ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN KREDIT UMKM DI INDONESIA
OLEH GERRY DANISTYO H14052749
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN GERRY DANISTYO. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Dan Penawaran Kredit UMKM Di Indonesia. dibimbing oleh BUNASOR SANIM. Sektor UMKM mempunyai peran yang cukup signifikan dalam perekonomian, terlebih pada negara berkembang seperti Indonesia. Peran tersebut dapat ditinjau dari berbagai indikator makro UMKM. Yang pertama, terdapat dalam setiap sektor ekonomi dengan jumlah industri yang besar. Berdasarkan data tahun 2007 menunjukkan bahwa jumlah populasi UMKM mencapai 49,84 juta unit usaha atau 99,99 persen terhadap total unit usaha di Indonesia. Kedua, potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja. Sektor UMKM menyerap 91,75 juta tenaga kerja atau 97,3 persen dari seluruh tenaga kerja di Indonesia. Peran UMKM yang ketiga, yakni kontribusi kegiatan ekonomi UMKM terhadap Gross Domestic Product (GDP) Pada tahun 2007 total nilai GDP Indonesia mencapai Rp 3.957,4 triliun, dimana UMKM memberikan kontribusi sebesar Rp 2.121,3 triliun atau 53,6 persen dari total GDP Indonesia. Keempat, Ekspor hasil produksi UKM selama tahun 2007 mencapai Rp 142,8 triliun atau 20 persen terhadap total ekspor nonmigas nasional sebesar Rp 713,4 triliun. Ketersediaan permodalan adalah salah satu unsur yang sangat vital untuk mendorong pertumbuhan UMKM. Untuk memperbesar akses UMKM terhadap kredit perbankan, perlu adanya upaya-upaya dari sisi permintaan dan juga penawaran. Dari sisi permintaan, selain perbaikan kualitas SDM, permodalan, teknologi, manajemen dan pemasaran, keadaan makroekonomi juga turut berpengaruh terhadap permintaan kredit UMKM. Keadaan perekonomian Indonesia yang tumbuh secara stabil dapat meningkatkan kinerja UMKM sehingga akses mereka terhadap kredit perbankan juga semakin besar. Selain upaya dari sisi permintaan di atas, upaya dari faktor penawaran juga tidak kalah penting. Perbaikan kondisi internal perbankan seperti peningkatan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) dan rendahnya kredit macet dapat meningkatkan penawaran kredit perbankan, termasuk kredit UMKM. Kebijakan pemerintah yang pro UMKM juga dapat meningkatkan akses permodalan UMKM. Selain itu, kebijakan Bank Indonesia melalui instrumen suku bunga SBI yang rendah diharapkan diikuti juga oleh kredit perbankan, karena seperti diketahui tingginya suku bunga menghambat penyaluran kredit, termasuk kredit UMKM. Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran kredit UMKM di Indonesia. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder time series secara bulanan mulai dari Januari 2005 hingga Desember 2008. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode Two Stage Least Square (2SLS) sedangkan pengolahan data menggunakan software e-views 4. Hasil penelitian ini menyimpulkan Permintaan kredit UMKM dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh GDP dan dipengaruhi secara negatif dan signifikan oleh suku
bunga kredit perbankan dan inflasi. Pengaruh ketiga variabel tersebut sesuai dengan teori yang ada. Namun, variabel nilai tukar yang mempengaruhi permintaan kredit UMKM secara positif dan signifikan tidak sesuai dengan hipotesis karena fluktuasi nilai tukar tidak terlalu berpengaruh pada kinerja UMKM. Kesimpulan yang lain adalah penawaran kredit UMKM dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh DPK dan LDR. Penawaran kredit UMKM juga dipengaruhi secara negatif dan signifikan oleh CAR dan NPL. Variabel CAR tak sesuai dengan teori karena CAR mempersempit ruang bank dalam menawarkan kreditnya. Sedangkan suku bunga kredit perbankan pengaruhnya tidak terlalu nyata terhadap penawaran kredit UMKM. Saran dalam penelitian ini adalah 1) Kondisi makroekonomi Indonesia, seperti GDP dan inflasi terbukti ikut mempengaruhi permintaan kredit UMKM. Untuk itu pemerintah berkewajiban menjaga pertumbuhan GDP dan Bank Indonesia selaku otoritas moneter bertugas menjaga inflasi yang rendah dan stabil untuk meningkatkan permintaan kredit UMKM. 2) Mengingat kondisi internal bank seperti DPK, CAR, LDR, dan NPL mempengaruhi penawaran kredit UMKM, maka peningkatan kinerja perbankan akan meningkatkan penawaran kredit UMKM sehingga fungsi intermediasi perbankan akan berjalan lebih baik. 3) Untuk studi lebih lanjut, dapat menggunakan data panel yang meliputi seluruh bank umum di Indonesia agar dapat menganalisis lebih rinci pengaruh satu persatu bank umum terhadap penyaluran kredit UMKM.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN KREDIT UMKM DI INDONESIA
OLEH GERRY DANISTYO H14052749
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN KREDIT UMKM DI INDONESIA” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR
AKADEMIK
TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK
LAIN
KECUALI
SEBAGAI
BAHAN
RUJUKAN
YANG
DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, Agustus 2009
Gerry Danistyo H14052749
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada 25 Mei 1987 dari orang tua yang bernama Pujiastomo dan Nina Nurjanah. Penulis menamatkan pendidikan dasar di SDN Semplak 2 tahun 1999, terus dilanjutkan ke SMP Negeri 1 Bogor. Dan akhirnya tamat SMA di SMA Negeri 1 Bogor tahun 2005. Setelah itu, penulis langsung melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor dan diterima di Departemen Ilmu Ekonomi pada pemilihan mayor-minor di akhir tahun pertama. Selama di Departemen Ilmu Ekonomi, penulis aktif sebagai pengurus Hipotesa dan ikut dalam berbagai kepanitiaan yang diselenggarakan oleh Hipotesa dan BEM FEM.
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Kredit UMKM di Indonesia” telah selesai dibuat. Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan, perhatian dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada : 1. Prof. Dr. Bunasor Sanim, M.Sc yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi dengan baik. 2. Jaenal Effendi, MA selaku dosen penguji utama dan Widyastutik, M.Si selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan banyak masukan dalam penelitian ini. 3. Pujiastomo dan Nina Nurjanah selaku orang tua penulis, kakak-kakak dan keluarga besar yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis. 4. Om Suparman dan Tante Susilo yang telah membiayai penulis kuliah dari awal hingga selesai kuliah. 5. Fitri atikah, yang telah memberikan doa, dukungan, dan kebersamaan dengan penulis selama ini. 6. Teman-teman penulis di SMA 1 Bogor, TPB, dan IE 42 yang memberikan kenangan tak terlupakan. Special thanks untuk vivi, eja, riza, adori, moron, adit, bayu, cumi, dani, joger, lukman, tara, vagha, max, acun, damar, rajiv. Hardolin fam: arisa, dewinta, inna, tyas. Teman minor, distro 2007, serta pihak lain yang tak bisa saya sebutkan satu per satu. Semoga hasil dari skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2009
Gerry Danistyo H14052749
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................iii DAFTAR TABEL ................................................................................................iv DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................v I.
PENDAHULUAN …...……………...…...…...…….........…………….....1
g
1.1 Latar Belakang …......……………...……………………….................1
f
1.2 Perumusan Masalah ……………………………..........……………….4
;
1.3 Tujuan Penelitian …......…………………….....…….……………..….6
g
1.4 Manfaat Penelitian ……………......….….................……………….....7
a
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .....................................................................7
II.
TINJAUAN PUSTAKA .....…………...……………………………..…..8
s
2.1 Kredit ................................………………………………………….....8 2.1.1 Pengertian Kredit ....................................................................8 2.1.2 Prinsip-prinsip Kredit .............................................................8
h
2.1.3 Jenis-jenis Kredit ....................................................................9
d
2.2 Bank ....................................................................................................10
d
2.3 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah .....................................................11
d
2.4 Permintaan dan Penawaran Kredit perbankan ....................................13
;
2.5 Penelitian Terdahulu ...........................................................................14
III.
KERANGKA PEMIKIRAN....................................................................17
f
3.1 Kerangka Pemikiran ............................................................................17
a
3.2 Hipotesis Penelitian .............................................................................21
IV.
METODE PENELITIAN ........................………….……......…………23
b
4.1 Jenis dan Sumber Data ................................…………………………23
g
4.2 Model Analisis ......................................................................………..23
f
4.3 Evaluasi Model ............................................................………………27
V.
GAMBARAN UMUM ….…….……………….…………………..……31
q
5.1 Perkembangan Volume Kredit UMKM ………...........……....……...31
q
5.2 Perkembangan Variabel Perbankan ....................................................32
ii
1
5.2.1 Suku Bunga Kredit Perbankan .............................................32
.
5.2.2 Dana Pihak Ketiga ................................................................33
k
5.2.3 Capital Adequacy Ratio ........................................................34
k
5.2.4 Loan to Deposit Ratio ...........................................................35
l
5.2.5 Non Performing Loans .........................................................36
f
5.3 Perkembangan Variabel Makroekonomi .............................................37 5.3.1 Gross Domestic Product .......................................................37
l
5.3.2 Inflasi ....................................................................................38 5.3.3 Nilai Tukar ...........................................................................39
VI.
HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................41
q
6.1 Pendugaan Model Permintaan .............................................................41
d
6.2 Pendugaan Model Penawaran .............................................................43
s
6.3 Hasil Uji Pelanggaran Asumsi Klasik .................................................47
l
6.3.1 Hasil Uji Autokorelasi ..........................................................47
l
6.3.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................48
g
6.3.3 Hasil Uji Normalitas .............................................................48
VII.
KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................49
f
7.1 Kesimpulan ..........................................................................................49
c
7.2 Saran ....................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................51 LAMPIRAN .........................................................................................................54
g
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.1 Grafik total DPK dan kredit perbankan.............................................................1 1.2 Grafik rasio kredit produktif-konsumtif sektor UMKM....................................4 3.1 Kurva Keseimbangan Pasar Kredit UMKM....................................................17 3.2 Kerangka Pemikiran.........................................................................................21 5.1 Perkembangan Kredit UMKM.........................................................................31 5.2 Perkembangan Suku Bunga Kredit Perbankan................................................32 5.3 Perkembangan DPK Perbankan.......................................................................33 5.4 Perkembangan CAR Perbankan.......................................................................34 5.5 Perkembangan LDR Perbankan.......................................................................35 5.6 Perkembangan NPL Perbankan.......................................................................36 5.7 Perkembangan GDP Riil Indonesia.................................................................37 5.8 Perkembangan Inflasi Indonesia......................................................................38 5.9 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US$ Dolar................................39 j l
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.1 Jumlah Unit Usaha Dan Penyerapan Tenaga Kerja UKM dan UB...................2 1.2 Share kredit perbankan untuk sektor UMKM....................................................4 2.1 Penelitian Terdahulu........................................................................................15 4.1 Jenis dan Sumber data......................................................................................23 6.1 Estimasi Permintaan Kredit UMKM................................................................40 6.2 Estimasi Penawaran Kredit UMKM................................................................43 6.3 Hasil Uji Autokorelasi.....................................................................................46 6.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas...........................................................................47 6.5 Hasil Uji Normalitas........................................................................................47 .
