i
ANALISIS MANFAAT CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PERUSAHAAN GAS NEGARA (PGN) TERHADAP LIVELIHOOD MASYARAKAT DI KAMPUNG PANAWUAN, KECAMATAN TAROGONG KIDUL, KABUPATEN GARUT
YOVANI YOLAN INTANI
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan Gas Negara (PGN) terhadap Livelihood Masyarakat di Kampung Panawuan, Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2016 Yovani Yolan Intani NIM H44120050
iv
v
ABSTRAK YOVANI YOLAN INTANI. Analisis Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan Gas Negara (PGN) terhadap Livelihood Masyarakat di Kampung Panawuan Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut. Dibimbing oleh Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si Proses industri oleh suatu perusahaan tentunya memiliki efek samping dari produksi mereka, maka kemudian muncul konsep CSR (Corporate Social Responsibility). CSR adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap sosial atau lingkungan sekitar Perusahaan Gas Negara (PGN) merupakan salah satu perusahaan yang menerapkan program CSR. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui berapa besar dana CSR yang telah diberikan oleh PGN kepada masyarakat, mengidentifikasi tingkat kesejahteraan masyarakat dengan adanya program CSR PGN, mengetahui berapa besar tingkat efektifitas hasil yang diberikan CSR PGN terhadap lima capital, serta mengetahui dampak ekonomi program CSR PGN di Kampung Panawuan. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan dengan bantuan Microsoft excel dan analisis kualitatif digambarkan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa Besaran dana CSR PGN di Kampung Panawuan adalah sebesar Rp Rp 2.200.767.500. Tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat dengan adanya program CSR PGN dengan konsep Sustainable Livelihood. Analisis kelayakan finansial sebelas unit usaha tenun sutera layak untuk dilanjutkan di Kampung Panawuan. Kegiatan usaha tenun sutera dengan bantuan dana CSR PGN di Kampung Panawuan telah mampu memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat lokal Kampung Panawuan baik secara langsung, tidak langsung maupun lanjutan. Nilai Keynesian Income Multiplier sebesar 0,65. Ratio Income Multiplier Tipe I sebesar 2,42 dan Ratio Income Multiplier Tipe II sebesar 7,88. Hal ini menunjukan bahwa usaha tenun sutera telah memberikan dampak ekonomi terhadap masyarakat lokal. Kata kunci: tenun sutera, CSR, PGN, kelayakan usaha, dampak ekonomi
vi
ABSTRACT YOVANI YOLAN INTANI. An Analysis of the Use of Perusahaan Gas Negara (PGN) Corporate Social Responsibility (CSR) for Society's Livelihood in Kampung Panauwan, Tarogong Kidul, Garut. Supervised by Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si A company's industry process definitely has side effect to their production that then creates Corporate Social Responsibility (CSR). CSR is an act or concept done by a company as a form of their responsibility to social or surrounding environment. Perusahaan Gas Negara (PGN) is one of companies that applies CSR program. The aims of this research are to know how much money that PGN gives to the society for the CSR program, to identify the level of society's prosperity because of PGN's CSR program, to know how much level of result effectiveness that PGN's CSR gives that can affect five capitals, and to know the effect of PGN's CSR to the society's economy in Kampung Panauwan. Method used in this research is quantitative analysis and qualitative analysis. Quantitative analysis is applied by using Microsoft Excel and qualitative analysis is illustrated descriptively. The result of this research shows that total donation of PGN's CSR in Kampung Panauwan is Rp.2.200.767.600. The level of society's prosperity increases because of this PGN's CSR that uses Sustainable Livelihood concept. Financial Qualification Analysis of eleven woven silk business units is worth to be continued in Kampung Panauwan. Woven silk business activities supported by the donation from PGN's CSR in Kampung Panauwan can affect economy effect for the local society in Kampung Panauwan, whether it is directly, indirectly or continuously. Keynesian Income Multiplier Value is 0,65, Income Multiplier Ratio Type 1 is 2,42 and Income Multiplier Ratio Type II is 7,88. Those values show that woven silk business has given some effects to the local society's economy aspect. Keywords: woven silk, CSR, PGN, business qualification, economy effect
vii
ANALISIS MANFAAT CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PERUSAHAAN GAS NEGARA (PGN) TERHADAP LIVELIHOOD MASYARAKAT DI KAMPUNG PANAWUAN, KECAMATAN TAROGONG KIDUL, KABUPATEN GARUT
YOVANI YOLAN INTANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016
viii
x
xi
PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan Gas Negara (PGN) terhadap Livelihood Masyarakat di Kampung Panawuan, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut” dapat diselesaikan. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua tercinta Ayahanda (Alm) Dedi Sunandi, S.Pd dan Ibunda Rd. Ani Yustiani, S.Pd beserta adik tercinta, Cheryl Zora Sivana atas doa, kasih sayang dan motivasinya. 2. Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, dan waktu yang telah diberikan dalam mengerjakan skripsi ini. 3. Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc sebagai dosen penguji utama dan Danang Pramudita, SP, M.Si sebagai dosen penguji wakil departemen yang telah memberikan saran, kritik dan masukan sehingga penulis dapat memperbaiki skripsi ini. 4. Hendar Rogesta selaku ketua Paguyuban Tenun Sutera Panawuan yang telah memberikan informasi dan batuannya dalam pengambilan data skripsi. 5. Seluruh dosen dan staff Departemen ESL yang telah memberikan ilmu, bantuan, dan dukungannya kepada penulis selama menyelesaikan masa studi di ESL. 6. Sahabat Penulis yaitu Tita Nurna, Rika Purnamasari, Ditaviana, Indri Ratnasari Ansor, Siti Melani Gustiani Willis, Remy Sosiawan Wijaya, Razii Abraham dan Imam Perkasa yang telah membantu dan memberikan dukungan. 7. Teman-teman satu bimbingan yaitu Setyo Cahyanto, Ika Putri Rahmadani, dan Anisa Rumawar Solehah atas bantuan, semangat, dan dukungannya selama menyelesaikan skripsi ini. 8. Teman-teman ESL 49 yang selalu memberikan semangat dan dukungan dan seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Bogor, Juni 2016 Yovani Yolan Intani
xii
xiii
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah .................................................................................................. 3 1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 4 1.4 Ruang Lingkup Penelitian......................................................................................... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 5 2.1 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ......................................................................... 5 2.2 Stakeholder dalam CSR ............................................................................................ 8 2.3 Manfaat dan Dampak Program CSR ......................................................................... 8 2.3.1. Manfaat Program CSR ...................................................................................... 9 2.3.2. Dampak Ekonomi Program CSR ...................................................................... 9 2.4 Konsep Multiplier ................................................................................................... 10 2.5 Penelitian Terdahulu ............................................................................................... 10 III. KERANGKA PEMIKIRAN ....................................................................................... 13 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................................................. 13 3.1.1 Konsep Program CSR PGN ............................................................................. 13 3.1.2 Sustainable Livelihood ..................................................................................... 13 3.1.3 Analisis Kelayakan Finansial ........................................................................... 16 3.1.4 Aspek Finansial ................................................................................................ 17 3.1.5 Analisis Multiplier ........................................................................................... 18 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ........................................................................... 18 IV. METODE PENELITIAN ........................................................................................... 21 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................................. 21 4.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................................................ 21 4.3 Metode Pengambilan Sampel.................................................................................. 21 4.4 Metode Analisis Data .............................................................................................. 22 4.4.1 Analisis Deskriptif Alokasi Dana CSR ............................................................ 23 4.4.2 Sustainable Livelihood dari program CSR PGN .............................................. 23 4.4.3 Cost-Benefit Analysis ...................................................................................... 25 4.4.4 Analisis Multiplier terhadap Keberlanjutan Program CSR .............................. 26 V. GAMBARAN UMUM WILAYAH ............................................................................ 29
xiv
5.1 Lokasi Penelitian ..................................................................................................... 29 5.2 Kondisi Sosial Ekonomi .......................................................................................... 29 5.3 Potensi Tenun Sutera di Kabupaten Garut .............................................................. 30 5.4 Karakteristik Responden ......................................................................................... 31 5.4.1 Kondisi Sosial Ekonomi Petenun Sutera .......................................................... 31 5.4.1.1 Jenis Kelamin............................................................................................... 31 5.4.1.2 Usia ............................................................................................................... 31 5.4.1.3 Jenjang Pendidikan Formal ....................................................................... 32 5.4.1.4 Status Kependudukan ................................................................................. 32 5.4.1.5 Jumlah Tanggungan Keluarga................................................................... 33 5.4.1.6 Tingkat Pendapatan .................................................................................... 33 5.5 Kondisi Tenun Sutera di Lokasi Penelitian ............................................................. 34 5.5.1.1 Proses Plangkan........................................................................................... 34 5.5.1.2 Proses Pengikatan ....................................................................................... 35 5.5.1.3 Proses Pewarnaan ....................................................................................... 35 5.5.1.4 Proses Pemaletan ......................................................................................... 35 5.5.1.5 Proses Penghanian atau Nyekir ................................................................. 36 5.5.1.6 Proses Pengeboman ..................................................................................... 36 5.5.1.7 Proses Penyucukan ...................................................................................... 36 5.5.1.8 Proses Penenunan........................................................................................ 37 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................... 39 6.1 Alokasi Dana Bantuan CSR PGN di Kampung Panawuan ..................................... 39 6.1.1 Bantuan dalam Bentuk Donasi ......................................................................... 41 6.1.2 Bantuan Capacity Building .............................................................................. 42 6.2 Tingkat Kesejahteraan Masyarakat di Kampung Panawuan ................................... 43 6.2.1 Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tenun Sutera Panawuan Kabupaten Garut ................................................................................................................................... 43 6.3 Tingkat Efektifitas Hasil Terhadap Lima Kapital di Kampung Panawuan ............. 67 6.3.1 Sustainable Livelihood Masyarakat Kampung Panawuan Sebelum dan Setelah Adanya CSR PGN ..................................................................................................... 67 6.4 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Program CSR PGN terhadap Masyarakat Lokal ............................................................................................................................. 72 6.4.1 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Usaha Tenun Sutera .............................. 72 6.4.1.1 Dampak Ekonomi Langsung (Direct Impact) ............................................... 73 6.4.1.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Indirect Impact) .................................. 74
xv
6.4.1.3 Dampak Ekonomi Lanjutan (Induced Impact).............................................. 75 6.4.1.4 Nilai Multiplier Effect dari Pengeluaran Petenun Sutera .............................. 76 6.5 Implikasi Kebijakan ................................................................................................ 77 VII. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 79 7.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 79 7.2 Saran ....................................................................................................................... 79 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 81 LAMPIRAN...................................................................................................................... 85
DAFTAR TABEL Tabel 1 Perkembangan Ekspor Indonesia Atas Produk Tekstil Tahun 2009-2013 1 Tabel 2 Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara ke Obyek Wisata di Kabupaten Garut Tahun 2010-2014 ...................... 2 Tabel 3 Penelitian Terdahulu yang Relevan ......................................................... 12 Tabel 4 Matriks Analisis Data ............................................................................. 22 Tabel 5 Kategori Capital dalam Sustainable Livelihood ...................................... 24 Tabel 6 Jumlah Penduduk berdasarkan Kelompok Tenaga Kerja ........................ 30 Tabel 7 Krakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............................... 31 Tabel 8 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ............................................. 31 Tabel 9 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan Formal ....... 32 Tabel 10 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kependudukan ............... 32 Tabel 11 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga .. 33 Tabel 12 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan .................. 33 Tabel 13 Alokasi Dana Bantuan CSR PGN di Kampung Panawuan Garut Tahun 2012-2015 ............................................................................................................. 41 Tabel 14 Besaran Dana Bantuan Infrastruktur CSR PGN Tahun 2012-2015....... 41 Tabel 15 Besaran Dana Bantuan dalam Bentuk Capacity Building CSR PGN Tahun 2012-2015 .................................................................................................. 42 Tabel 16 Penerimaan Penjualan Kain Tenun Usaha Tenun Sutera 1.................... 44 Tabel 17 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tenun Sutera 1 ................... 58 Tabel 18 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tenun Sutera 2 ................... 59 Tabel 19 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tenun Sutera 3 ................... 60
xvi
Tabel 20 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tenun Sutera 4 ................... 61 Tabel 21 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tenun Sutera 5 ................... 61 Tabel 22 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tenun Sutera 6 ................... 62 Tabel 23 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tenun Sutera 7 ................... 63 Tabel 24 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tenun Sutera 8 ................... 64 Tabel 25 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tenun Sutera 9 ................... 65 Tabel 26 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tenun Sutera 10 ................. 65 Tabel 27 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tenun Sutera 11 ................. 66 Tabel 28 Hasil Penilaian Social Capital ................................................................ 68 Table 29 Hasil Penilaian Physical Capital ............................................................ 68 Tabel 30 Hasil Penilaian Natural Capital ............................................................. 69 Tabel 31 Hasil Penilaian Human Capital .............................................................. 70 Tabel 32 Hasil Penilaian Financial Capital .......................................................... 70 Tabel 33 Tingkat Sustainable Livelihood di Kampung Panawuan........................ 71 Tabel 34 Proporsi Struktur Pengeluaran Pemilik Usaha Tenun Sutera per Tahun dalam Satu Tahun .................................................................................................. 73 Tabel 35 Total Pengeluaran Petenun Sutera per Tahun dalam Satu Tahun Usaha Tenun Sutera ......................................................................................................... 74 Tabel 36 Proporsi Pendapatan dan Biaya Produksi Unit Usaha Terkait dalam Satu Bulan di Lokasi Usaha Tenun Sutera .................................................................... 74 Tabel 37 Proporsi Rata-rata Pengeluaran Tenaga Kerja Lokal Perbulan di lokasi Usaha Tenun Sutera ............................................................................................... 75 Tabel 38 Nilai Multiplier Effect dari Arus Uang yang terjadi di lokasi Usaha Tenun Sutera Kampung Panawuan........................................................................ 76
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Kerangka Sustainable Livelihood (DFID 1999) ................................... 14 Gambar 2 Pentagon Asset Livelihood (DFID 1999) ............................................. 14 Gambar 3 Skema Kerangka Pemikiran Operasional ............................................. 20 Gambar 4 Pentagon Aset Sustainable Livelihood (Penulis 2016) ......................... 72
1
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang memiliki keanekaragaman dan warisan budaya yang bernilai tinggi dan mencerminkan budaya bangsa. Salah satu warisan budaya itu adalah tenun. Tenun merupakan salah satu keanekaragaman warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan karena dapat memperkaya ciri khas bangsa Indonesia dengan motif dan coraknya yang beraneka ragam. Perbedaan letak geografis Indonesia yang terdiri dari beberapa pulau mengakibatkan keragaman jenis kain dan ragam hiasan tersebut. Indonesia mengekspor beragam jenis produk tekstil dengan rata-rata ekspor tahunan sebesar USD 10 miliar (Kementerian Perdagangan, 2013). Perkembangan ekspor Indonesia mengalami peningkatan walaupun cenderung lebih stabil. Mayoritas ekspor tekstil merupakan ekspor pakaian dan garmen, bukan benang atau tekstil yang belum diproses, walaupun Indonesia juga menghasilkan berbagai jenis serat dan benang filamen dalam volume yang signifikan. Pemasok dari Indonesia bertanggung jawab atas 2% dari total impor tekstil ke Uni Eropa dan merupakan salah satu eksportir tekstil dan pakaian jadi terkemuka di dalam ASEAN. Perkembangan ekspor Indonesia atas produk tekstil dari tahun 2009 sampai 2013 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Perkembangan Ekspor Indonesia Atas Produk Tekstil Tahun 2009-2013 Perkembangan ekspor Indonesia atas produk 2009 2010 2011 2012 2013 tekstil (dalam ribuan USD) Gumpalan, felt, bukan tenun, benang, ikatan, 105.236 118.060 127.191 143.620 146.757 tali, dll – HS 56 Fiber tekstil tumbuhan lainnya, pintalan serat 5.859 9.755 17.148 15.556 8.250 kertas, kain tenun – HS 53 Total 111.095 127.815 144.339 159.176 155.007 Sumber : Kementerian Perdagangan Indonesia, 2015 (data diolah)
Kabupaten Garut di Provinsi Jawa Barat sangat terkenal dengan beragam wisatanya. Pariwisata di Kabupaten Garut bisa menjadi pasar karena banyaknya
2
wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Garut. Dapat dilihat dari banyaknya wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara yang berkunjung untuk berwisata ke Kabupaten Garut. Data kunjungan wisatawan yang datang ke Kabupaten Garut mengalami peningkatan dalam kurun lima tahun terakhir sejak 2010 hingga data terakhir yang dipublikasikan tahun 2014 oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Garut dapat di lihat pada Tabel 2. Tabel 2 Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara ke Obyek Wisata di Kabupaten Garut Tahun 2010-2014 Tahun Wisatawan 2010 2011 2012 2013 2014 Mancanegara 6.487 6.631 6.020 6.344 6.445 Nusantara 1.789.879 1.981.985 2.008.746 2.247.937 2.412.258 Jumlah 1.796.366 1.988.616 2.014.766 2.254.281 2.418.703 Sumber: Disbudpar Kabupaten Garut, 2015
Potensi pasar untuk usaha mikro di Kabupaten Garut salah satunya adalah tenun sutera. Kabupaten Garut terkenal sebagai daerah penghasil sutera, mulai dari bahan sutera hingga tenunnya. Industri tenun Garut sekarang telah menunjukan peningkatan dan inovasi kreatif yang bisa dilihat dari perkembangan industri tenun di wilayah tersebut meskipun untuk bahan dasar membuat tenun yaitu sutera masih menggunakan bahan baku yang didatangkan dari Cina. Kabupaten Garut terdapat industri kreatif di Kampung Tenun Panawuan dengan bahan sutera alam yang memproduksi tenun ikat yang menambah kerajinan tenun asal Garut. Kampung Tenun ini adalah binaan dari CTI (Cita Tenun Indonesia) dan PT PGN (Perusahaan Gas Negara) Tbk melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Program tersebut baru diresmikan pada tanggal 27 Juni 2012 oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Manparekraf) Mari Pangestu dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran dan nilai tambah akan kerajinan tenun asal Garut. Salah
satu
perusahaan
yang
menerapkan
CSR
sebagai
bentuk
tanggungjawab sosialnya yaitu PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN). PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang transmisi dan distribusi gas bumi mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelangsungan bangsa dalam menyalurkan gas bumi sebagai bahan bakar yang lebih bersih dan lebih hijau atau ramah lingkungan. Selain itu PGN sebagai salah satu BUMN terbesar di Indonesia juga dituntut kepeduliannya kepada
3
masyarakat dan lingkungan melalui program Corporate Social Responsibility atau tanggungjawab sosial yang telah ditetapkan melalui undang-undang. Ada tiga bidang utama yang menjadi prioritas program CSR PGN, yakni pemberdayaan ekonomi masyarakat, bantuan di bidang pendidikan dan kesehatan, serta pelestarian lingkungan. Program pemberdayaan ekonomi masyarakat bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat kecil agar tangguh dan mandiri. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) melalui Divisi Tanggung Jawab Lingkungan dan Sosial (TJSL) menciptakan Program Pengembangan Agribisnis Sutera, untuk mencapai tujuan pengembangan produktivitas hasil tenun ulat sutera. Berdasarkan hasil penilaian kajian kondisi sosial, ekonomi, budaya, lingkungan dan potensi wilayah Panawuan, Desa Sukajaya, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, PGN meluncurkan program Pengembangan Agribisnis Sutera sebagai bagian dari Program Bina Lingkungan sektor Bantuan Sosial Kemasyarakatan
dalam
Rangka
Pengentasan
Kemiskinan.
Program
ini
dikembangkan pada tahun 2014-2015, PGN memilih Kampung Panawuan, Kecamatan Targogong Kidul, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat Penelitian mengenai program CSR penting dilakukan untuk mengetahui manfaat dari program tersebut dalam pemberdayaan masyarakat. Selain itu, untuk mengetahui kontribusi program CSR terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat di Kampung Panawuan, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut. 1.2 Perumusan Masalah Kabupaten Garut sejak dulu sudah terkenal sebagai penghasil sutera. Tenun ikat Garut sudah ada sejak tahun 1960 dan terus meningkat perkembangannya di Kabupaten Garut. Usaha tenun Panawuan yang di bina oleh Perusahaan Gas Negara (PGN) perlu diketahui perkembangannya dalam program CSR dari masa ke masa. Perusahaan melakukan program CSR dengan harapan dapat memberikan kontribusi peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat, akan tetapi belum diketahui dengan jelas apakah telah terdistribusikan secara merata kepada peserta program CSR. Selain itu, di Indonesia belum ada indikator baku yang digunakan bersama dalam penentuan faktor keberhasilan dari program CSR. Hal ini
4
dikarenakan tiap perusahaan memiliki indikator keberhasilan program CSR yang disesuaikan dengan visi misi perusahaan masing-masing dilihat dari aspek lima kapital. Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang akan diungkapkan yaitu: 1. Berapa besar dana CSR yang telah diberikan oleh PGN kepada masyarakat di Kampung Panawuan ? 2. Bagaimana tingkat kesejahteraan masyarakat dengan adanya program CSR PGN di Kampung Panawuan ? 3. Berapa besar tingkat efektifitas hasil yang diberikan CSR PGN terhadap aspek-aspek dari lima kapital di Kampung Panawuan ? 4. Bagaimana dampak ekonomi program CSR PGN di Kampung Panawuan ? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui berapa besar dana CSR yang telah diberikan oleh PGN kepada masyarakat di Kampung Panawuan. 2. Mengidentifikasi tingkat kesejahteraan masyarakat dengan adanya program CSR PGN di Kampung Panawuan. 3. Mengetahui berapa besar tingkat efektifitas hasil yang diberikan CSR PGN terhadap lima kapital di Kampung Panawuan. 4. Mengetahui dampak ekonomi program CSR PGN di Kampung Panawuan. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki ruang lingkup atau batasan penelitian, agar penelitian ini tepat apa yang diteliti diantaranya:
1. Objek dari penelitian ini adalah masyarakat, khususnya petenun sutera yang mendapatkan program CSR PGN.
2. Penelitian ini berlokasi di Kampung Panawuan, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Definisi CSR menurut World Business Council on Sustainable Development adalah komitmen dari bisnis atau perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, sekaligus meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas (Wibisono, 2007). Tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan dapat didefinisikan sebagai mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial kedalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum (Anggraini, 2006). CSR adalah suatu konsep yang memerlukan praktik dimana entitas perusahaan secara sukarela mengintegrasikan kedua bidang, yaitu sosial dan lingkungan dalam filosofi operasi bisnis perusahaan (Babatunde, 2013). Menurut Wibisono (2007) perusahaan memperoleh beberapa keuntungan karena menerapkan tanggung jawab sosialnya antara lain: untuk mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan, layak mendapatkan ijin untuk beroperasi (social license to operate), mereduksi resiko bisnis perusahaan, melebarkan akses ke sumberdaya, membentangkan akses menuju market, mereduksi biaya, memperbaiki hubungan dengan stakeholders, memperbaiki hubungan
dengan
regulator,
dan
meningkatkan
semangat
dan
produktifitaskaryawan. Menurut Gloutie dalam Zuhroh (2003) tema-tema yang diungkapkan dalam wacana akuntansi tanggung jawab sosial adalah: 1. Kemasyarakatan, tema ini mencakup aktivitas kemasyarakatan yang diikuti oleh perusahaan, misalnya aktivitas yang terkait dengan kesehatan, pendidikan, dan seni, serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lainnya. 2. Ketenagakerjaan, tema ini meliputi dampak aktivitas perusahaan pada orang- orang dalam perusahaan tersebut. Aktivitas tersebut meliputi rekrutmen, program pelatihan, gaji dan tunjangan, mutasi dan promosi, dan lainnya.
6
3. Produk dan konsumen, tema ini melibatkan aspek kualitatif suatu produk atau jasa, antara lain kegunaan, durability, pelayanan, kepuasan pelanggan, kejujuran dalam iklan, kejelasan atau kelengkapan isi pada kemasan, dan lainnya. 4. Lingkungan hidup, tema ini meliputi aspek lingkungan dari proses produksi, yang meliputi pengendalian polusi dalam menjalankan operasi bisnis,
pencegahan
dan
perbaikan
kerusakan
lingkungan
akibat
pemrosesan sumberdaya alam dan konversi sumber daya alam. Menurut Harahap (2002), keterlibatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan berdasarkan keadaan di negara Indonesia, yaitu: 1. Lingkungan hidup, antara lain: pengawasan terhadap efek polusi, perbaikan pengrusakan alam, konservasi alam, keindahan lingkungan, pengurangan polusi suara, penggunaan tanah, pengelolaan sampah dan air limbah, riset dan pengembangan lingkungan, kerjasama dengan energi, yaitu antara lain: konservasi dan penghematan energi yang dilakukan oleh perusahaan dalam aktivitasnya. 2. Sumberdaya manusia dan pendidikan, antara lain: keamanan dan kesehatan karyawan, pendidikan karyawan, kebutuhan keluarga dan rekreasi karyawan, menambah dan memperluas hak-hak karyawan, usaha untuk mendorong partisipasi, perbaikan pensiun, beasiswa, bantuan pada sekolah, pendirian sekolah, membantu pendidikan tinggi, riset dan pengembangan, pengangkatan pegawai dari kelompok miskin, dan peningkatan karir karyawan. 3. Praktik bisnis yang jujur, antara lain: memperhatikan hak-hak karyawan wanita, jujur dalam iklan, kredit, service, produk, jaminan, mengontrol kualitas produk, pemerintah, universitas, dan pembangunan lokasi rekreasi. 4. Membantu masyarakat lingkungan, antara lain: memanfaatkan tenaga ahli perusahaan dalam mengatasi masalah sosial di lingkungannya, tidak campur tangan dalam struktur masyarakat, membangun klinik kesehatan, sekolah, rumah ibadah, perbaikan desa atau kota, sumbangan kegiatan
7
sosial masyarakat, perbaikan perumahan desa, bantuan dana, perbaikan sarana pengangkutan pasar 5. Kegiatan seni dan kebudayaan, antara lain: membantu lembaga seni dan budaya, sponsor kegiatan seni dan budaya, penggunaan seni dan budaya dalam iklan, merekrut tenaga yang berbakat dalam seni dan olahraga. 6. Hubungan dengan pemegang saham, antara lain: sifat keterbukaan direksi pada semua persero, peningkatan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan, pengungkapan keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial. 7. Hubungan dengan pemerintah, antara lain: menaati peraturan pemerintah, membatasi kegiatan lobbying, mengontrol kegiatan politik perusahaan, membantu lembaga pemerintah sesuai dengan kemampuan perusahaan, membantu secara umum. 8. Peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat, membantu proyek dan kebijakan pemerintah, meningkatkan produktivitas sektor informal, pengembangan dan inovasi manajemen. Model atau pola CSR yang umum diterapkan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia (Said dan Abidin, 2004) sebagai berikut: 1. Keterlibatan langsung, perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat
tanpa perantara.
Untuk
menjalankan tugas ini, perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation. 2. Melalui yayasan atau organisasi sosial milik perusahaan, perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya. Model ini merupakan adopsi yang lazim dilakukan di negara maju. Disini perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan untuk operasional yayasan. 3. Bermitra dengan pihak lain, perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga atau organisasi non pemerintah, instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.
8
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorium, perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Pihak konsorium yang dipercaya oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya akan secara proaktif mencari kerjasama dari berbagai kalangan dan kemudian mengembangkan program yang telah disepakati. 2.2 Stakeholder dalam CSR Stakeholders dalam sebuah perusahaan dapat didefinisikan sebagai pihakpihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Rhenald Kasali dalam Wibisono (2007) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan para pihak adalah setiap kelompok yang berada di dalam maupun di luar perusahaan yang mempunyai peran dalam menentukan keberhasilan perusahaan. Stakeholder merupakan para individu, kelompok, komunitas atau masyarakat, organisasi, asosiasi atau pengusaha yang mana kepentingan mereka dipengaruhi, baik secara negatif atau positif, oleh sebuah atau beberapa usulan dan/atau kegiatan beserta konsekuensinya. Dalam pembuatan rencana hingga pelaksanaan program CSR, perusahaan umumnya melakukan kerjasama dengan pihak lain. Pihak yang dilibatkan tersebut dapat dikategorikan sebagai stakeholder yang terkait dengan program CSR. Mereka antara lain adalah pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat, perguruan tinggi, tokoh masyarakat, serta calon penerima manfaat CSR misalnya masyarakat lokal. Oleh sebab itu, perencanaan CSR merupakan perencanaan yang terintegrasi. Perusahaan harus dapat mengakomodasi harapan-harapan dari pihak lain yang akan terlibat, agar program CSR menjadi efektif. 2.3 Manfaat dan Dampak Program CSR Indikator keberhasilan diperlukan guna mengetahui dampak program CSR terhadap masyarakat. CSR yang ideal ialah yang dapat memberikan dampak positif terhadap tiga tataran, yakni ekonomi, sosial, dan lingkungan. Hal ini diperlukan guna mendukung program pembangunan berkelanjutan yang saat ini tengah menjadi tujuan bersama masyarakat dunia. Min-Dong Paul Lee (2008) melakukan studi khusus terkait jejak dan perkembangan mengenai teori
9
tanggungjawab sosial perusahaan untuk melihat refleksi implikasinya terhadap pembangunan. Upaya strategis yang dilakukan oleh berbagai pihak di dunia, termasuk perusahaan didalamnya, untuk menstimulasi pelibatan aktif masyarakat dalam mengatur hubungan perusahaan dengan lingkungan terus mengalami peningkatan. Walaupun pada kenyataanya upaya tersebut dikaitkan dengan kerangka internasional seperti halnya Millenium Development Goals (MDGs) (Dragicevic, 2008). Pertumbuhan atau peningkatan yang terjadi memperkuat pemahaman mengenai dampak dari kegiatan bisnis terhadap masyarakat dan lingkungan. Ada pula peningkatan kepentingan dari stakeholders, termasuk masyarakat, kepada perusahaan untuk mendemonstrasikan dampak CSR. Saat ini makin maraknya tren terhadap kepentingan dari sebuah perusahaan dan stakeholder nya untuk mengukur hasil dan memahami bagaimana CSR dapat memberikan nilai baik bagi perusahaan maupun komunitas. 2.3.1. Manfaat Program CSR CSR yang diterapkan oleh perusahaan akan mendatangkan berbagai manfaat bagi perusahaan dan masyarakat yang terlibat dalam menjalankannya. Menurut Wibisono (2007) manfaat bagi perusahaan yang menerapkan CSR, yaitu dapat mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan, layak mendapatkan social licence to operate, mereduksi risiko bisnis perusahaan, melebarkan akses sumberdaya, membentangkan akses menuju market, mereduksi biaya, memperbaiki hubungan dengan stakeholders, memperbaiki hubungan dengan regulator, meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan, serta berpeluang mendapatkan penghargaan. Sedangkan manfaat CSR bagi masyarakat menurut Ambadar (2008) yaitu dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, kelembagaan, tabungan, konsumsi, dan investasi dari rumah tangga warga masyarakat. 2.3.2. Dampak Ekonomi Program CSR Dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh program CSR perusahaan akan mempengaruhi para pemangku kepentingan dan sistem ekonomi baik lokal, nasional, maupun pada tingkat global. Dalam kaitan ini Global Reporting
10
Initiative (GRI) dalam Solihin (2009) mengelompokan adanya dua jenis dampak ekonomi, yaitu dampak ekonomi langsung dan tidak langsung. GRI mendefinisikan dampak ekonomi langsung sebagai perubahan potensi produktif dari kegiatan ekonomi yang dapat mempengaruhi kesejahteraan komunitas atau para pemangku kepentingan dan prospek pembangunan dalam jangka panjang. Dampak ekonomi tidak langsung adalah konsekuensi tambahan yang muncul sebagai akibat pengaruh langsung transaksi keuangan dan aliran uang antara organisasi dan para pemangku kepentingan. 2.4 Konsep Multiplier Nilai multiplier ekonomi merupakan nilai yang menunjukkan sejauh mana pengeluaran petenun akan menstimulasi pengeluaran lebih lanjut, sehingga pada akhirnya meningkatkan aktivitas ekonomi di tingkat lokal. Menurut terminologi, terdapat tiga efek multiplier, yaitu efek langsung (direct effect), efek tidak langsung (indirect effect) dan efek lanjutan (induced effect). Ketiga efek ini digunakan untuk menghitung ekonomi yang selanjutnya digunakan untuk mengestimasi dampak ekonomi di tingkat lokal. Konsep multiplier dapat dilihat dari jenis dampak secara langsung, tidak langsung, dan dampak lanjutan yang mempengaruhi akibat dari tambahan pengeluaran petenun kedalam ekonomi lokal atau ekonomi nasional (META, 2001). 2.5 Penelitian Terdahulu Hasil penelitian mengenai analisis manfaat CSR yang dijadikan referensi adalah dari Yoppy Rosmini MZ Yunus (2014), yang membahas mengenai analisis manfaat program CSR (Corporate Social Responsibility) Chevron Geothermal Salak, Ltd bidang ekonomi terhadap pengembangan usahatani padi di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Penelitian tersebut mengidentifikasi faktor-faktor dan bentuk pelaksanaan program CSR Chevron Geothermal Salak, Ltd (CGS) bidang ekonomi Kecamatan Pamijahan. Hasil penelitian dari Irpan Ripa’i Sutowo (2013), yang membahas mengenai menganalisis indeks kepuasan masyarakat dan manfaat ekonomi program Corporate Social Responsibility (CSR) Chevron Geothermal Salat, Ltd. bidang ekonomi di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Program tersebut
11
menganalisis manfaat-manfaat program CSR yang diberikan oleh CGS bagi kesejahteraan masyarakat Pamijahan. Ringkasan dari kedua penelitian tersebut disajikan dalam Tabel 3.
