FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (Studi Kasus PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Hayam Wuruk)
DONNY REYNALDO
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “FaktorFaktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Studi Kasus PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Hayam Wuruk)” adalah karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak dari penulisan lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2013
Donny Reynaldo H34077013
ABSTRAK DONNY REYNALDO. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Studi Kasus PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Hayam Wuruk). Dibimbing oleh YUSALINA. Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah program pemerintah untuk membantu pelaku UMKM dalam mengembangkan usahanya. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Hayam Wuruk merupakan salah satu pihak perbankan yang menyalurkan kredit. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian KUR di sektor agribisnis di BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk dan Menganalisis dampak penyaluran KUR di sektor agribisnis terhadap peningkatan pendapatan usaha. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik, pendekatan keuntungan dan uji statistik t-hitung. Hasil penelitian menjelaskan bahwa : (1) Debitur yang berusia tua berpeluang lebih besar melakukan pengembalian kredit sesuai jadwal dibandingkan debitur berusia muda. (2) Debitur yang memiliki tanggungan keluarga tidak banyak memiliki peluang lebih besar melakukan pengembalian kredit sesuai jadwal dibandingkan debitur yang banyak memiliki tanggungan keluarga. Dan (3) Debitur yang telah dua kali menerima fasilitas kredit, memiliki peluang lebih lancar dari debitur yang baru pertama kali menerima kredit. Kata Kunci
: faktor analisis pengembalian kredit, Kredit Usaha Rakyat (KUR)
ABSTRACT DONNY REYNALDO. Factors That Influence The Repayment Kredit Usaha Rakyat (Cases On PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Hayam Wuruk Branch). Supervised by YUSALINA. Kredit Usaha Rakyat or KUR is help the government is program to develop entrepreneur (UMKM) business. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Branch Offices Hayam Wuruk is one of distribute loan (KUR). The purpose of this research are analyze of Factors that influence the repayment and loan’s impact on revenue in BRI branch office Hayam Wuruk agribusiness sector . Methods used in this research are regression logistic, profits distribution and T Test. The results of research that : (1) oldest debtors will return loans on scheduly than youngest debtors (2) debtors have a family has few greater opportunities do credit repayment schedule than many debtors have a family (3) debtors who has twice received credit facility having opportunities more performing than debtors who first accept loan. Key words :
Factors that influence the repayment, Kredit Usaha Rakyat (KUR)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (Studi Kasus PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Hayam Wuruk)
DONNY REYNALDO
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi
Nama NIM
: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Studi Kasus PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Hayam Wuruk) : Donny Reynaldo : H34077013
Disetujui oleh
Dra. Yusalina, MSi. Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah kredit, dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Studi Kasus PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Hayam Wuruk). Terima kasih penulis ucapkan kepada Dra. Yusalina, MSi. selaku pembimbing, Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi. selaku dosen evaluator kolokium dan dosen penguj utama, Arif Karyadi Uswandi, SP selaku dosen penguji Komdik, serta Bapak Inal Rojid Sihotang beserta karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Hayam Wuruk. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas doa dan dukungannya. Semoga karya ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2013 Donny Reynaldo
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Perkreditan di Indonesia Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Dampak Penyaluran Kredita Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Penawaran dan Permintaan Kredit Risiko Kredit Dampak Kredit Terhadap Pendapatan Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Data dan Sumber Data Metode Pengambilan Contoh Metode Analisis dan Pengolahan Data Analisis Deskriptif Regresi Logistik Analisis Dampak KUR Terhadap Pendapatan Usaha GAMBARAN UMUM BRI Sejarah BRI Struktur Organisasi Perkreditan BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk Karakteristik Responden Karakteristik Individu Karakteristik Usaha Karakteristik Kredit HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUR Usia Debitur Pendidikan Jumlah Tanggungan Keluarga Pemahaman Akad Kredit Omset Lama Usaha Jenis Usaha Frekuensi KUR Dampak KUR Terhadap Pendapatan Usaha
vii vii vii 1 1 5 7 7 7 7 12 14 16 16 16 18 20 21 25 25 25 25 26 26 26 27 28 28 29 30 30 32 32 33 33 34 35 35 36 36 36 37 37 38
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
39 39 40 40 42
DAFTAR TABEL Kriteria UMKM Berdasarkan Aset dan Omset Jumlah Unit Usaha Kecil dan Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2009-2012 3 Realisasi Penyaluran KUR Bank Nasional (31 Desember 2012) 4 Realisasi KUR Menurut Sektor Ekonomi (31 Desember 2012) 5 Laporan Penyaluran KUR di BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk Tahun 2007-2012 6 Laporan Data Non Perfoming Loan (NPL) di BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk Tahun 2007-20112 7 Karakteristik Individu Debitur BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk 8 Karakteristik Usaha Debitur BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk 9 Karakteristik Kredit Debitur BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk 10 Hasil Analisis Terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUR pada BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk 11 Tingkat Pendapatan Debitur Sebelum dan Sesudah Menerima Fasilitas KUR Berdasarkan Bidang Usaha 12 Hasil Pengolahan Data Debitur Sebelum dan Sesudah Menerima Fasilitas KUR dengan Menggunakan Uji Statistik t-hitung 1 2
1 2 3 4 5 6 31 32 33 33 38
38
DAFTAR GAMBAR 1 2 3
Permintaan dan Penawaran Kredit Kerangka Pemikiran Operasional Struktur Organisasi Perkreditan BRI Kanca Hayam Wuruk
17 24 29
DAFTAR LAMPIRAN 1 2
Hasil Pengolahan Data dengan Regresi Logistik Hasil Uji Statistik t-hitung
42 44
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian, baik di sektor hulu maupun di hilir hal ini karena agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan (food supply chain)1. Sektor budidaya pertanian (on farm) merupakan sektor yang mengubah input pertanian menjadi output atau komoditas primer hasil pertanian. Sektor ini meliputi pertanian dalam arti luas, yaitu budidaya tanaman, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Komoditas primer yang dihasilkan oleh sektor ini adalah bahan pangan (padi, jagung, kedelai, dan sebagainya), daging, ikan, telur, susu, sayur atau hortikultura, serat, dan kayu. Peranan agribisnis secara keseluruhan dalam perekonomian nasional cukup besar. Besarnya peranan agribisnis ini dapat dilihat dari kontribusi agribisnis terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 7 persen pada dasawarsa 1990-an merupakan kontribusi agribisnis1. Sektor agribisnis mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 43 juta orang dari total tenaga kerja di Indonesia yang mencapai 116 juta2. Hal ini menunjukkan bahwa agribisnis merupakan penyedia lapangan kerja yang potensial bagi perekonomian nasional. Tantangan yang dihadapi dunia usaha agribisnis pada saat ini adalah pelaku usaha agribisnis di Indonesia sebagian besar masih termasuk ukuran Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM). Sisi positif dari sektor usaha yang berskala UMKM adalah fleksibilitasnya dalam situasi yang berubah, karena tidak perlu terhambat oleh persoalan-persoalan birokrasi yang dihadapi perusahaan besar. Kriteria usaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah telah diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), salah satu kriteria dari UMKM adalah berdasarkan aset dan omset (Tabel 1). Tabel 1. Kriteria UMKM di Indonesia Berdasarkan Asset dan Omset Tahun 20083 Kriteria No
Usaha Asset (Rp.)
Omset (Rp.)
1
Usaha Mikro
Maks. 50 Juta
Maks. 300 Juta
2
Usaha Kecil
> 50 Juta – 500 Juta
> 300 Juta – 2,5 Miliar
3
Usaha Menengah
> 500 Juta – 10 Miliar
> 2,5 Miliar – 50 Miliar
Pelaku bisnis skala UMKM mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan yang merupakan sektor usaha yang merupakan cerminan dari sektor agribisnis, sebagian besar masih dalam bentuk usaha kecil dan menengah. Berdasarkan data Departemen Koperasi Usaha 1 2 3
http://stipermtgt.ac.id. Pengertian Agribisnis. [03 Mei 2013] http://www.bisnis.com. Sektor Agribisnis Serap 43 Juta Tenaga Kerja. [03 Mei 2013] http://infoukm.wordpress.com. Keragaman Definisi UKM di Indonesia. [03 Mei 2013]
2
Mikro Kecil dan Menengah (2012) terjadi peningkatan pada sektor agribisnis sebesar 2,00 persen, yaitu dari 25.454.175 unit pada tahun 2009 menjadi 27.456.358 unit pada tahun 2012. Jika dilihat dari persentase pertumbuhan setiap sektor usaha, maka persentase pertumbuhan sektor agribisnis tergolong rendah. Pada Tabel 2 menjelaskan pertumbuhan jumlah UMKM menurut sektor ekonomi dari tahun 2009-2012. Peranan UMKM adalah sarana pembuka lapangan kerja dan dapat meningkatkan pendapatan nasional. Permodalan merupakan hambatan bagi sebagian UMKM dalam melakukan pengembangan usahanya. Hal ini disebabkan pelaku usaha UMKM sulit untuk memenuhi persyaratan dari lembaga keuangan atau perbankan dan kurangnya informasi yang tersedia dari pihak lembaga perbankan. Tabel 2. Jumlah Unit Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Menurut Sektor Ekonomi tahun 2009-2012 Sektor Kecil Agribisnis Tambang Dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Jumlah
2009 Skala Usaha (Unit) Menengah Jumlah
Kecil
2012 Skala Usaha (Unit) Menengah Jumlah
Pertumbuhan (%)
26.259.805
1.607
25.454.175
27.454.175
2.183
27.456.358
2,00
197.204
702
197.906
195.588
695
196.283
-1,62
2.647.129
13.004
2.660.133
2.777.237
13.912
2.791.149
1,31
4.265
472
4.737
4.484
743
5.227
4.90
157.930
8.971
166.901
158.181
8.923
167.104
2,03
9.975.668
25.900
10.001.568
10.188.227
27.585
10.215.812
2,14
2.580.322
3.636
2.583.958
2.742.552
3.597
2.745.149
1,62
30.638
6.595
37.233
30.661
6.857
37.518
2,85
2.269.640 44.122.601
6.978 67.865
2.276.618 43.383.229
2.377.261 45.928.366
6.847 71.342
2.384.108 45.998.708
1,07 26,15
Sumber : Departemen Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (2013). Salah satu program pemerintah untuk mengatasi kendala permodalan bagi pelaku usaha UMKM dan koperasi adalah melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR adalah kredit atau pembiayaan yang diberikan oleh perbankan kepada UMKM dan koperasi yang layak (feasible) tetapi belum memenuhi syaratsyarat sebagai calon debitur perbankan (bankable). Dengan demikian, usaha tersebut memiliki prospek bisnis yang baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan. UMKM dan koperasi yang diharapkan dapat mengakses KUR adalah yang bergerak di sektor usaha produktif antara lain adalah pertanian, perikanan dan kelautan, perindustrian, kehutanan, dan jasa keuangan simpan pinjam. Penyaluran KUR dapat dilakukan langsung, maksudnya UMKM dan koperasi dapat langsung mengakses KUR di kantor bank pelaksana. Penyaluran KUR dapat juga dilakukan secara tidak langsung, maksudnya usaha mikro dapat mengakses KUR melalui Lembaga Keuangan Mikro dan Koperasi, atau melalui kegiatan linkage program lainnya yang bekerjasama dengan Bank Pelaksana. Tujuan KUR adalah meningkatkan akses pada sumber pembiayaan, antara lain dilakukan dengan memberikan penjaminan kredit bagi UMKM dan koperasi.
3
Hal ini berdasarkan Instruksi Presiden nomor 6 tahun 2007 tanggal 8 Maret 2007 tentang Kebijakan Percepatan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM dan koperasi guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bank Pelaksana yang menyalurkan KUR ini adalah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT.Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT.Bank Negara Indonesia Syariah, PT. Bank Tabungan Negara, PT. Bank Syariah Mandiri, PT. Bank Bukopin dan Bank Jabar Banten (BJB). Perkembangan penyaluran KUR dari bank pelaksana pada tahun 2012 mengalami pertumbuhan yang baik (Tabel 3). Pertumbuhan ini dapat menunjukkan keberhasilan pemerintah dan pihak perbankan dalam memajukan usaha sektor mikro, kecil dan menengah. Tabel 3. Realisasi Penyaluran KUR Bank Nasional (31 Desember 2012) 4 No.
Bank
1 2 3 4 5 6 7 8
BNI BRI Mandiri BTN Bukopin Bank Syariah Mandiri BNI Syariah BJB
Realisasi Penyaluran KUR Plafon (Rp. Juta) Debitur (Orang/Badan Usaha) 9.228.408 5.057.304 55.158.353 6.799.931 10.080.779 204.602 3.090.411 18.175 1.321.358 9.231 2.611.665 32.363 23.944 94 2.149.433 20.669
Berdasarkan Tabel 3 bahwa pada saat ini PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI adalah penyalur KUR terbesar dengan total plafon mencapai Rp. 55 triliun. Selanjutnya, Bank Mandiri dengan total plafon sebesar Rp. 10 triliun dan di urutan ketiga adalah PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI dengan total plafon sebesar Rp. 9,2 triliun. Program KUR telah membantu sektor-sektor ekonomi dalam memajukan usahanya, sektor ekonomi yang terbantu dengan adanya program KUR antara lain adalah sektor perdagangan dan sektor pertanian. Pelaku bisnis di sektor perdagangan memiliki debitur sebanyak 4.958.777 orang (badan usaha) dan di sektor pertanian memiliki debitur sebanyak 1.013.240 orang (badan usaha). Semakin banyak debitur yang percaya terhadap program KUR. Dengan demikian, Kepercayaan terhadap program KUR sebagai pinjaman yang dijamin oleh pemerintah dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan usaha ekonomi di Indonesia. Data mengenai jumlah debitur di setiap sektor dapat dilihat pada Tabel 4.
4
Sebaran penyaluran Kredit Usaha Rakyat periode November 2007-Desember 2012. http://komite-kur.com. [09 Februari 2013]
4
Tabel 4.
