1
ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk)
Oleh DIAH RISMAYANTI H24051975
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
2
ABSTRAK
Diah Rismayanti. H24051975. Analisis Portofolio Kredit (Konsumtif dan Produktif) Dan Pengaruhnya Terhadap Laba (Studi Kasus PT Bank X Tbk). Di bawah bimbingan Farida Ratna Dewi. Kondisi perbankan Indonesia saat ini dihadapkan pada krisis keuangan global yang sangat mempengaruhi perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini berimplikasi pada komposisi kredit perbankan yang setiap tahunnya mengalami perubahan yang signifikan. Oleh karena itu, setiap perbankan harus mampu untuk merumuskan strategi alokasi kredit yang tepat sehingga dapat menghasilkan laba yang optimal. Kredit berdasarkan tujuan penggunaannya pada PT Bank X terdiri dari kredit konsumtif (kredit konsumsi) dan kredit produktif (kredit modal kerja dan kredit investasi). Penelitian ini bertujuan (1) Menganalisis kontribusi dan pertumbuhan kredit konsumtif dan kredit produktif, (2) Menganalisis pengaruh kredit konsumtif terhadap laba, (3) Menganalisis pengaruh kredit produktif terhadap laba, dan (4) Menganalisis pengaruh portofolio kredit konsumtif dan kredit produktif terhadap laba. Penelitian dilakukan di PT Bank X Tbk. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari studi pustaka dan yang diperoleh dari perusahaan berupa laporan keuangan. Analisis menggunakan regresi linier berganda dengan pengolah data Minitab 14, analisis per komponen dan analisis trend. Dari penelitian didapatkan bahwa kontribusi pendapatan bunga pada PT Bank X didominasi oleh kredit modal kerja (14%) dan kredit investasi (9,96%). Kontribusi kredit konsumsi terhadap pendapatan masih kecil (2,62%), karena masih sedikitnya jumlah kredit yang disalurkan. Tetapi jika dilihat dari analisis trend yang dilakukan terhadap pendapatan bunga dari kredit konsumsi mengalami trend menaik. Kenaikan terbesar pada kredit konsumsi, kredit modal kerja dan kredit investasi terjadi pada tahun 2007 sebesar 1.501,50%, 141,20% dan 6,13% sedangkan kenaikan terkecil terjadi pada tahun 2000 sebesar -44,25%, -33,83% dan -48,80%. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi berpengaruh secara nyata terhadap laba dengan koefisien determinasi sebesar 99,9%. Setiap kenaikan pendapatan bunga kredit modal kerja sebesar Rp 1.000.000, mengakibatkan laba meningkat sebesar Rp 156.000, jika pendapatan bunga kredit investasi dinaikan sebesar Rp 1.000.000 maka laba akan meningkat sebesar Rp 2.582.000 dan jika pendapatan bunga kredit konsumsi dinaikan sebesar Rp 1.000.000 maka laba akan meningkat sebesar Rp 3.696.000. Dalam penelitian ini, portofolio kredit ditentukan berdasarkan pendapatan bunga. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh portofolio kredit yaitu 58,07% kredit modal kerja, 25,62% kredit investasi dan 16,31% kredit konsumsi. Portofolio kredit tersebut akan meningkatkan laba sebesar Rp 224.451 juta (cateris paribus).
3
ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh DIAH RISMAYANTI H24051975
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
4
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh DIAH RISMAYANTI H24051975
Menyetujui, Mei 2009
Farida Ratna Dewi, SE. MM Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen
Tanggal lulus :
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada 18 Desember 1987. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Drs. Rusdi dan Halimah. Penulis memulai pendidikan di TPA Riyadul Ulum tahun 1992, kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Lebak Wangi pada tahun 1993. Tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 14 Depok dan pada tahun 2002 melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 6 Bogor pada program IPA. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Tingkat Persiapan Bersama (TPB) dan diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan manajemen pada tahun 2006. Selama menjalani perkuliahan, penulis berpartisipasi aktif dalam organisasi kemahasiswaan, yaitu himpunan profesi Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor yang bernama Center Of Management (COM@). Pada periode 2006-2007 dan 2007-2008 penulis menjabat sebagai staff Finance. Selain aktif di COM@, penulis juga aktif pada Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) MAX!! pada periode 2005-2006. Selain itu, penulis juga aktif pada kegiatan di lingkungan kampus seperti kepanitiaan (misalnya panitia Masa Perkenalan Departemen sebagai koordinator konsumsi), kegiatan olah raga seperti sportakuler dan OMI, seminar-seminar dan pelatihan. Penulis juga pernah menjadi staf pengajar manajemen keuangan yang diselenggarakan oleh Divisi Finance COM@ dalam program “Kumulasi”. Selain itu, penulis juga pernah melakukan kegiatan survai di kelurahan Pondok Jaya dan Bedahan dalam rangka “Program Penanggulangan Kemiskinan” yang diselenggarakan oleh BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Kota Depok tahun 2009.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kekhadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini mengambil judul “Analisis Portofolio Kredit (Konsumtif dan Produktif) Dan Pengaruhnya Terhadap Laba (Studi Kasus PT Bank X Tbk)” dan bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan pengaruh portofolio kredit terhadap laba. Penyusunan skripsi ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis. 2. Bapak Dr. Ir. Abdul Kohar, MSc dan Bapak Ir. Budi Purwanto, ME sebagai dosen penguji utama dalam sidang skripsi ini. Semua saran dan kritik Bapak merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. 3. Bapak Edwin dan pihak Learning Center Group PT Bank X Tbk yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan penelitian serta memberikan masukan dan informasi demi terselesaikannya skripsi ini. 4. Seluruh Dosen Departemen Manajemen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang berguna bagi penulis, Kepala Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan staf atas bantuan selama penulis menyelesaikan perkuliahan. 5. Kedua orang tuaku (Bapak dan Ibu), adik-adikku (Ranggi dan Denny) dan seluruh keluarga besar yang senantiasa memberikan doa yang tulus, semangat dan kasih sayang kepada penulis. 6. Dewi, Try, Heni, Pei, Anggi, Levi, Faris, Ikbal, Riri dan Ira yang telah memberikan indahnya persahabatan, keceriaan dan kebersamaan selama ini
vi
serta kasih sayang, motivasi dan masukan yang telah diberikan kepada penulis. 7. Sahabat-sahabat terbaik Manajemen Angkatan 42 yang selalu bersama-sama membuat kenangan dan persahabatan yang indah serta ilmu kehidupan yang diberikan. 8. Rekan-rekan satu bimbingan: Ria Agustina, Dedeh dan Andri Yuhan Cahyana, untuk kerjasama dan motivasi selama proses bimbingan dan penyusunan skripsi. 9. Lulud, Irsam, Bagus, Maya dan Dinda untuk motivasi dan masukan yang telah diberikan kepada penulis. 10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan pahala atas kebaikannya. Tidak ada kesempurnaan pada manusia. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran konstruktif sangat diperlukan untuk kemajuan yang lebih baik. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan ALLAH SWT. Amin.
Bogor, Mei 2009
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP .......................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................
v
DAFTAR ISI ..................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL .........................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xi
I.
PENDAHULUAN ..................................................................................
1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1.2. Perumusan Masalah .......................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................ 1.5. Ruang Lingkup .................................................................................
1 3 4 4 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................
6
2.1. Bank .................................................................................................. 2.1.1. Definisi Bank ......................................................................... 2.1.2. Fungsi dan Usaha Bank Umum ............................................. 2.1.3. Dana Bank .............................................................................. 2.2. Kredit ................................................................................................ 2.2.1. Definisi Kredit ........................................................................ 2.2.2. Portofolio Kredit .................................................................... 2.2.3. Fungsi dan Tujuan Kredit ....................................................... 2.2.4. Jenis-jenis Kredit .................................................................... 2.2.5. Karakteristik Kredit Konsumtif dan Kredit Produktif ........... 2.2.6. Unsur-unsur Kredit ................................................................ 2.2.7. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit ........................................... 2.2.8. Aspek-aspek dalam Penilaian Kredit ..................................... 2.2.9. Prosedur Penerimaan dan Pengembalian Kredit .................... 2.3. Penelitian Terdahulu .........................................................................
6 6 6 8 8 8 9 9 12 13 14 15 18 21 22
III. METODE PENELITIAN ......................................................................
23
3.1. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 3.3. Pengumpulan Data ............................................................................ 3.4. Pengolahan dan Analisis Data .......................................................... 3.4.1. Analisis Korelasi .................................................................... 3.4.2. Analisis Regresi Berganda ..................................................... 3.4.3. Analisis Trend ........................................................................ 3.4.4. Analisis Per Komponen ..........................................................
23 25 25 25 25 26 32 33
viii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................
35
4.1. Gambaran Umum Perusahaan .......................................................... 4.1.1. Sejarah PT Bank X Tbk ......................................................... 4.1.2. Profil PT Bank X Tbk ............................................................ 4.1.3. Visi, Misi, dan Budaya PT Bank X Tbk ................................ 4.1.4. Produk dan Jasa PT Bank X Tbk ........................................... 4.1.5. Penyaluran Kredit PT Bank X Tbk ........................................ 4.1.6. Kebijakan Kredit .................................................................... 4.2. Kontribusi Kredit dan Komponen-komponen Laba Rugi ................ 4.3. Analisis Per Komponen Penyaluran Kredit ...................................... 4.4. Pertumbuhan Kredit dan Komponen-komponen Laba Rugi ............ 4.5. Pertumbuhan Kredit dan Komponen-komponen Laba Rugi per Tahun ................................................................................................ 4.6. Analisis Korelasi .............................................................................. 4.7. Analisis Komponen Utama .............................................................. 4.8. Validasi model Portofolio Kredit ..................................................... 4.8.1. Uji Normalitas ....................................................................... 4.8.2. Uji Multikolinearitas .............................................................. 4.8.3. Uji Autokorelasi .................................................................... 4.8.4. Uji Heteroskedastisitas .......................................................... 4.9. Dampak Portofolio Kredit Konsumtif, Kredit Produktif, pendapatan Lain-lain dan Total Biaya ....................................................... 4.9.1. Dampak Perubahan Secara Keseluruhan (Uji F) ................... 4.9.2. Dampak Perubahan Secara Parsial (Uji t) ............................. 4.10.Hasil Dampak Perubahan Secara Parsial ......................................... 4.11.Penyusunan Portofolio Kredit .......................................................... 4.12.Implikasi Manajerial ........................................................................
35 35 36 38 38 44 44 45 54 55
KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................
83
1. Kesimpulan ............................................................................................... 2. Saran ........................................................................................................
83 85
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
86
LAMPIRAN ...................................................................................................
88
58 60 63 66 66 67 68 68 69 69 71 73 77 81
ix
DAFTAR TABEL
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Halaman
Komposisi dana pihak ketiga (dalam miliar rupiah) ................................. Komposisi beban bunga kepada pihak ketiga (dalam miliar rupiah) ........ Analisis per komponen terhadap penyaluran kredit .................................. Nilai korelasi antar variabel yang mempengaruhi laba ............................. Hasil pembakuan peubah-peubah X .......................................................... Skor komponen utama ............................................................................... Nilai VIF dan p-value ................................................................................ Dampak portofolio kredit, pendapatan lain-lain dan total biaya terhadap laba PT Bank X periode 1999-2007........................................................... 9. Hasil analisis portofolio kredit modal kerja, investasi dan kredit konsumsi ......................................................................................................... 10. Hasil analisis asumsi portofolio kredit terhadap laba (dalam juta) ...........
53 54 55 61 63 65 68 73 80 80
x
DAFTAR GAMBAR
No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Halaman
Kerangka pemikiran penelitian ................................................................. Komposisi pendapatan bunga obligasi pemerintah ................................... Grafik perkembangan penyaluran kredit pada PT Bank X ....................... Grafik kontribusi pendapatan bunga dari kredit yang diberikan ............... Grafik perkembangan jumlah penyaluran kredit untuk tiap-tipa kredit .... Grafik trend terhadap pendapatan bunga dari kredit modal kerja, kredit investasi, kredit konsumsi dan kredit lainnya ........................................... 7. Pertumbuhan NPL gross PT Bank X ........................................................ 8. Pertumbuhan pendapatan bunga kredit yang diberikan ............................ 9. Pertumbuhan penyaluran kredit per tahun ................................................ 10. Akar ciri dan vektor ciri ............................................................................ 11. Plot scree komponen utama ...................................................................... 12. Hasil analisis regresi laba terhadap W1, W2 dan W3 ................................. 13. Uji normalitas residual pada regresi berganda .......................................... 14. Hasil run test terhadap residual model ...................................................... 15. Uji heteroskedastisitas pada persamaan regresi berganda ........................
24 47 48 49 50 56 57 59 60 64 64 65 67 68 69
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1. Struktur organisasi PT Bank X ................................................................. 2. Analisis per komponen terhadap komponen laporan laba rugi per tahun . 3. Analisis trend terhadap komponen laporan laba rugi dan penyaluran kredit per tahun (%)......................................................................................... 4. Pertumbuhan komponen laba rugi per tahun (%) ...................................... 5. Pertumbuhan penyaluran kredit per tahun (%) ......................................... 6. Uji korelasi antara laba dengan KMK, KI, KK, PL dan TB ..................... 7. Hasil analisis regresi antara laba dengan KMK, KI, KK, PL dan TB ....... 8. Hasil analisis komponen utama.................................................................. 9. Hasil uji validitas model portofolio kredit konsumtif dan kredit produktif 10. Hasil analisis portofolio kredit modal kerja, investasi dan kredit konsumsi per tahun ................................................................................................ 11. Hasil analisis portofolio kredit ..................................................................
89 90 91 93 94 95 96 98 104 106 107
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sektor perbankan memiliki peranan penting sebagai badan usaha yang tugas
utamanya
sebagai
lembaga
perantara
keuangan
(financial
Intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sehingga keberadaan bank sangat penting dan berperan untuk mendorong pertumbuhan perekonomian suatu bangsa. Kredit merupakan cara bank untuk menyalurkan dana yang berhasil dihimpunnya dari masyarakat. Besarnya jumlah kredit akan mempengaruhi besarnya pendapatan bunga yang diperoleh (Kasmir, 2004). Prinsip penyaluran kredit adalah prinsip kepercayaan dan kehati-hatian, yaitu kepercayaan dari kreditur bahwa debiturnya akan mengembalikan pinjaman beserta bunganya sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak. Kredit merupakan penyediaan uang atau tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Penyaluran kredit merupakan prioritas ketiga dalam alokasi dana bank setelah mencukupi cadangan primer dan cadangan sekunder. Terdapat berbagai macam penyaluran kredit yang di gunakan oleh bank. Salah satu jenis kredit yang diberikan oleh bank yaitu berdasarkan tujuan penggunaannya yang terdiri dari kredit konsumtif dan kredit produktif. Kredit yang diberikan tersebut didukung oleh fasilitas pelayanan kredit yang semakin mudah yang dapat menimbulkan ketertarikan nasabah untuk memanfaatkan fasilitas tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumtifnya ataupun usahanya. Kondisi perbankan Indonesia saat ini dihadapkan pada kondisi yang tidak terlalu menguntungkan yaitu dengan adanya krisis keuangan global yang sangat mempengaruhi perekonomian nasional di Indonesia. Krisis ini disebabkan oleh kegagalan dalam mengelola kredit konsumtif yaitu berkaitan
2
dengan industri "subprime mortgage" (KPR Subprima) yang melanda Amerika. Meskipun demikian, perbankan Indonesia tetap memprioritaskan pertumbuhan penyaluran kredit konsumtif daripada kredit produktif untuk memenuhi target pemberian kredit kepada masyarakat dan pendorong pertumbuhan kredit perbankan. Komposisi kredit perbankan setiap tahunnya mengalami perubahan yang signifikan. Pada tahun 1990-an, komposisi kredit perbankan sebagian besar dialokasikan bagi kredit sektor produktif, baik itu sektor pertanian, sektor industri, sektor perdagangan serta sektor produktif lainnya. Dengan demikian yang menjadi debitur perbankan saat itu kebanyakan adalah petani, pengusaha, ataupun pedagang. Akan tetapi, perubahan gaya perekonomian saat ini menyebabkan terjadinya perubahan komposisi kredit perbankan. Sebagian besar kredit perbankan dialokasikan untuk sektor konsumtif. [www.kabarindonesia.com]. Dalam rangka menghindari dampak krisis global, perbankan harus lebih fokus menyalurkan kredit produktif seperti kredit modal kerja dan kredit investasi. Penyaluran kredit produktif bermanfaat untuk menggerakkan dan memajukan perekonomian dalam jangka panjang. Dan akan berdampak langsung pada upaya menggerakkan sektor riil dan penciptaan lapangan kerja. Selain itu juga dapat mengurangi inflasi karena sifatnya memasok barang produksi. Secara umum, risiko kredit konsumtif lebih rendah dibandingkan dengan kredit produktif dan pengambilalihan jaminan kredit konsumtif umumnya lebih terjamin karena berbentuk barang yang memiliki nilai jual. Selain itu, kredit konsumtif telah menciptakan kenyamanan bagi para bankir karena kerjanya relatif ringan, mudah dalam proses penagihan angsuran dan proses analisis kreditnya lebih mudah dibandingkan dengan kredit produktif serta memberikan pendapatan yang besar. Akan tetapi, kredit produktif dapat memberikan efek berganda (multiplier effect) yang efektif pada proses pembangunan khususnya dalam menciptakan lapangan kerja baru. Berdasarkan catatan perbankan nasional Indonesia per Agustus 2008, terlihat bahwa Rp 346 triliun dari Rp 1.206 triliun atau 28,69% outstanding
3
kredit perbankan di Indonesia merupakan kredit konsumtif langsung kepada nasabah perbankan. Di samping itu, terdapat pula 11,36% (Rp 137T) merupakan kredit yang diberikan kepada sektor jasa dunia usaha yang meneruskan
pembiayaan
konsumtif
kepada
"customer"-nya.
Dengan
demikan, sebesar 40,05% dari outstanding kredit yang diberikan perbankan Indonesia disalurkan kepada sektor konsumtif yang hampir seluruhnya dinikmati oleh kaum pekerja. Sedangkan pemberian kredit untuk sektor produktif sebesar 59,95% dari outstanding kredit, dengan alokasi sektor perdagangan sebesar 20,65% (Rp 249T) dari total outstanding kredit perbankan Indonesia. Sektor pertanian 5,14% (Rp 62T). Sedangkan sektor industri sebesar 19,98% (Rp 241T) dan sektor lainnya sebesar 14,18% (Rp 171T) dari total outstanding kredit. Pertumbuhan kredit konsumtif sepanjang tahun 2008 (hingga akhir Agustus) sebesar 22,48%. Sedangkan pertumbuhan kredit produktif yaitu 15,56%. Berdasarkan data tersebut, sektor konsumtif masih menjadi pendorong pertumbuhan kredit perbankan saat ini. 1.2. Perumusan Masalah Dalam menghadapi perubahan ekonomi yang sangat fluktuatif di Indonesia, lembaga keuangan dan pelaku ekonomi khususnya PT Bank X harus mengelola kegiatan bank terutama dalam hal pemberian kredit. Dengan pertumbuhan kredit konsumtif yang cepat dan mengabaikan pertumbuhan kredit produktif dapat berakibat buruk bagi perekonomian nasional karena proyek-proyek
investasi
yang
dapat
menyerap
tenaga
kerja
dan
menggerakkan roda perekonomian nasional akan tertinggal. Akan tetapi, jika dialokasikan untuk sektor produktif yang kondisinya sangat fluktuatif, dapat menyebabkan kerugian operasional bank. PT Bank X sebagai bank milik negara dengan aset terbesar di Indonesia yaitu Rp 259 triliun pada tahun 2007 (Full Year 2007 Result Presentation) memiliki portofolio kredit yang didominasi oleh kredit produktif daripada kredit konsumtif. Portofolio rata-rata penyaluran kredit produktif periode 1999-2007 sebesar 92,87% sedangkan kredit konsumtif hanya 7,13%. Ketidakseimbangan portofolio ini dapat menimbulkan kerugian karena meningkatnya kredit bermasalah pada kredit produktif. Oleh karena
4
itu bank harus mampu untuk merumuskan strategi alokasi kredit yang tepat sehingga dapat menghasilkan laba yang optimal, dalam hal ini portofolio kredit. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: 1. Bagaimana pertumbuhan kredit konsumtif dan kredit produktif pada PT Bank X Tbk ? 2. Bagaimana pengaruh kredit konsumtif terhadap laba pada PT Bank X Tbk ? 3. Bagaimana pengaruh kredit produktif terhadap laba pada PT Bank X Tbk ? 4. Bagaimana pengaruh portofolio kredit konsumtif dan kredit produktif terhadap laba pada PT Bank X Tbk ? 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Menganalisis pertumbuhan kredit konsumtif dan kredit produktif PT Bank X Tbk. 2. Menganalisis pengaruh kredit konsumtif terhadap laba pada PT Bank X Tbk. 3. Menganalisis pengaruh kredit produktif terhadap laba pada PT Bank X Tbk. 4. Menganalisis pengaruh portofolio kredit konsumtif dan kredit produktif terhadap laba pada PT Bank X Tbk. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi pihak bank, penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran, masukan
dan
informasi
sebagai
bahan
pertimbangan
dalam
mengalokasikan penyaluran kredit. 2. Bagi pihak lain, diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan bahan rujukan atau referensi tambahan untuk penelitian selanjutnya.
5
1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Bank X Tbk. Penelitian ini hanya membahas mengenai pengaruh portofolio kredit konsumtif dan kredit produktif terhadap laba dari sisi pendapatan bunga kredit. Data yang digunakan adalah laporan keuangan periode 1999-2007.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998, bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Menurut G.M. Verryn Stuart dalam Dendawijaya (2005), bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang
diperolehnya
dari
orang
lain,
maupun
dengan
jalan
memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral. 2.1.2. Fungsi dan Usaha Bank Umum Menurut Siamat (2004), Bank umum sebagai lembaga intermediasi keuangan memberikan jasa-jasa keuangan baik kepada unit surplus maupun kepada unit defisit. Bank melaksanakan beberapa fungsi dasar, yaitu: a. Fungsi pokok bank umum Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi. Menciptakan uang. Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain. b. Usaha bank Kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh bank umum menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan adalah sebagai berikut: Menghimpun dana dari masyarakat. Memberikan kredit. Menerbitkan surat pengakuan hutang.
7
Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atau perintah nasabahnya: 1. Surat-surat wesel termasuk wesel yang diaksep oleh bank. 2. Surat pengakuan utang. 3. Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah. 4. Sertifikat Bank Indonesia (SBI). 5. Obligasi. 6. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan satu tahun. 7. Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan satu tahun. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah. Menempatkan
dana
pada,
meminjamkan
dana
kepada
meminjam bank
dana
lain,
dari,
baik
atau
dengan
menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antara pihak ketiga. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak (custodian). Melakukan penempatan dana dari menambah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek. Membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagian dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya. Melakukan kegiatan anjak piutang (factoring), kartu kredit dan kegiatan wali amanat (trustee). Menyediakan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil.
