RISIKO KREDIT PADA PEMBIAYAAN MIKRO BANK SYARIAH MANDIRI KCP BINTARO SEKTOR 3 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh: Tsalis Mochammad Duha NIM: 1112053000057
Konsentrasi Lembaga Keuangan Islam Program Studi Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1438 H / 2017 M
ABSTRAK TSALIS MOCHAMMAD DUHA, NIM 1112053000057, Risiko Kredit Pada Pembiayaan Mikro Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3, Program Studi Manajemen Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, di bawah bimbingan Drs. Hasanudin Ibnu Hibban, MA. Perbankan syariah terus melakukan inovasi agar memberi pelayanan terbaik kepada seluruh nasabahnya. Bank syariah saaat ini juga mulai berfokus dalam memberikan pembiayaan kepada usaha mikro. Peningkatan laju pertumbuhan pembiayaan mikro sejalan dengan program pemerintah yang semakin memberik kemudahan pada sektor usaha mikro untuk semakin berkembang. Salah satu bank syariah yang mendukung pembiayaan pada usaha mikro yaitu Bank Syariah Mandiri. Dalam prosess pembiayaan atau penyaluran dana yang merupakan kegiatan utama bank, tentunya bank syariah tidak terlepas dari risiko. Oleh karena itu manajemen risiko yang baik diperlukan Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 untuk meminimalisir risiko yang terjadi pada produk pembiayaan mikro dengan prosedur dan kebijakan yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana risiko kredit yang dihadapi dalam pembiayaan mikro di Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 dan mengetahui bagaiamana prosedur penerapan manajemen risiko kredit pada pembiayaan mikro di Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 untuk meminimalisir dampak negatif yang disebabkan oleh risiko tersebut. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, yaitu penelitian yang menggabungkan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan untuk mencari fakta dan interpretasi yang tepat dengan tujuan mendapatkan gambaran yang sistematis, factual dan akurat mengenai fakta, sifat dan fenomena yang diteliti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahawa risiko kredit atau pembiayaan yang dihadapi Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 dalam pembiayaan mikronya berada pada tingkat 1 yaitu baik sekali. Risiko ini disebabkan karena adanya proses gagal bayar dari pihak nasabah yang tidak bisa membayar kewajibannya sehingga menyebabkan pembiayaan tersebut bermasalah (Non Performing Financing). Pembiayaan mikro di Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 yang dijalankan oleh warung mikro menerapakan prinsip kehati-hatian dalam memberikan pembiayaan mikro kepada nasabah. Dan dalam penerapan menajemen risiko Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 mengacu pada Peraturan Bank Indonesia No. 13/23/PBI/2011 mengenai penerapan manajemen risiko di Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang dimulai dengan mengidentifikasi risiko, pengukuran risiko, pemantauan risiko dan pengendalian risiko. Penerapan manajemen risiko di Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 dapat dikatan efektif karena dapat dilihat dari nilai NPF yang berada pada angka 1%. Kata kunci: Risiko, Manajemen Risiko, Pembiayaan Mikro
i
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. Puja dan puji syukur selalu penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ilmiah dalam bentuk skripsi ini. Shalawat serta salam juga tidak henti-hentinya kita panjatkan kepada Allah SWT agar dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sebagai suri tauladan kita yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang dipenuhi oleh cahaya-cahaya Islam. Ungkapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang tua penulis Bapak Mochammad Fariq Dimyati dan Ibu Siti Machmudah yang selalu senantiasa mencurahkan segala kasih sayang dan cinta kepada penulis, serta selalu menyertakan penulis dalam setiap doa-doa yang dipanjatkannya kepada Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik untuk mendapatkan gelar Sarjana Sosial (S. Sos). Selanjutnya penulis menyadari sebagai manusia biasa tentunya memiliki keterbatasan kemampuan dan pengetahuan. Untuk itu kiranya para pembaca dapat memaklumi atas keterbatasan dan kekurangan yang ada pada skripsi ini. Karena itu penulis juga ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, di antaranya adalah:
ii
1. Dr. Arief Subhan, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Suparto, Ph.D, selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Rhoudonah, MA, selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, dan Dr. Suhaemi, M.Si. selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan. 2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA., selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah dan Drs. Sugiharto, MA., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah yang selalu memberikan arahan kepada penulis dalam menyelsaikan skripsi ini. 3. Drs. Hasanudin Ibnu Hibban, MA. selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini, yang telah bersedia meluangkan waktu dan pemikirannya kepada penulis sehingga penulis dapat mengoreksi skripsi ini dengan cermat dan teliti dan penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 4. Lili Bariadi, MM. M.Si selaku penguji I, Muamar Aditya, M.Ak. selaku penguji II, Ketua dan Sekretaris sidang yang telah memberikan bimbingan dan masukannya sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. 5. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang selama ini telah memberikan banyak ilmu pengetahuan baik dalam bidang akademik maupun non akademik kepada penulis, semoga semua ilmu yang telah penulis terima dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. 6. Kepada Pimpinan dan seluruh staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah melayani dan meminjamkan koleksi buku-bukunya sebagai referensi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
iii
7. Bapak Guntur Rura selaku Branch Manager Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di kantor yang beliau pimpin. Terima kasih kepada Bapak Bambang Guntoro selaku Micro Banking Manager Warung Mikro dan Mas Abdul Rasyid selaku Micro Analyst yang telah bersedia dan meluangkan waktunya untuk memberikan informasi terkait penelitian skripsi ini. Terima kasih juga kepada Mbak Ririn yang telah memberikan arahan kepada saya dalam melakukan penelitian di Bank Syariah KCP Bintaro Sektor 3 serta kepada seluruh staf karyawan bagian Warung Mikro dan seluruh staf karyawan Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 yang telah memberikan sambutan yang hangat kepada penulis sehingga penulis merasa nyaman ketika melakukan penelitian. 8. Kakak-kakak saya Mas Alif Reza Adami S.T dan Mbak Tsani Nurul Hidayah S.Si yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada saya dalam menjalani proses perkuliahan untuk menjadi orang yang sukses dikemudian hari. 9. Sahabat-sahabat perjuangan Kosan Bapuk (Syauqi Jazuli, M. Musyfiq Hidayat, Kharisma Syahputra, Nadzar Rudiansyah, Habibullah Musthafa, Encep Ilyan, Muhammad Ato, Bisri Muhammad, Ade Wahyudi) yang telah menemani perjalanan penulis di masa kuliah hingga akhirnya skripsi ini terselesaikan.
iv
10. Kepada seluruh kawan-kawan seperjuangan Manajemen Dakwah, semoga kita semua bisa lulus dan menjadi orang yang sukses serta bahagaia di dunia dan akhirat. 11. Kepada kawan-kawan UKM HIQMA yang telah memberikan pelajaran kepada saya dalam berorganisasi yang berjuang menyebarkan Seni-seni Islam, dan mohon maaf dengan sangat apabila saya memiliki kesalahan terhadap HIQMA. Insya Allah saya tidak akan pernah lupa kepada HIQMA. 12. Kepada kawan-kawan KKN ORENS semoga kita bisa berkumpul bersama lagi dengan suasana yang hangat seperti saat KKN di Desa Kalong 1.
v
DAFTAR ISI ABSTRAK............................................................................................................ i KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................ 8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 8 D. Metodologi Penelitian ............................................................... 10 E. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 12 F. Sistematika Penulisan................................................................ 13
BAB II
LANDASAN TEORI RISIKO, PEMBIAYAAN, DAN USAHA MIKRO A. Risiko ....................................................................................... 15 1. Definisi Risiko .................................................................... 15 2. Jenis-jenis Risiko Perbankan ............................................... 17 3. Risiko Dalam Pandangan Islam ........................................... 20 4. Proses Manajemen Risiko ................................................... 22 B. Pembiayaan............................................................................... 25 1. Definisi Pembiayaan ........................................................... 25 2. Macam-macam Pembiayaan ................................................ 28
vi
3. Prinsip dan Penilaian Pemberian Pembiayaan ...................... 29 4. Fungsi pembiayaan.............................................................. 33 5. Tujuan Pembiayaan ............................................................. 34 6. Jenis-jenis Pembiayaan Syariah ........................................... 34 C. Usaha Mikro ............................................................................. 37 1. Definisi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ........................ 37 2. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah......................... 38 BAB III
GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI KCP BINTARO SEKTOR 3 A. Sejarah Bank Syariah Mandiri ................................................... 40 B. Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 ... 43 C. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri ......................................... 46 D. Budaya Kerja Bank Syariah Mandiri ......................................... 48 E. Produk Layanan Bank Syariah Mandiri ..................................... 49 1. Produk Pendanaan Bank Syariah Mandiri ............................ 49 2. Produk Pembiayaan Bank Syariah Mandiri .......................... 52 3. Produk Layanan Bank Syariah Mandiri ............................... 54
BAB IV
RISIKO KREDIT PADA BANK SYARIAH MANDIRI KCP BINTARO SEKTOR 3 A. Prosedur Pembiayaan Warung Mikro Bank Syariah Mandiri ..... 58 B. Risiko Kredit Dalam Pembiayaan Mikro Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3................................................................ 67
vii
C. Penerapan Manajemen Risiko Kredit Warung Mikro Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 ..................................... 71 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................... 88 B. Saran......................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 90 LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Siklus Manajemen Risiko .................................................................. 23 Gambar 3.1 Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 ...... 46 Gambar 4.1 Alur Proses Pembiayaan Warung Mikro ............................................ 60 Gambar 4.2 Grafik Pembiayaan dan Nasabah Warung Mikro ................................ 68 Gambar 4.3 Proses Manajemen Risiko Kredit Bank Syariah Mandiri .................... 73 Gambar 4.4 Alur Pengendalian Risiko Kredit/Pembiayaan .................................... 83
DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Rating dan Scoring Credit ..................................................................... 77 Tabel 4.2 Industry Risk ......................................................................................... 78 Tabel 4.3 Tingkat Kolektibilatas Nasabah ............................................................. 79 Tabel 4.4 Kolektibilitas Nasabah ........................................................................... 82
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum bank merupakan sebuah lembaga usaha yang bergerak dalam bidang jasa keuangan, artinya segala aktivitas yang dilakukan oleh bank berhubungan dengan masalah keuangan. Pada dasarnya usaha perbankan meliputi tiga aspek kegiatan yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa keuangan yang lainnya. Kata bank itu sendiri berasal dari kata banco dalam bahasa Italia, yang dapat berarti peti atau lemari atau bangku. Konotasi kata ini menjelaskan dua fungsi dasar yang ditunjukkan oleh bank komersial yaitu menyediakan tempat untuk untuk menitipkan uang dengan aman (safe keeping function) dan menyediakan alat pembayaran untuk membeli barang dan jasa (transactional function)50. Jenis-jenis bank sendiri dengan jelas diatur dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, dimana terdapat dua jenis bank yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Terdapat dua klasifikasi bagi kedua jenis bank tesebut dalam menjalankan kegiatan usahanya yaitu beroperasi secara konvensional dan beroperasi sesuai dengan prinsip syariah. Bank konvensional merupakan bank yang menentukan harganya menggunakan bunga sebagai balas jasa. 51 Sedangkan bank syariah adalah bank yang dalam segala bentuk kegiatan 50
Zainal Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Tangerang: Azkia Publisher,
2009), h. 2 51
Ismail, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Kencana, 2011) h. 19
1
operasional maupun dalam sistem mekanismenya harus sesuai dengan prinsipprinsip syariah islam dan menggunakan sistem bagi hasil sebagai balas jasanya. Dewasa ini jasa perbankan sudah menjadi kebutuhan yang digunakan masyarakat baik hanya sebatas sebagai tempat menyimpan uang dan barang berharga atau pun untuk kepentingan bisnis untuk memudahkan transaksi ekonomi. Namun menjadi dilema bagi masyarakat menggunakan
jasa
bank
konvensional
dimana
muslim apabila
bank
konvensional
menggunakan sistem bunga yang dalam syariah Islam disebutkan sebagai riba. Sehingga dibutuhkan bank yang menjalankan semua kegitanya operasional dan mekanismenya sesuai dengan prinsip syariah sehingga masyarakat muslim bisa beralih menggunakan jasa bank syariah dibanding dengan bank konvensional. Seperti diketahui bahwa para ulama telah berusaha untuk mendirikan bank bebas bunga, tapi tidak ada satu pun perangkat hukum yang dapat dirujuk kecuali adanya penafsiran dari peraturan perundang-undangan yang ada bahwa perbankan dapat saja menetapkan bunga sebesar 0%.52 Perkembangan perbankan syariah semakin baik pada saat memasuki era reformasi pada tahun 1998, yang mana pada tahun sebelumnya Indonesia mengalami krisis moneter. Akan tetapi di era reformasi dunia perbankan khususnya perbankan syariah mengalami perkembangan dengan adanya UU No. 10 Tahun 1998. 53
52
Nurul Huda, Mohammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h. 33 53 Muhammad Syafi‟I Antonio, Bank Syariah, (Depok: Gema Insani: 2001), h. 26
2
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi bank yaitu menyalurkan dana kepada masyarakat, dalam dunia perbankan konvensional penyaluran dana ini dikenal dengan istilah perkreditan, sedangkan dalam dunia perbankan syariah penyaluran dana ini dikenal dengan istilah pembiayaan. Pembiayaan merupakan salah satu kegiatan utama yang ada dalam bank. Dalam hal memberikan pembiayaan atau penyaluran dana kepada nasabah, produk pembiayaan syariah terbagi dalam empat
kategori yang dibedakan
berdasarkan tujuan penggunaannya. Produk-produk pembiayaan tersebut diantaranya pembiayaan dengan prinsip jual-beli, pembiayaan dengan prinsip sewa, pembiayaan dengan prinsip bagi hasil dan pembiayaan akad pelengkap. 54 Salah satu pembiayaan yang diberikan oleh bank ialah pembiayaan pada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk industri UMKM. Pertumbuhan usaha mikro sangat membantu negara dalam memajukan pertumbuhan ekonomi. Usaha mikro berusaha untuk mengurangi tingkat pengangguran dan juga tingkat kemiskinan. Setidaknya ada tiga alasan yang mendasari negara berkembang, termasuk Indonesia, belakangan ini memandang penting keberadaan usaha mikro. Alasan pertama adalah karena kinerja usaha mikro cenderung lebih baik dalam menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Kedua, usaha mikro sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan
54
Adhiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Graha Persada, 2007), h. 97
3
perubahan teknologi. Ketiga, adalah karena usaha mikro sering diyakini memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas dibanding usaha besar. 55 Tidak dapat dipungkiri bahwa UMKM memiliki daya tahan yang tangguh dalam menghadapi berbagai gejolak dan permasalahan. Sejak terjadinya krisis moneter yang diikuti oleh krisis ekonomi dan berbagai krisis lainnya, ditemukan suatu kenyataan bahwa ketahanan perekonomian nasional sesungguhnya ditopang oleh UMKM. Oleh karena itu upaya untuk terus memberdayakan UMKM merupakan tantangan yang harus ditingkatkan, termasuk dukungan pembiayaan melalui perbankan. Keberadaan UMKM hendaknya dapat memberi kontribusi yang cukup baik terhadap upaya penanggulangan masalah-masalah yang sering dihadapi, seperti tingginya tingkat kemiskinan dan besarnya jumlah pengangguran. UMKM memiliki porsi terbesar dalam pembiayaan yang diberikan oleh bank-bank syariah. Berdasarkan annual report Bank Syariah Mandiri tahun 2015, pembiayaan yang diberikan kepada masyarakat mencapai 13 triliun rupiah dengan keterangan skim mudharabah mencapai 2,8 triliun rupiah dan musyarakah 10,2 triliun rupiah. 56 Kegiatan pembiayaan (financing) merupakan salah satu tugas pokok dari bank syariah. Pembiayaan yang dimaksud disini adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang memerlukan
55
Siti Maryama, “Permasalahan Manajemen Usaha Mikro”, Jurnal Liquidity Vol. 1, No. 1, Januari-Juni 2012, h. 81 56 Annual report Bank Syariah Mandiri tahun 2015
4
dana dan pembiayaan.57 Bank harus benar-benar teliti dan selektif dalam hal memberikan pembiayaan kepada calon debitur yang mengajukan pembiayaan, bank harus melakukan penilaian terlebih dahulu terhadap pembiayaan yang akan disalurkan. Hal tersebut perlu dilakukan oleh pihak bank agar tidak terjadi hal-hal yang memberikan kerugian pada pihak bank. Dalam hal menyalurkan dana kepada calon debitur atau memberikan pembiayaan, pihak bank harus melakukan analisa-analisa terlebih dahulu. Dimana pada umumnya ketika bank akan memberikan pembiayaan atau menyalurkan dana kepada calon debitur, pihak bank perlu menilai atau menganalisa calon debitur tersebut dengan menggunakan prinsip 5C yaitu, Character, Capacity, Capital, Collateral dan Condition of economic.58 Hal demikian perlu dilakukan agar tidak terjadi hal-hal yang memberikan kerugian ataupun risiko bagi pihak bank. Risiko secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu risiko spekulatif (speculative risk) dan risiko murni (pure risk). Risiko spekulatif adalah risiko yang mengandung dua kemungkinan, yaitu kemungkinan yang menguntungkan atau kemungkinan yang merugikan. Risiko ini biasanya berkaitan dengan risiko usaha atau bisinis. Risiko murni adalah risiko yang hanya mengandung satu kemungkinan, yaitu kemungkinan rugi saja. 59 Risiko adalah ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang dapat menimbulkan dampak yang berlawanan dengan hasil yang ingin
57
Adiwarman A. Karim, Bank Islam analisis FIqh dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Graha Persada, 2007), h.97 58 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Ed.Revisi (Jakarta: Rajawali Pers 2012), h. 136 59 Kasidi, Manajemen Risiko, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 5
5
dicapai. Risiko dalam sudut pandang bank didefinisikan sebagai peluang dari kemungkinan terjadinya situasi buruk yang bedampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank. Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari, tetapi dapat dikelola dan dikendalikan. 60 Oleh karena itu, sebagaimana lembaga perbankan pada umumnya, bank syariah juga memerlukan serangkaian prosedur dan metodologi yang dapat
digunakan untuk
mengidentifikasi mengukur dan mengendalikan risiko-risiko yang akan dihadapi, atau yang biasa disebut dengan manajemen risiko. Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu metode logis dan sistematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses. Proses manajemen risiko merupakan tindakan dari seluruh entitas terkait di dalam organisasi. Tindakan berkesinambungan yang dilakukan sejalan dengan definisi manajemen risko yang telah dikemukakan, yaitu identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan risiko. Bagan dibawah ini menunjukkan bagaimana proses manajemen risiko berkesinambungan berlangsung tanpa henti dalam mendukung aktivitas yang dilakukan organisasi. 61 Penerapan manajemen risiko bank mengacu pada PBI No 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dan ketentuan terkait risiko lainnya serta best practice
60
Antonius Alijoyo, Bank Perbankan Maupun Sektor Riil Perlu Manajemen Risiko, (Jakarta: Sharing, 2006), h. 15 61 Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 5-7
6
penerapan manajemen risiko di perbankan. Bank mengelola 10 risiko, yaitu risiko kredir, risiko likuiditas, risiko pasar, risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategis dan risiko kepatuhan, risiko investasi dan risiko imbal hasil. Penerapan manajemen risiko diharapkan dapat mendukung pertumbuhan bisnis bank secara optimal dengan tetap mengedepankan prinsip prudensialitas. Implementasi manajemen risiko aktifitas operasional dan permodalan, dengan komponen pendukung adalah organisasi dan sumber daya manusia, kebijakan & prosedur, sistem & data, serta metodologi. 62 Manajemen risiko yang baik dapat dan tepat dapat menekan probabilitas dan dampak negatif dari risiko yang ada, konsep manajemen risiko juga diperuntukkan guna meminimalisir risiko yang terdapat pada dunia usaha. Berdasarkan pemaparan tersebut, sudah sepantasnya sebuah organisasi atau perusahaan dalam hal ini lembaga perbankan syariah menyadari bahwa pengelolaan risiko merupakan suatu hal yang penting sehingga membutuhkan sistem manajerial yang mampu meminimalisir segala kemungkinan risiko yang dihadapi dalam kegiatan usahanya. Dengan berdasarkan uraian di atas, peniliti kerkeinginan untuk menganalisa risiko kredit yang dihadapi pembiayaan mikro dan menganalisa bagaimana penerapan manajemen risiko pembiayanaan Bank Syariah Mandiri dalam meminimalisir risiko. Oleh karena itu, peneiliti mengambil judul “Risiko Kredit Pada Pembiayaan Mikro Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3”.
62
Annual report Bank Syariah Mandiri tahun 2015
7
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Risiko merupakan hal yang ingin dihindari oleh setiap pelaku usaha, begitupun dengan Bank Syariah Mandiri. Bank Syariah Mandiri memiliki berbagai macam produk pembiayaan yang ditawarkan kepada nasabahnya. Begitu banyaknya produk dengan jenis pembiayaan tersebut, penulis dalam penelitian ini hanya
memfokuskan dan membatasi pada
pembahasan risiko produk pembiayaan mikro yang terdapat dalam lembaga keuangan Syariah. 2. Perumusan Masalah Berdasar pada pembatasan masalah dan pembatasan penelitian tersebut, maka untuk mempermudah pembahasan, penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut: a. Bagaimana risiko kredit yang dihadapi oleh pembiayaan mikro Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3? b. Bagaimana penerapan manajemen risiko kredit pada pembiayaan mikro Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 untuk meminimalisir risiko yang dihadapi? C. Tujuan dan Manfaaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dengan adanya
perumusan masalah di atas, tentunya ada tujuan-
tujuan yang ingin penulis capai dalam penelitian skripsi ini, diantaranya adalah sebagai berikut:
8
a. Mengetahui tingkat risiko kredit yang dihadapi Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 dalam produk pembiayaan mikro. b. Mengetahui penerapan manajemen risiko kredit pada Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 dalam hal pembiayaan mikro untuk meminimalisir risiko yang dihadapi. 2. Manfaat Penelitian a. Akademis Penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan dan
pengetahuan bagi para pembaca khususnya mahasiswa Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta dapat berguna bagi banyak pihak terutama sebagai tambahan referensi atau perbandingan bagi studi-studi yang akan datang. b. Praktis Menjadi masukan dan saran bagi para praktisi, akademisi dalam peneilitian selanjutnya sehingga dapat menjadi perbandingan bagi penelitian yang lain. c. Rekomendasi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan rekomendasi bagi pihak Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 dan menjadi bahan kajian, serta tim pelaksana program pembiayaan mikro yang menangani masalah ini secara khusus, agar mampu mempertahankan kinerja yang sudah baik dan memaksimalkan kinerja yang belum tercapai secara optimal.
9
D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Dalam pembahasan dan pengumpulan data penelitian skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penilitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomenafenomena dari sudut pandang partisipan serta penilaian kualitatif ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari sumber yang diwawancarai dan bisa juga dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati. 63 Deskriptif menurut pengertiannya adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifatsifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti. 64 2. Sumber Data a. Data Primer Data primer merupakan suatu hal atau informasi yang didapat secara langsung dari narasumber yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi dengan objek penelitian. b. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh oleh suatu instansi atau perorangan yang kemudian sudah dalam bentuk jadi dan dipublikasikan
63
Emzir. Metode Penelitian Kualitatif Analisa Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011),
64
Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2006), h.72.
h.1.
10
secara umum, data yang diperoleh dari buku-buku, jurnal-jurnal ilmiah serta sumber lainnya yang dapat dipercaya keaslian informasinya dan dapat dijadikan bahan penunjang penelitian ini. 3. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian skripsi ini penulis menggunakan beberapa teknik pengumpalan data dalam mengumpulkan data-data terkait yang menunjang penelitian skrips ini, diantaranya: a. Observasi Observasi adalah kegiatan turun kelapangan secara langsung, dalam hal ini ialah tempat dilakukannya penelitian skripsi guna mendapatkan data yang dibutuhkan melalui proses pengamatan dan pencatatan secara cermat dan sistematis. b. Wawancara Wawancara merupakan metode pengumpulan data melalui proses tanya jawab secara langsung dengan responden atau narasumber terkait guna memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian ini. Dalam penelitian ini wawancara akan dilakukan kepada pihak Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3, terutama pada divisi yang berkaitan dengan penilitian. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh sudah dalam bentuk jadi dan data-data dari pihak Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 sebagai pendukung penelitian ini.
11
4. Teknik Analisis Data Pada penelitian ini penulis menggunakan taknik penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif, yaitu suatu teknik penelitian dimana penulis terlebih dahulu menggambarkan data dan informasi yang berlandaskan fakta-fakta untuk dianalisis. 5. Teknik Penulisan Skripsi Dalam penulisan skripsi ini berpedoman pada standar penulisan skripsi pada buku Pedoman Akademik Universitas Negeri Islam (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012/2013, oleh Tim Penyusun Pedoman Akademik. E. Tinjauan Pustaka Sebelum melakukan peneilitian, penulis telah membaca beberapa penilitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan judul yang penulis ajukan mengenai manajemen risiko. Berikut ini adalah penilitian-penilitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan materi yang akan dibahas: 1. Chairunnisa Wahyu Utami, mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi tahun 2015. “Evaluasi Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya Serpong Utara”. Pada penulisan skripsi ini penulis fokus pada bagaimana Bank Syariah Mandiri KCP Graha Raya Serpong Utara mengelola risiko dalam pembiayaan murabahah. 2. Aan Anisya, mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2012. “Penerapan Manajemen Risiko Pada Pembiayaan Rekening Koran Syariah 12
(Studi Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia)”. Pada penulisan skripsi ini penulis
membahas
mengenai
penerapan
manajemen
risiko
pada
pembiayaan rekening Koran syariah pada Bank Muamalat TBK. 3. Mutiara Yasmi Sumantri, mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi tahun 2014. “Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Kepemilikan Rumah (KPR) pada Bank BNI Syariah Kantor Cabang Fatmawati-Jakarta Selatan”. Pada skripsi ini penulis meneliti mekanisme pembiayaan KPR pada Bank BNI Syariah dan manajemen risiko yang diterapkan pada pembiayaan KPR tersebut. F. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah penyusunan dan penulisan skripsi ini, pokok permasalahan akan dibagi menjadi lima bab. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut: Bab I berisi pendahuluan berisi tentan beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian ini, pada bagian awal diuraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian yang digunakan dalam mengumpulkan data dan diakhiri dengan uraian tentang sistematika penulisan dalam penelitian ini. Bab II berisikan landasan teori dari definisi-definisi kata kunci dalam penelitian ini, landasan teori ini menjelaskan tentang deskripsi teori yang berisikan tentang, pengertian risiko, pengertian pembiayaan dan pengertian usaha, mikro, kecil dan menengah (UMKM).
13
Bab III berisikan tentang gambaran umum dari tempat penelitian yaitu Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3, pada bab ini penulis akan memaparkan gambaran umum mengenai Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3, mulai dari sejarah berdirinya Bank Syariah Mandiri, sejarah singkat Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3, visi-misi, budaya kerja dan produk-produk Bank Syariah Mandiri Bab IV berisikan tentang hasil penelitian di Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3, pada bab ini penulis memaparkan hasil penelitian yang sudah dilakukan. Pada bab ini akan dibahas risiko kredit yang dihadapi dan bagaimana penerapan manajemen risiko di Bank Syariah Mandiri dalam meminimalisir risiko yang dihadapi dalam pembiayaan mikro. Bab V merupakan bab penutup dalam skripsi ini, pada bab ini penulis akan mengemukakan kesimpulan dari seluruh pembahasan yang sudah dijelaskan sebelumnya dan kemudian penulis mengemukakan saran-saran yang kiranya dapat berguna pada penelitian ini.
14
BAB II LANDASAN TEORI TENTANG RISIKO, PEMBIAYAAN DAN USAHA MIKRO A. Risiko 1. Definisi Risiko Menurut Ferry N. Idroes dalam bukunya Manajemen Risiko Perbankan mendefisikan “Risiko merupakan bahaya: risiko adalah ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai. Risiko juga merupakan peluang: risiko adalah sisi yang berlawanan dari peluang untuk mencapai tujuan.” Penjelasannya adalah guna mempertahankan eksistensi kehidupan, maka diperlukan suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan, diperlukan tindakan atau aktifitas. Aktifitas memiliki risiko jika dampaknya berlawanan. Sebaliknya, aktifitas memberikan peluang untuk memperoleh hasil yang diinginkan. 65 Sementara menurut
Kasidi menjelaskan bahwa risiko adalah
kemungkinan terjadinya penyimpangan dari harapan yang dapat menimbulkan kerugian. Risiko tidak dapat dihindari, tapi harus dihadapi dengan cara-cara yang dapat memperkecil kemungkinan terjadinya suatu
65
Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan…, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2008), h. 4
15
kerugian.66
Dan
menurut
Peraturan
Bank
Indonesia
PBI
No.
