BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Usaha Mikro Kecil dan Menengah Dalam perekonomian Indonesia Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu, kelompok ini terbukti tahan terhadap berbagai macam goncangan krisis ekonomi. Pengertian dan kriteria usaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah telah diatur dalam payung hukum berdasarkan undang-undang. 2.1.1
Jenis Usaha Mikro Kecil dan Menengah Pemerintah Indonesia menjelaskan Dunia Usaha sebagaimana
dimuat dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2008 Pasal 1 ayat 1 adalah, Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah, dan Usaha Besar yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan berdomisili di Indonesia. Lebih lanjut Pemerintah menjelaskan bahwa jenis usaha yang berlaku di Indonesia dikategorikan sebagai berikut: - Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang
memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana yang diatur oleh Undang-Undang. - Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
11
12
langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil. - Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar. 2.1.2
Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah Adapun kriteria UMKM menurut Undang-Undang No.20
Tahun 2008 Pasal 6 ayat 1, yaitu : - Kriterian Usaha Mikro adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.00,00 (tiga ratus juta rupiah).
- Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh
juta
rupiah)
sampai
dengan
paling
banyak
Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan banguna tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga
ratus
juta
rupiah)
sampai
paling
2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus rupiah).
banyak
Rp
13
- Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: a.
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus
juta
rupiah)
sampai
dengan
paling
banyak
Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan usaha; atau b.
Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
2.2
Biaya 2.2.1
Pengertian Biaya Menurut Mulyadi (2009:8): “Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.” Menurut Carter (2009:30): “Biaya adalah suatu nilai tukar, pengeluaran, atau pengorbanan yang dilakukan untuk menjamin perolehan manfaat. Sedangkan beban adalah penurunan dalam aset bersih sebagai akibat dari penggunaan jasa ekonomi dalam menciptakan pendapatan atau dari pengenaan pajak oleh badan pemerintah. Beban dalam arti paling luas mencakup semua biaya yang sudah habis masa berlakunya yang dapat dikurangkan dari pendapatan.”
14
Menurut Bastian Buatami dan Nurlela (2010:7): “Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.” Dari beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa pengertian biaya secara singkat dapat dikatakatakan sebagai pengorbanan sumber daya ekonomis untuk memperoleh barang dan jasa untuk mencapai tujuan tertentu. 2.2.2
Klasifikasi Biaya Objek dari kegiatan akuntansi biaya adalah biaya, dimana biaya
dicatat, diringkas, digolongkan dan disajikan oleh akuntansi biaya. Sehingga biaya dapat digunakan sebagai landasan dalam menetapkan besarnya pengorbanan sumber ekonomis atau pengeluaran-pengeluaran dalam proses produksi yang dianggap ekonomis dan rasional. Oleh karena itu dibawah ini akan dikemukakan pendapat para ahli mengenai klasifikasi biaya. Dalam mengklasifikasikan biaya, menurut Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi Biaya” menggolongkan biaya kedalam lima klasifikasi. 2.2.2.1 Biaya Menurut Objek Pengeluaran Menurut Mulyadi (2009:13), penggolongan ini merupakan penggolongan yang paling sederhana, yaitu berdasarkan penjelasan singkat mengenai suatu objek pengeluaran, misalnya pengeluaran yang berhubungan dengan telepon disebut “biaya telepon”.
15
2.2.2.2 Biaya Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan Menurut Mulyadi (2009:13), terdapat tiga golongan dalam klasifikasi ini, yaitu: 1.
Biaya Produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya produksi dapat digolongkan ke dalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
2.
Biaya Pemasaran, adalah biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk, contohnya biaya iklan, biaya promosi, biaya sempel,dll.
3.
Biaya Administrasi dan Umum, yaitu biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan produksi dan pemasaran produk, contohnya gaji bagian akuntansi, gaji personalia,dll.
2.2.2.3 Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai Menurut Mulyadi (2009:13), terdapat dua golongan dalam klasifikasi ini, yaitu: 1.
