ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN MIKRO iB DENGAN AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KCP SRAGEN
TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syari’ah (A.Md.E.Sy)
DISUSUN OLEH SETIANA FATIMAH NIM: 201-13-051
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH D-III FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016
ii
iii
iv
v
MOTTO
“Dan janganlah kamu bersikap lemah dan jangan (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang yang beriman” (Ali-Imran: 139)
PERSEMBAHAN Untuk Almamaterku IAIN Salatiga, Orang tuaku, para dosenku, saudara-saudaraku, Dan teman-teman seperjuanganku.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah Nya kepada kita, salawat serta salam selalu kami sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penulisan tugas akhir ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan program Studi Perbankan Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis banyak melibatkan bantuanbantuan dalam bentuk bimbingan, keterangan serta dorongan moril maupun materiil, sehingga tugas akhir ini dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada: 1. Untuk itu perkenalkan peneliti menyampaikan ucapan banyak terimakasih kepada Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. 3. Bapak Drs. Alfred L., M.Si selaku Ketua Program Studi D3 Perbankan Syariah. 4. Bapak Qi Mangku Bahjatulloh, Lc., M.S.I selaku dosen pembimbing Tugas Akhir yang berjasa membantu dalam pembuatan Tugas Akhir ini. 5. Ibu Sri Nastiti Yulandari selaku Kepala Cabang Pembantu, bapak Didik Istianto dan keluarga besar BRI Syariah KCP Sragen yang telah mengizinkan melakukan penelitian dan pemberian data yang diperlukan.
vii
6. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan do’a, dukungan, serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir. 7. Teman-teman D3 Perbankan Syariah Angkatan 2013. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah membantu kelancaran Tugas Akhir ini.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis sadar bahwa tidak ada sesuatu pun yang sempurna kecuali Allah SWT. Oleh karena itu, dengan senang hati penulis menerima kritik serta saran yang bersifat membangun. Semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.
Salatiga, 25 Juli 2016 Penulis,
Setiana Fatimah NIM 20113051
viii
ABSTRAK
Fatimah, Setiana. 2016. Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro iB dengan Akad Murabahah di BRI Syariah KCP Sragen. Jurusan Ekonomi dan Bisnis Islam. Program Studi D3 Perbankan Syariah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Qi Mangku Bahjatulloh, Lc., M.S.I Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur pembiayaan mikro iB dengan akad murabahah, kelayakan pembiayaan mikroiB, dan perkembangan pembiayaan mikro iB di BRI Syariah KCP Sragen Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data menggunakan studi pustaka, observasi, dokumentasi dan wawancara. Hasil penelitian ini menyimpulkan prosedur pembiayaan mikro iB dilakukan dengan tahap permohonan, analisis pembiayaan, pemberian keputusan, pencairan, serta pemantauan pembiayaan. Pada kelayakan pembiayaan mikro iB dengan akad murabahah menggunakan metode analisis character, capacity, dan collateral. Perkembangan pembiayaan mikro iB dalam bulan ke bulan mengalami banyak peningkatan. Selama berdirinya BRI Syariah KCP Sragen belum pernah mengalami pembiayaan mikro iB bermasalah. Kata Kunci: Kelayakan, Pembiayaan Mikro iB, Akad Murabahah.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ..
ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iii PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................... iv PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ........................................................
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. vi KATA PENGANTAR ................................................................................ vii ABSTRAK ................................................................................................. viii DAFTAR ISI ...............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ …….
xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii DAFTAR GRAFIK .................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7 C. Tujuan dan Manfaat .................................................................... 7 D. Metode Penelitian ........................................................................ 9 E. Sistematika Penulisan ............................................................. … 12 BAB II LANDASAN TEORI A. Telaah Pustaka ........................................................................... 14 B. Kerangka Teoritik ...................................................................... 18
x
BAB III LAPORAN OBJEK PENELITIAN A. Sejarah BRI Syariah ................................................................... 55 B. Visi dan Misi BRI Syariah ......................................................... 55 C. Identitas BRI Syariah ................................................................. 56 D. Lokasi BRI Syariah .................................................................... 57 E. Struktur Organisasi BRI Syariah ................................................ 58 F. Job Description ........................................................................... 59 G. Produk-produk BRI Syariah ....................................................... 61 BAB IV ANALISIS A. Prosedur pembiayaan mikro iB .................................................. 66 B. Kelayakan pembiayaan mikro iB ................................................ 71 C. Perkembangan penyaluran dana pembiayaan mikro iB .............. 78 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................ 82 B. Saran ........................................................................................... 83 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 85 DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Mekanisme Pembiayaan Murabahah Gambar 3.1 Peta Kabupaten Sragen Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT. BRI Syariah KCP Sragen Gambar 4.1 Alur prosedur pembiayaan mikro iB BRI Syariah KCP Sragen
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2015 Tabel 2.1 Kriteria UMKM Tabel 4.1 Laporan Tingkat Pembiayaan Mikro iB
xiii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Prosentase dana pembiayaan mikro iB di BRI Syariah KCP Sragen
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perbankan dalam kehidupan suatu negara adalah salah satu agen pembangunan (agent of development). Hal ini dikarenakan adanya fungsi utama dari perbankan itu sendiri, yaitu sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan. fungsi inilah yang lazim disebut sebagai intermediasi keuangan (financial intermediary function) (Anshori, 2008: 3). Tidak dapat dipungkiri ketertarikan masyarakat terhadap ekonomi Islam semakin berkembang pesat. Hal ini ditandai dengan mulai bermunculannya lembaga-lembaga keuangan yang sistem operasinya berazas dan berlandaskan pada hukum Islam. Salah satu lembaga keuangan yang sedang hangat dibicarakan karena perkembangan dan pertumbuhannya adalah bank syariah. Lembaga yang kegiatan usahanya tidak menerapkan sistem bunga seperti bank konvensional lainnya, melainkan sistem bagi hasil atau profit sharing. Upaya awal penerapan sistem profit and loss sharing tercatat di Pakistan dan Malaysia sekitar tahun 1940-an, yaitu upaya mengelola dana jamaah haji secara non konvensional. Dari situlah kemudian muncul rintisan Institusional lainnya adalah Islamic Rular Bank di Desa Mit Ghamr pada tahun 1963 di Kairo Mesir (Antonio, 2001: 18).
1
2
Berkembangnya
bank-bank
syariah
di
negara-negara
Islam
berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan. Para tokoh yang terlibat dalam kajian tersebut adalah Karnaen A. Perwataatmadja, M. Dawam Rahardjo, A.M. Saefuddin, M. Amien Azis, dan lain-lain. Beberapa uji coba pada skala yang relative terbatas telah diwujudkan. Diantaranya adalah Baitut Tamwil-Salman, Bandung yang sempat tumbuh mengesankan. Di Jakarta juga dibentuk lembaga serupa dalam bentuk koperasi, yakni Koperasi Ridho Gusti. Akan tetapi, prakarsa mendirikan bank Islam di Indonesia baru dilakukan pada tahun 1990. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 1820 Agustus 1990 menyelenggarakan Lokakarya Bunga Bank dan perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut di Hotel Sahid Jaya Jakarta, 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat Munas IV MUI, dibentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam Indonesia (Antonio, 2001: 25). Faktor lain yang mendukung tumbuh dan berkembang pesatnya bank syariah di dalam negeri adalah mayoritas penduduk Indonesia untuk menjalankan prinsip agamanya di segala aspek kehidupan khususnya dalam segi perekonomian mendorong mereka untuk mulai mencari solusi pemenuhan kebutuhan mereka baik dari segi investasi atau pemenuhan modal dengan cara yang halal atau terbebas dari praktek bunga. Dengan kata lain, kehadiran bank syariah sebagai salah satu solusi alternatif terhadap persoalan pertengahan antara bunga bank dengan riba (Muhammad, 2005: 14).
3
Perlu diketahui, bank syariah dan bank konvensional memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal laporan keuangan dan sebagainya. Akan tetapi, terdapat perbedaan mendasar pada keduanya. Perbedaan tersebut menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja (Antonio, 2001: 29). Dapat diketahui bahwa bank syariah merupakan bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut bank tanpa bunga, adalah lembaga keuangan atau perbankan yang operasionalnya dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Dengan kata lain, bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dengan lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasionalannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam (Muhammad, 2005: 1). Bank syariah itu sendiri merupakan institusi keuangan yang sangat berbeda dengan konvensional. Bank syariah mengembangkan produknya sangat bervariasi. Seperti halnya dalam produk pembiayaan, bank syariah menawarkan produk-produk yaitu pembiayaan mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, istishna‟, ijarah dan lain-lain. Penjelasan pembiayaan menurut UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah dalam pasal 1 nomor 12, pembiayaan diartikan sebagai penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: (a)
4
transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; (b) transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiyah bittamlik; (c) transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna‟; (d) transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan (e) transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi jasa; berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan atau diberi fasilitas dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhankebutuhan yang harus dipenuhi baik kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier. Adakalanya masyarakat tidak memiliki cukup dana untuk memenuhi kehidupan hidupnya. Seperti halnya bank konvensional, bank syariah berfungsi juga sebagai lembaga intermediasi (intermediary institution), yaitu berfungsi menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali danadana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk pembiayaan. (Muhammad, 2005: 17). Di BRI Syariah KCP Sragen, terdapat berbagai macam produk penghimpunan dana dan penyaluran dana, salah satu produk penyaluran dana yang diminati oleh masyarakat adalah pembiayaan mikro iB, dimana pembiayaan mikro iB sendiri menggunakan akad murabahah yaitu merupakan produk pembiayaan jual beli yang mempunyai batasan maksimal Rp 500.000.000, dimana para pelakunya adalah pengusaha mikro menengah
5
kebawah. Pembiayaan mikro di BRI Syariah KCP Sragen, nasabah yang mengajukan pembiayaan mikro terlebih dahulu mengisi formulir pengajuan pembiayaan, kemudian pihak bank mensurvei apakah calon nasabah tersebut layak diberikan pembiayaan atau tidak. Jika layak maka pihak bank menentukan margin kemudian angsuran bisa dilakukan beberapa bulan sesuai kesepakatan di muka. Perlu diketahui murabahah menurut Syafi`i Antonio (2001: 101) dalam bukunya mengartikan bahwa murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini, penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Adapun perkembangan pembiayaan murabahah pada bank umum syariah (BUS) di Indonesia pada tahun 2015 yaitu, sebagai berikut: Tabel 1.1 Perkembangan Murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2015 Bulan
Dana
Prosentase
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
90.521.000.000 90.507.000.000 91.367.000.000 91.074.000.000 91.532.000.000 92.223.000.000 91.378.000.000 91.371.000.000 92.146.000.000 91.992.000.000 92.289.000.000 93.642.000.000
8,23% 8,23% 8,3% 8,28% 8,32% 8,38% 8,31% 8,31% 8,38% 8,36% 8,39% 8,51%
Jumlah
Rp. 1.191.420.000.000
100%
Sumber: OJK Statistik Perbankan Syariah
6
Dari tabel di atas maka dapat diketahui bahwa perkembangan pembiayaan murabahah pada bank umum syariah di Indonesia pada tahun 2015 sebesar Rp 1.191.420.000.000 dan mengalami banyak kenaikan dari bulan ke bulan yaitu pada bulan Januari, Maret, Mei, Juni, September, November dan Desember. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masyarakat memiliki tingkat yang tinggi terhadap pembiayaan murabahah. Pada sisi lain untuk mengajukan pembiayaan, nasabah akan diberikan beberapa persyaratan yaitu seperti tujuan pembiayaan, batas minimum dan maksimum usia nasabah, identitas usaha serta ketentuan jaminan. Selain persyaratan-persyaratan tersebut, petugas account office mikro (AOM) juga harus melakukan kajian kelayakan pembiayaan. Jika nasabah tidak memenuhi standar kelayakan pembiayaan, maka pengajuan pinjaman akan ditolak. Dalam hal tersebut dikarenakan sikap bank yang sangat berhati-hati dalam memberikan pembiayaan kepada calon nasabah supaya tidak mengalami rugi bahkan sampai terjadi risiko kredit macet. Sehingga, diharapkan calon nasabah dapat memahami tujuan analisis kelayakan pembiayaan tersebut. Banyak calon nasabah pembiayaan mikro beranggapan bahwa bank mudah mencairkan dana untuk pembiayaan yang diajukan dengan proses yang cepat. Oleh karena itu, penulis ingin mengkaji lebih lanjut mengenai informasi analisis kelayakan pembiayaan dalam tugas akhir yang berjudul "ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN MIKRO iB DENGAN AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KCP SRAGEN".
7
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, antara lain: 1. Bagaimana prosedur pembiayaan mikro iB dengan akad murabahah di BRI Syariah KCP Sragen? 2. Bagaimana analisis kelayakan pembiayaan mikro iB dengan akad murabahah di BRI Syariah KCP Sragen? 3. Bagaimana perkembangan penyaluran dana pembiayaan mikro iB di BRI Syariah KCP Sragen?