Sumber: Penulis (2016)
Irpan Ripa’I Sutowo (2013) Analisis Indeks Kepuasan 1. Metode deskriptif Masyarakat dan Manfaat kualitatif Ekonomi Program Corporate 2. Metode kuantitatif Social Responsibility (CSR) Chevron Geothermal Salat, Ltd. Bidang Ekonomi di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor
Tabel 3 Penelitian Terdahulu yang Relevan Peneliti Judul Penelitian Metode Analisis Yoppy Rosmini MZ Yunus Analisis Manfaat Program CSR Metode Deskriptif (2014) (Corporate Social Responsibility) Chevron Geothermal Salak, Ltd Bidang Ekonomi Terhadap Pengembangan Usahatani Padi di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor
1. Mampu membuat pupuk organik 2. Mampu melakukan pertanian organik sayuran selain padi 3. Mampu melakukan budidaya Domba dengan baik 4. Mampu melakukan administrasi pembukuan koperasi 5. Menjadi tenaga kerja yang ahli di bengkel resmi/tidak 6. Dapat memanfaatkan sumberdaya bambu yang bernilai ekonomi
Hasil Analisis 1. Mampu membuat pupuk alami dan mampu berternak domba dengan baik. 2. Melaksanakan pembukuan administrasi koperasi 3. Mampu melaksanakan perbaikan kendaraan bermotor 4. Dapat meningkatkan sumberdaya alam bambu yang bernilai ekonomi dan terampil dalam menganyam bambu.
12
13
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini berisi teori-teori yang dipakai dalam penelitian. Teori-Teori menjadi landasan untuk menjawab tujuantujuan penelitian. 3.1.1 Konsep Program CSR PGN PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) memiliki beberapa macam program CSR yang terbagi dalam berbagai macam bidang, yaitu, bidang sosial, pendidikan, kesehatan, lingkungan, infrastruktur, ekonomi. Masing–masing bidang memiliki tujuan dan manfaat yang berbeda-beda, namun dalam hal ini bidang program CSR PGN yang dijadikan fokus penelitian adalah bidang ekonomi yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat di Kampung Panawuan. Program ini tidak lain diharapkan dapat meningkatkan pengembangan ekonomi masyarakat. Manfaat yang diberikan CSR PGN di bidang ekonomi yaitu, mengembangkan perekonomian Indonesia melalui peningkatan kinerja UKM dengan memberikan bantuan dalam bentuk pemberian pinjaman modal usaha dan pembinaan. Pembinaan kepada masyarakat melalui pelatihan manajemen keuangan sederhana, peningkatan motivasi usaha dan teknis usaha, serta membantu promosi dan pemasaran hasil pelatihan tersebut (Annual Report PGN, 2010). 3.1.2 Sustainable Livelihood Sustainable Livelihood merupakan pendekatan menyeluruh dalam mengatasi kendala yang paling mendesak yang dihadapi oleh masyarakat. Metode ini berfokus pada pemahaman bagaimana individu dan rumah tangga mendapatkan dan menggunakan aset sosial dan ekonomi tertentu untuk mencari peluang
lebih
lanjut,
mengurangi
risiko,
mengurangi
kerentanan
dan
mempertahankan atau meningkatkan mata pencaharian mereka. Selain itu, kerangka kerja ini membantu semua elemen masyarakat dalam respon kerentanan dan dapat menetapkan prioritas program pembangunan. Secara tidak langsung, pendekatan ini menempatkan masyarakat sebagai pusat dari perencanaan. Proses
14
perencanaan ini dipengaruhi oleh kondisi sosial, lingkungan politik, masalah manusia yang ada, situasi keuangan dan sumber daya alam (Saragih et al, 2007).
Gambar 1 Kerangka Sustainable Livelihood (DFID 1999) Dalam Sustainable Livelihood terdapat lima aset yang diperhitungkan bagi keberlanjutan kehidupan. Kategori aset tersebut dapat disederhanakan dalam bentuk pentagon segi lima, seperti pada Gambar 2.
Gambar 2 Pentagon Asset Livelihood (DFID 1999) Adapun kelima aset yang mempengaruhi Livelihood dapat diurai sebagai berikut : a. Sumber daya manusia (Human Capital) Human Capital dalam aset Livelihood dapat dilihat berdasarkan keterampilan, pengetahuan, kemampuan tenaga kerja dan kesehatan yang memungkinkan orang untuk mendapatkan pemasukan dari mata pencaharian.
15
Sumber daya manusia ini didukung dari informasi yang diperoleh dari tingkat pendidikan dan pengetahuan penduduk lokalnya, sedangkan jumlah dan kualitas tenaga kerjanya merupakan faktor dari kesehatan dan tidak mengalami gizi buruk, komposisi dari rumah tangga, tingkat keterampilan, serta potensi kepemimpinan. b. Modal sosial (Social Capital) Social Capital dapat dilihat dari kehidupan bermasyarakat. Masing-masing rumah tangga masyarakat yang berbeda akan dihubungkan bersama oleh ikatan kewajiban sosial, hubungan timbal balik, kelompok dan ikatan formal seperti organisasi, kepercayaan dan hubungan yang saling mendukung. c. Modal fisik (Physical Capital) Physical Capital merupakan infrastruktur dasar dan barang produsen yang diperlukan untuk mendukung mata pencaharian. Termasuk kedalamnya antara lain alat, infrastruktur (jalan, pelabuhan, bandara, serta fasilitas pasar dalam artian yang lebih luas), air, atau fasilitas perawatan kesehatan yang akan mempengaruhi kemampuan orang lain untuk mendapatkan kehidupan yang layak. d. Modal finansial (Financial Capital) Financial Capital mengacu pada sumberdaya keuangan yang digunakan seseorang untuk mencapai tujuan hidup mereka , termasuk aliran dana dan saham yang dapat berkontribusi terhadap produksi dan konsumsi. Infrastruktur dasar dan barang produsen diperlukan untuk mendukung mata pencaharian bagi rumah tangga pedesaan, seperti hasil poduksi pertanian. Selain itu, juga dapat menggunakan sarana kredit formal dan informal untuk melengkapi sumber modal keuangan. e. Sumber daya alam (Natural Capital) Bagi masyarakat pedesaan yang termasuk dalam sumberdaya alam antara lain tanah, air, sumber daya hutan, dan ternak. Ketersediaan lahan masyarakat pedesaan tergantung pada banyaknya rumah tangga dan sistem kepemilikan lahan. Biasanya petani memiliki akses tanah melalui warisan, sewa tanah dan bagi hasil. Namun belakangan dalam kehidupan pedesaan masyarakat, distribusi tanah melalui warisan sudah mulai di tinggalkan.
16
3.1.3 Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial merupakan analisis yang melihat suatu proyek dari sudut pandang lembaga/badan yang mempunyai kepentingan langsung dalam proyek dengan menggunakan metode cash flow analysis. Metode tersebut untuk menganalisis komponen penerimaan atau benefit (inflow) dan menganalisis komponen biaya atau pengeluaran (outflow). Selisih keduanya disebut manfaat bersih yang seharusnya dapat diterima para pihak. Analisis kelayakan finansial bertujuan untuk mengevaluasi pendanaan dan aliran kas usaha, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya rencana usaha yang dimaksud untuk dilanjutkan. Sesuai metode tersebut, analisis kelayakan finansial pada kegiatan pengelolaan JUN UBH-KPWN menggunakan instrumen analisis, yaitu: a. Perhitungan Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) merupakan manfaat bersih yang diterima selama umur proyek pada tingkat diskonto tertentu. Ukuran ini bertujuan untuk menghasilkan alternatif yang dipilih karena adanya kendala biaya modal, dimana usaha ini memberikan NPV biaya yang sama atau NPV penerimaan yang kurang lebih sama setiap tahun. Jika NPV menghasilkan nilai positif maka investasi tersebut dapat dilanjutkan, sedangkan jika NPV tersebut bernilai negatif maka sebaiknya investasi tersebut dihentikan (Kasmir dan Jakfar, 2003). b. Perhitungan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah besarnya manfaat tambahan pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan. Net B/C merupakan perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari net benefit yang positif dengan net benefit yang negatif. Proyek layak dilanjutkan bila Net B/C lebih besar dari satu (Gray et al., 1986). c. Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) Investasi dikatakan layak dilanjutkan jika IRR lebih besar dari tingkat diskonto, sedangkan jika IRR lebih kecil dari tingkat diskonto maka proyek tersebut tidak layak dilanjutkan. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga
17
maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dinyatakan layak jika IRR lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku (Ibrahim, 2003). d. Payback Period (PBP) Payback Period adalah jangka waktu kembalinya keseluruhan jumlah investasi yang ditanamkan, dihitung mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus nilai netto produksi tambahan mencapai jumlah keseluruhan investasi yang ditanamkan (Gittinger, 1986). Husnan dan Suwarsono (1994), mengungkapkan bahwa analisis payback period mengukur seberapa cepat investasi kembali, sehingga satuan hasilnya bukan persentase, tetapi satuan waktu (bulan, tahun, dan sebagainya). Jika payback period ini lebih pendek dari umur proyek, maka proyek dikatakan layak dan baik untuk dilanjutkan, sedangkan jika umur proyek lebih lama maka proyek tidak layak dilanjutkan. Dasar perhitungan yang digunakan adalah aliran kas bukan laba. Perhitungan tingkat pengembalian dilakukan dengan metode payback period, dimana nilai manfaat bersih yang terdapat pada cash flow didiskontokan dan diakumulatifkan dari tahun ke tahun (Gittinger, 1986). 3.1.4 Aspek Finansial Analisis mengenai aspek finansial digunakan untuk mengkaji jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan mengoperasikan kegiatan usaha. Aspek ini memperhitungkan penerimaan yang diperoleh selama usaha berjalan. Data yang diperlukan dalam analisis ini antara lain biaya investasi, biaya operasional yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel serta penerimaan yang diperoleh selama umur usaha. Data-data tersebut diolah menggunakan analisis kelayakan bisnis berupa kriteria investasi seperti Net Present Value (NPV), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PBP). Dalam berjalannya usaha terdapat perubahan-perubahan yang mungkin terjadi selama bisnis berjalan yang dapat dianalisis dengan menggunakan analisis sensitivitas dan analisis nilai pengganti (Switching Value Analysis).
18
Analisis kelayakan usaha ditinjau dari aspek penanaman investasinya sehingga kelayakan usaha dapat dilihat dari sisi kelayakan investasi. Beberapa kriteria kelayakan investasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Net Present Value (NPV) 2. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) 3. Internal Rate of Return (IRR) 4. Payback Period (PBP) 3.1.5 Analisis Multiplier Efek pengganda (multiplier) digunakan untuk melihat besaran dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat akibat dari suatu kegiatan ekonomi. Perhitungan ini melibatkan pengeluaran dari sisi usaha, pendapatan langsung pelaku-pelaku usaha, pendapatan tidak langsung dari pelaku-pelaku usaha serta pendapatan yang diperoleh secara induced. Terdapat dua nilai yang dapat dihitung melalui analisis Multiplier yaitu, 1.
Keynesian Local Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukan berapa besar pengeluaran petenun sutera berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal.
2.
Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran petenun sutera yang berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak langsung (indirect) dan lanjutan (induced). Ratio Income Multiplier Tipe I menggambarkan nilai dampak tidak langsung dari pengeluaran petenun sutera, sedangkan Ratio Income Multiplier Tipe II merupakan ukuran dari dampak lanjutan. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Kabupaten Garut di Provinsi Jawa Barat ini sangat terkenal dengan
beragam wisatanya. Pariwisata di Kabupaten Garut menjadi potensi pasar untuk usaha mikro karena banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Garut. Potensi pasar untuk usaha mikro di Kabupaten Garut salah satunya adalah tenun sutera yang di bina oleh PGN.
19
Pengembangan usaha kerajinan tenun sutera merupakan peluang besar bagi negara seperti Indonesia yang memiliki potensi pasar untuk usaha mikro, apalagi komoditi sutera alam hanya dapat dikembangkan di negara-negara tropis. Oleh karena itu, PGN memberikan dana bantuan CSR untuk mengembangkan usaha tenun sutera dan masyarakat sekitar yang tinggal di Kampung Panawuan serta mengidentifikasi perubahan livelihood masyarakat sebelum dan sesudah adanya program CSR PGN. Diberikannya dana bantuan CSR dari PGN akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat dengan menggunakan pendekatan CostBenefit Analysis. Selain itu, mengidentifikasi tingkat efektifitas hasil dari program-program CSR PGN dengan menghitung peningkatan pendapatan masyarakat melalui metode Sustainable Livelihood. Tingkat keberlanjutan dari program-program CSR PGN ini akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat Kampung Panawuan yang dapat ditentukan melalui pendekatan Multiplier Effect. Untuk lebih jelasnya, kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.
20
Kampung Panawuan, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat
Program Corporate Social Responsibility PT. Perusahaan Gas Negara, Tbk.
Livelihood Masyarakat Sebelum Menerima Program CSR
Livelihood Masyarakat Sesudah Menerima Program CSR
Besar Dana CSR yang diberikan PGN
Tingkat Kesejahteraan Masyarakat
Tingkat Efektifitas Hasil
Metode Deskriptif
Cost – Benefit Analysis
Sustainable Livelihood
Dampak Ekonomi Program CSR
Hasil Program CSR PGN Gambar 3 Skema Kerangka Pemikiran Operasional
Multiplier Effect
21
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kampung Panawuan, Kelurahan Sukajaya, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), dengan memperhatikan bahwa Kampung Panawuan merupakan salah satu penerima bantuan dana CSR dan tenun sutera panawuan juga merupakan binaan PT Perusahaan Gas Negara Tbk
(PGN). Pengambilan data sudah dilaksanakan dari bulan Februari hingga Maret 2016. 4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang meliputi data kuantitif dan kualitatif. Data primer diperoleh dari hasil survei dan wawancara langsung kepada pengrajin tenun sutera dan para penerima bantuan dana CSR dari PGN dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data besaran dana bantuan CSR PGN dan data lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder diperoleh dari beberapa instansi terkait, seperti Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), Badan Pusat Statistik (BPS), Kecamatan Tarogong Kidul, Kelurahan Sukajaya, serta studi pustaka lainnya baik media cetak seperti buku, skripsi, jurnal maupun media elektronik seperti situs internet. 4.3 Metode Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah petenun sutera panawuan yang menerima dana bantuan CSR PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) yang tinggal di Kampung Panawuan Kelurahan Sukajaya yang terlibat langsung maupun tidak langsung terhadap usaha tenun sutera binaan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN). Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah menggunakan teknik sensus karena populasinya kurang dari 100 orang maka teknik sensus yang diambil adalah semua anggota populasi sebanyak 67 orang petenun sutera di Kampung Panawuan Garut. Teknik sensus dipergunakan untuk mengetahui
22
seberapa efektif dana bantuan CSR yang diberikan oleh PGN terhadap livelihood masyarakat sekitar dan pengrajin tenun sutera yang dibina oleh PGN. 4.4 Metode Analisis Data Data yang diperoleh berupa data primer dan data sekunder yang kemudian diolah dan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis data kualitatif digunakan untuk mengidentifikasi tingkat kesejahteraan masyarakat, besaran dana CSR yang diberikan PGN kepada masyarakat di Kampung Panawuan serta keberlanjutan dari program CSR PGN. Analisis data kualitatif akan diuraikan secara deskriptif. Analisis data kuantitatif digunakan untuk menganalisis tingkat efektifitas hasil yang diberikan CSR PGN terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Analisis data dilakukan dengan menstransfer data, mengedit, dan mengolahnya
dengan
menggunakan
Microsoft
Excel
2010,
kemudian
menginterpretasikan data ke Microsoft Word 2010 dalam bentuk deskriptif. Matriks analisis data disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4 Matriks Analisis Data No. Tujuan
Jenis data
Sumber
Metode Analisis Deskripsi kualitatif dan kuantitatif
1.
Besar dana yang diberikan Kualitatif oleh CSR PGN dan Kuantitatif
Data Sekunder
2.
Tingkat kesejahteraan masyarakat
Data Primer dan Data Sekunder
CostBenefit Analysis
3.
Tingkat efektifitas hasil Kualitatif dari CSR PGN terhadap 5 aspek capital
Data Primer
Sustainable Livelihood
4.
Tingkat keberlanjutan program CSR PGN
Data Primer dan Data Sekunder
Multiplier Effect
Kualitatif dan Kuantitatif
Kuantitatif
Sumber : Penulis (2016)
Dalam penelitian ini, metode analisis yang digunakan untuk memecahkan tujuan masing-masing penelitian menggunakan beberapa analisis, yakni :
23
4.4.1 Analisis Deskriptif Alokasi Dana CSR Analisis deskriptif merupakan analisis yang lebih banyak menggambarkan fakta sebagaimana adanya (Sangadji dan Sopiah 2010). Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi/gambaran mengenai subjek penelitian berdasarkan data yang diperoleh dan tidak digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis.
Analisis
deskriptif
dalam
penelitian
ini
digunakan
untuk
menggambarkan alokasi dana yang diberikan oleh PGN kepada masyarakat di Kampung Panawuan. 4.4.2 Sustainable Livelihood dari program CSR PGN Sustainable livelihood merupakan kegiatan yang dibutuhkan oleh setiap masyarakat untuk menjalankan kehidupannya dengan menggunakan kapasitas atau kemampuan serta kepemilikan sumberdaya (aset) untuk mencapai tingkat kehidupan yang diharapkan. Sustainable livelihood dipengaruhi oleh lima aset kapital, seperti pada Gambar 4.
Gambar 4 Pentagon Asset Livelihood (DFID 1999) Adapun dari berbagai macam aset kapital tersebut dikategorikan menjadi masing-masing cakupan yang berbeda. Kategori aset kapital yang diperhitungkan dalam Sustainable Livelihood disajikan pada Tabel 5.
24
Tabel 5 Kategori Capital dalam Sustainable Livelihood Capital Kategori Human Capital 1. Kesehatan : Akses kesehatan, kondisi kesehatan 2. Pendidikan : Tingkat pendidikan 3. Keterampilan : Keikutsertaan pelatihan, keterampilan lain 4. Kapasitas bekerja : Lama kerja, keikutsertaan anggota keluarga Natural Capital Lahan budidaya : Kepemilikan lahan, keadaan lingkungan Financial Capital 1. Pendapatan 2. Tabungan 3. Modal Social Capital 1. Hubungan pemilik usaha 2. Pemberdayaan masyarakat 3. Keberdaan lembaga sosial Physical Capital 1. Kepemilikan barang : Rumah, kendaraan, alat komunikasi 2. Sarana air bersih 3. Akses jalan raya 4. Kondisi dan teknologi produksi budidaya Sumber : DFID (1999)
Kategori lima capital tersebut akan diberikan skala nilai dengan rentang 1 sampai 5 dan akan dijumlahkan nilai kelima capital. Skala (1) mengambarkan kondisi tidak baik, skala (2) menggambarkan kondisi kurang baik, skala (3) menggambarkan cukup baik, skala (4) menggambarkan kondisi baik, serta kondisi sangat baik pada rentang skala (5). Total nilai capital yang diperoleh dapat memberikan gambaran capital yang memiliki pengaruh besar terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar dalam mencapai standar hidup. `
Dampak dari program CSR PGN ini terhadap kesejahteraan masyarakat
sekitar dapat melalui pendekatan deskriptif hasil kuesioner yang diberikan. Isi kuesioner diantaranya mengenai deskripsi pribadi, penerimaan serta manfaat yang diperoleh, dan lain-lain yang dapat mempengaruhi standar hidup sehari-hari. Responden dari pengisian kuesioner terdiri dari para pengrajin tenun sutera dan masyarakat sekitar. Skala pengukuran yang akan dipakai dalam metode Sustainable Livelihood ini adalah Skala Likert. Skala Likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dengan menggunakan Skala Likert, maka dimensi dijabarkan menjadi variabel kemudian variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan
25
titik tolak untuk membuat item instrument yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Bentuk kuesioner ini adalah semi tertutup yaitu sebagian berupa pertanyaan tertutup yang jawabannya harus dipilih responden berdasarkan pilihan yang disediakan. 4.4.3 Cost-Benefit Analysis Berbagai perhitungan digunakan untuk menentukan kelayakan usaha. Perhitungan kelayakan antara lain rasio NPV, BCR, dan IRR. 1. Net Present Value (NPV) Jika seluruh manfaat yang diterima perusahaan melebihi (paling kurang sama dengan) biaya yang dikeluarkan, maka usaha tersebut dapat dikatakan layak, dimana nilai NPV ≥ 0. 𝑁𝑃𝑉 = ∑
(
)
−∑
(
)
=∑
(
)
………………(4.1)
dimana : Bt : Manfaat tambahan (Incremental Benefit) dengan adanya usaha pada tahun t. Ct : Biaya tambahan (Incremental Cost) dengan adanya usaha pada tahun t. T : Tahun kegiatan usaha. I : Tingkat discount (%). 2. Gross Benefit-Cost ratio (BCR) BCR merupakan perbandingan antara manfaat atau keuntungan dengan biaya usaha. Suatu usaha dapat dikatakan layak jika nilai Gross B/C ≥ 1 ∑
Gross . =
∑
(
)
(
)
…………………………………….........................(4.2)
dimana : Bt : Manfaat kotor tambahan pada tahun t. Ct : Biaya kotor tambahan pada tahun t. 3. Internal Rate of Return (IRR) IRR mengukur seberapa besar pengembalian proyek terhadap usaha yang ditanamkan. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan adalah dalam bentuk
26
persentase. Usaha tersebut layak jika IRR ≥ Opportunity Cost of Capital atau Discount Rate. IRR =
(
)…………………………………….(4.3)
dimana : i1 : Discount rate yang menghasilkan NPV positif i2 : Discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV1 : NPV positif NPV2 : NPV negatif 4.4.4 Analisis Multiplier terhadap Keberlanjutan Program CSR Efek pengganda (multiplier) digunakan untuk melihat besaran dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat akibat suatu kegiatan ekonomi. Perhitungan ini melibatkan pengeluaran dari sisi usaha, pendapatan langsung pelaku-pelaku usaha, pendapatan tidak langsung dari pelaku-pelaku usaha serta pendapatan yang diperoleh secara induced. Terdapat dua tipe pengganda yang dapat dihitung melalui analisis Multiplier, yaitu: 1.
Keynesian Local Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukan berapa besar pengeluaran petenun berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal.
2. Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran petenun yang berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak langsung (indirect) dan lanjutan (induced). Ratio Income Multiplier Tipe I menggambarkan nilai dampak tidak langsung dari pengeluaran petenun sutera, sedangkan Ratio Income Multiplier Tipe II merupakan ukuran dari dampak lanjutan. Secara matematis dirumuskan : Keynesian Local Income Multiplier = Ratio Income Multiplier, Tipe I
=
Ratio Income Multiplier, Tipe II
=
27
keterangan : E
: tambahan pengeluaran petenun sutera (Rp)
D
: pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (Rp)
N
: pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (Rp)
U
: pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (Rp)
28
29
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Lokasi Penelitian Secara administratisi Kelurahan Sukajaya terletak di bagian barat wilayah Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut dan berada di lingkungan masyarakat Kampung Panawuan. Secara umum potensi desa meliputi : 1. Luas Wilayah Luas wilayah Kelurahan Sukajaya adalah 250 Ha yang terdiri dari : a. Lahan Pemukiman
: 55 Ha
b. Lahan Pertanian
: 170 Ha
c. Lahan Perkebunan
: 3,5 Ha
d. Lahan Fasilitas Umum Lainnya
: 21,5 Ha
2. Batas Wilayah Batas-batas wilayah Kelurahan Sukajaya adalah : a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Jayawaras Kecamatan Tarogong Kidul; b. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Sukakarya Kecamatan Tarogong Kidul; c. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sukabakti Kecamatan Tarogong Kidul; d. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Cintarasa Kecamatan Samarang. 5.2 Kondisi Sosial Ekonomi Kelurahan Sukajaya memiliki jumlah penduduk sebanyak 13.887 jiwa dan semuanya adalah Warga Negara Indonesia (WNI). Jumlah Kepala Keluarga sebanyak 3.369 KK, terdiri dari 7.065 jiwa laki-laki dan 6.822 jiwa perempuan. Kelompok Tenaga Kerja menurut mata pencaharian terbagi menjadi 9 kelompok yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 236 orang, TNI/POLRI sebanyak 5 orang, Pegawai Swasta sebanyak 945 orang, Pedagang/wiraswasta sebanyak 213 orang, Petani sebanyak 869 orang, Pertukangan sebanyak 48 orang, Buruh Tani sebanyak 1560 orang, Jasa sebanyak 49 orang dan Tukang Rongsok sebanyak 203
30
orang. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Jumlah Penduduk berdasarkan Kelompok Tenaga Kerja Penduduk Menurut Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Pegawai Negeri Sipil (PNS) 236 TNI/POLRI 5 Pegawai Swasta 945 Pedagang/Wiraswasta 213 Petani 869 Petenun Sutera 67 Buruh Tani 1.541 Jasa 49 Tukang Rongsok 203 Sumber : Kantor Kelurahan Sukajaya, 2015
5.3 Potensi Tenun Sutera di Kabupaten Garut Kabupaten Garut merupakan daerah yang cocok untuk berinvestasi dalam bidang
pertanian,
pertambangan
dan
kehutanan
hingga
pengembangan
perkebunan murbai untuk kain sutera. Kabupaten Garut juga merupakan salah satu kabupaten yang memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan usaha tenun sutera. Sejak dahulu Garut sudah terkenal sebagai daerah penghasil sutera, mulai dari bahan sutera hingga tenun sutera. Saat ini, industri tenun Garut menunjukan peningkatan dan inovasi yang berbasis kreativitas. Salah satu buktinya adalah peningkatan harga kain tenun di Garut. Jika sebelumnya harga kain tenun di Garut Rp 150.000 per meter, saat ini harganya menjadi Rp 500.000 per meter. Peningkatan ini terjadi setelah komunitas Cita Tenun Indonesia (CTI) memberikan pelatihan kepada para pengrajin. Menurut data potensi industri Kabupaten Garut jumlah unit usaha tenun sutera ada sebanyak 26 unit. Jumlah tenaga kerja sebanyak 163 orang. Besar investasi usaha tenun sutera sebesar Rp 1.050.000.000 dan besar nilai produksi sebesar Rp 6.225.000.000 dengan nilai bahan baku sebesar Rp 3.957.000.000 (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Garut, 2015).
