ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT PENGUSAHA KECIL PADA PROGRAM KEMITRAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (Studi Kasus: PT. Telkom Divre II Jakarta)
OLEH MUKTI ASIH H14103026
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
RINGKASAN
MUKTI ASIH, Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Pengusaha Kecil pada Program Kemitraan Corporate Social Responsibility (Studi Kasus: PT. Telkom Divre II Jakarta) (dibimbing oleh HENNY REINHARDT).
PT. Telkom Divisi Regional (Divre) II Jakarta merupakan salah satu BUMN yang melaksanakan program Corporate Social Responsibility (CSR). Salah satu program CSR yang dilakukan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta yaitu program kemitraan. Program kemitraan yang dilakukan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta adalah dengan memberikan kredit dana bergulir kepada pengusaha kecil. Hal ini dilakukan dalam rangka membantu permodalan bagi pengusaha kecil yang memerlukan modal. Diharapkan dengan adanya kredit dana bergulir, kredit tersebut dapat berputar dan dapat membantu pengusaha kecil lainnya yang memerlukan modal. Untuk itu, pengembalian kredit perlu diperhatikan. Namum, layaknya Bank dan lembaga keuangan lainnya yang memberikan kredit kepada pengusaha kecil, PT. Telkom Divre II Jakarta juga memiliki masalah dalam pengembalian kredit. Hal ini dapat dilihat dari jumlah tunggakan yang terdapat pada program kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta triwulan satu 2006 sebesar 21,45 persen. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Telkom Community Development Center (CDC) Divre II Jakarta, publikasi Badan Pusat Statistik (BPS), internet, buku, dan literatur lainnya yang relevan dengan penelitian ini. Unit analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah 66 pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan pada program kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta yang berada pada Datel Bogor. Pemilihan sampel tersebut dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan menggunakan metode acak sederhana. Data yang diperoleh diolah dengan Software SPSS 13 dan Eviews 4.1. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan statistik. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui karakteristik pengusaha dan usaha yang menjadi mitra binaan PT. Telkom Divre II Jakarta dengan pengembalian kredit, analisis ini dilakukan dengan menggunakan metode tabulasi silang (crosstabulations). Sedangkan analisis statistik dilakukan untuk menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit pengusaha kecil pada program kemitraan CSR PT. Telkom Divre II Jakarta, analisis ini dilakukan dengan menggunakan model Binary (Probit). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa pada program kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta pada tahun 2002 sampai dengan triwulan satu 2006 telah menyalurkan kredit dana bergulir sebesar 33,633 milyar rupiah, dana tersebut disalurkan kepada 2.239 pengusaha kecil. Dari 66 pengusaha kecil yang diambil untuk dijadikan sampel, karakteristik pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan PT. Telkom Divre II Jakarta pada Daerah Telekomunikasi (Datel) Bogor paling banyak berusia 42-47 tahun, berpendidikan akhir SMA, memiliki jumlah
tanggungan keluarga sebanyak tiga orang, memiliki penghasilan bersih usaha 2-10 juta per bulan, dan memiliki pengalaman usaha selama dua tahun. Faktor yang berpengaruh nyata dalam pengembalian kredit pada program kemitraan CSR PT. Telkom Divre II Jakarta adalah jumlah pinjaman, tingkat suku bunga, penghasilan bersih, dummy bencana (force major), dan dummy penghasilan lain di luar usaha. Saran yang diajukan kepada PT. Telkom Divre II Jakarta untuk lebih meningkatkan kemampuan mitra binaan dalam mengembalikan kredit yaitu dengan memberikan kredit pinjaman dengan tingkat suku bunga yang kecil. Selain itu, pihak PT. Telkom Divre II Jakarta sebaiknya memantau penghasilan bersih usaha melalui laporan keuangan yang dilaporkan setiap tiga bulan sekali.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT PENGUSAHA KECIL PADA PROGRAM KEMITRAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (Studi Kasus: PT. Telkom Divre II Jakarta)
Oleh MUKTI ASIH H14103026
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi penelitian yang disusun oleh, Nama Mahasiswa
: Mukti Asih
Nomor Registrasi Pokok
: H14103026
Program Studi
: Ilmu Ekonomi
Judul
: Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Pengusaha Kecil pada Program Kemitraan Corporate Social Responsibility (Studi Kasus: PT.Telkom Divre II Jakarta)
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Henny Reinhardt, S.P., M.Sc. NIP. 132 321 419
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2007
Mukti Asih H14103026
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Pengusaha Kecil pada Program Kemitraan Corporate Social Responsibility (Studi Kasus: PT. Telkom Divre II Jakarta)”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini dengan rasa tulus dan hormat penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak, Ibu dan Kakak-kakak tercinta serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya, Henny Reinhardt, S.P., M. Sc. selaku dosen pembimbing atas segala bantuan dan bimbingannya, Dr. Sri Mulatsih selaku dosen penguji dan Fifi Diana Tamrin, M. Si. selaku komisi pendidikan atas segala saran dan masukannya, seluruh staff Telkom CDC Divre II Jakarta atas bantuan dan masukan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, Desy, Oppie, Dp, Prima, Tanti, dan Ponytailers (Yuliz, Santy, M’Ayu, M’Intan, Po2n, Pu2t, Ana, dan Uut), dan Feri yang senantiasa membantu, menghibur dan memberikan motivasi kepada penulis sampai dengan skripsi ini dapat terselesaikan, Rekan-rekan departemen Ilmu Ekonomi angkatan 40, Tyas, Nadia, Mega, Aci, Depi, Deson, yang senantiasa membantu penulis dalam bertukar pikiran selama proses pengerjaan skripsi sampai dengan skripsi ini selesai. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang semata- mata ditujukan untuk memperbaiki berbagai kelemahan yang ada sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2007
Mukti Asih H14103026
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Mukti Asih, lahir pada tanggal 10 Januari 1985 di Bekasi, Jawa Barat. Penulis merupakan anak kelima dari pasangan T. Pramono dan Parti. Jenjang pendidikan penulis dimulai dari Sekolah Dasar Negeri Jatiwaringin II Bekasi. Lulus dari SD penulis melanjutkan ke tingkat SLTP di SLTPN 6 Bekasi pada tahun 1997. Pada tahun 2000 penulis berhasil diterima di SMUN 5 Bekasi dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor menjadi tempat untuk menggali ilmu dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh penulis. Penulis berhasil masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Departemen ini kemudian berganti nama menjadi Departemen Ilmu Ekonomi pada tahun 2004. Penulis menjalani masa perkuliahan dengan bergabung dalam beberapa organisasi diantaranya: HIPOTESA dan Rohis Ekbang Angkatan 40.
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI.................................................................................................. ix DAFTAR TABEL.......................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii I. PENDAHULUAN ...................................................................................
1
1.1. Latar Belakang ................................................................................
1
1.2. Perumusan Masalah.........................................................................
3
1.3. Tujuan Penelitian.............................................................................
5
1.4. Manfaat Penelitian...........................................................................
6
1.5. Ruang Lingkup ................................................................................
6
II. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................
7
2.1. Corporate Social Responsibility (CSR) ..........................................
7
2.2. Manfaat Kredit Bagi Usaha Kcil dan Menengah (UKM) ...............
12
2.3. Usaha Kecil dan Menengah.............................................................
13
2.4. Penelitian Terdahulu .......................................................................
14
2.5. Kerangka Pemikiran........................................................................
18
III. METODE PENELITIAN .........................................................................
22
3.1. Jenis dan Sumber Data ....................................................................
22
3.2. Metode Penelitian............................................................................
22
3.2.1. Analisis Deskriptif...............................................................
22
3.2.2. Analisis Statistika ................................................................
23
3.3. Deskripsi Variabel dan Pengukurannya ..........................................
25
3.3.1. Tingkat Pengembalian Kredit ..............................................
25
3.3.2. Jumlah Pinjaman.................................................................
26
3.3.3. Tingkat Suku Bunga............................................................
26
3.3.4. Penghasilan Bersih Usaha ...................................................
27
3.3.5. Pengalaman Usaha ..............................................................
27
3.3.6. Usia ......................................................................................
28
3.3.7. Jumlah Tnggungan Keuangan.............................................
28
3.3.8. Tingkat Pendidikan .............................................................
28
3.3.9. Bencana (Force Major) .......................................................
29
3.3.10. Penhasilan Lain di Luar Usaha ............................................
29
IV. GAMBARAN UMUM.............................................................................
31
4.1. Sejarah Singkat Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. ......................................................
31
4.2. Struktur Organisasi Telkom Community Development Center (CDC) Divre II Jakarta .................................................................... 32 4.3. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT. Telkom Divre II Jakarta...........................................................
33
4.3.1 Program Kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta................
35
4.3.1.1. Proses Penyaluran Kredit Dana Berguli pada Program Kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta.....................................................................
39
4.3.1.2. Pengembalian Kredit ..............................................
41
Program Bina Lingkungan PT. Telkom Divre II Jakarta..................................................................................
43
4.3.2
V. HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................
45
5.1. Analisis Karakteristik Pengusaha dan Usaha Mitra Binaan.. 45 5.1.1. Usia ..........................................................................
46
5.1.2. Tingkat Pendidikan....................................................
48
5.1.3. Jumlah Tanggungan Keluaga ......................................
49
5.1.4. Penghasilan Bersih Usaha ..........................................
49
5.1.5. Pengalaman Usaha ....................................................
51
5.2. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit.................................................................................. 52 IV. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................
56
6.1. Kesimpulan.......................................................................................
56
6.2. Saran................................................................................................
57
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
58
LAMPIRAN....................................................................................................
61
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
4.1. Jumlah Pinjaman Program Kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta ...37 4.2. Jumlah Mitra Binaan Program Kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta.....................................................................................................38 4.3. Jumlah Pinjaman dan Tingkat Suku Bunga yang Diberikan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta pada Program Kemitraan.........................38 4.4. Dana Program Bina Lingkungan yang Disalurkan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta ......................................................................................43 5.1. Analisis Crosstabulation Usia dan Pengembalian Kredit ....................48 5.2. Analisis Crosstabulation Tingkat Pendidikan dan Pengembalian Jakarta..................................................................................................... 49 5.3. Analisis Crosstabulation Jumlah Tanggungan Keluarga dan Pengembalian Kredit .............................................................................. 49 5.4. Analisis Crosstabulation Penghasilan Bersih Usaha dan Pengembalian Kredit ..............................................................................49 5.5. Analisis Crosstabulation Pengalaman Usaha dan Pengembalian Kredit......................................................................................................52 5.6. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kredit Pengusaha Kecil pada Program Kemitraan Corporate Social Responsibility (CSR).............................................................................53
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Data Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Pengusaha Kecil pada Program Kemitraan CSR (Corporate Social Responsibility) PT.Telkom Divre II Jakarta..............................61
2.
Hasil Case Prosesing Summary Karakteristik Pengusaha dan Usaha Mitra Binaan.........................................................................................63
3.
Hasil Analisis Binary (Probit)...................................................... ......66
4.
Proses Penyaluran Kredit Dana Bergulir Pada Program Kemitraan PT.Telkom Divre II Jakarta..............................................65
5.
Kontribusi Usaha Kecil, Menengah, dan Besar terhadap PDB Tahun 2003-2006 (dalam persentase)................................................ 66
6.
Jumlah Unit Usaha dan Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Skala Usaha Tahun 2005-2006..............................................................................67
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................................. 18 4.1. Struktur Organisasi Telkom Community Development Center (CDC) Divre II Jakarta ...................................................................................... 32 5.1. Usia Mitra Binaan Datel Bogor PT.Telkom Divre II Jakarta ................ 47 5.2. Penghasilan Bersih Usaha Mitra Binaan Datel Bogor PT. Telkom Divre II Jakarta ...................................................................................... 50
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia kelompok pelaku ekonomi terbesar
merupakan ekonomi rakyat kecil. Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu bentuk pelaku ekonomi rakyat kecil. Perekonomian rakyat kecil diartikan sebagai pelaku ekonomi dengan pemilikan aset yang sedikit, skala usaha kecil dan tingkat pendidikan yang masih rendah, sehingga kurang memiliki akses dalam kegiatan ekonomi yang sedang berkembang. Keadaan ekonomi dan pemilikan aset yang terbatas ini menyebabkan sulitnya memperoleh akses terhadap sumberdaya modal sehingga tidak dapat berusaha pada bidang yang sesuai dan menguntungkan apalagi dalam keadaan pasar yang semakin kompetitif. Berdasarkan rantai ekonomi, modal akan menghasilkan pendapatan. Apabila pemilikan modal serta ketrampilan rendah, maka mengakibatkan rendahnya tingkat produktifitas, yang pada gilirannya menghasilkan tingkat pendapatan dan investasi yang rendah pula (Kasryno dan Colter, 1986). Sedangkan menurut Mubyarto dan Soetrisno (1986), permodalan adalah salah satu unsur essensial dalam mendukung peningkatan produksi dan taraf hidup masyarakat. Padahal sampai saat ini modal masih merupakan masalah yang dihadapi pengusaha kecil dalam mengembangkan usahanya. Terkait dengan hal ini, kredit merupakan alat bantu untuk menciptakan modal, sementara perolehan kredit yang dapat membantu mengatasi kekurangan modal masih sulit diperoleh. Kesulitan ini disebabkan oleh prosedur dan persyaratan administrasi seperti
keharusan adanya agunan berupa aktiva tetap (tanah,bangunan). Kelayakan usaha (laporan keuangan usaha, tingkat bunga yang tinggi, dan sebagainya). Kemampuan pengusaha kecil untuk menyediakan agunan yang memadai serta perencanaan usaha berikut analisis kelayakan usaha sangat rendah. Dalam rangka pembinaan dan pengembangan sektor UKM pemerintah Indonesia sebenarnya telah memberikan kemudahan kepada pengusaha kecil dalam rangka memperoleh bantuan kredit, salah satunya adalah kebijaksanaan yang mengharuskan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan menyisihkan keuntungannya untuk membantu permodalan bagi usaha kecil dan koperasi melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan. CSR adalah tanggung jawab moral suatu organisasi bisnis terhadap kelompok yang menjadi stakeholder-nya yang terkena pengaruh baik langsung maupun tidak langsung dari operasi perusahaan (Nursahid, 2006). Dukungan BUMN terhadap sektor usaha kecil terdapat pada Keputusan Menteri
BUMN
yaitu
Kep-236/MBU/2003.
