1
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT UMKM BRI UNIT CIAMPEA BOGOR
WINDA ANGGRAINI HARAHAP
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
2
3
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit UMKM BRI Unit Ciampea Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014 Winda Anggraini Harahap NIM H34090018
4
ABSTRAK WINDA ANGGRAINI HARAHAP. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit UMKM BRI Unit Ciampea Bogor. Dibimbing oleh ANDRIYONO KILAT ADHI Salah Sektor usaha yang sering ditemui dan memiliki andil yang besar di Indonesia saat ini adalah sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) khususnya di bidang agribisnis. Namun hal tersebut belum tentu mencerminkan perkembangan sektor usaha ini sudah baik karena dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya adalah permasalahan kesulitan mengakses permodalan melalui pinjaman dari lembaga keuangan karena dianggap sektor agribisnis memiliki risiko yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik debitur kredit UMKM secara umum pada sektor agribisnis yang melakukan pembayaran lancar maupun mengalami kemacetan dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian Kredit UMKM. Metode regresi logistik menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, dan ada tidaknya agunan berpengaruh signifikan terhadap kelancaran tingkat pengembalian kredit UMKM di BRI unit Ciampea. Pihak bank juga perlu memperhatikan karakteristik debitur melalui analisis yang tepat sasaran yang memperhatikan karakteristik individu, karakteristik usaha, dan karakteristik kredit untuk menekan angka kredit bermasalah. Kata kunci: UMKM, kredit UMKM, Tingkat pengembalian kredit ABSTRACT WINDA ANGGRAINI HARAHAP. The Factors that Affecting UMKM Credit repayment in agribusiness sector at BRI unit Ciampea, Bogor . Supervised by ANDRIYONO KILAT ADHI UMKM especially in agribusiness sector is one of business sector that often be found and have a big contribution in Indonesia. However, it still can’t reflect the sector's growth has been good because it is influenced by several factors. One of that factor is how difficult to access capital through loans from financial institutions because it is considered the agribusiness sector has a high risk. This research identify the characteristic of UMKM credit debtors generally in agribusiness sector that repay their debt or have arrear payment and analyze the factors affecting UMKM credit repayment in agribusiness sector. Regression logistic method show that repayment at BRI unit Ciampea is significantly influenced by education level, number of dependent , and collateral value. Bank as a creditor has to concentrate to analyze right on target the characteristic of the debtors that notify the individual characteristic, business characteristic, and credit characteristic to decrease the number of credit arrears. Keywords: UMKM, UMKM Credit, Credit repayment
5
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NON PERFORMING LOAN (NPL) KREDIT UMKM SEKTOR AGRIBISNIS BRI UNIT CIAMPEA BOGOR
WINDA ANGGRAINI HARAHAP
Skripsi Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sebagai salah satu syaratEkonomi untuk memperoleh gelar Sarjana Sarjana Ekonomi pada pada Departemen Agribisnis Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
6
7
Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit UMKM BRI unit Ciampea Bogor Nama : Winda Anggraini Harahap NIM : H34090018
Disetujui oleh
Dr Ir Andriyono Kilat Adhi Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
8
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 sampai Juli 2013 ini ialah Kredit UMKM, dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian UMKM BRI unit Ciampea Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Andriyono Kilat Adhi selaku pembimbing. Disamping itu, ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Agus Kurniawan, Bapak Teguh, dan Ibu Neneng dari BRI unit Ciampea Bogor yang banyak membantu, memberi informasi dan wawasan serta mendampingi selama melakukan penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Papa, Mama, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya. Terima kasih juga kepada teman-teman satu bimbingan skripsi Agatha, Nanda, Masta dan teman-teman terdekat Mada, Adit, Bobi, Tyo, Raymond, Nurma, dan Mega Pratiwi, Rekha, Qiqit, M. Taufik serta teman-teman Agribisnis 46 atas dukungan doa dan motivasinya dalam penyusunan skripsi saya ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014 Winda Anggraini Harahap
9
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN
vi vi vi 1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penulisan
5
TINJAUAN PUSTAKA
5
Karakteristik Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
5
Penelitian Terdahulu
6
Perbedaan Penelitian yang Dilaksanakan dengan Penelitian Terdahulu
7
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis
8 8
Kerangka Pemikiran Operasional
11
Waktu dan Lokasi Penelitian
15
Jenis dan Sumber Data
15
Populasi dan Sampel
15
Metode dan Analisis Data
16
Definisi Operasional
18
HASIL DAN PEMBAHASAN
19
Sistem Penyaluran Kredit UMKM BRI Unit Ciampea
19
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit UMKM
20
SIMPULAN DAN SARAN
29
Simpulan
29
Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
29
LAMPIRAN
32
10
DAFTAR TABEL 1. Perkembangan jumlah pelaku usaha menurut skala usaha tahun 2010- 2011 2. Perkembangan nilai produk domestik bruto (PDB) UMKM menurut skala usaha tahun 2011-2011 atas dasar harga konstan 2000 3. Perkembangan jumlah penyerapan tenaga kerja menurut skala usaha tahun 2010-2011 4. Penyedia kredit UMKM tahun 2011 5. Penelitian terdahulu faktor- faktor tingkat pengembalian kredit 6. Data jumlah sampel berdasarkan klasifikasi sektor agribisnis (n=41) 7. Dugaan parameter regresi logistik berdasarkan Classification Table 8. Dugaan parameter regresi logistik biner berdasarkan Omnibus Tests of Model Coefficeints dengan Metode Enter 9. Dugaan parameter regresi logistik biner berdasarkan Hosmer and Lemeshow Test 10.Dugaan parameter regresi logistik biner berdasarkan Variables in the Equation
1 2 2 3 7 16 21 21 21 22
DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. 4.
Trend Non Performing Loan (NPL) kredit UMKM tahun 2010-2012 Unsur-unsur kredit Prosedur penyaluran kredit Kerangka pemikiran operasional
4 8 9 14
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor usaha yang sering ditemui di Indonesia saat ini adalah sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Hal ini dikarenakan menurut para pelaku usaha sektor ini dianggap cukup prospektif untuk dikembangkan. UMKM juga memiliki andil yang cukup besar dalam perekonomian Indonesia karena selain sebagai penggerak sektor ekonomi di kalangan sebagian besar masyarakat Indonesia selain itu juga karena sektor ini dianggap sektor yang mampu bertahan di saat terjadi krisis ekonomi global melanda usaha-usaha berskala nasional maupun internasional. Peningkatan jumlah UMKM sebesar 2.57%, yaitu dari 53 823 732 pada tahun 2010 menjadi 55 206 444 pada tahun 2011 merupakan bukti dari perkembangan sektor usaha ini. Perkembangan jumlah usaha mikro, kecil, dan menegah dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Perkembangan jumlah pelaku usaha menurut skala usaha tahun 2010- 2011 Indikator Usaha Mikro
Jumlah (unit) 2010
Perkembangan
2011
Unit
Persentase
5 207 500
54 559 969
1 352 470
2.54
573 601
602 195
28 594
4.98
42 631
44 280
1 649
3.87
53 823 732
55 206 444
1 382 713
2.57
4 838
4952
114
2.35
Jumlah 53 828 569 55 221 396 Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2013)
1 382 827
2.57
Usaha Kecil Usaha Menengah Total Usaha Mikro Kecil Menengah Besar (UMKM) Usaha Besar (UB)
Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa menurut Kementerian Negara Koperasi dan UMKM jumlah UMKM sangat besar di Indonesia tahun 2010-2011 yaitu 99.99% dari total jumlah usaha yang ada di Indonesia. Sektor usaha mikro yang sangat banyak yaitu sebesar 53 207 500 unit pada tahun 2010 dan 54 559 969 unit pada tahun 2011 dan mencakup 98.80% dari jumlah total usaha yang ada. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya sektor UMKM ini sebagai penggerak ekonomi Indonesia. Peran penting lainnya UMKM terhadap perekonomian Indonesia adalah sebagai salah satu sektor yang berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan sektor usaha yang menyerap banyak tenaga kerja di Indonesia. Pada tahun 2011 kontribusi UMKM terhadap PDB nasional menurut harga konstan tahun 2000 adalah sebesar 1 369 326 Milyar rupiah atau sebesar 57.60% dari total PDB nasional. Kontribusi ini terus meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 6.76% yang artinya jika sektor UMKM ini terus dieksplorasi akan memberikan pengaruh signifikan terhadap PDB nasional. Perkembangan Nilai PDB menurut skala usaha tahun 2010-2011 dapat dilihat pada Tabel 2.
2
Tabel 2 Perkembangan nilai produk domestik bruto (PDB) UMKM menurut skala usaha tahun 2011-2011 atas dasar harga konstan 2000 Jumlah (Milyar)
Perkembangan
Indikator 2010
2011
Usaha Mikro
719 070
761 228
42 158
5.86
Usaha Kecil
239 111
261 315
22 204
9.29
Usaha Menengah
324 390
346 781
22 391
6.9
1 282 571
1 369 326
886 754
6.76
935 375
1 007 784
72 408
7.74
Jumlah 2 217 947 2 377 110 Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2013)
159 163
7.18
Total Usah Mikro Kecil Menengah (UMKM) Usaha Besar (UB)
Milyar
%
Jumlah UMKM yang besar dapat menunjukkan bahwa sektor ini merupakan salah satu solusi dalam mengatasi tingkat pengangguran di Indonesia. Pengembangan UMKM akan mampu menyerap tenaga kerja yang tersedia di negara ini. Perkembangan jumlah penyerapan tenaga kerja Usaha Mikro menurut skala usaha tahun 2010-2011 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Perkembangan jumlah penyerapan tenaga kerja menurut skala usaha tahun 2010-2011 Indikator
Jumlah (Orang) Tahun 2010
Tahun 2011
Perkembangan Orang
%
Usaha Mikro
93 014 759
94 957 797
1.943.038
2.09
Usaha Kecil
3 627 164
3 919 992
292.828
8.07
Usaha Menengah
2 759 852
2 844 669
84.816
3.07
Total
99 401 775
101 722 458
2.320.683
2.33
Usaha Besar (UB)
2 839 711
2.891 224
51.513
1.81
Jumlah 102 241 486 104 613 681 Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2013)
2.372.196
2.32
Tabel 3 menunjukkan pengembangan usaha sektor mikro dapat mengatasi permasalahan pengangguran di Indonesia Penyerapan tenaga kerja yang besar oleh sektor mikro ini dikarenakan banyaknya jumlah usaha mikro yang ada yaitu sebesar Berdasarkan 93 014 759 orang pada tahun 2010 dan 94 957 797 pada tahun 2011 yaitu sebesar 90.96% pada 2010 dan 90.78% pada 2011 dari total penyerapan tenaga kerja yang ada.. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia sangat besar berada pada sektor agribisnis. Hal ini dikarenakan faktor Indonesia yang merupakan negara agraris yang kaya akan sumberdaya alamnya. Sehingga para pelaku usaha banyak bergerak di bidang agribisnis. Besarnya kontribusi UMKM pada perekonomian Indonesia yang dapat dilihat pada beberapa aspek yang telah dijabarkan diatas belum tentu mencerminkan perkembangan sektor usaha ini sudah baik. Hal ini terjadi karena dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya adalah permasalahan permodalan yang dialami pelaku usaha sektor ini. Permodalan sangat dibutuhkan oleh UMKM sebagai modal kerja, biaya investasi,
3
serta biaya operasional. Peran lembaga keuangan sangat dibutuhkan dalam penyelesaian permasalahan permodalan ini. Permasalahan pendanaan yang sering terjadi adalah sulitnya para pelaku usaha UMKM untuk mengakses pinjaman uang dari bank dikarenakan banyaknya syarat dan ketentuan peminjaman yang tidak dapat dipenuhi oleh mereka. Peraturan-peraturan yang sering dianggap sulit bagi pelaku usaha utuk dipenuhi adalah jumlah agunan, cicilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan per bulan, dan lama usaha berjalan. Penyaluran kredit untuk pertanian perbankan nasional di Indonesia masih tergolong kecil yaitu di bawah 6% (Deptan 2012). Hal ini dikarenakan sektor pertanian masih dianggap berisiko tinggi. BRI sebagai salah satu bank nasional yang dikenal berpihak kepada UMKM khususnya sektor agribisnis. Hal ini dapat dilihat dari misi BRI yaitu melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat. Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dengan melaksanakan praktek good corporate governance1. Misi ini dianggap cukup terealisasi karena BRI telah melakukan penyaluran kredit untuk UMKM yang mencapai 67.58% dan merupakan bank penyalur kredit untuk UMKM yang paling besar di Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Penyedia kredit UMKM tahun 2011 Nama Bank
Total Kredit (Rp juta)
Jumlah Kredit UMKM (Rp juta)
BRI
233 668 009
157 916 823
67.58
BNI
126 073 612
79 963 723
63.42
MANDIRI
229 989 109
29 802 423
12.95
CIMB NIAGA
96 291 494
23 140 382
24.03
DANAMON
72 850 105
22 818 042
31.32
Persentase Kredit UMKM (%)
Sumber : Biro Riset Infobank 2011
Terdapat beberapa kredit untuk sektor agribisnis yang disediakan oleh BRI, salah satunya Kredit UMKM. Kredit UMKM merupakan kredit komersial dengan bunga bersaing oleh BRI unit dan teras BRI yang bertujuan untuk pengembangan usaha kecil dengan dua jenis kredit yaitu untuk modal kerja dan investasi. Kredit UMKM dianggap cocok sebagai fasilitas pendanaan bagi UMKM dengan plafond Rp1 000 000 hingga maksimum Rp100 000 000. Spesifikasi-spesifikasi kredit Kredit UMKM dari BRI ini bertujuan agar memudahkan pelaku usaha UMKM untuk mengakses sumber pedanaan dan tidak sulit dalam pengembalian kreditnya.
