Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah TRIWULAN II 2014
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V (Jateng-DIY) Jl. Imam Bardjo SH No.4 Semarang Telp. (024) 8310246, Fax. (024) 8417791 http://www.bi.go.id
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V, untuk menganalisis perkembangan ekonomi Jawa Tengah secara komprehensif. Isi kajian dalam buku ini mencakup perkembangan ekonomi makro, inflasi, moneter, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, dan prospek ekonomi Jawa Tengah. Penerbitan buku ini bertujuan untuk: (1) melaporkan kondisi perkembangan ekonomi dan keuangan di Jawa Tengah kepada Kantor Pusat Bank Indonesia sebagai masukan pengambilan kebijakan, dan (2) menyampaikan informasi kepada external stakeholders di daerah mengenai perkembangan ekonomi dan keuangan terkini.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V (Jateng-DIY) Sutikno
: Kepala Kantor Perwakilan
Marlison Hakim
: Kepala Grup Sistem Pembayaran dan Manajemen Intern
Putra Nusantara S.
: Kepala Divisi Akses Keuangan, UMKM, dan Komunitas
Eko Purwanto
: Kepala Divisi Sistem Pembayaran
Salinan buku ini dapat diunduh dari laman Bank Indonesia dengan alamat http://www.bi.go.id
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya ”Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II 2014” dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya.
Semarang, Agustus 2014 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH V Ttd
Sutikno Direktur Eksekutif
i
Daftar Isi Kata Pengantar
I
Daftar Isi
iii
Daftar Tabel
v
Daftar Grafik
vii
Daftar Suplemen
xi
Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Jawa Tengah
xiii
Ringkasan Umum
1
1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
5
1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum
7
1.2. Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan
7
1.3. Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral
12
2. Perkembangan Inflasi Jawa Tengah
21
2.1. Inflasi Secara Umum
23
2.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok
24
2.2.1. Kelompok Bahan Makanan
24
2.2.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
26
2.2.3. Kelompok Perumahan,Air,Listrik,Gas dan Bahan Bakar
26
2.2.4. Kelompok Lainnya
26 26
2.3. Disagregasi Inflasi 2.3.1. Kelompok Volatile foods
26
2.3.2. Kelompok Administered Prices
27
2.3.3. Kelompok Inti
28
2.4. Inflasi Kota – Kota di Provinsi Jawa Tengah
29
3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
33
3.1. Kondisi Umum Perbankan Jawa Tengah
35
3.2. Perkembangan Bank Umum
35
3.2.1 Perkembangan Jaringan Kantor Bank
35
3.2.2 Perkembangan Penghimpunan DPK
36
3.2.3. Penyaluran Kredit/Pembiayaan
37
3.2.4. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum
38
3.2.5. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum
38
DAFTAR ISI
III
Daftar Isi 3.3. Perkembangan Perbankan Syariah
39
3.4. Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS)
40
3.5. Perkembangan Perkasan
41
4. Perkembangan Keuangan Daerah
43
5. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah
47
5.1. Ketenagakerjaan
49
5.2. Pengangguran
50
5.3. Nilai Tukar Petani
50
5.4. Tingkat Kemiskinan
51
5.5. Pemerataan Pendapatan
52
6. Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah
iv
55
6.1. Pertumbuhan Ekonomi
57
6.2. Inflasi
59
DAFTAR ISI
Daftar Tabel Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun 2012 – 2014 (%)
7
Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun 2012 – 2014 (%)
7
Tabel 1.3. Laju Pertumbuhan Tahunan Sektoral PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000 (%)
12
Tabel 1.4. Laju Pertumbuhan Triwulanan Sektoral PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000 (%)
12
Tabel 2.1. Tabel Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan di Jawa Tengah
24
Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok
24
Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Tahunan dan Triwulanan Tw II Kelompok Bahan Makanan
25
Tabel 3.1. Jumlah Kantor Bank Umum Menurut Status Kepemilikan di Jawa Tengah
36
Tabel 3.2. Jaringan Kantor Perbankan Syariah di Jawa Tengah
39
Tabel 4.1. Realisasi APBD Jawa Tengah Triwulan II 2014
45
Tabel 4.2. Realisasi Pos Pendapatan APBD Jawa Tengah Triwulan II 2014
45
Tabel 4.3. Realisasi Pos Belanja APBD Jawa Tengah Triwulan II 2014
46
Tabel 5.1. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Februari 2013 – Februari 2014 (juta orang)
49
Tabel 5.2. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Februari 2013 – Februari 2014 (juta orang)
50
Tabel 5.3. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan, Februari 2013 – Februari 2014 (juta orang)
50
Tabel 5.4. Garis Kemiskinan, Jumlah Menurut Daerah, 2010-Maret 2014 (Rupiah)
52
Tabel 6.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000 menurut Penggunaan dan Proyeksi Triwulan III 2014 (%)
58
Tabel 6.2. Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah (%)
58
DAFTAR TABEL
v
Daftar Grafik Grafik 1.1. Perkembangan Indeks Ketepatan Waktu Pembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama
8
Grafik 1.2. Perkembangan Penjualan Listrik Segmen Rumah Tangga di Jawa Tengah
8
Grafik 1.3. Pertumbuhan Tahunan Kredit Konsumsi Vs Konsumsi PDRB Tahunan di Jawa Tengah
8
Grafik 1.4. Survei Tendensi Konsumen
8
Grafik 1.5. Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi Vs Konsumsi PDRB Tahunan di Jawa Tengah
9
Grafik 1.6. Pertumbuhan Giro Pemerintah Vs Konsumsi Pemerintah di Jawa Tengah
9
Grafik 1.7. Perkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah
9
Grafik 1.8. Perkembangan Pertumbuhan Impor Barang Modal Vs PMTDB
9
Grafik 1.9. Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah
10
Grafik 1.10. Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri di Jawa Tengah
10
Grafik 1.11. Perkembangan Nilai Ekspor Luar Negeri Provinsi Jawa Tengah
10
Grafik 1.12. Perkembangan Volume Ekspor Luar Negeri Provinsi Jawa Tengah
10
Grafik 1.13. Perkembangan Ekspor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Tujuan
11
Grafik 1.14. Pangsa Ekspor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Tujuan Triwulan II 2014
11
Grafik 1.15. Perkembangan Nilai Impor Provinsi Jawa Tengah
11
Grafik 1.16. Perkembangan Volume Impor Provinsi Jawa Tengah
11
Grafik 1.17. Pangsa Negara Asal Impor Jawa Tengah
12
Grafik 1.18. Perkembangan Nilai Impor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Asal
12
Grafik 1.19. Sumber Pertumbuhan Ekonomi dan Struktur PDRB Sektoral Provinsi Jawa Tengah Triwulan II Tahun 2014 (%)
13
Grafik 1.20. Perkembangan Luas Tanam dan Panen Padi di Jawa Tengah
13
Grafik 1.21. Perkembangan Produksi Padi di Jawa Tengah
13
Grafik 1.22. Perkembangan Industri Besar Jawa Tengah
14
Grafik 1.23. Perkembangan Industri Kecil Jawa Tengah
14
Grafik 1.24. Perkembangan Konsumsi Listrik Segmen Bisnis di Jawa Tengah
14
Grafik 1.25. Perkembangan Konsumsi Listrik Segmen Industri di Jawa Tengah
14
Grafik 1.26. Perkembangan Impor Nonmigas Bahan Baku di Jawa Tengah
14
Grafik 1.27. Perkembangan Impor Nonmigas Barang Modal di Jawa Tengah
14
Grafik 1.28. Perkembangan Konsumsi Semen di Jawa Tengah
15
Grafik 1.29. Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksi dan Perumahan di Jawa Tengah
15
Grafik 1.30. Perkembangan Penjualan Listrik di Jawa Tengah
15
DAFTAR GRAFIK
vii
Daftar Grafik Grafik 1.31. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik di Jawa Tengah
15
Grafik 1.32. Perkembangan Kegiatan Dunia Usaha
15
Grafik 1.33. Perkembangan Keyakinan Konsumen dan Pedagang Eceran
15
Grafik 1.34. Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara di Jawa Tengah
16
Grafik 1.35. Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar Hotel di Jawa Tengah
16
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan Jawa Tengah dan Nasional
23
Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi Jawa Tengah
23
Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Bulanan Jawa Tengah 2011-2014
23
Grafik 2.4. Event Analysis Inflasi Provinsi Jawa Tengah
23
Grafik 2.5. Disagregasi Inflasi Tahunan
26
Grafik 2.6. Disagregasi Inflasi Bulanan
26
Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Bulanan Kelompok Volatile Foods 2012-2014
27
Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok Volatile Foods Triwulan II
27
Grafik 2.9. Perkembangan Subkelompok Inflasi Tahunan Kelompok Volatile Foods
27
Grafik 2.10. Lanjutan Perkembangan Subkelompok Inflasi Tahunan Kelompok Volatile Foods
27
Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok Adminitered Prices Triwulan II
28
Grafik 2.12. Perkembangan Subkelompok Inflasi Tahunan Kelompok Adminitered Prices
28
Grafik 2.13. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok Inti Triwulan II
28
Grafik 2.14. Perkembangan Output Gap dan Pertumbuhan Ekonomi Tahunan
28
Grafik 2.15. Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap Kenaikan Harga
29
Grafik 2.16. Indeks Ekspektasi Harga Pedagang Eceran
29
Grafik 2.17. Perkembangan Inflasi Tahunan Kelompok Inti Traded
29
Grafik 2.18. Perkembangan Harga Komoditas Internasional
29
Grafik 2.17. Inflasi Tahunan Triwulan II 2014
29
Grafik 2.18. Perkembangan Harga Komoditas Internasional
29
Grafik 3.1.Perkembangan Indikator Perbankan di Provinsi Jawa Tengah
35
Grafik 3.2.Pertumbuhan Tahunan Indikator Perbankan di Provinsi Jawa Tengah
35
Grafik 3.3. Perkembangan DPK Perbankan Umum di Provinsi Jawa Tengah
36
Grafik 3.4. Komposisi DPK Perbankan Umum di Provinsi Jawa Tengah
36
Grafik 3.5. Perkembangan Kredit Sektor Utama Bank Umum Provinsi Jawa Tengah
37
Grafik 3.6. Perkembangan Kredit Perbankan Berdasar Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah
37
viii
DAFTAR GRAFIK
Daftar Grafik DAFTAR GRAFIK Grafik 3.7. Komposisi Kredit Perbankan Berdasar Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah
37
Grafik 3.8. Perkembangan Kredit Perbankan Berdasar Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah
38
Grafik 3.9. Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Bank Umum di Provinsi Jawa Tengah
38
Grafik 3.10. Perkembangan Suku Bunga Sektor Utama di Provinsi Jawa Tengah
38
Grafik 3.11. Perkembangan Kredit kepada UMKM
40
Grafik 3.12. NPL Kredit UMKM
40
Grafik 3.13. Perkembangan Kredit kepada UMKM Berdasar Penggunaan
40
Grafik 3.14. NPL Kredit UMKM Berdasar Penggunaan
40
Grafik 3.15. Perkembangan Perputaran Kliring di Jawa Tengah
40
Grafik 3.16. Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong Provinsi Jawa Tengah
40
Grafik 3.17. Perkembangan Nilai RTGS Jawa Tengah
41
Grafik 3.18. Perkembangan Volume RTGS Jawa Tengah
41
Grafik 3.19. Perkembangan Kegiatan Perkasan di Jawa Tengah 2012-2014
42
Grafik 3.20. Perkembangan Penarikan Uang Lusuh
42
Grafik 3.21. Grafik Uang Palsu
42
Grafik 5.1
49
Indeks Hasil Survei Konsumen Mengenai Kondisi Saat Ini Triwulan II 2014
Grafik 5.2. Indeks Harga yang diterima, Indeks Harga yang dibayar dan Nilai Tukar Petani
51
Grafik 5.3
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Jawa Tengah Tahun 2010-2014 (ribuan orang)
51
Grafik 5.4
PDRB Per Kapita
53
Grafik 5.5
Indeks Gini Ratio
53
Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah
57
Grafik 6.2. Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha
57
Grafik 6.3. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Mendatang
58
Grafik 6.4. Perkembangan Ekspektasi Konsumen Mendatang
58
Grafik 6.5. Proyeksi Inflasi Tahunan Jawa Tengah
61
Grafik 6.6. Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei Konsumen
61
DAFTAR GRAFIK
ix
Daftar Suplemen Suplemen 1. Kinerja Ekspor Manufaktur, Prospek dan Tantangannya
17
Suplemen 2. Tantangan Peningkatan Konektivitas Daerah
20
Suplemen 3. Perkembangan Komoditas Bawang Merah
31
DAFTAR SUPLEMEN
xi
TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAWA TENGAH A. PDRB & Inflasi 2012
INDIKATOR
III
IV
6.0
6.3
- Pertanian
3.9
- Pertambangan & Penggalian
8.7
- Industri Pengolahan
2012
2013
2013
2014
I
II
III
IV
I
II
6.3
5.6
6.2
5.9
5.6
5.8
5.3
5.2
9.3
3.7
0.9
2.4
3.5
2.0
2.2
1.6
0.05
4.5
7.4
5.2
5.7
5.5
9.0
6.3
5.0
4.1
5.6
3.5
5.5
4.7
6.5
5.0
7.3
5.9
5.9
6.1
- Listrik, Gas % Air Bersih
5.5
8.5
6.4
9.8
6.8
9.4
7.7
8.4
5.3
8.4
- Bangunan
7.9
5.4
7.0
6.1
6.9
6.9
7.9
7.0
7.0
5.5
- Perdagangan
7.8
7.7
8.2
9.2
8.3
6.9
5.6
7.5
6.1
6.9
- Pengangkutan Dan Komunikasi
7.2
7.6
7.9
7.9
7.5
8.1
2.9
6.5
5.1
4.9
- Keuangan, Persewaan & Jasa Usaha
10.4
9.5
9.4
9.9
9.7
11.3
11.3
10.6
11.2
9.4
- Jasa - Jasa
3.4
7.4
7.3
6.2
4.7
6.8
2.1
4.9
5.1
5.6
- Konsumsi Rumah Tangga
4.5
5.0
5.0
5.0
5.1
5.3
5.0
5.1
4.9
5.1
- Konsumsi Swasta Nirlaba
6.0
1.7
6.2
7.1
7.9
5.9
6.7
6.9
11.9
14.5
- Konsumsi Pemerintah
0.1
-0.4
4.7
2.2
3.8
7.6
8.1
5.6
4.8
0.8
- Investasi
9.3
11.0
8.4
5.4
7.8
8.5
9.5
7.9
9.6
6.7
- Eksport
10.2
8.3
9.5
3.7
8.9
10.5
11.2
8.6
9.7
7.0
- Import
2.8
7.9
8.5
1.7
7.4
18.5
10.0
9.3
10.5
0.6
1,231
1,395
5,209
1,344
1,470
1,350
1,494
5,658
1,500
1,603
500
679
3,190
846
838
710
751
3,144
741
681
1,139
1,458
5,179
1,153
1,468
1,378
1,555
5,554
1,398
1,437
746
1,034
3,767
887
1,128
1,037
992
4,045
871
1,086
Provinsi Jawa Tengah
131.46
132.13
132.13
135.89
136.38
141.61
142.68
142.68
111.32
112.27
Kota Purwokerto
132.88
134.07
134.07
137.39
139.26
143.72
145.46
145.46
111.37
111.90
Kota Surakarta
123.44
124.45
124.45
129.23
129.56
133.41
134.81
134.81
110.11
110.78
Kota Semarang
133.67
134.29
134.29
138.14
138.48
144.22
145.29
145.29
110.96
112.15
Kota Tegal
134.36
134.26
134.26
135.76
136.33
142.14
142.05
142.05
Ekonomi Makro Regional *) Produk Domestik Regional Bruto (%,yoy) Berdasarkan Sektor
Berdasarkan Permintaan
Eksport - Nilai Eksport Non Migas (USD Juta) - Volume Eksport Non Migas (Ribu Ton) Import - Nilai Eksport Non Migas (usd Juta) - Volume Eksport Non Migas (ribu Ton) Indeks Harga Konsumen
108.69
108.95
Kota Kudus
116.87
117.48
Kota Cilacap
113.36
116.38
Laju Inflasi Tahunan (%, yoy) Provinsi Jawa Tengah
4.49
4.24
4.24
6.24
5.44
7.72
7.98
7.98
7.08
7.26
Kota Purwokerto
4.70
4.73
4.73
6.23
6.77
8.16
8.50
8.50
7.30
6.42
Kota Surakarta
3.19
2.87
2.87
6.20
5.41
8.08
8.32
8.32
6.61
6.63
Kota Semarang
5.09
4.85
4.85
6.66
5.67
7.89
8.19
8.19
6.43
7.13
Kota Tegal
3.49
3.09
3.09
4.01
3.19
5.79
5.80
5.80
6.07
5.68
Kota Kudus
10.50
9.54
Kota Cilacap
9.69
9.65
*Mulai tahun 2014 perhitungan IHK menggunakan SBH 2012 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah
TABEL INDIKATOR EKONOMI JAWA TENGAH
xiii
B. Perbankan dan Sistem Pembayaran INDIKATOR
2012 III
IV
Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun)
151.63
156.14
- Giro
23.60
22.28
- Tabungan
76.38
- Deposito
2012
2013 I
II
III
IV
156.14
157.32
163.07
174.46
176.24
22.28
24.98
24.84
28.86
26.17
84.23
84.23
80.91
82.89
87.88
51.65
49.64
49.64
51.43
55.35
Kredit (Rp Triliun)
151.72
162.64
162.64
165.18
- Modal Kerja
81.83
86.79
86.79
- Konsumsi
17.89
19.55
19.55
- Investasi
52.01
56.30
-Modal Kerja
41.98
-Investasi
7.49
2013
2014 III
IV
176.24
168.74
178.42
26.17
25.09
30.20
89.76
89.76
85.3
86.96
57.71
60.32
60.32
58.34
61.27
174.37
182.29
185.24
185.24
178.54
187.36
87.14
91.00
94.85
95.95
95.95
93.34
99.04
20.44
23.39
24.82
25.80
25.80
26.91
28.07
56.30
57.60
59.98
62.62
63.49
63.49
58.29
60.26
44.63
44.63
46.08
50.12
51.40
52.96
52.96
54.04
59.09
7.97
7.97
8.50
10.78
10.90
11.76
11.76
11.95
13.60
100.06
104.16
104.16
104.99
106.93
104.49
105.10
105.10
107.31
105.01
2.59
2.21
2.21
2.38
2.46
2.42
2.40
2.40
2.17
2.19
- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar)
2,889
3,200
2,820
2,986
2,958
3,505
5,589
3,592
3,455
3,515
- Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar)
2,720
2,919
1,408
2,643
2,770
2,438
3,886
2,848
2,387
2,389
Perbankan **)
Kredit UMKM (Rp Triliun)
Loan To Deposit Ratio (%) NPL Gross (%) Sistem Pembayaran Transaksi RTGS (Rp Triliun)
Transaksi Kliring - Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) - Rata-rata Harian Volume Transaksi (lembar) Transaksi Kas Titipan (Rp Triliun)
512
531
498
512
500
547
574
533
413
544
14,715
15,435
14,910
15,341
14,161
14,295
14,888
14,671
10590
14426
- Outflow
9.40
8.02
28.49
5.17
8.67
14.17
10.00
38.00
6.27
8.05
- Inflow
14.36
10.52
43.32
14.81
11.22
19.55
11.86
57.44
15.47
11.59
- Net Outflow
4.96
2.50
14.83
9.64
2.56
5.38
1.86
19.44
9.20
3.54
*Data Perbankan merupakan data bank umum yang ada di Jawa Tengah (Lokasi Bank Pelapor)
xiv
TABEL INDIKATOR EKONOMI JAWA TENGAH
RINGKASAN UMUM Meneruskan tren perlambatan pada semester sebelumnya, perkonomian Jawa Tengah melambat pada triwulan II 2014. Namun diperkirakan akan naik pada triwulan III. Dari sisi perkembangan harga, inflasi diperkirakan terus melanjutkan tren perlambatan di triwulan III. Perekonomian Jawa Tengah melambat pada triwulan II 2014, akibat melemahnya ekspor dan investasi. Sementara itu, inflasi naik dibanding periode sebelumnya. Namun masih lebih rendah dibanding akhir tahun. Perbaikan diperkirakan akan terjadi pada triwulan III 2014. Ekspor mulai naik ditengah konsumsi yang masih terjaga. Hal ini, dibarengi dengan inflasi yang diperkirakan turun dibanding periode sebelumnya. dampak musiman hari Raya Idul Fitri dan Ramadhan terpantau terkendali.
