PENGARUH PORTOFOLIO KREDIT TERHADAP PENDAPATAN BUNGA KREDIT DAN KREDIT BERMASALAH (STUDI KASUS PT BANK X)
Oleh AHMAD ROYANI H24104025
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
ABSTRAK Ahmad Royani. H24104025. Pengaruh Portofolio Kredit terhadap Pendapatan Bunga Kredit dan Kredit Bermasalah (Studi Kasus: PT Bank X). Di bawah bimbingan Wita Juwita Ermawati. PT Bank X sebagai lembaga keuangan memiliki fungsi intermediasi keuangan. Salah satu fungsi intermediasi keuangan adalah menyalurkan kredit kepada masyarakat. Kredit yang disalurkan dapat dikelompokkan berdasarkan segmen debitur, wilayah geografis, maupun sektor ekonomi. Penyaluran kredit ini berimplikasi kepada dua hal, yaitu : pendapatan bunga kredit dan risiko kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL). Penelitian ini bertujuan (1) mengidentifikasi portofolio kredit berdasarkan sektor ekonomi, (2) menganalisis pengaruh portofolio kredit terhadap pendapatan bunga kredit, (3) menganalisis pengaruh portofolio kredit terhadap kredit bermasalah, dan (4) menganalisis bagaimana kebijakan untuk membentuk portofolio kredit yang optimal. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang didapatkan dari laporan triwulanan, tahunan maupun dokumen lain PT Bank X. Selain itu data pendukung didapatkan dari lembaga terkait seperti Bank Indonesia. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis korelasi dan regresi berganda dengan alat pengolah data yaitu perangkat lunak Microsoft Excel dan Minitab versi 14. Portofolio kredit PT Bank X terdiri dari kredit yang disalurkan untuk sektor industri dengan persentase sebesar 41%, pertanian sebesar 10,79%, perdagangan sebesar 13,72%, pertambangan sebesar 4,24%, jasa-jasa sebesar 19,75%, dan sektor lain-lain sebesar 10,47%. Berdasarkan analisis korelasi terdapat hubungan antara penyaluran kredit ke dalam enam sektor ekonomi dengan pendapatan bunga kredit. Pengaruh positif juga ditunjukkan oleh hasil persamaan regresi berganda. Seluruh koefisien kredit yang disalurkan untuk enam sektor ekonomi bertanda positif, yaitu industri sebesar 0,08, pertanian sebesar 0,06, perdagangan sebesar 0,08, pertambangan sebesar 0,05, jasa-jasa sebesar 0,08, dan sektor lainlain sebesar 0,08. Hal ini karena sebagian besar kredit yang disalurkan ke dalam enam sektor ekonomi merupakan kredit yang tidak bermasalah dan berkontribusi positif terhadap pendapatan bunga kredit. Analisis korelasi juga menunjukkan bahwa tidak ada korelasi yang nyata antara penyaluran kredit ke enam sektor ekonomi terhadap perubahan kredit bermasalah. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan kredit bermasalah yang bersifat fluktuatif pada periode pengamatan. Perubahan jumlah NPL lebih disebabkan kemampuan debitur dalam membayar pinjaman yang dipengaruhi kondisi makroekonomi dan kebijakan bank sentral. Berdasarkan analisis yang dilakukan dan melihat perkembangan rasio NPL setiap sektor, maka kredit yang disalurkan untuk sektor industri dan jasa-jasa perlu ditinjau kembali, karena walaupun berkontribusi positif terhadap pendapatan bunga kredit, terdapat kecenderungan rasio NPL kedua sektor ini meningkat. Selain itu risiko kredit kedua sektor ini relatif lebih sensitif terhadap gejolak perekonomian. Penyaluran kredit untuk sektor pertanian, perdagangan, pertambangan, dan lain-lain perlu ditingkatkan lagi karena selain berkontribusi positif terhadap pendapatan bunga kredit juga memiliki rasio NPL yang cenderung menurun.
PENGARUH PORTOFOLIO KREDIT TERHADAP PENDAPATAN BUNGA KREDIT DAN KREDIT BERMASALAH (STUDI KASUS PT BANK X)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh AHMAD ROYANI H24104025
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
PENGARUH PORTOFOLIO KREDIT TERHADAP PENDAPATAN BUNGA KREDIT DAN KREDIT BERMASALAH (STUDI KASUS PT BANK X) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh AHMAD ROYANI H24104025 Menyetujui, Mei 2008
Wita Juwita Ermawati S.TP. MM. Dosen Pembimbing Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. Ketua Departemen Tanggal Ujian : 23 Mei 2008
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada tanggal 6 Juni 1986 di Kabupaten Tangerang. Mengawali pendidikan di TK Hadiqatunnajah pada tahun 1991 kemudian melanjutkan pendidikan di SD N 02 Jurang Mangu Timur. Pada tahun 1998 penulis bersekolah di SMP 177 Jakarta. Tiga tahun kemudian, penulis melanjutkan pendidikan menengah atas pada SMA 47 Jakarta. IPB menjadi tempat terakhir, sampai saat ini, dalam menimba ilmu. Di IPB penulis
mengambil
Manajemen.Selama
jurusan berkuliah
Manajemen penulis
di
terlibat
Fakultas dalam
Ekonomi
beberapa
dan
kegiatan
kemahasiswaan di berbagai organisasi seperti DPM FEM, Formasi, dan SES-C pada tahun 2006.
i
KATA PENGANTAR
Segala puji senantiasa dipanjatkan ke khadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Peningkatan persaingan dalam bisnis perbankan kemudian berimplikasi kepada
upaya
pemasaran
produk
perbankan
yang
lebih
baik.
Untuk
mengoptimalkan pendapatan dan menjaga tingkat kesehatannya, bank perlu mengelola penyaluran kredit dengan baik. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Portofolio Kredit terhadap Pendapatan Bunga Kredit dan Kredit Bermasalah”. Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Wita Juwita Ermawati, S.TP, MM. sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis. 2. Ibu Farida Ratnadewi SE. MM. dan Bapak M. Najib S.TP, MM. yang telah bersedia menjadi penguji para ujian sidang penulis. 3. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati Departemen Manajemen, FEM IPB. 4. Keluarga, yang telah memberikan curahan kasih sayang, inspirasi hidup dan do’a yang tulus. 5. Irza dan Eka, teman-teman satu bimbingan, yang telah banyak membantu dan memotivasi dalam penyelesaian tugas akhir ini. 6. Teman-teman terbaik di Manajemen 41 yang selalu bersama-sama yang telah berbagi pengalaman, kenangan, dan segalanya. 7. Sahabat-sahabat terbaik penghuni Wisma Byru: Yudha, Yanda, William, Indra, Bawon, Ofi, Ngkong, Reza, Agus, Annas, Ibnu, Habib, Dior, Bang Santos, dan Taufik atas dorongan semangat, rasa kekeluargaan dan kebersamaan serta bantuan yang banyak diterima oleh penulis.
ii
8. Pihak Learning Center Group PT Bank X, atas bantuannya dalam pengumpulan data. 9. Semua pihak yang yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikannya. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun diperlukan untuk hal yang lebih baik. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Bogor, Mei 2008
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP ........................................................................................
i
KATA PENGANTAR ...................................................................................
ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL .........................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii I. PENDAHULUAN..................................................................................... 1.1. Latar Belakang ............ .................................................................... 1.2. Perumusan Masalah .......................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................ 1.5. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................
1 1 2 3 3 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4 2.1. Pengertian Bank ................................................................................ 4 2.2. Dana Bank......................................................................................... 5 2.3. Pengertian Kredit .............................................................................. 6 2.4. Portofolio Kredit .... .......................................................................... 7 2.5. Klasifikasi Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi........ ...................... 7 2.6. Kredit Bermasalah................................ ............................................ 9 2.7. Hasil Penelitian Terdahulu................................................................ 11 III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 3.1. Kerangka Pemikiran.......................................................................... 3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 3.3. Jenis dan Sumber Data .......... ........................................................... 3.4. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 3.5.1. Analisis Korelasi . ................................................................. 3.5.2. Analisis Regresi Berganda .... ............................................... 3.5.3. Analisis Deskriptif ................ ...............................................
13 13 15 15 15 16 16 16 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 4.1. Gambaran Umum Perusahaan........................................................... 4.1.1. Sejarah PT Bank X.......... ..................................................... 4.1.2. Profil PT Bank X............................ ...................................... 4.1.3. Visi Misi PT Bank X............................................................. 4.1.4. Produk dan Jasa... ................................................................. 4.2. Penyaluran Kredit Bank X ........................ ...................................... 4.2.1. Pengelolaan Risiko Kredit ............. ...................................... 4.2.2. Pengelolaan Kredit Bermasalah ..... ......................................
21 21 21 22 23 24 27 28 30
iv
4.2.3. Portofolio Kredit Sektor Ekonomi PT Bank X ..................... 4.3. Analisis Korelasi ................... ........................................................... 4.3.1. Analisis Korelasi Portofolio Kredit dan Pendapatan Bunga Kredit...................................................... 4.3.2. Analisis Korelasi Portofolio Kredit dan Kredit Bermasalah................................................................. 4.4. Analisis Regresi Berganda ..................................... .......................... 4.4.1. Pengujian Model Regresi Berganda...................................... 4.4.2. Analisis Komponen Utama ................................................... 4.5. Evaluasi Penyaluran Kredit Setiap Sektor ........................................ 4.6. Penyusunan Kebijakan Alokasi Kredit Setiap Sektor.......................
33 36 37 38 39 40 43 45 49
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 54 1. Kesimpulan ................................................................................................ 54 2. Saran........................................................................................................... 56 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 57 LAMPIRAN.................................................................................................... 60
v
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
1. PPAP minimum yang wajib dibentuk berdasarkan kualitas kredit ........... 2. Rasio NPL rata-rata dan pertumbuhan rata-rata rasio NPL setiap tahun PT Bank X............................................................. .......................... 3. Rata-rata penyerapan dan pertumbuhan kredit setiap sektor PT Bank X....................................................................... .......................... 4. Hasil analisis korelasi portofolio kredit dan pendapatan bunga kredit ...... 5. Pertumbuhan pendapatan bunga kredit PT Bank X ........ .......................... 6. Hasil analisis korelasi portofolio kredit dan kredit bermasalah ................. 7. Nilai VIF peubah bebas regresi berganda .. ............................................... 8. Komponen utama peubah bebas................. ............................................... 9. Persentase dan pertumbuhan rata-rata PDB setiap sektor setiap tahun ............................................ ...............................................
vi
10 33 36 37 38 39 41 44 51
DAFTAR GAMBAR
No.
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Halaman
Kerangka pemikiran penelitian ................................................................. Pertumbuhan kredit bermasalah PT Bank X tahun 1999-2007.................. Portofolio kredit PT Bank X tahun 1999-2007 (dalam juta rupiah) .......... Uji normalitas residual pada regresi berganda ....... ................................... Uji heteroskedastisitas pada persamaan regresi berganda ......................... Plot scree komponen utama ................................... ...................................
vii
14 31 34 42 45 44
DAFTAR LAMPIRAN
No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Halaman
Pertumbuhan kredit PT Bank X tahun 1999-2007..................................... Pertumbuhan rasio kredit bermasalah setiap sektor tahun 1999-2007....... Pertumbuhan PDB Indonesia tahun 1999-2007......................................... Pengujian regresi berganda ........................... ............................................ Hasil perhitungan analisis komponen utama ............................................ Analisis korelasi portofolio kredit dan pendapatan bunga kredit............... Analisis korelasi portofolio kredit dan kredit bermasalah .........................
viii
61 62 63 64 66 67 68
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Peranan bank sebagai lembaga intermediasi keuangan tidak pernah lepas dari kredit. Kredit merupakan cara bank untuk menyalurkan dana yang berhasil dihimpunnya dari masyarakat. Besarnya jumlah kredit akan mempengaruhi besarnya pendapatan bunga yang diperoleh (Kasmir, 2004). Menurut Veithzal dalam Susanti (2007) penyaluran kredit yang disalurkan bank dapat dibagi ke dalam sepuluh sektor ekonomi yaitu sektor industri, sektor perdagangan, sektor pertanian, sektor konstruksi, sektor jasa-jasa usaha, sektor pengangkutan, sektor jasa-jasa sosial, sektor pertambangan, sektor listrik, air, dan gas, serta sektor lain-lain. Penyaluran kredit memerlukan pengelolaan yang baik agar pendapatan bunga yang diperoleh dapat optimal. Selain harus memperhatikan pengaruh portofolio kredit terhadap pendapatan bunga, hal lain yang harus diperhatikan adalah kredit yang bermasalah. Kredit yang bermasalah akan mempengaruhi rasio Non Performing Loan atau NPL. Risiko kredit harus menjadi perhatian bank karena akan mempengaruhi tingkat kesehatan bank. Selain itu rasio NPL akan mempengaruhi struktur modal dari suatu bank. Hal ini disebabkan karena bank harus menyisihkan dana yang bersumber dari modal untuk cadangan atas kredit yang bermasalah. PT Bank X sebagai bank milik negara dengan aset terbesar di Indonesia yaitu Rp 259 triliun pada tahun 2007 (Full Year 2007 Result Presentation), ternyata memiliki permasalahan dengan rasio NPL. Pada tahun 2005 rasio NPL kotor PT Bank X mencapai 26,6%. Pada tahun 2006 rasio NPL kotor PT Bank X turun menjadi 17,08%, namun dibandingkan bankbank umum besar lain nilainya masih lebih besar. Rasio NPL PT Bank X kembali turun menjadi 12,9% pada kuartal tiga tahun 2007, (Laporan Keuangan
Triwulan
3
2007).
Walaupun
mengalami
penurunan,
dibandingkan bank besar lain, rasio NPL PT Bank X tetap saja lebih besar. Rasio NPL Bank BTN pada triwulan tiga tahun 2007 sebesar 4,72%, BNI
2
(8,31%), dan BCA memiliki rasio NPL sebesar 1,1% pada periode yang sama (BTN : 2007, BCA : 2007, BNI : 2007). Portofolio kredit berdasarkan sektor ekonomi PT Bank X pada tahun 2005 didominasi sektor industri sebesar 39,4% dari keseluruhan kredit dan rasio NPL sektor industri sebesar 40,23%, perdagangan (14,1%) dengan rasio NPL 14,69% dan sektor lain-lain (15,8%) dengan rasio NPL 8,59% yang mencakup kredit konsumsi. Pada tahun 2006 portofolio kredit PT Bank X juga didominasi sektor industri (35,4%) dengan rasio NPL sektor sebesar 22,52%, perdagangan (12,6%) dan rasio NPL 15,01%, dan sektor lain-lain (15,8%) dengan NPL sektor sebesar 7,54% (Laporan Keuangan Tahunan Bank X tahun 2006). Dalam rangka menurunkan rasio kredit bermasalah, PT Bank X telah melakukan beberapa upaya seperti pembentukan Direktorat Special Asset Management, Program Penyelesaian Kredit Macet X, dan upaya pengendalian risiko kredit yang lain. Upaya menurunkan rasio NPL semakin mendesak karena BI telah mengharuskan
seluruh
bank
memiliki
NPL
bersih
(NPL
setelah
memperhitungkan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif atau PPAP) di bawah 5 % pada akhir tahun 2007 sebagai syarat mendapatkan status bank berkinerja baik (Bank Indonesia, 2005). Untuk itulah diperlukan suatu kombinasi atau portofolio kredit yang dapat mengoptimalkan pendapatan bunga kredit dan meminimalkan NPL. Hal ini perlu dilakukan bank agar fungsi intermediasi dapat berjalan dengan baik dengan tetap memperhatikan kesehatan bank. Dengan membentuk portofolio kredit yang optimal, maka bank dapat memaksimalkan pendapatan bunga kredit sekaligus menjaga tingkat kesehatannya. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan hal tersebut, maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana portofolio kredit yang dibentuk PT Bank X ? 2. Bagaimana pengaruh portofolio kredit PT Bank X terhadap pendapatan bunga kredit?
