FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI Tahun 2014)
(Skripsi)
Oleh Nur Adila
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
ABSTRACT Determinants of Corporate Social Responsibility Disclosure in the Corporates Annual Reports (Empirical Study listed companies of Indonesia Stock Exchange in 2014)
By NUR ADILA
This study aimed to examine the effect of management ownership, independent commissioner, profitability (ROA), and industry type toward disclosure of Corporate Social Responsibility in companies listed on the Indonesia Stock Exchange. Corporate Social Responsibility disclosure measured by CSR index based on the Global Reporting Initiative (GRI) G4. The population in this study is all companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2014. Based on the purposive sampling method, the sum of sample that obtained from the population is 203 companies. Sources of data obtained from annual reports of companies listed on Indonesia Stock Exchange in 2014. The analytical method for this study uses multiple linear regression analysis with SPSS 21. Based on the result of the analysis showed that industry type positively influence the disclosure of Corporate Social Responsibility. While management ownership, independent commissioner, and profitability (ROA) are not influence the disclosure of Corporate Social Responsibility. Keywords: Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure, management ownership, independent commissioner, and profitability, industry type, Global Report Initiative (GRI) G4
ABSTRAK Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dalam Laporan Tahunan Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2014)
Oleh NUR ADILA
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kepemilikan manajemen, komisaris independen, profitabilitas (ROA), dan tipe industri terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility pada perusahaan yang terdaftar di BEI. Pengungkapan Corporate Social Responsibility diukur dengan CSR index berdasarkan Global Report Initiative (GRI) G4. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2014. Berdasarkan metode purposive sampling, jumlah sampel yang diperoleh adalah 203 perusahaan. Sumber data diperoleh dari laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014. Metode analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda dengan aplikasi software SPSS 21. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa tipe industri berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Sedangkan variabel kepemilikan manajemen, komisaris independen, dan profitabilitas (ROA) tidak berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Kata kunci: Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure, kepemilikan manajemen, komisaris independen, profitabilitas, tipe industri, Global Report Initiative (GRI) G4
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI Tahun 2014)
Oleh
NUR ADILA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA EKONOMI Pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Baturaja pada tanggal 20 Juni 1994 sebagai putri ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Andi Aziz dan Eliyarosa. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Asiyah pada tahun 2000, SD Negeri 8 OKU pada tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertamadi SMP Negeri 1 OKU dan lulus pada tahun 2009 dan menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 4 OKU hingga lulus pada tahun 2012. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung pada tahun 2012 dan sampai berhasil lulus ujian komprehensif tanggal 19 Juli 2016.
MOTTO
"If you set your goals ridiculously high and it's a failure, you will fail above everyone else's success." (James Cameron) “Sesungguhnya pertolongan itu datangnya bersama kesabaran dan sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan.” (Al-Hadist) “Belajar dari masa lalu, fokus hari ini, dan rencanakan masa depan”
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang. Karya ini kupersembahkan kepada orang-orang yang kusayangi: Ayah tercinta Andi Aziz dan Ibu Eliyarosa Ayunda Feny Arisandi, ayunda Indah Permata Sari, adik Suchi Pratiwi yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang tanpa henti, dan telah menjadi penyemangatku untuk menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Lampung. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan motivasi dan doa. Almamater tercinta Universitas Lampung.
SANWACANA
Bissmillahirahmanirrahim Segala puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT dan shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta sahabatnya. Alhamdulillah atas Kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dalam Laporan Tahunan Perusahaan”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. Terselesaikannya skripsi ini tak lepas dari bantuan, dukungan dan bimbingan berbagai pihak baik moril maupun materil. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tulus kepada: 1.
Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S. E., M. Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2.
Ibu Dr. Farichah, S.E., M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3.
Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
4.
Bapak Sudrajat, S.E., M. Acc., Akt., selaku Pembimbing Akademik penulis atas kesediaanya membantu, mengarahkan dan memberi masukan selama penulis menempuh pendidikan S1 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
5.
Bapak Drs. A. Zubaidi Indra, M.M, C.P.A., selaku Dosem Pembimbing I (satu) yang telah meluangkan waktu dan fikirannya serta memberikan kritik, saran, masukan dan semangat untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
6.
Ibu Dewi Sukmasari, S.E., M.S.A, Akt., selaku Dosen Pembimbing II (dua) yang telah meluangkan waktu dan fikirannya serta memberikan kritik, saran, masukan dan semangat untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
7.
Ibu Dr. Susi Sarumpaet, S.E., M.B.A., Akt., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik, saran dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini.
8.
Seluruh Dosen beserta seluruh staf karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan juga pembelajaran berharga bagi penulis selama menempuh program pendidikan S1.
9.
Kedua orang tua, Ayah (Andi Aziz) dan Ibu (Eliyarosa) yang tiada henti medoakan, memberi dukungan dan semangat untuk keberhasilan dan kesuksesanku.
10. Ayuk Feny, ayuk Indah, dan adik Chichi yang selalu memberi semangat dan mendoakan dalam kelancaran kuliah dan penyelesaian skripsi ini. 11. Seluruh sanak keluarga yang mendoakan dan memberi semangat dalam menyelesaiakan perkuliahan ini. 12. Sahabat-sahabatku tersayang yang berjuang bersama di jurusan Akuntansi, Nurul Qomariyah (Noe), Liana Dewi (Lingling), Eva Hardianti (Ipeh) yang selalu memberikan semangat dan mendoakan, membantu, memberikan nasihat dan saling mengingatkan, kalian yang akan aku rindukan, semoga kita selalu menjadi sahabat yang saling mendukung baik saat ini maupun dimasa yang akan datang. Semoga kita bisa berjumpa lagi dihari mendatang dengan kesuksesan kita. 13. Sahabatku Melya, Winda, Meyleri, terimakasih atas semangat, do’a, dan seluruh kisahnya. Semoga tetap saling mendukung sampai kapanpun meskipun terpisah jarak. 14. Untuk wanita-wanita luar biasa Galaxy Squad: As Shaumi, Ayu Aisyah, Citra, Dian Kusuma, Elia, Elvi, Eva, Evi, Liana, Mia, Muthia, Nurul, Priska, Puji Kurnia, Rizky Zakiyah, Rossinda, Sri Wahyuni, Susi Baggus, Trida, dan Widya. Terimakasih untuk semangat dan dukungannya. 15. Teman-teman sejawat akuntansi angkatan 2012. Terutama Firda Fitria, Tarra, Indah, Umi, Yunita, Wayan, Ferly, Sakinah, Ulin, Intan, Siti, Esa, Fatkhur, Dwi, Ani, Puspita. Terima kasih telah memberikan motivasi, semangat, canda dan tawa selama berada Universitas Lampung, semoga kita bisa berjumpa lagi dihari mendatang dengan kesuksesan yang kita punya.
16. Teman-teman KKN, Nina, Elen, Oliv, Tantra, Suharyadi, Lukman, Fajrin. Serta bapak, ibu, dan nenek tuan rumah yang memberikan kenangan indah selama menjalankan KKN selama 40 Hari di Desa Negeri Besar dan terima kasih telah menjadi bagian dari perjalanan pendidikanku. 17. Teman kost ku Navia, Firdha, Desi, Putri, terimakasih untuk semangat, canda tawa, saling membantu selama tiga tahun ini. Semoga pertemanan dan komunikasi kita tetap terjalin. 18. Almamaterku tercinta. 19. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari meskipun telah berusaha semaksimal mungkin skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, serta penulis sangat mengharapkan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Bandar lampung, 19 Juli 2016 Penulis
Nur Adila
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN ...................................................................................
1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................
6
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................
