KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR
Disusun Oleh : SEVIA FITRIANINGSIH A 14104133
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN
SEVIA FITRIANINGSIH. Kinerja Penyaluran Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) serta Dampaknya Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Nasabah di PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Citeureup Cabang Bogor. Di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI. Kredit adalah transaksi dua pihak dimana pihak peminjam mendapat bantuan dana dengan perjanjian bahwa pada waktu yang akan datang dia harus mengembalikan dana pinjaman itu berdasarkan syarat-syarat yang telah disetujui kedua belah pihak, yaitu peminjam dan pemberi pinjaman. Kredit disalurkan melalui beberapa lembaga pembiayaan, salah satunya perbankan. Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan lembaga perbankan milik pemerintah yang bertugas menyalurkan kredit. Penyaluran kredit BRI mengalami pertumbuhan yang baik pada tahun 2006. Hal ini dilihat pada indikator NPL (Non Performing Loan) dan LDR (Loan to Deposit Ratio) BRI yang mampu tumbuh diatas rata-rata perbankan. Pertumbuhan kredit BRI ini dimotori oleh segmen UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang merupakan fokus utama pengembangan bisnis BRI. Kredit yang khusus membiayai segmen UMKM adalah Kredit Umum Pedesaan (Kupedes). Kupedes disalurkan melalui unit kerja BRI yaitu BRI Unit. BRI Unit Citeureup merupakan salah satu unit kerja di wilayah BRI Kantor Cabang Bogor yang merupakan Unit terbesar kedua. BRI Unit melayani dan menyalurkan Kupedes terhadap sektor usaha seperti perdagangan, perindustrian dan jasa komersial. Sektor usaha yang paling banyak dibiayai Kupedes adalah sektor perdagangan. Hal ini karena letak BRI Unit Citeureup yang berada di pusat perekonomian Citeureup dimana terdapat banyak para pelaku usaha perdagangan. Dalam penyaluran Kupedes, BRI Unit Citeureup menghadapi beberapa kendala. Dari pihak bank, kendala yang dihadapi adalah jumlah nasabah yang menunggak setiap tahunnya. Hal ini menjadi masalah karena dapat memperbesar nilai NPL akibat kredit macet. Sedangkan, dari pihak nasabah kendala utama UMKM dalam mengajukan permohonan kredit kepada perbankan adalah besaran bunga yang dianggap terlalu tinggi dan tidak adanya agunan. Permasalahan tersebut mengindikasikan bahwa dalam penyaluran Kupedes masih terdapat ketidaksesuaian yang menyebabkan kinerja penyaluran Kupedes dinilai kurang baik. Padahal, Kupedes diberikan kepada para pelaku UMKM agar usahanya menjadi berkembang sehingga pendapatan nasabah dapat meningkat. BRI memproyeksikan pendapatan nasabah Kupedes meningkat sebesar 15-20 persen setiap bulannya setelah menerima Kupedes. Proyeksi ditetapkan dengan pertimbangan bahwa tidak semua kredit yang diberikan pihak bank digunakan untuk mengembangkan usaha. Peningkatan pendapatan usaha setiap sektor usaha
seperti sektor perdagangan, perindustrian dan jasa komersial yang dibiayai Kupedes berbeda- beda. Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Menganalisis kinerja penyaluran Kupedes yang telah dilaksanakan, (2) Menganalisis dampak penyaluran Kupedes terhadap peningkatan pendapatan usaha dalam sektor perdagangan, sektor perindustrian dan sektor jasa komersial. Penelitian dilakukan pada BRI Unit Citeureup selama dua bulan, yaitu pada bulan Mei sampai Juni 2008, namun persiapan survei pendahuluan telah dilakukan terlebih dahulu. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive. Pemilihan responden dari nasabah Kupedes yang masih aktif dimana pengambilan responden dilakukan secara judgment sampling. Responden yang diambil menggunakan sepuluh persen yaitu 60 orang dari total populasi nasabah Kupedes dalam sector perdagangan, perindustrian dan jasa komersial. Data yang dikumpulkan akan dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Untuk mengetahui kinerja penyaluran Kupedes, perlu diketahui terlebih dahulu mengenai karakteristik dan profil usaha responden. Hal ini untuk mengetahui kaitan antara karakteristik responden serta pengaruhnya terdapat kinerja penyaluran Kupedes. Secara umum responden memiliki umur antara 38 hingga 51 tahun dan sebagian besar berjenis kelamin lakil-laki dengan status menikah. Tingkat pendidikan yang dicapai cukup rendah yaitu hanya sampai tingkat sekolah dasar (SD). Profil usaha responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden melakukan kegiatan usaha dalam sektor perdagangan dengan lama usaha 9 hingga 16 tahun. Usaha yang dilakukan masih berada di lingkungan tempat tinggal dengan status usaha milik dengan modal pinjaman pada plafond Rp 25.000 hingga kurang dari Rp 50.000.000. Kinerja penyaluran Kupedes BRI Unit Citeureup bila dilihat dari target dan realisasi kredit, persentase tunggakan, jangkauan kredit dan frekuensi pinjaman dapat dinilai sudah baik. Realisasi kredit telah mampu mencapai target yang telah ditetapkan. Pada tahun 2005 realisasi kredit hanya mencapai 84,24 persen. Pada tahun 2007 realisasi kredit mencapai 100,71 persen dari target yang ditetapkan bahkan meningkat sepuluh persen pada tahun berikutnya. Selain itu, persentase tunggakan cenderung menurun dari 3,13 persen pada tahun 2005 hingga 2,33 persen untuk tahun 2007. Kupedes yang disalurkan telah dapat menjangkau berbagai sektor ekonomi di wilayah kerja BRI Unit Citeureup. Sektor ekonomi yang paling banyak dibiayai Kupedes adalah sektor perdagangan yang mencapai Rp 5.058.058.667. Efektivitas Kupedes dapat juga dilihat dari frekuensi pinjaman yang berhasil dilayani. Data Bulan Juni 2008 menunjukkan bahwa nasabah Kupedes yang pinjamannya lebih dari tiga kali adalah yang paling banyak yaitu sebesar 548 orang.
Berdasarkan penilaian nasabah kinerja penyaluran Kupedes juga sudah dinilai baik. Hal ini dapat dilihat dari tanggapan responden terhadap persyaratan awal, prosedur pinjaman, realisasi kredit, biaya administrasi, tingkat bunga, jaminan atau agunan, dan pelayanan petugas bank. Faktor yang dinilai masih kurang mendukung efektivitas penyaluran Kupedes yaitu tingkat bunga. Tingkat pendapatan responden sebagai nasabah Kupedes secara keseluruhan mengalami peningkatan sebesar 29,14 persen. Untuk tingkat perubahan pendapatan tiap sektor ekonomi, sektor perdagangan mengalami pertumbuhan yang lebih besar. Pertumbuhan tersebut sebesar 35,26 persen dan yang perubahannya terkecil adalah sektor jasa komersil dengan tingkat perubahan sebesar 18,49 persen. Namun, hal ini menunjukkan bahwa kinerja penyaluran Kupedes di BRI Unit Citeureup sudah baik. Pengembalian sebagian bunga kepada nasabah yang membayar tepat waktu (Insentif Pembayaran Tepat Waktu) perlu ditekankan kepada nasabah. Hal ini agar bunga yang harus dibayar tidak dianggap membebankan nasabah. Kemudian, pihak bank mengadakan program sertifikasi yang dilaksanakan pihak bank dengan cara kerjasama dengan BPN (Badan Pertanahan Nasional) serta pemerintah setempat. Hal ini untuk mengatasi nasabah yang menghadapi kendala dalam memenuhi agunan yang ditetapkan.
KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR
Disusun Oleh : SEVIA FITRIANINGSIH A 14104133
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul
: Kinerja Penyaluran Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) Serta Dampaknya Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Nasabah di PT. BRI Unit Citeureup Cabang Bogor
Nama
: Sevia Fitrianingsih
NRP
: A14104133
Menyetujui, Dosen Pembimbing Skripsi
Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS NIP. 131 918 115
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES)
SERTA
DAMPAKNYA
TERHADAP
PENINGKATAN
PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREP CABANG BOGOR” ADALAH KARYA SENDIRI DAN BELUM DIAJUKAN DALAM BENTUK APAPUN KEPADA PERGURUAN TINGGI MANAPUN. SUMBER INFORMASI YANG BERASAL ATAU DIKUTIP DARI KARYA YANG DITERBITKAN MAUPUN TIDAK DITERBITKAN DARI PENULIS LAIN TELAH DISEBUTKAN DALAM TEKS DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA DI BAGIAN AKHIR SKRIPSI INI.
Bogor, September 2008
Sevia Fitrianingsih A14104133
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada tanggal 20 Mei 1987. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara, dari keluarga Bapak Ubaidillah dan Ibu Sunengsih. Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SDN Pasireurih 1, Bogor dari tahun 1992 sampai tahun 1998. Pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 4 Bogor. Pada tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 6 Bogor dan lulus pada tahun 2004. Kemudian pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, akhirnya Penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul “Kinerja Penyaluran Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) serta Dampaknya terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha
Nasabah di
PT. BRI Unit Citeureup Cabang Bogor”. Penelitian ini
bertujuan untuk menilai kinerja penyaluran Kupedes yang telah dilaksanakan. Kinerja penyaluran Kupedes dinilai dari dua sisi yaitu berdasarkan penilaian bank dan penilaian nasabah. Penilaian bank dinilai berdasarkan indikator target dan realisasi kredit, persentase tunggakan, jangkauan sektor ekonomi/usaha dan frekuensi pinjaman. Penilaian nasabah dilakukan dengan memberikan tanggapan atas parameter-parameter. Parameter tersebut terdiri dari persyaratan awal, prosedur pinjaman, biaya administrasi, realisasi kredit, tingkat bunga, jaminan dan pelayanan petugas. Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat dampak pemberian Kupedes terhadap peningkatan pendapatan usaha nasabah sesuai dengan tujuan pemberian Kupedes. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan dukungan kontribusi pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan, walaupun dalam penyajiannya tidak luput dari berbagai kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun dengan diharapkan sebagai bahan perbaikan dan penyempurnaan di masa mendatang. Bogor, September 2008
Sevia Fitrianingsih A14104133
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Mama dan Papa yang telah memberikan perhatian, pengertian, dukungan dan doa dan tulus selama ini. 2. Ibu Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS sebagai dosen pembimbing skripsi yang selalu meluangkan waktu disela-sela kesibukan beliau untuk memberi bimbingan, dukungan bagi penulis. 3. Ibu Dr. Ir. Ratna Winandi, MS sebagai dosen penguji utama. 4. Bapak Arif Karyadi, SP sebagai dosen penguji wakil komisi pendidikan. 5. Ibu Ir. Yusalina, MSi selaku dosen pembimbing akademik penulis atas bimbingan beliau selama penulis berada di bangku kuliah. 6. Adik-adikku Dilla, Gilang dan Nindhi atas kasih sayang dan doanya adalah kado terindah bagi penulis. Serta seluruh keluarga yang atas doa dan dukungannya. 7. Teman-teman satu bimbingan Cika, Tejo, Cimay, Dina & Nia. Terima kasih atas support yang telah diberikan pada penulis. 8. Kepala Unit serta staf PT. BRI Unit Citeureup Pak Wawan, Mas Aris, Mas Mayang, Pak Adjo, Bu Ika, Mba Eva dll. Terima Kasih atas diizinkannya penulis dalam pengambilan data dan informasinya. 9. Ibu Ir. Heny K. Daryanto, MS Sebagai Ketua Departemen Agribisnis dan seluruh staf. Terima kasih atas bantuan yang diberikan kepada penulis.
10. Sahabatku-sahabatku di AGB’ 41 Adisti, Ica, Neneng, Nuey, Narita, Kiki, Rizal, Tifa, Tutik, Wanti, Yustika, Dika dan Cumie. Terima kasih atas persahabatan serta cinta dan dukungan dari kalian semua. 11. Teman-temanku di Agribisnis 41’ Fandy, Fima, Suci, Arisman, Tere, David, Taufik, Yanti, yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Serta teman-teman AGB’ 41 lainnya yang tidaak dapat penulis sebutkan semuanya. Terima kasih atas persaudaraan yang telah terbina selama ini. 12. Mas Harun Al Rasyid yang telah mengisi hari-hari penulis selama satu tahun belakangan ini. Thanks for all support and love 13. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak menghilangkan rasa terima kasih atas bantuan dan dukungan kepada penulis.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .................................................................................. DAFTAR GAMBAR .............................................................................. DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... I
x xi xii
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1.2 Perumusan Masalah ................................................................ 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 1.4 Kegunaan Penelitian ..............................................................
1 6 9 9
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kupedes ....................................................... 2.1.1 Jenis Kupedes ................................................................ 2.1.2 Syarat-syarat calon nasabah Kupedes ............................. 2.2 Kinerja Keuangan .................................................................. 2.3 Manfaat Kredit bagi UMKM ................................................. 2.4 Penelitian Terdahulu ..............................................................
10 12 16 17 20 21
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................. 3.1.1 Pengertian, Tujuan dan Fungsi Kredit ............................ 3.1.2 Analisis Kinerja ........................................................... 3.1.2.1 Analisis Kredit ................................................... 3.1.2.2 Kinerja Penyaluran Kredit Penilaian Bank .......... 3.1.2.3 Kinerja Penyaluran Kredit Penilaian Nasabah ..... 3.1.2.4 Efektivitas Penyaluran Kredit UMKM................ 3.2 Dampak Kredit Terhadap Pendapatan ..................................... 3.3 Kerangka Pemikiran Operasional ............................................
25 25 29 29 33 34 34 35 39
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 4.2 Jenis dan Sumber Data ........................................................... 4.3 Metode Pengambilan Responden ............................................ 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................... 4.4.1 Analisis Kinerja Penyaluran Kupedes dengan Evaluasi Nilai Efektivitas .............................................. 4.4.2 Analisis Dampak Kupedes Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha ......................................................... V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah BRI .............................................................................. 5.2 Struktur Organisasi BRI ...........................................................
ii
43 43 44 45 45 47
49 52
VI KARAKTERISTIK DAN PROFIL USAHA RESPONDEN 6.1 Karakteristik Responden ......................................................... 6.1.1 Umur dan Jenis Kelamin ................................................ 6.1.2 Status Pernikahan........................................................... 6.1.3 Tingkat Pendidikan ........................................................ 6.2 Profil Usaha Responden.......................................................... 6.2.1 Jenis Usaha .................................................................... 6.2.2 Lama Usaha ................................................................... 6.2.3 Lokasi Usaha dan Status Usaha ...................................... 6.2.4 Frekuensi Pinjaman........................................................ 6.2.5 Jumlah Modal ................................................................
54 54 56 57 58 58 59 60 61 63
VII KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN 7.1 Kinerja Penyaluran Kupedes Menurut Penilaian Bank ............ 7.1.1 Target dan Realisasi Kredit ............................................ 7.1.2 Persentase Tunggakan .................................................... 7.1.3 Jangkauan Kredit ........................................................... 7.1.4 Frekuensi Pinjaman........................................................ 7.2 Kinerja Penyaluran Kupedes Menurut Penilaian Nasabah .................................................................................. 7.2.1 Persyaratan Awal ........................................................... 7.2.2 Prosedur Pinjaman ......................................................... 7.2.3 Biaya Administrasi Pinjaman ......................................... 7.2.4 Realisasi Kredit.............................................................. 7.2.5 Tingkat Bunga ............................................................... 7.2.6 Agunan .......................................................................... 7.2.7 Pelayanan Petugas.......................................................... 7.3 Hasil Skor Penilaian Responden Nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup Tahun 2008 Terhadap Efektivitas Penyaluran Kupedes.....................................................................................
83
VIII ANALISIS PENDAPATAN RESPONDEN SEBELUM DAN SESUDAH MENERIMA KUPEDES 8.1 Pendapatan Sebelum dan Setelah Menerima Kupedes ............. 8.2 Implikasi Penelitian ................................................................
85 89
IX KESIMPULAN DAN SARAN 9.1 Kesimpulan ............................................................................ 9.2 Saran ......................................................................................
92 94
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. LAMPIRAN ...........................................................................................
95 98
iii
65 65 66 69 71 71 72 73 75 77 78 80 81
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman 1 Indikator Kinerja Industri Perbankan di Indonesia Tahun 2006 ....................................................................................... 2 2. Penyaluran Kredit BRI Tahun 2006................................................... 4 3 Jumlah Tunggakan Kredit BRI Unit Citeureup Tahun 2005-2007 .............................................................................. 4
7
Skor Penilaian Efektivitas .................................................................
47
5 Sebaran Responden Nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup Tahun 2008 Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin............................
55
6
Sebaran Responden Nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup Tahun 2008 Berdasarkan Satus Pernikahan ....................................... 7 Sebaran Responden Nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup Tahun 2008 Berdasarkan Tingkat Pendidikan....................................
57 58
8 Sebaran Responden Nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup Tahun 2008 Berdasarkan Jenis Usaha ................................................
59
9 Sebaran Responden Nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup Tahun 2008 Berdasarkan Lama Usaha...............................................
60
10 Sebaran Responden Nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup Tahun 2008 Berdasarkan Lokasi Usaha dan Status Usaha .................
61
11 Sebaran Responden Nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup Tahun 2008 Berdasarkan Jumlah Frekuensi Pinjaman .......................
62
12 Target dan Realisasi Kupedes di BRI Unit Citeureup Tahun 2005-2007 .............................................................................
65
13 Persentase tunggakan terhadap sisa pinjaman di BRI Unit Citeureup Tahun 2005-2007 ..............................................................
68
14 Jangkauan Pelayanan Kupedes BRI Unit Citeureup per Bulan Juni 2008 ..........................................................................
70
15 Frekuensi pinjaman Kupedes BRI Unit Citeureup per bulan Juni 2008...............................................................................
71
iv
Nomor
Halaman
16 Respon Nasabah Kupedes BRI Unit Cireureup Tahun 2008 Terhadap Persyaratan Awal Penyaluran Kupedes ..............................
73
17 Respon Nasabah Kupedes BRI Unit Cireureup Tahun 2008 Terhadap Prosedur Pinjaman Penyaluran Kupedes ............................
74
18 Respon Nasabah Kupedes BRI Unit Cireureup Tahun 2008 Terhadap Biaya Administrasi Penyaluran Kupedes............................
76
19 Respon Nasabah Kupedes BRI Unit Cireureup Tahun 2008 Terhadap Realisasi Kredit Penyaluran Kupedes.................................
77
20 Suku bunga Kupedes untuk setiap plafond kredit.................................
78
21 Respon Nasabah Kupedes BRI Unit Cireureup Tahun 2008 Terhadap Besarnya Tingkat Bunga Penyaluran Kupedes ...................
79
22 Respon Nasabah Kupedes BRI Unit Cireureup Tahun 2008 Terhadap Agunan Penyaluran Kupedes .............................................
81
23 Respon Nasabah Kupedes BRI Unit Cireureup Tahun 2008 Terhadap Pelayanan Petugas Dalam Penyaluran Kupedes .................
83
24 Skor Efektivitas Penyaluran Kupedes ................................................
83
25 Perubahan Pendapatan Usaha Nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup Tahun 2008 Berdasarkan Sektor Usaha .............................................
87
26 Hasil Uji Statistik t-hitung Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup Tahun 2008 Berdasarkan Sektor Usaha .....................................................................................
88
v
DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1 Prosedur Umum Perkreditan ............................................................. 26 2 Kurva TR ..........................................................................................
36
3 Kerangka Pemikiran Operasional ......................................................
42
4 Struktur Organisasi BRI ....................................................................
53
vi
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1 Kuisioner ..........................................................................................
103
2 Pendapatan Sektor Perdagangan ........................................................
103
3 Pendapatan Sektor Perindustrian .......................................................
103
4 Pendapatan Sektor Jasa Komersial ....................................................
102
5 Hasil Output Uji Statistik t-hitung .....................................................
103
vii
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kredit adalah transaksi dua pihak dimana pihak peminjam mendapat
bantuan dana dengan perjanjian bahwa pada waktu yang akan datang dia harus mengembalikan dana pinjaman itu berdasarkan syarat-syarat yang telah disetujui kedua belah pihak, yaitu peminjam dan pemberi pinjaman (Simanjuntak, 1991). Kredit terdiri dari nilai pokok pinjaman ditambah dengan nilai bunga yang harus dibayar setiap bulannya. Kredit disalurkan melalui beberapa lembaga pembiayaan. Dalam hal penyaluran kredit, perbankan melalui bank merupakan salah satu media penyaluran kredit dengan menjalankan fungsinya sebagai lembaga keuangan yang bertugas menyalurkan dana ke masyarakat. Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu lembaga perbankan milik pemerintah yang kegiatannya bergerak dalam bidang keuangan. Usaha-usaha utama bidang keuangan yang dikelola oleh BRI meliputi (BRI ,2007) : (a) menghimpun dana, (b) menyalurkan dana, dan (c) menyediakan jasa bank lainnya seperti jasa setoran telepon, listrik, air, pembayaran uang kuliah, pembayaran gaji dan pensiun, kartu kredit, valas (valuta asing), dan jasa-jasa lainnya. Dalam kegiatan penyaluran dana, BRI mengembalikan dana yang dikelola ke masyarakat dalam bentuk kredit atau pinjaman yang diberikan berdasarkan prinsip konvensional. Salah satu maksud dari pemberian kredit kepada masyarakat adalah untuk membiayai kegiatan bisnis mikro. Pada tahun 2006 BRI merupakan salah satu bank dengan kinerja yang cukup baik diantara tiga bank lainnya seperti BNI, Bank Mandiri, dan BCA.