13/23/PBI/2011 tentang penerapan manajemen risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, risiko didefinisikan sebagai potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa tertentu. Sedangkan risiko kerugian adalah kerugian yang terjadi sebagai konsekuensi langsung atau tidak langsung dari kejadian risiko. Kerugian itu bisa berbentuk finansial maupun non finansial. 67 Dari definisi-definisi risiko yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa risiko merupakan sebuah kemungkinan dari sebuah kejadian yang dapat menimbulkan dampak negatif atau kerugian yang tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai sebelumnya. Karena risiko tidak dapat dihindari namun harus dihadapi oleh lembaga perbankan, dibutuhkan suatu metode yang disebut manajemen risiko untuk mengurangi tingkat kerugian yang diterima oleh bank yang ditimbulkan oleh risiko-risiko yang terjadi sehingga lembaga perbankan dapat mengambil tindakan yang tepat dalam menghadapi risiko tersebut. Menurut Ferry N. Idroes. “Manajemen risiko didefinisikan sebagai metode logis dan sistematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktifitas atau proses.”68 Sementara menurut Kasidi manajemen risiko adalah usaha yang secara rasional ditujukan
66 67
Kasidi, Manajemen Risiko, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 4 M. Nur Rianto Al Arif dan Yuke Rahmawati, Manajemen Risiko Perbankan Syariah…,
68
Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan…, h. 5
h. 19
16
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian dari risiko yang dihadapi. 69 Menurut Adiwarman A. Karim. “Manajemen risiko adalah suatu rangkaian prosedur dan metodologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha. Keberadaan manajemen risiko memiliki tujuan yang sangat penting, diantaranya: 70 a. Menyediakan informasi tentang risiko kepada pihak regulator b. Memastikan bank tidak mengalami
kegiatan
yang
bersifat
unacceptable c. Meminimalisasi kerugian dari berbagai risiko yang bersifat uncontrolled d. Mengukur eksposur dan pemusatan risiko e. Mengalokasikan modal dan membatasi risiko Dari definisi dari para ahli yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko adalah sebuah metode atau serangkaian prosedur untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari sebuah kegiatan usaha. 2. Jenis-Jenis Risiko Perbankan a. Risiko Pemmbiayaan/Kredit
69 70
Kasidi, Manajemen Risiko…, h. 4 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis…., h. 255
17
Risiko pembiayaan pada umumnya dikaitkan dengan risiko gagal bayar dari nasabah. Risiko ini mengacu pada potensi kerugian yang dihadapi bank ketika pembiayaan yang diberikannya mengalami macet atau
gagal
bayar,
dimana
debitur
tidak
mampu
memenuhi
kewajibannya dalam mengembalikan dana pembiayaan yang telah diterima. Selain risiko gagal bayar, risiko pembiayaan kadang merujuk pada risiko kredit apabila menggunakan istilah yang digunakan oleh Bank
Indonesia
dalam
Peraturan
Bank
Indonesia
Nomor
13/23/PBI/2011.71 Risiko kredit didefinisikan sebagai risiko kerugian sehubungan dengan pihak peminjam (counterparty) tidak dapat dan atau tidak mau memenuhi kewajibannya untuk memenuhi kewajibannya untuk membayar kembali dana yang telah dipinjamnya secara penuh saat jatuh tempo atau sesudahnya. 72 b. Risiko Pasar Risiko pasar didefinikan sebagai resiko kerugian pada posisi neraca serta pencatatan tagihan dan kewajiban di luar neraca (on- and offbalance sheet) yang timbul dari pergerakan harga pasar (market place).73 Risiko pasar merupakan risiko kerugian yang terjadi pada portofolio yang dimilliki oleh bank akibat adanya pergerakan variable pasar (adverse movement) berupa suku bunga dan nilai tukar. Risiko
71
M. Nur Rianto Al Arif dan Yuke Rahmawati, Manajemen Risiko Perbankan Syariah…,
72
Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan…, h. 22 Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan…, h. 22
h. 84 73
18
pasar ini mecakup akan empat hal yaitu risiko tingkat suku bunga, risiko pertukaran mata uang, risiko harga dan risiko likuiditas. 74 c. Risiko Likuiditas Risiko likuiditas terbagi menjadi dua macam, yaitu risiko likuiditas asset (asset liquidity risk) dan risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk). Risiko likuiditas asset atau sering disebut dengan market/product liquidity risk, timbul ketika suatu transaksi tidak dapat dilaksanakan pada harga pasar yang terjadi akibat besarnya nilai transaksi relatif terhadap besarnya pasar. Sedangkan risiko likuiditas pendanaan yang juga sering disebut cash-flow risk, yaitu risiko ketidakmampuan
memenuhi
kewajiban
jatuh
tempo
sehingga
menimbulkan likuidasi. 75 d. Risiko Operasional Risiko yang antara lain disebabkan adanya keetidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem atau adanya problem eksternal yang memengaruhi operasional bank. Oleh karena itu, kecurangan, ketidakjujuran, kegagalan manajemen, sistem pengendalian yang tidak memadai, prosedur operasional yang tidak tepat termasuk dalam risiko operasional. 76 e. Risiko Reputasi Risiko ini timbul akibat opini negatif publik terhadap operasional bank, sehingga dapat mengakibatkan menurunnya jumlah nasabah 74
Adhiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan… h. 272 Kasidi, Manajemen Risiko…, h. 67 76 Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan…, h. 55 75
19
bank tersebut atau menimbulkan biaya besar karena gugatan pengadilan atau merosotnya pendpaatan bank. Persepsi publik tentang pasar merupakan penyebab yang cukup signifikan dalam risiko reputasi. 77 f. Risiko Hukum Risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan oleh adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya suatu kontrak. g. Risiko Strategik Risiko yang ini muncul akibat penerapan strategi yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang keliru atau bank kurang responsive terhadap perubahan eksternal, sehingga bank mengalami kerugian. h. Risiko Kepatuhan Risiko yang disebabkan bank tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku.78 3. Risiko dalam Pandangan Islam Dalam paradigma ekonomi Islam, risiko dipandang sebagai hal yang positif. Risiko dikaitkan dengan konsep keadilan dimana setiap hasil keuntungan usaha harus dihasilkan dari keterlibatan dalam menghadapi 77 78
Kasidi, Manajemen Risiko…, h. 68 Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan…, h. 56
20
risiko usaha. Bagi umat Islam manajemen risiko adalah suatu hal yang penting untuk dilaksanakan, dimana manajemen risiko yang baik mengindikasikan bahwa manusia berusaha untuk menjaga amanah dari Allah SWT atas harta kekayaan.79 Islam memberikan landasan prinsip di dalam manajemen risiko, diantaranya:80 a. Ruang
lingkup
risiko
yang
dianggap
positif
dan
diperkenankan oleh Islam adalah ketidakpastian yang sifatnya “expected” maksudnya yaitu bisa diperkirakan. b. Dalam Islam pula speculative transaction controversion atau transaksi spekulasi diharamkan. Dalam konteks manajemen risiko, speculative risk adalah risiko yang outcome risikonya bukan hanya mengandung kemungkinan merugikan saja tapi juga mengandung kemungkinan menguntungkan. Di dalam Al-Quran juga terdapat ayat yang membahas tentang adanya kemungkinan risiko dalam sebuah kegiatan usaha yang digambarkan dalam bentuk sebuah upaya dalam menanggulangi risiko yang datang di masa depan. Surat Yusuf ayat 43-49 menggambarkan proses manajemen risiko untuk mengatasi kemungkinan risiko yang akan datang.
79
Veithzal Rifai dan Rifki Ismail, Islamic Risk Management for Islamic Bank, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2013), h. 106 80 Veithzal Rifai dan Rifki Ismail, Islamic Risk Management for Islamic Bank… h. 108109
21
Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya) : "Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering." Hai orang-orang yang terkemuka : "Terangkanlah kepadaku tentang ta'bir mimpiku itu jika kamu dapat mena'birkan mimpi. 4. Proses Manajemen Risiko Untuk dapat menerapkan proses manajemen risiko, pada tahap awal bank syariah harus secara tepat mengenal dan memahami serta mengidentifikasi seluruh risiko, baik yang sudah ada (inherent risks) maupun yang mungkin timbul dari suatu bisnis baru bank. Selanjutnya, secara berturut-turut, bank syariah perlu melakukan pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko. Proses ini terus berkesinambungan sehingga menjadi sebuah lifcycle.
22
Gambar 2.1 Siklus manajemen risiko
IDENTIFYING
UNDERSTANDING
MONITORING
ASSESSING
MEASURING
MANAGING
Dalam proses manajemen risiko secara umum terdapat empat tahapan dalam menajalankan manajemen risiko, adapun tahapan dalam proses manajamen risiko sebagain berikut: a. Identifikasi Risiko Salah satu aspek penting dalam identifikasi risiko adalah membuat daftar risiko yang mungkin terjadi sebanyak mungkin serta menganalisanya secara aktif agar tidak timbul risiko yang berlebihan. 81 Pada tahap ini dilakukan analisa terhadap seluruh jenis risiko yang terdapat pada setiap kegiatan usaha bank, adapun hal-hal yang dilakukan di antaranya: 82 1) Mendapatkan seluruh informasi risiko semua sumber yang mencakup semua aktifitas fungsional dan operasional bank. 2) Melakukan analisa terhadap kemungkinan timbulnya risiko
81 82
Adhiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan… h. 260 Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan…, h. 7
23
3) Melakukan analisis secara proaktif, tanpa menunggu timbulnya risiko yang berlebihan. b. Pengukuran Risiko Setelah melakukan identifikasi risiko, maka tahap selanjutnya adalah pengukuran risiko dengan cara melihat seberapa besar dampaknya dan probabilitas terjadinya risiko tersebut. Selain itu pengukuran risiko dibutuhkan karena sebagai dasar atau tolak ukur untuk memahami signifikansi dan akibat kerugian yang akan ditimbulkan karena terjadinya suatu risiko, baik secara individual maupun portofolio terhadap tingkat kesehatan dan kelangsungan usaha bank. Pengukuran risiko dilaksanakan dengan melakukan: 1) Evaluasi secara berkala terhadap kesesuaian asumsi, sumber data dan prosedur yang digunakan untuk mengukur risiko 2) Penempurnaan terhadap sistem pengukuran risiko apabila terdapat perubahan kegiatan usaha, produk, transaksi dan faktor risiko yang bersifat material. 83 c. Pemantauan Risiko Pemantauan dilakukan dengan cara mengevaluasi pengukuran risiko yang terdapat pada kegiatan usaha bank serta kondisi efektivitas proses manajemen risiko. Dalam hal ini bank harus mempersiapkan sebuah sistem dan prosedur yang efektif untuk mencegah terjadinya
83
Veithzal Rifai dan Rifki Ismail, Islamic Risk Management for Islamic Bank… h. 133
24
gangguan dalam proses pemantauan risiko agar hasilnya dapat menyempurnakan proses manajemen risiko yang terdapat dalam bank tersebut.84 d. Pengendalian Risiko Pengendalian ini dilakukan atas dasar evaluasi pengukuran risiko yang terdapat pada seluruh produk dan aktivitas bank. Metode pengendalian risiko harus mempertimbangkan analisis terhadap besarnya potensi kerugian bank serta pertimbangan atas manfaat yang didapat serta biaya yang dikeluarkan. Pengendalian risiko digunakan untuk
mengelola
risiko
tertentu
yang
dapat
membahayakan
kelangsungan usaha bank.85 B. Pembiayaan 1. Definisi Pembiayaan Pembiayaan selalu berkaitan dengan aktivitas bisnis. Pembiayaan atau financing menurut UU No. 10 Tahun 1998 pasal 1 ayat 12 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan hal tersebut, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 86 Pembiayaan merupakan salah satu kegiatan atau tugas pokok bank dimana pembiayaan yaitu dengan memberi fasilitas 84
Veithzal Rifai dan Rifki Ismail, Islamic Risk Management for Islamic Bank… h. 272 Veithzal Rifai dan Rifki Ismail, Islamic Risk Management for Islamic Bank… h. 260 86 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 62 85
25
penyediaan
dana
untuk
memenuhi
kebutuhan
pihak-pihak
yang
membutuhkan dana. 87 Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan. Pengertian pembiayaan menurut Muhammad adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik yang dilakukan sendiri ataupun leinbaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan. Dengan kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Di samping pengertian terebut di atas, berdasarkan PBI No. 13/13/PBL/2011 tentang Penilaian Kualitas Aktiva pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:88 a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah. b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahia bitamlik c. Transaksl jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan ishtisna. d. Transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang qard
87
Muhammad Syafi‟I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik, (Depok: Gema Insani, 2001), h. 60 88 http://www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Pages/pbi_131311.aspx diakses pada 10 November 2016
26
e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk tansaksi multijasa, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak lain yang dibiayai dan atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi basil. Terdapat
perbedan antara pembiayaan yang ada pada bank
konvensional dengan bank syariah. Bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional keuntungan yang diperoleh melalui bunga, sedangkan bagi bank yang berdasrakan prinsip bank syariah keuntungan berupa imbalan atau bagi hasil. 89 Dalam operasionalnya, Bank Syariah menawarkan produk yang dibagi menjadi tiga bagian besar, antara lain: a. Produk penyaluran dana (financing) b. Produk penghimpunan dana (funding) c. Produk jasa (service) Dalam hal ini, penulis hanya membahas mengenai penyaluran dana dalam bank syariah yang sering kita dengar adalah pembiayaan. Pembiayaan dalam perbankan syariah mempunyai beberapa prinsip, yaitu: a. Tidak ada transaksi yang beibasis bunga b. Pengerahan pajak religius atas pemberian sedekah dan zakat c. Pelarangan produksi barang dan jasa yang bertentangan dengan nilai Islam
89
Muhammad Syafi‟I Antonio, Bank Syariah…, h. 29
27
d. Penghindaran
aktivitas
ekonomi
yang
melibatkan
judi
dan
ketidakpastian 2. Macam-Macam Pembiayaan Dalam bukunya Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, Muhammad Syafi‟i Antonio membedakan pembiayaan menjadi dua jenis, pembiayaan menurut sifatnya dan pembiayaan menurut keperluannya. 90 a. Pembiayaan Menurut Sifatnya Pembiayaan merupakan satu tugas pokok bank untuk menyalurkan fasilitas dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Menurut sifat penggunaannya, pembiyaan dapat dibagi menjadi dua hal, yaitu: 1) Pembiayaan Produktif Pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas seperti peningkatan usaha baik produksi, perdagangan maupun investasi. 2) Pembiayaan Konsumtif Pembiayaan yang digunakan untuk kebututhan konsumsi dimana habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan. b. Pembiayaan Menurut Keperluannya Menurut keperluannva, pembiayaan produktíf dapat dibagi menjadi dua hal, yaitu: 1) Pembiayaan modal kerja
90
Muhammad Syafi‟I Antonio, Bank Syariah…, h. 160-167
28
Pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan untuk meningkatkan produksi, baik secara kuantitatif dalam bentuk jumlah hasil produksi. maupun secara kualitatif yaitu peningkatan kualitas dan mutu hasil produksi. Modal kerja terdiri dari komponen-komponen yang liquid (cash), piutang dagang (receivable), dan persediaan (inventory) yang umumnya terdiri dari bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. 2) Pembiayaan Investasi Pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods). Pada umumnya, pembiayaan investasi diberikan dalam jumlah besar dan pengendapannya cukup lama. Ciri-ciri pembiayaan investasi adalah: a) Untuk pengadaan barang modal b) Mempunyai perencanaan alokasi dana yang matang dan terarah c) Berjangka untuk menengah dan panjang 3. Prinsip dan Penilaian Pemberian Pembiayaan Dalam hal prinsip pemberian pembiayaan terdapat peniliaian atau yang disebut dengan analisis pemberian pensbiayaan yang dilakukan oleh bank pada umumnva dengan analisis 5C dan 7P. Analisis tersebut digunakan dengan tujuan mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya yang benarbenar layak untuk diberikan pembiayaan. Penilaian dengan analisis 5C, antara lain:91 91
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya…, h. 117
29
a. Character (kepribadian) Merupakan sifat atau watak seseorang yang akan diberikan kredit (pembiayaan) benar-benar harus dapat dipercaya. Bank harus yakin bahwa calon mitra pembiayaannya memiliki karakter yang baik, memegang teguh janjinya dan bersedia melunasi kewajibannya pada waktu yang ditetapkan b. Capacity (kemampuan) Merupakan analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar kredit. Dari penilaian ini terlihat kemampuan nasabah dalam mengelola bisnis. Pihak bank harus mengetahui dengan pasti kemampuan calon nasabah pembiayaan, karena kemampuan tersebut yang menentukan besar kecilnya pendapatan suatu usaha nasabah di masa yang akan datang. Semakin baik kemampuan keuangan calon nasabah pembiayaan, maka semakin baik kemungkinan kualitas pembiayannya. c. Capital (modal) Merupakan jumlah modal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah. Dalam aspek ini, lembaga keuangan menilai jumlah modal yang dimiliki oleh calon nasabah sebelum nasabah tersebut diberikan pembiayaan. Semakin besar modal sendiri dalam perusahaan, nasabah tentu semakin tinggi kesungguhan calon nasabah dalam menjalankan usahanya. Lembaga keuangan pun akan merasa lebih yakin dalam memberikan pembiayaan.