C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penulisan Dalam penulisan tugas akhir ini, tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah untuk memperoleh jawaban atas permasalahan yang muncul yaitu: a. Untuk mengetahui prosedur pembiayaan mikro iB dengan akad murabahah di BRI Syariah KCP Sragen. b. Untuk mengetahui analisis kelayakan pembiayaan mikro iB dengan akad murabahah di BRI Syariah KCP Sragen. c. Untuk mengetahui perkembangan penyaluran dana pembiayaan mikro iB di BRI Syariah KCP Sragen.
8
2. Manfaat Hasil penulisan ini diharapkan bermanfaat bagi: a. Bagi Penulis 1) Untuk memenuhi salah satu syarat menempuh tugas akhir program DIII jurusan perbankan syariah. 2) Untuk menambah pengalaman penulis dalam bidang perbankan khususnya tentang kiprah BRI Syariah KCP Sragen. 3) Untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan informasi dari dunia praktis yang sangat berguna untuk disinkronkan dengan pengetahuan teori yang didapat dari bangku kuliah. 4) Penulis dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang berkaitan dengan pembiayaan mikro iB. b. Bagi BRI Syariah KCP Sragen Penulisan
penelitian
ini
diharapkan
sebagai
bahan
pertimbangan pada nantinya untuk meningkatkan kinerja BRI Syariah
KCP
pengambilan
Sragen keputusan
menjadi dan
bahan
kebijakan
pertimbangan dalam
dalam
menjalankan
pemberian pembiayaan, sehingga dapat meminimkan risiko tidak tertagihnya pembiayaan mikro iB. c. Bagi IAIN 1) Merupakan referensi serta informasi bagi mahasiswa khususnya mahasiswa IAIN Salatiga program studi DIII Perbankan Syariah. 2) Sebagai sarana untuk menjalin kerjasama antara lembaga IAIN
9
Salatiga dengan BRI Syariah KCP Sragen. d. Bagi Masyarakat Sebagai tambahan informasi bagi peneliti lain ataupun masyarakat untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan BRI Syariah KCP Sragen dan tata cara dalam melakukan permohonan pembiayaan.
D. Metode Penelitian Dalam metode penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan deskriptif kualitatif menurut Bungin (2013: 280) yaitu dimana dimulai dari menganalisis berbagai data yang
terhimpun
dari
suatu
penelitian,
kemudian
bergerak
kearah
pembentukan kesimpulan kategoris atau ciri-ciri umum tertentu. Sedangkan metode penelitian yang digunakan penulis diantaranya sebagai berikut: 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di BRI Syariah KCP Sragen Jl. Sukowati, Komplek Plaza Atrium Blok H Sragen - Jawa Tengah. 2. Sumber data Adapun sumber data menurut Purhantara (2010: 79) terbagi menjadi dua jenis yang dapat digunakan penulis yaitu: a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari subjek. Dalam penelitian ini yang termasuk dalam data atau
10
informasi langsung dengan menggunakan instrumen-instrumen yang telah ditetapkan. Data primer dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Pengumpulan data primer merupakan bagian integral dari proses penelitian bisnis dan yang sering kali diperlukan untuk tujuan pengambilan keputusan. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, data primer adalah informasi mengenai pembiayaan mikro iB yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi. b. Data Sekunder Data sekunder merupakan data atau informasi yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian yang bersifat publik, yang terdiri atas: struktur organisasi data kearsipan, dokumen, laporan-laporan serta buku-buku dan lain sebagainya yang berkenaan dengan penelitian ini. Data sekunder dapat diperoleh dari studi kepustakaan berupa data dan dokumentasi. Data sekunder yang didapat dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah diperoleh dari buku-buku dan studi pustaka yang berkaitan dengan pembiayaan mikro iB. 3. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data penulis menggunakan beberapa metode yaitu, antara lain: a. Observasi Adapun istilah observasi menurut Gunawan (2013: 143) yaitu diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat
11
fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tertentu. Sehingga dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan cara mengamati secara langsung kegiatan kinerja di BRI Syariah KCP Sragen dan mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan pembiayaan mikro iB. b. Wawancara Sebagaimana pengertian wawancara yang dijelaskan oleh Bungin (2013: 133) wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai. Dalam hal ini penulis mengajukan pertanyaan seputar sejarah berdirinya BRI Syariah KCP Sragen, produk-produk BRI Syariah serta prosedur dan prinsip pembiayaan mikro iB. Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah Manajer, Kepala Pembiayaan, Customer Service, Teller dan Nasabah di BRI Syariah KCP Sragen. c. Dokumentasi Pengertian dokumentasi menurut Bungin (2013: 153) adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data histori. Metode ini digunakan penulis untuk melihat secara langsung bukti-bukti data yang ada yaitu tentang sejarah, visi dan misi, struktur organisasi, serta perkembangan BRI Syariah KCP Sragen.
12
E. Sistematika Penulisan Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis membagi menjadi 5 (lima) bab dan setiap bab terdiri dari beberapa sub bab, dari bab rencana laporan penelitian diperoleh gambaran yang berurutan dan saling terkait. Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab pertama adalah bab pendahuluan dalam bab ini menjelaskan tentang informasi umum yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penelitian. Bab kedua adalah landasan teori. Pada bab ini berisi telaah pustaka, landasan-landasan teori yang menguraikan hal-hal yang bersangkutan dengan materi yang akan dibahas dalam penelitian dengan menggunakan dari beberapa sumber dan referensi yang ada dan dasar hukum Al-Qur’an. Hal tersebut sebagai acuan dalam melakukan penelitian mengenai kelayakan pembiayaan. Bab ketiga adalah laporan objek penelitian. Pada bab ini berisi tentang gambaran objek yang akan diteliti dan data-data yang bersangkutan dengan BRI Syariah KCP Sragen. Gambaran umum ini berisi sejarah berdirinya, visi misi, lokasi, struktur organisasi, dan job description dan produk-produk di BRI Syariah KCP Sragen. Bab keempat adalah Analisis. Pada bab ini membahas mengenai analisis yang akan penulis bahas yaitu prosedur pembiayaan, kelayakan pembiayaan dan perkembangan dana pembiayaan mikro iB dengan akad
13
murabahah di BRI Syariah KCP Sragen. Bab terakhir adalah penutup. Pada bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran bagi BRI Syariah KCP Sragen dan disertai lampiranlampiran yang terkait dengan hasil penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka Terkait dengan Tugas Akhir yang akan diteliti oleh penulis, ada beberapa telaah pustaka dari penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dibuat sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangkan maupun pembeda bagi penelitian ini, yaitu: Ahmad Jaelani (2015), dalam penelitian yang berjudul Analisis terhadap Mekanisme Pembiayaan Mikro dengan Akad Murabahah di BSM KCP Semarang Timur. Penelitian ini menghasilkan pelaksanaan mekanisme pembiayaan mikro dengan akad murabahah di Bank Syariah Mandiri KCP Semarang Timur yang terdiri atas pembukaan, pelunasan dan penutupan melibatkan antara nasabah pembiayaan dengan karyawan bagian customer service, account office, dan teller, serta direktur dengan alur yang sederhana dan mudah. Mekaanisme tersebut hampir sama dengan mekanisme yang digunakan oleh bank-bank lain, hanya saja terdapat beberapa perbedaan dan modifikasi. Analisis yang dilakukan BSM KCP Semarang Timur untuk calon nasabahnya yang ingin mengajukan pembiayaan yaitu meliputi: Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition. Dalam hal ini BSM KCP Semarang Timur memiliki prinsip syar‟i yang cukup baik, karena pembiayaan murabahah yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan calon anggota yang mengajukan pembiayaan.
14
15
Cicin Suryani, Asep Ramdan Hidayati dan Nunung Nurhayati (2015), dalam penelitian yang berjudul Analisis Kelayakan Keputusan Bank Terhadap Pemberian Pembiayaan Modal Kerja (Mikro iB) Kepada Calon Nasabah Pada Bank BRI Syariah KCP Setiabudi, menyimpulkan bahwa hasil dari penelitian menunjukkan kelayakan keputusan bank dilakukan dengan dua tahapan analisa pada umumnya di kenal dengan analisa kualitatif dan analisa kuantitatif, pemberian pembiayaan modal kerja mikro iB dilakukan dengan 6 tahapan analisa pemberian modal kerja. Secara umum penilaian analisa kelayakan keputusan bank terhadap produk pembiayaan mikro iB cukup dirasakan baik, pemberian pembiayaan dirasa tepat sasaran, penilaian resiko untuk usaha pertanian, tidak begitu optimal dilakukan sehingga pada produk mikro iB ini mayoritas nasabah yang terhambat pembayaran angsuran terbanyak, sekaligus menjadi jenis usaha terbanyak yang ada pada BRI Syariah KCP Setiabudi. Muslimin Kara (2013), dalam penelitian yang berjudul Konstribusi Pembiayaan Perbankan Syariah Terhadap Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, menyimpulkan bahwa perkembangan pembiayaan perbankan syariah dalam upaya pengembangan UMKM di Kota Makasar selama tahun 2010-2011 mengalami peningakatan yang berfluktuasi. Hal tersebut mencerminkan bahwa peran serta pembiayaan perbankan syariah dalam peningkatan UMKM di Kota Makasar belum optimal. Secara rata-rata perkembangan pembiayaan perbankan syariah selama periode JanuariDesember 2010 sebesar 14,23%, sedangkan periode Januari-September tahun
16
2011 sebesar 18,43%. Meskipun besarnya pembiayaan perbankan syariah yang disalurkan oleh bank syariah yang disalurkan oleh bank syariah di Kota Makassar berfluktuasi namun secara umum tetap memiliki prospek yang cukup signifikan. Konstribusi pembiayaan perbankan syariah dalam upaya pengembangan UMKM di Kota Makassar sangat dibutuhkan karena masih banyak UMKM yang selama ini belum memperoleh fasilitas pembiayaan. sedangkan kendala dan tantangan yang selama ini banyak dihadapi oleh perbankan syariah di Kota Makassar dalam upaya pengembangan UMKM adalah keterbatasan pangsa pasar perbankan syariah dan sumber daya manusia yang kapabel, masih dikejar target BEP, kurangnya sosialisasi dan masih terbatasnya jaringan. Novi Fadhila (2015), dalam penelitian yang berjudul Analisis Pembiayaan Mudharabah dan Murabahah Terhadap Laba Bank Syariah Mandiri, menyimpulkan dari hasil pengujian ditemukan bahwa mudharabah tidak berpengaruh terhadap laba Bank Syariah Mandiri, hal ini diakibatkan karena pada pembiayaan mudharabah akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan oleh bank sehingga laba yang didapat kemungkinan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan murabahah berpengaruh positif terhadap laba Bank Syariah Mandiri, disebabkan pengelolaan pembiayaan ini nyaris tanpa resiko. Pengujian secara bersama-sama mudharabah dan murabahah berpengaruh positif terhadap laba Bank Syariah Mandiri. Ditemukan juga bahwa hubungan yang sangat erat antara pembiayaan mudharabah dan murabahah dengan laba. Beberapa saran yang dapat diberikan dalam
17
penelitian, antara lain hendaknya Bank Syariah Mandiri dapat melakukan efisiensi biaya atas penerapan pembiayaan mudharabah. Hal ini dikarenakan pemanfaatan dana pembiayaan yang rendah perputarannya akibat faktor krisis global, kelangkaan bahan baku, cuaca, musim pancaroba di Indonesia. Laba juga dipengaruhi oleh biaya-biaya yang terjadi, diantaranya biaya operasional atas pengawasan dan evaluasi aktivitas nasabah pada seluruh sektor pembiayaan mudharabah, laba akan meningkat jika bank mampu menekan atau
mengurangi
biaya
tersebut.
Bank
Syariah
Mandiri
mampu
mempertahankan, bahkan meningkatkan pembiayaan murabahah dengan cara melakukan inovasi pada produk murabahah, sehingga laba yang dihasilkan juga akan semakin meningkat. Hal ini didasarkan atas jenis pembiayaan murabahah yang difokuskan pada aktivitas jual beli. Wawan Pambudi (2014), dalam penelitian yang berjudul Analisis Kelayakan Pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga, menyimpulkan bahwa dalam analisis kelayakan pembiayaan yang yang diterapkan di bank syariah mandiri cabang Salatiga sebagian besar sudah sesuai dengan teori, tetapi perlu lebih rinci menggunakan teori tersebut ke dalam praktik. Aspek yang digunakan bank syariah mandiri cabang Salatiga dan sudah sesuai antara lain (1) Aspek yuridis; (2) Aspek manajemen yang ada pada aspek karakter; (3) Aspek pemasaran; (4) Aspek keuangan. Sedangkan aspek yang perlu dilakukan lagi secara rinci dalam pemberian pembiayaan adalah (1) Aspek karakter yang ada pada aspek manajemen; (2) Aspek teknis; (3) aspek sosial ekonomi dan AMDAL; (4) Aspek jaminan.
