ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT UMUM PEDESAAN DENGAN BANTUAN SIMULASI PROGRAM KOMPUTER ( STUDI KASUS BRI UNIT CIAMPEA, BOGOR)
Oleh ERNAWATI NANDIFAH H24104032
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
ABSTRAK Ernawati Nandifah. H24104032. Analisis Manajemen Risiko Kredit Umum Pedesaan dengan Bantuan Simulasi Program Komputer (Studi Kasus BRI Unit Ciampea, Bogor). Di bawah bimbingan Abdul Kohar Irwanto. Risiko kredit merupakan risiko kerugian yang berhubungan dengan peluang debitur gagal memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo (Hardanto, 2006). BRI Unit Ciampea sebagai salah satu lembaga yang memiliki komitmen tinggi terhadap penyedian modal UMKM dihadapkan pada peningkatan risiko kredit seiring dengan meningkatnya Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) yang disalurkan apabila risiko kredit tersebut tidak dikelola dengan baik. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi risiko kredit Kupedes, (2) Mengukur potensi kerugian kredit Kupedes dengan metode Creditrisk+ Portofolio serta mengkaji kesesuaian metode tersebut, dan (3) Mengetahui pengelolaan dan pengendalian (program mitigasi) risiko kredit Kupedes. Informasi dan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dan pengamatan langsung, sedangkan data sekunder diperoleh dari data historis BRI Unit Ciampea, studi literatur, laporan penelitian, dan publikasi elektronik. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan alat pengolah data menggunakan program komputer Visual Basic 6.0. Faktor yang mempengaruhi risiko kredit Kupedes BRI Unit Ciampea terdiri dari: faktor internal bank ( SDM dan kebijakan bank) dan faktor eksternal bank (debitur, kebijakan pemerintah, kondisi ekonomi dan politik). Faktor debitur meliputi laju perekonomian debitur, musibah, kegagalan usaha, dan karakter debitur. Sedangkan faktor yang paling mempengaruhi risiko kredit Kupedes adalah karakter debitur, laju perekonomian debitur, dan kualitas SDM. Berdasarkan pengujian validitas menggunakan metode backtesting, dihasilkan penyimpangan sebesar 4,06 persen sehingga metode CreditRisk+ Portofolio sesuai untuk mengukur potensi kerugian dari risiko kredit Kupedes BRI Unit Ciampea. Metode ini menghasilkan kerugian yang diperkirakan (expected loss) sebesar Rp 194.098.591,62 dan kerugian yang tidak diperkirakan (unexpected loss) sebesar Rp 481.200.000,00 dengan tingkat keyakinan 95 persen dan Rp 3.903.800.000,00 pada tingkat keyakinan 99 persen. Untuk itu, modal ekonomi (economic capital) yang harus disediakan untuk menutup kerugian maksimum kredit Kupedes pada Desember 2007 dengan tingkat keyakinan 95 persen yaitu sebesar Rp 287.101.408,38 dan Rp 3.709.701.408,38 pada tingkat keyakinan 99 persen. Pengelolaan dan pengendalian risiko kredit yang dilakukan oleh BRI Unit Ciampea adalah dengan penerapan prinsip 5C, penetapan kolektibilitas debitur, pembentukan PPAP, IPTW, pembinaan dan penagihan intensif, rescheduling, reconditioning, peningkatan kualitas SDM, dan kerjasama dengan perusahaan asuransi.
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT UMUM PEDESAAN DENGAN BANTUAN SIMULASI PROGRAM KOMPUTER (STUDI KASUS BRI UNIT CIAMPEA, BOGOR)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh ERNAWATI NANDIFAH H24104032
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT UMUM PEDESAAN DENGAN BANTUAN SIMULASI PROGRAM KOMPUTER (STUDI KASUS BRI UNIT CIAMPEA, BOGOR)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh ERNAWATI NANDIFAH H24104032
Menyetujui, Juli 2008
Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen Tanggal Ujian: 30 Juni 2008
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jepara pada tanggal 18 Maret 1986. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan H. Masrukhin dan Hj. Musyayaroh. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Al-Fatah Robayan pada tahun 1992, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri V Kalipucang Wetan Welahan. Pada tahun 1998, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri I Welahan Jepara dan kemudian pada tahun 2001 melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri I Bae Kudus dan masuk pada program IPA. Pada tahun 2004, penulis diterima di Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama kuliah, penulis aktif diberbagai kegiatan kemahasiswaan IPB, di antaranya di Direktorat Produksi, Operasi, dan Kwirausahaan Centre Of M@nagement (COM@) 2005/2006, Divisi Informasi dan Komunikasi Sharia Economic Student Club (SES-C) 2005/2006, dan sebagai Sekretaris Korporat COM@ 2006/2007. Selain itu, penulis juga aktif diberbagai kepanitiaan serta kepengurusan Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Kudus.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen , Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Bank dalam melakukan kegiatan lending tidak pernah lepas dari risiko kredit yang dapat menimbulkan kerugian bagi bank dan nasabah. Semakin besar kredit yang disalurkan, semakin tinggi risiko kredit yang terjadi apabila risiko kredit tersebut tidak dikelola dengan baik, untuk itu perlu adanya manajemen risiko kredit yang baik guna meminimalisir kerugian akibat risiko kredit. Skripsi ini berjudul “ Analisis Manajemen Risiko Kredit Umum Pedesaan dengan Bantuan Simulasi Program Komputer (Studi kasus BRI Unit Ciampea, Bogor)”. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan beerbagai pihak, baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, saran, motivasi dan yang selalu memperkenalkan hal- hal baru kepada penulis. 2. Bapak H. Masduki Muchtar selaku Kepala Unit BRI Unit Ciampea yang dengan sabar memberikan pengetahuan dan informasi dalam skripsi ini kepada penulis. 3. Seluruh staf dan karyawan BRI Unit Ciampea atas keramahan dan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Prof. Dr. Ir. Sjafri Mangkuprawira selaku dosen pembimbing akademik selama penulis kuliah. 5. Bapak Dr. Ir. M. Syamsun dan Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan untuk skripsi ini. 6. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM IPB.
iii
7. Ibunda, Ayahanda, kakak, dan adik-adikku yang telah memberikan curahan kasih sayang, inspirasi hidup, serta doa yang tulus dan tanpa henti. 8. Abi, Wakhid, dan Rizqi, atas segala bantuannya dalam membuat program komputer. 9. Rekan-rekan sebimbingan: Dini, Gitri, Rika, Windi, Dase, dan Angga atas kekompakan, masukan dan semangatnya dalam proses penyelesaian skripsi ini. 10. Sahabat-sahabatku: Yunte, Yosi, ’Ni, Icha, Yudha, Yanda, Grace, Edoth, Irza dan sahabat- sahabat terbaik di manajemen 41 yang selalu bersama-sama mengukir kenangan indah selama kuliah. 11. Sahabat-sahabat terbaik Cendana 53: Vinot, Artha, Dian, Ithax, Alien, Ndunk, Winda, Shinta, Dea,Ilis, Marlia, Nana, dan Duvian atas kebersamaan dan kegilaan yang pernah ada. 12. Sahabat-sahabat terbaik di Keluarga Kudus Bogor atas kebersamaannya yang selalu bisa mengobati rasa rindu pada kampung halaman. 13. Sahabat-sahabat terbaikku: Fai, Faiq, Tiwi, Edwin, Mai, Wid,Yulis, Evi, Argo, Yeni, Anix, Budi, Adi, Mizwar, Shinta, Agus, Wakhid, Yayan, Lukman atas segala pengorbanan, kebersamaan, dan segala kenangan indahnya selama ini. 14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Tak ada gading yang tak retak. Skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran konstruktif diperlukan untuk hal yang lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan Allah SWT. Amien.
Bogor, Juni 2008
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP ……………………………………………………..... ii KATA PENGANTAR ………………………………………………….... iii DAFTAR ISI ……………………………………………………………..
v
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….
vii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………......... vii DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………….........
viii
I.
PENDAHULUAN …………………………………………….........
1
1.1. Latar Belakang ………………………………………………..
1
1.2. Rumusan Masalah ……………………………………….........
3
1.3. Tujuan Penelitian ……………………………………………..
3
1.4. Manfaat Penelitian ………………………………………........
3
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………......... 4 II.
TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………… 5 2.1. Kredit ……………………………………………………......... 5 2.2. Risiko ……………………………………………………........
7
2.3. Risiko Kredit …………………………………………….........
9
2.4. Manajemen Risiko ………………………………………........
12
2.5. Metode Pengukuran Risiko Kredit …………………………… 13 2.6. Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) …………………………...
15
2.7. Hasil Penelitian Terdahulu……………………………….........
16
III. METODOLOGI PENELITIAN
18
3.1. Kerangka Pemikiran ………………………………………….. 18 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………........
22
3.3. Metode Pengumpulan Data …………………………………...
22
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data …………………….....
22
3.4.1. Metode CreditRisk+ Portofolio .................................... 22 3.4.2. Uji Validitas .................................................................. 25
v
3.4.3. Program Komputer Visual Basic...................................
26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 28 4.1. Gambaran Umum Perusahaan.................................................... 28 4.1.1. Sejarah Singkat BRI Unit Ciampea...............................
28
4.1.2. Organisasi BRI Unit Ciampea.......................................
29
4.1.3. Produk BRI Unit Ciampea............................................. 30 4.1.4. Perkembangan BRI Unit Ciampea................................
32
4.2. Faktor Yang mempengaruhi Risiko Kredit Kupedes.................
35
4.2.1. Kualitas SDM................................................................
37
4.2.2. Karakter Debitur............................................................
38
4.2.3. Laju Perekonomian Debitur........................................... 39 4.3. Penentuan Nilai Potensi Kerugian dari Risiko Kredit ............... 40 4.3.1. Pengelompokan Eksposur Dalam Band........................
40
4.3.2. Penghitungan EL, UL, dan EC .....................................
41
4.3.3. Uji Validitas dengan Backtesting..................................
47
4.4. Pengelolaan dan Pengendalian (Program Mitigasi) Risiko Kredit Kupedes .......................................................................... 48 4.5. Implikasi Manajerial ................................................................. V.
52
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 55 A.
Kesimpulan ...............................................................................
B.
Saran .......................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
55
57
LAMPIRAN ............................................................................................... 59
vi
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1 Persentase NPL tahun 2006-2007 ………………………………...........
2
2 Suku bunga kredit Kupedes tahun 2007 .................................................. 31 3 Nilai pembiayaan BRI Unit Ciampea per sektor tahun 2007 .................
33
4 Rekapitulasi PDRB Kabupaten Bogor per wilayah pembangunan tahun 2002-2005 ...............................................................................................
39
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1
Klasifikasi risiko …………………………………………………….. 9
2
Dimensi risiko ……………………………………………………….
10
3
Siklus manajemen risiko …………………………………………….
12
4
Kerangka pemikiran konseptual ……………………………………..
20
5
Alur pikir penelitian …………………………………………………
21
6
Flowchart program komputer Visual basic 6.0…………………………
27
7
Perkembangan pendapatan dan laba BRI Unit Ciampea…………….. 33
8
Perssentase mata pencaharian kecamatan Ciampea tahun 2007..........
9
Jumlah debitur berdasarkan plafond kredit pada Desember 2007........ 34
10
Perkembangan NPL BRI Unit di supervisi Kantor Cabang Bogor......
35
11
Faktor yang mempengaruhi risiko kredit BRI Unit Ciampea..............
36
12
Penentuan band dan probability of default eksposur...........................
41
13
Nilai EL, UL, dan EC pada band Rp 100.000,00……………………. 42
14
Nilai EL, UL, dan EC pada band Rp 250.000,00……………………. 43
15
Nilai EL, UL, dan EC pada band Rp 500.000,00……………………. 44
16
Nilai EL, UL, dan EC pada band Rp 1.000.000,00………………….. 44
17
Nilai EL, UL, dan EC pada band Rp 5.000.000,00………………….. 45
18
Nilai EL, UL, dan EC total................................................................... 46
19
Hasil validasi dengan metode backtesting............................................ 48
vii
34
DAFTAR LAMPIRAN No 1
Halaman Daftar istilah......................................................................................... 60
2
Diagram sebab akibat...........................................................................
3
Struktur organisasi BRI Unit Ciampea................................................. 63
4
Struktur organisasi BRI Cabang Bogor................................................ 64
5
Tampilan program komputer Visual Basic 6.0....................................
65
6
Pengkodingan pada program komputer Visual Basic 6.0....................
