PERSEPSI NASABAH USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) PERBANKAN SYARIAH TERHADAP BENTUK-BENTUK PEMBINAAN NASABAH (Studi kasus Pada Nasabah PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo)
SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Di Susun oleh: FITRI MAYASARI F1306571
PROGRAM S1 NON REGULER JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi berjudul
PERSEPSI NASABAH USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) PERBANKAN SYARIAH TERHADAP BENTUK-BENTUK PEMBINAAN NASABAH (Studi kasus pada nasabah PT. Bank Muamalat indonesia Cabang Surakarta)
Telah diterima dan disetujui dengan baik oleh pembimbing skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, Juni 2010 Disetujui oleh Pembimbing
Dra. Falikhatun, M.Si, Ak NIP. 196811171994032002
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh team penguji skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonmi Jurusan Akuntansi
Surakarta,
Juli 2010
Tim Penguji Skripsi 1. Dra. Falikhatun, M.Si,AK NIP. 19681117 199403 2 002 sebagai pembimbing
(…………………… )
3. Dra.Y. Anni Aryani,M.Prof Acc,Ph.D,AK (…………………….) NIP. 19650918 199203 2 002 sebagai ketua penguji
2. Drs. Hanung Triatmoko, M.Si,Ak (…………………….) NIP. 19661028 199203 1 001 sebagai sekretaris penguji
MOTTO
…….. niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat …… (QS. Al Mujadillah: 11)
Kesulitan yang datang sebelum kemudahan itu laksana rasa lapar yang datang sebelum ada makanan. Sehingga letak kesulitan itu akan tepat beriringan dengan datangnya kemudahan setelah itu, dan makanan akan terasa lezat dimakan ketika bersama rasa lapar. (DR. ‘Aidh al-Qarni)
berhentinya seorang mukmin dari beraktivitas adalah kelalaian. Kekosongan adalah musuh yang mematikan, dan kesenggangan adalah sebuah kemalasan. (DR. ‘Aidh al-Qarni)
Hidup adalah perjuangan dan keyakinan. Perjuangan seorang mukmin sejati tidak akan berhenti sebelum kedua telapak kakinya menginjak pintu surgaNya.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan spesial untuk: 1. Bapak & Ibu, yang saya hormati dan sayangi hingga akhir hayat. 2. Kakak-Kakak-ku, adik-ku, & Keponakan-ku. 3. Pendamping hidupku. 4. Sahabat-sahabatku. 5. Almamater.
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahNya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya tanpa ridha dan bimbinganNya segala sesuatu tidak dapat tewujud, begitupula dengan skripsi ini yang penulis mengambil judul “PERSEPSI NASABAH USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) PERBANKAN SYARIAH TERHADAP BENTUK-BENTUK PEMBINAAN NASABAH”. Penulisan skripsi ini guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar akademika Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya bantuan, dorongan, doa, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Allah SWT, sujud syukurku kepadaMu yang tiada terkira atas segala nikmat dan karuniaMu. 2. Rosullulloh Muhammad SAW, kekasih dan panutan hidupku, serta teladan terbaik sepanjang masa. 3. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bapak Drs. Jaka Winarna, M.Si., Ak, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Ibu Hj. Falikhatun, M.Si.,Ak, selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta dan juga selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini, yang telah banyak meluangkan waktu, kesabaran, dan perhatian yang tinggi dalam memberikan bimbingan serta pengarahan hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini. 6. Seluruh Staff, Karyawan, dan Dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Keluarga besar (Bapak, Ibuk, Kakak-Kakak, adik-adik, saudara-saudara) yang selalu memberi do’a, dukungan, serta dorongan baik materiil maupun spiritual. “ dalam setiap sujudku selalu tersirat secercah do’a buat kalian”. 8. BMT KUBE SEJAHTERA 055 crew’s, terima kasih atas dukungan dan perhatiannya selama ini, serta kelonggaran waktu yang diberikan kepada Q hingga terwujudnya satu dari sekian banyak impian, cita, dan cintaku. “Afwan, mungkin selama ini saya belum bisa memberikan yang terbaik buwat lembaga, tetapi yakinlah apa yang saya lakukan selama ini adalah suatu hasil dari proses untuk menjadi yang terbaik dan lebih baik”. 9. Tiga Serangkai, (Ikka-Nanni-Fitri), matur nuwun sanget nggih atas jalinan persahabatan ini, yang senantiasa ada meski jalan yang dilalui diantara kita sangat berbeda tapi kita punya satu tujuan yang sama. “ jika kita sudah hidup masing-masing, jangan pernah lupakan bahwa kita pernah bersama berada dalam satu perjuangan, yang merangkai dalam satu perjalanan sehingga terajut dalam sebuah ikatan yang bernama SAHABAT”. 10. Temen-temen di Akuntansi C (mb.nur, yuan, niken, hesti, mb.yanti, tina, riries, mb.mia, mb.ari’, metha, hesti “^_^”, novitha, neti, ayuks, Kristina, eppy, andina, nanung, mas wahyu, galuh)..”tetep semangat aja dech….” 11. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga amal kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi semua, khususnya bagi yang akan mengadakan penelitian dengan topik serupa dengan penelitian ini.
Surakarta,
Juli 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ………………………………………………………..
i
ABSTRAKSI ………………………………………………………………..
ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………
iv
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………...
v
MOTTO ……………………………………………………………………..
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………….
vii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………
viii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..
x
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………..
xii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………..
xiii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………..
1
B. Perumusan Masalah …………………………………………………….
8
C. Pembatasan Masalah ……………………………………………………
8
D. Tujuan Penelitian ……………………………………………………….
8
E. Manfaat Penelitian ………………………………………………………
8
F. Sistematika Penelitian …………………………………………………..
9
BAB II. LANDASAN TEORI A. Persepsi …………………………………………………………………
11
B. Perbankan Syariah ………………………………………………………
13
C. Nasabah UMKM ………………………………………………………..
21
D. Pembinaan Nasabah …………………………………………………….
26
E. Keranga Teoritis ………………………………………………………...
27
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ………………………………………………………..
28
B. Teknik Pengambilan Sampel ……………………………………………
29
C. Instrumen Penelitian …………………………………………………….
30
D. Metode Pengumpulan Data …………………………………………….
31
E. Metode Analisis Data …………………………………………………..
31
F. Gambaran Umum Perusahaan ………………………………………….
35
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian …………………………………………………
43
B. Karakteristik Responden ……………………………………………….
44
C. Pengujian Instrumen Penelitian ………………………………………...
46
D. Hasil Analisis Deskriptif ……………………………………………….
49
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan …………………………………………………………….
58
B. Keterbatasan ……………………………………………………………
59
C. Saran ……………………………………………………………………
60
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar II.1 Operasional Bank Syariah …………………………………......
20
Gambar II.2 Kerangka Teoritis ……………………………………………...
27
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel II.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional ……………...
19
Tabel IV.1 Distribusi Kuesioner …………………………………………...
44
Tabel IV.2 Jenis Kelamin Responden ……………………………………...
44
Tabel IV.3 Usia Responden ………………………………………………..
45
Tabel IV.4 Status Perkawinan Responden …………………………………
45
Tabel IV.5 Strata Pendidikan Responden ………………………………….
46
Tabel IV.6 Hasil Uji Validitas ……………………………………………..
47
Tabel IV.7 Hasil Uji Reliabilitas …………………………………………..
48
Tabel IV.8 Hasil Analisis Deskriptif ………………………………………
50
ABSTRAKSI
FITRI MAYASARI NIM. F1306571
PERSEPSI NASABAH USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) PERBANKAN SYARIAH TERHADAP BENTUK-BENTUK PEMBINAAN NASABAH (Studi kasus Pada Nasabah PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo) This research is descriptive research that aims to obtain empirical evidence about customer perception of small micro and medium enterprise (MSMEs) islamic banking to other forms of coaching clients made bay PT. Bank Muamalat Indonesia Solo Branch. Sampling in this study is to use a convenience sampling of BMT or KJKS domiciled in the region of Surakarta and Karanganyar as a customer MSMEs of PT. Bank Muamalat Indonesia Branch Solo. Research using a quesionnaire instrument, whereby the total 30 quesionnaires submitted a quesionnaire and complette the overall stated that its data can be processed. Validity of test result performed with pearson product moment correlation method shows the result for individual items is greather than rtabel statement amounted to 0.36, this means all items that statement is valid. Reliabilty test results performed by the method cronbach's alpha showed the value of 0.8371 or greather than 0.60 so that the instrument is said the statement was reliable. The results of descriptive research showed that respondents are KJKS or BMT as the customer perception or MSMEs provide a good response to the guidance provided by PT. Bank Muamalat Indonsia. This response means that have done PT. Bank Muamalat Indonesia in order to foster quality development which culminated in the ability of customers in a better direction through coaching activities are running well.
Key words: perception, customers, small and medium micro enterprises (MSMEss), Islamic banking, coaching clients.
ABSTRAKSI
FITRI MAYASARI NIM. F1306571
PERSEPSI NASABAH USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) PERBANKAN SYARIAH TERHADAP BENTUK-BENTUK PEMBINAAN NASABAH (Studi kasus Pada Nasabah PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo) Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai persepsi nasabah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) perbankan syariah terhadap bentuk-bentuk pembinaan nasabah yang dilakukan PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan convenience sampling terhadap KJKS atau BMT yang berdomisili di Wilayah Surakarta dan karanganyar sebagai nasabah UMKM Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo. Instrument penelitian menggunakan kuesioner, dimana total kuesioner yang disampaikan sebanyak 30 kuesioner dan secara keseluruhan dinyatakan lengkap sehingga datanya dapat diolah. Dari hasil uji validitas yang dilakukan dengan metode korelasi product moment pearson menunjukkan hasil untuk setiap item pernyataan lebih besar dari rtabel sebesar 0,36, hal ini berarti semua item pernyataan tersebut adalah valid. Hasil uji reliabilitas yang dilakukan dengan metode cronbach’s alpha menunjukkan nilai 0,8371 atau lebih besar dari 0,60 sehingga dikatakan instrument pernyataan tersebut adalah reliabel. Hasil dari penelitian deskriptif menunjukkan bahwa responden yaitu KJKS atau BMT sebagai nasabah UMKM memberikan persepsi atau tanggapan yang baik terhadap pembinaan yang dilakukan oleh PT. Bank Muamalat Indonsia. Tanggapan ini mengartikan bahwa upya yang telah dilakukan PT. Bank Muamalat Indonesia dalam rangka pengembangan kualitas guna menumbuhkan kemampuan nasabah yang bermuara pada arah yang lebih baik melalui kegiatan pembinaan berjalan dengan baik.
