga Keuangan Pembiayaan Mikro, (Yogyakarta: C.V Andi, 2013),h.38.
70
checking. Dengan melakukan BI checking Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya akan mengetahui apakah debitur tersebut termasuk atau tidak dalam DHN (Daftar Hitam Nasional). 2) Melakukan wawancara dengan debitur tersebut. Melihat keterbukaan atau sifat koorporatif nasabah.122 Dan juga dalam wawancara tersebut, pihak bank sekaligus menganalisa kembali dari berkas-berkas yang telah diserahkan apakah sesuai dengan pernyatan-pernyataanya dalam wawancara.. 3) Mencari tahu kebiasaan atau hobi dari debitur tersebut, apakah debitur tersebut melakukan hal-hal yang nantinya dapat mempangaruhi kemampuan debitur dalam mengembalikan kewajibannya. b. Capacity (Kapasitas) Capacity dilakukan untuk melihat dan mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar kredit atau membayar kewajibannya.123 Pada tahap ini Bank Syariah Mandiri KCP Garah Raya akan melihat kemampuan debitur dalam mengelola usahanya dan laporan keuangan. Selain itu bank juga harus benar-benar teliti dan melihat dengan baik omset usaha yang didapat oleh debitur tersebut, pemasukan dan penjualan dalam sebulan berapa banyak. c. Capital (Modal) Pada tahap ini dilakukan untuk melihat penggunaan modal yang digunakan oleh debitur, apakh modal yang digunakan efektif atau tidak. 124 Dilihat juga apresntasi modal yang digunakan dari modal sendiri maupun modal dari 122
Ali Suyanto Herli, Pengelolaan BPR….., h.39. Dr. Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan…..,h.137. 124 Dr. Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan…..,h. 137. 123
71
pinjaman. Dan Bank Syariah Mandiri juga melakukan pengukuran dari segi likuditas, rentabilitas, dan solvabilitas dari usaha debitur tersebut. d. Condition (Kondisi) Dalam melakukan analisa pembiayaan, bank juga harus melihat kondisi ekonominya pada saat ini dan dimasa yang akan datang. 125 Dengan melihat kondisi ekonomi lingkungan sekitar usaha debitur tersebut, ada pesaing atau tidak disekitar usaha tersebut e. Collateral (Agunan) Untuk di Bank Syariah Mandiri, agunan merupakan jaminan tambahan dapat berupa BPKB kendaraan, akte tanah ataupun akte jual beli. Bank harus benarbenar teliti melihat dokumen tersebut yang dijadikan agunan. Dokumen kepemilikan agunan harus benar-benar jelas. Adapun prinsip 7A yang diterapkan oleh Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya, diantaranya sebagai berikut: a. Aspek yuridis, pada tahap ini yang dinilai oleh Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya yaitu legalitas badan usaha, serta keterangan atau surat-surat penting mengenai usahha debitur tersebut. Hal-hal yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri pada tahap ini yaitu dengan mengecek kebenaran dari suratsurat pendirian usaha SKU, KTP, KK, NPWP dan surat penting lainnya seperti yang telah dijelaskan diatas pada syarat kelengkapan berkas untuk pengajuan pembiayaan. Selain itu Bank Syariah Mandiri juga harus meneliti dengan cermat mengenai dokumen yang dijadikan agunan oleh debitur.
125
Dr. Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan…..,h.137.
72
b. Aspek pemasaran, pada aspek ini yang dinilai dan dijadikan pertimbangan oleh Bank Syariah Mandiri adalah besar kecilnya permintaan terhadap produk, target penjualan, dan starategi pemasaran yang digunakan oleh debitur. c. Aspek keuangan, aspek yang dinilai oleh bank yaitu sumber dana yang dimiliki oleh debitur untuk membiayai usahanya dan bagaimana debitur mengelola dana tersebut.126 Dan melihat juga kemampuan debitur dalam menghasilkan pendapatan atau laba. Selain itu Bank Syariah Mandiri harus membuat analisa untuk melihat posisi keuangan usaha debitur tersebut, dari pendapatan yang masuk dan biaya-biaya yang dikeluarkan sehingga dapat dinilai layak atau tidak usaha debitur tersebut. d. Aspek teknis, hal yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri yaitu dengan melihat dan mempertimbangkan lokasi usaha debitur, gaji yang dikelurkan untuk mebayar karyawan atau tenaga kerja, mesin-mesin dan teknologi apa saja yang digunakan oleh usaha tersebut. e. Aspek Manajemen, hal ini perlu dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri karena untuk melihat struktur organisasi usaha debitur, budaya kerja dan gaya kepemimpinan. Serta untuk melihat pengalaman perusahaan usaha debitur tersebut dalam menjalankan kegiatan usahanya. f. Aspek sosial ekonomi, analisa yang dilakukan dengan melihat dampak yang terjadi dilingkungan sekitar usaha tersebut.127 Seperti dapat mengurangi
126 127
Dr. Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan…..,h.141. Dr. Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan…..,h.142.