30
d. Collateral (jaminan) Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non flsik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit (pembiayaan) yang diberikan. Adanya jaminan diperlukan untuk memberikan ketenangan dan menambah kepercayaan bagi bank selaku pemberi pembiayaan. Jaminan mempunya dua fungsi, yaitu: untuk pembayaran utang bila nasabah pembiayaan tidak mampu melunasi kewajibannya dan faktor yang menentukan jumlah pembiayaan. e. Condition of Economic (kondisi perekonomian) Dalam menilai kredit (pembiayaan) hendaknya juga menilai kondisi ekonomi, sosial dan politik yang ada sekarang dan prediksi untuk masa yang akan datang. Selanjutnya penilaian pembiayaan dapat juga dilakukan dengan analisis 7P pembiayaan dengan unsur penilaian sebagai berikut:92 a. Personality (kepribadian) Yaitu menilai nasabah dan kepribadiannva. Penilaian ini mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan menyelesaikannya. b. Party (penggolongan) Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atas golongan-golongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas serta
92
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya…, h. 120
31
karaktemya. Nasabah yang digolongkan dalam golongan tertentu akan mendapatkan fasilitas berbeda dari bank. c. Purpose (tujuan) Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil pembiayaan, termasuk jenis pembiayaan yang diinginkan nasabah. Misalkan apakah untuk modal kerja, investasi, konsumtif, produktif dan lain-lain. d. Prospect (prospek) Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas pembiayaan yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi, tetapi juga nasabah. e. Payment (pembayaran) Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan pembiayaan yang telah diambil serta dari sumber mana saja dana untik pengembalian pembiayaan. f. Profitability (keuntungan) Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode, apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apaIagi dengan tambahan pembiayaan yang akan diperolehnya. g. Protection (menjaga keamanan)
32
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar pembiayaan yang diberikan mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga pembiayaan yang diberikan benar-benar aman. 4. Fungsi Pembiayaan Selanjutnya setelah mengetahui prinsip-prinsip dalam memberikan pembiayaan agar pembiayaan yang dikeluarkan oleh bank memberikan keuntungan bagi pihak bank dan juga nasabah, perlu diketahui juga bahwa pembiayaan memiliki beberapa fungsi. Menurut Muhammad pembiayaan dalam prinsip syariah memiliki fungsi sebagai berikut:93 a. Meningkatkan daya guna uang Nasabah menyimpan uangnya di bank dalam bentuk tabungan, giro dan deposito. Dalam presentase tertentu uang tersebut ditingkatkan kegunaannya oleh bank untuk usaha dalam rangka peningkatan produktivitas. Sementara itu para pengusaha juga dapat menikmati pembiayaan dari bank untuk memperluas usahanya, baik untuk peningkatan produksi maupun perdagangan. b. Meningkatkan peredaran uang Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening koran, pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya, seperti cek, bilyet giro, wesel dan sebagainya. c. Menimbulkan keinginan besar untuk berusaha
93
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), h. 197
33
Setiap manusia adalah makhluk yang selalu berusaha memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, pengusaha akan selalu berhubungan dengan bank untuk memperoleh bantuan permodalan guna peningkatan usahanya. Dengan begitu, para pengusaha tersebut dapat memperbesar volume usaha dan produktivitasnya, serta memperluas lapangan pekerjaan. 5. Tujuan Pembiayaan Selanjutnya menurut Muhammad pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah memilik beberapa tujuan, antara lain: a. Upaya memaksimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan tertinggi
yaitu
memaksimalkan
laba.
Untuk
menghasilkan laba maksinial, maka perlu pendukung dana yang cukup. b. Upaya meminimalkan risiko, artinya usaha yang dilakukan mampu menghasilkan laba maksimal. maka para pengusaha harus mampu meminimalkan risiko. Risiko kekurangan modal dapat diatasi dengan tindakan pembiayaan. c. Pendayagunaan ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia serta sumber daya modal (pembiayaan). 6. Jenis-Jenis Pembiayaan Syariah a. Pembiayaan Murabahah Pembiayaan Murabahah adalah pembiayaan berupa talangan dana yang dibntuhkan nasabah untuk membeli suatu barang dengan 34
kewajiban mengembalikan talangan tersebut seluruhnya ditambah margin keuntungan bank pada waktu jatuh tempo. Bank memperoleh margin keuntungan berupa selisih harga beli dan pemasok dengan harga jual bank kepada nasabah.94 Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlaku akad. Dalam perbankan, murabahah selalu dilakukan dengan cara pembayaran cicilan. Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad, sedangkan pembayaran dilakukan secara cicilan. 95 b. Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan seluruh kebutuhan modal pada suatu usaha untuk jangka waktu terbatas sesuai kesepakatan. Hasil usaha bersih dibagi antara bank sebagai penyandang dana (shahibul maal) dengan pengelola usaha (mudharib) sesuai dengan kesepakatan. Umumnya porsi bagi hasil ditetapkan bagi mudharib lebih besar daripada shohibul maal. Pada akhir jangka waktu pembiayaan, dana pembiayaan dikembalikan kepada bank. 96 c. Pembiayaan Musyarakah Pembiayaan Musyarakah adalah pembiayaan sebagian kebutuhan modal pada suatu usaha untuk jangka waktu terbatas sesuai
94
Wirdyaningsih, dkk., Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), h. 196 95 Azharudin Lathif, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000) Cet. 1, h. 118 96 Wirdyaningsih, dkk., Bank dan Asuransi Islam di Indonesia…, h. 115
35
kesepakatan. Hasil usaha bersih dibagi antara bank sebagai penyandang dana (shahibul maal) dengan pengelola usaha (mudharib) sesuai dengan kesepakatan. Umumnya, porsi bagi hasil ditetapkan sesuai dengan persentase kontribusi masing-masing, sedangkan pembagian kerugian berdasarkan proporsi modal masing-masing. Pada akhir jangka waktu pembiayaan, dana pembiayaan dikembalikan kepada bank. d. Pembiayaan Salam Salam
adalah
transaksi
jual
beli
dimana
barang
yang
diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sedangkan pembayaran dilakukan secara tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini mirip dengan jual beli ijon, namun dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti. e. Pembiayaan Ishtisna Pembiayaan istishna‟ menyerupai pembiayaan salam, tetapi dalam istishna‟ pembayarannya dapat dilakukan melalui cicilan atau ditangguhkan. Praktik istishna‟ dalam bank syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan kontruksi. Ketentuan umum pembiayaan istishna‟ adalah spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam, ukuran mutu dan jumlah. Harga jual yang telah disepakati dicantumkan dalam akad tidak boleh berubah selama
36
berlakunva akad, jika teriadi perubahan dan kriteria pesanan dan perubahan harga setelah akad ditandatangani, seluruh biava ditambah tetap akan ditanggung oleh nasabah. f. Pembiayaan Ijarah Adalah sebagai hak untuk memanfaatkan barang atau jasa dengan membayar imbalan terhadap sesuatu yang dibolehkan dalam waktu tertentu. Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakannya kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah dikenal ijarah muntahiyyah bittamlik (sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati di awal perjanjian.97 C. Usaha Mikro 1. Definisi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, pengertian UMKM adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagainiana diatur dalam Undang-undang ini. Dalam konteks Indonesia kriteria usaha penting dibedakan untuk penentuan kebijakan yang terkait. Skala usaha dibedakan menjadi usaha mikro. usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar. Penyebutan UMKM adalah untuk ketiga skala usaha selain usaha besar, yakni usaha menengah, kecil dan mikro. Dalam kehidupan sehari-hari, usaha mikro dan usaha 97
Azharudin Lathif, Fiqh Muamalat…, h. 137
37
kecil mudah dikenali dan mudah dibedakan dari usaha besar. Awali Rizky menyatakan bahwa usaha mikro adalah usaha informal yang memiliki asset, modal omset yang amat kecil. 98 2. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah a. Kriteria Usaha Mikro Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,(tiga ratus juta rupiah). b. Kriteria Usaha Kecil Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,(dua milyar lima ratus juta rupiah). c. Kriteria Usaha Menengah Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp
98
Euis Amalia, Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam: Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 41
38
2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah)
39
BAB III GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI KCP BINTARO SEKTOR 3 A. Sejarah Bank Syariah Mandiri99 Nilai – nilai perusahaan yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan integritas telah tertanam kuat pada segenap insan Bank Syariah Mandiri (BSM) sejak awal pendiriannya. Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997 – 1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk dipanggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak yang negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank – bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank – bank di Indonesia. Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing. Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, 99
https://www.syariahmandiri.co.id/en di akses pada tanggal 10 Desember 2016
40
Bank Exim dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Sebagai pemilik mayoritas baru BSB. Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas berlakunya UU No. 10 Tahun 1998, yang member peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system). Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya,
sehingga kegiatan usaha
BSB
berubah dari
bank
konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999. Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur
BI No. 1/24/
KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya melalui surat keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan
41
dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai – nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni dan idealism usaha dan nilai – nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik. PT Bank Syariah Mandiri hadir dan tampil dengan harmonisasi idealisme usaha dengan nilai-nilai spiritual. Bank Syariah Mandiri pada saat itu tumbuh dan berkembang sebagai bank yang mampu memadukan keduanya. yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmonisasi idealisme usaha dan nilai-nilai spiritual inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. Adapun secara rinci tanggal sejarah PT Bank Syariah Mandiri:
1955 Pendirian PT Bank Industri Nasional (PT BINA)
1967 PT BINA berubah nama menjadi PT Bank Maritim Indonesia
1973 PT Bank Maritim Indonesia berubah nama menjadi PT Bank Susila Bakti
1999 PT Bank Susila Bakti dikonversi menjadi bank syariah dan berubah nama menjadi PT Bank Svariah Mandiri
42
B. Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 berdiri sejak tahun 2010, pada awalnya Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 dibawah naungan Bank Syariah Mandiri KC Pondok Indah. Di tahun yang sama Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 berpindah di bawah naungan Bank Syariah Mandiri KC Bintaro dikarenakan perubahan status pada Bank Syariah Mandiri di Bintaro dari Kantor Cabang Pembantu (KCP) menjadi Kantor Cabang (KC). Hingga bulan Februari tahun 2015 ada Coorporate Plan baru yang memutuskan Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 berdiri sendiri di bawah naungan Area Bank Syariah Mandiri di Mayestik. 100 Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 saat ini dipimpin oleh Bapak Guntur Rura sebagai Branch Manager. Bapak Guntur Rura menjabat sebagai Branch Manager di Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 sejak tahun 2014.101 Beliau membawahi beberapa divisi yang ada di Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 diantaranya Outlet Warung Mikro, Consumer Banking, Operation dan Warung Gadai. Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 memiliki beberapa tim kerja di antaranya: a. Kepala Cabang yang dijabat oleh Bapak Guntur Rura b. Outlet Warung Mikro, tim kerja dari Outlet Warung Mikro sendiri terdiri dari Micro banking Manager, MFS (Micro Financing Sales), PMM Mitra, Admin Mikro dan Micro Financing Analist 100
Wawancara langsung dengan Bapak Bambang Guntoro sebagai Unit Head Warung Mikro Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 101 Wawancara langsung dengan Bapak Guntur Rura sebagai Branch Manager Bank Syariah Mandiri KCP BIntaro Sektor 3
43
c. Officer Gadai, saat ini Banks Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 tidak memiliki penaksir gadai d. Operation Officer, tim yang terdapat pada Operation Officer yaitu BOSM (Brancj Office Service Manager), Customer Service, Teller, Back Office, security, driver, dan office boy
44
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3
Branch Manager
CBRM
Micro Banking Manager
CS
CFE
Micro Financing Sales
Teller
F.A. Axa Mandiri
Micro Financing Sales
BOSM
GSS
Officer Gadai
PMM Mitra
Driver
Office Boy 45
Security
Area Financing Risk
Area Financing Risk
Area Collection & Recovery
Micro Financing Analist
Micro Admin
A. Maintenance
C. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri53 1. Visi Adapun
visi dari
Bank Syariah
Mandiri
yaitu,
“Memimpin
pengembangan peradaban ekonomi yang mulia”. Penjelasan tentang pernyataan visi tersebut adalah bahwa Bank Syariah Mandiri akan menjadi yang terdepan dalam mengembangkan peradaban ekonomi umat manusia yang lebih luhur, adil, terhormat, sejahtera-menyejahterakan, sesuai syariah, bernilai tinggi, dan unggul. Dan setiap kata yang ada pada visi tersebut, memiliki arti atau makna masing-masing, adapun makna dari kata-kata tersebut yaitu: a. „Memimpin‟ adalah menjadi yang terdepan b. „Pengembangan‟ adalah pemberian manfaat dengan berjuang membuat lebih baik secara terus-menerus dan berkesinambungan dari generasi ke generasi. c. „Peradaban Ekonomi‟ adalah suatu kondisi ketika manusia telah mengembangkan cara-cara (tradisi, budaya, proses, sistem) yang efektif di dalam penggunaan sumber daya dan di dalam memproduksi dan memperdagangkan barang dan jasa d. „Mulia‟ adalah luhur, adil, terhormat, sejahtera-menyejahterakan, sesuai syariah, bernilai tinggi, dan unggul. 2. Misi Misi yang dimliki oleh Bank Syariah Mandiri, diantaranya yaitu: 53
https://www.syariahmandiri.co.id/en di akses pada tanggal 10 Desember 2016
46
a. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata industri yang berkesinambungan. b. Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran pembiayaan pada segmen UMKM c. Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja yang sehat. d. Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan e. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal Misi yang telah disebutkan di atas. memiliki penjelasan masingmasing. Adapun penjelasan tentang misi di atas yaitu: a. Bahwa pertumbuhan dan keuntungan Bank Syariah Mandiri selalu di atas rata-rata industri yang dicapai dengan strategi pengelolaan yang mengutamakan SCA (Sustainable Competitive Advantage). b. Bahwa Bank Syanah Mandiri mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran pembiayaan pada segmen UMKM c. Bahwa Bank Syariah Mandiri terus-menerus mengembangkan pengelolaan talenta Sumber Daya Manusia (SDM), mulai tahap attraction, identification, development, deployment, s.d. retention. dan lingkungan kerja yang sehat. d. Bahwa Bank Syariah Mandri terus-menerus berupaya menebar manfaat pada masyarakat dan lingkungan yang meningkat dari waktu ke waktu.