31
5.4 Karakteristik Responden 5.4.1 Kondisi Sosial Ekonomi Petenun Sutera Salah satu faktor penting yang mempengaruhi penelitian ini adalah kondisi sosial ekonomi masyarakat. Didalam penelitian ini, peneliti mengambil responden dengan jumlah 67 orang. Semua responden adalah petenun sutera. Adapun kondisi sosial ekonomi yang diperhatikan meliputi jenis kelamin, usia, jenjang pendidikan formal, status kependudukan, jumlah tanggungan keluarga,
dan tingkat
pendapatan. Penjelasan lebih detail terhadap enam karakteristik tersebut dapat dilihat sebagai berikut : 5.4.1.1 Jenis Kelamin Banyaknya jumlah responden petenun sutera di Kampung Panawuan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Krakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah (orang) 1 Laki-laki 36 2 Perempuan 31 Total 67
Presentase (%) 54 46 100
Sumber : Data Primer (diolah), 2016
Pada penelitian ini, banyaknya responden petenun sutera di Kampung Panawuan adalah berjenis kelamin laki-laki sebesar 54% dan petenun sutera berjenis kelamin perempuan sebesar 46%. Responden wanita lebih sedikit karena kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk tinggal di rumah menjadi ibu rumah tangga dan mengasuh anak. 5.4.1.2 Usia Usia responden sangat beragam mulai dari usia 15 tahun hingga usia lebih dari 50 tahun. Sebaran usia responden petenun sutera dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia No Usia (Tahun) Jumlah (orang) 1 15-25 16 2 26-35 21 3 36-45 25 4 >50 5 Total 67 Sumber : Data Primer (diolah), 2016
Presentase (%) 24 31 37 8 100
32
Sebaran usia responden petenun sutera yang terbesar berada pada usia 3645 tahun sebesar 37%, lalu usia 26-35 tahun sebesar 31%. Kemudian usia yang paling sedikit berada pada usia >50 tahun sebesar 8%. 5.4.1.3 Jenjang Pendidikan Formal Pada penelitian ini, responden diklasifikasikan kedalam 4 kelompok jenjang pendidikan formal yaitu Tidak Sekolah, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Perguruan Tinggi. Persentase jenjang pendidikan formal yang dimiliki oleh responden petenun sutera dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel No 1 2 3 4
9 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan Formal Jenjang Pendidikan Formal Jumlah (orang) Presentasi (%) Sekolah Dasar (SD) 8 12 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 36 54 Sekolah Menengan Atas (SMA) 22 33 Sarjana Perguruan Tinggi 1 1 Total 67 100
Sumber : Data Primer (diolah), 2016
Sebaran karakteristik responden berdasarkan jenjang pendidikan formal di Kampung Panawuan yang terbesar adalah lulusan SMP sebanyak 54%, setelah itu lulusan SMA sebanyak 33%, kemudian lulusan SD sebanyak 12%. Terakhir lulusan PT sebanyak 1%. 5.4.1.4 Status Kependudukan Pada penelitian ini, status kependudukan responden dibagi menjadi 2 kelompok yaitu penduduk asli dan bukan penduduk asli atau pendatang. Presentase status kependudukan responden petenun sutera dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kependudukan No Status Kependudukan Jumlah (orang) Presentase (%) 1 Penduduk Asli 59 88 2 Bukan Penduduk Asli 8 12 Total 67 100 Sumber : Data Primer (diolah), 2016
33
Pada Tabel 10 dapat kita lihat bahwa status kependudukan responden petenun sutera sebagian besar adalah penduduk asli sebesar 88% dan bukan penduduk asli sebesar 12%. Responden yang bukan penduduk asli atau pendatang menetap di Kampung Panawuan rata-rata alasannya adalah dekat dengan tempat bekerja. 5.4.1.5 Jumlah Tanggungan Keluarga Pada penelitian ini, jumlah tanggungan keluarga responden petenun sutera yang sudah berkeluarga maupun belum berkeluarga. Jumlah tanggungan keluarga responden dapat kita lihat besar presentasenya pada Tabel 11. Tabel 11 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga No Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah (orang) Presentase (%) 1 <3 8 12 2 3-5 53 79 3 >5 6 9 Total 67 100 Sumber : Data Primer (diolah), 2016
Pada Tabel 11 dapat kita lihat bahwa jumlah tanggungan untuk petenun sutera yang menerima program CSR PGN yang terbesar 3-5 orang sebesar 79%, kemudian <3 orang sebesar 12% dan >5 orang sebesar 9%. 5.4.1.6 Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan responden petenun sutera di Kampung Panawuan berbeda-beda, dapat kita lihat presentase besar tingkat pendapatan responden petenun sutera pada Tabel 12. Tabel 12 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan No Tingkat Pendapatan Jumlah (orang) Presentase (%) 1 < Rp1.000.000 8 12 2 Rp1.000.000 ≤ y ≤ Rp 2.000.000 22 33 3 Rp2 000.000 ≤ y ≤ Rp 3.000.000 15 22 4 > Rp3.000.000 22 33 Total 67 100 Sumber : Data Primer (diolah), 2016
Tingkat pendapatan petenun sutera penerima program CSR PGN dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 mengenai karakteristik tingkat pendapatan menjelaskan bahwa petenun sutera penerima program CSR PGN yang
34
mendapatkan pendapatan terbesar adalah petenun yang memiliki pendapatan antara Rp1.000.000 – Rp2.000.000 dan petenun yang memiliki pendapatan lebih dari Rp3.000.000 dengan presentase sebesar 33%. Kemudian, petenun yang memiliki pendapatan antara Rp2.000.000 – Rp3 000 000 memiliki presentase sebesar 22% dan petenun sutera yang memiliki pendapatan kurang dari Rp1.000 .000 memiliki presentase sebesar 12%. 5.5 Kondisi Tenun Sutera di Lokasi Penelitian Kampung Panawuan adalah salah satu daerah yang memproduksi kain tenun sutera. Dari data yang didapat dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Kampung Panawuan adalah salah satu daerah yang memiliki jumlah produsi tenun sutera yang cukup besar dibandingkan dengan daerah lain di Kabupaten Garut. Namun produksi tenun sutera di Kampung Panawuan masih belum optimal bila dibandingkan dengan Kecamatan lain karenakan masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), sehingga proses produksinya sedikit lebih lama jika dibandingkan dengan menggunakan Alat Tenun Mesin (ATM). 5.5.1 Proses Produksi Tenun Pada proses pembuatan tenun sutera ada beberapa langkah yang dilakukan sampai menjadi kain tenun. Langkah-langkah pembuatan tenun sutera seperti penggamingan, pengelosan, penghanian, pengikatan, pencelupan, pencoletan, pencucian, penguraian benang, pemaletan, penenunan. 5.5.1.1 Proses Plangkan Proses plangkan pada tenun ikat pakan yaitu menyusun benang pakan dari bentuk streng atau kones ke dalam plangkan. Benang-benang ini tak perlu dikres karena akan dibuat benang pakan. Benang-benang disusun secara teratur, dari streng pertama sampai terakhir dan dari arah kiri ke kanan. Jumlah susunan streng disesuaikan dengan lebar dan panjang kain yang akan dibuat, serta kerapatan sisir yang akan digunakan. Upah yang diberikan kepada tenaga kerja yang melakukan proses plangkan sebesar Rp 25.000 per kg.
35
5.5.1.2 Proses Pengikatan Pengikatan merupakan proses untuk menentukan pembuatan motif tenun. Apabila terjadi kesalahan proses ini akan berakibat fatal yaitu akan merusak motif. Motif yang terbentuk akan menjadi abstrak dan tidak sesuai dengan yang diinginkan. Sebelum mengikat benang, terlebih dahulu harus membuat pola di atas benang yang sudah diplangkan. Pengikatan dilakukan dengan mengikuti pola atau motif yang sudah digambar. Tali yang digunakan adalah tali plastik atau tali rafia. Teknik ikatan ini harus benar karena ikatan yang bagus adalah ikatan yang tepat pada garis pola dan ikatannya padat, sehingga warna tidak tembus pada benang yang sudah diikat. Tujuan dari proses pengikatan adalah untuk menghalangi zat pewarna masuk kedalam benang. Upah yang diberikan kepada pengikat benang adalah sebesar Rp 200.000 per baki. 5.5.1.3 Proses Pewarnaan Cara pewarnaan benang pada tenun ikat pakan ini secara prinsip tidak jauh berbeda dengan cara pewarnaan pada pembuatan tenun lurik, baik campuran zat pewarnanya maupun proses pencelupannya. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah cara teknik penghalang zat pewarnanya dngan teknik membuka ikatan. Terlebih dahulu dipilih warna tua, karena warna tua tidak tertutup dengan wrana yang lebih muda. Benang-benang yang sudah diberi zat pewarna lalu dikeringkan, setelah benang-benang tersebut kering dilanjutkan dengan pekerjaan membuka ikatan atau membatil. Membuka ikatan harus dilakukan secara hati-hati jangan sampai ada benang yang terputus, bila ada benang yang putus maka harus langsung disambung. 5.5.1.4 Proses Pemaletan Proses pemaletan adalah memindahkan benang pakan dari bentuk streng ke dalam kelenting sehingga menjadi benang dalam bentuk paletan dengan menggunakan alat pintal benang. Benang yang dipalet tidak boleh melewati ujung kelenting karena dapat mengakibatkan benang dari teropong sulit ditarik dan keluar. Susunan benang pada kelenting lebih banyak pada bagian tengahnya, untuk mempermudah benang keluar dari teropong. Hal yang paling penting untuk dipehatikan dalam pembuatan tenun ikat pakan adalah pemberian nomor atau
36
kode pada benang yang sudah dipalet, karena benang dalam palet berkaitan dengan motif. Apabila salah memberi nomor atau mengambil benang, motif tenunan tidak akan sempurna. Upah yang diberikan kepada pemalet benang adalah sebesar Rp 30.000 per kg. 5.5.1.5 Proses Penghanian atau Nyekir Sekiran adalah alat untuk menyusun benang lungsi. Pada proses ini motif sudah bisa ditentukan. Proses ini merupakan pekerjaan penggulungan benang dari bentuk kelos kedalam tambur (bom besar) dalam keadaan sejajar satu sama lain dan membentuk lapisan. Seluruh benang yang tergulung dan tersusun harus mempunyai ketegangan yang sama. Apabila ada benang terputus pada saat digulung maka harus secepatnya disambung agar pada saat penenunan tidak terjadi kelonggaran atau lobang pada kain. Proses ini sangat memerlukan ketelitian dalam memperhatikan jumlah benang, tata warna benang dan lancarnya putaran kelos pada sekiran karena kekeliruan pada proses ini akan menghambat pada saat proses penenunan. Upah yang diberikan kepada penghani benang sebesar Rp 100.000 per 50 meter. 5.5.1.6 Proses Pengeboman Proses pengeboman adalah memindahkan benang dari tambur (bom besar) kedalam bom kecil yaitu bom penggulung benang lungsi. Bom inilah yang nantinya tersimpan pada alat tenun ATBM. Proses ini juga bertujuan agar ketegangan dan kesejajaran benang sama dan jika ada kesalahan dalam proses penyekiran dapat diketahui. Upah yang diberikan kepada pengebom benang sebesar Rp 100.000 per 50 meter. 5.5.1.7 Proses Penyucukan Proses penyucukan yaitu proses memasukkan benang-benang lungsi dari bom kecil (benang lungsi sudah dikres pada saat penggulungan dari sekir) satu demi satu benang tersebut dimasukkan pada mata gun yang sesuai dengan rencana tenun. Benang lungsi melewati sisir, kemudian ditata, disetel dan digulung pada bom penggulungan kain. Upah yang diberikan kepada penyucuk sebesar Rp 25.000 per kg.
37
5.5.1.8 Proses Penenunan Pada proses penenunan diperlukan ketelitian dan kecermatan, tidak hanya menenun saja namun juga mengatur motif sesuai dengan yang direncanakan. Cara atau proses yang lain sama caranya seperti menenun pada pembuatan tenun lurik maupun tenun ikat lungsi. Kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan finishing agar hasil tenunan menjadi kelihatan lebih baik. Upah yang diberikan kepada penenun sebesar Rp 25.000 per meter.
38
39
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Alokasi Dana Bantuan CSR PGN di Kampung Panawuan Pelaksanaan program CSR yang dilakukan oleh Perusahaan Gas Negara (PGN) di Kampung Panawuan Desa Sukajaya Kecamatan Tarogong Kidul merupakan program untuk mencapai tujuan pengembangan produktivitas hasil tenun sutera dan meningkatkan nilai jual kerajinan tenun sutera di Kampung Panawuan, Garut. Melalui program CSR ini PGN ingin mengembangkan kerajinan tenun sutera melalui peningkatan teknologi dan kompetensi SDM. Penelitian ini difokuskan pada program CSR PGN peSngembangan masyarakat bidang ekonomi di Kampung Panawuan. Terdapat dua jenis bantuan yang diberikan CSR PGN yaitu bantuan dalam bentuk donasi dan capacity building. Bantuan dalam bentuk donasi yaitu bantuan yang sifatnya bisa langsung dilakukan oleh perusahaan berupa bantuan fisik dan kebutuhan masyarakat dalam jangka pendek, seperti bantuan infrastruktur, bantu an kesehatan, dan lain sebagainya. Jenis bantuan yang kedua adalah adalah bantuan yang berupa capacity buiding. Jenis bantuan capacity building yaitu berupa pengembangan kapasitas atau keahlian (skill) masyarakat, sifat jenis bantuan ini manfaatnya diharapkan dapat dirasakan dalam jangka panjang bukan hanya masyarakat penerima manfaat tetapi dapat juga bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya secara luas. Program bantuan dalam bentuk capacity building yaitu berupa pelatihanpelatihan pengembangan usaha lokal (local business development), seperti pengembangan dan pelatihan teknis perajin tenun, peningkatan promosi tenun sutera garut dan lain-lain. Pada jenis bantuan capacity building seperti pemberian pelatihan, pemberian asset usaha berupa barang sesuai jenis pendampingan yang telah dilakukan. Pasal 74 Nomor 40 menjelaskan bahwa perseroan terbatas yang menjalankan usaha yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya alam wajib untuk melakukan tanggungjawab sosial dan lingkungan. Terdapat hak masyarakat untuk mendapatkan program bantuan dari perseroan terbatas tersebut. Masyarakat ingin memperoleh manfaat dari adanya keberadaan PGN di wilayah tentunya harus mengikuti prosedur yang telah dibuat oleh perusahaan. Prosedur untuk mendapatkan program bantuan CSR PGN yaitu perorangan/kelompok/lembaga
40
mengajukan proposal kegiatan mereka kepada PGN yang diketahui Pemerintah Desa. Setelah pengajuan proposal kegiatan, PGN mengundang pihak-pihak tersebut untuk dilakukan penilaian (assessment) terhadap program-program yang telah diajukan, setelah itu akan dibuatkan surat jawaban (disetujui/tidak disetujui) kepada pihak pengaju program. Implementasi program yang telah diajukan kepada perusahaan bisa berupa bantuan donasi jangka pendek maupun dalam bentuk bantuan capacity building yang telah dijelaskan sebelumnya. Implementasi program tersebut dilaksanakan oleh perusahaan secara langsung kepada masyarakat atau perusahaan bermitra dengan lembaga lokal seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM). Implementasi program yang dapat dilakukan secara langsung oleh perusahaan kepada masyarakat biasanya berupa donasi, misalnya bahan bangunan untuk kegiatan infrastruktur, santunan anak yatim, pelayanan kesehatan gratis, dan lainnya, sedangkan jenis bantuan capacity building dilaksanakan melalui mitra perusahaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan perusahaan dalam melakukan program tersebut, sehingga diperlukan mitra agar program dapat terlaksana dengan baik. Bantuan yang diberikan kepada masyarakat Panawuan baik melalui perorangan, kelompok, ataupun lembaga yaitu berupa pinjaman uang, barang yang menunjang sarana prasarana produksi tenun sutera, pelatihan-pelatihan pengembangan usaha lokal dan peningkatan keterampilan perajin tenun. Keberlanjutan program bantuan CSR PGN merupakan salah satu harapan dari pihak perusahaan maupun penerima manfaat dapat terus merasakan manfaatnya. Program bantuan CSR PGN yang dilaksanakan baik melalui perorangan, kelompok, maupun lembaga memiliki batasan waktu dan anggaran pelaksanaan program, sehingga nilai-nilai keberlanjutan dampak dan manfaat kepada masyarakat merupakan capaian utama dari program bantuan CSR PGN. Alokasi dana bantuan CSR PGN secara detail dapat dilihat pada Tabel 13.
41
Tabel 13 Alokasi Dana Bantuan CSR PGN di Kampung Panawuan Garut Tahun 2012-2015 No. Keterangan Jumlah 1. Dana Bantuan Infrastruktur Rp 714.396.500 2. Dana Bantuan Finansial Rp 260.000.000 3. Dana Bantuan Sarana dan Prasarana Rp 54.500.000 4. Dana Bantuan Pengembangan dan Pelatihan Teknis Rp 1.171.871.000 Perajin Tenun Garut serta Promosi Tenun Garut Total Bantuan Rp 2.200.767.500 Sumber : Perusahaan Gas Negara (diolah), 2016.
6.1.1 Bantuan dalam Bentuk Donasi Bantuan dalam bentuk donasi yaitu bantuan yang sifatnya bisa langsung dilakukan oleh perusahaan berupa bantuan fisik dan kebutuhan masyarakat dalam jangka pendek, seperti bantuan kesehatan, dan lain sebagainya. Bantuan donasi yang diberikan CSR PGN di Kampung Panawuan adalah bantuan infrastruktur, bantuan finansial, bantuan sarana dan prasarana. 1. Bantuan Infrastruktur Bantuan yang diberikan CSR PGN kepada masyarakat Kampung Panawuan yaitu bantuan peningkatan produktivitas tenun garut, seperti renovasi musholla dan penyediaan tempat sampah dan pembangunan workshop. Bangunan workshop ini dibangun untuk tempat dilaksanakannya pelatihan-pelatihan yang diberikan PGN kepada perajin tenun sutera dan masyarakat Kampung Panawuan. Bantuan pembangunan galeri untuk tempat menyimpan hasil produksi kain tenun yang kemudian dipasarkan. Besaran dana bantuan infrastruktur yang diberikan CSR PGN kepada masyarakat Kampung Panawuan dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Besaran Dana Bantuan Infrastruktur CSR PGN Tahun 2012-2015 No. Keterangan Jumlah 1. Bantuan Peningkatan Produktivitas Tenun Garut Rp 11.334.000 (Renovasi Musholla & Penyediaan Tempat Sampah) 2. Bantuan Pembangunan Workshop Rp 523.147.500 3. Bantuan Pembangunan Galeri Rp 179.915.000 Total Bantuan Rp 714.396.500 Sumber : Perusahaan Gas Negara (diolah), 2016.
42
2. Bantuan Finansial Bantuan finansial yang diberikan oleh CSR PGN adalah bantuan berupa pinjaman uang yang dapat digunakan untuk modal usaha masyarakat Kampung Panawuan. Besaran dana bantuan finansial yang diberikan CSR PGN kepada masyarakat Kampung Panawuan sebesar Rp 260.000.000 periode tahun 20122015. 3. Bantuan Sarana dan Prasarana Bantuan sarana dan prasarana yang diberkan oleh CSR PGN adalah bantuan berupa peralatan tenun dan alat produksi lainnya yang menunjang untuk proses produksi. Besaran dana bantuan sarana dan prasarana yang diberikan CSR PGN kepada masyarakat Kampung Panawuan sebesar Rp 54.5000.000 periode tahun 2012-2015. 6.1.2 Bantuan Capacity Building Bantuan capacity building yaitu berupa pengembangan kapasitas atau keahlian (skill) masyarakat, sifat jenis bantuan ini manfaatnya diharapkan dapat dirasakan dalam jangka panjang bukan hanya masyarakat penerima manfaat tetapi dapat juga bermanfaat bagi masyarakat sekitar secara luas. Program bantuan dalam bentuk capacity building berupa pelatihan-pelatihan pengembangan usaha lokal (local business development), seperti pengembangan dan pelatihan teknis perajin tenun, peningkatan promosi tenun sutera garut. Besaran dana bantuan dalam bentuk capacity building CSR PGN kepada masyarakat Kampung Panawuan dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Besaran Dana Bantuan dalam Bentuk Capacity Building CSR PGN Tahun 2012-2015 No. Keterangan Jumlah 1. Bantuan Pengembangan dan Pelatihan Teknis Rp 756.500.000 Perajin Tenun Garut melalui CTI selama 1 tahun 2. Bantuan Promosi Tenun Garut Rp 415.371.000 Total Bantuan Rp 1171.871.000 Sumber : Perusahaan Gas Negara (diolah), 2016.
Bantuan pengembangan dan pelatihan teknis perajin tenun Garut melalui CTI selama satu tahun diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan perajin tenun di Kampung Panawuan dalam menciptakan kreativitas yang berbasis
43
inovasi, meningkatkan skill dan lain-lain. Bantuan promosi tenun Garut diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan potensi tenun sutera garut. 6.2 Tingkat Kesejahteraan Masyarakat di Kampung Panawuan Tingkat kesejahteraan masyarakat Kampung Panawuan dapat dilihat dari penerimaan pemilik usaha tenun sutera di Kampung Panawuan yang semakin meningkat. Selain itu, berkurangnya jumlah pengangguran di Kampung Panawuan karena setelah adanya program CSR PGN tercipta lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Kelayakan dari usaha tersebut akan mempengaruhi penerimaan pemilik usaha yang juga akan mempengaruhi pendapatan tenaga kerja. 6.2.1 Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tenun Sutera Panawuan Kabupaten Garut Analisis kelayakan finansial bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan 11 unit usaha tenun sutera Panawuan Garut yang telah berjalan. Analisis kelayakan finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi, seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Periode (PBP). Analisis kriteria tersebut menggunakan arus kas untuk mengetahui besarnya manfaat dan biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. Arus kas membutuhkan penentuan asumsiasumsi yang terkait dengan usaha tenun sutera Panawuan Garut serta melakukan analisis terhadap inflow dan outflow. 6.3.1.1 Analisis Inflow Usaha Tenun Sutera Panawuan Garut Komponen inflow usaha tenun sutera Panawuan Garut diterima dari penerimaan penjualan kain tenun sutera. Penerimaan penjualan diperoleh dengan mengalikan harga jual dengan total penjualan kain tenun sutera. Terdapat 11 unit usaha tenun sutera di Kampung Panawuan, rincian penerimaan penjualan dari 11 unit usaha tersebut dapat dilihat pada Tabel 16.
44
Tabel 16 Penerimaan Penjualan Kain Tenun Usaha Tenun Sutera 1
Unit usaha 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tahun
2010-2018 2011-2019 2014-2022 2014-2022 2015-2024 2015-2024 2015-2023 2013-2021 2014-2022 2007-2016 2013-2022 Total
Jumlah Kain Harga Jumlah yang Kain per meter Diproduksi (Rp) (meter) (2) (1) 1800 200.000 600 200.000 600 300.000 600 200.000 480 200.000 400 300.000 360 300.000 900 200.000 433 300.000 267 300.000 384 500.000 6.824
Jumlah Penerimaan (Rp) 3 = (1x2) 360.000.000 120.000.000 180.000.000 120.000.000 96.000.000 120.000.000 108.000.000 180.000.000 130.000.000 80.000.000 192.000.000 1.686.000.000
Sumber : Data Primer (diolah), 2016.
a. Pengusaha Tenun Sutera 1 Usaha tenun sutera 1 telah berjalan selama delapan tahun sejak tahun 2009. Benang sutera yang sudah dapat diproduksi menjadi kain tenun yaitu pada tahun 2010. Jumlah kain tenun yang dapat diproduksi setiap tahunnya diasumsikan sama. Harga jumlah per kain dan jumlah penerimaan per tahun setiap tahunnya juga diasumsikan sama. Harga jual kain tenun pada usaha tenun sutera 1 seharga Rp 200.000 per meter dari tahun 2010-2018. Hal ini merupakan asumsi dari harga kain tenun yang relatif tetap setiap tahunnya. Jumlah kain yang dapat dijual sebanyak 1800 meter kain tenun per tahunnya. Total penerimaan dari penjualan 1800 meter kain tenun sebesar Rp 360.000.000. b. Pengusaha Tenun Sutera 2 Usaha tenun sutera 2 telah berjalan selama tujuh tahun sejak tahun 2010. Benang sutera yang sudah dapat diproduksi menjadi kain tenun yaitu pada tahun 2011. Jumlah kain tenun yang dapat diproduksi setiap tahunnya diasumsikan sama. Harga jumlah per kain dan jumlah penerimaan per tahun setiap tahunnya juga diasumsikan sama. Harga jual kain tenun pada usaha tenun sutera 2 seharga Rp 200.000 per meter dari tahun 2011-2019. Hal ini merupakan asumsi dari harga
45
kain tenun yang relatif tetap setiap tahunnya. Jumlah kain yang dapat dijual sebanyak 600 meter kain tenun per tahunnya. Total penerimaan dari penjualan 600 meter kain tenun sebesar Rp 120.000.000. c. Pengusaha Tenun Sutera 3 Usaha tenun sutera 3 telah berjalan selama empat tahun sejak tahun 2013. Benang sutera yang sudah dapat diproduksi menjadi kain tenun yaitu pada tahun 2014. Jumlah kain tenun yang dapat diproduksi setiap tahunnya diasumsikan sama. Harga jumlah per kain dan jumlah penerimaan per tahun setiap tahunnya juga diasumsikan sama. Harga jual kain tenun pada usaha tenun sutera 3 seharga Rp 300.000 per meter dari tahun 2014-2022. Hal ini merupakan asumsi dari harga kain tenun yang relatif tetap setiap tahunnya. Jumlah kain yang dapat dijual sebanyak 600 meter kain tenun per tahunnya. Total penerimaan dari penjualan 600 meter kain tenun sebesar Rp 180.000.000. d. Pengusaha Tenun Sutera 4 Usaha tenun sutera 4 telah berjalan selama empat tahun sejak tahun 2013. Benang sutera yang sudah dapat diproduksi menjadi kain tenun yaitu pada tahun 2014. Jumlah kain tenun yang dapat diproduksi setiap tahunnya diasumsikan sama. Harga jumlah per kain dan jumlah penerimaan per tahun setiap tahunnya juga diasumsikan sama. Harga jual kain tenun pada usaha tenun sutera 4 seharga Rp 200.000 per meter dari tahun 2014-2022. Hal ini merupakan asumsi dari harga kain tenun yang relatif tetap setiap tahunnya. Jumlah kain yang dapat dijual sebanyak 600 meter kain tenun per tahunnya. Total penerimaan dari penjualan 600 meter kain tenun sebesar Rp 120.000.000. e. Pengusaha Tenun Sutera 5 Usaha tenun sutera 5 telah berjalan selama satu tahun sejak tahun 2015. Benang sutera yang sudah dapat diproduksi menjadi kain tenun yaitu pada tahun 2015. Jumlah kain tenun yang dapat diproduksi setiap tahunnya diasumsikan sama. Harga jumlah per kain dan jumlah penerimaan per tahun setiap tahunnya juga diasumsikan sama. Harga jual kain tenun pada usaha tenun sutera 5 seharga Rp 200.000 per meter dari tahun 2015-2024. Hal ini merupakan asumsi dari harga
46
kain tenun yang relatif tetap setiap tahunnya. Jumlah kain yang dapat dijual sebanyak 480 meter kain tenun per tahunnya. Total penerimaan dari penjualan 480 meter kain tenun sebesar Rp 96.000.000. f. Pengusaha Tenun Sutera 6 Usaha tenun sutera 6 telah berjalan selama tujuh tahun sejak tahun 2015. Benang sutera yang sudah dapat diproduksi menjadi kain tenun yaitu pada tahun 2015. Jumlah kain tenun yang dapat diproduksi setiap tahunnya diasumsikan sama. Harga jumlah per kain dan jumlah penerimaan per tahun setiap tahunnya juga diasumsikan sama. Harga jual kain tenun pada usaha tenun sutera 6 seharga Rp 300.000 per meter dari tahun 2015-2024. Hal ini merupakan asumsi dari harga kain tenun yang relatif tetap setiap tahunnya. Jumlah kain yang dapat dijual sebanyak 400 meter kain tenun per tahunnya. Total penerimaan dari penjualan 400 meter kain tenun sebesar Rp 120.000.000. g. Pengusaha Tenun Sutera 7 Usaha tenun sutera 7 telah berjalan selama tujuh tahun sejak tahun 2014. Benang sutera yang sudah dapat diproduksi menjadi kain tenun yaitu pada tahun 2015. Jumlah kain tenun yang dapat diproduksi setiap tahunnya diasumsikan sama. Harga jumlah per kain dan jumlah penerimaan per tahun setiap tahunnya juga diasumsikan sama. Harga jual kain tenun pada usaha tenun sutera 7 seharga Rp 300.000 per meter dari tahun 2015-2023. Hal ini merupakan asumsi dari harga kain tenun yang relatif tetap setiap tahunnya. Jumlah kain yang dapat dijual sebanyak 360 meter kain tenun per tahunnya. Total penerimaan dari penjualan 360 meter kain tenun sebesar Rp 108.000.000. h. Pengusaha Tenun Sutera 8 Usaha tenun sutera 8 telah berjalan selama tujuh tahun sejak tahun 2012. Benang sutera yang sudah dapat diproduksi menjadi kain tenun yaitu pada tahun 2013. Jumlah kain tenun yang dapat diproduksi setiap tahunnya diasumsikan sama. Harga jumlah per kain dan jumlah penerimaan per tahun setiap tahunnya juga diasumsikan sama. Harga jual kain tenun pada usaha tenun sutera 8 seharga Rp 200.000 per meter dari tahun 2013-2021. Hal ini merupakan asumsi dari harga
47
kain tenun yang relatif tetap setiap tahunnya. Jumlah kain yang dapat dijual sebanyak 900 meter kain tenun per tahunnya. Total penerimaan dari penjualan 900 meter kain tenun sebesar Rp 180.000.000. i. Pengusaha Tenun Sutera 9 Usaha tenun sutera 9 telah berjalan selama tujuh tahun sejak tahun 2013. Benang sutera yang sudah dapat diproduksi menjadi kain tenun yaitu pada tahun 2014. Jumlah kain tenun yang dapat diproduksi setiap tahunnya diasumsikan sama. Harga jumlah per kain dan jumlah penerimaan per tahun setiap tahunnya juga diasumsikan sama. Harga jual kain tenun pada usaha tenun sutera 9 seharga Rp 300.000 per meter dari tahun 2014-2022. Hal ini merupakan asumsi dari harga kain tenun yang relatif tetap setiap tahunnya. Jumlah kain yang dapat dijual sebanyak 433 meter kain tenun per tahunnya. Total penerimaan dari penjualan 433 meter kain tenun sebesar Rp 130.000.000. j. Pengusaha Tenun Sutera 10 Usaha tenun sutera 10 telah berjalan selama 15 tahun sejak tahun 2007. Benang sutera yang sudah dapat diproduksi menjadi kain tenun yaitu pada tahun 2008. Jumlah kain tenun yang dapat diproduksi setiap tahunnya diasumsikan sama. Harga jumlah per kain dan jumlah penerimaan per tahun setiap tahunnya juga diasumsikan sama. Harga jual kain tenun pada usaha tenun sutera 10 seharga Rp 300.000 per meter dari tahun 2007-2016. Hal ini merupakan asumsi dari harga kain tenun yang relatif tetap setiap tahunnya. Jumlah kain yang dapat dijual sebanyak 267 meter kain tenun per tahunnya. Total penerimaan dari penjualan 267 meter kain tenun sebesar Rp 80.000.000. k. Pengusaha Tenun Sutera 11 Usaha tenun sutera 11 telah berjalan selama empat tahun sejak tahun 2012. Benang sutera yang sudah dapat diproduksi menjadi kain tenun yaitu pada tahun 2013. Jumlah kain tenun yang dapat diproduksi setiap tahunnya diasumsikan sama. Harga jumlah per kain dan jumlah penerimaan per tahun setiap tahunnya juga diasumsikan sama. Harga jual kain tenun pada usaha tenun sutera 11 seharga Rp 500.000 per meter dari tahun 2013-2022. Hal ini merupakan asumsi dari harga
48
kain tenun yang relatif tetap setiap tahunnya. Jumlah kain yang dapat dijual sebanyak 384 meter kain tenun per tahunnya. Total penerimaan dari penjualan 384 meter kain tenun sebesar Rp 192.000.000. 6.3.1.2 Analisis Outflow Usaha Tenun Sutera Panawuan Garut Analisis outflow Usaha Tenun Sutera Panawuan Garut merupakan biaya pengeluaran yang haru dibayarkan untuk kebutuhan Usaha Tenun Sutera Panawuan Garut demi kelancaran kegiatan Usaha Tenun Sutera. Arus pengeluaran dalam Usaha Tenun Sutera dikelompokan menjadi beberapa bagian, yaitu: biaya investasi dan biaya operasional. 1. Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya yan dikeluarkan pada saat awal proyek yaitu pada tahun pertama. Pada kasus ini terdapat perbedaan dimana biaya investasi tidak hanya dikeluarkan pada tahun pertama saja. Biaya investasi dapat dikeluarkan kapan saja sesuai dengan keperluan Usaha Tenun Sutera Panawuan Garut. a. Biaya Investasi Pengusaha Tenun Sutera 1 Biaya investasi pada Usaha Tenun Sutera 1 yaitu biaya investasi pabrik dan peralatan mesin. Biaya investasi pabrik dan peralatan mesin merupakan biaya yang dikeluarkan pada alat-alat yang digunakan sesuai dengan kebutuhan Usaha Tenun Sutera. Total biaya investasi yang diperlukan untuk pabrik dan peralatan mesin yang dikeluarkan pada tahun 2009 sebesar Rp 489.792.645. Barang-barang yang memiliki umur ekonomis kurang dari umur proyek, maka dilakukan reinvestasi. Biaya reinvestasi merupakan biaya yang harus dikeluarkan pengusaha Tenun Sutera terhadap kegiatan usaha demi terciptanya kelancaran proyek. Barang tersebut merupakan barang yang vital bagi perusahaan apabila tidak ada barang tersebut maka akan mengganggu jalannya kegiatan usaha tersebut. Biaya reinvestasi dari tahun 2009-2018 sebesar Rp 32.700.000. Biaya reinvestasi dikeluarkan karena umur ekonomis satu barang tidak sampai proyek selesai. Rincian biaya investasi pabrik dan peralatan mesin dapat dilihat pada Lampiran 8.