Dalam
Kep-236/MBU/2003
penyelenggaraan derma sosial BUMN dilakukan melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Program Kemitraan merupakan praktik derma sosial BUMN yang memberi dukungan terhadap usaha kecil dan koperasi. Hal ini dilakukan dalam rangka menjadikan usaha kecil sebagai tulang punggung ekonomi pasca krisis. Krisis ekonomi telah menyebabkan terpuruknya perekonomian nasional khususnya usaha- usaha berskala besar. Namun, pada kondisi tersebut sektor usaha kecil mampu bertahan dan tetap eksis dalam menghadapi masa krisis. Sektor ini,
memberikan kontribusi yang cukup signifikan pada pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), 2006, kontribusi usaha kecil terhadap PDB rata-rata mencapai 38,80 persen. Pada tahun 2005, jumlah usaha kecil sebesar 47 juta unit atau 99,78 persen dari keseluruhan unit usaha ekonomi yang ada, dengan penyerapan tenaga kerja 78,99 juta atau sekitar 91,38 persen dari seluruh tenaga kerja. Sedangkan hingga tahun 2006 jumlah tersebut meningkat sebesar 3,86 persen menjadi 48,82 juta unit usaha, dengan penyerapan tenaga kerja 80,99 juta atau sekitar 91,20 persen dari seluruh tenaga kerja. Ekonomi rakyat umumnya berbasis pada sumberdaya ekonomi lokal dan tidak tergantung pada impor. Hasil produksinya yang unik merupakan aset produk lokal yang dapat di ekspor. Hal ini tentu akan memberikan kontribusi yang positif bagi peningkatan PDB. Perekonomian Indonesia akan memiliki fundamental yang kuat jika ekonomi rakyat telah menjadi pelaku utama yang produktif dan berdaya saing dalam perekonomian nasional. Pemberdayaan usaha kecil dan koperasi merupakan pembangunan ekonomi rakyat yang harus menjadi prioritas utama dalam pembangunan ekonomi jangka panjang. Dengan demikian, pembangunan ekonomi rakyat diyakini dapat memperkuat fondasi perekonomian nasional.
1.2.
Perumusan Masalah PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkom) merupakan salah satu
BUMN yang menjalankan program CSR. Program CSR yang dijalankan Telkom antara lain pemberian dana bergulir kepada usaha kecil, dan juga bantuan yang
bersifat hibah (Charity). Program CSR yang dijalankan oleh Telkom didasari oleh Keputusan Menteri BUMN Kep-236/MBU/2003. Dimana dalam rangka mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi kerakyatan serta terciptanya pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja, kesempatan berusaha dan
pemberdayaan
memberdayakan
dan
masyarakat,
diperlukan
mengembangkan
kondisi
partisipasi ekonomi,
BUMN
untuk
kondisi
sosial
masyarakat dan sekitarnya melalui program kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan program bina lingkungan. Keberhasilan Telkom dalam melaksanakan program CSR dapat dilihat dari penganugrahan berupa penghargaan CSR Award 2005 sebagai terbaik kedua untuk Bidang Usaha Jasa (service), yang diselenggarakan oleh Majalah SWA, PT. Surindo Utomo, Markplus & Co dan Corporate Form for Community Development (CFCD). Penganugrahan yang didapat oleh Telkom dalam menjalankan program CSR ini dikarenakan hingga triwulan III tahun 2005, Telkom telah menyalurkan dana kepada 21.793 Mitra Binaan di seluruh Indonesia dengan total anggaran sebesar Rp 298,05 milyar. Selama triwulan tiga tahun 2005 Community Development Center (CDC) menyalurkan Rp 83,65 miliar untuk program kemitraan dan Rp 15,01 miliar untuk program bina lingkungan. Program kemitraan merupakan salah satu bentuk pelaksanaan good corporate citizenship meliputi kemitraan bidang jasa (32,34%), perikanan (3,83%), peternakan (4,19%), pertanian (2,28%), perdagangan (35,01%), industri (18,93%), dan lain- lain (3%) (PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk., 2005)
Keberhasilan Telkom dalam menyalurkan dana kepada pengusaha kecil melalui program kemitraan, tidak akan berarti apabila kelancaran pengembalian kredit tidak diperhatikan. PT. Telkom Divre II Jakarta merupakan cabang dari PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. yang melaksanakan program kemitraan berupa pemberian kredit dana bergulir kepada pengusaha kecil. Layaknya Bank dan lembaga keuangan lainnya yang memberikan pinjaman berupa kredit kepada pengusaha kecil, PT. Telkom Divre II Jakarta juga memiliki masalah dalam pengembalian kredit. Hal ini dapat dilihat dari jumlah tunggakan yang terdapat pada program kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta yaitu sebesar 21,45 persen dari total pinjaman yang disalurkan. Berdasarkan penjelasan di atas maka permasalahan yang akan dibahas oleh penulis dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana karakteristik pengusaha dan usaha pada pengusaha kecil yang menjadi Mitra Binaan PT. Telkom Divre II Jakarta? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit pada program kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta?
1.3.
Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mempelajari peranan PT. Telkom Divre II Jakarta sebagai BUMN yang membantu pemerintah di bidang ekonomi dengan memberikan kredit kepada pengusaha kecil melalui program kemitraan. 2. Mengetahui karakteristik pengusaha dan usaha pada pengusaha kecil yang menjadi Mitra Binaan PT. Telkom Divre II Jakarta.
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit pada program kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta. 1.4.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Telkom
khususnya pada PT. Telkom Divre II Jakarta sebagai masukan dalam penyusunan kebijakan penge mbangan program kemitraan ya ng merupakan salah satu program CSR Telkom, yang diberikan kepada pengusaha kecil. Selain itu penulis mengharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan penelitian selanjutnya, serta memberi manfaat berupa informasi dan masukan yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
1.5.
Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah pengusaha kecil yang
menjadi mitra binaan pada Daerah Telekomunikasi (Datel) Bogor yang merupakan salah satu Datel pada PT. Telkom Divre II Jakarta. Pemililhan Datel Bogor ini didasarkan pada masukan yang diperoleh oleh pegawai program kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta. Selain itu, pemilihan Datel Bogor ini didasarkan karena pada tahun 2005 Datel Bogor memiliki jumlah mitra binaan yang lebih besar dibandingkan dengan Datel lainnya yang berada pada PT. Telkom Divre II Jakarta. Sehingga, diharapkan pemilihan Datel Bogor ini dapat mewakili PT. Telkom Divre II Jakarta.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Corporate Social Responsibility (CSR) Corporate Social Responsibility (CSR) adalah tanggung jawab moral suatu
organisasi bisnis terhadap kelompok yang menjadi stakeholder-nya yang terkena pengaruh baik langsung maupun tidak langsung dari operasi perusahaan (Nursahid, 2006). Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) in fox, et. al, 2002 dalam Nursahid, 2006, CSR adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan, dan masyarakat setempat (lokal) dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Sedangkan menurut Robbins dan Coulter (2004) tanggung jawab sosial perusahaan adalah kewajiban perusahaan bisnis yang dituntut oleh hukum dan pertimbangan ekonomi, untuk mengejar berbagai sasaran jangka panjang yang baik bagi masyarakat. Menurut Idris (2005), program CSR di Indonesia sekarang ini tidak hanya dijalankan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tetapi juga beberapa perusahaan-perusahaan swasta lainnya. Sebagai institusi bisnis yang dapat menghasilkan laba diharapkan baik perusahaan negara maupun swasta dapat berfungsi sebagai instrumen pembangunan nasional, dengan melaksanakan program CSR yang dapat mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi kerakyatan serta terciptanya pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja, kesempatan berusaha dan pemberdayaan masyarakat. Dalam
prinsip CSR, penekanan yang signifikan diberikan pada kepentingan stakeholder perusahaan. Stakeholder perusahaan adalah seluruh pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan, termasuk didalamnya adalah karyawan, konsumen, pemasok, masyarakat, lingkungan sekitar, dan pemerintah sebagai regulator. Perusahaan diharuskan memperhatikan kepentingan stakeholder perusahaan dalam menciptakan nilai tambah (value added) dari produk dan jasa bagi stakeholder perusahaan, dan memelihara kesinambungan nilai tambah yang diciptakannya. Menurut Idris (2005), CSR yang dijalankan oleh suatu perusahaan seharusnya tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang hanya direfleksikan dalam kondisi keuangan atau finansialnya saja, melainkan tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom line, yaitu selain finansial juga sosial dan lingkungan, karena kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin apabila, perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Untuk itu program CSR yang dijalankan oleh perusahaan terdiri dari tujuh pilar, yaitu: 1. Pendidikan (education) adalah kegiatan yang bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan baik skill, knowledge dan attitude bagi stakeholder. 2. Kesehatan (health) adalah kegiatan yang bertujuan meningkatkan kualitas kesehatan stakeholder.
3. Kebudayaan dan keadaban (culture of civility) adalah kegiatan kepedulian untuk melestarikan dan membina budaya, seni, olah raga, agama, dan kegiatan kemasyarakatan
lainnya
dalam
upaya
mendukung
perusahaan
mengimplementasikan nilai- nilai Good Corporate Citizenship. 4. Kemitraan (partnership) adalah kegiatan yang mempererat jalinan kemitraan dengan pihak ketiga baik di bidang produk maupun lainnya yang related maupun non-related dengan core bisnis perusahaan dan bertujuan untuk memberikan manfaat bagi semua pihak. 5. Layanan
umum (public
service
obligation) adalah
kegiatan
untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang sarana dan prasarana umum. 6. Lingkungan (environment) adalah kepedulian untuk meningkatkan kualitas lingkungan internal maupun eksternal perusahaan agar terjadi hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan lingkungannya. 7. Bantuan kemanusiaan dan bencana alam (disaster and rescue) adalah kegiatan untuk memberikan bantuan didalam penanggulangan bencana alam dan bencana kemanusiaan. Namun demikian tidak semua perusahaan menyadari bahwa program CSR ini memiliki dampak positif terhadap perusahaan. Hal ini terlihat setelah disahkannya Undang-undang Perseroan Terbatas (UU PT) pasal 74 ayat 1 sampai dengan 4 yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Jumat 20 Juli 2007. Adapun isi UU PT pasal 74 ayat 1 sampai dengan 4 menyatakan bahwa:
• Pasal 74 ayat 1 menyatakan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan CSR. • Pasal 74 ayat 2 berbunyi, tanggung jawab sosial dan lingkungan itu merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai
biaya
perseroan
yang
pelaksanaannya dilakukan dengan
memperhatikan kepatutan dan kewajaran. • Pasal 74 ayat 3 menggariskan bahwa perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana pasal 1 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. • Pasal 74 ayat 4 menyatakan ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah. Kompas, 2007, menyatakan bahwa UU PT Pasal 74 ayat 1 sampai dengan 4 memiliki multitafsir dan berpotensi tumpang tindih dengan aturan pada tingkat dibawahnya. Misalnya, peraturan tentang lingkungan hidup mengharuskan limbah dari kegiatan produksi dikelola oleh perusahaan sesuai dengan standar yang dimasukkan oleh pemerintah, belum jelas apakah masuk dalam bentuk CSR yang juga dimasukkan dalam UU PT atau ada bentuk lain. Multitafsir CSR dalam UU PT ini terjadi karena dalam UU PT ini tidak mendefinisikan CSR secara jelas, belum ada kesamaan persepsi mengenai CSR dikalangan pelaku usaha, pemerintah, dan DPR. Apalagi pengaturan CSR dalam UU PT disahkan oleh DPR tanpa proses partisipatif pelaku usaha. Untuk itu pemerintah dan pelaku
usaha perlu mengupayakan komunikasi lebih baik untuk menjembatani kesenjangan persepsi tentang CSR. Ketentuan lebih lanjut akan CSR ini juga akan diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP), pengusaha di Indonesia mengharapkan PP yang mengatur CSR tidak membuat aturan yang menetapkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan perseroan untuk membiayai pelaksanaan CSR, karena hal tersebut sama saja dengan pajak tambahan. Selain itu, pengusaha Indonesia juga mengharapkan dengan ditetapkannya CSR dalam UU PT yang lebih lanjut akan diatur dalam PP, tidak akan merugikan iklim investasi Indonesia. Kewajiban untuk melakukan CSR dalam UU PT sebaiknya diimbangi dengan insentif berupa pengurangan pajak, karena tanpa insentif suatu perusahaan bisa menempuh berbagai cara agar kewajiban tersebut tidak dilaksanakan. Sebaliknya jika ada insentif sebagai imbalan, CSR akan dilaksanakan dengan baik dan benar (Kompas, 2007). Terlalu dini pengaturan CSR dimasukkan dalam UU PT, karena dengan dibuatnya aturan tersebut hanya akan menimbulkan formalitas dalam penerapan CSR dan hasilnya tidak maksimal. Praktik CSR seharusnya menjadi sikap moral dari suatu perusahaan untuk membantu perbaikan-perbaikan sosial, dimana sikap moral itu harus dilandasi pemahaman bahwa berbuat etis merupakan hal yang strategis dalam keberlangsungan hidup suatu perusahaan. Untuk itu, kewajiban untuk melakukan CSR dalam UU PT sebaiknya diimbangi dengan insentif berupa pengurangan pajak, karena tanpa insentif suatu perusahaan bisa menempuh berbagai cara agar kewajiban tersebut tidak dilaksanakan. Sebaliknya jika ada
insentif sebagai imbalan, CSR tentunya akan dilaksanakan dengan baik dan benar (Kompas, 2007).