18
Dalam penelitian terhadap langkah-langkah yang dilakukan oleh bank syariah mandiri cabang Salatiga untuk memitigasi risiko yang dapat terjadi dalam kelayakan pembiayaan yang diberikan, terdapat langkah-langkah yang sudah sesuai dengan teori yang ada pada bank syariah mandiri cabang Salatiga. Dalam penilaian kelayakan pembiayaan bank syariah mandiri cabang Salatigamenggunakan aspek 7A, yang belum dilakukan bank syariah mandiri cabang Salatiga yaitu teori perbankan syariah 5C+1S. Berdasarkan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini, analisis pembiayaan yang digunakan berbeda yaitu character, capacity, dan collateral. Dan dapat diketahui, penelitian mengenai pembiayaan mikro di BRI Syariah KCP Sragen sebelumnya belum pernah dilakukan. Dengan demikian, penulis melakukan penelitian yang berjudul Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro iB dengan Akad Murabahah di BRI Syariah KCP Sragen.
B. Kerangka Teoritik 1. Pembiayaan a.
Pengertian Pembiayaan Pengertian pembiayaan menurut Muhammad (2002: 260) secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung suatu investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain, sedangkan dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk
19
mendefinisikan suatu pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti bank syariah kepada nasabah. Adapun pengertian pembiayaan menurut UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah dalam pasal 1 nomor 12, pembiayaan diartikan sebagai penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: (a) transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; (b) transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiyah bittamlik; (c) transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna‟; (d) transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan (e) transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi jasa; berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan atau diberi fasilitas dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil. b. Fungsi Pembiayaan Fungsi
pembiayaan
menurut
Muhammad
(2005:
19)
yang
diselenggarakan oleh Bank Syariah secara umum berfungsi untuk: 1) Meningkatkan daya guna uang Meningkatkan daya guna uang yaitu para nasabah menabung dengan menyimpan uangnya di bank dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Uang tersebut dalam persentase tertentu
20
ditingkatkan kegunaannya oleh bank guna untuk suatu usaha peningkatan
produktivitas.
Para
pengusaha
menikmati
pembiayaan dari bank untuk memperluas atau memperbesar usahanya baik untuk peningkatan produksi, perdagangan maupun untuk usaha-usaha rehabilitasi ataupun memulai usaha baru. Secara mendasar melalui pembiayaan terdapat suatu usaha peningkatan produktivitas secara menyeluruh. Dengan demikian dana yang mengendap di bank (yang diperoleh dari para penyimpan uang) tidaklah idle (diam) dan disalurkan untuk usaha-usaha yang bermanfaat, baik kemanfaatan bagi pengusaha maupun masyarakat. 2) Meningkatkan daya guna barang Cara untuk meningkatkan daya guna barang yaitu: a) Produsen dengan bantuan pembiayaan dari bank dapat mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi sehingga utility bahan tersebut menjadi meningkat. b) Produsen dengan bantuan pembiayaan dapat memindahkan barang dari suatu tempat yang kegunaannya kurang ke tempat yang lebih bermanfaat. 3) Meningkatkan peredaran uang Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening koran pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya seperti cek, bilyet giro, wesel, promes dsb. Melalui
21
pembiayaan, peredaran uang kartal maupun giral akan lebih berkembang, karena pembiayaan dapat menciptakan suatu kegairahan berusaha sehingga penggunaan uang akan menjadi bertambah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hal ini selaras dengan pengertian bank selaku “Money creator”. Penciptaan uang selain dengan cara substitusi; penukaran uang kartal yang disimpan di giro dengan uang uang giral, maka ada juga exchange of claim yaitu bank memberikan pembiayaan dalam bentuk uang giral. Di samping itu dengan cara transformasi yaitu bank membeli surat-surat berharga dan membayar dengan uang giral. 4) Menimbulkan kegairahan berusaha Pembiayaan yang diterima pengusaha dari bank kemudian digunakan
dapat
memperbesar
volume
usaha
dan
produktivitasnya. 5) Stabilitas ekonomi Dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah stabilisasi diarahkan pada usaha-usaha, yaitu: a) Pengendalian inflasi b) Peningkatan ekspor c) Rehabilitasi prasarana d) Pemenuhan kebutuhan pokok rakyat untuk menekan arus inflasi dan pada usaha pembangunan ekonomi maka
22
pembiayaan memegang peranan sangat penting dalam stabilitas ekonomi. 6) Jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional Para usahawan memperoleh pembiayaan untuk meningkatkan usahanya.
Peningkatan
Sebagaimana,
bila
usaha
berarti
keuntungan
ini
peningkatan secara
profit.
kumulatif
dikembangkan lagi dalam arti kata dikembalikan lagi ke dalam struktur permodalan, maka peningkatan akan berlangsung terus menerus. Dengan earings (pendapatan) yang semakin meningkat berarti pajak perusahaan akan menjadi terus bertambah. Di lain pihak, pembiayaan yang disalurkan berfungsi untuk merangsang pertambahan kegiatan ekspor, sehingga akan menghasilkan pertambahan devisa Negara. Di samping itu, dengan semakin efektifnya kegiatan sewa sembada kebutuhan-kebutuhan pokok, berarti akan dihemat devisa keuangan Negara, dan menjadi diarahkan pada usaha-usaha kesejahteraan atau ke sektor-sektor lain yang lebih berguna. Dari fungsi di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang memiliki uang berlebih dan menitipkan uang tersebut di bank, maka uang tersebut akan dimanfaatkan oleh orang lain yang kekurangan atau membutuhkan dana untuk memenuhi atau meningkatkan usahanya, sehingga mendapatkan hasil. Hasil tersebut yang kemudian akan diberikan sesuai proporsi dan nisbah
23
bagi hasil yang ditentukan oleh nasabah penyimpan dan juga bank sebagai pengelola. c. Jenis-jenis Pembiayaan di Bank Syariah Jenis pembiayaan di bank syariah dijelaskan oleh Karim (2009: 231) adalah sebagai berikut: 1) Pembiayaan modal kerja syariah Secara umum, pembiayaan modal kerja syariah adalah pembiayaan jangka pendek yang diberikan kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Jangka waktu pembiayaan modal kerja maksimum 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan. Perpanjangan fasilitas pembiayaan modal kerja dilakukan atas dasar hasil analisis terhadap debitur dan fasilitas pembiayaan secara keseluruhan. Berdasarkan akad yang digunakan dalam pembiayaan syariah, jenis pembiayaan modal kerja syariah dibagi menjadi 5 macam, yaitu: Pembiayaan modal kerja mudharabah, istish‟na, salam, murabahah, dan ijarah. 2) Pembiayaan investasi syariah Secara umum, Pembiayaan investasi adalah pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal beserta semua fasilitas yang berkaitan dengan itu. Sedangkan, investasi
adalah penanaman dana
dengan tujuan untuk
24
memperoleh imbalan atau manfaat atau keuntungan di kemudian hari. Dalam hal ini, untuk pembiayaan investasi diberikan kepada nasabah untuk keperluan investasi. 3) Pembiayaan konsumtif syariah Pembiayaan konsumtif diberikan bertujuan untuk keperluan di luar usaha dan umumnya bersifat perorangan yang digunakan berdasarkan dengan prinsip syariah. Menurut jenis akadnya dalam produk pembiayaan syariah, pembiayaan konsumtif dapat dibagi menjadi lima bagian, yaitu: Pembiayaan konsumen akad murabahah, ijarah muntahia bittamlik, ijarah, istish‟na, dan qard. 4) Pembiayaan sindikasi Pembiayaan sindikasi yaitu pembiayaan yang diberikan oleh lebih dari satu lembaga keuangan bank untuk satu objek pembiayaan tertentu. Pembiayaan sindikasi biasanya diperlukan kepada nasabah korporasi karena nilai transaksinya sangat besar. 5) Pembiayaan berdasarkan take over Pembiayaan take over adalah pembiayaan yang timbul akibat dari take over terhadap transaksi non syariah yang telah berjalan dan dilakukan oleh bank syariah atas permintaan nasabah.
25
6) Pembiayaan letter of credit Pembiayaan letter of credit adalah pembiayaan yang diberikan dalam rangka untuk memfasilitasi nasabah dalam transaksi import dan eksport.
2. Pembiayaan Murabahah a. Definisi murabahah Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa murabahah merupakan jual beli yang dilakukan seseorang dengan berdasarkan harga beli penjual ditambah keuntungan dengan syarat harus sepengetahuan kedua belah pihak (Afandi, 2009: 85). Menurut Syafi’i Antonio (2001: 101) Murabahah adalah jual beli suatu barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam murabahah, penjual harus memberi tahu harga produk yang dibeli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahan kepada pembeli. b. Landasan hukum 1) Al-Qur’an
ْۚوَأَحَلَّ ٱللَّهُ ٱلۡبَيۡ َع وَحَسَّمَ ٱلسِّبَىٰا “Allah telah menghalalkan mengharamkan riba” (Al-Baqarah: 275).
jual
beli
dan
2) Al-Hadist Dari Suhaib ar-Rami r.a. bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan
26
mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR Ibnu Majah). 3) Fatwa Dewan Syariah Nasional Menurut Fatwa DSN MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah, yaitu antara lain: a) Ketentuan umum murabahah dalam bank syariah, yaitu: (1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba. (2) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam. (3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya. (4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembeli ini harus sah dan bebas riba. (5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. (6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya.
Dalam
kaitan
ini
bank
harus
memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukannya.
27
(7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati. (8) Untuk
mencegah
terjadinya
penyalahgunaan
atau
kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah. (9) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank. b) Ketentuan murabahah kepada nasabah, yaitu: (1) Nasabah
mengajukan
permohonan
dan
perjanjian
pembelian suatu barang atau aset kepada bank. (2) Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima atau membelinya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, karena secara hukum perjanjian tersebut mengikat, kemudian kedua belah pihak harus memenuhi kontrak jual beli. (3) Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.
28
(4) Jika kemudian nasabah menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut. (5) Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah. (6) Jika uang muka memakai kontrak „urbun sebagai alternatif dari uang muka, maka: (a) Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa harga. (b) Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut dan jika uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya. c) Jaminan dalam murabahah, yaitu: (1) Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya. (2) Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang. d) Utang dalam murabahah, yaitu: (1) Secara prinsip, penyelesaian utang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada kaitannya dengan
29
transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan utangnya kepada bank. (2) Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya. (3) Jika penjual barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap harus menyelesaikan utangnya sesuai kesepakatan awal. Ia
tidak boleh memperlambat
pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu diperhitungkan. e) Penundaan pembayaran dalam murabahah, yaitu: (1) Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian utangnya. (2) Jika nasabah menunda-nunda
pembayaran dengan
sengaja, atau jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
30
c. Rukun dan Syarat Murabahah Oleh karena murabahah adalah salah satu jenis jual beli, maka rukun murabahah adalah seperti rukun jual beli pada umumnya, yang menurut jumhur ulama yaitu: aqidain, adanya objek jual beli, sighat, dan harga yang disepakati. Jika keempat hal tersebut terpenuhi, maka jual beli dianggap memenuhi rukun (Afandi, 2009: 90). Sedangkan syarat murabahah menurut Syafi’i Antonio (2001: 102) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah 2) Kontak pertama harus sah sesuai dengan hukum yang ditetapkan 3) Kontak harus bebas dari riba 4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian. 5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang. d. Manfaat dan Risiko Pembiayaan Murabahah Sesuai dengan sifat bisnis (tijarah), transaksi murabahah memiliki beberapa manfaat, demikian juga risiko yang harus diantisipasi. Murabahah memberi banyak manfaat kepada bank syariah. Salah satunya adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual dengan harga jual kepada nasabah.
31
Selain itu, sistem murabahah juga sangat sederhana, hal tersebut memudahkan penanganan administrasinya di bank syariah, serta menjadi akad yang lebih sering digunakan dalam pembiayaan di bank syariah (Ridwan, 2007: 80). Sedangkan kemungkinan risiko yang harus diantisipasi menurut Ridwan (2007: 80) antara lain sebagai berikut: 1) Default atau kelalaian: nasabah sengaja tidak membayar angsuran 2) Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang di pasar naik setelah bank membelikan untuk nasabah, bank tidak bisa mengubah harga jual beli tersebut. 3) Penolakan nasabah; barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah karena berbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam perjalanan sehingga nasabah tidak mau menerimanya. Karena itu, sebaiknya dilindungi dengan asuransi. Kemungkinan lain karena nasabah merasa spesifikasi barang tersebut berbeda dengan yang dipesan. Bila bank telah menandatangani kontrak pemberian dengan penjualnya, barang tersebut akan menjadi milik bank. Dengan demikian, bank mempunyai risiko untuk menjualnya kepada pihak lain. 4) Dijual; karena murabahah bersifat jual beli dengan utang, maka ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah bebas melakukan apa pun terhadap aset
32
miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi demikian, risiko untuk default akan besar. Secara umum, aplikasi perbankan dari murabahah dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut: 1. Negoisasi & persyaratan 5. Terima Barang 2. Akad Jual Beli BANK
NASABAH 6. Bayar
2. Beli Barang
SUPLIER PENJUAL
4. Kirim
Sumber: Antonio (2001: 107) Gambar 2.1 Mekanisme Pembiayaan Murabahah
e. Rumus Murabahah Menurut Mustika (2013) murabahah mempunyai rumus, yaitu: Harga Jual
= Harga Beli + (Jangka Waktu x Cost Recovery) + Margin.