Realisasi KUR di Indonesia Menurut Sektor Ekonomi (31 Desember 2012) 5
No. Sektor Ekonomi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Pertanian Perikanan Pertambangan Industri pengolahan Listrik, gas dan air Konstruksi Perdagangan Penyediaan akomodasi Transportasi Perantara keuangan usaha persewaan Jasa pendidikan Jasa kesehatan Jasa kemasyarakatan Jasa perorangan Badan internasional Lainnya Total
Total Plafon Outstanding (Rp. juta) (Rp. juta) 14.364.145 7.005.688 739.296 409.908 67.009 39.097 2.372.818 1.296.993 42.250 26.807 1.678.238 781.138 51.950.762 21.199.510 586.965 333.547 1.020.663 641.160 736.918 382.174 3.053.336 1.846.237 36.117 20.201 170.240 96.877 2.284.584 1.041.524 53.350 32.144 6.128 3.295 11.245.243 3.786.389 90.416.677 38.944.556
Debitur 1.013.240 6.571 1.166 113.265 715 8.107 4.958.777 24.421 22,004 2.830 134.159 243 1.384 95.520 498 39 922.353 7.305.323
Fungsi bank dalam hal ini adalah menghimpun dana dari masyarakat kemudian menyalurkannya kepada sektor-sektor usaha yang produktif, sehingga dapat meningkatkan pendapatan nasional (Kasmir, 2004). Peranan bank terhadap agribisnis sangat penting, dalam hal pemberian bantuan modal pembiayaan kepada sektor usaha agribisnis. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI merupakan salah satu bank milik pemerintah yang fokus pada pemerataan pembangunan dan pengembangan UMKM. Hal ini dapat dilihat dari misi yang dimiliki BRI yaitu melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah, untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat. BRI hingga saat ini merupakan penyalur KUR terbanyak diantara bank penyalur KUR lainnya, dengan realisasi KUR sebanyak 6.799.931 debitur dari bulan November 2007. BRI memberikan fasilitas kepada masyarakat dan pelaku bisnis untuk mengembangkan UMKM dalam bentuk pembiayaan dengan menerapkan program kredit dari pemerintah berupa KUR. Beberapa jenis dari KUR antara lain Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI).
5
Sebaran penyaluran Kredit Usaha Rakyat periode November 2007-Desember 2012. http://komite-kur.com. [09 Februari 2013]
5
Perumusan Masalah Program KUR adalah program yang diharapkan dapat membantu UMKM dan koperasi dalam bentuk pinjaman modal usaha tanpa jaminan. Pemerintah dalam melaksanakan program KUR bekerjasama dengan lembaga perbankan dan lembaga penjamin. Kerjasama ini bertujuan untuk menyalurkan KUR kepada pelaku usaha yang belum memiliki aset akan tetapi prospek usaha baik untuk kedepannya. Lembaga perbankan yang berkerjasama dengan pemerintah adalah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Tujuan dari penunjukkan BRI sebagai bank penyalur KUR adalah membantu calon debitur KUR dalam penyediaan modal usaha. Adanya KUR tersebut diharapkan para pelaku usaha dapat mengembangkan usahanya dan meningkatkan pendapatan usahanya. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Hayam Wuruk di Jakarta merupakan kantor pelayanan yang berada di lokasi strategis dan memiliki potensi ekonomi dan finansial dalam peningkatan kredit, dana dan jasa yang termasuk didalamnya memberikan bantuan KUR bagi UMKM dan koperasi. Peningkatan jumlah debitur baik dari perorangan ataupun badan usaha dari tahun 2007 sampai dengan 2012 menunjukkan semakin membaiknya perkembangan sektor ini. Kondisi ini berpengaruh positif dalam mendukung upaya ekspansi penyaluran kredit di BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk. Kondisi ini dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Laporan Penyaluran KUR di BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk Tahun 2007-2012 Total Debitur 102 267 301 356 475 535
Debitur Lancar
Debitur NPL
79 236 265 331 452 499
23 31 36 25 23 36
Total Baki Debet Kredit (Rp. 000) 943.400 1.372.771 2.153.094 3.324.371 5.812.511 13.777.654
Sumber : BRI Hayam Wuruk, 2013 (diolah) Penyaluran Kredit Usaha Rakyat di BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk juga disertai dengan sejumlah masalah. Pengembalian kredit yang tidak lancar menjadi permasalahan yang perlu diselesaikan. Berdasarkan data kredit bermasalah pada program KUR di BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk dari tahun 2007 sampai dengan 2012, menunjukkan masih cukup tingginya debitur yang gagal dalam membayar kewajibannya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.
6
Tabel 6. Laporan Data Non Perfoming Loan (NPL) KUR di BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk Tahun 2007-2012 Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Debitur 102 267 301 356 475 535
Total Debitur 23 31 36 25 23 36
Baki Debet Kredit (Rp. 000) 943.400 1.372.771 2.153.094 3.324.371 5.812.511 13.777.654
Total NPL (Rp. 000) 475.105 664.371 1.317.185 1.453.546 2.857.609 6.812.002
NPL (%) 5,00 4,90 6,10 4,30 4,90 4,90
Sumber : BRI Hayam Wuruk, 2013 (diolah) Berdasarkan Tabel 6, nilai NPL KUR dari tahun 2007 sampai dengan 2012 berada di kisaran 5 persen, bahkan pada tahun 2009 mengalami peningkatan mencapai 6,10 persen. Hal ini cukup meresahkan bagi pihak manajemen BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk. BRI menetapkan posisi NPL terhitung semenjak kolektibilitas (performa kelancaran pengembalian kredit) dari kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar (KL), Diragukan (D) dan Macet (M). Pada tahun 2009 BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk mendapatkan pinalti tidak diizinkan untuk sementara waktu menyalurkan KUR, sampai dengan tingkat NPL kurang dari 5 persen (< 5 persen). Target dari manajemen BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk adalah dapat menurunkan tingkat NPL sebesar kolektibilitas 1 (lancar), sebagai pembanding adalah Kantor Cabang Veteran yang dapat menekan tingkat NPL dari tahun 2010 sampai dengan 2012 sebesar kolektibilitas 1. Hal ini terjadi karena Kantor Cabang Veteran selektif dalam penerimaan calon debitur, baik penilaian dari sisi calon debitur dan usaha yang dijalankan. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, semakin tinggi nilai NPL (diatas 5 persen) maka bank tersebut tidak sehat. Aturan ini berlaku untuk semua jenis kredit yang disalurkan oleh bank umum. NPL yang tinggi menyebabkan menurunnya laba yang akan diterima oleh bank. Penurunan laba mengakibatkan deviden yang dibagikan juga semakin berkurang, sehingga pertumbuhan tingkat pengembalian saham bank akan mengalami penurunan. Kondisi seperti ini tentunya menjadi dilematis bagi pihak bank di satu sisi BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk ingin membantu UMKM dalam hal pendanaan untuk menjalankan usahanya, namun di sisi lain BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk juga berharap adanya keuntungan dari pemberian kredit untuk membiayai kelangsungan BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk itu sendiri. Hal tersebut menyebabkan perlunya penelitian untuk mengetahui sebab-sebab tidak lancarnya pengembalian KUR BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk, sehingga diharapkan dapat menyusun strategi yang lebih baik lagi dalam menyeleksi calon debitur agar angka kredit bermasalah dapat ditekan. Berdasarkan uraian perumusan masalah maka permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap pengembalian KUR di BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk ? 2. Bagaimana dampak penyaluran KUR agribisnis terhadap peningkatan pendapatan usaha ?
7
Tujuan Penelitian
1. 2.
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian KUR di sektor agribisnis di BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk. Menganalisis dampak penyaluran KUR di sektor agribisnis terhadap peningkatan pendapatan usaha. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan informasi bagi pihak yang berkepentingan, yaitu : 1. Bagi pihak perbankan secara umum dan BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk khususnya diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan strategi kebijakan dalam mencegah terjadinya tunggakan kredit. 2. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan, serta dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA Perkreditan di Indonesia Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang (badan usaha) untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. Kredit berasal dari kata Italia, credere yang artinya kepercayaan, yaitu kepercayaan dari kreditor bahwa debitur akan mengembalikan pinjaman beserta bunganya sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak, kreditur percaya bahwa kredit itu tidak akan macet. Prinsip penyaluran kredit adalah prinsip kepercayaan dan kehati-hatian. Indikator kepercayaan ini adalah kepercayaan moral, komersial, finansial dan agunan. Kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati (Hasibuan, 2001) Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 1967 tentang pokok-pokok Perbankan dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal I menjelaskan arti kredit. Bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihantagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjammeminjam antara bank dengan lain pihak dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan.6 Undang-Undang nomor 14 tahun 1967 telah diperbarui dengan UndangUndang nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, hal ini dikarenakan sudah tidak dapat mengikuti perkembangan perekonomian nasional maupun internasional. Penjelasan kredit berdasarkan UU nomor 7 tahun 1992 bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan 6
www.dpr.go.id. Undang-Undang RI nomor 14 tahun 1967. [15 September 2012]
8
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.7 Pemberian kredit kepada debitur berdasarkan atas kepercayaan. Bank percaya bahwa kredit yang telah diberikan kepada debitur akan dapat dikembalikan di kemudian hari pada saat jatuh tempo kredit. Sesuai dengan kondisi yang tertulis dalam perjanjian kredit (pokok pinjaman, bunga pinjaman, jangka waktu kredit, dan tanggal jatuh tempo). Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998 bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lainnya yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut (Agustania, 2009) : 1. Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang Para pemilik uang atau modal dapat secara langsung meminjamkan uangnya kepada para peminjam untuk kebutuhan usaha atau kebutuhan pribadi. Selain itu para pemilik uang atau modal juga dapat menyimpan uangnya pada lembaga-lembaga keuangan. 2. Kredit dapat meningkatkan peredaran lalu lintas uang Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan pembayaran baru seperti cek, giro bilyet, dan wesel. Sehingga apabila pembayaran dilakukan dengan cek, giro bilyet, dan wesel maka peredaran uang giral akan dapat meningkat. Di samping itu, kredit perbankan yang ditarik secara tunai dapat pula meningkatkan peredaran uang kartal sehingga lalu lintas uang akan berkembang pula. 3. Kredit dapat meningkatkan peredaran barang kredit dapat meningkatkan peredaran barang, baik melalui penjualan secara kredit maupun dengan membeli barang-barang disatu tempat dan menjualnya ke tempat lain. Pembelian tersebut berasal dari kredit. Hal ini berarti bahwa kredit tersebut dapat meningkatkan manfaat suatu barang. 4. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi Pemberian kredit kepada sektor usaha yang produktif secara selektif dan terarah dapat meningkatkan kemampuan daya saing suatu usaha. Hal ini dapat memberikan dampak nyata seperti meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan dalam negeri agar dapat diekspor. Kebijakan ini dapat dilakukan pada saat perekonomian sedang tidak baik. Berdasarkan tujuan pengunaannya kredit dapat dibagi menjadi dua jenis (Agustania, 2009), yaitu: 1. Kredit konsumtif Kredit konsumtif adalah kredit yang digunakan untuk membiayai pembelian barang-barang atau jasa-jasa yang dapat memberikan kepuasan langsung kepada konsumen. Jenis kredit ini digunakan untuk membiayai hal-hal yang bersifat konsumtif seperti kredit perumahan, kredit kendaraan, serta kredit untuk pembelian makanan. Secara tidak langsung kredit konsumtif akan 7
www.bumn.go.id. Undang-Undang Republik Indonesia. [15 September 2012]
9
memberikan efek produktif dengan cara meningkatkan dari barang atau jasa yang dibeli pelanggan. 2. Kredit produktif Kredit produktif yaitu kredit yang digunakan dengan tujuan untuk memperlancar jalannya proses produksi atau dengan tujuan untuk membeli barang-barang untuk dijual kembali. Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang berperan untuk menghimpun dana dari masyarakat (baik dalam bentuk tabungan ataupun deposito) dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman atau kredit. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa bank merupakan lembaga perantara bagi masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang membutuhkan dana. Oleh karena itu, bank harus dapat dipercaya oleh masyarakat sehingga nantinya bank dapat dipercaya oleh masyarakat untuk menyimpankan uangnya di bank (Hutagaol, 2009). Tingkat bunga adalah biaya peminjaman atau harga yang dibayar untuk meminjam sejumlah dana (PPK Ritel BRI, 2009). Menurunnya suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) yang berarti menurunnya pendapatan perbankan dari penempatan dana pada SBI dan mendorong perbankan pada pembiayaan sektor riil. Namun, suku bunga kredit tidak mengikuti pergerakan suku bunga SBI dan keterbatasan daya serap sektor riil dalam menerima pembiayaan kredit secara layak. Syarat-syarat kredit diperlukan bagi pihak perbankan dalam memberikan pinjaman dana kepada nasabah, bank mengharapkan dana pinjamannya kembali. Syarat-syarat kredit dipergunakan untuk memperkecil risiko dana tidak kembali, dalam hal ini pihak perbankan perlu mempertimbangkan beberapa hal yang terkait dengan itikad baik (willingness to pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) nasabah untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya (Supriyono, 2011). Hal-hal yang diperhatikan dalam perjanjian kredit antara lain adalah jangka waktu kredit, suku bunga, cara pembayaran, agunan atau jaminan kredit, biaya administrasi, asuransi jiwa dan tagihan. Jenis-jenis kredit terdiri dari kredit investasi, kredit modal kerja, kredit konsumsi dan kredit usaha tanpa agunan (Hutagaol, 2009). 1. Kredit Investasi Kredit investasi merupakan fasilitas kredit yang bertujuan untuk membiayai investasi untuk menunjang kegiatan usaha yang bersangkutan dengan jangka waktu kredit lebih dari satu tahun. Cara pelunasannya dilakukan dengan angsuran setiap bulannya berupa pokok dan bunga pada bank konvensional. Tujuan penggunaan kredit investasi yang umum dilakukan oleh debitur antara lain adalah pembelian mesin, pembelian kendaraan usaha, pembelian tempat usaha, relokasi tempat usaha, pembangunan gedung usaha dan lain-lainya. 2. Kredit Modal Kerja Kredit modal kerja adalah kredit yang dibutuhkan untuk membiayai kebutuhan modal kerja dan digunakan untuk menunjang perputaran usaha. Komponen-komponen yang dibiayai oleh modal kerja adalah membiayai stok barang, membiayai piutang usaha dagang dan pembelian barang secara tunai. 3. Kredit Konsumsi Kredit konsumsi dikaitkan dengan kredit yang berhubungan dengan kebutuhan pribadi (non usaha). Kredit yang tergolong dengan kredit
10
konsumsi antara lain adalah Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Kredit Multi Guna (KMG), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) dan Kartu Kredit. 4. Kredit Usaha Tanpa Agunan Kredit usaha tanpa agunan umumnya program dari pemerintah yang ditujukan untuk usaha kecil dan menengah. Pemerintah akan bekerjasama dengan perbankan dan asuransi penjamin kredit untuk menyalurkan kredit tanpa agunan. Contoh dari kredit tanpa agunan adalah program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Menurut Pedoman Pelaksaan Kredit BRI bahwa pembagian kredit terdiri dari obyek kredit, sektor ekonomi dan menurut sifatnya. 1. Jenis kredit menurut obyek yang dibiayai Berdasarkan obyek kredit yang dibiayai, kredit dapat dibedakan menjadi : a. Kredit Modal Kerja (KMK) Kredit Modal Kerja (KMK) adalah kredit yang diberikan oleh bank kepada debitur untuk memenuhi kebutuhan modal kerjanya. Kriteria dari modal kerja yaitu kebutuhan modal yang habis dalam satu periode usaha, hal ini dalam neraca debitur akan berupa uang kas ditambah dengan piutang dagang ditambah dengan persediaan, baik persediaan barang jadi, persediaan bahan dalam proses dan persediaan bahan baku. b. Kredit Investasi (KI) Kredit Investasi adalah kredit yang dikeluarkan oleh perbankan untuk pembelian produksi dan penunjang, seperti contoh pembelian mesin-mesin produksi dan pembuatan gudang penyimpanan. Sifat dari kredit investasi tidak habis dalam satu periode usaha, 2. Jenis Kredit Menurut Sektor Ekonomi Pembagian kredit menurut sektor ekonomi bertujuan untuk menentukan tahapan pengembalian kredit, seperti contoh kredit di sektor perkebunan, umumnya pembayaran pokok dibayarkan pertahun dengan pembayaran bunga dibayarkan setiap bulannya. Secara garis besar pembagian kredit menurut sektor ekonomi dapat dibedakan sebagai berikut : a. Sektor pertanian dan perkebunan b. Sektor jasa c. Sektor pertambangan d. Sektor perindustrian e. Sektor perdagangan, restoran dan hotel 3. Pembagian Kredit Menurut Sifat-Sifatnya Variasi bidang usaha yang beragam akan mempengaruhi dari pola pencairan kebutuhan modalnya dan bentuk dari struktur pelunasan dari kreditnya. Jenisjenis perkreditan menurut sifatnya dapat diuraikan sebagai berikut : a. Berulang (Revolving Credit) Revolving Credit adalah suatu sifat kredit yang dapat ditarik sesuai dengan kebutuhan dana dari pihak debitur. Jenis kredit ini baki debetnya (outstanding) akan berfluktuasi dari waktu ke waktu sesuai dengan kapasitas atau kebutuhan dana yang akan berlangsung. Jangka waktu dapat diperpanjang selama kegiatan usahanya masih produktif.