67
viii
62
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Dunia usaha Indonesia tidak lepas dari peran perbankan sebagai lembaga intermediasi. Menurut Hardanto (2006), bank sebagai lembaga intermediasi, artinya, bank adalah sebuah lembaga untuk menyalurkan dana deposito dari nasabah kepada perusahaan – perusahaan yang berupa suatu pinjaman. Dalam menjalankan fungsinya tersebut, bank diharapkan dapat berperan serta dalam penyediaan pinjaman dari dana yang dihimpunnya untuk kelancaran kegiatan usaha dan investasi bisnis. Dari ulasan tersebut dapat disimpulkan bahwa bank memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong perekonomian suatu bangsa. Salah satu peran penting perbankan adalah dalam hal penyaluran kredit ke usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), karena UMKM memiliki peran yang begitu besar bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia. UMKM merupakan salah satu kekuatan pendorong terdepan dalam perekonomian nasional. Peran UMKM dalam pembangunan perekonomian nasional terlihat dari besarnya penyerapan tenaga kerja dan kontribusinya terhadap produk domestik bruto. Salah satu faktor yang menghambat pengembangan UMKM adalah sulitnya akses permodalan ke perbankan, untuk itu bank diharapkan dapat mengoptimalkan perannya sebagai lembaga intermediasi. Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan salah satu bank besar di Indonesia. Keberadaannya memberikan kontribusi yang cukup besar bagi peningkatan kesejahteraan, khususnya masyarakat pedesaan. Jaringan pelayanannya yang tersebar di seluruh Indonesia hingga pelosok pedesaan memungkinkan BRI turut mengembangkan UMKM. Hingga Februari 2007 BRI telah memiliki 4.229 kantor BRI unit di seluruh Indonesia. Untuk menjangkau pelosok yang belum dilayani oleh perbankan, BRI menargetkan pembukaan 100 BRI unit baru setiap tahunnya (www.bri.co.id). Total kredit BRI yang berhasil disalurkan hingga triwulan III 2007 mencapai Rp 105,553 triliun atau meningkat sebesar 21,76 persen
2
dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp 86,691 triliun. Pertumbuhan kredit BRI tetap didominasi oleh segmen UMKM yang merupakan fokus utama pengembangan bisnis BRI. Portofolio pinjaman UMKM di BRI mencapai 85,82 persen dari total portofolio kredit BRI. Rasio pinjaman terhadap tabungan (loan to deposit ratio/ LDR) BRI pada triwulan III tahun 2007 mencapai 73,88 persen (www.bri.co.id). Dari data-data tersebut, dapat diketahui bahwa BRI mempunyai komitmen yang kuat terhadap pengembangan UMKM. Produk BRI yang menyalurkan kredit ke segmen UMKM adalah Kupedes (Kredit Umum Pedesaan). Kebanyakan sektor yang dibiayai melalui Kupedes adalah sektor perdagangan dan pertanian di pedesaan. Keberadaan Kupedes harus tetap didukung karena mempunyai peran yang besar dalam permodalan UMKM. Kupedes ada di setiap BRI Unit yang tersebar di seluruh pelosok tanah air, salah satunya di BRI Unit Ciampea yang ada di wilayah Bogor. Dengan adanya kebijakan internal BRI yang menargetkan bahwa jumlah pinjaman Kupedes harus meningkat setiap tahunnya, maka BRI Unit Ciampea akan menghadapi ancaman risiko kerugian yang semakin besar seiring dengan besarnya kredit Kupedes yang disalurkan apabila tidak ada peningkatan kualitas manajemen risiko kredit. Tabel 1. Persentase NPL tahun 2006-2007 Desember 2006 Oktober 2007 November 2007 1,44%
4,04%
4,09%
Desember 2007 4,93%
Sumber: Bank BRI Unit Ciampea, 2008 Tabel 1 menunjukkan persentase NPL di BRI Unit Ciampea yang tinggi dan semakin meningkat. Besarnya NPL yang diperbolehkan oleh Bank Indonesia saat ini maksimal 5 persen, jika melebihi 5 persen maka akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank yang bersangkutan. Hal ini mengindikasikan bahwa potensi risiko kredit bermasalah di BRI Unit Ciampea sangat tinggi yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan bank. Untuk itu diperlukan adanya manajemen risiko kredit yang berkualitas untuk meminimalisir kerugian akibat risiko kredit guna melindungi kepentingan bank dan sekaligus keamanan nasabah. Analisis manajemen risiko kredit
3
sangat penting dan berguna sebagai salah satu input alternatif dalam perumusan strategi tata kelola risiko kredit. 1.2. Rumusan Masalah Kupedes adalah salah satu produk pinjaman yang merupakan produk unggulan BRI Unit Ciampea. BRI ini terletak di Kecamatan Ciampea, di mana wilayah ini merupakan wilayah yang kurang potensial dalam pembangunan ekonominya. Dalam menyalurkan kreditnya, BRI Unit Ciampea menghadapi ancaman risiko kredit yang besar, yang terlihat dari tingkat NPL yang tinggi (Tabel 1). Untuk itu perlu adanya manajemen risiko kredit yang berkualitas guna meminimalisir kerugian yang terjadi akibat risiko kredit. Dari uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya risiko kredit Kupedes? 2. Apakah metode CreditRisk+ Portofolio sesuai untuk mengukur besar potensi kerugian kredit Kupedes pada bulan Desember 2007? 3. Bagaimana pengelolaan dan pengendalian (program mitigasi) risiko kredit Kupedes? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya risiko kredit Kupedes. 2. Mengukur potensi kerugian kredit Kupedes dengan metode Creditrisk+ Portofolio serta mengkaji kesesuaian metode tersebut. 3. Mengetahui pengelolaan dan pengendalian (program mitigasi) risiko kredit Kupedes. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan analisis penulis, dengan mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang di dapat selama perkuliahan dengan hal-hal yang terjadi di perusahaan. 2. BRI Unit Ciampea dapat mengetahui nilai potensi kerugian yang harus diantisipasi pada Desember 2007, mendapatkan alternatif pengukuran
4
estimasi risiko kredit yang dapat digunakan, dan dapat menyusun strategi mitigasi risiko kredit. 3. Nasabah akan semakin percaya atas dana yang ditabung karena BRI Unit Ciampea
mempunyai sistem yang mampu memitigasi risiko kredit
sehingga dana yang ditabung akan tetap aman. 4. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan pada penelitian selanjutnya apabila terjadi korelasi permasalahan yang saling terkait. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di BRI Unit Ciampea. Penelitian ini hanya membahas risiko kredit, sedangkan risiko pasar dan risiko operasional tidak menjadi bahasan dalam penelitian. Analisis penelitian terfokus pada identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit, pengukuran risiko kredit, dan pengelolaan risiko kredit Kupedes. Data yang digunakan adalah data debitur yang terangkum pada bulan November dan Desember tahun 2007. Data dan informasi yang diperoleh adalah berdasarkan sudut pandang pihak bank. Penghitungan risiko kredit pada penelitian ini tidak memperhitungkan
aspek
pasar
seperti
memperhitungkan aspek makro ekonomi.
suku
bunga
dan
tidak
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kredit 2.1.1. Definisi Kredit Kredit berasal dari kata credere, yang artinya kepercayaan. Menurut Undang-Undang Perbankan No.10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjammeminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Menurut Kasmir (2004), kredit berarti memperoleh barang dengan membayar cicilan atau angsuran di kemudian hari atau memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan di kemudian hari dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian. 2.1.2. Jenis-Jenis Kredit Menurut Kasmir (2004), jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh bank dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu: 1. Segi Kegunaan a. Kredit Investasi Kredit investasi yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek atau pabrik baru di mana pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan . b. Kredit Modal Kerja Kredit modal kerja yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. 2. Segi Tujuan Kredit a. Kredit Produktif
6
Kredit ini digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa. b. Kredit Konsumtif Kredit konsumtif digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. c. Kredit Perdagangan Kredit perdagangan digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. 3. Segi jangka Waktu a. Kredit Jangka Pendek Kredit jangka pendek memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. b. Kredit Jangka Menengah Kredit jangka menengah memiliki jangka waktu berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun. c. Kredit Jangka Panjang Kredit jangka panjang memiliki jangka waktu di atas tiga tahun atau lima tahun. 4. Segi Jaminan Maksud dari segi jaminan adalah setiap pemberian suatu fasilitas kredit harus dilindungi dengan suatu barang atau surat-surat berharga minimal senilai kredit yang diberikan. Jenis kredit dilihat dari segi jaminan yaitu: a. Kredit Dengan Jaminan Kredit ini menggunakan jaminan dalam bentuk barang berwujud atau tidak berwujud. b. Kredit Tanpa Jaminan Kredit ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter, serta loyalitas calon debitur selama berhubungan dengan kreditur (bank) bersangkutan.
7
c. Kredit Dengan jaminan Orang atau Perusahaan d. Kredit Dengan jaminan Asuransi 2.2. Risiko 2.2.1. Definisi Risiko Menurut Kountur (2004), risiko adalah suatu keadaan tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang dapat memberikan dampak yang merugikan. Ketidakpastian ini terjadi karena kurangnya atau tidak tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi. Djohanputro (2006) mendefinisikan risiko sebagai ketidakpastian hasil keputusan atau situasi saat ini. Risiko merupakan ukuran kuantitas atau ukuran empiris yang dapat mengukur kemungkinan nilai suatu kejadian. Risiko memiliki data pendukung mengenai kemungkinan kejadian. Vaughan dalam Darmawi (2004) mengemukakan beberapa definisi risiko sebagai berikut: 1. Risiko adalah peluang kerugian (Risk in the chance of loss) Chance of loss biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan di mana terdapat suatu keterbukaan terhadap kerugian atau suatu kemungkinan kerugian. 2. Risiko adalah kemungkinan kerugian ( Risk is the possibility of loss) Istilah possibility berarti bahwa probabilitas suatu peristiwa berada di antara nol dan satu. Pengertian risiko ini tidak cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif. 3. Risiko adalah ketidakpastian (Risk is uncertainty) Risiko berhubungan dengan ketidakpastian (uncertainty) yaitu adanya risiko karena adanya ketidakpastian. 2.2.2. Klasifikasi Risiko Menurut Sofyan (2005), risiko dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
8
1. Kelompok Risiko Sistematis. Risiko sistematis yaitu risiko yang tidak dapat dihilangkan atau dikurangi melalui diversifikasi, biasanya risiko yang selalu berhubungan dengan pasar atau kejadian-kejadian yang dapat secara sistematis akan mempengaruhi posisi pasar. 2. Risiko Nonsistematis Risiko nonsistematis adalah risiko yang dapat dihilangkan atau dikurangi melalui suatu diversifikasi. Menurut Djohanputro (2006), risiko perusahaan atau korporat adalah fluktuasi dari eksposur korporat sebagai akibat keputusan atau kondisi saat ini. Risiko korporat terdiri dari beberapa jenis risiko, yaitu: 1. Risiko Keuangan Risiko keuangan adalah fluktuasi target keuangan atau ukuran moneter perusahaan karena gejolak berbagai variabel makro. 2. Risiko Operasional Risiko operasional adalah potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem. 3. Risiko Strategis Risiko strategis adalah risiko yang dapat mempengaruhi eksposur korporat dan eksposur strategis (terutama eksposur keuangan) sebagai akibat keputusan strategis yang tidak sesuai dengan lingkungan eksternal dan lingkungan internal perusahaan. 4. Risiko Eksternalitas Risiko eksternalitas adalah potensi penyimpangan hasil pada eksposur korporat dan strategis, dan bisa berdampak pada penutupan usaha. Klasifikasi risiko korporat di atas dapat digambarkan dalam suatu skema sebagai berikut:
9
R. Tingkat Bunga Risiko Pasar R. Nilai Tukar Risiko Keuangan
Risiko Likuiditas R. Komoditas Risiko Kredit R. Ekuitas Risiko Permodalan Risiko SDM Risiko Produktivitas
Risiko Operasional
Risiko Korporat
Risiko Teknologi Risiko Inovasi Risiko Sistem Risiko Proses Risiko Bisnis
Risiko Strategis
Risiko Leverage Operasi Risiko Transaksi Strategis Risiko Lingkungan
Risiko Eksternalitas
Risiko Reputasi Risiko Hukum
Gambar 1. Klasifikasi risiko (Djohanputro, 2006) 2.3. Risiko Kredit 2.3.1. Definisi Risiko Kredit Menurut Hardanto (2006), risiko kredit adalah risiko kerugian yang berhubungan dengan peluang conterparty gagal memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Dengan kata lain, risiko kredit adalah risiko karena peminjam tidak membayar utangnya.