RINGKASAN UMUM
1
Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan II 2014
Berdasarkan disagregasi inflasi, tekanan inflasi berasal
kembali mengalami perlambatan. Ekonomi Jawa Tengah
dari faktor nonfundamental. Pada triwulan laporan,
tumbuh sedikit melambat dari 5,3% (yoy) menjadi 5,2% (yoy)
pasokan bahan makanan relatif membaik sehingga
pada triwulan II 2014. Perlambatan ekonomi pada triwulan II 2014 terutama karena semakin melambatnya kegiatan ekspor. Selain itu, investasi juga mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Meski demikian,
mondorong inflasi dalam kondisi normal. Namun kondisi pasokan tersebut tidak sebaik kondisi pada triwulan yang sama tahun sebelumnya sehingga mendorong tekanan inflasi
perekonomian daerah masih dapat tertahan dari perlambatan
dari komponen volatile foods meningkat. Kenaikan
yang lebih dalam karena ditopang oleh tetap baiknya kinerja
komponen tersebut Selain itu, inflasi inti juga meningkat
konsumsi terutama pada konsumsi rumah tangga dan
meski dalam level moderat karena adanya kenaikan biaya
konsumsi lembaga non profit.
tempat tinggal. Sementara itu, kelompok administered prices mulai turun.
Dari sisi sektoral, pelemahan ekonomi didorong oleh melambatnya kinerja sektor pertanian di triwulan II
Tren penurunan inflasi terjadi di sebagian besar kota
2014 dibanding triwulan sebelumnya. Pertumbuhan tahunan
yang disurvei oleh BPS di Jawa Tengah. Hanya Kota
sektor ini melambat dari 1,6% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 0,1% (yoy). Sementara kinerja sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran masih mengalami peningkatan. Perlambatan di triwulan ini juga terjadi pada sektor bangunan serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
Semarang yang tercatat mengalami kenaikan inflasi, sedangkan Kota Surakarta cenderung stabil. Adapun kota lain mengalami penurunan, dengan penurunan terbesar terjadi di Kudus. Industri perbankan di Jawa Tengah pada triwulan II
Di sisi perkembangan harga, inflasi pada triwulan II 2014
2014 masih tumbuh cukup baik. Beberapa indikator utama
tercatat meningkat dibanding triwulan I 2014. Kenaikan
kinerja perbankan di Jawa Tengah menunjukkan
inflasi pada periode laporan utamanya didorong oleh
peningkatan. Secara tahunan pada triwulan ini total aset dan
kelompok bahan makanan. Kelompok bahan makanan pada
Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh meningkat dibanding
periode laporan naik meski masih di bawah level inflasi akhir
Triwulan I-2014. Sementara itu kredit mengalami
tahun. Kelompok lain yang mendorong inflasi periode
perlambatan dibandingkan triwulan lalu. Seiring dengan
laporan secara signifikan adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Adapun komoditas penyumbang inflasi terbesar adalah telur ayam ras, daging ayam ras,
pertumbuhan kredit yang lebih rendah dibandingkan DPK maka menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) turut
bawang merah, bawang putih, bahan bakar rumah tangga
menurun pada triwulan laporan. Sementara itu, kualitas
dan kontrak rumah. Sehingga dengan perkembangan
kredit yang disalurkan masih dapat dijaga dengan baik
tersebut, inflasi tahunan Jawa Tengah pada triwulan II 2014
sehingga Non Performing Loan (NPL) jauh di bawah level
sebesar 7,26% (yoy), meningkat dibanding triwulan
indikatif, yaitu pada level 2,19%. Kinerja perbankan yang
sebelumnya sebesar 7,08% (yoy). Sementara inflasi
masih cukup baik tersebut memberikan nilai tambah pada
triwulanan pada periode laporan lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Inflasi triwulanan Jawa Tengah di triwulan II 2014 tercatat sebesar 0,68% (qtq) atau lebih tinggi dari triwulan II 2013 sebesar 0,35% (qtq) dan rata-rata inflasi triwulan II dalam lima tahun terakhir sebesar 0,61%.
2
RINGKASAN UMUM
pertumbuhan ekonomi sektor keuangan, yang pada triwulan II 2014 mampu tumbuh 9,44% (yoy).
Perkembangan perbankan syariah pada Mei 2014 di
Data BPS pada periode Maret 2014, secara persentase jumlah
Jawa Tengah juga menunjukkan kinerja yang cukup
penduduk miskin naik 2,81% dibanding bulan September
baik. Meski mengalami perlambatan pertumbuhan aset
2013 atau naik 2,15% dibanding bulan yang sama tahun
dibanding triwulan I 2014, namun DPK industri perbankan
2013. Kenaikan angka kemiskinan ini tidak terlepas dari
syariah mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya.
semakin meningkatnya garis kemiskinan.
Sementara itu, pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan syariah mengalami sedikit perlambatan dibanding triwulan sebelumnya. Tingkat risiko kredit yang ditunjukkan oleh NPF membaik menjadi sebesar 26,16%, sementara Financing to Deposit Ratio (FDR) pada bulan Mei 2014 masih stabil di level 129%.
Ke depan, ekonomi Jawa Tengah diperkirakan akan meningkat di triwulan III 2014. Berdasarkan berbagai indikator ekonomi terakhir serta hasil survei maupun liaison mengindikasikan ekonomi Jawa Tengah dapat tumbuh meningkat di triwulan III 2014. Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan tersebut diperkirakan tumbuh sebesar 5,3%-
Perkembangan keuangan daerah menunjukkan realisasi yang membaik meski masih terbatas. Data realisasi APBD Provinsi Jawa Tengah triwulan II 2014 menunjukkan telah terjadi penyerapan belanja sebesar (35,69%) dan pendapatan Rp 7,20 milyar (52,43%) terhadap APBD setelah perubahan tahun 2014. Pada kelompok pendapatan, hampir seluruh subkelompok telah terealisasi sekitar 50% dimana Pendapatan Asli Daerah (PAD) mengalami realisasi anggaran terbesar pada triwulan II2014. Dari sisi belanja daerah, total belanja pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada triwulan II 2014 telah terealisasi sebesar 35,69% meningkat dari sebelumnya 13,11%. Sementara dilihat perkembangan secara tahunan realisasi pada Triwulan II 2014, penyerapan anggaran baik belanja tidak langsung maupun langsung mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya.
5,8% (yoy). Konsumen masih cukup optimis atas kondisi ekonomi kedepan dan diikuti oleh membaiknya ekspektasi pelaku usaha. Indikator tersebut mengindikasikan masih akan cukup baiknya kegiatan konsumsi masyarakat. Perbaikan konsumsi masyarakat dapat menjadi pendorong peningkatan ekonomi. Di sisi lain, melihat dari terjaganya konsumsi tersebut, pelaku usaha memiliki ekspektasi kondisi ekonomi yang membaik. Berdasar survei kegiatan dunia usaha, pengusaha memperkirakan kondisi situasi bisnis perusahaan dan kegiatan dunia usaha lebih baik dibanding triwulan sebelumnya. Investasi diperkirakan tetap tumbuh tinggi meski tidak setinggi sebelumnya, khususnya untuk investasi bangunan sejalan dengan realisasi infrastruktur Pemerintah. Kegiatan investasi juga diperkirakan membaik sejalan dengan membaiknya stabilitas politik. Terkait dengan
Kondisi kesejahteraan masyarakat belum menunjukkan
kondisi tersebut, ekspor diperkirakan naik dibarengi dengan
perbaikan. Kondisi ini ditunjukkan dari adanya peningkatan
masih tingginya impor, sejalan dengan tingginya
pendapatan masyarakat serta menurunnya angka
ketergantungan bahan baku impor. Membaiknya ekspor
pengangguran namun di sisi lain belum diikuti oleh
tidak terlepas dari mulai membaiknya perekonomian global.
menurunnya angka kemiskinan. Data BPS terakhir menunjukkan adanya penurunan jumlah pengangguran
Melihat dari kondisi tersebut, dari sisi sektoral akan
pada Februari 2014 dibanding posisi Agustus 2013.
berdampak kepada kinerja sektor industri pengolahan dan
Sementara hasil Survei Konsumen hingga triwulan laporan
sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Kedua sektor
menunjukkan ketersediaan lapangan kerja dalam tren yang
t e r s e b u t d i p e r k i r a k a n a k a n m e n j a d i p e n d o ro n g
relatif stabil. Nilai Tukar Petani (NTP) pada periode laporan
perekonomian Jawa Tengah di triwulan III 2014.
naik sebesar 0,3%, mengindikasikan perbaikan pendapatan petani. Namun di sisi lain angka kemiskinan meningkat.
RINGKASAN UMUM
3
Pada perkembangan harga, inflasi diperkirakan
Sementara inflasi 2014 diperkirakan akan menurun
meneruskan tren penurunan. Berdasarkan perkembangan
dibanding tahun sebelumnya. Inflasi tahun 2014
harga terkini, inflasi Jawa Tengah pada triwulan III tahun 2014
diperkirakan akan berada pada kisaran bawah 4,5% - 5,5%
diperkirakan sebesar 4,52%-5,02% (yoy), turun dari triwulan
(yoy), atau turun tajam dibandingkan tahun 2013 sebesar
II 2014 yang sebesar 7,26% (yoy). Adapun tekanan inflasi
7,98% (yoy). Penurunan ini didukung oleh terjaganya
diperkirakan bersumber dari meningkatnya permintaan pada
ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga komoditas
periode tahun ajaran baru serta Ramadhan dan Idul Fitri.
pangan strategis. Selain itu, semakin solidnya koordinasi
Sementara itu, inflasi di kelompok pangan berpotensi
antara Pemerintah dan BI dalam forum TPI/TPID turut
meningkat sebagai pengaruh dari menurunnya produksi padi.
mendukung penurunan inflasi Jawa Tengah..
Inflasi administered prices diperkirakan akan meningkat sejalan dengan diberlakukannya kenaikan tarif dasar listrik untuk beberapa kelompok termasuk kelompok rumah tangga. Risiko inflasi berasal perluasan kebijakan yang membatasi penjualan BBM bersubsidi. Hingga saat ini, kebijakan pembatasan solar bersubsidi di wilayah Jakarta belum memberikan dampak. Untuk keseluruhan tahun 2014, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada 2014 diperkirakan akan mengalami perlambatan dibanding tahun sebelumnya. Ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2014 diperkirakan 5,2% - 5,7% (yoy), dengan kecenderungan bias ke bawah. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan termoderasi di tahun 2014. Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2014 pada kisaran 5,1 – 5,5%.
4
RINGKASAN UMUM
BAB
I
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Perekonomian triwulan II 2014 sedikit melambat, didorong menurunnya kinerja sektor pertanian Perlambatan di sektor pertanian pada triwulan II 2014 mendorong perlambatan perekonomian daerah. Sebaliknya, kenaikan sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor industri pengolahan menjadi penahan perlambatan ekonomi. Dari sisi penggunaan, perlambatan ekonomi didorong oleh perlambatan pada ekspor terutama ekspor luar negeri. Sementara konsumsi masih mengalami peningkatan
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I
5
1.1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum1 Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan II 2014
Meski demikian, perekonomian daerah masih dapat tertahan
kembali mengalami perlambatan. Ekonomi Jawa Tengah
dari perlambatan yang lebih dalam karena ditopang oleh
tumbuh sedikit melambat dari 5,3% (yoy) menjadi 5,2% (yoy)
tetap baiknya kinerja konsumsi terutama pada konsumsi
pada triwulan II 2014. Perlambatan ekonomi juga dialami
rumah tangga dan konsumsi lembaga nonprofit.
oleh provinsi lainnya, terutama yang memiliki basis sumber
Dari sisi sektoral, kinerja sektor industri pengolahan serta
daya alam, sehingga perekonomian nasional melambat dari
sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami
5,2% (yoy) menjadi 5,1% (yoy). Sementara secara triwulanan
peningkatan dibanding triwulan sebelumnya dan mampu
perekonomian Jawa Tengah tumbuh 1,8% (qtq), atau sama
menopang semakin melambatnya kinerja sektor pertanian di
dengan pertumbuhan triwulanan pada triwulan II tahun
triwulan II 2014. Adapun sektor lainnya yang juga mengalami
sebelumnya.
perlambatan di triwulan ini antara lain sektor bangunan serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
Faktor pendorong perlambatan ekonomi pada triwulan II 2014 adalah semakin melambatnya kegiatan ekspor. Ekspor, utamanya ekspor luar negeri melambat cukup signifikan. Selain itu, investasi juga mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun 2012 –2014 (%) 2012*
PENGGUNAAN
2013
2012*
I
II
III
IV
Konsumsi Rumah Tangga
5.8
4.7
4.5
5.0
Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba
9.5
7.9
6.0
Konsumsi Pemerintah
15.2
6.6
0.1
Pembentukan Modal Tetap Bruto
6.8
6.2
Ekspor Barang dan Jasa
18.5
Impor Barang dan Jasa PDRB
IV**
20142014
2013
I*
II*
III**
5.0
5.0
5.1
5.3
5.0
5.1
4.9
I**
5.1
II**
1.7
6.2
7.1
7.9
5.9
6.7
6.9
11.9
14.5
-0.4
4.7
2.2
3.8
7.6
8.1
5.6
4.8
0.8
9.3
11.0
8.4
5.4
7.8
8.5
9.5
7.9
9.6
6.7
2.3
10.2
8.3
9.5
3.7
8.9
10.5
11.2
8.6
9.7
7.0
20.5
4.8
2.8
7.9
8.5
1.7
7.4
18.5
10.0
9.3
10.5
0.6
6.5
6.6
6.0
6.3
6.3
5.6
6.2
5.9
5.6
5.8
5.3
5.2
*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun 2012 – 2014 (%) 2012*
PENGGUNAAN
2013
I
II
III
IV
0.8
0.9
2.2
1.0
Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba
-3.2
0.9
3.1
Konsumsi Pemerintah
-16.9
7.1
0.5
Pembentukan Modal Tetap Bruto
0.8
2.9
3.6
Ekspor Barang dan Jasa
5.7
0.4
Impor Barang dan Jasa
-0.6
PDRB
6.9
Konsumsi Rumah Tangga
I*
II*
2014 III**
IV**
I**
II**
0.7
0.7
1.2
0.8
1.0
2.4
1.1
1.9
1.6
1.2
1.8
6.9
4.0
11.4
-14.7
8.7
4.2
11.9
-17.3
4.6
3.3
-4.3
5.3
4.3
4.2
-4.2
2.5
0.2
1.8
1.1
5.4
1.7
2.5
-0.2
2.8
5.0
-6.7
10.8
-6.4
10.9
3.0
2.8
-5.9
1.0
1.3
1.5
-3.3
6.2
1.8
1.3
-3.6
5.9
1.8
*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
1.
BPS Provinsi Jawa Tengah merevisi ke bawah pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah triwulan I 2014, dari 5,4% (yoy) menjadi 5,3% (yoy)
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I
7
Konsumsi rumah tangga berada pada level
Sementara itu, pertumbuhan kredit konsumsi mengalami
pertumbuhan yang stabil. Konsumsi rumah tangga pada
perlambatan di triwulan II 2014 (Grafik 1.3) diikuti pula oleh
triwulan II 2014 tumbuh sebesar 5,1% (yoy), sedikit
turunnya impor barang konsumsi dari luar negeri (Grafik 1.5).
meningkat dibanding triwulan sebelumnya 4,9% (yoy). Cukup baiknya konsumsi rumah tangga tersebut tidak terlepas dari optimisme konsumen dalam memandang perekonomian. Pada grafik 1.1. terlihat bahwa indeks ketepatan waktu pembelian (indeks konsumsi) baik komoditas makanan, non makanan ataupun barang tahan lama masih dalam level yang cukup tinggi. Konsumen juga merasakan adanya kenaikan penghasilan rumah tangga serta peningkatan daya beli karena rendahnya inflasi di triwulan laporan (Grafik 1.4). Selain itu, masih tingginya konsumsi rumah tangga diindikasikan pada penjualan listrik segmen rumah tangga di triwulan II 2014 yang masih ada kenaikan meski laju pertumbuhannya sedikit melambat dibanding
Grafik 1.1. Perkembangan Indeks Ketepatan Waktu Pembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama INDEKS
110 105 OPTIMIS
100 95
PESIMIS
90 II
III
IV
I
II
2011
III
11,9% (yoy) menjadi 14,5% (yoy). Kegiatan yang dilakukan oleh swasta nirlaba (antara lain partai politik) terkait pemilihan umum legislatif (Pileg) dan pemilihan Presiden (Pilpres) memberikan dorongan pada konsumsi swasta nirlaba. Secara triwulanan, pertumbuhan konsumsi swasta nirlaba sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya menjadi sebesar 4,0% (qtq). Meski demikian dorongan konsumsi swasta nirlaba pada periode Pemilu kali ini terbilang cukup tinggi, lebih tinggi dibandingkan dengan kegiatan pilpres di tahun
2.600 2.400 2.200 2.000 1.800 1.600 1.400 1.200 1.000 800 600 400 200
115
I
Pertumbuhan konsumsi swasta nirlaba meningkat dari
Grafik 1.2. Perkembangan Penjualan Listrik Segmen Rumah Tangga di Jawa Tengah
120
85
konsumsi swasta nirlaba pada triwulan II 2014.
2009.
triwulan sebelumnya (Grafik 1.2).
125
Kegiatan yang terkait Pemilu memicu peningkatan
IV
I
II
2012
III
IV
I
2013
II
JUTA KwH
PERSEN YOY
10 5 0 -5 -10 -15 I
II
2014
III
IV
I
II
2012
III
IV
I
2013
II
2014
Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama
Sumber : PT PLN Distribusi Jateng dan DIY
Grafik 1.3. Pertumbuhan Tahunan Kredit Konsumsi Vs Konsumsi PDRB Tahunan di Jawa Tengah 28
Pertumbuhan tahunan - RHS
Penjualan Listrik
Tingkat Konsumsi Beberapa Komoditi Makanan Dan Bukan Makanan
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia dan BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
PERSEN YOY
Grafik 1.4. Survei Tendensi Konsumen PERSEN YOY
7,5
26
7
24 22
125
INDEKS
120
6,5
115
20
6
18
110 5,5
16 14
5
105
12 10
4,5
I
II
III 2011
Kredit Konsumsi
IV
I
II
III
IV
I
2012
II
III 2013
Konsumsi PRDB (-1) - RHS
Sumber : Bank Indonesia dan BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
8
BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
IV
I 2014
II
15
100
I
II
III
IV
2011 Pendapatan RT Kini
I
II
III
IV
I
2012 Pengaruh Inflasi terhadap konsumsi
Sumber : Bank Indonesia dan BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
II
III 2013
IV
I
II 2014
Grafik 1.5. Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi Vs Konsumsi PDRB Tahunan di Jawa Tengah 400
Grafik 1.6. Pertumbuhan Giro Pemerintah Vs Konsumsi Pemerintah di Jawa Tengah
PERSEN YOY
PERSEN YOY
350 300
8
50
7,5
40
7
30
6,5
150
6
100
5,5
10 20
8
10
6 4
I
5
0
I
-50
II
III
IV
I
II
2009
III
IV
I
II
2010
III
IV
I
II
2011
III
IV
I
2012
II
III
IV
I
2013
II
16 14
-
50
PERSEN YOY
12
250 200
PERSEN YOY
II
(10)
III
IV
I
II
2011
III
IV
I
II
2012
III
IV
I
2013
II
2
2014
4,5
2014
0 (20)
-2
4
-100 Vol Import Konsumsi
PRDB Konsumsi - RHS
Giro Sektor Pemerintahan
Konsumsi Pemda - RHS
Sumber : Bank Indonesia dan BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Sumber : Bank Indonesia dan BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Konsumsi pemerintah mengalami perlambatan cukup dalam
Dari hasil focus group discussion (FGD) dengan pelaku usaha
di triwulan II 2014. Konsumsi pemerintah tumbuh 0,8% (yoy),
di Jawa Tengah mengkonfirmasi bahwa kegiatan investasi
melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar
dunia usaha yang dilakukan di tahun 2014 tidak setinggi
4,8% (yoy). Melambatnya konsumsi juga tercermin dari
tahun sebelumnya. Kondisi tersebut juga diindikasikan oleh
naiknya giro sektor pemerintah di perbankan, menunjukkan
penyaluran kredit investasi yang juga tumbuh melambat di
pencairan yang masih terbatas di triwulan II 2014. Data
triwulan II 2014 (Grafik 1.7).
realisasi belanja di APBD Provinsi Jawa Tengah sampai dengan triwulan II masih dalam kisaran 35,7%, relatif sama dengan
Sementara itu, realisasi penanaman modal masih menunjukkan peningkatan kegiatan investasi di Jawa
tahun sebelumnya.
