EFEKTIVITAS PENYALURAN KREDIT USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) SEKTOR AGRIBISNIS NASABAH BRI UNIT CIAMPEA BOGOR
ANUGRAH MAHADHI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Penyaluran Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Sektor Agribisnis Nasabah BRI Unit Ciampea Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2013 Anugrah Mahadhi NIM H34090009
ABSTRAK ANUGRAH MAHADHI. Efektivitas Penyaluran Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Sektor Agribisnis Nasabah BRI Unit Ciampea Bogor. Dibimbing oleh DWI RACHMINA Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan salah satu bidang bisnis yang memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. Keterbatasan modal sebagai salah satu faktor yang menghambat perkembangan UMKM. Bank adalah lembaga keuangan yang dapat membantu masyarakat untuk mengatasi keterbatasan modal dengan pinjaman dalam bentuk kredit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sistem, efektivitas, dan pengaruh kredit terhadap pendapatan UMKM. Observasi dan wawancara dilakukan dengan 45 responden sebagai nasabah sektor agribisnis BRI unit Ciampea dengan metode proporsional dan purposive sampling. Hasilnya adalah penyaluran kredit menurut pihak bank menunjukkan penilaian efektif berdasarkan adanya tren peningkatan dana kredit dan proporsi jumlah nasabah sektor agribisnis dari tahun 2010-2012 serta persentase tunggakan dan NPL masing-masing 2.16 dan 3.65 masih dalam kondisi keuangan yang ideal bagi bank. Selain itu, perubahan omzet dan pendapatan responden setelah menerima kredit meningkat masing-masing sebesar 27.51% dan 28.25% dari omzet dan pendapatan sebelumnya. Perubahan dalam jumlah pendapatan yang responden telah melampaui perkiraan perubahan omzet dan pendapatan setelah menerima kredit menurut pihak bank yaitu omzet dan pendapatan responden meningkat sebesar 20% setiap tahun. Kata Kunci: efektivitas, pengaruh, kredit, pendapatan, UMKM sektor agribisnis, BRI Unit Ciampea ABSTRACT ANUGRAH MAHADHI. Effectiveness Credit Distribution of Micro, Small, and Medium Enterprises (MSMEs) Agribusiness Sector to Customer of BRI Unit Ciampea Bogor. Supervised by DWI RACHMINA. Micro, small, andmedium enterprises (MSMEs) is one area of business that has the potential to increase economic growth and national development. Lack of capital was one of the factors that constraint the development of MSMEs. Bank is a financial institution that can help people to overcome limitations with loan capital in the form of credit. The purpose of this study was analyze the system, effectiveness, and effect of credit to MSMEs income. Observations and interviews were conducted with 45 respondents as BRI Unit Ciampea agribusiness customers with proportional method and purposive sampling. The result was credit distribution shows effective assessment based on the trend of increasing credit funds and the proportion of the number of customers agribusiness sector in 2010-2012 as well as the percentage of credit arrears and NPL respectively 2.16 and 3.65 were still in ideal conditions for bank finance. In addition, changes in revenue and income respondents after receiving loans increased respectively by 27.51% and 28.25% from the previous. Changes in the amount of revenue and income that the respondent has exceeded estimates change that revenue and income of respondents increased 20% every year. Keywords: effectiviness, effect, credit, income, MSMEs, BRI Unit Ciampea
EFEKTIVITAS PENYALURAN KREDIT USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) SEKTOR AGRIBISNIS NASABAH BRI UNIT CIAMPEA BOGOR
ANUGRAH MAHADHI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari hingga Maret 2013 adalah pembiayaan, dengan judul Efektivitas Penyaluran Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Sektor Agribisnis Nasabah BRI Unit Ciampea Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sistem penyaluran kredit, menganalisis efektivitas kredit menurut bank, menganalisis penilaian nasabah terhadap kredit, dan menganalisis pengaruh kredit terhadap pendapatan usaha nasabah BRI Unit Ciampea. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada Dr Ir Dwi Rachmina, MSi selaku pembimbing skripsi, Bapak Agus Kurniawan selaku Kepala Unit BRI Unit Ciampea, Bapak Teguh dan Ibu Neneng selaku Account Officer BRI Unit Ciampea yang banyak mendampingi dan memberikan ilmu, wawasan, dan curahan waktu kepada penulis selama melakukan penelitian. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak, Mama, Benny, Sarah, Krisna dan seluruh keluarga besar tercinta atas limpahan doa dan kasih sayangnya.Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Stefan Efendi, Debby Febrina Simanjuntak, Margaretta Seftiana, Winny S. Gulo, Cecep Sentawulan, Achmad Fachruddin, Anggi Lesmana, serta teman-teman terkasih Agribisnis 46 lainnya yang telah menemani penulis selama menjalani kegiatan perkuliahan di Departemen Agribisnis IPB. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2013 Anugrah Mahadhi
Judul Skripsi : Efektivitas Penyaluran Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Sektor Agribisnis Nasabah BRI Unit Ciampea Bogor Nama : Anugrah Mahadhi NRP : H34090009
Disetujui oleh,
Dr Ir Dwi Rachmina, MSi. Pembimbing
Diketahui oleh,
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
DAFTAR ISI DAFTAR ISI i DAFTAR TABEL ii DAFTAR GAMBAR iii DAFTAR LAMPIRAN iii PENDAHULUAN .................................................................................................... Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 6 Manfaat Penelitian 6 Ruang Lingkup Penelitian 7 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit 7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi danPengembalian Kredit 8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Penyaluran Kredit 9 KERANGKA PEMIKIRAN ..................................................................................... Kerangka Pemikiran Teoritis 11 Permintaan dan Penawaran Kredit ................................................................ 11 Penilaian Kredit ............................................................................................. 12 Konsep dan Kriteria Penilaian Efektivitas Kredit.......................................... 14 Pengaruh Kredit Terhadap Pendapatan 15 Kerangka Pemikiran Operasional 18 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 21 Jenis dan Sumber Data.. .................................................................................... 21 Metode Penentuan Sampel.. .............................................................................. 21 Metode Pengolahan dan Analisis Data .............................................................. 22 Analisis Kualitatif .......................................................................................... 22 Analisis Kuantatif .......................................................................................... 24 GAMBARAN UMUM BRI UNIT CIAMPEA Profil BRI Unit Ciampea ....................................................................................... 25 Visi, Misi, dan Budaya Perusahaan BRI Unit Ciampea .................................... 25 Struktur Organisasi BRI Unit Ciampea ............................................................. 26 Produk Utama BRI Unit Ciampea ..................................................................... 28 Sistem Penyaluran Kredit UMKM BRI Unit Ciampea ..................................... 29 ANALISIS EFEKTIVITAS DAN PENGARUH KREDIT TERHADAP PENDAPATAN USAHA Karakteristik Responden ................................................................................... 33 Karakteristik Personal Responden ................................................................. 33 Karakteristik Usaha Responden ..................................................................... 36 Karakteristik Kredit Responden..................................................................... 37 Efektivitas Penyaluran Kredit UMKM menurut Penilaian Bank .......................... 39 Penilaian Penyaluran Kredit UMKM menurut Nasabah ................................... 43 Pengaruh Penyaluran Kredit UMKM Terhadap Pendapatan Nasabah 51
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ................................................................................................................ 55 Saran. ................................................................................................................... 56 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 57 LAMPIRAN .......................................................................................................... 59 RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 67
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Jumlah unit usaha dan jumlah penyerapan tenaga kerja menurut skala usaha tahun 2011 Nilai Produk Domestik Bruto sektor Usaha mikro, kecil, dan menengah dan Nasional tahun 2009-2011 atas dasar harga berlaku Data kredit perbankan tahun 2010-triwulan II 2012 Bank penyedia kredit UMKM tahun 2011 Laporan perkembangan umum BRI Unit Ciampea tahun 2011-2012 Data jumlah responden BRI Unit Ciampea berdasarkan klasifikasi sektor agribisnis tahun 2013 Penentuan kategori penilaian penyaluran kredit menurut nasabah BRI Unit Ciampea Sebaran responden berdasarkan karakteristik usia nasabah BRI Unit Ciampea tahun 2013 Sebaran responden berdasarkan karakteristik jenis kelamin nasabah BRI Unit Ciampea tahun 2013 Sebaran responden berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan nasabah BRI Unit Ciampea tahun 2013 Sebaran responden berdasarkan karakteristik jumlah tanggungan dalam keluarga nasabah BRI Unit Ciampea tahun 2013 Sebaran responden berdasarkan karakteristik omzet usaha per tahun nasabah BRI Unit Ciampea tahun 2013 Sebaran responden berdasarkan karakteristik lama usaha nasabah BRI Unit Ciampea tahun 2013 Sebaran responden berdasarkan karakteristik pengalaman meminjam nasabah BRI Unit Ciampea tahun 2013 Sebaran responden berdasarkan karakteristik jumlah pinjaman nasabah BRI Unit Ciampea tahun 2013 Sebaran responden berdasarkan karakteristik frekuensi pinjaman nasabah BRI Unit Ciampea tahun 2013 Sebaran responden berdasarkan karakteristik jangka waktu pengembalian nasabah BRI Unit Ciampea tahun 2013 Realisasi dana kredit UMKM sektor agribisnis BRI Unit Ciampea tahun 2010-2012 Laporan persentase tunggakan dan Non performing Loan BRI Unit Ciampea tahun 2010-2012 Jangkauan penyaluran kredit UMKM sektor agribisnis nasabah BRI Unit Ciampea tahun 2010-2012
1 2 3 3 5 22 23 34 34 35 35 36 36 37 38 38 39 40 41 42
21. Penilaian responden mengenai penyaluran kredit berdasarkan kriteria persyaratan awal BRI Unit Ciampea tahun 2013 22. Penilaian responden mengenai penyaluran kredit berdasarkan kriteria prosedur pinjamanBRI Unit Ciampea tahun 2013 23. Penilaian responden mengenai penyaluran kredit berdasarkan kriteria realisasi kreditBRI Unit Ciampea tahun 2013 24. Penilaian responden mengenai penyaluran kredit berdasarkan kriteria biaya administrasi BRI Unit Ciampea tahun 2013 25. Penilaian responden mengenai penyaluran kredit berdasarkan kriteria tingkat bunga BRI Unit Ciampea tahun 2013 26. Penilaian responden mengenai penyaluran kredit berdasarkan kriteria agunan BRI Unit Ciampea tahun 2013 27. Penilaian responden mengenai penyaluran kredit berdasarkan kriteria pelayanan petugas BRI Unit Ciampea tahun 2013 28. Penilaian responden mengenai penyaluran kredit berdasarkan kriteria pemantauan petugas BRI Unit Ciampea tahun 2013 29. Penilaian penyaluran kredit UMKM sektor agribisnis menurut reesponden BRI Unit Ciampea tahun 2013 30. Perubahan omzet dan pendapatan usaha responden sebelum dan setelah memperoleh kredit BRI Unit Ciampea tahun 2013
43 44 45 46 46 47 48 49 50 52
DAFTAR GAMBAR 1. Kurva pengaruh kredit terhadap pendapatan 2. Kerangka pemikiran operasional 3. Struktur organisasi BRI Unit Ciampea 4. Sistem penyaluran kredit UMKM BRI Unit Ciampea
17 20 27 33
DAFTAR LAMPIRAN 1. Contoh brosur pinjaman BRI Unit Ciampea 2. Contoh brosur pinjaman BRI Unit Ciampea 3. Contoh formulir aplikasi pembukaan rekening BRI Unit Ciampea 4. Contoh formulir aplikasi pengajuan kredit UMKM BRI Unit Ciampea 5. Hasil pengujian pengaruh kredit dan perkiraan peningkatan pendapatan responden dengan menggunakan t-spared method
60 61 62 64 66
PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu unit usaha yang strategis di Indonesia. Perkembangan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memegang peranan penting dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi secara nasional. Kegiatan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu bidang usaha yang berkembang dan mampu konsisten, bertahan dari berbagai gejolak seperti kejadian krisis pada tahun 1997-1998. Kontribusi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah bagi perekonomian Indonesia yaitu salah satu sumber penyediaan lapangan pekerjaan dan salah satu sumber penerimaan pendapatan negara dalam bentuk produk domestik bruto nasional.1 Usaha mikro, kecil, dan menengah mendominasi dari jumlah unit usaha dan jumlah penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia sementara sektor usaha besar hanya mengambil sebagian kecil dari jumlah unit usaha keseluruhan. Berdasarkan Tabel 1, UMKM telah menyalurkan lebih dari 100 juta tenaga kerja dan UMKM merupakan sektor usaha terbesar dengan jumlah usaha mencapai 55 juta unit usaha atau 99% dari total unit usaha yang ada di Indonesia. Tabel 1 Jumlah unit usaha dan jumlah penyerapan tenaga kerja menurut skala usaha tahun 2011 Skala Usaha Jumlah Persentase Jumlah Persentase Usaha Jumlah Tenaga Kerja Jumlah (Unit) Usaha (%) (Orang) Tenaga Kerja (%) Usaha Mikro 54 559 969 98.82 94 957 797 90.77 Usaha Kecil 602 195 1.09 3 919 992 3.75 Usaha Menengah 44 280 0.08 2 844 669 2.72 Usaha Besar 4 952 0.01 2 891 224 2.76 Total 55 211 396 100.00 104 613 682 100.00 Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM, 2012 Usaha mikro, kecil, dan menengah juga memiliki peranan yang amat besar bagi penerimaan negara berdasarkan nilai Produk Domestik Bruto (PDB). UMKM telah berkontribusi dalam nilai Produk Domestik Bruto sebesar lebih dari 50% dari PDB Nasional berdasarkan dasar harga berlaku pada periode tahun 2009 sampai 2011 (Tabel 2). Selain itu, persentase nilai PDB UMKM terhadap PDB Nasional menunjukkan peningkatan dari 56.52% pada tahun 2009 menjadi 57.95 pada tahun 2011. 1
Musnandar, Aries. 2012. Staf Pengajar Kewirausahaan (Entrepreneurship) FEB Universitas Brawijaya Malang. Peran UKM dalam Pertumbuhan Ekonomi Bangsa.http://www.uinmalang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2883:%20 peranukmdalampertumbuhanekonomibangsa&catid=35:artikeldosen&Itemid=210. Diakses pada tanggal 30 Juni 2013. .
2
Tabel 2 Nilai Produk Domestik Bruto sektor Usaha mikro, kecil, dan menengah dan Nasional tahun 2009-2011 atas dasar harga berlaku Uraian 2009 2010 2011 PDB UMKM (Milyar Rupiah) PDB Nasional (Milyar Rupiah) Persentase PDB UMKM (%)
2993 5295 56.52
3466 6069 57.11
4304 7427 57.95
Sumber :Badan Pusat Statistik, 2012 Perkembangan dan kemajuan UMKM bukan hanya ditentukan oleh stakeholder usaha itu sendiri, namun juga pihak eksternal dapat terlibat dalam pengembangan usaha. Berbagai keterbatasan yang menjadi kendala bagi UMKM untuk melangsungkan kegiatan bisnis. Pelaku usaha menghadapi kendala meliputi lemahnya permodalan, kurangnya kewirausahaan, teknik produksi masih sederhana, serta kemampuan manajemen dan pemasaran masih sangat terbatas. Kendala permodalan mengakibatkan UMKM sulit untuk berkembang dan bersaing dengan usaha lainnya.2 Apabila modal rendah, maka akan menyebabkan rendahnya tingkat produktivitas baik input maupun tenaga kerja yang pada akhirnya akan menghasilkan tingkat pendapatan. Pemerintah dan lembaga keuangan berperan penting dalam memberikan solusi praktis agar permodalan tidak lagi menjadi masalah bagi kegiatan usaha ini.Peran dari pemerintah dan lembaga keuangan adalah sebagai lembaga intermediasi yang menghubungkan pihak-pihak yang memiliki dana lebih dan kemudian menyalurkannya kepada sektor usaha yang produktif. Wujud solusi ini adalah pemberian kredit bagi UMKM sebagai sumber modal dalam menjalankan aktivitas usaha maupun pengembangan usaha. Salah satu lembaga keuangan yang dapat melakukan peran tersebut adalah bank. Tugas dan fungsi bank adalah memberikan kredit semudah mungkin dalam arti sebagai lembaga penghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Bantuan modal dalam bentuk kredit ini tentunya diharapkan dapat dimanfaatkan sebaik mungkin untuk membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan permodalan dan meningkatkan produktivitas usaha UMKM. Peningkatan produktivitas tersebut mencerminkan bahwa bantuan kredit yang diberikan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk tujuan produktif. Salah satu indikator peningkatan produktivitas ini adalah peningkatan pendapatan yang diterima UMKM. Peningkatan pendapatan ini dapat menjadi tolak ukur seberapa besar peranan dan kontribusi kredit terhadap pendapatan UMKM. Berdasarkan data Kredit Perbankan (Tabel 3), kredit UMKM menunjukkan peningkatan jumlah penyaluran lebih dari 135 milyar dalam selang 2010 hingga Triwulan II-2012.
2
Lianto, Ubaya Benny. 2012. Staf Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM). Keterbatasan Modal Masih Jadi Kendala Utama UMKM.http://surabaya.tribunnews.com/2012/05/26/keterbatasan-modal-masih-jadi-kendalautama-umkm. Diakses pada tanggal 30 Juni 2013.
3
Tabel 3 Data kredit perbankan tahun 2010-triwulan II 2012 Jenis Kredit 2010 2011 (Milyar Rupiah) (Milyar Rupiah) Kredit UMKM 394299 479887 Kredit Non UMKM 1416960 1779976 Kredit Perbankan 1811259 2259863
Triwulan II-2012 (Milyar Rupiah) 530417 1988518 2518935
Sumber : Bank Indonesia, 2012 Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu lembaga perbankan milik pemerintah terbesar di Indonesia. Usaha-usaha utama bidang keuangan yang dikelola oleh BRI meliputi: (a) menghimpun dana, (b) menyalurkan dana, dan (c) menyediakan jasa bank lainnya seperti jasa setoran telepon, listrik, air, pembayaran uang kuliah, pembayaran gaji dan pensiun, kartu kredit, valas (valuta asing), dan jasa-jasa lainnya. BRI memberikan kontribusi yang cukup besar bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam penyaluran kredit. Jangkauan penyaluran kredittelah tersebar di seluruh Indonesia hingga pelosok perdesaan memungkinkan BRI turut mengembangkan UMKM. BRI mengembalikan dana yang dikelola ke masyarakat dalam bentuk kredit atau pinjaman UMKM yang diberikan berdasarkan prinsip umum pengajuan kredit. Kredit UMKM yang disalurkan oleh BRI kepada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah sebesar 157.9 triliun rupiah atau setara dengan 67.58% dari total kredit (Tabel 4). Tabel 4 Bank penyedia kredit UMKM tahun 2011 No Nama Bank Total Kredit Jumlah Kredit (Rp juta) UMKM (Rp juta) 1 BRI 233668009 157916823 2 BNI 126073612 79963723 3 MANDIRI 229989109 29802423 4 CIMB NIAGA 96291494 23140382 5 DANAMON 72850105 22818042
Persentase Kredit UMKM (%) 67.58 63.42 12.95 24.03 31.32
Sumber : Biro Riset Infobank 2011 BRI sebagai bank ’rakyat’ tentunya dituntut untuk mewujudkan keberpihakan terhadap rakyat kecil. Penyaluran kredit UMKM oleh BRI seperti halnya yang dialami lembaga perkreditan lainnya yaitu pengembalian kredit dari debitur (sebagai penerima kredit) tidak selalu berjalan dengan lancar, seperti penunggakan bahkan kemacetan pembayaran angsuran kredit. Pengembalian kredit yang diberikan bank terhambat dapat mengakibatkan penurunan tingkat likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas bank itu sendiri yang pada akhirnya menyebabkan lemahnya kemampuan bank dalam membayar kewajibannya untuk memenuhi penarikan dari deposan (penabung) dan menghambat sirkulasi uang yang dapat menurunkan profitabilitas bank. Sebaliknya, pengembalian kredit yang lancar menunjukkan kemampuan nasabah sebagai debitur dalam mengembangkan usaha dapat dikatakan efektif. Kemampuan pengembalian mengindikasikan bahwa nasabah telah melakukan pengembangan usaha dan sudah merasakan manfaat tambahan modal dalam bentuk kredit yang digunakan dalam kegiatan
4
usaha. Salah satu manfaat yang dapat dirasakan nasabah dalam meminjam kredit antara lain adanya peningkatan pendapatan usaha dan kesejahteraan hidup yang dialami oleh nasabah.3 Perumusan Masalah Penyaluran kredit UMKM pada BRI berawal dari program pemerintah mengenai swasembada pangan nasional. BRI menjadi salah satu lembaga pendukung dalam pelaksanaan penyaluran kredit melalui Program Bimas yang merupakan program pemberian kredit dengan pendekatan terhadap petani sebagai potensi kredit di perdesaan. BRI membentuk kantor unit untuk menyalurkan kredit UMKM kepada masyarakat di daerah perdesaan. Kredit UMKM yang diberikan oleh BRI di tingkat unit adalah Kupedes dan KUR Mikro. Penyaluran Kupedes dan KUR Mikro sebagai program untuk pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah ini diharapkan secara efektif mampu mengatasi masalah kesulitan modal yang dihadapi para pelaku usaha dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka sehingga sasaran pihak BRI dalam membantu peningkatan produktivitas UMKM dapat tercapai. BRI Unit Ciampea merupakan salah satu unit kerja di wilayah BRI Kantor Cabang Bogor yang melayani masyarakat yaitu menyalurkan kredit UMKM. BRI unit Ciampea juga memiliki peluang penyaluran Kupedes yang besar terhadap sektor komersil (UMKM) karena ruang lingkup BRI Unit Ciampea meliputidua kecamatan, yaitu Kecamatan Ciampea dan Kecamatan Tenjolaya. Kecamatan Ciampea terdiri dari 13 desa, yaitu Cihideung Udik, Cihideung Ulir, Bojong Jengkol, Benteng, Ciampea, Ciampea Udik, Cibadak, Cinangka, Tegal Waru, Cicadas, Cibuntu, dan Bojong Rangkas. Sedangkan Kecamatan Tenjolaya terdiri dari enam desa, yaitu Tapos I, Tapos II, Gunung Malang, Situ Daun, Cibitung Tengah, dan Cinangneng dan letak kantor BRI unit Ciampea sangat strategis dengan pasar Ciampea lama dan baru sebagai salah satu pusat perdagangan semakin mendukung penyaluran kredit terhadap banyaknya unit kegiatan usaha yang pada umumnya berskala mikro, kecil dan menengah. Data tahun 2012 dari BRI Unit Ciampea menunjukkan jumlah nasabah yang dimiliki sebanyak 800 nasabah, yang terdiri atas 450 nasabah Kupedes, 251 orang nasabah KUR Mikro, dan 79 orang nasabah GBT dan Pensiunan. Penyaluran kredit UMKM yang telah dilakukan pihak bank BRI Unit Ciampea bertujuan untuk membantu nasabah yang merupakan pelaku usaha sebagai bentuk perhatian untuk kemajuan usaha. Tambahan modal yang diperoleh pihak nasabah akan digunakan untuk mengembangkan skala usaha sehingga akan berpengaruh sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan setiap nasabah melalui peningkatan pendapatan usaha. Total penyaluran kredit UMKM untuk nasabah sebesar 118.5 milyar rupiah. Sebagian besar pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah yang menjadi nasabah BRI Unit Ciampea bergerak pada sektor agribisnis dengan jumlah 406 orang atau setara dengan 50.75% dari total seluruh nasabah.
3
Basir, Sofyan. 2012. Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia. Kunci Sukses BRI Fokus dan Konsisten pada Pasar Domestik. http://wartaekonomi.co.id/berita3472/sofyan-basir--kunci-suksesbri-fokus-dan-konsisten-pada-pasar-domestik.html. Diakses pada tanggal 4 Juli 2013.
5
Pihak bank menghadapi beberapa kendala dalam penyaluran kredit UMKM. Kendala yang dihadapi diantaranya adalah penyebaran nasabah berdasarkan jangkauan sektor agribisnis kurang merata, dan banyaknya nasabah yang terlambat untuk melunasi tunggakan dari peminjaman kredit. Penyebaran nasabah berdasarkan sektor agribisnis meliputi nasabah yang melakukan usaha pada sektor pertanian, perdagangan dan perindustrian. Saat ini, nasabah pada sektor perdagangan lebih dominan terhadap sektor lainnya. Pihak bank mengaku sulitnya untuk memberikan kredit kepada nasabah yang bergerak pada sektor pertanian dan perindustrian. Hal ini disebabkan kedua sektor memiliki risiko kredit yang besar dalam kegagalan untuk mengembalikan kredit. Pihak bank merasa jika memberikan keleluasaan bagi masyarakat yang melakukan usaha pada sektor pertanian dan perindustrian, kemudian mengalami kegagalan dalam pengembalian kredit akan menyebabkan makin banyaknya jumlah nasabah yang menunggak dan makin besar jumlah tunggakan yang ditanggung oleh bank. Pada tahun 2012, jumlah nasabah yang menunggak dan rata-rata tunggakan tiap orang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Jumlah nasabah yang menunggak meningkat sebesar 0.4% dan rata-rata tunggakan meningkat lebih dari 300 ribu rupiah tiap orang. Hal ini menjadi masalah karena dapat memperbesar nilai NPL akibat kredit macet sehingga dapat menyebabkan kinerja tidak baik. Tabel 5 Laporan perkembangan umum BRI Unit Ciampea tahun 2011-2012 Jenis data Tahun 2011 2012 Perubahan (%) Besar Tunggakan (Rp) 193 880 600 203 850 000 5.14 Saldo Pinjaman (Rp) 8.40 5 156 382 800 5 589 696 400 % NPL (TT/SP) -0.19 3.76 3.65 Jumlah Penunggak (Orang) 91 83 -8.79 Jumlah Nasabah (Orang) 454 406 -10.57 Persentase Penunggak (%) 20.04 20.44 0.40 Rata-rata Tunggakan per 2 130 556 2 456 024 -15.28 Orang (Rp) Sumber : BRI Unit Ciampea, 2013 Sistem penyaluran kredit di BRI Unit Ciampea meliputi mekanisme dan prosedur penyaluran kredit yang terdiri atas beberapa tahap mulai dari proses pemenuhan berkas persyaratan awal hingga pengembalian kredit kepada bank. Sistem penyaluran kredit UMKM pada BRI Unit Ciampea telah berjalan dengan baik. Namun begitu, terdapat kendala dalam mekanisme penyaluran kredit, meliputi proses pemenuhan persyaratan awal, realisasi kredit yang memerlukan waktu yang cukup lama bagi beberapa nasabah, keterbatasan nasabah dalam tata cara pengajuan dan penggunaan kredit secara optimal. Pihak BRI Unit Ciampea sebagai pelaku usaha menyatakan salah satu kendala UMKM dalam mengajukan permohonan kredit kepada perbankan adalah beban suku bunga yang dianggap besar bagi sebagian nasabah. Kendala lain yang dialami pihak nasabah meliputi ketidaksesuaian besar dan jenis agunan berdasarkan jumlah kredit yang diperoleh . Bagi UMKM, beban suku bunga menjadi penghambat aksesibilitas UMKM untuk pembiayaan yang bersumber dari perbankan. Salah satu temuan survei BI tahun
6
2012 mengenai profil UMKM di Indonesia adalah bahwa UMKM masih enggan mengambil kredit ke bank karena adanya agunan (untuk debitur mikro) dan terlalu tingginya suku bunga bank (untuk debitur mikro dan kecil) dan realita jumlah UMKM di Indonesia hanya sekitar 21% saja yang mengambil kredit bank. Hal ini disebabkan karena untuk kredit di atas 50 juta rupiah, pada umumnya bank telah mensyaratkan nasabah melengkapi berbagai dokumen yang masih jarang dimilikioleh nasabah sendiri.4 Penyaluran kredit kepada para nasabah dimaksudkan untuk mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan usaha. Agus Kurniawan, Kepala unit BRI Unit Ciampea memperkirakan pendapatan nasabah akan meningkat sebesar 20% setiap tahunnya setelah menerima kredit. Perkiraan tersebut ditetapkan dengan pertimbangan bahwa tidak semua kredit yang diberikan pihak bank digunakan untuk mengembangkan usaha.Selain itu, peningkatan pendapatan usaha setiap sektor usaha melalui kredit UMKM berbeda- beda tiap nasabahnya. Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana sistem penyaluran kredit UMKM BRI Unit Ciampea saat ini? 2. Bagaimana efektivitas penyaluran kredit UMKM sektor agribisnis pada nasabah BRI Unit Ciampea? 3. Bagaimana penilaian nasabah pada sektor agribisnis mengenai penyaluran kredit UMKM BRI Unit Ciampea? 4. Bagaimana pengaruh penyaluran kredit terhadap peningkatan pendapatan usaha sektor agribisnis pada nasabah BRI Unit Ciampea? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui sistem penyaluran kredit UMKM pada BRI Unit Ciampea. 2. Menganalisis efektivitas penyaluran kredit UMKM sektor agribisnis pada nasabah BRI Unit Ciampea 3. Menganalisis penilaian nasabah pada sektor agribisnis mengenai penyaluran kredit UMKM BRI Unit Ciampea 4. Menganalisis pengaruh kredit terhadap peningkatan pendapatan usaha agribisnis pada nasabah BRI Unit Ciampea. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihakpihak yang berkepentingan, yaitu : 1. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi manajemen Bank BRI Unit Ciampea sebagai masukan dan solusi untuk dapat mengetahui sistem dan
4
Yustika, Ahmad Revani. 2012 (Direktur Eksekutif INDEF (Institute for Development of Economics and Finance) sekaligus anggota BSBI (Badan Supervisi Bank Indonesia). http://m.merdeka.com/khas/perbankanindonesiaabaikansektorpertaniandanindustriwawancaradari a.eraniyustika-1.html Peran Kredit UMKM 2012, Peluang dan Tantangan..Diakses pada tanggal 12 Juni 2013.
7
pengaruh penyaluran kredit UMKM kepada debiturnya sehingga bank dapat mengantisipasi faktor tersebut untuk meningkatkan kualitas kredit. 2. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk mengaplikasikan teori-teori yang pernah dipelajari untuk mengkaji berbagai fakta yang terjadi di lembaga perbankan. 3. Bagi pembaca, dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan wawasan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki batasan ruang lingkup yang akan diteliti yaitu debitur kredit UMKM BRI yang melakukan kegiatan usaha Agribisnis dan masih aktif sebagai nasabah hingga bulan Maret 2013. Keterbatasan dalam peneltian ini antara lain beberapa kriteria efektivitas penyaluran kredit menurut penilaian bank menggunakan pendekatan tren, tidak menggunakan pendekatan harapan (target) dan kenyataan (realisasi) dalam menganalisis data.
TINJAUAN PUSTAKA Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Wicaksono (2007) menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit pertanian dan membahas mengenai kebijakan dalam menyalurkan kredit pertanian oleh BRI di Indonesia.Adapun faktor – faktor yang dilihat dalam penulisan tersebut adalah NPL (Non Performing Loan), dan PDB (Produk Domestik Bruto). Wicaksono menyimpulkan bahwa proporsi kredit pertanian terhadap total kredit yang disalurkan BRI tumbuh secara fluktuatif dengan trend yang semakin menurun dibandingkan dengan kredit non-pertanian. Selain itu ditemukan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyaluran kredit oleh BRI adalah produk domestik bruto (PDB) sektor pertanian dan pengembalian kredit bermasalah dalam sektor pertanian di BRI. Secara tidak langsung kesimpulan ini menunjukkan bahwa PDB sektor pertanian semakin menurun dan kredit bermasalah/macet di sektor pertanian semakin banyak pula. Penelitian Andriani (2008) mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menjelaskan bahwa dalam jangka panjang penyaluran kredit mikro, kecil, dan menengah dipengaruhi secara signifikan oleh GDP, kapasitas kredit, suku bunga kredit dan NPL, dimana GDP berpengaruh positif sedangkan kapasitas kredit, suku bunga kredit, dan NPL berpengaruh negatif. Penelitian Pratama (2009) mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit perbankan dilatarbelakangi oleh adanya fenomena belum optimalnya penyaluran kredit perbankan. Hal ini ditunjukkan dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) yang masih berada dibawah harapan Bank Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian faktor - faktor yang mempengaruhi kebijakan penyaluran kredit perbankan, yang meliputi Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), dan
8
suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan.Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Sementara suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Untuk meningkatkan penyaluran kredit, Bank Umum harus melakukan penghimpunan dana secara optimal, mengoptimalkan kegunaan sumber daya finansial (modal) yang dimiliki, dan memiliki manajemen perkreditan yang baik agar NPL tetap berada dalam tingkat yang rendah dan dalam batas yang disyaratkan oleh Bank Indonesia. Berdasarkan beberapa penelitian di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan penyaluran secara signifikan antara lain jumlah kredit, Produk Domestik Bruto, suku bunga, Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing Loan (NPL). Jumlah kredit dan Produk Domestik Bruto secara positif berpengaruh terhadap kebijakan penyaluran kredit. Artinya, semakin meningkatnya jumlah kredit dan PDB maka kebijakan penyaluran kredit semakin baik. Sedangkan CAR, suku bunga, NPL berpengaruh secara negatif terhadap kebijakan penyaluran kredit. Jika nilai CAR, suku bunga, dan NPL mengalami penurunan maka kebijakan penyaluran kredit semakin baik. Variabel- variabel di atas menjadi bagian dari rujukan penilaian faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan penyaluran kredit dalam penelitian ini. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi dan Pengembalian Kredit Penelitian yang dilakukan oleh Tarigan (2006) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan Kredit Umum Perdesaan (Kupedes) dalam sektor pertanian di BRI Unit Parung Bogor menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap permintaan Kupedes di BRI Unit Parung adalah jumlah agunan, pengalaman kredit, dan omzet. Agunan (Collateral) digunakan sebagai alat pengamanan apabila usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut gagal atau sebab-sebab lain dimana debitur tidak mampu melunasi kreditnya dari usahanya yang normal. Faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan dalam pemberian kredit adalah karakter nasabah dengan kapasitas nasabah. Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2007) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan Kredit Umum Perdesaan (Kupedes) di wilayah perkotaan dan perdesaan pada Bank BRI Unit Ciampea dan Unit Citeureup. Variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan adalah tingkat pendapatan, aksesibilitas atau jarak, aset keluarga, aset usaha, frekuensi atau pengalaman kredit, agunan atau jaminan, lama usaha, modal usaha, tingkat pendidikan, lokasi dan jenis kelamin. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan Kupedes dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ada enam, yaitu pendapatan, aset keluarga, aset usaha, pengalaman kredit, agunan dan modal. Penelitian yang dilakukan oleh Safitri (2007) tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap besarnya Kupedes pada nasabah BRI unit Ciampea, Bogor. Safitri menjelaskan bahwa karakterisitik debitur tidak menunjukkan pola yang erat terhadap pengembalian kredit, sedangkan besarnya kredit dipengaruhi oleh nilai agunan, tingkat pendidikan, frekuensi pinjaman dan pengaruhnya positif.
9
Karakteristik yang tidak berpengaruh terhadap besarnya kredit adalah aset uasaha, aset rumah tangga, pendapatan usaha dan jarak rumah debitur dengan kantor BRI. Alamsyah (2007) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit macet pada kredit usaha perdesaan (Kupedes) dalam sektor agribisnis di BRI Unit Ciomas, Bogor mengemukakan bahwa jumlah tanggungan keluarga, jarak rumah debitur dengan bank serta omzet usaha memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat pengembalian Kupedes. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga dan semakin jauhnya jarak rumah dengan bank serta semakin kecilnya omzet usaha yang diperoleh maka kemungkinan timbulnya kredit macet semakin besar. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor yang sebelumnya diduga berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit seperti usia, tingkat pendidikan, pengalaman berusaha, jangka waktu pengembalian, serta beban bunga ternyata tidak berperan dalam menentukan kemampuan pengembalian kredit. Muhammamah (2008) menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit oleh UMKM studi kasus nasabah Kupedes pada PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Unit Cigudeg Cabang Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor omzet usaha serta frekuensi peminjaman kredit memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat pengembalian Kupedes. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor yang sebelumnya diduga berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, jarak rumah dengan kantor unit lama usaha, jangka waktu pengembalian, serta beban bunga ternyata tidak berperan dalam menentukan kemampuan pengembalian kredit. Lubis (2011) menganalisis faktor-faktor yang realisasi dan tingkat pengembalian KUR pada salah satu BRI Unit di kawasan Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor omzet usaha, tingkat pendapatan bersih, jenis usaha, jumlah kredit yang diajukan, dan nilai agunan berpengaruh secara signifikan terhadap realisasi KUR. Sementara faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian KUR (lancar atau menunggak) adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan, jangka waktu pengembalian, dan kewajiban per bulan membayar cicilan dan bunga kredit. Berdasarkan beberapa penelitian di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi dan tingkat pengembalian kredit menunjukkan variabel-variabel seperti jumlah agunan, pengalaman kredit, tingkat pendidikan, frekuensi pinjaman, modal, pendapatan, dan omzet. Variabel- variabel di atas menjadi bagian dari rujukan penilaian faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi dan pengembalian kredit dalam penelitian ini. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Penyaluran Kredit Penelitian Rachmina (1994) yang berjudul Analisis Permintaan Kredit Pada Industri Kecil menjelaskan bahwa faktor yang paling dominan mendorong pengusaha industri untuk menjadi debitur pada suatu sumber kredit yaitu faktor kemudahan, pelayanan,dan pertimbangan ekonomi. Faktor kemudahan dan pelayanan meliputi kemudahan administrasi, prosedur yang relatif cepat dan tidak berbelit, syarat pembukuan tidak rumit, serta pelayanan yang baik dan bersifat kekeluargaan. Sedangkan, faktor pertimbangan ekonomi meliputi tingkat bunga relatif rendah, jangka waktu kredit, besar plafond kredit, dan adanya dukungan
10
usaha. Faktor orang lain misalnya karena ada kenalan pada bank tersebut, didatangi pihak bank, atau disarankan oleh tetangga/teman/saudara. Penelitian Pardosi (1998) tentang efektivitas penyaluran kredit pembinaan peningkatan pendapatan petani dan nelayan kecil (P4K) dan analisis pendapatan petani pengguna kredit, menyimpulkan bahwa (1) penyaluran kredit cukup efektif berdasarkan kriteria penilaian yang digunakan (persyaratan awal, prosedur pinjaman, realisasi kredit, biaya administrasi, tingkat bunga, pelayanan, dan pembinaan kepada nasabah, jarak/lokasi pelayanan), (2) Proyek P4K telah memberi dampak yang positif terhadap peningkatan pendapatan keluarga petaninelayan kecil. Penelitian Candrayasa (2000) yang berjudul mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi pengambilan kredit yakni tingkat pendidikan, banyaknya tanggungan keluarga, dan kecilnya rasio pendapatan. Sedangkan, kriteria efektivitas penyaluran kredit menurut penilaian nasabah pada penelitian ini adalah persyaratan awal, prosedur pinjaman, realisasi kredit, biaya administrasi, tingkat bunga, pelayanan, dan jarak/lokasi pelayanan. Candrayasa menjelaskan bahwa penyaluran kredit pada nasabah BRI Unit Diponegoro Surabayasudah efektif. Penelitian Novitasari (2006) mengenai analisis kinerja Kredit Umum Pedesaaan dan dampaknya terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga kecil di BRI Unit Kreo menyimpulkan bahwa kinerja kredit bank dinilai bagus sedangkan untuk nasabah faktor agunan dan bunga masih dirasa cukup berat. Selain itu, tingkat perubahan pendapatan usaha responden Kupedes lebih besar bila dibandingkan dengan tingkat perubahan pendapatan usaha non Kupedes. Penelitian Sevia (2008) mengenai kinerja penyaluran Kredit Umum Perdesaan (Kupedes) serta dampaknya terhadap peningkatan pendapatan usaha nasabah pada BRI Unit Citeureup, Cabang Bogor menyimpulkan bahwa kriteria penilaian efektivitas, penyaluran Kupedes dari pihak bank sudah efektif. Efektif dalam hal ini berarti sudah tercapai tujuan perusahaan untuk menbantu pelaku usaha dengan harapan dari para pelaku usaha. Hal ini terlihat dari pencapaian target dan realisasi kredit, persentase tunggakan, jangkauan kredit dan frekuensi pinjaman. Realisasi kredit telah mampu mencapai target yang telah ditetapkan. Selain itu, dampak pinjaman kredit terhadap pendapatan usaha responden secara keseluruhan mengalami peningkatan. Beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas penyaluran kredit meliputi pencapaian realisasi, persentase tunggakan, jangkauan kredit, dan frekuensi pinjaman menurut penilaian bank. Sedangkan, persyaratan awal, prosedur pinjaman, realisasi kredit, biaya administrasi, tingkat bunga, pelayanan, dan lokasi bank merupakan variabel-variabel penilaian menurut nasabah. Faktor-faktor penilaian menurut bank dan nasabah dapat menjelaskan seberapa efektif kegiatan penyaluran kredit yang telah dilakukan pihak bank. Variabel- variabel di atas menjadi bagian dari rujukan penilaian faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas penyaluran kredit dalam penelitian ini.
11
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Permintaan dan Penawaran Kredit Ketersediaan modal secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : 1. Modal sendiri, yaitu modal yang dimiliki secara pribadi dan digunakan untuk mengembangkan usahanya. 2. Modal dari luar (kredit), yaitu modal yang berasal dari pihak lain dan digunakan untuk mengembangkan suatu usaha.untuk memperoleh modal ini, seluruh prosedur yang ada harus dapat dipenuhi oleh calon debitur. Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani (credere) yang berarti kepercayaan. Seseorang atau lembaga yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) akan mampu mengembalikan kredit sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati. Kredit dibutuhkan karena adanya kebutuhan manusia yang beraneka ragam sedangkan kemampuan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan terbatas. Hal ini menyebabkan manusia membutuhkan bantuan untuk memperoleh sesuatu yang diinginkannya, salah satunya dengan cara memperoleh bantuan kredit untuk meningkatkan usahanya. Kebutuhan kredit menjadi sesuatu kebutuhan bagi semua sektor kegiatan usaha. Rendahnya produktivitas setiap sektor Indonesia, tidak terlepas dari kurangnya pengadaan kredit yang dilakukan pihak perbankan terhadap sektor tersebut. Sektor tersebut di antaranya sektor pertanian, perdagangan, dan industri. Walaupun menjadi salah satu pilar strategi pembangunan, ketiga sektor tersebut tetap membutuhkan pembiayaan dari pihak perbankan. Kredit perbankan yang diperoleh pelaku usaha dapat digunakan sebagai penambah modal untuk membiayai input produksi sehingga pelaku usaha tersebut dapat meningkatkan produknya pada tingkat yang lebih tinggi. Keseimbangan tingkat suku bunga pada pasar kredit terbentuk adanya permintaan dan penawaran dalam pasar yang menghubungkan komponen tingkat suku bunga dan kuantitas kredit yang akan disalurkan. Keseimbangan pasar dapat berubah-ubah posisi sesuai dengan pergerakan dan pergeseran kurva permintaan dan penawaran. Pada kasus permintaan kredit, gerakan sepanjang kurva berlaku apabila terdapat perubahan suku bunga kredit yang diminta pada suatu tingkat tertentu, sedangkan pergeseran kurva permintaan ke kanan atau ke kiri dapat terjadi apabila terdapat perubahan terhadap permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor selain suku bunga. Adapun faktor-faktor permintaan kredit pada pelaku usahakecil selain suku bunga tersebut antara lain skala usaha, tingkat upah, pengeluaran untuk riset, proporsi lahan, tingkat pendidikan, ukuran keluarga, umur kepala keluarga, dan transitory income (Nuryakin dan Warjiyo, 2006). Pada kasus penawaran kredit, gerakan sepanjang kurva juga terjadi apabila terdapat perubahan suku bunga kredit yang ditawarkan pada suatu tingkat tertentu, sedangkan pergeseran kurva penawaran dapat terjadi apabila terdapat perubahan terhadap penawaran yang ditimbulkan oleh faktor-faktor selain suku bunga. Pada sisi penawaran ini, Nuryakin dan Warjiyo (2006) berpendapat bahwa faktor-faktor
12
penawaran kredit pada lembaga keuangan selain suku bunga tersebut secara sederhana dapat dibagi menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor yang mempengaruhi penawaran kredit pada perbankan adalah permodalan (CAR),jumlah kredit macet (NPL), dan loan to deposit ratio yang dalam hal ini dapat dikategorikan sebagai faktor internal lembaga. Selain itu, diutarakan pula faktor persepsi lembaga terhadap prospek usaha debitur yang dalam hal ini dapat dikategorikan sebagai faktor eksternal lembaga. Prospek usaha debitur ini dapat dideskripsikan sebagai faktor yang berkaitan dengan omset usaha, pendapatan bersih, aset debitur dan lain sebagainya. Keseimbangan pasar kredit menggunakan pendekatan teori makroekonomi klasik dimana terdapat asumsi bahwa terjadi keseimbangan pada permintaan dan penawaran kredit perbankan secara umum. Keadaan sebenarnya yang terjadi adalah keseimbangan ini tidak selalu dalam kondisi pasar kredit sempurna sehingga sulit ditemukan karena adanya aspek-aspek yang menyangkut moral hazard dan adverse selection. Penilaian kredit Penilaian kredit adalah suatu proses yang dimaksudkan untuk menganalisa atau menilai suatu permohonan kredit sehingga dapat memberikan keyakinan pada bank bahwa proyek yang akan dibiayai dengan kredit bank cukup layak (feasible). Adanya analisa yang mempertimbangkan berbagai faktor ini dimaksudkan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya default oleh calon debitur. Kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis prinsip '6C', prinsip '6A' (Dendawijaya, 2001), dan prinsip '7P' (Kashmir, 2002). Prinsip '6C' meliputi: 1. Character (kepribadian), yaitu menyangkut sifat, kepribadian, dan citra calon debitur dalam masyarakat. Hal ini terkait dengan kemauan dan kesungguhan membayar angsuran kredit yang tentunya sangat berpengaruh terhadap integritas dalam memenuhi kewajiban pembayaran kredit dan pemanfaatan pemberian kredit dengan benar. 2. Capital (modal) merupakan kepemilikan terhadap modal dan kemampuan nasabah dalam membiayai perusahaannya. Perbandingan besarnya pembiayaan dari bank dengan modal sendiri dapat dilihat berdasarkan laporan keuangan perusahaan atau ditinjau langsung oleh petugas kredit. 3. Capacity (kemampuan) terkait dengan kesanggupan dan kemampuan calon debitur untuk melunasi pokok pinjaman diserta dengan bunga dan syarat-syarat lain dalam perjanjian. Kemampuan ini diukur antara lain dari kondisi usaha, pendapatan/omzet usaha. Semakin likuid dan semakin tinggi tingkat profitabilitasnya maka kemampuan membayar kembali pinjaman dan kewajiban lain semakin besar. 4. Condition of economy (kondisi ekonomi), pertimbangan atas situasi ekonomi yang sedang terjadi dalam suatu wilayah atau negara yang berpengaruh terhadap usaha calon debitur dan pada akhirnya mempengaruhi keberhasilan pemanfaatan dan pengembalian kredit. 5. Collateral (agunan) yakni berupa ketersediaan jaminan yang sesuai dan seimbang dengan jumlah kredit yang diberikan sehingga pihak bank tidak perlu
13
merasa khawatir ketika terjadi kemacetan dalam pengembalian pinjaman karena agunan tersebut dapat menjadi pengganti pengembalian kredit 6. Constrain (keterbatasan) merupakan faktor-faktor yang menjadi penghambat berupa faktor-faktor sosial psikologis dalam suatu wilayah tertentu yang menyebabkan suatu usaha tidak mungkin untuk dijalankan. Prinsip ‘6A’ mencakup aspek-aspek yang perlu diperhatikan pihak bank terhadap nasabah yang mengajukan kredit yaitu : 1. Aspek yuridis bertujuan untuk mengkaji ketentuan-ketentuan legalitas perusahaan calon penerima kredit. 2. Aspek pasar dan pemasaran mengkaji kemungkinan pangsa pasar yang dapat diraih bagi produk/jasa perusahaan yang akan dibiayai oleh kredit serta meneliti tentang strategi pemasaran yang akan dilakukan pengusaha dalam menghadapi persaingan. 3. Aspek teknis bertujuan untuk menilai seberapa jauh kemampuan pengusaha dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembangunan usaha serta seberapa besar kesiapan teknik dalam menjalankan operasi usahanya sebagai suatu entitas bisnis. 4. Aspek manajemen mengukur kemampuan dan kecakapan dalam mengelola usaha atau manajemen perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya. 5. Aspek keuangan bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola keuangannya. 6. Aspek sosial ekonomi merupakan suatu kajian terhadap nilai tambah yang dapat diterima pemerintah dan masyarakat dari sudut pandang sosial dan makro ekonomi seperti perluasan lapangan kerja dan pendapatan pajak pemerintah. Sedangkan prinsip '7P' dalam kredit atau Seven P’s of Credit dalam penilaian kredit, antara lain: 1. Personality Personality yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah. Penilaian ini dilakukan pada tenaga kerja dan pengelola serta orang-orang yang terlibat langsung dalam bisnis nasabah. 2. Party Party yaitu mengkalisifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya, sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank. 3. Purpose Purpose yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam. Apakah untuk modal kerja atau investasi, konsumtif atau produktif dan lain sebagainya. Purpose merupakan penilaian terhadap tujuan penggunaan kredit dan merupakan penilaian sasaran kredit. 4. Prospect Prospect yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akandating menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lainnya usahanya mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang
14
dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah. Prospect merupakan penilaian masa depan usaha, perkembangan usaha ke depannya. Penilaian ini dilakukan bagi bank antara risiko dengan pendapatan yang diperoleh. 5. Payment Payment merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik, sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya. Payment merupakan kemampuan membayar kembali kredit. Penilaian ini dilakukkan dengan menggunakan financial statement dengan memperhitungkan ketidakpastian di masa depan. 6. Profitability Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya. 7. Protection Protection merupakan kemungkinan gagal perlu jaminan sebagai benteng terakhir untuk berlindung. Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi. Konsep dan Kriteria Penilaian Efektivitas Kredit Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program.Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah populer mendefinisikan efetivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan. Pernyataan efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan.Anthony, Dearden, dan Bedford (1996) mengatakan bahwa efektivitas adalah hubungan antara keluaran suatu pusat pertanggungjawaban dengan tujuan yang harus dicapainya. Semakin besar kontribusi keluaran yang dihasilkan terhadap nilai pencapaian tersebut, maka dapat dikatakan semakin efektif unit tersebut. Efektivitas merupakan ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi telah mencapai tujuannya,maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan secara efektif. Efektivitas kegiatan diartikan sebagai tingkat kemampuan suatu kegiatan untuk mewujudkan hasil yang diinginkan. Dari beberapa pendapat di atas mengenai efektivitas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan melalui konsep efektivitas. Konsep ini adalah salah satu faktor untuk menentukan apakah perlu dilakukan perubahan secara signifikan terhadap bentuk dan manajemen organisasi atau tidak. Dalam hal ini, efektivitas merupakan pencapaian tujuan organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien, ditinjau dari sisi masukan (input), proses, maupun keluaran (output). Sumber daya meliputi ketersediaan personil, sarana dan prasarana serta metode dan model yang
15
digunakan. Suatu kegiatan dikatakan efisien apabila dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur sedangkan dikatakan efektif bila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan memberikan hasil yang bermanfaat. Kredit UKM diharapkan dapat memberikan dorongan dan dampak positif pada iklim usaha masyarakat yangsemakin meningkat. Oleh karena itu, kita perlu diketahui bagaimana indikator efektivitas yang akan menjelaskan seberapa efektif kredit baik bagi nasabah maupun pihak bank. Indikator efektivitas dalam penyaluran kredit meliputi berhasil atau tidaknya seseorang atau suatu organisasi untuk mencapai suatu tujuan dalam penyaluran kredit, adanya perkembangan dan pertumbuhan yang dialami seseorang ketika adanya penyaluran kredit, dan adanya perbedaan positif secara signifikan antara apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi (sebelum atau sesudah) dalam penyaluran kredit. Pengaruh Kredit Terhadap Pendapatan Perhitungan pendapatan dipergunakan beberapa pendekatan tergantung pada lapangan pekerjaannya. Pelaku usaha yang bekerja dan menerima balas jasa berupa upah atau gaji dipergunakan melalui pendekatan pendapatan (income approach).Pelaku usaha yang bekerja sebagai pedagang, pendapatan dapat dihitung dengan melihat keuntungan yang diperolehnya. Pelaku usaha yang bekerja pada sektor pertanian, pendapatan dapat dihitung dengan pendekatan produksi (production approach). Berdasarkan pendekatan di atas,perhitungan pendapatan pekerja telah terkandung balas jasa untuk skill yang dimilikinya. Pendapatan adalah selisih dari penerimaan penjualan produk, yang diperoleh dari hasil perkalian harga dan kuantitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan output (Pappasdan Hirschey,1995). Pendapatan terdiri dari penerimaan total dan pengeluaran total (TC). Penerimaan total (TR) adalah jumlah seluruh penerimaan perusahaan dari hasil penjualan sejumlah produk (barang yang dihasilkan). Cara untuk menghitung penerimaan total dapat dilakukan dengan mengalikan jumlah produk dengan harga jual produk per unit. Proses produksi yang dilakukan oleh seorang produsen akan menghasilkan sejumlah barang, atau produk. Produk inilah yang merupakan jumlah barang yang akan dijual dan hasilnya merupakan jumlah penerimaan bagi seorang produsen. Pengeluaran (Total Biaya) adalah biaya total untuk menghasilkan tingkat output tertentu. Biaya, bagi perusahaan yang kegiatannya memproduksi barang, adalah nilai input yang digunakan untuk memproduksi outputnya (Lipsey, Courant, Purvis, dan Steiner, 1992). Produksi berlangsung dengan jalan mengolah masukan (input) menjadi keluaran (output). Masukan merupakan pengorbanan biaya yang tidak dapat dihindarkan untuk melakukan kegiatan produksi.Setiap pengusaha harus dapat menghitung biaya produksi agar dapat menetapkan harga pokok barang yang dihasilkan. Untuk menghitung biaya produksi terlebih dahulu harus dipahami pengertiannya. Biaya produksi adalah sejumlah pengorbanan ekonomis yang harus dikorbankan untuk memproduksi suatu barang. Menetapkan biaya produksi berdasarkan pengertian tersebut memerlukan kecermatan karena ada juga yang sulit diidentifikasikan. Biaya produksi dapat meliputi unsur-unsur sebagai berikut: a.Bahan baku atau bahan dasar termasuk bahan setengah jadi b. Bahan-bahan pembantu atau penolong c. Upah tenaga kerja dari tenaga kerja kuli hingga direktur. d. Penyusutan peralatan produksi
16
e. Uang modal dan sewa f. Biaya penunjang seperti biaya angkut, biaya administrasi, pemeliharaan, biaya listrik, biaya keamanan dan asuransi g. Biaya pemasaran seperti biaya iklan h.Pajak Debertin (1986) menyatakan bahwa untuk mencapai pendapatan diperlukan dua syarat yaitu syarat keharusan (Necessary Condition) dan syarat kecukupan (Sufficient Condition).Syarat keharusan menunjukkan hubungan fisik antara faktor produksi dengan hasil produksi, yang sekaligus menunjukkan efisiensi produksi secara teknis yaitu dengan elastisitas produksi antara nol dan satu. Sedangkan syarat kecukupan merupakan kondisi yang harus dipenuhi agar pendapatan maksimum dapat tercapai, yaitu pada saat Nilai Produk Marjinal (Value Marginal Product atau VMP) untuk faktor produksi sama dengan Biaya Korbanan Marjinal (Marginal Factor Cost atau MFC). Efisiensi ekonomi tercapai apabila pelaku usaha telah memperoleh keuntungan maksimum. Pendapatan maksimum tercapai jika turunan pertama dari fungsi tersebut terhadap masingmasing faktor produksi sama dengan nol. Pada proses produksi yang sebenarnya, untuk menghasilkan suatu produk tertentu biasanya dibutuhkan lebih dari satu jenis faktor produksi variabel. Untuk mencapai kombinasi faktor produksi optimal harus dipenuhi syarat-syarat yang merupakan perluasan rumus dan gambar sebagai berikut:
(Agar pendapatan maksimum, maka
Keterangan : NPT = Nilai Produk Total (Total Value Product) BKT = Biaya Korbanan Total (Total Factor Cost) Py = Harga per unit dari produksi Y = Jumlah produksi yang dihasilkan π = Pendapatan X = Jumlah faktor produksi Px = Harga faktor produksi BTT = Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost) NPM = Nilai Produk Marjinal (Value Margianl Product) BKM = Biaya Korbanan Marjinal (Marginal Factor Cost)
17
a b c
d e
Gambar 1 Kurva pengaruh kredit terhadap pendapatan Sumber : Debertin (1986) Keterangan :
Gambar 1 menunjukkan bagaimana dampak kredit bagi pendapatan usaha pelaku UMKM.Berdasarkan teori rasio harga input-output oleh Debertin (1986), pelaku usaha menginginkan adanya perkembangan usaha namun memiliki kendala yaitu keterbatasan modal. Penyaluran kredit UMKM yang telah dilakukan pihak bank bertujuan untuk membantu nasabah yang merupakan pelaku usaha sebagai bentuk perhatian untuk kemajuan usaha. Tambahan modal yang diperoleh pihak nasabah akan digunakan untuk menambah input yang digunakan dalam kegiatan usaha. Hal ini dapat dilihat dari kondisi penyaluran kredit membantu pelaku usaha sebagai tambahan modal ( ) menyebabkan input yang
18
digunakan pelaku usaha akan semakin banyak sehingga penggunaan input nantinya dapat mengembangkan usaha yang dijalankan. Peningkatan input akan menyebabkan penurunan biaya input per unit yang dikeluarkan sehingga terjadi juga penurunan rasio harga input-output dari sebelum menerima modal hingga setelah menerima kredit . Penambahan modal dalam bentuk kredit ini juga membantu pelaku usaha untuk menghasilkan output yang lebih banyak sehingga pelaku usaha dapat memperoleh pendapatan yang lebih besar daripada sebelum menerima kredit. Gambar 1 menunjukkan adanya perubahan pendapatan yaitu sebelum menerima kredit pelaku usaha memperoleh pendapatan sebesar (ab-d) dan setelah menerima kredit pelaku usaha memperoleh pendapatan sebesar (a-c-e). Kerangka Pemikiran Operasional Kredit disalurkan melalui berbagai macam lembaga pembiayaan, salah satunya adalah perbankan. Bank menyalurkan kredit dengan menjalankan fungsinya sebagai lembaga penyalur dana ke masyarakat. Penyaluran kredit diharapkan efektif sehingga dapat menjadi suatu alternatif yang baik dalam mengatasi keterbatasan modal usaha, mendukung kelancaran arus barang/jasa sebagai sektor riil, dan meningkatkan produktivitas dalam masyarakat asalkan penyaluran kredit tersebut benar-benar dimanfaatkan untuk kegiatan produktif dan berguna. Pada penelitian ini salah satu bank yang menjalankan fungsi sebagai media penyaluran kredit adalah BRI Unit Ciampea. Dalam penyaluran kredit, BRI Unit Ciampea mengalami pertumbuhan yang baik, pertumbuhan kredit BRI Unit Ciampea ini tetap dimotori oleh segmen UMKM. Kredit untuk membiayai segmen UMKM di BRI Unit Ciampea adalah Kupedes dan KUR Mikro. Secara umum, Kupedes dan KUR Mikro merupakan produk kredit BRI yang disalurkan melalui unit kerjanya (BRI unit) dengan tujuan membantu pengusaha kecil dalam pengembangan usahanya. Penyaluran Kupedes dan KUR Mikro diharapkan dapat berjalan dengan efektif, maka itu perlu dikaji mengenai bagaimana kinerja penyaluran kredit-kredit tersebut. Mekanisme penyaluran kredit terdiri dari syarat-syarat dan prosedur pemberian kredit.Dalam penyalurannya, tidak jarang pihak bank menghadapi kendala. Oleh karena itu, penilaian terhadap efektivitas penyaluran kredit diperlukan berdasarkan penilaian pihak bank dan pihak nasabah. Kriteria efektivitas dari sisi manajemen bank dinilai berdasarkan aspek-aspek berikut : a) Realisasi dana kredit, yaitu jumlah permohonan kredit yang diterima dan direalisasi oleh BRI dan jumlah kredit yang telah disalurkan kepada UMKM. b) Persentase tunggakan, yaitu perhitungan tunggakan kredit dengan membandingkan jumlah kredit bermasalah per outstanding (sisa kredit) dan perhitungan Non Performing Loan (%NPL) yang dinyatakan dalam persen. c) Jangkauan sektor kredit : Semakin beragamnya sektor ekonomi yang dapat disentuh oleh pihak bank maka kinerja kredit dinilai baik. d) Analisis pengaruh penyaluran kredit terhadap pendapatan usaha: Analisis mengenai seberapa besar kredit yang diberikan pihak bank mampu meningkatkan pendapatan usaha nasabah. Kupedes dan KUR Mikro diberikan untuk mengembangkan usaha kecil dan peranannya dalam meningkatkan pendapatan usaha mereka. Pengukuran pendapatan usaha dilihat dengan
19
membandingkan pendapatan sebelum dan sesudah menerima kredit. Perbedaan antara tingkat pendapatan total usaha sebelum dan sesudah menerima kredit diukur dengan menggunakan uji statistik t-hitung untuk data berpasangan (Walpole, 1995). Sedangkan, penilaian penyaluran kredit merupakan persepsi atau opini nasabah mengenai proses penyaluran kredit yang sudah berjalan di BRI Unit Ciampeameliputi aspek-aspek berikut : - Persyaratan awal, yaitu ketentuan yang harus dipenuhi oleh seorang calon nasabah untuk mendapatkan kredit. - Prosedur pinjaman, yaitu tahapan yang harus dilalui sejak proses permohonan kredit hingga realisasi kredit kepada nasabah. - Realisasi kredit adalah cairnya kredit setelah melalui tahapan proses dengan melihat ketepatan pada setiap proses yang dilakukan. - Pengawasan dari petugas adalah pemantauan yang dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana kredit mampu membantu meningkatkan pendapatan pelaku UMKM - Pelayanan petugas terhadap keluhan-keluhan responden adalah respon, tanggapan atau solusi yang diberikan oleh petugas kepada para pelaku UMKM, di dalam mencari atau memecahkan suatu masalah atau kendala yang dimiliki oleh UMKM tersebut. - Biaya administrasi, yaitu biaya yang dikeluarkan selama proses permohonan kredit sampai direalisasikan. - Tingkat bunga, yaitu biaya yang dibebankan kepada nasabah sebagai bentuk dukungan operasional kegiatan bagi bank. - Agunan, yaitu sumber pembayaran terakhir yang diharapkan oleh bank apabila pengembalian kredit bermasalah atau macet. Hasil dari analisis tersebut adalah untuk mengevaluasi kinerja kredit UMKM serta dapat memberikan rekomendasi bagi pihak bank yang bersangkutan mengenai kinerja penyaluran kredit itu sendiri. Bagan kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
20
BRI Unit Ciampea merupakan salah satu BRI unit di Bogor, Jawa Barat. BRI Unit Ciampea menyalurkan kredit UMKM kepada masyarakat daerah Ciampea yang merupakan salah satu daerah yang memiliki banyak kegiatan UMKM di Bogor
Sistem penyaluran kredit UMKM (Kupedes & KUR Mikro) BRI Unit Ciampea
Penilaian penyaluran kredit menurut nasabah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Persyaratan Awal Prosedur Pinjaman Realisasi Kredit Biaya Administrasi Tingkat Bunga Agunan Pelayanan Petugas Pemantauan Petugas
Efektivitas penyaluran kredit menurut bank
1. Realisasi dana kredit 2. Persentase tunggakan 3. Jangkauan sektor kredit
Pengaruh kredit terhadap omzet dan pendapatan
Hasil dan evaluasi (Rekomendasi) terhadap penelitian yang dilakukan
Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional
21
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Ciampea, Cabang Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Ciampea merupakan bank yang fokus pada penyaluran program Kupedes dan KUR Mikro serta memberikan bantuan dalam segi permodalan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sektor agribisnis di wilayah Ciampea, Bogor dan sekitarnya. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung pada bulan Januari 2013 sampai dengan Maret 2013. Jenis dan Sumber Data Penelitian dilakukan untuk mengukur efektivitas dan mengetahui dampak penyaluran kredit UMKM terhadap peningkatan pendapatan nasabah BRI Unit Ciampea, Cabang Bogor, Jawa Barat. Jenis data yang diperoleh adalah data primer dan data sekunder.Data primer bersumber dari hasil wawancara dengan nasabah/debitur Kupedes dan KUR Mikro dengan bantuan kuesioner agar pertanyaan dalam wawancara lebih sistematis dan diskusi dengan pihak manajemen BRI Unit Ciampea. Jenis data primer yang diperoleh antara lain data karakteristik responden, penilaian nasabah mengenai penyaluran kredit, dan data pendapatan usaha setelah memperoleh kredit. Pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan mengidentifikasi data-data terkait dengan penelitian yang berasal dari debitur UMKM sektor agribisnis dan laporan BRI Unit Ciampea menyangkut Kupedes dan KUR Mikro, instansi terkait seperti Kementrian Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia, Laporan Publikasi Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, perpustakan, majalah, jurnal-jurnal perbankan, jurnal-jurnal penelitian, skripsi, tesis, penelusuran internet, dan sumber lain yang relevan dengan penelitian ini. Jenis data sekunder meliputi data realisasi dana kredit, laporan perkembangan umum bank periode 2009-2012 (kolektibilitas, nilai tunggakan, plafond, saldo, dan nama nasabah), jangkauan sektor kredit, dan data pendapatan sebelum memperoleh kredit. Metode Penentuan Sampel Mohamad Nazir (2005), mengatakan sampel adalah bagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki. Seringkali dalam pengambilan sampel, penelitian tidak dapat terhindari dari pertimbangan waktu, biaya, dan tenaga. Akan tetapi, kita dapat meyakini bahwa sampel dapat menggambarkan populasi apabila sampel memiliki cukup porsi dalam mewakili populasi sehingga hasil penemuan dan kesimpulan yang diperoleh dari sampling adalah sah (valid). Langkah-langkah yang digunakan dalam pengambilan sampel termasuk pengidentifikasian populasi, penetapan ukuran sampel yang disyaratkan, dan pemilihan sampel. Heterogenitas populasi yang menjadi sasaran sangat penting dalam menetapkan besarnya sampel. Semakin besar heterogenitasnya, semakin besar sampel yang diperlukan untuk mewakili populasi. Dua pertimbangan yang sering
22
kali dianggap penting dalam menentukan besarnya sampel adalah waktu dan dana yang tersedia bagi peneliti. Jumlah orang yang dapat dijadikan sampel minimal 30 orang (Chadwick, Bahr, dan Albrecht, 1991). Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen (unit dan individu) sejenis dan dapat dibedakan berdasarkan objek penelitian. Populasi pada penelitian ini merupakan nasabah yang masih aktif sebagai penerima kredit khususnya Kupedes Modal Kerja (Eksplorasi), Kupedes Investasi, dan KUR Mikro melakukan usaha dalam sektor agribinis (pertanian, perdagangan, dan industri) yang berjumlah 406 orang. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 45 orang. Jumlah tersebut lebih banyak dari perhitungan dengan menggunakan metode Gay (1976) dalam Sevilla(1993) yang menyatakan bahwa jumlah sampel yang dinilai cukup mewakili keseluruhan populasi adalah minimal 10% dari total populasi (10% x 406 = 40.6 41). Metode penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja dan proporsional (purposive and proportional sampling) sehingga semua anggota populasi tidak memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel dan jumlah sampel yang mewakili kelompok-kelompok dalam populasi bersifat proporsional. Klasifikasi pembagian sampel berdasarkan sektor agribisnis (pertanian, perdagangan, dan industri) adalah sebagai berikut: Tabel 6 Data jumlah sampel BRI Unit Ciampea berdasarkan klasifikasi sektor agribisnis tahun 2013 Klasifikasi Sektor Agribisnis Jumlah Populasi Jumlah Sampel (orang) (orang) Sektor pertanian 56 56 x 41 / 406 6 Sektor industri
20
Sektor perdagangan Penambahan sampel sektor pertanian Penambahan sampel sektor industri Total
330
20 x 41 / 406 330 x 41 / 406
2
dari
33 3
dari
1 406
45
Keterangan : Sampel berjumlah 45 orang dengan menambah 4 sampel acak yaitu 3 sampel pada sektor pertanian dan 1 sampel pada sektor perindustrian sehingga sampel pada sektor tersebut menjadi 10 orang Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Kualitatif Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan statistika deskriptif yaitu suatu metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan pengujian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Informasi yang diperoleh berdasarkan jumlah responden untuk kemudian disajikan baik dalam bentuk tabel sederhana ataupun dalam tabel distribusi frekuensi bagi data yang disajikan dalam beberapa kelompok. Melalui analisis deskriptif, informasi dikelompokkan berdasarkan kesamaan jawaban. Informasi yang diperoleh
23
dipresentasekan berdasarkan jumlah responden untuk kemudian disajikan dalam bentuk tabel. Penyusunan tabel, diagram, grafik, dan besaran-besaran lain di suatu media, termasuk ke dalam statistika deskriptif (Walpole, 1995). Penentuan baik atau tidaknya penyaluran kredit UMKM menurut penilaian nasabah menggunakan pengukuran skala likert dengan menghadapkan responden pada sebuah pernyataan, kemudian responden diminta untuk memberi tanggapan yang terdiri dari tiga tingkatan dengan pemberian skor. Skor terbesar diberikan untuk jawaban yang paling mendukung dan skor terkecil diberikan untuk jawaban yang kurang mendukung. Penentuan jenjang tiga (1,2,3) digunakan dengan mempertimbangkan bahwa kelompok responden adalah masyarakat dengan tingkat pendidikan yang masih relatif rendah, sehingga kurang mampu membedakan jawaban secara lebih tajam (Pardosi, 1998). Penilaian tanggapan responden terhadap penyaluran kredit akan dibagi menjadi tiga kategori yang menentukan efektivitas. Berdasarkan skor yang diperoleh dari tanggapan responden kemudian ditentukan rentang skala atau selang untuk menentukan efektivitas penyaluran kredit UMKM. Selang atau skala diperoleh dari selisih total skor tertinggi yang mungkin dengan total skor minimal yang mungkin dibagi jumlah kategori jawaban. (Umar, 2005). Dari selang yang didapat maka dapat ditentukan skor penilaian penyaluran kredit UMKM yaitu dengan membagi tiga diantara total nilai minimal yang mungkin sampai total nilai maksimal yang mungkin didapat menjadi tiga selang penilaian. Selang terendah menyatakan bahwa penilaian kredit tidak baik, sedangkan selang tertinggi menyatakan bahwa penyaluran kredit sudah baik. Ada tiga kategori penilaian tanggapan responden terhadap pelayanan penyaluran kredit yaitu baik, cukup baik, dan tidak baik. Nilai skor adalah antara 360-1 080 (angka ini berdasarkan pengalian skor terendah dan tertinggi dengan jumlah parameter dan responden yang ada). Angka skor terendah 360 diperoleh dari hasil kali antara jumlah sampel responden sebesar 45 orang dengan jumlah parameter yang ada yaitu sembilan. Sedangkan, angka 1 080 diperoleh dari hasil penjumlahan skor maksimum dari setiap parameter (skor maksimum 3 dikali skor terendah). Selang untuk setiap tingkat penilaian adalah 240 yang diperoleh dari hasil pengurangan skor tertinggi dan skor terendah kemudian dibagi dengan banyaknya kategori penilaian. Setelah nilai selang ditentukan, maka selanjutnya dapat ditentukan selang skala untuk setiap kategori penilaian penyaluran kredit. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Penentuan kategori penilaian penyaluran kredit menurut nasabah BRI Unit Ciampea Kriteria Penilaian Skor penilaian Tidak baik Cukup baik Baik
360-600 601-840 841-1 080
Berdasarkan Tabel 7, bila total skor berada diantara 360-600, maka penyaluran kredit UMKM dinilai tidak baik yang mengindikasikan bahwa apa yang menjadi harapan responden tidak sesuai dengan tujuan pihak bank, dalam hal ini penyaluran kredit UMKM. Nilai total skornya 601-840, penyaluran kredit
24
UMKM sudah dinilai cukup baik yang berarti tujuan pihak bank dan responden menilai masih ada harapan yang kurang tercapai, hal ini dapat dilihat dari skor yang bernilai paling kecil dalam kategori ini. Sedangkan, total skor 841-1 080 berarti penyaluran kredit UMKM dinilai baik. Hal ini berarti harapan responden sejalan dengan tujuan dari pihak bank agar penyaluran kredit UMKM sudah baik sehingga bermanfaat bagi responden. Analisis Kuantitatif Analisis penyaluran kredit pada BRI Ciampea terhadap pendapatan UMKM dilakukan pengujian statistik sederhana. Analisis penyaluran kredit menggunakan uji statistik yaitu uji t-berpasangan (t-paired test) dengan langkahlangkah dalam uji statistik sebagai berikut: 1) Menentukan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis dalam penelitian adalah penyaluran kredit UMKM berpengaruh terhadap omzet dan pendapatan nasabah BRI Unit Ciampea. Kriteria pengaruh penyaluran kredit terhadap omzet dan pendapatan nasabah BRI Unit Ciampea antara lain: a. Perubahan omzet dan pendapatan usaha responden nasabah BRI Unit Ciampea memiliki perbedaan nyata sebelum dan sesudah menerima kredit. b. Perkiraan peningkatan omzet dan pendapatan usaha responden nasabah BRI Unit Ciampea yaitu lebih dari 20% setelah menerima kredit. 2) Menentukan uji nyata (uji t) statistik untuk data berpasangan (Walpole, 1995) Uji t- berpasangan (Paired t- test) digunakan untuk membandingkan selisih dua mean dari dua sampel yang berpasangan dengan asumsi data berdistribusi normal. Penelitian ini akan mengukur mean besar omzet, pendapatan, dan selisih omzet dan pendapatan antara kondisi sebelum menerima kredit dengan setelah menerima kredit. 3) Kriteria Uji berguna untuk memeriksa pernyataan hipotesis serta memberikan kebenaran yang sesungguhnya dari pernyataan hipotesis tersebut. Kriteria uji meliputi : Ho ditolak apabila t-hitung > t-tabel, db = n-1 atau p-value < α Ho diterima apabila t-hitung < t-tabel, db = n-1 atau p-value > α Analisis data dilakukan dengan bantuan software komputer yang sesuai dengan kebutuhan dalam melakukan analisis data, sehingga dapat diperoleh hasil analisis yang akurat dan memudahkan dalam interpretasi secara deskriptif. Penggunaan α = 0.05 karena tingkat kepercayaan pada peneliti pada penelitian ini cukup besar dan jumlah responden yang diambil tidak banyak.
25
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Profil BRI Unit Ciampea BRI Unit berdiri atas dasar gagasan dari Dr.Soedarso Hadisaputro dan disahkan berdasarkan Surat keputusan Direksi BRI No. Kep: S.34-31/9/69 tanggal 9 September 1969 tentang proyek pengembangan ekonomi wilayah Unit Desa. Berdirinya BRI Unit tersebut tidak terlepas dari gagalnya pelaksanaan program Bimbingan Massal (Bimas) dan Intensifikasi Massal (Inmas) yang didirikan pemerintah pada tahun 1969. Tujuan utama program Bimas dan Inmas adalah untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan, terutama produk beras. Namun program tersebut tidak berjalan lancar karena BRI tidak mempunyai wewenang penuh dalam melakukan penilaian kredit dan menentukan pihak-pihak mana saja yang dinilai cukup layak untuk mendapatkan kredit, sehingga program tersebut dihentikan. Realisasi pembentukan BRI Unit kemudian diawali di wilayah D.I.Yogyakarta dengan 18 BRI Unit dengan 54 orang pegawai.Dalam proyek pengembangan ekonomi wilayah perdesaan ini, BRI Unit berperan sebagai penyalur kredit untuk para petani.Selanjutnya tahun 1970 proyek ini dikembangkan ke seluruh pulau Jawa, hingga sampai menjangkau wilayah Jawa Barat termasuk daerah Bogor. Kantor BRI Unit Ciampea merupakan salah satu dari 27 BRI Unit yang berada di wilayah Kantor Cabang BRI Bogor. BRI Unit Ciampea mulai beroperasi pada tahun 1972, yaitu ketika BRI Unit Ciampea menjadi penyalur paket- paket Bimas (Bimbingan Massal). Ruang lingkup BRI Ciampea meliputi dua kecamatan, yaitu Kecamatan Ciampea dan Kecamatan Tenjolaya. Kecamatan Ciampea terdiri dari 13 desa, yaitu Cihideung Udik, Cihideung Ulir, Bojong Jengkol, Benteng, Ciampea, Ciampea Udik, Cibadak, Cinangka, Tegal Waru, Cicadas, Cibuntu, dan Bojong Rangkas. Sedangkan Kecamatan Tenjolaya terdiri dari enam desa, yaitu Tapos I, Tapos II, Gunung Malang, Situ Daun, Cibitung Tengah, dan Cinangneng. BRI Unit Ciampea telah berpindah lokasi sebanyak tiga kali dan saat ini berada di Jalan Letnan Sukarna, Warung Borong, Ciampea, Bogor. Visi, Misi, dan Budaya Perusahaan BRI Unit Ciampea Visi dan misi BRI Unit Ciampea dalam melakukan kegitan perbankan merujuk pada visi dan misi BRI secara luas. Visi BRI Unit Ciampea adalah menjadi bank komersial yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah. Untuk mewujudkan visi tersebut, BRI Unit Ciampea menetapkan tiga misi yang harus dilaksanakan: 1) Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan memprioritaskan pelayanan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk menunjang perekonomian masyarakat. 2) Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerha yang tersebar luas dan didukung sumber daya manusia (SDM) yang professional dengan melakukan praktek tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). 3) Memberikan keuntungan dan manfaat seoptimal mungkin kepada berbagai pihak yang berkepentingan.
26
Budaya perusahaan (Good Corporate Governance) memiliki nilai-nilai yang menjadi landasan berpikir, bertindak, serta berperilaku bagi setiap insan BRI dimana pun berada, termasuk pada BRI Unit Ciampea, yaitu: 1) Integritas 2) Profesionalisme 3) Kepuasan nasabah 4) Keteladanan 5) Penghargaan kepada SDM Kesadaran akan nilai-nilai tersebut menjadi kekuatan filosofi bisnis BRI Unit Ciampea dan menjadi budaya kerja perusahaan (corporate culture) yang solid dan berkarakter. Sebagai salah satu wujud penerapan budaya kerja dan kode etik banker, BRI Unit Ciampea mematuhi seluruh ketentuan dan perundangundangan yang terkait deng mematuhi seluruh ketentuan dan perundang-undangan yang terkait dengan kegiatan operasional bank. Hal ini mendorong BRI Unit Ciampea untuk selalu mengedepankan asas kehati-hatian (prudential banking) dan komoitmen terhadap kepentingan stakeholders, dengan mewujudkan bentuk tata kelola perusahaan sebagai berikut: 1) Mengintensifkan program budaya sadar risiko dan kepatuhan kepada setiap pekerja di seluruh unit kerja 2) Mengintensifkan peningkatan kualitas pelayanan di seluruh unit kerja 3) Menjabarkan dan memonitor setiap kemajuan yang dicapai perusahaan ke dalam rencana tindakan yang terukur dan dapat dipertanggungjawabkan oleh setiap unit kerja. Struktur Organisasi BRI Unit Ciampea BRI Unit Ciampea adalah unit usaha BRI dibawah supervisi Kantor Cabang BRI Bogor dengan sistem operasional dan pembukuan yang terpisah, sehingga merupakan suatu profit center tersendiri yang accountable bagi Kantor Cabang BRI Bogor. Dalam pelaksanaannya, BRI Unit harus berkoordinasi dengan kantor cabang. BRI Unit Ciampea dipimpin oleh seorang Kepala Unit (Ka Unit) yangmembawahi dua orang Mantri (Account Officer of Micro Bussiness), tiga orang Deskman atau Customer Service dan dua orang Teller. Masing– masing bagian mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda antara satu dengan yang lainnya (Gambar 3).
27
Kepala Unit Bapak Agus
Mantri I Bapak Teguh
Deskman
Mantri II Ibu Neneng
Deskman
Deskman
Teller
Teller
Gambar 3 Struktur organisasi BRI Unit Ciampea Adapun job description masing – masing bagianadalah sebagai berikut: 1. Kepala Unit (Kaunit) Seorang Kepala Unit bertugas sebagai pimpinan organisasi, pembuat kebijakan, dan pengambil keputusan. Kaunit bertanggung jawab penuh dalam memajukan dan menjadikan BRI Unit Ciampea sebagai yang terbaik. Dalam pelaksanaan tugasnya, Kaunit selalu diawasi oleh seorang Asisten Manajer Bidang Mikro yang berkantor di BRI Cabang Bogor. Kaunit mempunyai wewenang untuk memutuskan kredit sebesar 25 juta rupiah, lebih dari nilai tersebut harus diproses di kantor cabang. Plafond maksimum kredit di BRI Unit Ciampea sebesar 100 juta rupiah. 2. Mantri Seorang Mantri atau Credit Officer bertugas untuk menganalisis dan memerikasa permintaan pinjaman, melaksanakan pembinaan terhadap nasabah pinjaman dan simpanan dalam rangka meningkatkan dan mempertahankan kualitas aset, serta memperkenalkan dan memasarkan produk-produk BRI Unit untuk mencapai profit maksimal. Analisis kredit mencakup latar belakang debitur, prospek usaha debitur, jaminan yang diberikan, serta faktor- faktor lainnya. Untuk itu, seorang mantri dituntut untuk memiliki jiwa investigasi yang baik. Baik tidaknya nasabah dalam mengembalikan pinjamannya salah satunya tergantung pada kejelian Mantri dalam menganalisis karakter nasabah tersebut. 3. Deskman(Customer Service) Seorang Deskman memiliki tugas ganda, yaitu sebagai front office dan back office.Sebagai front office, Deskman bertugas untuk melayani nasabah, dan memberikan informasi produk perbankan lainnya. Pelayanan ini hanya terbatas pada pelayanan secara administratif. Seorang Deskman juga bertugas memberikan pembinaan pada nasabah pinjaman, khususnya dalam hal pembayaran pinjaman serta hak dan kewajiban seorang peminjam. Sebagai back office, seorang Deskman bertugas untuk melakukan segala bentuk register dan pembuatan laporan yang diperlukan oleh kantor cabang dan kantor wilayah.
28
4. Teller Seorang Teller bertugas untuk melayani segala bentuk transaksi tunai perbankan.Transaksi tunai meliputi setoran dan penarikan simpanan, setoran transfer dan kliring, pembayaran tagihan rekening telepon dan listrik, serta berbagai transaksi tunai lainnya.Seorang Teller dituntut untuk teliti dalam melakukan tugasnya. Ketidaktelitian teller akan menyebabkan kerugian yang harus ditanggungnya, baik berupa finansial maupun sanksi yang dapat menghambat karirnya di BRI. Produk Utama BRI Unit Ciampea BRI Unit Ciampea memiliki beberapa macam produk perbankan.Secara garis besar, BRI Unit Ciampea melayani tiga macam produk perbankan, yaitu pinjaman, simpanan (tabungan dan deposito), dan jasa bank lainnya. 1. Kupedes Penyaluran kredit Kupedes berkonsentrasi pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Kupedes hanya dilayani di BRI Unit, dengan alasan lebih dekat dengan pengusaha UMKM.Kupedes ini ada dua jenis, yaitu Kupedes komersil dan Kupedes golongan berpenghasilan tetap (golbertap).Kupedes komersil terdiri dari sektor pertanian, sektor perdagangan, sektor perindustrian, serta sektor jasa, sedangkan Kupedes golbertap melayani debitur berpenghasilan tetap dan pensiunan.Kupedes adalah salah satu produk unggulan BRI unit Ciampea yang merupakan sumber utama pendapatan on balance sheet. BRI Unit Ciampea melayani kredit Kupedes dengan plafond antara satu juta rupiah sampai seratus juta rupiah. 2. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Kredit Usaha Rakyat merupakan produk pinjaman yang tersedia pada BRI Unit Ciampea selain Kupedes. Penyediaan KUR di BRI Unit Ciampea berdasarkan program pemerintah untuk membantu masyarakat di daerah-daerah terpencil dalam melakukan kegiatan usaha yang dijalankan. Penyaluran KUR juga berkonsentrasi pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).Namun perbedaan antara KUR dengan Kupedes adalah penggunaan kredit hanya dua kali peminjaman, tidak menggunakan agunan, suku bunga yang lebih kecil, dan plafond maksimum dua puluh juta rupiah. 3. Simpedes Simpedes merupakan salah satu produk simpanan yang dimiliki oleh BRI Unit Ciampea. Pada awalnya Simpedes hanya dilayani oleh BRI Unit, namun saat ini Simpedes sudah terdapat di semua unit kerja BRI. Pembukaan tabungan simpedes dibuat sesederhana mungkin dan dengan setoran yang terjangkau oleh masyarakat, serta beban administrasi yang tergolong ringan. Pasar sasaran dari produk Simpedes adalah masyarakat menengah ke bawah. 4.BritAma BritAma merupakan produk yang pada awalnya hanya dilayani oleh kantor cabang, tetapi saat ini sudah dapat dilayani di BRI Unit. Britama memiliki batas setoran minimal dan biaya administratif yang lebih besar dibandingkan simpedes. Hal ini karena sasaran BritAma adalah masyarakat menengah ke atas.
29
5. Tabungan Haji Tabungan haji atau yang dikenal dengan ONH (Ongkos Naik Haji) ditujukan bagi nasabah yang hendak naik haji. BRI Unit akan mendaftarkan nasabah sebagai calon jemaah haji ketika saldo tabungan telah mencukupi. 6.Deposito Deposito merupakan simpanan berjangka yang dapat diambil pada jangka waktu tertentu. Deposito menawarkan suku bunga yang cukup tinggi dibandingkan produk simpanan yang lainnya. Hal ini karena simpanan dalam bentuk deposito tidak bisa diambil sewaktu-waktu. Pengambilan deposito berdasarkan jangka waktu yang telah disepakati antara nasabah dengan bank. 7.Jasa Perbankan BRI Unit Ciampea berusaha untuk meningkatkan pelayanan kepada nasabahnya guna meningkatkan kepuasan nasabah yang diikuti dengan peningkatan laba. Tindakan nyata yang dilakukan oleh BRI Unit Ciampea adalah dengan menawarkan dan melayani jasa perbankan lainnya, di antaranya pelayanan setoran rekening listrik dan telepon, pelayanan setoran pembiayaan kendaraan, Pelayanan setoran Pajak Bumi dan Bangunan, dan jasa transfer serta kliring. Seluruh jasa perbankan tersebut dapat menambah fee based income BRI Unit Ciampea yang akan meningkatkan laba. Sistem Penyaluran Kredit UMKM BRI Unit Ciampea BRI Unit Ciampea menyediakan dua jenis kredit UMKM bagi nasabahnya yaitu Kredit Umum Perdesaan (Kupedes) dan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kedua jenis kredit ini memiliki perbedaan karakteristik diantaranya frekuensi penggunaan kredit, besar agunan, suku bunga, dan jumlah plafond. BRI Unit Ciampea dalam menyalurkan kredit UMKM tidak terlepas dari syarat-syarat maupun prosedur yang harus dipenuhi oleh debitur.Kredit UMKM tidak langsung diberikan oleh pihak BRI Unit Ciampea sebelum mengenal karakteristik calon debitur dengan baik. Prosedur penyaluran kredit UMKM melewati beberapa tahap.Tahap awal dimulai dari sosialisasi mengenai adanya kredit yang disalurkan kepada masyarakat dengan memberikan brosur dan tabel angsuran (Lampiran 1). Pelaku usaha akan memilih keputusan apakah meminjam atau tidak meminjam. Apabila pelaku usaha ingin melakukan pinjaman, maka akan melakukan tahap selanjutnya yaitu pengajuan permohonan atau pemberian kredit diawali dengan formulir yang tersedia di BRI Unit Ciampea. Setelah melakukan pengajuan permohonan atau pemberian kredit, maka akan ada penilaian kredit dilakukan oleh pihak bank. Kepala Unit (Kaunit) meneliti data kredit yang telah dikumpulkan dan mengambil keputusan.Apabila usaha tersebut dinilai layak, maka Kaunit dapat langsung memutuskan pemberian kredit.Jumlah plafond Kupedes yang dapat diberikan pihak BRI Unit Ciampea adalah maksimal seratus juta rupiah, sedangkan jumlah plafond KUR sebesar dua puluh juta rupiah. Bila permohonan kredit tersebut dinilai tidak layak, maka Kaunit dapat langsung memberikan keputusan penolakan. Semua prosedur penyaluran kredit tidak lepas dari prinsip 6C (Character, Capital Capacity, Collateral, Constraint dan Condition of Economy). Proses pencairan kredit di BRI Unit Ciampea memakan waktu kurang lebih satu minggu setelah pengajuan permohonan kredit. Sistem penyaluran kredit UMKM yang dilakukan oleh BRI Unit Ciampea(Gambar 4) adalah :
30
1. Persyaratan Awal Prosedur awal dalam pengajuan kredit harus dilakukan di kantor BRI Unit Ciampea pada jam kerja dan petugas yang melayani adalah Customer service. Calon nasabah harus membawa kelengkapan identitas diri untuk permohonan pinjaman atau kredit, yaitu: a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (suami-isteri bila sudah menikah), b. Fotokopi Kartu Keluarga (KK), c. Pas Photo (4 x 6) sebanyak 1 lembar, d. Surat Keterangan Usaha dari Kecamatan dan Kelurahan, e. Agunan (KUR tidak diwajibkan menggunakan agunan akan tetapi tidak menutup kemungkinan pihak bank meminta jaminan atau agunan ringan), f. Minimal usaha yang dilakukan telah berjalan selama 6 bulan, dan g. Foto usaha yang ingin diberikan pinjaman oleh bank. Calon nasabah dapat memilih jumlah serta jangka waktu pengembalian kredit UMKM sesuai dengan kemampuannya berdasarkan prosedur kredit yang berlaku. Jangka waktu angsuran kredit yang dapat dipilih calon debitur yaitu selama 12-36 bulan. Pada saat itu, Customer serviceturut membantu nasabah dalam memberikan alternatif pilihan pinjaman sesuai dengan kemampuan usahanya. 2. Pendaftaran Setelah seluruh kelengkapan berkas dipenuhi, maka akan dilakukan prosespendaftaran. Apabila nasabah merupakan calon peminjam kredit, Customer service bertugas untuk melengkapi formpengajuan kredit yang dibutuhkan sebelum dilakukan proses penilaian oleh Mantri (Lampiran 2). Customer service juga akan memeriksa apakah nasabah pinjaman tersebut memang belum atau sudah pernah menikmati pinjaman ditempat lain (baik pinjaman uang ataupun cicilan motor) dan memastikan kegiatan yang pernah dilakukan calon peminjam di tempat lain tidak mengalami kondisi yang buruk. Dalam hal ini, pihak Bank BRI Unit Ciampea bekerjasama dengan Bank Indonesia melalui BI-Checking. Apabila nasabah sudah pernah meminjam dan ingin melakukan pinjaman lagi, Customer service bertugas untuk memeriksa apakah calon debitur termasuk dalam daftar hitam atau tidak. Customer service juga memastikan pinjaman lama dengan memeriksa berkas pinjaman yang lama dan kartu pelunasannya. Kemudian, seluruh berkas diberikan kepada Kaunit untuk diproses lebih lanjut. Kaunit akan memeriksa kelengkapan persyaratan yang diperlukan dan berkas pengajuan pinjaman dari Customer service. Sebelum memutuskan permohonan, Kaunit harus menugaskan Mantri atau Kaunit sendiri yang melakukan pemeriksaan kebenaran laporan usaha yang diberikan oleh calon debitur dengan tujuan lebih mengenal karakter nasabah dan usaha yang dijalankannya. 3. Pemeriksaan terhadap Usaha Nasabah Pemeriksaan terhadap aspek-aspek usaha nasabah juga sangat diperlukan untuk meminimalkan risiko terjadinya penunggakan pada pinjaman.Pemeriksaan dapat dilakukan secara langsung oleh Mantri terhadap keadaan usaha nasabah. Untuk memperoleh informasi tersebut Mantri dapat melakukan wawancara, baik langsung terhadap calon nasabah maupun para tetangga atau relasinya.
31
Prinsip 6C perlu diperhatikan dalam pemeriksaan ini, oleh karena itu Mantri harus giat mengamati dan mewawancarai orang-orang yang tepat guna mendapatkan data yang akurat sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menganalisis usaha calon nasabah. Kriteria pemeriksaan tersebut meliputi : a. Menilai apakah usaha yang dijalankan sesuai dengan surat keteranganusaha yang sudah dilengkapi, b. Mengetahui apakah alamat nasabah sudah sesuai dengan alamat padaKTP, c. Menilai apakah usaha yang dijalankan oleh calon nasabah memilikiprospek yang baik, d. Mengetahui karakteristik nasabah baik melalui wawancara langsungdengan nasabah, wawancara dengan tetangga atau relasi, dan e. Kebenaran agunan yang dijaminkan di bank. Pemeriksaan terhadap usaha nasabah dapat dibagi atas aspek pemasaran, aspek keuangan, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek sosial ekonomi. Aspek pemasaran dianalisis untuk mengetahui prospek usaha dan laba yang dapat menjamin kelangsungan usaha tersebut.Aspek ini mencakup keadaan pasar, baik permintaan maupun penawaran yang sudah ada untuk jenis usaha yang direncanakan dan diproduksi. Penilaian terhadap aspek keuangan dilakukan dengan cara melihat data keuangan calon nasabah dari kegiatan masa lalu. Dari data tersebut dapat diperkirakan sejauh mana keuntungan dari usaha yang dijalankan dimasa yang akan datang. Dengan demikian pihak BRI dapat mengukur kesehatan usaha dan dapat mempertimbangkan seberapa besar jumlah pinjaman yang dapat diberikan. Aspek manajemen dapat mencerminkan bagaimana hubungan antara kemampuan, pengalaman, kejujuran, dan cara mengelola usaha. Hal ini berkaitan dengan bagaimana karakter calon debitur dengan kemampuannya dalam mengembalikan pinjaman kredit. Penilaian terhadap aspek hukum dapat dilihat dari kelengkapan data yang dimiliki oleh nasabah, seperti akte pendirian usaha maupun surat ijin usaha lainnya dari instansi yang berwenang. Hal ini diperlukan untuk melihat kebenaran keberadaan usaha yang dilaporkan nasabah. Aspek sosial ekonomi dapat dilihat dari pengaruh usaha calon nasabah terhadap lingkungan masyarakat sekitarnya. Misalnya adalah kasus flu burung,dimana secara tidak langsung berpengaruh terhadap usaha peternakan ayammaupun unggas lainnya, dimana masyarakat sekitar cenderung tidak menerima apabila di sekitar lingkungannya berdiri usaha peternakan tersebut. 4. Pencairan Kredit oleh Bank Pencairan kredit akan dilakukan oleh pihak bank setelah nasabah memenuhi berbagai persyaratan yang ditentukan dalam perjanjian kredit dan ditandatanganioleh kedua belah pihak yang disahkan notaris. Pencairan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu langsung dikirim ke rekening nasabah ataupun dikirim ke rekening perusahaan yang menjadi rekan nasabah. 5. Pembinaan dan Pengawasan Nasabah Kelancaran dalam pembayaran pinjaman merupakan hal yang sangatdiinginkan oleh bank terhadap seluruh nasabah yang melakukan pinjaman kredit UMKM. Pembinaan dan pengawasan terhadap nasabah diharapkan dapat
32
mengurangi risiko terjadinya tunggakan dalam pembayaran angsuran. Formulir pembinaan akan dibawa pada waktu melakukan pembinaan dan pengawasansehingga nantinya akan dapat diketahui apabila nasabah memiliki masalah dalam usahanya. Pembinaan dan pengawasan yang dilakukan pihak bank meliputi beberapa aspek, yaitu: a. Adanya administrasi kredit yang memadai. b. Kewajiban debitur menyampaikan laporan-laporan usaha yang dibutuhkan. c. Kewajiban bagi pihak bank (wira kredit/account officer) untuk melakukan kunjungan sewaktu-waktu ke perusahaan/proyek yang dibiayai oleh kredit. d. Adanya konsultasi yang terstruktur antara pihak bank dengan debitur. e. Adanya suatu sistem peringatan. 6. Pelunasan Kredit oleh Nasabah Tahap pelunasan kredit yang ideal adalah dimana nasabah dapat memenuhi kewajibannya terhadap bank sesuai dengan kesepakatan yang terdapat dalam perjanjian kredit. Nasabah dapat membayar angsuran pokok pinjaman beserta bunganya sesuai dengan jadwal yang telah dibuat, sehingga kredit akhirnya dinyatakan lunas. Namun kenyataannya tidak semua kredit pengembaliannya sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya. Oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan yang berkesinambungan oleh pihak BRI menyangkut penilaian perkembangan usaha debitur, penggunaan kredit maupun perlindungan kepentingan bank yang dilakukan secara administratif di lapangan. 7. Penambahan Kredit Seorang nasabah yang berhasil dalam menjalankan usahanya dan mampu melunasi kewajiban pengembalian kredit dengan baik sesuai dengan perjanjian maka akan memiliki peluang untuk mendapatkan kredit lagi karena pihak bank selaku kreditur sudah mempercayainya dan integritas nasabah tidak diragukan lagi. Proses analisis dalam kelayakan pemberian kredit ini akan diulang lagi sepertiseleksi permohonan kredit yang pertama. Biasanya kredit tambahan yang diberikan berupa suplesi yang dilekatkan pada perjanjian kredit yang pertama. Pengajuan tambahan kredit ini juga menggembirakan pihak bank karena merupakan bukti bahwa perkiraan kredit yang pertama berjalan dengan baik dan sukses, sebagai kesempatan bagi pihak bank untuk memperoleh tambahan income dari bunga kredit yang diberikan, dan menjadi kebanggaan tersendiri bagi pihak bank yang dapat digunakan untuk tujuan promosi kepada masyarakat dalam memasarkan produk perbankan lainnya.
33
Persyaratan Awal
Pendaftaran Pemeriksaan Usaha
Penambahan Kredit
Pelunasan Kredit
Pembinaan Pengawasan
Pencairan Kredit
Gambar 4 Sistem penyaluran kredit UMKM nasabah BRI Unit Ciampea
ANALISIS EFEKTIVITAS DAN PENGARUH KREDIT TERHADAP PENDAPATAN USAHA Karakteristik Responden Karakteristik responden menggambarkan karakter yang dimiliki peminjamyang mampu mempengaruhi peminjam tersebut dalam pembayaran kreditnya. Karakteristik responden diidentifikasi berdasarkan karakteristik personal, karakteristik usaha, dan karakteristik kredit. Karakteristik personal terdiri atas usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan dalam keluarga. Karakteristik usaha mencakup omzet usaha dan lama usaha. Karakteristik kredit meliputi pengalaman melakukan pinjaman, jumlah pinjaman (plafond kredit), frekuensi pinjaman, dan jangka waktu pengembalian pinjaman yang disepakati. Responden nasabah BRI Unit Ciampea yang diteliti berjumlah 45 orang. Responden tersebut terdiri dari pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang bergerak pada sektor agribisnis (pertanian, perdagangan, dan industri rumah tangga). Karakteristik Personal Responden Karakteristik personal nasabah yang dianalisis dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa faktor/variabel, yakni usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan dalam keluarga.
34
1. Usia Tingkatan usia diduga mempengaruhi kematangan berpikir dan kebijakan dalam mengambil keputusan atau bertindak karena dengan bertambahnya usia biasanya pengalaman hidup dalam menghadapi dan memecahkan suatu permasalahan semakin banyak. Sejalan dengan peningkatan usia juga meningkatkan pengalaman mengelola usaha sehingga keberhasilan usaha kemungkinan lebih terjamin. Apabila usia nasabah terlalu muda dikhawatirkan belum memiliki pekerjaan yang tepat, atau belum mempunyai pengalaman yang cukup dalam menjalankan usaha sehingga usaha yang dijalankan akan mengalami kegagalan, sedangkan bila usia nasabah terlalu tua dikhawatirkan tidak dapat berproduktif lagi. Tabel 8 Sebaran responden berdasarkan karakteristik usia nasabah BRI Unit Ciampea tahun 2013 Selang Usia (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) 25-35 8 17.78 36-45 22 48.89 46-55 11 24.44 56-65 4 8.89 TOTAL 45 100.00 Berdasarkan tabel 8, responden memiliki usia yang termasuk dalam golongan usia produktif yakni selang 25- 65 tahun. Artinya, responden diharapkan dapat bekerja secara maksimal dalam mengembangkan usahanya. Sebagian besar responden memiliki rentang usia 36 tahun hingga 45 tahun yaitu sebanyak 22 orang atau 48.89% dari total responden, sedangkan responden yang memiliki rentang usia 56-65 memiliki persentase paling kecil yakni 8.89% dari total responden. Responden pada rentang usia tersebut merupakan nasabah yang sudah sering meminjam di BRI Unit Ciampea. 2. Jenis Kelamin Perbedaan gender diduga melatarbelakangi perilaku dan tindakan seseorang dalam memutuskan melakukan pinjaman kredit. Berdasarkan jenis kelamin (Tabel 9), responden kredit UMKM sektor agribisnis sebagian besar adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 73.33% (33 orang), sedangkan sisa responden berjenis kelamin perempuan sebesar 26.67% (12 orang). Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan karakteristik jenis kelaminnasabah BRI Unit Ciampea tahun 2013 Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%) Pria 33 73.33 Wanita 12 26.67 TOTAL 45 100.00 Responden lebih didominasi oleh laki-laki, karena peran laki-laki dalam dalam memenuhi kebutuhan keluarga sangat besar dimana usaha yang dijalankan sebagian besar merupakan sumber pendapatan utama karena laki-laki berperan sebagai kepala rumah tangga di keluarganya. Hal ini juga dapat mendatangkan keuntungan bagi pihak bank karena kemungkinan nasabah terus melakukan pinjaman cukup besar.
35
3. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan dapat mencerminkan nasabah dalam mengerti dan memahami tentang tata cara pengajuan dan penerimaan pinjaman, serta mengetahui hak dan kewajiban sebagai peminjam kredit sehingga peluang keterlambatan pembayaran pinjaman akan semakin kecil. Selain itu, tingkat pendidikan juga dapat mencerminkan kemampuan dalam mengaktualkan potensi dirinya, termasuk kemampuan dalam berbisnis atau pengelolaan usaha. Tabel 10 Sebaran responden berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan nasabah BRI Unit Ciampea tahun 2013 Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) SD 23 51.11 SMP 8 17.78 SMA 12 26.67 Diploma-Sarjana 2 4.44 TOTAL 45 100.00 Gambaran umum mengenai tingkat pendidikan terakhir respondendapat dilihat pada tabel 10.Penelitian tingkat pendidikan dibagi menjadi beberapa kategori dari SD sampai dengan Diploma-Sarjana. Data menunjukkan bahwa karakteristik semua responden pernah merasakan pendidikan. Tingkat pendidikan sebagian besar responden adalah Sekolah Dasar (SD) sebanyak 51.11%. Responden lainnya melesaikan pendidikannnya hingga Sekolah Menengah Pertama (SD) sebesar 17.78%, Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 26.67%, dan Diploma-Sarjana sebesar 7.50%. Pihak BRI Unit Ciampeasebaiknya menyesuaikan kebijakan pelayanan yang sesuai dengan segmen responden. 4. Jumlah Tanggungan Dalam Keluarga Jumlah anggota dalam keluarga yang harus ditanggung kebutuhan hidupnya oleh seorang kepala keluarga diduga mempengaruhi besarnya pengeluaran dalam keluarga tersebut. Asumsinya, semakin banyak tanggungan dalam keluarga secara langsung akan membuat kebutuhan hidup keluarga tersebut semakin besar sehingga biaya yang harus dikeluarkan juga akan semakin besar. Semakin besar jumlah tanggungan dalam keluarga maka akan semakin besar pula proporsi dari pendapatan yang harus dibelanjakan. Tabel 11 Sebaran responden berdasarkan karakteristik jumlah tanggungan dalam keluarga nasabah BRI Unit Ciampea tahun 2013 JumlahTanggungan Jumlah (Orang) Persentase (%) Dalam Keluarga (Orang) 2 7 15.56 3 9 20.00 4 17 37.77 5 7 15.56 >5 5 11.11 TOTAL 45 100.00 Berdasarkan tabel 11, responden memiliki jumlah tanggungan dalam keluarga yang beragam. Sebagian besar responden memiliki jumlah tanggungan sebanyak empat orang. Hal ini dibuktikan dengan persentase yang paling besar yakni 37.77% dari total responden. Sementara itu, persentase paling kecil
36
ditunjukkan oleh rseponden yang memiliki jumlah tanggungan dalam keluarga lebih dari lima orang yaitu 11.11% dari total responden. Karakteristik Usaha Responden Karakteristik usaha nasabah yangdianalisis dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa faktor/variabel, yakni omzet usahadan lama usaha. 1. Omzet Usaha Omzet/pendapatan usaha merupakan suatu sumber pemenuhan kebutuhan hidup bagi pelaku usaha dan keluarganya. Pendugaan terhadap omzet usaha adalah semakin tinggi pendapatan usaha seseorang maka semakin tinggi pula kemampuannya dalam membiayai kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan kata lain, pendapatan seseorang berkorelasi positif dengan tingkat kemakmurannya. Tabel 12 Sebaran responden berdasarkan karakteristik omzet usaha per tahun nasabah BRI Unit Ciampea tahun 2013 Omzet Usaha Jumlah (Orang) Persentase (%) (Rp Juta per tahun) 100-200 7 15.56 201-300 10 22.22 301-400 10 22.22 401-500 6 13.33 501-600 7 15.56 > 600 5 11.11 TOTAL 45 100.00 Tabel 12 menyimpulkan bahwa sebaran responden berdasarkan omzet usaha cukup beragam. Jumlah responden terbanyak terdapat pada nasabah yang memiliki omzet usaha 201-300 juta rupiah dan 301-400 juta rupiah per tahun yaitu masing-masing 22.22% dari total responden. Persentase terkecil diperoleh responden yang memiliki omzet di atas 600 juta rupiah per tahun yaitu 11.11% dari total responden. 2. Lama Usaha Lama usaha diduga dapat menunjukkan keandalan dan kemapanan seseorang dalam menjalankan usahanya. Semakin lama pengalaman seseorang dalam berusaha maka kemampuannya dalam mengelola usaha akan semakin baik. Usaha yang dibiayai oleh pihak bank melalui kredit minimal telah berumur enam bulan. Tabel 13 Sebaran responden berdasarkan karakteristik lama usaha nasabah BRI Unit Ciampea tahun 2013 Lama Usaha (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1-5 6-10 11-15
18 11 5
40.00 24.45 11.11
16-20 > 20
5 6
11.11 13.33
TOTAL
45
100.00
37
Tabel 13 menunjukkan bahwa lama usaha yang dilakukan responden tersebar hingga lebih dari 20 tahun. Sebagian besar responden telah menjalankan usaha dalam rentang waktu satu hingga lima tahun yaitu sebesar 40% dari total responden. Artinya, karakteristik lama usaha menggambarkan bahwa sebagian responden memiliki pengalaman usaha yang relatif masih baru. Karakteristik Kredit Responden Karakteristik usaha nasabah yangdianalisis dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa faktor/variabel yaitu pengalaman melakukan pinjaman, jumlah pinjaman (plafond kredit), frekuensi pinjaman, dan jangka waktu pengembalian pinjaman yang disepakati. 1. Pengalaman Melakukan Pinjaman Pengalaman dalam meminjam kredit diduga mencerminkan keandalan seseorang dalam mengajukan kredit bukan hanya kepada satu pihak seperti BRI, namun juga kepada pihak lainnya. Apabila nasabah terus berlanjut mengajukan pinjaman, maka BRI akan memberikannya, dan juga akan meningkatkan jumlah pinjaman karena pihak BRI sudah mengenal karakteristik nasabah, dan sudah menilai kelayakan usaha yang dijalankan, sehingga BRI memberikan kepercayaannya terhadap nasabah tersebut. Tabel 14 Sebaran responden berdasarkan karakteristik pengalaman meminjam nasabah BRI Unit Ciampea tahun 2013 Pengalaman Melakukan Jumlah (Orang) Persentase (%) Pinjaman Pernah Tidak Pernah TOTAL
11 34 45
24.44 75.56 100.00
Tabel 14 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang terlibat peminjaman kredit UMKM sektor agribisnis pada BRI Unit Ciampea tidak sedang terlibat dalam pinjaman pada pihak lain. Namun, beberapa responden pernah melakukan pinjaman kepada pihak lain. Mereka pernah melakukan pinjaman kepada pihak lain karena hal tertentu seperti mencoba melakukan pinjaman dengan harapan memperoleh keputusan terbaik dalam menentukan lembaga peminjaman modal yang melakukan pinjaman dengan tujuan berbeda, menutupi kekurangan modal pada usaha, dan lokasi yang lebih dekat dari lingkungan nasabah. 2. Jumlah Pinjaman (Plafond Kredit) Besarnya plafond kredit yang diberikan oleh bank diduga berdasarkan jumlah permintaan dan penilaian kemampuan pembayaran seorang debitur. Usaha yang cukup berhasil dan memberikan pendapatan yang besar berpeluang untuk memperoleh plafond dengan jumlah yang besar pula. Jumlah plafond Kupedes yang dapat diberikan pihak BRI Unit Ciampea adalah maksimal seratus juta rupiah, sedangkan jumlah plafond KUR sebesar dua puluh juta rupiah.
38
Tabel 15 Sebaran responden berdasarkan karakteristik jumlah pinjaman nasabah BRI Unit Ciampea tahun 2013 Pinjaman (Rp Juta) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1-20 28 62.22 21-40 7 15.56 41-60 6 13.33 61-80 1 2.22 81-100 3 6.67 TOTAL 45 100.00 Berdasarkan tabel 15, sebagian besar responden memperoleh pinjaman dari selang satu juta rupiah hingga dua puluh juta rupiah yaitu sebanyak 28 orang atau 62.22%. Sementara itu, responden lainnya yang memperoleh pinjaman lebih dari 20 juta memiliki persentase jumlah yang lebih sedikit dibanding sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pemikiran realistis dalam peminjaman kredit kepada bank. Mereka mengajukan pinjaman yang sesuai agar terhindar dari tunggakan dan mengejar insentif berupa bonus apabila berhasil membayar angsuran sebelum jatuh tempo. 3. Frekuensi Pinjaman Frekuensi pinjaman diduga dapat diketahui seberapa besar loyalitas nasabah BRI dan diduga dapat meningkatkan tingkat kepercayaan BRI sehingga dapat dengan mudah diberikannya kembali pinjaman setelah pinjaman terakhir dilunasi. Semakin sering atau semakin besar frekuensi pinjamanyang dilakukan nasabah berarti nasabah tersebut telah mempercayakanpeminjaman modal kepada pihak bank sehingga terus melakukan pinjaman. Tabel 16 Sebaran responden berdasarkan karakteristik frekuensi pinjaman nasabah BRI Unit Ciampea tahun 2013 Frekuensi Peminjaman Jumlah (Orang) Persentase (%) (Kali) 1 5 11.11 2 19 42.22 3 9 20.00 4 3 6.67 5 2 4.44 >5 7 15.56 TOTAL 45 100.00 Berdasarkan tabel 16, sebagian responden telah melakukan pinjaman sebanyak dua kali yaitu sebanyak 42.22% dari total responden.Hal ini menunjukkan bahwa sebagian responden merupakan nasabah yang baru dalam hal peminjaman kredit kepada bank. 4. Jangka Waktu Pengembalian Pinjaman Jangka waktu pengembalian kredit merupakan waktu jatuh tempo seorang nasabah dalam membayar seluruh nilai pinjaman yang diberikan termasuk pembayaran bunganya. Semakin panjang jangka waktu tersebut maka beban nasabah dalam membayar angsuran akan semakin longgar/ringan. BRI Unit
39
Ciampea memberikan jangka waktu jatuh tempo pelunasan kredit dalam 12 bulan hingga 36 bulan. Tabel 17 Sebaran responden berdasarkan karakteristik jangka waktu pengembalian nasabah BRI Unit Ciampea tahun 2013 Jangka Waktu Jumlah (Orang) Persentase (%) Pengembalian (Bulan) 12 9 20.00 18 15 33.33 24 15 33.33 36 6 13.34 TOTAL 45 100.00 Tabel 17 menyatakan bahwa jangka waktu pengembalian kredit melalui angsuran tiap bulan responden cukup beragam.Responden yang memilih mengembalikan pinjaman dalam jangka waktu 12 bulan sebanyak 9 orang atau 20% dari total responden. Sementara itu, responden yang memilih mengembalikan pinjaman dalam jangka waktu 18 dan 24 bulan masing-masing sebanyak 15 orang atau masing-masing 33.33% dari toatal responden. Responden yang memilih mengembalikan pinjaman dalam jangka waktu 36 bulan sebanyak 6 orang atau 13.34% dari total responden. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian responden tidak terburu-buru untuk mengembalikan keseluruhan kredit melalui angsuran tiap bulan sehingga memilih jangka waktu yang lebih lama. Selain itu, mereka memilih untuk mengembalikan kredit dalam jangka waktu lebih lama karena menghindari terlampau besarnya angsuran tiap bulan yang hendak dibayarkan kepada bank. Efektivitas Penyaluran Kredit UMKM menurut Penilaian Bank Penilaian efektivitas penyaluran kredit UMKM menurut pihak bank terbagi menjadi beberapa faktor/variabel yaitu sektor realisasi dana kredit, persentase tunggakan, dan jangkauan sektor kredit. Penentuan efektif atau tidaknya penyaluran kredit UMKM menurut penilaian bank diperoleh dari data dalam bentuk tabel yang disajikan dalam beberapa kelompok dengan berdasarkan aspek-aspek berikut : 1. Realisasi Dana Kredit BRI Unit Ciampea mulai menjalankan usahanya sudah sejak tahun 1973. Sejak itu BRI Unit Ciampea telah melayani dan membantu masyarakat dalam mengembangkan usahanya melalui kredit UMKM. BRI Unit Ciampea telah merealisasikan kredit UMKM sektor agribisnis lebih dari 50% atau sebagian dari total kredit UMKM yang diberikan. Jumlah kredit yang disalurkan BRI pada tahun 2012 adalah sebesar Rp9.4 Miliar. Data menunjukkan BRI Unit Ciampea dalam penyaluran kredit UMKM selalu meningkat selama tiga tahun terakhir. Pada selang tahun 2010-2012, penyaluran kredit UMKM sektor agribisnis meningkat sebesar Rp2.04 miliar atau dengan laju peningkatan sebesar 12.99% per tahun. Peningkatan dana kredit pada sektor agribisnis disebabkan oleh semakin meningkatnya rata-rata pinjaman yang diberikan oleh pihak BRI Unit Ciampea tiap nasabah dan persentase jumlah nasabah BRI terhadap total nasabah UMKM. Rata-rata pinjaman yang diberikan oleh pihak BRI Unit Ciampea tiap
40
nasabah mengalami peningkatan yang signifikan sebesar Rp7.89 juta atau dengan laju peningkatan sebesar 23.17% per tahun. Sedangkan, persentase jumlah nasabah BRI terhadap total nasabah UMKM mengalami peningkatan sebesar 56.64% pada tahun 2010 menjadi 57.26% pada tahun 2012 dengan laju peningkatan 0.31%. Tabel 18 menyajikan perkembangan realisasi kredit UMKMsektor agribisnis pada waktu tiga tahun terakhir (Tahun 2010- Tahun 2012). Tabel 18 Realisasi dana kredit UMKM sektor agribisnis BRI Unit Ciampea tahun 2010-2012 Jenis Data Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Laju Perubahan Per Tahun (%) Dana Kredit Sektor 7 375.90 8 356.80 9 416.50 12.99 Agribisnis (Rp Juta) Total Dana Kredit 13 362.40 14 981.20 16 708.70 11.82 (Rp Juta) Persentase Dana 55.19 55.78 56.36 0.59 Kredit Sektor Agribisnis (%) Jumlah Nasabah 482 454 406 -8.19 (Orang) Nasabah Kredit 851 799 709 -8.69 UMKM (Orang) Persentase Nasabah 56.64 56.82 57.26 0.31 (%) Rata-Rata Pinjaman 15.3 18.4 23.2 23.17 Per Orang (Rp Juta) Kenaikan dana kredit sektor agribisnis tidak disertai dengan jumlah nasabah BRI Unit Ciampea yang dalam tiga tahun terakhir mengalami penurunan sebesar 76 orang atau dengan laju penurunan 8.19%. Pihak BRI Unit Ciampea menyatakan alasan penurunan jumlah nasabah yakni karena meningkatnya jumlah lembaga keuangan (perkreditan) sekitar daerah Ciampea dan nasabah yang tidak meminjam lagi telah memiliki kemampuan secara mandiri dalam melakukan kegiatan UMKM. Berbagai penjelasan di atas menyimpulkan bahwa penyaluran kredit UMKM BRI Unit Ciampea dilihat dari sudut pandang realisasi dana kredit menunjukkan kinerja sudah efektif. 2. Persentase Tunggakan Tunggakan terjadi apabila debitur belum membayar angsuran pinjamannya pada tanggal jatuh tempo atau telah melewati tanggal tersebut. Persentase tunggakan yang terjadi dapat mempengaruhi nilai NPL (Non Performing Loan) yang berpengaruh pada kinerja penyaluran kredit. Kriteria tunggakan dibedakan menjadi lima tingkatan sebagai berikut : a. Kredit UMKM dengan kolektibitas Dalam Perhatian Khusus (DPK) DPK adalah keadaan debitur belum mengangsur pinjamannya kurang dari 90 hari setelah jatuh tempo. Petugas bank harus segera mengunjungi nasabah
41
untuk mengetahui sebab-sebab menunggak serta mengingatkan nasabah agar segera membayar angsuran pinjamannya. b. Kredit UMKM dengan kolektibitas Kurang Lancar (KL) KL yaitu keadaan tunggakan yang lebih dari 90 hari dan kurang dari 180 hari. Pembinaan dilakukan setiap bulan dengan mengunjungi nasabah yang bersangkutan untuk menagih tunggakannya. c. Kredit UMKM dengan kolektibitas Diragukan Keadaan ini merupakan tunggakan yang terjadi lebih dari 180 hari dan kurang dari 270 hari. Pembinanan paling sedikit satu bulan sekali dengan mengunjungi nasabah yang bersangkutan untuk menagih tunggakannya. Dalam hal ini diharapkan adanya pemasukan tunggakan walaupun nilainya berada dibawah nilai angsurannya. d. Kredit UMKM dengan kolektibitas Macet Kolektibitas macet merupakan keadaan tunggakan yang lebih dari 270 hari dan kurang dari 360 hari. Pembinaan paling sedikit satu bulan sekali dengan mengunjungi nasabah yang bersangkutan untuk menagih tunggakannya. Dalam hal ini diharapkan adanya pemasukan tunggakan. e. Kredit UMKM yang telah dihapusbukukan (Daftar Hitam) Daftar Hitam merupakan keadaan tunggakan yang lebih dari 360 hari. Pembinaan harus dilakukan minimal satu kali dalam setahun untuk keadaan tersebut. Penilaian kriteria penyaluran kredit UMKM dapat diukur dari lancar atau tidaknya pengembalian pokok dan bunga kredit UMKM oleh nasabah. Semakin besar tunggakan berarti pengelolaannya dapat dinilai buruk, sedangkan apabila jumlah tunggakannya semakin kecil maka pengelolaannya dianggap sudah baik. Tabel 19 Laporan persentase tunggakan dan Non Performing Loan BRI Unit Ciampea tahun 2010-2012 Jenis Data Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Laju Perubahan Per Tahun (%) Jumlah Pinjaman 12.99 7 375.90 8 356.80 9 416.50 (Rp Juta) Saldo Pinjaman 9.00 4 704.46 5 156.38 5 589.70 (Rp Juta) Total Tunggakan 6.63 179.24 193.88 203.85 (Rp Juta) %Tunggakan -0.14 2.43 2.32 2.16 [(TT/JP*100%)] %NPL -0.08 3.81 3.76 3.65 [(TT/SP)X100%] Tabel 19 menunjukkan besarnya jumlah pinjaman, saldo pinjaman ,dan total tunggakan nasabah mengalami tren peningkatan. Namun, peningkatan yang terjadi dengan laju perubahan yang berbeda-beda. Hal ini akan mempengaruhi nilai persentase tunggakan dan NPL. Persentase tunggakan menilai perbandingan total tunggakan terhadap jumlah pinjaman dan NPL menilai perbandingan total
42
tunggakan terhadap saldo pinjaman. Data menunjukkan persentase tunggakan dan NPL dalam keadaan yang baik. BRI Unit Ciampea menyatakan bahwa kondisi keuangan yang ideal dalam peminjaman adalah nilai persentase tunggakan dan NPL masing-masing adalah 2.5%dan 5%. Pada periode tahun 2010-2012, nilai dari persentase tunggakan dan NPL dibawah nilai persentase tunggakan dan NPL dimana jika nilai persentase keduanya di bawah nilai persentase ideal maka kondisi keuangan termasuk dalam kriteria baik. Selain itu, persentase tunggakan dan NPL mengalami tren penurunan pada periode tahun 2010-2012. Persentase tunggakan mengalami penurunan dari 2.43% pada tahun 2010 menjadi 2.16% pada tahun 2012 dengan laju penurunan 0.14% per tahun. Sedangkan, NPL juga mengalami penurunan dari 3.81% pada tahun 2010 menjadi 3.65% pada tahun 2012 dengan laju penurunan 0.08% per tahun. Berdasarkan berbagai penilaian di atas, penyaluran kredit UMKM sektor agribisnis pada BRI Unit Ciampea termasuk dalam kriteria efektif. 3. Jangkauan Sektor Kredit Sektor agribisnis yang dibiayai oleh BRI Unit Ciampea melalui kredit UMKM meliputi pertanian, perindustrian, dan perdagangan. Tabel 20 menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah nasabah baik berdasarkan tiap sektor maupun berdasarkan total jumlah nasabah UMKM. Selain itu, penyaluran kredit UMKM sektor agribisnis tidak merata. Penyaluran kredit kepada nasabah sebagai pelaku UMKM sektor perdagangan merupakan jangkauan sektor kredit yang paling dominan dibanding sektor lainnya (pertanian dan industri). Namun begitu, penilaian tersebut tidak dapat menjadi tolak ukur penilaian efektivitas secara keseluruhan dalam jangkauan sektor kredit. Keefektivitas penyaluran kredit dapat dilihat dari persentase jumlah nasabah sektor agribisnis lebih dari 50% atau lebih dari sebagian terhadap total nasabah UMKM pada BRI Unit Ciampea. Selain itu, peningkatan persentase jumlah nasabah sektor agribisnis selama tiga tahun terakhir (periode 2010-2012) yaitu sebesar 0.62%. Kenaikan proporsi nasabah sektor agribisnis disebabkan oleh perubahan penurunan jumlah nasabah sektor agribisnis tidak sebesar penurunan jumlah nasabah secara keseluruhan. Tabel 20 Jangkauan penyaluran kredit UMKM sektor Unit Ciampea tahun 2010-2012 Tahun Nasabah Nasabah Nasabah Jumlah Sektor Sektor Sektor Nasabah Pertanian Industri Perdagangan (Orang) (Orang) (Orang) (Orang) 2010 64 24 394 482 2011 58 21 375 454 2012 56 20 330 406
agribisnis nasabah BRI Nasabah Kredit UMKM (Orang) 851 799 709
Persentase Nasabah (%) 56.64 56.82 57.26
Berbagai penjelasan di atas memperoleh kesimpulan bahwa penyaluran kredit UMKM BRI Unit Ciampea dilihat dari sudut pandang jangkauan kredit menunjukkan kinerja sudah cukup efektif. Namun pihak bank hendaknya memberikan pehatian khusus terhadap pemerataan jumlah nasabah pada setiap subsektor agribisnis (pertanian, perindustrian, dan perdagangan) dengan menyusun kebijakan yang berbeda di setiap subsektor dalam prosedur pemberian kredit UMKM kepada masyarakat.
43
Penilaian Penyaluran Kredit UMKM menurut Nasabah Penilaian penyaluran kredit UMKM menurut nasabah terbagi menjadi beberapa faktor/variabel yaitu persyaratan awal, prosedur pinjaman, realisasi kredit, biaya administrasi, tingkat bunga, agunan, pelayanan dan pemantauan petugas. Penilaian dilakukan oleh beberapa nasabah sebagai responden yang merupakan sampel pada penelitian ini sebanyak 45 orang. 1. Persyaratan Awal Persyaratan awal adalah ketentuan yang harus dipenuhi oleh seorang calon nasabah untuk mendapatkan kredit. Persyaratan awal yang diajukan pihakBRI sangat mempengaruhi keinginan nasabah untuk melakukan pinjaman, pada umumnya para calon nasabah menginginkan agar persyaratan awal memudahkan nasabah untuk memenuhinya karena persyaratan yang rumit dapat membuat masyarakat lebih memilih meminjam kepada lembaga perkreditan lainnya dibandingkan kepada pihak bank, meskipun bunga yang diberikan lebih tinggi. Indikator dari penilaian penyaluran kredit UMKM berdasarkan persyaratan awal adalah : - Ringan, yaitu seluruh persyaratan mudah dipenuhi oleh peminjam - Sedang, yaitu sebagian besar persyaratan dapat dipenuhi oleh peminjam, tetapi terdapat persyaratan yang cukup sulit dipenuhi - Berat, yaitu sulit dipenuhi oleh peminjam dan memberatkan biayanya Tabel 21 Penilaian responden mengenai penyaluran kredit berdasarkan kriteria persyaratan awal BRI Unit Ciampea tahun 2013 Kriteria Penilaian Rating Frekuensi Skor (Orang) Persyaratan Awal Ringan 3 37 111 Sedang 2 8 16 Berat 1 0 0 TOTAL 45 127 Penilaian parameter persyaratan awal menunjukkan penilaian yang kurang sempurna. Total penilaian kriteria persyaratan awal adalah 127 dari total maksimum 135, dengan 37 orang merasa persyaratan awal mudah dipenuhi dan 8 orang lainnya merasa terdapat persyaratan awal yang cukup sulit dipenuhi. Persyaratan awal meliputi fotokopi Kartu Tanda Penduduk, fotokopi Kartu Keluarga, pas photo pelaku usaha, surat keterangan usaha dan surat keterangan tanah dan bangunan dari kecamatan atau kelurahan, agunan, dan rekening tabungan BRI yaitu Simpedes dan Britama (Lampiran 3). Sebagian besar responden mampu untuk mengumpulkan seluruh berkas yang diminta pihak bank sehingga tidak ada kesulitan dalam proses persyaratan awal. Namun, beberapa nasabah cukup sulit untuk mengumpulkan semua berkas yang diminta pihak bank. Persyaratan awal yang cukup sulit untuk dipenuhi adalah pemberian agunan. Sebagai contoh, responden yang tidak memiliki rumah pribadi atau tidak memiliki kendaraan, namun bila ingin meminjam, agunan yang harus diberikan adalah surat tanah atau surat BPKB motor, responden akan sulit untuk meminjam karena tidak dapat memenuhi persyaratan agunan tersebut. Responden merasa bahwa pihak
44
bank meninjau kembali kebijakan persyaratan awal berdasarkan besar pinjaman. Responden menginginkan apabila nasabah meminjam kredit dengan jumlah yang sedikit hendaknya memperoleh persyaratan yang lebih mudah dari nasabah yang meminjam kredit dalam jumlah besar. 2. Prosedur Pinjaman Tahapan yang harus dilalui sejak proses permohonan hingga realisasi kreditkepada nasabah adalah prosedur yang harus dilalui oleh calon nasabah dalampermohonan pinjaman atau kredit. Calon nasabah dimintamengajukan jumlah pinjaman yang dikehendaki dengan jangka waktu tertentuyang ditetapkan oleh calon nasabah itu sendiri. Pengajuan jumlah pinjaman jugadisesuaikan dengan agunan yang dimiliki calon nasabah. Selanjutnya, calon nasabah menunggu giliran untuk diadakan pemeriksaansecara langsung oleh petugas bank ke tempat usaha calon nasabah. Pemeriksaan ini berguna untuk memeriksa apakah usaha calon nasabah layak dibiayai atau tidak, selain itu petugas bank juga memeriksa bukti pemilikan agunan yang dimiliki calon nasabah. Apabila setelah diperiksa hasilnya adalah usahanya layak untuk dibiayai, maka petugas bank segera menyusun laporan untuk kemudian diberikan kepada pihak yang berwenang untuk memutuskan pemberian pinjaman. Indikator dari penilaian penyaluran kredit UMKM berdasarkan kriteria prosedur pinjaman adalah : - Mudah, yaitu tidak berbelit-belit dalam tahapan pencairan dana - Sedang, yaitu tidak berbelit-belit, tetapi prosesnya lamban - Sulit, yaitu berbelit-belit/prosesnya panjang dan prosesnya lamban Tabel 22 Penilaian responden mengenai penyaluran kredit berdasarkan kriteria prosedur pinjaman BRI Unit Ciampea tahun 2013 Kriteria Penilaian Rating Frekuensi Skor (Orang) Prosedur Pinjaman Mudah 3 35 105 Sedang 2 10 20 Sulit 1 0 0 TOTAL 45 125 Penilaian parameter prosedur pinjaman menunjukkan penilaian yang tidak sempurna. Total penilaian kriteria prosedur pinjaman adalah 125 dari total maksimum 135, dengan 35 orang merasa prosedur pinjaman tidak berbelit-belit dan 10 orang lainnya merasa proses dalam peminjaman memerlukan waktu yang lama. Sebagian besar responden meyakini bahwa prosedur pinjaman tidak terbelitbelit karena pada saat mengisi beberapa formulir pinjaman, responden dibimbing langsung oleh petugas bank sehingga responden tidak merasa kebingungan dan proses menjadi tidak terbelit-belit. Namun, sebagian kecil responden merasa proses berjalan lamban. Hal ini disebabkan keterbatasan jumlah petugas bank dalam melayani banyaknya nasabah. Proses yang lama mengakibatkan kegiatan usaha dan kegiatan lain nasabah terganggu. Responden menginginkan proses prosedur pinjaman tidak lama dan tidak mengganggu kegiatan nasabah. Artinya, pihak bank perlu meninjau kebijakan yang lebih baik untuk mempercepat
45
prosedur pinjaman dengan solusi menambah jumlah petugas yang melayani nasabah. 3. Realisasi Kredit Realisasi kredit merupakan jangka waktu cairnya kredit setelah melaluitahapan proses dengan melihat ketepatan pada setiap proses yang dilakukan sejak pengajuan pinjaman. Indikator dari penilaian penyaluran kredit UMKM berdasarkan kriteria realisasi kredit adalah : - Cepat, yaitu jangka waktu paling lambat 1 minggu sejak pengajuan pinjaman - Sedang, yaitu jangka waktu 1 minggu-1 bulan dari sejak pengajuan pinjaman - Lama, yaitu jangka waktu lebih dari satu bulan dari sejak pengajuan pinjaman Tabel 23 Penilaian responden mengenai penyaluran kredit berdasarkan kriteria realisasi kredit BRI Unit Ciampea tahun 2013 Kriteria Penilaian Rating Frekuensi Skor (Orang) Realisasi Kredit Cepat 3 40 120 Sedang 2 5 10 Lama 1 0 0 TOTAL 45 130 Penilaian parameter realisasi kredit menunjukkan penilaian yang tidak sempurna. Total penilaian kriteria realisasi kredit adalah 130 dari total maksimum 135, dengan 40 orang merasa kredit telah dapat diperoleh dalam jangka waktu kurang dari satu minggu setelah pengajuan kredit dan 5 orang lainnya kredit telah diperoleh lebih dari seminggu setelah pengajuan kredit. Rata-rata responden dengan realisasi cepat memperoleh kredit dalam jangka waktu 3 hari setelah pengajuan kredit. Akan tetapi, beberapa responden merasa realisasi kredit masih dalam jangka waktu yang lama. Responden yang memperoleh kredit dalam jangka waktu yang lama biasanya merupakan nasabah baru dalam meminjam. Akan tetapi, responden tersebut menginginkan proses realisasi kredit dalam jangka waktu lebih cepat kurang dari seminggu setelah pengajuan kredit. Hal ini tentunya bermanfaat bagi nasabah dimana kegiatan usaha yang dilakukan dapat berkembang lebih cepat karena semakin cepat waktu realisasi kredit maka tambahan modal tersebut semakin cepat digunakan dalam kegiatan usaha. 4. Biaya Administrasi Biaya yang dikeluarkan selama proses permohonan atau pengajuan kredit oleh calon nasabah merupakan biaya administrasi. Besar kecilnya biaya yang dikeluarkan calon nasabah sebagai biaya administrasi tergantung dari besarnya pinjaman atau kredit yang diajukan dan disetujui. Indikator dari penilaian penyaluran kredit UMKM berdasarkan kriteria biaya administrasi adalah : - Ringan, yaitu tidak memberatkan peminjam - Sedang, yaitu peminjam kesulitan untuk mencari dana awal - Berat, yaitu memberatkan biaya kepada peminjam
46
Tabel 24 Penilaian responden mengenai penyaluran kredit berdasarkan kriteria biaya administrasi BRI Unit Ciampea tahun 2013 Kriteria Penilaian Rating Frekuensi Skor (Orang) Biaya Administrasi Ringan 3 45 135 Sedang 2 0 0 Berat 1 0 0 TOTAL 45 135 Penilaian parameter biaya administrasi menunjukkan penilaian yang sempurna. Artinya, seluruh responden menyatakan bahwa biaya administrasi mudah untuk dipenuhi. Biaya administrasi ini terdiri atas biaya beberapa materai yaitu satu buah untuk surat pengakuan hutang, satu buah kuitansi pencairan dana kredit, dan dua buah untuk surat kuasa memasang hak tanggungan. Biaya administrasi lainnya yang ditanggung calon nasabah adalah biaya pendaftaran untuk membuat rekening baru yaitu 100 ribu rupiah untuk Simpedes dan 250 ribu rupiah untuk Britama. Responden merasa tidak keberatan untuk membayar biaya administrasi karena merasa biaya yang dikeluarkan tidak menunjukkan adanya penambahan yang berlebihan dari pihak bank. Hal ini menjadi penilaian positif responden terhadap pihak bank dalam mempermudah masyarakat dalam penyaluran kredit. 5. Tingkat Bunga Tingkat bunga adalah biaya yang dibebankan kepada nasabah sebagai bentuk dukungan operasional kegiatan bagi bank. Tingkat suku bunga kredit ini ditetapkan agar dapat menutup seluruh pembiayaan baik biaya operasional, biaya risiko kredit, serta merupakan keuntungan yang digunakan untuk menjaga kelangsungan dan pengembangan bank itu sendiri. BRI Unit Ciampea menetapkan suku bunga pinjaman dengan flat system pada kisaran 19.6% per tahun. Indikator dari penilaian penyaluran kredit UMKM dari tingkat bunga adalah : - Ringan, yaitu tidak memberatkan biaya kepada peminjamdan diberikan pemahaman dengan jelas kegunaan jasa yangdiberikan - Sedang, yaitu tidak memberatkan biaya kepada peminjam,tetapi mengharapkan tingkat bunga masih dapat diturunkan - Berat, yaitu memberatkan biaya kepada peminjam dan tidak mendapat penjelasan kegunaannya Tabel 25 Penilaian responden mengenai penyaluran kredit berdasarkan kriteria tingkat bunga BRI Unit Ciampea tahun 2013 Kriteria Penilaian Rating Frekuensi Skor (Orang) Tingkat Bunga Ringan 3 36 108 Sedang 2 9 18 Berat 1 0 0 TOTAL 45 126
47
Penilaian parameter tingkat bunga menunjukkan penilaian yang tidak sempurna. Total penilaian kriteria tingkat bunga adalah 126 dari total maksimum 135, dengan 36 orang merasa tingkat bunga ringan dan sesuai harapan dan 9 orang lainnya menyatakan tingkat bunga ringan namun belum sesuai harapan. BRI Unit Ciampea menetapkan suku bunga pinjaman dengan flat system pada kisaran 19.6% per tahun. Penentuan tingkat bunga ditanggapi beragam oleh responden. Responden mengharapkan tingkat bunga dapat diturunkan kembali karena responden merasa tingkat bunga cukup tinggi. Namun, responden juga menyatakan bahwa apabila tingkat bunga tidak juga diturunkan, mereka tetap mengajukan kredit atau pinjaman kepada bank karena responden masih dapat membayar biaya dari tingkat bunga tersebut sehingga dapat dikatakan penyaluran kredit UMKM berdasarkan kriteria tingkat bunga dapat dikatakan sudah baik. 6. Agunan Jaminan adalah bentuk pembayaran terakhir yang diharapkan oleh bank apabila pengembalian kredit bermasalah atau macet. Pemberian kredit harus berdasarkan pada keyakinan bank atas kemampuan dan kesanggupan nasabah untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan membayar calon nasabah, modal, prospek usaha debitur, dan agunan. Agunan yang dimiliki calon nasabah sebelumnya diperiksa oleh petugas bank bahkan didokumentasikan ke dalam berkas pinjaman nasabah. Hal ini untuk membuktikan bahwa calon nasabah tersebut memiliki agunan yang dapat dijadikan jaminan untuk mengajukan pinjaman kredit dan sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam permohonan pinjaman kredit. Besarnya agunan juga turut memepengaruhi besarnya pinjaman kredit yang disetujui oleh pihak bank. Calon nasabah juga diberi penjelasan bahwa pada saat permohonan kredit telah disetujui, maka agunan calon nasabah adalah objek jaminannya. Jenis agunan yang diberikan nasabah diantaranya BPKB Mobil dan Motor, Surat Keterangan Usaha, Surat Tanah dan Surat Kepemilikan Bangunan. Indikator dari penilaian penyaluran kredit UMKM berdasarkan kriteria agunan adalah : - Ringan, yaitu mudah dipenuhi dan realistis bagi peminjam - Sedang, yaitu mudah dipenuhi, namun kurang realistis bagi peminjam - Berat, yaitu sulit dipenuhi dan biaya relatif tinggi bagi peminjam Tabel 26 Penilaian responden mengenai penyaluran kredit berdasarkan kriteria agunan BRI Unit Ciampea tahun 2013 Kriteria Penilaian Rating Frekuensi Skor (Orang) Agunan Ringan 3 39 117 Sedang 2 6 12 Berat 1 0 0 TOTAL 45 129 Penilaian parameter agunan menunjukkan penilaian yang tidak sempurna. Total penilaian kriteria agunan adalah 129 dari total maksimum 135, dengan 39 orang merasa agunan mudah untuk dipenuhi dan realistis bagi peminjam dan 6 orang responden menyatakan bahwa jenis agunan yang diberikan oleh nasabah
48
kepada pihak bank kurang realistis. Responden merasa bila seseorang yang meminjam dengan jumlah kredit yang lebih sedikit hendaknya memberikan agunan yang lebih ringan dibanding peminjam dalam jumlah kredit. Sebagai contoh, responden yang meminjam Rp20 juta,- (Responden 1) menggunakan surat tanah (konversi harga Rp50 juta,-) sebagai agunannya dan responden lain yang meminjam Rp50 juta,- (Responden 2) juga menggunakan surat tanah sebagai agunannya. Responden 1 merasa bahwa tidak seharusnya memenuhi persyaratan agunan yang sama dengan responden 2 karena besar pinjaman berbeda. Oleh sebab itu, responden menginginkan adanya peninjauan terhadap kebijakan agunan dari pihak bank meliputi pemberian agunan yang sesuai dengan besar pinjaman yang diperoleh nasabah. 7. Pelayanan Petugas Pelayanan petugas merupakan pelayanan yang diberikan bank kepada calon nasabah mulai dari proses permohonan hingga pengembalian kredit. Pelayanan yang dinilai meliputi kinerja petugas bank itu sendiri seperti keramahan petugas, kemampuan petugas menjelaskan prosedur pinjaman kredit UMKM, kesigapan dan ketelitian petugas serta panjangnya jam pelayanan kantor. Indikator dari penilaian penyaluran kredit UMKM berdasarkan kriteria pelayanan petugas adalah : - Baik, yaitu berkantor tetap dan selalu ada untuk melayani nasabah dengan baik - Sedang, yaitu berkantor tetap, namun kadang kala kurang dapat melayani nasabah dengan baik - Buruk, yaitu berkantor tidak tetap dan namun kadang kala tidak dapat melayani nasabah dengan baik Tabel 27 Penilaian responden mengenai penyaluran kredit berdasarkan kriteria pelayanan petugas BRI Unit Ciampea tahun 2013 Kriteria Penilaian Rating Frekuensi Skor (Orang) Pelayanan Petugas Baik 3 38 114 Sedang 2 7 14 Buruk 1 0 0 TOTAL 45 128 Penilaian parameter pelayanan petugas menunjukkan penilaian yang tidak sempurna. Total penilaian kriteria agunan adalah 128 dari total maksimum 135, dengan 38 orang menilai pelayanan petugas sudah baik dan 7 orang lainnya menilai pelayanan petugas masih biasa saja. Sebagian responden merasa bahwa petugas selalu ada bagi responden ketika dibutuhkan misalnya membantu dalam pengisian formulir pengajuan kredit atau berkonsultasi mengenai usaha responden. Namun, beberapa responden merasa pada situasi tertentu saat datang ke bank, responden mendapatkan pelayanan yang cukup lama menyita waktu sehingga mengganggu kegiatan usaha dan lainnya. Hal ini terjadi karena kurangnya petugas bank yang melayani pada saat banyak nasabah yang datang ke bank. Oleh karena itu, responden menginginkan adanya peninjauan kebijakan yang lebih baik agar pelayanan bank kepada nasabah cepat dan tidak mengganggu kegiatan usaha nasabah dengan dengan tambahan petugas dalam melayani nasabah.
49
8. PemantauanPetugas Pemantauan berfungsi untuk mengantisipasitimbulnya risiko kerugian dalam pemberian fasilitas kredit. Pemantauan petugas ditujukan kepada nasabah perorangan termasuk bimbingan dan pengarahan untuk pengembangan usahanya dan membantu mencarikan jalan keluar apabila nasabah mengalami kesulitan. Pemantauan juga dapat berupa pengawasan yang diberikan petugas baik dari awal pengajuan pinjaman hingga pendampingan usaha. Indikator dari penilaian penyaluran kredit UMKM berdasarkan kriteria pemantauan petugas adalah : - Baik, yaitu petugas selalu memantau setiap penggunaan kredit dari pelaku UMKM dalam melakukan kegiatan bisnis - Sedang, yaitu petugas kadang kala memantau setiap penggunaan kredit dari pelaku UMKM dalam melakukan kegiatan bisnis - Buruk, yaitu petugas tidak memantau setiap penggunaan kredit dari pelaku UMKM dalam melakukan kegiatan bisnis Tabel 28 Penilaian responden mengenai penyaluran kredit berdasarkan kriteria pemantauan petugas BRI Unit Ciampea tahun 2013 Kriteria Penilaian Rating Frekuensi Skor (Orang) Pemautauan Petugas Baik 3 45 135 Sedang 2 0 0 Buruk 1 0 0 TOTAL 45 135 Penilaian parameter pemantauan petugas menunjukkan penilaian yang sempurna. Artinya, seluruh responden menyatakan bahwa kriteria pemantauan petugas terhadap kegiatan usaha yang dilakukan responden sudah baik. Responden juga menyatakan bahwa pemantauan dari petugas selalu dilakukan tepatnya saat pembinaan dan pengawasan kredit dari pihak bank. Petugas bank selalu memantau setiap penggunaan kredit dari responden dalam melakukan kegiatan bisnis dan responden dapat konsultasi dengan petugas bank mengenai kondisi usaha dan masalah-masalah yang dihadapi responden. Responden merasakan komunikasi yang baik ketika bersinggungan dengan petugas bank dan juga merasa tidak ada batasan antara nasabah dan pihak bank dengan tidak melanggar norma kesopanan. Berdasarkan penjelasan Bab IV, selang penilaian penyaluran kredit secara keseluruhan adalah antara 360-1080 dengan ketentuan jika total skor berada diantara 360-600, maka penyaluran kredit UMKM dinilai tidak baik. Jika total skor berada diantara 601-840, maka penyaluran kredit UMKM sudah dinilai cukup baik dan total skor 841-1080 berarti penyaluran kredit UMKM dinilai baik. Hasil dari penelitian dapat dilihat pada tabel adalah sebagai berikut :
50
Tabel 29 Penilaian penyaluran kredit UMKM sektor agribisnis menurut responden BRI Unit Ciampea tahun 2013 No Kriteria Penilaian Total Skor Penilaian Skor Maksimum 1 Persyaratan Awal 127 135 2 Prosedur Pinjaman 125 135 3 Realisasi Kredit 130 135 4 Biaya Administrasi 135 135 5 Tingkat Bunga 126 135 6 Agunan 129 135 7 Pelayanan Petugas 128 135 8 Pemantauan Petugas 135 135 TOTAL 1 035 1 080 KATEGORI PENILAIAN BAIK (841-1 080) Keterangan 360-600 601-840 841-1 080
: Tidak Baik : Cukup Baik : Baik
Hasil perhitungan skor penilaian penyaluran kredit diatas menunjukkan total skor 1035 dari total maksimum 1080 yang menjelaskan bahwa penyaluran kredit UMKM menurut responden nasabah sudah baik berdasarkan nilai selang yang telahditentukan sebelumnya yaitu bahwa total skor 841-1080 termasuk kategori baik. Hal ini berarti tujuan bank menyalurkan kredit untuk mengembangkan usaha nasabah sudah tercapai sesuai dengan harapan. Parameter yang memberikan peran yang paling besar dalam penilaian penyaluran kredit UMKM sektor agribisnis pada nasabah BRI Unit Ciampea adalah biaya administrasi dan pemantauan petugas. Responden menyatakan bahwa biaya administrasi yang mereka keluarkan sangat ringan dan tidak seberapa dengan jumlah nominal pinjaman kredit yang mereka peroleh dari bank, oleh karena itu dalam hal ini penyaluran kredit dapat dikatakan baik karena calon nasabah tidak ada yang merasa keberatan dengan biaya administrasi yang harus dikeluarkan. Responden juga menyatakan bahwa pemantauan dari petugas bank selalu dilakukan tepatnya sebelum realisasi kredit. Responden merasakan komunikasi yang baik ketika bersinggungan dengan petugas bank dan juga tidak adanyabatasan antara nasabah dengan petugas bank tanpa melanggar norma kesopanan. Parameter lainnya juga memperoleh penilaian yang baik dari responden nasabah, namun tidak sempurna. Penilaian terendah diberikan oleh responden pada parameter lokasi bank dengan alasan lokasi beberapa nasabah cukup jauh dan membutuhkan biaya yang relatif tinggi. Penilaian parameter persyaratan awal, prosedur pinjaman, dan pelayanan petugas tidak sempurna disebabkan beberapa responden merasa bahwa persyaratan awal cukup memberatkan, proses dalam prosedur peminjaman memerlukan waktu yang cukup lama, dan pelayanan petugas dalam bank belum baik. Pihak bank perlu menyusun kebijakan yang lebih baik untuk dapat meringankan nasabah dalam persyaratan awal, mempercepat proses dalam prosedur pinjaman, dan pelayanan petugas dalam bank melalui penambahan karyawan bank.
51
Penilaian parameter realisasi kredit tidak sempurna disebabkan beberapa responden masih memperoleh kredit dalam jangka waktu lebih dari satu minggu. Responden menginginkan proses realisasi kredit dalam jangka waktu kurang dari seminggu sehingga kegiatan usaha yang dilakukannya dapat berkembang lebih cepat karena semakin cepat waktu realisasi kredit maka tambahan modal semakin cepat digunakan untuk membangun kegiatan usaha. Penilaian parameter tingkat bunga dan agunan tidak sempurna disebabkan beberapa responden menginginkan tingkat bunga diturunkan dan merasa pemberian agunan kepada bank belum sesuai dengan besar pinjaman yang diperoleh sehingga nasabah menginginkan adanya kebijakan khusus pihak bank dalam pemberian agunan yang sesuai dengan besar pinjaman yang diperoleh nasabah. Pengaruh Penyaluran Kredit UMKM Terhadap Pendapatan Nasabah Pendapatan adalah selisih dari penerimaan penjualan produk, yang diperoleh dari hasil perkalian harga dan kuantitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan output. Pendapatan juga dapat dihitung berdasarkan nilai omzet usaha dan keuntungan bersih yang diperoleh. Perhitungan pendapatan menggunakan beberapa pendekatan tergantung pada lapangan pekerjaannya. Setiap kegiatan usaha yang dilakukan nasabah memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Pemberian kredit dari pihak bank kepada nasabah mempengaruhi kegiatan bisnis yang telah berjalan dengan perubahan pendapatan yang berbedabeda. Analisis omzet dan pendapatan nasabah dilakukanuntuk melihat dampak penggunaan kredit UMKM terhadap peningkatan omzet dan pendapatanusaha sebelum dan sesudah menerima kredit. Ketepatan penyaluran kredit UMKM tidak hanya diukur dari ketepatan kelompok sasaran yang ingin dicapai sebagai penerima manfaat yakni nasabah, namun juga penyaluran kredit UMKM akan menjadi efektif apabila diberikan dengan jumlah yang tepat pula, sehingga tujuan penyaluran kredit untuk mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah dapat terwujud dan terjadi peningkatan pendapatan yang diperoleh nasabah karena adanya tambahan modal dari bank berupa kredit UMKM. Cara dalam mengukur seberapa besar dampak dari penggunaan kredit usaha sektor agribisnis adalah dengan membandingkan omzet dan pendapatan usaha sebelum dan sesudah menerima kredit. Omzet dan pendapatan rata-rata sebelum menerima kredit adalah omzet dan pendapatan per tahun responden sebelum memperoleh kredit terakhir. Sedangkan,omzet dan pendapatan rata-rata setelah menerima kredit adalah omzet dan pendapatan usaha responden per tahun pada saat penelitian dilakukan setelah menerima kredit untukmenambah modal usahanya. Omzet dan pendapatan rata-rata ini diukur dalam satuan rupiah per tahun. Penilaian dilakukan oleh beberapa nasabah sebagai responden yang merupakan sampel pada penelitian ini sebanyak 45 orang. Analisis pendapatan nasabah dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan antara lain: 1. Pendekatan Kualitatif Berdasarkan tabel 30, omzet dan pendapatan respondenmengalami perubahan positif sebelum dan setelah responden menerima kredit. Hal ini dapat
52
dilihat dari rata-rata omzet usaha tiap responden meningkat dari Rp309.8 juta,menjadi Rp387.9 juta,- atau meningkat sebesar 27.51%. Sedangkan, rata-rata pendapatan yang diperoleh Rp32.3 juta,- menjadi Rp40.9 juta,- atau meningkat sebesar 28.25%. Berdasarkan klasifikasi pada sektor agribisnis (pertanian, perdagangan, dan industri), rata-rata omzet dan pendapatan usaha responden mengalami perubahan positif dimana peningkatan paling besar pada sektor perdagangan masing-masing sebesar 29.15% dan 29.48%. Peningkatan perubahan omzet dan pendapatan usaha yang dirasakan oleh responden merupakan peningkatan pada kondisi usaha responden. Responden merasakan terjadi perkembangan usaha yang terjadi meliputi peningkatan jumlah hasil produksi atau output, semakin banyaknya ragam produk yang dijual, dan peningkatan luas area produksi atau tempat untuk berdagang pada saat kondisi harga menunjukkan fluktuatif harga yang stabil. Tabel 30 Perubahan omzet dan pendapatan usaha responden sebelum dan setelah memperoleh kredit BRI Unit Ciampea Uraian Nilai (Rp) Rata- Rata Omzet Responden Per Tahun Sebelum Memperoleh Kredit (Rp/Tahun) - Sektor Pertanian - Sektor Industri Rumah Tangga - Sektor Perdagangan
309760987 60775293345 7945200 215019164
Rata- Rata Omzet Responden Per Tahun Setelah Memperoleh Kredit (Rp/Tahun) - Sektor Pertanian - Sektor Industri Rumah Tangga - Sektor Perdagangan
387870791 743505022 554925200 275692873
Rata- Rata Pendapatan Responden Per Tahun Sebelum Memperoleh Kredit (Rp/Tahun) - Sektor Pertanian - Sektor Industri Rumah Tangga - Sektor Perdagangan
32317618 46021022 52316400 26762255
Perubahan Rata- Rata Omzet Responden Per Tahun (Rp/Tahun) - Sektor Pertanian - Sektor Industri Rumah Tangga - Sektor Perdagangan
78 109 804 135 752 089 96 980 000 60 673 609
53
Uraian
Nilai (Rp)
Persentase Perubahan Rata- Rata Omzet Responden Per Tahun (%/Tahun) - Sektor Pertanian - Sektor Industri Rumah Tangga - Sektor Perdagangan
27.51 22.34 21.14 29.15
Perubahan Rata- Rata Pendapatan Responden Per Tahun (Rp/Tahun) - Sektor Pertanian - Sektor Industri Rumah Tangga - Sektor Perdagangan
8679422 11714578 11118400 7629927
Persentase Perubahan Rata- Rata Pendapatan Responden Per Tahun (%/Tahun) - Sektor Pertanian - Sektor Industri Rumah Tangga - Sektor Perdagangan
28.25 25.85 21.96 29.48
Peningkatan perubahan rata-rata omzet dan pendapatan usaha responden melebihi perkiraan peningkatan omzet dan pendapatan yang diterapkan pihak BRI Unit Ciampea kepada nasabah yaitu melebihi 20% tiap tahun. Namun begitu, ternyata tidak semua responden memperoleh perubahan omzet dan pendapatan melebihi perkiraan pihak bank. Responden yang memperoleh perubahan omzet dan pendapatan kurang atau sama dengan 20% menyatakan bahwa peningkatan belum dirasakan secara signifikan karena alasan seperti beberapa responden pindah lokasi tempat untuk berdagang. Hal ini menjadikan penurunan sementara jumlah pelanggan yang mendatangi tempat berdagang responden dan pengeluaran biaya yang lebih tinggi pasca pemindahan lokasi sehingga pada saat awal terjadi penurunan pendapatan yang kemudian meningkat menyesuaikan kondisi awal. Alasan lainnya yang menyebabkan peningkatan omzet dan pendapatan kurang dari 20% adalah tidak semua modal kredit digunakan oleh responden untuk kegiatan usaha. Beberapa responden cenderung menggunakan modal kredit untuk kegiatan seperti membangun rumah, pendidikan anak, serta membeli barangbarang yang dibutuhkan responden. Hal ini menghambat perkembangan usaha dan peningkatan pendapatan usaha responden. 2. Pendekatan Kuantitatif Perubahan omzet dan pendapatan usaha responden bukan hanya dapat dijelaskan melalui pendekatan kualitatif, namun juga dapat dijelaskan melalui pendekatan kuantitatif. Penilaian kuantitatif menggunakan uji statistik t-hitung yang dapat menyatakan data berpasangan agar dapat dilihat perbedaan nyata diantara omzet dan pendapatan sebelum dan sesudah menerima kredit dan perkiraan peningkatan omzet dan pendapatan usaha yang diterapkan BRI Unit Ciampea kepada nasabah yaitu 20% setelah menerima kredit. (Lampiran 4)
54
Analisis pendapatan menggunakan statistik uji t dilakukan sebanyak dua tahap yaitu : a. Perubahan omzet dan pendapatan usaha responden nasabah BRI Unit Ciampea memiliki perbedaan nyata sebelum dan sesudah menerima kredit. Hasil pengujian t-hitung terhadap omzet usaha responden sebelum dan sesudah menerima kredit melalui software Minitab menunjukkan nilai t-hitung sebesar |-8.55| = 8.55. Sedangkan, hasil pengujian t-hitung terhadap pendapatan usaha responden sebelum dan sesudah menerima kredit melalui software Minitab menunjukkan nilai t-hitung sebesar |-16.15| = 16.15. Kedua nilai t-hitung yang diperoleh memiliki nilai yang lebih besar dari nilai t-tabel (t 0.025; 44) sebesar 2.02. Selain dari nilai t-hitung, adanya perbedaan nyata tingkatomzet dan pendapatan dapat juga dilihat dari nilai P value.Kedua nilai P value yang diperolehadalah 0.000 dan angka ini lebih kecil dari α = 0.05. Berdasarkan kriteria uji yang telah ditentukan pada bab IV, bila t-hitung > t-tabel serta P value < α pada taraf nyata 5% ( α= 0.05 ). Kesimpulan dari penilaian t-hitung dan P value adalah bahwa perubahan omzet dan pendapatan usaha responden nasabah BRI Unit Ciampea memiliki perbedaan nyata sebelum dan sesudah menerima kredit. b.
Perkiraan peningkatan omzet dan pendapatan usaha responden nasabah BRI Unit Ciampea yaitu lebih dari 20% setelah menerima kredit
Hasil pengujian t-hitung terhadap perkiraan peningkatan omzet usaha responden setelah menerima kredit melalui software Minitab menunjukkan nilai t-hitung sebesar |-6.66| = 6.66. Sedangkan, hasil pengujian t-hitung terhadap perkiraan peningkatan pendapatan usaha responden setelah menerima kredit melalui software Minitab menunjukkan nilai t-hitung sebesar |-7.92| = 7.92. Kedua nilai t-hitung yang diperoleh ini, nilainya lebih besar dari nilai t-tabel (t 0.05; 44) sebesar1.68. Selain dari nilai t-hitung, adanya perbedaan nyata perkiraan peningkatan omzet dan pendapatan dapat juga dilihat dari nilai P value.Kedua nilai P value yang diperoleh adalah 0.000 dan angka ini lebih kecil dari α = 0.05. Berdasarkan kriteria uji yang telah ditentukan pada bab IV, bila t-hitung > t-tabel serta P value < α pada taraf nyata 5% ( α= 0.05 ). Kesimpulan dari penilaian thitung dan P value adalah bahwa terdapat perkiraan peningkatan omzet dan pendapatan usaha responden secara signifikan lebih dari 20% setelah menerima kredit. Pemberian kredit UMKM bertujuan untuk membantu nasabah sebagai pelaku usaha sebagai bentuk perhatian untuk kemajuan usaha mikro kecil menengah. Selain dapat mengembangkan usaha, tentu saja kesejahteraan nasabah juga diharapkan meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan usaha mereka setelah mendapat tambahan modal dari kredit. Kedua analisis di atas membuktikan bahwa terdapat dampak secara nyata penyaluran kredit UMKM sektor agribisnis terhadap perubahan besarnya omzet dan pendapatan usaha responden nasabah BRI Unit Ciampea. Perubahan besarnya omzet dan pendapatan usaha responden tidak hanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah omzet dan pendapatan usaha, namun juga peningkatan yang terjadi telah melebihi perkiraanyang telah disusun oleh BRI yaitu setelah menerima kredit dimana omzet dan pendapatan nasabah meningkat sebesar 20% tiap tahun.
55
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan BRI Unit Ciampea menyediakan dua jenis kredit UMKM bagi nasabah yaitu Kredit Umum Perdesaan (Kupedes) dan Kredit Usaha Rakyat (KUR).BRI Unit Ciampea dalam menyalurkan kredit UMKM tidak terlepas dari syarat-syarat maupun prosedur yang harus dipenuhi oleh debitur. Kredit UMKM tidak langsung diberikan oleh pihak BRI Unit Ciampea sebelum mengenal karakteristik calon debitur secara lebih jelas. Prosedur penyaluran kredit UMKM melewati beberapa tahap. Tahap awal dimulai dari sosialisasi mengenai adanya kredit yang disalurkan kepada masyarakat dengan memberikan brosur dan tabel angsuran Pelaku usaha akan memilih keputusan apakah meminjam atau tidak meminjam. Apabila pelaku usaha ingin melakukan pinjaman, maka akan melakukan tahap selanjutnya yaitu pengajuan permohonan atau pemberian kredit diawali dengan formulir yang tersedia di BRI Unit Ciampea. Setelah melakukan pengajuan permohonan atau pemberian kredit, maka akan ada penilaian kredit dilakukan oleh pihak bank. Kepala Unit (Kaunit) meneliti data kredit yang telah dikumpulkan dan mengambil keputusan. Apabila usaha tersebut dinilai layak, maka Kaunit dapat langsung memutuskan pemberian kredit. Jumlah plafond Kupedes yang dapat diberikan pihak BRI Unit Ciampea adalah maksimal seratus juta rupiah, sedangkan jumlah plafond KUR sebesar dua puluh juta rupiah.Bila permohonan kredit tersebut dinilai tidak layak, maka Kaunit dapat langsung memberikan keputusan penolakan. Penyaluran kredit usaha mikro, kecil, dan menengah pada sektor agribisnis sudah tergolong efektif menurut penilaian pihak bank dan nasabah. Penilaian menurut pihak bank, tujuannya telah tercapai dengan penyaluran kredit UMKM sektor agribisnis meningkat meliputi peningkatan total dana dan rata-rata pinjaman per nasabah kredit UMKM yang disalurkan oleh pihak bank. Selain itu, pihak bank menyatakan bahwa kondisi keuangan yang ideal dalam peminjaman adalah nilai persentase tunggakan dan persentase NPL di bawah persentase yang ditetapkan pihak bank. Penilaian pihak bank berdasarkan jangkauan sektor kredit menunjukkan sebaran nasabah sektor agribisnis (pertanian, perdagangan, dan industri rumah tangga) tidak merata, namun proporsi jumlah nasabah sektor agribisnis terhadap total nasabah UMKM mengalami tren peningkatan. Penilaian penyaluran kredit menurut pihak responden sebagai nasabah, hasil perhitungan skor terhadap penyaluran kredit menunjukkan penyaluran kredit UMKM menurut responden nasabah sudah baik berdasarkan nilai selang yang telah ditentukan sebelumnya dimana penilaian termasuk kategori baik. Hal ini berarti tujuan bank menyalurkan kredit untuk mengembangkan usaha nasabah sudah tercapai, sesuai dengan harapan. Pemberian pinjaman kredit telah mampu meningkatkan omzet dan pendapatan usaha responden. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat dampak secara nyata penyaluran kredit UMKM sektor agribisnis terhadap perubahan besarnya omzet dan pendapatan usaha responden nasabah BRI Unit Ciampea. Perubahan besarnya omzet dan pendapatan usaha responden tidak hanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah pendapatan usaha, namun juga peningkatan yang terjadi telah melebihi perkiraan yang telah disusun oleh BRI
56
yaitu setelah menerima kredit, omzet dan pendapatan nasabah meningkat sebesar 20% tiap tahun. Saran Penilaian penyaluran kredit UMKM sektor agribisnis pada BRI Unit Ciampea tergolong dalam penilaian efektif baik menurut pihak bank maupun pihak nasabah. Namun demikian, terdapat beberapa saran yang dapat disampaikan agar penilaian penyaluran kredit UMKM sektor agribisnis semakin baik di masa yang akan datang diantaranya : 1.
2.
3. 4.
Persentase tunggakan dan Non Performing Loan menunjukkan penilaian ideal menurut pihak bank. Namun, agar kinerja keuangan yang lebih baik lagi, bank hendaknya memberikan kebijakan pembinaan dan pengawasan yang serius terhadap nasabah yang masih mengalami tunggakan yang besar. Proporsi jumlah nasabah pada sektor agribinis menunjukkan tren peningkatan. Namun, pemerataan jumlah nasabah pada setiap subsektor agribisnis masih didominasi subsektor perdagangan. Pihak bank hendaknya dapat menanggapi keadaan tersebut dengan memberikan kebijakan pemerataan jumlah nasabah tiap subsektor agar jangkauan sektor kredit lebih luas. Pihak bank perlu melakukan promosi yang menarik perhatian masyarakat untuk meminjam karena terjadi penurunan jumlah nasabah pada bank. Penilaian nasabah mengenai penyaluran kredit menunjukkan penilaian baik. Hal ini layak dipertahankan oleh pihak bank untuk menjaga loyalitas nasabah untuk meminjam di bank. Namun, pihak bank perlu memperhatikan saransaran yang diperoleh saat wawancara langsung dari beberapa nasabah seperti perlunya penambahan jumlah karyawan untuk pelayanan bank kepada nasabah dapat lebih baik, meninjau kembali kebijakan jangka waktu realisasi kredit kepada nasabah dan kebijakan dalam pemberian agunan terhadap nasabah agar sesuai dengan besar pinjaman, serta mempertimbangkan harapan beberapa nasabah agar adanya penurunan tingkat bunga yang akan mempengaruhi besar angsuran yang dibayar nasabah kepada pihak bank.
57
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, T. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Usaha Perdesaan (Kupedes) Sektor Agribisnis (BRI Unit Ciomas). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Andriani, Septi. 2008. Analisis Kinerja dan Dampak Kredit Umum Perdesaan (KUPEDES) Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Kecil. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Anthony, Dearden dan Bedford. 1996. Sistem Pengendalian Manajemen. Ed-5. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Agus Maulana, alihbahasa. Terjemahan dari: Management Control System. [BI] Bank Indonesia. 2012. Statistik Perbankan dan Metadata Kredit UMKM Indonesia.http://www.bi.go.id. [Desember 2012]. Biro Infobank. 2011. Statistik Bank Penyedia Kredit UMKM. http://www.infobanknews.com [Desember 2012] [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Data Strategis PDB Nasional Indonesia. http://www.bps.go.id/65tahun/data_strategis_2012[Desember 2012]. [BRI] Bank Rakyat Indonesia. 1991. Pedoman Kerja BRI Unit Bidang Kupedes. Jakarta (ID): Bank Rakyat Indonesia Kantor Pusat. _________________________. 2002. Kredit Umum Perdesaan dan Aspek Hukumnya.Jakarta (ID): Bank Rakyat Indonesia (Persero) Kantor Pusat Divisi Pendidikan dan Pelatihan. _________________________. 2013. Laporan Data Tahunan dan Data Bulanan. Bogor (ID): BRI Unit Ciampea. Candrayasa, I Gede. 2000. Analisis Efektivitas Penyaluran Kupedes dan Faktorfaktor yang Mempengaruhi Pengambilan Kredit di BRI Unit Diponegoro Surabaya. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Chadwick, B.A., H.M. Bahr, and S.L. Albrecht. 1984. Social Science Research Methods. Upper Saddle River, N.J: Prentice-Hall. Debertin, D. L. 1986. Agricultural Production Economics. Macmillan, inc.New York. Dendawijaya, Lukman. 2001. Manajemen Perbankan. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. Departemen Koperasi dan UMKM. 2012. Statistik Produk Domestik Bruto Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Nasional. http://www.depkop.go.id [Desember 2012]. Kashmir. 2007. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada. Lipsey, Courant, Purvis dan Steiner. 1992. Basic of Economics.Harper & Row:London. Lubis, Anna M. 2011.Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi dan Tingkat Pengembalian KUR BRI Unit X, Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Muhammamah, E. N. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit UMKM (Studi Kasus Nasabah Kupedes PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (Persero) Unit Cigudeg, Cabang Bogor). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
58
Nazir Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor (ID) : Ghalia Indonesia. Novitasari. 2006. Analisis Kinerja dan Dampak Kredit Umum Perdesaan (KUPEDES) Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Kecil.[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nuryakin dan Warjiyo. 2006. Perilaku Penawaran Kredit Bank Di Indonesia. Jurnal Ekonomi. 9(2);21-55. Jakarta. Pappas, James.L dan Mark Hirschey. 1995. Ekonomi Manajerial.Vol.1.Jakarta (ID): Penerbit Binarupa Aksara. Daniel Wirajaya, ahlibahasa. Terjemahan dari: Managerial Economics. Pardosi, Riris P. 1998. Efektivitas Penyaluran Kredit Pembinaan Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil (P4K) dan Analisis Pendapatan Petani Pengguna Kredit (Studi Kasus di Wilayah Kerja BRI Cabang Sukabumi). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Pratama, B. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit. [Tesis]. Semarang (ID): Univeristas Diponegoro. Rachmina, D. 1994. Analisis Permintaan Kredit pada Industri Kecil (Kasus Jawa Barat dan Jawa Timur). [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Safitri, Ilwah. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besar Kupedes pada Nasabah BRI Unit Ciampea, Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sari, G. W. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Umum Perdesaan (Kupedes) di Wilayah Perdesaan dan Perkotaan, Kasus pada BRI Unit Ciampea dan BRI Unit Citeureup. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sevilla, Consuelo et, Al. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Sevia. 2008. Analisis Kinerja Penyaluran Kredit Umum Perdesaan (Kupedes) serta Dampaknya Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Nasabah di PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Citeureup Cabang Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tarigan, K. P. 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Umum Perdesaan (Kupedes) Dalam Sektor Pertanian di BRI Unit Parung Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Umar, Husein. 2005. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis.Jakarta: Raja Gafindo Persada. Walpole, R.E. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta (ID): Penerbit Gramedia Pustaka. Ronald E, alihbahasa. Terjemahan dari: Basic of Statistics. Ed-3. Wicaksono, Agung Rahmanto. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Pertanian oleh Bank BRI di Indonesia. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
59
LAMPIRAN
60
Lampiran 1 Contoh brosur pinjaman BRI Unit Ciampea
61
Lampiran 2 Contoh tabel angsuran kredit UMKM BRI Unit Ciampea
62
Lampiran 3 Contoh formulir aplikasi pengajuan kredit UMKM BRI Unit Ciampea
63
64
Lampiran 4 Contoh formulir aplikasi pembukaan rekening BRI Unit Ciampea
65
66
Lampiran 5 Hasil pengujian pengaruh kredit dan perkiraan peningkatan pendapatan responden dengan menggunakan t-spared method Welcome to Minitab, press F1 for help.
Uji T-Berpasangan Dalam Menganalisis Adanya Perbedaan Nyata PerubahanOmzet Usaha Responden Sebelum dan Sesudah Menerima Kredit BRI Unit Ciampea N Mean StDev SE Mean Before (Omzet) 45 309760987 267528170 After (Omzet) 45 387870791 320142140 Difference 45 -78109804 61301313
39880745 47723973 9138260
95% CI for mean difference: (-96526758; -59692851) T-Test of mean difference = 0 (vs not = 0): T-Value = -8.55 0.000
P-Value =
Uji T-Berpasangan Dalam Menganalisis Adanya Perbedaan Nyata Perubahan Pendapatan Usaha Responden Sebelum dan Sesudah Menerima Kredit BRI Unit Ciampea N Mean StDev SE Mean Before (Pendapatan)45 32317618 15517919 2313275 After (Pendapatan)45 40997040 18639816 2778660 Difference 45 -8679422 3606138 537571 95% CI for mean difference: (-9762826; -7596019) T-Test of mean difference = 0 (vs not = 0): T-Value = -16.15 0.000
P-Value =
Uji T-Berpasangan Dalam Menganalisis Perkiraan Peningkatan Omzet UsahaResponden BRI Unit Ciampea Dengan Adanya Pemberian Kredit Terpenuhi (Perkiraan> 20%) N Mean StDev do (Omzet) 45 0.200000 di (Omzet) 45 0.274444 Difference 45 -0.074444
SE Mean 0.000000 0.075002 0.075002
0.000000 0.011181 0.011181
95% CI for mean difference: (-0.096977; -0.051911) T-Test of mean difference = 0 (vs not = 0): T-Value = -6.66 0.000
P-Value =
Uji T-Berpasangan Dalam Menganalisis Proyeksi Peningkatan Pendapatan UsahaResponden BRI Unit Ciampea Dengan Adanya Pemberian Kredit Terpenuhi (Perkiraan > 20%) do (Pendapatan) di (Pendapatan) Difference
N 45 45 45
Mean 0.200000 0.282222 -0.082222
StDev 0.000000 0.069671 0.069671
SE Mean 0.000000 0.010386 0.010386
95% CI for mean difference: (-0.103154; -0.061291) T-Test of mean difference = 0 (vs not = 0): T-Value = -7.92 0.000
P-Value =
67
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Medan pada tanggal 6Maret 1992 dari pasangan Patar F. Hutasoit dan Dermiana Silaban. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Santo Fransiskus Asisi Medan pada tahun 2003, pendidikan menengah pertama di SMP Santo Thomas 1 Medan pada tahun 2006, pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Medan pada tahun 2009. Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI IPB) dan diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam beberapa organisasi kampus dan berbagai kepanitiaan. Pada tahun 2009-2010, penulis menjabat sebagai dirigen (conductor) dalam Konser Angkatan 46 PSM Agriaswara IPB. Pada tahun 2011-2012, penulis menjabat sebagai koordinator bidang responsi UKM PMK IPB.