6
1.4 Manfaat Penelitian ..............................................................................
6
1.4.1 Manfaat Teoritis .......................................................................
6
1.4.2 Manfaat Praktis ........................................................................
7
II. TINJAUAAN PUSTAKA ......................................................................
8
2.1 Landasan Teori ...................................................................................
8
2.1.1 Teori Stakeholder .....................................................................
8
2.1.2 Teori Agency ............................................................................
9
2.1.3 Corporate Social Responsibility (CSR) ....................................
10
2.1.4 Pengungkapan Corporate Social Responsibility ......................
11
2.1.5 Kepemilikan Manajemen .........................................................
13
2.1.6 Komisaris Independen ..............................................................
14
2.1.7 Profitabilitas .............................................................................
16
2.1.8 Tipe Industri .............................................................................
17
2.2 Penelitian Terdahulu ...........................................................................
19
2.3 Pengembangan Hipotesis ...................................................................
22
2.3.1 Pengaruh Kepemilikan Manajemen Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibilit (CSR)......................................
22
2.3.2 Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibilit (CSR) .......................................................
23
2.3.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR).................................................................
24
2.3.4 Pengaruh Tipe Industri Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR).................................................................
24
2.4 Kerangka Pemikiran .........................................................................
26
III. METODE PENELITIAN ....................................................................
27
3.1 Populasi dan Sampel ........................................................................
27
3.2 Jenis dan Sumber Data .....................................................................
27
3.2.1 Metode Pengumpulan Data ......................................................
28
3.3 Variabel Penelitian ...........................................................................
28
3.3.1 Variabel Dependen ...................................................................
28
3.3.2 Variabel Independen ................................................................
29
3.3.2.1 Kepemilikan Manajemen .............................................
29
3.3.2.2 Komisaris Independen .................................................
30
3.3.2.3 Profitabilitas .................................................................
30
3.3.2.4 Tipe Industri .................................................................
31
3.4 Metode Analisis Data .......................................................................
31
3.4.1 Uji Statistik Deskriptif .............................................................
31
3.4.2 Uji Asumsi Klasik ....................................................................
32
3.4.2.1 Uji Normalitas ..............................................................
32
3.4.2.2 Uji Multikolonieritas ....................................................
33
3.4.2.3 Uji Heteroskedastisitas ................................................
33
3.4.2.4 Uji Autokorelasi ...........................................................
34
3.4.3 Analisis Regresi Berganda .......................................................
35
3.4.4 Uji Hipotesis ..........................................................................
36
3.4.4.1 Uji Kelayakan Model (Uji F) .......................................
36
3.4.4.2 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t) .................
36
3.4.4.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ....................................
37
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................
38
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................
38
4.1.1 Deskriptif Objek Penelitian ....................................................
38
4.1.2 Analisis Deskriptif .................................................................
39
4.1.3 Uji Asumsi Klasik ..................................................................
41
4.1.3.1 Uji Normalitas ...........................................................
41
4.1.3.2 Uji Multikolonieritas .................................................
44
4.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas ..............................................
45
4.1.3.4 Uji Autokorelasi ........................................................
46
4.1.4 Analisis Regresi Berganda .....................................................
47
4.1.5 Uji Hipotesis ..........................................................................
48
4.1.5.1 Uji Kelayakan Model (Uji F) ....................................
48
4.1.5.2 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t) ...............
49
2
4.1.5.3 Koefisien Determinasi (R ) .......................................
51
4.2 Pembahasan ......................................................................................
52
4.2.1 Pengaruh Kepemilikan Manajemen Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibilit (CSR) ...................................
52
4.2.2 Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibilit (CSR) ...................................
53
4.2.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) ..............................................................
54
4.2.4 Pengaruh Tipe Industri Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) ..............................................................
55
V. SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................
57
5.1 Simpulan .............................................................................................
57
5.2 Keterbatasan Simpulan .......................................................................
58
5.3 Saran ...................................................................................................
58
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu ...............................................................................
19
4.1 Penentuan Sampel Penelitian ..................................................................
38
4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ...................................................................
39
4.3 Hasil Uji Normalitas ...............................................................................
42
4.4 Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi dan Outlier .........................
43
4.5 Hasil Uji Multikolonieritas .....................................................................
45
4.6 Hasil Uji Heterokedastisitas ....................................................................
46
4.7 Hasil Uji Autokorelasi ............................................................................
46
4.8 Hasil Analisis Regresi Berganda .............................................................
47
4.9 Hasil Uji Statistik F .................................................................................
49
4.10 Hasil Uji Statistik t ................................................................................
50
4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi ...........................................................
51
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................................
26
4.4 Grafik Normal P-Plot of Regression Standarized Residual ....................
44
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Daftar Sampel 203 Perusahaan
Lampiran 2
Daftar Sampel 169 Perusahaan
Lampiran 3
Item Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Lampiran 4
Tabulasi Data Penelitian Tahun 2014 (203 Perusahaan)
Lampiran 5
Tabulasi Data Penelitian Tahun 2014 (169 Perusahaan)
Lampiran 6
Hasil Uji Analisis Data
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Rensposibility (CSR) merupakan suatu tindakan yang dilakukan perusahaan sesuai dengan kemampuan perusahaan tersebut sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap sosial dan lingkungan dimana perusahaan itu berada. Untuk kelangsungan jangka panjang perusahaan, perusahaan harus memperhatikan kepentingan stakeholdernya dan menjalin kerjasama dengan stakeholder. Wacana mengenai CSR di Indonesia mulai mengemuka pada tahun 2001, namun sebelum wacana ini mengemuka telah banyak perusahaan yang menjalankan CSR dan sangat sedikit yang mengungkapkannya dalam sebuah laporan. Hal ini terjadi mungkin karena kita belum mempunyai sarana pendukung seperti: standar pelaporan, tenaga terampil (baik penyusun laporan maupun auditornya). Disamping itu, sektor pasar modal Indonesia juga kurang mendukung dengan belum adanya penerapan indeks yang memasukkan kategori saham-saham perusahaan yang telah mempraktikkan CSR. Beberapa tahun terakhir ini, di Indonesia sering terjadi permasalahan yang berkaitan dengan CSR. Misalnya, bencana kebakaran hutan yang terjadi di daerah Sumatera dan Kalimantan. Hal tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan yang
