KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan akhir Penyusunan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Ngawi. Maksud dari kegiatan kajian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang potensi daerah yang potensial untuk dikembangkan guna meningkatkan akses penduduk di suatu wilayah terhadap hasil dari suatu pembangunan sebagai bagian dari haknya dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Banyak permasalahan dan hambatan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan kajian ini, namun akhirnya selesai berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan kajian ini. Penyusunan laporan akhir ini tentunya belum sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini, sehingga sesuai dengan apa yang diharapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin. Ngawi,
Oktober 2012
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN NGAWI
Drs. M. ARIF SUYUDI, M.M. Pembina Utama Muda Nip. 19571207 198503 1 010
i
DAFTAR ISI JUDUL PENELITIAN ................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ................................................................................................
ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... vi BAB I PENDAHULUAN A. Pembangunan Manusia ..........................................................................
1
B. Indeks Pembangunan Manusia .............................................................
3
C. Perumusan Masalah ................................................................................
5
D. Tujuan Kajian ........................................................................................
6
E. Manfaat Kajian .........................................................................................
7
F. Metode Pelaksanaan Kegiatan ..........................................................
7
G. Out Put .....................................................................................................
8
BAB II KONSEP
PEMBANGUNAN EKONOMI DAN INDEKS
PEMBANGUNAN MANUSIA A. Pembangunan Nasional ...........................................................................
9
B. Indikator Kesejahteraan Manusia .......................................................... 14 C. Konsep Penghitungan IPM .................................................................... 16 D. Pengembangan Potensi Ekonomi melalui Produk Unggulan ........... 20 BAB III METODOLOGI A. Ruang Lingkup Kajian ............................................................................. 23 B. Lokasi Kajian ............................................................................................. 23 C. Tehnik Pengumpulan Data ..................................................................... 23 D. Analisis Data ............................................................................................. 23 E. Kebutuhan Data ....................................................................................... 24
ii
BAB IV INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGAWI A. Visi dan Misi Kabupaten Ngawi ................................................................ 26 B. Deskripsi kabupaten Ngawi ......................................................................... 28 C. Kondisi Pendidikan .................................................................................... 34 D. Kondisi Kesehatan ....................................................................................... 40 E. Kondisi Kesejahteraan ................................................................................. 43 F. Kondisi Ekonomi ........................................................................................ 46 G. Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Ngawi ............................... 47 H. Langkah Strategis peningkatan kesejahteraan Masyarakat ........................ 49 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................................ 64 B. Saran/Rekomendasi ................................................................................. 65 DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR GAMBAR Gambar
2.1
Indeks Pembangunan Manusia .................................................... 18
Gambar
4.1
Peta Kabupaten Ngawi ................................................................. 29
Gambar
4.2
Vicious Circle kemiskinan keluarga ............................................ 39
Gambar
4.3
Hubungan Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan dan Kualitas Gizi .................................................................................................... 40
Gambar
4.4
Pemberdayaan UMKM Partisipatif ............................................ 60
iv
DAFTAR TABEL Tabel
2.1
Nilai Maksimum & Nilai Minimum Indikator Komponen IPM
19
Tabel
4.1
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur ............................ 31
Tabel
4.2
Data Kependudukan Per Kecamatan ........................................... 32
Tabel
4.3
Perkembangan Ketenagakerjaan .................................................... 34
Tabel
4.4
Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Kabupaten Ngawi ........... 38
Tabel
4.5
Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Ngawi Tahun 2010-2011 ...... 41
Tabel
4.6
Keluarga Pra Sejahtera, Sejahtera I,II,III dan Sejahtera Plus per Kecamatan ......................................................................................... 45
Tabel
4.7
PDRB atas dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Kabupaten ......................................................................................... 46
Tabel
4.8
Data IPM Propinsi Jawa Timur, Kabupaten Ngawi, Kota Blitar dan Kabupaten Sampang ............................................................... 47
Tabel
4.9
IPM Menurut Komponen Penyusunnya ....................................... 48
Tabel
4.10 Industri
Kecil
di
Kabupaten
Ngawi
Menurut
Jumlah
Perusahaan, Jumlah Tenaga Kerja, dan Nilai Produksi ............. 51 Tabel
4.11 Jumlah Industri Kecil dan Besar Sedang per Kecamatan ........... 53
Tabel
4.12 Analisa SWOT Pengembangan Industri Kecil di Kabupaten Ngawi ................................................................................................. 56
v
BAB I PENDAHULUAN
A. Pembangunan Manusia Visi utama pembangunan adalah menempatkan kesejahteraan rakyat sebagai tujuan akhir, bukan sebagai alat untuk mencapai pembangunan itu sendiri. Dalam konsep ini sumber daya manusia tidak dianggap sebagai faktor produksi dalam rangka pertumbuhan ekonomi, namun di perlakukan sebagai subyek pembangunan. Paradigma pembangunan ini memiliki pemahaman yang lebih luas dibandingkan konsep pembangunan lama yang memberikan perhatian utama pada pertumbuhan ekonomi, pendapatan nasional, dan pendapatan perkapita.
Paradigma baru
pembangunan memperkenalkan konsep yang lebih luas dan lebih komprehensif yang mencakup semua pilihan yang dimiliki oleh manusia di semua golongan masyarakat pada semua tahap pembangunan. Laporan United Nations Development Program ( UNDP ) dalam Human Development Report pada tahun 1990 menyatakan bahwa “Manusia adalah asset bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan mengandung pengertian penciptaan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati akses pendidikan yang luas, hidup sehat dan umur panjang,serta mampu menjalankan kehidupan secara produktif. Dalam arti yang lebih
diarahkan pada pencapaian kesejahteraan
rakyat secara materiil maupun spiritual. Perhatian
pembangunan
manusia
tidak
hanya
terfokus
pada
laju
pertumbuhan ( ekonomi ) tetapi juga pada aspek pendistribusiannya. Inti pembangunan bukan hanya masalah berapa besar pertumbuhan ekonomi, tetapi pertumbuhan yang seperti apa. Perhatian harus lebih ditujukan pada struktur dan kualitas dari pertumbuhan untuk menjamin bahwa pertumbuhan diarahkan untuk
1
mendukung perbaikan kesejahteraan manusia baik bagi generasi sekarang maupun generasi mendatang. Pembangunan
manusia
memperluas
pembahasan
tentang
konsep
pembangunan dari diskusi tentang cara–cara ( pertumbuhan PDB ) ke diskusi tentang tujuan akhir dari pembangunan. Pembangunan manusia juga merupakan perwujudan tujuan jangka panjang dari suatu masyarakat, dan meletakkan pembangunan di sekeliling manusia, bukan manusia di sekeliling pembangunan. Sebagaimana dinyatakan di dalam Human Development Report tahun 1990, pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan – pilihan yang dimiliki manusia. Di antara berbagai pilihan tersebut, pilihan yang terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat, untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak. Di antara pilihan lain yang tak kalah pentingnya adalah kebebasan politik, jaminan atas hak asasi dan harga diri. Dengan demikian, pembangunan manusia tidak
hanya
meningkatkan
memperhatikan kesehatan
peningkatan
dan
pendidikan.
kemampuan
manusia,
Pembangunan
manusia
seperti juga
mementingkan apa yang bisa dilakukan oleh manusia dengan kemampuan yang dimilikinya. Pembangunan manusia harus menyeimbangkan berbagai aspek tersebut. Pembangunan manusia mempunyai empat elemen yaitu produktifitas, pemerataan, keberlanjutan dan pemberdayaan. Dengan peningkatan kemampuan, kreatifitas dan produktifitas manusia akan meningkat sehingga mereka akan menjadi agen pembangunan yang efektif. Secara detail empat elemen tersebut bisa dijelaskan sebagai berikut ( UNDP, 1995 ): a. Produktifitas,
manusia
harus
berkemampuan
untuk
meningkatkan
produktifitasnya dan berpartisipasi penuh dalam proses mencari penghasilan
2
dan lapangan kerja. Oleh karenanya, pertumbuhan ekonomi merupakan bagian dari model pembangunan manusia. b. Pemerataan, setiap orang harus memiliki kesempatan yang sama. Semua hambatan terhadap peluang ekonomi dan politik harus dihapuskan sehingga semua orang dapat berpatisipasi dan mendapatkan keuntungan dari peluang yang tersedia. c.
Keberlanjutan, akses terhadap peluang/ kesempatan harus tersedia bukan hanya untuk generasi sekarang tapi juga untuk generasi yang akan datang. Semua bentuk sumber daya fisik, manusia, alam harus dapat diperbaharui.
d. Pemberdayaan, Pembangunan harus dilakukan oleh semua orang, bukan semata – mata dilakukan untuk semua orang. Sehingga setiap orang harus berpartisipasi penuh dalam pengambilan keputusan dan proses yang mempengaruhi kehidupan mereka. B.
Indeks Pembangunan Manusia Berdasarkan data laporan BPS, pada tahun 2012 jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 241 juta jiwa. Sedangkan data tahun tahun 2011, jumlah penduduknya sudah mencapai 239,87 Juta. Namun dari jumlah penduduk yang besar ternyata belum diimbangi oleh kualitas sumber daya manusia yang tinggi pula, kemiskinan masih menjadi momok utama. Jumlah penduduk miskin di Indonesia masih
cukup
besar,
yang
ditandai
dengan
kerentaan,
ketidakberdayaan,
keterisolasian dan ketidak mampuan untuk menyampaikan aspirasi. Berdasarkan data badan pusat statistik, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2002 sebesar 38,394 juta atau 18,2 % dari total penduduk. Hal ini merupakan penurunan dibandingkan tahun 1999 yang mencapai 23,43 %. Sedangkan berdasatkan data BPS tahun 2011, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 29,1 juta jiwa atau
3
12,13 %, turun cukup menggembirakan. Namun jumlah tersebut masih relatif besar dibandingkan dengan kemiskinan di banyak Negara yang lain. Kemiskinan berimbas pada rendahnya angka Human Develompent Indeks (HDI ) atau Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), di mana Indonesia menempati urutan ke 111 dari 177 negara. Dari Negara – Negara ASEAN Indonesia menempati urutan keenam dan hanya unggul atas negara – negara yang baru masuk menjadi anggota ASEAN seperti Vietnam , Myanmar, dan Laos. IPM merupakan gabungan indikator pembangunan sosial ekonomi suatu Negara yang diterbitkan UNDP dengan tujuan untuk menganalisis status komparatif pembangunan di berbagai Negara secara sistematik dan komprehensif. Pengukuran IPM dilakukan berdasarkan 3 kriteria atau hasil akhir pembangunan yang terdiri dari ketahanan hidup yang diukur berdasarkan usia harapan hidup pada saat kelahiran serta angka kematian bayi; pengetahuan yang diukur dengan tingkat melek huruf orang dewasa dan angka rata – rata sekolah serta kualitas standar hidup yang berdasarkan tingkat GDP per kapita ( Todaro, 2000). Menurut UNDP, ukuran IPM merupakan 3 dimensi pembangunan manusia yang digunakan mengukur pencapaian rata-rata sebuah negara dalam 3 dimensi dasar pembangunan manusia meliputi : a. Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat kelahiran. b. Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa (bobotnya dua per tiga) dan kombinasi pendidikan dasar, menengah , atas gross enrollment ratio (bobot satu per tiga). c. Standard kehidupan yang layak diukur dengan GDP per kapita gross domestic product / produk domestik bruto dalam paritas kekuatan beli (purchasing power parity) dalam Dollar AS.
4
Konsep Pembangunan Manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menetapkan peringkat kinerja pembangunan manusia pada skala 0,0 – 100,0 dengan kategori sebagai berikut : – Tinggi
: IPM lebih dari 80,0
– Menengah Atas
: IPM antara 66,0 – 79,9
– Menengah Bawah : IPM antara 50,0 – 65,9 – Rendah
: IPM kurang dari 50,0
Penghitungan IPM merupakan salah satu pengukuran penting untuk melihat bagaimana tingkat kemajuan suatu daerah dalam mengambangkan sumber dayanya dan indikator apa yang selama ini masih rendah sehingga bisa ditentukan prioritas program – program pembangunan yang akan direncanakan dan dilakukan. Berangkat dari latar belakang tersebut di atas, maka diperlukan suatu kajian yang mengambil topik Penyusunan Indeks Pembangunan Manusia
( IPM ) di
Kabupaten Ngawi Tahun 2012. Posisi tahun 2010 Kabupaten Ngawi berada pada rangking 21 dari 38 kabupaten / kota yang terdapat di Propinsi Jawa Timur dan rangking 369 secara nasional, hal ini jelas kurang menggembirakan. Sehingga harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah Kabupaten Ngawi, karena yang penting bukan penghitungan dan penyusunan IPM nya namun bagaimana peningkatan perekonomian masyarakat yang dengan sendirinya akan mendorong peningkatan nilai IPM juga, sebagai indikator utama kesejahteraan masyarakat saat ini.
C.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka beberapa permasalahan yang dicoba dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
5
1.
Bagaimana gambaran tentang kondisi dan perkembangan indeks pembangunan manusia ( IPM ) 2012 di Kabupaten Ngawi, yang meliputi angka harapan hidup, angka kematian bayi, angka melek huruf, rata – rata lama sekolah, dan paritas daya beli.
2.
Seberapa besar kontribusi komponen penentu besaran indeks pembangunan manusia Kabupaten Ngawi yang dirinci menurut indeks harapan hidup, indeks pendidikan dan indeks hidup layak ?
3.
Faktor – faktor apa saja yang berkaitan dengan status pembangunan manusia dan bagaimana upaya meningkatkan status pembangunan manusia Kabupaten Ngawi ?