Tengah. Meski PMTB menunjukkan adanya perlambatan Investasi mengalami perlambatan. Pertumbuhan
namun dilihat dari realisasi penanaman modal masih terjadi
komponen investasi yang dicerminkan dari PMTB melambat
kenaikan realisasi investasi pada periode laporan.
dari 9,6% (yoy) di triwulan I menjadi 6,7% (yoy). Perlambatan
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal
pada jenis investasi bangunan terlihat pada melambatnya
(BKPM), realisasi investasi baik dalam bentuk Penanaman
pertumbuhan ekonomi di sektor bangunan. Pertumbuhan
Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal
sektor bangunan melambat dari 7,0% (yoy) di triwulan
Asing (PMA) di triwulan laporan tercatat meningkat
sebelumnya menjadi 5,5% (yoy) di triwulan II 2014.
dibanding triwulan sebelumnya. Realisasi PMDN tercatat
Sementara investasi nonbangunan juga terindikasi
sebanyak 33 proyek dengan nilai sebesar Rp4.379 miliar
mengalami penurunan di triwulan laporan tercermin dari
(Grafik 1.10). Sementara itu PMA di triwulan II 2014 juga
menurunnya nilai impor barang modal (Grafik 1.8).
tercatat lebih tinggi yaitu sebanyak 102 proyek dengan nilai US$171 juta (Grafik 1.9).Dibanding triwulan sebelumnya, nilai investasi PMA meningkat 33,5%. Grafik 1.8. Perkembangan Pertumbuhan Impor Barang Modal Vs PMTDB
Grafik 1.7. Perkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah 60
PERSEN YOY
PERSEN YOY
55
PERSEN
PERSEN
600
11
500
11
400
10
300
9 8 7
10
50
9
45
8 40
7
200
35
6
100
30
5
6
0
25
12
12
4 I
II
III
IV
I
2011
II
III 2012
IV
I
II
III 2013
IV
I
II
-1
2014
I
II
III
2010
IV
I
II
III
2011
IV
I
II
III
IV
I
II
2012
III
2013
IV
I
II
2014
Kredit Investasi
PMTB - RHS
Sumber : Bank Indonesia, diolah
5 4
-200
Import barang Modal - yoy
PMTDB - RHS
PMTDB - RHS
Sumber : Bank Indonesia dan BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I
9
Grafik 1.9. Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah 90
Grafik 1.10. Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri di Jawa Tengah JUTA US$
JUMLAH PROYEK
80 70 60 50 40 30 20 10 0
I
II
III
IV
I
II
2011
III
IV
I
II
2012
Proyek PMA
III
IV
I
2013
II
300
60
250
50
10000
200
40
8000
150
30
6000
100
20
4000
50
10
2000
0
0
JUMLAH PROYEK
I
II
2014
III
IV
I
II
2012
Investasi PMA - RHS
Proyek PMDN
Sumber : Bank Indonesia, diolah
12000
MILIAR RP
III
IV
I
2013
0
II 2014
Investasi PMDN - RHS
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah
Kondisi perdagangan dari dan ke Provinsi Jawa Tengah
Perlambatan laju pertumbuhan volume ekspor terjadi hampir
tidak sebaik triwulan sebelumnya. Kegiatan ekspor
di seluruh kelompok komoditas, terutama di komoditas
melambat, namun perlambatannya tidak sedalam impor.
barang-barang kayu. Pertumbuhan ekspor komoditas ini
Kondisi ini menyebabkan perdagangan Jawa Tengah pada
melambat dari 37,6% (yoy) menjadi 20,7% (yoy). Adapun
triwulan II 2014 tercatat mengalami net ekspor yang
komoditas utama ekspor Jawa Tengah lainnya, yaitu tekstil
meningkat dari triwulan sebelumnya. Kegiatan perdagangan
dan produk tekstil (TPT) juga melambat, meski tidak sedalam
Jawa Tengah dengan luar negeri menjadi penyebab utama
komoditas kayu. Sementara itu, nilai ekspor luar negeri
perlambatan ekspor dan impor.
nonmigas juga melambat dari 12% (yoy) menjadi 9,1% (yoy).
Ekspor pada triwulan II 2014 melambat dibanding
Dilihat dari negara tujuannya, perlambatan
triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekspor pada triwulan II
pertumbuhan ekspor terutama terjadi untuk ekspor ke
2014 tercatat 7,0% (yoy) atau melambat dari sebelumnya
negara di kawasan Asia. Ekspor dengan tujuan Tiongkok
yang tumbuh 9,7% (yoy). Melemahnya ekspor terutama
dan Jepang mengalami perlambatan yang cukup dalam.
akibat melambatnya ekspor luar negeri. Sementara ekspor
Melambatnya ekspor ke Tiongkok diindikasikan karena
antar daerah sedikit melambat dibanding triwulan
penurunan permintaan sejalan dengan melambatnya
sebelumnya.
ekonomi negara tersebut. Sebaliknya, laju pertumbuhan ekspor ke negara-negara utama lainnya seperti Amerika
Laju pertumbuhan ekspor luar negeri nonmigas baik secara volume maupun nilai mengalami perlambatan. Pada periode laporan, volume ekspor (Grafik 1.12)
Serikat dan beberapa negara di kawasan Eropa masih meningkat sejalan dengan membaiknya kondisi ekonomi negara tersebut.
mengalami penurunan lebih dalam dari triwulan sebelumnya yaitu dari -12,4% (yoy) menjadi -18,8% (yoy). Grafik 1.11. Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Jawa Tengah 1.600
Grafik 1.12. Perkembangan Volume Ekspor Luar Negeri Provinsi Jawa Tengah PERSEN
JUTA USD
1.500
40
1.400
30
1.200
20
1.400
10
1.300
RIBU TON
PERSEN
250 200
1.000
150
800
100
0 1.200
-10
1.200
-20
600
0 -50
-30
200
900
-40
0
II
III
IV
I
2011 NILAI
II
III
IV
2012
I
II
III 2013
PERTUMBUHAN TAHUNAN - RHS
Sumber : Bank Indonesia, diolah
10
BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
IV
I
II 2014
50
400
1.000
I
300
-100
I
II
III
IV
I
2011 VOLUME
II
III
IV
2012 PERTUMBUHAN TAHUNAN - RHS
Sumber : Bank Indonesia, diolah
I
II
III 2013
IV
I
II 2014
Grafik 1.13. Perkembangan Ekspor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Tujuan 1600
Grafik 1.14. Pangsa Ekspor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Tujuan Triwulan II 2014
JUTA USD
Lainnya Italia Belgia Jerman Perancis Belanda UK RRC Jepang KorSel USA
1400 1200 1000 800
200
II
III
IV
I
II
2012
III
IV
I
LAINNYA
5%
UK
JEPANG
3%
MALAYSIA
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 1.15. Perkembangan Nilai Impor Provinsi Jawa Tengah 1.800
2%
3%
JERMAN
9%
II 2014
2013
1% PERANCIS
39%
0
I
2%
2% BELANDA RRC
400
USA
24% 13 %
600
4%
Grafik 1.16. Perkembangan Volume Impor Provinsi Jawa Tengah PERSEN
JUTA USD
40
1.200
30
1.000
20
800
10
600
0
400
-10
200
-20
0
JUTA USD
PERSEN
70 60
1.600 1.400 1.200 1.000 800 600 400 200
50 40 30 20 10 0 -10 -20 -30
0 I
II
III
IV
I
2011 Proyek PMA
II
III 2012
IV
I
II 2013
III
IV
I
II 2014
Investasi PMA - RHS
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Pertumbuhan impor pada triwulan II 2014 melambat.
-40
I
II
III
IV
I
2011
II
III
IV
2012
Volume Import
I
II 2013
III
IV
I
II 2014
Pertumbuhan Tahunan - RHS
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Berdasar SITC (Standard International Trade Classification) 2
Pada triwulan laporan terlihat adanya perlambatan laju
digit, komoditas barang modal yang menurun cukup dalam
pertumbuhan tahunan impor yang cukup dalam, yaitu dari
adalah dari kelompok mesin terutama mesin industri khusus
10,5% (yoy) menjadi 0,6% (yoy) di triwulan laporan.
yang digunakan untuk industri TPT. Laju impor mesin industri
Melambatnya pertumbuhan impor lebih didorong oleh
khusus ini menurun dari 20,88% (yoy) di triwulan I menjadi -
menurunnya impor luar negeri. Sementara impor antar
8,32% (yoy).
daerah di triwulan laporan diindikasikan mengalami peningkatan. Impor luar negeri baik nilai maupun volume pada periode laporan menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya. Volume impor Jawa Tengah nonmigas turun lebih dalam dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari 1,87% (yoy) menjadi -3,76% (yoy) (Grafik 1.16). Berdasar kelompoknya penurunan volume terbesar terjadi pada
Berdasar negara asal, penurunan laju impor terutama untuk komoditas dari negara Eropa dan ASEAN (Grafik 1.18). Laju pertumbuhan volume impor komoditas dari kawasan Eropa menurun dari 113,64% (yoy) menjadi -29,04% (yoy). Sebaliknya, impor dari Tiongkok tercatat meningkat sebesar 56% (yoy).
kelompok barang modal. Volume impor kelompok barang modal turun menjadi -3,11% (yoy) setelah sebelumnya tercatat tumbuh 15,73% (yoy). Kondisi ini sejalan dengan melambatnya investasi daerah.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I
11
Grafik 1.17.Pangsa Negara Asal Impor Jawa Tengah
TIONGKOK LAINNYA EROPA ASEAN USA AUSTRALIA
Grafik 1.18. Perkembangan Nilai Impor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Asal 1800
46% 21% 7% 9% 9% 8%
JUTA USD
1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0
I
II
III
IV
I
II
2012
III
IV
I
II
2013 LAINNYA
Sumber : Bank Indonesia, diolah
RRC
EROPA
2014
AUSTRALIA
ASEAN
USA
Sumber : Bank Indonesia, diolah
1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral Perlambatan ekonomi daerah pada triwulan II 2014 dari
Dengan perkembangan tersebut, sumber pertumbuhan
sisi sektoral terutama karena perlambatan di sektor
tahunan di triwulan II 2014 berasal dari sektor industri
pertanian. Di sisi lain, kinerja sektor utama daerah lainnya
pengolahan dan sektor PHR. Sementara sektor pertanian
seperti industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel,
tercatat tidak memberikan dorongan pada perekonomian
dan restoran mengalami kinerja yang membaik di triwulan
daerah di triwulan laporan.
laporan sebagaimana terlihat pada pertumbuhan ekonomi di sektor tersebut. (Tabel 1.3).
Tabel 1.3. Laju Pertumbuhan Tahunan Sektoral PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000 (%) 2012*
LAPANGAN USAHA II
III
2013
2012* IV*
2014
2013*
I*
II*
III**
IV**
I**
II**
Pertanian
1.8
3.9
9.3
3.7
0.9
2.4
3.5
2.0
2.2
1.6
0.0
Pertambangan Dan Penggalian
7.7
8.7
4.5
7.4
5.2
5.7
5.5
9.0
6.3
5.0
4.1
Industri Pengolahan
5.8
5.6
3.5
5.5
4.7
6.5
5.0
7.3
5.9
5.9
6.1
Listrik,gas Dan Air Bersih
5.2
5.5
8.5
6.4
9.8
6.8
9.4
7.7
8.4
5.3
8.4
Bangunan
7.6
7.9
5.4
7.0
6.1
6.9
6.9
7.9
7.0
7.0
5.5
Perdagangan,hotel & Restoran
9.4
7.8
7.7
8.2
9.2
8.3
6.9
5.6
7.5
6.1
6.9
Pengangkutan Dan Komunikasi
8.2
7.2
7.6
7.9
7.9
7.5
8.1
2.9
6.5
5.1
4.9
Keuangan, Persewaan & Js. Pers
9.7
10.4
9.5
9.4
9.9
9.7
11.3
11.3
10.6
11.9
9.4
Jasa-jasa
9.3
3.4
7.4
7.3
6.2
4.7
6.8
2.1
4.9
5.1
5.6
PDRB
6.6
6.0
6.3
6.3
5.6
6.2
5.9
5.6
5.8
5.3
5.2
* Angka Sementara **Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Tabel 1.4. Laju Pertumbuhan Triwulanan Sektoral PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000 (%) 2012
LAPANGAN USAHA Pertanian
2014
III
IV*
I*
II*
-3.5
-0.2
-23.8
37.6
-2.1
0.9
-24.9
37.7
-3.6
III**
IV**
I**
II**
Pertambangan Dan Penggalian
4.3
1.3
-4.8
4.5
4.9
1.1
-1.6
0.7
3.9
Industri Pengolahan
1.2
2.4
-0.6
1.7
2.9
0.9
1.5
0.4
3.2
Listrik,gas Dan Air Bersih
4.0
0.5
4.5
0.6
1.1
2.9
2.9
-1.6
4.1
Bangunan
1.6
3.3
1.4
-0.4
2.4
3.3
2.4
-1.2
0.9
Perdagangan,hotel & Restoran
4.0
2.0
1.8
1.2
3.1
0.7
0.6
1.6
3.9
Pengangkutan Dan Komunikasi
2.7
1.5
2.7
0.9
2.3
2.1
-2.3
3.0
2.1
Keuangan, Persewaan & Js. Pers
4.8
1.5
1.2
2.2
4.6
2.7
1.1
2.1
2.9
Jasa-jasa
2.4
-0.1
5.1
-1.2
1.0
1.9
0.4
1.7
1.5
PDRB
1.3
1.5
-3.3
6.2
1.8
1.3
-3.6
5.9
1.8
* Angka Sementara **Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
12
2013
II
BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Dilihat dari struktur ekonomi Jawa Tengah, output pada
Kondisi ini juga menggambarkan bahwa dampak banjir
triwulan II 2014 masih didominasi oleh tiga sektor
di awal tahun 2014 tidak memengaruhi pola produksi
utama, yaitu sektor industri pengolahan, sektor
tanaman bahan makanan daerah sebagaimana yang
perdagangan, hotel, dan restoran (PHR), serta sektor
diperkirakan sebelumnya. Baiknya respon pemerintah dalam
pertanian (Grafik 1.19). Struktur ekonomi Jawa Tengah belum
menanggulangi dampak banjir dengan melakukan program
banyak berubah dari tiga sektor utama tersebut. Namun di
penanaman ulang (replanting) dapat meminimalkan dampak
triwulan laporan, sektor pertanian tidak memberikan
gagal panen. Pemerintah memberikan bantuan berupa bibit
sumbangan pada pertumbuhan ekonomi daerah.
kepada lahan yang terkena banjir. Selain itu, luas lahan yang terkena banjir cukup minim yaitu hanya 4%. Subsektor lain
Grafik 1.19. Sumber Pertumbuhan Ekonomi dan Struktur PDRB Sektoral Provinsi Jawa Tengah Triwulan II Tahun 2014 (%) 0.6
10.5
20.7
Kinerja sektor industri pengolahan meningkat
Pengangkutan Dan Komunikasi
dibanding triwulan sebelumnya. Peningkatan ini lebih
Perdagangan, Hotel & Restoran Konstruksi 33.4
17.7 0.0
Sumber
didorong oleh meningkatnya kinerja industri non migas
Listrik, Gas Dan Air Bersih Industri Pengolahan
2.0
perikanan. Sementara, kinerja subsektor lainnya meningkat.
Jasa-jasa Keuangan, Persewaan & Jasa Persh.
1.5
yang juga melambat adalah subsektor peternakan dan
ditengah semakin melambatnya kinerja industri migas. Sektor
Pertambangan Dan Penggalian Pertanian
industri pengolahan meningkat dari 5,9% (yoy) di triwulan I
Pangsa
2014 menjadi 6,1% (yoy).
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Pertumbuhan sektor pertanian melambat. Pertumbuhan tahunan sektor ini melambat dari 1,6% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 0,1% (yoy). Secara triwulanan, pertumbuhan sektor pertanian turun -3,6% (qtq) atau turun lebih rendah dari rata-rata lima tahun terakhir sebesar -2,6%. Pendorong turunnya sektor ini adalah menurunnya kinerja komoditas di subsektor tanaman bahan makanan. Data dari Dinas Pertanian Jawa Tengah menunjukkan bahwa puncak masa panen terjadi di triwulan I 2014, sementara di triwulan laporan panen menurun dan masuknya musim tanam kedua. Grafik 1.20. Perkembangan Luas Tanam dan Panen Padi di Jawa Tengah 400.000
Grafik 1.21. Perkembangan Produksi Padi di Jawa Tengah
HEKTAR
1.860
RIBU TON
RIBU HEKTAR
10.600
350.000
1.840
10.400
300.000
1.820
10.200
250.000
1.800
10.000
1.780
200.000
9.800
1.760
150.000
9.600
1.740
100.000
1.720
9.400
50.000
1.700
9.200
0
1.680 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 2012 TANAM
PANEN
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah
2013
2014
1.660
9.000
2009 LUAS PANEN
2010
2011
2012
2013
2014
8.800
PRODUKSI - RHS
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I
13
Grafik 1.22. Perkembangan Industri Besar Jawa Tengah 15
Grafik 1.23. Perkembangan Industri Kecil Jawa Tengah
PERSEN
25
PERSEN
20
10
15
5 10 5
0 III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
0 2011
-5
2012
2013
I
2014
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
-5 2012
2013
2014
-10
-10 PERTUMBUHAN JATENG TRIWULAN
PERTUMBUHAN INDO TAHUNAN
PERTUMBUHAN JATENG TRIWULAN
PERTUMBUHAN INDO TRIWULAN
PERTUMBUHAN JATENG TAHUNAN
PERTUMBUHAN INDO TRIWULAN
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
PERTUMBUHAN JATENG TAHUNAN
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Kinerja industri pengolahan nonmigas tumbuh
Namun ditengah membaiknya kinerja industri, laju
meningkat. Industri tekstil dan industri makanan dan
pertumbuhan impor baik bahan baku dan barang
minuman menjadi pendorong pertumbuhan di sektor industri
modal pada triwulan II 2014 menunjukkan adanya
pengolahan. Industri tekstil tumbuh cukup signifikan pada
perlambatan (Grafik 1.26 dan Grafik 1.27). Kondisi ini perlu
periode laporan. Kondisi ini sejalan dengan hasil survei
dicermati mengingat sebagian besar bahan baku produksi
industri besar serta survei industri kecil yang mengindikasikan
terutama industri TPT masih berasal dari luar negeri. Sehingga
adanya pertumbuhan industri secara tahunan di Jawa Tengah
dengan melambatnya impor bahan baku dikhawatirkan
terutama untuk industri besar. Sementara dari sisi
dapat mengganggu kinerja produksi di periode selanjutnya.
penggunaan energi, konsumsi listrik masih mengalami pertumbuhan terutama untuk kelompok bisnis (Grafik 1.24 & 1.25). Grafik 1.24 Perkembangan Konsumsi Listrik Segmen Bisnis di Jawa Tengah 600
Grafik 1.25 Perkembangan Konsumsi Listrik Segmen Industri di Jawa Tengah PERSEN YOY
JUTA KwH
15
1.800
10
1.600
16
1.400
14
1.200
12
1.000
10
5
400
0
800
8
600
6
400
4
-15
200
2
-20
0
-5 200
-10
0
I
II
III
IV
I
II
2012 BISNIS
III
IV
I
2013
I
II
II
2014
III
IV
I
II
2012
PERTUMBUHAN TAHUNAN - RHS
INDUSTRI
Sumber : PLN (Persero) Distribusi Wil. Jateng&DIY diolah
III
IV
I
2013
0
II 2014
PERTUMBUHAN TAHUNAN - RHS
Sumber : PLN (Persero) Distribusi Wil. Jateng&DIY diolah
Grafik 1.26. Perkembangan Impor Nonmigas Bahan Baku di Jawa Tengah 1.000
18
PERSEN YOY
JUTA KwH
Grafik 1.27. Perkembangan Impor Nonmigas Barang Modal di Jawa Tengah PERSEN YOY
JUTA USD
900
70 60
800
1000
JUTA USD
PERSEN YOY
100
900
80
800
60
700
50
700
40
600
40
600
20
500
0
400
-20
300
-40
200
-60
100
-80
500 30
400 300
20
200
10
100 0
0
I
II III 2011
IV
I
BAHAN BAKU
II III 2012
IV
I
II III 2013
YOY - RHS
Sumber : Bank Indonesia, diolah
14
BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
IV
I II 2014
0
-100
I
II III 2011
IV
BARANG MODAL
Sumber : Bank Indonesia
I
II III 2012 YOY - RHS
IV
I
II III 2013
IV
I II 2014
Grafik 1.28. Perkembangan Konsumsi Semen di Jawa Tengah
Grafik 1.29. Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksi dan Perumahan di Jawa Tengah
RIBU TON
2.500
30
PERSEN YOY
4.5
70
PERSEN YOY
TRILIUN RP
25 2.000
20
60
4.0
15 1.500
10
50 3.5
5 1.000
0
5.00
-10
40 3.0 30
-5 2.5
20
-15 -20
0 I
II
III
IV
I
II
2010
III
IV
I
II
2011
III
IV
I
2012
KONSUMSI SEMEN
II
III
IV
2013
I
II
10
2.0 I
III
II
2014
IV
I
III
II
2012
PERTUMBUHAN TAHUNAN - RHS
I
2013
SEKTOR BANGUNAN
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah
IV
II 2014
PERTUMBUHAN TAHUNAN - RHS
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Kinerja sektor bangunan tumbuh melambat. Sektor
Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR)
bangunan tumbuh melambat dari 7,0% (yoy) di triwulan
meningkat. Sektor PHR meningkat dari 6,1% (yoy) menjadi
sebelumnya menjadi 5,5% (yoy). Namun, data konsumsi
6,9% (yoy) dimana seluruh subsektor tercatat mengalami
semen menunjukkan kenaikan pertumbuhan konsumsi
peningkatan. Dilihat secara triwulanan, kinerja sektor ini
dibanding triwulan sebelumnya (Grafik 1.28).