2
dicapai oleh perusahaan memang tidak diikuti dengan kepedulian perusahaan terhadap masyarakat serta lingkungan. Program CSR tidak hanya menguntungkan masyarakat di sekitar perusahaan, melainkan juga bermanfaat bagi keberlanjutan bisnis perusahaan itu sendiri. Jika ditinjau dari segi ekonomi, tujuan utama perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya sehingga seringkali perusahaan mengabaikan dampak sosial dan lingkungan yang terjadi atas tindakan ekonomi yang dilakukan dimana tindakan tersebut dapat menimbulkan kerusakan lingkungan, misalnya penggundulan hutan, polusi udara, pencemaran air, dan sebagainya. Melalui kegiatan tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) yang biasa dikenal dengan triple bottom line (economic, social, and environmental), diharapkan perusahaan tidak hanya berfokus pada masalah finansial tetapi juga memperhatikan keadaan sosial dan lingkungan sekitarnya (Santioso dan Chandra, 2012). Meningkatnya kasus-kasus antara masyarakat dan perusahaan, pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang tentang kewajiban pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Namun pada kenyataannya masih banyak perusahan di Indonesia yang tidak sunggung-sungguh dalam pelaksanaannya, bahkan tidak menjalakannya sama sekali (Yanti, 2015). Hal ini didukung Antara News (2007) dalam artikel “Kurang dari 50 Persen Perusahaan Laksanakan CSR” yang menyebutkan bahwa: pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia sejauh ini masih sangat kurang, karena kurang dari 50% perusahaan di Indonesia yang memperhatikan dan melakukan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan, khususnya dalam kegiatan di bidang lingkungan
3
(antaranews.com). Pelaksanaan CSR di Indonesia harus disadari sebagai sebuah proses. Dari sisi perusahaan, tak sepenuhnya perusahaan memiliki kesadaran dan kesukarelaan untuk menyalurkannya tanpa adanya paksaan melalui regulasi (kabarcsr.com). Saat ini penerapan program CSR oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia sudah cukup baik, karena dari 507 perusahaan hanya 44 perusahaan yang belum menerapkan program CSR. Hal tersebut menunjukkan bahwa sudah 91% perusahaan di Indonesia melaksanakan program CSR. Program-program CSR perlu terus didorong untuk diwujudkan dalam karya nyata melalui pengembangan kemitraan antara pemerintah, kalangan usaha, dan masyarakat. Program CSR akan mendapat kepercayaan masyarakat jika dikembangkan melalui contoh nyata yang baik. Dalam artikel “Indonesia CSR Award 2014, CFCD Berikan Penghargaan Kepada 37 Perusahaan”. Sebanyak 37 perusahaan memperoleh penghargaan Indonesia CSR Award 2014 dari lembaga nirlaba Corporate Forum for Community Development (CFCD). Kehadiran CFCD dalam hal ini mendorong agar perusahaan-perusahaan tersebut dapat lebih peduli terhadap lingkungan sekitar wilayah operasinya (bisnis.com). Seperti halnya PT Inalum (Persero) yang meraih penghargaan pada bidang corporate social responsibility (CSR) pada ajang CSR Award 2014 untuk sektor industri dan manufaktur. PT Inalum meraih penghargaan untuk bidang Pendidikan dan Budaya yaitu pelaksanaan program “Besar Asa (Beasiswa Sarjana dan Siswa Berbasis Desa)”. Serta apresiasi untuk aspek pelibatan dan pengembangan masyarakat di bidang penciptaan lapangan kerja dan peningkatan keterampilan,
4
serta program Air Bersih (bumninsight.co.id). Dengan melakukan CSR, diharapkan manajemen perusahaan dapat melakukan pengungkapan CSR atas kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Tujuan dilakukannya pengungkapan CSR adalah untuk memperoleh keunggulan kompetitif daripada perusahaan-perusahaan lainnya, untuk memenuhi ketentuan kontrak pinjaman, untuk memenuhi kebutuhan akan ekspektasi masyarakat, untuk melegitimasi tindakan perusahaan, dan untuk menarik investor (Deegan dan Blomquist, 2001; Hasnas, 1998; Sayekti dan Wondabio, 2007; Purnasiwi, 2011) dalam Laksmitaningrum (2013). Dengan demikian, pengungkapan CSR merupakan suatu hal yang penting untuk diungkapkan dan berguna bagi para pengguna informasi keuangan dan memberikan banyak manfaat kepada perusahaan (Laksmitaningrum, 2013). Telah banyak dilakukan penelitian mengenai pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dan terdapat beberapa beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya perbedaan hasil. Dimana ada faktor yang terbukti berpengaruh signifikan pada suatu penelitian, tetapi tidak berpengaruh signifikan pada penelitian yang lain. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lahan (2012) bahwa kepemilikan manajemen berpengaruh positif secara signifikan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Janra (2015), kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Pada penelitian yang dilakukan oleh Fahrizqi (2010), Santioso dan Chandra (2012) menghasilkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial, namun
5
penelitian yang dilakukan Nur dan Priantinah (2012) dan Reverte (2009) tidak terbukti berpengaruh antara profitabilitas terhadap pengungkapan CSR. Pada penelitian Santioso dan Chandra (2012) menghasilkan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial, namun penelitian yang dilakukan Aini dan Cahyonowati (2011) membuktikan bahwa independensi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Pada variabel tipe industri, hasil penelitian yang dilakukan oleh Rakhmawati (2011), Zulfi dan Permatasari (2014) bahwa tipe industri berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Silaen (2010) tipe industri tidak mempunyai pengaruh terhadap tingkat pengungkapan CSR. Perbedaan hasil penelitian tersebut dapat terjadi karena beberapa alasan seperti perbedaan periode waktu penelitian, interpretasi peneliti terhadap laporan keuangan perusahaan atas variabel yang digunakan maupun perbedaan metode pengujian yang ditempuh oleh peneliti (Fahrizqi, 2010). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan indeks pengungkapan CSR GRI G4 Guidelines. Berdasarkan uraian tersebut maka judul yang diambil dalam penelitian ini adalah “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dalam Laporan Tahunan Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2014)”.
6
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah kepemilikan manajemen berpengaruh terhadap pengungkapan CSR? 2. Apakah komisaris independen berpengaruh terhadap pengungkapan CSR? 3. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan CSR? 4. Apakah tipe industri berpengaruh terhadap pengungkapan CSR?
1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menguji secara empiris pengaruh kepemilikan manajemen terhadap pengungkapan CSR perusahaan. 2. Untuk menguji secara empiris pengaruh komisaris independen terhadap pengungkapan CSR perusahaan. 3. Untuk menguji secara empiris pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan CSR perusahaan. 4. Untuk menguji secara empiris pengaruh tipe industri terhadap pengungkapan CSR perusahaan. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan Corporate Social Responsibility dan dapat dijadikan bahan perbandingan bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.
7
1.4.2 Manfaat Praktis
Sebagai referensi manajemen perusahaan, calon investor, dan stakeholder dalam pengambilan keputusan, dan juga sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan keputusan sehubungan dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam laporan tahunan perusahaan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Stakeholder Teori stakeholder merupakan teori yang menggambarkan kepada pihak mana saja (stakeholder) perusahaan bertanggungjawab (Freeman, 2001). Tujuan dari manajemen stakeholder adalah merancang metode untuk mengelola berbagai kelompok dan hubungan yang dihasilkan dengan cara yang strategis (Freeman dan McVea, 2001). Perusahaan harus menjaga hubungan dengan stakeholdernya dengan mengakomodasi keinginan dan kebutuhan stakeholdernya, terutama stakeholder yang mempunyai power terhadap ketersediaan sumber daya yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan, misal tenaga kerja, pasar atas produk perusahaan dan lain-lain (Ghozali dan Chariri, 2007). Salah satu strategi untuk menjaga hubungan dengan para stakeholder perusahaan adalah dengan melaksanakan CSR, dengan pelaksanaan CSR diharapkan keinginan dari stakeholder dapat terakomodasi sehingga akan menghasilkan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan stakeholdernya. Hubungan yang harmonis akan berakibat pada perusahaan dapat mencapai keberlanjutan atau kelestarian perusahaannya (sustainability).