8
Melakukan kegiatan lain misalnya kegiatan dalam valuta asing, melakukan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, dan asuransi; dan melakukan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit. Kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang. 2.1.3. Dana Bank Sebagai lembaga intermediasi keuangan, bank memiliki fungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat untuk kemudian disalurkan lagi melalui kredit yang diberikan kepada masyarakat. Usaha bank untuk menghimpun dana dari masyarakat disebut sumber dana bank. Sumber dana bank dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: dana bank itu sendiri, dana dari masyarakat luas dan dana dari lembaga lainnya (Kasmir, 2004). 2.2. Kredit 2.2.1. Definisi Kredit Kata kredit berasal dari bahasa latin credere yang berarti kepercayaan, maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit, berarti mereka memperoleh kepercayaan. Sedangkan bagi si pemberi kredit artinya memberikan kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang dipinjamkan pasti kembali. Kredit berarti memperoleh barang dengan membayar cicilan atau angsuran di kemudian hari atau memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan dikemudian hari dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian (Kasmir, 2008). Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
9
pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. 2.2.2. Portofolio Kredit Menurut Arifin dalam Royani (2008), teori portofolio muncul setelah Markowitz menerbitkan artikel yang akan menjadi dasar teori ini. Markowitz menunjukkan bahwa ketika seseorang menambahkan suatu aset ke dalam portofolio investasinya maka total risiko dari portofolio tersebut akan berkurang namun pengembalian yang diharapkan tetap sebesar rata-rata tertimbang dari pengembalian yang diharapkan masing-masing aset yang ada di portofolio, sehingga portofolio berarti penempatan aset pada berbagai kombinasi optimal dari suatu investasi untuk mengurangi risiko. Jadi portofolio kredit merupakan penempatan kredit-kredit ke dalam suatu portofolio sehingga dicapai hasil yang optimal. 2.2.3. Fungsi dan Tujuan Kredit Kredit perekonomian.
memiliki Secara
peran garis
yang besar,
sangat fungsi
penting kredit
di
dalam dalam
perekonomian, perdagangan dan keuangan terdiri dari (Veithzal dalam Susanti, 2007): 1. Kredit dapat meningkatkan utility (daya guna) dari modal/uang dalam arti: a. Para pemilik uang atau modal dapat secara langsung meminjamkan
uangnya
kepada
para
pengusaha
yang
memerlukan untuk meningkatkan produksi atau usahanya. b. Para pemilik uang atau modal dapat menyimpan uangnya pada lembaga-lembaga keuangan, yang kemudian oleh lembagalembaga keuangan tersebut diusahakan dalam bentuk pemberian kredit. 2. Kredit meningkatkan utility (daya guna) suatu barang. Produsen dengan bantuan kredit bank dapat memproduksi bahan jadi sehingga utility dari bahan tersebut meningkat atau dapat
10
memindahkan barang dari suatu tempat yang kegunaannya kurang ke tempat yang lebih bermanfaat. 3. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. Uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan alat pembayaran baru seperti cek, bilyet giro dan wesel sehingga apabila pembayaran-pembayaran dilakukan dengan cek, bilyet giro dan wesel maka akan dapat meningkatkan peredaran uang giral. Selain itu kredit perbankan yang ditarik tunai dapat pula meningkatkan peredaran uang kartal sehingga arus lalu lintas uang akan berkembang pula. 4. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat. Bantuan kredit yang diterima pengusaha dari bank berfungsi untuk memperbesar volume usaha dan produktivitas dalam melakukan kegiatan ekonomi. 5. Kredit sebagai alat stabilisasi ekonomi. Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah stabilisasi pada dasarnya diarahkan pada usaha-usaha untuk pengendalian inflasi, peningkatan ekspor, rehabilitasi sarana serta pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat, melalui kredit yang diarahkan pada sektor-sektor yang produktif dan sektor-sektor prioritas yang secara langsung berpengaruh terhadap hajat hidup masyarakat. 6. Kredit sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional. Kredit yang diperoleh pengusaha tentu akan digunakan sepenuhnya untuk peningkatan usaha yang menyebabkan peningkatan laba. Peningkatan
akan
berlangsung
terus-menerus
ketika
laba
dikembalikan ke struktur modal, yang mengakibatkan peningkatan pajak. Sedangkan kredit yang diberikan untuk peningkatan ekspor akan meningkatan devisa negara. 7. Kredit sebagai alat hubungan ekonomi internasional. Bank sebagai lembaga kredit tidak saja bergerak di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Negara-negara yang kuat ekonominya
11
banyak memberikan bantuan kepada negara-negara yang sedang berkembang. Bantuan tersebut tercermin dalam bentuk kredit dengan syarat-syarat ringan. Menurut Kasmir (2004), tujuan utama pemberian suatu kredit adalah: a. Mencari keuntungan, yaitu bertujuan memperoleh hasil dari pemberian kredit, dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank. b. Membantu nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur dapat mengembangkan dan memperluas usahanya. c. Membantu pemerintah. Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka akan semakin baik karena dapat memberikan dan meningkatkan pembangunan di berbagai sektor. Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarkan pemberian kredit adalah: 1) Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah bank. 2) Membuka
kesempatan
pembangunan
usaha
kerja,
baru
atau
terutama perluasan
kredit usaha
untuk yang
membutuhkan tenaga kerja baru. 3) Meningkatkan jumlah barang dan jasa, karena sebagian besar kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar di masyarakat. 4) Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri dengan dukungan fasilitas kredit akan dapat menghemat devisa negara. 5) Meningkatkan devisa negara, apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk keperluan ekspor.
12
2.2.4. Jenis-jenis Kredit Menurut Siamat (2004), kredit dapat digolongkan berdasarkan: 1. Jangka waktu (maturity) a. Kredit jangka pendek (short-term loan) Kredit jangka pendek yaitu kredit yang jangka waktu pengembaliannya kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun. b. Kredit jangka menengah (medium-term loan) Kredit jangka menengah yaitu kredit yang jangka waktu pengembaliannya berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun. c. Kredit jangka panjang (long-term loan) Kredit jangka panjang yaitu kredit yang jangka waktu pengembaliannya atau jatuh temponya melebihi tiga tahun. 2. Barang jaminan (collateral) Menurut Kasmir (2008), maksud dari segi jaminan adalah setiap pemberian suatu fasilitas kredit harus dilindungi dengan suatu barang atau surat-surat berharga minimal senilai kredit yang diberikan. Jenis kredit berdasarkan barang jaminan, yaitu: a. Kredit dengan jaminan (secured loan) Kredit ini menggunakan jaminan dalam bentuk barang berwujud atau tidak berwujud. b. Kredit tanpa jaminan (unsecured loan) Kredit ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas calon debitur selama berhubungan dengan kreditur (bank) bersangkutan. 3. Tujuan kredit a. Kredit komersil (commercil loan) Kredit komersil yaitu kredit yang diberikan untuk memperlancar kegiatan usaha nasabah dibidang perdagangan.
13
b. Kredit konsumtif (consumer loan) Kredit konsumtif yaitu kredit yang diberikan oleh bank untuk memenuhi kebutuhan debitur yang bersifat konsumtif. c. Kredit produktif Kredit produktif yaitu kredit yang diberikan oleh bank dalam rangka membiayai kebutuhan modal kerja debitur sehingga dapat memperlancar produksi. 4. Penggunaan kredit a. Kredit modal kerja Kredit modal kerja adalah kredit yang diberikan oleh bank untuk menambah modal kerja debitur, yang meliputi modal kerja untuk tujuan komersil, industri, kontraktor bangunan dan sebagainya. b. Kredit investasi Kredit investasi yaitu kredit yang diberikan oleh bank kepada perusahaan untuk digunakan melakukan investasi dengan membeli barang-barang modal. Menurut Firdaus dan Ariyanti (2003), kredit menurut tujuan penggunaannya dibedakan menjadi kredit produktif, yaitu kredit yang dapat memberikan efek penggandaan atas pengunaannya dan kredit konsumtif, yaitu kredit yang digunakan oleh nasabah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak menimbulkan efek penggandaan atas penggunaanya. Efek penggandaan atau multiplier effect adalah nilai tambah yang dihasilkan dari kredit. Contoh kredit produktif adalah kredit modal kerja dan kredit investasi. Sedangkan kredit konsumtif contohnya adalah KPR dan kredit konsumsi lainnya. 2.2.5. Karakteristik Kredit Konsumtif dan Kredit Produktif Karakteristik dari kredit konsumtif antara lain memiliki risiko yang rendah, penyaluran kreditnya mudah, permintaan kreditnya tinggi (seperti kartu kredit, kepemilikan motor, rumah dan mobil), aman karena agunan yang wajib diberikan oleh debitur cukup memadai dan lebih terjamin yaitu berbentuk barang yang memiliki
14
nilai jual, selain itu kredit konsumtif dapat menciptakan kenyamanan bagi para bankir karena kerjanya relatif ringan, mudah dalam proses penagihan angsuran dan proses analisis kreditnya lebih mudah serta memberikan pendapatan yang besar. Sedangkan karakteristik dari kredit produktif yaitu penyaluran dari kredit ini bermanfaat dalam menggerakan dan memajukan perekonomian dalam jangka panjang dan akan berdampak langsung pada upaya menggerakan sektor riil serta penciptaan lapangan kerja. Akan tetapi, kredit produktif memiliki
risiko
yang
lebih
besar
dari
kredit
konsumtif
(www.google.com). Kontribusi kredit konsumtif yang besar dan mengabaikan kredit produktif dapat memberikan pendapatan yang besar bagi bank, tetapi dapat berakibat buruk bagi perekonomian nasional karena proyekproyek
investasi
menggerakkan
yang
roda
dapat
menyerap
perekonomian
tenaga
nasional
akan
kerja
dan
tertinggal.
Sedangkan kontribusi kredit produktif yang besar berperan efektif dalam pembangunan. Akan tetapi, target pasar untuk alokasi kredit di sektor
produktif
masih
sangat
berfluktuasi
sehingga
akan
mengakibatkan kerugian operasional bagi bank (www.google.com). 2.2.6. Unsur-unsur Kredit Menurut Kasmir (2008), unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut: a. Kepercayaan adalah suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali pada periode tertentu di masa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian dan penyelidikan yang mendalam tentang nasabah. Penelitian dan penyelidikan dilakukan untuk mengetahui kemauan dan kemampuannya dalam membayar kredit yang disalurkan. b. Kesepakatan. Disamping unsur kepercayaan, di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu
15
perjanjian, dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. Kesepakatan penyaluran kredit dituangkan dalam akad kredit yang ditandatangani oleh pihak bank dan nasabah. c. Jangka waktu. Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. d. Risiko. Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit, maka semakin besar risikonya dan demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik oleh risiko yang disengaja oleh maupun risiko yang tidak disengaja. e. Balas jasa merupakan keuntungan atas pemberian kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga, biaya provisi dan komisi serta biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan utama bank. 2.2.7. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan, maka bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Kriteria penilaian kredit yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis 5C dan 7P (Kasmir, 2008). Penilaian kredit dengan metode analisis 5C, yaitu: a. Character Sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit harus dapat dipercaya yang tercermin dari latar belakang nasabah baik latar belakang yang bersikap pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti: cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan sosial standingnya. Character
16
merupakan ukuran untuk menilai kemauan nasabah membayar kreditnya. Menurut Dendawijaya (2005) informasi mengenai calon debitur dapat diperoleh dengan cara bekerjasama dengan kalangan perbankan maupun kalangan bisnis lainnya. Informasi dari kalangan perbankan diperoleh melalui surat menyurat atau koresponden antar bank yang dikenal dengan bank informasi, termasuk permohonan resmi kepada Bank Indonesia (BI) untuk memperoleh informasi tentang calon debitur, baik mengenai pribadinya maupun perusahaan atau bisnis yang dimiliki. b. Capacity Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya
mencari
laba.
Sehingga
akan
terlihat
kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. c. Capital Penggunaan modal yang efektif dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya.
Capital
adalah
untuk
mengetahui
sumber-sumber
pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank. d. Collateral Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi suatu masalah, jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. e. Condition Kondisi ekonomi pada masa sekarang dan yang akan datang harus dinilai sesuai dengan sektor masing-masing. Prospek usaha dari sektor yang dijalankan oleh nasabah juga harus dinilai. Penilaian
17
prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil. Menurut Dendawijaya (2005) ada satu sisi lagi yang harus diketahui dalam pemberian kredit, yaitu constraints. Kendala merupakan faktor hambatan atau rintangan berupa faktor-faktor sosial psikologis yang ada pada suatu daerah atau wilayah tertentu yang menyebabkan suatu proyek tidak dapat dilaksanakan, misalnya pendirian suatu pabrik farmasi yang akan memproduksi obat antibiotika dan vitamin, tetapi merencanakan untuk mengolah ganja dan ecstasy, maka permohonan kredit ini sulit untuk dikabulkan. Penilaian kredit dengan metode analisis 7P sebagai berikut: 1. Personality, yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah. 2. Party, yaitu mengklasifikasikan nasabah dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank. 3. Perpose, yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Misalnya untuk konsumtif atau produktif. 4. Prospect, yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan dan mempunyai prospek atau sebaliknya. 5. Payment,
merupakan
ukuran
bagaimana
cara
nasabah
mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. 6. Profitability, untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.
18
7. Protection, tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi. Menurut Hasibuan (2005), ada satu asas lagi yang harus dianalisis sebelum memberikan kredit yaitu asas 3R. 1. Returns adalah penilaian atas hasil yang akan dicapai perusahaan calon debitur setelah memperoleh kredit. Apabila hasil yang diperoleh cukup untuk membayar pinjamannya dan sekaligus membantu perkembangan usaha calon debitur bersangkutan maka kredit diberikan dan begitu pula sebaliknya. 2. Repayment adalah memperhitungkan kemampuan, jadwal, dan jangka waktu pembayaran kredit oleh calon debitur, tetapi perusahaanya tetap berjalan. 3. Risk
bearing
ability
adalah
memperhitungkan
besarnya
kemampuan perusahaan calon debitur untuk menghadapi risiko, apakah risikonya besar atau kecil. Kemampuan perusahaan menghadapi
risiko
ditentukan
oleh
besarnya
modal
dan
strukturnya, jenis bidang usaha dan manajemen perusahaan bersangkutan. Jika risk bearing ability perusahaan besar maka kredit tidak diberikan dan sebaliknya. 2.2.8. Aspek-aspek dalam Penilaian Kredit Disamping menggunakan 5C, 7P dan 3R, maka penilaian suatu kredit layak atau tidak untuk diberikan dapat dilakukan dengan menilai seluruh aspek yang ada. Aspek-aspek yang dinilai yaitu (Kasmir, 2004): 1. Aspek yuridis atau hukum Analisis pada aspek ini bertujuan untuk menilai masalah legalitas badan usaha serta izin-izin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit. Penilaian dimulai dengan akte pendirian perusahaan, sehingga dapat diketahui siapa-siapa pemilik dan besarnya modal masing-masing pemilik. Analisis ini meliputi berbagai aspek, antara lain:
19
- Surat Izin Usaha Industri (S.I.U.I) untuk sektor industri - Surat
Izin
Usaha
Perdagangan
(S.I.U.P)
untuk
sektor
perdagangan - Tanda Daftar Perusahaan (TDP) - Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) - Keabsahan surat-surat yang dijaminkan, misalnya sertifikat tanah 2. Aspek pemasaran Dalam aspek ini yang dinilai adalah permintaan terhadap produk yang dihasilkan sekarang ini dan di masa yang akan datang prospeknya bagaimana. Aspek yang diteliti antara lain: - Pemasaran produknya minimal 3 bulan yang lalu atau 3 tahun yang lalu - Rencana penjualan dan produksi minimal 3 bulan atau 3 tahun yang akan datang. - Peta kekuatan pesaing yang ada - Prospek produk secara keseluruhan 3. Aspek keuangan Analisis pada aspek keuangan bertujuan untuk menilai sumbersumber dana yang dimiliki untuk membiayai usahanya dan bagaimana penggunaan dana tersebut, serta cash flow keuangan perusahaan. Penilaian bank dari segi aspek keuangan biasanya dengan suatu kriteria kelayakan investasi yang mencakup: - Rasio-rasio keuangan - Payback period - Net Present Value (NPV) - Profitability Indek (PI) - Internal Rate of Return (IRR) - Break Even Point (BEP)
20
4. Aspek teknis atau operasi Aspek ini membahas masalah yang berkaitan dengan produksi seperti kapasitas mesin yang digunakan, masalah lokasi, lay out ruangan dan mesin-mesin termasuk jenis mesin yang digunakan. Menurut Dendawijaya (2005), aspek teknis bertujuan untuk menilai seberapa jauh kemampuan pengelola proyek dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembangunan proyek serta kesiapan teknis perusahaan dalam melakukan operasinya kelak sebagai suatu business entity. 5. Aspek manajemen Analisis pada aspek ini bertujuan untuk menilai struktur organisasi perusahaan, sumber daya manusia yang dimiliki serta latar belakang pengalaman sumber daya manusianya. Pengalaman perusahaan dalam mengelola berbagai proyek yang ada dan pertimbangan lainnya. 6. Aspek sosial ekonomi Aspek ini menganalisis dampaknya terhadap perekonomian dan masyarakat umum seperti: - Meningkatkan ekspor barang - Mengurangi pengangguran atau lainnya - Meningkatkan pendapatan masyarakat - Tersedianya sarana dan prasarana - Membuka isolasi daerah tertentu 7. Aspek amdal Analisis pada aspek ini menyangkut analisis terhadap lingkungan baik darat, air atau udara jika proyek atau usaha tersebut dijalankan. Analisis ini dilakukan secara mendalam apakah apabila kredit tersebut disalurkan maka proyek yang dibiayai akan mengalami pencemaran lingkungan disekitarnya. Pencemaran yang sering terjadi antara lain terhadap: - Tanah atau darat menjadi gersang - Air, menjadi limbah berbau busuk, berubah warna atau rasa
21
- Udara mengakibatkan polusi, berdebu, bising dan panas 2.2.9. Prosedur Penerimaan dan Pengembalian Kredit Azas-azas perkreditan dalam penerapannya harus dituangkan ke dalam uraian-uraian kualitatif dan perhitungan kuantitatif, yang pelaksanaan dan pengerjaannya memerlukan semacam keahlian dan keterampilan tertentu yang biasa disebut analisis atau pembahasan kredit dengan jalan membuat suatu studi kelayakan tentang proyek atau perusahaan yang mengajukan permohonan kredit. Pada dasarnya prosedur pemberian kredit dalam praktek perbankan meliputi tahapan (Firdaus dan Ariyanti, 2003) berikut: a. Persiapan kredit adalah kegiatan tahap permulaan dengan maksud untuk saling mengetahui informasi dasar antara calon debitur dengan bank, terutama calon debitur yang baru pertama kali akan mengajukan kredit kepada bank bersangkutan. b. Tahap analisa kredit, dalam tahap ini diadakan analisa mendalam tentang keadaan usaha atau proyek pemohon kredit. Penilaian tersebut meliputi penilaian terhadap aspek-aspek kredit dari debitur. Pembahasan tentang aspek-aspek ini sangat perlu dilakukan untuk mengetahui apakah usaha pemohon kredit itu layak untuk diberi bantuan kredit atau tidak. c. Tahap keputusan kredit, sesuai hasil analisis kredit, sehingga pihak bank
melalui
pemutus
kredit
dapat
memutuskan
apakah
permohonan kredit tersebut layak untuk diberi kredit atau tidak. Dalam hal ini, permohonan tersebut harus segera ditolak dan surat penolakan biasanya secara tertulis dengan disertai beberapa alasan secara diplomatis, tetapi cukup jelas. Jika layak, maka segera dituangkan dalam surat keputusan kredit yang biasanya disertai beberapa persyaratan tertentu. d. Tahap pelaksanaan dan administrasi kredit. Tahap ini adalah tahap dimana bank menerima dan meneliti semua persyaratan kredit dari calon peminjam. Pada tahap ini, bank menentukan apakah kredit akan diberikan atau ditolak. Jika diterima, maka disiapkan
22
administrasinya, biasanya berupa keputusan kredit yang akan mencakup jumlah uang yang akan diterima, jangka waktu kredit dan biaya-biaya yang harus dibayar. Keputusan kredit biasanya merupakan keputusan tim. e. Tahap supervisi atau pengendalian dan pembinaan kredit pada dasarnya sebagai upaya pengaman kredit yang telah diberikan oleh bank dengan cara terus memantau dan mengikuti jalannya perusahaan, serta memberikan nasihat agar perusahaan debitur berjalan baik sesuai dengan rencana sehingga pengendalian kredit akan berjalan baik. 2.3. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Siska (2004) yang melakukan penelitian pada Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Cabang Cibinong. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kredit modal kerja terhadap laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyaluran kredit didominasi oleh kredit konsumsi yang memiliki risiko lebih rendah. Kredit modal kerja memiliki kontribusi yang kecil terhadap pendapatan karena masih sedikitnya jumlah kredit yang disalurkan ke sektor riil. Namun bila dilihat dari analisis trend yang dilakukan terhadap pendapatan bunga dari kredit modal kerja mengalami kecenderungan meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2007) yang menganalisis pengaruh perubahan portofolio kredit sektor ekonomi terhadap pendapatan bunga kredit PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Hasil penelitian Susanti menunjukkan bahwa perolehan pendapatan bunga kredit dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi secara keseluruhan pada alokasi kredit untuk sektor-sektor pertanian, pertambangan, perindustrian, jasa-jasa, dan lain-lain. Secara parsial, sektor yang memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan bunga kredit BNI adalah sektor perindustrian dan perdagangan.
23
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Salah satu fungsi bank adalah sebagai lembaga intermediasi, yaitu di satu sisi menghimpun dana dari masyarakat sementara di sisi lain menyalurkan dana dalam bentuk kredit. Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan besar dalam perekonomian masyarakat sehingga mempunyai peranan penting dalam pengelolaan dana yang beredar di masyarakat. Bagi nasabah yang menyimpan dananya, bank memberikan bunga sedangkan bagi para peminjam dana (kreditur) bank membebankan bunga. Memperoleh keuntungan merupakan tujuan utama berdirinya suatu badan usaha, termasuk bank. Keuntungan utama dari bisnis perbankan sebagai perantara keuangan diperoleh dari penyaluran kredit kepada nasabah. Agar bank dapat mempertahankan dan meningkatkan laba yang optimal, maka bank harus menetapkan strategi yang tepat dalam mengalokasikan kreditnya. PT Bank X sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia telah berkontribusi besar dalam pertumbuhan perekonomian dengan menyalurkan kredit. Jenis-jenis kredit yang disalurkan diantaranya adalah kredit konsumtif (kredit konsumsi) dan kredit produktif (kredit modal kerja dan kredit investasi). Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara portofolio kredit terhadap laba. Regresi berganda digunakan untuk melihat pengaruh kredit konsumtif dan kredit produktif terhadap laba. Variabel-variabel yang digunakan dalam analisis regresi terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen yang digunakan yaitu laba sedangkan variabel independen yaitu pendapatan bunga kredit modal kerja, pendapatan bunga kredit investasi, pendapatan bunga kredit konsumsi, pendapatan lain-lain dan total biaya. Analisis per komponen dan analisis trend digunakan untuk mengetahui kontribusi dan pertumbuhan kredit konsumtif dan kredit produktif pada PT Bank X. Hasil dari analisis ini diharapkan akan membantu perusahaan untuk menentukan alokasi kredit
24
konsumtif dan produktif di masa yang akan datang, dalam rangka untuk mendapatkan laba yang optimal. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. PT Bank X
Fungsi Intermediasi Keuangan
Penyalur Dana
Kredit Produktif
KMK
Penghimpun Dana
Kredit Konsumtif
KI
KK
Analisis Korelasi Analisis Regresi Berganda - Uji Normalitas - Uji Multikolinearitas - Uji Autokorelasi - Uji Heteroskedastisitas - Uji F - Uji t Analisis Trend Analisis per Komponen
Laba Bank X
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
25
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Learning Center Group PT Bank X yang beralamat di Jakarta. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposif). Penelitian dilakukan pada bulan Februari-April 2009. 3.3. Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan, baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel, diagram dan lain-lain (Juanda, 2003). Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dan laporan keuangan perusahaan periode 1999-2007. Data yang diperoleh dikelompokkan menurut periode tahunan dengan menggunakan Microsoft Excel. 3.4. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi, analisis regresi berganda, analisis trend dan analisis per komponen. Analisis korelasi digunakan untuk menganalisis hubungan portofolio kredit terhadap laba, baik kredit konsumtif maupun kredit produktif. Analisis regresi berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh kredit konsumtif dan kredit produktif secara bersamaan terhadap laba. Analisis per komponen bertujuan untuk melihat seberapa besar kontribusi pendapatan bunga kredit konsumtif dan kredit produktif dan pengaruhnya terhadap laba. Analisis trend digunakan untuk melihat apakah pendapatan bunga mengalami trend kenaikan atau penurunan dari tahun dasar. Perangkat lunak (software) yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data dalam penelitian ini adalah Microsoft Excel 2007 dan Minitab versi 14 yang baik digunakan untuk mengolah statistik parametrik (Iriawan dan Astuti, 2006). 3.4. 1. Analisis Korelasi Analisis korelasi adalah analisis untuk mengukur tingkat keeratan hubungan antar dua peubah. Nilai korelasi berkisar antara -1 sampai dengan +1. Nilai korelasi negatif berarti hubungan antara dua
26
peubah adalah negatif. Artinya apabila salah satu peubah menurun maka peubah lainnya akan meningkat. Sebaliknya nilai korelasi positif berarti hubungan antara dua peubah adalah positif. Suatu hubungan dikatakan berkorelasi kuat apabila semakin mendekati +1 atau -1. Sebaliknya suatu hubungan dikatakan lemah apabila semakin mendekati nol. Hipotesis untuk menguji korelasi adalah: H0 : p-value = 0 Hipotesis ini berarti tidak ada korelasi antara dua peubah yang diteliti. H1 : p-value ≠ 0 Hipotesis ini berarti ada korelasi antara dua peubah yang diteliti. Daerah penolakan H0 adalah p-value < α, sedangkan daerah penolakan untuk H1 adalah p-value > α (Iriawan dan Astuti, 2006). 3.4. 2. Analisis Regresi Berganda Analisis regresi menjelaskan mengenai seberapa jauh suatu peubah mempengaruhi peubah yang lainnya. Regresi berganda merupakan suatu teknik statistik dimana terdapat lebih dari satu peubah independen. Mattjik dan Sumertajaya (2002) menjelaskan bahwa analisis regresi berganda adalah analisis yang berkaitan dengan permodelan pengaruh peubah bebas X terhadap peubah tak bebas Y melalui persamaan matematis tertentu. Model regresi berganda ditunjukkan oleh persamaan berikut ini: Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + e ......................... (1) Keterangan: Y = Variabel dependen (laba PT Bank X) β0 = Konstanta β1 = Koefisien regresi variabel X1 β2 = Koefisien regresi variabel X2 β3 = Koefisien regresi variabel X3 β4 = Koefisien regresi variabel X4 β5 = Koefisien regresi variabel X5 X1 = Pendapatan bunga kredit modal kerja
27
X2 = Pendapatan bunga kredit investasi X3 = Pendapatan bunga kredit konsumsi X4 = Pendapatan lain-lain X5 = Total biaya e = Tingkat kesalahan Ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi oleh model regresi. Oleh karena itu diperlukan pengujian asumsi yang meliputi uji normalitas,
uji
multikolinearitas,
uji
autokorelasi
dan
uji
heteroskedastisitas (Susanti, 2007). a. Uji Normalitas Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui distribusi kenormalan data, yaitu apakah data dapat dianggap berdistribusi normal atau tidak. Uji ini dilakukan jika sampel yang digunakan kurang dari 30. Ketika data telah berdistribusi
normal,
maka
data
tersebut
dapat
diolah
menggunakan statistik parametrik yang pada penelitian ini menggunakan model regresi berganda. Untuk menguji kenormalan data dilakukan dengan menguji kenormalan data residual. Uji normalitas dapat dilihat dengan melihat nilai statistik KolmogorovSmirnov (KS) pada uji normalitas residual. Jika nilai statistik KS lebih kecil dibanding nilai tabel KS dan nilai p-value lebih besar dari α, maka asumsi kenormalan terpenuhi sehingga model regresi yang telah dibuat dapat digunakan (Iriawan dan Astusi, 2006). b. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah hubungan linear yang kuat antara peubah-peubah
bebas
Multikolinearitas
dalam
pada
persamaan
permodelan
regresi
regresi
berganda.
menyebabkan
pendugaan ragam koefisien regresi menjadi over estimate. Hal ini menyebabkan
pengujian
koefisien
regresi
menghasilkan
kesimpulan yang tidak nyata walaupun nilai R-squarenya tinggi (Saepudin, 2005).