47
e. Bahwa
Bank
Syaniah
Mandiri
berkomitmen
untuk
mengembangkan tata kelola berdasarkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kemanusiaan yang diterima masyarakat secara universal. D. Budaya Kerja Bank Syariah Mandiri Bank Syariah Mandiri memiliki budaya kerja yang telah disepakati oleh seluruh pegawainya. Nilai-nilai budaya perusahaan tersebut dikenal dengan istilah Shared Valuse ETHIC. Adapun penjelasan dari ETHIC adalah sebagai berikut: 1. Excellence (Imtiyaaz): Berupaya mencapai kesempurnaan melalui perbaikan yang terpadu dan berkesinambungan
Prudence : menjaga amanah dan melakukan perbaikan terus menerus
Competence : meningkatkan keahlian dan sesuai tugas yang diberikan dan tuntutan profesi bankir
2. Teamwork („Amal Jama‟iy): mengembangkan kesinambungan kerja yang saling bersinergi.
Trusted & Trust: mengembangkan perilaku dapat dipercaya dan percaya.
Contribution : memberikan kontribusi positif dan optimal
3. Humanity (lnsaaniyyah) : Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang religius.
Social & Environment Care : memiliki kepedulian yang tulus terhadap lingkungan dan sosial.
48
Inclusivity: mengembangkan perilaku mengayomi
4. Integrity (Shidiq): Memahami dan menaati kode etik profesi dan berpikir serta berperilaku terpuji.
Honesty : jujur.
Good Governance: melaksanakan tata kelola yang baik.
5. Customer Focus (Tafdhiil Al- „Umalaa): Memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan (eksternal dan internal) untuk menjadikan BSM sebagai mitra yang terpercaya dan menguntungkan
Innovation : mengembankan proses, layanan, dan produk untuk melampaui harapan nasabah.
Service Excellence : memberikan layanan terbaik yang melampaui harapan nasabah.
E. Produk Layanan Bank Syariah Mandiri Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu Bank Syariah yang banyak diminati oleh masyarakat luas saat ini. Oleh karena itu upaya untuk senantiasa melayani dan memenuhi kebutuhan nasabah dalam pengelolaan keuangan secara syariah akan terus selalu dikembangkan. Dalam perbankan syariah yang mengutamakan keseimbangan layanan untuk kesejahteraan financial dan spiritual maka produk dan layanan yang kini terdapat di Bank Syariah saat ini meliputi: 1. Produk Pendanaan Bank Syariah Mandiri:
49
1) BSM Tabungan, Tabungan dalam mata uang rupiah dengan akad Mudharabah Mutlaqah yang penarikannya sesuai syarat tertentu yang disepakati. 2) BSM Tabungan Berencana, Tabungan berjangka dengan nisbah bagi hasil berjenjang serta kepastian bagi penabung maupun ahli waris untuk memperoleh dananya sesuai target waktu dan perlindungan asuransi gratis. 3) BSM Tabungan Simpatik, Tabungan dalam mata uang rupiah berdasarkan prinsip Wadiah, yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat – syarat tertentu yang telah disepakati. 4) Tabungan Ku BSM, Tabungan untuk perorangan dengan persyaratan mudah dan ringan yang diterbitkan secara bersama oleh bank-bank di Indonesia guna menumbuhkan budaya menabung serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 5) BSM Tabungan Mabrur, Tabungan untuk membantu masyarakat untuk merencanakan ibadah haji dan umrah. 6) BSM Tabungan Mabrur Junior, Tabungan dalam mata uang rupiah untuk membantu pelaksanaan ibadah haji & umrah khusus untuk usia dibawah 17 Tahun. 7) BSM Tabungan Dollar, Tabungan dalam mata uang Dollar yang penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat atau sesuai ketentuan dengan menggunakan slip penarikan.
50
8) BSM Tabungan Investa Cendekia (TIC), Tabungan berjangka yang diperuntukkan bagi masyarakat dalam melakukan perencanaan keuangan, khususnya pendidikan bagi putra/putrid. 9) BSM Deposito, Produk investasi berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan setelah jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan. 10) BSM Deposito Valas, Produk investasi berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan setelah jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan dalam bentuk valuta asing. 11) BSM Giro, Simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro atau alat perintah bayar lainnya dengan prinsip Wadiah Yad Adh – Dhamanah. 12) BSM Giro Valas, Simpanan dalam mata uang dollar Amerika yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan prinsip Wadiah Yad Adh – Dhamanah. 13) BSM Giro Singapore Dollar, Simpanan dalam mata uang Dollar Singapore yang penarikkannya dapat dilakukan setiap saat dengan prinsip Wadiah Yad Adh – Dhamanah. 14) BSM Giro Euro, Simpanan dalam mata uang Euro yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan prinsip Wadiah Yad Adh – Dhamanah. 15) BSM Obligasi, Surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang mewajibkan Emiten (Bank Syariah Mandiri) untuk
51
membayar pendapatan Bagi Hasil / kupon dan membayar kembali Dana Obligasi Syariah pada saat jatuh tempo. BSM Tabungan Perusahaan, Tabungan yang hanya berfungsi untuk menampung kelebihan dana rekening giro yang dimiliki Institusi/ Perusahaan berbadan hokum dengan menggunakan fasilitas autosave. 2. Produk Pembiayaan Bank Syariah Mandiri: 1) BSM Pembiayaan Mudharabah, pembiayaan dimana seluruh modal kerja yang dibutuhkan nasabah ditanggung oleh bank. Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati. 2) BSM Pembiayaan Talangan Haji, merupakan pinjaman dana talangan dari bank kepada nasabah khusus untuk menutupi kekurangan dana untuk memperoleh kursi atau seat haji dan pada saat pelunasan BPIH. 3) BSM Pembiavaan Murabahah. pembiayaan berdasarkan akad jual beli antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga pokok ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati. Dapat dipergunakan untuk keperluan usaha (investasi, modal kerja) dan pembiayaan consumer. 4) Pembiayaan Usaha Mikro, BSM memiliki pembiayaan untuk usaha mikro yang disebut dengan warung mikro BSM. Warung mikro BSM merupakan layanan pembiayaan di kantor cabang dan cabang pembantu untuk nasabah kategori mikro. Plafon maksimum yang
52
diberikan kepada nasabah adalah Rp. 100 juta sesuai dengan rata-rata maksirnum kebutuhan usaha mikro 5) Pembiayaan Isthisna, pembiayaan pengadaan barang dengan skema isthisna adalah pembiayaan jangka pendek dan panjang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengadaan barang (obyek isthisna) dimana masa angsuran melebihi periode pengadaan barang (goods in process fi) dan bank mengakui pendapatan yang menjadi haknya pada periode angsuran, baik pada saat pengadaan berdasarkan presentase penyerahan barang, maupun setelah barang selesai dikerjakan. 6) BSM Implan, pembiayaan konsumer dalam valuta rupiah yang diberikan oleh bank kepada karyawan tetap perusahaan atau anggota Kopkar yang pengajuannya dilakukan secara massal atau kolektif 7) Pembiayaan IMBT, pembiayaan dengan skema IMBT (Ijarah Muntahîyah Bittamlik), pembiayaan dengan skema sewa atas suatu obyek sewa antara bank dan nasabah dalam periode yang ditentukan yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan nasabah. 8) PKPA, Pembiayaan kepada Koperasi untuk Para Anggota adalah penyaluran pembiayaan kepada koperasi karyawan untuk pemenuhan kebutuhan konsumer para anggotanya (kolektif) yang mengajukan pembiayaan kepada koperasi karyawan 9) BSM pembiayaan Resi Gudang, pembiayaan transaksi komersial dan suatu komuditas atau produk yang diperdagangkan secara luas dengan
53
jaminan utama berupa komuditas atau produk yang dibiayai dan berada dalam suatu gudang atau tempat yang tenkontrol secara independent. 3. Produk Layanan Bank Syariah Mandiri 1) BSM Electronic Payroll, Pembayaran gaji karyawan institusi melalui tekhnologi terkini BSM secara mudah, aman dan fleksibel. 2) BSM SKBD, Janji tertulis berdasarkan permintaan tertulis nasabah (applicant) yang mengikat BSM sebagai bank pembuka untuk membayar kepada penerima atau menerima dan membayar wesel pada saat jatuh tempo yang ditarik penerima atau memberi kuasa kepada bank lain untuk melakukan pembayaran kepada penerima atau untuk menegosiasikan wesel – wesel yang ditarik oleh penerima atas penyerahan dokumen. (untuk saat ini khusus BSM dengan BSM). 3) BSM Letter of Credit, Janji tertulis berdasarkan permintaan tertulis nasabah (applicant) yang mengikat BSM sebagai bank pembuka untuk membayar kepada penerima atau ordernya atau menerima dan membayar wesel pada saat jatuh tempo yang ditarik penerima atau pemberi kuasa kepada pihak lain untuk melakukan pembayaran kepada penerima atau untuk menegosiasikan wesel – wesel yang ditarik oleh penerima atas penyerahan dokumen. 4) BSM Transfer Western Union, Jasa pengiriman Uang/ Penerimaan kiriman uang secara cepat (real time on line).
54
5) BSM Card, Merupakan sarana untuk melakukan transaksi penarikan, pembayaran,dan pemindahbukuan dana pada ATM BSM, ATM Mandiri, ATM Bersama maupun ATM Bank Card. Selain itu juga berfungsi sebagai kartu debit yang dapat digunakan untuk transaksi belanja di Mercant – merchant yang berlogokan “Gunakan BSM Card Anda disini”. 6) BSM Sentra Bayar, Merupakan layanan bank dalam menerima pembayaran tagihan pelanggan pada pihak ketiga (PLN, Telkom, Indosat, Telkomsel). Layanan sentra bayar dapat dilakukan dengan setoran uang kas atau debet rekening melalui teller, ATM, SMS Banking, atau proses autodebet secara bulanan. 7) BMS Mobile Banking, Merupakan Produk layanan perbankan berbasis tekhnologi SMS telepon seluler (Handphone/Ponsel) yang memberikan kemudahan untuk melakukan berbagai transaksi perbankan dimana saja, kapan saja. 8) BSM Net Banking, Merupakan fasilitas layanan bank bagi nasabah untuk melakukan transaksi perbankan (ditentukan bank) melalui jaringan internet dengan sarana komputer. 9) BSM Mobile Banking GPRS, Merupakan produk layanan perbankan yang berbasis tekhnologi GPRS telepon seluler (Ponsel) yang memberikan kemudahan kepada nasabah untuk melakukan berbagai transaksi perbankan dimana saja, kapan saja.
55
10) PPBA (Pembayaran melalui menu Pemindah Bukuan di ATM), Merupakan layanan pembayaran institusi (lembaga pendidikan, asuransi, lembaga khusus, lembaga keuangan non bank) melalui menu pemindah bukuan di ATM. 11) BSM Pooling Fund, merupakan fasilitas yang disediakan oleh Bank yang memudahkan nasabah untuk yang dilakukan lintas Negara atau dalam satu Negara (domestik). 12) BSM Kliring, Penagihan warkat bank lain dimana lokasi bank tertariknya berada dalam satu wilayah kliring. 13) BSM Inkaso, Penagihan warkat bank lain dimana bank tertariknya berbeda wilayah kliring atau berada di luar negeri, hasilnya penagihan akan dikredit ke rekening nasabah. 14) BSM Intercity Clearing, Jasa penagihan warkat (cek/bilyet giro valuta rupiah) bank diluar wilayah kliring dengan cepat sehingga nasabah dapat menerima dana hasil tagihan cek atau bilyet giro tersebut pada keesokan harinya. 15) BSM RTGS (Real Time Gross Settlement), Jasa transfer uang valuta rupiah antar bank baik dalam satu kota maupun dalam kota yang berbeda secara real time. 16) Transfer Dalam Kota (LLG), Jasa pemindahan dana antar bank dalam satu wilayah kliring lokal.
56
17) Transfer D.U.I.T (Dana Untuk Indonesia Tercinta), Jasa pengiriman uang dari luar negeri ke Indonesia. Saat ini BSM bekerjasama dengan Merchan Trade Asia (MTA) Malaysia. 18) BSM Pajak Online, Memberikan kemudahan kepada wajib pajak untuk membayar kewajiban pajak (bukan dalam rangka pembayaran pajak impor) secara otomatis dengan mendebet rekening atau secara tunai. 19) BSM Pajak Impor, Memberikan kemudahan kepada importer untuk membayar pajak barang dalam rangka impor secara Online sebagai syarat untuk mengeluarkan barangnya dari gudang kantor bea dan cukai.