49
b. Biaya Investasi Pengusaha Tenun Sutera 2 Biaya investasi pada Usaha Tenun Sutera 2 yaitu biaya investasi pabrik dan peralatan mesin. Biaya investasi pabrik dan peralatan mesin merupakan biaya yang dikeluarkan pada alat-alat yang digunakan sesuai dengan kebutuhan Usaha Tenun Sutera. Total biaya investasi yang diperlukan untuk pabrik dan peralatan mesin yang dikeluarkan pada tahun 2010 sebesar Rp 24.189.950. Barang-barang yang memiliki umur ekonomis kurang dari umur proyek, maka dilakukan reinvestasi. Biaya reinvestasi merupakan biaya yang harus dikeluarkan pengusaha Tenun Sutera terhadap kegiatan usaha demi terciptanya kelancaran proyek. Barang tersebut merupakan barang yang vital bagi perusahaan apabila tidak ada barang tersebut maka akan mengganggu jalannya kegiatan usaha tersebut. Biaya reinvestasi dari tahun 2010-2019 sebesar Rp 1.990.000. Biaya reinvestasi dikeluarkan karena umur ekonomis satu barang tidak sampai proyek selesai. Rincian biaya investasi pabrik dan peralatan mesin dapat dilihat pada Lampiran 9. c. Biaya Investasi Pengusaha Tenun Sutera 3 Biaya investasi pada Usaha Tenun Sutera 3 yaitu biaya investasi pabrik dan peralatan mesin. Biaya investasi pabrik dan peralatan mesin merupakan biaya yang dikeluarkan pada alat-alat yang digunakan sesuai dengan kebutuhan Usaha Tenun Sutera. Total biaya investasi yang diperlukan untuk pabrik dan peralatan mesin yang dikeluarkan pada tahun 2013 sebesar Rp 57.229.982. Barang-barang yang memiliki umur ekonomis kurang dari umur proyek, maka dilakukan reinvestasi. Biaya reinvestasi merupakan biaya yang harus dikeluarkan pengusaha Tenun Sutera terhadap kegiatan usaha demi terciptanya kelancaran proyek. Barang tersebut merupakan barang yang vital bagi perusahaan apabila tidak ada barang tersebut maka akan mengganggu jalannya kegiatan usaha tersebut. Biaya reinvestasi dari tahun 2013-2022 sebesar Rp 2.030.000. Biaya reinvestasi dikeluarkan karena umur ekonomis satu barang tidak sampai proyek selesai. Rincian biaya investasi pabrik dan peralatan mesin dapat dilihat pada Lampiran 10.
50
d. Biaya Investasi Pengusaha Tenun Sutera 4 Biaya investasi pada Usaha Tenun Sutera 4 yaitu biaya investasi pabrik dan peralatan mesin. Biaya investasi pabrik dan peralatan mesin merupakan biaya yang dikeluarkan pada alat-alat yang digunakan sesuai dengan kebutuhan Usaha Tenun Sutera. Total biaya investasi yang diperlukan untuk pabrik dan peralatan mesin yang dikeluarkan pada tahun 2013 sebesar Rp 7.160.000. Barang-barang yang memiliki umur ekonomis kurang dari umur proyek, maka dilakukan reinvestasi. Biaya reinvestasi merupakan biaya yang harus dikeluarkan pengusaha Tenun Sutera terhadap kegiatan usaha demi terciptanya kelancaran proyek. Barang tersebut merupakan barang yang vital bagi perusahaan apabila tidak ada barang tersebut maka akan mengganggu jalannya kegiatan usaha tersebut. Biaya reinvestasi dari tahun 2013-2022 sebesar Rp 1.960.000. Biaya reinvestasi dikeluarkan karena umur ekonomis satu barang tidak sampai proyek selesai. Rincian biaya investasi pabrik dan peralatan mesin dapat dilihat pada Lampiran 11. e. Biaya Investasi Pengusaha Tenun Sutera 5 Biaya investasi pada Usaha Tenun Sutera 5 yaitu biaya investasi pabrik dan peralatan mesin. Biaya investasi pabrik dan peralatan mesin merupakan biaya yang dikeluarkan pada alat-alat yang digunakan sesuai dengan kebutuhan Usaha Tenun Sutera. Total biaya investasi yang diperlukan untuk pabrik dan peralatan mesin yang dikeluarkan pada tahun 2015 sebesar Rp 3.130.000. Barang-barang yang memiliki umur ekonomis kurang dari umur proyek, maka dilakukan reinvestasi. Biaya reinvestasi merupakan biaya yang harus dikeluarkan pengusaha Tenun Sutera terhadap kegiatan usaha demi terciptanya kelancaran proyek. Barang tersebut merupakan barang yang vital bagi perusahaan apabila tidak ada barang tersebut maka akan mengganggu jalannya kegiatan usaha tersebut. Biaya reinvestasi dari tahun 2015-2024 sebesar Rp 130.000. Biaya reinvestasi dikeluarkan karena umur ekonomis satu barang tidak sampai proyek selesai. Rincian biaya investasi pabrik dan peralatan mesin dapat dilihat pada Lampiran 12.
51
f. Biaya Investasi Pengusaha Tenun Sutera 6 Biaya investasi pada Usaha Tenun Sutera 6 yaitu biaya investasi pabrik dan peralatan mesin. Biaya investasi pabrik dan peralatan mesin merupakan biaya yang dikeluarkan pada alat-alat yang digunakan sesuai dengan kebutuhan Usaha Tenun Sutera. Total biaya investasi yang diperlukan untuk pabrik dan peralatan mesin yang dikeluarkan pada tahun 2015 sebesar Rp 8.640.000. Barang-barang yang memiliki umur ekonomis kurang dari umur proyek, maka dilakukan reinvestasi. Biaya reinvestasi merupakan biaya yang harus dikeluarkan pengusaha Tenun Sutera terhadap kegiatan usaha demi terciptanya kelancaran proyek. Barang tersebut merupakan barang yang vital bagi perusahaan apabila tidak ada barang tersebut maka akan mengganggu jalannya kegiatan usaha tersebut. Biaya reinvestasi dari tahun 2015-2024 sebesar Rp 640.000. Biaya reinvestasi dikeluarkan karena umur ekonomis satu barang tidak sampai proyek selesai. Rincian biaya investasi pabrik dan peralatan mesin dapat dilihat pada Lampiran 13. g. Biaya Investasi Pengusaha Tenun Sutera 7 Biaya investasi pada Usaha Tenun Sutera 7 yaitu biaya investasi pabrik dan peralatan mesin. Biaya investasi pabrik dan peralatan mesin merupakan biaya yang dikeluarkan pada alat-alat yang digunakan sesuai dengan kebutuhan Usaha Tenun Sutera. Total biaya investasi yang diperlukan untuk pabrik dan peralatan mesin yang dikeluarkan pada tahun 2014 sebesar Rp 26.788.550. Barang-barang yang memiliki umur ekonomis kurang dari umur proyek, maka dilakukan reinvestasi. Biaya reinvestasi merupakan biaya yang harus dikeluarkan pengusaha Tenun Sutera terhadap kegiatan usaha demi terciptanya kelancaran proyek. Barang tersebut merupakan barang yang vital bagi perusahaan apabila tidak ada barang tersebut maka akan mengganggu jalannya kegiatan usaha tersebut. Biaya reinvestasi dari tahun 2014-2023 sebesar Rp 1.360.000. Biaya reinvestasi dikeluarkan karena umur ekonomis satu barang tidak sampai proyek selesai. Rincian biaya investasi pabrik dan peralatan mesin dapat dilihat pada Lampiran 14.
52
h. Biaya Investasi Pengusaha Tenun Sutera 8 Biaya investasi pada Usaha Tenun Sutera 8 yaitu biaya investasi pabrik dan peralatan mesin. Biaya investasi pabrik dan peralatan mesin merupakan biaya yang dikeluarkan pada alat-alat yang digunakan sesuai dengan kebutuhan Usaha Tenun Sutera. Total biaya investasi yang diperlukan untuk pabrik dan peralatan mesin yang dikeluarkan pada tahun 2012 sebesar Rp 62.139.982. Barang-barang yang memiliki umur ekonomis kurang dari umur proyek, maka dilakukan reinvestasi. Biaya reinvestasi merupakan biaya yang harus dikeluarkan pengusaha Tenun Sutera terhadap kegiatan usaha demi terciptanya kelancaran proyek. Barang tersebut merupakan barang yang vital bagi perusahaan apabila tidak ada barang tersebut maka akan mengganggu jalannya kegiatan usaha tersebut. Biaya reinvestasi dari tahun 2012-2021 sebesar Rp 2.940.000. Biaya reinvestasi dikeluarkan karena umur ekonomis satu barang tidak sampai proyek selesai. Rincian biaya investasi pabrik dan peralatan mesin dapat dilihat pada Lampiran 15. i. Biaya Investasi Pengusaha Tenun Sutera 9 Biaya investasi pada Usaha Tenun Sutera 9 yaitu biaya investasi pabrik dan peralatan mesin. Biaya investasi pabrik dan peralatan mesin merupakan biaya yang dikeluarkan pada alat-alat yang digunakan sesuai dengan kebutuhan Usaha Tenun Sutera. Total biaya investasi yang diperlukan untuk pabrik dan peralatan mesin yang dikeluarkan pada tahun 2013 sebesar Rp 63.639.992. Barang-barang yang memiliki umur ekonomis kurang dari umur proyek, maka dilakukan reinvestasi. Biaya reinvestasi merupakan biaya yang harus dikeluarkan pengusaha Tenun Sutera terhadap kegiatan usaha demi terciptanya kelancaran proyek. Barang tersebut merupakan barang yang vital bagi perusahaan apabila tidak ada barang tersebut maka akan mengganggu jalannya kegiatan usaha tersebut. Biaya reinvestasi dari tahun 2013-2022 sebesar Rp 2.240.000. Biaya reinvestasi dikeluarkan karena umur ekonomis satu barang tidak sampai proyek selesai. Rincian biaya investasi pabrik dan peralatan mesin dapat dilihat pada Lampiran 16.
53
j. Biaya Investasi Pengusaha Tenun Sutera 10 Biaya investasi pada Usaha Tenun Sutera 10 yaitu biaya investasi pabrik dan peralatan mesin. Biaya investasi pabrik dan peralatan mesin merupakan biaya yang dikeluarkan pada alat-alat yang digunakan sesuai dengan kebutuhan Usaha Tenun Sutera. Total biaya investasi yang diperlukan untuk pabrik dan peralatan mesin yang dikeluarkan pada tahun 2007 sebesar Rp 16.084.285. Barang-barang yang memiliki umur ekonomis kurang dari umur proyek, maka dilakukan reinvestasi. Biaya reinvestasi merupakan biaya yang harus dikeluarkan pengusaha Tenun Sutera terhadap kegiatan usaha demi terciptanya kelancaran proyek. Barang tersebut merupakan barang yang vital bagi perusahaan apabila tidak ada barang tersebut maka akan mengganggu jalannya kegiatan usaha tersebut. Biaya reinvestasi dari tahun 2007-2016 sebesar Rp 2.170.000. Biaya reinvestasi dikeluarkan karena umur ekonomis satu barang tidak sampai proyek selesai. Rincian biaya investasi pabrik dan peralatan mesin dapat dilihat pada Lampiran 17. k. Biaya Investasi Pengusaha Tenun Sutera 11 Biaya investasi pada Usaha Tenun Sutera 11 yaitu biaya investasi pabrik dan peralatan mesin. Biaya investasi pabrik dan peralatan mesin merupakan biaya yang dikeluarkan pada alat-alat yang digunakan sesuai dengan kebutuhan Usaha Tenun Sutera. Total biaya investasi yang diperlukan untuk pabrik dan peralatan mesin yang dikeluarkan pada tahun 2012 sebesar Rp 29.020.000. Barang-barang yang memiliki umur ekonomis kurang dari umur proyek, maka dilakukan reinvestasi. Biaya reinvestasi merupakan biaya yang harus dikeluarkan pengusaha Tenun Sutera terhadap kegiatan usaha demi terciptanya kelancaran proyek. Barang tersebut merupakan barang yang vital bagi perusahaan apabila tidak ada barang tersebut maka akan mengganggu jalannya kegiatan usaha tersebut. Biaya reinvestasi dari tahun 2012-2021 sebesar Rp 2 120 000. Biaya reinvestasi dikeluarkan karena umur ekonomis satu barang tidak sampai proyek selesai. Rincian biaya investasi pabrik dan peralatan mesin dapat dilihat pada Lampiran 18.
54
2. Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara berkala selama pelaksanaan usaha. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. 2.1 Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Biaya tetap yang dikeluarkan pengusaha Tenun Sutera Panawuan Garut yaitu biaya upah tenaga kerja. a. Biaya Tetap Pengusaha Tenun Sutera 1 Pada tahun 2009-2018 biaya tetap yang dikeluarkan oleh pengusaha Tenun Sutera 1 sebesar Rp 19.347.250. Usaha berjalan dengan baik dan total yang dikeluarkan setiap tahunnya relatif konstan. Rincian biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 8. b. Biaya Tetap Pengusaha Tenun Sutera 2 Pada tahun 2010-2019 biaya tetap yang dikeluarkan oleh pengusaha Tenun Sutera 2 sebesar Rp 17.980.800. Usaha berjalan dengan baik dan total yang dikeluarkan setiap tahunnya relatif konstan. Rincian biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 9. c. Biaya Tetap Pengusaha Tenun Sutera 3 Pada tahun 2013-2022 biaya tetap yang dikeluarkan oleh pengusaha Tenun Sutera 3 sebesar Rp 22.490.400. Usaha berjalan dengan baik dan total yang dikeluarkan setiap tahunnya relatif konstan. Rincian biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 10. d. Biaya Tetap Pengusaha Tenun Sutera 4 Pada tahun 2013-2022 biaya tetap yang dikeluarkan oleh pengusaha Tenun Sutera 4 sebesar Rp 7.780.800. Usaha berjalan dengan baik dan total yang dikeluarkan setiap tahunnya relatif konstan. Rincian biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 11.
55
e. Biaya Tetap Pengusaha Tenun Sutera 5 Pada tahun 2015-2024 biaya tetap yang dikeluarkan oleh pengusaha Tenun Sutera 5 sebesar Rp 20.415.600. Usaha berjalan dengan baik dan total yang dikeluarkan setiap tahunnya relatif konstan. Rincian biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 12. f. Biaya Tetap Pengusaha Tenun Sutera 6 Pada tahun 2015-2024 biaya tetap yang dikeluarkan oleh pengusaha Tenun Sutera 6 sebesar Rp 45.230.400. Usaha berjalan dengan baik dan total yang dikeluarkan setiap tahunnya relatif konstan. Rincian biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 13. g. Biaya Tetap Pengusaha Tenun Sutera 7 Pada tahun 2014-2023 biaya tetap yang dikeluarkan oleh pengusaha Tenun Sutera 7 sebesar Rp 19.200.000. Usaha berjalan dengan baik dan total yang dikeluarkan setiap tahunnya relatif konstan. Rincian biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 14. h. Biaya Tetap Pengusaha Tenun Sutera 8 Pada tahun 2012-2021 biaya tetap yang dikeluarkan oleh pengusaha Tenun Sutera 8 sebesar Rp 38.880.000. Usaha berjalan dengan baik dan total yang dikeluarkan setiap tahunnya relatif konstan. Rincian biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 15. i. Biaya Tetap Pengusaha Tenun Sutera 9 Pada tahun 2013-2022 biaya tetap yang dikeluarkan oleh pengusaha Tenun Sutera 9 sebesar Rp 18.248.600. Usaha berjalan dengan baik dan total yang dikeluarkan setiap tahunnya relatif konstan. Rincian biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 16. j. Biaya Tetap Pengusaha Tenun Sutera 10 Pada tahun 2007-2016 biaya tetap yang dikeluarkan oleh pengusaha Tenun Sutera 10 sebesar Rp 19.200.000. Usaha berjalan dengan baik dan total yang
56
dikeluarkan setiap tahunnya relatif konstan. Rincian biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 17. k. Biaya Tetap Pengusaha Tenun Sutera 11 Pada tahun 2012-2021 biaya tetap yang dikeluarkan oleh pengusaha Tenun Sutera 11 sebesar Rp 19.360.000. Usaha berjalan dengan baik dan total yang dikeluarkan setiap tahunnya relatif konstan. Rincian biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 18. 2.2 Biaya Variabel atau Tidak Tetap Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan dalam proses produksi. Biaya variabel pada usaha ini adalah biaya pengadaan input tenun sutera. a. Biaya Variabel Pengusaha Tenun Sutera 1 Pada tahun 2009-2018 biaya variabel yang dikeluarkan oleh pengusaha Tenun Sutera 1 sebesar Rp 123.697.000. Total yang dikeluarkan oleh pengusaha Tenun Sutera 1 setiap tahunnya relatif konstan. Rincian biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 8. b. Biaya Variabel Pengusaha Tenun Sutera 2 Pada tahun 2010-2019 biaya variabel yang dikeluarkan oleh pengusaha Tenun Sutera 2 sebesar Rp 74.302.000. Total yang dikeluarkan oleh pengusaha Tenun Sutera 2 setiap tahunnya relatif konstan. Rincian biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 9. c. Biaya Variabel Pengusaha Tenun Sutera 3 Pada tahun 2013-2022 biaya variabel yang dikeluarkan oleh pengusaha Tenun Sutera 3 sebesar Rp 75.599.000. Total yang dikeluarkan oleh pengusaha Tenun Sutera 3 setiap tahunnya relatif konstan. Rincian biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 10.
57
d. Biaya Variabel Pengusaha Tenun Sutera 4 Pada tahun 2013-2022 biaya variabel yang dikeluarkan oleh pengusaha Tenun Sutera 4 sebesar Rp 76.931.000. Total yang dikeluarkan oleh pengusaha Tenun Sutera 4 setiap tahunnya relatif konstan. Rincian biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 11. e. Biaya Variabel Pengusaha Tenun Sutera 5 Pada tahun 2015-2024 biaya variabel yang dikeluarkan oleh pengusaha Tenun Sutera 5 sebesar Rp 48.276.000. Total yang dikeluarkan oleh pengusaha Tenun Sutera 5 setiap tahunnya relatif konstan. Rincian biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 12. f. Biaya Variabel Pengusaha Tenun Sutera 6 Pada tahun 2015-2024 biaya variabel yang dikeluarkan oleh pengusaha Tenun Sutera 6 sebesar Rp 52.083.000. Total yang dikeluarkan oleh pengusaha Tenun Sutera 6 setiap tahunnya relatif konstan. Rincian biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 13. g. Biaya Variabel Pengusaha Tenun Sutera 7 Pada tahun 2014-2023 biaya variabel yang dikeluarkan oleh pengusaha Tenun Sutera 7 sebesar Rp 55.362.000. Total yang dikeluarkan oleh pengusaha Tenun Sutera 7 setiap tahunnya relatif konstan. Rincian biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 14. h. Biaya Variabel Pengusaha Tenun Sutera 8 Pada tahun 2012-2021 biaya variabel yang dikeluarkan oleh pengusaha Tenun Sutera 8 sebesar Rp 77.481.000. Total yang dikeluarkan oleh pengusaha Tenun Sutera 8 setiap tahunnya relatif konstan. Rincian biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 15. i. Biaya Variabel Pengusaha Tenun Sutera 9 Pada tahun 2013-2022 biaya variabel yang dikeluarkan oleh pengusaha Tenun Sutera 9 sebesar Rp 52.382.500. Total yang dikeluarkan oleh pengusaha
58
Tenun Sutera 9 setiap tahunnya relatif konstan. Rincian biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 16. j. Biaya Variabel Pengusaha Tenun Sutera 10 Pada tahun 2007-2016 biaya variabel yang dikeluarkan oleh pengusaha Tenun Sutera 10 sebesar Rp 33.228.500. Total yang dikeluarkan oleh pengusaha Tenun Sutera 10 setiap tahunnya relatif konstan. Rincian biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 17. k. Biaya Variabel Pengusaha Tenun Sutera 11 Pada tahun 2012-2021 biaya variabel yang dikeluarkan oleh pengusaha Tenun Sutera 11 sebesar Rp 123.697.000. Total yang dikeluarkan oleh pengusaha Tenun Sutera 11 setiap tahunnya relatif konstan. Rincian biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 18. 6.3.1.3 Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tenun Sutera Panawuan Garut Kelayakan finansial Usaha Tenun Sutera ini dapat dilihat dari beberapa kriteria penilaian investasi, yaitu: Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, dan Payback Period (PBP). Hasil perhitungan kriteria penilaian investasi pada 11 unit usaha Tenun Sutera Panawuan Garut sebagai berikut : a. Usaha Tenun Sutera 1 Hasil perhitungan kriteria penilaian investasi pada Usaha Tenun Sutera 1 Panawuan Garut dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tenun Sutera 1 Kriteria NPV IRR Net B/C Payback Period
Hasil 715 450 232.3 11% 2 3 tahun 8 bulan
Sumber : Data Primer (diolah), 2016.
Berdasarkan analisis kelayakan finansial dapat dilihat bahwa Usaha Tenun Sutera 1 menghasilkan NPV yang lebih besar dari nol, yaitu Rp 715.450.232,3.
59
Hal ini menunjukan usaha ini akan memberikan manfaat bersih sebesar Rp 715.450.232,3 berdasarkan kriteria NPV Usaha Tenun Sutera 1 ini, layak untuk dilanjutkan. Nilai IRR yang diperoleh sebesar 11 persen dimana IRR tersebut lebih besar dari discount rate (suku bunga) yang ditetapkan yaitu 5 persen. Hal ini menunjukan bahwa usaha mampu memberikan tingkat pengembalian
modal
sebesar 11 persen. Berdasarkan IRR Usaha Tenun Sutera 1 ini layak untuk dilanjutkan. Nilai Net B/C yang diperoleh yaitu sebesar dua. Hal ini berarti setiap Rp 1 yang dikeluarkan menghasilkan tambahan manfaat sebesar Rp 2. Nilai Net B/C yang diperoleh lebih besar dari satu, sehingga usaha ini layak untuk dilanjutkan. Payback Period (PBP) yang diperoleh adalah sebesar tiga tahun delapan bulan. Nilai PBP ini masih berada dibawah umur usaha, sehingga berdasarkan kriteria PBP usaha ini layak untuk dilanjutkan. Rincian Perhitungan investasi Usaha Tenun Sutera 1 Panawuan Garut dapat dilihat pada Lampiran 10. b. Usaha Tenun Sutera 2 Hasil perhitungan kriteria penilaian investasi pada Usaha Tenun Sutera 2 Panawuan Garut dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tenun Sutera 2 Kriteria NPV IRR Net B/C Payback Period
Hasil 104 366 133 12% 2 10 bulan
Sumber : Data Primer (diolah), 2016.
Berdasarkan analisis kelayakan finansial dapat dilihat bahwa Usaha Tenun Sutera 2 menghasilkan NPV yang lebih besar dari nol, yaitu 104.366.133. Hal ini menunjukan usaha ini akan memberikan manfaat bersih sebesar Rp 104.366.133 berdasarkan kriteria NPV Usaha Tenun Sutera 2 ini,layak untuk dilanjutkan. Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 12 persen dimana IRR tersebut lebih besar dari discount rate (suku bunga) yang ditetapkan yaitu 5 persen. Hal ini menunjukan bahwa usaha mampu memberikan tingkat pengembalian
modal sebesar 12
persen. Berdasarkan IRR Usaha Tenun Sutera 2 ini layak untuk dilanjutkan. Nilai Net B/C yang diperoleh yaitu sebesar dua. Hal ini berarti setiap Rp 1 yang
60
dikeluarkan menghasilkan tambahan manfaat sebesar Rp 2. Nilai Net B/C yang diperoleh lebih besar dari satu, sehingga usaha ini layak untuk dilanjutkan. Payback Period (PBP) yang diperoleh adalah sebesar 10 bulan. Nilai PBP ini masih berada dibawah umur usaha, sehingga berdasarkan kriteria PBP usaha ini layak untuk dilanjutkan. Rincian Perhitungan investasi Usaha Tenun Sutera 2 Panawuan Garut dapat dilihat pada Lampiran 11. c. Usaha Tenun Sutera 3 Hasil perhitungan kriteria penilaian investasi pada Usaha Tenun Sutera 3 Panawuan Garut dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tenun Sutera 3 Kriteria NPV IRR Net B/C Payback Period
Hasil 624 042 000 44% 5 7 bulan
Sumber : Data Primer (diolah), 2016.
Berdasarkan analisis kelayakan finansial dapat dilihat bahwa Usaha Tenun Sutera 3 menghasilkan NPV yang lebih besar dari nol, yaitu Rp 624.052.000. Hal ini
menunjukan
usaha
ini
akan
memberikan
manfaat
bersih
sebesar
Rp624.052.000 berdasarkan kriteria NPV Usaha Tenun Sutera 3 ini, layak untuk dilanjutkan. Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 44 persen dimana IRR tersebut lebih besar dari discount rate (suku bunga) yang ditetapkan yaitu 5 persen. Hal ini menunjukan bahwa usaha mampu memberikan tingkat pengembalian modal sebesar 44 persen. Berdasarkan IRR Usaha Tenun Sutera 3 ini layak untuk dilanjutkan. Nilai Net B/C yang diperoleh yaitu sebesar lima. Hal ini berarti setiap Rp 1 yang dikeluarkan menghasilkan tambahan manfaat sebesar Rp 5. Nilai Net B/C yang diperoleh lebih besar dari satu, sehingga usaha ini layak untuk dilanjutkan. Payback Period (PBP) yang diperoleh adalah sebesar tujuh bulan. Nilai PBP ini masih berada dibawah umur usaha, sehingga berdasarkan kriteria PBP usaha ini layak untuk dilanjutkan. Rincian Perhitungan investasi Usaha Tenun Sutera 3 Panawuan Garut dapat dilihat pada Lampiran 12.
61
d. Usaha Tenun Sutera 4 Hasil perhitungan kriteria penilaian investasi pada Usaha Tenun Sutera 4 Panawuan Garut dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tenun Sutera 4 Kriteria NPV IRR Net B/C Payback Period
Hasil 172 955 747 27% 3 2 bulan
Sumber : Data Primer (diolah), 2016.
Berdasarkan analisis kelayakan finansial dapat dilihat bahwa Usaha Tenun Sutera 4 menghasilkan NPV yang lebih besar dari nol, yaitu Rp 172.955.747. Hal ini
menunjukan
usaha
ini
akan
memberikan
manfaat
bersih
sebesar
Rp172.955.747 berdasarkan kriteria NPV Usaha Tenun Sutera 4 ini, layak untuk dilanjutkan. Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 27 persen dimana IRR tersebut lebih besar dari discount rate (suku bunga) yang ditetapkan yaitu 5 persen. Hal ini menunjukan bahwa usaha mampu memberikan tingkat pengembalian modal sebesar 27 persen. Berdasarkan IRR Usaha Tenun Sutera 4 ini layak untuk dilanjutkan. Nilai Net B/C yang diperoleh yaitu sebesar tiga. Hal ini berarti setiap Rp 1 yang dikeluarkan menghasilkan tambahan manfaat sebesar Rp 3. Nilai Net B/C yang diperoleh lebih besar dari satu, sehingga usaha ini layak untuk dilanjutkan. Payback Period (PBP) yang diperoleh adalah sebesar dua bulan. Nilai PBP ini masih berada dibawah umur usaha, sehingga berdasarkan kriteria PBP usaha ini layak untuk dilanjutkan. Rincian Perhitungan investasi Usaha Tenun Sutera 4 Panawuan Garut dapat dilihat pada Lampiran 13. e. Usaha Tenun Sutera 5 Hasil perhitungan kriteria penilaian investasi pada Usaha Tenun Sutera 5 Panawuan Garut dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tenun Sutera 5 Kriteria NPV IRR Net B/C Payback Period Sumber : Data Primer (diolah), 2016.
Hasil 126 466 247 29% 3 11 bulan
62
Berdasarkan analisis kelayakan finansial dapat dilihat bahwa Usaha Tenun Sutera 5 menghasilkan NPV yang lebih besar dari nol, yaitu Rp 126.466.247. Hal ini
menunjukan
usaha
ini
akan
memberikan
manfaat
bersih
sebesar
Rp126.466.247 berdasarkan kriteria NPV Usaha Tenun Sutera 5 ini, layak untuk dilanjutkan. Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 29 persen dimana IRR tersebut lebih besar dari discount rate (suku bunga) yang ditetapkan yaitu 5 persen. Hal ini menunjukan bahwa usaha mampu memberikan tingkat pengembalian modal sebesar 29 persen. Berdasarkan IRR Usaha Tenun Sutera 5 ini layak untuk dilanjutkan. Nilai Net B/C yang diperoleh yaitu sebesar tiga. Hal ini berarti setiap Rp 1 yang dikeluarkan menghasilkan tambahan manfaat sebesar Rp 3. Nilai Net B/C yang diperoleh lebih besar dari satu, sehingga usaha ini layak untuk dilanjutkan. Payback Period (PBP) yang diperoleh adalah sebesar sebelas bulan. Nilai PBP ini masih berada dibawah umur usaha, sehingga berdasarkan kriteria PBP usaha ini layak untuk dilanjutkan. Rincian Perhitungan investasi Usaha Tenun Sutera 5 Panawuan Garut dapat dilihat pada Lampiran 14. f. Usaha Tenun Sutera 6 Hasil perhitungan kriteria penilaian investasi pada Usaha Tenun Sutera 6 Panawuan Garut dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tenun Sutera 6 Kriteria NPV IRR Net B/C Payback Period
Hasil 57 126 218,6 10% 2 4 bulan
Sumber : Data Primer (diolah), 2016.