4.
Bagaimana kebijakan pembangunan manusia yang direkomendasikan yang paling sesuai dengan kondisi social ekonomi Kabupaten Ngawi ?
D. Tujuan Kajian Berangkat dari perumusan masalah tersebut di atas, maka tujuam utama dari penelitian tentang penyusunan IPM di Kabupaten Ngawi ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh hasil pembangunan manusia di Kabupaten Ngawi dirasakan oleh masyarakat. Dari sini nanti diharapkan dapat dibuat kebijakan pembangunan manusia untuk indeks pembangunan manusia. Sedangkan secara rinci tujuan kajian ini bisa diturunkan sebagai berikut : a. Mengetahui angka IPM di Kabupaten Ngawi
tahun 2012 untuk wilayah
kabupaten dan tiap kecamatan. b. Mengetahui besarnya kontribusi komponen penentu besaran IPM Kabupaten Ngawi yang dirinci meliputi indeks harapan hidup, indeks pendidikan dan indeks hidup layak. c. Mengetahui hasil pembangunan manusia di Kabupaten Ngawi, dengan komponen indeks harapan hidup, indeks pendidikan dan indeks hidup layak.
6
d. Sebagai bahan rekomendasi pembuatan kebijakan pembangunan sumber daya manusia yang aplikatif. E. Manfaat Kajian Manfaat dari penelitian ini adalah a. Sebagai acuan untuk melihat sejauh mana keberhasilan program pembangunan kesejahtreaan sosial yang telah dilakukan pemerintah Kabupaten Ngawi. b. Sebagai alat bantu perencanaan pembangunan daerah (planning tool ) yang lebih mengakomodasikan dimensi pembangunan sosial menuju peningkatan kualiatas hidup manusia. c. Sebagai dasar penentuan kebijakan dalam pengembangan ekonomi masyarakat di Kabupaten Ngawi
F. Metode Pelaksanaan Kegiatan Beberapa tahapan yang akan dilaksanakan terkait dengan kegiatan Penyusunan IPM Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut: 1. Studi pustaka, yaitu pengumpulan data-data sekunder dari berbagai dokumen yang berkaitan dengan Penyusunan Indeks Pembangunan Manusia yang dapat dipertanggungjawabkan. 2. Survey lapangan secara langsung kepada masyarakat
dengan menggunakan
panduan kuesioner yang akan dilakukan terhadap sampel responden tiap kecamatan. 3. Indept interview , wawancara secara mendalam kepada para pejabat pada instansi terkait di lingkungan Kabupaten Ngawi untuk menentukan langkah – langkah strategis yang bisa diambil dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan dengan nilai IPM.Sedangkan instansi yang akan dilibatkan dalam kegiatan ini meliputi:
7
a. BAPPEDA Kabupaten Ngawi b. Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi c. Badan Statistik Kabupaten Ngawi d. Bagian Perekonomian Kabupaten Ngawi e. Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi f. G.
Stake holder
OUT PUT Output yang diharapkan dengan adanya kajian ini adalah : a.
Diperolehnya nilai Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Ngawi pada tahun 2012.
b.
Diperolehnya langkah – langkah dan strategi dalam meningkatkan IPM di Kabupaten Ngawi.
8
BAB II KONSEP PEMBANGUNAN EKONOMI DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
A. Pembangunan Nasional Pembangunan nasional adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan nasional tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth). Menurut Mudrajad dalam bukunya Ekonomi Pembangunan : Teori, Masalah dan Kebijakan (2000) yang dimaksud dengan pembangunan nasional adalah suatu proses dimana pendapatan perkapita suatu negara selama kurun waktu yang panjang selalu meningkat dengan catatan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan absolut tidak meningkat dan distribusi pendapatan tidak semakin timpang. (Mudrajad, 2000:57) Definisi lain tentang pembangunan ekonomi dikemukakan oleh Arsyad (1999:6) yang mengartikan pembangunan ekonomi sebagai proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara
dalam jangka panjang
disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Dari definisi di atas, pembangunan ekonomi mengandung beberapa konsep dasar, yaitu: 1.
Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus menerus.
2.
Usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita.
3.
Kenaikan pendapatan itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang.
4.
Perbaikan sosial dan budaya sisitem kelembagaan. Hal ini dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu perbaikan organisasi (intitusi) dan pebaikan di bidang regulasi (baik formal maupan informal).
9
Menurut Suryana dalam bukunya Ekonomi Pembangunan: Problematika dan Pendekatan (2000), terdapat empat teori atau model pembangunan ekonomi yang bisa diterapkan khususnya dalam pembangunan di Indonesia, yaitu sebagai berikut : 1.
Model pembangunan yang berorientasi pertumbuhan. Tujuan pokok strategi ini adalah meningkatkan laju produksi (GDP). Kenaikan GDP (Gross Domestic Product) merupakan faktor utama dan merupakan parameter ekonomi dan sosial yang paling baik untuk tingkat hidup suatu masyarakat.
2.
Model pembangunan ekonomi yang berorientasi pada penciptaan lapangan kerja. Sasaran yang dicapai adalah peningkatan dalam kesempatan kerja produktif dan meningkatkan produksi dengan cara redistribusi pendapatan melalui perluasan lapangan kerja untuk mengurangi pengangguran.
3.
Model pembangunan yang berorientasi pada penghapusan kemiskinan. Tujuan strategi ini mengurangi kemiskinan, peningkatan kesempatan kerja produktif dan peningkatan GNP (Gross National Product) atau peningkatan pendapatan kelompok miskin. Strategi ini dapat dilakukan dengan redistribusi kekayaan harta produktif melalui kebijaksanaan fiskal dan kredit, pemanfaatan fasilitasfasilitas, reorientasi produksi melalui proyek padat karya dan relokasi sumber daya produktif yang menguntungkan golongan miskin melalui pengalihan investasi dan konsumsi serta penekanan sektor tradisional dan sektor informal di perkotaan.
4.
Model pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar (The Bassic Necessary Oriented). Antara lain pertama tercapainya investasi yang tinggi dengan pemanfaatan teknologi tepat guna dan penggunaan sumber daya alam dalam produksi secara efisien. Kedua adanya perubahan dalam pola redistribusi dengan melakukan mobilitas pengangguan, relokasi pelayanan jasa umum dan
10
land reform. Ketiga, perlunya aspek perubahan kelembagaan, yang meliputi partisipasi masyarakat dan dukungan pemerintah Secara nyata Pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dalam pengertian ekonomi makro adalah penambahan produk domestik bruto (PDB), yang berarti peningkatan pendapatan nasional. Pertumbuhan ekonomi ada dua bentuk: extensively yaitu dengan penggunaan banyak sumberdaya (seperti fisik, manusia atau natural capital) atau intensively yaitu dengan penggunaan sejumlah sumberdaya yang lebih efisien (lebih produktif).
Ketika
pertumbuhan ekonomi dicapai dengan menggunakan banyak tenaga kerja, hal tersebut tidak menghasilkan pertumbuhan pendapatan per kapita. Namun ketika pertumbuhan ekonomi dicapai melalui penggunaan sumberdaya yang lebih produktif, termasuk tenaga kerja, hal tersebut menghasilkan pendapatan per kapita yang lebih tinggi dan meningkatkan standar hidup rata-rata masyarakat. Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, dan teknik.
11
Profesor Simon Kuznets, salah satu ekonom besar yang pernah memenangkan hadiah Nobel dibidang ekonomi pada tahun 1971 atas usahanya mempelopori pengukuran dan analisis atas sejarah pertumbuhan pendapatan nasional negaranegara maju, telah memberikan suatu definisi mengenai pertumbuhan ekonomi (economic growth) suatu negara.
Menurut Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah
kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. (Todaro, 2000). Lebih jauh Prof Kutnets menyatakan bahwa ekonomi pertumbuhan modern lebih mempelajari pada pertumbuhan pasca kapitalisme feodalisme dengan menggunakan unsur – unsur utama berupa aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi pada ekonomi produksi yang mendorong terjadinya industrialisasi, urbanisasi karena terjadinya pertumbuhan
penduduk yang eksplosif. Sedangkan pembangunan
ekonomi adalah proses peningkatan pendapatan perkapita sebuah negara atau sebuah wilayah dalam kurun waktu yang panjang dengan syarat bahwa penduduk yang hidup di bawah tingkat kemiskinan absolut tidak betambah dan distribusi pendapatan tidak semakin timpang. Sedangkan Todaro menambahkan syarat adanya tingkat pengangguran yang tidak naik. Pendapat lain menyebutkan bahwa pembangunan ekonomi merupakan cara untuk
meningkatkan
taraf
hidup
masyarakat.
Dalam
definisi
yang
ketat,
pembangunan diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional untuk menciptakan dan mempertahankan kenaikan tahunan atas pendapatan nasional (Gross National Product) nya pada tingkat 5% sampai 7% atau bahkan lebih tinggi, jika hal itu memungkinkan. Salah satu ukuran tingkat kemakmuran atau kemiskinan suatu negara dihitung dari tingkat pendapatan perkapita. Negara dengan tingkat pendapatan per kapita tinggi maka dianggap sebagai negara kaya, dan sebaliknya jika tingkat pendapatan per kapita rendah akan dianggap sebagai negara miskin.
12
Negara-negara maju yang pembangunan ekonominya telah berkembang sejak dua abad yang lalu saat ini menjadi negara-negara kaya yang masyarakatnya hidup dalam keadaan sejahtera. Di Belanda, misalnya, rakyat yang tidak bekerjapun mendapatkan kehidupan yang layak, selain memiliki rumah, biaya hidup bulanan, biaya pendidikan anak, mereka juga mendapatkan biaya untuk berlibur. Di negaranegara berkembang hal ini tidak terjadi. Negara-negara berkembang secara mayoritas masih mengalami kemajuan ekonomi yang tidak besar akibat negara-negara ini baru saja keluar dari situasi penjajahan- rata-rata setengah abad yang lalu, serta berbagai kegagalan dalam pembangunan. Terdapat
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi
pertumbuhan
dan
pembangunan ekonomi. Namun pada hakikatnya faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor nonekonomi. 1. Faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi diantaranya adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, dan keahlian atau kewirausahaan. a. Sumber daya alam, yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti kesuburan tanah, keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang, dan hasil laut, sangat mempengaruhi pertumbuhan industri suatu negara, terutama dalam hal penyediaan bahan baku produksi b. Sumber daya modal atau investasi dibutuhkan manusia untuk mengolah bahan mentah tersebut. Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk menggali dan mengolah kekayaan. Sumber daya modal berupa barangbarang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan
ekonomi
karena
barang-barang
modal
juga
dapat
meningkatkan produktivitas. Investasi ini bisa dibentuk dari investasi dalam
13
negeri yang diambil dari tabungan masyarakat dan cadangan, serta investasi luar negeri atau asing. c. Sumber daya manusia juga menentukan keberhasilan pembangunan nasional melalui jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang besar merupakan pasar potensial untuk memasarkan hasil-hasil produksi, sementara kualitas penduduk menentukan seberapa besar produktivitas yang ada. d. Keahlian dan kewirausahaan dibutuhkan untuk mengolah bahan mentah dari alam, menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih tinggi (disebut juga sebagai proses produksi).
2. Faktor nonekonomi mencakup kondisi sosial kultur yang ada di masyarakat, keadaan politik, dan sistem yang berkembang dan berlaku. Dalam perkembangan analisis selanjutnya, pembangunan perlu dilihat melalui berbagai proses dengan menyertakan aspek – aspek
politik, sosial dan
institusional dan bersifat multidisiplin. B. Indikator Kesejahteraan Manusia Tujuan utama pendirian sebuah negara adalah tercapainya Kesejahteraan seluruh masyarakat secara merata. Acuan kesejahteraan paling utama masyarakat bisa dilihat melalui ketercapaian masyarakat atas hak– hak dasarnya akan pangan, kesehatan dan pendidikan.
Secara global disepakati bahwa tujuan utama semua
negara adalah tercapainya kesejahteraan masyarakat yang tercermin dalam Millenium Development Goals, yaitu terdapat 8 tujuan utama pembangunan yaitu 1. Menanggulangi kemiskinan ekstrim dan kelaparan; 2. Mencapai pendidikan dasar universal; 3. Mempromosikan keadilan gender dan pemberdayaan perempuan;
14
4. Menurunkan angka kematian anak; 5. Memperbaiki kesehatan ibu; 6. Membasmi HIV /AIDS, malaria dan penyakit lain; 7. Menjamin kelestarian lingkungan; 8. Mengembangkan kemitraan untuk kerjasama pembangunan.
