PENGEMBALIAN KREDIT SEPEDA MOTOR PEDAGANG AYAM BROILER DAN PEDAGANG SAYUR (KASUS PADA PT. FIF (FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE) CABANG BOGOR, JAWA BARAT)
Oleh : Mukti Widayat A 14104587
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN MUKTI WIDAYAT. Pengembalian Kredit Sepeda Motor Pedagang Ayam Broiler dan Pedagang Sayur (Studi Kasus di PT.FIF (Federal International Finance) Cabang Bogor, Jawa Barat). Skripsi Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dibawah Bimbingan MUHAMMAD FIRDAUS
Membeli dengan cara kredit sudah menjadi hal yang sangat biasa ditengah masyarakat dewasa ini, baik masyarakat diperkotaan sampai masyarakat dipedesaan terutama untuk memenuhi kebutuhan yang sulit dijangkau dengan cara membeli cash atau tunai, seperti kepemilikan rumah dan kepemilikan kendaraan. Selain bank dan koperasi yang sudah dikenal masyarakat dalam penyaluran kredit permodalan, melalui surat keputusan bersama (SKB) tiga menteri tahun 1974, yaitu Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan, lahirlah lembaga pembiayaan (Multi Finance) di Indonesia. Perusahaan leasing di Indonesia telah ikut berperan aktif dalam memberikan kredit kepada masyarakat, jika sebelumnya hanya terfokus pada pembiayaan transportasi, kini semakin memperluas produk pembiayaannya pada keperluan alat-alat kantor, manufaktur, konstruksi dan alat-alat pertanian. Melalui perusahaan pembiayaan atau leasing, setiap calon nasabah yang modalnya kurang atau menengah dapat memperoleh barang-barang untuk kegiatan operasional dengan mudah dan cepat. Hal ini sungguh berbeda jika mengajukan kredit kepada bank konvensional yang memerlukan persyaratan serta jaminan yang besar, sehingga menghemat biaya dalam hal pengeluaran dana dibandingkan dengan membeli secara tunai. Salah satu perusahaan yang bergerak dibidang jasa pembiayaan adalah PT.FIF (Federal International Finance), merupakan anak perusahaan dari Astra Group Company (AGC) yang bergerak dibidang pembiayaan sepeda motor produksi Astra Honda Motor (AHM). PT. FIF berdiri pada tanggal 1 Mei 1989 dengan nama PT. Mitrapusaka Artha Finance yang bergerak dibidang multi finance dan pada tahun 1991 berubah nama menjadi PT. Federal International Finance setelah bergabung dibawah bendera perusahaan PT. Astra International Tbk. Kemudian PT. FIF ditempatkan pada Divisi Jasa Keuangan Pembiayaan Konsumen, yaitu pembiayaan kredit sepeda motor merek Honda produksi PT.AHM (Astra Honda Motor) dari Divisi Otomotif. PT. FIF yang fokus pada pembiayaan sepeda motor memiliki peluang untuk mendapatkan konsumen dari sektor agribisnis di Bogor, dimana warga Bogor sebanyak 33 persen memiliki mata pencaharian disektor agribisnis, seperti : pertanian, perkebunan, peternakan, agrowisata, perdagangan hasil pertanian dan lainnya. Dan ditambah dengan kondisi geografis wilayah di Bogor yang sebagian besar pegunungan dengan infrastruktur jalan secara umum kurang baik, telah membuka peluang untuk menawarkan kredit alat transportasi, seperti sepeda motor kepada pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur yang diambil sampel dalam penelitian ini. Dalam menjalankan kegiatan usahanya PT. FIF memiliki kendala yang menjadi resiko dalam bisnis pembiayaan, seperti kredit macet. Dimana pada tahun 2008 PT. FIF membukukan asset bisnis sebesar 13 Triliun dengan nilai NPL (non perfoming loan) sebesar 6,2 persen, yang berada 1,2 persen lebih tinggi dibandingkan ketentuan dari Bank Indonesia untuk rasio NPL yang efektif, yaitu sebesar 5 persen. Tujuan penelitian ini merupakan respon terhadap fenomena hal tersebut diatas. Secara garis besar tujuan penelitian ini, adalah mempelajari fakor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelancaran pengembalian kredit bagi pedagang ayam Broiler dan
pedagang sayur. Penelitian ini dilakukan pada konsumen PT.FIF (Federal International Finance) cabang Bogor. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh dari catatan-catatan atau dokumen yang terdapat diberbagai instansi terkait, seperti perpustakaan, internet dan data-data yang berasal dari perusahaan. Kemudian data yang diperoleh diolah dengan menggunakan 2 alat analisis, yaitu analisis deskriptif dan alat analisis regresi logistik (logit). Hasil penelitan ini menunjukan bahwa secara umum karakteristik konsumen PT FIF dari konsumen pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur yang lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya, adalah berusia antara 31-40 tahun, berpendidikan SLTA, memiliki jumlah tanggungan keluarga 3-5 orang, memiliki pengalaman usaha lebih dari 5 tahun, memiliki omzet usaha rata-rata per bulan lebih dari 25 juta, mengambil jangka waktu pengembalian kredit selama 2 tahun (23 bulan), setuju atau tidak keberatan dengan beban bunga yang ditetapkan perusahaan dan pengalaman ambil kredit 1-2 kali. Terjadi ketidak lancaran pengembalian kredit sepeda motor pada pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur, seperti usia yang terlalu muda (21-30 tahun) dan usia yang terlalu tua (51-60 tahun) berpengaruh terhadap Character konsumen, pendidikan rendah (SD) berpengaruh terhadap Capacity konsumen, jumlah tanggungan keluarga > 5 orang berpengaruh terhadap Capital konsumen, pengalaman usaha < 5 tahun berpengaruh terhadap Capacity dan Condition konsumen, omzet usaha rata-rata per bulan < 25 juta berpengaruh terhadap Capital konsumen, jangka waktu pengembalian kredit selama 3 tahun (35 bulan) berpengaruh terhadap Character konsumen, tidak setuju dengan beban bunga yang ditetapkan perusahaan berpengaruh terhadap Character konsumen dan pengalaman ambil kredit > 3 kali berpengaruh terhadap Character konsumen. Berdasarkan hasil analisis terhadap fungsi peluang logit, diketahui bahwa faktor yang berpengaruh nyata (signifikan) terhadap pengembalian kredit sepeda motor pedagang ayam broiler, yaitu : taggungan keluarga (nilai P = 0,006), omzet usaha (nilai P = 0,040) dan pengalaman ambil kredit (nilai P = 0,026). Sedangkan faktor yang berpengaruh nyata (signifikan) pada pedagang sayur, yaitu : tanggungan keluarga (nilai P = 0,020) dan pengalaman ambil kredit (nilai P = 0,034). Dengan demikian ada kesamaan faktor yang berpengaruh nyata pada kelancaran pengembalian kredit dari pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur, yaitu faktor tanggungan keluarga dan pengalaman ambil kredit, sedangkan perbedaannya faktor omzet usaha berpengaruh nyata pada pedagang ayam Broiler. Berdasarkan identifikasi dari hasil penelitian ini, ada beberapa upaya yang perlu mendapatkan perhatian PT. FIF dalam rangka perbaikan kelancaran pengembalian kredit, yaitu : Mempertimbangkan faktor usia, tanggungan keluarga, jangka waktu pengembalian kredit dan pengalaman ambil kredit yang bernilai negatif, serta tanggungan keluarga, omzet usaha, dan pengalaman ambil kredit yang berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit. Sebaiknya PT FIF memasukan kedalam sistem data penerimaan calon kosumen, dari semua kriteria yang memberatkan tersebut, dengan demikian bagi calon konsumen dengan usia masih relatif muda atau bahkan terlalu tua, tanggungan keluarga yang lebih dari 5 orang dan sudah beberapa kali mengambil kredit dapat secara sistem di tolak untuk mencegah kerugian lebih lanjut. Bagi PT FIF disarankan juga untuk memberikan pelayanan terhadap konsumen yang lebih baik lagi dan mempertahankan pelayanan yang sudah dianggap baik, karena bukan tidak mungkin disamping faktor yang sudah di analisis oleh peneliti, ternyata beberapa faktor yang sudah dianggap sangat kecil peluang terjadi kemacetannya dikhawatirkan pada akhirnya dapat menjadi masalah atau kendala baru, seperti jarak
konsumen dengan kantor yang sudah dapat diatasi dengan adanya tempat-tempat pembayaran yang semakin dekat dengan konsumennya dan penerapan teknologi informasi (on-line) yang sudah baik.
PENGEMBALIAN KREDIT SEPEDA MOTOR PEDAGANG AYAM BROILER DAN PEDAGANG SAYUR (KASUS PADA PT. FIF (FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE) CABANG BOGOR, JAWA BARAT)
MUKTI WIDAYAT A 14104587
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agribisnis pada Program Sarjana Ekstensi
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul Skripsi
Nama NRP
: Pengembalian Kredit Sepeda Motor Pedagang Ayam Broiler Dan Pedagang Sayur (Kasus Pada PT. FIF (Federal International Finance) Bogor, Jawa Barat) : Mukti Widayat : A 14104587
Disetujui, Pembimbing
Muhammad Firdaus, Ph.D NIP. 19730105 199702 1 001
Diketahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 19571222 198203 1 002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengembalian Kredit Sepeda Motor Pedagang Ayam Broiler dan Pedagang Sayur (Kasus Pada PT. FIF (Federal International Finance) Cabang Bogor, Jawa Barat)” adalah hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Bogor,
Maret 2010
Mukti Widayat A. 14104587
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat, pada tanggal 16 Juli 1982 sebagai anak ke-dua dari dua bersaudara keluarga pasangan Bapak Tuyan, SPdI dan Ibu Rodiah. Penulis mengikuti pendidikan Sekolah Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Pangandaran, Ciamis, Jawa Barat dan lulus pada tahun 1995, kemudian Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama diselesaikan pada tahun 1998 di Madrasah Tsanawiyah
Negeri 1
Pangandaran, Ciamis, Jawa Barat, sedangkan Sekolah Lanjutan Tingkat Menengah diselesaikan pada tahun 2001 di Madrasah Aliyah Negeri 1 Majenang, Cilacap, Jawa Tengah. Pada Tahun 2001, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Diploma III Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 2004. Penulis kemudian melanjutkan Studi pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor sejak tahun 2005.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim. Puji dan syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah membimbing hamba-hambaNya menuju kebahagiaan, Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Habibana Wanabiana Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabatnya dan kita selaku umatnya. Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Illahirabbi atas HidayahNya penulis dapat menyelesaikan proses penulisan skripsi berjudul “Pengembalian Kredit Sepeda Motor Pedagang Ayam Broiler dan Pedagang Sayur (Kasus Pada PT.FIF (Federal International Finance) Cabang Bogor, Jawa Barat)”. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Manusia sebagai makhluk yang tidak sempurna, tentunya dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu saran dan kritikan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Besar sekali harapan penulis agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait, maupun mereka yang berminat mendalami dan mempelajarinya lebih mendalam. Akhir kata, semoga skripsi ini juga bermanfaat bagi penulis pribadi dimasa yang akan datang, amiin.
Bogor, Maret 2010 Mukti Widayat
UCAPAN TERIMA KASIH
Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terimakasih yang tulus tiada terhingga kepada : 1.
Bapak Muhammad Firdaus, Ph.D. selaku dosen pembimbing yang memberikan bimbingan, dorongan motivasi, saran dan perhatiannya bagi penulis selama penyusunan skripsi ini.
2.
Bapak Rahmat Yanuar, SP., MSi. atas kesediaanya menjadi dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.
3.
Ibu Ir. Juniar Atmakusuma, MS. selaku dosen komdik yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis.
4.
Manajemen dan staff PT. FIF (Federal International Finance), terutama kepada HRD bapak Nur Cholis dan semua karyawan yang telah membantu memberikan data-data dan informasi terkait dengan penyusunan skripsi ini.
5.
Manajemen dan staff sekretariat Program Sarjana Ekstensi yang telah membantu administrasi penulis.
6.
Bapak dan Ibu (Bpa Tuyan, SPdI dan Ibu Rodiah), teteh Asyana dan a’Supri, keponakanku sikembar Fina-Fani dan Wildan, serta semua keluarga tersayang
di
Pangandaran, yang selalu mendo’akan, memberikan motivasi dan arahan hidup, serta kasih sayang tiada terputus kepada penulis. 7.
Teman-teman asrama Felicia IPB (Ari, Ade, Kiki, Irul, Ferri, Trubus, Fizar, Drajat, Eko, Darma, Wiliam, Sigit, Abas, Firman Ridho dan eks penghuni asrama lainnya) yang telah membantu menemani hari-hari selama masa studi dan penyusunan skripsi penulis.
8.
Penulis juga mengucapkan rasa sayang dan terimakasih kepada Yanti Ratna Dewi dan keluarga di Pondok Gede, yang selalu mendo’akan dan memberikan motivasi kepada penulis. Bogor,
Maret 2010 Mukti Widaya
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................... DAFTAR TABEL ....................................................................................... DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
i iv v
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................ 1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1.2 Perumusan Masalah .......................................................... 1.3 Tujuan Penelitian .............................................................. 1.4 Kegunaan Penelitian ......................................................... 1.5 Ruang Lingkup Penelitian .................................................
1 1 3 7 7 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 2.1 Kondisi Pasar Ayam Broiler ................................................... 2.2 Kondisi Pasar Sayuran ........................................................... 2.3 Pengertian Kredit .................................................................... 2.3.1 Penawaran dan Permintaan Kredit .................................. 2.3.2 Teori Keseimbangan Kredit............................................ 2.3.3 Prosedur Penagihan Kredit............................................. 2.4 Tinjauan Umum Kredit Sepeda Motor................................... 2.5 Studi Terdahulu Tentang Pengembalian Kredit..................... .
9 9 10 10 12 13 15 16 18
BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN ...................................................... 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................. 3.1.1 Pengertian Pembiayaan .................................................. 3.1.2 Pihak-pihak yang Terlibat dalam Pembiayaan……………………………………………. 3.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Sepeda Motor .................................................................. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ............................................ 3.3 Hipotesis .................................................................................. 3.4 Definisi Operasional ................................................................
20 20 20
BAB IV. METODE PENELITIAN ........................................................... 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 4.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................ 4.3 Metode Pengumpulan Data...................................................... 4.4 Metode Analisis Data .............................................................. 4.4.1 Analisis Model Regresi Logit ....................................... 4.4.1.1 Nilai Odds Ratio ....................................................... 4.4.1.2 Uji Ratio Likelihood.................................................. 4.4.2 Analisis Deskriptif..........................................................
29 29 29 29 30 30 32 32 32
21 22 23 26 27
BAB V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ..................................... 5.1 Sejarah Singkat PT.FIF (Federal International Finance) ....... 5.2 Struktur Organisasi PT.FIF (Federal International Finance).. 5.3 Job Description pada PT.FIF(Federal International Finance).
34 34 35 36
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 6.1 Peluang Pengembalian Kredit Berdasarkan Karakteristik Konsumen ……………………… ........................................... 6.1.1 Deskripsi Karakteristik Individu Berdasarkan Pola Pengembalian...................................................................... 6.1.1.1 Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Usia.............. 6.1.1.2 Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Tingkat Pendidikan.................................................................... 6.1.1.3 Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Tanggungan Keluarga....................................................................... 6.1.1.4 Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Jangka Waktu Pengembalian Kredit.................................................... 6.1.1.5 Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Pengalaman Ambil Kredit................................................. ............... 6.1.2 Deskripsi Karakteristik Usaha Berdasarkan Pola Pengembalian..................................................................... 6.1.2.1 Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Pengalaman Usaha............................................................................ 6.1.2.2 Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Omzet Usaha............................................................................ 6.1.2.3 Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Beban Bunga Kredit........................................................................... 6.2 Analisis Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pengembalian Kredit................................................................ 6.2.1 Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pengembalian Kredit Pada Pedagang Ayam Broiler.................... ............. 6.2.2 Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pengembalian Kredit Pada Pedagang Sayur..................................... .........
40 40 40 41 42 44 46 48 50 50 52 53 54 55 60
BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 8.1 Kesimpulan…………………………….................................. 8.2 Saran……………………………………………………… ....
65 65 66
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
67
LAMPIRAN..................................................................................................
69
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman 1.
Konsumen PT. FIF Pada Sektor Agribisnis dan Sektor Non Agribisnis... 2
2.
Konsumen PT. FIF (Federal International Finance) Cab Bogor Tingkat Pedagang Ayam Broiler dan Pedagang Sayur Tahun 2008..…... 4
3.
Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Usia Pedagang Ayam Broiler…………………....................................................…………......... 38
4. Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Usia Pedagang Sayur………….. 39 5. Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pedagang Ayam Broiler........................................................................................ 40 6. Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pedagang Sayur............................................................................................. 40 7. Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Tanggungan Keluarga Pedagang Ayam Broiler..............................................................................………… 41 8. Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Tanggungan Keluarga Pedagang Sayur...................................................................................................... 42 9. Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Jangka Waktu Pengembalian Kredit Pedagang Ayam Broiler ...………………………………………................. 43
10. Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Jangka Waktu Pengembalian Kredit Pedagang Sayur............. ...……………………………………….............. 44 11 Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Pengalaman Ambil Kredit Pedagang Ayam Broiler....................................................................... 45 12. Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Pengalaman Ambil Kredit Pedagang Sayur................. …............................................................. 46 13. Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Pengalaman Usaha Pedagang Ayam Broiler..................................................................... …………….. 47 14. Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Pengalaman Usaha Pedagang Sayur................................................................................ …………….. 48 15. Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Omzet Pedagang Ayam Broiler..................................................................... …………….. 48 16. Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Omzet Pedagang Sayur................................................................................... …………….. 49 17. Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Beban Bunga Kredit Pedagang Ayam Broiler..................................................................... …………….. 50 18. Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Beban Bunga Kredit Pedagang Sayur................................................................................... …………….. 50 19. Hasil Pengolahan Regresi Logistik Mengenai Faktor-fator yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Sepeda Motor
Pedagang Ayam Broiler …..........................……………………………....... 52 20. Hasil Pengolahan Regresi Logistik Mengenai Faktor-fator yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Sepeda Motor Pedagang Sayur …..........................……….............……………………..... 56
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman 1. 23
Bagan Alur Pemikiran Penelitian.....................................................