3
3. Bagaimana pengaruh portofolio kredit PT Bank X terhadap kredit bermasalah? 4. Bagaimana kebijakan PT Bank X untuk membentuk portofolio kredit yang optimal? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi portofolio kredit yang dilakukan PT Bank X. 2. Menganalisis pengaruh portofolio kredit PT Bank X terhadap pendapatan bunga. 3. Menganalisis pengaruh portofolio kredit PT Bank X terhadap kredit bermasalah. 4. Menganalisis bagaimana kebijakan PT Bank X untuk membentuk portofolio kredit yang optimal. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak, diantaranya: 1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam melakukan portofolio pinjaman. 2. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengalaman praktis dalam menganalisis permasalahan optimalisasi portofolio kredit. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini hanya menganalisis pengaruh portofolio kredit sektor ekonomi terhadap pendapatan bunga kredit dan kredit bermasalah. Penelitian ini tidak menganalisis faktor-faktor penyebab kredit bermasalah dan pengelolaan risiko kredit.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Bank Menurut UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Kasmir (2004), bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. Sedangkan pengertian dari lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan dimana kegiatannya adalah hanya menghimpun dana, atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya menghimpun dana dan menyalurkan dana. Menurut Undang-Undang
No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan,
berdasarkan jenisnya bank dapat dibedakan menjadi bank umum dan bank perkreditan rakyat dan kegiatan bank umum meliputi : 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. 2. Memberikan kredit 3. Menerbitkan surat pengakuan hutang 4. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya, yaitu : a. Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud. b. Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan suratsurat dimaksud. c. Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah d. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
5
e. Obligasi f. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun. g. Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan satu tahun. 5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah. 6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya. 7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga. 8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga. 9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak. 10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek. 11. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat. 12. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan). 13. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.2. Dana Bank Sebagai lembaga intermediasi keuangan, bank memiliki fungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat untuk kemudian disalurkan lagi melalui kredit yang diberikan kepada masyarakat. Usaha bank untuk menghimpun dana dari masyarakat disebut sumber dana bank. Sumber dana bank dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: dana bank itu sendiri, dana dari masyarakat luas, dan dana dari lembaga lainnya (Kasmir, 2004).
6
Penggunaan dana bank dapat dibagi menjadi aktiva produktif dan aktiva non produktif. Pengertian aktiva produktif yaitu penyediaan dana bank untuk memperoleh penghasilan, dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, tagihan akseptasi, tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repurchase agreement), tagihan derivatif, penyertaan, transaksi rekening administratif serta bentuk penyediaan dana lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Aktiva non produktif adalah adalah aset bank selain aktiva produktif yang memiliki potensi kerugian, antara lain dalam bentuk agunan yang diambil alih, properti terbengkalai (abandoned property), rekening antar kantor dan suspense account (PBI No.7 /2/PBI/2005). 2.3. Pengertian Kredit Menurut Peraturan Bank Indonesia No.7/2/PBI/2005 kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, termasuk : 1. Cerukan (overdraft), yaitu saldo negatif pada rekening giro nasabah yang tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari. 2. Pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang. 3. Pengambilalihan atau pembelian kredit dari pihak lain. Kualitas kredit ditetapkan berdasarkan faktor-faktor penilaian, yaitu : 1. Prospek usaha 2. Kinerja (performance) debitur 3. Kemampuan membayar Menurut Dendawijaya (2001), kegiatan perkreditan merupakan rangkaian kegiatan utama bank umum. Hal ini didasarkan pada kenyataankenyataan sebagai berikut: 1. Perkreditan merupakan kegiatan atau aktivitas yang terbesar dari perbankan. 2. Besarnya angka pos kredit yang diberikan dalam neraca pada sisi aktiva merupakan angka yang terbesar dalam neraca bank.
7
3. Penghasilan terbesar bank diperoleh dari bunga, provisi, komisi, commitment fee, appraisal fee, supervision fee, dan lain-lain yang diterima sebagai akibat dari pemberian kredit bank. 4. Risiko terbesar yang dipikul oleh bank berasal dari kegiatan pemberian kredit, bentuknya bermacam-macam, yaitu : a. Risiko spread b. Risiko kredit bermasalah c. Risiko nilai jaminan d. Risiko kurs valuta asing 5. Kegiatan perkreditan pada suatu bank umum merupakan kegiatan yang paling banyak memiliki struktur organisasi dan beragam sifatnya. 2.4. Portofolio Kredit Menurut Arifin (2005), teori portofolio muncul setelah Markowitz menerbitkan artikel yang akan menjadi dasar teori ini. Markowitz menunjukkan bahwa ketika seseorang menambahkan suatu aset ke dalam portofolio investasinya maka total risiko dari portofolio tersebut akan berkurang namun pengembalian yang diharapkan tetap sebesar rata-rata tertimbang dari pengembalian yang diharapkan masing-masing aset yang ada di portofolio, sehingga portofolio berarti penempatan aset pada berbagai kombinasi optimal dari suatu investasi untuk mengurangi risiko. Jadi portofolio kredit merupakan penempatan kredit-kredit ke dalam suatu portofolio sehingga dicapai hasil yang optimal. 2.5. Klasifikasi Kredit berdasarkan Sektor Ekonomi Menurut
Veithzal
dalam
Susanti
(2007),
kredit
dapat
diklasifikasikan berdasarkan sektor ekonomi menjadi 10 jenis, yaitu : 1. Sektor pertanian, perburuan, dan sarana pertanian Meliputi usaha-usaha di bidang pertanian dalam arti luas, usaha-usaha di bidang perburuan binatang dan usaha di bidang sarana pertanian. 2. Sektor pertambangan Sektor ini meliputi usaha-usaha penggalian dan pengumpulan bahan-bahan tambang dalam bentuk padat, cair, dan gas, seperti minyak dan gas bumi, biji logam, ataupun batu bara.
8
3. Sektor perindustrian Meliputi kegiatan untuk mengubah bentuk (transformasi) pengolahan, baik secara mekanis maupun secara kimiawi dari bahan menjadi barang baru yang dikerjakan dengan mesin, tenaga manusia, dan lain-lain. 4. Sektor listrik, gas, dan air Sektor ini meliputi usaha-usaha pengadaan dan distribusi listrik, gas, dan air baik untuk rumah tangga, untuk industri maupun untuk tujuan komersial. 5. Sektor konstruksi Sektor ini meliputi kontraktor-kontraktor untuk keperluan pembangunan dan perbaikan gedung, pasar, jalan raya, jalan kereta api, pelabuhan, lapangan udara, proyek tenaga air, proyek listrik, pemasangan alat-alat komunikasi, instalasi pemanasan, instalasi air conditioner, ventilasi, dan lain-lain. 6. Sektor perdagangan, restoran, dan hotel Sektor ini meliputi ekspor, impor, distribusi, perdagangan eceran, restoran, dan hotel. 7. Sektor pengangkutan, pergudangan dan komunikasi Sektor ini meliputi pengangkutan umum yang meliputi usaha-usaha di bidang pengangkutan darat, laut, maupun udara. Pergudangan yang meliputi usaha-usaha penyediaan fasilitas penyimpanan atau penyewaan barang dan komunikasi yang meliputi pos, telepon, telegraf, dan telekomunikasi. 8. Sektor jasa-jasa dunia usaha Sektor ini mencakup usaha-usaha jasa profesi seperti pengacara, notaris, akuntan, jasa garansi, makelar, iklan, pedagang valuta asing dan jasa-jasa individual lainnya. 9. Sektor jasa-jasa sosial masyarakat Sektor ini meliputi sektor hiburan dan kebudayaan, seperti film, pemancar radio, taman hiburan, jasa-jasa dokter, rumah sakit, poliklinik, dan lainlain.
9
10. Sektor lain-lain Sektor lain-lain yang dimaksud di sini adalah sektor ekonomi yang tidak termasuk dalam sektor ekonomi di atas, seperti sektor konsumsi. 2.6. Kredit Bermasalah Bank Indonesia menggolongkan kualitas kredit ke dalam lima jenis (kolektibilitas), yaitu lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Kredit dengan kualitas lancar dan dalam perhatian khusus diklasifikasikan sebagai kredit tidak bermasalah sedangkan kredit yang termasuk ke dalam kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet diklasifikasikan ke dalam klasifikasi kredit bermasalah. Dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.7/3/DNP tanggal 31 Januari 2005, ada beberapa faktor yang yang harus diperhatikan dalam penggolongan kolektibilitas kredit. Faktor-faktor tersebut adalah : 1.
Prospek usaha, dengan komponen : kualitas manajemen dan permasalahan tenaga kerja, dukungan dari afiliasi, dan upaya dalam memelihara lingkungan hidup.
2.
Kinerja debitur, dengan komponen : perolehan data, struktur permodalan, arus kas, dan sensitibilitas dengan risiko pasar.
3.
Kemampuan membayar, dengan komponen : ketepatan pembayaran pokok dan bunga, ketersediaan dan keakuratan informasi debitur, kelengkapan dokumentasi kredit, kepatuhan terhadap perjanjian kredit, kesesuaian penggunaan dana, dan kewajaran sumber pembayaran. Berkaitan dengan ketepatan pembayaran pokok dan bunga, Bank Indonesia menetapkan batasan jangka waktu pembayaran pokok dan bunga kredit. Batasan tersebut adalah : a.
Kredit
kolektibilitas
perkembangan
lancar
rekening
baik,
:
pembayaran dan
tidak
tepat ada
waktu,
tunggakan
pembayaran. b.
Kredit kolektibilitas dalam perhatian khusus : terdapat tunggakan pokok dan atau bunga paling lama 90 hari.
c.
Kredit kolektibilitas kurang lancar : terdapat tunggakan pokok dan bunga melebihi 90 hari dan maksimal 120 hari.
10
d.
Kredit kolektibilitas diragukan : terdapat tunggakan pokok dan atau bunga melebihi 120 hari dan maksimal 180 hari.
e.
Kredit kolektibilitas macet : terdapat tunggakan pokok pinjaman dan atau bunga melebihi melebihi 180 hari. Bank Indonesia mewajibkan bank untuk membentuk Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap kredit yang disalurkannya. PPAP untuk kredit berupa cadangan umum dan khusus yang besarnya tergantung dari kolektibilitasnya.
Tabel 1. PPAP minimum yang wajib dibentuk berdasarkan kualitas kredit Kualitas kredit
Minimum PPAP
Lancar
1% X kredit kualitas lancar
Dalam perhatian khusus (DPK) 5% X (kredit kualitas DPK - nilai agunan) Kurang lancar (KL)
15% X (kredit kualitas KL - nilai agunan)
Diragukan (D)
50% X (kredit kualitas D - nilai agunan)
Macet (M)
100% X (kredit kualitas M - nilai agunan)
Sumber: PBI No. 8/2/2006 Menurut Dendawijaya (2001), kredit tidak bermasalah dapat berubah menjadi bermasalah karena beberapa faktor, yaitu: 1. Faktor eksternal a. Keadaan ekonomi secara makro b. Kenaikan kurs US $ terhadap rupiah yang menaikkan harga pokok produk atau jasa. c. Peraturan atau kebijakan pemerintah d. Persaingan yang ketat dalam suatu sektor ekonomi 2. Faktor internal perusahaan (nasabah bank) a. Mismanagement dalam perusahaan nasabah b. Kesulitan keuangan c. Kesalahan dalam produksi d. Kesalahan dalam strategi pemasaran e. Sengketa antar pemilik atau antar pemilik dan direksi
11
3. Faktor internal bank yang memberikan kredit a. Mark up yang dilakukan dengan sengaja b. Feasibility study yang dibuat supaya proyek sangat feasible c. Kolusi antara staf bank dan nasabah d. Kurang ketatnya monitoring kredit atau supervisi bank e. Surat sakti dari pemilik atau adanya KKN dengan elite politik f. Kesalahan dalam memilih sektor industri nasabah Sehubungan
dengan
hal-hal
di
atas,
Bank
Indonesia
mengeluarkan ketentuan yang berkaitan dengan penilaian tingkat kesehatan bank. Setiap bank umum yang memberikan kredit kepada masyarakat wajib membentuk cadangan aktiva yang diklasifikasikan. Walaupun belum tentu dipakai untuk penghapusan kredit bermasalah, bank harus membentuk cadangan dan nilainya harus diambil dari modal bank. Akibatnya, secara pembukuan, modal bank akan berkurang oleh banyaknya kredit yang bermasalah terutama yang sudah masuk dalam kategori kredit macet. Jika kredit bermasalah sangat besar, cadangan yang dibentuk menjadi sangat besar dan berakibat modal bank dapat menjadi negatif. 2.7. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2007) yang menganalisis pengaruh perubahan portofolio kredit sektor ekonomi terhadap pendapatan bunga kredit PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Hasil penelitian Susanti menunjukkan bahwa perolehan pendapatan bunga kredit dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi secara keseluruhan pada alokasi kredit untuk sektor-sektor pertanian, pertambangan, perindustrian, jasa-jasa, dan lain-lain. Secara keseluruhan sektor-sektor tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan bunga bank. Penelitian Susanti menggunakan data pendukung seperti struktur GDP, total investasi, total kredit perbankan, dan alokasi kredit Bank BNI sebagai alat untuk membantuk mendeskripsikan hasil analisis.
