ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT PERUM PEGADAIAN
OLEH YUSTIANA RATNA NURAINI H14104059
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa
: Yustiana Ratna Nuraini
Nomor Registrasi Pokok : H14104059 Program Studi
: Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi
: Analisis
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Permintaan Kredit Perum Pegadaian
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Rina Oktaviani, Ph.D NIP. 131 846 872
Mengetahui Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Rina Oktaviani, Ph.D NIP. 131 846 872
Tanggal Kelulusan:
RINGKASAN
YUSTIANA RATNA NURAINI. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Perum Pegadaian (dibimbing oleh RINA OKTAVIANI). Pertumbuhan ekonomi nasional yang baik merupakan salah satu indikator sehatnya kondisi perekonomian suatu negara. Salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional adalah dengan meningkatkan pertumbuhan sektor riil ataupun meningkatkan pendapatan nasional. Kredit merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kredit yang digunakan masyarakat untuk modal usaha dapat meningkatkan pertumbuhan sektor riil, sedangkan kredit yang digunakan masyarakat untuk konsumsi dapat meningkatkan konsumsi masyarakat, yang kemudian akan meningkatkan agregat demand (pendapatan nasional). Kredit merupakan salah satu cara untuk membantu masyarakat dalam mendapatkan pinjaman dana. Berkaitan dengan kebutuhan dana bagi masyarakat untuk berbagai kepentingan ekonomi, muncullah permintaan kredit. Permintaan kredit dari masyarakat dapat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga, PDB Riil, resiko dan ketidakpastian. Perum Pegadaian sebagai lembaga keuangan bukan bank memiliki fungsi menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit. Kredit Cepat dan Aman (KCA) adalah salah satu kegiatan utama Perum Pegadaian. KCA yang diberikan oleh Perum Pegadaian menunjukkan tren yang positif dari tahun ke tahun, termasuk saat terjadi krisis moneter. Pada tahun 1997 total kredit yang disalurkan oleh Perum Pegadaian adalah sebesar Rp. 2,077 triliun dan pada tahun 2006 kredit yang disalurkan meningkat cukup tinggi sebesar Rp. 17,294 triliun (Laporan Tahunan Perum Pegadaian, 2006). Beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan kredit Perum Pegadaian diduga memiliki kesamaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit secara umum. Oleh karena itu dimasukkan variabel bebas PDB, inflasi, suku bunga SBI dan jumlah uang beredar pada analisis ini. Dua variabel bebas yang secara khusus digunakan untuk analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kredit Perum Pegadaian ini adalah variabel jumlah kantor cabang Perum Pegadaian dan standar taksiran logam emas (harga taksiran emas). Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, tujuan penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit yang dilakukan oleh Perum Pegadaian. Kemudian berdasarkan kesimpulan dari hasil analisis yang diperoleh akan dirumuskan kebijakan yang ditujukan kepada Perum Pegadaian untuk meningkatkan penyaluran kreditnya. Selain itu terdapat pula kebijakan yang ditujukan kepada pemerintah dalam hal permodalan Perum Pegadaian. Pada penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit Perum Pegadaian menggunakan metode regresi linear berganda, dengan bantuan software Microsoft Excel 2003 dan E-Views 4.1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Perum Pegadaian, dan Bank Indonesia. Selain itu diperoleh juga dari beberapa literatur yang diambil dari perpustakaan IPB dan internet.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel jumlah kantor cabang Perum Pegadaian, suku bunga SBI dan standar taksiran logam emas berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan kredit Perum Pegadaian oleh masyarakat. Variabel inflasi, jumlah uang beredar dan produk domestik bruto tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap permintaan kredit Perum Pegadaian. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit Perum Pegadaian adalah jumlah kantor cabang Perum Pegadaian, suku bunga SBI dan standar taksiran logam emas. Dimana, faktorfaktor tersebut berpengaruh secara positif terhadap jumlah kredit yang disalurkan oleh Perum Pegadaian. Artinya, setiap terjadi kenaikan pada faktor-faktor tersebut, akan meningkatkan jumlah kredit yang diminta oleh masyarakat. Ada beberapa kebijakan yang dapat direkomendasikan kepada Perum Pegadaian untuk meningkatkan permintaan kredit dari masyarakat. Kebijakan tersebut adalah Perum Pegadaian berusaha menambah jumlah kantor cabang, khususnya ke daerah-daerah pelosok yang masih sulit akses perbankan. Kebijakan lain adalah Perum Pegadaian dapat meningkatkan promosi kepada masyarakat mengenai layanan jasanya yang sudah beraneka ragam, termasuk kreasi dan krasida yang merupakan pinjaman khusus bagi pengusaha UMKM. Selain itu ada pula kebijakan yang ditujukan untuk pemerintah dalam hal permodalan, yaitu pemerintah sebaiknya pemerintah memberi bantuan modal kepada Perum Pegadaian dengan bunga yang relatif rendah. Hal ini disebabkan sampai saat ini sebagian besar modal Perum Pegadaian berasal dari pinjaman lembaga keuangan perbankan. Jika Perum Pegadaian dapat memperoleh pinjaman modal dari pemerintah, maka dapat menciptakan efisiensi biaya. Melalui hal tersebut Perum Pegadaian dapat meningkatkan profitnya dan itu berarti ketersediaan kredit yang dapat disalurkan ke masyarakat juga bertambah.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT PERUM PEGADAIAN
OLEH YUSTIANA RATNA NURAINI H14104059
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Yustiana Ratna Nuraini, lahir di Purwokerto, Jawa Tengah pada tanggal 2 Desember 1985. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Yusmianto dan Ibu Ambarini. Pada tahun 1990 penulis memulai jenjang pendidikannya di TK Al Irsyad Purwokerto, dilanjutkan pada tahun 1992 penulis bersekolah di SD N Teluk 1 Purwokerto hingga tahun 1994. Pada tahun 1994 penulis dipindahkan sekolahnya di SD Islam Istiqomah Ungaran, Kab. Semarang, dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikannya di SLTP N 1 Ungaran, Kab. Semarang dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama juga penulis melanjutkan pendidikannya di SMA N 1 Ungaran, Kab. Semarang selama dua tahun hingga tahun 2003. Pada tahun 2003 penulis dipindahkan sekolahnya di SMA N 1 Purwokerto hingga lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis melanjutkan pendidikan tingginya di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Saringan Masuk IPB (USMI). Selama masa kuliah penulis aktif di beberapa organisasi kampus seperti Koperasi Mahasiswa (Kopma), Himpunan Profesi dan Peminat IESP (Hipotesa), Syariah Economics Student Club (SES-C) dan beberapa kepanitiaan acara. Selain itu penulis juga pernah menjadi asisten pada mata kuliah Ekonomi Umum.
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis ingin mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT karena atas limpahan kasih dan sayangNya serta rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ’’Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Perum Pegadaian’’. Skripsi ini berisi analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit Perum Pegadaian. Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah mengaruniakan gelar sarjana kepada penulis pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, membimbing, mendoakan, dan memotivasi penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rina Oktaviani, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi penulis. Terima kasih untuk semua saran dan bimbingan yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 2. Noer Azam Achsani, Ph.D selaku dosen penguji utama dan Tony Irawan, M.App.Ec selaku dosen dari komisi pendidikan, yang telah bersedia menguji dan memberikan saran dan masukan yang sangat bermanfaat untuk penyempurnaan skripsi ini. 3. Ibu dan Bapak tercinta yang dengan kasih sayangnya selalu mendoakan penulis dan memberi dukungan kepada penulis. 4. Adik tersayang, Fani Aditya Rahman, yang selalu mendoakan dan memberi dukungan kepada penulis. 5. Keluarga besar penulis, terima kasih untuk doa dan dukungannya. 6. Seluruh dosen dan staf civitas pendidikan di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih untuk ilmu dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis 7. Doddy dan Fajar (Statistik 41) serta Kak Wawan dan Kak Heri (Ilmu Ekonomi 40). Terima kasih untuk ilmu, bantuan dan dukungannya.
8. Teman-teman satu bimbingan skripsi penulis (Mega, Sondang, dan Ela) serta teman-teman seperjuangan di Ilmu Ekonomi 41 (Fabya, Prima, Akbar, Dwi Endah, Erika, Duvian, Sinta, Itut, Khurum, Boim, Eri, Medha, Yuliana (Dodol), Deny, Syaiful, Uunk, Rian, Wenda, Vebi, teman-teman pengurus Hipotesa periode 2005-2006 dan semua teman-teman dari Ilmu Ekonomi yang tidak bisa penulis sebut satu per satu). Terima kasih untuk kebersamaan, bantuan dan dukungannya. 9. Sahabat penulis, Shinta Hanifah S. (THH 41), serta sahabat-sahabat penulis sejak masa sekolah hingga saat ini (Erin, Hana, Anggita, Yuni) dan teman-teman lama penulis yang tidak bisa penulis sebut satu per satu. Terima kasih untuk kebersamaan dan dukungannya. 10. Mba Nora (Manajemen 40) dan Mba Suci (PSP 36) serta teman-teman Liqo’ (Irma (Boim), Itut, Khurum, Ela, Melly, Rima, Gita,). Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu per satu. Terima kasih untuk kebersamaan, doa dan dukungannya. Penulis menyadari karya ini masih belum sempurna dan masih terdapat kekurangan. Namun, penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya dan civitas akademisi pada khususnya.
Bogor, Agustus 2008
Yustiana RatnaNuraini H14104059
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR .........................................................................................
i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... ix I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 Latar Belakang ............................................................................................... 5 Perumusan Masalah ....................................................................................... 5 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 9 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 9 Ruang Lingkup .............................................................................................. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ........................ 11 2.1. Kredit..................................................................................................... 11 2.1.1. Jenis Kredit ................................................................................. 11 2.1.2. Fungsi Kredit ............................................................................... 12 2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit ............... 14 2.2. Suku Bunga SBI .................................................................................... 15 2.3. Inflasi..................................................................................................... 15 2.4. Money Supply (Jumlah Uang Beredar) ................................................. 16 2.5. Perum Pegadaian ................................................................................... 17 2.6. Visi dan Misi Perum Pegadaian ............................................................ 17 2.7. Kegiatan Usaha Perum Pegadaian ........................................................ 18 2.7.1. Kegiatan Usaha Inti ..................................................................... 18 2.7.2. Kegiatan Usaha Non Inti ............................................................. 19 2.8. Pendapatan Nasional ............................................................................. 20 2.9. Perum Pegadaian sebagai Lembaga Keuangan Bukan Bank ................ 21
2.11. Penelitian Terdahulu ............................................................................. 23 2.12. Kerangka Pemikiran Operasional ......................................................... 26 IV. METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 29 3.1. Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 29 3.2. Metode Analisis .................................................................................... 30 3.3. Metode Regresi Linear Berganda.......................................................... 30 3.4. Model Umum Analisis Regresi Berganda............................................. 31 3.5. Model Penelitian ................................................................................... 31 3.6. Asumsi dalam Analisis Regresi ............................................................ 34 3.7. Pengujian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Perum Pegadaian ........................................................................ 36 3.7.1. Uji Kriteria Statistik .................................................................... 36 3.7.1.1. Uji F .......................................................................... 36 3.7.1.2. Uji Koefisien Determinasi R 2 .................................. 37 3.7.1.3. Uji t ........................................................................... 37 3.7.2. Uji Kriteria Ekonometrika........................................................... 38 3.7.2.1. Uji Multikolinearitas ................................................. 38 3.7.2.2. Uji Heteroskedastisitas .............................................. 39 3.7.2.3. Uji Autokorelasi ........................................................ 42 V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 44 4.1. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Perum Pegadaian ...................................................................................... 44 4.1.1. Uji Kriteria Statistik .................................................................... 45 4.1.1.1. Uji F ................................................................................ 45 4.1.1.2. Uji Koefisien Determinasi R 2 ........................................ 45 4.1.2. Uji Kriteria Ekonometrika........................................................... 45 4.1.2.1. Uji Multikolinearitas ....................................................... 45 4.1.2.2. Uji Heteroskedastisitas .................................................... 46 4.1.2.3. Uji Autokorelasi .............................................................. 46 4.1.3. Estimasi Model ........................................................................... 47
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 50 5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 50 5.2. Saran ...................................................................................................... 50 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 53 LAMPIRAN ......................................................................................................... 56
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.1 Perkembangan Jumlah Pinjaman yang Diberikan Bisnis Inti (KCA) Selama Tahun 1997-2007............................................................................... 4 1.2 Taksiran Harga Barang Jaminan beserta Tarif Sewa Modal........................ . 6 2.1 Jumlah kredit atau pinjaman yang diberikan beserta tarif sewa modal (interest rate)………………………………………………………………. 18 3.1. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ..................................... 29 4.1. Hasil Analisis Regresi Permintaan Kredit Perum Pegadaian ........................ 44 4.2. Hasil Estimasi Uji Multikolinearitas Model Permintaan Kredit Perum Pegadaian (KP) .................................................................................. 46 4.3. Hasil Estimasi Uji Heteroskedastisitas Model Permintaan Kredit Perum Pegadaian (KP) .................................................................................. 46 4.4. Hasil Estimasi Uji Autokorelasi Model Permintaan Kredit Perum Pegadaian(KP)............................................................................................... 47
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.1. Perkembangan Inflasi Sejak Tahun 2003:01 sampai dengan 2007:06......... 2 1.2. Perkembangan Suku Bunga SBI Sejak Tahun 2003:01 sampai dengan 2007:06 ........................................................................................... 3 1.3. Perkembangan Jumlah Pinjaman yang Diberikan Bisnis Inti (Kredit Cepat dan Aman) Selama Tahun 1997-2006 ............................................... 5 1.4. Perkembangan Jumlah Kantor Cabang Perum Pegadaian di Indonesia (Tahun 2000:01-2007:06) ............................................................................. 8 3.1. Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 28
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Data yang digunakan untuk model analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit Perum Pegadaian ....................... 56 2. Plot Data untuk Variabel-variabel yang Digunakan dalam Analisis Regresi ....................................................................................... 58 3. Hasil estimasi Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Perum Pegadaian (KP) ..................... 61
DAFTAR SINGKATAN
CAB
: Kantor Cabang
KCA
: Kredit Cepat dan Aman
KP
: Kredit Perum Pegadaian
Krasida
: Kredit Angsuran Sistem Gadai
Kreasi
: Kredit Angsuran Fidusia
Kresna
: Kredit Serba Guna
KTJG
: Kredit Tunda Jual Gabah
MS
: Money Supply
PDB
: Produk Domestik Bruto
SBI
: Sertifikat Bank Indonesia
STL
: Standar Taksiran Logam Emas
INF
: Inflasi
I.
1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Pertumbuhan sektor riil merupakan salah satu motor penggerak bagi
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan sektor riil dapat berupa perkembangan infrastruktur maupun perkembangan industri atau usaha baru yang dikembangkan oleh masyarakat. Kredit merupakan salah satu cara untuk membantu masyarakat dalam mendapatkan pinjaman dana. Berkaitan dengan kebutuhan dana bagi masyarakat untuk kegiatan konsumsi ataupun modal usaha, muncullah permintaan kredit. Kredit modal dapat digunakan masyarakat dalam membuka usaha, sedangkan kredit konsumsi digunakan masyarakat untuk mengkonsumsi barang tertentu. Kredit yang dibutuhkan masyarakat dapat diberikan oleh lembaga keuangan, baik lembaga keuangan perbankan maupun lembaga keuangan bukan bank. Lembaga keuangan perbankan yang memberikan bantuan berupa pinjaman kredit biasanya adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) maupun bank-bank umum milik pemerintah ataupun swasta, sedangkan lembaga keuangan bukan bank yang memberikan bantuan kredit salah satunya adalah Perum Pegadaian. Kredit Cepat dan Aman (KCA) adalah salah satu kegiatan utama Perum Pegadaian. KCA ini berupa pinjaman dana yang disalurkan ke masyarakat, dengan harapan masyarakat menggunakannya untuk berbagai kepentingan ekonomi yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kepentingan ekonomi tersebut misalnya saja digunakan untuk modal usaha ataupun pengeluaran
konsumsi
yang
dapat
meningkatkan
agregat
demand,
sehingga
dapat
meningkatkan pendapatan nasional. Permintaan kredit dari masyarakat merupakan indikasi adanya kebutuhan dana
bagi
masyarakat
untuk
memenuhi
kebutuhan
hidupnya.
Kondisi
ketidakpastian ekonomi yang melanda Indonesia sejak beberapa tahun terakhir, seperti kenaikkan harga BBM, inflasi yang senantiasa berfluktuasi dan lain sebagainya, diduga turut andil dalam jumlah kredit yang diminta oleh masyarakat. Pada triwulan akhir tahun 2005, Indonesia mengalami kenaikkan harga BBM yang mengakibatkan terjadinya inflasi. Berikut adalah perkembangan inflasi sejak tahun 2003 sampai dengan 2007: Gambar 1.1 Perkembangan Inflasi Sejak Tahun 2003 sampai dengan 2007 Perkembangan Inflasi sejak tahun 2003 Sampai dengan 2007 20 15 Jumlah 10
Inflasi
5 0 2002
2003
2004
2005
2006
Periode (Tahun)
Sumber: Bank Indonesia (2007)
2007
2008
Berdasarkan Gambar 1.1 tersebut terlihat bahwa inflasi senantiasa berfluktuasi. Inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2005 yang bertepatan dengan adanya kenaikan harga BBM. Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) bulanan merupakan salah satu mekanisme moneter yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dan besarannya disesuaikan dengan kondisi perekonomian negara (Wikipedia Indonesia, 2007). Perubahan pada suku bunga SBI dapat mempengaruhi perubahan pada suku bunga kredit. Nilai suku bunga SBI juga senantiasa berubah dan berfluktuasi. Berikut ini adalah perkembangan suku bunga SBI sejak tahun 2003:01 sampai dengan 2007:06: Gambar 1.2 Perkembangan Suku Bunga SBI Sejak Tahun 2003 sampai dengan 2007
Jumlah
Perkembangan Suku Bunga SBI Sejak Tahun 2003 Sampai dengan 2007 14 12 10 8 6 4 2 0 2002
Suku Bunga SBI
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Periode (Tahun) Sumber: Bank Indonesia (2007)
Berdasarkan Gambar 1.2 diatas terlihat bahwa suku bunga SBI senantiasa berfluktuasi menyesuaikan kondisi perekonomian. Suku bunga SBI tertinggi terjadi pada tahun 2005 sampai 2006. Hal ini merupakan penyesuaian ekonomi
saat kenaikan harga BBM dan pascakenaikan harga BBM. Fluktuasi pada suku bunga SBI diduga memiliki andil terhadap permintaan kredit masyarakat, salah satunya pada permintaan kredit Perum Pegadaian. KCA yang diberikan oleh Perum Pegadaian menunjukkan tren yang positif dari tahun ke tahun. Terutama sejak tahun 1997 hingga 2006. Pada tahun 1997 total kredit yang disalurkan oleh Perum Pegadaian adalah sebesar Rp. 2,077 triliun dan pada tahun 2006 kredit yang disalurkan sebesar Rp. 17,294 triliun (Laporan Tahunan Perum Pegadaian, 2006). Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Pinjaman yang Diberikan Bisnis Inti (KCA) Selama Tahun 1997-2007 (dalam jutaan rupiah) Uraian jenis pinjam an Gol A Gol B
Gol C
1997
1998
1999
2000
Tahun 2001 2002
183, 139 475, 912
153, 748 414, 274
166, 954 416, 254
184, 517 454, 839
195, 427 508, 784
178, 991 542, 168
679, 517
973, 214
1,61 6,04 7 3,63 3,73 8 5,95 3,99 6
1,92 4,46 2 5,15 8,21 6 7,80 3,83 7
1,02 1,24 3,68 1,45 2 5 Gol D 739, 1,58 1,61 2,33 032 1,31 9,16 7,58 6 1 3 Jumlah 2,07 3,12 3,22 4,21 7,60 2,55 6,05 8,39 0 2 1 4 Sumber: Perum Pegadaian (2006)
Rata2 pertumbu han
2003
2004
2005
2006
262, 739 1,03 6,72 8 3,40 7,97 0 4,04 2,86 8 8,75 0,30 5
502, 164 2,16 3,85 5 7,14 2,82 7 236, 814
462,2 16 2,428 ,887
375,9 81 2,539 ,599
12.43
9,683 ,254
13,38 0,018
42.15
552,0 78
998,8 87
39.60
10,0 45,6 60
13,12 6,435
17,29 4,485
27.33
25.77
Gambar 1.3 Perkembangan Jumlah Pinjaman yang Diberikan Bisnis Inti (Kredit Cepat dan Aman) Selama Tahun 1997-2006
2005
2003
2001
Kredit Cepat dan Aman
1999
18.000.000 16.000.000 14.000.000 12.000.000 10.000.000 8.000.000 6.000.000 4.000.000 2.000.000 0
1997
Jumlah (Miliar Rp.)
Perkembangan Bisnis Inti (Kredit Cepat dan Aman) Perum Pegadaian Tahun 1997-2006
Tahun Sumber: Perum Pegadaian (2006)
Berdasarkan Gambar 1.3 tersebut dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah pinjaman yang diberikan oleh bisnis inti (KCA) memiliki tren yang positif. Pada Gambar 1.3 tersebut juga dapat dilihat adanya peningkatan yang signifikan pada KCA yang disalurkan oleh Perum Pegadaian kepada masyarakat pada sepuluh tahun terakhir. Periode pertama mewakili tahun 1997, periode kedua mewakili tahun 1998 dan seterusnya hingga periode kesepuluh mewakili tahun 2006. Jumlah kredit yang disalurkan oleh Perum Pegadaian tentu saja berkaitan dengan jumlah kredit yang diminta oleh masyarakat.
1.2.
Perumusan Masalah
Perum Pegadaian adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara yang memiliki fungsi menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit dengan menggunakan barang jaminan. Barang jaminan yang dapat dijadikan agunan untuk memperoleh kredit tidak harus barang mahal. Syarat barang yang dapat dijadikan barang jaminan adalah semua barang bergerak, artinya barang tersebut dapat bergerak atau dipindahkan. Contoh barang bergerak yang dapat dijadikan barang jaminan adalah mobil, motor, emas, dan alat-alat elektronik. Rumah, gedung, dan tanah merupakan barang tetap, sehingga tidak dapat dijadikan sebagai barang jaminan (laporan tahunan Perum Pegadaian, 2006). Tabel 1.2 berikut menjelaskan besarnya taksiran harga barang jaminan beserta tarif sewa modal (interest rate) dan lamanya peminjaman. Tabel 1.2 Taksiran Harga Barang Jaminan beserta Tarif Sewa Modal Golongan Pinjaman A B C1 C2 D1
Pagu kredit (dalam ribuan Rp) 20-150 151-500 505-1.000 1.010-20.000 20.050-50.000
D2
50.100-200.000
Tarif sewa modal (%) Mulai 1 Januari 2007 Per 15 hari Maksimum 1 8,00 1,45 11,60 1,45 11,60 1,45 11,60 1 8,00 1
8,00
Jangka waktu kredit (Hari) 120 120 120 120 120 120
Sumber: Perum Pegadaian (2007)
Pada Tabel 1.2 di halaman sebelumnya diperlihatkan besarnya kredit yang dapat diperoleh masyarakat yang akan meminjam dana di Perum Pegadaian. Pinjaman minimal adalah Rp 20.000,00 dengan interest rate per 15 hari sebesar 1 %, jangka waktu peminjaman maksimum 120 hari dengan interest rate 8 %. Pinjaman maksimal adalah untuk berapapun nilai diatas Rp.200.000.000,00, dengan interest rate per 15 hari sebesar 1 %, jangka waktu peminjaman
maksimumnya 120 hari dengan interest rate 8 %. Jika nasabah tidak mampu menebus barang jaminan hingga jangka waktu maksimal yang ditentukan, maka barang jaminan yang digadaikan akan dilelang. Kondisi masyarakat Indonesia tidak seluruhnya sama, sebagian besar mereka tinggal di daerah yang relatif sulit menjangkau akses perbankan. Selain itu pengetahuan sebagian masyarakat Indonesia yang tinggal di pelosok daerah yang masih terbatas mengenai prosedur kredit perbankan. Perum Pegadaian sebagai salah satu lembaga keuangan bukan bank berusaha mengatasi permasalahan tersebut. Perum Pegadaian berusaha menjangkau seluruh nusantara, dengan pembuatan kantor cabang yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Sesuai data pada laporan tahunan Perum Pegadaian tahun 2007 yang menyebutkan bahwa jumlah kantor cabang Perum Pegadaian pada tahun 2007 telah mencapai 867 buah dan tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah Gambar 1.4 yang menggambarkan perkembangan jumlah kantor cabang Perum Pegadaian di Indonesia.
Gambar 1.4 Perkembangan Jumlah Kantor Cabang Perum Pegadaian di Indonesia (Tahun 2000-2007)
Perkembangan Jumlah Kantor Cabang Perum Pegadaian Sejak Tahun 2003-2007
900 850 Jumlah
800 750
Kantor Cabang
700 650 2003
2004
2005
2006
2007
Periode (Tahun)
Sumber: Perum Pegadaian (2007)
Jika dilihat berdasarkan Gambar 1.4, maka sesuai data pada Laporan Tahunan Perum Pegadaian (2007) yang menyebutkan bahwa jumlah kantor cabang Perum Pegadaian di Indonesia senantiasa bertambah dari tahun ke tahun. Pada awal tahun 2000 jumlah kantor cabang Perum Pegadaian sebanyak 690 buah dan di pertengahan tahun 2007 jumlah kantor cabangnya berkembang menjadi 867 buah. Jumlah kantor cabang yang sudah cukup banyak diduga memiliki andil juga terhadap permintaan kredit Perum Pegadaian. Oleh karena itu berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan dari penelitian ini adalah: 1.
Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit Perum Pegadaian?
1.3.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan antara lain untuk: 1.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit yang dilakukan oleh Perum Pegadaian.
1.4.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada mahasiswa
peneliti atau penulis dan semua kalangan akademisi di lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor khususnya dan di lingkungan masyarakat luas pada umumnya. Manfaat yang dapat diperoleh diantaranya adalah: 1.
Menganalisis permasalahan-permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dengan menggunakan metode analisis yang digunakan.
2.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk penelitian lebih lanjut.
3.
Bagi penulis sendiri, penelitian ini berguna sebagai sarana untuk menerapkan Ilmu ekonomi yang selama ini telah diperoleh dan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Departemen Ilmu ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
1.5.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah pada analisis faktor-faktor yang
diduga memiliki pengaruh terhadap permintaan kredit yang dilakukan oleh Perum Pegadaian. Faktor-faktor yang dimasukkan ke dalam penelitian ini adalah suku
bunga SBI, standar taksiran logam emas (harga taksiran emas), jumlah kantor cabang perum Pegadaian, inflasi, jumlah uang beredar dan Produk Domestik Bruto (PDB). Data yang digunakan adalah data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, dan Perum Pegadaian sejak tahun 2003:01 sampai 2007:06. Penelitian ini dilakukan melalui data yang sifatnya nasional, sesuai periode waktu yang telah ditentukan.
II.
2.1.
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Kredit Menurut Undang-undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan dalam
Simorangkir (2000), kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan. Johnson dalam Djinarto (2000), menyatakan bahwa kredit adalah kemampuan untuk memperoleh barang atau jasa dengan memberi janji untuk membayar pada tanggal tertentu di masa yang akan datang. Menurut arti ekonomi kredit adalah penundaan bayaran dari prestasi yang diberikan sekarang baik dalam bentuk barang, uang atau jasa (Suyatno et al, 1991).
2.1.1. Jenis Kredit Menurut
Simorangkir
(2000),
berdasarkan
penggunaannya,
kredit
dibedakan menjadi dua jenis,yaitu: 1.
Kredit Konsumtif Kredit konsumtif merupakan kredit yang ditujukan kepada masyarakat yang membutuhkan dana untuk keperluan konsumsi, seperti untuk properti, kendaraan, dan barang konsumtif lainnya.
2.
Kredit Produktif
Kredit produktif merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan produksi atau usaha. Diharapkan melalui kredit ini akan ada perputaran usaha yang dapat menghasilkan keuntungan usaha, contoh jenis kredit ini adalah Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi. Kredit Investasi adalah kredit jangka menengah atau jangka panjang yang bertujuan untuk pembelian barang modal dan jasa yang diperlukan untuk rehabilitasi, modernisasi, perluasan proyek, penempatan kembali, dan atau pembuatan proyek baru.
2.1.2. Fungsi Kredit Menurut Simorangkir (2000) fungsi kredit adalah: 1. Kredit akan meningkatkan daya guna (equity) uang. Kredit dapat dijadikan modal usaha atau tambahan modal usaha yang bermanfaat bagi kelancaran produksi suatu usaha, baik yang diberikan secara langsung oleh pemilik modal maupun melalui pihak perbankan. 2. Kredit mampu meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. Sesuai fungsinya, jika kredit yang diberikan melalui rekening giro, maka akan meningkatkan peredaran uang giral, sebaliknya jika kredit yang diberikan secara tunai maka akan meningkatkan peredaran uang kartal, sehingga arus lalu lintas uang akan berkembang. 3. Kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran barang. Kredit dapat digunakan sebagai tambahan modal usaha bagi suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan berproduksi atau mengolah suatu
bahan baku dari bahan mentah menjadi barang jadi, sehingga daya guna barang tersebut meningkat. 4. Kredit merupakan salah satu alat stabilitas ekonomi. Menurut Suyatno et al (1991), pada tahun 1996, kebijakan pemerintah untuk menjaga kestabilan ekonomi melalui kredit telah berhasil dengan baik. Pemerintah melakukan kebijakan uang ketat melalui pemberian kredit yang selektif dan terarah. Arus kredit diarahkan untuk sektor yang produktif dengan pembatasan kualitatif dan produktif. Tujuannya untuk meningkatkan jumlah produksi dan memenuhi kebutuhan dalam negeri agar bisa diekspor. 5. Kredit mampu meningkatkan semangat dalam berusaha. Kredit adalah salah satu insentif yang diharapkan mampu meningkatkan volume usaha. Bantuan kredit yang diberikan oleh bank akan berguna bagi perusahaan untuk mengatasi kekurangan modal, sehingga volume usaha dapat ditingkatkan. 6. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan. Bantuan kredit dapat dijadikan sarana bagi perusahaan untuk memperluas usahanya dan mendirikan proyek-proyek baru. Pendirian dan peningkatan proyek baru memerlukan tenaga kerja sehingga mereka memperoleh pendapatan, dalam hal ini, adanya kredit membuat aliran kredit ke tenaga kerja menjadi merata. 7. Kredit merupakan alat untuk meningkatkan hubungan internasional. Bank-bank asing di luar negeri dapat memberikan kredit kepada sektor
usaha di Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung. Begitu pula dengan negara-negara maju, mereka dapat juga memberikan bantuan kredit kepada sektor dunia usaha di Indonesia. Dengan demikian, berarti terjalin hubungan ekonomi dan internasional antar negara. Sedangkan menurut Bank Indonesia dalam Ismail Hadikusumah, fungsi kredit adalah: 1. Bagi dunia usaha kredit berfungsi sebagai permodalan untuk menjaga kelangsungan atau meningkatkan usahanyan dan sebagai pengembalian kredit wajib dilakukan tepat waktu, diharapkan dapat diperoleh dari keuntungan usahanya. 2. Bagi lembaga keuangan kredit berfungsi untuk menyalurkan dana masyarakat (deposito, tabungan, giro) dalam bentuk kredit pada dunia usaha.
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit C. David dalam Rachmina (1994) mengemukakan bahwa permintaan kredit merupakan fungsi dari biaya meminjam, time preferences konsumsi sekarang dan yang akan datang serta faktor endowments. Biaya pinjaman meliputi tingkat bunga, biaya transaksi (administrasi) dan pengeluaran lain. Lebih lanjut dijelaskan bahwa terdapat hubungan negatif antara permintaan kredit dengan biaya meminjam. Elastisitas permintaan kredit terhadap biaya meminjam sangat tergantung pada kurva kemungkinan pendapatan (income possibilities curve) dan
fungsi time preference (the time preference function). Hal lain mengungkapkan bahwa permintaan kredit akan meningkat apabila konsumsi sekarang tniggi, ceteris paribus. Faktor lain yang mempengaruhi permintaan kredit, yaitu resiko dan ketidakpastian.
2.2.
Suku Bunga SBI Menurut Wikipedia Indonesia (2007), Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3 bulan) dengan sistem diskonto atau bunga. SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai Rupiah. Melalui penjualan SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer yang beredar. Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak awal Juli 2005, BI menggunakan mekanisme BI rate (suku bunga BI), yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan BI untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudian yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan.
2.3.
Inflasi Milton Friedman dalam Mishkin (2001) nenyatakan bahwa ’’inflation is
always and everywhere a monetary phenomenon’’ (inflasi selalu dan dimana saja menjadi fenomena moneter). Menurut Friedman, inflasi dan pertumbuhan jumlah uang beredar sangat berhubungan.
Keynesian (pandangan
kaum
Keynesian)
dalam
Mishkin (2001)
mempercayai penyebab inflasi adalah jumlah uang yang beredar. Menurut Keynesian, Inflasi adalah kenaikan secara terus menerus dari harga barang dan jasa secara umum. Saat harga meningkat yang disebabkan oleh variabel lain selain money supply, misal karena peningkatan pengeluaran pemerintah (G) atau penurunan pajak (Tax) yang menyebabkan permintaan agregat bergeser ke kanan, hal ini terjadi hanya satu periode. Apa yang terjadi ini tidak bisa disebut inflasi, karena hanya suatu penyesuaian serta ada titik hentinya tidak secara terus menerus. Menurut pandangan kaum Keynesian, inflasi dapat disebabkan oleh kebijakan fiskal dan moneter. Hal inilah yang membedakannya dengan pandangan kaum Monetaris mengenai inflasi. Menurut Keynesian, jika dalam jangka panjang stabil, maka inflasi akan terjadi secara terus menerus tetapi dalam jangka pendek harga hanya akan menyesuaikan.
2.4
Money Supply (Jumlah Uang yang Beredar) Jumlah uang beredar menurut Mishkin (2001) dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu uang primer (monetary base/M0), uang dalam arti sempit (narrow money/M1), dan uang dalam arti luas (broad money/M2). Bank sentral memiliki kebijakan untuk mempengaruhi jumlah uang beredar, yaitu dengan kebijakan kontraksi moneter (penurunan jumlah uang beredar) dan kebijakan ekspansi moneter (peningkatan jumlah uang beredar).
2.5.
Perum Pegadaian Perum Pegadaian adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang mempunyai fungsi dalam penyaluran kredit ke masyarakat dengan jaminan tertentu berupa barang bergerak, dengan batas waktu pengembalian yang telah ditentukan dan dikenai bunga (laporan tahunan Perum Pegadaian, 2006).
2.6.
Visi dan Misi Perum Pegadaian Visi Perum Pegadaian menurut laporan tahunan Perum Pegadaian (2006)
adalah ’’Pegadaian pada tahun 2010 menjadi perusahaan yang modern, dinamis, dan inovatif dengan usaha utama gadai’’. Dalam lima tahun mendatang perusahaan harus mampu menjadi perusahaan yang modern, dinamis dan inovatif. Modern berarti kondisi fisik, sarana dan prasarana serta sistem kerja juga mampu menghasilkan produk/jasa yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern. Dinamis berarti sikap dan perilaku seluruh pegawai dalam hal kecepatan pelayanan dan kemampuan menyesuaikan ketrampilan, sikap yang lebih komunikatif, efisiensi dan integritas tinggi, juga berarti semakin mampu merespon dengan cepat kebutuhan konsumen. Inovatif berarti bahwa kemampuan perusahaan dalam menyempurnakan produk yang sudah ada dan menciptakan berbagai produk-produk baru yang menguntungkan, juga selalu menyempurnakan pelaksanaan sistem dan prosedur. Menurut laporan tahunan Perum Pegadaian (2006), Perum Pegadaian juga menerapkan misi menyangkut batasan bisnis yang akan dikerjakan, sasaran pasar
yang dituju dan upaya peningkatan kemanfaatan perusahaan kepada stakeholders. Rumusan misi Perum Pegadaian dinyatakan dengan kalimat sebagai berikut: ’’Ikut membantu program pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat golongan menengah ke bawah, melalui kegiatan utama berupa penyaluran kredit gadai dan melakukan usaha lain yang menguntungkan’’.
2.7.
Kegiatan Usaha Perum Pegadaian
2.7.1. Kegiatan Usaha Inti Salah satu kegiatan usaha inti Perum Pegadaian adalah Kredit Cepat dan Aman (KCA). Menurut laporan tahunan Perum Pegadaian (2006), pada sepuluh tahun terakhir penyaluran uang pinjaman melalui KCA ini mengalami peningkatan, dari Rp. 2,077 triliun pada tahun 1997 meningkat sebesar Rp. 17,294 triliun pada tahun 2006. KCA ini diberikan kepada masyarakat dalam suatu jangka waktu peminjaman tertentu dengan dikenai bunga, dan masyarakat yang meminjam uang wajib memberikan barang bergerak yang dimilikinya sebagai agunan. Berikut ini disajikan tabel 2.1 mengenai jumlah pinjaman yang diberikan dengan beserta tarif sewa modalnya (interest rate) dan jangka waktu kreditnya yang berlaku sejak tanggal 1 Januari 2007 sesuai Surat Keputusan Direksi No.1024/UI.I.00211/2006 29 Desember 2006 adalah: Tabel 2.1 Jumlah kredit atau pinjaman yang diberikan beserta tarif sewa modal (interest rate) Golongan Pinjaman A B C1
Pagu kredit (dalam ribuan Rp) 20-150 151-500 505-1.000
Tarif sewa modal (%) Mulai 1 Januari 2007 Per 15 hari Maksimum 1 8,00 1,45 11,60 1,45 11,60
Jangka waktu kredit (Hari) 120 120 120
C2 1.010-20.000 D1 20.050-50.000 D2 50.100-200.000 Sumber: Perum Pegadaian, 2006
2.7.2
1,45 1 1
11,60 8,00 8,00
120 120 120
Kegiatan Usaha Non Inti Kegiatan usaha non inti yang dilakukan oleh Perum Pegadaian (Laporan
Tahunan Perum Pegadaian, 2006) adalah: a) Rahn (Gadai syariah) adalah produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah dengan mengacu pada sistem administrasi modern. b) Kreasi adalah pemberian pinjaman kepada para pengusaha mikro-kecil (dalam rangka pengembangan usaha), dengan konstruksi penjaminan secara fidusia dan pengembalian pinjaman secara angsuran. c) Krasida adalah pemberian pinjaman kepada para pengusaha mikro-kecil (dalam rangka pengembangan usaha) atas dasar gadai yang pengembalian pinjamannya dilakukan melalui angsuran. d) Kresna adalah pemberian pinjaman kepada pegawai/karyawan dalam rangka kegiatan produktif/konsumtif
dengan pengembalian secara
angsuran. e) KTJG (Kredit Tunda Jual Gabah) adalah layanan kredit yang diberikan kepada petani dengan jaminan gabah kering giling. f) Jasa taksiran dan jasa titipan -
Jasa Taksiran adalah pemberian pelayanan kepada masyarakat yang ingin mengetahui seberapa besar nilai sesungguhnya dari
barang yang dimiliki, seperti emas, berlian, batu permata, dan lainlain. -
Jasa Titipan adalah pelayanan kepada masyarakat yang ingin menitipkan barang-barang atau surat berharga yang dimiliki terutama bagi orang-orang yang akan meninggalkan rumah dalam waktu lama, misalnya menunaikan haji, pergi keluar kota, atau mahasiswa yang sedang berlibur.
f) Properti Untuk mengoptimalkan pemanfaatan asset yang kurang produktif, perusahaan membangun gedung untuk disewakan, baik dengan cara pembiayaan sendiri maupun bkerja sama dengan pihak ketiga dengan sistem bangun, kelola dan alih (Build, Operate and Transfer/BOT) dan kerja sama operasi (KSO) g) Jasa Lelang Bidang jasa lelang dimaksudkan untuk menyelenggarakan penjualan di muka umum secara lelang sesuai dengan ketentuan yang berlaku
2.8.
Pendapatan Nasional Produk nasional adalah nilai total produksi barang dan jasa suatu negara.
Nilai dari total produksi tersebut juga menjadi pendapatan total negara yang bersangkutan (Mankiw, 2000). Jadi, produk nasional adalah sama dengan pendapatan nasional.
Pendapatan nasional dapat diukur dalam bentuk Pendapatan Nasional Bruto (PNB) atau Pendapatan Domestik Bruto (PDB). PNB mengukur nilai produk yang dihasilkan oleh suatu negara, termasuk kegiatan produksi yang dilakukan di wilayah negara lain tetapi tidak termasuk kegiatan produksi oleh orang atau perusahaan asing di wilayah negara yang bersangkutan. Sedangkan PDB mengukur nilai produk yang dihasilkan di wilayah suatu negara, termasuk kegiatan orang atau perusahaan asing tetapi tidak termasuk kegiatan produksi di wilayah lain. PNB mengukur nilai pasar total dari negara bersangkutan. Untuk kepentingan dalam negeri, PNB dinyatakan dalam nilai mata uang negara bersangkutan, sedangkan untuk perbandingan dengan negara-negara lain, PNB diukur dengan mata uang Dolar Amerika. Jika diukur berdasarkan harga yang sedang berlaku disebut PDB atau PNB nominal, sedangkan jika diukur berdasarkan harga konstan disebut dengan PNB atau PDB riil.
2.9.
Perum Pegadaian Sebagai Salah Satu Lembaga Keuangan Bukan Bank Menurut Suyatno et al (1991), Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)
dapat melakukan usaha di Indonesia sebagai badan hukum Indonesia yang didirikan oleh warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia dalam bentuk kerja sama antara asing dan Indonesia. LKBB dapat juga berlaku sebagai badan hukum asing dalam bentuk perwakilan dari lembaga keuangan yang berkedudukan di luar negeri. Menurut Suyatno et al (1991), usaha-usaha yang dilakukan oleh LKBB adalah sebagai berikut:
1.
Menghimpun dana dari masyarakat dengan cara mengeluarkan surat berharga.
2.
Memberikan kredit terutama kredit jangka menengah dan panjang kepada perusahaan atau proyek-proyek, baik yang dimiliki pemerintah ataupun swasta.
3.
Mengadakan penyertaan modal yang bersifat sementara di dalam perusahaan
atau
proyek-proyek
sampai
saham-sahamnya
dapat
diperjualbelikan di pasar modal. 4.
Bertindak sebagai perantara dari perusahaan-perusahaan Indonesia dan badan hukum pemerintah, untuk mendapatkan sumber permodalan berupa pinjaman dan penyertaan, baik dari dalam maupun luar negeri.
5.
Bertindak sebagai perantara dalam mendapatkan peran serta untuk mengadakan join-venture serta bertindak sebagai perantara dalam mendapatkan tenaga ahli dan memberikan nasehat-nasehat keahlian.
6.
Melakukan usaha-usaha lain di bidang keuangan setelah mendapat persetujuan dari menteri keuangan. LKBB tidak diperkenankan menerima simpanan, baik dalam bentuk giro,
tabungan, maupun deposito serta dana-dana yang dihimpun di Indonesia tidak diperkenankan diinvestasikan di luar negeri. Namun, dengan adanya Pakto 27, LKBB diperbolehkan untuk menerbitkan sertifikat deposito (Suyatno et al, 1991). Sebagai salah satu Lembaga Keuangan Bukan Bank, Perum Pegadaian juga menjalankan fungsinya sebagai lembaga keuangan yang menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit dengan menggunakan barang jaminan berupa
barang bergerak (laporan tahunan Perum Pegadaian, 2006). Sama halnya dengan LKBB lainnya Perum Pegadaian juga tidak menerima simpanan, baik dalam bentuk giro, tabungan, maupun deposito. Kredit yang disalurkan ke masyarakat dalam bentuk KCA dapat digunakan untuk konsumsi ataupun modal usaha. Pada penelitian ini tidak dispesifikkan kredit Perum Pegadaian dilihat dari kredit konsumsi atau kredit investasi, tetapi dilihat kredit sebagai salah satu produk jasa Perum Pegadaian yang menggunakan barang bergerak sebagai agunannya. Kredit Cepat dan Aman (KCA) sebagai salah satu produk jasa inti Perum Pegadaian merupakan kredit yang dimaksud dalam penelitian ini.
2.10.
Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan penulis tidak merujuk pada penelitian terdahulu
yang
membahas
secara
spesifik
mengenai
analisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi permintaan kredit Perum Pegadaian. Hal ini dikarenakan sejauh penelusuran yang dilakukan oleh penulis belum ditemukan penelitian yang secara spesifik membahas mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit Perum Pegadaian. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis merujuk penelitian lain yang membahas mengenai kredit dan Perum Pegadaian secara lebih luas. Beberapa penelitian yang dijadikan rujukan bagi penulis untuk penelitiannya diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ismail Hadikusumah (2006) dalam skripsinya yang berjudul ‘’Analisis Efektivitas Penetapan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap
Penyaluran Kredit serta Implikasinya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional’’. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk menganalisis bank lending chanel terjadi di Indonesia, (2) menganalisis pengaruh penyaluran kredit terhadap pertumbuhan ekonomi, dan (3) menganalisis respon dinamis kredit terhadap guncangan (shock) suku bunga SBI dan respon dinamis GDP terhadap guncangan (shock) kredit.
Penelitian tersebut menggunakan metode analisis data VAR
(Vector Auto Regression). Penelitian tersebut juga menghasilkan kesimpulan berupa mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur kredit berlaku di Indonesia akan tetapi belum memberikan pengaruh yang signifikan. Penelitian selanjutnya yang dijadikan referensi oleh penulis adalah penelitian yang dilakukan oleh Satrio Wibowo dan Gunawan (1999) dalam jurnalnya yang berjudul ‘’Kegiatan Usaha Perum Pegadaian dan Peranannya dalam Mendukung Pemberdayaan Ekonomi Rakyat “. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mempelajari peran usaha Perum Pegadaian serta potensinya untuk ikut berperan dalam pelaksanaan program Jaring Pengaman Sosial (JPS) dan (2) untuk mempelajari peran dan potensi Perum Pegadaian dalam pemberdayaan usaha kecil, khususnya sektor informal. Penelitian tersebut menggunakan metode analisis data primer dan sekunder. Dimana, pada analisis data primer menggunakan metode survey dan pada analisis data sekunder menggunakan data-data yang bersumber dari Perum Pegadaian. Data-data yang dipakai adalah berupa data keuangan, data operasional, ketentuan-ketentuan operasional, kepegawaian, manajemen, dan sumber daya lainnya. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah:
1.
Perkembangan Perum Pegadaian dalam tiga tahun terakhir (1997-1999) cukup pesat, khususnya tahun 1998 terjadi pelonjakan kinerja terutama karena beralihnya sebagian nasabah perbankan ke Perum Pegadaian.
2.
Perum Pegadaian telah ikut berperan dalam kegiatan pembiayaan usaha kecil
3.
Secara makro, jika dibandingkan dengan BPR dan BRI Unit Desa yang memiliki pasar yang hampir sama, sumbangan Perum Pegadaian dalam pemberian kredit masih rendah.
4.
Dalam tiga tahun terakhir (1997-1999) terjadi pergeseran pemberian kredit dari nasabah kecil ke nasabah besar. Hal ini terutama disebabkan oleh
perubahan
orientasi
kebijakan
Perum
Pegadaian
untuk
meningkatkan laba serta kenaikan golongan pinjaman karena adanya kenaikan harga barang jaminan. 5.
Perum Pegadaian mempunyai beberapa kelemahan sturuktural yang dapat menghambat peningkatan kinerja dan merupakan potensi timbulnya berbagai penyimpangan. Penyimpangan tersebut diantaranya terlalu luas rentang kendali manajemen tidak didukung dengan sistem dan sarana pengawasan atau pelaporan yang memadai, serta sistem manajemen yang sangat sentralistik. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh
penulis adalah sama-sama meneliti tentang kredit serta bagaimana peran Perum Pegadaian dalam mendukung perekonomian nasional menggunakan metode analisis kuantitatif.
Perbedaannya adalah pada cakupan kreditnya jika pada penelitian terdahulu menggunakan cakupan kredit secara umum, maka pada penelitian yang dilakukan oleh penulis kredit yang dianalisis adalah kredit Perum Pegadaian. Secara lebih spesifik kredit Perum Pegadaian yang dimaksud adalah pada salah satu usaha inti Perum Pegadaian yaitu Kredit Cepat dan Aman (KCA). Selain itu pada penelitan terdahulu tidak mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit, maka pada penelitian ini diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit Perum Pegadaian.
2.11.
Kerangka Pemikiran Operasional Masyarakat selalu membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Kredit merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh masyarakat untuk memperoleh dana. Berkaitan dengan hal tersebut muncullah permintaan kredit. Perum Pegadaian sebagai salah satu lembaga keuangan bukan bank turut andil dalam menyalurkan dana ke masyarakat. Dana yang disalurkan tersebut dalam bentuk kredit, baik itu kredit untuk konsumsi ataupun untuk modal usaha, dengan kegiatan usaha intinya yaitu Kredit Cepat dan Aman (KCA). Andil Perum Pegadaian
terhadap
penyaluran
kredit
ke
masyarakat
terbukti
dengan
berkembangnya KCA yang disalurkan oleh Perum Pegadaian dari tahun ke tahun. Terutama semenjak tahun 1997 hingga 2006, dimana pada tahun 1997 KCA yang disalurkan sebesar Rp. 9,077 triliun dan pada tahun 2006 menjadi Rp. 17,294 triliun (Laporan Tahunan Perum Pegadaian, 2006). Jumlah kredit yang disalurkan
oleh Perum Pegadaian tentu saja berkaitan dengan permintaan kredit dari masyarakat. Melalui penelitian ini akan dianalisis beberapa faktor yang dapat mempengaruhi permintaan kredit Perum Pegadaian. Analisis faktor-faktor tersebut akan dilakukan dengan metode Regresi Berganda. Metode Regresi Berganda untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit Perum Pegadaian dengan menggunakan variabel-variabel suku bunga SBI, inflasi, jumlah uang beredar, standar taksiran logam emas, jumlah kantor cabang Perum Pegadaian dan produk domestik bruto. Setelah dianalisis menggunakan metode Regresi
Berganda,
kemudian
dilihat
bagaimana
faktor-faktor
tersebut
mempengaruhi permintaan kredit Perum Pegadaian. Selain itu ada pula kebijakan yang ditujukan kepada Perum Pegadaian dan juga pemerintah terutama dalam hal permodalan Perum Pegadaian. Untuk lebih jelasnya uraian yang telah dipaparkan akan dijelaskan pada Gambar 3.1 berikut ini:
Perum Pegadaian sebagai lembaga keuangan bukan bank menyalurkan kredit ke masyarakat
Permintaan kredit dari masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit Perum Pegadaian menggunakan metode regresi linear berganda (den
Suku Bunga SBI
Inflasi
Jumlah Uang Beredar
Standar Taksiran Logam Emas
Jumlah Kantor Cabang
Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit Perum Pegadaian
Kebijakan atau usaha yang dapat dilakukan oleh Perum Pegadaian dan pemerintah untuk meningkatkan permintaan kredit Perum Pegadaian Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran
Produk Domestik Bruto
III.
3.1.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
bersumber dari Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, Laporan Tahunan Perum Pegadaian, internet, buku, dan literatur lainnya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kredit yang disalurkan oleh Perum Pegadaian kepada masyarakat yang berupa kredit cepat dan aman (KCA), suku bunga SBI, jumlah uang beredar, inflasi, standar taksiran logam emas, jumlah kantor cabang Perum Pegadaian, dan produk domestik bruto. Data yang digunakan tersebut adalah data time series berupa data bulanan dengan sampel waktu dari tahun 2003:01 sampai tahun 2007:06. Khusus untuk data PDB adalah data triwulanan yang diinterpolasi menggunakan metode interpolasi Cubic Spline. Hal ini dimaksudkan agar dapat diperoleh data PDB dalam bentuk bulanan. Interpolasi Cubic Spline merupakan metode yang cukup baik untuk fitting data eksperimental yang bentuk fungsi maupun turunannya tidak diketahui (Lasijo, 2001). Berikut Tabel 3.1 yang menjelaskan tentang variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini beserta satuan, sumber, dan simbolnya: Tabel 3.1 Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Variabel Kredit Pegadaian Suku Bunga SBI Inflasi Jumlah Uang Beredar Standar Taksiran Logam emas Jumlah kantor
Satuan
Sumber
Simbol
Miliar Rupiah Persen Persen Miliar Rupiah
Perum Pegadaian Bank Indonesia Bank Indonesia Bank Indonesia
KP RBI INF MS
Rupiah
Perum Pegadaian
STL
Ratusan
Perum Pegadaian
CAB
cabang Perum Pegadaian Produk Domestik Bruto
3.2.
Badan Statistik
Pusat
PDB
Metode Analisis Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan kredit Perum Pegadaian. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode regresi linear berganda. Pengolahan data menggunakan program Microsoft Excel 2003 dan E-Views 4.1. . 3.3.
Metode Regresi Linear Berganda Menurut Arsana (2005), prinsip-prinsip dasar permodelan berganda tidak
berbeda dengan regresi sederhana. Jika pada regresi sederhana hanya menggunakan satu variabel tak bebas dan satu variabel bebas, maka pada regresi berganda menggunakan satu variabel tak bebas dan lebih dari satu variabel bebas. Semakin banyaknya variabel bebas berarti semakin tinggi pula kemampuan regresi yang dibuat untuk menerangkan variabel tak bebas atau terikat. Peran faktor-faktor lain di luar variabel bebas yang digunakan, yang dicerminkan oleh residual atau error menjadi semakin kecil. Oleh karena itu, semakin banyak variabel
bebas
yang
determinasinya (R 2 ).
digunakan
maka
semakin
tinggi
pula
koefisien
3.4.
Model Umum Analisis Regresi Berganda Menurut Winarno (2007), model umum analisis regresi berganda dapat
digambarkan seperti berikut ini: Y i = 0 + 1 X 1i + 2 X 2i + ……+ n X ni + e i Dimana: Y = Variabel endogen atau tak bebas i = Tahun
0 = Intersep atau nilai Y saat i=0 X 1 , X 2 , X n = Variabel eksogen/bebas
1 , 2 , n = Paramater dari X 1i , X 2i X ni e i = Error term atau derajat kesalahan
3.5.
Model Penelitian Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
LN_KP =
0 + 1 INF + 2 LN_PDB + 3 LN_CAB + 4 LN_MS + 5 LN_RBI + 6 LN_STL + e it
Penjelasan Model: Model
diatas
digunakan
untuk
menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi permintaan kredit Perum Pegadaian. LN adalah Logaritma Natural. Data pada penelitian ini ditransformasi dengan cara dilogaritma naturalkan. Hal ini bertujuan agar dapat menghasilkan model terbaik yang terbebas
dari
masalah
multikolinearitas,
heteroskedastisitas,
dan
autokorelasi. Variabel-variabel yang digunakan dalam model adalah sebagai berikut:
Kredit Perum Pegadaian (KP) Kredit Perum Pegadaian merupakan variabel terikat atau tak bebas. Data yang digunakan untuk variabel ini adalah data sekunder yang bersumber dari Perum Pegadaian.
Inflasi (INF) Inflasi merupakan variabel bebas. Data yang digunakan untuk variabel ini adalah data sekunder yang bersumber dari Bank Indonesia. Inflasi adalah suatu kondisi dimana terdapat kenaikan harga secara umum dan berlangsung secara terus menerus. Hal ini dapat menimbulkan adanya ketidakpastian ekonomi dan diduga dapat mengurangi permintaan kredit dari masyarakat.
Produk Domestik Bruto (PDB) PDB merupakan variabel bebas. Data yang digunakan untuk variabel ini adalah data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik. PDB adalah pendapatan nasional yang diperoleh dari total hasil kegiatan produksi di dalam negeri ditambah dengan total hasil kegiatan produksi perusahaan asing di dalam negeri suatu negara. Variabel ini dimasukkan ke dalam model, karena diduga variabel ini juga memiliki pengaruh terhadap permintaan kredit Perum Pegadaian. Dimana peningkatan PDB diduga dapat meningkatkan permintaan kredit Perum Pegadaian. Variabel PDB yang digunakan
untuk analisis ini telah mengalami proses interpolasi dengan metode Cubic Spline. Hal ini dimaksudkan agar data asli yang berbentuk time series triwulanan dapat diubah menjadi time series bulanan.
Jumlah Kantor Cabang (CAB) Jumlah kantor cabang merupakan variabel bebas. Data yang digunakan untuk variabel ini adalah data sekunder yang bersumber dari Perum Pegadaian. Jumlah kantor cabang Perum Pegadaian yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dan senantiasa meningkat dari tahun ke tahun diduga dapat meningkatkan permintaan kredit Perum Pegadaian dari masyarakat.
Jumlah uang beredar (MS) Jumlah uang beredar merupakan variabel bebas. Data yang digunakan untuk variabel ini adalah data sekunder yang bersumber dari Bank Indonesia. Jumlah uang beredar yang semakin meningkat di masyarakat diduga dapat memicu terjadi inflasi, sehingga timbul ketidakpastian ekonomi. Kondisi ini diduga dapat mengurangi permintaan kredit.
Suku Bunga SBI (RBI) Suku bunga SBI merupakan variabel bebas. Data yang digunakan untuk variabel ini adalah data sekunder yang bersumber dari Bank Indonesia. Perubahan suku bunga SBI dapat mempengaruhi perubahan pada suku bunga kredit. Dimana suku bunga kredit
merupakan cost bagi pengguna kredit. Peningkatan suku bunga kredit diduga dapat mengurangi permintaan kredit.
Standar Taksiran Logam Emas (STL) STL merupakan variabel bebas. Data yang digunakan untuk analisis ini adalah data sekunder yang berasal dari Perum Pegadaian. STL merupakan harga taksiran emas, dimana emas merupakan salah satu barang jaminan yang dapat digunakan untuk mengambil kredit di Perum Pegadaian. Peningkatan harga taksiran emas diduga dapat meningkatkan ekspektasi masyarakat dalam memperoleh besaran kredit sehingga diduga dapat meningkatkan permintaan kredit Perum Pegadaian.
3.6.
= Koefisien parameter dari masing-masing variabel.
Asumsi dalam Analisis Regresi Menurut Gujarati (1978), terdapat enam asumsi yang harus dipenuhi untuk
memilih suatu model dalam analisis regresi. Keenam asumsi tersebut adalah: 1. Nilai rata-rata bersyarat dari unsur gangguan populasi u i , tergantung kepada nilai tertentu variabel yang menjelaskan (X) adalah nol. 2. Varians bersyarat dari u i adalah konstan atau homoskedastik. 3. Tidak ada autokorelasi dalam gangguan. 4. Variabel yang menjelaskan adalah nonstokastik (yaitu, tetap dalam penyampelan berulang) atau, jika stokastik, didistribusikan secara independen dari gangguan u i .
5. Tidak ada multikolinearitas di antara variabel yang menjelaskan X. 6. u didistribusikan secara normal dengan rata-rata dan varians yang diberikan oleh asumsi 1 dan 2. Sesuai asumsi yang telah disebutkan sebelumnya, model kuadrat terkecil (Ordinary Least Square) akan memiliki sifat ideal yang sesuai dengan teorema Gauss-markov. Menurut teorema Gauss-Markov, estimator linear yang baik memiliki sifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Sifat ini memerlukan kriteria berikut:
Estimator 1 bersifat linear terhadap variabel tak bebas.
Estimator 1 bersifat tidak bias, berarti nilai rata-rata atau nilai 1 yang diharapkan atau E( 1 ) sama dengan nilai 1 yang sesungguhnya.
3.7.
Estimator 1 memiliki varian yang minimum, sehingga disebut efisien.
Pengujian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Perum Pegadaian
3.7.1. Uji Kriteria Statistik 3.7.1.1.Uji F Uji F adalah suatu uji yang dilakukan untuk melihat bagaimana variabel bebas mempengaruhi variabel tak bebas secara keseluruhan. Uji ini menunjukkan apakah sekelompok variabel secara bersamaan berpengaruh terhadap variabel
terikat. Jika nilai F yang diperoleh (F-hitung) signifikan berarti semua variabel yang digunakan dalam menduga model secara bersamaan berpengaruh terhadap variabel tak bebas (Ananta 1987 dalam Larassati 2007). Hipotesis:
H 0 : 1 = 2 =
3 = 4 = 5 = 6 = 0
H 1 : minimal ada satu i 0 Kriteria pengujian yang digunakan adalah: Probability F-statistic > taraf nyata ( ) : Tolak H 0 Probability F-statistic < taraf nyata ( ) : Terima H 0 Jika H 0 ditolak (nilai F yang diperoleh signifikan), maka variabel bebas yang digunakan berpengaruh terhadap variabel tak bebas begitu juga sebaliknya. Namun, jika H 0 diterima, maka variabel bebas yang digunakan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.
3.7.1.2.Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Uji ini digunakan untuk melihat apakah model baik untuk digunakan sebagai ukuran ‘’kebaikan suai’’ (goodness of fit = R 2 ). Koefisien R 2 menyatakan seberapa besar keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel bebas dalam model terhadap variabel tak bebas. Selain itu koefisien R 2 juga digunakan untuk mengukur seberapa kuat variabel dalam model dapat menjelaskan model. Nilai besaran R 2 berada pada kisaran antara 0 dan 1
(Gujarati, 1978). Jika nilai R 2 besar, maka model yang digunakan cukup baik. Namun, jika R 2 kecil, bukan berarti model tidak baik, tetapi ada variabel lain di luar persamaan yang berpengaruh terhadap variabel tak bebas.
3.7.1.3.Uji t Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah koefisien yang digunakan setiap variabel berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas. Statistik t menunjukkan peran tiap variabel secara sendirian, dikontrol dalam menerangkan variasi variabel terikat (Ananta 1987 dalam Larassati 2007). Hipotesis :
H 0 : i = 0 H1 : i 0
Kriteria pengujiannya adalah: Probability t-statistic > taraf nyata ( ) : Tolak H 0 Probability t-statistic < taraf nyata ( ) : Terima H 0 Jika H 0 ditolak, maka variabel bebas yang digunakan berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas. Oleh karena itu tanda dan besarnya koefisien memiliki makna. Bila H 0 diterima maka variabel bebas yang digunakan tidak berpengaruh nyata. Tidak ada gunanya melihat tanda dan besarnya koefisien, karena sesungguhnya nilai tersebut sama dengan nol (Ananta 1987 dalam Larassati 2007).
3.7.2. Uji Kriteria Ekonometrika
3.7.2.1.Uji Multikolinearitas Menurut Winarno (2007), multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan linear antarvariabel bebas. Hal ini terjadi karena pada regresi linear berganda melibatkan beberapa variabel bebas. Suatu model tidak mengandung gejala multikolinearitas jika nilai mutlak koefisien korelasi antar variabel bebas lebih kecil dari 0.8 . Multikolinearitas tidak akan terjadi pada persamaan regresi sederhana (terdiri atas satu variabel tak bebas dan satu variabel bebas). Menurut Gujarati (1978), suatu model regresi dikatakan memiliki gejala multikolinearitas jika terdapat beberapa indikasi berikut ini: 1. Nilai R 2 tinggi (misalnya antara 0.7 dan 1), tetapi variabel bebas banyak yang tidak signifikan. 2. Tanda tidak sesuai dengan yang diharapkan. 3. Korelasi sedehana antar variabel individu tinggi (r ij tinggi). 4. R 2 < r ij menunjukkan adanya multikolinearitas. Jika ditemukan adanya masalah multikolinearitas dalam model analisis, maka ada terdapat beberapa cara untuk memperbaiki masalah tersebut. Menurut Gujarati (1978), cara-cara untuk mengatasi masalah multikolinearitas tersebut adalah: 1. Menggunakan extraneous atau informasi sebelumnya. 2. Mengkombinasikan data cross-sectional dan data deretan waktu. 3. Menghilangkan variabel yang sangat berkorelasi. 4. Mentransformasikan variabel. 5. Penambahan data baru.
Selain itu dapat juga dilakukan uji Klein, jika hasil pada matriks korelasi pada uji multikolinearitas masih terdapat nilai korelasi yang lebih tinggi dari 0.8 . Apabila nilai korelasi antar variabel bebas (r 2 ) tidak melebihi nilai R-Squared (R 2 ), maka dengan menggunakan uji Klein multikolinearitasnya dapat diabaikan. Menurut Klein, multikolinearitas terjadi apabila: r 2
xi, xj
R
2 y , x1, x 2 ,..., xk
(Larassati,
2007).
3.7.2.2.Uji Heteroskedastisitas Menurut Gujarati (1978), salah satu asumsi penting dari model regresi linear klasik adalah bahwa gangguan (disturbance) u i yang muncul dalam fungsi regresi adalah homoskedastik. Arti dari homoskedastik adalah apabila dalam suatu model persamaan semua gangguannya memiliki varians yang sama, dimana lambang yang digunakan adalah E (u i 2 ) = 2 , i = 1, 2, ..., N. Sedangkan, jika pada suatu model persamaan jika semua gangguannya tidak memiliki varians yang sama atau konstan, maka model tersebut dikatakan mendapatkan masalah heteroskedastisitas. Menurut Arsana (2005), ada beberapa cara atau teknik yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya gejala heteroskedastisitas pada model, yaitu: 1.
Melalui metode grafik Pada metode grafik ini dilihat bagaimana bila nilai-nilai u i
2
diplot
dengan nilai-nilai variabel bebas (X) akan ditemui suatu pola tertentu. Jika pola yang terbentuk random (acak), maka model tersebut bersifat
homoskedastik (memiliki var (u i 2 ) konstan untuk semua nilai X). Sebaliknya jika nilai-nilai u i
2
yang diplot dengan nilai-nilai variabel
bebas (X) berfluktuasi tajam dan memiliki pola yang sistematik atau menunjukkan
trend
tertentu,
maka
model
tersebut
bersifat
heteroskedastik (memiliki var (u i 2 ) tidak konstan untuk semua nilai X). 2.
Melalui Uji Formal Menurut Arsana (2005), salah satu kelemahan pengujian secara grafis adalah tidak jarang kita ragu terhadap pola yang ditunjukkan grafik, sehingga terkadang dibutuhkan uji formal untuk memutuskannya. Uji formal yang tersedia cukup banyak, beberapa uji yang umum dipakai menurut Arsana (2005) adalah: a) Uji Park. b) Uji Breusch-Pagan-Godfrey. c) Uji White (White’s General Heteroskedasticity Test). Secara lebih spesifik uji yang umum digunakan untuk mendeteksi
permasalahan
heteroskedastisitas
adalah
Uji
White
(White’s
General
Heteroskedasticity Test). Kriteria uji yang digunakan adalah jika nilai probability Obs*R-Square lebih besar dari taraf nyata ( ), maka persamaan atau model tidak memiliki
masalah
heteroskedastisitas
atau
varians
bersifat
konstan
(homoskedastik). Sebaliknya jika nilai probability obs*R-Square lebih kecil dari taraf
nyata
( ),
maka
model
atau
persamaan
heteroskedastisitas atau variansnya tidak konstan.
memiliki
masalah
Menurut Winarno (2007), apabila residual bersifat heteroskedastik akan menimbulkan beberapa dampak, yaitu: 1. Estimator kuadrat terkecil tidak mempunyai varian yang minimum, estimator metode kuadrat terkecil hanya bersifat linear dan tidak bias. 2. Perhitungan standar error tidak dapat lagi dipercaya kebenarannya, karena varian tidak minimum. Varian yang tidak minimum mengakibatkan estimasi regresi tidak efisien. 3. Uji hipotesis yang didasarkan pada uji t dan uji F tidak dapat lagi dipercaya, karena standar error-nya tidak dapat dipercaya. Sebagaimana permasalahan lain yang terdapat pada analisis regresi, permasalahan heteroskedastisitas juga harus diatasi. Menurut Arsana (2005), ada beberapa macam teknik yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan heteroskedastisitas, teknik tersebut adalah: 1. Metode Generalized Least Square (GLS). 2. Transformasi dengan 1/X j . 3. Transformasi dengan 1/ X i . 4. Transformasi dengan E(Y i ) 5. Transformasi dengan Logaritma.
3.7.2.3.Uji Autokorelasi Menurut Gujarati (1978), autokorelasi adalah korelasi yang terjadi antar error masa lalu dengan error masa sekarang dalam suatu variabel. Autokorelasi menyebabkan terjadinya dugaan parameter tidak bias, nilai galat baku
terautokorelasi sehingga ramalan tidak efisien, dan ragam galat berbias. Autokorelasi berpotensi menimbulkan masalah yang serius yang menyebabkan varian residual yang diperoleh lebih rendah, sehingga nilai R 2 terlalu tinggi dan pengujian hipotesis t-statistik dan F-statistik menjadi tidak meyakinkan. Menurut Arsana (2005), sebagaimana pada permasalahan multikolinearitas dan heteroskedastisitas, autokorelasi juga dapat dideteksi melalui beberapa metode, yaitu: 1. Metode Grafik Menurut Arsana (2005), metode ini merupakan langkah yang paling mudah untuk dilakukan, yaitu dengan membuat plot antara residual dan variabel
bebas
X
atau
waktu.
Pola
hubungan
yang
terjadi
menggambarkan terjadinya autokorelasi. Jika pola membentuk trend positif, maka terjadi autokorelasi positif. Demikian sebaliknya jika pola membentuk trend negatif, maka terjadi autokorelasi negatif. 2. Uji Breusch-Godfrey Serial Correlations LM Test Menurut Gujarati (1978), ada beberapa kriteria uji yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi pada test ini, yaitu:
Apabila nilai probability Obs*R-squared-nya lebih besar dari taraf nyata ( ) yang digunakan, maka persamaan tidak mengalami autokorelasi.
Apabila nilai probability Obs*R-squared-nya lebih kecil dari taraf nyata ( ) autokorelasi.
yang digunakan, maka persamaan mengalami
Permasalahan autokorelasi pada model persamaan yang kita buat dapat dihilangkan dengan beberapa metode. Menurut Gujarati (1978), beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengatasi autokorelasi adalah: 1. Dihilangkan variabel yang sebenarnya berpengaruh terhadap variabel tak bebas. 2. Kesalahan spesifikasi model. Hal tersebut diatasi dengan mentransformasi model, misalnya dari model linear menjadi model non-linear atau sebaliknya.
IV.