2. Struktur
Organisasi
Finance)……………….
PT.
FIF
33
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
(Federal
International
1.
Link Function Logit Pedagang Ayam Broiler.........................................
66 2.
Link Function Logit Pedagang Sayur...................................................
68 3. 70
Kuisioner Penelitian.........................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Membeli dengan cara kredit sudah menjadi hal yang sangat biasa ditengah masyarakat dewasa ini, baik masyarakat diperkotaan sampai masyarakat dipedesaan terutama untuk memenuhi kebutuhan yang sulit dijangkau dengan cara membeli cash atau tunai, seperti kepemilikan rumah dan kepemilikan kendaraan. Selain bank dan koperasi yang sudah dikenal masyarakat dalam penyaluran kredit permodalan, melalui surat keputusan bersama (SKB) tiga menteri tahun 1974, yaitu Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan, lahirlah lembaga pembiayaan (Multi Finance) di Indonesia (Dahlan, 2006). Pada tahun 1999 perusahaan pembiayaan mampu berkembang cukup mengesankan, tepat setelah bangsa Indonesia dilanda krisis moneter pada tahun 1997 sampai 1998. Jumlahnya terus mengalami peningkatan pesat, yaitu sebanyak 6,778 perusahaan sampai tahun 2007 menjadi sebanyak 11,204 perusahaan. Hal tersebut dipengaruhi iklim investasi dan perekonomian Indonesia yang sudah mengalami pemulihan, bahkan berdasarkan ramalan Asosiasi Sepeda Motor Indonesia (AISI) perusahaan pembiayaan terutama yang bergerak dibidang pembiayaan otomotif akan terus mengalami penambahan sampai akhir tahun 2014 (Jurnal PT. FIF, 2008). Perusahaan leasing di Indonesia telah ikut berperan aktif dalam memberikan kredit kepada masyarakat, jika sebelumnya hanya terfokus pada
pembiayaan
transportasi,
pembiayaannya pada keperluan
kini
semakin
memperluas
produk
alat-alat kantor, manufaktur,
konstruksi dan alat-alat pertanian. Melalui perusahaan pembiayaan atau leasing, setiap calon nasabah yang modalnya kurang atau menengah dapat memperoleh barang-barang untuk kegiatan operasional dengan mudah dan cepat.
Hal ini sungguh berbeda jika mengajukan kredit
kepada bank konvensional yang memerlukan persyaratan serta jaminan yang besar, sehingga menghemat biaya dalam hal pengeluaran dana dibandingkan dengan membeli secara tunai (Djohan, 2006). Salah satu perusahaan yang bergerak dibidang jasa pembiayaan adalah
PT.FIF (Federal International Finance), merupakan anak
perusahaan dari Astra Group Company (AGC) yang bergerak dibidang pembiayaan sepeda motor produksi
Astra Honda Motor (AHM).
berdiri pada tanggal 1 Mei 1989 dengan nama
PT. FIF
PT. Mitrapusaka Artha
Finance yang bergerak dibidang multi finance
dan pada tahun
1991 berubah nama menjadi PT. Federal International Finance
setelah
bergabung dibawah bendera perusahaan PT. Astra International Tbk. Kemudian PT. FIF ditempatkan pada Divisi Jasa Keuangan Pembiayaan Konsumen,
yaitu pembiayaan kredit sepeda motor merek
Honda produksi PT.AHM PT.FIF
memberikan
(Astra Honda Motor) dari Divisi Otomotif. fasilitas
kemudahan
bagi
semua
calon
konsumennya untuk mengambil kredit sepeda motor, yaitu dengan hanya menunjukan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK), serta dengan memberikan uang muka, maka kendaraan sepeda motor dapat langsung dibawa pulang. maksimal
untuk
Selain itu PT. FIF juga memberikan pelayanan
melakukan
pembayaran
angsuran
kapanpun
dan
dimanapun secara on line, yaitu : melalui kantor post, debet ATM (Anjungan Tunai Mandiri) Bank BNI, BRI, BCA, NISP dan PERMATA, serta menempatkan CS (Customer Service) di Dealer-dealer Honda dan service Collector yang melakukan pengambilan angsuran ke rumah-rumah konsumen secara langsung. 1.2 Perumusan Masalah
PT. FIF
fokus pada usaha pembiayaan sepeda motor untuk
masyarakat secara umum dari semua kalangan baik disektor agribisnis ataupun sektor non agribisnis, seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Konsumen PT. FIF Pada Sektor Agribisnis dan Sektor Non Agribisnis No
1 2 3 4
Sektor Agribisnis Persenta Bidang Usaha se (%)
Petani Nelayan Pedagang agribisnis Peternak
4,49 3,68 7,88 3,44
Sektor Non Agribisnis Persentase Bidang Usaha (%)
Jasa Karyawan Pedagang agribisnis Wiraswasta
30,54 21,67 non
16,87 11,43
Sumber : Marketing HO PT.FIF (Federal International Finance) 2008
Tabel 1 menunjukan bahwa konsumen PT. FIF dari sektor non agribisnis lebih banyak dibandingkan dengan konsumen sektor agribisnis, terutama dari konsumen yang bekerja dibidang jasa sebanyak 30,54 persen, yaitu didominasi oleh konsumen yang bekerja pada jasa sewa angkutan dengan sepeda motor atau yang sering disebut ojek. Sedangkan konsumen pada sektor agribisnis meskipun masih terbilang sedikit, tapi peluang untuk dikembangkan sebagai pangsa pasar potensial bagi PT. FIF sangat tinggi terutama di Bogor.
Warga Bogor sebanyak 33 persen memiliki mata
pencaharian disektor agribisnis, seperti : pertanian, perkebunan, peternakan, agrowisata, perdagangan hasil pertanian dan lainnya (Kartini.R, 2002). PT. FIF yang fokus pada pembiayaan sepeda motor memiliki peluang untuk mendapatkan konsumen dari sektor agribisnis di Bogor, terutama pada pedagang Ayam Broiler dan pedagang sayur. perusahaan ayam Broiler
Jumlah
di Bogor meningkat mulai tahun 1999 dari 36
perusahaan menjadi 64 perusaahaan pada tahun 2000 (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2000). Sedangkan jumlah pedagang sayuran di Bogor juga terus mengalami peningkatan sekitar 65 persen pada tahun 2000. Mulai dari pedagang besar atau tengkulak, pedagang pengecer, sampai pedagang keliling yang
terkonsentrasi dibeberapa pasar, seperti : pasar Kebon Kembang, pasar Baru/pasar Anyar, pasar Ramayana, pasar Merdeka, pasar Sukasari, pasar Gunung Batu, pasar Citeureup, pasar Cibinong, pasar Leuwiliang, pasar Ciawi dan pasar Cipanas (Kartini.R, 2002) Kondisi geografis wilayah di Bogor yang sebagian besar pegunungan dengan infrastruktur jalan secara umum kurang baik, membuka peluang untuk menggunakan alat transportasi seperti sepeda motor. Para pedagang ayam
Broiler
dan
pedagang
sayur
tidak
harus
menunggu
sampai
mendapatkan dana yang cukup untuk membeli secara tunai, cukup menunjukan kartu identitas dan
surat keterangan usaha untuk
mendapatkan kredit sepeda motor pada PT. FIF (Federal International Finance). Dalam menjalankan kegiatan usahanya PT. FIF memiliki kendala yang menjadi resiko dalam bisnis pembiayaan, seperti kredit macet. Pada tahun 2008
PT. FIF membukukan asset bisnis sebesar 13 Triliun dengan nilai NPL
(non perfoming loan) sebesar 6,2 persen, yang berada 1,2 persen lebih tinggi dibandingkan ketentuan dari Bank Indonesia untuk rasio NPL yang efektif, yaitu sebesar 5 persen. PT. FIF cabang Bogor, adalah salah satu cabang dengan predikat Big Branch atau cabang dengan jumlah konsumen yang besar. Sampai akhir tahun 2008 PT.FIF cabang Bogor membukukan konsumen sebanyak 40.264 konsumen, dimana 347 konsumen atau 0,86 persen adalah pedagang ayam Broiler dan 2.675 konsumen atau 6,64 persen adalah pedagang sayur dengan tingkat kelancaran pembayaran angsuran seperti dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Konsumen PT. FIF Cab Bogor Tingkat Pedagang Ayam Broiler dan Pedagang Sayur Tahun 2008 BULAN JANUARI FEBRUARI MARET
PEDAGANG AYAM BROILER TDK TDK LANCAR LANCAR LANCAR (unit) (unit) (%) 285 33 10,37 298 29 8,86 335 32 8,71
PEDAGANG SAYUR TDK TDK LANCAR LANCAR LANCAR (unit) (unit) (%) 2163 292 11,89 2198 280 11,29 2525 237 8,58
APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOPEMBER DESEMBER
352 355 353 338 358 344 342 339 314
36 34 35 31 27 31 26 27 33
9,27 8,74 9,02 8,40 7,01 8,26 7,06 7,37 9,51
2617 2685 2598 2483 2659 2576 2618 2465 2435
289 271 202 257 227 277 200 296 240
9,94 9,16 7,21 9,37 7,86 9,70 7,09 10,72 8,978
Sumber : Data Konsumen PT.FIF Cabang Bogor Tahun 2008
Berdasarkan Tabel 2 Terjadi fluktuatif kelancaran dan ketidak lancaran pembayaran angsuran dalam rangka proses pengembalian kredit dari pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur kepada PT. FIF. Setiap bisnis tentunya memiliki resiko usaha terlebih untuk sektor agribisnis dengan karakteristik barang yang diperdagangkan mudah rusak, demikian pada pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur, dalam pengembalian kredit sepeda motor kedapa PT. FIF terlihat mengalami tingkat kemacetan kredit yang cukup tinggi.
Pedagang ayam Broiler 8,52 persen mengalami kredit
macet, sedangkan pedagang sayur 9,31 persen macet dalam pengembalian kredit sepeda motornya. Hal tersebut mencerminkan adanya beberapa faktor yang terindikasi mempengaruhi kelancaran atau ketidak lancaran pengembalian kredit dari pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur yang terjadi di PT.FIF cabang Bogor.
Faktor-faktor yang diduga kuat mempengaruhi kelancaran atau
ketidak lancaran, seperti : faktor usia,
faktor tingkat pendidikan,
faktor
tanggungan keluarga, faktor pengalaman usaha, faktor omzet usaha, faktor jangka waktu pengembalian kredit, faktor pengalaman ambil kredit dan faktor beban bunga kredit. Faktor-faktor yang diduga kuat berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian
kredit,
dikarenakan
dapat
mempengaruhi
karakteristik
individu dan karakteritik usaha konsumen. Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi karakteristik individu konsumen, seperti faktor usia yang mempengaruhi keberanian dalam mengambil keputusan dan menjadi prasyarat
pengajuan
kredit,
faktor
tanggungan
keluarga
yang
mempengaruhi pengeluaran dan bertambahnya beban biaya hidup, faktor jangka waktu pengembalian yang mempengaruhi pola pembayaran angsuran,
faktor
pengalaman
ambil
kredit
yang
mempengaruhi
pengetahuan konsumen terhadap peratuan kredit dan faktor tingkat pendidikan mempengaruhi pemahaman dalam proses akad kredit seperti : jatuh tempo pembayaran, asuransi dan pasal-pasal hukum yang disepakati. Sedangkan beberapa faktor yang diduga mempengaruhi karakteristik usaha konsumen, seperti faktor pengalaman usaha yang mempengaruhi resiko
kegagalan
kemampuan
usaha,
faktor
pembayaran
beban
angsuran
bunga
dan
faktor
yang
mempengaruhi
omzet
usaha
yang
menentukan tingkat pendapatan usaha. Faktor-faktor yang sudah diduga berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit inilah yang akan dianalisis dalam penelitian ini, sehingga dapat diketahui apakah faktor-faktor tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap kelancaran pengembalian kredit. PT.FIF
menawarkan
beberapa
keuntungan
kepada
calon
konsumennya untuk memberikan daya tarik tersendiri, seperti : pemberian hadiah, kredit tanpa uang muka dan cepatnya proses pencairan kredit. Bagi PT. FIF meningkatnya jumlah pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur yang mengajukan kredit sepeda motor, haruslah bisa ditangani secara cermat dan menerapkan prinsip kehati-hatian pada awal pengajuan kredit untuk meminimalisir kerugian. Pada akhirnya penelitian ini diharapkan dapat membantu memberi informasi sebagai bahan pertimbangan dan saran yang bermanfaat bagi PT. FIF.
Lebih spesifik lagi permasalahannya adalah : 1. Fakor-faktor
apa
saja
yang
mempengaruhi
tingkat
pengembalian kredit bagi pedagang ayam Broiler ?.
kelancaran
2. Fakor-faktor
apa
saja
yang
mempengaruhi
tingkat
kelancaran
pengembalian kredit bagi pedagang sayur?. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan
permasalahan
yang
telah
dirumuskan,
maka
tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis
fakor-faktor
yang
mempengaruhi
tingkat
kelancaran
tingkat
kelancaran
pengembalian kredit bagi pedagang ayam Broiler. 2. Menganalisis
fakor-faktor
yang
mempengaruhi
pengembalian kredit bagi pedagang sayur. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perusahaan sebagai bahan pertimbangan pihak-pihak yang terlibat dalam proses pengajuan kredit sampai pada proses pengembalian angsurannya. Bagi peneliti, mahasiswa
dan
pihak-pihak
yang
memerlukan
informasi
tentang
pembiayaan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan wacana penelitian lebih lanjut. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sarana melatih diri dalam mengamati dan menganalisis fenomena yang terjadi dimasyarakat. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Fokus dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh pengembalian
nyata
terhadap
kelancaran
dan
ketidak
lancaran
kredit sepeda motor pedagang ayam Broiler dan
pedagang sayur kepada
PT FIF. Studi ini dibatasi pada kasus yang
terjadi di PT FIF cabang Bogor, terutama pengembalian kredit dari pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur tingkat menengah dan kecil. Data yang dibutuhkan adalah data hasil wawancara dengan pedagang ayam Broiler
dan pedagang sayur, serta data-data dari perusahaan yang mendukung penelitian ini dari bulan Agustus sampai dengan Oktober 2009. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kondisi Pasar Ayam Broiler Keadaan pasar ayam Broiler dapat dibagi menjadi musim ramai dan musim sepi. Musim ramai biasanya terjadi pada hari-hari besar keagamaan, seperti : hari raya idul fitri, tahun baru, dan lain-lain. Kecenderungan yang terjadi pada musim ramai, yaitu permintaan daging ayam Broiler meningkat tajam, sehingga dimanfaatkan oleh kalangan peternak dari dalam dan diluar perternak. (peternak musiman) untuk memacu produksi daging ayam Broiler didalam negeri. Namun hal tersebut menyebabkan over produksi dipasar, sehingga dapat menurunkan harga jualnya dan hal ini terjadi sebaliknya dimusim sepi, (Prawirokusumo,1987). Dari sisi pelaku perternakan ayam Broiler masih didominasi oleh
peternak-
peternak kecil yang berupa usaha keluarga, sedangkan perternakan besar mendominasi dari sisi jumlah produksi. Menurut Prawirokusumo (1987), sekitar 50,5 persen dari produksi daging ayam Broiler dikuasai oleh sekitar 14.6 persen pengusaha saja. Atau dengan kata lain, 85.4 persen peternak kecil hanya menguasai pangsa pasar sebesar 49.5 persen saja. Dalam bisnis ayam Broiler dikenal segmentasi pasar supermarket
(clean
market) dan pasar tradisional (wet market). Hingga saat ini supermarket dan restoran siap saji sebagai pelaku pasar, hanya menyerap 20 persen pangsa pasar ayam Broiler di Indonesia. Makna pasar dalam industri daging ayam Broiler itu sendiri sangat luas. Hal ini terkait dengan perilaku konsumen yang sangat kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu faktor ekonomi, sosial budaya, politik, psikologi, teknologi dan sebagainya, (Prawirokusumo, 1987). Faktor ekonomi yang paling mencolok, adalah masyarakat cenderung membeli di pasar tradisional yang harganya relatif murah. Akibatnya sebagian besar ayam Broiler yang diproduksi peternak dijual di pasar tradisional.
Faktor psikologi dan sosial yang
pengaruhnya relatif besar adalah mayoritas penduduk Indonesia beragama islam. Sehingga relatif sensitif dengan isu kehalalan produk.
2.2 Kondisi Pasar sayuran Keadaan pasar sayuran selalu meningkat setiap tahunnya hampir 65 persen dengan pemerataan distribusi yang baik, semakin membuka peluang bagi pedagang untuk konsisten dalam menjalani usaha. Dalam bisnis sayuran dikenal segmentasi supermarket (clean market) dan pasar tradisional (wet market). Namun secara keseluruhan sayuran masih beredar diantara pasar-pasar tradisional saja. Hal ini dikarenakan produktivitas petani sayur masih terkonsetrasi dengan produksi yang berlimpah tanpa melihat kualitas sayurannya (Kartini.R, 2002). 2.3 Pengertian Kredit Kata kredit berasal dari bahasa latin credere yang artinya kepercayaan atau credo yang berarti saya percaya. Dengan kata lain kredit mengandung pengertian tentang adanya transaksi dari dua pihak, yaitu adanya suatu kepercayaan dari seseorang atau badan usaha yang disebut sebagai kreditur yang memberikan sumber ekonomi berupa uang, barang atau jasa kepada seseorang atau badan usaha yang disebut debitur dengan diikat oleh suatu perjanjian (Firdaus, R & M. Ariyanti, 2004). Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998, pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga. Dapat disimpulkan bahwa kredit merupakan sejumlah uang yang telah disediakan oleh pihak bank dalam bentuk pinjaman dengan dikenakan bunga yang telah ditetapkan oleh bank yang bersangkutan.