Biaya Langsung (direct cost), merupakan biaya yang terjadi dimana penyebab satu-satunya adalah karena ada sesuatu yang harus dibiayai. Dalam kaitannya dengan produk, biaya langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
2.
Biaya Tidak Langsung (indirect cost), biaya yang terjadi tidak hanya
disebabkan
oleh
sesuatu
yang
dibiayai,
dalam
hubungannya dengan produk, biaya tidak langsung dikenal dengan biaya overhead pabrik.
16
2.2.2.4 Menurut Perilaku dalam Kaitannya dengan Perubahan Volume Kegiatan Menurut Mulyadi (2009:13), dalam klasifikasi ini biaya dibagi menjadi empat, yaitu: 1.
Biaya Tetap (fixed cost), biaya yang jumlahnya tetap konstan tidak dipengaruhi perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai tingkat kegiatan tertentu, contohnya; gaji direktur produksi.
2.
Biaya Variabel (variable cost), biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas, contoh; biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.
3.
Biaya Semi Variabel, biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variable mengandung unsure biaya tetap dan biaya variable, contoh; biaya listrik yang digunakan.
4.
Biaya Semi Fixed, biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
2.2.2.5 Menurut Jangka Waktu Manfaatnya Dalam klasifikasi ini biaya dibagi dua bagian, yaitu: 1.
Pengeluaran Modal (Capital Expenditure), yaitu pengeluaran yang akan memberikan manfaat atau benefit pada periode akuntansi atau pengeluaran yang akan dapat memberikan manfaat pada periode akuntansi yang akan datang.
17
2.
Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure), pengeluaran yang akan memberikan manfaat hanya pada periode akuntansi dimana pengeluaran itu terjadi.
2.3
Akuntansi Biaya Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari laba semaksimal mungkin
dan memimimalisasi kerugian yang mungkin terjadi. Oleh karena itu pihak manajemen memerlukan informasi mengenai biaya yang benar dan tepat. Untuk menghasilkan informasi mengenai biaya yang benar dan tepat diperlukan suatu alat bantu yaitu akuntansi biaya. 2.3.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi
biaya
merupakan
alat
bagi
manajemen
dalam
merencanakan, mengorganisir, mengawasi perusahaan agar tujuan perusahaan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Menurut Mulyadi (2009:6), menyatakan bahwa: “Akuntansi
Biaya
adalah
proses
pencatatan,
penggolongan,
peringkasan dan penjualan produksi atau jasa dengan car-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya”.
Menurut R.A Supriyono (2009:12), menyatakan bahwa: “Akuntansi Biaya adalah salah satu cabang akuntansi yang merupakan alat manajemen dalm memonitor dan merekam transaksi biaya secara sistematis, serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya”.
Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:3), akuntansi biaya adalah:
18
“Bidang ilmu akuntansi yang mempelajari bagaimana cara mencatat, mengukur dan pelaporan informasi biaya yang digunakan. Disamping itu akuntansi biaya juga membahas tentang penentuan harga pokok dari suatu produk yang diproduksi dan dijual kepada pemesan maupun untuk pasar, serta untuk persediaan produk yang akan dijual”. Jadi dapat dikatakan bahwa akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi, juga alat bagi manajemen untuk melakukan perencanaan dan pengawasan kegiatan-kegiatan yang relevan dengan biaya produksi.