73
tingkat pengagguran diwilayah sekitar usaha tersebut dan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. g. Aspek Amdal, amdal merupakan analis dampak lingkungan.128 Dengan melihat apa usah ayng didirikan oleh debitur mengganggu atau tidak lingkungan sekitar, misalkan apa ada pencemaran udara,pencemaran berupa limbah dan lain sebagainya. Selain dengan adanya anlisa pembiayaan dengan prinsip 5C dan 7A dalam memberika pembiayaan usaha, bank juga perlu melakukan pengkuran industry rating. Adapun industry rating diukur pada tingkat nasional dan ciri-ciri umum sebagai berikut:129 4.2. Tabel Industry Risk Score
Industry Risk Rating
Ciri-ciri Umum
5
Very low risk
Prospek permintaan sangat baik, struktur indutri sangat kuat, kinerja keuangan diatas rata-rata industri.
4
Low risk
Diatas rata-rata kinerja industry.
3
Moderate risk
Rata-rata industri dengan prospek pertumbuhan yang memadai dan mempunyai kemampuan keuangan yang cukup untuk membayar kembali pinjamannya.
2
High risk
Dibawah rata-rata kinerja industry.
1
Very high risk
Industry berisiko untuk diberikan pinjaman dengan prospek dan kemampuan keuangan yang meragukan.
Setelah semua prosedur-prosedur tersebut dijalankan, barulah bisa dinyatakan apakah pembiayaan tersebut diterima atau ditolak. Berdasarkan hasil wawancara kepada bapak Indra Utama, beliau mengatakan waktu maksimal yang dibutuhkan hingga dana tersebut cair yaitu 21 hari kerja. Tetapi bisa kurang dari 21 hari, teragntung dari kelengkapan berkas-berkas calon debitur tersebut. Jika 128 129
Dr. Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan…..,h.142. Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis…..,h.262.
74
pada saat pihak Bank Syariah Mandiri sedang melakukan tahap pengecekan berkas atau dokumen, dan ternayat dokumen ada yang kurang. Maka akan memperlama dana tersebut akan cair.130 Setelah melewati proses-proses yang telah dipaparkan diatas, berkas atau dokumen sudah di analisa melaui prinsip 5C dan 7A,dan pembiayaan disetujui maka tahap selanjutnya yaitu penentuan waktu akad. Dalam melakukan akad debitur tersebut datang ke bank dan melakukan akad dengan pihak bank yang bersangkutan. Dalam melakukan akad akan ada proses dokumentasi berupa foto. Setelah semua prosdur dan proses-proses diatas dilaksankan, barulah dana yang diajukan dapat cair, tapi sebelum itu dilakukan lagi pengecekan semua kelengkapan dan persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan.Pembiayaan yang sudah tersalurkan ketangan debitur harus tetap dipantau oleh pihak Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya, agar pembiayaan yang telah tersalurkan tersebut lancar dan tidak macet dalam mengembalikan kewajibannya. Bank memiliki sistem tersendiri untuk memantau pembiayaanpembiayaan tersebut. Sistem tersebut akan mengetahui kelancaran debitur dalam mengembalikan kewajibannya. C. Proses Penyelesiaan Pembiayaan Bermasalah Ada beberapa pembiayaan yang sudah tersalurkan,ketika dipertengahan jalan ada saja debitur yang tidak membayar dengan tepat waktu. Dari yang awalnya lancar sampai pembiayaan tersebut menjadi macet. Berdasarkan hasil wawancara kepada Bapak Andi selaku divisi marketing, untuk mengelola
130
Wawancara dengan Bapak Indra Utama (Kepala Cabang) pada tanggal 3April 2015.