28
Untuk melihat apakah ada multikolinearitas pada model regresi dilihat dari nilai variance inflation factor atau (VIF). VIF adalah besarnya kenaikan ragam peubah bebas ke-i akibat pengaruh peubah bebas yang lain. Jika nilai VIF masing-masing peubah bebas memiliki nilai lebih besar dari 5 maka model regresi memiliki multikolinearitas sehingga menjadi tidak valid (Iriawan dan Astuti, 2006). c. Uji Autokorelasi Menurut Arief (2006) penaksiran model regresi linear memiliki asumsi bahwa tidak terdapat korelasi serial atau autokorelasi. Autokorelasi atau korelasi serial kemungkinan terjadi pada
data
time
series.
Model
regresi
yang
baik
tidak
memperkenankan terjadinya autokorelasi. Akibat dari terjadinya autokorelasi adalah pengujian hipotesis dalam uji F dan uji t menjadi tidak valid dan jika diterapkan akan memberikan kesimpulan yang menyesatkan pada tingkat signifikansi dan koefisien regresi yang ditaksir. Uji autokorelasi dengan perangkat lunak minitab melalui uji Run test residual. Jika hasil penghitungan didapatkan p-value lebih besar dari α, menunjukkan tidak adanya autokorelasi. d. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varian dari residual untuk peubah bebas yang diketahui. Jika varian dari residual untuk peubah yang diketahui tetap, disebut dengan homoskedastisitas.
Dan
jika
varian
berbeda,
disebut
heteroskedastisitas (Arief, 2006). Asumsi pada model regresi adalah varian setiap variabel independen mempunyai nilai yang konstan
atau
memiliki
varian
yang
sama.
Masalah
heteroskedastisitas umumnya terjadi pada data cross sectional. Konsekuensi dari adanya heteroskedastisitas adalah kemungkinan untuk mengambil kesimpulan yang salah dalam uji F dan uji t
29
karena pengujian tingkat signifikansi yang kurang kuat (Gujarati dalam Susanti, 2007). Untuk
melihat
apakah
pada
model
regresi
terdapat
heteroskedastisitas dilihat dari sebaran titik-titik yang tersebar pada output perhitungan dengan perangkat lunak minitab. Sebaran titiktitik yang tidak membentuk pola tertentu namun tersebar di atas dan di bawah nol menunjukkan bahwa model regresi tidak mengalami masalah heteroskedastisitas (Iriawan dan Astuti, 2006). e. Uji F UJi statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Kuncoro, 2003). Langkah-langkah uji statistik F adalah: 1. Merumuskan Hipotesis a) H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = 0 Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol. Artinya, semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. b) H1 : βj ≠ 0, j = 1,2,3,4,5 Hipotesis alternatifnya (H1), tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol. Artinya, paling sedikit terdapat satu variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. 2. Menentukan F tabel a) Fα (k-1, n-k) b) Taraf nyata (α) = 0,05: yaitu tingkat kesalahan yang masih dapat ditolerir. c) Derajat bebas pembilang = k-1 d) Derajat bebas penyebut = n-k 3. Menentukan F hitung yang diperoleh dari hasil regresi melalui program Minitab.
30
4. Membandingkan F hitung dengan F tabel a) Jika statistik F hitung > statistik tabel (F tabel) atau F hitung < –F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. b) Jika –F tabel < statistik hitung (angka F output) < statistik tabel (F tabel) maka H0 diterima dan H1 ditolak. Kelayakan model regresi yang telah dibuat juga dapat dilihat pada hasil uji analysis of variance (ANOVA). ANOVA merupakan uji hipotesis kesesuaian model dengan data yang ada (Iriawan dan Astuti, 2006). Hipotesis yang digunakan sama dengan hipotesis uji F, dengan daerah penolakan p-value < α. f. Uji t Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat (Kuncoro, 2003). Langkahlangkah uji statistik t adalah: 1. Merumuskan hipotesis a) H0 : β1 = 0 Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu paremeter (β1) sama dengan nol. Artinya, suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang siginifikan terhadap variabel dependen. b) H1 : β1 ≠ 0 Hipotesis alternatifnya (H1), parameter suatu variabel tidak sama dengan nol. Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. 2. Menentukan t-tabel a) Menentukan besarnya t-tabel: t (α,
)
b) Taraf nyata (α) = 0,05; yaitu tingkat kesalahan yang masih dapat ditolerir. c) Derajat bebas (df) = n-k 3. Menentukan t-hitung yang diperoleh dari hasil regresi melalui program Minitab.
31
4. Membandingkan t hitung dengan t tabel a) Jika statistik hitung (angka t output) > statistik tabel (t tabel) atau t hitung < –t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. b) Jika –t tabel < statistik hitung (angka t output) < statistik tabel (t tabel) maka H0 diterima dan H1 ditolak. g. Analisis Komponen Utama Salah satu permasalahan dalam membuat persamaan regresi berganda
adalah
adanya
kendala
multikolinearitas.
Untuk
mengatasi kendala multikolinearitas ada beberapa cara, antara lain regresi stepwise dan analisis komponen utama. Regresi stepwise akan
menghasilkan
persamaan
regresi
berganda
dengan
mengeliminasi peubah bebas yang dapat merusak model. Sedangkan metode analisis komponen utama dapat membuat model tanpa harus mengeliminasi peubah-peubah bebas yang mengalami korelasi (Iriawan dan Astuti, 2006). Analisis komponen utama pada dasarnya mentransformasi peubah-peubah bebas yang berkorelasi menjadi peubah-peubah baru yang orthogonal dan tidak berkorelasi. Analisis ini bertujuan untuk menyederhanakan peubah-peubah yang diamati dengan cara mereduksi dimensinya. Hal ini dilakukan dengan menghilangkan korelasi diantara peubah melalui transformasi peubah asal ke peubah baru (komponen utama) yang tidak berkorelasi (Gasperz, 1995). Analisis komponen utama memiliki beberapa tahap, yaitu: 1. Membentuk komponen utama Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan membakukan peubah-peubah bebas menjadi Z dan menentukan akar ciri dan vektor ciri. Sehingga akan terbentuk komponen utama yang terdiri
dari
peubah-peubah
bebas
yang akan
dibentuk.
Komponen utama memiliki sebagian besar informasi yang dimiliki peubah bebas. Selain itu komponen utama yang terbentuk tidak memiliki korelasi satu sama lain. Komponen
32
utama didapat dari hasil pengolahan data menggunakan perangkat lunak Minitab. 2. Menentukan banyaknya jumlah komponen utama Banyaknya komponen utama yang terbentuk adalah sebanyak jumlah peubah bebas yang dianalisis. Pada penelitian ini jumlah peubah bebas yang diteliti berjumlah lima buah. Untuk menentukan
banyaknya
jumlah
komponen
utama
yang
digunakan dapat dilakukan dengan melihat plot scree hasil keluaran perangkat lunak Minitab. Banyaknya komponen utama yang digunakan adalah pada titik perbatasan grafik yang curam dan melandai. Hal yang mendasarinya adalah pada titik tersebut selisih akar ciri yang berurutan sudah tidak besar lagi (Johnson, 1988). Morrison (1978) menyarankan agar memilih komponenkomponen utama sampai komponen-komponen utama tersebut mempunyai keragaman kumulatif kira-kira 75%. 3. Meregresikan komponen utama Komponen utama yang digunakan (W) merupakan kombinasi linear Z. Kemudian diregresikan dengan peubah tidak bebas yang diteliti. Pada penelitian ini, peubah tidak bebas yang diteliti adalah laba PT Bank X. 4. Mentransformasi komponen utama dengan peubah bebas Setelah persamaan regresi komponen utama dan peubah tidak bebas terbentuk, langkah selanjutnya adalah mentransformasi komponen utama (W) dengan Z kemudian mentransformasi Z dengan peubah bebas (X). Hasil dari transformasi ini adalah persamaan regresi berganda antara peubah-peubah bebas (pendapatan bunga kredit modal kerja, investasi dan kredit konsumsi, serta pendapatan lain-lain dan total biaya) dan peubah tidak bebas (laba PT Bank X). 3.4. 3. Analisis Trend Analisis trend bertujuan untuk membandingkan kegiatan usaha suatu bank, baik secara absolut maupun dalam bentuk relatif atas
33
bagian kegiatan yang ada dengan kegiatan-kegiatan yang telah dicapai pada periode sebelumnya (Siska, 2004). Cara yang ditempuh dalam analisis trend adalah dengan membandingkan laporan satu periode dengan periode lainnya dengan pendekatan indeks dasar tunggal. Dalam analisis trend dibutuhkan satu tahun yang dijadikan tahun dasar. Tahun dasar ini diperlukan sebagai dasar pertimbangan yang akan dibuat dalam bentuk persentase. Biasanya data atau laporan keuangan dari tahun yang paling awal dari deretan tahun-tahun laporan keuangan yang akan dianalisis, dianggap sebagai tahun dasar. Tiap pos dari laporan keuangan yang dijadikan tahun dasar diberi indeks 100, kemudian pos-pos dari periode yang dianalisis dihubungkan dengan pos yang sama, yaitu tahun dasar. Hasil yang ingin diperoleh dari pendekatan ini adalah tingkat perbandingan antara tahun pertama dengan tahun berikutnya yang akan dianalisis. Juga akan diketahui berapa besar perkembangan keuangan dari tahun dasar. Analisis trend dapat dirumuskan sebagai berikut: Rxi =
x 100% ............................................................................ (2)
Dimana: Rxi = nilai persentase untuk tahun ke-i Pxi = pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis Pxo = pos x dalam laporan keuangan sebagai tahun dasar 3.4. 4. Analisis Per Komponen Analisis
per
komponen
merupakan
alat
analisis
yang
memberikan gambaran secara relatif atau persentase terhadap komposisi masing-masing pos keuangan, sehingga manajemen bank dapat mengetahui dan memanfaatkan pos-pos mana yang dominan dalam rangka pencapaian tujuan bank. Secara teknis, analisis per komponen dilakukan secara vertikal dengan membandingkan pos-pos laporan keuangan dalam suatu periode yang sama. Analisis ini dapat memberikan gambaran tentang perubahan yang terjadi dalam masing-masing pos dari tahun ke tahun dalam hubungannya dengan kegiatan totalnya. Selain itu dapat pula
34
diketahui komposisi atau kontribusi dari masing-masing pos dalam suatu bentuk perbandingan terhadap kegiatan total. Pos pendapatan dijadikan dasar perbandingan untuk pos-pos lainnya, sehingga untuk pos jumlah pendapatan memiliki nilai 100% (Tangkilisan dalam Siska, 2004). Analisa persentase per komponen dapat dirumuskan sebagai berikut: Ryi =
x 100% ............................................................................ (3)
Dimana: Ryi = nilai persentase pos yang dibandingkan Pyi = pos y dalam laporan keuangan tahun ke-i Pyo = pos dasar sebagai pembanding
35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah PT Bank X Tbk PT Bank X berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank milik pemerintah yaitu Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia, bergabung menjadi PT Bank X. Kemudian PT Bank X mulai beroperasi pada bulan Agustus 1999. Keempat bank tersebut merupakan bank-bank yang telah lama beroperasi di Indonesia dan berperan penting dalam pembangunan ekonomi. a. Bank Dagang Negara Bank Dagang Negara (BDN) merupakan bank pemerintah yang fokus pada pembiayaan sektor industri dan pertambangan. BDN pertama kali dibentuk dengan nama Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij di Jakarta pada tahun 1857 dan berubah namanya menjadi Escomptobank NV pada tahun 1949. Kemudian pada tahun 1960 dinasionalisasikan menjadi Bank Dagang Negara. b. Bank Bumi Daya Bank Bumi Daya yang pada awalnya bernama Bank Umum Negara (BUN) berdiri pada tahun 1959 sebagai hasil nasionalisasi perusahaan Belanda De Nationale Handelsbank NV dan Chartered Bank pada tahun 1964. Pada tahun 1965 BUN digabung dengan Bank Negara Indonesia Unit IV yang kemudian menjadi Bank Bumi Daya pada tahun 1968. c. Bank Ekspor Impor Indonesia Sejarah Bank Ekspor Indonesia berawal dari perusahaan dagang Belanda N.V.Nederlansche Handels Maatschappij yang didirikan pada tahun 1824 dan mengembangkan kegiatannya di sektor perbankan pada tahun 1870. Pada tahun 1960, pemerintah Indonesia
36
menasionalisasi perusahaan ini, dan selanjutnya pada tahun 1965 perusahaan ini digabung dengan Bank Negara Indonesia menjadi Bank Negara Indonesia Unit II. Pada tahun 1968, Bank Negara Indonesia Unit II dipecah menjadi dua unit, salah satunya adalah Bank Negara Indonesia Unit II Divisi Ekspor-Impor, yang akhirnya menjadi Bank Exim. d. Bank Pembangunan Indonesia Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) berawal dari Bank Industri Negara (BIN), sebuah bank industri yang didirikan pada tahun 1951 dengan misi untuk mendukung pengembangan sektor-sektor ekonomi
tertentu,
khususnya
perkebunan,
industri
dan
pertambangan. Pada tahun 1960, Bapindo dibentuk sebagai bank milik negara dan BIN kemudian digabung dengan Bank Bapindo. Pada
tahun
1970,
Bapindo
ditugaskan
untuk
membantu
pembangunan nasional melalui pembiayaan jangka menengah dan jangka panjang pada sektor manufaktur, transportasi dan pariwisata. 4.1.2. Profil PT Bank X Tbk Sejak didirikan, PT Bank X terus berupaya untuk membentuk tim manajemen yang handal dan profesional serta bekerja berdasarkan prinsip-prinsip
good
corporate
governance,
pengawasan
dan
kepatuhan yang sesuai standar internasional. PT Bank X disupervisi oleh komisaris yang terdiri dari orang-orang yang menonjol dibidang keuangan yang ditunjuk oleh pemegang saham termasuk Menteri Negara BUMN. Tingkatan tertinggi dari manajemen eksekutif adalah direksi, yang dipimpin oleh direktur utama. Direksi PT Bank X terdiri dari para bankir yang berasal dari bankir profesional. Sebagai bagian dari penerapan good corporate governance, PT Bank X membentuk Compliance Group, Internal Audit dan Corporate Secretary, dan juga diperiksa secara berkala oleh Bank Indonesia dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) serta diaudit dari waktu ke waktu setiap tahunnya oleh auditor independen.
37
Salah satu pencapaian penting PT Bank X adalah proses integrasi sembilan sistem teknologi yang berasal dari keempat bank bergabung menjadi sistem teknologi terpadu. Sehingga memungkinkan PT Bank X untuk menuju standardisasi proses, produk, operasional dan sistem akuntansi. Pada tahun 2001 PT Bank X memperkenalkan kepada nasabah dan masyarakat umum program ”Perilaku 3 Tidak” yaitu tidak terlambat, tidak melakukan kesalahan dan tidak meminta atau menerima hadiah atau imbalan. Selain itu, PT Bank X menerbitkan floating rate notes senilai USD 125 juta di Bursa Efek Hongkong yang jatuh temponya pada tahun 2006. Pada tanggal 14 Juli 2003, PT Bank X melaksanakan pencatatan saham perdana di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya melalui penawaran umum perdana. Proses divestasi saham pemerintah kepada PT Bank X didasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2003 tentang Penjualan Saham Negara Republik Indonesia pada PT Bank X. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut dijelaskan bahwa penjualan saham PT Bank X akan dilakukan melalui pasar modal atau kepada mitra strategis dengan jumlah maksimal 30% dari jumlah saham yang telah dikeluarkan dan disetor penuh. Dalam pelaksanaan penawaran saham perdana tersebut, PT Bank X telah menawarkan 20% dari jumlah saham yang telah dikeluarkan dan disetor penuh atas sejumlah Rp 4.000.000.000 Saham Biasa Atas Nama Seri B Milik Negara Republik Indonesia dengan nilai nominal sebesar Rp 500 per saham dan harga penawaran sebesar Rp 672 per saham. Pada bulan April, PT Bank X menerbitkan Medium Term Notes (MTN) dengan bunga tetap sebesar USD 300 juta, berjangka waktu 5 tahun yang dicatatkan di Bursa Efek Singapura. Pada Bulan Agustus, PT Bank X menyelesaikan implementasi eMAS (Enterprise ”X” Advance System), yang merupakan sistem core banking baru. Pada tanggal 11 Maret 2004, Pemerintah Republik Indonesia melakukan divestasi lanjutan atas 10% kepemilikan di PT Bank X dengan harga Rp 1.450 per saham. Hal ini merupakan landasan bagi tahap
38
transformasi berikutnya menjadi Regional Champion Bank pada tahun 2010. 4.1.3. Visi, Misi dan Budaya PT Bank X Tbk Visi PT Bank X Tbk yaitu “Bank terpercaya pilihan anda”. Visi PT Bank X berarti menjadi bank yang terpercaya dan terpilih serta menguasai pangsa pasar semua segmen bisnis yang menguntungkan di Indonesia. Dan menjadi bank yang dikenal secara luas sebagai perusahaan publik terkemuka di Asia Tenggara sebagai Regional Champion Bank. Untuk mencapai visi tersebut PT Bank X memiliki misi-misi yang mendukung. Misi-misi PT Bank X yaitu: 1. Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar 2. Mengembangkan sumber daya manusia profesional 3. Memberi keuntungan yang maksimal bagi stakeholder 4. Melaksanakan manajemen terbuka 5. Peduli terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan Budaya PT Bank X yaitu Trust, Integrity, Professionalism, Customer Focus, Excellence (TIPCE). Nilai-nilai budaya tersebut menjadi acuan berpikir, berkata dan bertindak dalam melaksanakan pekerjaan. Cita-cita PT Bank X adalah menjadi Regional Champion Bank. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, PT Bank X menetapkan tiga tahapan transformasi yaitu fase I (2000-2004) menjadi Universal Bank, fase II (2005-2009) menuju Domestic Dominant Bank, dan fase III (2010-seterusnya) menjadi Regional Champion Bank. Sedangkan landasan PT Bank X terhadap pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan bertumpu pada tiga aspek kunci yaitu permodalan yang kuat, teknologi mutakhir dan prinsip kehati-hatian yang ditunjang oleh sumber daya manusia yang kompeten. 4.1.4. Produk dan Jasa PT Bank X Tbk Sebagai lembaga keuangan bank, PT Bank X memiliki produkproduk baik itu dalam penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat maupun jasa-jasa perbankan lainnya. Konsumen PT Bank X dapat dibagi menjadi beberapa segmen
39
yaitu: Corporate, Commercial, Micro, Consumer dan Small Business. Produk-produk yang tersedia bagi konsumen yaitu: 1. Produk Penghimpunan Dana a. Tabungan X Tabungan X adalah tabungan dengan berbagai fasilitas yang dapat membantu nasabah seperti SMS Banking, Internet Banking, dan Call X, ATM, Weekend Banking, layanan Autodebet dan layanan Automatic Fund Transfer. b. Giro Giro adalah fasilitas penyimpan dana yang dapat membantu transaksi bisnis dengan adanya fasilitas cek dan bilyet giro, dan tersedia pilihan berbagai mata uang yaitu: Rupiah, USD, SGD, EUR, AUD, GBP, DEM, JPY, HKD, CHF dan FFR. c. Deposito Deposito adalah fasilitas penyimpan dengan suku bunga yang kompetitif dan menjadikan investasi lebih cepat berkembang. Produk deposito menyediakan berbagai pilihan jangka waktu yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan nasabah, yaitu: 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan atau 24 bulan. d. Deposito On Call Deposito On Call adalah deposito yang ditujukan kepada nasabah corporate yang akan menginvestasikan kelebihan likuiditas dananya dengan berbagai pilihan jangka waktu yaitu 7 sampai dengan 13 hari, 14 sampai dengan 20 hari dan 21 sampai dengan 28 hari. e. Tabungan Haji, adalah tabungan bagi calon jemaah haji setelah memperoleh dan menunjukkan surat pendaftaran pergi haji. f. Tabungan Rencana X, adalah tabungan dengan setoran wajib bulanan yang memberikan ekstra perlindungan asuransi gratis dan bunga yang relatif lebih tinggi. g. Tabungan Bisnis X, adalah tabungan yang dikhususkan untuk nasabah pebisnis dengan fasilitas kartu debet, layanan e-Banking,
40
gratis biaya transfer, dan deskripsi transaksi yang lebih jelas dan lengkap dibandingkan tabungan biasa. h. Tabungan Valas X i. Tabungan Kapel j. Tabungan TKI k. Tabungan Mikro 2. Produk Penyaluran Dana a. Kredit Modal Kerja untuk segmen Corporate dan Commercial Kredit Modal Kerja adalah fasilitas kredit jangka pendek yang diberikan dalam mata uang rupiah maupun valuta asing untuk membiayai kebutuhan modal kerja yang habis dalam satu siklus usaha dengan jangka waktu maksimal satu tahun. b. Kredit Investasi untuk segmen Corporate dan Commercial Kredit Investasi adalah fasilitas kredit jangka menengah dan jangka panjang. Kredit ini diberikan dalam mata uang rupiah maupun valuta asing untuk pembiayaan pengadaan barangbarang modal untuk rehabilitasi, modernisasi, perluasan ataupun pendirian proyek baru maupun refinancing. Pembayaran kredit bersumber dari hasil usaha dengan barang-barang modal yang dibiayai. c. Kredit Agunan Tunai Kredit Agunan Tunai adalah fasilitas kredit yang diberikan dengan jaminan setoran tunai, deposito berjangka, atau tabungan dalam rupiah maupun valuta asing yang diterbitkan oleh PT Bank X. d. Kredit Modal Kerja Komoditas Kredit Modal Kerja Komoditas merupakan fasilitas kredit modal kerja dalam rupiah atau mata uang asing untuk usaha perdagangan
komoditas
agroindustri,
yang
penarikannya
dilakukan dengan menggunakan Warehouse Receipt (W/R) yang dikeluarkan Collateral Management Service Company (CMSC). e. Kredit Modal Kerja dengan fasilitas e-Biz Card X
41
f. Kredit Multiguna Usaha (KMU) Kredit Multiguna Usaha adalah fasilitas kredit yang diberikan kepada pedagang retail atas dasar agunan berupa fixed aset atau kontrak sewa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja yang sudah berjalan di sektor perdagangan retail, pembelian/pengadaan (sewa) tempat usaha dan refinancing pembelian/pengadaan tempat usaha yang telah dibeli nasabah di lokasi tertentu. g. Kredit Agunan Deposito (KAD) Kredit Agunan Deposito adalah fasilitas kredit dalam rupiah atau valuta asing yang diberikan kepada debitur dan calon debitur dengan agunan berupa deposito berjangka yang diterbitkan oleh PT Bank X. h. Kredit Koperasi X Kredit Koperasi X adalah fasilitas kredit untuk tujuan produktif (investasi atau modal kerja) yang diberikan Bank kepada Koperasi dan kredit untuk multiguna yang diberikan kepada anggota koperasi secara kolektif melalui koperasi. i. Kredit Wirausahawan X Kredit Wirausahawan X adalah kredit modal kerja dengan limit di atas Rp 100 juta sampai dengan Rp 2 milyar kepada calon pemohon perorangan atau badan usaha yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. j. Kredit Usaha Mikro yang terdiri dari: Kredit Usaha Mikro X, yang ditujukan untuk debitur perorangan dengan batas kredit Rp 10 juta. Kredit Usaha Mikro Mapan, yaitu kredit untuk debitur perorangan dengan batas kredit Rp 10-50 juta. Kredit Usaha Mikro Kelompok diberikan kepada kelompok usaha untuk keperluan produktif dengan batas kredit sebesar Rp 50 juta per kelompok.