Cost Recovery = (Nilai Pembiayaan / Total Pembiayaan) x Estimasi Biaya Operasional 1 tahun Margin
= Prosentase x Pembiayaan Bank
33
3. Analisis Kelayakan Pembiayaan a. Tujuan Analisis Pembiayaan Tujuan pembiayaan menurut Muhammad (2005: 19) secara umum dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu tujuan pembiayaan untuk tingkat makro dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro. Adapun tujuan pembiayaan Secara makro, antara lain: a.
Peningkatan ekonomi umat, artinya masyarakat yang tidak dapat akses secara ekonomi, dengan adanya pembiayaan yaitu dapat melakukan akses ekonomi.
b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya untuk pengembangan usaha membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh melalui aktivitas pembiayaan. Pihak yang surplus dana menyalurkan kepada pihak yang minus dana, sehingga dapat digulirkan. c. Meningkatkan memberikan
produktivitas, peluang
bagi
artinya
adanya
masyarakat
pembiayaan
agar
mampu
meningkatkan daya produksinya. d. Membuka lapangan kerja baru, artinya dengan dibukanya sektorsektor usaha melalui penambahan dana pembiayaan, maka sektor usaha tersebut akan menyerap tenaga kerja.
34
e. Terjadinya distribusi pendapatan, artinya masyarakat usaha produktif mampu melakukan aktivitas kerja, berarti mereka akan memperoleh pendapatan dari hasil usahanya. Sedangkan secara mikro, pembiayaan bertujuan untuk: a. Upaya memaksimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan tertinggi, yaitu menghasilkan laba usaha. Setiap pengusaha menginginkan mampu mencapai laba maksimal. Untuk dapat menghasilkan laba maksimal maka mereka perlu dukungan dana yang cukup. b. Upaya meminimalkan risiko, artinya usaha yang dilakukan agar mampu menghasilkan laba maksimal, maka pengusaha harus mampu meminimalkan risiko yang mungkin timbul. Risiko kekurangan modal usaha dapat diperoleh melalui tindakan pembiayaan. c. Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia serta sumber daya modal. Jika sumber daya alam dan sumber daya manusianya ada dan sumber daya modal tidak ada, maka dipastikan diperlukan pembiayaan. Dengan demikian, pembiayaan pada dasarnya dapat meningkatkan daya guna sumber-sumber daya ekonomi. d. Penyaluran kelebihan dana, artinya dalam kehidupan masyarakat ada pihak yang kelebihan dana, sementara ada pihak yang
35
kekurangan dana. Dalam kaitan dengan masalah dana, maka mekanisme
pembiayaan
dapat
menjadi
jembatan
dalam
penyeimbangan dan penyaluran kelebihan dana dari pihak yang kelebihan (surplus) kepada yang kekurangan (minus) dana. Secara khusus, menurut Muhammad (2005: 19) bank juga memiliki tujuan tertentu dalam proses pembiayaan yaitu antara lain: 1) Pemilik Pemilik mengharapkan akan memperoleh penghasilan atas dana yang ditanamkan pada bank. 2) Pegawai Para pegawai berharap memperoleh kesejahteraan dari bank yang dikelola. 3) Masyarakat Proses pembiayaan dalam masyarakat yaitu: a) Pemilik dana Masyarakat
pemilik
dana
mengharapkan
dana
yang
diinvestasikan akan diperoleh bagi hasil. b) Debitur yang bersangkutan Dengan
adanya
pembiayaan,
para
debitur
terbantu
menjalankan usahanya di sektor produktif atau terbantu untuk pengadaan barang yang diinginkannya.
36
c) Masyarakat konsumen Masyarakat konsumen memperoleh barang-barang yang dibutuhkan. d) Pemerintah Dengan penyediaan pembiayaan, pemerintah terbantu dalam pembiayaan pembangunan Negara, di samping itu akan memperoleh
pajak
(berupa
pajak
penghasilan
atas
keuntungan yang diperoleh bank dan juga perusahaanperusahaan). e) Bank Dari penyaluran pembiayaan, bank dapat meneruskan dan mengembangkan usahanya agar tetap bertahan dan meluas jaringan usahanya, sehingga semakin banyak masyarakat yang dapat dilayaninya. Sedangkan Analisis pembiayaan di bank syariah menurut Muhammad (2005: 59) bertujuan untuk: a. Menilai kelayakan usaha calon peminjam b. Menekan risiko akibat tidak terbayarnya pembiayaan c. Menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak b. Prinsip pembiayaan Menurut Rivai’i (2008: 248) prinsip analisis pembiayaan merupakan pedoman-pedoman yang harus diperhatikan dalam
37
pembiayaan
bank
syariah
pada
saat
melakukan
analisis
pembiayaan, yaitu antara lain: 1) Character Yaitu sifat atau karakter nasabah pengambil pembiayaan. Hal ini yang perlu ditekankan pada nasabah di bank syariah adalah bagaimana sifat amanah, kejujuran, kepercayaan seorang nasabah. Kegunaan penilaian karakter adalah untuk mengetahui sejauh mana kemauan nasabah untuk memenuhi kewajiban (wiliness to pay) sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. Untuk memperoleh gambaran tentang karakter calon nasabah dapat ditempuh langkah yaitu: meneliti riwayat hidup calon nasabah, meneliti reputasi calon nasabah, meminta bank to bank information, meminta informasi kepada asosiasiasosiasi usaha di mana calon mudharib berada, mencari informasi apakah calon nasabah suka berjudi, mencari informasi apakah calon nasabah memiliki hobi berfoya-foya. 2) Capacity Artinya kemampuan nasabah untuk menjalankan usahanya guna memperoleh laba sehingga dapat mengembalikan pinjaman atau pembiayaan dari laba yang dihasilkan. Penilaian ini bermanfaat untuk mengukur sejauh mana calon mudharib mampu melunasi utang-utangnya (ability to pay) secara tepat waktu, dari hasil usaha yang diperoleh.
38
Cara untuk mengukur kemampuan nasabah yaitu, antara lain: 1) Pendekatan historis, yaitu menilai past performance, apakah menunjukkan perkembangan dari waktu ke waktu. 2) Pendekatan
finansial,
yaitu
menilai
latar
belakang
pendidikan para pengurus. Hal ini untuk menjamin profesionalitas kerja perusahaan. 3) Pendekatan yuridis, yaitu secara yuridis apakah calon mudharib mempunyai kapasitas untuk mewakili badan usaha untuk melakukan perjanjian pembiayaan dengan bank atau tidak. 4) Pendekatan manajerial, yaitu untuk menilai sejauh mana kemampuan dan keterampilan nasabah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam memimpin perusahaan 5) Pendekatan teknis, yaitu untuk menilai sejauh mana kemampuan calon mudharib mengelola faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja, bahan baku, peralatan atau mesin-mesin, administrasi keuangan, industrial relation, sampai dengan kemampuan merebut pasar. 3) Capital Artinya besar modal yang diperlukan peminjam. Hal ini juga termasuk struktur modal, kinerja hasil modal bila debiturnya merupakan perusahaan, dan segi pendapatan jika debiturnya merupakan perorangan. Semakin besar modal sendiri dalam
39
perusahaan, tentu semakin tinggi kesungguhan calon mudharib menjalankan usahanya dan bank akan merasa lebih yakin memberikan pembiayaan. Kemampuan modal sendiri akan menjadi benteng yang kuat bagi usahanya tatkala ada goncangan dari luar, misalnya karena tekanan inflasi. Kemampuan capital pada umumnya dimanifestasikan dalam bentuk penyediaan self financial, yang sebaiknya lebih besar dibandingkan dengan pembiayaan yang diminta. Bentuk self financial tidak harus berupa uang tunai, melainkan bias juga berupa tanah, bangunan, dan mesin-mesin. Besar kecilnya capital bias dilihat dari neraca perusahaan yaitu komponen owner equity, laba ditahan dll. Untuk perorangan dapat dilihat dari daftar kekayaan yang bersangkutan setelah dikurangi utangnya. 4) Collateral Artinya jaminan yang telah dimiliki yang diberikan peminjam kepada bank. Penilaian terhadap collateral meliputi jenis, lokasi, bukti kepemilikan dan status hukumnya. Bentuk collateral tidak hanya berbentuk kebendaan, melainkan bias juga berbentuk jaminan pribadi (borgtocht), letter of guarantea, letter of comfort, rekomendasi dan avalis. Penilaian terhadap collateral dapat ditinjau dari dua segi, yaitu:
40
1) Segi ekonomis, yaitu nilai ekonomis dan barang yang diagunkan 2) Segi yuridis, yaitu apakah agunan tersebut memenuhi syarat-syarat yuridis untuk dipakai sebagai agunan. 5) Condition of economy Artinya keadaan meliputi kebijakan pemerintah, politik, segi budaya yang mempengaruhi perekonomian. Adapun untuk menilai kondisi ekonomi yaitu, antara lain: 1) Keadaan konjungtur 2) Peraturan-peraturan pemerintah 3) Situasi, politik dan perekonomian dunia 4) Keadaan lain yang mempengaruhi pemasaran 6) Constrain Artinya hambatan-hambatan yang mungkin mengganggu proses usaha. Misalnya pendiri pompa bensin yang sekitarnya banyak bengkel-bengkel las atau pembakaran batu bara. Anshori (2006: 86) telah menekankan pada prinsip-prinsip yang melandasi operasional lembaga keuangan Islam yaitu, meliputi: 1) Prinsip ta‟awun (tolong-menolong) Yaitu prinsip saling membantu sesama dalam meningkatkan taraf hidup melalui mekanisme kerjasama ekonomi dan bisnis. Hal ini sesuai dengan anjuran Al-Qur’an:
41
وَتَعَاوًَُىا عَلًَ ٱلۡبِسِّ َوٱلتَّقۡىَيٰٰۖ وَلَا تَعَاوًَُىا عَلًَ ٱلۡإِثۡ ِن َِْۚوٱلۡعُدۡوَٰى “Dan tolong menolonglah kamu dalam berbuat kebajikan dan taqwa serta janganlah bertolong menolong dalam berbuat keji dan permusuhan”. (QS. Al-Maidah: 2). 2) Prinsip tijaroh (bisnis) Yaitu prinsip mencari laba dengan cara yang dibenarkan oleh syariah. Lembaga keuangan syariah harus dikelola secara professional, sehingga dapat mencapai prinsip efektif dan efisien. 3) Prinsip menghindari iktinaz (penimbunan uang) Yaitu menahan uang supaya tidak berputar, sehingga tidak memberikan manfaat kepada masyarakat umum. Hal ini jelas terlarang,
karena
dapat
menyebabkan
terhentinya
perekonomian. 4) Prinsip pelarangan riba Yakni menghindarkan setiap transaksi ekonomi dan bisnisnya dari
unsur
ribawi
dengan
menggantikannya
melalui
mekanisme kerja sama (mudharabah) dan jual beli (al-buyu). Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an:
ٌِٱلَّرِييَ يَأۡكُلُىىَ ٱلسِّبَىٰا لَا يَقُىهُىىَ إِلَّا كَوَا يَقُىمُ ٱلَّر ُيَتَخَبَّطُهُ ٱلشَّيۡطَٰيُ هِيَ ٱلۡوَسِّْۚ ذَِٰلكَ بِأًََّهُنۡ قَالُىٓا إ ًَِّوَا ٱلۡبَيۡع هِثۡلُ ٱلسِّبَىٰاْۗ وَأَحَلَّ ٱللَّهُ ٱلۡبَيۡ َع وَحَسَّمَ ٱلسِّبَىٰاْۚ فَوَي جَآءَهُۥ هِّي زَّبِّهِۦٞهَىۡعِظَة
42
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang terkena atau kerasukan. Yang demikian ini disebabkan mereka mengatakan bahwa jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (QS. AlBaqarah: 275). 5) Prinsip pembayaran zakat Selain sebagai lembaga bisnis, lembaga keuangan syariah juga menjalankan fungsinya sebagai lembaga sosial, menjalankan fungsi sebagai lembaga amil yang mengelola zakat, baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar. c. Alur dan proses administrasi pembiayaan Menurut Yuliana (2014: 85) proses administrasi pembiayaan yaitu, antara lain: 1) Proses pengajuan dan pemeriksaan dokumen Dalam proses pengajuan dan pemeriksaan dokumen, nasabah harus
mengisi
formulir
dan
melengkapi
persyaratan
permohonan pembiayaan, sebagai contoh persyaratan tersebut yaitu: a) KTP Suami Istri b) KK (Kartu Keluarga) c) Surat Nikah d) Rekening listrik atau air e) Foto copy dokumen jaminan (Sertifikat, STNK, BPKB dll) f) PBB dan STTS terakhir g) SIUP atau SKU (Surat Keterangan Usaha)
43
h) Laporan keuangan 3 bulan terakhir i) Slip gaji (untuk karyawan) j) SK Pengangkatan (untuk karyawan) k) Rekening Koran atau print out buku tabungan 3 bulan terakhir Setelah dokumen dilengkapi oleh nasabah, kemudian petugas
administrasi
akan
menerima
dan
memastikan
kelengkapan dokumen dan berkas persyaratan pengajuan pembiayaan tersebut untuk selanjutnya di cek SID. 2) Pre screening Selanjutnya akan dilakukan pre-screening yaitu dengan cara mendapatkan info dari BI Checking, lama usaha dan karakter nasabah, pengecekan SID. AO mengisi identitas calon nasabah di form Internal Memo kemudian diserahkan kepada bagian operasional (SID). Jika history lancar makan dapat prosesnya dapat diteruskan, namun jika terdapat kolektibitas 2 s/d 5, maka perlu dilakukan klarifikasi kepada nasabah penyebab adanya kolektibitas 2 s/d 5, jika karena kartu kredit masih bisa diteruskan dengan catatan ada bukti lunas. Apabila hasil SID sudah selesai kemudian permohonan pembiayaan tersebut dikembalikan ke Kabag Marketing untuk didistribusikan ke AO. 3) Verifikasi Data
44
Setelah AO menerima berkas permohonan pembiayaan tersebut, selanjutnya akan dilakukan melakukan verifikasi. Tujuan verifikasi adalah untuk menjamin atau meyakini kebenaran
atau
keakuratan
data
atau
informasi
yang
dikumpulkan guna sebagai analisa pembiayaan. Adapun tips atau cara untuk melakukan verifikasi yaitu: a) Siapkan data pertanyaan standar, tanyakan kepada calon nasabah saat pertemuan pertama. b) Buat
checklist
persyaratan
administrasi
yang
harus
dilengkapi selengkap mungkin. c) Setelah persyaratan administrasi lengkap dan benar lakukan on the spot dan ulangi pertanyaan pada point satu saat kunjungan tersebut. d) Mempergunakan sumber data dan informasi dari pihak ketiga
(kunjungan
setempat,
telepon,
perpustakaan,
publikasi, majalah, surat kabar dan media lainnya). Sedangkan langkah dalam pengumpulan dan verifikasi data yaitu: a) BI Cheking b) Chek perijinan perusahaan c) Lakukan kunjungan ke lokasi usaha d) Mintakan konfirmasi kepada relasi e) Periksa rekening koran atau tabungan 3 bulan terakhir
45
f) Periksa laporan keuangan g) Periksa kondisi jaminan. Tips dalam mengenali ciri-ciri calon nasabah, yaitu: a) Sikap positif, yaitu sederhana, konsisten, setiap pertanyaan dijawab dengan baik dan logis, terlibat langsung dengan usahanya, apa adanya. b) Keluarga, yaitu keluarga harmonis, umumnya beristri satu, lingkungan masyarakat menilai baik. c) Partner bisnis, yaitu dikenal baik oleh pengusaha sejenis, komentar dari pengusaha sejenis baik, tidak terlibat politik, tidak sering berganti-ganti usaha dalam waktu yang cukup lama. 4) Analisis Pembiayaan Langkah selanjutnya AO akan melakukan analisa dan survey terhadap usaha, jaminan, serta tempat tinggal nasabah dan langsung dibuatkan transaksi jaminannya.