75
pembiayaan
yang bermasalah tersebut,
Bank Syariah Mandiri melihat
kolektabilitas kredit atau pembiayaan. Kolektabilitas Lancar yang biasa dilambangkan dengan angka “1”, Kurang Lancar “2”, Diragukan “3”, dan Macet “4 dan 5”.131 Adapun alur penyelesain pembiayaan bermasalah seperti: Gambar.4.3 Alur penyelesaian pembiayaan bermasalah
Jika pembiayaan masih dalam tahap kol 2 dan 3, Bank Syariah Mandiri menyelesaikan dengan menagih dan mendatangi debitur tersebut, jika hal itu tidak direspon kembali oleh debitur maka bank akan memberikan surat keterangan keterlambatan pembayaran kepada debitur, dan selanjutnya ada perbincangan antara pihak Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya dengan debitur tersebut atau bisa dikatakan adanya musyawarah untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah tersebut, bagaimana jalan keluar terbaiknya. Jika debitur tersebut sudah berada pada kol diragukan dan kol “4 dan 5” maka dapat dikatakan pembiayaan bermasalah atau macet. Hal
yang perlu
dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya yaitu meberikan surat
131
Wawancara dengan Bapak Andi (Marketing) pada tanggal 26 Maret 2015.
76
peringatan dan panggilan kepada debitur tersebut. Bank juga melihat apa yang menyebabkan debitur tersebut tidak membayar kewajibannya dengan tepat waktu dan lancar. Setelah itu hal yang dapat dilakukanoleh Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya yaitu, diantaranya: 1) Melakukan restructuring, yaitu dengan mengubah struktur kredit berjangka menajdi kredit angsuran.132 Dengan restructuring ini biaya angsuran menjadi jauh lebih murah. 2) Melakukan rescheduling, yaitu dengan memperpanjang masa periode angsuran, sehingga beban angsuran terasa lebih ringan dan lebih murah dari sebelumnya. 3) Melakukan reconditioning, yaitu dengan mengubah berbagai persyaratanpersyaratan yang ada. Adapun persyartan-pesryaratan yang dapat diubah yaitu dengan menunda pembayaran margin bagi hasil sampai pada waktu tertentu. Akan tetapi hanya margin bagi hasilnya saja yang ditunda pemabyarannya sampai waktu tertentu, sedangkan pokok pinjamannya tetap harus dibayar seperti sebelumnya. Jika cara-cara yang telah disebutkan diatas tidak juga bisa menyelesaikan masalah tersebut, dan cara-cara tersebut tidak direspon oleh debitur yang bersangkutan, maka langkah selanjutnya yang akan dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya yaitu dengan menyita serta melelang barang yang dijadikan jaminan sebelumnya. Adapun prosedur yang dilakukan yaitu bank akan memberitahu kepada debitur bahwa cara-cara yang sebelumnya tidak dapat
132
Ali Suyanto Herli, Pengelolaan BPR….., h.96.
77
membantu menyelesaikannya, maka tindakan terakhir bank akan menyita dan melelang barang yang telah dijadikan jaminan. Dalam melakukan pelelangan, Bank Syariah Mandiri juga melakukan konfirmasi terlebih dahulu kepada debitur tersebut, apakah barang agunan tersebut akan dibeli oleh kerabat terdekat atau pelelangan tersebut diserahkan sepenuhnya kepada pihak bank.Tindakan yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya tetap dikoordinasikan dengan Bank Syariah Mandiri pusat. Berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh Bapak Indra Utama dan Bapak Andi untuk di Bank Syariah Mandiri Graha Raya sampai saat ini tidak pernah menyelesaikan pembiayaan bermasalah hingga menyita dan melelang agunan milik debitur. Karena debitur yang memiliki pembiayaan bermasalah, hingga saat ini masih bisa diselesaikan dengan musyawarah dan melakukan restructuring¸rescheduling maupun reconditioning.