12
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Susanti adalah sama-sama meneliti pengaruh portofolio kredit sektor ekonomi terhadap pendapatan bunga dengan menggunakan alat analisis yang sama. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian ini juga menganalisis pengaruh portofolio kredit terhadap besar NPL sehingga didapatkan portofolio kredit yang optimal baik dari sisi pendapatan maupun tingkat NPL. Selain itu penelitian ini mengunakan analisis korelasi yang tidak digunakan pada penelitian Susanti. Penelitian yang dilakukan Siska (2004) menganalisis kredit modal kerja terhadap laba pada Bank Pembangunan Daerah Cabang Cibinong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyaluran kredit didominasi oleh kredit konsumsi yang memiliki risiko lebih rendah. Kredit modal kerja memiliki kontribusi yang kecil terhadap pendapatan karena masih sedikitnya jumlah kredit yang disalurkan ke sektor riil. Namun bila dilihat dari analisis trend yang dilakukan terhadap pendapatan bunga dari kredit modal kerja mengalami kecenderungan meningkat. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Siska adalah sama-sama meneliti penyaluran kredit oleh bank dan penggunan alat analisis regresi berganda. Sedangkan perbedaannya adalah pada peubah tidak bebas yang diteliti. Pada penelitian Siska peubah bebas yang diteliti adalah laba sedangkan penelitian ini meneliti pendapatan bunga kredit dan NPL. Selain itu penelitian yang dilakukan Siska menggunakan analisis per komponen dan Boston Consulting Group yang tidak digunakan pada penelitian ini.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Bank adalah lembaga keuangan yang memiliki fungsi sebagai penghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali melalui kredit. Melalui penyaluran kredit, bank memperoleh pendapatan bunga. Selain itu penyaluran kredit memiliki risiko kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perubahan portofolio kredit sektor ekonomi terhadap pendapatan bunga dan kredit bermasalah. Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara penyaluran kredit terhadap pendapatan bunga kredit dan kredit bermasalah. Analisis ini merupakan analisis pendahuluan sebelum mengetahui pengaruh penyaluran kredit terhadap pendapatan bunga kredit dan kredit bermasalah. Regresi berganda digunakan untuk melihat pengaruh portofolio kredit sektor ekonomi terhadap pendapatan bunga. Selain itu analisis deskriptif digunakan untuk melihat pertumbuhan rasio NPL setiap sektor. Portofolio kredit yang optimal adalah portofolio yang terdiri dari kredit-kredit sektor ekonomi yang meningkatkan pendapatan bunga kredit dan meminimalkan tingkat NPL. Evaluasi portofolio kredit akan membantu perusahaan menentukan kebijakan mengenai kredit. Hasil evaluasi mengenai alokasi kredit diharapkan akan membantu perusahaan untuk menentukan alokasi kredit di masa yang akan datang. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
14 PT Bank X
Fungsi Intermediasi Keuangan Penyaluran Dana (Kredit)
Penghimpun Dana
Optimalisasi Portofolio Kredit Tingkat NPL
Kredit Bermasalah
Pendapatan Bunga
Peubah Bebas: Portofolio Kredit Sektor Ekonomi: ¾ Industri ¾ Pertanian ¾ Perdagangan ¾ Pertambangan ¾ Jasa-jasa ¾ Lain-lain
¾ Analisis Korelasi ¾ Analisis regresi Berganda Uji awal Uji Normalitas Uji Multikolinearitas Uji Autokorelasi Uji Heteroskedastisitas Analisis Komponen Utama ¾ Analisis Deskriptif
Evaluasi Portofolio Kredit Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
Peubah Tidak Bebas: Pendapatan Bunga Kredit
15
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Learning Center Group PT Bank X yang beralamat di Jakarta. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja karena melihat PT Bank X merupakan bank dengan aset terbesar di Indonesia, dan pada tahun 2005 dan 2006 memiliki rasio Non Performing Loan atau NPL yang besar. Penelitian dilakukan pada bulan Februari–April 2008. 3.3. Jenis dan Sumber Data Menurut jenisnya, data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang memiliki nilai-nilai berbeda mewakili kuantitas-kuantitas berbeda pula. Setiap nilai selalu lebih besar atau lebih kecil dari nilai lainnya. Data kuantitatif memiliki skala pengukuran interval, ordinal dan rasio (Juanda, 2003). Sedangkan data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar (Sugiyono, 2007). Sumber data penelitian ini berasal dari data sekunder. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan, baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel, diagram, dan lain-lain (Juanda, 2003). 3.4. Metode Pengumpulan Data Data sekunder didapat dari laporan keuangan perusahaan periode 1999-2007 yang terdapat dalam laporan tahunan setiap tahun. Data yang diperoleh dikelompokkan menurut periode tahunan pada Microsoft Excel, sehingga akan didapatkan data mengenai alokasi kredit tiap sektor yaitu industri, sektor perdagangan, sektor pertanian, sektor konstruksi, sektor jasajasa
usaha,
sektor
pengangkutan,
sektor
jasa-jasa
sosial,
sektor
pertambangan, sektor listrik, air, dan gas, serta sektor lain-lain setiap periode. Selain itu pengelompokkan yang sama juga dilakukan kepada data mengenai pendapatan bunga kredit dan kredit bermasalah.
16
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis korelasi akan menganalisis apakah ada pengaruh antara portofolio kredit terhadap pendapatan bunga kredit dan kredit bermasalah. Sedangkan analisis regresi berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh penyaluran portofolio kredit terhadap pendapatan bunga kredit. Perangkat lunak Microsoft Excel dan Minitab versi 14 digunakan untuk menganalisis dan mengolah data. 3.5.1. Analisis Korelasi Analisis korelasi adalah analisis untuk mengukur tingkat keeratan hubungan antar dua peubah. Nilai korelasi berkisar antara -1 sampai dengan +1. Nilai korelasi negatif berarti hubungan antara dua peubah adalah negatif. Artinya apabila salah satu peubah menurun maka peubah lainnya akan meningkat. Sebaliknya nilai korelasi positif berarti hubungan antara dua peubah adalah positif. Suatu hubungan dikatakan berkorelasi kuat apabila semakin mendekati +1 atau -1. Sebaliknya suatu hubungan dikatakan lemah apabila semakin mendekati nol. Hipotesis untuk menguji korelasi adalah: H0 : p-value = 0 Hipotesis ini berarti tidak ada korelasi antara dua peubah yang diteliti. H1 : p-value ≠ 0 Hipotesis ini berarti ada korelasi antara dua peubah yang diteliti. Daerah penolakan H0 adalah p-value < α, sedangkan daerah penolakan untuk H1 adalah p-value > α (Iriawan dan Astuti, 2006). 3.5.2. Analisis Regresi Berganda Menurut Arief (2006), analisis regresi digunakan untuk melihat bagaimana variasi peubah dari beberapa peubah bebas mempengaruhi peubah tidak bebas dalam suatu fenomena yang kompleks. Analisis regresi dapat dibedakan menjadi regresi sederhana dan regresi berganda. Jika parameter dari suatu hubungan
17
fungsional antara satu peubah tidak bebas dengan lebih dari satu peubah bebas maka yang digunakan adalah regresi berganda. Analisis regresi berganda menjelaskan seberapa jauh suatu peubah mempengaruhi peubah lainnya. Pada penelitian ini portofolio kredit pada tiap-tiap sektor ekonomi menjadi peubah bebas yang mempengaruhi peubah tidak bebas yaitu pendapatan bunga Model regresi berganda dapat dilihat pada persamaaan dibawah ini:
Y1=ß0+ß1X1+ß2X2+ß3X3+ß4X4+ß5X5+ß6X6+e.................................(1) Keterangan : Y1
: pendapatan bunga kredit
ß0
: konstanta
ß1
: koefisien regresi peubah X1
ß2
: koefisien regresi peubah X2
ß3
: koefisien regresi peubah X3
ß4
: koefisien regresi peubah X4
ß5
: koefisien regresi peubah X5
ß6
: koefisien regresi peubah X6
X1
: kredit sektor industri
X2
: kredit sektor pertanian
X3
: kredit sektor perdagangan
X4
: kredit sektor pertambangan
X5
: kredit sektor jasa-jasa
X6
: kredit sektor lain-lain
e
: tingkat kesalahan Ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi oleh model
regresi. Oleh karena itu diperlukan pengujian asumsi yang meliputi uji
normalitas,
uji
multikolinearitas,
heteroskedastisitas (Susanti, 2007).
uji
autokorelasi
dan
18
A. Uji Normalitas Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan jika data yang digunakan kurang dari 30 untuk mengetahui disribusi kenormalan data, yaitu apakah data dapat dianggap berdistribusi normal atau tidak. Ketika data telah berdistribusi normal, maka data tersebut dapat diolah menggunakan statistik parametrik yang pada penelitian ini menggunakan model regresi berganda. Untuk menguji kenormalan data dilakukan dengan menguji kenormalan data residual. Uji normalitas dapat dilihat dengan melihat nilai statistik Kolmogorov-Smirnov (KS) pada uji normalitas residual. Jika nilai statistik KS lebih kecil dibanding nilai tabel KS dan nilai pvalue lebih besar dari α, maka asumsi kenormalan terpenuhi sehingga model regresi yang telah dibuat dapat digunakan (Iriawan dan Astuti, 2006). B. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah kondisi dimana peubah-peubah bebas memiliki korelasi di antara satu dengan yang lainnya. Jika peubah-peubah bebas memiliki
korelasi
mengakibatkan
sama
dengan
koefisien-koefisien
1
atau
regresi
berkorelasi menjadi
sempurna
tidak
dapat
diperkirakan dan nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak hingga (Arief, 2006). Uji multikolinearitas adalah uji untuk melihat apakah terdapat korelasi antara peubah bebas yang digunakan dalam model regresi. Untuk melihat apakah ada multikolinearitas pada model regresi dilihat dari nilai variance inflation factor atau (VIF). Jika nilai VIF masing-masing peubah babas memiliki nilai lebih besar dari 5 maka model regresi memiliki multikolinearitas sehingga menjadi tidak valid (Iriawan dan Astuti, 2006). C. Uji Autokorelasi Menurut Arief (2006) penaksiran model regresi linear memiliki asumsi bahwa tidak terdapat korelasi serial atau autokorelasi. Autokorelasi atau korelasi serial kemungkinan terjadi pada data time series. Uji autokorelasi dengan perangkat lunak minitab melalui uji Run test
19
residual. Jika hasil penghitungan didapatkan p-value lebih besar dari α, menunjukkan tidak adanya autokorelasi. D. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah modal regresi, terjadi ketidaksamaan varian dari residual untuk peubah bebas yang diketahui. Jika varian dari residual untuk peubah yang diketahui tetap, disebut dengan homoskedastisitas. Dan jika varian berbeda, disebut heteroskedastisitas (Arief, 2006). Untuk melihat apakah pada model regresi terdapat heteroskedastisitas dilihat dari sebaran titiktitik yang tersebar pada output perhitungan dengan perangkat lunak minitab. Sebaran titik-titik yang tidak membentuk pola tertentu namun tersebar di atas dan di bawah nol menunjukkan bahwa model regresi tidak mengalami masalah heteroskedastisitas (Iriawan dan Astuti, 2006). E. Analisis Komponen Utama Salah satu permasalahan dalam membuat persamaan regresi berganda adalah adanya kendala multikolinearitas. Untuk mengatasi kendala multikolinearitas ada beberapa cara, antara lain regresi stepwise dan analisis komponen utama. Regresi stepwise akan menghasilkan persamaan regresi berganda dengan mengeliminasi peubah bebas yang dapat merusak model. Sedangkan metode analisis komponen utama dapat membuat model tanpa harus mengeliminasi peubah-peubah bebas (Iriawan dan Astuti,2006). Analisis komponen utama memiliki beberapa tahap, yaitu : 1. Membentuk komponen utama Komponen utama yang terbentuk terdiri dari peubah-peubah bebas dalam persamaan yang akan dibentuk. Komponen utama memiliki sebagian besar informasi yang dimiliki peubah bebas. Selain itu komponen utama yang terbentuk tidak memiliki korelasi satu sama lain. Komponen utama didapat dari hasil pengolahan data menggunakan perangkat lunak Minitab.
20
2. Menentukan banyaknya jumlah komponen utama Banyaknya komponen utama yang terbentuk adalah sebanyak jumlah peubah bebas yang dianalisis. Pada penelitian ini jumlah peubah bebas yang diteliti berjumlah enam buah. Untuk menentukan banyaknya jumlah komponen utama yang digunakan dapat dilakukan dengan melihat plot scree hasil keluaran perangkat lunak Minitab. Banyaknya komponen utama yang digunakan adalah pada titik perbatasan grafik yang curam dan melandai. Hal yang mendasarinya adalah pada titik tersebut selisih akar ciri yang berurutan sudah tidak besar lagi (Johnson, 1988). 3. Meregresikan komponen utama Komponen utama yang digunakan kemudian diregresikan dengan peubah tidak bebas yang diteliti. Pada penelitian ini, peubah tidak bebas yang diteliti adalah pendapatan bunga kredit. 4. Mensubstitusi komponen utama dengan peubah bebas Setelah persamaan regresi komponen utama dan peubah tidak bebas terbentuk, langkah selanjutnya adalah mensubstitusi komponen utama dengan peubah bebas. Hasil dari substitusi ini adalah persamaan regresi berganda antara peubah-peubah bebas (kredit enam sektor ekonomi) dan peubah bebas (pendapatan bunga kredit). 3.5.3. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif adalah analisis statistik untuk mengumpulkan, meringkas, dan menyajikan data dalam bentuk yang paling mudah dibaca. Analisis statsistik deskriptif menghitung rata-rata, nilai terbesar, nilai terkecil, nilai terbesar, dan standar deviasi (Iriawan dan Astuti, 2006).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah PT Bank X PT Bank X berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia melalui pengambilalihan empat bank. Pada bulan Juli 1999, empat bank milik pemerintah tersebut yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia, bergabung menjadi PT Bank X dengan pelaksanaan merger. Kemudian PT Bank X mulai beroperasi pada bulan Agustus 1999. Keempat bank yang digabung merupakan bank-bank yang telah lama beroperasi di Indonesia. A. Bank Bumi Daya Bank Bumi Daya yang pada awalnya bernama Bank Umum Negara (BUN) berdiri pada tahun 1959 sebagai hasil nasionalisasi perusahaan Belanda. Pada tahun 1965 BUN digabung dengan Bank Negara Indonesia menjadi Bank Negara Indonesia Unit IV yang kemudian menjadi Bank Bumi Daya pada tahun 1968. B. Bank Dagang Negara Bank Dagang Negara (BDN) merupakan bank pemerintah yang fokus pada pembiayaan sektor industri dan pertambangan. BDN merupakan bank hasil nasionalisasi Bank Escomptobank NV pada tahun 1960. C. Bank Ekspor Impor Indonesia Sejarah Bank Ekspor Impor Indonesia berawal dari perusahaan dagang Belanda N.V. yaitu Nederlansche Handels Maatschappij yang
didirikan
pada
tahun
1824
dan
mengembangkan
kegiatannya di sektor perbankan pada tahun 1870. Pada tahun 1960, pemerintah Indonesia menasionalisasi perusahaan ini, dan
22
selanjutnya pada tahun 1965 perusahaan ini digabung dengan Bank Negara Indonesia menjadi Bank Negara Indonesia Unit II. Pada tahun 1968, Bank Negara Indonesia Unit II dipecah menjadi dua unit, salah satunya adalah Bank Negara Indonesia Unit II Divisi Expor-Impor, yang akhirnya menjadi Bank Exim. D. Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) berawal dari Bank Industri Negara (BIN), sebuah bank industri yang didirikan pada tahun 1951 dengan misi untuk mendukung pengembangan sektor-sektor ekonomi tertentu, khususnya perkebunan, industri dan pertambangan. Pada tahun 1960, Bapindo dibentuk sebagai bank milik negara dan BIN kemudian digabung dengan Bank Bapindo. Pada tahun 1970, Bapindo ditugaskan untuk membantu pembangunan nasional melalui pembiayaan jangka menengah dan jangka panjang pada sektor manufaktur, transportasi dan pariwisata. 4.1.2. Profil PT Bank X Sejak didirikan, PT Bank X terus berupaya untuk membentuk tim manajemen yang profesional serta bekerja berdasarkan
prinsip-prinsip
good
corporate
governance,
pengawasan dan kepatuhan yang sesuai standar internasional. PT Bank X disupervisi oleh komisaris yang terdiri dari orang-orang yang menonjol di bidang keuangan yang ditunjuk oleh pemegang saham termasuk Menteri Negara BUMN. Tingkatan tertinggi dari manajemen eksekutif adalah direksi, yang dipimpin oleh direktur utama. Direksi PT Bank X terdiri dari para bankir yang berasal dari bankir profesional. Sebagai bagian dari penerapan good corporate governance, Bank X membentuk Compliance Group, Internal Audit dan Corporate Secretary, dan juga diperiksa oleh Bank Indonesia dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) serta diaudit dari waktu ke waktu setiap tahunnya oleh auditor independen.