2
Menurut Sipahutar (2007) Bank Mandiri dan BNI hingga saat ini masih dianggap sebagai bank korporat, BRI sebagai bank ritel dan BCA sebagai bank transaksional. Bank korporat merupakan bank yang memiliki suatu entitas organisasi yang besar. Bank ritel adalah bank yang mampu memahami perilaku konsumennya. Sedangkan BCA sebagai bank transaksional terbesar dengan tujuh juta nasabah, 800 cabang online dan 5.500 ATM yang tersebar di tanah air, terus berusaha memberi kemudahan bagi nasabahnya untuk melakukan transaksi. Kinerja empat bank tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Indikator Kinerja Industri Perbankan di Indonesia Tahun 2006 Indikator Kinerja Bank Laba(triliun CAR(%) NPL(%) ROA(%) LDR(%) ) BRI 22,32 5,02 5,59 78,19 1,17 BCA 25,00 1,00 3,00 40,00 0,98 BNI 19,46 15,90 0,09 50,49 0,23 Mandiri 24,56 27,66 1,24 50,90 0,50 Perbankan 21,84 8,19 2,57 61,14 1,14 Sumber : Sipahutar, 2007 Ket : CAR = Capital Adequacy Ratio yaitu rasio kecukupan modal bank untuk usahanya NPL = Non Performing Loan yaitu rasio kredit bermasalah ROA = Return On Assets yaitu rasio pengembalian modal pihak bank LDR = Loan to Deposit Ratio rasio fungsi intermediasi perbankan terhadap simpanan dan kredit
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa penyaluran kredit BRI mengalami pertumbuhan yang baik. Hal ini dapat dilihat pada inidikator NPL dan LDR BRI yang mampu tumbuh diatas rata-rata perbankan. Dalam hal penyaluran kredit, LDR (Loan to Deposit Ratio) merupakan perbandingan antara kredit yang disalurkan perbankan terhadap penghimpunan dana pihak ketiga. LDR menjadi alat ukur terhadap fungsi intermediasi perbankan. Semakin tinggi nilai indikator ini maka semakin baik pula perbankan melakukan fungsi intermediasinya,
3
demikian pula sebaliknya. LDR memiliki rasio antara kredit dan simpanan yaitu besar kredit yang disalurkan tidak boleh melebihi jumlah simpanan yang dimiliki pihak bank. Jumlah simpanan yang ada di bank minimal lebih dari 20 persen dari total keseluruhan kredit yang disalurkan. NPL (Non Performing Loan) adalah rasio kredit bermasalah yang dihadapi pihak bank. Semakin rendah nilai indikator ini maka semakin baik kinerja perbankannya karena bank dapat meminimalisasi kredit macet. Pada Tabel 1 terlihat bahwa dalam penyaluran kredit hanya BRI yang nilainya tumbuh diatas pasar perbankan walaupun nilai NPL BCA masih lebih kecil. Akan tetapi, BRI senantiasa memperbaikinya agar kinerjanya menjadi lebih baik lagi. Sampai dengan Desember 2007, outstanding kredit BRI mencapai Rp 113,853 triliun, meningkat sebesar Rp 23,570 triliun atau naik 26,11 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumya yang mencapai Rp 90,283 triliun. Pertumbuhan kredit BRI tetap dimotori oleh segmen UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) yang merupakan fokus utama pengembangan bisnis BRI. Portofolio pinjaman UMKM di BRI mencapai 80 persen dari total portofolio kredit BRI. Pertumbuhan kredit BRI yang tinggi tetap diikuti dengan kualitas yang terjaga. Hal ini ditunjukkan dengan rasio NPL yang tercatat sebesar 3,44 persen.1 Pada tahun 2006 BRI menetapkan target portofolio pinjaman untuk UMKM sebesar 80 persen dan untuk non UMKM sebesar 20 persen. Kredit non UMKM dibagi menjadi dua. Segmentasi bisnis BRI yang terdapat di New York merupakan bagian dari penyaluran kredit dari total kredit non UMKM BRI 1
HumasBRI. 28/03/2008. BRI Konsisten Membuku Laba Terbesar. www.bri.co.id/berita/berita_detail.aspx?id=113 - 13k. Diakses pada tanggal 20 April 2008
4
dengan nilai 0,30 persen. Berdasarkan target yang ditetapkan, penyaluran kredit untuk UMKM telah tercapai bahkan terlampaui sebesar 1,40 persen (Tabel 2). Tabel 2. Penyaluran Kredit BRI Tahun 2006 Segmentasi Bisnis Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah Total UMKM Non UMKM New York Sumber : BRI, 2006
Nilai (Rp Miliar)
Persentase
37.052.362 10.856.677 10.613.646 58.522.685 131.164.470 212.398
51,53 15,10 14,76 81,40 18,31 0,30
Sanim (2006) menyatakan peran UMKM sangat penting dalam konteks ekonomi nasional karena beberapa alasan. Pertama, pelaku mayoritas ekonomi nasional yang mempengaruhi setiap aktivitas masyarakat suatu bangsa. Hal ini berarti sebagai dasar bagi pencapaian kesejahteraan ekonomi dan syarat mutlak bagi kestabilan dan keamanan nasional (national security and stability). Kedua, peningkatan kualitas sumber daya manusia terutama ”enterpreneurship” sehingga menjadi ”breading ground” tumbuhnya bisnis baru. Ketiga, kemampuan yang tinggi dalam penyerapan tenaga kerja dan menciptakan lapangan kerja baru. Keempat, sumber pendapatan bagi mayoritas penduduk sehingga mengurangi social jealousy. Kelima, menciptakan kompetisi bisnis yang sehat karena jumlahnya yang besar, sekaligus sebagai alat dalam pembangunan regional dan desentralisasi karena eksistensi penyebarannya sampai ke daerah-daerah. Pada tahun 2001 telah diterapkan Kebijakan Umum Perkreditan (KUP) PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero). Kebijakan ini merupakan pelaksanaan dari Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia (BI) Nomor 27/162/KEP/DIR tanggal 31 Maret 1995 dan Surat Edaran BI Nomor 27/7/UPPB tanggal 31 Maret 1995. Dalam kebijakan tersebut dijelaskan tentang kewajiban penyusunan dan
5
pelaksanaan Kebijaksanaan Perkreditan Bank bagi Bank Umum. Dengan adanya kebijakan tersebut, BRI melakukan penyesuaian dan penyempurnaan atas Pedoman Kerja (manual) BRI Unit bidang Kupedes yang telah ada. Hal ini tentu saja dengan mengacu pada Kebijakan Umum Perkreditan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero). Setelah itu, Pedoman Kerja BRI Unit bidang Kupedes disesuaikan namanya menjadi Pedoman Pelaksanaan Kredit Bisnis Mikro (PPKBM) PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero). Bisnis Mikro dalam PPK-BM ini merupakan salah satu segmen bisnis BRI yang merupakan suatu sistem perbankan yang dilaksanakan oleh BRI Unit dalam menjalankan fungsinya sebagai financial intermediary untuk pembiayaan usaha mikro. Penyusunan PPK-BM dilakukan dengan tetap memperhatikan asas-asas pengembangan bisnis BRI Unit. Hal ini bertujuan agar sasaran bisnis dapat tercapai dengan strategi yang ditetapkan tanpa meninggalkan prinsip kehati-hatian dan memenuhi asas pemberian kredit yang sehat. Kredit yang dimaksud dalam PPK-BM adalah Kupedes (Kredit Umum Pedesaan) yang merupakan kredit mikro yang dilayani di BRI Unit dan diberikan dalam mata uang rupiah. Kupedes diberikan dengan tujuan untuk mengembangkan usaha kecil. Keistimewaan yang dimiliki Kupedes yakni adanya IPTW (Insentif Pembayaran Tepat Waktu) bagi nasabah yang tertib membayar angsuran pinjaman setiap bulan dengan tepat waktu selama periode tertentu. Besarnya IPTW adalah sebesar seperempat bagian dari suku bunga dua persen untuk plafond kredit Rp 25.000 hingga kurang dari Rp 50.000.000. Keputusan akhir suatu permohonan Kupedes
6
ditentukan oleh BRI Unit sesuai dengan pertimbangan bank teknis (Sound Banking Consideration). Dengan demikian, kebijakan pemberian Kupedes didasarkan pada perhitungan dan pertimbangan bisnis yang sehat untuk dapat menjamin operasional dan pertumbuhan BRI Unit secara berkelanjutan.
1.2
Perumusan Masalah Kredit yang diberikan oleh BRI di tingkat Unit adalah Kupedes. Berawal
dari program pemerintah mengenai swasembada pangan nasional, kemudian BRI ditunjuk untuk menjadi lembaga pendukung dalam pelaksanaannya. Program Bimas adalah program yang pertama dilaksanakan oleh BRI Unit dengan pendekatan terhadap petani sebagai potensi kredit di pedesaan. Dalam perjalanannya kemudian pemerintah memutuskan BRI Unit untuk menyalurkan Kupedes. BRI diharapkan mampu untuk menyalurkan Kupedes semaksimal mungkin. Oleh sebab itu BRI Unit yang menjadi ujung tombak penyaluran Kupedes diberi target outstanding kredit dan tunggakan dari kantor cabang yang harus dipenuhi. Kehadiran Kupedes sebagai program untuk pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah ini diharapkan bisa mengatasi masalah kesulitan modal yang dihadapi para pelaku usaha.BRI diharapkan mampu untuk menyalurkan Kupedes semaksimal mungkin. BRI Unit Citeureup merupakan salah satu unit kerja di wilayah BRI Kantor Cabang Bogor yang merupakan Unit terbesar kedua karena total asetnya yang meningkat. Total asset yang meningkat memungkinkan pihak bank menyalurkan kredit dalam jumlah yang lebih besar seperti Kupedes. Kinerja
7
penyaluran Kupedes dinilai untuk melihat kesesuaian antara harapan nasabah dengan tujuan pihak bank. BRI Unit melayani dan menyalurkan Kupedes terhadap sektor usaha seperti perdagangan, perindustrian dan jasa komersial. Sektor usaha yang paling banyak dibiayai Kupedes adalah sektor perdagangan. Hal ini karena letak BRI Unit Citeureup yang berada di pusat perekonomian Citeureup dimana terdapat banyak para pelaku usaha perdagangan. Dalam penyaluran Kupedes, BRI Unit Citeureup menghadapi beberapa kendala. Dari pihak bank, kendala yang dihadapi adalah jumlah nasabah yang menunggak setiap tahunnya. Hal ini menjadi masalah karena dapat memperbesar nilai NPL akibat kredit macet sehingga menyebabkan kinerja tidak baik. Pada tahun 2007 jumlah nasabah yang menunggak mengalami peningkatan sebesar 1,09 persen dari tahun sebelumnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Tunggakan Kredit BRI Unit Citeureup Tahun 2005-2007 Jumlah nasabah menunggak Persentase Tahun (orang) (%) 2005 79 13,88 2006 78 14,08 2007 91 15,17 Sumber : BRI Unit Citeureup, 2007 Dari pihak nasabah sebagai pelaku usaha, kendala utama UMKM dalam mengajukan permohonan kredit kepada perbankan adalah besaran bunga yang dianggap terlalu tinggi. Bagi UMKM, tingginya suku bunga menjadi penghambat aksesibilitas UMKM untuk pembiayaan yang bersumber dari perbankan. Salah satu temuan survei BI tahun 2005 mengenai profil UMKM di Indonesia adalah bahwa UMKM masih enggan mengambil kredit ke bank karena tidak adanya agunan (untuk deditur mikro) dan terlalu tingginya suku bunga bank (untuk
8
debitur kecil dan menengah). Survei BI tersebut juga mendukung realita jumlah UMKM di Indonesia hanya sekitar 12 persen saja yang mengambil kredit bank. Hal ini disebabkan karena untuk kredit diatas 50 juta, pada umumnya bank telah mensyaratkan dilengkapinya berbagai dokumen yang masih jarang dimiliki oleh UMKM.2 Permasalahan tersebut merupakan keluhan nasabah yang mengindikasikan bahwa dalam penyaluran Kupedes masih terdapat ketidaksesuaian yang menyebabkan kinerja penyaluran Kupedes dinilai kurang baik. Walaupun terdapat beberapa usaha yang telah dilakukan BRI untuk memudahkan nasabah dalam permohonan kredit seperti sistem bunga yang flat dan jangka waktu pinjaman yang dapat ditentukan sendiri oleh nasabah. Pemberian Kupedes ini dimaksudkan untuk mengembangkan usaha kecil sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan usaha. Meningkatnya pendapatan usaha setelah menerima Kupedes merupakan faktor yang dinilai sangat penting oleh nasabah (Subiyakto dan Setyawan, 2006). BRI memproyeksikan pendapatan nasabah Kupedes meningkat sebesar 15-20 persen setiap bulannya setelah menerima Kupedes. Proyeksi ditetapkan dengan pertimbangan bahwa tidak semua kredit yang diberikan pihak bank digunakan untuk mengembangkan usaha. Peningkatan pendapatan usaha setiap sektor usaha seperti sektor perdagangan, perindustrian dan jasa komersial yang dibiayai Kupedes berbeda- beda. Untuk itu, penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kinerja penyaluran Kupedes yang telah dilaksanakan ?
2
Djoko Retnadi (Koordinator Perencana Bisnis Mikro dan Ritel, Kantor Pusat BRI). 18/05/2007. www.indomp3z.us/archive/index.php/t-19054.html-19k-. Peran Kredit UMKM 2007, Peluang dan Tantangan.. Diakses pada tanggal 24 April 2008.
9
2. Bagaimana dampak penyaluran Kupedes terhadap peningkatan pendapatan usaha dalam sektor perdagangan, sektor perindustrian, dan sektor jasa komersial ?
1.3
Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari
penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis kinerja penyaluran Kupedes 2. Menganalisis dampak penyaluran Kupedes terhadap peningkatan pendapatan usaha dalam sektor perdagangan, sektor perindustrian dan sektor jasa komersial
1.4
Manfaat Penelitian Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
penelitian selanjutnya sebagai salah satu sumber informasi. Bagi pihak bank dapat memberikan manfaat sebagai gambaran tentang keadaan perkreditan bagi para pengambil keputusan untuk menetapkan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan kredit, khususnya dalam menyalurkan kredit yang lebih efektif bagi usaha mikro dan menengah. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dan pengalaman serta mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku kuliah.
10
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Umum Kupedes Surat keputusan Direksi BRI Nokep: S.62-DIR/ADK/09/2001 tanggal 18
September 2001 menjelaskan tentang pedoman pelaksanaan kredit bisnis mikro (PPK-BM). Kupedes adalah fasilitas kredit bersifat umum, individual, selektif dan berbunga wajar yang bertujuan untuk mengembangkan atau meningkatkan UMKIM yang layak. Dari pengertian diatas Kupedes adalah salah satu segmen bisnis yang ada di BRI yang merupakan suatu sistem perbankan yang dilaksanakan oleh BRI unit dalam menjalankan fungsinya sebagai financial intermediary untuk pembiayaan usaha mikro. Dalam Kupedes BRI, terdapat beberapa pengelompokan, pengelompokan dilakukan berdasarkan sektor dan segmen bisnis yang dijalankan oleh pengusaha kecil.
Sektor dan segmen Kupedes digolongkan berdasarkan kegunaan atau
berdasarkan kegunaan segmen dari kredit yang diberikan, yaitu Kupedes modal kerja / usaha (eksploitasi) dan Kupedes investasi. Kupedes juga terbagi menjadi sektor-sektor seperti : Kupedes eksploitasi agribisnis, Kupedes eksploitasi non agribisnis, Kupedes investasi agribisnis dan Kupedes investasi non agribisnis. Untuk Kupedes eksploitasi agribisnis terdapat beberapa sektor yaitu eksploitasi pertanian, eksploitasi perindustrian, eksploitasi perdagangan, dan eksploitasi jasa lainnya, dan untuk Kupedes investasi agribisnis antara lain : Kupedes investasi pertanian, investasi perindustrian, investasi perdagangan, dan investasi jasa lainnya. Agribisnis dalam hal ini merupakan usaha dari hulu sampai hilir yang dibiayai oleh Kupedes.
11
Pada umumnya, sasaran pemberian Kupedes (BRI 2007) ditujukan kepada golongan masyarakat pengusaha dan golongan masyarakat berpenghasilan tetap yaitu: 1. Pengusaha, yaitu semua pengusaha yang bergerak di berbagai sektor ekonomi yang ada di wilyah kerja BRI Unit, seperti sektor pertanian, perindustrian, perdagangan dan jasa lainnya yang usahanya benar-benar layak untuk diberikan Kupedes. 2. Golongan Masyarakat Berpenghasilan Tetap a. Pegawai Negeri yang dimaksudkan dalam peraturan pemerintah (PP) no 6 tahun 1974 bab I pasal 1 adalah: 1) Pegawai Negeri Sipil 2) Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian 3) Pegawai Badan Usaha Milik Negara. 4) Pegawai Perusahaan daerah b. Pensiunan dari golongan masyarakat berpenghasilan tetap tersebut pada butir 2.a c. Pegawai tetap dari perusahaan swasta. Dalam jumlah terbatas, direksi BRI mengambil kebijakan agar Kupedes dapat pula diberikan kepada golongan masyarakat yang berpenghasilan tetap. Sebagai kredit skala mikro, prosedur Kupedes sangat mudah dan sederhana, namun dalam penyalurannya perlu pemahaman secara tepat dari pejabat kredit lini yang menyangkut kebijakan dan prinsip-prinsip dasar pemberian Kupedes yaitu (BRI, 2007) :
12
1. Umum, yaitu dapat diberikan kepada siapa saja, dalam arti tidak dibatasi dalam sektor ekonomi tertentu, keanggotaan tertentu, kelompok masyarakat tertentu, sepanjang calon nasabah yang bersangkutan telah memenuhi segala ketentuan persyaratan yang telah ditetapkan. 2. Individual, yaitu pemberian Kupedes dilakukan dengan melalui pendekatan secara individual dan kasus perkasus, bukan berbentuk paket (massal). 3. Selektif, yaitu Kupedes dilaksanakan secara selektif kepada nasabah yang usahanya dinilai layak dan putusan kredit harus sesuai dengan pertimbangan bank teknis. 4. Bisnis, yaitu keputusan akhir atas suatu permohonan Kupedes ditentukan oleh BRI Unit sesuai dengan pertimbangan bank teknis.
2.1.1.
Jenis Kupedes Berdasarkan tujuan penggunaannya Kupedes dapat dibagi menjadi
(BRI 2007) : 1. Kupedes Modal Kerja Kupedes modal kerja diberikan kepada pengusaha dan golongan berpenghasilan tetap sebagi tambahan dana/pembiayaan untuk mencukupi kebutuhan modal kerja usahanya atau untuk membiayai keperluan konsumtif maupun non konsumtif (produktif) a. Sektor pertanian, yaitu untuk membiayai semua kegiatan pertanian dan kegiatan lainnya yang terkait dan menunjang pada hasil usaha bercocok tanam seperti pengecer pupuk/obat-obatan, pengusaha mikro yang
13
mengumpulkan segala hasil pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan dan memasarkan kembali dengan atau tanpa proses lebih lanjut. b. Sektor perindustrian yaitu untuk pembiayaan pengolahan bahan mentah menjadi barang setengah jadi, pengolahan bahan setengah jadi atau menjadi barang jadi, pengolahan bahan setengah jadi menjadi barang jadi. c. Sektor perdagangan yaitu untuk pembiayaan, pembelian, penjualan dan pemasaran barang dagangan misalnya perdagangan sembako (sembilan bahan pokok), material bangunan, batik atau kain dan sebaginya. Dalam hal ini tidak termasuk pembelian, penjualan dan pemasaran hasil langsung pertanian seperti yang dimaksudkan pada butir a di atas. d. Sektor jasa, yaitu untuk pembiayaan usaha bersifat pelayanan jasa kepada umum, misalnya usaha bengkel, salon, penjahit tansportasi dan lain-lain. e. Sektor Golongan Berpenghasilan Tetap (GBT) yaitu untuk pembiayaan konsumtif dan produktif yang pengembaliannya didasarkan pada pendapatan (gaji) nasabah. 2. Kupedes Investasi Kupedes ini diberikan kepada pengusaha untuk pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana atau peralatan produksi. Sedangkan bagi golongan berpenghasilan tetap, kredit tersebut dapat dipergunakan untuk pembelian atau pembangunan rumah, pembelian kendaraan bermotor dan lain-lain yang bersifat produktif. Adapun sektor-sektor ekonomi yang dibiayai sebagai berikut: a. Sektor pertanian, yaitu untuk membiayai pembelian alat-alat pertanian seperti bajak, traktor, alat perontok padi, alat sortasi, mesin parut kelapa,
14
pembuatan gudang, lantai jemur, pembelian bibit tanaman keras (tidak habis dalam satu kali panen seperti jeruk, karet, kelapa, teh kopi) atau untuk pembelian bibit ayam petelor, sapi perah, sapi kerja dan lain sebagainya. b. Sektor perindustrian yaitu untuk pembiayaan pengadaan alat-alat produksi seperti mesin-mesin, wadah tungku dan lain-lain, pembangunan atau perbaikan bangunan pabrik, tempat usaha, tempat jemuran dan sebagainya asal tujuannya tidak untuk mengolah hasil langsung pertanian. c. Sektor perdagangan yaitu untuk pembiayaan pembelian alat-alat berjualan, perbaikan, perluasan tempat berjualan atau pembangunan tempat berjualan /pembangunan/ perluasan/perbaikan gudang yang tidak bertujuan untuk memperdagangkan/menempatkan hasil-hasil langsung pertanian sebagai barang/ benda dominan. d. Sektor jasa, yaitu untuk pembiayaan pembelian alat-alat perbengkelan, mesin jahit, salon, pembelian kendaraan, pembangunan atau perbaikan bangunan bengkel atau salon. e. Sektor Golongan Berpenghasilan Tetap (GBT) yaitu dipergunakan untuk pembiayaan investasi yang pengembaliannya didasarkan dari pendapatan (gaji) . Dilihat dari tujuan penggunaannya,maka jenis Kupedes investasi diberikan untuk tujuan yang bersifat non konsumtif yaitu barang-barang berwujud yang fisiknya dapat dilihat secara nyata seperti pembelian kendaraan
bermotor
guna
memperlancar
pekerjaan,
pembangunan/pembelian rumah tinggal, pembelian perabot rumah tangga, pembelian peralatan kerja, pembelian tanah.
15
Dalam pegajuan peminjaman Kupedes, unsur agunan dikatakan sebagai the second way out bagi BRI Unit pada setiap pemberian kupedes. Namun demikian penilaian dan evaluasi terhadap agunan ini harus cermat karena merupakan pembayaran terakhir yang diharapkan oleh BRI Unit, apabila kredit menjadi bermasalah atau macet. Agunan Kupedes bagi golongan Pengusaha: Setiap agunan dari golongan pengusaha dipersyaratkan untuk dapat menyediakan agunan yang nilainya harus mengcover seluruh jumlah pinjamannya (pokok dan bunga) a. Bila ditinjau dari sumber pembiayaan, agunan Kupedes dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1)
Agunan pokok adalah proyek/usaha yang dibiayai kredit yang merupakan seluruh kekayaan (aktiva) baik yang tergolong aktiva lancar maupun aktiva tetap yang disajikan dalam neraca perusahaan nasabah yang bersangkutan.
2)
Agunan tambahan adalah agunan lainnya yang tidak termasuk dalam batasan pengertian proyek seperti pada agunan pokok di atas, misalnya aktiva tetap/lancar di luar perusahaan / proyek yang dibiayai kredit atau dicantumkan dalam neraca perusahaan yang akan dibiayai kredit.
b. Ditinjau dari sifat barang atau bendanya, agunan dapat dibedakan sebagai sebagai berikut: A. Benda bergerak yang terdiri dari : 1.
Benda bergerak berwujud, antara lain: Kendaraan bermotor baik
didarat, laut sungai maupun di danau yang bukti kepemilikannya berupa
16
BPKB (yang didarat) dan surat keterangan dari kepala desa/ lurah (untuk yang diair atau sungai) dan atau dari instansi yang berwenang. Persediaan barang dagangan dengan kepemilikan berupa kuitansi/ faktur pembelian atau surat keterangan dari kepala desa/ lurah. 2. Benda tidak bergerak tidak berwujud antara lain: Deposito yang dikeluarkan oleh BRI Unit, tabungan atas nama yang bersangkutan, hak sewa/ menempati toko/ kios dengan bukti surat ijin tempat usaha (SITU), Surat Penunjukan Tempat Usaha (SPTU). B. Benda tidak bergerak meliputi tanah dan bangunan yang bukti pemilikannya berupa sertifikat
2.1.2.