10
2.3.2. Dimensi Risiko Kredit Besarnya risiko kredit terdiri dari faktor kuantitas eksposur kredit dan kualitas eksposur kredit. Besar pinjaman mencerminkan kuantitas eksposur kredit. Semakin besar pinjaman, semakin besar juga tingkat eksposur kredit. Kualitas eksposur dicerminkan oleh kemungkinan gagal bayar dari debitur atau pembeli secara kredit dan kualitas dari jaminan yang diberikan oleh debitur atau pembeli kredit. Semakin rendah kualitas jaminan dan kualitas kredit, maka semakin tinggi risiko kredit ( Djohanputro, 2006). Ukuran nilai suatu risiko kredit tercermin dalam dimensi risiko yang dapat dilihat pada Gambar 2. Eksposur Kredit Kuantitas Risiko Kredit Probabilitas Gagal bayar Kualitas Jaminan Probabilitas Likuidasi Jaminan
Dimensi Risiko Kredit
Kualitas Risiko Kredit
Gambar 2. Dimensi risiko (Djohanputro, 2006) 2.3.3. Jenis Risiko Kredit Menurut Djohanputro (2006), ada tiga jenis risiko dalam risiko kredit, yaitu: 1. Risiko Gagal Bayar Ukuran risiko gagal bayar adalah probabilitas terjadinya gagal bayar pada periode tertentu. Untuk mengukur probabilitas gagal bayar, perusahaan dapat melakukan pemeringkatan. Secara umum ada lima faktor yang sering digunakan, yang sering dikenal dengan 5C, yaitu: a. Karakter (Character)
11
Karakter berkaitan dengan perilaku calon kreditur atau pembeli kredit mengenai keinginan untuk membayar dan memenuhi kewajiban. b. Kapasitas (Capacity) Kapasitas menunjukkan kemampuan calon debitur atau pembeli secara kredit untuk membayar kewajiban pinjammeminjam. c. Modal (Capital) Modal ditunjukkan oleh perbandingan antara pinjaman dan modal sendiri (ekuitas). d. Jaminan (Collateral) Jaminan merupakan piranti pinjaman yang terakhir. Jaminan akan dieksekusi apabila perusahaan debitur atau pembeli secara kredit menyatakan tidak sanggup membayar. e. Kondisi (Conditions) Kondisi mengacu pada kondisi eksternal yang mempengaruhi keberlangsungan perusahaan. 2. Risiko Eksposur Risiko eksposur merupakan risiko yang melekat pada besarnya kredit yang menghadapi resiko gagal bayar. Bagi perbankan, kredit termasuk komitmen dalam bentuk line of credit yang termasuk bagian dari eksposur. 3. Risiko Recovery Risiko recovery berkaitan dengan terjadinya gagal bayar dari lawan jenis. Tingkat recovery adalah sejauh mana perusahaan dapat tetap mengupayakan supaya nilai kredit yang gagal bayar tersebut dapat diupayakan berapapun nilai nominal yang bisa diperoleh. Semakin kecil kemungkinan perolehan dari kredit macet,
semakin
besar
risiko
recovery.
Risiko
recovery
dinyatakan dalam bentuk persentase kemungkinan recovery dari kredit macet. Risiko-risiko yang merupakan bagian dari risiko recovery yaitu:
12
a. Risiko jaminan Risiko jaminan terkait dengan kejelasan status hukum jaminan, fluktuasi nilai likuidasi jaminan, dan kemudahan eksekusi. b. Risiko jaminan pihak ketiga Risiko ini berbentuk kepercayaan kepada seseorang sehingga sulit untuk dieksekusi. c. Risiko hukum Risiko hukum berkaitan dengan kemungkinan-kemungkinan mengubah kontrak dan status pinjaman. 2.4. Manajemen Risiko 2.4.1. Definisi Manajemen Risiko Menutut Kountur (2004), manajemen risiko adalah cara-cara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko. Proses manajemen risiko dimulai dengan mengidentifikasi, mengukur, dan menangani risikorisiko yang dihadapi perusahaan. 2.4.2. Siklus Manajemen Risiko Menurut Djohanputro (2006), siklus manajemen risiko terdiri dari lima tahap sesuai dengan gambar 3. Evaluasi pihak berkepentingan
Identifikasi risiko
Pengawasan dan pengendalian risiko
Pengukuran risiko
Model pengelolaan risiko
Keterangan:
Pemetaan risiko
Hubungan langsung Hubungan tidak langsung
Gambar 3. Siklus manajemen risiko (Djohanputro, 2006)
13
Tahap 1. Identifikasi Risiko Pada tahap ini, mengidentifikasi apa saja risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Langkah pertama dalam proses identifikasi risiko adalah dengan melakukan analisis pihak berkepentingan (stakeholders). Langkah kedua dapat menggunakan 7S dari McKenzie, yaitu shared value, strategy, structure, staff, skills, system, dan style. Tahap 2. Pengukuran Risiko Pengukuran risiko mengacu pada dua faktor, yaitu kuantitas risiko dan kualitas risiko. Tahap 3. Pemetaan Risiko Pemetaan risiko bertujuan untuk menetapkan prioritas risiko berdasarkan kepentingannya bagi perusahaan, dengan memilih-milih risiko yang mampu memberi kontribusi positif dan risiko yang merusak nilai perusahaan bila dikelola. Tahap 4. Model Pengolahan Risiko Model pengelolaan risiko yang dapat diterapkan perusahaan berupa pengelolaan risiko secara konvensional, penetapan modal risiko, dan struktur organisasi pengelolaan. Tahap 5. Monitor dan Pengendalian 2.5. Metode Pengukuran Risiko Kredit Menurur Komar (2006), ada tiga model pengukuran risiko kredit dari Basel II, , yaitu: 1. The Basic Standardized Model Metode Standardized Approach ditetapkan oleh Bank of International Settlements (BIS). Pada Standardized Approach , bobot risiko didasarkan pada external rating yang dikeluarkan oleh rating agencies sesuai kategori kemampuan debitur, ukuran badan usaha, jenis kredit, bank risk, dan country risk. Metode ini termasuk metode dasar dalam penghitungan risiko, sehingga akan baik bila digunakan dalam penghitungan risiko kredit mikro. Tujuan metode ini adalah untuk menghitung cadangan modal (capital requirement) yang dibutuhkan oleh bank dan yang sebaiknya disisihkan dalam mengatasi kemungkinan
14
terjadinya kerugian akibat timbulnya risiko kredit. Input data yang dibutuhkan dalam Standardized Approach adalah jumlah pinjaman outstanding, risk weight yang sesuai dengan karakter pinjaman, dan capital ratio yang merupakan rasio untuk menentukan jumlah cadangan modal yang sebaiknya disisihkan oleh bank. 2. The Internal Rating Based (IRB) Model Foundation Approach Data-data yang dibutuhkan dalam IRB ada empat, yaitu Probability Of Default, Loss Given Default, Exposure At Default, dan facility’s Remaining Maturity. Analisis internal risiko kredit terdiri dari beberapa model, yaitu: a. Financial Models, terdiri dari The RiskMetric Group’s dan KMV’s Portofolio Manager yang mengacu pada analisis terhadap struktur madal. Analisis pada metode ini berdasarkan pada kemungkinan tingkat kegagalan debitur (peminjam) yang ditinjau dari nilai asset. Metode ini digunakan untuk menganalisis nilai foreign currency swaps dan option pricing. b. Econometric
Model,
yaitu
McKinsey
and
Company’s
CreditPortofolioView yang mengukur tingkat kegagalan (default rate)
untuk
debitur
individu
atau
kelompok
dengan
memperhitungkan perilaku variable makroekonomi. c. Actuarial
Model,
yaitu
CreditRisk+
Model.
Metode
ini
diperkenalkan oleh Credit Suisse First Boston pada akhir tahun 1997. Ide dasar dari CreditRisk+ berawal dari literatur asuransi (terutama asuransi kebakaran), di mana jumlah kerugian yang diderita oleh asuransi kebakaran ditentukan oleh dua faktor, yaitu probabilitas rumah yang akan terbakar (frequency of event) dan nilai dari rumah yang terbakar (severity of loss). Ide ini bisa diterapkan untuk menghitung risiko kredit, di mana distribusi kerugian dari portofolio kredit dicerminkan oleh frekuensi dari default kredit dan nilai dari kredit yang gagal (severity of loan losses). CreditRisk+ berasumsi bahwa probability of default dari pinjaman individual adalah random dan korelasi antar default pada beberapa pinjaman
15
adalah nol, artinya probability dari pinjaman individual adalah independen. Asumsi ini membuat distribusi dari default probability dari portofolio pinjaman menyerupai distribusi poisson. Data- data yang dibutuhkan dalam metode ini adalah eksposur, probabolity default, dan recovery rates. 3. The Advanced IRB Model 2.6. Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) 2.6.1. Pengertian Kupedes Kupedes adalah kredit yang bersifat umum, individu, selektif, dan berbunga wajar untuk mengembangkan atau meningkatkan usaha kecil yang layak (eligible). Kupedes dapat melayani semua kebutuhan pembiayaan usaha kecil (micro financing) di masyarakat. Kupedes sebagai kredit dengan skala kecil mempunyai prosedur yang relatif mudah dan sederhana. 2.6.2. Sasaran Kupedes Pasar sasaran Kupedes adalah pengusaha kecil, usaha rumah tangga, dan golongan berpenghasilan tetap yang memerlukan tambahan pembiayaan mulai dari Rp 25.000,00 sampai dengan Rp 50.000.000,00 yang berada dalam seluruh sektor ekonomi. Kriteria nasabah yang dapat dilayani adalah yang harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Berdomisili di wilayah kerja BRI Unit yang bersangkutan atau berdomisili kantor yang mempunyai pemotongan gaji atau pensiun yang berada di wilayah kerja BRI Unit bersangkutan. 2. Tidak pernah mendapat keringanan untuk Kupedes kecuali keringanan bunga yang pernah diberikan telah dilunasi terlebih dahulu. 3. Tidak sedang menikmati kredit di Kantor Cabang BRI atau BRI Unit lain. 4. Bukan bekas nasabah daftar hitam yang on-will.
16
2.6.3. Sifat Kupedes Adapun kebijaksanaan, sifat, dan prinsip dasar pemberian Kupedes yaitu: 1. Umum, kupedes dapat diberikan pada siapa saja, dalam arti tidak dibatasi dalam sektor ekonomi tertentu, keanggotaan tertentu, kelompok masyarakat tertentu, sepanjang calon nasabah yang bersangkutan
telah
memenuhi
segala
persyaratan
yang
ditetapkan. 2. Individual, pemberian Kupedes dilakukan dengan melalui pendekatan secara individual dan kasus per kasus, bukan berbentuk paket (massal). 3. Selektif, pemberian Kupedes dilaksanakan secara selektif kepada nasabah yang usahanya dinilai layak dan keputusan kredit harus sesuai dengan pertimbangan bank teknis. 4. Bisnis, keputusan akhir suatu permohonan Kupedes ditentukan oleh BRI Unit sesuai dengan pertimbangan bank teknis. Dengan demikian,
kebijaksanaan
pemberian
Kupedes
berdasarkan
perhitungan dan pertimbangan bisnis yang sehat untuk menjamin operasional dan pertumbuhan BRI Unit secara keseluruhan. 2.7. Hasil Penelitian Terdahulu Menurut Efendi (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit PT. PQR Finance yaitu faktor internal perusahaan (sumber daya manusia, teknologi dan informasi, kebijakan perusahaan, dan keuangan), faktor business partner (dealer dan konsumen), lingkungan eksternal (kebijakan pemerintah, persaingan dalam industri, kondisi ekonomi, dan keamanan negara). Faktor-faktor konsumen meliputi overdue, down payment, jangka waktu kredit, pendapatan konsumen, moral dan morale hazard. Pada penelitian Iqbal (2006), diketahui bahwa berdasarkan pengujian validitas menggunakan metode back testing, penghitungan potensi kerugian menggunakan metode CreditRisk+ portofolio menghasilkan penyimpangan sebesar 4,41 persen. Hal ini berarti metode tersebut sesuai digunakan untuk
17
mengestimasi risiko pembiayaan bagi BMT Prima Dinar cabang Tawangmangu yang beroperasi di sentra produksi pertanian. Marsaulina (2006) dalam penelitiannya di BRI Unit Cipanas menyimpulkan bahwa pengelolaan risiko sangat penting guna meminimalisir kerugian akibat risiko kredit. Pengelolaan risiko tersebut di antaranya dengan penjadwalan ulang, restrukturisasi, dan pembentukan cadangan penghapusan piutang.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Perbankan sebagai lembaga intermediasi memiliki peran yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dalam penyediaan modal bagi UMKM. UMKM memiliki peran yang nyata dalam pembangunan, baik dalam penyerapan tenaga kerja maupun kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB). Untuk itu, UMKM perlu ditunjang dengan adanya akses permodalan dari perbankan agar UMKM tetap berdiri kokoh. Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan salah satu bank yang memiliki komitmen yang kuat terhadap pengembangan dan pemberdayaan UMKM. Hal ini terlihat dari besarnya portofolio pinjaman UMKM di BRI yang
mencapai
85,82
persen
dari
total
portofolio
kredit
BRI
(www.bri.co.id). Produk BRI yang terkenal dalam penyaluran kredit ke UMKM adalah Kupedes (Kredit Umum Pedesaan) yang ada di setiap BRI Unit. Sebagai lembaga yang memiliki komitmen tinggi terhadap penyaluran kredit ke UMKM, BRI Unit Ciampea dihadapkan pada risiko kredit. Agar BRI Unit Ciampea dapat selalu memegang komitmennya, maka BRI Unit Ciampea harus mempunyai sistem tata kelola risiko yang baik untuk meminimalisir kerugian, sehingga BRI Unit Ciampea bisa terus menyalurkan kredit ke UMKM. Identifikasi dan analisis risiko kredit sangat penting dan berguna sebagai salah satu input alternatif dalam perumusan strategi tata kelola risiko kredit. Risiko kredit yang dihadapi perusahaan biasanya meliputi risiko gagal bayar, risiko eksposur, dan risiko recovery. Ukuran risiko gagal bayar adalah probabilitas terjadinya gagal bayar pada periode tertentu. Risiko eksposur merupakan risiko yang melekat pada besarnya kredit yang menghadapi risiko gagal bayar. Risiko recovery berkaitan dengan terjadinya gagal bayar dari konsumen. Semakin kecil kemungkinan perolehan dari
19
kredit macet, semakin kecil recovery rates. Risiko recovery dinyatakan dalam bentuk persentase kemungkinan recovery dari kredit macet. Manajemen risiko kredit meliputi kegiatan identifikasi, pengukuran, serta penetapan strategi pengelolaan dan pengendalian risiko yang timbul dalam penyaluran kredit. Pada proses identifikasi diharapkan akan teridentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit Kupedes dan jenis risiko yang dihadapi BRI Unit Ciampea. Pengukuran risiko kredit yang mencerminkan kualitas dan kuantitas risiko kredit dilakukan menggunakan metode CreditRisk+ Portofolio dengan bantuan program komputer Visual Basic 6.0. Pada metode CreditRisk+Portofolio dihitung berdasarkan data historis perusahaan seperti data eksposur debitur, probability of default, dan recovery rate debitur. Pengukuran risiko kredit dengan metode CreditRisk+ Portofolio akan menghasilkan besarnya potensi risiko kredit yang tercermin dari besarnya economic capital. Metode tersebut kemudian diuji tingkat kevalidannya dengan menggunakan metode backtesting, sehingga akan diketahui seberapa valid metode tersebut dalam menghitung potensi kerugian kredit Kupedes. Pada tahap akhir proses manajemen risiko kredit, diketahui pengelolaan dan pengendalian risiko kredit Kupedes di BRI Unit Ciampea, serta sejumlah modal yang efisien untuk dapat menutupi dan meminimalisir kerugian dari risiko kredit Kupedes dan implikasi manajerial yang dapat digunakan sebagai input BRI Unit Ciampea dalam meminimalisir kerugian dan menjaga tingkat kesehatan bank guna mencapai visi BRI. Adapun kerangka pemikiran konseptual dari penelitian ini, dapat di gambarkan pada Gambar 4.