4.
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) a. Pengertian UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah)
46
Menurut Kara (2013: 2) dalam tatanan pembangunan nasional, UKMK adalah bagian integral dunia usaha berupa kegiatan ekonomi rakyat yang kedudukan, potensi, dan perannya sangat strategis untuk mewujudkan struktur perekonomian yang semakin seimbang berdasarkan demokrasi ekonomi. Oleh karena itu maka UMKM perlu mendapat perhatian dan perlindungan dari pemerintah. Sedangkan pengertian UMKM terdapat dalam Undangundang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), yaitu sebagai berikut: 1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perseorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini. 2) Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini. 3) Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
47
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini. Kriteria mengenai UMKM yang tercantum dalam Undangundang ini yaitu: Tabel 2.1 Kriteria UMKM Uraian
Asset
Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah
Maks. 50 juta >50 juta s/d 500 juta >500 juta s/d 10 M
Omset Maks. 300 juta >300 juta s/d 2,5 M >2,5 M s/d 50 M
Sumber: www.depkop.go.id b. Karakteristik UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) UMKM memiliki beberapa karakteristik yang perlu diketahui, adapun karakteristik UMKM menurut Dessy (2009) yaitu, antara lain: 1) Usaha Mikro Berikut ini ciri-ciri usaha mikro yaitu: a) Jenis barang atau komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat terganti. b) Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat
48
c) Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha d) Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah e) Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP. Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro adalah suatu segmen pasar yang cukup potensial untuk dilayani dalam upaya meningkatkan fungsi intermediasinya karena usaha mikro mempunyai karakteristik positif dan unik yang tidak selalu dimiliki oleh usaha non mikro, antara lain: a) Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana yang mahal dam dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap berjalan bahkan terus berkembang. b) Tidak sensitif terhadap suku bunga. c) Tetap berkembang walau dalam krisis ekonomi moneter. d) Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu, dan dapat menerima bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat. Namun demikian, didasari sepenuhnya bahwa masih banyak usaha mikro yang sulit memperoleh layanan kredit
49
perbankan karena berbagai kendala baik pada sisi usha mikro maupun sisi perbankan sendiri. 2) Usaha Kecil Berikut ini ciri-ciri usaha kecil yaitu: a) Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah. b) Lokasi/tempat usahanya umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah. c) Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha. d) Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP. e) Sumber
daya
manusianya
(Pengusaha)
memiliki
pengalaman dalam berwirausaha. f) Sebagian besar belum mendapat menejemen usahanya dengan baik seperti bussines planning.
3) Usaha menengah Berikut ini ciri-ciri usaha menengah yaitu:
50
a) Pada umumnya telah memiliki menejemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur, bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain: bagian keuangan, bagian pemasaran, dan bagian produksi. b) Telah
melakukan
menejemen
keuangan
dengan
menerapkan system akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan
untuk
auditing
dan
penilaian
atau
pemeriksaan termasuk perbankan. c) Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada jamsostek, pemeliharaan kesehatan, dll. d) Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain: izin tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll. e) Pada umumnya sudah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik. c. Keunggulan dan kelemahan UMKM Menurut keunggulan
dan
Titik dan Soejono (2002: 20) beberapa kelemahan
yang
dimiliki
oleh
UMKM
dibandingkan dengan usaha besar. Adapun keunggulan UMKM yaitu antara lain: 1) Inovasi dalam teknologi yang dengan mudah terjadi dalam pengembangan produk.
51
2) Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam usaha kecil. 3) Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat dibandingkan dengan perusahaan berskala besar yang pada umumnya birokratis. 4) Terdapat dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan. Sedangkan kelemahan yang dimiliki UMKM adalah: 1) Kesulitan pemasaran Hasil baru studi lintas usaha yang dilakukan oleh James dan Akarasanee (1988) di sejumlah negara ASEAN menyimpulkan salah satu aspek yang terkait dengan masalah permasalahan umum dihadapi oleh pengusaha UMKM adalah tekanantekanan persaingan baik di pasar domestik dari produk-produk yang serupa buatan pengusaha-pengusaha besar dan impor, maupun di pasar ekspor. 2) Keterbatasan finansial UKM di Indonesia mengahadapi dua masalah utama dalam aspek fianansial antara lain: modal (baik modal awal maupun modal kerja) dan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan output jangka panjang. 3) Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) Keterbatasan sumber daya manusia juga merupakan salah satu kendala serius bagi UKM di Indonesia, terutama dalam aspekaspek
kewirausahaan,
menejemen,
teknik
produksi,
52
pengembangan produk, kontrol kualitas, akuntansi, mesinmesin, organisasi, pemprosesan data, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Semua keahlian tersebut sangat diperlukan untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas produk, meningkatkan efisiensi, dan produktifitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar dan menembus pasar baru. 4) Masalah bahan baku Keterbatasan bahan baku dan input-input lain juga sering menjadi salah satu masalah serius bagi pertumbuhan output dan kelangsungan produksi bagi UKM di Indonesia. Terutama selama masa kritis. 5) Keterbatasan Teknologi Berbeda dengan negara-negara maju, UKM di Indonesia umumnya masih menggunakan teknologi tradisional dalam bentuk mesin-mesin tua atau alat-alat produksi yanag sifatnya manual. Keterbelakangan teknologi ini tidak hanya membuat rendahnya jumlah produksi dan efisiensi didalam proses produksi, tetapi juga rendahnya kualitas produk yang dibuat serta kesanggupan bagi UKM di Indonesia untuk dapat bersaing di pasar global. Keterbatasan produksi disebabkan oleh banyak faktor seperti keterbatasn modal investasi untuk membeli mesin-mesin baru, keterbatasan informasi mengenai
53
perkembangan teknologi, dan keterbatasan sumber daya manusia yang dapat mengoprasikan mesin-mesin baru.
BAB III LAPORAN OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Berdirinya BRI Syariah Pada tanggal 16 Oktober 2008, lahirlah Bank Umum Syariah yang diberi nama PT. Bank Syariah BRI (yang kemudian disebut dengan nama BRI Syariah 17 November 2008). Nama BRI Syariah menggambarkan secara langsung hubungan Bank dengan PT. Bank Rakyat Indonesia yang akan melayani kebutuhan perbankan masyarakat dengan menggunakan prinsipprinsip syariah. Pada tanggal 1 Desember 2008, telah ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah. Penandatanganan akta pemisahan telah dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia dan Bapak Ventje Raharjo selaku Direktur Utama BRI Syariah, sebagaimana akta pemisahan No. 27 tanggal 19 Desember 2008 dibuat di hadapan notaris Fathiah Helmi, SH. di Jakarta. Peleburan Unit Usaha Syariah Bank Rakyat Indonesia ini berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Setelah peleburan, total aset BRI Syariah mencapai Rp 1.466.664.279.74. Sebagai bagian dari keluarga besar Bank Rakyat Indonesia. BRI Syariah mendapat dukungan penuh dari Bank Rakyat Indonesia sebagai pemegang saham sebagaimana tercermin dari penambahan modal disetor yang dilakukan sebanyak dua kali di tahun 2008, sehingga saat ini BRI Syariah siap memberikan warna lain bagi masyarakat menengah bawah yang menjadi sasaran utama (www.brisyariah.com).
54
55
BRI Syariah KCP Sragen, misalnya adalah salah satu kantor cabang pembantu berdiri pada bulan September 2010 berada di bawah kantor cabang induk Solo. Keberadaan BRI KCP Sragen ini diharapkan memberikan pelayanan dan menjangkau masyarakat dalam transaksi perbankan.
B. Visi dan Misi BRI Syariah Visi dan Misi BRI Syariah KCP Sragen yaitu: 1. Visi “Menjadi bank ritel modern terkemuka dengan ragam layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna berbasis syariah.” 2. Misi: a. Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam kebutuhan finansial nasabah. b. Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai prinsip-prinsip syariah. c. Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana kapanpun dan dimanapun memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas hidup dan menghadirkan ketentraman pikiran.
56
C. Identitas BRI Syariah Untuk mengetahui perusahaan dapat diakses web yang dimiliki oleh BRI Syariah, yang mencakup profil sebagai berikut: 1. Profil: Nama
: PT. Bank BRI Syariah
Alamat
: Jl. Abdul Muis No. 2-4 Jakarta Pusat 10160
Telepon
: (62-21) 3450 226 / 3450 227
Faksimili
: (62-21) 3518 812 / 3441 904
Situs Web
: www.brisyariah.co.id
Tanggal berdiri
: 19 Desember 2008
Tanggal beroperasi
: 01 Januari 2009
Modal dasar
: Rp 5.000.000.000.000
Modal disetor
: Rp 1.479.000.000.000
Kantor layanan
: 52 Kantor Cabang, 206 Kantor Cabang Pembantu, 11 Kantor Kas, 674 Kantor Layanan Syariah.
2. Kepemilikan Saham: a. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk: 2.957.999.000 lembar saham (99.999966%). b. Yayasan Kesejahteraan Pekerja (YKP) BRI: 1.000 lembar saham (0.000034%).
57
D. Lokasi BRI Syariah Gambar peta kabupaten Sragen yaitu:
Sumber: www.kabarsragen.blogspot.com Gambar 3.1 Peta Kabupaten Sragen
Kabupaten Sragen merupakan sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibu kotanya terletak di Sragen, sekitar 30 km sebelah timur Kota Surakarta. Kabupaten Sragen berbatasan dengan Kabupaten Grobogan di utara, Kabupaten Ngawi (Jawa Timur) di timur, Kabupaten Karanganyar di Selatan, serta Kabupaten Boyolali di Barat. Kabupaten Sragen juga berada di lembah aliran sungai bengawan Solo yang mengalir ke arah timur. Sebelah utara berupa perbukitan, bagian
58
dari sistem pengunungan Kendeng, sedangkan di selatan berupa pegunungan lereng dari gunung lawu. Dapat diketahui, kabupaten Sragen terdiri atas 20 kecamatan yang dibagi atas sejumlah 208 desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan berada di kecamatan Sragen. Sementara BRI Syariah berlokasi di Kota Sragen tepat berada di sebelah timur pasar bunder, sebelah barat alun-alun Sragen, serta sebelah selatan gedung pemerintah kota Sragen.