2.2.
Manfaat Kredit Bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Modal merupakan masalah utama yang dihadapi oleh pengusaha kecil
dalam mengembangkan usahanya. Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang serta produksi lain yang menghasilkan barang dan jasa. Modal bisa berasal dari sumber sendiri dan sumber luar. Modal yang berasal dari sumber luar, biasa disebut kredit yang bisa berupa uang dan bahan baku maupun input produksi. Kredit tidak sama dengan modal, melainkan alat untuk menciptakan modal (Soehoed, 1987). Kredit berasal dari bahasa latin “Credere” yang berarti kepercayaan. Oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Dengan demikian seorang yang memperoleh kredit pada dasarnya adalah memperoleh kepercayaan atau dengan kata lain orang yang mendapat bantuan kredit adalah mereka yang telah mendapat kepercayaan untuk membayar lunas pinjamannya dalam jangka waktu tertentu (Suyatno, et al 1999). Dalam transaksi kredit terdapat unsur- unsur kredit yaitu: a
Kepercayaan, suatu keyakinan dari pemberi kredit baik berupa uang, barang atau jasa yang diberikan dan akan benar-benar diterima kecuali di masa yang akan datang.
b
Waktu, yaitu masa yang membatasi antara saat pemberian kredit prestasi dan pengembaliannya akan diterima pada waktu tertentu.
c
Prestasi atau objek kredit tidak hanya dalam bentuk uang, tetapi juga dalam bentuk barang dan jasa.
d
Tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima di kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan akan semakin besar resikonya karena adanya ketidakpastian di masa yang akan datang. Kuntjoro (1983), kredit mempunyai peranan yang sangat penting dalam
memacu perkembangan usaha terutama dalam pembentukan modal (capital formation). Kredit juga sangat penting untuk meningkatkan likuiditas usaha walaupun dapat menimbulkan resiko apabila usaha tersebut gagal memberikan penerimaan yang lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkan.
2.3.
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Menurut Rudjito (2003) Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia
yang memiliki peranan yang penting dalam perekonomian Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah usaha maupun dari segi penciptaan lapangan kerja. Definisi UKM yang diberikan oleh beberapa lembaga, yaitu: 1. UU No. 9 Tahun 1995. Usaha kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan atau yang memiliki omzet paling banyak Rp. 1 milyar per tahun dan milik Warga Negara Indonesia.
2. Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 1999. Usaha menengah adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp. 200 juta sampai dengan paling banyak Rp. 10 milyar, tidak termasuk tanah dan bangunan, milik Warga Negara Indonesia, bukan merupakan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berfaliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar, berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, dan atau badan usaha yang berbadan hukum. 3. Surat Edaran Bank Indonesia kepada semua Bank Umum di Indonesia No.3/9/BKr, Tanggal 17 Mei 2007 Usaha kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan, memiliki omzet paling banyak Rp. 1 milyar per tahun, milik Warga Negara Indonesia, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berfaliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar, berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, dan atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
2.4.
Penelitian terdahulu Sebagaimana sudah dikemukakan, bahwa masalah yang dihadapi oleh
Bank dan Lembaga Keuangan lainnya adalah dalam hal pengembalian kredit yang dipinjamkan pada pengusaha kecil sebagai modal dalam menjalankan usahanya. Penelitian Kuntjoro (1983), mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi pembayaran kembali kredit Bimas Padi dengan melakukan studi kasus di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengembalian
kredit diklasifikasikan menjadi empat faktor yaitu faktor pribadi petani yang meliputi umur, pendidikan, jumlah jiwa dalam keluarga dan pengalaman berusahatani; faktor situasi penunjang yang meliputi tagihan langsung dan status garapan; faktor situasi ekonomi yang meliputi luas sawah garapan; faktor kondisi finansial seperti besarnya rasio pinjaman dengan penerimaan, rasio penerimaan dengan pengeluaran. Kesimpulan yang diperoleh adalah faktor-faktor yang berpengaruh positif pada pengembalian kredit terdiri dari lama petani mengikuti program Bimas, adanya tagihan aktif dari petugas kredit, adanya tambahan penerimaan petani serta adanya status bagi hasil. Sedangkan faktor- faktor yang berpengaruh negatif adalah tingginya pengeluaran konsumsi keluarga dan makin besarnya jumlah kredit Bimas yang diperoleh. Penelitian
Prasetyo
(1996),
mengidentifikasi
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pengembalian kredit pada usaha kecil dengan melakukan studi kasus
pada
nasabah
BPR
Batuceper,
Tangerang.
Faktor- faktor
yang
mempengaruhi pengembalian kredit dalam studinya yaitu, penghasilan bersih, pengalaman usaha, frekuensi pembinaan, agunan, suku bunga, umur, pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga. Dari hasil studinya kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa hampir semua variabel yang mempengaruhi pengembalian kredit berpengaruh positif terhadap pengembalian kredit, kecuali variabel jumlah tanggungan keluarga. Dalam studi Renggani (1998), mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit dengan melakukan studi kasus pada BMT Ulil Albaab, Bogor.
Faktor- faktor yang mempengaruhi penge mbalian kredit
dalam studinya yaitu jumlah pinjaman, jumlah selisih pendapatan dan pengeluaran keluarga, biaya transportasi, borrowing cost, tingkat pendidikan formal, intensitas hubungan dengan pengurus, jangka waktu pengembalian kredit, dan juga variabel dummy berupa penggunaan kredit. Berdasarkan nilai koefisien regresi yang diperoleh diketahui bahwa variabel yang berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian kredit adalah jumlah selisih pendapatan dan pengeluaran keluarga, borrowing cost, tingkat pendidikan dan jenis penggunaan kredit. Sedangkan variabel yang berpengaruh negatif adalah jumlah pinjaman, biaya transportasi, intensitas hubungan dengan pengurus, serta jangka waktu pengembalian kredit. Dalam penelitian Hidayati (2003), menganalisis perilaku pengusaha kecil dan menengah dalam menggunakan dan mengembalikan kredit dengan melakukan studi kasus pada pengusaha kecil menengah yang mengambil kredit umum pedesaan di BRI unit pasar Blok A Kebayoran Baru, Jakarta. Dalam studinya dijelaskan bahwa
yang mempengaruhi penggunaan dan pengembalian kredit
pengusaha kecil dilihat dari karakteristik pengusaha dan karakteristik usaha. Karakteristik pengusaha tersebut terdiri dari umur, pendidikan, sikap terhadap kredit, dan jumlah tanggungan keluarga. Sedangkan karakteristik usaha terdiri dari pengalaman usaha, lama ambil kredit, skala usaha dan jenis usaha. Dari hasil studinya khususnya mengenai pola pengembalian kredit disimpulkan bahwa yang berpengaruh nyata dengan tingkat pengembalian kredit adalah faktor umur yang terdapat dalam karakteristik individu dan pengalaman mengambil kredit yang terdapat dalam karateristik usaha.
Dalam
studi
Priarnani
(2005),
menganalisis
faktor- faktor
yang
mempengaruhi pola pengembalian kredit Pembinaan Peningkatan Pendapatan Petani-Nelayan Kecil (P4K) dengan melakukan studi kasus di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit dalam studinya yaitu, pengalaman usaha, pengalaman ketua Kelompok Petani Kecil (KPK), umur anggota KPK, frekuensi angsuran, frekuensi pembinaan, pendapatan kotor usaha bersama, keterlambatan realisasi kredit, jumlah tanggungan kredit, dan tingkat pendidikan ketua KPK. Sedangkan variabel dummy yang digunakan adalah tabungan sukarela KPK, jenis usaha bersama, bencana, pengalaman kredit, dan pendapatan sampingan. Dari hasil studinya disimpulkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit P4K adalah pengalaman usaha, frekuensi pembinaan dan pengalaman kelompok mengambil kredit, frekuensi angsuran dan keterlambatan realisasi kredit. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit pada pengusaha kecil yang menjadi Mitra Binaan PT. Telkom Divre II Jakarta. Pemberia n kredit yang diberikan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta kepada pengusaha kecil melalui program kemitraan CSR, hal ini dilakukan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta dalam rangka membantu permodalan pengusaha kecil dalam menjalankan usahanya. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit pengusaha kecil pada program kemitraan CSR PT. Telkom Divre II Jakarta yaitu jumlah pinjaman, tingkat suku bunga, penghasilan bersih
usaha, pengalaman usaha, usia, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan, dummy bencana (force major), dan dummy penghasilan di luar usaha. 2.5.
Kerangka Pemikiran CSR PT.Telkom Divre II Jakarta
PKBL
Program Kemitraan
Penyaluran Kredit Dana Bergulir
Charity (Bantuan)
Pengusaha Kecil
5 Asnaf (Sasaran program Bina Lingkungan )
Pengembalian Kredit
Karakteristik
Crosstabs
Program Bina Lingkungan
Lancar: Lunas dan Lancar
Tidak Lancar: Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet
Model Binary (Probit) Ket:
Alur Penelitian Tidak dibahas
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: program CSR yang dijalankan oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkom) sesuai dengan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kep236/MBU/2003 dalam rangka mendorong kegiatan dan pertumb uhan ekonomi, partisipasi
BUMN
harus
ditingkatkan
untuk
memberdayakan
dan
mengembangkan kondisi ekonomi, kondisi sosial masyarakat dan lingkungan melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Oleh karena itu, PKBL menjadi program CSR yang dijalankan oleh Telkom. PKBL ini dijalankan oleh Divre (Divisi Regional) yang terdapat pada PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. PT. Telkom Divre II Jakarta merupakan salah satu Divre PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. yang menjalankan PKBL. Program kemitraan merupakan salah satu program CSR PT. Telekomunikasi Indonesia. Dalam program kemitraan ini PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. memberikan modal berupa kredit kepada pengusaha kecil. Kredit yang diberikan kepada pengusaha kecil ini merupakan kredit dana bergulir. Kredit dana bergulir adalah salah satu program kredit yang ditunjukkan untuk kegiatan produktif. Dimana dana kredit tersebut digunakan untuk kegiatan usaha, sehingga peminjam (pengusaha kecil) dapat mengembalikan dana tersebut tepat pada waktunya. Tujuan dari program kemitraan ini berupa penyaluran kredit dana bergulir untuk membantu permodalan usaha khususnya pengusaha kecil yang memerlukan modal. Dengan kebijaksanaan ini jumlah dana yang disalurkan diharapkan terus berputar, sehingga terus bertambah dan dapat menjangkau pengusaha kecil
lainnya yang memerlukan modal untuk menjalankan usahanya. Untuk mencapai tujuan dari program kemitraan yang telah dijelaskan sebelumnya maka yang harus dilakukan adalah dengan memperhatikan pengembalian pengusaha kecil yang menadi Mitra Binaan. Keberhasilan kredit yang diberikan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta kepada Mitra Binaan tidak akan berarti, apabila pengembalian kredit tersebut tidak berjalan dengan baik atau banyak terjadi penunggakan. Tingkat pengembalian kredit dalam program kemitraan CSR PT. Telkom Divre II Jakarta dapat dilihat berdasarkan klasifikasi angsuran yang terdapat pada PT. Telkom Divre II Jakarta. Klasifikasi angsuran yang terdapat pada PT. Telkkom Divre II Jakarta adalah lunas, lancar, kurang lancar, diragukan dan macet. Dalam penelitian ini tingkat pengembalian kredit dibedakan menjadi dua kriteria, yaitu pengembalian kredit lancar dan tidak lancar (menunggak). Pengembalian kredit yang lancar yaitu apabila kredit yang digunakan dapat dikembalikan tepat pada waktunya sebelum atau pada saat batas pengembalian yang telah ditetapkan, termasuk didalamnya adalah tingkat pengembalian kredit lunas. Sedangkan tingkat pengembalian kredit tidak lancar yaitu apabila kredit yang digunakan tidak dapat dikembalikan tepat pada waktunya setelah batas pengembalian yang telah ditetapkan. Dalam pengembalian kredit tidak lancar, pengembalian kredit ini di bagi menjadi tiga yaitu kurang lancar, diragukan, dan macet. Klasifikasi angsuran kurang lancar apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui satu hari dan belum melampaui 180 hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui
bersama.