42
Kredit Usaha Mikro Prima diberikan kepada perorangan maupun badan usaha dengan limit kredit di atas Rp 50 juta sampai dengan Rp 100 juta. k. Kredit Serbaguna Mikro l. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan m.Kredit Usaha Mikro-Layak Tanpa Agunan n. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) Adalah kredit investasi atau kredit modal kerja yang diberikan kepada petani, peternak, nelayan dan pembudidaya ikan, dalam rangka pembiayaan intensifikasi padi, jagung, kedelai, ubi kayu dan ubi jalar, kacang tanah dan atau sorgum, pengembangan budidaya tanaman tebu, peternak sapi potong, ayam buras dan itik, usaha penangkapan dan budidaya ikan serta kepada koperasi dalam rangka pengadaan pangan berupa gabah, jagung dan kedelai. o. Kredit Pengembangan Energi Nabati Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP) Upaya percepatan pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan, peremajaan dan rehabilitasi tanaman perkebunan yang didukung kredit investasi perbankan dan subsidi bunga oleh pemerintah dengan melibatkan perusahaan di bidang usaha perkebunan sebagai mitra pengembangan dalam pembagunan kebun, pengolahan dan pemasaran hasil. p. KPR Graha X KPR Graha X adalah kredit pemilikan rumah dari PT Bank X yang diberikan kepada perorangan untuk keperluan pembelian rumah
tinggal/apartemen/ruko/rukan
yang
dijual
melalui
developer atau non developer q. KPR Graha X Angsuran Berjenjang KPR Graha X Angsuran Berjenjang adalah “Graduated Payment Mortgage” yaitu mortgage yang memberikan keringanan berupa
43
penundaan pembayaran sebagian cicilan pokok sampai tahun ke3. Baru pada tahun ke-4 cicilan kembali normal. r. Kredit Multiguna X Kredit Multiguna X adalah fasilitas kredit yang diberikan kepada perorangan untuk keperluan berbagai kebutuhan dengan agunan rumah tinggal, apartemen, ruko atau rukan yang dimiliki. s. Kredit Mitrakarya X Kredit Mitrakarya X adalah fasilitas kredit yang diberikan kepada karyawan perusahaan tertentu yang sudah menyalurkan gajinya melalui PT Bank X. t. Kredit Tanpa Agunan Kredit Tanpa Agunan adalah kredit perorangan tanpa agunan untuk berbagai kebutuhan, seperti pendidikan, renovasi rumah, pernikahan, kesehatan, liburan dan kebutuhan lainnya. u. KPM Kendara X KPM Kendara X adalah kredit dari PT Bank X yang diberikan kepada perorangan untuk keperluan pembelian mobil baru atau bekas 3. Jasa Lain-lain a. Kartu X b. ATM X c. Call X d. SMS Banking X e. Internet Banking X f. m-ATM g. Inkaso h. X Traveller Cheque i. X Dana Sejahtera j. X Siswa Sejahtera k. X Investasi Sejahtera l. X Jiwa Sejahtera m.Transaksi Valuta Asing
44
n. Safe Deposit Box o. L/C Issues and Amendment p. L/C Advising q. L/C Negotiation r. L/C Confirmation s. dan lain-lain 4.1.5. Penyaluran Kredit PT Bank X Tbk Sebagai lembaga keuangan, PT Bank X berfungsi sebagai intermediasi keuangan, dalam hal ini adalah penyaluran dana melalui kredit kepada debitur. Debitur PT Bank X dapat diklasifikasikan menjadi segmen Corporate, Commercial, Small Business, Micro Business dan Consumer. Setiap segmen ditangani oleh unit bisnis yang berbeda. Segmen Corporate ditangani oleh Corporate Banking Units yang melayani nasabah korporasi besar dengan gross annual sales minimal Rp 300 miliar, termasuk badan usaha milik negara, lembaga pemerintah pusat lainnya, dan yayasan dana pensiun. Segmen micro dan small business ditangani oleh unit bisnis Micro and Retail Banking. Segmen commercial ditangani oleh unit bisnis Commercial Business. Sedangkan Segmen Consumer ditangani oleh unit bisnis Consumer Finance yang melayani nasabah perorangan. Kredit yang disalurkan untuk segmen corporate, commercial, small dan micro Business merupakan kredit yang sifatnya produktif. Sedangkan kredit untuk segmen consumer merupakan kredit yang sifatnya konsumtif. 4.1.6. Kebijakan Kredit PT Bank X telah mengembangkan standar dan kebijakan perkreditan yang merinci prosedur untuk melakukan analisa kredit, memberikan persetujuan kredit, melakukan pengawasan kredit dan restrukturisasi kredit. Kebijakan ini meliputi kegiatan untuk melakukan peninjauan secara berkala atas status dan melakukan diversifikasi portofolio, menghitung kecukupan agunan dan melakukan pengawasan internal.
45
Pengelolaan risiko kredit diawali dengan penilaian atas aplikasi kredit oleh pejabat yang berwenang dari unit bisnis terkait. Setelah itu, seluruh permohonan kredit dan permohonan fasilitas lainnya harus disetujui oleh pejabat yang berwenang dari Direktorat Risk Management. Keputusan kredit tidak dapat diberikan tanpa adanya persetujuan dari minimal dua pejabat yang memiliki kewenangan memutus kredit yang setingkat dari unit Bisnis dan unit Risk yang ditentukan berdasarkan jenis dan besarnya kredit yang diajukan serta tingkat risiko dari nasabah. Untuk melakukan penilaian risiko terhadap kredit yang diajukan, PT Bank X melakukan penilaian atas berbagai risiko yang berkaitan dengan debitur, proyek yang dibiayai dan terhadap risiko industri terkait. Metode pemeringkatan yang dilakukan oleh PT Bank X yaitu dengan mempertimbangkan tingkat risiko debitur, antara lain kondisi keuangan debitur, posisi daya saing, pemenuhan kewajibankewajiban terhadap hutang sebelumnya dan kualitas manajemen. Agunan kredit yang diberikan juga akan diperhitungkan dalam penetapan risiko kredit. Selain itu, sistem dan prosedur juga diterapkan pada pemberian kredit kepada nasabah individual. Semua kredit yang diberikan akan dimonitor secara berkala oleh unit bisnis yang terkait. PT Bank X akan memantau aktivitas rekening nasabah dengan melihat status pembayaran bunga atau cicilan pokoknya. PT Bank X juga menilai kembali seluruh fasilitas kredit yang telah diberikan pada tiap semester. Kebijakan kredit ini dilakukan dalam rangka untuk meminimalisir risiko berubahnya status kredit menjadi kredit non performing dengan menyelesaikan potensi masalah kredit secara tepat. 4.2. Kontribusi Kredit dan Komponen-komponen Laba Rugi Dalam analisis per komponen terhadap laporan laba rugi, komponen yang diperhatikan adalah komponen yang digunakan untuk melihat kondisi rentabilitas bank. Analisis ini bertujuan untuk melihat kontribusi kredit produktif dan kredit konsumtif yang disalurkan kepada masyarakat terhadap
46
pendapatan dan pengaruhnya terhadap laba. Kredit produktif dalam hal ini adalah kredit modal kerja dan investasi. Hasil analisa dapat dilihat pada Lampiran 2. Dari Lampiran 2 dapat dilihat bahwa yang memiliki kontribusi terbesar terhadap pendapatan disamping bunga dari kredit yang diberikan adalah obligasi pemerintah. Sedangkan provisi dan komisi dari pemberian kredit memiliki kontribusi yang kecil terhadap pendapatan. Kontribusi terbesar dari provisi dan komisi dari pemberian kredit yaitu pada tahun 2005 sebesar 2,69% dan terkecil pada tahun 2000 sebesar 0,73%. Kontribusi pendapatan bunga dari kredit yang diberikan pada tahun 1999 sebesar 43,39% dan provisi dan komisi 1,58%. Pada tahun 1999 obligasi pemerintah tidak memberikan kontribusi terhadap pendapatan. Akan tetapi, pada tahun 2000 obligasi pemerintah berkontribusi besar terhadap pendapatan yaitu sebesar 64,97%, sedangkan bunga dari kredit yang diberikan sebesar 16,47%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 1999 dan pada periode 2004-2007 pendapatan didominasi oleh bunga dari kredit yang diberikan, sedangkan pada periode 2000-2003, pendapatan didominasi oleh obligasi pemerintah. Pendapatan bunga obligasi pemerintah memiliki kontribusi terbesar pada tahun 2001 yaitu sebesar 65,81% dan terkecil sebesar 27,05% pada tahun 2007. Pendapatan bunga dari obligasi pemerintah mengalami penurunan yang signifikan pada periode berikutnya dari tahun 2001, meskipun pada tahun 2006 pendapatan bunga obligasi pemerintah mengalami peningkatan 39,03% dan kemudian tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 31,57%. Pendapatan bunga obligasi pemerintah pada periode 2005-2007 berturut-turut (dalam jutaan) adalah Rp7.797.767, Rp10.840.987 dan Rp7.418.237. Penurunan ini disebabkan oleh penjualan obligasi pemerintah sebagai bagian dari upaya untuk memperbaiki komposisi aktiva produktif dan mendukung likuiditas bank. Gambar 2 menunjukkan komposisi pendapatan bunga obligasi pemerintah periode 1999-2007. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa komposisi terbesar terhadap pendapatan terjadi pada tahun 2001 yaitu sebesar 20% dan terkecil pada tahun 1999 yaitu 0%.
47
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
0% 9%
7%
18%
7% 7%
20% 13% 19%
Gambar 2. Komposisi pendapatan bunga obligasi pemerintah PT Bank X periode 1999-2007 Sumber: Laporan Keuangan PT Bank X Pendapatan bunga dari kredit yang diberikan memiliki kontribusi terbesar pada tahun 2007 sebesar 46,05% dan terkecil 16,46% pada tahun 2001. Pada tahun 1999 pendapatan didominasi oleh pendapatan bunga dari kredit yang diberikan yaitu sebesar 43,39%. Akan tetapi, pada tahun 2000 mengalami penurunan yang signifikan menjadi 16,47%. Hal ini disebabkan adanya penghapusan atas kredit yang diberikan dan penurunan jumlah kredit yang disalurkan oleh PT Bank X. Penghapusan atas kredit yang diberikan dilakukan karena tingginya kredit non performing dengan NPL bruto mencapai 70,86% dan 19,80% pada tahun 1999 dan 2000. Periode 2001-2005 komposisi pendapatan bunga dari kredit yang diberikan mengalami peningkatan. Sedangkan pada tahun 2006 komposisi pendapatan bunga dari kredit yang diberikan mengalami penurunan sebesar 5,39% dan tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 7,17% dari tahun 2006. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan jumlah kredit yang diberikan dan keberhasilan restrukturisasi kredit dari kredit non-performing menjadi kredit performing. Kontribusi pendapatan bunga dari kredit yang diberikan terhadap pendapatan pada periode 2005-2007 yaitu 44,27%, 38,88% dan 46,05%. Penyaluran jumlah kredit yang diberikan oleh PT Bank X dapat dilihat pada Gambar 3.
48
140.000.000 120.000.000 100.000.000 80.000.000 60.000.000 40.000.000 20.000.000 0 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Gambar 3. Grafik perkembangan penyaluran kredit pada PT Bank X (dalam juta rupiah) Sumber: Laporan Keuangan PT Bank X Rataan proporsi pendapatan bunga dari pihak ketiga selama tahun 1999 sampai tahun 2007 sebesar 32,40%, sedangkan proporsi obligasi pemerintah terhadap pendapatan selama periode 1999-2007 sebesar 41,54%. Hal ini menunjukkan pendapatan terbesar PT Bank X berasal dari obligasi pemerintah. Akan tetapi jika dilihat dari perkembangan obligasi pemerintah dari tahun 1999-2007 mengalami penurunan sedangkan bunga dari kredit yang diberikan mengalami peningkatan. Hal ini mengindikasikan bahwa PT Bank X seiring dengan perkembangannya berupaya untuk terus meningkatkan penyaluran kredit kepada masyarakat, sehingga kontribusi bunga kredit terhadap pendapatan semakin meningkat. Pendapatan lain-lain seperti pendapatan bunga lainnya, pendapatan operasional lainnya, pendapatan bukan operasional serta keuntungan dari kenaikan nilai pasar dan penjualan surat-surat berharga dan obligasi pemerintah mengalami keadaan yang berfluktuasi. Komponen tersebut merupakan faktor penambah terhadap nilai laba bank, terutama pendapatan bunga lainnya sebesar 10,64% dan pendapatan operasional lainnya sebesar 9,79%. Sedangkan keuntungan dari kenaikan nilai pasar dan penjualan suratsurat berharga dan obligasi pemerintah dan pendapatan bukan operasional
49
merupakan faktor penambah terkecil terhadap laba bank, yaitu sebesar 2,53% dan 1,39%. Kontribusi pendapatan bunga dari kredit yang diberikan, setiap tahunnya didominasi oleh pendapatan bunga dari kredit modal kerja kecuali pada tahun 1999 dan 2001 oleh bunga dari kredit investasi. Kontribusi pendapatan bunga dari kredit modal kerja, investasi, konsumsi dan kredit lainnya pada tahun 2000 dan 2006 mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh menurunnya jumlah kredit yang disalurkan sebesar 2,27% pada tahun 2000 dan tingginya inflasi di awal tahun 2006 sebesar 17,12% (Laporan Tahunan 2006 PT Bank X). Jumlah kredit yang disalurkan pada tahun 1999 sebesar Rp 44.022.662 (dalam jutaan) sedangkan pada tahun 2000 Rp 43.022.539 (dalam jutaan). Dapat dilihat pada Gambar 4 bahwa pendapatan bunga dari kredit yang diberikan untuk tiap-tiap kredit mengalami keadaan yang berfluktuasi. 30,00 25,00 20,00 Kredit Modal Kerja 15,00
Kredit Investasi Kredit Konsumsi
10,00
Kredit Lainnya
5,00 0,00 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Gambar 4. Grafik kontribusi pendapatan bunga dari kredit yang diberikan Sumber: Laporan Keuangan PT Bank X (data diolah) Proporsi kredit konsumsi terhadap pendapatan masih kecil, karena masih sedikitnya jumlah kredit yang disalurkan (Gambar 5). Hal ini disebabkan oleh masa operasi PT Bank X yang masih baru dengan sedikitnya diversifikasi dari produk kredit konsumsi yang ditawarkan kepada masyarakat. Selain itu, disebabkan juga oleh latar belakang sejarah PT Bank
50
X yang merupakan hasil merger dari empat bank yang latar belakang kegiatannya terfokus kepada sektor produktif, diantaranya pertambangan, perkebunan, industri, ekspor-impor dan perdagangan. Sebagai ilustrasi, pada tahun 1999 hanya 0,58% dari total pendapatan bunga dari kredit yang diberikan merupakan pendapatan yang berasal dari kredit konsumsi. Sedangkan proporsi kredit modal kerja, investasi dan kredit lainnya terhadap pendapatan bunga dari kredit yang diberikan lebih besar dari kredit konsumsi. Proporsi kredit modal kerja sebesar 15,45%, kredit investasi 16,63% dan kredit lainnya sebesar 10,73%. 80.000.000 70.000.000 60.000.000 50.000.000
kredit modal kerja
40.000.000
kredit investasi
30.000.000
kredit konsumsi
20.000.000
kredit lainnya
10.000.000 0
Gambar 5. Grafik perkembangan jumlah penyaluran kredit untuk tiap-tiap kredit Sumber: Laporan Keuangan PT Bank X Pada tahun 2005 telah terjadi peningkatan proporsi pendapatan bunga dari kredit modal kerja 5,87%. Hal ini merupakan peningkatan yang cukup besar, dimana pada tahun 2005 kontribusi bunga kredit modal kerja terhadap pendapatan sebesar 20,88% sedangkan pada tahun 2004 sebesar 15,01%. Peningkatan proporsi terbesar pada kredit investasi dan kredit konsumsi terjadi pada tahun 2004 sebesar 3,59% dan 2,81%. Sedangkan penurunan proporsi pendapatan bunga terbesar untuk kredit modal kerja dan kredit investasi terjadi pada tahun 2000 sebesar 9,61% dan 11,77%, sedangkan untuk kredit konsumsi terjadi pada tahun 2006 sebesar 2,06%.
51
Pada Lampiran 2 dapat dilihat dari proporsi pendapatan pada periode 1999-2007, 14% dari total pendapatan berasal dari kredit modal kerja, 9,96% dari kredit investasi, 2,62% berasal dari kredit konsumsi dan 5,82% dari kredit lainnya. Besarnya pendapatan bunga dari kredit modal kerja disebabkan oleh banyaknya jumlah kredit yang disalurkan sebesar 41,06%. Sedangkan untuk kredit investasi, kredit konsumsi dan kredit lainnya adalah 32,03%, 5,98% dan 20,93%. Kontribusi pendapatan bunga dari kredit modal kerja terhadap pendapatan sebesar 14%. Hal ini menunjukkan bahwa penyaluran kredit modal kerja menyumbang dalam proporsi yang besar terhadap pendapatan. Kontribusi pendapatan bunga dari kredit investasi terhadap pendapatan sebesar 9,96%. Hal ini menunjukkan bahwa penyaluran kredit investasi menyumbang dalam proporsi terbesar kedua terhadap pendapatan. Kredit lainnya menyumbang dalam urutan proporsi ketiga terhadap pendapatan yaitu sebesar 5,82%. Sedangkan untuk kredit konsumsi, kontribusi pendapatan bunganya terhadap pendapatan sebesar 2,62%, hal ini menunjukkan bahwa penyaluran kredit konsumsi menyumbang dalam proporsi terkecil terhadap pendapatan. Kecilnya kontribusi kredit konsumsi terhadap pendapatan, maka kontribusi pendapatan terhadap laba bank dinilai kecil. Pada kredit modal kerja dan investasi, metode pembebanan suku bunga yang berlaku pada umumnya adalah floating rate, dimana pembebanan bunga setiap bulannya sangat tergantung pada bunga pasar uang pada bulan tersebut. Hal ini menyebabkan jumlah bunga yang dibayarkan dapat lebih tinggi atau lebih rendah. Sedangkan untuk kredit konsumsi, metode pembebanan suku bunga yang berlaku pada umumnya adalah flat untuk periode tertentu dan kemudian pembebanan suku bunganya menjadi floating untuk periode berikutnya. Pembebanan suku bunga flat, memungkinkan debitur membayar bunga yang tetap setiap bulannya. Pada tahun 1999, proporsi pendapatan yang digunakan untuk total biaya sebesar 482,07%. Tahun ini merupakan proporsi terbesar dari pendapatan yang digunakan untuk pengeluaran. Pengeluaran terbesar pada
52
periode ini ada pada penyisihan penghapusan aktiva produktif, komitmen dan kontinjensi dan aktiva lain-lain sebesar 203,50%. Proporsi laba yang diperoleh PT Bank X terhadap total nilai pendapatan cenderung mengalami keadaan yang berfluktuasi. Pada tahun 2004 bank memperoleh laba sebesar 32,34% dari total pendapatan. Laba ini adalah laba terbesar yang diperoleh PT Bank X. Hal ini menandakan kecilnya biaya operasional yang dikeluarkan hanya sebesar 67,66%. Proporsi perolehan laba terkecil terjadi pada tahun 2005 yaitu 5,24% dari total pendapatan dengan total biaya yang dikeluarkan 94,76%. Tingginya total biaya disebabkan meningkatnya sejumlah komponen-komponen biaya. Pada tahun 2005 proporsi biaya yang mengalami peningkatan ada pada beban bunga menjadi 49,92%, biaya umum dan administrasi 13,09%, biaya gaji dan tunjangan 13,54%, beban pendanaan lainnya 1,26% dan penyisihan penghapusan aktiva produktif, komitmen dan kontinjensi dan aktiva lain-lain meningkat menjadi 14,40%. Selain memperoleh laba, PT Bank X juga mengalami kerugian pada tahun 1999 sebesar 382,07% dari total pendapatan. Hal ini dikarenakan oleh besarnya biaya yang dikeluarkan 482,07%. Besarnya kerugian pada PT Bank X dapat diatasi dengan adanya Peraturan Pemerintah No. 52 Tahun 1999 (PP No.52/1999) tentang penambahan penyertaan modal Pemerintah Republik Indonesia pada PT Bank X melalui penerbitan Obligasi Rekapitalisasi Pemerintah oleh Menteri Keuangan dengan nilai maksimum Rp 137,800,000 (dalam jutaan). Selain itu berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 97 Tahun 1999 tanggal 24 Desember 1999 tentang penambahan penyertaan modal Pemerintah Republik Indonesia di PT Bank X dalam rangka Program Rekapitalisasi, Pemerintah Republik Indonesia menambah penyertaan modal sampai sejumlah maksimum Rp 42,200,000 (dalam jutaan). Sehingga penyertaan secara keseluruhan menjadi Rp 180,000,000 (dalam jutaan). Dengan demikian, PT Bank X dapat melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan baik. PT Bank X tidak memisahkan biaya yang dikeluarkan untuk penyaluran masing-masing kredit. Dengan kata lain bank hanya mempunyai laporan mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan kegiatan
53
operasional (penyaluran dan perolehan dana) secara keseluruhan. Di dalam perbankan ada biaya yang dikeluarkan akibat penyaluran kredit, yaitu biaya penghapusan aktiva produktif. Dimana aktiva produktif terdiri atas giro pada bank lain, penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain, surat-surat berharga, obligasi pemerintah, tagihan lainnya-transaksi perdagangan, surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali, tagihan derivatif, kredit yang diberikan, tagihan akseptasi, penyertaan saham dan komitmen dan kontinjensi. Biaya yang timbul akibat penghimpunan dana disebut biaya atau beban kepada pihak ketiga. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pos ini dipengaruhi oleh besarnya dan dari mana sumber dana berasal. Dalam hal ini ada dua jenis sumber dana, yaitu dana mahal berupa deposito dan dana murah berupa tabungan dan giro. Deposito disebut dana mahal, karena tingginya pemberlakuan tingkat suku bunga untuk deposito. Deposito memiliki kontribusi terbesar dalam sumber dana PT Bank X (Tabel 1). Jumlah sumber dana pihak ketiga terbesar terjadi pada tahun 2007, sedangkan beban bunga kepada pihak ketiga terbesar terjadi pada tahun 1999 (Tabel 2). Hal ini disebabkan oleh besarnya beban bunga untuk deposito. Tabel 1. Komposisi dana pihak ketiga (dalam miliar rupiah) Tahun Komponen 1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Giro
19,856
35,751
37,557
32,580
38,232
41,083
46,410
48,813
67,011
Tabungan
14,305
18,030
22,305
29,926
41,307
53,533
47,153
60,304
85,359
Deposito
113,844
109,594
130,583
121,608
99,272
81,222
112,726
96,591
94,985
Total
148,006
163,375
190,446
184,114
178,811
175,838
206,290
205,708
247,355
Sumber : Laporan Neraca PT Bank X Tbk Biaya-biaya lainnya dipengaruhi oleh kegiatan operasional bank secara keseluruhan dan kebijakan yang ditetapkan oleh bank, misalnya biaya pendanaan lainnya, biaya umum dan administrasi, biaya gaji dan tunjangan, dan rugi selisih kurs bersih. Biaya umum dan administrasi terdiri dari penyusutan dan amortisasi aktiva tetap, biaya sewa, promosi, komunikasi, beban jasa profesional, perbaikan dan pemeliharaan, listrik, air dan gas, alat tulis kantor, transportasi, penelitian dan pengembangan dan lainnya.
