FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT BERMASALAH OLEH DEBITUR GERAI KREDIT VERENA BOGOR
Oleh ASTRI MARLIA SAMTI H24087023
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
RINGKASAN
ASTRI MARLIA SAMTI. H24087023. FARIDA RATNA DEWI.
i
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT BERMASALAH OLEH DEBITUR GERAI KREDIT VERENA BOGOR
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh ASTRI MARLIA SAMTI H24087023
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Judul Skripsi
: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Bermasalah Oleh Debitur Gerai Kredit Verena Bogor
Nama
: Astri Marlia Samti
NIM
: H24087023
Disetujui, Dosen Pembimbing
Farida Ratna Dewi, SE, MM NIP. 19710307 200501 2 001
Mengetahui Ketua Departemen
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M. Sc NIP. 19610123 198601 1 002
Tanggal Lulus
:
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 08 Maret 1985. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara kandung dari pasangan H. Syamsaini (alm) dan Hj. Suryati. Penulis berkesempatan menempuh pendidikan formal di TK Melati Bogor, lalu melanjutkan ke SDN 1 Gunung Batu, Bogor, pada tahun (1991-1997), dilanjutkan kembali ke SLTPN 4 Bogor, pada tahun (1997-2000), dan penulis menempuh masa remaja di SMUN 2 Bogor, pada tahun (2000-2003) pada program IPA. Pada tahun 2003 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) pada Program Studi Diploma III Manajemen Bisnis Perikanan (MBP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan (FPIK) lulus pada tahun 2006. Dalam masa studi penulis aktif dalam beberapa organisasi dan kegiatan kemahasiswaan seperti himpro, paduan suara Agria Swara Institut Pertanian Bogor. Penulis melanjutkan studi di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor sejak akhir tahun 2008 hingga awal tahun 2011. Prestasi yang didapatkan selama masa kuliah adalah mengikuti kompetisi paduan suara bersama PSM Agria Swara IPB, mengikuti beberapa organisasi mahasiswa seperti BEM dan ikut serta dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Kegiatan ini dilakukan pada saat penulis masih aktif kuliah dan belum bekerja. Penulis saat ini bekerja di PT Verena Oto Finance selama 20 bulan dan pernah bekerja di PT Mitra Bisnis Keluarga Ventura selama 15 bulan.
iii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt, karena atas rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang disusun oleh penulis dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Bermasalah Oleh Debitur Gerai Kredit Verena Bogor. Tak ada gading yang tak retak sehingga skripsi ini masih harus terus diperbaharui dan disempurnakan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan selanjutnya, sehingga penelitian ini dapat berguna untuk pihak terkait, dan menjadi sebuah kebanggaan bagi institusi, juga secara khusus bagi penulis.
Bogor, Februari 2011
Penulis
iv
UCAPAN TERIMA KASIH Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatiannya yang sangat berarti bagi penulis hingga penyusunan skripsi ini selesai. 2. Ibu Hardiana Widyastuti S.Hut, MM atas kesediaannya menjadi dosen penguji departemen pada ujian sidang penulis yang telah memberi kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Ibu Wita Juwita Ermawati, STP, MM atas kesediaannya menjadi dosen penguji departemen pada ujian sidang penulis yang telah memberi kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 4. Bapak Reidha Syahputra dan Ibu Ita Ambarsari yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data dan memberikan informasi yang sangat berguna dalam penelitian ini. 5. Orang tuaku tercinta H. Syamsaini (alm) dan Hj Suriati yang selalu mendoakan, memberi semangat, dan mendukung penulis dengan penuh kasih sayang. Semoga ini dapat menjadi persembahan yang terbaik bagi keluarga. 6. Saudara kandungku : Septian Arianda dan Ana Gustiani atas bantuan tanpa pamrih dalam menyukseskan pembuatan skripsi ini. 7. Teman seperjuanganku Dewi Kashita R atas bantuannya berbagi pemikiran bersama penulis serta teman satu bimbinganku (duo Irma dan Etha), atas masukannya. 8. Kakakku tersayang, mas Hery Rudita atas pengertian dan semangatnya. 9. Seluruh staf sekretariat program sarjana alih jenis manajemen yang telah membantu penulis. 10. Teman-teman di GKV Bogor yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuannya. 11. Sahabat-sahabatku “Gerombolan Siberat“ yang selalu memberikan support, walaupun sedang bekerja di kantornya masing-masing, terima kasih atas smsnya setiap hari. v
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... iii KATA PENGANTAR ................................................................................. iv UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................ v DAFTAR ISI................................................................................................. vii DAFTAR TABEL......................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. x I. PENDAHULUAN...................................................................................... 1.1. Latar Belakang.................................................................................. 1.2. Perumusan Masalah.............................................................................. 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 1.4. Batasan Penelitian ............................................................................ 1.5. Manfaat Penelitian ............................................................................
1 1 3 4 4 4
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 2.1. Lembaga Keuangan ......................................................................... 2.2. Kredit ............................................................................................... 2.2.1 Pengertian Kredit .................................................................... 2.2.2 Jenis Kredit ............................................................................. 2.2.3 Tujuan dan Fungsi Kredit ........................................................ 2.2.4 Unsur-Unsur Kredit ................................................................. 2.2.5 Analisa Kredit . ........................................................................ 2.2.6 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit ............................................. 2.2.7 Pengawasan Kredit................................................................... 2.2.8 Prosedur Penyaluran Kredit...................................................... 2.2.9 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kredit Bermasalah............ 2.2.10 Penanganan Kredit Bermasalah .............................................. 2.2.11 Prosedur Pengembalian Kredit ............................................... 2.2.12 Kolektibilitas Kredit .............................................................. 2.3. Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................ 2.4. Hipotesis Penelitian ..........................................................................
5 5 6 6 7 9 10 11 13 15 15 16 18 20 21 22 23
III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 3.1. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................. 3.3. Jumlah Populasi dan Metode Penarikan Sampel……………………... 3.4. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 3.5.1 Analisis Deskriftif .................................................................... vi
26 27 27 28 29 29 30
3.5.2 Analisis Regresi Logistik ......................................................... 30 3.6. Definisi Operasional ........................................................................ 33 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 4.1. Verena Multi Finance ...................................................................... 4.2. Stuktur Organisasi GKV Bogor......................................................... 4.3. Prosedur Penyaluran Kredit .............................................................. 4.4. Prosedur Pengembalian Kredit dari Debitur ...................................... 4.5. Pola Pengembalian Kredit Pada GKV Bogor Berdasarkan Karakteristik Debitur ........................................................................ 4.6. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pengembalian Kredit Bermasalah di GKV Bogor .................................................... 4.7. Metode Analisis 5C (the five of credit) ............................................. 4.8. Implikasi Manajerial .........................................................................
35 35 36 40 44 45 54 55 57
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 58 1. Kesimpulan....................................................................................... 58 2. Saran ................................................................................................ 58 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 59
vii
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1. Data perkembangan kredit bermasalah GKV periode April – Juni 2010 ...... 3 2. Suku bunga dan biaya administrasi di GKV Bogor ..................................... 36 3. Pola pengembalian kredit berdasarkan usia ................................................ 45 4. Pola pengembalian kredit berdasarkan jenis kelamin .................................. 46 5. Pola pengembalian kredit berdasarkan status .............................................. 46 6. Pola pengembalian kredit berdasarkan tingkat pendidikan .......................... 47 7. Pola pengembalian kredit berdasarkan lama menempati tempat tinggal ...... 47 8. Pola pengembalian kredit berdasarkan kepemilikan tempat tinggal ............ 48 9. Pola pengembalian kredit berdasarkan jarak rumah dengan GKV ................. 48 10. Pola pengembalian kredit berdasarkan jumlah tanggungan keluarga ......... 49 11. Pola pengembalian kredit berdasarkan pinjaman lain ............................... 49 12. Pola pengembalian kredit berdasarkan pengalaman usaha ........................ 50 13. Pola pengembalian kredit berdasarkan omset usaha ................................. 51 14. Pola pengembalian kredit berdasarkan agunan ......................................... 51 15. Pola pengembalian kredit berdasarkan suku bunga ................................... 52 16. Pola pengembalian kredit berdasarkan jangka waktu pengembalian kredit GKV............................................................................................... 53 17. Faktor yang berpengaruh nyata (significant) terhadap pengembalian kredit………………………………………………………………………. 54 18. Faktor yang tidak berpengaruh nyata (tidak significant) terhadap pengembalian kredit.................................................................................. 55 19. Pola pengembalian kredit berdasarkan metode analisis 5C...…………….. 56
viii
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1. Sistem lembaga keuangan .......................................................................... 5 2. Prosedur pemberian kredit .......................................................................... 16 3. Kerangka pemikiran operasional GKV Bogor ............................................. 27 4. Struktur organisasi GKV Bogor……………………………………………... 40
ix
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1. Hasil pengolahan regresi logistik mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit oleh debitur GKV Bogor.................... 62 2. Brosur yang digunakan GKV Bogor ........................................................... 65 3. Kuisioner penelitian.................................................................................... 66 4. Kuisioner penelitian.................................................................................... 68
x
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Lembaga
keuangan
adalah
perantara
keuangan
yang
membantu
pemindahan dana dari pemasok ke peminta dana. Lembaga keuangan dapat dibedakan menjadi lembaga keuangan depositori (bank), perusahaan asuransi, perusahaan sekuritas dan bank investasi, reksa dana, serta perusahaan pembiayaan. Lembaga keuangan merupakan suatu lembaga yang bertugas memberikan layanan yang menyangkut keuangan didalamnya pemberian jasa bantuan modal atau pembiayaan (Siamat, 2004). Sistem lembaga keuangan di Indonesia terbagi menjadi 2 kategori yaitu perbankan dan non bank. Perbankan ini di awasi oleh bank Indonesia yang terbagi menjadi bank umum dan bank perkreditan rakyat. Sedangkan non bank diawasi langsung oleh departemen keuangan diantaranya terdiri dari perusahaan asuransi, lembaga pembiayaan, perusahaan modal ventura, perusahaan penjaminan, dana pensiun, pegadaian dan pasar modal. Pada saat ini Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), telah menjadi alternatif sumber pembiayaan bagi masyarakat. Masyarakat semakin familiar dengan keberadaan berbagai jenis lembaga keuangan bukan bank ini karena memiliki beberapa nilai tambah dibandingkan perbankan seperti prosedur pembiayaan yang tergolong lebih sederhana, adanya aspek ikatan emosional (keanggotaan), serta pendekatan lebih personal dari pegawai LKBB. Walaupun terkadang LKBB mengenakan suku bunga/imbalan hasil pembiayaan yang lebih tinggi dibandingkan lembaga perbankan, namun berbagai keunggulan tersebut menyebabkan sebagian kelompok masyarakat menggunakan jasa LKBB. Kualitas aktiva produktif perusahaan pembiayaan secara keseluruhan terbilang lancar. Menurut perhitungan Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), M. Ichsanoeddin, Kredit macet atau non performing loan (NPL) perusahaan pembiayaan atau multifinance hingga semester II 2008 hanya berkisar 2 persen. Kredit macet terbesar ada pada pembiayaan anjak piutang sebesar 8,6 persen, kartu kredit sebesar 3,4 persen, sewa guna usaha 1,4 persen dan pembiayaan
2
konsumen 1,8 persen. Jumlah multifinance yang berada dalam pengawasan Bapepam-LK hingga akhir tahun lalu berjumlah 212 buah dengan jumlah pembiayaan senilai Rp 135,6 triliun. (www. suara pembaruan.com, 20 May 2010). Lembaga pembiayaan telah menciptakan berbagai produk perkreditan. Segmen kredit mikro telah menjadi industri keuangan yang dibuka untuk persaingan secara luas tanpa proteksi khusus antara perbankan, koperasi dan lembaga keuangan lainnya. Penguatan lembaga keuangan melalui penyediaan kredit dan pelatihan untuk memperluas jasa pelayanan keuangan yang layak dapat memberikan kesinambungan bagi pengembangan usaha baik secara individu maupun kelompok. Indonesia merupakan salah satu negara yang pernah mengalami krisis moneter. Salah satu faktor penyebab keterlambatan pemulihan kondisi ini adalah manajemen kredit yang masih tertinggal dengan negara lain. Krisis ekonomi ini dapat diselesaikan apabila generasi bangsa ini lebih intensif dan berkreasi memberikan inovasi pemikiran dalam berbagai tekanan ekonomi baik domestik dan internasional (Fahmi dan Lavianti, 2010). Perkembangan ilmu manajemen perkreditan telah berkembang begitu pesat seiring dengan munculnya berbagai kasus dalam bidang perkreditan. Kasus subprime mortgage di Amerika Serikat memberikan informasi yang kuat agar lembaga keuangan berhati-hati dalam keputusan kredit walaupun kepercayaan merupakan modal awal lembaga pembiayaan dalam menjalankan usahanya. Analisa kredit adalah proses menganalisa dan menilai prospek calon debitur guna memperoleh indikasi kemungkinan terjadinya default (kegagalan debitur membayar kembali kredit yang diterimanya). Langkah tepat untuk mengambil keputusan terhadap masalah yang dihadapi dalam pemberian kredit adalah melakukan teknik analisa pemberian kredit (Siamat, 2004). Pemberian kredit mengandung suatu tingkat resiko tertentu dimana ada kemungkinan kredit tidak tertagih. Walaupun berbagai antisipasi telah dilakukan, kredit bermasalah tetap ada dalam lingkungan lembaga pembiayaan. Hampir seluruh lembaga pembiayaan pernah mengalami kredit bermasalah, salah satunya adalah Gerai Kredit Verena Bogor. Berikut ini adalah data perkembangan kredit bermasalah di GKV Bogor :
3
Tabel 1. Data perkembangan overdue di Gerai Kredit Verena Bogor No
Bulan
1 2 3 4
April Mei Juni Juli
Jumlah Debitur Menunggak 61 86 123 154
Jumlah Debitur Aktif
Persentase (%)
586 607 639 688
10.41 14.17 19.25 22.38
Sumber : Data diolah, 2010 Tabel 1 di atas menunjukan adanya kenaikan angka overdue di Gerai Kredit Verena. Overdue adalah keterlambatan pembayaran angsuran melewati tanggal jatuh tempo setiap bulannya. Overdue yang mengalir setiap bulannya akan menjadi kredit bermasalah apabila tidak dilakukan penanganan secepatnya. Overdue merupakan indikasi awal terjadinya kredit bermasalah. 1.2. Perumusan Masalah Gerai Kredit Verena Bogor berlokasi di Jalan Otoiskandardinata no 10 RT 03 RW 01 Babakan Pasar, Bogor Tengah 16161. Pada saat ini memiliki satu buah outlet (kantor cabang pembantu) yang berlokasi di jalan Hankam RT 02 RW 04 Desa Leuwimalang Cisarua Bogor 16750. GKV memiliki kendala dalam menjalankan bisnisnya yaitu besarnya jumlah debitur bermasalah yang diawali dari kenikan overdue. Jumlah debitur bermasalah pada bulan Juli 2010 sebanyak 154 orang dengan kategori 73 orang masih mampu mengangsur dan 81 orang dalam kategori tidak mampu mengangsur. Hal ini mengakibatkan perjalanan kredit terhenti atau disebut juga wanprestasi. Kredit bermasalah juga menghambat dampak ganda positif (multiplier effects) investasi dana karena dana yang dikreditkan pada debitur tidak kembali pada kreditur sehingga dana tersebut tidak dapat dikreditkan pada debitur lain yang membutuhkan dana (Fahmi dan Lavianti, 2010). Dampak yang dapat ditimbulkan dari kondisi seperti ini adalah menurunnya kinerja GKV di mata bank sentral karena NPL (Non Performing Loan) sebesar 10 persen selama satu tahun terakhir. Hakikatnya semakin rendah NPL maka semakin baik dan efektif, hal ini berdasarkan ketentuan Bank Indonesia yang menyebutkan bahwa rasio NPL yang efektif sebesar 5 persen.
4
(www. Suara Pembaruan.com, 20 May 2010). Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti antara lain : 1. Bagaimana karakteristik debitur bermasalah di GKV? 2. Bagaimana proses penyaluran dan penilaian kredit pada GKV? 3. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pengembalian kredit bermasalah oleh debitur GKV? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi
karakteristik
debitur
GKV
yang
mengalami
kredit
bermasalah. 2. Mengetahui prosedur penyaluran dan penilaian kredit di GKV. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit bermasalah oleh debitur GKV. 1.4. Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit bermasalah oleh debitur GKV yang berlangsung sejak tahun 2009-2010. 1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan pertimbangan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain : 1. Bahan pertimbangan GKV dalam mengambil kebijakan terhadap calon debitur yang akan mengajukan kredit. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan menjadi referensi serta bahan masukan untuk menambah wawasan bagi pihak lain yang berkepentingan.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lembaga Keuangan Sistem lembaga keuangan di Indonesia terbagi menjadi 2 kategori yaitu perbankan dan non bank. Perbankan ini di awasi oleh bank Indonesia yang terbagi menjadi bank umum dan bank perkreditan rakyat. Sedangkan non bank diawasi langsung oleh departemen keuangan yang membawahi perusahaan asuransi, lembaga pembiayaan, perusahaan modal ventura, perusahaan penjaminan, dana pensiun, pegadaian dan pasar modal. Lembaga keuangan dapat dibedakan menjadi lembaga keuangan depositori (bank), perusahaan asuransi, perusahaan sekuritas dan bank investasi, reksa dana, serta perusahaan pembiayaan. Sistem Keuangan Indonesia
Perbankan
Bukan Bank
Bank Indonesia
Dep. Keuangan
UU No. Bank23/1999 Bank Perkreditan Umum
Lembaga Pembiayaan
Rakyat
Asuransi uU No.