11
b. Kredit Sekali Tarik (Einmalig Credit/Self Liquidating Credit) Kredit ini bersifat satu kali penarikan untuk suatu jangka waktu. Pola pelunasan kredit ini dilunasi pada saat kredit ini telah jatuh tempo sesuai perjanjian kredit. Pengertian bank adalah organisasi yang menggabungkan usaha manusia dan sumber-sumber keuangan untuk melaksanakan fungsi bank dalam rangka melayani kebutuhan masyarakat dan untuk memperoleh keuntungan bagi pemilik bank. Menurut Undang-Undang nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, pengertian bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana dari bank tersebut, kemudian bank menyalurkan kembali dana tersebut (Hutagaol, 2009). Lembaga penjaminan yang menjadi rekanan pemerintah dalam menyalurkan KUR adalah PT. Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dan Perum Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo). PT. Askrindo didirikan oleh Pemerintah Republik Indonesia dan Bank Indonesia pada tahun 1971. Askrindo bergerak pada bidang asuransi kredit bank dan juga usaha-usaha lainnya, khusus di bidang penjaminan. Jamkrindo merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang didirikan berdasarkan peraturan pemerintah nomor 95 tahun 2000 tanggal 7 November 2000. Perusahaan ini didirikan untuk meneruskan Perusahaan Umum Pengembangan Keuangan Koperasi (Perum PKK) dengan sasaran dan lingkup usaha diperluas. Perluasan sasaran dan lingkup usaha tersebut antara lain dengan memberikan pelayanan tidak hanya kepada koperasi melainkan juga kepada UMKM. Langkah nyata dari program pemerintah dalam memberikan kemudahan kepada usaha mikro, kecil dan koperasi untuk memperoleh fasilitas kredit dari bank yaitu meluncurkan program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Hal ini tercantum dalam Instruksi Presiden (Inpres) nomor 6 tahun 2007 tanggal 08 Juni 2007 tentang kebijakan percepatan pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM serta Nota Kesepahaman Bersama antara pemerintah, perbankan dan perusahaan penjamin pada tanggal 09 Oktober 2007 . Pengertian–pengertian yang dipergunakan dalam KUR antara lain : 1. Penerima Jaminan Pihak perbankan yang akan memberikan fasilitas kredit kepada usaha mikro, kecil dan koperasi. Dalam memberikan fasilitas kredit tersebut pihak perbankan menanggung risiko kerugian yang timbul dari adanya ketidakpastian atas pelunasan kredit. 2. Penjamin Perusahaan penjamin yang kegiatan usahanya memberikan penjaminan kredit kepada usaha mikro, kecil dan koperasi. Perusahaan yang memberikan penjaminan dalam hal ini PT (Persero) Asuransi Kredit Indonesia dan Perusahaan Umum Jaminan Kredit Indonesia. 3. Terjamin Usaha mikro, kecil dan koperasi berbentuk usaha, perorangan, kelompok, kemitraan, persekutuan perdata maupun Badan Hukum yang mengadakan Perjanjian Kredit dengan pihak Penerima Jaminan.
12
1.
2. 3. 4. 1.
2.
3. 4. 5.
6.
7.
Pola kredit yang diterapkan oleh sistem KUR antara lain : KUR adalah kredit modal kerja dan atau investasi dengan plafon kredit sampai dengan Rp. 500 juta (total eksposur) yang diberikan kepada usaha mikro, kecil dan koperasi yang memiliki usaha produktif. KUR dapat diberikan dengan pola linkage program kepada Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Badan Kredit Desa (BKD), Baitul Mal Wa Tanwil (BMT) dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) lainnya. Besarnya maksimal prosentase penjaminan atas kredit yang disalurkan oleh BRI yang dapat dijamin oleh Penjamin sebesar 70 persen dari plafon kredit. Bagian dari jumlah kerugian pihak Penerima Penjamin sebesar 30 persen atau yang tidak diganti oleh Penjamin merupakan risiko Penerima Penjamin. Sumber dana KUR berasal sepenuhnya dari dana Penerima Penjamin. Ketentuan umum dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) antara lain : Persyaratan calon debitur (Terjamin) adalah individu (perorangan atau badan hukum), kelompok, koperasi atau kemitraan yang melakukan usaha produktif yang layak namun belum bankable. Jenis kredit dapat diberikan untuk keperluan modal kerja atau investasi. Jangka waktu kredit modal kerja maksimal tiga tahun dan jangka waktu kredit investasi maksimal lima tahun. Besar kredit yang diberikan sampai dengan maksimal Rp. 500 juta (total eksposur). Suku bunga efektif yang dikenakan atas KUR adalah minimal sebesar Base Lending Rate dan maksimal 14 persen per tahun dan bersifat revieable. Bentuk kredit : a. Kredit Modal Kerja (KMK) : R/C Maksimum CO Menurun. b. Kredit Investasi : Pseudo R/C. c. Khusus untuk usaha musiman, contohnya adalah pertanian dan perkebunan. Jangka waktu kredit maksimal satu tahun, bentuk kredit dapat sekaligus lunas. Pembayaran pokok dan bunga dibayar per bulannya. Denda atau penalty yang dibebankan kepada debitur apabila terjadi tunggakan pembayaran sebesar 50 persen dari besarnya suku bunga yang berlaku atas tunggakan pokok dan bunga. Biaya administrasi dan provisi kredit tidak dibebankan. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit
Beberapa kajian yang berkaitan dengan faktor-faktor pengembalian kredit telah dilakukan sebelumnya untuk beberapa kasus bank pada beberapa tahun sebelumnya. Hasibuan (2010) pada BRI Unit Cijeruk, Bogor, menemukan bahwa variabel usia, tingkat pendidikan, dan agunan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kelancaran pengembalian kredit. Variabel usia dan pendidikan memiliki nilai koefisien negatif, akan tetapi variabel agunan memiliki koefisien positif. Dengan demikian, semakin bertambah usia dan semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka kemungkinan terjadinya penunggakan akan semakin tinggi. Sebaliknya, adanya agunan akan mengurangi kemungkinan terjadinya penunggakan terhadap pengembalian kredit.
13
Penelitian yang dilakukan oleh Agustania (2009) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran pengembalian KUR di BRI Unit Cimanggis menunjukkan bahwa dengan taraf nyata sebesar 10 persen adanya pinjaman terhadap pihak lain, omset usaha, dan besarnya jumlah pinjaman mempengaruhi tingkat pengembalian. Adanya pinjaman terhadap pihak lain berdampak negatif terhadap kelancaran pembayaran kredit, sedangkan omset usaha dan besarnya jumlah pinjaman berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian kredit. Metode pengambilan data yang dilakukan oleh Utomo (2010) yaitu menggunakan sample random sampling yaitu pengambilan secara acak, populasinya adalah nasabah pembiayaan Syariah Mitra Al Salaam (PSMA) yang mengalami penunggakan hingga Desember 2008. Sedangkan, metode pengambilan data yang digunakan oleh Handoyo (2009) adalah teknik Stratified Sampling dengan metode berimbang untuk menstratifikasi populasi pengembalian lancar dan tidak lancar. Metode pengolahan pada keberhasilan pengembalian pembiayaan yang digunakannya adalah model analisis Regresi Logistik (LOGIT) dengan tujuan untuk mengetahui variabel-variabel prediktor (tingkat pendidikan, omset usaha, pengalaman usaha, jumlah pembiayaan, jangka waktu pembiayaan, frekuensi pembiayaan, pola tagihan dan jenis penggunaan pembiayaan). Hal ini juga dilakukan oleh Utomo (2010) untuk melakukan pengolahan data menggunakan LOGIT dan menambahkan metode analisis omnibus test. Variabel prediktor yang digunakan oleh Utomo (2010) antara lain adalah usia, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pengetahuan akad pembiayaan, omset, lama usaha, jenis usaha (penyedia input, usahatani, pengolahan dan pemasaran), margin dan frekuensi pembiayaan. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit adalah omset (Sig = 0,007), lama usaha (Sig = 0,002) dan margin (Sig = 0,002). Hal ini berdasarkan nilai signifikasi (Sig), faktor yang menjadi variabel penjelas dapat dinyatakan berpengaruh nyata jika variabel penjelas tersebut mempunyai nilai signifikasi kurang dari alpha 5 persen (0,05), jika nilai signifikasi variabel penjelas lebih tinggi dari taraf alpha maka variabel tersebut dinyatakan tidak berpengaruh nyata. Handoyo (2009), hasil dari pengolahan yang menggunakan LOGIT terhadap pengembalian kredit antara lain adalah tingkat pendidikan (nilai P = 0,049) dan pengalaman usaha (nilai P = 0,049). Hal ini berdasarkan dari P-value pada dua variabel tersebut yang masing-masing memiliki nilai sebesar 0,049 (P < 0,05). Alamsyah (2007) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit macet pada kredit usaha pedesaan (Kupedes) dalam sektor agribisnis di BRI Unit Ciomas, Bogor mengemukakan bahwa jumlah tanggungan keluarga, jarak rumah debitur dengan bank serta omset usaha memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat pengembalian Kupedes. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga dan semakin jauhnya jarak rumah dengan bank serta semakin kecilnya omset usaha yang diperoleh maka kemungkinan timbulnya kredit macet semakin besar. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor yang sebelumnya diduga berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit seperti usia, tingkat pendidikan, pengalaman berusaha, jangka waktu pengembalian, serta beban bunga ternyata tidak berperan dalam menentukan kemampuan pengembalian kredit. Adapun model analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah model regresi logistik.
