APLIKASI PENJAMINAN PEMBIAYAAN MURABAHAH UNTUK MENGANTISIPASI PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI CABANG SALATIGA TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
Muhammad Syafi’i 20108045
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2011
APLIKASI PENJAMINAN PEMBIAYAAN MURABAHAH UNTUK MENGANTISIPASI PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI CABANG SALATIGA
TUGAS AKHIR Disusun dan diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Sebutan A.Md.E.Sy (Ahli Madya Ekonomi Syariah)
Disusun Oleh :
Muhammad Syafi’i 20108045
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2011
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lampiran
:
Hal
: Pengajuan Naskah Tugas Akhir Kepada. Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga.
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya maka tugas akhir saudara: Nama
:Muhammad Syafi’i
Nim
: 20108045
Judul
: Aplikasi Penjaminan Pembiayaan Murabahah untuk Mengantisipasi Pembiayaan Bermasalah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga.
Dapat diajukan dalam sidang munaqasyah. Demikian untuk menjadi periksa. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing
Mifdhol Mutohar, Lc. M. Si NIP. 19800409 200801 1 015
TUGAS AKHIR APLIKASI PENJAMINAN PEMBIAYAAN MURABAHAH UNTUK MENGANTISIPASI PEMBIYAAN BERMASALAH PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI CABANG SALATIGA DISUSUN OLEH MUHAMMAD SYAFI’I NIM: 20108045 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Tugas Akhir, Jurusan D3 Perbankan Syariah, Sekolah Tinggir Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal……dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh sebutan A.Md.E.Sy (Ahli Madya Ekonomi Syariah)
Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Suwardi, S.M.Pd
__________________
Sekretaris Penguji
: Benny Ridwan, M.Hum
__________________
Penguji I
: Drs. H. Alfred L, M.Si
__________________
Penguji II
: Ilyya Muhsin, S.Hl.,M.Si
__________________
Penguji
: A Mifdhol M, Lc.M.Si
__________________
Salatiga,……………………. Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. ……………………
MOTTO Dalam melakukan sesuatu harus yakin kita
akan
berhasil.
Kalo yakin 100% akan berhasil, maka kita pasti akan berhasil.
Berani mencoba, dan lebih tekun dan ulet, maka pasti kegagalan tak pernah ada.
Hidup adalah petualangan yang membutuhkan keberanian, bila tidak itu bukanlah hidup.
Sukses tidak diukur dari posisi yang dicapai seseorang dalam hidup, tapi dari kesulitan-kesulitan yang berhasil diatasi ketika berusaha meraih sukses. Cara memulai adalah dengan berhenti berbicara dan mulai melakukan. Dalam kehidupan ini kita tidak dapat selalu melakukan hal yang besar. Tetapi kita dapat melakukan banyak hal kecil dengan cinta yang besar. Sesungguhnya orang bisa karena terbiasa.
ABSTRAK Aplikasi Penjaminan Pembiayaan Murabahah untuk Mengantisipasi Pembiayaan Bermasalah Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga, Pada Program Studi Perbankan Syariah STAIN Salatiga. Bank Syariah merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya menghimpun dana, memberikan pembiayaan, dan jasa-jasa lainnya melalui lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasionalannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Salah satu produk pembiayaan di Bank Syariah adalah pembiayaan murabahah, yaitu adalah pembiayaan yang menggunakan akad jual beli antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga produk ditambah dengan keuntungan margin yang telah disepakati. Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif, data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, dengan teknik pengumpulan data: observasi, wawancara, dan dokumentasi, sedangkan metode analisis datanya menggunakan analisis deskriptif, karena pada penelitian ini penulis mendeskripsikan model-model penjaminan pembiayaan murabahah bagi nasabah perorangan di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga. Serta menganalisis kemampuan bank dalam penggunaan jaminan sebagai antisipasi pembiayaan bermasalah di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga. Hasil penelitian adalah, PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga telah melakukan standard analisis terhadap jaminan yang akan diberikan. Upaya strategis PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga dalam mengantisipasi pembiayaan bermasalah, adalah: 1) Melaksanakann pengawasan angsuran; 2) Asuransi jaminan; 3) Melakukan komunikasi secara intensisif; 4) Melakukan pengawasan terhadap nasabah; 5) Kebijakan La Sisywah; dan 6) Lebih memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan jaminan. Kata kunci : Bank Syariah, Pembiayaan Murabahah, Jaminan Pembiayaan.
KATA PENGANTAR Puji syukur selalu kita panjatkan kepada Allah SWT, yang mana telah memberikan kita semua rahmat dan karunia yang tak terhitung sampai saat ini. Sehingga sampai saat ini kita harus pandai-pandai bersyukur kepada Allah SWT. Laporan ini disusun untuk memenuhi Tugas Akhir guna memperoleh sebutan A.Md.E.Sy (Ahli Madya Ekonomi Syariah). Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku ketua STAIN Salatiga yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan praktik magang. 2. Bapak Drs Mubasirun, M.Ag selaku Ketua Jurusan Syariah STAIN Salatiga. 3. Bapak Abdul Aziz NP M.Ag selaku Kaprogdi Perbankan Syariah yang telah memberikan kesempatan dan dukungan semangat kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan Magang di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga. 4. Bapak A. Mifdhol Mutohar, Lc. M. Si selaku pembimbing yang telah memberikan pengarahan yang tidak dapat terhitung dan terbalaskan dalam menyusun Tugas Akhir ini. 5. Ayah dan Ibu yang penulis sayangi. Terima kasih atas segala dukungan yang tak bisa terbalaskan mulai dari awal kuliah sampai akhir penulisan Tugas Akhir ini.
6. Sri Wiyono Aji Nugroho selaku pimpinan Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga yang telah memberikan kesempatan dan tempat untuk melakukan kegiatan praktik magang. 7. Arif Zanuar selaku manajer operasional yang telah memberikan penjelasan banyak tentang kinerja Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga. 8. Semua karyawan Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga yang selalu memberikan bimbingan selama kegiatan magang. 9. Keluargaku semua yang selama ini mendukung penulis. Terimakasih atas semua masukan yang diberikan kepada penulis. 10. Teman-temanku DIII Perbankan Syariah angkatan tahun 2008, terimakasih atas kebersamaan kita selama 3 tahun ini. Kepada semua pihak tersebut di atas semoga Allah SWT memberikan imbalan pahala sepadan atas segala kebaikan-kebaikan dan dicatat oleh-Nya sebagai amal sholeh. Amien Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis diharapkan guna perbaikan lebih lanjut.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL HALAMAN JUDUL……………………………………………………….….….i HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………...ii HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………...iii MOTTO……………………………………………………………………..........iv ABSTRAK………………………………………………………………………..v KATA PENGANTAR…………………………………………………….……..vi DAFTAR ISI………………………………………………………………...….viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………….…….,.………………………1 B. Pembatasan Masalah…………………….……..……………………..4 C. Rumusan Masalah………………………..……………………...……4 D. Tujuan Penelitian…………………………..…………………………5 E. Manfaat Penelitian…………………………..………………………..5 F. Metode Penelitian……………………..……………………………...6 G. Telaah Pustaka……………………..…………………………………9 H. Sistematika Penulisan…………….………………………………….11
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Bank……………………………………………………..13 B. Pengertian bank Syariah……………………………………………..13 C. Kredit (loan)…………………………………………………………14 D. Penjaminan Pembiayaan……………………………………………..17 E. Pembiayaan Bermasalah……………………………………………..21 F. Tahap Penanganan Pembiayaan Bermasalah………………………...25
BAB III DATA PENELITIAN A. Gambaran Umum Bank Syariah Mandiri……………………………28 1. Sejarah Berdirinya Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga….......30 2. Visi Dan Misi………………………………………………….….30 3. Struktur Organisasi…………………………………………….…30 4. Produk-Produk…………………………………………………...44 5. Ruang Lingkup Kegiatan Perusahaan……………………………49 6. Kredit Bermasalah (Non Performing Loan)……………………...51
BAB IV ANALISIS DATA A. Aplikasi Penjaminan Sebagai Pengamanan Pembiayaan……………54 B. Upaya Strategis Bank Syariah Mandiri Dalam Mengantisipasi Pembiayaan Bermalasalah…………………………..66 C. Efektifitas Aplikasi Penjaminan Pembiayaan Untuk Mengantisipasi Pembiayaan Bermasalah Secara Riil………………..69
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………………………75 B. Saran ………………………………………………………………….76
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Lembaga perbankan adalah lembaga keuangan yang menyediakan sumber dana salah satunya berupa perkreditan, maka kredit akan mempunyai kedudukan yang sangat istimewa, terutama pada negaranegara yang sedang berkembang. Volume permintaan dana jauh lebih besar dari penawaran dana yang ada di masyarakat. Akibatnya pendapatan bunga dari kredit merupakan komponen yang dominan dibandingkan dengan pendapatan jasa perbankan lainnya. Sebaliknya akan berlainan apabila kita melihat pada neraca dan laporan perhitungan laba-rugi pada bank-bank dari negara maju, komponen pendapatan bunga mempunyai kedudukan yang seimbang dengan pendapatan jasa dari perbankan lainnya (Muldjono, 2001: 1). Aktifitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal di dunia perbankan dengan istilah kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas agar menanamkan dananya dalam bentuk simpanan. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarakat adalah seperti giro, tabungan, sertifikat deposito dan deposito berjangka. Setelah memperoleh dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat, maka oleh perbankan dana tersebut diputarkan kembali
atau dijual kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan istilah kredit (lending). Dalam pemberian kredit juga dikenalkan jasa pinjaman kepada penerima kredit (debitur) dalam bentuk bunga dan biaya administrasi. Sedangkan bagi bank yang berprinsip syariah, berdasarkan bagi hasil atau penyertaan modal (Kasmir, 2009: 26). Bank
Syariah adalah
bank
yang
beroperasi dengan tidak
mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut Bank Tanpa Bunga, adalah lembaga keuangan/perbankan yang operasionalnya dan produknya dikembangkan berlandaskan pada al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Dengan kata lain, bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dengan lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasionalannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam (Muhammad, 2005: 1). Perbankan
dalam
memberikan
kredit/pembiayaan
perlu
memperhatikan beberapa aspek analisis salah satunya yaitu analisis aspek jaminan (collateral). Aspek jaminan dalam kredit adalah salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh nasabah dalam rangka pengajuan permohonan kredit. Jaminan kredit (collateral) dalam perkreditan merupakan unsur yang penting, terutama dalam fungsinya untuk pengamanan apabila kredit yang diberikan mengalami kegagalan. Kenyataan menunjukkan bahwa kredit bermasalah merupakan bagian dari loan portofolio dari sebuah bank, namun pemberian kredit yang sukses adalah jika bank mampu mengelola kredit bermasalah (problem loan) pada
suatu tingkat yang wajar dan tidak menimbulkan kerugian pada bank yang bersangkutan (Veithzal, 2006: 475). Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihakpihak sedang merupakan defisit unit. Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal berikut: 1. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas,
yaitu untuk
peningkatan usaha baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi. 2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Salah satu produk pembiayaan Bank Syariah adalah pembiayaan murabahah, yaitu pembiayaan yang menggunakan akad jual beli antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga produk ditambah dengan keuntungan margin yang telah disepakati. Di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga, produk pembiayaan ini merupakan pembiayaan yang paling banyak digunakan dibandingkan dengan produk pembiayaan lainnya. Oleh karena itu, dengan melihat potensi pembiayaan murabahah dan untuk memahami lebih lanjut mengenai model penjaminan terhadap pembiayaan murabahah dan bagaimana pelaksanaannya di perbankan
khususnya di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga, maka peneliti tertarik mengambil judul “Aplikasi Model Penjaminan Pembiayaan Murabahah
bagi
Nasabah
Perorangan
untuk
Mengantisipasi
Pembiayaan Bermasalah pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga”.
B. Pembatasan Masalah Mengingat tinjauan dan hal-hal yang diteliti terhadap obyek penelitian ini terlalu banyak, maka penulis memberikan batasan masalah yang akan diteliti yaitu: 1) Tema yang diteliti adalah aplikasi penjaminan pembiayaan bagi nasabah perorangan; 2) Obyek pembiayaan untuk kepentingan perorangan/pribadi; 4) Pembiayaan bermasalah yang diteliti hanya dibatasi pembiayaan Murabahah; dan 5) Studi khasus Bank Syariah Mandiri bulan Januari s/d Juli 2011.
C. Rumusan Masalah Dalam
merumuskan
masalah
tentang
Aplikasi
Penjaminan
Pembiayaan Murabahah bagi Nasabah Perorangan Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana aplikasi penjaminan sebagai pengamanan pembiayaan Murabahah bagi nasabah perorangan pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga?