54
Sedangkan biaya gaji dan tunjangan terdiri dari beberapa komponen, yaitu gaji, upah, pensiun dan tunjangan pajak; tunjangan hari raya, cuti dan terkait lainnya; penyisihan cadangan uang penghargaan pegawai dan manfaat beban tugas; pendidikan dan pelatihan; kesejateraan pegawai; beban kompensasi atas opsi saham; bonus dan lainnya. Tabel 2. Komposisi beban bunga kepada pihak ketiga (dalam miliar rupiah) Tahun Komponen 1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Giro
1,480
1,264
2,142
1,880
1,295
1,131
1,252
1,326
1,252
Tabungan
2,036
1,687
2,158
2,585
2,324
2,112
2,033
2,059
2,310
Deposito
29,536
14,088
17,607
19,041
12,524
5,147
7,161
11,460
6,466
Total
33,052
17,039
21,907
23,506
16,143
8,390
10,446
14,845
10,028
Sumber : Laporan Keuangan PT Bank X 4.3. Analisis per Komponen Penyaluran Kredit Kredit menurut tujuan penggunaannya terdiri dari kredit konsumtif dan kredit produktif (kredit modal kerja dan kredit investasi). Penyaluran kredit di PT Bank X menurut jenisnya dibagi menjadi kredit modal kerja, kredit investasi, kredit konsumsi dan kredit lainnya. Kredit lainnya ini terdiri dari kredit sindikasi, program pemerintah, ekspor dan kredit lain-lain. Berdasarkan analisis per komponen terhadap penyaluran kredit (Tabel 3), diketahui bahwa penyaluran untuk kredit modal kerja sebesar 41,06%. Sedangkan untuk kredit investasi, kredit konsumsi dan kredit lainnya adalah 32,03%, 5,98% dan 20,93%. Hal ini mengindikasikan bahwa PT Bank X lebih mengutamakan penyaluran kreditnya untuk jenis kredit produktif sebesar 73,09% daripada kredit konsumtif yang hanya sebesar 5,98%. Seiring dengan perkembangannya, PT Bank X berupaya untuk terus meningkatkan penyaluran kredit konsumtif. Hal ini dapat dibuktikan dengan jumlah kredit yang disalurkan untuk kredit konsumsi mengalami peningkatan yang signifikan.
55
Tabel 3. Analisis per komponen terhadap penyaluran kredit (%) Komponen Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit Lainnya Total
Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 35.61 35.47 34.94 39.42 39.48 38.98 43.90 50.20 38.32 29.53 36.02 32.46 33.96 35.64 29.36 26.98 1.34 1.12 1.52 2.56 3.78 9.75 11.46 10.12 24.73 33.88 27.52 25.56 22.78 15.63 15.28 12.71 100 100 100 100 100 100 100 100
2007 51.51 26.01 12.19 10.29 100
Sumber: Laporan Keuangan PT Bank X (data diolah) 4.4. Pertumbuhan Kredit dan Komponen-komponen Laba Rugi Analisis trend terhadap laporan laba rugi dilakukan pada komponenkomponen yang digunakan untuk melihat seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Selain itu, bertujuan untuk melihat seberapa besar kemampuan bank dalam meningkatkan pendapatan bunga dari pihak ketiga. Sehingga pertumbuhan pendapatan bunga dari kredit modal kerja, investasi dan kredit konsumsi dapat diketahui. Komponen-komponen yang dilihat adalah komponen yang dapat mempengaruhi laba yang terdiri dari komponen pendapatan dan biaya. Hasil perhitungan analisis trend terhadap komponen-komponen penentu rentabilitas PT Bank X dapat dilihat pada Lampiran 3. Pada analisis ini yang menjadi dasar penilaian adalah tahun 1999. Pada Lampiran 3, terlihat bahwa total pendapatan yang diperoleh mengalami trend yang berfluktuasi, dimana terjadi kenaikan dan penurunan dari jumlah pendapatan yang diperoleh setiap tahunnya. Dari sembilan tahun yang dianalisis dengan tahun pertama 1999 sebagai tahun dasar diperoleh kenaikan setiap tahunnya sebesar 75,04% pada tahun 2000, 97,09% pada tahun 2001, 106,01% pada tahun 2002, 65,49% pada tahun 2003, 30,42% pada tahun 2004, 31,93% pada tahun 2005, 63,21% pada tahun 2006 dan 53,73% pada tahun 2007. Peningkatan terkecil terjadi pada tahun 2004 sebesar 30,42%. Peningkatan yang kecil ini disebabkan oleh turunnya komponen-komponen yang mempengaruhi pendapatan yaitu pendapatan bunga lainnya sebesar (72,87%), pendapatan operasional lainnya (36,05%) dan bunga dari kredit lainnya sebesar (26,44%). Namun jika dilihat pada tahun ini, pendapatan yang berasal dari bunga dari kredit yang diberikan
56
mengalami trend yang menaik dari tahun dasar, terutama untuk bunga kredit modal kerja naik 26,68%, bunga investasi 3,68% dan bunga konsumsi 770,63%. Peningkatan ini juga diikuti oleh beberapa komponen yang mempengaruhi pendapatan, diantaranya provisi dan komisi sebesar 80,48%. Pendapatan bunga dari kredit yang diberikan pada periode 2000-2002 mengalami trend yang menurun dari tahun dasar dan pada periode 2003-2007 mengalami trend yang meningkat. Penurunan terbesar terjadi pada tahun 2000 sebesar 33,56%. Penurunan ini diikuti dengan penurunan bunga dari kredit modal kerja 33,83%, bunga dari kredit investasi 48,8%, kredit konsumsi 44,25% dan kredit lainnya sebesar 8,96%. Sedangkan peningkatan terbesar pada periode 1999-2007 terjadi pada tahun 2007 sebesar 63,16%. Peningkatan ini juga diikuti oleh peningkatan bunga dari kredit modal kerja sebesar 141,20%, bunga dari kredit investasi 6,13% dan bunga dari kredit konsumsi 1501,5% (dari tahun dasar). Namun sebaliknya, bunga dari kredit lainnya mengalami trend yang menurun 38,65%. Pada periode 1999-2007 bunga dari kredit lainnya setiap tahun mengalami trend yang menurun. Trend pendapatan bunga dari kredit yang diberikan dapat dilihat pada Gambar 6. 1800,00 1600,00 1400,00 1200,00 1000,00 800,00 600,00 400,00 200,00
Bunga dari Kredit Modal Kerja Bunga dari Kredit Investasi Bunga dari Kredit Konsumsi Bunga dari Kredit lainnya
0,00
Gambar 6. Grafik trend terhadap pendapatan bunga dari kredit modal kerja, kredit investasi, kredit konsumsi, dan kredit lainnya Sumber: Laporan Keuangan PT Bank X (data diolah) Peningkatan pendapatan bunga dari tahun dasar pada kredit modal kerja, kredit investasi dan pendapatan bunga dari kredit konsumsi pada tahun
57
2007 yaitu 141,20%, 6,13% dan 1501,5%. Hal ini merupakan kenaikan terbesar yang dialami PT Bank X selama kurun waktu sembilan tahun. Peningkatan pendapatan bunga ini disebabkan oleh peningkatan volume kredit yang disalurkan kepada debitur. Peningkatan penyaluran kredit akan bermanfaat, jika debitur lancar dalam membayar cicilan hutang dan bunga kredit. Dari hasil penelitian, kredit yang bermasalah di PT Bank X mengalami keadaan yang fluktuatif (Gambar 7). 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00%
NPL Gross
30,00% 20,00% 10,00% 0,00% 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Gambar 7. Pertumbuhan NPL Gross PT Bank X Sumber: Laporan Keuangan PT Bank X (data diolah) Berdasarkan Lampiran 3, penurunan penyaluran kredit terbesar dari tahun dasar terjadi pada tahun 2000 sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2007. Penurunan terbesar dialami oleh kredit investasi sebesar 24,69%, sedangkan penurunan kredit konsumsi dan kredit modal kerja sebesar 18,26% dan 2,68%. Peningkatan terbesar dimiliki oleh kredit konsumsi sebesar 2768,43%, sedangkan peningkatan kredit modal kerja dan investasi sebesar 355,27% dan 113,54%. Trend penurunan terbesar yang diperoleh dari pendapatan bunga kredit modal kerja, kredit investasi dan bunga dari kredit konsumsi terjadi pada tahun 2000 sebesar 33,83%, 48,8% dan 44,25%. Pada tahun 2000 terjadi penurunan jumlah kredit yang disalurkan. Jika dilihat dari tahun dasar, total biaya yang dikeluarkan mengalami trend menurun setiap tahunnya. Penurunan ini mengalami keadaan yang berfluktuasi. Penurunan terbesar
58
terjadi pada tahun 2004 sebesar 81,7%. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya komponen-komponen yang mempengaruhi biaya, tetapi ada komponen biaya yang mengalami peningkatan yaitu biaya umum dan administrasi sebesar 69,83%. Fluktuatif total pendapatan juga diikuti dengan berfluktuasinya tingkat laba yang diperoleh. Trend laba yang diperoleh bernilai negatif karena laba pada tahun dasar bernilai negatif atau rugi. Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai yang lebih dari 100 mengalami kerugian dan nilai di bawah 100 memperoleh keuntungan. Penurunan biaya pada tahun 2004 diikuti dengan peningkatan laba sebesar 88,96%. Pada tahun ini PT Bank X memperoleh laba operasional terbesar yaitu Rp 7,525,002 (dalam jutaan). Pada tahun 2002 terjadi kenaikan pendapatan yang terbesar yaitu 106,01%. Tetapi hal ini tidak menyebabkan meningkatnya perolehan laba, sebagai akibat dari masih tingginya biaya jika dibandingkan pada tahun 2004. Total biaya pada tahun 2002 sebesar Rp 30,938,872 (dalam jutaan) dan pada tahun 2004 sebesar Rp15,739,815 (dalam jutaan). Peningkatan dari tahun dasar terhadap pendapatan bunga dari kredit yang diberikan setiap tahunnya tidak diikuti dengan peningkatan pendapatan secara keseluruhan, khususnya pada tahun 2003, 2004 dan 2007, karena ada faktor lain yang mempengaruhi pendapatan secara keseluruhan. Komponen lain yang mempengaruhi pendapatan adalah pendapatan bunga dari kredit lainnya, obligasi pemerintah, pendapatan bunga lainnya dan pendapatan operasional lainnya. 4.5. Pertumbuhan Kredit dan Komponen-komponen Laba Rugi per Tahun Pertumbuhan total pendapatan per tahun mengalami keadaan yang berfluktuasi, dimana terjadi peningkatan dan penurunan dari jumlah pendapatan yang diperoleh setiap tahunnya. Pendapatan mengalami peningkatan sebesar 75,04% dari Rp 17.838.371 (dalam jutaan) pada tahun 1999 menjadi Rp 31.224.367 (dalam jutaan) pada tahun 2000. Peningkatan pendapatan pada tahun 1999 dan 2000 merupakan peningkatan terbesar selama kurun waktu sembilan tahun. Pertumbuhan pada tahun 2000 dan 2001 sebesar 12,59%, pada tahun 2001 dan 2002 sebesar 4,53%, pada tahun 2002
59
dan 2003 -19,67%, pada tahun 2003 dan 2004 -21,19%, pada tahun 2004 dan 2005 1,15%, pada tahun 2005 dan 2006 23,71%, dan pertumbuhan pada tahun 2006 dan 2007 sebesar -5,81%. Penurunan terbesar terjadi pada tahun 2003 dan 2004 sebesar -21,19%. Penurunan ini disebabkan oleh adanya penurunan terbesar komponen-komponen pendapatan pada tahun 2003 dan 2004 yaitu obligasi pemerintah sebesar 46,83% dan pendapatan bukan operasional 97,98%. Namun jika dilihat pada tahun ini, pendapatan yang berasal dari bunga dari kredit yang diberikan mengalami peningkatan, terutama untuk bunga kredit konsumsi sebesar 184,88%, bunga kredit investasi 8,13% dan bunga kredit modal kerja sebesar 5,62%. Namun sebaliknya, bunga dari kredit lainnya mengalami penurunan sebesar 26,21%. (Lampiran 4). 200,00 150,00 100,00 50,00 0,00
Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit Lainnya
-50,00 -100,00
Gambar 8. Pertumbuhan pendapatan bunga kredit yang diberikan per tahun Sumber: Laporan Keuangan PT Bank X Tbk (data diolah) Peningkatan terbesar pendapatan bunga per tahun selama kurun waktu sembilan tahun pada kredit modal kerja sebesar 40,69% pada tahun 2004 dan 2005, kredit investasi 37,23% pada tahun 2000 dan 2001, dan pendapatan bunga dari kredit konsumsi pada tahun 2003 dan 2004 sebesar 184,88%. Penurunan terbesar yang diperoleh dari pendapatan bunga kredit modal kerja, kredit investasi dan bunga dari kredit konsumsi terjadi pada tahun 1999 dan 2000 sebesar 33,83%, 48,80% dan 44,43% (Gambar 8). Hal ini disebabkan oleh penurunan jumlah kredit yang disalurkan. Penurunan terbesar penyaluran kredit terjadi pada tahun 1999 dan 2000, yaitu untuk kredit modal
60
kerja sebesar 2,68%, kredit investasi 24,69% dan kredit konsumsi sebesar 18,26%. Sedangkan peningkatan terbesar penyaluran kredit modal kerja terjadi pada tahun 2001 dan 2002 sebesar 53,19%, kredit investasi sebesar 36,60% terjadi pada tahun 2000 dan 2001, dan penyaluran kredit konsumsi mengalami peningkatan pada tahun 2003 dan 2004 sebesar 220,91% (Gambar 9). 250,00 200,00 150,00
Modal Kerja
100,00
Investasi
50,00
Konsumsi Kredit Lainnya
0,00 -50,00
Gambar 9. Pertumbuhan penyaluran kredit per tahun Sumber: Laporan Keuangan PT Bank X Tbk (data diolah) Rata-rata pertumbuhan penyaluran dan pendapatan bunga kredit per tahun didominasi oleh kredit konsumsi sebesar 65,85% dan 57,13%. Kredit modal kerja sebesar 21,76% dan 14,10%. Kredit investasi sebesar 11,76% dan 4,24%. Sedangkan kredit lainnya sebesar 4,66% dan -4,70%. Hal ini mengindikasikan
bahwa
kredit
konsumsi
mengalami
pertumbuhan
penyaluran kredit dan pendapatan bunga yang signifikan setiap tahunnya dibandingkan dengan kredit yang lain. 4.6. Analisis Korelasi Analisis korelasi adalah analisis untuk mengukur tingkat keeratan hubungan linear antar dua variabel. Untuk menginterpretasikan koefisien korelasi dilihat dari besar kecilnya nilai koefisien. Hipotesis untuk menguji korelasi adalah: H0 : p-value = 0 Hipotesis ini berarti tidak ada korelasi antara dua peubah yang diteliti. H1 : p-value ≠ 0
61
Hipotesis ini berarti ada korelasi antara dua peubah yang diteliti. Daerah penolakan H0 adalah p-value < α, sedangkan daerah penolakan untuk H1 adalah p-value > α (Iriawan dan Astuti, 2006). Pada tahap ini, dihasilkan nilai korelasi antar variabel independen serta nilai korelasi antara variabel independen dan variabel dependen. Nilai korelasi antar variabel independen dapat digunakan untuk mendeteksi secara dini adanya multikolinearitas. Iriawan dan Astuti (2006) menyatakan bahwa multikolinearitas dalam kasus dapat dideteksi apabila terdapat korelasi yang kuat antar variabel independen yang ditandai dengan nilai korelasi mendekati 1 dan tanda parameter model berlawanan dengan tanda nilai korelasi antara variabel independen dengan variabel dependen. Tabel 4 menunjukkan nilai korelasi antar variabel yang mempengaruhi laba. Tabel 4. Nilai korelasi antar variabel yang mempengaruhi laba Variabel Laba KMK KI KK PL TB
Laba
KMK
KI
KK
PL
TB
nilai korelasi
0.218
-0.196
0.315
0.482
-0.976
p-value
0.572
0.612
0.409
0.189
0.000
nilai korelasi
0.218
0.672
0.938
-0.545
-0.326
p-value
0.572
0.047
0.000
0.129
0.392
nilai korelasi
-0.196
0.672
0.609
-0.787
0.049
p-value
0.612
0.047
0.012
0.901
nilai korelasi
0.315
0.938
0.609
0.082
-0.574
-0.455
p-value
0.409
0.000
0.082
0.106
0.218
nilai korelasi
0.482
-0.545
-0.787
-0.574
-0.288
p-value
0.189
0.129
0.012
0.106
0.452
nilai korelasi
-0.976
-0.326
0.049
-0.455
-0.288
p-value
0.000
0.392
0.901
0.218
0.452
Sumber: Laporan keuangan PT Bank X 1999-2007 (data diolah) Keterangan: KMK = pendapatan bunga dari kredit modal kerja KI = pendapatan bunga dari kredit investasi KK = pendapatan bunga dari kredit konsumsi PL = pendapatan lain-lain TB = total biaya Berdasarkan Tabel 4, nilai korelasi KMK (0,218), KK (0,315) dan PL (0,482) bertanda positif dengan p-value lebih besar dari α (0,05). Hal ini
62
menunjukkan terima H0, berarti tidak ada korelasi antara KMK, KK dan PL terhadap laba. Nilai korelasi KI yaitu -0,196 dengan p-value 0,612. Hal ini menunjukkan tidak ada korelasi antara KI dengan laba. Sedangkan nilai korelasi TB -0,976 dengan p-value 0. Karena p-value TB lebih kecil dari α, hal ini menunjukkan bahwa terima H1, yang berarti ada korelasi antara TB dan laba. Akan tetapi, karena nilai korelasi TB bernilai negatif, berarti ada hubungan yang berlawanan antara TB dan laba. Dari hasil analisis korelasi, terlihat bahwa korelasi antar variabel independen yang cukup erat adalah variabel KMK dan variabel KK dengan nilai korelasi 0,938 dengan nilap p-value 0,000. Dengan menggunakan taraf nyata 5%, p-value cukup signifikan untuk menolak H0, yang berarti bahwa kredit modal kerja dan kredit konsumsi memiliki korelasi yang erat. Korelasi yang cukup erat antara variabel KMK dengan KK mengindikasikan adanya multikolinearitas jika model regresi dijalankan. Hasil pengolahan regresi berganda antara laba sebagai variabel dependen dengan KMK, KI, KK, PL dan TB sebagai variabel independen ditunjukkan oleh model pada persamaan 4. Laba = 1989028+1.18 KMK+0.997 KI+0.024 KK+0.984 PL-1.00 TB .......(4) Dugaan adanya kendala multikolinearitas diperkuat dengan adanya perbedaan tanda parameter model dengan tanda nilai korelasi antara variabel independen dan variabel dependen. Nilai korelasi variabel KI yang negatif terhadap laba berlawanan dengan tanda parameter model KI yang positif pada persamaan 4. Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana antar variabel independen
terdapat
hubungan
yang
erat.
Identifikasi
adanya
multikolinearitas dalam model dapat dilakukan dengan melihat nilai variance inflation factors (VIF). Multikolinearitas dapat diidentifikasi pada parameter yang memiliki nilai VIF ≥ 5 (Iriawan dan Astuti, 2006). Nilai VIF variabel KMK, KK dan PL adalah 16,5, 25,6 dan 8,2 (Lampiran 7), sehingga dapat diidentifikasi bahwa model regresi pada persamaan 4 mengalami kendala multikolinearitas. Kendala multikolinearitas pada model dapat diatasi dengan menggunakan analisis komponen utama.
63
4.7. Analisis Komponen Utama Analisis komponen utama digunakan untuk mengatasi kendala multikolinearitas. Dengan analisis komponen utama persamaan yang terbentuk bebas dari masalah multikolinearitas tanpa menghilangkan peubah bebas yang mengalami korelasi. Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis regresi komponen utama yaitu membakukan peubah bebas asal yaitu X menjadi Z, mencari akar ciri dan vektor ciri (kumpulan dari akar ciri), menentukan jumlah komponen utama yang digunakan, menentukan persamaan komponen utama dari vektor ciri, meregresikan peubah respon Y dalam hal ini adalah laba terhadap skor komponen utama W, setelah itu mentransformasi persamaan regresi W menjadi Z, kemudian mentransformasi regresi Z menjadi X. 1. Membakukan variabel KMK, KI, KK, PL dan TB menjadi Z Hasil pembakuan dalam minitab dengan menggunakan rumus:
X Xi .........................................................................................(5) Z i S i Tabel 5. Hasil pembakuan peubah-peubah X Z1 -0.578510 -1.131360 -1.014060 -0.536900 -0.252570 -0.142480 0.699750 1.227430 1.728710
Z2 0.647750 -2.047590 -0.994750 -0.541960 0.420460 0.851250 0.335830 0.342600 0.986400
Z3 -0.866620 -0.935290 -0.889830 -0.747440 -0.548850 0.324370 1.280860 0.928900 1.453900
Z4 -1.302680 0.889470 1.340510 1.369090 0.212560 -0.714360 -0.888940 -0.247020 -0.658620
Z5 2.586430 -0.119290 -0.018980 -0.036490 -0.439030 -0.760600 -0.448020 -0.258310 -0.505700
Sumber: Laporan keuangan PT Bank X 1999-2007 (data diolah) 2. Menentukan akar ciri dan vektor ciri Berdasarkan Gambar 10, terlihat bahwa akar ciri pertama menjelaskan sekitar 61,9% dari keragaman total, akar ciri yang kedua menjelaskan 28,2%, akar ciri yang ketiga menjelaskan 5,6% dan akar ciri keempat dan kelima menjelaskan masing-masing 3,9% dan 0,4%.
64
Principal Component Analysis: KMK, KI, KK, PL, TB Eigenanalysis of the Correlation Matrix Eigenvalue Proportion Cumulative
Variable KMK KI KK PL TB
3.0963 0.619 0.619
PC1 -0.525 -0.485 -0.525 0.445 0.123
1.4110 0.282 0.901
PC2 0.185 -0.268 0.263 0.453 -0.787
0.2788 0.056 0.957
PC3 -0.418 0.702 -0.347 -0.011 -0.460
0.1938 0.039 0.996
PC4 0.470 0.406 -0.181 0.696 0.312
0.0202 0.004 1.000
PC5 0.542 -0.188 -0.709 -0.334 -0.238
Gambar 10. Akar ciri dan vektor ciri Sumber: Laporan keuangan PT Bank X (data diolah) 3. Menentukan jumlah komponen utama yang digunakan Scree Plot of KMK, ..., TB 3.5 3.0
Eigenvalue
2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 1
2
3 Component Number
4
5
Gambar 11. Plot scree komponen utama Sumber: Laporan keuangan PT Bank X (data diolah) Komponen-komponen
utama
yang
dibentuk
tidak
semuanya
digunakan. Morrison (1978) menyarankan agar memilih komponenkomponen utama sampai komponen-komponen utama tersebut mempunyai keragaman kumulatif kira-kira 75%. Banyaknya komponen utama yang digunakan dapat ditentukan dengan melihat plot scree (Gambar 11). Pada Gambar 11 terlihat bahwa titik perbatasan antar grafik yang curam dan landai adalah pada komponen tiga. Dengan demikian komponen yang digunakan berjumlah tiga. Ketiga komponen utama tersebut mempunyai keragaman kumulatif 95,7%, artinya komponen tersebut dapat menjelaskan 95,7% dari
65
keragaman total. Dengan demikian komponen utama pertama W1, komponen utama kedua W2 dan komponen utama ketiga W3 yang merupakan kombinasi linier Z dapat dinyatakan dalam persamaan berikut: W1 = – 0,525Z1 – 0,485Z2 – 0,525Z3 + 0,445Z4 + 0,123Z5 ....................... (6) W2 = 0,185Z1 – 0,268Z2 + 0,263Z3 + 0,453Z4 – 0,787Z5
....................... (7)
W3 = – 0,418Z1 + 0,702Z2 – 0,347Z3 – 0,011Z4 – 0,460Z5
....................... (8)
Tabel 6. Skor komponen utama W1 0.182620 2.459620 2.076750 1.542360 0.257340 -0.920050 -1.653590 -1.440110 -2.504930
W2 -3.134450 0.591280 0.467780 0.498630 0.138070 0.105620 0.325890 0.470500 0.536680
W3 -0.177304 -0.594331 0.029113 0.105677 0.790946 0.902029 -0.286104 -0.474104 -0.295923
W4 0.048492 -0.610684 0.208522 0.604954 0.162066 -0.515183 -0.525582 0.294815 0.332600
W5 -0.000726 0.164977 -0.175866 -0.108394 0.206422 -0.047586 -0.187907 0.086944 0.062137
Sumber: Laporan keuangan PT Bank X 1999-2007 (data diolah) 4. Meregresikan komponen utama Hasil regresi komponen utama W1, W2 dan W3 (Tabel 6) terhadap laba (Lampiran 8) adalah : Regression Analysis: Laba versus W1, W2, W3 The regression equation is Laba = - 3501989 - 710765 W1 + 20059353 W2 + 9142019 W3
Predictor Constant W1 W2 W3
Coef -3501989 -710765 20059353 9142019
S = 691536
R-Sq =
SE Coef 230512 138946 205832 463073
99.9%
T -15.19 -5.12 97.45 19.74
P 0.000 0.004 0.000 0.000
VIF 1.0 1.0 1.0
R-Sq(adj) = 99.9%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
Source W1 W2
W3
DF 1 1
1
DF 3 5 8
SS 4.74079E+15 2.39111E+12 4.74318E+15
MS 1.58026E+15 4.78222E+11
F 3304.46
P 0.000
Seq SS 1.25138E+13 4.54189E+15
1.86387E+14
Gambar 12. Hasil analisis regresi laba terhadap W1, W2 dan W3
66
5. Transformasi W menjadi Z Dari hasil analisis regresi diperoleh persamaan: Laba = – 3501989 + 262767,99Z1 + 1386511,76Z2 + 2476480,87Z3 + 8670034,28Z4 – 20079463,65Z5
................................................................ (9)
6. Transformasi Z menjadi X Hasil transformasi Z menjadi X (Lampiran 8) akan menghasilkan model akhir dari persamaan regresi sebagai berikut: Laba = –6343865 + 0.156X1 + 2.582X2 + 3.696X3 + 1.189X4 – 0.957X5..(10) Dalam model tersebut, laba akan dipengaruhi oleh lima variabel independen, yaitu pendapatan bunga kredit modal kerja, pendapatan bunga kredit investasi, pendapatan bunga kredit konsumsi, pendapatan lain-lain dan total biaya. Kriteria S merupakan standar deviasi residual. Pada regresi berganda, terdapat asumsi bahwa distribusi residual mengikuti distribusi normal dengan rata-rata dan standar deviasi sekecil mungkin. Semakin kecil standar deviasi residual berarti nilai taksiran model makin mendekati nilai sebenarnya (Iriawan dan Astuti, 2006). R-Square menunjukkan seberapa besar keterandalan model tersebut atau seberapa besar keragaman yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel penjelas tersebut. Nilai R-square sebesar 99,9% berarti bahwa sebesar 99,9% variasi sampel laba PT Bank X dapat dijelaskan oleh model (Gambar 12). Nilai R-Square Adjusted digunakan untuk membandingkan model terbaik. Semakin tinggi nilai R-Square Adjusted, maka model tersebut semakin baik. 4.8. Validasi Model Portofolio Kredit 4.8.1. Uji Normalitas Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui distribusi kenormalan residual. Hal ini bertujuan untuk memutuskan bahwa residual model regresi yang dibuat telah berdistribusi normal untuk memenuhi asumsi model regresi tentang kenormalan residual model. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan statistik kolmogorov-smirnov. Hipotesis yang digunakan adalah: H0 : Residual berdistribusi normal H1 : Residual tidak berdistribusi normal
67
Daerah penolakan hipotesis atau residual dikatakan tidak berdistribusi normal adalah jika nilai kolmogorov-smirnov (KS) > KS1-α pada sejumlah pengamatan (n) tertentu dan jika p-value < α apabila statistik kolmogorov-smirnov dikonversikan ke dalam p-value (Iriawan dan Astuti, 2006). Uji normalitas residual pada regresi berganda ditunjukkan pada Gambar 13. Uji kolmogorov-smirnov dilakukan dengan menggunakan α sebesar 5%. Nilai statistik KS1-α untuk α=0,05 dan jumlah pengamatan sebanyak 9 pengamatan adalah 0,430 (uji dua arah). Dari Gambar 13 diketahui bahwa nilai statistik kolmogorov-smirnov (KS) adalah 0,128 dan p-value uji normal residual grafik melebihi 15%. Nilai statistik KS yang diperoleh dari pengamatan kurang dari nilai KS1-α, sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi kenormalan terpenuhi dan model yang telah dibuat dapat digunakan. Probability Plot of RESI1 Normal
99
Mean StDev N KS P-Value
95 90
-1.65568E-09 67983 9 0.128 >0.150
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
-200000
-100000
0 RESI1
100000
200000
Gambar 13. Uji normalitas residual pada regresi berganda Sumber: Laporan keuangan PT Bank X 1999-2007 (data diolah) 4.8.2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas adalah uji yang dilakukan untuk melihat apakah terdapat korelasi antar variabel independen yang digunakan dalam model regresi. Identifikasi adanya multikolinearitas dalam model dapat dilakukan dengan melihat variance inflation factor (VIF).
68
Iriawan dan Astuti (2006) menyatakan bahwa multikolinearitas dapat diidentifikasi pada parameter yang memiliki nilai VIF ≥ 5. Output yang dihasilkan (Tabel 7) menunjukkan nilai VIF untuk semua variabel berada dibawah 5, nilai ini mengindikasikan tidak terdapat masalah multikolinearitas dalam model. Tabel 7. Nilai VIF dan p-value Prediktor W1 W2 W3
P-value 0.004 0.000 0.000
VIF 1.0 1.0 1.0
4.8.3. Uji Autokorelasi Autokorelasi merupakan gejala adanya korelasi antar anggota serangkaian observasi yang diurutkan melalui deret waktu (time series). Model regresi yang baik tidak memperkenankan terjadinya autokorelasi. Uji autokorelasi dilakukan dengan perangkat lunak Minitab melalui uji Run test residual. Jika hasil penghitungan didapatkan p-value lebih besar dari α, menunjukkan tidak adanya autokorelasi. Dari perhitungan Run test residual dengan minitab didapatkan p-value sebesar 0,748. Nilai ini lebih besar dari α=0,05, hal ini membuktikan tidak adanya autokorelasi pada regresi berganda. Runs test for RESI1 Runs above and below K = -1.65164E-09 The observed number of runs = 5 The expected number of runs = 5.44444 4 observations above K, 5 below * N is small, so the following approximation may be invalid. P-value = 0.748
Gambar 14. Hasil Run test terhadap residual model 4.8.4. Uji Heteroskedastisitas Model
regresi
yang
memiliki
heteroskedastisitas
akan
menyebabkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien.
Untuk
melihat
apakah
pada
model
regresi
terdapat
heteroskedastisitas dilihat dari sebaran titik-titik yang tersebar pada
69
output perhitungan dengan perangkat lunak minitab. Sebaran titik-titik yang tidak membentuk pola tertentu namun tersebar di atas dan di bawah nol menunjukkan bahwa pada model regresi tidak mengalami masalah heteroskedastisitas. Pada Gambar 15 dapat terlihat bahwa titik-titik tersebar di atas dan di bawah nol. Hal ini menunjukkan bahwa
persamaan
regresi
berganda
tidak
memiliki
masalah
heteroskedastisitas. Residuals Versus the Fitted Values (response is Laba)
100000
Residual
50000
0
-50000
-100000
-7
0 00
00
00 -6
0 00
00
00 -5
0 00
0 00
0 -4
0 00
00
00
0 00
00
00
00 00
00
-3 -2 Fitted Value
0 -1
0 00
00
00
0 00 10
00
00
Gambar 15. Uji heteroskedastisitas pada persamaan regresi berganda 4.9. Dampak Portofolio Kredit Konsumtif, Kredit Produktif, Pendapatan Lain-lain dan Total Biaya Model analisis regresi linier berganda digunakan pada penelitian ini untuk melihat pengaruh perubahan portofolio kredit konsumtif dan kredit produktif terhadap laba. Model analisis ini melihat pengaruh secara keseluruhan dan parsial dari variabel yang diujikan, yaitu laba sebagai variabel dependen dan pendapatan bunga kredit modal kerja, pendapatan bunga kredit investasi, pendapatan bunga kredit konsumsi, pendapatan lainlain, dan total biaya sebagai variabel independen. 4.9.1. Dampak Perubahan Secara Keseluruhan (Uji F) Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh keseluruhan variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui apakah variabel independen secara keseluruhan mempengaruhi variabel
70
dependen pada tingkat signifikansi tertentu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Perumusan hipotesis H0 : βi = 0, i = 1,2,3,4,5 Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol. Artinya, semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. H1 : βi ≠ 0, i = 1,2,3,4,5 Hipotesis alternatifnya (H1), tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol. Artinya, paling sedikit terdapat satu variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. 2. Menentukan F tabel Dengan taraf nyata (α=5%), yaitu tingkat kesalahan yang masih dapat ditolerir. Derajat bebas pembilang = k-1 = 4-1 = 3 Derajat bebas penyebut = n-k = 9-4 = 5 Dengan demikian F tabel sebesar F 0,05 (3,5) = 5,41 3. Menentukan besarnya F hitung Hasil perhitungan menggunakan minitab menunjukkan nilai F hitung adalah sebesar 3304,46. 4. Membandingkan F hitung dengan F tabel a) Jika statistik F hitung > statistik tabel (F tabel) atau F hitung < –F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. b) Jika –F tabel < statistik hitung (angka F output) < statistik tabel (F tabel) maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hasil uji menunjukkan bahwa F hitung > F tabel, yaitu 3304,46 > 5,41. Dengan demikian, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga pendapatan bunga kredit modal kerja (X1), pendapatan bunga kredit investasi (X2), pendapatan bunga kredit konsumsi (X3), pendapatan
71
lain-lain (X4) dan total biaya (X5) secara keseluruhan berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan pada taraf nyata 5%. Kelayakan model regresi yang telah dibuat juga dapat dilihat pada hasil uji analysis of variance (ANOVA). ANOVA merupakan uji hipotesis kesesuaian model dengan data yang ada (Iriawan dan Astuti, 2006). Hipotesis yang digunakan sama dengan hipotesis uji F, dengan daerah penolakan p-value < α. Dari hasil uji ANOVA menggunakan α sebesar 0,05, didapat p-value = 0, sehingga model regresi yang dibuat nyata (tolak H0). 4.9.2. Dampak Perubahan Secara Parsial (Uji t) Uji t dilakukan untuk melihat pengaruh parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui variabel independen mana yang mempengaruhi variabel dependen pada tingkat signifikansi tertentu, maka dilakukan tahapan berikut: 1. Perumusan hipotesis. H0 : β1 = 0 Artinya, variabel independen (Xi) tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (Y). H1 : β1 ≠ 0 Artinya, variabel independen (Xi) mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (Y). 2. Menentukan t tabel. Dengan taraf nyata (α=5%), df: n-k = 9-4 = 5. Dengan demikian ttabel sebesar t (α/2,df) = t (0,025,5) = 2,571. 3. Menentukan besarnya t hitung. Hasil perhitungan menggunakan program minitab menunjukkan bahwa t hitung untuk variabel W1, W2 dan W3 adalah masingmasing -5,12, 97,45 dan 19,74. 4. Membandingkan t hitung dengan t tabel. a) Jika statistik hitung (angka t output) > statistik tabel (t tabel) atau t hitung < –t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.
72
b) Jika –t tabel < statistik hitung (angka t output) < statistik tabel (t tabel) maka H0 diterima dan H1 ditolak. 5. Pengaruh komponen pertama (W1) terhadap laba PT Bank X (Y). Hasil uji menunjukkan bahwa t hitung < -t tabel, yaitu -5,12 < 2,571 dengan tingkat signifikansi 0,04. Dengan demikian maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga secara parsial komponen pertama (W1) berpengaruh secara signifikan terhadap laba PT Bank X pada taraf nyata 5%. 6. Pengaruh komponen kedua (W2) terhadap laba PT Bank X (Y). Hasil uji menunjukkan bahwa t hitung > t tabel, yaitu 97,45 > 2,571 dengan tingkat signifikansi 0. Dengan demikian maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga secara parsial komponen kedua (W2) berpengaruh secara signifikan terhadap laba PT Bank X pada taraf nyata 5%. 7. Pengaruh komponen ketiga (W3) terhadap laba PT Bank X (Y). Hasil uji menunjukkan bahwa t hitung > t tabel, yaitu 19,74 > 2,571 dengan tingkat signifikansi 0. Dengan demikian maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga secara parsial komponen ketiga (W3) berpengaruh secara signifikan terhadap laba PT Bank X pada taraf nyata 5%. 8. Pengaruh pendapatan bunga kredit modal kerja (X1), pendapatan bunga kredit investasi (X2), pendapatan bunga kredit konsumsi (X3), pendapatan lain-lain (X4), dan total biaya (X5) terhadap laba PT Bank X (Y). Berdasarkan hasil uji t terhadap komponen pertama (W1), komponen kedua (W2) dan komponen ketiga (W3) diperoleh bahwa ketiga komponen tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap laba PT Bank X. Ketiga komponen tersebut adalah komponen yang mewakili variabel-variabel yang mempengaruhi laba yaitu X1, X2, X3, X4 dan X5. Hal ini berarti pendapatan bunga kredit modal kerja (X1), pendapatan bunga kredit investasi (X2), pendapatan bunga kredit konsumsi (X3), pendapatan lain-lain (X4) dan total biaya
73
(X5) masing-masing secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap laba PT Bank X pada taraf nyata 5%. Hal ini juga diperkuat dengan koefisien Z yang secara parsial signifikan terhadap laba dimana t-hitung > t-tabel (Lampiran 8). 4.10. Hasil Dampak Perubahan Secara Parsial Hasil uji validasi terhadap model menunjukkan bahwa model tersebut telah memenuhi asumsi normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Dimana residual dari model tersebut menyebar saling bebas mengikuti sebaran normal, memiliki ragam homogen atau tidak terdapat
masalah
heteroskedastisitas,
serta
tidak
terdapat
masalah
autokorelasi dan multikolinearitas. Kebaikan model juga didukung oleh nilai standar deviasi residual, Rsquare dan R-square adj yang cukup baik. Nilai R-square sebesar 99,9% (Gambar 10) menunjukkan bahwa 99,9% keragaman dari variabel dependen (laba) dapat dijelaskan oleh keragaman variabel independen. Sedangkan sisanya sebesar 0,1% dijelaskan oleh variabel lain diluar model yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini. Nilai konstanta menunjukkan nilai rata-rata dari Y pada saat peubah bebas tidak bekerja atau nol. Pada penelitian ini, Y = – 6343865, yaitu jika yang lain tidak bekerja, maka akan terjadi penurunan laba sebesar Rp 6.343.865 juta. Hal ini disebabkan bank harus membayar bunga kepada pihak ketiga dan biaya operasional lainnya. Tabel 8. Dampak portofolio kredit, pendapatan lain-lain dan total biaya terhadap laba PT Bank X periode 1999-2007 Peubah Sektoral
Koefisien Regresi
Konstanta
– 6343865
Pendapatan bunga KMK
0.156
Pendapatan bunga KI
2.582
Pendapatan bunga KK
3.696
Pendapatan lain-lain
1.189
Total biaya
– 0.957
74
a. Dampak Pendapatan Bunga Kredit Modal Kerja Berdasarkan Tabel 8, terdapat pengaruh positif antara peningkatan pendapatan bunga kredit modal kerja terhadap laba PT Bank X yang ditunjukkan oleh koefisien regresi 0,156. Hal ini menunjukkan bahwa bila jumlah pendapatan bunga kredit modal kerja bertambah Rp 1,000,000, maka laba PT Bank X akan bertambah Rp 156,000 (cateris paribus). Hal ini berarti, penyaluran kredit modal kerja memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap laba. Dimana peningkatan penyaluran kredit modal kerja akan meningkatkan pendapatan bunga yang akan berdampak pada peningkatan laba PT Bank X. Kondisi ini dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Dari data historis penyaluran kredit modal kerja pada PT Bank X periode 1999-2007 memiliki rata-rata tingkat kontribusi yang paling tinggi dibandingkan kredit yang lain, yaitu sebesar 41,06% sepanjang periode 1999-2007. 2. Hasil analisis per komponen terhadap laba PT Bank X menunjukkan bahwa rata-rata kontribusi pendapatan bunga kredit modal kerja sebesar 14%. Pendapatan bunga kredit modal kerja memberikan kontribusi yang besar terhadap laba dan mengalami pertumbuhan yang signifikan. Jika dilihat dari analisis trend, peningkatan pendapatan bunga kredit modal kerja tidak selalu diikuti dengan kenaikan laba, karena banyaknya faktor yang mempengaruhi laba. Kontribusi yang besar dan pertumbuhan yang signifikan ini dapat dipertahankan dan ditingkatkan dengan cara meningkatkan portofolio kredit modal kerja yang disalurkan. Sumbangan rata-rata terbesar terhadap pendapatan bunga kredit yang diberikan juga dapat dijadikan dasar pertimbangan untuk meningkatkan portofolio kredit modal kerja. Pertimbangan lainnya adalah tingkat rata-rata risiko kredit bermasalah untuk kredit modal kerja yang menempati posisi kedua setelah kredit investasi sebesar 7,09% (periode 1999-2007).
75
b. Dampak Pendapatan Bunga Kredit Investasi Koefisien regresi pendapatan bunga kredit investasi yang bernilai 2,582 menunjukkan adanya pengaruh positif perkembangan jumlah pendapatan bunga kredit investasi terhadap laba PT Bank X. Koefisien tersebut dapat diartikan bahwa bila jumlah pendapatan bunga kredit investasi bertambah Rp 1,000,000, maka laba PT Bank X akan bertambah Rp 2,582,000 (cateris paribus). Pengaruh yang positif dan signifikan dari pendapatan bunga kredit investasi terhadap laba dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Dari data historis penyaluran kredit investasi pada PT Bank X periode 1999-2007 memiliki rata-rata tingkat kontribusi yang cukup tinggi yaitu sebesar 32,03% sepanjang periode 1999-2007. 2. Hasil analisis per komponen terhadap laba PT Bank X menunjukkan bahwa rata-rata kontribusi pendapatan bunga kredit investasi sebesar 9,96%. Pendapatan bunga kredit investasi mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Jika dilihat dari analisis trend, peningkatan pendapatan bunga kredit investasi tidak selalu diikuti dengan kenaikan laba. Pertumbuhan yang signifikan terhadap laba dapat dijadikan bahan pertimbangan PT Bank X dalam mengalokasikan portofolio kredit yang disalurkan, khususnya kredit investasi. Selain itu, pertimbangan lain yang harus diperhatikan oleh PT Bank X adalah rata-rata tingkat risiko kredit bermasalah yang paling tinggi yang dimiliki oleh kredit investasi sebesar 7,12% (periode 1999-2007). c. Dampak Pendapatan Bunga Kredit Konsumsi Pendapatan bunga kredit konsumsi berpengaruh positif terhadap laba, sehingga semakin besar pendapatan bunga kredit konsumsi, maka laba akan semakin besar. Pendapatan bunga kredit konsumsi berpengaruh 3,696 terhadap laba. Hal ini berarti bahwa jika pendapatan bunga kredit konsumsi bertambah Rp 1,000,000, maka laba PT Bank X akan bertambah Rp 3,696,000 (cateris paribus). Pengaruh yang positif dan signifikan dari pendapatan bunga kredit konsumsi terhadap laba dapat dijelaskan sebagai berikut:
76
1. Dari data historis penyaluran kredit konsumsi pada PT Bank X periode 1999-2007 memiliki rata-rata tingkat kontribusi yang paling rendah yaitu sebesar 5,98% sepanjang periode 1999-2007. 2. Hasil analisis per komponen terhadap laba PT Bank X menunjukkan bahwa rata-rata kontribusi pendapatan bunga kredit konsumsi sebesar 2,62%. Pendapatan bunga kredit konsumsi memiliki kontribusi terkecil terhadap laba. Jika dilihat dari analisis trend, peningkatan pendapatan bunga kredit konsumsi tidak selalu diikuti dengan kenaikan laba. Pendapatan bunga kredit konsumsi mengalami keadaan yang berfluktuasi pada periode 2005-2007. Akan tetapi, pendapatan bunga kredit konsumsi mengalami pertumbuhan yang paling signifikan dibandingkan kredit modal kerja dan investasi. Selain itu, kredit konsumsi memiliki rata-rata risiko kredit bermasalah terkecil pada periode 1999-2007 sebesar 0,36%. d. Dampak Pendapatan Lain-lain Koefisien regresi pendapatan lain-lain yang bernilai 1,189 menunjukkan adanya pengaruh positif perkembangan jumlah pendapatan lain-lain terhadap laba PT Bank X. Koefisien tersebut dapat diartikan bahwa bila jumlah pendapatan lain-lain bertambah Rp 1,000,000, maka laba PT Bank X akan bertambah Rp 1,189,000 (cateris paribus). Pendapatan lain-lain memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap laba. Hasil analisis per komponen terhadap laba PT Bank X menunjukkan bahwa rata-rata kontribusi pendapatan lain-lain sebesar 67,60%. Pendapatan lain-lain memiliki kontribusi terbesar terhadap laba. Pendapatan lain-lain terdiri dari obligasi pemerintah, pendapatan bunga lainnya, provisi dan komisi, pendapatan operasional lainnya, pendapatan bukan operasional, dan keuntungan dari kenaikan nilai pasar dan penjualan surat-surat berharga dan obligasi pemerintah. e. Dampak Total Biaya Terdapat pengaruh negatif antara total biaya terhadap laba PT Bank X. Semakin besar biaya yang dikeluarkan maka laba akan semakin kecil. Biaya berpengaruh 0,957 terhadap laba. Hal ini menunjukkan bahwa bila
77
jumlah biaya meningkat Rp 1,000,000, maka laba PT Bank X akan berkurang Rp 957,000 (cateris paribus). 4.11. Penyusunan Portofolio Kredit PT Bank X merupakan bank pemerintah yang memiliki jumlah aset terbesar dan berperan sangat penting dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Perkembangan ekonomi didukung oleh perkembangan dunia usaha riil. Selain itu, juga didukung oleh tingkat konsumtif masyarakat Indonesia. Karena tanpa adanya sifat konsumtif yang dimiliki masyarakat Indonesia, maka dunia usaha tidak akan berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Kontribusi PT Bank X dalam pembangunan nasional dan dunia usaha terutama didukung oleh penyaluran kredit konsumtif dan produktif. Kredit produktif dalam hal ini adalah kredit modal kerja dan kredit investasi. Berdasarkan analisis regresi berganda, menunjukkan bahwa setiap penambahan pendapatan bunga dari kredit modal kerja, investasi dan kredit konsumsi akan meningkatkan laba. Besarnya pendapatan bunga dari setiap kredit yang diberikan dipengaruhi oleh penyaluran kredit dan risiko kredit bermasalah dari masing-masing kredit tersebut. Oleh karena itu, dalam penyusunan portofolio kredit modal kerja, investasi dan kredit konsumsi harus memperhatikan pertumbuhan pendapatan bunga dan kredit yang disalurkan serta risiko kredit bermasalah dari masing-masing kredit. Pertumbuhan kredit konsumtif yang cepat dan mengabaikan pertumbuhan kredit produktif dapat berakibat buruk bagi perekonomian nasional karena proyek-proyek investasi yang dapat menyerap tenaga kerja dan
menggerakkan
roda
perekonomian
nasional
akan
tertinggal.
Akan tetapi, jika pertumbuhan kredit produktif cepat akan mengakibatkan kerugian operasional bagi bank karena target pasar untuk alokasi kredit pada sektor produktif masih sangat berfluktuasi. Hal ini berpotensi menjadi kredit bermasalah (NPL) dan dapat mempengaruhi pendapatan bank. Akan tetapi, pertumbuhan kredit konsumsi yang lebih tinggi dari kredit lainnya dapat menghasilkan pendapatan yang lebih besar dengan risiko yang lebih rendah. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan pendapatan PT Bank X dengan tingkat risiko yang rendah, sebaiknya PT Bank X meningkatkan
78
pertumbuhan kredit konsumsi tanpa mengabaikan pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit investasi. Dengan tetap mengawasi dan mengendalikan penyaluran kredit konsumsi berdasarkan undang-undang perbankan dan peraturan Bank Indonesia. Analisis terhadap portofolio kredit modal kerja, investasi dan kredit konsumsi pada PT Bank X Tbk jika dilihat dari sisi penyaluran kredit, menunjukkan bahwa pada tahun 1999 dan 2001, komposisi kredit investasi merupakan komposisi terbesar dibandingkan dengan kredit modal kerja dan kredit konsumsi yaitu sebesar 50,91% dan 49,69%. Sedangkan kredit modal kerja (47,31% dan 48,21%) dan kredit konsumsi (1,78% dan 2,10%). Komposisi kredit pada tahun 2000 didominasi oleh kredit modal kerja sebesar 53,64%, sedangkan kredit investasi 44,67% dan kredit konsumsi 1,69%. Pada periode 2002-2007, komposisi portofolio kredit didominasi oleh kredit modal kerja dan terkecil oleh kredit konsumsi. Rata-rata komposisi portofolio kredit PT Bank X periode 1999-2007 terdiri dari 51,80% kredit modal kerja, 41,07% kredit investasi dan 7,13% kredit konsumsi (Lampiran 10). Evaluasi terhadap portofolio kredit modal kerja, investasi dan kredit konsumsi, menunjukkan bahwa penyaluran kredit konsumsi sebaiknya ditingkatkan
karena
dijamin
dengan
agunan
yang
cukup
aman,
permintaannya tinggi dan risiko yang dimiliki lebih rendah daripada kredit modal kerja dan kredit investasi, serta berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap laba. Kredit modal kerja sebaiknya pertumbuhan penyaluran kreditnya ditingkatkan karena berpengaruh secara signifikan terhadap laba, sedangkan kredit investasi walaupun berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap laba sebaiknya pertumbuhan penyaluran kreditnya dikurangi, karena memiliki risiko yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, komposisi penyaluran kredit modal kerja lebih besar daripada kredit investasi, hal ini disebabkan kredit investasi memiliki risiko yang lebih besar jika dibandingkan dengan kredit modal kerja. Salah satu faktor penyebab besarnya risiko kredit investasi adalah jangka waktu kredit yang relatif lebih lama. Rata-rata rasio kredit bermasalah kredit konsumsi
79
yaitu 0,36%, kredit modal kerja 7,09% dan kredit investasi 7,12% (Lampiran 10). Pengaruh positif dan signifikan pada kredit konsumsi disebabkan oleh rata-rata pertumbuhan per tahun penyaluran kredit konsumsi yang sangat tinggi mencapai 65,85%. Pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi per tahun diikuti dengan rata-rata pertumbuhan per tahun pendapatan bunga kredit konsumsi sebesar 57,13%. Sedangkan pertumbuhan rata-rata per tahun dari penyaluran kredit modal kerja dan kredit investasi sebesar 21,76% dan 11,76%, dengan pertumbuhan rata-rata per tahun pendapatan bunga kredit sebesar 14,10% dan 4,24%. Kredit modal kerja memiliki total nilai rata-rata penyaluran kredit terbesar Rp 35,3 triliun, kredit investasi Rp 25,2 triliun. Sedangkan nilai rata-rata penyaluran terkecil adalah kredit konsumsi sebesar Rp 6,3 triliun. Nilai rata-rata pendapatan bunga kredit modal kerja Rp 3,7 triliun, kredit investasi Rp 2,6 triliun dan kredit konsumsi Rp 0,7 triliun. Portofolio kredit modal kerja harus lebih besar dari kredit investasi dan kredit konsumsi. Dan portofolio kredit investasi juga harus lebih besar dari kredit konsumsi. Salah satu penyebab portofolio kredit konsumsi lebih kecil dari kredit modal kerja dan kredit investasi adalah konsumsi berasal dari pendapatan masyarakat dan pendapatan berasal dari adanya usaha yang mencerminkan investasi dan modal kerja. Kredit modal kerja sebaiknya penyalurannya
ditingkatkan,
sedangkan
kredit
investasi
penyaluran
kreditnya dikurangi dari tahun sebelumnya. Akan tetapi, untuk kredit konsumsi sebaiknya penyaluran kreditnya lebih ditingkatkan karena permintaannya tinggi dan potensi keuntungan yang diperoleh besar dengan risiko yang kecil. Penyusunan portofolio kredit dalam penelitian ini diasumsikan berdasarkan pendapatan bunga dan penyaluran kredit serta berdasarkan periode akhir penelitian tahun 2007 (cateris paribus). Portofolio kredit pada tahun 2007 terdiri dari 57,43% kredit modal kerja, 28,98% kredit investasi dan 13,59% kredit konsumsi (Lampiran 10). Berdasarkan rata-rata peningkatan dan penurunan portofolio penyaluran kredit modal kerja sebesar
80
1,12%. Hal ini berarti kredit modal kerja akan ditingkatkan sebesar 1,12% dari tahun 2007. Sedangkan untuk kredit konsumsi PT Bank X menargetkan akan meningkat 20% (Harian Medan Bisnis Online). Dengan demikian, portofolio kredit investasi akan menyesuaikan dengan portofolio kredit modal kerja dan kredit konsumsi. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Microsoft Excel, untuk mendapatkan laba yang optimal kredit investasi mengalami penurunan sebesar 13,11%. Berdasarkan
perhitungan
dengan
menggunakan
empat
asumsi
(Lampiran 11) diperoleh portofolio kredit yang menghasilkan laba yang optimal dengan proporsi kredit modal kerja sebesar 58,07%, kredit investasi 25,62% dan kredit konsumsi sebesar 16,31% (Tabel 9). Tabel 9. Hasil analisis portofolio kredit modal kerja, investasi, dan kredit konsumsi Jenis Kredit Kredit modal kerja Kredit investasi Kredit konsumsi Total
Penyaluran Kredit (dalam juta) 72,181,915 31,842,784 20,269,976 124,294,675
Portofolio Kredit (%) 58.07 25.62 16.31 100
Pendapatan Bunga Kredit (dalam juta) 6,652,623 2,934,780 1,868,176 11,455,578
Sumber: Laporan Keuangan PT Bank X Berdasarkan hasil analisis asumsi portofolio kredit (Tabel 9) diperoleh laba sebesar Rp 6.557.834 juta (cateris paribus). Laba PT Bank X pada tahun 2007 sebesar Rp 6.333.383 juta. Dengan demikian, jika PT Bank X mengalokasikan kredit modal kerja 58,07%, kredit investasi 25,62% dan kredit konsumsi sebesar 16,31%, maka laba PT Bank X akan meningkat sebesar Rp 224.451 juta (Tabel 10). Tabel 10. Hasil analisis portofolio kredit terhadap laba (dalam juta rupiah) PB 2007 PB Asumsi Tambahan PB PB setelah asumsi Selisih Laba
KMK 6,648,874 6,652,623 584.77 6,649,459 -
KI 3,148,173 2,934,780 -550,982.33 2,597,191 -
KK 1,658,531 1,868,176 774,848.23 2,433,379 -
Laba 6,333,383 6,557,834 224,451
81
4.12. Implikasi Manajerial Implikasi
manajerial
yang
dapat
mempengaruhi
peningkatan
pendapatan dan laba PT Bank X dapat dilakukan dengan langkah-langkah: 1. Optimalisasi portofolio kredit a. Perusahaan perlu menentukan kebijakan portofolio kredit yang tepat, meliputi jumlah dana yang akan disalurkan, portofolio kredit yang optimal, tingkat keuntungan yang diharapkan serta penyimpangan dari tingkat keuntungan yang diharapkan. b. Perusahaan perlu merumuskan portofolio kredit yang tepat dengan memperhatikan informasi yang ada, meliputi kontribusi, trend, risiko dan keuntungan yang diperoleh, serta memperhatikan sumber dana yang tersedia. c. Perusahaan perlu menyeimbangkan portofolio kreditnya. Proporsi kredit
konsumsi
sebaiknya
ditingkatkan
karena
memiliki
pertumbuhan pendapatan bunga yang paling tinggi dan memiliki NPL yang terendah, dijamin dengan agunan yang cukup aman dan permintaan kredit yang tinggi. Proporsi kredit modal kerja sebaiknya juga ditingkatkan karena memiliki NPL yang lebih rendah dari kredit investasi dan pertumbuhan pendapatan bunganya mengalami peningkatan.
Sedangkan
proporsi
kredit
investasi
sebaiknya
dikurangi, karena memiliki risiko yang besar dan jangka waktunya relatif lama serta memiliki NPL terbesar. d. Perusahaan manajemen
perlu risiko
mengendalikan
memperkuat yang
realisasi
dan
telah
dari
menyempurnakan
sistem
diimplementasikan
untuk
portofolio
kredit
yang
telah
dirumuskan. 2. Pemasaran intensif dalam penyaluran kredit a. Perusahaan perlu meningkatkan alokasi dana untuk biaya pemasaran untuk mempromosikan produk kreditnya. b. Perusahaan perlu mengoptimalkan dan meningkatkan kualitas SDM khusunya analis kredit sehingga kredit dapat diberikan kepada
82
debitur yang tepat dalam rangka untuk meminimalisir terjadinya risiko kredit. c. Perusahaan perlu mengoptimalkan kembali peran account officer untuk
memperkuat
Pemberdayaan
upaya
account
pemasaran officer
harus
produk-produk dilakukan
memperhatikan efektivitas kerja karyawan dalam perusahaan.
kredit. dengan
83
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan a. Portofolio kredit berdasarkan tujuan penggunaannya pada PT Bank X terdiri dari kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi. Penyaluran kredit yang mendominasi portofolio kredit adalah kredit modal kerja menyerap 51,80%, kredit investasi 41,07% dan kredit konsumsi 7,13%. Dengan demikian portofolio kredit yang mendominasi pada PT Bank X adalah kredit produktif. Rata-rata pertumbuhan kredit pada periode 1999-2007 mengalami keadaan yang berfluktuasi. Pertumbuhan paling tinggi dialami kredit konsumsi sebesar 65,85% diikuti kredit modal kerja 21,76% dan kredit investasi 11,76%. b. Kontribusi kredit modal kerja terhadap pendapatan sebesar 14%, kredit investasi 9,96%, kredit lainnya 5,82% dan kredit konsumsi sebesar 2,62%, serta provisi dan komisi sebesar 1,71%, pendapatan bunga obligasi pemerintah 41,54%, pendapatan bunga lainnya 10,64% dan 13,71% berasal dari pendapatan lain-lain (pendapatan operasional lainnya, pendapatan bukan operasional, dan keuntungan dari kenaikan nilai pasar dan penjualan surat-surat berharga dan obligasi pemerintah). Kontribusi pendapatan bunga dari kredit yang diberikan pada periode 1999-2007 sebesar 32,40% dan pendapatan bunga dari obligasi pemerintah sebesar 41,54%. Walaupun pendapatan terbesar berasal dari obligasi pemerintah, pendapatan bunga dari kredit yang diberikan setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini mengindikasikan bahwa PT Bank X terus berupaya untuk
terus
meningkatkan
penyaluran
kreditnya
dalam
rangka
meningkatkan pendapatan. c. Berdasarkan hasil analisis trend, jika dilihat dari tahun dasar pertumbuhan pendapatan bunga kredit modal kerja dan kredit konsumsi bernilai negatif sampai tahun 2001 sedangkan kredit investasi sampai tahun 2003. Secara keseluruhan, kredit konsumsi dan kredit modal kerja mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Sedangkan kredit investasi
84
mengalami keadaan yang berfluktuasi. Kredit yang memiliki pertumbuhan tertinggi adalah kredit konsumsi. d. Berdasarkan hasil pengujian menggunakan uji F, disimpulkan bahwa secara keseluruhan perubahan portofolio kredit (pendapatan bunga kredit modal kerja, kredit investasi dan pendapatan bunga kredit konsumsi), pendapatan lain-lain dan total biaya berpengaruh secara signifikan terhadap laba. e. Berdasarkan hasil pengujian menggunakan uji t yang dilakukan dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa secara parsial pendapatan bunga kredit modal kerja, pendapatan bunga kredit investasi, pendapatan bunga kredit konsumsi dan pendapatan lain-lain berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap laba, sedangkan total biaya berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap laba. f. Berdasarkan hasil analisa, portofolio kredit untuk waktu yang akan datang adalah 58,07% kredit modal kerja, 25,62% kredit investasi dan 16,31% kredit konsumsi. Dengan alokasi kredit tersebut, laba meningkat sebesar Rp 224.451 juta. Penyusunan portofolio kredit dilakukan berdasarkan penyaluran dan pendapatan bunga kredit berdasarkan tahun 2007. Selain itu, pertimbangan lain yang digunakan adalah risiko kredit bermasalah dari setiap kredit.
85
2. Saran a. PT Bank X perlu untuk meningkatkan penyaluran kreditnya pada kredit konsumsi karena memiliki pertumbuhan pendapatan bunga yang paling tinggi. Selain itu kredit konsumsi memiliki NPL yang terendah, dijamin dengan agunan yang cukup aman dan permintaan kredit yang tinggi. Kredit modal kerja penyalurannya juga perlu ditingkatkan karena memiliki NPL yang lebih rendah dari kredit investasi dan pertumbuhan pendapatan bunganya mengalami peningkatan. Sedangkan kredit investasi sebaiknya dikurangi, karena memiliki risiko yang besar dan jangka waktunya relatif lama. Kredit investasi pada PT Bank X memiliki NPL terbesar. b. PT Bank X diharapkan secara berkesinambungan memperkuat dan menyempurnakan sistem manajemen risiko yang telah diimplementasikan untuk mengendalikan realisasi dari portofolio kredit yang telah dirumuskan. c. Saran untuk penelitian lanjutan adalah mengkaji lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan portofolio kredit dan kelayakan kebijakan portofolio kredit. Selain itu, untuk menganalisis pengaruh portofolio kredit terhadap laba perlu memasukkan risiko kredit.
86
DAFTAR PUSTAKA Arief, S. 2006. Metodologi Penelitian Ekonomi. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Dendawijaya, L. 2005. Manajemen Perbankan. Edisi kedua. PT Ghalia Indonesia, Jakarta. Firdaus, R.A dan M Ariyanti. 2003. Manajemen Perkreditan Bank Umum. Alfabeta, Bandung. Gamal, M. 2008. Krisis Keuangan Global dan Dilema Kredit Konsumtif Indonesia. http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=10&jd=KrisisKeuangan-Global-Dan-Dilema-Kredit-KonsumtifIndonesia&dn=20081022092120. [20 Januari 2009] Hasibuan, M. 2005. Dasar-dasar Perbankan. Bumi Aksara, Jakarta. Husnan, S. 2001. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Iriawan, Nur dan Septin Puji Astuti. 2006. Mengolah Data Statistik Dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Penerbit Andi, Yogyakarta. Ikawidjaja, N. 2008. Bank “Pembangunan”. http://www.fajar.co.id/index.php?act =news&id=53357. [20 Januari 2009] Johnson, R. 1988. Applied Multivariate Statistical Analysis. Prentice Hall International. Juanda, B. 2003. Metode Statistika. Departemen statistika Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kasmir. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi keenam. Cetakan kedelapan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. . 2008. Manajemen Perbankan. Edisi revisi. Cetakan kelima. PT Grafindo Persada, Jakarta. Koran
Tempo. 2008. Bank Indonesia Revisi Pertumbuhan Kredit. http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2008/08/07/Ekonomi_dan _Bisnis/krn.20080807.138959.id.html. [23 Februari 2009]
Kuncoro, M. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga, Jakarta. Mattjik A.A. dan IM. Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Institut Pertanian Bogor, Bogor. PT Bank X. 2000. Laporan Keuangan Tahun 1999. PT Bank X, Jakarta. . 2001. Laporan Keuangan Tahun 2000. PT Bank X, Jakarta. . 2002. Laporan Keuangan Tahun 2001. PT Bank X, Jakarta. . 2003. Laporan Keuangan Tahun 2002. PT Bank X, Jakarta. . 2004. Laporan Keuangan Tahun 2003. PT Bank X, Jakarta. . 2005. Laporan Keuangan Tahun 2004. PT Bank X, Jakarta.
87
. 2006. Laporan Keuangan Tahun 2005. PT Bank X, Jakarta. . 2007. Laporan Keuangan Tahun 2006. PT Bank X, Jakarta. . 2008. Laporan Keuangan Tahun 2007. PT Bank X, Jakarta. . 2008. Full Year Result Presentation 2007. PT Bank X, Jakarta. Royani, A. 2008. Pengaruh Portofolio Kredit terhadap Pendapatan Bunga Kredit dan Kredit Bermasalah (Studi Kasus: PT Bank X). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Siamat, D. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi keempat. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Siska, E. 2004. Analisis Kredit Modal Kerja dan Pengaruhnya Terhadap Laba pada Bank Pembangunan Daerah Cabang Cibinong Jawa Barat. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Susanti, L. 2007. Pengaruh Perubahan Portofolio Kredit Sektor Ekonomi Terhadap Pendapatan Bunga Kredit PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. www.bankx.co.id [20 Januari 2009] www.google.com [20 Januari 2009]
88
Lampiran 1. Struktur organisasi PT Bank X
Board of Commissiners
President Director & CEO
Audit Committee Good Corporate Governance Committee Nomination & Remuneration Committee Risk Policy Committee
Deputy President Director
Special Asset Management
Corporate Banking
Commercial Banking
Micro & Retail Banking
Consumer Finance
Treasury & International Banking
Compliance & Human Capital
Risk Management
Finance & Stratgey
Technology & Operations
Change Management Office
Credit Recovery I
Corporate Banking I
Jakarta Commercial Sales
Jakarta Network
Consumer Card
Inti Banking & Capital Market Services
Human Capital
Market & Operational Risk
Investor Relations
IT Business Solutions & Aplications Services
Corporate Secretary
Credit Recovery II
Corporate Banking II
Regional Commercial Sales I
Regional Network
Consumer Loans
Treasury
Learning Center
Credit Risk & Policy
Strategy & Performance
IT Operations
Internal Audit
Asset Management
Corporate Banking III
Regional Commercial Sales II
Micro Business
Bank Syariah X
Bank X Europe Limited
Legal
Corporate Risk
Accounting
Planning, Policies, Procedures, Architecture
Plantation Specialist
Wholesale Product Management
Small Business
Compliance
Commercial Risk
Procurement & Fixed Asset
Credit Operations
Retail & Consumer Risk
Chief Economist
Central Operations
Syndicated & Structured Finance
Mass & Eloctronic Banking
X Sekuritas
Wealth Management
Customer Care
AXA X Financial services
Risk & Capital Committee
Information Technology Committee
Personel Policy Committee
Wholesale Executive Committee
Retail & Support Executive Committee
90
Lampiran 2. Analisis per komponen terhadap komponen laporan laba rugi per tahun (%) No.
Komponen
A 1
Pendapatan Pendapatan bunga dari kredit yang diberikan Bunga dari Kredit Modal Kerja Bunga dari Kredit Investasi Bunga dari Kredit Konsumsi Bunga dari Kredit lainnya Obligasi pemerintah Pendapatan bunga lainnya Provisi dan Komisi Pendapatan Operasional lainnya Pendapatan bukan operasional Keuntungan dari kenaikan nilai pasar atau penjualan surat-surat berharga dan obligasi pemerintah Jumlah Pendapatan Beban Beban bunga Beban pendanaan lainnya Biaya umum dan administrasi Biaya gaji dan tunjangan Rugi selisih kurs bersih Beban operasional lain-lain Penyisihan penghapusan aktiva produktif, komitmen dan kontinjensi dan aktiva lain-lain Kerugian dari penurunan nilai pasar atau penjualan suratsurat berharga dan obligasi pemerintah Beban bukan operasional Jumlah Beban Laba Sebelum Pajak
2 3 4 5 6 7 B 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1999
2000
2001
2002
16.47 5.84 4.86 0.18 5.58 64.97 4.12 0.73 12.63 1.09
16.46 5.75 5.93 0.25 4.53 65.81 6.47 0.84 4.14 6.27
19.51 7.69 6.33 0.50 4.99 58.33 7.81 1.10 4.39 3.37
-
-
100.00
100.00
199.28 1.72 9.87 23.68 36.85 203.50
Tahun 2003
2004
2005
2006
2007
28.37 11.20 9.63 1.07 6.46 52.13 4.39 1.68 5.67 0.74
38.16 15.01 13.22 3.88 6.05 35.17 7.08 2.18 10.30 0.02
44.27 20.88 11.89 6.55 4.95 33.13 8.28 2.69 9.87 0.19
38.88 19.93 9.63 4.49 4.83 37.24 12.01 2.07 8.54 0.41
46.05 24.25 11.48 6.05 4.28 27.05 11.61 2.54 11.52 0.44
5.50
7.02
7.09
1.56
0.85
0.78
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
65.73 0.05 4.32 5.97 4.49
69.13 0.24 4.97 4.75 2.11
67.90 0.18 5.61 4.26 0.07 3.63
59.07 0.38 7.28 5.98 1.09
40.93 0.67 12.85 10.32 2.77
49.92 1.26 13.09 13.54 2.55
54.19 0.48 11.17 10.36 2.04
40.11 0.52 12.43 14.89 2.61
1.47
6.96
2.55
2.39
0.10
14.40
12.04
6.34
-
11.50
0.89
-
-
-
-
-
-
7.18 482.07 (382.07)
93.52 6.48
89.05 10.95
84.19 15.81
76.18 23.82
67.66 32.34
94.76 5.24
90.28 9.72
76.91 23.09
43.39 15.45 16.63 0.58 10.73 34.02 1.58 21.01 -
91
Lampiran 3. Analisis trend terhadap komponen laporan laba rugi dan penyaluran kredit per tahun (%) No.