Klasifikasi
angsuran
diragukan
apabila
terjadi
keterlambatan
pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 360 hari dari tangga l jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama. Sedangkan klasifikasi angsuran macet apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 360 hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran sesuai dengan perjanjian yang telah disetuji bersama Program bina lingkungan merupakan program CSR yang bersifat hibah (Charity) yang diberikan oleh PT.Telkom Divre II Jakarta kepada masyarakat. Program Bina Lingkungan yang diberikan oleh PT. Telkom Divre II mengacu pada 5 Asnaf (sasaran Program Bina Lingkungan) yaitu bantuan untuk bencana alam, bantuan untuk pelatihan dan pendidikan, bantuan untuk kesehatan masyarakat, bantuan untuk sarana umum, dan bantuan untuk sarana ibadah. Dalam penelitian ini Program Bina Lingkungan tidak dibahas secara mendalam (hanya dibahas dalam gambaran umum).
III.
3.1.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder diperoleh dari Telkom Community Develipment Center (CDC) Divre II Jakarta, publikasi Badan Pusat Statistik (BPS), internet, buku, dan literatur lainnya yang relevan dengan penelitian ini. Unit analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah 66 pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan pada program kemitraan PT. Telkom Divisi Regional (Divre) II Jakarta yang berada pada Daerah Telekomonikasi (Datel) Bogor. Pemilihan sampel tersebut dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan menggunakan metode acak sederhana, dan atas dasar bahwa unit sampel berjumlah 30 atau lebih merupakan populasi normal (Walpole, 1982).
3.2.
Metode Penelitian
3.2.1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik pengusaha dan usaha mitra binaan dengan pengembalian kredit yang terdapat pada PT. Telkom Divre II Jakarta. Analisis deskriptif ini menggunakan analisis crosstabulations pada software SPSS 13. Analisis crosstabulations digunakan untuk membandingkan antara karakteristik pengusaha kecil dan usaha yang menjadi mitra binaan pada Datel Bogor PT. Telkom Divre II Jakarta dengan pengembalian kredit.
3.2.2. Analisis Statistik Analisis statistik digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan pada program kemitraan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan menggunakan analisis model Binary (Probit) pada software E-views 4.1. Menurut Arief (1993), model Probit didasarkan atas asumsi bahwa variabel tidak bebas (dependent) yang diteliti mengikuti fungsi distribusi kumulatif yang berbentuk normal. Oleh karena didasarkan atas normal cumulative distribution function, maka model ini disebut juga sebagai model normit (normit model). Menurut Gujarati (1978), penggunaan model Probit yaitu untuk menjelaskan perilaku suatu variabel dependent yang dummy atau dichotomous. Dimana variabel dependent-nya bernilai 0 atau 1. Modelnya secara sederhana sebagai berikut: Yi = a + ß Xi + Ui
(3.1)
Yi bersifat dikotomi sebagai fungsi linear dari variabel yang menjelaskan Xi € (Yi/ Xi) merupakan harapan bersyarat dari Yi untuk Xi tertentu. Sedangkan menurut Koop (2003), model Probit digunakan ketika variabel dependent-nya berupa data kualitatif sebagai dummy yang bernilai 0 dan 1. Ketika individu membuat sebuah pilihan diantara dua pilihan, secara ekonomi akan dirumuskan dengan fungsi utilitas. Jika utilitas dari individu i dan Uji (Untuk J = 0,1). Individu akan memilih 1 jika U1i > U0i dan sebaliknya jika pilihannya 0. Dengan demikian pilihan tergantung dari perbedaan utilitas. Model Probit
mengasumsikan perbedaan utilitas ini mengikuti regresi linear normal yang dinyatakan sebagai berikut: Yi* = Xi’ ß + ε i
(3.2)
Ahli ekonomi tidak meninjau Yi* secara langsung, tetapi hanya pilihan yang sebenarnya dibuat oleh individu i. Menurut Maddala (1994) dalam prakteknya Yi* tidak dapat diobservasi. Sedangkan yang dapat kita observasi adalah variabel dummy Y yang didefinisikan sebagai berikut: Y = 1 jika Yi* > 0 Y = 0 jika sebaliknya Prob (Yi = 1) = Prob (U i > - ß’ Xi) = 1 – F (- ß’ Xi)
(3.3)
Nilai pengamatan dari Y dalam model Probit ini hanya dapat direalisasikan sebagai sebuah proses binomial dengan probabilitas seperti diatas. Oleh karena itu kemungkinan fungsinya adalah: L = ? yi = 0 F(- ß’ Xi) ? yi = 1 [ 1 - F(- ß’ Xi) ]
(3.4)
Model probit yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Yi = a + ß1 X1i + ß2 X2i + ß3 X3i + ß4 X4i + ß5 X5i + ß6 X6i + ß7 X7i + ß8 D1i + ß9 D1i + ui (3.5) Keterangan: Yi = Tingkat pengembalian kredit 1 = Lancar 0 = Tidak lancar X1i = Jumlah pinjaman (rupiah) X2i = Tingkat suku bunga (persen) X3i = Penghasilan bersih usaha (rupiah) X4i = Pengalaman usaha (tahun)
X5i = Usia (tahun) X6i = Jumlah tanggungan keluarga (orang) X7i = Pendidikan (tahun) SD = 6 tahun, SMP = 9 tahun, SMA = 12 tahun, D3 = 15 tahun, dan S1 = 18 tahun. D1i= Dummy bencana (force major) 1 = Terkena bencana 0 = Tidak terkena bencana D2i = Dummy penghasilan di luar usaha 1= Memiliki penghasilan di luar usaha 0= Tidak memiliki penghasilan di luar usaha i =Mitra binaan ke-i, ui = error, a = Intersep, dan ß2 ...ß13 = Koefisien koefisien estimasi
3.3.
Deskripsi Variabel dan Pengukurannya Deskripsi variabel ini merupakan hipotesis yang digunakan dalam
penelitian. Penetapan variabel bebas atau independent (Xi) yang mempengaruhi variabel dependent (Yi) ini mengaju pada studi literatur dari hasil penelitian Kuntjoro (1983), Prasetyo (1996), Renggani (1998), Hidayati (2003), dan Priarnani (2005). Namun, variabel yang dimasukkan dalam model disesuaikan dengan penelitian yang dilakukan, sehingga tidak semua variabel independent yang terdapat dalam penelitian terdahulu dimasukkan dalam model penelitian yang dilakukan. Adapun variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah pinjaman, tingkat suku bunga, penghasilan bersih usaha, pengalaman usaha, usia, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan, dummy bencana (force Major), dan dummy penghasilan di luar usaha.
3.3.1. Tingkat pengembalian kredit Tingkat pengembalian kredit merupakan kemampuan mitra binaan dalam membayar kembali kreditnya. Tingkat pengembalian kredit yang telah
dikembalikan oleh mitra binaan dilihat dari pokok pinjaman kredit beserta bunganya serta waktu pengembalian kredit. Mitra binaan yang diambil adalah mitra binaan PT. Telkom Divre II Jakarta yang masih akses terhadap kredit. Tingkat pengembalian kredit dalam penelitian ini dilihat berdasarkan lancar dan tidak lancarnya pengembalian kredit yang dilakukan oleh mitra binaan. Dimana dalam penelitian ini nilai 1 untuk tingkat pengembalian kredit lancar dan nilai 0 untuk tingkat pengembalian kredit tidak lancar.
3.3.2. Jumlah Pinjaman Jumlah pinjaman merupakan besarnya kredit yang diberikan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta kepada pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan. Pinjaman beruapa kredit dana bergulir ini diberikan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta pada program kemitraan CSR dilakukan dalam rangka membantu permodalan bagi pengusaha kecil. Besarnya jumlah pinjaman yang diberikan kepada pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan maka akan meningkatkan produktifitas usaha yang dijalankannya. Dengan meningkatnya produktifitas mitra binaan akan meningkatkan pengembalian kredit. Dengan demikian jumlah pinjaman diduga berhubungan positif terhadap pengembalian kredit. Satuan yang digunakan untuk jumlah pinjaman adalah Rupiah.
3.3.3. Tingkat Suku Bunga Tingkat suku bunga mempengaruhi pengembalian kredit, semakin besar tingkat suku bunga maka kemampuan pengembalian kredit semakin rendah.
Dengan demikian tingkat suku bunga diduga berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian. Satuan yang digunakan adalah persen.
3.3.4. Penghasilan Bersih Usaha Penghasilan bersih usaha adalah penghasilan yang diperoleh mitra binaan dalam menjalankan usahanya setelah disisihkan dengan biaya-biaya lainnya. Semakin tinggi penghasilan bersih yang diterima maka semakin besar pula bagian yang dapat disisihkan setelah memenuhi segala keperluan keluarga atau rumah tangga. Dengan demikian, diduga semakin besar penghasilan bersih maka akan berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian kredit. Satuan yang digunakan adalah Rupiah per bulan.
3.3.5. Pengalaman Usaha Pengalaman usaha yang dimaksud adalah pengalaman mitra binaan dalam menjalankan usahanya. Semakin lama pengalaman usaha mitra binaan dalam menjalankan usahanya maka dapat meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam menjalankan usahanya. Keberhasilan ini pada akhirnya akan dapat meningkatkan tingkat pengembalian kreditnya. Dengan demikian pengalaman usaha diduga berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian kredit. Satuan yang digunakan adalah tahun.
3.3.6. Usia Usia mempengaruhi keberanian mitra binaan dalam mengambil keputusan, dengan meningkatnya usia akan mempengaruhi kematangan dalam berpikir dan bertindak, sehingga dapat mengambil keputusan secara rasional. Dengan demikian meningkatnya usia mitra binaan, diduga berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian kredit. Satuan yang digunakan adalah tahun.
3.3.7. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga yang dimaksud adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan keluarga mitra binaan. Jumlah tanggungan keluarga akan mempengaruhi pengeluaran keluarga, karena berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan anggota keluarga. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga pengusaha akan semakin tinggi pengeluaran untuk keluarga. Sehingga hal ini diduga akan mengurangi bagian dari penghasilan yang dialokasikan untuk pembayaran kredit. Dengan demikian jumlah tanggungan keluarga diduga akan berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian kredit. Jumlah tanggungan keluarga diukur berdasarkan jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan pengusaha, satuan yang digunakan adalah orang.
3.3.8. Tingkat Pendidikan Tingginya tingkat pendidikan pengusaha menjadi landasan atau dasar untuk memahami dan berpikir, hal ini akan mempengaruhi kemampuan dalam mengelola usahanya. Dengan semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai oleh
pengusaha maka akan semakin baik dalam mengelola usahanya. Dengan demikian tingkat pendidikan diduga berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian kredit. Satuan yang digunakan adalah tahun. Dimana untuk SD=6 tahun, SMP=9 tahun, SMA=12 tahun,, D3=15 tahun, S1=16 tahun, S2=18 tahun dan S3=22 tahun.
3.3.9. Bencana (Force Major) Bencana (force major) adalah musibah yang menimpa mitra binaan yang mempengaruhi jalannya usaha, dan akan berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh pengusaha. Penurunan yang diperoleh akibat adanya bencana yang menimpa mitra binaan akan mempengaruhi kelancaran dalam pengembalian kredit. Bencana yang dimaksud seperti kebakaran, kebanjiran, pencurian atau perampokan, sakit, kematian, dan lain- lain. Faktor bencana ini diduga berpengaruh negatif terhadap pengembalian kredit. Variabel dummy diukur dari ada atau tidaknya bencana yang menimpa mitra binaan, D1i akan bernilai 1 jika mitra binaan tertimpa bencana dan D1i akan bernilai 0 jika mitra binaan tidak tertimpa bencana.
3.3.10. Penghasilan Lain di Luar Usaha Penghasilan lain di luar usaha merupakan penghasilan yang diperoleh mitra binaan diluar usaha ya ng dijalankan oleh mitra binaan. Penghasilan di luar usaha yang diperoleh mitra binaan dianggap dapat mempengaruhi tingkat pengembalian kredit karena semakin banyaknya sumber pendapatan yang
diperoleh mitra binaan maka akan semakin kecil kemungkinan untuk menunggak. Variabel ini diukur dari ada atau tidaknya pendapatan lain diluar usaha yang dijalankan oleh mitra binaan, D2i akan bernilai satu apabila mitra binaan memiliki pendapatan diluar usaha yang dijalankannya, dan D2i akan bernilai nol jika mitra binaan tidak memiliki pendapatan di luar usaha yang dijalankan.
IV. GAMBARAN UMUM
4.1.
Sejarah Singkat Corporate Social Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Responsibility
(CSR)
PT.