2. Bagaimana upaya strategi yang dapat dilakukan PT. Bank Syariah Mandiri
Cabang
Salatiga
dalam
mengantisipasi
pembiayaan
bermasalah? 3. Bagaimana tingkat efektifitas aplikasi penjaminan pembiayaan murabahah untuk mengantisipasi pembiayaan bermasalah secara riil pada PT. Bank Syariah Mandiri cabang Salatiga?
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk
mengetahui
penerapan
aplikasi
penjaminan
sebagai
pengamanan pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga. 2. Mengetahui upaya-upaya strategis yang dilakukan PT. Bank Syariah Mandiri
Cabang
Salatiga
dalam
mengantisipasi
pembiayaan
bermasalah. 3. Untuk mengetahui tingkat efektif aplikasi penjaminan pembiayaan murabahah yang dilakukan PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga guna mengantisipasi pembiayaan bermasalah..
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Bank Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan penjaminan pembiayaan murabahah sebagai antisipasi pembiayaan bermasalah di lingkungan perusahaan. 2. Bagi Akademisi Dari penelitian ini diharapkan menjadi referensi dalam pengembangan ilmu dalam Program Studi Perbankan Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, dan menjadi acuan bagi Mahasiswa dalam melakukan penelitian selanjutnya. 3. Bagi Masyarakat Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan masyarakat mengenai perkembangan perbankan syariah khususnya aplikasi penjaminan pembiayaan bermasalah.
F. Metode Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga Ruko Diponegoro A6-A7 Jl. Diponegoro 77.
2. Data dan Sumber Data Data adalah sekumpulan informasi, fakta-fakta, atau simbolsimbol yang menerangkan tentang keadaan objek penelitian (Sugiono, 2007: 129). Data itu sendiri dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. a. Data Primer Adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui pengamatan (observasi) dan wawancara kepada pihak terkait. b. Data Sekunder Adalah semua data yang diperoleh secara tidak langsung. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari artikel-artikel dari dokumen-dokumen, pedoman pembiayaan, dan surat edaran pembiayaan. 3. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi (Pengamatan) Sutrisno Hadi (1986) dalam Sugiyono (2007: 139) menemukan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari perbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Peneliti menggunakan metode observasi dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang kondisi pembiayaan
murabahah, mengetahui tingkat pengembalian pinjaman dan pola pengamanan jaminan pada pembiayaan murabahah yang dilakukan PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi nonpartisipan, yaitu peneliti tidak terlibat langsung dalam kegiatan oleh sumber data. b. Interview (Wawancara) Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan. Peneliti melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait, yaitu marketing lending
dan Admin
Pembiayaan di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga. Wawancara ini bertujuan untuk mencari data terkait gambaran umum PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga, pelaksanaan analisis pembiayaan, gambaran tentang produk pembiayaan, proses pengamanan jaminan yang dilakukan. c. Dokumentasi Menurut Soehadi (1999: 59) data ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data berdasarkan data-data atau laporan yang berkaitan dengan masalah penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dokumentasi sebagai sarana untuk mendapatkan data tentang profil PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga termasuk struktur organisasi dan visi–misi.
4. Metode Analisis Data dan Pendekatan Jenis Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah ditetapkan, metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Adapun penelitian kualitatif (Bogdan & Biklen, 1982) dalam Moleong (2006:248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang akan diceritakan kepada orang lain. Adapun penelitian deskriptif menurut Sugiyono (2007: 11) adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang dimiliki. Dalam penelitian ini peneliti mendeskripsikan model-model penjaminan pembiayaan murabahah bagi nasabah perorangan pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga. Lalu menganalisis kemampuan bank dalam penggunaan jaminan sebagai antisipasi
pembiayaan bermasalah pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga.
G. Telaah Pustaka Menurut Septi Musyarifah (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Penanganan Pembiayaan BA’I BITSAMAN AJIL (BBA) Bermasalah Pada BMT KARISMA Cabang SKYLIGHT Magelang, dia menuliskan tentang faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya pebiayaan bermasalah, serta bagaimana penanganan yang diterapkan pada BMT KARISMA tersebut. Faktor penyebabnya tunggakan angsuran dari pihak berutang. Dari faktor tersebut penanganannya dengan memberikan perpanjangan waktu kurang lebih 3 hari dari waktu angsuran. Selain itu juga diberi surat peringatan jika waktu perjanjian tersebut habis belum juga dapat memenuhi kewajiban untuk angsuran. Menurut Ade Nur Setyanto (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di BMT Sumber Mulia Tuntang pada tahun 2007. Penelitian yang dilakukan membahas tentang bagaimana analisis pembiayaan yang diterapkan di BMT tersebut dan apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah. Faktor-faktor tersebut di BMT Sumber Mulia antara lain: 1) Faktor kesengajaan dari nasabah itu sendiri; 2) Faktor ketidak sengajaan, diantaranya keadaan ekonomi yang tidak menentu; dan 3) Pendapatan yang tidak cukup untuk membayar angsuran.
Menurut Abdul Ghofur (2010) dalam penelitannya yang berjudul Penanganan Pembiayaan Bermasalah di KSU BISAMA Klumpit Salatiga. Peneliti membahas tentang faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah dan bagaimana cara penanggulangan pembiayaan bermasalah tersebut. Faktor tersebut antaranya, jika nasabah meninggal dunia maka terhapuslah semua utang-utangnya di lembaga keuangan (KSU BISAMA) dan selanjutnya perusahaan asuransilah yang berkewajiban untuk membayar utang-utangnya tersebut. Dari
beberapa
hasil
penelitian
terdalhulu
dapat
ditarik
kesimpulah bahwa penelitian yang dilakukan lebih fokus pada faktorfaktor penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah, serta bagaimana penyelesaiaannya. Sedangkan dalam penelitian ini, penulis lebih fokus pada jenis penjaminan pembiayaan yang diberikan debitur sebagai pengamanan pembiayaan dan kemudian aplikasi penjaminan sebagai antisipasi pembiayaan bermasalah.
H. Sistematika Penulisan BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bab ini menguraikan latar belakang masalah yang mengacu pada judul tugas akhir. B. Pembatasan Masalah
Menguraikan tentang batasan masalah yang akan diteliti, mengingat tinjauan dan hal-hal yang diteliti terhadap obyek penelitian terlalu banyak. C. Rumusan Masalah Menguraikan tentang permasalah yang akan diangkat atau dianalisa. D. Tujuan dan kegunaan Menguraikan tentang tujuan dan kegunaan tugas akhir ini dibuat. E. Metode Penelitian Menguraikan tentang metode yang digunakan dalam penelitian atau analisa. A. Telaah Pustaka Membandingkan hasil penelitian yang berhubungan dengan judul tugas akhir. F. Sistematika Penulisan Rancangan atau kerangka penulisan tugas akhir. BAB II
LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang teori-teori yang mendukung terhadap analisa penulis.
BAB III
DATA PENELITIAN Bab ini menerangkan tentang gambaran umum pada Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga.
BAB IV
ANALISIS DATA Bab ini menguraikan analisa yang akan penulis bahas yaitu mengenai
aplikasi
penjaminan
sebagai
pengamanan
pembiayaan, strategi Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga dalam mengantisipasi pembiayaan bermasalah, dan efiktifitas
aplikasi
penjaminan
pembiayaan
untuk
mengantisipasi pembiayaan bermasalah secara riil. BAB V
PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan hasil analisa dan saran bagi Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga.
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS LAMPIRAN
BAB II LANDASAN TEORI
1. Pangertian Bank Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 perubahan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak Menurut Muhamad (2002:14) bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Artinya, lembaga bank adalah lembaga yang dalam aktivitasnya berkaitan dengan masalah uang. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu dikaitkan dengan masalah uang yang merupakan alat pelancar terjadinya perdagangan yang utama. Kegiatan dan usaha bank yang selalu terkait dengan komoditas, antara lain: 1) memindahkan uang; 2) menerima dan membayarkan
kembali uang dalam rekening
koran; 3)
Mendiskonto surat wesel, surat order maupun surat berharga lainnya; 4) membeli dan menjual surat-surat berharga; 5) Membeli dan menjual cek, surat wesel, kertas dagang; dan 6) memberi jaminan bank. 2. Pengertian Bank Syariah Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, bank syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lau lintas pembayaran. Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lau litas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah (Sudarsono, 2003: 18). Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank syariah atau biasa disebut dengan Bank Tanpa Bunga, adalah lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadist Nabi SAW. Atau dengan kata lain, Bank syariah lenbaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam (Muhamad, 2002: 13). Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bank syariah adalah lembaga keuangan yang memberikan pelayanan terhadap nasabah dalam bentuk pendanaan, pembiayaan, dan jasa berdasarkan prinsip-prinsip syariah, dan tidak menggunakan sistem bunga dalam operasionalnya.
3. Kredit Menurut UU RI No.7 Tahun 1998
tentang perbankan
menyatakan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak pinjam-meminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan sejumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Dari pengertian kredit tersebut terdapat beberapa prinsip dalam pemberian suatu kredit, (Suhardjono, 2003: 12) yaitu: a. Prinsip kepercayaan yaitu adanya suatu penyerahan uang dari pemberi kredit kepada peminjam atau penyerahan tagihan dari peminjam kepada pemberi kredit yang menimbulkan tagihan kepada pihak lain, dengan harapan bahwa pemberi kredit (bank) akan mendapatkan bunga/bagi hasil sebagai pendapatan dari pemberian kredit (bank). b. Prinsip perjanjian adalah bahwa pemberian kredit didasarkan pada suatu perjanjian yang saling mempercayai bahwa kedua belah pihak akan mematuhi hak dan kewajibannya masing-masing. c. Prinsip kesepakatan adalah kesepakatan dari pemberi kredit dan peminjam tentang jangka waktu bagi pelunasan utang dan bunga/bagi hasil yang akan diselesaikan dalam jangka waktu yang telah disepakati bersama
Pembagian jenis pembiayaan atau kredit yang berlaku umum baik di bank syariah maupun bank konvensional, (Laksmana, 2009: 22-23) yaitu: 1. Pembiayaan dilihat dari Tujuannya a. Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang diberikan untuk tujuan konsumtif yang hanya dinikmati oleh pemohon. b. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang dimanfaatkan untuk kegiatan produksi yang menghasilkan suatu barang atau jasa. c. Pembiayaan perdagangan, yaitu bembiayaan yang diberikan untuk pembiayaan barang sebagai persediaan untuk dijual kembali. 2. Pembiayaan dilihat dari Jangka Waktunya a. Pembiayaan jangka pendek (Short term financing), yaitu pembiayaan yang berjangka waktu maksimal 1 tahun. b. Pembiayaan jangka menengah (medium term financing), yaitu pembiayaan yang berjangka waktu 1-3 tahun. c. Pembiayaan jangka panjang (long term financing), yaitu pembiayaan yang berjangka waktu lebih dari 3 tahun. 3. Pembiayaan dilihat dari Penggunaannya. a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan jangka pendek dan menengah yang digunakan untuk kebutuhan modal kerja bagi kelancaran kegiatan usaha, antara lain untuk pembelian bahan
baku, bahan penolong, dan biaya produksi seperti upah tenaga kerja, biaya distribusi , dan sebagainya. b. Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan jangka menengah dan panjang untuk melakukan investasi seperti pembelian barangbarang modal, serta jasa yang diperlukan untuk rehabilitasi maupun ekspansi usaha yang sudah ada dengan pembelian mesin dan peralatan, dan pembangunan pabrik. c. Pembiayaan Multi Guna, yaitu pembiayaan jangka pendek dan menengah
bagi
perorangan
kebutuhan
seperti biaya
untuk
pendidikan,
memenuhi biaya
berbagai
pernikahan,
pembelian aneka peralatan rumah tangga, dan sebagainya. 4. Penjaminan Pembiayaan Bank Syariah dan/atau Unit Usaha Syariah harus mempunyai kenyakinan atas kemauan dan kamanpuan calon nasabah penerima fasilitas untuk melunasi seluruh kewajiban pada waktunya, sebelum Bank Syariah dan/atau Unit Usaha Syariah menyalurkan dana kepada nasabah penerima fasilitas tersebut. Dalam melakukan penilaian terhadap agunan, Bank Syariah dan/atau Unit Usaha Syariah harus menilai barang, proyek atau hak tagih yang dibiayai dengan fasilitas pembiayaan yang bersangkutan dan barang lain, surat pembiayaan yang bersangkutan atau garansi risiko yang ditambahkan sebagai agunan tambahan, apakah sudah cukup memadai sehingga apabila nasabah menerima fasilitas kelak
tidak dapat memenuhi kewajibannya, agunan tersebut dapat digunakan untuk menanggung pembayaran kembali pembiayaan dari Bank Syariah dan/atau Unit Usaha Syariah yang bersangkutan (Jundiani, 2009: 124-125). Secara umum jaminan kredit diartikan sebagai penyerahan kekayaan atau pernyataan kesanggupan seseorang untuk menanggung pembayaran kembali suatu utang (Suyatno dkk, 2007: 88) Berdasarkan Undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 tahun 1998 ditetapkan bahwa setiap pembiayaan yang diberikan harus didasari atas keyakinan bahwa nasabah mampu untuk mengembalikan kewajiban sesuai dengan yang diperjanjikan. Untuk mendukung keyakinan tersebut ditetapkan ketentuan bahwa setiap pembiayaan yang diberikan kepada nasabah wajib didukung adanya jaminan. Kegunaan jaminan adalah untuk: a. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan pelunasal dari hasil penjualan barang-barang jaminan tersebut apabila nasabah melakukam cidera janji, yaitu tidak membayar kembali utangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian. b. Menjamin agar nasabah berperan serta dalam transaksi untuk membiayai usahanya, sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usaha atau proyeknya dengan merugikan diri sendiri atau
perusahaannya, dapat dicegah sekurang-kurangnya kemungkinan untuk dapat berbuat demikian diperkecil terjadinya. c. Memberi dorongan kepada debitur (tertagih) untuk memenuhi perjanjian kredit. Khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui agar ia tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada bank (Suyatno dkk, 2007: 88) Suyatno dkk (2007: 88-94) menambahkan jaminan dapat dibedakan sebagai berikut: a. Jaminan
berupa
benda
(Jaminan
kebendaan)
adalah
mengkhususkan suatu bagian dari kekayaan seseorang dan menyediakanya guna pemenuhan atau pembayaran kewajiban seorang debitur. Kekayaan dapat beraneka ragam bentuknya antara lain: 1) Buntuk jaminan yang tidak bergerak yaitu suatu hak kebendaan atas benda-benda tidak bergerak untuk mengambil penggantian daripadanya bagi pelunasan suatu perikatan (pasal 1162 BW) (Surat-surat berharga). 2) Bentuk barang bergerak dapat juga berupa finducia Fundacia yaitu penyerahan hak milik berdasarka kepercayaan atas barang bergerak, dengan tetap menguasai barang-barang tersebut dan barang tetap berada di tangan debitur untuk kelancaran jalannya usaha (alat-alat operasional).