Syarat-Syarat Calon Nasabah Kupedes Ditinjau dari dua golongan sasaran Kupedes, maka untuk masing-masing
golongan mempunyai persyaratan yang berbeda dan harus dipenuhi sebelum kreditnya diproses (BRI, 2007) yaitu: Persyaratan untuk calon nasabah pengusaha baru/nasabah lama lancar : 1) Penduduk yang berdomisili dalam wilayah kerja BRI Unit setempat yang dibuktikan dengan KTP atau surat keterangan penduduk yang dibuat kepala desa setempat. Khusus untuk calon nasabah kupedes tertentu dimungkinkan untuk dilayani BRI Unit diluar domisili nasabah yang bersangkutan setalah mendapat putusan ijin prinsip dari Kantor Cabang/Kantor Wilayah/Kantor Pusat. 2) Mempunyai usaha yang layak dan mempunyai karakter yang baik untuk dibiayai dengan Kupedes.
17
3) Bagi calon nasabah yang sudah mempunyai surat izin usaha dari instansi yang berwenang, cukup melampirkan copy surat izin usaha tersebut. 4) Bagi calon nasabah yang belum mempunyai surat izin usaha, maka: b. Untuk permohonan Kupedes sampai dengan 2 juta cukup dengan foto copy KTP dengan menunjukkan pula KTP aslinya pada petugas BRI Unit pada saat pendaftaran. c. Untuk permohonan Kupedes diatas 2 juta cukup dengan membawa surat keterangan usaha dari Kepala Desa/Kelurahan 5) Tidak sedang menikmati kredit lainnya di Kantor Cabang BRI atau di BRI Unit lainnya. 6) Dapat menyediakan agunan kebendaan, baik berupa benda bergerak maupun benda tidak bergerak. 7) Wajib membuka rekening tabungan di BRI unit yang bersangkutan
2.2.
Kinerja Keuangan Kinerja (performance) menjadi isu dunia saat ini. Hal tersebut terjadi
sebagai konsekuensi tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan akan pelayanan prima atau pelayanan yang bermutu tinggi. Mutu tidak terpisahkan dari standar, karena kinerja diukur berdasarkan standar. Pengertian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah merupakan kata benda yang artinya: 1. Sesuatu yang dicapai 2. Prestasi yang diperlihatkan 3. Kemampuan kerja
18
Penilaian kinerja menurut Mulyadi (1997) adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas prilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam organisasi. Sedangkan pengertian kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan. Pengukuran kinerja memerlukan indikator untuk dijadikan penilaian kinerja tersebut. Indikator memiliki karakteristik sebagai berikut 3: 1. Sahih (Valid) artinya indikator benar-benar dapat dipakai untuk mengukur aspek-aspek yang akan dinilai 2. Dapat dipercaya (Reliable): mampu menunjukkan hasil yang sama pada saat yang berulang kali, untuk waktu sekarang maupun yang akan datang 3. Peka (Sensitive): cukup peka untuk mengukur sehingga jumlahnya tidak perlu banyak 4. Spesifik (Specific) memberikan gambaran perubahan ukuran yang jelas dan tidak tumpang tindih 5. Relevan: sesuai dengan aspek kegiatan yang akan diukur dan kritikal
3
Heru Subekti. 20/02/2003. Indikator Kinerja . www.kmpk.ugm.ac.id/data/SPMKK/6d-. Diakses pada tanggal 23 Juni 2008
19
Dalam mengukur kinerja keuangan perlu dikaitkan antara organisasi perusahaan dengan pusat pertanggungjawaban. Dalam melihat organisasi perusahaan dapat diketahui besarnya tanggungjawab manajer yang diwujudkan dalam bentuk prestasi kerja keuangan4. Indikator kinerja keuangan, kususnya perbankan dapat dilihat melalui beberapa indikator sebagai berikut (Sipahutar, 2007) : 1) DPK (Dana Pihak Ketiga) DPK merupakan indikator penilaian kemampuan bank untuk menghimpun banyaknya dana pihak ketiga. Semakin tinggi nilai DPK, maka kinerjanya semakin baik. 2) LDR (Loan to Deposit Ratio) LDR merupakan indikator yang menjadi tolak ukur terhadap fungsi intermediasi perbankan. Semakin tinggi nilai indikator kinerja ini, maka kinerja bank tersebut semakin baik. 3) NPL (Non Performing Loan) Indikator ini menunjukkan rasio kredit bermasalah yang terjadi di perbankan. Semakin rendah nilai NPL maka kinerja bank tersebut adalah semakin baik. 4) CAR (Capital Adequacy Ratio) Indikator CAR menunjukkan rasio kecukupan modal perbankan. Semakin tinggi nilai indikator kinerja ini, maka kinerja bank tersebut semakin baik. 5) ROA (Return On Assets) ROA merupakan indikator penilaian profotabilitas perbankan. Semakin tinggi nilai indikator kinerja ini, maka kinerja bank tersebut semakin baik. 4
Sucipto. Penilaian Kinerja Keuangan. library.usu.ac.id/download/fe/akuntansi-sucipto.pdf.. Diakses pada tanggal 23 Juni 2008
20
6) Laba Dalam penilaian kinerja, semakin tinggi laba perbankan maka kinerja bank tersebut semakin baik. 7) Total Aset Semakin tinggi total asset yang dimiliki perbankan, maka kinerja bank tersebut semakin baik. 8) Penyaluran Kredit Semakin tinggi jumlah kredit yang disalurkan perbankan, maka kinerja bank tersebut semakin baik. Dalam penilaian penyaluran kredit, indikator yang dapat dilihat adalah nilai NPL dan LDR. Semakin tinggi nilai LDR berarti kinerjanya baik. Sedangkan untuk NPL, semakin kecil nilainya maka kinerjanya semakin baik karena dapat meminimalisasi rasio kredit bermasalah.
2.3.
Manfaat Kredit Bagi UMKM Dalam perekonomian modern, sektor perbankan telah dikenal sebagai
lembaga keuangan sangat strategis yang mempunyai peran menentukan arah dan perkembangan perekonomian suatu wilayah atau daerah. Salah satu fungsi dan peran perbankan dalam pembangunan tersebut terhadap pengusaha kecil adalah turut membantu usaha dengan pemberian kredit. Wijaya (2002) menjelaskan bahwa pengusaha kecil dan masyarakat kecil membutuhkan layanan kredit yang lain, yang tidak berorientasi kepada ada tidaknya agunan atau jaminan tetapi lebih menekankan pengembangan
21
kewirausahaan masyarakat. Secara umum kredit yang diperlukan masyarakat adalah : 1) Kredit yang murah yaitu bunga dan biaya-biaya lainnya haruslah serendahrendahnya. 2) Kemudahan untuk memperolehnya dengan prosedur yang sederhana dan tidak berbelit-belit. 3) Ketepatan waktu dalam arti penerimaan pinjaman juga diperlukan karena kalau
jumlah
yang
diberikan terlalu
kecil
tidak dapat
memenuhi
kebutuhannya, sebaliknya apabila terlalu besar akan dipergunakan untuk tujuan lain.
2.5
Penelitian Terdahulu Beberapa studi terdahulu telah banyak mempelajari mengenai kredit
perbankan maupun non perbankan serta menganalisis dampaknya terhadap pendapatan baik usaha maupun pendapatan rumah tangga. Penelitian Rachmina (1994) yang berjudul Analisis Permintaan Kredit Pada Industri Kecil menjelaskan bahwa faktor yang paling dominan mendorong pengusaha industri untuk menjadi debitur pada suatu sumber kredit yaitu faktor kemudahan dan pelayanan dengan persentase 41,07 persen. Kemudian faktor pertimbangan ekonomi sebesar 30,36 persen dan kombinasi keduanya sebesar 12,5 persen. Faktor kemudahan dan pelayan meliputi kemudahan administrasi, prosedur yang relatif cepat dan tidak berbelit, syarat pembukuan tidak rumit, serta pelayanan yang baik dan bersifat kekeluargaan Sedangkan faktor pertimbangan ekonomi meliputi tingkat bunga relatif rendah, jangka waktu kredit, besar plafond kredit, dan adanya dukungan
22
usaha. Faktor orang lain misalnya karena ada kenalan pada bank tersebut, didatangi pihak bank, atau disarankan oleh tetangga/teman/saudara. Berdasarkan penelitian Pardosi (1998) tentang efektivitas penyaluran kredit pembinaan peningkatan pendapatan petani dan nelayan kecil (P4K) dan analisis pendapatan petani pengguna kredit, menyimpulkan bahwa (1) penyaluran kredit cukup efektif berdasarkan kriteria penilaian yang digunakan (persyaratan awal, prosedur pinjaman, realisasi kredit, biaya administrasi, tingkat bunga, pelayanan, dan pembinaan kepada nasabah, jarak/lokasi pelayanan), (2) Proyek P4K telah memberi dampak yang positif terhadap peningkatan pendapatan keluarga petani-nelayan kecil (PNK). Hidayat (2004) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pembiayaan yang telah diberikan oleh BMT Koppontren Hubbul Wathon dapat dirasakan manfaatnya oleh nasabah sesuai dengan apa yang diharapkannya. Namun, dampak yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan pihak BMT. Hal ini karena Efektivitas atas pembiayaan yang dilakukan belum sepenuhnya tercapai. Penilaian efektivitas dilakukan dengan menggunakan skala likert, efektivitas yang belum tercapai sepenuhnya disebabkan oleh rendahnya frekuensi pinjaman serta tunggakan pembiayaan yang semakin meningkat. Kusafarida (2003) menyimpulkan bahwa keefektivan penyaluran kredit dilihat dari besarnya pinjaman nasabah, rendahnya jumlah tunggakan yang dilihat dari rasio KAP (perbandingan total kredit bermasalah dengan jumlah pinjaman yang diberikan), golongan sasaran, dan jangkauan pelayanan. Berdasarkan penilaian nasabah, maka pengelolaan dan penyaluran kredit di BPR Syariah sudah efektif daripada di BPR Konvensional. Efektivitas menurut nasabah dilihat
23
berdasarkan persyaratan awal, prosedur pinjaman, lama realisasi, lokasi bank, jenis dan besar pinjaman kredit, pelayanan petugas, tingkat pengetahuan dan partisipasi, dan hubungan batin atau komunikasi pihak bank dengan masyarakat luas. Penelitian Tarmidi (2006) mengenai efektivitas pengelolaan kredit mikro Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dan analisis pendapatan keluarga miskin di kota Depok, Jawa Barat mengkaji kinerja pengelolaan kredit mikro P2KP dilihat dari kinerja aktivitas, kinerja keuangan Unit Pengelola Keuangan (UPK) dan efektivitas penyaluran kredit. Kinerja aktivitas (target dan realisasi, jangkauan pelayanan, frekuensi pinjaman, pengembalian kredit) secara umum dikategorikan baik malupun kinerja pengembalian kredit dalam hal ini tunggakan adalah sangat buruk. Kinerja pengelolaan keuangan selama satu tahun dinilai masih baik karena tujuh dari dua belas UPK berkategori baik. Sementara itu, berdasarkan hasil penilaian respon dari nasabah dan pihak UPK, penyaluran kredit P2KP dikategorikan efektif. Namun, pencapaian tujuan kredit masih jauh dari harapan yang ditandai dari belum adanya dampak positif kreduit mikro terhadap peningkatan pendapatan keluarga miskin baik dari sisi usaha maupun non usaha. Penelitian Novitasari (2006) mengenai Analisis Kinerja Kredit Umum Pedesaaan dan Dampaknya Terhadap Peningkatan Pendapatan Rumah tangga Kecil di BRI Unit Kreo. Dalam hasil penelitiannya, kinerja kredit bank dinilai bagus sedangkan untuk nasabah faktor agunan dan bunga masih dirasa cukup berat. Selain itu, tingkat perubahan pendapatan usaha responden Kupedes lebih
24
besar bila dibandingkan dengan tingkat perubahan pendapatan usaha non Kupedes. Dalam penelitian ini, penulis melakukan analisis kinerja penyaluran Kupedes dengan menilai efektivitasnya serta dampak Kupedes terhadap peningkatan pendapatan usaha dengan menggunakan metode analisis yang hampir sama dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini dilakukan di BRI Unit Citeureup dengan melakukan penilaian baik dari pihak pemberi kredit (bank) dan dari pihak penerima kredit (nasabah). Dalam hal ini responden dari pihak penerima kredit adalah nasabah yang sedang aktif dalam Kupedes. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah responden yang diambil berdasarkan tiga sektor ekonomi yang ada di BRI Unit Citeureup yaitu Sektor Perdagangan, Sektor Perindustrian, dan Sektor Jasa Komersial (penelitian terdahulu terdapat responden dari sektor pertanian). Selain itu, dalam penelitian ini akan dilihat dampak penyaluran Kupedes terhadap pendapatan usaha responden khuhusnya dalam Sektor Perdagangan, Sektor Perindustrian, dan Sektor Jasa Komersial (penelitian terdahulu menganalisis pendapatan usaha dan non usaha seluruh empat sektor ekonomi) dan tidak membandingkan dengan pelaku usaha yang tidak mengambil Kupedes.
25
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1
Pengertian, Tujuan dan Fungsi Kredit Kredit berasal dari bahasa Latin “Credere” yang berarti Percaya.
Maksudnya si pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Inilah sebabnya sampai batas-batas tertentu dasar kredit yang utama ialah kepercayaan dari semua pihak yang bersangkutan dengan perkreditan tersebut. Kredit yang pada dasarnya tergantung pada tiga hal, yaitu: Pertama, kepercayaan bahwa posisi materi dari si peminjam mampu mengembalikan modal yang dipinjam tersebut. Kedua, kepercayaan bahwa si peminjam akan mengembalikan uangnya, Ketiga, kepercayaan bahwa hukum-hukum yang sah dapat melindungi semua pihak yang terlibat dalam transaksi kredit apabila ada yang dirugikan karena ada persyaratan yang di langgar (Kadarsan, 1992). Kredit dilihat dari tujuannya terdiri dari kredit konsumtif, kredit produktif dan kredit perdagangan. Kredit konsumtif yaitu kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Kredit produktif yaitu kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit perdagangan yaitu kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membiayai aktivitas perdagangannya. Sedangkan dari segi jangka waktu, kredit terbagi atas 3 bagian yaitu kredit jangka pendek adalah kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Kemudian kredit jangka menengah adalah merupakan kredit dengan jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun dan biasanya kredit ini digunakan untuk melakukan investasi. Sedangkan kredit jangka panjang
26
adalah kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yakni di atas 3 tahun atau 5 tahun (Kasmir, 2007). Menurut UU Pokok Perbankan No. 10 tahun 1998 dirumuskan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dibersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Keuntungan merupakan tujuan dari pemberian kredit dalam bentuk bunga yang diterima. Selain itu, pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai beberapa tujuan yang hendak dicapai yang tentunya tergantung dari tujuan bank itu sendiri. Adapun prosedur umum penyaluran kredit dapat dilihat pada Gambar 1. Permohonan kredit
Pemenuhan persyaratan kredit
Pengisian Formulir Permohonan Kredit
Pencairan Kredit
Keputusan Atas Permohonan Kredit
Penilaian dan Analisis Permohonan Kredit
Pelunasan Kredit
Pengawasan Kredit
Gambar 1. Prosedur Umum Penyaluran Kredit Sumber : Urusan Kredit Bank Indonesia, 2000
Dalam praktiknya tujuan pemberian suatu kredit sebagai berikut : 1. Mencari keuntungan Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan. Hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank,
27
disamping itu keuntungan juga dapat membesarkan usaha bank. Bagi bank yang terus-menerus menderita kerugian, maka besar kemungkinan bank tersebut akan dilikuidir (dibubarkan). Oleh karena itu sangat penting bagi bank untuk memperbesar keuntungannya mengingat biaya operasional bank juga relatif cukup besar. 2. Membantu usaha nasabah Tujuan selanjutnya
adalah untuk membantu usaha
nasabah yang
memerlukan dana, baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal kerja.
Dengan
dana
tersebut,
maka
pihak
debitur
akan
dapat
mengembangkan dan memperluas usahanya. Dalam hal ini baik bank maupun nasabah sama-sama diuntungkan. 3. Membantu pemerintah Tujuan lainnya adalah membantu pemerintah dalam berbagai bidang. Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya kucuran dana dalam rangka peningkatan pembangunan di berbagai sektor terutama sektor riil. Disamping memiliki tujuan pemberian suatu fasilitas kredit juga memiliki suatu fungsi yang sangat luas. Fungsi kredit yang secara luas tersebut antara lain : 1. Untuk meningkatkan daya guna uang Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang, maksudnya jika uang hanya disimpan saja di rumah tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk
28
menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit. Kemudian juga dapat memberikan penghasilan tambahan kepada pemilik dana. 2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga, suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya. 3. Untuk meningkatkan daya guna barang Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang yang semula tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat. 4. Meningkatkan peredaran barang Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar. Kredit untuk meningkatkan peredaran barang biasanya untuk kredit perdagangan atau kredit ekspor impor. 5. Sebagai alat stabilitas ekonomi Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai alat stabilitas ekonomi, karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kredit dapat pula membantu mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga dapat meningkatkan devisa negara.
29
6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi nasabah yang memang modalnya pas-pasan. Dengan memperoleh kredit nasabah bergairah untuk dapat memperbesar atau memperluas usahanya. 7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat pula mengurangi pengangguran. 8. Untuk meningkatkan hubungan internasional Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerjasama di bidang lainnya, sehingga dapat pula tercipta perdamaian dunia.
3.1.2 Analisis Kinerja 3.1.2.1 Analisis Kredit Setelah pihak bank menerima formulir permohonan dari calon nasabah kredit maka bank akan melakukan beberapa pemeriksaan di lapangan dengan memperhatikan hal-hal berikut (Keown, 2004) : 1. Aspek 5C Pada dasarnya, prinsip yang dipakai dalam penilaian nasabah atau menganalisis calon nasabah kredit merupakan prinsip pemberian kredit yang
30
sudah umum dikenal dengan analisis 5C yaitu Character, Capacity, Capital, Condition, dan Collateral, yang secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut : a) Character Keadaan watak dan sifat calon nasabah baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usahanya. Penilaian ini merupakan penilaian terhadap kejujuran, ketulusan, kepatuhan akan janji, serta kemauan untuk membayar kembali hutang-hutangnya. b) Capacity Kemampuan yang dimiliki calon nasabah untuk membuat rencana dan mewujudkan rencana tersebut menjadi kenyataan, termasuk dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. c) Capital Dana yang dimiliki calon nasabah untuk menjalankan dan memelihara kelangsungan usahanya. Adapun penilaian terhadap hal ini adalah untuk mengetahui keadaan permodalan, sumber-sumber dana dan penggunaannya. d) Condition Keadaan sosial ekonomi suatu saat yang mungkin dapat mempengaruhi maju mundurnya usaha calon nasabah. Penilaian terhadap kondisi dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana kondisi ekonomi itu berpengaruh terhadap kegiatan usaha calon nasabah dan bagaimana calon nasabah tersebut mengatasi dan mengantisipasinya, sehingga usahanya tetap hidup dan berkembang. e) Collateral Barang-barang yang diserahkan calon nasabah sebagai agunan kredit yang akan diterimanya. Tujuan penilaian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh
31
mana risiko tidak terpenuhinya kewajiban finansial kepada bank dapat ditutup oleh nilai agunan yang diserahkan calon nasabah. Penilaian terhadap barang agunan ini meliputi jenis atau macam barang, nilainya, lokasinya, bukti pemilikian dan status hukumnya. 2. Aspek Usaha Dalam hal ini petugas bank melakukan kegiatan pemeriksaan di tempat nasabah. Pemeriksaan ini dilakukan terhadap prospek usaha dengan mencakup hal-hal sebagai berikut : a) Produksi Meliputi lokasi usaha yang strategis atau tidak, jenis usaha seperti : usaha industri, perdagangan/jasa lainnya, pertanian. Kemudian tersedianya bahan baku yang meliputi kualitas dan kontinuitasnya, serta tenaga kerja, baik dalam jumlah maupun kualitasnya. b) Pemasaran Dalam pemasaran meliputi keadaan yang lalu, saat ini, yang direncanakan, serta faktor-faktor pendukung pengembangan pemasarannya. Lalu daerah pemasaran (lokal atau keluar daerah), jumlah usaha sejenis, penguasaan pasar dibanding usaha sejenis yang sudah ada, prospek dari usaha sejenis, dan jaringan distribusi pemasaran. c) Manajemen Meliputi pengalaman dan latar belakang pendidikan calon nasabah, kemudian tersedianya catatan-catatan dari usaha mengenai hutang-piutang, catatan pembelian barang, catatan persediaan barang, dan perhitungan harga pokok penjualan.
32
d) Keuangan Meliputi rencana penggunaan kredit serta keadaan permodalan sekarang yang mencakup taksiran nilai persediaan barang, jumlah piutang, jumlah hutang, lama perputaran modal serta kebutuhan tambahan modal. e) Kemampuan membayar kembali (repayment capacity) Meliputi perhitungan laba/rugi dari usaha yang ada saat ini, proyeksi besarnya laba/rugi sesuai rencana perluasan usaha yang dihitung dari hasil penjualan, biayabiaya, dan pendapatan. Kemudian perhitungan laba/rugi yang dibuat per periode (setahun) serta perhitungan kemampuan membayar kembali sebesar 75% dari laba bersih. 3. Aspek agunan Agunan yang diserahkan oleh calon nasabah merupakan cara kedua bagi pihak bank apabila pada saat jatuh tempo ternyata nasabah tidak dapat melunasi kreditnya, maka pihak bank dapat mencairkan agunan tersebut untuk menutup kreditnya. Nilai taksiran barang agunan dibagi menjadi dua macam yaitu : a) Nilai Pasar Wajar (NPW) Nilai Pasar Wajar (NPW) adalah nilai atau harga suatu barang agunan yang berlaku dipasar pada saat penilaian dilakukan. b) Nilai Taksiran Harga Lelang Sita (THLS)/ Nilai Likuidasi (NL) Nilai Likuidasi /THLS adalah nilai/harga perkiraan terhadap barang agunan apabila akan dijual secara mudah, cepat dan segera, baik dilakukan secara damai maupun melalui lelang.