Berdasarkan analisis kelayakan finansial dapat dilihat bahwa Usaha Tenun Sutera 6 menghasilkan NPV yang lebih besar dari nol, yaitu Rp 57.126.218,6. Hal ini menunjukan usaha ini akan memberikan manfaat bersih sebesar Rp 57.126.218,6 berdasarkan kriteria NPV Usaha Tenun Sutera 6 ini, layak untuk dilanjutkan. Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 10 persen dimana IRR tersebut lebih besar dari discount rate (suku bunga) yang ditetapkan yaitu 5 persen. Hal ini menunjukan bahwa usaha mampu memberikan tingkat
63
pengembalian modal sebesar 10 persen. Berdasarkan IRR Usaha Tenun Sutera 6 ini layak untuk dilanjutkan. Nilai Net B/C yang diperoleh yaitu sebesar dua. Hal ini berarti setiap Rp 1 yang dikeluarkan menghasilkan tambahan manfaat sebesar Rp 2. Nilai Net B/C yang diperoleh lebih besar dari satu, sehingga usaha ini layak untuk dilanjutkan. Payback Period (PBP) yang diperoleh adalah sebesar empat bulan. Nilai PBP ini masih berada dibawah umur usaha, sehingga berdasarkan kriteria PBP usaha ini layak untuk dilanjutkan. Rincian Perhitungan investasi Usaha Tenun Sutera 6 Panawuan Garut dapat dilihat pada Lampiran 15. g. Usaha Tenun Sutera 7 Hasil perhitungan kriteria penilaian investasi pada Usaha Tenun Sutera 7 Panawuan Garut dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tenun Sutera 7 Kriteria NPV IRR Net B/C Payback Period
Hasil 234 408 414 50% 4 3 bulan
Sumber : Data Primer (diolah), 2016.
Berdasarkan analisis kelayakan finansial dapat dilihat bahwa Usaha Tenun Sutera 7 menghasilkan NPV yang lebih besar dari nol, yaitu Rp 234.408.414. Hal ini
menunjukan
usaha
ini
akan
memberikan
manfaat
bersih
sebesar
Rp234.408.414 berdasarkan kriteria NPV Usaha Tenun Sutera 7 ini, layak untuk dilanjutkan. Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 50 persen dimana IRR tersebut lebih besar dari discount rate (suku bunga) yang ditetapkan yaitu 5 persen. Hal ini menunjukan bahwa usaha mampu memberikan tingkat pengembalian modal sebesar 50 persen. Berdasarkan IRR Usaha Tenun Sutera 7 ini layak untuk dilanjutkan. Nilai Net B/C yang diperoleh yaitu sebesar empat. Hal ini berarti setiap Rp 1 yang dikeluarkan menghasilkan tambahan manfaat sebesar Rp 4. Nilai Net B/C yang diperoleh lebih besar dari satu, sehingga usaha ini layak untuk dilanjutkan. Payback Period (PBP) yang diperoleh adalah sebesar tiga bulan. Nilai PBP ini masih berada dibawah umur usaha, sehingga berdasarkan
64
kriteria PBP usaha ini layak untuk dilanjutkan. Rincian Perhitungan investasi Usaha Tenun Sutera 7 Panawuan Garut dapat dilihat pada Lampiran 16. h. Usaha Tenun Sutera 8 Hasil perhitungan kriteria penilaian investasi pada Usaha Tenun Sutera 8 Panawuan Garut dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tenun Sutera 8 Kriteria NPV IRR Net B/C Payback Period
Hasil 346 008 739,3 25% 3 1 tahun
Sumber : Data Primer (diolah), 2016.
Berdasarkan analisis kelayakan finansial dapat dilihat bahwa Usaha Tenun Sutera 8 menghasilkan NPV yang lebih besar dari nol, yaitu Rp 346.008.739,3. Hal ini menunjukan usaha ini akan memberikan manfaat bersih sebesar Rp346.008.739,3 berdasarkan kriteria NPV Usaha Tenun Sutera 8 ini, layak untuk dilanjutkan. Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 25 persen dimana IRR tersebut lebih besar dari discount rate (suku bunga) yang ditetapkan yaitu 5 persen. Hal ini menunjukan bahwa usaha mampu memberikan tingkat pengembalian modal sebesar 25 persen. Berdasarkan IRR Usaha Tenun Sutera 8 ini layak untuk dilanjutkan. Nilai Net B/C yang diperoleh yaitu sebesar tiga. Hal ini berarti setiap Rp 1 yang dikeluarkan menghasilkan tambahan manfaat sebesar Rp 3. Nilai Net B/C yang diperoleh lebih besar dari satu, sehingga usaha ini layak untuk dilanjutkan. Payback Period (PBP) yang diperoleh adalah sebesar satu tahun. Nilai PBP ini masih berada dibawah umur usaha, sehingga berdasarkan kriteria PBP usaha ini layak untuk dilanjutkan. Rincian Perhitungan investasi Usaha Tenun Sutera 8 Panawuan Garut dapat dilihat pada Lampiran 17. i. Usaha Tenun Sutera 9 Hasil perhitungan kriteria penilaian investasi pada Usaha Tenun Sutera 9 Panawuan Garut dapat dilihat pada Tabel 25.
65
Tabel 25 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tenun Sutera 9 Kriteria NPV IRR Net B/C Payback Period
Hasil 356 447 367,9 35% 4 1 tahun 1 bulan
Sumber : Data Primer (diolah), 2016.
Berdasarkan analisis kelayakan finansial dapat dilihat bahwa Usaha Tenun Sutera 9 menghasilkan NPV yang lebih besar dari nol, yaitu Rp 356.447.367,9. Hal ini menunjukan usaha ini akan memberikan manfaat bersih sebesar Rp356.447.367,9 berdasarkan kriteria NPV Usaha Tenun Sutera 9 ini, layak untuk dilanjutkan. Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 35 persen dimana IRR tersebut lebih besar dari discount rate (suku bunga) yang ditetapkan yaitu 5 persen. Hal ini menunjukan bahwa usaha mampu memberikan tingkat pengembalian modal sebesar 35 persen. Berdasarkan IRR Usaha Tenun Sutera 9 ini layak untuk dilanjutkan. Nilai Net B/C yang diperoleh yaitu sebesar empat. Hal ini berarti setiap Rp 1 yang dikeluarkan menghasilkan tambahan manfaat sebesar Rp 4. Nilai Net B/C yang diperoleh lebih besar dari satu, sehingga usaha ini layak untuk dilanjutkan. Payback Period (PBP) yang diperoleh adalah sebesar satu tahun satu bulan. Nilai PBP ini masih berada dibawah umur usaha, sehingga berdasarkan kriteria PBP usaha ini layak untuk dilanjutkan. Rincian Perhitungan investasi Usaha Tenun Sutera 9 Panawuan Garut dapat dilihat pada Lampiran 18. j. Usaha Tenun Sutera 10 Hasil perhitungan kriteria penilaian investasi pada Usaha Tenun Sutera 10 Panawuan Garut dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tenun Sutera 10 Kriteria NPV IRR Net B/C Payback Period
Hasil 226 852 920,9 31% 4 6 bulan
Sumber : Data Primer (diolah), 2016.
Berdasarkan analisis kelayakan finansial dapat dilihat bahwa Usaha Tenun Sutera 10 menghasilkan NPV yang lebih besar dari nol, yaitu Rp 226.852.920,9.
66
Hal ini menunjukan usaha ini akan memberikan manfaat bersih sebesar Rp226.852.920,9 berdasarkan kriteria NPV Usaha Tenun Sutera 10 ini, layak untuk dilanjutkan. Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 31 persen dimana IRR tersebut lebih besar dari discount rate (suku bunga) yang ditetapkan yaitu 5 persen. Hal ini menunjukan bahwa usaha mampu memberikan tingkat pengembalian modal sebesar 31 persen. Berdasarkan IRR Usaha Tenun Sutera 10 ini layak untuk dilanjutkan. Nilai Net B/C yang diperoleh yaitu sebesar empat. Hal ini berarti setiap Rp 1 yang dikeluarkan menghasilkan tambahan manfaat sebesar Rp 4. Nilai Net B/C yang diperoleh lebih besar dari satu, sehingga usaha ini layak untuk dilanjutkan. Payback Period (PBP) yang diperoleh adalah sebesar enam bulan. Nilai PBP ini masih berada dibawah umur usaha, sehingga berdasarkan kriteria PBP usaha ini layak untuk dilanjutkan. Rincian Perhitungan investasi Usaha Tenun Sutera 10 Panawuan Garut dapat dilihat pada Lampiran 19. k. Usaha Tenun Sutera 11 Hasil perhitungan kriteria penilaian investasi pada Usaha Tenun Sutera 11 Panawuan Garut dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tenun Sutera 11 Kriteria NPV IRR Net B/C Payback Period
Hasil 218 792 847 18% 3 6 bulan
Sumber : Data Primer (diolah), 2016.
Berdasarkan analisis kelayakan finansial dapat dilihat bahwa Usaha Tenun Sutera 11 menghasilkan NPV yang lebih besar dari nol, yaitu Rp 218.761.506. Hal ini menunjukan usaha ini akan memberikan manfaat bersih sebesar Rp218.761.506 berdasarkan kriteria NPV Usaha Tenun Sutera 11 ini, layak untuk dilanjutkan. Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 18 persen dimana IRR tersebut lebih besar dari discount rate (suku bunga) yang ditetapkan yaitu 5 persen. Hal ini menunjukan bahwa usaha mampu memberikan tingkat pengembalian modal sebesar 18 persen. Berdasarkan IRR Usaha Tenun Sutera 11 ini layak untuk dilanjutkan. Nilai Net B/C yang diperoleh yaitu sebesar tiga. Hal
67
ini berarti setiap Rp 1 yang dikeluarkan menghasilkan tambahan manfaat sebesar Rp 3. Nilai Net B/C yang diperoleh lebih besar dari satu, sehingga usaha ini layak untuk dilanjutkan. Payback Period (PBP) yang diperoleh adalah sebesar enam bulan. Nilai PBP ini masih berada dibawah umur usaha, sehingga berdasarkan kriteria PBP usaha ini layak untuk dilanjutkan. Rincian Perhitungan investasi Usaha Tenun Sutera 11 Panawuan Garut dapat dilihat pada Lampiran 20. Berdasarkan penjelasan diatas maka di dapat kesimpulan bahwa kegiatan 11 unit usaha tenun sutera di Kampung Panawuan layak untuk dijalankan dan memberikan manfaat positif kepada masyarakat lokal. 6.3 Tingkat Efektifitas Hasil Terhadap Lima Kapital di Kampung Panawuan 6.3.1 Sustainable Livelihood Masyarakat Kampung Panawuan Sebelum dan Setelah Adanya CSR PGN Penghidupan atau bisa disebut livelihood merupakan istilah pembangunan yang menggambarkan kemampuan, kepemilikan serta aktivitas sebuah individu ataupun masyarakat terhadap modal/asset. Aset disini dapat disebut sebagai bentuk dari pengaruh kehidupan masyarakat pedesaan yaitu natural capital, human capital, financial capital, physical capital dan social capital yang nantinya dapat disederhanakan sebagai bentuk segi lima penghidupan atau petagon aset. Output dari hasil analisis ini adalah tingkat penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood) di Kampung Panawuan dengan tingkat penghidupan keberlanjutan diperoleh dari tingkat akumulasi kelima aset livelihood (natural capital, human capital, financial capital, physical capital dan social capital) diasumsikan dengan hasil yang diperoleh dari kuesioner dan observasi terhadap responden baik berupa data primer maupun sekunder. Perhitungan metode pendekatan kuantitatif maka digunakan perhitungan skoring dengan masing – masing nilai dicocokkan dengan kriteria penilaian yang ada (berdasarkan hasil dari kuesioner). Dengan begitu, penilaian terhadap total skor antara lain dapat diketahui seberapa besar nilai maksimal akses atas aset di Kampung Panawuan. Adapun penilaian untuk data yang dihitung dari masing – masing variabel dapat dilihat pada Tabel 28.
68
Tabel 28 Hasil Penilaian Social Capital Aspek Social Capital Kelompok tenun Keikutsertaan peran Relasi petenun Pemberdayaan masyarakat Lembaga sosial Pengambilan keputusan Perselisihan petenun Total Nilai
Sebelum 6,91 5,76 10,96 4,48 8,19 4,31 13,52 54,12
Sesudah 14,29 9,34 11,34 10,79 10,32 6,87 13,94 76,89
Selisih 7,38 3,58 0,38 6,31 2,13 2,56 0,42 22,77
Sumber: Hasil Analisis Data (2016)
Hasil analisis kriteria social capital pada Tabel 28 dapat disimpulkan bahwa hubungan sosial antar petenun sutera tetap terjaga harmonis dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat lebih dari empat kelompok tenun sutera dengan jumlah anggota kelompok yang berbeda-beda. Keikutsertaan responden menjadi anggota kelompok masih banyak yang aktif dan semakin meningkat peran serta dalam pengambilan keputusan. Sesekali terjadi perselisihan yang diakibatkan dari perbedaan harga antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Berfungsinya kelompok sosial yang ada di Kampung Panawuan seperti kelompok ibu-ibu PKK, Lembaga Pemberdayaan Wanita yang dibentuk oleh PGN, serta Koperasi Tenun Sutera. Dapat disimpulkan bahwa nilai social capital di Kampung Panawuan meningkat. Saat sebelum adanya program CSR PGN bernilai sebesar 54,12 menjadi sebesar 76,89 setelah adanya program CSR PGN. Table 29 Hasil Penilaian Physical Capital Aspek Physical Capital Keamanan bangunan tenun sutera Fasilitas air bersih Kondisi jalan raya Keterjangkaua akses komunikasi Kelengkapan alat produksi Teknologi Total nilai
Sebelum 10,05 12,74 6,67 13,08 6,47 10,05 59,05
Sesudah 12,54 13,28 13,33 13,38 11,49 10,05 74,08
Selisih 2,49 0,54 6,66 0,3 5,02 0 15,03
Sumber: Hasil Analisis Data (2016)
Hasil analisis kriteria physical capital pada Tabel 29 dapat disimpulkan bahwa, fasilitas air bersih yang dibutuhkan masyarakat semakin lebih mudah. Sebelumnya, masyarakat mendapatkan air bersih dari sumur timba, namun sekarang mulai banyak yang menggunakan sumur pompa untuk memenuhi
69
kebutuhan air bersih mereka. Masyarakat Kampung Panawuan dapat memperbaiki jalan raya yang dapat diakses menuju lokasi usaha tenun sutera, yang sebelumnya jalanan berbentuk pasir berbatu menjadi jalanan aspal. Keterjangkauan infrastruktur komunikasi semakin meningkat. Kelengkapan alat-alat tenun dan teknologi yang diberikan oleh PGN juga semakin bertambah dalam memudahkan proses produksi tenun sutera serta bertambahnya fasilitas yang diberikan oleh PGN berupa sekolah, musholla, galeri, gedung workshop. Nilai physical capital di Kampung Panawuan meningkat dari sebesar 59,05 menjadi 74,08 setelah adanya program CSR PGN. Tabel 30 Hasil Penilaian Natural Capital Aspek Natural Capital Kepemilikan Lahan Kesuburan tanah Sumber air Pelestarian alam Intensitas bencana alam Pemanfaatan limbah Total nilai
Sebelum 13,58 12,49 13,08 5,32 11,79 3,83 60,10
Sesudah 14,63 13,48 14,48 9,00 14,08 6,97 72,64
Selisih 1,05 0,99 1,4 3,68 2,29 3,14 12,54
Sumber: Hasil Analisis Data (2016)
Hasil analisis kriteria social capital pada Tabel 30 dapat disimpulkan bahwa,
sebelum
adanya
program
CSR
PGN
masyarakat
cenderung
ketergantungan terhadap sumberdaya alam, hal tersebut menyebabkan eksploitasi yang menyebabkan kualitas sumberdaya alam menurun sehngga tidak dapat lagi dimanfaatkan, hal tersebut mengancam kesejahteraan masyarakat. Penghijauan yang dilakukan oleh CSR PGN bersama masyarakat sekitar berupa menanam pohon di lingkungan sekitar Kampung Panawuan. Kondisi di Kampung Panawuan yang tadinya gersang menjadi subur dan sejuk setelah ditanami pepohonan. Sebelum adanya program CSR PGN nilai natural capital sebesar 60,10 sedangkan setelah adanya program CSR PGN nilai natural capital meningkat menjadi sebesar 72,64.
70
Tabel 31 Hasil Penilaian Human Capital Aspek Human Capital Akses kesehatan Jarak akses kesehatan Tenaga kesehatan Biaya berobat Kebutuhan Gizi Pelatihan Pekerjaan lain Keikutsertaan keluarga Kepemilikan barang Perbaikan pengangguran Total nilai
Sebelum 4,75 8,75 5,58 9,58 4,75 8,75 5,58 9,58 5,19 2,06 49,70
Sesudah 5,37 8,51 6,48 8,84 5,37 8,51 6,48 8,84 5,97 4,18 60,72
Selisih 0,62 0,24 0,9 0,74 0,62 0,24 0,9 0,74 0,78 2,12 11,02
Sumber: Hasil Analisis Data (2016)
Hasil analisis kriteria human capital pada Tabel 31 dapat disimpulkan bahwa, peningkatan human capital berdampak positif bagi kehidupan masyarakat, terlihat dari akses kesehatan masyarakat yang dikunjungi bertambah baik, dari puskesmas beralih ke dokter umum. Jarak fasilitas semakin dekat dengan rumah. Tenaga medis yang semakin professional, serta kebutuhan gizi yang terpenuhi dari tahun ke tahun. Biaya berobat yang dikeluarkan oleh masyarakat sekarang lebih terjangkau. Adanya usaha tenun sutera, tingkat pengangguran yang ada di Kampung Panawuan menurun. PGN memberikan dana bantuan program CSR kepada Kampung Panawuan dengan tujuan untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar. Program-program yang diberikan oleh CSR PGN diantaranya adalah diberikannya pelatihan-pelatihan kepada petenun sutera untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam berkreativitas dan meningkatkan skill. Sehingga hal tersebut dapat meningkatkan human capital masyarakat Kampung Panawuan. Sebelum adanya program CSR PGN di Kampung Panawuan nilai human capital kurang maksimal atau rendah yaitu sebesar 49.70 dan setelah adanya program CSR PGN nilai human capital meningkat menjadi sebesar 60.72. Tabel 32 Hasil Penilaian Financial Capital Aspek Financial Capital Penghasilan Pengeluaran Peminjaman modal Tabungan Total nilai Sumber: Hasil Analisis Data (2016)
Sebelum 14,93 15,37 7,39 14,63 52,31
Sesudah 18,28 17,91 9,25 14,33 59,78
Selisih 3,35 2,54 1,86 0,3 7,47
71
Hasil analisis kriteria social capital pada Tabel 32 dapat disimpulkan bahwa, adanya kegiatan usaha tenun sutera yang mengkibatkan munculnya unit usaha terkait yang dapat memacu meningkatnya perekonomian masyarakat. Usaha tenun sutera membutuhkan tenaga kerja untuk membantu menjalankan usaha tersebut maka unit usaha tersebut menyerap tenaga kerja lokal untuk bekerja pada unit usaha tenun sutera. Penghasilan yang diterima oleh masyarakat Kampung Panawuan mengalami peningkatan, tetapi belum memberikan pengaruh yang optimal karena harga pangan yang semakin mahal serta pola pengeluaran dalam mencukupi kebutuhan hidup juga semakin meningkat. Sedangkan untuk kegiatan menabung, mereka cenderung tidak mengalami perubahan tergantung kondisi kebutuhan hidup yang terjadi. Nilai financial capital di Kampung Panawuan meningkat dari sebesar 52.31 menjadi 59.78 setelah adanya program CSR PGN. Tabel 33 Tingkat Sustainable Livelihood di Kampung Panawuan Variabel Sebelum Human Capital 49.70 Natural Capital 60.10 Social Capital 54.12 Physical Capital 59.05 Financial Capital 52.31 Sumber : Data Primer (diolah), 2016.
Nilai Total Sesudah Selisih 60.72 11,02 72.64 12,54 76.89 22,77 74.08 15,03 59.78 7,47
Pada Tabel 33 dapat disimpulkan bahwa nilai semua aset meningkat. Aset yang paling tinggi setelah adanya program CSR PGN adalah social capital, physical capital, natural capital, human capital, dan financial capital. Hasil keseluruhan analisis sustainable livelihood dalam pentagon aset petenun sutera dapat dilihat pada Gambar 7. Secara keseluruhan, mereka yang mendapatkan program CSR PGN memberikan pengaruh besar terhadap social capital, physical capital, natural capital, human capital, dan yang terakhir financial capital. Kekuatan maksimal akses kepemilikan capital para petenun sutera terdapat pada social capital. Kemudian physical capital, natural capital, human capital dan yang terkecil financial capital.
72
Pentagon Aset Sebelum Sesudah human capital 80.00 60.72 49.70 60.00 59.78 financial capital 52.31
40.00 20.00 0.00 59.05
74.08 physical capital
72.64 natural capital 60.10
54.12 76.89 social capital
Gambar 4 Pentagon Aset Sustainable Livelihood (Penulis 2016) 6.4 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Program CSR PGN terhadap Masyarakat Lokal 6.4.1 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Usaha Tenun Sutera Kegiatan usaha tenun sutera akan menimbulkan dampak terhadap masyarakat sekitar lokasi tenun. Salah satu dampak yang paling terasa adalah adanya dampak ekonomi yang muncul baik bersifat positif dan negatif. Dampak positif yang terjadi dapat bersifat langsung (direct), yaitu munculnya lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar, baik berprofesi sebagai petenun sutera, maupun profesi lain yang sesuai dengan modal dan kemampuan masyarakat setempat. Selain itu, dapat dimanfaatkan oleh petenun sutera untuk mendapatkan barang dan jasa demi memenuhi kebutuhan tenun seperti benang sutera yang berada di sekitar lokasi tenun. Hal tersebut akan membuka kesempatan bagi masyarakat lokal untuk meningkatkan taraf perekonomian keluarga. Selain dampak positif langsung yang muncul, ada dampak lain yang akan timbul seperti dampak tidak langsung (indirect impact). Dampak tidak langsung berupa aktivitas ekonomi lokal dari suatu pembelanjaan unit usaha penerima dampak langsung dan dampak lanjutan (induced impact) dapat diartikan sebagai aktivitas ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan usaha tenun sutera pada
73
dasarnya dilihat dari keseluruhan pengeluaran petenun sutera untuk pembelian benang sutera dan pengeluaran lainnya. 6.4.1.1 Dampak Ekonomi Langsung (Direct Impact) Berdasarkan sebaran responden petenun sutera di Kampung Panawuan, struktur pengeluaran per tahun dalam satu tahun didapatkan proporsi terbesar dari struktur pengeluaran tenun yaitu pembelian benang sebesar 49,97% dan upah petenun sutera sebesar 34,33% hal ini menunjukan adanya usaha tenun sutera memberikan peluang tenaga kerja bagi masyarakat disekitar usaha tenun sutera. Hasil analisis secara rinci dapat dilihat pada Tabel 34. Tabel 34 Proporsi Struktur Pengeluaran Pemilik Usaha Tenun Sutera per Tahun dalam Satu Tahun No 1 2 3 4 5 6 7 8
Komponen Biaya Pembelian Mesin Tenun Pembuatan Bak Celup Pembelian Timbangan Pembelian Alat-Alat Tenun Pembelian Benang Sutera Pembelian Pewarna Pembelian Tali Rafia Khusus Upah Tenaga Kerja Total Biaya
Proporsi (%) 11,68% 0,17% 0,63% 0,63% 49,97% 2,76% 0,24% 34,33% 100
Sumber : Data Primer (diolah), 2016
Proporsi pengeluaran pemilik usaha tenun sutera terkait dengan unit usaha yang tersedia dilokasi usaha tenun sutera, rata-rata pengeluaran pemilik usaha tenun sutera untuk setiap unit usaha tenunnya selama satu tahun untuk pembelian mesin tenun, benang, pewarna dan lain-lain sebesar Rp.144 763 873. Besarnya pengeluaran pemilik usaha tenun sutera dalam satu tahun didasarkan pada jumlah unit usaha tenun sutera di Kampung Panawuan yaitu sebanyak 11 unit usaha, jika diasumsikan semua unit usaha berproduksi besarnya arus uang tersebut akan menunjukan seberapa besar dampak ekonomi yang ditimbulkan dari pengeluaran pemilik usaha tenun sutera. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 35.
74
Tabel 35 Total Pengeluaran Petenun Sutera per Tahun dalam Satu Tahun Usaha Tenun Sutera No 1 2 3 4 5
Keterangan Proporsi pengeluaran pemilik usaha tenun di Kampung Panawuan (%) Proporsi biaya di luar Kampung Panawuan (%) Rata-rata pengeluaran pemilik usaha tenun sutera (Rp) Jumlah unit usaha tenun sutera Total pengeluaran pemilik usaha (E)
Jumlah 49 51 144.763.873 11 1.592.402.600
Sumber : Data Primer (diolah), 2016
Adanya kegiatan usaha tenun sutera membuka peluang bagi masyarakat sekitar untuk membuka usaha yang berkaitan dengan kebutuhan pemilik usaha tenun berlangsung. Selanjutnya adalah penerimaan unit usaha. Penerimaan unit usaha didapatkan dari pengeluaran pemilik usaha. Sedangkan pengeluaran unit usaha adalah pembelian bahan baku atau input-input tenun sutera. Secara rinci proporsi pendapatan yang diterima pemilik usaha dan biaya-biaya yang dikeluarkan terhadap penerimaan total unit usaha dapat dilihat pada Tabel 36. Tabel 36 Proporsi Pendapatan dan Biaya Produksi Unit Usaha Terkait dalam Satu Bulan di Lokasi Usaha Tenun Sutera No 1 2 3 4 5
Komponen Pendapatan pemilik Pengeluaran dalam keluarga Pembelian input/bahan baku Upah Tenaga Kerja Biaya penyusutan alat Total
Proporsi (%) 5,56 1,83 55,78 36,15 0,66 100,00
Sumber : Data Primer (diolah), 2016
Berdasarkan hasil analisis pendapatan dalam unit usaha di Kampung Panawuan, persentase terbesar berada pada komponen pembelian input/bahan baku yaitu 55,78%. Hal ini disebabkan oleh unit usaha tenun sutera dimana komponen pembiayaan terbesarnya adalah pembelian input/benang sutera sebesar Rp 8.434.580.000. Pembiayaan tersebut mengakibatkan dampak yang besar bagi komponen yang lain. 6.4.1.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Indirect Impact) Manfaat dari keberadaan usaha tenun sutera di Kampung Panawuan sudah sejak lama dirasakan oleh masyarakat sekitar lokasi, hal ini dikarenakan
75
keberadaan usaha tenun tersebut memberikan peluang kerja kepada masyarakat lokal di sekitar lokasi tenun. Saat ini keterlibatan masyarakat dalam menjalankan unit usaha sudah mulai berkembang dan sebagian dari mereka mengelola sendiri usaha tersebut, tetapi beberapa pemilik usaha juga memiki tenaga kerja yang membantu dalam menjalankan unit usaha tersebut. 6.4.1.3 Dampak Ekonomi Lanjutan (Induced Impact) Kegiatan usaha tenun sutera tidak hanya memberikan dampak baik secara langsung maupun tidak langsung saja, akan tetapi kegiatan ini juga mampu memberikan dampak lanjutan. Dampak lanjutan dapat diartikan sebagai suatu pengeluaran yang dilakukan oleh tenaga kerja lokal di Kampung Panawuan. Artinya yang dimaksud dengan tenaga kerja lokal dalam hal ini adalah tenaga kerja yang terdiri dari tenaga kerja petenun sutera, tenaga kerja penggulung benang, tenaga kerja penggunting kain, tenaga kerja pengelos, tenaga kerja pemalet, tenaga kerja penotol, tenaga kerja pengikat benang dan tenaga kerja pencolet. Dampak lanjutan merupakan pengeluaran sehari-hari tenaga kerja lokal tersebut. Sebagian besar tenaga kerja lokal menggunakan pendapatan mereka untuk memenuhi kebutuhan konsumsi mereka yaitu sebesar 78,29% dari total pengeluaranya. Proporsi selanjutnya yaitu pengeluaran untuk biaya kebutuhan rumah tangga sehari-hari (kebutuhan rumah tangga selain konsumsi) sebesar 10,63%. Besarnya proporsi untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari tersebut dikarenakan tenaga kerja lokal selalu membeli barang lain selain konsumsi seperti untuk biaya keperluan sekolah anak beserta uang jajan sehari, uang beli rokok, kopi, dan keperluan rumah tangga lainnya. Proporsi rata-rata pengeluaran tenaga kerja lokal dalam satu bulan dapat dilihat pada Tabel 37. Tabel 37 Proporsi Rata-rata Pengeluaran Tenaga Kerja Lokal Perbulan di lokasi Usaha Tenun Sutera No
Karakteristik
1 2 3 4
Konsumsi Kebutuhan Sehari-hari Listrik Transportasi Total Pengeluaran
Sumber : Data Primer (diolah), 2016
Rata-rata Pengeluaran Tenaga Kerja Proporsi dalam satu bulan (Rp) 897.500 78,29 121.839 10,63 44.643 3,89 82.357 7,18 1.146.339 100
76
6.4.1.4 Nilai Multiplier Effect dari Pengeluaran Petenun Sutera Teori multiplier effect menyatakan bahwa suatu kegiatan akan dapat memacu timbulnya kegiatan lain yang berkaitan dengan pengembangan perekonomian suatu daerah (Glasson dalam Syaza, 2004). Kegiatan atau aktivitas yang dimaksud adalah adanya kegiatan usaha tenun sutera yang mengkibatkan munculnya unit usaha terkait yang dapat memacu meningkatnya perekonomian desa. Selain itu, nilai multiplier effect juga digunakan dalam pengukuran dampak ekonomi dari pengeluaran petenun sutera yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan dan digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan. Untuk mengukur dampak ekonomi suatu kegiatan usaha tenun sutera terdapat tipe pengganda (META dalam Amanda, 2009) yaitu: (1) Keynesian Local Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukan berapa besar pengeluaran petenun sutera yang berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat local; (2) Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukan sebesar dampak langsung yang dirasakan
dari
pengeluaran
petenun
sutera
yang
berdampak
terhadap
perekonomian lokal. Hasil perhitungan multiplier effect penelitian ini dijelaskan pada Tabel di bawah ini dan lebih rinci disajikan pada Lampiran 19. Tabel 38 Nilai Multiplier Effect dari Arus Uang yang terjadi di lokasi Usaha Tenun Sutera Kampung Panawuan No. 1. 2. 3.
