3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ayam Broiler
Gambar 1. Ayam Broiler
Skema Pembibitan Ayam Broiler Pure Lines A
A
B
B
C
C
D
D
Grandparents Stock A
B
C
D D
Parents Stock AB
CD
Broilers ABCD Final Stock Gambar 2. Skema Pembibitan Ayam Broiler (Comfeed Management Programe, 2008) Ayam Broiler adalah ayam ras yang mampu tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat (5 sampai 7 minggu). Broiler mempunyai peranan yang penting sebagai sumber protein hewani asal
3
4
ternak. Pengertian Ayam Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat, sebagai penghasil daging dengan konversi pakan rendah dan siap dipotong pada usia yang relatif muda. Umumnya broiler ini siap panen pada usia 28 sampai 45 hari dengan berat panen 1,2 sampai 1,9 kg/ekor (Azis, 2010). Menurut Indro (2004), broiler merupakan hasil rekayasa genetika dihasilkan dengan cara menyilangkan sanak saudara. Kebanyakan induknya diambil dari Amerika prosesnya sendiri diawali dengan mengawinkan sekelompok ayam dalam satu keluarga, kemudian dipilihlah turunannya yang tumbuh paling cepat. Diantara mereka disilangkan kembali. Keturunannya diseleksi lagi, yang cepat tumbuh kemudian dikawinkan dengan sesamanya. Demikian seterusnya hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam broiler. Ayam ini mampu membentuk 1 kg daging atau lebih dalam tempo 30 hari, dan bisa mencapai 1,5 kg dalam waktu 40 hari. Broiler memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya ayam broiler yaitu: 1. Dagingnya empuk. 2. Ukuran badan besar. 3. Bentuk dada lebar, padat dan berisi. 4. Efisiensi terhadap pakan cukup tinggi. 5. Sebagian besar dari pakan diubah menjadi daging. 6. Pertambahan bobot badan sangat cepat. Sedangkan kelemahannya yaitu memerlukan pemeliharaan secara intensif dan cermat, relatif lebih peka terhadap suatu infeksi penyakit dan sulit beradaptasi (Murtidjo, 1987). Pertumbuhan yang paling cepat terjadi sejak menetas sampai umur 4-6 minggu, kemudian mengalami penurunan dan terhenti sampai mencapai dewasa (Suprijatna, 2006). Ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaan mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah
5
dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia. Banyak strain ayam broiler yang dipelihara di Indonesia. Strain merupakan sekelompok ayam yang dihasilkan oleh perusahaan pembibitan melalui proses pemuliabiakan untuk tujuan ekonomis tertentu. Contoh strain ayam broiler antara lain CP 707, Starbro, Hybro (Suprijatna, 2005).
B. Perkandangan Kandang serta peralatan yang ada di dalamnya merupakan sarana pokok untuk terselenggarakannya pemeliharaan ayam secara intensive, berdaya guna dan berhasil guna. Ayam akan terus menerus berada di dalam kandang, oleh karena itu kandang harus dirancang dan ditata agar menyenangkan dan memberikan kebutuhan hidup yang sesuai bagi ayam-ayam yang berada di dalamnya. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam hal ini adalah pemilihan tempat atau lokasi untuk mendirikan kandang serta konstruksi atau bentuk kandang itu sendiri. Kandang merupakan modal tetap (investasi) yang cukup besar nilainya, maka sedapat mungkin semenjak awal dihindarkan kesalahan-kesalahan dalam pembangunannya, apabila keliru akibatnya akan menimbulkan problema-problema terus menerus sedangkan perbaikan tambal sulam tidak banyak membantu (Williamsons dan Payne, 1993). Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras meliputi: persyaratan temperatur berkisar antara 32,2-350C, kelembaban berkisar antara 60-70%, penerangan/pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang, model kandang disesuaikan dengan umur ayam, untuk anakan sampai umur 2 minggu atau 1 bulan memakai kandang box, untuk ayam remaja ± 1 bulan sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang box yang dibesarkan dan untuk ayam dewasa bisa dengan kandang postal atapun kandang bateray.
6
Kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama (Bambang, 1995). Tabel 1. Tingkat Kepadatan Kandang Ayam Per Bobot Hidup Bobot Badan (gram) 1400 1800 2300 2700
Ekor/m2 13-17 10-13 8-10 6-8
Sumber: Siregar et al, 1980.
1. Open housed
Gambar 3. Kandang Panggung (Open housed) Kandang panggung adalah kandang yang jarak ideal antara lantai kandang dengan tanah sekitar 1,5-2 meter. Lantai kandang umumnya terbuat dari belahan bambu dengan lebar kurang lebih 2-3 cm. Kandang merupakan salah satu sarana fundamental yang secara langsung terut serta menentukan sukses tidaknya suatu peternakan. Kondisi kandang harus diperhatikan dengan baik yang memacu pada prinsip ideal yang senantiasa memberi perhatian pada temperatur lingkungan, kelembaban udara dan sirkulasi atau pertukaran udara (Pattilesano dan sangle, 2011). Fadillah (2007) menyatakan bahwa kandang panggung merupakan bentuk kandang yang paling banyak dibangun untuk mengatasi temperatur panas. Kandang panggung cocok dibangun di daerah dataran rendah atau berawa. Konstruksi rangka kandang bisa dibuat dari kayu, bambu, kayu dolken. Kelebihan kandang sistem panggung adalah sirkulasi udara berjalan lebih baik dibandingkan dengan sirkulasi udara di kandang sistem postal. Keadaan ini disebabkan udara datang dari arah bawah dan samping
7
kandang. Lantai kandang harus berlubang atau sistem slat yang bisa dibuat dari bambu atau kayu dengan jarak antar slat sekitar 2,5 cm. Andisuro (2011) menyatakan bahwa pemeliharaan dengan kandang terbuka juga memiliki kelemahan, diantaranya adalah suhu lingkungan yang fluktuatif tidak dapat dikontrol, sehingga peternak harus dapat menyiasati apabila suhu terlalu dingin ataupun terlalu panas untuk ayam broiler.