33
3.1.2.2 Kinerja Penyaluran Kredit Penilaian Bank Bank Rakyat Indonesia sebagai salah satu lembaga yang fokus dalam penyaluran kredit untuk usaha kecil diharapkan dapat melakukan perannya agar pengusaha kecil dapat meningkatkan serta mengembangkan usahanya yang kemudian berdampak pada meningkatnya pendapatan mereka. Dalam hal ini perlu dilakukan penilaian kinerja kredit yang diberikan pihak bank apakah sudah baik atau belum. Penilaian kinerja kredit menurut pihak bank dilihat dari efektivitas penyaluran kredit yang dinilai berdasarkan aspek-aspek sebagai berikut (Pardosi, 1998) : 1. Target dan realisasi kredit, yaitu jumlah permohonan kredit yang diterima dan direalisir oleh BRI dan jumlah kredit yang telah disalurkan kepada usaha mikro dan kecil. Semakin besar persentase realisasi kredit maka kinerja kredit dinilai baik. 2. Persentase
tunggakan,
yaitu
perhitungan
tunggakan
kredit
dengan
membandingkan jumlah kredit bermasalah per outstanding (sisa kredit) yang dinyatakan dalam persen. Semakin kecil persentase tunggakan maka kinerja kredit dinilai baik. 3. Jangkauan kredit, yaitu beragamnya sektor perekonomian yang mendapat saluran kredit. Semakin beragamnya sektor ekonomi yang dapat disentuh oleh pihak bank maka kinerja kredit dinilai baik. 4. Frekuensi pinjaman, yaitu jumlah transaksi yang telah dilakukan pengusaha kecil sejak mereka mengambil kredit. Hal ini dilihat dari banyaknya transaksi (pinjaman dan pengembalian). Semakin tinggi persentase pinjaman maka kinerja kredit dinilai baik.
34
3.1.2.3 Kinerja Penyaluran Kredit Penilaian Nasabah Selain penilaian kinerja kredit yang dilakukan pihak bank maka perlu juga dilakukan penilaian kinerja kredit menurut penilaian nasabah. Nilai efektivitas dari sisi nasabah dinilai berdasarkan aspek-aspek berikut : 1. Persyaratan awal, yaitu ketentuan yang harus dipenuhi oleh seorang calon nasabah untuk mendapatkan kredit. 2. Prosedur pinjaman, yaitu tahapan yang harus dilalui sejak proses permohonan kredit hingga realisasi kredit kepada nasabah. 3. Realisasi kredit, yaitu cairnya kredit setelah melalui tahapan proses dengan melihat ketepatan pada setiap proses yang dilakukan. 4. Biaya administrasi, yaitu biaya yang dikeluarkan selama proses permohonan kredit sampai direalisasikan. 5. Tingkat bunga, yaitu biaya yang dibebankan kepada nasabah sebagai bentuk dukungan operasional kegiatan bagi bank. 6. Agunan, yaitu sumber pembayaran terakhir yang diharapkan oleh bank apabila pengembalian kredit bermasalah atau macet. 7. Pelayanan petugas, yaitu pelayan yang diberikan bank kepada nasabah mulai dari proses permohonan hingga pengembalian kredit.
3.1.2.4 Efektivitas Penyaluran Kredit UMKM Efektivitas didefinisikan para pakar dengan kalimat yang berbeda-beda tergantung pendekatan yang digunakan mereka masing-masing. Kamus Besar Indonesia (2005) mendefinisikan efektivitas sama dengan keefektifan yaitu suatu sifat atau keadaan yang mempunyai efek, pengaruh, akibat, atau memberikan hasil
35
yang memuaskan dengan memanfaatkan waktu dan cara dengan sebaik-baiknya. Menurut The New Grolier Webster International Dictionary of the English Language dalam Pardosi (1998), efektivitas adalah kata benda (noun) yang berasal daru effective yang artinya sejauh mana hasil atau tujuan sudah dapat dicapai. Anthony, Dearden dan Bedford (1996) mengatakan bahwa efektivitas adalah hubungan antara keluaran suatu pusat pertanggungjawaban dengan tujuan yang harus dicapainya. Semakin besar kontribusi keluaran yang dihasilkan terhadap nilai pencapaian tersebut, maka dapat dikatakan semakin efektif unit tersebut. Usaha mikro kecil dan menengah membutuhkan bantuan atau tambahan modal dalam pengembangan usahanya. Para pelaku usaha dapat memperoleh bantuan modal kredit baik dari lembaga keuangan bank maupun non bank. Salah satunya adalah lembaga keuangan bank yang tidak hanya bertujuan untuk menerapkan prinsip efisiensi dari sisi perusahaan, tetapi juga harus menerapkan prinsip efektivitas. Menurut Soetrisno (1986) dalam Pardosi (1998), untuk menolong usaha permodalan masyarakat pedesaan, aspek efektivitas harus terlebih dahulu dicapai tanpa mengabaikan aspek efisiensi. Penilaian efektivitas ini dapat dilihat berdasarkan persepsi nasabah lembaga keuangan tersebut dan juga berdasarkan penilaian dari pihak lembaga keuangan dengan tetap mengacu pada aturan-aturan yang telah ditetapkan.
3.2
Dampak Kredit Terhadap Pendapatan Pendapatan adalah selisih dari penerimaan penjualan produk, yang didapat
dari hasil perkalian harga dan kuantitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan output (Pappas, James.L dan Mark Hirschey, 1995). Pendapatan
36
terdiri dari penerimaan total dan pengeluaran total (TC). Penerimaan total (TR) adalah jumlah seluruh penerimaan perusahaan dari hasil penjualan sejumlah produk (barang yang dihasilkan). Cara untuk menghitung penerimaan total dapat dilakukan dengan mengalikan jumlah produk dengan harga jual produk per unit. Kita ketahui bahwa proses produksi yang dilakukan oleh seorang produsen akan menghasilkan sejumlah barang, atau produk. Produk inilah yang merupakan jumlah barang yang akan dijual dan hasilnya merupakan jumlah penerimaan bagi seorang produsen. Jadi pengertian penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima oleh perusahaan atas penjualan produk yang dihasilkan. Dalam ilmu ekonomi penerimaan diistilahkan revenue. Untuk membuat grafik TR dibutuhkan dua sumbu yaitu sumbu tegak untuk penerimaan total, penerimaan rata-rata dan penerimaan marginal dan sumbu mendatar untuk jumlah produk. terlihat seperti grafik berikut :
Gambar 2. Kurva TR
37
Keterangan: 1. Kurva TR berbentuk garis lurus, yang menunjukkan semakin banyak jumlah produk dijual semakin besar penerimaan totalnya. 2. Grafik AR = MR = P berbentuk garis mendatar, berarti grafik AR berimpit dengan grafik MR dan berimpit dengan grafik harga. Sedangkan pengeluaran (Total Biaya) adalah biaya total untuk menghasilkan tingkat output tertentu. Biaya, bagi perusahaan yang kegiatannya memproduksi barang, adalah nilai input yang digunakan untuk memproduksi outputnya (Lipsey dkk, 1995). Produksi berlangsung dengan jalan mengolah masukan (input) menjadi keluaran (output). Masukan merupakan pengorbanan biaya yang tidak dapat dihindarkan untuk melakukan kegiatan produksi. Setiap pengusaha harus dapat menghitung biaya produksi agar dapat menetapkan harga pokok barang yang dihasilkan. Untuk menghitung biaya produksi terlebih dahulu harus dipahami pengertiannya.Biaya produksi adalah sejumlah pengorbanan ekonomis yang harus dikorbankan untuk memproduksi suatu barang. Menetapkan biaya produksi berdasarkan pengertian tersebut memerlukan kecermatan karena ada yang mudah diidentifikasikan, tetapi ada juga yang sulit diidentifikasikan dan hitungannya. Biaya produksi dapat meliputi unsur-unsur sebagai berikut: a. Bahan baku atau bahan dasar termasuk bahan setengah jadi b Bahan-bahan pembantu atau penolong c Upah tenaga kerja dari tenaga kerja kuli hingga direktur. d Penyusutan peralatan produksi e Uang modal, sewa
38
f Biaya penunjang seperti biaya angkut, biaya administrasi, pemeliharaan, biaya listrik, biaya keamanan dan asuransi g. Biaya pemasaran seperti biaya iklan h. Pajak Berdasarkan teori antisipasi pendapatan, bank layak memberikan kredit jangka panjang yang pelunasannya dijadwalkan sesuai dengan ketetapan waktu. Jadwal pembayaran dalam bentuk angsuran pokok dan bunga akan menajdi supplier arus kas secara teratur dan akhirnya kebutuhan likuiditas pun terpenuhi. Pada dasarnya teori ini, tidak pernah menolak argumentasi commercial loan theory maupun shiftability theory melainkan menambahkan seyogyanya tidak hanya memperhatikan aktiva lancar tetapi adalah penting membuat antisipasi atas uang kas atau likuiditas yang hendak masuk. Teori antisipasi pendapatan mengutamakan
likuiditas
dalam
arti
dinamis.
Ini
berarti
bank
dapat
mengantisipasi kewajiban segera tiba dan memprediksikan alat-alat lancar yang akan masuk. Bank dilengkapi sistem informasi manajemen yang memadai agar dapat menyusun rencana yang memadai pula. Perencanaan mudah dalam kondisi perekonomian makro stabil. Dengan demikian terungkap teori antisipasi pendapatan menyadari benar akan perkembangan ekonomi dan jenis-jenis pinjaman tertentu lebih berkembang dari pada jenis-jenis pinjaman lainnya. Seperti pinjaman produktif dalam perekonomian kian tumbuh cenderung lebih berkembang dibandingkan pinjaman
39
konsumtif. Singkatnya, teori antisipasi pendapatan menjadi dasar eksistensi pinjaman jangka panjang.5
3.3
Kerangka Pemikiran Operasional Kredit disalurkan melalui berbagai macam lembaga pembiayaan, salah
satunya adalah perbankan. Bank menyalurkan kredit dengan menjalankan fungsinya sebagai lembaga penyalur dana ke masyarakat. Penyaluran kredit diharapkan efektif agar dapat meningkatkan kesejahteraan. Penilaian efektivitas penyaluran kredit dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari phak bank dan dari pihak nasabah. Pihak bank sebagai media penyaluran kredit menilai efektivitas penyaluran kredit dari beberapa parameter seperti target dana dan realisasi kredit, persentase tunggakan ,jangkauan kredit dan frekuensi pinjaman. Nasabah sebagai peminjam kredit menilai efektivitas penyaluran kredit dari perameter- parameter seperti persyaratan awal, prosedur pinjaman, realisasi kredit, biaya , administrasi, tingkat bunga, agunan dan pelayanan petugas. Efektivitas penyaluran kredit turut mempengaruhi besarnya pendapatan yang diterima. Efektivitas penyaluran kredit memberikan dampak pada jumlah pendapatan nasabah. Pendapatan yang diterima juga dipengaruhi oleh besaran input dan output yang dikeluarkan. Pada penelitian ini salah satu bank yang menjalankan fungsi sebagai media penyaluran kredit adalah BRI. Dalam penyaluran kredit BRI mengalami pertumbuhan yang baik, pertumbuhan kredit
5
Iman Mulyana. 10/10/2007. Teori Antisipasi Pendapatan. http://id.shvoong.com/businessmanagement/management/1686456-teori-antisipasi-pendapatan/. Diakses 08/09/2008
40
BRI ini tetap dimotori oleh segmen UMKM. Kredit untuk membiayai segmen UMKM di BRI adalah Kupedes. Kupedes merupakan produk kredit BRI yang disalurkan melalui Unit kerjanya dengan tujuan membantu pengusaha kecil dalam pengembangan usahanya. Penyaluran kupedes ini diharapkan dapat berjalan dengan efektif, maka itu perlu dikaji mengenai bagaimana kinerja penyaluran Kupedes. Mekanisme penyaluran kredit terdiri dari syarat-syarat dan prosedur pemberian kredit. Dalam penyalurannya, tidak jarang pihak bank menghadapi kendala. Untuk itu perlu diadakan penilaian terhadap kinerja penyaluran kredit yang dilihat dari nilai efektivitas indikator penilaian kinerja. Penilaian kinerja penyaluran Kupedes ini dinilai berdasarkan pihak bank dan pihak nasabah. Dari pihak bank indikator penilaiannya adalah target dana dan realisasi kredit, persentase tunggakan, jangkauan kredit serta frekuensi pinjaman. Sedangkan dari pihak nasabah, indikator penilaian kinerja penyaluran kredit dapat dilihat dari persyaratan awal, prosedur pinjaman, realisasi kredit, biaya administrasi, tingkat bunga, agunan, serta pelayanan petugas. Selanjutnya setelah melakukan penilaian kinerja penyaluran kredit maka akan dilihat seberapa besar kredit yang diberikan pihak bank mampu meningkatkan pendapatan usaha nasabah. Kupedes diberikan untuk mengembangkan usaha kecil dan peranannya dalam meningkatkan pendapatan usaha mereka. Pengukuran pendapatan usaha dilihat dengan membandingkan pendapatan sebelum dan sesudah menerima kredit. Perbedaan antara tingkat pendapatan total usaha sebelum dan sesudah menerima kredit diukur dengan menggunakan uji statistik t-hitung untuk data berpasangan (Walpole, 1995).
41
Hasil dari analisis tersebut adalah untuk mengevaluasi kinerja Kupedes serta dapat memberikan rekomendasi bagi pihak bank yang bersangkutan mengenai kinerja penyaluran Kupedes itu sendiri. Bagan kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.
42
Pihak BRI : 1. Target dana dan realisasi kredit 2. Persentase tunggakan 3. Jangkauan kredit
Pihak Nasabah : 1. Persyaratan awal 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Prosedur pinjaman Realisasi kredit Biaya Administrasi Tingkat bunga Agunan Pelayanan petugas
1. Input 2. Output 3. Harga
Efektivitas Penyaluran Kredit Umum Pedesaan (Kupedes)
Pendapatan
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional
43
IV METODE PENELITIAN
4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Bank Rakyat Indonesia karena BRI merupakan salah
satu bank pemerintah tertua yang ada di Indonesia dengan jaringan usaha yang sangat luas di seluruh Indonesia. Untuk melayani nasabah BRI yang sangat besar, sampai dengan Desember 2007, BRI telah mempunyai 4.300 kantor BRI Unit, 230 Kantor Cabang Pembantu, 341 Kantor Cabang dan Kantor Cabang Khusus, 14 Kantor Wilayah serta 1 Kantor Pusat yang siap melayani nasabah di seluruh wilayah Indonesia. Untuk memperluas jangkauan pelayanan kepada sektor UMKM, BRI senantiasa membuka unit kerja baru serta terus meningkatkan jumlah jaringan kerja yang terhubung kedalam jaringan real time on-line6. Penelitian mengenai Analisis Kinerja Kredit Umum Pedesaan (KUPEDES) Dan Dampaknya Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha dilaksanakan di PT. BRI Unit Citeureup yang berlokasi di Jalan Mayor Oking Jayaatmaja No.11. BRI Unit Citeureup merupakan Kantor BRI Unit terbesar kedua yang berada di wilayah BRI Kantor Cabang Bogor. Penelitian dilakukan selama dua bulan, yaitu pada bulan Mei-Juni 2008, namun persiapan survei pendahuluan telah dilakukan terlebih dahulu. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive.
4.2
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh berdasarkan hasil wawancara langsung dengan 6
Humas BRI. 28/03/2008. BRI Konsisten Membuku Laba Terbesar. www.bri.co.id/berita/berita_detail.aspx?id=113 - 13k. Diakses pada tanggal 20 April 2008.
44
staf dan bagian kredit di kantor BRI Unit Citeureup dan kuisioner bagi responden yaitu nasabah Kupedes yang aktif. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya data-data dari BRI, buku panduan, pedoman kerja Kupedes, skripsi, buku dan literatur lainnya yang berkaitan dengan kegiatan penelitian.
4.3
Metode Pengambilan Responden Populasi pada penelitian ini merupakan nasabah yang masih aktif sebagai
penerima Kupedes khususnya Kupedes Modal Kerja dan Kupedes Eksploitasi. Responden yang diambil berjumlah 60 orang yang terdiri dari berbagai sektor usaha yang mengambil Kupedes. Nasabah yang dijadikan responden melakukan usaha dalam sektor perdagangan, sektor perindustrian dan sektor jasa komersil. Penentuan jumlah responden ini menggunakan metode Gay yang menyatakan bahwa jumlah responden yang dinilai cukup mewakili keseluruhan populasi adalah minimal 10 persen dari total populasi nasabah Kupedes sebanyak 600 orang (BRI Unit Citeureup, 2007). Pemilihan responden nasabah Kupedes dilakukan secara judgement sampling dimana pengambilan responden dilakukan dengan mempertimbangkan tempat usaha yang paling dekat dengan BRI Unit Citeureup. Pengambilan responden dilakukan dengan mendatangi nasabah yang lokasi usahanya dekat dengan BRI Unit Citeureup. Hal ini karena lokasi bank berada di pusat kota dan dekat dengan pusat perekonomian Citeureup yaitu pasar Citeureup dimana di daerah tersebut banyak terdapat nasabah Kupedes.
45
4.4
Metode Pengolahan dan Analisis Data
4.4.1 Analisis Kinerja Penyaluran Kupedes dengan Evaluasi Nilai Efektivitas Dalam penilaian kinerja penyaluran Kupedes dilakukan dengan menilai efektivitas dari pihak bank dan pihak nasabah. Data untuk menganalisis kinerja penyaluran kredit dari pihak bank terdiri dari data mengenai target dana dan realisasi kredit, jangkauan kredit , frekuensi pinjaman dan persentase tunggakan. Sedangkan untuk menganalisis kinerja kredit dari pihak nasabah juga diperoleh data yang meliputi tanggapan respenden atas persyaratan awal, prosedur pinjaman, realisasi kredit, biaya administrasi, tingkat bunga, jaminan atau agunan, dan pelayanan petugas. Selain itu, terdapat data mengenai pendapatan responden yang meliputi pendapatan sebelum dan sesudah menerima kredit. Pengukuran menggunakan skala likert dan dilakukan dengan menghadapkan responden pada sebuah pernyataan, kemudian responden diminta untuk memberi jawaban tanggapan yang terdiri dari tiga tingkatan dan kemudian jawabanjawaban tersebut diberi skor. Skor terbesar diberikan untuk jawaban yang paling mendukung. Penentuan jenjang tiga (1,2,3) digunakan dengan mempertimbangkan bahwa kelompok responden adalah masyarakat dengan tingkat pendidikan yang masih relatif rendah, sehingga kurang mampu membedakan jawaban secara lebih tajam (Singarimbun dalam Pardosi,1998). Pemberian skor pada tahap-tahap pernyataan yaitu jawaban yang mendukung pernyataan “1” (mudah, ringan , cepat dan baik) diberi skor nilai tiga. Sedangkan jawaban “3” (berat, sulit, lama dan buruk) diberi skor nilai satu. Penilaian tanggapan responden terhadap penyaluran kredit akan dibagi menjadi tiga kategori yang menentukan efektivitas.
46
Berdasarkan skor yang diperoleh dari tanggapan responden kemudian ditentukan rentang skala atau selang untuk menentukan efektivitas penyaluran Kupedes. Selang atau skala diperoleh dari selisih total skor tertinggi yang mungkin dengan total skor minimal yang mungkin dibagi jumlah kategori jawaban. (Umar, 2005).
Dari selang yang didapat maka dapat ditentukan skor efektivitas penyaluran Kupedes yaitu dengan membagi tiga diantara total nilai minimal yang mungkin sampai total nilai maksimal yang mungkin didapat menjadi tiga selang efektivitas. Selang terendah menyatakan bahwa efektivitas kredit tidak efektif, sedangkan selang tertinggi menyatakan bahwa penyaluran kredit efektif. Ada tiga kategori penilaian tanggapan responden terhadap pelayanan penyaluran kredit yaitu efektif, cukup efektif, dan tidak efektif. Nilai skor adalah antara 420-1260 (angka ini berdasarkan pengalian skor terendah dan tertinggi dengan jumlah parameter dan responden yang ada ). Angka skor terendah 420 diperoleh dari hasil kali antara jumlah responden sebesar 60 dengan jumlah parameter yang ada yaitu tujuh. Sedangkan angka 1260 diperoleh dari hasil penjumlahan skor maksimum dari setiap parameter
(skor maksimum 3 dikali
jumlah responden). Selang untuk setiap tingkat penilaian kefektifan adalah 280 yang diperoleh dari hasil pengurangan skor tertinggi dan skor terendah kemudian dibagi dengan banyaknya kategori penilaian atau dapat juga ditulis 1260-420/3. Setelah nilai selang ditentukan, maka selanjutnya dapat ditentukan rentang skala untuk setiap kategori penilaian efektivitas. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.
47
Tabel 4. Skor Penilaian Efektivitas Kategori Penilaian Tidak Efektif Cukup Efektif Efektif
Total Skor 420-699 700-979 980-1260
Berdasarkan Tabel 4, bila total skor berada diantara 420-699, maka penyaluran Kupedes dinilai tidak efektif. Efektif mengindikasikan bahwa apa yang menjadi harapan responden sudah tercapai sesuai dengan tujuan pihak bank, dalam hal ini penyaluran Kupedes. Sedangkan bila nilai total skornya 700-979, penyaluran Kupedes sudah dinilai cukup efektif yang berarti tujuan pihak bank dan harapan responden sudah tercapai. Akan tetapi, responden masih merasakan masih ada harapan yang kurang tercapai, hal ini dapat dilihat dari skor efektivitas yang nilainya paling kecil. Dan untuk total skor 980-1260 berarti penyaluran Kupedes dinilai efektif. Hal ini berarti harapan responden tidak sejalan dengan tujuan dari pihak bank agar penyaluran Kupedes efektif sehingga tidak bermanfaat bagi responden.
4.4.2 Analisis Dampak Kupedes terhadap Peningkatan Pendapatan Nasabah Dalam
menganalisis
menggunakan
analisis
dampak
pendapatan
Kupedes rata-rata
terhadap yang
pendapatan dilakukan
akan dengan
membandingkan pendapatan nasabah sebelum dan sesudah menerima kredit dari bank. Analisis pendapatan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Nicholson, 1999) : = TR – TC = Pq Q – (TFC +TVC) Keterangan :
TR TC TFC
= Total Revenue = Total Cost = Total Fixed Cost
48
TVC = Total Variabel Cost Pq = Harga Output Produksi Q = Jumlah Output Untuk menguji perbedaan tingkat pendapatan sebelum dan sesudah menerima Kupedes, digunakan uji statistik t-hitung untuk data berpasangan. Rumus yang digunakan adalah (Walpole, 1995) :
Dimana : d = rata-rata tingkat pendapatan sesudah kredit – sebelum kredit Sd = standar deviasi n = jumlah observasi v = derajat bebas Hipotesis awal menunjukkan tidak ada perbedaan tingkat pendapatan sebelum dan sesudah menerima kredit. Sedangkan untuk hipotesis akhir terdapat perbedaan tingkat pendapatan sebelum dan sesudah menerima kredit atau dapat dinyatakan sebagai berikut : Ho : H1 : Dimana :
= 1> 1
2 atau
D=
atau
D=
2
1 1
2=0 2>0
1 = pendapatan 2=
usaha sebelum mendapatkan kredit pendapatan usaha setelah mendapatkan kredit
Kriteria Uji : Ho ditolak apabila t-hitung > t-tabel, db = n-1 = 0,05 Ho diterima apabila t-hitung < t-tabel, db = n-1 = 0,05 Analisis data dilakukan dengan bantuan software komputer yang sesuai dengan kebutuhan dalam melakukan analisis data, sehingga dapat diperoleh hasil analisis yang akurat dan memudahkan dalam interpretasi secara deskriptif. Penggunaan
= 0,05 karena tingkat kepercayaan pada peneliti pada penelitian ini
cukup besar dan jumlah responden yang diambil tidak banyak.