D. Evaluasi Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah Warung Mikro Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya Proses evaluasi dalam manajemen risko sangatlah penting untuk dilakukan karena dengan adanya proses evaluasi pihak Bank Syariah Mandiri akan mengetahui manajemen risiko yang diterapkan berjalan dan berhasil dengan baik atau tidak untuk menyelesaikan, mengelola, dan meminimalisasi risiko. Dengan adanya evaluasi bank akan mengkaji kembali kebijakan dan prosedur sebelumnuya yang masih terdapat kekurangan. Evaluasi juga dilakukan hingga pada kebijakan-kebijakan yang ada pada manajemen risiko. Kebijakan
78
yang telah dijalankan dan ditaati oleh Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya dirasa efektif dan efisien atau tidak dalam mengelola, menyelesaikan, dan meminimalisasi risiko. Seluruh rangkaian maupun proses manajemen risiko yang telah diterapkan oleh Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya pada pembiayaan murabahah warung mikro telah sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan oleh Bank Syariah Mandiri Pusat. Semua kebijakan dan prosedur yang dilakukan sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh pusat. Dimana dalam proses manajemne risiko yang diterapkan oleh Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya selalu melakukan koordinasi dengan Bank Syariah Mandiri Pusat. Jika dilihat, tidak hanya mengelola dan menyelesaikan risiko-risiko yang ada, Bank Syariah Mandiri juga melakukan upaya-upaya penting untuk meminimalkan risiko. Terlebih juga dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah, Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya juga memberikan solusi dan alternatif bagi para debitur untuk menyelesaikan pembiayaan bermaslah tersebut. Dalam hal menyelesaikan pembiayaan bermasalh tersebut, Bank Syariah Mandiri Graha Raya melihat dan melakukan cek terlebih dahulu apa yang membuat debitur tersebut mengalami kredit macet atau pembiayaan bermasalah
Dengan adanya evaluasi ini Bank
Syariah Mandiri KCP Graha Raya dan Pusat akan terus mengembangkan infrastruktur dan kapabilitas manajemen risiko jauh lebih baik, sempurna dan efektif. Adapun hal yang akan dilakukan seperti:
79
a) Mengembangkan program budaya risiko untuk disetiap unit kerja yang ada di pusat, kantor cabang dan juga kantor cabang pembantu yang disesuaikan dengan risiko utama yang melekat pada unit kerja tersebut. b) Mengembangkan
sistem
dan
tools
pengukuran
risiko
seperti
pengembangan Financing Organitation System (FOS) pembiayaan kecil, mengembangkan sistem ORMIS, penguatan proses pembiayaan. c) Mengembangkan rangka pengukuran risiko baik untuk kepentingan internal bank maupun untuk kepentingan konsolidasi dengan perusahaan induk, bank dapat melakukan evaluasi parameter profil risiko. Semua sistem, kebijakan maupun prosedur yang ada pada manajemen risiko, akan dievalusi dan dikalibrasi secara periodik oleh risk model validator yang bersifat independen, hal tersebut bertujuan untuk menjaga validitas.
BAB V PENUTUP Pada penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi atau penelitian ini tidak sepenuhnya sempurna. Akan tetapi dengan diangkatanya penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca, akademis dan juga lembaga tempat penelitian. Maka dari itu pada bab ini penulis akan mencoba menarik kesimpulan dari keseluruhan pembahsan yang ada pada bab sebelumnya dan juga pada bab ini akan diberikan saran-saran untuk lembaga tempat penelitian. A. Kesimpulan 1. Proses manajemen risiko pembiayaan murabahah warung mikro pada Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya terdapat lima proses yaitu identifikasi, pengukuran, pengelolaan, pemantauan dan pengendalian.. Dimana tahap pertama merupakan proses identfiikasi risiko. identifikasi ini untuk melihat karakteristik dari masing-masing risiko tersebut. Tahap kedua yaitu pengukuran risiko, dimana tahap ini melihat seberapa besar potesni risiko yang ada. Tahap ketiga yaitu pengelolaan risiko. pengelolaan risiko tersebut berbeda-beda tregantung dari jenis risiko tersebut. Tahap terakhir yaitu pemnataun dan pengendalian risiko, dimana pada tahap ini setelah risiko-risiko yang ada dikelola terus dipantau agar tidak muncul lagi risiko-risiko yang baru.
80
81
2. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah yang ada pada Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya yaitu terdapat tiga alternatif pilihan yang dapat dipilih oleh debitur atau nasabah. Ketig
apilihan
tersebut
yaitu
restructuring,
rescheduling,
dan
reconditioning. B. Saran 1. Seluruh rangakaian proses manajemen risiko yang telah diterapkan oleh Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya semuanya sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Bank Syariah Mandiri Pusat. Untuk itu, terus dipertahankan agar risiko-risiko yang ada mampu dikelola dan diselesaikan dengan baik dan juga terus tetap melakukan koordinasi kepada pusat. 2. Pembiayaan yang bermasalah pada warung mikro hingga maret 2015 ini cukup banyak yang masuk dalam kategori kol “5”. Untuk itu sebaiknya Bank Syariah Mandiri lebih teliti dan hati-hati dalam memberikan pembaiayaan. Persyaratan-persyaratan pengajuan pembiayaan usaha mikro lebih diperketat, agar Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya terhindar dari pembiayaan macet dan bermasalah.