Proses kredit
didasarkan pada suatu perjanjian yang mengikat dimana kedua belah pihak akan saling mematuhi dan telah menyetujui kewajiban dan tanggung jawab masing-masing pihak. Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaiannya tetap sama untuk bank ataupun pembiayaan yang lainnya. Biasanya kriteria yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis 5 C (Firdaus, R & M. Ariyanti 2004). Metode 5 C adalah sebagai berikut : 1. Character
Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang nasabah, baik dari pekerjaan maupun bersifat pribadi, seperti gaya hidup, keadaan keluarga dan sebagainya. 2. Capacity Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dibidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya. Kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah, sehingga akan terlihat pula kemampuannya dalam pengembalian kredit. 3. Capital Untuk melihat penggunaan modal apakah sudah efektif atau belum, yang dapat dilihat dari laporang keuangan laba rugi dan harus dilihat juga darimana saja sumber modal yang dimiliki nasabah. 4. Collateral Merupakan jaminan yang diberikan nasabah, baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan dan diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah jaminan akan dapat dipergunakan untuk menutupi kerugian. 5. Condition Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonominya dan kondisi politik sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai dengan sektor masing-masing, serta prospek usaha yang dijalankan nasabah. 2.3.1 Penawaran dan Permintaan Kredit Penawaran komoditas barang dan jasa adalah jumlah dari komunitas yang ditawarkan produsen kepada konsumen dalam pasar dengan tingkat harga dan jangka waktu tertentu. Sumber penawaran meliputi produksi pada waktu tertentu dengan persediaan pada waktu sebelumnya. Penawaran atau harga dan jumlah yang ditawarkan semakin meningkat. Begitu juga dengan penawaran kredit, jika modal yang dimiliki semakin meningkat, maka jumlah kredit yang ditawarkan akan semakin meningkat juga. Pada kondisi ini menggunakan teori penawaran yang cateris paribus, yaitu variable lain dianggap konstan atau tetap, maka faktor lain selain komoditas tersebut tidak mengalami perubahan (Andriani S, 2008).
Menurut Agung at al (2001) faktor-faktor penyaluran (L) atau penawaran kredit dipengaruhi oleh resiko kredit (R), modal bank (K), jumlah agunan (A), kondisi keuangan debitur (CF), kebijakan moneter (MP), dan adverse selection. Sehingga hubungan tersebut dapat diperlihatkan dalam persamaan sebagai berikut: L = f (R, K, A, CF, MP) Dalam resiko kredit mengandung asymetric information dan moral hazard Asymetic information merupakan faktor yang harus dihadapi oleh perbankan, karena bank tidak mengetahui kondisi yang sebenarnya terjadi pada perusahaan dalam melakukan aplikasi kredit. Kondisi ini akan menimbulkan terjadinya moral hazard, dengan pihak peminjam tidak memiliki kemampuan yang baik dalam mengembalikan pinjaman yang diberikan oleh bank. Resiko kredit ini memiliki hubungan negatif, ketika resiko kredit meningkat maka akan menurunkan penawaran kredit. Modal bank memiliki pengaruh positif terhadap penawaran kredit. Hal ini disebabkan oleh kondisi likuiditas bank ditentukan dalam kemampuan bank untuk menyalurkan kredit, sebab kredit merupakan bagian dari aset bank. Agunan merupakan suatu bentuk komitmen dari debitur berupa suatu penjamin aset yang dimilikinya kepada pihak bank dalam menyalurkan kredit. Agunan memiliki hubungan negatif dengan penawaran kredit. Kondisi keuangan debitur memiliki hubungan dengan output yang dihasilkan dan kualitas pengembalian kredit. 2.3.2 Teori Keseimbangan Kredit Keseimbangan kredit terbentuk dari perpotongan antara kurva penawaran kredit (S0) dan permintaan kredit (D0). Keseimbangan tersebut menghasilkan tingkat suku bunga sebesar r0 dan kuantitas kredit sebesar L0. Suku bunga S0 r0
D0 L
Kualitas kredit
Sumber : Adriani S. (2008) Gambar 1. Keseimbangan Kredit Berdasarkan gambar tersebut, penurunan penawaran kredit akan mengakibatkan pergeseran S0 ke kiri atas, dan sebaliknya jika terjadi peningkatan. Sementara bila terjadi penurunan permintaan kredit akan mengakibatkan pergeseran D0 ke kiri bawah, dan juga sebaliknya. Menurut Agung at.al (2001), turunnya kredit yang disalurkan oleh perbankan dapat disebabkan oleh : 1. Penurunan Kredit Akibat Turunnya Permintaan Pergeseran permintaan kredit akibat lemahnya perekonomian akan menyebabkan kredit permintaan dari kredit, yaitu D0 menurun menjadi D1, dengan asumsi penawaran yang tetap. Hal tersebut akan mengakibatkan terjadinya penurunan pada tingkat suku bunga menjadi r1.
Jika perubahan kredit didorong oleh faktor-faktor struktural
mikroekonomi maka penurunan kurva permintaan kredit juga diikuti oleh semakin menajamnya kemiringan dari kurva permintaan yang mengakibatkan menurunnya sensitivitas perubahan suku bunga terhadap permintaan kredit.
Kondisi tersebut
ditunukkan oleh kurva D2. Suku bunga S r0 D0
r1 D1 D2 L’
L
kuantits kredit
Sumber : Adriani S. (2008) Gambar 2. Penurunan Kredit Akibat Menurunnya Permintaan
2. Penurunan Kredit Akibat Turunnya Penawaran Penawaran kredit dapat disebabkan oleh turunnya kemauan bank untuk menyalurkan kredit pada tingkat suku bunga yang berlaku. Keengganan menyalurkan kredit tersebut dapat berasal dari faktor internal maupun eksternal. Faktor internal
mengenai permasalahan seperti rendahnya kualitas dari jumlah aset yang dimiliki oleh perbankan, tingginya tingkat NPL dan turunnya modal yang dimiliki oleh bank akibat menurunnya tingkat keuntungan. Sisi eksternal permasalahan terjadi akibat lemahnya kondisi keuangan perusahaan serta bank tidak mengetahui secara pasti mengenai kondisi dari satu perusahaan serta kemampuan untuk membayar pinjaman. Suku bunga S2
S1 S0
r2 r1
D
L2
L1
L0
Kuantitas kredit
Sumber : Adriani S. (2008) Gambar 3. Penurunan Kredit Akibat Menurunnya Penawaran
Menurunnya jumlah kredit akibat perubahan faktor penawaran dapat dilihat dengan bergesernya kurva penawaran ke kiri atas dari S0 menjadi S1. Implikasi dari pergeseran ini adalah kenaikan tingkat suku bunga dan penurunan jumlah penyaluran kredit. Terkadang keengganan bank untuk menyalurkan kredit tidak diikuti dengan perubahan tingkat suku bunga. Hal ini menyebabkan kurva penawaran bergeser ke kiri dan berubah menjadi vertikal (S2), dan kurva penawaran menjadi tidak sensitif terhadap perubahan tingkat suku bunga. Efek seperti ini disebut sebagai Non Price Credit Rationing. Hal ini dapat dipahami sebagai akibat memburuknya resiko kredit dunia usaha dan karena persoalan informasi yang membuat bank tidak dapat membedakan kualitas debitur. Persoalan ini lebih buruk lagi ketika ada pergantian manajemen didalam perbankan dengan orang baru. Karena hubungan bank dengan nasabah jangka panjang pergantian manajemen bank menyebabkan kurang mengertinya kondisi nasabah. Akibatnya, bank cenderung lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit berpendapat bahwa hanya nasabah yang kualitas rendah yang bersedia membayar tingkat suku bunga pinjaman yang tinggi (adverse selection problem). 2.3.3 Prosedur Penagihan Kredit
Prosedur pengembalian kredit adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh peminjam untuk melunasi hutangnya atau mengangsur hutangnya kepada pihak yang memberikan pinjaman dalam hal ini adalah pihak bank sesuai dengan perjanjian pelunasan kredit yang telah disepakati. Prosedur penagihan kredit adalah langkah-langkah atau urutan-urutan yang melibatkan bagian penagihan untuk melakukan penagihan kredit kepada nasabah dengan cara yang telah ditetapkan. Prosedur penagihan kredit ini merupakan kebijaksanaan bank dalam melakukan kegiatan kredit yang telah diberikan pada saat jatuh tempo angsuran. Hal ini dilakukan untuk menjaga harta perusahaan, yaitu dana yang telah disalurkan kepada nasabah lewat kredit dapat dikembalikan pada saat jatuh tempo beserta keuntungan. Untuk menilai suatu sistem penagihan kredit berhasil, maka dikaitkan dengan tingkat pengembalian kredit dari nasabah yang dapat digolongkan menjadi : lancar, yaitu tepat waktu atau sebelum jatuh tempo, bermasalah, yaitu kurang lancar atau menunggak tetapi masih dapat membayar, serta macet yaitu menunggak dan sudah tidak mampu membayar sehingga pihak bank dapat mengambil alih agunan (kolateral). 2.4 Tinjauan Umum Kredit Sepeda Motor Kredit atau pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank atau lembaga keuangan dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Kasmir, 2002). Kredit dilihat dari tujuannya terdiri dari kredit konsumtif, kredit produksi dan kredit perdagangan. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk memperoleh atau membeli barang-barang dan kebutuhan lainnya yang bersifat konsumtif. Kredit produksi, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk memperlancar jalannya proses produksi. Sedangkan kredit perdagangan, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk membeli barang-barang untuk dijual kembali (Suyatno at al, 1991) Menurut penggunannya, kredit dapat dibagi menjadi kredit eksploitasi dan kredit investasi (Suyatno at al,1991). Kredit eksploitasi adalah kredit berjangka waktu pendek yang diberikan oleh suatu bank pada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja, sehingga perusahaan dapat berjalan dengan lancar. Kredit ini berupa pembelian bahan
baku, bahan penolong dan biaya produksi lainnya, seperi : upah buruh, biaya pengepakan, distribusi dan sebagainya. Tujuan kredit ini meningkatkan produksi baik kuantitatif maupun kualitatif. Kredit investasi adalah kredit jangka waktu menengah atau panjang yang diberikan oleh suatu bank pada perusahaan untuk melakukan investasi atau penanaman modal diantaranya untuk pembelian barang modal, serta jasa yang diperlukan rehabilitasi atau moderenisasi atau ekspansi proyek yang sudah ada atau pendirian proyak baru, pembangunan pabrik, pembelian mesin yang bertujuan untuk meningkatkan produktifitas. Perusahaan pembiayaan atau (laessing) adalah bentuk perusahaan yang bergerak pada jasa sewa beli, dimana pada akhir tenor konsumen menjadi pemilik dari suatu barang tersebut (Kasmir, 2002). PT FIF sebagai salah satu perusahaan pembiayaan hasil produksi PT Astra Honda Motor (AHM) memberikan fasilitas kredit sepeda motor untuk semua kalangan masyarakat yang memenuhi standar penerima kredit, dengan langkah-langkah seperti : 1. Proses order pembiayaan, yaitu : a. Customer datang ke Daeler. b. PIC Dealer/Customer Service/Surveyor, mengirim order ke PT FIF c. PT FIF memberikan perintah kepada Surveyor untuk melakukan Survey. 2. Proses Survey yang dilakukan oleh Surveyor,yaitu : a. Interview langsung. b. Memeriksa lingkungan tempat tinggal c. Memeriksa tempat usaha atau kerja. 3. Penandatanganan dokumen kontrak, yaitu : a. Aplikasi kredit. b. PP (Perjanjian Pembiayaan). c. 3 Surat kuasa pembebanan jaminan Fidusia. d. Surat kuasa penerimaan kembali dan asuransi kendaraan. e. Surat persetujuan suami istri. f. Pernyataan persetujuan penutupan asuransi g. Kelengkapan dokumen 4. Pengecekan dokumen utama dan dokumen Additional, seperti : a. KTP Pemohon (dokumen utama)
b. KTP pasangan bila berkeluarga (dokumen utama) c. Kartu keluarga (dokumen utama) d. Slip gaji untuk karyawan (dokumen Additional) e. Bukti pembayaran PBB, rekening telepon, listerik, rekening air f. (dokumen Additional) g. Rekening tabungan (dokumen Additional) h. Akta sewa rumah bila rumah bukan milik sendiri (dokumen Additional) 2.5 Studi Terdahulu Tentang Pengembalian Kredit Beberapa studi terdahulu telah mempelajari tentang kredit. Dalam analisis yang dilakukan
oleh
Alamsyah
(2007),
berjudul
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pengembalian kredit usaha pedesaan (Kupedes) sektor agribisnis (BRI unit Ciomas), menyimpulkan bahwa karakteristik individu debitur Kupedes sektor agribisnis yang mengalami kemacetan kredit sebagian besar berada pada usia produktif, berpendidikan SD, memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 3 orang, mengikuti pembinaan dari petugas BRI unit Ciomas dan memiliki rumah berjarak sekitar 2-4 kilometer dengan BRI unit Ciomas. Adapun karakteristik usaha debitur yang mengalamai kemacetan sebagian besar memiliki pengalaman usaha antara 3-6 tahun, memiliki jangka waktu pengembalian kredit 24 bulan, menyatakan tidak keberatan dengan beban bunga dan memiliki omzet usaha perbulan Rp.1.000.000,- sampai Rp.2.000.000,Berdasarkan hasil analisis terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian Kupedes menggunakan metode regresi logistik terdapat beberapa faktor yang berpengaruh nyata. Faktor tersebut adalah jumlah tanggungan keluarga, jarak rumah dari kantor BRI unit Ciomas dan omzet usaha. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Haerudin (2007), berjudul kinerja keuangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit Swamitrakowapi (Kasus USP Swamitra-kwapi, Cikini Jakarta Pusat) dapat disimpulkan bahwa, secara umum karakteristik nasabah Swamitra-kowapi antara lain : berumur 36-50 tahun, perempuan, berpendidikan SLTA, sudah menikah, memiliki jumlah tanggungan keluarga lebih dari 4 orang, pekerjaan utamanya berdagang, pendapatan usaha rata-rata per bulan 1 juta sampai 5 juta dan sebagian nasabah sudah pernah mengambil kredit di Swamitrakowapi.
Sedangkan kinerja keuangan dilihat dari sisi rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas antara bulan September 2006 menujnukan nilai rata-rata yang diperoleh dari masing-masing rasio tersebut masih dibawah batas minimum yang ditetapkan Bank Indonesia, artinya kondisi keuangan Usaha Simpan Pinjam (USP) Swamitra-kowapi masih digolongkan kategori baik atau sehat. Penilitian yang dilakukan oleh Muhammamah (2007), berjudul analisis faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit oleh UMKM (Kasus nasabah Kupedes BRI unit Cigudeg, cabang Bogor), dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil analisis regresi logistik dan korelasi, faktor-faktor yang mempengaruhi dan memiliki keterkaitan yang nyata dengan tingkat pengembalian kupedes adalah omzet usaha dan frekuensi peminjaman dengan pengaruh yang positif. Artinya, semakin tinggi omzet usaha dan frekuensi peminjaman debitur, maka semakin tinggi peluang dan kecenderungannya untuk dapat mengembalikan kredit dengan lancar dan begitu pula sebaliknya. Sedangkan faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, lama usaha, nilai plafond dan jangka waktu pengembalian tidak berpengaruh ataupun keterkaitan dengan tingkat pengembalian kredit. Hasil penelitaian terdahulu tentang kredit, belum ada yang membahas kredit yang disalurkan melalui lembaga pembiayaan (leassing), tapi hanya kredit melalui lembaga keuangan (bank) dan kredit melalui koperasi. Penilitian dengan judul Pengembalian Kredit Sepeda Motor Pedagang Ayam Broiler dan Pedagang Sayur Kasus di PT FIF (Federal International Finance) Cabang Bogor, Jawa Barat, akan dilihat bagaimana faktor-faktor yang diduga mempengaruhi terhadap pengembalian kredit sepeda motor, yaitu usia, tingkat pendidikan, tanggungan keluarga, pengalaman usaha, omzet usaha, jangka waktu pengembalian kredit, pengalaman ambil kredit dan beban bunga kredit, sehingga pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur mampu melakukan pengembalian kredit sepeda motor dengan lancar kepada PT.FIF (Federal International Finance).
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Pembiayaan Pengertian sewa guna secara umum menurut Kasmir, 2002 adalah perjanjian pihak lessor (perusahaan leassing) dengan lessee (nasabah) dimana lessor menyediakan barang dengan hak penggunaan oleh lessee dengan imbalan pembayaran sewa untuk jangka waktu tertentu. Sedangkan pengertian sewa guna usaha sesuai dengan keputusan menteri keuangan No. 1169/KMK.01/1991 adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara sewa guna usaha dengan opsi (Finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa opsi (Operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Selanjutnya yang dimaksudkan dengan Finance lease adalaha kegiatan sewa guna usaha dimana lesse pada akhir masa kontrak mempunyai hak berdasarkan nilai sisa yang
opsi untuk membeli objek sewa guna usaha disepakati. Sebaliknya operating lease tidak
mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha. Sedangkan dilihat dari pengertiannya, pengertian lessor adalah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha leasing dengan menyediakan berbagai macam barang modal, sedangkan lessee adalah nasabah yang menginginkan barang modal tersebut (Kasmir, 2002). Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian fasilitas pembiayaan atau kredit adalah sebagai berikut : 1. Kepercayaan
Merupakan suatu keyakinan pemberi kredit yang membiayai bahwa pembiayaan yang diberikan akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu, yaitu dimasa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank atau lembaga keuangan, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang calon konsumen, baik secara intern maupun ekstern. 2. Kesepakatan Disamping unsur percaya terdapat juga unsur kesepakatan antara kedua belah pihak. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. 3. Jangka Waktu Jangka waktu ini mencakup masa pengembalian pembiayaan atau kredit
yang
telah
disepakati.