49
V
5.1
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah BRI Bank Rakyat Indonesia atau yang sekarang dikenal dengan nama Bank BRI
didirikan oleh seorang Patih bernama Raden Bei Aria Wirjaatmadja di purwokerto, Jawa Tengah pada tanggal 16 Desember 1895 (BRI, 2007). Awalnya bank tersebut bernama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofdeen , selanjutnya berubah menjadi “Halp Spaarbank der inlandsche Bestuurs Ambtenaren
(Bank Bantuan dan Simpanan Milik Pegawai Pangreh
Praja Berkebangsaan Pribumi). Bank tersebut merupakan bank perkreditan rakyat yang pertama di Indonesia. Pada kegiatan awalnya, bank tersebut menggunakan uang kas masjid untuk kemudian digunakan sebagai pinjaman bagi masyarakat dengan angsuran ringan. Dalam perkembangannya sejarah bank ini telah mengalami beberapa kali perubahan nama, yaitu berdasarkan Surat Keputusan Ratu Belanda No. 118 tanggal 10 Juli 1912, Staatsblad 1912 No. 392, berubah menjadi Centrale Kas Voor het Volkscredietwezen”. Selanjutnya berdasarkan Staatsblad No. 82 tanggal 19
Pebruari
1934
Volkscredietbank
terjadi
lagi perubahan
nama
menjadi
Algemeene
atau AVB. Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia,
tanggal 3 Oktober 1942 AVB berganti nama menjadi
Syomin Ginko
(Bank
Rakyat). Kemudian setelah kemerdekaan Republik Indonesia, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tanggal 22 Februari 1945 secara resmi berubah menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI).
50
Berdasarkan ketentuan Undang-undang No. 41 PRP tahun 1960 dalam Lembaran Negara No. 28/1960 tanggal 26 Oktober 1960, tiga buah bank yaitu BRI, Bank Tani dan Nelayan (BTN), dan Nederlandsche Hendels Maatscappij (NHM) dilebur menjadi sebuah bank baru bernama Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN), yang bertujuan untuk membantu usaha koperasi, pertanian dan perikanan dalam arti luas. Pada tahun 1965 berdasrkan Peraturan Presiden No. 3 tahun 1965, BKTN diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan (BI-UKTN). Selanjutnya berdasarkan Peraturan Presiden No. 17 tanggal 27 Juli 1965 dibentuk bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia (BNI) dan BI-UKTN dilebur ke dalamnya dengan nama BNI Unit II bidang rural. Berdasarkan UU No. 14 tahun 1967, tentang Pokok Perbankan, BNI Unit II bidang rural diubah kembali menjadi Bank Rakyat Indonesia. Berdasarkan UU No. 7 tahun 1992, tentang UU Perbankan dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 telah terjadi perubahan kepemilikan BRI, yang semula Bank Pemerintah dirubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero). Perubahan ini dimaksudkan agar BRI menjadi lebih profesional untuk mengantisipasi persaingan perbankan yang semakin ketat. Sejak bulan Oktober 2003, BRI melakukan Go publik sehingga dalam kepemilikannya, BRI telah menjadi perusahaan publik dan namanya ditambah menjadi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, yang dikenal dengan nama Bank BRI yang berkantor pusat di jalan Jenderal Sudirman No. 44 dan 46 Jakarta. BRI Unit dalam melaksanakan kegiatannya di tugaskan dan di fokuskan untuk menyalurkan satu jenis kredit yang disebut bimbingan masal (Bimas),
51
intensifikasi khusus (Insus), intensifikasi masal (Inmas), dimana dalam penyalurannya mempunyai tujuan untuk meningkatkan produktifitas hasil panen sesuai program Pemerintah dengan semboyan “Swa Sembada Pangan”. Pada saat berakhirnya program Bimas, Inmas dan Insus timbul polemik bagi manejemen BRI tentang kelangsungan hidup BRI Unit, apakah tetap berjalan atau dihentikan operasionalnya. Akhirnya diputuskan BRI Unit tetap berjalan dengan operasional yang mandiri. Untuk menciptakan BRI unit yang profit hingga dapat menutupi semua biaya dan menghasilkan keuntungan, diciptakan dua jenis produk antara lain: a. Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) Kupedes ini merupakan kemampuan bank untuk menyalurkan dana ke masyarakat. Kupedes diberikan dengan tujuan menambah modal UMKM untuk mengembangkan usahanya. b. Simpanan Pedesaan (Simpedes) Simpedes merupakan produk BRI yang berupa tabungan. Dalam hal ini, BRI menjalankan
fungsinya
sebagai
lembaga
keuangan
yang
bertugas
mengumpulkan dana dari masyarakat. Produk tersebut bisa saling menunjang satu sama lain, Kupedes bisa menghasilkan bunga yang signifikan dan simpedes bisa menarik dana pihak ke tiga sehingga tidak perlu pinjaman likuiditas dari BRI Cabang. Sesuai dengan berjalannya waktu dan perkembangan perekonomian, di daerah-daerah banyak perubahan-perubahan. Apakah lokasi BRI Unit, sarana operasional, sistem, maupun sumber daya manusia yang dibutuhkan, sehingga BRI Unit menghasilkan profit dan memberikan kontribusi yaitu laba.
52
5.2
Struktur Organisasi BRI Sebagai suatu organisasi yang besar dan berdasar pada ruang lingkup
kegiatannya, BRI memiliki suatu visi dan misi, untuk melangkah dan menetapkan berbagai kebijakan dalam menghadapi persaingan perbankan yang semakin ketat. Visi PT Bank BRI (Persero) adalah menjadi bank komersional terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah. Misinya antara lain: Ø Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat. Ø Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dengan
melaksanakan
praktek
good
corporate
govermance,
serta
memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Organisasi merupakan alat manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebagai alat bantu manajemen. Tentunya struktur organisasi harus sesuai dengan ruang lingkup kegiatannya. Struktur organisasi harus dibuat secara sederhana dan efektif agar dapat bekerja secara efisien. Struktur organisasi BRI Unit Citeureup berbentuk fungsional, dimana dalam bentuk ini setiap bawahan mempunyai hubungan dengan fungsi atasan. Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari BRI Unit Citeureup dipimpin oleh seorang kepala unit (Kaunit), yang membawahi mantri, deskman, dan teller. Untuk jelasnya dapat diteliti pada Gambar 4.
53
KEPALA UNIT BRI
Mantri I
Deskman/
Mantri II
Pembuku
Teller I
Teller II
TPD:Teller Deskman/Pembuku
Gambar 4. Struktur Organisasi BRI Unit Sumber : BRI, 2002 Bagian dari struktur organisasi yang ada di BRI Unit memiliki fungsi dan tugas yang berbeda-beda berdasarkan tingkat jabatannya. Berikut fungsi dan tugas pegawai di BRI Unit secara umum adalah : Ø Kepala BRI Unit, adalah petugas yang diberikan tanggung jawab untuk memimpin atau mengelola usaha bisnis suatu BRI Unit, yang selanjutnya disebut Kaunit. Ø Mantri BRI Unit, adalah petugas BRI Unit yang diberi tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas lapangan atau kunjungan untuk kegiatan pinjaman, simpanan, dan jasa bank lainnya, yang selanjutnya disebut mantri. Ø Teller BRI Unit, adalah petugas BRI Unit yang berwenang mengelola kas dan berfungsi sebagai kasir yang juga mempunyai wewanang fiat bayar, yang selanjutnya disebut teller. Ø Deskman/pembuku, adalah petugas BRI Unit yang berwenang melakukan administrasi pembukuan, dan fungsi sebagai berikut : 1. Petugas yang berwenang melayani transaksi dan aplikasi. 2. Petugas yang berwenang melaksanakan posting transaksi atau pembukuan.
54
VI
KARAKTERISTIK DAN PROFIL USAHA RESPONDEN
6.1 Karakteristik Responden Responden untuk penelitian ini adalah nasabah penerima Kupedes di BRI Unit Citeureup serta responden yang diambil dari petugas bank itu sendiri. Karakteristik responden memiliki pengaruh terhadap kinerja penyaluran Kupedes. Adapun karakteristik responden yang dianalisis digambarkan
menurut umur,
jenis kelamin, dan tingkat pendidikan.
6.1.1 Umur dan Jenis Kelamin Umur memiliki pengaruh pada kinerja Kupedes. Masyarakat yang sudah memiliki Kartu Tanda Pengenal (KTP) dan mempunyai usaha berhak mendapatkan bantuan kredit. Hal ini tentu saja dengan tetap mengacu pada asasasas yang berlaku di pihak bank. Umur menunjukkan usia produktif nasabah dalam menjalankan usahanya. Jika usia nasabah masih tergolong produktif berarti masih besar kemungkinan meminjam kredit untuk pengembangan usahanya. Hal ini mendatangkan keuntungan bagi pihak bank karena dapat meningkatkan persentase realisasi penyaluran kredit. Umur responden dalam penelitian ini yang terendah adalah 25 tahun sedangkan yang tertinggi adalah 88 tahun. Umur responden dibagi ke dalam lima kelas dengan lebar kelas sebesar tiga belas. Data mengenai sebaran responden nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup tahun 2008 berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5.
55
Tabel 5. Sebaran Responden Nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup Tahun 2008 Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Responden Kupedes Pengelompokan Umur : 24-37 Tahun 38-51 Tahun 52-65 Tahun 66-79 Tahun 80-93 Tahun Total Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan Total
Jumlah (orang)
Persentase (%)
12 36 10 1 1 60
20 60 16,66 1,67 1,67 100
40 20 60
66,67 33,33 100
Dapat digambarkan bahwa dari masing-masing kelompok responden menunjukkan usia 38-51 tahun memegang jumlah terbesar sebagai responden, yaitu sebesar 60 persen. Hal ini terjadi karena pada rentang usia tersebut merupakan usia produktif yang banyak digunakan orang untuk melakukan aktivitas, sehingga dengan usia yang masih produktif para pelaku usaha diharapkan masih bisa bekerja secara maksimal apalagi dengan bantuan kredit yang diberikan pihak bank. Akan tetapi, faktor usia tidak membatasi para pelaku usaha untuk terus mengembangkan usahanya. Hal ini dapat dilihat dengan masih adanya responden yang walaupun usianya sudah tidak tergolong produktif lagi yaitu 66–79 tahun dan 80–93 tahun masing-masing sebesar 1,67 persen (satu orang), namun mereka masih mampu menjalankan usahanya bahkan terus mengembangkan usahanya dengan meminjam modal kepada pihak bank. Berdasarkan jenis kelamin, responden Kupedes sebagian besar adalah berjenis kelamin laki-laki
yaitu sebesar 66,67 persen (40 orang), sedangkan sisa
responden berjenis kelamin perempuan sebesar 33,33 persen (20 orang).
56
Responden lebih didominasi oleh laki-laki, karena peran laki-laki dalam dalam memenuhi kebutuhan keluarga sangat besar dimana usaha yang dijalankan sebagian besar merupakan sumber pendapatan utama karena laki-laki berperan sebagai kepala rumah tangga di keluarganya. Hal ini juga dapat mendatangkan keuntungan bagi pihak bank karena kemungkinan nasabah terus melakukan pinjaman cukup besar.
6.1.2
Status Pernikahan Status pernikahan merupakan salah satu karakteristik responden yang
dibahas dalam penelitian ini. Status pernikahan memiliki pengaruh dalam kinerja penyaluran kredit karena adanya tanggungan keluarga. Banyaknya tanggungan keluarga memperkecil peluang nasabah untuk mengembalikan besarnya pinjaman. Hal ini terjadi karena banyaknya biaya yang harus dikeluarkan untuk tanggungan keluarganya. Kondisi tersebut mempengaruhi kinerja penyaluran Kupedes karena dapat meningkatkan persentase tunggakan yang ada di bank. Status pernikahan responden Kupedes sebagian besar adalah responden yang sudah menikah yaitu sebesar 95 persen (57 orang). Sedangkan responden yang belum menikah sebesar lima persen (tiga orang). Dari 95 persen (57 orang) responden yang sudah menikah, sebagian besar responden memiliki jumlah anggota keluarga empat hingga enam orang. Hal ini menunjukkan responden termasuk keluarga ideal yang terdiri atas ayah, ibu, dan dua, tiga dan atau empat anak.
57
Tabel 6. Sebaran Responden Nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup Tahun 2008 Berdasarkan Status Pernikahan Responden Kupedes Pengelompokan Menikah Belum Menikah Total
Jumlah (orang) 57 3 60
Persentase (%) 95 5 100
6.1.3 Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi pengetahuan yang diketahui orang tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, pengetahuan yang didapat semakin baik. Tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kinerja penyaluran kredit. Hal ini dilihat dari rasa tanggung jawab yang dimiliki. Rasa tanggung jawab tersebut mempengaruhi kemampuan nasabah untuk membayar angsuran kredit dengan tepat waktu. Sehingga dapat memperkecil persentase tunggkan. Gambaran umum mengenai tingkat pendidikan terakhir responden dapat dilihat pada Tabel 7. Dapat dilihat bahwa tidak ada responden yang tidak bersekolah namun jumlah terbesar tingkat pendidikan responden Kupedes yaitu tingkat Sekolah Dasar (SD) dengan persentase sebesar 45 persen (27 orang). Ini menunjukkan bahwa Kupedes memiliki karakteristik responden dengan berpendidikan yang cukup, walaupun hanya 6,66 persen responden atau empat orang yang tingkat pendidikannya tamat hingga perguruan tinggi. Sehingga dalam hal ini Kupedes di BRI Unit Citeureup harus menyikapinya dengan terus menyesuaikan kebijakan pelayanan yang sesuai dengan segmen responden di atas. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir responden dapat dilihat pada Tabel 7.
58
Tabel 7. Sebaran Responden Nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup Tahun 2008 Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden Kupedes Pengelompokan SD SMP/Sederajat SMA/Sederajat Perguruan Tinggi Total
6.2
Jumlah (orang) 27 10 19 4 60
Persentase (%) 45 16,67 31,67 6,66 100
Profil Usaha Responden Kupedes merupakan kredit untuk membantu usaha mikro kecil dan
menengah dalam pengembangan usahanya, oleh karena itu BRI telah banyak melayani pengusaha kecil dalam berbagai bidang. Sebelum menilai lebih jauh bagaimana kinerja penyaluran Kupedes itu sendiri maka perlu diketahui profil usaha yang dibiayai oleh Kupedes. Pada penelitian ini profil usaha yang dilihat adalah jenis usaha, lama usaha, lokasi usaha, status usaha, serta frekuensi pinjaman kredit kepada BRI serta sumber dan jumlah modal.
6.2.1
Jenis Usaha Jenis usaha yang dilakukan responden Kupedes terdiri dari sektor
perdagangan, sektor perindustrian dan sektor jasa komersial. Jenis usaha yang dilakukan dapat mempengaruhi kinerja penyaluran kredit karena semakin besar usaha maka membutuhkan modal yang lebih besar. Hal ini menjadi keuntungan pihak bank karena dengan banyak yang melakukan pinjaman dapat meningkatkan jumlah realisasi kredit yang disalurkan. Jenis usaha yang paling banyak dilakukan responden adalah usaha dalam sektor perdagangan (Tabel 8). Sebesar 50 persen usaha yang dibiayai oleh Kupedes adalah sektor perdagangan, jenis produk yang
59
diperdagangkan responden juga beragam seperti seperti sembako, pakaian, dan makanan olahan. Sedangkan sisanya untuk sektor usaha perindustrian dan sektor jasa komersial masing-masing mendapatkan proporsi yang sama yaitu sebesar 25 persen. Sektor agribisnis, khususnya pertanian memiliki proporsi yang kecil dalam penyaluran kredit. Hal ini terjadi karena memang kondisi lingkungan yang tidak mendukung sehingga tidak banyak orang yang melakukan kegiatan usaha dalam sektor ini. Jenis usaha yang dilakukan responden secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Sebaran Responden Nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup Tahun 2008 Berdasarkan Jenis Usaha Responden Kupedes Pengelompokan Sektor Perdagangan Sektor Perindustrian Sektor Jasa Komersial Total
6.2.2
Jumlah (orang) 30 15 15 60
Persentase (%) 50 25 25 100
Lama usaha Usaha yang dibiayai oleh Kupedes minimal telah berumur satu tahun. Hal
ini juga dapat menjadi bahan pertimbangan pihak bank untuk memberikan pinjaman kredit kepada nasabah. Lama usaha responden Kupedes adalah antara 2 hingga 38 tahun yang dibagi ke dalam lima kelas dengan lebar kelas sebesar 7. Gambaran umum mengenai lama usaha responden Kupedes dapat dilihat pada Tabel 9.
60
Tabel 9. Sebaran Responden Nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup Tahun 2008 Berdasarkan Lama Usaha Responden Kupedes Pengelompokan Jumlah (orang)
Persentase (%)
9 28 13 9 1 60
15 46,67 21,67 15 1,66 100
Lama Usaha : 1-8 Tahun 9-16 Tahun 17-24 Tahun 25-32 Tahun 33-40 Tahun Total
Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa sebesar 46,67 (28 orang) dari total selurah responden telah menjalankan usahanya selama 9 hingga 16 tahun. Walaupun berada pada rentang yang cukup dalam melakukan usahanya, akan tetapi responden sudah mempercayakan kepada Kupedes ketika responden ingin meminjam uang untuk menambah modal kepada Kupedes di BRI Unit Citeureup. Kemudian sebesar 21,67 persen) dengan lama usaha mereka 17 hingga 24 tahun dan lama usaha 1 hingga 8 tahun serta 25 hingga 32 tahun memiliki proporsi yang sama yaitu sebesar 15 persen (9 orang). Sedangkan sisanya hanya satu orang responden yang lama usahanya antara 33 hingga 40 tahun. Gambaran umum lama usaha yang telah dijalankan responden menunjukkan bahwa sebagian besar nasabah Kupedes memiliki pengalaman usaha yang cukup lama.
6.2.3 Lokasi Usaha dan Status Usaha Usaha responden yang merupakan usaha mikro kecil dan menengah memiliki karakteristik lokasi usaha dimana digunakan sebagai tempat usaha mereka berada dan status usaha yaitu mengenai status kepemilikan dari lokasi yang dijadikan tempat usaha mereka. Lokasi dan status usaha responden berpengaruh terhadap
61
kinerja penyaluran Kupedes karena berpeluang untuk meningkatkan atau menurunkan persentase tunggakan. Sebagian besar lokasi usaha nasabah berada di lingkungan tempat tinggal dengan persentase sebesar 68,33 persen (41 orang). Sedangkan sisanya 26,67 persen) berada di pasar tradisional yang letaknya juga tidak terlalu jauh dari tempat tinggal responden dan sebesar 5 persen yang lokasi usahanya berada di lingkungan tempat tinggal dan juga pasar tradisional. Berdasarkan status usaha responden, sebagian besar responden sebesar 90 persen yang status usahanya sudah milik dan hanya 10 persen status usaha responden adalah sewa. Secara jelas lokasi usaha dan status usaha responden dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Sebaran Responden Nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup Tahun 2008 Berdasarkan Lokasi Usaha dan Status Usaha Responden Kupedes Pengelompokan Lokasi Usaha : Lingkungan tempat tinggal Pasar Tradisional Kombinasi keduanya Total Status Usaha : Milik Sewa Total
6.2.4
Jumlah (orang)
Persentase (%)
41 16 3 60
68,33 26,67 5 100
54 6 60
90 10 100
Frekuensi Pinjaman
Frekuensi pinjaman yang dilakukan oleh responden menggambarkan tingkat kepercayaan responden kepada pihak pemberi kredit, dalam hal ini BRI Unit Citeureup pada khususnya. Semakin sering atau semakin besar frekuensi pinjaman yang dilakukan nasabah berarti nasabah tersebut telah mempercayakan peminjaman modal kepada pihak bank sehingga terus melakukan pinjaman.
62
Frekuensi pinjaman yang dilakukan nasabah dapat meningkatkan kinerja penyaluran kredit. Hal ini karena dengan terus melakukan pinjaman dapat meningkatkan realisasi kredit yang disalurkan pihak bank sehingga dapat memenuhi target yang ditetapkan. Frekuensi pinjaman terendah nasabah Kupedes adalah 1 kali dan tertinggi adalah 16 kali yang akan dibagi ke dalam lima kelas. Data frekuensi pinjaman yang dilakukan responden dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Sebaran Responden Nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup Tahun 2008 Berdasarkan Jumlah Frekuensi Pinjaman Responden Kupedes Pengelompokan Frekuensi Pinjaman : 1-4 kali 5-8 kali 9-11 kali 12-15 kali 16-19 kali Total
Jumlah (orang)
Persentase (%)
19 26 11 3 1 60
31,67 43,33 18,33 5 1,67 100
Berdasarkan hasil penelitian, pada Tabel 11 dapat terlihat bahwa sebagian besar responden sebanyak 43,33 persen telah melakukan pinjaman antara 5 hingga 8 kali. Hal ini dapat mengindikasikan tingginya tingkat kepercayaan responden kepada pihak bank dalam hal ini BRI Unit Citeureup untuk terus melakukan pinjaman kredit untuk menambah modal bagi pengembangan usaha responden karena pihak bank pun tidak perlu lagi melakukan survey kembali ketika responden ingin melakukan pinjaman. Selain itu, responden yang taat peraturan (membayar tepat pada waktunya) akan lebih dipercayakan oleh pihak bank dalam memberikan pinjaman kepada respondennya. Sisanya sebesar 31,67 persen melakukan frekuensi pinjaman antara 1 hingga 4 kali dan hanya 1,67 persen yang melakukan pinjaman antara 16 hingga 19 kali. Banyaknya frekuensi pinjaman
63
yang dilakukan nasabah mencerminkan tingkat kepercayaan nasabah untuk terus mangajukan pinjaman Kupedes. Kupedes merupakan kredit yang disalurkan untuk pelaku UMKM. Selain Kupedes, pemerintah menetapkan kebijakan baru adanya kredit usaha rakyat (KUR) dengan menunjuk BRI sebagai pelaksananya. KUR merupakan jenis kredit untuk usaha kecil dengan total pinjaman maksimal sebesar Rp 5.000.000 dengan jaminan yang ditanggung pemerintah. Hal ini menjadi keuntungan bagi masyarakat yang tidak memiliki barang yang dapat dijadikan agunan.