2. Closed housed
Gambar 4. Kandang Tertutup (Closed housed) Kandang sistem tertutup atau closed house merupakan sistem kandang yang harus sanggup mengeluarkan kelebihan panas, kelebihan uap air, gasgas yang berbahaya seperti CO, CO2 dan NH3 yang ada dalam kandang, tetapi disisi lain dapat menyediakan berbagai kebutuhan oksigen bagi ayam. Berdasarkan ini, kandang dengan model sistem tertutup ini diyakini mampu meminimalkan pengaruh-pengaruh buruk terhadap lingkungan dengan mengedepankan produktivitas yang dimiliki ayam. Secara konstruksi, kandang sistem tertutup dibedakan atas dua sistem yakni pertama sistem tunnel dengan beberapa kelebihan yang dimilikinya seperti mengandalkan aliran angin untuk mengeluarkan gas sisa, panas, uap air dan menyediakan oksigen untuk kebutuhan ayam. Sistem tunnel ini lebih cocok untuk area dengan temperatur maksimal tidak lebih dari 30 oC. Sistem kedua adalah evaporative cooling system (ECS). Sistem ini memberikan manfaat pada peternak seperti mengandalkan aliran angin dan proses evaporasi dengan bantuan angin. Sistem kandang tertutup ini hanya cocok untuk daerah panas dengan suhu udara di atas 35 oC (Trisanto, 2015).
8
3. Model atap Terbuat dari bahan genteng, seng, rumbia, asbes dan lainlain. Untuk daerah panas (dataran rendah) sebaiknya mengunakan bahan genting sebagai atap kandang. Kemiringan atap untuk bahan genting adalah 30 – 45 % , asbes atau seng sebesar 15 – 20 % dan rumbia atau alang-alang sebesar 25 – 30 %, Ketinggian atap untuk dataran rendah 3,5 – 4,5 meter dan dataran tinggi 2,5 – 3,5 meter. Bentuk dan model atap kandang hendaknya menghasilkan sirkulasi udara yang baik di dalam kandang, sehingga kondisi lingkungan dalam kandang memberikan kenyamanan ternak. Berdasarkan bentuk atap kandang, beberapa model atap yaitu atap monitor, semi monitor, gable dan shade. Model atap untuk daerah dataran tinggi hendaknya menggunakan shade atau gable, sedangkan untuk dataran rendah adalah monitor atau semi monitor (Ainur, 2007).
Gambar 5. Tipe Atap Monitor
Gambar 6. Tipe Atap Semi Monitor
9
Gambar 7. Tipe Atap Gable
Gambar 8. Tipe Atap Shade 4. Litter Litter merupakan sistem kandang pemeliharaan unggas dengan lantai kandang ditutup oleh bahan penutup lantai seperti, sekam padi, serutan gergaji, dan jerami padi. Keuntungan sistem ini adalah biaya relatif rendah, menghilangkan bau kotoran, jika litter kering maka pembuangan kotoran lebih mudah dan dapat menahan panas didalam kandang. Kekurangannya adalah penyebaran penyakit lebih mudah, Pengawasan kesehatan lewat kotoran sulit diamati (Lubis, 1992). Litter yang baik harus dapat memenuhi beberapa kriteria. Memiliki daya serap yang tinggi, lembut sehingga tidak menyebabkan kerusakan dada, mempertahankan kehangatan, menyerap panas, dan menyeragamkan temperatur dalam kandang (Prayitno dan Yuwono, 1997).
10
a. Sekam padi
Gambar 9. Sekam Padi Sekam padi merupakan bahan litter yang dapat menyerap air sehingga dapat mengatasi masalah kelembaban. Sekam padi juga mempunyai kekurangan yaitu sebagai bahan yang ringan dan mudah menggumpal. Sekam padi ini mempunyai daya menyerap air lebih sedikit karena mempunyai kandungan air sekitar 16,30 % dibandingkan dengan jerami padi 16,91 % (Melgiono, et al., 2003). Sekam padi merupakan limbah hasil pertanian yaitu hasil dari penggilingan padi yang diambil bagian terluar dari butir padi. Sekam paling banyak digunakan untuk alas kandang karena mempunyai sifatsifat dapat menyerap air dengan baik, bebas debu, kering, mempunyai kepaddatan yang baik, dan memberi kesehatan kandang (Luh, 1991). b. Jerami padi
Gambar 10. Jerami Padi Jerami padi berasal dari limbah hasil pertanian tanaman padi berupa batang padi yang sudah dikeringan. Tanaman padi ini bersifat musiman sehingga pada musim panen jerami akan mudah diperoleh. Tanaman ini dapat digunakan sebagai salah satu litter dengan kelebihan
11
mengurangi kemungkinan lepuh dada sehingga broiler relatif lebih tahan dan pengelolaannya lebih mudah dilakukan (Rasyaf, 2004). Jerami padi yang akan digunakan sebagai bahan litter sebaiknya dipotong-potong terlebih dahulu dengan panjang 10 cm, karena dengan ukuran
tersebut
dapat
mempermudah
penanganan.
Kekurangan
menggunakan jenis litter jerami padi adalah sulit didapat karena jerami padi bersifat musiman (Melgiono, et al., 2003). c. Serutan kayu
Gambar 11. Serutan Kayu Limbah dari pengolahan kayu masih banyak menimbulkan massalah dalam penanganannya yaitu dibiarkan membusuk, ditumpuk, dan dibakar yang kesemuanya berdampak negatif terhadap lingkungan sehingga penanggulangannya perlu dipikirkan. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan memanfaatkannya sebagai litter. Kelebihan bahan litter menggunakan serutan kayu yaitu mudah dalam menyerap air sehingga akan meminimalisir timbulnya bibit penyakit yang diakibatkan karena lantai yang basah dan lembab (Rasyaf, 2004). Serutan kayu yang digunakan sebagai litter sebaiknya dipotongpotong sepanjang 2-3 cm dengan tujuan agar serutan kayu mudah dalam penanganan serta jika potongan serutan kayu terlalu kecil akan melukai broiler. Serutan kayu memiliki kekurangan sebagai bahan litter yaitu dapat menimbulkan sedikit luka pada bagian dada karena serutan kayu berpartikel besar dan sedikit kasar (Wank, 2005).