23
Pada tanggal 14 Juli 2003, Pemerintah Republik Indonesia melakukan divestasi sebesar 20% atas kepemilikan saham di PT Bank X melalui penawaran umum perdana. Proses divestasi saham Pemerintah pada PT Bank X tersebut didasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2003 tentang Penjualan Saham Negara Republik Indonesia pada PT Bank X. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut dijelaskan bahwa penjualan saham PT Bank X akan dilakukan melalui pasar modal atau kepada mitra strategis dengan jumlah maksimal 30% dari jumlah saham yang telah dikeluarkan. Dalam pelaksanaan penawaran saham perdana tersebut, PT Bank X telah menawarkan 20% dari jumlah saham yang telah dikeluarkan dan disetor penuh atau sejumlah Rp 4.000.000 Saham Biasa Atas Nama Seri B milik Negara Republik Indonesia dengan nilai nominal sebesar Rp 500 per saham dan harga penawaran sebesar Rp 675 per saham. Pada bulan April, PT Bank X menerbitkan Medium Term Notes (MTN) sebesar USD 300 juta, berjangka waktu 5 tahun yang dicatatkan di Bursa Efek Singapura. Pada bulan Agustus, PT Bank X menyelesaikan implementasi eMAS (Enterprise “X” Advance System), yang merupakan sistem core banking baru. Pada tanggal 11 Maret 2004, Pemerintah Republik Indonesia melakukan divestasi lanjutan atas 10% kepemilikan di Bank X. Hal ini merupakan landasan bagi tahap transformasi berikutnya menjadi Regional Champion Bank pada tahun 2010. 4.1.3. Visi Misi PT Bank X PT Bank X memiliki sebuah visi yaitu “Bank terpercaya pilihan anda”. Untuk mencapai visi tersebut PT Bank X memiliki misi-misi yang mendukung. Misi-misi PT Bank X adalah : 1.
Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar
2.
Mengembangkan sumber daya manusia profesional
3.
Memberi keuntungan yang maksimal bagi stakeholder
4.
Melaksanakan manajemen terbuka
24
5. Peduli terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan 4.1.4. Produk dan Jasa Sebagai lembaga keuangan bank, PT Bank X memiliki produk-produk baik itu dalam penghimpunan dana, penyaluran dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat maupun jasa-jasa perbankan lainnya. Konsumen PT Bank X dapat dibagi menjadi beberapa segmen yaitu: Corporate, Commercial, Micro, Consumer , dan Small Business. Produk-produk yang tersedia bagi konsumen yaitu : 1. Produk Penghimpunan Dana a. Tabungan X Tabungan X adalah tabungan dengan berbagai fasilitas yang dapat membantu nasabah seperti SMS Banking, Internet Banking dan Call X, ATM, Weekend Banking, layanan Autodebet dan layanan Automatic Fund Transfer. b. Giro Giro adalah fasilitas penyimpan dana yang dapat membantu transaksi bisnis dengan adanya fasilitas cek dan bilyet giro, dan tersedia pilihan berbagai mata uang yaitu: Rupiah, USD, SGD, EUR, AUD, GBP, DEM, JPY, HKD, CHF dan FFR. c. Deposito Deposito adalah fasilitas penyimpan dana dengan suku bunga deposito yang kompetitif dan menjadikan investasi lebih cepat berkembang. Produk deposito menyediakan berbagai pilihan jangka waktu yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan nasabah, yaitu: 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, atau 24 bulan. d. Deposito On Call Deposito On Call adalah deposito yang ditujukan kepada nasabah corporate yang akan menginvestasikan kelebihan likuiditas dananya dengan berbagai pilihan jangka waktu
25
yaitu 7 sampai dengan 13 hari, 14 sampai dengan 20 hari, dan 21 sampai dengan 28 hari . e. Tabungan Haji, adalah tabungan bagi calon jemaah haji setelah memperoleh dan menunjukkan surat pendaftaran pergi haji. f. Tabungan Rencana X, adalah tabungan dengan setoran wajib bulanan yang memberikan ekstra perlindungan asuransi gratis dan bunga yang relatif lebih tinggi. g. Tabungan Bisnis, adalah tabungan yang dikhususkan untuk nasabah pebisnis dengan fasilitas kartu debet, layanan eBanking, gratis biaya transfer, dan deskripsi transaksi yang lebih jelas dan lengkap dibandingkan tabungan biasa. h. Tabungan Kapel i. Tabungan TKI j. Tabungan Mikro 2. Produk Penyaluran Dana a. Kredit
Modal
Kerja
untuk
segmen
Corporate
dan
Commercial. Kredit Modal Kerja adalah fasilitas kredit jangka pendek yang diberikan dalam mata uang rupiah maupun valuta asing untuk membiayai kebutuhan modal kerja yang habis dalam satu siklus usaha dengan jangka waktu maksimal satu tahun. b. Kredit Investasi untuk segmen Corporate dan Commercial. Kredit Investasi adalah fasilitas kredit jangka menengah dan jangka panjang. Kredit ini diberikan dalam mata uang rupiah maupun valuta asing untuk pembiayaan pengadaan barangbarang modal untuk rehabilitasi, modernisasi, perluasan ataupun pendirian proyek baru maupun refinancing. Pembayaran kredit bersumber dari hasil usaha dengan barang-barang modal yang dibiayai.
26
c. Kredit Jaminan Tunai. Kredit Jaminan Tunai adalah fasilitas kredit yang diberikan dengan jaminan setoran tunai, deposito berjangka, atau tabungan dalam rupiah maupun valuta asing yang diterbitkan oleh PT Bank X. d. Kredit Modal Kerja Komoditas Kredit Modal Kerja Komoditas merupakan fasilitas kredit modal kerja dalam rupiah atau mata uang asing untuk usaha perdagangan komoditas agroindustri, yang penarikannya dilakukan dengan menggunakan Warehouse Receipt (W/R) yang dikeluarkan Collateral Management Service Company (CMSC). e. Kredit Modal Kerja dengan fasilitas e-Biz Card X f. Kredit Multiguna Usaha Kredit Multiguna Usaha adalah fasilitas kredit modal kerja yang diberikan kepada pedagang retail di wilayah tertentu yang diberikan atas dasar agunan berupa fixed assets yang diberikan kepada bank. g. Kredit Usaha Mikro yang terdiri dari: i. Kredit Usaha Mikro X, yang ditujukan untuk debitur perorangan dengan dengan batas kredit Rp 10 juta. ii. Kredit Usaha Mikro Mapan, yaitu kredit untuk debitur perorangan dengan batas kredit Rp 10-50 juta. iii. Kredit Usaha Mikro Kelompok diberikan kepada kelompok usaha untuk keperluan produktif dengan batas kredit sebesar Rp 50 juta per kelompok. iv. Kredit Usaha Mikro Prima diberikan kepada perorangan maupun badan usaha dengan limit kredit di atas Rp 50 juta sampai dengan Rp 100 juta. h. Kredit Serbaguna Mikro i. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan j. Kredit Usaha Mikro-Layak Tanpa Agunan
27
k. KPR Graha X l. Kredit Multiguna X Kredit multiguna X adalah fasilitas kredit yang diberikan kepada perorangan untuk keperluan berbagai kebutuhan dengan agunan rumah tinggal, apartemen, ruko, atau rukan yang dimiliki. m. Kredit Agunan Deposito X n. Kredit Mitrakarya X 3. Jasa Lain-lain a. Kartu X b. ATM X c. Call X d. SMS Banking X e. Internet Banking X f. m-ATM g. X Dana Sejahtera h. X Siswa Sejahtera i. X Investasi Sejahtera j. X Jiwa Sejahtera k. Transaksi valuta asing l. Safe Deposit Box m. L/C Issues and Amendment n. L/C Advising o. L/C Negotiation p. L/C Confirmation q. dan lain-lain 4.2. Penyaluran Kredit PT Bank X Seperti lembaga keuangan bank lain yang memiliki fungsi intermediasi keuangan, kegiatan operasi PT Bank X terkait erat dengan penyaluran dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat melalui kredit kepada debitur. Debitur PT Bank X dapat diklasifikasikan menjadi segmen Corporate, Commercial, Small Business, Micro Business, dan Consumer.
28
Setiap segmen ditangani oleh unit bisnis yang berbeda. Segmen corporate ditangani oleh unit bisnis Corporate Banking, segmen micro dan small business ditangani oleh unit bisnis Micro and Retail Banking. Segmen commercial ditangani oleh unit bisnis Commercial Business. Sedangkan segmen consumer ditangani oleh unit bisnis Consumer Finance. Kredit yang disalurkan untuk segmen corporate, commercial, micro dan small bussiness merupakan kredit yang sifatnya produktif. Sedangkan kredit untuk segmen consumer merupakan kredit yang sifatnya konsumtif. Kredit yang bersifat produktif merupakan kredit yang mendominasi dengan penyerapan 89,75% dari total kredit pada tahun 2007. Sedangkan kredit yang bersifat konsumtif menyerap sekitar 11,25%. Selain itu penyaluran kredit PT Bank X dapat dibagi berdasarkan sektor ekonomi yang menjadi dasar kegiatan operasi debitur. 4.2.1. Pengelolaan Risiko Kredit PT Bank X Kredit yang disalurkan kepada debitur mengandung risiko kredit. Untuk itulah diperlukan suatu prosedur pengelolaan risiko kredit yang dilakukan baik saat penyaluran kredit maupun dalam pengawasan kredit. Tugas pengelolaan risiko kredit dilakukan oleh Corporate Risk Management Group yang menangani pengawasan risiko kredit korporasi, lembaga dan perusahaan pemerintah serta BUMN. Sedangkan yang memiliki wewenang untuk melakukan pengawasan risiko kredit komersial dan konsumsi adalah Retail Risk Management
Group.
Kedua
Group
ini
melaporkan
hasil
pengawasannya kepada Risk and Capital Committee. Kredit yang bersifat produktif merupakan kredit dengan jumlah mendominasi portofolio kredit dibandingkan dengan kredit konsumtif. Oleh karena itu pengawasan terhadap debitur kredit produktif dilakukan dengan sangat cermat dan teliti. Pengawasan kredit untuk kredit produktif antara lain : a. Pengkajian terhadap kewajiban (selain pembayaran) debitur setiap satu tahun sekali. b. Kunjungan ke debitur yang dilakukan 3 bulan sekali.
29
c. Pengkajian terhadap laporan keuangan debitur setiap satu tahun sekali. d. Verifikasi dokumen hukum debitur setiap satu tahun sekali. e. Penilaian harta bergerak yang dimiliki debitur yang menjadi agunan dilakukan enam bulan sekali. f. Penilaian harta tak bergerak debitur yang menjadi agunan dalam setahun sekali. Pengelolaan risiko kredit bertujuan untuk menjaga agar kredit yang telah disalurkan tidak menjadi kredit bermasalah yang dapat
meningkatkan
rasio
NPL.
Pengendalian
rasio
NPL
dimaksudkan agar kerugian yang terjadi dapat diminimalkan serta mengoptimalkan penyaluran kredit. PT Bank X memiliki beberapa prosedur terkait dengan penyaluran kredit seperti Kebijakan Perkreditan Bank X, Pedoman Pelaksanaan Kredit, dan pedoman teknis lainnya. Pedoman-pedoman ini memberikan petunjuk dalam pelaksanaan penyaluran kredit mulai dari tahap permohonan, proses analisa, persetujuan, dokumentasi, pengawasan, hingga proses restrukturisasi disertai dengan analisis dan perhitungan risiko. Pengelolaan
risiko
kredit
diterapkan
pada
tingkat
transaksional maupun tingkat portofolio. Prinsip four eye diterapkan pada
tingkat
transaksional.
Prinsip
ini
digunakan
dalam
pengambilan keputusan penyaluran kredit. Dalam prinsip ini, penyaluran kredit melibatkan empat pihak dari PT Bank X. Pihakpihak tersebut adalah masing-masing unit bisnis yang menerima permohonan kredit, Credit Risk Management Unit, rapat Komite Kredit, dan Pejabat Pemegang Kewenangan Memutus Kredit. Prinsip ini membuat keputusan untuk menentukan penyaluran kredit menjadi lebih objektif. Hal ini karena pihak yang terlibat dalam analisis kredit tidak hanya unit bisnis yang menerima permohonan kredit. Selain dilakukan oleh unit bisnis terkait, analisis kredit namun juga melibatkan pihak yang mengelola risiko kredit yaitu
30
Credit Risk Management Unit serta Pejabat Pemegang Kewenangan Memutus Kredit. Dalam memutuskan penyaluran kredit digunakan format Nota Analisa Kredit, Analisa Keuangan, panduan Tools Rating, dan Scoring System. Tool Rating dan Scoring System digunakan untuk menentukan pengukuran risiko kredit dan penetapan suku bunga yang berdasarkan risiko. Untuk menjaga agar Tools Rating dan Scoring System tetap dapat diandalkan dalam pengambilan keputusan kredit maka setiap unit bisnis melakukan evaluasi yang hasilnya berupa Credit Scoring Review dan Rating Outlok setiap tiga bulan dan semester. 4.2.2. Pengelolaan Kredit Bermasalah Bank Indonesia mengklasifikasikan kualitas kredit dalam lima kolektibilitas. Kredit diklasifikasikan menjadi kredit kualitas lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Kredit dengan kualitas lancar, dan dalam perhatian khusus digolongkan ke dalam kredit tidak bermasalah, sedangkan kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet digolongkan dalam kredit bermasalah. Selama periode pengamatan, yaitu dari tahun 1999-2007, kredit dengan kualitas lancar merupakan kredit dengan jumlah terbesar, yaitu rata-rata sebesar 62,68% setiap tahun dari keseluruhan kredit. Sedangkan
kredit dengan kualitas dalam
perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet masingmasing memiliki persentase sebesar 18,15%; 6,05%; 3,26%, dan 9,86% (Laporan keuangan PT Bank X tahun 1999-2007). Kredit yang disalurkan PT Bank X dapat mengalami penurunan kualitas dari tidak bermasalah menjadi kategori kredit bermasalah. Kredit yang termasuk dalam kategori bermasalah ditangani oleh bagian Credit Recovery Group bukan oleh bisnis unit terkait. Hal ini agar setiap bisnis unit dapat tetap fokus pada debitur yang tidak bermasalah dan penyelesaian kredit bermasalah dapat
31
lebih baik. Pada Bulan Mei 2006, PT Bank X
membentuk
Direktorat Special Asset Management yang membawahi Credit Recovery Group I dan II setelah sebelumnya kedua unit ini tergabung dengan Direktorat Treasury and International. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan pengelolaan kredit bermasalah PT Bank X yang tinggi.
35.000.000 30.000.000 25.000.000 20.000.000 15.000.000 10.000.000 5.000.000 0 07 20
05
03
20
20
19
20
01
Kredit Bermasalah
99
Jumlah kredit bermasalah
Kredit Bermasalah
Tahun
Gambar 2. Pertumbuhan kredit bermasalah PT Bank X (dalam juta rupiah) Sumber: Laporan Keuangan PT Bank X tahun 19992007 (data diolah) Gambar
2
menunjukkan
perubahan
jumlah
kedit
bermasalah yang dimiliki PT Bank X dari tahun 1999-2007. Pada tahun 1999 jumlah kredit bermasalah yang dimiliki PT Bank X sebesar Rp 30 triliun, dengan rasio kredit bermasalah mencapai 70%. Tingginya kredit bermasalah ditahun 1999 adalah dampak krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1998. Selain itu tingginya jumlah kredit bermasalah PT Bank X pada tahun 1999 disebabkan oleh kredit bermasalah yang dimiliki empat bank yang dimerger yaitu Bank Dagang Negara (BDN), Bank Exim, Bapindo, dan Bank Bumi Daya (BBD) sangat besar. Sebelum proses merger, BDN memiliki kredit bermasalah sebesar Rp 20,03 triliun, Bank Exim sebesar Rp 20,73 triliun, Bapindo Rp 12,24 triliun, dan BBD Rp 23,27 triliun (Bisnis Indonesia, 1999).