2/1992
Perusahaan Modal Ventura
Kepres 61/98
Dana Pensiun
Pasar Modal
UU 11/92
UU 8/95
PegadaianP
P 10/90
Perusahaan Penjaminan
Gambar 1. Sistem lembaga keuangan (Siamat, 2004) Masyarakat luas belum mengetahui perbedaan yang jelas antara bank dan lembaga pembiayaan, terkadang masyarakat masih menganggap lembaga pembiayaan adalah bank. Walaupun bergerak dalam bidang keuangan tetapi jelas bank dan lembaga pembiayaan berbeda dalam banyak hal. Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang didirikan secara khusus untuk melakukan kegiatan termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan, diantaranya perusahaan sewa guna usaha (leasing company), perusahaan modal ventura (ventura capital company),
perusahaan
perdagangan
surat
berharga
(security
company),
perusahaan anjak piutang (factoring company), perusahaan kartu kredit (credit card company), perusahaan pembiayaan konsumen (consumers finance company).
6
Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Sewa guna usaha (leasing) merupakan suatu perjanjian penyediaan barang-barang modal yang digunakan untuk suatu jangka waktu tertentu. Keunggulan leasing adalah pembiayaan penuh, lebih fleksibel, merupakan sumber pembiayaan alternative, off balance sheet, dapat diatur mengikuti arus dana, terproteksi terhadap inflasi dan terlindung dari keausan teknologi. Perusahaan pembiayaan konsumen (consumers finance company) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan system pembayaran angsuran atau berkala seperti pembiayaan kendaraan roda empat dan roda dua, elektronik, furniture maupun perumahan. Kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat, membuat masyarakat menjatuhkan pilihannya untuk menggunakan jasa lembaga pembiayaan. Lembaga pembiayaan terkemuka yang berdiri di Bogor antara lain : PT Federal International Finance, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk, PT Summit Oto Finance (SOF), PT Wahana Ottomitra Multiartha (WOM), PT Bussan Auto Finance (BAF), PT Toyota Astra Financial Service (TA Finance), PT Indomobil Finance, PT BCA Finance (BCAF), Astra Credit Companies (ACC) dan Oto Multi Artha. (Majalah kredit guide, 1 juni 2010). 2.2. Kredit 2.2.1 Pengertian kredit Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti kepercayaan, oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Seorang ataupun badan yang memberikan kredit (disebut kreditur) percaya bahwa penerima kredit (disebut debitur) pada masa yang akan datang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan berupa uang, barang atau jasa (Fahmi dan Lavianti, 2010). Pengertian kredit menurut UU No.10 tahun 1998 tentang perubahan UU No.7 tahun 1992 mendefinisikan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan
7
pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Definisi kredit menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau pembagian hasil keuntungan (Fahmi dan Lavianti, 2010). 2.2.2 Jenis kredit Fahmi dan Lavianti (2010) mengklasifikasikan jenis kredit yang disalurkan oleh bank/lembaga keuangan dilihat dari berbagai segi yaitu : 1. Segi kegunaan a. Kredit investasi : Kredit yang digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru dengan masa pemakaian relatif lama dan untuk kegunaan kegiatan utama suatu perusahaan. b. Kredit modal kerja : Kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Kredit modal kerja merupakan kredit pendukung dari kredit investasi yang ada. 2. Segi tujuan kredit a. Kredit produktif : Kredit produktif digunakan untuk peningkatan usaha, produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. b. Kredit konsumtif : Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada penambahan barang atau jasa yang dihasilkan. c. Kredit perdagangan : Kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan
8
kepada supplier atau agen perdagangan yang akan membeli barang dagangan dalam jumlah tertentu. 3. Segi jangka waktu a. Kredit jangka pendek : Kredit yang memberikan jangka waktu maksimum satu tahun, biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja dan musiman. b. Kredit jangka menengah : Kredit yang jangka waktu kreditnya anatara 1 - 3 tahun. Beberapa bank mengklasifikasikan kredit ini menjadi kredit jangka panjang. c. Kredit jangka panjang : Kredit yang masa pembeliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun. Kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, manufaktur dan kredit perumahan. 4. Segi jaminan a. Kredit dengan jaminan : Kredit diberikan dengan jaminan tertentu, dapat berupa barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai dengan jaminan yang diberikan calon debitur. Jaminan yang dimaksud di atas dapat berupa barang, surat berharga, orang atau perusahaan, asuransi dan lain-lain. b. Kredit tanpa jaminan : Kredit ini diberikan tanpa jaminan barang atau benda tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter, serta loyalitas calon debitur selama berhubungan dengan bank. Biasanya kredit ini sudah diperhitungkan tidak akan merugikan kreditur jika ternyata debitur tidak mampu mengembalikan pinjamannya. 5. Segi sektor usaha Setiap sektor usaha memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga pemberian fasilitas kredit pun berbeda-beda pula. Jenis kredit yang dilihat dari sektor usaha yaitu : kredit pertanian, kredit peternakan, kredit industri, kredit pertambangan, kredit pendidikan, kredit profesi, kredit perumahan dan kredit sektor usaha lain.
9
6. Segi kualitas a. Kredit performing Kredit performing ini dikategorikan pada dua kualitas yaitu kredit dengan kualitas lancar dan kualitas mendapat perhatian khusus. b. Kredit nonperforming Kredit non performing ini dikategorikan pada tiga kualitas yaitu kualitas kurang lancar, diragukan dan kredit macet. Akses pada kredit adalah suatu hak dasar manusia yang sangat fundamental. Akses kredit akan berdampak bagi seorang sehingga dapat meningkatkan pendapatannya (terutama masyarakat berpendapatan rendah), maka kebutuhan dasar lainnya dapat dijangkau (kebutuhan papan, pakaian, pendidikan, kesehatan, dsb). Kredit sangat bermanfaat dalam menciptakan peluang kerja dan usaha di pedesaan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan atau sebagai upaya mengurangi kesulitan hidup masyarakat yang termasuk dalam kelompok miskin (Mubyarto dalam Alamsyah, 2007). 2.2.3 Tujuan dan Fungsi Kredit Menurut Fahmi dan Lavianti (2010), tujuan dari lembaga keuangan memberikan kredit kepada debitur adalah untuk : 1. Mencari
keuntungan,
pemberian
kredit
merupakan
upaya
untuk
memperoleh hasil dalam bentuk bunga yang diterima oleh lembaga keuangan sebagai balas jasa dan provisi kredit yang dibebankan kepada debitur, dengan harapan debitur yang memperoleh kredit pun bertambah maju dalam usahanya. Keuntungan debitur ini penting untuk kelangsungan hidup lembaga keuangan dan kemajuan usaha debitur. 2. Membantu usaha debitur, yaitu debitur yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana modal kerja, sehingga debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya. 3. Membantu pemerintah dengan maksud semakin banyak kredit yang disalurkan oleh lembaga keuangan, maka diharapkan semakin banyak pengusaha dapat berkembang, sehingga mendukung pembangunan di berbagai sektor yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan pemerintah dari sektor pajak.
10
4. Membantu masyarakat, hal ini berarti semakin berkembang sektor rill yang diusahakan oleh pengusaha mikro, kecil dan menengah, akan menciptakan kesempatan kerja yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Fahmi dan Lavianti (2009), fungsi dari lembaga keuangan dalam aktivitas perekonomian suatu negara adalah : Fungsi kredit untuk berusaha memposisikan uang sebagai alat pertukaran yang efektif. Fungsi kredit sebagai penyalur dana dan pembina bagi dunia usaha. Fungsi kredit sebagai pengawas moneter. Fungsi kredit sebagai bagian untuk menghindari pemutusan financial. Fungsi kredit untuk menciptakan suatu pemerataan pendapatan. Fungsi kredit sebagai suatu alat dalam menggairahkan bisnis internasional. Fungsi kredit untuk meningkatkan aktivitas penggunaan barang dan jasa. Fungsi kredit sebagai pendorong dan pencipta stabilitas ekonomi. 2.2.4 Unsur-Unsur Kredit Fahmi dan Lavianti (2010), mengemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam pemberian kredit adalah sebagai berikut : 1. Kepercayaan Kepercayaan merupakan hal yang paling penting dari unsur kredit. Konsep kredit pada saat ini adalah mitra bisnis untuk mewujudkan suatu sinerji kerja yang baik. Keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang, barang atau jasa, yang diberikan akan benar-benar diterima kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang. 2. Kesepakatan Suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. Kesepakatan penyaluran kredit dituangkan dalam perjanjian kredit kredit yang ditangani oleh kedua belah pihak yaitu kreditur dan debitur. 3. Jangka waktu Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengambilan kredit yang telah disepekati bersama
11
dengan menyatakan bahwa ada jarak antara saat persetujuan pemberian kredit dan pelunasannya. 4. Risiko Faktor resiko kerugian dapat diakibatkan oleh 2 hal yaitu debitur yang sengaja tidak membayar kreditnya dan debitur yang sengaja. Penyebab tidak tertagih sebenarnya karena adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagih/macet dalam pemberian kredit. Semakin panjang jangka waktu kredit semakin besar resiko tidak tertagih. Resiko ini menjadi tanggungan kreditur baik resiko yang disengaja maupun yang tidak disengaja. 5. Balas jasa Keuntungan atas pemberian suatu kredit pembiayaan yang dikenal sebagai bunga untuk bank konvensional atau bagi hasil untuk bank syariah. Balas jasa dalam bentuk bunga, biaya provisi, komisi, serta biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan utama bank/lembaga keuangan. 2.2.5 Analisa Kredit Fahmi dan Lavianti (2010), menyatakan bahwa pada saat suatu pengerjaan usaha dilaksanakan dan membutuhkan dana yang sifatnya eksternal maka pengajuan kepada pihak perbankan adalah salah satu alternatif pembiayaan yang dapat ditempuh. Analisa kredit dapat dianggap feasible dan infeasible (layak atau tidak layak) untuk realisasi pinjaman yang diajukan oleh calon debitur. Pengertian feasible dari segi perspektif kredit adalah suatu analisa yang mencoba mengkaji secara serius pengajuan atau permohonan kredit dari lembaga yang membutuhkan dana guna membiayai suatu usaha dengan menjelaskan secara rinci tentang kemampuannya untuk mengembalikan pinjaman tersebut secara tepat waktu dan siap menanggung segala resiko yang akan terjadi dan semua itu dilindungi oleh jaminan yang dimilikinya. Menurut Siamat (2004), analisa kredit adalah proses menganalisa calon debitur guna memperoleh indikasi kemungkinan terjadinya default (kegagalan debitur membayar kembali kredit yang diterimanya, angsuran pokok beserta bunga yang telah disepakati). Langkah yang tepat untuk
12
mengambil keputusan terhadap masalah yang dihadapi dalam proses pemberian kredit adalah melakukan analisa pemberian kredit. Sebelum melaksanakan kegiatan tersebut ada beberapa langkah yang harus dilakukan yaitu pemilihan pendekatan yang akan dipakai dalam melaksanakan analisa kredit yaitu : 1. Pendekatan jaminan (collateral approach) 2. Pendekatan karakter (character approach) 3. Pendekatan kemampuan pelunasan atas kredit yang diberikan (repayment approach) 4. Pendekatan tingkat keterlaksanaan proyek usaha calon debitur (feasibility approach) 5. Pendekatan bank pembangunan (development bank approach) Menurut Fahmi dan Lavianti (2010) bank dan non bank dalam memberikan kredit harus berdasarkan analisis pemberian kredit yang memadai, agar kredit yang diberikan tidak menjadi kredit macet. Apabila kredit yang diberikan mengalami kemacetan, maka kemampuan bank dan non bank untuk memenuhi kewajiban terhadap para penyimpan dananya akan menurun. Berdasarkan
ketentuan
Bank
Indonesia,
kreditur
diharuskan
melakukan penelitian yang seksama terhadap kesanggupan dan kemampuan debitur untuk melaksanakan proyeknya dan pengembalian kredit yang diterimanya. Adapun metode analisis 6A menurut Dendawijaya dalam Haloho meliputi : 1. Aspek yuridis (hukum), bertujuan untuk meneliti ketentuan-ketentuan legalitas dari perusahaan atau badan hukum yang akan memperoleh bantuan kredit atau pembiayaan dari bank. 2. Aspek pasar dan pemasaran, mengkaji kemungkinan pangsa pasar yang dapat diraih bagi produk/jasa perusahaan yang akan dibiayai oleh kredit serta meneliti tentang strategi pemasaran yang akan dilakukan pengusaha dalam menghadapi persaingan yang akan kompetitif. 3. Aspek teknis, bertujuan untuk menilai seberapa jauh kemampuan pengusaha dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembangunan
13
proyek/usaha serta seberapa besar kesiapan teknik dan menjalankan operasi usahanya nanti sebagai suatu business entity. 4. Aspek manajemen, mengukur kemampuan dan kecakapan dalam mengelola usaha atau manajemen perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya. 5. Aspek keuangan, bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola keuangannya. 6. Aspek sosial ekonomi, suatu kajian terhadap value added yang dimiliki perusahaan dari sudut pandang social dan makroekonomi terutama manfaat sosial ekonomi yang diterima oleh pemerintah maupun masyarakat seperti perluasan lapangan kerja dan pendapatan pajak pemerintah. 2.2.6 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit Jaminan kredit yang diberikan debitur kepada lembaga pembiayaan merupakan tambahan untuk melindungi kredit yang macet. Penilaian terhadap suatu kredit yang telah dilakukan sebelumnya akan menggeser fungsi jaminan sehingga fungsinya hanya untuk berjaga-jaga. Proses ini dilakukan melalui analisa kredit. Sebelum kreditur menyalurkan kreditnya dilakukan beberapa penilaian yang berisikan informasi pada kreditur atas itikad baik dan kemampuan bayar debitur untuk melunasi pinjaman dan bunganya (Fahmi dan Lavianti, 2010). Metode analisis 5C adalah sebagai berikut : 1. Character Analisis ini dapat dilakukan dengan pendekatan human resource dan psikologis. Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang debitur baik dari pekerjaan maupun yang bersifat pribadi bersifat : gaya hidup, keadaan keluarga, kebiasaan dan sebagainya. Ini semua ukuran “kemauan” membayar (moral risk). Tujuan untuk memahami hal ini menyangkut kejujuran debitur dalam urusannya untuk berusaha memenuhi kewajibannya (willingness to pay). Pendekatan lainnya mengenai karakteristik dapat dicari melalui Bank checking yaitu kemampuan bank untuk melakukan pengecekan.
14
2. Capacity Capasity berhubungan dengan bussines record atau kemampuan debitur dalam mengelola bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang
ketentuan-ketentuan
pemerintah.
Begitu
pula
dengan
kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini. Pada akhirnya akan terlihat “kemampuannya” dalam mengembalikan kredit yang telah disalurkan. Hal ini dapat dilihat dari laporan rugi/laba per tahun. Bussines risk merupakan perhitungan kemungkinan resiko bisnis yang akan timbul. Trade checking adalah usaha mengamati situasi perdagangan secara makro dan mikro. 3. Capital Hal ini menyangkut kemampuan modal yang dimiliki seseorang pada saat melakukan usahanya. Melihat penggunaan modal efektif dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan ukuran lainnya. Secara umum hal ini dapat dilihat dari balance sheet, income statement, capital structure, return on euity, return on investment. Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini. Financial risk merupakan kemungkinan resiko keuangan yang akan timbul. Likuiditas adalah kemampuan perusahaan membiayai seluruh proyek jangka pendek. Solvabilitas adalah kemampuan debitur melunasi seluruh kewajibannya dalam jangka panjang. Rentabilitas merupakan kemampuan debitur memperoleh keuntungan usahanya. 4. Collateral Merupakan jaminan yang diberikan calon debitur baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Barang ini dapat berupa tanah, bangunan, otomotif, mesin, surat keputusan atau apapun yang dapat disetujui sebagai jaminan. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi sesuatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. Ini merupakan pertahanan akhir apabila debitur mengalami kerugian usaha.