Ukuran
kesejahteraan
yang
tercermin
dalam
MDGs
tersebut
telah
memasukkan beberapa macam ukuran kesejahteraan yang dulu hanya bersifat ekonomi saja. Secara umum ukuran kesejahteraan yang mewakili MDGs adalah Human Development Indeks (HDI) atau dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Munculnya IPM dibarengi dengan munculnya Indeks kesejahteraan yang lain yaitu Indeks Pembangunan Gender ( IPG ) dan Indeks Kemiskinan Manusia ( IKM ). IPM merupakan ukuran utama yang digunakan secara
global karena
mewakili kebutuhan akan indeks yang (1) mudah dihitung, (2) mengukur dimensi ekonomi maupun sosial, (3) dapat diperbandingkan secara nasional dan internasional. Namun dengan berkembangnya waktu, dalam
IPM ditemukan beberapa
keterbatasan antara lain : 1. Konsep
HDI hanya terbatas pada 3 dimensi ekonomi dan sosial saja belum
mempertimbangkan aspek kebebasan, pilihan politik, pertahanan dan keamanana serta aspek budaya; 2. Pendapatan tidak mempertimbangkan ketidaksetaraan; 3. Indikator Pendidikan dan Kesehatan hanya berubah dalam jangka panjang tidak berguna untuk monitoring jangka pendek; 4. Indeks keseluruhan suatu negara mungkin menutup fakta bahwa terdapat kelompok yang berbeda di dalam negara memiliki tingkat IPM yang sangat berbeda atau adanya disagregasi IPM menurut faktor geografis atau administratif,
15
keberadaan masyarakat rural atau urban, dari budaya atau kesukuan yang ada dan juga aspek gender. C. Konsep Penghitungan IPM IPM sebagaimana telah disebutkan di atas, merupakan suatu indeks komposit yang mencakup tiga bidang pembangunan manusia yang dianggap sangat mendasar yaitu usia hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living). 1. Usia Hidup Pembangunan manusia harus lebih mengupayakan agar penduduk dapat mencapai “usia hidup” yang panjang dan sehat. Sebenarnya banyak indikator yang dapat digunakan untuk mengukur usia hidup tetapi dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara global, UNDP memilih indikator angka harapan hidup waktu lahir (life expectacy at birth) yang biasa dinotasikan dengan eo. Angka kematian bayi (IMR) tidak digunakan untuk keperluan itu karena indikator itu dinilai tidak peka bagi negara-negara industri yang telah maju. Seperti halnya IMR, eo sebenarnya merefleksikan keseluruhan tingkat pembangunan dan bukan hanya bidang kesehatan. Di Indonesia eo dihitung dengan metode tidak langsung. Metode ini menggunakan dua macam data dasar yaitu rata-rata anak yang dilahirkan hidup dan rata-rata anak yang masih hidup. 2. Pengetahuan. Selain usia hidup, pengetahuan juga diakui secara luas sebagai unsur mendasar dari pembangunan manusia. Dengan pertimbangan ketersediaan data, pengetahuan diukur dengan dua indikator yaitu angka melek huruf (Literacy Rate) dan rata-rata lama sekolah (Mean Years School). 3. Standar Hidup Layak. Selain usia hidup, dan pengetahuan unsur dasar pembangunan manusia yang diakui secara luas adalah standar hidup layak. Banyak indikator alternatif yang dapat digunakan untuk mengukur unsur ini.
16
Dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara internasional UNDP, memilih GDP per kapita riil yang telah disesuaikan (adjusted real GDP per capita) sebagai indikator hidup layak. Berbeda dengan indikator untuk kedua unsur IPM lainnya, indikator standar hidup layak diakui sebagai indikator input, bukan indikator dampak, sehingga sebenarnya kurang sesuai sebagai unsur IPM. Walaupun demikian UNDP tetap mempertahankannya karena indikator lain yang sesuai tidak tersedia secara global. Selain itu, dipertahankannya indikator input juga merupakan argumen bahwa selain usia hidup dan pengetahuan masih banyak variabel input yang pantas diperhitungkan dalam perhitungan IPM. Dilemanya, memasukkan banyak variabel atau indikator akan menyebabkan indikator komposit menjadi tidak sederhana. Dengan alasan itu maka GDP riil perkapita yang telah disesuaikan dianggap mewakili indikator input IPM lainnya. Secara teknis IPM bisa ditunjukkan dalam gambar berikut ini :
17
Dimensi
Umur
Pengetahuan
Panjang
Kehidupan yang layak
dan sehat
Indikator
Angka
Angka
Rata – rata Pengeluaran
harapan
melek huruf lama
perkapita
hidup saat (Lit)
sekolah
riil
yang
lahir
(MYS)
disesuaikan (PPP rupiah)
Indeks
Indeks
Dimensi
Harapan
Indeks Pendidikan
Indeks Pendapatan
Hidup
Indeks Pembangunan Manusia Gambar 2.1. Indeks Pembangunan Manusia Beberapa tahapan dalam penghitungan IPM dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Tahap pertama penghitungan IPM adalah menghitung indeks masing-masing komponen IPM di mana Indeks Harapan Hidup
= X1,
Indeks Pengetahuan
= X2
Indeks Standar Hidup Layak = X3 Indeks (Xi)
= (Xi – Xmin)/(Xmaks – Xmin)
Dimana Xi
:
: Indikator komponen pembangunan manusia ke-i, i= 1,2,3
18
Xmin : Nilai minimum Xi Xmaks : Nilai Maksimum Xi Tabel 2.1 Nilai Maksimum dan Nilai Minimum Indikator Komponen IPM INDIKATOR
Angka harapan
NILAI
NILAI
MAKSIMUM
MINIMUM
85
25
hidup Angka Melek Huruf
CATATAN
Sesuai standart global (UNDP )
100
0
Sesuai standart global (UNDP )
Rata – rata lama
15
0
sekolah Konsumsi Perkapita
Sesuai standart global (UNDP )
732.72
360.000
yang disesuaikan
UNDP menggunakan GDP riil perkapita yang disesuaikan
Sumber : Manual Tehnis operasional pengembangan dan pemanfaatan IPM dalam perencanaan Pembangunan Manusia (BPS,Bappeda,UNDP) b. Tahapan kedua perhitungan IPM adalah menghitung rata-rata sederhana dari masing-masing indeks Xi dengan rumus: IPM = {X1 + X2 + X3} / 3 dimana : X1 = Indeks Angka Harapan Hidup X2 = 2/3(Indeks Melek Huruf) + 1/3(Indeks Rata-rata Lama Sekolah) X3 = Indeks Konsumsi perkapita yang disesuaikan b. Tahap ketiga adalah menghitung Reduksi Shortfall, yang digunakan untuk mengukur kecepatan perkembangan nilai IPM dalam suatu kurun waktu tertentu.
r = { (IPM t+n – IPM t)/(IPM ideal – IPM t) x 100 }1/n
19
Dimana: IPMt
= IPM pada tahun t
IPMt+n
= IPM pada tahun t+n
IPM ideal
= 100
D. Pengembangan Potensi Ekonomi melalui Produk Unggulan D.1. Produk Unggulan Produk unggulan merupakan produk yang potensial untuk dikembangkan dalam suatu wilayah dengan memanfaatkan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia setempat, serta mendatangkan pendapatan bagi masyarakat maupun pemerintah. Produk unggulan juga merupakan produk yang memiliki daya saing, berorientasi pasar dan ramah lingkungan, sehingga tercipta keunggulan kompetitif yang siap menghadapi persaingan global. Secara lebih rinci, unggulan mengandung pengertian adanya nilai tambah dan produktifitas, unggulan mencakup berbagai konteks tataran baik pada tingkat bahasan maupun tataran antara lain : a. Mikro, fokusnya pada tingkat entitas atau unit bisnis/ usaha tertentu dengan faktor yang relevan pada tingkat ini. b. Meso, fokusnya pada tingkat himpunan entitas bisnis tertentu dan dengan faktor relevan pada tingkat ini. c. Makro, telaahan mencakup agregasi himpunan entitas bisnis dan denganfaktor relevan pada tingkat ekonomi makro. d. Meta, telaahan bersifat luas dan menyangkut sistem nilai dan faktor/aspek multidimensi yang bersifat mendasar.
20
Sedangkan tataran cakupan pengertian unggulan meliputi: a. Produk : fokusnya sangat spesifik pada produk tertentu (barang dan/atau jasa); b. rantai nilai industri : fokusnya pada rantai nilai (value chain) keseluruhan suatu industri (klaster industri) sebagai suatu sistem; c. kompetensi: fokusnya pada keunikan sumber daya (alam dan buatan) dan kapabilitas tertentu yang menentukan keunggulan daya saing berkelanjutan suatu klaster industri. Penetapan kriteria produk unggulan
selanjutnya perlu dilakukan sebagai
pedoman bersama bagi para stakeholder kunci, yang dinilai tepat dan operasional untuk digunakan dalam menentukan unggulan daerah. Kesepakatan/konsensus para stakeholder kunci atas konteks spesifik yang dapat dipahami bersama dengan jelas (comprehensible) dan pragmatis merupakan faktor penentu bagi penggunaan yang bermanfaat atas istilah unggulan daerah. Produk unggulan daerah merupakan konsep dinamis. Oleh sebab itu, apa yang disebut unggulan pada kerangka waktu tertentu bisa berubah pada kerangka waktu yang berbeda. Makin rendah tataran tingkat dan makin spesifik cakupannya, maka makin tinggi kemungkinan dinamika perubahan unggulan daerah yang dimaksud. D.2. Pengembangan Produk Unggulan Daerah Pengembangan produk unggulan daerah sangat penting dalam rangka peningkatan perekonomian suatu daerah. Karena dengan adanya unggulan daerah maka akan tercipta multiplier effek yang cukup tinggi. Unggulan daerah mengindikasikan sumber bagi nilai tambah dan produktivitas yang lebih tinggi karena kelebihan/kemenonjolan secara relatif atas faktor lokasional yang dimiliki. Hal ini menjadi sumber potensial bagi pertumbuhan dan perbaikan termasuk di
21
dalamnya dalam penyerapan sumber daya lokal, tenaga kerja lokal dan juga di kemudian hari sasaran akhirnya adalah pengentasan kemiskinan. Karenanya sangat logis
mengharapkan
berkembangnya
unggulan
daerah
bagi
peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang makin adil. Terdapat beberapa alasan penting kenapa unggulan daerah perlu untuk mendapatkan perhatian serius antara lain : Nilai tambah yang diperoleh karena keunggulan daya saing yang terbangun (setidaknya secara bisnis/ekonomi) Adanya common platform bagi stakeholder untuk membangun upaya sinergis yang positif yang lebih bertumpu pada hal positif yang dimiliki (inherent), mengatasi kekurangan/kelemahan, memanfaatkan dan mengembangkan peluang, serta menghadapi tantangan yang makin kompleks dan dinamis. Penggunaan/alokasi sumber daya dan pengembangan kapabilitas yang lebih baik sesuai dengan potensi dan karakteristik setempat. Pengembangan unggulan daerah mempunyai arti sehimpunan upaya yang direncanakan dan dikelola untuk menciptakan, memelihara, dan/atau meningkatkan unggulan suatu daerah sehingga bisa dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Perencanaan yang dibangun harus dengan melibatkan seluruh stakeholder yang ada baik masyarakat selaku pelaku usaha sekaligus pangsa pasar, pemerintah daearh sebagai pemangku kebijakan dan juga pihak swasta dan investor yang diharapkan akan bisa ikut mengembangkan produk unggulan tersebut.
22
BAB III METODOLOGI
A. Ruang Lingkup Kajian Ruang Lingkup Kajian ini meliputi : a.
Survey tentang indikator–indikator dalam menyusun Indeks Pembangunan Manusia meliputi indeks pendidikan, indeks kesehatan dan indeks ekonomi.
b.
Menentukan konsep strategi dan langkah – langkah peningkatan nilai IPM bagi masyarakat di Kabupaten Ngawi.
B. Lokasi Kajian Kajian ini mengambil lokasi di Kabupaten Ngawi Jawa Timur C. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data sekunder akan diperoleh melalui data – data yang telah dimiliki oleh masing–masing dinas terkait untuk kemudian secara berkesinambungan akan diolah sesuai dengan tujuan dan output yang diharapkan. Data primer akan diperoleh melalui survey lapangan yang dilakukan terhadap masyarakat di masing-masing kecamatan dengan jumlah sampel yang ditentukan. D. Analisis Data Untuk menjawab tujuan pertama, kedua, dan ketiga akan digunakan analisis kuantitatif dengan menggunakan rumusan IPM yang meliputi indeks – indeks kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Analisis dilakukan
dengan mengolah dan
menganalisis hasil survey lapangan yang telah dilakukan. Untuk menjawab tujuan keempat akan dilakukan dengan menganalisis hsil indpet interview terhadap dinas – dinas dan stakeholder terkait.