57
BAB IV RISIKO KREDIT PADA BANK SYARIAH MANDIRI KCP BINTARO SEKTOR 3 A. Prosedur Pembiayaan Warung Mikro Bank Syariah Mandiri Sebagai salah satu bank syariah terbesar di Indonesia, Bank Syariah Mandiri selalu berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada para nasabahanya. Dalam bidang pembiyaaan Bank Syariah Mandiri memberikan kemudahan-kemudahan bagi para nasabahnya, biak dalam hal pemberian jumlah plafond,
margin yang kompetitif dan dalam proses melunasi
pembiayaannya. Di Bank Syariah Mandiri khususnya di KCP Bintaro Sektor 3, Outlet Warung Mikro memberikan pelayanan pembiayaan bagi masyarakat yang ingin mendapatkan pembiayaan baik untuk modal usaha atau kerja maupun untuk kegiatan konsumtif. Di Warung Mikro Bank Syariah Mandiri memberikan dua jenis pembiayaan yaitu PUM (Pembiayaan Utama Mikro) dan PSM (Pembiayaan Serbaguna Mikro). Kedua produk tersebut memiliki tujuan berbeda dimana PUM ditujukan untuk nasabah yang ingin mengajukan pembiayan untuk modal kerja atau usaha dan PMS ditujukan untuk nasabah yang ingin mengajukan pembiayaan untuk kegiatan yang sifatnya konsumtif. 54 Dengan tujuan melayani nasabah dengan pelayanan yang terbaik, Warung Mikro Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 memberikan kenyamanan
54
Wawancara langsung dengan Saudara Abdul Rasyid selaku Micro Analyst pada tanggal 8 Desember 2016
58
dan kemudahan bagi setiap calon nasabahnya. Jumlah plafond yang cukup besar disediakan oleh Warung Mikro, nasabah dapat mengajukan pembiayaan dari 10 juta rupiah hingga 200 juta rupiah, dengan sistem angsuran flat dan dengan jangka waktu yg cukup panjang yaitu untuk PUM selama empat tahun dan PSM selama lima tahun. Target dari pembiayaan warung mikro sendiri adalah perorangan atau badan usaha dalam radius sampai 10 kilometer dari KCP atau dengan lama jarak tempuh selama satu jam. Adapun produk dan persyaratan pembiayaan mikro disesuaikan dengan karakteristik usaha mikro tersebut. Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh saudara Abdul Rasyid selaku Micro Analyst jenis usaha yang akan diberikan pembiayaan untuk saat ini di antaranya warung sembako, rumah makan, bengkel motor, material dan lain-lain. Berdasarkan wawancara penulis dengan pihak micro analyst warung mikro Bank Syariah mandiri KCP Bintaro Sektor 3 untuk mengajukan pembiayaan untuk usahanya di warung mikro ada beberapa prosedur yang harus dijalani dan persyaratan yang harus dipenuhi sampai pembiayaan yang diajukan dapat cair.55
55
Wawancara langsung dengan Saudara Abdul Rasyid selaku Micro Analyst pada tanggal 27 Desember 2016
59
Gambar 4.1 Alur proses pembiayaan warung mikro Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3
Nasabah mengisi form pengajuan pembiayaan Pembayaran dan pengawasan pembiayaan
Melengkapi dokumen persyaratan
Checking kelengkapan dokumen
Pencairan dana pembiayaan
Melakukan analisa kelayakan dan survey tempat usaha
Persetujuan dari komite pembiyaan
1. Calon nasabah pembiayaan mikro mengisi formulir aplikasi pembiayaan mikro. Formulir aplikasi ini terdiri dari: nama calon nasabah, jenis kelamin, nomor KTP, tanggal jatuh tempo KTP, alamat sesuai KTP, tempat tanggal lahir, pendidikan terakhir, status perkawinan, nama pasangan, nama ibu kandung,
jumlah tanggungan, alamat dan nomor
telepon tempat usaha dilengkapi dengan keterangan mengenai kegiatan usaha perusahaan, lama usaha, omset rata-rata per bulan, serta tanda tangan calon nasabah.
60
2. Melengkapi dokumen persyaratan untuk mengajukan pembiayaan warung mikro.
Adapun
dokumen
persyaratan
yang
harus
dilengkapi
diantaranya: a) Pas foto 4 X 6 b) Foto kopi KTP (Suami/istri), dan foto kopi akte nikah atau cerai c) Fotokopi KK, fotokopi kartu keluarga ini dijadikan bank untuk melakukan verifikasi apakah alamat yang tetera di KTP sesuai dengan yang ada di kartu keluarga. Dan juga melihat jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan d) Rumah tempat tinggal milik sendiri atau milik keluarga sesuai KTP dan KK e) Fotokopi NPWP (untuk pembiayaan maksimal diatas Rp.50.000.000), dimana saat ini di setiap pemberian pembiayaan terus dipantau oleh Bank Indonesia adalah dengan NPWP. f) Status pegawai tetap dengan masa dinas minimal 1 (satu) tahun, slip gaji terakhir. dan surat keterangan kerja (untuk karyawan). g) SKU, dan usaha berjalan minimal 2 (dua) tahun dan ada pembukuan sederhana, foto copy svarat keterangan usaha dari RT / RW setempat (untuk wiraswasta). h) Fotokopi rekening tabungan 3 bulan terakhir, untuk mengetahui mutasi pemasukan dan penegluaran rekening nasabah. i) PBB dan rekening listrik rumah. j) Agunan BPKB / sertifikat hak milik / akta jual beli
61
k) Proposal pengajuan pembiyaan 3. Pihak MFS (Micro Financing Sales) melakukan verifikasi kelengkapan berkas calon nasabah apakah berkas tersebut benar-benar asli atau tidaknya. Setelah diverifikasi kebenaran dari semua berkas dari calon nasabah, maka berkas-berkas tersebut digabungkan menjadi satu dan dimasukan ke dalam checklist dokumen. 4. Pihak micro analyst melakukan analisa kelayakan calon nasabah dari berkas-berkas yang dipenuhi oleh calon nasabah dan melakukan wawancara dengan calon nasabah, kemudian ditentukan apakah calon nasabah tersebut layak atau tidak diberikan pembiayaan oleh warung mikro. 5. Setelah Micro Analyst melakukan analisa kelayakan pada calon nasabah, kemudian dilakukan survey ke tempat usaha calon nasabah oleh Micro Banking Manager bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 dan didamping oleh Area Micro Banking Manager. Dan apabila dari Area Micro Banking Manager berhalangan maka digantikan oleh Branch Manager Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3. 6. Setelah itu warung mikro membuat laporan yang diajukan ke komite pembiayaan untuk memutuskan apakah permohonan pembiyaan tersebut disetujui atau tidak disetujui 7. Setelah semua prosedur dilakukan dan komite pembiyaan menyetujui permohonan pembiayaan dari calon nasabah, selanjutnya dilakukan penjadwalan akad oleh pihak bank dengan notaris dan calon nasabah.
62
Setelah itu baru dana pembiyaan dapat dicairkan melalu BFO (Branch Financing Operation). 8. Setelah dana pembiayaan cair selanjutnya adalah proses pembayaran angsuran dari nasabah dan pihak bank melakukan pemantauan terhadap pembiayaan yang diberikan agar meminimalisir risiko kredit yang mungkin terjadi Adapun dalam melakukan analisa pembiayaan, Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 mengunakan metode atau prinsip 5C. Adapun prinsip 5C yang diterapkan oleh Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 adalah sebaai berikut:56 a. Character (Karakter) Character disini merupakan sifat atau watak seseorang. Hal-hal yang dilakukan Bank Syariah Mandiri yaitu: a) Melihat latar belakang atau riwayat pinjaman nasabah tersebut. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengecek riwayat kelancaran pembayaran nasabah tersebut melalui SID (Sistem Informasi Nasabah) Bank Indonesia. 57 Melalui sistem tersebut rekam jejak atau riwayat kelancaran pembayaran nasabah dapat terlibat dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir. Dari SID tersebut dapat terlihat apakah nasabah tersebut memiliki riwayat yang baik atau buruk.
56
Wawancara langsung dengan Saudara Abdul Rasyid selaku Micro Analyst pada tanggal 27 Desember 2016 57 Ali Suyanto Herli, Pengelolaan BPR dan Lembaga Keuangan Mikro, (Yogyakarta: C.V Andi, 2013), hal. 38.
63
Istilah yang digunakan pada Bank Syariah Mandiri pada tahap ini yaitu tahap BI checking. Dengan melakukan BI checking Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 akan mengetahui apakah nasabah tersebut termasuk atau tidak dalam DHN (Daftar Hitam Nasional). b) Melakukan
wawancara
dengan
nasabah
tersebut.
Melibat
keterbukaan atau sifat koorporatif nasabah. 58 Dan juga dalam wawancara tersebut, pihak bank sekaligus menganalisa kembali dari berkas-berkas yang telah diserahkan apakah sesuai dengan pernyataan-pernyataanya dalam wawancara. c) Mencari tahu kebiasaan atau hobi dari nasabah tersebut. Apakah nasabah tersebut mempangaruhi
melakukan hal-hal yang nantinya dapat
kemampuan
nasabah
dalam
mengembalikan
kewajibannya. b. Capacity (Kapasitas) 59 Capacity dilakukan untuk melihat daan mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar kredit atau membayar kewajibannya. Pada tahap ini Bank Svariah Mandiri KCP Bintaro Sekotr 3 akan melihat kemampuan nasabah dalam mengelola usahanya dan laporan keuangan. Selain itu bank juga harus benar-benar teliti dan melihat dengan baik omset usaha yang didapat oleh nasabah tersebut. Pemasukan dan penjualan dalam sebulan berapa banyak. 58 59
Ali Suyanto Herli, Pengelolaan BPR…., hal. 39 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan….., hal. 137
64
c. Capital (Modal) Pada tahap ini dilakukan untuk melihat penggunaan modal yang digunakan oleh nasabah. Apakah modal yang digunakan efektif atau tidak. Dilihat juga presentasi modal yang digunakan dari modal sendiri maupun modal dari pinjaman. Dan Bank Syariah Mandiri juga melakukan pengukuran dari segi likuditas, rentabilitas, dan solvabilitas dari usaha nasabah tersebut. d. Condition (Kondisi) Dalam melakukan analisa pembiayaan, bank juga harus melihat kondisi ekonominya pada saat ini dan dimasa yang akan datang. Dengan melihat kondisi ekonomi lingkungan sekitar usaha nasabah tersebut, ada pesaing atau tidak disekitar usaha tersebut. e. Collateral (Agunan) Untuk di Bank Syariah Mandiri, agunan merupakan jaminan tambahan dapat berupa BPKB kendaraan, akte tanah ataupun akte jual bei. Bank harus benar-benar teliti melihat dokumen tersebut yang dijadikan agunan. Dokurnen kepemilikan agunan harus benar-benar jelas. Selain melakukan analisis 5C terhadap calon nasabah, ada juga prinsp 7A yang dapat diterapkan dalam melakukan analisa pembiayaan. Adapun analisa 7A, diataranya sebagai berikut:60
60
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan….., hal. 141
65
a. Aspek yuridis, pada tahap ini yang dinilai oleh bank yaitu legalitas badan usaha, serta keterangan atau surat-surat penting mengenai usaha nasabah tersebut. Hal-hal yang dilakukan oleh bank pada tahap ini yaitu dengan mengecek kebenaran dari suratsurat pendirian usaha SKU, KTP, KK, NPWP dan surat penting lainnya seperti yang telah dijelaskan diatas pada syarat kelengkapan berkas untuk pengajuan pembiayaan. Selain itu bank juga harus meneliti dengan cermat mengenai dokumen yang dijadikan agunan oleh nasabah. b. Aspek pemasaran, pada aspek ini yang dinilai dan dijadikan pertimbangan oleh bank adalah besar kecilnya permintaan terhadap produk, target penjualan, dan starategi pemasaran yang digunakan oleh nasabah. c. Aspek keuangan, aspek yang dinilai oleh bank yaitu sumber dana yang dimiliki oleh nasabah untuk membiayai usahanya dan bagaimana nasabah mengelola dana tersebut. Dan melihat juga kemampuan nasabah dalam menghasilkan pendapatan atau laba. Selain itu bank harus membuat analisa untuk melihat posisi keuangan usaha nasabah tersebut. Dan pendapatan yang masuk dan biaya-biaya yang dikeluarkan sehingga dapat dinilai layak atau tidak usaha nasabah tersebut. d. Aspek teknis, hal yang dilakukan oleh bank yaitu dengan melihat dan mempertimbangkan lokasi usaha nasabah, gaji yang
66
dikeluarkan untuk mebayar karyawan atau tenaga kerja, mesinmesin dan teknologi apa saja yang digunakan oleh usaha tersebut. e. Aspek Manajemen, hal ini perlu dilakukan oleh bank karena untuk melihat struktur organisasi usaha nasabah, budaya kerja dan gaya kepemimpinan. Serta untuk melihat pengalaman perusahaan usaha nasabah tersebut dalam menjalankan kegiatan usahanya. f. Aspek sosial ekonomi, analisa yang dilakukan dengan melihat dampak yang terjadi dilingkungan sekitar usaha tersebut. Seperti dapat mengurangi tingkat pengagguran diwiIaah sekitar usaha tersebut dan meningkatkan pendapatan inasyarakat sekitar. g. Aspek Amdal, amdal merupakan analis dampak lingkungan. Dengan melihat apa usaha yang didirikan oleh nasabah mengganggu atau tidak lingkungan sekitar, misalkan apa ada pencemaran udara, pencemaran berupa limbah dan lain sebagainya. B. Risiko Kredit Dalam Pembiayaan Mikro Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 Menurut Abdul Rasyid selaku Micro Analyst warung mikro Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3, perkembangan pembiayaan mikro Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 sangat signifikan. Dari mulai beroperasi sejak tahun 2011 hingga sekarang, terjadi peningkatan pemberian
67
pembiayaan di warung mikro setiap tahunnya. Berdasarkan data yang penulis dapat hasil pembiayaan yang dilakukan warung mikro pada tahun 2014 mencapai kurang lebih Rp 3.000.000.000; (tiga milyar rupiah) dengan jumlah nasabah sebanyak 92 orang dan pada tahun berikutnya di tahun 2015 pembiayaan yang dilakukan oleh warung mikro mengalami peningkatan yang cukup signifikan hinga mencapai kurang lebih Rp 8.000.000.000; (delapan milyar rupiah) dengan jumlah nasabah sebanyak 109 orang. 61 Gambar 4.2 Grafik Pembiayaan dan Nasabah Warung Mikro
Jumlah Pembiayaan Mikro
Jumlah Nasabah Pembiayaan Mikro
9000
115
8000
110
7000 105
6000 5000
100
4000
95
3000
90
2000
85
1000 0
80 2014
2015
2014
2015