tercatat sebesar 3,9% (qtq) atau lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Masih cukup baiknya
Kinerja sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (LGA) meningkat pada triwulan II 2014. Pertumbuhan sektor ini meningkat dari 5,3% (yoy) menjadi 8,4% (yoy). Berdasarkan subsektornya, subsektor listrik tumbuh cukup signifikan
konsumsi daerah menopang kinerja di sektor ini, terlihat dari keyakinan konsumen yang masih cukup optimis (Grafik 1.33). Optimisme dunia usaha juga cukup baik terlihat dari indeks penjualan eceran yang tercatat meningkat di triwulan II 2014.
sementara subsektor air bersih melambat. Grafik 1.31. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik di Jawa Tengah
Grafik 1.30. Perkembangan Penjualan Listrik di Jawa Tengah 6000
15
PERSEN YOY
JUTA KwH
5000
10
4000
5
3000
0
2000
-5
1000
-10
9
JUTA PELANGGAN
8 7 6 5 4 3 2 1
-15
0
I
II
III
IV
I
III
II
2012
IV
I
2013
PENJUALAN LISTRIK
SBT
12 10
8
8 6
7
4
6
2
5
0
4
-2
3
-4
2
-6
1
-8 III IV
2008
I
II
III IV
2009
KEGIATAN USAHA - RHS
Sumber : Bank Indonesia, diolah
I
II
III IV
I
2010
PHR - PRDB
IV
I
II 2014
INDUSTRI
BISNIS
RUMAH TANGGA
SOSIAL
PPJU
Grafik 1.33. Perkembangan Keyakinan Konsumen dan Pedagang Eceran
PERSEN YOY
II
III
Sumber : PT. PLN Distribusi Jateng dan DIY, diolah
9
I
II
PEMERINTAH
PERTUMBUHAN TAHUNAN
Grafik 1.32. Perkembangan Kegiatan Dunia Usaha
0
I
2013
Sumber : PT. PLN Distribusi Jateng dan DIY, diolah
10
0
2014
II
III IV
2011
I
II
III IV
2012
I
II
III IV
2013
I
II
2014
-10
220
INDEKS
200 180 160
OPTIMIS
140 120 100 80
PESIMIS I
II
III
IV
I
2011
II
III
IV
I
II
2012 INDEKS RIIL PENJUALAN ECERAN
III 2013
IKK
IV
I
II 2014
ITK
Sumber : Bank Indonesia, diolah
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I
15
Grafik 1.34. Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara di Jawa Tengah
Grafik 1.35. Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar Hotel di Jawa Tengah
80
80
ORANG
70
70
60
60
50
50
40
40
30
30
20
20
10
10
0
PERSEN
0 I
II
III
IV
I
2012 JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA
II
III
IV
I
2013
II
I
II
2014
PERTUMBUHAN TAHUNAN - RHS
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
III
IV
2012 TOTAL
BINTANG 1
I
II
III 2013
BINTANG 2
BINTANG 3
IV
I
II 2014
BINTANG 4
BINTANG 5
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Sektor pengangkutan dan komunikasi sedikit
Meski melambat, sektor keuangan, persewaan dan jasa
melambat di triwulan laporan. Sektor ini tumbuh sebesar
perusahaan masih tumbuh cukup tinggi pada triwulan II
4,9% (yoy), setelah sebelumnya tumbuh 5,1% (yoy).
2014. Sektor ini tumbuh sebesar 9,4% (yoy) pada triwulan II
Perlambatan terjadi di subsektor pengangkutan sedangkan
2014 atau melambat dibanding triwulan sebelumnya yang
subsektor komunikasi tumbuh meningkat di triwulan I 2014.
tumbuh 11,2% (yoy). Perlambatan yang cukup besar terjadi
Membaiknya kinerja sektor utama seperti PHR dan Industri
pada subsektor bank, sementara subsektor lembaga
Pengolahan diindikasikan turut meningkatkan kinerja sektor
keuangan tanpa bank meningkat. Melambatnya kinerja
pengangkutan di triwulan laporan
perbankan tidak terlepas dari adanya perlambatan ekonomi. Sektor jasa-jasa tumbuh lebih tinggi di triwulan laporan. Sektor jasa-jasa tumbuh dari 5,1% (yoy) di triwulan I 2014 menjadi 5,6% (yoy) di triwulan laporan. Kenaikan terjadi baik di subsektor pemerintahan umum dan swasta.
16
BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
KINERJA EKSPOR MANUFAKTUR, PROSPEK DAN TANTANGANNYA
SUPLEMEN I
ASPEK PERMINTAAN
karta. Berdasarkan survei yang dilakukan, mayoritas
Sepanjang sepuluh tahun terakhir, negara tujuan ekspor
pelaku usaha menyatakan bahwa diperkirakan volume
Jawa Tengah tidak mengalami perubahan yang
ekspor triwulan II 2014 lebih tinggi dibanding triwulan II
signifikan. Negara tradisional seperti AS dan Eropa masih
2013. Meski demikian, perkiraan pertumbuhan tahunan
menjadi tujuan utama. Sedangkan komoditas yang
tersebut tidak sebesar periode sebelumnya. Hal ini
diekspor kebanyakan berupa TPT
dan produk kayu
diperlihatkan dari perkembangan ekspor pada triwulan II
olahan. Meski demikian, jika dilihat berdasarkan
2014, baik komoditas TPT dan produk kayu olahan
pembagian benua, pangsa terbesar nilai ekspor Jawa
pertumbuhan tahunan nya melambat. Dilihat dari
Tengah ke benua Amerika telah bergeser ke benua Asia.
negara tujuan nya, ekspor komoditas TPT dan kayu
Dilihat dari negara-nya, kenaikan yang cukup signifikan
olahan melambat utamanya ke negara di Asia.
terjadi di Jepang dan Tiongkok. Porsi nilai ekspor ke Tiongkok naik cukup besar dengan komoditas yang diekspor sebagian besar berupa produk kayu olahan, sementara komoditas utama ke Jepang berupa produk kayu olahan dan TPT. Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir juga terlihat adanya perkembangan ekspor ke beberapa negara non tradisional seperti ke Rusia dan Afrika. Pelaku usaha berupaya memperluas pasar dengan melakukan diversifikasi ke negara-negara non tradisional. Hal ini sejalan dengan hasil FGD dengan Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia, yang menyatakan sejak tahun 2013 mulai melakukan diversifikasi diantaranya ke negara di Afrika dan Amerika
ASPEK PRODUKSI Kapasitas produksi pada triwulan II 2014 berdasar liaison ke industri pengolahan rata-rata tercatat sebesar 87.53%, naik dibanding periode sebelumnya. Khusus untuk industri TPT, kapasitas ini cenderung mengalami peningkatan dalam tiga tahun terakhir. Hal ini ditandai dengan ekspansi kapasitas pabrik dan penambahan rekrutmen tenaga kerja baru. Sebaliknya, kapasitas produksi pada sektor mebel cenderung menurun, dikarenakan keterbatasan tenaga kerja ataupun teknologi mekanisasi.
Selatan. Pada triwulan II 2014, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V melakukan quick survey untuk melihat kinerja ekspor manufaktur di wilayah Jawa Tengah dan DI Yogya Grafik 1. Perkembangan Ekspor Triwulan II 2014 dibanding Triwulan II 2013 Berdasar Survei Pelaku Usaha TPT 100 90
100 90
25
80 70
50
80
10
50
50
70
60
60
50
17
50
5
40 30
Grafik 2. Perkembangan Ekspor Triwulan II 2014 dibanding Triwulan II 2013 Berdasar Survei Pelaku Usaha Produk Kayu Olahan
40
65 45
20
NAIK
30
TURUN
20
STABIL
10 0
67
NAIK
50
TURUN STABIL
10 0
VOLUME
MARGIN
VOLUME
MARGIN
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I
17
SUPLEMEN I Berdasarkan survei yang dilakukan pada pelaku usaha,
PROSPEK DAN RISIKO KEDEPAN
sebanyak 53% responden akan melakukan investasi Berdasarkan perkiraan World Bank dalam Global
untuk menambah kapasitas. Dimana 83% dari responden industri olahan kayu akan
Economic Prospects (GEP) volume perdagangan dunia
melakukan
dan pertumbuhan tahunan dunia pada tahun 2014
investasi berupa pembangunan pabrik dan showroom
mengalami peningkatan meski tidak setinggi yang
baru. Sementara hanya sebesar 40% dari responden
diperkirakan sebelumnya. Pada GEP bulan Juni, World
industri TPT yang akan melakukan investasi untuk
B a n k m e re v i s i k e b a w a h b e b e r a p a i n d i k a t o r
meningkatkan kapasitas. Rencana investasi dalam
pertumbuhan.
bentuk ekspansi kapasitas produksi melalui pengadaan mesin-mesin baru dan pembangunan pabrik baru. Di
Meski demikian, pelaku usaha terbilang masih optimis
samping itu, beberapa pelaku usaha melakukan
atas penjualan ekspor pada tahun 2014. Ekspor produk
diversifikasi usaha ke sektor lain seperti retail (toko
TPT tersebut umumnya masih mengandalkan pasar-
busana) dan PHR (hotel dan restoran). Untuk membiayai
pasar tradisionil, terutama AS, Eropa dan Jepang untuk
ekspansi tersebut, responden memperoleh pembiayaan
produk garment/apparel, serta Tiongkok, Bangladesh
dari berbagai sumber antara lain kredit perbankan, pasar
dan Turki untuk produk kain mentah (greige) maupun
modal (IPO dan obligasi), maupun menggunakan dana
benang. Hasil liaison ke beberapa pelaku usaha
internal.
menyatakan bahwa potensi pasar tradisional diperkirakan masih cukup besar. Di sisi lain, permintaan
Kendala yang dihadapi dalam kegiatan operasional dan
produk tekstil (benang) dari Tiongkok relatif stabil.
produksi pelaku usaha berasal dari infrastruktur dan
Pelaku usaha juga berupaya melakukan diversifikasi
regulasi. Kendala infrastruktur masih dirasakan oleh
pasar guna meningkatkan penjualannya.
pelaku usaha, diantaranya dari pelabuhan dan
Pengembangan pasar diantaranya dilakukan ke Amerika
konektivitas antarmoda. Pelabuhan Tanjung Mas
Selatan dan Afrika. Selain TPT, diversifikasi negara tujuan
dirasakan masih belum memadai karena tidak
ekspor juga dilakukan pelaku usaha kayu dan rotan
tersedianya direct vessel, operasional tidak berlangsung
olahan diantaranya ke negara Meksiko, Hongkong,
setiap hari, biaya dalam US$, sangat bergantung pada
Amerika Latin, dan Timur Tengah. Hal ini ditenggarai
kontainer luar negeri (sehingga sering mendapat harga
terkait dampak dari kebijakan penghentian ekspor
yang mahal), kondisi jalan penghubung pelabuhan yang
bahan baku rotan, sehingga pembeli mengalihkan
r u s a k , s e r t a b e l u m a d a n y a k e re t a a p i y a n g
pesanan dari Tiongkok dan Vietnam ke Indonesia.
menghubungkan dengan pelabuhan.
Tabel 2. Prakiraan World Bank dan Global Economic Prospects (dalam %) GEP Edisi Jan
LAPANGAN USAHA 2013
18
GEP Edisi Jun II*
III**
IV**
VOL. PERDAGANGAN DUNIA
3.10
4.60
5.10
5.10
2.60
4.10
5.20
5.40
NILAI EKSPOR MANUF
-1.40
1.60
1.10
1.40
-1.40
0.50
2.20
1.40
PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA
2.40
3.20
3.40
3.50
2.40
2.80
3.40
3.50
ZONA EROPA
-0.40
1.10
1.40
1.50
-0.40
1.10
1.80
1.90
JEPANG
1.70
1.40
1.20
1.30
1.50
1.30
1.30
1.50
AMERIKA SERIKAT
1.80
2.80
2.90
3.00
1.90
2.10
3.00
3.00
TIONGKOK
7.70
7.70
7.50
7.50
7.70
7.60
7.50
7.40
BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
2014
2015
2016
I*
SUPLEMEN I Faktor risiko yang harus dihadapi pelaku usaha saat ini
Perluasan pasar dilakukan melalui mengikuti pameran,
adalah kenaikan tarif tenaga listrik. Pada perusahaan TPT
serta membuka showroom di luar negeri. Untuk itu
yang besar kenaikan ini dilaporkan tidak signifikan
dukungan pemerintah dalam membuka pasar bagi
memengaruhi margin, karena pangsa biayanya yang
pelaku usaha ekspor amat diperlukan oleh pelaku usaha.
relatif kecil (sekitar 10%) dan dapat direspon dengan
Sementara guna melakukan efisiensi biaya, pelaku usaha
melakukan efisiensi terhadap proses produksi. Namun
industri mebel melakukan berbagai langkah seperti
pada beberapa perusahaan TPT yang relatif lebih kecil,
penyesuaian desain produk dengan mengurangi bahan
hal ini sangat berpengaruh. Risiko lain yang harus
baku antara lain melakukan kombinasi antara bahan
dihadapi adalah kenaikan permintaan luar negeri tidak
baku yang lebih mahal dengan yang lebih murah serta
setinggi perkiraan sebelumnya, mengingat World Bank
dengan menambahkan warna-warna cerah. Strategi ini
merevisi ke bawah perkiraan pertumbuhan ekonomi
terbilang berhasil mengurangi biaya bahan baku dan
dunia.
tenaga kerja secara signifikan hingga 20%, dengan memperoleh harga jual yang relatif sama, sehingga
Terkait dengan risiko tersebut, umumnya strategi yang
mendorong kenaikan margin.
diterapkan oleh pelaku usaha dalam meningkatkan penjualan adalah dengan melakukan efisiensi biaya dan perluasan pasar.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I
19
SUPLEMEN II
TANTANGAN PENINGKATAN KONEKTIVITAS DAERAH
MP3EI : PERKEMBANGAN DAN KENDALA YANG DIHADAPI F o k u s M a s t e r p l a n P e rc e p a t a n d a n P e r l u a s a n Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) di Jawa Tengah adalah peningkatan konektivitas daerah dan pemenuhan energi. Beberapa proyek yang ada Jalan Tol
Meski beberapa proyek telah terlaksana dengan baik, namun operasional dari proyek-proyek tersebut belum maksimal. Operasional dari double track KA belum optimal karena PT KAI masih kekurangan lokomotif sehingga jumlah perjalanan KA baik untuk barang maupun penumpang masih belum maksimal.
Semarang-Solo, Pengembangan Bandara Ahmad Yani,
SINKRONISASI KEBIJAKAN DAERAH DENGAN
Pengembangan Pelabuhan Tanjung Emas, Double Track
MP3EI
Jalur KA, dan Pembangunan PLTU dan Pipa Gas. Nilai investasi dari keseluruhan proyek MP3EI adalah Rp.2,299
Selain proyek MP3EI, Pemda juga melakukan berbagai
triliun untuk proyek Sektor Riil sejumlah 350 proyek dan
proyek untuk meningkatkan konektivitas daerah. Proyek
senilai Rp.2,489 triliun untuk proyek Infrastruktur
tersebut adalah jalan penghubung antara Pantura
dengan jumlah 1.048 proyek.
dengan Pantai Selatan (pansel) untuk mengembangkan ekonomi pantai selatan, track KA jalur selatan yang telah
Sampai saat ini, pelaksanaan MP3EI masih dapat berjalan
berjalan baik, serta pelaksanaan tahun infrastruktur
cukup baik. Beberapa proyek yang berjalan cukup baik
berupa pembangunan jembatan dan peningkatan jalan
diantaranya double track KA, pelabuhan Tanjung Emas
raya provinsi. Permasalahan yang dihadapi adalah
dan mulai berjalannya pengembangan Bandara A. Yani.
adanya pembagian klasifikasi jalan antara jalan provinsi,
Di sisi lain, terdapat beberapa proyek yang tidak berjalan
kabupaten, dan desa. Kondisi ini menyebabkan provinsi
sesuai rencana. MP3EI belum dapat mempercepat
tidak dapat meningkatkan jalan yang bukan
pembangunan dan perluasan ekonomi. Permasalahan
wewenangnya, sementara sebagian besar jalan menuju
utama yang dihadapi antara lain (i) pembebasan lahan,
kawasan wisata dan industri adalah jalan kabupaten.
(ii) permasalahan dan gejolak sosial terutama untuk pembangunan PLTU, serta (iii) pendanaan
20
Gambar 1. Infrastruktur Tanpa MP3EI
Gambar 2. Infrastruktur dengan MP3EI
Sumber : KP3EI Jateng
Sumber : KP3EI Jateng, diolah
BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
BAB
II
PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH Inflasi tahunan Jawa Tengah sedikit naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Inflasi tahun kalender periode laporan, lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
21
2.1 Inflasi Secara Umum Inflasi Jawa Tengah pada triwulan II 2014, masih
Secara bulanan, sesuai historisnya pola inflasi bulanan
tercatat lebih rendah dibanding capaian akhir tahun
di triwulan II naik. Setelah tren inflasi bulanan triwulan I
2013. Inflasi tahunan Jawa Tengah pada triwulan II 2014
menurun, inflasi meningkat di triwulan II (grafik 2.3.).
sebesar 7,26% (yoy), lebih rendah dibanding inflasi akhir
Peningkatan tersebut didorong oleh inflasi dari kelompok
tahun 7,98% (yoy). Namun, inflasi ini lebih tinggi dibanding
bahan makanan dengan pendorong subkelompok bumbu-
periode sebelumnya sebesar 7,08% (yoy), dan inflasi nasional
bumbuan dan subkelompok daging dan hasil-hasilnya. Selain itu juga didorong oleh kelompok perumahan, listrik, gas dan
triwulan II 2014 sebesar 6,70% (yoy) (Grafik 2.1).
bahan bakar. Inflasi triwulanan pada periode laporan lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Inflasi
Komoditas penyumbang inflasi terbesar berasal dari
triwulanan Jawa Tengah di triwulan II 2014 tercatat sebesar
kelompok bahan makanan. Komoditas penyumbang
0,68% (qtq) atau lebih tinggi dari triwulan II 2013 sebesar
inflasi terbesar dari kelompok bahan makanan adalah telur
0,35% (qtq) dan rata-rata inflasi triwulan II dalam lima tahun
ayam ras, daging ayam ras, bawang merah, dan bawang
terakhir sebesar 0,61%. Beberapa kelompok yang inflasi
putih. Kenaikan harga daging ayam ras terkait pembatasan
triwulanan nya tercatat lebih tinggi dibanding rata-rata lima
produksi bibit ayam (Grafik 2.4). Sementara komoditas
tahun terakhir diantara nya kelompok perumahan, air, listrik,
penyumbang inflasi terbesar lainnya berasal dari bahan bakar
gas dan bahan bakar dan kelompok transpor, komunikasi dan
rumah tangga dan kontrak rumah.
jasa keuangan (Grafik 2.2). Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan Jawa Tengah dan Nasional 10
Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi Jawa Tengah
PERSEN
Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan
9 8
7,32
7,08
Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga
7,26 6,27
7
Kesehatan
6 Sandang
5 4
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar
3 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
2 0,36
1
0,68
0,90
0,57
Bahan Makanan
0 I
-1
II
III
IV
I
II
2011
III
IV
I
2012
II
III
IV
I
2013
II
Umum
2014 -3
JATENG (QTQ)
JATENG (YOY)
NAS (QTQ)
NAS (YOY)
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah
-1
TW II 2013
0
1
2
3
4
TW II 2013
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah
Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Bulanan Jawa Tengah 2011-2014 4.00
-2
RATA-RATA TW II 2009-2013
PERSEN
Grafik 2.4. Event Analysis Inflasi Provinsi Jawa Tengah 9
PERSEN
KENAIKAN TTL TAHAP AKHIR 2013
KENAIKAN BBM
8
3.00
PEMBATASAN PRODUKSI BIBIT AYAM
KENAIKAN TTL u/P1, I3 R3, I4, B2, B3
7 6
2.00
CURAH HUJAN TINGGI
5
2,5 2,0
EKSPEKTASI MULAI NAIK
1,5 1,0 0,5 0
3
(0,5) (1,0)
2
0.00 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nov
1
2
3
4.9
5.5
6.2
RATA-RATA 2009-2013
2011
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
2012
2013
2014
MTM 1.1
0.8
0.9
4
5
6
5.8 5.1
5.4
(0,3) (0,2) 1,0
Des
7
8
9
10
11
12
1
2
3
8.2
8,3
7,7
7,8
8,1
7.9
7,9
7.5
7.0
3,4
1,1
(0,7) 0,2
0,3
0,3
1,0
0,3
2013 YOY
4,0 3,0
4
1.00
PERSEN
3,5
BENCANA BANJIR
5
6
7,1
7.4
7.2
0,2 -0,1
0,2
0,7
4
2014
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH - BAB II
23
Tabel 2.1. Tabel Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan di Jawa Tengah APRIL No. Komoditas
MEI
JUNI
No. Komoditas
Andil
Andil
No. Komoditas
Andil
1
Mobil
0,04
1
Daging ayam ras
0,07
1
Kontrak Rumah
0,21
2
Telur ayam ras
0,04
2
Telur ayam ras
0,06
2
Bawang Merah
0,09
3
Nangka Muda
0,02
3
Bahan Bakar Rumah Tangga
0,06
3
Daging ayam ras
0,08
4
Bahan Bakar Rumah Tangga
0,01
4
Bawang Merah
0,02
4
Telur ayam ras
0,07
5
Angkutan Udara
0,01
5
Lele
0,02
5
Bawang putih
0,04
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Berdasarkan disagregasi inflasi2, tekanan inflasi berasal
Kenaikan inflasi pada periode laporan utamanya
dari faktor non-fundamental. Tekanan inflasi dari faktor
didorong oleh kelompok bahan makanan. Kelompok
non-fundamental terutama dari komponen volatile foods
bahan makanan setelah pada triwulan sebelumnya turun
yang meningkat . Selain itu, inflasi inti juga meningkat meski
signifikan, pada periode laporan naik meski masih di bawah
dalam level moderat karena adanya kenaikan biaya tempat
level inflasi akhir tahun. Kelompok lain yang mendorong
tinggal. Sementara itu, kelompok administered prices mulai
inflasi periode laporan secara signifikan adalah kelompok
turun.