b. Jaminan
perorangan adalah
suatu
perjanjian
ketiga
yang
menyanggupi pihak berpiutang (kreditur) bahwa ia menanggung pembayasran suatu utang bila ia berutang tidak menepati kewajibannya (Pasal 1820 BW) Menurut Muldjono (2001: 296) ada dua sasaran pokok dalam penilaian penjaminan: Menilai nilai ekonomis dari barang jaminan dan menilai nilai yuridis dari barang jaminan. Secara umum wujud dari jaminan perkreditan dapat dilihat dari berbagai sudut, antara lain: a. Dari pemilik jaminan itu sendiri: 1) Dapat berupa kekayaan dari si debitur yang bersangkutan. 2) Dapat pula berupa kekayaan pihak ketiga yang digunakan untuk menjamin kredit yang diperoleh si debitur tersebut. b. Dari status kekayaan tersebut di dalam suatu perusahaan. 1) Dapat sebagai current asset, antara lain berupa piutang stok persediaan barang yang diperdagangkan. 2) Dapat juga berupa fixed asset, yaitu kekayaan atau alat produksi debitur yang bersangkutan sepeti tanah, bangunan, alat-alat produksi, alat transportasi, dan lain-lain. c. Dari wujud barang jaminan itu sendiri. 1) Jaminan dalam bentuk tangible asset yaitu barang-barang yang ada wujudnya secara fisik antara lain aktiva lancar, aktiva tetap milik perusahaan ataupun jaminan kebendaan lainnya.
2) Jaminan dalam bentuk intangible asset yaitu jaminan kredit yang tidak ada wujudnya secara fisik, misalnya jaminan pribadi letter of guaranty, letter of conform recommendation, tanda tangan sebagai analyst. d. Dari fungsinya dalam kegiatan perkreditan yang bersangkutan. 1) Jaminan utama, yaitu barang-barang yang diperoleh dengan kredit yang kemudian dijaminkan kepada bank kembali. 2) Jaminan tambahan, yaitu barang jaminan lain diluar yang dibiayai dengan kredit tersebut di atas, dengan maksud sebagai pengaman kredit yang telah ditarik oleh debitur. e. Dari sudut yuridis: Jaminan kredit dapat pula dibedakan menjadi: 1) Jaminan kebendaan 2) Jaminan bukan
kebendaan atau
disebut pula
jaminan
perorangan, antara lain bortgocht avalyst yaitu suatu perjanjian di mana pihak ketiga menyanggupi kepada pihak berpiutang atas pembayaran suatu utang, apabila si berutang tidak menepati janjinya di kemudian hari. 5. Pembiayaan Bermasalah Ada beberapa pengertian kredit pembiayaan bermasalah, yaitu: a. Kredit yang di dalam pelaksanaannya belum mencapai/memenuhi target yang diinginkan oleh pihak bank. b. Kredit yang memungkinkan timbulnya risiko di kemudian hari bagi bank dalam arti luas.
c. Mengalami kesulitan dalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya, baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya dan atau pembayaran bunga, denda keterlambatan serta ongkos-ongkos bank yang menjadi beban nasabah yang bersangkutan. d. Kredit di mana pembayaran kembalinya dalam bahaya, terutama apabila sumber-sumber pembayaran kembali yang diharapkan diperkirakan tidak cukup untuk membayar kembali kredit, sehingga belum mencapai/memenuhi target yang diinginkan oleh bank. e. Kredit di mana terjadi cidera janji dalam pembayaran kembali sesuai perjanjian, sehingga terdapat tunggakan, atau ada potensi kerugian di perusahaan nasabah sehingga memiliki kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari bagi bank dalam arti luas. f. Mengalami
kesulitan
di
dalam
penyelesaian
kewajiban-
kewajibannya terhadap bank, baik dalam bentuk pembayaran ongkos-ongkos
bank
yang
menjadi
beban
nasabah
yang
bersangkutan. g. Kredit golongan perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet serta golongan lancar yang berpotensi menunggak. Bagi bank semakin dini menganggap kredit yang diberikan menjadi bermasalah, semakin baik karena berdampak semakin dini pula dalam upaya penyelamatannya sehingga tidak terlanjur parah yang berakibat semakin sulit penyesuaiannya (Veithzal, 2006: 476).
Kredit bermasalah menggambarkan suatu situasi di mana persetujuan pengembalian kredit mengalami kegagalan, bahkan cenderung menuju atau mengalami rugi yang potensial (potential loss). Oleh karena itu, motonya adalah lebih dini potential problem loan ditentukan, maka akan lebih banyak alternatif dan lebih banyak peluang pencegahan kerugian bagi bank. Dengan demikian, perlu dilakukan inventarisasi sebab-sebab timbulnya kredit bermasalah dan bagaimana alternatif penyelesaiannya. Adapun beberapa hal yang menjadi penyebab timbulnya kredit bermasalah adalah sebagai berikut: a. Karena kesalahan bank, antara lain: 1) Kurang pengecekan terhadap latar belakang calon nasabah; 2) Kurang tajam dalam menganalisis terhadap maksud dan tujuan penggunaan kredit dan sumber pembayaran kembali; 3) Kurang pemahaman terhadap kebutuhan keuangan yang sebenarnya dari calon nasabah dan manfaat kredit yang diberikan; 4) Kurang mahir menganalisis laporan
keuangan
calon
nasabah;
5)
Kurang
lengkap
mencantumkan syarat-syarat; 6) Terlalu agresif; 7) Pemberian kelonggaran terlalu banyak; 8) Kurang pengalaman dari pejabat kredit atau account officer; 9) Pejabat kredit mudah dipengaruhi, diintimidasi atau dipaksa oleh calon nasabah; 10) Kurang berfungsinya credit recovery officer; 11) Keyakinan yang berlebihan; 12) Kurang mengadakan review dan minta laporan serta menganalisis laporan keuangan serta informasi-infotmasi
kredit lainnya; 13) Kurang mengadakan kunjungan on the spot pada lokasi perusahaan nasabah; 14) Kurang mengadakan kontak dengan nasabah; 15) Pemberian kredit terlalu banyak tanpa disadari; 16) Campur tangan yang berlebihan dari pemilik; 17) Pengikatan jaminan kurang sempurna; 18) Ada kepentingan pribadi pejabat bank; 19) Kompromi terhadap prinsip-prinsip perkreditan; 20) Tidak punya kebijakan perkreditan yang sehat; dan 21) Sikap memudahkan dari pejabat bank atau account officer. b. Karena kesalahan nasabah, yaitu: 1) Nasabah kurang kompeten; 2) Nasabah tidak atau kurang pengalaman; 3) Nasabah kurang memberikan waktu untuk usahanya; 4) Nasabah tidak jujur dan 5) Nasabah serakah. c. Faktor eksternal dikibat perubahan pada external environment diidentifikasikan penyebab timbulnya kredit bermasalah, seperti perubahan-perubahan political dan legal environment, deregulasi sector real, financial dan ekonomi menimbulkan pengaruh yang merugikan
kepada
seseorang
nasabah.
Perubahan
tersebut
merupakan tantangan terus-menerus yang dihadapi oleh pemilik dan pengelola perusahaan (Veithzal, 2006: 478). 6. Tahapan Penanganan Pembiayaan Bermasalah a. Langkah-langkah penanganan Adapun langkah-langkah yang diambil adalah sebagai berikut:
1) Perkuat posisi bank secara umum, terutama posisi yuridis dan nalai jaminan. 2) Buat rencana penanganan dengan kerja sama dengan nasabah (Veithzal, 2006: 482-483). b. Identifikasi permasalahan Sebelum menentukan strategi penyelesaian yang akan dipilih, credit recovery officer yang menangani kredit bermasalah terlebih dahulu harus menganalisis, kemudian menilai risiko nasabah, yaitu sebagai berikut. 1) Kondisi Industri Kondisi industri perlu dianalisis karena alasan-alasan sebagai berikut:
problematika
struktural
dalam
industri
dapat
mempengaruhi risiko kredit secara keseluruhan, misalnya pendapatan rendah, biaya tinggi, dan persaingan sangat tinggi dan perubahan lingkungan dapat memberikan dampak negative terhadap kredit yang diberikan, misalnya deregulasi bidang valas dan deregulasi bidang perdagangan. 2) Posisi perusahaan dalam industri Posisi perusahaan dalam industri perlu dianalisis karena alasanalasan berikut: dinamika persaingan dapat memberikan keuntungan atau kerugian yang kritis kepada perusahaan dan kelemahan dalam bidang-bidang kunci dapat mempengaruhi risiko kredit secara keseluruhan.
3) Kondisi keuangan Mempelajari kondisi keuangan nasabah merupakan kunci untuk mengembangkan strategi penyelesaian kredit. Oleh karena itu, petugas dan/atau pejabat yang menangani harus konsisten menganalisis spread sheet dalam mengungkapkan kondisi keuangan. 4) Kualitas manajemen Penilaian manajemen sangat bersifat kualitatif dan subjektif. Sekalipun demikian, kriteria yang konsisten harus digunakan dalam menilai kualitas manajemen. 5) Keadaan jaminan Untuk mendapatkan keputusan kredit yang terbaik, seorang petugas
dan/atau
pejabat
yang
menangani
harus
memperkirakan nilai realisasi dari jaminan tersebut apabila jaminan tersebut dijual (forced value). Perkiraan nilai realisasi jaminan tergantung kepada kendali bank atas jaminan jika surat-surat jaminan tersebut tidak sempurna. Demikian juga bank tidak akan dapat memperoleh hasil penjualan jaminan tanpa suatu legal claim yang kuat dan kemampuan untuk menjual (Veithzal, 2006: 484-494). c. Tahap penyelesaian kredit bermasalah Penyelesaian di sini diartikan pengakhiran hubungan nasabah dengan likuiditasi, penjualan aset, atau penjualan perusahaan.
Penyelesaian dilaksanakan dengan dua paksaan. Penjualan secara sukarela oleh nasabah biasanya mendapatkan harga lebih tinggi dari pada likuidasi paksaan oleh kreditor selain adanya biaya-biaya likuidasi (Veithzal, 2006: 504) d. Faktor penentu penanganan kredit bermasalah Kondisi itikad dan kemampuan nasabah, prospek usaha dan jaminan merupakan faktor-faktor yang paling menentukan jenis penanganan yang akan dilakukan oleh bank. Pada saat kredit menjadi bermasalah, kondisi mungkin positif atau negatif (Veithzal, 2006: 506).