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkom) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang pelayanan atau penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi yang di bentuk dan didirikan berdasarkan hukum Republik Indonesia. Telkom merupakan salah satu BUMN yang menjalankan program Corporate Social Responsibility (CSR). Telkom Corporate Social Responsibility adalah komitmen Telkom dalam mendukung pengembangan kualitas hidup masyarakat secara berkelanjutan sebagai bagian dari strategi bisnis perusahaan. Telkom sudah menjalankan program CSR sejak tahun 2000 yang benama Pembinaan Industri Kecil (PIK). Pada tahun 2001 program CSR yang dijalankan oleh Telkom berubah menjadi Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK), hal ini didasarkan atas SK MENKU No. 316 Tahun 2001. Program PIK dan PUKK yang dijalankan oleh Telkom ini dilakukan untuk membantu Usaha Kecil dan Menengah (UKM) atau industri kecil dan koperasi khususnya dalam memperoleh modal. Namun, pada tahun 2003 sampai dengan sekarang program CSR yang dijalankan oleh Telkom bernama Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Hal ini, didasarkan pada Kepmen No. 236/MBU/2003 dimana dalam kegiatan CSR tidak hanya membantu permasalahan modal untuk usaha kecil tetapi juga harus memperhatikan lingkungan khususnya di daerah sekitar perusahaan.
Adapun visi Telkom Corporate Social Responsibility adalah sebagai pelopor implementasi Corporate Social Responsibility di ASIA. Sedangkan, misi Telkom
Corporate
Social
Responsibility,
yaitu
berperan
aktif
dalam
mencerdaskan masyarakat melalui pendidikan teknologi infocom, meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dan menjaga keseimbangan lingkungan.
4.2. Struktur Organisasi Telkom Community Development Center (CDC) Divre II Jakarta Senior General Manager Affair
Manager Telkom Community Development Center Divre II
Assman (Assisten Manager) Program Kemitraan
Assman (Assisten Manager) Program Bina Lingkungan
Assman (Assisten Manager) Pengelolaan Administrasi dan Keuangan
Officer-2 Program Kemitraan Officer-3 Program Kemitraan Officer-2 Program Bina Lingkungan Officer-2 Program Bina Lingkungan Officer-2 Sekretariat & Administrasi Umum Officer-2 Keuangan
Sumber: PT.Telkom Divre II Jakarta (2007).
Gambar 4.1. Struktur Organisasi Telkom Community Development Center (CDC) Divre II Jakarta.
Pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2003 program CSR yang dijalankan oleh Telkom masih bersifat side-job atau kelompok kerja yang dijalankan di Daerah Telekomunikasi (Datel) masing- masing. Sedangkan pada awal 2004 sampai dengan sekarang program CSR yang dijalankan oleh Telkom sudah menjadi unit kerja yang bernama Community Development Center (CDC) atau Comdev, secara organisasi program CSR yang dijalankan oleh Telkom merupakan suatu unit yang berada di perusahaannya, dimana sudah dijabat oleh Senior General Manager (SGM). Untuk di Divisi Regionalnya sendiri dikomandani oleh seorang manajer yang berada dibawah SGM Affair. Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dijelaskan bahwa tugas Manajer Unit CDC Divisi regional (Divre) II adalah bertanggung jawab atas pelaksanaan implementasi program kemitraan dan bina lingkungan, serta melaporkan kepada Kepala Divre II Jakarta dan Kepala Pusat Telkom CDC. Dimana dalam melaksanakan tugasnya Manajer Unit CDC Divre II dibantu oleh Assisten Manager (Assman) program kemitraan (Officer I Small Medium Enterprise), Assman program bina lingkungan (Officer I Community Responsibility), dan Assman pengelolaan administrasi & keuangan (Officer I Admintration & Financial). Dalam melaksanakan tugasnya Assman program kemitraan (Officer I Small Medium Enterprise) dibantu oleh Officer-2 program kemitraan, dan Officer3 program kemitraan. Adapun tugas dari Assman Program Kemitraan adalah melapor kepada Manager unit Telkom CDC dan menerima laporan dari Officer-2 dan Officer-3 program kemitraan; dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
program kemitraan mulai dari evaluasi proposal calon mitra binaan, membuat rekomendasi kepada Manager Unit atas proposal yang masuk, mengkoordinir penyiapan dan penyaluran dana program kemitraan, memantau dan membina mitra binaan dan melakukan pengawasan atas pengembalian dana program kemitraan seluruh mitra binaan di Divre II Jakarta, dan membuat laporan pelaksanaan program kemitraan. Assman program bina lingkungan (Officer I Community Responsibility) bertugas melapor kepada Manager Unit Telkom CDC dan menerima laporan dari officer-2 dan officer-3 program bina lingkungan; dan bertanggung jawab atas koordinasi pelaksanaan program bina lingkungan mulai dari evaluasi proposal bantuan bina lingkungan hingga persiapan dan pelaksanaannya. Assman pengelolaan administrasi dan keuangan bertugas melapor kepada Manager Unit Telkom CDC dan menerima laporan dari Officer-2 Sekretariat & Administrasi Umum, dan Officer-2 Keuangan; dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan penyaluran (transfer) dana program kemitraan dan bina lingkungan serta menerima pengembalian dana program kemitraan, akuntansi operasi dan analisa keuangan serta penyajian data atau laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu sebagai gambaran performa nsi keuangan program kemitraan dan bina lingkungan, guna pengambilan keputusan bagi manajemen. Tujuan pembentukan Telkom CDC ini adalah agar aktifitas pengelolaan program kemitraan dan bina lingkungan ini dapat berjalan secara sistematis, efektif, dan efisien di lingkungan Telkom melalui optimalisasi pembagian aktifitas, penetapan ukuran unit bisnis, serta pendelegasian kewenangan sehingga
dapat memberikan kualitas hubungan yang sinergik antara Telkom dengan pengusaha kecil, serta masyarakat sekitar perusahaan dalam rangka penerapan Good Corporate Citizenship, memberikan transparansi proses pengalokasian dananya serta memberikan multiplier effect yang bermanfaat bagi bisnis Telkom pada khususnya, dan industri telekomunikasi pada umumnya.
4.3.
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT. Telkom Divre II Jakarta Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang dijalankan oleh
Telkom dilakukan dalam rangka pelaksanaan Good Corporate Citizenship dimana perusahaan perlu ikut serta dalam mendorong pemberdayaan ekonomi rakyat dan meningkatkan kepedulian terhadap peningkatan kondisi sosial masyarakat terutama di sekitar wilayah operasi perusahaan. Hal ini dilakukan guna memposisikan perusahaan agar memiliki makna keberadaan perusahaan di masyarakat atau lingkungan yang pada gilirannya dapat meningkatkan citra perusahaan dengan menyisihkan laba perusahaan.
4.3.1. Program Kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta Program kemitraan adalah suatu program CSR Telkom yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba Telkom. Dengan melaksanakan program kemitraan dengan usaha kecil ini diharapkan dapat mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi, dan juga terciptanya lapangan kerja serta kesempatan berusaha.
Program kemitraan ini diberikan kepada usaha kecil yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut yaitu, memiliki kekayaan bersih paling banyak 200 juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak satu milyar rupiah; milik warga negara Indonesia; berdiri sendiri bukan merupakan anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar; berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi; telah melakukan kegiatan usaha minimal satu tahun serta mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan. Dana program kemitraan ini bersumber dari penyisihan laba setelah pajak sebesar satu persen sampai dengan tiga persen; hasil bunga pinjaman, bunga deposito dan atau jasa giro dari dana program kemitraan setelah diurangi beban operasional; dan jika ada dari pelimpahan dana program kemitraan dari BUMN lain. Dana program kemitraan yang diberikan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta kepada pengusaha kecil diberikan dalam bentuk pinjaman yang digunakan untuk membiayai modal kerja atau pembelian aktiva tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan. Pinjaman yang diberikan pada pengusaha kecil dan koperasi yang menjadi mitra binaan oleh Telkom dilakukan sejak tahun 2002 sampai dengan sekarang. Jumlah pinjaman yang diberikan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilhat pada Tabel 4.1. Dimana sampai dengan tahun 2006 triwulan satu PT. Telkom Divre II
Jakarta telah menyalurkan kredit dana bergulir kepada pengusaha kecil sebesar 33,633 milyar rupiah. Tabel 4.1. Jumlah Pinjaman Program Kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta Jumlah Pinjaman (Juta Rupiah) Datel 2006 2002 2003 2004 2005 (TW1) Jakarta Pusat 400 240 732 913 195 Jakarta Barat 290 620 714 1.192 210 Jakarta Selatan 465 671 1.405 2.100 565 Jakarta Timur 615 740 979 1.705 460 Jakarta Utara 206 570 786 1.533 425 Tangerang 1.715 1.316 2.419 1.215 200 Bogor 679 299 1.111 2.114 300 Bekasi 410 470 675 1.679 300 Jumlah 4.780 4.926 8.821 12.451 2.655 Sumber: PT. Telkom Divre II Jakarta (2007).
PT. Telkom Divre II Jakarta memiliki delapan Datel yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Tangerang, Bogor, dan Bekasi. Besarnya jumlah pinjaman yang diberikan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta pada setiap Datel berbeda-beda, hal ini dikarenakan banyaknya jumlah pengusaha kecil yang berhasil menjadi mitra binaan pada Datel yang terdapat pada PT. Telkom Divre II Jakarta. Pada tahun 2002 sampai dengan triwulan satu 2006 jumlah pinjaman yang paling besar diberikan kepada pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan PT. Telkom Divre II Jakarta yang terdapat pada Datel Tanggerang, kecuali pada tahun 2005 jumlah pinjaman yang paling besar diberikan pada Datel Bogor. Besarnya jumlah pinjaman yang diberikan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta kepada pengusaha kecil dan koperasi setiap tahunnya ditentukan oleh Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) dan juga dilihat dari laba yang diperoleh oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Tabel 4.2. Jumlah Mitra Binaan Program Kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta Jumlah Mitra Binaan (Orang) Datel 2006 2002 2003 2004 2005 (TW1) Jakarta Pusat 7 16 31 77 5 Jakarta Barat 36 49 69 62 6 Jakarta Selatan 26 40 91 113 34 Jakarta Timur 49 60 66 98 15 Jakarta Utara 12 32 48 104 29 Tangerang 141 151 172 81 11 Bogor 42 41 61 127 9 Bekasi 23 29 40 114 22 Jumna 336 418 578 776 131 Sumber: PT. Telkom Divre II Jakarta (2007).
Pada Tabel 4.2. dapat dilihat bahwa pada tahun 2002 sampai dengan triwulan satu 2006, PT. Telkom Divre II Jakarta telah menyalurkan pinjaman kepada 2.239 pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan PT. Telkom Divre II Jakarta. Besarnya jumlah pengusaha kecil yang berhasil menjadi mitra binaan PT. Telkom Divre II Jakarta pada setiap Datel berbeda-beda. Perbedaan jumlah mitra binaan pada setiap Datel dikarenakan banyaknya pengusaha kecil yang mengajukan permohonan kredit pada setiap Datel berbeda-beda. Datel yang memiliki jumlah mitra binaan terbesar dikarenakan banyaknya jumlah pengusaha kecil yang mengajukan kredit pada PT. Telkom Divre II Jakarta yang terdapat pada Datel tersebut.
Tabel 4.3. Jumlah Pinjaman dan Tingkat Suku Bunga yang Diberikan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta pada Program Kemitraan Jumlah Pinjaman Tingkat Suku Bunga (Juta Rupiah) (Persen) s/d 10 6 > 10 – 30 8 > 30 – 50 10 > 50 12 Sumber: PT. Telkom Divre II Jakarta (2003).
Besarnya jumlah pinjaman yang diperoleh oleh pengusaha kecil dapat dilihat pada Tabel 4.3. Pada tahun 2003 sampai dengan sekarang PT. Telkom Divre II Jakarta memberikan pinjaman kepada pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan dengan tingkat suku bunga tertentu. Tingkat bunga pinjaman yang dikenakan kepada mitra binaan bersifat regresif profesional, yaitu semakin besar jumlah pinjaman semakin besar pula tingkat suku bunga yang dikenakan.
4.3.1.1. Proses Penyaluran Kredit Dana Bergulir pada Program Kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta Proses penyaluran kredit dana bergulir pada program kemitraan ini dapat dilihat pada Lampiran 4. PT. Telkom Divre II Jakarta memiliki dua kriteria calon mitra binaan yang akan menjadi mitra binaan, yaitu calon mitra binaan aktif dan calon mitra binaan pasif. calon mitra binaan aktif adalah calon mitra binaan yang mendapatkan rekomendasi dari PT. Telkom Divre II Jakarta untuk memperoleh kredit sedangkan calon mitra binaan pasif adalah calon mitra binaan yang tidak mendapatkan rekomendasi dari PT. Telkom Divre II Jakarta. Baik calon mitra binaan aktif maupun pasif diharuskan membuat proposal permohonan mengenai kegiatan usaha yang dilakukan untuk mendapatkan kredit dari PT. Telkom Divre II Jakarta.