Kata kunci: persepsi, nasabah, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), perbankan syariah, pembinaan nasabah.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Masalah utama yang sering dihadapi oleh setiap perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha apapun tidak terlepas dari kebutuhan suatu dana (modal) untuk membiayai usahanya. Kebutuhan akan dana ini sangat diperlukan baik untuk modal investasi atau modal kerja yang lainnya. Dana memang dibutuhkan baik untuk perusahaan yang baru maupun yang sudah lama berjalan bertahuntahun. Dana juga diperlukan baik oleh pengusaha mikro, kecil, menengah, dan atas. Ketika banyak masyarakat yang memerlukan dana, maka muncullah perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan yang memegang peranan sangat penting dalam memenuhi dana (modal) masyarakat, khususnya dunia bisnis (Sholahuddin & Hakim, 2008). Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang keuangan atau yang sering disebut dengan lembaga keuangan. Kegiatan utama lembaga keuangan adalah menghimpun uang yang sementara belum digunakan oleh pemiliknya kemudian membiayai permodalan suatu bidang usaha. Selain itu kegiatan lainnya lembaga keuangan tidak terlepas dari jasa keuangan. Kasmir (2002), mendefinisikan lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, menghimpun dana, menyalurkannya, atau keduaduanya. Sholahuddin & Hakim (2008) menyatakan bahwa lembaga keuangan bank merupakan lembaga keuangan yang memberikan jasa keuangan yang paling lengkap. Usaha keuangan yang dilakukan disamping menyalurkan dana atau
memberikan pinjaman (pembiayaan) juga melakukan usaha menghimpun dana masyarakat luas dalam bentuk simpanan. Kemudian usaha bank lainnya memberikan jasa-jasa keuangan yang mendukung dan memperlancar kegiatan memberikan pinjaman dengan kegiatan menghimpun dana. Dalam praktiknya lembaga keuangan bank syariah terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Perkembangan lembaga-lembaga keuangan yang menjalankan praktik bisnisnya berlandaskan prinsip syariah di Indonesia menunjukkan perkembangan yang cukup pesat, hal ini di tandai dengan semakin bertambahnya jumlah dan semakin beragamnya jenis lembaga yang menggunakan prinsip syariah misalnya pegadaian syariah, asuransi syariah, dan bank syariah. Disamping itu juga banyak bank konvensional yang membuka cabang perbankan yang bersifat syariah. Perusahaan-perusahaan perbankan tersebut bukanlah hanya sekedar mencobacoba untuk mengembangkan prinsip syariah tetapi faktor yang paling penting lainnya adalah permintaan konsumen untuk dibentuknya perbankan syariah. Kepercayaan masyarakat terhadap bank syariah merupakan nilai lebih tersendiri bagi perbankan syariah. Nasabah bank syariah dari waktu ke waktu semakin meningkat, terbukti semakin maraknya pangsa pasar bank syariah yaitu seperti Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah, BTN Syariah, dll (Noormila, 2006). Bank syariah muncul di Indonesia dikarenakan oleh dorongan keinginan masyarakat Indonesia (terutama masyarkat islam) yang berpandangan bahwa bunga dalam bank merupakan riba, sehingga dilarang dalam islam. Prinsip perbankan syariah ini secara tegas dinyatakan dalam UU Nomor 10 Tahun 1998,
yang kemudian diperbaruhi dengan UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang bank Indonesia dan UU Nomor 3 Tahun 2004, dan pada 16 juli 2008 telah disahkan undang-undang perbankan syariah terbaru yaitu UU Nomor 21 Tahun 2008. Perkembangan lembaga keuangan yang menggunakan prinsip syariah dimulai pada tahun 1992, yang dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) sebagai bank yang menggunakan prinsip syariah pertama di indonesia. Keinginan dilaksanakannya ekonomi islam timbul dari kesadaran bahwa islam adalah ajaran yang komprehensif dan universal yang didalamnya memuat ajaran segenap aspek kehidupan manusia termasuk di bidang ekonomi. Selain itu kegagalan ekonomi sosialis dan kapitalis dengan terjadinya krisis moneter sejak tahun 1997 berdampak pada perekonomian hampir semua negara di dunia. Krisis yang menyebabkan ketidakstabilan ekonomi menjadikan setiap negara mencari solusi dalam mengatasi krisis akan mampu bertahan. Di Indonesia sendiri, dampak krisis global menimpa hampir di semua sektor kehidupan, terutama bidang ekonomi, hal ini dapat dilihat dari ketidakstabilan nilai tukar rupiah, gelombang PHK yang semakin kencang, bahkan banyaknya usaha-usaha mikro yang mengalami kebangkrutan. Dalam kondisi seperti ini, sistem ekonomi islam dijadikan sebagai salah satu solusi dalam menghadapi krisis. Mengingat saat ini banyak berdiri bank-bank syariah, sehingga tidak menutup kemungkinan terjadi persaingan antara bank syariah yang satu dengan yang lainnya. Adanya persaingan yang ketat antar bank syariah tersebut, bank-bank syariah berusaha menjadi mitra usaha yang baik bagi masyarakat. Karena menciptakan hubungan kemitraan yang baik dengan nasabah merupakan salah
satu tujuan lembaga keuangan tersebut. Hubungan yang baik dengan nasabah merupakan nilai tambah yang sangat menguntungkan dan membangun jembatan kemitraan serta mendorong nasabah untuk menjalin hubungan yang kuat dengan lembaga/perusahaan. Dalam jangka panjang, menjadikan lembaga/perusahaan memahami harapan serta kebutuhan nasabah dan selanjutnya menciptakan kepuasan nasabah. Peran bank syariah dalam pembinaan dan pengembangan koperasi dan UMKM memang sangat dibutuhkan, hal ini bertujuan untuk meningkatkan fungsi dan perannya sebagai bagian integral dalam perekonomian nasional. Tujuan lain adalah untuk menumbuhkannya menjadi usaha yang efisien, sehat dan mampu menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Pembinaan perlu diwujudkan dalam bentuk bimbingan pengelolaan usaha, peningkatan SDM dan diversifikasi usaha. Karena itulah, agar UMKM bisa diberdayakan secara optimal guna meningkatkan derajat sosial ekonomi masyarakat, perlu penanganan tepat, antara lain: 1. Minat yang disertai kemampuan pengelola UMKM perlu senantiasa ditumbuhkembangkan dengan baik. Untuk itu perlu didukung adanya wawasan dan keterampilan manajemen usaha. 2. Terkait dengan permodalan. Modal memang perlu ada dan didukung peningkatannya dengan pemberian bantuan modal dari berbagai pihak. 3. Peran pemerintah dan perbankan dalam pembinaan UMKM perlu lebih ditingkatkan dengan orientasi pengembangan UMKM.
Pengembangan UMKM tersebut diarahkan kepada pola kemitraan, dimana UMKM melakukan hubungan kemitraan dengan usaha besar baik yang memiliki keterkaitan usaha maupun tidak. Program pengembangan UMKM tersebut antara lain pemasaran dan jaringan usaha, dengan tujuan agar UMKM mampu menguasai, mengelola, dan mengembangkan pasar pembiayaan usaha. Program pengembangan lainnya dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas SDM atau profesionalisme
UMKM,
ketidaksempurnaan
pasar,
dengan
tujuan
keterbatasan
membantu
akses
dalam
informasi,
mengatasi
meningkatkan
produktifitas dan daya saing dalam penguasaan informasi, serta agar mampu melihat, menilai, dan memahami perkembangan dan prubahan yang terjadi dalam lingkungannya dan cepat tanggap mengantisipasi setiap perubahan (Zulkifli, 2009). Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor UMKM adalah sektor yang sangat vital bagi perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan berdasarkan sejarah perjalanan perekonomian bangsa ini, sektor UMKM adalah sektor yang mampu menyumbang banyak kontribusi dalam memajukan perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan besarnya kontribusi sektor UMKM terhadap PDB Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Ketika terjadi krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997, sektor UMKM tetap mampu bertahan dan tetap memberikan kontribusi yang positif bagi perekonomian Indonesia di saat sektor yang lain sebagian besar mengalami pertumbuhan yang negatif. Di samping mampu memberikan kontribusi posistif dalam sisi Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia, sektor UMKM juga merupakan sektor yang mampu menyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia. Hal inilah yang mendasari pemerintah kita
untuk terus mendukung kemajuan pengembangan sektor UMKM. Sehingga sektor UMKM dapat tumbuh maju dengan pesat yang akhirnya mampu menyumbang pemasukan negara serta dapat menjaring banyak tenaga kerja dalam jumlah signifikan yang akhirnya mampu dapat mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia. Di samping dukungan stimulus dari pemerintah, sektor UMKM juga sangat membutuhkan dukungan permodalan untuk memajukan usahanya. Bantuan financial atau permodalan itu mampu disokong oleh lembaga keuangan terutama oleh bank melalui fasilitas kredit atau pembiayaan sehingga dengan bantuan pembiayaan tersebut, para pelaku usaha dalam
sektor UMKM dapat
mengembangkan usaha yang dirintisnya dengan lebih cepat. Menurut Fitria (2009) dalam kaitan strategi peningkatan pembiayaan kepada sektor UMKM kedepan, maka perlu mencakup empat aspek pokok yaitu: a. Strategi untuk penguatan iklim investasi dan iklim usaha yang kondusif bagi sektor UMKM. b. Strategi untuk penguatan kemampuan kewirausahaan dan kegiatan usaha sektor UMKM. c. Strategi penguatan sektor keuangan khususnya perbankan dalam pembiayaan kepada sektor UMKM. d. Strategi untuk pengembangan berbagai perangkat penunjang (infrastruktur) bagi peningkatan pembiayaan sektor UMKM. Dalam pengembangan UMKM, maka perlu pembinaan yang integral agar terbentuk jiwa dan etos kerja kewirausahaan. Upaya pengembangan sektor UMKM merupakan sebuah hal yang niscaya jika pihak terkait hendak merintis
upaya meningkatkan kesejahteraan. Pemberdayaan ini merupakan isu nasional yang hingga saat ini belum terpecahkan secara optimal. Kesempatan dalam pengembangan dan pembinaan tersebut sangat tebuka bagi perbankan syariah dalam pengelolaan UMKM melalui sistem bagi hasil. Selain memenuhi nilai-nilai ketuhanan, sistem ini pada saatnya akan mampu memberikan kontribusi perluasan sumber dana dan peningkatan jumlah objek pajak. Kesemuannya ini akan bermuara pada sistem kehidupan yang berkeadilan menuju pada kesejahteraan umat. Terkait uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai persepsi atau tanggapan nasabah perbankan syariah terhadap bentuk-bentuk pembinaan nasabah PT. Bank Muamalat Indonesia. Alasan utama peneliti mengambil tema tersebut, karena sepengetahuan peneliti belum pernah ada penelitian sebelumnya yang mengangkat tema tersebut. Adapun PT. Bank Muamalat Indonesia dijadikan tempat penelitian karena PT. Bank Mumalat Indonesia sebagai Bank yang menggunakan prinsip syariah pertama di Indonesia. Dasar inilah yang menjadi alasan bagi penulis untuk mengangkat tema ini dalam penulisan skripsi dengan judul “ Persepsi Nasabah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Perbankan Syariah Terhadap Bentuk-Bentuk Pembinaan nasabah”, studi kasus pada nasabah PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Surakarta.