BAB III DATA PENELITIAN A. Gambaran Umum Bank Syari’ah Mandiri
Sejarah Perkembangan Bank Syari’ah Mandiri. Bank Syari’ah Mandiri (BSM) didirikan sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah dari krisis yang menerpa negeri ini. Sebagaimana kita ketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis politik nasional, telah menimbulkan dampak negatif yang sangat hebat terhagap seluruh sendi kehidupan masyarakat, industri perbankan di Indonesia yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah Indonesia akhirnya menganbil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitulasi sebagai bank-bank di Indonesia. PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP), PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain seta mengundang investor asing. Pada saat bersamaan, pemerintah telah melakukan merger empat bank (Bank Dagang Negara,Bank Bumi daya, Bank Exim, dan Bapindo) ke dalam PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Dalam proses merger, Bank Mandiri sambil melakukan konsolidasi juga membentuk Tim pengembangan Perbankan Syari’ah. Pembentukan Tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syari’ah di Group Bank Mandiri, sebagai respon atas berlakunya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syari’ah (dual banking system).
Dalam kondisi seperti itulah, Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah menemukan momentum yang tepat untuk melakukan konveksi PT Bank Susila Bakti dari Bank Konvensional menjadi Bank Syari’ah. Dari perubaha tersebut maka terjadi pula perubahan kegiatan usaha menjadi bank yang beropesasi berdasarkan pringsip syari’ah dengan mana PT Bank Syari’ah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999. Kemudian Gubenur BI mengukuhkan perubahan kegiatan usaha BSB menjadi Bank Umum Syari’ah melalui SK Gubenur BI No. 1/24/KEP.BI/1999, Keputusan
Deputi
25
Oktober 1999. Gubenur
Senior
Selanjutnya Bank
melalui Surat Indonesia
No.
1/1/KEP.DGS/1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syari’ah Mandiri. Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggan 1 November 1999 merupakan hari pertama beroperasinya PT Bank Syari’ah Mandiri. Bank ini hadir sebagai bank yang mengkobinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Harmoni antara idealism usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syari’ah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. 1. Sejarah BSM Salatiga. Bank Syari’ah Mandiri Salatiga berada di Ruko Diponegoro A6 A7 Jl. Diponegoro 77 Salatiga yang berdiri tanggal 10 Januari 2011.
dan beroperasi pada
2. Visi dan Misi BSM Salatiga. a. Visi BSM Salatiga: Menjadi bank syari’ah terpercaya pilihan mitra usaha. b. Misi BSM salatiga: 1) Mewujudkan
pertumbuhan
dan
keuntungan
yang
berkesinambungan. 2) Mengutamakan penghumpunan dana consumer dan penyaluran pembiayaan pada segmen UMKM. 3) Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan kerja yang sehat. 4) Mengembangkan nilai nilai syari’ah universal. 5) Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang sehat. 3. Struktur Organisasi Organisasi dalam menjalankan usahanya melakukan aktivitasaktivitas pokok agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Bank perlu adanya struktur organisasi yang tepat dan dapat dengan jelas membagi wewenang dan tanggung jawab seseorang yang ada dalam organisasi tersebut. Berikut ini adalah bagan struktur organisasi BSM Salatiga beserta tugas masing-masing bagian.
KEPALA CABANG
DPK
(Sri Wiyono Aji Nugroho)
PKP pelaksana
Marketing Manager
Operation Manager (Arief Yanuar)
Fanding officer
KCP Pembantu Kantor kas
Fanding officer
CS
Teller
(Johan Anton Permadi)
(reni Mayasari)
Admin Pembiaya an
Pelaksana D&C
Pelaksana SDI & GA
(Haryanto)
(Miranti Tyas Utami)
(Miranti Tyas Utami)
Pelaksana Marketing Support
Yosep Sapari
Rifqi Aditya
Ganis
Dewi Novitasari
Berdasarkan struktur organisasi tersebut akan di uraikan tugas dari masing-masing bagian, yaitu sebagai berikut: a. Kepala Cabang 1) Mengelola secara optimal sumber daya cabang agar dapat mendukung kelancaran operasional bank. 2) Mengkoordinir pembuatan rencana kerja (RKAP) tahunan Cabang.
Kantor kas
3) Menetapkan dan melaksanakan strategi pemasaran produk bank guna mencapai tingkat volume/sasaran yang telah ditetapkan baik pembiayaan, pendanaan maupun jasa. 4) Memastikan
realisasi
target
operasional
Cabang
serta
menetapkan upaya-upaya pencapaiannya. 5) Melakukan
kegiatan
penghimpunan
dana;
pemasaran
pembiaayaan; pemasaran jasa-jasa dan mencapai target yang telah ditetapkan. 6) Melakukan review terhadap ketajaman dan kedalaman analisis pembiayaan guna antisipasi risiko dengan penekanan kepada: 1) Kesalahan pemohon pembiayaan; 2) Aspek legalitas nasabah; 3) Kewajaran limit pembiayaan; 4) Perhitungan nisbah/margin; dan 5) Aspek pengamanan, termasuk penetapan prasyarat dan syarat pembiayaan. 7) Bersama
dengan
pembiayaan
sesuai
anggota
komite
dengan
batas
lainya
memutuskan
wewenangnya
atau
dimintakan persetujuan ke Kantor Pusat. 8) Memutuskan
pencaitan
pembiayaan
sesuai
dengan
wewenangnya. 9) Melakukan pembinaan, baik terhadap nasabah maupun investor.
10) Memantau kualitas aktiva produktif dan mengupayakan kolektibilitas lancar minimal sama dengan target yang telah ditetapkan direksi. 11) Memonitor pelaksanaan penagihan tunggakan kewajiban nasabah. 12) Mengambil keputusan atas semua kegiatan-kegiatan di bidang pemasaran dan operasi sampai dengan batas wewenangnya. 13) Mensosialisasikan
pedoman/ketentuan-ketentuan/kebijakan
Direksi kepada pegawai terkaik. 14) Memberi persetujuan pengeluaran biaya untuk kepentingan Cabang sesuai dengan batas wewenangya. 15) Melakukan pengawasan langsung maupun tidak langsung terhadap kondisi lingkungan serta keamanan Cabang. 16) Memastikan bahwa seluruh transaksi cabang telah dicatat secara benar pada laporan keuangan Cabang. 17) Melakukan pemantauan terhadap ketepatan dan kebenaran pengiriman laporan ke Kantor Pusat dan Bank Indonesia setempat. 18) Memastikan bahwa prinsip kepatuhan telah dilaksanakan oleh seluruh jajaran Cabang. 19) Menandatangani surat-surat keluar atas nama Cabang. 20) Mewakili direksi untuk tugas-tugas intern maupun ekstern yang berhubungan dengan kegiatan Cabang.
21) Secara berkala (minimal sebulan sekali) dan dadakan melakukan cash opname. 22) Menyelenggarakan pengumpulan data/informasi mengenai perkembangan ekonomi, pembangunan dan dunia setempat untuk dijadikan indikator pengembangan usaha Cabang. 23) Mengarahkan dan mendorong seluruh pegawai cabang untuk selalu memberikan pelayanan yang terbaik kepada seluruh nasabah dan meningkatkan produktifitas individu. 24) Memberikan bantuan sepenuhnya terhadap pelaksanaan audit intern/ekstern. 25) Merencanakan pendidikan pegawai dan mengusulkan ke Kantor Pusat. 26) Melakukan evaluasi berkala terhadap kualitas dan kuantitas sumber daya yang tersedia guna menetapkan langkahlangkah/strategi yang akan dilakukan. 27) Menetapkan/mengesahkan
dan
merotasi
pegawai
serta
memberikan job description kepada masing-masing pegawai Cabang. 28) Melakukan gaji/pangkat,
penilaian promosi
pegawai, jabatan,
mengusulkan
kenaikan
penghargaan/penegakan
hukuman pegawai cabang sesuai dengan peraturan yang berlaku.
29) Menegakkan disiplin dan meningkatkan dedikasi pegawai dengan memberi contoh yang baik dalam segala bidang. b. Manajer Operasional 1) Mengelola secara optimal sumber daya bidang operasi agar dapat mendukung kelancaran operasional Cabang. 2) Membuat rencana dan sasaran kerja tahunan Cabang di bidang operasi. 3) Memberikan rekomendasi disetujuai/ditundanya pencairan pembiayaan
berdasarkan
hasil
pengecekan
persyaratan
pembiayaan yang telah dilakukan. 4) Melakukan pemantauan terhadap Kualitas Aktiva Produktif dan menginformasikan hasilnya kepada Pimpinan Cabang serta Manajer Pemasaran. 5) Mengkoordinir pelaksanaan administrasi pembiayaan dan pelaporannya. 6) Mengkoordinir dan memastikan terselenggaranya kegiatan akuntansi, pelaporan pelayanan bidang kas, logistic, sumber daya
insani,
pengamanan,
kebersihan,
kearsipan
dan
pengoperasian computer Cabang dengan baik dan benar. 7) Mengkoordinir
dan
memastikan terselenggaranya
dokumen pembiayaan (legal file) secara tertib dan aman. 8) Memastikan pencapaian target opeasional Cabang.
filling
9) Berkoordinasi
dengan
bagian
lain
dalam
memecahkan/menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. 10) Mengusulkan penyempurnaan Pedoman Opeasional Bank atau ketentuan lainnya kepada Pimpinan Cabang. 11) Menjaga kebersihan dan kerapian di lingkungan kerjanya. 12) Melakukan pembinaan akhlak pegawai secara rutin agar diperoleh banker-bankir yang islami dan memberi nasihat terhaap pegawai yang mengalami masalah pribadi/keluarga yang dapat/telah mengganggu kelancaran tugas- tugasnya. 13) Merencanakan dan mengusulkan pendidikan dan pelatihan yang diperlukan bagi pegawai di bidang operasi. 14) Melakukan evaluasi berkala terhadap kecukupan kualitas dan kuantitas sumber daya bidang opeasi guna menetapkan strategi yang akan dilakukan. 15) Mengarahkan dan mendorong pegawai bidang operasi untuk bekerja secara optimal dan memberikan pelayanan yang terbaik kepada nasabah. 16) Mengmbangkan dan meningkatkan kemampuan bawahan yang menjadi binaannya. 17) Mengimplementasikan corporate culture Bank Syariah Mandiri kepada seluruh karyawan di bidang operasi. 18) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Cabang.
c. Customer Service 1) Memberikan penjelasan kepada nasabah/calon nasabah atau investor mengenai produk-produk Bank Syariah Mandiri berikut syarat-syarat maupun tata cara prosedurnya 2) Melayani pembukaan rekening giro dan tabungan sesuai dengan permohonan investor 3) Melayani permintaan cek atau bilyet giro 4) Melayani permintaan nasabah untuk melakukan pemblokiran, baik rekening giro maupun tabungan 5) Melayani penutupan rekening giro atas permintaan investor sendiri karena ketentuan bank (yang telah disepakati investor) maupun karena peraturan Bank Indonesia 6) Melayani permohonan penerbitan dan pencairan deposito berjangka dari investor 7) Melayani investor yang butuh informasi tentang saldo dan mutasi rekeningnya 8) Melayani investor dalam hal permintaan ‘standing order’ atau intruksi pembayaran berjangka lainnya 9) Melayani investor yang menginginkan pindah ke cabang lain 10) Melayani nasabah dalam hal ada permintaan advice/tembusan rekening giro
11) Melayani nasabah dalam hal pelayanan jasa-jasa bank seperti transfer, inkaso, pemindah-bukuan antar rekening nasabah, auto save, surat referensi bank, dan sebagainya. 12) Melayani
transaksi
transfer
masuk
berikut
melakukan
pemeriksaan kebutuhan tanda bukti dari nasabah dengan datadata yang ada pada Surat Pemberitahuan Kiriman Uang (SPUK) dan membubuhkan paraf pada SPUK. 13) Memberikan usulan-usulan kepada manajer pemasaran untuk perbaikan pedoman/ketentuan tentang pelayanan kepada nasabah/investor. 14) Menyelenggarakan administrasi kartu-kartu yang diperlukan untuk pelayanan kepada nasabah/investor. 15) Mengimplementasikan budaya SIFAT 16) Input data customer facility 17) Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang ditunjuk atasan. d. Administrasi Pembiayaan 1) Melakukan pengecekan kelengkapan pemenuhan dokumen pembiayaan
sebelum
fasilitas
dicairkan
berdasarkan
prasyarat/syarat yang telah disepakati. 2) Monitoring ketertiban pelaksanaan pembayaran kewajiban nasabah (angsuran/bagi hasil) 3) Melakukan administrasi jaminan pembiayaan
4) Monitoring kewajiban nasabah yang telah jatuh tempo (menunggak) untuk diinformasikan kepada Manajer Operasi dan diteruskan kepada Manajer Pemasaran untuk ditindak lanjuti. 5) Membuat dan menyampaikan laporan dibidang pembiayaan, baik kepada Kantor Pusat maupun kepada Bank Indonesia secara benar dan tepat waktu. 6) Melakukan monitoring atas kualitas aktiva produktif dan menginformasikan hasilnya kepada manajer operasi 7) Melaksanakan pengelolaan filling dokumen pembiayaan (legal dokumen) secara aman dan tertib. 8) Menerima surat permintaan informasi bank dari bank lain dan melakukan: 1) Pemeriksaan surat permintaan informasi bank dari bank lain serta mencocokkan dengan data nasabah yang ada; dan 2) Meneruskan jawaban informasi bank kepada bank lain yang membutuhkan. 9) Mengikuti pendidikan sesuai yang ditugaskan oleh atasan. 10) Melaksanakan pekerjaan lain yang ditugaskan oleh Manajer Operasi maupun Kepala Cabang. e. Sumber Daya Insani dan Umum 1) Mentatausahakan absensi harian pegawai (pagi dan sore hari). 2) Mentatausahakan dan membayar uang lembur pegawai.