Setelah proposal permohonan tersebut dibuat oleh calon mitra binaan, proposal permohonan tersebut diseleksi oleh unit Community Development Center (CDC). Tahap seleksi ini merupakan evaluasi awal yang dilakukan oleh unit CDC kepada calon mitra binaan. Apabila proposal permohonan tersebut memenuhi syarat maka unit CDC akan melakukan survei kepada calon mitra binaan. Survei yang dilakukan oleh unit CDC kepada calon mitra binaan aktif maupun pasif dengan melakukan wawancara, dan verifikasi data administrasi dan keuangan. Selain itu survei yang dilakukan oleh unit CDC juga dilakukan tanpa sepengetahuan calon mitra binaan itu sendiri, yaitu dengan mencari informasi kepada tetangga atau Ketua RT (Rukun Tetangga) maupun kepada instansi terkait lainnya mengenai calon mitra binaan. Apabila calon mitra binaan ini memenuhi syarat setelah dilakukannya survei oleh unit CDC, maka langkah yang dilakukan oleh unit CDC adalah tahap evaluasi. Tahap evaluasi ini dilakukan oleh unit CDC dengan melihat kebenaran identitas dan status usaha, menilai kelayakan usaha, melakukan analisa keuangan, dan menilai lebih lanjut mengenai 5 C yaitu, Character, Capability, Capacity, Condition of economy, dan Collateral. Setelah CMB berhasil memenuhi syarat yang dapat diketahui pada tahap survei maupun tahap seleksi, maka tahap selanjutnya yang dilakukan oleh unit CDC adalah usulan penetapan. Usulan penetapan ini dilakukan oleh unit CDC kepada Telkom CDC dengan melakukan pengajuan mengenai usulan CMB kepada Telkom CDC. Usulan penetapan ini oleh Telkom CDC dilihat dari jumlah pinjaman yang dipinjam oleh calon mitra binaan. Apabila anggaran tersebut tersedia, usulan tersebut diterima oleh Telkom CDC, maka penetapan pun
dilakukan kepada calon mitra binaan untuk menjadi mitra binaan. Namun, untuk calon mitra binaan yang tidak diterima usulan penetapannya karena verifikasi dananya tidak tersedia, maka usulan calon mitra binaan tersebut masuk ke dalam database daftar tunggu. Dengan ditetapkannya usulan penetapan karena tersedianya verifikasi dana, oleh Telkom CDC, kemudian usulan penetapan tersebut juga diserahkan oleh Direktur Sumber Daya Manus ia (SDM). Penetapan atas usulan tersebut dilakukan oleh Direktur SDM. Apabila usulan penetapan tersebut disetujui oleh Direktur
SDM
maka
pemberitahuan
kepada
calon
mitra
binaan dan
penandatanganan kontrak diserahkan kepada Telkom CDC yang kemudian ditangani langsung oleh Divre (unit CDC).
Penandatangan kontak yang
merupakan persetujuan antara calon mitra binaan dengan unit CDC dilakukan dengan melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS). Adapun isi dalam PKS tersebut memuat mengenai nama dan alamat unit pengelola program kemitraan serta alamat mitra binaan, hak dan kewajiban masing- masing pihak yang melakukan perjanjian, jumlah pinjaman dan peruntukkannya dan syarat-syarat pinjaman (jangka waktu pinjaman, bunga pinjaman, jadwal angsuran, dan besarnya angsuran per bulan). Apabila PKS tesebut telah disetujui oleh kedua belah pihak maka proses transfer dana pun dilakukan kepada mitra binaan melalui Bank yang ditunjuk oleh unit CDC.
4.3.1.2. Pengembalian kredit Besarnya pengembalian kredit ditentukan berdasarkan besarnya jumlah pinjaman yang dipinjam dan tingkat suku bunga yang dikenakan. PT. Telkom Divre II Jakarta menetapkan jangka waktu pembayaran yang dilakukan oleh mitra binaan dilakukan dengan cara mengansur setiap bulannya selama dua tahun, dan dibayar melaui Bank Mandiri yang ditunjuk oleh PT. Telkom Divre II Jakarta. Diharapkan dengan kebijakan tersebut pengusaha kecil tidak terlalu memberatkan pengusaha kecil untuk mengembalikan kredit yang dipinjam. Meskipun PT. Telkom Divre II Jakarta sudah memberikan kemudahan kepada pengusaha kecil dalam hal pembayaran kredit, namun masih ada pengusaha kecil yang menunggak dalam mengembalikan kredit. Langkah- langkah yang dilakukan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta pada pengusaha kecil yang menunggak adalah dengan melakukan: •
Reminding Call secara rutin, reminding call ini dilakukan tidak hanya kepada MB yang menunggak tetapi juga kepada MB yang dalam pembayarannya lancar untuk mengingatkan agar tidak telat dalam membayar angsuran. Reminding call dilakukan dengan menghubungi MB melalui pesawat telepon.
•
Reminding letter, dilakukan apabila MB yang menunggak telah di telepon maksimal tiga kali tetapi belum ada realisasi untuk membayar angsuran.
•
Kunjungan ke mitra binaan (Door to door), dilakukan apabila tahap reminding call tidak berhasil.
•
Pelaksanaan Reschedulling atau penjadwalan ulang jangka waktu kredit yang harus dibayar. Tahap Reschedulling dilakukan kepada MB yang memiliki
tunggakan selama tiga bulan berturut-turut, melalui negosiasi dan disepakati melalui berita acara. •
Reconditioning (penyesuaian persyaratan), dilakukan kepada MB yang telah di Reschedulling tetapi tidak ada pembayaran selama tiga bulan berturut-turut. Pada tahap Reconditioning ini tunggakan bunga pinjaman dapat dikapitalisasi menjadi pokok pinjaman atau dihapuskan tunggakan beban bunganya dan beban selanjutnya.
4.3.2. Program Bina Lingkungan PT. Telkom Divre II Jakarta Program Bina Lingkungan adalah program CSR Telkom dalam rangka pemberdayaan kondisi sosial masyarakat di wilayah usaha perusahaan me lalui pemanfaatan dana dari bagian laba Telkom. Dana yang disalurkan oleh Telkom untuk program bina lingkungan adalah maksimal sebesar satu persen dari penyisihan laba setelah pajak dan hasil bunga deposito dan atau jasa dari dana program bina lingkungan, seperti program kemitraan besarnya dana pada program bina lingkungan ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Tabel 4.4. Dana Program Bina Lingkungan yang Disalurkan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta Dana Program Bina Lingkungan (Rupiah) ASNAF 2004 2005 2006 BBA 42.550.000 51.600.365 BPP 310.666.200 539.900.000 864.904.000 BKM 208.484.550 135.500.000 349.100.000 BSU 230.167.300 45.800.000 380.300.000 BSI 60.000.000 34.000.000 191.750.000 Jumlah 809.318.050 797.750.000 1.837.654.365 Sumber: PT. Telkom Divre II Jakarta (2007).
Pada Tabel 4.4. dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2004 sampai dengan 2006 PT. Telkom Divre II Jakarta telah menyalurkan dana untuk program bina lingkungan sebesar 3,444 milyar rupiah. Dana program bina lingkungan PT. Telkom Divre II Jakarta digunakan untuk tujuan yang dapat memberikan manfaat kepada masyarakat di wilayah usaha PT. Telkom Divre II Jakarta dalam bentuk Bantuan Korban Bencana Alam (BBA) sebesar 20 persen, Bantuan Pendidikan dan atau Pelatihan (BPP) sebesar 50 persen, Bantuan Kesehatan Masyarakat (BKM) sebesar 20 persen, Bantuan Pengembangan Sarana dan Prasana Umum (BSU) sebesar 5 persen, dan Bantuan Sarana Ibadah (BSI) sebesar 5 persen. Untuk itu Dana Program Bina Lingkungan terbesar setiap tahunnya yang disalurkan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta adalah untuk kegiatan pendidikan dan
atau pelatihan. Pemberian bantuan pada Program Bina Lingkungan ini
dilakukan survei terlebih dahulu sesuai dengan kondisi dan kebutuhan di masingmasing Divisi atau Kandatel (Kantor Daerah Telekomunikasi).
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.
Analisis Karakteristik Pengusaha dan Usaha Mitra Binaan Karakteristik mitra binaan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu usia
tingkat pendidikan, dan jumlah tanggunga n keluarga. Sedangkan untuk karakteristik usaha yang dijalankan oleh mitra binaan adalah penghasilan bersih dan pengalaman usaha. Karakteristik pengusaha dan usaha yang menjadi mitra binaan PT. Telkom Divre II Jakarta dijelaskan menggunakan analisis deskriptif melalui analisis crosstabulations dengan menggunakan software SPSS 13. Analisis crosstabulations ini menampilkan tabulasi silang antara pengembalian kredit dengan karakteristik pengusaha dan usaha mitra binaan pada (Daerah Telekomunikasi (Datel) Bogor, dimana dalam penelitian ini sampel yang digunakan untuk mewakili mitra binaan pada Datel Bogor sebanyak 66 pengusaha kecil. Kredit yang diberikan oleh PT. Telkom Divisi Regional (Divre) II Jakarta kepada pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan adalah kredit berjangka waktu dua tahun, yang dapat diangsur setiap satu bulan sekali sehingga mitra binaan dapat mengangsur pinjaman tersebut sebanyak 24 kali. Klasifikasi angsuran yang terdapat pada PT.Telkom Divre II Jakarta adalah lunas, lancar, kurang lancar, diragukan, dan macet. Dimana klasifikasi angsuran lunas dan lancar apabila pembayaran anggaran pokok dan bunga tepat waktu. Klasifikasi angsuran kurang lancar apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui satu hari dan belum melampaui 180 hari dari tanggal jatuh
tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama.
Klasifikasi
angsuran
diragukan
apabila
terjadi
keterlambatan
pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 360 hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama. Sedangkan klasifikasi angsuran macet apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 360 hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran sesuai dengan perjanjian yang telah disetuji bersama. Dalam penelitian ini pengembalian kredit dibagi menjadi dua yaitu pengembalian kredit lancar dan tidak lancar. Unuk pengembalian kredit lancar terdiri dari klasifikasi angsuran lunas dan lancar, sedangkan pengembalian kredit tidak lancar terdiri dari klasifikasi angsuran kurang lancar, diragukan, dan macet. Berdasarkan hasil case prossesing summary menunjukkan bahwa dari 66 data tidak ada data yang hilang (missing), dengan ketepatan (valid) sebesar 100 persen (Lampiran 2).
5.1.1. Usia Berdasarkan Gambar 5.1. usia yang menjadi mitra binaan PT. Telkom Divre II Jakarta pada Datel Bogor, paling muda berusia 24 tahun dan usia tertua 58 tahun. Besarnya jumlah usia termuda dan tertua adalah sebesar 1,52 persen. Sedangkan dari 66 mitra binaan yang dijadikan sampel, jumlah mitra binaan yang berusia 45 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan mitra binaan lainnya dengan tingkat persentase yaitu sebesar 16,67 persen.
Gambar 5.1. Usia Mitra Binaan Datel Bogor PT.Telkom Divre II Jakarta Untuk mempermudah melihat pengembalian kredit berdasarkan usia mitra binaan maka usia mitra binaan dibagi menjadi enam kelas yaitu 24-29 tahun, 3035 tahun, 36-41 tahun, 42-47 tahun, 48-53 tahun, dan 54-59 tahun. Berdasarkan Tabel 5.1. mayoritas usia pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan pada Datel Bogor PT. Telkom Divre II Jakarta berusia 42-47 tahun yaitu sebesar 23 MB. Bila dilihat berdasarkan pengembalian kredit, pengusaha kecil yang berusia 42-47 memiliki tingkat pengembalian tidak lancar yaitu sebanyak 12 mitra binaan. Sedangkan pada usia 30-35 tahun memiliki pengembalian kredit lancar terbesar yaitu sebesar 10 mitra binaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mitra binaan yang berusia 30-35 tahun cenderung memiliki tanggung jawab yang besar untuk mengembalikan kredit dibandingkan dengan usia yang lainnya.
Tabel 5.1. Analisis Crosstabulation Usia dan Pengembalian Kredit Pengembalian Kredit Usia (Tahun) Total Tidak Lancar Lancar 24-29 2 4 30-35 5 4 36-41 5 10 42-47 12 11 48-53 6 3 54-59 2 2 Total 32 34
6 9 15 23 9 4 66
5.1.2. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan PT. Telkom Divre II Jakarta khususnya pada Datel Bogo r tergolong baik. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.2. mitra binaan paling rendah berpendidikan SD dan paling tinggi berpendidikan D3 dan S1 (Perguruan Tinggi). Dalam penelitian ini paling banyak mitra binaan berpendidikan sampai dengan SMA, dari 66 pengusaha kecil, yang berpendidikan SMA yaitu sebanyak 25 orang dan paling besar memiliki pengembalian kredit tidak lancar. Sedangkan jumlah terkecil mitra binaan yang berpendidikan akhir D3 dan S1 (perguruan tinggi), paling besar memiliki pengembalian kredit lancar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan bukanlah jaminan bahwa dengan semakin tinggi tingkat pendidikan pengusaha kecil maka pengembalian kreditnya semakin baik (lancar). Tabel 5.2. Analisis Crosstabulation Tingkat Pendidikan Kredit Pengembalian Kredit Tingkat Pendidikan Tidak Lancar Lancar SD 7 SMP 6 SMA 15 Perguruan Tinggi 4 Total 32
dan Pengembalian Total 3 13 10 8 34
10 19 25 12 66
5.1.3. Jumlah Tanggungan Keluarga Berdasarkan Tabel 5.3. jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki oleh pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan PT. Telkom Divre II khusunya Datel Bogor berkisar antara satu sampai dengan enam orang. Mitra binaan paling besar memiliki jumlah tangggungan keluarga sebayak tiga orang dengan tingkat pengembalian kredit lancar terbesar. Sedangkan mitra binaan yang memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak empat dan lima orang paling besar memiliki pengembalian kredit tidak lancar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan banyaknya jumlah tanggungan kelua rga mitra binaan maka pengembalian kreditnya semakin tidak lancar. Tabel 5.3. Analisis Crosstabulation Jumlah Tanggungan Keluarga dan Pengembalian Kredit Jumlah Tanggungan Pengembalian Kredit Total Keluarga (Orang) Tidak Lancar Lancar 1 0 1 1 2 5 5 10 3 15 20 35 4 9 7 16 5 2 0 2 6 1 1 2 Total 32 34 66
5.1.4. Penghasilan Bersih Usaha Berdasarkan Gambar 5.2. penghasilan bersih yang dimiliki oleh pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan dalam penelitian ini paling kecil memiliki penghasilan bersih sebesar 250 ribu rupiah dan yang paling tinggi sebesar 60 juta rupiah. Penghasilan bersih usaha yang diperoleh oleh mitra binaan merupakan penghasilan yang didapat dari hasil usaha yang dijalankan setelah dikurangi
dengan biaya-biaya lainnya. Dari 66 sampel mitra binaan paling besar memiliki penghasilan bersih 15 juta dengan tingkat persentase sebesar 18,18 persen.