23
E. Kebutuhan Data Dalam penghitungan IPM dibutuhkan data – data yang diperoleh melalui sensus yang terdiri atas data basis dan data modul. Data basis meliputi data – data : 1. Angka Harapan Hidup menurut jenis kelamin; 2. Angka melek huruf menurut jenis kelamin; 3. Rata – rata lama sekolah menurut jenis kelamin; 4. Standart hidup layak/ kemampuan daya beli; 5. Proporsi penduduk menurut jenis kelamin; 6. Proporsi penduduk yang bekerja menurut jenis kelamin. Sedangkan data module digunakan untuk menghitung kondisi ekonomi yang disetarakan dengan Purchasing Power Parity. Indikator – indikator yang akan digunakan sebagai data dalam kajian ini adalah : 1. Kependudukan a. Jumlah penduduk b. Tingkat pertumbuhan penduduk c. Rasio Jenis Kelamin d. Angka Ketergantungan 2. Ekonomi a. % PDRB sektor pertanian b. % PDRB sektor industri c. % PDRB sektor Jasa d. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku / konstan e. Pertumbuhan PDRB / kapita 3. Pendidikan a. Rata – rata lama sekolah b. Angka melek huruf
24
c. Angka Partisipasi murni SD d. Angka partisipasi murni SMP e. Angka Partisipasi murni SMU f. Persentasi penduduk usia 15 tahun ke atas yang tamat SMP ke atas 4. Kesehatan a. Angka kematian bayi b. Persentase penolong persalinan c. Jumlah rumah sakit, puskesmas dan balai kesehatan d. Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas dan rumah sakit pemerintah 5. Ketenagakerjaan a. Partisipasi angkatan kerja b. Angka pengangguran terbuka c. Persentase pekerja bekerja kurang dari 35 jam per minggu d. Persentase berusaha sendiri e. Persentase berusaha dibantu pekerja tidak tetap f. Persentase berusaha dibantu pekerja tetap g. Persentase buruh / karyawan 6. Perumahan a. Persentase rumah tangga dengan lantai tanah b. Persentase rumah tangga beratap layak (bukan dedaunan) c. Persentase rumah tangga dengan dinding tembok d. Persentase rumah tangga dengan penerangan listrik e. Persentase rumah tangga dengan air minum ledeng f. Persentase rumah tangga dengan sir minum bersih ( air sumur/ mata air/ perigi) dengan jarak lebih dari 10 meter dari pembuangan limbah
25
BAB IV INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGAWI
A. Visi dan Misi Kabupaten Ngawi Pada periode 2010 – 2015 ini visi Kabupaten Ngawi adalah Mewujdukan Ngawi Sejahtera dan Berkhlak dengan Berbasis Pembangunan Pedesaan. Kemudian visi tersebut diturunkan dalam misi sebagai berikut : 1. Menanggulangi kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan; 2. Meningkat pelayanan dasar bidang pendidikan dan kesehatan yang berkualitas serta berdaya saing; 3. Mengembangkan iklim usaha dan ekonomi kerakyatan berbasis agraris; 4. Pembaharuan tata kelola pemerintahan daerah dan desa serta pelayanan publik yang baik, bersih dan akuntabel; 5. Meningkatkan kualitas infrastruktur sesuai dengan daya dukung lingkungan dan fungsi ruang; 6. Meningkatkan prestasi daerah; 7. Meningkatkan budaya yang berlandaskan kearifan dan keagamaan dalam suasana yang kondusif. Untuk mencapai visi dan misi tersebut , maka pemerintah daerah menetapkan beberapa program kerja sebagai berikut : 1. Mbangun Deso (Makaryo Bareng–bareng Ngupokoro Lan Dandani Deso); 2. Akta Kelahiran, KK dan KTP Gratis; 3. Bebas Retribusi Pelayanan Dasar Kesehatan; 4. Beasiswa Siswa Tidak Mampu dan Berprestasi; 5. Sertifikat Tanah Gratis untuk Keluarga Miskin;
26
6. Bedah Rumah; 7. Peningkatan Ketahanan Pangan Daerah; 8. Peningkatan Produktifitas dan Kualitas Pertanian; 9. Peningkatan Produktifitas dan Kualitas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM). Visi, misi, dan program kepala daerah terpilih dijabarkan menjadi strategi pokok dan prioritas pembangunan, sasaran dan arah kebijakan, serta programprogram dan kegiatan pokok dengan memperhatikan sumber daya, potensi yang dimiliki, faktor faktor keberhasilan, evaluasi pembangunan lima tahun yang lalu, dan isu-isu strategis yang berkembang serta Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Ngawi, yang akan dijalankan selama lima tahun mendatang. Untuk melaksanakan Misi ke-3 mengembangkan iklim usaha dan ekonomi kerakyatan berbasis agraris ditetapkan tujuan : Terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang dinamis. Tujuan ini dimaksudkan menciptakan kondisi perekonomian yang lebih baik dan meningkat. Meningkatnya perekonomian daerah akan mendorong stabilitas
perekonomian
daerah. Ketidakstabilan
perekonomian daerah
akan
menyebabkan ekonomi biaya tinggi yang pada akhirnya akan memberikan efek terhadap tingginya pengangguran dan kemampuan daya beli masyarakat. Tantangan terbesar Pemerintah Kabupaten Ngawi ke depan adalah terciptanya kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yang diikuti dengan pemerataan pendapatan di masyarakat. Pertumbungan ekonomi tersebut dapat dicapai apabila perputaran roda ekonomi berjalan dengan baik yang didukung oleh langkah dan tindakan pemerintah daerah dengan melakukan regulasi diberbagai bidang yang dapat menghilangkan hambatan investasi serta dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya kegiatan ekonomi yang berbasis usaha kecil dan menengah
masyarakat.
Sejalan
dengan
pelaksanaan
otonomi
daerah
dan
27
desentralisasi, pemerintah daerah mempunyai peranan yang semakin penting dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang dinamis. Dalam rangka meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat Ngawi, Pemerintah daerah menetapkan program penanggulangan kemiskinan dengan memberdayakan penduduk miskin melalui pemenuhan hak – hak dasar masyarakat miskin meliputi hak atas pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, tanah, lingkungan hidup dan sumber daya alam, serta pemberdayaan usaha mikro kecil menengah sehingga dapat mengurangi jumlah penduduk miskin sekaligus mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan.
B. Deskripsi Kabupaten Ngawi B.1. Kondisi Geografis Kabupaten Ngawi Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Propinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Ngawi adalah 1.298,58 km², dimana sekitar 40% atau sekitar 506,6 km² berupa lahan sawah. Secara geografis Kabupaten Ngawi terletak pada posisi 7º21' - 7º31' Lintang Selatan dan 110º10' - 111º40' Bujur Timur. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi tahun 2004,
secara
administratif wilayah Kabupaten Ngawi terbagi dalam 19 kecamatan dan 217 desa. Kecamatan yang ada di Kabupaten Ngawi tersebut antara lain : Kecamatan Sine, Ngrambe, Jogorogo, Kendal, Geneng, Gerih, Kwadungan, Pangkur, Karangjati, Bringin, Padas, Kasreman, Ngawi, Paron, Kedunggalar, Pitu,Widodaren, Mantingan dan Karanganyar. Secara administratif Kabupaten Ngawi mempunyai batas-batas sebagai berikut:
28
Sebelah Utara
: Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora (Propinsi Jawa Tengah) dan Kabupaten Bojonegoro.
Sebelah Timur
: Kabupaten Madiun.
Sebelah Selatan
: Kabupaten Madiun dan Kabupaten Magetan.
Sebelah Barat
: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen (Propinsi Jawa Tengah).
B.2. Topografi Topografi wilayah Kabupaten Ngawi berupa dataran tinggi dan dataran rendah. Empat kecamatan terletak pada dataran tinggi yaitu Kecamatan Sine, Ngrambe, Jogorogo dan Kendal yang terletak di kaki Gunung Lawu. Sebagaimana ditunjukkan dalam peta berikut ini :
Gambar 4.1. Peta Kabupaten Ngawi Wilayah Kabupaten Ngawi dialiri oleh Sungai Bengawan Solo sehingga menjadikan wilayah Kabupaten Ngawi terbagi menjadi wilayah utara dan selatan. Pengelompokan wilayah berdasar aliran Sungai Bengawan Solo adalah sebagai berikut :
29
Utara Bengawan Solo
Selatan Bengawan Solo
: Karanganyar dan Pitu : Sine, Ngrambe, Jogorogo, Kendal, Geneng, Gerih,
Kwadungan, Pangkur, Karangjati, Bringin, Padas, Kasreman, Ngawi, Paron, Kedunggalar, Widodaren dan Mantingan. Wilayah Selatan sebagian besar lahannya mendapatkan pengairan dari Sungai Bengawan Solo jadi berpotensi untuk tanaman pangan. Sedangkan wilayah utara sebagian besar lahannya merupakan lahan tadah hujan dan lahan tegalan. Keberadaan beberapa waduk di Kabupaten Ngawi seperti Waduk Pondok dan Sangiran di Kecamatan Bringin juga merupakan salah satu sarana penunjang di sektor pertanian.
B.3. Kondisi Demografis Berdasarkan data kependudukan, sampai dengan tahun 2011 jumlah penduduk di Kabupaten Ngawi adalah 911.911 dengan sex ratio 96,75. Berdasarkan kelompok umur, penduduk usia Balita sebanyak 7,10%, usia sekolah antara 5 tahun sampai dengan 14 tahun adalah 15,69%, usia produktif menurut BPS yaitu 15 sampai dengan 60 tahun adalah 63,47%. Sedangkan penduduk usia 60 tahun ke atas adalah 13,78%. Kondisi demografis di Kabupaten Ngawi cukup menguntungkan. Penduduk usia kerja di Kabupaten Ngawi adalah sejumlah 631.791 jiwa , masuk ke pasar kerja sebanyak 626.695 jiwa, yang tertampung di pasar kerja sebanyak 423.496. Kondisi ini menunjukkan angka ketergantungan yang relatif kecil yaitu 53,56%. Apalagi apabila dilihat bahwa jumlah Balita, anak usia sekolah dan lansia yang mencapai 36,53%. Secara rinci jumlah penduduk menurut kelompok umur bisa ditunjukkan dalam tabel 4.1. berikut ini :
30
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Golongan Umur
Laki-laki
Perempuan
0 s/d 4
33,692
31,036
64,728
7.10%
5 s/d 9
35,038
32,350
67,388
7.39%
10 s/d 14
37,881
37,468
75,349
8.26%
15 s/d 19
33,176
33,328
66,504
7.29%
20 s/d 24
25,841
27,566
53,407
5.86%
25 s/d 29
31,494
33,195
64,689
7.09%
30 s/d 34
32,229
33,503
65,732
7.21%
35 s/d 39
33,275
34,074
67,349
7.39%
40 s/d 44
35,860
37,735
73,595
8.07%
45 s/d 49
34,094
36,142
70,236
7.70%
50 s/d 54
32,796
32,214
65,010
7.13%
55 s/d 59
27,459
24,812
52,271
5.73%
60 s/d 64
18,269
20,522
38,791
4.25%
65 s/d 69
14,942
17,086
32,028
3.51%
70 s/d 74
10,283
14,516
24,799
2.72%
75 +
11,486
17,286
28,772
3.16%
610
655
1,265
0.14%
911,913
100.00%
TT JUMLAH
448,425
463,488
Jumlah
Persentase
Sumber: Ngawi dalam angka 2011
Secara rinci data kependudukan per kecamatan bisa ditunjukkan sebagai berikut :
31
Tabel 4.2. Data Kependudukan Per Kecamatan Luas No
Kecamatan
Laki-laki Perempuan
Total
Rasio
Daerah Kepadatan
1
Sine
23,176
26,204
49,380
88.44
80.22
616
2
Ngrambe
21,936
22,171
44,107
98.94
57.49
767
3
Jogorogo
24,098
24,489
48,587
98.40
65.84
738
4
Kendal
28,813
29,200
58,013
98.67
84.56
686
5
Geneng
27,876
28,238
56,114
98.72
52.52
1068
6
Gerih
18,294
19,358
37,652
94.50
34.52
1091
7
Kwadungan
14,180
14,528
28,708
97.60
30.3
947
8
Pangkur
14,243
14,829
29,072
96.05
29.41
989
9
Karangjati
23,239
25,181
48,420
92.29
66.67
726
10
Bringin
15,978
16,458
32,436
97.08
62.62
518
11
Padas
17,152
17,308
34,460
99.10
50.22
686
12
Kasreman
12,288
12,257
24,545
100.25
31.49
779
13
Ngawi
42,030
42,550
84,580
98.78
70.56
1199
14
Paron
43,626
44,884
88,510
97.20
101.14
875
15
Kedunggalar
36,731
37,070
73,801
99.09
129.65
569
16
Pitu
14,082
14,215
28,297
99.06
56.01
505
17
Widodaren
34,860
36,648
71,508
95.12
92.26
775
18
Mantingan
19,877
22,042
41,919
90.18
62.21
674
19
Karanganyar
15,945
15,857
31,802
100.55
138.29
230
1295.98
704
JUMLAH
448,424
463,487
911,911
Sumber : Ngawi dalam Angka 2012
32
Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk terbanyak terletak di Kecamatan Paron yaitu 88.510 jiwa. Kecamatan dengan jumlah penduduk terendah adalah Kecamatan Kasreman dengan jumlah penduduk 24.019 jiwa. Kecamatan Kasreman merupakan wilayah pemekaran dari Kecamatan Padas. Dilihat dari kepadatannya, rata – rata Kabupaten Ngawi adalah 704 jiwa per km2, naik sekitar 14 jiwa/ km2. Kepadatan tertinggi di Kecamatan Ngawi yaitu 1.199 jiwa / km2, sedangkan daerah dengan tingkat kepadatan terendah adalah Kecamatan Karanganyar dengan rata – rata 230 jiwa per km2. Jumlah kelahiran adalah sebanyak 8.015 bayi terdiri atas 4.002 bayi laki – laki dan 4.013 bayi perempuan. Jumlah kematian sebanyak 4.270 jiwa. Jumlah kelahiran dan kematian ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan penduduk Ngawi positif, di satu sisi hal ini meningkatkan jumlah penduduk, di sisi lain menunjukkan bahwa tingkat kesehatan di Kabupaten Ngawi sudah semakin bagus. B.4. Kondisi Ketenagakerjaan Kondisi ketenagakerjaan di Kabupaten Ngawi, sebagaimana daerah lain masih dihadapkan oleh pencari kerja yang semakin banyak sementara peluang kerja masih terbatas. Jumlah pencari kerja yang belum tertampung di Kabupaten Ngawi sekitar 6,11%, di bawah angka rata – rata nasional.