1
Bank Rakyat Indonesia. 2013. Visi dan Misi BRI. BRI [Internet]. [diunduh Februari 2013]. Tersedia pada: http://www.bri.co.id/articles/10
4
Perumusan Masalah Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan salah satu bank nasional yang menyediakan jasa penyaluran kredit bagi pelaku usaha UMKM dimana bank ini merupakan bank nasional yang dianggap berpihak kepada sektor agribisnis. Sampai dengan Desember 2012, outstanding kredit BRI mencapai Rp4.5 triliun, meningkat sebesar Rp0.7 triliun dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumya yang mencapai Rp3.8 triliun (BRI 2013). Pertumbuhan kredit BRI tetap dimotori oleh segmen UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) yang merupakan fokus utama pengembangan bisnis. BRI memiliki kredit untuk UMKM yaitu Kredit Umum Pedesaan dan KUR (Kredit UMKM). Kemudahan yang diberikan BRI dalam mengakses peminjaman dana melalui kredit UMKM ini membuat para pelaku UMKM memilih BRI dibandingkan bank lain. Keistimewaan dari penggunaan jasa kredit UMKM adalah: 1. Suku Bunga Bersaing 2. Diberikan IPTW (Insentif Pembayaran Tepat Waktu) sebesar ¼ bagian dari suku bunga bagi nasabah yang membayar angsuran pinjaman secara tepat waktu selama periode tertentu, 3. Fasilitas asuransi jiwa, kecelakaan, dan meninggal dunia 4. Agunan tidak bersertifikat 5. Pola angsuran beragam Namun adanya agunan yang menjadi salah satu persyaratan yang harus dipenuhi menjadikan ini sulit untuk nasabah. Masih banyak UMKM yang tidak memiliki harta benda yang dapat dijadikan agunan untuk memperoleh Kredit UMKM sehingga Pemerintah menetapkan untuk mengadat kredit tanpa agunan yaitu KUR pada beberapa bank nasional dan salah satunya adalah BRI sebagai bank penyelenggara KUR. Tren Non Performing Loan (NPL) kredit UMKM BRI unit Ciampea yang terjadi di tahun 2010-2012 menunjukkan angka yang membaik yaitu terjadi penurunan 2.13% di tahun 2010 ke angka 1.25% di tahun 2012. NPL Kupedes di BRI unit Ciampea mengalami hal yang sama yaitu penurunan yaitu 2.40% di tahun 2010 dan 1% di tahun 2012, namun berbeda dengan NPL pada KUR yang mengalami peningkatan 4.52% di tahun 2010 dan 5.24% di tahun 2012. NPL KUR di tahun 2012 ini angkanya sudah dapat dikatakan tidak sehat. Tren NPL UMKM BRI Unit Ciampea bisa dilihat pada Gambar 1
Gambar 1 Trend Non Performing Loan (NPL) kredit UMKM tahun 2010-2012 Sumber : BRI Unit Ciampea, Bogor
Non Performing Loan Kredit UMKM BRI unit Ciampea, Bogor per 31 Desember 2012 sebesar 1.25% dengan dua jenis kreditnya Kupedes memiliki NPL sebesar 1% dari
5
total realisasi sebesar Rp759 000 00 dan NPL KUR 5.24% dari total realisasi Rp113 000 000. NPL ini menunjukkan tingkat pengembalian kredit cukup tinggi untuk Kupedes dan sangat rendah untuk KUR. Bank Indonesia telah menetapkan bahwa suatu bank hanya boleh memiliki maksimal NPL sebesar 5% karena jika diatasnya bank tersebut berarti tidak sehat 2. Tingkat NPL menunjukkan kemampuan nasabah dalam mengembalikan kredit sehingga NPL dapat menunjukkan jumlah tunggakan kredit pada suatu bank. BRI Unit Ciampea menghadapi beberapa kendala dalam penyaluran kredit UMKM. Kendala yang dihadapi diantaranya adalah banyaknya nasabah yang terlambat untuk melunasi tunggakan dari peminjaman kreditnya sehingga menyebabkan kinerja penyaluran kredit dinilai kurang baik, walaupun terdapat beberapa usaha yang telah dilakukan BRI untuk memudahkan nasabah dalam permohonan kredit seperti sistem bunga yang flat dan jangka waktu pinjaman yang dapat ditentukan sendiri oleh nasabah. Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana sistem penyaluran Kredit UMKM BRI Unit Ciampea saat ini? 2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian Kredit UMKM pada BRI Unit Ciampea, Bogor?
Tujuan Penelitian 1. 2.
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai yaitu: Mengidentifikasi sistem penyaluran Kredit UMKM BRI Unit Ciampea, Bogor Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian Kredit UMKM di BRI unit Ciampea, Bogor.
Manfaat Penulisan Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaaat dan kegunaan juga informasi serta masukan bagi pihak yang berkepentingan yaitu : 1. Bagi BRI unit Ciampea, Bogor yaitu mengetahui faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap tingkat pengembalian Kredit UMKM sehingga diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi dan saran untuk menentukan kebijakan untuk menghindari kredit bermasalah 2. Bagi mahasiswa yaitu sebagai bahan pustaka serta referensi bagi penelitian terkait.
TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Menurut Rafinaldy (2006) dalam tulisannya yang berjudul Memeta Potensi dan Karakteristik UMKM Bagi pertumbuhan Usaha Baru, UMKM memiliki karakteristik 2
Bank Indonesia. 2013. Non Performing Loan. BI [Internet]. [diunduh Februari 2013]. Tersedia pada: http://www.bi.go.id/
6
yang merupakan sifat atau kondisi faktual yang melekat baik dari aktifitas usaha maupun perilaku pelaku usaha tersebut. Karakterisitik ini dijadikan pembeda antar pelaku usaha berdasarkan aspek manajemen dan komoditasnya menurut skala usahanya yaitu usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah. Karakteristik usaha mikro antara lain: (1) Jenis komoditinya berubah-ubah dan sewaktu waktu dapat berganti produk/usaha, (2) tempat usahanya tidak selalu menetap atau sewaktu-waktu dapat pindah 3) belum adanya pencatatan keuangan usaha secara baik, 4) sumber daya manusianya rata-rata sangat rendah yakni SD-SMP, 5) pada umumnya belummengenal perbankan dan lebih sering berhubunngan dengan tengkulak ataurentenir, 6) umumnya usaha ini tidakmemilki ijin usaha. Usaha Kecil memiliki karakteristik yaitu : (1) Jenis barang atau komoditinya tidak gampang berubah, (2) mempunyai kekayaan maksimal 200 Juta dan dapat menerima kredit maksimal 500 Juta, (3) lokasi atau tempat usaha umumnya sudah menetap, (4) sudah memiliki pembukuan walaupun masih sederhanaartinya pencatatan administrasi keuangan perusahaan sudah mulai dipisah, (5) memiliki legalitas usaha atau perijinan lainnya, (6) sumber daya manusianya sudah lumayan baik, dari aspek tingkat pendidikan yakni rata tingkat SMU, ( 7) sudah mulai mengenal perbankan. Karakteristik Usaha Menengah dapat ditandai dengan (1) kekayaan 200 Juta sampai 10 Milyar, dan dapat menerima kredit antara 500 Juta sampai 5 Milyar. (2) memiliki manajemen dan organisasi yang lebih teratur dan baik dengan pembagian tugas Infokop Nomor 29 Tahun XXII, 2006 yang lebih jelas antar bagian/unit, (3) telah memiliki sistem manajemen keuangan sehingga memudahkan untuk dilakukan auditing termasuk oleh pihak auditor publik, (4) telah melakukan penyesuaian terhadap peraturan pemerintah dibidang ketenagakerjaan, Jamsostek dan lain-lain. (5) memiliki persyaratan legal secara lengkap, (6) sering bermitra dengan perbankan dan pelaku usaha lainnya, dan (7) Sumber daya manusianya jauh lebih baik dan handal pada level manajer dan supervisor. Kredit UMKM merupakan kredit yang disalurkan oleh BRI pada tahun 1984. Kredit UMKM hanya terdapat di seluruh BRI unit dan Teras BRI dengan plafond maksimum Rp 100 juta. Kredit dengan bunga bersaing yang bertujuan untuk mengembangkan usaha mikro yang layak (feasible) ini bersifat umum dan individual.
Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian yang terkait dengan pengembalian kredit telah banyak dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti. Berikut adalah beberapa penelitian yang memiliki beberapa kesamaan dan keterkaitan dengan penelitian ini :
7
Tabel 5 Penelitian terdahulu faktor- faktor tingkat pengembalian kredit Nama Eka Nur Muhammamah
Rusdani Hasibuan
Astri Yulita Auditiya
Riski Irawati
Fince Andriyani Simanjuntak
Judul
Tahun
Alat Analisis
Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan Omset usaha dan pengalaman dalam pengambilan kredit
Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit oleh UMKM (Studi Kasus Nasabah Kupedes PT. BRI Unit Cigedug, Kab.Bogor) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit macet pada kredit usaha pedesaan (Kupedes) yang terkait sektor agribisnis kasus PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Unit Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUR Mikro di BRI Unit Lalabata Rilau, Soppeng Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi dan Pengembalian KUR pada BRI Unit Cibungbulang
2008
Analisis regresi logistik dan analisis korelasi
2010
Analisis regresi logistik dan analisis korelasi
usia, tingkat pendidikan, dan agunan
2011
Model logit
variable jarak tempat tinggal dengan BRI dan omset usaha
2011
Regresi linear berganda, Regresi logistik, analisis korelasi
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Usaha Terkait sektor Agribisnis (Studi Kasus pada PT. BPR Gracia Mandiri Kota Bekasi)
2012
Regresi logistik, analisis korelasi
Usia, tingkat pendidikan, waktu tempuh responden ke BRI, omzet usaha per bulan, frekuensi peminjaman kredit, agunan, kewajiban per bulan, dan jangka pengembalian lama usaha, omset usaha, plafond kredit, dan jangka waktu pelunasan kredit
Perbedaan Penelitian yang Dilaksanakan dengan Penelitian Terdahulu Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu belum pernah ada yang meneliti terkait dengan faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian Kupedes di BRI unit Ciampea, Bogor adalah nasabah yang diteliti merupakan nasabah yang aktif melakukan pinjaman kredit UMKM (Kupedes dan KUR) sektor agribisnis. Selain itu variabel-variabel yang diduga berpengaruh terhadap tingkat pengembalian yang digunakan lebih beragam dibandingkan dengan penelitian sebelumnya.
