ANALISIS PENGARUH KREDIT KONSUMTIF DAN PRODUKTIF TERHADAP LABA BANK BERDASARKAN KELOMPOK BANK
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Dinda Ayu Meitasari 105020107111006
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014
Analisis Pengaruh Kredit Konsumtif dan Produktif terhadap Laba Bank berdasarkan Kelompok Bank Dinda Ayu Meitasari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang Email:
[email protected]
ABSTRACT This research aims to determine the consumptive and productive loans contribution to bank profits based on group of bank. This type of research is descriptive quantitative, using panel data regression method over the period 2002-2009. The result showed that each type of loan significantly affect bank profits, either simultaneously or partially. Altough working capital loans disbursed highest, but the investment loans has the most impact on bank profits. Keyword: consumptive loan, productive loan, bank profits, group of bank
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi kredit konsumtif dan produktif terhadap laba bank berdasarkan kelompok bank. Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode regresi data panel selama periode tahun 2002-2009. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing jenis kredit berpengaruh signifikan terhadap laba bank, baik secara simultan maupun parsial. Meskipun kredit modal kerja yang disalurkan paling tinggi, tetapi kredit investasi memiliki pengaruh paling besar terhadap laba bank. Kata kunci: kredit konsumtif, kredit produktif, laba, kelompok bank
A. PENDAHULUAN Perbankan memiliki peran penting dalam sistem keuangan. Bank berperan sebagai lembaga perantara atau intermediasi bagi pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Kegiatan yang dilakukan oleh bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan atau deposito dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman atau kredit dengan imbalan berupa bunga. Secara umum kredit bank dapat dibedakan berdasarkan jenisnya. Menurut Fahmi (2008:9), kredit berdasarkan jenisnya dibedakan menjadi tiga yaitu kredit konsumtif yang berkaitan dengan kegiatan konsumsi, kredit produktif yang berkaitan dengan kegiatan pemenuhan dana dalam bisnis serta kredit perdagangan yang berkaitan dengan kredit perdagangan. Dalam penelitian ini berfokus pada kredit konsumtif dan kredit produktif, kredit konsumtif merupakan kredit konsumsi sedangkan kredit produktif merupakan kredit modal kerja dan kredit investasi. Memperoleh laba merupakan tujuan utama berdirinya suatu lembaga keuangan. Laba yang diperoleh dapat digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan, selain itu juga untuk melakukan ekspansi di masa yang akan datang. Oleh karena pendapatan bunga merupakan pendapatan tersebsar bank, maka kegiatan perkreditan menjadi sumber pendapatan utama bank yang diharapkan bisa memberikan keuntungan terbesar bagi bank. Pengambilalihan jaminan kredit konsumtif umumnya lebih terjamin karena berbentuk barang yang memiliki nilai jual, menyebabkan kredit konsumtif lebih diminati dibanding kredit produktif. Namun, terlalu banyak menggunakan kredit konsumtif menyebabkan dampak krisis global yang berkepanjangan. Untuk itu perbankan juga harus fokus menyalurkan kredit produktif, sebab kredit produktif dapat memberikan efek berganda (multiplier effect) yang efektif pada proses pembangunan khususnya dalam menciptakan lapangan kerja baru.
Gambar 1 Jumlah Kredit yang Disalurkan oleh Bank Umum berdasarkan Jenis Penggunaannya.
Jumlah Kredit Disalurkan
Miliar (Rp) 80000 70000 60000 50000 40000 30000 20000 10000 0
Kredit Konsumsi Kredit Modal Kerja Kredit Investasi 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Tahun
Sumber: Statistika Perbankan Indonesia Diolah (2014) Dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa kredit modal kerja merupakan kredit yang paling besar penyalurannya. Namun, peningkatannya masih diikuti oleh kredit konsumsi, seperti terlihat pada tahun 2007 dan 2009. Melihat adanya pergeseran kredit yang terjadi, mengindikasi bahwa perbankan telah melakukan penekanan pada jumlah kredit konsumsi yang disalurkan. Hal ini menjadi latar belakang penelitian, untuk mengetahui bagaimana kontribusi kredit yang disalurkan tersebut terhadap laba bank. Sebagai perkembangan dan pembeda dari penelitian sebelumnya, konsentrasi dalam penelitian ini adalah pada kelompok bank yang didasarkan pada kelompok kepemilikan bank yang dibagi menjadi 4 yaitu, Bank Persero, Bank Pemerintah Daerah, Bank Swasta Nasional serta Bank Asing dan Bank Campuran. Dari latar belakang tersebut, maka penulis membuat penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Kredit Konsumtif dan Kredit Produktif terhadap Laba Bank berdasarkan Kelompok Bank”.
B. KAJIAN PUSTAKA Menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Jenis perbankan tersebut dibedakan menjadi dua yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Jenis bank umum dapat dilihat dari segi kepemilikannya. Menurut Kasmir (1997:20) ditinjau dari kepemilikannya adalah siapa saja yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan. Sesuai dengan data yang ada di Bank Indonesia, bank umum yang terdaftar berdasarkan kelompok kepemilikan yaitu: a. Bank Persero (BUMN) Bank Persero adalah bagian dari bank milik pemerintah yang akte pendirian maupun modal bank sepenuhnya dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia b. Bank Pemerintah Daerah Bank Pemerintah Daerah terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II masing-masing provinsi. Modal BPD sepenuhnya dimiliki oleh Pemda masing-masing tingkatan. c. Bank Swasta Nasional Bank Swasta Nasional merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta. Kemudian akte pendiriannyapun didirikan oleh swasta, begitu pula dengan pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula.
d.