B. Perumusan Masalah Mengacu pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka permasalahan yang ingin diteliti oleh peneliti adalah bagaimana persepsi nasabah UMKM perbankan syariah terhadap bentuk-bentuk pembinaan nasabah yang telah dilakukan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Surakarta?
C. Pembatasan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini terbatas hanya pada persepsi atau tanggapan para nasabah UMKM terhadap bentuk-bentuk pembinaan nasabah PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Surakarta, tidak meluas pada hal-hal lainnya.
D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan jawaban terhadap masalah yang akan dikaji dalam penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris mengenai persepsi nasabah UMKM perbankan syariah terhadap bentuk-bentuk pembinaan nasabah PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Surakarta.
E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian merupakan kegunaan yang akan diperoleh dari suatu penelitian. Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan manfaat praktis dalam rangka memecahkan masalah aktual:
1. Bagi
Perusahaan,
Untuk
memberikan
sumbangan
pemikiran
bagi
pengembangan dan perbaikan managemen khususnya terkait dengan persepsi nasabah perbankan syariah terhadap bentuk-bentuk pembinaan nasabah PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Surakarta. 2. Bagi penulis, melalui penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sarana untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh dan menambah pengetahuan tentang perbankan syariah. 3. Bagi civitas akademika FE UNS, melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dan digunakan sebagai tambahan referensi kepustakaan karya ilmiah bagi penelitian selanjutnya.
F. SISTEMATIKA PENELITIAN BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penelitian. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi landasan teori yang mencakup hal-hal yang berhubungan dengan persepsi, nasabah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), perbankan syariah, pembinaan nasabah, kerangka teoritis. BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini mengenai desain penelitian, teknik pengambilan sampel, instrumen penelitian, metode pengumpulan data, teknik pengumpulan data, metode analisis data, dan gambaran umum perusahaan. BAB IV: ANALISIS DATA Bab ini menguraikan tentang pelaksanaan penelitian, karakteristik responden, hasil pengolahan data, hasil anaisis, dan pembahasan. BAB V : PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis data penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran-saran pengembangan penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Persepsi 1. Definisi Persepsi Pengertian persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indera. Persepsi, menurut Rakhmat jalaludin (1998) adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Secara umum persepsi dapat diartikan sebagai proses kognitif yang dialami setiap orang dalam memahami setiap informasi tentang lingkungan melalui panca inderanya (penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, perasa). Hal ini terjadi karena persepsi melibatkan penafsiran individu pada obyek tertentu maka masingmasing individu akan memiliki persepsi yang berbeda walaupun melihat obyek yang sama. Definisi lain persepsi adalah suatu proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan seseorang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya. Persepsi dapat dirumuskan sebagai suatu proses penerimaan, pemilihan, pengorganisasian, serta pemberian arti terhadap rangsang yang diterima (Milton dalam Arisandy, 2004). Namun demikian pada proses tersebut tidak hanya sampai pada pemberian arti saja tetapi akan mempengaruhi perilaku yang akan dipilihnya sesuai dengan rangsang yang diterima dari lingkungannya. Proses persepsi melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Penerimaan rangsang. Pada proses ini, individu menerima rangsangan dari berbagai sumber. Seseorang lebih senang memperhatikan salah satu sumber dibandingkan dengan sumber lainnya, apabila sumber tersebut mempunyai kedudukan yang lebih dekat lagi atau lebih menarik baginya. 2. Proses penyeleksi rangsangan. Setelah rangsangan diterima kemudian diseleksi disini akan telibat proses perhatian. Stimulus itu diseleksi untuk kemudian diproses lebih lanjut. 3. Proses pengorganisasian. Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. 4. Proses penafsiran. Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima kemudian menafsirkan data tersebut dengan berbagai cara. Setelah data itu dipersepsikan maka telah dapat dikatakan sudah terjadi persepsi. Karena persepsi pada pokoknya memberikan arti kepada berbagai informasi yang diterima. 5. Proses pengecekan. Setelah data ditafsir, si penerima mengambil beberapa tindakan untuk mengecek apakah yang dilakukan benar atau salah. Penafsiran ini dapat dilakukan dari waktu ke waktu untuk menegaskan apakah penafsiran atau persepsi dibenarkan atau sesuai dengan hasil proses selanjutnya. 6. Proses reaksi. Lingkungan persepsi itu belum sempurna menimbulkan tindakan-tindakan itu biasanya tersembunyi atau terbuka.
Menurut pendapat Wargito dalam Tinna (2005), agar individu dapat menyadari dan dapat mengadakan persepsi maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu: a. Adanya obyek yang dipersepsikan. Obyek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat indra (reseptor), dapat datang dari dalam, yang langsung mengenai syaraf penerima (sensoris) yang bekerja sebagai reseptor. b. Alat indra atau reseptor. Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu harus ada pula syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran sebagai alat untuk mengadakan respons yang diperlukan pula syaraf motorik. c. Perhatian. Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi sesuatu diperlukan pula adanya perhatian, yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi. Tanpa perhatian tidak akan terjadi persepsi.
B. Perbankan Syariah 1. Definisi Bank Syariah Bank, sebagaimana didefinisikan dalam UU Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Bank merupakan lembaga perantara antara pemilik modal dan pengguna modal. dalam hal ini, bank berusaha untuk menghimpun dana dari masyarakat untuk disalurkan kepada pengguna dana yang pada umumnya adalah pengusaha atau konsumen. Menurut Muhamad (2001) Perbankan adalah suatu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan jasa pengiriman uang. Menurut UU Republik Indonesia No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 1 butir 1. Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Untuk bank syariah, pada dasarnya ketiga fungsi tersebut dapat dilakukan, kecuali bila dalam melaksanakan fungsinya perbankan melakukan hal-hal yang dilarang dalam syariah. Perbankan syariah adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan prinsip syariah (hukum) islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram. Bank islam atau di Indonesia disebut bank syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau lainnya) berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara pihak lain untuk
penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai syariah yang bersifat makro atau mikro. Setiap lembaga keuangan syariah mempunyai falsafah mencari keridhaan Alloh SWT untuk memperoleh kebaikan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, setiap kegiatan keuangan yang dikhawatirkan menyimpang dari tuntunan agama, harus dihindari antara lain: a. Menjauhkan diri dari unsur riba. Hal ini dapat dilakukan dengan cara: 1. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka secara pasti keberhasilan suatu usaha. 2. Menghindari penggunaan sistem persentase untuk pembebanan biaya terhadap hutang atau pemberian imbalan terhadap simpanan yang mengandung unsur melipatgandakan secara otomatis hutang atau simpanan tersebut hanya karena berjalannya waktu. 3. Menghindari penggunaan sistem perdagangan atau penyewaan barang ribawi lainnya dengan memperoleh kelebihan baik kuantitas maupun kualitas. 4. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka tambahan atas hutang yang bukan atas prakarsa yang mempunyai hutang secara sukarela. b. Menerapkan sistem bagi hasil dan perdagangan. 2. Tujuan Berdiri Pendirian Bank syariah seperti dalam Sudarsono (2003) mempunyai beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut:
a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat secara islam, khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis usaha atau perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan), dimana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi rakyat. b. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang besar antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana. c. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang usaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian usaha. d. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya merupakan program utama dari negara-negara yang sedang berkembang. Upaya bank syariah ini mengentaskan kemiskinan berupa pembinaan nasabah yang lebih mengutamakan sifat kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap seperti program pembinaan pengusaha produsen, pembinaan pedagang
perantara,
program
pembinaan
konsumen,
program
pengembangan modal kerja, dan program pengembangan usaha bersama. e. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Aktivitas bank syariah diharapkan mampu mengindarkan dari gejolak pemanasan ekonomi akibat
inflasi dan menghindari persaingan yang tidak sehat antar lembaga keuangan. f. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat islam terhadap bank konvensional. 3. Ciri-Ciri bank Syariah Bank Syariah mempunyai ciri-ciri berbeda dengan bank konvensional, adapun ciri-ciri bank syariah yang diungkapkan oleh Sudarsono (2003) adalah: a. Beban biaya yang dsepakati bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal, yang besarnya tidak kaku dan dapat dilakukan dengan kebebasan untuk tawar-menawar dalam batas wajar. Beban biaya tersebut hanya dikenakan sampai batas waktu sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak. b. Penggunaan
persentase
dalam
hal
kewajiban
untuk
melakukan
pembayaran selalu dihindari, karena presentase bersifat melekat pada sisa utang meskipun batas waktu perjanjian telah berakhir. c. Didalam kontrak-kontrak pembiayaan proyek, bank syariah tidak menetapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti yang ditetapkan dimuka, karena pada hakekatnya yang mengetahui tentang ruginya suatu proyek yang dibiayai bank hanyalah Alloh SWT. d. Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan oleh penyimpan dianggap sebagai titipan (al-wadiah) sedangkan bagi bank dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada
proyek-proyek yang dibiayai bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah sehingga pada penyimpan tidak dijanjikan imbalan yang pasti. e. Dewan
Pengawas
Syariah
(DPS)
bertugas
untuk
mengawasi
operasionalisasi bank dari sudut syariah. Selain itu manajer dan pimpinan Bank syariah harus menguasai dasar-dasar muamalah islam. f. Fungsi kelembagaan bank syariah selain menjembatani antara pihak pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana, juga mempunyai fungsi khusus yaitu fungsi amanah, artinya berkewajiban menjaga dan bertanggung jawab atas keamanan dana yang disimpan dan siap sewaktuwaktu apabila dana diambil pemiliknya. 4. Perbedaan Antara Bank Konvensional dan Bank Syariah Bank syariah sebagai salah satu bagian sistem perbankan juga memiliki fungsi yang sama dengan bank konvensional, yaitu sebagai administrator sistem pembayaran dan sebagai lembaga perantara keuangan. Namun ada perbedaan filosofi dan sistem operasional antara bank syariah dengan bank konvensional yaitu adanya internalisasi nilai-nilai dan aturan-aturan islam dalam perbankan syariah. Perbedaan-perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional dalam Sholahudin & Hakim (2008), dinyatakan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel II.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Bank Syariah
Bank Konvensinal
1. Melakukan Investasi yang halal. 1. Investasi yang halal dan haram. 2. Berdasarkan pada prinsip bagi hasil, 2. berdasarkan perangkat bunga. jual-beli, atau sewa. 3. Profit dan falah oriented. 3. Profit oriented. 4. Hubungan dengan nasabah dalam 4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan. bentuk hubungan antara debiturdebitur. 5. Penghimpunan dan penyaluran dana 5. Tidak terdapat Dewan sejenis. harus disesuaikan dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah. 6. Hubungan investor-investor (mutual 6. Hubungan kreditor-kreditor dimana investment relationship) yang kreditur (termasuk pengertian berlandaskan kepada prinsip bagi hasil deposan) telah ditetapkan besarnya (profit and loss sharing), transaksi pendapatan yang menjadi haknya perdagangan, dan pelayanan transaksi dalam bentuk bunga (interest), keuangan lainnya, demikian juga sebaliknya terhadap debitur (termasuk pengertian bank sebagai penerima dana deposan) 7. Tunduk kepada syariat islam yang 7. Semata-mata berorientasi pada rate melarang investasi pada bisnis yang of return dan kelayakan arus kas. diharamkan dan harus berlandaskan Jika ada pembatasan, terutama kepada keadilan, produktivitas, dan dikarenakan nilai-nilai etika yang kemanfaatan bagi manusia. dapat berubah sesuai nilai yang dianut pada masyarakat. 8. Lebih variatif dan luas, meliputi sistem 8. Terbatas hanya pada mekanisme bagi hasil, investment banking, jualpinjam-meminjam dengan beli, sewa, anjak piutang, novasi, dan instrument bunga. Beberapa jasa lainnya yang tidak bertentangan transaksi financial lainnya adalah dengan syariat islam. derivative (option & exchange) dan investasi pada instrument surat berharga dan saham. 9. Akuntansi dan penyajian laporan 9. Akuntansi dan penyajian laporan keuangan berorientasi kepada keuangan berorintasi kepada pertanggungjawaban bisnis dan sosial, kepentingan para pemegang saham, berlandaskan aspek transparansi, dan tidak dikenal konsep akuntabilitas kepada seluruh stake pertanggungjawaban sosial dan holders, dan keadilan. Sistem keadilan. pencatatan dan pelaporan mengacu pada standar akuntansi sesuai dengan prinsip syariah.