15
5. Condition Penilaian kondisi ekonomi dan politik sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta prospek usaha dari sektor yang dijalankan. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai sebaiknya memliliki prospek baik, sehingga kemungkinan kredit itu bermasalah semakin kecil. Kondisi dapat dilihat dari segi legalisasi keberadaan usaha. Kondisi perekonomian menyangkut tingkat pertumbuhan ekonomi yang telah terjadi, angka inflasi, jumlah penganguran, purchasing power parity (daya beli), penerapan kebijakan moneter, iklim dunia usaha yaitu regulasi pemerintah dan situasi ekonomi internasional yang tengah berkembang. 2.2.7 Pengawasan Kredit Pada saat kredit sudah diberikan kepada debitur maka sudah menjadi kewajiban lembaga pembiayaan untuk mengawasi kelancaran terselesaikannya kredit tersebut hingga lunas. Menurut Fahmi dan Lavianti , (2009), ada dua bentuk pengawasan yang dapat dilakukan oleh pihak lembaga pembiayaan yaitu: 1. Pengawasan dengan model preventif control Pengawasan dengan model ini dilakukan oleh pihak perbankan sebelum kredit tersebut dicairkan atau diberikan kepada calon debitur. Tujuannya adalah untuk menghindari kesalahan yang lebih fatal di kemudian hari. Kondisi ini mencerminkan kelengkapan berkas yang diajukan hingga tahap survey lapangan seperti jaminan dan bentuk usaha yang dilakukan calon debitur. 2. Pengawasan dengan model represif control Pengawasan dalam model ini dilakukan pada saat kredit tersebut telah diberikan kepada debitur. Pengawasan ini diberikan dengan tujuan agar kreditur membangun kedisiplinan yang kuat untuk melunasi setiap pinjamannnya secara tepat waktu. 2.2.8 Prosedur Penyaluran Perkreditan Prosedur pemberian dan penilaian kredit dalam lembaga keuangan secara umum tidak jauh berbeda. Hal yang mendasari perbedaan tersebut terletak dari prosedur dan persyaratan yang ditetapkannya dengan pertimbangan masing-
16
masing lembaga pembiayaan. Prosedur pemberian kredit secara umum dapat dibedakan antara pinjaman perseorangan dengan pinjaman oleh suatu badan hukum (perusahaan). Secara lebih jelas prosedur pengembalian kredit dapat dilihat dari gambar berikut ini : Permohonan kredit
Penilaian analisis 5C & rekomendasi kredit
Pemberian keputusan (Approval)
Pembuatan perjanjian kredit
Persetujuan pencairan kredit
Tandatangan kontrak
Realisasi kredit
Kelengkapan berkas
Entry data
Penyimpanan arsip
Gambar 2. Prosedur pemberian kredit 2.2.9 Faktor- Faktor Penyebab Terjadinya Kredit Bermasalah GKV
menghadapi
pembiayaan
bermasalah
yang
mengakibatkan
keterlambatan dalam pengembaliannya, sama halnya dengan lembaga keuangan umumnya. Faktor- faktor yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah yaitu : 1. Advertisity adalah perubahan pada siklus usaha (bussines cycle) hal ini diluar kontrol seperti sakit, lama menempati tempat tinggal, alam, dan kematian. 2. Miss management adalah ketidakmampuan debitur dalam mengelola kegiatan usahanya dan menjaga kondisi keuangan dengan cara melakukan kegiatan usaha yang sehat.
17
3. Fraud (penyalahgunaan) maksudnya adalah ketidakjujuran debitur dalam memberikan informasi dan laporan mengenai kegiatan usahanya, posisi keuangan, hutang piutang, persediaan dll. Penyebab-penyebab kredit bermasalah mengakibatkan GKV berhati-hati dalam menyalurkan kreditnya, terutama pada usaha skala kecil. Penyebab pembiayaan bermasalah menurut Tjoekam dalam Setianingsih (2008) adalah : 1. Manajemen tidak kompeten, keterbatasan pengetahuan atas usaha, waktu yang diberikan tidak cukup, penyertaan pada usaha lain dan ketamakan. 2. Industri, mudah dimasuki oleh pengusaha lain, muncul pesaing baru, teknologi tertinggal, market share menurun. 3. Produk, permintaan menurun, mutu tidak stabil, pelanggan utama pindah, tidak dapat bersaing baik kualitas maupun kuantitas. 4. Ekonomi, kehidupan perekonomian yang lesu,
pasar lokal dan
internasional menurun, kebijakan uang yang sangat ketat. Menurut Bank Indonesia kredit macet merupakan suatu kejadian apabila sudah diusahakan oleh bank dengan membayarkan perpanjangan atau kelonggaran, utang debitur tetap tidak terbayarkan. Hal senada dapat diartikan juga apabila debitur tidak membayarkan hutangnya seperti ketentuan yang tercantum pada perjanjian sebelumnya (Fahmi dan Lavianti, 2010). Sutojo dalam Priarnani, (2000) mengelompokan kredit bermasalah menjadi 3 golongan yaitu : 1. Faktor internal bank meliputi penyelenggaraan analisis kredit yang tidak tepat, pimpinan yang terlalu agresif dalam menyalurkan kredit, lemahnya sistem pemantauan kredit dan kredibilitas debitur, campur tangan pemegang saham yang berlebihan dalam proses pengambilan keputusan pemberian kredit, pemberian kredit tambahan tanpa analisis kredit yang tajam dan tambahan jaminan kredit. 2. Ketidaklayakan debitur dapat dilihat dari ketidaklancaran pembayaran dan pelunasan kredit yang dipengaruhi oleh penghasilan tetap. Apabila terjadi gangguan terhadap penghasilan tetap tersebut maka terganggu pula pola pembayaran kreditnya.
18
3. Faktor eksternal meliputi penurunan kondisi ekonomi moneter negara atau sektor usaha, lama menempati tempat tinggal alam, peraturan pemerintah yang memberikan kemudahan sektor asing untuk masuk sehingga dapat mematikan sektor dalam negeri yang belum mampu bersaing serta melemahnya kurs mata uang asing terhadap rupiah. 4. Angka kredit bermasalah yang cukup tinggi tidak hanya merugikan para pemilik saham bank tersebut, tetapi juga akan merugikan para pemilik dana yang sebagian besar adalah anggota masyarakat, daari berbagai lapisan dan tingkat kehidupan, yang dapat meresahkan masyarakat, bahkan merusak sendi perekonomian suatu negara. Menurut Kasmir (2008), kemacetan suatu fasilitas kredit disebabkan oleh 2 faktor yaitu: 1. Pihak perbankan (kreditur) Dalam hal ini pihak analisis kredit kurang teliti dalam mengecek kebenaran dan keaslian dokumen maupun salah dalam melakukan perhitungan dengan rasio-rasio yang ada. Selain itu dapat terjadi juga akibat kolusi dari pihak analisis kredit dengan pihak debitur sehingga analisa datanya tidak objektif. 2. Pihak debitur Kemacetan kredit yang disebabkan oleh debitur diakibatkan 2 hal yaitu : a. Adanya unsur kesengajaan. Artinya debitur sengaja tidak mau membayar kewajibannya kepada bank sehingga kredit yang diberikan dengan sendirinya macet. b. Adanya unsur tidak sengaja. Artinya debitur memiliki kamauan untuk membayar tetapi tidak mampu dikarenakan usaha yang dibiayai terkena musibah (force major). 2.2.10 Penanganan Kredit Bermasalah Dalam pemberian kredit kepada debitur, lembaga keuangan terlebih dahulu menganalisis debitur yang akan dilakukan oleh bagian analisis kredit. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah debitur layak diberikan kredit sesuai dengan persyaratan yang ada. Analisis kredit bertujuan untuk meminimalisir kredit bermasalah GKV. Upaya penyelesaian kredit yang
19
dilakukan oleh GKV adalah dengan cara pemberian surat peringatan, panggilan atau penagihan, restrukturisasi serta penarikan barang jaminan oleh pihak lain untuk menutupi sisa angsuran debitur. Menurut Kasmir (2008), dalam usaha mengatasi timbulnya kredit bermasalah pihak bank/non bank dapat melakukan berbagai tindakan penyelamatan atau penanganan sebagai berikut: 1. Rescheduling (penjadwalan kembali sebagian atau seluruh kewajiban debitur). Adanya perubahan tentang jadwal angsuran, besarnya angsuran dan jangka waktu pelunasan. a. Memperpanjang jangka waktu kredit Debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu kredit, misalnya
perpanjangan
jangka
waktu
kredit
sehingga
debitur
mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikannya. b. Memperpanjang jangka waktu angsuran Memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka waktu kredit dimana adanya penambahan jumlah angsuran sehingga jumlah angsuran pun menjadi lebih kecil. 2. Reconditioning Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti : a. Kapitalisasi bunga, yaitu dengan cara bunga dijadikan hutang pokok. b. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu. Maksudnya hanya bunga yang dapat ditunda pembayarannya sedangkan pokok pinjamannya harus dibayar seperti biasa. c. Penurunan suku bunga, dimaksudkan agar lebih meringankan beban debitur. Hal ini tergantung pertimbangan bank/non bank bersangkutan. d. Pembebasan bunga, dimana dalam pembebasan suku bunga diberikan kepada debitur dengan pertimbangan debitur sudah tidak akan mampu lagi membayar kredit tersebut. Akan tetapi debitur tetap mempunyai kewajiban untuk membayar pokok pinjamannya sampai lunas. Reconditioning
merupakan
usaha
pihak
bank
untuk
menyelamatkan kredit yang diberikan dengan cara mengubah sebagian atau seluruh kondisi (persyaratan) yang semula disepakati bersama pihak
20
debitur dan dituangkan dalam perjanjian kredit (PK). Perubahan kondisi kredit dibuat dengan memperhatikan masalah-masalah yang dihadapi oleh debitur dalam pelaksanaan proyek atau bisnisnya. 3. Restructuring, yaitu dengan cara : a. Menambah jumlah kredit b. Menambah equity, yaitu dengan menyetor uang tunai dan tambahan sejumlah dana dari pemilik. Restructuring adalah usaha penyelamatan kredit yang terpaksa harus dilakukan bank dengan cara mengubah komposisi pembiayaan yang mendasari pemberian kredit. 4. Kombinasi, merupakan perpaduan dari ketiga jenis metode yaitu kombinasi antara Restructuring dengan Reconditioning atau Rescheduling dengan Restructuring. Kombinasi 3-R, dalam rangka penyelamatan kredit bermasalah, dianggap perlu apabila bank dapat melakukannya. 5. Penyitaan Jaminan Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila debitur sudah benarbenar tidak punya itikad baik atau sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua hutang-hutangnya. Eksekusi, jika semua usaha penyelamatan yang diuraikan di atas sudah dicoba namun debitur masih juga tidak mampu memenuhi kewajibannya terhadap bank, maka jalan terakhir adalah bank melakukan eksekusi melalui berbagai cara antara lain: 1) Menyerahkan kewajiban kepada BUPN (Badan Usaha Piutang Negara), 2) Menyerahkan perkara ke pengadilan negeri (perkara perdata). 2.2.11 Prosedur Pengembalian Kredit Prosedur pengembalian kredit adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh peminjam untuk melunasi hutangnya atau mengangsur hutangnya kepada pihak yang memberikan pinjaman dalam hal ini adalah pihak lembaga pembiayaan sesuai dengan perjanjian pelunasan kredit yang telah disepakati. Penagihan adalah rangkaian aktivitas yang bertujuan menjaga kelancaran pembayaran angsuran dari konsumen yang dijalankan sesuai ketentuan yang berlaku sehingga kerugian perusahaan dapat diminimalisir. Dalam menilai suatu sistem penagihan kredit berhasil, maka dikaitkan dengan
21
tingkat pengembalian kredit dari debitur yang dapat digolongkan menjadi lancar yaitu tepat waktu atau sebelum jatuh tempo, bermasalah yaitu kurang lancar atau menunggak tetapi masih dapat membayar, serta macet yaitu menunggak dan sudah tidak mampu membayar sehingga pihak bank dapat mengambil alih agunan (collateral). Maksud dari pengelompokan kredit di atas adalah untuk memudahkan lembaga pembiayaan dalam melakukan pengawasan terhadap fasilitas kredit yang diberikan kepada debitur sehingga setiap keadaan kredit dapat diikuti secara baik. 2.2.12 Kolektibilitas Kredit Kolektibilitas kredit / kualitas kredit merupakan kemampuan debitur untuk mengembalikan dana yang dipinjam dari bank baik pinjaman pokok maupun bunga kreditnya pada waktu yang telah ditentukan berdasarkan perjanjian yang telah disepakati. Penggolongan kolektibilitas (kualitas kredit) dapat diukur melalui ketepatan pembayaran kembali pokok dan bunga serta kemampuan debitur baik ditinjau dari usaha maupun nilai agunan kredit yang bersangkutan. Berdasarkan tingkat kelancaran dalam pengembalian kredit, Bank Indonesia menggolongkan kolektibilitas kredit ke dalam lima kategori : a. Kredit lancar (pass) Kredit lancar adalah kredit yang pelunasan angsuran pokok dan atau bunga dilakukan tepat waktu (tidak menunggak). b. Kredit dalam perhatian khusus (special mention) Kredit yang mengalami penunggakan angsuran baik pokok maupun bunga yang belum melampaui 90 hari. c. Kredit kurang lancar (sub-standart) Kredit yang mengalami penunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga setelah 90 hari. d. Kredit diragukan (doubtful) Kredit yang mengalami penunggakan angsuran pokok dan atau bunga melampaui 180 hari.
22
e. Kredit macet (loss) Kredit yang mengalami penunggakan angsuran pokok dan atau bunga melampaui 270 hari. Parameter debitur yang mengalami penunggakan di GKV Bogor : 1. Kategori penunggak yang masih mampu mengangsur adalah debitur yang masih mampu mengangsur setiap bulannya walaupun melewati jatuh tempo dengan masa keterlambatan antara 1-30 hari. 2. Kategori penunggak yang sudah tidak mampu mengangsur adalah debitur yang jaminannya diambil alih oleh kreditur karena tidak memiliki kemampuan untuk membayar pinjamannya dengan masa keterlambatan antara 30-60 hari. 2.3. Hasil Penelitian Terdahulu Alamsyah (2007) melakukan penelitian yang berjudul analisis faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit usaha pedesaan (Kupedes) sektor agribisnis (BRI unit Ciomas). Dari hasil penelitiannya disebutkan bahwa usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pembinaan, jarak rumah debitur dengan BRI dan beban bunga berpengaruh negatif sehingga pengembalian kredit semakin tidak lancar. Sedangkan pengalaman usaha, jangka waktu pengembalian kredit dan omset usaha berpengaruh positif sehingga pengembalian kredit akan semakin lancar. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Data
kualitatif
disajikan
dalam
bentuk
analisis
deskriptif
menggunakan tabulasi guna mendukung data kuantitatif. Sedangkan data kuantitatif disajikan dalam bentuk tabulasi yang diolah menggunakan software minitab 13. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian tersebut meliputi analisis deskriptif dan analisis regresi logistik. Asih (2007) melakukan penelitian yang berjudul analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit pengusaha kecil pada program kemitraan Corporate Social Responsibility (Studi kasus : PT Telkom Drive II Jakarta). Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa besarnya pinjaman, tingkat pendidikan, usia, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman usaha dan penghasilan bersih berpengaruh positif sehingga peluang pengembalian kredit lancar akan
23
semakin besar. Tingkat suku bunga, dummy lama menempati tempat tinggal dan dummy pendapatan lain diluar usaha berpengaruh negatif sehingga peluang pengembalian kredit lancar akan semakin kecil. Metode yang dilakukan dalam penelitian
tersebut
adalah
analisis
deskriptif
melalui
crosstabulations
menggunakan software SPSS 13 dan analisis statistik melalui analisis model binary (probit) pada software E-views 4.1. Priarnani (2005) melakukan penelitian yang berjudul analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi
pola
pengembalian
kredit
pembinaan
peningkatan
pendapatan petani nelayan kecil (Studi kasus di kabupaten Tuban, Jawa Timur). Dari hasil penelitiannya disebutkan bahwa pengalaman usaha, frekuensi pembinaan, tabungan sukarela dan lama menempati tempat tinggal berpengaruh positif sehingga peluang pengembalian kredit lancar akan semakin besar. Pengalaman ketua, umur, frekuensi angsuran, pendapatan kotor usaha bersama, realisasi kredit, tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, jenis usaha bersama, pengalaman kredit dan pendapatan lain diluar usaha bersama berpengaruh negatif sehingga peluang pengembalian kredit lancar akan semakin kecil. Metode yang dilakukan dalam penelitian tersebut adalah analisis deskriptif melalui perhitungan rata-rata, distribusi frekuensi dan distribusi persentase dalam Minitab 13.20 dan analisis pendugaan model melalui regresi log-linier berganda. 2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini meliputi karakteristik debitur. Perumusan hipotesis tersebut adalah : 1. Usia debitur (X1) H0 : Usia debitur diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit. H1 : Usia debitur diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit. 2. Jenis kelamin (X2) H0 : Jenis kelamin diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit. H1 : Jenis kelamin diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit. 3. Status (X3) H0 : Status diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit. H1 : Status diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
24
4. Pendidikan (X4) H0 : Pendidikan diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit. H1 : Pendidikan diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit. 5. Lama menempati tempat tinggal (X5) H0 : Lama menempati tempat tinggal diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit. H1 : Lama menempati tempat tinggal diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit. 6. Kepemilikan tempat tinggal (X6) H0 : Kepemilikan tempat tinggal diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit. H1 : Kepemilikan tempat tinggal diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit. 7. Jarak lokasi rumah debitur dengan GKV (X7) H0 : Jarak lokasi rumah debitur dengan GKV diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit. H1 : Jarak lokasi rumah debitur dengan GKV diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit. 8. Jumlah tanggungan keluarga (X8) H0 : Jumlah tanggungan keluarga diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit. H1 : Jumlah tanggungan keluarga diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit. 9. Pinjaman lain (X9) H0 : Pinjaman lain diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit. H1 : Pinjaman lain diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit. 10. Pengalaman usaha (X10) H0 : Pengalaman usaha diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit. H1 : Pengalaman usaha diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit. 11. Omzet usaha (X11) H0 : Omzet usaha diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
25
H1 : Omzet usaha diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit. 12. Agunan (X12) H0 : Agunan diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit. H1 : Agunan diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit. 13. Suku bunga (X13), H0 : Suku bunga diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit. H1 : Suku bunga diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit. 14. Jangka waktu kredit (X14) H0 : Jangka waktu kredit diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit. H1 : Jangka waktu kredit diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit.