3) Mentatausahakan dan membayar penggantian uang kesehatan
pegawai. 4) Mentatausahakan cuti tahunan pegawai. 5) Mentatausahakan pembayaran gaji pegawai. 6) Mentatausahakan pemberian pinjaman pegawai. 7) Mensosialisasikan
peraturan
perusahaan
dan
ketentuanketentuan bidang ketenagakerjaan kepada seluh pegawai cabang. 8) Membuat analisis kebutuhan pegawai seluruh unit kerja
dikaitkan dengan kondisi usaha yang telah dibuat akurat. 9) Membuat rencana pendidikan pegawai dan memastikan bahwa
pendidikan dan pelatihan pegawai telah terlaksana dengan baik. 10) Melaksanakan rotasi/mutasi pegawai sesuai dengan keperluan
atasan. 11) Membuat Laporan Personalia Cabang ke Kantor Pusat. 12) Membuat procfing atas tiket-tiket KKR yang berada dalam
pengelolaannya, seperti tiket KKR Pajak, KKR Tunjangan Hari Raya, BCD Persekot Gaji (jika ada), dan berbagai bentuk kontinjensi lainnya yang berhubungan dengan personalia setiap akhir bulan atau akhir periode. 13) Mengimplementasikan corporate culture Bank Syariah Mandiri
secara optimal.
14) Memberikan
masukan
kepada
atasan
untuk
perbaikan
ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan personalia. 15) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan.
f. Teller 1) Bersam-sama denga manajer operasional: 1) Membuka dan menutup brankas; 2) Menghitung uang yang akan disimpan ke dalam brankas; 3) Mengambil/menyimpan uang tunai dari/ke dalam brankas kas/teller; dan 4) Melaksanakan pengawasan brankas. 2) Pada awal/akhir hari mengambil/menyimpan box teller dari/ke dalam brankas. 3) Bersama-sama manajer operasional: 1) Menghitung persediaan uang yang ada di brankas teller; dan 2) Pada awal/akhir hari membuka/menutup brankas teller. 4) Melayani penyetorantunai maupun non tunai dengan benaran cepat. 5) Melayani penarikan tunai maupun nontunai dengan benar dan cepat
dengan
memperhatikan
batas
wewenang
yang
dimilikinya. 6) Membuka
(posting)
mutasi
kas
secara
benar
melalui
terminalnya. 7) Menyerahkan cek/bilyet giro, slip penarikan kepada manajer operasional untuk diperiksa.
8) Menyortir dan mempersiapkan bundelan uang tunai yang akan dilabel (diikat dengan kertas vigget Bank Syariah Mandiri). 9) Mengkompilasi daftar penerimaan dan pengiriman kas, menghitung saldo kas akhir hari ini dan mencocokkan dengan jumlah fisik saldo uang tunai yang ada dalam box- nya sendiri. 10) Menjumlahkan nominal dan lembar warkat kliring dan mencocokkannya dengan rekapitulasi kliring penyerahan. 11) Melaksanakan sign-on dan sign-off secara tertib pada pagi hari dan setiap akan mengakhiri pekerjaan pada terminal (work station). 12) Mencetak mutasi kas pada sore hari melalui AS-400 dan mencocokkan dengan tiket-tiketnya. 13) Bersama-sama
manajer
operasional
melaksanakan
cash
opname setiap akhir bulan. 14) Menampung usul/saran nasabah/investor dan diteruskan kepada manajemen operasional untuk ditidaklanjuti. 15) Memberikan
usulan
perbaikan
pedoman/ketentuan
yang
berkaitan dengan pelayanan kas pada manajer operasional. 16) Menjaga kerahasiaan password yang menjadi wewenangnya 17) Menjaga ketertiban dan keamanan system kompuresisasi secara fisik maupun administrasi. 18) Menjaga kebersihan lingkungan kerjanya. 19) Mengimplementasikan budaya SIFAT.
20) Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang ditunjuk atasan. g. Back Office 1) Melaksanakan pemeriksaan ulang atas semua transaksi transfer
keluar/masuk maupun nota debit keluar/masuk setiap akhir hari. 2) Memeriksa kebenaran/kecocokan antara fisik blanko nota
kredit/nota debit dengan kartu persediaan. 3) Mem-file berkas-berkas transfer. 4) Menerima warkat kliring berupa cek/bilyet giro bank lain, nota
kredit/nota debit dari petugas terkait. 5) Melakukan penyerahan warkat ke bank Indonesia. 6) Menerima pnyerahan kliring penerimaan dari bank Indonesia. 7) Meyakinkan bahwa rekening perantara yang digunakan untuk
transaksi kliring telah bersaldo nihil pada akhir hari kerja. 8) Mengusulkan
berhubungan
penyempurnaan dengan
pedoman/ketentuan
kliring
kepada
yang
Manajer
Operasional/Kepala Cabang. 9) Melayani dan menata usahakan transaksi inkanso keluar dan
masuk. 10) Melayani dan menata usahakan hasil inkaso. 11) Membuat daftar inkaso yang masih outstanding setiap akhir
bulan. 12) Mengimplementasikan budaya SIFAT.
13) Melaksanakan tugas-tugas lainya yang ditunjuk atasan.
4. Produk-Produk BSM Salatiga. a. Produk Pendanaan. 1) Tabungan
Berencana
BSM,
tabungan
berjangka
yang
memberikan nisbah bagi hasil berjenjang serta kepastian bagi penabung maupun ahli waris untuk memperoleh dananya sesuai target pada waktu yang diinginkan dengan menggunakan akad mudharabah muthlaqah. 2) Tabungan Simpatik BSM, simpanan dalam mata uang rupiah berdasarkan prinsip wadiah, yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat-syarat tertentu yang telah disepakati. 3) Tabungan BSM, simpanan dalam mata uang rupiah dengan menggunakan akad mudharabah muthlaqah yang penarikan dan setoran dapat dilakukan setiap saat selama jam kas buka. 4) Tabungan Mabrur BSM, simpanan dalam mata uang rupiah yang
bertujuan
membantu
masyarakat
muslim
dalam
merencanakan ibadah haji dan umrah. Tabungan ini dikelola berdasarkan prinsip mudharabah muthlaqah. 5) Tabungan BSM Investa Cendikia, Mempersiapkan dana pendidikan sedini mungkin sehingga dapat merencanakan dengan tepat dan cermat, memenuhi kebutuhan dana pendidikan bagi si buah hati hingga jenjang perguruan tinggi. Selain itu
memberikan perlindungan asuransi, sehingga kelangsungan biaya pendidikan buah hati lebih terjamin. 6) Deposito BSM, produk investasi berjangka waktu tertentu dalam mata uang rupiah yang dikelola berdasarkan prinsip mudharabah muthlaqah. 7) Giro BSM, sarana penyimpanan dana yang disediakan bagi nasabah perorangan atau perusahaan atau badan hukum dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yad dhamanah. Dengan prinsip ini, dana giro nasabah diperlakukan sebagai titipan yang dijaga keamanan dan ketersediaannya setiap saat guna membantu kelancaran transaksi usaha. b. Pembiayaan 1) Pembiayaan Murabahah BSM, pembiayaan yang menggunakan akad jual beli antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga produk ditambah dengan keuntungan margin yang telah disepakati. 2) Pembiayaan Mudharabah BSM, pembiayaan dimana seluruh modal kerja yang dibutuhkan nasabah ditanggung oleh bank, keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati. Pembiayaan ini dikelola berdasarkan prinsip bagi hasil.
3) Pembiayaan Musyarakah BSM, pembiayaan khusus untuk modal kerja, dimana dana dari bank merupakan bagian dari modal usaha nasabah dan keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati. Pembiayaan ini untuk kegiatan usaha produktif. Bagi hasil berdasarkan perhitungan revenue sharing atau profit sharing. 4) Pembiayaan
Griya
BSM,
pembiayaan
jangka
pendek,
menengah, atau panjang untuk membiayai pembelian rumah tinggal (konsumtif), baik baru maupun bekas, di lingkungan developer maupun nondeveloper, dengan sistem murabahah. 5) Pembiayaan Dana Berputar BSM, fasilitas pembiayaan modal kerja dengan prinsip musyarakah yang penarikan dananya dapat dilakukan sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan riil nasabah. 6) Pembiayaan BSM Implan, pembiayaan konsumer dalam valuta rupiah yang diberikan oleh bank kepada karyawan tetap Perusahaan/Kopkar yang pengajuannya dilakukan secara massal (kelompok). BSM Implan dapat mengakomodir kebutuhan pembiayaan bagi para anggota koperasi karyawan atau karyawan perusahaan, misalnya dalam hal perusahaan tersebut tidak memiliki koperasi karyawan, koperasi karyawan belum berpengalaman dalam kegiatan simpan pinjam, atau perusahaan dengan jumlah karyawan terbatas.
7) Pembiayaan PKPA, Pembiayaan kepada Koperasi Karyawan untuk Para Anggotanya (PKPA) adalah penyaluran pembiayaan melalui koperasi karyawan untuk pemenuhan kebutuhan konsumer
para
anggotanya
(kolektif)
yang
mengajukan
pembiayaan kepada koperasi karyawan. Pola penyaluran yang dipergunakan adalah executing (kopkar sebagai nasabah), sedangkan proses pembiayaan dari kopkar kepada anggotanya dilakukan dan menjadi tanggung jawab penuh kopkar. 8) Pembiayaan Talangan Haji, pinjaman dana talangan dari bank kepada nasabah khusus untuk menutupi kekurangan dana untuk memperoleh kursi atau seat haji dan pada saat pelunasan BPIH. Dana talangan ini menggunakan akad qardh wal ijarah. 9) Qardh, Merupakan pinjaman kebajikan (bebas margin/bagi hasil), Bank hanya membebankan biaya administrasi kepada nasabah sebagai komisi pelayanan. Cost as service fee. 10) Ijarah Muntahiyah Bitamliik, Serupa dengan Ijarah, adanya komitmen dari nasabah untuk membeli asset pada akhir periode sewa dan pajak pemerintah termasuk didalam kontrak. c. Produk Jasa 1) BSM Card (ATM & Debit Card), merupakan sarana untuk melakukan
transaksi
penarikan,
pembayaran,
dan
pemindahbukuan dana pada ATM BSM, ATM Mandiri, jaringan ATM Prima-BCA dan ATM Bersama, serta ATM
Bankcard. BSM Card juga berfungsi sebagai kartu Debit yang dapat digunakan untuk transaksi belanja di seluruh merchant yang menggunakan EDC Prima-BCA. 2) Sentra Bayar BSM, merupakan layanan bank dalam menerima pembayaran tagihan pelanggan 3) BSM Mobile Banking GPRS memudahkan dalam melakukan transaksi perbankan dengan teknologi GPRS di ponsel. 4) BSM RTGS (Real Time Gros Stetment), jasa transfer uang valua rupiah antar bank baik dalam satu kota maupun dalam kota yang berbeda secara real time. Hasil transfer efektif dalam hitungan menit. 5) BSM Electronic Payroll, Pembayaran gaji karyawan institusi melaluii teknologi terkini BSM secara mudah, aman, dan fleksibel 6) Pajak On-line BSM, Memberikan kemudahan kepada wajib pajak untuk membaayar kewajiban pajak (bukan dalam rangka pembayaran pajak import) secara otomatis dengan mendebet rekening atau secara tunai. 7) Transfer Lintas Negara BSM Western Union adalah jasa pengiriman uang/penerimaan kiriman uang secara cepat (real time on line) yang dilakukan lintas negara atau dalam satu negara (domestik).