Kriteria Keynesian Income Multiplier Ratio Income Multiplier Tipe I Ratio Income Multiplier Tipe II
Nilai 0,65 2,42 7,78
Sumber : Data Primer (diolah), 2016.
Berdasarkan nilai yang disajikan dalam tabel didapatkan nilai Keynesian Income Multiplier sebesar 0,65 yang artinya setiap terjadi peningkatan pengeluaran petenun sutera sebesar satu satuan, maka akan berdampak terhadap peningkatan masyarakat lokal sebesar 0,65 satuan. Kemudian dampak ekonomi tidak langsung yang dirasakan tenaga kerja lokal disekitar lokasi tenun sutera adalah upah yang didapatkan. Nilai Ratio Income Multiplier Tipe I yang didapat sebesar 2,42 yang artinya apabila terjadi peningkatan sebesar satu satuan terhadap penerimaan pemilik unit usaha maka
77
akan meningkatkan pendapatan tenaga kerja lokal sebesar 2,42 satuan. Nilai Ratio Income Multiplier Tipe II sebesar 7,78 yang artinya apabila terjadi peningkatan sebesar satu satuan terhadap pendapatan pemilik usaha maka akan mengakibatkan peningkatan sebesar 7,78 satuan pada dampak langsung, tidak langsung maupun lanjutan yang masing-masing berupa pendapatan pemilik usaha, dan tenaga kerja serta pengeluaran konsumsi yang akan berputar pada masyarakat lokal di Kampung Panawuan. Berdasarkan penjelasan diatas maka didapat kesimpulan bahwa kegiatan usaha tenun sutera dengan bantuan dana CSR PGN di Kampung Panawuan telah mampu memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat lokal Kampung Panawuan baik secara langsung, tidak langsung maupun lanjutan. 6.5 Implikasi Kebijakan Di Indonesia masih sangat sedikit perusahaan yang memiliki program CSR sekaligus melaporkan pencapaian yang telah dilakukannya. Belum adanya kebijakan dan peran pemerintah dalam panduan tentang batasan program-program CSR, pengawasandan dalam hal pelaporan pencapaian program menunjukkan indikasi bahwa pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia masih belum berjalan dengan optimal di banding negara-negara lain di dunia. Dari fenomena tersebut potensi permasalahan akan terjadi ketika perusahaan tidak memberikan laporan yang objektif tentang pelaksanaan dan pencapaian kegiatan CSR nya. Hal tersebut berdampak bagi pemangku kepentingan yang tidak dapat membedakan mana perusahaan yang memiliki program CSR yang sudah pemerintah harapkan (sesuai undang-undang) dan yang belum sesuai harapan seperti yang di mandatkan dalam undang-undang. Dengan demikian, nantinya akan terjadi kendala bagi stakeholder misalnya pemerintah dalam memberikan reward dan punishment. Tanpa adanya fungsi reward dan punishment dari stakeholder, perusahaan tidak akan termotivasi dengan baik dalam melakukan kegiatan CSR nya. Peran-peran tertentu
perlu ditingkatkan
oleh pemerintah dengan
kapasitasnya dalam isu CSR di Indonesia, misalnya dalam mandating di aspek pengawasan dan pemberian reward dan sanksi terhadap perusahaan. Peran kemitraan (partnership) harus secara nyata dilakukan sebagai bentuk penggerak
78
dan mediator antara dunia usaha (perusahaan) dengan masyarakat dalam kerjasama-kerjasama
strategis
yang
mampu
meningkatkan
benefit
bagi
masyarakat sekitar perusahaan dan secara jangka panjang dapat memberikan kontribusi bagi proses pembangunan berkelanjutan di Indonesia melalui keterlibatan dunia usaha. Pemerintah harus memberikan penguatan pada kebijakan CSR di Indonesia sebagai upaya sebagai berikut: 1. Meningkatkan kesadaran dan membangun kapasitas dalam rangka tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini dikarenakan bahwa CSR adalah berdasar pada asas sukarela (voluntary basis). 2. Meningkatkan transparansi atas pelaksanaan CSR yang di mandatkan oleh undang-undang No 40 Tahun 2007 tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Ketersediaan informasi tentang kinerja perusahaan dalam aspek ekonomi, sosial dan lingkungan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemangku kepentingan seperti investor, pemerintah, karyawan, supplier dan konsumen sehingga mereka dapat menilai sejauh mana perusahaan tersebut memiliki program CSR yang baik dan berkelanjutan. 3. Memfasilitsi investasi sosial dalam rangka pembangunan berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan Socially Responsible Investment (SRI). 4. Proses pembandingan (bench marking atau best practice) bagi perusahaan atau negara lain di dunia dalam hal pelaksanaan dan pengawasan program CSR. Dalam hal yang lebih spesifik meliputi pemberian panduan pelaporan yang jelas bagi perusahaan dengan diawali dialog untuk kesepakatan tentang standar yang akan dijadikan rujukan.
.
79
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dan permasalahan di dalam penelitian yang dijelaskan sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil oleh peneliti adalah sebagai berikut : 1. Besaran dana bantuan CSR yang diberikan oleh PGN kepada masyarakat Kampung Panawuan sebesar Rp 2.200.767.500. Bantuan tersebut dalam bentuk bantuan infrastruktur, bantuan sarana dan prasarana, bantuan donasi dan bantuan dalam bentuk capacity building. 2. Tingkat kesejahteraan masyarakat di Kampung Panawuan dengan konsep Sustainable Livelihood meningkat setelah adanya program CSR yang diberikan oleh PGN. 3. Hasil analisis kelayakan finansial dengan indikator NPV, IRR, Net B/C, dan PBP menunjukkan bahwa 11 unit usaha tenun sutera di Kampung Panawuan ini layak untuk dilanjutkan. 4. Nilai Keynesian Income Multiplier sebesar 0,65. Ratio Income Multiplier Tipe I sebesar 2,42 dan Ratio Income Multiplier Tipe II sebesar 7,88. Hal ini menunjukan bahwa usaha tenun sutera telah memberikan dampak ekonomi terhadap masyarakat lokal. 7.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian tingkat kesejahteraan, efektivitas hasil, dan dampak ekonomi usaha tenun sutera sebelum menerima program CSR PGN dan setelah menerima program CSR PGN maka saran yang diberikan adalah: 1. Tingkat kesejahteraan masyarakat dan tingkat efektivitas hasil dari usaha tenun sutera setelah menerima program CSR PGN mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta keberlanjutan dari usaha tenun, sehingga perlu keberlanjutan dari program CSR PGN terkait tenun sutera. 2. Perlu adanya penambahan anggota tenun sutera penerima program CSR PGN agar petenun sutera mampu meningkatkan kesejahteraannya.
80
3. Perlu adanya peningkatan teknologi serta keterampilan dalam bertenun. Hal ini dikarenakan untuk teknologi masih Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) perlu ditingkatkan menjadi Alat Tenun Mesin (ATM) agar produksi lebih efisien dan optimal. 4. Perlu adanya penelitian lanjutan tentang analisis lainnya tentang program CSR CGS lainnya dalam bidang yang berbeda.
81
DAFTAR PUSTAKA Amanda M. 2009. Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari terhadap Pendapatan Masyarakat Lokal Studi Kasus Pantai Bandulu Kabupaten Serang, Provinsi Banten.[skripsi].Bogor (ID):Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Ambadar J. 2008. CSR dalam Praktik di Indonesia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Anggraini, F.R.R. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta (ID): Simposium nasional Akuntansi 9 Padang. Anonim. 2010. Annual Report Perusahaan Gas Negara. Jakarta: Perusahaan Gas Negara. Babatunde, K.A. 2013. Corporate Social Responsibility Effect On Consumer Patronage-Management Perspective: Case Study Of A Telecommunication Company In Nigeria. Malaysian Journal Of Communication. Vol.29(1) 2013: 55-71. Departemen For International Development. 1999. Sustainable Livelihood Guidance Sheets. London (UK). [Disbudpar] Dinas Budaya dan Pariwisata. 2015. Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara ke Obyek Wisata di Kabupaten Garut Tahun 2010-2014. Garut (ID): Disbudpar. [Disperindag] Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 2016. Potensi Industri Kabupaten Garut Tahun 2015. Garut (ID): Disperindag. Dragicevic, Damir dkk. Reporting on Community Impacts: A survey conducted by the Global Reporting Initiative.Global Reporting Initiative, 2008. Gittinger. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. UI-Press. Jakarta. Gray et al. 1986. Pengantar Evaluasi Proyek. PT. Gramedia. Jakarta. Harahap. 2002. Teori Akuntansi. Edisi Delapan. Jakarta (ID): PT. Rajasa Grasindo Persada. Husnan S. dan Suwarsono. 1994. Studi Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Ibrahim Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Cetakan Kedua. Rineka Ciptaka. Jakarta. Kasmir, Jaffar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Kedua. Cetakan Keenam. Kencana Prenada Media. Jakarta.
82
[Kemendag] Kementerian Perdagangan. 2015. Perkembangan Ekspor Indonesia Atas Produk Tekstil. Lee M. A Review of the Theories of Corporate Social Responsibility: Its Evolutionary Path and the Road Ahead. International Journal of Management Reviews Doi : 10.1111/j.1468-2370.2007.00226.xx, 2008. META, 2001. Planning for Marine Ecoturism in The EU Atlantic Area. England (UK): University of The West of England. Muljono, Pudji. 2006. Metodologi Penelitian Sosial. Bogor (ID): Pustaka Wirausaha Muda. [PGN]. Perusahaan Gas Negara. 2016. Dana Bantuan CSR Panawuan Garut. Rahman R. 2009. Corporate Social Responsibility: Antara Teori dan Kenyataan. Yogyakarta: MedPress. Rifa’I I. 2013. Analisis Indeks Kepuasan Masyarakat dan MAnfaat Ekonomi Program Cotporate Social Responsibility (CSR) Chevron Geothermal Salak, Ltd. Bidang Ekonomi di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. [skripsi]. Jurusan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rosmini Y. 2014. Analisis Manfaat Program CSR (Corporate Social Responsibility) Chevron Geothermal Salak, Ltd Bidang Ekonomi Terhadap Pengembangan Usahatani Padi di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. [skripsi]. Jurusan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Saidi, Z dan Abidin. 2004. Menjadi Bangsa Pemurah: Wacana dan Praktek Kedermawanan Sosial di Indonesia. Jakarta (ID): Piramedia. Sangadji dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi. Saragih et al. 2007. Sustainable Livelihood Framework. Banda Aceh. Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. Jakarta (ID): UI-Press. Solihin I. 2009. Corporate Social Responsibility: from Charity to Sustainability. Jakarta. Salemba Empat. Syahza, A. 2004. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan Melalui Pengembangan Industri Hilir Berbasis Kelapa Sawit di Daerah Riau. Jurnal Sosiohumaniora. vol.6. no.3 Umar H. 2004. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Cetakan ke-6. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada. Wibisono Y. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility). Gresik: Fascho Publishing.
83
Zuhroh, D. dan L.P.P.H Sukmawati. 2003. Analisis Pengaruh Luas Pengungkapan Soaial dalam laporan Tahunan Perusahaan Terhadap Reaksi Investor. Jakarta (ID): Simposium Nasional Akuntansi VI.
84
85
LAMPIRAN
86
87
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper level 5 Wing 5 Kampus IPB Dramaga Bogor 16650 Telp. (0251) 8621 834, Fax (0251) 8421 762 KUESIONER PENELITIAN Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penelitian mengenai “ANALISIS MANFAAT CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PERUSAHAAN GAS NEGARA (PGN) TERHADAP LIVELIHOOD MASYARAKAT DI KAMPUNG PANAWUAN, KECAMATAN TAROGONG KIDUL, GARUT” oleh Yovani Yolan Intani, mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/I untuk bekerjasama dalam pengisian kuesioner dengan harapan jawaban yang diberikan bersifat objektif. Informasi yang diberikan akan dijamin kerahasiaannya dan dapat dipastikan tidak untuk dipublikasikan demi kepentingan politis atau yang tidak berhubungan dengan kelulusan mahasiswa. Atas perhatian dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih. Nama
:
Alamat / Kontak
:
Tanggal Wawancara : A. Karakteristik Responden dan Rumah Tangga 1. Jenis Kelamin
: Laki-laki/Perempuan
2. Umur
: ……….. tahun
3. Status
: Menikah/Belum Menikah
4. Jumlah Tanggungan
: ……….. orang
5. Penduduk asli
: a. Ya
b. Tidak
6. Jika pendatang, alasan menetap di daerah ini : a. Ikut suami/istri b. Dekat dengan tempat kerja c. Lainnya …………………. 7. Pendidikan formal terakhir SD SLTP/sederajat SMA/sederajat
: : ……….. tahun : ……….. tahun : ……….. tahun
88
Perguruan Tinggi (S1/S2/S3) 8. Jenis Pekerjaan :
: ……….. tahun
a. PNS, ………………… b. Guru c. Pegawai swasta, …………….. 9. Pendapatan per bulan
d. Buruh, …………………… e. Wiraswasta, ……………... f. Lainnya, ………………….
: Rp………………………………………….
10. Pendapatan anggota keluarga inti lainnya per bulan : a. b. c. d. B.
Suami/istri Anak 1 Anak 2 Lainnya
: Rp…………………………………………………. : Rp…………………………………………………. : Rp…………………………………………………. : Rp………………………………………………….
Karakter 5 Kapital dalam Sustainable Livelihood
Pada bagian B, Bapak/Ibu akan diberikan pertanyaan yang berkaitan dengan kondisi sebelum dan sesudah adanya program bantuan dana CSR PGN. Pertanyaan yang diberikan akan berhubungan dengan lima capital, yakni Human Capital, Natural Capital, Financial Capital, Social Capital, dan Physical Capital. Dan ada beberapa pertanyaan tertentu yang jawaban tersebut diberikan per point atau nilai tertentu, yakni untuk a. Skor b. Skor c. Skor
=1 =2 =3
d. Skor e. Skor
=4 =5
1. Human Capital 1. Apa saja sarana-prasarana akses kesehatan yang sering anda kunjungi ? Sebelum Sesudah a. b. c. d. e.
Posyandu Puskesmas Apotek Klinik Rumah Sakit
a. b. c. d. e.
Posyandu Puskesmas Apotek Klinik Rumah Sakit
2. Bagaimana akses anda terhadap fasilitas kesehatan selama ini ? Sebelum Sesudah a. >4000m a. >4000m b. 3000 – 4000 m b. 3000 – 4000 m c. 2000 – 3000 m c. 2000 – 3000 m d. 1000 – 2000 m d. 1000 – 2000 m e. 0 – 1000 m e. 0 – 1000 m
89
3. Jenis tenaga kesehatan apa yang paling sering diakses ? Sesudah Sebelum a. b. c. d. e.
Dukun Bidan/perawat Mantri Dokter Dokter spesialis
a. Dukun b. Bidan/perawat c. Mantri d. Dokter e. Dokter spesialis
4. Berapa biaya yang dikeluarkan saat berobat ? Sesudah
Sebelum a. b. c. d. e.
> Rp 200.000 Rp 151.000 – Rp 200.000 Rp 101.000 – 150.000 Rp 51.000 – Rp 100.000 Rp 0 – Rp 50.000
a. b. c. d. e.
> Rp 200.000 Rp 151.000 – Rp 200.000 Rp 101.000 – 150.000 Rp 51.000 – Rp 100.000 Rp 0 – Rp 50.000
5. Bagaimana kebutuhan gizi/nutrisi sehari-hari? Apakah sudah terpenuhi? Sesudah Sebelum a. b. c. d. e.
Kurang terpenuhi Cukup terpenuhi Terpenuhi Lebih terpenuhi Sangat terpenuhi
a. Kurang terpenuhi b. Cukup terpenuhi c. Terpenuhi d. Lebih terpenuhi e. Sangat terpenuhi
6. Apakah anda pernah mengikuti pelatihan yang diadakan oleh program CSR PGN ? Sesudah Sebelum a. b. c. d. e.
Tidak pernah Pernah, 1 kali Pernah, 2 kali Pernah, 3 kali Pernah, lebih dari 3 kali
a. b. c. d. e.
Tidak pernah Pernah, 1 kali Pernah, 2 kali Pernah, 3 kali Pernah, lebih dari 3 kali
7. Adakan keterampilan atau pekerjaan lain yang anda miliki? Jika ada, apakah keterampilan tersebut? Sesudah Sebelum a. b. c. d. e.
Tidak ada Ada, tidak tetap, sedikit Ada, tidak tetap, banyak Ada, tetap, dan sedikit Ada, tetap dan banyak
a. b. c. d. e.
Tidak ada Ada, tidak tetap, sedikit Ada, tidak tetap, banyak Ada, tetap, dan sedikit Ada, tetap dan banyak
90
8. Adakah keikutsertaan anggota keluarga dalam membantu usaha tenun sutera? Jika ada, berapa orang yang membantu usaha tersebut dalam sehari? Sesudah Sebelum a. b. c. d. e.
Tidak ada Ada, tidak tetap, 1 orang Ada, tetap, 1 orang Ada, tetap, 2 orang Ada, semua anggota keluarga
a. b. c. d. e.
Tidak ada Ada, tidak tetap, 1 orang Ada, tetap, 1 orang Ada, tetap, 2 orang Ada, semua anggota keluarga
9. Apa saja kepemilikan barang/teknologi yang anda sering gunakan dalam sehari-hari? Sesudah Sebelum a. b. c. d. e.
Handphone, Radio TV, Magic Com Kulkas/mesin cuci Laptop/computer Kendaraan Sepeda : ………… unit Motor : ………….. unit Mobil : ………….. unit
a. Handphone, Radio b. TV, Magic Com c. Kulkas/mesin cuci d. Laptop/computer e. Kendaraan Sepeda : ………… unit Motor : ………….. unit Mobil : ………….. unit
10. Bagaimana kondisi pengangguran disekitar desa dan pengaruh adanya CSR PGN terhadap pengangguran? Sesudah Sebelum a. b. c. d. e.
Banyak sekali Banyak Sedikit Sedikit sekali Tidak ada
a. b. c. d. e.
Banyak sekali Banyak Sedikit Sedikit sekali Tidak ada
II. Natural Capital 1. Bagaimana status kepemilikan lahan yang anda miliki? Sesudah Sebelum a. b. c. d. e.
Lahan Negara Lahan desa Sewa Milik keluarga/warisan Milik pribadi
a. b. c. d. a.
Lahan Negara Lahan desa Sewa Milik keluarga/warisan Milik pribadi
91
2. Bagaimana kondisi kesuburan tanah di sekitar Kampung Panawuan? Sesudah
Sebelum a. b. c. d. e.
Tidak subur Kurang subur Relatif subur Subur Sangat subur
a. b. c. d. e.
Tidak subur Kurang subur Relatif subur Subur Sangat subur
3. Darimana sumber air diperoleh? Sesudah
Sebelum a. b. c. d. e.
Hujan Sungai Saluran mata air Sumur Pompa/PDAM
a. b. c. d. e.
Hujan Sungai Saluran mata air Sumur Pompa/PDAM
4. Adakah bentuk upaya pelestarian yang dilakukan untuk menjaga kelestarian alam sekitar? Misal: tanam pohon, membuat terasering, menggunakan pupuk organic, rotasi lahan, dll. Sesudah
Sebelum a. b. c. d. e.
Tidak ada Pernah, 1 kali Pernah, 2 kali Pernah, kadang – kadang Pernah, sering
a. b. c. d. e.
Tidak ada Pernah, 1 kali Pernah, 2 kali Pernah, kadang – kadang Pernah, sering
5. Pernahkah terjadi bencana alam dalam setahun terakhir ini? Misal: banjir, longsor, rotasi lahan, dll Sesudah Sebelum a. b. c. d. e.
Sangat sering Relatif sring Pernah, beberapa kali Pernah, kadang – kadang Pernah sering
a. Sangat sering b. Relatif sring c. Pernah, beberapa kali d. Pernah, kadang – kadang e. Pernah sering
6. Bagaimana pemnfaatan limbah yang dihasilkan dari usaha tenun sutera? Sesudah Sebelum a. Tidak ada b. Pernah dimanfaatkan
a. Tidak ada b. Pernah dimanfaatkan
92
c. Kadang-kadang d. Relatif dimanfaatkan e. Sering dimanfaatkan
c. Kadang-kadang d. Relatif dimanfaatkan e. Sering dimanfaatkan
III. Social Capital 1. Ada berapa jenis kelompok petenun sutera yang ada di desa ini? Sesudah Sebelum a. b. c. d. e.
1 kelompok 2 kelompok 3 kelompok 4 kelompok > 4 kelompok
a. b. c. d. e.
1 kelompok 2 kelompok 3 kelompok 4 kelompok > 4 kelompok
2. Apakah anda mengikuti salah satu kelompok tersebut dan apa perannya? Sesudah Sebelum a. b. c. d. e.
Tidak ikut Iya, sebagai anggota pasif Iya, sebagai anggota aktif Iya, sebagai fasilitator Iya, sebagai pengurus
a. b. c. d. e.
Tidak ikut Iya, sebagai anggota pasif Iya, sebagai anggota aktif Iya, sebagai fasilitator Iya, sebagai pengurus
3. Bagaimana hubungan antar masyarakat/petenun sutera di sekitar tempat usaha? Sesudah Sebelum a. b. c. d. e.
Tidak baik Kurang baik Cukup Baik Sangat baik
a. b. c. d. e.
Tidak baik Kurang baik Cukup Baik Sangat baik
4. Bagaimana keberadaan program pemberdayaan masyarakat yang diberikan baik dari CSR PGN maupun dari dinas terkait? Sesudah Sebelum a. b. c. d. e.
Tidak ada Ada, tidak aktif Ada, kurang aktif Ada, aktif Ada, sangat aktif
a. b. c. d. e.
Tidak ada Ada, tidak aktif Ada, kurang aktif Ada, aktif Ada, sangat aktif
93
5. Bagaimana keberadaan lembaga sosial masyarakat yang ada di sekitar usaha? Misal: kelompok tenun sutera, kelompok ibu – ibu PKK, dan lainlain. Sesudah Sebelum a. b. c. d. e.
Tidak ada Ada, tidak aktif Ada, kurang aktif Ada, aktif Ada, sangat aktif
a. b. c. d. e.
Tidak ada Ada, tidak aktif Ada, kurang aktif Ada, aktif Ada, sangat aktif
6. Bagaimana keterlibatan anda dalam mekanisme proses pengambilan keputusan? Sesudah Sebelum a. Tidak terlibat b. Ikut terlibat dan tidak punya suara c. Ikut terlibat dan mengikuti hasil keputusan pemimpin d. Ikut terlibat dan memberikan suara e. Ikut terlibat dan Menjadi pengambil keputusan
a. Tidak terlibat b. Ikut terlibat dan tidak punya suara c. Ikut terlibat dan mengikuti hasil keputusan pemimpin d. Ikut terlibat dan memberikan suara e. Ikut terlibat dan Menjadi pengambil keputusan
7. Apakah pernah terjadi konflik antar masyarakat/petenun? Jika pernah, seberapa sering dan apa pemicu perselisihan tersebut? Sesudah Sebelum a. b. c. d. e.
Sering konflik Pernah, lebih dari 2 kali Pernah, 2 kali Pernah, 1 kali Tidak pernah
a. b. c. d. e.
Sering konflik Pernah, lebih dari 2 kali Pernah, 2 kali Pernah, 1 kali Tidak pernah
IV. Physical Capital 1. Bagaimana kondisi keamanan rumah dan bangunan usaha tenun sutera? Sesudah Sebelum a. b. c. d. e.
Tidak aman dan kuat Kurang aman dan kuat Cukup aman dan kuat Aman dan kuat Sangat aman dan kuat
a. b. c. d. e.
Tidak aman dan kuat Kurang aman dan kuat Cukup aman dan kuat Aman dan kuat Sangat aman dan kuat
94
2. Bagaimana kondisi akses terhadap fasilitas air bersih dan sanitas warga? Sesudah Sebelum a. b. c. d. e.
Cukup sulit Sulit Relatif mudah Mudah Lebih mudah
a. b. c. d. e.
Cukup sulit Sulit Relatif mudah Mudah Lebih mudah
3. Bagaimana kondisi jalan raya menuju Kampung Tenun Garut? Sesudah Sebelum a. b. c. d. e.
Jalan tanah Jalan sirtu Jalan semi aspal Jalan aspal Jalan beton
a. b. c. d. e.
Jalan tanah Jalan sirtu Jalan semi aspal Jalan aspal Jalan beton
4. Bagaimana kondisi keterjangkauan akses komunikasi? Seperti: jaringan seluler, jaringan internet Sesudah Sebelum a. b. c. d. e.
Tidak terjangkau Sulit terjangkau Cukup terjangkau Terjangkau Sangat terjangkau
a. b. c. d. e.
Tidak terjangkau Sulit terjangkau Cukup terjangkau Terjangkau Sangat terjangkau
5. Bagaimana kelengkapan alat produksi usaha tenun sutera dan darimanaalat tersebut diperoleh? Sesudah
Sebelum a. b. c. d. e.
Tidak lengkap Kurang lengkap Cukup lengkap Lengkap Sangat lengkap
a. b. c. d. e.
Tidak lengkap Kurang lengkap Cukup lengkap Lengkap Sangat lengkap
95
6. Bagaimana teknologi produksi tenun sutera yang digunakan selama ini dan darimana teknologi tersebut diperoleh? Sesudah
Sebelum a. b. c. d. e.
Tidak ada Semi tradisional Tradisional Semi modern modern
a. b. c. d. e.
Tidak ada Semi tradisional Tradisional Semi modern modern
Diperoleh dari : V. Financial Capital 1. Bagaimana pendapatan anda dengan adanya program CSR PGN? Berikan alasan. Sesudah Sebelum a. b. c. d. e.
Semakin menurun Menurun Tetap Meningkat Semakin meningkat
a. b. c. d. e.
Semakin menurun Menurun Tetap Meningkat Semakin meningkat
2. Bagaimana pengeluaran Anda jika di bandingkan sebelum dan setelah adanya program CSR PGN? Berikan alasan. Sesudah
Sebelum a. b. c. d. e.
Semakin berkurang Berkurang Tetap Bertambah Semakin bertambah
a. b. c. d. e.
Semakin berkurang Berkurang Tetap Bertambah Semakin bertambah
3. Apa saja jenis layanan lembaga keuangan yang sering anda akses untuk memberikan modal investasi? Berikan alasan. Sesudah
Sebelum a. b. c. d. e.
Rentenir Pegadaian Koperasi Perbankan unit mikro Perbankan
a. b. c. d. e.
Rentenir Pegadaian Koperasi Perbankan unit mikro Perbankan
96
4. Bagaimana besaran pendapatan yang anda gunakan untuk tabungan? Sesudah
Sebelum a. b. c. d. e.
Semakin berkurang Berkurang Tetap Bertambah Semakin bertambah
a. b. c. d. e.
Semakin berkurang Berkurang Tetap Bertambah Semakin bertambah
C. Cashflow Usaha Tenun Sutera 1. Komponen Outflow Uraian BIAYA INVESTASI a. Tanah Sewa Milik sendiri b. Bangunan Gudang c. Mesin Mesin petenun sutera d. Transfortasi Mobil Motor e. Peralatan Boom Karap Sisir Injak - injak Teropong Palet Cuban
Jumlah unit
Biaya per unit
Biaya total
97
Alat pemintal benang Uraian
Jumlah unit
Biaya per unit
Biaya total
Jumlah unit
Biaya per unit
Biaya total
BIAYA VARIABEL Bahan Baku Kapas Benang emas Pewarna alami Abu kayu bakkudu Lainnya…..
Uraian BIAYA TETAP Tenaga Kerja Biaya Penggunaan air Listrik 2. Komponen Inflow Uraian
Jumlah (Rp)
Period (bulan)
Jumlah (Rp)
Period (bulan)
Kredit/pinjaman Sumber
98
Subsidi/Bantuan Pemerintah Sumber
Jumlah (Rp)
Period (bulan)
Jumlah (Rp)
Period (bulan)
Sumber Lainnya Uraian
D.
Data Nilai Dampak Ekonomi 1. Dampak Langsung a. Jenis Unit Usaha b. Penerimaan per bulan c. Pengeluaran bulanan 2. Dampak Tidak Langsung a. Unit Usaha b. Jumlah Tenaga Kerja c. Pendapatan per bulan d. Pengeluaran per bulan 3. Dampak Lanjutan a. Jenis Tenaga Kerja b. Pendapatan per bulan c. Pengeluaran per bulan
: ... : ... : ... : ... : ... : ... : ... : ... : ... : ...
E. Data Pengeluaran Masyarakat di Kampung Panawuan Pengeluaran Masyarakat per bulan No.
Komponen
1.
Listrik
2.
Pendidikan
3.
Air
4.
Transportasi
5.
Cicilan ...
6.
Konsumsi
Jumlah
Satuan
Biaya persatuan
99
Lampiran 2 Data anggota tenun sutera Panawuan Garut No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nama Hendar Ihin Amat Dikdik Nandang Zaenal Iyus Alfin Esa Dede Tatang Risman Agus Yadi Nani
Jabatan Ketua Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
16
Eroh
Anggota
17
Deti
Anggota
18
Momoy
Anggota
19
Enung
Anggota
20
Rohmah
Anggota
21
Enung
Anggota
22
Enur
Anggota
23
Sinta
Anggota
24
Hera
Anggota
25
Elis
Anggota
26
Eseu
Anggota
27
Asep
Anggota
28
Deli
Anggota
29
Yati
Anggota
30
Onong
Anggota
Bagian Petenun Petenun Petenun Petenun Petenun Petenun Petenun Petenun Petenun Petenun Petenun Petenun Petenun Penggulung Benang Penggulung Benang Penggulung Benang Penggulung Benang Penggulung Benang Penggunting Kain Penggunting Kain Penggunting Kain Penggunting Kain Penggunting Kain Penggunting Kain Penggunting Kain Penggunting Kain Penggunting Kain Penggunting Kain Penggunting
Kelompok Sutera Alam Family Sutera Alam Family Sutera Alam Family Sutera Alam Family Sutera Alam Family Sutera Alam Family Sutera Alam Family Sutera Alam Family Sutera Alam Family Sutera Alam Family Sutera Alam Family Sutera Alam Family Sutera Alam Family Sutera Alam Family Sutera Alam Family Sutera Alam Family Sutera Alam Family Sutera Alam Family Sutera Alam Family Sutera Alam Family Sutera Alam Family Sutera Alam Family Sutera Alam Family Sutera Alam Family Sutera Alam Family Sutera Alam Family Sutera Alam Family Sutera Alam Family Sutera Alam Family Sutera Alam Family
100
Kain 31 32 33 34 35 36 37 38
Nenden Diman Fatimah Nani Udin Saroh Ipin Kusma
Ketua Anggota Ketua Anggota Ketua Anggota Ketua Anggota
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67
Lia Ano Awan Kuskus Rosi Eva Ganjar Tatang Yani Rifan Cece Kurniawan Asep Iwan Saroh Edi Jenab Ujang Iqbal Ahmad Naharudin Miftah Ilham Yana Ganjar Susan Nurhayati Lia Iwi
Anggota Ketua Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Ketua Anggota Anggota Ketua Anggota Anggota Anggota Anggota Ketua Anggota Ketua Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Ketua Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
Petenun
Pengelosan & Pemaletan Pencoletan Petenun Penotolan Pengguntingan Pengguntingan Pengikatan
Petenun Petenun Petenun Petenun Pemaletan Pemaletan Petenun Petenun Petenun Petenun Petenun Petenun Pengikat Penotol Pemaletan Pengelosan
Barkah Sutera Barkah Sutera Fadilah Sutera Fadilah Sutera Kharisma Sutera Kharisma Sutera Pelangi Sutera Pelangi Sutera Pelangi Sutera Zayen Sutera Zayen Sutera Zayen Sutera Zayen Sutera Zayen Sutera Zayen Sutera Tani Sutera Tani Sutera Tani Sutera CPS CPS CPS CPS CPS 3 Saudara 3 Saudara Tiga Putera Tiga Putera Tiga Putera Tiga Putera Tiga Putera Tiga Putera Ahkam Sutera Ahkam Sutera Ahkam Sutera Ahkam Sutera Ahkam Sutera Ahkam Sutera
4
4
2
4
1
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
5
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
2
5
2
4
2
2
2
2
2
3
4
2
2
2
3
5
2
5
4
HC1 SB SD L H 2 2
2
1
No .