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (Tabel 2.2).
Inflasi di hampir semua kota Jawa Tengah yang disurvei
2.2.1. Kelompok Bahan Makanan
oleh BPS, turun dibanding periode sebelumnya. Kota-
Inflasi kelompok bahan naik didorong oleh subkelompok
kota yang mengalami penurunan inflasi adalah Purwokerto,
daging dan telur. Pada periode laporan, inflasi kelompok
Tegal, Cilacap, dan Kudus. Sementara kenaikan inflasi hanya
bahan makanan naik dari 7,17% (yoy) pada triwulan
terjadi di Semarang. Namun karena bobotnya yang besar,
sebelumnya menjadi 8,61% (yoy), namun masih lebih rendah
menarik inflasi Jawa Tengah ke atas sehingga inflasi Jawa
dibanding akhir tahun 2013 sebesar 12,54% (yoy).
Tengah naik dibanding periode sebelumnya. Sementara,
Sumbangan terbesar berasal dari subkelompok daging dan
inflasi Surakarta terpantau stabil.
hasil-hasil nya serta subkelompok telur susu dan hasilhasilnya. Inflasi kedua subkelompok ini naik dibanding
Disparitas inflasi kota-kota di Jawa Tengah masih cukup
periode sebelumnya (Tabel 2.3). Inflasi tahunan subkelompok
besar. Inflasi tahunan (yoy) terbesar terjadi di Kota Cilacap
ikan segar turun dibanding periode sebelumnya, namun
dan Kudus masing-masing sebesar 9,65% dan 9,54%,
masih tercatat lebih tinggi dibanding akhir tahun 2013.
sementara terendah di Kota Tegal sebesar 5,68%.
Sementara itu, subkelompok bumbu-bumbuan meski inflasi tahunan nya masih tercatat deflasi namun deflasi tidak sebesar periode sebelumnya. Di sisi lain, inflasi tertahan oleh
2.2 Inflasi Berdasarkan Kelompok
turunnya inflasi subkelompok padi-padian, umbi-umbian, dan hasil-hasilnya. Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok KOMODITAS
2012
2013
II
III
IV
I
II
UMUM
4.58
4.50
4.24
6.25
BAHAN MAKANAN
8.20
7.15
5.60
12.86
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU
5.02
5.92
5.84
PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR
3.00
2.96
SANDANG
3.41
KESEHATAN
2014
III
IV
I
5.44
7,72
7,99
7,08
7,26
9.78
12,80
12,54
7,17
8,61
6.54
5.43
6,90
7,60
8,04
7,79
3.09
3.90
3.27
4,64
5,20
6,14
7,13
2.46
3.04
2.56
0.89
1,61
-0,01
2,75
4,16
1.95
2.00
2.11
2.44
2.15
2,33
2,48
2,94
3,52
PENDIDIKAN, REKREASI & OLAHRAGA
4.47
3.82
3.56
3.69
3.67
1,84
2,52
2,95
2,91
TRANSPORTASI, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN
2.04
2.65
3.06
2.22
5.35
12,70
13,27
13,04
10,07
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah 2.
24
BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH
Disagregasi inflasi terdiri atas administered prices, volatile foods, dan core inflation. Administered prices merupakan komponen barang yang harganya diatur atau ditetapkan oleh Pemerintah. Komponen volatile foods merupakan kelompok barang-barang yang harganya cenderung bergejolak. Komponen volatile foods didominasi oleh komoditas pangan. Core inflation (inflasi inti) merupakan komponen barang yang harganya cenderung dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Secara teoretis, kebijakan moneter ditujukan untuk mengendalikan inflasi inti.
Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Tahunan dan Triwulanan Tw II Kelompok Bahan Makanan 2012
KOMODITAS BAHAN MAKANAN
2013
III
IV
7,15
5,60
12,86
I
2014 III
IV
I
yoy
qtq
9,78
12,80
12,54
7,17
8.61
-1.04
II
PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN & HASILNYA
5.00
3.50
2.46
4.47
5.95
5.25
10.69
7.81
7.81
DAGING DAN HASIL-HASILNYA
8.70
7.12
11.54
10.25
19.31
11.22
8.81
14.62
14.62 15.48
IKAN SEGAR
6.73
9.90
9.15
10.11
12.43
12.78
17.12
15.48
IKAN DIAWETKAN
7.47
8.92
6.00
5.72
5.17
5.66
7.91
6.44
6.44
TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA
3.44
5.07
2.60
8.26
7.58
5.08
7.22
10.06
10.06
SAYUR-SAYURAN
10.93
4.57
7.20
17.50
17.04
26.38
25.17
12.40
12.40
KACANG - KACANGAN
17.39
17.43
14.51
13.12
10.59
11.63
14.42
15.41
15.41
7.29
11.51
16.79
12.01
10.32
11.79
8.55
11.01
11.01
11.60
2.28
103.12
26.63
44.71
31.37
-25.87
-17.07
-17.07
BUAH - BUAHAN BUMBU - BUMBUAN LEMAK DAN MINYAK
3.45
-3.94
-9.83
-0.67
6.45
26.90
25.10
21.73
21.73
BAHAN MAKANAN LAINNYA
1.23
-0.12
2.28
3.31
3.33
5.63
5.43
5.34
5.34
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Subkelompok daging dan hasil-hasilnya serta
Deflasi masih terjadi pada subkelompok bumbu-bumbuan
subkelompok telur, susu, dan hasil-hasilnya naik cukup
akibat deflasi yang cukup dalam pada komoditas cabe merah
tajam. Subkelompok daging dan hasil-hasilnya naik dari
dan cabe rawit. Melimpahnya hasil panen cabe, menyebakan
8,81% (yoy) menjadi 14,62% (yoy) sementara subkelompok
penurunan harga. Di sisi lain, inflasi bulanan komoditas
telur susu dan hasil-hasilnya naik dari 7,22% (yoy) menjadi
bawang merah pada bulan Mei dan Juni naik, dengan
10,06% (yoy). Komoditas utama penyumbang inflasi kedua
kenaikan tertinggi pada Juni. Inflasi bulanan bawang merah
subkelompok ini berasal dari kenaikan inflasi daging ayam ras
pada bulan Mei dan Juni masing-masing sebesar 4,57%
dan telur ayam ras. Sejak bulan April telur ayam ras
(mtm) dan 22,83% (mtm). Kenaikan ini terkait belum
merupakan salah satu penyumbang inflasi bulanan terbesar,
masuknya masa panen bawang merah di Brebes.
sementara daging ayam ras menjadi komoditas penyumbang inflasi terbesar sejak bulan Mei. Kenaikan harga daging ayam ras dan telur ayam ras disebabkan oleh kenaikan harga DOC, kondisi cuaca yang tidak menentu, dan respon terhadap kebijakan Pemerintah3 terkait pembatasan produksi yang diatur secara periodik.
Inflasi kelompok padi-padian, umbi-umbian turun, menahan laju kenaikan inflasi. Inflasi tahunan kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasil-hasilnya turun dari 10,69% (yoy) di triwulan I 2014 menjadi 7,81% (yoy). Inflasi tertahan akibat komoditas beras yang tercatat deflasi dua bulan berturut-turut, April deflasi sebesar 2,17% (mtm) dan
Subkelompok ikan segar masih memliki sumbangan
Mei sebesar -0,42% (mtm). Di bulan Juni hanya inflasi tipis
yang besar pada inflasi tahunan. Inflasi tahunan pada
sebesar 0,09% (mtm). Inflasi beras tercatat turun, terkait
subkelompok ini turun dari 17,12% (yoy) menjadi 15,48%
dengan panen padi di beberapa kabupaten/kota di Jawa
(yoy). Meski turun inflasi tahunan periode laporan masih lebih
Tengah. Selain itu, transportasi sudah pulih pasca banjir di
tinggi dibanding inflasi akhir tahun 12,78% (yoy). Sejalan
triwulan I 2014. Terjaganya harga beras juga didukung oleh
dengan ini, inflasi triwulanan periode laporan yang sebesar
persediaan beras Bulog sepanjang triwulan II 2014 rata-rata
1,80% (qtq) lebih tinggi dibanding inflasi periode yang sama
7-8 bulan.
tahun sebelumnya 1,19% (qtq). Beberapa komoditas ikan segar yang masih mencatatkan inflasi bulanan yang besar diantaranya ikan gabus, gurame, dan kembung. Subkelompok bumbu-bumbuan masih tercatat deflasi. Pada triwulan II 2014 inflasi subkelompok bumbu-bumbuan tercatat mengalami deflasi sebesar 17,07%, setelah sebelumnya mengalami deflasi lebih dalam 25,87% (yoy) di triwulan sebelumnya.
3.
Surat Mendag No.644/M-DAG/SD/4/2014 tanggal 15 April kepada ketua dan anggota Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU Indonesia) dan para pengusaha pembibitan unggas, untuk menjaga pendapatan yang wajar dari peternak unggas, untuk tetap menjaga ketersediaan pasokan dan agar tidak terjadi lonjakan harga eceran di tingkat konsumen pada saat HBKN (Hari Besar Keagamaan Nasional).
PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH - BAB II
25
2.2.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman,Rokok dan
2.2.4. Kelompok Lainnya
Tembakau
Meneruskan tren naik pada periode sebelumnya,
Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan
kelompok sandang pada triwulan laporan masih naik. Inflasi
tembakau turun, dari 8,04% (yoy) di triwulan I 2014
meningkat dari 2,75% (yoy) di triwulan I menjadi 4,16%
menjadi 7,79% (yoy). Inflasi bulanan sepanjang triwulan II
(yoy). Semua subkelompok naik cukup besar. Kenaikan
2014 juga tercatat lebih rendah dibanding periode yang sama
terbesar pada subkelompok barang pribadi dan sandang
tahun sebelumnya. Turunnya inflasi di kelompok ini terutama
lainnya yaitu dari -0,11% (yoy) menjadi 4,20% (yoy).
terjadi di subkelompok makanan jadi, sementara subkelompok lainnya naik. Kenaikan inflasi bahan makanan belum ditransmisikan ke subkelompok makanan jadi.
Kelompok kesehatan naik, dari 2,94% (yoy) menjadi 3,52% (yoy). Semua subkelompok naik dengan pendorong terbesar inflasi kelompok ini adalah jasa kesehatan serta
2.2.3. Kelompok Perumahan,Air,Listrik,Gas dan Bahan
perawatan jasmani dan kosmetika.
Bakar Inflasi kelompok ini naik dibandingkan dengan
2.3 Disagregasi Inflasi
triwulan sebelumnya, dari 6,14% (yoy) menjadi 7,13%
Faktor non-fundamental menjadi pendorong kenaikan
(yoy). Semua subkelompok terpantau naik dibanding periode
inflasi di triwulan laporan, terutama dari volatile foods.
s e b e l u m n y a . K e n a i k a n u t a m a n y a d i d o ro n g o l e h
Faktor pendorong inflasi volatile foods pada periode laporan
subkelompok biaya tempat tinggal dari 6,07% (yoy) menjadi
berasal dari sisi permintaan yang naik dan berkurangnya
7,36% (yoy). Komoditas kontrak rumah menjadi komoditas
penawaran. Kelompok inti tercatat naik terbatas. Sementara
penyumbang inflasi terbesar di bulan Mei. Selain itu
kelompok administered prices turun (Grafik 2.5).
subkelompok bahan bakar, penerangan dan air juga naik dari 8,29% (yoy) menjadi 8,63% (yoy). Komoditas yang
2.3.1. Kelompok Volatile foods
mendorong inflasi naik adalah tarip listrik dan bahan bakar
Inflasi volatile foods naik dibandingkan periode sebelumnya,
rumah tangga. Tarip listrik naik bertahap untuk masing-
namun masih lebih rendah dibandingkan dengan inflasi akhir
masing kategori, untuk golongan P1, I3, I4, B2, B3, dan R3
tahun. Inflasi volatile foods naik dari 7,29% (yoy) di triwulan I
dimulai bulan Mei dan akan bertahap naik. Sementara
2014 menjadi 8,81% (yoy) di triwulan II, namun masih lebih
kenaikan bahan bakar rumah tangga didorong oleh kenaikan
rendah dibanding akhir tahun 14,01% (yoy). Sejalan dengan
elpiji.
ini, inflasi triwulanan periode laporan sebesar 0,30% (qtq) lebih tinggi dari triwulan II 2013 sebesar -1,10% (qtq). Namun dibandingkan historisnya masih tercatat lebih rendah (Grafik 2.8).
Grafik 2.5. Disagregasi Inflasi Tahunan 0,16
Grafik 2.6. Disagregasi Inflasi Bulanan
PERSEN YOY
8.0
0,14
6.0
0,12
4.0
0,10
2.0
0,08
0.0
0,06
-2.0
0,04
-4.0
0,02
(0,02)
PERSEN MTM
1
12
0
I
II
III
IV
2011 CORE
I
II
III
IV
I
2012 VF
ADM PRICE
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
26
BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH
II
III 2013
IV
I
II
2
3
4
5
6
7
8
9
2013
2012
(0,04)
2014 CORE
VF
ADM PRICE
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
10
11
12
1
2
3 2014
4
5
6
Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Bulanan Kelompok Volatile Foods 2012-2014 8
Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok Volatile Foods Triwulan II
MTM PERSEN
6
1.67 4
0.55
2
0.30
0 Jan
Feb
2
Mar
Apr
Mei
RATA-RATA 2009-2013
Jun
2012
Jul
Agt
Sep
2013
Okt
Nov
Des
RATA-RATA 2009 - 2013
2014
2012
2013
2014
-1.10
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
4
Inflasi subkelompok daging dan telur naik memberikan
Subkelompok padi-padian menahan laju inflasi kelompok
dorongan pada inflasi kelompok volatile foods.
volatile foods. Beberapa subkelompok yang tercatat inflasi
Perkembangan inflasi tahunan pada subkelompok ini
nya turun adalah subkelompok padi-padian, umbi-umbian,
beragam, sebagian mencatatkan inflasi naik sebagian turun.
dan hasilnya, subkelompok ikan segar, subkelompok sayur-
Subkelompok daging dan hasilnya, subkelompok telur, susu,
sayuran serta subkelompok lemak dan minyak.
dan hasilnya, subkelompok kacang-kacangan, serta subkelompok buah-buahan inflasi nya naik. Sementara subkelompok bumbuan masih tercatat deflasi namun dengan level yang lebih rendah dibanding periode sebelumnya.
2.3.2. Kelompok Administered Prices Inflasi kelompok administered prices, tercatat turun cukup dalam. Setelah naik pada triwulan sebelumnya, inflasi kelompok ini pada triwulan II 2014 turun tajam dari 12,56%
Berkurangnya pasokan pada beberapa komoditas
(yoy) di triwulan I menjadi 5,89% (yoy). Inflasi triwulanan
pangan mendorong inflasi kelompok volatile foods.
pada periode laporan sebesar 1,35% (qtq), jauh lebih rendah
Pembatasan produksi bibit ayam, berdampak pada
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya 3,64%
penurunan produksi ayam. Telur ayam ras dan daging ayam
(qtq).
ras sepanjang periode laporan masuk dalam lima komoditas penyumbang inflasi terbesar. Sementara itu, dari subkelompok bumbu-bumbuan, komoditas bawang merah dan bawang putih memberikan tekanan pada inflasi di akhir periode laporan. Kenaikan harga bawang merah terkait belum masuknya masa panen bawang merah di Brebes.
Inflasi subkelompok transpor kembali ke pola normalnya. Pasca penerapan surcharge tarif pesawat udara di triwulan I 2014, inflasi subkelompok transpor turun. Sementara itu subkelompok bahan bakar dan penerangan dan air serta subkelompok tembakau dan minuman beralkohol, cenderung mengalami perubahan yang tidak signifikan.
Grafik 2.9. Perkembangan Subkelompok Inflasi Tahunan Kelompok Volatile Foods 25
Grafik 2.10. Lanjutan Perkembangan Subkelompok Inflasi Tahunan Kelompok Volatile Foods 30
YOY PERSEN
YOY PERSEN
25
20
20
15
15 10 10 5 0
5 I
II
III
IV
I
2012
II
III 2013
IV
I
II 2014
PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA
TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA
DAGING DAN HASIL-HASILNYA
IKAN SEGAR
0 -5 -10
I
II
III
IV
I
II
2012
III 2013
SAYUR-SAYURAN
BUAH-BUAHAN
KACANG-KACANGAN
LEMAK DAN MINYAK
IV
I
II 2014
BUMBU-BUMBUAN-RHS
-15 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH - BAB II
27
Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok Adminitered Prices Triwulan II
Grafik 2.12. Perkembangan Subkelompok Inflasi Tahunan Kelompok Adminitered Prices 25
3.64
YOY PERSEN
20 15 10
1.35
1.24
5
0.64
0
I
II
III
IV
I
II
2012 RATA-RATA 2009 - 2013
2012
2013
2014
III
IV
I
2013
TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL
II 2014
TRANSPORT
BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
2.3.3. Kelompok Inti Inflasi kelompok inti naik terbatas. Pada triwulan II
Ekspektasi inflasi relatif masih dapat terjaga dan
2014, inflasi kelompok inti meningkat dari 4,76% (yoy)
mampu meredam lonjakan inflasi inti. Hasil survei
di triwulan sebelumnya menjadi 5,25% (yoy) pada
menunjukkan indeks ekspektasi harga konsumen naik
periode laporan. Meski demikian, inflasi inti masih
terbatas untuk 3 bulan, 6 bulan, dan 1 tahun yang akan
cukup terkendali. Hal ini memperlihatkan tekanan
datang (Grafik 2.15). Sementara itu dari sisi pedagang,
inflasi yang bersifat fundamental masih terkendali.
terlihat bahwa ekspektasi harga yang akan datang pada periode laporan menurun dibandingkan dengan
Masih kuatnya permintaan agregat dapat
periode sebelumnya (Grafik 2.16).
direspons dengan baik oleh para pelaku usaha. Tekanan dari output gap relatif minimal cenderung
Tekanan inflasi dari faktor eksternal masih
turun (Grafik 2.14). Permintaan masih kuat sejalan
minimal. Tekanan imported inflation masih minimal
dengan konsumsi rumah tangga pada periode laporan
sejalan masih berlanjutnya tren menurun harga
yang naik. Masih kuatnya permintaan secara umum
komoditas internasional (Grafik 2.18). Nilai tukar
masih dapat direspon dari sisi penawaran sejalan
Rupiah terhadap Dollar AS (kurs tengah Bank
dengan naiknya kinerja industri pada periode laporan.