6.2.5
Jumlah Modal
Sebelum melakukan pinjaman kredit kepada pihak bank, tentunya responden memulai usahanya dengan menggunakan modal sendiri terlebih dahulu baik menggunakan uang tabungan milik sendiri atau dengan meminjam pada saudara atau orang terdekat lainnya. Untuk melakukan pinjaman, pihak nasabah diharuskan memiliki jumlah modal sendiri sebesar 30 persen. Rasio persentase perbandingan modal sendiri dengan modal pinjaman dari bank adalah 70 : 30. Untuk mengajukan permohonan kredit diperlukan adanya agunan. Nilai agunan harus sesuai dengan nilai kredit yang diajukan ditambah atau setara dengan nilai pokoknya. Data mengenai sumber modal dan jumlahnya secara jelas dapat dilihat pada Lampiran 2. Hanya sebagian kecil responden yang memulai usahanya dengan modal yang besar, 95 persen responden memulai usahanya dengan modal sendiri yang berkisar antara Rp 100.000 hingga Rp 5.000.000. Sedangkan untuk modal pinjaman usaha, rata-rata responden melakukan pinjaman pada plafond kredit Rp 25.000 hingga kurang dari Rp 50.000.000 dengan tingkat bunga 2
64
persen per bulan. Hal ini karena untuk jumlah pinjaman pada plafond tersebut memiliki keuntungan. Keuntungan tersebut adalah adanya IPTW yang didapatkan nasabah apabila membayar angsuran dengan tepat waktu. IPTW ini dibayarkan kepada nasabah setiap satu semester.
65
VII
7.1
KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN
Kinerja Penyaluran Kupedes Menurut Penilaian Bank Dalam penelitian ini, penilaian kinerja penyaluran Kupedes dilihat dari
penilaian kinerja penyaluran Kupedes menurut pihak bank dan menurut nasabah. Penilaian menurut pihak bank dilihat dari target dan realisasi kredit,persentase tunggakan, jangkauan kredit dan frekuensi pinjaman. Adapun hasil dari penelitian terhadap hal-hal tersebut adalah sebagai berikut :
7.1.1 Target dan Realisasi Kredit BRI Unit Citeureup mulai menjalankan usahanya sudah sejak tahun 1970. Sejak itu BRI Unit Citeureup telah melayani dan membantu pengusaha kecil dalam mengembangkan usahanya melalui Kupedes. BRI Unit Citeureup telah merealisasikan Kupedes per bulan Juni 2008 adalah sebesar Rp 7,3 Milliar. Tabel 12 menyajikan perkembangan realisasi Kupedes pada waktu tiga tahun terakhir hingga Desember 2007. Tabel 12. Target dan Realisasi Kupedes di BRI Unit Citeureup Tahun 20052007 Target(Rp juta) Realisasi(Rp juta) Persentase(%) Posisi Desember tahun 2005
6.782
5.713
84,24
Desember tahun 2006
6.247
6.291
100,71
Desember tahun 2007
6.728
7.414
110,71
Sumber : BRI Unit Citeureup, 2007
66
Data pada Tabel 12 menunjukkan bahwa BRI Unit Citeureup dalam hal pencapaian target dan realisasi Kupedes mengalami fluktuatif. Pada tahun 2005 BRI Unit Citeureup hanya memenuhi target pencapaian sebesar 84,24 persen, walaupun sudah terhitung baik namun itu berarti BRI Unit Citeureup tidak sepenuhnya melampaui target yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan, pada tahun 2005 terdapat satu perusahaan yang bernama PT. Branta Mulya yang bergerak dalam bidang vulkanisir ban mengalami pergantian direksi. Kebijakan direksi yang baru memutuskan bahwa sekuruh karyawan perusahaan tersebut tidak diijinkan untuk mengajukan pinjaman lagi di seluruh lembaga keuangan. Hal ini tentu saja mengakibatkan BRI Unit Citeureup kehilangan cukup banyak nasabahnya sebanyak 200 orang. Karena target tahun 2005 tidak tercapai sepenuhnya, maka pada tahun 2006 target diturunkan menjadi Rp 6.247.000.000 dan hasilnya cukup memuaskan karena mampu melampaui target yang telah ditetapkan. Karena pada tahun 2006 target mampu terlampaui sepenuhnya bahkan lebih, maka untuk tahun 2007 target kembali ditingkatkan menjadi Rp 6.728.000.000. Hasilnya BRI Unit Citeureup kembali mampu melampaui target bahkan naik 10 persen dari tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa kinerjanya sudah baik.
7.1.2 Persentase Tunggakan Pembinaan Kupedes adalah upaya berkesinambungan yang dilakukan oleh pejabat lini terhadap kredit (termasuk debiturnya). Hal ini menyangkut penilaian perkembangan
usaha
debitur,
penggunaan
kredit
maupun perlindungan
kepentingan bank yang dilakukan secara administratif maupun di lapangan.
67
Fungsi pembinaan dan pengawasan dalam perkreditan Kupedes adalah untuk mengantisipasi atas timbulnya risiko kerugian dalam pemberian fasilitas kredit (BRI, 2007). Persentase tunggakan yang terjadi dapat mempengaruhi nilai NPL pihak bank yang berpengaruh pada kinerja penyaluran kredit. Pembinaan dan pengawasan Kupedes tersebut merupakan salah satu langkah yang dilakukan untuk mencegah hal yang tidak diinginkan seperti adanya tunggakan. Tunggakan terjadi apabila debitur belum membayar angsuran pinjamannnya pada tanggal jatuh tempo atau telah melewati tanggal tersebut. Langkah lain untuk merangsang debitur untuk membayar tepat waktu adalah dengan pemberian IPTW (Insentif Pembayaran Tepat Waktu) yaitu pengembalian sebagian bunga kepada nasabah apabila membayar angsuran (pokok dan bunga) Kupedes secara tertib dan tepat waktu. Pembinanan Kupedes dapat dilakukan terhadap tunggakan dibedakan menjadi empat tingkatan sebagai berikut : 1. Kupedes dengan kolektibitas Dalam Perhatian Khusus (DPK) DPK adalah keadaan debitur belum mengangsur pinjamannya kurang dari 90 hari setelah jatuh tempo. Petugas bank harus segera mengunjungi nasabah untuk mengetahui sebab-sebab menunggak serta mengingatkan nasabah agar segera membayar angsuran pinjamannya. 2. Kupedes dengan kolektibitas Kurang Lancar (KL) KL yaitu keadaan tunggakan yang lebih dari 90 hari dan kurang dari 180 hari. Pembinaan dilakukan setiap
bulan dengan mengunjungi nasabah
bersangkutan untuk menagih tunggakannya.
yang
68
3. Kupedes dengan kolektibitas Diragukan Keadaan ini merupakan tunggakan yang terjadi lebih dari 180 hari dan kurang dari 270 hari. Pembinanan paling sedikit satu bulan sekali dengan mengunjungi nasabah yang bersangkutan untuk menagih tunggakannya. Dalam hal ini diharapkan adanya pemasukan tunggakan walaupun nilainya berada dibawah nilai angsurannya. 4. Kupedes dengan kolektibitas Macet Kupedes macet merupakan keadaan tunggakan yang lebih dari 270 hari dan kurang dari 360 hari. Pembinaan paling sedikit satu bulan sekali dengan mengunjungi nasabah yang bersangkutan untuk menagih tunggakannya. Dalam hal ini diharapkan adanya pemasukan tunggakan. 5. Kupedes yang telah dihapusbukukan (Daftar Hitam) Daftar Hitam merupakan keadaan tunggakan yang lebih dari 360 hari. Khusus untuk Daftar Hitam, pembinaan dilakukan minimal satu kali dalam setahun. Untuk menilai kinerja penyaluran Kupedes, dapat diukur dari lancar atau tidaknya pengembalian pokok dan bunga Kupedes oleh nasabah. Semakin besar tunggakan berarti pengelolaannya
dapat dinilai buruk, sedangkan apabila
jumlah
tunggakannya semakin kecil maka pengelolaannya dianggap sudah baik. Tabel 13 menunjukkan besarnya tunggakan di BRI Unit Citeureup.
69
Tabel 13. Persentase Tunggakan Terhadap Sisa Pinjaman Kupedes BRI Unit Citeureup Tahun 2005-2007 Sisa Pinjaman Tunggakan Persentase Posisi (Rp ribu) (Rp ribu) (%) Desember tahun 2005
5.713.357
178.942
3,13
Desember tahun 2006
6.291.419
156.343
2,48
Desember tahun 2007
7.414.865
173.000
2,33
Sumber : BRI Unit Citeureup, 2007 Data pada Tabel 13 di atas menunjukkan bahwa tunggakan cenderung menurun dari tahun ke tahunnya. Hal ini berarti kinerja penyaluran Kupedes dapat dinilai baik. Tunggakan mengalami penurunan disebabkan adanya perbaikan kinerja BRI dalam menyeleksi calon nasabah dan membina nasabah lama dalam proses pengembalian kredit pinjamannya.
7.1.3 Jangkauan Kredit Kupedes BRI disalurkan ke berbagai sektor ekonomi. Sektor ekonomi dapat dibiayai dengan Kupedes Modal Kerja dan Investasi, antara lain : 1. Pertanian, yaitu usaha untuk memproduksi hasil tanaman, perikanan, peternakan, kehutanan serta usaha pengadaan alat-alat dan fasilitas bagi pertanian yang sifatnya menunjang usaha untuk menghasilkan bahan pangan maupun hasil tanaman. 2. Pertambangan, yaitu uasaha penggalian dan pengumpulan bahan-bahan tambang dalam segala bentuk (padat, cair, dan gas) termasuk pula pengambilan ekstrak bahan tambang (pemisahan bahan tambang dari barang dan lainnya yang tercampur, seperti pemisahan besi dari bijinya).
70
3. Industri Pengolahan, yaitu kegiatan untuk mengubah bentuk baik secara mekanis maupun kimiawi dari satu bahan menjadi barang baru, baik dikerjakan dengan mesin maupun tenaga manusia. 4. Listrik, gas dan air, yaitu usaha pengadaan dan distribusi tenaga listrik dan gas serta pengadaan, penjernihan, dan distribusi air baik untuk rumah tangga dan industri maupun untuk tujuan-tujuan komersial. 5. Konstruksi, yaitu kegiatan meliputi usaha yang dilakukan oleh kontraktor dalam rangka pembangunan dan perbaikan suatu bangunan maupun jalan raya. 6. Perdagangan, yaitu kegiatan distribusi atau penjualan kembali barang-barang tanpa adanya pengubahan bentuk kepada konsumen akhir. 7. Pengangkutan, yaitu usaha dibidang pengangkutanbaik darat, sungai, danau, laut, dan udara. 8. Jasa-jasa sosial, yaitu meliputi kegiatan hiburan, kesehatan, pendidikan, dan lainnya seperti bengkel dan tempat reparasi. Sektor ekonomi yang dibiayai oleh Kupedes BRI Unit Citeureup meliputi pertanian, perindustrian, perdagangan, dan jasa komersial. Data bulan Juni 2008 pada Tabel 14 menunjukkan bahwa perdagangan merupakan sektor ekonomi yang paling banyak dibiayai oleh Kupedes yaitu sebesar 88,96 %. Sedangkan yang palin sedikit dibiayai oleh Kupedes adalah sektor pertanian yaitu sebesar 0,14 %, hal ini karena jumlah peminjam pada sektor pertanian hanya satu orang. Jumlah nasabah pada sektor pertanian yang hanya satu orang disebabkan oleh tidak mendukungnya lokasi usaha dengan keberadaan sektor pertanian. Kurangnya lahan yang tersedia juga menjadi faktor penghambatnya. Jangkauan pelayanan Kupedes BRI Unit Citeureup dapat dilihat pada Tabel 14.
71
Tabel 14. Jangkauan Pelayanan Kupedes BRI Unit Citeureup per Bulan Juni 2008 Realisasi Jumlah Persentase Jumlah Persentase No Sektor peminjam pinjaman (Rp) (%) (orang) (%) 1 Pertanian 50.000.000 0,84 1 0,14 2 Perindustrian 625.686.500 10,54 42 5,72 3 Perdagangan 5.058.058.667 85,16 653 88,96 4 Jasa Komersial 205.695.800 3,46 38 5,18 Total 5.939.440.967 100 734 100 Sumber : BRI Unit Citeureup, 2008
7.1.4 Frekuensi Pinjaman Efektivitas Kupedes dapat dilihat dari frekuensi pinjaman yang berhasil dilayani. Frekuensi pinjaman di BRI Unit Citeureup dapat dilihat pada Tabel 15. Data Bulan Juni 2008 menunjukkan bahwa nasabah Kupedes yang pinjamannya lebih dari tiga kali adalah yang paling banyak yaitu sebesar 548 orang. Hal ini menunjukkan bahwa BRI Unit Citeureup telah berhasil membina nasabah sehingga banyak nasabah yang terus melakukan pinjaman dan mengembalikan pinjaman tepat waktu. Hal ini juga berarti kinerja BRI Unit Citeureup sudah baik karena banyak nasabah yang tetap percaya untuk meminjam modal untuk usahanya. Tabel 15. Frekuensi Pinjaman Kupedes BRI Unit Citeureup per Bulan Juni 2008 Jumlah peminjam No Frekuensi Persentase (%) (orang) 1 Pinjaman 1 kali 33 4,49 2 Pinjaman 2 kali 51 6,95 3 Pinjaman 3 kali 102 13,90 4 Pinjaman > 3 kali 548 74,66 Total 734 100 Sumber : BRI Unit Citeureup, 2008
72
7.2
Kinerja Penyaluran Kupedes Menurut Penilaian Nasabah Kesesuaian pelayanan kredit oleh bank yang didasarkan pada kebutuhan
nasabah merupakan kinerja suatu bank yang perlu ditingkatkan. Pengukuran tingkat pelayanan kredit dapat dilakukan bersarkan persepsi nasabah terhadap sistem perkreditan yang ada. Untuk mengetahui persepsi tersebut maka responden diminta untuk memberikan tanggapan terhadap faktor-faktor yang dianggap dapat menentukan kinerja kredit. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah persyaratan awal, prosedur pinjaman, realisasi kredit, biaya administrasi, tingkat bunga, jaminan atau agunan, dan pelayanan petugas bank.
7.2.1 Persyaratan Awal Persyaratan awal adalah ketentuan yang harus dipenuhi oleh seorang calon nasabah untuk mendapatkan kredit. Persyaratan awal yang harus dipenuhi calon nasabah untuk mendapatkan Kupedes telah ditetapkan sesederhana mungkin agar calon nasabah dapat dengan mudah melengkapi berkas yang diajukan pihak bank untuk permohonan pinjaman atau kredit. Persyaratan awal yang diajukan pihak BRI sangat mempengaruhi keinginan nasabah untuk melakukan pinjaman, pada umumnya para calon nasabah menginginkan agar persyaratan awal memudahkan nasabah untuk memenuhinya karena persyaratan yang rumit dapat membuat masyarakat lebih memilih meminjam kepada rentenir dibandingkan kepada pihak bank, meskipun bunga yang diberikan lebih tinggi. Adapun kelengkapan berkas untuk permohonan pinjaman atau kredit di BRI Unit Citeureup yaitu (1) Copy tanda bukti diri (Kartu Tanda Penduduk/KTP), (2) Tanda bukti pemilikan agunan, (3) Tanda bukti pelunasan Kupedes yang lalu bagi nasabah lama, (4) Surat izin
73
usaha atau surat keterangan usaha dari Kepala Desa atau Lurah setempat. Untuk permohonan Kupedes sampai dengan 2 juta cukup dengan foto copy KTP dengan menunjukkan pula KTP aslinya pada petugas BRI Unit pada saat pendaftaran bagi calon nasabah yang belum mempunyai surat izin usaha sedangkan untuk permohonan Kupedes diatas 2 juta harus membawa surat keterangan usaha dari Kepala Desa/Kelurahan. Respon nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup tahun 2008 atas persyaratan awal yang diajukan BRI Unit Citeureup untuk mengajukan pinjaman Kupedes dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Respon Nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup Tahun 2008 Terhadap Persyaratan Awal Penyaluran Kupedes Kategori Penilaian Skor nilai Penilaian Nasabah Total skor Persentase Mudah 3 47 78,33 Sedang 2 13 21,67 Sulit 1 0 0 Total 60 100 Tabel 16 menunjukkan bahwa dari 60 responden yang diminta tanggapannya terhadap persyaratan awal yang ditentukan pihak bank dan harus dipenuhi oleh calon nasabah, sebanyak 78,33 persen menyatakan mudah, 21,67 persen menyatakan sedang dan tidak ada responden yang menyatakan sulit untuk dipenuhi. Responden yang menyatakan mudah merasa tidak mengalami kesulitan apapun untuk memenuhi persyaratan yang diajukan pihak bank. Sedangkan responden yang menyatakan sedang itu dikarenakan responden mengalami sedikit kendala pada saat mengajukan Surat Keterangan Usaha di Kantor Desa tempat mereka tinggal, sebagian dari responden harus mengeluarkan biaya minimal seratus ribu rupiah agar responden mendapatkan Surat Keterangan Usaha untuk kemudian diberikan kepada pihak bank untuk permohonan pinjaman. Dengan
74
begitu, penyaluran Kupedes dapat dinilai baik karena persyaratan awal yang ditentukan tidak menyulitkan calon nasabah.
7.2.2 Prosedur Pinjaman Tahapan yang harus dilalui sejak proses permohonan hingga realisasi kredit kepada nasabah adalah prosedur yang harus dilalui oleh calon nasabah dalam permohonan pinjaman atau kredit. Pendaftaran permohonan pinjaman atau kredit dilakukan di kantor BRI Unit Citeureup oleh calon nasabah, petugas bank memeriksa kelengkapan berkas yang diberikan oleh calon nasabah sebagai persyaratan awal dalam mengajukan kredit. Setelah itu calon nasabah diminta mengajukan jumlah pinjaman yang dikehendaki dengan jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh calon nasabah itu sendiri. Pengajuan jumlah pinjaman juga disesuaikan dengan agunan yang dimiliki calon nasabah. Setelah petugas bank memeriksa semua kelengkapan berkas yang diberikan nasabah, tahapan selanjutnya adalah calon nasabah menunggu giliran untuk diadakan pemeriksaan secara langsung oleh petugas bank ke tempat usaha calon nasabah. Pemeriksaan ini berguna untuk memeriksa apakah usaha calon nasabah layak dibiayai atau tidak, selain itu petugas bank juga memeriksa bukti pemilikan agunan yang dimiliki calon nasabah. Apabila setelah diperiksa hasilnya adalah usahanya layak untuk dibiayai, maka petugas bank segera menyusun laporan untuk kemudian diberikan kepada pihak yang berwenang untuk memutuskan pemberian pinjaman. Respon nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup tahun 2008 atas prosedur pinjaman dapat dilihat pada Tabel 17.
75
Tabel 17. Respon Nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup Tahun 2008 Terhadap Prosedur Pinjaman Penyaluran Kupedes Penilaian Nasabah Kategori penilaian Skor nilai Total skor Persentase Tidak rumit dan prosesnya cepat 3 50 83,33 Tidak rumit namun prosesnya 2 6 10 lama Rumit dan prosesnya lama 1 4 6,67 Total 60 100 Berdasarkan penilaian nasabah terhadap prosedur pinjaman di BRI Unit Citeureup, sebanyak 50 responden atau 83,33 persen responden menyatakan prosedur pinjaman peermohonan kredit dianggap tidak rumit dan prosesnya cepat. 10 persen respnden menyatakan bahwa prosedur pinjaman tidak rumit namun prosesnya lama, hal ini dikarenakan harus menunggu giliran untuk diperiksa usahanya oleh petugas bank. Banyaknya berkas pengajuan permohonan kredit yang diajukan kepada pihak bank menyebabkan hal tersebut karena selain banyaknya berkas pengajuan pinjaman, jumlah petugas bank yang memeriksa pun terbatas yaitu hanya 2 orang. Responden yang menyatakan bahwa proses prosedur pinjaman itu lama dan prosesnya rumit ada sebanyak 6,67 persen. Hal ini terjadi karena selain menunggu giliran untuk diperiksa usahanya oleh petugas bank, ada juga calon nasabah yang mengalami pengecekan ulang terhadap usahanya dimana hal tersebut dianggap agak memperlambat pemutusan dan pencairan kredit yang mereka ajukan. Adanya pengecekan ulang terhadap usaha calon nasabah ini biasanya karena laporan yang diajukan petugas bank kepada pihak yang berwenang memutuskan kredit belum disetujui atau calon nasabah tersebut pernah masuk daftar hitam karena dulu pernah menunggak sehingga perlu pengecekan yang lebih mendalam baik usahanya maupun karakter calon nasabah tersebut.
76
Namun begitu, penyaluran Kupedes sudah dapat dinilai baik karena sebagian besar responden mengatakan bahwa prosedur pinjaman tersebut mudah.
7.2.3 Biaya Administrasi Biaya yang dikeluarkan selama proses permohonan kredit sampai direalisasikan merupakan biaya administrasi pinjaman yang harus dikeluarkan oleh calon nasabah. Biaya administrasi ini terdiri dari beberapa, seperti biaya yang dikeluarkan untuk 4 buah materai yaitu satu buah untuk Surat Pengakuan Hutang (SPH), satu buah untuk kwitansi pencairan dana kredit, dan dua buah untuk Surat Kuasa Memasang Hak Tanggungan (SKMHT). Biaya pembelian materai ini bisa dibeli oleh calon nasabah sendiri tetapi biasanya calon nasabah menyerahkan sepenuhnya kepada petugas bank. Biaya lainnya adalah biaya administrasi atau pendaftaran yang berkisar antara Rp 10.000 hingga Rp 100.000 dan juga biaya notaris yang besarnya Rp 75.000 hingga Rp 750.000. Besar kecilnya biaya yang dikeluarkan calon nasabah sebagai biaya administrasi tergantung dari besarnya pinjaman atau kredit yang diajukan dan disetujui. Respon nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup tahun 2008 atas biaya administrasi dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18.
Respon Nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup Tahun 2008 Terhadap Biaya Administrasi Penyaluran Kupedes Penilaian Nasabah Kategori Penilaian Skor nilai Total skor Persentase Ringan 3 42 70 Sedang 2 18 30 Berat 1 0 0 Total 60 100
Sebanyak 70 persen responden atau 42 orang menyatakan biaya administrasi yang harus dikeluarkan dalam permohonan kredit dinilai ringan. Sedangkan
77
sisanya sebanyak 30 persen atau 18 responden menyatakan biaya yang dikeluarkan terbilang sedang. Kategori ringan berdasarkan responden adalah biaya antara Rp 40.000 hingga Rp 255.000 .Sedangkan untuk kategori sedang diatas Rp 40.000 hingga Rp 880.000. Responden menyatakan bahwa biaya administrasi yang mereka keluarkan tidak seberapa dengan jumlah nominal pinjaman kredit yang mereka peroleh dari bank, oleh karena itu dalam hal ini penyaluran Kupedes dapat dikatakan baik karena calon nasabah tidak ada yang merasa keberatan dengan biaya administrasi yang harus dikeluarkan.
7.2.4 Realisasi Kredit Realisasi kredit merupakan jangka waktu cairnya kredit setelah melalui tahapan proses dengan melihat ketepatan pada setiap proses yang dilakukan sejak pengajuan pinjaman. Realisasi kredit dapat dinilai cepat apabila dalam jangka waktu paling lambat satu minggu kredit yang disetujui sudah dapat diterima oleh nasabah. Respon nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup tahun 2008 responden terhadap realisasi kredit dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19.