14
Hermawan (2007) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembalian kredit umum pedesaan (Kupedes) untuk usaha mikro, kecil, dan menengah di Kabupaten Bogor dengan menggunakan model analisis logistik biner. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa karakteristik individu yang berpengaruh nyata dan negatif terhadap pengembalian Kupedes adalah jarak rumah debitur dengan BRI. Sedangkan berdasarkan analisis deskriptif diketahui bahwa pengembalian kredit bermasalah paling banyak terjadi pada tingkat usia tertentu. Karakteristik usaha yang berpengaruh nyata dan positif terhadap pengembalian Kupedes adalah omset, pengalaman kredit, dan jangka waktu pengembalian pinjaman. Berdasarnya analisis deskriptif disimpulkan bahwa pengembalian kredit, dan jangka waktu pengembalian bahwa pengembalian kredit bermasalah terjadi pada nasabah yang mempunyai nilai agunan di bawah nilai tertentu. Muhammah (2008) menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit oleh UMKM studi kasus nasabah Kupedes pada PT. Bank Rakyat Indonesia,Tbk Unit Cigudeg Cabang Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor omset usaha serta frekuensi peminjaman kredit memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat pengembalian Kupedes. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor yang sebelumnya diduga berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, jarak rumah dengan kantor unit lama usaha, jangka waktu pengembalian, serta beban bunga ternyata tidak berperan dalam menentukan kemampuan pengembalian kredit. Secara umum, faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengembalian kredit pada penelitian-penelitian terdahulu tersebut mewakili karakteristik personal, karakteristik usaha, dan karakteristik kredit. Karakter personal meliputi usia, jenis kelamin, jarak rumah nasabah dengan bak, jumlah tanggungan, serta pembinaan. Karakter usaha meliputi pengalaman usaha, omset usaha, serta pengalaman atau frekuensi peminjaman kredit. Sedangkan karakter kredit meliputi jumlah peminjaman, beban bunga, jangka waktu pengembalian, agunan, serta peggunaan kredit dan pola penagihan. Dampak Penyaluran Kredit Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Sektor perbankan sebagai lembaga keuangan memiliki peran menentukan arah dan perkembangan perekonomian suatu wilayah atau daerah. Salah satu peran perbankan dalam pembangunan terhadap pengusaha kecil adalah turut membantu usaha dengan pemberian kredit. Fitrianingsih (2008) menjelaskan bahwa pengusaha kecil dan masyarakat kecil membutuhkan layanan kredit yang tidak berorientasi kepada ada tidaknya agunan atau jaminan tetapi lebih menekankan pengembangan kewirausahaan masyarakat. Secara umum kredit yang diperlukan masyarakat adalah kredit yang murah yaitu bunga dan biayabiaya lainnya haruslah serendah-rendahnya serta kemudahan untuk memperolehnya dengan prosedur yang sederhana. Kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan atau lembaga keuangan lainnya dapat berupa kredit mikro dan menengah, seperti kredit yang disalurkan oleh BRI unit Citeureup cabang Bogor (Fitrianingsih, 2008). Kredit yang disalurkan merupakan program Kredit Umum Pedesaan (KUPEDES). Debitur
15
yang menerima fasilitas Kupedes, umumnya mengalami peningkatan dalam pendapatan usahanya. Dengan, menggunakan pendekatan pendapatan debitur sebelum dan setelah menerima Kupedes. Berdasarkan analisis yang dilakukan, terjadi perubahan pendapatan nasabah setelah menerima kredit sebesar 29,14 persen dari pendapatan sebelumnya. Pendapatan usaha rata-rata responden sebelum menerima kredit adalah Rp. 2.758.729. Sedangkan, Pendapatan usaha rata-rata responden sesudah menerima kredit adalah Rp. 3.893.319 dengan selisih sebesar Rp. 1.134.590. Peningkatan pendapatan tersebut dapat diindikasikan bahwa debitur telah mampu meningkatkan usahanya dan membayar angsuran pinjaman sesuai jadwal yang telah ditentukan. Peranan perbankan dalam menyalurkan kredit kepada pelaku usaha, khususnya pelaku usaha yang bergerak dibidang agribisnis, memberikan pengaruh positif bagi perkembangan usahanya. Seperti contohnya, restoran XYZ yang berlokasi di kota Bogor mengalami peningkatan penjualan dan rasio keuangan (Wijaya, 2011). Penjualan Restoran XYZ pada saat sebelum menggunakan fasilitas kredit (tahun 2005 dan 2006) adalah sebesar Rp. 1,1 miliar dan Rp. 1,5 miliar. Pada dua tahun tesebut penjualan Restoran XYZ mengalami peningkatan sebesar Rp. 494 juta. Pada tahun 2007 pada saat Restoran XYZ menggunakan fasilitas kredit pemilik restoran melakukan relokasi tempat usaha ke Jalan Pajajaran Bogor dan ini berpengaruh sangat banyak terhadap penjualan Restoran XYZ yaitu mencapai Rp. 2,1 miliar. Perubahan rasio keuangan restoran XYZ sebelum dan setelah mendapatkan fasilitas kredit mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat pada rasio likuiditas, dalam hal ini rasio likuiditas diwakili oleh current ratio, cash ratio, dan quick ratio. Current Ratio menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar semua kewajiban jangka pendeknya. Berdasarkan perhitungan nilai Current Ratio Restoran XYZ sebelum menggunakan fasilitas kredit sebesar 11,21 pada tahun 2005 dan sebesar 7,13 pada tahun 2006. Secara rata-rata Current Ratio sebelum menggunakan fasilitas kredit adalah sebesar 9,17. Angka ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp. 9,17. Berdasarkan angka tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek sangat baik dan memiliki posisi yang aman bagi kreditur. Nilai Current Ratio Restoran XYZ setelah menggunakan fasilitas kredit adalah sebesar 18,8 pada tahun 2007, 16,23 pada tahun 2008 dan 15,42 pada tahun 2009. Rata-rata Current Ratio pada ketiga tahun tersebut adalah sebesar 16,81. Angka ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp. 16,81. Cash Ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban jangka pendeknya dengan uang kas dan efek yang mudah dijual. Berdasarkan perhitungan nilai Cash Ratio Restoran XYZ sebelum menggunakan fasilitas kredit adalah sebesar 2,86 pada tahun 2005 dan sebesar 1,85 pada tahun 2006. Secara rata-rata Cash Ratio sebelum menggunakan fasilitas kredit adalah sebesar 2,35. Angka ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan aktiva lancar dalam bentuk uang kas sebesar Rp. 2,35. Nilai Cash Ratio Restoran XYZ setelah menggunakan fasilitas kredit adalah sebesar 4,79 pada tahun 2007, 4,96 pada tahun 2008 dan 4,69 pada tahun 2009. Rata-rata Cash Ratio pada ketiga tahun tersebut adalah sebesar 4,81. Angka ini menunjukkan
16
bahwa setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan aktiva lancar berupa kas sebesar Rp. 4,81. Quick Ratio digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban dengan tidak memperhitungkan persediaan. Berdasarkan perhitungan didapat bahwa nilai Quick Ratio sebelum menggunakan kredit yaitu tahun 2005 dan dan 2006 adalah sebesar 9,11 dan 5,61. Secara rata-rata nilai Quick Ratio Restoran XYZ sebelum menggunakan kredit adalah sebesar 7,36. Angka ini berarti setiap Rp. 1 kewajiban lancar yang dibayarkan dijamin sebesar Rp 7,36 aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan. Nilai Quick Ratio Restoran XYZ setelah menggunakan fasilitas kredit adalah sebesar 11,22 pada tahun 2007, 9,31 pada tahun 2008 dan 8,80 pada tahun 2009. Rata-rata Quick Ratio pada ketiga tahun tersebut adalah sebesar 9,77. Angka ini berarti bahwa setiap Rp 1,00 kewajiban lancar dijamin dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan sebesar Rp 9,77. Perkembangan kinerja pemasaran yang dilihat dari sisi penjualan dan pertumbuhan pejualan Restoran XYZ secara umum mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tingkat Likuiditas Restoran XYZ berada pada posisi yang cukup baik. Kredit yang diharapkan oleh calon debitur adalah kredit yang murah, baik dari biaya dan suku bunga yang dibebankan kepada calon debitur (Novitasari, 2006). Kredit yang murah dapat membantu perkembangan usaha debitur, hal ini dikarenakan debitur tidak akan terbebankan dengan suku bunga yang tinggi pada saat mengangsur pinjaman. Dampak penyaluran Kupedes dapat dilihat dari hasil penelitian Novitasari. Berdasarkan hasil penelitian dengan metode membandingkan pendapatan responden Kupedes dan responden yang tidak melakukan pinjaman kepada bank (non Kupedes). Berdasarkan hasil penelitian bahwa respon yang memanfaatkan fasilitas Kupedes mengalami peningkatan pendapatan, baik di bidang pertanian, industri, perdagangan dan jasa komersial. Berbeda dengan usaha yang tidak melakukan pinjaman kepada bank, walaupun responden dengan kelompok non Kupedes ini sebagian besar mengalami peningkatan pendapatan dari usahanya, tetapi tingkat perubahan pendapatannya tidak sebesar usaha yang dibantu permodalannya oleh Kupedes BRI. Dengan, perbandingan rata-rata tingkat perubahan pendapatan sebesar 8,93 persen dan 31,96 persen untuk kelompok yang meminjam kepada bank dalam satu tahun. Berdasarkan hasil penelitian bahwa ada perbedaan nyata antara tingkat pendapatan responden Kupedes dan non Kupedes.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Penawaran dan Permintaan Kredit Bank sebagai badan usaha dengan menetapkan kebijakan komprehensif yang diarahkan untuk mencapai tujuan utama yaitu tingkat keuntungan yang bertujuan untuk menjamin pendapatan untuk kreditur dan pemegang saham (pemilik bank). Bank merupakan sebuah badan usaha yang mempunyai fungsi pendapatan sebuah badan usaha yang mempunyai fungsi pendapatan dan biaya
17
sama halnya dengan perusahaan lainnya (Puspopranoto, 2004). Fungsi ini dapat dinyatakan dengan rumusan sebagai berikut : Laba = R(Q) – C(Q) Keterangan : Q = Output bank R = Pendapatan bank (revenue) dari penjualan output C = Biaya bank (cost) untuk memproduksi dan menjual output Menurut Puspopranoto (2004) bahwa pendapatan merupakan fungsi dari output. Jumlah pendapatan yang dipeoleh bank tergantung pada jumlah output. Kegiatan perkreditan merupakan output utama dari sebuah bank yang terdiri dari kredit konsumen dan pembelian berbagai jenis klaim keuangan di pasar keuangan. Biaya bank terdiri dari bunga dan biaya lain yang dipergunakan untuk menarik simpanan maupun biaya pemberian dan administrasi kredit. Laba yang direalisasikan adalah selisih antara pendapatan dan biaya. Kebijakan pemerintah untuk menggeser kurva penawaran kredit kearah kanan. Tujuan hal tersebut adalah untuk membantu permodalan usaha mikro dan memberi dorongan penyaluran kredit. Program tersebut antara lain adalah program KUR. Program KUR yang diterapkan pemerintah merupakan program kredit bersubsidi. Bentuk subsidi tersebut adalah penetapan suku bunga kredit program lebih rendah dari suku bunga di pasar umum, yaitu sebesar 1,17 persen per bulan dan tanpa pungutan biaya provisi serta biaya administrasi. Kurva penawaran dan permintaan kredit dapat dilihat pada Gambar 1. Suku Bunga (r) S0 r0 E0 E1
S1
r1 D Jumlah Kredit Q0
Q1
Keterangan : r = Tingkat bunga Q = Output bank S = Penawaran kredit E = Ekuilibrium atau keseimbangan
Gambar 1.
Permintaan dan Penawaran Kredit Sumber : Lipsey (1995)
Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa pada saat modal langka, keseimbangan di titik E0 dimana jumlah dana yang ditawarkan adalah Q0 pada suku bunga r0. Tujuan kebijakan pemerintah adalah diharapkan dapat menggeser kurva penawaran dari S0 ke S1 (E0 ke E1). Jika E1 dapat dicapai maka jumlah dana
18
yang ditawarkan akan lebih banyak dengan harga yang lebih rendah (Q1 > Q0 dan R1 < R0) serta dapat menjangkau lebih banyak pelaku usaha mikro. Risiko Kredit Perbankan adalah lembaga yang paling rentan atau berdekatan dengan risiko, khususnya risiko yang berkaitan dengan uang. Risiko kredit yang terjadi antara lain adalah menunggaknya pembayaran angsuran kredit. Risiko perbankan adalah risiko yang dialami oleh sektor bisnis perbankan sebagai bentuk dari berbagai keputusan yang dilakukan dalam berbagai bidang salah satunya seperti keputusan penyaluran kredit. Selain itu, pengertian lain dari risiko perbankan adalah berfokus pada masalah finansial karena bisnis perbankan adalah bisnis yang bergerak di bidang jasa keuangan. Risiko kredit merupakan risiko yang disebabkan oleh ketidakmampuan para debitur dalam memenuhi kewajibannya sebagai mana yang telah dipersyaratkan oleh pihak debitur. Dalam memutuskan pemberian pinjaman, seorang pemberi pinjaman harus memperhitungkan probabilitas peminjam untuk membayar kembali pinjaman, untuk meminimalkan risiko kredit dari debitur maka pemberi kredit menetapkan suku bunga yang tinggi Risiko kredit paling aman adalah pemerintah, sehingga obligasi yang dikeluarkan pemerintah cenderung memberikan tingkat suku bunga yang rendah. Tingkat kegagalan debitur untuk memenuhi kewajibannya oleh Bank Indonesia digolongkan ke dalam empat kategori berdasarkan tingkat kelancaran pengembalian kredit, yaitu lancar, kurang lancar, diragukan, dan macet. Penggolongan ini secara umum digunakan oleh lembaga keuangan baik yang berbentuk bank maupun non bank, meskipun pada beberapa lembaga keuangan terdapat perbedaan yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing lembaga keuangan. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menggolongkan kreditnya ke dalam lima golongan, diantaranya adalah : 1. Lancar (kolektibilitas 1), yaitu pembiayaan dengan pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik dan tidak ada tunggakan sesuai dengan persyaratan pembiayaan. 2. Dalam Perhatian Khusus (kolektibilitas 2), yaitu pembiayaan yang terdapat tunggakan pokok dan atau margin sampai dengan 90 hari dan jarang mengalami cerukan. 3. Kurang Lancar (kolektibilitas 3), yaitu pembiayaan yang terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau margin yang telah melampaui 120 hari, terdapat cerukan yang berulang kali khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas. 4. Diragukan (kolektibitas 4), yaitu pembiayaan yang terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau margin yang telah melampaui 120 hari hingga 180 hari. Terjadi cerukan yang bersifat permanen khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas. 5. Macet (kolektibilitas 5), yaitu pembiayaan dengan tunggakan pokok yang telah melampaui 180 hari.