Bank Asing dan Bank Campuran Bank Asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikannya pun jelas dimiliki oleh pihak asing (luar negeri). Sedangkan Bank Campuran adalah bank yang kepemilikan saham bank oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia. Mengingat pendapatan bank didominasi oleh pendapatan operasional berupa pendapatan bunga serta biaya operasional berupa biaya bunga, maka bank harus selalu mempertahankan pendapatan yang tinggi sehingga dapat menutupi biaya yang harus ditanggung. Dengan begitu, bank akan memperoleh laba yang besar. Laba tersebut selanjutnya akan menggambarkan kinerja bank kepada masyarakat, sehingga masyarakat mempercayakan dananya untuk dikelola oleh bank yang bersangkutan. Menurut Kasmir (1997:61), sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam memperoleh dana dalam rangka membiayai kegiatan operasinya. Sesuai dengan fungsi bank sebagai lembaga keuangan di mana kegiatan sehari-harinya adalah bergerak di bidang keuangan, maka sumber-sumber dana juga tidak terlepas dari bidang keuangan. Untuk menopang kegiatan bank sebagai penjual uang (memberikan pinjaman), bank harus lebih dulu membeli uang (menghimpun dana) sehingga dari selisih bunga tersebutlah bank memperoleh keuntungan. Adapun jenis sumber-sumber dana bank adalah (Kasmir, 1997:62): 1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri a. Setoran modal dari pemegang saham Dalam hal ini pemiliki saham lama dapat menyetor dana tambahan atau membeli saham yang dikeluarkan oleh perusahaan b. Cadangan bank Maksudnya ada cadangan laba pada tahun lalu yang tidak dibagi kepada para pemegang sahamnnya. Cadangan ini sengaja disediakan untuk mengantisipasi laba tahun yang akan datang c. Laba bank yang belum dibagi Merupakan laba yang memang belum dibagikan pada tahun yang bersangkutan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk sementara waktu Keuntungan dari sumber dana sendiri adalah tidak perlu membayar bunga yang relatif lebih besar daripada jika meminjam ke lembaga lain. Kerugiannya adalah waktu yang diperlukan untuk memperoleh dana dalam jumlah besar memerlukan waktu yang relative lebih lama. Hal ini disebabkan untuk melakukan penjualan saham bukanlah hal yang mudah. 2. Dana yang berasal dari masyarakat luas Sumber dana ini merupakan dana terpenting bagi kegiatan operasi suatu bank dan merupakan keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Sumber dana yang juga disebut sumber dana dari pihak ketiga ini disamping mudah untuk mencarinya juga tersedia banyak di masyarakat. Untuk memperolehnya, bank dapat menawarkan berbagai jenis simpanan. Pembagian jenis simpanan ke dalam berbagai jenis dimaksudkan agar para nasabah penyimpan mempunyai banyak pilihan sesuai dengan tujuan masing-masing. Secara umum kegiatan penghimpunan dana ini dibagi dalam 3 jenis yaitu: a. Simpanan giro b. Simpanan tabungan c. Simpanan deposit Simpanan giro merupakan dana murah bagi bank, karena bunga atau balas jasa yang dibayar paling murah jika dibandingkan dengan simpanan tabungan dan simpanan deposito. Sedangkan simpanan tabungan dan simpanan deposito disebut dana mahal, hal ini disebabkan bunga yang dibayar kepada pemegangnya relatif lebih tinggi, jika dibandingkan jasa giro. 3. Dana yang bersumber dari lembaga lain Merupakan sumber dana tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian sumber dana pertama dan kedua. Perolehan dana dari sumber ini antara lain dapat diperoleh dari:
a.
Kredit likuiditas dari BI Kredit yang diberikan BI kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditasnya. Kredit likuiditas ini juga diberikan kepada pembiayaan sector tertentu b. Pinjaman antar bank Pinjaman antar bank biasanya diberikan kepada bank-bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring. Pinjaman ini bersifat jangka pendek dengan bunga yang relative tinggi, pinjaman antar bank lebih dikenal dengan nama call money. c. Pinjaman dari bank-bank luar negeri Pinjaman diperoleh oleh perbankan dari pihak asing misalnya bank di Singapore, Amerika atau Negara-negara di Eropa d. Surat berharga pasar uang (SBPU) Pihak perbankan menerbitkan SBPU kemudian diperjualbelikan kepada pihak yang berminat, baik perusahaan keuangan maupun non keuangan. Selain menghimpun dana, bank juga harus mengatur pengalokasian dana yang telah dihimpun. Pola dari manajamen bank yang mengatur pengalokasian pada dasarnya adalah usaha Bank untuk memaksimalkan dana yang ada agar produktif dan menghasilkan, di samping dana yang ditanam dalam bentuk peralatan kantor ataupun perkantoran sebagai sarana untuk tetap menjamin kemegahan dan kepercayaan masyarakat (Sinungan, 1993:94). Pengalokasian dana tersebut yaitu: 1. Cadangan Primer (Primary Reserve) adalah dana dalam kas dan saldo rekening koran bank pada Bank Indonesia dan bank lainnya, serta warkat-warkat dalam proses penagihan. Komponen ini sering disebut sebagai alat likuid. Tujuannya adalah untuk memenuhi ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia yaittu likuiditas wajib minimum (giro wajib minimum), keperluan operasi bank, semua penarikan simpanan dan permintaan pencairan kredit dan nasabah serta kewajiban bank lainnya yang harus segera dibayar. 2. Cadangan Sekunder (Secondary Reserve) adalah penempatan dana-dana ke dalam non cash liquid asset (aset likuid yang bukan kas) yang dapat memberikan pendapatan kepada bank dan mudah diperjualbelikan, seperti Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Utang Negara (SUN) dan surat berharga jangka pendek lainnya. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek, kebutuhan likuiduitas yang segera harus dipenuhi dan yang sebelumnya tidak diperkiran serta tambahan apabila cadangan primer tidak mencukupi 3. Kredit (Loan Portofolio). Penyaluran kredit bank baru dapat menentukan besarnya volume kredit yang akan diberikan setelah bank mencukupi cadangan primer serta kebutuhan cadangan sekunder. Kegiatan perkreditan merupakan kegiatan terbesar bank, sebab pendapatan bank sebagian besar diperoleh dari pendapatan bunga. Menurut Undang-undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Kredit dapat dikelompokkan berdasarkan jenisnya yaitu (Fahmi, 2008:9): a. Kredit konsumtif Kredit ini adalah kredit yang diajukan oleh seorang debitur kepada kreditur guna memenuhi kebutuhan pribadinya. Seperti untuk membeli sepeda motor, mobil, rumah, perabotan rumah, untuk renovasi rumah dan lain-lainnya. b. Kredit produktif Kredit ini adalah umumnya dipakai atau diajukan oleh mereka yang bergerak dalam dunia usaha atau mereka yang mempunyai bisnis dan membutuhkan dana dalam usahanya untuk berekspansi bisnis atau bertujuan untuk meningkatkan grafik hasil yang telah diperoleh saat ini menjadi lebih tinggi, seperti ingin menghasilkan produk
baru/tambahan, ingin membuka kantor cabang baru (brand office) untuk bidang pemasaran. Umumnya kredit ini dibagi dua, yaitu: 1. Kredit investasi yaitu kredit yang saat diajukan seorang debitur kepada kreditur dengan tujuan akan dipergunakan untuk membeli barang-barang modal (capital goods) 2. Kredit modal kerja yaitu kredit yang saat diajukan oleh debitur kepada kreditur dengan tujuan dananya akan dipergunakan khusus untuk membeli bahan baku (material) atau kebutuhan suku cadang (spare part) c. Kredit perdagangan Kredit ini umumnya dipergunakan untuk keperluan perdagangan (trade). Kredit perdagangan diajukan dengan maksud untuk membuat agar barang yang telah diproduksi tersebut menjadi lebih berguna dan bisa dipakai oleh banyak orang bukan hanya pada mereka yang berada di satu area tetapi diharapkan barang tersebut bias dipakai oleh banyak orang dari tempat yang berbeda baik daerah, negara, kawasan dan juga budaya, atau ini biasa disebut untuk membuat barang tersebut memiliki peningkatan utility of place dari suatu barang. Umumnya kredit perdagangan ini dapat dibagi menjadi dua yaitu: 1. Kredit perdagangan dalam negeri dan, 2. Kredit perdagangan luar negeri atau ini biasa disebut dengan kredit ekspor dan impor Apabila ditinjau dari ciri dan penggunaan kredit, menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002) kredit dapat dibedakan sebagai berikut: a. Kredit Modal Kerja (KMK) adalah fasilitas kredit yang dipergunakan untuk membiayai aktiva lancar dan atau menggantikan hutang dagang, serta membiayai sementara kegiatan operasional rutin (sehari-hari) perusahaan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Fasilitas KMK dipergunakan untuk berbagai tujuan misalnya dalam bentuk KMK ekspor, KMK impor maupun KMK lokal. b. Kredit Transaksi Khusus adalah fasilitas kredit yang hanya sekali pakai yang ditujui untuk suatu tujuan atau beberapa tujuan tertentu. c. Kredit Tidak Langsung (Kontijen) adalah kredit yang tidak memerlukan disposisi dana secara langsung pada saat kredit tersebut disetujui. d. Kredit Investasi adalah fasilitas kredit yang diberikan untuk membantu pembiayan pemohon dalam memperoleh barang modal selain tanah yang tercermin dalam aktiva tetap perusahaan. Dalam memberikan kredit investasi tersebut harus diperhatikan kemampuan keuangan untuk mengangsur pokok kredit setiap periode tertentu, sehingga ririko bank makin berkurang. e. Kredit Konsumtif adalah kredit yang diberikan untuk membiayai kebutuhan konsumtif yang diperlukan pemohon dan sumber pembayaran kembali kreditnya berasal dari penghasilan/gaji pemohon. Bunga adalah imbal jasa atas pinjaman uang yang merupakan kompensasi kepada pemberi pinjaman atas manfaat kedepan dari uang pinjaman tersebut apabila diinvestasikan. Secara singkat bunga bisa diartikan sebagai biaya atas uang yang dipinjamkan. Sedangkan persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai bunga dalam suatu periode tertentu disebut dengan suku bunga. Keberadaan suku bunga ini adalah penting, untuk menutup resiko yang terjadi selama kredit berlangsung. Suku bunga dasar kredit (SBDK) pada dasarnya merupakan suku bunga terendah yang digunakan sebagai dasar bagi bank dalam penentuan suku bunga kredit. Perhitungan SBDK merupakan hasil perhitungan dari tiga komponen, yakni perhitungan harga pokok dana untuk kredit (HPDK), biaya overhead yang dikeluarkan bank dalam proses pemberian kredit, serta margin keuntungan (profit margin) yang ditetapkan untuk aktivitas perkreditan. Namun, SBDK belum memperhitungkan komponen premi resiko yang besarnya tergantung dari penilaian bank terhadap resiko masing-masing debitur. Khusus untuk menentukan besar kecilnya kreditnya suku bunga kredit yang akan diberikan kepada para debitur terdapat beberapa komponen. Komponen-komponen ini ada yang dapat diperkecil dan ada pula yang tidak. Adapun komponen dalam menentukan suku bunga kredit antara lain (Kasmir, 1997:124):
1.
Total Biaya Dana Tergantung dari seberapa besar bunga yang ditetapkan untuk memperoleh dana melalui produk simpanan. Semakin besar atau mahal bunga yang dibebankan, maka semakin tinggi pula biaya dananya dan dalam hal ini termasuk hadiah-hadiah yang dibebankan untuk menarik dana tersebut. 2. Laba yang Diinginkan Penentuan besarnya laba juga sangat mempengaruhi besarnya bunga kredit. Dalam hal ini biasanya bank disamping melihat kondisi pesaing juga melihat kondisi nasabah apakah nasabah utama atau bukan dan juga melihat sektor-sektor yang dibiayai, misalnya jika proyek pemerintah untuk pengusaha atau rakyat kecil maka labanya pun berbeda dengan yang komersil. 3. Cadangan Resiko Kredit Macet Merupakan cadangan terhadap macetnya kredit yang diberikan, karena setiap kredit yang diberikan pasti mengandung resiko tidak terbayar. Resiko ini dapat timbul baik disengaja maupun tidak disengaja. Oleh karena itu pihak bank perlu mencadangkannya sebagai sikap bersiaga menghadapinya. 4. Biaya Operasional Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam melaksanakan operasinya. Biaya ini terdiri dari biaya gaji, biaya administrasi, biaya pemeliharaan dan biaya-biaya lainnya. 5. Pajak Pajak yang dibebankan pemerintah kepada bank yang memberikan fasilitas kredit kepada nasabahnya. Besarnya bunga kredit sangat dipengaruhi oleh besarnya bunga simpanan. Semakin besar atau semakin mahal bunga simpanan, maka semakin besar pula bunga pinjaman dan demikian pula sebaliknya. Disamping bunga simpanan pengaruh kecil bunga pinjaman juga dipengaruhi oleh keuntungan yang diambil, biaya operasional yang dikeluarkan, cadangan risiko kredit macet, pajak serta pengaruh lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan menghimpun dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) ini merupakan kegiatan utama perbankan. (Kasmir, 2002:24) Seiring dengan usaha yang dilakukan oleh bank dalam memperoleh penghasilan dan laba, terdapat risiko yang mengikuti. Bank merupkan salah satu lembaga yang paling dekat dengan risiko, khususnya risiko keuangan. Posisi bank sebagai mediator, menempatkan bank menjadi pihak yang paling riskan dengan risiko. Kondisi yang tidak menentu pada suatu perekonomian akan turut mempengaruhi pembentukan risiko yang dihadapi oleh bank. Menurut Darmawi (2011:16) secara garis besar jenis-jenis risiko usaha bank dapat dibagi sebagai berikut: 1. Risiko Kredit Kegiatan utama bank adalah memberikan kredit kepada nasahabnya. Pemberian kredit yang sehat berimplikasi pada kelancaran pengembalian kredit oleh nasabah atas pokok pinjaman dan atau beban bunga. Ketidaklancaran pembayaran pokok pinjaman dan bunga secara langsung dapat menurunkan kinerja bank. 2. Risiko Ekonomi Kondisi perekonomian dunia maupun nasional dan daerah yang secara langsung akan mempengaruhi iklim usaha perbankan baik dalam perkerditan, pengumpulan dana dari nasabah yang telah dibiayai. Kondisi itu mempengaruhi tingkat bunga dan pendapatan yang diperoleh oleh bank serta berpengaruh pula pada kemampuan nasabah dalam membayar pinjaman dan bunganya. Kondisi pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat keuntungan bank. 3. Risiko Perubahan Kebijakan Pemerintah Risiko ini berupa risiko akibat kebijakan pemerintah dibidang fiscal, moneter dan perbankan yang dapat berubah setiap waktu sesuai dengan perkembangan perekonomian. Ketidakmampuan dalam mengantisispasi perubahan kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi kegiatan usaha yang pada gilirannya dapat menurunkan kinerja bank. 4. Risiko Likuiditas Risiko ini selalu mendapat perhatian khusus oleh usaha perbankan. Risiko terjadi akibat penarikan dana yang cukup besar oleh nasabah di luar perhitungan bank, sehingga dapat mengakibatkan kesulitan likuiditas. Hal ini akan mengurangi tingkat kesehatan bank dan kepercayaan masyarakat.
5.
Risiko Operasional Sesusai bidang usahanya dalam bidang perbankan, bank juga menghadapi risiko dalam operasionalnya, antara lain kelangkaan sumber dana, pengendalian biaya dan kesalahan manajemen. Kondisi ini sangat berpengaruh pada tingkat pendapatan bank. 6. Risiko Persaingan Setelah dikeluarkan paket Oktober 1998, jumlah bank di dalam negeri (keadaan Juni 1997) diperkirakan telah mencapai 27 bank pembangunan daerah, 166 bank umum nasional dan 40 bank asing atau bank patungan (joint venture). Kondisi ini menghasurkan setiap bank meningkatkan pelayanannya dan mengembangkan produk-produk yang menguntungkan guna mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar. Ketidakmampuan untuk mengantisipasi persaingan akan berakobat menurunnnya pangsa pasar (market share) yang telah dimiliki sehingga mengurangi pendapatan bank. 7. Risiko Tidak Cukupnya Modal Bank Indonesia menetapkan bahwa setiap bank wajib menjaga kecukupan modalnya di mana rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio atau CAR) minimum 4% sampai dengan 7 September 1997, minimum 8% sejak 7 September 2001. Apabila terjadi peningkatan aktiva berisiko dan pembelian aktiva tetap, maka produktivitas aktiva berkurang. Hal ini mempengaruhi laba bank yang merupakan komponen dari modal sendiri. Apabila ketentuan rasio kecukupan modal tidak terpenuhi, akan mengurangi kemampuan ekspansi kredit dan mempengaruhi tingkat kesehatan bank. 8. Risiko Valuta Asing Sebagai bank devisa, bank mengadakan transaksi mata uang asing. Sedangkan nilai tukar mata uang asing dapat berfluktuasi karena berbagai faktor. Kesalahan dalam memprediksi fluktuasi nilai tukar mata uang asing dapat mengakibatkan kerugian pada bank. 9. Risiko Teknologi Dalam era globalisasi saat ini teknologi memegang peranan yang sangat penting dalam mempermudah dan mempercepat kegiatan dan transaksi dalam melindungi aset perusahaan. Keterlambatan mengantisipasi kemajuan teknologi akan mengurangi kemampuan bank untuk bersaing dalam pelayanan kepada nasabah. Tetapi penggunaan teknologi sangat rentan terhadap kejahatan perbankan apabila tidak didukung sistem pengamanan yang baik. Risiko kredit merupakan default risk atau risiko yang pasti terjadi pada bank yang menyalurkan kredit. Risiko tersebut berbeda-beda berdasarkan jenis kreditya. Apabila dikaji dari jangka waktu penggunaan dan pengembalian kredit, maka kredit investasi memiliki risiko yang paling besar jika dibandingkan kredit modal kerja dan kredit konsumsi. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa kredit investasi digunakan untuk tujuan pembelian barang-barang produksi dalam jangka panjang seperti gedung, mesin atau alat-alat penunjuang produksi. Oleh karena penggunaannya untuk jangka panjang, maka risiko yang dihadapi dalam kredit investasi pun lebih tinggi karena didasarkan pada hasil yang diperoleh dari proses produksi yang dilakukan tersebut. Sedangkan, kredit modal kerja memiliki risiko yang lebih kecil dibanding kredit investasi. Kredit modal kerja digunakan untuk membeli barang-barang produksi yang digunakan sekali habis, misalnya tepung atau telur pada suatu produksi kue. Barang-barang tersebut memiliki jangka waktu yang lebih pendek dibanding dengan mesin atau gedung, sehingga risiko yang dihadapi lebih kecil meskipun pengembalian kredit modal kerja juga didasarkan perolehan dari proses produksi yang dilakukan. Kemudian, untuk kredit konsumsi dianggap sebagai kredit dengan risiko paling kecil. Kredit konsumsi adalah kredit yang digunakan untuk membiayai kebutuhan sehari-hari, misalnya pembelian sepeda motor. Pengembalian kredit konsumsi lebih pasti, jika dibandingkan kredit modal kerja atau kredit investasi. Sebab, untuk memperoleh kredit konsumsi, peminjam harus memiliki pendapatan permanen atau pendapatan tetap, dimana pendapatan yang dimiliki digunakan untuk pembiayaan atas kredit tersebut. Pendapatan permanen merupakan pendapatan yang diperoleh seseorang pada periode tertentu, misalnya dalam periode satu hari, satu minggu atau satu bulan. Oleh karena pengembaliannya yang pasti, maka kredit konsumsi memiliki risiko yang lebih kecil. Maka, apabila risiko kredit ini dikelompokkan dalam suatu tingkatan, dilihat dari risikonya yang paling besar yaitu:
Gambar 2 Pengelompokan Risiko Kredit berdasarkan Jenis Kredit
KREDIT INVESTASI
KREDIT MODAL KERJA
KREDIT KONSUMSI
Sumber: Ilustrasi Peneliti (2014) Untuk mengantisipasi risiko yang akan terjadi, bank menyiapkan premi risiko. Menurut Darmawi (2011:121) premi risiko adalah suatu biaya tambahan yang dibebankan kepada peminjam. Apabila risiko yang dikhawatirkan tidak terjadi, maka premi risiko tersebut dijadikan sebagai salah satu laba bank. Pada hakikatnya laba penting untuk kelangsungan hidup suatu bank dan menjadi tujuan terbentuknya lembaga keuangan bank. Laba di dapat dari selisih antara pendapatan dan biaya, baik itu pendapatan operasional dan non operasional maupun biaya operasional dan non operasional. Apabila pendapatan lebih besar dari biaya, maka bank memperoleh laba. Laba tersebut merupakan sumber dana bank yang diperoleh dari bank itu sendiri yang kemudian dijadikan sebagai modal untuk kegiatan bank selanjutnya. Keuntungan dari sumber dana sendiri adalah tidak perlu membayar bunga yang relatif lebih besar daripada jika meminjam ke lembaga lain (Kasmir, 1997:63). Sehingga, apabila bank dapat memperoleh laba yang tinggi, maka akan semakin banyak modal yang dimiliki oleh bank yang kemudian dapat disalurkan untuk pembelian menambah aset bank.
C. KERANGKA PIKIR Untuk lebih mempermudah penjelasan tentang penyaluran kredit konsumtif dan produktif terhadap laba bank, maka dibuat kerangka pikir sebagai berikut: Gambar 3 Kerangka Pikir Penelitian
OPERASIONAL BANK
PENYALURAN DANA
PENGHIMPUNAN DANA
BIAYA BUNGA
PENDAPATAN BUNGA
LABA
KREDIT PRODUKTIF
KREDIT KONSUMTIF
RESIKO
PREMI RESIKO
Sumber: Ilustrasi Peneliti (2014)
D. HIPOTESIS Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dibahas, penulis mengemukakan hipotesis dari penelitian yang akan dilakukan, hipotesis itu adalah sebagai berikut: 1. Kredit konsumtif dan kredit produktif memiliki kontribusi terhadap laba bank berdasarkan kelompok bank 2. Kredit konsumtif dan kredit produktif memiliki kontribusi secara simultan terhadap laba bank berdasarkan kelompok bank 3. Kredit konsumtif dan kredit produktif memiliki kontribusi secara parsial terhadap laba bank berdasarkan kelompok bank
E. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis dilakukan dengan analisis regresi data panel. Sebelum memilih metode data panel yang cocok diperlukan Uji Hausman terlebih dahulu. Kontribusi di setiap variabel bebas dijelaskan oleh hasil perhitungan koefisien regresi. Tabel 1 Uji Hausman Test Summary Cross-section random
Chi-Sq. Statistic 6,487875
Chi-Sq. d.f. 3
Prob. 0,09
Berdasarkan hasil Uji Hausman, nilai statistik Hausman Test menunjukkan angka sebesar 6,487875 lebih kecil dari nilai chi-square yaitu 17,7083 yang berarti hipotesis untuk menggunakan Fixed Effect Model (FEM) ditolak, sehingga disimpulkan pendekatan Random Effect Model (REM) lebih baik digunakan pada penelitian ini. Keputusan menggunakan Random Effect Model (REM) secara mudahnya dapat dilihat dari nilai probabilitas chi-square berdasarkan hasil estimasi diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,09 yaitu lebih besar dari α = 5% yang berarti menerima Ho. Model regresi laba bank berdasarkan kelompok kepemilikannya yang dibangun dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e Sesuai dengan hasil uji hausman maka analisis regresi model akan dilakukan dengan metode efek tetap, hasil yang diperoleh yaitu sebagai berikut: Tabel 2 Hasil Analisis Regresi Variabel Koefisien