Data pencari kerja yang terdaftar
dibandingkan dengan lowongan kerja yang ada masih sangat jauh, bahkan pada tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah pencari kerja yang terdaftar enam kali lipat lowongan kerja yang ada, namun pada tahun 2011 terjadi penambahan lowongan kerja yang signifikan. Data ketenagakerjaan secara detail bisa ditunjukkan pada tabel 4.3 berikut ini:
33
Tabel 4.3 Perkembangan Ketenagakerjaan Kriteria
2007
2008
2009
2010
2011
1. Angkatan kerja
454,510
455,232
455,957
456,678
626,295
2. Angkatan kerja tertampung
426,725
427,403
428,084
428,761
423,496
3. Pencari kerja
27,784
27,829
27,873
27,917
n.a
4. Penduduk usia kerja
619,527
620,513
621,500
622,483
631,791
5. Penduduk bukan usia kerja
202,796
203,117
203,439
203,761
185,970
6. Lowongan kerja
1,769
2,582
1,809
921
2,350
7. Pencari kerja terdaftar
4,784
9,040
6,122
5,647
3,548
8. Penempatan tenaga kerja Sumber : Ngawi dalam angka 2012
1,153
2,105
960
1,120
1,177
Data di atas menunjukkan bahwa dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, pertumbuhan rata–rata angkatan kerja adalah 0,16%. Angka tersebut meningkat tajam menjadi 37,14% pada tahun 2011. Hal ini patut menjadi pertanyaan penyebab kenaikan jumlah angkatan kerja yang sangat tajam. Jumlah lowongan kerja atau angkatan kerja tertampung yang tidak terlalu besar peningkatannya menyebabkan jumlah angkatan kerja yang tidak tertampung sebanyak 47,89%.
C. Kondisi Pendidikan Menurut WHO ( 1997 ) kecakapan hidup merupakan interaksi antara pengetahuan dan pemahaman yang meliputi berbagai ketrampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupannya sehari – hari. Pendidikan kecakapan hidup dibagi menjadi 5 kelompok yaitu : 1. Kecakapan mengenal diri (
Self awareness ) atau kecakapan pribadi (personal skill )
34
2. Kecakapan sosial ( social skill ) 3. Kecakapan berpikir ( thinking skill ) 4. Kecakapan akademik ( academic skills ) 5. Kecakapan kejuruan ( vocational skill ) Untuk memperoleh kecakapan – kecakapan tadi
diperlukan adanya
pembelajaran yang intens dan berkesinambungan. Untuk mencapai tujuan – tujuan tersebut, maka Pemerintah menetapkan adanya 8 standar pendidikan yang meliputi : a. Standar kompetensi lulusan, sebagai pedoman dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. b. Standar isi yang meliputi kerangka dasar dan standar kurikulum, beban belajar, satuan kurikulum tiap satuan tingkat pendidikan dan kalender akademik/ kalender pendidikan. c. Standar pendidik dan tenaga kependidikan, pendidik harus memiliki kompetensi dan kualifikasi akademik sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. d. Standar proses, proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif dan menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup untuk berprakarsa, kreatifitas dan kemandirian, sesuai dengan bakat, minat dan kondisi fisik serta psikologis peserta didik. e. Standar sarana dan prasarana, persyaratan minimal mengenai sarana dan prasarana yang meliputi sarana yang terdiri dari perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, bahan habis pakai, buku dan sumber balajar lainnya. Kemudian untuk prasarana terdiri atas ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang prpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi
35
daya dan jasa, tempat olahraga, tempat beribadah, tempat bermain dan tempat berkreasi. f. Standar pembiayaan, yang terdiri dari biaya investasi, biaya personal, biaya operasi.
Biaya
investasi
meliputi
biaya
sarana
dan
prasarana,
biaya
pengembangan SDM dan modal kerja tetap. Sedangkan biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Sementara biaya operasi meliputi gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, bahan dan peralatan pendidikan habis pakai, biaya pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, konsumsi, pajak, asuransi dan lainnya. g. Standar pengelolaan oleh satuan pendidikan, pemda dan pemerintah. Dikdasmen meliputi menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengn kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan dan akuntabilitas. h. Standar penilaian pendidikan, mengikuti standar penilaian nasional tentang mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Dalam rangka pemerataan pendidikan dilaksanakan program wajib belajar bagi anak usia 7-15 tahun dengan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. Pembangunan pendidikan dan kebudayaan selama ini telah meningkatkan pelaksanaan kurikulum, pemberayaan tenaga pengajar, meningkatkan sarana prasarana pendidikan, dan pembinaan kesiswaan. Beberapa permasalahan yang perlu dipecahkan khususnya yang berkaitan dengan pendidikan antara lain kondisi sarana dan prasarana yang belum memadai, sumber daya manusia tenaga kependidikan yang masih belum memadai, terbatasnya alat peraga alat laboratorium
36
dan perpustakaan guna menunjang proses belajar mengajar, kurang memadainya apresiasi pada kebudayaan daerah. Dalam visi dan misi telah disebutkan bahwa salah satu focus peningkatan kesejahteraan rakyat adalah pemenuhan hak pendidikan. Dinas pendidikan Kabupaten Ngawi menetapkan visi utama yaitu terwujudnya pendidikan yang berkualitas pada semua jenis dan jenjang pendidikan dengan sasaran : Meningkatnya aksesibilitas dan kualitas pelayanan pendidikan pada semua jenjang, program daerah untuk mencapai sasaran ini adalah program aksi bidang pendidikan. Secara
bertahap
sasaran
terebut
bisa
terwujud
antara
lain
dengan
meningkatkan indikator kinerja pendidikan yaitu Angka Kelulusan bagi pendidikan SD, SMP dan SMA yang mencapai di atas 95%. Bahkan pada tahun 2008 angka kelulusan SD mencapai 99,85%, Angka kelulusan SMP mencapai 99,32% dan angka kelulusan SMA mencapai 98,30%. Data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi 2011 menunjukkan sebagai berikut : (1) TK sebanyak 483 TK dengan jumlah murid 11.823 siswa, sedangkan jumlah Raudlotul Athfal adalah 115 dengan jumlah murid 3.057. Rasio murid : sekolah adalah 1 : 24, (2) Jumlah SD dan sederajat 669 sekolah dengan jumlah murid 62.177 siswa, sedangkan jumlah Madrasah Ibtidaiyah 110 dengan jumlah 13.433 murid. Rasio murid : sekolah sebesar 1 : 92. (3) Jumlah SMP adalah 74 dengan jumlah murid SMP 28.876 siswa, Jumlah Madrasah tsanawiyah adalah 39 sekolah, dengan jumlah murid 8793. Rasio sekolah murid sama dengan 1 : 390.
37
(4) Jumlah SMU adalah 52 sekolah dengan jumlah murid SMU sebanyak 24.030 siswa, jumlah Madrasah Aliyah adalah 16 dengan jumlah murid 2824. Rasio murid : sekolah adalah 1 : 462. Secara rinci kondisi pendidikan di kabupten Ngawi selama 4 tahun terakhir adalah sebagai berikut : Tabel 4.4. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Kabupaten Ngawi SD sederajat
SMP sederajat
SMA sederajat
Tahun Sekolah Murid Guru Sekolah Murid Guru Sekolah Murid Guru 2010
664
79218
7545
111
38537
2929
35
9546
1074
2009
685
80149
6604
111
36810
2906
34
9808
1058
2008
683
82816
8688
108
38017
2720
32
11186
938
2007
683
81846
5816
107
37641
2683
32
11208
922
Sumber : Ngawi dalam Angka 2012 Tabel di atas menunjukkan bahwa kondisi pendidikan di Ngawi memang masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini ditunjukkan oleh tingkat melanjutkan sekolah yang sangat rendah. Dari jumlah murid yang sekolah di SD ternyata yang melanjutkan ke jenjang SMP ternyata rata – rata hanya 46%. Hal ini juga terjadi pada pendidikan SMP ke SMA ternyata hanya 45% murid SMP yang melanjutkan ke SMA atau SMK. Oleh sebab itu sangat wajar apabila dalam penghitungan IPM ternyata pendidikan di Kabupaten Ngawi sangat rendah dengan nilai hanya 6,36 persen. Artinya rata – rata sekolah ditamatkan bagi penduduk di Kabupaten Ngawi memang baru 6 tahun atau tamat sekolah dasar.
38
Kondisi ini sangat memprihatinkan dan membutuhkan penanganan yang konkrit karena pendidikan merupakan salah satu pemutus mata rantai kemiskinan sebagaimana ditunjukkan dalam gambar vicious circle mata ratai kemiskinan berikut ini : Kemiskinan
Pendapatan rendah
MPC mendekati 1 (MPS mendekati 0)
Pendidikan rendah
Kesehatan rendah
Peluang meraih kesempatan rendah
Investasi rendah
Kesempatan rendah
Pengangguran tinggi
Kemiskinan
Gambar 4.2 Vicious Circle kemiskinan keluarga
Langkah – langkah konkrit yang segera dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Ngawi di bidang pendidikan adalah agar pelaksanaan Pendidikan di semua jenis dan jenjang pendidikan dapat merata, dan memberikan perluasan kesempatan belajar dengan lulusan yang sesuai Standar serta mewujudkan pelayanan pendidikan yang murah dan bermutu untuk semua, tanpa diskriminasi terutama masyarakat miskin.
39
D. Kondisi Kesehatan Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting dalam penentuan kualitas hidup manusia, oleh sebab itu menurut World Summit for Social Development, tentang kemiskinan yang dialami oleh masyarakat dunia, menempatkan kesehatan sebagai empat sebab utama
rendahnya kualitas hidup manusia yaitu kelaparan dan
kekurangan gizi, rendahnya derajat kesehatan , keterbatasan dan kurangnya akses kepada kesehatan dan layanan pokok lainnya serta kondisi tak wajar dan kematian akibat penyakit yang terus meningkat. Tingkat kelahiran hidup, kelahiran yang dibantu oleh tenaga medis dan kesehatan serta gizi balita (balita dengan gizi buruk) berpengaruh terhadap kondisi kesehatan suatu daerah secara umum. Gizi
balita memperoleh perhatian lebih dalam penghitungan IKM, karena
status gizi sangat berperan dalam peningkatan kualitas SDM yang akan menjadi sumber daya utama dalam pembangunan manusia. Yuliana dalam penelitiannya yang mengambil judul Kaitan Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan dan Status Gizi menyebutkan bahwa
terdapat keterkaitan yang erat antara strategi pengentasan
kemiskinan dengan peningkatan kualitas gizi. Hasil penelitian tersebut bisa disimpulkan dalam gambar sebagai berikut :
Kemiskinan Berkurang
Peningkatan Produktivitas
Perbaikan Status Gizi Anak
Ekonomi Meningkat
Investasi Sektor Sosial (Gizi, Kes, Pendidikan)
Peningkatan Kualitas SDM
Gambar 4.3 Hubungan Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan dan Kualitas Gizi
40
Adanya keterkaitan status gizi dan pembangunan ekonomi juga dikemukakan oleh Sekretaris jenderal PBB Kofi Annan dalam Soekirman, 2000. Dalam salah satu pidatonya dikatakan bahwa, “Gizi yang baik dapat merubah kehidupan anak, meningkatkan
pertumbuhan
fisik
dan
perkembangan
mental,
melindungi
kesehatannya dan meletakkan pondasi untuk masa depan produktifitas anak”. Pernyataan ini memperkuat hasil riset para pakar gizi dan kesehatan mengenai adanya kaitan antara pangan, gizi, kesehatan dan pembangunan ekonomi. Visi dari pelayanan kesehatan di Kabupaten Ngawi adalah Terwujudnya akses pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan melalui Puskesmas dan jaringannya dengan sasaran meningkatnya akses pemerataan dan mutu pelayanan kesehatan ibu, bayi, anak, remaja dan lanjut usia serta kesehatan reproduksi. Salah satu indikator utama kesehatan di suatu daerah adalah fasilitas dan sarana kesehatan baik fasilitas pemerintah maupun swasta. Data fasililitas kesehatan di Kabupaten Ngawi sebagaimana dalam tabel berikut: Tabel 4.5 Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Ngawi tahun 2010 - 2011 Swadaya Pemerintah Swasta Masyarakat KEPEMILIKAN 2010 2011 2010 2011 2010 2011 Rumah sakit 1 1 1 1 Puskemas 24 24 Puskesmas pembantu 62 62 Balai Pengobatan 12 10 Rumah bersalin 3 4 Praktek dokter 117 152 Praktek bidan 277 261 Apotik 43 51 Posyandu 1176 1176 Polindes 172 172 Sumber : Kabupaten Ngawi dalam Angka 2012
41
Salah satu indikator pemerataan akses adalah rasio antara fasilitas dengan jumlah penduduk yang dilayani. Dari sisi fasilitas pemerintah, jumlah Puskesmas sudah disesuaikan dengan jumlah jumlah yang dilayani. Dari sisi tenaga medis maupun para medis, rasionya juga relatif seragam. Namun dari sisi praktek dokter swasta, praktek bidan dan apotik
masih belum mengarahkan pada jumlah
penduduk yang dilayani di mana fasilitas untuk daerah perkotaan masih lebih banyak dibandingkan fasilitas di daerah perdesaan. Sebagai contoh kecamatan Ngawi dengan jumlah penduduk 84.580 jiwa dilayani oleh 76 praktek dokter, artinya rasio dokter : penduduk adalah 1 : 1.116 , sedangkan rasio antara bidan praktek dengan penduduk adalah 1 : 2737. Kecamatan Paron dengan penduduk 88.510 hanya dilayani 7 orang praktek dokter. Artinya rasio dokter dengan penduduk adalah 1 : 12.644. Hal ini menunjukkan bahwa akses antar Kecamatan di Ngawi masih sangat timpang. Kesenjangan pelayanan kesehatan terutama yang dikelola oleh swasta sangat tinggi. Indikator utama lain dari kesehatan adalah tingkat kesehatan bayi. Pada tahun 2011 jumlah kelahiran di Kabupaten Ngawi adalah 13.129, dengan 13.120 ditolong oleh bidan atau dokter dan 9 orang ditolong oleh dukun. Pada tahun 2010, terdapat 12.993 kelahiran dan yang ditolong oleh dukun adalah 6 bayi dan sisanya ditolong oleh tenaga medis baik dokter maupun bidan. Angka kematian bayi adalah sebanyak 112 pada tahun 2009. Dengan jumlah kelahiran sebesar 6.243 artinya 19 kematian bayi per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 107 bayi lahir mati, artinya dengan jumlah kelahiran hidup 7.820 pada tahun 2010, maka 12 kematian per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan pada tahun 2011 jumlah kematian bayi 139, dengan jumah kelahiran 8.015
artinya terdapat 17
kematian bayi per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2011.