D. Struktur Organisasi BRI Syariah Dapat diketahui struktur organisasi di BRI Syariah KCP Sragen yaitu: Pimpinan Cabang Pembantu (Pincapem)
UMS Head
AO M
Spv Brand Operational
Account Office
Custo mer Servi ce Office Boy
Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT. BRI Syariah KCP Sragen
Tell er Sec urit y
59
E. Job Description Penjabaran tugas dari bagan struktur organisasi BRI Syariah KCP Sragen di atas yaitu: 1. Pimpinan Cabang Pembantu (Pincapem) Merupakan karyawan bank yang diberi tanggung jawab dan wewenang untuk memimpin atau mengelola BRI Unit Syariah Kantor Cabang Pembantu. 2. Account Officer Merupakan karyawan BRI Syariah yang bertugas menganalisis laporan keuangan dan semua kegiatan yang terjadi pada BRI Syariah KCP Sragen. 3. Unit Mikro Syariah Head (UH) Merupakan karyawan BRI Syariah yang bertanggung jawab untuk melaksanakan dan memastikan bisnis mikro pada unit tersebut agar berjalan sesuai target yang telah ditentukan atau yang telah diberikan dan tidak melanggar syariah comply maupun Pedoman Pemberian Mikro (P3M). 4. Account Office Mikro (AOM) Merupakan karyawan bank yang secara struktur berada langsung di bawah UH dan bertugas untuk melakukan penjualan produk-produk mikro serta melakukan pre-screening untuk calon-calon nasabah sebelum dokumen-dokumen pembiayaan diberikan kepada UH untuk verifikasi lebih lanjut.
60
5. Supervisor Brand Operational Merupakan karyawan bank BRI Syariah yang membawahi Teller, Customer Service, Office Boy, dan Security yang bertugas mengkoordinir pelaksanaan operasional bank di Kantor Cabang Pembantu Sragen dengan cara memberikan layanan operasional bank yang akurat dan tepat waktu, sehingga seluruh transaksi dari nasabah dapat ditangani dan diselesaikan dengan baik. 6. Teller Merupakan karyawan BRI Syariah yang berwenang mengelola kas dan berfungsi sebagai kasir. 7. Customer Service Merupakan karyawan BRI Syariah yang bertugas memberikan informasi dan pelayanan produk dan jasa kepada nasabah sesuai peraturan yang berlaku pada BRI Syariah KCP Sragen lebih khususnya serta memberikan pelayanan yang terbaik untuk mencapai kepuasan nasabah dalam berhubungan dengan BRI Syariah KCP Sragen. 8. Office Boy Merupakan karyawan bank yang bertanggung jawab terhadap kebersihan kantor dan mengantar surat-surat kantor. 9. Security Merupakan karyawan BRI Syariah yang bertugas mengamankan lingkungan kerja serta mengawal penyetoran kas.
61
F. Produk-produk pada BRI Syariah KCP Sragen 1. Produk Pendanaan (Funding) Produk pendanaan yang terdapat dalam BRI syariah yaitu: a. Tabungan BRI Syariah iB Tabungan BRI Syariah iB merupakan tabungan dari BRI Syariah bagi nasabah
perorangan
yang
menggunakan
prinsip
titipan,
dipersembahkan untuk yang menginginkan kemudahan dalam transaksi keuangan. Program Hujan Emas Tabungan BRI Syariah iB merupakan program yang memberikan kesempatan kepada nasabah pemilik Tabungan BRI Syariah iB untuk memperoleh hadiah emas murni. Sehingga total hadiah yang diberikan selama Program Hujan Emas Tabungan BRI Syariah iB lebih dari 9 kg untuk 218 orang pemenang selama 2 periode. b. Tabungan Impian BRI Syariah iB Tabungan Impian BRI Syariah iB adalah tabungan berjangka dari BRI Syariah dengan prinsip bagi hasil yang dirancang untuk mewujudkan impian dengan terencana. c. Tabungan Haji iB Merupakan tabungan investasi dari BRI Syariah bagi calon Haji yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) dengan prinsip bagi hasil.
62
d. Giro BRI Syariah iB Merupakan simpanan untuk kemudahan berbisnis dengan mengelola dana berdasarkan prinsip titipan (wadi‟ah yad dhamanah) yang penarikkannya dapat dilakukan setiap saat dengan Cek/Bilyet Giro. e. Deposito BRI Syariah iB Deposito BRI Syariah iB adalah produk investasi berjangka kepada Deposan dalam mata uang tertentu. Keuntungan yang diberikan adalah dana dikelola dengan prinsip syariah sehingga shahibul maal tidak perlu khawatir akan pengelolaan dana. 2. Produk penyaluran dana (Load) Produk penyaluran dana yang terdapat di BRI syariah yaitu: a. KPR BRI Syariah iB Merupakan pembiayaan kepemilikan rumah kepada perorangan untuk memenuhi sebagian atau keseluruhan kebutuhan akan hunian dengan menggunakan prinsip jual beli (Murabahah) dimana pembayarannya secara angsuran dengan jumlah angsuran yang telah ditetapkan di muka dan dibayar setiap bulan. b. Gadai BRI Syariah iB Gadai BRI Syariah iB hadir untuk memberikan solusi memperoleh dana tunai untuk memenuhi kebutuhan dana dan mendesak ataupun untuk keperluan modal usaha dengan proses cepat, mudah, aman dan sesuai syariah untuk ketenteraman nasabah.
63
c. Mikro iB BRI Syariah Perkembangan usaha mikro dan koperasi memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Hal ini ditunjukkan oleh keberadaan usaha mikro dan koperasi yang telah mencerminkan wujud nyata kehidupan sosial dan ekonomi bagian terbesar dari rakyat Indonesia. Untuk mendukung perkembangan usaha mikro pada khususnya, BRI Syariah menerbitkan produk pembiayaan untuk usaha mikro. Pembiayaan usaha mikro BRI Syariah sebagai berikut: 1) Mikro 25 iB Produk ini adalah produk pembiayaan usaha mikro dengan pembiayaan sebesar Rp 5.000.000 s/d Rp 25.000.000. Jangka waktu pembiayaan yang diberikan 6 bulan s/d 12 bulan. 2) Mikro 75 iB Produk ini adalah produk pembiayaan usaha mikro dengan pembiayaan sebesar Rp 25.000.000 s/d Rp 75.000.000. Jangka waktu pembiayaan yang diberikan 6 bulan s/d 60 bulan. 3) Mikro 500 iB Produk ini adalah produk pembiayaan usaha mikro dengan pembiayaan sebesar Rp 75.000.000 s/d Rp 500.000.000. Jangka waktu pembiayaan yang diberikan 6 bulan s/d 60 bulan.
64
3. Produk Jasa Produk jasa yang terdapat di BRI syariah yaitu: a. Transfer (kiriman uang) Dengan
teknologi
online,
nasabah
mendapatkan
kemudahan
pengiriman uang seketika, baik antar sesama kantor cabang BRI Syariah maupun kantor cabang BRI lain. b. Inkaso Bagi nasabah yang membutuhkan penagihan warkat-warkat yang berasal dari kota-kota lain secara cepat dan aman dapat menggunakan jasa inkaso kepada BRI Syariah. c. SMS Banking Merupakan produk layanan perbankan berbasis teknologi seluler yang memberikan kemudahan melakukan berbagai transaksi perbankan. d. Dana Talangan Haji Merupakan layanan pinjaman (qardh) untuk perolehan nomor porsi pelaksanaan ibadah haji dengan pengembalian yang ringan dan pilihan jangka waktu yang fleksibel beserta jasa penggunaannya sehingga memudahkan nasabah. e. Kartu ATM BRI Syariah iB Kartu ATM BRI Syariah iB merupakan kartu khusus yang diberikan oleh bank kepada pemilik rekening untuk transaksi elektronik atas rekening nasabah yang ada di bank.
BAB IV ANALISIS
Pembiayaan mikro iB adalah pembiayaan bank kepada nasabah perorangan atau badan usaha yang bergerak di bidang usaha mikro untuk membiayai kebutuhan usahanya melalui pembiayaan modal kerja atau pembiayaan investasi dengan maksimal limit pembiayaan Rp 5 juta sampai dengan Rp. 500 juta. Akad yang digunakan pada produk pembiayaan mikro iB adalah akad murabahah. Implikasi dari penggunaan akad murabahah mengharuskan adanya penjual, pembeli dan barang yang dijual. Sebagaimana diketahui dalam skim murabahah, fungsi bank adalah sebagai penjual barang untuk kepentingan nasabah, dengan cara membeli barang yang diperlukaan nasabah dan kemudian menjualnya kembali kepada nasabah dengan harga jual yang setara dengan harga beli ditambah keuntungan bank dan bank harus memberitahukan secara jujur harga pokok barang berikut biaya yang diperlukan dan menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian barang kepada nasabah. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Didik Istianto selaku Unit Micro Syariah Head tentang prosedur pembiayaan mikro iB, kelayakan pembiayaan mikro iB dan perkembangan penyaluran dana pembiayaan mikro iB di BRI Syariah KCP Sragen. Penulis dapat menjabarkannya sebagai berikut:
65
66
A. Prosedur Pembiayaan Mikro iB Pada BRI Syariah KCP Sragen Dalam melakukan pengajukan permohonan pembiayaan, perlu diketahui proses prosedur pembiayaan mikro iB pada BRI Syariah KCP Sragen dilakukan secara bertahap yaitu sebagai berikut: 1. Tahap Permohonan Pembiayaan
2. Analisis Pembiayaan
4. Pencairan Pembiayaan
5. Pemantauan Pembiayaan
3. Pemberian Keputusan Pembiayaan
Sumber: BRI Syariah KCP Sragen Gambar 4.1 Alur Prosedur Pembiayaan Mikro iB Keterangan dari gambar di atas yaitu: 1. Tahap permohonan pembiayaan Persyaratan umum pembiayaan mikro iB pada BRI Syariah adalah sebagai berikut: a. Pemilik usaha atau individu dengan status Warga Negara Indonesia yang berdomisili di Indonesia b. Minimum berumur 21 tahun atau telah menikah untuk usia lebih besar atau sama dengan 18 tahun dan maksimum usia 65 tahun pada saat akhir jangka waktu pembiayaan c. Tidak ada informasi negative mengenai nasabah dari komunitas setempat seperti: penjudi, pemabuk, berkarakter atau reputasi buruk lainnya
67
d. Lama usaha minimum 3 tahun untuk mikro 25 iB dan 2 tahun untuk mikro 75 iB serta 500 iB dan wajib di bidang usaha yang sama e. Bersedia
menempatkan
dananya
dan
melakukan
transaksi
keuangannya melalui Tabungan BRI Syariah. Dokumentasi administrasi pengajuan pembiayaan mikro iB antara lain: a. Mikro 25 iB Dokumentasi pengajuan pembiayaan mikro 25 iB yaitu: 1) Copy dokumen identitas, yaitu: a) KTP calon nasabah dan pasangan yang masih berlaku b) Kartu Keluarga c) Akta Nikah atau Akta Cerai atau Akta Kematian d) Surat izin usaha atau surat keterangan usaha (SKU Asli) 2) Aplikasi pengajuan pembiayaan, yaitu: a) Formulir aplikasi pengajuan pembiayaan wajib diisi lengkap dan ditandatangani oleh nasabah baik untuk setiap pengajuan baru maupun penambahan fasilitas pembiayaan, dan wajib diparaf oleh petugas BRI Syariah yang melakukan proses pembiayaan. b) Catatan keuangan yang dibuat oleh nasabah atau nota-nota penjualan. c) Bukti riwayat pembiayaan di Bank lain 3 bulan terakhir. b. Mikro 75 iB 1) Copy dokumen identitas, yaitu: a) KTP calon nasabah dan pasangan yang masih berlaku
68
b) Kartu Keluarga c) Akta Nikah atau Akta Cerai atau Akta Kematian d) Surat izin usaha atau surat keterangan usaha (SKU Asli) e) NPWP untuk pembiayaan lebih dari Rp 50 juta, jika tidak ada maka ada surat pernyataan sedang dalam pengurusan. 2) Aplikasi pengajuan pembiayaan, yaitu: a) Formulir aplikasi pengajuan pembiayaan wajib diisi lengkap dan ditandatangani oleh nasabah baik untuk setiap pengajuan baru maupun penambahan fasilitas pembiayaan, dan wajib diparaf oleh petugas BRI Syariah yang melakukan proses pembiayaan. b) Catatan keuangan yang dibuat oleh nasabah atau nota-nota penjualan. c) SPPT PBB dan bukti lunas PBB tahun terakhir (wajib untuk jaminan Tanah kosong atau Tanah dan Bangunan) (SPPT dan STTS asli). c. Mikro 500 iB 1) Copy dokumen identitas, yaitu: a) KTP calon nasabah dan pasangan yang masih berlaku b) Kartu Keluarga c) Akta Nikah atau Akta Cerai atau Akta Kematian d) Surat izin usaha atau surat keterangan usaha (SKU Asli)
69
e) NPWP untuk pembiayaan lebih dari Rp 50 juta, jika tidak ada maka ada surat pernyataan sedang dalam pengurusan. Serta NPWP wajib ada untuk pembiayaan > 100 juta. 2) Aplikasi pengajuan pembiayaan, yaitu: a) Formulir aplikasi pengajuan pembiayaan wajib diisi lengkap dan ditandatangani oleh nasabah baik untuk setiap pengajuan baru maupun penambahan fasilitas pembiayaan, dan wajib diparaf oleh petugas BRI Syariah yang melakukan proses pembiayaan b) Catatan keuangan yang dibuat oleh nasabah atau nota-nota penjualan c) SPPT PBB dan bukti lunas PBB tahun terakhir (wajib untuk jaminan Tanah kosong atau Tanah dan Bangunan) (SPPT dan STTS asli). d) Asuransi kendaraan wajib untuk pembiayaan lebih dari Rp 100 juta dengan jaminan kendaraan. 2.