Standar Error
t-statistic
Prob
Konstanta
-3,896217
1,617768
-2,408391
0,02
Kredit Konsumsi (LnX1)
0,296358
0,080311
3,690137
0,00
Kredit Modal Kerja (LnX2)
0,335985
0,166438
2,018682
0,05
Kredit Investasi (LnX3)
0,815193
0,224312
3,634200
0,00
R-squared F-stat Prob(F-statistik) DW-Stat
= 0,834606 = 47,09746 = 0,000000 = 1,975948
Model regresi data panel untuk Laba Bank berdasarkan Kelompok Kepemilikan Bank periode 2002 – 2009 berdasarkan perhitungan estimasi adalah sebagai berikut: Y = -3,896217 + 0,296358X1 + 0,335985X2 + 0,815193X3 + e
Dimana: Y = Laba Bank X1 = Kredit Konsumsi X2 = Kredit Modal Kerja X3 = Kredit Investasi e = Residual error Dalam model regresi data panel sebelumnya, digunakan 4 bank berdasarkan kelompok kepemilikan yang digunakan sebagai data cross section, yaitu Bank Persero, Bank Pemerintah Daerah, Bank Swasta Nasional dan Bank Asing dan Bank Campuran. Nilai koefisien regresi pada masing-masing bank digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi perbedaan bank terhadap kredit yang disalurkan. Berikut koefisien regresi untuk masing-masing bank tersebut: Tabel 3 Koefisien Regresi Bank berdasarkan Kelompok Kepemilikiannya Kelompok Bank
Koefisien Regresi
Bank Persero
-6,71608
Bank Pemerintah Daerah
-1,120309
Bank Swasta Nasional
8,707026
Bank Asing dan Bank Campuran
9,212145
Dari koefisien regresi diatas, kemudian diperoleh model dari masing-masing bank yang merupakan tambahan dari model regresi panel sebelumnya. Berikut Random Model Effect berdasarkan masing-masing cross section: Y BP = -6,716080 – 3,8962217 + 0,296358X1 + 0,335985X2 + 0,815193X3 + e Y BPD = -1,120309 – 3,8962217 + 0,296358X1 + 0,335985X2 + 0,815193X3 + e Y BSN = 8,707026 – 3,8962217 + 0,296358X1 + 0,335985X2 + 0,815193X3 + e Y BABC = 9,212145 – 3,8962217 + 0,296358X1 + 0,335985X2 + 0,815193X3 + e Dimana: Y = Laba Bank BP = Bank Persero BPD = Bank Pemerintah Daerah BSN = Bank Swasta Nasional BABC = Bank Asing dan Bank Campuran X1 = Kredit Konsumsi X2 = Kredit Modal Kerja X3 = Kredit Investasi e = Residual error UJI KOEFISIEN DETERMINAN (R2) Berdasarkan hasil estimasi regresi dengan menggunakan metode random effect, menunjukkan nilai R2 sebesar 0,834606 yang diartikan variabel-variabel kredit yaitu Kredit Konsumsi, Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi dapat menjelaskan variabel terikat yaitu Laba Bank sebesar 83,46% sedangkan sisanya yaitu 16,54% dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model. UJI T-STATISTIK Uji t-statistik bertujuan untuk melihat signifikansi masing-masing variabel bebas secara individu terhadap variabel terikatnya.
Tabel 4 Signifikansi Variabel Bebas berdasarkan Probabilitas Variabel Probabilitas Signifikan Kredit Konsumsi 0,00 SIGNIFIKAN Kredit Modal Kerja 0,05 SIGNIFIKAN Kredit Investasi 0,00 SIGNIFIKAN Variabel Kredit Konsumsi (X1) Berdasarkan hasil uji t-statistik menunjukkan bahwa nilai t-statistik kredit konsumsi adalah sebesar 3,690137 dengan tingkat kepercayaan α = 5% dan derajat kebebasan (df) 28 sehingga diperoleh nilai t tabel sebesar 2,048. Nilai absolut t-statistik lebih besar dari nilai t-tabel (3,690 > 2,048). Tingkat signifikansi variabel bebas juga bisa dilihat dari probabilitas sebesar 0,00 jauh lebih kecil dari 0,05 (5%). Dengan demikian berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel Kredit Konsumsi berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Laba Bank. Variabel Kredit Modal Kerja (X2) Berdasarkan hasil uji t-statistik menunjukkan bahwa nilai t-statistik kredit konsumsi adalah sebesar 2,018682 dengan tingkat kepercayaan α = 5% dan derajat kebebasan (df) 28 sehingga diperoleh nilai tabel sebesa 2,048. Nilai absolut t-statistik lebih kecil dari nilai t-tabel (2,019 < 2,048). Tingkat signifikansi variabel bebas juga bisa dilihat dari probabilitas sebesar 0,05 persis dengan tingkat α = 0,05 (5%). Dengan demikian berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel Kredit Modal Kerja berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Laba Bank. Variabel Kredit Investasi (X3) Berdasarkan hasil uji t-statistik menunjukkan bahwa nilai t-statistik kredit konsumsi adalah sebesar 3,634200 dengan tingkat kepercayaan α = 5% dan derajat kebebasan (df) 28 sehingga diperoleh nilai tabel sebesar 2,048. Nilai absolut t-statistik lebih besar dari nilai t-tabel (3,634 > 2,048). Tingkat signifikansi variabel bebas juga bisa dilihat dari probabilitas sebesar 0,00 jauh lebih keci dari 0,05 (5%). Dengan demikian berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel Kredit Investasi berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Laba Bank. Uji F-Statistik Uji F-statistik bertujuan untuk melihar signifikansi seluruh variabel bebas secara bersama terhadap variabel terikat. Berdasarkan hasil uji F-statistik terlihat bahwa F-statistik sebesar 47,09746 yang berarti lebih besar dari F-tabel 2,95 atau dapat juga dilihat dari probabilitas F sebesar 0,0000 yang jauh lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% (0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara serentak variabel bebas Kredit Konsumsi, Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat yaitu Laba Bank. Menurut Simorangkir (2000), dalam pelaksanaan pembangunan, bank pemerintah memegang peranan penting dalam pemberian kredit investasi. Kredit investasi merupakan fasilitas pinjaman yang diberikan dalam jangka pendek, menengah dan panjang untuk membiayai capital goods seperti pendirian pabrik, perluasan, perbaikan perusahaan dan pembelian mesin. Tujuan dari kredit investasi yaitu memberikan kelonggaran cash flow pada nasabah sehingga dapat lebih leluasa dalam mengelola usahanya atau mengembangkan tingkat penjualan, memberikan jangka waktu kredit yang cukup panjang serta memberikan kemungkinan diterapkan suatu grace period dan pencicilannya. Melihat tujuan tersebut, pada dasarnya kredit investasi memiliki kontribusi yang positif terhadap usaha masyarakat dan khususnya bank yang menyalurkan kredit tersebut. Sehingga, dapat dikatakan bahwa penyaluran kredit investasi yang semakin tinggi juga akan mempengaruhi perolehan laba yang tinggi pula. Perbedaan kelompok kepemilikan bank, memiliki pengaruh yang berbeda pula terhadap perolehan laba. Perbedaan pengaruh dapat dilihat dari koefisien regresi masing-masing bank. Koefisien regresi tersebut menunjukkan apakah kegiatan kredit dari masing-masing bank dapat berpengaruh secara positif atau secara negatif terhadap laba bank
Tabel 5 Kontribusi Perbedaan Kelompok Kepemilikan Bank terhadap Laba dalam Kegiatan Penyaluran Kredit Kelompok Bank Pengaruh Bank Persero
NEGATIF
Bank Pemerintah Daerah
NEGATIF
Bank Swasta Nasional
POSITIF
Bank Asing dan Bank Campuran
POSITIF
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa kelompok Bank Persero dan Bank Pemerintah Daerah memiliki pengaruh negatif terhadap perolehan laba bank, sementara Bank Swasta Nasional serta Bank Asing dan Bank Campuran memiliki pengaruh yang positif terhadap perolehan laba. Sesuai dengan regresi sebelumnya, koefisien regresi yang dimiliki Bank Persero sebesar -6,72 dimana angka ini jauh lebih besar daripada Bank Pemerintah Daerah yang hanya sebesar -1,12. Keadaan ini menunjukkan bahwa kredit yang disalurkan mempengaruhi perubahan laba pada Bank Persero sebesar -6,72%, sedangkan pada Bank Pemerintah Daerah sebesar -1,12%. Hal ini menunjukkan apabila tidak ada kredit yang disalurkan, akan menyebabkan bank menjadi rugi. Oleh sebab itu, kredit menjadi salah satu faktor utama penentu perolehan laba pada Bank Persero dan Bank Pemerintah Daerah. Berbeda dengan Bank Swasta Nasional serta Bank Asing dan Bank Campuran yang memiliki pengaruh positif terhadap perolehan laba. Keadaan ini menunjukkan bahwa kredit bukan merupakan faktor utama dalam penentu perolehan laba pada Bank Swasta Nasional maupun Bank Asing dan Bank Campuran. Sesuai regresi sebelumnya, koefisien regresi untuk Bank Swasta Nasional adalah sebesar 8,70% dan lebih kecil daripada Bank Asing dan Bank Campuran yang memiliki koefisien regresi sebesar 9,21%. Hal ini menunjukkan bahwa kredit berpengaruh terhadap laba bank sebesar 8,70% pada Bank Swasta Nasional sedangkan pada Bank Asing dan Bank Campuran adalah sebesar 9,21%. Perolehan laba yang positif menunjukkan bahwa kegiatan kredit bukan satu-satunya penentu laba pada Bank Swasta Nasional serta Bank Asing dan Bank Campuran, tetapi dapat pula disokong dari pendapatan non operasional bank maupun efisiensi biaya operasional. Gambar 4 Prosentase Perbandingan Pendapatan Operasional dan Pendapatan NonOperasional pada Masing-masing Bank berdasarkan Kelompok Kepemilikannya
Prosentase Pendapatan
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Bank Persero
Bank Pemerinta h Daerah
Bank Swasta Nasional
Bank Asing dan Campuran
Pendapatan Non Operasional
15.49%
22.17%
37.42%
10.89%
Pendapatan Operasional
84.51%
77.83%
62.58%
89.11%
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia Diolah (2014)
Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan Bank Swasta Nasional memiliki prosentase pendapatan operasional paling rendah yaitu hanya sebesar 62,58% dibanding prosentase pendapatan operasional bank lainnya. Tetapi, Bank Swasta Nasional juga memiliki prosentase pendapatan non-operasional paling tinggi yaitu sebesar 37,42% dibanding dengan prosentase pendapatan non-operasional bank lainnya. Keadaan ini menunjukkan bahwa Bank Swasta Nasional masih bisa memperoleh laba dari pendapatan non-operasional yang artinya meskipun tidak banyak kredit yang disalurkan, tetap ada laba yang masih bisa dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pengaruh koefisien regresi dari masing-masing kelompok kepemilikan bank yang menujukkan pengaruh positif. Namun, keadaan ini tidak sama dengan yang terjadi pada Bank Asing dan Bank Campuran. Prosentase pendapatan operasional Bank Asing dan Bank Campuran adalah paling tinggi yaitu sebesar 89,11% dibandingkan bank lainnya. Sedangkan, prosentase pendapatan nonoperasionalnya adalah paling kecil yaitu hanya sebesar 10,89% dibandingkan bank lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya pendapatan operasional masih memberi kontribusi paling besar terhadap perolehan laba pada Bank Asing dan Bank Campuran, sehingga pada saat tidak banyak kredit yang disalurkan, laba yang diperoleh menjadi negatif. Dilihat dari pengaruh dan koefisien regresi sebelumnya pada Bank Asing dan Bank Campuran, tidak sesuai dengan prosentase perbandingan pendapatan operasional dan nonoperasional pada masing-masing bank. Keadaan dimana Bank Asing dan Bank Campuran masih bisa memperoleh laba meskipun tidak ada kredit yang disalurkan dapat dilihat dari efisiensi biaya operasional.
-
Gambar 5 Perbandingan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional Bank berdasarkan Kelompok Kepemilikannya 100.00% 90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%
Perbandingan Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional
Bank Persero
Bank Pemerinta h Daerah
Bank Swasta Nasional
Bank Asing dan bank Campuran
91.65%
75.09%
86.54%
81.29%
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia Diolah (2014) Dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa biaya operasional Bank Pemerintah Daerah adalah paling rendah. Artinya, biaya operasional yang harus ditanggung oleh Bank Pemerintah Daerah hanya sebesar 75,09% dari keseluruhan pendapatan operasionalnya. Begitu juga dengan Bank Asing dan Bank Campuran yang berada diurutan kedua dengan biaya operasional terendah yaitu sebesar 81,29%. Hal ini dapat disesuaikan dengan pengaruh masing-masing bank berdasarkan kelompok kepemilikannya yang menunjukkan pengaruh positif. Bank Asing dan Bank Campuran memang memperoleh pendapatan terbesar dari pendapatan operasional, namun karena bank tersebut mampu melakukan efisiensi terhadap biaya operasional, maka masih bisa memperoleh laba meskipun tidak ada kredit yang disalurkan.
F. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.
2.
3.
Seluruh jenis kredit yang dijadikan variabel bebas yaitu kredit konsumsi, kredit modal kerja dan kredit investasi, memiliki kontribusi terhadap laba bank berdasarkan kelompok kepemilikannya. Kontribusi dari jenis kredit tersebut bersifat inelastis yaitu kurang peka terhadap perubahan laba. Meskipun demikian, kontribusi dari kredit tersebut tetap mempengaruhi perubahan laba bank sepanjang tahun 2002-2009, sehingga tren laba cenderung meningkat. Jumlah kredit modal kerja yang disalurkan paling tinggi disbanding kredit konsumsi dan kredit investasi. Namun, hasil menunjukkan bahwa penyaluran kredit investasi yang paling berkontribusi terhadap laba bank sepanjang tahun 2002-2009. Keadaan ini menunjukkan bahwa tingginya jumlah kredit yang disalurkan tidak menentukan bahwa kredit tersebut memiliki kontribusi yang besar pula terhadap perubahan laba bank. Perbedaan kelompok kepemilikan bank memiliki dampak yang berbeda pula pada perolehan laba bank. Sepanjang tahun 2002-2009, meskipun tidak banyak kredit yang disalurkan, Bank Swasta Nasional serta Bank Asing dan Bank Campuran masih tetap bisa memperoleh laba. Tingginya pendapatan non-operasional dan efisiensi terhadap biaya operasional yang melatarbelakangi perolehan laba tersebut.
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah tentang penyaluran kredit. Bank umum berdasarkan kelompok kepemilikan bank sebaiknya tidak hanya mendominasi penyaluran kredit modal kerja, sehingga jumlahnya lebih tinggi disbanding penyaluran kredit konsumsi dan kredit investasi. Tetapi, perlu diarahkan pada kredit investasi. Sebab, kredit investasi memiliki kontribusi paling besar terhadap perubahan laba.
DAFTAR PUSTAKA Ajija, Shocrul R, Dyah W. Sari, Rahmat H. Setianto, Martha R.Primanti. 2011. Cara Cerdas Menguasai Eviews. Jakarta: Salemba Empat Bank Indonesia. 2009. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 tentang tanggal 1 Juli 2009 Perubahan atas PBI No.5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum. Jakarta: Bank Indonesia. Bank Indonesia. 2012. Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum. Jakarta: Bank Indonesia. Darmawi, Herman. 2012. Manajemen Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Fahmi, Irham. 2008. Analisis Kredit dan Fraud. Bandung: PT. Alumni. Gilarso, T. 2003. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro Edisi Revisi. Yogyakarta: Kanisius. Hardanto, Sulad Sri. 2006. Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, Kisi-kisi Ujian Sertifikasi Manajemen Risiko Perbankan Tingkat I. Jakarta: Elex Media Komputindo Hasibuan, Malayu S.P. 1994. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT. Bumi Aksara Kasmir. 1997. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Kasmir. 2002. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Nachrowi, D. Nachrowi. 2006. Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan Cetakan Pertama. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI. Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Rismayanti, Diah. 2009. Analisis Portofolio Kredit (Konsumtif dan Produktif) dan Pengaruhnya terhadap Laba Bank (Studi Kasus PT Bank X Tbk)
Rusydi, Muhammad dan Fakhri Hafid. 2008. Pengaruh Penyaluran Kredit terhadap Profitabilitas pada PT. Bank XYZ Cabang Pangkep. Jurnal Ekonomi Balance Fekon Unismuh Makassar. Saputra, Fangki. 2012. Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Pinjaman terhadap Jumlah Kredit yang Diberikan dan Dampaknya pada Laba Operasional. Saunders, Anthony dan Marcia Million Cornett. 2001. Financial Institutions Management: a Modern Perspective Third Edition. McGraw-Hill Higher Education. Setiyobudi, Arvan Eko. 2010. Determinan Tingkat Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia. Universitas Brawijaya Malang. Siamat, Dahlan. 2001. Manajemen Lembaga Keuangan Edisi Ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Simorangkir, O.P. 2000. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan NonBank. Jakarta: Ghalia Indonesia Sinungan, M. Drs. 1993. Manajemen Dana Bank Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas. Supranto, J. 1984. Statistik: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga. Supranto, J. 2000. Statistik: Teori dan Aplikasi Edisi Keenam, Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Suyatno, Thomas Dkk. 1990. Dasar-dasar Perkreditan. Jakarta: PT. Gramedia. Widarjono, Agus. 2005. Ekonometrika Teori dan Aplikasinya, Edisi Pertama. Yogyakarta: Ekonisia. Bank
Indonesia. 2013. Statistik Perbankan Indonesia periode November www.bi.go.id/id/statistik diakses pada tanggal 31 Januari 2014 pukul 06:52
2013.