12
C. Manajemen Pencahayaan Cahaya (Light) mengandung energi proton yang dapat diubah menjadi ransangan biologis yang diperlakukan untuk berbagai proses fisiologis tubuh. Pada unggas, respon terhadap cahaya tidak terlalu melibatkan respon cahaya yang terdapat pada mata. Dibuktikan bahwa reseptor cahaya yang terdapat pada hipotalamus lebih banyak digunakan untuk mengubah energi foton menjadi implus syaraf, yang kemudian diteruskan oleh sistem endokrin untuk berbagai keperluan seperti reproduksi perilaku dan karakteristik sekunder kelamin. Untuk dapat berproduksi dengan baik, ayam petelur memerlukan ransangan cahaya yang cukup lama dan intensitas. Daerah temperate diperlukan ransangan cahaya selama 14-16 jam/hari (Sahari Banong, 2012). Cahaya berfungsi dalam proses penglihatan. Cahaya merangsang pola sekresi beberapa hormon yang mengontrol pertumbuhan, pendewasaan, reproduksi, dan tingkah laku. Cahaya mengatur ritme harian dan beberapa fungsi penting di dalam tubuh seperti suhu tubuh dan beragam tahapan metabolisme yang terkait dengan pemberian pakan dan pencernaan (Nasty, 2010). Andisuro (2011) menyatakan bahwa mekanisme proses fisiologis rangsangan cahaya diawali dengan rangsangan mekanis pada syaraf penglihatan dan selanjutnya secara kimiawi melalui rangsangan hormonal dan mempengaruhi organ-organ tubuh. Cahaya yang mengenai mata ayam akan diterima oleh reseptor pada mata ayam, merangsang syaraf mata dan kemudian rangsangan ini diteruskan ke hiphofisa. Hasil kerja selanjutnya menyebabkan pengeluaran hormon pengendali dari hiphofisa anterior yang berfungsi mengatur pengeluaran kelenjar endokrin. Hormon pengendali tersebut terdiri atas hormon stimulasi tiroid yang meningkatkan stimulasi tiroid dan hormon somatotropik yang berfungsi mengatur pertumbuhan dengan mengendalikan metabolisme asam amino dalam pembentukan protein. Hormon pertumbuhan penting dalam pengendalian pertumbuhan dan aspek lainnya dari metabolisme lemak, karbohidrat dan protein dalam tubuh unggas.
13
Program pencahayaan pada tahap pertumbuhan awal anak ayam berumur antara satu sampai tujuh hari menggunakan intensitas cahaya minimum 20 lux yang diberikan secara terus menerus. Pemberian cahaya seperti ini bertujuan untuk
memastikan anak ayam dapat beadaptasi dengan baik terhadap
lingkungannya serta meningkatkan aktivitas sehingga mengurangi kelainan pada cacat kaki. Intensitas cahaya dapat mempengaruhi tingkah laku ayam broiler. Intensitas cahaya yang lebih rendah dapat menurunkan aktivitas ayam untuk berjalan dan berdiri, mengurangi tingkah laku berkelahi antar sesama ayam, serta menurunkan aktivitas mengepakkan sayap dan kanibalisme. Intensitas cahaya yang sangat rendah (< 5 lux) akan menyebabkan kebutaan pada ayam (Olanrewaju et al., 2006). Cahaya sangat diperlukan oleh ayam broiler terutama pada umur tujuh hari pertama. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jumlah total lama pencahayaan bukan merupakan aspek yang penting dalam pengaturan cahaya bagi ayam broiler. Ayam broiler tidak melakukan aktivitas pada periode gelap (tanpa cahaya) dan memberi kesempatan kepada ayam broiler untuk mencerna makanan secara sempurna (Rustam, 2012).