8) Kliring BSM adalah Penagihan warkat bank lain di mana lokas bank tertariknya berada dalam satu wilayah kliring. 9) Inkaso BSM adalah Penagihan warkat bank lain di mana bank tertariknya berbeda wilayah kliring atau berada di luar negeri, hasilnya penagihan akan dikredit ke rekening nasabah. 5. Ruang Lingkup Kegiatan Perusahaan a. Budaya Bank Syariah Mandiri Bank Syariah Mandiri sebagai bank yang beroperasi atas dasar prinsip syariah Islam menetapkan budaya perusahaan yang mengacu kepada sikap akhlaqul karimah (budi pekerti mulia), yang terangkum dalam lima pilar yang disingkat SIFAT, yaitu : 1) Siddiq (Integritas), Menjaga Martabat dengan integritas. Awali dengan niat dan hati tulus, berpikir jernih, bicara benar, sikap terpuji dan perilaku teladan. 2) Istiqamah (Konsistensi), Konsisten adalah Kunci Menuju Sukses. Pegang teguh komitmen, sikap optimis, pantang menyerah, kesabaran dan percaya diri. 3) Fathanah (Profesionalisme), Profesional adalah Gaya Kerja Kami. Semangat belajar berkelanjutan, cerdas, inovatif, terampil dan adil. 4) Amanah
(Tanggung-jawab),
Terpercaya
karena
Penuh
Tanggung Jawab. Menjadi terpercaya, cepat tanggap, objektif, akurat dan disiplin.
5) Tabligh (Kepemimpinan), Kepemimpinan Berlandaskan KasihSayang Selalu transparan, membimbing, visioner, komunikatif dan memberdayakan. b. Prinsip-Prinsip Oprasional Bank Syariah Mandiri 1) Keadilan
Bank Syariah Mandiri memberikan bagi hasil, transfer prestasi dari mitra usaha dalam porsi yang adil sesuai dengan fitrah alam. 2) Kemitraan
Posisi nasabah investor, pengguna dana bank berada dalam hubungan
sejajar
sebagai
mitra
usaha
yang
saling
menguntungkan dan bertanggung-jawab, dimana bank syariah “X” benar-benar berfungsi sebagai intermediary institusion lewat skim-skim pembiayaan yang dimilikinya. 3) Keterbukaan
Melalui
laporan
berkesinambungan,
keuangan nasabah
bank dapat
yang
terbuka
mengetahui
secara tingkat
keamanan dana dan kualitas manajemen bank. 4) Universalitas
Bank Syariah Mandiri dalam mendukung operasionalnya tidak membeda-bedakan suku, agama, ras dan golongan dalam masyarakat dengan prinsip islam sebagai rahmatan lil alamin.
B. Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) Yang termasuk ke dalam non performing loan adalah kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30/DPNP Tanggal 14 Desember 2001, NPL dapat dihitung dengan rumus:
=
+
+
×
Peningkatan NPL dalam jumlah yang banyak dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan bank, oleh karena itu bank dituntut untuk selalu menjaga kredit tidak dalam posisi NPL yang tinggi. Agar dapat menentukan tingkat wajar atau sehat maka ditentukan ukuran standar yang tepat untuk NPL. Dalam hal ini Bank Indonesia menetapkan bahwa tingkat NPL yang wajar adalah 5% dari total portofolio kreditnya. 1. Kolektibilitas Kredit Bermasalah Kolektibilitas kredit berdasarkan ketentuan yang dibuat Bank Indonesia, sebagai berikut : a) Kredit Lancar Kredit lancar adalah kredit yang tidak mengalami penundaan pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunga.
%
b) Kredit Dalam Perhatian Khusus Apabila memenuhi kriteria : 1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang belum melampaui 90 hari; 2) Mutasi rekening relatif aktif; 3) Jarang terjadinya pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; dan 4) Didukung oleh pelayanan baru. c) Kredit Kurang Lancar Kredit kurang lancar adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 3 bulan dari waktu yang diperjanjikan. d) Kredit Diragukan Kredit diragukan adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 6 bulan atau dua kali dari jadwal yang telah diperjanjikan. e) Kredit Macet Kredit Macet adalah kredit yang pengembalian pokok dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari 1 tahun sejak jatuh tempo memuat jadwal yang telah diperjanjikan. Dan yang termasuk ke dalam kolektibilitas kredit bermasalah yaitu kolektibilitas 3, 4. dan 5 (kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet). Adapun persentase kolektibilitas pembiayaan murabahah pada Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga dapat dilihat sebagai berikut:
Klasifikasi Kolektibilitas Pembiayaan Murabahah Pada bank Syariah Mandiri cabang Salatiga Per. Januari s/d Juli 2011 NO
KUALITAS
OUT STANDING
JUMLAH
PEMBIAYAAN
PEMBIAYAAN
NASABAH
Rp. 3.807.105.000,00
98 Nasabah
100%
0 Nasabah
0%
1
Lancar
2
Dalam
Perhatian Rp. -
PERSENTASE
Khusus 3
Kurang Lancar
Rp. -
0 Nasabah
0%
4
Kredit Diragukan
Rp. -
0 Nasabah
0%
5
Kredit Macet
Rp. -
0 Nasabah
0%
SUMBER: Dari Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga
BAB IV ANALISIS DATA
A. Aplikasi Penjaminan sebagai Pengamanan Pembiayaan Murabahah bagi Nasabah Perorangan Prosedur pembiayaan termasuk salah satu kebijakan yang tersusun rapi yang bertujuan agar nasabah lebih mudah dalam memahami persyaratan
yang
harus
dipenuhi
dalam
pengajuan
permohonan
pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga. Yosep Sapari bagian Marketing Lending Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga, menjelaskan: “Secara garis besar kerangka kerja (frame work) proses pemberian kredit (pembiayaan) sebagai berikut. Calon debitur mengajukan permohonan ke bagian pemasaran (Marketing Lending). Bagian pemasaran akan melakukan kontak dengan calon debitur untuk mengadakan pengumpulan data usaha serta melakukan peninjauan terhadap agunan yang akan diberikan oleh calon debitur. Data tersebut kemudian dianalisis oleh Kepala Cabang yang dikenal dengan istilah analisis kredit. Hasil analisis tersebut akan dituangkan ke suatu proposal kredit untuk diajukan ke komite kredit (Loan Committe) untuk memperoleh persetujuan. Dan bila disetujui, pihak pemasaran mengumpulkan data pelengkap yang umumnya terdiri dari persyaratan legal sebelum pengikatan kredit/agunan dapat dilakukan. Setelah pengikatan dilakukan, bank akan mengadakan administrasi debitur sebelum mengadakan pencairan dana atau pembukuan fasilitas”.1 Tahapan proses dan prosedur permohonan pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga terlihat pada gambar di bawah ini: (Laksamana,2009: 39)
Gambar Proses Pemberian Pembiayaan Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga Pengajuan Pembiayaan Oleh Nasabah
Tidak Lolos
Trade Checking BI Checking Negative List DHN Lolos
On The Spot: Survei Usaha & Survei jaminan Tidak Layak
Analisis Pembiayaan Layak Diteruskan
Penyusunan Usulan Pembiayaan
Tidak Disetujui
Persetujuan Komite Pembiayaan Disetujui
Penerbitan Surat Penegasan Persetujuan Pembiayaan
Pemenuhan Syarat SP3 Bisa Dipenuhi
1. Penandatanganan Akad 2. Pengikatan Jaminan 3. Pencairan Pembiayaan
Tidak Bisa Dipenuhi
Proses Pembiayaan di perbankan sejak permohonan diterima hingga disetujui dan dilaksanakan pencairan fasilitas pencairan melalui 7 tahapan-tahapan, yaitu: (Laksamana, 2009: 37-38) 1. Pengajuan permohonan pembiayaan oleh nasabah Calon nasabah mengajukan permohonan pembiayaan kepada PT. Bank Syariah Mandiri dengan mengisi Formulir Permohonan Pembiayaan (FPP) yang berisi surat permohonan dan data diri calon nasabah, antara lain: a. Nama b. Alamat c. No. Telepon d. Kedudukan dalam perusahaan e. Pernyataan pengajuan permohonan pembiayaan
untuk diri
sendiri/perusahaan. Keterangan untuk perusahaan: 1) Nama perusahaan; 2) Bentuk hokum; dan 3) Akta pendirian. Keterangan untuk diri sendiri: 1) Tempat/tanggal lahir 2) Status sipil: kawin/tidak kawin; 3) Kartu penduduk: No. dan Tanggal; dan 4) Surat perkawinan. f. Keterangan lain, yaitu: 1) Permodalan dan pemilik; 2) Susunan pengurus; 3) Pembiayaan yang diminta; 4) Tujuan penggunaan pembiayaan; 5) Sumber pelunasan pembiayaan; 6) Riwayat
perusahaan; 7) Keterangan mengenai usaha; 7) Keterangan khusus; dan 8) Jaminan. 2. Investigasi, adalah kegiatan untuk mengenali pemohonan pembiayaan melalui beberapa sumber yaitu: a. Mengenali informasi dari pihak lain, melalui Interbank Checking, Daftar Hitam Nasional (DHN), Negative List, dan Trade Checking. b. Pengumpulan data melalui pemenuhan persyaratan oleh pemohon berupa dokumen-dokumen yang mendukung permohonan guna analisis pembiayaan. Analisis pembiayaan Bank Syariah Mandiri meliputi beberapa aspek analisis, yaitu: (Laksamana, 2009: 160180) 1) Aspek Character Character adalah keadaaan watak/sifat dari nasabah, baik dalam kehidupan pribadi maupun lingkungan usaha. Kegunaan dari penilaian terhadap karakter ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
itikad/kemauan nasabah untuk memenuhi
kewajibannya (willingness to pay) sesuai dengan perjanjian yang ditetapkan. Karakter ini merupakan faktor yang dominan, sebab walaupun calon nasabah tersebut cukup mampu untuk menyelesaikan utangnya tetapi kalau tidak memiliki itikad baik tentu akan membawa berbagai kesulitan bagi bank di kemudian hari.
Yosep Sapari bagian marketing lending Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga, menyatakan: “Analisis terhadap karakter calon nasabah adalah salah satu analisis utama yang tidak bisa ditinggalkan, karena dalam analisis karakter ini Bank Syariah Mandiri mengetahui sejauh mana iktikad/kemauan nasabah untuk memenuhi kewajibannya (willingness to pay) sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati”.2 Upaya untuk menilai/memperoleh gambaran tentang karakter dari calon nasabah dalam kaitannya dengan sifat, sikap,
dan
tata
cara
serta
kemampuan
pengembalian
pembiayaan adalah sebagai berikut: 1) Riwayat hidup calon nasabah; 2) Reputasi dan karakter calon nasabah dapat dinilai dari hasil BI Checking; 3) Apakah calon nasabah pernah membuat masalah di bank lain dapat diperiksa di daftar hitam dan daftar debitur bermasalah/macet Bank Indonesia; 4) Apakah calon nasabah suka/sering melakukan spekulasi; dan 5) Bagaimana kemampuan calon nasabah dalam hal pengembalian pembiayaan. 2) Aspek Capital Capital adalah jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh
nasabah.
Dalam
kaitannya
dengan
pembiayaan
murabahah, semakin besar modal yang dimiliki calon nasabah, maka bank akan lebih yakin dalam memberikan pembiayaan. Karena pada prinsipnya pembiayaan yang diajukan oleh calon debitur adalah sebagai pelengkap kebutuhan dana.