2.3.1 Tujuan Akuntansi Biaya Tujuan akuntansi biaya menurut Mulyadi (2009:8), adalah menyediakan informasi biaya untuk kepentingan manajemen guna membantu mereka didalam mengelolah perusahaan atau bagiannya. Menurut Mulyadi (2009:9), akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok yaitu : 1. Penentuan Harga Pokok Produksi Untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok produksi, akuntansi biaya mencatat, menggolongkan, dan meringkas biaya-biaya pembuatan produk atau penyerahan jasa. Misalnya metode variable costing untuk penentuan harga pokok produksi dan penyajian informasi biaya untuk memenuhi kebutuhan manajemen dalam perencanaan dan pengambilan keputusan jangka pendek. 2. Pengendalian Biaya Pengendalian biaya harus didahului dengan penentuan hbiaya yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi satu satuan
19
produk. Jika biaya yang seharusnya ini telah ditetapkan, akuntansi biaya bertugas untuk memantau apakah pengeluaran biaya yang sesungguhnya sesuai dengan biaya yang seharusnya tersebut. Bila terdapat selisih, maka akuntansi biaya harus menganalisis dan menyajikan informasi penyebab terjadinya selisih biaya ini. Informasi ini akan sangat berguna bagi pihak manajemen, misalnya dalam menilai prestasi kerja para manajer di bawah manajer puncak. 3. Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan khusus menyangkut masa yang akan datang. Oleh karena itu informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan khusus selalu berhubungan dengan informasi yang akan datang. Informasi biaya ini tidak dicatat dalam catatan akuntansi biaya, melainkan hasil dari suatu proses peramalan. Laporan akuntansi biaya akan digunakan oleh pihak manajemen dalam mengambil keputusan. Akuntansi biaya mengembangkan berbagai konsep informasi biaya untuk pengambilan keputusan seperti: biaya kesempatan, biaya hipotesis, biaya tambahan, biaya terhindarkan dan pendapatan yang hilang. Sehingga pihak manajemen bisa mangambil keputusan dalam proses produksi suatu barang sebaiknya memproduksi sendiri atau membeli.
Menurut
Matz
dan
Ursy
(2009:13),
perencanaan
dan
pengendalian biaya yang dialih bahasakan oleh Sirait-Wibowo menjelaskan tujuan akuntansi biaya adalah: 1. “Menyusun dan melaksanakan rencana serta anggaran operasi dalam kondisi yang ekonomis dan bersaing.
20
2. Menetapkan metode kalkulasi biaya yang menjamin adanya pengendalian, pengukuran dan perbaikan mutu. 3. Mengendalikan jumlah persediaan secara fasis, dan membuat biaya dari masing-masing barang dan jasa yang diproduksi untuk penentuan harga dan untuk mengevaluasi prestasi suatu produk, departemen atau difisi. 4. Menghitung biaya dan laba perusahaan untuk periode akuntansi tahunan atau periode yang lebih singkat. 5. Memilih diantara dua atau lebih alternative jangka pendek atau jangka panjang yang bisa menaikan pendapatan atau menurunkan biaya.” Dari pendapat-pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tujuan akuntansi biaya adalah untuk perencanaan dan pengendalian keputusan untuk mencapai tujuan perusahaan dan mengambil keputusan yang tepat. 2.4
Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi merupakan keseluruhan pengorbanan sumber-sumber
ekonomis untuk menghasilkan produk atau melakukan pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. Sehingga dapat digunakan untuk menghitung harga pokok produk jdan harga pokok produk pada akhir periode yang masih dalam proses. 2.4.1
Definisi Harga Pokok Produksi Menurut Mulyadi (2009:11), mendefinisikan harga pokok produksi
sebagai berikut:
21
“Harga pokok produksi adalah pengorbanan ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi untuk memperoleh aktiva atay secara tidak langsung memperoleh penghasilan.” Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:49): “Harga pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk dalam proses awal dan dikurang persediaan produk dalam proses akhir. Harga pokok produksi terikat pada periode waktu tertentu. Harga pokok produksi akan sama dengan biaya produksi apabila tidak ada persediaan produk dalam proses awal dan akhir.” Menurut Carter (2009:40), harga pokok produksi didefinisikan sebagai: “Jumlah dari tiga elemen biaya: bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung disebut biaya utama (prime cost). Tenaga kerja langsung dan overhead pabrik keduanya disebut biaya konversi.” Menurut Horngren, Charles T. (2009:65): “Cost of goods manufactured refers to the cost of goods brought to completion, whether they were started before or during the current accounting period.” Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa harga pokok produksi merupakan sekumpulan biaya-biaya yang dikeluarkan baik itu langsung
22
maupun tidak langsung yang tidak dapat dihindarkan dalam memproduksi suatu produk sampai produk itu siap jual. 2.4.2
Komponen Harga Pokok Produksi Menurut Carter (2009:40), ada beberapa komponen yang terdapat