42
Kondisi ini menunjukkan adanya kenaikan yang cukup signifikan pada angka kematian bayi, sehingga hal ini perlu mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah daerah, karena indikator kesejahteraan rumah tangga juga ditentukan oleh tingkat kesehatan dan keterpenuhan gizi bayi . Berdasarkan data dari dinas kesehatan terdapat 0.55% bayi yang mengalami gizi buruk pada tahun 2011, angka ini menurun dibandingkan tahun 2010 yang sebesar 0,84% dan pada tahun 2009 sebesar 1,02%. Indikator lain adalah jumlah bayi yang mendapatkan imunisasi lengkap sudah mencapai 97,20%, meningkat 10% dibandingkan tahun 2010 yaitu sebesar 82,9. Data – data tersebut di atas menyebabkan adanya pertanyaan karena perlakukan atas bayi mengalami perbaikan yang signifikan namun justru angka kematian bayi meningkat. Evaluasi terhadap kondisi ini sangat diperlukan untuk mengetahui faktor yang menyebabkan kenaikan angka kematian bayi karena semua fasilitas kesehatan sudah mengalami kemajuan. E. Kondisi Kesejahteraan Peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat masyarakat merupakan salah satu tujuan utama pemerintah Kabupaten Ngawi. Tujuan ini dimaksudkan untuk meningkatkan taraf hidup Keluarga Miskin melalui pertumbuhan ekonomi, pemberdayaan keluarga miskin, peningkatan partisipasi masyarakat, peningkatan akses
terhadap
pelayanan
dasar
dan
peningkatan
akses
pasar.
indikator
kesejahteraan tidak hanya bersifat fisik namun juga pemberdayaan agar masyarakt miskin bisa menghidupi diri dan keluarganya sendiri. Program pemberdayan masyarakat yang dilakukan meliputi : (1) Program peningkatan keberdayaan masyarakat pedesaan; (2) Program pengembangan lembaga ekonomi pedesaan; (3) Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun desa;
43
(4) Program peningkatan kapasitan dan aparatur pemerintah desa; (5) Program peningkatan peran perempuan di perdesaan. Secara umum, keberadaan keluarga pra sejahtera di Kabupaten Ngawi termasuk tinggi karena berada pada posisi 55,29%. Keluarga sejahtera I sebesar 8,76%, keluarga sejahtera II sebesar 11,54%, sedangkan keluarga sejahtera III adalah sebesar 24,05%, sedangkan keluarga sejahtera III plus adalah sebesar 0,36%. Kondisi ini membutuhkan perhatian serius, meskipun secara nyata tahapan kesejahteraan keluarga mengalami peningkatan dari tahun 2009 sampai 2011. Pada tahun 2009 terdapat 58,27 persen keluarga pra sejahtera, kemudian menurun menjadi 57,35% keluarga pra sejahtera pada tahun 2010 dan tahun 2011 kembali mengalami penurunan menjadi 55,29% keluarga pra sejahtera. Berdasarkan kecamatan, jumlah keluarga pra sejahtera terbanyak berada pada Kecamatan
Karangjati yaitu sebesar 15.244 dari 17.816 keluarga, artinya 85,56%
keluarga di Kecamatan Karangjati termasuk pra sejahtera. Kemudian disusul Kecamatan Kasreman dengan jumlah keluarga pra sejahtera sebesar 6.655 keluarga dari 7828 keluarga atau sebanyak 85,02% keluarga merupakan keluarga pra sejahtera. Sedangkan kecamatan dengan persentase keluarga prasejahtera paling rendah adalah Kecamatan Gerih dengan persentase keluarga prasejahtera sebesar 15,15% dibandingkan jumlah keluarga. Kecamatan dengan persentase keluarga sejahtera III terbesar adalah Kecamatan Kwadungan dengan persentase keluarga sejahtera III 52,25%, artinya lebih dari separo keluarga di Kecamatan Kwadungan masuk dalam kategori sejahtera III. Secara rinci, keluarga sejahtera di Kabupaten Ngawi berdasarkan kecamatan bisa ditunjukkan dalam table 4.5 berikut ini:
44
Tabel 4.6 KELUARGA PRA SEJAHTERA, SEJAHTERA I, II, II DAN SEJAHTERA PLUS PER KECAMATAN NO
KECAMATAN JUMLAH KELUARGA
1 Karangjati 17816 2 Kasreman 7828 3 Bringin 10650 4 Padas 12076 5 Pangkur 10014 6 Karanganyar 9617 7 Widodaren 20473 8 Pitu 9350 9 Kedunggalar 22253 10 Ngrambe 13295 11 Mantingan 12206 12 Jogorogo 13278 13 Sine 12796 14 Paron 28879 15 Ngawi 24435 16 Kwadungan 9305 17 Geneng 17320 18 Kendal 15838 19 Gerih 11936 Sumber : Ngawi dalam Angka 2012
KELUARGA KELUARGA KELUARGA KELUARGA KELUARGA PRA SEJAHTERA SEJAHTERA SEJAHTERA SEJAHTERA I SEJAHTERA II III III PLUS JML % JML % JML % JML % JML % 15244 85.56% 259 1.45% 310 1.74% 2003 11.24% 0 0.00% 6655 85.02% 291 3.72% 402 5.14% 480 6.13% 0 0.00% 8836 82.97% 705 6.62% 586 5.50% 523 4.91% 0 0.00% 9871 81.74% 165 1.37% 737 6.10% 1303 10.79% 0 0.00% 7788 77.77% 71 0.71% 117 1.17% 2018 20.15% 20 0.20% 6998 72.77% 409 4.25% 483 5.02% 1715 17.83% 12 0.12% 14656 71.59% 573 2.80% 1193 5.83% 3972 19.40% 79 0.39% 6238 66.72% 10 0.11% 19 0.20% 3083 32.97% 0 0.00% 13366 60.06% 1603 7.20% 1963 8.82% 5290 23.77% 31 0.14% 7475 56.22% 2141 16.10% 1886 14.19% 1756 13.21% 37 0.28% 6775 55.51% 1815 14.87% 2399 19.65% 1209 9.90% 8 0.07% 7177 54.05% 209 1.57% 375 2.82% 5517 41.55% 0 0.00% 6353 49.65% 1091 8.53% 1221 9.54% 4098 32.03% 33 0.26% 14096 48.81% 4386 15.19% 4085 14.15% 6115 21.17% 197 0.68% 9505 38.90% 2394 9.80% 3800 15.55% 8477 34.69% 259 1.06% 2920 31.38% 698 7.50% 822 8.83% 4862 52.25% 3 0.03% 4655 26.88% 2021 11.67% 2359 13.62% 8028 46.35% 257 1.48% 4046 25.55% 2534 16.00% 6282 39.66% 2976 18.79% 0 0.00% 1808 15.15% 3107 26.03% 3201 26.82% 3764 31.53% 56 0.47%
45
F. Kondisi Ekonomi Kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan dengan kondisi perekonomian daerah secara makro ditunjukkan oleh PDRB sebagai berikut : Tabel 4.7 PDRB atas dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Kabupaten ( juta rupiah) Atas Dasar Harga
Atas Dasar Harga
Tahun
Berlaku
Laju
Konstan
Laju
2006
3,831,351.83
2007
4,445,555.03
16.03%
2,510,075.52
5.21%
2008
5,031,428.99
13.18%
2,639,717.89
5.16%
2009
5,770,273.06
14.68%
2,785,335.43
5.52%
2010
6,444,782.83
11.69%
2,942,602.51
5.65%
2,385,681.99
Sumber : Kabupaten Ngawi Dalam Angka, 2010 Tabel 4.6 menunjukkan bahwa berdasarkan harga tahun berlaku, pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan secara terus menerus, hal ini berkaitan dengan laju inflasi. Sedangkan berdasarkan harga tahun dasar maka laju pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan terus mulai dari tahun 2006 sampai dengan 2010. Angka ini kemudian menjadi 7.245,84 milyar pada tahun 2011 artinya meningkat 12,43% dari tahun 2010. Lapangan usaha yang memberikan sumbangan terbesar adalah sektor pertanian dengan nilai sumbangan rata – rata 36 % sampai dengan 37%. Diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran yang menyumbang sekitar 27 % sampai dengan 28%, penyumbang terbesar ketiga adalah jasa – jasa dengan jumlah sumbangan rata – rata 14%.
46
Pendapatan perkapita penduduk di Kabupaten Ngawi adalah sebesar Rp 7.547.781,25 meningkat dari tahun 2010 yang mencapai Rp 7.033.529,80, artinya meningkat sebesar 7,3%.
G. Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Ngawi Indonesia mempunyai IPM yang terus meningkat baik dalam skala nasional maupun dalam skala propinsi dan Kabupaten/ Kota.
IPM Propinsi Jawa Timur
mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2004 sampai tahun 2010, dengan nilai 71,62 pada tahun 2010. Kabupaten/ Kota di Propinsi Jawa Timur yang memiliki nilai IPM tertinggi adalah Kota Blitar dengan nilai 77,42 sedangkan IPM terendah adalah Kabupaten Sampang dengan nilai 59,7 pada tahun 2010. Kabupaten Ngawi menduduki posisi 21 dengan IPM 68,82. Berikut ini data IPM Propinsi Jawa Timur, Kota Blitar, sebagai daerah dengan IPM tertinggi, dan Kabupaten Sampang sebagai daerah dengan IPM terendah yang akan digunakan sebagai pembanding IPM Kabupaten Ngawi dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2010. Tabel 4.8. Data IPM Propinsi Jawa Timur, Kabupaten Ngawi, Kota Blitar dan Kabupaten Sampang Provinsi/ Kabupaten
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Jawa Timur
62.2
68.4
69.2 69.78 70.38 71.06 71.62
Kota Blitar
63.92
75.1
75.6 75.88
Kabupaten Ngawi
60.26
65.2
Kabupaten Sampang
60.97
55
76.6 76.98 77.42
66 67.52 68.02 68.41 68.82 56.3 56.99 57.66 58.68
59.7
Sumber : BPS Propinsi Jawa Timur Tabel tersebut menggambarkan
perbandingan antara Kabupaten Ngawi
dengan Propinsi Jawa Timur, Kota Blitar sebagai daerah dengan IPM tertinggi di Propinsi Jawa Timur dan Kabupaten Sampang sebagai daerah dengan IPM terendah
47
di Propinsi Jawa Timur. Dari tabel tersebut terlihat bagaimana ketidakmerataan pembangunan manusia dengan selisih yang sangat besar antara daerah terendah dan tertinggi. Kota Blitar memiliki nilai IPM yang sangat tinggi, melebihi rata – rata Propinsi dan Nasional. Kabupaten Ngawi mengalami pertumbuhan IPM yang pesat pada tahun 2004 – 2005
dengan nilai pertumbuhan mencapai 8%, namun
pertumbuhan tersebut terus menurun dengan rata – rata pertumbuhan sebesar 2,3%, pertumbuhan terendah adalah pada tahun 2007 – 2008 sebesar 0,57%. Apabila dilihat masing – masing instrument IPM pada tahun 2010 maka posisi di Kabupaten Ngawi adalah a. Usia harapan hidup
69,91
b. Angka melek huruf
85,14
c. Rata – rata lama sekolah
6,36
d. Pengeluaran per kapita
622.750
Perbandingkan keempat variabel tersebut dengan Propinsi Jatim, kota Blitar sebagai
pemegang IPM tertinggi di Jatim dan
Kabupaten Sampang sebagai
pemegang IPM terendah di Jatim adalah sebagai berikut : Tabel 4.9. IPM Menurut Komponen Penyusunnya Kab/Kota
Angka
Angka Melek
Rata – rata
Pengeluaran
Harapan
Huruf
lama
per kapita
hidup
IPM
sekolah
Propinsi
69,6
88,34
7,24
643,6
71,62
Kota Blitar
72,23
97,24
9,72
650,38
77,42
Kab Ngawi
69,91
85,14
6,36
622,75
68,82
63
66,03
3,95
632,47
59,7
Kab Sampang
Sumber : Jawa Timur dalam Angka 2011
48
Terdapat
beberapa
faktor
yang
menyebabkan
rendahnya
kualitas
pembangunan manusia di Kabupaten Ngawi, yang utama adalah krisis ekonomi yang berkepanjangan mengakibatkan daya beli masyarakat semakin lemah. Dibandingkan dengan Kabupaten Sampang yang merupakan daerah dengan IPM terendah di jawa timur saja masih lebih rendah, artinya memang kondisi perekonomian khususnya dalam rangka meningkatkan daya beli harus segera dikembangkan. Kelemahan berikutnya adalah dari sisi pedidikan yaitu lama sekolah yang ditamatkan dan tingkat melek huruf. Pendidikan di tamatkan di kabupaten masih sangat rendah, dengan nilai 6,36 artinya secara rata – rata tingkat pendidikan di tamatkan hanya sampai tamat SD. Sementara sisi kesehatan menunjukkan nilai yang cukup bagus ditunjukkan dengan angka harapan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata – rata propinsi Jatim.