D. Pakan Pakan adalah campuran dari berbagai macam bahan organik maupun anorganik untuk ternak yang berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan zat-zat makanan dalam proses pertumbuhan. Ransum dapat diartikan sebagai pakan tunggal atau campuran dari berbagai bahan pakan yang diberikan pada ternak untuk pemenuhan kebutuhan nutrien ternak selama 24 jam baik diberikan sekaligus maupun sebagian. Ransum adalah kumpulan dari beberapa bahan pakan ternak yang telah disusun dan diatur sedemikian rupa untuk 24 jam (Lubis, 1992). Untuk mendapatkan bobot badan yang sesuai dengan yang dikehendaki pada waktu yang tepat, maka perlu diperhatikan pakan yang tepat. Kandungan energi pakan yang tepat dengan kebutuhan ayam dapat mempengaruhi konsumsi pakannya. Ayam jantan memerlukan energy yang lebih banyak
14
daripada betina, sehingga ayam jantan mengkonsumsi pakan lebih banyak, (Anggorodi, 1985). Ransum memiliki peran penting dalam kaitannya dengan aspek ekonomi yaitu sebesar 65-70% dari total biaya produksi yang dikeluarkan (Fadhilah, 2004). Pemberian ransum bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, pemeliharaan panas tubuh dan produksi. Pakan yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrien) yang dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi. Pemberian pakan dengan sistem ad libitum selalu tersedia/tidak dibatasi (Suprijatna, 2005). Pemberian
ransum
dilakukan
secara adlibitum dengan
pemberian
ransum berbentuk: tepung pada periode starter, butiran pecah pada periode finisher dan terkadang diberikan ransum yang berbentuk pellet. Pemberian ransum bertujuan menjamin pertambahan bobot badan dan produksi daging. Jenis bahan ransum dan kandungan gizinya harus diketahui untuk mendapatkan formula ransum yang tepat. Pemberian ransum pada ternak disesuaikan dengan umur, kesukaan terhadap ransum, dan jenis ransum. Ransum untuk ayam yang belum berumur atau DOC diberikan dalam bentuk all mash. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pencernaan ransum di dalam saluran pencernaan DOC (Akbar, 2007). Pakan untuk ayam broiler dibedakan menjadi dua macam yaitu pakan untuk periode starter dan periode finisher. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kebutuhan nutrien pakan sensual dengan periode pertumbuhan ayam. Khusus untuk pakan broiler, hendaklah (1) memiliki nisbah kandungan energi-protein yang
diketahui,
(2)
kandungan
proteinnya
tinggi
untuk
menopang
pertumbuhannya yang sangat cepat, (3) mengandung energi yang lebih untuk membuat ayam broiler dipanen cukup mengandung lemak (Amrullah, 2004). Kandungan protein dalam pakan untuk ayam broiler umur 1-14 hari adalah 24% dan untuk umur 14-39 hari adalah 21%. Kebutuhan protein untuk ayam yang sedang bertumbuh relatif lebih tinggi karena untuk memenuhi tiga macam kebutuhan yaitu untuk pertumbuhan jaringan, hidup pokok dan
15
pertumbuhan. Kebutuhan energi metabolis berhubungan erat dengan kebutuhan protein yang mempunyai peranan penting pada pertumbuhan ayam broiler selama masa pertumbuhan (Fadhilah, 2004). Rasyaf (2004) mengatakan bahwa konsumsi ayam broiler merupakan cermin dari masuknya sejumlah unsur nutrien ke dalam tubuh ayam. Jumlah yang masuk ini harus sesuai dengan yang dibutuhkan untuk produksi dan untuk hidup pokok. Pertumbuhan pada ayam broiler dimulai dengan perlahan-lahan kemudian berlangsung cepat sampai dicapai pertumbuhan maksimum setelah itu menurun kembali hingga akhirnya terhenti. Pertumbuhan yang paling cepat terjadi sejak menetas sampai umur 4-6 minggu, kemudian mengalami penurunan. Ayam broiler diberikan pakan dengan tujuan utama adalah menjamin
penambahan
bobot
badan
selama
pertumbuhan
dan
penggemukannya. Ayam broiler kebutuhan nutrien berbeda jumlahnya pada setiap fase atau tingkatan umur ayam. Kebutuhan nutrien untuk ayam broiler seperti Tabel 2. Tabel 2. Kebutuhan Nutrien Ayam Broiler Nutrien Protein Kasar ME Lemak Serat Kasar Kadar Abu
Fase Starter 21-23% 2900-3200 Kkal/Kg 5-8% 3-5% 4-7%
Fase Finisher 19-24% 2900-3200 Kkal/Kg 5-8% 3-5% 4-7%
Sumber: Rasyaf, (2004).
E. Manajemen Pemeliharaan Ayam Broiler Tahap pertama, pada tahap ini pada intinya membersihkan kandang yang sudah dipakai pada periode sebelumnya, pembersihan ini biasanya digunakan sprayer yang berkekuatan tinggi sehingga kotoran yang ada pada lantai (slate) lepas, tetapi ibarat tidak ada rotan akar pun jadi, ketika mesin gem set untuk membersihkan kebetulan saja rusak yang akhirnya hanya dengan sikat dan air saja dalam membersihkan kandang tetapi pada prinsipnya sama yaitu menghilangkan kotoran, hanya saja memerlukan tenaga dan waktu yang cukup lama perlu diketahui juga bahwa kotoran menjadi mata rantai penyambung
16
bibit penyakit pada periode selanjutnuya, lingkungan disekitar kandang juga perlu diperhatikan dalam tahap pembersihan kandang ini yaitu semak belukar dan tanaman perdu agar tidak menjadi sarang bagi predator anak ayam (kucing) dan tempat hidup serangga pengganggu seperti lalat dan tidak mengganggu sirkulasi udara (Abidin, 2002). Tahap pengapuran sangat penting dalam pra pemeliharaan karena dapat mencegah berkembangnya mikroorganisme yang dapat merugikan seperti ookista (penyebab Coccsidiosis), konsentrasi kapur yang digunakan pada pengapuran ini yaitu 2% (2 kg kapur diencerkan dalam 10 liter air). Setelah pengapuran kandang selesai dilanjutkan dengan penyemprotan kandang dengan desinfektan, setelah itu baru persiapan litter dan tirai (Muljowati, 2003). Kegiatan pertama yang harus dilakukan ketika day old chick (DOC) datang adalah memperhatikan dan memeriksa keadaan DOC secara keseluruhan, baik kualitas maupun kuantitasnya. Day old chick (DOC) yang berkualitas baik antara lain mempunyai ciri kakinya besar dan basah seperti berminyak, bulu cerah dan penuh, terlihat aktif dan beratnya tidak kurang dari 37 gram. Kualitas DOC yang dipelihara harus yang terbaik, karena performa yang jelek bukan saja dipengaruhi oleh faktor pemeliharaan tetapi juga oleh kualitas DOC pada saat diterima (Fadhilah, 2004). Frekuensi atau waktu pemberian pakan pada anak ayam biasanya lebih sering, sampai 5 kali sehari dan semakin tua ayam frekuensi pemberian pakan semakin berkurang sampai dua atau tiga kali sehari. Namun, yang perlu mendapat perhatian dari segi waktu ini adalah ketepatan waktu pemberian pakan setiap harinya perlu dipertahankan karena pemberian pakan pada waktu yang tidak tepat setiap hari dapat menurunkan produksi. Pakan juga dapat diberikan dengan cara terbatas pada waktu-waktu tertentu dan disesuaikan dengan kebutuhan ayam, misalnya pagi dan sore. Saat diberikan biasanya ayam dalam keadaan lapar sehingga pakan tidak banyak terbuang (Rizal, 2006). Menurut Murtidjo (1987) pemeliharaan ayam broiler yang baik sebagai berikut:
17
Gambar 12. Persebaran DOC dalam Brooder 1. Persiapan Ayam Broiler. Persiapan yang baik merupakan modal pertama yang harus dimiliki sebelum mendatangkan bibit ayam broiler yang akan dipelihara. Tersedianya sarana yang lengkap akan memudahkan dalam pengelolaan secara baik dan sempurna. Persiapan yang diperlukan antara lain yaitu tersedianya boks atau kandang DOC, boks ini diletakkan di atas lantai kandang, tirai plastik dipasang pada keempat sisi boks, lampu pemanas digantung 15 cm dari lantai boks, termometer untuk mengontrol panas bisa digantung atau diikat pada kandang. Pemeliharaan saat DOC tiba merupakan awal dari pemeliharaan selanjutnya. DOC yang baru datang biasanya mengalami stress dan kemunduran kondisi. Oleh karena itu, pemberian air minum dilakukan setelah DOC beristirahat kira-kira 2-3 jam. Air minum yang diberikan pertama kali biasanya diberi tambahan gula jawa sebagai suplai energi. Pemberian air harus adlibitum dan ditempatkan secara merata disekitar sumber pemanas. Kandang DOC harus diberi pemanas karena pada umumnya sistem kekebalan tubuh DOC belum stabil dalam fungsinya. Pada keesokan harinya, air minum di tambah suplemen / vitamin. Menambahkan
ransum
pakan
yang
diberikan
untuk
DOC
harus
mengandung kadar protein 23% dan metabolisme energi (ME) 2000-3000 kcal.