5
5
5
5
5
5
3
5
5
5
4
4
3
3
5
1
1
1
1
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
3
4
3
3
2
1
1
1
1
HC2 SB SD L H 5 5
Lampiran 3 Human Capital
3
4
4
3
2
2
3
3
3
3
3
3
2
3
2
4
4
3
4
3
4
4
4
3
3
3
3
4
3
4
4
3
4
2
4
4
4
4
HC3 SB SD L H 5 5
5
1
4
4
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
5
4
4
5
5
5
1
4
5
4
4
5
5
4
4
4
5
5
4
5
4
4
3
5
HC4 SB SD L H 5 4
2
3
2
3
3
3
2
2
3
2
2
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
HC5 SB SD L H 3 3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
5
2
4
5
5
1
1
2
1
1
1
1
1
5
1
3
1
1
5
HC6 SB SD L H 1 1
1
4
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
4
4
2
4
4
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
2
4
4
2
HC7 SB SD L H 4 4
1
1
1
5
5
1
1
2
3
1
3
1
1
1
1
5
1
5
5
2
4
4
5
5
3
2
4
3
1
3
1
1
1
1
5
1
5
5
HC8 SB SD L H 1 1
4
2
2
1
2
1
1
1
1
1
2
1
1
1
2
2
1
1
1
5
5
5
2
5
5
5
5
5
2
2
2
2
2
2
5
2
5
5
HC9 SB SD L H 1 5
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
HC10 SB SD L H 2 3
101
2
2
1
4
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
4
4
1
3
2
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
2
3
2
4
5
2
2
2
3
2
2
4
2
2
4
4
2
2
4
HC1 SB SD L H 2 2
22
21
No .
5
4
5
4
4
5
5
5
5
4
4
5
5
5
4
4
5
5
5
5
4
5
4
3
5
5
5
5
4
4
4
5
5
2
4
5
5
3
HC2 SB SD L H 4 4
Lampiran 3 (Lanjutan)
3
3
2
3
3
3
3
2
3
2
2
2
3
3
2
4
2
3
3
3
3
2
4
4
3
3
3
3
2
2
4
3
3
4
4
3
4
4
HC3 SB SD L H 2 2
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
4
5
4
3
5
5
5
5
5
5
4
5
5
4
4
4
5
4
HC4 SB SD L H 5 5
2
2
3
3
3
2
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3
2
2
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
2
4
HC5 SB SD L H 3 3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
2
1
1
5
2
1
1
2
5
3
1
5
3
HC6 SB SD L H 1 5
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
1
HC7 SB SD L H 1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
5
1
4
1
5
1
5
5
1
1
1
1
1
1
2
3
1
1
3
5
1
4
3
5
3
5
5
3
HC8 SB SD L H 5 5
1
1
1
1
2
1
2
1
3
3
3
2
2
3
2
3
2
3
2
2
2
2
3
5
5
5
2
5
5
5
5
5
5
2
5
5
5
5
HC9 SB SD L H 3 5
2
2
2
2
2
1
2
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
5
3
HC10 SB SD L H 2 3
102
2
2
4
3
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
4
2
3
2
2
2
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
2
2
2
3
2
5
2
2
2
2
3
2
2
3
2
2
3
4
2
2
HC1 SB SD L H 3 4
42
41
No .
5
4
5
5
5
1
5
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
4
5
5
5
1
5
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
4
5
5
HC2 SB SD L H 4 5
Lampiran 3 (Lanjutan)
3
3
3
3
3
4
2
3
3
2
2
2
2
2
3
3
4
3
2
2
3
3
3
4
4
4
3
4
3
2
2
3
2
3
3
3
4
4
3
2
HC3 SB SD L H 2 4
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
1
4
4
4
4
5
5
5
4
5
4
5
5
4
4
5
5
HC4 SB SD L H 5 4
3
3
3
3
3
3
2
2
2
3
2
2
2
2
3
2
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
HC5 SB SD L H 3 3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
4
2
2
5
5
3
1
2
1
1
1
1
1
1
2
1
1
2
1
1
HC6 SB SD L H 1 1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
HC7 SB SD L H 1 1
3
4
5
1
4
1
1
5
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
4
5
4
4
4
1
5
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
HC8 SB SD L H 1 1
2
1
2
4
4
2
1
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
2
5
5
5
5
5
2
5
1
2
2
2
2
2
5
5
5
5
2
5
HC9 SB SD L H 2 5
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
HC10 SB SD L H 2 3
103
1
2
3
2
64
65
66
67
: Human Capital 3
: Human Capital 4
: Human Capital 5
: Human Capital 6
: Human Capital 7
: Human Capital 8
: Human Capital 9
HC3
HC4
HC5
HC6
HC7
HC8
HC9
HC10 : Human Capital 10
: Human Capital 2
5
4
5
5
4
HC2
5
4
5
5
4
: Human Capital 1
2
3
2
2
4
HC2 SB SD L H 5 5
HC1
Keterangan :
4
HC1 SB SD L H 2 2
63
62
No .
Lampiran 3 (Lanjutan)
2
2
2
2
4
2
3
2
2
4
HC3 SB SD L H 3 3
5
5
5
5
4
5
5
5
5
4
HC4 SB SD L H 5 5
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
HC5 SB SD L H 3 3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
5
HC6 SB SD L H 1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
HC7 SB SD L H 1 1
1
1
1
1
5
1
2
1
1
5
HC8 SB SD L H 1 1
1
1
1
1
1
5
2
2
2
5
HC9 SB SD L H 1 2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
HC10 SB SD L H 2 3
104
4
4
4
4
4
3
4
5
4
2
4
5
4
4
5
4
5
4
4
2
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Sebelum
5
4
5
5
5
5
4
4
5
4
3
4
5
4
5
4
5
4
4
4
Sesudah
NC1
1
No.
Lampiran 4 Natural Capital
3
3
4
4
4
4
4
3
4
4
5
4
4
3
4
4
4
4
4
3
Sebelum
5
4
4
4
5
4
4
4
4
4
5
4
5
4
5
4
4
4
4
4
Sesudah
NC2
4
4
4
4
1
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
Sebelum
4
5
4
4
5
5
4
5
4
5
4
4
5
5
5
5
4
5
4
3
Sesudah
NC3
3
2
1
1
2
2
2
1
3
2
4
2
1
2
2
1
2
4
2
1
Sebelum
4
5
4
4
4
2
2
2
4
3
5
5
3
5
4
4
4
4
4
2
Sesudah
NC4
2
3
3
3
1
5
4
3
4
3
3
3
3
2
2
2
3
4
2
4
Sebelum
4
4
4
4
4
5
4
3
4
3
4
4
3
3
5
3
3
4
4
4
Sesudah
NC5
4
1
1
1
2
1
1
2
1
1
3
2
3
1
1
1
1
1
1
1
Sebelum
5
1
1
1
5
4
5
3
5
3
4
4
5
4
4
4
4
2
4
1
Sesudah
NC6
105
5
4
4
4
4
5
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
5
4
4
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Sebelum
4
4
5
4
5
5
4
4
4
5
5
4
4
5
5
5
5
5
5
5
Sesudah
NC1
21
No.
Lampiran 4 (Lanjutan)
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
3
3
4
4
Sebelum
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
Sesudah
NC2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
Sebelum
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
5
4
4
Sesudah
NC3
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
2
1
2
4
4
1
1
2
1
2
Sebelum
2
2
3
2
3
2
4
1
1
1
4
1
3
4
5
2
2
2
2
4
Sesudah
NC4
5
3
3
4
5
3
3
4
3
5
3
4
5
3
3
5
3
4
3
3
Sebelum
5
4
5
4
5
3
5
4
4
5
4
4
5
3
5
5
5
5
4
4
Sesudah
NC5
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Sebelum
1
1
1
4
4
3
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Sesudah
NC6
106
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
Sebelum
4
4
5
4
4
4
5
4
4
4
5
4
4
4
4
4
5
4
5
4
Sesudah
NC1
41
No.
Lampiran 4 (Lanjutan)
3
4
4
4
4
3
3
3
3
4
3
3
3
4
4
4
4
3
4
4
Sebelum
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
Sesudah
NC2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
Sebelum
5
5
5
5
5
4
5
4
4
4
5
4
4
4
5
4
4
4
4
4
Sesudah
NC3
1
1
1
2
1
1
2
1
1
1
2
1
1
1
1
1
2
2
1
2
Sebelum
2
2
4
2
3
2
2
1
2
2
2
2
1
2
2
2
2
3
2
3
Sesudah
NC4
3
4
3
3
4
4
4
5
4
3
4
3
4
5
4
3
4
3
3
5
Sebelum
5
5
5
4
5
5
5
5
5
4
4
3
4
5
4
3
4
3
3
5
Sesudah
NC5
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Sebelum
1
2
1
1
4
1
1
4
1
1
1
1
1
4
1
1
3
1
1
1
Sesudah
NC6
107
4
4
4
4
4
4
62
63
64
65
66
67
: Natural Capital 1
: Natural Capital 2
: Natural Capital 3
: Natural Capital 4
: Natural Capital 5
: Natural Capital 6
NC2
NC3
NC4
NC5
NC6
5
4
4
4
4
4
4
Sesudah
NC1
Keterangan :
4
Sebelum
NC1
61
No.
Lampiran 4 (Lanjutan)
4
4
4
4
4
4
4
Sebelum
4
4
4
4
4
4
4
Sesudah
NC2
4
4
4
4
4
4
4
Sebelum
4
4
4
4
5
4
4
Sesudah
NC3
2
1
2
2
1
1
1
Sebelum
2
1
2
3
2
1
3
Sesudah
NC4
4
5
3
4
3
5
5
Sebelum
5
5
4
5
4
5
5
Sesudah
NC5
1
1
1
1
1
1
1
Sebelum
1
1
1
1
1
3
1
Sesudah
NC6
108
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
SBL
SDH
SC1
1
No.
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
Lampiran 5 Social Capital
SBL
3
3
3
3
1
3
1
3
3
1
3
3
1
3
3
1
1
1
3
1
SDH
SC2
5
5
5
5
5
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
SBL
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
2
3
4
3
3
4
4
5
3
4
SDH
SC3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
SBL
3
1
1
1
4
2
1
1
4
4
3
1
2
4
3
2
4
4
4
4
SDH
SC4
4
4
4
3
4
3
4
3
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
SBL
2
3
2
2
3
2
2
2
3
4
4
2
2
3
1
4
3
3
3
4
SDH
SC5
4
4
3
3
4
4
3
3
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
SBL
2
4
3
3
4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
1
SDH
SC6
4
5
5
5
5
1
1
2
3
1
1
2
2
2
2
2
2
2
4
2
SBL
4
5
5
5
1
4
5
5
5
4
5
3
5
3
3
5
5
5
1
5
SDH
SC7
5
5
5
5
4
5
5
5
3
5
5
5
4
4
5
5
5
5
4
5
109
5
5
5
5
2
5
5
5
5
2
2
2
5
2
2
2
2
2
2
2
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
SBL
SC1
21
No.
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
SDH
Lampiran 5 (Lanjutan)
1
1
3
1
1
1
2
1
3
2
3
2
2
1
5
3
3
3
3
3
SBL
SC2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
5
5
5
5
5
SDH
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
SBL
SC3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
SDH
1
1
1
1
1
1
1
4
1
1
1
1
1
2
1
1
2
1
1
1
SBL
SC4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
1
4
3
4
4
3
4
4
SDH
2
3
3
3
3
2
2
3
3
3
4
3
2
3
2
2
3
3
2
4
SBL
SC5
3
3
4
4
4
3
4
3
3
4
4
3
3
4
3
4
4
4
2
4
SDH
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
2
5
4
4
1
3
3
SBL
SC6
1
1
2
2
2
1
3
2
1
2
2
2
1
3
5
5
4
2
5
5
SDH
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
SBL
SC7
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
4
5
SDH
110
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
SBL
SC1
41
No.
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
SDH
Lampiran 5 (Lanjutan)
3
3
3
3
3
1
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
SBL
SC2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
SDH
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
SBL
SC3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
SDH
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
SBL
SC4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
SDH
4
3
4
2
4
2
3
3
4
3
4
3
4
3
4
3
4
3
3
3
SBL
SC5
4
3
4
3
4
4
3
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
SDH
1
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
SBL
SC6
2
4
4
3
3
2
2
2
2
2
1
1
1
2
2
2
3
2
2
2
SDH
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
SBL
SC7
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
SDH
111
2
2
2
4
2
2
62
63
64
65
66
67
: Social Capital 1
: Social Capital 2
: Social Capital 3
: Social Capital 4
: Social Capital 5
: Social Capital 6
: Social Capital 7
SC2
SC3
SC4
SC5
SC6
SC7
5
5
5
5
5
5
5
SDH
SC1
Keterangan :
2
SBL
SC1
61
No.
Lampiran 5 (Lanjutan)
1
1
1
1
3
3
3
SBL
SC2
3
2
3
3
3
3
3
SDH
4
4
4
3
4
4
4
SBL
SC3
4
4
4
4
4
4
4
SDH
1
1
1
1
1
1
1
SBL
SC4
4
3
4
4
4
4
3
SDH
3
3
3
1
2
2
3
SBL
SC5
3
3
4
3
3
3
4
SDH
1
1
1
1
1
1
1
SBL
SC6
2
2
1
2
2
2
2
SDH
5
5
5
5
5
4
5
SBL
SC7
5
5
5
5
5
5
5
SDH
112
4
4
4
4
4
1
4
3
2
3
4
4
4
4
4
2
3
3
4
3
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Sebelum
5
4
4
4
5
4
4
4
4
4
5
3
4
4
2
4
4
4
4
4
Sesudah
PC1
1
No.
Lampiran 6 Physical Capital
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
4
3
4
Sebelum
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
Sesudah
PC2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
Sebelum
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
Sesudah
PC3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
Sebelum
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
Sesudah
PC4
1
2
1
1
2
2
1
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
3
2
3
Sebelum
2
3
3
3
5
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
Sesudah
PC5
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Sebelum
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Sesudah
PC6
113
3
3
3
3
3
2
4
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
2
3
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Sebelum
4
3
4
4
4
4
4
3
3
4
4
3
3
4
3
4
4
4
4
4
Sesudah
PC1
21
No.
Lampiran 6 (Lanjutan)
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
Sebelum
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
Sesudah
PC2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
Sebelum
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
Sesudah
PC3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
Sebelum
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
Sesudah
PC4
2
2
3
2
3
3
3
2
1
2
2
1
2
1
1
1
1
2
2
2
Sebelum
4
3
4
4
4
4
4
3
2
2
4
4
3
2
4
2
3
4
4
4
Sesudah
PC5
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Sebelum
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Sesudah
PC6
114
3
3
4
3
3
3
2
2
2
3
3
3
2
3
3
4
3
3
4
3
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
Sebelum
4
4
4
4
4
3
3
3
4
4
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
Sesudah
PC1
41
No.
Lampiran 6 (Lanjutan)
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
Sebelum
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
Sesudah
PC2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
Sebelum
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
Sesudah
PC3
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
Sebelum
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
Sesudah
PC4
1
3
1
1
2
2
2
3
3
2
2
2
2
3
2
2
3
3
3
2
Sebelum
2
4
2
2
4
3
4
4
4
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
3
Sesudah
PC5
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Sebelum
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Sesudah
PC6
115
3
2
2
3
2
3
62
63
64
65
66
67
: Physical Capital 1
: Physical Capital 2
: Physical Capital 3
: Physical Capital 4
: Physical Capital 5
: Physical Capital 6
PC2
PC3
PC4
PC5
PC6
4
4
3
3
3
4
4
Sesudah
PC1
Keterangan :
3
Sebelum
PC1
61
No.
Lampiran 6 (Lanjutan)
4
4
4
4
4
4
4
Sebelum
4
4
4
4
4
4
4
Sesudah
PC2
2
2
2
2
2
2
2
Sebelum
4
4
4
4
4
4
4
Sesudah
PC3
4
4
4
4
4
4
4
Sebelum
4
4
4
4
4
4
4
Sesudah
PC4
2
1
1
2
2
1
2
Sebelum
4
3
3
3
4
2
2
Sesudah
PC5
3
3
3
3
3
3
3
Sebelum
3
3
3
3
3
3
3
Sesudah
PC6
116
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Sebelum
Sesudah
FC1
1
No.
Lampiran 7 Financial Capital
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
4
4
5
4
4
Sebelum
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
Sesudah
FC2
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
2
2
4
2
4
4
4
4
4
3
Sebelum
0
0
3
0
0
3
1
3
1
5
0
0
5
5
0
3
5
0
3
3
Sesudah
FC3
4
4
3
0
4
3
2
3
1
5
0
0
5
5
0
3
5
0
3
3
Sebelum
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Sesudah
FC4
3
4
3
2
4
1
2
2
2
2
3
2
2
2
2
4
3
4
2
2
117
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Sebelum
FC1
21
No.
Lampiran 7 (Lanjutan)
3
3
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
Sesudah
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Sebelum
FC2
3
4
4
3
3
3
3
4
4
4
4
3
3
4
4
3
4
3
4
4
Sesudah
3
0
0
0
3
5
5
3
0
0
3
0
3
3
3
0
0
0
5
3
Sebelum
FC3
3
0
0
0
3
5
5
3
0
4
3
0
3
3
3
4
0
4
5
3
Sesudah
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Sebelum
FC4
2
2
3
4
4
3
3
3
3
3
3
2
3
4
3
3
4
2
3
3
Sesudah
118
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
Sebelum
FC1
41
No.
Lampiran 7 (Lanjutan)
3
4
3
4
4
3
3
4
3
3
3
4
3
4
4
4
4
4
4
3
Sesudah
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
3
3
3
4
4
3
3
3
Sebelum
FC2
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
3
4
Sesudah
0
0
0
0
3
0
0
0
3
0
3
0
0
0
0
0
3
3
5
0
Sebelum
FC3
0
0
0
0
3
0
0
0
3
0
3
0
0
0
0
0
3
3
5
0
Sesudah
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Sebelum
FC4
2
4
3
2
3
3
3
4
3
2
4
3
3
4
4
3
3
3
3
3
Sesudah
119
3
3
3
3
3
3
62
63
64
65
66
67
: Financial Capital 1
: Financial Capital 2
: Financial Capital 3
: Financial Capital 4
FC1
FC2
FC3
FC4
Keterangan :
3
Sebelum
FC1
61
No.
Lampiran 7 (Lanjutan)
4
3
4
3
4
3
3
Sesudah
3
3
3
4
4
3
3
Sebelum
FC2
4
4
4
4
4
3
4
Sesudah
0
0
0
0
0
0
0
Sebelum
FC3
0
0
0
0
0
0
0
Sesudah
3
3
3
3
3
3
2
Sebelum
FC4
3
2
3
3
3
3
2
Sesudah
120
400000
1.7 Timbangan
150000
720000
2.5 tipol
2.6 soda As
720000
150000
60000
252000
252000
60000
24300000
15264000 0
0
0
36000000 0
36000000 0
24300000
2.4 sabun
2.2 benang katun 2.3 tali rapia khusus
2.1 benang sutra
15264000 0
1200000
1.6 Teropong
2. biaya variable
30000000
1.5 Mesin Reeling
300000
1.3 Mesin ATBM
1.4 Bak Celup
83500000
1.2 Bangunan
0
0
1
0
88392645 28600000 0
1.1 Lahan
1. Biaya Investasi
Outflow
Total inflow
2. Nilai Sisa
1. Nilai Produksi
Inflow
2010
2009
Lampiran 8 Cashflow Usaha Tenun 1
720000
150000
60000
252000
24300000
15264000 0
0
0
36000000 0
36000000 0
2
2011
720000
150000
60000
252000
24300000
15264000 0
400000
0
0
36000000 0
36000000 0
3
2012
720000
150000
60000
252000
24300000
15264000 0
0
0
36000000 0
36000000 0
4
2013
720000
150000
60000
252000
24300000
15264000 0
1200000
300000
0
0
36000000 0
36000000 0
5
2014
720000
150000
60000
252000
24300000
15264000 0
400000
0
0
36000000 0
36000000 0
6
2015
720000
150000
60000
252000
24300000
15264000 0
0
0
36000000 0
36000000 0
7
2016
720000
150000
60000
252000
24300000
15264000 0
0
0
36000000 0
36000000 0
8
2017
720000
150000
60000
252000
24300000
15264000 0
400000
30000000
0
0
36000000 0 38304264 5 74304264 5
9
2018
121
2300000 12750000 2300000
2300000
463750
12750000
2300000
3.1.5 pemaletan
3.1.6 penenunan 3.1.7 pengguntingan
-720455895
CF/DF 5%
NB
1500000
4.3 pinjaman
720455895 1.40710042 3
2322000
4.2 listrik
Total Outflow
2400000
4.1 gas
4. biaya lainnya
500000
500000
3.1.3 penghanian 3.1.4 penyambungan
1500000 23066325 0 1.340095 6 12933675 0
2322000
2400000
463750
371000
371000
3.1.2 pengelosan
662500
72000
662500
72000
2.10 soban
500000
1440000
3. biaya tetap 3.1 upah tenaga kerja 3.1.1 penggamingan
500000
2.9 palet
1440000
2.8 gunting
1 24960000
0
24960000
2010
2009
2.7 pewarna
Lampiran 8 (Lanjutan)
1500000 23066325 0 1.2762815 6 12933675 0
2322000
2400000
2300000
12750000
463750
2300000
500000
371000
662500
72000
500000
1440000
24960000
2
2011
22956325 0 1.215506 3 13043675 0
2322000
2400000
2300000
12750000
463750
2300000
500000
371000
662500
72000
500000
1440000
24960000
3
2012
23066325 0 1.1025 12933675 0
1.157625 13083675 0
2322000
2400000
2300000
12750000
463750
2300000
500000
371000
662500
72000
500000
1440000
24960000
5
2014
22916325 0
2322000
2400000
2300000
12750000
463750
2300000
500000
371000
662500
72000
500000
1440000
24960000
4
2013
1.05 13043675 0
22956325 0
2322000
2400000
2300000
12750000
463750
2300000
500000
371000
662500
72000
500000
1440000
24960000
6
2015
1 13083675 0
22916325 0
2322000
2400000
2300000
12750000
463750
2300000
500000
371000
662500
72000
500000
1440000
24960000
7
2016
1.05 13083675 0
22916325 0
2322000
2400000
2300000
12750000
463750
2300000
500000
371000
662500
72000
500000
1440000
24960000
8
2017
1.1025 48347939 5
25956325 0
2322000
2400000
2300000
12750000
463750
2300000
500000
371000
662500
72000
500000
1440000
24960000
9
2018
122
2.116539549
1.209632566
Net B/C
Gross B/C
11%
715450232.3
NPV
IRR
3.786956491
PP
0
1013753794
PV Cost
PV Benefit
-1013753794
PV NB
Lampiran 8 (Lanjutan)
482434431
309110816
173323615 459461363
294391253
165070109 437582250
279035565
158546685 416745000
265285107
151459893 396900000
254306233
142593767 378000000
241041413
136958588 360000000
229163250
130836750 378000000
240621413
137378588
819204516
286168483
533036033
123
8000000
250000
300000
240000
400000
1.2 Mesin ATBM
1.3 Mesin Kelos
1.4 Bak Celup
1.5 Teropong
1.6 Timbangan
30000
2.5 tipol
2.8 gunting
2.7 palet
192000
52000
180000
48000
2.4 sabun
2.6 soda As
60000
1740000
2.2 benang katun
2.3 tali rapia khusus
7200000 0
2.1 benang sutra
2. Biaya Variable
1499995 0
0
0
192000
52000
180000
30000
48000
60000
1740000
72000000
0
12000000 0
12000000 0
1
0
1.1 Lahan
1. Biaya Investasi
Outflow
Total Inflow
2. Nilai Sisa
Inflow 1. Nilai Produksi Tenun
2011
2010
Lampiran 9 Cashflow Usaha Tenun 2
192000
52000
180000
30000
48000
60000
1740000
72000000
0
12000000 0
12000000 0
2
2012
192000
52000
180000
30000
48000
60000
1740000
72000000
400000
0
12000000 0
12000000 0
3
2013
192000
52000
180000
30000
48000
60000
1740000
72000000
0
12000000 0
12000000 0
4
2014
192000
52000
180000
30000
48000
60000
1740000
72000000
240000
300000
250000
0
12000000 0
12000000 0
5
2015
192000
52000
180000
30000
48000
60000
1740000
72000000
400000
0
12000000 0
12000000 0
6
2016
192000
52000
180000
30000
48000
60000
1740000
72000000
0
12000000 0
12000000 0
7
2017
192000
52000
180000
30000
48000
60000
1740000
72000000
0
12000000 0
12000000 0
8
2018
192000
52000
180000
30000
48000
60000
1740000
72000000
400000
0
23157950 14315795 0
12000000 0
9
2019
124
3.1.3 penenunan
Gross B/C 12%
1.09858344
Net B/C
IRR
104366133
2.13295717
NPV
0.95555042
PP
PV Benefit
0
159303534
PV Cost
PV NB
32309323 12084446 4 15315378 8
25315200
1.2762816
1.34009564 118874750 159303534
CF/DF 5 %
NB
94684800
118874750
Total Outflow
1200000 650000
1200000
552000
15000000
1780800
1200000
1
650000
4.3 Pinjaman
4.2 Listrik
4.1 Gas
552000
1780800
15000000
3.1.2 pemaletan
4. Biaya Lainnya
1200000
0
3.1 Upah Tenaga Kerja 3.1.1 penyambungan benang
3. Biaya Tetap
Lampiran 9 (Lanjutan)
30770784 11508996 6 14586075 0
25315200
1.2155063
94684800
650000
1200000
552000
15000000
1780800
1200000
2
29594915 10932008 5 13891500 0
25565200
1.157625
94434800
1200000
552000
15000000
1780800
1200000
3
28626633 10367336 7 13230000 0
25965200
1.1025
94034800
1200000
552000
15000000
1780800
1200000
4
99566040 12600000 0
26433960
25175200
1.05
94824800
1200000
552000
15000000
1780800
1200000
5
94434800 12000000 0
25565200
25565200
1
94434800
1200000
552000
15000000
1780800
1200000
6
89556952 11428571 4
24728762
25965200
0.952381
94034800
1200000
552000
15000000
1780800
1200000
7
85292336 10884353 7
23551202
25965200
0.9070295
94034800
1200000
552000
15000000
1780800
1200000
8
81576331 12366522 0
42088889
48723150
0.8638376
94434800
1200000
552000
15000000
1780800
1200000
9
125
150000 400000 300000
1.6 Mesin Kelos
1.7 Timbangan
1.8 Bak Celup
180000
30000
2.4 tipol
2.5 soda As
48000
432000
2.3 sabun
2.2 tali rapia khusus
2.1 benang sutra
7200000 0
180000
1.5 Teropong
2. Biaya Variable
200000
1.3 Mesin ATBM
1.4 Sisir
3500000
1.2 Bangunan
0
0
180000
30000
48000
432000
7200000 0
0
0
1800000 00
1800000 00
1
0
7499982 4500000 0
1.1 Lahan
1. Biaya Investasi
Outflow
Total Inflow
2. Nilai Sisa
1. Nilai Produksi Tenun
Inflow
2014
2013
Lampiran 10 Cashflow Usaha Tenun 3
180000
30000
48000
432000
7200000 0
0
0
1800000 00
1800000 00
2
2015
180000
30000
48000
432000
7200000 0
400000
0
0
1800000 00
1800000 00
3
2016
180000
30000
48000
432000
7200000 0
0
0
1800000 00
1800000 00
4
2017
180000
30000
48000
432000
7200000 0
300000
150000
180000
200000
0
0
1800000 00
1800000 00
5
2018
180000
30000
48000
432000
7200000 0
400000
0
0
1800000 00
1800000 00
6
2019
180000
30000
48000
432000
7200000 0
0
0
1800000 00
1800000 00
7
2020
180000
30000
48000
432000
7200000 0
0
0
1800000 00
1800000 00
8
2021
180000
30000
48000
432000
7200000 0
400000
0
0
1800000 00 5301598 2 2330159 82
9
2022
126
1200000 19200000
3.1.4 penenunan
1.05 8067860 0 8471253 0 1042874 70 1890000 00
1.1025 8067860 0 8894815 7 1095018 44 1984500 00
1.157625 15655138 2 18122779 4 18122779 4 0
CF/DF 5%
PV Benefit
PV Cost
PV NB
NB
Total Outflow
500000 9932140 0
180000
552000
1200000 1920000 0
1200000
890400
8000
200000
13000
500000 9932140 0
180000
552000
1200000 1920000 0
1200000
890400
8000
200000
13000
500000 15655138 2
180000
4.2 Listrik
4.3 Pinjaman
552000
4.1 Gas
4. Biaya Lainnya
1200000
3.1.3 penyambungan benang
890400
3.1.2 penghanian boom
3.1.1 pengelosan
3.1 Upah Tenaga Kerja
3. Biaya Tetap
8000
200000
2.9 Baki
2.10 Rigen
13000
240000
2448000
240000
2448000
240000
2448000
2.8 palet
2.7 gunting
Lampiran 10 (Lanjutan)
2.6 pewarna
8077860 0 9922140 0 1800000 00
8077860 0
1
9922140 0
180000
552000
1200000 1920000 0
1200000
890400
8000
200000
13000
240000
2448000
7731295 2 9411561 9 1714285 71
8117860 0
0.952381
9882140 0
180000
552000
1200000 1920000 0
1200000
890400
8000
200000
13000
240000
2448000
7287854 9 9038675 7 1632653 06
8034860 0
9965140 0 0.90702 95
180000
552000
1200000 1920000 0
1200000
890400
8000
200000
13000
240000
2448000
6977959 2 8571117 6 1554907 68
8077860 0
9922140 0 0.86383 76
180000
552000