H. Langkah Strategis peningkatan kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Ngawi pada tahun 2010 menduduki rangking 21 dari 38 kabupaten/kota yang terdapat di Propinsi Jawa Timur dan rangking 369 secara nasional. Kondisi ini
jelas kurang menggembirakan. Sehingga harus menjadi
perhatian serius bagi pemerintah Kabupaten Ngawi, karena yang penting bukan penghitungan
dan
penyusunan
IPM
nya
namun
bagaimana
peningkatan
perekonomian masyarakat yang dengan sendirinya akan mendorong peningkatan nilai IPM juga, sebagai indikator utama kesejahteraan masyarakat saat ini. H.1. Kondisi Industri Kecil/ Menengah dan Sedang/Besar di Kabupaten Ngawi Analisis di sub bab G menunjukkan bahwa yang harus memperoleh perhatian adalah peningkatan ekonomi masyarakat. Data menunjukkan bahwa penyumbang terbesar pada PDRB adalah pada sektor pertanian, sehingga produksi pertanian dan
49
peningkatan produktifitasnya.
Oleh sebab itu Kabupaten Ngawi menjabarkan ke
dalam beberapa program kerja yaitu : a. Peningkatan kesejahteraan petani; b. Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian; c. Peningkatan penerapan teknologi pertanian/ perkebunan/ peternakan; d. Peningkatan produksi pertanian/ perkebunan/ peternakan; e. Pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak; f. Pengembangan budidaya perikanan; g. Optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan. Selain sektor pertanian, industri kecil juga merupakan salah satu penyokong pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ngawi yang harus terus didukung dan difasilitasi. Industri Unggulan di Kabupaten Ngawi adalah (1) tempe/ keripik tempe, (2) Kayu unik/ primitive, (3) Tas plastik, dan (4) konveksi. Tempe / keripik tempe mampu menyerap 3.607 tenaga kerja dengan jumlah pengusaha 1.166, diikuti oleh tas plastik yang mampu menyerap 2.619 tenaga kerja dan sudah masuk ke pasar ekspor. Industri menurut sub sektor di Kabupaten Ngawi, berdasarkan nilai produksi yang berhasil dibukukannya adalah pertama industri makanan, minuman dan tembakau. Sedangkan yang nomor dua adalah industri barang kayu dan sejenisnya. Sedangkan yang paling kecil adalah industri kertas dan barang cetakan. Berdasarkan jumlah perusahaan dan tenaga kerja, industri barang dari kayu dan sejenisnya yang paling banyak. Artinya tenaga kerja di Kabupaten Ngawi terbanyak terserap pada industri ini.
Secara rinci, data industri kecil menengah bisa ditunjukkan sebagai
berikut:
50
Tabel 4.10 Industri Kecil di Kabupaten Ngawi Menurut Jumlah Perusahaan, Jumlah Tenaga Kerja dan Nilai Produksi
NO
JML PERUSAHAAN 2010 2011
JML TENAGA KERJA 2010 2011
NILAI PRODUKSI (000) 2010 2011
2
SUB SEKTOR Industri makanan, minuman dan tembakau Industri tekstil, pakaian jadi dan barang dari kulit
3
Industri barang dari kayu dan sejenisnya
8,552
8,591
20,419
20,592
40,157,765
44,508,515
4
Industri kertas dan barang cetakan Industri kimia dan barang dari karet/plastik Industri semen dan barang galian bukan logam
28
28
78
78
304,758
328,389
10
10
57
52
3,115,759
3,428,309
2,477
2,477
8,468
8,468
10,305,550
10,457,775
Logam dasar, besi dan baja Industri barang dari logam dan alat angkut
317
317
722
722
3,196,275
3,347,025
-
-
-
-
-
-
9 Industri pengolahan lainnya Sumber : Kabupaten Ngawi dalam Angka 2012
2,297
2,573
3,815
4,179
10,205,780
12,961,005
1
5 6 7 8
1,647
1,659
5,042
5,078
49,159,357
52,910,607
315
315
680
680
5,379,295
5,704,445
51
Jumlah perusahaan besar dan sedang di Kabupaten Ngawi sangat terbatas, demikian juga penyerapan tenaga kerjanya. Hal ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap perekonomian di Kabupaten Ngawi. Berdasarkan teori dan data empiris yang ada, selama ini jumlah industri besar akan memberikan dampak yang cukup bagus bagi peningkatan perekonomian, investasi yang ditanamkan akan mampu menggerakkan perekonomian masyarakat. Namun ternyata di Kabupaten Ngawi jumlah industri besar sangat sedikit dan hanya mampu menyerap 6.242 tenaga kerja. Justru industri kecil dan menengah yang bisa menjadi penopang perekonomian. Industri kecil/menengah dan industri besar/sedang berdasarkan kecamatan bisa ditunjukkan dalam tabel berikut ini:
52
Tabel 4.11. Jumlah Industri kecil dan Besar Sedang per Kecamatan INDUSTRI BESAR DAN INDUSTRI KECIL NO
KECAMATAN
INDUSTRI PERTANIAN
SEDANG
INDUSTRI NON PERUSAHAAN PERTANIAN 1588 1
TENAGA KERJA
1
Sine
0
2
Ngrambe
3
2341
0
0
3
Jogorogo
102
1851
0
0
4
Kendal
0
1212
0
0
5
Geneng
0
2590
3
2915
6
Gerih
0
966
0
0
7
Kwadungan
0
1503
0
0
8
Pangkur
0
1170
0
0
9
Karangjati
0
2332
2
1845
10
Bringin
0
667
0
0
11
Padas
0
1162
1
29
12
Kasreman
0
622
0
0
13
Ngawi
5
4466
6
195
14
Paron
0
3421
3
85
15
Kedunggalar
4
1798
1
39
16
Pitu
0
606
1
60
17
Widodaren
0
2967
1
20
18
Mantingan
28
1816
1
31
19
Karanganyar
0
382
0
0
142
33,460
20
6,242
JUMLAH
1023
Sumber : Kabupaten Ngawi Dalam Angka, 2012 H.2. Langkah Pengembangan Industri Kecil Menengah Berdasarkan data – data di atas, maka perlu dikaji langkah – langkah strategis dalam rangka peningkatan perekonomian di Kabupaten Ngawi khususnya dalam
53
pengembangan industri kecil/menengah dan besar/sedang. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan Analisis SWOT
1. Analisis SWOT Analisis SWOT adalah instrumen perencanaaan strategis yang klasik. Dengan menggunakan kerangka kerja untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats). Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Instrument ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities)yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru. Instrumen ini menolong para perencana apa yang bisa dicapai, dan hal-hal saja yang perlu diperhatikan. Analisis SWOT dibedakan menjadi dua pendekatan yaitu pendekatan analisis kualitatif dan pendekatan analisis kuantitatif Pendekatan
kualitatif
matriks
SWOT
dikembangkan
oleh
Kearns
menampilkan delapan kotak, yaitu dua sebelah kiri adalah kotak faktor eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak paling atas adalah faktor internal
54
(Kekuatan dan Kelemahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemuan antara faktor-faktor internal dan eksternal. Langkah – langkah dalam penentuan analisis SWOT bisa ditunjukkan sebagai berikut : 1. Identifikasikan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada 2. Pemetaan unsur – unsur SWOT dalam bentuk matriks 3. Melakukan pembandingan antara faktor internal yang meliputi Strength dan Weakness dengan faktor luar Opportunity dan Threat. 4. Menganalisis dan menentukan
strategi alternatif untuk dilaksanakan. Strategi
yang dipilih merupakan strategi yang paling menguntungkan dengan resiko dan ancaman yang paling kecil. Pemetaan atas berbagai kondisi peningkatan ekonomi di Kabupaten Ngawi dilakukan dengan cara indepth interview ke semua kecamatan yang ada. Masukan dan informasi dalam indepth interview disusun dalam table analisis SWOT sebagai berikut:
55
Tabel 4.12. Analisis SWOT Pengembangan Industri Kecil di Kabupaten Ngawi STRENGTHS
WEAKNESSES
1. Potensi produk unggulan yang beragam
1. Belum ada standarisasi produk
ANALISIS SWOT di Kabupaten Ngawi
2. Potensi produk unggulan tersebut mampu menyerap tenaga kerja lokal sehingga mengurangi pengangguran
3. Pemasaran potensi produk unggulan tersebut masih terbuka sangat luas dan belum dimaksimalkan
unggulan
2. Pemasaran masih terbatas di lingkup local
3. Permodalan UKM yang mengembangkan produk unggulan masih terbatas
4. Kemampuan SDM masih terbatas
4. Komitmen pemerintah daerah dalam pengembangan potensi produk unggulan cukup kuat
56
OPPORTUNITIES
STRATEGI S-O
STRATEGI W-O
1. Potensi pemasaran bagi produk
1. Mengembangkan dan optimalisasi
1. Kerjasama ABG untuk
unggulan Kabupaten Ngawi
produk unggulan khas di Kabupaten
masih cukup luas
Ngawi
2. Adanya produk khas misalnya handycraft kayu yang unik, tempe keripik, dan tas plastik
3. Kerjasama dengan Akademik dan Pemerintah terbuka luas untuk pengembangan produk unggulan
4. Pemerintah daerah mempunyai komitmen cukup bagus dalam pengembangan UMKM
2. Membuka jalur pemasaran ke luar daerah melalui pameran – pameran dan pembukaan website khusus bagi produk unggulan Kabupaten Ngawi
3. Mengembangkan jejaring kerjasama antar berbagai pihak terkait baik internal maupun eskternal
4. Kerjasama ABG (Academic, Business
mengembangkan peralatan TTG yang murah namun berdaya guna dalam peningkatan kuantitas maupun kualitas produksi
2. Peningkatan Promosi hasil produksi dengan dukungan pemerintah baik daerah maupun pusat dalam bentuk pameran maupun cara – cara lain
3. Pembukaan akses permodalan melalui
dan Government) dalam peningkatan
pendekatan KKMB (Konsultan
kualitas produksi dan akses pemasaran
Keuangan Mitra Bank )
serta permodalan
57
5. Pemerintah pusat dengan lembaga keuangan bank melalui
2.
SDM baik dari aspek manajemen maupun produksi dengan
dalam permodalan
menggandeng pihak Akademisi
Kabupaten Ngawi merupakan
Strategi S- T
1. Pemerintah Kabupaten Ngawi
Strategi W – T
1. Pemerintah mengambangkan ide
jalur perlintasan ke Jawa Timur
mengundang investor di bidang
kreatif dalam pemasaran misalnya
yang sangat ramai
pariwisata , bekerjasama dengan
dengan mengadakan event tahunan
Potensi hutan yang bisa
Perhutani untuk mengembangkan
yang akan menarik minat wisatawan
dikembangkan menjadi hutan wisata
3.
ekspor
4. Pelatihan pengembangan kualitas
KUR memberikan keleluasaan
THREAT
1.
5. Mengembangkan potensi pemasaran
Banyaknya rumah makan yang bisa digunakan sebagai media
kawasan wisata hutan misalnya seperti Tree Top yang ada di Salatiga dan Bandung
dan akan mendukung pemasaran produk
2. Pemerintah bekerjsama dengan berbagai pihak untuk melakukan
58
kerjasama pemasaran produk unggulan Ngawi
2. Pemerintah mengkolaborasikan antara
pemasaran produk – produk yang
pariwisata dengan perekonomian
telah dibuat di Ngawi agar mampu
dengan membuka jalur wisata alam
meningkatkan motivasi bagi industri
maupun buatan
kecil/ menengah dan besar/kecil
Sumber : Dataprimer diolah, 2012
59
H.2. Model Pengembangan Produk Unggulan melalui Industri Kecil Menengah Hasil pengolahan data sekunder dan indept interview kepada kecamatan diusulkan model pengembangan potensi produk unggulan melalui pemberdayaan UMKM yang partisipatif. Maksud dari partisipatif di sini adalah pertama proses perencanaan berubah dari pola single planner (pemerintah sebagai perencana dan pembuat kebijakan secara tunggal) ke participatory – multiplanner yaitu pemerintah bersama-sama dengan masyarakat dan pelaku bisnis merencanakan kebijakan, walaupun secara “formal” pemerintah berperan sebagai pembuat kebijakannya. Kedua, setiap kebijakan berporos pada semangat “pemberdayaan sejati (genuine empowerment),” baik pemerintah maupun masyarakat. Peran pemerintah yang lebih banyak pada fungsi fasilitator dan katalisator. Model yang digunakan adalah pemberdayaan masyarakat partisipatif
yang bisa ditunjukkan dalam gambar
sebagai berikut :
Kemitraan Swasta, Masyarakat, Pemda dan Akademisi
Lembaga Keuangan
NGS: Assosiasi., LSM
Pelayanan Bisnis Trading House
Clu ste rs
Eksport er Pengusaha
Pendidikan, Penelitian
UMKM/ Pengrajin
Gambar 4.4: Pemberdayaan UMKM Partisipatif.