didalam biaya manufaktur atau dapat disebut biaya produksi, antara lain ; Bahan baku langsung Adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk. Misalnya, gandum dalam pembuatan roti, bijih besi dalam pembuatan besi batangan dan bubur kayu dalam pembuatan kertas. Tenaga kerja langsung Adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu. Overhead pabrik Adalah terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak secara langsung ditelusuri ke output tertentu. Misalnya biaya energi bagi pabrik seperti gas, listrik, minyak dan sebagainya. Menurut Mulyadi (2009:275) biaya produksi adalah salah satu komponen yang membentuk Harga Pokok Produksi. biaya produksi terdiri dari : Biaya Bahan Baku (Direct Material Costs) Menurut Mulyadi (2009:275), bahan baku langsung adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi. Contoh biaya bahan baku adalah alumunium yang digunakan untuk membuat kaleng Pepsi. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Costs)
23
Biaya tenaga kerja langsung meliputi kompensasi atas seluruh tenaga kerja yang dapat ditelusuri ke objek biaya (barang dalam proses dan kemudian barang jadi) dengan cara yang ekonomis. Contohnya gaji dan tunjangan yang dibayarkan kepada operator mesin. Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead Costs) Biaya overhead pabrik adalah semua biaya yang tidak dapat ditelesuri secara langsung walaupun terkait dengan objek biaya (barang dalam proses hingga menjadi barang jadi). Sehingga menurut Mulyadi (2009:194), biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Contohnya pekerja bagian perawatan mesin, penyusutan pabrik, bahan penolong dan sebagainya. 2.5
Akumulasi Biaya Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:40) akumulasi biaya adalah: “Suatu cara untuk mengetahui berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk suatu produk dan jasa atau menyangkut suatu hal. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam akumulasi biaya, tetapi yang lazim digunakan adalah dua metode yaitu metode akumulasi biaya pesanan dan metode akumulasi biaya proses.” 2.5.1
Metode Akumulasi Biaya Berdasarkan Pesanan Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:40), akumulasi biaya
berdasarkan pesanan adalah: “Suatu sistem akuntansi yang menelusuri biaya pada unit individual atau pekerjaan, kontrak, tumpukan produk atau pesanan pelanggan yang spesifik.”
24
Ada beberapa karakteristik dalam melakukan pengakumulasian biaya berdasarkan pesanan, antara lain; 1. Sifat proses produksi yang dilakukan terputus-putus, dan tergantung pada pesanan yang diterima. 2. Spesifikasi dan bentuk produk tergantung pada pemesan. 3. Pencatatan biaya produksi masing-masing pesanan dilakukan pada kartu biaya pesanan secara terperinci untuk masing-masing pesanan. 4. Total biaya produksi untuk setiap elemen biaya dikalkulasi setelah pesanan selesai. 5. Biaya per unit dihitung, dengan membagi total biaya produksi yang terdiri dari: bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead dibebankan, dengan total unit yang dipesan. 6. Akumulasi biaya pada umumnya menggunakan biaya normal. 7. Produk yang sudah selesai dapat disimpan di gudang atau langsung diserahkan pada pemesan. Misalnya pembuatan pesawat terbang, alat-alat untuk sistem pertahanan negara dan beberapa produk yang membutuhkan spesifikasi khusus dan waktu pembuatan produk tersebut sangat lama. Semua yang telah disebutkan diatas merupakan contoh produk yang pengakumulasian biayanya menggunakan metode akumulasi biaya berdasarkan pesanan. Adapun manfaat perhitungan biaya pesanan yaitu bermanfaat untuk menetapkan harga jual dan pengendalian biaya. Umumnya calon pelanggan selalu meminta estimasi biaya terlebih dahulu sebelum mereka memesan, dan seringkali mereka memesan atau memberi pekerjaan, membandingkannya dengan pesaing. Oleh sebab itu perusahaan harus dapat mengestimasi biaya
25
secara akurat agar dapat bersaing dengan perusahaan lain dan menghasilkan laba yang optimal. Perhitungan biaya normal adalah sistem akuntansi di mana bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung dibebankan berdsarkan tarif ditentukan dimuka. Tarif ditentukan dimuka adalah suatu jumlah yang diperoleh dengan membagi total biaya overhead pabrik yang diestimasi untuk periode mendatang dengan total dasar alokasi biaya overhead pabrik yang diestimasi untuk periode mendatang. Kartu biaya pesanan merupakan dokumen sumber untuk memasukkan biaya dalam kalkulasi biaya pesanan. Catatan ini kadang-kadang disebut sebagai lembar biaya pekerjaan, arsip biaya pekerjaan, atau kartu biaya pekerjaan. Dokumen ini merupakan dokumen dasar dalam perhitungan biaya pesanan, dengan mengakumulasi biaya untuk setiap pesanan, sehingga dokumen ini menunjukkan biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung serta biaya overhead pabrik yang dibebankan untuk suatu pesanan. Adapun ilustrasi kartu biaya yang disajikan Carter (2009:145) seperti yang tertera dibawah ini (Gambar 2.1).