1200000 1920000 0
1200000
890400
8000
200000
13000
240000
2448000
6678583 5 8130061 0 1480864 45
8117860 0
9882140 0 0.822702 5
180000
552000
1200000 1920000 0
1200000
890400
8000
200000
13000
240000
2448000
6360555 7 7742915 3 1410347 10
8117860 0
9882140 0 0.78352 62
180000
552000
1200000 1920000 0
1200000
890400
8000
200000
13000
240000
2448000
9983957 7 7404053 6 1738801 13
1337945 82
9922140 0 0.74621 54
180000
552000
1200000 1920000 0
1200000
890400
8000
200000
13000
240000
2448000
127
Gross B/C
44%
1.52487146
Net B/C
IRR
624042000 4.98618008
NPV
0.70935765
PP
Lampiran 10 (Lanjutan)
128
300000
1.6 Bak celup
84000
5000
2.9 Rigen
156000
2.8 gunting
2.7 palet
30000
2.5 tipol
180000
48000
2.4 sabun
2.6 soda As
60000
4368000
2.2 benang katun
2.3 tali rapia khusus
7200000 0
2.1 Benang Sutera
2. Biaya Variable
400000
1.5 Timbangan
160000
1.3 Sisir
50000
250000
1.2 Mesin Kelos
1.4 Teropong
6000000
0
0
5000
84000
156000
180000
30000
48000
60000
4368000
72000000
12000000 0
12000000 0
1
0
1.1 Mesin ATBM
1. Biaya Investasi
Outflow
Total Inflow
2. Nilai Sisa
Inflow 1. Nilai Produksi Tenun
2014
2013
Lampiran 11 Cashflow Usaha Tenun 4
5000
84000
156000
180000
30000
48000
60000
4368000
72000000
12000000 0
12000000 0
2
2015
5000
84000
156000
180000
30000
48000
60000
4368000
72000000
400000
12000000 0
12000000 0
3
2016
5000
84000
156000
180000
30000
48000
60000
4368000
72000000
12000000 0
12000000 0
4
2017
5000
84000
156000
180000
30000
48000
60000
4368000
72000000
300000
50000
160000
250000
12000000 0
12000000 0
5
2018
5000
84000
156000
180000
30000
48000
60000
4368000
72000000
400000
12000000 0
12000000 0
6
2019
5000
84000
156000
180000
30000
48000
60000
4368000
72000000
12000000 0
12000000 0
7
2020
5000
84000
156000
180000
30000
48000
60000
4368000
72000000
12000000 0
12000000 0
8
2021
5000
84000
156000
180000
30000
48000
60000
4368000
72000000
400000
752000 12075200 0
12000000 0
9
2022
129
86087800 1.1025 33912200
93247800
1.157625
-93247800 107945984. 5 107945984. 5
Total Outflow
CF/DF 5%
IRR
Gross B/C
Net B/C
27%
172955747 3.29768423 5 1.21221864 7
NPV
PP
0 0.21113345 6
PV Benefit
PV Cost
PV NB
NB
500000
500000
4.3 Pinjaman
94911800 13230000 0
37388201
600000
600000
4.2 Listrik
276000
6890400
890400
1
276000
6890400
890400
0
4.1 Gas
4. Biaya Lainnya
3.1.2 Pengguntingan
3.1.1 Pengelosan
3. Biaya Tetap 3.1 Upah Tenaga Kerja
Lampiran 11 (Lanjutan)
90392190 12600000 0
35607810
33912200
1.05
86087800
500000
600000
276000
6890400
890400
2
85987800 12000000 0
34012200
34012200
1
85987800
600000
276000
6890400
890400
3
81512190 11428571 4
32773524
34412200
0.952381
85587800
600000
276000
6890400
890400
4
78320000 10884353 7
30523537
33652200
86347800 0.907029 5
600000
276000
6890400
890400
5
74279495 10366051 2
29381017
34012200
85987800 0.863837 6
600000
276000
6890400
890400
6
8558780 0 0.783526 2 3441220 0 2696285 9 6706028 1 9402314 0
2831100 2 7041329 5 9872429 7
600000
276000
6890400
890400
8
8558780 0 0.822702 5 3441220 0
600000
276000
6890400
890400
7
2594158 1 6416542 0 9010700 2
8598780 0 0.746215 4 3476420 0
600000
276000
6890400
890400
9
130
26000 32000 8000
2.5 Gunting
2.6 Rigen
1440000 1440000
1335600
1440000
1440000
3.1.2 Pengelosan
3.1.3 Penghanian boom 3.1.4 Penyambungan benang
1335600
1200000
1200000
8000
32000
26000
60000
150000
4800000 0
9600000 0
9600000 0
3.1.1 Penggamingan
3.1 Upah Tenaga Kerja
3. Biaya Tetap
60000
2.4 Palet
150000
2.2 benang katun
2.3 tali rapia khusus
4800000 0
130000
3000000
0
0
1
0
2.1 benang sutra
2. Biaya Variable
1.2 Teropong
1.1 Mesin ATBM
1. Biaya Investasi
Outflow
Total Inflow
2. Nilai Sisa
1. Nilai Produksi Tenun
Inflow
2016
2015
Lampiran 12 Cashflow Usaha Tenun 5
1440000
1440000
1335600
1200000
8000
32000
26000
60000
150000
4800000 0
9600000 0
9600000 0
2
2017
1440000
1440000
1335600
1200000
8000
32000
26000
60000
150000
4800000 0
9600000 0
9600000 0
3
2018
1440000
1440000
1335600
1200000
8000
32000
26000
60000
150000
4800000 0
9600000 0
9600000 0
4
2019
1440000
1440000
1335600
1200000
8000
32000
26000
60000
150000
4800000 0
130000
9600000 0
9600000 0
5
2020
1440000
1440000
1335600
1200000
8000
32000
26000
60000
150000
4800000 0
9600000 0
9600000 0
6
2021
1440000
1440000
1335600
1200000
8000
32000
26000
60000
150000
4800000 0
9600000 0
9600000 0
7
2022
1440000
1440000
1335600
1200000
8000
32000
26000
60000
150000
4800000 0
9600000 0
9600000 0
8
2023
1440000
1440000
1335600
1200000
8000
32000
26000
60000
150000
4800000 0
326000 9632600 0
9600000 0
9
2024
131
1
27068400
-72061600
-75664680
75664680
NB
PV NB
PV Cost
3.3833776
1.2142686
Net B/C
Gross B/C
29%
126466247
NPV
IRR
0.115633
PP
PV Benefit
0
1
1.05
CF/DF 5%
96000000
68931600
27068400
68931600
72061600
Total Outflow
240000
15000000
0
15000000
2016
2015
240000
4.1 Listrik
4. Biaya Lainnya
3.1.5 Penenunan
Lampiran 12 (Lanjutan)
91428571
65649143
25779429
27068400
0.952381
68931600
240000
15000000
2
2017
87074830
62522993
24551837
27068400
0.9070295
68931600
240000
15000000
3
2018
82928409
59545708
23382702
27068400
0.8638376
68931600
240000
15000000
4
2019
78979438
56817149
22162288
26938400
0.8227025
69061600
240000
15000000
5
2020
75218512
54009712
21208800
27068400
0.7835262
68931600
240000
15000000
6
2021
71636678
51437821
20198857
27068400
0.7462154
68931600
240000
15000000
7
2022
68225408
48988401
19237007
27068400
0.7106813
68931600
240000
15000000
8
2023
65197228
46655620
18541608
27394400
0.6768394
68931600
240000
15000000
9
2024
132
80000
1.5 Sisir
16000
2.7 Rigen
3. Biaya Tetap 3.1 Upah Tenaga Kerja
225000
24000
2.5 Gunting
2.6 Baki
26000
3192000
600000
2.4 Palet
2.3 Pewarna
2.2 Tali Rapia Khusus
2.1 Benang Sutera
4800000 0
60000
1.4 Teropong
2. Biaya Variable
500000
3000000
1.2 Mesin ATBM
1.3 Mesi Kelos
5000000
0
0
16000
225000
24000
26000
3192000
600000
48000000
0
12000000 0
12000000 0
1
0
1.1 Bangunan
1. Biaya Investasi
Outflow
Total Inflow
2. Nilai Sisa
Inflow 1. Nilai Produksi Tenun
2016
2015
Lampiran 13 Cashflow Usaha Tenun 6
16000
225000
24000
26000
3192000
600000
48000000
0
12000000 0
12000000 0
2
2017
16000
225000
24000
26000
3192000
600000
48000000
0
12000000 0
12000000 0
3
2018
16000
225000
24000
26000
3192000
600000
48000000
0
12000000 0
12000000 0
4
2019
16000
225000
24000
26000
3192000
600000
48000000
80000
60000
500000
0
12000000 0
12000000 0
5
2020
16000
225000
24000
26000
3192000
600000
48000000
0
12000000 0
12000000 0
6
2021
16000
225000
24000
26000
3192000
600000
48000000
0
12000000 0
12000000 0
7
2022
16000
225000
24000
26000
3192000
600000
48000000
0
12000000 0
12000000 0
8
2023
16000
225000
24000
26000
3192000
600000
48000000
0
5430000 12543000 0
12000000 0
9
2024
133
1
10500000
19200000
3.1.6 Pencoletan
3.1.7 Penenunan
111755070
0 0.3890735 2 57126218. 6 1.9227930 3 1.0678350 3
PV Cost
PV Benefit
IRR
Gross B/C
Net B/C
NPV
PP
PV NB
10%
1.05 106433400 111755070
CF/DF 5%
NB
106433400
Total Outflow
4.1 Listrik
480000
12000000
3.1.5 Pengikatan
4. Biaya Lainnya
1440000
1440000
97793400 12000000 0
93136571 11428571 4
21149143
22206600
22206600 22206600
0.952381
97793400
480000
19200000
10500000
12000000
1440000
890400
1200000
2
2017
1
97793400
480000
19200000
10500000
12000000
890400
890400
1200000
0
1200000
2016
2015
3.1.2 pengelosan 3.1.3 penghanian boom
3.1.1 penggamingan
Lampiran 13 (Lanjutan)
88701497 10884353 7
20142041
22206600
0.9070295
97793400
480000
19200000
10500000
12000000
1440000
890400
1200000
3
2018
84477616 10366051 2
19182896
22206600
0.8638376
97793400
480000
19200000
10500000
12000000
1440000
890400
1200000
4
2019
98724297
80981402
17742895
21566600
98433400 0.822702 5
480000
19200000
10500000
12000000
1440000
890400
1200000
5
2020
94023140
76623688
17399452
22206600
97793400 0.783526 2
480000
19200000
10500000
12000000
1440000
890400
1200000
6
2021
89545848
72974941
16570907
22206600
97793400 0.746215 4
480000
19200000
10500000
12000000
1440000
890400
1200000
7
2022
85281760
69499944
15781816
22206600
97793400 0.710681 3
480000
19200000
10500000
12000000
1440000
890400
1200000
8
2023
84895961
66190422
18705539
27636600
97793400 0.676839 4
480000
19200000
10500000
12000000
1440000
890400
1200000
9
2024
134
300000
1.8 Bak Celup
180000
3360000
2.6 pewarna
30000
2.4 tipol
2.5 soda As
48000
480000
2.3 sabun
2.2 tali rapia khusus
2.1 benang sutra
5088000 0
400000
2. Biaya Variable
500000
1.7 Timbangan
90000
1.5 Teropong
1.6 Mesin Kelos
70000
1.3 Mesin ATBM
1.4 Sisir
1500000
1.2 Bangunan
0
0
3360000
180000
30000
48000
480000
50880000
0
0
18000000 0
10800000 0
1
0
8928550 1500000 0
1.1 Lahan
1. Biaya Investasi
Outflow
Total Inflow
2. Nilai Sisa
Inflow 1. Nilai Produksi Tenun
2015
2014
Lampiran 14 Cashflow Usaha Tenun 7
3360000
180000
30000
48000
480000
50880000
0
0
10800000 0
10800000 0
2
2016
3360000
180000
30000
48000
480000
50880000
0
0
10800000 0
10800000 0
3
2017
3360000
180000
30000
48000
480000
50880000
0
0
10800000 0
10800000 0
4
2018
3360000
180000
30000
48000
480000
50880000
300000
400000
500000
90000
70000
0
0
10800000 0
10800000 0
5
2019
3360000
180000
30000
48000
480000
50880000
0
0
10800000 0
10800000 0
6
2020
3360000
180000
30000
48000
480000
50880000
0
0
10800000 0
10800000 0
7
2021
3360000
180000
30000
48000
480000
50880000
0
0
10800000 0
10800000 0
8
2022
3360000
180000
30000
48000
480000
50880000
0
0
24350550 13235055 0
10800000 0
9
2023
135
2.10 Rigen
0 0.2561389 7
234408414 3.7989712 6 1.3325765 7
PV Benefit
NPV
IRR
Gross B/C
Net B/C
PP
50%
112678311
PV Cost
PV NB
NB
1.1025 102202550 112678311
CF/DF 5%
300000
102202550
4.2 Listrik
Total Outflow
552000
4.1 Gas
4. Biaya Lainnya
3.1.1 Penenunan
19200000
10000
2.9 Baki
3. Biaya Tetap 3.1 Upah Tenaga Kerja
26000
300000
2.8 palet
48000
2.7 gunting
Lampiran 14 (Lanjutan)
79184700 18900000 0
1.05 10458600 0 10981530 0
75414000
300000
552000
19200000
10000
300000
26000
48000
75414000 10800000 0
71822857 10285714 3
31034286
32586000
32586000 32586000
0.952381
75414000
300000
552000
19200000
10000
300000
26000
48000
1
75414000
300000
552000
19200000
10000
300000
26000
48000
97959184
68402721
29556463
32586000
75414000 0.907029 5
300000
552000
19200000
10000
300000
26000
48000
93294461
66320268
26974193
31226000
76774000 0.863837 6
300000
552000
19200000
10000
300000
26000
48000
88851867
62043284
26808583
32586000
75414000 0.822702 5
300000
552000
19200000
10000
300000
26000
48000
84620826
59088842
25531984
32586000
75414000 0.783526 2
300000
552000
19200000
10000
300000
26000
48000
80591263
56275088
24316175
32586000
75414000 0.746215 4
300000
552000
19200000
10000
300000
26000
48000
94059065
53595322
40463743
56936550
75414000 0.710681 3
300000
552000
19200000
10000
300000
26000
48000
136
500000
400000
300000
1.6 Mesin Kelos
1.7 Timbangan
1.8 Bak Celup
180000
30000
2.4 tipol
2.5 soda As
48000
600000
2.3 sabun
2.2 tali rapia khusus
2.1 benang sutra
7200000 0
420000
1.5 Teropong
2. Biaya Variable
520000
1799998 2 3000000 0 1200000 0
0
0
180000
30000
48000
600000
72000000
18000000 0
18000000 0
1
0
1.4 Sisir
1.3 Mesin ATBM
1.2 Bangunan
1.1 Lahan
1. Biaya Investasi
Outflow
Total Inflow
2. Nilai Sisa
Inflow 1. Nilai Produksi Tenun
2013
2012
Lampiran 15 Cashflow Usaha Tenun 8
180000
30000
48000
600000
72000000
18000000 0
18000000 0
2
2014
180000
30000
48000
600000
72000000
400000
18000000 0
18000000 0
3
2015
180000
30000
48000
600000
72000000
18000000 0
18000000 0
4
2016
180000
30000
48000
600000
72000000
300000
500000
420000
520000
18000000 0
18000000 0
5
2017
180000
30000
48000
600000
72000000
400000
18000000 0
18000000 0
6
2018
180000
30000
48000
600000
72000000
18000000 0
18000000 0
7
2019
180000
30000
48000
600000
72000000
18000000 0
18000000 0
8
2020
180000
30000
48000
600000
72000000
400000
49547982 22954798 2
18000000 0
9
2021
137
48000
65000
500000
20000
2.8 palet
2.9 Baki
2.10 Rigen
19200000
3.1.3 Penenunan
181148982
1.21550625
-181148982
-220187720 220187719. 8
Total Outflow
CF/DF 5%
NB
PV NB
PV Cost
500000
1320000
828000
4.3 Pinjaman
4.2 Listrik
4.1 Gas
4. Biaya Lainnya
480000
7200000
3.1.2 Pencoletan
3.1.4 Pengguntingan
12000000
3.1.1 Pengikatan
3. Biaya Tetap 3.1 Upah Tenaga Kerja
3990000
2.7 gunting
0
2.6 pewarna
Lampiran 15 (Lanjutan)
1.157625 6099100 0 7060470 6 1377677 94
500000 1190090 00
1320000
828000
480000
7200000 1920000 0
1200000 0
20000
500000
65000
48000
3990000
1
67242578 13120742 3
60991000
1.1025
500000 11900900 0
1320000
828000
480000
19200000
7200000
12000000
20000
500000
65000
48000
3990000
2
64145550 12485445 0
61091000
1.05
11890900 0
1320000
828000
480000
19200000
7200000
12000000
20000
500000
65000
48000
3990000
3
61491000 11850900 0
61491000
1
11850900 0
1320000
828000
480000
19200000
7200000
12000000
20000
500000
65000
48000
3990000
4
56905714 11452285 7
59751000
0.952381
12024900 0
1320000
828000
480000
19200000
7200000
12000000
20000
500000
65000
48000
3990000
5
55411338 10785396 8
61091000
11890900 0 0.907029 5
1320000
828000
480000
19200000
7200000
12000000
20000
500000
65000
48000
3990000
6
53118238 10237253 0
61491000
11850900 0 0.863837 6
1320000
828000
480000
19200000
7200000
12000000
20000
500000
65000
48000
3990000
7
97497648
50588798
61491000
11850900 0 0.822702 5
1320000
828000
480000
19200000
7200000
12000000
20000
500000
65000
48000
3990000
8
93168313
86688537
11890900 0 0.783526 2 11063898 2
1320000
828000
480000
19200000
7200000
12000000
20000
500000
65000
48000
3990000
9
138
1.277263544
Gross B/C
25%
3.306819477
Net B/C
IRR
1.01883855
346008739.3
NPV
0
PP
PV Benefit
Lampiran 15 (Lanjutan)
208372500
198450000
189000000
180000000
171428571
163265306
155490768
148086445
179856850
139
500000
400000
300000
1.6 Mesin Kelos
1.7 Timbangan
1.8 Bak Celup
180000
30000
2.4 tipol
2.5 soda As
48000
600000
2.3 sabun
2.2 tali rapia khusus
2.1 benang sutra
5088000 0
100000
1.5 Teropong
2. Biaya Variable
140000
1919999 2 3000000 0 1300000 0
0
0
180000
30000
48000
600000
50880000
0
0
13000000 0
13000000 0
1
0
1.4 Sisir
1.3 Mesin ATBM
1.2 Bangunan
1.1 Lahan
1. Biaya Investasi
Outflow
Total Inflow
2. Nilai Sisa
Inflow 1. Nilai Produksi Tenun
2014
2013
Lampiran 16 Cashflow Usaha Tenun 9
180000
30000
48000
600000
50880000
0
0
13000000 0
13000000 0
2
2015
180000
30000
48000
600000
50880000
400000
0
0
13000000 0
13000000 0
3
2016
180000
30000
48000
600000
50880000
0
0
13000000 0
13000000 0
4
2017
180000
30000
48000
600000
50880000
300000
500000
100000
140000
0
0
13000000 0
13000000 0
5
2018
180000
30000
48000
600000
50880000
400000
0
0
13000000 0
13000000 0
6
2019
180000
30000
48000
600000
50880000
0
0
13000000 0
13000000 0
7
2020
180000
30000
48000
600000
50880000
0
0
13000000 0
13000000 0
8
2021
180000
30000
48000
600000
50880000
400000
0
0
50707992 18070799 2
13000000 0
9
2022
140
36000
32500
300000
10000
2.8 palet
2.9 Baki
2.10 Rigen
6000000
11135600
3.1.2 Pencoletan
3.1.3 Pemaletan
600000
500000
135923092
1.157625 135923092 157347969 157347969. 4
0 1.10262318 3
4.2 Listrik
4.3 Pinjaman
Total Outflow
CF/DF 5%
PV Benefit
PP
PV Cost
PV NB
NB
552000
4.1 Gas
4. Biaya Lainnya
1113000
3.1.1 Pengelosan
3. Biaya Tetap 3.1 Upah Tenaga Kerja
266000
2.7 gunting
0
2.6 pewarna
Lampiran 16 (Lanjutan)
79692118 14332500 0
63632882
57716900
1.1025
72283100
500000
600000
552000
11135600
6000000
1113000
10000
300000
32500
36000
266000
1
75897255 13650000 0
60602745
57716900
1.05
72283100
500000
600000
552000
11135600
6000000
1113000
10000
300000
32500
36000
266000
2
72183100 13000000 0
57816900
57816900
1
72183100
600000
552000
11135600
6000000
1113000
10000
300000
32500
36000
266000
3
68364857 12380952 4
55444667
58216900
0.952381
71783100
600000
552000
11135600
6000000
1113000
10000
300000
32500
36000
266000
4
66052698 11791383 2
51861134
57176900
72823100 0.907029 5
600000
552000
11135600
6000000
1113000
10000
300000
32500
36000
266000
5
62354476 11229888 8
49944412
57816900
72183100 0.863837 6
600000
552000
11135600
6000000
1113000
10000
300000
32500
36000
266000
6
59056134 10695132 2
47895188
58216900
71783100 0.822702 5
600000
552000
11135600
6000000
1113000
10000
300000
32500
36000
266000
7
56243937 10185840 2
45614464
58216900
71783100 0.783526 2
600000
552000
11135600
6000000
1113000
10000
300000
32500
36000
266000
8
53864141 13484708 6
80982945
72183100 0.746215 4 10852489 2
600000
552000
11135600
6000000
1113000
10000
300000
32500
36000
266000
9
141
1.474594495
Gross B/C
35%
4.203995683
Net B/C
IRR
356447367.9
NPV
Lampiran 16 (Lanjutan)
142
3000000
1.3 Mesin ATBM
400000
300000
1.7 Timbangan
1.8 Bak Celup
180000
3192000
36000
32500
2.6 pewarna
2.7 gunting
2.8 palet
30000
2.4 tipol
2.5 soda As
48000
600000
2.3 sabun
2.2 tali rapia khusus
2.1 benang sutra
28800000
500000
1.6 Mesin Kelos
2. Biaya Variable
100000
1.5 Teropong
70000
10000000
1.2 Bangunan
1.4 Sisir
1714285
0
0
32500
36000
3192000
180000
30000
48000
600000
28800000
0
0
80000000
80000000
1
0
1.1 Lahan
1. Biaya Investasi
Outflow
Total Inflow
2. Nilai Sisa
1. Nilai Produksi Tenun
Inflow
2008
2007
Lampiran 17 Cashflow Usaha Tenun 10
32500
36000
3192000
180000
30000
48000
600000
28800000
0
0
80000000
80000000
2
2009
32500
36000
3192000
180000
30000
48000
600000
28800000
400000
0
0
80000000
80000000
3
2010
32500
36000
3192000
180000
30000
48000
600000
28800000
0
0
80000000
80000000
4
2011
32500
36000
3192000
180000
30000
48000
600000
28800000
300000
500000
100000
70000
0
0
80000000
80000000
5
2012
32500
36000
3192000
180000
30000
48000
600000
28800000
400000
0
0
80000000
80000000
6
2013
32500
36000
3192000
180000
30000
48000
600000
28800000
0
0
80000000
80000000
7
2014
32500
36000
3192000
180000
30000
48000
600000
28800000
0
0
80000000
80000000
8
2015
32500
36000
3192000
180000
30000
48000
600000
28800000
400000
0
0
92208285
12208285
80000000
9
2016
143
118945182.9
PV NB
PV Cost
3.712453565
1.298825021
Net B/C
Gross B/C
31%
226852920.9
NPV
IRR
0.583366338
PP
0
-69544785 118945182.9
NB
PV Benefit
1.710339358
CF/DF 5%
69544785
480000
4.2 Listrik
Total Outflow
552000
4.1 Gas
4. Biaya Lainnya
3.1.1 Penenun
19200000
10000
3. Biaya Tetap 3.1 Upah Tenaga Kerja
300000
85400502 13031157 0
44911068
27571500
1.6288946
52428500
19200000
10000
300000
1
0
2.10 Rigen
2008
2007
2.9 Baki
Lampiran 17 (Lanjutan)
81333811 12410625 7
42772446
27571500
1.5513282
52428500
19200000
10000
300000
2
2009
78051755 11819643 6
40144681
27171500
1.4774554
52828500
19200000
10000
300000
3
2010
73772165 11256803 4
38795869
27571500
1.4071004
52428500
19200000
10000
300000
4
2011
71559097 10720765 1
35648554
26601500
1.3400956
53398500
19200000
10000
300000
5
2012
67424041 10210252 5
34678484
27171500
1.2762816
52828500
19200000
10000
300000
6
2013
97240500
63727169
33513331
27571500
52428500 1.215506 3
19200000
10000
300000
7
2014
1.157625 2757150 0 3191745 8 6069254 2 9261000 0
5242850 0
1920000 0
10000
300000
8
2015
58243421 10165963 4
43416213
39379785
1.1025
52828500
19200000
10000
300000
9
2016
144
5000
120000
2.5 Rigen
2.6 Gunting
500000 120000
5000
500000
72000
7800000
7800000
72000
11520000 0
0
0
19200000 0
19200000 0
11520000 0
400000
2.4 Palet
2.3 Tali rapia khusus
2. Biaya Variable 2.1 Benang katun ulos 2.2 Benang katun GSM
1.8 Timbangan
50000
200000
1.6 Teropong
1.7 Kincir
270000
1.5 Sisir
16000000
1.3 Mesin ATBM
300000
10000000
1.2 Bangunan
1.4 Mesin kelos
1800000
0
0
1
0
1.1 Lahan
1. Biaya Investasi
Outflow
Total Inflow
2. Nilai Sisa
Inflow 1. Nilai Produksi Tenun
2013
2012
Lampiran 18 Cashflow Usaha Tenun 11
120000
5000
500000
72000
7800000
11520000 0
0
0
19200000 0
19200000 0
2
2014
120000
5000
500000
72000
7800000
11520000 0
400000
50000
0
0
19200000 0
19200000 0
3
2015
120000
5000
500000
72000
7800000
11520000 0
0
0
19200000 0
19200000 0
4
2016
120000
5000
500000
72000
7800000
11520000 0
200000
270000
300000
0
0
19200000 0
19200000 0
5
2017
120000
5000
500000
72000
7800000
11520000 0
400000
50000
0
0
19200000 0
19200000 0
6
2018
120000
5000
500000
72000
7800000
11520000 0
0
0
19200000 0
19200000 0
7
2019
120000
5000
500000
72000
7800000
11520000 0
0
0
19200000 0
19200000 0
8
2020
120000
5000
500000
72000
7800000
11520000 0
400000
50000
0
0
13554000 20555400 0
19200000 0
9
2021
145
0 0.5973282 8
218792847 2.6019995 7 1.1508260 3
PV Benefit
NPV
IRR
Gross B/C
Net B/C
PP
18%
209598251
PV Cost
PV NB
NB
CF/DF 5%
172437000 1.2155062 5 172437000 209598251
360000
Total Outflow
4.1 Listrik
4. Biaya Lainnya
19200000
3.1.2 Penenunan
56240895 16602310 5 22226400 0
48583000
1.157625
360000 14341700 0
19200000
160000
1
0
160000
2013
2012
3.1.1 Penyucukan
3. Biaya Tetap 3.1 Upah Tenaga Kerja
Lampiran 18 (Lanjutan)
53562758 15811724 3 21168000 0
48583000
1.1025
360000 14341700 0
19200000
160000
2
2014
50539650 15106035 0 20160000 0
48133000
1.05
360000 14386700 0
19200000
160000
3
2015
48583000 14341700 0 19200000 0
48583000
1
360000 14341700 0
19200000
160000
4
2016
45536190 13732095 2 18285714 3
47813000
0.952381
360000 14418700 0
19200000
160000
5
2017
43658050 13049161 0 17414966 0
48133000
0.9070295
360000 14386700 0
19200000
160000
6
2018
41967822 12388899 7 16585681 9
48583000
0.8638376
360000 14341700 0
19200000
160000
7
2019
39969354 11798952 1 15795887 5
48583000
0.8227025
360000 14341700 0
19200000
160000
8
2020
48333379 11272355 9 16105693 8
61687000
0.7835262
360000 14386700 0
19200000
160000
9
2021
146
147
Lampiran 19 Data Perhitungan Nilai Dampak Ekonomi Dampak Langsung Jumlah usaha Pendapatan/bulan (unit)
Pendapatan unit usaha per bulan
Total pendapatan unit usaha/tahun
No.
Jenis Unit Usaha
1.
penjual benang sutera
1
6.000.000
6.000.000
72.000.000
2.
pengepul kain sutera
1
5.000.000
5.000.000
60.000.000
Total
132.000.000
Dampak Tidak Langsung No. 1 2
Jenis Unit Usaha penjual benang sutera pengepul kain sutera
Jumlah TK/unit
Total TK
Pendapatan/bulan
Total pendapatan/tahun
1
30
3.865.172
46.382.064
1
30
3.865.172
46.382.064
Total
92.764.128
Dampak Lanjutan No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Total Tenaga Kerja Petenun 27 Penggulung Benang 5 Penggunting Kain 14 Pengelos 2 Pemalet 3 Penotol 2 Pengikat Benang 2 Pencolet 1 Total Jenis Tenaga Kerja Lokal
Nilai Multiplier Effect Keynesian Income Multiplier Ratio Income Multiplier Tipe I Ratio Income Multiplier Tipe II
Total Pengeluaran/bulan
Total Pengeluaran/tahun
1.147.037 1.112.000 1.137.500 1.295.000 2.289.667 1.240.000 920.000 650.000
371.639.988 66.720.000 191.100.000 31.080.000 82.428.012 29.760.000 22.080.000 7.800.000 802.608.000 Jumlah 0,65 2,42 7,78
148
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kabupaten Garut pada tanggal 8 Oktober 1994. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari (Alm) Bapak Dedi Sunandi, S.Pd dan Ibu Rd. Ani Yustiani, S.Pd. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak pada tahun 2000 di TK Kartika III-2. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 2006 di SD Regol XIII. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama diselesaikan pada tahun 2009 di SMPN 1 Garut. Pendidikan Sekolah Menengah Atas diselesaikan pada tahun 2012 di SMAN 6 Garut. Penulis diterima masuk di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2012. Pada tahun 2012/2013 masuk pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama menjalani pendidikan di IPB, penulis aktif di berbagai kepanitiaan dan aktif di beberapa organisasi, seperti Music Agriculture X-pression (MAX) sebagai anggota Divisi Event Organizer (EO) periode 2012-2013 dan sebagai anggota Divisi Eksternal di Himpunan Mahasiswa Garut periode 2013-2014.