DAFTAR PUSTAKA Ali, Masyhud. Manajemen Risko: Strategi Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006. Antonio, Muhammad Syafi‟i. Bank Syariah Teori dan Praktik. Jakarta: Gema Insani,2001. Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Tangerang: Azkia Publisher, 2009. Arthesa Ade, Handiman Edia. Bank dan Lembaga Bukan Bank. Jakarta:PT INDEKS Kelompok Gramedia,2006. Bank Syariah Mandiri. Annual Report, 2013. Dendawijaya Lukman. Manajemen Perbankan. Bogor: Ghalia Indonesia,2005. Fahmi, Irham. Manajemen Teori, Kasus dan Solusi. Bandung: ALVABETA,2012. Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif:Teori dan Praktik. Jakarta:PT. Bumi Aksara,2013. Hanafi, Mahmud. Manajemen Resiko, Yogyakarta: YKPN, 2006. Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika, 2012. Herli, Ali Suyanto. Pengelolaan BPR dan Lembaga Keuangan Pembaiayaan Mikro. Yogyakarta:C.V ANDI OFFSET. 2013. H. D. Sudjana. Manajemen Pendidikan untuk Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan Sumberdaya Manusia, Evaluasi Program,Bandung: Falah Production,2008. Hennie, Van Greuning dan Zamir iqbal. Syariah.Jakarta: Salmeba Empat, 2011.
Analisis
Risiko
Perbankan
Idroes, Ferry N. Manajemen Resiko Perbankan ;Pemahaman Pendekatan 3 Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2008. Isbandi Rukminto Adi. Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Inntervensi Komunitas(Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis) Edisi Revisi. Jakarta:Lembaga Penerbit FEUI,2003. Ismail. Manajemen Perbankan, Jakarta: Kencana, 2011
82
83
Karim, Adiwarman A. Bank Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007. Kasmir. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers,2012. Kasmir. Manajemen Perbankan, Jakarta: Rajawali Pers, 2010. Lembaga Penelitian SEMERU. Buku II Upoya Penguatan Usaha Mikro dalam Rangka Peningkatan Ekonomi Perempuan. 2003. Marsuki. Analisa KritisLaporan Keuangan Bank Sentral.Jakarta: Mitra Wacana Media,2009. Otoritas Jasa Keuangan. Statistik Perbankan Syariah-November. 2014. Prof. Dr. Emzir, M.Pd. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisa Data. Jakarta: Rajawali Pers, 2011. Putra Nusa. Metode Penenlitian Kualitatif Manajemen. Jakarta:Rajawali Pers,2013. Rivai Veithzal, Ismail Rifki. Islamic Risk Management for Islamic Bank. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,2013. Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Ekonosia, 2007. Tariqullah Khan, Ahmed Habib. Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: PT Bumi Aksara,2008. Teguh, Muhammad. Metodelogi Penelitian Ekonomi, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005. Wijaya, Tony. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Jakarta: Graha Ilmu 2011. Wirdyaningsih. Bank dan Asusransi Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana,2015. www.depko.go.id diakses pada tanggal 27 Maret 2015 www.syariahmandiri.co.id/profil-perusahaan diakses pada tanggal 10 Maret 2015 www.syariahmandiri.co.id diakses pada tanggal 10 Maret 2015. www.wikipedia.org/wiki/Bank_Syariah_Mandiri pada tanggal 10Maret 2015. www.syariahmandiri.co.id/visi-dan-misi diakses pada tanggal 10 Maret 2015
84
www.depko.go.id diakses 27 Maret 2015. www.bps.go.id diakses pada tanggal 27 Maret 2015.