60
Dalam model ini, pola pengembangan potensi sektor unggulan yang partisipatif tersebut di atas, menempatkan usaha mikro kecil menengah menjadi basis atau dasar di mana
tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan usaha
mikro kecil menengah dengan berbagai fasilitas pendukung
meliputi lembaga
keuangan, pelayanan bisnis, trading house, Non Government Services, Asosiasi, Pendidikan dan penelitian. Adapun pelibatan masyarakat dalam model ini adalah sebagai subyek utama dalam pengembangan ekonomi melalui musyawarah mufakat antar berbagai stakeholder yang ada di daerah. Urutan kegiatan dalam Pemberdayaan UMKM secara partisipatif ini adalah sebagai berikut : a. Pembentukan klaster, Klaster diterjemahkan sebagai suatu lingkungan kegiatan sejenis yang secara luas terhampar, tersistem dan mempunyai keterkaitan yang sangat erat antara satu dengan yang lain dalam bentuk kemitraan. Menurut Munnich Jr, Kluster adalah konsentrasi geografis dari industri dan perusahaan yang saling berkompetisi, komplementer, atau saling terkait yang melakukan bisnis satu dengan yang lain. Atau mempunyai kebutuhan serupa akan kemampuan teknologi dan infrastruktur. Jadi kluster pada dasarnya adalah jaringan dari sehimpunan industri yang saling terkait antara industri inti core industries ( industri inti ) yang menjadi fokus dan supporting industries ( industri pendukung ).
Pendekatan klaster dilakukan dengan
memberdayakan
kelompok kegiatan ekonomi melalui integrasi vertikal yaitu membina jaringan kemitraan dari produsen primer, pengumpul, produsen barang (baik barang jadi, maupun setengah jadi) hingga eksportir. Tahapan pertama dalam pembentukan klaster adalah identifikasi potensi ekonomi merupakan penjabaran dari potensi sektor
daerah yang
unggulan di masing – masing
kecamatan.
61
Di Kabupaten Ngawi, pola – pola Kelompok Swadaya Masyarakat sebagai penopang pemberdayaan ekonomi perlu untuk terus diberikan dorongan dan pambinaan sehingga akan mampu memberikan efek yang semakin luas bagi masyarakat sekitar. Pendampingan terutama sekali dalam kuantitas dan kualitas produk yang dimulai dari standarisasi produk. b. Identifikasi regulasi di Kabupaten Ngawi. Pengembangan potensi dan produk unggulan membutuhkan adanya regulasi yang berupa peraturan perundangan yang memang dibuat oleh pemerintah untuk mendorong peningkatan potensi produk unggulan. Pemberdayaan UMKM secara partisipatif dalam rangka mendorong pengembangan potensi produk unggulan di Kabupaten Ngawi tentu tidak akan terlepas dari kebijakan – kebijakan yang ada di daerah, untuk itu diperlukan adanya identifikasi berbagai regulasi baik yang mendukung pengembangan ekonomi lokal khususnya yang berbasis UMKM ataupun justru yang menghambat pengembangan ekonomi lokal. Misalnya dalam hal perijinan, permodalan dan pendampingan – pendampingan yang dilakukan oleh pemerintah maupun institusi yang lain. c. Identifikasi permasalahan yang ada di lapangan mulai dari bahan baku, permodalan, proses produksi, pemasaran sampai dengan pengembangan sumber daya manusianya serta berbagai sarana pendukung atau fasilitasi yang ada di Kabupaten Ngawi. d. Upaya – upaya atau alternatif yang bisa digunakan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan dalam pemberdayaan UMKM sektor pengolahan hasil pertanian meliputi bantuan tehnis atau peralatan TTG, pembinaan kualitas produksi,
standarisasi,
pemasaran
sampai
dengan
permodalan
dengan
melibatkan berbagai pihak, antara lain dengan menggunakan CSR (Corporate
62
Socialo Responsibility) BUMN atau perusahaan swasta yang ada di Kabupaten Ngawi. e. Pembentukan kemitraan antar stakeholder yang ada di Kabupaten Ngawi f. Melakukan promosi cluster dengan berbagai upaya mulai dari pameran, pembuatan website, trading house dan sebagainya g. Mengembangkan potensi ekspor produk – produk unggulan di Kabupaten Ngawi. Dengan mengintegrasikan semua potensi yang ada baik dari pemerintah, swasta, BUMN, dunia pendidikan , lembaga swadaya masyarakat sampai dengan pihak luar negeri, maka industri pengolahan hasil pertanian di Kabupaten Ngawi akan mampu memiliki daya saing dan juga akan memberikan nilai tambah bagi Produk Domestik Regional Bruto di Kabupaten Ngawi yang pada gilirannya akan meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat dan menaikkan angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan 1. Nilai IPM di Kabupaten Ngawi termasuk rendah dibandingkan daerah lain Kabupaten Ngawi pada tahun 2010 menduduki rangking 21 dari 38 kabupaten / kota yang terdapat di Propinsi Jawa Timur dan rangking 369 secara nasional. IPM tiap kecamatan di Kabupaten Ngawi tidak bisa dihitung karena data yang tidak diperoleh. Oleh sebab itu fokus pembahasan adalah pada aspek – aspek yang mendorong peningkatan IPM khususnya pada dua bidang yang mempunyai nilai sangat rendah yaitu pendidikan dan ekonomi. 2. Kontribusi tertinggi IPM adalah harapan hidup dengan nilai 69,91 atau lebih tinggi dibandingkan rata-rata propinsi, sedangkan dari pendidikan dan pengeluaran perkapita termasuk rendah karena berada di bawah rata–rata propinsi. Bahkan untuk pengeluaran perkapita Kabupaten Ngawi mempunyai angka yang lebih rendah dari Kabupaten Sampang yang memiliki angka IPM terendah di Jawa Timur. 3. Dalam rangka meningkatkan angka IPM, maka yang harus dilakukan adalah dengan pertama meningkatkan angka partisipasi sekolah khususnya pendidikan dasar sembilan tahun dan pendidikan menengah. Kedua perekonomian
melalui industri
kecil/
menengah
mengembangkan
melalui
pemberdayaan
masyarakat dengan sistem cluster
64
B. Saran Nilai IPM yang rendah di Kabupaten Ngawi adalah pada sektor pendidikan dan ekonomi yang ditunjukan dengan rendahnya nilai rata – rata lama sekolah dan pengeluaran perkapita. Oleh sebab itu terdapat beberapa saran dalam peningkatan nilai IPM di Kabupaten Ngawi antara lain sebagai berikut : 1. Mengintesifkan pemberantasan buta aksara melalui kerjasama dengan dunia pendidikan 2. Mensosialisasikan dan memfasilitasi wajib belajar 9 tahun dengan berbagai program kerja, khususnya peningkatan ekonomi masyarakat agar memiliki motivasi untuk meningkatkan pendidikan anak – anaknya. 3. Dalam
meningkatkan
partisipasi
pendidikan,
Pemerintah
Daerah
harus
memberikan fasilitas pendidikan gratis untuk pendidikan dasar 9 tahun berikut fasilitas yang mengikutinya. 4. Pemberdayaan perekonomian masyarakat melalui pengembangan industri kecil menengah 5. Membangun jejaring kerjasama dengan berbagai pihak khususnya produksi, permodalan, pemasaran, melalui ABG ( Academic, Business and Government) 6. Meningkatkan sarana produksi pertanian yang akan mendukung Kabupaten Ngawi sebagai lumbung padi di Jawa Timur khususnya bagi pemenuhan swasembada beras bagi daerah sendiri. 7. Meningkatan usaha kecil menengah melalui cluster industri dengan tujuan akhir mengembangkan produk berorientasi ekspor. 8. Mengoptimalkan posisi Kabupaten Ngawi sebagai jalur transportasi utama dengan mengembangkan satu daerah tujuan wisata yang spesifik. 9. Mengundang investor untuk mengembangkan industri berbasis keunggulan lokal khususnya di bidang pertanian dan perkebunan di Kabupaten Ngawi.
65
DAFTAR PUSTAKA
Ambar Teguh Sulistyani, 2004, “Kemitraan dan Model – Model Pemberdayaan”, Gaya Gava Media, Yogyakarta Anwar Wardhani dan M Haryadi, 2004, “Pemberdayaan Masyarakat Dalam Penanggulangan Kemiskinan”, TKP3KPK, Menko kesra, Jakarta Anwar Wardhani dan M Haryadi, 2004, “Akar Kemiskinan dan Ketidakberdayaan Masyarakat”, TKP3KPK, Menko kesra, Jakarta BPS, Bappenas, UNDP, 2001, “Menuju Konsensus Baru Demokrasi dan Pembangunan Manusia di Indonesia”, Jakarta Hassan Moehammad, Wilson siahaan, “Pemetaan Permasalahan Kemiskinan tentang Kerentanan dan Resiko Sosial yang terkait dengan Perlindungan Sosial,” TKP3KPK, Menko kesra, Jakarta Ibrahim, Maulana. 2004. Mendorong Peran UMKM Dalam Perekonomian Indonesia di Masa Depan. ”Makalah pada Debat Ekonomi ISEI 2004”, Jakarta Convention Centre 1516 september 2004. Irawan, P.B. 1999. ”Analisis Perkembangan dan Dimensi Kemiskinan”. Jakarta: BPSUNDP, mimeo. Ismi Dwi Astuti, 2005, Evaluasi Pengarusutamaan Gender Di Daerah, ”Seminar Nasional Pembangunan Menuju Millenium Development Goals yang adil dan setara.” Krisnamurthi. B, 2003. Perum Bulog Dan Kebijakan Pangan Indonesia: Kendaraan Tanpa Tujuan. Jurnal Ekonomi Rakyat. Tahun II No 7. Oktober 2003. Lincolin Arsyad, 1999, “Ekonomi Pembangunan”, STIE YKPN, Yogyakarta Lipton & ravalion, 1995, Poverty and Policy. Dalam Chenery and Srinivasan, Handbook of development Economics, Volume IIIB, Amsterdam Netherland; Elsevier Science B.V LP3ES, 2006, “Kajian Evaluasi Kebijakan Subsidi Langsung Tunai (SLT) untuk masyarakat miskin”, LP3ES, Jakarta Mafruhah, Izza, Kemiskinan vs kesejahteraan, ”Jurnal Ekonomi pembangunan FE UMS” , Juni 2000 Mafruhah, Izza, 2003, ”Laporan Pendampingan Program Dasar Pembangunan Partisipatif pada Pengembangan Ekonomi Lokal Partisipatif di Kabupaten Klaten, Kerjasama CPP PIPW LPPM UNS – Perform RTI – Pemda Klaten”, Naskah tidak dipublikasi
66
Mafruhah, Izza, 2003, ”Pendampingan Program Dasar Pembangunan Partisipatif pada Pengembangan Ekonomi Lokal Partisipatif di Kabupaten Magelang, Kerjasama CPP PIPW LPPM UNS – Perform RTI – Pemda Magelang”, Naskah tidak dipublikasi Mafruhah, Izza, 2003, ”Pendampingan Program Dasar Pembangunan Partisipatif pada Pengembangan Ekonomi Lokal Partisipatif di Kabupaten Purworejo, Kerjasama CPP PIPW LPPM UNS – Perform RTI – Pemda Purworejo”, naskah tidak dipublikasi Mafruhah, Izza, 2005, ”Laporan Program Lifeskills Pemanfaatan Limbah Kayu menjadi Kerajinan Handicraft didanai Dirjen PLS Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005”, naskah tidak dipublikasi Mafruhah, Izza , Tuhana, 2006, ” Kajian Pemanfaatan Subsidi Langsung Tunai di daerah Pertanian ( Propinsi Jawa Tengah)”, UNS Press, Surakarta Mafruhah, Izza, Tuhana, 2007, ”Naskah Akademik Raperda Pertanian Kabupaten Karanganyar’ UNS Press, Surakarta Mafruhah, Izza, Tuhana, 2007, ”Naskah Akademik Raperda Pendidikan Kabupaten Karanganyar’, UNS Press , Surakarta Mafruhah, Izza, 2007, Sistem Jaminan Sosial di Indonesia, Suatu Tinjauan Terhadap Program Bantuan Langsung Bersyarat, ”Jurnal Ilmu Ekonomi dan Pembangunan”, Surakarta Mafruhah, Izza, 2008, Model Sinergisitas Dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis UMKM, ” Jurnal Policy”, Surakarta Mafruhah, Izza, Tuhana, 2008, Pengembangan sistem Ketahanan Pangan dalam Kerangka Penghapusan kemiskinan, “Jurnal Ilmu Ekonomi dan Pembangunan”, Surakarta Mafruhah, Izza, Tuhana, 2008, “Laporan Pemantauan Program Raskin oleh Perguruan Tinggi dalam Rangka Pengukuran Keberhasilan Pelaksanaan Raskin tahun 2008 Muhadjir M Darwin, 2005, Prespektif Gender dalam Kebijakan Penanggulan Kemiskinan, Seminar Nasional Menuju Millenium Development Goals yang adil dan setara Prasetyani, Dwi, 2006, Pengembangan UKM di Indonesia, “Jurnal Ilmu Ekonomi dan Pembangunan”, Surakarta Sadji Partoatmodjo, 2004, Masalah Kemiskinan dan kompleksitas Penanggulangannya, TKP3KPK Menko Kesra, Jakarta Sugeng Budiharsono, 2004, Strategi Penanggulangan Kemiskinan Nasional, TKP3KPK, Menko Kesra, Jakarta Todaro Michael, 2000, “Pembangunan Ekonomi di dunia Ketiga”, Ghalia Indonesia, Jakarta
67
TKP3KPK, 2004, Informasi Dasar Penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah ( SPKD ), TKP3KPK, Menko Kesra, Jakarta Yuliana, 2003, ”Kaitan Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan dan Status Gizi”, Paper dipublikasikan di Internet www. Wikipedia.org www.bps.go.id www.detik.com www.google.co.id www.kompas.com
68