Tahap analisis pembiayaan Pada tahap ini, dokumen yang telah diisi diverifikasi dan diperiksa kebenarannya, serta kelengkapan dalam dokumen aplikasi pembiayaan. Setelah dirasa lengkap baru dilakukan BI Checking, dimana masa berlaku BI Checking adalah 30 hari dari tanggal pengajuan proposal pembiayaan. kemudian
dilakukan
verifikasi
karakter
calon
nasabah,
tujuan
pembiayaan, verifikasi usaha calon nasabah, persediaan barang, dan
70
verifikasi jaminan. Hal tersebut dilakukan bertujuan untuk mengetahui kesanggupan dan kesungguhan calon nasabah dalam membayar kembali pembiayaan dengan perjanjian yang telah ditetapkan. 3.
Tahap pemberian keputusan pembiayaan Pembiayaan wajib disetujui oleh komite pembiayaan sesuai dengan limitnya. Jika salah satu anggota komite pembiayaan tidak menyetujui pembiayaan tersebut atau tidak merekomendasikan, maka pembiayaan tersebut tidak dapat dilakukan banding dan tidak dapat dilanjutkan pencairan pembiayaan.
4.
Tahap pencairan pembiayaan Setelah dilakukan analisa dan persetujuan pembiayaan, maka selanjutnya AOM membuat Surat Persetujuan Prinsip Pembiayaan (SP3) untuk disampaikan kepada nasabah, jika nasabah menyetujui struktur fasilitas pembiayaan yang disampaikan dan telah menandatangani maka SP3 akan diserahkan kepada bank, sedangkan pengambilan dana pembiayaan dapat diambil kepada bagian teller.
5.
Tahap pemantauan pembiayaan Untuk meminimalisir terjadinya pembiayaan yang bermasalah atas pembiayaan yang sudah disetujui oleh pihak bank, maka pihak bank melakukan pemantauan terhadap nasabah sampai nasabah tersebut melunasi pembiayaan yang telah diberikan.
71
B. Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro iB BRI Syariah KCP Sragen Dalam penelitian ini penulis mengambil dari sebuah kasus seorang wiraswasta Tuan X yang bertempat tinggal di Kota Sragen, dimana Tuan X mempunyai dua usaha yang lokasinya berbeda yaitu usaha giling padi yang berada di kota Sragen, Jawa Tengah dan usaha toko pakaian di kota Palembang, Sumatera Selatan. Tuan X melakukan aplikasi permohonan pembiayaan mikro iB kepada BRI Syariah KCP Sragen yaitu pada usaha toko pakaian yang berada di Kota Palembang, dengan permohonan pembiayaan sebesar Rp. 75.000.000. Supaya permohonan pembiayaan tersebut dapat terealisasi maka pihak bank perlu menganalisis kelayakan usaha calon nasabah tersebut. Tahapan tersebut yaitu antara lain: 1. Analisis Character Verifikasi karakter calon nasabah harus dilakukan dengan cara melakukan kunjungan dan bertemu langsung dengan calon nasabah di tempat usaha yang dibiayai, untuk mendapatkan informasi secara detail mengenai karakter calon nasabah maka perlu menanyakan kepada pihak-pihak terkait, seperti: ketua paguyuban, ketua kelompok, kepala dinas pasar, pedagang pasar lainnya, supplier calon nasabah, maupun ketua RT/RW, tetangga calon nasabah dalam lingkungan sekitar tempat tinggal calon nasabah. Apabila terdapat informasi yang negative terhadap calon nasabah, seperti: sering menunggak pembayaran pembiayaan kepada
72
supplier (sales barang), suka berjudi, terlibat tindakan melanggar hukum dan lainnya yang sejenis. Maka pihak bank akan menolak pembiayaan tersebut dan harus segera menginformasikan penolakan secepatnya
ke
calon
nasabah
dengan
menyampaikan
bahwa
permohonan pembiayaannya belum dapat diproses untuk saat sekarang. Pada analisis ini, pihak BRI Syariah KCP Sragen telah melakukan survei dengan mencari informasi melalui tanggapan para tetangga dan para karyawan yang bekerja di gilingan padi di Kota Sragen milik Tuan X, serta melakukan wawancara secara langsung dengan Tuan X. Dari hasil survei tersebut dapat disimpulkan bahwa Tuan X adalah seorang yang rajin beribadah, baik, tidak pernah melakukan tindakan kriminal, dapat dipercaya, dermawan, suka menolong, serta jujur. Dimana, Tuan X berkata jujur yaitu mengatakan bahwa Tuan X masih mempunyai hutang pada BNI dan BRI Sragen. Setelah dilakukan verifikasi mengenai karakter dan BI Checking, dinyatakan bahwa nasabah tersebut tidak pernah melakukan tindakan yang dilarang syariah dan selalu lancar melakukan pembayaran pembiayaan, maka pihak BRI Syariah memutuskan untuk menerima permohonan
pembiayaan
tersebut,
meskipun
mempunyai hutang pada BNI dan BRI Sragen. 2. Analisis Capacity
Tuan
X
masih
73
Dalam Verifikasi ini, diperlukan untuk mengecek kebenaran data-data yang disampaikan calon nasabah di formulir aplikasi pembiayaan. BRI Syariah KCP Sragen harus mengetahui informasi terbaru tentang kondisi dan perkembangan usaha, lingkungan, resiko serta mitigasinya. Serta mengevaluasi terhadap kemampuan calon nasabah menjalankan dan mengembangkan usahanya, pendapatan dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memastikan apakah pembiayaan yang akan diberikan akan digunakan untuk mengembangkan usahanya dan dapat menambah sumber pembayaran kembali. Dapat diketahui bahwa verifikasi usaha meliputi: (a) Lokasi usaha nasabah, alamat usaha harus sesuai dengan data yang dicantumkan di formulir aplikasi pembiayaan, jika tidak sesuai dengan data maka BRI Syariah akan melakukan penolakan pembiayaan, (b) jenis usaha yang tidak dapat diproses yaitu usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah yaitu misalnya perjudian, pelacuran baik terselubung maupun terang-terangan, tempat hiburan seperti bar, diskotik, karaoke, bola tangkas, pedagang yang jenis barang dagangannya didominasi oleh rokok, minuman beralkohol, dll., (c) lamanya usaha minimum 3 (tiga) tahun untuk 25 iB dan 2 (dua) tahun untuk mikro 75 iB dan 500 iB di bidang usaha yang akan dibiayai. Apabila pengalaman usaha dari calon nasabah di bidang usaha yang sama kurang dari tahun tersebut maka harus ada garansi atau penjaminan dari anggota keluarga yang telah mempunyai pengalaman
74
bidang usaha yang sejenis dengan lama usaha lebih dari 2 tahun, (d) aktivitas usaha meliputi ramai atau ada aktivitas usaha calon nasabah, jika usaha calon nasabah tidak pernah ramai pada saat apapun maka pihak BRI Syariah akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mendapatkan penilaian lebih lanjut, dan apabila tidak ada aktifitas usaha atau informasi yang ditemukan di lapangan tidak sesuai atau meragukan aplikasi pembiayaan tersebut haruslah ditolak, (e) persediaan barang yang layak di tempat usaha calon nasabah harus sesuai dengan perputaran usaha atau penjualan calon nasabah, jika persediaan stock barang di tempat usaha calon nasabah tidak banyak maka BRI Syariah akan melakukan pemeriksaan lebih dalam untuk mendapatkan penilaian yang kuat
untuk memproses aplikasi
pembiayaan lebih lanjut. Bila informasi yang ditemukan di lapangan tidak sesuai atau meragukan maka aplikasi pembiayaan harus ditolak. Tujuan pembiayaan harus untuk membiayai usaha nasabah, calon nasabah memberikan detail data dari tujuan pembiayaan, (contoh: tujuan pembiayaan adalah untuk pembelian stock barang berupa: 20 televisi, 10 mesin cuci, 50 blender, dll. lengkap dengan rincian harganya dalam daftar rencana pembiayaan). Apabila ada perbedaan tujuan pembiayaan maka pihak BRI Syariah wajib melakukan observasi lebih lanjut, setelah dilakukan observasi tetapi hasil penyelidikan ulang tetap meragukan atau menyimpang dari tujuan awal pengajuan maka aplikasi pembiayaan tersebut harus ditolak.
75
Pada tahap analisis ini, Tuan X memiliki dua usaha yaitu usaha gilingan padi berada di Kota Sragen dan usaha toko baju berada di Palembang. Dalam hal ini, pihak BRI Syariah KCP Sragen mengalami kesulitan dalam mensurvei lokasi usaha toko pakaian di Kota Palembang secara langsung. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka yang melakukan survei usaha toko pakaian Tuan X di Palembang adalah pihak BRI Syariah KC Palembang. Setelah disurvei lebih lanjut, perkembangan persediaan barang pada usaha pakaian tersebut dapat diketahui pendapatan rata-rata perhari sebesar Rp.1.000.000 yang diperoleh dari wawancara maupun laporan keuangan setiap hari dan usaha toko baju tersebut dapat dikatakan lumayan ramai didatangi pembeli karena lokasi tempat usaha toko pakaian tersebut sangat strategis yaitu berada di pinggir jalan raya. Sedangkan dalam stok pakaian yang dimiliki calon nasabah juga dapat dikatakan cukup banyak dan bervariasi, terbukti dari hasil foto yang dikirim oleh BRI Syariah KC Palembang kepada BRI Syariah KCP Sragen. Dari hasil survei yang dilakukan oleh BRI KC Palembang, maka Tuan X dapat dikatakan mampu memenuhi kemampuan pengembalian pembiayaan dan menjadi hal baik Tuan X juga memiliki usaha gilingan padi di Kota Sragen, dimana rata-rata penghasilan yang didapat setiap hari sebesar Rp 5.000.000. Sehingga dapat dikatakan Tuan X akan mampu memenuhi pengembalian pembiayaan yang diberikan oleh BRI Syariah KCP Sragen.
76
3. Analisis Collateral Penilaian jaminan wajib dilakukan oleh pihak BRI Syariah KCP Sragen, dalam melakukan penilaian jaminan pihak BRI Syariah wajib mengunjungi ke lokasi jaminan berupa tanah, tanah dan bangunan, kios atau sejenisnya atau fisik kendaraan yang dijaminkan oleh calon nasabah. Penilaian jaminan harus sesuai dengan kondisi jaminan. Apabila terjadi perbedaan nilai pasar jaminan antara informasi yang didapat oleh pihak BRI Syariah, maka yang diambil adalah nilai terendah. Penilaian tanah dilakukan survey ke lokasi jaminan untuk melihat kondisi jaminan dan dilakukan interview dengan pihak ketiga untuk mendapatkan tambahan informasi yang diperlukan, misalnya kondisi tanah, perkiraan nilai pasar atas jaminan tanah. Pengecekan keabsahan sertifikat, ada tidaknya sengketa dan kondisi tanah wajib dilakukan ke BPN setempat sebelum persetujuan pembiayaan. Nilai jaminan mengacu kepada daftar harga tanah dari ketentuan yang berlaku terkait dengan penilaian jaminan, yang dimaksud dengan nilai pasar wajar adalah nilai hasil appraisal atas jaminan yang diberikan berdasarkan kondisi harga pasar atau nilai wajar (transaksi jual beli). Untuk pengecekan harga tanah dapat dilakukan di salah satu sumber yaitu seperti developer, agent property, perusahaan lembaga penilaian jaminan (penilai independent), bukti
77
tertulis dari hasil penilai sebelumnya, bukti pembayaran SPPT PBB (Pajak Bumi dan Bangunan), dan kelurahan atau kecamatan. Adapun beberapa kondisi jaminan tanah atau bangunan yang dihindari dan tidak dibiayai oleh BRI Syariah yaitu antara lain: terkena rencana pelebaran jalan atau penggusuran, peruntukan untuk jalur hijau, berada di pinggir sungai yang arusnya deras (tidak termasuk aluran irigasi), daerah rawan banjir, mempunyai akses jalan menuju lokasi dan lebar jalan kurang dari 1 meter (khusus perumahan), tanah kuburan atau berada di sekitarnya dengan radius minimal 50 meter, tanah dalam sengketa, pabrik yang masih aktif, peruntukan sebagai sarana umum atau sosial, tanah dan bangunan yang peruntukannya melanggar hukum atau tidak sesuai dengan prinsip syariah seperti dijadikan untuk tempat perjudian, lingkungan lokalisasi, dll. Pada kasus Tuan X, Tuan X mengajukan jaminan berupa sertifikat sawah yang lokasinya berada di daerah Sragen, letaknya strategis dan lebar jalan 2 meter, serta terhindar dari penggusuran. Sehingga dalam proses mensurvei lokasi dapat terjangkau dengan mudah. Setelah dilakukan survei ke lokasi dan memenuhi syarat maka pada pengajuan jaminan sertifikat sawah diterima pihak BRI Syariah KCP Sragen.