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Data Penelitian di Indonesia Tahun 2005-2008.................................................53 2. Hasil Estimasi Permintaan Kredit UMKM........................................................55 3. Hasil Uji Autokorelasi Persamaan Permintaan..................................................55 4. Hasil Uji Heteroskedastisitas Persamaan Permintaan........................................55 5. Hasil Uji Normalitas Persamaan Permintaan.....................................................56 6. Hasil Estimasi Penawaran Kredit UMKM.........................................................56 7. Hasil Uji Autokorelasi Persamaan Penawaran...................................................56 8. Hasil Uji Heteroskedastisitas Persamaan Penawaran........................................57 9. Hasil Uji Normalitas Persamaan Penawaran.....................................................57 u
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Fungsi bank yang seperti ini biasa disebut sebagai fungsi intermediasi. Apabila proses intermediasi tersebut berjalan dengan baik, maka semua pihak baik bank, pihak yang kelebihan dana, pihak yang kekurangan dana, dan pada gilirannya perekonomian secara keseluruhan akan memperoleh manfaat dari keberadaan suatu bank (Suseno dan Abdullah, 2004). Kinerja perbankan sebagai lembaga intermediasi dapat dilihat dari rasio total volume kredit dengan Dana Pihak Ketiga (DPK), yakni total dana masyarakat yang dihimpun oleh bank yang disalurkan oleh bank kepada masyarakat, atau biasa disebut Loan to Deposit Ratio (LDR), yang disajikan dalam gambar 1.1.
2,000
Rp triliun
1,600 1,200 800 400
dpk kredit
0
Sumber : Bank Indonesia, 2005-2008 Gambar 1.1 Total DPK dan Kredit Perbankan
2
Berdasarkan Gambar 1.1 diketahui bahwa baik DPK dan kredit perbankan terus
mengalami pertumbuhan. Hal ini menunjukkan fungsi intermediasi
perbankan di Indonesia mengalami kemajuan. Menurut data dari Bank Indonesia (2008), dari total kredit perbankan sebesar Rp 1.307.688 miliar pada Desember 2008, sebanyak Rp 633.945 miliar (48,48 persen) diperuntukkan bagi sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), sehingga sektor ini mempunyai peran dan potensi yang strategis dalam penyaluran kredit. Sektor UMKM mempunyai peran yang cukup signifikan dalam perekonomian, terlebih pada negara berkembang seperti Indonesia. Peran tersebut dapat ditinjau dari berbagai indikator makro UMKM. Pertama, terdapat dalam setiap sektor ekonomi dengan jumlah industri yang besar. Berdasarkan data tahun 2007 menunjukkan bahwa jumlah populasi UMKM mencapai 49,84 juta unit usaha atau 99,99 persen terhadap total unit usaha di Indonesia. Kedua, potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja. Sektor UMKM menyerap 91,75 juta tenaga kerja atau 97,3 persen dari seluruh tenaga kerja di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 1.1. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha dan Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB)
Unit Usaha (unit) Tenaga Kerja (orang)
2006* UKM UB 48.779.151 4.398 89.547.762 2.445.595
2007** UKM UB 49.840.489 4.527 91.752.318 2.520.707
*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008 Peran UMKM yang ketiga, yakni kontribusi kegiatan ekonomi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Pada tahun 2007 total nilai PDB
3
Indonesia mencapai Rp 3.957,4 triliun, dimana UMKM memberikan kontribusi sebesar Rp 2.121,3 triliun atau 53,6 persen dari total PDB Indonesia. Keempat, Ekspor hasil produksi UKM selama tahun 2007 mencapai Rp 142,8 triliun atau 20 persen terhadap total ekspor nonmigas nasional sebesar Rp 713,4 triliun. (Badan Pusat Statisik, 2008) Salah satu cara untuk meningkatkan dan mengembangkan peranan UMKM dalam perekonomian nasional adalah dengan pemberian kredit kepada sektor UMKM. Peran perbankan sebagai lembaga penyalur kredit sangatlah penting. Dari tahun ke tahun, jumlah volume kredit UMKM terus mengalami peningkatan. Namun demikian, rasio kredit UMKM yang bersifat produktif (investasi dan modal kerja) terhadap kredit konsumsi terus mengalami penurunan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kenaikan volume kredit UMKM lebih disebabkan kepada kenaikan penyaluran kredit konsumsi. Kondisi seperti ini menandakan bahwa sebenarnya pertumbuhan UMKM pada sektor riil tidak sebesar pertumbuhan pada penyaluran kredit UMKM. Walaupun ada beberapa argumen bahwa kredit konsumsi pada akhirnya akan memajukan produktivitas. Penyaluran kredit perbankan, termasuk kredit UMKM dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dalam sisi permintaan maupun penawaran. Faktor-faktor seperti kualitas nasabah, suku bunga kredit, dan risiko berusaha dapat mempengaruhi penyaluran kredit dari sisi permintaan.
4
350
Rp triliun
300 250 200 150
investasi+modal kerja konsumsi
100
Sumber : Bank Indonesia, 2005-2008 Gambar 1.2. Rasio Kredit Produktif-Konsumtif Sektor UMKM Sedangkan dari sisi penawaran, besarnya jumlah kredit dapat dipengaruhi oleh faktor internal perbankan (seperti kecukupan modal, kredit bermasalah, dan kualitas aset) dan juga faktor eksternal seperti tingginya resiko kredit.
1.2 Perumusan Masalah Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peranan yang penting bagi perekonomian Indonesia. Ketersediaan permodalan adalah salah satu unsur yang sangat vital untuk mendorong pertumbuhan UMKM. Namun, akses sektor ini terhadap kredit perbankan masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari share kredit perbankan untuk UMKM hanya berkisar di angka 50 persen. Seperti disajikan oleh Tabel 1.2. Dari tabel 1.2 diketahui bahwa share terbesar pada tahun 2006 yaitu 52,26 persen. Pada tahun-tahun selanjutnya bahkan share kredit untuk UMKM terus
5
mengalami penurunan. Pada tahun 2007 dan 2008 share kredit untuk UMKM berturut-turut hanya sebesar 51,47 persen dan 49,61 persen. Tabel 1.2 Share kredit perbankan untuk sektor UMKM (Rp miliar) Tahun Total Kredit Kredit UMKM Share (%) 2005 7.600.305 3.791.495 2006 8.663.779 4.527.414 2007 10.438.095 5.372.293 2008 13.881.954 6.886.332 Sumber: Bank Indonesia, 2005-2008
49.89 52.26 51.47 49.61
Sebenarnya, potensi kredit untuk sektor UMKM masih besar mengingat unit usaha UMKM yang mencapai 99 persen dari total usaha di Indonesia. Namun, akses UMKM yang terbatas terhadap kredit perbankan menghambat potensi tersebut sehingga tidak semua UMKM mendapatkan fasilitas kredit. Keterbatasan akses tersebut terjadi karena beberapa hal, seperti kurangnya informasi mengenai UMKM yang potensial, tingginya suku bunga, biaya transaksi yang tinggi per nasabah, dan adanya anggapan akan lemahnya UMKM itu sendiri dalam hal SDM, permodalan, teknologi, manajemen, pemasaran sehingga UMKM tersebut tidak bankable atau kurang layak untuk diberikan kredit. Untuk memperbesar akses UMKM terhadap kredit perbankan, perlu adanya upaya-upaya dari sisi permintaan dan juga penawaran. Dari sisi permintaan, selain perbaikan kualitas SDM, permodalan, teknologi, manajemen dan pemasaran, keadaan makroekonomi juga turut berpengaruh terhadap permintaan kredit UMKM. Keadaan perekonomian Indonesia yang tumbuh secara
6
stabil dapat meningkatkan kinerja UMKM sehingga akses mereka terhadap kredit perbankan juga semakin besar. Selain upaya dari sisi permintaan di atas, upaya dari faktor penawaran juga tidak kalah penting. Perbaikan kondisi internal perbankan seperti peningkatan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) dan rendahnya kredit macet dapat meningkatkan penawaran kredit perbankan, termasuk kredit UMKM. Kebijakan pemerintah yang pro UMKM, seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) juga dapat meningkatkan akses permodalan UMKM. Selain itu, kebijakan Bank Indonesia melalui instrumen suku bunga SBI yang rendah diharapkan diikuti juga oleh kredit perbankan, karena seperti diketahui tingginya suku bunga menghambat penyaluran kredit, termasuk kredit UMKM Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa perumusan masalah dari penelitian ini, yaitu : 1. Faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan kredit UMKM di Indonesia? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi penawaran kredit UMKM di Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian perumusan masalah diatas, maka terdapat tujuan dari penelitian ini antara lain : 1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit UMKM di Indonesia. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran kredit UMKM di Indonesia.
7
1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai informasi bagi pemerintah, khususnya kementerian negara koperasi dan usaha kecil menengah dalam rangka pemberdayaan UMKM di Indonesia 2. Memberikan masukan, baik kepada sektor perbankan maupun sektor UMKM untuk memajukan sektor UMKM di Indonesia. 3. Sebagai bahan informasi, perbandingan, dan masukan bagi masyarakat tentang kredit UMKM, khususnya kalangan akademisi dalam penelitian-penelitian selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran kredit UMKM pada bank-bank umum di Indonesia antara bulan Januari 2005 hingga Desember 2008. Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan Two Stage Least Square (2SLS). Variabel yang dianggap berpengaruh pada sisi permintaan meliputi suku bunga kredit perbankan, Gross Domestic Product (GDP), inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap US dolar. Sedangkan variabel yang dianggap berpengaruh pada sisi penawaran meliputi suku bunga kredit perbankan, dana pihak ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Non Performing Loans (NPL).
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian Kredit Menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992, yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, imbalan, atau hasil pembagian hasil keuntungan. 2.1.2 Prinsip-prinsip Kredit Prinsip-prinsip kredit yang dikenal dengan 5C dijelaskan sebagai berikut (Kasmir, 2004) : 1. Character, yaitu sifat atau watak calon debitur, hal ini bertujuan memberikan keyakinan kepada pihak perbankan bahwa sifat dari orang-orang yang akan diberikan kredit dapat dipercaya. 2. Capacity, yaitu kemampuan calon debitur dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuan calon debitur tersebut dalam mengelola bisnis serta kemampuannya mengelola keuntungan. 3. Capital, yaitu sumber-sumber pembiayaan yang dimilki calon debitur dalam usaha yang dilakukannya. 4. Collateral, yaitu jaminan yang diberikan calon debitur yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan yang diberikan dianjurkan melebihi jumlah kredit yang diberikan.