26
Gambar 2.1 Kartu Biaya Rayburn Company Pesanan No. 5574
1101 Maple Street, Cincinnati OH 45227 Untuk Produk Spesifikasi Jumlah
: Lawrenceville Construction, Co.
TANGGAL DIPESAN 10/1
: Papan Penggiling Mapel No. 14
TANGGAL MULAI DIKERJAKAN 14/1
: 12' x 20" x 1" Pelitur Bening
TANGGAL DIBUTUHKAN 22/1
: 10
TANGGAL SELESAI DIKERJAKAN 18/1
TANGGAL 14-Jan 17-Jan 18-Jan
BAHAN BAKU LANGSUNG NOMOR 516 531 544
PERMINTAAN $ 1.420,00 780,00 310,00
JUMLAH
$ 2.510,00 TANGGAL 14-Jan 15-Jan 16-Jan 17-Jan 18-Jan
TENAGA KERJA LANGSUNG JAM 40 32 36 40 48
TANGGAL
196 OVERHEAD PABRIK DIBEBANKAN JAM/MESIN
14-Jan 16-Jan 17-Jan
16,2 10,0 3,2
BIAYA $ 320,00 256,00 288,00 320,00 384,00 $ 1.568,00 BIAYA $ 684,00 400,00 128,00 $ 1.176,00
29,4 X $ 40
Bahan Baku Langsung
$ 2.510,00
Harga Jual
Tenaga Kerja Langsung Overhead Pabrik Dibebankan Total Biaya Pabrik
1.568,00 1.176,00 $ 5.254,00
Biaya Pabrik Beban Pemasaran Beban Administrasi
$ 7.860,00 $ 5.254,00 776,00 420,00
Biaya Untuk Membuat dan Menjual
6.450,00
Laba
$ 1.410,00
Sumber: William K.Carter. Cost Accounting. Edisi 14. 2008.
27
Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:64) perhitungan biaya berdasarkan pesanan hanya membutuhkan delapan bentuk ayat jurnal akuntansi untuk setiap elemen biaya: pembelian bahan baku, penggunaan bahan baku, pencatatan gaji dan upah, pendistribusian beban gaji dan upah, pencatatan biaya overhead pabrik sesungguhnya, pencatatan biaya overhead pabrik dibebankan, pencatatan penyelesaian pesanan, dan penjualan produk yang dipesan. Berikut adalah kedelapan jurnal tersebut: 1.
Akuntansi biaya bahan baku langsung; Dr. Bahan baku
Rp. xxxx
Cr. Utang usaha/kas 2.
Rp. xxxx
Penggunaan bahan baku; Dr. Produk dalam proses
Rp. xxxx
Cr. Pengendali overhead pabrik Dr. Pengendali overhead pabrik
Rp. xxxx Rp. xxxx
Cr. Bahan baku 3.