5. Operasional Bank Syariah Operasional bank syariah baik dalam menghimpun dana maupun dalam penyalurannya menggunakan prinsip syariah. Adanya ketentuan bahwa akad dalam penghimpunan dana dan penyaluran dana tersebut maka bank syariah akan memberikan manfaat kepada semua pihak yang berkepentingan. Selain itu kejelasan akad akan membantu dalam operasional bank sehingga lebih efisien dan akan meningkatkan kepastian hukum oleh berbagai pihak termasuk bagi pengawas dan auditor bank syariah. Ketentuan persyaratan minimum akad ini disusun berpedoman kepada fatwa yang diterbitkan oleh Dewan Syariah Nasional dan Peraturan Bank Indonesia No. 7/46/PBI/2005 tentang akad penghimpunan dan penyaluran dana bagi bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan pada prinsip syariah (Sholahudin & Hakim, 2008). Gambaran operasional bank syariah secara ringkas sebagai berikut: Penghimpunan dana Wadiah yad
dhamanah
Penyaluran Dana P O O LI N G D A N A
Mudharabah Mutlaqah (Investasi tidak terikat)
Lainnya (modal, dsb)
Pendapatan
Prinsip Bagi Hasil
Prinsip Jual-Beli
Bagi Hasil / Laba-Rugi
Margin
Tabel Bagi hasil
Laporan Laba Rugi Pendapatan Mdh Mutlaqah (Investasi tidak terikat) Agen: Mudharabah Muqoyyadah ( Investasi Terikat) Pendapatan berbasis imbalan (fee base income)
Jasa Keuangan : Wakalah, kafalah, sharf
Gambar II.1 Operasional Bank Syariah
C. Nasabah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) 1. Pengertian Nasabah Pengertian Nasabah dalam wikipedia adalah pihak yang menggunakan jasa bank, baik itu untuk keperluannya sendiri maupun sebagai perantara bagi keperluan pihak lain. Kamus perbankan mendefinisikan nasabah sebagai orang atau badan yang mempunyai rekening simpanan pinjaman pada bank (Anik, 2009). Sedangkan menurut Tim Penyusun Kamus Bahasa, mendefinisikan nasabah sebagai orang yang biasa berhubungan dengan atau menjadi pelanggan bank. Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa nasabah adalah orang atau badan yang menjadi pelanggan bank yang mempunyai rekening simpanan dan/atau pinjaman. 2. Pengertian Usaha Mikro, kecil dan Menengah (UMKM) Kriteria Usaha mikro, kecil, dan menengah perlu diketahui oleh para pelaku UMKM agar dapat menyesuaikan usahanya dengan kriteria sesuai dengan Undang-Undang atau Keputusan Menteri Keuangan. Berikut ini kriteria UMKM menurut UU No. 6 Tahun 2008: a. Usaha mikro Merupakan usaha produktif milik keluarga atau perorangan warga negara indonesia yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), dan tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah. Ciri-ciri usaha mikro, antara lain:
1. Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu berubah dapat berganti. 2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat. 3. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekaliupun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan kegiatan usaha. 4. SDM belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai. 5. tingkat pendidikan rata-rata relitif sangat rendah. 6. umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya. Contoh usaha mikro, antara lain: 1. Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan peternak, nelayan, dan pembudidaya. 2. Industri makanan dan minuman, industri meubelair pengolahan kayu dan rotan, industri pandai besi pembuat alat-alat. 3. Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar. 4. Usaha jasa, seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek, dan penjahit. Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro adalah suatu segmen pasar yang cukup potensial untuk dilayani dalam upaya meningkatkan fungsi mediasinya karena usaha mikro mempunyai karakteristik positif dan unik yang tidak selalu dimiliki oleh usaha non mikro, antara lain: 1. Perputaran usaha cukup tinggi, kemampuan menyerap dana yang mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap berjalan bahkan teris berkembang.
2. Tidak sensitive terhadap suku bunga. 3. Tetap berkembang walaupun dalam situasi krisis ekonomi dan moneter. 4. Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu, dan dapat menerima bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat.
b. Usaha Kecil Merupakan usaha produktif milik warga negara indonesia yang berbentuk badan usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, dan/atau badan usaha yang berbadan hukum (termasuk koperasi), bukan merupakan anak atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung atau tidak langsung dengan usaha menengah atau besar. Usaha kecil memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan memiliki hasil penjualan tahuan lebih dari Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai paling banyak Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah). Ciri-ciri usaha kecil: 1. Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah. 2. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah. 3. Pada umunya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha.
4. Sudah memiliki perizinan usaha dan persyaratan legalitas lainnya. 5. SDM memiliki pengalaman dalam berwirausaha. 6. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal. 7. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti business planning. Contoh usaha kecil: 1. Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja. 2. Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya. 3. Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan rotan, industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi, dll. 4. Koperasi berskala kecil.
c. Usaha Menengah Merupakan usaha produktif milik WNI, yang berbentuk badan usaha perorangan, badan usaha tidak berbadan hukum, atau badan usaha berbadan hukum (termasuk koperasi), bukan merupakan anak atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung atau tidak langsung dengan usaha besar. Usaha besar memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai paling banyak Rp. 50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah). Ciri-Ciri usaha menegah, antara lain:
1. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur, bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas anata lain, bagian keuangan, bagian pemasaran, dan bagian produksi. 2. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan. 3. Telah memiliki aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada jamsostek, pemeliharaan kesehatan, dll. 4. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas atara lai izin tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan, dll. 5. Sudah akses ke sumber-sumber pendanaan perbankan. 6. Pada umunya telah miliki SDM yang terlatih dan terdidik. Jenis atau macam usaha menengah hampir menggarap komoditi dari seluruh sektor mungkin hampir secara merata, antara lain: a. Usaha pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan skala menengah. b. Usaha perdagangan (grosir), termasuk ekspor dan impor. c. Usaha jenis EMKL (ekpedisi muatan kapal laut), garment dan jasa transportasi taxi dan bus antar propinsi. d. Usaha industri makanan dan minuman, elektronik dan logam. e. Usaha pertambangan batu gunung untuk konstruksi dan marmer buatan. f. Koperasi dalam skala menengah.
D. Pembinaan Nasabah. Pengertian pembinaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, menyebutkan bahwa pembinaan adalah suatu usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Definisi lain tentang pembinaan dalam Permenkop No.2/per/M.KUKM/I/2008 menyebutkan bahwa pembinaan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat melalui pemberian bimbingan, bantuan perkuatan untuk menumbuhkan, dan meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi usaha yang tangguh dan mandiri, sebagaimana diatur dalam menurut Undangundang tentang usaha kecil. Pembinaan ini dimaksudkan agar pengelolaan UMKM dilakukan secara baik sehingga menumbuhkan kepercayaan dari pihak-pihak terkait, seperti anggota, calon anggota, atau koperasi lain. Tugas pembinaan secara umum meliputi: 1.
Memantau perkembangan UMKM secara berkala melalui laporan keuangan yang bersangkutan.
2.
melakukan pemeriksaan UMKM
secara meyeluruh baik yang
menyangkut mengenai organisasi maupun usahanya. 3.
Melakukan penilaian UMKM secara menyeluruh.
Ciri-ciri pembinaan menurut Mappa (2003) adalah sebagai berikut: 1. Pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka mencapai setinggitingginya tingkat kematangan dan tujuan. 2. Prosedur pembinaan dirancang sedemikian rupa agar tujuan yang hendak dicapai terarah.
3. Pembinaan sebagai pengatur proses belajar harus merancang dan memilih peristiwa yang sesuai dengan anak binaan. 4. Pembinaan diartikan sebagai usaha untuk menata kondisi yang pantas.