26
III.
METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Pada saat ini Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), telah menjadi alternatif sumber pembiayaan bagi masyarakat. LKBB cocok diberikan untuk wirausaha dengan segmen menengah ke bawah. Beberapa hal yang menyebabkan kondisi tersebut karena LKBB memiliki beberapa nilai tambah dibandingkan perbankan seperti prosedur pembiayaan yang tergolong lebih sederhana, adanya aspek ikatan emosional (keanggotaan), serta pendekatan lebih personal dari pegawai LKBB. Walaupun terkadang LKBB mengenakan suku bunga/imbalan hasil pembiayaan yang lebih tinggi dibandingkan lembaga perbankan. Salah satu lembaga keuangan yang dapat memenuhi permintaan kredit bagi UMKM adalah GKV karena kemudahan yang diberikan dalam proses pemberian kredit, seperti kemudahan dalam proses kelengkapan administrasi pengajuan kredit sehingga birokrasinya tidak berbelit. Sisi lain dari lembaga keuangan komersial relatif tidak tertarik untuk mengembangkan mekanisme kredit bagi debitur kecil karena nilai transaksinya yang kecil dan lokasi yang tersebar. Dengan demikian, kebutuhan modal atau kredit yang diperlukan UMKM dapat dipenuhi oleh GKV Bogor. Permasalahan yang dihadapi GKV adalah tingginya tingkat overdue debitur yang terjadi dalam setahun ini. Overdue merupakan indikasi awal penyebab terjadinya kredit bermasalah. Permasalahan ini secara langsung berpengaruh pada menurunnya keuntungan GKV. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis terhadap faktor-faktor yang diduga menyebabkan terjadinya kredit bermasalah oleh debitur GKV. Berdasarkan penyaluran kredit yang dilakukan GKV diduga terjadinya ketidaklancaran dalam pengembalian kredit oleh debitur disebabkan oleh faktor karakteristik debitur. Besarnya pengaruh masing-masing faktor dapat dilihat setelah diolah dengan analisis regresi logistik. Hasil analisis akan dijadikan sebuah implikasi manajerial dalam menentukan kebijakan yang akan ditempuh GKV Bogor seperti yang terlihat dalam Gambar 3 berikut ini:
27
Gerai Kredit Verena
Kredit Bermasalah
Faktor-Faktor Karakteristik Debitur: Usia (X1) Jenis kelamin (X2) Status (X3) Pendidikan (X4) Lama menempati tempat tinggal (X5) Kepemilikan tempat tinggal (X6) Jarak GKV dengan lokasi rumah (X7) Jumlah tanggungan keluarga (X8) Pinjaman lain (X9) Pengalaman usaha (X10) Omset usaha (X11) Agunan (X12) Suku bunga (X13) Jangka waktu pengembalian kredit (X14)
Analisis Deskriptif Analisis Regresi Logistik
Metode Analisis 5C
Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pengembalian Kredit
Implikasi Manajerial
Gambar 3. Kerangka pemikiran operasional GKV Bogor.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Gerai Kredit Verena Bogor yang berlokasi di jalan Otoiskandardinata no 10 RT 03 RW 04 Babakan Pasar Bogor Tengah,
28
samping pasar Suryakencana. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). 3.3. Jumlah Populasi dan Metode Penarikan Sampel Jumlah populasi yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah debitur yang mengalami permasalahan dalam pengembalian kredit yaitu 154 orang dengan sub populasi masih dapat mengangsur sebanyak 71 orang dan tidak dapat mengangsur sebanyak 81 orang dengan status masih aktif hingga Juli 2010. Kategori penunggak yang masih mampu mengangsur adalah debitur yang masih mampu mengangsur setiap bulannya walaupun melewati jatuh tempo dengan masa keterlambatan antara 1-30 hari. Kategori penunggak yang sudah tidak mampu mengangsur adalah debitur yang jaminannya diambil alih oleh kreditur karena tidak memiliki kemampuan untuk membayar pinjamannya dengan masa keterlambatan antara 30-60 hari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tak berpeluang (nonprobability sampling). Sampel tak berpeluang adalah teknik pengambilan sampel dimana setiap anggota populasi tidak diketahui peluang atau kemungkinan untuk terpilih sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel adalah dengan metode convenience sampling, yang merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan saja, anggota populasi yang ditemui peneliti dan bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi responden (sampel). Dari hasil wawancara dengan head collector, didapatkan bahwa jumlah debitur per bulan Juli adalah 154 orang dalam kondisi bermasalah. Jumlah sampel tersebut didapatkan melalui perhitungan Slovin berikut: ............................ (1) dimana:
n
= jumlah contoh (ukuran sampel)
N = jumlah populasi e
= tingkat kesalahan yang masih dapat ditolerir (10%) atau kelonggaran ketidaktelitian
29
Jumlah populasi (N) pada penelitian ini adalah 154 responden, tingkat kesalahan 0,10 atau sepuluh persen (10%). Hasil yang didapatkan untuk jumlah contoh (n) adalah 60,629 kemudian dibulatkan menjadi 61 responden. 3.4. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk memperoleh data serta informasi dari GKV meliputi data data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara yang dilakukan terhadap GKV yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan berbagai pertanyaan kepada pihak GKV. Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas GKV terutama bagian-bagian terkait dengan tujuan penelitian. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut. Data sekunder dapat diperoleh melalui studi literatur yang dilakukan melalui pencarian data-data yang bersifat teoritis yang ada hubungannnya dengan objek penelitian dengan memanfaatkan berbagai laporan, data-data perusahaan (modul training, arsip), jurnal, buku-buku pendukung teori, browsing internet, studi pustaka dari perpustakaan, artikel-artikel majalah serta hasil penelitian terdahulu. Berdasarkan data dari GKV Bogor jumlah debitur yang menunggak pada bulan tersebut mencapai 154 orang dari total debitur aktif sebanyak 688 orang. Survei dilakukan melalui kuesioner yang diberikan kepada responden. Pertanyaan kuesioner berisi pertanyaan tertutup dan terbuka. Pertanyaan tertutup merupakan pertanyaan yang alternatif jawabannya telah disediakan, sehingga responden hanya memilih jawaban yang dianggap paling sesuai. Pertanyaan terbuka merupakan pertanyaan yang jawabannya tidak terdapat dalam daftar jawaban, sehingga responden memberikan pendapat. 3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Data kualitatif disajikan melalui metode deskriptif dengan menggunakan tabulasi untuk mendukung data kuantitatif sedangkan data kuantitatif ini diolah dengan menggunakan Microsoft excell 2007 dan SPSS versi 15.
30
3.5.1 Analisis deskriptif Analisis deskriptif merupakan upaya penelusuran dan pengungkapan informasi relevan yang terkandung dalam data dengan penyajian hasil dalam bentuk yang lebih ringkas dan sederhana sehingga akhirnya mengarah pada adanya penjelasan dan penafsiran (Simamora dalam Priarnani, 2005). 3.5.2 Analisis regresi logistik Regresi logistik adalah bagian dari analisis regresi yang digunakan ketika variabel respon merupakan variabel dikotomi. Variabel dikotomi biasanya hanya terjadi atas dua nilai yang mewakili kemunculan atau tidak adanya suatu kejadian yang biasanya diberi angka 0 atau 1. Regresi logistik merupakan suatu model analisis untuk mengetahui pengaruh variabel prediktor yang berskala metrik (kontinyu) atau kategorik (nominal) terhadap variabel respon yang berskala kategorik. Regresi logistik dibedakan menjadi 2 yaitu binary logistic regression (regresi logistik biner) dan multinominal logistic regression (regresi logistik multinominal). Regresi logistik biner digunakan ketika hanya ada 2 kemungkinan variabel respon (Y) dan regresi logistik multinominal digunakan ketika variabel respon lebih dari 2 kategorisasi. Menurut Santoso (2010), metode regresi logistik adalah suatu metode analisa statistika yang mendeskripsikan hubungan sebuah peubah respon dengan satu atau lebih peubah prediktor. Dalam analisis regresi logistik/logit biner, permodelan peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon dilakukan dengan transformasi logit. Formulasi transformasi logit adalah : pi/ l –pi
Logit (Pi) = loge
…………………… (2)
Keterangan : Pi adalah peluang munculnya kejadian kategori sukses dari peubah respon orang ke-I. Loge adalah logaritma dengan basis bilangan e. Kategori sukses secara umum dalam penelitian ini merupakan kategori yang menjadi perhatian. Model yang digunakan dalam analisis regresi logistik biner adalah : Logit (Pi) = β0 + β1 x1 + β2 x2 …+ βn xn ........... (3)
31
Keterangan : Logit (pi) adalah nilai transformasi logit untuk peluang kejadian sukses atau Y = Variabel respon/variabel tergantung terdiri dari : (pengembalian kredit oleh debitur GKV yang bermasalah) Y = (1) penunggak yang masih mampu mengangsur, Y= (0) penunggak yang sudah tidak mampu mengangsur. β0 adalah intersep adalah model garis regresi (konstanta) β1 adalah slope model garis regresi (koefisien variabel prediktor ke-1) βn adalah slope model garis regresi (koefisien variabel prediktor ke-n)
x1 adalah variabel prediktor ke-1, xn adalah variabel prediktor ke-n Variabel bebas (prediktor) yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit bermasalah pada GKV meliputi karakteristik debitur yaitu : usia, jenis kelamin, status, pendidikan, lama menempati tempat tinggal, kepemilikan tempat tinggal, jarak GKV dengan lokasi rumah, jumlah tanggungan keluarga, pinjaman lain, pengalaman usaha, omset usaha, agunan, suku bunga dan jangka waktu pengembalian kredit. Xij = Karakteristik penunggak GKV (debitur) terdiri dari : X1 = usia debitur (tahun) X2 = jenis kelamin (laki-laki atau perempuan) X3 = status (lajang, menikah, janda/duda) X4 = pendidikan (tingkatan) X5 = lama menempati tempat tinggal (tahun) X6 = kepemilikan tempat tinggal (milik sendiri, milik keluarga, sewa) X7 = jarak rumah dengan GKV (kilometer) X8 = jumlah tanggungan keluarga (orang) X9 = pinjaman lain (ada/tidak) X10 = pengalaman usaha (tahun) X11 = omset usaha (rupiah) X12 = agunan (rupiah) X13 = suku bunga (respon besar/kecil) X14 = jangka waktu kredit (tahun)
32
Regresi logistik juga menghasilkan rasio peluang (odds ratios) terkait dengan nilai setiap prediktor. Peluang (odds) dari suatu kejadian diartikan sebagai probabilitas hasil yang muncul yang dibagi dengan probabilitas suatu kejadian tidak terjadi. Secara umum rasio peluang (odds ratios) merupakan sekumpulan peluang yang dibagi oleh peluang lainnya. Rasio peluang bagi prediktor diartikan sebagai jumlah relative dimana peluang hasil meningkat (rasio peluang >1) atau turun (rasio peluang <1) ketika nilai variabel prediktor meningkat sebesar 1 unit. Pengujian terhadap kelayakan model menggunakan statistik G yang merupakan nisbah kemungkinan maksimum untuk mengetahui peran variabel prediktor dalam model secara simultan/bersama-sama. Jika G > X2 p (α) atau pvalue dari statistik G < α=0,1 maka keputusannya adalah menolak H 0 artinya setidak-tidaknya ada satu variabel prediktor yang berpengaruh nyata terhadap variabel respon. H0 : β1 = β2 = ... = βp = 0
model tidak significant
H1 : minimal ada satu βi ≠ 0, i = 1, 2, ..., p
model significant
Statistik uji-G didefinisikan sebagai : L G 2 ln 0 L p
…………………………….… (4)
Uji kebaiksuaian model (goodness of fit) dilakukan dengan memperhatikan nilai sebaran chi-square dari Hosmer dan Lameshow dengan hipotesis : H0 = Tidak dapat perbedaan yang signifikan antara nilai observasi dengan nilai prediksi oleh model (model fit) H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai observasi dengan nilai prediksi oleh model (model tidak fit) Jika p-value dari ketiga statistik tersebut lebih besar dari taraf nyata (α=0,1) maka keputusannya adalah menerima H0 yang artinya model tersebut cukup layak untuk digunakan dalam prediksi. Pengujian terhadap signifikasi masing-masing variabel prediktor secara individu dilakukan dengan uji wald. Uji Wald (menguji pengaruh dari masing peubah bebas terhadap peubah tak bebas). Statistik Wj mengikuti sebaran normal (Z), jika nilai Wj > Z alpha/2 two-tailed p-value dari statistik Wj lebih kecil dari
33
taraf nyata (α = 0,1) maka keputusannya adalah menolak H0 artinya varaiabel prediktor ke-k tersebut berpengaruh secara nyata/signifikan terhadap variabel respon. H0 : βi=0
X tidak berpengaruh nyata terhadap Y
H1 : βi≠0
X berpengaruh nyata terhadap Y
Regresi logistik tidak terbatas hanya dapat diterapkan pada kasus dimana variabel X bertipe interval atau rasio. Regresi logistik juga dapat diterapkan untuk kasus dimana variabel X bertipe nominal atau ordinal. Hal ini analog dengan regresi linier dengan variabel dummy. 3.6. Definisi Operasional 1. Usia adalah umur debitur yang diperhitungkan dari waktu kelahiran sampai saat pengambilan kredit yang diukur dalam tahun. 2. Jenis kelamin mencakup kategori perempuan atau laki-laki yang diukur dengan satuan. 3. Status merupakan identitas mengenai menikah, janda atau lajang yang diukur dengan satuan. 4. Pendidikan adalah tingkatan pendidikan formal yang pernah dilalui oleh debitur yang diukur dengan tingkatan. 5. Kepemilikan tempat tinggal adalah kepemilikan tempat tinggal debitur dalam kategori milik sendiri, milik orang tua atau milik orang lain. 6. Lama menempati tempat tinggal merupakan ukuran seberapa lama debitur tinggal dalam suatu lingkungan masyarakat dan diukur dengan satuan. 7. Jarak GKV dengan lokasi rumah, jarak ini merupakan jarak rumah debitur dengan GKV yang diukur dalam kilometer. 8. Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga debitur termasuk istri atau suami, anak kandung serta saudara lainnya yang masih tinggal dalam satu rumah dan masih dalam tanggungan debitur serta diukur dalam jumlah orang. 9. Pinjaman lain menyatakan seberapa banyak debitur memiliki pinjaman di tempat lain selain di GKV seperti cicilan kendaraan, kartu kredit dan lain-lain yang diukur dengan satuan rupiah.
34
10. Pengalaman usaha adalah lamanya debitur telah menjalankan usahanya yang diukur dalam tahun. 11. Omzet usaha adalah rata-rata pendapatan debitur per bulan dan dapat juga ditambah dari penghasilan pasangan (join income) yang diperoleh dari pendapatan usahanya yang diukur dalam rupiah. 12. Agunan dapat diartikan sebagai nilai dari jaminan yang diberikan debitur kepada GKV yang diukur dalam rupiah. 13. Suku bunga adalah tingkat bunga (imbal jasa) yang dibayarkan pada periode waktu tertentu dan diukur dengan satuan tinggi atau rendah. 14. Jangka waktu pengembalian kredit merupakan lama pengambilan kredit yang telah disepakati dengan GKV yang diukur dengan satuan bulan. 15. Kredit tidak lancar merupakan kredit dengan pembayaran bunga dan pokok yang mengalami penundaan dalam periode waktu tertentu.
35
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Verena Multi Finance Gerai Kredit Verena merupakan lembaga pembiayaan yang ditujukan terhadap usaha mikro. Kategori usaha mikro adalah pedagang (wiraswasta) yang memiliki usaha menengah/kecil/mikro (UMKM). GKV merupakan usaha baru yang dikembangkan oleh PT Verena Multi Finance Tbk selain pembiayaan mobil baru/bekas, barang penunjang usaha industri (alat berat) serta dana tunai dengan jaminan BPKB (quick cash). PT Verena Multi Finance Tbk memiliki kantor pusat di Gedung Bank Panin lantai 3, jln pacenongan raya no 84 Jakarta Pusat 10120. Gerai Kredit Verena Bogor berlokasi di jalan Otoiskandardinata no 10, RT 03 RW 01 Babakan Pasar, Bogor Tengah 16161. Pada saat ini memiliki satu buah outlet (kantor cabang pembantu) yang berlokasi di jalan Hankam RT 02 RW 04 Desa Leuwimalang Cisarua Bogor 16750. GKV dibentuk pertama kali pada tanggal 01 juli 2009. Pada saat ini PT Verena Multi Finance Tbk memiliki 11 kantor cabang yang tersebar di pulau jawa meliputi GKV Bogor, GKV Bekasi, GKV Depok, GKV Tangerang, GKV Cileungsi, GKV Ciputat, GKV Yogyakarta, GKV Solo, GKV Semarang, GKV Malang, GKV Surabaya. Visi Verena Multi Finance Tbk adalah menjadi perusahaan pembiayaan dengan total asset 6 triliun pada tahun 2013 dan memberikan nilai tambah bagi stakeholder. Misi Verena Multi Finance Tbk adalah memberikan pelayanan yang prima dengan SDM yang kompeten untuk meningkatkan loyalitas pelanggan. Selain memiliki visi dan misi, perusahaan ini juga memiliki nilai-nilai yang mencakup integtitas, gigih dan pantang menyerah, tim yang solid dan lebih mudah-cepat-aman. Motto PT Verena Multi Finance Tbk adalah benar diawal selamat sampai akhir. Ruang lingkup target pembiayaan GKV terbagi dalam dua kategori yaitu pengembangan usaha yang sudah/sedang berjalan (sudah dimiliki) dan usaha baru yang akan dibuka (jenis usaha yang sama ditempat lain atau jenis usaha yang berbeda). Penilaian terhadap pemberian kredit untuk kedua kategori ini sama.