Rp. xxxx
Biaya tenaga kerja yang terjadi; Dr. Beban gaji
Rp. xxxx
Cr. Beban gaji yang masih harus dibayar 4.
Rp. xxxx
Distribusi biaya tenaga kerja; Dr. Produk dalam proses
Rp. xxxx
Cr. Beban gaji Dr. Pengendali overhead pabrik
Rp. xxxx Rp. xxxx
Cr. Beban gaji 5.
Rp. xxxx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya (aktual); Dr. Pengendali overhead pabrik
Rp. xxxx
Cr. Akumulasi penyusutan mesin Dr. Pengendali overhead pabrik Cr. Asuransi biaya dimuka 6.
Biaya overhead pabrik dibebankan;
Rp. xxxx Rp. xxxx Rp. xxxx
28
Dr. Produk dalam proses
Rp. xxxx
Cr. Overhead pabrik dibebankan Dr. Overhead pabrik dibebankan
Rp. xxxx Rp. xxxx
Cr. Pengendali overhead pabrik 7.
Rp. Xxxx
Mengisi persediaan produk jadi; Dr. Produk selesai
Rp. xxxx
Cr. Produk dalam proses 8.
Rp. xxxx
Penyerahan langsung ke pemesan; Dr. Piutang usaha
Rp. xxxx
Cr. Penjualan Dr. Harga pokok penjualan
Rp. xxxx Rp. xxxx
Cr. Produk selesai
Rp. xxxx
Sumber: Bastian Bustami dan Nurlela. Akuntansi Biaya. 2010 2.5.2
Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:91) bahwa: “Sistem perhitungan biaya berdasarkan proses adalah suatu metode dimana bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya atau departemen. Biaya yang dibebankan ke setiap unit produk yang hasil ditentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya atau departemen tersebut dengan jumlah unit yang diproduksi pada pusat biaya yang bersangkutan.”
Adapun karakteristik dalam pengakumulasian biaya berdasarkan proses, antara lain; 1.
Aktivitas produksi bersifat terus-menerus.
2.
Produk bersifat massa, dengan tujuannya mengisi persediaan yang siap dijual.
29
3.
Produk yang dihasilkan dalam suatu departemen atau pusat biaya relatif homogen dan berdasarkan standar.
4.
Biaya dibebankan ke setiap unit dengan membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang diproduksi
5.
Pengumpulan biaya dilakukan berdasarkan periode waktu tertentu.
Misalnya produksi pembuatan makanan seperti roti, kudapan ringan, dan produksi yang tidak memerlukan spesifikasi khusus, semuanya melakukan perhitungan biaya berdasarkan proses. Arus biaya produksi dalam perhitungan biaya proses secara umum sama dengan perhitungan biaya pesanan. Begitu bahan baku dibeli, biaya bahan baku ini mengalir ke dalam akun persediaan bahan baku. Biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang dibebankan akan mengalir ke dalam akun produk dalam proses. Ketika produk selesai, biaya produk yang telah selesai mengalir dari akun produk dalam proses ke produk jadi. Setelah produk terjual, biaya produk jadi dipindahkan ke akun harga pokok penjualan. Untuk penjurnalan secara umum sama dengan yang terdapat pada perhitungan biaya pesanan. Untuk pembebanan biaya apabila terdapat produk dalam proses dengan tingkat penyelesaian tertentu, perlu dilakukan penyetaraan produk dalam proses tersebut menjadi produk jadi yang disebut dengan unit ekuivalen produksi atau ekuivalen produksi. Jadi unit ekuivalen produksi menunjukkan unit produk jadi dan unit produksi dalam proses yang disetarakan dengan produk jadi. Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:95), terdapat dua metode aliran biaya untuk mengkalkulasi biaya produksi produk dalam proses, dengan perhitungan unit ekuivalen produksi berbeda yaitu aliran biaya rata-rata tertimbang dan aliran biaya FIFO (First In First Out).