Jangka
waktu
tersebut
biasanya
berbentuk jangka waktu pendek, jangka waktu menengah dan jangka waktu panjang. 4. Resiko Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya atau macetnya pembayaran. Semakin panjang
jangka
waktunya
semakin
besar
resikonya
demikian
sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank atau lembaga keuangan, baik resiko yang disengaja maupun yang tidak disengaja. 5. Balas Jasa Merupakan keuntungan atas pemberian suatu pembiayaan atau kredit, balas jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga atau biaya administrasi ini merupakan keuntungan pihak bank atau lembaga keuangan. 3.1.2 Pihak Pihak Yang Terlibat Dalam Pembiayaan
Dalam operationalnya, ada beberapa pihak yang terlibat dalam pemberian fasilitas leasing dan masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajibannya. Masing-masing pihak dalam melakukan kegiatan selalu bekerja sama dan saling berkaitan satu sama lainnya melalui kesepakatan yang dibuat bersama. Adapun beberapa pihak yang terlibat dalam proses pemberian fasilitas leasing adalah sebagai berikut : 1. Lessor Merupakan perusahaan leasing yang membiayai keinginan para nasabahnya untuk memperoleh barang-barang modal. 2. Lessee Adalah nasabah yang mengajukan permohonan leasing kepada lessor untuk memperoleh barang-barang modal yang diinginkan. 3. Supplier Adalah pedagang yang menyediakan barang yang akan dileasingkan sesuai perjanjian antara lessor dengan lessee dan dalam hal ini supplier juga dapat bertindak sebagai lessor. 4. Asuransi merupakan perusahaan yang akan menanggung resiko terhadap perjanjian antara lessor dengan lessee. Dalam hal ini lessee dikenakan perusahaan
biaya akan
asuransi
dan
menanggung
apabila resiko
terjadi sebesar
sesuatu, sesuai
maka dengan
perjanjian terhadap barang yang dileasingkan. 3.1.3 Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Pengembalian
Kredit
Sepeda Motor Dalam melaksanakan kegiatan perkreditan, seperti kredit sepeda motor, terlebih dahulu dilakuakan penilaian terhadap calon nasabahnya, sehingga dapat dipastikan kredit yang diberikan pada nasabahnya dapat dikembalikan. Pada dasarnya aspek 5C, yaitu charater, capacity, capital, condition dan collateral, merupakan prinsip dasar yang dipakai dalam menilai atau menganalisis calon konsumen
penerima kredit, sehingga dapat dipastikan kredit yang diberikan pada konsumennya dapat dikembalikan. Dengan menganalisis calon nasabah penerima kredit, maka pemberi kredit dapat meminimalisir terjadinya kredit macet. Aspek 5C secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Character (Watak) Keadaan watak dan sifat calon nasabah baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usahanya. Penilaian ini merupakan penilaian terhadap kejujuran, ketulusan, kepatuhan akan janji, serta kemauan untuk membayar kembali hutanghutangnya. 2. Capacity (kemampuan) Kemampuan yang dimiliki calon nasabah untuk membuat rencana dan mewujudkan rencana tersebut menjadi kenyataan, termasuk dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan.
3. Capital (modal) Dana yang dimiliki calon nasabah untuk menjalankan dan memelihara kelangsungan usahanya. Adapun penilaian terhadap capital ini adalah untuk mengetahui keadaan permodalan, sumber-sumber dana dan penggunaannya. 4. Condition (kondisi ekonomi) Keadaan sosial ekonomi suatu saat yang mungkin dapat mempengaruhi maju mundurnya usaha calon nasabah. Penilaian terhadap kondisi ini dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana kondisi ekonomi itu berpengaruh terhadap kegiatan usaha calon nasabah dan bagaimana calon nasabah tersebut mengatasi dan mengantisipasinya, sehingga usahanya tetap hidup dan berkembang. 5. Collateral (jaminan) Barang-barang yang diserahkan calon nasabah sebagai agunan kredit yang akan diterimanya. Tujuan penilaian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana resiko tidak terpenuhinya kewajiban financial kepada bank dapat ditutup oleh nilai agunan yang diserahkan calon nasabah. Penilaian terhadap barang agunan ini meliputi jenis atau macam barang, nilainya, lokasinya, bukti pemilikan dan status hukumnya. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Kebutuhan alat transportasi yang bergerak lebih cepat, dan murah, serta sesuai dengan kondisi geografis wilayah dan infrastruktur jalan secara umum di Bogor, merupakan salah satu faktor pendorong meningkatnya pengajuan
kredit sepeda motor pada tingkat pedagang ayam
Broiler dan pedagang sayur
di Bogor. Dengan peningkatan
permintaan kredit dari pedagang ayam Broiler dan pedagang tersebut,
PT.
FIF
harus
menerapkan
prinsip
kehati-hatian
sayur dalam
memberikan kredit sepeda motornya, sehingga tingkat kelancaran dalam proses pengembalian kredit dapat ditingkatkan. Fokus pada penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam pengembalian kredit pedagang ayam Broiler dan
pedagang
sayur
yang
memiliki
kredit
sepeda
motor
untuk
mendukung usahanya. Terhadap tingkat kelancaran pengembalian kreditnya yang diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti : usia, tingkat pendidikan, tanggungan keluarga, pengalaman usaha, omzet usaha, jangka waktu pengembalian kredit, pengalaman ambil kredit dan beban bunga kredit. Pada penelitian ini mengambil kasus di PT. FIF (Federal International
Finance)
cabang
Bogor,
sebagai
perusahaan
resmi
pembiayaan Astra untuk sepeda motor merek Honda. Konsumen pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur dibedakan pada tiga tingkatan, yaitu pedagang besar, pedagang menengah dan pedagang kecil. Penelitian ini hanya fokus pada pedagang menengah dan pedagang kecil dan penelitian ini tidak membahas pedagang yang besar, karena pedagang besar diangggap mampu membeli sepeda motor. Demikian masalah yang paling penting dalam penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelancaran dalam pengembalian
kredit sepeda motor pedagang ayam Broiler dan
pedagang sayur pada PT. FIF. (Federal International Finance) Dengan pemahaman mengenai perilaku pedagang ayam Broiler dan pedagang
sayur, diharapkan dapat membantu PT. FIF (Federal International Finance) untuk memilih calon nasabah yang baik dalam pengembalian kreditnya, sehingga tingkat kemacetan kredit dapat diminimalisir. Selengkapnya alur pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Kebutuhan alat transportasi cepat dan murah, serta sesuai dengan kondisi geografis wilayah dan infrastruktur jalan
PT. FIF (Kasus disektor agribisnis pada pedagang ayam Broiler dan d )
Karakteristik Individu: 1. Usia 2. Tingkat Pendidikan 3. Tanggungan Keluarga 4. Jangka Waktu Pengembalian
Karakteristik Usaha : 1. Pengalaman Usaha 2. Omzet Usaha 3. Beban Bunga Kredit
Alat Analisis : 1. Analisis Deskriptif (Aspek 5 C) 2 A li i R i L i tik
Proses Pengembalian Kredit : 1. Lancar
Rekomendasi Bagi PT. FIF
Gambar 4. Diagram Alur Kerangka Pemikiran Operasional
3. 3 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka diduga bahwa faktorfaktor yang mempengeruhi pengembalian kredit pedagang ayam Brolier dan pedagang sayur
seperti : omzet, umur, pendidikan, tanggungan
keluarga, pengalaman, jangka waktu pengembalian kredit, pengalaman ambil kredit dan beban
bunga kredit, berpengaruh pada tingkat
kelancaran dan ketidak lancaran pengembalian kredit sepeda motor di PT. FIF (Federal International Finance) cabang Bogor. Pendugaan faktorfaktor yang dapat mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit dalam
penelitian ini didasarkan pada penelitian terdahulu tentang pengembalian kredit dan kondisi real yang terjadi di lapangan atau PT. FIF itu sendiri. Hipotesis yang
diajukan
dalam penelitian ini
meliputi
aspek
karakteristik usaha dan karakteristik individu konsumen di PT. FIF, adalah : 1. Usia (X1), Usia diduga mempunyai pengaruh negatif terhadap pengembalian kredit. Dengan demikian, semakin tua usia dianggap memiliki tingkat pengembalian yang tidak lancar dibandingkan dengan usia yang lebih muda. 2. Pendidikan (X2), Pendidikan
diduga
berpengaruh
positif
terhadap
tingkat
pengembalian kredit, semakin tinggi pendidikan dianggap memiliki tingkat pengembalian yang lancar. 3. Jumlah Tanggungan Keluarga (X3), Jumlah tanggungan keluarga diduga berpengaruh negatif, semakin banyak anggota keluarga yang menjadi tanggungan, konsumen dianggap akan mengalami kesulitsan dalam pengembalian kreditnya. 4. Pengalaman Usaha (X4), Pengalaman
usaha
diduga
berpengaruh
positif,
semakin
berpengalaman atau lama dalam menjalankan usahanya diduga akan memperlancar pengembalian kreditnya. 5. Omzet Usaha (X5), Omzet usaha diduga berpengaruh positif, semakin besar omzet usaha diduga akan lancar dalam pengembalian kreditnya. 6. Jangka waktu Pengembalian Kredit (X6), Jangka Waktu Pengembalian Kredit diduga berpengaruh negatif, semakin lama jangka waktu pengembalian kreditnya akan tidak lancar dalam pengembalian kredit. 7. Respon Beban Bunga (X7),
Respon
Beban
Bunga
diduga
berpengaruh
positif,
semakin
konsumen menerima beban bunga yang ditetapkan pengembalian kredit akan lancar. 8. Pengalaman ambil Kredit (X8), Pengalaman Ambil Kredit diduga berpengaruh
negatif, semakin
sering seseorang dalam melakukan kredit, maka cenderung akan tidak lancar dalam pengembalian kreditnya. 3.4 Definisi Operasional 1. Responden adalah pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur tingkat menengah dan kecil yang telah mengajukan kredit sepeda motor pada PT FIF (Federal International Finance). 2. Konsumen adalah setiap orang yang diberi pinjaman atau kredit oleh PT. FIF (Federal International Finance) dalam hal ini produk yang diteliti adalah sepeda motor baru atau sepeda motor bekas. 3. Tingkat pendapatan pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur adalah sejumlah uang yang diterima atau diperolah dalam jangka waktu 1 bulan setelah di kurangi biaya produksi. 4.
Tingkat pendidikan adalah pendidikan terakhir atau jenjang pendidikan terakhir yang pernah diikuti konsumen baik formal maupun nonformal, namun dalam penelitian ini hanya menggunakan pendidikan formal saja
yang meliputi : tingkat SD, SLTP,
SLTA, Diploma, Sarjana, dan Pasca Sarjana. 5. Jumlah tanggungan keluarga adalah sejumlah orang yang menjadi tanggung jawab kepala keluarga, seperti istri, anak, dan orang tua. 6. Usia nasabah adalah batas waktu dimana nasabah tersebut layak secara hukum untuk melakukan akad kredit, yaitu usia 21-55 tahun. 7. Jangka waktu pengembalian kredit adalah masa tenor kontrak yang telah disepakati. 8. Beban bunga kredit adalah bunga kredit yang diharapkan oleh perusahaan dari nasabahnya selama tenor kontrak.
9. Pengalaman
usaha
adalah
pengalaman
konsumen
dalam
menjalankan usaha pokoknya 10. Pengalaman ambil kredit adalah berapa kali konsumen telah melakukan kredit yang sama meskipun di tempat yang berbeda 11. Omzet usaha adalah nilai total transaksi yang dilakukan selama satu bulan 12. Konsumen lancar adalah konsumen yang membayar angsuran sebelum jatuh tempo, tepat waktu jatuh tempo, membayar diantara keterlambatan 1 s/d 30 hari dari jatuh tempo, membayar penuh sesuai tagihan setelah lebih dari 30 hari dan melunasi angsuran dimuka setelah 6 bulan masa kredit. 13. Konsumen tidak lancar adalah konsumen yang tidak mampu bayar lebih dari 30 hari setelah jatuh tempo, tidak membayar penuh sesuai tagihan lebih dari 60 hari setelah jatuh tempo.
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian
ini
dilaksanakan
pada
konsumen
PT.
FIF
(Federal
International Finance) cabang Bogor yang memiliki pekerjaan sebagai pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur. Dengan pertimbangan penduduk Bogor banyak yang memiliki mata pencaharian di sektor agribisnis, seperti : pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur yang mengajukan kredit sepeda motor di PT. FIF
cabang Bogor.
Penilitian ini dilakukan selama 3 bulan, yaitu pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2009. 4.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara kepada konsumen
PT. FIF cabang Bogor yang mempunyai pekerjaan
pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur, sedangkan data sekunder diperoleh dari catatan-catatan atau dokumen yang terdapat diberbagai instansi terkait, seperti perpustakaan, internet dan data-data yang berasal dari perusahaan. 4.3 Metode Pengumpulan Data Data konsumen
Primer
dikumpulkan
dari
responden
yang
merupakan
PT. FIF cabang Bogor dengan pekerjaan sebagai pedagang
ayam Broiler dan pedagang sayur, dari populasi sebanyak 347 konsumen pedagang ayam Broiler dan 2.675 konsumen pedagang sayur. Kemudian diambil sampel berdasarkan zona wilayah konsumen yang mengalami
kredit macet sebanyak 60 responden yang terbagi menjadi 30 responden pedagang ayam Broiler dan 30 responden pedagang sayur. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling berdasarkan informasi yang diperoleh dari kantor PT FIF cabang Bogor. Sedangkan data sekunder dikumpulkan
dari
catatan-catatan
atau
dokumen
yang
terdapat
diberbagai instansi terkait, seperti perpustakaan, internet dan data-data yang berasal dari perusahaan. 4.4 Metode Analisis Data Data-data yang diperoleh dalam tahap pengumpulan data dianalisis sebagai dasar untuk menulis bagian pembahasan dalam penelitian ini. Data-data tersebut akan dianalisis dengan menggunakan dua metode yaitu : 4.4.1 Analisis Desktriptif Data yang diperoleh untuk karakteristik debitur yang bermasalah dalam pembayaran kredit disajikan dalam bentuk tabel yang mencakup karakteristik usaha, karakteristik individu dan hubungan antara karakteristik usaha dan karakteristik individu dengan pola pembayaran tunggakan kredit sesuai dengan aspek 5 C. Karakteristik usaha yang dianalisis meliputi pengalaman usaha, omzet usaha, dan beban bunga. Sedangkan karakteristik individu meliputi usia, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, jangka waktu pengambilan kredit, pengalaman pengambilan kredit. Analisis hubungan antara analisis karakteristik usaha dan analisis karakteristik individu dengan pola pembayaran tunggakan meliputi hubungan pengalaman usaha, omzet usaha, jangka waktu pengambilan kredit, beban bunga, usia, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan pengalaman pengambilan kredit dengan pembayaran tunggakan. Dalam
analisis ini
akan
melihat hubungan
antara
pembayaran tunggakan konsumen PT. FIF dengan variabel yang diduga mempengaruhinya.
variabel
pola
variabel-
4.4.2 Model Regresi logit Regresi logistik atau yang dikenal dengan LOGIT merupakan bagian dari analisis regresi. Analisis ini mengkaji hubungan pengaruh peubahpeubah
penjelas (X) terhadap peubah respon (Y) melalui model
persamaan matematis tertentu Pada model regresi logistik variabel tak bebasnya bersifat biner atau dikotomi, yakni memiliki nilai yang diskontinyu 0 atau 1 dan dalam penelitian ini dapat dilihat lancar atau tidak lancar dalam proses pengembalian kredit, dimana keputusannya dianggap sebagai variabel independent ( Bebas). Model Matematis : Y= g(x)=b0+b1X1+b2X2+. . . . . . . . b X
Nilai variabel tak bebas besifat dikotomi : 1. Y=1, Jika konsumen pedagang ayam lancar dalam pengembalian kredit sepeda motor. 2. Y=0, jika konsumen pedagang ayam tidak lancar dalam pengembalian kredit sepeda motor. Dimana :
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8
= = = = = = = =
Usia (Tahun) Tingkat Pendidikan (Tahun) Tanggungan Keluarga (Orang) Pengalaman Usaha (Tahun) Omzet Usaha (Rupiah) Jangka Waktu Pengembalian Kredit (Bulan) Respon Beban Bunga Kredit (Setuju dan Tidak setuju) Pengalaman Ambil Kredit (Satu Satuan)
nilai harapan (Y/X) (X)
Model Regresi Logistiknya : (X) g ( X ) ln 1 - (X)
e g ( x) 1 e g(x)
Untuk melihat hubungan antara peubah bebas dengan peubah tak bebas digunakan perhitungan nilai Odds ratio, dimana semakin besar nilai odds ratio, maka semakin besar suatu peubah bebas mempengaruhi suatu pilihan, yaitu (Y=1) jika peubah bebas tersebut berpengaruh positif pada model dan (Y=0) jika peubah bebas tersebut berpengaruh negatif pada model. Kemudian untuk melihat spesifikasi dan kesesuaian model pada regresi logistik dengan cara membandingkan G hitung dengan nilai Chi-square pada table digunakan Uji Likelihood 4.4.2.1 Nilai Odds Ratio Nilai odd ratio ini digunakan untuk melihat hubungan antara peubah bebas dan tak bebas yang didapat dari perhitungan eksponensial dari koefisen estimasi (bi) atau exp (bi). Odd ratio menunjukan perhitungan perbandingan peluang Y = 1 (jika konsumen lancar dalam pengembalian kredit sepeda motor) dengan Y = 0 (jika konsumen tidak lancar dalam pengembalian kredit sepeda motor) dengan dipengaruhi oleh variabel bebas tertentu.
(X) P(Xi) odd ratio ( ) atau atau exp (bi) 1 - (X) 1 - P(Xi)
4.4.2.2 Uji Rasio Likelihood Uji ini digunakan untuk melihat spesifikasi dan kesesuaian model pada regresi logistik dengan cara membandingkan G hitung dengan nilai Chi-square pada tabel. G hitung 2 {nilai log likelihood - [n1Ln(n1) noLn(no) - nLn(n)]}
BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Sejarah Singkat PT.FIF (Federal International Finance) PT. FIF (Federal International Finance) berdiri pada tanggal 1 Mei 1989 dengan nama PT. Mitrapusaka Artha Finance yang bergerak dibidang
multi finance, hingga pada akhirnya tahun 1991
berubah nama menjadi
PT. Federal International Finance (FIF)
setelah bergabung dibawah bendera perusahaan PT. Astra International Tbk, yang kemudian ditempatkan pada Divisi Jasa Keuangan Pembiayaan Konsumen, yaitu pembiayaan kredit sepeda motor merek Honda produksi PT.AHM (Astra Honda Motor) dari Divisi Otomotif. Perkembangan PT. FIF dari tahun ke tahun cukup pesat, hanya dalam kurun waktu 5 tahun saja, yaitu pada tahun 1996 PT. FIF sudah berhasil membukukan konsumen sebanyak lebih dari 1 juta konsumen. Pada
tahun
1997
PT.