Gambar 5.2. Penghasilan Bersih Usaha Mitra Binaan Datel Bogor PT. Telkom Divre II Jakarta Untuk mempermudah pengolahan dalam melihat penghasilan bersih yang diperoleh oleh mitra binaan dan pengembalian kredit, penghasilan bersih ini dibagi menjadi empat kelas yaitu < 2 juta, 2-10 juta, 11-19 juta, dan = 10 juta. Berdasarkan Tabel 5.3 penghasilan bersih yang dimiliki oleh pengusaha kecil paling banyak rata-rata berkisar antara 2-10 juta yaitu sebanyak 36 orang dan paling besar memiliki pengembalian kredit lancar. Berdasarkan jumlah mitra binaan yang memiliki penghasilan bersih < 2 juta yaitu 14 mitra binaan seluruhnya memiliki pengembalian kredit tidak lancar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tingginya penghasilan usaha yang diterima oleh pengusaha kecil maka semakin besar pula pengembalian kreditnya.
Tabel 5.3.
Analisis Crosstabulation Penghasilan Pengembalian Kredit Pengembalian Kredit Penghasilan (Juta Rupiah) <2 2-10 11-19 = 20 Total
Tidak Lancar 14 16 2 0 32
Bersih
Usaha
dan
Total
Lancar 0 20 12 2 34
14 36 14 2 66
Untuk mempermudah pengolahan dalam melihat penghasilan bersih usaha yang diperoleh oleh mitra binaan dan pengembalian kredit, penghasilan bersih ini dibagi menjadi empat kelas yaitu < 2 juta, 2-10 juta, 11-19 juta, dan = 10 juta. Berdasarkan Tabel 5.3. penghasilan bersih yang dimiliki oleh mitra binaan paling banyak rata-rata berkisar antara 2-10 juta yaitu sebanyak 36 orang dan paling besar memiliki pengembalian kredit lancar. Berdasarkan jumlah mitra binaan yang memiliki penghasilan bersih < 2 juta yaitu 14 mitra binaan seluruhnya memiliki pengembalian kredit tidak lancar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tingginya penghasilan usaha yang diterima oleh mitra binaan maka semakin besar pula pengembalian kreditnya.
5.1.5. Pengalaman Usaha Rata-rata pengalaman usaha yang dimiliki oleh pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan PT. Telkom Divre II Jakarta khususnya pada Datel Bogor ini memiliki pengalaman usaha antara dua sampai dengan lima tahun. Hal ini sesuai dengan ketentuan dari PT. Telkom Divre II Jakarta bahwa syarat untuk menjadi mitra binaan minimal memiliki pengalaman usaha selama satu tahun.
Berdasarkan Tabel 5.5. paling banyak pengusaha kecil memiliki pengalaman usaha selama dua tahun dengan jumlah 23 mitra binaan dan paling besar memiliki klasifikasi angsuran lancar. Mitra binaan yang memiliki pengalaman usaha tiga tahun paling besar memiliki pengembalian kredit tidak lancar. Sedangkan mitra binaan yang memiliki pengalaman usaha empat dan lima tahun paling besar memiliki pengembalian kredit lancar. Adapun yang menyebabkan mitra binaan yang memiliki pengalaman usaha yang besar, namun dalam pengembalian kreditnya tidak lancar hal ini dikarenakan adanya faktor eksternal yang menghambat kelancaran usaha yang dijalankan oleh mitra binaan. Faktor eksternal tersebut seperti kemarau panjang, hama, kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), dan banjir. Tabel 5.5. Analisis Crosstabulation Pengalaman Usaha Kredit Pengalaman Usaha Pengembalian Kredit (Tahun) Tidak Lancar Lancar 2 10 3 17 4 4 5 1 Total 32
dan Pengembalian Total 13 4 7 10 34
23 21 11 11 66
5.2. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan software EViews 4.1 dengan menggunakan model Binary (Probit) yang dapat dilihat pada Tabel 5.6. Nilai Mc Fadden R-square yang terdapat dalam persamaan sebesar 0.560946, artinya variabel dependen pengembalian kredit pada program kemitraan CSR PT. Telkom Divre II Jakarta dapat dijelaskan oleh variabel- variabel yang
terdapat dalam model sebesar 56,09 persen dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. Nilai Probability (LR stat) sebesar 7,54 x 10-10 . Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan (a = 5 persen), jika H0 = variabel- variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas dan H1 = variabel- variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas, karena 7,54 x 10-10 < 0,05 maka tolak H0 . Hal ini berarti secara bersama-sama variabel- variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (lancar atau tidak lancar). Tabel 5.6. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penge mbalian Kredit Pengusaha Kecil pada Program Kemitraan Corporate Social Responsibility (CSR) Variabel Koefisien Probabilitas Besarnya Pinjaman (X1i) 1.54E-07 0.0248 Tingkat Suku Bunga (X2I) -1.235433 0.0298 Penghasilan Bersih (X4i) 2.68E-07 0.0001 Dummy Force Major (D1i) -2.481627 0.0024 Dummy Pendapatan di Luar Usaha (D2i) -2.420340 0.0127 Probability (LR stat) 7.54E-10 Mc Fadden R-square 0.560946 Sumber: Lampiran 3.
Besarnya jumlah pinjaman (X1i) berpengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata lima persen. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa dengan meningkatnya jumlah pinjaman yang diberikan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta kepada pengusaha kecil maka peluang pengembalian kredit lancar akan semakin besar. Kredit yang diberikan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta kepada pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan bertujuan untuk membantu permodalan dalam menjalankan usahanya. Sehingga Semakin besar jumlah pinjaman yang diberikan oleh PT.Telkom Divre II Jakarta semakin meningkatkan produktifitas usaha yang dijalankan oleh mitra binaan.
Tingkat suku bunga (X2i) berpengaruh negatif dan signifikan pada taraf nyata lima persen. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa dengan meningkatnya tingkat suku bunga maka peluang pengembalian kredit lancar semakin kecil. Tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap pangembalian kredit karena dengan meningkatnya suku bunga akan menambah beban yang harus ditanggung oleh pengusaha kecil. Penghasilan bersih (X4i) berpengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata lima persen. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa dengan meningkatnya penghasilan bersih mitra binaan maka peluang pengembalian kredit lancar semakin besar. Penghasilan bersih adalah penghasilan yang diperoleh mitra binaan dalam menjalankan usahanya setelah disisihkan dengan biaya-biaya lainnya. Meningkatnya penghasilan bersih usaha mitra binaan akan dapat meningkatkan pengembalian kredit hal ini dikarenakan kemampuan untuk membayar atau mengangsur kredit tersebut dapat dilakukan oleh mitra binaan, dimana angsuran yang dilakukan oleh mitra binaan diambil dari sebagian hasil usaha yang didapat oleh pengusaha kecil. Dummy bencana atau force major (D1i) berpengaruh negatif dan signifikan pada taraf nyata lima persen. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa dengan adanya bencana ya ng dialami oleh mitra binaan maka peluang pengembalian kredit lancar akan semakin kecil. Bencana adalah musibah yang menimpa mitra binaan yang mempengaruhi jalannya usaha, dan akan berpengaruh terhadap penghasilan yang diperoleh oleh pengusaha. Bencana yang dimaksud seperti kebanjiran, kebakaran, pencurian atau perampokan, sakit dan kematian.
Dummy pendapatan lain diluar usaha (D2i) berpengaruh negatif dan signifikan pada taraf nyata lima persen. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa dengan meningkatnya pendapatan lain diluar usaha maka peluang pengembalian kredit lancar akan semakin kecil. Pendapatan lain di luar usaha ini merupakan pendapatan yang diperoleh oleh mitra binaan di luar usaha yang dijalankannya. Semakin besar pendapatan di luar usaha yang diperoleh mitra binaan akan menurukan pengembalian kredit karena pendapatan diluar usaha yang diperoleh oleh mitra binaan diutamakan untuk membiayai kebutuhan sehari- hari mitra binaan.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil pene litian ini maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada program kemitraan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Telkom Divre II Jakarta pada tahun 2002 sampai dengan triwulan satu 2006 telah menyalurkan kredit dana bergulir sebesar 33,633 milyar rupiah, dana tersebut disalurkan kepada 2.239 pengusaha kecil. 2.
Dari 66 pengusaha kecil yang diambil untuk dijadikan sampel, karakteristik pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan PT. Telkom Divre II Jakarta pada Daerah Telekomunikasi (Datel) Bogor paling banyak berusia 42-47 tahun, berpendidikan akhir SMA, memiliki jumlah tanggungan keluarga tiga orang, memiliki penghasilan bersih 2-10 juta rupiah per bulan, dan memiliki pengalaman usaha selama dua tahun.
3. Faktor yang berpengaruh nyata dalam pengembalian kredit pada program kemitraan CSR PT.Telkom Divre II Jakarta adalah jumlah pinjaman, tingkat suku bunga, penghasilan bersih usaha, dummy bencana (force major) dan dummy penghasilan lain di luar usaha.
6.2
Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang diajukan kepada PT.
Telkom Divre II Jakarta untuk lebih meningkatkan kemampuan mitra binaan dalam mengembalikan kredit yaitu dengan memberikan kredit dengan tingkat suku bunga yang kecil. Selain itu, pihak PT. Telkom Divre II Jakarta sebaiknya lebih memantau penghasilan bersih usaha yang diperoleh mitra binaan melalui laporan keuangan yang dilaporkan kepada pihak PT. Telkom Divre II Jakarta setiap tiga bulan sekali.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, S. 1993. Metodologi Penelitian Ekonomi. UI Press, Jakarta. Badan Pusat Statistik dan Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil. 2007. ”Perkembangan Indikator Makro UMKM Tahun 2007”. Berita Statistik Maret 2007. http://www.dekop.go.id [15 Maret 2007]. Gujarati, D. 1978. Ekonometrika Dasar. Sumarno Zain [penerjemah]. Erlangga, Jakarta. Hidayati, E. N. 2003. Perilaku Pengusaha Kecil dan Menengah dalam Menggunakan dan Mengembalikan Kredit (Kasus Pengusaha Kecil Menengah Pengambil Kredit Umum Pedesaan di BRI Unit Pasar Blok A Kebayoran Baru, Jakarta Selatan). [Skripsi]. Jurusan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB, Bogor. Idris, A. R. 2005. ”Corporate Social Responsibility (CSR) Sebuah Gagasan dan Implementasi”. http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=13092 [22 Nopember 2005]. Kasryno, F dan J. M. Colter. 1986. Masalah Perkreditan Pedesaan. Makalah Seminar Proyek Penelitian. Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan. LPPI, . Bogor. Kompas. 21 Juli 2007. “Pemerintah Diharapakan Lebih Bijak Atur CSR”. Kompas: 1 dan 15. ____________. 22 Juli 2007. “Wapres: Investor Tidak Perlu Khawatirkan CSR”. Kompas: 1 dan 15. ____________. 24 Juli 2007. “Ketika Negara Gagal Urus Rakyat”. Kompas: 21. Koop, G. 2003. Bayesian Econometrics. John Wiky and Sans Ltd, West Sussex. Kuntjoro. 1983. Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembayaran Kembali Kredit Bimas Padi Kasus di Kabupaten Subang, Jawa Barat. [Disertasi]. Fakultas Pascasarjana. IPB, Bogor. Maddala, G. S. 1994. Limited Dependent and Qualitative Variabels in Econometrics. Cambridge University Press, USA.