Komponen
A 1
Pendapatan Pendapatan bunga dari kredit yang diberikan Bunga dari Kredit Modal Kerja Bunga dari Kredit Investasi Bunga dari Kredit Konsumsi Bunga dari Kredit lainnya Obligasi pemerintah Pendapatan bunga lainnya Provisi dan Komisi Pendapatan Operasional lainnya Pendapatan bukan operasional Keuntungan dari kenaikan nilai pasar atau penjualan surat-surat berharga dan obligasi pemerintah Jumlah Pendapatan Beban Beban bunga Beban pendanaan lainnya Biaya umum dan administrasi Biaya gaji dan tunjangan Rugi selisih kurs bersih Beban operasional lain-lain Penyisihan penghapusan aktiva produktif, komitmen dan kontinjensi dan aktiva lain-lain Kerugian dari penurunan nilai pasar atau penjualan surat-surat berharga dan obligasi pemerintah Beban bukan operasional Jumlah Beban Laba Sebelum Pajak
2 3 4 5 6 7 B 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tahun 2003
1999
2000
2001
2002
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 -
66.44 66.17 51.20 55.75 91.04 21.19 80.71 105.21 -
74.76 73.34 70.26 84.98 83.21 37.49 105.64 38.84 -
92.63 102.55 78.46 177.12 95.75 47.28 143.80 43.01 -
108.20 119.95 95.88 305.61 99.68 21.37 176.09 44.66 -
-
-
-
-
-
2004
2005
2006
2007
114.69 126.68 103.68 870.63 73.56 27.13 180.48 63.95 -
134.60 178.23 94.35 1489.53 60.84 32.11 225.07 61.98 -
146.23 210.52 94.48 1261.79 73.50 57.62 214.74 66.34 -
163.16 241.20 106.13 1601.50 61.35 52.47 247.49 84.33 -
-
-
-
-
100.00
175.04
197.09
206.01
165.49
130.42
131.93
163.21
153.73
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
57.74 4.59 76.70 44.11 21.32
68.37 26.92 99.24 39.54 11.30
70.19 20.92 117.06 37.07 20.30
49.05 36.59 122.20 41.76 4.87
26.79 51.01 169.83 56.86 9.82
33.05 96.52 175.02 75.45 9.14
44.38 45.24 184.37 71.43 9.03
30.94 46.32 193.72 96.64 10.90
100.00
1.27
6.74
2.58
1.94
0.07
9.33
9.66
4.79
-
-
-
-
-
-
-
26.15 (10.32)
18.30 (11.04)
100.00 100.00
33.96 (2.97)
36.41 (5.65)
35.98 (8.52)
25.93 (1.81)
30.56 (4.15)
24.53 (9.29)
92
Lanjutan Lampiran 3. Analisis trend terhadap komponen laporan laba rugi dan penyaluran kredit per tahun (%)
Jenis Kredit
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Kredit modal kerja
100
97.32
107.39
164.50
191.24
234.79
299.21
377.03
455.27
Kredit investasi
100
75.31
102.87
125.86
152.88
199.51
185.99
188.32
213.54
Kredit konsumsi
100
81.74
124.42
284.13
487.25
1,563.67
2,078.83
2,023.25
2,868.43
Kredit lainnya
100
133.92
121.83
153.60
158.93
135.57
149.95
137.45
130.99
93
Lampiran 4. Pertumbuhan komponen laba rugi per tahun (%) No. A 1
2 3 4 5 6 7 B 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Komponen Pendapatan Pendapatan bunga dari kredit yang diberikan Bunga dari Kredit Modal Kerja Bunga dari Kredit Investasi Bunga dari Kredit Konsumsi Bunga dari Kredit lainnya Obligasi pemerintah Pendapatan bunga lainnya Provisi dan Komisi Pendapatan Operasional lainnya Pendapatan bukan operasional Keuntungan dari penurunan nilai pasar atau penjualan surat-surat berharga dan obligasi pemerintah Jumlah Pendapatan Beban Beban bunga Beban pendanaan lainnya Biaya umum dan administrasi Biaya gaji dan tunjangan Rugi selisih kurs bersih Beban operasional lain-lain Penyisihan penghapusan aktiva produktif, komitmen dan kontinjensi dan aktiva lain-lain Kerugian dari penurunan nilai pasar atau penjualan surat-surat berharga dan obligasi pemerintah Beban bukan operasional Jumlah Beban Laba Sebelum Pajak
1999-2000
2000-2001
2001-2002
-33.56 -33.83 -48.80 -44.43 -8.96 -78.81 -19.29 5.21 -
12.52 10.85 37.23 52.92 -8.60 14.05 76.93 30.88 -63.08 549.84
23.91 39.81 11.67 108.42 15.07 -7.36 26.10 36.13 10.73 -43.88
-
-
-
75.04
12.59
-42.26 -95.41 -23.30 -55.89 -78.68
Tahun 2002-2003 2003-2004
2004-2005
2005-2006
2006-2007
16.80 16.97 22.21 72.55 4.11 -28.20 -54.80 22.45 3.83 -82.39
6.00 5.62 8.13 184.88 -26.21 -46.83 26.97 2.49 43.19 -97.98
17.36 40.69 -9.00 71.09 -17.29 -4.70 18.36 24.71 -3.07 921.58
8.64 18.12 0.13 -15.29 20.81 39.03 79.45 -4.59 7.03 166.98
11.58 14.57 12.34 26.92 -16.53 -31.57 -8.94 15.25 27.12 0.32
2.56
-20.36
-77.74
-32.78
-13.16
4.53
-19.67
-21.19
1.15
23.71
-5.81
18.42 486.65 29.40 -10.36 -46.99
2.67 -22.29 17.96 -6.24 79.61
-30.12 74.94 4.39 12.65 -100.00 -75.99
-45.39 39.40 38.97 36.16 101.52
23.36 89.22 3.06 32.71 -6.96
34.30 -53.13 5.55 -5.33 -1.18
-30.28 2.38 4.87 35.28 20.72
-98.73
432.78
-61.71
-24.84
-96.53
13,775.44
3.44
-50.37
-
-91.30
-100.00
-
-
-
-
-
-27.31 21.03
-30.01 7.02
41.68 -83.62
17.86 129.70
-19.76 123.70
-100.00 -66.04 -102.97
-
-
7.21 90.29
-1.17 50.89
94
Lampiran 5. Pertumbuhan penyaluran kredit per tahun (%)
Jenis Kredit Kredit modal kerja Kredit investasi Kredit konsumsi Kredit Lainnya Total
1999-2000
2000-2001
2001-2002
2002-2003
2003-2004
2004-2005
2005-2006
2006-2007
-2.68 -24.69 -18.26 33.92 -2.27
10.34 36.60 52.22 -9.03 12.00
53.19 22.35 128.35 26.07 35.76
16.25 21.46 71.49 3.47 16.09
22.77 30.50 220.91 -14.70 24.35
27.44 -6.78 32.95 10.60 13.15
26.01 1.25 -2.67 -8.33 10.21
20.75 13.39 41.77 -4.70 17.66
Rata-rata 21.76 11.76 65.85 4.66 15.87
95
Lampiran 6. Uji korelasi antara Laba dengan KMK, KI, KK, PL dan TB Correlations: Laba, KMK, KI, KK, PL, TB Laba 0.218 0.572
KMK
KI
-0.196 0.612
0.672 0.047
KK
0.315 0.409
0.938 0.000
0.609 0.082
PL
0.482 0.189
-0.545 0.129
-0.787 0.012
-0.574 0.106
TB
-0.976 0.000
-0.326 0.392
0.049 0.901
-0.455 0.218
KMK
KI
KK
Cell Contents: Pearson correlation P-Value
PL
-0.288 0.452
96
Lampiran 7. Hasil Analisis Regresi antara Laba dengan KMK, KI, KK, PL dan TB Regression Analysis: Laba versus KMK, KI, KK, PL, TB The regression equation is Laba = 1989028 + 1.18 KMK + 0.997 KI + 0.024 KK + 0.984 PL - 1.00 TB
Predictor Constant KMK KI KK PL TB
Coef 1989028 1.18110 0.9966 0.0236 0.98442 -1.00350
S = 111016
SE Coef 670018 0.09437 0.1549 0.2965 0.01545 0.00397
R-Sq = 100.0%
T 2.97 12.52 6.43 0.08 63.70 -252.86
P 0.059 0.001 0.008 0.942 0.000 0.000
VIF 16.5 4.5 25.6 8.2 4.5
R-Sq(adj) = 100.0%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
Source KMK KI KK PL TB
DF 1 1 1 1 1
DF 5 3 8
SS 4.74314E+15 36973781206 4.74318E+15
MS 9.48629E+14 12324593735
F 76970.38
P 0.000
Seq SS 2.26346E+14 1.01870E+15 3.74419E+14 2.33565E+15 7.88032E+14
Unusual Observations Obs 1
KMK 2756602
Laba -68155446
Fit -68151105
SE Fit 110931
Residual -4341
St Resid -1.00 X
X denotes an observation whose X value gives it large influence.
Durbin-Watson statistic = 2.33802
97
Lanjutan Lampiran 7. Hasil Analisis Regresi antara Laba dengan KMK, KI, KK, PL dan TB Residual Plots for Laba Residuals Versus the Fitted Values 100000
90
50000
Residual
Percent
Normal Probability Plot of the Residuals 99
50 10
0 -50000 -100000
1 -200000
-100000
0 Residual
100000
200000
0 0 0 0 00 00 00 00 00 00 00 00 0 0 0 0 0 5 0 5 -6 -4 -3 -1
0
Fitted Value
Histogram of the Residuals
Residuals Versus the Order of the Data 100000 50000
1.5
Residual
Frequency
2.0
1.0 0.5 0.0
0 -50000 -100000
-100000
-50000
0 Residual
50000
100000
1
2
3 4 5 6 7 Observation Order
8
9
98
Lampiran 8. Hasil analisis komponen utama Hasil pembakuan peubah-peubah X Z1 -0.578510 -1.131360 -1.014060 -0.536900 -0.252570 -0.142480 0.699750 1.227430 1.728710
Z2 0.647750 -2.047590 -0.994750 -0.541960 0.420460 0.851250 0.335830 0.342600 0.986400
Z3 -0.866620 -0.935290 -0.889830 -0.747440 -0.548850 0.324370 1.280860 0.928900 1.453900
Z4 -1.302680 0.889470 1.340510 1.369090 0.212560 -0.714360 -0.888940 -0.247020 -0.658620
Z5 2.586430 -0.119290 -0.018980 -0.036490 -0.439030 -0.760600 -0.448020 -0.258310 -0.505700
Principal Component Analysis: KMK, KI, KK, PL, TB Eigenanalysis of the Correlation Matrix Eigenvalue Proportion Cumulative
Variable KMK KI KK PL TB
3.0963 0.619 0.619
PC1 -0.525 -0.485 -0.525 0.445 0.123
1.4110 0.282 0.901
PC2 0.185 -0.268 0.263 0.453 -0.787
0.2788 0.056 0.957
PC3 -0.418 0.702 -0.347 -0.011 -0.460
0.1938 0.039 0.996
PC4 0.470 0.406 -0.181 0.696 0.312
0.0202 0.004 1.000
PC5 0.542 -0.188 -0.709 -0.334 -0.238
Plot Scree Komponen Utama Scree Plot of KMK, ..., TB 3.5 3.0
Eigenvalue
2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 1
2
3 Component Number
4
5
99
Lanjutan Lampiran 8. Hasil analisis komponen utama Skor Komponen Utama W1 0.182620 2.459620 2.076750 1.542360 0.257340 -0.920050 -1.653590 -1.440110 -2.504930
W2 -3.134450 0.591280 0.467780 0.498630 0.138070 0.105620 0.325890 0.470500 0.536680
W3 -0.177304 -0.594331 0.029113 0.105677 0.790946 0.902029 -0.286104 -0.474104 -0.295923
W4 0.048492 -0.610684 0.208522 0.604954 0.162066 -0.515183 -0.525582 0.294815 0.332600
W5 -0.000726 0.164977 -0.175866 -0.108394 0.206422 -0.047586 -0.187907 0.086944 0.062137
Regression Analysis: Laba versus W1, W2, W3 The regression equation is Laba = - 3501989 - 710765 W1 + 20059353 W2 + 9142019 W3
Predictor Constant W1 W2 W3
S = 691536
Coef -3501989 -710765 20059353 9142019
SE Coef 230512 138946 205832 463073
R-Sq =
99.9%
T -15.19 -5.12 97.45 19.74
P 0.000 0.004 0.000 0.000
VIF 1.0 1.0 1.0
R-Sq(adj) = 99.9%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
Source W1 W2 W3
DF 1 1 1
DF 3 5 8
SS 4.74079E+15 2.39111E+12 4.74318E+15
MS 1.58026E+15 4.78222E+11
F 3304.46
P 0.000
Seq SS 1.25138E+13 4.54189E+15 1.86387E+14
Unusual Observations Obs 1
W1 0.18
Laba -68155446
Fit -68127649
SE Fit 690482
Residual -27797
St Resid -0.73 X
X denotes an observation whose X value gives it large influence. Durbin-Watson statistic = 2.61223
100
Lanjutan Lampiran 8. Hasil analisis komponen utama Residual Plots for Laba Residuals Versus the Fitted Values
99
1000000
90
500000
Residual
Percent
Normal Probability Plot of the Residuals
50 10 1
-1000000 -500000
0
500000
0 -500000 -1000000
1000000
0 00 00 -6
Residual
00
0 0 0 00 00 00 00 00 00 0 0 0 5 0 5 -4 -3 -1
0
Fitted Value
Histogram of the Residuals
Residuals Versus the Order of the Data 1000000
Residual
Frequency
3 2 1 0
500000 0 -500000 -1000000
0 0 0 00 00 00 50 00 50 -7 -5 -2
0
00 00 00 00 00 00 25 50 75
1
2
3 4 5 6 7 Observation Order
8
9
Residual
Transformasi W menjadi Z Laba = – 3501989 – 710765W1 + 20059353W2 + 9142019W3 Laba = – 3501989 – 710765 (– 0,525Z1 – 0,485Z2 – 0,525Z3 + 0,445Z4 + 0,123Z5) + 20059353 (0,185Z1 – 0,268Z2 + 0,263Z3 + 0,453Z4 – 0,787Z5) + 9142019 (– 0,418Z1 + 0,702Z2 – 0,347Z3 – 0,011Z4 – 0,460Z5) Laba = – 3501989 + 262767,99Z1 + 1386511,76Z2 + 2476480,87Z3 + 8670034,28Z4 – 20079463,65Z5
Descriptive Statistics: KMK, KI, KK, PL, TB Variable KMK KI KK PL TB
Mean 3732543 2618408 684279 19596125 31704841
StDev 1687002 537071 670095 7291339 20989913
101
Lanjutan Lampiran 8. Hasil analisis komponen utama
Transformasi Z menjadi X Laba = – 3501989 + 262767,99Z1 + 1386511,76Z2 + 2476480,87Z3 + 8670034,28Z4 – 20079463,65Z5
X1 X1 X2 X2 + 1386511,76 Laba = – 3501989 + 262767,99 S2 S1
+
X3 X3 X4 X4 X5 X5 + 8670034,28 – 20079463,65 2476480,87 S5 S4 S3 X 1 3732543 X 2 2618408 Laba = – 3501989 + 262767,99 + 1386511,76 537071 1687002 X 3 684279 2476480,87 670095
+
+
X 4 19596125 8670034,28 7291339
–
X 5 31704841 20079463,65 20989913
3732543 2618408 Laba = – 3501989 + 262767,99 + 1386511,76 1687002 537071 +
684279 2476480,87 670095
+
19596125 8670034,28 7291339
+
31704841 262767,99 X 1 1386511,76 X 2 + 20079463,6 5 20989913 + 1687002 + 537071 2476480,87 X 3 8670034,28 X 4 20079463,6 5 X 5 + + 670095 20989913 7291339
Laba = – 3501989 + (–581,382.13 – 6,759,727.27 – 2,528,900.91 – 23,301,491.74 + 30,329,625.59 ) + 0.156X1 + 2.582X2 + 3.696X3 + 1.189X4 – 0.957X5 Laba = – 6343865 + 0.156X1 + 2.582X2 + 3.696X3 + 1.189X4 – 0.957X5
102
Lanjutan Lampiran 8. Hasil analisis komponen utama Simpangan baku dari masing-masing koefisien regresi 2
s* =
s2 4.78222E + 11 = = 0.0001008 ( y y) 4.74318E + 15 2 0,5252 0,1852 0,4182 2 a a2 a2 s * 11 12 13 = 0.0001008 1,4110 0,2788 1 2 3 3,0963
Var( 1 ) =
= 0,00007459
s ( 1 ) =
var( 1 ) =
Var( 2 ) = s
*2
0,00007459 = 0,00863655
2 a21 a2 a2 22 23 = 0.0001008 3 1 2
0,4852 0,2682 0,7022 3,0963 1,4110 0,2788
= 0,00019096
s ( 2 ) =
var( 2 ) =
Var ( 3 ) = s
*2
0,00019096 = 0,01381883
2 2 2 0,5252 0,2632 0,347 2 a31 a32 a33 = 0.0001008 3,0963 1,4110 0,2788 2 3 1
= 0,00005745
s( 3 ) =
var( 3 ) =
0,00005745 = 0,00757958
2 0,4452 0,4532 0,0112 2 a a2 a2 = s * 41 42 43 = 0.0001008 3 1,4110 0,2788 1 2 3,0963
Var ( 4 ) = 0,00002115
s ( 4 ) =
var( 4 ) =
0,00002115 = 0,00459891
2 2 2 0,1232 0,7872 0,4602 a51 a52 a53 =0.0001008 Var( 5 )= s 3,0963 1,4110 0,2788 2 3 1
*2
0,00012124
s( 5 ) =
var( 5 ) =
0,00012124 = 0,01101090
=
103
Lanjutan Lampiran 8. Hasil analisis komponen utama
Analisis Signifikansi Koefisien Regresi Parsial Peubah ( Z i )
Koefisien ( i )
Simpangan Baku s( i )
t-hitung t( i )
t-tabel
Keterangan
Z1
262767,99
0,00863655
30425110.72
2,571
Signifikan
Z2
1386511,76
0,01381883
100334960.34
2,571
Signifikan
Z3
2476480,87
0,00757958
326730619.64
2,571
Signifikan
Z4
8670034,28
0,00459891
1885236780.02
2,571
Signifikan
Z5
– 20079463,65
0,01101090
-1823598765.77
2,571
Signifikan
104
Lampiran 9. Hasil uji validitas model portofolio kredit konsumsi dan kredit produktif Uji normalitas P r o ba bility P lo t o f R E S I1 No rm a l
99
M ean S tD ev N KS P - V alu e
95 90 80
Percent
70 60 50 40 30 20 10 5
1
-2 0 0 0 0 0
-1 0 0 0 0 0
0 R ES I1
100000
200000
Uji multikolinearitas Predictor Constant W1 W2 W3
Coef -3501989 -710765 20059353 9142019
SE Coef 230512 138946 205832 463073
T -15.19 -5.12 97.45 19.74
P 0.000 0.004 0.000 0.000
VIF 1.0 1.0 1.0
Uji Autokorelasi Runs test for RESI1 Runs above and below K = -1.65164E-09 The observed number of runs = 5 The expected number of runs = 5.44444 4 observations above K, 5 below * N is small, so the following approximation may be invalid. P-value = 0.748
- 1.65568E - 09 67983 9 0.128 > 0.150
105
Lanjutan Lampiran 9. Hasil uji validitas model portofolio kredit konsumtif dan kredit produktif Uji Heteroskedastisitas
R e s idua ls V e r s us the F itte d V a lue s (re sponse is La ba )
100000
Residual
50000
0
-50000
-100000
-7
0
0 00
00
0 -6
0
0 00
00
0 -5
0
0 00 00
0 -4
0
0 00
00
0
0 00
00
0
00 00
0 -3 -2 Fit t e d V a lue
00
0 -1
0
0 00
00
0
0 10
0 00
00
0
106
Lampiran 10. Hasil analisis portofolio kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi per tahun Tabel 1. Portofolio penyaluran kredit (%) 1999 2000 2001 Jenis Kredit Kredit modal kerja 47.31 53.64 48.21 Kredit investasi 50.91 44.67 49.69 Kredit konsumsi 1.78 1.69 2.10 Total 100.00 100.00 100.00 Tabel 2. NPL kredit (%) Jenis Kredit 1999 Kredit modal kerja 25.23 Kredit investasi 27.15 Kredit konsumsi 0.95
2000 7.02 5.85 0.22
2001 3.42 3.52 0.15
2002 52.96 43.60 3.44 100.00
2003 51.13 43.98 4.89 100.00
2004 46.20 42.24 11.56 100.00
2005 51.82 34.66 13.52 100.00
2006 57.50 30.91 11.59 100.00
2007 57.43 28.98 13.59 100.00
Rata-rata 51.80 41.07 7.13 100.00
2002 2.87 2.36 0.19
2003 3.40 2.93 0.33
2004 2.43 3.46 0.32
2005 8.67 9.29 0.40
2006 7.31 6.27 0.46
2007 3.42 3.22 0.20
Rata-rata 7.09 7.12 0.36
107
Lampiran 11. Hasil analisis portofolio kredit
Tabel 1. Asumsi 1 (portofolio kredit) Jenis Kredit Kredit modal kerja Kredit investasi Kredit konsumsi Total
Penyaluran Kredit (dalam juta) 72,181,915 31,842,784 20,269,976 124,294,675
Portofolio Kredit (%) 58.07 25.62 16.31 100
Pendapatan Bunga Kredit (dalam juta) 6,652,623 2,934,780 1,868,176 11,455,578
Tabel 2. Asumsi 1 (portofolio kredit terhadap laba) dalam jutaan rupiah
PB 2007 PB Asumsi Tambahan PB PB setelah asumsi Selisih Laba
KMK 6,648,874 6,652,623 584.77 6,649,459 -
KI 3,148,173 2,934,780 -550,982.33 2,597,191 -
KK 1,658,531 1,868,176 774,848.23 2,433,379 -
Laba 6,333,383 6,557,834 224,451
Tabel 3. Asumsi 2 (portofolio kredit) Jenis Kredit Kredit modal kerja Kredit investasi Kredit konsumsi Total
Penyaluran Kredit (dalam juta) 72,181,915 35,141,694 16,971,066 124,294,675
Portofolio Kredit (%) 58.07 28.27 13.65 100
Pendapatan Bunga Kredit (dalam juta) 6,652,623 3,238,823 1,564,133 11,455,578
Tabel 4. Asumsi 2 (portofolio kredit terhadap laba) dalam jutaan rupiah
PB 2007 PB Asumsi Tambahan PB PB setelah asumsi Selisih Laba
KMK 6,648,874 6,652,623 584.77 6,649,459 -
KI 3,148,173 3,238,823 234,056.59 3,382,230 -
KK 1,658,531 1,564,133 -348,894.55 1,309,636 -
Laba 6,333,383 6,219,130 -114,253
108
Lanjutan Lampiran 11. Hasil analisis portofolio kredit
Tabel 5. Asumsi 3 (portofolio kredit) Jenis Kredit Kredit modal kerja Kredit investasi Kredit konsumsi Total
Penyaluran Kredit (dalam juta) 72,040,054 35,141,694 17,112,927 124,294,675
Portofolio Kredit (%) 57.96 28.27 13.77 100
Pendapatan Bunga Kredit (dalam juta) 6,639,548 3,238,823 1,577,207 11,455,578
Tabel 6. Asumsi 3 (portofolio kredit terhadap laba) dalam jutaan rupiah
PB 2007 PB Asumsi Tambahan PB PB setelah asumsi Selisih Laba
KMK 6,648,874 6,639,548 -1,454.87 6,647,419 -
KI 3,148,173 3,238,823 234,056.59 3,382,230 -
KK 1,658,531 1,577,207 -300,570.84 1,357,960 -
Laba 6,333,383 6,265,414 -67,969
Tabel 7. Asumsi 4 (portofolio kredit) Jenis Kredit Kredit modal kerja Kredit investasi Kredit konsumsi Total
Penyaluran Kredit (dalam juta) 72,181,915 34,999,833 17,112,927 124,294,675
Portofolio Kredit (%) 58.07 28.16 13.77 100
Pendapatan Bunga Kredit (dalam juta) 6,652,623 3,225,748 1,577,207 11,455,578
Tabel 8. Asumsi 4 (portofolio kredit terhadap laba) dalam jutaan rupiah
PB 2007 PB Asumsi Tambahan PB PB setelah asumsi Selisih Laba
KMK 6,648,874 6,652,623 584.77 6,649,459 -
KI 3,148,173 2,934,780 200,297.98 3,348,471 -
KK 1,658,531 1,868,176 -300,570.84 1,357,960 -
Laba 6,333,383 6,233,695 -99,688