FIF
berhasil
mengimplementasikan
sistem
komputerisasi yang terintegrasi guna meningkatkan pelayanan terhadap konsumen dan efektifitas kerja karyawannya diseluruh cabang, hingga pada tahun 2001 PT. FIF sudah mampu menerapkan system on-line dari 123 kantor cabang dan 260 cabang kecil atau post-post pembantu cabang diseluruh Indonesia. PT. teknologi
FIF
terus
informasi,
memantapkan sehingga
langkahnya
pada
tahun
dengan
2003
dan
penerapan tahun
2004
mendapatkan penghargaan ISCA dari majalah SWA dan FRONTIER sebagai perusahaan pembiayaan
sepeda motor terbesar di Indonesia
dan baik dalam pelayanan terhadap konsumennya. Pada tahun 2006 PT. FIF mampu membukukan konsumen sebanyak lebih dari 3 juta konsumen, sehingga pada awal tahun 2007 PT. FIF bersih diatas 1 Triliun Rupiah.
sudah mencapai target laba
PT. FIF memiliki visi “menawarkan solusi keuangan yang terbaik bagi pelanggan secara individual” artinya menawarkan fasilitas pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan prinsip mudah, aman dan menguntungkan. Sedangkan misi PT. FIF terdiri empat pilar dalam menjalankan bisnisnya, yaitu : 1. Beroperasi secara lugas dengan tetap mengindahkan prinsip aspek kehati-hatian sesuai dengan prosedur dan aturan main yang simple dan efisien, sehingga meminimalisir resiko binis. 2. Memberikan produk berupa keuntungan finansial atau jasa keuangan kepada segmen konsumen kelas bawah. 3. Memperkuat dan melebarkan infrastruktur (fasilitas) untuk mendukung kredit mikro dan kredit tanpa jaminan. 4. Berkontribusi dalam meningkatkan distribusi sepeda motor produksi Astra Honda Motor (AHM) melalui jasa pembiayaan. Unit bisnis PT. FIF pada awalnya terdiri dari 2 bidang, yaitu pembiayaan New Motor Cycle (NMC) atau pembiayaan sepeda motor baru dan Used Motor Cycle (UMC) atau pembiayaan motor bekas, kemudian berkembang pada Refinancing atau pembiayaan kembali motor yang sudah menjadi milik konsumen setelah masa kredit dan pembiayaan perlengkapan alat-alat rumah tangga yang berupa barang elektronik dan furniture. 5.2 Struktur Organisasi PT. FIF (Federal International Finance) Bentuk struktur organisasi PT. FIF
merupakan struktur konvensional
yang dipimpin oleh President Directur dibantu oleh President Area yang memimpin wilayah atau area tertentu dari beberapa kantor cabang. Dalam hirarki sebuah kantor cabang PT. FIF dipimpin oleh seorang Branch Manajer dibidang operasional dan Marketing Field Manajer dibidang penjualan. Branch Manajer membawahi Departemen Credit, Departemen
AR (Account Receivable), Departemen Remedial, Departemen GA (General Affair), Departemen Finance dan Departemen HRD (Human Recource Developmen). Sedangkan Marketing Field Manajer membawahi Account Officer (analis data), Account Marketing (penjualan ke Dealer) dan dibantu oleh administrasi marketing. Pada masing-masing departemen terdapat kepala departemen dan
beberapa
orang
staff
dengan
tugas
dan
wewenangnya.
Selengkapnya struktur organisasi PT. FIF ini dapat dilihat pada Gambar 2.
PRESIDENT DIRECTOR
PRESIDENT AREA
MERKETING FIELD MANAJER
BRANCH MANAJER
AO
AO OFFICE
ADM
CREDIT
AR
REMEDIAL
GA (GENERAL AFFAIR)
FINANCE
Gambar 2. Struktur organisasi PT. FIF (Federal International Finance) (sumber PT.FIF cabang Bogor,2009)
HRD
5.3 Job Description pada PT. FIF (Federal International Finance) kantor cabang Bogor. PT. FIF kantor cabang Bogor beralamat di jalan Padjajaran ruko Padjajaran no 28 F dan berada pada wilayah atau area JABAR II yang meliputi : Bogor, Sukabumi, Depok, Bekasi, Cikarang dan Cileungsi. Kantor cabang
PT. FIF Bogor dipimpin oleh seorang kepala cabang yang
bernama
Bpk Gajah Loka, membawahi sekitar 200 karyawan
dari beberapa departemen yang mempunyai tugas dan wewenang masing-masing sebagai berikut : a.
Departemen Kredit Departemen
Kredit
merupakan
pintu
utama
yang
bertugas
mengatur, mengolah dan menerima calon konsumen untuk menjadi konsumen
di PT FIF. Departemen kredit memiliki sub
departemen untuk masing-masing tugas dan wewenangnya seperti :
Credit Officer bertanggung jawab terhadap kinerja dari credit operation, surveyor, hardcopy dan customer service, serta kontrol atas pengelolaan BPKB, analisa kualitas kredit, kelancaran order dan uang muka dari calon kosumen.
Credit operation bertanggung jawab atas kelancaran order entry, validitas, serta kelengkapan dokumen calon konsumen dan distribusi kontrak dengan konsumen.
Credit prossesor bertanggung jawab atas entry data new booking, pendistribusian cetak kontrak ke dealer dan menerima tagihan dari dealer untuk order baru yang diterima.
Koordinator
Surveyor
bertanggung
jawab
atas
penugasan
surveyor, menganalisa hasil survey dan mencatat pooling order dari hasil survey.
Surveyor bertanggung jawab atas surve langsung kepada calon konsumen dan memeriksa kelengkapan dan kesesuaian dokumen yang
diberikan konsumen dengan kenyataan di lapangan.
Credit insurance bertanggung jawab atas polis asuransi dari pihak asuransi terhadap konsumen, menerima dan melakukan receive data polis kedalam system dan membantu konsumen yang kehilangan motor untuk mendapatkan asuransi.
Customer service bertanggung jawab atas entry data new order ke dalam system, pemeriksaan kelengkapan dokumen dari surveyor dan
menerima pembayaran dari kosumen dengan
membuka loket pembayaran di dealer.
Hardcopy bertanggung jawab atas pendistribusian dokumen kredit kepada credit operation dan departemen finance, melakukan foto copy dokumen dan menempatkan dokumen kedalam rak dokumen.
b.
Departemen AR (Account Receivable) Departemen AR merupakan jantung perusahaan dimana tugas
dan tanggung jawab dalam mengelola kelancaran pengembalian kredit dari
para
konsumen
sangat
berpengaruh
terhadap
kelangsungan
perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Departemen AR memiliki sub departemen untuk AR Controller
masing-masing tugas dan wewenangnya seperti : bertanggung jawab atas kelancaran kegiatan
pengelolaan piutang lancar secara efektif dan efesien, sesuai dengan target yang
ditelah tetapkan perusahaan dengan
cara mengkoordinir setiap bagian dari AR, seperti : AR Operation, kolektor dan AR administrasi. AR Operatian bertanggung jawab atas kinerja kolektor secara keseluruhan dalam upaya penagihan piutang secara lancar sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Kolektor
bertanggung jawab atas tugas penagihan piutang
terhadap konsumen yang dianggap telah melakukan wanprestasi atau
gagal
kesepakatan.
dalam
mengembalikan
kredit
sesuai
dengan
AR Administrasi bertanggung jawab atas administrasi departemen AR, seperti : menyiapkan kwitansi pembayaran, melakukan receive kwitansi hasil tagihan kolektor. c.
Departemen Remedial Departemen Remedial merupakan bagian penyelamat asset
perusahaan yang berupa barang jaminan kredit, yaitu sepeda motor dari upaya tindakan merugikan yang dilakukan konsumen setelah melakukan wanprestasi terhadap kewajiban pengembalian kredit. Departemen Remedial memiliki sub departemen untuk masing-masing tugas dan wewenangnya seperti : Remedia Controller bertanggung jawab atas kelancaran kegiatan penyelamatan asset perusahaan dari upaya tindakan merugikan yang di lakukan konsumen wanprestasi dengan cara mengkoordinir setiap bagian dari Remedial, seperti : Remedial Operation, eksekutor dan Remedial administrasi. Remedial Operational bertanggung jawab atas kinerja eksekutor secara keseluruhan dalam penanganan kasus kredit macet untuk menyelamatkan asset perusahaan. Eksekutor
bertanggung jawab atas tugas penagihan atau
penarikan barang jaminan berupa sepeda motor dari konsumen kategori kasus, seperti : pengelapan unit, penggadaian unit dan upaya lainnya yang dapat merugikan perusahaan. Remedial
Administrasi
bertanggung
jawab
atas
administrasi
departemen remedial, seperti kelengkapan surat tugas, surat panggilan kosumen dan surat penarikan unit. d. Departemen GA (General Affair) Departemen GA merupakan alat gerak perusahaan dengan tugas mengelola kelengkapan dan ketetsediaan sarana dan prasarana kantor demi kelancaran proses kerja. Departemen GA memiliki sub departemen atas kebersihan gedung dan peralatan kerja yang di gunakan.
Driver
bertanggung jawab atas pemeliharaan kendaraan dan
kesiapan kendaraan kantor untuk di gunakan demi kepentingan perusahaan. e. Departemen Finance atau Keuangan Departemen Finance merupakan lambung perusahaan yang bertugas menerima, menyimpan dan mengelola keuangan perusahaan. Departemen Finance memiliki sub departemen untuk masing-masing tugas dan wewenangnya seperti : Kasir
bertanggung
konsumen,
jawab
melakukan
atas
penerimaan
pembayaran
atas
pembayaran
transaksi
yang
diperbolehkan dibayar melalui kas besar dan menerima setoran dari kolektor dan cutomer service. Administrasi
Finance
bertanggung
jawab
atas
administrasi
departemen finance dan mencatat semua kegiatan keuangan kedalam system. f. Departemen HRD (Human Receorce Developmen) Departemen
HRD
memiliki
tugas
perekrutan
karyawan
baru,
perekapan data hadir karyawan dan membantu kebutuhan karyawan.
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Peluang Pengembalian Kredit Berdasarkan Karakteristik Konsumen Analisis
peluang
pengembalian
kredit
sepeda
motor
pada
pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur, dilakukan dengan melihat bagaimana pola pengembalian kredit berdasarkan karakteristik individu dan karakteristik usaha sesuai dengan data dilapangan atau hasil kuisioner. Kemudian data tersebut dikaitkan dengan aspek 5C (Character, Capacity, Capital, Condition dan Collateral), serta dikaitan dengan faktorfaktor yang diduga mempengaruhi, baik secara signifikan atau tidak signifikan terhadap kelancaran pengembalian kredit sepeda motor pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur. Adapun responden yang diambil adalah konsumen yang memiliki usaha pedagang ayam Boriler dengan populasi sebanyak 347 konsumen dan
pedagang sayur dengan populasi sebanyak 2.675 konsumen.
Kemudian diambil berdasarkan zona konsumen yang mengalami kredit macet dengan jumlah 60 responden, yaitu 30 responden pedagang ayam Broiler dan 30 responden pedagang sayur. Responden yang dikatakan lancar dalam pembayaran angsuran, yaitu konsumen yang pembayaran angsurannya tepat waktu atau konsumen yang mengalami keterlambatan pembayaran 1 hari sampi 30 hari setelah tanggal jatuh temponya. Sedangkan responden yang dikatakan tidak lancar dalam melakukan pembayaran,
yaitu
konsumen
yang
mengalami
keterlambatan
pembayaran dari 31 hari sampi 60 hari setelah tanggal jatuh temponya. 6.1.1 Deskripsi Karakteristik Individu Berdasarkan Pola Pengembalian Karakteristik individu konsumen yang memiliki kecenderungan dalam pengembalian kredit tidak lancar dapat dilihat dari segi usia (tahun),
tingkat pendidikan (tahun), tangungan keluarga (orang), jangka waktu pengembalian kredit (bulan) dan pengalaman pengambilan kredit (satuan).
Dengan analisis pola pengembalian kredit berdasarkan
karakteristik individu ini diharapkan dapat diketahui tingkat asosiasinya dengan faktor lain, yaitu faktor keinginan konsumen untuk melakukan pengembalian kredit secara lancar. 6.1.1.1
Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Usia Pola pengembalian kredit berdasarkan usia, bertujuan untuk
mengetahui pada usia berapa konsumen cenderung memiliki keinginan untuk
mengembalikan kredit secara lancar. Usia seseorang untuk
mendapatkan pinjaman kredit, yaitu dimulai dari usia 21 tahun sampai usia 60 tahun tepat pada saat menandatangani surat perjanjian kredit. Berdasarkan hal tersebut konsumen dikelompokan dalam 4 kelompok usia, yaitu usia 21 tahun sampai 30 tahun, usia 31 tahun sampai 40 tahun, usia 41 tahun sampai 50 tahun dan usia 51 sampai 60 tahun. Hasil kuisioner pola pengembalian kredit berdasarkan usia pada pedagang ayam Broiler, dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Usia pedagang Ayam Broiler
No
Usia (tahun)
1 2 3 4
21-30 31-40 41-50 51-60 Jumlah
Pola Pengembalian Kredit Tidak Lancar Lancar 3 2 16 1 5 1 2 24 6
Jumlah 5 17 6 2 30
Tabel 3 menunjukan bahwa konsumen PT FIF pada pedagang ayam Broiler yang lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya, adalah kelompok konsumen yang berusia antara 31 tahun sampai 40 tahun,
yaitu sebanyak 16 orang atau 94,11 persen dari 17 orang pada
kelompok usia tersebut. Hal tersebut dikarenakan usia antara 31 tahun sampai 40 tahun masih tergolong usia produktif dan kuat secara fisik dalam menjalankan usaha, serta dalam menafkahi anggota keluarganya. Dengan demikian pada usia antara 31 tahun sampai 40 tahun konsumen pedagang ayam Broiler cenderung memiliki Character atau watak yang lebih baik, sehingga merasa lebih mengerti dan memiliki kepatuhan dalam pengembalian kredit sepeda motornya secara lancar. Sebaliknya pada usia 51 tahun sampai 60 tahun, yaitu sebanyak 2 orang atau 100 persen dari 2 orang pada kelompok usia tersebut, tidak lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya.
Hal tersebut
dikarenakan pada kelompok usia tersebut produktifitas dan kekuatan secara fisik seseorang mulai menurun, sehingga berpengaruh terhadap ketidak lancaran pengembalian kredit sepeda motornya. Sedangkan hasil kuisioner pola pengembalian kredit berdasarkan usia pada pedagang sayur, dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Usia Pedagang Sayur
No 1 2 3 4
Usia (tahun) 21-30 31-40 41-50 51-60 Jumlah
Pola Pengembalian Kredit Tidak Lancar Lancar 14 2 6 1 2 5 22 8
Jumlah 16 7 2 5 30
Tabel 4 menunjukan bahwa konsumen PT FIF pedagang sayur yang lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya, adalah kelompok konsumen yang berusia antara 21 tahun sampai 30 tahun, yaitu sebanyak 14 orang atau 87,5 persen. Hal tersebut dikarenakan usia antara 21 tahun sampai 30 tahun masih tergolong usia produktif dan kuat secara fisik dalam menjalankan usaha, serta dalam menafkahi anggota keluarganya. Dengan demikian pada usia antara 21 tahun sampai 30 tahun seorang
konsumen pedagang sayur cenderung memiliki Character atau watak yang lebih baik dan memiliki kesadaran dalam mengembalikan kredit sepeda motornya secara lancar. Sebaliknya pada usia 51 tahun sampai 60 tahun, yaitu sebanyak 5 orang atau 100 persen dari 5 orang pada kelompok usia tersebut, tidak lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya.
Hal tersebut
dikarenakan pada kelompok usia tersebut produktifitas dan kekuatan secara fisik seseorang mulai menurun, sehingga berpengaruh pada ketidak lancaran pengembalian kredit sepeda motornya. 6.1.1.2 Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan biasanya mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, dimana diharapkan dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi, seseorang akan memiliki kecakapan hidup dan kesadaran cukup tinggi untuk memutuskan atau mengambil keputusan. Dengan pendidikan yang semakin tinggi konsumen akan lebih memiliki perencaan yang baik dalam menggunakan sumberdaya yang dimilikinya, seperti keputusan untuk membayar angsuran kredit sepeda motornya tepat waktu sebagai prioritas utama. Tingkat pendidikan yang disyaratkan untuk mendapatkan pinjaman kredit sepeda motor, adalah tingkat pendidikan formal dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai tingkat pendidikan Perguruan Tinggi (PT). Hasil kuisioner pola pengembalian kredit berdasarkan tingkat pendidikan pada pedagang ayam Broiler, dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pedagang ayam Broiler Pola Pengembalian Tingkat Kredit No Pendidikan Jumlah Tidak (tahun) Lancar Lancar 1 SD = 6 tahun 1 3 4 2 SLTP = 9 tahun 2 9 11 3 SLTA = 12 tahun 12 2 14
Sarjana = 16 tahun Jumlah
4
1
-
1
16
14
30
Tabel 5 menunjukan bahwa konsumen pedagang ayam Broiler yang memiliki
pendidikan
lebih
tinggi
berpeluang
lebih
besar
untuk
mengembalikan kredit sepeda motor secara lancar. Hal tersebut dapat dilihat dari lulusan SLTA, yaitu sebanyak 12 orang atau 89,6 persen dari 14 orang termasuk dalam kategori konsumen lancar, karena meskipun kebutuhan untuk hidup lebih tinggi mereka miliki kesadaran pengembalian kredit sebagai skala prioritas utama dibandingkan dengan kepentingan yang lainnya.