19
Strategi yang dapat dilakukan oleh pihak perbankan dalam menghindari risiko kredit adalah pengendalian kredit dari awal permohonan pinjaman diajukan, pelaksanaan akad kredit dan setelah kredit disalurkan ke debitur. Salah satu jenis pengendalian risiko kredit adalah penetapan plafond kredit, pemantauan debitur dan pembinaan debitur. Plafond kredit harus disetujui oleh kedua belah pihak sebelum penyaluran kredit dilakukan. Plafond kredit ditetapkan secara objektif atas hasil analisis asas 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral dan Condition of economic), 7P (Personality, Party, Purpose, Prospect, Payment, Profitability dan Protection) dan 3R (Returns, Repayment dan Risk bearing ability). Penjelasan dari asas 5C adalah sebagai berikut : 1. Character (Karakter dan Watak) Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari calon nasabah yang akan diberi fasilitas pembiayaan benar-benar dapat dipercaya. Hal ini tercermin dari latar belakang yang bersifat pribadi seperti perilaku, kejujuran, pergaulan dan ketaatannya. Hal-hal tersebut menjadi ukuran kemampuan membayar. 2. Capacity (Kemampuan) Analisis ini digunakan untuk melihat kemampuan calon debitur dalam bidang usaha yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan usaha yang juga diukur dengan kemampuan dalam memahami tentang ketentuan- ketentuan pemerintah. Begitu juga dengan kemampuan calon debitur dalam menjalankan usahanya selama ini. Pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan pembiayaan yang telah diterima. 3. Capital (Modal) Capital digunakan untuk melihat penggunaan modal, yaitu dalam hal efektifitas penggunaannya. Hal ini dapat dilihat dari laporan keuangan usaha calon nasabah berupa neraca dan laporan laba rugi. Dari laporan keuangan usaha tersebut maka dapat dilakukan pengukuran terhadap segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, aktivitas dan rasio hutang. Capital juga harus melihat dari mana sumber modal yang digunakan dalam usahanya. 4. Collateral (Jaminan) Jaminan dalam hal ini adalah jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik dan non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah pembiayaan yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang diserahkan akan dapat dipergunakan secara mungkin. 5. Condition of economic (kondisi ekonomi) Dalam menilai pembiayaan hendaknya juga harus menilai kondisi ekonomi dan politik sekarang dan di masa yang akan datang sesuai sektor masingmasing, serta aspek prospek usaha dari sektor usaha yang dijalankan oleh calon nasabah. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan pembiayaan tersebut bermasalah relatif kecil. Penjelasan dari asas 7P adalah sebagai berikut 1. Personality (kepribadian) adalah sifat dan perilaku yang dimiliki calon debitur yang mengajukan permohonan kredit bersangkutan, dipergunakan sebagai dasar pertimbangan pemberian kredit. Kepribadian calon nasabah
20
dapat diketahui dengan mengumpulkan informasi tentang keturunan, pekerjaan, pendidikan, dan pergaulannya. 2. Party adalah mengklarifikasi nasabah menjadi beberapa golongan atau klasifikasi tertentu berdasarkan modal, karakte,r dan loyalitas. 3. Purpose (tujuan) adalah tujuan dan penggunaan kredit oleh calon debitur, apakah penggunaan untuk kegiatan konsumtif atau sebagai modal kerja. 4. Prospect adalah keadaan usaha dimasa yang akan datang, apakah akan menguntungkan atau merugikan. 5. Payment (pembayaran) adalah mengetahui bagaimana pembayaran kembali kredit yang diberikan. Hal ini dapat diketahui jika analisis kredit memperhitungkan kelancaran penjualan dan pendapatan calon debitur sehingga dapat diperkirakan kemampuannya untuk membayar kembali sesuai dengan perjanjian. 6. Profitabilitiy adalah untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah mendapatkan laba. Profitability diukur per periode, apakah konstan atau meningkat dengan adanya pemberian kredit. 7. Protection bertujuan agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang, jaminan orang atau perlindungan asuransi. Penjelasan dari 3R adalah sebagai berikut : 1. Returns adalah penilaian atas hasil yang akan dicapai perusahaan calon debitur setelah memperoleh kredit. 2. Repayment adalah memperhitungkan kemampuan, jadwal dan jangka waktu pembayaran kredit oleh calon debitur, tetapi perusahaannya tetap berjalan. 3. Risk bearing ability adalah memperhitungkan besarnya kemampuan perusahaan calon debitur untuk menghadapi risiko, apakah perusahaan calon debitur risikonya besar atau kecil. Kemampuan perusahaan menghadapi risiko ditentukan oleh besarnya modal dan strukturnya. Jenis bidang usaha dan manajemen perusahaan bersangkutan. Setelah debitur menerima kredit dari pihak perbankan, kewajiban dari perbankan adalah melakukan pengawasan kepada debitur dan melakukan administrasi paket kredit secara berkala. Contoh dari pengawasan secara berkala antara lain adalah melakukan kunjungan ke tempat usaha debitur dan memberitahu debitur jika legalitas usaha sudah habis masa berlakunya. Hal ini bertujuan untuk menghindari kredit bermasalah dikemudian hari. Dampak Kredit Terhadap Pendapatan Usaha Pendapatan adalah selisih dari penerimaan penjualan produk, yang didapat dari hasil perkalian harga dan kuantitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan output (Pappas, James.L dan Mark Hirschey, 1995). Pendapatan terdiri dari penerimaan total (TR) dan pengeluaran total (TC). Penerimaan total (TR) adalah jumlah seluruh penerimaan perusahaan dari hasil penjualan sejumlah produk (barang yang dihasilkan). Cara untuk menghitung penerimaan total dapat dilakukan dengan mengalikan jumlah produk dengan harga jual produk per unit. Dapat diketahui, ketahui bahwa proses produksi yang dilakukan oleh seorang produsen akan menghasilkan sejumlah barang, atau produk.
21
Produk inilah yang merupakan jumlah barang yang akan dijual dan hasilnya merupakan jumlah penerimaan bagi seorang produsen. Jadi pengertian penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima oleh perusahaan atas penjualan produk yang dihasilkan. Dalam ilmu ekonomi penerimaan diistilahkan revenue. Pengeluaran (total biaya) adalah biaya total untuk menghasilkan tingkat output tertentu. Biaya, bagi perusahaan yang kegiatannya memproduksi barang, adalah nilai input yang digunakan untuk memproduksi outputnya (Lipsey dkk, 1995). Produksi berlangsung dengan jalan mengolah masukan (input) menjadi keluaran (output). Masukan merupakan pengorbanan biaya yang tidak dapat dihindarkan untuk melakukan kegiatan produksi. Setiap pengusaha harus dapat menghitung biaya produksi agar dapat menetapkan harga pokok barang yang dihasilkan. Untuk menghitung biaya produksi terlebih dahulu harus dipahami pengertiannya. Biaya produksi adalah sejumlah pengorbanan ekonomis yang harus dikorbankan untuk memproduksi suatu barang, contoh dari biaya produksi adalah bahan baku, upah tenaga kerja, biaya pemasaran dan pajak Berdasarkan penjelasan pendapatan dan pengeluaran maka pihak bank layak memberikan kredit jangka panjang yang pelunasannya dijadwalkan sesuai dengan ketetapan waktu. Jadwal pembayaran dalam bentuk angsuran pokok dan bunga akan menjadi supplier arus kas secara teratur dan akhirnya kebutuhan likuiditas pun terpenuhi. Kerangka Pemikiran Operasional BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk merupakan Kantor Cabang dibawah organisasi Kantor Wilayah I, tujuan didirikannya Kantor Cabang BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk adalah untuk melayani nasabah dan menyalurkan kredit kepada debitur yang produktif. Salah satu program pinjaman yang disalurkan kepada debitur adalah program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program pinjaman yang bertujuan untuk membantu UMKM yang telah layak namun membutuhkan modal dalam melakukan pengembangan usahanya. Aspek kelayakan usaha dalam pemberian kredit menjadi salah satu faktor terpenting dalam keberlangsungan kesehatan pinjaman, diharapkan nasabah yang layak namun belum perbankan (bankable) akan teratur dalam melakukan pembayaran angsuran pinjaman. Dalam pelaksanaannya penyaluran kredit ini masih terdapat permasalahan yang timbul, yakni keterlambatan pengembalian kredit. Keterlambatan pengembalian kredit akan merugikan pihak bank, modal bank menjadi beku dan menurun serta berkurangnya pendapatan yang semestinya diperoleh dari hasil pemberian kredit. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat pengembalian kredit (KUR) pada BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk diturunkan berdasarkan prinsipprinsip yang diterapkan dalam mempertimbangkan pengajuan kredit yaitu Character (kepribadian), Capital (modal), dan Capacity (kemampuan). Prinsip Collateral (agunan) dalam skim kredit ini dianggap telah terpenuhi dengan adanya penjaminan dari pemerintah. Sementara prinsip Condition of economy (kondisi ekonomi) dan Constrain (keterbatasan) diasumsikan tidak mengalami perubahan (ceteris paribus) karena di dalam dalam penelitian ini kedua prinsip tersebut dianggap sebagai faktor di luar kendali debitur.
22
Hipotesis awal yang mempengaruhi pengembalian kredit, khususnya Kredit Usaha rakyat (KUR) adalah karakteristik individu, karakteristik usaha dan karakteristik kredit. Penjelasan dari karakteristik-karakteristik tersebut adalah sebagai berikut : 1. Karakteristik individu Karakteristik individu yang diduga dapat mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit adalah usia, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan pengetahuan akad kredit. Variabel-variabel tersebut diturunkan dari character analisis kredit 5C. a. Usia mempengaruhi keberanian pengusaha dalam mengambil keputusan secara rasional, karena pada umumnya peningkatan usia akan mempengaruhi kemampuan berpikir dalam mengambil keputusan untuk memanfaatkan kredit. Hipotesis terhadap usia adalah positif. b. Tingkat pendidikan dapat mencerminkan tindakan dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin memahami peraturan dan prosedur peminjaman kredit. Hipotesis terhadap tingkat pendidikan adalah positif. c. Jumlah tanggungan dalam keluarga yang semakin banyak akan diasumsikan memiliki pengeluaran besar untuk kebutuhan hidup seharihari, sehingga dapat menghabiskan sebagian besar proporsi pendapatan keluarga. Hal ini dapat menjadi peluang ketidakmampuan debitur dalam pelunasan pinjaman. Hipotesis terhadap jumlah tanggungan dalam keluarga adalah negatif. d. Pengetahuan akad kredit yang dilakukan oleh debitur diduga akan memberikan infoemasi kepada debitur. Pemahaman suatu akad kredit dapat menjelaskan kepada debitur atas kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi, seperti pengembalian kredit sesuai dengan jadwal yang telah disepakati. Hipotesis terhadap pengetahuan akad adalah positif. 2. Karakteristik usaha Karakteristik usaha yang diduga dapat mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit antara lain adalah jenis usaha dan lama usaha. Semua variabel tersebut diturunkan dari factor capacity pada prinsip kredit 5C. a. Jenis usaha berpengaruh terhadap kelancaran penembalian kredit. Hal ini digunakan dalam pembayaran dan pelunasan pinjaman. Hipotesis penelitian bahwa usaha di sektor agribisnis yang memungkinkan memiliki peluang lebih lancar dalam pengembalian kredit adalah usaha off farm, ini dikarenakan usaha off farm memiliki risiko tidak begitu besar daripada usaha on farm. b. Lama usaha yang dijalankan memberikan gambaran mengenai kemampuan pengusaha dalam mengelola usahanya. Semakin lama usaha yang dijalankan maka semakin menjamin bahwa usaha tersebut layak untuk dibiayai. Keberhasilan tersebut dapat menjamin dalam besarnya pendapatan atau keuntungan yang diperoleh. Hal ini dapat menjadi peluang yang baik dalam kelancaran pengembalian kredit. Hipotesis terhadap lama usaha adalah positif. c. Omset adalah pendapatan kotor setiap bulan yang diperoleh nasabah dalam menjalankan usahanya. Hipotesis terhadap omset adalah positif.
23
3.
Karakteristik Kredit a. Frekuensi pinjaman kredit yang telah diterima serta pengembalian kredit yang sesuai dengan perjanjian terdahulu diduga berpengaruh positif terhadap pengajuan kredit baru atau penambahan plafon kredit. Semakin besar frekuensi peminjaman kredit atau semakin sering meminjam maka debitur akan lebih memahami mengenai akad kredit. Hal ini dapat diindikasikan bahwa debitur akan semakin memahami mengenai kewajibannya untuk membayar dan melunasi kredit sesuai isi perjanjian. Semua karakteristik di atas diduga memiliki pengaruh yang nyata terhadap tingkat kelancaran pengembalian kredit (KUR) sehingga pihak bank perlu memperhatikan karakteristik nasabah dalam mengabulkan suatu permohonan kredit. BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk tidak hanya berharap dan berupaya menekan angka kredit bermasalah tetapi juga berupaya untuk sebisa mungkin penyaluran KUR dapat mencapai tujuan yang diharapkan yaitu dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam rangka meningkatkan produktifitas dan pengembangan usaha rakyat kecil. Pembahasan penelitian ini akan dibatasi berdasarkan pada kerangka pemikiran operasional. Alur kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.
24
KUR BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk KUR Macet di BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk
Dampak KUR terhadap pendapatan usaha
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian KUR Karakteristik Individu - Usia - Pendidikan - Jumlah Tanggungan Keluarga - Pengetahuan akad kredit
Karakteristik Usaha - Jenis Usaha - Lama Usaha - Omset Karakteristik Kredit - Frekuensi KUR
Karakteristik debitur yang layak dalam pengembalian KUR
Rekomendasi kebijakan Gambar 2.
Kerangka Pemikiran Operasional Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Usaha Rakyat Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Hayam Wuruk.
25
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan lokasi penelitian di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Hayam Wuruk di Jakarta dilakukan secara sengaja (purposive). Tujuan pemilihan tempat penelitian di BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk dikarenakan banyak debitur KUR BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk yang menunggak dalam pengembalian kredit. Pengambilan data penelitian berlangsung dari bulan Januari 2013 sampai dengan Februari 2013. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara ke debitur. Alat bantu yang digunakan berupa kuisioner yang telah disiapkan pada saat melakukan survey ke tempat usaha nasabah. Data sekunder diperoleh dari laporan pinjaman BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk, paket pinjaman, wawancara dengan Account Officer (AO) dan dokumendokumen BRI. Data sekunder didapat dari skripsi, data dari instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik, laporan publikasi Bank Indonesia, penelusuran internet dan sumber lain yang terkait. Metode Pengambilan Contoh Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Kualitas atau ciri tersebut dinamakan variabel. Sebuah populasi dengan jumlah individu tertentu dinamakan variabel. Sebuah sampel (contoh) adalah bagian dari populasi (Nazir, 2003). Populasi pada penelitian ini adalah debitur KUR di BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk yang masih aktif dari Januari 2010 hingga akhir Desember 2012, dengan total debitur KUR sebanyak 1366 debitur. Akan tetapi, debitur KUR yang termasuk sektor agribisnis adalah 274 debitur, jumlah debitur yang lancar sebanyak 190 debitur, sedangkan yang tidak lancar (menunggak) sebanyak 84 debitur. Sampel yang akan digunakan akan dibagi menjadi 2 golongan, yaitu debitur pinjaman lancar sebanyak 50 debitur dan debitur NPL sebanyak 30 debitur. Pemilihan sampel untuk pinjaman lancar sebanyak 50 responden dilakukan karena dalam penelitian ini membutuhkan perbandingan debitur lancar, hal ini untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan mereka membayar angsuran sesuai jadwal. Pemilihan sampel ini dilakukan secara sengaja, sehingga semua anggota tidak memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Pemilihan sampel secara sengaja ini dilakukan karena keterbatasan jangkauan terhadap debitur yang tempat tinggalnya cukup jauh, sehingga debitur sampel yang diambil adalah debitur yang relatif lebih mudah dijangkau dan lebih komunikatif berdasarkan referensi petugas BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk.