8
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kredit Kredit menurut undang–undang nomor 7 tahun 1992 pasal 1 ayat 12 adalah penyedian uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan bunga tertentu (Mahmoeddin, 2010). Sedangkan Kredit menurut Drs. OP. Simorangkir adalah pemberian prestasi dengan balas prestasi yang kan terjadi pada waktu yang akan datang. Kredit berfungsi kooperatif antara si pemberi kredit dan si penerima kredit dengan saling menanggung risiko. Unsur-unsur kredit Dilihat dari pengertian kredit diatas dapat menunjukkan bahwa terdapat beberapa unsur yang terdapat dalam kredit yaitu kepercayaan, waktu, risiko, serta prestasi. Unsurunsur kredit ini dapat dilihat pada Gambar 2. Kepercayaan
Waktu
Unsur Kredit
Risiko
Prestasi
Gambar 2 Unsur-unsur kredit Sumber : Untung, 2000
Gambar 2 Menjelaskan unsur-unsur yang terdapat pada kredit menurut Budi Untung (2000) adalah : 1. Kepercayaan, yaitu keyakinan yang dimiliki si pemilik kredit bahwa prestasi yang diberikannya (uang, barang, atau jasa) akan diterima kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang 2. Waktu, yaitu waktu yang memisahka antara pemebrian prestasi dengang kontraprsetasi yang akan diterima pada masa yang akan datang 3. Risiko, yaitu risiko akibat adanya jangka waktu yang telah ditentukan yang akan dihadapi oleh pihak terkait. Semakin panjang jangka waktuyang diberikan maka semakin tinggi risiko yang ada. Karena unsur risiko ini maka diperlukan jaminan dalam pemberian kredit. Prestasi atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat berbentuk barang dan jasa. Namun karena kehidupan modern sekarang ini didasarkan pada uang maka transaksi kredit yang menyangkut uang yang paling sering ditemui.
9
Prosedur Penyaluran kredit Permohononan kredit hingga realisasi kredit memerlukan prosedur yang harus dijalani oleh debitur. Adapun prosedur yang harus dilakukan dapat dilihat pada Gambar 3. Permohonan Kredit
Pencairan Kredit
Pelunasan kredit
Pemenuhan Persyaratan Kredit
Pengisian Formulir Permohonan Kredit
Keputusan atas Permohonan Kredit
Penilaian dan analisis Permohonan kredit
Pengawasan Kredit
Gambar 3 Prosedur penyaluran kredit Sumber: Urusan kredit Bank Indonesia 2000
Analisis Kredit Pemberian kredit mengandung risiko yang disebabkan adanya kemungkinan tidak dilunasi kredit oleh debitur pada masajatuh tempo kredit tersebut. Sehingga dalam menentukan kesanggupan pengembalian kredit seorang debitur diperlukan analisis kredit terhadap debitur tersebut. Analisis kredit dalam arti luas adalah proses menilai risiko pemberian pinjaman kepada perusahaan atau kepada perorangan. Menurut Harun (2010), analisis kredit dapat dimulai melalui pengumpulan informasi yang berkenaan dengan prinsip 5C yaitu : 1. Character, yaitu kepribadian debitur yang dimaksudkan untuk menilai kejujuran dan iktikad baik calon debitur sehingga tidak menyulitkan penagihan. Capacity, yaitu kemampuan untuk membayar kredit yang diajukan dengan 2. melihat prospek usahanya 3. Capital, yaitu modal usaha yang telah ada pada bank sehingga fungsi bank sebenarnya dalam penyedian modal hanyalah sebagai pemberi modal tambahan saja 4. Collateral, yaitu barang-barang berharga yang diserahkan oleh calon nasabah sebagai agunan atas kredit yang diterimanya atau jaminan yang mudah dicairkan 5. Condition of economy, yaitu prospek usaha nasabah debitur. Bila bank tidak melihat adanya prospek dari usaha ini maka bisa jadi kredit yang dikucurkan tidak memberi manfaat apapun sehingga mengancam keberlangsungan kredit Fungsi dan Jenis Kredit Menurut Abdullah dan Tantri (2012) pemberian kredit oleh bank kepada debitur mempunyai manfaat-manfaat yang akan dirasakan berbagai pihak. Adapun manfaat yang dirasakan dari penyaluran kredit menurut antara lain : 1. Mencari keuntungan yaitu mendapatkan keuntungan melalui balas jasa yang dibayarkan oleh debitur dalam bentuk bunga dari kredit yang mereka pinjam. 2. Membantu usaha nasabah dalam rangka menjalankan dan mengembangkan usahanya melalui peminjaman kredit untuk menambah modal kerja ataupun modal
10
3.
investasi. Membantu pemerintah dengan semakin meningkatnya realisasi kredit akan semakin berdampak baik bagi pemerintah. Keuntungan-keuntungan ini didapatkan melalui peningkatan kredit akan meningkatkan pendapatan pajak, meningkatkan pembangunan nasional di berbagai sektor, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan devisa negara, dsb.
Kredit yang diberikan oleh perbankan nasional terdiri dari berbagai jenis, secara umum jenis-jenis kredit dapat dibedakan dari berbagai aspek. Adapun jenis-jenis kredit menurut aspek tertentu anatara lain : 1. Aspek Kegunaan a. Kredit investasi adalah kredit yang digunakan untuk membangun proyek baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit investasi adalah untuk membangun pabrik dan membeli mesin-mesin Kredit modal kerja adalah kreidt yang berfungsi untuk meningkatkan b. produksi dalam operasionalnya. Contoh kredit ini adalah untuk membeli bahan baku, membayar gaji karyawan, biaya lainnya yang berhubungan dengan produksi. 2. Aspek Tujuan Kredit a. Kredit Produktif adlah kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi dan investasi. Contoh dari kredit ini adalah untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang, kredit pertanian, kredit pertambangan, kredit industri, dll. Kredit konsumtif adalah kredit yang digunakan untuk konsumsi secara b. pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan. Contoh kredit perumahan, kredit mobil pribadi, dll c. Kredit perdagangan adalah kredit yang digunakan untuk perdagangan. Kredit ini dibayar dengan hasil dari imbalan perdagangan yang dilakukan. Contoh dari kredit ini adalah kredit ekspor impor. 3. Aspek Jangka Waktu a. Kredit jangka pendek merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu taundan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Contoh kredit ini adalah Kredit peternakan ayam atau pertanian b. Kredit jangka panjang merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya di atas tiga tahun atau lima tahun. Biasnya kredit ini untuk invesata si jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit, atau manufaktur. 4. Aspek Jaminan a. Kredit dengan jaminan adalah kredit yang diberikan dengan jaminan. Jaminan dapat berberntuk barang berwujud, bukan berwujud, atau jaminan orang. Kredit tanpa jaminan merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan b. barang atau orang tertentu. Kredit ini dilihat melalui prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik calon debitur selama ini. 5. Aspek Sektor Usaha a. Kredit pertanian b. Kredit peternakan
11
c. d. e. f.
Kredit Industri Kredit Pertambangan Kredit Profesi Kredit perumahan
Kerangka Pemikiran Operasional Salah satu bank nasional yang sangat berpihak terhadap sektor UMKM di bidang agribisnis adalah BRI. BRI telah banyak menyalurkan kredit bagi UMKM melalui beberapa jenis kredit yang dimilikinya yaitu Kredit Umum Pedesaan dan KUR yang bisa didapatkan di BRI unit. Akses dalam mendapatkan kredit UMKM di BRI dapat dikatakan mudah apalagi dengan adanya kebijakan untuk memudahkan nasabah dalam permohonan kredit seperti sistem bunga yang flat dan jangka waktu pinjaman yang dapat ditentukan sendiri oleh nasabah. Namun dalam pemberian kredit BRI tetap melakukan analisis terhadap calon debitur dengan menggunakan prinsip 5C yaitu Character, Capacity, Capital, Collateral, Conditition of economy . Analisis ini dilakukan untuk menghindari risiko terjadinya penunggakan kredit oleh calon debitur. Pengembalian kredit UMKM dapat digolongkan lancar apabila pembayaran angsuran dan bunga dilakukan tepat waktu dan pelunasan kredit tidak mengalami penundaan berdasarkan perjanjian. Debitur dengan pelunasan tepat waktu akan mendapatkan reward berupa bonus yang dinamakan IPTW sebesar ¼ bagian dari suku bunga. Sedangkan kredit digolongkan tidak lancar (menunggak) dalam pengembaliannya jika pembayaran angsuran dan bunga mengalami penundaan dari waktu yang diperjanjikan digolongkan lagi ke dalam lima tingkatan oleh BRI yaitu (1) DPK (dalam pengawasan khusus), status ini diberikan pada debitur yang menunda pembayaran angsuran kredit UMKM selama satu minggu hingga 60 hari dari tanggal yang ditentukan. (2) Kurang lancar, yaitu pembayaran angsuran oleh debitur sedikit terhambat karena ada kecenderungan usaha nasabah mulai mengalami kesulitan, namun tingkat kesulitan tersebut masih tergolong ringan dan menyangkut salah satu aspek usaha saja. Status ini diberikan pada debitur yang menunggak pembayaran angsuran Kupedes selama lebih dari 60 hari hingga 90 hari. (3) Meragukan, terhambatnya pengembalian kredit diindikasikan dengan kemerosotan yang tajam dalam usahanya dan biasanya permasalahan yang terjadi mencakup berbagai aspek usaha. Status ini diberikan pada debitur yang menunggak selama lebih dari 90 hari hingga 120 hari. (4) Macet, status ini dikenakan kepada debitur yang tidak dapat membayar angsuran dan bunga kredit dalam jangka waktu yang lama antara lebih dari 120 hari hingga 270 hari. (5) Pengembalian kredit yang termasuk dalam datar hitam (DH) yaitu debitur yang benar-benar sudah tidak mampu membayar pelunasan kredit karena usahanya sudah bangkrut dan kemungkinan asetnya tidak dapat dicairkan ataut idak ada sama sekali dan batasan seorang nasabah dimasukkan ke dalam daftar hitam (DH) adalah ketika pelunasan kreditnya mengalami penundaan lebih dari 270 hari. Beberapa faktor diduga mempengaruhi tingkat pengembalian kredit oleh debitur mengapa terdapat debitur yang digolongkan lancar atau menunggak. Faktor-faktor ini dibedakan atas tiga karakteristik (Haloho, 2010) yaitu karakteristik individu, karakteristik usaha, serta karakteristik kredit. Dimana faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat pengembalian kredit ini adalah berdasarkan karakteristik
12
individu terdapat jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status pernikahan, jumlah tanggungan dan status dalam keluarga. Kedua adalah karakteristik usaha yaitu omset usaha, pengalaman usaha, pendapatan bersih. Karakteristik kredit juga diduga berpengaruh dengan faktor-faktor plafond pinjaman, jangka waktu pengembalian, frekuensi pengembalian, dan agunan. Semua faktor atau variabel diambil berdasarkan referensi dari berbagai sumber dan penelitian terdahulu: 1. Karakterisitik Individu Jenis kelamin, wanita diduga memiliki peluang pengembalian kredit dengan lancar lebih besar daripada pria karena diduga bahwa wanita memiliki loyalitas yang lebih besar dan lebih mampu menjaga kepercayaan yang diberikan bank dalam memenuhi kewajiban angsuran kredit UMKM dibandingkan pria. Usia diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit. Semakin tinggi usia debitur maka kematangan berpikir dan kebijaksanaan dalam bertindak semakin baik dan kemampuan pengelolaan usaha semakin baik pula sehingga peluang penunggakan pengembalian kredit semakin kecil, dengan kata lain pengembalian kredit diharapkan lebih lancar. Tingkat pendidikan diduga bepengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena berdasarkan penuturan dari pihak manajemen yang menangani kredit di BRI unit Ciampea, semakin tinggi tingkat pendidikan debiturmaka mereka akan semakin berani dalam melakukan penunggakan pengembalian kredit. Status pernikahan dalam hal ini dibedakan atas dua yaitu menikah dan belum menikah. Debitur yang sudah menikah dianggap lebih berpeluang untuk melakukan penunggakan karena dianggap dengan menikah artinya tanggungan diri debitur semakin bertambah Status dalam keluarga terbagi atas dua yaitu menjadi kepala keluarga ataupun menjadi anggota keluarga. Seseorang yang berada sebagai kepala kelurga lebih besar risikonya melakukan penunggakan karena dianggap sebagai orang yang memegang kendali keuangan keluarga dengan tanggungan yang ada. Jumlah tanggungan dalam keluarga diduga berpengaruh negatif dalam kelancaran pengembalian kredit. Asumsinya, semakin banyak tanggungan dalam keluarga maka semakin besar pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari sehingga menghabiskan sejumlah besar proporsi pendapatannya. Hal ini menyebabkan adanya peluang ketidakmampuan debitur yang memiliki jumlah tanggungan keluarga banyak dalam pengembalian kredit. 2.