Indonesia) menguat. Rata-rata nilai tukar Rupiah pada
Distribusi barang pasca bencana banjir pada triwulan I
triwulan II 2014 sebesar Rp11.684,07, sementara
2014, cukup lancar terlihat dari stabilnya data arus
triwulan sebelumnya Rp11.906,48.
barang yang tercatat di Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Tengah. Grafik 2.13. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok Inti Triwulan II
Grafik 2.14. Perkembangan Output Gap dan Pertumbuhan Ekonomi Tahunan 6.8
1.11
YOY PERSEN
PERSEN
6.6
0.85
6.4 6.2 6
0.54
5.8
0.39
5.6 5.4 5.2 5
RATA-RATA 2009 - 2013
2012
2013
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah
28
BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH
2014
I
II
III
IV
2012
I
II
III 2013
PDRB YOY
OUTPUT GAP - RHS
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah dan Bank Indonesia, diolah
IV
I
II 2014
2 1.5 1 0.5 0 -0.5 -1 -1.0 -1.5 -2 -2.5 -3
Grafik 2.15. Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap Kenaikan Harga 190
Grafik 2.16. Indeks Ekspektasi Pedagang Eceran 190
INDEKS
180
180
170
170
160
160
150
150
140
140
130
130
120
120
110
110
100
INDEKS
100 1
2
3
4
5
6
7
8
9
11
10
12
2
1
2013
3
4
5
1
6
4
3
6
5
EKSPEKTASI HARGA 3 BULAN YAD
EKSPEKTASI HARGA 6 BULAN YAD
7
8
9
10
11
12
1
2
3
2013
5
4
6
2014 3 BULAN YAD
EKSPEKTASI HARGA 12 BULAN YAD
Sumber : Bank Indonesia
6 BULAN YAD
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 2.17. Perkembangan Inflasi Tahunan Kelompok Inti Traded 5
2
2014
YOY
Grafik 2.18. Perkembangan Harga Komoditas Internasional 70
YOY PERSEN
60 4
50 40
3
30 20
2
10 1
0 I
-10 0
II
III
IV
I
2010
II
III
IV
I
2011
II
III
IV
I
2012
II
III 2013
IV
I
II 2014
-20
2012
-1
2013
-30
2014
-40 QTQ
MINYAK KELAPA SAWIT
YOY
BERAS
EMAS
-2 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Sumber : Bloomberg
2.4. Inflasi Kota – Kota di Provinsi Jawa Tengah Tren penurunan inflasi terjadi di sebagian besar kota
Disparitas inflasi antar kota/kabupaten di Jawa Tengah
yang disurvei oleh BPS di Jawa Tengah. Hanya Kota
masih tinggi. Inflasi tertinggi terjadi di Cilacap diikuti Kudus
Semarang yang tercatat mengalami kenaikan inflasi dari
masing-masing sebesar 9,65% (yoy) dan 9,54% (yoy).
6,43% (yoy) menjadi 7,13% (yoy). Kota Surakarta cenderung
Sementara inflasi terendah terjadi di Tegal sebesar 5,68%
stabil, inflasi di triwulan I tercatat sebesar 6,61% (yoy)
(yoy).
sementara triwulan II 6,63% (yoy). Kota lain mengalami penurunan, dengan penurunan terbesar terjadi di Kudus, yaitu dari 10,50% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi
Berdasarkan kelompok barang dan jasa, sumbangan inflasi terbesar di seluruh kota berasal dari kelompok bahan makanan. Kelompok bahan makanan pada sebagian
9,54% (yoy) pada triwulan II 2014 (Grafik 2.20).
besar kota naik signifikan. Grafik 2.19. Inflasi Tahunan Triwulan II 2014
Grafik 2.20. Perkembangan Inflasi Tahunan Kelompok Inti Traded 11
12
PERSEN YOY
PERSEN YOY
10 9
10 8
9.5
7.26
6
9.7
6.6
7 6
6.70 6.4
8
5
7.1
4
4
5.7
3
2
2 0 PURWOKERTO
SURAKARTA
SEMARANG
TEGAL
KUDUS
CILACAP
1
2012 PURWOKERTO
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
2013 SURAKARTA
SEMARANG
TEGAL
2014 KUDUS
CILACAP
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH - BAB II
29
Kenaikan terjadi di Kudus, Solo, Semarang. Inflasi kelompok
Pada sebagian besar kota, kelompok perumahan, air, listrik,
bahan makanan di Kudus naik dari 14,98% (yoy) pada
gas dan bahan bakar juga memberikan dorongan inflasi.,
triwulan I 2014 menjadi 17,35% (yoy), di Surakarta dari
kelompok ini juga mengalami peningkatan. Komoditas yang
7,73% (yoy) menjadi 9,65% (yoy), Semarang dari 5,42%
memberikan sumbangan diantaranya kontrak rumah dan
(yoy) menjadi 7,74% (yoy). Komoditas yang memberi tekanan
bahan bakar rumah tangga.
pada inflasi
kelompok bahan makanan diantaranya telur
ayam ras, daging ayam ras, bawang merah, dan bawang putih.
30
BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH
PERKEMBANGAN KOMODITAS BAWANG MERAH
SUPLEMEN III
Produksi bawang merah pada bulan Juni-Juli 2014
Impor bawang merah tetap berlangsung pada tahun ini
diperkirakan akan mengalami peningkatan yang
sesuai siklusnya, dengan jumlah yang cenderung
signifikan dibandingkan dengan bulan-bulan
menurun mendekati masa panen bawang merah lokal.
sebelumnya karena memasuki masa panen yang akan
Berdasarkan Perda Pemerintah Kab. Brebes, bawang
mencapai puncaknya pada bulan Agustus 2014. Dari
merah impor tidak diperkenakan untuk beredar atau
data yang dirilis oleh Dinas Pertanian, Tanaman Pangan
masuk ke wilayah Brebes sehingga menurut sejumlah
dan Hortikultura Kab. Brebes, produksi bawang merah
pedagang besar di Brebes mereka biasanya langsung
pada bulan Mei 2014 tercatat sebesar 32.657 ton jauh
mendistribusikan bawang merah impor kepada pembeli
meningkat dari produksi bulan sebelumnya yang tercatat
langsung dari tempat masuknya bawang merah impor
sebesar 8.605 ton dan akan terus meningkat seiring
yaitu dari Surabaya dan Medan.
mulai memasuki masa panen. Berdasarkan informasi Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI), secara umum produksi dan panen berlangsung masih sesuai dengan siklus yang ada.Namun berdasarkan hasil panen yang sudah terjadi, pada sebagian daerah produktivitas bawang merah mengalami penurunan pada tahun ini yang disebabkan oleh cuaca yang relatif kurang stabil yaitu terjadinya hujan dengan intensitas yang tinggi ditengah musim kemarau yang mengganggu perkembangan tanaman bawang merah khususnya yang sedang tumbuh.
Struktur pasar bawang merah nasional secara umum cenderung bersifat oligopoli dengan sebagian besar pangsa pasar dikuasai oleh sejumlah pedagang besar yang berasal dari Brebes. Menurut ABMI dan beberapa pedagang, 80% perdagangan bawang merah nasional dikuasai oleh sejumlah pedagang besar di Brebes. Namun demikian para pedagang tersebut tidak dapat serta merta menentukan harga secara mutlak karena harga juga sangat dipengaruhi oleh pasokan baik lokal maupun impor. Pada saat impor dibatasi dan produksi lokal sedang turun/rendah maka harga ditentukan oleh
Kenaikan harga bawang merah yang terjadi dalam
mekanisme pasar yaitu kenaikan harga akibat
beberapa bulan terakhir terjadi karena produksi di sentra
permintaan yang melebihi supply. Pedagang besar
produksi Brebes masih terbatas paska panen bulan
sendiri secara umum dapat memengaruhi harga
Januari 2014. Keterbatasan produksi terjadi akibat siklus
terutama pada saat produksi melimpah dengan
tanam pada bulan Januari-April di wilayah Brebes
menunda pembelian dari petani sehingga harga bawang
sebagian besar ditanami padi. Penanaman bawang
akan turun drastis dan petani mengalami kerugian atau
merah dilakukan paska panen padi yaitu pada bulan
margin keuntungan yang tipis karena sifat bawang
April-Mei dan berlanjut semakin besar pada bulan Juni
merah yang perishable.
sehingga diperkirakan akan mulai panen pada bulan Juni-Juli dan Agustus yang menjadi puncak panen. Kondisi keterbatasan pasokan tersebut menyebabkan adanya kenaikan harga.
PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH - BAB II
31
SUPLEMEN III Untuk menjaga kestabilan harga bawang merah,
Sehingga untuk mengatasi kendala tersebut perlu
Kemendag (Bapepti) bersama Pemkab Brebes, BI dan
dukungan dari berbagai pihak, yaitu (i) dukungan
ABMI akan membentuk Pasar Lelang Bawang merah di
Kemendag untuk mencarikan pasar/pembeli, (ii)
Brebes dengan merevitalisasi Pasar Bawang Merah yang
penyediaan gudang/cold storage untuk menyimpan hasil
sudah ada. Namun demikian, untuk mewujudkan hal
panen saat panen raya sehingga harga tidak jatuh terlalu
tersebut masih terdapat beberapa kendala yang harus
dalam, (iii) dukungan Perbankan untuk memberikan
diselesaikan yaitu (i) mengubah kebiasaan petani untuk
pinjaman dana talang, serta (iv) menetapkan komoditas
menjual langsung ke pasar lelang, (ii) resistensi dari
bawang merah sebagai salah satu komoditas yang
pedagang pengepul, serta (iii) dana talangan yang besar
termasuk dalam daftar komoditas sistem resi gudang.
untuk membeli bawang merah terkait kebiasaan petani pembayaran dengan tunai.
32
BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH
BAB
III
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Industri perbankan di Jawa Tengah pada triwulan II 2014 masih tumbuh dengan baik. Indikator utama perbankan yaitu aset, dan Dana Pihak Ketiga (DPK) menunjukkan pertumbuhan yang meningkat sementara kredit mengalami perlambatan. Perbankan syariah mengalami perlambatan aset demikian pula dengan pembiayaan yang disalurkan.Namun DPK perbankan syariah mengalami peningkatan. Kegiatan sistem pembayaran mampu memberikan dukungan pada kelancaran transaksi ekonomi di Jawa Tengah.
33
3.1. Kondisi Umum Perbankan9 Jawa Tengah Industri perbankan di Jawa Tengah pada triwulan II
Kredit melambat pada periode laporan. Kredit bank
2014 masih tumbuh cukup baik (Grafik 3.2), terkonfirmasi
umum melambat dari 16,45% (yoy) menjadi 15,96% (yoy).
dari beberapa indikator utama kinerja perbankan di Jawa Tengah. Secara tahunan pada triwulan ini total aset dan Dana
3.2. Perkembangan Bank Umum
Pihak Ketiga (DPK) tumbuh meningkat dibanding triwulan I 2014. Sementara itu kredit mengalami perlambatan
3.2.1 Perkembangan Jaringan Kantor Bank
dibandingkan triwulan lalu. Seiring dengan pertumbuhan
Perkembangan jaringan kantor bank umum di Jawa
kredit yang lebih rendah dibandingkan DPK maka
Tengah menurun dibanding triwulan sebelumnya (Tabel
menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) turut menurun
3.1). Pada triwulan laporan jumlah kantor bank umum di
pada triwulan laporan. Sementara itu, kualitas kredit yang
Jawa Tengah berjumlah 3.529 unit menurun dari triwulan I
disalurkan masih dapat dijaga dengan baik sehingga Non
2014 yang sebanyak 3.759 unit. Penurunan utamanya terjadi
Performing Loan (NPL) jauh di bawah level indikatif, yaitu
pada kantor cabang pembantu pada kelompok bank
pada level 2,19%. Kinerja perbankan yang masih cukup baik
pemerintah dan bank swasta. Kantor cabang pembantu
tersebut memberikan nilai tambah pada pertumbuhan
kelompok bank pemerintah menurun
ekonomi sektor keuangan, yang pada triwulan II 2014
menjadi 1.759 unit, sedangkan kantor cabang pembantu
dari 1.872 unit
mampu tumbuh 9,44% (yoy).
kelompok bank swasta menurun dari 868 unit menjadi 865 unit. Peningkatan jumlah jaringan kantor hanya dijumpai
Aset tumbuh meningkat, dari 14,89% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 17,81% (yoy) pada triwulan ini. Total aset bank umum tercatat sebesar Rp242,44 miliar.
pada kelompok bank pemerintah daerah dari 287 unit menjadi 294 unit. Penambahan terjadi dalam bentuk 1 unit kantor cabang, 1 unit kantor cabang pembantu, dan 5 unit
Penghimpunan DPK bank umum meningkat dari 15,29% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 17,37% (yoy) pada triwulan laporan. Dilihat dari jenis simpanannya, utamanya berasal dari giro yang mengalami lonjakan sementara deposito dan tabungan menunjukkan pertumbuhan yang
kantor kas. Sementara itu, kelompok bank asing dan campuran juga mengalami sedikit penurunan jumlah jaringan kantor dari triwulan I 2014 sebanyak 22 unit menjadi 18 unit. Penurunan itu utamanya dalam bentuk kantor cabang dari 15 unit menjadi 11 unit pada triwulan laporan.
melambat. Meski melambat, pertumbuhan simpanan dalam bentuk deposito masih relatif tinggi.
Grafik 3.1.
300
Perkembangan Indikator Perbankan di Provinsi Jawa Tengah
Grafik 3.2. Pertumbuhan Tahunan Indikator Perbankan di Provinsi Jawa Tengah 28
TRILIUN RP
PERSEN YOY
PERSEN
21
106
200
105 14
150
105 104
100 7
104
50 0
107 106
250
103 0 I
II
III 2013
ASSET
DPK
Sumber : Bank Indonesia
KREDIT
IV
I
II
103 I
II
2014
III
IV
2013 PERTUMBUHAN ASET
PERTUMBUHAN KREDIT
I
II 2014
PERTUMBUHAN DPK
LDR - RHS
Sumber : Bank Indonesia
9. Indikator perbankan berdasar lokasi bank
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III
35
Tabel 3.1. Jumlah Kantor Bank Umum Menurut Status Kepemilikan di Jawa Tengah 2012
KETERANGAN
2013
2014
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
Jumlah Bank Umum
51
51
51
51
51
51
51
51
51
jumlah Bank (Kantor Pusat)
2
2
2
2
2
2
2
2
2
Jumlah Kantor Bank Umum
3,381
3,500
3,615
3,628
3,676
3,632
Bank Pemerintah
II
Bank Conventional
3,675
3,754 2,258
3,759 2,258
51 2
3,529 2,048
2,149
2,159
2,174
2,184
2,201
2,156
2,185
Kantor Pusat
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Kantor Cabang
79
79
79
79
80
80
80
80
80
80
1,853
1,857
1,875
1,881
1,897
1,855
1,855
1,872
1,872
1,759
Kantor Kas
217
223
220
224
224
221
250
306
306
210
Bank Pemerintah Daerah
248
250
252
256
273
276
278
282
287
294
Kantor Pusat
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Kantor Cabang
40
40
41
41
41
41
42
42
42
43 107
Kantor Cabang Pembantu 1)
Kantor Cabang Pembantu
93
93
93
95
103
104
105
106
106
Kantor Kas
114
116
117
119
128
130
130
133
138
143
Bank Swasta Nasional
964
1,070
1,168
1,167
1,181
1,179
1,192
1,192
1,192
1,168
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
166
168
171
171
180
181
184
185
185
196
Kantor Pusat Kantor Cabang Kantor Cabang Pembantu
682
774
855
850
864
865
872
868
868
868
Kantor Kas
115
127
141
145
136
132
135
138
138
106
Bank Asing dan Bank Campuran
20
21
21
21
21
21
21
22
22
18
Kantor Pusat
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
16
16
16
16
16
16
15
15
15
11
Kantor Cabang Pembantu
4
4
4
4
4
4
4
6
6
6
Kantor Kas
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Kantor Cabang
Sumber : Bank Indonnesia
3.2.2 Perkembangan Penghimpunan DPK
Kondisi yang sama terjadi pada nasabah badan-badan dan
Pertumbuhan DPK meningkat sejalan dengan
lembaga pemerintah menjadi sebesar 20,94% (yoy) dari
peningkatan suku bunga simpanan. Komponen suku
sebelumnya tumbuh negatif sebesar 0,54% (yoy). Sementara
bunga simpanan mengalami peningkatan terkecuali
itu, dilihat dari penggunaannya, kenaikan yang tajam terjadi
tabungan, sementara kenaikan DPK terjadi hanya pada
pada giro yang mengalami pertumbuhan dari 0,45% (yoy)
bentuk deposito. Dilihat dari golongan nasabahnya, terjadi
menjadi 21,59% (yoy). Deposito dan tabungan mengalami
penurunan cukup tajam pada kelompok BUMN atau
perlambatan masing-masing dari 28,95% (yoy) menjadi
pemerintah campuran, yang secara tahunan mengalami
24,96% (yoy) dan 12,04% (yoy) menjadi 11,27% (yoy).
pertumbuhan negatif pada triwulan laporan yaitu sebesar 42,61% (yoy). Penguatan pertumbuhan terjadi pada
Berdasarkan pangsa masing-masing komponen DPK,
kelompok pemerintah berupa pertumbuhan nasabah
simpanan dalam bentuk tabungan tetap tercatat memiliki
pemerintah daerah sebesar menjadi 17,63% (yoy) dari
pangsa terbesar yaitu sebesar 49%. Sementara itu, simpanan
sebelumnya tumbuh negatif 1,62% (yoy).
deposito dan giro masing-masing memiliki pangsa sebesar 34% dan 17% (Grafik 3.4). Tidak terjadi shifting di sepanjang lima tahun terakhir mengenai proporsi bentuk simpanan ini. Grafik 3.4 Komposisi DPK Perbankan Umum di Provinsi Jawa Tengah
Grafik 3.3 Perkembangan DPK Perbankan Umum di Provinsi Jawa Tengah 100
% YOY 35
TRILIUN RP
30 80
25 20
60
49% 34% 17%
15 40
10 5
20
0 -5
0 I
II
III
IV
2013
I
II 2014
Tabungan
Giro
Pertumbuhan Tabungan
Deposito
Pertumbuhan Giro
Pertumbuhan Deposito
Sumber : Bank Indonesia
36
BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TABUNGAN
DEPOSITO
Sumber : Bank Indonesia
GIRO
3.2.3. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Laju pertumbuhan kredit/pembiayaan tercatat mengalami
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Sektor Utama Bank Umum Provinsi Jawa Tengah
perlambatan meski DPK tumbuh meningkat. Kredit bank
70
umum melambat dari 16,45% (yoy) menjadi 15,96% (yoy)
60
diduga akibat suku bunga pinjaman yang mengalami
40 30
nasabah pada kelompok penduduk juga mengalami
20
perlambatan sementara pada golongan nonpenduduk
10
mengalami peningkatan pertumbuhan didukung oleh
0
internasional.