20
BRI Unit Ciampea
Misi: Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada UMKM untuk menunjang ekonomi masyarakat Kupedes (Kredit Umum Pedesaan)
Risiko Kredit
Identifikasi Risiko
Pengukuran Risiko
Pengelolaan dan Pengendalian Risiko Kredit ( Mitigasi Risiko)
Minimalisasi Kerugian
Gambar 4. Kerangka pemikiran konseptual
Analisis Deskriptif
Metode CreditRisk+ Portofolio
Lingkungan: Faktor berpengaruh yang dapat dikendalikan: Besar nilai kredit Analisis kredit
Kebijakan BI Peraturan pemerintah
Survei Wawancara Data/ atau informasi aktual: Data kredit outstanding debitur, NPL, kolektibilitas, recovery rate, besar PPAP, plafond kredit.
Kondisi saat ini: Peningkatan nilai kredit Kupedes Risiko kredit Peningkatan NPL
input
Proses: Identifikasi risiko Pengukuran risiko (metode CreditRisk+ Uji validitas
Studi Literatur
Faktor berpengaruh yang tidak bisa dikendalikan: Kebijakan BI dan pemerintah Karakter debitur Kondisi ekonomi dan politik
Output
Hasil yang diharapkan: Faktor yang mempengaruhi risiko kredit Kupedes Potensi kerugian yang tercermin dari economic capital Tingkat kesesuaian metode
Parameter control: Kebijakan BI Kebijakan BRI
Feedback
Gambar 5. Alur pikir penelitian
Pengelolaan dan pengendalian risiko kredit Implikasi manajerial
Minimali sasi kerugian
Peningka tan laba kredit Kupedes
22
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di BRI Unit Ciampea yang berlokasi di Jalan Letnal Sukarna, Warung Borong, Kecamatan Ciampea, Bogor. Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari 2008 sampai April 2008. 3.3. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dari penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. a. Data Primer Data primer diperoleh melalui pengamatan, pencatatan, pengumpulan data dan wawancara langsung dengan Kepala Unit BRI Ciampea Bogor dan pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian di BRI Unit Ciampea. b. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari data historis BRI Unit Ciampea, studi literatur, laporan penelitian, dan publikasi elektronik. Data yang digunakan adalah data debitur Kupedes BRI Unit Ciampea per November dan Desember 2007. 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Dalam penelitian ini, digunakan analisis deskriptif dalam mengkaji faktor- faktor yang mempengaruhi risiko kredit dan konsep pengelolaan dan pengendalian risiko kredit BRI Unit Ciampea berdasarkan teori-teori serta prinsip-prinsip yang telah berkembang. Metode yang digunakan dalam pengukuran risiko kredit adalah metode CreditRisk+ Portofolio. Data kuantitatif diolah dengan program komputer Visual Basic 6.0 yang merupakan salah satu bahasa pemrograman komputer. 1.4.1. Metode CreditRisk+ Portofolio Metode CreditRisk+ Portofolio merupakan pengembangan dari metode CreditRisk+. Metode ini mengukur estimasi kerugian di bulan berikutnya. Pada CreditRisk+ Portofolio dilakukan pembagian portofolio ke dalam beberapa kelompok atau band. Menurut Crouhy (2000), tahapan yang dilakukan dalam metode CreditRisk+ portofolio meliputi:
23
Tahap1. Pengelompokan Eksposur dalam Band Besarnya pembiayaan yang dikeluarkan oleh BRI Unit berbeda tiap debitur, sehingga eksposur tiap debitur juga berbeda-beda. Eksposur diperoleh dari baki debet atau kredit outstanding pinjaman Kupedes yang terangkum di bulan November 2007. Eksposur kemudian di bagi ke dalam beberapa band yang telah diasumsikan. Masingmasing band terdiri dari beberapa kelas. Tahap 2. Penghitungan Probability Of Default Penghitungan probability of default berdasarkan kolektibilitas dari masing-masing debitur. Data kolektibilitas dibuat berdasarkan data historis debitur dan kemampuan debitur untuk membayar. Tahap 3. Menghitung Expected Loss tiap debitur (ELA) Expected Loss (EL) merupakan kerugian akibat gagal bayar yang harus dapat ditutupi oleh provisi yang telah dicadangkan. Expected Loss tiap debitur (ELA) dinotasikan sebagai berikut: ELA = LGDA x PA ................................................................…...…(1) Dimana, ELA
= Expected Loss debitur A
LGDA
= Loss Given Default debitur A
PA
= Probability default debitur A
Sedangkan LGD dapat dinotasikan sebagai berikut: LGD = Eksposur – RR ....................................................................(2) Di mana RR = Recovery rate Tahap 4. Menghitung Expected Number Of Default Pada Tiap Band μ=
EL j Lj
…………………………………………………….…….(3)
Dimana, μ
= Expected number of default pada kelas ke-j
ELj
= Expected Loss pada kelas ke-j
Lj
= kelas ke-j
Sedangkan ELj dapat dinotasikan sebagai berikut:
24
ELj = A:
∑E = A
A
..............................................................................(4)
L Lj
EA dapat diperoleh dari: EA =
EL L
A
.......................................................................................(5)
Di mana, EA
= Eksposur tiap debitur pada band L
L
= Band
Tahap 5. Menghitung Total Expected Loss
Total Expected loss merupakan penjumlahan dari expected loss tiap band. Expected loss tiap band diperoleh dari penjumlahan expected loss tiap kelas pada band tersebut. Expected loss tiap kelas dapat dinotasikan sebagai berikut: EL = μ x Lj x L x Real Loss ............................................................(6) Tahap 6. Menghitung Unexpected Loss
Unexpected Loss (UL), merupakan kerugian akibat gagal bayar konsumen yang harus dapat dikendalikan meskipun tidak diharapkan sebelumnya. Unexpected Loss adalah nilai kumulatif kemungkinan gagal (cumulative probability of default) yang diasumsikan mencapai tingkat keyakinan tertentu yang berarti maksimal rugi dapat terjadi pada tingkat keyakinan tertentu. Cumulative probability of default menggunakan distribusi Poisson dengan asumsi kemungkinan gagal (probability of default) dari sebagian kelompok konsumen bernilai kecil dan kejadian macet antar kelompok debitur saling independent. Dalam Crouhy (2000), rumus distribusi Poisson dinotasikan sebagai berikut:
Probability (n defaults) =
e−μ μ n ...................................................(7) n!
Dimana, n = Jumlah konsumen yang gagal bayar e = Nilai distribusi Poisson (2,718281828) μ = Nilai rata-rata expected number of default
25
Sehingga dapat dirumuskan: UL = n x Lj x L x Real Loss ............................................................(8) Tahap 4. Modal Ekonomi (Economic Capital)
Economic Capital adalah modal yang harus dimiliki perusahaan untuk menutupi kerugian maksimum yang disebabkan oleh gagal bayar debitur pada portofolio kredit. Economic Capital dalam pengukuran risiko kredit diperoleh dari selisih UL dan EL.
Economic Capital = UL – EL...........................................................(9) 1.4.2. Uji Validitas Menurut Jorion (2002), model validasi adalah sebagai proses umum untuk menguji apakah model dapat diterima. Untuk mengetahui ketepatan penghitungan potensi kerugian pada risiko kredit Kupedes pada BRI Unit Ciampea, dilakukan pengujian dengan
Back Testing yang direkomendasikan oleh The Basel Committee dengan membandingkan estimasi nilai expected loss yang dihitung dengan nilai risiko sebenarnya. σ =
PotentialLoss − Re alLoss x100% …………………......…..(10) Re alLoss
Dimana, σ
=
Potential loss
= Potensi kerugian (expected loss) menggunakan
Standar deviasi metode CreditRisk+ Portofolio
=
Real Loss
Risiko sebenarnya
Penentuam Real Loss dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: q
Real Loss =
∑ Eksposurp x Probability of Defaultp …..........…...(11) p=1
Dimana, Eksposur p
= Jumlah eksposure debitur ke-p
Probability of defaultp = Peluang macet pada debitur ke-p q
= Jumlah debitur pada Desember 2007
tahun
26
Model dapat diterapkan apabila menghasilkan standar deviasi ≤ 6 persen. Jika simpangan berada di antara 6- 8 persen, maka terjadi kesalahan
penentuan
asumsi,
parameter,
atau
kesalahan
penghitungan sehingga harus diuji kembali. Jika penyimpangan validasi terlalu besar, berarti diperlukan perbaikan kesalahan asumsi, parameter, proses, teknik, perbaikan data yang dimasukkan atau mengganti dengan model yang lain. 1.4.3. Program Komputer Visual Basic
Manurut Krisna D. Octovhiana dalam IlmuKomputer.Com, Visual Basic adalah salah satu bahasa pemrograman komputer. Bahasa pemrograman yaitu perintah-perintah yang dimengerti oleh komputer untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Data dan hasil yang telah
didapatkan
kemudian
akan
direpresentasikan
dengan
menggunakan program komputer Visual Basic. Visual
Basic
pada
dasarnya
merupakan
salah
satu
Development Tool yaitu alat bantu untuk membuat berbagai macam program komputer, khususnya yang menggunakan sistem operasi Windows. Visual Basic adalah salah satu bahasa pemrograman komputer yang mendukung object (Object Oriented Programming = OOP). Dalam pemrograman berbasis obyek (OOP), terdapat tiga istilah yang mesti dipahami yaitu object, property, method dan event sebagai berikut : •
Object
: Komponen di dalam sebuah program
•
Property
: Karakteristik yang dimiliki object
•
Method
: Aksi yang dapat dilakukan oleh object
•
Event
: Kejadian yang dapat dialami oleh object
Visual Basic juga bersifat event driven progamming. Artinya dapat disisipkan kode program pada event yang dimiliki suatu obyek. Program akan memberikan “reaksi” sesuai dengan kode-kode program yang dibuat untuk suatu event pada object tertentu.
27
Untuk flow chart dalam progam komputer Visual basic 6.0 ditunjukkan pada Gambar 6.