36
Produk/jenis pembiayaan yang berlangsung dalam GKV meliputi leasing, barang penunjang usaha dan kombinasi leasing & BPU (gabungan). Perhitungan bunga yang ditetapkan GKV adalah perhitungan flat rate system yaitu bunga yang dihitung dari besarnya maksimum kredit mula-mula dan dibebankan sepanjang waktu kredit. Suku bunga kompetitif dan biaya administrasi yang ditetapkan GKV dapat dilihat dalam Tabel 2 berikut : Tabel 2. Suku bunga dan biaya administrasi di GKV Bogor Pokok hutang
Biaya administrasi
Suku bunga/tahun
2.000.000 < 2.500.000
100.000
(38%)
2.500.000 < 3.000.000
100.000
(36%)
3.000.000 < 5.000.000
100.000
(33%)
5.000.000 < 15.000.000
150.000
(30%)
15.000.000 < 20.000.000
Provisi (2%)
(27%)
20.000.000 < 40.000.000
Provisi (2%)
(25%)
40.000.000 < 50.000.000
Provisi (2%)
(24%)
Sumber : Data diolah, 2010 4.2. Struktur Organisasi GKV Bogor 1. Team leader Fungsi team leader adalah mengkoordinasi seluruh aktivitas dalam rangka mencapai target. Memimpin seluruh staf dibawahnya dalam memastikan pencapaian realisasi disburse sesuai target yang ditetapkan berdasarkan volume serta memastikan target overdue yang ditetapkan. Tanggung jawab team leader adalah menyusun rencana jangka panjang dan jangka pendek, mencapai target yang telah ditetapkan secara keseluruhan, terselenggaranya penilaian prestasi kerja karyawan, terciptanya lingkup kerja yang nyaman untuk semua pekerja serta terjalinnya kerjasama yang baik dengan semua pihak, mengkoordinir seluruh bawahannya, bertanggung jawab dalam pencapaian marketing, collection dan operation, melakukan pengawasan pembayaran angsuran kredit, memberikan keputusan kredit sesuai batas wewenang kredit, bertanggung jawab terhadap kelayakan aplikasi yang telah disetujui, memiliki hak untuk menerbitkan surat peringatan, monitoring seluruh aktivitas GKV, melakukan penilaian terhadap pengembangan dan potensi pasar.
37
2.
2. ADH (Administration head) Fungsi ADH adalah melakukan koordinasi terhadap administrasi yang berkaitan dengan kegiatan operasional kantor. ADH juga melakukan seluruh proses administrasi meliputi admin marketing, admin collection, dan admin operation serta administration head office. Tanggung jawab adalah memastikan bahwa kegiatan administrasi dilakukan dengan benar, mengadministrasikan keluar masuknya surat-surat, mendistribusikan hasil rapat pada pihak yang berkepentingan, mengawasi keluar masuknya cek dan giro, melakukan koordinasi dengan head collector dalam pengurusan
surat
peringatan
hingga
surat
penarikan
barang
jaminan,
mengumpulkan dan melakukan checklist kelengkapan data untuk proses approval, memastikan data jaminan, menyediakan data-data update, mengawasi penggunaan uang cabang seperti budget opex, pettycash dll. 3.
3. Head collector Fungsi head collector adalah mengkoordinir collector dan membantu collector dalam melakukan penagihan. Head collector juga melakukan koordinasi terhadap pencapaian collector dalam melakukan penagihan. Tanggung jawabnya adalah mengatur strategi terhadap cara dan teknik penagihan yang efektif, memastikan tercapainya target overdue, melakukan kontrol terhadap pekerjaan collector untuk mencapai target, memastikan bahwa jaminan masih ada (belum berpindah tangan), memeriksa laporan hasil dan evaluasi dilapangan, merekomendasikan terbitnya surat peringatan dan eksekusi jaminan, melakukan maintance terhadap plan tagih, lembar kerja harian collector dan jumlah penagihan, memastikan bahwa collector bekerja dengan jujur dan tidak berbuat curang dengan uang. 4. Problem account officer PAO (problem account officer) memiliki fungsi untuk memastikan bahwa barang tarikan yang diambil dari debitur masih layak dan sesuai dengan perjanjian kredit. PAO juga melakukan prosedur penarikan sesuai dengan SOP yaitu peringatan 1, peringatan 2 lalu penarikan barang jaminan. Tanggung jawabnya adalah melakukan penarikan barang jaminan apabila debitur tidak dapat membayar angsuran, melakukan negosiasi dengan debitur,
38
memastikan bahwa barang jaminan masih dalam kondisi yang layak untuk dilakukan purna jual, membawa barang jaminan ke GKV, melakukan pendataan barang jaminan yang dibawa ke GKV, menginformasikan kepada bebitur bahwa barang akan dijual kembali sesuai kesepakatan. 4.
5. Collector Fungsi utama adalah menjemput setoran dari debitur. Collector juga memastikan keberhasilan tertagihnya pembayaran angsuran sesuai dengan tanggal jatuh tempo dan memberikan pelayanan yang baik pada debitur. Tanggung jawabnya memastikan angsuran yang ditagih sesuai dengan waktunya serta memastikan tidak ada selisih dana antara angsuran dari debitur dengan angsuran yang disetorkan ke GKV, melakukan penagihan mingguan dan bulanan, mencapai target overdue yang ditetapkan, melakukan update dan kontrol terhadap debitur, membuat dan melaporkan hasil kerja harian pada head collector, menyetorkan uang hasil penagihan ke admin 2.
5.
6. Credit analyst Fungsi credit analyst adalah melakukan analisa kelayakan kredit terhadap aplikasi calon debitur baik keakuratan data maupun keakuratan keterangan di lapangan. CA juga melakukan survey langsung ke lapangan berdasarkan data yang sudah ada. Credit analyst bertanggung jawab untuk analisa dan evaluasi dalam memberikan rekomendasi kredit, melakukan kelengkapan data, melakukan kunjungan ke lapangan untuk meyakinkan kebenaran data dan keterangan yang telah disajikan akurat serta sesuai dengan kondisi di lapangan, melakukan survey dan analisa kelayakan kredit (tempat usaha dan tempat tinggal), melakukan apraisal jaminan, melakukan validasi terhadap data aplikasi customer, melakukan analisa kelayakan kredit, memberikan rekomendasi persetujuan kredit pada pejabat yang berwenang memutuskan kredit (komite kredit).
6.
7. Bussines relation officer (Marketing) Fungsi utama marketing adalah mencapai realisasi disburse sesuai target per unit dengan batas maksimal amount finance yang ditentukan agar optimal dalam menangani debitur. Marketing juga merencanakan, mengarahkan, serta mengevaluasi target, memastikan strategi yang digunakan sudah tepat dalam
39
upaya pencapaian sasaran, termasuk dalam upaya penyelesaian pembiayaan bermasalah. Tanggung jawabnya adalah mencapai target disburse sesuai dengan yang ditetapkan, menjalin relasi bisnis dengan debitur, menjalankan pengecekan keabsahan jaminan, melakukan verifikasi awal, melakukan pengawasan dengan collector mengenai masalah overdue atas debitur yang menunggak, menjalankan proses dengan benar dan disiplin. 7.
8. Administration 1 Fungsi utama administrasi 1 adalah melakukan administrasi pembiayaan mulai dari pencairan hingga pelunasan. Administrasi 1 juga melakukan berbagai pekerjaan yang prosedur yang terkait dengan perkantoran. Tanggung jawabnya adalah membuat perjanjian kredit, memberikan laporan ke head office setiap harinya, menginput data secara keseluruhan, melakukan pembukaan dan penutupan asuransi, membuat laporan opex dan booking dana, pengecekan dokumen tagihan, konfirmasi terhadap barang yang sudah diberikan pada customer, konfirmasi terhadap vendor dan dokumennya, pengarsipan seluruh berkas pembiayaan, penyiapan administrasi pencairan pembiayaan, pembuatan laporan pembiayaan sesuai periode laporan.
8.
9. Administration 2 Fungsi utamanya adalah merencanakan dan melaksanakan segala sesuatu transaksi yang berhubungan dengan uang. Administration 2 juga menerima dan memeriksa keabsahan jumlah uang dari debitur dan mengadministrasikan pdc, giro dan cek dengan baik. Tanggung jawabnya adalah menjaga keamanan kas, mengisi voucher penerimaan kas, voucher pengeluaran kas, penerimaan angsuran dan pelunasan. Laporan harian kas diinput melalui sistem GL dan rekap harian penerimaan debitur beserta asli bukti setoran bank sebagai lampirannya, memberikan dokumen ke bagian accounting dan ke bagian treasury untuk proses rekonsiliasi. Admin 2 menyerahkan buku bukti tanda terima pada collector dengan pencatatan nomor prenumbered yang tertera pada bonggol. Adm 2 juga mengurusi pembayaran tunai dan non tunai dari debiturr dan collection. Menyetor semua uang yang diterima setiap harinya sesuai prosedur ke bank.
40
Team leader
Administration head
Head collector
PAO
Account officer
Collector
BRO
Credit analyst
Administration 1
Administration 2
Gambar 4. Struktur organisasi GKV Bogor.
4.3. Prosedur Penyaluran Kredit 1. Permohonan kredit Kegiatan pada tahap ini antara lain adalah penerimaan permohonan kredit dari debitur, baik untuk permohonan kredit baru atau perpanjangan kredit. Permohonan kredit diajukan secara tertulis dan menggunakan format yang telah ditentukan oleh GKV yang memuat informasi lengkap mengenai kondisi pemohon atau calon debitur termasuk riwayat kreditnya pada bank lain (history payment). Admin selanjutnya kemudian melakukan kegiatan penginputan informasi selengkap-lengkapnya. 2. Tahap penilaian dan pemberian rekomendasi kredit Rekomendasi kredit dibuat oleh credit analyst berdasarkan analisa dan evaluasi yang telah dibuat sebelumnya. Dalam memberikan rekomendasi kredit, kelengkapan data dan analisis lebih lanjut merupakan proses yang tidak dapat ditinggalkan. Disamping itu juga credit analyst juga melakukan kunjungan ke lapangan untuk meyakinkan kebenaran data dan keteranganketerangan yang telah disajikan akurat serta sesuai dengan kondisi di lapangan.
41
a. Kegiatan analisa dan evaluasi kredit Data dan informasi yang diperoleh dari admin diberikan kepada analisis kredit untuk mengevaluasi tingkat risiko kredit. Analisa dan evaluasi kredit dituangkan dalam format yang telah di tetapkan oleh GKV dan disesuaikan dengan jenis kreditnya. Dalam analisa tersebut sekurang-kurangnya mencakup informasi tentang identitas pemohon, plafon kredit, peta lokasi rumah dan tempat usaha dan data jaminan. Analisis kredit yang dilakukan meliputi analisis 5C yang terdiri dari analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisa kualitatif dilakukan terhadap kualitas dan stabilitas usaha dengan mempertimbangkan posisi pasar dan persaingan, prospek usaha, karakter pemohon, latar belakang dan kualitas manajemennya. Analisa kuantitatif dilakukan dengan secara menganalisis kondisi keuangan pemohon untuk mengetahui usulan kredit tersebut dapat diterima atau ditolak. b. Perhitungan kebutuhan kredit Perhitungan kebutuhan kredit dimaksudkan untuk mengetahui secara pasti kredit yang benar-benar dibutuhkan oleh pemohon, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kelebihan kredit yang penggunaannya diluar usaha atau terjadi kekurangan kredit sehingga usaha tidak berjalan. Analisa ini dapat dilakukan dengan meminta bukti-bukti tertulis seperti faktur, nota dan laporan keuangan. Dalam upaya mengurangi risiko kredit yang harus ditanggung, GKV membagi risiko tersebut dengan perusahaan asuransi, yaitu dengan melakukan asuransi TLO (total lost only) kendaraan bermotor dan asuransi kebakaran (fire) untuk barang penunjang usaha yang dijadikan sebagai jaminan. 3. Penginputan data / Entry data Tahap ini merupakan proses penginputan data debitur yang dilihat dari berkas yang sudah ada. Aplikasi computer yang digunakan adalah sistem approva. Penginputan data dilakukan dengan selengkap mungkin. Data yang diinput diambil dari KTP, form permohonan kredit, memo analisa kredit, form verifikasi data dan lainnya.
42
4. Pemberian keputusan Pemberian keputusan kredit hanya dapat dilakukan oleh kepala cabang (team leader) yang diberikan kewenangan memutus kredit (approval). Sebelum memberikan keputusan kredit, team leader memeriksa dan meneliti kelengkapan berkas kredit dari credit analyst. 5. Pembuatan perjanjian kredit Proses perjanjian kredit ini diawali dengan penginputan dalam system approva yaitu initiation, assign surveyor, entry data, recommendation, approve CC1, legal, check document, final check, disburstment memo, dan approval disbursment. Tahap demi tahap proses ini harus dilakukan dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan. Koordinasi yang baik dilakukan dengan head office hingga perjanjian kontrak dapat dicetak di GKV Bogor. 6. Persetujuan pencairan kredit Pencairan kredit dapat dilakukan setelah instruksi pencairan kredit ditandatangani oleh kepala cabang, Adapun syarat untuk menerbitkan instruksi pencairan kredit adalah pengajuan permohonan kredit telah disetujui (approval head office) berikut surat-surat yang mengikutinya telah ditandatangani secara sah oleh pihak-pihak yang bersangkutan, seperti team leader dan area manager unit serta semua dokumen yang ditelah ditetapkan dalam approval disburstment telah lengkap dan telah diperiksa keabsahannya dan telah memberikan perlindungan bagi GKV, serta semua biaya-biaya yang berkaitan dengan pemberian kredit telah dilunasi oleh pemohon. 7. Tandatangan kontrak Kegiatan tandatangan kontrak dilakukan di GKV Bogor oleh admin 1, administration head atau team leader. Dalam proses tandatangan kontrak kedua pasangan suami istri harus datang kecuali status duda/janda/widow dapat dilakukan sendiri. Keseluruhan perjanjian akan dijelaskan secara detail dengan menandatangani berkas yang ada. Admin 1 harus memastikan bahwa debitur mengerti dengan isi perjanjian kredit tersebut. 8. Realisasi kredit Tahap ini dilakukan setelah berkas benar-benar lengkap (kekurangan menyusul sudah dilengkapi). Berkas perjanjian kredit dicek kembali oleh
43
administration head kemudian ditandatangani oleh pimpinan cabang (team leader). Bentuk realisasi kredit dalam GKV untuk refinancing adalah dengan pencairan cek yang dapat dicairkan oleh debitur sendiri. Realisasai kredit untuk barang penunjang usaha adalah dengan penerimaan uang muka (down payment) dan pembayaran pelunasan kepada vendor sehingga barang dapat diberikan kepada debitur. 9. Kelengkapan berkas Admin akan meminta kekurangan berkas setelah proses pencairan, kekurangan data yang diperbolehkan bukanlah data mandatory (wajib) melainkan data yang sifatnya tambahan agar proses kredit tetap berjalan. 10. Penyimpanan arsip Berkas yang telah dilengkapi dimasukkan ke dalam map dan diarsipkan ke dalam failing cabinet. Berkas ini harus dijaga dan dikunci karena merupakan database perusahaan. Berkas ini disimpan berdasarkan abjad agar tersusun dengan rapi. Sebelum melakukan pengarsipan biasanya admin melakukan pemadatan lemari arsip, melakukan pengecekan abjad dari berkas yang sudah ada dan mengambil berkas yang telah lunas dan menyimpan di failing cabinet yang lain Syarat calon debitur GKV : 1. Penduduk yang berdomisili dalam wilayah kerja GKV Bogor yang dibuktikan dengan KTP, SIM, Paspor, Resi Sementara atau Surat Keterangan Domisili. 2. Memiliki kartu keluarga dan surat nikah apabila sudah menikah. 3. Memiliki usaha dan memiliki character yang baik. 4. Memililiki surat izin usaha seperti Tanda Daftar Perusahaan, Surat Izin Usaha Perdagangan dan Surat Keterangan Usaha. 5. Memiliki agunan baik benda diam maupun benda bergerak. 6. Menyerahkan fotocopy PBB, rekening listrik/PDAM/telepon. 7. Menyerahkan syarat lainnya yang diperlukan oleh GKV Bogor seperti laporan keuangan, rekening tabungan, surat penawaran, bon dan faktur. 8. Melampirkan foto calon debitur, rumah, tempat usaha dan jaminan. 9. Menandatangani formulir permohonan kredit.