18
2. Pemeliharaan Minggu Pertama Pemeliharaan minggu pertama memerlukan pengawasan yang khusus karena di dlam periode ini, DOC sedang mengalami tahap penyesuaian dengan tempat yang baru. Pemeliharaan DOC umur 1 minggu dengan cara: DOC yang barudibeli satu-persatu dipindahkan ke kandang yang sudah terdapat lampu sebagai pemanas. Jangan diberi minum atau pakan lebih dahulu, dibiarkan selama 25 menit untuk mengenali lingkungan yang baru. Selanjutnya dapat diberikan air minum dicampur gula pasir dengan perbandingan 20 gram gula pasir dicampur 4 liter air putih untuk 100 ekor DOC. Gunakan tempat minum tabung ukuran 1 liter. Peranannya sangat penting untuk pengembalian kondisi DOC selama perjalanan. Pada hari kedua air minum dicampur dengan antibiotik, dan pada hari keempat diberi vaksin ND. 3. Pemeliharaan Minggu Kedua Pemeliharaan
minggu
kedua,
meskipun
masih
memerlukan
pengawasan, namun lebih ringan dibandingkan pada minggu pertama. Pemanas masih diperlukan. Tirai plastik salah satu kandang bisa dibuka untuk memperlancar sirkulasi udara. Pemanas bisa diturunkan hingga suhu 32oC dengan cara meninggikan lampu pemanas. Penambahan jatah pakan dan air minum. Ayam memerlukan pakan 33 gr/ekor. 4. Pemeliharaan Minggu Ketiga Pemeliharaan minggu ketiga masih memerlukan pemanas. Ayam sudah lincah dan nafsu makan tinggi. Selain itu pertumbuhan bulu sudah cukup baik sehingga tirai plastik penutup sisi boks dapat dibuka. Temperatur diturunkan sehingga 290C. penambahan jatah makan dan minum. Pakan dibutuhkan sebanyak 48 gram/ekor. Air minum dicampur antibiotik dan pada minggu dilakukan vaksinasi ND II. 5. Pemeliharaan Minggu Keempat Pada minggu keempat, bulu sudah lebat sehingga sudah tidak membutuhkan pemanas lagi. Dilakukan penambahan jatah makan dan minum, yaitu jatah makan sebesar 65 gram/ekor. Nafsu makan baik, jatah
19
yang diberikan tidak tersisa. Pada malam hari tidak usah diberi penerang, tetapi jika pakan yang diberikan tidak habis, dianjurkan untuk diberi penerangan. Penerangan dihentikan jika jatah ransum sudah habis. 6. Pemeliharaan Minggu Kelima Pada minggu kelima dilakukan penambahan jatah makan dan minum. Ayam diberi pakan 88 gram/ekor. Air minum ditambah dengan obat cacing untuk menyiapkan periode pertumbuhan yang cepat. Obat cacing cukup diberikan sekali saja dengan dosis sesuai anjuran penggunaan merk obat cacing yang dibeli. 7. Pemeliharaan Minggu Keenam Pada pemeliharaan minggu keenam, pengawasan yang berkaitan dengan performan ayam broiler mulai dilakukan khususnya bagi ayam yang akan dipasarkan pada akhir minggu keenam, sehingga dengan pengawasan rutin dan program yang baik bisa dicapi berat badan optimal. Selain itu perlu dilaksanakan program penerangan tambahan pada malam hari. Dilakukan penambahan jatah makan dan minum yaitu jatah makan 117 gram/ekor. Program penambahan penerangan pada malam hari dilakukan mulai pukul 02.00 – 06.00 dengan intensitas cahaya 30 Watt/20m2 luas kandang. Sebelum ayam dikeluarkan, alat-alat kandang dikeluarkan terlebih dahulu. Penanggkapan ayam hendaknya dilakukan pada malam hari. Penangkapan dilakukan dengan bantuan penerangan lampu pijar warna biru/hijau. Hindarkan perlakuan kasar, ambil satu-persatu, dan pegang kakinya. Tempat untuk ayam hasil penangkapan dilanjutkan keranjang yang bertepi bulat. Isilah keranjang sesuai kapasitas dan jangan terlalu padat.
F. Vaksinasi dan Kesehatan Ternak Vaksinasi adalah preparat yang mengandung mikroorganisme hidup tetapi non aktif. Bila diberikan pada ternak, tidak akan menimbulakan penyakit, tapi merangsang kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi yang sesuai dengan mikroorganisme. Tujuan vaksinasi adalah mengusahakan kekebalan tubuh secara efektif terhadap ayam yang ada untuk jangka waktu
20
tertentu. Agar vaksinasi berhasi dengan baik, dalam melakukan vaksinasi perlu diperhatikan beberapa hal yaitu ayam yang divaksin adalah ayam yang sehat saja (Yuwono, 2002). Usaha pencegahan penyakit pada ayam broiler bisa dilakukan dengan sanitasi kandang dan vaksinasi. Pada broiler vaksinasi yang umum dilakukan yaitu vaksin ND 1, gumboro dan ND 2. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam vaksinasi yaitu jenis vaksin, metode vaksin, jadwal vaksin, dosis vaksin, waktu pemberian vaksin dan cara penyimpanan vaksin tersebut (Sauvani, 2007). Vaksinasi yang dilakukan pada ayam umur 7 hari diberikan vaksinasi NDH (larutan dapar) melalui tetes mata. Vaksin GM 97 diberikan pada ayam umur 14 hari dengan cara di campur pada air minum. Vaksinasi ND La Sotta pada ayam umur 21 hari diberikan dengan cara mencampur vaksin dengan air minum kemudian didiamkan selama 1 menit lalu dimasukkan ke tempat minum, sebelum divaksin ayam dipuasakan selama 2-3 jam. Pemberian vaksin dilakukan pada pagi hari (Malik, 2000). Vaksin dengan metode DW biasanya disimpan dalam tempat yang dingin (kulkas atau dengan es batu). Tujuan dari penyimpanan seperti ini adalah agar vaksin tidak mati karena suhu lingkungan yang lebih tinggi sehingga vaksin diinaktifkan terlebih dahulu. Penggunaan susu skim selain untuk media pertumbuhan vaksin juga berfungsi untuk membantu menguatkan daya tahan ayam (Alfred, 2005). Tabel 3. Vaksinasi Ayam Broiler Umur 1 hari 7 hari 12 hari 19 hari
Vaksin ND-IB ND IBD ND
Sumber: (Agri, 2011) Keterangan: SC : Subcutan (suntikan dibawah kulit) DW : Drink Water (air minum)
Tipe Vac Live Eye Killed Vaccine Live Live
Aplikasi Drop(tetes mata) SC (suntik subcutan) DW (air minum) DW (air minum)
21
G. Konsumsi Pakan Konsumsi Pakan = Jumlah Pakan yang diberikan – sisa pakan Jumlah ayam Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang harus dikonsumsi ayam dalam waktu tertentu. Konsumsi pakan dipengaruhi banyak faktor antara lain kondisi fisiologis, kondisi fisik pakan, berat badan, laju pertumbuhan, kandungan nutrien pakan dan temperatur lingkungan (Packman, 1995). Konsumsi merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan ayam broiler dan konsumsi itu dipengaruhi oleh suhu, sistem pemberian pakan, frekuensi pakan, kesehatan ayam, kualitas pakan serta sifat genetik dari ayam broiler. Konsumsi sangat berpengaruh pada produksi yang dicapai karena bila nafsu makan rendah akan menyebabkan laju pertumbuhan dari ayam tersebut menjadi terhambat dan akhirnya produksi akan menjadi menurun. Faktor yang mempengaruhi konsumsi pada unggas adalah kandungan serat kasar dalam pakan, kualitas pakan, dan palatabilitas atau cita rasa pakan (Rasyaf, 2003). Konsumsi pakan yang dibutuhkan adalah 284 karung atau 14200 kg/periode untuk 4000 ekor. Konsumsi pakan per ekor/hari adalah 150 gram. Konsumsi pakan adalah jumlah pakan yang dihabiskan ayam dalam satu minggu. Berdasarkan pengamatan masing-masing perlakuan, konsumsi pakan meningkat, secara kuantitatif dalam waktu seminggu. Final stock yang dipelihara mempunyai kemampuan tumbuh cepat. Konsumsi pakan yang dikonsumsi
secara
otomatis
akan
lebih
banyak
untuk
mendukung
pertumbuhannya (Suharno, 2003). Tabel 4. Standar Konsumsi Pakan Ayam Broiler CP 707 Minggu ke1 2 3 4 5 Rata-rata Sumber: PT. Charoen Pokphand (2015)
Konsumsi Pakan (gram/ekor/hari) 21,42 52,14 94,28 135 168,14 94,19
22
H. Pertambahan Bobot Badan Pertumbuhan adalah suatu proses peningkatan ukuran tulang, otot, organ dalam dari bagian tubuh yang terjadi sebelum lahir (prenatal) dan setelah lahir (postnatal) sampai mencapai dewasa (Ensminger, 1922). Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah galur ayam, jenis kelamin, dan faktor lingkungan (Bell dan Weaver, 2002). Salah satu kriteria untuk mengukur pertumbuhan
adalah
dengan
mengukur
pertambahan
bobot
badan.