26
Metode Analisis dan Pengolahan Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif disajikan dalam bentuk analisis deskriptif. Analisis kuantitatif menggunakan alat analisis regresi logistik. Tujuan penggunaan alat analisis regresi logitistik dalam penelitian ini adalah untuk memperkirakan suatu keadaan yang timbul karena faktor-faktor tertentu atau memperkirakan hubungan antara sebab-akibat. Pada kasus ini adalah memperkirakan penyebab terjadi kredit macet. Dalam melakukan pengolahan data menggunakan program komputer SPSS 14.0 for windows. Analisis Deskriptif Menurut Nazir (2003) analisis deskriptif adalah suatu metode untuk meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Analisis deskriptif mempunyai tujuan untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan aktual mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Data yang diperoleh, yaitu data mengenai karakteristik nasabah pembiayaan yang bermasalah baik yang masih dapat mengangsur maupun yang tidak dapat mengangsur disajikan dalam bentuk tabel, kemudian dianalisis secara deskriptif yang mencakup karakteristik individu, karakteristik usaha dan karakteristik kredit. Karakteristik individu terdiri dari usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan pengetahuan akad kredit. Faktor karakteristik usaha terdiri dari omset usaha, jenis usaha dan lama usaha sedangkan faktor karakteristik kredit adalah frekuensi pengambilan fasilitas kredit dari BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk. Regresi Logistik Regresi logistik atau yang dikenal dengan logit merupakan bagian dari analisis regresi. Analisis ini mengkaji pengaruh peubah X terhadap peubah Y melalui model persamaan matematis tertentu. Secara umum, analisis regresi logistik menggunakan peubah kategorik ataupun peubah numerik untuk menduga besarnya peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon. Data yang telah dikumpulkan melalui analisis deskriptif selanjutnya diolah dengan alat regresi logistik. Regresi logistik digunakan dalam melakukan pengolahan data karena peubah respon (Y) merupakan data bertipe nominal, sedangkan peubah penjelas (X) dapat berupa data bertipe nominal, ordinal, interval dan rasio. Di dalam persamaan regresi, biasanya menggunakan simbol Y untuk variabel tak bebas dan X untuk variabel bebas. Baik X maupun Y dapat bernilai kualitatif. Jika X lebih dari satu atau dalam model logistik ini adalah koefisien regresi ke-j (lebih dari satu variabel : (X1, X2,.....,Xn). Selain kualitatif terdapat juga nilai X yang bersifat kuantitatif. Cara yang digunakan untuk melakukan kuantifikasi dari data kualitatif ialah dengan memberi nilai 1 atau 0, atau yang dinamakan variabel boneka (dummy variabel), (Usman & Akbar, 2006).
27
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit bermasalah sektor agribisnis terdapat variabel bebas (X), yaitu karakteristik individu, karakteristik usaha dan karakteristik kredit. Karakteristik-karakteristik tersebut terdiri dari usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pengetahuan mengenai perbankan, jenis usaha, lama usaha, omset usaha dan frekuensi menerima fasilitas KUR. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut : Pi = X1 + X2 + X3 + ... + X7 + X8 1 Pi Dimana, Yij = Variabel dependent, yaitu tingkat kelancaran pengembalian kredit P = peluang terjadinya Y = 1 (lancar) P-1 = peluang terjadinya Y = 0 (tidak lancar/NPL) Konstanta Koefisien variabel independent X1, ..., X2 = Variabel independent X1 = Usia debitur (tahun) X2 = Pendidikan (tahun) X3 = Jumlah tanggungan keluarga (orang) X4 = Pengetahuan akad kredit X5 = Omset (rupiah) X6 = Lama usaha (tahun) X7 = Jenis usaha X8 = Frekuensi KUR (kali)
Yij=ln
Analisis Dampak KUR Terhadap Pendapatan Usaha Dalam menganalisis dampak KUR terhadap pendapatan akan menggunakan analisis pendapatan rata-rata yang dilakukan dengan membandingkan pendapatan nasabah sebelum dan sesudah menerima kredit dari bank. Analisis pendapatan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Nicholson, 1999) : = TR – TC Keterangan : TR = Total Revenue (Total Penerimaan) TC = Total Cost (Total Biaya) = Profit (Total Keuntungan) Untuk menguji perbedaan tingkat pendapatan sebelum dan sesudah menerima KUR, digunakan uji statistik t-hitung (Usman & Akbar, 2006). Hasil uji statistik nilai t-hitung akan dibandingkan dengan nilai t-tabel, sehingga dapat membuat keputusan untuk menolak atau tidak menolak hipotesis yang sedang diuji. Tabel t berguna untuk pengujian hipotesis, uji kesamaan dua rata-rata dan uji signifikansi koefisien korelasi.
28
Pengajuan Hipotesis : H1 : Terdapat peningkatan pendapatan usaha setelah menerima KUR. H0 : Tidak ada peningkatan pendapatan usaha setelah menerima KUR. Kaidah keputusan : 1. Jika (t-hitung ≤ t-tabel , maka H0 diterima dan H1 diterima. 2. Jika (t-hitung ≥ t-tabel , maka H1 diterima dan H0 diterima. Penggunaan = 0,05 karena pada penelitian ini tidak menuntut tingkat ketelitian tinggi (Supranto, 2008). Dalam penelitian ini untuk menentukkan total penerimaan dan total biaya yang diterima dan dikeluarkan oleh debitur melihat dari Laporan Kunjungan Nasabah (LKN) yang terdapat pada paket pinjaman. Manfaat dari LKN bagi Account Officer (AO) dan khususnya BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk adalah dapat melihat perkembangan usaha debitur, neraca debitur dan dapat mengkontrol dana yang diterima sesuai dengan tujuan operasional usaha. LKN dilakukan AO setiap 6 bulan atau 1 tahun setelah menerima KUR sampai dengan lunas.
GAMBARAN UMUM BRI DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN Sejarah BRI Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan salah satu bank yang termasuk kedalam Badan Usaha Milik Pemerintah (BUMN). BRI didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah pada tanggal 16 Desember 1895 dan sejak saat itulah pada tanggal tersebut dijadikan hari jadi BRI. Bank Rakyat Indonesia didirikan oleh Raden Aria Wirjaatmadja. Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Dalam masa perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuk Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan. Setelah berjalan selama satu bulan, keluar Penpres No. 17 tahun 1965 tentang pembentukan bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor Impor (Exim). Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Undang-undang Pokok Perbankan dan Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Undang-undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor
29
dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai bank umum. Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih 100 persen di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, yang masih digunakan sampai dengan saat ini8. Visi dari BRI adalah menjadi bank komersial yang selalu mengutamakan kepuasan pelanggan. Untuk mewujudkan hal tersebut BRI mempunyai misi-misi, antara lain adalah : 1 Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat. 2 Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dengan melaksanakan praktek good corporate governance. 3 Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Struktur Organisasi Perkreditan BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk Struktur organisasi BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk berbentuk fungsional, dimana dalam bentuk ini setiap bawahan mempunyai hubungan dengan fungsi atasan. Kegiatan operasional dalam kredit di BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk dipimpin oleh Pemimpin Cabang yang membawahi Manajer Pemasaran (MP), Supervisor Penunjang Bisnis (SPB), Account Officer (AO), Credit Investigation (CI) dan Pelaksana Administrasi Kredit. Struktur organisasi BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk dijelaskan pada Gambar 3. Pemimpin Cabang Manajer Pemasaran
Account Officer
Supervisor Penunjang Bisnis
Credit Investigation
Petugas Administrasi Kredit
Gambar 3. Struktur Organisasi Perkreditan BRI Kanca Hayam Wuruk Sumber : BRI Kanca Hayam Wuruk, 2013 8
http://www.bri.co.id. Sejarah Bank Rakyat Indonesia. [8 September 2012]
30
Penjelasan tugas dan tanggung jawab dalam struktur organisasi BRI Kanca Hayam Wuruk sebagai berikut : 1. Pemimpin Cabang Pemimpin cabang adalah pegawai yang bertanggung jawab memimpin dan mengelola bisnis Kantor Cabang 2. Manajer Pemasaran Manajer pemasaran adalah pegawai yang bertugas memimpin pegawai yang bergerak di bidang bisnis, seperti funding officer dan account officer. Tanggung jawab manajer pemasaran adalah mengelola bisnis, baik bisnis di bidang simpanan maupun pinjaman. 3. Supervisor penunjang bisnis (SPB), petugas administrasi kredit dan credit investigation Supervisor penunjang bisnis (SPB) adalah pemimpin lini tengah yang memiliki tugas memimpin petugas administrasi kredit dan credit investigation. Tugas dari ketiga bagian tersebut adalah pegawai yang mendukung aktivitas kerja dari account officer, manajer pemasaran dan pemimpin cabang. Tanggung jawab dari SPB, petugas administrasi kredit dan credit investigation adalah menilai jaminan dan agunan pinjaman, memonitoring rekening pinjaman dan dokumentasi kredit. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk yang usahanya bergerak dalam bidang agribisnis dan tergolong masih aktif sebagai debitur. Karakteristik debitur diidentifikasi melalui beberapa faktor yang diduga mempengaruhi pengembalian KUR. Faktor-faktor tersebut berasal dari tiga kelompok karakteristik individu, karakteristik usaha dan karakteristik kredit. Karakteristik Individu Karakteristik individu debitur yang diduga mempengaruhi pengembalian KUR terdiri dari usia, jumlah tanggungan, pendidikan dan pengetahuan atau pemahaman akad kredit. Tabel 7 menunjukkan rincian karakteristik Individu. Berdasarkan Tabel 7 hasil pengamatan bahwa persentase usia responden yang berstatus lancar berada di usia antara 41 sampai dengan 45 tahun dengan persentase sebesar 79 persen. Usia responden yang memiliki status macet berada di usia 46 sampai dengan 50 tahun, persentase sebesar 76 persen. Hal ini bertentangan hipotesis penelitian, bahwa debitur yang berusia tua akan berpeluang lebih lancar dalam mengembalikan KUR dibandingkan debitur yang lebih muda. Responden yang memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak dua orang memberikan pengaruh positif terhadap pengembalian KUR, dengan bobot persentase sebesar 97 persen. Debitur yang berstatus macet, umumnya memiliki jumlah tanggungan keluarga lebih dari dua orang. Hal ini menunjukkan bahwa semakin sedikitnya jumlah tanggungan yang dimiliki akan memberikan kemudahan debitur dalam membayar angsuran kreditnya setiap bulannya. Responden yang berstatus lancar di BRI Kanca Hayam Wuruk umumnya memiliki pendidikan terakhir SMA sebanyak sembilan belas orang dengan persentase sebesar 83 persen. Responden yang berstatus menunggak atau macet
31
memiliki pendidikan terakhir Diploma sebanyak 43 orang dengan persentase sebesar 94 persen. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan formal yang dimiliki debitur, akan meningkatkan kredit macet. Keadaan dilapangan bertentangan dengan hipotesis penelitian, bahwa debitur yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan berpeluang lancar dalam mengembalikan kredit dibandingkan debitur yang berpendidikan rendah, karena tingkat pendidikan dapat memberikan pengaruh positif bagi debitur, debitur lebih bertanggung jawab dan disiplin dalam mengembalikan kredit. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa 33 persen dari responden berstatus lancar tidak memahami akad kredit secara keseluruhan dan responden yang berstatus macet sebesar 67 persen memahami akad kredit secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman akad kredit tidak dapat dijadikan tolak ukur kelancaran debitur dalam pengembalian kredit. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian menduga bahwa debitur yang memahami akad kredit secara keseluruhan akan memberikan peluang lebih lancar dalam memenuhi kewajibannya membayar angsuran pinjaman dibandingkan debitur yang tidak memahami akad kredit secara keseluruhan. Tabel 7. Karakteristik Individu Debitur BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk No. 1
2
3
4
Karakteristik Individu Usia a. 25 - 30 Tahun b. 31 - 35 Tahun c. 36 - 40 Tahun d. 41 - 45 Tahun e. 46 - 50 Tahun f. > 51 Tahun Jumlah Tanggungan a. 1 b. 2 c. 3 d. 4 e. 5 f. 6 Pendidikan a. SD b. SMP c. SMA d. Diploma e. Sarjana Pemahaman Akad a. Memahami b. Tidak Memahami
Status Pengembalian Lancar Macet (%) (Responden) (Responden)
(%)
Jumlah (Responden)
7 5 12 23 3 0
64 42 86 79 23 0
4 7 2 6 10 1
36 58 14 21 76 100
11 12 14 29 13 1
13 34 3 0 0 0
93 97 43 0 0 0
1 1 4 12 12 0
7 3 57 100 100 0
14 35 7 12 12 0
18 11 19 1 1
86 100 83 6 11
3 0 4 15 8
14 0 17 94 89
21 11 23 16 9
24 26
68 33
11 53
32 67
35 79
32
Karakteristik Usaha Faktor-faktor lain yang diduga mempengaruhi pengembalian kredit adalah karakteristik usaha, karakteristik usaha terdiri dari jenis usaha, lama usaha dan omset usaha. Berdasarkan Tabel 8 dapat dijelaskan bahwa debitur yang memiliki jenis usaha pemasaran agribisnis berpeluang lancar dalam pengembalian kredit. Debitur yang berstatus menunggak di BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk mayoritas memiliki jenis usaha pemasaran, sebanyak 26 responden. Hal ini dapat menjadi pertimbangan manajemen BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk dalam penyaluran KUR, seperti memperkirakan keberlangsungan usaha di yang akan datang. Responden yang berstatus lancar di BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk memiliki jangka waktu lama usaha lebih dari 10 tahun. Responden yang berstatus macet umumnya memiliki jangka waktu kurang dari 5 tahun. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian, bahwa semakin lama usaha yang dijalankan dapat menunjukkan keberhasilan suatu usaha, dan dapat dijadikan tolak ukur peluang keberhasilan dalam mengembalikan kredit. Responden yang beromset lebih dari Rp. 4.000.000,- memiliki peluang lancar dalam melakukan pembayaran angsuran pinjaman. Responden yang memiliki omset Rp. 2.000.000,- sampai dengan Rp. 3.000.000,- berstatus macet sebanyak 14 responden. Berdasarkan hal ini, bahwa besarnya omset yang diterima dapat dijadikan tolak ukur kelancaran pembayaran KUR. Tabel 8. Karakteristik Usaha Debitur BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk No. 1
2
3
Karakteristik Individu Jenis Usaha a. Penyedia Input b. Budidaya c. Pengolahan d. Pemasaran Lama Usaha a. < 5 Tahun b. 5-10 Tahun c. > 10 Tahun Omset (Rp.000.000) a. < 2 b. 2 - 3 c. 3 - 4 d. > 4
Status Pengembalian Lancar Macet (%) (Responden) (Responden)
(%)
Jumlah (Responden)
16 14 19 1
94 93 90 4
1 1 2 26
6 7 10 96
17 15 21 27
17 13 20
43 68 90
22 6 2
57 32 10
39 19 22
3 4 19 24
20 22 83 96
11 14 4 1
80 78 17 4
15 18 23 25
Karakteristik Kredit Faktor lain yang diduga mempengaruhi pengembalian kredit adalah frekuensi pemberian KUR. Frekuensi pemberian KUR berasal dari kelompok karakteristik kredit. hipotesis penelitian adalah debitur yang telah menerima dua kali KUR berpeluang dapat membayar angsuran kredit tepat pada waktunya lebih baik dari debitur yang baru pertama kali menerima KUR. Debitur yang lancar
33
telah 2 kali menerima fasilitas KUR sebanyak 42 debitur sedangkan debitur macet sebanyak 22 debitur dan baru pertama kali fasilitas KUR. Sehingga hipotesis awal sesuai dengan keadaan dilapangan. Penjelasan karakteristik pemberian kredit di BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik Kredit di BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk No. 1
Karakteristik Individu
Status Pengembalian Lancar Macet (%) (Responden) (Responden)
Frekuensi Kredit a. I b. II
8 42
27 84
(%)
Jumlah (Responden)
73 6
30 50
22 8
HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUR Pada penelitian ini, diduga ada 8 faktor yang mempengaruhi pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR), yaitu usia debitur, pendidikan terakhir debitur, jumlah tanggungan keluarga, pemahaman akad kredit, omset usaha per bulan, lama usaha, jenis usaha, dan frekuensi menerima KUR. Variabel dummy untuk pendidikan terakhir debitur dibagi atas SD (D = 0), SMP (D = 1), SMA (D = 2), Diploma (D = 3), dan Sarjana (D = 4). Variabel dummy untuk pemahaman akad kredit dibagi atas paham (D = 1), dan tidak paham (D = 0), sedangkan variabel dummy untuk jenis usaha dibagi atas on farm (D = 0), dan off farm (D = 1). Hasil analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian KUR pada BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk dapat dilihat pada Tabel 10. Hasil Analisis Terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUR pada BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk Variabel B Sig. Exp (B) Usia (X1) -,005 ,816 ,995 Pendidikan (X2) -,095 ,712 ,909 Jumlah Tanggungan Keluarga (X3) -,102 ,667 ,903 Pemahaman Akad Kredit (X4) -,227 ,729 ,797 Omset (X5) ,000 ,443 1,000 Lama Usaha (X6) ,082 ,385 1,085 Jenis Usaha (X7) -,432 ,381 ,649 Frekuensi KUR (X8) 1,171 ,110 3,226 Constant (B0) -1,261 ,465 ,283
Tabel 10.