44
4.4. Prosedur Pengembalian Kredit dari Debitur Prosedur penagihan kredit adalah langkah-langkah atau urutan-urutan yang melibatkan bagian penagihan untuk melakukan penagihan kredit kepada debitur dengan cara yang telah ditetapkan. Prosedur penagihan kredit ini merupakan kebijaksanaan bank dalam melakukan kegiatan kredit yang telah diberikan pada saat jatuh tempo angsuran. Hal ini dilakukan untuk menjaga harta perusahaan, yaitu dana yang telah disalurkan kepada debitur melalui kredit dapat dikembalikan pada saat jatuh tempo beserta keuntungan. Prosedur pengembalian kredit di GKV Bogor adalah sebagai berikut : a. Debitur datang ke GKV untuk menyetor angsuran kredit sesuai dengan besar angsuran dan jangka waktu yang ditentukan. b. Pihak GKV akan memeriksa dan mencatat jumlah setoran yang telah diberikan oleh debitur dalam daftar penerimaan kas harian. c. Bukti penyetoran kredit (bonggol) dan kartu angsuran diserahkan untuk diperiksa kebenarannya. Metode pembayaran angsuran dilakukan perbulan yang dicicil secara mingguan oleh konsumen. d. Debitur akan menerima kembali kartu angsuran yang telah dicatat dan bukti penyetoran kredit (bonggol), hal ini dilakukan baik untuk debitur yang ditagih maupun yang datang sendiri ke GKV. e. Admin menerima bukti penyetoran kredit mengiinput ke dalam system VIPS. GKV melarang penggunaan tanda terima selain bonggol atau bukti lainnya yang tidak sesuai dengan ketentuan GKV. f. Collector, yaitu petugas GKV yang bertugas mendatangi debitur apabila kredit yang diberikan terlambat atau tidak dapat dibayarkan pada waktu jatuh tempo. Dalam hal ini, collector bertugas terjun langsung ke lapangan untuk menagih dan mengambil angsuran dari debitur baik debitur yang aktif maupun yang terlambat membayar. g. Proses penagihan yang dilakukan oleh collector disesuaikan dengan tanggal cicilan mingguan yang dicetak melalui system VIPS. h. Collector mempertanggungjawabkan hasil penagihan setiap hari dengan melampirkan bukti setoran bank, bukti bonggol yang terpakai, sisa bonggol yang tidak terpakai dan melakukan report pada atasan.
45
i. Penetapan denda keterlambatan didasarkan pada ketentuan GKV, nilai denda dihitung dari keterlambatan sisa kewajiban angsuran per bulan, perhitungan hari denda dihitung sejak H+1 jatuh tempo angsuran perbulan. j. Uang hasil penagihan konsumen disetorkan ke rekening bank GKV. k. Surat peringatan terhadap nasabah yang jatuh tempo berupa surat peringatan pertama (SP1) diberikan pada H+4, surat peringatan terakhir (SPT) diberikan pada H+10, tembusan SP disimpan oleh admin. 4.5. Pola Pengembalian Kredit Pada GKV Bogor Berdasarkan Karakteristik Debitur Analisis pengembalian kredit bermasalah oleh debitur (penunggak) dilakukan dengan melihat bagaimana pengembalian kredit oleh penunggak berdasarkan kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit tersebut. Karakteristik debitur dapat dilihat dari segi usia, jenis kelamin, status, pendidikan, lama menempati tempat tinggal, kepemilikan tempat tinggal, jarak GKV dengan lokasi rumah, jumlah tanggungan keluarga, pinjaman lain, pengalaman usaha, omset usaha, agunan, suku bunga dan jangka waktu pengembalian kredit. a. Pola pengembalian kredit berdasarkan usia Tabel 3. Pola pengembalian kredit berdasarkan usia Karakteristik Pengembalian Tunggakan NO
Usia (Tahun)
Dapat Mengangsur
Tidak Dapat Mengangsur Jumlah Proporsi (orang) (%)
Jumlah
Proporsi (%)
Jumlah (orang)
Proporsi (%)
20 – 30
10
13.70
6
7.41
16
10.39
2
31 – 40
32
43.84
48
59.26
80
51.95
3
41 – 50
18
24.66
10
12.35
28
18.18
13
17.81
17
20.99
30
73
100.00
81
100.00
154
19.48 100.00
1
4
> 50 Jumlah
Pada Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa debitur dengan usia antara 31 – 40 tahun mengalami masalah dalam pengembalian kreditnya sebanyak 80 orang (51,95%). Proporsi debitur dengan usia antara 31 – 40 tahun dan menunggak dalam kategori masih dapat mengangsur sebesar (43,84%) dan proporsi debitur menunggak dalam kategori tidak dapat mengangsur sebesar (59,26%). Berdasarkan temuan dan wawancara dengan debitur, beberapa alasan yang
46
menimbulkan ketidaklancaran pengembalian kredit pada golongan usia tersebut karena sakit dan kondisi usaha yang hampir bangkrut. b. Pola pengembalian kredit berdasarkan jenis kelamin Tabel 4. Pola pengembalian kredit berdasarkan jenis kelamin Karakteristik Pengembalian Tunggakan NO
1 2
Jenis Kelamin (Satuan)
Perempuan Laki-laki Jumlah
Dapat Mengangsur
Tidak Dapat Mengangsur Jumlah Proporsi (orang) (%)
Jumlah
Proporsi (%)
Jumlah (orang)
Proporsi (%)
43
58.90
41
50.62
84
54.55
30
41.10
40
49.38
70
73
100.00
81
100.00
154
45.45 100.00
Pada Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa secara umum debitur berjenis kelamin perempuan mengalami ketidaklancaran pengembalian kredit sebanyak 84 orang (54,55%). Proporsi debitur perempuan menunggak dalam kategori masih dapat mengangsur sebesar (58,90%) dan proporsi debitur perempuan menunggak dalam kategori tidak dapat mengangsur sebesar (50,62%). Hal ini berarti bahwa kemampuan laki-laki dalam pengembalian kredit lancar lebih baik dari perempuan. c. Pola pengembalian kredit berdasarkan status Tabel 5. Pola pengembalian kredit berdasarkan status Karakteristik Pengembalian Tunggakan NO
Status (Satuan)
Dapat Mengangsur Jumlah (orang)
Proporsi (%)
Tidak Dapat Mengangsur Jumlah Proporsi (orang) (%)
Jumlah
Proporsi (%)
1
Lajang
6
8.22
5
6.17
11
7.14
2
Menikah
57
78.08
70
86.42
127
82.47
3
Janda / Duda Jumlah
10
13.70
6
7.41
16
73
100.00
81
100.00
154
10.39 100.00
Pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa debitur dengan status menikah mengalami masalah dalam pengembalian kreditnya sebanyak 127 orang (82,47%). Proporsi debitur dengan status menikah yang menunggak dalam kategori masih dapat mengangsur sebesar (78,08%) dan proporsi debitur yang menunggak dalam kategori tidak dapat mengangsur sebesar (86,42%). Berdasarkan wawancara,
47
debitur dengan status menikah mengalami masalah dalam pengembalian kredit karena pengeluaran yang harus dikeluarkan dalam rumah tangga cukup banyak. d. Pola pengembalian kredit berdasarkan tingkat pendidikan Tabel 6. Pola pengembalian kredit berdasarkan tingkat pendidikan Karakteristik Pengembalian Tunggakan NO
Pendidikan (Tingkatan)
Dapat Mengangsur Jumlah (orang)
Proporsi (%)
Tidak Dapat Mengangsur Jumlah Proporsi (orang) (%)
Jumlah
Proporsi (%)
2.60
1
SD
3
4.11
1
1.23
4
2
SMP
3
4.11
5
6.17
8
5.19
3
SMU
44
60.27
58
71.60
102
66.23
4
Akademi/Universitas Jumlah
23
31.51
17
20.99
40
25.97
73
100.00
81
100.00
154
100.00
Pada Tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa debitur yang mengalami penunggakan tergolong dalam lulusan pendidikan jenjang SMU sebanyak 102 orang (66,23%). Proporsi debitur lulusan SMU yang menunggak tergolong dalam kategori masih dapat mengangsur sebanyak (60,27%) dan proporsi debitur lulusan SMU yang menunggak dalam kategori tidak dapat mengangsur sebanyak (71,60%). Berdasarkan data, permasalahan dengan debitur lulusan SMU karena pada dasarnya mayoritas populasi adalah lulusan SMU. e. Pola pengembalian kredit berdasarkan lama menempati tempat tinggal Tabel 7. Pola pengembalian kredit berdasarkan lama menempati tempat tinggal Karakteristik Pengembalian Tunggakan NO
Lama Menempati Tempat Tinggal (Tahun)
Dapat Mengangsur Jumlah (orang)
Proporsi (%)
Tidak Dapat Mengangsur Jumlah Proporsi (orang) (%)
Jumlah
Proporsi (%)
1
1 – 10
29
39.73
38
46.91
67
43.51
2
11 – 20
15
20.55
22
27.16
37
24.03
3
21 – 30
17
23.29
5
6.17
22
14.29
12
16.44
16
19.75
28
18.18
73
100.00
81
100.00
154
100.00
4
> 31 Jumlah
Pada Tabel 7 di atas diketahui bahwa debitur yang mengalami penunggakan menempati tempat tinggal dalam kurun waktu 1-10 tahun sebanyak 67 orang (43,51%). Proporsi debitur yang menempati tempat tinggal dalam kurun waktu 1-10 tahun dan menunggak tergolong dalam kategori masih dapat
48
mengangsur sebanyak (39,73%) dan proporsi debitur menunggak dalam kategori tidak dapat mengangsur sebanyak (46,91%). Berdasarkan temuan dan wawancara, permasalahan terjadi karena penggunaan pinjaman bukan untuk usaha. f. Pola pengembalian kredit berdasarkan kepemilikan tempat tinggal Tabel 8. Pola pengembalian kredit berdasarkan kepemilikan tempat tinggal Karakteristik Pengembalian Tunggakan NO
Kepemilikan Tempat Tinggal
Dapat Mengangsur Jumlah (orang)
Proporsi (%)
Tidak Dapat Mengangsur Jumlah Proporsi (orang) (%)
Jumlah
Proporsi (%)
1
Milik Sendiri
52
71.23
63
77.78
115
74.68
2
Milik Orang Tua
17
23.29
13
16.05
30
19.48
3
Sewa / Kontrak Jumlah
4
5.48
5
6.17
9
5.84
73
100.00
81
100.00
154
100.00
Pada Tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa debitur yang mengalami penunggakan memiliki tempat tinggal sendiri sebanyak 115 orang (74,68%). Proporsi debitur yang memiliki tempat tinggal sendiri dan menunggak tergolong dalam kategori masih dapat mengangsur sebanyak (71,23%) dan proporsi debitur menunggak dalam kategori tidak dapat mengangsur sebanyak (77,78%). Berdasarkan temuan dan wawancara, menunjukan bahwa debitur memiliki tempat tinggal sendiri mengalami masalah karena beberapa debitur sedang mengalami permasalahan rumah tangga. g. Pola pengembalian kredit berdasarkan jarak rumah ke GKV Bogor Tabel 9. Pola pengembalian kredit berdasarkan jarak rumah ke GKV Bogor Karakteristik Pengembalian Tunggakan NO
Jarak Rumah (Kilometer)
Dapat Mengangsur Jumlah (orang)
Proporsi (%)
Tidak Dapat Mengangsur Jumlah Proporsi (orang) (%)
Jumlah
Proporsi (%)
1
1 – 10
63
86.30
76
93.83
139
90.26
2
11 – 20
10
13.70
4
4.94
14
9.09
0
0.00
1
1.23
1
0.65
100.00
81
100.00
154
100.00
3
> 21 Jumlah
73
Pada Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa debitur dengan jarak rumah dengan GKV yang mencakup 1 – 10 km mengalami masalah dalam pengembalian kreditnya sebanyak 139 orang (90,26%). Proporsi debitur yang memiliki jarak rumah dengan GKV mencakup 1 – 10 km yang menunggak tergolong dalam
49
kategori masih dapat mengangsur sebanyak (86,30%) dan proporsi debitur menunggak dalam kategori tidak dapat mengangsur sebanyak (93,83%). Berdasarkan temuan dan wawancara dengan debitur, menunjukan bahwa debitur jarak rumah dengan GKV mencakup 1 – 10 km bermasalah dalam pengembalian kredit karena masyarakat perkotaan lebih tidak takut dengan hutang. h. Pola pengembalian kredit berdasarkan jumlah tanggungan keluarga Tabel 10. Pola pengembalian kredit berdasarkan jumlah tanggungan keluarga Karakteristik Pengembalian Tunggakan NO
Jumlah Tanggungan Keluarga (Orang)
Dapat Mengangsur Jumlah (orang)
Proporsi (%)
Tidak Dapat Mengangsur Jumlah Proporsi (orang) (%)
Jumlah
Proporsi (%)
1
0–1
33
45.21
27
33.33
60
38.96
2
2–3
30
41.10
37
45.68
67
43.51
3
4–5
9
12.33
15
18.52
24
15.58
1
1.37
2
2.47
3
1.95
73
100.00
81
100.00
154
100.00
4
>6 Jumlah
Pada Tabel 10 di atas dapat diketahui bahwa debitur yang memiliki tanggungan antara 2 – 3 orang mengalami ketidaklancaran pengembalian kredit sebanyak 67 orang (43,51%). Proporsi debitur yang memiliki tanggungan antara 0 – 1 orang dan menunggak tergolong dalam kategori masih dapat mengangsur
sebanyak (45,21%) dan proporsi debitur yang memiliki tanggungan antara 2 – 3 orang dan menunggak dalam kategori tidak dapat mengangsur sebanyak (33,33%). Berdasarkan temuan dan wawancara, keluarga debitur yang memiliki jumlah anak lebih banyak tidak dapat menyisihkan uang sehingga pembayaran angsuran bermasalah yang berakibat pada kurang lancarnya pengembalian kredit. i. Pola pengembalian kredit berdasarkan pinjaman lain Tabel 11. Pola pengembalian kredit berdasarkan pinjaman lain Karakteristik Pengembalian Tunggakan NO
1 2
Pinjaman Lain (Satuan)
Ada Tidak Ada Jumlah
Dapat Mengangsur
Tidak Dapat Mengangsur Jumlah Proporsi (orang) (%)
Jumlah
Proporsi (%)
Jumlah (orang)
Proporsi (%)
50
68.49
52
64.20
102
66.23
23
31.51
29
35.80
52
33.77
73
100.00
81
100.00
154
100.00
50
Pada Tabel 11 di atas dapat dilihat bahwa debitur yang memiliki pinjaman lain sebanyak 102 orang (66,23%) mengalami masalah dalam pengembalian kreditnya. Proporsi debitur yang memiliki pinjaman lain dan menunggak tergolong dalam kategori masih dapat mengangsur sebanyak (68,49%) dan proporsi debitur menunggak dalam kategori tidak dapat mengangsur sebanyak (64,20%). Berdasarkan temuan dan wawancara, debitur yang memiliki pinjaman lain mengalami masalah dalam pengembalian kredit karena debitur dengan banyak pinjaman memiliki kewajiban pembayaran lebih banyak sehingga terjadi tutup menutup hutang (gali lubang tutup lubang). j. Pola pengembalian kredit berdasarkan pengalaman usaha Tabel 12. Pola pengembalian kredit berdasarkan pengalaman usaha Karakteristik Pengembalian Tunggakan NO
Pengalaman Usaha (Tahun)
Dapat Mengangsur Jumlah (orang)
Proporsi (%)
Tidak Dapat Mengangsur Jumlah Proporsi (orang) (%)
Jumlah
Proporsi (%)
1
1 – 10
51
69.86
47
58.02
98
63.64
2
11 – 20
14
19.18
10
12.35
24
15.58
3
21 – 30
7
9.59
22
27.16
29
18.83
1
1.37
2
2.47
3
1.95
73
100.00
81
100.00
154
100.00
4
> 31 Jumlah
Pada Tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa debitur dengan pengalaman usaha antara 1 – 10 tahun sebanyak 98 orang (63,64%) memiliki kesadaran yang kurang baik untuk mengembalikan kredit. Proporsi debitur dengan pengalaman usaha antara 1 – 10 tahun dan menunggak tergolong dalam kategori masih dapat mengangsur sebanyak (69,86%) dan proporsi debitur menunggak dalam kategori tidak dapat mengangsur sebanyak (58,02%). Berdasarkan temuan dan wawancara, debitur dalam kategori ini mengalami masalah karena minimnya pengalaman usaha yang didapatkan sehingga berpengaruh terhadap pengelolaan usaha yang berakibat pada kurang lancarnya pengembalian kredit.