32
Kemudian dari tahun 2000 sampai tahun 2002 kredit bermasalah cenderung turun. Penurunan ini disebabkan pengalihan kredit bermasalah kepada Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan restruturisasi kredit bermasalah sehingga kualitas kredit dapat meningkat dari bermasalah menjadi tidak bermasalah. Namun setelah itu kredit bermasalah mengalami peningkatan lagi dan puncaknya mencapai Rp 27 triliun pada tahun 2005. Kenaikan kredit bermasalah pada tahun 2005 disebabkan beberapa faktor seperti faktor makroekonomi dan kebijakan bank sentral. Kebijakan Bank Indonesia yang mempengaruhi penilaian kualitas kredit adalah Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 yang mulai diterapkan pada 20 Januari 2005. Peraturan ini mengatur tentang penyeragaman penilaian kualitas aktiva produktif mengikuti kualitas terendah pada debitur yang sama. Hal ini menyebabkan bank harus menurunkan kualitas kredit menjadi kategori lebih rendah jika debitur tersebut memiliki kredit dengan kualitas lebih rendah di bank lain. Misalnya ada debitur yang mendapatkan kredit dari Bank X dan Bank Y. Jika debitur tersebut memiliki kredit dengan kolektibilitas lancar di Bank X sedangkan di Bank Y kredit debitur tersebut berada pada kolektibilitas diragukan, maka Bank X harus menurunkan kualitas kredit debitur tersebut dari lancar menjadi macet. Faktor lain adalah kenaikan harga bahan bakar minyak sebesar 126% pada tahun 2005 yang diikuti tingginya inflasi. Hal ini mempengaruhi kemampuan debitur untuk membayar pinjaman kepada bank menjadi berkurang (Sipahutar, 2007). Dalam dua tahun berikutnya perkembangan kredit bermasalah kembali turun sampai mencapai Rp 10 triliun pada tahun 2007. Menurunnya kredit bermasalah ini karena keberhasilan PT Bank X merestrukturisasi kredit bermasalahnya sehingga menjadi kredit tidak bermasalah. Pada tahun 2006 jumlah kredit yang direstrukturisasi mencapai Rp 10.714 miliar dan pada tahun
33
2007 kredit yang berhasil direstrukturisasi sebesar Rp 20.487 miliar (Laporan Keuangan Triwulan 4 PT Bank X Tahun 2006 dan 2007). Tabel 2. Rasio NPL rata-rata dan pertumbuhan rasio NPL rata-rata setiap tahun PT Bank X Sektor
Rasio NPL ratarata setiap tahun
Industri Pertanian Perdagangan Pertambangan Jasa-jasa Lain-lain
22,04% 17,06% 18,91% 17,18% 18,02% 19,36%
Pertumbuhan rasio NPL setiap tahun 9,43% -2,30% -2,34% -6,33% 12,08% -3,63%
Sumber: Laporan keuangan PT Bank X (1999-2007) Pada Tabel 2 dapat dilihat rasio NPL rata-rata setiap tahun pada setiap sektor. Rasio NPL setiap sektor sangat besar berkisar antara 17%-22%. Besarnya rasio NPL pada setiap sektor ini tidak terlepas dari sangat besarnya rasio NPL pada tahun 1999 yang merupakan imbas dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Petumbuhan positif rasio NPL pada sektor industri dan jasa-jasa disebabkan peningkatan yang sangat besar pada rasio NPL kedua sektor di tahun 2005. Walaupun secara umum pada tahun 2005, jumlah kredit bermasalah untuk seluruh sektor meningkat, namun sektor industri dan jasa-jasa merupakan sektor-sektor yang menyumbangkan sebagian besar peningkatan NPL. Pertumbuhan rasio NPL kedua sektor pada tahun 2005 sebesar tiga kali lipat dibandingkan rasio NPL tahun 2004. 4.2.3. Portofolio Kredit Sektor Ekonomi PT Bank X Kredit yang disalurkan PT Bank X kepada debitur dapat dibagi-bagi ke dalam beberapa segmen berdasarkan wilayah, sektor ekonomi maupun jenis debitur. Berdasarkan sektor ekonomi, kredit dibagi ke dalam 10 sektor ekonomi yaitu industri, pertanian, perdagangan, jasa usaha, jasa sosial, konstruksi, listrik, air, dan gas, pertambangan, pengangkutan, dan lain-lain. Pada penelitian ini sektor jasa usaha, jasa sosial, konstruksi, listrik, air, dan gas serta
34
pengangkutan digabungkan ke dalam sektor jasa-jasa karena masih berada dalam satu kelompok sektor ekonomi yaitu sektor jasa. Selain itu jumlah kredit sektor-sektor yang digabungkan relatif kecil dibandingkan kredit yang disalurkan pada sektor yang lain. Rp350.000.000 Rp300.000.000 Industri
Rp250.000.000
Jumlah kredit
Pertanian Rp200.000.000
perdagangan
Rp150.000.000
Pertambangan Jasa-jasa
Rp100.000.000
Lain-lain
Rp50.000.000 Rp0
Sektor ekonomi
Gambar 3. Portofolio kredit PT Bank X tahun 1999-2007 (dalam juta rupiah) Sumber: Laporan keuangan PT Bank X (data diolah) Struktur portofolio kredit PT Bank X dapat dilihat pada Gambar 3, pertumbuhan dan persentase penyerapan rata-rata kredit setiap sektor terlihat pada Tabel 3, dengan penjelasan sebagai berikut : 1. Sektor industri Selama periode penelitian tahun 1999 sampai 2007, pada portofolio kredit berdasarkan sektor ekonomi, kredit yang disalurkan untuk sektor industri merupakan sektor yang mendominasi. Kredit untuk sektor ini menyerap rata-rata 41% dari total kredit yang disalurkan setiap tahun. Pertumbuhan kredit sektor ini mencapai 13,96% sehingga menjadikan kredit sektor industri menjadi kredit yang diutamakan dalam struktur portofolio kredit (Tabel 3). Dominasi sektor industri dalam
35
penyerapan
kredit
disebabkan
hampir
30
%
struktur
perekonomian Indonesia terdiri dari sektor industri (Tabel 8). 2. Sektor pertanian Setiap tahun sektor pertanian menyerap 10,79% dari seluruh kredit yang disalurkan PT Bank X. Secara umum kredit sektor pertanian
terus
mengalami
peningkatan
dalam
periode
penelitian. Rata-rata pertumbuhan penyerapan kredit untuk sektor pertanian setiap tahun sebesar 12,80% (Tabel 3). 3. Sektor perdagangan Sepanjang tahun 1999 sampai dengan tahun 2007, kredit yang telah disalurkan ke sektor perdagangan adalah sebesar Rp 97 triliun. Rata-rata penyerapan kredit oleh sektor perdagangan cukup besar sebesar 13,72% setiap tahun. Pertumbuhan penyerapan kredit oleh sektor ini sebesar 12,61% (Tabel 3), hal ini menunjukkan bahwa kredit yang disalurkan untuk sektor perdagangan mengalami pertumbuhan yang positif setiap tahun. 4. Sektor pertambangan Sektor pertambangan merupakan sektor dengan persentase penyerapan kredit terkecil dibandingkan sektor industri, pertanian, perdagangan, jasa-jasa dan lain-lain. Sektor ini hanya menyerap rata-rata 4,87% dari total kredit setiap tahun. Namun demikian, pertumbuhan kredit sektor ini sangat baik ditandai dengan rata-rata pertumbuhan setiap tahun sebesar 37,21% (Tabel 3). Pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 2007, pada tahun itu kredit sektor pertambangan meningkat 62,17% dibandingkan tahun 2006. Sedangkan pada tahun 2006, penyerapan oleh sektor perdagangan tumbuh sebesar 48,95% dibandingkan tahun 2005. Petumbuhan yang relatif besar pada tahun 2007 dan 2006, menunjukkan perkembangan penyerapan kredit yang sangat baik (Lampiran 1).
36
5. Sektor jasa-jasa Sektor terbesar setelah sektor industri adalah sektor jasa-jasa yang dapat dibagi lagi menjadi sektor jasa usaha, jasa sosial, konstruksi, dan pengangkutan. Sektor jasa-jasa rata-rata menyerap 19,75% dari seluruh kredit yang disalurkan setiap tahun. Dari tahun 1999 sampai tahun 2007 total kredit yang disalurkan untuk sektor ini mencapai Rp 145 triliun. Pertumbuhan penyerapan kredit untuk sektor jasa-jasa rata-rata 15,50% setiap tahun (Tabel 3). 6. Sektor lain-lain Sektor lain-lain menyerap rata-rata 10,37% dari total kredit yang disalurkan setiap tahun. Pertumbuhan kredit sektor lain-lain relatif tinggi yaitu sebesar 25,99% setiap tahun (Tabel 3). Dari tahun 1999-2007 total kredit yang diserap sektor lain-lain sekitar 84 triliun. Tabel 3. Rata-rata penyerapan dan pertumbuhan kredit setiap sektor PT Bank X Sektor
Rata-rata penyerapan setiap tahun
Rata-rata pertumbuhan setiap tahun
Industri
41,04%
13,96%
Pertanian
10,79%
12,80%
Perdagangan
13,72%
12,61%
Pertambangan
4,24%
37,21%
Jasa-jasa
19,75%
15,50%
Lain-lain
10,47%
25,99%
Sumber: Laporan keuangan PT Bank X 1999-2007 (data diolah) 4.3. Analisis Korelasi Analisis korelasi adalah analisis untuk mengukur tingkat keeratan hubungan linear antar dua variabel. Untuk menginterpretasikan koefisien korelasi dilihat dari besar kecilnya nilai koefisien. Hipotesis untuk menguji korelasi adalah: H0 : p-value = 0 Hipotesis ini berarti tidak ada korelasi antara peubah yang diteliti.
37
H1 : p-value ≠ 0 Hipotesis ini berarti ada korelasi antara peubah yang diteliti. Daerah penolakan H0 adalah p-value < α, sedangkan daerah penolakan untuk H1 adalah p-value > α. Tabel 4 dan 6 menunjukkan koefisien dan p-value korelasi antara portofolio kredit dengan pendapatan bunga kredit dan kredit bermasalah. 4.3.1. Analisis Korelasi Portofolio Kredit dan Pendapatan Bunga Pada Tabel 4 dapat terlihat hasil perhitungan analisis korelasi antara portofolio kredit dengan pendapatan bunga. Kredit yang disalurkan memiliki nilai p-value lebih kecil dari α (0,1). Hal ini berarti tolak H0, yang menunjukkan adanya korelasi antara masing-masing kredit dengan pendapatan bunga kredit. Tabel 4. Hasil analisis korelasi portofolio kredit dan pendapatan bunga kredit Sektor Industri Pertanian Perdagangan Pertambangan Jasa-jasa Lain-lain
Koefisien regresi 0,907 0,894 0,827 0,859 0,869 0,746
p-value 0,001 0,001 0,006 0,003 0,002 0,021
Sumber: Laporan keuangan PT Bank X 1999-2007 (data diolah) Seluruh
koefisien
korelasi
bertanda
positif,
hal
ini
menunjukkan bahwa ada hubungan searah antara penyaluran kredit dengan pendapatan bunga kredit. Hubungan yang searah ini dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Seluruh kredit yang disalurkan untuk enam sektor ekonomi mengalami pertumbuhan yang positif, begitu pula dengan pendapatan bunga kredit. Pertumbuhan kredit sektor industri rata-rata setiap tahun sebesar 14%, pertanian sebesar 12,8%, perdagangan sebesar 12,61%, pertambangan sebesar 37,21%, jasa-jasa sebesar 15,5%, dan sektor lain lain sebesar 26% (Tabel
38
3). Pertumbuhan pendapatan bunga kredit setiap tahun tumbuh rata-rata 26,91% (Tabel 5). Pertumbuhan yang searah ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara perubahan kredit yang disalurkan dengan pendapat bunga kredit yang dihasilkan. Gambar menunjukkan pertumbuhan pendapatan bunga kredit PT Bank X tahun 1999-2007. 2. Pendapatan bunga kredit dipengaruhi oleh besarnya penyaluran kredit yang tergolong kredit tidak bermasalah dan bunga kredit yang dibebankan kepada debitur. Kredit yang disalurkan setiap sektor selama tahun 1999-2007 memiliki rasio kredit tidak bermasalah tahunan rata-rata untuk setiap sektor industri adalah 77,96%, pertanian 82,94%, perdagangan 80,09%, pertambangan 82,83%, jasa-jasa 81,98%, dan lain-lain 80,64% (Tabel 2). Hal ini berarti rata-rata setiap tahun sebagian besar kredit yang disalurkan tergolong ke dalam kredit yang tidak bermasalah. Kredit yang tidak bermasalah inilah yang menyumbangkan kontribusi positif kepada pendapatan bunga kredit. Tabel 5.
Pertumbuhan pendapatan bunga kredit PT Bank X (dalam juta rupiah)
Tahun Pendapatan Bunga Kredit 1999 2.315.000 2000 5.142.000 2001 5.786.000 2002 6.245.000 2003 8.375.000 2004 8.809.000 2005 7.693.000 2006 9.061.000 2007 11.623.000 Sumber : Laporan Keuangan PT Bank X tahun 1999-2007 4.3.2
Analisis Korelasi Portofolio Kredit dan Kredit Bermasalah Nilai p-value dan koefisien korelasi portofolio kredit dan kredit bermasalah dapat dilihat pada Tabel 6. Seluruh nilai p-value lebih besar dari α (0,1). Hal ini menunjukkan terima H0, berarti
39
tidak ada korelasi antar perubahan jumlah kredit yang disalurkan ke enam sektor ekonomi dan perubahan jumlah kredit bermasalah setiap tahun. Tabel 6. Hasil analisis korelasi portofolio kredit dan kredit bermasalah Sektor
Koefisien regresi
p-value
Industri
- 0,387
0,303
Pertanian
- 0,367
0,331
Perdagangan
- 0,511
0,160
Pertambangan
- 0,514
0,157
Jasa-jasa
- 0,356
0,348
Lain-lain 0,593 0,172 Sumber: Laporan keuangan PT Bank X 1999-2007 (data diolah) Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut, seluruh kredit yang disalurkan ke enam sektor ekonomi mengalami pertumbuhan yang positif dari tahun ke tahun, seperti dapat dilihat pada Tabel 3. Namun kredit bermasalah berfluktuasi dari tahun ke tahun dalam periode pengamatan seperti dapat dilihat pada Gambar 2. Fluktuasi kredit bermasalah ini menunjukkan bahwa kredit bermasalah tidak berkorelasi dengan besarnya kredit yang disalurkan namun lebih dipengaruhi oleh risiko yang melekat pada setiap sektor. Risiko kredit berfluktuasi setiap tahun dan sangat dipengaruhi kondisi debitur dalam pembayaran cicilan kredit. Kemampuan debitur untuk melunasi kredit sangat dipengaruhi oleh kondisi seperti keadaan makroekonomi.