Mubyarto, dan L. Soetrisno. 1986. Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan. Makalah Seminar Proyek Penelitian. Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan. LPPI. Bogor. Nursahid, F. 2006. ”Praktik Kedermawanan Sosial BUMN: Analisis terhadap Model Kedermawanan PT. Krakatau Steel, PT. Pertamina dan PT. Telekomunikasi Indonesia”. Jurnal Filontropi dan Masyarakat Madani, 1: 521. Prasetyo, A. B. 1996. Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit pada Usaha Kecil (Kasus BPR Batuceper, Tangerang). [Skripsi]. Jurusan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB, Bogor. Priarnani, N. E. 2005. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Pengembalian Kredit Pembinaa Peningkatan Usaha Pendapatan PetaniNelayan Kecil (P4K) (Studi Kasus di Kabupaten Tuban, Jawa Timur). [Skripsi]. Jurusan Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. Bogor. PT. Telkom Divre II Jakarta. 2003. Jumlah Pinjaman dan Tingkat Suku Bunga yang Diberikan oleh PT.Telkom Divre II Jakarta. Telkom Divre II Jakarta, Jakarta. _______________. 2003. Proses Penyaluran Kredit Dana Bergulir pada Program Kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta. Telkom Divre II Jakarta, Jakarta. ________________. 2007. Dana Program Bina Lingkungan yang Disalurkan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta. Telkom Divre II Jakarta, Jakarta. _______________. 2007. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambalian Kredit Pengusaha Kecil pada Program Kemitraan Corporate Social Responsibility (CSR). Telkom Divre II Jakarta, Jakarta.
________________. 2007. Jumlah Mitra Binaan Program Kemitraan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Telkom Divre II Jakarta. Telkom Divre II Jakarta, Jakarta. ________________. 2007. Jumlah Pinjaman Program Kemitraan CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Telkom Divre II Jakarta. Telkom Divre II Jakarta, Jakarta. ________________. 2007. Struktur Organisasi Telkom Community Development Center ( CDC) Divre II Jakarta. Telkom Divre II Jakarta, Jakarta.
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. 2005. “Telkom Raih CSR Award 2005”. http://www.telkom.co.id/telkom-peduli/pembinaan-usaha-kecil/penataan-csrtelkom.html [29 Desember 2005]. Renggani, W. T. 1998. Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit (Studi Kasus pada BMT Ulil Albab, Bogor). [Skripsi]. Jurusan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB, Bogor. Robbins, S. P dan M. Coulter. 2004. Manajemen. Hermaya dan Slamet [penerjemah]. Indeks Group Gramedia, Jakarta. Rudjito. 2003. ”Sinergi Kebijakan dalam Mendorong Pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah”. http://www.apindo.or.id/images/_res/Sinergi Kebijakan Mndorong UMKM.pdf. [10 Februari 2007]. Soehoed. 1987. Permasalahan Pokok Usaha Skala Kecil. Institut Manajemen Prasetiya Mulya, Jakarta. Suyatno, et. al. 1999. Dasar-dasar Perkreditan. Gramedia, Jakarta. Walpole, R. E. 1982. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Lampiran 3. Hasil Analisis Binary (Probit) Dependent Variable: YI Method: ML - Binary Probit (Quadratic hill climbing) Date: 08/20/07 Time: 16:20 Sample: 1 66 Included observations: 66 Convergence achieved after 14 iterations Covariance matrix computed using second derivatives Variable Coefficient Std. Error z-Statistic X1I 1.54E-07 6.51E-08 2.362678 X2I -1.235433 0.568673 -2.172485 X3I 2.68E-07 7.04E-08 3.809820 D1I -2.481627 0.819125 -3.029606 D2I -2.420340 0.970886 -2.492920 C 4.609176 2.948192 1.563391 Mean dependent var 0.515152 S.E. of regression 0.315365 Sum squared resid 5.967295 Log likelihood -20.07242 Restr. log likelihood -45.71741 LR statistic (5 df) 51.28997 Probability(LR stat) 7.54E-10 Obs with Dep=0 32 Obs with Dep=1 34
Prob. 0.0181 0.0298 0.0001 0.0024 0.0127 0.1180
S.D. dependent var 0.503600 Akaike info criterion 0.790073 Schwarz criterion 0.989133 Hannan-Quinn criter. 0.868731 Avg. log likelihood -0.304128 McFadden R-squared 0.560946 Total obs
66
Lampiran 1. Data Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penge mbalian Kredit Pengusaha Kecil pada Program Kemitraan CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Telkom Divre II Jakarta No.
Yi
X1i
X2i
X3i
X4i
X5i
X6i
X7i
D1i
D2i
0
10000000
6
5000000
3
45
2
16
0
0
0
10000000
6
2500000
3
37
3
12
0
0
1
10000000
6
5000000
4
42
2
16
0
0
4
1
10000000
6
10000000
2
40
2
12
0
0
5
1
10000000
6
4500000
2
45
2
12
0
0
6
1
30000000
8
8000000
3
38
2
12
0
0
7
1
30000000
8
8000000
3
34
2
12
0
0
8
1
30000000
8
8000000
4
28
2
12
0
0
9
1
30000000
8
8000000
2
30
2
12
0
0
10
1
30000000
8
8000000
3
31
2
9
0
0
11
1
30000000
8
8000000
3
25
2
9
0
0
12
1
25000000
8
8000000
3
27
2
12
0
0
13
1
25000000
8
5000000
3
25
2
9
0
0
14
1
10000000
6
5000000
3
31
2
9
0
0
15
0
10000000
6
800000
4
43
3
9
0
0
16
0
10000000
6
675000
3
24
3
12
0
0
17
0
10000000
6
500000
4
45
3
12
0
0
18
0
7000000
6
350000
3
30
2
12
0
1
19
0
6000000
6
250000
3
28
2
12
0
0
0
15000000
8
450000
5
55
2
6
1
0
21
0
5000000
6
300000
3
45
2
6
0
0
22
0
10000000
6
300000
3
36
2
6
0
0
23
0
10000000
6
300000
4
39
2
9
0
0
24
0
5000000
6
300000
3
34
2
6
0
0
25
0
10000000
6
750000
6
50
3
12
0
0
26
0
10000000
6
600000
4
48
2
12
0
0
27
0
20000000
8
1500000
3
35
3
12
0
0
28
1
15000000
8
4500000
3
45
3
12
0
0
29
1
40000000
10
12500000
3
58
2
16
0
0
30
0
25000000
8
1500000
3
45
4
16
0
0
31
1
50000000
10
8000000
4
56
4
6
1
0
32
1
50000000
10
8000000
3
45
4
15
0
0
1
50000000
10
8000000
3
43
4
9
0
0
0
50000000
10
4000000
4
35
4
16
0
1
1
10000000
6
5000000
3
43
3
9
0
0
1
50000000
10
28000000
3
40
4
16
0
0
1 2 3
20
33 34 35 36
37
0
10000000
6
4000000
3
55
4
6
0
0
38
0
25000000
8
8000000
3
42
3
12
0
0
39
1
10000000
6
10000000
3
39
4
15
0
0
40
0
5000000
6
5000000
2
35
3
12
0
1
41
1
10000000
6
15000000
3
39
3
15
0
1
42
1
10000000
6
10000000
3
48
4
9
0
0
0
10000000
6
15000000
3
46
3
16
0
1
1
150000000
12
60000000
2
42
3
16
0
1
0
5000000
6
6000000
2
38
4
12
0
0
0
10000000
6
10000000
4
45
3
12
1
1
47
0
10000000
6
10000000
2
50
3
9
1
0
48
0
10000000
6
10000000
3
48
3
9
1
0
49
0
10000000
6
10000000
4
46
3
9
1
0
50
0
10000000
6
10000000
5
42
3
12
1
0
51
0
20000000
8
3500000
4
45
3
12
0
0
52
0
20000000
8
3500000
2
50
3
9
0
0
53
0
20000000
8
3500000
3
53
3
6
0
0
54
1
10000000
6
15000000
6
40
5
12
0
0
55
1
10000000
6
15000000
3
43
5
9
0
0
56
1
10000000
6
15000000
4
42
5
9
0
0
57
1
10000000
6
15000000
3
50
5
9
0
0
58
1
10000000
6
15000000
4
51
5
9
0
0
59
1
10000000
6
15000000
4
46
5
9
0
0
1
10000000
6
15000000
3
41
5
9
0
0
1
10000000
6
15000000
1
36
5
15
0
1
62
1
10000000
6
15000000
4
40
5
6
0
0
63
1
10000000
6
15000000
3
45
5
6
0
0
64
0
40000000
10
12000000
4
45
5
12
0
0
65
1
10000000
6
5000000
2
39
4
12
0
0
15000000 66 0 8 3000000 Sumber: PT.Telkom Divre II Jakarta (2007).
2
36
2
6
0
0
43 44 45 46
60 61
Keterangan: Yi = Tingkat pengembalian kredit 1= Lancar 0= Tidak lancar X1i = Jumlah pinjaman (rupiah) X2i = Tingkat suku bunga (persen) X3i = Penghasilan bersih usaha (rupiah) X4i = Pengalaman usaha (tahun) X5i = Usia (tahun) X6i = Jumlah tanggungan keluarga (orang) X7i = Pendidikan (tahun)
SD= 6 tahun, SMP= 9 tahun, SMA= 12 tahun, D3= 15 tahun, dan S1= 18 tahun. D1i = Dummy force major (bencana) 1= Terkena bencana 0= Tidak terkena bencana D2i = Dummy penghasilan di luar usaha 1= Memiliki penghasilan di luar usaha 0= Tidak memiliki penghasilan di luar usaha
Lampiran 2. Hasil Case Prossesing Summary Karakteristik Pengusaha dan Usaha Mitra Binaan PT. Telkom Divre II Jakarta Usia dengan Pengembalian Kredit Cases Valid N Usia * Pengembalian Kredit
Missing
Percent 66
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
Percent 66
100.0%
Pendidikan dengan Pengembalian Kredit Cases Valid N Pendidikan * Pengembalian Kredit
Percent 66
Missing Percent
N
100.0%
0
N
.0%
Total Percent 66
100.0%
Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Pengembalian Kredit Cases N Jml. Tanggungan Keluarga * Pengembalian Kredit
Valid Percent 66
N
Missing Percent
100.0%
0
N
.0%
Total Percent 66
100.0%
Penghasilan Bersih Usaha dengan Pengembalian Kredit Cases Valid N Penghasilan Bersih Usaha * Pengembalian Kredit
Missing Percent
66
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
Percent 66
100.0%
Pengalaman Usaha dengan Pengembalian Kredit Cases Valid N Pengalaman Usaha * Pengembalian Kredit
Missing
Percent 66
100.0%
N
Total
Percent 0
.0%
N
Percent 66
100.0%
Lampiran 4. Proses Penyaluran Kredit Dana Bergulir pada Program Kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta Calon Mitra Binaan
Divre (Unit CDC)
TELKOM CDC
Direktur SDM*
* atau pejabat lain yang diberi
Start
kewenangan oleh Direktur SDM dan bisnis pendukung
Evaluasi Awal Proposal Permohonan
Pemberitahuan
Verifikasi Anggaran
NO
Memenuhi Syarat?
Tersedia?
NO Database
YES
Daftar Tunggu
Survei
NO
YES Penetapan?
Usulan Penetapan
NO
Memenuhi Syarat?
YES
YES Pemberitahuan, Penandatangan Kontrak, dan Dropping Dana
Usulan Penetapan YES
Penandatangan Kontrak
Pemberitahuan, Penandatangan Kontrak, dan Dropping Dana
Dropping Dana Pemanfaatan Dana
Dropping Dana
Pengembalian Dana Pengambilan Dana
Dana Pemberitahuan
Sumber: PT. Telkom Divre II Jakarta.
Stop
Lampiran 5. Kontribusi Usaha Kecil, Menengah, dan Besar terhadap PDB Tahun 2003-2006 Rata-Rata Tahun 2003-2006 No. Lapangan Usaha (Persen) Kecil Menengah Besar Jumlah 1. Pertanian 87,25 8,64 4,12 100 Pertambangan dan 2. 8,20 3,25 88,55 100 Penggalian 3. Industri Pengolahan 13,07 11,90 75,03 100 4. Listrik, Gas, dan Air 0,54 7,74 91,72 100 5. Bangunan 44,28 21,77 33,95 100 Perdagangan, Hotel, dan 6. 75,47 20,79 3,75 100 Restoran 8. Keuangan, sewa, dan jasa 17,03 46,89 36,09 100 9. Jasa-jasa 39,70 7,93 52,38 100 PDB 38,80 15,96 42,25 100 PDB tanpa migas 43,11 17,63 39,26 100 Sumber: Perkembangan Indikator Makro UKM Tahun 2007, Berita Statistik Maret 2007, Badan Pusat Statistika dengan kementrian Koperasi & Usaha Kecil Menengah.
Lampiran 6. Jumlah Unit Usaha dan Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Skala Usaha Tahun 2005-2006
No.
1.
2.
Indikator
Satuan
Unit Usaha Usaha Kecil Usaha Menengah Usaha Besar Tenaga Kerja Usaha Kecil Usaha Menengah Usaha besar
(Unit) (Unit) (Unit)
Tahun Perkembangan 2005 2006 Jumlah Persen 47.109.555 48.936.840 1.827.285 3,88 47.006.889 48.822.925 1.816.036 3,86 95.855 106.711 10.856 11,33
(Unit) (Orang)
6.811 7.204 393 86.445.826 88.804.995 2.359.129
5,77 2,73
(Orang) (Orang)
78.994.872 80.933.384 1.938.512 4.238.921 4.483.109 244.188
2,45 5,76
(Orang)
3.212.033
3.388.462
176.429
5,49
Sumber: Perkembangan Indikator Makro UKM Tahun 2007, Berita Statistik Maret 2007, Badan Pusat Statistika dengan kementrian Koperasi & Usaha Kecil Menengah.