Pedoman Wawancara
Nama
: Indra Utama Syukur
Jabatan
: Kepala Cabang (Sub Branch Manager)
Waktu
: 11-12 Maret 2015
Tempat
: Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya
1. Risiko apa saja yang dikelola oleh Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya pada pembiayaan murabahah warung mikro? Jawab Risiko yang dikelola pada pembiayaan murabahah warung mikro dinataranya ririko kredit atau pembiayaan, risiko pasar, risiko likuiditas dan risiko operasional 2. Bagaimana proses manajemen risiko yang diterapkan untuk mengelola risiko-risko yang ada pada pembiayaan murabahah warung mikro? Jawab Proses manajemen risiko pada pembiayaan murabhaha watung mikro ini ada empat tahap, dimana tahap pertama yaitu proses identifikasi risiko, selanjutnya tahapa kedua yaitu proses pengukuran risiko, tahap ketiga yaitu pengelolaan risiko dan tahap keempat yaitu proses pemantauan dan pengendalian risiko. 3. Pada risiko kredit,biasanya masalah apa yang ada pada pembiayaan murabahah warung mikro? Jawab Masalah yang ada pada rsiko kredit itu seperti adanya pembiayaan yang bermaslah atau kredit macet. Dimana pada risiko in ada nasabah atau debitur yang tidak mengembalikan kewajibannya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
4. Pada pembiayaan warung mikro ada tidak usaha-usaha khusus yang dilarang untuk diberikan pembiayaan? Jawab Jensi-jenis usaha yang dilarang seperti usaha-usaha yang tidak halal, seperti pabrik rokok, usaha kayu, minuman keras, dan trasnportasi. Dan juga minimal usaha yang ingin mengajukan pembaiyaan sudah mencapai usia 2 tahun beroperasi. 5. pada risiko pasar dan operasional, biasanya masalah apa yang muncul? Jawab Pada risiko operasional, maslaah yang muncul biasanya akibat adanya kesalah atau kegagalan sistem dan juga adanya maslaah internal maupun eksternal bank. sedangkan pada risiko pasar ketika tingkat suku bunga sedang naik dipasar, tingkat keuntungan atau margin yang didapat oleh Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya tidak bisa ikut berubah karena sudah ditetapkan diawal akad. 6. Bagaimana proses pengukruan rsiko yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya? Jawab Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya mengikuti kebijakan yang telah ditetapkan oleh pusat, dimana dalam tahap pengukuran risiko ini dengan menggunakan tools rating & scoring system. Tools system ini merupakan kebijakan yang telah dibuat oleh pusat yang kemudian digunakan dietiap unit kerja kantor Bank Syariah Mandiri baik itu kantor cabang dan kantor cabang pembantu.
Nama
: Indra Utama Syukur
Jabatan
: Kepala Cabang (Sub Branch Manager)
Waktu
: 25 Maret 2015
Tempat
: Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya
1.Bagaimana proses pengelolaan risiko yang ada pada Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya? Jawab Dalam mengelola risiko Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya selalu melakukan koordinasi dengan kantor pusat dan juga mengikuti kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh kantor pusat. Dalam mengelola risiko terdapat perbedaan, tergantung dnegan jenis-jenis risiko nya dapat dikatakan setiap risiko memiliki treatment yang berbeda-beda. 2.Jika dalam pengelolaannya berbeda-beda, lalu bagaiamana pengelolaan risko kredit, risiko pasar, risiko likuiditsa dan operasional ? Jawab Untuk risiko kredit dikeloal dengan prinsip end-to-end, dari process di front-end, middle-end, sampai dengan back-end. Dan juga ada kebijakan yang telah dipuat di pusat dan harus direapkan di kantor cabang Graha Raya seperti kebijakan pembiayaan dan juga standar operasional pembiayaan. sedangkan untuk risiko pasar dikelola dengan mengikuti kebijakan manajemen risiko pasar, investasi surat berharga. Dan juga mengukur potensi kerugian maksimal jika ditengah perjalan pembiayaan setelah cair terjadi adanya nilai tukar uang dan juga tingkat suku bunga. Maka sebelum memberikan pembiayaan pihak bank seperti saya dan team warung mikro harus benar hati-hati dalam melakukan perhitungan untuk
menentukan margin. Karena jika akda telah dilakukan maka margin yang telah ditetapkan tidak bisa berubah walaupun kondiri dipasar tingkat suku bunga sedang naik. Dalma mengelola risiko likuiditas Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya juga mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan oleh pusat. Sedangkan dalam pengelolaan risiko operasional, Bank Syariah Mndiri dibantu dnegan sistem yang terhubung langsung dengan kantor pusat, yaitu sistem yang digunakan adalah ORMIS. 3. Apakah terdapat tim khusus untuk menangani sleuruh rangkaian proses manajemen risiko ini? Jawab Untuk di Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya tidak memiliki staff atau divisi khusus untuk menangani sleuruh proses manajemen risiko. Dimana divisi khsuus terebut adanya di kantor pusat, divisi tersebut lah yang membuat kebijakankebiajakn menegnai sleuruh rangkaian proses manajmene rsiko yang kemudian diterapkan di kantor-kabtor cabang. Akan tetapi sleama proses manajemne risko tersebut berlangsung tetap terus ada koordinasi.