30
Aliran biaya rata-rata tertimbang yaitu meratakan biaya penyelesaian persediaan awal produk dalam proses periode sebelumnya dengan menambahkan biaya periode berjalan untuk mendapatkan biaya per unit. Unit persediaan awal menerima biaya per unit yang besarnya sama dengan unit yang baru dimulai dan diselesaikan selama periode bersangkutan, sehingga semua unit yang ditransfer akan memiliki biaya per unit yang sama. Rumus unit ekuivalen produksi: Produk Selesai + (Produk Dalam Proses Akhir x Tingkat Penyelesaian). Sedangkan aliran biaya FIFO adalah memisahkan biaya per unit yang terdapat pada persediaan awal dari biaya per unit produk yang dimasukkan dan diselesaikan pada suatu periode tertentu. Biaya produk yang ditransfer terdiri dari biaya produk dalam proses awal dari periode sebelumnya, dan biaya produk dari produk yang dimulai dan diselesaikan selama periode berjalan. Rumus unit ekuivalen produksi : Produk Selesai + (Produk Dalam Proses Akhir x Tingkat Penyelesaian) – (Produk Dalam Proses Awal x Tingkat Penyelesaian). Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:99): “Dalam penentuan biaya proses, semua biaya yang dibebankan ke setiap departemen produksi dapat diikhtisarkan dalam laporan biaya produksi untuk masing-masing departemen.” Laporan biaya produksi setiap departemen memiliki format yang beragam, dengan informasi menunjukkan:
31
1.
Skedul kuantitas, memuat informasi produk dalam proses awal, produk masuk proses pada periode bersangkutan, produk selesai yang ditransfer ke departemen berikutnya atau gudang, produk dalam proses akhir, produk hilang, produk rusak dan produk cacat.
2.
Biaya dibebankan, memuat informasi biaya produk dalam proses awal, biaya yang dibebankan dari departemen sebelumnya, biaya dibebankan periode bersangkutan, unit ekuivalen dari biaya per unit masing-masing elemen biaya.
3.
Pertanggungjawaban biaya, memuat informasi biaya yang ditransfer ke departemen berikutnya atau gudang, biaya produk yang hilang akhir proses, biaya produk rusak, biaya produk cacat. Biaya yang telah diserap produk dalam proses.
Berikut adalah contoh laporan biaya produksi (Gambar 2.2) pada satu departemen dalam buku Akuntansi Biaya karangan Bastian Bustami dan Nurlela (2010:99); PT. X adalah perusahaan pengolahan nanas yang dikemas dalam kaleng untuk dipasarkan dalam negeri, pengolahan dilakukan melalui satu tahap pengolahan yaitu melalui departemen pengolahan. Pada awal september perusahaan baru memulai beroperasi, dengan mengolah nanas sebanyak 8.000 kg, pada akhir September produk selesai yang ditransfer ke gudang sebanyak 7.600 kg, sedangkan yang 400 kg masih dalam proses dengan tingkat penyerapan biaya bahan baku 100%, biaya tenaga kerja 75%, dan biaya overhead pabrik 80%. Biaya yang dikeluarkan untuk mengolah nanas tersebut adalah: biaya bahan baku Rp. 6.000.000,- biaya tenaga kerja Rp. 4.740.000,- dan biaya overhead pabrik Rp. 3.168.000,-
32
Gambar 2.2 Laporan Biaya Produksi PT. X DEPARTEMEN PENGOLAHAN Laporan Biaya Produksi Untuk Bulan September 2007 Skedul Kuantitas Produk Masuk Proses
=
8.000 kg
Produk Selesai Produk Dalam Proses Akhir (100% bahan, 75% Tenaga Kerja, 80% BOP)
=
7.600 kg
=
400 kg 8.000 kg
Biaya Dibebankan Elemen Biaya
Total
E.U.*
Biaya/Kg
Bahan Baku
Rp
6.000.000
8.000 kg
Rp. 750
Tenaga Kerja
Rp
4.740.000
7.900 kg
Rp. 600
BOP
Rp
3.168.000
7.920 kg
Rp. 400
Total
Rp
13.908.000
Rp. 1.750
* Unit Ekuivalen = Produk Selesai + Produk Dalam Proses Akhir x Tingkat Penyelesaian) Bahan Baku = 7.600 kg + (400 kg x 100%) = 8.000 kg Tenaga Kerja = 7.600 kg + (400 kg x 75%) = 7.900 kg BOP
= 7.600 kg + (400 kg x 80%) = 7.920 kg Pertanggungjawaban Biaya
Biaya produk selesai ditransfer = 7.600 kg x Rp. 1750
=
Rp. 13.300.000
Produk dalam proses akhir : Bahan Baku
=
400 kg (100%) x Rp. 750
=
Rp
300.000
Tenaga Kerja Langsung =
400 kg ( 75%) x Rp 600
=
Rp
180.000
BOP
400 kg ( 80%) x Rp 400
=
Rp
128.000
=
Rp.