Mulai
Input Data: 1. Kolektibilitas 2. Eksposur 3. Recovery Rate
Metode CreditRisk+ Portofolio
σ > 6% Tidak valid
Uji Validasi σ≤ 6% Valid
Expected Loss, Unexpected Loss, Economic Capital
Gambar 6. Flowchart program komputer Visual Basic 6.0
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1. Gambaran Umum Perusahaan 1.1.1. Sejarah singkat BRI Unit Ciampea BRI Unit dibentuk pada pertengahan tahun 1970 sebagai bagian dari upaya pencapaian swasembada pangan. BRI Unit dibentuk untuk menyalurkan kredit Bimbingan Masyarakat (Bimas), yaitu menyalurkan pinjaman yang disubsidi kepada petani untuk pembudidayaan padi. Sumber pembiayaan kredit Bimas berasal dari windfall profit (keuntungan tambahan) dari minyak dan gas. Desain dari kredit Bimas mengikuti pendekatan tradisional yang percaya masyarakat tani tidak memiliki kemampuan untuk membiayai sendiri (kemampuan menabung) sehingga tujuan peningkatan pendapatan melalui peningkatan produksi tingkat bunga harus disubsidi. Program ini ditutup pada awal 1980-an ketika terjadi penumpukan kredit macet dan penyimpangan penggunaan kredit yang tidak sesuai dengan tujuannya. Dua tahun kemudian, yaitu tahun 1984, BRI memperkenalkan instrumen pinjaman yang disebut Kredit Umum Pedesaan atau yang biasa dikenal dengan Kupedes. BRI Unit Ciampea mulai beroperasi pada tahun 1972, yaitu ketika BRI Unit Ciampea menjadi penyalur paket- paket Bimas (Bimbingan Massal). BRI Unit Ciampea merupakan salah satu dari 26 BRI Unit yang ada di wilayah kantor cabang Bogor. BRI Unit Ciampea terletak di Jalan Letnal Sukarna, Warung Borong Ciampea. Ruang lingkup BRI Ciampea meliputi dua kecamatan, yaitu Kecamatan Ciampea dan Kecamatan Tenjolaya. Kecamatan Ciampea terdiri dari 13 desa, yaitu Cihideung Udik, Cihideung Ulir, Bojong Jengkol, Benteng, Ciampea, Ciampea Udik, Cibadak, Cinangka, Tegal Waru, Cicadas, Cibuntu, dan Bojong Rangkas. Sedangkan Kecamatan Tenjolaya terdiri dari enam desa, yaitu Tapos I, Tapos II, Gunung Malang, Situ Daun, Cibitung Tengah, dan Cinangneng.
29
1.1.2. Organisasi BRI Unit Ciampea BRI Unit Ciampea adalah unit usaha BRI dibawah supervisi Kantor Cabang BRI Bogor dengan sistem operasional dan pembukuan yang terpisah, sehingga merupakan suatu profit center tersendiri yang accountable bagi Kantor Cabang BRI Bogor. Dalam pelaksanaanya, BRI Unit harus berkoordinasi dengan kantor cabang. BRI Unit Ciampea dipimpin oleh seorang Kepala Unit (Kaunit) yang membawahi dua orang Mantri, tiga orang Deskman atau Customer Service , dan dua orang Teller. Struktur organisasi BRI Unit Ciampea dapat dilihat pada lampiran 3. Sebagai pembanding, struktur organisasi BRI Kantor Cabang terdapat pada lampiran 4. 1. Kepala Unit (kaunit) Seorang Kepala Unit bertugas sebagai pimpinan organisasi, pembuat
kebijakan,
dan
pengambil
keputusan.
Kaunit
bertanggung jawab penuh dalam memajukan dan menjadikan BRI Unit Ciampea sebagai yang terbaik. Dalam pelaksanaan tugasnya, Kaunit selalu diawasi oleh seorang Asisten Manajer Bidang Mikro yang berkantor di BRI Cabang Bogor. 2. Mantri Seorang Mantri atau Credit Officer bertugas untuk menganalisis dan memerikasa permintaan pinjaman, melaksanakan pembinaan terhadap nasabah pinjaman dan simpanan dalam rangka meningkatkan
dan
mempertahankan
kualitas
aset,
serta
memperkenalkan dan memasarkan produk-produk BRI Unit untuk mencapai profit maksimal. Analisis kredit mencakup latar belakang debitur, prospek usaha debitur, jaminan yang diberikan, serta faktor- faktor lainnya. Untuk itu, seorang mantri dituntut untuk memiliki jiwa investigasi yang baik. Baik tidaknya nasabah dalam mengembalikan pinjamannya salah satunya tergantung pada kejelian Mantri dalam menganalisis karakter nasabah tersebut.
30
3. Deskman Seorang Deskman memiliki tugas ganda, yaitu sebagai front office dan back office. Sebagai front office, Deskman bertugas untuk melayani nasabah, dan memberikan informasi produk perbankan lainnya. Pelayanan ini hanya terbatas pada pelayanan secara
administratif.
Seorang
Deskman
juga
bertugas
memberikan pembinaan pada nasabah pinjaman, khususnya dalam hal pembayaran pinjaman serta hak dan kewajiban seorang peminjam. Sebagai back office, seorang Deskman bertugas untuk melakukan segala bentuk register dan pembuatan laporan yang diperlukan oleh kantor cabang dan kantor wilayah. 4. Teller Seorang Teller bertugas untuk melayani segala bentuk transaksi tunai perbankan. Transaksi tunai meliputi setoran dan penarikan simpanan, setoran transfer dan kliring, pembayaran tagihan rekening telepon dan listrik, serta berbagai transaksi tunai lainnya. Seorang Teller dituntut untuk teliti dalam melakukan tugasnya. Ketidaktelitian teller akan menyebabkan kerugian yang harus ditanggungnya, baik berupa finansial maupun sanksi yang dapat menghambat karirnya di BRI. 1.1.3. Produk BRI Unit Ciampea BRI Unit Ciampea memiliki beberapa macam produk perbankan. Secara garis besar, BRI Unit Ciampea melayani tiga macam produk perbankan, yaitu pinjaman, simpanan (tabungan dan deposito), dan jasa bank lainnya. 1. Kupedes Penyaluran kredit Kupedes berkonsentrasi pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Kupedes hanya dilayani di BRI Unit, dengan alasan lebih dekat dengan pengusaha UMKM. Kupedes ini ada dua jenis, yaitu Kupedes komersil dan Kupedes golongan berpenghasilan tetap (golbertap). Kupedes komersil terdiri dari sektor pertanian, sektor perdagangan, sektor
31
perindustrian, serta sektor jasa, sedangkan Kupedes golbertap melayani debitur berpenghasilan tetap dan pensiunan. Kupedes adalah salah satu produk unggulan BRI unit Ciampea yang merupakan sumber utama pendapatan on balance sheet. BRI Unit Ciampea melayani kredit Kupedes dengan plafond antara Rp 100.000,00 sampai Rp 100.000.000,00. Jumlah debitur Kupedes yang terangkum pada Desember 2006 sebanyak 811 debitur. Suku bunga kredit Kupedes yang dibebankan adalah flate tergantung pada plafond kredit yang ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Suku bunga kredit Kupedes tahun 2007 Plafond kredit Suku bunga / bulan ≤ 45 juta
1,5%
25-45 juta
1,25%
> 45 juta
1,1%
Pensiunan
1,25%
Sumber: BRI Unit Ciampea, 2008 2. Simpedes Simpedes merupakan salah satu produk simpanan yang dimiliki oleh BRI Unit Ciampea. Pada awalnya Simpedes hanya dilayani oleh BRI Unit, namun saat ini Simpedes sudah terdapat di semua unit
kerja
BRI.
Pembukaan
tabungan
simpedes
dibuat
sesederhana mungkin dan dengan setoran yang terjangkau oleh masyarakat, serta beban administrasi yang tergolong ringan. Pasar sasaran dari produk Simpedes adalah masyarakat menengah ke bawah. 3. BritAma BritAma merupakan produk yang pada awalnya hanya dilayani oleh kantor cabang, tetapi saat ini sudah dapat dilayani di BRI Unit. Britama memiliki batas setoran minimal dan biaya administratif yang lebih besar dibandingkan simpedes. Hal ini karena sasaran BritAma adalah masyarakat menengah ke atas.
32
4. Tabungan Haji Tabungan haji atau yang dikenal dengan ONH (Ongkos Naik Haji) ditujukan bagi nasabah yang hendak naik haji. BRI Unit akan mendaftarkan nasabah sebagai calon jemaah haji ketika saldo tabungan telah mencukupi. 5. Deposito Deposito merupakan simpanan berjangka yang dapat diambil pada jangka waktu tertentu. Deposito menawarkan suku bunga yang cukup tinggi dibandingkan produk simpanan yang lainnya. Hal ini karena simpanan dalam bentuk deposito tidak bisa diambil sewaktu- waktu. Pengambilan deposito berdasarkan jangka waktu yang telah disepakati antara nasabah dengan bank. 6. Jasa Perbankan BRI Unit Ciampea berusaha untuk meningkatkan pelayanan kepada nasabahnya guna meningkatkan kepuasan nasabah yang diikuti dengan peningkatan laba. Tindakan nyata yang dilakukan oleh BRI Unit Ciampea adalah dengan menawarkan dan melayani jasa perbankan lainnya, di antaranya pelayanan setoran rekening listrik dan telepon, pelayanan setoran pembiayaan kendaraan (FIF, Busan), Pelayanan setoran Pajak Bumi dan Bangunan, dan jasa transfer serta kliring. Seluruh jasa perbankan tersebut dapat menambah fee based income BRI Unit Ciampea yang akan meningkatkan laba. 1.1.4. Perkembangan BRI Unit Ciampea Dalam dua tahun terakhir ini, BRI Unit Ciampea mengalami peerkembangan dalam bertuk pendapatan dan laba. Pada tahun 2006 BRI
Unit
Ciampea
memperoleh
pendapatan
sebesar
Rp
2.204.210.000,00 dengan laba sebesar Rp 588.892.000,00. Jumlah pendapatan meningkat menjadi Rp 2.800.456.000,00 dengan laba sebesar Rp 831.665.000,00 pada akhir tahun 2007.
33
3,000,000,000
Rupiah
2,500,000,000 2,000,000,000
Pendapatan
1,500,000,000
Laba
1,000,000,000 500,000,000 0
2006
2007 Tahun
Gambar 7. Perkembangan pendapatan dan laba BRI Unit Ciampea (BRI Unit Ciampea, 2008) Pendapatan dan laba terbesar diperoleh dari produk Kupedes, karena Kupedes merupakan salah satu produk unggulan BRI Unit Ciampea selain Simpedes. Pada akhir tahun 2007, Kupedes berhasil memberikan pembiayaan sebesar Rp 5.683.500.000,00. Besar nilai pembiayaan untuk masing- masing sektor dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai pembiayaan BRI Unit Ciampea per sektor tahun 2007 Kupedes (000 Rp) Nilai Sektor pembiayaan Eksploitasi Investasi (000 Rp) Pertanian 184.500 164.500 20.000 Perindustrian
219.500
219.500
0
Perdagangan
4.362.500
4.341.500
21.000
Jasa Lainnya
285.000
223.500
61.500
Golbertap
632.000
15.000
617.000
5.683.500
4.964.000
719.500
Total
Sumber: BRI Unit Ciampea, 2008 (diolah) Pembiayaan BRI Unit Ciampea yang terbesar adalah di sektor perdagangan. Hal ini karena sebagian besar mata pencaharian masyarakat Ciampea adalah berdagang. Persentase mata pencaharian masyarakat Ciampea dapat dilihat pada Gambar 8.
34
1% 5% 1%
16%
32%
5% 1%
39%
P NS TNI/P OLRI P egawai/karyawan P edagang/wiraswasta P etani Jasa B uruh Lainnya
Gambar 8. Persentase mata pencaharian Kecamatan Ciampea tahun 2007 (BAPPEDA Bogor, 2008) Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2007 jenis mata pencaharian berdagang memiliki persentase tertinggi, sehingga sangat wajar jika kredit Kupedes yang diajukan debitur rata- rata ada pada sektor perdagangan. Jumlah debitur Kupedes yang terangkum pada Desember 2007 sebanyak 811 debitur dengan plafond kredit antara Rp 1.500.000,00 sampai Rp 70.000.000,00. Adapun perinciannya dapat dilihat pada Gambar 9.
9%
20%
25%
≤ 5,000,000 5,500,000-10,000,000 11,000,000-20,000,000 > 20,000,000
46%
Gambar 9. Jumlah debitur berdasarkan plafond kredit pada Desember 2007( BRI Unit Ciampea, 2008)
35
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa debitur yang terangkum pada Desember 2007 rata-rata berada pada plafond kredit adalah Rp 5.500.000,00- Rp 10.000.000,00, yaitu sebanyak 46 persen. Perkembangan pendapatan, laba, dan jumlah pembiayaan di BRI Unit Ciampea tidak diikuti dengan posisi Non Performing Loan (NPL) yang baik. 7 6 5 4 3 2 1 0 Okt 2007
Nov 2007
Des 2007
Jasinga Leuw iliang Ciampea Ciomas Cisarua Cibinong Citereup Gunung Putri Jonggol Parung Semplak Bojonggede
Gambar 10. Perkembangan NPL BRI Unit di Supervisi Kantor Cabang Bogor (BRI Unit Ciampea, 2008) Gambar 10 menunjukkan bahwa BRI Unit Ciampea memiliki NPL yang cukup besar dibandingkan dengan BRI Unit lain yang ada di wilayah Bogor. Hal ini mengindikasikan bahwa BRI Unit Ciampea memiliki tingkat kredit bermasalah yang relatif tinggi. Untuk itu, perlu adanya peningkatan manajemen risiko kredit guna meminimalisir kerugian. Manajemen risiko kredit ini di antaranya meliputi identifikasi risiko kredit, pengukuran risiko kredit, dan pengelolaan risiko kredit yang ada. 1.2. Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Kredit Kupedes BRI Unit Ciampea dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi tidak terlepas dari keberadaaan risiko kredit. Risiko kredit merupakan risiko yang muncul akibat adanya ketidakpastian dalam pengembalian pinjaman, yakni kemungkinan ketidakmampuan debitur dalam mengembalikan pinjaman secara penuh dan tepat waktu. Secara garis
36
besar, faktor yang mempengaruhi risiko kredit Kupedes BRI Unit Ciampea terdiri dari faktor internal bank dan faktor eksternal bank. Kualitas SDM
Faktor Internal Bank
Kuantitas SDM Kebijakan Bank
Faktor Risiko Kredit
Suku bunga kredit
Jangka waktu kredit
Kebijakan Pemerintah
Faktor Eksternal Bank
Kondisi ekonomi dan politik
Karakter
Debitur
Laju perekonomian
Bencana alam
Kegagalan usaha
Musibah
Gambar 11. Faktor yang mempengaruhi risiko kredit BRI Unit Ciampea Dari faktor di atas, faktor yang paling mempengaruhi risiko kredit berdasarkan pengalaman BRI Unit Ciampea selama ini adalah kualitas SDM, karakter debitur, dan laju perekonomian debitur. Faktor tersebut yang dirasa bank paling mempengaruhi kualitas debitur dalam mengembalikan kredit.