9
Stakeholder theory menurut (Ghozali & Chariri, 2007) mengatakan bahwa, perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut. 2.1.2 Teori Agency Menurut Jensen dan Meckling (dalam Godfrey, et al., 2010 : 362), teori agensi adalah: “An agency relationship as arising where there is a contract under which one party (the principal) engages another party (the agent) to perform some service on the principal’s behalf. Under the contract, the principal delegates some decision-making authority to the agent.” Dapat disimpulkan bahwa teori agensi menjelaskan hubungan antara dua pihak dimana salah satu pihak menjadi agen dan pihak lain yang bertindak sebagai principal. Hubungan agensi muncul ketika adanya hubungan kerjasama antara principal dan agen, dan adanya perbedaan kepentingan antara pihak-pihak tersebut. Teori agensi menjelaskan adanya konflik kepentingan antara manajer (agen) dan principal (pemilik). Pemilik ingin mengetahui semua informasi di perusahaan termasuk aktifitas manajemen dan sesuatu yang terkait investasi dananya dalam perusahaan. Hal ini dilakukan untuk meminta pertanggungjawaban atas kinerja manajer (Hendrikson,2001:206). Untuk menghindari hal tersebut, diperlukan akuntan publik yang mengevaluasi kinerja manajer. Prinsip utama teori ini adalah
10
menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer (Fahrizqi, 2010). Berdasarkan teori keagenan, konflik antara prinsipal dan agen dapat dikurangi dengan mensejajarkan kepentingan antara principal dan agen. Kehadiran kepemilikan saham oleh manajerial (insider ownership) dapat digunakan untuk mengurangi agency cost yang berpotensi timbul, karena dengan memiliki saham perusahaan diharapkan manajer merasakan langsung manfaat dari setiap keputusan yang diambilnya. Proses ini dinamakan dengan bonding mechanism, yaitu proses untuk menyamakan kepentingan manajemen melalui program mengikat manajemen dalam modal perusahaan. 2.1.3 Corporate Social Responsibility (CSR) Menurut Yusuf Wibisono (2007: 8), Corporate Social Rensposibility adalah: “CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi sosial dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.” Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) didefinisikan sebagai pembangunan atau perkembangan yang memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya (dalam Yusuf Wibsono, 2007: 13)
11
Konsep CSR pada umumnya menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan tidak hanya terhadap pemiliknya atau pemegang saham saja tetapi juga kepada para stakeholders yang terkait atau terkena dampak dari keberadaan perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori stakeholder yang menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya (Chariri dan Ghozali, 2007) 2.1.4 Pengungkapan Corporate Social Responsibility Sejak tanggal 23 September 2007, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility disclosure) mulai diwajibkan melalui UU Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007, khususnya untuk perusahaanperusahaan yang hidup dari ekstraksi sumber daya alam. Dalam Pasal 74 UndangUndang tersebut diatur tentang kewajiban pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Sehingga, tidak ada lagi sebutan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility disclosure) yang sukarela, namun pengungkapan yang wajib hukumnya. Pengungkapan wajib (mandatory disclosure) merupakan pengungkapan yang harus diungkapkan atau disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku (kewajiban perusahaan). Sedangkan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) merupakan pengungkapan yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Pengungkapan program CSR di Indonesia telah diperkuat dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah No.47/2012 tentang “Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Perseroan Terbatas”. Peraturan ini untuk melengkapi
12
peraturan yang tidak diatur dalam UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dalam Pasal 74 (1). Pengungkapan CSR di Indonesia telah diatur pelaksanaannya dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 1 (revisi 2012) paragraph 15 yang secara implisit menyarankan untuk mengungkapkan tanggung jawab akan masalah lingkungan dan sosial. “Entitas dapat pula menyajikan terpisah dari laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah, khususnya bagi industri dimana faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Laporan tersebut di luar ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan”. Dalam proses pelaporan, ada beberapa standar pelaporan yang sudah dikenal untuk mengimplementasikan CSR. Terdapat standar pelaporan dari Global Reporting Initiative (GRI). GRI merupakan sebuah organisasi independen yang telah mempelopori pengembangan keberlanjutan dunia dan berkomitmen untuk terus menerus melakukan perbaikan dan penerapan di seluruh dunia. Indikator GRI G4 (globalreporting.org) yaitu: 1. Indikator kinerja ekonomi 2. Indikator kinerja lingkungan 3. Indikator praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan kerja 4. Indikator Hak Asasi Manusia 5. Indikator masyarakat 6. Indikator tanggung jawab atas produk
13
Ada berbagai motivasi bagi para manajer untuk sukarela melakukan kegiatan seperti memutuskan untuk melaporkan informasi sosial dan lingkungan. Deegan (2002) dalam Fahrizqi (2010) dalam penelitiannya merangkum beberapa alasan yang dikemukakan oleh berbagai peneliti untuk melaporkan informasi sosial dan lingkungan, antara lain: 1. Keinginan untuk mematuhi persyaratan yang ada dalam Undang-Undang. 2. Pertimbangan rasionalitas ekonomi. 3. Keyakinan dalam proses akuntabilitas untuk melaporkan. 4. Keinginan untuk mematuhi persyaratan peminjaman. 5. Untuk memenuhi harapan masyarakat, mungkin mencerminkan suatu pandangan yang sesuai dengan "komunitas lisensi untuk beroperasi". 2.1.5 Kepemilikan Manajemen Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan presentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen (Dewi, 2008). Pihak tersebut adalah mereka yang duduk di dewan komisaris dan dewan direksi perusahaan. Adanya kepemilikan saham oleh pihak manajemen akan menimbulkan suatu pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil oleh manajemen perusahaan. Kepemilikan manajerial juga dapat diartikan sebagai persentase saham yang dimiliki oleh manajer dan direktur perusahaan pada akhir tahun untuk masing–masing periode pengamatan (Janra, 2015). Pendekatan keagenan menganggap struktur kepemilikan manajerial sebagai suatu instrument atau alat yang digunakan untuk mengurangi konflik keagenan terhadap sebuah perusahaan. Peningkatan kepentingan manajerial
14
digunakan sebagai cara untuk mengurangi konflik keagenan. Konflik antara prinsipal dan agen dapat dikurangi dengan mensejajarkan kepentingan antara prinsipal dan agen. Kehadiran kepemilikan saham oleh manajerial dapat digunakan untuk mengurangi agency cost yang berpotensi timbul, karena dengan memiliki saham perusahaan diharapkan manajer merasakan langsung manfaat dari setiap keputusan yang diambilnya. Dengan peningkatan persentase kepemilikan, manajer termotivasi meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab meningkatkan kemakmuran pemegang saham. 2.1.6 Komisaris Independen Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan dengan direksi, anggota dewan komisaris yang lain, serta tidak mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali yang dapat mempengaruhi kapasitasnya untuk dapat melakukan tugasnya sebagai komisaris independen yang murni bekerja demi kepentingan perusahaan (KNKG, 2006). Sebagai wakil dari principal di dalam perusahaan, dewan komisaris dapat mempengaruhi luasnya pengungkapan tanggung jawab sosial, karena dewan komisaris merupakan pelaksana tertinggi di dalam entitas dan menginginkan adanya peningkatan citra perusahaan untuk jangka panjang. Dengan semakin banyaknya informasi tanggung jawab sosial yang diungkapkan perusahaan, maka image perusahaan akan semakin baik (Gray et al., 1995 dalam Lukum dan Monoarfa, 2014).
15
Tugas utama dari dewan komisaris salah satunya adalah melakukan fungsi pengawasan terhadap manajemen, sehingga dalam melaksanakan tugasnya komisaris independen dapat menunjukkan independensinya dengan kompetensi yang terbaik untuk kepentingan perusahaan. Keberadaan dewan komisaris independen akan semakin menambah efektifitas pengawasan. Semakin besar komposisi komisaris independen, maka dewan komisaris dapat bertindak semakin objektif dan mampu melindungi seluruh pemangku kepentingan. Semakin banyak jumlah dewan komisaris independen dalam perusahaan, maka akan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Ratnasari dan Prastiwi (2010) berpendapat bahwa keberadaan komisaris independen diharapkan dapat bersikap netral terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh direksi. Karena komisaris independen yang tidak terpengaruh oleh manajemen cenderung mendorong perusahaan untuk mengungkapkan informasi yang lebih luas kepada para stakeholdernya. Dengan demikian, semakin besar proporsi dewan komisaris independen dapat mendorong pengungkapan informasi CSR. Beberapa kriteria tentang keberadaan komisaris independen telah diatur Bursa Efek Indonesia melalui peraturan BEI sejak tanggal 20 Juli 2001 sebagai berikut: 1. Komisaris independen tidak memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang saham mayoritas atau pemegang saham pengendali (controlling shareholders) perusahaan tercatat yang bersangkutan. 2. Komisaris independen tidak memiliki hubungan dengan direktur dan atau komisaris lainnya perusahaan tercatat yang bersangkutan.