Karakteristik Usaha Omset usaha debitur diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin besar pendapatan usaha maka kemampuan membayar angsuran dan beban bunga semakin besar sehingga peluang pengembalian kredit secara lancar juga semakin besar pengembalian kredit. Pengalaman usaha diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin lama dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam mengelola usaha. Kemampuan yang meningkat akan mendorong keberhasilan usaha yang akan meningkatkan pendapatan. Tingginya pendapatan akan berpengaruh atas kelancaran pembayar angsuran dan bunga kredit.
13
Pendapatan bersih juga memiliki peluang berpengaruh positif karena tingginya pendapatan bersih akan menimbulkan peluang terjadinya penunggakan kredit oleh debitur semakin kecil. 3.
Karakteristik kredit Nilai plafon kredit diduga berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin besar nilai plafond kredit yang diterima maka angsuran dan bunga yang harus dibayar oleh debitur semakin tinggi sehingga akan memperbesar peluang debitur melakukan penunggakan pengembalian pinjaman. Jangka waktu pengembalian kredit diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit, asumsinya semakin lama jangka waktu pengembalian kredit maka tanggungan angsuran semakin kecil sehingga beban debitur dalam pelunasan kredit menjadi lebih ringan dibandingkan dengan jangka waktu yang lebih cepat dengan besar pinjaman yang sama. Jadi semakin panjang jangka waktu pelunasan kredit maka semakin berpeluang bagi nasabah untuk mengembalikan kredit dengan baik/lancar. Frekuensi peminjaman juga diduga berpengaruh positif dalam kelancaran pengembalian kredit karena debitur yang frekuensi peminjaman kreditnya lebih besar atau dengan kata lain semakin sering debitur memperoleh pinjaman kredit sebelumnya menunjukkan bahwa kredibilitas debitur lebih baik ddalam pengembalian angsuran kredit sehingga pihak bank juga lebih percaya dalam memberikan pinjaman kembali. Agunan dianggap sebagai salah satu faktor yang mampu memperkecil kemungkinan nasabah untuk melakukan penunggakan. Diasumsikan dengan adanya agunan maka nasabah akan berpikir untuk segera melakukan pengembalian kredit agar agunan dapat kembali ke tangan debitur tersebut. Sehingga adaya agunan akan meningkatkan keinginan debitur untuk mengembalikan kredit lebih baik.
14 BRI Unit Ciampea, Bogor, Jawa Barat
Kredit UMKM
Permasalahan : 1. Tingkat NPL yang tinggi 2. Besarnya tunggakan
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian Kredit UMKM
Character
Jenis kelamin Usia Tingkat pendidikan Status dalam
keluarga
Capacity
Capital
Jumlah tanggungan Omzet usaha Pendapatan bersih Pengalaman Usaha
Plafond pinjaman Frekuensi pengembalian Jangka Waktu pengembalian
Collateral
Agunan
j
Evaluasi
Gambar 4 Kerangka operasional penelitian.
Condition of Economy
15
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di BRI Unit Ciampea, Kabupaten Bogor dan nasabah Kredit UMKM BRI unit Ciampea yang menjadi responden. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) karena BRI Unit Ciampea, Bogor merupakan salah satu lembaga keuangan perbankan yang aktif dalam menyalurkan Kredit UMKM kepada UMKM di bidang agribisnis. Pengumpulan data akan dilaksanakan pada bulan Maret 2013 sampai dengan Mei 2013.
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dibutuhkan daam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Sumber data primer dari penelitian ini merupakan para nasabah Kredit UMKM sektor agribisnis BRI unit Ciampea, Bogor yang masih aktif melakukan pinjaman hingga tahun 2012. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 41 orang responden dari keseluruhan populasi sebesar 406 orang. Data primer lainnya diperoleh dari hasil diskusi dengan para karyawan di BRI unit. Data sekunder diperoleh dari data-data yang dimiliki BRI unit Ciampea, 2012 terkait data mengenai pinjaman yang dilakukan oleh anggota. Data-data pendukung lainnya diperoleh dari lembaga terkait seperti Kementerian Koperasi dan UMKM, Kementerian Pertanian, dan Bank Indonesia. Proses penelitian ini dimulai dengan penelusuran sumber data dari berbagai referensi yang relevan, dilanjutkan dengan pengumpulan data, pengolahan data, hingga penulisan laporan dalam bentuk skripsi.
Populasi dan Sampel Penentuan populasi dan sampel menjadi langkah awal dalam melakukan penelitian. Dalam menentukan sampel, terlebih dahulu peneliti harus mengetahui populasi yang akan dijadikan objek penelitian. Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah nasabah BRI unit Ciampea, Bogor yang melakukan masih aktif melakukan peminjaman hingga tahun 2012. Jumlah populasi tersebut berjumlah 406 orang akan dijadikan sampel yang dianggap mewakili nasabah Kredit UMKM BRI dan telah memenuhi sebaran normal. Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen (unit dan individu) sejenis dan dapat dibedakan berdasarkan obyek penelitian. Populasi pada penelitian ini merupakan nasabah yang masih aktif sebagai penerima kredit UMKM yang ada pada BRI Unit Ciampea khususnya Kupedes Modal Kerja (Eksploitasi), Kupedes Investasi, dan KUR Mikro melakukan usaha dalam sektor agribinis (pertanian, perdagangan, dan industri rumah tangga) yang berjumlah 406 orang. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 41 orang. Jumlah tersebut berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode Gay (1976) dalam Sevilla et al (1993) yang menyatakan bahwa jumlah sampel yang dinilai cukup mewakili keseluruhan populasi adalah minimal 10 % dari total populasi (10% x 406 = 40,6 41).
16
Metode penentuan sampel dilakukan secara stratifikasi acak (stratified random sampling) karena populasi yang tidak homogen. Untuk dapat menggambarkan populasi yang heterogen, maka harus dibuat lapisan (strata) yang seragam untuk mengklasifikasikan populasi sehingga dapat diambil sampel secara acak dari setiap strata tersebut.. Klasifikasi strata dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Data jumlah sampel berdasarkan klasifikasi sektor agribisnis (n=41) Klasifikasi Sektor Agribisnis Jumlah Populasi Jumlah Sampel Sektor Pertanian 56 56 x 41 / 406 6 Sektor Industri Rumah Tangga 20 20 x 41 / 406 2 Sektor Perdagangan 330 330 x 41/ 406 33 Total 406 41 Dari hasil klasifikasi sampel yang akan digunakan sebanyak 6 orang termasuk kedalam strata I dan 2 orang termasuk kedalam strata II dan 33 orang untuk strata III. Penentuan strata mengacu pada sektor usaha agribisnis debitur yang masih aktif melakukan peminjaman hingga 2012. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan penentuan subsample pada setiap strata dengan perhitungan sebagai berikut (Nazir 2009): nᵢ =
Ni n
N
Keterangan: N = Jumlah satuan elementer dalam populasi Nᵢ = Jumlah satuan elementer dalam strata ke-i n = Jumlah sampel keseluruhan nᵢ = jumlah subsampel strata ke-i
Metode dan Analisis Data Pengolahan data dalam analisis ini menggunakan perangkat digital komputer dengan aplikasi program software Microsoft Ecxel 2008 dan SPSS 18. Analisis data dilakukan dengan kualitatif (deskriptif) dan kuantitatif. Analisis deskriptif pada penelitian ini akan menggambarkan bagaimana prosedur penyaluran Kredit Mikro BRI unit Ciampea, serta menjelaskan bagaimanakah karakteristik dari para nasabah (peminjam) BRI Unit Ciampea. Untuk analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian pembiayaan akan dikaji menggunakan model analisis Regresi Logistik (LOGIT) sehingga dapat diketahui variable-variabel prediktor (jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status dalam keluarga, jumlah tanggungan dalam keluarga, pengalaman usaha, omzet, plafon kredit, frekuensi pinjaman kredit, jangka waktu pengembalian, Agunan, pendapatan bersih) yang secara nyata berpengaruh atau tidak terhadap keberhasilan pengembalian kredit UMKM BRI unit Ciampea sebagai variable respon. Estimasi Model Regresi Logistik Pada model logit yang digunakan dalam penelitian ini, mengambil nilai 1 dan 0 untuk nilai variable dependen/respon (Y), yaitu sebagai berikut:
17
Y = 0 ; untuk pembiayaan lancar Y = 1 ; untuk pembiayaan tidak lancar Estimasi model regresi logistic menurut Sharma (1996): Logity = o . Keterangan: Logity = variable respon, dimana: : peluang terjadinya Y = 1 p p-1 : peluang terjadinya Y = 0 = konstanta atau intersep model garis regresi ᵢ = Koefisien variabel prediktor ke I (1,2,3, .,11) X = Usia (tahun) X = Jenis kelamin, variable dummy (0 = pria 1 = Wanita) X = Tingkat Pendidikan (tahun) (1= SD, 2 = SMP, 0 = SMA ) X₄ = Status dalam keluarga, Variabel dummy (0= Kepala keluarga, 1= Bukan kepala keluarga) X₅ = Jumlah tanggungan dalam keluarga (orang) X₆ = Jenis usaha (1= Pertanian, 2= Industri Rumah Tangga, 0 = Perdagangan) X₇ = Pengalaman Usaha (tahun) X₈ = Omzet (Rp) X₉ = Pendapatan bersih per bulan (Rp) X = Plafond kredit (Rp) X = Jangka waktu pengembalian (bulan) X = Frekuensi peminjaman kredit (kali) X = Agunan ( 1= Ada, 0= Tidak ada) Uji Kelayakan Model Pengujian terhadap kelayakan menggunakan statistik G yang merupakan nisbah kemungkinan makasimum untuk mengetahui peran variable-variabel prediktor dalam model secara simultan atau bersama-sama. Rumus uji G adalah sebagai berikut: l0 l1 Keterangan: l0 = fungsi kemungkinan maksimum tanpa peubah penjelas l1 = fungsi kemungkinan maksimum dengan peubah penjelas
Hipotesis: H0 = ß1 = ß2= …… = ßk = 0 = paling sedikit ada satu nilai ßi Kriteria uji yang digunakan adalah:
… 2
Terima
G=
2
Tolak
18
2 Jika nilai G atau p-value dari statistic G lebih kecil dari taraf nyata ( = 0,10) maka keputusannya adalah menolak , artinya setidak-tidaknya ada satu variabel prediktor yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependent.