37
1.2.1. Kualitas SDM Salah satu pengelolaan paling penting dalam dunia perbankan di samping pemasaran bank adalah pengelolaan terhadap SDM. Hal ini karena SDM merupakan tulang punggung dalam menjalankan roda kegiatan operasional suatu bank. Untuk itu penyediaan SDM sebagai motor penggerak operasional bank harus dipersiapkan sebaik mungkin. Risiko kredit yang terkait dengan faktor SDM berkenaan dengan moral hazard dan morale hazard. Moral hazard terjadi bila karyawan dengan sengaja melakukan tindakan demi menguntungkan diri sendiri terutama dalam menjalankan tugasnya sehingga bisa meningkatkan risiko kredit. Morale hazard dapat terjadi karena ligkungan yang menyebabkan karyawan menjadi kurang hati-hati dalam melakukan transaksi kredit dengan debitur. SDM yang paling mempengaruhi tingkat risiko kredit adalah Mantri atau analis kredit, karena Mantri bertanggungjawab dalam menganalisis calon debitur. Jika Mantri kurang cermat atau keliru dalam menganalisis calon debitur, maka akan mempengarahi kualitas pengembalian kredit oleh debitur kedepannya. Baik tidaknya debitur dalam menbayar angsuran kredit tergantung pada kejelian seorang Mantri dalam menilai karakter dan kelayakan calon debitur dalam menerima kredit. Untuk itu, Mantri dituntut untuk memiliki jiwa investigasi yang kuat berkenaan dengan tugasnya sebagai analis kredit. Selain itu, Mantri juga bertanggungjawab dalam pengawasan dan pembinaan debitur. Kurangnya pengawasan dan pembinaan terhadap debitur dapat menimbulkan kesalahan dalam penggunaan kredit oleh debitur, misalnya kredit yang diajukan oleh debitur adalah kredit untuk modal kerja tetapi dalam realisasinya kredit yang diterimanya digunakan untuk kegiatan konsumtif. Hal ini akan mempengaruhi kualitas debitur dalam mengembalikan kredit karena kredit yang diterimanya menjadi tidak menghasilkan nilai. Selain Mantri, Kepala Unit juga mempengaruhi tingkat risiko kredit yang terjadi. Kepala Unit juga melakukan pengawasan dan
38
pembinaan terhadap debitur. Seorang Kepala Unit mempunyai tanggung jawab atas seluruh kegiatan operasional yang dilakukan oleh BRI Unit Ciampea. Selain itu, Kepala Unit memiliki kewenangan untuk menyetujui terealisasinya kedit Kupedes sampai batas 20 juta. Untuk permohonan kredit di atas 20 juta harus diajukan ke
Kantor
Cabang
melalui
Kepala
Unit.
Sehingga
dalam
memutuskannya, kepala Unit dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik dalam mengambil keputusan. 1.2.2. Karakter Debitur Karakter adalah sifat atau watak yang berkaitan dengan integritas dari calon debitur. Integritas ini sangat menentukan willingness to pay atau kemauan membayar kembali debitur atas kredit yang diterimanya. Penilaian terhadap karakter agak sukar, khususnya terhadap calon debitur yang baru dikenal oleh bank. Karakter debitur tidak bisa langsung diketahui hanya dalam satu atau dua kali berinteraksi. Penilaian karakter ini bisa diperoleh dari menganalisis calon debitur langsung ataupun melaui pihak-pihak yang mengenal debitur. Jika analis kredit salah dalam menilai karakter calon debitur maka akan berdampak pada kualitas pengembalian kredit debitur nantinya. Karakter debitur yang paling dinilai dalam menganalisis kredit adalah tingkat kejujuran dan kekoperatifan debitur. Di BRI Unit Ciampea, tidak sedikit calon debitur yang tidak jujur dengan merekayasa laporan keuangan dan kondisi keuangan usahanya guna mendapatkan kredit yang diajukan. Selain itu, banyak juga debitur yang melanggar perjanjian kredit yang telah disepakati antara debitur dan bank, seperti penggunaan kredit yang menyimpang dari tujuan kreditnya. Ketidakkoperatifan debitur
bisa dilihat ketika debitur
menghindar dan bersikap tidak ramah ketika ditagih, padahal ketika mereka mengajukan permohonan kredit sikap yang ditunjukkan sangat ramah dan bersahabat.
39
1.2.3. Laju Perekonomian Debitur Laju perekonomian debitur mencerminkan tingkat ekonomi dan pendapatan debitur. Semakin baik laju perekonomian debitur maka semakin kecil risiko kredit yang dihadapi oleh bank, begitu juga sebaliknya. Kecamatan Ciampea dan Kecamatan Tenjolaya yang merupakan ruang lingkup BRI Unit Ciampea terletak di Bogor wilayah barat. Bogor wilayah barat ini memiliki laju perekonomian yang paling rendah dibandingkan dengan wilayah Bogor lainnya. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap PDRB dan pendapatan per kapita yang ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Rekapitulasi PDRB Kabupaten Bogor per pembangunan tahun 2002-2005 Uraian
wilayah
Wilbang Barat 10,43% 10,07% 9,59% 8,77%
PDRB 2002 PDRB 2003 PDRB 2004 PDRB 2005 PDRB per 2,39 juta kapita 2005 Sumber: BAPPEDA Bogor, 2008
Tengah 48,17% 49,07% 49,18% 49,59%
Timur 40,86% 40,86% 41,23% 41,64%
7,93 juta
23,61 juta
Tabel 4 mengindikasikan bahwa Kecamatan Ciampea dan Kecamatan Tenjolaya merupakan daerah yang kurang potensial dilihat dari pembangunan ekonominya. Berarti dapat dikatakan bahwa masyarakat di kecamatan ini memiliki kemampuan yang rendah dalam menghasilkan laba dan pendapatan. Melihat kondisi tersebut, berarti BRI Unit Ciampea menghadapi risiko kredit yang tinggi dalam menyalurkan kreditnya. 1.3. Penentuan Nilai Potensi Risiko Kredit Kupedes Risiko kredit yang terjadi di BRI Unit Ciampea adalah risiko eksposur, yaitu risiko yang melekat pada besarnya kredit. Hal ini terjadi karena selama ini BRI Unit Ciampea tidak pernah mengeksekusi jaminan untuk menutupi risiko kredit yang terjadi sehingga nilai recovery rate-nya
40
adalah nol. Dalam analisis ini digunakan metode CreditRisk+ Portofolio untuk mengukur potensi kerugian dari risiko kredit yang terjadi di bulan Desember 2007. Metode ini mengukur potensi kerugian yang akan dihadapi BRI Unit Ciampea pada satu bulan berikutnya, sehingga data yang digunakan adalah data yang terangkum di bulan November 2007. Penghitungan potensi kerugian ini menggunakan program komputer Visual Basic 6.0. Dengan bantuan program komputer ini, penghitungan menjadi lebih mudah dan cepat. Data-data yang di input langsumg terproses secara otomatis sehingga lebih efisien. Selain itu, dapat dilakukan simulasisimulasi dengan mengubah parameter-parameter yang ada. Dalam program komputer Visual Basic 6.0 ini terdapat beberapa aplikasi mulai dari input data, pengelompokan band dan kelas, penghitungan expected loss, unexpected loss, dan economic capital, serta aplikasi dari uji validitas sesuai dengan tahapan dari metode CreditRisk+ Portofolio. 1.3.1. Pengelompokan Eksposur dalam Band Nilai eksposur diperoleh dari baki debet atau kredit outstanding debitur. Dari 824 debitur Kupedes BRI Unit Ciampea yang terangkum di bulan November 2007 terdapat 824 eksposur. Total nilai eksposur yang terangkum di bulan November adalah Rp 5.401.320.442,00. Nilai eksposur terkecil yaitu Rp 166.300,00 dan nilai eksposur terbesar yaitu Rp 52.450.000,00. Persentase eksposur terhadap total kredit mencapai 61,41 persen yang berarti 61,41 persen dari total kredit yang disalurkan oleh BRI Unit Ciampea berpotensi menimbulkan kerugian. Hal ini menunjukkan bahwa BRI Unit Ciampea menghadapi risiko kredit yang tinggi. Eksposur ini kemudian dibagi dalam band. Nilai band masing- masing diasumsikan sebesar Rp 100.000,00, Rp 250.000,00, Rp 500.000,00, Rp 1.000.000,00, dan Rp 5.000.000,00. Masing- masing band diasumsikan terdapat sepuluh kelas, dari kelas satu sampai kelas sepuluh. Setiap
eksposur
mengandung
probability
of
default
berdasarkan kolektibilitas masing-masing debitur. Kolektibilitas
41
debitur ini didasarkan pada kemampuan debitur dalam membayar angsuran.
Gambar 12. Penentuan band dan probability of default eksposur (hasil pengolahan dengan Visual Basic 6.0) Berdasarkan SK BI No. 31/KEP/DIR tanggal 12 Desember 1998, terhitung mulai Laporan Keuangan Posisi bulan Juli 2002, seluruh bank harus menetapkan kualitas aktiva produktif berdasarkan penilaian kemampuan membayar. Melalui SE KPBRI Nose: S. 18DIR/MKR/07/2002 pertimbangan
tanggal
karakter
9
debitur
Juli
2002,
Kupedes,
BRI maka
berdasarkan penetapan
kolektibilitas adalah satu sampai lima. Masing- masing kolektibilitas mempunyai probability of default sebagai berikut: Kolektibillitas 1, maka probability of default : 1% Kolektibillitas 2, maka probability of default : 5% Kolektibillitas 3, maka probability of default : 15% Kolektibillitas 4, maka probability of default : 50% Kolektibillitas 5, maka probability of default : 100% 1.3.2. Penghitungan Expected Loss, Unexpected Loss, dan Economic Capital Expected Loss (EL) merupakan potensi kerugian yang dapat diperkirakan selama kurun waktu tertentu. Unexpected loss (UL)
42
merupakan sejumlah kerugian yang tidak diperkirakan terjadi atau kerugian maksimum pada tingkat keyakinan tertentu. Jika data yang digunakan adalah data dalam jangka waktu yang pendek, maka sebaiknya dalam penghitungan unexpected loss menggunakan tingkat keyakinan 95 sampai 99 persen (Jorion, 2002). Penghitungan unexpected loss dalam penelitian ini menggunakan tingkat keyakinan 95 persen dan 99 persen. Economic capital (EC) merupakan modal yang harus dimiliki perusahaan untuk menutup kerugian maksimum yang disebabkan oleh gagal bayar debitur pada portofolio kredit. Modal ini diperoleh dari selisih nilai unexpected loss dan expected loss. Penghitungan EC ini diperlukan sebagai ukuran risiko yang harus ditanggung oleh BRI Unit Ciampea dari kerugian macet yang tidak terduga. 1. Band Rp 100.000,00 Pada band Rp 100.000,00 terdapat eksposur sebesar Rp 32.878.600,00 dengan 48 debitur. Pada band ini dihasilkan EL sebesar Rp 1.553.108,15, UL dengan tingkat keyakinan 95 persen sebesar Rp 6.200.000,00, dan UL dengan tingkat keyakinan 99 persen sebesar Rp 33.300.000,00. Untuk itu, EC yang harus disediakan pada band Rp 100.000,00 pada tingkat keyakinan 95 persen adalah sebesar Rp 4.646.891,85 dan pada tingkat keyakinan 99 persen sebesar Rp 31.746.891,85.
Gambar 13. Nilai EL, UL, dan EC pada band Rp 100.000,00 (Hasil pengolahan dengan Visual Basic 6.0)
43
2. Band Rp 250.000,00 Pada band Rp 250.000,00 terdapat eksposur sebesar Rp 258.026.004,00 dengan 148 debitur. Pada band ini dihasilkan EL sebesar Rp 21.749.011,84, UL dengan tingkat keyakinan 95 persen sebesar Rp 49.000.000,00, dan UL dengan tingkat keyakinan 99 persen sebesar Rp 113.000.000,00. Untuk itu, EC atau modal yang harus dicadangkan untuk menutupi potensi kerugian maksimum akibat risiko kredit pada band Rp 250.000,00 dengan tingkat keyakinan 95 persen adalah sebesar Rp 27.250.988,16 dan pada tingkat keyakinan 99 persen sebesar Rp 91.250.988,16.