16
3. Komisaris independen tidak memiliki kedudukan rangkap pada perusahaan lainnya yang terafiliasi dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan. 4. Komisaris independen harus mengerti peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. 5. Komisaris independen diusulkan dan dipilih oleh pemegang saham minoritas yang bukan merupakan pemegang saham pengendali (bukan controlling shareholders) dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 2.1.7 Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan adalah memperoleh laba yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal, perusahaan dapat berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu produk dan melakukan investasi baru. (Kasmir, 2011 : 196) Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sehingga mampu meningkatkan nilai pemegang saham perusahaan. Terpenuhinya tanggung jawab agen kepada principal memperoleh keuntungan, memberikan keleluasan kepada manajemen entitas untuk melakukan CSR sebagai strategi menjaga hubungan baik dengan stakeholder lainnya. Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial (Anggraini, 2006). Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang
17
tinggi cenderung untuk mengungkapkan lebih banyak informasi, karena ingin menunjukkan kepada public dan stakeholders bahwa perusahaan memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi dibandingkan dengan perusahaan lain pada industri yang sama (Almiyanti, 2014). Apabila perusahaan dapat mencapai rasio profitabilitas yang tinggi, maka akan memicu pihak manajemen untuk mengungkapkan informasi sosial sehingga mengurangi resiko adanya pandangan yang negatif dari pasar (Almiyanti, 2014). 2.1.8 Tipe Industri Tipe industri merupakan karakteristik yang dimiliki oleh perusahaan yang berkaitan dengan lingkungan perusahaan, bidang usaha, risiko usaha, dan karyawan yang dimiliki. Tipe industri terbagi menjadi dua macam yaitu industri high profile dan low profile. Robert (1992) dalam Anggraini (2006) mendefinisikan perusahaan dengan kategori high profile merupakan perusahaan yang mempunyai tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap lingkungan (consumer visibility), tingkat risiko politik yang tinggi atau tingkat kompetisi yang ketat, sehingga mendapat sorotan dari masyarakat karena dalam aktivitas operasinya berpotensi membawa akibat yang berkaitan bagi masyarakat. Sedangkan perusahaan low profile adalah perusahaan yang memiliki tingkat consumer visibility dan political visibility yang rendah, sehingga tidak terlalu mendapat sorotan luas dari masyarakat apabila dalam melakukan aktivitasnya perusahaan mengalami kegagalan atau kesalahan dalam proses atau hasil produksinya. Preston (1977) dalam Hackston &Milne (1996) mengatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktivitas ekonomi yang memodifikasi lingkungan, seperti industri
18
ekstraktif, lebih mungkin mengungkapkan informasi mengenai dampak lingkungan dibandingkan industri yang lain. Berdasarkan teori stakeholder sebuah perusahaan harus mampu untuk memberikan manfaat bagi stakeholdernya karena keberadaan perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan stakeholdernya. Manfaat tersebut dapat diberikan dengan cara menerapkan program corporate social responsibility sehingga industri high profile diyakini melakukan pengungkapan sosial lebih banyak daripada industri low profile karena perusahaan dengan kategori high profile merupakan perusahaan yang dalam aktivitas operasinya lebih banyak berpotensi membawa akibat yang berkaitan bagi masyarakat . Semakin baik dan terpandangnya suatu perusahaan maka akan semakin efektif pengungkapan tanggungjawab sosial yang dilaksanakan dan diungkapkan oleh perusahaan. Perusahaan low profile diharapkan untuk mengungkapkan CSR lebih banyak dan menunjukkan perhatian yang lebih besar kepada masyarakat untuk meningkatkan image perusahaan. Oleh karena itu tipe industri akan mempengaruhi besar kecilnya pengungkapan CSR. Pada penelitian ini yang dikategorikan dalam kelompok industri high profile berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Hackston & Milne (1996); Indrawati (2009); Zuhroh dan Sukmawati (2003); Zulfi (2014) antara lain industri pertambangan dan perminyakan, kimia, hutan, kertas, otomotif, penerbangan, agribisnis, tembakau dan rokok, produk makanan dan minuman, media dan komunikasi, energi (listrik), enggneering, kesehatan serta transportasi dan pariwisata. Sedangkan yang termasuk dalam kategori industri low profile antara
19
lain indusri di bidang bangunan, keuangan dan perbankan, supplier peralatan medis, property, retailer, tekstil dan produk tekstil, produk personal, dan produk rumah tangga. 2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Carmelo Reverte (2009)
Anggara Fahrizqi (2010)
Judul Penelitian
Variabel
Determinants of Corporate Social Responsibility Disclosure Ratings by Spanish Listed Firms
Dependen: Pengungkapan CSR
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Laporan Tahunan Perusahaan: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar dalam Bursa
Dependen: Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Independen: Media Exposure, International Listing, Profitabilitas (ROA), Size, Struktur Kepemilikan, Sensivitas Industri, dan Leverage
Independen: Ukuran Perusahaan, Profitabilitas (ROA), Leverage, dan Ukuran Dewan Komisaris
Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel media exposure, international listing, size, struktur kepemilikan, dan sensivitas industri terbukti berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan variabel profitabilitas dan leverage tidak terbukti berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa secara parsial ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dengan arah positif, sedangkan leverage dan ukuran dewan komisaris secara parsial tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.
20
Efek Indonesia Nike Nur Aini dan Nur Cahyonowati (2011)
Linda Santioso dan Erline Chandra (2012)
Marzully Nur dan Denies Priantinah (2012)
Pengaruh Karakteristik Good Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) (Studi Empiris pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
Dependen: Luas Pengungkapan CSR
Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Leverage, Umur Perusahaan, dan Dewan Komisaris Independen dalam Pengungkapan Corporate Social Responsibility: Studi pada Perusahaan Manufaktur di BEI
Dependen: Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social
Dependen: Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Independen: Ukuran Dewan Komisaris, Independensi Dewan Komisaris, Independensi Komite Audit, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Asing, dan Kepemilikan Terkonsentrasi
Independen: Profitabilitas (ROE), Ukuran Perusahaan, Leverage, Umur Perusahaan, dan Dewan Komisaris Independen
Hasil penelitian ini menemukan hanya tiga variabel yaitu ukuran dewan komisaris, kepemilikan institusional dan kepemilikan asing yang berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan untuk Independensi Dewan Komisaris, Independensi Komite Audit, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan Terkonsentrasi tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.
Profitabilitas, ukuran perusahaan, dan proporsi dewan komisaris independen memiliki pengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Sedangkan untuk leverage dan umur perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Profitabilitas, kepemilikan saham publik dan pengungkapan media tidak beperngaruh terhadap pengungkapan
21
Responsibility Di Indonesia: Studi Empiris Pada Perusahaan Berkategori High Profile Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia)
Independen: Profitabilitas (ROA), Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Saham Publik, Dewan Komisaris, Leverage dan Pengungkapan Media Independen
CSR, sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR, dan terdapat pengaruh yang signifikan dan negatif dari variabel dewan komisaris dan leverage.
Maria Wijaya Faktor-Faktor (2012) Yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Dependen: Pengungkapan tanggung jawab sosial
Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial dengan arah positif. Sedangkan untuk ukuran dewan komisaris, leverage, profitabilitas, dan kinerja lingkungan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.
Nike Meilissa Pengaruh Zulfi (2014) Kepemilikan Saham Pemerintah, Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility Pada Perusahaan Go Public Di Indonesia (Studi Empiris Perusahaan Yang Terdaftar
Dependen: Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility
Independen: Ukuran Dewan Komisaris, Leverage, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas (NPM), dan Kinerja Lingkungan
Independen: Kepemilikan Saham Pemerintah, Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Dan Profitabilitas
Tipe Industri dan Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial sosial. Sedangkan Kepemilkan Saham Pemerintah dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.