9
5. Condition, yaitu penilaian kredit yang mempertimbangkan kondisi sekarang dan masa yang akan datang. 2.1.3 Jenis-jenis Kredit Jenis-jenis kredit dibedakan sebagai berikut : 1. Berdasarkan tujuan penggunaan Menurut Dendawijaya (2005), kredit dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan tujuan penggunaannya. Pertama adalah kredit investasi, yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah kredit (debitur) untuk membiayai kepentingan barang modal (investasi). Kedua, adalah kredit modal kerja, yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah kredit (debitur) untuk membiayai kebutuhan modal kerja perusahaan debitur. Dan yang terakhir, adalah kredit konsumsi, yaitu fasilitas kredit yang diberikan kepada debitur untuk keperluan pembelian barangbarang konsumsi yang diperlukan debitur. 2. Berdasarkan jangka waktu Djinarto (2000) membedakan kredit berdasarkan jangka waktu menjadi tiga macam. Pertama adalah kredit jangka pendek, yaitu kredit dengan rentang waktu maksimal satu tahun. Kedua adalah kredit jangka menengah, yaitu kredit dengan rentang waktu antara 1-3 tahun. Sedangkan yang ketiga adalah kredit jangka panjang, yaitu kredit dengan rentang waktu minimal tiga tahun. 3. Berdasarkan segmentasi Berdasarkan keterangan Bank Indonesia (2008), segmentasi kredit UMKM dibedakan menjadi tiga macam. Pertama adalah kredit mikro, yaitu kredit dengan pemberian maksimal Rp 50 juta. Kedua adalah kredit kecil, yaitu kredit dengan
10
pemberian antara Rp 50 hingga Rp 500 juta. Terakhir, adalah kredit menengah, yaitu kredit dengan pemberian antara Rp 500 juta hingga Rp 5 miliar. 2.2 Bank Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana tersebut kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan demikian, bank merupakan bagian dari lembaga keuangan yang memiliki fungsi intermediasi yang menjembatani kepentingan pihak yang kelebihan dana (penyimpan dana atau kreditor) dan pihak yang membutuhkan dana (peminjam dana atau debitor). Pihak-pihak yang kelebihan dana, baik perseorangan, badan usaha, yayasan, maupun lembaga pemerintah dapat menyimpan kelebihan dananya di bank dalam bentuk rekening giro, tabungan, ataupun deposito berjangka sesuai dengan kebutuhan dan preferensinya (Suseno dan Abdullah, 2004). Sementara itu pihak-pihak yang kekurangan dan membutuhkan dana akan mengajukan pinjaman atau kredit kepada bank. Apabila dilihat dari fungsinya menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, Bank terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. 1. Bank umum adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada.
11
Begitu juga dengan wilayah operasinya yang dapat dilakukan di seluruh wilayah Indonesia, bahkan luar negeri (cabang). 2. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran
2.3 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Definisi mengenai usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masih belum seragam antar satu institusi dengan institusi yang lain. Berikut ini dijelaskan definisi UMKM dari masing-masing institusi. 1. Badan Pusat Statistik Badan Pusat Statistik mendefinisikan UMKM berdasarkan ukuran ketenagakerjaan. Usaha mikro adalah usaha yang mempekerjakan lima orang termasuk
pekerja
keluarga
yang
tidak
dibayar.
Usaha
kecil
apabila
mempekerjakan 5 sampai 10 orang, dan usaha menengah apabila mempekerjakan 20 sampai 99 orang. 2. Bank Indonesia Bank Indonesia mendefinisikan UMKM dengan dua kriteria. Kriteria yang pertama berdasarkan aset, omset, dan badan hukum. Yang disebut usaha mikro adalah usaha yang dilakukan orang miskin atau hampir miskin, milik keluarga, sumber daya lokal dan teknologi sederhana. Lapangan usaha mudah dimasuki dan keluar. Sedangkan usaha kecil adalah usaha yang memiliki aset hingga Rp 200 juta di luar tanah dan bangunan dengan omset Rp 1 miliar. Lalu disebut usaha menengah apabila beromset Rp 3 miliar, yang terbagi dalam dua jenis, yaitu
12
industri bukan manufaktur dengan aset hingga Rp 600 juta diluar tanah dan bangunan serta industri manufaktur dengan aset hingga Rp 5 miliar. Kriteria yang kedua berdasarkan kredit yang diterima oleh pengusaha. Usaha mikro adalah usaha yang dapat menerima kredit hingga Rp 50 juta. Sedangkan usaha kecil adalah usaha yang dapat menerima kredit mulai dari Rp 50 juta hingga Rp 500 juta. Lalu usaha menengah adalah usaha yang dapat menerima kredit dari Rp 500 juta hingga Rp 5 miliar. 3. Bank Dunia Menurut Bank Dunia, usaha mikro adalah kegiatan usaha yang menggunakan pekerja hingga 20 orang. Sedangkan usaha kecil dan menengah (UKM) adalah perusahaan yang menggunakan tenaga kerja di atas 20 orang dengan aset di luar tanah dan bangunan hingga US$ 500 ribu. 4. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM Definisi UMKM yang terdapat di dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 merupakan definisi UMKM yang terbaru di Indonesia, menggantikan definisi UMKM yang lama, yaitu Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995. Definisi usaha mikro, kecil dan menengah dijelaskan satu persatu berikut ini. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kriteria sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300 juta.
13
Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50 juta sampai dengan paling banyak Rp 500 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 juta sampai dengan paling banyak Rp 2,5 miliar. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500 juta sampai dengan paling banyak Rp 10 miliar tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2,5 miliar sampai dengan paling banyak Rp 50 miliar. 2.4 Permintaan dan Penawaran Kredit Perbankan Keseimbangan kredit perbankan ditentukan oleh permintaan dan penawaran kredit. Permintaan kredit akan ditentukan oleh suku bunga kredit dan faktor-faktor lain seperti aktivitas perekonomian, kondisi internal debitur
14
(perusahaan), dan faktor non-ekonomi lainnya. (Armanto dalam Nuryakin dan Warjiyo, 2006). Secara teori, suku bunga kredit berpengaruh negatif terhadap permintaan kredit, ceteris paribus. Artinya kenaikan suku bunga akan menurunkan jumlah kredit yang diminta sedangkan penurunan suku bunga akan menaikkan jumlah kredit yang diminta. Sedangkan kondisi perekonomian yang baik dan kondisi internal debitur yang sehat akan menaikkan permintaan kredit. (Nuryakin dan Warjiyo, 2006) Selain itu, permintaan kredit perbankan juga dipengaruhi oleh inflasi dan nilai tukar. Secara teori, tingginya inflasi dan terdepresiasinya nilai tukar mata uang domestik menyebabkan penurunan permintaan kredit perbankan. Sedangkan dari sisi penawaran, Nuryakin dan Warjiyo (2006) juga berpendapat bahwa besarnya jumlah kredit ditentukan oleh suku bunga kredit dan faktor-faktor lain seperti karakteristik internal kreditur (bank), yang meliputi kapasitas kredit (Dana Pihak Ketiga), efisiensi operasional (BOPO), kualitas aset perbankan, permodalan, dan Non Performing Loans (NPL). Secara teori, suku bunga kredit berhubungan positif dengan jumlah kredit yang ditawarkan, ceteris paribus. Sementara itu, rendahnya efisiensi dan kualitas aset perbankan, tingginya NPL, rendahnya modal dan kapasitas kredit akan menurunkan penawaran kredit. 2.5 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 berisi beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang kredit perbankan di Indonesia, berikut dengan metode penelitian dan kesimpulan dari masingmasing penelitian.
15
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti Agung, et al (2001)
Habibi (2004)
Judul/Topik Penelitian Credit Crunch di Indonesia Setelah Krisis Fakta, Penyebab dan Implikasi Kebijakan
Metode Penelitian Maximum Likehood dan regresi panel data
Kesimpulan
Analisis Permintaan dan Penawaran Kredit Perbankan (1994-2003)
VAR
Penawaran kredit perbankan dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh suku bunga dan rasio modal/aset. Sedangkan permintaan kredit dipengaruhi secara signifikan oleh output dan suku bunga kredit. Output mempengaruhi permintaan kredit secara positif, sedangkan suku bunga kredit mempengaruhi permintaan kredit secara negatif.
OLS
Pada tingkat signifikansi 10 persen,variabel DPK, CAR, dan ROA secara parsial menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi dan kredit modal kerja bank umum kepada sektor UMKM. Sebaliknya, NPL menunjukkan hubungan yang negatif dan signifikan terhadap penawaran
Meydianawathi Analisis (2007) Perilaku Penawaran Kredit Perbankan Kepada Sektor UMKM di Indonesia (2002-2006)
Penawaran kredit perbankan dipengaruhi secara signifikan oleh kapasitas kredit, suku bunga kredit, rasio modal/aset, dan NPL. Dimana kapasitas kredit, suku bunga kredit dan rasio modal/aset mempunyai pengaruh yang positif, sedangkan NPL berpegaruh negatif. Sedangkan permintaan kredit perbankan dipengaruhi secara signifikan oleh output dan suku bunga kredit, dimana output berpengaruh positif dan suku bunga berpengaruh negatif.
16
kedua jenis kredit tersebut. Andriani (2008)
Analisis Faktorfaktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia
ECM
Dalam jangka panjang penyaluran kredit mikro, kecil, dan menengah dipengaruhi secara signifikan oleh GDP, kapasitas kredit, suku bunga kredit dan NPL, dimana GDP berpengaruh positif sedangkan kapasitas kredit, suku bunga kredit, dan NPL berpengaruh negatif.
Pranita (2008)
Analisis Permintaan dan Penawaran Kredit Investasi
2SLS
Penawaran kredit investasi dipengaruhi secar positif oleh suku bunga kredit, ROA, dan LDR. Sedangkan permintaan kredit investasi dipengaruhi secara negatif oleh suku bunga kredit dan inflasi, dan juga dipengaruhi secara positif oleh GDP dan kredit investasi periode sebelumnya.
Wulandari (2008)
Fenomena Maximum Disintermediasi Likehood Perbankan dan OLS Pasca Krisis dan Pengaruhnya terhadap Sektor Riil dan Pertumbuhan Ekonomi
Penawaran kredit perbankan dipengaruhi secara positif signifikan oleh kapasitas kredit, suku bunga kredit, dan rasio modal/aset serta dipengaruhi secara negatif signifikan oleh SBI dan NPL. Sedangkan permintaan kredit perbankan dipengaruhi secara positif signifikan oleh GDP dan IHSG serta dipengaruhi secara negatif signifikan oleh suku bunga kredit, inflasi, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar.
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ini menggunakan pendekatan teori mikroekonomi klasik dimana terdapat asumsi bahwa terjadi keseimbangan pada permintaan dan penawaran kredit UMKM pada struktur pasar kredit. r S
r1
A
D
L1 Keterangan :
L
r = tingkat suku bunga (persen) L = jumlah kredit (rupiah)
Gambar 3.1 Kurva Keseimbangan Pasar Kredit UMKM Gambar 3.1 menunjukkan keseimbangan pasar kredit pada titik A yang berarti pasar kredit dalam keadaan pasar yang sempurna. Walaupun keadaan sebenarnya keseimbangan ini sangat sulit terjadi karena adanya moral hazard dan adverse selection. Pendekatan asumsi klasik diterapkan karena lebih sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini menggunakan beberapa variabel sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit UMKM baik dari sisi permintaan dan
18
penawaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit UMKM dari kedua sisi tersebut akan dijelaskan pada uraian berikut. 1. Suku Bunga Kredit Perbankan Suku bunga kredit perbankan yang digunakan dalam penelitian ini adalah suku bunga riil yang didapat dari rata-rata suku bunga kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi dikurangi dengan inflasi tahunan. Suku bunga kredit perbankan mempunyai pengaruh terhadap penyaluran kredit baik dari sisi permintaan maupun penawaran. Pada sisi permintaan suku bunga kredit perbankan diharapkan mempunyai pengaruh yang negatif, sedangkan pada sisi penawaran diharapkan mempunyai pengaruh yang positif. 2. Gross Domestic Product (GDP) GDP adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu dan sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian (Mankiw 2004). GDP meliputi komponen-komponen seperti konsumsi rumah tangga, investasi swasta, pengeluaran pemerintah, dan ekspor bersih, disimbolkan dengan rumus sebagai berikut: Y=C+I+G+(X–M) Dimana: Y= Gross Domestic Product C= Konsumsi rumah tangga I = Investasi swasta G= Pengeluaran Pemerintah X= Ekspor M= Impor
............................(3.1)
19
Pada penelitian ini, data GDP yang digunakan adalah data hasil interpolasi dari kuartalan menjadi bulanan dengan metode cubic spline. Peningkatan pada GDP berarti adanya peningkatan pada konsumsi dan investasi secara agregat, sehingga berpengaruh positif pada permintaan kredit, termasuk kredit pada sektor UMKM. 3. Inflasi Inflasi termasuk variabel yang mempengaruhi posisi kredit UMKM dari sisi permintaan. Inflasi yang tinggi akan membuat permintaan kredit UMKM menurun. Selain karena inflasi yang tinggi berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat sehingga permintaan kredit konsumsi akan menurun pula. Mengingat kredit sektor UMKM belakangan ini didominasi oleh kredit konsumsi, tentunya hal ini akan berpengaruh terhadap permintaan kredit UMKM. 4. Nilai tukar rupiah terhadap US dolar Terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing seperti US Dolar akan mengakibatkan turunnya permintaan kredit UMKM. Hal ini terjadi karena terdepresiasinya nilai tukar rupiah menyebabkan harga barang, baik barang konsumtif atau barang modal dalam negeri menjadi naik sehingga menurunkan permintaan akan barang tersebut. Hal tersebut menyebabkan turunnya permintaan kredit, termasuk pada sektor UMKM. 5. Dana Pihak Ketiga (DPK) Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah seluruh dana dari masyarakat luas yang dihimpun oleh bank. Dalam UU Perbankan No. 10, Tahun 1998 dana yang dihimpun bank umum dari masyarakat tersebut biasanya berbentuk simpanan giro
20
(demand deposit), simpanan tabungan (saving deposit), dan simpanan deposito (time deposit). DPK diharapkan berpengaruh positif terhadap penawaran kredit UMKM. 6. Capital Adequacy Ratio (CAR) Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang menunjukkan tingkat kecukupan
modal
suatu
bank.
Rumus
perhitungan
CAR
(sesuai
SE
No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004) adalah : Modal CAR =
× 100% ........... (3.2) Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
Ketentuan minimum CAR pada perbankan di Indonesia adalah sebesar 8 persen. Hal ini sesuai dengan ketetapan Basel Committe on Banking Supervision (Suseno dan Abdullah, 2004). Semakin tinggi CAR sebuah bank, maka semakin lancar pula kegiatan operasional bank yang pada akhirnya diharapkan berpengaruh positif terhadap penawaran kredit UMKM. 7. Loan to Deposit Ratio (LDR) Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio kredit terhadap dana pihak ketiga bank pada saat tertentu. Dalam prakteknya, rasio ini digunakan pula untuk menggambarkan risiko likuiditas bank dalam hal antisipasi penarikan dana secara mendadak dan besar-besaran oleh deposan (rush). Rumus perhitungan LDR (sesuai SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004) adalah : Kredit LDR =
× 100% ............(3.3) Dana Pihak Ketiga
21
LDR diharapkan mempunyai pengaruh yang positif terhadap penawaran kredit UMKM. 8. Non Performing Loans (NPL) NPL merupakan persentase jumlah kredit bermasalah (dengan kriteria kurang lancar, diragukan, dan macet) terhadap total kredit yang dikeluarkan bank. Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data NPL gross, yakni tanpa memperhitungkan penyisihan yang dibentuk untuk mengantisipasi risiko kerugian. Data NPL masih berdasarkan kepada rasio NPL perbankan secara keseluruhan, karena keterbatasan data NPL untuk sektor UMKM. NPL mempunyai hubungan negatif dengan penawaran kredit UMKM. Variabel Makroekonomi -Gross Domestic Product
Suku Bunga
-Inflasi -Nilai Tukar
Kondisi Internal Perbankan
Kredit Rp
/US$
Perbankan
-Dana Pihak Ketiga -Capital Adequacy Ratio -Loan to Deposit Ratio -Non Performing Loans
Permintaan Kredit UMKM
Penawaran Kredit UMKM
PermintaanGa = Penawaran Gambar 3.2 Kerangka Pemikiran 3.1 Hipotesis Penelitian 1. Permintaan kredit UMKM di Indonesia dipengaruhi oleh GDP secara positif dan juga dipengaruhi secara negatif oleh suku bunga kredit perbankan, inflasi, dan nilai tukar.
22
2. Penawaran kredit UMKM di Indonesia dipengaruhi secara negatif oleh Non Performing Loans (NPL) dan dipengaruhi secara positif oleh suku bunga kredit perbankan, Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Loan to Deposit Ratio (LDR).
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder time series secara bulanan mulai dari Januari 2005 hingga Desember 2008 yang meliputi data yang disajikan dalam Tabel 4.1. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode Two Stage Least Square (2SLS) sedangkan pengolahan data menggunakan software e-views 4. Tabel 4.1 Jenis dan Sumber Data. Variabel
Simbol
Satuan
Sumber
Kredit UMKM
L
Rp miliar
Bank Indonesia
Suku bunga kredit
R
Persen
Bank Indonesia
Gross Domestic Product
GDP
Rp miliar
Badan Pusat Statistik
Inflasi
Inf
Persen
Bank Indonesia
Nilai Tukar
ER
Rupiah
Bank Indonesia
Dana Pihak Ketiga
DPK
Rp miliar
Bank Indonesia
Capital Adequacy Ratio
CAR
Persen
Bank Indonesia
Loan to Deposit Ratio
LDR
Persen
Bank Indonesia
Non Performing Loans
NPL
Persen
Bank Indonesia
4.2 Model Analisis Model yang digunakan dalam penelitian ini bermula dari persamaan identitas, yaitu keseimbangan antara permintaan dan penawaran kredit UMKM LogLtD = LogLtS = LogLt
(4.1)
Dimana : LogLtD
= Jumlah permintaan kredit UMKM (Rp miliar)
LogLtS
= Jumlah penawaran kredit UMKM (Rp miliar)
LogLt
= Jumlah aktual kredit UMKM (Rp miliar)
24
Selanjutnya, model dibagi dua menjadi model persamaan permintaan dan persamaan kredit UMKM sebagai berikut.
1. Permintaan kredit UMKM LogLtD = α0 + α1Rt + α2LogGDPt + α3INFt + α4LogER + εt
(4.2)
2. Penawaran kredit UMKM LogLtS = β0 + β1Rt + β2LogDPKt + β3CARt + β4LDRt + β5NPLt + εt Dimana :
(4.3)
R
= Suku bunga kredit perbankan (persen)
LogGDP
= Gross Domestic Product (Rp miliar)
INF
= Inflasi (persen)
LogER
= Nilai tukar rupiah terhadap US dolar (rupiah)
LogDPK
= Dana pihak ketiga (Rp miliar)
CAR
= Capital Adequacy Ratio (persen)
LDR
= Loan to Deposit Ratio (persen)
NPL
= Non Performing Loans (persen)
t
= periode waktu
ε
= Error term
Adanya penambahan bilangan Logaritma (Log) pada variabel LtD, LtS, GDP, ER dan DPK dimaksudkan untuk mengetahui elastisitas masing-masing variabel dan juga untuk menyeragamkan semua variabel yang digunakan. Jika LogLtD, LogLtS dan R diasumsikan sebagai variabel tidak bebas, atau variabel endogen, maka kedua model persamaan di atas termasuk dalam model persamaan simultan, yaitu model dimana terdapat lebih dari satu variabel tidak bebas dan
25
lebih dari satu persamaan. Langkah pertama dari persamaan simultan adalah dengan menetapkan variabel endogen dan variabel predetermined. Dalam persamaan ini variabel LogLtD, LogLtS dan R adalah variabel endogen, sedangkan variabel LogGDP, INF, LogER, LogDPK, CAR, LDR, dan NPL adalah variabel predetermined. Selanjutnya, untuk mengetahui apakah persamaan simultan teridentifikasi atau tidak, maka perlu adanya pengujian order condition dan rank condition. Order condition adalah syarat perlu dari identifikasi. Order Condition bisa dinyatakan bahwa “Dalam suatu model dari M persamaan simultan, agar suatu persamaan diidentifikasikan, persamaan tadi harus tidak memasukkan sekurangkurangnya M - 1 variabel (endogen maupun predetermined) yang muncul dalam model. Jika persamaan tadi tidak memasukkan tepat M - 1 variabel, persamaan tadi disebut tepat diidentifikasikan. Jika persamaan tadi tidak memasukkan lebih dari M - 1 variabel, persamaan tadi terlalu diidentifikasikan (Gujarati, 1995).” Berdasarkan pernyataan di atas, setiap persamaan dalam penelitian ini harus tidak memasukkan M - 1 = 1 variabel. Pada persamaan permintaan kredit UMKM, variabel yang tidak dimasukkan ada lima. Sedangkan pada persamaan penawaran kredit UMKM, variabel yang tidak dimasukkan ke dalam model ada tiga. Sehingga dapat disimpulkan kedua persamaan di atas over identified. Kondisi tadi merupakan kondisi yang diperlukan tapi tidak cukup untuk identifikasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian rank condition sebagai syarat cukup yang dinyatakan bahwa “ Dalam suatu model M persamaan dalm M variabel endogen, suatu persamaan diidentifikasikan jika dan hanya jika sekurang-
26
kurangnya satu penentu tidak nol dari ordo (M – 1)(M – 1) dapat dibentuk dari koefisien variabel (baik endogen ataupun predetermined) yang tidak dimasukkan dari persamaan tadi tetapi
dimasukkan dalam persamaan lain dalam model
(Gujarati, 1995)”. Kedua persamaan diatas pada pengujian rank condition juga over identified, karena tingkat dari matriks A = M – 1 dengan asumsi α0, α1, α2, α3, β0, β1, β2, β3, β4, dan β5 ≠ 0. Karena berdasarkan dua pengujian diatas kedua persamaan simultan over identified, maka metode yang paling tepat untuk mengestimasi persamaan di atas adalah dengan metode Two Stage Least Square (2SLS). Beberapa ciri khas metode 2SLS adalah sebagai berikut (Gujarati, 1995) : 1. Metode ini dapat diterapkan pada suatu persamaan individu dalam sistem tanpa memperhitungkan persamaan lain secara langsung dalam sistem. 2. Dalam kasus overidentified, memberikan satu nilai estimasi untuk setiap parameter. 3. Mudah untuk diterapkan karena hanya perlu mengetahui jumlah variabel eksogen atau variabel predetermined total tanpa mengetahui variabel lain mana pun dalam sistem. 4. Menyebabkan nilai estimasi Ordinary Least Square (OLS) dan 2SLS menjadi sangat dekat jika nilai R2 dari regresi reduksi (regresi tahap 1) sangat tinggi. Namun, jika R2 sangat rendah, maka taksiran 2SLS akan menjadi tidak berarti.
27
5. Memungkinkan untuk menyatakan kesalahan standar koefisien yang diestimasi. Nilai estimasi koefisien struktural secara langsung diperoleh dari tahap kedua regresi OLS. Hal ini tidak bisa dilakukan dengan OLS. 4.3 Evaluasi Model Pengujian model permintaan dan penawaran tersebut dilakukan dengan beberapa kriteria. Beberapa pengujian tersebut adalah pengujian kriteria ekonomi, pengujian secara statistik, dan pengujian pelanggaran asumsi klasik. Pengujian yang pertama yaitu kriteria ekonomi dengan melihat tanda dan besaran pada nilai koefisien variabel-variabel pada proses estimasi. Apakah tanda dan besaran tersebut sesuai dengan teori ekonomi. Pengujian yang kedua adalah pengujian statistik, yaitu dengan uji t, uji F, dan uji koefisien determinasi (R2) yang akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Uji t atau uji parsial dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi variabelvariabel bebas yang digunakan dalam model. Hipotesa nol (H0 : βi = 0) artinya nilai koefisien sama dengan nol dan hipotesa alternatif (H1 : βi ≠ 0) artinya koefisien tidak sama dengan nol. H0 ditolak jika t-statistik lebih besar dari ttabel atau p-value lebih kecil dari nilai kritis (α). Artinya adalah secara parsial variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. 2. Uji F atau uji secara keseluruhan digunakan untuk mengetahui apakah model penduga yang diajukan sudah layak untuk menduga parameter yang ada dalam model. Hipotesa nol (H0 : β1 = β2 = βi = 0) dan hipotesa alternatif (H1 : minimal ada satu βi ≠ 0). H0 ditolak jika F-statistik lebih besar dari F-tabel atau p-value lebih kecil dari ilai kritis (α). Artinya adalah minimal terdapat
28
satu variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel terikat sehingga model layak digunakan. 3. Uji koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengukur sampai sejauh mana variasi keragaman variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1, semakin mendekati satu maka semakin baik model yang digunakan. Pengujian yang ketiga adalah pengujian pelanggaran asumsi klasik, yaitu pengujian yang meliputi uji autokorelasi, dan heteroskedastisitas, dan normalitas. Pengujian tersebut akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Autokorelasi Uji autokorelasi adalah kriteria yang menguji apakah terdapat hubungan antara error term (t) periode tertentu dengan error term periode sebelumnya (t-1). Gejala autokorelasi akan menyebabkan hasil estimasi regresi masih bersifat tidak bias dan konsisten, namun menjadi tidak efisien. Hipotesis : Ho : ρ = 0 (tidak ada gejala autokorelasi) Hi : ρ ≠ 0 (ada gejala autokorelasi) Cara mendeteksi autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan BreuschGodfrey Serial Correlation LM Test. Jika probabilitas Obs*R-Squared lebih besar dari taraf nyata maka terima Ho yang berarti tidak ditemukan gejala autokorelasi pada model. 2. Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat apakah varians residual bersifat homoskedastik atau konstan. Jika varians tidak bersifat konstan maka
29
timbul gejala heteroskedastisitas. Dengan adanya heteroskedastisitas akan menyebabkan tidak efisiennya proses estimasi, sementara hasil estimasinya sendiri masih konsisten dan tidak bias. Selain itu, gejala heteroskedastisitas juga akan mengakibatkan uji t-statistik dan uji F-statistik menjadi tidak berarti. Pengujian yang dapat dilakukan untuk mendeteksi apakah data yang diamati terjadi heteroskedastisitas atau tidak yaitu dengan berbagai cara seperti metode grafik, Park test, Glejser test, Spearman’s rank correlation test, dan White-Heteroskedasticity test. Pada penelitian ini pendeteksian heteroskedastisitas menggunakan White-Heteroskedasticity test. Hipotesis : Ho : ρ = 0 (tidak ada gejala heteroskedastisitas) Hi : ρ ≠ 0 (ada gejala heterostedastisitas) Apabila nilai Obs*R-Squared lebih kecil dari taraf nyata maka tolak Ho yang berarti terdapat gejala heteroskedastisitas dalam model. 3. Normalitas Uji normalitas digunakan untuk memeriksa apakah error term mendekati distribusi normal. Hipotesis : Ho : error term terdistribusi normal Hi : error term tidak terdistribusi normal Pada software e-views 4.1, uji normalitas diaplikasikan dengan melakukan deskriptif statistic test. Jika diperoleh nilai probabilitas Jarque Bera lebih besar dari taraf nyata yang digunakan, maka terima Ho yang artinya model tidak mempunyai masalah normalitas atau error term terdistribusi normal.
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Perkembangan Volume Kredit UMKM Besarnya volume kredit UMKM setiap tahun dalam penelitian terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2008, total kredit UMKM mencapai Rp 6.886.332 miliar atau tumbuh 28,18 persen dibanding 2007. Setiap tahunnya ratarata pertumbuhan kredit UMKM sebesar 24,97 persen. Namun, jika kita melihat volume kredit UMKM dari jenis penggunaan, volume kredit konsumsi mendominasi kredit di sektor ini. Pada tahun 2008, share kredit konsumsi terhadap kredit UMKM total mencapai 51,89 persen. Peningkatannya pun cukup signifikan. Setiap tahunnya rata-rata kredit konsumsi pada sektor UMKM tumbuh 28,17 persen, yang berarti pertumbuhannya melebihi rata-rata pertumbuhan kredit UMKM total. Lain halnya dengan kredit investasi dan modal kerja, walaupun setiap tahunnya dua jenis kredit produktif ini mengalami pertumbuhan, namun pertumbuhannya tidak sebesar kredit konsumsi. Pertumbuhan kredit modal kerja tiap tahunnya rata-rata sebesar 22,81 persen dengan share pada tahun 2008 sebesar 39,34 persen. Sedangkan kredit investasi merupakan jenis penggunaan kredit UMKM dengan porsi yang paling kecil. Share terhadap kredit UMKM pada tahun 2008 hanya sebesar 8,77 persen. Pertumbuhan tiap tahunnya pun rata-rata hanya berkisar 17,82 persen.
Rp triliun
31
650 600 550 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0
kredit total umkm kredit inv umkm kredit mk umkm kredit kons umkm
Sumber: Bank Indonesia, 2005-2008 Gambar 5.1 Perkembangan Kredit UMKM 5.2 Perkembangan Variabel Perbankan 5.2.1 Suku Bunga Kredit Perbankan Secara umum, perkembangan suku bunga pada semua sektor mempunyai tren yang searah. Pada awal 2005, suku bunga kredit perbankan menunjukkan tren yang stabil pada kisaran rata-rata 14 persen hingga pada saat pemerintah memutuskan menaikkan harga BBM pada Oktober 2005 membuat suku bunga meningkat dengan tajam. Suku bunga baru kembali turun pada pertengahan 2006 dan terus mengalami penurunan sampai pada bulan Mei 2008 rata-rata suku bunga mencapai 13,65 persen. Namun keputusan pemerintah yang kembali menaikkan harga BBM membuat suku bunga kredit kembali merangkak naik hingga rata-rata mencapai 15,34 persen pada Desembar 2008. Jika dilihat per sektor, nilai suku bunga kredit konsumsi selalu paling tinggi dibandingkan dua suku bunga kredit yang lain. Hal ini terjadi karena kredit
32
konsumsi mempunyai tingkat permintaan yang tinggi dan tidak terlalu berpengaruh terhadap besarnya suku bunga. 19.0
mdl kerja investasi konsumsi rata-rata
18.0
persen (%)
17.0 16.0 15.0 14.0 13.0 12.0
Sumber: Bank Indonesia, 2005-2008 Gambar 5.2 Perkembangan Suku Bunga Kredit Perbankan 5.2.2 Dana Pihak Ketiga Secara umum Dana Pihak Ketiga (DPK) dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari tren grafik yang terus meningkat. Titik terendah DPK berada di bulan Januari 2005 dengan level Rp 948,83 triliun. Sedangkan level tertinggi berada pada bulan Desember 2008 dengan total DPK mencapai Rp 1.753,29 triliun. Jika dilihat dari komposisi DPK, deposito merupakan penyumbang DPK terbesar dibanding giro dan tabungan. Pada Januari 2005, deposito berada di tingkat Rp 418,08 triliun, atau sekitar 44 persen dari total DPK. Seiring berjalannya waktu, deposito terus mengalami peningkatan hingga pada Desember 2008 mencapai Rp 824,70 triliun atau sekitar 47,03 persen dari total DPK.
33
Komposisi DPK yang lain, yaitu giro dan tabungan, jumlahnya tidak sebesar deposito. Pada januari 2005, jumlah giro dan tabungan masing-masing sebesar Rp 246,61 triliun dan Rp 285,37 triliun atau hanya menyumbang DPK sebesar 25,95 persen dan 30,03 persen. Secara umum, giro dan tabungan juga terus meningkat. Di akhir tahun 2008, jumlah giro dan tabungan masing-masing sebesar Rp 430 triliun dan Rp 498,59 triliun dan menyumbang DPK sebesar 24,52 persen dan 28,44 persen 1,800
giro
1,400
deposito
1,200 Triliun Rp
dpk
1,600
tabungan
1,000 800 600 400 200 0
Sumber: Bank Indonesia, 2005-2008 Gambar 5.3 Perkembangan DPK Perbankan 5.2.3 Capital Adequacy Ratio Capital Adequacy Ratio (CAR) mempunyai grafik yang berfluktuasi. Awal 2005 merupakan saat dimana CAR mencapai titik tertinggi yakni mencapai 22,35 persen dan terus mengalami penurunan hingga 18,45 persen pada Juli 2005. Selanjutnya CAR kembali berfluktuasi dan mencapai titik puncak kedua setelah Januari 2005, yaitu pada Februari 2007 yang mencapai 23,02 persen. Setelah itu,
34
pergerakan CAR kembali berfluktuasi dengan kecenderungan menurun hingga mencapai titik terendah di akhir periode penelitian yang mencapai 16,76 persen. 24.00 CAR
23.00
persen (%)
22.00 21.00 20.00 19.00 18.00 17.00 16.00
Sumber: Bank Indonesia, 2005-2008 Gambar 5.4 Perkembangan CAR Perbankan 5.2.4 Loan to Deposit Ratio Grafik Loan to Deposit Ratio (LDR) mempunyai tren yang meningkat seiring berjalannya waktu. Dimulai dari titik terendah pada Januari 2005 yang sebesar 49,50 persen dan terus mengalami peningkatan hingga mencapai 79,02 persen di bulan Agustus 2008. Dalam tiga tahun terakhir, LDR perbankan di Indonesia tumbuh cukup tinggi. Hal ini menandakan bahwa funsi intermediasi perbankan di Indonesia sudah semakin baik. Namun, adanya krisis global membuat LDR kembali turun ke level 74,58 persen pada akhir periode penelitian di bulan Desember 2008.
35
80.00 75.00
persen (%)
70.00 65.00 60.00 55.00 50.00 LDR 45.00
Sumber: Bank Indonesia, 2005-2008 Gambar 5.5 Perkembangan LDR Perbankan 5.2.5 Non Performing Loans Perkembangan Non Performing Loans (NPL) pada awal 2005 cenderung stabil pada kisaran 4 persen. Namun, isu kenaikan harga BBM oleh pemerintah sangat mempengaruhi pergerakan NPL sehingga pada Agustus 2005 NPL menyentuh 8.02 persen yang berarti meningkat hampir 100 persen dibanding Maret 2005. Keputusan pemerintah untuk benar-benar menaikkan harga BBM pada Oktober 2005 semakin menyulitkan para pelaku usaha. Hal ini terbukti dari rasio NPL yang berada di kisaran 7-8 persen pasca kenaikan harga BBM. NPL baru kembali berangsur turun di level 6,07 persen pada Desember 2006 dan terus mengalami penurunan hingga 3,20 persen di akhir periode penelitian di bulan Desember 2008.
36
9.00 NPL
persen (%)
8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00
Sumber: Bank Indonesia, 2005-2008 Gambar 5.6 Perkembangan NPL Perbankan 5.3 Perkembangan Variabel Makroekonomi 5.3.1 Gross Domestic Product Secara umum GDP riil Indonesia menunjukkan tren yang positif tiap tahun. Pada kuartal pertama 2005 tercatat GDP riil Indonesia berada di tingkat Rp 426,61 triliun. Setahun kemudian pada kuartal yang sama di tahun 2006 GDP riil Indonesia tercatat sebesar Rp 448,48 triliun, atau meningkat sebesar 5,13 persen. Pada tahun-tahun selanjutnya, yakni pada 2007 dan 2008 masing-masing GDP riil pada kuartal pertama mencapai Rp 475,53 triliun dan Rp 505,24 triliun. Peningkatan ini terus berlanjut hingga kuartal ketiga tahun 2008, diman GDP riil Indonesia mencapai Rp 538,57 triliun. Namun pada kuartal terakhir 2004 terjadi penurunan GDP riil Indonesia menjadi Rp 518,93 triliun atau turun sebesar 3,65 persen.
37
550 530
Rp. triliun
510 490 470 450 430 GDP
410
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2005-2008 Gambar 5.7 Perkembangan GDP Riil Indonesia 5.3.2 Inflasi Laju perkembangan inflasi di awal hingga pertengahan 2005 cukup stabil yaitu pada level terendah pada kisaran 7-8 persen. Adanya kenaikan harga BBM pada Oktober 2005 langsung berpengaruh signifikan terhadap inflasi dimana pada bulan tersebut inflasi menembus angka 17.89 persen atau naik tajam dari bulan sebelumnya pada angka 9.06 persen. Gejolak inflasi pasca kenaikan harga BBM terus dirasakan hampir setahun kemudian. Pada September 2006 inflasi berada pada tingkat 15.55 persen. Baru sebulan kemudian inflasi dapat lebih terkendali dan berada di tingkat 6.29 persen. Semenjak saat itu inflasi kembali stabil di kisaran 6 persen hingga pada Mei 2008 inflasi kembali menembus dua digit yaitu di angka 10.38 persen dan terus berlanjut sampai akhir periode penelitian di bulan Desember 2008 dimana inflasi di bulan ini mencaapai 11,06 persen. Hal ini tentu tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang kembali menaikkan harga BBM.
38
20.00 18.00 16.00 persen (%)
14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 inflasi
4.00
Sumber: Bank Indonesia, 2005-2008 Gambar 5.8 Perkembangan Inflasi Indonesia 5.3.3 Nilai Tukar Nilai tukar Rupiah terhadap dolar cenderung stabil di awal 2005. Nilai tukar berada di kisaran Rp 9.000 hingga Rp 9.500. Hal ini memang menjadi sasaran utama Bank Indonesia, yaitu menjaga dan memelihara kestabilan nilai tukar rupiah. Naiknya harga BBM membuat rupiah terdepresiasi hingga menjadi Rp 10.310 pada September 2005. Rupiah kembali stabil di awal 2006 dan terus stabil di kisaran Rp 9.000-9.500 hingga pertengahan 2008. Namun krisis keuangan global di akhir 2008 membuat Rupiah kembali terdepresiasi tajam hingga mencapai titik terendah ke level Rp 12.151 di bulan November 2008. Depresiasi mata uang pada saat krisis global ini dirasakan oleh hampir seluruh mata uang dunia.
39
8000
nilai tukar
8500 9000 9500 10000 10500 11000 11500 12000 12500 13000
Sumber: Bank Indonesia, 2005-2008 Gambar 5.9 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US$ Dolar
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Pendugaan Model Permintaan Hasil estimasi model permintaan kredit UMKM dengan metode Two Stage Least Squares disajikan pada Tabel 6.1. Tabel 6.1 Estimasi Permintaan Kredit UMKM Variable C R GDP INF ER AR(4) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic) Keterangan:
Coefficient -1.861324 -0.018953 1.679695 -0.016764 0.308276 -0.346594 0.975369 0.972129 0.020296 301.0946 0.000000
Std. Error 0.553813 0.003514 0.044818 0.003170 0.051604 0.173370
t-Statistic -3.360926 -5.394137 37.47852 -5.287733 5.973897 -1.999164
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
Prob. Ket. 0.0018 0.0000 * 0.0000 * 0.0000 * 0.0000 * 0.0528 8.392092 0.121573 0.015654 1.468061
* = signifikan pada taraf 1 persen
Tabel 6.1 memperlihatkan bahwa nilai R-squared yang mencapai 0.97 berarti estimasi persamaan permintaan kredit UMKM dapat dijelaskan oleh variabel-variabel dalam persamaan sebesar 97 persen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor di luar persamaan persamaan permintaan. Uji serempak yang dilakukan menunjukkan bahwa model penduga yang diajukan sudah layak untuk menduga parameter yang ada dalam fungsi. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas F-statistik yang lebih kecil dari taraf nyata 1 persen. Adanya penambahan variabel AR(4) ke dalam persamaan dimaksudkan untuk menghilangkan masalah autokorelasi yang biasa terjadi pada data time series.
41
Pengujian hipotesis penelitian dan analisis hasil estimasi akan dijelaskan secara satu persatu sebagai berikut : 1. Suku bunga kredit perbankan (R) Hasil estimasi koefisien suku bunga kredit perbankan sesuai dengan hipotesis penelitian, yaitu berpengaruh negatif dan signifikan. Hal ini mempertegas bahwa kebijakan penurunan suku bunga dapat meningkatkan gairah para pelaku UMKM. Nilai koefisien sebesar -0.018953 berarti jika suku bunga kredit naik sebesar 1 persen, maka jumlah permintaan kredit UMKM akan turun sebesar 0.018953 persen. Sedangkan nilai t-statistik yang lebih kecil dari taraf nyata 1 persen menunjukkan bahwa variabel suku bunga kredit perbankan berpengaruh signifikan terhadap permintaan kredit UMKM. 2. Gross Domestic Product (GDP) Hasil estimasi koefisien Gross Domestic Product (GDP) bernilai positif yang berarti sesuai dengan hipotesis penelitian. Nilai t-stat yang lebih kecil dari taraf nyata 1 persen menunjukkan variabel GDP berpengaruh signifikan terhadap permintaan kredit UMKM. Nilai koefisien sebesar 1.679695 berarti jika GDP naik sebesar 1 persen maka permintaan kredit UMKM juga akan meningkat sebesar 1,679695 persen. 3. Inflasi (Inf) Hasil estimasi koefisen inflasi juga sesuai dengan apa yang diharapkan, yaitu bernilai negatif. Nilai t-stat yang lebih kecil dari taraf nyata 1 persen menunjukkan variabel inflasi berpengaruh signifikan terhadap permintaan kredit UMKM. Nilai koefisien sebesar -0.016764 berarti jika inflasi naik sebesar 1
42
persen maka permintaan kredit UMKM akan menurun sebesar 0.016764 persen. Hal ini menandakan bahwa inflasi yang rendah dan stabil diperlukan bagi pelaku UMKM untuk menjaga kelancaran usahanya. 4. Nilai tukar (ER) Berbeda dengan ketiga variabel di atas, hasil estimasi variabel nilai tukar tidak sesuai dengan hipotesis penelitian, yaitu bernilai posisitf dan signifikan. Hal ini berarti terdepresiasinya nilai tukar justru menambah permintaan kredit UMKM. Adanya perbedaan dengan hipotesis penelitian mungkin karena sektor UMKM tidak terlalu berpengaruh dengan fluktuasi nilai tukar. Sektor UMKM di Indonesia mayoritas masih berskala nasional yang berarti kebutuhan inputnya masih tersedia di dalam negeri sehingga tidak perlu mengimpor input dari luar negeri. Berbeda dengan usaha besar yang banyak mengimpor input dari luar negeri sehingga sangat bergantung pada kondisi nilai tukar rupiah. Pengalaman krisis 1998 silam juga menunjukkan bahwa sektor UMKM tidak terlalu dipengaruhi oleh pergerakan kurs. Nilai tukar pada saat krisis yang sempat mencapai Rp 17.000 per US dolar tidak membuat sektor UMKM goyah. Bahkan sektor ini mampu bertahan di tengah banyaknya usaha besar yang bangkrut diterpa krisis.