Gambar 14. Nilai EL, UL, dan EC pada band Rp 250.000,00 (hasil pengolahan dengan Visual Basic 6.0) 3. Band Rp 500.000,00 Pada band Rp 500.000,00 terdapat eksposur sebesar Rp 1.002.172.946,00 dengan 260 debitur. Pada band ini dihasilkan EL sebesar Rp 58.171.235,56, UL dengan tingkat keyakinan 95 persen sebesar Rp 125.000.000,00, dan UL dengan tingkat keyakinan 99 persen sebesar Rp 369.500.000,00. Untuk itu, EC atau modal yang harus dicadangkan untuk menutupi potensi kerugian maksimum akibat risiko kredit pada band Rp 500.000,00 dengan tingkat keyakinan 95 persen adalah sebesar Rp 66.828.764,44 dan pada tingkat keyakinan 99 persen sebesar Rp 311.328.764,44.
44
Gambar 15. Nilai EL, UL, dan EC pada band Rp 500.000,00 (hasil pengolahan dengan Visual Basic 6.0) 4. Band Rp 1.000.000,00 Pada band Rp 1.000.000,00 terdapat eksposur sebesar Rp 1.715.867.611,00 dengan 234 debitur. Pada band ini dihasilkan EL sebesar Rp 57.133.189,26, UL dengan tingkat keyakinan 95 persen sebesar Rp 146.000.000,00, dan UL dengan tingkat keyakinan 99 persen sebesar Rp 573.000.000,00. Untuk itu, EC yang harus disediakan pada band Rp 1.000.000,00 pada tingkat keyakinan 95 persen adalah sebesar Rp 88.866.810,74 dan pada tingkat keyakinan 99 persen sebesar Rp 515.866.810,74.
Gambar 16. Nilai EL, UL, dan EC pada band Rp 1.000.000,00 (hasil pengolahan dengan Visual Basic 6.0) 5. Band Rp 5.000.000,00 Pada band Rp 5.000.000,00 terdapat eksposur sebesar Rp 2.392.375.281,00 dengan 136 debitur. Pada band ini dihasilkan
45
EL sebesar Rp 55.492.046,81, UL dengan tingkat keyakinan 95 persen sebesar Rp 155.000.000,00, dan UL dengan tingkat keyakinan 99 persen sebesar Rp 2.815.000.000,00. Untuk itu, EC yang harus disediakan pada band Rp 5.000.000,00 pada tingkat keyakinan 95 persen adalah sebesar Rp 99.507.953,15 dan pada tingkat keyakinan 99 persen sebesar Rp 2.759.507.953,19. UL pada band ini dengan tingkat keyakinan 99 persen melebihi eksposur atau risiko yang ada, sehingga UL dan EC pada tingkat keyakinan ini tidak berlaku.
Gambar 17. Nilai EL, UL, dan EC pada band Rp 5.000.000,00 (hasil pengolahan dengan Visual Basic 6.0) Penghitungan nilai EL pada masing-masing band di atas, menghasilkan nilai EL seluruh eksposur sebesar Rp 194.098.591,62 atau
3,6
persen
dari
total
eksposur
yang
bernilai
Rp
5.401.320.442,00. Hal ini berarti total potensi kerugian yang diperkirakan
untuk
bulan
Desember
2007
mencapai
Rp
194.098.591,62. Nilai UL seluruh eksposur dengan tingkat keyakinan 95 persen sebesar Rp 481.200.000,00 (8,9 persen dari total eksposur), yang berarti potensi kerugian yang tidak dapat diperkirakan atau kerugian maksimum pada tingkat keyakinan ini mencapai Rp 481.200.000,00, sedangkan UL seluruh eksposur pada tingkat keyakinan 99 persen sebesar Rp 3.903.800.000,00 (72,3 persen dari total eksposur). Untuk itu, total EC yang harus disediakan untuk menutupi kerugian maksimum pada bulan
46
Desember 2007 dengan tingkat keyakinan 95 persen sebesar Rp 287.101.408,38 dan dengan tingkat keyakinan 99 persen sebesar Rp 3.709.701.408,38. EC tersebut dapat diperoleh bank dari modal bank yang sengaja disisakan untuk mengantisipasi kerugian yang terjadi atau dari pendapatan kegiatan perkreditan sebagai antisipasi dari kerugian akibat risiko kredit yang ditanggung terhadap kejadian yang tidak terduga yang mengakibatkan peningkatan debitur yang gagal bayar.
Gambar 18. Nilai EL, UL, dan EC total (hasil pengolahan dengan Visual Basic 6.0) Dari hasil penghitungan, diketahui bahwa pada band Rp 500.000,00 , band Rp 1.000.000,00 , dan band Rp 5.000.000,00 memiliki expected loss dan unexpected loss yang besar. Hal ini terjadi karena pada kelas-kelas tersebut memiliki tingkat eksposur dan kemungkinan gagal bayar yang tinggi dari debitur. Oleh karena itu, BRI Unit Ciampea perlu memberikan perhatian khusus terhadap ketiga band tersebut karena memiliki tingkat risiko kerugian kredit yang tinggi, yaitu dengan melakukan analisis kredit yang lebih
47
mendalam, serta pembinaan dan pengawasan yang ketat secara berkelanjutan. Selama ini, BRI Unit Ciampea menutupi expected loss pada satu bulan berikutnya melalui pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) berdasarkan kebijakan dari Bank Indonesia. Nilai PPAP ini dihitung pada akhir bulan berdasarkan kolektibilitas dan kredit outstanding setiap debitur. Jika cadangan yang disisakan ini tidak bisa menutupi kerugian yang terjadi di bulan tersebut, maka secara otomatis kerugian yang tidak tertutupi akan mengurangi modal bank. Jadi secara perhitungan ekonomi, jika penghitungan PPAP ini tidak sesuai atau menyimpang jauh dengan kerugian real yang terjadi maka akan menimbulkan kerugian bagi bank. Untuk itu bank perlu menyisihkan modalnya dalam bentuk economic capital untuk menutupi kerugian yang tidak diperkirakan terjadi
guna
menjaga nilai capital adequacy ratio (CAR) sehingga tingkat kesehatan bank tetap terjaga dan bank dapat meminimalisir kerugian. 1.3.3. Uji Validitas dengan Backtesting Uji validitas dilakukan dengan menggunakan backtesting dari nilai expected loss yang dihasilkan dengan metode CreditRisk+ Portofolio terhadap kerugian aktual (real loss) untuk bulan Desember 2007. Total real loss dari kredit Kupedes pada bulan Desember 2007 sebesar Rp 186.530.028,60. Jika dibandingkan dengan nilai expected loss yang bernilai Rp 194.098.591,62, terdapat selisih Rp 7.568.563,02 (penyimpangan 4,06 persen). Jika selisih antara potensi kerugian dengan real loss masih di bawah enam persen, berarti penghitungan potensi kerugian masih dapat diterima (Jorion, 2002). Dengan demikian, metode CreditRisk+ Portofolio sesuai untuk mengukur potensi kerugian dari risiko kredit Kupedes untuk bulan Desember 2007 di BRI Unit Ciampea.
48
Gambar 19. Hasil validasi dengan metode backtesting (hasil pengolahan dengan Visual Basic 6.0) 1.4. Pengelolaan dan Pengendalian Risiko Kredit Kupedes Dalam meminimalisir risiko kredit, diperlukan adanya pengelolaan dan pengendalian risiko kredit. Adapun pengelolaan dan pengendalian (mitigasi) risiko kredit kupedes yang dilakukan BRI Unit Ciampea adalah penerapan prinsip 5C, penetapan kolektibilitas debitur, pembentukan PPAP, pemberian IPTW, pembinaan dan penagihan intensif, rescheduling, reconditioning, peningkatan kualitas SDM, dan kerjasama dengan perusahaan asuransi. 1.4.1. Penerapan prinsip 5C Dalam usaha ekspansi yang dilakukan oleh BRI Unit Ciampea, maka bank harus selalu seleksi dan menerapkan prinsip kehati- hatian dalam memberikan kredit. Salah satunya dengan prinsip 5C. Hal ini untuk mencegah adanya kredit bermasalah dan penyalahgunaan kredit. Prinsip 5C terdiri dari character, capability, capital, colleteral, dan condition. Prinsip ini
digunakan dalam
proses analisis kredit. Melalui prinsip 5C, analis kredit dapat menilai nasabah yang layak untuk diberikan kredit Kupedes, sehingga dapat menghindari terjadinya risiko kredit yang ditimbulkan oleh debitur. Untuk memperkuat penilaiannya, pihak bank juga melakukan
49
kunjungan dan inspeksi mendadak ke tempat nasabah untuk melihat usahanya. Selain itu pihak bank juga berusaha untuk mengetahui 5C calon debitur lewat tetangga si calon debitur. BRI sangat hati- hati dalam pemberian kredit, hal ini dapat terlihat dari salah satu syarat untuk calon debitur yang mengajukan kredit di atas Rp 20 juta harus melampirkan foto usahanya di berkas permohonan kredit, karena untuk kredit di atas Rp 20 juta harus diajukan ke BRI Cabang melalui Kepala Unit setelah si calon debitur di analisis oleh Mantri. Hal ini dilakukan bank untuk mendapatkan keyakinan mengenai si calon debitur. 1.4.2. Penetapan Kolektibilitas Debitur Penetapan kolektibilitas debitur ini di maksudkan untuk mengelompokkan debitur yang tergolong dalam debitur yang lancar, dalam perhatian khusus (DPK), kurang lancar, diragukan, dan macet. Yang tergolong dalam kredit bermasalah adalah debitur yang tergolong kurang lancar, diragukan, dan macet. Lancar
(debitur
lancar dalam mengangsur ), DPK (debitur menunggak dari dua sampai kurang dari tiga bulan), kurang lancar (debitur menunggak dari tiga sampai kurang dari empat bulan), diragukan (debitur menunggak dari empat sampai lima bulan), dan macet (debitur menunggak dari enam sampai delapan bulan). Untuk debitur yang menunggak di atas delapan bulan, maka akan dimasukkan ke daftar hitam debitur, dimana daftar hitam debitur dihilangkan dari neraca. Dengan adanya penetapan kolektibilitas debitur ini, pihak bank dapat melihat reputasi debitur sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam pemberian kredit selanjutnya kepada debitur yang bersangkutan. 1.4.3. Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) digunakan untuk
mengantisipasi
kerugian
yang
diperkirakan
di
bulan
berikutnya. Penghitungan besar PPAP di BRI Unit Ciampea dilakukan tiap akhir bulan dengan berdasarkan pada kredit
50
outstanding dan kolektibilitas masing- masing debitur. Untuk mengantisipasi kerugian yang diperkirakan di bulan Desember 2007, BRI Unit Ciampea menyisihkan modal untuk PPAP sebesar Rp 186.530.028,60. 1.4.4. Insentif Pembayaran Tepat Waktu Insentif Pembayaran Tepat Waktu (IPTW) diberikan kepada debitur yang membayar (mengangsur) kredit tepat waktu secara berturut-turut selama enam bulan. IPTW ini diberikan setiap enam bulan sekali. Besar IPTW yang diberikan adalah dua persen dari plafond kredit yang diterima debitur. Biaya untuk IPTW ini berasal dari pendapatan yang diperoleh dari bunga kredit yang dibebankan kepada debitur. IPTW adalah salah satu usaha preventif yang dilakukan BRI Unit Ciampea untuk mengurangi risiko kredit. Dengan adanya IPTW ini, diharapkan debitur menjadi terpacu untuk membayar (mengangsur) kredit secara tepat waktu. 1.4.5. Pembinaan dan Penagihan Secara Intensif Pembinaan dilakukan dari mulai kredit dicairkan sampai kredit berakhir. Kegiatan ini dilakukan untuk menghindari penyalahgunaan kredit oleh debitur. Untuk itu dalam kegiatan ini pihak bank melakukan pengamatan, pemeriksaan, pengarahan, dan pemberian solusi yang dapat membantu mengatasi masalah debitur. Penagihan secara intensif dilakukan terhadap debitur yang termasuk dalam daftar kelompok kredit bermasalah, yaitu debitur yang memiliki kolektibilitas tiga, empat, dan lima. Tahap pertama yang dilakukan dalam penagihan ini adalah dengan memberikan surat peringatan kepada debitur. Jika tidak ada tanggapan dari debitur, maka pihak bank akan mengunjungi debitur secara langsung yang dilakukan secara sewaktu- waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu agar debitur tidak kabur ketika ditagih.