E. Kerangka Teoritis Menurut waktunya, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian cross sectional, karena pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan satu kali dalam periode tertentu untuk menjawab pertanyaan penelitian. Apabila dilihat dari tujuannya, penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk menguraikan aspek-aspek fenomena atau karakteristik variabel. Penelitian yang akan dilakukan ini untuk menguraikan aspek atau fenomena yang dialami oleh nasabah terkait dengan persepsi mereka sebagai nasabah perbankan syariah terhadap pembinaan nasabah PT. Bank Muamalat Indonesia. Kerangka teoritis dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Nasabah UMKM
Persepsi
Gambar II.2 Kerangka toritis
Bentuk-bentuk pembinaan nasabah
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian yang ilmiah dapat dipercaya kebenarannya apabila disusun dengan menggunakan suatu metode yang tepat. Metode merupakan cara kerja atau tata kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang
bersangkutan.
Metode
adalah
pedoman-pedoman,
cara
seseorang
mempelajari dan memahami lingkungan yang dihadapi (Soerjono Soekanto, 2006). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode-metode sebagai berikut: A. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan perencanaan, struktur, dan strategi penelitian dalam rangka menjawab pertanyaan dan mengendalikan penyimpangan yang mungkin terjadi. Menurut tujuannya penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif
yang bertujuan untuk melukiskan atau
medeskripsikan suatu variabel atau kondisi-kondisi sesuatu yang nyata, sehingga dapat diketahui tentang status sesuatu. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menggambarkan bagaimana persepsi nasabah UMKM perbankan syariah terhadap bentuk-bentuk pembinaan nasabah PT. Bank Muamalat Indonesia.
Menurut
horizon waktu, penelitian ini termasuk dalam studi cross sectional. Penelitian ini dilakukan dengan data yang hanya sekali dikumpulkan, mungkin selama periode harian, mingguan, atau bulanan, dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian. Penelitian ini tidak diarahkan untuk menguji hipotesis dalam pengambilan suatu keputusan.
B. Teknik Pengambilan Sampel Keputusan lain dalam penelitian yang penting adalah keputusan untuk melakukan seleksi terhadap individu dari obyek yang akan dikaji. 1. Populasi Populasi merupakan keseluruhan obyek yang diteliti dan terdiri atas sejumlah individu, baik yang terbatas (finite) maupun tidak terbatas (infinite) (Murti & Salamah, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah nasabah UMKM Perbankan syariah yang memperoleh pembiayaan di PT. Bank Muamalat Indonesia cabang Surakarta di Eks-Karisidenan Surakarta. 2. Sampel Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi (Murti & Salamah, 2006). Apa yang dipelajari dari sampel, maka kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Kriteria sampel yang baik menurut Jogianto (2004) harus memenuhi dua kriteria sebagai berikut: a. Akurat. Sampel yang akurat adalah sampel yang tidak bias. Beberapa cara dapat dilakukan untuk meningkatkan akurasi dari sample antara lain: g. Pemilihan sampel berdasarkan proksi yang tepat. h. Menghindari bias diseleksi sampel. i. menghindari bias hanya di perusahaan-perusahaan yang bertahan. b. Presisi. Sampel yang mempunyai presisi yang tinggi adalah yang mempunyai kesalahan pengambilan sampel (sampling error) yang rendah. Kesalahan
pengambilan sampel (sampling error) adalah seberapa jauh sampel berbeda dari yang dijelaskan oleh populasinya. Presisi diukur dengan standar error of estimate. Semakin kecil standard error of estimate semakin tinggi presisi sampelnya. Presisi dapat ditngkatkan dengan jumlah sampelnya. Semakin besar jumlah sampel, semakin kecil kesalahan standar estimasinya. Sampel pada penelitian ini adalah Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) atau Baitul Maal wat tamwil (BMT) yang berdomisili di wilayah Surakarta dan karanganyar sebagai nasabah UMKM perbankan syariah yang memperoleh pembiayaan dari PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo. Pemilihan sampel ini lebih ditekankan pada pihak-pihak yang berhubungan langsung atau berkaitan langsung dengan Bank Muamalat Indonesia. 3. Teknik Sampling Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Convenience sampling. Convenience sampling atau pengambilan sampel secara nyaman dilakukan dengan memilih sampel bebas berkehendak penelitinya. pengambilan sampel ini merupakan suatu
Teknik
teknik pengambilan sampel
nonprobability dimana informasi atau data penelitian diperoleh dari anggota populasi yang dapat dengan mudah diakses oleh peneliti.
C. Instrumen penelitian Instrumen penelitian yang digunakan peneliti berupa kuesioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya yang akan responden jawab, biasanya dengan alternatif yang didefinisikan dengan jelas
(Sekarang, 2006). Tipe kuesioner menggunakan pertanyaan terbuka dan tertutup, dimana peneliti selain akan meminta responden untuk membuat pilihan di antara serangkaian alternatif yang diberikan dinyatakan dalam skala likert, juga responden dapat menjawab cara yang mereka pilih. Skala likert merupakan metode mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap subyek, obyek, atau kejadian tertentu lainnya (Sekaran, 2006).
D. Metode Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini diperoleh dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer berupa data yang dapat memberikan informasi secara langsung mengenai segala hal yang berkaitan dengan obyek penelitian. Data primer diperoleh dari jawaban responden terhadap pertanyaan yang diajukan peneliti melalui kuesioner yang dilakukan terhadap responden yang menjadi sampel penelitian. Sedangkan sumber data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan oleh seseorang, dan bukan peneliti yang melakukan studi mutakhir (Sekaran, 2006). Data sekunder diperoleh dari jurnal, skripsi, buku kepustakaan, dan literatur yang diakses melalui internet, penelusuran dokumen, ataupun publikasi informasi.
E. Metode Analisis Data Analisis data adalah kegiatan mengelompokkan, membuat suatu urutan, serta mengolah data sehingga mudah dibaca. Penelitian ini menganalisis data yang berasal dari hasil gradasi kuesioner dengan menggunakan skala likert. Skala ini
menggunakan rentang nilai (skor) 1 sampai 5. alternatif jawaban yang dipakai dalam kuesioner yaitu: a. Sangat Tidak Setuju (STS)
: Skor 1
b. Tidak Setuju (TS)
: Skor 2
c. Ragu-Ragu (R)
: Skor 3
d. Setuju (S)
: Skor 4
e. Sangat Setuju (SS)
: Skor 5
Alternatif jawaban “STS” sebenarnya berada pada kategori “TS” tetapi dengan tingkat gradasi yang lebih atau menyangatkan. Begitu juga dengan “SS” yang sebenarnya pada kategori “S”, tetapi dengan tingkat lebih atau sangat. Adapun untuk jawaban “R” atau ragu-ragu diartikan abstain atau tidak memberikan tanggapan/jawaban. Kategori ini diberikan responden yang kurang memahami topik dalam penelitian, yang mungkin dikarenakan latar belakang penelitian yang tidak sesuai atau hal lain yang mempengaruhi. Data dari responden yang telah dikumpulkan harus diuji terkait dengan validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. Pengujian tersebut dimaksudkan agar data yang diperoleh benar-benar valid dan reliabel. Pengujian atas data tersebut dilakukan dengan menggunakan pengujian bantuan paket program Statistical Product dan Service Solutions (SPSS) for windows release 12.0. a. Uji Validitas Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing pertanyaan akan dapat menjawab sesuai yang dimaksud (sekaran, 2000). Uji validitas dilakukan dengan analisis faktor yang dimaksudkan untuk memastikan bahwa
masing-masing pernyataan akan diklasifikasikan pada variabel-variabel yang telah ditentukan (contruct validity). Contruct validity ditunjukkan oleh koefisien korelasi antara skor yang diperoleh untuk setiap pernyataan dengan skor keseluruhan. Pernyataan-pernyataan dalam kuesioner dikatakan valid bila rxy (koefisien korelasi) lebih besar dari rtabel (critical value), begitu pula sebaliknya. b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui tingkat konsistensi hasil pengukuran terhadap dua kali atau lebih gejala yang sama (sekaran, 2000). Untuk mengukur reliabilitas ini digunakan pendekatan konsistensi internal (internal consistency reability) dinyatakan dalam cronbach alpha yang mencerminkan koefisien reliabilitas dari seluruh item pernyataan yang diuji. 3. Analisis Data Analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah berupa analisis deskriptif. Analisis ini akan menjelaskan setiap item-item pernyataan yang merupakan persepsi dari responden. Berikut ini dijelaskan mengenai hal-hal atau judul kolom yang terdapat dalam tabel analisis tersebut. a. Nomor Merupakan nomor item peryataan hingga akan mencerminkan jumlah item dalam suatu kelompok pernyataan. b. Pernyataan Merupakan kumpulan pernyataan yang disampaikan peneliti untuk diberikan tanggapan oleh responden.
c. Skor Merupakan sebaran dari penilaian yang mempunyai rentang nilai (skor) 1 sampai 5, yang menjelaskan banyaknya responden yang menjawab suatu alternatif jawaban/tanggapan yang diberikan. d. Jumlah Responden Merupakan suatu jumlah yang menjelaskan banyaknya responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. e. Jumlah Nilai Merupakan perolehan hasil kali antara banyaknya responden yang menjawab suatu alternatif jawaban dengan skor dari alternatif jawaban tersebut. f. Rata-Rata Nilai Merupakan rata-rata dari nilai per item pernyataan yang diperoleh dari jumlah nilai dibagi dengan jumlah responden. g. Jumlah Merupakan suatu baris yang menyatakan suatu jumlah dari keseluruhan responden yang menjawab suatu alternatif jawaban yang diberikan, serta ratarata nilai semua item pernyataan yang diperoleh dari penjumlahan semua nilai per item dibagi dengan banyaknya item pernyataan tersebut. h. Kategori Kategori jawaban yang ada terbagi menjadi tiga yaitu “Tidak Setuju”, “RaguRagu”, dan “Setuju”. Kategori ini ditentukan berdasarkan kategori sebagai berikut:
1. Apabila hasil perhitungan rata-rata nilai diperoleh 1,00 sampai dengan 2,50, maka termasuk kategori tidak setuju. 2. Apabila hasil perhitungan rata-rata nilai diperoleh 2,51 sampai dengan 3,50 maka termasuk kategori ragu-ragu. 3. Apabila hasil perhitungan rata-rata nilai diperoleh 3,51 sampai dengan 5,00 maka termasuk kategori setuju. Penentuan kategori ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Tina Alfa (2005) dan Nunung (2008).
F. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah berdirinya PT Bank Muamalat Indonesia PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 November 1991, yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim, pendirian Bank Muamalat Indonesia juga menerima dukungan masyarakat. Hal ini terbukti dari komitmen pembelian saham perseroan senilai Rp. 84 Milyar pada saat penandatanganan akta pendirian perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturrahim peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor diperoleh tambahan komitmen masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp. 106 Milyar Rupiah.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat Indonesia berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan. Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat Indonesia pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp. 105 Milyar, ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp. 39,3 Milyar, kurang dari sepertiga modal setor awal. Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999, IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap kru Muamalat, dan ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni. Hingga akhir tahun 2004, Bank Muamalat tetap merupakan bank syariah terkemuka di Indonesia dengan
jumlah aktiva sebesar Rp. 5.2 Triliyun, modal pemegang saham sebesar Rp. 269.7 miliyar, serta perolehan laba bersih sebesar Rp. 48,4 miliyar pada tahun 2004. Keunggulan dari penerapan konsep islam di dalam sistem perbankan, Bank Muamalat telah terbukti, terutama disaat krisis ekonomi melanda Indonesia. Ketika banyak bank-bank konvensional yang runtuh dan perlu direkapitulasi oleh pemerintah atau bahkan dilikuidasi, Bank muamalat tetap kokoh dan tidak menderita kerugian yang besar akibat negative spread. Namun demikian, managemen menyadari perlunya meningkatkan modal perseroan, bank muamalat kemudian melakukan penawaran umum terbatas (right issue) pada bulan Juli 1998. patut disayangkan, kondisi makro ekonomi yang tidak mendukung pada saat itu serta adanya perubahan dalam kebijakan investasi luar negeri di Negaranegara asal calon investor telah menghambat rencana perseroan. Sehingga menyebabkan perolehan dana dari right issue belum mencapai target. Namun, modal disetor tetap meningkat. Penanaman modal utama Dari right issue perseroan adalah Islamic Development Bank dan dana ONH.
2. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia Visi dari Bank Mumalat Indonesia adalah menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dan di kagumi di pasar regional. Sedangkan misi dari Bank Muamalat Indonesia adalah menjadi ROLE MODEL Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan
manajemen,
dan
orientasi
memaksimumkan nilai bagi stakeholder.
investasi
yang
inovatif
untuk
3. Aktivitas Usaha Bank Muamalat Indonesia Bank muamalat Indonesia mempunyai berbagai macam produk perbankan yang dibagi dalam dua kategori yaitu penyimpanan dana dan pengelolaan dana. a. Produk Penghimpunan Dana 1. Tabungan umat a. Tabungan umat, merupakan cara investasi murni yang sesuai dengan syariah dalam mata uang rupiah yang memungkinkan nasabah melakukan penyetoran dan penarikan tunai dengan sangat mudah. b. Tabungan arafah, merupakan jenis tabungan yang ditujukan bagi nasabah yang berniat melaksanakan ibadah haji secara terencana sesuai dengan kemampuan dan jangka waktu yang dikehendaki. c. Tabungan arafah plus, merupakan jenis tabungan yang ditujukan bagi nasabah yang berniat melaksanakan ibadah haji plus secara terencana sesuai dengan kemampuan dan jangka waktu yang dikehendaki. d. Shar-E, merupakan suatu investasi syariah yang dikemas khusus dalam bentuk paket perdana seharga Rp. 125.000,- dan dapat diperoleh di kantor layanan Bank Muamalat dan Kantor Pos Online (SOPP) di seluruh Indonesia. e. TabunganKu, merupakan produk tabungan untuk perorangan dengan persyaratan mudah dan ringan yang diterbitkan secara bersama oleh bank-bank diseluruh Indonesia guna menumbuhkan budaya menabung serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2. Giro wadia’ah, merupakan dana investasi baik dalam bentuk rupiah atau valas, pribadi maupun perusahaan yang ditujukan untuk mendukung aktivitas usaha. Dengan sistem wadiah ini, bank tidak berkewajiban, namun diperbolehkan untuk memberikan bonus kepada nasabah. 3. Deposito a. Deposito mudharabah, merupakan pilihan investasi dalam mata uang rupiah maupun USD dengan jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan yang ditujukan bagi nasabah yang ingin berinvestasi secara halal, murni sesuai syariah. Dana nasabah akan diinvestasikan secara optimal untuk membiayai berbagai macam usaha produktif yang berguna bagi kepentingan ummat. b. Deposito fulinves, merupakan pilihan investasi dalam mata uang rupiah maupun USD dengan jangka waktu 6 dan 12 bulan yang ditujukan bagi nasabah yang ingin berinvestasi secara halal, murni sesuai syariah. Deposito ini dilengkapi dengan fasilitas asuransi jiwa. 4. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Muamalat, merupakan badan hukum yang menyelenggarakan program pensiun yaitu suatu program yang menjanjikan sejumlah uang yang pembayarannya secara berkala dan dikaitkan dengan pencapaian usia tertentu. b. Produk penyaluran dana 1. Piutang Murabahah, merupakan suatu fasilitas penyaluran dana dengan sistem jual beli. Dimana bank akan membelikan barang-barang halal apa saja yang dibutuhkan nasabah kemudian menjualnya kepada nasabah
untuk diangsur sesuai dengan kemampuan nasabah. Produk ini dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan usaha (modal kerja dan investasi: pengadaan barang modal seperti mesin, peralatan, dll) maupun pribadi ( pembelian kendaraan bermotor, rumah, dll) 2. Piutang Istishna’/Salam, merupakan suatu fasilitas penyaluran dana dengan sistem jual beli, dimana seorang produsen ditugaskan untuk membuat suatu barang pesanan dari pemesan. Pada dasarnya istishna’ sama dengan salam, yaitu dari segi obyek pesanannya yang harus dibuat atau dipesan terlebih dahulu dengan ciri-ciri khusus. Perbedaannya hanya pada sistem pembayarannya, yaitu jika istishna pembayaran dapat dilakukan di awal, ditengah, atau diakhir, sedangkan salam pembayaran dilakukan dimuka. 3. Pembiayaan Mudharabah, merupakan jenis pembiayaan dalam bentuk modal/dana yang diberikan oleh bank kepada nasabah untuk dikelola dalam usaha yang telah disepakati bersama. Dalam pembiayaan pihak nasabah dan pihak bank sepakat untuk berbagi hasil atas pendapatan usaha yang diperoleh, sedang resiko kerugian ditanggung oleh pihak bank kecuali kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan, kelalaian, penyimpangan pihak nasabah seperti penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan. 4. Pembiayaan Musyarakah, merupakan jenis pembiayaan kerjasama perkongsian yang dilakukan antara pihak nasabah dan pihak bank dalam suatu usaha, dimana masing-masing pihak berdasarkan kesepakatan
memberikan kontribusi sesuai dengan kesepakatan bersama berdasarkan porsi yang ditanamkan. 5. Ijarah, merupakan suatu perjanjian antara bank dengan nasabah sebagai penyewa suatu barang milik bank, dan bank mendapat imbalan jasa atas barang yang disewakannya. Ijarah dan Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT) digunakan untuk pembiayaan alat-alat berat. Bank Muamalat Indonesia dalam menjalankan usahanya mengutamakan konsistensi penerapan prinsip syariah dengan menggunakan sistem non bunga dan penerapan kualitas pelayanan syariah. Harmoni antara kemajuan usaha dan nilainilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Muamalat Indonesia untuk menjadi salah satu bank alternatif bagi pelaksanaan perbankan di Indonesia.
4. Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia Struktur organisasi dalam jajaran Dewan Pengawas Syariah, Dewan Komisaris, Dewan Direksi dijelaskan sebagai berikut: a. Dewan Pengawas Syariah 1. Ketua
: KH. Ma’ruf Amin
2. Anggota
: Prof. Dr. H. Muardi Chatib
3. Anggota
: Prof. Dr. H. Umar Shihab
b. Dewan Komisaris 1. Komisaris Utama : Widigdo Sukarman 2. Komisaris
: Irfan ahmed Akhtar
3. Komisaris
: Abdulla Saud Abdul Aziz Al-Mulaifi
4. Komisaris
: Sultan Muhammed Hasan Abdulrauf
5. Komisaris
: Emirsyah Satar
6. Komisaris
: Andre Mirza Hartawan
c. Dewan Direksi 1. Direktur Utama
: Ir. H. Arviyan Arifin
2. Direktur
: Ir. H. Andi Buchari
3. Direktur
: Ir. Hj. Luluk Mahfudah
4. Direktur
: Farouk Abdullah Alwyni, MA, MBA
5. Direktur
: Andrian A.Gunadi, MBA
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A.
Pelaksanaan Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan suatu penelitian deskriptif yang menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi atau tanggapan nasabah Usaha, Mikro Kecil, dan menengah (UMKM) perbankan syariah terhadap bentuk-bentuk pembinaan nasabah. Penelitian ini mengambil sampel pada nasabah UMKM Bank Muamalat Indonesia yang berada di wilayah Eks Karesidenan Surakarta. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan mengunjungi langsung nasabah UMKM PT. Bank Muamalat Indonesia yang telah dipilih menjadi sampel. Kuesioner ini disampaikan untuk setiap KJKS/BMT sebagai nasabah UMKM PT. Bank Muamalat Indonesia sebanyak 1 (satu) bandel yang diisi oleh pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan PT. Bank Muamalat Indonesia yang dalam hal ini manajer atau bagian pembiayaan. Penyebaran kuesioner ini dilakukan mulai tanggal 21 Mei 2010 sampai dengan 5 Juni 2010. Distribusi kuesioner yang disebar ke respoden dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel IV.1 Distribusi Kuesioner Kuesioner disebar
Keusioner kembali
30
30
Persentase Kuesioner Kuesioner Persentase Valid Tidak Valid 100% 30 100%
Sumber : data primer diolah
Tabel IV.1 tersebut diatas menyajikan tentang distribusi kuesioner, dimana kuesioner disampaikan langsung kepada 30 responden. Dari 30 kuesioner yang disampaikan 100% dinyatakan kembali dan 100% dinyatakan valid untuk dilakukan proses selanjutnya.
B.
Karakteristik Responden Karakteristik responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini adalah seperti yang terlihat pada tabel berikut: Tabel IV.2 Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
Laki-Laki
27
90,00%
Perempuan
3
10,00%
Total
30
100%
Sumber: Data Primer diolah
Tabel IV.2 diatas menyajikan tabel tentang jenis kelamin responden. Dalam tabel tersebut ditunjukkan bahwa 30 orang yang menjadi responden, terdiri dari 27 atau 90% adalah responden laki-laki, dan 3 atau 10% adalah responden perempuan.