*jumlah pembiayaan dalam milyar rupiah Sumber: data olahan dari Warung Mikro Pencapaian ini membuktikan bahwa Bank Syariah Mandiri khususnya Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 berusaha untuk memberikan 61
Wawancara langsung dengan Saudara Abdul Rasyid selaku Micro Analyst pada tanggal 8 Desember 2016
68
pelayanan terbaik kepada masyarakat khususnya bagi yang ingin mengajukan permohonan pembayaan mikro di warung mikro bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3. Terbukti pada tahun 2015 dimana pencapaian warung mikro Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 mencapai kurang lebih Rp 8.000.000.000; (delapan milyar rupiah), warung mikro Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 mendapatkan sebuah penghargaan sebagai warung mikro terbaik di area Mayestik. Calon nasabah yang menjadi sasaran utama pembiayaan warung mikro adalah para pedagang khususnya pedagang mikro yang berada di radius 10 km atau mencapai lama jarak tempuh selama satu jam perjalanan dari Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3. Sampai saat ini warung mikro lebih banyak memberikan pembiayaan kepada nasabah yang mendirikan usaha berupa warung sembako, bengkel, rumah makan dan lain-lain, dikarenakan dapat memberikan pembiyaan yang tidak terlalu besar namun memiliki prospek yang cukup baik dikarenakan nasabahnya yang sangat banyak melakukan usaha seperti itu.62 Hasil pencapaian tersebut bukan berarti warung mikro dalam melakukan usahanya berupa memberikan pembiayaan kepada masyarakat
tidak
menghadapi risiko-risiko yang sering dihadapi oleh dunia perbankan. Berdasarkan wawancara dengan Abdul Rasyid selaku Micro Analyst di warung mikro Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 risiko yang sering dihadapi pada pembiayaan warung mikro adalah risiko kredit. Dimana risiko 62
Wawancara langsung dengan Saudara Abdul Rasyid selaku Micro Analyst pada tanggal 27 Desember 2016
69
kredit ini terjadi akibat adanya proses gagal bayar dari pihak nasabah dalam memenuhi kewajibannya yaitu melunasi pembiayaannya. Risiko kredit (pembiayaan) biasanya terjadi karena usaha yang nasabah jalankan mengalami penurunan omset (kegiatan usaha tidak lancer) atau usaha nasabah tertimpa musibah (seperti banjir, kebakaran dan sebagainya) sehingga nasabah belum mampu atau tidak mampu membayar angsuran pembiayaan yang diajukannya ke bank, atau bahkan itikad dari nasabah yang mulai tidak baik untuk tidak melunasi pembiyaannya. Pemberian pembiayaan melibatkan penerimaan risiko serta menghasilkan keuntungan. Dalam mempertimbangkan potensi pembiayaan, pihak bank perlu untuk menetapkan ketentuan untuk kerugian yang diharapkan dan menyiapkan modal yang cukup untuk menyerap kerugian yang tidak terduga. Bank dapat menggunakan agunan dan jaminan untuk membantu mengurangi risiko yang melekat dalam transaksi pembiayaan tersebut. Pembiayaan warung mikro Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 memberikan persyaratan jaminan kepada para nasabahnya berupa surat BPKB, sertifikat hak milik, akta jual beli yang ingin mengajukan pembiayaan di warung mikro. Agunan tersebut haruslah senilai dengan pembiayaan yang diajukan, apabila agunan yang dijaminkan sudah senilai atau setara dengan jumlah pembiayaan yang ingin diajukan nasabah, nasabah dapat menerima pembiyaan senilai 90% dari nilai agunan yang nasbah berikan kepada bank sebagai jaminan. Jika nasabah tidak dapat melunasi angsuran yang telah disepakati oleh kedua belah pihak selama hampir empat bulan maka jaminan
70
dari nasabah akan dilelang oleh pihak bank untuk menutupi kerugian yang dialami bank dan apabila dari hasil lelang masih memiliki sisa dari hasil lelang jaminan maka sisa dari lelang tersebut akan diberikan kepada nasabah. 63 Risiko yang dihadapi oleh Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 dapat berdampak kerugian yang ditimbulkan dari proses pencairan pembiayaan berupa modal bank yang tidak dapat dikembalikan oleh nasabah. Dalam hal ini dapat menimbulkan NPF (Non Performing Financing) akibat dari nasabah yang tidak dapat membayar angsuran lewat dari tanggal jatuh tempo. Yang dimaksud Non Performing Financing adalah pembiyaan bermasalah atau macet dikarenakan nasabah tidak mampu membayar angsuran pembiayaan sesuai waktu yang telah disepakati pada awal akad. Apabila Non Performing Financing pada suatu bank semakin rendah, maka bank tersebut berarti mengalami keuntungan. Karena dengan rendahnya Non Performing Financing membuktikan bahwa manajemen risiko yang diterapkan pada Bank Syariah Mandiri dianggap sudah efektif. C. Penerapan Manajemen Risiko Kredit Warung Mikro Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 Pada pembiayaan yang dilakukan oleh warung mikro yang ada pada Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 juga dihadapkan oleh risiko-risiko yang ada pada umumnya. Risiko yang muncul tersebut perlu dikelola dan dikendalikan agar tidak menimbulkan dampak yang buruk dan negatif bagi
63
Wawancara langsung dengan Saudara Abdul Rasyid selaku Micro Analyst pada tanggal 27 Desember 2016
71
kelangsungan usaha Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3. Maka dari itu manajemen risiko berfunsi untuk mengelola dan menyelesaikan risikorisiko yang ada. Secara umum dalam dunia perbankan manajemen risiko adalah suatu cara atau metode yang logis dan sistematik dalam melakukan identifikasi, penilaian, menentukan sikap, menetapkan solusi serta melakukan pengamatan atau pemantauan dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses.64 Dalam menerapkan manajemen risiko dalam setiap kegiatan usahanya, Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 mengacu pada peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh Bank Syariah Mandiri Pusat serta pada perturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Penerapan manajemen risiko di Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 mengedapankan prinsip kehati-hatian, tujuan dari kehati-hatian tersebut untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan oleh risiko-risiko yang ada agar mencapai pertumbuhan usaha yang sehat dan berkelanjutan. Ada beberapa proses atau langkah yang dilakukan Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 dalam menerapkan manajemen risikonya untuk mengelola dan menyelesaikna risiko-risiko yang dihadapi. Adapun proses manajemen risiko pada pembiayaan warung mikro yang dilakukan melalui proses identifikasi risiko, pengukuran risiko, pemantauan risiko dan pengendalian risiko.
64
Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan…, h. 5
72
Gambar 4.3 Proses Manajemen Risiko Kredit Bank Syariah Mandiri
Identifikasi
Pengendalian
Pengukuran
Pemantauan
1. Identifikasi Risiko Identifikasi risiko ini adalah langkah awal dalam manajemen risiko dimana pada tahapan ini bertujuan untuk mengetahui jenis risiko apa yang sedang dihadapi dalam pembiayaan warung mikro Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3. Identifikasi ini dilakukan untuk mengetahui risiko apa yang sedang dihadapi oleh warung mikro baik itu sebelum atau setelah pembiayaan tersebut cair. Risiko-risiko tersebut bisa berupa risiko kredit atau pembiyaan, risiko pasar, risiko operasional dan risiko likuiditas. Pada penjelasan sebelumnya penulis telah memaparkan bahwa risiko yang sering dihadapi dalam pembiayaan oleh warung mikro adalah risiko kredit, hal ini berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis langsung dengan pihak Micro Analyst dari warung mikro sendiri. Sehingga
73
pembahasan ini akan berokus pada identifikasi risiko kredit yang dihadapi warung mikro dalam melakukan pembiyaannya. Risiko kredit atau pembiayaan biasanya terjadi karena adanya nasabah yang tidak dapat melakukan pembayaran angsuran atau tidak memenuhi kewajibannya, dalam hal ini biasa dikatakan sebagai kredit macet (pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing). Dengan adanya risiko tersebut, Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 menerapkan manajemen risiko untuk mengendalikan risiko kredit atau risiko pembiayaan tersebut. Dalam mengendalikan risiko tersebut diperlukan kebijakan dan strategi dalam manajemen risiko. Pada tahap identifikasi ini pihak Micro Analyst harus benar-benar teliti. Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam proses identifikasi, seperti bagaimana kondisi keuangan nasabah dalam usahanya, hal tersebut dilakukan agar dapat melihat kembali kemampuan nasabah dalam membayar angsurannya secara tepat waktu. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dalam proses identifikasi ini, warung mikro kembali menggunakan analisis 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral dan Condition of Economics). Hal ini dilakukan agar warung mikro dapat mengidentifikasi kemampuan dari nasabah yang tidak melakukan kewajibannya kepada bank. Berikut
74
adalah proses analisis 5C yang dilakukan oleh warung mikro Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3:65 a. Dalam mengidentifikasi character nasabah, pihak warung mikro mengamati sifat dan watak dari nasabah yang bermasalah, apakah
masih
menunjukan
kemauan
untuk
membayar
angsurannya atau tidak. Dalam proses ini biasanya dilakukan dengan melakukan kunjungan ke tempat usaha nasabha atau langsung ke rumah nasabah tersebut dan melakukan wawancara dengannya. b. Dalam
mengidentifikasi capacity
adalah dengan melihat
kemampuan nasabah dalam menjalankan usahanya dengan baik sehingga dapat memberikan keuntungan pada usahanya tersebut kemudian dapat membayar kembali pembiayaan yang telah diterimanya.
Pada
praktiknya,
terkadang
usaha
nasabah
mengalami penurunan laba yang disebabkan karena usahanya sedang sepi sehingga nasabah tidak dapat membayar angsuran pembiayaannya. c. Dalam mengidentifikasi capital dilakukan dengan cara melihat dan menganalisa kondisi keuangan usaha nasabah seperti modal yang dikeluarkan nasabah untuk mendirikan usahanya serta rasio dari modal yang dimiliki nasabah dengan modal yang diberikan dalam pembiyaan mikro. 65
Wawancara langsung dengan Saudara Abdul Rasyid selaku Micro Analyst pada tanggal 27 Desember 2016
75
d. Dalam mengidentifikasi collateral, warung mikro melakukan penilaian terhadap barang agunan yang dijadikan jaminan oleh nasabah. Barang agunan ini yang nantinya akan diambil alih oleh pihak bank kemudian dilelang untuk menutpi kerugian yang dialami apabila nasabah sudah benar-benar tidak mampu melunasi pembiayaannya. e. Dalam mengidentifikasi condition of economincs, warung mikro mengamati bagaimana kondisi ekonomi disekitar usaha yang nasbah dirikan, apabila kondisi ekonomi di sekitar tempat usaha nasabah tidak baik dapat mempengaruhi kemampuan nasabah untuk membayar angsuran pembiayaannya. Selain melakukan analisis 5C seperti yang dijelaskan di atas, warung mikro juga melakukan beberapa hal terkait untuk mengidentifikasi risiko kredit atau pembiayaan. Diantaranya warung mikro juga melakukan pengecekan di BI checking dan melakukan track checking. BI checking untuk mengetahui apakah nasabah sebelumnya pernah mengajukan pembiayaan di lembaga lain dan melihat bagaimana kemampuan nasabah dalam melunaasi pembiayaannya. Track checking yaitu untuk mengetahu sejara atau track record nasabah dalam mendirikan sebuaha usaha, apakah nasabah sebelumnya pernah mendirikan usaha lain dan apakah usaha nasabah sebelumnya berhasil atau tidak. 2. Pengukuran Risiko
76
Tujuan adanya pengukuran risiko ini yaitu untuk dijadikan dasar atau tolak ukur dalam memahami kecenderungan dari akibat kerugian yang akan ditimbulkan oleh suatu risiko terhadap tingkat kesehatan dan kelangsungan usaha bank. Proses ini dilakukan dengan menlakukan evaluasi secara berkala terhadap kesesuaian asumsi, sumber data dan prosedur yang digunakan untuk mengukur risiko, penyempurnaan terhadap sistem risiko apabila terdapat perubahan kegiatan usaha, produk, transaksi dan factor risiko yang bersifat material. 66 Pengukuran risiko ini juga dapat menggunakan sistem rating dan scoring dalam menilai sebuah risiko dengan dampak yang ditimbulkan terhadap kesehatan dan kelangsungan bank. Adapun secara umum pengukuran risiko tinggi atau rendahnya scoring dan rating akan diberi nilai atau score sebagain berikut
Rating
66
Tabel 4.1 Rating dan scoring credit Score Tingkat Risiko
1= baik sekali
5
Very low risk
2= baik
4
Low risk
3= cukup
3
Moderate risk
2= kurang
2
High risk
1= buruk sekali
1
Very high risk
Veithzal Rivai, Isalmic Risk Management for Islamic Bank…, hal. 83
77
Fungsi adanya credit scoring dan credit rating yaitu agar bank benarbenar memperoleh pengukuran risiko yang lebih sensitif dan juga mendapatkan gambaran risiko yang sesuai. Selain itu juga dikenal adanya pengukuran industry rating. Adapun industry rating diukur pada tingkat nasional dan ciri-ciri umum sebagai berikut.67 Tabel 4.2 Tabel industry risk Score
Industry Risk
Ciri-ciri Umum
Rating 5
Very low risk
Prospek permintaan sangat baik, struktur industry sangat kuat, kinerja keuangan di atas rata-rata industri
4
Low risk
3
Moderate risk
Di atas rata-rata kenerja industry Rata-rata
industry
pertumbuhan
yang
dengan
prospek
memadai
dan
mempunyai kemampuan keuangan yang cukup
untuk
membayar
kembali
pinjamannya. 2
High risk
1
Very high risk
Di bawah rata-rata kinerja industry. Industri berisiko untuk diberikan pinjaman dengan prospek dan kemampuan keuangan yang meragukan.