51
1.4.6. Rescheduling Rescheduling adalah penjadwalan ulang untuk debitur yang tergolong dalam daftar kelompok kredit bermasalah, yaitu debitur yang masuk dalam kolektibilitas tiga, kolektibilitas empat, dan kolektibilitas lima. Biasanya Rescheduling diberikan untuk debitur yang operasi usahanya kurang menguntungkan yang disebabkan oleh faktor di luar nasabah dan usaha tersebut dianggap masih berpeluang menguntungkan di masa depan. Rescheduling ini dimaksudkan untuk meringankan beban debitur dalam membayar kewajibannya. Kegiatan ini dapat berupa perpanjangan jangka waktu kredit dan perpanjangan jangka waktu angsuran. Perpanjangan waktu kredit misalnya dari delapan bulan menjadi satu tahun, sehingga debitur mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikannya. Sedangkan perpanjangan waktu angsuran misalnya dari 30 kali mengangsur menjadi 42 kali mengangsur, sehingga besar angsuran akan menjadi semakin kecil seiring dengan bertambahnya jumlah angsuram. Dalam hal ini terjadi proses evaluasi usaha dan analisa ulang sehingga dapat diketahui seberapa besar kemampuan riil nasabah dalam pola pengembalian kredit. 1.4.7. Reconditioning Reconditioning adalah pengubahan persyaratan yang telah disepakati oleh debitur dan bank. Kegiatan ini dapat berupa penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu, penurunan suku bunga, dan pembebasan bunga. Penundaan pembayaran bunga maksudnya hanya bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjamannya tetap harus dibayar seperti biasa. Permohonan keringanan bunga diajukan oleh nasabah yang benarbenar mengalami kesulitan dalam mengangsur ke BRI Unit Ciampea. Untuk selanjutnya, Kepala Unit akan mengajukannya ke BRI Cabang Bogor. Reconditioning ini dimaksudkan untuk meringankan beban debitur yang tergolong dalam daftar kelompok kredit bermasalah.
52
1.4.8. Peningkatan Kualitas SDM BRI sangat sadar bahwa kualitas SDM sangat berperan penting dalam pengelolaan dan pengendalian risiko kredit. Untuk itu BRI memberikan pelatihan dan pengarahan kepada karyawannya secara berkelanjutan. Pelatihan yang dilakukan seperti pelatihan dalam
analisis
kredit
serta
pelatihan-
pelatihan
lain
yang
berhubungan dengan manajemen risiko kredit. Kegiatan ini diadakan maksimal satu bulan sekali di BRI cabang yang di peruntukkan kepada Kepala Unit dan Mantri. Oleh Kepala Unit dan mantri ini kemudian diteruskan kepada karyawan lain yang ada di BRI Unit. Dengan adanya kegiatan ini, maka karyawan yang ada di unit terkecil BRI ini tetap terlatih sehingga kualitas karyawan terjaga. 1.4.9. Kerjasama Dengan Perusahaan Asuransi Kebijakan BRI untuk bermitra dengan perusahaan asuransi Bringin Life dapat mengurangi risiko kredit yang dihadapi. Asuransi ini adalah asuransi jiwa yang diberikan kepada debitur Kupedes komersil yang meninggal dunia. Dalam kerjasama ini terdapat kesepakatan-kesepakatan yang saling menguntungkan. Dengan adanya kerjasama ini, maka bank dapat meminimalisir kerugian yang ditimbulkan oleh adanya risiko kredit. 1.5. Implikasi Manajerial Berdsasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka implikasi manajerial yang dapat direkomendasikan untuk diterapkan pada BRI Unit Ciampea adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, faktor yang paling mempengaruhi risiko kredit adalah kualitas SDM (analis kredit), karakter debitur, dan laju perekonomian debitur. Untuk itu bank perlu melakukan: a. Memberikan pembinaan dan pelatihan yang lebih intensif kepada Mantri guna meningkatkan kualitas Mantri dalam menganalisis kredit sehingga kesalahan dalam penilaian dapat diminimalisir.
53
b. Analisis kredit harus dilakukan lebih mendalam dan perlu adanya pemeriksaan langsung ke lapangan sebelum memutuskan calon debitur dianggap layak atau tidak untuk menerima kredit. Hal ini sangat penting untuk dilakukan guna mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan jelas tentang calon debitur agar bank terhindar dari kecurangan calon debitur seperti merekayasa laporan keuangan, laporan usaha, dan jaminan. c. Bank sebaiknya menjalin hubungan yang baik dengan ketua RT, Kepala Desa, dan Camat, serta masyarakat Ciampea mengingat mereka adalah informan yang penting dalam menganalisis calon debitur. d. Pendampingan dan pembinaan usaha terhadap debitur perlu ditingkatkan melihat kemampuan dalam menghasilkan pendapatan dan laba oleh debitur di kecamatan Ciampea dan Tenjolaya yang rendah. e. Pembinaan dan pengawasan terhadap penggunaan kredit oleh debitur, terutama debitur yang menerima kredit komersil harus ditingkatkan agar debitur tidak seenaknya dalam menggunakan kredit, sehingga kredit yang diterima debitur dapat menghasilkan nilai. 2. Unexpected loss atau kerugian yang tidak diperkirakan dapat terjadi sewaktu-waktu, sehingga bank harus memiliki cadangan untuk mengantisipasi risiko tersebut yang berupa economic capital. Cadangan ini dapat diperoleh dari modal bank yang sengaja disisakan untuk mengantisipasi kerugian yang terjadi atau dari pendapatan kegiatan perkreditan sebagai antisipasi dari kerugian akibat risiko kredit. Untuk mengetahui seberapa besar cadangan yang harus disediakan dalam mengantisipasi risiko ini, dapat dihitung dengan menggunakan metode CreditRisk+ Portofolio. Untuk mempermudah penghitungan, dapat digunakan program komputer Visual Basic 6.0 yang dihasilkan dari penelitian ini. Adapun yang bertugas sebagai admin adalah Deskman
54
karena di BRI Unit Ciampea yang selama ini bertugas menghitung potensi kerugian (PPAP) dan membuat laporan bulanan adalah Deskman. Sedangkan user atau pengguna dari program komputer ini adalah Kepala Unit, Mantri, dan Deskman.
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Faktor dominan yang mempengaruhi risiko kredit Kupedes BRI Unit Ciampea yaitu kualitas SDM, karakter debitur, dan laju perekonomian debitur. 2. Bedasarkan pengujian validitas menggunakan metode backtesting terdapat penyimpangan sebesar 4,06% terhadap kerugian riil di bulan Desember 2007. Untuk itu, Metode CreditRisk+ portofolio sesuai untuk mengukur potensi kerugian dari risiko kredit Kupedes BRI Unit Ciampea pada bulan Desember 2007. 3. Penghitungan risiko kredit dengan Metode CreditRisk+ Portofolio menghasilkan expected loss sebesar Rp 194.098.591,62 serta unexpected loss pada tingkat keyakinan 95 persen sebesar Rp 481.200.000,00 dan Rp 3.903.800.000,00 pada tingkat keyakinan 99 persen. Untuk itu, economic capital yang harus disediakan oleh bank sebesar Rp 287.101.408,38 pada tingkat keyakinan 95 persen dan Rp 3.709.701.408,38 pada tingkat keyakinan 99 persen untuk bulan Desember 2007. 4. Pengelolaan dan pengendalian risiko kredit yang dilakukan oleh BRI Unit Ciampea adalah penerapan prinsip 5C, penetapan kolektibilitas debitur, pembentukan
PPAP,
IPTW,
pembinaan
dan
penagihan
intensif,
rescheduling, reconditioning, peningkatan kualitas SDM, dan kerjasama dengan perusahaan asuransi. B. Saran 1. BRI Unit Ciampea sebaiknya mengelola dengan baik faktor- faktor yang mempengaruhi risiko kredit terutama faktor SDM bank dan faktor dari sisi debitur, seperti mengadakan pelatihan dan pembinaan SDM serta pembinaan terhadap debitur secara intensif. 2. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya menganalisis manajemen risiko kredit secara terintegrasi. Selain itu, sebaiknya penelitian yang dilakukan
56
menggunakan sudut pandang debitur dalam menganalisis faktor yang mempengaruhi risiko kredit Kupedes.
DAFTAR PUSTAKA
Ali. 2006. Manajemen Risiko. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. Bessis. 1998. Risk Management in Banking. West Sussex PO19 1UD, England. Crouhy, M and Dan Galai et al. 2000. Risk Management. Mc Graw Hill, New York. Darmawi. 2004. Manajemen Risiko. Cetakan Kedelapan. Bumi Aksara, Jakarta. Dendawijaya. 2005. Manajemen Perbankan. Edisi kedua. Ghalia Indonesia, Bogor. Djohanputro. 2006. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. Cetakan kedua. PPM, Jakarta. Efendi, R. 2007. Analisis Manajemen Risiko Kredit Sepeda Motor Honda pada Perusahaan Multifinance di Indonesia (Studi kasus pada PT. PQR Finance). Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. http://bri.co.id. [ 19 Januari 2008] http://infobanknews.com. [19 Januari 2008] http://irms.com. [21 Januari 2008] Iqbal, A. 2006. Analisis Risiko Pembiayaan Syariah, Pendekatan Metode CrediiRisk+ Portofolio (Studi kasus: BMT Prima Dinar Cabang Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah). Skripsi pada Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Jorion. 2002. Value at Risk: The New Bencmark for Managing Financial Risk, 2nd edition. Mcgraw-Hill. Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan. Edisi Pertama. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Komar, D. 2006. Risiko Kredit pada Pinjaman Usaha Mikro. Skripsi pada Fakultas Ekonomi , Universitas Indonesia, Jakarta. Kountur. 2004. Manajemen Risiko Operasional. PPM, Jakarta.
58
Marsaulina, D. 2006. Analisis Pengelolaan Risiko Kredit Nasabah Kupedes dengan Metode Creditrisk+ Portofolio (studi kasus BRI Unit Desa Cipanas, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat). Skripsi pada Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sofyan. 2005. Manajemen Risiko. Edisi Pertama. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.
LAMPIRAN
60
Lampiran 1. Daftar istilah Backtesting
:
Salah satu metode uji validitas dengan membandingkan risiko terhitung (potential loss) dengan risiko sebenarnya (real loss).
Band
:
Nilai kelompok besar dalam menghitung estimasi risiko berdasarkan metode CreditRisk+ Portofolio.
Capital adequacy :
Rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang
ratio (CAR)
harus dimiliki oleh bank.
Economic capital
:
Modal yang harus dimiliki perusahaan untuk menutup kerugian maksimum yang disebabkan oleh gagal bayar debitur pada portofolio kredit.
Expected loss
:
Sejumlah kerugian yang dapat diperkirakan.
Eksposur
:
Besarnya risiko kerugian yang melekat pada besarnya kredit yang menghadapi risiko gagal bayar.
Kolektibilitas
:
Kualitas kredit yang ditentukan berdasarkan sejarah angsuran debitur.
Kredit outstanding
:
Kredit yang belum dilunasi (bayar) debitur.
Moral hazard
:
Keadaan meningkatnya peluang individu atau debitur dengan sengaja menyebabkan kerugian.
Morale hazard
:
Keadaan yang menyebabkan individu atau debitur menjadi kurang hati-hati dibandingkan dengan keadaan lain.
Non
Performing :
Debitur dengan status kurang lancar, diragukan, dan macet.
Loan (NPL)
Plafond
:
Batas kredit
Potential loss
:
Potensi kerugian yang ditentukan dari penghitungan dengan menggunakan metode CreditRisk+ Portofolio.
Probability
of :
bank yang dinyatakan dalam persentase tertentu.
default Real loss
Peluang terjadinya gagal bayar debitur yang berasal dari
:
Kerugian sebenarnya akibat kewajiban debitur yang tak tertagih akibat gagar bayar.
61
Recovery rate
:
Tingkat (persentase) jumlah kewajiban debitur yang dapat diperoleh kembali setelah dihapusbukukan.
UMKM
:
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Unexpected loss
:
Sejumlah kerugian yang tidak diharapkan terjadi.
62
Lampiran 2. Diagram sebab akibat (Causal Loop) 55 C C
Conditions Conditions
Capacity Collateral
Capital Character Character
Tingkat kualitas UMKM penerima kredit Kupedes
+
+
+
+
Tingkat pertumbuhan kredit ke UMKM
Tingkat kualitas pengemba lian kredit
+ Pertumbuhan perekonomian negara
−
+ Tingkat risiko kredit Kupedes
+ Tingkat bonafitas BRI
+
Tingkat kerugian bank akibat kredit Kupedes
− NPL (%)
+ −
+ Kualitas sistem dan pelayanan pemberian kredit
+ Tingkat kualitas pelatihan dan pembinaan UMKM
Tingkat +
Peningkatan profit bank
+
kenaikan indeks profitabilitas
Lampiran 3. Struktur organisasi BRI Unit Ciampea
Pimpinan Cabang
Marketing and Lending Officer
Manajer Bisnis Mikro
Operation Officer
Penilik
Kepala Unit
Mantri
Deskman
Teller
Lampiran 4. Struktur organisasi BRI Cabang Pimpinan Cabang
Manajer Pemasaran
KCP
Manajer Operasional
As. Manajer Penunjang Bisnis
Supervisor Adm. Kredit
Supervisor Pelayanan Intern
Manajer Bisnis Mikro
As. Manajer Operasional
As. Manajer Bisnis Mikro
Supervisor Pelayanan
Penilik
Supervisor Adm. Unit
BRI UNIT
65
Lampiran 5. Tampilan program komputer Visual Basic 6.0
66
Lanjutan Lampiran 5.
67
Lampiran 6. Pengkodingan pada program komputer Visual Basic 6.0
68
Lanjutan lampiran 6.
69
Lanjutan lampiran 6.
70
Lanjutan lampiran 6.