Pertumbuhan bobot badan merupakan kenaikan bobot badan yang dicapai oleh seekor ternak selama periode tertentu. Pertumbuhan yang baik tergantung pada makanan disamping tata laksana dan pencegahan penyakit. Bila kualitas maupun kuantitas makanan yang diberikan baik maka hasilnya juga baik. Hasil akhir dari ayam broiler mencerminkan perilaku kita dalam memberikan makanan dan cara kita memelihara ayam (Rasyaf, 2000). Perbaikan mutu genetik, nutrien, kontrol terhadap penyakit dan pengolahan ternyata berhasil meningkatkan keefisienan produksi pada ayam broiler, sehingga dalam kurun waktu yang singkat (8 minggu) sudah mampu menghasilkan daging lebih banyak dibanding waktu sebelumnya (Mountney, 1976). Menurut North (1984) umur satu minggu pertambahan bobot tubuh ayam broiler meningkat tiga kali lipat dan pada umur tiga minggu bobot tubuhnya telah 11,5 kali lipat dari bobot umur sehari. Dengan demikian pertumbuhan ayam broiler dapat digolongkan cepat dan proses tumbuh tersebut akan berlangsung sempurna bila zat-zat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pembesaran sel tersedia. Pakan sebagai salah satu faktor yang pengaruhnya besar terhadap pertumbuhan perlu mendapat perhatian yang serius. Pakan disebut seimbang apabila mengandung semua zat makanan yang diperlukan oleh ayam dalam perbandingan yang sesuai dengan kebutuhan. Ayam akan mendapatkan pertumbuhan yang cepat dan produksi yang efisien, maka penyusunan pakan perlu diperhatikan utamanya mengenai kandungan energi dan protein serta keseimbangannya (Wahyu, 1922).
23
Tabel 5. Standar Pertambahan Bobot Badan (PBB) Ayam Broiler CP 707 Minggu Ke0 1 2 3 4 5 Rata-rata
Bobot Badan (gram/ekor) 41,3 175 486 932 1467 2049
PBB (gram/ekor) 133,7 310,8 445,9 534,8 581,7 401,3
Sumber: PT. Charoen Pokphand (2015)
I. Konversi Pakan Konversi pakan adalah jumlah ransum yang dikonsumsi seekor ayam dalam waktu tertentu untuk membentuk daging atau berat badan. Faktor yang mempengaruhi tingkat konversi pakan antara lain strain, kualitas pakan, keadaan kandang dan jenis kelamin. Konversi pakan pada ayam broiler adalah unit pakan yang diperlukan untuk meningkatkan satu unit berat hidup, dan nilai konversi pakan dapat dihitung dengan perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi ayam sampai umur pada saat dipanen atau dipotong dengan pertambahan berat badannya (Suprijatna, 2010). Nilai konversi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain genetik, tipe pakan yang digunakan, feed additive yang digunakan dalam pakan, manajemen pemeliharaan, dan suhu lingkungan (James, 2004). Jumlah pakan yang digunakan mempengaruhi perhitungan konfersi ransum atau Feed Converstion Ratio (FCR). FCR merupakan perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertumbuhan berat badan. Angka konversi ransum yang kecil berarti jumlah ransum yang digunakan untuk menghasilkan satu kilogram daging semakin sedikit (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Lacy dan Vest (2000) menyatakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi konversi
pakan
adalah
genetik,
ventilasi,
sanitasi,
kulitas pakan, jenis pakan, penggunaan zat aditif, kualitas air, penyakit dan pengobatan serta manajemen pemeliharaan, selain itu meliputi faktor penerangan, pemberian pakan, dan faktor sosial.
24
Tabel 6. Rata-rata Konversi Pakan Ayam Broiler Minggu 1 2 3 4 5 6 7 8
Konversi Pakan 1,52 1,72 1,90 1,97 2,11 2,31 2,53
Sumber: North (1984)
J. Analisis Usaha 1. Pemasaran Pemasaran adalah fungsi bisnis yang mengidentifikasikan keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi sekarang dan mengatur seberapa besarnya, menentukan pasar-pasar target mana yang paling baik dilayani oleh organisasi, dan menentukan berbagai produk, jasa dan program yang tepat untuk melayani pasar tersebut. Pemasaran berperan sebagai penghubung antara kebutuhan-kebutuhan masyarakat dengan pola jawaban industri (dalam hal ini termasuk industri bidang pertanian) yang bersangkutan (Kotler, 1992). Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, manawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Proses pemasaran terdiri dari analisa peluang pasar, meneliti dan memilih pasar sasaran, merancang strategi pemasaran, merancang program pemasaran, dan mengorganisir, melaksanakan serta mengawasi usaha pemasaran (Ilmanoz, 2008). Pemasaran adalah suatu urutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Definisi ini ada tiga hal yang perlu menjadi perhatian, yang pertama yaitu kegiatan yang disebut sebagai jasa. Jasa merupakan suatu fungsi yang dilakukan dalam kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk mengubah
25
produk berdasarkan bentuk (form), waktu (time), tempat (place), dan kepemilikan. Kedua adalah titik produsen, titik produsen adalah asal dari produk itu dijual pertama oleh produsen. Ketiga adalah titik konsumen. Tujuan dari suatu pemasaran adalah menyampaikan ke konsumen akhir sebagai transaksi terakhir (Daniel, 2004). 2. Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya yang masa kegunaannya dapat berlangsung untuk waktu yang relatif lama. Biasanya waktu untuk biaya investasi ditetapkan lebih dari satu tahun. Batas satu tahun ditetapkan atas dasar kebiasaan merencanakan dan merealisasi anggaran untuk jangka waktu satu tahun. Biaya investasi ini biasanya berhubungan dengan pembangunan atau pengembangan infrastruktur fisik dan kapasitas produksi (alat produksi). Contoh yang termasuk dalam biaya investasi antara lain biaya pembangunan gedung, biaya pembelian mobil, biaya pembelian peralatan besar dan sebagainya (Subagyo, 2001). 3. Biaya Operasional Biaya produksi dalam pengertian ekonomi produksi dibagi atas biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan ada atau tidak ada itik di kandang, biaya ini harus tetap keluar. Misalnya adalah gaji pekerja bulanan, penyusutan, bunga atas modal, pajak bumi dan bangunan, dan lain-lain. Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan berhubungan dengan jumlah produksi itik pedaging yang diusahakan. Semakin banyak itik semakin besar pula biaya tidak tetap yang dikeluarkan dalam produksi peternakan secara total. Pemeliharaan itik pedaging, biaya pakan mencapai 60% - 70% dari total biaya produksi (Rasyaf, 1995). Biaya produksi tidak dapat dipisahkan dari proses produksi sebab biaya produksi merupakan masukan atau input dikalikan dengan harganya. Ongkos produksi adalah semua pengeluaran atau semua beban yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu jenis barang atau jasa yang siap untuk dipakai konsumen (Nuraini, 2003). Menurut Lipsey et
26
al., (1995) biaya tetap adalah jumlah biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah output tertentu sedangkan biaya yang berkaitan langsung dengan output yang bertambah besar dengan meningkatnya produksi dan berkurang dengan menurunnya produksi disebut biaya tidak tetap. 4. Penerimaan Nuraini (2003) menyatakan, didalam pelaksanaan operasi perusahaan, kadang-kadang terdapat adanya penerimaan diluar operasi perusahaan, seperti penerimaan bunga bank karena perusahaan mempunyai rekening giro, penerimaan dari penjualan mesin dan peralatan yang tidak dipergunakan
lagi.