22
Di Bei Tahun 2008-2012) Diyong Murdi Janra (2015)
Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Leverage, Profitabilitas, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Informasi Pertanggungjaw aban Sosial Perusahaan: Studi Empiris Pada Perusaahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2010-2013
Dependen: Pengungkapan informasi pertanggungjaw aban sosial perusahaan
Independen: Kepemilikan Manajerial, Leverage, Profitabilitas (ROA), dan Ukuran Perusahaan
Profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sedangkan kepemilikan manajerial dan leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.
2.3 Pengambangan Hipotesis 2.3.1 Pengaruh Kepemilikan Manajemen Terhadap Pengungkapan CSR Konflik kepentingan antara manajer dengan pemilik menjadi semakin besar ketika kepemilikan manajer terhadap perusahaan semakin kecil. Dalam hal ini manajer akan berusaha untuk memaksimalkan kepentingan dirinya dibandingkan kepentingan perusahaan. Sebaliknya semakin besar kepemilikan manajer di dalam perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan, dengan kata lain biaya kontrak dan pengawasan menjadi rendah [Jensen & Meckling (1976) dalam Anggraini (2006)]. Kehadiran kepemilikan saham oleh manajerial dapat digunakan untuk mengurangi agency cost yang berpotensi timbul, karena dengan memiliki saham perusahaan diharapkan manajer
23
merasakan langsung manfaat dari setiap keputusan yang diambilnya. Dengan peningkatan persentase kepemilikan, manajer termotivasi meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab meningkatkan kemakmuran pemegang saham. H1: kepemillikan manajemen berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.
2.3.2 Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Pengungkapan CSR Komisaris independen berkewajiban untuk memberikan nasihat dalam pengambilan keputusan oleh dewan komisaris, sehingga jika jumlah anggota komisaris independen semakin besar, maka akan semakin besar pengawasan terhadap keputusan CEO dalam pelaksanaan kegiatan. Sebagai wakil dari principal di dalam perusahaan, dewan komisaris dapat mempengaruhi luasnya pengungkapan tanggung jawab sosial, karena dewan komisaris merupakan pelaksana tertinggi di dalam entitas dan menginginkan adanya peningkatan citra perusahaan untuk jangka panjang. Dengan semakin banyaknya informasi tanggung jawab sosial yang diungkapkan perusahaan, maka image perusahaan akan semakin baik (Gray et al., 1995 dalam Lukum dan Monoarfa, 2014). Keberadaan dewan komisaris independen akan semakin menambah efektifitas pengawasan. Semakin besar komposisi komisaris independen, maka dewan komisaris dapat bertindak semakin objektif dan mampu melindungi seluruh pemangku kepentingan. Dengan demikian, semakin besar proporsi dewan komisaris independen dapat mendorong pengungkapan informasi CSR (Ratnasari dan Prastiwi, 2010). Jika pengawasan telah dilakukan dengan efektif, maka pengelolaan perusahaan akan dilakukan dengan baik pula, dan manajemen akan mengungkapkan semua informasi yang ada, termasuk tanggung jawab sosial.
24
H2 : komisaris independen berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.
2.3.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan CSR Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham [Heinze (1976) dalam Hackston & Milne (1996)]. Terpenuhinya tanggung jawab agen kepada prinsipal yaitu memperoleh keuntungan, memberikan keleluasan kepada manajemen entitas untuk melakukan CSR sebagai strategi menjaga hubungan baik dengan stakeholder lainnya. Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial (Anggraini, 2006). Apabila perusahaan dapat mencapai rasio profitabilitas yang tinggi, maka akan memicu pihak manajemen untuk mengungkapkan informasi sehingga mengurangi resiko adanya pandangan yang negatif dari pasar (Almiyanti, 2014). Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial [Bowman & Haire (1976) dan Preston (1978) dalam Hackston & Milne (1996) Fahrizqi (2010)]. H3 : profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.
2.3.4 Pengaruh Tipe Industri Terhadap Pengungkapan CSR Zuhroh dan Sukmawati (2003) mendefinisikan perusahaan dengan kategori high profile merupakan perusahaan yang mendapat sorotan dari masyarakat karena dalam aktivitas operasinya bepotensi membawa akibat yang berkaitan bagi masyarakat. Sehingga industri high profile diyakini melakukan pengungkapan sosial lebih banyak daripada industri low profile. Sedangkan perusahaan low
25
profile adalah perusahaan yang tidak terlalu memperoleh sorotan luas dari masyarakat apabila operasi yang mereka lakukan mengalami kegagalan atau kesalahan dalam proses atau hasil produksinya. Perusahaan low profile diharapkan untuk menunjukkan perhatian yang lebih besar dengan mengungkapkan CSR kepada masyarakat untuk meningkatkan image perusahaan dan berpengaruh pada penjualan. Berdasarkan teori stakeholder sebuah perusahaan harus mampu untuk memberikan manfaat bagi stakeholdernya karena keberadaan perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan stakeholdernya. Manfaat tersebut dapat diberikan dengan cara menerapkan program corporate social responsibility sehingga industri high profile diyakini melakukan pengungkapan sosial lebih banyak daripada industri low profile karena perusahaan dengan kategori high profile merupakan perusahaan yang dalam aktivitas operasinya lebih banyak berpotensi membawa akibat yang berkaitan bagi masyarakat . Semakin baik dan terpandangnya suatu perusahaan maka akan semakin efektif pengungkapan tanggungjawab sosial yang dilaksanakan dan diungkapkan oleh perusahaan. Oleh karena itu tipe industri akan mempengaruhi besar kecilnya pengungkapan CSR. Perusahaan dengan profil yang tinggi akan mendapat sorotan dari masyarakat sehingga sangat membutuhkan pengungkapan CSR yang lebih baik pula. Semakin baik dan terpandangnya suatu perusahaan akan semakin efektif juga pengungkapan pertanggungjawaban sosialnya. H4 : tipe industri berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.
26
2.4 Kerangka Pemikiran Berdasarkan beberapa telaah teoritis diatas maka kerangka pemikirannya adalah sebagai berikut:
Kepemilikan Manajemen Komisaris Independen
H1 (+) H2 (+) H3 (+)
Profitabilitas H4 (+) Tipe Industri Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Pengungkapan CSR
III. METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang telah go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2014. Digunakannya tahun ini karena meruapakan data terbaru yang dapat diperoleh. Sampel penelitian dipilih menggunakan pendekatan purposive sampling, artinya sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel yang memenuhi kriteria tertentu. Kriteria-kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel sebagai berikut: 1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014. 2. Perusahaan yang mempublikasikan annual report pada website www.idx.co.id maupun website perusahaan. 3. Memiliki kepemilikan manajerial dalam struktur modal. 3.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berupa laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014 yang diperoleh melalui website resmi IDX (www.idx.co.id).
28
3.2.1 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dengan metode dokumentasi. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data yang diperlukan mengenai laporan tahunan perusahaan diperoleh dari situs resmi BEI (www.idx.co.id) maupun website perusahaan. Penelitian kepustakaan juga dilakukan dengan cara mencari dan mempelajari dari jurnal akuntansi, buku-buku dan hasil penelitian sebelumnya yang berhubungan dalam penelitian ini. 3.3 Variabel Penelitian 3.3.1 Variabel Dependen
Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility pada laporan tahunan perusahaan yang dinyatakan dalam Corporate Social Responsibility index (CSRi). Standar pengungkapan sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah standar pengungkapan spesifik menurut Global Reporting Initiative (GRI) G4. Indikator penungkapan terdiri dari: Ekonomi, Lingkungan, Ketenagakerjaan, Hak Asasi Manusia, Masyarakatan, dan Tanggung Jawab atas Produk. Pengukuran pengungkapan CSR dilakukan dengan cara mengamati ada atau tidaknya item standar pengungkapan yang ditemukan dalam laporan tahunan. Apabila item informasi tersebut diungkapkan dalam laporan tahunan maka diberi skor 1, dan jika item informasi tidak diungkapkan dalam laporan tahunan maka diberi skor 0.