Selain
itu
kebijakan
bank
sentral
dapat
mempengaruhi penetapan kualitas kredit yang disalurkan seperti pada tahun 2005. 4.4. Analisis Regresi Berganda Berdasarkan analisis korelasi diketahui bahwa terdapat hubungan positif antara kredit yang disalurkan untuk enam sektor ekonomi dengan pendapatan bunga kredit. Sedangkan analisis korelasi antara penyaluran kredit dengan kredit bermasalah menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
40
yang nyata antara penyaluran kredit dengan pertumbuhan kredit bermasalah. Oleh karena itu maka analisi regresi berganda hanya akan digunakan untuk menganalisis pengaruh portofolio kredit yang disalurkan untuk sektor ekonomi 4.4.1. Pengujian Model Regresi Berganda Untuk menganalisis pengaruh portofolio kredit sektor ekonomi terhadap pendapatan bunga dan kredit bermasalah dilakukan analisis regresi berganda. Pendapatan bunga kredit akan dijadikan peubah tidak bebas (Y) yang dipengaruhi kredit yang disalurkan kepada enam sektor ekonomi (X1, X2, X3, X4, X5, X6) yang menjadi peubah bebas. Regresi berganda yang baik memiliki persyaratan uji-uji klasik
yaitu
uji
multikolinearitas,
uji
normalitas,
uji
heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Oleh karena itu model regresi akan diuji untuk mengetahui apakah model regresi layak atau tidak. Y =
3182068 - 0,104 X1 - 0,397 X2 - 0,371 X3 + 0,962 X4 + 1,11 X5 - 0,746 X6
Keterangan: Y : Pendapatan bunga kredit X1 : Kredit sektor industri X2 : Kredit sektor pertanian X3 : Kredit sektor perdagangan X4 : Kredit sektor pertambangan X5 : Kredit sektor jasa-jasa X6 : Kredit sektor lain-lain
A. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi peubahpeubah bebas di antara satu dengan yang lainnya. Untuk melihat apakah ada multikolinearitas pada model regresi dilihat dari nilai variance inflation factor atau (VIF). Jika nilai VIF masingmasing peubah babas memiliki nilai lebih besar dari 5 maka
41
model regresi memiliki multikolinearitas sehingga menjadi tidak valid (Iriawan dan Astuti, 2006). Berdasarkan hasil perhitungan nilai VIF pada masing-masing peubah bebas didapat nilai VIF seperti pada Tabel 7. Tabel 7. Nilai VIF peubah bebas regresi berganda Peubah bebas
Nilai VIF
X1
35
X2
24,3
X3
52,2
X4
10,2
X5
127,1
X6
22
Sumber: Laporan keuangan PT Bank X (data diolah) Peubah-peubah bebas yang dalam model regresi memiliki nilai VIF lebih dari 5. Hal ini membuktikan terdapat kendala multikolinearitas
pada
model
regresi
berganda.
Untuk
menyelesaikan masalah multikolinearitas pada regresi berganda dapat menggunakan analisis komponen utama. B. Uji Normalitas Uji normalitas dapat dilihat dengan melihat nilai statistik Kolmogorov-Smirnov (KS) pada uji normalitas residual. Jika nilai statistik KS lebih kecil dibanding nilai tabel KS dan nilai pvalue lebih besar dari α, maka asumsi kenormalan terpenuhi sehingga model regresi yang telah dibuat dapat digunakan (Iriawan dan Astuti, 2006).
42
Probability Plot of RESI1 Normal 99
Mean StDev N KS P-Value
95 90
-2,74223E-09 503915 9 0,222 >0,150
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
-1500000 -1000000
-500000
0 RESI1
500000
1000000
Gambar 4. Uji normalitas residual pada regresi berganda Sumber : Laporan keuangan PT Bank X 1999-2007 (data diolah) Berdasarkan hasil perhitungan dengan Minitab (Gambar 4), didapat nilai p-value > 0,150 dan nilai KS sebesar 0,222. Pada tabel kuantil uji statistik Kolmogorov-Smirnov dengan jumlah pengamatan 9 dan α = 0,1 didapat nilai 0,387. Karena nilai statistik KS < nilai tabel KS yaitu 0,222 < 0,387 dan p-value memiliki nilai > 0,150 yang lebih besar dari α, yang bernilai 0,1 maka asumsi kenormalan terpenuhi. C. Uji Autokorelasi Auto korelasi atau korelasi serial kemungkinan terjadi pada data time series. Uji autokorelasi dengan perangkat lunak Minitab melalui uji Run test residual. Jika hasil penghitungan didapatkan p-value lebih besar dari α, menunjukkan tidak adanya autokorelasi. Dari penghitungan Run Test residual dengan minitab didapatkan p-value sebesar 0,165. Nilai ini lebih besar dari α = 0,1, hal ini membuktikan tidak adanya autokorelasi pada regresi berganda. D. Uji Heteroskedastisitas Model regresi yang memiliki heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi
43
tidak efisien. Untuk melihat apakah pada model regresi terdapat heteroskedastisitas dilihat dari sebaran titik-titik yang tersebar pada output perhitungan dengan perangkat lunak minitab. Sebaran titik-titik yang tidak membentuk pola tertentu namun tersebar di atas dan di bawah nol menunjukkan bahwa pada model regresi tidak mengalami masalah heteroskedastisitas. Pada Gambar 5 dapat terlihat bahwa titik-titik tersebar di atas dan di bawah nol. Hal ini membuktikan bahwa persamaan regresi berganda tidak memiliki masalah heteroskedastisitas. R e s i d u a l s V e r s u s th e F i tte d V a l u e s (r e s p o n s e is P e n d a p a ta n Bu n g a Kr e d it) 750000 500000
Residual
250000 0 -250000 -500000
2000000
4000000
6000000 8000000 Fit t e d V a lu e
10000000
12000000
Gambar 5. Uji heteroskedastisitas pada persamaan regresi berganda Sumber : Laporan keuangan PT Bank X 1999-2007 (data diolah) 4.4.2. Analisis Komponen Utama Analisis komponen utama digunakan untuk mengatasi kendala multikolinearitas. Dengan analisis komponen utama persamaan yang terbentuk bebas dari masalah multikolinearitas tanpa menghilangkan peubah bebas yang mengalami korelasi. 1. Menentukan komponen utama Perhitungan dengan menggunakan perangkat lunak minitab, didapatkan komponen-komponen utama dari peubah bebas. Pada Tabel 8 dapat terlihat komponen-komponen utama yang dibentuk oleh peubah bebas.
44
Tabel 8. Komponen utama peubah bebas Eigenvalue Proportion
55.342 0.922
0.2133
0.1864
0.0449
0.0164
0.0047
0.036
0.031
0.007
0.003
0.001
Cumulative
0.922
0.958
0.989
0.996
0.999
Variable
PC1
PC2
PC3
PC4
PC5
X1
-0.403
-0.254
-0.639
0.476
0.112
-0.354
X2
-0.408
0.427
-0.364
-0.478
-0.539
0.003
X3
-0.415
-0.291
0.206
-0.598
0.473
-0.346
X4
-0.399
0.702
0.212
0.299
0.449
X5
-0.418
-0.382
-0.028
0.012
0.027
X6
-0.407
-0.175
0.609
0.313
-0.521
1.000 PC6
0.111 0.823 -0.254
Sumber: Laporan Keuangan PT Bank X 1999-2007 (data diolah) Keterangan: X1 : X2 : X3 : X4 : X5 : X6 :
kredit sektor industri Kredit sektor pertanian kredit sektor perdagangan kredit sektor pertambangan kredit sektor jasa-jasa kredit sektor lain-lain
2. Menentukan jumlah komponen utama yang digunakan Komponen-komponen utama yang dibentuk tidak semuanya digunakan. Banyaknya komponen utama yang digunakan dapat ditentukan dengan melihat plot scree (Gambar 6). Pada Gambar 6 terlihat bahwa titik perbatasan antar grafik yang curam dan landai adalah ada komponen dua. Dengan demikian komponen yang digunakan berjumlah dua. S c r e e P lo t o f In d u s tr i, ..., L a in -la in 6 5
Eigenvalue
4 3 2 1 0 1
2
3 4 C o m p o n e n t Nu m b e r
5
6
Gambar 6. Plot scree komponen utama Sumber : Laporam keuangan PT Bank X 1999-2007 (data diolah)
45
3. Meregresikan komponen utama Hasil regresi komponen utama PC1 dan PC2 terhadap pendapatan bunga kredit (Lampiran 5) adalah : Pendapatan bunga : 1296393 – 0,171 PCI – 0,031 PC2 PCI : - 0,403 X1 - 0,408 X2 - 0,415 X3 - 0,399 X4 - 0,418 X5 - 0,4076 X6 PC2 : - 0,254 X1 + 0,427 X2 - 0,291 X3 + 0,702 X4 - 0,382 X4 - 0,382 X5 - 0,175 X6 Y:
1296393 + 0,08 X1 + 0,06 X2 + 0,08 X3 + 0,05 X4 + 0,08 X5+ 0,08 X6
Keterangan: Y : Pendapatan bunga kredit X1 : Kredit sektor industri X2 : Kredit sektor pertanian X3 : kredit sektor perdagangan X4 : kredit sektor pertambangan X5 : kredit sektor jasa-jasa X6 : kredit sektor lain-lain Analisis
regresi
berganda
pengaruh
portofolio
terhadap
pendapatan bunga menunjukkan seluruh kredit yang disalurkan kepada enam sektor ekonomi berkontribusi positif terhadap pendapatan bunga kredit. Hal ini sesuai dengan analisis korelasi yang dilakukan sebelumnya. 4.5. Evaluasi Penyaluran Kredit Tiap Sektor Berdasarkan analisis korelasi dan regresi berganda terhadap penyaluran kredit PT Bank X dapat dilakukan evaluasi terhadap penyaluran kredit setiap sektor terkait dengan pendapatan bunga kredit dan kredit bermasalah. Evaluasi ini akan digunakan sebagai gambaran yang dapat digunakan untuk perencanaan alokasi kredit setiap sektor. 1. Sektor industri Berdasarkan analisis korelasi, kredit yang disalurkan untuk sektor industri berkorelasi positif terhadap pendapatan bunga kredit. Hal
46
ini berarti setiap penambahan alokasi kredit sektor industri akan menambah jumlah pendapatan bunga. Berdasarkan persamaan regresi pengaruh portofolio kredit terhadap pendapatan bunga menunjukkan bahwa setiap penambahan Rp 1 kredit sektor industri maka pendapatan bunga kredit akan meningkat Rp 0,08. Rasio NPL rata-rata sektor ini setiap tahun sebesar 22,04%. Hal ini berarti setiap tahun rata-rata 77,96 % kredit yang disalurkan merupakan kredit yang tidak bermasalah dan berkontribusi positif terhadap pendapatan bunga kredit (Tabel 2). Berdasarkan analisis korelasi penyaluran kredit yang disalurkan untuk sektor industri menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara perubahan besarnya penyaluran kredit dengan pertumbuhan kredit bermasalah. Walaupun demikian, untuk mengetahui kemungkinan munculnya kredit bermasalah dari kredit yang disalurkan ke sektor industri dapat dilihat dari perkembangan rasio kredit bermasalah sektor industri. Setiap tahun rasio NPL kredit yang disalurkan untuk sektor industri rata-rata sebesar 22,04% (Tabel 2). Tingginya rasio NPL ini menunjukkan bahwa risiko yang melekat pada sektor ini cukup besar. Tingginya rasio NPL kredit sektor ini karena sektor industri amat sensitif dengan perubahan kondisi makroekonomi. Pada tahun 1999 rasio NPL sektor industri mencapai 79,8%
sebagai akibat krisis
ekonomi yang melanda Indonesia (Lampiran 2). Pada tahun 2005 ketika terjadi kenaikan harga BBM yang diikuti tingginya inflasi, rasio NPL mengalami pertumbuhan sebesar 279% dari 10,6% menjadi 40,23%. (Laporan Keuangan PT Bank X Tahun 2005). Selama periode penelitian, kredit yang disalurkan untuk sektor industri merupakan kredit yang mendominasi portofolio kredit dengan rata-rata penyerapan 41,04% pertahun. Pertumbuhan kredit ini juga positif setiap tahunnya yaitu sebesar 13,96% (Tabel 3). Dominasi kredit sektor industri disebabkan oleh struktur perekonomian Indonesia yang
47
juga didominasi sektor industri dan jasa-jasa jika dilihat dari PDB Indonesia selama periode penelitian. 2. Sektor pertanian Penyaluran kredit untuk sektor pertanian rata-rata sebesar 10,79% dari total kredit yang disalurkan setiap tahun. Kredit yang disalurkan untuk sektor ini rata-rata tumbuh sekitar 12,80% setiap tahun (Tabel 3). Analisis korelasi menunjukkan bahwa terhadap hubungan yang positif antara penyaluran kredit dan pendapatan bunga kredit. Hal ini berarti setiap penambahan kredit yang dialokasikan untuk sektor pertanian akan menambah pendapatan bunga kredit. Berdasarkan analisis regresi berganda, setiap kenaikan Rp 1 kredit yang disalurkan untuk sektor pertanian akan meningkatkan pendapatan bunga kredit sebesar Rp 0,06. Hubungan yang positif disebabkan oleh pertumbuhan positif penyaluran kredit untuk sektor ini. Dengan rasio NPL tahunan rata-rata sebesar 17,06% setiap tahun, berarti dari seluruh kredit yang disalurkan untuk sektor pertanian, sebesar 82,94% merupakan kredit yang tidak bermasalah dan berkontribusi positif terhadap pendapatan bunga kredit. Dengan pertumbuhan rasio kredit bermasalah rata-rata -2,3% setiap tahun (Tabel 2), maka risiko kredit yang dialokasikan untuk sektor pertanian memiliki kecenderungan menurun 3. Sektor perdagangan Sektor perdagangan merupakan kredit dengan penyerapan kredit sebesar 13,72% setiap tahun (Tabel 3). Sama seperti kredit yang disalurkan untuk sektor lainnya, kredit sektor perdagangan berkorelasi positif terhadap pendapatan bunga. Setiap penambahan Rp 1 kredit yang disalurkan untuk sektor ini akan menyumbangkan pendapatan bunga kredit sebesar Rp 0,08. Rasio NPL rata-rata sektor ini sebesar 18,9% setiap tahun. Hal ini berarti dari keseluruhan total kredit yang disalurkan untuk sektor perdagangan setiap tahun, rata-rata 81,1% adalah kredit yang tidak bermasalah dan berkontribusi positif terhadap pendapatan bunga kredit.
48
Kredit yang dialokasikan untuk sektor ini memiliki rasio kredit bermasalah
yang
cukup
besar
yaitu
sebesar
18,9%.
Namun
perkembangan rasio kredit bermasalah untuk sektor ini cukup baik, karena pertumbuhan rasio kredit bermasalah sebesar -2,34% yang menunjukkan bahwa risiko kredit untuk sektor ini mengalami penurunan dari tahun ke tahun (Tabel 2). 4. Sektor pertambangan Kredit sektor pertambangan merupakan kredit dengan alokasi terkecil dengan rata-rata menyerap, 4,24% dari total kredit yang disalurkan PT Bank X setiap tahun (Tabel 3). Kredit sektor perdagangan memiliki korelasi positif terhadap pendapatan bunga kredit. Setiap penyaluran kredit ke sektor pertambangan Rp 1 akan berkontribusi sebesar Rp 0,05. Setiap tahun, rata-rata 17,2 % dari seluruh kredit yang dialokasikan untuk sektor pertambangan tergolong kredit bermasalah (Tabel 2). Kontribusi sektor pertambangan yang positif terhadap pendapatan bunga kredit dikarenakan setiap tahun 82,8% kredit yang disalurkan untuk sektor pertambangan merupakan kredit tidak bermasalah. Dengan pertumbuhan rasio kredit bermasalah sebesar 6,3% setiap tahun maka dibandingkan sektor lainnya maka risiko kredit untuk sektor pertambangan memiliki kecenderungan menurun paling besar (Tabel 2). 5. Sektor jasa-jasa Kredit yang disalurkan untuk sektor jasa-jasa, setiap tahun, ratarata sebesar 19,75% (Tabel 3). Kredit sektor jasa-jasa juga berkorelasi positif
terhadap
pendapatan
kredit.