Uji Signifikansi Variabel Prediktor Pengujian terhadap signifikansi masing-masing variable prediktor secara individu dilakukan dengan uji Wald (W), dengan menggunakan rumus: W= Keterangan:
SE( )
Hipotesis:
SE( )
= penduga = penduga galat baku (standard error) dari = koefisien variable prediktor ke-k
: = 0 : dengan k = 1,2,3, , n atau two tailed p-value, dari statistik W lebih kecil dari Jika nilai W , artinya variabel prediktor ke-k tersebut berpengaruh secara nyata terhadap variabel respon. Definisi Operasional 1.
2. 3. 4.
5. 6.
7. 8.
9.
Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank. Pada penilitian ini nasabah yang dimaksud adalah nasabah dengan jenis usaha di bidang agribisnis pengguna Kredit UMKM di BRI unit Ciampea Usia yaitu umur nasabah (responden) sejak lahir hingga proses wawancara dilakukan. Jenis kelamin yaitu jenis kelamin nasabah penerima pembiayaan (1=wanita, 0=pria) Tingkat Pendidikan yaitu tingkat pendidikan formal terakhir yang diperoleh debitur, diukur berdasarkan lamanya pendidikan yang dijalani dalam satuan tahun. Status dalam keluarga yaitu posisi nasabah dalam keluarga ( kepala keluarga = 1, anggota keluarga = 1) Jumlah tanggungan keluarga yaitu banyaknya orang yang masih dibiayai hidupnya oleh debitur dalam keluarganya (termasuk debitur sendiri), dihitung dalam satuan orang. Pengalaman usaha yaitu lama usaha yang digeluti nasabah, diukur dalam satuan tahun. Omset usaha yaitu jumlah penerimaan kotor rata-rata per bulan dari hasil usaha debitur yang tercatat dalam dokumen permohonan kredit, dihitung dalam satuan rupiah. Plafond kredit yaitu nominal pinjaman kredit UMKM yang diterima oleh debitur, diukur dalam satuan rupiah
19
10. 11. 12. 13.
Frekuensi peminjaman kredit yaitu berapa kali debitur telah memperoleh pinjaman kredit UMKM di BRI unit Ciampea Jangka waktu pengembalian yaitu berapa lama pengembalian kredit yang telah disepakati dalam perjanjian, di ukur dalam satuan bulan. Nilai Agunan adalah kekayaan atau surat berharga lainnya yang diserahkan ke bank sebgai jaminan kredit, diukur dalam satuan rupiah Pendapatan bersih adalah pendapatan yang dihasilkan oleh nasabah dari hasil usaha setelah dikurangi biaya usaha diukur dalam satuan rupiah
HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Penyaluran Kredit UMKM BRI Unit Ciampea Persyaratan Awal Calon nasabah yang ingin mengajukan kredit bisa mendatangi BRI unit yang diinginkan dengan membawa beberapa kelengkapan identitas diri, yaitu : 1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (suami-istri bila sudah menukah) Fotokopi Kartu Keluarga (KK) 2. 3. Pas Foto (4X6) sebanyak 1 lembar 4. Surat keterangan usaha dari kecamatan dan kelurahan 5. Agunan (KUR tidak diwajibkan menggunakan agunan akan tetapi tidak menutup kemungkinan pihak bank meminta jaminan atau agunan ringan) Minimal usaha yang dilakukan telah berjalan selama 6 bulan, dan 6. 7. Foto usaha yang ingin diberikan pinjaman oleh bank Calon nasabah dapat memilih jumlah serta jangka waktu penge,balian kredit UMKM sesuai dengan kemampuannya berdasarkan prosedur kredit yang berlaku. Pendaftaran Kelengkapan yang diminta bila sudah dipenuhi, maka akan dilakukan proses pendaftaran. Apabila nasabah merupakan calon peminjam kredit, Customer Service bertugas melengkapi form pengajuan kredit yang dibutuhkan sebelum proses penilaian Mantri. Customer Service juga akan memeriksa apakah calon nasabah tersebut belum atau sudah pernah melakukan pinjaman di tempat lain (baik pinjaman uang ataupun cicilan motor) dan memastikan apakah pinjaman di tempat lain tersebut tidak ada penunggakan. Hal ini dapat dilakukan melalui BI Checking. Kaunit akan memeriksa kelengkapan persyaratan yang diperlukan dan berkas pengajuan yang telah diperiksa oleh Customer Service. Sebelum memutuskan permohonan, Kaunit harus menugaskan Mantri atau Kaunit sendiri yang melakukan pemeriksaan kebenaran laporan usaha yang diberikan oleh calon debitur dengan tujuan lebih mengenal karakter nasabah dan usaha yang dijalankan Pemeriksaan terhadap Usaha Nasabah Prinsip 6C (Capital, Character, Collateral, Capacity, Condition, Constraint) perlu diperhatikan dalam pemeriksaan ini, oleh karena itu Mantri harus giat mengamati
20
dan mewawancarai orang-orang yang tepat guna mendapatkan data yang akurat sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menganalisis usaha calon nasabah. Pemeriksaan terhadap usaha nasabah dapat dibagi atas aspek pemasaran, aspek keuangan, aspek manajemen aspek hukum, dan aspek social ekonomi. Pencairan Kredit oleh Bank Pencairan kredit akan dilakukan oleh pihak bank setelah nasabah memenuhi berbagai persyaratan yang ditentukan dalam perjanjian kredit dan ditandatangfani oleh kedua belah pihak yang disahkan notaris. Pencairan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu langsung dikirim ke rekening nasabah ataupun dikirim ke rekening perusahaan yang menjadi rekan nasabah Pembinaan dan Pengawasan Nasabah Kelancaran dalam pembayaran pinjaman merupakan hal yang sangat diinginkan oleh bank terhadap seluruh nasabah yang melakukan pinjaman kredit UMKM. Pembinaan dan pengawasan terhadap nasabah diharapkan dapat mengurangi risikoterjadinya tunggakan dalam pembayaran angsuran. Pelunasan Kredit oleh Nasabah Tahap pelunasan kredit yang ideal adalah dimana nasabah dapat memnuhhi kewajibannya terhadap bank sesuai dengan kesepakatan yang terdapat dalam perjanjian kredit. Nasabah dapat membayar angsuran pokok pinjaman beserta bunganya sesuai dengan jadwal yang telah dibuat. Penambahan Kredit Nasabah yang mampu melunasi kredit dengan baik dan usahanya berjalan dengan baik akn diberi kesempatan untuk mendapatkan kredit tambahan. Proses seleksi dan analisis untuk mendapatkan kredit akan diulangi kembali dengan lebih mudah. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit UMKM Penilaian Model Kredit UMKM Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat pengembalian kredit UMKM di BRI Unit Ciampea meliputi beberapa variable independent yang dibedakan atas tiga karakteristik yaitu karakteristik individu, karakteristik usaha, serta karakteristik kredit. Karakteristik individu terdapat jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status pernikahan, jumlah tanggungan dan status dalam keluarga. Kedua adalah karakteristik usaha yaitu omset usaha, pengalaman usaha, pendapatan bersih. Karakteristik kredit juga diduga berpengaruh dengan faktor-faktor plafond pinjaman, jangka waktu pengembalian, frekuensi pengembalian, dan agunan. Variabel yang akan dilihat terdiri dari dua kemungkinan, yaitu apakah nasabah mengembalikan dengan lancar (Y=0) atau nasabah yang mengembalikan pinjaman secara menunggak (Y=1). Pengujian ini menggunakan kepercayaan 90% atau dengan taraf nyata () sebesar 10%. Dugaan parameter regresi logistik berdasarkan Classification Table dapat dilihat pada tabel berikut ini:
21
Tabel 7 Dugaan parameter regresi logistik berdasarkan Classification Table Predicted Observed
Lancar Step 1
Lancar
Lancar Tidak Lancar
Overall Percentage Lancar
Step 10
Percentage Correct
Lancar Tidak Lancar
10
6
62.5
4
21
84.0
Lancar
7
9
75.6 43.8
Tidak Lancar
5
20
80,0
Overall Percentage
65.9
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa model regresi logistik yang digunakan cukup baik, karena mampu menebak dengan benar 65.9% kondisi yang terjadi. Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel – variabel tersebut dapat dijelaskan dengan model. Tabel 8 Dugaan parameter regresi logistik biner berdasarkan Omnibus Tests of Model Coefficeints dengan Metode Enter
Step 1
Step 10
a
Chi-square
df
Sig.
Step
14.641
15
,478
Block
14.641
15
,478
Model
14.641
15
,478
Step
-1.102
1
,294
Block
10.757
5
,056
Model
10.757
5
,056
Berdasarkan Tabel 8, omnibus tests of model coefficients yang menggunakan tolak H0 jika p-value model < 0.10. Pada output di atas terlihat p-value model lebih kecil dari nilai taraf nyata < 0.10 (0.056 < 0.10) berarti tolak H0. Hal ini berarti bahwa minimal ada satu dari 13 variabel independent yang diamati berpengaruh terhadap variabel dependent.
Tabel 9 Dugaan parameter regresi logistik biner berdasarkan Hosmer and Lemeshow Test Step
Chi-square
df
Sig.
1
5.650
8
.686
10
5.399
8
.714
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa kita dapat melihat bahwa kita dapat menerima HO karena nilai signifikansi model lebih besar dari taraf nyata 0.05% (0.714 > 0.10). Hasil tersebut menunjukkan bahwa dapat dinyatakan model tersebut cukup layak untuk digunakan dalam analisis. Variabel-variabel independent yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependent dapat dilihat pada tabel 10.