51
k. Pola pengembalian kredit berdasarkan omset usaha Tabel 13. Pola pengembalian kredit berdasarkan omset usaha
NO
Omset Usaha (Rupiah)
1
Rp1.000.000 – Rp20.000.000
Karakteristik Pengembalian Tunggakan Dapat Mengangsur Tidak Dapat Mengangsur Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi (orang) (%) (orang) (%) 55 75.34 43 53.09
Jumlah
Proporsi (%)
98
63.64
Rp20.000.001 – Rp40.000.000
9
12.33
16
19.75
25
3
Rp40.000.001 – Rp60.000.000
4
5.48
9
11.11
13
4
Rp60.000.001 – Rp80.000.000
2
2.74
7
8.64
9
5
> Rp80.000.000
3
4.11
6
7.41
9
5.84
Jumlah
73
100.00
81
100.00
154
100.00
2
16.23 8.44 5.84
Pada Tabel 13 di atas dapat dilihat bahwa debitur dengan omset usaha sebesar Rp1.000.000 – Rp20.000.000 per bulan mengalami ketidaklancaran dalam pengembalian kredit sebanyak 98 orang (63,64%). Proporsi debitur dengan omset usaha sebesar Rp1.000.000 – Rp20.000.000 per bulan dan menunggak tergolong dalam kategori masih dapat mengangsur sebanyak (75,34%) dan proporsi debitur menunggak dalam kategori tidak dapat mengangsur sebanyak (53,09%). Berdasarkan temuan, debitur dalam kategori ini mengalami masalah karena kondisi usaha bangkrut sehingga tidak memiliki kemampuan membayar angsuran, baik disengaja maupun tidak disengaja. l. Pola pengembalian kredit berdasarkan agunan Tabel 14. Pola pengembalian kredit berdasarkan agunan Karakteristik Pengembalian Tunggakan NO
Agunan (Satuan)
Dapat Mengangsur Jumlah (orang)
Proporsi (%)
Tidak Dapat Mengangsur Jumlah Proporsi (orang) (%)
Jumlah
Proporsi (%)
1
Household
68
93.15
75
92.59
143
92.86
2
BPKB
2
2.74
3
3.70
5
3.25
3
4.11
3
3.70
6
3.90
73
100.00
81
100.00
154
100.00
3
BPU Jumlah
Pada Tabel 14 di atas dapat dilihat bahwa debitur dengan agunan household
sebanyak
102
orang
(92,86%)
mengalami
masalah
dalam
pengembalian kreditnya. Proporsi debitur dengan agunan household dan menunggak tergolong dalam kategori masih dapat mengangsur sebanyak (93,15%) dan proporsi debitur menunggak dalam kategori tidak dapat mengangsur
52
sebanyak (92,59%). Berdasarkan temuan dan wawancara, debitur dengan agunan household kurang memiliki keseriusan dalam pembayaran angsuran karena debitur ini merasa sukarela apabila agunannya diambil alih oleh pihak kreditur untuk menutupi hutangnya. m. Pola pengembalian kredit berdasarkan suku bunga Tabel 15. Pola pengembalian kredit berdasarkan suku bunga Karakteristik Pengembalian Tunggakan NO
Suku Bunga (Satuan)
Dapat Mengangsur Jumlah (orang)
Proporsi (%)
Tidak Dapat Mengangsur Jumlah Proporsi (orang) (%)
Jumlah
Proporsi (%)
1
Tinggi
34
46.58
47
58.02
81
52.60
2
Rendah Jumlah
39
53.42
34
41.98
73
47.40
73
100.00
81
100.00
154
100.00
Pada Tabel 15 di atas dapat dilihat bahwa debitur yang keberatan dengan suku bunga mengalami pengembalian kredit yang kurang baik sebanyak 81 orang (52,60%). Proporsi debitur yang merasa suku bunga GKV cukup rendah dan menunggak tergolong dalam kategori masih dapat mengangsur sebanyak (53,42%) dan proporsi debitur yang merasa suku bunga GKV cukup tinggi dan menunggak dalam kategori tidak dapat mengangsur sebanyak (58,02%). Berdasarkan temuan dan wawancara, biasanya debitur tetap melakukan peminjaman kredit karena terdesak akan kebutuhan dana tunai untuk sekolah, persalinan, biaya rumah sakit sehingga tidak berfikir jangka panjang. n. Pola pengembalian kredit berdasarkan jangka waktu pengembalian kredit Tabel 16. Pola pengembalian kredit berdasarkan jangka waktu pengembalian kredit Karakteristik Pengembalian Tunggakan NO
Jangka Waktu Pengembalian Kredit (Bulan)
Dapat Mengangsur
Tidak Dapat Mengangsur Jumlah Proporsi (orang) (%)
Jumlah
Proporsi (%)
Jumlah (orang)
Proporsi (%)
1–6
2
2.74
5
6.17
7
4.55
2
7 – 12
39
53.42
40
49.38
79
51.30
3
13 – 18
19
26.03
23
28.40
42
27.27
4
19 – 24 Jumlah
13
17.81
13
16.05
26
16.88
73
100.00
81
100.00
154
100.00
1
53
Pada Tabel 16 di atas dapat diketahui bahwa debitur dengan jangka waktu pengembalian kredit antara 7 – 12 bulan memiliki kesadaran yang kurang baik untuk mengembalikan kredit dengan jumlah 79 orang (51,30%). Proporsi debitur dengan jangka waktu pengembalian kredit antara 7 – 12 bulan dan menunggak tergolong dalam kategori masih dapat mengangsur sebanyak (53,42%) dan proporsi debitur menunggak dalam kategori tidak dapat mengangsur sebanyak (49,58%). Berdasarkan temuan dan wawancara, debitur dalam kategori ini mengalami masalah karena terjadinya pergantian collector sehingga terjadi keterlambatan pembayaran. 4.6. Analisis Faktor – Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pengembalian Kredit Bermasalah di GKV Bogor Faktor faktor yang mempengaruhi debitur untuk mengembalikan tunggakan kredit (kredit bermasalah) adalah usia, jenis kelamin, status, pendidikan, lama menempati tempat tinggal, kepemilikan tempat tinggal, jarak GKV dengan lokasi rumah dan jumlah tanggungan keluarga, pinjaman lain, pengalaman usaha, omset usaha, agunan, suku bunga, jangka waktu pengembalian kredit. Variabel respon dalam hal ini terdiri dua alternatif pilihan yaitu penunggak masih dapat mengangsur (1) dan penunggak yang tidak dapat mengangsur (0). Pada tingkat kepercayaan 90 persen (α = 0,10), nilai uji G pada model regresi logistik ini adalah 157,417 dengan nilai P = 0,001. Hal ini menunjukan bahwa nilai P (0,015) < alpha 10% maka tolak H0, artinya minimal ada satu peubah bebas yang berpengaruh nyata atau model regresi significant. Dapat disimpulkan bahwa satu diantara variabel usia, jenis kelamin, status, pendidikan, lama menempati tempat tinggal, kepemilikan tempat tinggal, jarak GKV dengan lokasi rumah dan jumlah tanggungan keluarga, pinjaman lain, pengalaman usaha, omset usaha, agunan, suku bunga, jangka waktu pengembalian kredit berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit bermasalah ke GKV Bogor. Dalam hipotesa sebelumnya disebutkan bahwa H0 : lama menempati tempat tinggal diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit dan H1 : lama menempati tempat tinggal diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit, H0 : pinjaman lain diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit, H1 : pinjaman lain diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit, H0 : suku
54
bunga diduga tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit dan H1 : suku bunga diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit. Dilihat dari uji Goodness of fit yang terdiri dari uji Hosmer and Lemeshow menunjukan bahwa semua nilai P (0,647) > 5% (α = 0,05) maka terima H0. Hal ini menunjukan bahwa model yang diperoleh dari analisis regresi logistik sudah fit. Hasil pengolahan regresi logistik mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit dapat dilihat pada Tabel 17 dan Tabel 18. Hasil pengolahan dengan regresi logistik menghasilkan variabel yang berpengaruh nyata (signifikan) dan variabel yang tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap pengembalian kredit. Identifikasi variabel yang signifikan dapat dilihat dari nilai P dari variabel yang bersangkutan. Jika nilai P suatu variabel lebih kecil dari 10 persen (P < 10% ) maka variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit begitu pula sebaliknya. Tabel
17.
Faktor yang berpengaruh pengembalian kredit
nyata
(significant)
terhadap
Faktor yang Berpengaruh Nyata (Significant) No Variabel 1 Lama menempati tempat tinggal (X5) 2 Pinjaman lain (X9) 3 Suku bunga (X13)
Koefisien 0,027 2,145 1,644
P-Value 0,087 0,004 0,002
Odds Ratio 1,027 8,545 5,176
Dilihat dari nilai P sebesar (0,087) < α 10%, artinya X5 (lama menempati tempat tinggal) berpengaruh nyata terhadap Y, (tolak H0 = tidak berpengaruh dan terima H1 = berpengaruh). Berdasarkan nilai odds ratio 1,027 artinya debitur dengan lama menempati tempat tinggal lebih dari 1 tahun memiliki peluang untuk mampu mengangsur kredit dengan lancar sebesar 1,027 kalinya dibandingkan dengan debitur dengan lama menempati tempat tinggal kurang dari 1 tahun, dengan asumsi variabel lainnya tetap. Dilihat dari nilai P sebesar (0,004) < α 10% artinya, X9 (pinjaman lain) berpengaruh nyata terhadap Y, (tolak H0 = tidak berpengaruh dan terima H1 = berpengaruh). Berdasarkan nilai odds ratio 8,545 artinya debitur yang tidak memiliki pinjaman lain memiliki peluang untuk mampu mengangsur kredit dengan lancar sebesar 8,545 kalinya dibandingkan dengan debitur yang memiliki pinjaman lain, dengan asumsi variabel lainnya tetap.
55
Dilihat dari nilai P sebesar (0,002) < α 10% artinya, X13 (suku bunga) berpengaruh nyata terhadap Y, (tolak H0 = tidak berpengaruh dan terima H1 = berpengaruh). Berdasarkan nilai odds ratio 5,176 artinya debitur yang merasa bahwa suku bunga GKV rendah memiliki peluang untuk mampu mengangsur kredit dengan lancar sebesar 5,176 kalinya dibandingkan dengan debitur yang merasa bahwa suku bunga GKV tinggi, dengan asumsi variabel lainnya tetap. Tabel 18. Faktor yang tidak berpengaruh nyata (tidak significant) terhadap pengembalian kredit Faktor yang Tidak Berpengaruh Nyata (Tidak Significant) No 1 2 3
4
5
6 7 8 9 10
11
Variabel Usia X1 Jenis kelamin X2 Status X3 Status X3 (1) Status X3 (2) Tingkat pendidikan X4 Tingkat pendidikan X4 (1) Tingkat pendidikan X4 (2) Tingkat pendidikan X4 (3) Tingkat pendidikan X4 (4) Kepemilikan tempat tinggal X6 Kepemilikan tempat tinggal X6 (1) Kepemilikan tempat tinggal X6 (2) Jarak rumah dengan GKV X7 Jumlah tanggungan keluarga X8 Pengalaman usaha X10 Omset usaha X11 Agunan X12 Agunan X12 (1) Agunan X12 (2) Jangka Waktu Pengembalian Kredit X14
Koefisien -0,030 -0,180 -0,303 0,067 -1,182 -0,351 0,131 -0,543 0,027 -0,349 0,266 0.075 0.010 -0,007 0.000 2,484 0,422 -0,001
P-Value 0,207 0,675 0,911 0,771 0,931 0,697 0,332 0,727 0,826 0,510 0,429 0,681 0,773 0,212 0,946 0,787 0,738 0,201 0,108 0,844 0,991
Odds Ratio 0,970 0,835 0,738 1,059 0,307 0,704 1,140 0,581 0,706 1,304 1,078 1,010 0,993 1,000 11,995 1,525 0,999
4.7. Metode Analisis 5C (the five of credit) Analisa untuk penyaluran kredit yang sifatnya konsumsi lebih mudah dibandingkan dengan analisa penyaluran kredit yang digunakan untuk modal kerja atau investasi seperti yang dikelola oleh GKV Bogor. Kreditur membutuhkan penilaian kredit dalam bentuk suatu analisa kredit yang dapat menentukan resiko yang ada atau simulasi ke depannya atas pinjaman yang diberikan pada calon debitur.
56
Berdasarkan hasil wawancara, dapat diketahui bahwa tingginya tingkat overdue (keterlambatan pembayaran angsuran) disebabkan karena karakteristik debitur itu sendiri, penilaian kredit yang tidak sesuai dengan prinsip 5C dan lainnya. Hasil temuan di lapangan ternyata tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya sehingga hal ini menjadi suatu permasalahan GKV. Tabel 19. Pola pengembalian kredit berdasarkan metode analisis 5C Karakteristik Pengembalian Tunggakan NO
Analisis 5C
Dapat Mengangsur
Tidak Dapat Mengangsur Jumlah Proporsi (orang) (%)
Jumlah
Proporsi (%)
Jumlah (orang)
Proporsi (%)
Character
21
28.77
29
35.80
50
32.47
2
Capacity
27
36.99
18
22.22
45
29.22
3
Capital
7
9.59
12
14.81
19
12.34
4
Collateral
8
10.96
9
11.11
17
11.04
5
Condition Jumlah
10
13.70
13
16.05
23
14.94
100.00
81
100.00
154
100.00
1
73
Pada Tabel 19 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas debitur yang mengalami ketidaklancaran pengembalian kredit sebanyak 50 orang (32,47%). Proporsi debitur yang bermasalah berdasarkan capacity dan menunggak tergolong dalam kategori masih dapat mengangsur sebanyak (36,99%) dan proporsi debitur yang bermasalah berdasarkan character dan menunggak dalam kategori tidak dapat mengangsur sebanyak (35,80%). Identifikasi ini dilakukan berdasarkan wawancara dan kuisioner dengan divisi collection (penagihan). Debitur yang memiliki character tidak baik biasanya tidak mementingkan kelancaran pembayaran angsuran dengan adanya unsur kesengajaan sehingga menghambat pengembalian kredit. Watak debitur ini berkaitan dengan integritasnya, dalam arti bahwa debitur yang memiliki watak yang baik masih memiliki kemauan untuk membayar kreditnya. Hal ini dapat diidentifikasi dari wawancara, pengalaman kredit dan informasi dari lingkungan sosial. Debitur yang bermasalah dalam capacity tidak memiliki kemampuan membayar kembali angsuran sesuai dengan perjanjian kredit karena terjadinya berbagai kesalahan dalam analisa pengajuan kredit seperti kesalahan analisa kelayakan kredit baik dari segi usaha maupun manajerial sehingga laba yang didapatkan tidak dapat memenuhi keseluruhan pengembalian kredit .
57
4.8. Implikasi Manajerial Hasil dari analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian kredit diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang berpengaruh nyata (significant) terhadap pengembalian kredit yaitu variabel lama menempati tempat tinggal, variabel pinjaman lain dan variabel suku bunga. Dimana nilai masing-masing variabel tersebut lebih kecil dari 10 persen (P < 10%) sehingga untuk mengantisipasi terjadinya penunggakan kredit, GKV perlu mempertimbangkan ketiga hal tersebut dalam penyaluran kredit kepada calon debitur. Upaya yang dapat dilakukan untuk menekan kenaikan tingkat kredit bermasalah di GKV Bogor adalah melakukan filtrasi awal dengan cara BI checking dan membuat SOP (standard operational prosedure) dengan lebih spesifik. Memberikan sanksi yang tegas untuk tindakan yang menyalahi prosedur dan penanggulangan masalah yang terjadi dengan mengeluarkan kebijakan yang baik bagi perusahaan dan bagi debitur GKV Bogor. Melakukan eksekusi jaminan terhadap debitur yang menunggak adalah langkah awal untuk menahan tingkat pengembalian kredit yang buruk. Debitur yang menunggak lebih dari 1 bulan akan diambil alih jaminannya oleh pihak GKV sesuai dengan sisa angsuran berjalan. Kerjasama yang terjalin antara marketing dan collector dalam mengurangi angka overdue setiap bulannya. Divisi HRD dapat melakukan recruitment calon karyawan dengan lebih proporsional seperti penetapan standar pendidikan yang berlaku, pemberian gaji sesuai latar belakang pendidikan, filtrasi awal terhadap calon karyawan mengenai character orang tersebut dan pemberlakuan jam kerja sesuai dengan kontrak kerja sehingga tidak menimbulkan berbagai masalah yang terkait dengan sumber daya manusia seperti collector yang tidak jujur, team leader yang korupsi seperti yang pernah terjadi sebelumnya di GKV Bogor. Dilihat dari segi finansial, GKV dapat memberikan suku bunga yang lebih rendah agar dapat bersaing dengan leasing yang lain. Salah satu cara untuk menarik debitur agar melakukan pembayaran angsuran tepat waktu adalah dengan memberikan diskon angsuran dengan syarat pembayaran dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo, memberikan parcel pada hari besar keagamaan dan memberikan souvenir untuk pinjaman yang cukup besar.