PERSEN YOY
50
peningkatan. Pertumbuhan kredit berdasarkan golongan
pertumbuhan pada kelompok swasta lainnya dan lembaga
TRILIUN RP
I
II
III
IV
I
II
2011
III
IV
I
2012
II
III
IV
2013
I
II 2014
PERTANIAN
PHR
INDUSTRI
PERTUMBUHAN KREDIT PERTANIAN
PERTUMBUHAN KREDIT INDUSTRI - RHS
PERTUMBUHAN KREDIT PHR - RHS
Sumber : Bank Indonesia
Pangsa terbesar penyaluran kredit pada kelompok bank
Kredit investasi masih tumbuh cukup tinggi meskipun
umum masih diberikan pada sektor perdagangan besar
mengalami perlambatan. Pertumbuhan kredit secara
dan eceran yaitu 34,53% dilanjutkan dengan industri
umum pada triwulan II 2014 masih cukup baik meskipun
pengolahan 16,47%.
mengalami perlambatan seiring dengan peningkatan suku
Dukungan dunia perbankan terhadap perekonomian Jawa Tengah dapat dilihat melalui penyaluran kredit kepada sektor utama daerah yaitu Sektor Pertanian, Sektor Industri Pengolahan, dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) seperti ditampilkan pada Grafik 3.5. Pertumbuhan kredit sektor utama tertinggi pada triwulan II 2014 dicapai oleh Sektor Pertanian dengan pertumbuhan mencapai 38,46% (yoy) dari triwulan lalu yang hanya mampu mencapai pertumbuhan sebesar 17,20% (yoy). Kinerja kredit kepada Sektor Industri Pengolahan juga menunjukkan pertumbuhan yang meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya dengan pertumbuhan sebesar 17,94% (yoy) meningkat dari 4,72% (yoy). Sementara itu penyaluran kredit kepada Sektor PHR pada triwulan ini mencatatkan pertumbuhan sebesar
bunga pinjaman. Berdasar jenis penggunaan, perlambatan bersumber dari kredit investasi dan kredit konsumsi. Sementara itu Kredit Modal Kerja yang mendominasi pangsa kredit berdasarkan penggunaan yaitu sebesar 53% mampu mencatatkan peningkatan pertumbuhan sebesar 17,94% (yoy) dari sebelumnya yang hanya sebesar 15,46% (yoy). Sementara itu, kredit konsumsi dengan pangsa sebesar 32% mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 10,06% (yoy) dari triwulan sebelumnya 11,05% (yoy). Sementara itu kredit investasi dengan pangsa terendah yakni sebesar 15% mencapai pertumbuhan tertinggi meskipun juga turut mengalami perlambatan dengan pertumbuhan sebesar 22,81% (yoy) setelah sebelumnya mampu tumbuh sebesar 34,64% (yoy). (Grafik 3.6 dan Grafik 3.7).
17,83% (yoy) melambat dari triwulan I 2014 yang sebesar 30,38% (yoy).
Grafik 3.7 Komposisi Kredit Perbankan Berdasar Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah
Grafik 3.6 Perkembangan Kredit Perbankan Berdasar Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah 180
TRILIUN RP
PERSEN YOY
160 140 120
53% 32% 15%
100 80 60 40 20 0
I
II
III
IV
I
II
2011
III
IV
2012 MODAL KERJA PERTUMBUHAN KMK
Sumber : Bank Indonesia
INVESTASI PERTUMBUHAN KI
I
II
III
2013 KONSUMSI PERTUMBUHAN KK
IV
I
II
2014 MODAL KERJA
INVESTASI
KONSUMSI
Sumber : Bank Indonesia
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III
37
3.2.4. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Perkembangan suku bunga bank umum konvensional berupa suku bunga simpanan mengalami peningkatan,
Grafik 3.8 Perkembangan Kredit Perbankan Berdasar Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah 9
PERSEN
kecuali suku bunga tabungan. Sementara untuk suku bungan pinjaman keseluruhan komponen menunjukkan peningkatan.Kenaikan suku bunga
6
3
simpanan terbesar adalah deposito di mana suku bunga deposito secara umum meningkat dari 7,20% menjadi
0 I
II
7,83%. Berdasarkan waktunya, seluruh suku bunga deposito
III
I
IV
dengan 18 bulan yaitu dari 4,30% menjadi 8,04%. Pada triwulan II 2014 suku bunga deposito yang lebih rendah daripada angka rata-rata 7,83% tersebut hanya dijumpai pada deposito bertenor 1 bulan dan kurang atau sama dengan 24 bulan. Suku bunga giro juga turut mengalami peningkatan yaitu sebesar 2,96% dari 2,73% dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu suku bunga tabungan pada triwulan I 2014 sebesar 1,92% mengalami penurunan menjadi 1,78% pada periode laporan.
III
I
IV
II
2012 GIRO
naik mengalami peningkatan. Peningkatan tertinggi dijumpai pada suku bunga deposito bertenor kurang atau sama
II
2011
III
I
IV
2013
TABUNGAN
II
2014
DEPOSITO
Sumber : Bank Indonesia
3.2.5. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum Non Performing Loan (NPL) kredit yang disalurkan perbankan Jawa Tengah dapat dipertahankan pada level yang rendah, yang mengindikasikan kualitas kredit terjaga dengan baik. Tingkat NPL gross perbankan Jawa Tengah pada triwulan II 2014 sebesar 2,19% atau tidak mengalami perubahan yang
signifikan dibandingkan
triwulan sebelumnya yang sebesar 2,17%.
Berdasarkan penggunaan, secara keseluruhan suku bunga kredit mengalami peningkatan pada triwulan II 2014. Suku bunga kredit berdasar penggunaan secara umum meningkat dari 12,99% pada triwulan I 2014 menjadi 13,17% pada triwulan ini. Sementara itu, suku bunga kredit modal kerja mengalami peningkatan dari 13,03% menjadi 13,16%. Demikian pula halnya dengan suku bunga kredit investasi yang meningkat dari 12,89% pada triwulan I 2014 menjadi 13,56%. Sedangkan kredit konsumsi mengalami
Kualitas penyaluran kredit berdasarkan penggunaannya baik kredit investasi, konsumsi maupun modal kerja jauh berada di bawah 5%. Semua kredit berdasar jenis penggunaan mengalami tren peningkatan NPL terkecuali pada kredit modal kerja yang menurun dari sebesar 2,72% menjadi 2,60% pada triwulan ini. NPL kredit investasi dan konsumsi tercatat mengalami tren meningkat dengan angka NPL masing-masing yaitu 2,87% dari 2,52%, dan 1,19% dari 1,13%.
peningkatan dari 12,97% menjadi 13,02% pada triwulan laporan.
Grafik 3.9 Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Bank Umum di Provinsi Jawa Tengah 18
PERSEN
Grafik 3.10 Perkembangan Suku Bunga Sektor Utama di Provinsi Jawa Tengah PERSEN
16
15
9
12 9
12
6 3
6 3
10 I
II
III
IV
2011
I
II
III
IV
2012 MODAL KERJA
INVESTASI
I
II
III
IV
2013 KONSUMSI
I
2014
II
0
I
II
III
BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
IV
I
2011
SUKU BUNGA KREDIT - RHS
Sumber : Bank Indonesia
38
PERSEN
15 14
12
0
18
III
IV
I
2012 PERTANIAN
Sumber : Bank Indonesia
II
INDUSTRI PENGOLAHAN
II
III
2013 PHR
IV
I
2014
II
Dilihat dari risiko kredit yang dihadapi sektor utama
Kinerja baik perbankan syariah didukung dengan
ekonomi di Provinsi Jawa Tengah terlihat secara
peningkatan jaringan kantor bank syariah menjadi sejumlah
keseluruhan masih berada di bawah level indikatif yang
175 unit dari triwulan I yang baru sebanyak 167 unit. Namun
dipersyaratkan (Grafik 3.6). Indikator risiko yang tercermin
demikian, jumlah jaringan kantor unit usaha syariah (UUS)
dari angka NPL pada Sektor Pertanian yaitu sebesar 2,04%,
justru mengalami penurunan peningkatan dibanding
Sektor Industri Pengolahan 1,83%, dan Sektor PHR 3,26%.
triwulan sebelumnya. Sementara itu, jumlah jaringan kantor
Angka NPL Sektor Pertanian dan Sektor Industri Pengolahan
BPR syariah masih stagnan dari triwulan I 2014.
mengalami tren menurun, sedangkan NPL Sektor PHR mengalami tren peningkatan dibandingkan dengan triwulan I 2014.
Peran perbankan dalam pembiayaan UMKM di Jawa Tengah pada triwulan II 2014 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan ini, pertumbuhan tahunan yang berhasil dicatatkan yaitu sebesar 19,35% (yoy) setelah pada periode sebelumnya mampu
3.3. Perkembangan Perbankan Syariah Perkembangan industri syariah pada Mei 2014 di Jawa Tengah menunjukkan kinerja yang cukup baik. Perbankan syariah mengalami perlambatan pertumbuhan aset sebesar 12,72% (yoy) dari sebelumnya 53,83% (yoy) pada Triwulan I 2014. Namun, DPK industri perbankan syariah mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya yakni sebesar 25,55% (yoy) dari 21,12% (yoy). Sementara itu, pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan syariah mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya. Pada Mei 2014 pertumbuhan pembiayaan melambat menjadi sebesar 26,16% (yoy) dari sebelumnya sebesar 27,39% (yoy). Angka Financing to Deposit Ratio (FDR) pada bulan Mei 2014 masih stabil di level 129% sama dengan triwulan sebelumnya.
mencatatkan pertumbuhan sebesar 20,91% (yoy). Risiko yang dihadapi kredit kepada sektor UMKM meskipun mengalami peningkatan namun masih terjaga pada batas aman yang dipersyaratkan yaitu sebesar 5%. NPL kredit UMKM di Jawa Tengah pada periode laporan yaitu sebesar 3,59%, meningkat dari sebelumnya yang sebesar 3,33%. Apabila dilihat berdasarkan penggunaannya kredit kepada Sektor UMKM mayoritas berupa Kredit Modal Kerja. Pada triwulan laporan Kredit Modal Kerja (KMK) tersebut mengalami peningkatan pertumbuhan dari 17,28% (yoy) menjadi 17,90% (yoy). Sementara itu, kredit Investasi tetap mampu tumbuh di level yang tinggi. Meskipun demikian, pada triwulan ini kredit Investasi pada Sektor UMKM mengalami perlambatan yaitu menjadi sebesar 26,12% (yoy) dari sebelumnya 40,55% (yoy).
Tabel 3.2. Jaringan Kantor Perbankan Syariah di Jawa Tengah KETERANGAN
2012 II
III
2013 IV
2014
I
II
III
IV
I
II
Bank Syariah Bank Umum Jumlah Bank
7
8
8
8
9
9
9
9
9
147
152
156
158
160
165
167
167
175
47
49
49
51
59
61
62
62
60
Jumlah Bank
23
23
23
23
24
24
24
24
24
Jumlah Kantor
23
23
23
23
24
24
24
24
24
Jumlah Kantor Unit Usaha Syariah Jumlah Kantor Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah
Sumber : Bank Indonnesia
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III
39
Grafik 3.11 Perkembangan Kredit kepada UMKM 80
Grafik 3.12 NPL Kredit UMKM 45
PERSEN YOY
TRILIUN RP
3
4,5%
TRILIUN RP
4,0%
2,5
3,5%
60 30 40
3,0%
2
2,5%
1,5 15
2,0% 1,5%
1
20
1,0% 0,5 0
0 I
II
III
I
IV
II
2011
III
I
IV
II
2012 KREDIT UMKM
III
I
IV
2013
II
0
0,0% I
II
2014
III
IV
I
II
2011
PERTUMBUHAN KREDIT UMKM -RHS
III
I
IV
II
2012 NPL NOMINAL
Sumber : Bank Indonesia
III
IV
I
2013
II
2014
NPL PERSEN - RHS
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.13 Perkembangan Kredit kepada UMKM Berdasar Penggunaan 80
0,5%
Grafik 3.14 NPL Kredit UMKM Berdasar Penggunaan
PERSEN YOY
TRILIUN RP
60
60
80
PERSEN
TRILIUN RP
5 4
60 40
3 40
40
2 20 20
20
0
0 I
II
III
I
IV
II
2011
III
I
IV
II
2012
KMK PADA SEKTOR UMKM
KI PADA SEKTOR UMKM
III
I
IV
2013 PERTUMBUHAN KMK - RHS
1
0
0 I
II
II
2014
III
IV
I
II
2011
PERTUMBUHAN KI - RHS
III
I
IV
II
2012
NPL KMK PADA SEKTOR UMKM
III
I
IV
2013
NPL KI PADA SEKTOR UMKM
% NPL KMK - RHS
II
2014 % NPL KI - RHS
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia
Kedua jenis kredit kepada Sektor UMKM tersebut
Kegiatan kliring pada triwulan II 2014 meningkat
memiliki angka NPL yang berada di bawah level
dibandingkan triwulan sebelumnya, baik dari sisi nominal
indikatif 5%. NPL kredit modal kerja dan NPL kredit investasi
maupun jumlah warkat. Jumlah warkat yang dikliringkan
pada triwulan ini mengalami tren meningkat yaitu masing-
pada periode laporan tercatat sebanyak 908.869 lembar
masing sebesar 3,52% meningkat dari sebelumnya 3,24%
dengan nominal sebesar Rp 34,30 triliun (Grafik 3.15).
dan 3,90% meningkat dari sebelumnya 3,78%.
Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, nominal kliring tumbuh sebesar 3,91% (yoy) atau sedikit
3.4. Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS)
yang tumbuh sebesar 3,71% (yoy).
Grafik 3.15 Perkembangan Perputaran Kliring di Jawa Tengah
Grafik 3.16 Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong Provinsi Jawa Tengah
40
mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya
RIBU LEMBAR
TRILIUN RP
1.100
0.64
LEMBAR
TRILIUN RP
20.000
0.48
32
14.000
900 0.32
24
8.000
700 0.16
16
8
500 I
II
III
IV
I
II
III 2013
2012 NOMINAL
IV
I
II 2014
LEMBAR RHS
Sumber : Bank Indonesia
40
BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
0.00
2.000 I
II
III 2012
NOMINAL
Sumber : Bank Indonesia
IV
I
II
III 2013
LEMBAR RHS
IV
I
II 2014
Grafik 3.17 Perkembangan Nilai RTGS Jawa Tengah
Grafik 3.18 Perkembangan Volume RTGS Jawa Tengah
200
200
TRILIUN RP
150
150
100
100
50
50
0
MILIAR RP
0
I
II
III
IV
I
II
2012
III
IV
2013 RTGS DARI JATENG
RTGS KE JATENG
I
II
I
2014
Rata-rata perputaran warkat yang dikliringkan per hari adalah 14.426 lembar dengan nominal Rp 0,54 triliun. Angka ratarata nominal perputaran kliring tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 8,86% (yoy) meningkat dari triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar 7,13% (yoy).
III
IV
I
2012
RTGS ANTAR JATENG
Sumber : Bank Indonesia
II
RTGS DARI JATENG
II
III 2013
RTGS KE JATENG
IV
I
II
2014
RTGS ANTAR JATENG
Sumber : Bank Indonesia
3.5. Perkembangan Perkasan Pada triwulan II-2014, Provinsi Jawa Tengah sama halnya dengan periode sebelumnya mengalami net inflow uang tunai (Grafik 3.19). Inflow yang terjadi adalah sebesar Rp 11,59 triliun menurun dari triwulan sebelumnya yaitu sebesar 15,47 triliun atau menurun sebesar 25,08% (qtoq).
Peredaran cek dan bilyet giro kosong meningkat (Grafik
Sementara itu, outflow yang terjadi pada triwulan laporan
3.16). Dibandingkan dengan periode yang sama tahun
yaitu sebesar Rp 8,05 triliun meningkat dari triwulan I-2014
sebelumnya, nominal cek/BG kosong meningkat sebesar
yang sebesar Rp 6,27 triliun atau meningkat sebesar 28,39%
17,18% (yoy) atau naik cukup tajam dibanding triwulan
(qtoq). Dengan kondisi tersebut, net inflow yang terjadi
sebelumnya yang tumbuh negatif sebesar 27,04% (yoy).
mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya yaitu sebesar Rp 3,54 triliun dari Rp 9,20 triliun atau menurun
Transaksi RTGS yang terjadi pada triwulan II 2014 secara nilai
sebesar 61,50% (qtoq).
transaksi mengalami mengalami perlambatan sedangkan secara volume transaksi mengalami penurunan dibandingkan
Penyediaan uang dalam jumlah yang cukup dan kondisi yang
dengan triwulan I-2014 (Grafik 3.17 dan Grafik 3.18). Dari sisi
layak edar menjadi tugas Bank Indonesia. Dalam rangka
nilai, transaksi RTGS mengalami peningkatan pada transaksi
memenuhi tugas tersebut Kantor Perwakilan Bank Indonesia
RTGS dari Jateng sebesar 34,64% (yoy) dari sebelumnya
Wilayah V melakukan penarikan uang lusuh. Pada Triwulan II
33,45% (yoy). Di lain sisi transaksi RTGS ke Jateng mengalami
2014 uang lusuh yang ditarik senilai Rp 2,25 triliun menurun
penurunan sebesar -13,84% (yoy) dari -7,03% (yoy) dan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu senilai Rp
transaksi antar Jateng mengalami perlambatan sebesar
3,74 triliun. Dilihat berdasarkan proporsinya terhadap inflow,
14,61% (yoy) dari 35,28% (yoy). Sementara itu secara
pada triwulan laporan persentase penarikan uang lusuh
volume, transaksi RTGS mengalami penurunan sebesar
terhadap inflow adalah sebesar 19,40%. Angka ini menurun
negatif 17,68% (yoy), setelah sebelumnya juga telah
dibanding triwulan I 2014 yang sebesar 24,18% (Grafik
mencatatkan pertumbuhan negatif sebesar 12,11% (yoy).
3.20).
Penurunan ini dialami oleh seluruh transaksi secara volume baik transaksi RTGS dari Jateng, RTGS ke Jateng dan RTGS antar Jateng.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III
41
Grafik 3.19 Perkembangan Kegiatan Perkasan di Jawa Tengah 2012-2014 20
Grafik 3.20 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh
6
TRILIUN RP
TRILIUN RP
PERSEN
60
15
4 10
30 2
5
0
0 I
II
III
IV
I
II
2012
III
IV
I
2013
INFLOW
II 2014
II
III
IV
I
II
2012
III 2013
PTTB
NET-INFLOW
OUTFLOW
0 I
IV
I
II 2014
PERSENTASE TERHADAP INFLOW - RHS
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia
Perkembangan temuan uang palsu yang ditemukan di
Kegiatan sistem pembayaran berperan besar dalam
wilayah Jawa Tengah diperoleh dari setoran bank (yang diolah
memberikan dukungan pada kelancaran transaksi ekonomi di
lewat MSUK ataupun manual), setoran masyarakat melalui
Jawa Tengah. Kegiatan tersebut dalam bentuk tunai maupun
loket penukaran, serta dari temuan perbankan yang
nontunai pada triwulan II 2014 menunjukkan kinerja yang
dilaporkan ke Bank Indonesia. Penemuan uang palsu di Jawa
baik. Hal ini mengindikasikan bahwa masih cukup maraknya
Tengah pada Triwulan II-2014 sebanyak 4.211 lembar.
4
kegiatan ekonomi di Jawa Tengah.
Grafik 3.20 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh
4,500
LEMBAR
3,000
1,500
0 I
II
III 2012
IV
I
II
III
IV
I
2013
PTTB
II 2014
PERSENTASE TERHADAP INFLOW - RHS
Sumber : Bank Indonesia
4. Data jumlah lembar temuan uang palsu tanpa memperhitungkan KPw Tegal.
42
BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
BAB
IV
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Sesuai siklikalitas APBD secara umum realisasi belanja daerah dan pendapatan daerah di triwulan II 2014 meningkat dibandingkan dengan triwulan I 2014. Pada triwulan II 2014, realisasi terbesar dijumpai pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 53,62%. Komponen belanja dengan nilai realisasi terbesar pada belanja hibah sebesar 44,46%. Persentase realisasi belanja daerah dan pendapatan tahun 2013 di bawah rata-rata tiga tahun terakhir.
43
Sesuai dengan siklikalitas realiasasi belanja pemerintah baik
tercapai realisasi sebesar 47,89% di mana komponen Dana
pusat maupun daerah relatif meningkat dibandingkan
Insentif Daerah telah terealisasi sebesar 100% pada triwulan
triwulan pertama, perkembangan keuangan daerah Provinsi
laporan.
Jawa Tengah pada data realisasi APBD triwulan II 2014 Total belanja pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada
menunjukkan telah terjadi penyerapan belanja sebesar Rp
triwulan II-2014 telah terealisasi sebesar
5,00 milyar (35,69%) dan pendapatan Rp 7,20 milyar
35,69%
meningkat dari sebelumnya 13,11%. Dilihat
(52,43%) terhadap APBD tahun 2014 (Tabel 4.1).
perkembangan secara tahunan realisasi pada Triwulan II2014, penyerapan anggaran baik belanja tidak langsung Tabel 4.1. Realisasi APBD Jawa Tengah Triwulan II 2014
maupun langsung mengalami peningkatan yang signifikan
Realisasi
dibandingkan triwulan sebelumnya.