22
Tabel 10 merupakan tabel dugaan parameter regeresi logistik biner berdasarkan variables in the equation yang berfungsi untuk melihat variabel independent mana yang berpengaruh nyata atau signifikan terhadap variabel dependent. Hasil dari penelitian dengan menggunakan metode ini menunjukkan bahwa variabel independent yang berpengarauh nyata adalah tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, dan agunan karena nilai koefisien signifikansinya lebih kecil daripada taraf nyata 0.10 yaitu untuk tingkat pendidikan (X3) 0.078 < 0.10, jumlah tanggunan (X5) 0.022 < 0.10, dan agunan (X13) 0.097 < 0.10. Masing-masing variabel independent memberikan peluang yang berbeda terhadap pola pengembalian kredit. Besarnya peluang dapat diketahui dengan dengan mengintepretasikan nilai odds ratio pada masing-masing variabel independent dan besarnya arah dapat dilihat berdasarkan nilai koefisien (B) Tabel 10 Dugaan parameter regresi logistik biner berdasarkan Variables in the Equation Usia Jenis Kelamin (1)
B
Signifikansi
Exp(B)
-,028
,569
,972
18.209
1,000
8.09E+10
Tingkat Pendidikan
,314
Tingkat Pendidikan SD
-1.229
,334
,293
Tinkat Pendidikan SMP
-1.669
,141
,188
Status Rumah Tangga
-17.545
1,000
,000
1.097
,044
2.996
Jumlah Tanggungan Jenis Usaha Step 1
a
Pertanian Industri Rumah Tangga
,761 ,248
,858
-2.118
,465
,120
Lama Usaha
,109
,256
1,115
Omset Usaha Pendapatan Bersih per Bulan Plafond Kredit Jangka Waktu Pengembalian
-,013
,501
,987
,012
,836
1,012
,075
,243
1,078
-,047
,583
,954
Frekuensi Pengembalian
-,190
,409
,827
Agunan
-1.280
,207
,278
Tingkat Pendidikan
Step 10a
1,282
,195
Tingkat Pendidikan SD
-1.336
,207
,263
Tingkat Pendidikan SMP
-1.741
,078
,175
Jumlah Tanggungan
1.125
,022
3.079
Lama Usaha
,097
,199
1.102
-1.531
,097
,216
Agunan
Berdasarkan nilai odd ratio (Exp (B)) atau perbandingan peluangnya bahwa peluang terjadinya ketidaklancaran pada seseorang yang berpendidikan SMA adalah 0.078 kalinya dibandingkan yang berpendidikan SD. Hal ini ditandakan dengan arah B tingkat pendidikan bernilai negatif. Berdasarkan peluang jumlah tanggungan bahwa Semakin meningkatnya jumlah tanggungan maka peluang terjadinya ketidaklancaran
23
3.079 kalinya dibandingkan terjadinya kelancaran sesuai dengan arah B yang positif artinya semakin banyak jumlah tanggungan maka pelung ketidaklancaran semakin tinggi. Variabel Agunan juga memiliki peluang terjadinya ketidaklancaran pada seseorang yang beragunan adalah 0.216 kalinya dibandingkan yang tidak beragunan. Sama halnya dengan tingkat pendidikan arah koefisien B pada variabel ini menunjukkan arah yang negatif yang artinya semakin tinggi agunan maka akan mengurangi peluang terjadinya pembayaran yang tidak lancar. Selain ketiga variabel independent tersebut, kesepuluh variabel independent lainnya tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian Kredit UMKM di BRI Unit Ciampea, Bogor.
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit UMKM Variabel Usia (X1) Usia diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena penambahan usia dianggap sejalan dengan meningkatnya rasa tanggung jawab yang dimiliki seseorang. Semakin tinggi usia debitur maka kematangan berpikir dan kebijaksanaan dalam bertindak semakin baik dan kemampuan pengelolaan usaha semakin baik pula. Pada tingkatan usia yang tinggi dianggap memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam melakukan pengembalian kredit UMKM . Koefisien variabel usia debitur kredit UMKM dari hasil regresi logistik adalah negatif. Artinya semakin bertambahnya usia debitur maka diduga semakin kecil juga peluang debitur untuk melakukan penunggakan pembayar kredit UMKM. Hasil ini sesuai dengan hipotesis pada penelitian ini, dimana usia berpengaruh posited terhadap kelancaran pengembalian kredit karena penambahan usia dianggap sejalan dengan meningkatnya rasa tanggung jawab yang dimiliki seseorang. Variabel usia ini juga tidak signifikan karena p-value lebih besar pada taraf nyata () 10%. Berdasarkan tabel 10, variabel usia memiliki nilai odds ratio (exp (B)) sebesar 0.972 dapat diartikan bahwa setiap kenaikan usia debitur satu tahun akan menyebabkan kenaikan peluang ketidaklancaran pengembalian kredit UMKM sebesar 0.972 kali dari sebelum penambahan usia. Artinya, semakin bertambah usia seorang debitur maka memiliki peluang yang lebih kecil untuk melakukan penunggakan pembayaran kredit UMKM. Kesimpulan ini juga didukung oleh hasil perhitungan proporsi responden debitur lancar dan menunggak, bahwa pada kisaran usia di bwah 40 tahun proporsi terbesar dalam melakukan penunggakan yaitu 35% dari seluruh proporsi debitur kredit UMKM. Jenis Kelamin (X2) Wanita diduga memiliki loyalitas yang lebih besar dan lebih mampu menjaga kepercayaan yang diberikan bank dalam memenuhi kewajiban angsuran kredit UMKM dibandingkan pria. Diduga bahwa perilaku pengembalian Kredit UMKM baik lancar maupun menunggak berkaitan dengan perbedaan gender. Jenis kelamin diduga berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian Kredit UMKM. Lubis AM (2009) melalui penelitiannya menyatakan bahwa debitur wanita berpeluang lebih melakukan penunggakan dibandingkan pria. Berdasarkan tabel 10 hasil analisis regresi logistik bahwa koefisien jenis kelamin memiliki arah koefisien B yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan memiliki peluang yang lebih besar melakukan pembayaran kredit UMKM secara tidak
24
lancar yang lebih besar dibandingkan pria (wanita=0 dan pria=1) . Namun hasil koefisien B menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin tidak signifikan karena p-value lebih besar dari taraf nyata () 10%. Nilai koefisien B dari variabel ini adalah 8.089E7 artinya peluang wanita untuk melakukan pembayaran tidak lancar adalah 8.089E7 kali peluangnya debitur pria. Hal ini sesuai dengan identifikasi pada jumlah proporsi debitur yang menyatakan bahwa debitur wanita proporsinya lebih banyak yang melakukan penunggakan kredit UMKM di BRI unit Ciampea dibandingkan dengan proporsi debitur pria. Tingkat Pendidikan (X3) Tingkat pendidikan seseorang diduga mampu membedakan rasa tanggung jawab dan disiplin seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang dianggap semakin tinggi juga rasa tanggung jawab dan disiplin seseorang. Hal ini dapat dikaitkan dengan tingkat kelancaran pembayaran kredit debitur. Tingkat pendidikan debitur yang semakin tinggi diharapkan debitur tersebut memiliki tanggung jawab dan rasa disiplin yang lebih tinggi terhadap pengembalian kreditnya. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik pada tabel 10, terlihat bahwa arah koefisien B bernilai negatif. Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seorang debitur maka peluang ketidaklancarannya dalam pembayaran angsuran kredit dan bunganya akan semakin kecil. Variabel ini juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kelancaran pengembalian kredit UMKM karena p-value lebih kecil dari taraf nyata () 10% yaitu 0.078 < 0.10. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kelancaran pengembalian kredit UMKM pada BRI unit Ciampea dengan arah koefisien yang negatif. Dimana artinya peluang terjadinya ketidaklancaran pada seseorang yang berpendidikan SMP adalah 0,175 kalinya dibandingkan yang berpendidikan SMA. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan seorang debitur maka peluang ketidaklancarannya juga semakin besar. Hal ini sesuai dengan analisis manjerial Bank BRI unit Ciampea, Bogor bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi juga keahliannya dalam melakukan penghindaran pembayaran kredit UMKM. Namun, pihak bank masih harus tetap memberikan pengawasan terhadap debitur yang memiliki tingkat pendidikan lebih rendah walaupun dari hasil analisis menunjukkan peluang terjadinya penunggakan pada debitur tingkat pendidikan ini lebih kecil. Status dalam Rumah Tangga (X4) Status dalam keluarga terbagi atas dua yaitu menjadi kepala keluarga ataupun menjadi anggota keluarga. Seseorang yang berada sebagai kepala keluarga dianggap sebagai orang yang memegang kendali keuangan keluarga dengan tanggungan yang ada. Hipotesis sementara pada penelitian ini menyatakan bahwa kepala keluarga dianggap memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam pembayaran kredit UMKM. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik pada tabel 10 meyatakan bahwa arah koefisien B adalah negatif artinya kepala keluarga memiliki peluang yang lebih besar dalam melakukan pembayaran kredit UMKM secara tidak lancar (Kepala keluarga = 0, dan Anggota Keluarga= 1) . Nilai odds ratio yang bernilai nol dapat diartikan bahwa peluang kepala keluarga dan anggota keluarga memiliki peluang yang sama dalam mengembalikan kredit baik secara lancar ataupun menunggak. Hal ini sesuai dengan analisis deskriptif sebelumnya bahwa proporsi kepala rumah tangga dan anggota rumah
25
tangga melakukan pengembalian secara lancar ataupun menunggak tidak juga berbeda. Artinya, pengembalian kredit dengan lancar ataupun menunggak tidak dapat dibedakan oleh status dalam rumah tangga. Jumlah Tanggungan Keluarga (X5) Jumlah tanggungan dalam sebuah keluarga sangat berpengaruh terhadap pengeluaran debitur. Diasumsikan bahwa seseorang dengan jumlah tanggungan yang lebih banyak maka kebutuhan dalam keluarga tersebut juga akan semakin bertambah dan ini akan mempengaruhi pengeluaran orang tersebut. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam mengembalikan kewajiban angsuran pinjaman beserta bunganya. Pada Tabel 10 dapat diketahui bahwa koefisien B bernilai positif . Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa semakin tinggi jumlah tanggungan keluarga seorang debitur maka peluang terjadi ketidaklancarannya juga semakin besar. Variabel ini juga memiliki pengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit UMKM karena p-value lebih besar dari taraf nyata () 10% Nilai koefisen B sebesar 3.097 dapat diartikan bahwa setiap kenaikan jumlah tanggungan keluarga sebanyak satu orang maka akan menyebabkan kenaikan peluang menunggak pengembalian kredit UMKM sebesar 3.079 kali dari sebelum penambahan jumlah tanggungan keluarga. Artinya, debitur kredit UMKM yang memiliki jumlah tanggungan keluarga yang banyak memiliki peluang yanglebih besar dalam pengembalian kredit secara menunggak. Kesimpulan, ini didukung hasil analisis deskriptif hasil perhitungan proporsi responden debitur lancar dan menunggak, bahwa jumlah tanggungan keluarga lebih dua memiliki proporsi yang lebih besar dalam melakukan penunggakan. Jenis Usaha (X6) Jenis Usaha diduga bepengaruh terhadap kelancaran pengembalian Kredit UMKM karean setiap jenis usaha memiliki risiko yang berbeda-beda sehingga dapat mempengaruhi usaha dalam penghasilan usahanya yang nantinya digunakan untuk pengembalian pinjamannya. Dimana semua usaha yang diteliti dalam skripsi hanya yang bergerak dibidang agribisnis yaitu pertanian, industri rumah tangga, perdagangan. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik pada tabel 10. diketahui bahwa koefisien B jenis usaha bernilai negatif dimana artinya peluang debitur dengan jenis usaha perdagangan (0) lebih kecil dibandingkan industri rumah tangga (2) dan pertanian (1). Namun pengaruh variabel ini tidak signifikan karena odds ratio lebih besar dari 10%. Nilai odds ratio sebesar nol dapat diartikan bahwa jenis usaha perdagangan dengan industri rumah tangga dan pertanian memiliki peluang yang sama dalam pengembalian kredit UMKM baik secara lancar ataupun menunggak. Artinya, pengembalian kredit dengan lancar ataupun menunggak tidak dapat dibedakan oleh jenis usaha Pengalaman Usaha (X7) Pengalaman usaha seseorang dapat menunjukkan kemampuan seseorang dalam menjalankan usahanya. Usaha yang masih terlalu muda biasanya si pemilik usaha masih kurang berpengalaman dalam mengelola usahanya baik secara manajemen maupun modal usaha yang berasal dari bank, sedangkan semakin lama usaha seseorang diduga
26
peluang keberhasilan usahanya juga akan semakin besar sehingga dapat mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit UMKM. Koefisien B pada analisis regresi logistik menunjukkan arah yang positif. Dimana arah yang positif ini menunjukkan semakin tinggi tingkat pengalaman usaha seorang debitur maka semakin tinggi tingkat ketidaklancaran pengembalian kredit. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yag menyatakan bahwa semakin tinggi pengalaman usaha seseorang maka peluang kelancaran pengembalian kredit UMKMnya semakin tinggi juga. Variabel ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kelancaran pengembalian kredit UMKM karena nila odds rationya lebih dari taraf nyata () 10% yaitu 1.102 Nilai odds ratio sebesar 1.102 berarti bahwa setiap pertambahan satu tahun usia pengalaman usaha maka akan memiliki peluang 1.102 kali dalam pengembalian secara tidak lancar dari sebelum penambahan usia berjalan. Artinya semakin lama pengalaman usaha seorang debitur maka peluang terjadinya pengembalian kredit UMKM secara menunggak juga meningkat. Omset Usaha per Bulan (X8) Omset Usaha merupakan penghasilan kotor yang didapatkan seseorang dari usahanya. Omset ini merupakan sumber pemenuhan kebutuhan hidup bagi pelaku usaha, diduga semakin tinggi omset usaha seseorang maka semakin tinggi kemampuannya dalam membiayai kebutuhan hidup sehari-hari. Tingginya omset seorang debitur diduga kemampuannya dalam pengembalian kredit UMKM secara lancar juga lebih baik. Analisis regresi logistik menunjukkan bahwa koefisien B bernilai negatif yang artinya semakin tinggi omset seorang pelaku usaha maka peluang untuk melakukan penunggakan pembayaran kredit UMKM semakin kecil. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa semakin tinggi omset usaha per bulan seseorang maka diduga debitur tersebut melakukan pengembalian pinjaman lebih baik. Namun variabel ini tidak mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit secara signifikan karena odds ratio nya melebihi taraf nyata () 10 %. Nilai odds ratio omset usaha per bulan adalah sebesar 0.987 yaitu artinya adalah setiap penambahan jumlah omset usaha per bulan sebanyak satu rupiah maka akan menaikkan peluang pembayaran secara tidak lancar sebanyak 0.987 kali. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi omset usaha per bulan seorang debitur maka semakin baik dia melakukan pengembalian pinjamannya. Hal ini sesuai dengan hasi analisis deskriptif yang menunjukkan bahwa jumlah responden yang paling banyak menunggak ada pada kategori debitur yang memiliki omset usaha per bulannya rendah yaitu Rp1 000 000 – Rp10 000 000 dan Rp20 000 001 – Rp30 000 000 yaitu masingmasing 12% dari jumlah responden yang ada. Pendapatan Bersih per Bulan (X9) Pendapatan usaha bersih per bulan dapat dijadikan gambaran seberapa besar dana yang mungkin dialokasikan debitur dalam membayar kewajibannya baik dalam membayar angsuran pokok dan bunga pinjaman setiap bulannya. Hal ini dikarenakan seseorang yang memiliki pendapatan per bulan yang semakin tinggi maka sumber pendanaan keluarganya juga semakin baik sehingga semakin mapan juga dalam pembayaran kewajibannya.