Respon Nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup Tahun 2008 Terhadap Realisasi Kredit Penyaluran Kupedes Penilaian Nasabah Kategori penilaian Skor nilai Total skor Persentase Paling lambat 1 minggu sejak 3 46 76,67 pengajuan pinjaman 1 minggu - 2 minggu dari sejak 2 10 16,67 pengajuan pinjaman Lebih dari 2 minggu dari sejak 1 4 6,66 pengajuan pinjaman Total 60 100 Berdasarkan respon terhadap realisasi kredit 76,67 persen responden
menyatakan proses pencairan kredit dinilai cepat karena sebelum waktu satu
78
minggu kredit mereka sudah cair, rata-rata waktu cairnya kredit responden adalah 3 hingga 4 hari. Sebanyak 16,67 persen responden kreditnya cair melebihi waktu satu minggu karena harus melalui beberapa tahap proses pencairan kredit terlebih dahulu, jadi jumlah kredit mereka yang disetujui tidak cair atau tidak diterima sepenuhnya pada waktu pertama kali kreditnya cair. Sedangkan sebanyak 6,66 persen responden mengalami keterlambatan pencairan kredit karena waktunya bertepatan dengan hari libur nasional jadi para petugas bank libur, sehingga harus menunggu hingga waktu liburan selesai baru kreditnya dapat diterima. Dengan hal ini, penyaluran Kupedes dapat dikatakan baik karena sebagian besar responden tidak memerlukan waktu yang lama untuk menerima kredit dan walaupun ada sebagian responden yang harus menunggu dalam waktu yang sedikit lama, hal itu bukan disebabkan oleh kelalaian petugas bank.
7.2.5 Tingkat Bunga Tingkat bunga adalah biaya yang dibebankan kepada nasabah sebagai bentuk dukungan operasional kegiatan bagi bank. Tingkat suku bunga kredit ini ditetapkan agar dapat menutup seluruh pembiayaan baik biaya operasional, biaya resiko kredit, serta merupakan keuntungan yang digunakan untuk menjaga kelangsungan dan pengembangan bank itu sendiri. Suku bunga pinjaman Kupedes ditetapkan secara flate rate system. Penentuan suku bunga Kupedes untuk setiap plafond kredit berbeda-beda dan plafond kredit paling tinggi adalah sebesar Rp 100.000.000. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 20.
79
Tabel 20. Suku Bunga Kupedes Untuk Setiap Plafond Kredit Plafond Kredit (Rp) Persentase (%) 25.000 - < 50.000.000 2 50.000.000 - < 100.000.000 1,67 100.000.000 -1,2 premi asuransi jiwa ditanggung sepenuhnya oleh BRI -1,1 dengan premi asuransi jiwa ditanggung BRI hanya sebesar 0,75 persen -1,00 dengan premi asuransi jiwa ditanggung BRI hanya sebesar 0,50 persen
Penentuan besarnya tingkat bunga yang ditetapkan pihak bank ditanggapi beragam oleh responden. Untuk tingkat bunga kredit sebesar 2 persen per bulan perlu diketahui bahwa 1 / 4 bagiannya adalah insentif yang diberikan oleh pihak bank. Insentif ini diberikan apabila nasabah membayar angsuran setiap bulannya secara tertib sesuai dengan jadwal angsuran yang telah ditetapkan dan tidak melewati tanggal jatuh tempo. Insentif ini diberikan setiap satu semester atau setiap enam bulan sekali kepada nasabah yang tertib membayar angsuran tepat waktu. Respon nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup tahun 2008 terhadap besarnya tingkat bunga yang ditetapkan pihak bank dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21.
Respon Nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup Tahun 2008 Terhadap Besarnya Tingkat Bunga Penyaluran Kupedes Penilaian Nasabah Kategori Penilaian Skor nilai Total skor Persentase Ringan 3 41 68,33 Sedang 2 19 31,67 Berat 1 0 0 Total 60 100
Berdasarkan Tabel 21 diatas, dari 60 orang responden sebanyak 68,33 persen menyatakan bahwa tingkat bunga yang ditetapkan pihak bunga untuk
80
kredit adalah ringan yang berarti tidak memberatkan responden dan diberikan pemahaman secara jelas oleh pihak bank mengenai kegunaannya, terutama untuk nasabah yang tingkat bunga pinjamannya sebesar 2 persen karena rata-rata tingkat bunga pinjaman kredit responden adalah 2 persen. Sedangkan responden yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga Kupedes sedang sebanyak 31,67 persen. Hal ini disebabkan karena responden mengharapkan tingkat bunga yang lebih kecil lagi, akan tetapi walaupun responden menyatakan bahwa tingkat bunga sedang, itu tidak membuat mereka untuk tidak mengambil kredit atau pinjaman lagi di BRI Unit Citeureup. Karena sebagian besar responden menyatakan bahwa tingkat bunga ringan, maka penyaluran Kupedes berdasarkan tingkat bunga dinilai baik.
7.2.6 Agunan Jaminan adalah bentuk pembayaran terakhir yang diharapkan oleh bank apabila pengembalian kredit bermasalah atau macet. Pemberian kredit harus ddasarkan pada keyakinan bank atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, maka sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan membayar calon nasabah, modal, prospek usaha debitur, dan agunan. Agunan yang dimiliki calon nasabah sebelumnya diperiksa oleh petugas bank bahkan di dokumentasikan ke dalam berkas pinjaman nasabah. Hal ini untuk membuktikan bahwa calon nasabah tersebut memiliki agunan yang dapat dijadikan jaminan untuk mengajukan pinjaman kredit dan sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam
81
permohonan pinjaman kredit. Besarnya agunan juga turut memepengaruhi besarnya pinjaman kredit yang disetujui oleh pihak bank. Calon nasabah juga diberi penjelasan bahwa pada saat permohonan kredit telah disetujui, maka agunan calon nasabah adalah objek jaminannya. Meskipun secara fisik masih berada di bawah kekuasaan nasabah, tetapi hak kepemilikan telah berada di bawah kekuasaan pihak bank selama nasabah yang bersangkutan masih terus melakukan pinjaman kredit di bank. Respon nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup tahun 2008 terhadap besarnya agunan yang ditetapkan pihak bank dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22.
Respon Nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup Tahun 2008 Terhadap Agunan Dalam Penyaluran Kupedes Penilaian Nasabah Skor Kategori Penilaian nilai Total skor Persentase Tidak memberatkan peminjam 3 53 88,33 Peminjam kesulitan untuk memenuhi 2 4 6,67 jaminan yang ditentukan Memberatkan kepada peminjam dan 1 3 5 sulit dipenuhi Total 60 100 Sebanyak 88,33 persen atau 53 orang responden menyatakan tidak kesulitan
memberikan agunan untuk mengajukan kredit, mereka sanggup memenuhi agunan yang dibutuhkan untuk permohonan pinjaman kredit. Sedangkan untuk 6,67 persen responden, karena walaupun tidak memiliki sesuatu yang dapat dijadikan agunan namun masih bisa menjaminkan agunan milik saudaranya, tentunya dengan persetujuan pihak yang bersangkutan. Selain itu, ada juga responden yang merasa masih keberatan untuk bertanggung jawab terhadap barang jaminan agar tidak diperjualbelikan. Dan hanya 5 persen responden yang menyatakan bahwa kesulitan untuk memenuhi agunan karena responden tidak memiliki sesuatu yang
82
dapat dijadikan jaminan pada awal mereka mengajukan pinjaman kredit. Dengan begitu, penyaluran Kupedes dapat dikatakan baik karena sebagian besar responden tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi jaminan dan juga tidak memberatkan untuk dipenuhi.
7.2.7 Pelayanan Petugas Pelayanan petugas merupakan pelayanan yang diberikan bank kepada calon nasabah mulai dari proses permohonan hingga pengembalian kredit. Pelayanan dan pembinaan Kupedes adalah upaya berkesinambungan yang dilakukan pihak bank terhadap nasabah yang menyangkut penilaian perkembangan usaha debitur, penggunaan kredit maupun perlindungan kepentingan bank yang dilakukan secara administratif maupun di lapangan. Pembinaan berfungsi untuk mengantisipasi timbulnya resiko kerugian dalam pemberian fasilitas kredit. Pelayanan atau pembinaan petugas ditujukan kepada nasabah perorangan termasuk bimbingan dan pengarahan untuk pengembangan usahanya dan membantu mencarikan jalan keluar apabila debitur mengalami kesulitan. Pelayanan yang dinilai meliputi kinerja petugas bank itu sendiri seperti keramahan petugas, kemampuan petugas menjelaskan prosedur pinjaman Kupedes, kesigapan dan ketelitian petugas serta panjangnya jam pelayanan kantor. Mengingat Kupedes ini diberikan kepada usaha mikro kecil dan menengah maka perlu adanya pendampingan yang diberikan petugas baik dari awal pengajuan pinjaman hingga pendampingan usaha. Pelayanan petugas ini, selain dinilai dari pihak nasabah, pihak bank juga melakukan penilaian kinerja karyawannya setiap tahun dengan menggunakan Sistem Manajemen Kinerja (SMK). Sistem penilaian kinerja setiap karyaman
83
dibedakan berdasarkan jabatan. Untuk Kaunit dan Mantri yang dinilai adalah kemampuan mereka mencapai target yang ditetapkan atasannya. Sedangkan untuk Deskman dan Teller, petugas bank dinilai pelayanannya terhadap nasabah dari keramahan , penjelasan yang diberikan kepada nasabah dan calon nasabah dan lain sebagainya. Nilai SMK ini dapat mempengaruhi pemberian bonus yang diberikan pihak bank pada karyawan yang bersangkutan. Respon terhadap pelayanan petugas dari pihak responden dalam hal ini nasabah Kupedes dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23.
Respon Nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup Tahun 2008 Terhadap Pelayanan Petugas Dalam Penyaluran Kupedes Penilaian Nasabah Skor Kategori Penilaian Total nilai Persentase skor Jam pelayanan panjang, petugas bank memberi penjelasan cara mengisi, dan 3 60 100 memberi pendampingan usaha kepada peminjam Jam pelayanan panjang, petugas bank memberi penjelasan cara mengisi, dan tidak 2 0 0 memberi pendampingan usaha kepada peminjam Jam pelayanan pendek, petugas bank memberi penjelasan cara mengisi, dan tidak 1 0 0 memberi pendampingan usaha kepada peminjam Total 60 100 Berdasarkan Tabel 23, 100 persen responden menyatakan bahwa responden
menilai pelayanan petugas bank sudah baik. Nasabah merasakan kekeluargaan yang begitu erat ketika bersinggungan dengan petugas bank dan juga tidak adanya batasan antara nasabah dengan petugas bank tanpa melanggar norma kesopanan.
84
7.4 Hasil Skor Penilaian Responden Nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup Tahun 2008 Terhadap Efektivitas Penyaluran Kupedes Tabel 24. Skor Efektivitas Penyaluran Kupedes Total Skor Skor No Parameter Efektivitas Efektivitas Maksimum 180 180 1 Persyaratan Awal 166 180 2 Prosedur Pinjaman Biaya administrasi 162 180 3 162 180 4 Realisasi Kredit 161 180 5 Tingkat Bunga 166 180 6 Agunan/Jaminan 180 180 7 Pelayanan Petugas Total 1177 1260 Kategori Efektivitas
Persentase (%) 100 92,22 90 90 89,44 92,22 100
EFEKTIF
Dari hasil perhitungan skor efektivitas diatas, diperoleh total skor 1177 dari total maksimum 1260 yang menunjukkan bahwa penyaluran Kupedes menurut responden nasabah Kupedes sudah efektif berdasarkan nilai selang yang telah ditentukan sebelumnya pada bab IV yaitu bahwa total skor 980-1260 termasuk kategori efektif. Hal ini berarti tujuan bank menyalurkan kredit untuk mengembangkan usaha nasabah sudah tercapai sesuai dengan harapan konsumen. Parameter yang memberikan peran yang paling besar dalam penilaian efektivitas penyaluran Kupedes adalah persyaratan awal dan pelayanan petugas, hal ini karena total skor efektivitasnya sempurna.
85
VIII ANALISIS PENDAPATAN RESPONDEN SEBELUM DAN SESUDAH MENERIMA KUPEDES
Pendapatan kotor didefinisikan sebagai nilai produk total dalam jangka waktu tertentu dan juga sebagai ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam sebuah usaha. Analisis pendapatan nasabah Kupedes dilakukan untuk melihat dampak pengunaan Kupedes terhadap peningkatan pendapatan usaha sebelum dan sesudah menerima Kupedes. Ketepatan penyaluran Kupedes tidak hanya diukur dari ketepatan kelompok sasaran yang ingin dicapai sebagai penerima manfaat, dalam hal ini adalah para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Penyaluran Kupedes akan menjadi efektif apabila diberikan kepada orang yang tepat dengan jumlah yang tepat pula, sehingga tujuan penyaluran Kupedes untuk mengembangkan usaha mikro kecil menengah dapat terwujud dan terjadi peningkatan pendapatan yang diperoleh pelaku usaha karena adanya tambahan modal dari Kupedes. Kupedes diberikan pada para pelaku usaha yang usahanya dinilai layak untuk dibiayai untuk mengembangkan usahanya, hal ini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti kredit macet.
8.1
Pendapatan Sebelum dan Sesudah Menerima Kupedes Perubahan pada tingkat pendapatan usaha nasabah merupakan salah satu
tujuan yang ingin dicapai pihak bank karena selain dapat mengembangkan usaha nasabah, kesejahteraan nasabah pun akan turut meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah pendapatan yang mereka terima setiap bulannya. Pendapatan yang akan digunakan dalam analisis pendapatan adalah pendapatan usaha rata-rata yang berasal dari total penerimaan (biaya input) dikurangi dengan
86
total pengeluaran (biaya output, biaya tenaga kerja, retribusi, membayar sewa untuk yang status usahanya sewa dan membayar angsuran setiap bulannya setelah menerima kredit). Cara dalam mengukur seberapa besar dampak dari penggunaan Kupedes adalah dengan membandingkan pendapatan usaha sebelum dan sesudah menerima Kupedes. Pendapatan rata-rata sebelum menerima Kupedes adalah pendapatan responden pada saat memulai membuka usahanya. Sedangkan untuk pendapatan rata-rata setelah menerima Kupedes adalah pendapatan usaha responden setahun terakhir pada saat penelitian dilakukan setelah menerima Kupedes untuk menambah modal usahanya. Pendapatan rata-rata ini diukur dalam satuan rupiah. Berdasarkan analisis yang dilakukan, terjadi perubahan pendapatan nasabah setelah menerima kredit sebesar 29,14 persen dari pendapatan sebelumnya. Pendapatan usaha rata-rata responden sebelum menerima kredit adalah Rp 2.758.729. Sedangkan Pendapatan usaha rata-rata responden sesudah menerima kredit adalah Rp 3.893.319 dengan selisih sebesar Rp 1.134.590. Persentase peningkatan pendapatan
belum cukup untuk membuktikan
bahwa terdapat perbedaan yang nyata pada tingkat pendapatan sebelum dan sesudah menerima Kupedes yang kemudian dimanfaatkan untuk pengembangan usaha responden, oleh karena itu dilakukan uji statistik t-hitung untuk data berpasangan agar dapat dilihat perbedaan nyata diantara pendapatan sebelum dan sesudah menerima Kupedes.
87
Dari hasil pengujian t-hitung terhadap pendapatan usaha responden nasabah sebelum dan sesudah menerima Kupedes diperoleh nilai t-hitung sebesar
-5,08
. Nilai t-hitung yang diperoleh ini, nilainya lebih besar dari nilai t-tabel sebesar 1,645. Berdasarkan kriteria uji yang telah ditentukan pada bab IV, bila t-hitung > t-tabel pada taraf nyata lima persen (
= 0,05 ) maka Tolak H0. Kesimpulan dari
penilaian t-hitung adalah bahwa terdapat perbedaan yang nyata pada tingkat pendapatan responden. Selain dari nilai t-hitung, adanya perbedaan nyata tingkat pendapatan dapat juga dilihat dari nilai P value. Nilai P value yang diperoleh adalah 0,000 dan angka ini lebih kecil dari
(0,05). Maka, karena P value <
berarti terdapat perbedaan yang nyata pada tingkat pendapatan responden sebelum dan sesudah menerima Kupedes. Dalam penelitian ini, responden yang diambil melakukan usaha dalam sektor perdagangan, sektor perindustrian, dan sektor jasa komersil. Bila dilakukan penilaian perubahan pendapatan usaha yang berdasarkan sektor usaha, dapat dilihat sektor usaha yang mengalami peningkatan pendapatan usaha paling tinggi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 26, dimana sektor perdagangan menempat posisi pertama untuk peningkatan perubahan pendapatan sebelum dan setelah menerima Kupedes. Tabel 25. Perubahan Pendapatan Usaha Nasabah Kupedes BRI Unit Citeureup Tahun 2008 Berdasarkan Sektor Usaha Sebelum Setelah Persentase Sektor Usaha Kredit Kredit Selisih (Rp) Perubahan (Rp)/bulan (Rp)/bulan (%) Perdagangan 3.013.611 4.654.722 1.641.111 35,26 Perindustrian 2.800.000 3.555.333 755.333 21,24 Jasa Komersil 2.207.693 2.708.500 500.807 18,49 Berdasarkan Tabel 25, terlihat bahwa sektor usaha yang peningkatan pendapatannya setelah menerima Kupedes lebih besar adalah sektor usaha dalam
88
bidang perdagangan yaitu sebesar 35,26 persen dan yang terkecil adalah sektor jasa komersil dengan tingkat perubahan sebesar 18,49 persen. Responden untuk sektor perdagangan adalah sebanyak 50 orang sedangkan untuk sektor perindustrian dan jasa komersial berjumlah 25 orang. Perubahan tingkat pendapatan mereka juga berbeda nyata melalui pengujian nilai t-hitung dalam tabel 26 berikut. Tabel 26. Hasil Uji Statistik t-hitung Terhadap Usaha Nasabah Kupedes BRI Unit Berdasarkan Sektor Usaha Sektor Usaha Nilai t-hitung Nilai t-tabel Perdagangan 3,91 1,645 Perindustrian 4,76 1,761 Jasa komersil 4,92 1,761
Peningkatan Pendapatan Citeureup Tahun 2008 Kesimpulan Tolak H0 (Berbeda nyata) Tolak H0 (Berbeda nyata) Tolak H0 (Berbeda nyata)
Perbedaan perubahan pendapatan setelah menerima Kupedes pada setiap sektor usaha karena kegiatan usaha yang dijalankan setiap sektor usaha berbeda dan juga karena skala usaha mereka juga berbeda. Sektor perdagangan lebih besar karena mereka melakukan kegiatan usahanya setiap hari dan output mereka lebih beragam, kenaikan pendapatan mereka juga disebabkan karena mereka bisa memenuhi keinginan konsumen yang sebelumnya tidak bisa terpenuhi karena kurangnya modal usaha. Sebagian besar responden melakukan usaha perdagangan sembako (sembilan bahan pokok) dan pakaian yang sudah menjadi kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari, oleh karena itu perputaran modal usaha terjadi setiap hari. Untuk sektor perindustrian dengan perubahan peningkatan sebesar 21,24 persen, hal ini juga disebabkan karena mereka berproduksi hampir setiap hari sehingga perputaran modal usaha terjadi setiap hari. Kecilnya penerimaan yang mereka dapatkan karena harga output yang mereka jual juga cenderung
89
murah, hal ini karena mereka termask para pelaku usaha mikro kecil menengah dan output yang mereka jual bukan barang-barang industri pabrikan yang besar. Responden sektor perindustrian melakukan usaha industri pembuatan tempe, pembuatan loyang kue, pembuatan serok kerupuk dan industri knalpot. Sektor jasa komersil mengalami perubahan peningkatan pendapatan yang lebih kecil dibandingkan sektor perdagangan dan sektor perindustrian. Hal ini karena sebagian besar responden sektor jasa komersil jenis usahanya adalah jasa kontrakan rumah. Untuk jasa kontrakan rumah, perputaran modalnya tidak terjadi setiap hari akan tetapi dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati pemilik jasa kontrakan dengan konsumen jasa kontrakan tersebut.
8.3
Implikasi Penelitian Bila ditinjau dari tujuan dari pemberian Kupedes pada sektor usaha mikro
kecil menengah untuk mengembangkan usahanya, maka penyaluran Kupedes sudah tergolong efektif karena dari pihak responden sebagai nasabah Kupedes pemberian pinjaman kredit telah mampu meningkatkan pendapatan usaha responden. Sedangkan dari pihak bank, tujuannya telah tercapai dengan pencapaian target
kredit dan realisasinya yang tercapai serta menurunnya
persentase tunggakan setiap tahunnya. Pemberian Kupedes ini dicanangkan untuk membantu para pelaku UMKM sebagai bentuk perhatian untuk kemajuan usaha mikro kecil menengah. Selain dapat mengembangkan usaha, tentu saja kesejahteraan nasabah juga diharapkan meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan usaha mereka setelah mendapat tambahan modal dari Kupedes.
90
Usaha mikro kecil menengah ini memiliki peranan yang cukup penting dalam perekonomian nasional, walaupun terkadang masih terdapat kendala atau hambatan dalam proses perkembangannya. Tambahan modal yang diterima terkadang tidak sepenuhnya digunakan untuk pengembangan usaha karena ada yang digunakan untuk kebutuhan lain baik biaya terduga maupun biaya yang tidak terduga sehingga menyebabkan pengembangan usaha menjadi sedikit terhambat Berdasarkan hasil penelitian ini, responden Kupedes mengalami peningkatan pendapatan usaha setelah menerima Kupedes. Selain itu, sebagian besar nasabah melakukan pembayaran angsuran secara tepat waktu. Potensi inilah yang bisa menjadi dasar agar Kupedes dapat terus dijalankan dan ditingkatkan dalam segi jumlah nasabah karena lokasi bank yang berdekatan dengan pasar yang merupakan pusat perekonomian Citeureup sehingga masih banyak potensi orang yang dapat dijadikan nasabah, kemudian jumlah kredit yang diberikan dengan penjelasan tingkat bunga yang ditetapkan untuk setiap plafond kredit. Selain itu, penjelasan dan pendampingan usaha juga sangat diperlukan bagi nasabah karena pengetahuan mereka terbatas, pendampingan usaha yang dilakukan pihak bank bisa membantu nasabah menentukan langkah yang harus diambil dalam pengajuan pinjaman krdit dan pengembangan usahanya. Dalam suatu usaha bisnis, selalu diperlukan empat faktor produksi yaitu sumber daya manusia, permodalan, tempat usaha, dan teknologi. Selama ini yang sering menjadi kendala adalah akses permodalan yang sulit, maka itu walaupun pihak bank fasilitas akses permodalan dalam bentuk pemberian kredit dan pendampinagn usaha diharapkan bisa mengcover
tiga
faktor
produksi
yang
lain.