Sebaliknya dengan pendidikan yang rendah, seperti
sekolah dasar (SD) sebanyak 3 orang atau 75 persen tidak lancar dalam pengembalian
kredit
sepeda
motornya.
Hal
tersebut
dikarenakan
konsumen dengan pendidikan yang rendah kurang memiliki Capacity atau kemampuan untuk membuat rencana usaha dan kemampuan memahami isi surat perjanjian kontrak kredit, seperti tanggal jatuh tempo, denda
keterlambatan
dan
lainnya, sehingga
seringkali
melalaikan
kewajiban pembayaran angsurannya. Hasil kuisioner pola pengembalian kredit berdasarkan tingkat pendidikan pada pedagang sayur, dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pedagang Sayur Pola Pengembalian Tingkat Kredit No Pendidikan Jumlah Tidak (tahun) Lancar Lancar 1 SD = 6 tahun 6 9 15 2 SLTP = 9 tahun 11 11 3 SLTA = 12 tahun 2 2 4 Sarjana = 16 4 tahun Jumlah 19 11 30
Tabel 6 menunjukan bahwa konsumen pedagang sayur yang memiliki
pendidikan
lebih
tinggi
berpeluang
lebih
besar
untuk
mengembalikan kredit sepeda motornya dengan lancar. Hal tersebut dapat dilihat dari lulusan SLTP, yaitu sebanyak 11 orang atau 100 persen termasuk dalam kategori konsumen lancar. Sebaliknya pada pedagang sayur masih banyak yang berpendidikan rendah SD, yaitu sebanyak 15 orang, dimana 9 orang atau 60 persen tidak lancar dalam pengembalian kreditnya. Dengan pendidikan yang rendah konsumen pedagang sayur kurang memiliki Capacity atau kemampuan untuk membuat rencana usaha dan kemampuan memahami isi surat perjanjian kontrak kredit, seperti tanggal jatuh tempo, denda keterlambatan dan lainnya, sehingga tidak dapat melakukan kewajiban pembayaran angsuran motornya dengan lancar. 6.1.1.3 Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga mempengaruhi tingkat pengembalian kredit sepeda motor, karena semakin banyak anggota keluarga yang menjadi tanggungan akan dapat mengganggu kelancaran pembayaran angsuran kredit sepeda motornya, jika pendapatannya tidak bertambah. Dalam proses pengambilan kredit tidak ada batasan seberapa banyak tanggungan keluarganya. Tanggungan keluarga dibagi dalam tiga kelompok,
yaitu : tanggungan keluarga sebanyak 0 sampai 2 orang,
tanggungan keluarga sebanyak 3 sampai 5 orang dan tanggungan keluarga sebanyak lebih dari 5 orang. Hasil kuisioner pola pengembalian kredit berdasarkan tanggungan keluarga pada pedagang ayam Broiler, dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Tanggungan Keluarga Pedagang Ayam Broiler Pola Pengembalian Tanggungan Kredit Jumlah No Keluarga Tidak (orang) Lancar Lancar 1 0-2 orang 3 3 2 3-5 orang 10 2 12 3 >5 orang 3 12 15 Jumlah 16 14 30 Tabel 7 menunjukan bahwa konsumen pedagang ayam Broiler yang memiliki jumlah tanggungan keluarga lebih dari 5 orang akan mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajiban pengembalian kredit sepeda motornya secara lancar, yaitu sebanyak 12 orang atau 80 persen tidak lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya. Hal tersebut dikarenakan konsumen lebih cenderung mengutamakan kepentingan keluarganya, terlebih bila tanggungan keluarganya banyak atau lebih dari 5 orang. Sebaliknya dengan jumlah anggota keluarga yang lebih sedikit, yaitu 3 orang sampai 5 orang, konsumen masih dapat melakukan pengembalian kredit sepeda motornya dengan lancar. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel 7 bahwa konsumen yang memiliki jumlah tanggungan keluarga 3 orang sampai 5 orang, yaitu sebanyak 10 orang atau 83.33 persen dapat memenuhi kewajiban pengembalian kredit motornya secara lancar.
Dengan
jumlah
tanggungan
keluarga
yang
besar
akan
mempengaruhi Capital atau modal usahanya, seringkali modal usaha terpakai dalam mencukupi kebutuhan keluarga dan pada akhirnya usaha terganggu atau macet,
begitu juga
dengan pembayaran angsuran
motornya menjadi tidak lancar. Hasil kuisioner pola pengembalian kredit berdasarkan tanggungan keluarga pada pedagang sayur dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Tanggungan Keluarga Pedagang Sayur Pola Pengembalian Tanggungan Kredit Jumlah No Keluarga Tidak (orang) Lancar Lancar 1 0-2 orang 4 4 2 3-5 Orang 9 1 10 3 >5 orang 5 11 16 Jumlah 18 12 30 Tabel 8 menunjukan bahwa konsumen pedagang sayur yang memiliki jumlah tanggungan keluarga lebih dari 5 orang akan mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajiban pengembalian kredit sepeda motornya secara lancar, yaitu sebanyak 11 orang atau 68,75 persen tidak lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya. Hal tersebut dikarenakan konsumen lebih cenderung mengutamakan kepentingan keluarganya, terlebih bila tanggungan keluarganya banyak atau lebih dari 5 orang. Dengan
jumlah
tanggungan
keluarga
yang
besar
akan
mempengaruhi Capital atau modal usahanya, seringkali modal usaha terpakai dalam mencukupi kebutuhan keluarga dan pada akhirnya usaha terganggu atau macet, begitu juga motornya menjadi tidak lancar.
dengan pembayaran angsuran
Sebaliknya dengan jumlah anggota
keluarga yang lebih sedikit, yaitu 3 orang sampai 5 orang, konsumen masih dapat
melakukan
pengembalian
kredit
sepeda
motornya
dengan lancar. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel 8 bahwa konsumen yang memiliki jumlah tanggungan keluarga 3 orang sampai 5 orang, yaitu sebanyak
9
orang
pengembalian kredit
atau
90
persen
dapat
memenuhi
motornya secara lancar.
kewajiban
6.1.1.4
Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Jangka Waktu Pengembalian Kredit
Jangka waktu pengembalian kredit atau tenor merupakan jarak waktu berlakunya kredit sesuai dengan kesepakatan antara perusahaan dengan konsumen, dalam rentang waktu tersebut pengembalian kredit seringkali mengalami keterlambatan, jika terlalu cepat angsuran yang dibebankan cukup besar ataupun jika terlalu lama konsumen menjadi lalai dengan
kewajiban
pembayaran
pengembalian kredit di PT FIF
angsurannya.
Dalam
proses
telah ditentukan jangka waktu
pengembaliannya, yaitu jangka waktu berapa
kali konsumen akan
membayar cicilan pengembalian kreditnya, seperti 1 tahun (12 bulan), 1,5 tahun (17 bulan), 2 tahun (23 bulan), 2,5 tahun (29 bulan)
dan 3 tahun
(35 bulan) Hasil kuisioner pola pengembalian kredit berdasarkan jangka waktu pengembalian kredit pada pedagang ayam Broiler dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Jangka Pengembalian Pedagang Ayam Broiler Pola Pengembalian Jangka Waktu Kredit No Pengembalian Jumlah Tidak Kredit (bulan) Lancar Lancar 1 12 bulan 4 1 5 2 17 bulan 3 3 6 3 23 bulan 4 2 6 4 29 bulan 2 2 5 35 bulan 2 9 11 Jumlah 13 17 30
Waktu
Tabel 9 menunjukan bahwa konsumen pedagang ayam Broiler yang memiliki tenor atau jangka waktu pengembalian selama 3 tahun atau 35
bulan cenderung tidak lancar dalam pengembalian kreditnya. Dapat dilihat bahwa sebanyak 9 konsumen atau 81,81 persen dari 11 konsumen dengan tenor 35 bulan tidak lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya, sebaliknya sebanyak 4 konsumen atau 66,66 persen dari 6 konsumen dengan tenor 2 tahun atau 23 bulan cenderung lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya. Hal
tersebut
dapat
terjadi,
karena
dengan
jangka
waktu
pengembalian kredit yang lebih lama, cenderung dapat merubah Character dan Capacity konsumen dalam pengembalian kreditnya. Kebanyakan
konsumen cenderung merasa
bosan
dan
melalaikan
kewajiban pembayaran angsuran motornya menjelang jangka waktu kreditnya selesai, sehingga pembayaran angsuran motornya menjadi tidak lancar. Hasil kuisioner pola pengembalian kredit berdasarkan jangka waktu pengembalian kredit pada pedagang sayur dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Jangka Pengembalian Pedagang Sayur Pola Pengembalian Jangka Waktu Kredit No Pengembalian Jumlah Tidak Kredit (bulan) Lancar Lancar 1 12 bulan 2 2 2 18 bulan 3 3 3 23 bulan 7 2 9 4 29 bulan 2 2 5 35 bulan 7 7 14 Jumlah 16 14 30
Waktu
Tabel 10 menunjukan bahwa konsumen pedagang sayur yang memiliki tenor atau jangka waktu pengembalian selama 3 tahun atau 35 bulan cenderung tidak lancar dalam pengembalian kreditnya. Dapat dilihat bahwa sebanyak 7 konsumen atau 50 persen dari 14 konsumen dengan tenor 35 bulan tidak lancar dalam pengembalian kredit sepeda
motornya, sebaliknya sebanyak 7 konsumen atau 77.77 persen dari 9 konsumen dengan tenor 2 tahun atau 23 bulan cenderung lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya. Hal
tersebut
dapat
terjadi
karena
dengan
jangka
waktu
pengembalian kredit yang lebih lama, cenderung dapat merubah Character dan Capacity konsumen dalam pengembalian kreditnya. Kebanyakan
konsumen cenderung merasa
bosan
dan
melalaikan
kewajiban pembayaran angsuran motornya menjelang jangka waktu kreditnya selesai, sehingga pembayaran angsuran motornya menjadi tidak lancar. 6.1.1.5
Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Pengalaman Ambil
Kredit Pengalaman ambil kredit merupakan pengalaman konsumen dalam pengambilan kredit sepeda motor, baik pada perusahaan leassing atau pembiayaan
yang
sama
ataupun
pada
perusahaan
lainnya.
Kecenderungan yang terjadi adalah ketika konsumen pernah melakukan kredit sepeda motor sebelumnya, maka konsumen tersebut akan berkurang rasa untuk ingin memiliki sepeda motor tersebut atau tidak menjadikan
pengembalian
kredit
sepeda
motornya
(pembayaran
angsuran per bulan) sebagai prioritas utama dalam perencanaan keuangannya. Hasil kuisioner pola pengembalian kredit berdasarkan pengalaman ambil kredit pada pedagang ayam Broiler, dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Pengalaman Ambil Kredit Pedagang Ayam Broiler Pola Pengembalian Pengalaman Kredit No Ambil Kredit Jumlah Tidak (satuan) Lancar Lancar 1 1 kali 21 1 22 2 2 kali 2 1 3 3 >3 kali 5 5 Jumlah 23 7 30
Tabel 11 menunjukan bahwa konsumen yang pernah melakukan pengambilan kredit sepeda motor sebelumnya atau telah lebih dari 3 kali pengambilan kredit cenderung untuk tidak lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya. Dapat dilihat bahwa sebanyak 5 konsumen atau 100 persen dari 5 konsumen masuk kategori tidak lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya, sebaliknya sebanyak 21 konsumen atau 99 persen dari 22 konsumen yang merupakan konsumen pemula masuk kategori lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya. Hal tersebut dapat terjadi, karena cenderung adanya perubahan Character dan Capacity konsumen. Setelah pernah mengambil kredit sebelumnya, konsumen lebih mengerti peraturan pengembalian kredit dan tidak menjadikan kewajiban pembayaran angsurannya sebagai prioritas utama, sehingga sering melalaikan pembayaran angsurannya dan memilih menerima konsekuensinya, seperti harus membayar denda keterlambatan dan buruknya citra konsumen tersebut dimata perusahaan. Hasil kuisioner pola pengembalian kredit berdasarkan pengalaman ambil kredit pada pedagang sayur, dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Pengalaman Ambil Kredit Pedagang Sayur Pola Pengembalian Pengalaman Kredit No Ambil Kredit Jumlah Tidak (satuan) Lancar Lancar 1 1 kali 7 1 8 2 2 kali 2 2 3 >3 kali 2 18 20 Jumlah 11 19 30 Tabel 12 menunjukan bahwa konsumen yang pernah melakukan pengambilan kredit sepeda motor sebelumnya atau telah lebih dari 3 kali pengambilan kredit cenderung tidak lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya. Dapat dilihat bahwa sebanyak 18 konsumen atau 90
persen
dari
20
konsumen
masuk
kategori
tidak
lancar
dalam
pengembalian kredit sepeda motornya, sebaliknya sebanyak 7 konsumen atau 99 persen dari 8 konsumen yang merupakan konsumen pemula masuk kategori lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya. Hal tersebut dapat terjadi, karena cenderung adanya perubahan Character dan Capacity konsumen. Setelah pernah mengambil kredit sebelumnya, konsumen lebih mengerti peraturan pengembalian kredit dan tidak menjadikan kewajiban pembayaran angsurannya sebagai prioritas utama, sehingga sering melalaikan pembayaran angsurannya dan memilih menerima konsekuensinya, seperti harus membayar denda keterlambatan dan buruknya citra konsumen tersebut dimata perusahaan. 6.1.2. Deskripsi Karakteristik Usaha Berdasarkan Pola Pengembalian Kerakteristik
Usaha
konsumen
yang
memiliki
kecenderungan
dalam pengembalian kredit tidak lancar dapat dilihat dari pengalaman usaha (tahun), omzet rata-rata per bulan (juta rupiah) dan beban bunga kredit (setuju dan tidak setuju). Dengan analisis pola pengembalian kredit berdasarkan karakteristik usaha ini diharapkan dapat mengetahui tingkat asosiasinya dengan faktor lain, yaitu faktor keinginan konsumen untuk melakukan pengembalian kredit secara lancar. 6.1.2.1
Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Pengalaman Usaha
Pengalaman usaha merupakan pengalaman konsumen dalam menjalankan usahanya sebagai usaha pokok untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya.
Pengalaman usaha seorang konsumen dapat
mempengaruhi pengembalian kredit sepeda motornya. Semakin tinggi pengalaman
konsumen dalam menjalankan usahanya, maka
akan cenderung lancar dalam pengembalian kreditnya, karena konsumen tersebut memiliki Capacity atau lebih berpengalaman dalam menata keuangannya dari naik turunnya pendapatan usaha dari (kondisi ekonomi).
condition
Hasil kuisioner pola pengembalian kredit berdasarkan pengalaman ambil kredit pada pedagang Ayam Broiler dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Pengalaman Usaha Pedagang Ayam Broiler Pola Pengembalian Kredit Pengalaman No Jumlah Usaha (tahun) Tidak Lancar Lancar 1 2-3 tahun 2 2 4-5 2 4 1 5 tahun 3 >5 tahun 20 3 23 Jumlah 24 6 30 Tabel 13 menunjukan bahwa konsumen pedagang ayam Broiler dengan pengalaman usaha lebih dari 5 tahun akan cenderung lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya. Hal tersebut dapat dilihat dari 20 konsumen atau 86 persen dari 23 konsumen dengan pengalaman usaha lebih dari 5 tahun, lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya. Hal tersebut dapat terjadi karena konsumen tersebut memiliki Capacity atau lebih berpengalaman dalam menata keuangannya dari naik turunnya pendapatan usaha, sehingga sudah memiliki Capital yang kuat dalam menjalankan usahanya dari perubahan kondisi ekonomi yang mungkin terjadi atau Condition. Hasil kuisioner pola pengembalian kredit berdasarkan pengalaman ambil kredit pada pedagang sayur dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Pengalaman Usaha Pedagang Sayur Pola Pengembalian Kredit Pengalaman Jumlah No Usaha (tahun) Tidak Lancar Lancar 1 2-3 tahun 2 5 7 2 4-6 tahun 4 1 5 3 >5 tahun 12 6 18 Jumlah 18 12 30
Tabel 14 menunjukan bahwa konsumen pedagang ayam Broiler dengan pengalaman usaha lebih dari 5 tahun akan cenderung lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya. Hal tersebut dapat dilihat dari 12 konsumen atau 60.66 persen dari 18 konsumen dengan pengalaman usaha lebih dari 5 tahun,
lancar dalam
pengembalian kredit sepeda motornya. Dimana konsumen yang memiliki Capacity atau lebih berpengalaman dalam menata keuangannya dari naik turunnya pendapatan usaha, sehingga sudah memiliki Capital yang kuat dalam menjalankan usahanya dari perubahan kondisi ekonomi yang mungkin terjadi atau Condition. 6.1.2.2
Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Omzet Usaha
Omzet usaha merupakan total nilai transaksi usaha rata-rata per
bulan
sebelum
operasionalnya.
dikurangi
total
modal
usaha
atau
biaya
Omzet usaha konsumen dapat mempengaruhi
kelancaran pengembalian kredit sepeda motornya. Semakin tinggi omzet yang dapat diperoleh konsumen, maka pengembalian kredit sepeda motor akan cenderung lancar. Hasil kuisioner pola pengembalian kredit berdasarkan omzet usaha rata per bulan pada pedagang ayam Broiler dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Omzet Usaha Pedagang Ayam Broiler Pola Pengembalian Kredit Omzet Usaha Jumlah No (Juta Rupiah) Tidak Lancar Lancar 1 7-15 Juta 2 6 8 2 16-24 Juta 3 3 6 3 >25 Juta 16 16 Jumlah 21 9 30 Tabel 15 menunjukan bahwa konsumen pedagang ayam Broiler dengan omzet rata-rata per bulan yang mencapai lebih dari 25 juta akan
cenderung lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya. Hal tersebut dapat dilihat dari konsumen
lancar
dalam
16 konsumen atau 100 persen dari 16 pengembalian
kredit
sepeda
motornya,
sebaliknya sebanyak 6 konsumen atau 75 persen dari 8 konsumen dengan omzet rata-rata per bulan 7-15 juta tidak lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya. Konsumen dengan omzet yang tinggi akan kuat secara
Capital,
sehingga
tidak
akan
kesulitan
dalam
melakukan
pengembalian kredit dengan lancar Hasil kuisioner pola pengembalian kredit berdasarkan omzet usaha rata per bulan pada pedagang sayur dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Omzet Usaha Rata-rata per Bulan Pedagang Sayur Pola Pengembalian Omzet Usaha RataKredit Jumlah No rata per Bulan Tidak (Juta Rupiah) Lancar Lancar 1 7-15 Juta 2 9 11 2 16-24 Juta 3 2 5 3 >25 Juta 8 6 14 Jumlah 13 17 30 Tabel 16 menunjukan bahwa konsumen pedagang sayur dengan omzet
rata-rata per bulan yang mencapai lebih dari 25 juta akan
cenderung lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya.