27
Hasil analisis regresi logistik menghasilkan koefisien B memiliki arah positif, artinya semakin tinggi pendapatan bersih seorang debitur maka peluang terjadi ketidaklancaran pembayaran kredit UMKMnya pun semakin besar. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakn semakin besar pendapatan bersih seseorang maka peluang pembyaran tidak lancaranya menurun. Variabel ini juga tidak signifikan karena odds rationya lebih beasar daripada taraf nyata () 10%. Odds ratio pendapatan bersih per bulan adalah senilai 1.012 yang artinya setiap penambahan jumlah pendapatan bersih per bulan sebanyak satu rupiah maka akan menaikkan peluang pembayaran secara tidak lancar sebanyak 1.012 kali. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pendapatan bersih usaha per bulan seorang debitur maka semakin besar peluang melakukan penunggakan pengembalian pinjamannya. Hal ini tidak sesuai dengan proporsi pembayaran debitur yang menyatakan bahwa kelompok debitur dengan penghasilan di atas Rp7 000 000 memiliki proporsi terbesar dalam pembayaran secara lancar dan proporsi paling kecil dalam kelompok debitur yang melakukan pembayaran menunggak. Plafon Pinjaman (X10) Plafond pinjaman merupakan jumlah pinjaman atau kredit yang diberikan pihak bank kepada debitur. Besaranya nilai plafon diduga mempengaruhi kelancaran debitur dalam melakukan pembayaran pinjamannya. Diduga semakin besar jumlah plafon pinjamannya maka semakin besar peluang untuk melakukan penuggakan pembayaran kredit dikarenakan semakin besar angsuran yang harus dibayarkan maka tanggung jawab pengembalian kreditnya juga semakin besar. Koefisien B nilai plafon pinjaman pada analisis regresi logistik menujukkan arah yang positif. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian ini yang menyatakan nilai plafon pinjaman berpengaruh positif terhadapa kelancaran pembayaran kredit UMKM yaitu semakin besar jumlah plafon pinjaman yang didapatkan maka semakin besar peluang untuk terjadinya ketidaklancaran pembayaran kredit UMKM. Namun, Variabel ini tidak signifikan karena koefisien exp(B) nya bernilai lebih dari taraf nyata () 10%. Sehingga, dapat diartikan bahwa plafon pinjaman berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kelancaran pengembalian kredit UMKM. Variabel nilai plafon pinjaman memiliki nilai koefisien exp (B) sebesar 1.078 yang artinya setiap kenaikan nilai plafon pinjaman satu rupiah maka akan menyebabkan kenaikan peluang ketidaklancaran pembayaran kredit UMKM sebesar 1.078 kali dari sebelum penambahan nilai plafon kredit. Hal ini tidak dapat dijelaskan pada analisis deskriptif yang menunjukkan bahwa plafon pinjaman tidak dapat dijadikan pembeda untuk karakteristik debitur yang melakukan pembayaran secara lancar ataupun tidak lancar. Jangka Waktu Pengembalian (X11) Jangka waktu pengembalian kredit adalah waktu yang diberikan kepada debitur untuk melakukan pelunasan pinjaman yang didapat dari bank yang termasuk di dalamnya pembayaran pokok pinjaman beserta bunga pinjaman. Jangka waktu pengembalian diduga memiliki pengaruh dalam kelancaran pengembalian kredit UMKM. Semakin lama jangka waktu pengembalian yang diberikan diharapkan memperingan tanggung jawab debitur dalam membayar seluruh pinjamannya. Arah yang ditunjukkan koefisien B pada variabel ini adalah negatif dari hasil analisis regresi logistik yang artinya semakin lama jangka waktu pengembalian kredit
28
maka peluang untuk melakukan penunggakan pembayaran kreditnya juga menurun. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis pada penelitian ini. Namun, odds ratio yang di dapatkan untuk variabel ini menunjukkan tidak signifikan karena nilainya lebih besar dari taraf nyata () 10%. Berdasarkan tabel 23 variabel jangka waktu pengembalian kredit memiliki nilai odds ratio sebesar 0.954 artinya setiap bertambahnya jangka waktu pengembalian kredit satu bulan akan menyebabkan ketidaklancaran pengembalian pinjaman sebesar 0.954 kali dari sebelum penambahan jangka waktu pengembalian. Frekuensi Pengembalian (X12) Frekuensi seorang nasabah melakukan peminjaman kepada bank yang lebih banyak artinya semakin banyak juga nasabah tersebut melakukan pelunasan pinjamannya. Sehingga peluang pengembalian kredit UMKM berikutnya diduga akan lebih besar peluang lancarnya. Koefisien variabel frekuensi peminjaman kredit dari hasi regresi logistik adalah negatif. Artinya semakin sering seorang debitur melakukan peminjaman kepada kreditur maka peluang melakukan ketidaklancaran kreditnya juga semakin berkurang. Namun, variabel frekuensi peminjaman krdit ini tidak signifikan karena koefisien exp (B) memiliki nilai yang lebih besar dari taraf nyata () 10%. Hasil analisis regresi logistik meunjukkan variabel frekuensi pengembalian memiliki nilai koefisien exp (B) sebesar 0.827 artinya setiap frekuensi peminjaman kredit satu kali akan menyebabkan kenaikan peluang ketidaklancaran sebesar 0.827 kali dari sebelum penambahan frekuensi pengembalian kredit UMKM. Agunan (X13) Agunan merupakan benda berharga yang dijadikan jaminan oleh pihak bank ketika debitur melakukan penunggakan pembayaran kredit. Hal ini mendorong debitur untuk dapat mengembalikan kredit dengan lancar sebelum jatuh tempo, sehingga diharapkan dengan adanya agunan akan menurunkan peluang pembayaran tidak lancar oleh debitur. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik pada tabel 10 dapat dilihat arah keofisien b variabel ini adalah negatif yang artinya adanya agunan akan menurunkan peluang terjadinya ketidaklacancaran pembayaran pinjaman . Hal ini sesuai dengan hipotesis pada penelitian ini dimana agunan merupakan variabel dummy yang terdiri atas D=1 adalah dengan agunan dan D=0 adalah tanpa agunan. Variabel ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kelancaran pembayaran kredit UMKM karean nilai koefisin exp (B) nya lebih kecil daripada taraf nyata () 10% Koefisien exp (B) untuk variabel agunan ini memilik nilai 0.035 yang artinya peluang ketidaklancaran pembayaran kredit UMKM dengan agunan adalah 0.216 kalinya kredit UMKM yang didapatkan tanpa agunan. Hal ini sesuai dengan hasil analisis deskriptif yang menunjukkan proporsi responden yang paling besar pembayaran kredit UMKMnya secara lancar adalah kelompok debitur yang memiliki agunan.
29
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut : 1. Sistem penyaluran Kredit pad BRI Unit Ciampea, Bogor adalah Persyaratan awal, pendaftaran, pemeriksaan terhadap usaha nasabah, pencairan kredit oleh bank, pembinaan dan pengawasan nasabah, pelunasan kredit oleh nasabah, dan penambahan kredit 2. Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap kelancaran pengembalian kredit UMKM adalah tingkat pendidikan SMA, jumlah tanggungan, serta agunan. Faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap ketidaklancaran pembayaran kredit UMKM adalah jenis kelamin, jumlah tanggungan, jenis usaha, pengalaman usaha, pendapatan bersih per bulan, dan plafon kredit. Sedangkan, faktor-faktor yang berpengaruh negatif terhadap ketidaklancaran pembayaran kredit UMKM adalah usia, tingkat pendidikan, status dalam rumah tangga, omset usaha per bulan, jangka waktu pengembalian kredit, frekuensi pengembalian, dan agunan.
Saran Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, maka saran yang dapat disampaikan antara lain: BRI Unit Ciampea hendaknya lebih memperhatikan karakteristik debitur yang 1. menerima kredit UMKM khususnya dari tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, dan agunannya. Sehingga peluang terjadinya penunggakan pembayaran kredit UMKM lebih kecil. Perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan untuk debitur kredit UMKM dalam 2. menjalankan usahanya di BRI Unit Ciampea untuk meminimalkan kemungkinan ketidaklancaran pembayaran pinjaman ke pihak bank oleh debitur. 3. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk membahas cara optimalisasi kredit UMKM yang telah terealisasi agar dapat dimanfaatkan dengan baik oleh UMKM sehingga menekan angka kredit macet dan antara pihak bank sebagai sumber pembiayaan dan UMKM sebagai debitur dapat terintegrasi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA Andriyani, F.S . 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Usaha Terkait sektor Agribisnis (Studi Kasus pada PT. BPR Gracia Mandiri Kota Bekasi). [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. [BI] Bank Indonesia. 2013. Non Performing Loan. BI [Internet]. [diunduh Februari 2013]. Tersedia pada: http :// www.bi.go.id/ Biro Infobank. 2011. Statistik Bank Penyedia Kredit UMKM. Biro infobank [Internet]. [diunduh Februari 2013]. Tersedia pada: http://www.infobanknews.com
30
[BRI] Bank Rakyat Indonesia. 2013. Visi dan Misi BRI. BRI [Internet]. [diunduh Februari 2013]. Tersedia pada: http:// www.bri.go.id Darmawi, H. 2011. Manajemen perbankan. Bumi Aksara. Jakarta. Haloho, F. 2010. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit mikro PT BPD Jabar Banten KCP Dramaga. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Harun. 2010. Penyelesaian Sengketa Kredit Bermasalah Solusi Hukum (Legal action) dan Altenatif Penyelesaian Segala Jenis Kredit Bermasalah. Pustaka Yustisia. Yogyakarta. Hasibuan, R. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Macet pada Kredit Usaha Pedesaan (Kupedes) yang Terkait Sektor Agribisnis Kasus PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Unit Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Irawati, R. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi dan Pengembalian KUR pada BRI Unit Cibinong. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. [Kemenkop UMKM] Kementerian Koperasi dan UMKM. 2012. Perkembangan Jumlah Pelaku Usaha Menurut Skala Usaha Tahun 2010-2011. Kemenkop UMKM [Internet]. [diunduh Februari 2013]. Tersedia pada: http:// www.depkop.go.id [Kemenkop UMKM] Kementerian Koperasi dan UMKM. 2012. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB UMKM Menurut Skala Usaha Tahun 2010-2011. Kemenkop UMKM [Internet]. [diunduh Februari 2013]. Tersedia pada: http://www.depkop.go.id [Kemenkop UMKM] Kementerian Koperasi dan UMKM. 2012. Perkembangan Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Skala Usaha Tahun 2010 -2011. Kemenkop UMKM [Internet]. [diunduh Februari 2013]. Tersedia pada: http://www.depkop.go.id Lubis, A.M. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi dan Pengembalian KUR pada BRI Unit Cibungbulang. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor Mahmoeddin, H.A . 2010. Melacak kredit bermasalah. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta Mauludin, H. 2002. Pengolahan Data Penelitian (Pendekatan dengan SPSS Versi Mahasiswa S1). [Internet]. [diunduh 2013 Oktober 22]. Tersedia pada: http://www.scribd.com/doc/24393622/Regresi Berganda Nasir, M. 1983. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta Nur, E.M. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Oleh UMKM (Studi Kasus Nasabah Kupedes PT. Bank Rakyat Indonesia,Tbk (Persero) Unit Cigudeg, Cabang Bogor). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Sari, A. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro dan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) (Studi Kasus : BRI Unit Cibungbulang, Bogor). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Sevilla, C. et, Al, 1993. Pengantar Metode Penelitian. Universitas Indonesia Press. Jakarta Untung, B. 2000. Kredit Perbankan di Idonesia. Andi Yogyakarta. Yogyakarta Saragih, B. 2010. Agribisnis Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi
31
Berbasis Pertanian. Bogor : IPB Press. Bogor. Yulita, A.A 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUR Mikro di BRI Unit Lalabata Rilau, Soppeng. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
32
LAMPIRAN Lampiran 1 Dugaan parameter regresi logistik biner berdasarkan Variables in the Equation 90% C.I.for EXP(B) B
S.E.
Usia
-,028
Jk(1)
18,209
,049 40192,9 75
TP
Exp(B) Lower
Upper
,325
1
,569
,972
,897
1,054
,000
1
1,000
8,089E7
,000
.
2,314
2
,314
-1,229
1,273
,932
1
,334
,293
,036
2,375
TP(2)
-1,669
1,133
2,171
1
,141
,188
,029
1,215
SRT(1)
-17,545
401975
,000
1
1,000
,000
,000
.
JT
1,097
,544
4,064
1
,044
2,996
1,224
7,336
,546
2
,761
,248
1,389
,032
1
,858
1,282
,130
12,600
JU(2)
-2,118
2,897
,535
1
,465
,120
,001
14,103
LU
,109
,096
1,292
1
,256
1,115
,953
1,305
,019
,453
1
,501
,987
,957
1,018
OU
-,013
PB
,012
,059
,043
1
,836
1,012
,918
1,116
JKD
,075
,064
1,363
1
,243
1,078
,970
1,198
JWP
-,047
,086
,302
1
,583
,954
,828
1,099
FP
-,190
,230
,682
1
,409
,827
,567
1,207
AG(1)
-1,280
1,014
1,595
1
,207
,278
,052
1,472
Constant
-1,621
3,360
,233
1
,630
,198
3,267
2
,195
TP TP(1)
10a
Sig. f
TP(1)
JU Step 1a JU(1)
Step
Wald
-1,336
1,059
1,593
1
,207
,263
,046
1,500
TP(2)
-1,741
,989
3,101
1
,078
,175
,034
,891
JT
1,125
,493
5,210
1
,022
3,079
1,369
6,926
LU
,097
,076
1,648
1
,199
1,102
,973
1,248
AG(1
-1,531
,923
2,754
1
,097
,216
,047
,986
Constant
-3,163
1,828
2,993
1
,084
,042
a. Variable(s) entered on step 1: usia, Jk, TP, SRT, JT, JU, LU, OU, PB, JKD, JWP, FP, AG.
33
53
Lampiran 2 Data Responden BRI Unit Ciampea Resp
usia
Jenis Kelamin
Tingkat Pendidikan
SP
Status dalam RT
Jumlah Tanggungan
Jenis Usaha
Lama Usaha
Omzet Usaha
Pendapatan Bersih
Jumlah Kredit/ Plafon
1
43
0
0
1
0
3
2
10
45000000
4500000
25000000
25
Jangka Waktu Pegembalia n 18
Frekuensi Pengembalia n
AG
Lancar Atau Tidak
6
0
1
2
47
0
1
1
0
4
2
8
60000000
6000000
10000000
10
18
3
1
0
3
55
1
0
1
1
4
2
6
9000000
1800000
6000000
6
18
6
1
0
4
35
1
2
1
1
4
2
4
45000000
4500000
20000000
20
18
2
0
1
5
38
1
2
1
1
5
2
5
60000000
5000000
25000000
25
18
10
1
1
6
53
0
1
1
0
5
1
22
24000000
12000000
50000000
50
24
10
1
1
7
30
0
1
1
0
3
2
9
24000000
6400000
5000000
5
18
2
1
1
8
63
1
0
1
1
5
0
13
40000000
20000000
98000000
98
12
16
1
1
9
60
1
2
1
1
2
0
5
6640000
5360000
6000000
6
24
1
1
1
10
51
1
0
1
1
5
0
1
11000000
8800000
15000000
15
18
1
1
1
11
41
1
1
1
1
5
2
5
10500000
6000000
10000000
10
18
2
1
1
12
53
1
0
1
1
5
2
13
6000000
1800000
6000000
6
18
2
1
1
13
39
1
0
1
1
3
0
4
150000000
12000000
30000000
30
18
3
1
0
14
25
0
0
1
0
4
2
3
210000000
67500000
40000000
40
30
1
1
1
15
47
1
0
1
1
2
2
30
21000000
5400000
10000000
10
18
2
1
0
16
27
1
2
1
1
3
2
6
60000000
9000000
20000000
20
15
2
0
1
17
47
0
2
1
1
6
2
9
90000000
7500000
30000000
30
36
6
1
1
18
33
0
0
1
0
4
2
11
13000000
4000000
10000000
10
18
1
1
1
19
48
1
1
1
1
3
2
12
13000000
7150000
10000000
10
24
6
1
1
20
45
1
2
1
1
5
2
8
12000000
3600000
5000000
5
18
1
0
1
21
43
0
2
1
0
3
2
11
21000000
2100000
35000000
35
18
6
1
1
22
39
1
1
1
1
4
2
11
60000000
30000000
50000000
50
24
11
1
0
54
23
34
0
2
1
0
5
2
3
6000000
1200000
10000000
10
18
3
1
1
24
51
1
2
1
1
4
2
22
300000000
12000000
99000000
99
36
11
1
1
25
35
0
2
1
0
4
2
5
9000000
4500000
5000000
5
24
2
0
0
26
42
0
1
1
0
5
2
3
45000000
4500000
25000000
25
24
1
0
0
27
38
1
0
1
1
4
2
7
6000000
1800000
6000000
6
36
3
0
0
28
26
1
1
1
1
3
0
3
1500000
700000
5000000
5
24
1
1
0
29
31
1
2
1
1
4
2
6
15000000
3000000
5000000
5
24
2
0
0
30
44
1
2
1
1
4
0
3
7000000
900000
2000000
2
24
1
0
0
31
57
0
2
1
0
2
2
7
22000000
4000000
15000000
15
24
1
1
0
32
66
0
1
1
0
5
1
5
20000000
6000000
15000000
15
24
1
0
0
33
49
1
1
1
1
3
2
4
21000000
5400000
10000000
10
24
2
0
0
34
28
1
2
1
1
3
2
1
18000000
6000000
7000000
7
24
1
1
0
35
34
1
2
1
1
3
2
3
24000000
6400000
5000000
5
12
2
1
0
36
39
0
2
1
0
5
2
5
21000000
5400000
10000000
10
24
1
0
1
37
27
0
2
1
0
3
2
4
15000000
3750000
7000000
7
24
2
1
1
38
42
0
1
1
0
4
2
12
22500000
7875000
20000000
20
24
3
1
1
39
35
1
1
1
1
4
2
5
60000000
7500000
30000000
30
36
1
1
1
40
33
1
2
1
1
4
2
8
12000000
3600000
5000000
5
24
2
0
1
41
41
1
2
1
1
5
2
7
21000000
5400000
9000000
9
18
1
0
1
1=Pria
0=sd
1=kepala keluarga
0=pertanian
0=tanpa agunan
0=wanita
1=smp
0=anggota keluarga
1=industri rumah tangga
1=dengan agunan
2=sma
2=perdagangan
34
35
Lampiran 3 Dokumentasi turun lapang Berikut adalah beberapa dokumentasi usaha nasabah Kredit UMKM BRI Unit Ciampea, Bogor : 1. Industri rumah tangga kerupuk kulit
2. Usaha penggilingan padi
3. Usaha pertanian on-farm
36
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Winda Anggraini Harahap, dilahirkan di Medan pada tanggal 30 Januari 1992. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Rudi Dogar Harahap dan Lili Sahriani. Kakak bernama Dian Perdana Putra Harahap dan Adik bernama Khairul Rizal Harahap. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Kartika 1-2 Medan pada tahun 2003 dan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Medan pada tahun 2006. Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Medan dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi penerimaan mahasiswa baru di Institu Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan program Sarjana Mayor Agribisnis di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Pada saat perkuliahan penulis mengikuti berbagai kegiatan kampus, seperti organisasi, kepanitiaan, dan program – progr am kampus ainnya. Organisasi yag diikuti oleh penulis adalah IMMAM Bogor pada tahun 2009-2013 sebagai Kepala Bidang PSDM dan Staf. Generasi Bank Indonesia IPB 2011-2012 sebagai Sekretaris. Pada tahun 2009 penulis berhasil menjadi juara 2 pada acara Fast and Precise Economic Competition yang diadakan Fakultas Ekonomi dan Manajemen.