Tabel IV.3 Usia Responden Usia Responden
Jumlah
Persentase
20-30 Tahun
8
26,67%
31-40 Tahun
19
63,33%
41-50 Tahun
3
10,00%
>50 tahun
0
0%
Total
30
100%
Sumber : data primer diolah Tabel IV.3 diatas menyajikan tabel tentang usia responden. Dimana dalam tabel tersebut dijelaskan rentang usia yang paling dominan dari 30 orang yang menjadi responden adalah 31-40 Tahun yaitu sebanyak 19 responden atau sebanyak 63,33%, sedangkan rentang usia yang paling sedikit adalah >50 Tahun yaitu sebanyak 0 responden atau 0%. Tabel IV.4 Status Perkawinan Responden Status Perkawinan Belum Kawin
Jumlah
Persentase
7
23,33%
Kawin
23
76,67%
Total
30
100%
Sumber : data primer diolah Tabel IV.4 diatas menyajikan tabel tentang status perkawinan responden. Dalam tabel tersebut ditunjukkan bahwa dari 30 orang yang menjadi responden, terdiri dari 7 responden atau 23,33% merupakan responden yang belum kawin dan 23 responden atau 76,67% merupakan responden yang sudah kawin.
Tabel IV.5 Strata Pendidikan Responden Pendidikan Terakhir SMA/Sederajat
Jumlah
Persentase
0
0%
D1/D2/D3/ Akademika S1
9
30,00%
20
66,67%
1
3,33%
30
100%
S2/S3/Pasca Sarjana Total Sumber : data primer diolah
Tabel IV.5 diatas menyajikan tabel tentang strata pendidikan responden. Dimana dalam tabel tersebut dijelaskan bahwa strata pendidikan yang paling dominan dari 30 orang yang menjadi responden adalah S1 yaitu sebanyak 20 responden atau sebanyak 66,67%, sedangkan strata pendidikan yang paling sedikit adalah SMA/Sederajat yaitu sebanyak 0 responden atau 0%.
C.
Pengujian Instrumen Penelitian 1. Pengujian Validitas Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing pertanyaan akan dapat menjawab sesuai yang dimaksud (sekaran, 2000). Teknik yang digunakan untuk menguji validitas adalah dengan menggunakan rumus Pearson’s Correlation Product Moment. Dengan menggunakan taraf signifikan sebesar 5% dan diperoleh nilai korelasi (rhitung) yang lebih besar dari rtabel, maka item pernyataan tersebut tersebut dianggap valid dan dapat digunakan sebagai instrumen pengukur dalam penelitian ini. Dan apabila diperoleh rhitung yang lebih
kecil dari rtabel, maka item pernyataan tersebut dianggap tidak valid, sehingga tidak dapat digunakan sebagai instrumen pengukur dalam suatu penelitian ini. Tabel IV.6 Hasil Uji Validitas Item Pernyataan 1
r hitung
r tabel
Kesimpulan
0,400
0,36
Valid
2
0,742
0,36
Valid
3
0,617
0,36
Valid
4
0,505
0,36
Valid
5
0,496
0,36
Valid
6
0,519
0,36
Valid
7
0,645
0,36
Valid
8
0,647
0,36
Valid
9
0,538
0,36
Valid
10
0,635
0,36
Valid
11
0,556
0,36
Valid
12
0,398
0,36
Valid
13
0,627
0,36
Valid
14
0,543
0,36
Valid
15
0,386
0,36
Valid
16
0,528
0,36
Valid
Sumber : Data primer diolah Hasil pengujian validitas terhadap seluruh item pernyataan pada tabel IV.8 menunjukkan bahwa nilai r hitung pada masing-masing item pernyataan lebih besar dari nilai rtabel yaitu sebesar 0,36. dengan kondisi tersebut diatas maka item pernyataan 1 sampai item pernyataan 16 dapat dikatakan valid.
2. Pengujian Reliabilitas Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah hasil pengukuran dapat konsisten, yaitu apakah alat ukur yang dapat diterapkan pada objek yang sama
berulang dan menghasilkan ukuran yang mendekati ukuran sebelumnya. Jika memang demikian maka alat tersebut dikatakan reliabel (Ghozali, 2005). Pengujian ini dilakukan dengan pendekatan cronbach alpha. Dimana pengujian ini dilakukan dengan menghitung masing-masing instrumen dalam item pernyataan tersebut. Instrumen yang dipakai dalam item pernyataan tersebut dikatakan handal jika cronbach’s alpha lebih dari 0,60 (Sekaran, 2000). Tabel IV.7 Hasil Uji Reliabilitas Mean
Std Dev
Cases
1
P1
4,2333
0,6261
30,0
2
P2
3,9000
0,7589
30,0
3
P3
3,1000
0,7120
30,0
4
P4
3,2667
0,5833
30,0
5
P5
3,2333
0,9714
30,0
6
P6
4,1333
0,7303
30,0
7
P7
3,5000
0,6823
30,0
8
P8
3,7000
0,5960
30,0
9
P9
3,2667
0,4498
30,0
10
P10
3,2000
0,4068
30,0
11
P11
3,6000
0,6747
30,0
12
P12
4,2000
0,6644
30,0
13
P13
3,7333
0,9072
30,0
14
P14
3,8333
0,7466
30,0
15
P15
3,3000
0,6513
30,0
16
P16
3,2000
0,6644
30,0
Reliability Coefficients N of Cases = Alpha =
.8371
30.0
N of Items = 16
Pada tabel IV.7 ditunjukkan bahwa hasil pengujian reliabilitas dengan jumlah responden (n of cases) sebanyak 30 dan item pernyataan (n of items) sebanyak 16, dapat diketahui bahwa koefisien alpha sebesar 0,8371. Hasil menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel atau baik, sehingga dapat dilakukan proses selanjutnya.
D.
Hasil Analisis Deskriptif Analisis dskriptif dalam penelitian ini dilakukan dengan menghitung hasil persepsi dari masing-masing responden terhadap item pernyataan yang diajukan, kemudian mengkategorikan hasilnya menurut jumlah atau persentase dari skor yang sudah dihitung. Setelah itu hasil penghitungan dijumlahkan secara keseluruhan untuk mengetahui hasil penelitian. Untuk mengetahui hasil selengkapnya dari analisis deskriptif dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel IV.8 Persepsi Nasabah Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Perbankan Syariah Terhadap Bentuk-Bentuk Pembinaan Nasabah
No
1.
Pernyataan
Skor
Pembinaan dilakukan melalui kunjungan langsung
dengan
Jumlah Responden
Jumlah Nilai
Rata-Rata Nilai
Kategori
1
2
3
4
5
-
-
-
21
9
30
129
4,.30
Setuju
-
-
4
21
5
30
121
4,03
Setuju
-
4
17
9
-
30
95
3,17
Ragu-Ragu
-
2
18
10
-
30
99
3,30
Ragu-Ragu
-
3
14
13
-
30
101
3,37
Ragu-Ragu
memantau
perkembangan UMKM secara berkala. 2.
Pembinaan dilakukan melalui review laporan
kinerja
(laporan
laporan
portofolio,
keuangan,
NPF
)
yang
dilakukan secara berkala. 3.
Bimbingan teknis (Bintek) terkait dengan organisasi
UMKM
dilakukan
secara
berkala. 4.
Bimbingan teknis (Bintek) terkait dengan usaha UMKM dilakukan secara berkala.
5.
Bimbingan teknis (Bintek) terkait dengan
pengelolaan
administrasi
keuangan
UMKM dilakukan secara berkala. 6.
Peningkatan kemampuan usaha UMKM
-
-
-
22
8
30
128
4,27
Setuju
-
-
8
21
1
30
112
3,73
Setuju
-
-
3
25
2
30
119
3,97
Setuju
-
4
6
15
5
30
115
3,83
Setuju
melalui pengadaan training terkait dengan strategi
marketing
(Price,
Product,
Promotion, Place) yang dibutuhkan oleh UMKM. 7.
Peningkatan kemampuan usaha UMKM melalui pengadaan training terkait dengan managemen control yang dibutuhkan oleh UMKM.
8.
Peningkatan kemampuan usaha UMKM melalui pengadaan training terkait dengan Sumber Daya Manusia yang dibutuhkan oleh UMKM.
9.
Peningkatan kemampuan usaha UMKM melalui pengadaan training terkait dengan Sistem
Informasi
Akuntansi
dibutuhkan oleh UMKM.
yang
10. Peningkatan kemampuan usaha UMKM
-
5
6
17
2
30
106
3,53
Setuju
-
-
6
21
3
30
115
3,83
Setuju
-
-
-
20
10
30
130
4,33
Setuju
-
-
5
21
4
30
119
3,97
Setuju
-
-
4
23
3
30
119
3,97
Setuju
melalui pengadaan training terkait dengan Sistem
Informasi
Managemen
yang
dibutuhkan oleh UMKM. 11. Peningkatan kemampuan usaha UMKM melalui pengadaan training terkait dengan pelaporan kinerja yang dibutuhkan oleh UMKM. 12. Sosialisasi
terkait
dengan
skim
pembiayaan / pendanaan diperlukan guna perkuatan permodalan UMKM dilakukan secara berkala. 13. Pemberian fasilitas khusus terkait dengan jaminan pembiayaan yang diperoleh guna perkuatan permodalan UMKM. 14. Pemberian fasilitas khusus terkait dengan jumlah pembiayaan yang diperoleh guna perkuatan permodalan UMKM.