Step 1
-2 Log likelihood 99,978a
Model Summary Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square ,071 ,096
34
Pengujian ini menggunakan tingkat kepercayaan 95 persen atau dengan taraf nyata ( sebesar lima persen. Analisis regresi logistik ini menghasilkan nilai -2 Log likelihood sebesar 99,978 lebih kecil dari nilai chi-square tabel (99,978 < 101,879), (Lampiran 1). Untuk menentukan nilai chi-square tabel, dengan df N-1 (N adalah jumlah sampel = 80). Dengan kata lain adalah persamaan telah layak atau sesuai dengan keadaan sebenarnya. Pengambilan keputusan dalam memberikan fasilitas KUR kepada calon debitur dapat menilai diluar dari kedelapan variabel yang telah diuji. Hal ini berdasarkan nilai dari Nagelkerke R Square, pada Tabel 10 menunjukkan nilai 0,096 yang berarti bahwa kedelapan variabel yang mempengaruhi pengembalian KUR hanya mampu menjelaskan ketepatan pengembalian KUR sebesar 9,6 persen, sisanya yaitu sebesar 90,4 persen dijelaskan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk kedalam variabel uji. Faktor-faktor yang memengaruhi pengembalian kredit diluar dari variabel uji antara lain adalah kondisi ekonomi dan politik sekarang dan di masa yang akan datang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian KUR dapat berpengaruh positif dan negatif. Secara matematis, hubungan antar variabel penjelas dengan variabel respon dapat dirumuskan sebagai berikut : Y
= -0,005X1 - 0,095X2 - 0,102X3 - 0,227X4 + X5 + 0,082X6 - 0,432X7 + 1,171X81
Persamaan matematis tersebut menunjukkan bahwa variabel omset, lama usaha dan frekuensi menerima faslitas KUR berpengaruh positif terhadap pengembalian KUR, hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi omset yang diterima perbulannya, semakin lama usaha yang dijalankan dan debitur telah lebih dari satu kali menerima fasilitas KUR akan menyebabkan pengembalian KUR yang semakin lancar. Sedangkan, variabel-variabel yang berpengaruh negatif terhadap pengembalian KUR terdiri dari usia, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pemahaman akad kredit dan jenis usaha. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tua usia, semakin tinggi pendidikan, semakin banyak jumlah tanggungan keluarga, dan semakin memahami akad kredit akan mengakibatkan debitur macet dalam pengembalian kredit yang telah diterimanya. Sedangkan, untuk debitur yang tidak fokus terhadap satu jenis usaha agribisnis akan mengalami gagal bayar atau kredit macet. Usia Debitur Hasil pengolahan pada Tabel 10 dapat juga digunakan untuk menganalisis dampak dari masing-masing variabel penjelas yang diduga mempengaruhi pengembalian kredit, hal tersebut dapat dilihat dari nilai Nilai Exp (B) untuk variabel usia sebesar 0,995. Artinya, bahwa kenaikan usia debitur satu satuan (satu tahun) akan meningkatkan peluang kredit macet. Debitur dengan usia lebih tua satu satuan berpeluang 0,995 kali lebih besar dalam kredit macet dibandingkan peluang debitur yang lebih muda satu tahun tersebut. Nilai signifikansi pada variabel usia sebesar 0,816. Nilai ini dapat menunjukkan bahwa variabel usia tidak berpengaruh nyata dalam pengembalian
35
kredit, karena nilai signifikansi variabel usia lebih dari taraf alpha 0,050. Dengan demikian, nilai signifikansi variabel penjelas lebih besar dari taraf alpha maka variabel tersebut dinyatakan tidak berpengaruh nyata. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis awal bahwa debitur yang mengalami keterlambatan membayar angsuran kredit berada berusia muda dan debitur berusia tua membayar angsuran kredit sesuai jadwal yang telah ditentukan. Hal tersebut menunjukkan bahwa ternyata variabel usia debitur yang menjadi responden dalam penelitian ini, tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kelancaran pengembalian KUR. Pendidikan Tingkat pendidikan akan mempengaruhi karakter seseorang, pada umumnya, semakin tinggi tingkat pendidikan akan lebih disiplin dan bertanggung jawab dalam menjalankan kewajibannya. Prinsip ini seperti dalam pengembalian kredit, semakin tinggi tingkat pendidikan debitur akan membuat mereka disiplin dan bertanggung jawab dalam mengangsur pinjaman KUR sesuai jadwal. Namun tidak sedikit debitur yang berpendidikan lebih tinggi, berani dalam melakukan penunggakan pengembalian kredit. Variabel tingkat pendidikan dari hasil regresi logistik memiliki koefisien yang negatif, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan debitur maka semakin tinggi peluang terjadinya kredit macet. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin lancar dalam mengembalikan kreditnya. Hubungan tersebut ternyata tidak signifikan karena signifikansi variabel pendidikan lebih besar pada taraf nyata (0,712 > 0,050). Nilai Exp (B) untuk variabel pendidikan sebesar 0,909 menunjukkan bahwa peningkatan pendidikan satu satuan (satu tahun) mengurangi peluang lancarnya pengembalian kredit sebesar 0,909 kali. Debitur dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi satu tahun dari debitur lain akan berpeluang 0,909 kali lebih kecil dalam mengembalikan kredit secara lancar dibandingkan peluang debitur lebih rendah satu tahun. Jumlah Tanggungan Keluarga Debitur yang memiliki jumlah tanggungan keluarga yang banyak, umumnya akan mengeluarkan biaya yang besar dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Hal tersebut akan mempengaruhi kemampuan debitur dalam membayar angsuran kredit sehingga variabel jumlah tanggungan keluarga memberikan pengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian kredit. Koefisien variabel jumlah tanggungan dari hasil regresi logistik sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu negatif, artinya semakin bertambah jumlah tanggungan keluarga maka semakin kecil peluang mengembalikan KUR dengan lancar. Akan tetapi signifikansi variabel jumlah tanggungan keluarga lebih besar dari taraf nyata sehingga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kelancaran pengembalian KUR (0,667 > 0,050). Nilai Exp (B) atau odds ratio untuk variabel jumlah tanggungan keluarga sebesar 0,903. Seorang debitur dengan jumlah tanggungan keluarga yang lebih tinggi satu orang saja dari debitur lain akan berpeluang 0,903 kali lebih kecil
36
dalam mengembalikan kredit secara lancar dibandingkan peluang debitur yang memiliki jumlah tanggungan keluarga lebih sedikit. Pemahaman Akad Kredit Akad kredit adalah penjelasan yang dilakukan oleh pihak bank kepada debitur mengenai hak dan kewajiban debitur. Akad kredit juga waktu debitur mendapatkan pencairan fasilitas KUR. Debitur yang memahami akad kredit akan memahami kewajibannya untuk membayar angsuran pinjaman sesuai jadwal yang telah ditentukan, sehingga pemahaman akad kredit akan memberikan pengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit. Variabel pemahaman akad kredit dari hasil regresi logistik memiliki koefisien yang negatif, artinya debitur semakin memahami akad kredit maka semakin tinggi peluang terjadinya kredit macet. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian, dimana semakin memahami akad kredit maka semakin lancar dalam mengembalikan kreditnya. Hubungan tersebut ternyata tidak signifikan karena signifikansi variabel pendidikan lebih besar pada taraf nyata (0,729 > 0,050). Nilai Exp (B) untuk variabel pemahaman akad kredit sebesar 0,797. Penjelasan dari nilai tersebut adalah debitur yang memahami akad kredit memiliki peluang kredit macet sebesar 0,797 kali dibandingkan dengan debitur yang tidak memahami akad kredit satu tingkat lebih paham. Hal ini dikarenakan debitur yang memahami akad kredit akan berusaha mencari kelemahan dari pengawasan dari pihak bank dan sistem pendebetan otomatis rekening simpanan debitur yang dimiliki oleh BRI. Omset Omset usaha adalah jumlah penjualan produk atau jasa dalam kurun waktu tertentu, dalam penelitian ini omset diukur dalam waktu bulanan. Omset usaha diduga positif dalam kelancaran pengembalian kredit, semakin besar omset maka kemampuan membayar angsuran pinjaman akan semakin besar. Variabel ini positif, sehingga sesuai dengan hipotesis penelitian, bahwa omset yang besar akan memperlancar pengembalian kredit sesuai jadwal. Akan tetapi variabel ini tidak terlalu signifikan terhadap kelancaran pengembalian kredit karena nilai dari signifikansi. Nilai Exp (B) per bulan sebesar 1,000 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang berarti terhadap perubahan peluang kelancaran pengembalian kredit jika nilai omset debitur per bulan bertambah satu satuan. Artinya, debitur dengan nilai omset yang lebih tinggi dari debitur lain akan memberikan peluang kelancaran pengembalian KUR yang lebih besar jika selisih omset per bulan tersebut cukup besar. Lama Usaha Lama usaha diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena pengalaman usaha yang semakin lama dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam mengelola usaha sehingga mendukung
37
keberhasilan usaha yang dijalankannya. Keberhasilan tersebut dapat membrikan pekuang yang lebih besar dalam meningkatkan kemampan mengembalikan kredit secara lancar. Koefisien variabel lama usaha benilai positif sehingga sesuai dengan hipotesis penelitian, bahwa semakin lama usia usaha akan berpeluang positif terhadap pembayaran angsuran kredit. Akan tetapi variabel lama usaha tidak terlalu signifikan terhadap kelancaran pengembalian kredit. Nilai Exp (B) untuk variabel lama usaha sebesar 1,085 menunjukkan bahwa kenaikan satu satuan (satu tahun) akan menyebabkan kenaikan peluang pengembalian kredit dengan lancar sebesar 1,085 kali dari semula. Debitur dengan lama usaha satu tahun dari debitur lain akan berpeluang 1,085 kali lebih besar dalam mengembalikan kredit secara lancar dibanding peluang debitur yang lama usahanya lebih muda. Jenis Usaha Usaha on farm diduga memiliki resiko yang lebih besar dari usaha off farm sehingga usaha off farm akan lebih lancar dalam mengembalikan kredit. Berdasarkan hasil regresi logistik, diketahui bahwa koefisien variabel jenis usaha bernilai negatif yang artinya usaha off farm (bernilai 1) berbanding negatif dalam kelancaran pengembalian KUR. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian, bahwa usaha off farm lebih lancar dalam pengembalian kredit dibandingkan usaha on farm. Akan tetapi, variabel jenis usaha ini berpengaruh signifikan terhadap pengembalian kredit. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi yang lebih besar dari taraf nyata (0,381 > 0,050). Nilai Exp (B) untuk variabel jenis usaha sebesar 0,649 menunjukkan bahwa usaha off farm berpeluang 0,649 kali lebih lancar dalam pengembalian kredit dibandingkan usaha on farm. Frekuensi Peminjaman KUR Frekuensi peminjaman KUR dapat dijadikan indikasi bahwa semakin sering debitur mendapatkan fasilitas KUR maka debitur akan lebih memahami hak dan kewajiban sebagai debitur. Frekuensi peminjaman KUR diduga positif terhadap kelancaran mengembalikkan KUR. Koefisien variabel frekuensi peminjaman KUR bernilai positif, berarti sesuai dengan hipotesis penelitian, bahwa debitur yang semakin menerima fasilitas kredit berpeluang lancar dalam mengembalikan angsuran pinjaman sesuai jadwal. Variabel frekuensi peminjaman KUR memiliki tingkat signifikan yang mendekati taraf nyata dibandingkan ketujuh variabel lainnya (0,110 > 0,050). Artinya variabel frekuensi peminjaman KUR mendekati berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit. Nilai Exp (B) untuk variabel frekuensi menerima fasilitas KUR sebesar 3,226 menunjukkan bahwa bertambahnya frekuensi peminjaman KUR sebesar satu satuan (satu kali) akan menyebabkan peningkatan peluang pengembalian kredit dengan lancar sebesar 3,226 kali dari sebelum bertambahnya frekuensi peminjaman KUR. Debitur dengan frekuensi peminjaman kredit yang lebih tinggi satu kali dari debitur lain akan berpeluang 3,226 kali lebih besar dalam mengembalikan kredit secara lancar dibanding peluang debitur yang frekuensi peminjaman kreditnya lebih singkat.