Analisis
regresi
berganda
menunjukkan bahwa setiap penambahan Rp 1 akan meningkatkan Rp 0,08 pendapatan bunga kredit. Dengan rasio NPL rata-rata sebesar 18,06%, setiap tahun jumlah kredit yang tidak bermasalah dan menyumbangkan pendapatan bunga kredit sebesar 81,94% dari seluruh kredit yang disalurkan untuk sektor ini setiap tahun (Tabel 2).
49
Rasio kredit bermasalah untuk sektor ini cukup besar 18,06%, ditambah lagi dengan pertumbuhan rasio kredit bermasalah sebesar 12,08% menjadikan risiko kredit untuk sektor ini perlu mendapatkan perhatian lebih (Tabel 2). Pertumbuhan kredit bermasalah yang positif ini disebabkan sektor ini sangat sensitif terhadap gejolak ekonomi. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2005, dimana terjadi peningkatan harga BBM yang diikuti tingginya inflasi, pertumbuhan rasio NPL sebesar 301% dari 6,81% menjadi 18,75% (Laporan Keuangan PT Bank X Tahun 2005). Selain itu dengan penyerapan terhadap total penyaluran kredit dan pertumbuhan alokasi kredit yang cukup besar yaitu sekitar 15,5% setiap tahun (Tabel 3), kredit sektor ini harus menjadi salah satu sektor yang menjadi fokus dalam pengelolaan risiko kredit. 6. Sektor lain-lain Sektor lain-lain yang rata-rata menyerap 10,47% dari seluruh kredit yang disalurkan PT Bank X setiap tahun, berkorelasi positif terhadap pendapatan bunga kredit. Hal ini berarti setiap penambahan kredit pada sektor ini akan menambah pendapatan bunga kredit. Analisis regresi berganda menunjukkan bahwa setiap penambahan Rp 1 kredit yang disalurkan kepada sektor lain-lain akan menambah Rp 0,08 pendapatan bunga kredit. Rasio NPL sektor lain-lain rata-rata sebesar 19,36%, dengan demikian rata-rata dari kredit yang disalurkan untuk sektor ini rata-rata 81,64% merupakan kredit tidak bermasalah. Kredit yang tidak bermasalah inilah yang berkontribusi terhadap pendapatan bunga. Perkembangan cukup baik ditunjukkan pertumbuhan rasio NPL yang memiliki kecenderungan menurun -3,63% setiap tahun (Tabel 2). 4.6. Penyusunan Kebijakan Alokasi Kredit Setiap Sektor Sebagai bank nasional yang memiliki jumlah aset terbesar maka PT Bank X berperan sangat penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Pembangunan ekonomi didukung oleh perkembangan dunia usaha riil. Perkembangan dunia usaha tidak terlepas dari investasi kepada sektor riil, diman,a salah satu sumber invesatasi adalah melalui kredit.
50
Kontribusi PT Bank X dalam pembangunan nasional terutama didukung oleh penyaluran kredit kepada sektor riil. Dalam empat tahun terakhir, mulai tahun 2004 sampai tahun 2007, rata-rata Loan to Deposit Ratio (LDR) PT Bank X rata-rata hanya sebesar 54,25%. Hal ini menunjukkan bahwa dari keseluruhan dana yang berhasil dihimpun PT Bank X, hanya 54,25% yang disalurkan kembali ke masyarakat melalui penyaluran kredit. Rasio LDR PT Bank X ini lebih rendah dari rasio rata-rata LDR bank di Indonesia pada periode yang sama yaitu sebesar 65,47% (Bank Indonesia, 2008). Selain disalurkan melalui kredit, dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat ditempatkan di Bank Indonesia, bank lain, maupun melalui investasi surat berharga. Rendahnya LDR berarti fungsi intermediasi lembaga keuangan yang seharusnya dijalankan PT Bank X belum berjalan dengan baik. Sebagai bank milik pemerintah yang memiliki aset terbesar di Indonesia peranan PT Bank X dalam mendukung pembangunan melalui penyaluran kredit di Indonesia cukup besar. Oleh karena itu maka penyaluran kredit PT bank X perlu terus ditingkatkan dengan tetap memperhatikan aspek profitabilitas dan kesehatan bank. Aspek profitabilitas dapat dilihat dari pengaruh penyaluran kredit terhadap pendapatan bunga kredit, sedangkan analisis pengaruh portofolio kredit terhadap pertumbuhan kredit bermasalah dapat membantu mengelola kesehatan bank. Berdasarkan analisis korelasi kredit sektor ekonomi terhadap pendapatan bunga kredit menunjukkan bahwa seluruh kredit yang dialokasikan berkorelasi positif dan signifikan terhadap pendapatan bunga kredit. Begitupula dengan analisis regresi berganda menunjukkan bahwa setiap penambahan kredit untuk enam sektor ekonomi akan meningkatkan pendapatan bunga kredit. Analisis korelasi juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara penambahan jumlah kredit yang disalurkan untuk enam sektor ekonomi dengan kredit bermasalah. Kredit bermasalah lebih disebabkan oleh faktor kemampuan debitur melunasi kredit. Kemampuan debitur sangat dipengaruhi kondisi makroekonomi Indonesia. Oleh karena itu maka yang perlu diperhatikan selanjutnya dalam kebijakan antisipatif
51
dalam penyaluran kredit berdasarkan sektor ekonomi adalah risiko kredit dan keadaan makroekonomi yang dapat mempengaruhi penyaluran kredit maupun
risiko
kredit.
Untuk
mendukung
upaya
pembangunan
perekonomian dan tetap menjaga agar bank dalam keadaan sehat, maka dalam kebijakan penyaluran kredit perlu memperhatikan perkembangan dari sektor-sektor yang dimasuki. Perkembangan kondisi makroekonomi setiap sektor ekonomi dapat dilihat dari perkembangan Product Domestic Bruto (PDB). PDB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi dalam negeri pada periode tertentu (Bank Indonesia, 2008). Pada Tabel 9 dapat dilihat persentase dan pertumbuhan PDB setiap sektor ekonomi. Berdasarkan data pertumbuhan PDB dari tahun 1999-2007 menunjukkan bahwa secara umum mengalami pertumbuhan yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum perekonomian Indonesia tumbuh positif. Tabel 9. Persentase dan pertumbuhan PDB rata-rata setiap sektor setiap tahun Sektor
Persentase rata-rata
Pertumbuhan rata-rata
setiap tahun
setiap tahun
Industri
28,55%
15,51%
Pertanian
14,90%
13,70%
Perdagangan
16,01%
14,29%
Pertambangan
10,24%
16,00%
Jasa-jasa
30,3%
18,32%
Sumber: Bank Indonesia, 2008 (data diolah) PDB sektor industri tumbuh rata-rata 15,51%, menunjukkan bahwa lapangan usaha sektor industri masih menjanjikan. Dengan kontribusi rata-rata sebesar 28,55% dari total PDB maka sektor industri merupakan salah satu sektor yang cukup dominan dalam mendorong pertumbuhan perekonomian nasional (Tabel 9). Kredit sektor industri yang disalurkan PT Bank X adalah kredit yang mendominasi dalam struktur portofolio kredit dengan penyerapan sebesar 41% (Tabel 3). Walaupun demikian, rasio kredit bermasalah sektor
52
ini relatif tinggi yaitu sekitar 22,04% (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa sektor ini memiliki risiko kredit yang tinggi. Sektor industri memiliki risiko kredit yang sangat sensitif terhadap gejolak ekonomi, seperti yang terjadi pada tahun 2005. Dengan perkembangan harga minyak dunia saat ini yang cenderung meningkat, maka ada kemungkinan kenaikan harga BBM seperti yang terjadi pada tahun 2005. Oleh karena itu maka ekspansi kredit untuk sektor industri harus lebih selektif lagi dalam pemilihan debitur agar risiko kredit dapat diminimalkan. Setiap tahun rata-rata sektor pertanian menyerap 10,79% dari seluruh kredit yang disalurkan setiap tahun (Tabel 3). Setiap peningkatan kredit yang disalurkan untuk sektor ini akan meningkatkan pendapatan bunga kredit. Risiko yang melekat pada sektor ini dapat dilihat dari rasio kredit bermasalah yang rata-rata sebesar 17,06%. Rata-rata setiap tahun rasio NPL sektor ini turun - 2,3%. Jika dilihat dari perkembangan PDB Indonesia dari tahun 1999-2007, sektor pertanian tumbuh 13,70% setiap tahun (Tabel 9). Pertumbuhan yang positif pada PDB dan penurunan pada rasio NPL menunjukkan bahwa sektor ini cukup menjanjikan dalam penyaluran kredit. Sektor perdagangan memiliki proporsi yang cukup besar dalam PDB, yaitu sekitar 16,01%. Dengan pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 14,29% (Tabel 9), maka sektor perdagangan memiliki prospek yang cukup baik untuk terus mendapatkan penyaluran kredit. Perkembangan rasio kredit bermasalah juga cukup baik dengan penurunan rata-rata 2,34% tiap tahun (Tabel 2). Dengan kontribusi yang positif terhadap pendapatan bunga kredit, maka penyaluran kredit untuk sektor perdagangan perlu ditingkatkan. Sektor pertambangan memiliki pertumbuhan yang relatif besar dibanding sektor lain pada PDB tahun 1999-2007. Kredit yang disalurkan untuk sektor ini memiliki risiko yang cenderung menurun paling besar yaitu sebesar -6,33% setiap tahun (Tabel 2). Dengan kontribusi yang positif terhadap pendapatan bunga kredit dan pertumbuhan negatif pada rasio NPL, maka ekspansi kredit untuk sektor ini perlu terus ditingkatkan.
53
Ekspansi
kredit
untuk
sektor
jasa
perlu
memperhatikan
pertumbuhan positif pada rasio NPL yang sebesar 12,08% (Tabel 2). Selain itu pada saat terjadi gejolak ekonomi tahun 2005, dimana terjadi kenaikan harga BBM yang diikuti tingginya inflasi, rasio NPL sektor ini mengalami pertumbuhan lebih dari 300% dibandingkan tahun 2004 (Lampiran 2). Hal ini menunjukkan bahwa sektor ini sangat sensitif terhadap gejolak perekonomian. Hal ini membuat ekspansi kredit pada sektor jasa-jasa perlu lebih selektif, terkait dengan rencana pemerintah menaikkan harga BBM dalam waktu dekat ini. Penyaluran kredit untuk sektor lain-lain perlu terus ditingkatkan karena berkontribusi positif terhadap pendapatan bunga kredit. Selain itu pertumbuhan negatif pada rasio NPL menunjukkan bahwa risiko kredit untuk sektor ini mengalami penurunan. Rata-rata setiap tahun rasio kredit bermasalah untuk sektor ini mencapai 19,63% (Tabel 2). Pertumbuhan konsumsi di Indonesia cenderung meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 14,35% dan menyumbangkan sekitar 66,81% dari total PDB menjadikan sektor konsumsi menjadi pangsa pasar yang baik untuk mendapatkan penyaluran kredit (Bank Indonesia, 2008). Berdasarkan analisis-analisis di atas maka ekspansi kredit untuk sektor-sektor tertentu perlu mendapatkan perhatian khusus. Ekspansi sektor industri dan jasa-jasa yang selama ini mendominasi portofolio kredit perlu dikaji ulang terkait tingginya risiko yang melekat dan sensitivitas risiko sektor ini terhadap gejolak perekonomian yang relatif lebih tinggi dibandingkan sektor lainnya. Penyaluran kredit untuk sektor pertanian, perdagangan, dan lain-lain perlu ditingkatkan lagi karena kontribusi positif terhadap pendapatan bunga kredit dan kecenderungan rasio NPL yang menurun. Kredit yang disalurkan untuk sektor pertambangan juga perlu terus ditingkatkan jumlahnya sehingga menyerap kredit lebih besar dalam portofolio kredit, hal ini terkait dengan kecenderungan rasio NPL yang menurun paling besar dibandingkan dengan sektor yang lain yaitu sebesar - 6,33%.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan a. Portofolio kredit sektor ekonomi PT Bank X terbagi ke dalam enam sektor ekonomi yaitu : sektor industri, sektor pertanian, sektor perdagangan, sektor pertambangan, sektor jasa-jasa, dan sektor lain-lain. Sektor yang mendominasi portofolio kredit adalah sektor industri yang menyerap 41% dari keseluruhan kredit, sektor pertanian menyerap 10,79% dari total kredit, sektor perdagangan sebesar 13,72%, pertambangan sebesar 4,24%, jasa-jasa sebesar 19,75%, dan sektor lain-lain sebesar 10,47%. Selama periode 1999-2007 rata-rata pertumbuhan kredit seluruh sektor positif setiap tahun. Pertumbuhan paling tinggi dialami sektor pertambangan dengan pertumbuhan 37,21% diikuti sektor lain-lain (26,99%), sektor jasajasa (15,5%), sektor industri (13,96%), sektor pertanian (12,8%), dan sektor perdagangan (12,61%). b. Analisis korelasi dan regresi berganda portofolio kredit terhadap pendapatan bunga kredit menunjukkan bahwa semua kredit yang disalurkan untuk sektor industri, pertanian, perdagangan, pertambangan, jasa-jasa, dan lain-lain berhubungan dan berkontribusi positif kepada pendapatan bunga kredit. Hal ini disebabkan semua kredit yang disalurkan untuk enam sektor tumbuh positif setiap tahun begitu pula dengan pertumbuhan pendapatan bunga kredit. Selain itu setiap kredit yang disalurkan sebagian besar merupakan kredit yang tidak bermasalah. Kredit yang tidak bermasalah inilah yang berkontribusi positif terhadap pendapatan bunga kredit. c. Berdasarkan analisis korelasi portofolio kredit terhadap kredit bermasalah diketahui bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara penyaluran kredit kepada enam sektor ekonomi dan kredit bermasalah. Hal ini disebabkan seluruh kredit yang disalurkan tumbuh positif setiap tahun, namun kredit bermasalah berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pertumbuhan kredit bermasalah lebih disebabkan oleh kemampuan debitur untuk melunasi kredit. Kemampuan debitur amat dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi
55
yang mempengaruhi kegiatan usaha debitur. Selain itu kebijakan bank sentral juga dapat mempengaruhi kredit bermasalah. d. Kebijakan ekspansi kredit dapat dibuat berdasarkan analisis yang telah dilakukan. Penyaluran kredit untuk sektor industri dan jasa-jasa perlu ditinjau ulang lagi karena kecenderungan rasio NPL yang meningkat. Ekspansi kredit untuk sektor pertanian, perdagangan, pertambangan, dan lain-lain perlu ditingkatkan karena kontribusi yang positif terhadap pendapatan bunga kredit dan kecenderungan yang menurun pada rasio NPL.