6.2 Pendugaan Model Penawaran Hasil estimasi model penawaran kredit UMKM dengan metode Two Stage Least Squares disajikan pada Tabel 6.2. Nilai R-squared yang mencapai 0.98 berarti estimasi persamaan penawaran kredit UMKM dapat dijelaskan oleh
43
variabel-variabel dalam persamaan sebesar 98 persen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor di luar persamaan persamaan penawaran. Tabel 6.2 Estimasi Penawaran Kredit UMKM Variable C R DPK CAR LDR NPL AR(4) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic) Keterangan:
Coefficient 1.911551 0.000836 0.661785 -0.010777 0.007471 -0.011081 -0.098141 0.989074 0.987302 0.013700 558.2661 0.000000
Std. Error t-Statistic 0.963050 1.984893 0.001134 0.736663 0.100326 6.596335 0.002284 -4.718055 0.000669 11.17260 0.002667 -4.155453 0.158904 -0.617614 Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
Prob. Ket. 0.0546 0.4660 ** 0.0000 * 0.0000 * 0.0000 * 0.0002 * 0.5406 8.392092 0.121573 0.006944 1.099867
* = signifikan pada taraf 1 persen ** = tidak signifikan pada taraf 1 persen
Uji serempak yang dilakukan menunjukkan bahwa model penduga yang diajukan sudah layak untuk menduga parameter yang ada dalam fungsi. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas F-statistik yang lebih kecil dari taraf nyata 1 persen. Adanya penambahan variabel AR(4) ke dalam persamaan dimaksudkan untuk menghilangkan masalah autokorelasi yang biasa terjadi pada data time series. Pengujian hipotesis penelitian dan analisis hasil estimasi akan dijelaskan secara satu persatu sebagai berikut : 1. Suku bunga kredit perbankan (R) Hasil estimasi koefisien suku bunga kredit perbankan sesuai dengan hipotesis penelitian, yaitu bernilai positif. Namun, jika dilihat dari t-statistik yang lebih besar dari taraf nyata 1 persen membuat perubahan pada suku bunga kredit
44
perbankan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penawaran kredit UMKM. Hal ini mungkin terjadi karena saat ini pemerintah sedang gencar melaksanakan kredit bagi sektor UMKM seperti adanya kredit usaha rakyat. Adanya program ini membuat perbankan dituntut untuk memberikan kredit yang lebih besar kepada sektor UMKM sehingga pada tingkat suku bunga berapapun perbankan akan menawarkan kredit UMKM lebih banyak. 2. Dana Pihak Ketiga (DPK) Hasil estimasi koefisien Dana Pihak Ketiga (DPK) sesuai dengan hipotesis penelitian, yaitu berpengaruh positif dan signifikan. Nilai koefisien sebesar 0.661785 berarti jika DPK naik sebesar 1 persen, maka jumlah penawaran kredit UMKM akan meningkat sebesar 0.661785 persen. Sedangkan nilai t-statistik yang lebih kecil dari taraf nyata 1 persen menunjukkan bahwa variabel DPK berpengaruh signifikan terhadap penawaran kredit UMKM. Hal ini membuktikan bahwa DPK merupakan sumber dana bagi perbankan untuk membiayai kredit, termasuk kredit UMKM. 3. Capital Adequacy Ratio (CAR) Hasil estimasi Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak sesuai dengan hipotesis, yaitu bernilai negatif dan signifikan. Koefisien yang bernilai negatif artinya semakin besar tingkat permodalan yang diwakilkan oleh CAR, maka semakin kecil penawaran kredit UMKM yang dilakukan oleh perbankan. Hal ini bisa terjadi karena perbankan menjaga permodalannya agar tetap berada di atas CAR minimum sebesar 8 persen sehingga cenderung menahan dananya untuk memenuhi kebutuhan CAR minimum terlebih dahulu. Penelitian Nuryakin dan
45
Warjiyo (2006) juga menyimpulkan bahwa CAR berkorelasi negatif dengan penawaran kredit karena CAR mempersempit ruang bank dalam menawarkan kreditnya. 4. Loan to Deposit Ratio (LDR) Hasil estimasi koefisien Loan to Deposit Ratio (LDR) bernilai positif yang berarti sesuai dengan hipotesis penelitian. Nilai t-stat yang lebih kecil dari taraf nyata 1 persen menunjukkan variabel LDR berpengaruh signifikan terhadap penawaran kredit UMKM. Nilai koefisien sebesar 0.007471 berarti jika LDR naik sebesar 1 persen maka penawaran kredit UMKM juga akan meningkat sebesar 0.007471 persen. Hasil estimasi ini menandakan bahwa penawaran kredit semakin meningkat seiring dengan meningkatnya LDR. Hal ini juga menandakan bahwa fungsi intermediasi perbankan semakin membaik. 5. Non Performing Loans (NPL) Hasil estimasi koefisen Non Performing Loans (NPL) juga sesuai dengan apa yang diharapkan, yaitu bernilai negatif. Nilai t-stat yang lebih kecil dari taraf nyata 1 persen menunjukkan variabel NPL berpengaruh signifikan terhadap penawaran kredit UMKM. Nilai koefisien sebesar -0.011081 berarti jika NPL turun sebesar 1 persen maka permintaan kredit UMKM akan meningkat sebesar 0.011081 persen. Hasil estimasi di atas menunjukkan bahwa NPL yang rendah merupakan rangsangan bagi dunia perbankan untuk lebih meningkatkan penawaran kreditnya, termasuk kredit UMKM.
46
6.3 Hasil Uji Pelanggaran Asumsi Klasik Uji pelanggaran asumsi klasik pada persamaan permintaan dan penawaran bertujuan untuk mengetahui masalah yang biasa terjadi pada metode regresi sederhana. Jika persamaan permintaan dan penawaran yang digunakan bebas dari masalah-masalah autokorelasi, heteroskedastisitas, dan normalitas, maka metode yang digunakan dapat diterima keabsahannya.
6.3.1 Hasil Uji Autokorelasi Hasil uji autokorelasi pada persamaan permintaan dan persamaan penawaran menggunakan Breusch-Godfrey Serial Correlation Test dapat dilihat pada tabel 6.3. Tabel 6.3 Hasil Uji Autokorelasi Persamaan Permintaan
Persamaan Penawaran
Obs*R-squared
5.508679
Obs*R-squared
7.492740
Probability
0.063651
Probability
0.023603
Sumber: Lampiran 3 dan Lampiran 7 Tabel 6.3 menyajikan nilai uji autokorelasi yang dilakukan pada model persamaan permintaan dan penawaran yang digunakan dalam penelitian. Hasil uji memperlihatkan nilai probabilitas Obs*Squared pada Breusch-Godfrey Serial Correlation Test masing-masing sebesar 0.063651 dan 0.023603. Nilai tersebut lebih besar dari taraf nyata 1 persen yang digunakan sehingga model terbebas dari masalah autokorelasi.
47
6.3.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas Untuk uji heteroskedastisitas dalam persamaan permitaan dan penawaran ini menggunakan White Heteroskedasticity Test yang dapat dilihat dari tabel 6.4. Tabel 6.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Persamaan Permintaan
Persamaan Penawaran
Obs*R-squared
26.06690
Obs*R-squared
33.42449
Probability
0.025385
Probability
0.030292
Sumber: Lampiran 4 dan Lampiran 8 Nilai probabilitas Obs*Squared masing-masing sebesar 0.025385 dan 0.030292 menunjukkan bahwa baik dalam persamaan permintaan maupun penawaran tidak terdapat masalah heteroskedastisitas karena nilai probabilitas Obs*R-squared yang lebih besar dari taraf nyata 1 persen.
6.3.3 Hasil Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan distribusi error term. Hasil uji normalitas ditujukkan oleh tabel 6.7 dan 6.8. Tabel 6.5 Hasil Uji Normalitas Persamaan Permintaan
Persamaan Penawaran
Jarque-Bera
2.938451
Jarque-Bera
0.349778
Probability
0.230104
Probability
0.839550
Hasil uji normalitas memperlihatkan nilai probabilitas Jarque-Bera dari persamaan permintaan dan penawaran masing-masing sebesar 0.230104 dan 0.839560. Nilai probabilitas Jarque-Bera yang lebih besar dari taraf nyata 1 persen yang digunakan mengindikasikan bahwa dalam model permintaan dan penawaran yang digunakan memiliki error term yang terdistribusi normal.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Permintaan kredit UMKM dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh GDP dan dipengaruhi secara negatif dan signifikan oleh suku bunga kredit perbankan dan inflasi. Pengaruh ketiga variabel tersebut sesuai dengan teori yang ada. Namun, variabel nilai tukar yang mempengaruhi permintaan kredit UMKM secara positif dan signifikan tidak sesuai dengan hipotesis karena fluktuasi nilai tukar tidak terlalu berpengaruh pada kinerja UMKM. 2. Penawaran kredit UMKM dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh DPK dan LDR. Penawaran kredit UMKM juga dipengaruhi secara negatif dan signifikan oleh CAR dan NPL. Variabel CAR tidak sesuai dengan teori karena CAR mempersempit ruang bank dalam menawarkan kreditnya. Sedangkan suku bunga kredit perbankan pengaruhnya tidak signifikan terhadap penawaran kredit UMKM.
7.2 Saran 1. Kondisi makroekonomi Indonesia, seperti GDP dan inflasi terbukti ikut mempengaruhi permintaan kredit UMKM. Untuk itu pemerintah berkewajiban menjaga pertumbuhan GDP dan Bank Indonesia selaku otoritas moneter bertugas menjaga inflasi yang rendah dan stabil untuk meningkatkan permintaan kredit UMKM. 2. Mengingat kondisi internal bank seperti DPK, CAR, LDR, dan NPL mempengaruhi penawaran kredit UMKM, maka peningkatan kinerja
49
perbankan akan meningkatkan penawaran kredit UMKM sehingga fungsi intermediasi perbankan akan berjalan lebih baik. 3. Untuk studi lebih lanjut, dapat menggunakan data panel yang meliputi seluruh bank umum di Indonesia agar dapat menganalisis lebih rinci pengaruh satu persatu bank umum terhadap penyaluran kredit UMKM.
DAFTAR PUSTAKA Agung, Juda, B. Kusmiarso, B. Pramono, Erwin. H, A. Prasmuko, dan N. J. Prastowo. 2001. Credit Crunch di Indonesia Setelah Krisis: Fakta, Penyebab dan Implikasi Kebijakan. Jurnal Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia. Andriani, Septi. 2008. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Badan Pusat Statistik, 2008. Berita Resmi Statistik No 28/05/Th XI, 30 Mei 2008. www.bps.go.id Bank Indonesia, 2008. Statistik Perbankan Indonesia 2004-2008. Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan. www.bi.go.id Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia, Jakarta. Djinarto, Bambang. 2000. Banking Asset Liability Management. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Gujarati, Damodar. 1995. Basic Economterics. Alih bahasa: Sumarno Zain. Penerbit Erlangga, Jakarta. Habibi, Khalid. 2004. Analisis Permintaan dan Penawaran Kredit Perbankan di Indonesia [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Mankiw, N. Gregory. 2004. Teori Makroekonometri Edisi Kelima. Penerbit Erlangga, Jakarta. Meydianawati, Luh Gede. 2007. Analisis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan Kepada Sektor UMKM di Indonesia (2002-2006). Jurnal Studi Ekonomi Jurusan Ekonomi Universitas Udayana. Nuryakin, Chaikal dan P. Warjiyo. 2006. Perilaku Penawaran Kredit Bank di Indonesia: Kasus Pasar Oligopoli Periode Januari 2001-Juli 2005). Jurnal Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Oktober 2006. Pranita, Ratih. 2008. Analisis Permintaan dan Penawaran Kredit Investasi. [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Republik Indonesia. 1992. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Kredit.
51
_______. 1998. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. _______. 2008. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2998, tentang Usaha mikro, Kecil, dan Menengah. Suseno dan P. Abdullah. 2004. Kebijakan Perbankan dalam Bank Indonesia: Bank Sentral Republik Indonesia Sebuah Pengantar. Direktorat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia. Wulandari, Tatu Nia. 2008. Fenomena Disintermediasi Perbankan Pasca Krisis dan Pengaruhnya Terhadap Sektor Riil dan Pertumbuhan Ekonomi [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
53
Lampiran 1. Data Penelitian di Indonesia tahun 2005-2008 Tahun 2005/01 2005/02 2005/03 2005/04 2005/05 2005/06 2005/07 2005/08 2005/09 2005/10 2005/11 2005/12 2006/01 2006/02 2006/03 2006/04 2006/05 2006/06 2006/07 2006/08 2006/09 2006/10 2006/11 2006/12 2007/01 2007/02 2007/03 2007/04 2007/05 2007/06 2007/07 2007/08 2007/09 2007/10 2007/11 2007/12 2008/01 2008/02
R 14.53 14.49 14.47 14.43 14.35 14.35 14.36 14.33 15.08 15.48 15.98 16.24 16.40 16.50 16.59 16.61 16.64 16.64 16.64 16.58 16.45 16.34 16.17 15.92 15.80 15.64 15.47 15.31 15.10 14.93 14.74 14.70 14.41 14.26 14.25 14.05 13.95 13.88
inf 7.32 7.15 8.81 8.12 7.40 7.42 7.84 8.33 9.06 17.89 18.38 17.11 17.03 17.92 15.74 15.40 15.60 15.53 15.15 14.90 14.55 6.29 5.27 6.60 6.26 6.30 6.52 6.29 6.01 5.77 6.06 6.51 6.95 6.88 6.71 6.59 7.36 7.40
ER 9165 9260 9480 9570 9495 9713 9819 10240 10310 10090 10035 9830 9395 9230 9075 8775 9220 9300 9070 9100 9235 9110 9165 9020 9090 9160 9118 9083 8828 9054 9186 9410 9137 9103 9376 9419 9291 9051
DPK 950065 948832 959251 978616 986744 1011002 1015988 1046819 1077542 1071098 1091333 1127937 1116189 1123689 1123869 1123155 1160613 1168251 1161043 1188186 1205486 1233645 1250963 1287102 1279566 1284055 1291379 1299772 1305936 1355185 1379211 1392668 1400800 1419748 1437600 1510834 1472485 1476990
CAR 22.35 22.09 21.75 21.21 20.03 19.51 18.45 18.94 19.43 19.44 19.69 19.30 21.66 21.28 21.84 21.53 20.80 20.47 20.71 20.83 21.01 20.82 20.99 21.27 23.00 23.02 22.11 22.05 21.89 21.15 20.85 20.57 21.27 20.11 20.33 19.30 21.60 21.00
LDR NPL 49.50 4.67 50.52 4.69 51.22 4.37 51.31 4.45 52.90 6.37 53.08 6.99 53.85 7.64 54.48 8.02 54.16 7.87 54.76 7.50 54.07 7.84 59.66 7.56 60.82 7.81 60.51 8.13 61.14 8.19 61.63 8.12 60.75 8.38 61.21 8.33 61.74 8.42 61.26 8.35 61.92 7.95 61.20 8.25 61.32 8.09 61.56 6.07 60.55 6.19 61.02 6.20 61.98 6.04 62.54 6.16 63.09 6.10 63.57 5.78 63.22 5.81 64.16 5.74 65.24 5.17 66.01 5.05 66.94 4.84 66.32 4.07 67.06 4.24 67.89 4.21
L 272380 277352 285639 293813 303325 314321 321957 331138 341060 347678 347924 354908 352345 355176 359965 365901 366354 373826 377224 383188 390562 393470 398961 410442 401873 406404 415725 420486 428463 442788 450863 461696 472999 478742 489458 502796 496924 503305
GDP* 426612
436121
448598
439484
448485
457637
474904
466101
475533
488026
506168
493365
505243
54
2008/03 2008/04 2008/05 2008/06 2008/07 2008/08 2008/09 2008/10 2008/11 2008/12
13.77 13.71 13.65 13.74 13.83 14.02 14.37 14.87 15.22 15.34
8.17 8.96 10.38 11.03 11.90 11.85 12.14 11.77 11.68 11.06
Keterangan : R
9217 9234 9318 9225 9118 9153 9378 10995 12151 10950
1466224 1481971 1505725 1554162 1534981 1526025 1603452 1674994 1707876 1753292
20.52 19.39 18.26 17.58 17.44 17.10 17.26 16.70 16.77 16.76
70.66 71.65 72.80 73.89 76.00 79.02 77.72 77.48 77.60 74.58
3.75 3.82 3.76 3.54 3.50 3.42 3.32 3.34 3.49 3.20
= Suku bunga kredit perbankan (persen)
Inf
= Inflasi (persen)
ER
= Nilai tukar Rp/US$ Dolar (rupiah)
DPK = Dana Pihak Ketiga (Rp miliar) CAR = Capital Adequacy Ratio (persen) LDR = Loan to Deposit Ratio (persen) NPL
= Non Performing Loans (persen)
L
= Kredit UMKM (Rp miliar)
GDP = Gross Domestic Product (Rp miliar) *
= Data GDP adalah data kuartalan.
518280 535172 552111 575314 588410 605022 620898 625949 631002 633945
519359
538567
518935
55
Lampiran 2. Hasil Estimasi Permintaan Kredit UMKM Dependent Variable: LD Method: Two-Stage Least Squares Date: 04/17/09 Time: 13:48 Sample(adjusted): 2005:05 2008:12 Included observations: 44 after adjusting endpoints Convergence achieved after 7 iterations Instrument list: GDP INF ER DPK CAR LDR NPL Lagged dependent variable & regressors added to instrument list Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -1.861324 0.553813 -3.360926 0.0018 R -0.018953 0.003514 -5.394137 0.0000 GDP 1.679695 0.044818 37.47852 0.0000 INF -0.016764 0.003170 -5.287733 0.0000 ER 0.308276 0.051604 5.973897 0.0000 AR(4) -0.346594 0.173370 -1.999164 0.0528 R-squared 0.975369 Mean dependent var 8.392092 Adjusted R-squared 0.972129 S.D. dependent var 0.121573 S.E. of regression 0.020296 Sum squared resid 0.015654 F-statistic 301.0946 Durbin-Watson stat 1.468061 Prob(F-statistic) 0.000000 Inverted AR Roots .54+.54i .54+.54i -.54+.54i -.54 -.54i
Lampiran 3. Hasil Uji Autokorelasi Persamaan Permintaan Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: Obs*R-squared 5.508679 Probability
0.063651
Lampiran 4. Hasil Uji Heteroskedastisitas Persamaan Permintaan White Heteroskedasticity Test: F-statistic 3.010953 Obs*R-squared 26.06690
Probability Probability
0.005897 0.025385
56
Lampiran 5. Hasil Uji Normalitas Persamaan Permintaan 8 Series: Residuals Sample 2005:05 2008:12 Observations 44
7 6
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
5 4 3 2 1 0 -0.04
Jarque-Bera Probability -0.02
0.00
0.02
0.04
4.95E-12 -0.000106 0.057481 -0.039602 0.019080 0.446175 3.898055 2.938451 0.230104
0.06
Lampiran 6. Hasil Estimasi Penawaran Kredit UMKM Dependent Variable: LS Method: Two-Stage Least Squares Date: 04/16/09 Time: 21:11 Sample(adjusted): 2005:05 2008:12 Included observations: 44 after adjusting endpoints Convergence achieved after 7 iterations Instrument list: DPK CAR LDR NPL GDP INF ER Lagged dependent variable & regressors added to instrument list Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.911551 0.963050 1.984893 0.0546 R 0.000836 0.001134 0.736663 0.4660 DPK 0.661785 0.100326 6.596335 0.0000 CAR -0.010777 0.002284 -4.718055 0.0000 LDR 0.007471 0.000669 11.17260 0.0000 NPL -0.011081 0.002667 -4.155453 0.0002 AR(4) -0.098141 0.158904 -0.617614 0.5406 R-squared 0.989074 Mean dependent var 8.392092 Adjusted R-squared 0.987302 S.D. dependent var 0.121573 S.E. of regression 0.013700 Sum squared resid 0.006944 F-statistic 558.2661 Durbin-Watson stat 1.099867 Prob(F-statistic) 0.000000 Inverted AR Roots .40 -.40i .40 -.40i -.40+.40i -.40+.40i
Lampiran 7. Hasil Uji Autokorelasi Persamaan Penawaran Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: Obs*R-squared 7.492740 Probability
0.023603
57
Lampiran 8. Hasil Uji Heteroskedastisitas Persamaan Penawaran White Heteroskedasticity Test: F-statistic 3.634641 Obs*R-squared 33.42449
Probability Probability
0.001822 0.030292
Lampiran 9. Hasil Uji Normalitas Persamaan Penawaran 14 Series: Residuals Sample 2005:05 2008:12 Observations 44
12 10 8 6 4 2 0 -0.02
0.00
0.02
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
1.15E-12 0.000714 0.027910 -0.031452 0.012708 -0.213185 3.094847
Jarque-Bera Probability
0.349778 0.839550