3) Aspek Capacity Capacity
adalah
kemampuan
nasabah
dalam
mengembalikan hutangnya (ability to pay) secara tepat waktu. Terkait dengan pembiayaan murabahah, kemampuan nasabah dalam pengembalian hutang dapat dilihat dari: 1) Sumber pendapatan rutin nasabah, dapat dilihat dari laporan pendapatan yang pasti diperoleh dalam periode tertentu; 2) Sumber pendapatan sampingan nasabah, yaitu pendapatan lain nasabah selain pendapatan rutin; dan 3) Dapat juga dilihat dari nilai jaminan yang diberikan oleh nasabah. 4) Aspek Collateral Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga menerapkan prinsip kehati-hatian dalam pemberian pembayaan terhadap nasabah. Sebagai pengamanan pembiayaan Bank Syariah Mandiri menerapkan model penjaminan pembiayaan dengan jaminan sebagai alat pengamannya. Berkaitan dengan hal tersebut, Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga perlu menganalisis jaminan yang diberikan. Yosep Sapari bagian marketing lending Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga, menyatakan: “Collateral dalam pembiayaan murabahah bukanlah persayaratan yang mutlak harus dipenuhi oleh nasabah, namun jaminan tersebut harus dinilai oleh bank untuk mengetahui sejauh mana risiko kewajiban finansial nasabah kepada bank. Di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga ada dua jenis
jaminan yang biasa digunakan yaitu: jaminan kebendaan dan cash collateral”.3 Tujuan utama dilakukannya analisis atas jaminan nasabah pada dasarnya adalah untuk mengukur nilai ekonomis barang jaminan dan aspek yuridis barang jaminan tersebut. Yang perlu diperhatikan dalam analisis aspek jaminan/agunan adalah: 1) Jenis jaminan dan tingkat marketabilitasnya; 2) Nilai taksasi; 3) Lokasi; 4) Status jaminan dan pengikatannya; dan 5) Asuransi. Secara umum jaminan di Bank Syariah Mandiri dibagi menjadi
dua
yaitu
jaminan
kebendaan
dan
jaminan
nonkebendaan dengan kriteria jaminan sebagai berikut: a) Mempunyai nilai ekonomis dan dapat dipindahtangankan kepemilikannya. Maksudnya jaminan dapat diperjualbelikan secara bebas, memiliki nilai lebih besar dari limit pembiayaan yang diajukan, mudah dipasarkan tanpa mengeluarkan biaya pemasaran yang berarti, memiliki nilai stabil atau memiliki prospek nilai yang baik, mempunyai manfaat ekonomis dalam jangka waktu lebih lama dari jangka waktu pembiayaan. b) Mempunyai nilai yuridis Maksudnya jaminan merupakan milik calon nasabah dan ada dalam
kekuasaan calon nasabah,
tidak dalam
persengketaan, memiliki bukti-bukti kepemilikan yang sah,
memenuhi persyaratan untuk diadakan pengikatan. Dari beberapa jenis jaminan yang umum digunakan oleh bank konvensional dan bank syariah, ada tiga jenis jaminan yang sering digunakan oleh Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga dalam kaitannya dengan pembiayaan Murabahah pada nasabah perorangan, antara lain: 1) Sertifikat tanah dan bangunan (SHM, SHGB, Hak Guna Usaha, Hak Pengelola, Hak Pakai, Hak Atas Satuan Rumah Susun); 2) Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB); dan 3) Deposito. Proses penjaminan pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga ini sesuai dengan dalil al-Qur’an surat alBaqarah: 283: z` ÏBr& ÷b Î*sù (×p|Ê qç7ø)¨B Ö` »yd Ìsù $Y6Ï?%x. (#r߉ Éf s? öN s9ur 9xÿy™ 4’ n?tã óO çFZä. b Î)ur Ÿw ur 3¼çm/u‘ ©! $# È, Gu‹ø9ur ¼çmtFuZ»tBr& z` ÏJ è?øt$# “ Ï%©!$# ÏjŠxsã‹ù=sù $VÒ ÷èt/ Nä3 àÒ ÷èt/ $yJ Î/ ª! $#ur 3 ¼çmç6ù=s% ÖN ÏO#uä ÿ¼çm¯RÎ*sù $ygôJ çGò6 tƒ ` tBur 4 noy‰ »yg¤± 9$# (#qßJ çGõ3 s? ÇËÑÌÈ ÒO ŠÎ=tæ tb qè=yJ ÷ès? “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang[180] (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang
yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Baqarah 283). Barang tanggungan itu diadakan bila satu sama lain tidak percaya mempercayai. Landasan syariah lain, yaitu: Dari Aisyah, “Rasulullah SAW pernah membeli bahan makanan sari seorang yahudi dengan hutang dan beliau memberikan baju besinya sebagai jaminan” (H.R. Bukhari, Muslim dan Nasai). Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Siapa yang bangkrut (muflis), lalu krediturnya mendapatkan barangnya sendiri pada si bangkrut, maka kreditur itu lebih berhak untuk menarik kembali barangnya itu daripada lainnya” (H.R. Bukahari, Muslim, Tirmidzi, Nasai’ dan Ibnu Majah). Selain itu penjaminan pembiayaan murabahah juga di atur dalam Fatwa DSN No.04/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 1 April 2000, tentang murabahah yaitu pada bagian ketiga tentang jaminan dalam murabahah, yaitu: Jaminan dalam murabahah diperbolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya dan Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang. 5) Aspek Condition of Economy Pada pembiayaan murabahah analisis terhadap aspek kondisi ekonomi tidak berbeda dengan pembiayaan lainnya. Yang perlu diperhatikan dalam aspek Condition of Economy
adalah: 1) Kebijakan pemerintah; 2) Usia calon nasabah maksimal 55 th; dan 3) Kondisi perekonomian calaon nasabah. Dari analisis aspek ekonomi diharapkan pembiayaan memiliki manfaat sebagai berikut: a) Manfaat pembiayaan terhadap peningkatan ekonomi umat secara makro adalah mampu memberikan nilai tambah dan meningkatkan taraf ekonomi masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat tersebut antara lain: 1) Peningkatan ketersediaan barang dan jasa yang pada akhirnya dapat mencukupi kebutuhan masyarakat dalam harga yang terjangkau; 2) Terjadinya multiplier effect atas proyek yang dibiayai dalam bentuk peningkatan pendapatan masyarakat; 3) Perbaikan lingkungan hidup dan perbaikan distribusi pendapatan; dan lain-lain. b) Selain manfaat yang dapat diperoleh atas pemberian pembiayaan kepada berbagai sektor ekonomi, terdapat pula dampak
negatif
yang
ditimbulkan
yaitu
terjadinya
perubahan perilaku sosial budaya yang negatif pada masyarakat sekelilingnya, akibat adanya budaya baru yang masuk ke suatu daerah. Pengaruh positif maupun negatif dalam aspek sosial ekonomi yang ditimbulkan berkenaan dengan pembiayaan yang akan diberikan harus dianalisis dengan cermat sehingga manfaat
yang akan dihasilkan lebih besar dari pada mudharat yang akan ditimbulkannya. 3. Sosialisasi, adalah kegiatan menggali informasi lebih dalam melalui kunjungan langsung kepada usaha nasabah. 4. Analisis pembiayaan, adalah usulan berbentuk proposal yang dibuat marketing lending, berisika analisis atas segala aspek mengenai permohonan pembiayaan, untuk dimintakan persetujuan dari komite pembiayaan. 5. Pemutusan Pembiayaan, adalah tahap diputuskannya persetujuan suatu permohonan
oleh
komite
pembiayaan.
Selanjutnya
dilakukan
pembuatan surat penegasan persejutuan kepada pemohon pembiayaan. 6. Dokumentasi, adalah tahap pemenuhan dokumen-dokumen terkait pembiayaan secara menyeluruh untuk disimpan oleh bank di bawah tanggung jawab bagian legal
dan administrasi pembiayaan, yaitu
dokumen-dokumen: 1) Dokumen legalitas permohonan; 2) Dokumen analisis pembiayaan; 3) Dokumen persetujuan pembiayaan; 4) Dokumen akad pembiayaan dan berkas-berkas yang melampirnya; 5) Dokumen penutupan asuransi dan 6) Dokumen jaminan dan pengikatan. Yosep Sapari bagian Marketing Lending Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga, menyatakan: “Pengikatan pembiayaan dan pengikatan jaminan adalah perjanjian antara kedua pihak yaitu Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga sebagai pihak pertama dan nasabah sebagai pihak kedua, yang kemudian disetujui bersama dengan bukti berkas-berkas pembiayaan
yang kedua pihak memilikinya. Pada proses pengikatan ini, pihak Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga melakukan pengambil alihan atas penguasaan benda bergerak dan/atau benda tidak bergerak milik nasabah yang bertujuan untuk mendapat pelunasan terlebih dahulu dari pada kreditor lainnya apabila benda begerak tersebut dijual”. 4 7. Realisasi Pembiayaan, adalah tahap pencairan pembiayaan setelah seluruh persyaratan dipenuhi dan dokumen jaminan diserahkan kepada bank. Tahap pencairan ini juga merupakan tugas baru bagi bank, yaitu bank melakukan monitoring dan controling terhadap pengembalian pembiayaan yang telah dicairkan. Sebelum dilakukannya pencairan pembiayaan, nasabah melakukan pembayaran atas biaya-biaya administrasi yang timbul dalam proses permohonan pembiayaan dan melengkapi dokumen-dokumen yang diperlukan. Dalam pelaksanaannya setelah pencairan pembiayaan, Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga dalam menangani pembiayaan terutama pembiayaan murabahah telah melakukan prosedur yang telah ditetapkan. Hal ini merupakan wujud bahwa dalam pelaksanaan pembiayaan, bank harus menerapkan prinsip kehati-hatian. Prinsip kehati-hatian dalam pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga, sesuai dengan firman Allah: “Dan kehendak kamu memutuskan perkara di antara meraka apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu” (QS. Al Maidah (5): 49)
Hadist Nabi, yang berbunyi: “Sikap hati-hati itu datang dari Allah, sebaliknya sifat ceroboh itu datag dari syetan”. (HR. Ath Thabrani)
B. Upaya
Strategis
Bank
Syariah
Mandiri
Salatiga
dalam
Mengantisipasi Pembiayaan Bermasalah Setiap usaha yang dilakukan selalu memiliki risiko, dimana risiko dalam pembiayaan oleh Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga adalah wanprestasi atau kredit macet dalam perbankan konvensional.
Rifqi Aditya bagain marketing lending Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga menjelaskan, bahwa risiko banyak5. Diantaranya: 1) Risiko ketidaktertiban pembayaran angsuran tiap bulan; 2) Risiko Objek Jaminan Terbakar dan nasabah meninggal dunia; 3) Risiko tehambat komunikasi dengan nasabah; 4) Risiko itikad buruk dari nasabah; 5) Risiko turunnya nilai jaminan; dan 6) Risiko adanya suap dalam pembiayaan. Berkaitan dengan kendala yang mungkin dihadapi, maka ada beberapa upaya yang dilakukan PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga dalam rangka menjaga kelangsungan dan kelancaran pelunasan pembayaran pada pembiayaan murabahah, yaitu: 1. Pengawasan (Monitoring) angsuran. Pengawasan (Monitoring) angsuran tiap bulan, dengan permintaan pembayaran angsuran di awal bulan.(SE BSM No. 12/027/PEM,2010)
2. Asuransi jaminan Objek yang dijaminkan harus dicover dengan asuransi kebakaran dan asuransi jiwa nasabah dengan jangka waktu sampai jatuh tempo pembiayaan (Laksmana, 2009: 252). 3. Melakukan komunikasi secara intensif PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga berupaya untuk tetap melakukan komunikasi secara intensif dengan sebagai ikatan tali silaturahmi dengan nasabah, yaitu dengan melakukan pendekatan secara kekeluargaan kepada nasabah, menghubungi melalui telepon, dan surat menyurat. Komunikasi secara intensif yang dilakukan pihak bank bertujuan untuk memberikan informasi terkait pembiayaan yang telah dicairkan kepada nasabah, pelunasan pembayaran, penawaran produk baru, dan lain-lain (Laksmana,2009: 253). 4. Melakukan pengawasan (monitoring) terhadap nasabah PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga berupaya melakukan pemantauan kepada nasabah sejak pembiayaan dicairkan hingga dilunasi untuk menghindari risiko jika nasabah mempunyai itikad buruk. Pemantauan yang dimaksud seperti: re-checking terhadap persyaratan-persyaratan pembiayaan, administrasi, dan kelengakapankelengkapan lain. Hal ini sesuai dengan al-Qur’an surat Al-Hujaraat ayat 6, yaitu: 7's#»ygpg¿2 $JBöqs% (#qç7ŠÅÁ è? b r& (#þqãY¨t6tGsù :*t6t^Î/ 7, Å™ $sù óO ä.uä!%y` b Î) (#þqãZtB#uä tû ïÏ%©!$# $pkš‰r'¯»tƒ ÇÏÈ tû üÏBω »tR óO çFù=yèsù $tB 4’ n?tã (#qßs Î6óÁ çGsù
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. al-Hujaraat 6)
Pemantauan terhadap nasabah juga bertujuan agar tidak terjadi penggunaan pembiayaan di luar tujuan semula (side streaming) terhadap pembiayaan yang dicairkan. Pada prakteknya pencairan pembiayaan dilakukan dengan perwakilan,
yaitu
pihak bank
mencairkan pembiayaan dalam bentuk dana segar dan mewakilkan kepada nasabah untuk membeli objek pembiayaan. terkait dengan side streaming pihak bank meminta kepada nasabah untuk memberikan bukti pembelian barang sebagai objek pembiayaan, sehingga dapat meyakinkan bank bahwa pembiayaan yang dicairkan digunakan sesuai dengan perjanjian (Laksmana, 2009: 251-252). 5. Lebih memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan jaminan Untuk menghindari risiko penyusutan nilai jaminan, maka pihak Bank Syariah Mandiri cabang Salatiga secara berkala, setiap 6 bulan atau setidaknya setahun sekali, wajib dilakukan penilaian kembali (retaksasi) atas seluruh agunan. Manfaat retaksasi agunan adalah untuk mengetahui perubahan nilai agunan, apakah nilainya tetap, naik, bahkan turun dari pada penilaian sebelumnya (Laksmana, 2009: 254). Dalam agunan pembiayaan juga hurus dilakukan penilaian, antara lain yang harus diperhatikan dalam penilaian: 1) Prudensialitas (kehati-hatian) harga; 2) Mengetahui harga pasar wajar pada saat
agunan
dinilai;
3)
Mengantisipasi
kemungkinan
depresiasi
(penurunan) harga; dan 4) Mengetahui marketabilitas (nilai jual kembali) (Laksmana,2009:193-194). 6. Kebijakan La Risywah Secara umum untuk mengantisipasi permasalahan-permasalahan yang muncul akibat pembiayaan bermasalah PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga memberikan kebijakan La Risywah yaitu pejabat bank dilarang menerima suap dalam bentuk apapun dalam rangka pencairan pembiayaan yang diajukan oleh nasabah.