67
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan…., h. 142
78
Di warung mikro Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 untuk mengukur tingkat risiko dengan melihat tingkat kolektibilitas nasabah yang mengalami pembiayaan bermasalah. Dari kolektibilas tersebut warung mikro dapat mengukur tingkat risiko pembiayaan yang dihadapi dan menentukan sikap apa yang perlu diambil untuk mengatasinya. Tabel 4.3 Tabel tingkat kolektibilas nasabah Tingkat Kolektibilitas Pengambilan Sikap KOL 1
H-7 : SMS, Telp dan WA
KOL 2A
H+16 : surat pemberitahuan menunggak kewajiban H+25 : reminder surat pemberitahuan menunggak kewajiban H+30 : SP 1 (jumlah OS, refrensi, jumlah tunggakan)
KOL 2B
H+40 : reminder SP 1 H+50 : undang ke cabang H+60 : SP 2
KOL 2C
H+70 : reminder SP 2 H+80 : undang ke cabang H+90 : SP 3
KOL 3A
H+100 : reminder SP 3 H+110 : undang ke cabang H+120 : surat pengosongan jaminan
Sumber: data Warung Mikro 3. Pemantauan Risiko Pada tahap pemantauan risiko ini berfungsi untuk memperoleh informasi terkini atau terbaru dari profil risiko yang ada. Pemantauan
79
risiko ini dilakukan agar mampu mengantisipasi risiko yang mungkin terjadi , selain itu pemantauan dapat berguna untuk menyempurnakan serangkaian proses manajemen risiko. Proses ini dilaksanakan dengan memperhatikan perubahan yang ada pada kegiatan pembiayaan yang sedang dilakukan. Pada tahap ini PMM Mitra Mikro memiliki tugas untuk melakukan penagihan dan memastika kondisi penagihan berlangsung dengan baik. Dan juga melakukan pengecekan terhadap kegiatan usaha nasabah apakah berjalan dengan baik atau tidak. Proses ini dilakukan tidak hanya sebatas mengamati perubahan usaha nasabah di lapangan, tetapi juga menjaga kualitas pembiayaan yang berhubungan erat kaitannya dengan ketepatan nasabah dalam membayar kewajibannya. Proses ini dapat dilakukan denga cara pihak warung mikro menghubungi nasabah dan memberitahukan bahwa pihak warung mikro akan datang ke tempat usaha nasabah, dan kemudian pihak warung mikro melakukan pengamatan terhadap usaha yang dijalankan nasabah. Pengamatan ini dapat dilakukan dengan cara mewawancarai nasabah dan melihat laporan keuangan nasabah atau melihat kondisi di sekitar tempat usaha. Pendekatan secara emosional diterapkan oleh warung mikro kepada semua nasabah mikro mereka sehingga risiko gagal bayar terhadap pembiayaan mikro yang telah diberikan dapat dihindari atau setidaknya diminimalkan. Jika mulai terindikasi adanya penyimpangan tidak berjalan
80
baik dari hasil pemantauan dilapangan, baik dari kondisi keuangan, karakter nasabah dan kondisi usaha nasabah, maka semua hal tersebut akan
menjadi
pertimbangan
yang
nantinya
digunakan
untuk
mengendalikan risiko yang terjadi. 4. Pengendalian Risiko Dalam kegiatan pembiayaan warung mikro, Bank Syariah Manidir KCP Bintaro senantiasa berhadapan dengan berbagai risiko dan harus diakui bahwa dunia perbankan merupakan salah satu industri yang erat kaitannya dengan risiko. Terutama adalah risiko pembiayaan dimana nasabah mengalami kegagalan dalam pembayaran kewajibannya sehingga menyebabkan pembiayaan bermasalah. Risiko yang sudah terdeteksi harus segera dilaporkan agar warung mikro dapat dengan cepat mengambil sikap dalam menyelesaikan risiko secepatnya. Dalam pengendalian risiko di warung mikro Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 memiliki Micro Analyst sebagai bagian yang menganalisa risiko yang dihadapi, namun proses manajemen risiko di Bank Mandiri Syariah KCP Bintaro Sektor 3 tetap menaati dan mengikuti kebijakan-kebijakan yang telah dibuat oleh kantor pusat. Disamping itu dalam pengendalian risiko pembiayaan bermasalah yang sering dihadapi oleh warung mikro tidak lepas dengan tingkat kolektibilitas nasabah. Untuk penetuan kolektibilitas dapat dilihat dari kemampuan membayar berdasarkan jumlah hari tunggakannya, yaitu seperti di bawah ini:
81
Tabel 4.4 Kolektibilitas nasabah Tingkat
Statu Kolektibilitas
Kolektibilitas KOL 1
Pembayaran tepat waktu dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan akad
KOL 2A
Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan margin sampai dengan 30 hari
KOL 2B
Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan margin yang telah melampaui 30 sampai 60 hari
KOL 2C
Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan margin yang telah melampaui 60 sampai 90 hari
KOL 3A
Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan margin yang telah melampaui 90 sampai 120 hari
Sumber: data Warung Mikro Dalam mengendalikan risiko pembiayaan bermasalah di warung mikro, Bank Syariah Mandiri melihat
kolektibilitas kredit
atau
pembiayaan. Kolektibilitas lancar dilambangkan dengan “1A”, kurang lancar “2A”, diragukan “2B” dan macet “2C” dan “3A”. Berikut adalah upaya yang dilakukan warung mikro Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 dalam mengendalikan risiko pembiayaan yang bermasalah.
82
Gambar 4.4 Alur pengendalian risiko kredit/pembiayaan
Konfirmasi pemberithuan ke nasabah
Musyawarah
Penyelesaian
Menyita agunan bila diperlukan
Menyerahkan sisa hasil lelang
Jika pembiayaan masih dalam tahap kol 2A dan 2B, Bank Syariah Mandiri menyelesaikan dengan menagih dan mendatangi nasabah tersebut, jika hal itu tidak direspon kembali oleh nasabah, maka bank akan memberikan surat keterangan keterlambatan pembayaran kepada nasabah, dan selanjutnya ada perbincangan antara pihak Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 dengan nasabah tersebut atau bisa dikatakan adanya musyawarah untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah tersebut, bagaimana jalan keluar terbaiknya. Jika nasabah tersebut sudah berada pada kol diragukan dan kol “2C dan 3A” maka dapat dikatakan pembiayaan bermasalah atau macet. Hal yang perlu dilakukan oleh Bank Syanah Mandini KCP Graha Raya yaitu meberikan surat peringatan dan panggilan kepada nasabah tersebut. Bank juga melihat apa yang menyebabkan nasabah tersebut tidak membayar kewajibannya dengan tepat waktu dan lancar. Dalam upaya menghindari pembiayaan mikro yang bermasalah tersebut, Bank Syariah Mandiri dapat melakukan: a. Restructuring (Penataan Ulang)
83
Tindakan ini dilakukan kepada nasabah yang kekurangan dana
untuk
mengembalikan
pembiayaan
tetapi
masih
berkemampuan untuk mengembalikan dana tersebut, ada barang jaminan dan prospek usahanya pun bagus, maka tindakan yang dilakukan oleh komite pembiayaan bermasalah ini dalam rangka meringankan beban nasabah adalah dengan menambah dana pembiayaan yang diharapkan dapat membantu nasabah untuk meningkatkan
usaha
nasabah
dan
mengembalikan
dana
pembiayaan temebut. b. Reschedulling (Penjadwalan Ulang) Tindakan ini dilakukan kepada nasabah yang tidak mampu membayar angsuran tetapi masih berkemampuan dan besar harapan untuk mengembalikan dana pembiayaan, potensi usahanya masih besar, dan ada barang jaminan, maka tindakan yang dilakukan komite pembiayaan bermasalah untuk menangani pembiayaan
bermasalah
ini
adalah
dengan
memberikan
perpanjangan waktu pelunasan dana pembiayaan, perubahan besarnya angsuran tanpa adanya perubahan margin pembiayaan. Fasilitas penjadwalan ulang ini diberikan kepada nasabah yang mempunyai I‟tikad baik untuk mengembalikan dana pembiayaan dan berkarakter bagus serta jujur. c. Agunan Yang Diambil Alih atau Penyitaan Barang Jarninan
84
Tindakan berkemampuan
ini
dilakukan
dan
tidak
bagi
nasabah
mempunyai
yang
harapan
tidak untuk
mengembalikan dana pembiayaan, prospek usaha pun tidak bagus, tetapi ada barang jaminan, maka tindakan yang perlu dilakukan oleh komite penanganan pembiayaan bermasalah ini adalah dengan menyita barang jaminan yang diserahkan secara sukarela (dihibahkan) oleb nasabah kepada pihak bank Proses eksekusi ini dilakukan dengan melelang atau menjual barang jaminan nasabah, apabila pelelangan atau jumlah janminan tersebut kurang dari dana pembiayaan yang dipinjam oleh nasabah maka kekurangan dan dana pembiayaan tersebut dibebankan kepada nasabah, akan tetapi jika hasil dari pelelangan penjualan barang jaminan nasabah tersebut melebihi jumlah dari dana yang dipinjam maka sisa atau kelebihan dan hasil pelelangan barang jaminan tersebut akan dikembalikan kepada nasabah. d. Write Off (Hapus Buku) Tindakan berkemampuan
ini
dilakukan dan
tidak
bagi
nasabah
memiliki
yang
harapan
tidak untuk
mengembalikan dana pembiayaan, tidak ada barang jaminan dan prospek usahanya pun tidak bagus, maka komite pembiayaan bermasalah hanya dapat bertindak untuk menghapus dan mengakhiri akad perjanjian dengan nasabah tersebut walaupun
85
pada akhirnya pihak bank yang akan menanggung semua kerugian yang ada. Kriteria nasabah yang diusulkan untuk write off sebagai berikut: 1) Nasabah meninggal dunia khusus produk yang tanpa jaminan dan tidak dicover asuransi 2) Nasabah mengalami musibah 3) Nasabah mengalami sakit permanen yang menyebabkan tidak dapat melakukan aktivitas usaha 4) Keberadaan nasabah tidak diketahui Dari seluruh penjelasan yang telah penulis paparkan di atas, penulis berpendapat bahwa Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 dalam menerapkan
manajemen
risiko
pada
pembiayaan
mikro
sangat
mengedepankan prinsip kehati-hatian, baik ketika saat akan memberikan pembiayaan maupun setelah pembiayaan berjlalan. Warung mikro menjadikan risiko bukan sesuatu yang harus dihindari melainkan harus dihadapi dengan cermat dan teliti untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkannya. Karena pada hakikatnya risiko juga merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam sebuah perusahaan khususnya dalam dunia perbankan. Dalam
meminimalisir
probabilitas
terjadinya
sebuah
risiko
pembiayaan yang dialami warung mikro, pihak warung mikro melakukan seleksi
yang
ketat
terhadap
nasabah
yang
ingin
mengajukan
pembiayaannya namun dalam prosedurnya tidak menyulitkan nasabah
86
tersbut. Sehingga pembiayaan usaha mikro yang diberikan oleh Bank Syariah Mandiri menjadi salah satu pilihan yang bagus bagi masyarakat yang ingin mengajukan pembiayaan untuk usahanya. Penulis juga berpendapat bahwasannya manajemen risiko pada pembiayaan mikro di Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 sudah diterapkan sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari nilai NPF (Non Performing Financing) yang dimiliki warung mikro masih berkisar 1%, tepatnya pada tahun 2015 yang lalu nilai NPF berada di angka 1,21% dengan nominal Rp 101.502.844. Produk pembiayaan mikro Bank Syariah Mandiri akan terus berkembang. Hal ini dapat dilihat dari besarnya antusias masyarakat terhadap produk pembiayaan ini. Dengan berkembangnya pembiayaan usaha mikro, masyarakat akan terdorong untuk mengajukan pembiayaan untuk modal usahanya dan atau sebagai modal investasi kebutuhan usaha yang sedang dijalankan. Tujuan utama pembiayaan mikro Bank Syariah Mandiri sendiri adalah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan tambahan modal usaha dan investasi yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Dengan adanya pembiayaan usaha mikro ini masyarakat dapat mengembangkan usaha yang dijalankan sehingga dapat mengurangi angka pengangguran di Indonesia.
87
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari semua data dan analisa yang telah penulis lakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Risiko kredit dalam pembiayaan mikro di Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 berada pada tingkat 1 yaitu baik sekali, hal ini dapat dibuktikan dari nilai NPF di warung mikro yang berada pada angka 1% 2. Untuk
meminimalisir
dampak
yang
ditimbulkan
dari
risiko
kredit/pembiayaan, Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3 menerapkan manajemen risiko yang mengedepankan prinsip kehatihatian. Manajemen risiko dilakukan sebelum pembiayaan diberikan yaitu dengan cara melakukan analisa yang cermat dan teliti terhadap nasabah, hal ini dilakukan untuk menghindari nasabah yang tidak layak mendapatkan pembiayaan. Kemudian manajemen risiko dilakukan setelah risiko muncul, yaitu dengan tahapan identifikasi risiko, pengukuran risiko, pemantauan risiko dan diakhiri dengan pengendalian risiko.
88
B. Saran 1. Hampir semua bank mengalami risiko pembiayaan, untuk itu diperlukan manajemen risiko yang baik agar dapat meminimalisir potensi kerugian yang disebabkan karena pembiayaan bermasalah. Dalam memberikan pembiayaan, pihak bank harus dapat menganalisa dengan baik jenis kegiatan apa yang akan dilakukan oleh calon nasabah pembiayaan mikro tersebut agar tidak menyimpang dari tujuan pembiayaan usaha mikro. 2. Pihak
bank
harus
mengedepankan prinsip
kehati-hatian dalam
menyalurkan pembiayaan mikro, karena pembiayaan mikro merupakan pembiayaan yang memiliki potensi tinggi memunculkan risiko kredit atau pembiayaan. Karena itu dibutuhkan manajemen yang baik, analisa yang cermat dan teliti, jujur dan benar terhadap calon nasabah yang mengajukan pembiayaan mikro. 3. Pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan usaha nasabah juga harus dilakukan secara jelas dan dilaksanakan dengan baik. Juga harus memperhatikan tingkat kolektibilitas pembiayaan nasabah sehingga pihak bank dapat meminimalisir munculnya pembiayaan bermasalah yang mungkin muncul dalam proses pembiayaan mikro.
89
DAFTAR PUSTAKA Alijoyo, Antonius. Bank Perbankan Maupun Sektor Riil Perlu Manajemen Risiko. Jakarta: Sharing. 2006. Amalia, Euis. Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam: Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers. 2009. Annual report Bank Syariah Mandiri tahun 2015. Arifin, Zainal. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syaria., Tangerang: Azkia Publisher. 2009. Emzir. Metode Penelitian Kualitatif Analisa Data. Jakarta: Rajawali Pers. 2011. Herli, Ali Suyanto. Pengelolaan BPR dan Lembaga Keuangan Mikro. Yogyakarta: C.V Andi. 2013. Huda, Nurul. Heykal, Mohammad. Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2013. Idroes, Ferry N. Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendekatan 3 Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2008. Ismail. Manajemen Perbankan. Jakarta: Kencana. 2011. Karim, Adhiwarman A. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Graha Persada. 2007. Kasidi. Manajemen Risiko. Bogor: Ghalia Indonesia. 2010. Kasmir. 2012. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers. Ed.Revisi. 2002. --------. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Latif, Azharudin. Fiqh Muamalat. Jakarta: Gaya Media Pratama. 2000. Maryama, Siti. Permasalahan Manajemen Usaha Mikro. Jurnal Liquidity Vol. 1, No. 1, Januari-Juni 2012: h.81 Muhammad. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: Ekonisia. 2004.
90
Rianto, M. Nur. Rahmawati, Yuke. Manajemen Risiko Perbankan Syariah. Jakarta: UIN Press. 2015. Rivai, Veithzal dan Ismail, Rifki. Islamic Risk Management for Islamic Bank. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2013. S. P. Hasibuan, Malayu. Manajemen, Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara. 2005. Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. 2006. Syafi‟I Antonio, Muhammad. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Depok: Gema Insani. 2001. Wirdyaningsih dkk. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2012. http://www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Pages/pbi_131311.aspx https://www.syariahmandiri.co.id/en
91
DOKUMENTASI
Foto bersama Abdul Rasyid sebagai Micro Analyst Warung Mikro Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor 3