608.000
Rp. 13.908.000
Sumber: Bastian Bustami dan Nurlela. Akuntansi Biaya. Edisi 2. 2010
33
2.6
Penentuan Harga Pokok Penentuan harga pokok produksi bertujuan untuk mengetahui berapa besarnya
biaya yang dikorbankan dalam hubungannya dengan pengolahan bahan baku menjadi barang jadi atau jasa yang siap untuk dijual dan dipakai. Penentuan harga pokok sangat penting dalam suatu perusahaan, karena merupakan salah satu elemen yang dapat digunakan sebagai pedoman dan sumber informasi bagi pimpinan dalam mengambil keputusan. Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:40): “Penentuan harga pokok adalah bagaimana memperhitungkan biaya kepada suatu produk pesanan atau jasa, yang dapat dilakukan dengan cara memasukkan seluruh biaya produksi atau hanya memasukkan unsur biaya produksi variabel saja.
Dalam penentuan harga pokok tersebut dapat
digunakan dua cara yaitu : Metode kalkulasi biaya penuh (Full Costing) dan Metode kalkulasi biaya variabel (Variable Costing).” 2.6.1
Metode Kalkulasi Biaya Penuh (Full Costing) Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:40) metode kalkulasi
biaya penuh adalah: “Suatu metode dalam penentuan harga pokok suatu produk dengan memperhitungkan semua biaya produksi, seperti biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap.”
Adapun bentuk laporan laba-rugi dalam bentuk metode kalkulasi biaya penuh seperti yang diilustrasikan Armanto Witjaksono (2009:104) seperti dibawah ini:
34
Penjualan Bersih
XXXXX
Harga Pokok Penjualan
(XXXXX)
Laba Kotor
XXXXX
Dikurangi: Biaya Adm. dan Umum
(XXXXX)
Laba Bersih
XXXXX
2.6.2
Metode Kalkulasi Biaya Variabel Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:40), kalkulasi biaya
variabel adalah: “Suatu metode dalam penentuan harga pokok suatu produk, hanya memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel saja seperti bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Dalam metode ini biaya overhead tetap tidak diperhitungkan sebagai biaya produksi tetapi biaya overhead tetap akan diperhitungkan sebagai biaya periode yang akan dibebankan dalam laporan laba-rugi tahun berjalan.” Menurut Mulyadi (2009:10), metode biaya variabel adalah: “Metode penentuan biaya produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berprilaku variabel ke dalam buaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.” Dengan demikian dapat dikatakan bahwa variable costing merupakan metode penentuan harga pokok yang hanya memasukkan komponen biaya yang bersifat variabel sebagai unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.
35
Adapun bentuk laporan laba-rugi dalam bentuk metode kalkulasi biaya variabel seperti yang diilustrasikan Armanto Witjaksono (2009:104) seperti dibawah ini: Penjualan Bersih
XXXXX
Dikurangi biaya variabel; HPP Variabel
XXXXX
B. Penjualan & Umum variabel
XXXXX
Marjin Kontribusi
(XXXXX) XXXXX
Dikurangi biaya tetap; BOP Tetap
XXXXX
B. Penjualan & Umum Tetap
XXXXX
Laba Bersih
(XXXXX) XXXXX