Hal
tersebut dapat dilihat dari 8 konsumen atau 57.14 persen dari 14 konsumen lancar
dalam
pengembalian
kredit
sepeda
motornya,
sebaliknya
sebanyak 9 konsumen atau 81.81 persen dari 11 konsumen dengan omzet rata-rata per bulan 7-15 juta tidak lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya. Konsumen dengan omzet yang tinggi akan kuat secara Capital, sehingga tidak akan kesulitan dalam melakukan pengembalian kredit dengan lancar 6.1.2.2
Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Beban Bunga Kredit
Beban bunga kredit merupakan bunga kredit yang dibebankan atau harus dibayarkan oleh konsumen kepada perusahaan sesuai dengan kesepakatan atau perjanjian selama masa pengembalian kreditnya. Beban bunga dapat mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit bilamana konsumen merasa keberatan atau tidak setuju dengan bunga yang ditetapkan perusahaan, namun demikian konsumen tidak dapat menolak dengan bunga yang ditetapkan tersebut. Hasil kuisioner pola pengembalian kredit berdasarkan beban bunga kredit pada pedagang ayam Broiler dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Beban Bunga Kredit Pedagang Ayam Broiler Pola Pengembalian Kredit Beban Bunga No Jumlah Kredit Tidak Lancar Lancar 1 Setuju 21 4 25 2 Tidak Setuju 2 3 5 Jumlah 23 7 30 Tabel
17 menunjukan bahwa konsumen pedagang ayam Broiler
yang tidak setuju dengan bunga yang dibebankan cenderung akan merasa terpaksa dan kurang bertanggung jawab dengan pengembalian kreditnya, sehingga menjadikan pengembalian kreditnya tidak lancar. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel 17 bahwa 3 konsumen atau 64 persen dari 5 konsumen yang menyatakan tidak setuju dengan bunga yang dibebankan ternyata tidak lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya. Sebaliknya konsumen yang menyatakan setuju dengan bunga yang dibebankan perusahaan, yaitu sebanyak 21 konsumen atau 84 persen dari 25 konsumen ternyata lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya. Hasil kuisioner pola pengembalian kredit berdasarkan beban bunga kredit pada pedagang sayur dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Pola Pengembalian Kredit Berdasarkan Beban Bunga Kredit Pedagang Pedagang Sayur Pola Pengembalian Kredit Beban Bunga No Jumlah Kredit Tidak Lancar Lancar 1 Setuju 11 7 18 2 Tidak Setuju 4 8 12 Jumlah 15 15 30 Tabel 18 menunjukan bahwa konsumen pedagang sayur yang tidak setuju dengan bunga yang dibebankan cenderung akan merasa terpaksa dan kurang bertanggung jawab dengan pengembalian kreditnya, sehingga menjadikan pengembalian kreditnya tidak lancar. Hal tersebut dapat dilihat dari table 18 bahwa 8 konsumen atau 66.66 persen dari 12 konsumen
yang
menyatakan
tidak
setuju
dengan
bunga
yang
dibebankan ternyata tidak lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya. Sebaliknya konsumen yang menyatakan setuju dengan bunga yang dibebankan perusahaan, yaitu sebanyak 11 konsumen atau 91.66 persen dari 25 konsumen ternyata lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya. 6.2
Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pengembalian Kredit Model yang digunakan dalam menganalisa tingkat pengembalian
kredit
sepeda motor bagi konsumen di PT. FIF (Federal International
Finance) cabang Bogor adalah model fungsi peluang logistik biner atau model logit peubah tak bebas. Dalam model ini mempunyai nilai satu dan nol, dimana nilai satu
menunjukan bahwa konsumen tersebut lancar
dalam pengembalian kredit sepeda motornya dan nilai nol menunjukan bahwa konsumen tersebut tidak lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya. Ruang lingkup sampel yang digunakan adalah konsumen PT FIF cabang Bogor yang memiliki status pekerjaan sebagai
pedagang ayam Broiler sebanyak 30 orang dan pedagang sayur sebanyak 30 orang yang diambil dari data sistem purposive sampling. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 8 faktor yang dianggap berpengaruh terhadap kelancaran proses pengembalian kredit sepeda di PT FIF. Faktor-faktor tersebut, yaitu : Usia konsumen (X1),
motor
Tingkat pendidikan (X2), Tanggungan keluarga (X3), Pengalaman usaha (X4), Omzet usaha rata-rata per bulan (X5), Jangka waktu pengembalian kredit (X6), Beban bunga kredit (X7) dan Pengalaman ambil kredit (X8). Faktor-faktor tersebut kemudian dianalisis dengan alat analisis regresi logistik (logit) pada taraf nyata alpha (α = 0,05) menggunakan bantuan program minitab 14, sehingga dapat dilihat faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian kredit sepeda motor. 6.2.1
Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pengembalian Kredit Pada Pedagang Ayam Broiler Data-data yang dihasilkan dari kuisioner kemudian diolah dengan
analisis regresi logistik menggunakan bantuan minitab 14, sehingga dapat dilihat faktor yang berpengaruh nyata atau tidak nyata terhadap tingkat pengembalian kredit sepeda motor.
Adapun hasil pengolahan regresi
logistik mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit sepeda motor pada pedagang ayam Broiler di PT FIF dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Hasil Pengolahan Regresi Logistik Mengenai Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Sepeda Motor Pada Pedagang Ayam Broiler Koefisien Nilai P Odds Ratio Penduga -2,1956 0,370 Konstanta -1,1121 0,080 0,33 Usia 4,5674 0,180 1,73 Tingkat pendidikan -4,2996 0,006 0,11 Tanggungan Keluarga 3,5766 0,166 23,75 Pengalaman Usaha 1,5059 0,040 0,22 Omzet Usaha Jangka Waktu Pengembalian -1,0310 0,860 2,80 Kredit 3,0107 0,213 36,02 Beban Bunga Kredit
Pengalaman Ambil Kredit
-2,3992
0,026
67,89
Tabel 19 menunjukan bahwa terdapat 3 (tiga) faktor yang berpengaruh
nyata
(signifikan)
berpengaruh nyata
dan
5
(lima)
faktor
lainnya
tidak
(tidak signifikan) terhadap kelancaran
pengembalian kredit sepeda motor
di PT FIF. Identifikasi faktor yang
signifikan dapat dilihat dari nilai P faktor tersebut, yaitu jika nilai P faktor lebih kecil dari 5 persen (P < 0,05), maka faktor tersebut berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian kredit dan sebaliknya jika nilai P faktor tersebut lebih besar dari 5 persen (P > 0,05) maka faktor tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit. a. Faktor Usia Koefisien faktor usia dari hasil regresi logistik adalah negative (1,1121),
artinya
bertambahnya
usia
konsumen
menyebabkan
pengembalian kredit sepeda motornya tidak lancar. Bila dilihat dari nilai P variable usia yang lebih besar dari 5 persen (P > 0,05), yaitu menunjukan belum cukup bukti untuk
0,080
menyatakan bahwa usia
konsumen berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian kredit. Sedangkan untuk melihat hubungan faktor usia dengan pengembalian kredit ditunjukan dengan nilai Odds ratio dimana nilai Odds ratio adalah 0,33 lebih kecil dari satu, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan untuk peluang pengembalian kredit dengan usia konsumen bilamana usia konsumen berbeda. b. Tingkat pendidikan Koefisien faktor tingkat pendidikan dari hasil regresi logistik adalah positif (4,5674), artinya konsumen dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lancar dalam pengembalian kreditnya. Hubungan tersebut tidak signifikan, karena nilai P variabelnya di atas 5 persen (P > 0,05) yaitu sebesar 0,180
sehingga belum cukup bukti untuk menyatakan bahwa
faktor tingkat pendidikan berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit sepeda motor.
kelancaran
Hubungan
tingkat
pendidikan
dengan
pengembalian
kredit
ditunjukan dengan nilai Odds ratio, dimana nilai Odds ratio sebesar 1,73 jauh dari satu,
dengan demikian terdapat perbedaan yang
signifikan untuk peluang pengembalian kredit dengan tingkat pendidikan bilamana
tingkat
menunjukan
pendidikan
bahwa
konsumen
konsumen
PT
FIF
berbeda.
Hal
tersebut
cenderung
lancar
dalam
pengembalian kredit sepeda motornya sebesar 1,73 kali, jika pendidikan konsumen semakin tinggi. c. Tanggungan Keluarga Koefisien faktor tanggungan keluarga dari hasil regresi logistik adalah negatif (-4,2996), artinya konsumen dengan tanggungan keluarga yang banyak
akan cenderung tidak lancar dalam pengembalian kreditnya.
Hubungan tersebut signifikan, karena nilai P variabelnya dibawah 5 persen (P > 0,05) yaitu sebesar 0,006 sehingga sudah cukup bukti untuk menyatakan bahwa faktor
tanggungan keluarga berpengaruh
nyata terhadap kelancaran pengembalian
kredit sepeda motor.
Sedangkan untuk melihat hubungan jumlah tanggungan keluarga dengan pengembalian kredit ditunjukan dengan nilai Odds ratio, dimana nilai Odds ratio sebesar 0,11 kurang dari satu, dengan demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk peluang pengembalian kredit dengan jumlah tanggungan keluarga bilamana jumlah tanggungan keluarga konsumen berbeda. d. Pengalaman Usaha Koefisien faktor pengalaman usaha dari hasil regresi logistik adalah positif (3,5766), artinya konsumen dengan pengalaman usaha yang tinggi akan lancar dalam pengembalian kreditnya. Hubungan tersebut signifikan atau berpengaruh nyata karena nilai P variabelnya dibawah 5 persen (P < 0,05), yaitu sebesar 0,166 sehingga belum cukup bukti untuk menyatakan bahwa
faktor
pengalaman
usaha
berpengaruh
kelancaran pengembalian kredit sepeda motor.
nyata
terhadap
Adapun hubungan pengalaman usaha dengan pengembalian kredit
ditunjukan dengan nilai Odds ratio, dimana nilai Odds ratio
sebesar 23,75 jauh dari satu, dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan untuk peluang
pengembalian kredit bila pengalaman usaha
konsumen berbeda. Hal tersebut
menunjukan bahwa konsumen PT FIF
cenderung lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya sebesar 23,75 kali, jika pengalaman usaha semakin tinggi. e. Omzet Usaha Koefisien faktor omzet usaha dari hasil regresi logistik adalah positif (1,5059), artinya konsumen dengan omzet usaha yang tinggi akan lancar dalam pengembalian kreditnya. Hubungan tersebut tidak signifikan karena nilai P
variabelnya diatas 5 persen (P > 0,05) yaitu sebesar 0,040
sehingga sudah cukup bukti untuk menyatakan bahwa faktor omzet usaha berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian kredit sepeda motor. Sedangkan untuk melihat hubungan omzet usaha dengan pengembalian kredit ditunjukan dengan nilai Odds ratio, dimana nilai Odds ratio sebesar 0,22 kurang dari satu, dengan demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk peluang pengembalian kredit bilamana omzet usaha konsumen berbeda. f. Jangka Waktu Pengembalian Kredit Koefisien faktor jangka waktu pengembalian kredit dari hasil regresi logistik adalah negatif (-1,0310), artinya bertambahnya jangka waktu pengembalian kredit konsumen menyebabkan pengembalian kredit sepeda
motornya tidak lancar. Bila dilihat dari nilai P variabel
jangka waktu pengembalian kredit yang lebih besar dari 5 persen (P > 0,05), yaitu
0,860 menunjukan belum cukup bukti untuk menyatakan
bahwa jangka waktu pengembalian kredit konsumen berpengaruh nyata terhadap tingkat
pengembalian kredit.
Hubungan faktor jangka waktu pengembalian kredit dengan pengembalian kredit ditunjukan dengan nilai Odds ratio, dimana nilai
Odds ratio adalah 2,80 lebih besar dari satu, artinya ada perbedaan yang signifikan untuk peluang pengembalian kredit dengan jangka waktu pengembalian kredit konsumen,
bilamana jangka waktu
pengembalian kredit konsumen berbeda. Adapun hubungan jangka waktu pengembalian kredit dengan pengembalian kredit ditunjukan dengan nilai Odds ratio, dimana nilai Odds ratio sebesar 2,80 jauh dari satu, dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan untuk peluang pengembalian kredit bila jangka waktu pengembalian kredit konsumen berbeda. Hal tersebut menunjukan bahwa konsumen PT FIF cenderung lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya sebesar 2,80 kali, jika jangka waktu pengembalian kredit semakin lama. g. Beban Bunga Kredit Koefisien faktor beban bunga kredit dari hasil regresi logistik adalah positif (3,0107), artinya konsumen yang setuju atau bersedia dengan beban bunga kredit yang ditetapkan perusahaan akan lancar dalam pengembalian kreditnya. Hubungan tersebut tidak signifikan karena nilai P variabelnya
diatas 5 persen (P > 0,05) yaitu sebesar 0,213 sehingga
belum cukup bukti untuk
menyatakan bahwa faktor beban bunga
kredit berpengaruh nyata terhadap
kelancaran pengembalian kredit
sepeda motor. Adapun hubungan beban bunga kredit dengan pengembalian kredit ditunjukan dengan nilai Odds ratio, dimana nilai Odds ratio sebesar 36,02 lebih besar dari satu, dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan untuk peluang pengembalian kredit dengan beban bunga kredit, bilamana beban bunga kredit konsumen berbeda. Hal tersebut menunjukan bahwa konsumen
PT.FIF cenderung lancar
dalam pengembalian kredit sepeda motornya sebesar 36,02 kali, jika konsumen setuju atau tidak keberatan dengan beban bunga yang dibebankan perusahaan. h. Pengalaman Ambil Kredit
Koefisien faktor pengalaman ambil kredit dari hasil regresi logistik adalah negatif (-2,3992), artinya bertambahnya pengalaman ambil kredit konsumen
menyebabkan pengembalian kredit sepeda motornya tidak
lancar. Bila dilihat dari nilai P variabel pengalaman ambil kredit yang lebih kecil dari 5 persen (P < 0,05), yaitu 0,026 menunjukan sudah cukup bukti untuk
menyatakan
bahwa
pengalaman
ambil
kredit
konsumen
berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian kredit. Adapun
hubungan
faktor
pengalaman
ambil
kredit
dengan
pengembalian kredit di tunjukan dengan nilai Odds ratio, dimana nilai Odds ratio adalah 67,89 lebih besar dari satu, artinya ada perbedaan yang signifikan untuk peluang pengembalian kredit dengan pengalaman ambil kredit konsumen, bilamana
pengalaman ambil kredit konsumen
berbeda. Hal tersebut menunjukan bahwa konsumen
PT.FIF cenderung
lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya sebesar 67,89 kali, jika konsumen belum banyak berpengalaman dalam pengambilan kredit sebelumnya 6.2.1. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pengembalian Kredit Pada Pedagang Sayur Data-data yang dihasilkan dari kuisioner kemudian diolah dengan analisis regresi logistik menggunakan bantuan minitab 14, sehingga dapat dilihat faktor yang berpengaruh nyata atau tidak nyata terhadap tingkat pengembalian kredit sepeda motor. Adapun hasil pengolahan regresi logistik mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit sepeda motor pada pedagang sayur di PT FIF dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Hasil Pengolahan Regresi Logistik Mengenai Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Sepeda Motor Pada Pedagang Sayur Koefisien Nilai P Odds Ratio Penduga -4,2854 0,367 Konstanta -1,0322 0,702 0,97 Usia 2,1863 0,382 38,90 Tingkat pendidikan
Tanggungan Keluarga Pengalaman Usaha Omzet Usaha Jangka Waktu Pengembalian Kredit Beban Bunga Kredit Pengalaman Ambil Kredit
-0,3796 0,7160 0,0309
0,020 0,421 0,378
1,46 2,05 1,03
-0,0190
0,760
0,79
0,3443 -0,7588
0,646 0,034
1,41 1,18
Tabel 20 menunjukan bahwa terdapat 2 (dua) faktor yang berpengaruh nyata (signifikan) dan 6 (enam) faktor lainnya tidak berpengaruh nyata
(tidak signifikan) terhadap kelancaran
pengembalian kredit sepeda motor
di PT FIF. Identifikasi faktor
yang signifikan dapat dilihat dari nilai P faktor tersebut, yaitu jika nilai P faktor lebih kecil dari 5 persen (P < 0,05), maka faktor tersebut berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian kredit dan sebaliknya jika nilai P faktor tersebut lebih besar dari 5 persen (P > 0,05) maka faktor tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit. a. Faktor Usia Koefisien faktor usia dari hasil regresi logistik adalah negatif (-1,0322), artinya bertambahnya usia konsumen menyebabkan pengembalian kredit sepeda motornya tidak lancar. Bila dilihat dari nilai P variable usia yang lebih besar dari 5 persen (P > 0,05), yaitu 0,702 menunjukan belum cukup bukti untuk menyatakan bahwa usia konsumen berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian kredit. Hubungan faktor usia dengan pengembalian kredit
ditunjukan dengan nilai Odds ratio,
dimana nilai Odds ratio adalah 0,97 lebih kecil dari satu, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan untuk peluang pengembalian kredit dengan usia konsumen bilamana usia konsumen berbeda. b. Tingkat pendidikan Koefisien faktor tingkat pendidikan dari hasil regresi logistik adalah positif (2,1863), artinya konsumen dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lancar dalam pengembalian kreditnya. Hubungan tersebut tidak
signifikan, karena nilai P variabelnya di atas 5 persen (P > 0,05) yaitu sebesar 0,380
sehingga belum cukup bukti untuk menyatakan bahwa
faktor tingkat pendidikan berpengaruh nyata terhadap
kelancaran
pengembalian kredit sepeda motor. Hubungan tingkat pendidikan dengan pengembalian kredit di tunjukan dengan nilai Odds ratio, dimana nilai Odds ratio sebesar 38,90 jauh dari satu, dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan untuk peluang pengembalian kredit dengan tingkat pendidikan bilamana tingkat pendidikan konsumen berbeda. Hal tersebut menunjukan bahwa konsumen PT FIF cenderung lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya sebesar 38,90 kali, jika pendidikan konsumen semakin tinggi. c. Tanggungan Keluarga Koefisien faktor tanggungan keluarga dari hasil regresi logistik adalah negatif (-0,3796), artinya konsumen dengan tanggungan keluarga yang banyak
akan cenderung tidak lancar dalam pengembalian kreditnya.