Nama
: Andi
Jabatan
: Marketing KWM
Waktu
: 26 Maret
Tempat
: Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya
1. Bagaimana proses yang dilkukan oleh pihak Bank Syariah Mandiri dalam menyelesaikan pembaiayan yang bermaslah? Jawab Pertama-tama pihak bank akan mengkonfirmasikan terlebih dahulu kepada nasabahnya, dan melakukan musywarah. Jika musyawarah sudah dilakukan, bank akan memberikan beberapa alternatif solusi yangakan diberikan kepada nasabah. 2. Alternatif dan solusi apa yang diberikan kepada nasabah yang bermaslah tersebut? Jawab Seletah musyawarah, pihak bank akan tahu apa penyebabnya nasabah tersebut tidak memenuhi kewajiban dalam mengemablikan pembiayaanya. Dari situlah pihak bank akan memberikan alternatif dan solusi kepada nasabah. Alternatif tersebut adalah restructuring, rescheduling dan reconditioning. Nasabah diberi kebebasasan untuk memilih dari ketiga alternatif tersebut. 3. Apakah pada pembiayaan murabah warung mikro ini ada kasus hingga menyita barang agunan? Jawab Hingga saat ini tidak terdapat kasus hingga menyita agunan. Dari alternatifalternatif yang diberikan pihak bank, mampu menyelesaikan pembiayanpembiayan yang bermasalah.
Nama
: Indra Utama Syukur
Jabatan
: Kepala Cabang (Sub Branch Manager)
Waktu
: 3 April 2015
Tempat
: Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya
1. Apakah Bankk Syariah Mandiri memanfaatkan teknologi informasi dalam proses manajemen risiko nya? Jawab Bank Syariah Mandiri tentunya memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam proses manajemen risiko nya, selain ormis juga ada SIMRIS. Semua sitem dan teknologi informasi ini dijalankan dengan sistem online. 2. Setelah seluruh rangkaian prosess manajemen risiko dilakukan, ada tidak upaya yang dilakukan oleh bank syariah madniri dalam meminimalkan risiko? Jawab Sudah pasti ada upaya yang dilakukan untuk meminimalkan risko, akan tetapi uapaya yang dilakukan disesuiakan dengan jenis risiko nya. Sama halnya dnegan pengelolaan risko, terdapat treatment yang berbeda. 3. Bagaimana alur pembiayaan warung mikro yang ada pada Bank Syariah Mandiri KCP Graha Rya? Jawab Terdapat lima tahap, diantaranya tahap pertama yaitu mengisi form pengajuan pembiayaan, selanjutnya melengkapi dokumen persyaratan, setelah itu pihak bank melakukan checking kelengakapn dokumen yang tekah diberikan oelh nasabah, selanjutnya tahap analisa pembiayaan. Setelah analisa selesai, maka ada
keterangan apakah pembiayaan tersebut diterima atau ditolak. Jika diterim alangkah selanjutnya melakukan akad dnegan nasabah tersebut dan mengecek kembali kelengkapan dokumen-dokumennya. Setelah semua nya selesai,barulah dana tersebut cair. 4. Dalam melakukan analisa pembiayaan, prinsip apa yang terapkan oleh Bank Syariah Mandiri KCP Garha Raya? Jawab Prinsip yang digunakan dalam melakukan analisa pembiayaan yaitu prinsip 5C dan juga prinsip 7A 5. Dalam pengajuan pembiayaan warungmikro, biasanya berapa lama waktu yang dibuthkan oleh pihak bank untuk mmeproses sampai dana tersebut cair? Jawab Waktu maksimal yaitu 21 hari kerja. Dan jyg atergantung dari kelengkapan dokumen nasabahnya, jika adan dokumen yang kurang lengkap maka nasabh harus melegkapinya. Dan hal tersebut bisa mempengaruhi lamanya dana tersebut cair.