38
Dampak KUR Terhadap Pendapatan Usaha Perubahan pendapatan usaha debitur menjadi tolak ukur BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk dalam menyalurkan KUR. Tingkat perubahan diukur dari pendapatan debitur sebelum menerima dan sesudah menerima fasilitas KUR. Dalam penelitian ini, total penerimaan dan total biaya yang diterima dan dikeluarkan oleh debitur selama satu bulan, baik itu sebelum dan sesudah menerima KUR dilihat pada hasil Laporan Kunjungan Nasabah (LKN) yang terdapat pada paket pinjaman KUR. LKN adalah hasil penilaian perkembangan usaha debitur sebelum dan sesudah menerima kredit, isi dari LKN antara lain neraca usaha, memastikan penggunaan dana yang telah diterima sesuai dengan peruntukkannya, dan perkembangan usaha debitur. Hasil perbandingan dampak KUR terhadap pendapatan usaha dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Tingkat Pendapatan Debitur Sebelum dan Sesudah Menerima Fasilitas KUR Berdasarkan Bidang Usaha Bidang Usaha Sebelum (Rp.) Sesudah (Rp.) Perubahan (%) Penyedia Input 6.380.000 12.800.000 100,62 Budidaya 73.990.000 86.240.000 16,55 Pengolahan 19.960.000 22.260.000 11,52 Pemasaran 107.570.000 107.570.000 0,00 Berdasarkan Tabel 11 dapat dijelaskan bahwa perubahan pendapatan usaha debitur disetiap bidang berbeda-beda. Pendapatan debitur meningkat pesat berada di bidang usaha penyedia input. Hal ini dapat dijadikan pertimbangan pihak perbankan dalam menyalurkan fasilitas KUR bahwa di bidang hulu agribisnis tidak selamanya memiliki risiko yang tinggi. Peningkatan bidang usaha penyedia input dapat dijadikan tolak ukur bahwa perkembangan usaha ini dapat mendatangkan keuntungan bagi pelaku usaha dan pihak perbankan atau lembaga keuangan. Bidang pengolahan dan pemasaran belum mengalami perubahan yang berarti, hal ini dapat dijadikan evaluasi bagi BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk untuk menyalurkan fasilitas KUR kepada calon debitur yang memiliki usaha produktif. Penilaian perubahan pendapatan usaha juga diukur dengan metode hasil pengolahan data dengan menggunakan alat analisis uji t-hitung (Lampiran 2). Hasil perubahan pendapatan usaha dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil Pengolahan Data Debitur Sebelum dan Sesudah Menerima Fasilitas KUR dengan Menggunakan Uji Statistik t-hitung Sig. t Sebelum Pemberian Kredit – ,001 -3,469 Setelah Menerima Kredit Berdasarkan hasil signifikansi terhadap debitur sebelum dan setelah menerima KUR, dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 (0,05 ≥ 0,001). Dapat dijelaskan bahwa terdapat peningkatan pendapatan usaha setelah menerima fasilitas KUR. Penjelasan hasil penelitian sebagai berikut :
39
Pengajuan Hipotesis : H1 : Terdapat peningkatan pendapatan usaha setelah menerima KUR. H0 : Tidak ada peningkatan pendapatan usaha setelah menerima KUR. Kaidah keputusan : a. Jika lebih kecil atau sama dengan nilai signifikansi ( ≤ Sig , maka H0 diterima dan H1 diterima. b. Jika lebih besar atau sama dengan nilai signifikansi ( ≥ Sig , maka H1 diterima dan H0 diterima. Nilai signifikansi sebesar 0,001 menunjukkan perubahan signifikan terhadap debitur yang telah menerima fasilitas KUR, debitur yang telah menerima kredit dapat mengembangkan usahanya menjadi lebih baik. Dengan kata lain, BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk telah berhasil menyalurkan kredit kepada debitur yang memiliki usaha produktif dan ikut serta memajukan usaha mereka. Berdasarkan hasil pengolahan data bahwa t-hitung sebesar -3,469 atau |3,469| dengan df = N -1 = 79 sehingga nilai t-tabel sebesar 2,000 (3,060 ≥ 2,000). Menjelaskan bahwa terdapat peningkatan pendapatan usaha setelah mendapatkan KUR. Dengan penjelasan sebagai berikut : H1 : Terdapat peningkatan pendapatan usaha setelah menerima KUR. H0 : Tidak ada peningkatan pendapatan usaha setelah menerima KUR. Kaidah keputusan : 1. Jika (t-hitung ≤ t-tabel , maka H0 diterima dan H1 diterima. 2. Jika (t-hitung ≥ t-tabel , maka H1 diterima dan H0 diterima. Hasil uji t-hitung dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk dalam menyalurkan KUR, diharapkan perkembangan ini terus berlanjut di tahun-tahun yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan kinerja dan profitabilitas BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk dan debitur KUR.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Responden berdasarkan tingkat pengembalian KUR : a. Karakteristik individu : sebagian besar berusia 41 hingga 45 tahun, memiliki jumlah tanggungan keluarga hingga dua orang, pendidikan terakhir SMA dan tidak memahami akad kredit secara keseluruhan. b. Karakteristik usaha : sebagian besar memiliki jenis usaha pengolahan, lama menjalankan usaha lebih dari sepuluh tahun dan omset per bulan lebih dari Rp. 4.000.000,-. c. Karakteristik kredit : sebagian besar respon telah menerima fasilitas KUR sebanyak dua kali. 2. Berdasarkan hasil penelitian bahwa dampak pemberian fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap peningkatan pendapatan usaha agribisnis secara umum, dan khususnya di bidang on farm (penyedian input, budidaya dan
40
pengolahan) sudah tepat perkembangan usaha.
sasaran
dan
berdampak
positif
terhadap
Saran Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, maka saran yang dapat disampaikan yaitu pihak BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk disarankan untuk lebih memperhatikan debitur yang baru pertama kali menerima fasilitas KUR, jenis usaha dan lama usaha sebelum menyalurkan KUR kepada calon debitur. Dengan demikian, kredit macet di BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk dapat ditekan dan meningkatkan pencapaian kinerja cabang.
DAFTAR PUSTAKA [BRI] Bank Rakyat Indonesia. 2009. Pedoman Pelaksaan Kerja Bidang Kredit. Bank Rakyat Indonesia Kantor Pusat. Jakarta. [BRI] Bank Rakyat Indonesia. 2009. Kredit Ritel dan Komersial. Modul Pendidikan Account Officer. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Kantor Pusat Divisi Pendidikan dan Pelatihan. Jakarta. Dendawijaya L. 2001. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Firdaus, M dan Farid M. A. 2008. Aplikasi Metode Kuantitatif Terpilih untuk Manajemen dan Bisnis. IPB Perss. Bogor. Fitrianingsih S. 2008. Kinerja Penyaluran Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) Serta Dampaknya Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Nasabah Di PT. BRI Unit Citeureup Cabang Bogor. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Handoyo M. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Pembiayaan Syariah Untuk UMKM Agribisnis Pada KBMT Wihdatul Ummah Kota Bogor. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hasibuan, M S.P. 2001. Dasar-Dasar Perbankan. Bumi Aksara. Jakarta. Hasibuan R. 2009. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kredit Macet Pada Kredit Usaha Pedesaan (Kupedes) Yang Terkait Sektor Agribisnis. Kasus PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Unit Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hutagaol EIP. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencairan Pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) Di Sektor Agribisnis (Kasus Pada BRI Unit Cigombong-Bogor). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Haloho F. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Mikro PT. BPD Jabar Banten KCP Dramaga. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Irawati R. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi dan Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit
41
Cibinong Cabang Bogor – Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kadarsan, H.W. 1992. Keuangan Pertanian Dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Lipsey RG, Courant PN, Purvis DD dan Steiner PO. 1995. Pengantar Mikroekonomi. Edisi ke-10. Jakarta : Binarupa Aksara. Lubis, AM. 2009. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Usaha Rakyat Melalui Studi Kasus BRI Unit Cibungbulang. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta Nicholson, Walter. 1999. Teori Ekonomi Mikro : Teori dan Aplikasi. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Novitasari. 2006. Analisis Kinerja dan Dampak Kredit Umum Pedesaan (KUPEDES) Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Kecil (Kasus : Bank Rakyat Indonesia Unit Kreo, Tangerang) Pappas, James.L dan Mark Hirschey.1995. Ekonomi Manajerial. Jilid satu. Binarupa Aksara. Jakarta. Puspopranoto, S. 2004. Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan, Konsep Teori dan Realita. Edisi Pertama. Jakarta : LP3ES. Supriyono, M. 2011. Buku Pintar Perbankan. Yogyakarta : Andi Yogyakarta. Utomo, R. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Pembiayaan Agribisnis Pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Syariah Al Salaam Amal Salman. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Usman H, Akbar PS. 2006. Pengantar Statistika Edisi Kedua. Bumi Aksara. Jakarta. Wijaya, V. 2011. Analisis Kinerja Usaha Restoran XYZ dengan Menggunakan Fasilitas Kredit UKM. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Walpole, R.E. 1995. Pengantar Statistika Edisi Ketiga. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
42
LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Pengolahan Data dengan Regresi Logistik
Logistic Regression [DataSet2] C:\Users\user\Desktop\Skripsi.sav
Case Processing Summary Unweighted Cases Selected Cases
a
N Included in Analysis Missing Cases Total
Unselected Cases Total
Percent 100,0 ,0 100,0 ,0 100,0
80 0 80 0 80
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
De pendent Variable Encoding Original Value npl lancar
Internal Value 0 1
Block 0: Beginning Block Classification Tablea,b Predicted kolek Step 0
Observed kolek
npl npl lancar
lancar 30 50
0 0
Overall Percentage
Percentage Correct ,0 100,0 62,5
a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500
Variable s in the Equation Step 0
Constant
B ,511
S.E. ,231
Wald 4,893
df 1
Sig. ,027
Exp(B) 1,667
43
a Variables not in the Equation
Step 0
Variables
Score ,029 ,262 ,094 ,049 1,279 ,818 ,754 2,412
x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8
df 1 1 1 1 1 1 1 1
Sig. ,864 ,609 ,759 ,824 ,258 ,366 ,385 ,120
a. Residual Chi-Squares are not computed because of redundancies.
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coe fficients Step 1
Step Block Model
Chi-square 5,872 5,872 5,872
df 8 8 8
Sig. ,662 ,662 ,662
Model Summary Step 1
-2 Log Cox & Snell likelihood R Square 99,978 a ,071
Nagelkerke R Square ,096
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Tablea Predicted kolek Step 1
Observed kolek Overall Percentage
a. The cut value is ,500
npl npl lancar
9 7
lancar 21 43
Percentage Correct 30,0 86,0 65,0
44
Variable s in the Equation Step a 1
B -,005 -,095 -,102 -,227 ,000 ,082 -,432 1,171 -1,261
x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 Constant
S.E. ,021 ,257 ,237 ,655 ,000 ,094 ,493 ,734 1,727
Wald ,054 ,136 ,185 ,120 ,587 ,754 ,766 2,548 ,533
df 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Sig. ,816 ,712 ,667 ,729 ,443 ,385 ,381 ,110 ,465
Exp(B) ,995 ,909 ,903 ,797 1,000 1,085 ,649 3,226 ,283
a. Variable(s) entered on step 1: x1, x2, x3, x4, x5, x6, x7, x8.
Lampiran 2.
Hasil Uji Statistik t-hitung
T-Test [DataSet1] C:\Users\user\Desktop\Skripsi.sav
Paired Sample s Statistics Mean Pair 1
sebelum pemberian kredit setelah menerima kredit
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
2615000
80
1254049,643
140207,0
2823375
80
1318841,018
147450,9
Paired Sample s Correlations N Pair 1
sebelum pemberian kredit & setelah menerima kredit
Correlation 80
,914
Sig. ,000
Paired Sample s Test Paired Differences
Mean Pair 1
sebelum pemberian kredit - setelah menerima kredit
-208375
Std. Deviation
Std. Error Mean
537331,531 60075,491
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper -327952
-88797,7
t -3,469
df
Sig. (2-tailed) 79
,001
45
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 29 April 1985. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ronald Richard Pentury dan Ibu Djuhariah Yudhoatmodjo Tritunggalniarti. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 07 Tangerang pada tahun 1997 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2000 di SLTPN 03 Tangerang. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 05 Bogor diselesaikan pada tahun 2003. Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Diploma III Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan lulus tahun 2006. Selanjutnya, jenjang S1 ditempuh di Institut Pertanian Bogor Jurusan Agribisnis angkatan IV pada tahun 2008. Penulis bekerja pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Hayam Wuruk sebagai administrasi kredit.