78
Adapun untuk perhitungan perkiraan nilai sawah Tuan X adalah sebagai berikut: e. Luas sawah
= 3000 m2
f. Umur sawah
= 20 tahun
g. Nilai pasar sawah
= Rp 300.000
h. Nilai perkiraan sawah adalah: 3000 x (60% x Rp 300.000)
= Rp 540.000.000
Dari perhitungan di atas nilai perkiraan sawah adalah Rp 540.000.000, maka BRI Syariah menyetujui jaminan yang diberikan oleh Tuan X. Setelah dilakukan analisis pada kasus Tuan X tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Tuan X layak dibiayai. Di sisi lain, dapat diketahui dalam menganalisis kelayakan pembiayaan mikro iB BRI Syariah KCP Sragen hanya menganalisis pada character, capacity dan collateral nasabah. Meskipun demikian, dalam pembiayaan mikro iB yang telah dijalani selama berdirinya BRI Syariah KCP Sragen, BRI Syariah KCP Sragen belum pernah mengalami masalah nasabah yang macet pada pembiayaan mikro iB serta minat nasabah untuk melakukan permohonan pembiayaan mikro iB juga semakin meningkat.
C. Perkembangan Pembiayaan Mikro iB Di BRI Syariah KCP Sragen Jumlah dana yang disalurkan kepada nasabah pembiayaan mikro iB di BRI Syariah KCP Sragen pada bulan Januari sampai Desember 2015 adalah sebagai berikut:
79
Tabel 4.1 Laporan Tingkat Pembiayaan Mikro iB Bulan
Dana
Prosentase
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
530.000.000 856.200.000 499.000.000 520.000.000 830.000.000 729.000.000 1.058.000.000 1.315.000.000 1.400.000.000 835.000.000 996.000.000 1.026.000.000
5% 8,08% 4,71% 4,91% 7,83% 6,88% 9,99% 12,42% 13,22% 7,88% 9,4% 9,69%
Jumlah
Rp. 10.594.200.000
100%
Sumber: BRI Syariah KCP Sragen Daftar jumlah pembiayaan mikro iB di atas, dapat pula dibuat grafik sebagai berikut:
Grafik 4.1 Prosentase dana pembiayaan mikro iB di BRI Syariah KCP Sragen Dari tabel dan grafik di atas dana yang disalurkan untuk pembiayaan mikro iB di BRI Syariah KCP Sragen pada bulan Januari
80
sampai Desember 2015 yaitu sebesar Rp. 10.594.200.000. Pada bulan Januari jumlah dana pembiayaan mikro iB yaitu sebesar Rp. 530.000.000. Pada bulan Februari jumlah dana pembiayaan mikro iB yaitu sebesar Rp. 856.200.000. Pada bulan Maret jumlah dana pembiayaan mikro iB yaitu sebesar Rp. 499.000.000. Pada bulan April jumlah dana pembiayaan mikro iB yaitu sebesar Rp. 520.000.000. Pada bulan Mei jumlah dana pembiayaan mikro iB yaitu sebesar Rp. 830.000.000. Pada bulan Juni jumlah dana pembiayaan mikro iB yaitu sebesar Rp. 729.000.000. Pada bulan Juli jumlah dana pembiayaan mikro iB yaitu sebesar Rp. 1.058.000.000. Pada bulan Agustus jumlah dana pembiayaan mikro iB yaitu sebesar Rp. 1.315.000.000. Pada bulan September jumlah dana pembiayaan mikro iB yaitu sebesar Rp. 1.400.000.000. Pada bulan Oktober jumlah dana pembiayaan mikro yaitu sebesar Rp. 835.000.000. Pada bulan November jumlah dana pembiayaan mikro iB yaitu sebesar Rp. 996.000.000. Pada bulan Desember jumlah dana pembiayaan mikro iB yaitu sebesar Rp. 1.026.000.000. Berdasarkan tabel dan grafik di atas, jumlah dana yang disalurkan kepada nasabah untuk pembiayaan mikro iB di BRI Syariah KCP Sragen mengalami kenaikan setiap bulannya yaitu bulan Januari jumlah dana pembiayaan mikro iB mencapai 5%. Pada bulan Februari jumlah dana mengalami kenaikan 8,08%. Pada bulan April jumlah dana mengalami kenaikan 4,91%. Pada bulan Mei jumlah dana mengalami kenaikan 7,83%. Pada bulan Juli jumlah dana mengalami kenaikan 9,99%. Pada bulan
81
Agustus jumlah dana mengalami kenaikan 12,42%. Pada bulan September jumlah dana mengalami kenaikan 13,22%. Pada bulan November jumlah dana mengalami kenaikan 9,4%. Pada bulan Desember jumlah dana mengalami kenaikan 9,69%. Dari tabel dan grafik di atas juga dapat dilihat perkembangan jumlah penyaluran dana pembiayaan mikro iB mengalami penurunan yaitu bulan Maret mengalami penurunan 4,71%. Pada bulan Juni mengalami penurunan 6,88%. Pada bulan Oktober mengalami penurunan 7,88%. Meskipun mengalami sedikit penurunan BRI Syariah KCP Sragen akan tetap berusaha dalam meningkatkan jumlah nasabah khususnya pada pembiayaan mikro iB.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan Analisis yang dilakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Prosedur pembiayaan mikro iB di BRI Syariah KCP Sragen yaitu pertama, tahap permohonan pembiayaan, dimana nasabah pembiayaan harus memenuhi sesuai persyaratan yang telah ditentukan oleh BRI Syariah baik dalam persyaratan umum maupun dokumentasi. Kedua, tahap analisis pembiayaan, dimana pihak BRI Syariah akan memeriksa kebenaran kelengkapan dokumen aplikasi pembiayaan yang telah diisi nasabah. Ketiga, pemberian keputusan, dimana pembiayaan wajib disetujui oleh komite pembiayaan. Keempat, pencairan pembiayaan, dimana AOM akan membuat surat persetujuan prinsip pembiayaan untuk disampaikan kepada nasabah. Kelima, pemantauan pembiayaan, dimana BRI Syariah melakukan pemantauan kepada nasabah sampai nasabah tersebut melunasi pembiayaannya. 2. Analisis kelayakan pembiayaan mikro iB pada BRI Syariah KCP Sragen dari sejumlah kasus yang ditemukan pada nasabah dan implementasinya lebih menekankan pada aspek character, capacity, dan collateral. Pertama, aspek character yaitu mengenali karakter calon nasabah dengan cara melakukan kunjungan dan bertemu langsung dengan calon nasabah
82
83
3. ditempat usaha yang dibiayai. Kedua, aspek capacity, yaitu untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam mengembalikan pembiayaan yang telah dibiayai. Ketiga, aspek collateral yaitu sebagai jaminan dari nasabah pembiayaan untuk mencegah risiko pembiayaan yang tidak terbayar. Meskipun hanya tiga aspek yang diterapkan di BRI Syariah KCP Sragen belum pernah mengalami masalah pembiayaan mikro iB yang macet. 4. Tingkat perkembangan penyaluran dana pembiayaan mikro iB di BRI Syariah KCP Sragen dari bulan Januari sampai Desember 2015 mengalami kenaikan setiap bulannya yaitu bulan Januari jumlah dana pembiayaan mikro mencapai 5%. Pada bulan Februari jumlah dana mengalami kenaikan 8,08%. Pada bulan April jumlah dana mengalami kenaikan 4,91%. Pada bulan Mei jumlah dana mengalami kenaikan 7,83%. Pada bulan Juli jumlah dana mengalami kenaikan 9,99%. Pada bulan Agustus jumlah dana mengalami kenaikan 12,42%. Pada bulan September jumlah dana mengalami kenaikan 13,22%. Pada bulan November jumlah dana mengalami kenaikan 9,4%. Pada bulan Desember jumlah dana mengalami kenaikan 9,69%.
B. Saran Adapun saran yang kiranya penulis sampaikan adalah sebagai berikut: 1. BRI Syariah KCP Sragen diharapkan juga menerapkan pembiayaan mikro 25 iB, meskipun tanpa jaminan.
84
2. Prosedur yang diterapkan saat ini calon nasabah haruslah seorang yang memiliki usaha. Diharapkan BRI Syariah juga memperhatikan kalangan pedagang kaki lima yang membutuhkan dana. 3. BRI Syariah KCP Sragen harus lebih mensosialisasikan produk-produk yang ada, khususnya produk pembiayaan mikro iB agar lebih banyak masyarakat yang mengenal produk tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, M. Yazid. 2009. Fiqih Muamalah. Yogyakarta: Logung Pustaka. Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Gema Insani: Jakarta. Bungin, M. Burhan. 2013. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi Formatformat Kuantitatif dan kualitatif untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Publik, Komunikasi, Manajemen, dan Pemasaran. Jakarta: Kencana. Fadhila, Novi. 2015. Analisis Pembiayaan Mudharabah dan Murabahah Terhadap Laba Bank Syariah Mandiri. Jurnal Riset Akuntasi dan Bisnis: Vol. 15 No. 1. Anshori, Abdul Ghofur. 2006. Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia. Yogyakarta: Citra Media. . 2008. Kapita Selekta Perbankan Syariah di Indonesia. Yogyakarta: UII Press. Fatwa DSN MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah. Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: PT Bumi Aksara. Ismail. 2011. Perbankan Syariah. Jakarta: Prenada Media Group. Jaelani, Ahmad. 2015. “Analisis terhadap Mekanisme Pembiayaan Mikro dengan Akad Murabahah di BSM KCP Semarang Timur”. Tugas Akhir tidak diterbitkan. Semarang: Jurusan Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Walisongo. Julius, Latumaerissa. 1999. Mengenal Aspek-aspek Bank Umum. Jakarta: Bumi Aksara. Karim, Adiwarman A. 2009. Bank Islam Analis Fiqih dan Keuangan, edisi ketiga. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kara, Muslimin. 2013. “Konstribusi Pembiayaan Perbankan Syariah Terhadap Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah”. Jurnal Ahkam: Vol. 13 No. 2.
85
Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: YKPN. Pambudi, Wawan. 2014. “Analisis Kelayakan Pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga”. Tugas Akhir tidak diterbitkan. Salatiga: Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam STAIN Salatiga. Ridwan, Muhammad. 2007. Konstruksi Bank Syariah Indonesia. Yogyakarta: Pustaka SM. Riva’i, dan Veithsal. 2006. Islamic Financial Management, Teori, Konsep dan Aplikasi Panduan Praktis untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa. Jakarta: Rajawali Press. Suryani, Cicin, Asep Ramdan Hidayat, dan Nunung Nurhayati. 2013. “Analisis Kelayakan Keputusan Bank Terhadap Pemberian Pembiayaan Modal Kerja (Mikro iB) Kepada Calon Nasabah Pada Bank BRI Syariah KCP Setia budi”. Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah: Vol. 1 No. 2. Titik Sartika Pratomo, dan Abd. Rachman Soejono. Ekonomi Skala Kecil dan Kecil Menengah dan Koperasi. Jakarta: Galia Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah. Wawancara dengan Bapak Didik Istianto selaku Unit Mikro Syariah Head (UH) BRI Syariah KCP Sragen. Yuliana, Fetria Eka. 2014. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Salatiga: STAIN Salatiga Press. Http://chichimoed.blogspot.com. Dipos oleh: Dessy, diakses pada tanggal 1 Juni 2016 pukul 10.00 WIB. Http://www.tyasmustika.blogspot.com. Dipos oleh Tyas Mustika, diakses pada tanggal 22 Juli 2016 pukul 14.00 WIB. Http://www.depkop.go.id. Diakses pada tanggal 20 Mei 2016 pukul 11.00 WIB. Http://www.brisyariah.co.id. Diakses pada tanggal 1 Mei 2016 pukul 13.00 WIB. Http://www.ojk.go.id. Diakses pada tanggal 14 Juli 2016 pukul 09.00 WIB. Http://www.kabarsragen.blogspot.com. Diakses pada tanggal 14 Juli 2016 pukul 09.30 WIB.
86
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri Nama
: Setiana Fatimah
Tempat/tgl. Lahir
: Sragen, 04 November 1995
Alamat Rumah
: Dusun Bugel Rt. 28/07, Desa Kebonromo, Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen.
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
B. Riwayat Pendidikan 1. SDN Kebonromo II (2001-2007) 2. SMPN 1 Ngrampal (2007-2010) 3. MAN 1 Sragen (2010-2013)
Demikian daftar riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenarbenarnya.