ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KACANG TANAH DI INDONESIA
Oleh : TIAS ARUM NARISWARI H14053612
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN
Tias Arum Nariswari. H14053612. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respon Penawaran Kacang Tanah di Indonesia (di bimbing oleh Dedi Budiman Hakim). Pangan memiliki peran yang penting bagi kehidupan manusia. Indonesia memiliki keragaman pangan yang sangat bervariasi. Keragaman pangan mulai dari keragaman pangan komoditas perairan dan kelautan juga keragaman pangan komoditas dari hasil budidaya pertanian dan perkebunan. Komoditas-komoditas pangan yang biasanya diimpor adalah komoditas yang bagi pemerintah memiliki peranan yang penting seperti kacang kedelai, kacang tanah, jagung, dan gandum. Kacang tanah termasuk dalam komoditas pangan penting kedua setelah kedelai. Produktivitas dari kacang tanah Indonesia masih dinilai rendah, yaitu hanya sekitar 1 ton/ha. Tingkat produktivitas hasil yang dicapai hanya setengah jika dibandingkan dengan USA, Cina, dan Argentina yang mencapai lebih dari 2 ton/ha. Perbedaan produktivitas ini bukan hanya karena perbedaan teknologi yang digunakan oleh petani, tetapi juga karena adanya pengaruh faktor-faktor lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain adalah karakter agroklimat, intensitas dan hama penyakit, varietas yang ditanam, umur panen, serta cara usaha tani yang diterapkannya. Perkembangan luas panen dari tahun 1970 hingga tahun 2006 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 1970 luas panen kacang tanah adalah 380.060 hektar dan 2006 meningkat menjadi 706.753 hektar, luas panen kacang tanah ini mengalami fluktuatif. Perkembangan ekspor dan impor berdasarkan data yang diperoleh dari Departemen Pertanian besarnya volume impor pada tahun 2008 adalah 169.042.164 kilogram meningkat sekitar 39 persen dibandingkan dengan tahun 2007. Sedangkan ekspor kacang tanah Indonesia dapat dibilang masih cukup rendah hanya 1.762.564 kilogram, menurun cukup drastis apabila dibandingkan dengan tahun 2007 terjadi penurunan volume ekspor sekitar 65 persen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat dampak dari pengurangan lahan, menduga elastitisitas respon penawaran serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya, dan bagaimana tanaman kompetisi dapat mempengaruhi luas panen kacang tanah. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah luas panen kacang tanah, harga produktivitas kacang tanah, harga kacang tanah, harga kedelai, harga ubi kayu, harga jagung, harga gabah, jumlah penggunaan pupuk, jumlah penggunaan pestisida, jumlah tenaga kerja, suku bunga, curah hujan, dan irigasi waktu pengamatan selama 1970-2006. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa elastisitas pada respon areal panen bersifat inelastis. Angka yang didapat setelah melakukan pengolah data respon areal pada jangka pendek adalah 0,0807 dan elastisitas jangka panjang sebesar 0,1650. Elastisitas Produktivitas pada jangka pendek sebesar 0,0813 dan elastisitas pada jangka panjang sebesar 0,1363. Elastisitas penawaran pada jangka pendek adalah 0,1620 dan jangak panjang adalah 0,3013. Hasil ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang elastisitas memiliki sifat yang lebih elastic dibandingkan elastisitas jangka pendek. Variabel-variabel yang berpengaruh nyata pada taraf nyata 10 persen adalah harga kacang tanah, luas panen tahun sebelumnya, irigasi, produktivitas tahun sebelumnya, dan jumlah tenaga kerja. Harga kacang tanah memilki pengaruh yang
nyata, hal ini menunjukkan bahwa harga kacang tanah parameter yang digunakan petani untuk memutuskan dalam menanam kacang tanah. Implikasi kebijakan untuk produktivitas dapat ditingkatkan dengan meningkatkan produktivitas tahun sebelumnya dan juga melalui mekanisme peningkatan tenaga kerja. Produktivitas dapat pula dilakukan dengan peningkatan teknologi, dalam hal ini teknologi yang harus ditingkatkan adalah benih. Pemerintah perlu menganggarkan sedikit dana untuk membiaya penelitian mengenai teknologi benih.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KACANG TANAH DI INDONESIA
Oleh : TIAS ARUM NARISWARI H14053612
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Judul Skripsi
: Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respon Penawaran Kacang Tanah di Indonesia
Nama
: Tias Arum Nariswari
NIM
: H14053612
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Dedi Budiman Hakim, Ph.D NIP. 19641022 198903 1 003
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Rina Oktaviani, Ph.D NIP. 19641023 198903 2 002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH LAINNYA PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2009
Tias Arum Nariswari H14053612
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada tanggal 29 Maret 1987 di Bogor, Jawa Barat. Penulis anak terakhir dari tiga bersaudara, dari pasangan Sucipto dan Endang Sesulih. Penulis menamatkan sekolah dasar di SD Negeri Mekarsari 3 Cimanggis (Depok) tahun 1999, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 7 Depok dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah di SMU Negeri 105 Jakarta. Pada tahun 2005, penulis melanjutkan program belajarnya ke jenjang yang lebih tinggi. Tempat yang menjadi pilihan penulis adalah Institut Pertanian Bogor (IPB). IPB menjadi tempat bagi penulis dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu dan pengembangan pola pikir. Penulis masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi yang berada di Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, Penulis aktif dalam oraganisasi seperti Forum Mahasiswa Islam (FORMASI).
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada tanggal 29 Maret 1987 di Bogor, Jawa Barat. Penulis anak terakhir dari tiga bersaudara, dari pasangan Sucipto dan Endang Sesulih. Penulis menamatkan sekolah dasar di SD Negeri Mekarsari 3 Cimanggis (Depok) tahun 1999, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 7 Depok dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah di SMU Negeri 105 Jakarta. Pada tahun 2005, penulis melanjutkan program belajarnya ke jenjang yang lebih tinggi. Tempat yang menjadi pilihan penulis adalah Institut Pertanian Bogor (IPB). IPB menjadi tempat bagi penulis dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu dan pengembangan pola pikir. Penulis masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi yang berada di Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, Penulis aktif dalam oraganisasi seperti Forum Mahasiswa Islam (FORMASI).
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR GAMBAR……………………………………………………...
vi
DAFTAR TABEL………………………………………………………....
vii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………....
viii
I.
PENDAHULUAN………………………………………………......
1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………
1
1.2 Perumusan Masalah…………………………………………….
3
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………….
7
1.4 Kegunaan Penelitian…………………………………………...
8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian……………………………………...
8
TINJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN……......
9
2.1 Penawaran……………………………………………………..
9
2.2 Penawaran Komoditas Pertanian……………………………...
10
2.3 Model Penyesuaian Parsial Nerlove…………………………..
13
2.4 Model Produksi………………………………………………..
17
2.5 Respon Beda Kala Komoditi Pertanian……………………….
19
2.6 Elastisitas Penawaran………………………………………….
21
2.7 Penelitian Terdahulu…………………………………………..
24
2.8 Kerangka Pemikiran…………………………………………...
26
2.9 Hipotesis……………………………………………………….
27
2.10 Tinjauan Kebijakan Pemerintah……………………………….
28
III. METODE PENELITIAN…………………………………………....
30
3.1 Jenis dan Sumber Data………………………………………...
30
3.2 Metode Analisis Data………………………………………....
30
3.3 Fungsi Areal Panen Kacang Tanah…………………………....
32
3.4 Fungsi Produktivitas Kacang Tanah…………………………..
33
3.5 Elastisitas Jangka Pendek dan Jangka Panjang………………..
35
3.6 Uji Model……………………………………………………...
36
3.7 Uji t-Statistik………………………………………………….
36
II.
3.8 Uji F-Statistik…………………………………………………
37
3.9 Uji Autokorelasi………………………………………………
39
3.10 Uji Multikolinearitas…………………………………………..
40
IV. PEMBAHASAN…………………………………………………….
43
4.1 Hasil Dugaan Fungsi Areal Panen Kacang Tanah…………….
43
4.2 Hasil Dugaan Fungsi Produktivitas Kacang Tanah…………...
46
4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Luas Panen………………
50
4.3.1 Luas Panen Sebelumnya………………………………...
51
4.3.2 Harga Kacang Tanah……………………………………
51
4.3.3 Saluran Irigasi…………………………………………...
53
4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas…………….
54
4.4.1 Produktivitas Sebelumnya………………………………
55
4.4.2 Harga Kacang Tanah……………………………………
56
4.4.3 Jumlah Tenaga Kerja……………………………………
57
4.5 Penduga Respon Penawaran Kacang Tanah………………….
57
4.6 Implikasi Kebijakan…………………………………………...
60
KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………….
63
5.1 Kesimpulan……………………………………………………
63
5.2 Saran…………………………………………………………..
64
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..
66
LAMPIRAN………………………………………………………………
69
V.
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman 1.1 Produksi Kacang Tanah 1971-2006........................................................... 4 1.2 Luas Panen Kacang Tanah 1970-2006.......................................................
5
1.3 Produktivitas Kacang Tanah 1971-2006....................................................
6
1.4 Harga Kacang Tanah 1971-2006................................................................ 7 2.1 Pergeseran Kurva Penawaran…………………………………………….
10
2.2 Inelastisitas Sempurna……………………………………………………
22
2.3 Inelastisitas……………………………………………………………….
22
2.4 Elastisitas Uniter…………………………………………………………. 23 2.5 Elastisitas…………………………………………………………………
23
2.6 Elastisitas Sempurna……………………………………………………... 24 4.1 Pertumbuhan Luas Panen danHarga Kacang Tanah Tahun 1980-2006………………………………………………………… 52 4.2 Perkembangan Produktivitas 1971-2006………………………………… 56
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.1. Perkembangan Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia..........................
3
3.1 Selang Nilai Durbin-Watson………………………………………….....
39
4.1 Hasil Pendugaan Fungsi Respon Areal Panen Kacang Tanah…………………………………………………………..
43
4.2 Hasil Dugaan Fungsi Produktivitas tahun………………………………………
47
4.3 Respon Jangka Pendek Luas Panen……………………………………..
50
4.4 Elastisitas Jangka Pendek Variabel Input……………………………….
54
4.5 Penduga Respon Penawaran Kacang Tanah…………………………….
58
4.6 Rata-rata Pendapatan dalam Usahatani Beberapa Jenis Tanaman Pangan 1969-1994 dan 1999-2002…………………………… 60
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Hasil Pendugaan Luas Areal Panen……………………………………... 70 2. Uji Autokorelasi Areal Panen…………………………………………… 70 3. Uji Heteroskedastisitas Areal Panen……………………………….......... 71 4. Uji Multikoliearitas……………………………………………………… 72 5. Hasil Pendugaan Produktivitas…………………………………….......... 73 6. Uji Heteroskedastisitas Produktivitas…………………………………… 73 7. Uji Autokorelasi Produktivitas…………………………………………..
74
8. Uji Multikolinearitas Produktivitas……………………………………...
75
I.
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Pangan memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia. Kebutuhan
penting setelah air dan udara, setiap manusia membutuhkan bahan pangan untuk kelangsungan hidup mereka. Berbicara tentang pangan secara tidak langsung maka akan berbicara tentang stok atau cadangan bahan pangan yang dimiliki oleh suatu negara. Seharusnya Indonesia adalah negara yang tidak usah risau akan krisis pangan. Karena Indonesia adalah negara yang berada pada garis khatulistiwa dan negara yang dianugerahi dengan kesuburan tanah dan dikelilingi oleh perairan dunia. Indonesia memiliki banyak keragaman hayati, begitu pula dengan keragaman pangan. Keragaman pangan mulai dari keragaman aneka komoditas pertanian dan kelautan juga keanekaragaman akan komoditas dari hasil budidaya pertanian dan perkebunan. Ada beberapa jenis konsumsi pangan, ada pangan yang sangat esensial bagi kehidupan seperti pangan yang berfungsi untuk menyeimbangkan tubuh, pangan yang mengandung protein, lemak, vitamin, karbohidrat, serat, dan lain-lain. Ada juga komoditas pangan yang digunakan untuk merawat kecantikan dan kebugaran tubuh. Meningkatnya akan permintaan konsumsi terhadap pangan membuat pemerintah terkadang harus melakukan impor suatu komoditas guna memenuhi permintaan dari masyarakat. Kebutuhan konsumsi akan pangan oleh negara berkembang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan pangan oleh
2
negera maju. Hal ini dikarenakan negara-negara maju adalah negara yang sudah memiliki kemampuan dalam hal kemandirian pangan. Pada umumnya mereka sudah mampu memenuhi kebutuhan pangan mereka baik memproduksi sendiri maupun impor dari negera lain. Sedangkan negara berkembang biasanya masih harus memikirkan bagaimana cara mereka untuk memenuhi permintaan akan konsumsi pangan dari masyarakat negara itu sendiri. Komoditas-komoditas pangan yang biasanya di impor adalah komoditas yang bagi pemerintah memiliki peranan yang penting, seperti kacang kedelai, kacang tanah, jagung, dan gandum. Kacang tanah termasuk dalam komoditas pangan penting kedua setelah kedelai. Konsumsi kacang tanah tertinggi setelah kacang kedelai. Kacang tanah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia menjadi aneka jenis olahan. Selain digunakan untuk pangan kacang tanah juga banyak digunakan untuk produk-produk nonpangan. Produk pangan olahan untuk kacang tanah seperti direbus, digoreng, diolah menjadi selai kacang, mentega kacang, minyak kacang, dan masih banyak lagi produk turunan dari biji kacang. Sedangkan daun dan batangnya dapat digunakan untuk pakan ternak dan juga pupuk kompos. Lalu akarnya dapat digunakan untuk pupuk menyuburkan tanah, karena dalam akar tanaman kacang tanah terdapat nitrogen yang cukup tinggi dan sangat berguna untuk kesuburan tanah. Akar kacang tanah dapat menambah zat hara dalam tanah sehingga akan membuat tanah menjadi lebih subur. Produktivitas dari kacang tanah Indonesia masih dinilai rendah, yaitu hanya sekitar 1 ton/ha. Tingkat produktivitas hasil yang dicapai hanya setengah jika dibandingkan dengan United State of America (USA), Cina, dan Argentina
3
yang mencapai lebih dari 2 ton/ha. Perbedaan produktivitas ini bukan hanya karena perbedaan teknologi yang digunakan oleh petani, tetapi juga karena adanya pengaruh faktor-faktor lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain adalah karakter agroklimat, intensitas, dan hama penyakit, varietas yang ditanam, umur panen, serta cara usaha tani yang dieterapkannya. Dari hasil penelitian menunjukkan potensi biologis tertinggi tingkat produktivitas kacang tanah yang pernah dicapai di Indonesia adalah 3-4.5 ton/ha (Adisarwanto, 2005).
1.2
Perumusan Masalah Tingkat konsumsi masyarakat Indonesia cukup tinggi terhadap kacang
tanah. Konsumsi kacang tanah adalah konsumsi tertinggi kedua setelah kacang kedelai. Berdasarkan Tabel 1.1. tingkat konsumsi masyarakat pedesaan dan perkotaan mengalami fluktuasi yang beragam, pada tahun 2003 konsumsi akan kacang tanah menurun tetapi terus mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2005 sedangkan tahun 2006 turun kembali menjadi 0,49 persen dan pada tahun 2007 kembali meningkat menjadi 0,74 persen. Tabel 1.1. Perkembangan Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia (%) Kelompok Bahan Pangan Kacang-kacangan Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Kacang lain
2002 8,86 7,10 0,78 0,76 0,21
2003 8,31 6,93 0,57 0,65 0,16
Perkotaan + Pedesaan 2004 2005 2006 8,66 9,31 9,42 7,22 7,78 8,31 0,66 0,69 0,49 0,63 0,66 0,52 0,16 0,18 0,11
Sumber: Susenas 2002, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007
2007 10,12 8,62 0,74 0,58 0,17
4
Tingkat konsumsi kacang tanah yang tinggi juga ditandai dengan tingginya nilai impor. Berdasarkan data yang dioperoleh dari Departemen Pertanian besarnya volume impor pada tahun 2008 adalah 169.042.164 kilogram, meningkat sekitar 39 persen dibandingkan dengan tahun 2007. Sedangkan ekspor kacang tanah Indonesia dapat dibilang masih cukup rendah hanya 1.762.564 kilogram menurun cukup drastis apabila dibandingkan dengan tahun 2007 terjadi penurunan volume ekspor sekitar 65 persen. 900000 800000 700000
TON
600000 500000 400000 300000 200000 100000 1971 1973 1975 1977 1979 1981 1983 1985 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007
TAHUN
0
Sumber Data: Departemen Pertanian 2009
Gambar 1.1. Produksi Kacang Tanah 1971-2009 Impor harus dilakukan karena produksi kacang tanah domestik masih belum mencukupi permintaan dalam negeri. Produksi kacang tanah seperti yang terdapat pada Gambar 1.1, dari tahun 1971 memilki tren yang terus meningkat. Tahun 1971 produksi kacang tanah hanya 281.309 ton sedangkan pada tahun 2006 sudah meningkat menjadi 773.797 ton. Pada tahun 2006, meskipun jumlah produksi terus meningkat tetapi jumlah ini masih cukup rendah. rendah.
5
Perkembangan luas panen dari tahun 1970 hingga tahun 2006 terus mengalami peningkatan, pada tahun 1970 adalah 380.060 hektar dan 2006 meningkat menjadi 706.753 hektar tetapi peningkatannya mengalami flutkuatif. Seperti yang terlihat pada grafik 1.2 dimana luas panen kacang tanah tidak selalu terus meningkat, besarnya berfluktuasi. Pada tahun 1995 luas panen kacang tanah adalah luas panen tertinggi yaitu: 739.305 Ha lalu pada tahun 1996-2003 luas panen kacang tanah hanya berkisar di angka 6 ribuan hektar. Terjadi peningkatan luas panen yang menembus angka 7 ribu hektar pada tahun 2004, tetapi setelah itu luas panen terus mengalami penurunan hingga tahun terakhir pengamatan yaitu tahun 2006. 800000 700000 600000 Ha
500000 400000 300000 200000 100000 1970 1972 1974 1976 1978 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008
0
Tahun Sumber Data: Departemen Pertanian 2009
Gambar 1.2 Luas Panen Kacang Tanah 1970-2009 Hasil
produksi
yang
terus
meningkat
akan
ikut
meningkatkan
produktivitas kacang tanah. .Pada Gambar 1.3 meskipun produktivitas mengalami fluktuasi tetapi jarang sekali mengalami penurunan. Setelah mengalami penurunan
6
pada tahun 1996, produktivitas kacang tanah untuk tahun-tahun selajutnya terus meningkat. Tetapi produktivitas kacang tanah Indonesia masih rendah apabila dibandingkan dengan produktivitas kacang tanah Amerika Serikat atau Cina. Produktivitas kacang tanah didua negara tersebut 2 ton/ha sedangkan produktivitas Indonesia saat ini hanya 1 ton/ha (Adisarwanto, 2005). 14 12 10 KU/Ha
8 6 4 2 1970 1972 1974 1976 1978 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008
0
Tahun Sumber: Departemen Pertanian 2009
Gambar 1.3 Produktivitas Kacang Tanah 1970-2009 Perkembangan harga kacang tanah juga terus mengalami kenaikan secara rata-rata. Harga kacang tanah lebih mahal apabila deibandingkan dengan harga tanaman kacanag-kacangan lainnya. Harga mulai meningkat tajam pada tahun 2000, dan terus meningkat hingga tahun 2006 (Gambar 1.4). Saat ini harga kacang tanah berada dikisaran Rp 9.000, tingginya harga ini seharusnya menjadi daya tarik bagi petani Indonesia untuk menanam kacang tanah di lahan produksi mereka.
7
12000 10000
Rp/Kg
8000 6000 4000 2000
1970 1972 1974 1976 1978 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006
0
Tahun Sumber: Departemen Pertanian 2009
Gambar 1.4 Harga Kacang Tanah Domestik 1970-2006 Berdasarkan data-data dan penjabaran diatas maka perumusan masalah yang didapat adalah: 1. Faktor apa yang mempengaruhi luas panen dengan produktivitas? 2. Berapa besar perubahan harga mempengaruhi produktivitas dan luas panen?
1.3
Tujuan Penulisan Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dari
penelitian ini adalah: 1. Menganalisis faktor apa saja yang mempengaruhi produktivitas dan luas panen kacang tanah di Indonesia. 2. Menduga
besarnya
pengaruh
perubahan
produktivitas dan luas panen kacang tanah.
harga
terhadap
8
1.4
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pemerintah, sebagai
pengambil kebijakan diharapkan pemerintah mampu mengembangkan potensi yang dimiliki dalam komoditas kacang tanah. Dari penelitian ini pemerintah akan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dari kacang tanah, selain itu penulis juga mencoba menduga elastisitas komoditas lain yang akan mempengaruhi penawaran kacang tanah. Sedangkan untuk petani kacang tanah sendiri, diharapkan dengan adanya penelitian ini lebih mampu meningkatkan produksi kacang tanah mereka. Dengan penelitian ini diharapkan mereka lebih mengetahui mana tanaman subtitusi yang benar-benar berpengaruh dengan kegiatan usaha mereka dan mana yang tidak terlalu mempengaruhi.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan tujuan yang akan dicapai maka penelitian ini terbatas pada
pendugaan elastisitas dari penawaran kacang tanah melalui luas panen dan produktivitas terhadap beberapa tanaman yang menjadi tanaman kompetisi bagi kacang tanah dan juga faktor input. Data yang digunakan adalah data nasional karena dalam penelitian ini ingin melihat respon penawaran kacang tanah secara umum di daerah Indonesia. Data yang digunakan adalah data dari tahun 19702006. Analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis usahatani dan juga karateristik dari tanaman kacang tanah itu sendiri. Sedangkan model analisis yang digunakan adalah model respon penawaran Nerlovian dengan melihat hasil uji-t dan juga uji-F untuk melihat kebaikan dari suatu model.
9
II.
2.1
TINJAUAN PUSTAKA
Penawaran Menurut Lipsey (1995), jumlah komoditi yang akan dijual oleh perusahaan
adalah kuantitas yang akan ditawarkan untuk komoditi tersebut. Jumlah penawaran suatu komoditi dipengaruhi oleh beberapa variabel penting seperti harga komoditas itu sendiri, harga variabel input, dan juga teknologi. Pada umumnya untuk mempelajari pengaruh-pengaruh dari masing-masing variabel dengan menggunakan cateris paribus, dimana semua variabel lain dianggap konstan selain variabel yang akan diamati. Satu hipotesis ekonomi yang mendasar adalah bahwa untuk kebanyakan komoditi, harga komoditi dan kuantitas atau jumlah yang akan ditawarkan berhubungan secara positif, dengan semua faktor yang lain tetap sama. Dengan kata lain semakin tinggi harga satu komoditi, semakin besar jumlah komoditi yang akan ditawarkan, semakin rendah harga, semakin kecil jumlah komoditi yang ditawarkan. Kurva penawaran merupakan hubungan antara jumlah atau kuantitas yang ditawarkan dan harga jika faktor lainnya tetap sama, kemiringan positif menunjukkan bahwa kuantitas atau jumlah yang ditawarkan bervariasi dalam arah yang sama dengan harga. Pergeseran dalam kurva penawaran merupakan akibat dari perubahan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah yang ditawarkan, kecuali harga komoditas itu sendiri. Suatu perubahan pada setiap variabel manapun (selain dari harga komoditas itu sendiri) yang mempengaruhi jumlah
10
komoditi yang akan diproduksi dan dijual perusahaan, akan menggeser keseluruhan kurva penawaran untuk komoditas tersebut. Harga S1
S0
S2
0
Kuatitas Per Periode Sumber: Lipsey (1995)
Gambar 2.1 Pergeseran Kurva Penawaran
Kenaikan harga input akan menggeser kurva penawaran ke kiri, menunujukkan bahwa semakin sedikit jumlah yang ditawarkan pada setiap tingkat harga. Turunnya harga input akan menggeser kurva penawaran ke arah kanan. Perubahan kuantitas yang ditawarkan dapat diakibatkan oleh perubahan penawaran dengan harga konstan oleh perpindahan sepanajang kurva penawaran tertentu yang disebabkan oleh perubahan harga.
2.2
Penawaran Komoditas Pertanian Penawaran komoditas pertanian merupakan keseluruhan atau banyaknya
jumlah komoditas pertanian yang ditawarkan oleh produsen (petani, nelayan, dan peternak) berdasarkan harga yang telah ditentukan kepada pembeli (lembaga-
11
lembaga pemasaran dan konsumen) sehingga terjadi tawar-menawar terhadap harga komoditas pertanian (Rahim dan Astuti, 2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran komoditas pertanian, menurut Suparmoko dalam Rahim dan Astuti, (2008) adalah jumlah barang yang ditawarkan, harga barang, jumlah faktor produksi (input) yang tersedia, keadaan alam, pajak, dan teknologi. Berdasarkan Raharja dan Mandala dalam Rahim dan Astuti (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dari komoditas pertanian adalah harga X (Px), harga Y(Py) berupa barang-barang subtitusi atau komplemen, biaya produksi (C), teknologi produksi (tek), jumlah pedagang/penjual (ped), tujuan perusahaan (tuj), dan kebijakan pemerintah (kebij). Menurut Soekartawi dalam Rahim dan Astuti, 2008 faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran produk pertaninan adalah teknologi (Tc), harga input (Pi), harga produk yang lain (Px), jumlah produsen (NP), harapan konsumen (ExC), dan elastisitas produksi (Ep). Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran komoditas penawaran adalah harga input (Pi), harga produk (Ppl), teknologi (T), jumlah Produsen (NP), harapan produsen terhadap harga komoditas di masa yang akan datang (Hpro). Fungsi penawaran adalah penawaran yang dinyatakan dalam hubungan matematis dengan faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi tersebut. Dalam fungsi ini akan diketahui hubungan antara variabel bebas (independent) dan juga variabel tak bebas (dependent), apakah saling mempengaruhi atau tidak. Sehingga dapat dibentuk dalam persamaan matematis secara umum dan sederhana.
12
a.
Harga Input Besar kecilnya harga input (faktor produksi input) akan mempengaruhi
jumlah input yang dipakai. penurunan harga faktor input akan membuat petani membeli input dalam jumlah yang banyak. b.
Harga Produk Lainnya Adanya perubahan harga produksi alternatif akan menyebabkan terjadinya
jumlah peningkatan produksi atau semakin menurun. Apabila petani beranggapan bahwa harga komoditas lainnya akan meningkat dibandingkan dengan harga komoditas petani saat ini maka akan menyebabkan petani beralih dan menanam komoditas alternatif tersebut. c.
Teknologi Perbaikan teknologi baru sebagai pengganti dari teknologi yang sudah lama
akan meningkatkan jumlah produksi. Kemajuan teknologi juga akan menurunkan biaya produksi. d.
Jumlah Produsen Apabila jumlah produsen (petani kacang tanah) dari suatu komoditas
semakin banyak maka penawaran dari komoditas tersebut akan ikut meningkat. e.
Harapan Produsen Terhadap Harga Komoditas di Masa Depan (Hpro) Banyak petani yang bisa meramalkan harga komoditas naik atau turun di
masa mendatang. Hal ini karena para petani memiliki pengalaman dan sudah mengenal komoditas yang mereka tanam selama bertahun-tahun.
13
2.3
Model Penyesuaian Parsial Nerlove Model distribusi beda kala penyesuaian parsial yang dikembangkan
Nerlove merupakan model popular digunakan dalam penelitian respon penawaran. Dalam bentuk yang paling sederhana berderajat satu, misalnya salam konteks respon areal kacang tanah terhadap harga. Areal panen kacang tanah yang diinginkan (
dipengaruhi oleh tingkat harga komoditas, maka persamaannya
menjadi: 0
Di mana,
(2.1)
1
= areal panen yang diinginkan Xt = harga kacang tanah
Luas areal yang diharapkan tidak dapat diamati secara langsung sehingga untuk mengatasinya didalilkan suatu hipotesis yang merupakan hipotesis perilaku penyesuaian parsial: 1)
1
Perubahan areal yang sebenarnya terjadi
(2.2) 1
tertentu dari perubahan yang diinginkan
merupakan proporsi
. Proporsi tertentu ini
disebut koefisien penyesuaian parsial nilai d terletak diantara dua nilai ekstrim 0 dan 1. Jika d = 0 maka tidak ada perubahan apapun dalam areal. Apabila d=1 maka areal yang diharapkan sama dengan yang dicapai sehinggapenyesuaiannya seketika. Persamaan (2.2) dapat diatur kembali sehingga dituliskan: 1
1
(2.3)
14
Areal panen padi yang diamati pada periode tertentu dipengaruhi oleh luas areal yang diinginkan dan luas areal yang ada pada permulaan periode sebelumnya. Jika persamaan (2.1) disubtitusi pada (2.3) maka akan diperoleh: Yt = d(b0 + b1Xt + (1-d)Yt-1 = db0 + db1Xt + (1-d)Yt-1 + dut
(2.4)
Bentuk sederhana dari model Nerlovian untuk tanaman pertanian tahunan adalah mengikuti tiga persamaan (Askari dan Cummings, 1997). 1.
Di mana,
0
1
2.
1
3.
1
(2.5)
2 1
1 1)
(2.6) (2.7)
At = luas area panen pada tahun t = luas area panen pada tahun t Pt = harga pada tahun t = ekspektasi harga pada tahun t Zt = observasi lain, faktor-faktor eksogenus yang memberikan dampak penwaran pada tahun t dan β dan γ adalah bagian dari ekspektasi dan cerminan dari koefisien persamaan.
Dalam mengestimasi respon penawaran dengan menggunakan model Nerlovian, sangat penting untuk mengestimasi variabel-variabel yang tidak diamati dengan ekspektasi harga dan penentuan output dari persamaan (2.5) dan (2.6). Dengan mengeliminasi variabel-variabel tersebut atau ’mengurangi bentuk’ persamaan Nerlovian. Pengurangan bentuk itu dapat menjadi: At = b0 + b1Pt-1 + b2At-1 + b3At-3 + b4Zt + b5Zt-1 + vt
(2.8)
15
Dimana,
b0 = a0βγ b1 = a1βγ b2 = (1-β) + (1+γ), b3 = -(1-β)(1-γ) b4 = γa2(1-β), b5 = -γa2(1-β), vt = γ(ut -(1- β) ut-1)
Elastisitas harga dalam jangka pendek adalah kalkulasi dari: (2.9) Elastisitas harga dalam jangka panjang dapat dikalkulasikan dari: (2.10)
1 Dimana P dan Ā adalah penjumlahan rata-rata dari harga dan output. Bentuk model luas areal panen kacang tanahnya adalah sebagai berikut: 1
1 1
1
1
(2.11)
Fungsi dari respon penawaran kacang tanah adalah: At = f(KTt, KDt, JGtt, UKt, GBHt, IRGt) = b0 + b1KTt + b2KDt + b3UKt + b4JGt + b5GBHt + b6IRG + Ut
(2.12)
Persamaan (2.13) lalu dimasukkan kedalam persamaan (2.12), maka akan didapat hasil: At = d(b0 + b1KTt + b2KDt + b3UKt + b4JGt + b5GBHt + b6IRGt + Ut) + (1-d)At-1
16
At = db0 + db1KTt + db2KDt + db3UKt + db4JGt + db5GBHt + d b6IRGt +dUt + (1-d)At-1
(2.13)
Sehingga persamaan dapat dituliskan menjadi seperti: At = a0 + a1KTt + a2KDt + a3UKt + a4 JGt + a5GBHt + a6IRGt + Vt+ a7At-1
(2.14)
Bentuk model dari produktivitas kacang tanah adalah: 1
1 1
1
1
(2.15)
Fungsi dari produktivitas kacang tanah adalah: Yt = f( KTt, JBENIHt, JPUPUKt, JOBATt, JTKt, CHt SBt) = c0 + c1KTt + c2JBENIHt + c3JPUPUKt + c4JOBATt + c5JKTt + c6CHt + c7SBt + wt
(2.16)
Persamaan (2.16) disubtitusikan pada persamaan (2.15), sehingga akan didapat bentuk model seperti: Yt = d(c0 + c1KTt + c2JBENIHt + c3JPUPUKt + c4JOBATt + c5JKTt + c6CHt c7SBt + wt) + (1-d)Yt-1 Yt = dc0 + dc1KTt + dc2JBENIHt + dc3JPUPUKt + dc4JOBATt + dc5JKTt + dc6CHt + dc7SBt + dwt + (1-d)Yt-1
(2.17)
Persamaan (2.17) dapat ditulis menjadi persamaan yang lebih sederhana, seperti persamaan (2.18). Yt = g0 + g1KTt + g2JBENIHt + g3JPUPUKt + g4JOBATt + g5JKTt +g6CHt + g7SBt + zt + g8Yt-1
(2.18)
17
Definisi Variabel: At
: luas panen pada saat tahun ke-t (ha)
At-1
: luas panen pada saat tahun t-1(ha)
KTt
: harga kacang tanah pada saat tahun ke-t (Rp/Kg)
KDt
: harga kedelai pada saat tahun ke-t (Rp/Kg)
UKt
: harga ubi kayu pada tahun ke-t (Rp/Kg)
JGt
: harga jagung pada saat tahun ke-t (Rp/Kg)
GBHt
: harga gabah pasa saat tahun ke-t (Rp/Kg)
IRGt
: luas areal teririgasi pada tahun ke-t (Rp/Kg)
Yt
: produktivitas pada saat tahun ke-t (ku/ha)
Yt-1
: produktivitas pada saat tahun t-1 (ku/ha)
JOBATt
: jumlah penggunaan pestisida pada saat tahun ke-t (Liter/ha)
JPUPUKt
: jumlah penggunaan pada tahun ke-t (Kg/ha)
JBENIHt
: jumlah penggunaan pada saat tahun ke-t (Kg/ha)
SBt
: tingkat suku bunga pada tahun ke-t (%/thn)
CHt
: besar curah hujan pada tahun ke-t (mm/thn)
2.4
Model Produksi Meodel empiris penawaran dari kacang tanah yang digunakan dalam
penelitian ini pada dasarnya menggunakan model penyesuaian Nerlove. Untuk memperoleh dugaan respon penawaran maka dilakukan pendugaan tidak langsung. Ghatak dan Ingers dalam Irawan 1999 mengatakan bahwa hubungan antara luas areal panen, produktivitas, dan output, dalam bentuk yang sederhana
18
adalah output (Q) dispesifikan sebagai perkalian antara luas areal panen (A), produktivitas (Y) dan peubah teknis dan ekonomi lainnya (Z), sehingga dapat dituliskan sebagai berikut: Q = A.Y
(2.19)
Diasumsikan areal panen (A) dan produktivitas (Y) merupakan fungsi dari harga, shingga respon terhadap perubahan harga (P) adalah sebagai berikut : A = A(P,Z….) Y = Y(P, A, Z, …) Maka jika persamaan (2.19) dideferensiakan total terhadap harga adalah sebagai berikut : dQ/dP = Y(dA/dP) + A (dY/dP)
(2.20)
karena produktivitas respon terhadap perubahan areal, maka pengaruh perubahan areal terhadap produktivitas akibat adanya perubahan harga dapat ditulis sebagai berikut: dY/dp = dY/dP (dY/dA * dA/dP)
(2.21)
artinya perubahan produktivitas karena perubahan harga terdiri atas perubahan productivitas secara parsial terhadap harga kacang tanah dan perubahan produkivitas karena terjadinya perubahan areal akibat perubahan harga komoditas. Jika persamaan (2.21) disubtitisikan ke persamaan (2.20) maka: dQ/dP =Y dA/dP + A[(dY/dP + dY/dA * dA/dP)]
(2.22)
kedua ruas dikalikan dengan P/Q maka diperoleh: (dQ/dP) P/Q = (P/Q)Y (dA/dP) + A(P/Q) [dY/dP + (dY/dP + dY/dA * dA/dP)]
(2.23)
19
(dQ/dP) P/Q = A/A (P/Q)Y(dA/dP + A(P/Q) [dY/dP + (dY/dA * dA/dP)]
(2.23)
Karena A.Y = Q maka: (dQ/dP) P/Q = P/A (dA/dP) + P/Y (dY/dP) + A(P/Q) [(dY/dA (A/Y) * (dY/dA * dA/dP)]
(2.24)
Jika dinyatakan dalam elastisitas E(P) = E(Y,P) + [E(A,P) (1 + E(Y,A)]
(2.25)
Di mana: E(P) = elastisitsa respon komoditas E(Y,P) = elastisitas (respon) produktivitas terhadap harga E(A,P) = elastisitas (respon) areal terhadap harga E(Y,A) = elastisitas (respon) produktivitas terhadap areal Dengan demikian maka elastisitas (respon) penawaran agregat E(P) dapat diduga secara tidak langsung dengan melakukan pendugaan lebih dahulu terhadap E(Y,P), E(A,P), E(Y,A).
2.5
Repon Beda Kala komoditi Pertanian Satu hal yang penting dari komoditas pertanian adalah adanya tenggang
waktu (gestation period) antara waktu pada saat menanam dengan waktu saat memanen. Dalam menentukan hasil yang akan diperoleh oleh petani didasari pada perkiraan-perkiraan periode mendatang dan pengalamannya di masa lalu. Begitu juga dalam menentukan harga output, petani tidak dapat menentukan harga pada saat mereka mananam. Harga hanya dapat ditentukan pada saat panen terjadi. Sehingga petani akan mengambil keputusan-keputusan berproduksi berdasarkan
20
pada perkiraan harga produk yang mengacu pada adanya beda kala antara dua periode saat menanam dan saat memanen. Ini yang membuat respon petani terhadap perubahan-perubahan tersebut memerlukan waktu. Sampai periode tanam selanjutnya, petani tidak akan mengubah luas areal tanam apalagi mengubah lahan yang mereka miliki menjadi aktivitas nonusahatani. Ini yang disebut sabagai sifat kekauan aset (assets fixity) dalam usahatani oleh Tomek dan Robinson dalam Irawan (2008). Hal itu pula yang menyebabkan bahwa respon dari produk-produk pertanian bersifat inelastis. Apabila terjadi perubahan-perubahan harga seperti yang diperkirakan oleh petani secara terus menerus sampai pada periode tanam selanjutnya maka barulah petani akan mengubah komposisi sumberdayanya pada masa tanam mendatang. Oleh sebab itu, perubahan harga akan baru terlihat pengaruhnya pada periode tanam berikutnya. Dengan demikian variabel harga sendiri, harga-harga komoditas alternatif, dan harga-harga input yang digunakan untuk menduga respon areal panen dan respon produktivitas adalah harga-harga yang memliki beda kala satu tahun atau harga-harga tahun lalu. Nerlove dalam Irawan (2008) berpendapat bahwa para petani disetiap periode akan merevisi dugaan mereka terhadap apa yang mereka anggap sebagai proporsi yang normal terhadap perbedaan yang terjadi dengan sebelumnya dianggap normal. Sehingga petani menyeseuaikan perkiraan harga dimasa yang akan datang dalam bentuk proporsi selisih antara perkiraan dengan kenyataan yang terjadi. Tidak dapat segeranya petani menyesuaikan kegiatan produksi
21
mereka adalah sebagai respon setelah adanya stimulus atau rangsangan pasar. Alasan-alasan tersebut dalam Gujarati (2008) terjadi karena: 1. Alasan Psikologis. Alasan psikologis ini adalah adanya hambatan untuk segera melakukan perubahan karena terbiasa (habit) dengan perilaku lama. Faktor kelembaman (inersia) dalam menyesuaikan diri akan muncul. Seperti, perubahan yang melibatkan adopsi teknologi baru yang secara tradisional teknologi ini tidak digunakan. 2. Alasan teknis atau juga perlunya penyesuaian parsial, apabila terjadi perubahan harga faktor produksi petani memerlukan waktu untuk melakukan subtitusi input dan ini membutuhkan tenggang waktu. 3. Alasan kelembagaan, dengan adanya perjanjian /kontrak /aturan yang harus ditepati oleh petani sehingga selama masa kontrak seluruh pihak yang terlibat didalamnya harus menaati perjanjian tersebut. Seperti alokasi sumberdaya pertanian yang baru, dapat dilakukan setelah perjanjian selesai.
2.6
Elastisitas Penawaran Berdasarkan buku Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro yang ditulis oleh
Putong (2003), elastisitas penawaran adalah derajat kepekaan atas perubahan harga terhadap perubahan barang yang ditawarkan. Barang yang dimaksud disini baik dalam bentuk suatu komoditas maupun jasa. Untuk mengukur besar atau kecilnya tingkat perubahan tersebut diukur dengan angka-angka yang disebut koefisien. ES = % perubahan jumlah barang yang ditawarkan % peubahan harga barang yang dimaksud
(2.26)
22
Elastisitas penawaran dibagi menjadi lima macam, pertama in elastisitas sempurna (E= 0). Inelstisitas sempurna dalam penawaran terjadi bilamana perubahan harga yang terjadi tidak memiliki perngaruh terhadap jumlah penawaran (Gambar 2.2).
Gambar 2.2 Kurva Inelastisitas Sempurna Inelastis dimana E<1, penawaran in elastis ini terjadi apabila perubahan harga kurang dapat mempengaruhi perubahan pada penawaran (Gambar 2.3). P S E<1
0
Q Gambar 2.3 Kurva Inelastis Elastisitas uniter (E= 1), penawaran elastisitas sempurna terjadi jika perubahan dari harga bernilai sebanding dengan perubahan dari jumlah penawaran (Gambar 2.4).
23
P S E=1
0
Q Gambar 2.4 Kurva Elastisitas Uniter
Suatu penawaran dinamakan Elastis (E > 1) apabila terjadinya penawaran karena ada perubahan harga diikuti dengan jumlah penawaran yang lebih besar (Gambar 2.5). P S E>1
0
Q Gambar 2.5 Elastisitas
Elatisitas sempurna atau E= ~, elastisitas sempurna terjadi apabila perubahan penwaran tidak dipengaruhi oleh perubahan harga, sehingga kurva penawaran akan sejajar sumbu Q atau X (Gambar 2.6).
24
P E=~ S
0
Q Gambar 2.6 Kurva Elastisitas Sempurna
2.7
Penelitian Terdahulu Fauziah (2006) melakukan kajian tentang respon penawaran kacang tanah
dengan menduga parameter elastisitas permintaan input dan penawaran output pada usahatani kacang tanah khusus daerah Jawa. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan rangkaian waktu dari tahun 1976 sampai dengan tahun 1999, menggunanakan time series selama 24 tahun. Untuk menduga elastisitas permintaan input dan penawaran output pada usahatani kacang tanah dilakukan pooling atau gabungan data dari empat provinsi di Jawa, yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jogyakarta. Data yang digunakaan dalam penelitian ini adalah harga input dan output, penggunaan input, jumlah produksi, luas areal panen, produktivitas, areal panen, produktivitas, dan struktur ongkos usahatani. Metode analisis yang digunakan adalah Transdental Logaritma (translog) untuk melihat fungsi dari keuntungan. Pendugaan parameter fungsi keuntungan translog tidak dilakukan dalam penelitian ini karena keterbtasan data. Dalam penelitian ini hanya melihat hasil pendugaan fungsi share pengeluaran input
25
terhadap keuntungan dan pendugaan elastisitas perintaan input dan penawaran output. Pendugaan fungsi share pengeluaran input terhadap keuntungan dianalisis dengan pangsa biaya (share) yang diperoleh dari penurunan fungsi translog. Cendianto (1998) dalam penelitiannya analisis respon penawaran kacang tanah di daerah sentra produksi pulau Jawa. Data yang digunakan sama seperti penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu menggunakan data sekunder dengan rangkaian waktu (time series) selama 21 tahun dari tahun 1977 sampai dengan tahun 1997. Namun karena diambil beda kala satu tahun data untuk keperluan analisis maka observasi dalam penelitian ini menjadi 20 tahun. Penggambilan data ini dengan menggunakan secara sengaja menentukan tiga daerah produksi dari sepuluh daerah sentra produksi di Indonesia. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dengan metode analisis ekonometrika disertai dengan analisis perian atau analisis deskriptif yang dapat menjelaskan dan mendukung model analisis ekonometrika. Model analisis ekonometrika pertama-tama dilakukan telaah yang didasarkan pada teori ekonomi terhadap koefisien-koefisien regresi beberapa peubah bebas yang mempengaruhi respon areal dan respon produktivitas. Kemudian dihitung elastisitas jangka panjang terhadap beberapa peubah bebas yang mempengaruhi respon areal dan respon produktivitas. Hubungan antara peubah-peubah bebas dengan peubah tak bebas ditelaah lewat analisis regresi linear berganda dengan persamaan tunggal. Model analisis yang digunakan dalam regresi tersebut adalah model analisis respon fungsi Cobb-Douglas yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk linear atau model logaritma berganda.
26
2.8
Kerangka Pemikiran Respon Penawaran
Luas Panen
Produktivitas
Irigasi Jumlah Produksi
Harga Kacng Tanah
Harga Komoditas Pesaing
Jumlah Input
Penggunaan Pupuk
Pestisida
Gambar 2.7 Kerangka Pemikiran
Tenaga Kerja Modal
27
2.9
Hipotesis Berdasarkan Gambar 2.7 maka respon penawaran dapat diamati melaui
luas lahan dan juga produktivitas. Untuk mendapatkan respon penawaran yang meningkat maka nilai dari luas lahan dan produktivitas kacang tanah harus bernilai positif. Luas lahan yang meningkat dan produktivitas yang meningkat akan meningkatkan produksi sehingga hubungan antara luas lahan dan produktivitas terhadap produksi bernilai positif. Jumlah produksi dipengaruhi oleh harga komoditas itu sendiri dan juga harga komoditas lainnya. Hubungan antara harga komoditas sendiri terhadap jumlah dari kacang tanah adalah bernilai positif, sedangkan untuk komoditas lainnya bernilai negatif. Sementara, antar harga komoditas juga sering terjadi hubungan yang saling mempengaruhi, misalkan dengan barang subtitusi ketika harga produk A naik yang bersubtitusi dengan produk B maka kenaikan harga produk A akan meningkatkan permintaan terhadap produk B. Produksi kacang tanah juga dipengaruhi oleh penggunaan air. Penggunaan air dalam penelitian ini penggunaan air digunakan dengan menggunakan luas areal teririgasi, sehingga dalam model dimasukkan data tersebut. Irigasi akan mempengaruhi luas panen kacang tanah. Hubungan antara variabel dan luas panen adalah positif. Perluasan lahan teririgasi akan menambah luas panen kacang tanah. Banyaknya produksi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor input yang digunakan. Harga dari faktor input akan mempengaruhi jumlah yang akan digunakan oleh petani. Harga pupuk akan mempengaruhi petani dalam menggunakan jumlah penggunaan pupuknya. Apabila harga pupuk meningakat
28
maka petani akan sedikit menggunakan pupuk tersebut sehingga akan mengurangi produktivitas. Begitu pula dengan penggunaan pestisida, sehingga diharapkan hubungan antara harga input dengan produktivitas dan juga luas lahan memiliki hubungan yang negatif.
2.10
Tinjauan Kebijakan Pemerintah Meskipun pemerintah sering mengeluarkan kebijakan mengenai harga
tanaman pangan guna melindungi produsen dan agar konsumen juga mendapatkan harga yang sepantasnya, terutama tanaman pangan yang penting bagi masyarakat. Sedangkan untuk komoditi kacang tanah sendiri pemerintah tidak memliki kabijakan menentukkan harga, sehingga harga yang ada saat ini adalah yang terbentuk oleh mekanisme pasar. Sistem mekanisme pasar memang kadang memberikan sisi positif dan juga negatif. Kelemahan dari sistem mekanisme pasar ini adalah harga yang terbentuk saat ini tidak memberikan keuntungan bagi konsumen maupun produsen kacang tanah. Karena harga yang diterima petani rendah, sedangkan yang yang harus dibayar oleh konsumen tinggi. Dari posisi ini yang sangat diuntungkan adalah para tengkulak yang dapat menentukan harga. Karena mereka sendiri yang langsung berhubungan dengan petani dan juga konsumen. Pada tahun 1998 pemerintah mencabut kebijakan mengenai subsidi pupuk. Subsidi pupuk sebelum tahun 1998 diberikan dengan mensubsidi langsung harga pupuk dengan menggunakan Harga Eceran Tertinggi (HET). Subsidi yang diberikan saat ini bukan dengan pemotongan harga pupuk secara langsung, tetapi dengan memberikan subsidi kepada produsen pupuk. Pemerintah memberikan
29
subsidi pupuk kepada produsen bertujuan agar nantinya produsen dapat menjual pupuk dengan harga yang lebih rendah dari petani. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 tentang Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai. Komoditas pertanian juga termasuk barang yang bebas pengenaan pajak pertambahan nilai tersebut. Dihapuskannya pajak impor dari kacang tanah membuat sulitnya kacang tanah domestik bersaing dengan kacang impor, terlebih harga kacang impor lebih rendah bila dibandingkan dengan harga kacang produksi dalam negeri. Hal ini dapat membuat petani menjadi tidak tertarik untuk menanam kacang tanah. Karena perlindungan terhadap harga kacang tanah sudah tidak ada, saat ini ditambah dengan penghapusan tarif impor. Sudah tidak ada perlindungan dari pemerintah bagi petani yang ingin menamam kacang tanah. Karena dari penghapusan pajak impor yang diuntungkan adalah pengusaha atu importir. Petani kacang tanah domestik akan semakin terpuruk, sebab dengan adanya pembebasan tarif impor harga kacang tanah impor menjadi lebih murah apabila dibandingkan kacang tanah domestik. Sebelum adanya peraturan pembebasan impor tarif harga kacang tanah impor sudah lebih rendah dari harga kacang tanah dalam negeri. Adanya pembebasan tarif impor maka yang diuntungkan hanyalah pihak-pihak tertentu saja.
30
III.
3.1
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan
rangkaian waktu (time series) selama 37 tahun dari tahun 1970 sampai dengan tahun 2006. Penentuan dari waktu tersebut berdasarkan ketersediaan data yang diperoleh. Data yang penting dibutuhkan dalam melakukan penelitian ini adalah luas panen kacang tanah, harga kacang tanah, produktivitas kacang tanah. Harga kacang kedelai, harga ubi kayu, harga jagung dan irigasi adalah data penunjang yang digunakan dalam persamaan luas panen. Data-data variabel input meliputi jumlah penggunaan pupuk, jumlah penggunaan pestisida, jumlah penggunaan tenaga kerja, tingkat suku bunga, dan jumlah penggunaan benih kacang tanah. Data yang diperoleh dari Departemen Pertanian Republik Indonesia, Badan Pusat Statistik, Survey Sensus Nasional. Data yang diperoleh juga didapat dari lembaga penelitian seperti InterCafe. Data penting yang berkaitan langsung dengan kacang tanah diperoleh dari Departemen Pertanian Direktorat Jendral Tanaman Pangan Sub-Direktorat Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.
3.2
Metode Analisi Data Analisis data yang digunakan dengan menggunakan metode kuantitatif dan
metode kualitatif. Model analisis kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah model persamaan Nerlovian. Model Nerlovian adalah model untuk mengamati respon penawaran dengan menggunakan lag tahun sebelumnya. Untuk mengestimasi respon penawaran dari produk-produk pertanian maka model
31
Nerlovian adalah salah satu model yang dapat digunakan dan baik digunakan untuk metode analisis terlebih dalam literatur yang menggunakan jumlah data yang besar. Nerlovian adalah model yang dinamis, berawal dari output yang digunakan sebagai fungsi dari ekspektasi harga, output (area) dan beberapa variable eksogenus. Penurunan dari model Nerlovian ini adalah model autoregresi karena itu termasuk nilai lag dari variabel dependen (output) antara variable penjelas. Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji statistik t. Uji statistik t dapat digunakan untuk menduga parameter dari masing-masing peubah, apakah peubah bebas dapat dengan cara terpisah dapat berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas. Untuk melihat kebaikan dari model ini maka digunakan uji F dengan melihat dari nilai determinasi model (R2), semakin tinggi nilai dari R2 maka model yang digunakan dapat dikatakan sudah cukup baik. Data harga yang digunakan adalah data yang sudah riil, sehingga data yang digunakan bukan lagi data harga dalam bentuk nominal. Selain itu penggunaan data yang sudah dideflatorkan akan memudahkan dalam menganalisis secara ekonomi. Karena harga-harga riil lebih mencerminkan tingkat harga sesungguhnya dibandingkan dengan harga nominal, sebab harga riil pada umumnya sudah tidak dipengaruhi oleh tingkat inflasi. Analisis kualitatif yang digunakan dengan menggunakan analisis berdasarkan budidaya pertaniannya dan usahataninya.
32
3.3
Fungsi Areal Panen Kacang Tanah Untuk mengestimasi fungsi dari penawaran kacang tanah, penelitian ini
menggunakan variabel-variabel yang mempengaruhi penawaran kacang tanah. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah luas panen kacang tanah, sehingga dalam mengestimasi menggunakan variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi luas panen kacang tanah. Bentuk model luas areal panen kacang tanahnya adalah sebagai berikut: Fungsi dari luas panen adalah: At = f(KTt, KDt, JGtt, UKt, GBHt, IRGt) LnAt = a0 + a1LnKTt + a2LnKDt + a3LnUKt + a4LnJGt + a5LnGBHt + a6LnIRGt + Vt + a7LnAt-1
(3.1)
a1, a6 > 0; a2, a3, a4, a5< 0, a7 0
a1 = db1,
a2 = db2,
a3 = db3,
a4 = db4,
a5 = db5,
a4 = db4,
a5 = db5,
a6 = db5,
a7 = 1-d,
Vt = dUt, = perubahan areal yang sebenarnya, = perubahan areal yang diinginkan, Sedangkan d adalah nilai dari koefisien penyesuaian model nerlove. Dan dilai d berkisar diantara dua nilai ekstrim 1 dan 0.
33
Jika d = 0, maka tidak ada perubahan apapun dalam areal Jika d = 1, maka perubahan yang terjadi sama dengan perubahan areal yang diinginkan. Definisi Variabel: At
: luas panen pada saat tahun ke-t (ha),
At-1
: luas panen pada saat tahun t-1(ha),
KTt
: harga kacang tanah pada saat tahun ke-t (Rp/Kg),
KDt
: harga kedelai pada saat tahun ke-t (Rp/Kg),
UKt
: harga ubi kayu pada tahun ke-t (Rp/Kg),
JGt
: harga jagung pada saat tahun ke-t (Rp/Kg),
GBHt : harga gabah pada saat tahun ke-t (Rp/Kg), IRGt
: luas areal teririgasi pada tahun ke-t (Rp/Kg).
3.4
Fungsi Produktivitas Kacang Tanah Fungsi produktivitas dari kacang tanah sebenarnya tidak jauh berbeda
dengan respon penawaran dari kacang tanah. Hal ini terjadi disebabkan karena model analisis yang digunakan adalah model yang sama. Bentuk model dari produktivitas kacang tanah adalah: Fungsi dari produktivitas kacang tanah adalah: Yt = f( KTt, JBENIHt, JPUPUKt, JOBATt, JTKt, CHt SBt) LnYt = g0 + g1LnKTt + g2LnJBENIHt + g3LnJPUPUKt + g4LnJOBATt + g5LnJKTt + g6LnCHt + g7LnSBt + zt + g8LnYt-1 g1, g2, g3, g4, g5, g6, g7 >0; g8 0
(3.2)
34
Di mana: g0 = dc0,
g1 = dc1,
g2 = dc2,
g3 = dc3,
g4 = dc4,
g5 = dc5,
g6 = dc6,
g7 = dc7,
g8 = 1-d,
zt = dwt, = perubahan produktivitas yang sebenarnya, = perubahan produktivitas yang diinginkan,
Sedangkan d adalah nilai dari koefisien penyesuaian model Nerlove. Dan dilai d berkisar diantara dua nilai ekstrim 1 dan 0. Jika d = 0, maka tidak ada perubahan apapun dalam produktivitas Jika d = 1, maka perubahan yang terjadi sama dengan perubahan produktivitas yang diinginkan. Definisi Variabel: Yt
: produktivitas pada saat tahun ke-t (ku/ha),
Yt-1
: produktivitas pada saat tahun t-1 (ku/ha),
KTt
: harga kacang tanah pada saat tahun ke-t (Rp/Kg),
JOBATt
: jumlah penggunaan pestisida pada saat tahun ke-t (Liter/ha),
JPUPUKt
: jumlah penggunaan pada tahun ke-t (Kg/ha),
JBENIHt
: jumlah penggunaan pada saat tahun ke-t (Kg/ha),
JKTt
: jumlah tenaga kerja pada saat tahun ke-t (HOK/ha),
SBt
: tingkat suku bunga pada tahun ke-t (persen/thn),
CHt
: besar curah hujan pada tahun ke-t (mm/thn).
35
3.5
Elastisitas Jangka Pendek dan Jangka Panjang Terdapatnya lag dan penggunaan data time series dalam penelitian ini
manyebabkan elsatisitas jangka panjang dan jangka pendek dapat dihitung. Melalui pemanfaatan koefisien variabel dependent yang memiliki lag yaitu At-1 dan Yt-1 maka elastisitas jangka pendek dan jangka panjang untuk luas areal kacang tanah dan produktivitas kaang tanah. Maka berdasarkan persamaan (3.1), respon luas areal kacang tanah dirumuskan sebagai berikut: ESR = bi ELR =
=
(3.3) (3.4)
Sedangkan repon dari produktivitas kacang tanah berdasarkan persamaan (3.2) dapat dirumuskan sebagai berikut: ESR = ci ELR =
=
(3.5) (3.6)
Di mana; ESR = adalah elastisitas jangka pendek ELR = adalah elastisitas jangka panjang d = adalah koefisien penyesuaian nilai d untuk luas areal kacang tanah d = 1-a7, sedangkan nilai d untuk produktivitas dari kacang tanah d = 1-g8.
36
3.6
Uji Model Sebelum dulakukan pengujian model lebih lanjut harus dilakukan uji
hipotesi terhadp koefisien regresi. Model diuji terlebih dahulu untuk mengetahui kemampuan model menjelaskan fenomena sebenarnya melelui uji kabaikan dengan melihat matriks determinasi (R2), yang menunjukkan peubah-peubah secara simultan mampu menjelaskan keragaman pada peubah tidak bebas. Apabila nilai R2 tinggi maka model yang digunakan adalah baik. Koefisien determinasi dari suatu model merupakan nisbah antara jumlah kuadrat regresi (JKR) dengan jumlah kuadrat total (JKT), sehingga: (3.7)
3.7
Uji t-Statistik Uji secara tersendiri dilakukan dengan uji-t. Uji-t digunakan untuk melihat
pengaruh dari setiap variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Selain itu, pengujian ini juga dilakukan untuk melihat secara statistik apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel dalam suatu model bersifat signifikan atau tidak. Hipotesis Luas Panen :
H0 : ai = 0
i = 1,2,3,...,7
H1 : ai ≠ 0 Hipotesis Produktivitas :
H0 : gi = 0 H1 : gi ≠ 0
i = 1,2,3,...,8
37
Uji statistik yang digunakan adalah uji-T: t-hitung Luas Panen = ai/S(a), t-hitung Produktivitas = gi/S(a), t-tabel luas panen = t10/2(36-7), t-tabel produktivitas = t10/2(36-8). dimana: S(a) = simpangan baku koefisien dugaan Kriteria uji : t-hitung > ttabel, maka tolak H0, t-hitung < ttabel, maka terima H0. Jika H0 ditolak dalam kriteria uji-t berarti variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas dan sebaliknya. Semakin besar nilai t-hit maka akan semakin kuat bukti bahwa variabel tersebut signifikan secara statistik.
3.8
Uji F-Statistik Uji secara keseluruhan dilakukan dengan uji-F. Uji ini digunakan untuk
mengetahui tingkat signifikan dari pergerakan seluruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap pergerakan dari variabel tak bebasnya dalam suatu persamaan. Hipotesis yang diuji dari pendugaan persamaan adalah variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas. Hal ini disebut hipotesis nol.
Hipotesis luas panen:
H0 : ai = 0
i = 1,2,3,...,7
H1 : minimal ada salah satu a1 ≠ 0 Hipotesis Produktivitas:
H0 : gi = 0
i = 1,2,3,...,7
H1 : minimal ada salah satu gi ≠ 0
38
Uji statistik yang digunakan adalah uji-F : F Hitung = R2/k-1 (1-R2)/n-k F Tabel luas panen
= F10(7-1, 36-7),
F Tabel produktivitas
= F10(8-1, 36-8).
Kriteria Uji F-hitung > Ftabel, maka tolak H0, F-hitung < Ftabel, maka terima H0. Di mana: R = koefisien determinasi n = banyaknya data k = jumlah koefisien regresi dugaan Jika H0 ditolak berarti ada minimal satu variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas, dan sebaliknya. Semakin besar nilai F-hit maka akan semakin kuat bukti bahwa terdapat minimal salah satu variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap keragaman dari variabel tak bebas.
3.9
Uji Autokorelasi Ada beberapa jenis uji autokorelasi dalam model regresi, tetapi uji korelasi
yang paling banyak digunakan untuk menguji autokorelasi adalah Uji Drbin Watson atau yang biasa disebut dengan Uji DW. Uji ini dapat digunakan untuk semua sampel, baik yang memiliki jumlah sampel yang banyak maupun model dengan jumlah sampel yang sedikit. Uji DW dapat berhasil baik dilakukan jika model linear dan pada orde pertama, artinya faktor penganggu et berpengaruh
39
terhadap faktor penganggu et-1. Uji ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus: n
DW =
∑ (e t =2
t
n
− et −1 ) 2
∑ et
2
(3.8)
t =1
Setelah itu bandingkan nilai statistik dari DW dengan nilai DW dalam tabel. Untuk ρ > 0 (autokorelasi positif) dan ρ < 0 (autokorelasi negatif). Dapat dilihat pada tabel 3.1 bahwa dapat disimpulkan nilai DW seperti dibawah: Tabel 3.1. Selang Nilai Durbin-Watson DW
KESIMPULAN
Kurang dari 1,10
Ada autokolerasi
1,10 dan 1,54
Tanpa kesimpulan
1,55 dan 2,46
Tidak ada autokolerasi
2.46 dan 2.90
Tanpa kesimpulan
Lebih dari 2,91
Ada autokolerasi
Untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan E-views. Uji yang digunakan adalah Breusch-Godfrey Serial Correlation LM. Hipotesis pada uji ini adalah:
H0 = ρ0 = 0, tidak terjadi autokorelasi, H1 = ρ0 ≠ 0, terjadi autokorelasi.
Jika nilai probabilitas pada Obs*R-Square lebih besar dari taraf nyata (α) yang digunakan maka hipotesis H0 diterima sehingga tidak ditemukan gejala autokorelasi pada model. Jika nilai probabilitas pada Obs*R-square lebih kecil
40
dari taraf nyata (α) yang digunakan maka hipotesis H0 ditolak, sehingga ditemukan gejala autokorelasi pada model.
3.10
Uji Heteroskedastisitas Asumsi lain dari suatu fungsi regresi adalah apabila variasi dari faktor
selalu sama dengan pada data pengamatan yang satu dengan data pengamatan yang lain. Jika ciri ini terpenuhi maka variasi faktor pengganggu pada data tersebut bersifat homoskedastis atau var (Єi2) = σ2. Jika asumsi itu tidak dapat dipenuhi maka dapat dikatakan terjadi penyimpangan. Penyimpangan terhadap faktor pengganggu seperti itu disebut heteroskedastisitas (heteroscedasticity). Hal ini melanggar asumsi dasar regresi linear klasik yaitu varian setiap variabel bebas mempunyai nilai yang konstan atau memiliki varian yang sama. Kondisi heteroskedastisitas sering terjadi dalam data cross-section karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran. Hipotesis untuk melihat terjadinya gejala heteroskedastisitas adalah: H0 = ρ0 = 0, homoskedastisitas, H1 = ρ0 ≠ 0, heteroskedastisitas. Salah
satu
cara
untuk
mendeteksi
ada
atau
tidaknya
gejala
heteroskedastisitas yaitu dengan menggunakan White heteroscedasticity. Kriteria uji yang digunakan: 1. Jika nilai probabilitas pada Obs*R-Square lebih besar dari taraf nyata (α) yang digunakan, maka model persamaan yang digunakan tidak mengalami heteroskedastisitas.
41
2. Jika nilai probabilitas pada Obs*R-square lebih kecil dari taraf nyata (α) yang digunakan, maka model persamaan yang digunakan mengalami heteroskedastisitas.
3.11
Uji Multikolinearitas Multikolinearitas atau kolinearitas ganda menunjukkan adanya lebih dari
satu hubungan linear yang sempurna. Apabila terjadi kolinearitas sempurna maka koefisien regresi dari variabel X tidak dapat ditentukan (interminate) dan standar errornya tak hingga (infinite). Jika kolinearits kurang sempurna, walaupun koefisien regresi dari variabel X dapat ditentukan (determinate), tetapi standar errornya tinggi yang berarti koefisien regresi tidak dapat diperkirakan dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Ciri-ciri dari multikolinearitas adalah pertama, R2 dari model tersebut bernilai cukup tinggi kisaran antara 0,7 – 1 dan jika koefisien korelasi sederhana juga tinggi, tetapi tak satu pun atau sedikit sekali koefisien parsial yang signifikan. Dan apabila uji F menolak H0 yang mengatakan bahwa secara simultan seluruh koefisiean regresi parsial nilainya adalah nol. Menguji ada tidaknya multikolinearitas pada suatu model dapat dilakukan dengan membandingkan besarnya R2 (koefisien determinansi) dan r2 (koefisien determinansi parsial antara dua variable bebas) atau bias juga disebut dengen uji Klein. Menurut L. R. Klein dalam Koutsoyiannis (1977), sebuah multikolinear bukan suatu masalah apabila kolinieritas antara variabel bebas yang terjadi tidak lebih tinggi dibandingkan derajat koefisien berganda antara semua variabel secara simultan. Multikolinieritas dikatakan merugikan apabila: r2x1.xj > R2x1,x2…xn
(3.9)
42
dimana r2x1.xj adalah multikolinieritas antara dua variable bebas (xi dan xj) dan R2x1,x2 adalah koefiisien korelasi berganda antara semua variable secara simultan. Nilai maupun bias langsung didapatkan dari hasil analisis data dengan komputer.
43
VI.
4.1
PEMBAHASAN
Hasil Dugaan Fungsi Areal Panen Kacang Tanah Hasil dari pendugaan (Lampiran 1) terhadap fungsi respon kacang tanah
menghasilkan koefisien determinan (R2) sebesar 97,20 persen yang memiliki arti keragaman dalam peubah areal penen kacang tanah dapa dijelaskan sebesar 97,20 persen oleh peubah-peubah bebasnya didalam model. Sedangkan untuk uji nyata secara simultan dengan menggunakan uji statistik-F didapat F-hitung sebesar 138,97 dan nyata pada taraf 0,1 berarti setidaknya ada satu variabel bebas yang memiliki pengaruh nyata dalam model respon luas areal panen. Hasil pendugaaan fungsi dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Pendugaan Luas Panen Kacang Tanah Variabel Konstanta Luas Panen t-1 Harga gabah Harga Jagung Harga Kedelai Harga Kacang Tanah Harga Ubi Kayu Irigasi R2 R2-adjusment F-statistik DW-statistik Ket:
Koefisien -1,0314 0,5110 * -0,0533 -0,0806 0,0136 0,0867 *** 0,0595 1,2161 *
*)signifikan pada taraf 1 persen ***)signifikan pada taraf 10 persen
t-statistik -1,8143 11,1843 -1,2049 -1,4309 0,2389 1,9679 1,4722 10,567
Probabilitas 0,0803 0,0000 0,2383 0,1635 0,8129 0,0591 0,1521 0,0000 0,9720 0,9650 138,9781 2,2116
44
Setelah dilihat dari hasil perbandingan matrik kofisien determinasi parsial antar peubah tidak ada peubah yang memiliki masalah kolinearitas ganda sehingga variabel-variabel yang terdapat didalam model menjadi valid dan dapat digunakan sebagai alat analisis. Pengujian kolinearitas ganda dari suatu model dapat dengan memperbandingkan hasil determinan dari R-square dalam model dengan R-square dari masing-masing peubah, apabila nilai R-square dari peubahpeubah tersebut masih lebih kecil dari R-square model maka persamaan tersebut tidak memiliki masalah multikolinearitas serius (Lampiran 4). Sedangkan untuk mengetahui ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat menggunakan metode white test atau uji white dengan melihat perbandingan nilai probabilitas chi-square (χ2) dengn nilai taraf nyata yang digunakan (Winarno, 2007). Nilai probablilitas chi-square (χ2) adalah 0.3685 sedangkan taraf nyata yang digunakan adalah 10 persen. Dan berdasarkan uji yang telah dilakukan didapat bahwa nilai chi-square (χ2) lebih besar dari taraf nyata yang digunanakan makan model ini terlepas dari heteroskedastisitas (Lampiran 3). Melihat ada tidaknya autokorelasi atau kolerasi diri antar eror maka dapat dilihat melalui nilai Durbin-Watson statistik atau juga melalui LM-test. Pengujian dengan LM adalah dengan melihat probabilitas dari chi-square (χ2), apabila probabiltas chi-square lebih besar dari taraf nyata yang digunakan maka model tersebut tidak terdapat autokorelasi. Nilai χ2 dari model adalah 0.5958 dan taraf nyata yang digunakan adalah 10 persen maka model ini terlepas dari autokorelasi (Lampiran 2).
45
Dari tujuh peubah bebas dalam model respon areal panen kacang tanah peubah bebas yang berpengaruh secara signifikan adalah luas panen tahun sebelumnya, harga kacang tanah, dan irigasi, dalam penelitian ini taraf nyata yang digunakan adalah taraf nyata 10 persen. Peubah yang tidak signifikan adalah harga gabah, harga jagung, harga kedelai, dan harga ubi kayu. Peubah-peubah yang berpengaruh nyata inilah yang menjadi alasan bagi petani kacang tanah untuk mengambil keputusan dalam panen berikutnya. Peubah yang tidak signifikan bukan benar-benar tidak berpengaruh, peubah-peubah tersebut masih memiliki pengaruh tetapi pengaruh yang mereka berikan sangat kecil. Bahkan terkadang
dalam
pengambilan
keputusan
peubah-peubah
tersebut
tidak
diperhitungkan. Koefisien harga kacang tanah yang memiliki nilai positif ini memiliki arti peningkatan harga kacang tanah 10 persen akan meningkatkan luas panen sebesar 0,8 persen dan harga kacang tanah secara nyata mempengaruhi luas panen. Hasil ini sesuai dengan teori penawaran, Peningkatan harga komoditas akan meningkatkan luas panennya. Begitu pula dengan luas panen, peningkatan luas panen tahun sebelumnya sebsar 10 persen akan meningkatkan luas panen saat ini sebesar 5 persen. Luas panen tahun sebelumnya mempengaruhi petani dalam mengambil keputusan untuk melakukan perluasan lahan saat ini. Peningkatan irigasi sebesar 10 persen akan meningkatkan luas panen kacang tanah sebesar 12 persen.
46
Peubah yang tidak berpengaruh nyata adalah harga gabah, harga jagung, harga kedelai, dan juga harga ubi jalar. Peubah yang tidak berpengaruh nyata ini bukan benar-benar tidak berpengaruh, pada umumnya berpengaruh tetapi pengaruhnya tidak terlalu besar. Berdasarkan hasil oalahan data, hasil yang diperoleh harga gabah dan harga jagung memiiliki koefisien yang negatif. Koefisien yang negatif memiliki arti bahwa setiap peningkatan harga gabah dan harga jagung maka akan terjadi peningkatan luas areal panen. Peubah yang memiliki koefisien positif adalah harga kedelai dan harga ubi kayu. peubah yang positif memiliki arti bahwa setiap kenaikan harga peubah tersebut akan ikut menaikan luas panen. Luas panen kedelai dan kacang tanah sebenarnya tidak memiliki hubungan, karena meskipun sentra produksi kedelai dan kacang tanah berada di pulau Jawa tetapi daerah yang mengembangkannya berbeda. Kacang tanah banyak dikembangkan di daerah Jawa Tengah sedangkan kedelai lebih banyak dikembangkan di daerah Jawa Timur.
4.2
Hasil Dugaan Fungsi Produktivitas Kacang Tanah Hasil pendugaan dari fungsi produktivitas kacang tanah menghasilkan
nilai R2 yang cukup tinggi, yaitu 95,50 persen. Sehingga ini memberi arti bahwa keragaman dalam peubah areal kacang tanah dapat dijelaskan sebesar 95,50 persen oleh peubah-peubah bebas didalam model. Sedangkan nilai dari Fstatistiknya adalah 71,66 mencerminkan bahwa secara simultan dalam model setidaknya secara nyata ada satu variabel bebas yang signifikan. Nilai R2adjustmennya adalah 94,16 persen. Hasil pendugaan dari fungsi produktivitas dapat dilihat dalam tabel 4.2.
47
4.2 Tabel Hasil Pendugaan Produktivitas Variabel Konstanta Produktivitas t-1 Jumlah Benih Jumlah Pestisida Jumlah Tenaga Kerja Curah Hujan Harga Kacang Tanah Jumlah Pupuk Suku Bunga R2 R2-adjusment F-statistik DW-statistik Ket:
Koefisien -1,1367 0,4040 * 0,0411 0,0748 0,3281 *** 0,0288 0,0812 * -0,0071 -0,0355
t-statistik -1,6166 2,9180 0,4591 1,6335 2,0248 0,7025 2,8563 -0,2207 -1,0073
Probabilitas 0,1185 0,0070 0,6398 0,1140 0,0529 0,4884 0,0081 0,8270 0,3227 0,9550 0,9416 71,66 2,1422
*)signifikan pada taraf 5 persen ***)signifikan pada taraf 10 persen
Uji heteroskedastisitas dengan menggunakan Breusch-Pagan-Godfrey-test mempunyai nilai probabilitas chi-squarenya adalah 0,1102 maka sudah dapat dipastikan bahwa model ini tidak mengandung heteroskedastisitas (Lampiran 7). Karena nilai perbandingan chi-square lebih tinggi dari nilai probabilitas yang digunakan. Begitu pula dengan uji autokorelasi melalui uji Breush-Godfrey LMtest, tidak terdapat korelasi diri karena nilai chi-squarenya adalah 0,1527 (Lampiran 6). Perbandingan matrik korelasi antar peubah tidak ditemukan multikolinearitas, setelah melakukan uji multikolinearitas dengan membandingkan R2 menggunakan uji klein. Sehingga model tidak mengandung masalah multikolinearitasya yang serius (Lampiran 8). Delapan peubah independen yang digunakan dalam model, ada tiga peubah yang memiliki pengaruh secara nyata. Lima peubah yang lainnya tidak berpengaruh secara nyata. Peubah yang berpengaruh nyata dalam model produktivitas dari kacang tanah adalah luas lahan sebelumnya, harga kacang
48
tanah, dan jumlah tenaga kerja. Sedangkan jumlah benih kacang tanah, pestisida, curah hujan, suku bunga, dan pupuk tidak memiliki pengaruh yang nyata. Berdasarkan penelitian ini tingkat produktivitas pada tahun sebelumnya sangat mempengaruhi tingkat produktivitas pada tahun ini. Terlihat bahwa untuk meningkatkan produktivitas tahun ini sangat dipengaruhi oleh produktivitas tahun sebelumnya. Peningkatan produktivitas kacang tanah tahun sebelumnya sebesar 10 persen akan meningkatkan produktivitas tahun ini sebesar 0,4 persen. Peningkatan harga kacang tanah memiliki pengaruh yang nyata dengan peningkatan luas panen. Setiap peningkatan sebesar 10 persen akan meningkatkan luas panen dari kacang tanah sebesar 8 persen. Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa probabilitas harga kacang tanah terhadap produktivitas berpengaruh nyata pada taraf 5 persen, ini artinya harga kacang tanah cukup mempengaruhi produktivitas. Penurunan atau peningkatan harga akan direspon dengan perubahan produktivitas. Peubah bebas lainnya yang berpengaruh nyata dalam peningkatan atau penurunan produktivitas adalah jumlah tenaga kerja. Peningkatan upah buruh, dengan asumsi semua variabel lain dianggap tetap, akan meningkatkan produktivitas. Peningkatan jumlah tenaga kerja sebesar 10 persen akan meningkatkan produktivitas sebesar 3,2 persen. Penambahan jumlah tenaga kerja pada umumnya akan ikut meningkatkan produktivitas. Apabila terjadi penambahan tenaga kerja maka diharapkan produktivitas dari sektor tersebut akan meningkat.
49
Peubah yang tidak berpengaruh nyata dalam model produktivitas adalah jumlah benih kacang tanah, jumlah penggunaan pestisida, jumlah penggunaan pupuk, curah hujan dan suku bunga. Variabel input yang tidak signifikan dan memiliki tanda koefisien yang positif adalah jumlah benih kacang tanah, jumlah pestisida, dan curah hujan. Sedangkan variabel input yang tidak signifikan dan memiliki koefisien negatif adalah jumlah penggunaan pupuk dan suku bunga. Peningkatan jumlah benih kacang tanah dan penggunaan pestisida akan meningkatkan produktivitas kacang tanah. Meningkatnya jumlah benih kacang tanah yang dimiliki petani akan meningkatkan produktivitas, karena petani memiliki benih lebih banyak untuk ditebar, sehingga pada musim panen nanti jumlah produksi kacang tanah akan ikut meningkat. Jumlah pestisida yang digunakan oleh petani juga akan meningkatkan produktivitas, karena apabila jumlah pestisida yang digunakan meningkat maka hama dan jamur penggangu kacang tanah akan berkurang sehingga hasil produksi akan meningkat. Setiap petani menambahkan jumlah penggunaan pupuknya akan mengurangi produktivitas. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan pupuk sudah terlalu tinggi sehingga ketika petani menambahkan pupuk yang terjadi adalah decreasing return to scale atau skala pengembalian yang berkurang. Penggunaan pupuk menyababakan produktivitas berkurang karena pada umumnya kacang tanah ditanam setelah petani menanam padi. Penggunaan lahan setelah padi masih menyisakan pupuk yang telah digunakan padi di dalam tanah, sehingga pemberian pupuk bukan menambah produktivitas tetapi akan menguranginya. Seperti halnya peubah suku bunga, setiap kenaikan suku bunga
50
akan mengurangi produktivitas dari petani yang menanam kacang tanah. Tingkat suku bunga terkait dengan kepemilikan modal dari petani. Tingkat suku bunga yang tinggi membuat petani akan mengurangi modalnya, tetapi karena peubah suku bunga tidak berpengaruh nyata dalam model maka hal ini tidak perlu dipermasalahkan. Tingkat suku bunga yang tidak berpengaruh nyata ini mungkin disebabkan masih rendahnya petani melakukan peminjaman di bank.
4.3
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Luas Panen Pada Tabel 4.1 ada empat variabel yang mempengaruhi perkembangan
luas panen kacang tanah, yaitu: luas panen sebelumnya, harga kacang tanah, dan irigasi. Variabel-variabel inilah yang akan mempengaruhi pertimbangan petani dalam menanam kacang tanah. Pada tabel Tabel 4.3 dapat diketahui besarnya respon jangka pendek variabel-variabel yang mempengaruhi luas panen. Tabel 4.3 Respon Jangka Pendek Luas Panen Variabel
Jangka Pendek
Luas Panen
0,5110
Harga Kacang Tanah
0,0806
Irigasi
1,2161
Respon jangka pendek dua dari tiga variabel diatas bernilai positif tetapi nilainya kurang dari satu. Variabel yang memiliki nilai positif dan lebih dari satu hanyalah irigasi. Variabel irigasi ini dalam jangka pendek memiliki elastisitas yang elastis. Arti dari elastisitas yang bernilai positif ketika terjadi perubahan pada variabel tersebut maka akan direspon secara cepat oleh perubahan luas
51
panen. Variabel bebas yang memiliki elastisitas yang bersifat inelastis adalah luas panen dan kacang tanah. Sifat inelastis ini memiliki arti bahwa setiap perubahan pada masing-masing variabel akan direspon secara lambat oleh perubahan luas panen. 4.3.1
Luas Panen Sebelumnya Luas panen tahun sebelumnya akan mempengaruhi luas panen saat ini,
karena luas panen berhubungan dengan jumlah produksi. Apabila petani ingin melakukan perkiraan mengenai berapa produksi yang akan mereka peroleh saat ini maka petani akan menggunakan luas panen sebelumnya untuk sebagai acuan. Pada Tabel 4.1 probabilitas dari luas panen sebelumnya sangat berpengaruh nyata. Setiap peningkatan luas panen sebelumnya 10 persen maka luas panen saat ini akan meningkatkan sebesar 5 persen. Peningkatan luas panen sebelumnya akan meningkatkan luas panen saat ini menjadi dua kali lipat dari luas panen sebelumnya. Peningkatan luas panen sebelumnya akan meningkatkan luas panen saat ini sebesar 50 persen dari besar peningkatannya. Luas panen berhubungan dengan jumlah produksi, apabila semua variabel dianggap konstan maka peningkatan luas panen akan meningkatkan produksi. Jumlah produksi yang meningkat akan menjadi pertimbangan bagi petani untuk meningkatkan luas panen. 4.3.2
Harga Kacang Tanah Harga kacang tanah juga merupakan variabel bebas yang signifikan
terhadap luas panen saat ini. Kenaikan harga kacang tanah sebesar 10 persen akan direspon dengan perluasan lahan panen kacang tanah sebesar 0,8 persen. Harga
52
k kacang tanahh yang lebihh mahal jika dibandingkaan dengan haarga komodiitas pangan l lainnya mem mang relatif cukup mahhal. harga kaacang tanah yang cukupp mahal ini m menjadi salah satu dayya tarik baggi petani unntuk menanaam kacang tanah dan m menambah jumlah j hasill produksinyya. Harga kaacang tanah yang terben ntuk karena m mekanisme pasar tanpa adanya cam mpur tangan n dari pemerrintah, mem mbuat harga k kacang tanaah lebih maahal dibandingkan denggan harga jjagung atau upun harga k kedelai. Padaa Gambar 4..1 perubahann harga kaccang tanah direspon d seccara lambat o oleh perub bahan luas panen. Setiap S perggerakan perrubahan haarga akan m mempengaru uhi luas panen namuun perubahaan tersebut tidak terjaadi secara l langsung. Perubahan P h harga akan ddirespon seccara lambatt oleh perubbahan luas l lahan. Pada tahun 1998 terjadi peninngkatan hargga kacang taanah yang cu ukup tajam t tetapi tidak langsung diikuti oleh peerubahan luaas panen. Peeningkatan Luas L panen t terjadi pada tahun 2000 ketika hargaa kacang tanah sudah kem mbali turun. 80 60
Persen(%)
40 20 0 1980 0 1982 1984 1986 1 1988 199 90 1992 1994 1996 1998 20 000 2002 2004 2006 ‐20 ‐40
Tahun P Pertumbuhan H Harga Kacang TTanah
Pertumbuhan LLuas Panen P S Sumber: Deparrtemen Pertaniian, diolah.
G Gambar 4.1 Pertumbuhaan Luas Paneen dan Harga Kacang Taanah 1980-2006
53
4.3.2 Saluran Irigasi Variabel bebas lainnya yang berpengaruh nyata terhadap luas panen adalah irigasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa irigasi sangat berpengaruh terhadap perubahan luas panen. Setiap terjadi peningkatan saluran irigasi sebesar 10 persen maka akan meningkatkan luas panen sebesar 12 persen. Peningkatan luas panen yang cukup tinggi terhadap irigasi menjadi salah satu indikator bahwa kacang tanah membutuhkan air untuk pertumbuhannya. Meskipun kacang tanah banyak di tanam di lahan kering tetapi bukan berarti kacang tanah tidak membutuhkan air ketika masa pertumbuhannya. Kacang tanah merupakan tanaman yang memerlukan tanah yang lebih lembab dibandingkan tanaman kacang-kacangan yang lainnya, tetapi kacang tanah juga tidak tahan dengan genangan air. Fase kritis kacang tanah terjadi pada masa perkecambahan, pembuangan, dan pengisian polong. Pada fase ini jika curah hujan tidak memadai maka irigasi menjadi hal yang penting. Irigasi pada fase pembungaan akan sangat baik digunakan karena tidak mengganggu persarian. Kebutuhan kacang tanah akan air yang cukup tinggi selain itu karena kacang tanah pada lahan kering ditanam pada musim penghujan. Kacang tanah yang ditanam pada musim penghujan memiliki tujuan agar kacang tanah pada saat musim tanam mendapatkan cukup air. Akses saluran air yang mudah membuat petani tidak lagi bergantung dengan curah hujan sehingga petani dapat menanam kacang tanah disetiap musim. Perbaikan atau pembuatan saluaran irigasi menjadi salah satu daya tarik petani untuk memperluas luas panen kacang tanah.
54
Adanya irigasi akan membuat petani memperluas areal panen kacang tanah mereka sehingga jumlah produksi dari kacang tanah akan meningkat. Jumlah produksi kacang tanah yang meningkat walaupun sedikit dapat menutupi konsumsi domestik. Apabila konsumsi domestik diasumsikan jumlah yang sama dengan tahun lalu sedangkan jumlah produksi akan meningkat, maka jumlah produksi yang meningkat dapat digunakan untuk menutupi tingkat konsumsi domestik walaupun sedikit. Peningkatan ini akan membuat pemerintah mengurangi impornya terhadap kacang tanah. Keuntungan lainnya adalah dengan hasil produksi yang lebih banyak maka petani akan mendapat keuntungan yang lebih tinggi apabila dibandingkan sebelum penggunaan irigasi.
4.4
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Peubah bebas yang berpengaruh nyata dalam persamaan produktivitas
adalah produktivitas sebelumnya, harga kacang tanah, dan jumlah tenaga kerja. Tiga peubah inilah yang akan mempengaruhi pertimbangan petani sehingga produktivitas naik atau turunnya produktivitas. Elastisitas jangka pendek variabel input dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Elastisitas Jangka Pendek Variabel Input Variabel
Elastisitas Jangka Pendek
Produktivitas Sebelumnya
0,4040
Harga Kacang Tanah
0,0813
Jumlah Tenaga Kerja
0,3280
55
Elastisitas ketiga peubah memiliki nilai positif tetapi nilainya kurang dari satu. Elastisitas kurang dari satu menandakan bahwa elastisitas tersebut bersifat inelastis. Elastisitas yang inelastis menunjukkan bahwa setiap terjadi perubahan pada ketiga variabel tersebut tidak langsung direspon oleh perubahan produktivitas. 4.4.1
Produktivitas Sebelumnya Peningkatan produktivitas sebelumnya ternyata memiliki pengaruh
terhadap produktivitas saat ini. Peningkatan produktivitas sebelumnya sebesar 10 persen maka akan meningkatkan produktivitas saat ini sebesar 4 persen. Probabilitas untuk peubah ini berpengaruh nyata pada taraf 1 persen, menunjukkan
dalam
penelitian
ini
produktivitas
sebelumnya
sangat
mempengaruhi produktivitas saat ini. Apabila terjadi peningkatan pada produktivitas sebelumnya maka jumlah produksi akan ikut meningkat. Peningkatan jumlah produksi pada panen sebelumnya akan menarik petani untuk terus meningkatkan panennya saat ini. Peningkatan produktivitas sebelumnya dalam jangka pendek akan meningkatkan poduktivitas saat ini. Setiap tahunnya dari produktivitas meningkat sekitar 1 persen pertahun (Harsono (2007). Pada gambar 4.2 terlihat bahwa pada beberapa tahun terakhir terus terjadi peningkatan produktivitas.
56
14.00 12.00
Ton/Ha
10.00 8.00 6.00 4.00 2.00
1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
0.00
Tahun Sumber: Departemen Pertanian 2009
Gambar 4.2 Perkembangan Produktivitas 1980-2006 4.4.2
Harga Kacang Tanah Harga kacang tanah berpengaruh nyata pada taraf 5 persen terhadap
produktivitas, menunjukkan bahwa harga kacang tanah cukup mempengaruhi petani untuk meningkatkan produktivitas. Setiap kenaikan 10 persen harga kacang tanah akan meningkatkan produktivitas saat ini sebesar 0,8 persen. Harga kacang tanah menjadi salah satu daya tarik bagi petani untuk meningkatkan produktivitas. Peningkatan harga kacang tanah akan membuat petani untuk melakukan produktivitas lebih tinggi agar dapat memproduksi kacang tanah lebih banyak. Meskipun respon produktivitas terhadap harga bernilai kurang dari satu tetapi dalam persamaan produktivitas harga kacang tanah memiliki probabilitas berpengaruh nyata pada taraf 1 persen. Pada penelitian ini diperoleh bahwa harga kacang tanah sangat mempengaruhi perubahan produktivitas meskipun respon perubahannya tidak terlalu cepat.
57
4.4.3
Jumlah Tenaga Kerja Selain harga kacang tanah, variabel input yang berpengaruh terhadap
produktivitas adalah jumlah tenaga kerja. Kenaikan tenaga kerja sebesar 10 persen akan meningkatkan produktivitas sebesar 3,2 persen. Setiap penambahan tenaga kerja diharapakan akan ikut meningkatkan produktivitas. Semakin tingginya jumlah tenaga kerja yang bekerja pada sektor ini akan meningkatkan produktivitas. Penambahan jumlah tenaga kerja juga dapat diartikan sebagai penambahan jumlah petani yang menanam kacang tanah. semakin banyak petani yang menanam kacang tanah maka produksi kacang tanah akan ikut meningkat. Apabila luas panen diasumsikan konstan maka penambahan jumlah produksi akan meningkatkan produktivitas. Penggunaan tenaga kerja dalam proses produksi antara 138-198 HOK (Hari Orang Kerja). Proses tersebut dibagi meliputi penyiapan lahan (20-30 HOK), aplikasi pupuk (10 HOK), aplikasi pestisida (6-10 HOK), serta panen dan perontokan (32-40 HOK). Pertambahan jumlah tenaga kerja akan membuat HOK yang dibutuhkan berkurang dan dapat membuat pekerjaan menjadi lebih produktif.
4.5
Pendugaan Respon Penawaran Kacang Tanah Elastisitas dari respon areal panen dalam jangka pendek dapat dilihat dari
koefisien pada harga kacang tanah itu sendiri, begitu pula dengan elastisitas produktivitas jangka pendek. Elastisitas penawaran adalah penjumlahan dari respon areal panen dan respon penawaran. Hasil pendugaan elastisitas areal, produktivitas, dan penawaran terhadap harga sendiri dalam jangka pendek dan jangka panjang dapat dilihat pada Tabel 4.5.
58
Tabel 4.5 Pendugaan Respon Penawaran Kacang Tanah Elastititas Areal Panen terhadap Harga Kacang Tanah Elastisitas Jangka Pendek 0,0807
Elastisitas Jangka Panjang 0,165
Elastisitas Produktivitas terhadap Harga Kacang Tanah Elastisitas Jangka Pendek 0,0813
Elastisitas Jangka Panjang 0,1363
Elastisitas Penawaran terhadap Harga Kacang Tanah Elastisitas Jangka Pendek 0,162
Elastisitas Jangka Panjang 0,3013
Elastisitas penawaran kacang tanah dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang bernilai positif ini memiliki arti bahwa nilai elastisitas penawaran terhadap harga kacang tanah memiliki sifat yang inelastis karena nilainya kurang dari satu. Sifat inelastis ini artinya setiap perubahan harga dari kacang tanah tidak direspon secara cepat oleh perubahan dari penawarannya. Elastisitas dari kacang tanah bernilai cukup rendah, karena berdasarkan data yang diperoleh dari Departemen Pertanian harga kacang tanah mempunyai tingkat harga cukup tinggi. Harga kacang tanah yang tinggi seharusnya dapat menjadi daya tarik petani untuk merespon perubahan penawaranya lebih cepat. Salah satu penyebab rendahnya respon areal adalah karena adanya keterbatasan lahan. Sentra produksi dari kacang tanah adalah pulau Jawa, pulau dengan kepadatan tertinggi di Indonesia, sehingga petani sulit untuk melakukan perluasan lahan. Perluasan lahan juga akan sulit dilakukan di pulau Jawa, dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi petani cenderung mengalih fungsikan lahan dari pertanian menjadi lahan nonpertanian. Berdasarkan data yang diperoleh luas panen kacang tanah terus mengalami penurunan, meski penurunan tersebut
59
tidak terlalu tajam tetapi dalam jangka waktu yang lama hal tersebut akan mempengaruhi jumlah produksi dari kacang tanah. Permasalahan pengurangan lahan pertanian ini sudah menjadi fokus permasalahan bagi sebagian masyarakat. Hal ini dikarenakan pemerintah mengeluarkan kebijakan pangan myopic, kebijakan pangan myopic adalah kebijakan pangan yang lahir karena melihat ketahanan pangan melalui sudut pandang yang sempit. Akibat kebijakan ini baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah mengizinkan konversi lahan-lahan yang subur menjadi lahan non-pertanian. Pada tahun 2008 petani yang memiliki lahan kurang dari 0,5 ha meningkat 2,17 persen setiap tahunnya (Irawan, 2008). Kebijakan seperti akan mengakibatkan berkurangnya jumlah petani atau penurunan produktivitas. Lahan yang semakin sempit membuat petani tidak mau menanam kacang tanah, pengurangan lahan tanpa diimbangi peningkatan produktivitas akan membuat jumlah produksi menjadi berkurang. Berkurangnya jumlah produksi apabila berlangsung terus menerus akan membuat petani menjadi rugi. Pada akhirnya nanti pemerintah harus melakukan impor yang lebih besar dari saat ini. Berdasarkan data yang diperoleh dari rata-rata pendapatan pada Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa tingkat pendapatan yang diperoleh oleh petani adalah ketika mereka menanam kacang tanah. Pada tahun 2002 pendapatan petani yang diperoleh ketika menanam kacang tanah hampir 10 kali lipat jika dibandingkan ketika petani menanam kedelai. Analisis ini menunjukkan, kacang tanah merupakan suatu komoditi pertanian yang memiliki nilai ekonomis yang cukup
60
tinggi. Nilai kacang tanah yang cukup tinggi ini seharusnya dapat menjadi daya tarik bagi petani untuk menanam kacang tanah. Tabel 4.6 Rata-rata Pendapatan/ha dalam Usahatani Beberapa Jenis Tanaman Pangan 1969-1994 dan 1999-2002 Jenis Tanaman
Pendapatan (Rp/Ha) 1969197419791984198919991974 1979 1984 1989 1994 2002 14.700 46.000 102.400 186.400 350.400 132.159 34.500 85.900 196.400 360.400 653.100 326.000
Jagung Kedelai Kacang Tanah 35.100 144.700 313.200 470.700 Sumber: BPS (1995), BPS (2004) dalam Kasno 2004
761.800 3.060,00
Alasan lainnya adalah karena kacang tanah hanya sebagai tanaman penyelang dan bukan tanaman utama. Selain itu pemerintah sendiri membagi kebijakan tanaman pangan menjadi dua yaitu kebijakan tanaman pangan untuk prioritas nasional seperti padi. Sedangkan kacang tanah adalah tanaman pangan prioritas kedua. Kekurangan tanaman pangan prioritas kedua adalah kurangnya subsidi dari pemerintah sehingga petani tidak terlalu tertarik untuk menanam kacang tanah meskipun dari hasil analisis usahatani kacang tanah lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan jagung atau kedelai.
2.6
Implikasi Kebijakan Pemerintah harus ikut mengambil bagian dalam perluasan lahan dan juga
peningkatan produktivitas. Masalah perluasan lahan untuk kacang tanah dapat dilakukan diluar pulau Jawa, seperti yang sudah diketahui bahwa sentra produksi kacang tanah berada di pulau Jawa. Masih banyak lahan di luar pulau Jawa yang memiliki potensi yang lebih baik, seperti di Sumatra, NTB, atau Kalimantan.
61
Kebijakan lanjutan dari kebijakan perluasan lahan di luar pulau Jawa adalah pemberian penyuluhan kepada petani setempat mengenai budidaya kacang tanah. pemerintah untuk menyarankan untuk menjadikan kacang tanah sebagai tanaman monokultur bukan hanya sebagai tanaman penyela atau tanaman rotasi saja. Pendapatan petani dari kacang tanah lebih tinggi apabila dibandingkan pendapatan petani dari kedelai atau jagung. Luas panen dapat ditingkat dengan cara meningkatkan irigasi. Akses pengairan yang mudah dapat membuat petani menanam kacang tanah bukan hanya pada musim penghujan tetapi juga pada musim kering. Kacang tanah di Indonesia memang banyak ditanam pada lahan kering, meski begitu bukan berarti kacang tanah adalah tanaman yang tidak memerlukan air. Kacang tanah yang ditanam pada lahan kering memiliki waktu khusus untuk menanamnya yaitu pada saat musim penghujan. Sehingga petani menjadi sangat bergantung pada musim, sedangkan berdasarkan hasil analisi usahataninya kacang tanah memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Kebijakan peningkatan irigasi merupakan kebijakan yang cukup penting karena dengan adanya irigasi petani tidak usah bergantung pada musim dan petani akan lebih banyak menanam kacang tanah sehingga luas panennya akan ikut meingkat. Produktivitas dapat pula dilakukan dengan peningkatan teknologi, dalam hal ini teknologi yang harus ditingkatkan adalah benih. Pemerintah perlu menganggarkan sedikit dana untuk membiaya penelitian mengenai teknologi benih. Umumnya benih yang saat ini digunakan oleh petani bukanlah benih unggul. Benih unggul dapat memiliki daya tumbuh tanaman lebih dari 85 persen
62
(Adisarwanto, 2005). Penggunaan benih unggul memberi jaminan kepada petani bahwa benih yang mereka tanam akan tumbuh dan memberikan hasil polong yang lebih banyak. Peningkatan
produktivitas
dapat
dilakukan
dengan
pemerintah
memberikan akses lebih banyak kepada bank. Meski saat ini sudah banyak bankbank perkreditan yang muncul tetapi masih sedikit petani yang menggunakan fasilitas tersebut. Selain itu pemberian suku bunga pengembalian yang rendah juga salah satu cara untuk menaikkan modal yang dimiliki petani. Rendahnya suku bunga akan membuat petani ingin menggunakan kredit yang ditawarkan oleh bank.
63
V.
5.1
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan faktor-faktor yang
mempengaruhi luas panen kacang tanah adalah luas panen tahun sebelumnya, harga kacang tanah, dan irigasi. Peubah yang tidak berpengaruh nyata pada luas panen kacang tanah adalah harga gabah, harga jagung, harga kedelai, dan harga ubi kayu. Elastisitas jangka pendek untuk luas panen tahun sebelumnya sebesar 0,5110, harga kacang tanah sebesar 0,0867, dan irigasi sebesar 1,2160. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kacang tanah adalah produktivitas tahun sebelumnya, harga kacang tanah, dan jumlah tenaga kerja. Sedangkan peubah yang tidak memiliki pengaruh yang tidak nyata adalah jumlah benih, jumlah penggunaan pestisida, curah hujan, jumlah pupuk, dan suku bunga. Besarnya elastisitas jangka pendek untuk variabel-variabel yang mempengaruhi produktivitas saat ini yaitu produktivitas tahun sebelumnya 0,4040, harga kacang tanah sebesar 0,0812, dan jumlah penggunaan tenaga kerja adalah 0,3280. Elastisitas penawaran terhadap harga kacang tanah dalam jangka pendek adalah penjumlahan dari elastisitas jangka pendek areal panen dan produktivitas. Besarnya elastisitas tersebut 0,1620 sedangkan untuk elastisitas jangka panjangannya juga merupakan penjumlahan dari elastisitas areal dan produktivitas terhadap harga dalam jangka, sehingga didapatkan elastisitas sebesar 0,3013.
64
5.2
Saran Kacang tanah adalah tanaman pangan palawija prioritas daerah. Tanaman
dengan kebijakan seperti itu pada umumnya kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Fokus pemerintah saat ini adalah tanaman pangan prioritas nasional dan kurang memperhatikan tanaman pangan prioritas daerah. Pemerintah daerah sendiri juga kurang tanggap, terlebih untuk masalah pertanian terkadang ada masalah dalam komunikasi. Sehingga sering terjadi lempar tanggung jawab antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Oleh karena itu diharapkan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dapat bekerjasama untuk lebih memperhatikan komoditas pangan prioritas kedua ini. Kurangnya teknologi benih juga menjadi salah satu kendala dari petani kacang tanah. Karena sebagaian besar masyarakat Indonesia saat ini masih menggunakan benih persilangan yang hasilnya kurang baik. Oleh karena itu diharapkan pemerintah mampu meningkatkan penelitian mengenai kacang tanah, terlebih penelitian tentang peningkatan mutu benih kacang tanah. Sehingga pada akhirnya nanti didapat benih yang bagus dan menghasilkan produksi kacang tanah yang bernilai tinggi. Peningkatan irigasi merupakan hal yang penting dalam peningkatan luas panen kacang tanah. adanya peningkatan irigasi diharapakan nantinya petani dapat menamam kacang tanah tidak lagi bergantung apada musim. Petani dapat menanam kapan saja, karena tidak mamiliki masalah mengenai pengairan. Meskipun kacang tanah banyak ditanam dilahan kering tetapi pengairan menjadi faktor yang penting agar kacang tanah dapat berkembang dengan baik.
65
Pemberlakuan kembali subsidi pupuk, meskipun saat ini subsidi pupuk diberikan secara tidak langsung. Pemberian subsidi saat ini tidak diberikan secara langsung oleh pemerintah tetapi diberikan berupa subsidi gas kepada produsen pupuk. Berdasarkan hasil dilapangan dengan adanya subsidi pupuk secara langsung maka dapat menurunkan biaya produksi sehingga petani akan mendapat keuntungan yang lebi besar dari keuntungan petani saat ini. Pemerintah juga harus serius dalam menjalani upaya-upaya peningkatan kacang tanah, baik dari sisi perluasan lahan maupun peningkatan produktivitas. Karena seperti pemerintah pada umunnya baik pusat maupun daerah, pada awalnya memiliki rencana perbaikan yang sangat bagus sekali, konsep-konsep diatas kertas yang sangat menggiurkan tetapi nanti pada akhirnya rencana itu tidak dilaksanakan atau berhenti ditengah jalan karena meneukan suatu kendala. Untuk itu keseriusan pemerintah sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produksi agar kelak kita dapat mengurangi ekspor kacang tanag atau bahkan tidak usah melakukan ekspor lagi. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah diharapkan dapat menggunakan series waktu yang lebih panjang dan juga model persamaan lainnya yang juga menggunakan teori pendekatan pertanian. Cakupan daerah penelitian juga harus dipersempit, sesuai dengan sentra produksi kacang tanah. Penelitian dengan memfokuskan hanya kepada daerah sentra produksi diharapkan dapat lebih mendekati dengan keadaan dilapangan.
66
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. 2005. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah Dan Kering. Penebar Swadaya: Depok. Adnyana, M. O. Penerapan Model Parsial Nerlove Dalam Proyeksi Produksi dan Konsumsi Beras. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Ali, M. dan Abedullah. 1998. “Supply, Demand, and Policy Environment for Pulse in Pakistan”. The Pakistan Development Review, 37:35-52. Ariani, M. “Penawaran dan Permintaan Komoditas Kacang-kacangan dan Umbiumbian di Indonesia”. Jurnal. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Askari, H. dan J. T. Cummings. 1977. “Estimating Agricultural Supply Respon With The Nerlove Model: A Survey”. International Economic Review. Vol 18. No.2. Beggum M.A. dkk. 2002. Supply Respon in Bangladesh: an Aplication of Partial Adjustment Model. Paksitan Journal of Biological Science, 5 (2): 225-229. Bertham, Y. H. 2002. “Potensi Pupuk-pupuk Hayati dalam Peningkatan Produktivitas Kacang Tanah dan Kedelai pada Tanah Seri Kandalimun Bengkulu”. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia, 4: 18-26. Berthan, Harini Y. 2002. “Potensi Pupuk Hayati Dalam Peningkatan Produktivitas Kacang Tanah dan Kedelai Pada Tanah Seri Kandanglimun Bengkulu”. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia. Volume 4, No. 1, 2002, Hlm 18-26. Cendianto, A. 1998. Analisis Respon Penawaran Kacang Tanah di Daerah Sentra Produksi Pulau Jawa [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. 1998. Departemen Keuangan. 2008. “Kebijakan-kebijakan Pemerintah Perlu Dirumuskan Kembali” [Suara Karya]. www.fiskal.depkeu.go.id. [27 Juli 2009]. Departemen Penelitian dan Pengembangan, Pusat Penelitian Tanaman Pangan. Peningkatan 2007. Produksi Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Mendukung Kemandirian Pangan. Departemen Pertanian, Bogor. Departemen Pertanian. “Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Subsidi Pupuk Tahun 2004 dan Prospek Tahun 2006”. Anjak 2005.
67
Departemen Pertanian. Produksi Pangan Indonesia. Firdaus, M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Bumi Aksara, Jakarta. Gujarati, D. 2005. Ekonometrika Dasar. Zain dan Sumarno. Erlangga, Jakarta. Hadi U. P, Dewa K. S. S, Frans B. M. D, Deri H, Nur K. A, dan Mohamad M. 2007. “Analisis Penawaran dan Permintaan Pupuk di Indonesia 20072012”. Seminar Hasil Penelitian. Bogor. 11-12 Desember 2007. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Hemon, F. A. 2008. Teknologi Peningkatan Produksi Tanaman Kacang-kacangan Untuk Agroindustri dan Ketahanan Pangan. Seminar Nasional Pulang Kampung Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Universitas Mataram. 185-190. Irawan, A. 2008. “Analisis Penawaran dan Permintaan Beras di Luas Jawa (Supplly and Demand Analysis of Rice for Off Java)”. Jikun Huang dan Cunlai Chen. 1999. Effects Of Trade Liberalization on Agriculture in China: Commodity Asspects. Working Paper Series. Kartyasa, K. dan Bonar M. S. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pasar Jagung di Indonesia. Koutsoyiannis, A. 1977. Theory of Econometrics: An Introductory Exposition Of Econometric Method. Second Edition. The MacMillan Press Ltd. Kumoro, K. dan Mashur. 2008. “Upaya Peningkatan Kacang Tanah Pelat Melalui Pendekatan Partisipatif”. Makalah Seminar Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian, Universitas Mataram. Kumoro, K., Mashur, dan Sudarto. 2008. “Upaya Peningkatan Produktivitas Kacang Tanah Pelat Melaului Pendekatan Partisipatif”. Seminar Nasional Pulang Kampung Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram, 23-24 Februari 2008. Leaver, R. 2003. “Measuring The Supply Respone Function Of Tabacco In Zimbabwe”. Agrkon. 43: 1. Lipsey, Parvis, Steiner, dan Courant. 1995. Pengantar Mikroekonomi. Bumi Aksara, Jakarta.
68
Nerlove, M. 1958. Didtibuted Lags and Estimation of Long Run Supply and Demand Estimaties The Theoritical Consideration of Farm Economies, 40(2):301-304. Nurung, M. “Analisis Respon Penawaran Hasil Usaha Perkebunan Kopi Rakyat di Propinsi Bengkulu”. Fakultas Pertanian. Universitas Bengkulu. Putong, I. 2003. Pengantar Ekonomi Makro dan Mikro. Gahlia Indonesia, Indonesia. Rahim, Abd dan Hastuti R. D. 2008. Pengantar, Teori, dan Kasus Ekonomika Pertanian. Penebar Swadaya, Jakarta. Shaik, F. M. “Supply Respon Analysis of Pakistani Wheat Growers”. Shoudong Zhou. “The Application and Extension of Jiangsu Agricultural Policy Analysis Model ( JAPA )”. ACIAR China Grain Market Policy Project Paper No. 2. Sudjadi, M. dan Yati S. 2001. “Perbaikan Teknologi Produksi Kacang Tanah di Indonesia”. Buletin AgroBio: 62-68. Suparapto, HS. 2005. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya: Depok. Syahyuti. Kebijakan Lahan Abadi Untuk Pertanian Sulit Dilakukan. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. T.T. Fu, S. M. Fletcher, dan J.E. Epperson. 1986. “Acreage Planting Decision Analysis Of South Carolina Tomatoes: Nerlovian Versus Just Risk Model”. Southern Journal Of Agricultural Economics, 65-71. Tomek, W.G. dan K. L. Robinson. 1977. Agricultural Product Prices. Cornell University Press, Ithaca-London. Undang-undang No. 5 Tahun 1960.Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria. LN 1960/104; TLN NO. 2043. Univesrsitas Mataram. 2008. Prospek Pengembangan Agribisnis Kacang Tanah di NTB Untuk Meningkatkan Ekonomi Daerah. Makalah Seminar Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian, Universitas Mataram. Winarno, W. W. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen: Yogyakarta.
69
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Pendugaan Luas Areal Panen Dependent Variable: LOG(LP) Method: Least Squares Date: 08/15/09 Time: 09:20 Sample: 1971 2006 Included observations: 36 Variable
Coefficient
LOG(LP_1) LOG(RGBH) LOG(RJG) LOG(RKD) LOG(RKT) LOG(RUK) LOG(IRG) C
0.511005 -0.053273 -0.080615 0.013640 0.086747 0.059486 1.216057 -1.031439
Std. Error
t-Statistic
0.045690 11.18429 0.044211 -1.204990 0.056336 -1.430987 0.057088 0.238921 0.044081 1.967889 0.040405 1.472243 0.115083 10.56681 0.568386 -1.814680
Prob. 0.0000 0.2383 0.1635 0.8129 0.0591 0.1521 0.0000 0.0803
70
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.972024 0.965030 0.037858 0.040131 71.30247 138.9781 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
13.24385 0.202447 -3.516804 -3.164911 -3.393984 2.211639
Lampiran 2. Uji Autokorelasi Areal Panen Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
0.385116 1.035791
Prob. F(2,26) Prob. Chi-Square(2)
0.6842 0.5958
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 08/15/09 Time: 09:46 Sample: 1971 2006 Included observations: 36 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LOG(LP_1) LOG(RGBH) LOG(RJG) LOG(RKD) LOG(RKT) LOG(RUK) LOG(IRG) C RESID(-1) RESID(-2)
0.004653 -0.001653 0.000575 0.001010 -0.005660 0.000626 -0.010835 0.033153 -0.097453 0.133803
0.047413 0.049334 0.058602 0.059142 0.045944 0.044079 0.119800 0.583763 0.220697 0.220171
0.098128 -0.033515 0.009818 0.017069 -0.123198 0.014203 -0.090442 0.056793 -0.441568 0.607723
0.9226 0.9735 0.9922 0.9865 0.9029 0.9888 0.9286 0.9551 0.6625 0.5486
R-squared 0.028772 Adjusted R-squared -0.307422 S.E. of regression 0.038718 Sum squared resid 0.038976 Log likelihood 71.82796 F-statistic 0.085581 Prob(F-statistic) 0.999701
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
-6.43E-16 0.033861 -3.434887 -2.995020 -3.281362 2.016709
71
Lampiran 3. Uji Heteroskedastisitas Areal Panen Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
1.071795 7.607685 4.667163
Prob. F(7,28) Prob. Chi-Square(7) Prob. Chi-Square(7)
0.4069 0.3685 0.7005
Std. Error
Prob.
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 08/15/09 Time: 09:47 Sample: 1971 2006 Included observations: 36 Variable
Coefficient
C LOG(LP_1) LOG(RGBH) LOG(RJG) LOG(RKD) LOG(RKT) LOG(RUK) LOG(IRG)
0.007353 0.003380 -0.001268 0.003301 0.000957 -0.002944 0.000350 -0.007928
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.211325 0.014156 0.001599 7.16E-05 185.2309 1.071795 0.406908
t-Statistic
0.024002 0.306343 0.001929 1.751658 0.001867 -0.679071 0.002379 1.387704 0.002411 0.396853 0.001861 -1.581592 0.001706 0.205279 0.004860 -1.631386 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.7616 0.0908 0.5027 0.1762 0.6945 0.1250 0.8388 0.1140 0.001115 0.001610 -9.846161 -9.494268 -9.723341 2.138382
Lampiran 4. Uji Multikoliearitas LOG(LP_ LOG(RG LOG(RJ LOG(RK LOG(RK 1) BH) G) D) T) LOG(LP _1) 1 -0.04746 0.2429 0.2602 0.3858 LOG(RG BH) -0.0474 1 0.6578 0.5260 0.3853 LOG(RJ G) 0.2429 0.6578 1 0.7781 0.7353
LOG(RU LOG(IR K) G) 0.1864
0.6887
0.5953
-0.2474
0.7194
0.0477
72
LOG(RK D) LOG(RK T) LOG(RU K) LOG(IR G)
0.2602
0.5260
0.7781
1
0.7594
0.7016
0.1126
0.3858
0.3853
0.7353
0.7594
1
0.5145
0.1715
0.1864
0.5953
0.7194
0.7016
0.5145
1
0.1008
0.6887
-0.2474
0.0477
0.1126
0.1715
0.1008
1
Lampiran 5. Hasil Pendugaan Produktivitas Dependent Variable: LOG(Y) Method: Least Squares Date: 08/15/09 Time: 13:48 Sample: 1971 2006 Included observations: 36 Variable
Coefficient
LOG(Y_1) LOG(KT) LOG(JBENIH03) LOG(JOBAT02) LOG(JTK02) LOG(CH) LOG(JPUPUK) LOG(SB) C
0.404039 0.081265 0.041101 0.074754 0.328090 0.028837 -0.007167 -0.035545 -0.907387
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.955025 0.941699 0.032794 0.029038 77.12634 71.66600 0.000000
Std. Error
t-Statistic
0.138464 2.918008 0.028451 2.856323 0.089520 0.459129 0.045763 1.633515 0.162035 2.024809 0.041046 0.702542 0.032469 -0.220729 0.035284 -1.007382 0.702416 -1.291809 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Lampiran 6. Uji Heteroskedastisitas Produktivitas
Prob. 0.0070 0.0081 0.6498 0.1140 0.0529 0.4884 0.8270 0.3227 0.2074 2.275145 0.135819 -3.784797 -3.388917 -3.646624 2.142223
73
Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
1.919046 13.04969 9.802521
Prob. F(8,27) Prob. Chi-Square(8) Prob. Chi-Square(8)
0.0983 0.1102 0.2792
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 08/15/09 Time: 13:53 Sample: 1971 2006 Included observations: 36 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LOG(Y_1) LOG(KT) LOG(JBENIH03) LOG(JOBAT02) LOG(JTK02) LOG(CH) LOG(JPUPUK) LOG(SB)
0.011649 0.014261 -0.002716 -0.002354 -0.002304 -0.005432 0.000903 -0.000817 0.001964
0.026031 0.005131 0.001054 0.003318 0.001696 0.006005 0.001521 0.001203 0.001308
0.447497 2.779092 -2.576363 -0.709435 -1.358569 -0.904634 0.593348 -0.678906 1.501970
0.6581 0.0098 0.0158 0.4841 0.1855 0.3737 0.5579 0.5030 0.1447
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.362491 0.173600 0.001215 3.99E-05 195.7549 1.919046 0.098270
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.000807 0.001337 -10.37527 -9.979392 -10.23710 2.112534
Lampiran 7. Uji Autokorelasi Produktivitas Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
1.457014 3.758147
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 08/15/09 Time: 13:53
Prob. F(2,25) Prob. Chi-Square(2)
0.2520 0.1527
74
Sample: 1971 2006 Included observations: 36 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LOG(Y_1) LOG(KT) LOG(JBENIH03) LOG(JOBAT02) LOG(JTK02) LOG(CH) LOG(JPUPUK) LOG(SB) C RESID(-1) RESID(-2)
0.293611 -0.005008 -0.007996 0.019082 -0.246355 -0.012122 -0.035319 0.000743 0.815486 -0.517461 -0.402032
0.219443 0.028146 0.090125 0.046428 0.214995 0.041338 0.038495 0.035724 0.840465 0.321294 0.287575
1.337979 -0.177931 -0.088721 0.410999 -1.145866 -0.293246 -0.917485 0.020803 0.970280 -1.610552 -1.398008
0.1929 0.8602 0.9300 0.6846 0.2627 0.7718 0.3677 0.9836 0.3412 0.1198 0.1744
R-squared 0.104393 Adjusted R-squared -0.253850 S.E. of regression 0.032253 Sum squared resid 0.026007 Log likelihood 79.11091 F-statistic 0.291403 Prob(F-statistic) 0.976919
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
1.50E-16 0.028804 -3.783939 -3.300086 -3.615062 1.925541
Lampiran 8. Uji Multikolinearitas Produktivitas LOG(Y_1 LOG(JBE LOG(JOB LOG(JTK LOG(JPU ) LOG(KT) NIH03) AT02) 02) LOG(CH) PUK) LOG(SB) LOG(Y_ 1)
1
0.43314
0.7330
0.8865
0.9421
0.1301
0.87592
0.5327
0.4331
1
0.2223
0.24900
0.3889
0.3277
0.3697
0.1813
0.7330
0.2223
1
0.7068
0.7237
0.1367
0.7318
0.4403
0.8865
0.2490
0.7068
1
0.9196
0.0513
0.9102
0.7038
0.9421
0.3889
0.7237
0.91962
1
0.0559
0.86790
0.5775
0.1301
0.3277
0.1367
0.0513
0.0559
1
0.0725
0.0996
0.8759
0.3697
0.7318
0.9102
0.86790
0.0725
1
0.7012
LOG(SB) 0.5327
0.1813
0.4403
0.7038
0.5775
0.0996
0.7012
1
LOG(KT) LOG(JBE NIH03) LOG(JO BAT02) LOG(JT K02) LOG(CH ) LOG(JPU PUK)