56
2. Saran a. Terkait dengan tingginya risiko kredit pada sektor industri dan jasa-jasa, maka Risk and Capital Comittee perlu memberi perhatian khusus pada kedua sektor ini. Selain itu secara umum risiko kredit yang dimiliki PT Bank X relatif lebih besar dibandingkan bank-bank lain, maka pengelolaan risiko kredit pada PT Bank X perlu terus disempurnakan lagi. b. Saran untuk penelitian lanjutan adalah mengkaji lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kredit bermasalah. Selain itu untuk menganalisis pengaruh portofolio kredit terhadap pendapatan bunga kredit dan kredit bermasalah perlu memasukkan pengaruh bunga kredit.
57
DAFTAR PUSTAKA
Arief, S. 2006. Metodologi Penelitian Ekonomi. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Bank Indonesia. 2005. Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum. http://www.bi.go.id/web/id/Peraturan/Ketentuan+Perbankan/pbi+7205.htm. [15 Desember 2007] Bank
Indonesia. 2005. Tahapan Arsitektur Perbankan Indonesia. http://www.bi.go.id / NR / rdonlyres / C021B5E7 - E2A1 - 4F3F- 9552 EC92E91BD142 /10043 /program_api_rev.pdf [ 25 Mei 2008]
Bank Indonesia . 2005. Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/3/DNP. http://www.bi.go.id/ NR / rdonlyres / C312259B-8456 - 430A – 9 F45 C4EECB024204 /2073/se7304.pdf. [ 10 April 2008] Bank Indonesia. 2006. Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/2/PBI/2006 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum. http://www.bi.go.id/web/id/Peraturan/Ketentuan+Perbankan/pbi+8206.htm. [15 Desember 2007] Bank Indonesia. 2008. PDB Menurut Lapangan Usaha. http://www.bi.go.id/web/id/Data+Statistik/statcat.htm?head=96&lang=&stat =io [10 April 2008] Bank Indonesia. 2008. PDB Menurut Penggunaan. http://www.bi.go.id/biweb/Templates/Dynamic/DataStatCat_ID.aspx?NRM ODE=Published&NRORIGINALURL=%2fweb%2fid%2fData%2bStatistik %2fstatcat%2ehtm%3fhead%3d114%26lang%3d%26stat%3dio&NRNODE GUID=%7b8DD16249-89F0-4DE4-8DEFC5301EA1C183%7d&NRCACEHINT=NoModifyGuest&head=98&stat=io [10 April 2008] Bisnis Indonesia. 2000. http://web.bisnis.com/keuangan/perbankan/1id60119.html [25 Mei 2008] Dendawijaya. 2001. Manajemen Perbankan. Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. Iriawan, Nur dan Septin Puji Astuti. 2006. Mengolah Data Statistik dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Penerbit Andi, Yogyakarta. Juanda, B. 2003. Metode Statistika. Departemen Statistika Institut Pertanian Bogor, Bogor.
58
Johnson, R. 1988. Applied Multivariate Statistical Analysis. Prentice Hall International. Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. PT Bank Central Asia Tbk. 2007. Kinerja BCA Triwulan 3 2007. Klik BCA. http://www.klikbca.com/corporate/news.html. [10 Januari 2008] PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Laporan Keuangan Triwulan 3 Tahun 2007.http://www.bni.co.id/HubunganInvestor/FinancialResult/QuarterlyRep ort/tabid/254/Default.aspx. [20 Desember 2007] PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. 2007. Laporan Keuangan per 30 September 2007, Jakarta. http://www.btn.co.id/neraca/neraca675.pdf [20 Desember 2007] PT Bank X. 2000. Laporan Keuangan Tahun 1999. Jakarta : PT Bank X PT Bank X. 2001. Laporan Keuangan Tahun 2000. Jakarta : PT Bank X PT Bank X. 2002. Laporan Keuangan Tahun 2001. Jakarta : PT Bank X PT Bank X. 2003. Laporan Keuangan Tahun 2002. Jakarta : PT Bank X PT Bank X. 2003. Prospektus PT Bank X. Jakarta. PT Bank X. PT Bank X. 2004. Laporan Keuangan Tahun 2003. Jakarta : PT Bank X PT Bank X. 2005. Laporan Keuangan Tahun 2004. Jakarta : PT Bank X PT Bank X. 2006. Laporan Keuangan Tahun 2005. Jakarta : PT Bank X PT Bank X. 2007. Laporan Keuangan Tahun 2006. Jakarta : PT Bank X PT Bank X. 2006. Laporan Keuangan yang berakhir 31 Desember 2006. PT Bank X. 2007.Laporan Keuangan Triwulan 3 Tahun 2007.Jakarta : PT Bank X PT Bank X. 2008.Laporan Keuangan Triwulan 4 Tahun 2007.Jakarta : PT Bank X PT Bank X. 2008. Full Year Result Presentation. 2007. Jakarta : PT Bank X Sipahutar, M. 2007. Persoalan-Persoalan Perbankan Indonesia. Gorgamedia, Jakarta.
59
Siska, E. 2004. Analisis Kredit Modal Kerja dan Pengaruhnya terhadap Pendapatan Laba pada Bank Pembangunan Daerah Cabang Cibinong. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta, Bandung. Susanti, L. 2007. Pengaruh Perubahan Portofolio Kredit Sektor Ekonomi terhadap Pendapatan Bunga Kredit PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. http://www.csp2indonesia.org/media/NLI/UU%20No.%207%20Tahun%201 992%20ttg%20Perbankan.pdf. [7 Januari 2008] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. http://www.csp2indonesia.org/media/NLI/UU%20No.%2010%20Tahun%20 1998%20ttg%20Perubahan%20UU%20No.%207%20Tahun%201992%20tt g%20Perbankan.pdf. [7 Januari 2008]
60
LAMPIRAN
Sektor
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Pertumbuhan % tiap tahun tiap tahun (%)
Industri
16.888
18.260
23.272
32.882
32.407
37.780
40.893
41.740
45.659
13,96%
41,04%
Pertanian
5.891
4.705
5.585
7.573
9.146
8.956
9.564
10.458
13.951
12,80%
10,79%
Perdagangan
7.304
7.646
5.466
8.027
10.405
12.856
14.626
14.804
16.234
12,61%
13,72%
Pertambangan
391
436
1.412
1.934
2.519
3.879
2.830
7.195
11.668
37,21%
4,24%
Jasa-jasa
8.232
8.473
8.792
11.984
15.597
20.375
22.540
24.304
24.732
15,50%
19,75%
Lain-lain
4.750
3.030
3.130
3.018
5.868
10.590
16.400
18.656
18.839
25,99%
10,47%
Total
26.568
42.550
47.657
65.418
75.942
94.436 106.853 117.157 131.083 15,29%
Sumber: Laporan keuangan PT Bank X tahun 1999-2007 (data diolah) Keterangan : % tiap tahun : Rata-rata penyerapan kredit setiap sektor setiap tahun
100%
Lampiran 1. Pertumbuhan kredit PT Bank X tahun 1999-2007 (dalam miliar rupiah)
Tahun
61
Sektor
1999
2000
2001
2002
Industri
78,95%
14,81%
6,50%
Pertanian
65,66%
13,81%
Perdagangan
50,39%
Pertambangan
Rasio NPL rata-rata setiap tahun
Pertumbuhan rata-rata
2003
2004
2005
2006
2007
9,22%
11,12%
10,60%
40,23%
22,52%
4,41%
22,04%
9,43%
8,08%
12,49%
7,17%
6,81%
18,73%
14,74%
6,10%
17,06%
-2,30%
22,77%
20,69%
13,05%
9,37%
5,34%
14,69%
15,01% 11,40%
18,91%
-2,34%
45,98%
23,32%
10,53%
13,15%
16,67%
8,05%
18,98%
11,37%
6,57%
17,18%
-6,33%
Jasa-jasa
79,64%
10,71%
6,40%
3,46%
6,54%
5,37%
21,53%
10,53%
5,04%
18,02%
12,08%
Lain-lain
55,89%
56,50%
29,90%
18,30%
4,94%
4,80%
8,59%
7,54% 12,10%
19,36%
-3,63%
Sumber: Laporan keuangan PT Bank X tahun 1999-2007
Lampiran 2. Pertumbuhan rasio kredit bermasalah setiap sektor tahun 1999-2007
Tahun
62
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Industri
344.284
385.598
506.320
582.136
590.077
639.655
771.724
919.533 1.068.806 15,51%
Pertanian
199.293
216.831
263.328
297.317
325.654
331.553
363.929
432.297
547.236 13,70%
Perdagangan
204.140
224.452
267.656
314.647
337.840
369.361
430.154
501.542
590.822 14,29%
Pertambangan
152.445
167.692
137.464
173.624
169.536
196.112
308.339
366.505
440.826 16,00%
Jasa-jasa
346.238
395.196
464.969
530.076
622.772
673.365
910.814
1.116.675 1.309.713 18,32%
2.210.046 2.784.960
3.336.552 3.957.404 15,69%
Jumlah
1.246.400 1.389.769
Sumber: Bank Indonesia, 2008.
1.639.736 1.897.800 2.045.879
2007
Pertumbuhan rata-rata
Lampiran 3. Pertumbuhan PDB Indonesia tahun 1999-2007 (dalam miliar rupiah)
Sektor
63
64
Lampiran 4. Pengujian regresi berganda Uji Multikolinearitas Regression Analysis: Pendapatan Bunga versus Industri; Pertanian; ... The regression equation is Pendapatan Bunga Kredit = 3182068 - 0,104 Industri - 0,397 Pertanian - 0,371 Perdagangan + 0,962 Pertambangan + 1,11 Jasa-jasa - 0,746 Lain-lain
Predictor Constant Industri Pertanian Perdagangan Pertambangan Jasa-jasa Lain-lain
Coef 3182068 -0,1043 -0,3974 -0,3708 0,9617 1,1142 -0,7461
SE Coef 2801103 0,2007 0,6129 0,6283 0,4436 0,6148 0,3039
S = 1007829
R-Sq = 96,5%
T 1,14 -0,52 -0,65 -0,59 2,17 1,81 -2,46
P 0,374 0,655 0,583 0,615 0,162 0,212 0,133
VIF 35,2 24,3 47,8 19,5 145,9 34,7
R-Sq(adj) = 86,0%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total Source Industri Pertanian Perdagangan Pertambangan Jasa-jasa Lain-lain
DF 6 2 8
DF 1 1 1 1 1 1
SS 5,62105E+13 2,03144E+12 5,82419E+13
MS 9,36841E+12 1,01572E+12
F 9,22
P 0,101
Seq SS 4,79130E+13 1,36468E+12 2,08987E+11 4,95551E+11 1,05446E+11 6,12282E+12
Uji Normalitas Probability Plot of RESI1 Normal 99
Mean StDev N KS P-Value
95 90
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
-1500000 -1000000
-500000
0 RESI1
500000
1000000
-2,74223E-09 503915 9 0,222 >0,150
65
Lampiran 4. Pengujian regresi berganda (lanjutan) Uji Heteroskedastisitas Residuals Versus the Fitted Values (response is Pendapatan Bunga Kredit) 750000 500000
Residual
250000 0 -250000 -500000
2000000
4000000
6000000 8000000 Fitted Value
Uji Autokorelasi Runs Test: RESI1 Runs test for RESI1 Runs above and below K = -2,74849E-09 The observed number of runs = 8 The expected number of runs = 5,44444 5 observations above K; 4 below P-value = 0,165
10000000
12000000
66
Lampiran 5 . Hasil perhitungan analisis komponen utama Principal Component Analysis: Industri, Pertanian, Perdagangan, Pertambangan, J Eigenanalysis of the Correlation Matrix Eigenvalue 5.5342 0.2133 0.1864 0.0449 Proportion 0.922 0.036 0.031 0.007 Cumulative 0.922 0.958 0.989 0.996 Variable Industri Pertanian Perdagangan Pertambangan Jasa-jasa Lain-lain
PC1 -0.403 -0.408 -0.415 -0.399 -0.418 -0.407
PC2 -0.254 0.427 -0.291 0.702 -0.382 -0.175
PC3 -0.639 -0.364 0.206 0.212 -0.028 0.609
0.0164 0.003 0.999
0.0047 0.001 1.000
PC4 0.476 -0.478 -0.598 0.299 0.012 0.313
PC5 0.112 -0.539 0.473 0.449 0.027 -0.521
5
6
PC6 -0.354 0.003 -0.346 0.111 0.823 -0.254
Plot scree komponen utama Scree Plot of Industri, ..., Lain-lain 6 5
Eigenvalue
4 3 2 1 0 1
2
3 4 Component Number
Regression Analysis: Pendapatan Bunga Kredit versus PC1, PC2 The regression equation is Pendapatan Bunga Kredit = 1296393 - 0.171 PC1 - 0.031 PC2
Predictor Constant PC1 PC2
Coef 1296393 -0.17061 -0.0314
S = 1453962
SE Coef 1877070 0.04942 0.2509
R-Sq = 78.2%
T 0.69 -3.45 -0.13
P 0.516 0.014 0.904
VIF 1.7 1.7
R-Sq(adj) = 71.0%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total Source PC1 PC2
DF 1 1
DF 2 6 8
SS 4.55579E+13 1.26840E+13 5.82419E+13
MS 2.27789E+13 2.11401E+12
Seq SS 4.55247E+13 33215704676
Durbin-Watson statistic = 1.56689
F 10.78
P 0.010
67 Lampiran 6. Analisis korelasi portofolio kredit dan pendapatan bunga kredit Correlations: Industri; Pendapatan Bunga Kredit Pearson correlation of Industri and Pendapatan Bunga Kredit = 0,907 P-Value = 0,001
Correlations: Pertanian; Pendapatan Bunga Kredit Pearson correlation of Pertanian and Pendapatan Bunga Kredit = 0,894 P-Value = 0,001
Correlations: Perdagangan; Pendapatan Bunga Kredit Pearson correlation of Perdagangan and Pendapatan Bunga Kredit = 0,827 P-Value = 0,006
Correlations: Pertambangan; Pendapatan Bunga Kredit Pearson correlation of Pertambangan and Pendapatan Bunga Kredit = 0,846 P-Value = 0,004
Correlations: Jasa-jasa; Pendapatan Bunga Kredit Pearson correlation of Jasa-jasa and Pendapatan Bunga Kredit = 0,869 P-Value = 0,002
Correlations: Lain-lain; Pendapatan Bunga Kredit Pearson correlation of Lain-lain and Pendapatan Bunga Kredit = 0,746 P-Value = 0,021
68 Lampiran 7. Analisis korelasi portofolio kredit dan kredit bermasalah Correlations: Industri; NPL Industri Pearson correlation of Industri and NPL Industri = -0,387 P-Value = 0,303
Correlations: Pertanian; NPL Pertanian Pearson correlation of Pertanian and NPL Pertanian = -0,367 P-Value = 0,331
Correlations: Perdagangan; NPL Perdagangan Pearson correlation of Perdagangan and NPL Perdagangan = -0,511 P-Value = 0,160
Correlations: Pertambangan; NPL Pertambangan Pearson correlation of Pertambangan and NPL Pertambangan = -0,514 P-Value = 0,157
Correlations: Jasa-jasa; NPL Jasa-jasa Pearson correlation of Jasa-jasa and NPL Jasa-jasa = -0,356 P-Value = 0,348
Correlations: Lain-lain; NPL Lain-lain Pearson correlation of Lain-lain and NPL Lain-lain = -0,593 P-Value = 0,172