29
Perhitungan Index CSR dengan menggunakan rumus yang telah dilakukan dalam penelitian (Fahrizqi, 2010; Zulfi, 2014):
CSRi = Keterangan: CSRi : Index pengungkapan CSR X
: Jumlah item yang diungkapkan perusahaan, X bernilai 1 = jika item diungkapkan; X bernilai 0 = jika item tidak diungkapkan.
n
: Jumlah item pengungkapan CSR oleh GRI G4, n = 91
3.3.2 Variabel Independen Variabel bebas atau independen merupakan tipe variabel yang mempengaruhi variabel lain atau menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat). Variabel independen yang digunakan dalam penulisan ini terdiri dari : kepemilikan manajemen, komisaris independen, profitabilitas dan tipe industri. 3.3.2.1 Kepemilikan Manajemen Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola. Metode pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan oleh Dewi (2008), kepemilikan manajerial diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen.
30
Adapun pengukurannya dengan menggunakan rumus : MANJ =
3.3.2.2 Komisaris Independen Komisaris independen dalam penelitian ini dilihat dari rasio antara jumlah anggota dewan komisaris independen dibandingkan dengan total anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan, sebagaimana yang telah dilakukan dalam penelitian Santioso dan Chandra (2012). Adapun pengukurannya dengan menggunakan rumus : Ind.Comm
3.3.2.3 Profitabilitas Profitabilitas dalam penelitian ini diukur menggunakan ROA (retun on asset) berdasarkan penelitian yang dilakukan Fahrizqi (2010). ROA adalah rasio yang menunjukkan kemampuan dari modal yang di investasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. ROA dapat dirumuskan : ROA
31
3.3.2.4 Tipe Industri Tipe industri dalam penelitian ini menggunakan variabel dummy untuk mengklasifikasikan high profile dan low profile berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zulfi (2014). Skor 1 untuk perusahaan yang termasuk dalam industri high profile dan skor 0 untuk perusahaan yang termasuk dalam industri low profile. Pada penelitian ini yang dikategorikan dalam kelompok industri high profile berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Hackston & Milne (1996); Indrawati (2009); Zuhroh dan Sukmawati (2003); Zulfi (2014) antara lain industri pertambangan dan perminyakan, kimia, hutan, kertas, otomotif, penerbangan, agribisnis, tembakau dan rokok, produk makanan dan minuman, media dan komunikasi, energi (listrik), engginering, kesehatan serta transportasi dan pariwisata. Sedangkan yang termasuk dalam kategori industri low profile antara lain indusri di bidang bangunan, keuangan dan perbankan, supplier peralatan medis, property, retailer, tekstil dan produk teksril, produk personal, dan produk rumah tangga. 3.4 Metode Analisis Data 3.4.1 Uji Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan dan memberikan gambaran tentang distribusi frekuensi variabel-variabel dalam penelitian ini, pengukuran dalam penelitian terdiri dari nilai maksimum, minimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi.
32
3.4.2 Uji Asumsi Klasik Model regresi yang baik harus memiliki distribusi data normal atau mendekati normal dan bebas dari asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Setelah data berhasil dikumpulkan terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap penyimpangan asumsi klasik, dengan tahapan sebagai berikut : 3.4.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dalam uji normalitas ini untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak mengunakan dua cara, yaitu melalui analisis grafik dan analisis statistik. Alat uji yang digunakan dengan analisis grafik normal probability plot dan uji statistik dengan Kolmogorov-Smirnov Z (1-Sample K-S). Dasar pengambilan keputusan dengan analisis grafik normal probability plot yaitu (Ghozali, 2013): 1. Jika titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2. Jika titik menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
33
Sedangkan dasar pengambilan keputusan uji statistik dengan KolmogorovSmirnov Z (1-Sample K-S): 1. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05, maka H0 ditolak dan HA diterima. Hal ini berarti data residual terdistribusi tidak normal. 2. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih dari 0,05, maka H0 diterima dan HA ditolak. Hal ini berarti data residual terdistribusi normal. 3.4.2.2 Uji Multikolinieritas Uji multikolonieritas ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara variabel bebas di dalam model regresi. Multikolonieritas dapat disebabkan oleh adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolonieritas dalam model regresi dapat dilihat dari nilai Tolerance dan variance inflation faktor (VIF). Jika nilai tolerance ≥ 0,10 dan nilai VIF ≤ 10 maka model regresi tersebut bebas dari multikolonieritas (Ghozali, 2013). 3.4.2.3 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas, maka dapat dilihat grafik plot dan uji statistik. Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Sedangkan uji statistik yang
34
digunakan adalah uji Glejser. Jika independen signifikan < 0,05 secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi Heteroskedastisitas. Jika signifikansi terjadi > 0,05, maka dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya Heteroskedastisitas (Ghozali, 2013). 3.4.2.4 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Pendekatan yang sering digunakan untuk menguji autokorelasi adalah uji Darbin-Watson (DW test). Uji Darbin-Watson dapat mendiagnosis ada tidaknya autokorelasi dalam suatu model regresi (Ghozali, 2013). Metode Durbin-Watson menggunakan titik kritis yaitu batas bawah (dl) dan batas atas (du). H0 diterima jika nilai Durbin-Watson lebih besar dari batas atas nilai Durbin-Watson pada tabel. Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dengan menggunakan tabel Durbin-Watson (Ghozali, 2013): 1. Jika 0 < d < dl, maka tidak ada autokorelasi positif. 2. Jika dl ≤ d ≤ du, maka tidak ada autokorelasi positif. 3. Jika 4 – dl < d < 4, maka tidak ada korelasi negatif. 4. Jika 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl, maka tidak ada korelasi negatif. 5. Jika du < d < 4 – du, maka tidak ada autokorelasi positif atau negatif.
35
3.4.3 Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepeemilikan manajemen, ukuran dewan komisaris, dan profitabilitas. Sedangkan variabel independennya adalah indeks pengungkapan CSR. Adapun persamaan untuk menguji hipotesis secara keseluruhan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : CSRI = α + β1MANJ + β2Ind.Comm + β3ROA + β4TYPE + Keterangan : CSRI
: Indeks Pengungkapan CSR
α
: Konstanta
MANJ
: Kepemilkan manajemen
Ind.Comm : Dewan Komisaris Independen ROA
: Profitaibilitas
TYPE
: Tipe Industri
β1...β4
: Koefisien X1...X3 : Error
36
3.4.4 Uji Hipotesis Pengujian terhadap hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :
3.4.4.1 Uji Kelayakan Model (Uji Statistik F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersamasama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013). Jika probabilitas lebih besar dari 0,05 maka variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel terikat. Jika probabilitas lebih kecil 0,05 maka variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat. 3.4.4.2 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2013). Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikan t 5%. Uji ini dilakukan dengan membandingkan tingkat signifikansi 5%, dengan kriteria pengujian sebagai berikut: 1. Bila signifikansi t < 0,05, maka HO ditolak dan HA diterima, yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel dependen. 2. Apabila nilai signifikansi t > 0.05, maka H0 diterima dan HA ditolak, yang artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel dependen.
37
3.4.4.2 Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) untuk mengukur seberapa jauh tingkat kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Jika nilai R2 yang kecil, berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013).