Cukupnya
modal
dapat
mengembangkan teknologi yang digunakan dalam proses produksi dan
91
menggunakan sumber daya manusia yang lebih baik. Pihak bank dalam hal ini perlu memberikan penjelasan bahwa pemberian Kupedes ini dimaksudkan untuk mengembangkan usaha nasabah bukan hanya pemberian bantuan uang semata. Pemberian modal harus benar-benar digunakan untuk usaha agar usaha nasabah mengalami peningkatan dan adanya peningkatan kesejahteraan. Selain itu, berdasarkan penilaian efektivitas, tingkat bunga nilai efektivitasnya paling kecil. Maka itu, sebaiknya petugs memberikan penjelasan yang sejelas-jelasnya mengenai manfaat bunga tersebut karena selain bermanfaat bagi nasabah memperoleh insentif. Hal tersebut juga melatih kedisiplinan nasabah untuk membayar angsuran setiap bulannya tepat waktu sehingga dapat meminimalisasi jumlah tunggakan dan jumlah orang yang menunggak untuk pihak bank.
92
IX KESIMPULAN DAN SARAN
9.1 Kesimpulan 1. Berdasarkan kriteria penilaian efektivitas, penyaluran Kupedes dari pihak bank sudah efektif. Efektif dalam hal ini berarti sudah tercapai tujuan perusahaan untuk menbantu pelaku usaha dengan harapan dari para pelaku usaha. Hal ini terlihat dari pencapaian target dan realisasi kredit, persentase tunggakan, jangkauan kredit dan frekuensi pinjaman. Realisasi kredit telah mampu mencapai target yang telah ditetapkan. Pada tahun 2005 realisasi kredit hanya mencapai 84,24 persen. Pada tahun 2007 realisasi kredit mencapai 100,71 persen dari target yang ditetapkan bahkan meningkat sepuluh persen pada tahun berikutnya. Selain itu, persentase tunggakan cenderung menurun dari 3,13 persen pada tahun 2005 hingga 2,33 persen untuk tahun 2007. Kupedes yang disalurkan telah dapat menjangkau berbagai sektor ekonomi di wilayah kerja BRI Unit Citeureup. Sektor ekonomi yang paling banyak dibiayai Kupedes adalah dalam sektor perdagangan yang mencapai Rp 5,06 Milliar. Efektivitas Kupedes dapat juga dilihat dari frekuensi pinjaman yang berhasil dilayani. Data Bulan Juni 2008 menunjukkan bahwa nasabah Kupedes yang pinjamannya lebih dari tiga kali adalah yang paling banyak yaitu sebesar 548 orang. Sedangkan dari pihak nasabah, penilaian nasabah terhadap penyaluran Kupedes juga sudan tergolong efektif. Hal ini berdasarkan penilaian parameter- parameter seperti persyaratan awal, prosedur pinjaman, biaya administrasi, realisasi kredit,
93
tingkat bunga, lokasi bank, agunan/jaminan, dan pelayanan petugas. Parameter yang nilainya paling kecil adalah tingkat bunga. 2. Responden menggunakan pinjaman kredit untuk mengembangkan usahanya agar pendapatan mereka dapat meningkat. Hasilnya pendapatan usaha responden secara keseluruhan mengalami peningkatan sebesar 29,14 persen. Hal ini secara nyata ditunjukkan oleh nilai uji statistik t-hitung terhadap perubahan pendapatan responden sebelum dan sesudah menerima Kupedes. Jika berdasarkan sektor ekonomi, sektor usaha yang mengalami peningkatan pendapatan lebih besar adalah sektor perdagangan sebesar 35,26 persen, lalu sektor perindustrian dan yang terakhir adalah sektor jasa komersil 18,49 persen. Hal ini dipengaruhi oleh perputaran modal setiap sektor usaha dan skala usahanya.
94
9.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat disampaikan adalah : 1. Untuk pihak bank, dengan hasil efektivitas suku bunga yang nilainya lebih rendah. Diharapkan pihak bank dapat memberi penjelasan yang lebih baik karena selain bermanfaat bagi pihak bank juga bermanfaat bagi nasabah. 2. Mengingat nasabah Kupedes adalah pelaku usaha mikro kecil menengah, dan nilai efektivitas pelayanan petugas yang direspon baik oleh seluruh responden. Maka itu perlu dipertahankan agar nasabah tidak mengalami kesulitan dalam pengembangan usaha mereka. 3. Pihak bank segera memberitahukan dan memberikan penjelasan kepada nasabah apabila terjadi perubahan kebijakan yang baru dari pihak bank.
95
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Dearden dan Bedford. 1996 . Sistem Pengendalian Manajemen . (Edisi kelima). Penerbit Erlangga. Jakarta. Bank Rakyat Indonesia. 1991. Pedoman Kerja BRI Unit Bidang Kupedes. Bank Rakyat Indonesia Kantor Pusat. Jakarta. Bank Rakyat Indonesia. 2002. Kredit Umum Pedesaan dan Aspek Hukumnya. Modul Pendidikan Calon Pekerja Pertama BRI Unit. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Kantor Pusat Divisi Pendidikan dan Pelatihan. Jakarta. BRI Unit Citeureup. 2007. Laporan Data Tahunan dan Data Bulanan. BRI Unit Citeureup. Bogor. Hidayat, Yayat. 2004. Efektivitas Pembiayaan Pola Bagi Hasil (Studi Kasus pada BMT Koppontren Hubbul Wathon). Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. Kadarsan, HW. 1992. Pembiayaan Agribisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Kasmir. 2007. Dasar-Dasar Perbankan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Keown, Arthur dkk. 2004. Manajemen Keuangan : Prinsip-Prinsip dan Aplikasi. PT. Indeks. Jakarta. Kusafarida, Wida. 2003. BPR Konvensional dan Syariah : Perbandingan Analisis Kinerja Keuangan dan Efektivitas Penyaluran Kredit. Skripsi. Jurusan IlmuIlmu Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. Lipsey, Courant, Purvis dan Steiner. 1995. Pengantar Mikroekonomi. Jilid satu. Binarupa Aksara. Jakarta Mulyadi. 1997. Akuntansi Manajemen: Konsep, manfaat dan rekayasa. (Edisi kedua). Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta. Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Nicholson, Walter. 1999. Teori Ekonomi Mikro : Teori dan Aplikasi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
96
Novitasari. 2006. Analisis Kinerja dan Dampak Kredit Umum Pedesaan (KUPEDES) Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Kecil. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. Pappas, James.L dan Mark Hirschey.1995. Ekonomi Manajerial. Jilid satu. Binarupa Aksara. Jakarta Pardosi, Riris P. Efektivitas PeningkatanPendapatan Petani dan Pendapatan Petani Pengguna Kredit Cabang Sukabumi). Skripsi. Jurusan Bogor.
Penyaluran Kredit Pembinaan Nelayan Kecil (P4K) dan Analisis (Studi Kasus di Wilayah Kerja BRI Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian.
Rachmina, D. 1994. Analisis Permintaan Kredit pada Industri Kecil (Kasus Jawa Barat dan Jawa Timur). Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Sanim, Bunasor, 2006. SKIM Pembiayaan UMKM Dalam Pengembangan Energi Alternatif sebagai Upaya Mngatasi Kemiskinan dan Pengangguran, Pendekatan Agropolitan. Makalah Pertemuan Forum Dekan Fakultas Ekonomi PTN se Indonesia di Palembang. Simamora, B. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Simanjuntak, R. 1991. Analisis Terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUT. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Sipahutar, Mangasa Agustinus. 2007. Persoalan-Persoalan PERBANKAN INDONESIA. Gorga Media. Jakarta. Soekartawi, 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian : Teori dan Aplikasi. Rajawali pers. Jakarta Subiyakto dan Setyawan. 2006. KUPEDES: Strategi dan Pengembangannya pada BRI Kantor Unit se-Kabupaten Banjarnegara. Universitas Gunadarma. Jakarta. Suyatno, et al. 2007. Dasar-Dasar Perkreditan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Tarmidi. 2006. Efektivitas Pengelolaan Kredit Mikro Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dan Analisis Pendapatan Keluarga Msikin (Studi Kasus: Pengelolaan Kredit Mikro P2KP I Tahap 2 di Kota Depok).
97
Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Umar, Husein. 2005. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. RajaGafindo Persada. Jakarta. Urusan kredit Bank Indonesia. 2000. Kumpulan Ketentuan Kredit Program dan Bantuan Teknis Bank Indonesia. Bank Indonesia. Jakarta. Walpole, R.E. 1995. Pengantar Statistika Edisi ke-3. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wijaya, Krisna. 2002. Analisis Pemberdayaan Usaha Kecil (kumpulan pemikiran). Pustaka Wirausaha Muda. Bogor.
98
LAMPIRAN
99
Lampiran 1 Kuisioner Penelitian I. TANGGAPAN TERHADAP KINERJA KUPEDES Jawablah pertanyaan-pertanyaan ini dengan mengisi kotak pilihan dengan tanda sesuai dengan keadaan sebenarnya. 1. Persyaratan awal Pengertian : ketentuan yang harus dipenuhi oleh seorang calon nasabah untuk mendapatkan kredit Ringan (skor = 3) : mudah dipenuhi oleh peminjam dan terjangkau biayanya Sedang (skor = 2) : mudah dipenuhi oleh peminjam, tetapi memberatkan biayanya Berat (skor = 1) : sulit dipenuhi oleh peminjam dan memberatkan biayanya 2. Prosedur Pinjaman Pengertian : tahapan yang harus dilalui sejak proses permohonan kredit hingga realisasi kredit kepada nasabah Mudah (skor = 3) : tidak berbelit-belit/tidak terlalu banyak tahapan pencairan dana Sedang (skor = 2) : tidak berbelit-belit, tetapi prosesnya lambat Sulit (skor = 1) : berbelit-belit/prosesnya panjang dan prosesnya lambat 3. Realisasi Kredit Pengertian : cairnya kredit setelah melalui tahapan proses dengan melihat ketepatan pada setiap tahap proses yang dilakukan sejak pinjaman disetujui Cepat (skor = 3) : jangka waktu paling lambat 1 minggu sejak pengajuan pinjaman Sedang (skor = 2) : jangka waktu 2 minggu-1 bulan dari sejak pengajuan pinjaman Berat (skor = 1) : jangka waktu lebih dari satu bulan dari sejak pengajuan pinjaman 4. Biaya Administrasi Pinjaman Pengertian : Biaya yang dikeluarkan selama proses permohonan kredit sampai direalisasikan Ringan (skor = 3) : tidak memberatkan peminjam Sedang (skor = 2) : peminjam kesulitan untuk mencari dana awal
100
Berat (skor = 1) : memberatkan biaya kepada peminjam 5. Tingkat Bunga Pengertian : biaya yang dibebankan kepada nasabah sebagai bentuk dukungan operasional kegiatan bagi bank Ringan (skor = 3) : tidak membertakan biaya kepada peminjam dan diberikan pemahaman dengan jelas kegunaan jasa yang diberikan Sedang (skor = 2) : tidak memberatkan biaya kepada peminjam, tetapi tidak ada penjelasan kegunaannya Berat (skor = 1) : memberatkan biaya kepada peminjam dan tidak mendapat penjelasan kegunaannya 6. Lokasi Bank Pengertian : jarak jangkauan pelayanan bank dari tempat tinggal nasabah Mudah (skor = 3) : mudah dijangkau dengan jalan kaki/biaya relatif murah Kurang (skor = 2) : mudah dijangkau dan biaya relatif tinggi Sulit (skor = 1) : sulit dijangkau dan biaya relatif tinggi 7. Jaminan/Agunan Penegertian : pembayaran terakhir yang diharapkan oleh bank apabila pengembalian kredit bermasalah atau macet Mudah (skor = 3) : mudah dipenuhi dan biaya relatif murah Kurang (skor = 2) : mudah dipenuhi dan biaya relatif tinggi Sulit (skor = 1) : sulit dipenuhi dan biaya relatif tinggi 8. Pelayanan Petugas Pengertian : pelayanan yang diberikan bank kepada nasabah mulai dari proses permohonan hingga pengembalian kredit Baik (skor = 3) : berkantor tetap dan jam pelayanan panjang, petugas bank memberi penjelasan cara mengisi, dan memberi pendampingan usaha kepada peminjam Sedang (skor = 2) : berkantor tetap dan jam pelayanan panjang, petugas bank memberi penjelasan cara mengisi, dan tidak memberi pendampingan usaha kepada peminjam Buruk (skor = 1) : berkantor tetap dan jam pelayanan pendek, petugas bank memberi penjelasan cara mengisi, dan tidak memberi pendampingan usaha kepada peminjam
101
Lampiran 2 Pendapatan Sektor Perdagangan Pendapatan sebelum mendapatkan kredit No
Nama
Pendapatan setelah mendapatkan kredit
Jenis
TR(Rp)
TC(Rp)
Pendapatan
TR(Rp)
TC(Rp)
Pendapatan
usaha
(penerimaan)
(pengeluaran)
(Rp)
(penerimaan)
(pengeluaran)
(Rp)
1
Siti Nurhayati
Perdagangan
96.000.000
93.000.000
3.000.000
115.200.000
110.930.000
4.270.000
2
Siti Makripah
Perdagangan
6.000.000
4.950.000
1.050.000
7.200.000
5.950.000
1.650.000
3
Endang Titik
Perdagangan
70.000.000
67.650.000
2.350.000
84.000.000
80.650.000
3.350.000
4
Sukiman
Perdagangan
22.500.000
20.900.000
1.600.000
27.000.000
25.080.000
1.920.000
5
Jurnalis
Perdagangan
50.000.000
48.400.000
1.600.000
60.000.000
57.430.000
2.570.000
6
Diyatno
Perdagangan
75.000.000
71.200.000
3.800.000
90.000.000
85.000.000
5.000.000
7
Oman Sarkim
Perdagangan
105.000.000
98.800.000
6.200.000
126.000.000
118.560.000
7.440.000
8
Maksum
Perdagangan
8.500.000
7.750.000
750.000
10.200.000
9.100.000
1.100.000
9
Sapri
Perdagangan
40.000.000
37.000.000
3.000.000
48.000.000
44.400.000
3.600.000
10
H.Otong M
Perdagangan
90.000.000
87.000.000
3.000.000
110.000.000
106.500.000
3.500.000
11
Najmuddin
Perdagangan
10.000.000
6.000.000
4.000.000
15.000.000
9.500.000
5.500.000
12
Ponirin
Perdagangan
40.000.000
38.550.000
1.550.000
48.000.000
45.900.000
2.100.000
13
Eni F
Perdagangan
25.000.000
23.000.000
2.000.000
33.000.000
30.200.000
2.800.000
14
Irwandi
Perdagangan
60.000.000
57.000.000
3.000.000
75.000.000
71.000.000
4.000.000
15
Rasikin Raharjo
Perdagangan
120.000.000
115.800.000
4.200.000
144.000.000
138.960.000
5.040.000
16
Arbausin
Perdagangan
100.000.000
96.300.000
3.700.000
125.000.000
120.000.000
5.000.000
17
Zaenal Abidin
Perdagangan
50.000.000
47.750.000
2.250.000
60.000.000
57.300.000
2.700.000
18
Fahrudin
Perdagangan
25.000.000
23.500.000
1.500.000
30.000.000
28.000.000
2.000.000
19
Nurhayati
Perdagangan
125.000.000
119.000.000
6.000.000
156.250.000
148.750.000
7.500.000
20
Abdullah
Perdagangan
110.000.000
106.275.000
3.725.000
132.000.000
127.115.000
4.885.000
21
Agus Gusnia
Perdagangan
60.000.000
55.500.000
4.500.000
72.000.000
66.600.000
5.400.000
22
Nurhayati
Perdagangan
28.000.000
25.000.000
2.000.000
60.000.000
50.000.000
10.000.000
23
H.Solihat
Perdagangan
3.400.000
3.000.000
400.000
4.900.000
4.250.000
650.000
24
Rasnawati
Perdagangan
7.000.000
3.000.000
4.000.000
10.000.000
5.000.000
5.000.000
25
Tarmanto
Perdagangan
6.000.000
2.100.000
3.900.000
9.000.000
4.500.000
4.500.000
26
M.W alim
Perdagangan
2.100.000
600.000
1.500.000
9.000.000
4.000.000
5.000.000
27
Ardi
Perdagangan
24.000.000
16.000.000
8.000.000
30.000.000
16.000.000
14.000.000
28
Joni
Perdagangan
1.500.000
500.000
1.000.000
6.000.000
4.000.000
2.000.000
29
H.Khodirun
Perdagangan
30.000.000
25.000.000
5.000.000
45.000.000
30.000.000
15.000.000
30
Wahyono
Perdagangan
3.500.000
1.666.666
1.833.334
4.000.000
1.833.333
2.166.667
Rata-rata
3.013.611
4.654.722
102
Lampiran 3 Pendapatan Sektor Perindustrian No
Nam a
Jenis usaha
Pendapatan sebelum mendapatkan kredit TR(Rp) TC(Rp) Pendapatan (penerimaan)
(pengeluaran)
(Rp)
Pendapatan setelah mendapatkan kredit TR(Rp) TC(Rp) Pendapatan (penerimaan)
(pengeluaran)
(Rp)
1
Aang Sutisna
Perindustrian
54.000.000
52.100.000
1.900.000
62.100.000
59.360.000
2.740.000
2
Bisri B. Hasim
Perindustrian
52.250.000
49.750.000
2.500.000
62.700.000
59.510.000
3.190.000 3.000.000
3
Carmadi
Perindustrian
55.000.000
52.500.000
2.500.000
66.000.000
63.000.000
4
Tawil B. Ansir
Perindustrian
24.000.000
22.500.000
1.500.000
28.800.000
27.000.000
1.800.000
5
Wagimin
Perindustrian
62.500.000
60.625.000
1.875.000
75.000.000
70.750.000
4.250.000
6
Gunawan
Perindustrian
22.500.000
20.325.000
2.175.000
27.000.000
24.000.000
3.000.000
7
Ishak Zaenudin
Perindustrian
60.000.000
57.850.000
2.150.000
72.000.000
69.420.000
2.580.000
8
H.Abdul Baehaki
Perindustrian
115.000.000
107.300.000
7.700.000
138.000.000
128.400.000
9.600.000
9
3.200.000
Adri
Perindustrian
75.000.000
72.500.000
2.500.000
90.000.000
86.800.000
10
Totok Puji Sri
Perindustrian
45.000.000
41.500.000
3.500.000
54.000.000
50.000.000
4.000.000
11
Saparudin
Perindustrian
115.500.000
111.000.000
4.500.000
138.600.000
133.200.000
5.400.000
12
Salamah
Perindustrian
25.000.000
22.900.000
2.100.000
30.000.000
27.750.000
2.250.000
13
Siti Hapsah
Perindustrian
75.000.000
71.500.000
3.500.000
90.000.000
86.000.000
4.000.000
14
Hj. Maspupah
Perindustrian
40.000.000
37.000.000
3.000.000
48.000.000
44.400.000
3.600.000
15
Asnahwati H.
Perindustrian
10.000.000
9.400.000
600.000
12.000.000
11.280.000
Rata-rata
2.800.000
720.000 3.555.333
Lampiran 4 Pendapatan Sektor Jasa Komersil No
Nam a
Jenis usaha
Pendapatan sebelum mendapatkan kredit TR(Rp) TC(Rp) Pendapatan (penerimaan)
(pengeluaran)
(Rp)
Pendapatan setelah mendapatkan kredit TR(Rp) TC(Rp) Pendapatan (penerimaan)
(pengeluaran)
(Rp)
1
Gino
Jasa Komersial
35.000.000
32.850.000
2.150.000
40.250.000
37.492.500
2.757.500
2
Hanny Zuardi
Jasa Komersial
150.000.000
145.500.000
4.500.000
165.000.000
160.000.000
5.000.000
3
H.Ferry Kurtubi
Jasa Komersial
65.000.000
62.575.000
2.425.000
78.000.000
74.800.000
3.200.000
4
Eed Humaedi
Jasa Komersial
2.400.000
600.000
1.800.000
3.000.000
750.000
2.250.000
5
Nurhayati
Jasa Komersial
3.250.000
1.393.000
1.857.000
3.500.000
1.500.000
2.000.000
6
Hj.Engkar
Jasa Komersial
10.000.000
7.000.000
3.000.000
12.000.000
8.500.000
3.500.000
7
Chaeriah
Jasa Komersial
3.500.000
1.958.300
1.541.700
3.850.000
2.300.000
1.550.000
8
Kenik Sartini
Jasa Komersial
7.000.000
3.100.000
3.900.000
8.750.000
3.250.000
5.500.000
9
Ahyar Durohman
Jasa Komersial
5.000.000
2.300.000
2.700.000
6.000.000
2.760.000
3.240.000
10
Dedi Mulyadi
Jasa Komersial
55.000.000
52.000.000
3.000.000
66.000.000
62.000.000
4.000.000
11
Agus Sairih
Jasa Komersial
25.000.000
23.500.000
1.500.000
30.000.000
28.200.000
1.800.000
12
Nuryati
Jasa Komersial
3.375.000
1.575.000
1.800.000
4.050.000
1.890.000
2.160.000
13
Tenti
Jasa Komersial
25.000.000
23.833.300
1.166.700
30.000.000
28.600.000
1.400.000
14
Asroni
Jasa Komersial
21.000.000
19.900.000
1.100.000
25.200.000
23.880.000
1.320.000
15
Nuriah Sanusi
Jasa Komersial
1.200.000
525.000
675.000
1.500.000
550.000
Rata-rata
2.207.693
950.000 2.708.500
103
Lampiran 5 Paired T for Pendapatan Usaha Responden Sebelum dan Sesudah Menerima Kupedes N
Mean
StDev
SE Mean
sebelum
60
2758729
1598877
206414
sesudah
60
3893319
2765277
356996
Difference
60
-1134591
1729580
223288
95% CI for mean difference: (-1581389; -687793) T-Test of mean difference = 0 (vs not = 0): T-Value = -5,08 0,000
P-Value =
Paired T for Pendapatan Usaha Sektor Perindustrian Responden Sebelum dan Sesudah Menerima Kupedes N
Mean
StDev
SE Mean
sebelum
15
2800000
1640748
423639
sesudah
15
3555333
2002455
517032
Difference
15
-755333
613935
158517
95% CI for mean difference: (-1095319; -415348) T-Test of mean difference = 0 (vs not = 0): T-Value = -4,76 0,000
P-Value =
Paired T for Pendapatan Usaha Sektor Jasa Komersial Responden Sebelum dan Sesudah Menerima Kupedes N
Mean
StDev
SE Mean
sebelum
15
2207693
1059871
273658
sesudah
15
2708500
1356922
350356
Difference
15
-500807
394629
101893
95% CI for mean difference: (-719345; -282269) T-Test of mean difference = 0 (vs not = 0): T-Value = -4,92 0,000
P-Value =
104
Paired T for Pendapatan Usaha Sektor Perdagangan Responden Sebelum dan Sesudah Menerima Kupedes Paired T for sebelum - sesudah N
Mean
StDev
SE Mean
sebelum
30
3013611
1770288
323209
sesudah
30
4654722
3368625
615024
Difference
30
-1641111
2298116
419577
95% CI for mean difference: (-2499242; -782981) T-Test of mean difference = 0 (vs not = 0): T-Value = -3,91 0,001
P-Value =