58
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : a. Karakteristik debitur GKV Bogor yang mengalami kredit bermasalah sebagian besar berada pada usia 31-40 tahun, dengan jenis kelamin perempuan, memiliki status menikah, lulusan pendidikan SMU, lama menempati tempat tinggal selama 1-10 tahun, kepemilikan tempat tinggal adalah milik sendiri, memiliki jarak lokasi rumah dengan GKV sejauh 1-10 km dan memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 2-3 orang, memiliki pinjaman lain, pengalaman usaha antara 0-10 tahun, memiliki omset usaha antara Rp1.000.000,00– Rp20.000.000,00 per bulan, memiliki agunan berupa household, suku bunga tinggi dan berada dalam jangka waktu pengembalian kredit antara 7-12 bulan. b. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata (significant) terhadap pengembalian kredit adalah lama menempati tempat tinggal, pinjaman lain dan suku bunga. 2. Saran a. Mempertimbangkan nilai odds ratio dari variabel lama menempati tempat tinggal, pinjaman lain dan suku bunga maka penyaluran kredit di GKV Bogor dapat difokuskan pada calon debitur dengan lama menempati tempat tinggal lebih dari 1 tahun, tidak memiliki pinjaman lain serta kepahaman debitur mengenai kesediaannya untuk membayar angsuran dengan beban bunga yang berlaku. b. Perbaikan dalam sisi manajemen sehingga dapat menciptakan kesinambungan yang lebih baik ke depannya agar tujuan perusahaan dapat tercapai. c. GKV Bogor harus menerapkan dan melakukan analisis 5C secara benar untuk mencegah resiko default atas kreditnya.
59
DAFTAR PUSTAKA Alamsyah, T. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengambilan Kredit Usaha Pedesaan (KUPEDES) Sektor Agribisnis (BRI Unit Ciampea). Skripsi pada Program Ekstensi Manajemen Agribisnis. Departemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Asih, M. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Pengusaha Kecil Pada Program Kemitraan Corporate Social Responsibility (Studi kasus : PT Telkom Drive II Jakarta). Skripsi pada Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Fahmi, I dan Y. Lavianti, H. 2010. Pengantar Manajemen Perkreditan. Alfabeta Bandung. Haloho, F. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Pengembalian Kredit Mikro PT BPD Jabar Banten KCP Darmaga. Skripsi pada Departemen Ekonomi. Fakultas Ilmu Ekonomi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Karya Kita Bersama. 2010. Majalah Kredit Guide. Bogor Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Purwanto, B dan A, Kohar. 2007. Modul Manajemen Lembaga Keuangan. Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Priarnani, N.E. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Pengembalian Kredit Pembinaan Peningkatan Pendapatan Petani Nelayan Kecil (Studi kasus di kabupaten Tuban, Jawa Timur). Skripsi pada Program Ekstensi Manajemen Agribisnis. Departemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Priyatno, D. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Media Kom. Yogyakarta Saadah, H. 2009. Penyaluran dan Pengembalian Kredit Pada Usaha Mikro, Kecil, Menengah, Melalui Lembaga Keuangan Mikro Syariah. Skripsi pada Program Ekstensi Manajemen Agribisnis. Departemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Santoso, S. 2010. Statistik Multivariat. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. Setianingsih, D. 2008. Analisis Resiko Kredit dan Penanganan Kredit Bermasalah Pada Bank JABAR. Skripsi pada Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Siamat, D. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. www. Suara Pembaruan.com [20 May 10.]
60
http://ineddeni.wordpress.com/2007/08/07/regresi-logistik/, 2009.
http:///E:/skripsi/Bahan/Profil/Industri/Multifinance/diIndonesia , 2008. http://www.konsultanstatistik.com/2009/03/regresi-logistik.html#ixzz16sP6Kwxx, 2009. http://ramondfloralamandasa.blogspot.com, 2010.
61
LAMPIRAN
62
Lampiran 1. Hasil olahan regresi logistik mengenai faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian kredit bermasalah pada GKV Bogor. Case Processing Summary Selected Cases a Included in Analysis Unweighted Cases Missing Cases Total Unselected Cases Total
N
154 0 154 0 154
100,0 Percent ,0 100,0 ,0 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding tidak mampu Original Value mengangsur mampu mengangsur
0 Internal Value 1
Categorical Variables Codings
X4
X6
X12
X3
X13 X9 X2
SD SMP SMU AKADEMI UNIVERSITAS Sendiri Keluarga Sewa Household BPU BPKB Lajang Menikah Janda Rendah Tinggi Tidak Ada L P
6 Frequency 9 101 13 25 113 32 9 147 3 4 11 125 18 120 34 23 131 70 84
1,000 (1) ,000 ,000 ,000 ,000 1,000 ,000 ,000 1,000 ,000 ,000 1,000 ,000 ,000 1,000 ,000 1,000 ,000 1,000 ,000
Parameter coding ,000 ,000 (2) (3) 1,000 ,000 ,000 1,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 1,000 ,000 ,000 1,000 ,000 ,000 1,000 ,000
,000 (4) ,000 ,000 1,000 ,000
63
Lanjutan Lampiran 1. Hasil olahan regresi logistik mengenai faktor yang
berpengaruh terhadap pengembalian bermasalah pada GKV Bogor.
kredit
Iteration Historya,b,c
Iteration Step 1 0 2
-2 Log likelihood 213,074
Coefficients
213,074
-,104
Constant -,104
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 213,074 c. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less than ,001.
Block 1: Method = Enter Iterationa,b,c,d History
Step 1 Iteration 1 2 3 4 5
Coefficients -2 Log 178,901-2,551 -,024 -,143 -,331 -,027 -,952 -,206 ,137 -,414 ,021 -,239 ,240 ,062 ,014 1,438 likelihood ConstantX1 X2(1) X3(1) X3(2) X4(1) X4(2) X4(3) X4(4) X5 X6(1) X6(2) X7 X8 X9(1) 177,072-3,302 -,029 -,172 -,313 ,036 -1,155 -,317 ,138 -,526 ,026 -,328 ,266 ,074 ,009 2,004 177,013-3,451 -,030 -,180 -,304 ,056 -1,181 -,350 ,131 -,543 ,027 -,348 ,266 ,075 ,009 2,139 177,013-3,456 -,030 -,180 -,303 ,057 -1,182 -,351 ,131 -,543 ,027 -,349 ,266 ,075 ,010 2,145 177,013-3,456 -,030 -,180 -,303 ,057 -1,182 -,351 ,131 -,543 ,027 -,349 ,266 ,075 ,010 2,145
a. b. Method: Enter c. Constant is included in the model. d. Initial -2 Log Likelihood: 213,074 Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.
Uji-G
Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1
Step Block Model
36,061 Chi-square 36,061 36,061
H0 : 1 = 2 = ... = p = 0
df
20 20 20
,015 Sig. ,015 ,015
tidak ada yang significant
H1 : minimal ada satu i ≠ 0, i = 1, 2, ..., p
model significant
Statistik uji-G didefinisikan sebagai :
L G 2 ln 0 = 157.417 L p
-,005 ,000 1,718 ,299 1,250 X10 X11 X12(1) X12(2) X13(1) -,007 ,000 2,346 ,430 1,582 -,007 ,000 2,481 ,425 1,642 -,007 ,000 2,484 ,422 1,644 -,007 ,000 2,484 ,422 1,644
,008 X14 ,001 -,001 -,001 -,001
64
Lanjutan Lampiran 1. Hasil olahan regresi logistik mengenai faktor yang
berpengaruh terhadap pengembalian bermasalah GKVTest Bogor. Hosmer andpada Lemeshow 1 Step
6,004 Chi-square
df
8
kredit
,647 Sig.
Model Summary
1 Step a.
-2177,013 Log a Cox & Snell ,209 likelihood R Square
Nagelkerke ,279 R Square
Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Step 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Y = tidak mampu mengangsur 14 13,662 Observed Expected 13 11,897 9 10,189 8 9,282 11 8,420 5 7,612 7 6,914 5 5,883 6 4,677 3 2,465
Y = mampu mengangsur 1 1,338 Observed Expected 2 3,103 6 4,811 7 5,718 4 6,580 10 7,388 8 8,086 10 9,117 9 10,323 16 16,535
15 Total 15 15 15 15 15 15 15 15 19
Classification Table a
Predicted
Step 1 Y Observed
tidak mampu mengangsur mampu mengangsur Overall Percentage
a. The cut value is ,500
Y tidak mampu mampu Percentage 58 mengangsur 23 71,6 mengangsur Correct 27
46
63,0 67,5
65
Lampiran 2. Brosur yang digunakan GKV Bogor
66
Lampiran 3. Kuisioner penelitian KUESIONER PENELITIAN “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Oleh Debitur Gerai Kredit Verena Bogor.” No. Responden :
Tanggal: 30/01/2011
Yang terhormat debitur GKV Bogor Saya, merupakan mahasiswa tingkat akhir pada Program Sarjana Alih Jenis Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB yang bernama Astri Marlia Samti (H24087023). Kuesioner ini akan digunakan dalam pengumpulan data responden untuk menunjang pelaksanaan penelitian “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Oleh Debitur Gerai Kredit Verena Bogor.” Saya sangat mengharapkan kesediaan Anda dalam mengisi kuesioner ini sesuai dengan petunjuk yang saya berikan. Saya sangat menghargai kesediaan dan kejujuran Anda dalam mengisi kuesioner ini dan akan menjamin kerahasiaan Anda. Atas kesediaannya, saya ucapkan terima kasih. Nama Anda: ....................................................................... Karakteristik Debitur Jenis kelamin : a. Pria b.Wanita Usia : a. 20-30 tahun b. 31-40 tahun c. 41-50 tahun d. >51 tahun Pinjaman lain : a. Ada b. Tidak ada Status : a. Lajang c. Menikah b. Duda/janda Tingkat pendidikan : a. SD b. SMP c. SMU d. Akademi/Universitas Lama menempati tempat tinggal : a. 1-10 tahun b. 11-20 tahun c. 21-30 tahun d. > 31 tahun Kepemilikan tempat tinggal : a. Milik sendiri b. Milik orangtua c. Sewa/kontrak
67
Lanjutan lampiran 3. Kuisioner penelitian Jarak rumah ke GKV a. 1-10 km b. 11-20 km c. > 21 km Jumlah tanggungan keluarga a. 0-1 orang b. 2-3 orang c. 4-5 orang d.> 6 orang Agunan a. Household b. BPKB c. BPU Apakah anda keberatan dengan suku bunga yang berlaku saat ini? a. Ya b. Tidak Pengalaman usaha : a. 11-20 tahun b. 21-30 tahun c. > 31 tahun Omset usaha per bulan : a. Rp1.000.000 – Rp 20.000.000 b. Rp1.000.000 – Rp 20.000.000 c. Rp1.000.000 – Rp 20.000.000 d. Rp1.000.000 – Rp 20.000.000 e. > Rp 1.000.000 Jangka waktu : a. 1-6 bulan b. 7-12 bulan c. 13-18 bulan d. 19-24 bulan Sudah berapa kali Anda menjadi debitur GKV Bogor (termasuk pinjaman ini)? a. Satu kali (Baru) b. Dua kali (RNO) Tujuan penggunaan dari pinjaman ini : a. Modal usaha b. Bayar sekolah c. Biaya rumah sakit d. Tutup hutang e. Lain, sebutkan..... Pengalaman menerima kredit dari lembaga / bank lain : a. Ya, sebutkan..... b. Tidak Pengelolaan usaha : a. Dengan karyawan b. Tanpa karyawan Apakah ada saingan dari usaha berjalan : a. Ada b. Belum ada
68
Lampiran 4. Kuisioner penelitian
KUISIONER PENELITIAN METODE ANALISIS 5C
Judul Penelitian : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT BERMASALAH OLEH DEBITUR GERAI KREDIT VERENA BOGOR Identitas Responden Nama Pekerjaan Alamat
: : :
Kami mohon Bapak/Ibu dapat mengisi kuisioner ini secara obyektif dan benar, karena kuisioner ini akan digunakan untuk penelitian skripsi dengan tujuan ilmiah sehingga diperlukan data yang valid dan akurat. Terima kasih
Peneliti : Astri Marlia Samti (H24087023)
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
69
Lanjutan lampiran 4. Kuisioner penelitian
PENENTUAN FAKTOR INTERNAL Analisa kredit adalah proses menganalisa calon debitur guna memperoleh indikasi kemungkinan terjadinya default (kegagalan debitur membayar kembali kredit yang diterimanya, angsuran pokok beserta bunga yang telah disepakati). Langkah yang tepat untuk mengambil keputusan terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pemberian kredit adalah melakukan metode analisa 5C yaitu Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Condition. Tujuan : Mengelompokkan Character, Capital, Collateral, Capacity dan Condition dalam metode analisa 5C yang dilakukan dalam proses penilaian kredit. Petunjuk Pengisian : Berikan tanda (√ ) pada kolom yang sesuai pada Tabel 1 berikut ini, apabila indikasi tersebut sesuai dengan kondisi yang sedang terjadi dengan debitur. Tabel 1. Metode Analisis 5C No
NAMA Character
1
DIAN HARDINI
2
ASEP NUGRAHA J
3
SUMARTINI
4
SEHA
5
GADIS SULASTRI
6
ADE NURHAYATI
7
NASAHUDIN
8
NUNUK SRI
9
HARYANTI
10
NILA SATRIA
11
PUJI ASTUTI
12
ADEK SAPUTRA
13
LALA NEZA
14
MAMAH ROHAMAH
15
ALUYAH WATI N
16
MARTHA
17
LILIS ANIATI
18
RUSMAWARNI
19
INDRA IRIANSYAH
20
SITI AISAH
21
AYUB
22
RITA ARTHA K
23
MOCH YUSUF ALI
24
RIETA SUPRAPTI
25
ACHMAD SYAWAL N
Metode Analisis 5C Capacity Capital Collateral
Condition
70
Lanjutan lampiran 4. Kuisioner penelitian No
NAMA Character
26
SIRAJUDIN Y
27
M DJEJEN
28
EDAH JUBAEDAH
29
SUNARDI
30
PIPIH SUMANTI
31
NURAINI
32
MAMIK WAHYUDI
33
SAPUROH
34
WIWIN
35
SUJONO
36
KHOTIMAH
37
JONI MARSATYO
38
ERNA HERLINA
39
LINA HERLINA
40
ETTY SUPIARTY
41
SITI HALIMAH
42
DODI ROYANDI
43
MUSIAM
44
CICIH MULYASIH
45
MAMAN
46
DADAY ISKANDAR
47
TRIYANTO
48
NURYANI
49
SAID KELANA
50
PUGER WIDODO
51
KURNIAWATI
52
MUHAMAD
53
NANA SUPRIATNA
54
SRI LESTARI
55
SUMIATI
56
ERWIN
57
JUMALA
58
RIKA PURNAMASARI
59
SAEPULLOH
60
NURHASANAH
61
CECEP JAMALUDIN
62
KOSASIH
63
WIWI WITARSIH
64
GORDON RICARD B
65
ENDANG WIDIYANTI
66
KURSILOWATI
67
NURAENI
68
SUMARDI
69
MILYA OKTORA
70
GEGET AJISOKO
71
ADE ROKIYAH
Metode Analisis 5C Capacity Capital Collateral
Condition
71
Lanjutan lampiran 4. Kuisioner penelitian No
NAMA Character
72
DEWI ERNAWATI
73
YAYAH KOMARIAH
74
KOMALASARI
75
IIN INDIRA A
76
DEARIEN W
77
HUSEN
78
ANDRI WIJAYA
79
CAHYA MUKMIN
80
KUNAH
81
AHMAD FADILAH
82
MAKBUL SYAEFUL
83
AMAS SAPAAT
84
HARDY ENDARWAN
85
NURLAELA
86
EFRILLA SARI
87
MARTIN HARTAJAYA
88
NURSANTI MUNA P
89
BUNYANAH HJ
90
MIMIN SUMINI
91
DAAN
92
TUTY SURYATI
93
DUROHMAN
94
WANDI ROESMANA
95
UUS ESTUNINGSIH
96
MARITA SUSILAWATI
97
SUNARTI
98
NURJANAH
99
PARIATNO
100
ADANG TAUFIK
101
SITI UMAYAH
102
ESTER
103
JHON MARKUS DMK
104
SUHERMAN
105
AFRITA KAIZA
106
SYAMSIAH BT
107
MASWI
108
HIDAYANTI
109
ESIH SOFIAH
110
ESIH SUKAESIH
111
HALINTAR GRAHA
112
JURIAH
113
ELIDA SIREGAR
114
DWI ENDAH LESTARI
115
WAWAN
116
MUHAMAD LILI
117
SUTINI
Metode Analisis 5C Capacity Capital Collateral
Condition
72
Lanjutan lampiran 4. Kuisioner penelitian No
NAMA Character
118
NURAHMAN
119
MARPUAH
120
SUTINAH
121
YUDI GUNADI
122
MUHAMAD ADLIN
123
ASEP AKBARUDIN
124
MAGDALENA
125
EENG HERAWATI
126
M SYARIEF AL GOFFUR
127
TINI DEWI A
128
AYIE SAADAH
129
RITA LILIANI
130
MUCHLIS
131
AGUS HIDAYAT
132
ANI AIDIL F
133
TAUFIK ISKANDAR
134
ENI WIDIASTUTI
135
RIANAWATI
136
BAYU ZAMALUDIN
137
NAMAN
138
DIAN PUSPITA
139
FIRMAN KURNIAWAN
140
M RAMLI
141
PANJANG NASUTION
142
WAHIDAH NAJMI
143
RIZQI M REISHA
144
SUHENDRA
145
YOGI SETIADANU
146
RISKA PRIHATINI
147
MICKY MULYADI
148
EDI JUNAEDI
149
ETI SURYANI
150
DULLAH
151
HARSONO
152
DARMIN
153
TONY SAPUTRA
154
TUTI NURYANI
Metode Analisis 5C Capacity Capital Collateral
Condition