4.1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Perum Pegadaian (KP) Model persamaan yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan kredit Perum Pegadaian adalah model terbaik. Dimana model yang terbaik adalah model atau persamaan yang telah memenuhi seluruh kriteria, baik itu kriteria secara statistik ataupun ekonometrika. Persamaan regresi untuk analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit Perum Pegadaian adalah sebagai berikut: LN_KP = - 13.91084 + 0.31596 LN_GDP + 1.26502 LN_CAB - 0.00477 INF + 0.66841 LN_MS + 0.94514 LN_STL + 0.02211 RBI + e it Dimana, LN adalah Logaritma Natural, data yang digunakan pada beberapa variabel ditransformasi dengan cara dilogaritma naturalkan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan model terbaik, yang terbebas dari berbagai masalah seperti multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Tabel 4.1 Hasil Analisis Regresi Permintaan Kredit Perum Pegadaian Dependent Variabel: LN_KP Variabel Coefficient C -13.91084 INF -0.004777 LN_CAB 1.265022 LN_PDB 0.315963 LN_MS 0.668411 LN_RBI 0.022111 LN_STL 0.945142 R-squared 0.954162 Durbin-Wason stat 2.656381
t-statistic
Probabilitas
-1.860892 -0.553605 1.739956 0.579659 1.431938 2.418187 5.919306
0.0690 0.5825 0.0884 0.5649 0.1588 0.0195 0.0000
Mean dependent var Prob (F-statistic)
13.86182
0.000000
4.1.1. Uji Kriteria Statistik 4.1.1.1. Uji F Pada persamaan kredit Perum Pergadaian (KP) memiliki nilai probabilitas sebesar 0.000000 yang nyata pada taraf 10 persen (lihat lampiran 3). Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas dalam model secara bersama-sama memiliki pengaruh yang nyata terhadap variabel tak bebas.
4.1.1.2. Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Hasil analisis regresi dalam persamaan kredit Perum Pegadaian (KP) memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 0.954162 (lihat lampiran 3). Artinya, persamaan model kredit Perum Pegadaian dapat dijelaskan oleh variabel-variabel yang terdapat di dalam model tersebut sebesar 95.4162 persen, sisanya sebesar 4.5838 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model kredit Perum Pegadaian (KP).
4.1.2.
Uji Kriteria Ekonometrika
4.1.2.1. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat koefisien korelasi antar variabel bebas pada correlations matrix. Pada model persamaan kredit Perum Pegadaian (KP) terdapat variabel yang mempunyai nilai koefisien korelasi lebih besar dari 0.8 . Akan tetapi uji Klein menyatakan bahwa apabila nilai koefisien korelasi tersebut tidak lebih dari nilai R 2 ,
maka multikolinearitas dapat
diabaikan. Model persamaan ini memiliki nilai R 2 sebesar 0.954162. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil Estimasi Uji Multikolinearitas Model Kredit Perum Pegadaian (KP) LN_PDB LN_CAB INF LN_STL RBI LN_MS
LN_PDB 1.000000 -0.817539 -0.134463 -0.891241 -0.568281 -0.589303
LN_CAB -0.817539 1.000000 0.001023 0.926522 0.123049 0.769175
INF -0.134463 0.001023 1.000000 0.071785 0.050172 -0.045269
LN_STL -0.891241 0.926522 0.071785 1.000000 0.325904 0.790106
RBI -0.568281 0.123049 0.050172 0.325904 1.000000 0.029613
4.1.2.2. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan melalui uji White (White’s General Heteroskedasticity Test). Suatu model yang baik adalah yang terbebas dari masalah heteroskedastisitas, dengan kata lain model tersebut harus memiliki sifat homoskedastik (memiliki varians yang konstan). Model persamaan kredit Perum Pegadaian ini tidak memiliki masalah heteroskedastisitas, karena memiliki nilai Probabilty Obs*R-squared yang lebih besar dari taraf nyata 10 persen, yaitu sebesar 0.119952 . Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil Estimasi Uji Heteroskedastisitas Model Kredit Perum Pegadaian (KP) White Heteroskedasticity Test: 1.707117 F-statistic 15.34585 Obs*R-squared
Probability Probability
0.110169 0.119952
4.1.2.3. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat korelasi antara error pada masa lalu dan error pada masa sekarang dalam suatu variabel. Model persamaan yang baik adalah yang terbebas masalah autokorelasi. Model
LN_MS -0.589303 0.769175 -0.045269 0.790106 0.029613 1.000000
persamaan kredit Perum Pegadaian ini menggunakan Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test, untuk melihat adakah autokorealasi dalam model. Hasil dari uji tersebut menunjukkan bahwa dalam model persamaan kredit Perum Pegadaian ini tidak terdapat masalah autokorelasi. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai Probabilty Obs*R-squared yang lebih besar dari taraf nyata 10 persen, yaitu sebesar 0.130039. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil Estimasi Uji Autokorelasi Model Kredit Perum Pegadaian (KP) Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: 1.404371 F-statistic 17.55042 Obs*R-squared
Probability Probability
0.210234 0.130039
4.1.3. Estimasi Model Pada persamaan kredit Perum Pegadaian terdapat tiga variabel penjelas yang memberikan pengaruh nyata pada taraf 10 persen ( = 10 %). Selain itu terdapat pula beberapa variabel penjelas yang tidak berpengaruh nyata pada taraf 10 persen. Hal tersebut dapat dikarenakan oleh beberapa sebab yang akan dijelaskan kemudian. Hasil pendugaan parameter kredit Perum Pegadaian menunjukkan bahwa inflasi tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan kredit Perum Pegadaian. Terjadi inflasi atau tidak terjadi inflasi tidak menjadikan suatu pertimbangan bagi seseorang untuk menggunakan jasa kredit Perum Pegadaian. Hal ini disebabkan karena pengguna kredit Perum Pegadaian pada umumnya berasal dari kalangan kelas menengah ke bawah yang memerlukan dana instan. Dimana pinjaman tersebut umumnya digunakan untuk keperluan yang sifatnya mendadak.
Berdasarkan
hasil
pendugaan
parameter,
jumlah
kantor
cabang
berpengaruh nyata secara positif terhadap permintaan kredit Perum Pegadaian dengan elastisitas sebesar 1.265022. Artinya, jika jumlah kantor cabang meningkat sebesar satu persen , maka jumlah permintaan kredit Perum Pegadaian akan meningkat sebesar 1.265022 persen. Jumlah kantor cabang yang semakin banyak dan tersebar di hampir seluruh pelosok Indonesia, memudahkan akses masyarakat untuk menggunakan jasa Perum Pegadaian dalam memperoleh pinjaman dananya. Berdasarkan hasil pendugaan parameter, pendapatan nasional (PDB) tidak berpengaruh secara nyata terhadap permintaan kredit Perum Pegadaian. Hal ini disebabkan karena pengguna kredit menggunakan jasa gadai untuk keperluan yang sifatnya mendadak. Berdasarkan hasil pendugaan parameter, jumlah uang beredar tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan kredit Perum Pegadaian. Hal ini disebabkan karena sebagian besar nasabah Perum Pegadaian berasal dari kelas menengah ke bawah, mereka umumnya mengambil kredit di Perum Pegadaian untuk keperluan mendesak. Keperluan yang mendesak misalnya, kebutuhan untuk pendidikan, kesehatan, pertanian, pangan ,dan lain-lain. Oleh karena itu tidak terlalu berpengaruh terhadap jumlah uang yang beredar. Hasil pendugaan parameter kredit Perum Pegadaian, menunjukkan bahwa suku bunga SBI berpengaruh nyata secara positif terhadap permintaan kredit Perum Pegadaian. Nilai elastisitasnya adalah 0.022111, artinya jika ada peningkatan suku bunga SBI sebesar satu persen akan meningkatkan jumlah
permintaan kredit Perum Pegadaian sebesar 0.022111 persen . Hal ini berlawanan dengan hipotesis penelitian, apabila terjadi kenaikan suku bunga SBI, maka akan menurunkan permintaan kredit Perum Pegadaian. Hal ini disebabkan karena nasabah Perum Pegadaian yang sebagian besar dari kalangan menengah ke bawah. Mereka pada umumnya jarang yang memiliki akses ke bank. Sehingga apabila mereka memerlukan dana umumnya akan mengambil kredit di lembaga keuangan yang memiliki prosedur peminjaman uang yang praktis dan mudah. Salah satu lembaga keuangan yang memiliki kemudahan dalam prosedurnya adalah Perum Pegadaian. Hasil pendugaan parameter kredit Perum Pegadaian, menunjukkan bahwa standar taksiran logam emas berpengaruh nyata secara positif terhadap permintaan kredit Perum Pegadaian. Nilai elastisitasnya adalah 0.945142 , artinya jika terjadi peningkatan satu persen pada harga standar taksiran logam emas, maka akan terjadi peningkatan sebesar 0.945142 persen pada jumlah kredit yang disalurkan oleh Perum Pegadaian. Emas sebagai salah satu barang bergerak, merupakan salah satu barang yang umum digunakan masyarakat sebagai barang jaminan untuk memperoleh pinjaman kredit dari Perum Pegadaian. Peningkatan harga taksiran emas berarti memberikan ekspektasi kepada masyarakat untuk memperoleh pinjaman uang yang lebih banyak dari Perum Pegadaian. Karena dengan peningkatan harga bergerak (dalam hal ini emas), berarti terjadi peningkatan pada harga taksirannya sebagai barang jaminan atau agunan.
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil pengujian statistik
model persamaan regresi kredit Perum Pegadaian. Variabel jumlah kantor cabang Perum Pegadaian, suku bunga SBI, dan standar taksiran logam emas berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan kredit Perum Pegadaian. Variabel inflasi, pendapatan nasional (PDB) dan jumlah uang beredar tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap permintaan kredit Perum Pegadaian. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit Perum Pegadaian oleh masyarakat adalah jumlah kantor cabang Perum Pegadaian, suku bunga SBI, dan standar taksiran logam emas. Dimana, faktor-faktor tersebut berpengaruh secara positif terhadap permintaan kredit Perum Pegadaian. Artinya, setiap terjadi kenaikan pada faktor-faktor tersebut, akan meningkatkan permintaan kredit Perum Pegadaian.
Saran Berdasarkan hasil estimasi model, maka terdapat beberapa kebijakan atau usaha yang dapat diambil oleh Perum Pegadaian untuk meningkatkan permintaan kreditnya. Selain itu terdapat pula kebijakan yang ditujukan kepada pemerintah dalam hal permodalan Perum Pegadaian. Kebijakan-kebijakan itu adalah: 1. Menambah jumlah kantor cabang, khususnya ke daerah-daerah pelosok yang masih sulit akses perbankan.
2. Meningkatkan promosi kepada masyarakat mengenai layanan jasanya yang sudah beraneka ragam. Selain kredit cepat dan aman (KCA) sebagai produk utama, produk jasa lain yang juga ditawarkan oleh Perum Pegadaian adalah Rahn (jasa gadai dengan prinsip syariah), Kreasi (Kredit Angsuran Fidusia) dan Krasida (Kredit Angsuran Sistem Gadai) keduanya merupakan kredit yang diperuntukkan bagi para pengusaha mikro, kecil, dan menengah. Layanan jasa kredit Kreasi dan Krasida diharapkan dapat meningkatkan
pertumbuhan
di
sektor
riil,
khususnya
melalui
perkembangan usaha mikro, kecil, dan menengah. Produk lainnya adalah Kresna (Kredit Serba Guna) yang merupakan pemberian pinjaman kepada karyawan dalam rangka kegiatan produktif atau konsumtif dengan pengembalian secara angsuran. Kredit Tunda Jual Gabah (KTJG) juga merupakan produk layanan jasa kredit yang ditawarkan Perum Pegadaian yang diperuntukkan bagi para petani dengan jaminan berupa gabah kering giling. Layanan kredit ini bertujuan untuk membantu para petani pascapanen dari fluktuasi harga pada saat panen dan permainan harga para tengkulak. 3.
Pemerintah juga sebaiknya lebih memperhatikan Perum Pegadaian, terutama dalam hal permodalan. Hal ini disebabkan sampai saat ini sebagian besar modal Perum Pegadaian berasal dari pinjaman lembaga keuangan perbankan. Pemerintah sebaiknya memberikan pinjaman modal kepada Perum Pegadaian dengan bunga yang relatif rendah. Jika Perum Pegadaian dapat memperoleh pinjaman modal dari pemerintah, maka
dapat menciptakan efisiensi biaya. Karena Perum Pegadaian tidak perlu membayar bunga yang relatif tinggi seperti halnya kepada perbankan. Jika efisiensi biaya tercapai, Perum Pegadaian dapat semakin meningkatkan profitnya dan itu berarti ketersediaan kredit yang dapat disalurkan ke masyarakat juga bertambah.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, J., B. Kusmiarso, B. Pramono, E.G. Hutapea, A. Prasmuko, dan N.J. Prastowo. 2001. ’’Credit Crunch di Indonesia Setelah Krisis: Fakta, Penyebab dan Implikasi Kebijakan’’. Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia : 1-124. Amalia, L. 2006. Analisis Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Kinerja Bank terhadap Laba Perbankan [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Arsana, I. 2005. Basic Econometrics. Laboratorium Komputasi Ilmu Ekonomi FEUI, Universitas Indonesia, Depok. Bank Indonesia. 2007. BI Rate Oktober 2007. http//www.BI.go.id. [Oktober 2007]. Djinarto, B. 2000. Banking Asset Liability Management (Perencanaan, Strategi, Pengawasan, dan Pengelolaan Dana). PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, Indonesia. Batiz, F.L dan R. Batiz. 1994. Internasional Finance and Open Economy Macroeconomics. Second Edition. Prentice-Hall, New Jersey. Gujarati, D. 1978. Ekonometrika Dasar. Sumarno Zain [penerjemah]. Erlangga, Jakarta. Hadi, H. 2004. Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan Internasional. Ghalia Indonesia, Jakarta. Hadikusumah, I. 2007. Analisis Efektivitas Penetapan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap Penyaluran Kredit serta Implikasinya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen: Institut Pertanian Bogor, Bogor. Harmanta, dan M.Ekananda. 2005. ‘’Disintermediasi Fungsi Perbankan di Indonesia Pasca Crisis 1997: Faktor Permintaan atau Penawaran Kredit, Sebuah Pendekatan dengan Model Disekuilibrium’’. Bulletin Ekonomi dan Perbankan: 1-28. Larassati, H. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volume Impor Komoditas Keramik di Indonesia [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen: Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Lasijo, R. S. 2001. Fitting Kurva dengan Menggunakan Cubic Spline. Integral, Vol. 6, No. 2. Linda, M. 2007. Responsifitas Kredit Investasi terhadap Variabel makroekonomi dan Perbankan pada Bank Persero dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa dan Non Devisa [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen: Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mankiw, G. 2000. Teori Makroekonomi. Imam Nurmawan [penerjemah]. Erlangga, Jakarta. Media Indonesia. 2007. Asumsi SBI Naik, Masa Suku Bunga Rendah Berakhir. [Media Indonesia Online]. http://www.mediaindonesia.com/SBI?Rate/Artikel. [29 November 2007]. Mishkin, F.S. 2001. The Economics of Money, Banking, and Financial Markets. Sixth Edition. Columbia University. Pasaribu, S.H., D. Hartono, dan T. Irawan. 2005. Pedoman Penulisan Skripsi. Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Perum Pegadaian. 2006. Laporan Tahunan 2006. Perum Pegadaian, Jakarta. Rachmania, D. 1994. Analisis Permintaan Kredit pada Industri Kecil (Kasus Jawa Barat dan Jawa Timur) [Tesis]. Program Pascasarjana: Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rifai, M. F. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Perbankan pada Bank Umum di Propinsi Jawa Tengah (Periode 19902005) [Skripsi]. Fakultas Ekonomi: Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Setyadi, A. P. 2006. Analisis Pengaruh Aliran Modal Asing terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen: Institut Pertanian Bogor, Bogor. Simorangkir, O.P. 2000. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank. Ghalia Indonesia, Bogor. Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional. Erlangga, Jakarta. Suyatno, T, H. A. Chalik, M. Sukada, C. T. Y. Ananda, dan D. T. Marala. 1991. Dasar-dasar Perkreditan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Todaro, M. P. dan S. C. Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi Kedelapan. Munandar dan Puji [Penerjemah]. Erlangga, Jakarta. Wibowo, S. dan Gunawan. 1999. Kegiatan Usaha Perum Pegadaian dan Peranannya dalam Mendukung Pemberdayaan Ekonomi Rakyat. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, 1: 55-98. Wikipedia. 2007. Sertifikat Bank Indonesia. [Wikipedia Online]. http://id.wikipedia.org/wiki/Sertifikat_Bank_Indonesia. [10 Desember 2007]. Winarno, W. W. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. UPP STIM YKPN, Yogyakarta. Yogi. 2007. Implikasi Penerapan Free Floating Exchange Rate, Undang-undang No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dan Inflation Targeting Framework Pasca Krisis 1997 [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen: Institut Pertanian Bogor, Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data yang digunakan untuk model analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit Perum Pegadaian Periode Jan-03 Feb-03 Mar-03 Apr-03 May-03 Jun-03 Jul-03 Aug-03 Sep-03 Oct-03 Nov-03 Dec-03 Jan-04 Feb-04 Mar-04 Apr-04 May-04 Jun-04 Jul-04 Aug-04 Sep-04 Oct-04 Nov-04 Dec-04 Jan-05 Feb-05 Mar-05 Apr-05 May-05 Jun-05 Jul-05 Aug-05 Sep-05 Oct-05 Nov-05 Dec-05 Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 May-06
KP 756647 666325 733059 694982 734099 755224 807139 704964 719869 780324 561161 866301 784695 732304 819352 802572 825561 822366 878755 860679 850307 869708 819732 1015320 964846 942236 1022227 1052764 1085702 1089778 1059295 1152499 1150971 1148151 1153117 1310477 1285241 1325634 1334988 1397002 1458977
GDPRiil 954.3014 967.2315 984.4101 990.6881 993.3988 1000.424 1012.534 1016.041 1015.5 999.3507 973.3292 952.6072 950.89 963.5675 973.9881 972.718 970.3622 973.6212 980.9701 991.2227 996.9259 988.9854 973.6692 959.3849 949.362 958.9659 950.1474 952.0778 955.8216 959.5593 963.423 969.1419 967.2068 885.5858 865.7064 860.1578 851.2171 853.6216 861.183 865.7218 867.3079
RBI 12.69 12.24 11.4 11.06 10.44 9.53 9.1 9.1 8.66 8.48 8.48 8.31 7.86 7.48 7.42 7.33 7.32 7.34 7.36 7.37 7.39 7.41 7.41 7.43 7.42 7.43 7.44 7.7 7.95 8.25 8.49 9.51 10 11 12.25 12.75 12.75 12.74 12.73 12.74 chas12.5
MS Riil 6647.01 6692.094 6680.183 6710.307 6774.095 6777.935 6829.739 6802.118 6821.049 6893.325 6962.316 6975.854 6875.287 6793.067 6764.897 6667.844 6766.747 6891.146 6864.421 6894.24 6939.564 6964.58 6933.31 7090.121 6870.513 6856.88 6790.586 6918.332 6916.972 7063.654 7104.746 7244.524 7417.957 6914.651 6839.971 7047.885 6881.842 6859.316 6864.256 6877.622 7077.923
INF 0.820741 0.182593 -0.21264 0.121766 0.20523 0.075855 0.037899 0.863767 0.353065 0.591362 0.967406 0.972877 0.569343 -0.02177 0.362976 0.976492 0.881089 0.482852 0.381598 0.091517 0.014067 0.562588 0.895105 1.032714 1.433766 -0.16908 1.829144 0.419134 0.20538 0.502479 0.776265 0.548339 0.688178 8.704623 1.310873 -0.04684 1.35895 0.58368 0.028727 0.051694 0.373156
STL 82000 85000 85000 85000 85000 85000 85000 90000 90000 90000 90000 97000 97000 97000 97000 97000 102000 102000 102000 102000 102000 107000 115000 115000 115000 115000 115000 115000 126000 126000 126000 126000 126000 134000 134000 142000 142000 142000 150000 150000 155000
CAB 739 739 739 739 739 739 739 739 739 739 739 739 775 775 775 775 775 775 775 775 775 775 775 775 789 789 789 789 789 789 789 789 789 789 789 789 811 811 811 811 811
Jun-06 Jul-06 Aug-06 Sep-06 Oct-06 Nov-06 Dec-06 Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 May-07 Jun-07
1522333 1483304 1498288 1494945 1321237 1672167 1500377 1603441 1482047 1730209 1662337 1782024 1727147
871.7226 880.073 890.1265 893.8543 883.6874 872.9159 856.2013 849.2009 850.5905 856.8968 864.9747 870.6384 876.3715
12.5 12.25 11.75 11.25 10.75 10.25 9.75 9.5 9.25 9 9 8.75 8.75
7139.033 7075.767 7178.088 7268.918 7398.058 7444.689 7594.648 7417.375 7387.418 7419.504 7472.736 7516.44 7816.398
0.446122 0.449835 0.323111 0.384224 0.861196 0.340421 1.212458 1.044071 0.61997 0.232407 -0.16177 0.102619 0.226611
155000 155000 155000 155000 160000 160000 160000 160000 166000 166000 175000 175000 175000
811 811 811 811 811 811 811 867 867 867 867 867 867
Lampiran 2. Plot Data untuk Variabel-variabel yang Digunakan dalam Analisis Regresi Plot Data untuk Variabel Kredit Perum Pegadaian (KP)
Jumlah (Miliar Rp.)
20,000,000 15,000,000 Kredit Cepat dan Aman
10,000,000 5,000,000
2005
2003
2001
1999
1997
0
Periode (Tahun)
Plot Data untuk Variabel BI Rate (RBI) 14 12 Jumlah
10 8
Suku Bunga SBI
6 4 2 0 2002
2003
2004
2005
2006
Periode (Tahun)
2007
2008
Jumlah (Miliar Rupiah)
Plot Data untuk Variabel Jumlah Uang Beredar (MS) 7600 7400 7200 7000
MS
6800 6600 6400 2003
2004
2005
2006
2007
Periode (Tahun)
Plot Data untuk Variabel Inflasi 20 15 Jumlah 10
Inflasi
5 0 2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Periode (Tahun)
Plot Data untuk Variabel Standar Taksiran Logam Emas 24 Karat (STL) 200000
Jumlah (Rupiah)
150000 100000
STL
50000 0 2003
2004
2005 Periode (Tahun)
2006
2007
Plot Data untuk Variabel Jumlah Kantor Cabang Perum Pegadaian (CAB) 900 850 800 Jumlah
Kantor Cabang 750 700 650 2003
2004
2005
2006
2007
Periode (Tahun)
Plot Data untuk Variabel Produk Domestik Bruto (PDB) 200000
Jumlah
150000 100000
PDB
50000 0 2003
2004
2005 Periode (Tahun)
2006
2007
Lampiran 3. Hasil estimasi Analisis Regresi Faktor-faktor Mempengaruhi Permintaan Kredit Perum Pegadaian (KP) Dependent Variabel: LN_KP Variabel Coefficient C -13.91084 INF -0.004777 LN_CAB 1.265022 LN_PDB 0.315963 LN_MS 0.668411 LN_RBI 0.022111 LN_STL 0.945142 R-squared 0.954162 Durbin-Wason stat 2.656381
yang
t-statistic
Probabilitas
-1.860892 -0.553605 1.739956 0.579659 1.431938 2.418187 5.919306
0.0690 0.5825 0.0884 0.5649 0.1588 0.0195 0.0000
Mean dependent var Prob (F-statistic)
13.86182
0.000000
Uji Multikolinearitas LN_PDB LN_CAB INF LN_STL RBI LN_MS
LN_PDB 1.000000 -0.817539 -0.134463 -0.891241 -0.568281 -0.589303
LN_CAB -0.817539 1.000000 0.001023 0.926522 0.123049 0.769175
INF -0.134463 0.001023 1.000000 0.071785 0.050172 -0.045269
LN_STL -0.891241 0.926522 0.071785 1.000000 0.325904 0.790106
RBI -0.568281 0.123049 0.050172 0.325904 1.000000 0.029613
Uji Heteroskedastisitas White Heteroskedasticity Test: 1.707117 F-statistic 15.34585 Obs*R-squared
Probability Probability
0.110169 0.119952
Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: 1.404371 F-statistic 17.55042 Obs*R-squared
Probability Probability
0.210234 0.130039
LN_MS -0.589303 0.769175 -0.045269 0.790106 0.029613 1.000000