15. Pemberian fasilitas khusus terkait dengan bagi
hasil
atas
pembiayaan
-
9
10
11
-
30
92
3,07
Ragu-Ragu
-
7
8
15
-
30
98
3,27
Ragu-Ragu
36
164
234
44
3,74
Setuju
yang
diperoleh guna perkuatan permodalan UMKM. 16 Pemberian fasilitas khusus terkait dengan jangka waktu pengembalian pembiayaan yang
diperoleh
guna
perkuatan
permodalan UMKM. 2
Pada tabel IV.8 menunjukkan bahwa secara keseluruhan tanggapan atau persepsi responden sebagai nasabah UMKM perbankan syariah terhadap bentukbentuk pembinaan nasabah dapat disimpulkan dalam kategori setuju, hal ini ditunjukkan dengan rata-rata nilai akhir yaitu sebesar 3,74. Hasil ini dapat dikatakan bahwa PT. Bank Muamalat Indonesia telah melakukan pembinaan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada nasabah dalam rangka pemberian bimbingan, bantuan perkuatan permodalan, dan peningkatan kemampuan nasabah walaupun dengan proporsi yang berbeda-beda untuk masing-masing pernyataan. Pernyataan no. 1 sebanyak 21 responden menjawab setuju dan 9 responden menjawab sangat setuju, dengan rata-rata nilai 4,30. Hal ini menunjukkan bahwa upaya pembinaan yang dilakukan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia dalam rangka melakukan pemantauan secara langsung melalui kunjungan kepada nasabah telah dilakukan secara efektif dan efisien. Kunjungan ini dilakukan oleh pihak bank minimal satu kali dalam satu bulan, dimana dari kunjungan tersebut bertujuan untuk: 1. Terciptanya komunikasi yang baik dengan nasabah. Sehingga akan menciptakan suatu hubungan kemitraan antara pihak bank dengan nasabah atau antara shahibul maal dengan mudharib. 2. Pertumbuhan dan produktivitas asset UMKM dapat terpantau. 3. Mengetahui perkembangan UMKM, berikut dengan masalah dan kendalakendala yang dihadapi dalam menjalankan usahanya. Pernyataan no.2 terkait dengan upaya pembinaan yang dilakukan PT. Bank Muamalat Indonesia melalui review laporan kinerja diketahui dalam tabel IV.8
bahwa terdapat 21 responden memberi tanggapan setuju dan 5 responden memberi tanggapan sangat setuju. Menurut pendapat responden review ini dilakukan oleh PT. Bank Muamalat Indoensia setelah tutup buku tahunan melalui laporan Rapat Anggota Tahunan (RAT), yang meliputi laporan keuangan KJKS, Laporan kolektibilitas KJKS, Laporan portofolio pembiayaan KJKS, laporan likuiditas KJKS, sampai pada Laporan Pertanggungjawaban Pengurus, dan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja (RAPB). Hal ini sangat dirasakan manfaatnya oleh nasabah karena selain untuk memantau perkembangan finansial KJKS, juga untuk memantau rasio-rasio kesehatan KJKS. Pada tabel IV.8 pernyataan 3-5 menunjukkan bahwa sebagian responden memberi tanggapan ragu-ragu atas pernyataan yang diajukan peneliti kepada responden terkait dengan bimbingan teknis yang dilakukan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia kepada nasabahnya. Sebagian responden yang memberi tanggapan tidak setuju, mereka memberikan pendapat bahwa bimbingan teknis membutuh biaya yang cukup besar, sehingga menjadi beban bagi KJKS, selain itu mereka juga berpendapat bahwa pengadaan bintek terlalu banyak menyita waktu dan tenaga bagi pengelola KJKS. Sedangkan dari responden yang memberi tanggapan setuju atas pernyataaan yang diajukan oleh peneliti, mereka berpendapat bahwa salah satu bentuk bimbingan Teknis PT. Bank Muamalat Indonesia yang bekerjasama dengan KJKS melalui Baitul Maal Muamalat (BMM) ikut berperan aktif dalam penyusunan dan pembuatan petunjuk dan pelaksanaan Sistem Oprasional Prosedur ( SOP) dan Sistem Oprasional Manajemen (SOM), serta Ketentuan teknis lainnya.
Pada table IV.8 untuk pernyataan no 6-11 terkait dengan upaya pembinaan PT. Bank Muamalat Indonesia dalam rangka meningkatkan kemampuan bagi pengelola KJKS melalui training yang difasilitasi, secara umum responden memberi tanggapan setuju. Training atau pelatihan yang dilakukan terkait dengan strategi marketing, managemen control, pemberdayaan dan peningkatan sumber daya insani , pemutakhiran sistem teknologi dan informasi, dan terkait dengan pelaporan kinerja KJKS dilakukan dengan bekerjasama dengan lembaga penyelenggaraan LPDB melalui PT. Microfin Indonesia. Sedangkan untuk pernyataan no 9-11 terdapat responden yang memberi tanggapan tidak setuju mereka berpendapat bahwa: 1. Pelatihan tersebut hanya dilakukan untuk beberapa peserta, dan sangat terbatas. 2. Pelatihan yang dilakukan membutuhkan biaya yang cukup besar. 3. Rata-rata KJKS belum terlalu menerapkan SPI, dan pelaporan yang memadai. Pembiayaan yang diberikan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia diberikan kepada KJKS yang telah memiliki portofolio dan kemampuan skill serta knowledge yang baik dalam mengelola jasa keuangan syariah. Untuk pernyataan no 12-16 terkait dengan adanya sosialisasi terkait dengan informasi perkuatan permodalan dan beberapa fasilitas khusus untuk nasabah PT. Bank Muamalat Indonesia, secara rata-rata responden memberi tanggapan setuju. Hal ini didasarkan pada pendapat responden bahwa beberapa kemudahan yang diperoleh antara lain:
1. Kemudahan dalam persyaratan dan prosedur dalam proses pengajuan perkuatan permodalan KJKS. 2. Kemudahan dalam negosiasi antara jumlah pengajuan perkuatan permodalan yang bisa diatas jaminan yang diberikan nasabah KJKS. 3. Adanya fasilitas asuransi bagi nasabah pembiayaan terkait dengan modal yang diperoleh dari PT. Bank Muamalat Indonesia. Untuk pernyataan no. 15-16 terdapat responden yang memberi tanggapan tidak setuju untuk pernyataan yang diajukan. Mereka berpendapat bahwa terkait dengan bagi hasil merupakan kebijakan internal PT. Bank Muamalat Indonesia yang tidak bisa ubah. Selain itu mereka berpendapat bahwa hal tersebut sulit untuk dinegosiasikan dengan pihak terkait. Sedangkan untuk masalah jangka waktu pengembalian, hal tersebut sudah menjadi satu rangkaian kesepakatan yang dikeluarkan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia, serta juga menyesuaikan kewajiban lembaga terhadap perbankan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan Hasil dari penelitian deskriptif menunjukkan bahwa upaya pembinaan nasabah yang telah dilakukan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia mendapat tanggapan yang baik dari nasabah. Hasil ini memberikan gambaran bahwa upaya konkrit yang telah dilakukan Bank Muamalat Indonesia terhadap nasabah UMKM dalam rangka pengembangan guna menumbuhkan kemampuan nasabah yang bermuara pada arah yang baik, melalui kegiatan pemberian bimbingan, bantuan perkuatan permodalan, dan upaya meningkatkan kemampuan nasabah UMKM sangat bermanfaat bagi nasabah. Hasil untuk masing-masing dimensi pembinaan sebagai berikut: 1.
Pembinaan melalui proses pemberian bimbingan yang telah dilakukan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia memberikan manfaat untuk nasabah yang dibuktikan sebagian besar nasabah memberikan tanggapan yang baik terhadap upaya yang telah dilakukan PT. Bank Muamalat Indonesia.
2.
Pembinaan melalui peningkatan kemampuan yang diselenggarakan dalam bentuk pelatihan atau training kepada nasabah UMKM memberikan manfaat untuk nasabah yang dibuktikan sebagian besar nasabah memberikan tanggapan yang baik terhadap upaya yang telah dilakukan PT. Bank Muamalat Indonesia tersebut.
3.
Pembinaan melalui bantuan perkuatan permodalan yang diberikan kepada nasabah UMKM memberikan manfaat kemudahan untuk nasabah yang
dibuktikan sebagian besar nasabah memberikan tanggapan yang baik terhadap upaya yang telah dilakukan PT. Bank Muamalat Indonesia tersebut.
B.
Keterbatasan Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan. Keterbatasan ini perlu diperhatikan pada penelitian serupa selanjutnya, dimana keterbatasan tersebut antara lain: 1. Hasil Penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan untuk seluruh cabang PT. Bank Muamalat Indonesia karena penelitian ini hanya mengambil populasi di satu tempat yaitu PT. Bank Muamalat Indonesia cabang Surakarta. 2. Peneliti mengambil sampel dalam penelitian ini sangat sedikit, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan terlalu lamanya waktu yang dibutuhkan dalam pengisian kuesioner yang terjadi di sebagian responden. 3. Hasil penelitian ini diolah berdasarkan data
kuesioner,
dan yang
dimungkinkan adanya respons bias dari responden dalam menjawab kuesioner yang diberikan seperti tidak menjawab serius, asal-asalan, atau adanya kesalahan pemahaman responden dalam menjawab kuesioner mengenai maksud yang terkandung dalam setiap item pernyataan tersebut. Serta sebagian responden tidak menyertakan penjelasan terkait dengan pilihan jawaban, sehingga membuat kesulitan peneliti dalam mendeskripsikan jawaban atau tanggapan yang dipilih responden. 4. Item pernyataan yang dibuat peneliti belum diadakan pembobotan untuk masing-masing item pernyataan yang dibuat.
C.
Saran Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan yang telah dikemukakan, maka dari hasil penelitian dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut: 1. Saran kepada PT. Bank Muamalat Indonesia. a. Peranan pembinaan sangat penting dalam rangka pengembangan kemampuan dan kualitas
nasabah UMKM, oleh karena itu proses
pembinaan yang telah ada selama ini sebaiknya tetap berjalan dengan program-program yang lebih inovatif guna meniciptakan pengelolapengelola UMKM yang lebih kompetitif. b. Program pembinaan dalam hal pemberian bimbingan, pengadaan pelatihan/training, ataupun sosialisasi produk, yang diberikan bagi nasabah UMKM sebaiknya diadakan secara rutin dan berkala.
2. Saran kepada penelitian selanjutnya a. Memperluas populasi penelitian yang tidak hanya memfokuskan pada satu tempat penelitian. Misalnya mengambil populasi pada PT. BMI di seluruh cabang di Jawa Tengah, atau bank syariah yang lain. b. Periode penelitian sebaiknya ditambah, hal ini perlu dipertimbangkan karena akan mempengaruhi ketepatan dan ketelitian responden dalam menjawab kuesioner, serta lebih banyak sampel yang akan diambil. c. Intrument penelitian sebaiknya selain mengambil data kuesioner tetapi juga melakukan wawancara secara langsung kepada responden agar jawaban yang diberikan tidak mengandung unsur bias, dan bisa menggali
informasi yang lebih akurat dan lebih banyak dari responden, selain itu juga bisa menjalin sharing antara peneliti dengan responden. d. Mengenai waktu penelitian, sebaiknya dilakukan atau dimulai pada awal bulan tertentu. karena ketika dilakukan pada akhir bulan penelitian ini dinilai kurang kondusif, atau situasi kurang mendukung, serta tidak menguntungkan bagi peneliti. e. Melakukan pembobotan untuk masing-masing item pernyataan dalam kuesioner.