C. Efektifitas Aplikasi Penjaminan Pembiayaan Untuk Mengantisipasi Pembiayaan Bermasalah. Pembiayaan di Bank Syariah Mandiri terbagi atas beberapa jenis berdasarkan bentuk akadnya. Secara riil pembiayaan berdasarkan akad yang sering digunakan dalam Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga, yaitu: Qard, Murabahah, Mudharabah, dan Musyarakah. Berikut ini data rekapitulasi pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga. Rekapitulasi Data Pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga Per. Januari s/d Juli 2011 No
Jenis Transaksi
1 QARD
Jumlah
Plafon
Persentase
109
2,292,000,000.00
20.69%
2 MURABAHAH
98
3,807,105,000.00
34.36%
3 MUDHARABAH
12
2,550,000,000.00
23.02%
4 MUSYARAKAH Jumlah
6
2,430,000,000.00
21.93%
225 10,409,105,000.00
100.00%
SUMBER: Dari data nasabah pembiayaan Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga
Dari data di atas dapat disimpulkan, pembiayaan berdasarkan akadnya yang sering dipakai dan banyak diminati nasabah di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga, yaitu: 1) Akad pembiayaan qard dengan jumlah 109 nasabah; 2) Akad murabahah dengan jumlah 98 nasabah; 3) Akad pembiayaan mudharabah dengan jumlah 12 nasabah; dan 4) Akad pembiayaan musyarakah dengan 6 nasabah. Dari persentase plafonnya, plafon pembiayaan yang paling tinggi adalah pembiayaan murabahah dengan persentase 34.36%, dan yang paling rendah persentese pembiayaan qard dengan 20.69%. Salah satu produk pembiayaan Bank Syariah adalah pembiayaan murabahah, yaitu pembiayaan yang menggunakan akad jual beli antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga produk ditambah dengan keuntungan margin yang telah disepakati. Di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga, produk pembiayaan ini merupakan pembiayaan yang banyak digunakan dan diminati nasabah dibandingkan dengan
pembiayaan lainnya,
meskipun masih di bawah pembiayaan qard. Berikut ini data rekapitulasi pembiayaan murabahah di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga:
Rekapitulasi Pembiayaan Murabahah Di Bank Syariah Mandiri Per. Januari s/d Juli 2011 BULAN JUMLAH
PLAFON PERSENTASE
Januari
-
0,00
0%
Februari
-
0,00
0%
Maret
23
520.725.000,00
14%
April
21
247.905.000,00
7%
Mei
30 1.101.475.000,00
29%
Juni
17 1.267.000.000,00
33%
Juli
7
JUMLAH
670.000.000,00
18%
98 3.807.105.000,00
100%
SUMBER: Dari data nasabah pembiayaan Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga
Tabel di atas terlihat bagaimana pertumbuhan pembiayaan murabahah. Pertumbuhan nasabah pembiayaan murabahah tertinggi terlihat pada bulan Mei dengan 30 nasabah. Sedangkan yang paling rendah justru terdapat pada bulan terakhir yaitu bulah Juli dengan 7 nasabah. Untuk persentase plafon pembiayaan yang paling bnyak pada bulan Juni dengan persentase 33% dan paling rendah 7% pada bulan April. Rasio pertumbuhan persentase dari bulan ke bulan semenjak bulan Maret sampai dengan Juli, yaitu: 14% s/d 7%
= -7%
7% s/d 29%
= 22%
29% s/d 33% = 4% 33% s/d 18% = -15% + Jumlah
= 4%
Jadi dari rasio persentase di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pertumbuhan pembiayaan murabahah dari bulan Maret sampai dengan Juli adalah 4%. Data di atas dapat ditarik kesimpulan tentang pembiayaan, khususnya pembiayaan murabahah. Pembiayaan murabahah di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga terlihat bahwa peminatnya sangat banyak, meskipun masih di bawah pembiayaan qard. Tetapi terlihat dari plafon dan persentasenya, pembiayaan murabahah paling tinggi dibanding pembiayaan yang lain. Dalam usaha yang dilakukan selalu memiliki risiko. Terkait dengan risiko
pinjaman,
mempertimbangkan
Bank dan
Syariah
Mandiri
memikirkan
Cabang
bagaimana
Salatiga
telah
mengantisipasi
pembiayaan bermasalah terkait penjaminan pembiayaan tersebut sejak dini. Sebagaimana yang disampaikan Viethzal (2006: 476): Semakin dini bank menganggap kredit yang diberikan sebagai suatu masalah maka itu semakin baik, karena akan berdampak pada upaya penyelamatan yang semakin dini. Sehingga tidak terlanjur parah yang berakibat semakin sulit penyelesaiannya. Langkah yang diambil dalam mengantisipasi, Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga lebih memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan jaminan, yaitu melakukan penilaian kembali (retaksasi) atas seluruh jaminan setiap 6 bulan atau setidaknya setahun sekali. Tujuannya dilakukan semacam itu untuk mengetahui perubahan nilai jaminan, apakah
nilainya tetap, naik, atau menurun dari pada penilaiaan sebelumnya. Selain itu Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga juga melakukan penilaian jaminan, yang dinilai, antara lain: Likuiditas jaminan, harga pasar wajar pada saat jaminan dinilai, mengantisipasi kemungkinan penurunan harga, dan mengetahui nilai jual kembali. Dari apa yang sudah dilakukan Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga terkait penjaminan, dapat disimpulkan bahwa aplikasi penjaminan pembiayaan untuk mengantisipasi pembiayaan bermasalah sudah efektif. Tingkat efektifitas itu dinyatakan oleh Haryanto bagian Admin Pembiayaan Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga, bahwa: Pembiayaan sejak awal berdiri yaitu bulan Januari s/d Juli 2011 dengan jumlah keseluruhan 225 nasabah dengan plafon Rp. 3.807.105.000,00 semuanya tergolong dalam kolektibilitas lancar.6 Yosep Sapari bagian marketing lending Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga, juga mengatakan bahwa: Selama ini belum pernah mengalami pembiayaan bermasalah. Dapat dilihat dalam transaksi pembayaran angsuran perbulan pada sistem. Bagi nasabah yang telat angsuran, akan terlahat secara otomatis. Setelah itu dari marketing lending mengingatkan dan mencari tahu penyebabnya. Dan ternyata mayoritas penyebabnya adalah kelupaan. Dalam hal tersebut belum bisa dikatakan pembiayaan bermasalah/kolektibilitas kredit bermasalah, karena telatnya nasabah mengangsur pembiayaan hanya dalam hitungan hari. Sedangkan yang termasuk dalam kategori kolektibilitas kredit bermasalah, yaitu
kolektibilitas 3, 4, dan 5 (kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet). Jadi di luar kolektibilitas tersebut pembiayaan masih tergolong lancar dan itu yang terjadi di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga.7
BAB V PUNUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan berupa data-data dari observasi, wawancara serta dokumentasi tentang penerapan penjaminan untuk mengantisipasi pembiayaan bermasalah di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga, sehingga diperoleh hasil seperti yang dikemukakan pada bab sebelumnya dan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Berkaitan dengan penjaminan pembiayaan murabahah bagi nasabah perorangan, PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga telah melakukan standard analisis terhadap jaminan yang akan diberikan, antara lain: a. Mempunyai nilai ekonomis, sehingga jika terjadi pembiayaan bermasalah memungkinkan jaminan tersebut diuangkan b. Dapat dipindahtangankan kepemilikannya, baik berupa benda bergerak maupun benda tidak bergerak c. Mempunyai nilai yuridis, dapat diikat sehingga memiliki preferen. Beberapa jenis jaminan pembiayaan yang sering digunakan dalam pembiayaan murabahah antara lain: a. Sertifikat tanah dan bangunan (SHM, SHGB, Hak Guna Usaha, Hak Pengelola, Hak Pakai, Hak Atas Satuan Rumah Susun)
b. Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) c. Deposito. 2. Upaya penyelesaian atas pembiayaan bermasalah yang terjadi pada pembiayaan murabahah bagi nasabah perorangan di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga adalah, sebagai berikut: 1) Monitoring (pengawasan) angsuran; 2) Asuransi jaminan; 3) Melakukan komunikasi secara intensif; 4) Lebih memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan jaminan; 5) Melakukan pengawasan (monitoring) terhadap nasabah; 6) Lebih memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan jaminan; dan 7) Kebijakan La Risywah. 3. Dari apa yang sudah dilakukan Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga terkait penjaminan, dapat disimpulkan bahwa aplikasi penjaminan pembiayaan untuk mengantisipasi pembiayaan bermasalah sudah efektif. Dikarenakan pembiayaan yang ada pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga sejak awal berdiri sampai sekarang, yaitu Januari s/d Juli 2011. Jumlah keseluruhan nasabah pembiayaan yang diberikan, yaitu
225 dengan plafon Rp. 10.409.105.000,00, dan
Khusur pembiayaan murabahah dengan jumlah nasabah 98 dengan plafon Rp. 3.807.105.000,00. Dari pengakuan karyawan Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga, yaitu bagian marketing lending dan admin pembiayaan bahwa dari keseluruahan pembiayaan yang diberikan tersebut semuanya tergolong pembiayaan lancar/kolektibilitas lancar.
B. Saran 1. Disarankan kepada pihak bank agar lebih meningkatkan pengamanan pembiayaan khususnya pada pembiayaan murabahah, karena melihat banyaknya nasabah yang menggunakan pembiayaan murabahah memungkinkan risiko yang terjadi juga semakin besar. 2. Disarankan
kepada
peneliti
selanjutnya
penelitian pembiayaan pada sektor riil.
lebih mengedepankan
DAFTAR PUSTAKA
Jundiani. 2009. Pengaturan HukumPerbankan Syariah. Penerbit UIN Malang Press, Malang. Kasmir. 2005. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Laksmana, Yusak.2009.ACCOUNT OFFICER BANK SYARIAH. Penerbit PT. Elex
Media
Komputindo
Kelompok
Gramedia-Jakarta
Anggota
IKAPI,Jakarta. Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Penerbit PT. Remaja Rosada Karya, Bandung. Muhamad.
2002.
Manajemen
Bank
Syariah.
Penerbit
UPP
AMPYKPN,Yogyakarta. Muhammad. 2005. Manajemen Dana Bank Syari’ah. Penerbit EKONISIA Kampus Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta. 2005. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Penerbit UUP AMP YKPN, Yogyakarta. Muldjono, Teguh P. 2001. Manajemen Perkreditan bagi Bank Komersil. Penerbit BPFE. Yogyakarta. Rifa’i, Veithzal dan Andria Permata Veithzal. 2006. Credit Management handbook. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Soehadi. 1999. Pengantar Metodelogi Penelitian Sosial Bisnis Manajemen. Penerbit Lukman offset, Yogyakarta.
Sudarsono, Heri. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Penerbit Ekonisia, Yogyakarta. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit CV. Alfabeta, Bandung Suhardjono. 2003. Manajemen Perkreditan Usaha Kecil Dan Menengah. Penerbit UUP AMK YKP, Yogyakarta. Suyatno, Thomas dkk. 2007. Dasar-dasar Perkreditan. Penerbit PT.Gramedia Pustaka Utama anggota IKAPI, Jakarta.
1
Hasil wawancara dengan Yosep Sapari bagian marketing lending pada tanggal 14 juli 2011 di Bank Syariah Mandiri cabang Salatiga. 2 Hasil wawancara dengan Yosep Sapari bagian marketing lending pada tanggal 28 juni 2011 di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga. 3 Hasil wawancara dengan Yosep Sapari bagian marketing lending pada tanggal 21 juni 2011 di bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga. 4 Hasil wawancara dengan Yosep Sapari bagian marketing lending pada tanggal 07 juli 2011 di bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga. 5 Hasil wawancara dengan Rifqi Aditya bagian marketing lending pada tanggal 09 Agustus 2011 di bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga. 6 Hasil wawancara dengan Haryanto bagian admin pembiayaan pada tanggal 11 Agustus 2011 di bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga. 7 Hasil wawancara dengan Yosep Sapari bagian marketing lending pada tanggal 07 Agustus 2011 di bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga.