II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
2.1.1
Definisi dan Kriteria Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Menurut Keputusan Menkeu No. 40/KMK.06/2003 tentang Pendanaan
Kredit Usaha Mikro dan Kecil, usaha mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100.000.000,- per tahun. Definisi usaha kecil menurut UU No. 9/1995 tentang Usaha Kecil adalah: 1) Usaha produktif milik Warga Negara Indonesia yang berbentuk badan usaha/perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi. 2) Bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar. 3) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 1.000.000.000,- per tahun. Adapun definisi usaha menengah menurut Inpres No. 10/1999 tentang Pemberdayaan Usaha Menengah adalah: 1) Usaha produktif milik Warga Negara Indonesia yang berbentuk badan usaha/ perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi.
2) Berdiri sendiri, dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar. 3) Memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000,- sampai dengan Rp 10.000.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan antara Rp 1.000.000.000,- sampai dengan Rp 50.000.000.000,- per tahun. Berdasarkan definisi tersebut, data BPS dan Kementrian Koperasi dan UKM pada tahun 2007 menunjukkan bahwa populasi usaha mikro mencapai sekitar 47,7 juta unit atau sekitar 95,7 persen dari seluruh jumlah usaha di Indonesia. Adapun usaha kecil berjumlah sekitar 2 juta unit atau 4 persen dari seluruh usaha di seluruh usaha di Indonesia, sedangkan usaha menengah hanya berjumlah 120 ribu atau 0,24 persen dari seluruh usaha di Indonesia. Departemen Perindustrian dan Perdagangan menetapkan bahwa industri kecil dan menengah adalah industri yang memiliki nilai investasi sampai dengan Rp 5.000.000.000,-. BI (Bank Indonesia) menggolongkan usaha kecil dengan merujuk pada UU No. 9/1995. Namun untuk usaha menengah, BI menetapkan sendiri kriteria aset tetapnya dengan besaran yang dibedakan antara industri manufaktur (Rp 200.000.000,- hingga Rp 5.000.000.000,-) dan nonmanufaktur (Rp 200.000.000,- sampai Rp 600.000.000,-). Badan Pusat Statistik (BPS) menggolongkan suatu usaha berdasarkan jumlah tenaga kerja. Menurut BPS, usaha kecil adalah usaha yang memiliki pekerja 1-19 orang, usaha menengah memiliki pekerja 20-99 orang, dan usaha besar memiliki pekerja sekurang-kurangnya 100 orang. 10
Definisi usaha kecil pada penelitian ini didasarkan pada definisi menurut UU No. 9 tahun 1995, dimana usaha kecil merupakan usaha perseorangan yang tidak berbadan hukum dengan penjualan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- per tahun. 2.1.2
Peran Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Industri kecil dan menengah telah tumbuh dan berkembang dengan cepat
dari waktu ke waktu. Perkembangan industri kecil yang pesat berdampak pada kompetisi yang semakin meningkat pula. Kompetisi yang semakin ketat cenderung menyebabkan tingkat keuntungan (rate of return) yang diperoleh usaha kecil dan menengah mengarah pada keseimbangan. Dalam melihat peranan usaha kecil ke depan dan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai posisi tersebut, maka paling tidak ada dua pertanyaan besar yang harus dijawab. Pertama, apakah UKM mampu menjadi mesin pertumbuhan sebagaimana diharapkan oleh gerakan UKM di dunia yang sudah terbukti berhasil di negara-negara maju. Kedua, apakah UKM mampu menjadi instrumen utama bagi pemulihan ekonomi Indonesia, terutama memecahkan masalah pengangguran (Saparuddin 2008). Biasanya usaha kecil mempunyai strategi tersendiri, yaitu membuat produk yang khusus, unik, dan spesial agar tidak bersaing dengan usaha besar (Wibowo 2008). Karena kecilnya skala usaha, perusahaan kecil umumnya mempunyai daerah pemasaran yang tidak terlalu jauh sehingga perilaku konsumennya dapat dipahami dengan benar. Komunikasi dengan konsumen berjalan cepat dan langsung kepada pemilik. Hal ini menyebabkan usaha kecil bersifat luwes dan sering menghasilkan inovasi-inovasi dengan permodalan yang tidak besar. Dengan demikian usaha kecil menjanjikan kesuksesan, keberhasilan, 11
kepuasan, dan posisi tersendiri dalam dunia usaha (Wibowo 2008). Perusahaan kecil memiliki harapan besar untuk berkembang bahkan tidak sedikit perusahaan kecil yang berhasil memasarkan produknya hingga ke berbagai daerah dan luar negeri. 2.2
Definisi Moci Kue moci merupakan kue yang berbentuk bulat, bertabur tepung dan
terasa kenyal saat digigit. Kue ini terbuat dari tepung ketan, gula, kacang tanah, gula tepung, dan tepung tapioka. Kue moci dikemas dalam keranjang bambu kotak berukuran 20 sentimeter. Ada dua jenis kue moci yang beredar di pasaran, yaitu kue moci tanpa isi yang disebut khiatong dan kue moci yang diisi dengan adonan kacang. Kini kue moci tersedia dalam aneka rasa, mulai dari moka, jahe, hingga durian. Kue moci biasanya disajikan di Jepang menjelang pergantian tahun. Hampir setiap rumah di Jepang menyiapkan kagamimoci, kue moci putih berbentuk bulat yang dianggap sebagai pelambang cermin dan diletakkan bersusun tiga dengan moci yang paling kecil di atas. Kue itu dipersembahkan di atas meja khusus bersama dengan sake, arak putih khas Jepang, dan makanan lainnya. Kue moci merupakan penganan asli Tiongkok, biasanya disajikan pada resepsi pernikahan pasangan warga keturunan Cina. Kue ini pertama kali dipopulerkan oleh sejumlah warga keturunan Tionghoa pada tahun 1960-an. 2.3
Penelitian Terdahulu Anggraeni (2004) meneliti Strategi Pengembangan Usaha Kecil Moci
Lampion di Kotamadya Sukabumi. Penelitian ini menggunakan alat analisis matriks EFE, matriks IFE, matriks IE, dan matriks SWOT. Hasil analisis matriks 12
EFE menunjukkan bahwa faktor yang paling penting mempengaruhi industri moci adalah tingkat pengeluaran rata-rata per kapita terhadap kelompok bahan makanan yang ditunjukkan dengan bobot 0,269. Pengeluaran terhadap bahan makanan ini membuka peluang bagi industri pengolahan makanan untuk mengembangkan usahanya. Namun munculnya pedagang asongan moci di sekitar terminal dan tempat rekreasi merupakan ancaman bagi perusahaan Lampion. Hasil total matriks EFE yang terboboti adalah 2,992, berarti perusahaan berada diatas ratarata sebesar 2,50. Hal ini menunjukkan bahwa selama ini perusahaan mampu merespon terhadap peluang dan ancaman yang ada. Hasil analisis matriks IFE menunjukkan bahwa faktor yang menjadi kekuatan utama bagi perusahaan adalah pengalaman usaha yang sudah lama, yang ditunjukkan oleh nilai rating 4. Pengalaman usaha yang dimiliki perusahaan menjadi kekuatan perusahaan dalam menghasilkan moci yang berkualitas. Sementara itu keterbatasan modal menjadi kelemahan bagi perusahaan. Secara umum total nilai matriks IFE yang terboboti adalah sebesar 2,693. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi internal perusahaan berada di atas rata-rata 2,50, yang artinya perusahaan mampu menggunakan kekuatannya untuk mengatasi kelemahan yang ada. Hasil analisis matriks IE menunjukkan posisi perusahaan sekarang berada pada kuadran V yang berarti inti strategi yang dapat diterapkan pada perusahaan adalah Hold and Maintain Strategy. Selanjutnya strategi tingkat perusahaan yang dapat diterapkan adalah market penetration dan product development strategy. Hasil analisis matriks SWOT menunjukkan terdapat enam alternatif strategi yang dapat diterapkan pada perusahaan Lampion. Keenam alternatif strategi tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan matriks QSP dengan hasil prioritas 13
sebagai berikut: (1) melakukan penetrasi pasar, (2) meningkatkan kualitas produk, (3) memanfaatkan bantuan pemerintah, (4) meningkatkan pelayanan konsumen, (5) memperbaiki sistem manajemen perusahaan, dan (6) menjaga hubungan baik dengan pemasok. Utari (2007) meneliti tentang Analisis Tingkat Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Terhadap Roti Manis Tan Ek Tjoan kota Bogor. Penelitian ini dilaksanakan di Toko Roti Tan Ek Tjoan Jalan Siliwangi No. 176 Bogor Selatan dengan jumlah responden 100 orang yang sudah pernah mengkonsumsi roti manis minimal dua kali. Tujuan dari penelitian yang dilakukan Utari adalah menganalisis karakteristik konsumen roti manis Tan Ek Tjoan, menganalisis proses keputusan konsumen dalam pembelian roti manis Tan Ek Tjoan, dan menganalisis tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen terhadap produk roti manis Tan EK Tjoan, serta menganalisis implikasi tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen terhadap bauran pemasaran produk roti manias Tan Ek TJoan. Alat analisis yang digunakan adalah Importance-Performance Analysis dan Piramida Loyalitas. Dari penelitian tersebut, diperoleh bahwa karakteristik responden produk roti manis Tan Ek Tjoan didominasi oleh responden yang berusia 18-24 tahun (36 persen), berjenis kelamin perempuan (67 persen), status responden sebagian besar sudah menikah (59 persen), berdomisili di Bogor (67 persen), tingkat pendidikan terakhir sarjana (37 persen), dan berprofesi sebagai pegawai swasta (40 persen). Berdasarkan
hasil
analisis
Importance-Performance
Analysis
menunjukkan bahwa atribut yang perlu mendapatkan perhatian dan harus diprioritaskan perbaikan kinerjanya yaitu atribut usaha promosi, kemudahan 14
memperoleh produk, harga produk, kemudahan proses pembayaran, kecepatan pelayanan, dan kemasan bawa pulang. Atribut yang harus dipertahankan kinerjanya adalah atribut penyajian produk, aroma, kandungan gizi, kenyamanan took, citarasa kelezatan, dan kehalalan produk. Atribut yang memiliki tingkat kepentingan rendah dan pelaksanaan kinerja perusahaan terhadap atribut tersebut biasa saja atau cukup, meliputi atribut bentuk dan ukuran, keragaman dan variasi produk, kemudahan menghubungi perusahaan, manfaat yang dirasakan serta lokasi took. Atribut yang meliputi waktu buka toko, daya tahan produk, merek, keramahan dan kesopanan karyawan serta areal parkir merupakan atribut yang dinilai berlebihan tingkat kinerjanya oleh konsumen dan berada pada kuadran keempat. Berdasarkan analisis piramida loyalitas, diperoleh bahwa konsumen yang benar-benar menyukai roti manis Tan Ek Tjoan (liking the brand) dengan persentase sebesar 62 persen, untuk switcher sebesar 24 persen, habitual buyer sebesar 15 persen, satisfaction buyer sebesar 51 persen, dan committed buyer sebesar 24 persen. Hasil perhitungan tersebut diperoleh bahwa konsumen terhadap roti manis Tan Ek Tjoan belum dapat dikatakan berada pada tahap pembeli loyal. Rekomendasi yang diberikan adalah terus melakukan inovasi rasa, menjaga kehalalan produk, dan mencantumkan label halal dalam kemasan (strategi produk), memperhatikan persepsi konsumen terhadap harga roti dan memberikan potongan atau bonus roti dalam pembelian jumlah besar (strategi harga), mengadakan promosi melalui brosur, pamflet ataupun selebaran (strategi promosi), dan menjalin hubungan baik dengan pedagang pengecer serta membuka cabang di tempat lain yang strategis (strategi distribusi). 15
Panjaitan (2007), melakukan penelitian Analisis Tingkat Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Terhadap Roti Unyil Venus di Kota Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji proses keputusan konsumen dalam mengkonsumsi roti unyil Venus, menganalisis tingkat kepuasan konsumen terhadap atribut produk dan pelayanan roti unyil Venus, dan mengkaji loyalitas konsumen terhadap roti unyil Venus. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh atribut yang menjadi prioritas utama dan harus dilaksanakan sesuai harapan konsumen adalah kecepatan karyawan dalam melayani proses pembelian, penanganan keluhan pengunjung, keamanan dan kenyamanan toko serta kenyamanan ruangan. Atribut yang perlu dipertahankan pelaksanannya adalah kemudahan dalam proses pembelian, kesesuaian menu dengan pesanan, kemudahan mencapai lokasi, keramahan, perhatian dan kesopanan karyawan, kebersihan dan kerapihan penampilan karyawan, kebersihan dalam ruangan, pilihan rasa, kandungan gizi serta kebersihan. Atribut yang pelaksanaannya dilakukan baik oleh perusahaan tetapi dinilai berlebihan oleh konsumen adalah prestasi dan reputasi, kemudahan dalam menghubungi took, kemudahan cara pembayaran, dan tingkat kehalalan produk. Atribut yang dinilai kurang penting oleh konsumen tetapi dilakukan cukup baik oleh perusahaan adalah kemampuan karyawan berkomunikasi dengan konsumen, fasilitas parker, kemudahan memperoleh informasi, bentuk, dan kemasan dari produk. Hasil analisis diperoleh bahwa secara keseluruhan atribut pelayanan dan atribut produk yang dinilai menunjukkan bahwa responden belum mencapai kepuasan maksimal. Hal ini terlihat dari nilai kinerja dari atribut pelayanan (3,25)
16
lebih kecil dari nilai kepentingannya (4,13) dan untuk atribut produk, tingkat kinerjanya (3,57) lebih kecil dari tingkat kepentingannya (4,2). Tingkat loyalitas konsumen terhadap roti unyil Venus dinyatakan loyal. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya konsumen roti unyil Venus yang termasuk kriteria Client sebanyak 60 persen yaitu yang teratur membeli roti unyil Venus dan sudah menjalin hubungan yang kuat dan berlangsung lama dengan perusahaan sehingga sulit bagi konsumen untuk pindah mengkonsumsi roti unyil lainnya. Tidak terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik konsumen dengan tingkat loyalitas terhadap roti unyil venus. Terlihat dari uji Chi-Square, ChiSquare hitung lebih kecil dari Chi-Square tabel untuk setiap kategori karakteristik konsumen yang tidak menunjukkan hubungan yang nyata. Andika (2008), melakukan penelitian Analisis Diferensiasi Produk dan Pengaruhnya Terhadap Loyalitas Konsumen Martabak Air Mancur. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi atribut diferensiasi produk yang diterapkan Martabak Air Mancur, menganalisis hubungan antara atribut-atribut tersebut dengan loyalitas konsumen serta memberikan masukan bagi perusahaan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan. Alat analisis yang digunakan adalah Importance-Performance Analysis (IPA), Customer Satisfaction Index (CSI), dan Korelasi Rank Spearman terhadap 100 responden. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa konsumen Martabak Air Mancur terbagi tiga yaitu repeat customers sebanyak 17 persen, clients sebanyak 75 persen dan advocates sebanyak 8 persen. Analisis tingkat kesesuaian yang merupakan bagian dari IPA menunjukkan perbandingan antara nilai kinerja produk dengan kepentingan atribut menurut konsumen. Secara keseluruhan 17
diferensiasi produk memiliki nilai tingkat kesesuaian (Tki) sebesar 102,23 persen. Hasil analisis korelasi rank spearman, diketahui bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara diferensiasi secara keseluruhan dengan loyalitas konsumen. Hal ini dikarenakan perbedaan peran antara reference products dengan produk variasi. Lemahnya hubungan ini menyebabkan tingkat loyalitas konsumen yang kecil. 2.4
Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu Penelitian ini dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian
Anggraeni (2004) yang meneliti perusahaan yang sama yaitu PD Kaswari Lampion. Hasil analisis SWOT menunjukkan salah satu alternatif strategi yang dapat diterapkan perusahaan adalah meningkatkan kualitas produk dan meningkatkan pelayanan konsumen yang dapat dianalisis dengan menggunakan Importance Performance Analysis, Customer Satisfaction Index, dan Piramida Loyalitas. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Utari (2007) karena tujuan penelitian yang hampir sama yaitu meneliti tentang tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen. Sehingga nanti dapat diperbandingkan ada/tidaknya kesamaan dengan hasil penelitian Utari yang menganalisis tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen Roti Manis Tan Ek Tjoan. Atribut-atribut produk yang diteliti dalam penelitian ini merujuk pada atribut produk Roti Manis Tan Ek Tjoan dalam penelitian Utari (2007) dan atribut produk Roti Unyil Venus dalam penelitian Panjaitan (2007). Hal ini dilakukan dengan alasan keduanya memiliki kesamaan dengan produk yang diteliti dalam hal kategori produk yang sama yaitu makanan selingan.
18
Perbedaan dengan penelitian Panjaitan (2007) dan Andika (2008) berada pada alat analisis yang digunakan dalam mengukur tingkat loyalitas konsumen dimana Panjaitan menggunakan Uji Chi-Square untuk menunjukkan ada tidaknya hubungan yang nyata antara karakteristik konsumen dengan tingkat loyalitas konsumen terhadap Roti Unyil Venus dan Andika menggunakan Korelasi Rank Spearman untuk menunjukkan hubungan nyata antara diferensiasi secara keseluruhan dengan loyalitas konsumen. Sedangkan penelitian ini menggunakan Analisis Piramida Loyalitas untuk mengetahui seberapa besar konsumen yang loyal atas moci Kaswari Lampion.
19