Hubungan tersebut signifikan, karena nilai P variabelnya dibawah 5 persen (P < 0,05) yaitu sebesar 0,020 sehingga sudah cukup bukti untuk menyatakan bahwa faktor
tanggungan keluarga berpengaruh
nyata terhadap kelancaran pengembalian kredit sepeda motor. Hubungan tanggungan keluarga dengan pengembalian kredit ditunjukan dengan nilai Odds ratio, dimana nilai Odds ratio sebesar 1,46 jauh dari satu,
dengan demikian terdapat perbedaan yang
signifikan untuk peluang pengembalian kredit dengan tanggungan keluarga bilamana tanggungan keluarga konsumen berbeda. Hal tersebut menunjukan bahwa konsumen PT FIF
cenderung tidak lancar dalam
pengembalian kredit sepeda motornya sebesar 1,46 kali, jika tanggungan keluarga semakin banyak. d. Pengalaman Usaha Koefisien faktor pengalaman usaha dari hasil regresi logistik adalah positif (0,7160), artinya konsumen dengan pengalaman usaha yang tinggi
akan lancar dalam pengembalian kreditnya. Hubungan tersebut signifikan atau berpengaruh nyata karena nilai P variabelnya diatas 5 persen (P > 0,05), yaitu sebesar 0,421 sehingga belum cukup bukti untuk menyatakan bahwa faktor
pengalaman
usaha
berpengaruh
nyata terhadap
kelancaran pengembalian kredit sepeda motor. Adapun hubungan pengalaman usaha dengan pengembalian kredit ditunjukan dengan nilai Odds ratio, dimana nilai Odds ratio sebesar 2,05 jauh dari satu, dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan untuk peluang
pengembalian kredit bila pengalaman usaha
konsumen berbeda.
Hal tersebut menunjukan bahwa konsumen PT FIF
cenderung lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya sebesar 2,05 kali, jika pengalaman usaha semakin tinggi. e. Omzet Usaha Koefisien faktor omzet usaha dari hasil regresi logistik adalah positif (0,0309), artinya konsumen dengan omzet usaha yang tinggi akan lancar dalam pengembalian kreditnya. Hubungan tersebut tidak signifikan karena nilai P
variabelnya diatas 5 persen (P > 0,05) yaitu sebesar 0,378
sehingga belum cukup bukti untuk menyatakan bahwa faktor omzet usaha berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian kredit sepeda motor. Hubungan omzet usaha dengan pengembalian kredit di tunjukan dengan nilai Odds ratio, dimana nilai Odds ratio sebesar 1,03 jauh dari satu, dengan
demikian terdapat perbedaan yang signifikan untuk
peluang pengembalian kredit bilamana omzet usaha konsumen berbeda. Hal tersebut menunjukan bahwa konsumen PT FIF cenderung lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya sebesar 1,03 kali, jika omzet usaha semakin tinggi. f. Jangka Waktu Pengembalian Kredit Koefisien faktor jangka waktu pengembalian kredit dari hasil regresin logistik adalah negatif (-0,0190), artinya bertambahnya jangka waktu
pengembalian kredit konsumen menyebabkan pengembalian kredit sepeda
motornya tidak lancar. Bila dilihat dari nilai P variabel
jangka waktu pengembalian kredit yang lebih besar dari 5 persen (P > 0,05), yaitu
0,760 menunjukan belum cukup bukti untuk menyatakan
bahwa jangka waktu pengembalian kredit konsumen berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian kredit. Sedangkan dilihat dari hubungan faktor jangka waktu pengembalian kredit dengan pengembalian kredit di tunjukan dengan nilai Odds ratio, dimana nilai Odds ratio adalah 0,79 lebih kecil dari satu, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan untuk peluang pengembalian
kredit
dengan
jangka
waktu
pengembalian
kredit
konsumen, bilamana jangka waktu pengembalian kredit konsumen berbeda. g. Beban Bunga Kredit Koefisien faktor beban bunga kredit dari hasil regresi logistik adalah positif (0,3443), artinya konsumen yang setuju atau bersedia dengan beban bunga kredit yang ditetapkan perusahaan akan lancar dalam pengembalian kreditnya. Hubungan tersebut tidak signifikan karena nilai P variabelnya diatas 5 persen (P > 0,05) yaitu sebesar 0,646 sehingga belum cukup bukti untuk menyatakan bahwa faktor beban bunga kredit berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian kredit sepeda motor. Adapun hubungan beban bunga kredit dengan pengembalian kredit ditunjukan dengan nilai Odds ratio, dimana nilai Odds ratio sebesar 1,41 lebih besar dari satu, dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan untuk peluang pengembalian kredit dengan beban bunga kredit, bilamana beban bunga kredit konsumen berbeda. Hal tersebut menunjukan
bahwa
konsumen
PT.FIF
cenderung
lancar
dalam
pengembalian kredit sepeda motornya sebesar 1,41 kali, jika konsumen setuju
atau
tidak
keberatan
dibebankan perusahaan.
dengan
beban
bunga
yang
h. Pengalaman Ambil Kredit Koefisien faktor pengalaman ambil kredit dari hasil regresi logistik adalah negatif (-0,7588), artinya bertambahnya pengalaman ambil kredit konsumen
menyebabkan pengembalian kredit sepeda motornya tidak
lancar. Bila dilihat dari nilai P variabel pengalaman ambil kredit yang lebih kecil dari 5 persen (P < 0,05), yaitu 0,034 menunjukan sudah cukup bukti untuk
menyatakan
bahwa
pengalaman
ambil
kredit
konsumen
berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian kredit. Adapun
hubungan
faktor
pengalaman
ambil
kredit
dengan
pengembalian kredit ditunjukan dengan nilai Odds ratio, dimana nilai Odds ratio adalah 1,18 lebih besar dari satu, artinya ada perbedaan yang signifikan untuk peluang pengembalian kredit dengan pengalaman ambil kredit konsumen, bilamana
pengalaman ambil
kredit konsumen
berbeda. Hal tersebut menunjukan bahwa konsumen PT.FIF
cenderung
tidak lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya sebesar 1,18 kali, jika konsumen sudah beberapa kali ambil kredit.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Secara umum karakteristik konsumen PT FIF dari konsumen pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur yang lancar dalam pengembalian kredit sepeda motornya, adalah
berusia antara 31-40 tahun, berpendidikan SLTA, memiliki jumlah tanggungan keluarga 3-5 orang, memiliki pengalaman usaha lebih
dari 5 tahun, memiliki omzet
usaha rata-rata per bulan lebih dari 25 juta, mengambil jangka waktu pengembalian kredit selama 2 tahun (23 bulan), setuju atau tidak keberatan dengan beban bunga yang ditetapkan perusahaan dan pengalaman ambil kredit 1-2 kali. 2. Terjadi ketidak lancaran pengembalian kredit sepeda motor pada pedagang ayam Broiler dan pedagang sayur, seperti usia yang terlalu muda (21-30 tahun) dan usia yang
terlalu tua (51-60 tahun) berpengaruh terhadap Character konsumen, pendidikan rendah (SD) berpengaruh terhadap Capacity konsumen, jumlah tanggungan keluarga > 5 orang berpengaruh terhadap Capital konsumen, pengalaman usaha < 5 tahun berpengaruh terhadap Capacity dan Condition konsumen, omzet usaha rata-rata per bulan < 25 juta berpengaruh terhadap Capital konsumen, jangka waktu pengembalian kredit selama 3 tahun (35 bulan) berpengaruh terhadap Character konsumen, tidak setuju dengan beban bunga yang ditetapkan perusahaan berpengaruh terhadap Character konsumen dan pengalaman ambil kredit > 3 kali berpengaruh terhadap
Character konsumen.
3. Berdasarkan hasil analisis terhadap fungsi peluang logit, diketahui bahwa faktor yang berpengaruh nyata (signifikan) terhadap pengembalian
kredit sepeda motor
pedagang ayam broiler, yaitu : taggungan keluarga
(nilai P = 0,006), omzet
usaha (nilai P = 0,040) dan pengalaman ambil kredit (nilai P = 0,026). Sedangkan faktor yang berpengaruh nyata (signifikan) pada pedagang sayur, yaitu : tanggungan keluarga (nilai P = 0,020) dan pengalaman ambil kredit (nilai P = 0,034). 7.1. Saran
Berdasarkan identifikasi dari hasil penelitian ini, ada beberapa upaya yang perlu mendapatkan perhatian PT. FIF (Federal International Finance) dalam rangka perbaikan kelancaran pengembalian kredit, antara lain : 1. Mempertimbangkan faktor usia, tanggungan keluarga, jangka waktu pengembalian kredit dan pengalaman ambil kredit yang bernilai negatif, keluarga, omzet usaha, dan pengalaman ambil nyata terhadap pengembalian kredit. Sebaiknya
serta tanggungan kredit yang berpengaruh
PT. FIF memasukan kedalam
sistem data penerimaan calon kosumen, dari semua kriteria yang memberatkan tersebut, dengan demikian bagi calon konsumen dengan usia masih relatif muda atau bahkan
terlalu tua, tanggungan keluarga yang lebih dari 5 orang dan sudah beberapa kali mengambil kredit dapat secara sistem ditolak untuk mencegah kerugian lebih lanjut. 2. Bagi PT FIF disarankan untuk memberikan pelayanan terhadap konsumen yang lebih baik lagi dan mempertahankan pelayanan yang sudah dianggap baik, karena bukan tidak mungkin disamping faktor yang sudah di analisis oleh peneliti, kemudian muncul kendala baru, seperti jarak konsumen dengan kantor yang sudah dapat diatasi dengan adanya tempat-tempat pembayaran yang semakin dekat dengan konsumennya dan penerapan teknologi informasi
(on-line) yang sudah baik.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, at al. 2001. Sendi-sendi Pokok Perkreditan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta Alamsyah, Taufik. 2007. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Usaha Pedesaan (Kupedes) Sektor Agribisnis (BRI Unit Ciomas).
[Skripsi]. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Andriani, S. 2008. Analisis Fakto-Faktor yang Mempengaruhi Volume Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) di Indonesia. [Skripsi]. Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Dahlan, Siamat. 2006. Manajemen Lembaga Keuangan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Jakarta:
Dinas Peternakan dan Perikanan.2000.Buku Saku Peternakan dan Perikanan Tahun 2000.Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor.Bogor Djohan, Warman. 2006. Kredit Bank. Alternatif Pembiayaan, Pengajuannya. Jakarta : PT Mutiara Sumber Widya.
dan
Haerudin. 2007. Kinerja Keuangan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Swamitra-Kwapi (Kasus USP SwamitraKwapi, Cikini, Jakarta Pusat). Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Jurnal Tahunan. 2008. Kesiapan Menata Pasar Meraih Kemenangan. Jurnal Tahunan Federal International Finance.Jakarta. Kasmir. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan lainya. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kartini,Rini. 2002. Dampak Perpindahan Lokasi Pasar Induk Terhadap system Pemasaran Sayur Mayur di Kota Bogor.Departemen Ilmu-ilmu sosial Ekonomi Pertanian.Fakultas Pertanian.Institut Pertanian Bogor.Bogor. Muhammamah, Nunung. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit oleh UMKM (Kasus Nasabah Kupedes BRI Unit Cigudeg, Cabang Bogor). Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Prawirokusumo, Soeharto.1987. Ilmu Usaha Tani. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Suyatno, Thomas. 1991. Dasar-dasar Perkreditan. Gramedia Pustaka Utami. Jakarta.
LAMPIRAN
Link Function: Logit PEDAGANG AYAM BROILER
Response Information Variable Y
Value 1 0 Total
Count 21 7 30
(Event)
Logistic Regression Table
Predictor Constant X1 (Usia) X2 (Tingkat Pendidikan) X3 (Tanggungan Keluarga) X4 (Pengalaman Usaha) X5 (Omzet Usaha) X6 (Jangka Waktu Pengembalian) X7 (Respon Beban Bunga) X8 (Pengalaman Ambil Kredit)
Coef -2,19564 -1,11212 4,56746 -4,29965 3,57660 1,50598 -1,03109 3,01078 -2,39923
95% Predictor Lower Constant X1 (Usia) 10,45 X2 (Tingkat Pendidikan) 3,83 X3 (Tanggungan Keluarga) 0,52 X4 (Pengalaman Usaha) 254,20 X5 (Omzet Usaha) 0,83 X6 (Jangka Waktu Pengembalian) 3,78 X7 (Respon Beban Bunga) 0,94 X8 (Pengalaman Ambil Kredit) 43,58
SE Coef 2,5143 0,96820 1,70250 0,35931 2,63516 0,44422 0,36674 1,82000 0,93821
Z -0,90 -1,25 1,34 -2,75 1,39 -2,05 0,18 1,99 1,69
P 0,370 0,080 0,180 0,006 0,166 0,040 0,860 0,213 0,026
CI Upper 0,60 0,78 0,02 0,27 0,04 0,41 0,04 0,87
Log-Likelihood = -17,542 Test that all slopes are zero: G = 36,652, DF = 8, P-Value = 0,000
Goodness-of-Fit Tests Method Pearson Deviance Hosmer-Lemeshow
Chi-Square 14,0064 18,6789 1,0876
DF 21 21 8
P 1,000 1,000 0,897
Table of Observed and Expected Frequencies: (See Hosmer-Lemeshow Test for the Pearson Chi-Square Statistic)
Value 1 Obs Exp 0 Obs Exp Total
Group 5 6
1
2
3
4
0 1,4
0 1,8
0 1,9
2 1,4
2 1,8
3 1,6 3
3 1,2 3
3 1,1 3
0 0,6 2
0 0,2 2
7
8
9
10
Total
2 1,9
3 2,4
3 2,4
4 3,6
5 4,0
21
0 0,1 2
0 0,6 3
0 0,6 3
0 0,4 4
0 1,0 5
9
Measures of Association: (Between the Response Variable and Predicted Probabilities)
30
Odds Ratio 0,33 1,73 0,11 23,75 0,22 2,80 36,02 67,89
Pairs Concordant Discordant Ties Total
Number 889 53 10 952
Percent 92.8 4,2 3,0 100,0
Summary Measures Somers' D Goodman-Kruskal Gamma Kendall's Tau-a
Link Function: Logit PEDAGANG SAYUR
0,64 0,71 0,33
Response Information Variable Y
Value 1 0 Total
Count 17 13 30
(Event)
Logistic Regression Table
Predictor Constant X1 (Usia) X2 (Tingkat Pendidikan) X3 (Tanggungan Keluarga) X4 (Pengalaman Usaha) X5 (Omzet Usaha) X6 (Jangka Waktu Pengembalian) X7 (Respon Beban Bunga) X8 (Pengalaman Ambil Kredit)
Predictor Constant X1 (Usia) X2 (Tingkat Pendidikan) X3 (Tanggungan Keluarga) X4 (Pengalaman Usaha) X5 (Omzet Usaha) X6 (Jangka Waktu Pengembalian) X7 (Respon Beban Bunga) X8 (Pengalaman Ambil Kredit)
Coef -4,28544 -1,03224 2,18634 -0,37969 0,71600 0,03093 -0,01901 0,34431 -0,75885 95% Lower 0,83 0,07 0,58 1,18 0,96 0,79 0,32 0,18
SE Coef 4,74678 2,08412 2,49933 0,47026 0,28288 0,03514 0,10801 0,74976 0,47758
Z -0,90 -0,38 0,87 -0,81 2,53 0,88 -0,18 0,46 -1,57
P 0,367 0,702 0,382 0,020 0,421 0,378 0,760 0,646 0,034
Odds Ratio
CI Upper 1,14 193,87 3,67 3,56 1,10 1,21 6,13 1,19
Log-Likelihood = -25,451 Test that all slopes are zero: G = 30,601, DF = 10, P-Value = 0,001
Goodness-of-Fit Tests Method Pearson Deviance Hosmer-Lemeshow
Chi-Square DF P 51,2496 49 0,386 50,9019 49 0,399 9,0868 8 0,335
Table of Observed and Expected Frequencies: (See Hosmer-Lemeshow Test for the Pearson Chi-Square Statistic) Group Value 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total 1 Obs 0 0 0 0 2 2 2 3 4 4 17 Exp 0,6 0,2 0,1 0,4 1,8 1,9 1,4 2,4 3,6 4,0 0 Obs 4 3 2 2 2 0 0 0 0 0 13 Exp 3,4 2,8 1,9 1,6 3,2 0,1 0,6 0,6 0,4 0,0 Total 4 3 2 2 4 2 2 3 4 4 30 Measures of Association: (Between the Response Variable and Predicted Probabilities) Pairs Concordant Discordant
Number 764 110
Percent Summary Measures 87,3 Somers' D 12,6 Goodman-Kruskal Gamma
0,75 0,75
0,97 38,90 1,46 2,05 1,03 0,79 1,41 1,18
Ties Total
1 875
0,1 100,0
Kendall's Tau-a
0,37