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Penelitian ini dilakukan untuk menguji secara empiris pengaruh kepemilikan manajemen, komisaris independen, profitabilitas, dan tipe industri terhadap pengungkapan corporate social responsibility perusahaan. Indeks pengungkapan CSR yang digunakan sebagai acuan pada penelitian ini berdasarkan Global Report Initiative (GRI) G4. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajemen, komisaris independen, dan profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Sedangkan tipe industri memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility, yang berarti bahwa semakin high profile perusahaan maka semakin banyak pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilaksanakan dan diungkapkan perusahaan karena semakin baik dan terpandangnya suatu perusahaan maka akan semakin efektif pengungkapan informasi Corporate Social Responsibility yang dilakukan perusahaan.
58
5.2 Keterbatasan Penelitian 1. Dalam penelitian ini hanya menggunakan empat variabel yaitu kepemilikan manajemen, komisaris independen, profitabilitas, dan tipe industri. Sehingga tidak dapat mendeteksi faktor-faktor lainnya yang juga dapat mempengaruhi variabel pengungkapan Corporate Social Responsibility. 2. Hasil penelitian ini belum sesuai dengan hipotesis yang diajukan . Hal ini dimungkinkan karena kepemilikan manajemen, komisaris independen, dan profitabilitas (ROA) bukanlah faktor utama yang mempengaruhi pengungkapan informasi Corporate Social Responsibility. 3. Penelitian hanya menggunakan satu tahun pengamatan yaitu tahun 2014, sehingga memungkinkan praktik pengungkapan CSR yang diamati kurang menggambarakan kondisi yang sebenarnya. 5.3 Saran 1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar menggunakan waktu pengamatan yang lebih panjang sehingga hasil penelitian dapat memprediksi jangka panjang. 2. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar menambah variabel independen, agar dapat mengetahui faktor-faktor lain apa saja yang dapat mempengaruhi pengungkapan informasi Corporate Social Responsibility. Mengingat 92% dari nilai variabel dependen dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini. 3. Bagi perusahaan, penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan CSR sudah dilakukan cukup baik dan persentase pengungkapan CSR dengan hasil yang beragam. Diharapkan di masa mendatang perusahaan di Indonesia dapat
59
semakin meningkatkan kepedulian terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial serta dapat melakukan pengungkapan secara berkelanjutan dan lebih lengkap sesuai indikator pengungkapan CSR.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Nike Nur. Dan Cahyonowati, Nur. 2011. Pengaruh Karakteristik Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR). Universitas Diponegoro. Semarang. Almiyanti, Vira. 2014. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Likuiditas Dan Basis Kepemilikan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di BEI Periode Tahun 20092012. Jurnal. Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang. Anggraini, Fr. Reni Retno. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial Dan FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang. Antaranews. 2007. “Kurang dari 50 Persen Perusahaan Laksanakan CSR”. http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=263511. Diakses tanggal 10 Desember 2015. BUMNinsight. 2014. “Inalum Kantongi CSR Award 2014”. http://www.bumninsight.co.id/pkbl/inalum-kantongi-csr-award-2014. Diakses tanggal 11 Desember 2015. Dewi, Kumala. 2008. Pengaruh Luas Pengungkapan Laporan Keuangan Tahunan Pada Perusahaan Manufaktur di BEI terhadap Keputusan oleh Investor. Jurnal Penelitian. Fahrizqi, Anggara. 2010. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan CSR Dalam Laporan Tahunan Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Dalam BEI). Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. Freeman, R.E. dan J. McVea. 2001. “A Stakeholder Approach to Strategic Management”. http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=263511. SSRN. Diakses tanggal 11 November 2015. Ghozali dan Chariri, 2007. Teori Akuntansi. Badan Penerbit Undip: Semarang
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Update PLS Regresi . Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Godfrey, Jayne. M. Et al. 2010. Accounting Theory. 7th edition. New York: John Wiley & Sons, Inc. Hackston, David and Markus J. Milne. 1996. Some Determinants of Social and Environmental Disclosure in New Zealand Companies. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 9, No. 1: 77-108. Hani, Ummu. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance Dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Indeks Periode 2009-2011. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Indrawati, Novita. 2009. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Annual Report Serta Pengaruhnya Terhadap Political Visibility dan Economic Performance. Pekbis Jurnal. Vol. 1, No.1. Universitas Riau. Janra, D.M. 2015. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Leverage, Profitabilitas, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Informasi Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusaahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2010-2013). Artikel. Universitas Negeri Padang. Kasmir. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Empat. Jakarta: Rajawali Pers. Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. “Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia”. http://www.governanceindonesia.or.id. Lahan, A.B. 2012. Pengaruh Struktur Kepemilikan Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI. Skripsi. Universitas Lampung. Laksmitaningrum, Chintya Fadila. 2013. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Ukuran Dewan Komisaris Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Pengungkapan CSR (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011). Universitas Diponegoro. Semarang. Lukum, Amir. Dan Monoarfa, Rio. 2014. Peran Good Corporate Governance Dalam Corporate Social Responsibility Disclosure Pada Perusahaan BUMN yang Listing Di BEI Tahun 2011-2013. Laporan Akhir. Universitas Negeri Gorontalo. Nasir, Azwir, Dan Hakri, Teguh Dheki. 2013. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Leverage, Profitabilitas, Ukuran, Dan Umur Perusahaan Terhadap
Pengungkapan Informasi Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Pada Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di BEI. Jurnal Ekonomi. Vol. 21 No. 4. Universitas Riau. Nur, Marzully. Dan Priantinah, Danies. 2012. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan CSR Di Indonesia (Studi Empiris Pada Perusahaan Berkategori High Profile Yang Listing Di BEI). Jurnal Nominal. Vol. 1 No. 1. Universitas Negeri Yogyakarta. Putri, Cynthia Dwi. 2013. Pengaruh Corporate Governance Dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Di Dalam Sustainability Report (Studi Empiris Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI). Skripsi. Universitas Negeri Padang. Ratnasari, Yunita. Dan Prastiwi, Andri. 2010. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Luas Pengungkapan Social Responsibility Di Dalam Sustainability Report. Universitas Diponegoro. Reverte, Carmelo. 2009. “Determinants of Corporate Social Responsibility Disclosure Ratings by Spanish Listed Firms”. Journal of Business Ethics, 88: 351-366. Rustiarini, Ni Wayan. 2010. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham pada Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, 6 (1): 104-119. Santioso, Linda. Dan Chandra, Erline. 2012. Pengaruh profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Leverage, Umurperusahaan, Dan Dewan Komisaris Independen Dalam Pengungkapan Corporate Social Responsibilty. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 14 No. 1. Universitas Tarumanegara. Supriyanto, Bambang. 2014. “Indonesia CSR Award 2014, CFCD Berikan Penghargaan Kepada 37 Perusahaan”. http://www.bisnis.com. Diakses Tanggal 10 Desember 2014. Silaen, Boby Monatani. ____. Analisis Pengaruh Size Perusahaan, Tipe Industri, Basis Perusahaan, Profitabilitas, Leverage Dan Likuiditas Terhadap Tingkat Pengungkapan Sosial Pada Perusahaan Yang Go Public Di BEI 2010. Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Cetakan Kedua. Gresik: Penerbit Fascho Publishing. Wijaya, Maria. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. Vol. 1 No.1. Yanti. 2015. Pengaruh Corporate Social Responsibility Dan Environmental Performance Terhadap Kinerja Keuangan Bumn Dan Non Bumn Yang
63
Terdaftar Di BEI 2009-2012. Jurnal Akuntansi. Vol. XIX No. 02. 242-259. Zuhroh, Diana. Dan Sukmawati, I. Putu. 2003. Analisis Pengaruh Luas Pengungkapan Sosial Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Terhadap Reaksi Investor (Studi Kasus Pada Perusahaan-perilsahaan High Profile di BEJ). Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya. Zulfi, Nike Meilissa. 2014. Pengaruh Kepemilikan Saham Pemerintah, Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility Pada Perusahaan Go Public Di Indonesia (Studi Empiris Perusahaan Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2008-2012). Jurnal. Universitas Negeri Padang. www.globalreporting.org