Namun
demikian
penerimaan
tersebut
tidak
diperhitungkan, karena kegiatan tersebut tidak berasal dari kegiatan operasi perusahaan. Besarnya penerimaan total dari perusahaan akan tergantung kepada banyaknya penjualan produk atau jasa. Maka besarnya penerimaan pendapatan akan tergantung kepada dua variable, yaitu variable harga dan variable jumlah yang dijual. Besarnya pendapatan atau keuntungan yang diperoleh peternak maka harus ada keseimbangan antara penerimaan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dengan menggunakan suatu alat analisis yaitu π = TR – TB dimana π adalah pendapatan (keuntungan), TR adalah Total Revenue atau total penerimaan adalah pendapatan (keuntungan). TR adalah total revenue atau total penerimaan peternak dan TC adalah total cost atau total biayabiaya. Melakukan pemisahan biaya dan penerimaan terlebih dahulu sebelum menggunakan alat analisis (Hoddi, 2011). 5. Benefit Cost Ratio (BCR) Efisiensi usaha ditentukan dengan menggunakan konsep benefit cost ratio (BCR), yaitu imbangan antara total penghasilan (out put) dengan total biaya (input). Nilai BCR > 1 menyatakan usaha tersebut menguntungkan. Semakin besar nilai BCR maka usaha dinyatakan semakin efisien. Benefit/Cost ratio adalah merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya. Semakin besar B/C ratio maka akan semakin besar pula
27
keuntungan yang diperoleh petani mengalokasikan faktor produksi dengan lebih efiisien (Soekartawi, 2003). B/C Ratio adalah nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap satuan biaya yang dikeluarkan. B/C Ratio diperoleh dengan cara membagikan total penerimaan dengan total pengeluaran. Kadariah (1999) menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya pengeluaran, dimana B/C Ratio > 1 : Efisien B/C Ratio = 1 : Impas B/C Ratio < 1 : Tidak efisien B/C- Ratio
= Total hasil produksi (pendapatan) Total biaya produksi (pengeluaran)
6. Break Even Point (BEP) Break Even Point (BEP) adalah titik (dalam kurva) yang mewakili keadaan yang tidak menghasilkan laba dan juga tidak rugi. Suatu perusahaan disebut berada pada titik impas jika total penerimaan perusahaan sama dengan total pengeluarannya (Wirasasmita, 2002). Break event point merupakan titik pulang pokok dimana total revenue sama dengan total cost. Analisis BEP atau titik keseimbangan adalah suatu teknik yang digunakan seorang manajer perusahaan untuk mengetahui pada jumlah produksi berapa perusahaan yang dijalankan tidak memperoleh keuntungan atau tidak menderita kerugian. Analisis Break Even Point (BEP) merupakan salah satu teknis analisis ekonomi yang berguna dalam hubungan biaya variabel total (TVC) dan biaya tetap total (TFC) terhadap output produksi atau ukuranukuran lain dalam aktifitas bisnis dan industri. BEP dapat dihitung menggunakan rumus: BEP harga
= Total biaya produksi : Jumlah produksi (ekor)
BEP Volume = Biaya total : Harga jual/ekor
28
7. Analisis Usaha Ayam Contoh populasi : 5000 Ekor Tipe kandang
: Open, Panggung 2 tingkat
Modal
: Pinjaman Bank / Finance
a. Investasi Awal Meliputi : 1) Tanah ± 1000 m2
: Rp.25.000.000,00
2) Bangunan Kandang
: Rp.75.000.000,00
3) Peralatan Kandang
: Rp.20.000.000,00
Total Investasi Awal
: Rp.120.000.000,00
b. Biaya Produksi 1) Biaya Sapronak a) Bibit DOC
: Rp. 4000,- x 5000 = Rp. 20.000.000,00
b) Pakan
: Rp. 68.625.000,00
c) Obat-obatan
: Rp. 1.250.000,00
Total Biaya Sapronak : Rp. 89.875.000,00/ Periode 2) Biaya Operasional a) Operator Kandang
: Rp. 3.000.000,00
b) Bahan Supply
: Rp. 2.500.000,00
c) Lain-Lain
: Rp. 1.000.000,00
Total Biaya Operasional : Rp. 6.500.000,00/ Periode Total Biaya Produksi: Rp. 96.375.000,00 / Periode Total Investasi
:Investasi Awal + Biaya Produksi :Rp.120.000.000,00
+
Rp.
96.375.000,00
:Rp.216.375.000,00 c. Proyeksi Keuntungan & Pengembalian Modal 1) Hasil Produksi Bobot Badan Rata-rata Panen : 2 kg Kematian (Mortality) : 3 % Total Bobot Panen : 9700 kg 2) FCR (Feed Conv. Ratio) : 1,57 3) Harga Pasar / Tengkulak : ± Rp. 11.000,00 / kg Total Pendapatan Produksi : Rp. 11.000 x 9700: Rp. 106.700.000,00
29
d. Keuntungan Laba Produksi : Pendapatan Produksi – Biaya Produksi : Rp. 106.700.000,00 – Rp.96.375.000,00 : Rp. 10.325.000,00