URAIAN
APBD 2014
PENDAPATAN
13,737
7,202
52,43
BELANJA
13,997
4,995
35,69
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
300
290
0,10
Kelompok Belanja Tidak Langsung telah mencapai realisasi
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
40
15
37,50
sebesar 38,49% meningkat dari sebelumnya sebesar
Rp. MILIAR
% Thdp Anggaran
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) mengalami realisasi
14,73%. Komponen dengan realisasi tertinggi yaitu pada
anggaran terbesar pada triwulan II-2014 sebesar
Belanja Hibah yaitu sebesar 44,46% disusul oleh Belanja Bagi
53,62%. Pada kelompok pendapatan hampir seluruh
Hasil Kepada Kabupaten/Kota yaitu sebesar 40,40%.
subkelompok telah terealisasi sekitar 50%. Komponen PAD
Komponen pada Belanja Tidak Langsung yang masih rendah
mencapai realisasi yang tinggi dengan dukungan realisasi
pencapaian realisasinya yaitu Belanja Bantuan Sosial sebesar
pada komponen Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
0,24%. Apabila dibandingkan dengan periode lalu
Dipisahkan yang telah mencapai realisasi sebesar 101,09%.
komponen Belanja Tidak Langsung yang mengalami
Komponen PAD dengan realisasi terendah pun telah
peningkatan realisasi secara pesat yaitu Belanja Bantuan
mencapai 41,73% yaitu pada komponen Retribusi Daerah.
Keuangan Kepada Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa yaitu sebesar 29,57% dari sebelumnya sebesar 0,07%.
Pada kelompok pendapatan lain yaitu Dana Perimbangan tercapai realisasi 53,45% pada triwulan laporan. Komponen
Sementara itu untuk kelompok Belanja Langsung telah
Dana Perimbangan yang mencapai realisasi tertinggi adalah
tercapai realisasi anggaran sebesar 29,07% meningkat dari
Dana Alokasi Umum (DAU) yaitu sebesar 58,33%. Sementara
sebelumnya yang sebesar 9,29%. Komponen terbesar yang
itu pada kelompok Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
mencapai realisasi tertinggi yaitu Belanja Pegawai sebesar 40,16% meningkat dari triwulan lalu yang sebesar 15,94%.
Tabel 4.2. Realisasi Pos Pendapatan APBD Jawa Tengah Triwulan II 2014 Realisasi
APBD 2014 (Rp. Miliar)
Rp. MILIAR
PENDAPATAN
13,737
7,202
52,43
PENDAPATAN ASLI DAERAH
8,348
4,477
53,62
URAIAN
% Terhadap Anggaran
PAJAK DAERAH
7,097
3,602
50,75
RETRIBUSI DAERAH
78
33
41,73
HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN
279
282
101.,09
LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH
893
559
62,62
DANA PERIMBANGAN
2,607
1,393
53,45
DANA BAGI HASIL PAJAK / BAGI HASIL BUKAN PAJAK
724
317
43,83
DANA ALOKASI UMUM
1,804
1,052
58,33
DANA ALOKASI KHUSUS
79
24
30,00
LAIN LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
2,782
1,333
47,89
PENDAPATAN HIBAH
29
0
0,62
DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI KHUSUS
2,750
1,329
48,34
DANA INSENTIF DAERAH
3
3
100,00
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH - BAB IV
45
Wujud nyata upaya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam
2013 hanya sebesar 7,71% dari total anggaran atau sebesar
mencanangkan tahun 2014 sebagai tahun infrastruktur,
1.055 miliar. Pengalokasian Belanja Modal tersebut pada data
tampak pada alokasi Belanja Modal sebagai proksi belanja
realisasi triwulan II-2014 menunjukkan peningkatan yang
infrastruktur yang mengalami peningkatan. Pada APBD 2014
signifikan dari sebesar 5,83% pada triwulan I 2014 menjadi
alokasi Belanja Modal menjadi 10,30% terhadap total belanja
sebesar 23,05% atau sebesar Rp 332 miliar.
yaitu sebesar Rp 1.442 miliar dari sebelumnya pada APBD Tabel 4.3. Realisasi Pos Belanja APBD Jawa Tengah Triwulan II-2014 Realisasi
URAIAN
APBD 2014 (Rp. Miliar)
Rp. MILIAR
BELANJA
13,997
4,996
13,63
BELANJA TIDAK LANGSUNG
9,837
3,787
38,89
% Terhadap Anggaran
BELANJA PEGAWAI
1,956
724
37,00
BELANJA HIBAH
3,038
1,351
44,46
BELANJA BANTUAN SOSIAL
32
0
0,24
BELANJA BAGI HASIL KEPADA KABUPATEN / KOTA
2,721
1,099
40,40
BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA KABUPATEN /KOTA DAN PEMERINTAH DESA
2,060
609
29,57
BELANJA TIDAK TERDUGA
30
3
10,35
BELANJA LANGSUNG
4,160
1,209
29,07
BELANJA PEGAWAI
3,15
127
40,16
BELANJA BARANG DAN JASA
2,402
750
31,23
BELANJA MODAL
1,442
332
23,05
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah
46
BAB IV - PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
BAB
V
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Kesejahteraan terindikasi masih baik Kesejahteraan petani naik, didukung pendapatan petani yang naik. Konsumen masih optimis pada penghasilannya saat ini, namun tidak seoptimis periode sebelumnya.
47
5.1. Ketenagakerjaan5
Konsumen memandang pesimis terhadap kondisi ketersediaan lapangan kerja di triwulan II 2014. Dalam
Ditengah tren perlambatan pertumbuhan ekonomi,
empat triwulan terakhir, tingkat optimisme konsumen
jumlah usia produktif yang bekerja pada Februari tahun
terhadap ketersediaan tenaga kerja cukup fluktuatif. Hal ini
2014 meningkat. Dibandingkan dengan bulan Februari
diperkirakan terkait dengan kondisi politik yang
maupun Agustus tahun sebelumnya, terdapat peningkatan
memengaruhi persepsi masyarakat dalam memandang
jumlah penduduk yang bekerja di Jawa Tengah. Peningkatan
prospek ketersediaan tenaga kerja. Setelah menunjukkan
jumlah penduduk yang bekerja tersebut sebesar 290 ribu
perbaikan optimisme melihat ketersediaan lapangan kerja
orang dibanding bulan Agustus 2013. Pada tabel 5.1 di
pada triwulan I hingga berada diatas level 100, konsumen
bawah terlihat bahwa penduduk usia produktif yang bekerja
kembali pesimis. Hal ini sejalan dengan kinerja sektor
di bulan Februari 2014 berjumlah 16,75 juta orang.
pertanian yang turun dibanding periode sebelumnya. Tenaga
Jika dilihat dari sektornya, maka peningkatan tertinggi jumlah
kerja di Jawa Tengah sebagian besar bergerak dalam sektor
penduduk yang bekerja adalah di sektor konstruksi dan
pertanian.
industri. Peningkatan tersebut masing-masing sebesar 340
Pekerja masih terkonsentrasi di sektor ekonomi utama
ribu orang dan 210 ribu orang.Masih meningkatnya
daerah. Sektor-sektor ekonomi utama Jawa Tengah masih
pertumbuhan perekonomian di sektor tersebut menjadi
menjadi sentra lapangan pekerjaan utama dari penduduk.
pendorong bertambahnya jumlah pekerja.
Tabel 5.1. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Februari 2013 – Februari 2014 (juta orang) 2013
URAIAN
Februari
2014 Februari
Agustus
1.
PERTANIAN
5,10
5,17
5,19
2.
INDUSTRI
3,31
3,10
3,31
3.
KONSTRUKSI
1,23
0,97
1,31
4.
PERDAGANGAN
3,76
3,69
3,72
5.
TRANSPORTASI, PERGUDANGAN & KOMUNIKASI
0,55
0,62
0,55
6.
LEMBAGA KEUANGAN, REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN
0,31
0,31
0,36
7.
JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL & PERORANGAN
2,14
2,51
2,15
8.
LAINNYA
0,10
0,09
0,16
TOTAL
16,50
16,47
16,75
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah
Grafik 5.1 Indeks Hasil Survei Konsumen Mengenai Kondisi Saat Ini Triwulan II 2014 150
INDEKS
140 130 120 110 100 900 80 70
I
II
III
IV
I
II
2010
III
IV
I
2011 PENGHASILAN
II
III
IV
2012 LAPANGAN KERJA
I
II
III 2013
IV
I
II 2014
KONSUMSI BARANG
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia
5. Pada rilis Februari, BPS mengubah penimbang Proyeksi Penduduk yang digunakan sehingga turut mengubah data sebelumnya
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN - BAB V
49
Tabel 5.2. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Februari 2013 – Februari 2014 (juta orang) 2013
URAIAN
Februari
2014 Agustus
Februari
1.
BERUSAHA SENDIRI
2,81
2,66
2,82
2.
BERUSAHA DIBANTU BURUH TIDAK TETAP
2,93
3,34
2,93
3.
BERUSAHA DIBANTU BURUH TETAP
0,57
0,54
0,62
4.
BURUH/KARYAWAN/PEGAWAI
5,43
5,15
5,74
5.
PEKERJA BEBAS
2,48
2,02
2,29
6.
PEKERJA KELUARGA/TAK DIBAYAR
2,29
2,76
2,36
TOTAL
16,50
16,47
16,75
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah
Berdasarkan data per Februari 2014 Penduduk yang bekerja
Masih tumbuhnya ekonomi Jawa Tengah meski melambat
di sektor Pertanian, sektor Industri dan sektor Perdagangan
mengindikasikan masih terserapnya angkatan kerja daerah.
mencapai 73% dari penduduk yang bekerja. Persentase
Selain itu, terlihat pula peningkatan jumlah angkatan kerja
penduduk yang bekerja di sektor tersebut masing-masing
yang diiringi dengan peningkatan penduduk yang bekerja.
31%, 20%, dan 22%. Kondisi penyerapan tenaga kerja
Sedangkan jumlah bukan angkatan kerja mengalami
tersebut berbeda dengan struktur ekonomi Jawa Tengah
penurunan.
yang dibentuk ketiga sektor tersebut, yang masing-masing sebesar 18%, 33%, dan 21%.
Kualitas penduduk yang bekerja belum mengalami perbaikan. Penyerapan tenaga kerja sebagian besar masih
Konsentrasi jumlah penduduk bekerja terutama untuk
didominasi oleh penduduk yang berpendidikan rendah (SD ke
sektor informal. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang
bawah), dengan porsi 54,5%. Sementara pekerja yang
berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan
berpendidikan tinggi hanya mencakup 6,5%. Sisanya
buruh/karyawan. Sementara kelompok kegiatan informal
merupakan pekerja berpendidikan menengah. Dibandingkan
umumnya adalah mereka yang berstatus di luar itu. Jumlah
periode yang sama tahun sebelumnya maupun terhadap
pekerja informal dalam perekonomian mencapai 62%.
periode Agustus 2013, komposisi ini tidak mengalami
Jumlah ini menurun dibanding triwulan sebelumnya yang
perubahan yang signifikan.
sebesar 66%. Penurunan tersebut disebakan adanya peningkatan jumah buruh/karyawan/pegawai yang bekerja di
5.3. Nilai Tukar Petani 6
sektor formal di bulan Februari yang cukup signifikan hingga
Nilai Tukar Petani (NTP) pada periode laporan
590 ribu orang.
cenderung naik. NTP dapat dijadikan sebagai indikator pengukur kemampuan tukar produk pertanian dengan
5.2. Pengangguran
barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi
Angka pengangguran pada Februari 2014
produk pertanian. Rata-rata NTP pada triwulan II 2014 naik
menunjukkan penurunan. Secara tahunan maupun
sebesar 0,29% (Grafik 5.2.). Di tengah penurunan kinerja
dibanding Agustus 2013, jumlah penduduk usia produktif
sektor pertanian, kesejahteraan petani masih terjaga
yang menganggur menurun.
cenderung naik.
rumah tangganya dan untuk keperluan dalam memproduksi
Tabel 5.3. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan, Februari 2013 – Februari 2014 (juta orang) URAIAN 1.
Angkatan Kerja
2013 Februari
2014 Agustus
Februari
17,47
17,52
17,72
Bekerja
16,50
16,47
16,75
Pengangguran
0,96
1,05
0,97
2.
Bukan Angkatan Kerja
7,32
7,36
7,26
3.
Tk. Partisipasi Angkatan Kerja (%)
70,48
70,43
70,93
4.
Tk. Pengangguran Terbuka (%)
5,51
6,01
5,45
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah
6. Pada Desember 2013, BPS melakukan perubahan tahun dasar NTP. Untuk itu NTP dalam laporan ini disesuaikan dengan menggunakan pendekatan perubahan per bulan.
50
BAB V - PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Grafik 5.2 Indeks Harga yang diterima, Indeks Harga yang dibayar dan Nilai Tukar Petani 114 112 110 108 106 104 102 100 98 96
INDEKS
INDEKS
101 101 101 100 100 100 99 99
I
II
III
IV
I
II
2013
INDEKS HARGA DIBAYAR PETANI
2014 INDEKS HARGA DITERIMA PETANI
NTP (RHS)
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah
Hal ini mendorong konsumsi rumah tangga pada periode
Dibandingkan dengan September tahun lalu,
laporan. Konsumsi rumah tangga naik dibanding periode
meningkatnya angka kemiskinan di bulan Maret 2014
sebelumnya.
terutama terjadi di daerah perkotaan. Dibandingkan
Pendapatan petani naik dibarengi dengan biaya yang menurun. Pendapatan petani naik terkonfirmasi dari meningkatnya indeks harga yang diterima petani, sejalan dengan masih berlangsungnya musim panen. Indeks harga dibayar petani turun, sejalan dengan kecenderungan inflasi yang turun.
tahun sebelumnya, jumlah penduduk miskin di perkotaan naik sebesar 1,74% atau naik 3,97% dibandingkan September 2013. Sementara di pedesaan, secara tahunan penduduk miskin naik sebesar 2,40%. Hal yang sama bila dibandingkan bulan September 2013, angka kemiskinan di desa terlihat meningkat sebesar 2,01%. Jumlah penduduk miskin di perkotaan pada Maret 2014 mencapai 1.945 ribu jiwa. Sedangkan di pedesaan mencapai 2.891 ribu jiwa atau
5.4. Tingkat Kemiskinan
memiliki porsi 60% dari total penduduk miskin di Jawa
Angka kemiskinan naik terkait dengan kenaikan garis
Tengah.
kemiskinan. Data terakhir BPS menunjukkan adanya peningkatan jumlah kemiskinan di bulan Maret 2014. Tingkat
Garis Kemiskinan terus mengalami peningkatan. Dalam
kemiskinan di bulan tersebut sebesar 4.837 ribu jiwa atau
enam bulan terakhir, garis kemiskinan kota dan desa
14,46% dari jumlah penduduk Jawa Tengah, dan menurun
meningkat 4,27% dari Rp261.881 per kapita/bulan menjadi
dibanding bulan September 2013 yang sebesar 4.705 ribu
Rp273.056 per kapita/bulan. BPS mendefinisikan garis
jiwa. Sementara secara persentase, jumlah penduduk miskin
kemiskinan sebagai nilai pengeluaran kebutuhan minimum
tersebut naik 2,81% dibanding bulan September 2013 atau
yang harus dikeluarkan oleh satu orang. Apabila rata-rata
naik 2,15% dibanding bulan yang sama tahun 2013. Grafik 5.3 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Jawa Tengah Tahun 2010 - 2014 (ribuan orang) 6000
RIBU ORANG
5000 4000 3000 2000 1000 -
2010
Kota+Desa
2011
Kota
Mar - 2012
Sep - 2012
Mar - 2013
Sep - 2013
Mar - 2014
Desa
Sumber : BPS, diolah
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN - BAB V
51
Tabel 5.4. Garis Kemiskinan, Jumlah Menurut Daerah, 2010-Maret 2014 (Rupiah) GARIS KEMISKINAN
2010
2011
Mar 2012
Sept 2012
Mar 2013
Sept 2013
Mar 2014
1.
Kota
205.606
222.430
234.799
245.817
254.801
268.397
279.036
2.
Desa
179.982
198.814
211.823
223.622
235.202
256.368
267.991
3.
Kota & Desa
192.435
209.611
222.327
233.769
244.161
261.881
273.056
Sumber : BPS Jawa Tengah
pengeluaran perkapita per bulan dibawah garis kemiskinan
Meski demikian, konsumsi rumah tangga masih naik pada
maka dikategorikan sebagai penduduk miskin. Kenaikan
periode laporan, didorong persiapan penyelenggaraan
garis kemiskinan dapat mempengaruhi angka kemiskinan
Pemilu.Konsumsi barang tidak tahan lama, diindikasikan
karena secara langsung meningkatkan ambang nilai
masih naik, terkonfirmasi dari masih naiknya penjualan riil
kemiskinan.
hasil Survei Penjualan Eceran yang dilakukan Bank Indonesia.
Berdasarkan pembagian kelompok kemiskinan antara
5.5. Pemerataan Pendapatan
perkotaan dan pedesaan, garis kemiskinan di perkotaan dalam periode yang sama tercatat mengalami peningkatan sebesar 8,69% dari Rp268,397 per kapita/bulan menjadi Rp279.036 per kapita/bulan. Sementara itu, garis kemiskinan di daerah pedesaan mengalami kenaikan sebesar 12,24%, dari Rp256.368 per kapita/bulan menjadi Rp273.056 per kapita/bulan. Lebih tingginya kenaikan garis kemiskinan di desa ini diperkirakan menjadi salah satu pendorong masih tingginya jumlah kemiskinan di pedesaan. Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V juga dapat digunakan untuk melihat indikator kesejahteraan masyarakat. Indikator tersebut adalah penghasilan masyarakat dan pembelian barang tahan lama.
PDRB Per Kapita meningkat. PDRB per kapita diperoleh dari pembagian nilai PDRB atas dasar harga berlaku dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Pada tahun 2013, angka PDRB per kapita menunjukkan peningkatan sebesar 11,2% dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun 2012, PDRB per kapita sebesar Rp16.863.000 kemudian meningkat menjadi Rp18.751.300 pada tahun 2013. Ketimpangan pendapatan yang diukur dengan Indeks Gini cenderung meningkat, meski masih dibawah kondisi nasional. Indeks gini merupakan ukuran untuk melihat ketimpangan pendapatan masyarakat. Semakin rendah nilai gini ratio menunjukkan ketimpangan yang rendah. Ketimpangan yang rendah ditunjukkan dengan angka yang lebih kecil dari 0,3. Untuk Provinsi Jawa
Konsumen tetap optimis dalam memandang
Tengah,meski PDRB terus meningkat namun tren gini ratio
penghasilan saat ini. Hasil survei menunjukkan konsumen
dalam lima tahun menunjukkan adanya peningkatan. Pada
Jawa Tengah masih optimis dalam memandang penghasilan
tahun 2009, indeks daerah sebesar 0,32 dan meningkat
saat ini, meski tidak sebaik periode sebelumnya. Berdasar
menjadi 0,387 pada tahun 2013. Meski demikian, indeks gini
survei konsumen yang dilakukan Bank Indonesia di Jawa
ratio daerah masih lebih rendah ketimbang nasional yang
Tengah, indeks penghasilan melanjutkan tren penurunan
pada tahun 2013 mencapai 0,413.
sejak akhir tahun. Hal ini sejalan dengan perlambatan ekonomi Jawa Tengah. Optimisme konsumen dalam melakukan konsumsi barang tahan lama tidak setinggi periode sebelumnya. Sejalan dengan menurunnya optimisme penghasilan, masyarakat juga memandang triwulan ini merupakan periode yang tidak cukup baik untuk melakukan pembelian barang tahan lama.
52
BAB V - PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Grafik 5.4. PDRB Per Kapita
Grafik 5.5. Indeks Gini Ratio
40.000
0,50
35.000 0,40
30.000 25.000
0,30
20.000 0,20
15.000 10.000
0,10
5.000 0
0
2011
JAWA TENGAH
Sumber : BPS
2013
2012
2011
INDONESIA
2012
2013 JAWA TENGAH
2014
2015
INDONESIA
Sumber : BPS
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN - BAB V
53
BAB
VI
OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH Perekonomian Jawa Tengah di triwulan mendatang diperkirakan akan meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang membaik dan inflasi yang menurun di akhir tahun Pertumbuhan ekonomi triwulan III 2014 diperkirakan meningkat didorong oleh peningkatan ekspor serta masih kuatnya konsumsi. Sementara secara sektoral, perbaikan kinerja industri pengolahan akan mendorong peningkatan ekonomi daerah. Inflasi triwulan III 2014 diperkirakan meneruskan tren penurunan. Dampak faktor musiman puasa dan Idul Fitri terhadap inflasi Jawa Tengah terkendali. Namun masih terdapat risiko inflasi yang masih perlu diantisipasi.
55
6.1 Pertumbuhan Ekonomi Ekonomi Jawa Tengah diperkirakan akan meningkat di
Kedua sektor tersebut diperkirakan akan menjadi pendorong
triwulan III 2014. Berdasarkan berbagai indikator ekonomi
perekonomian Jawa Tengah di triwulan III 2014.
terakhir serta hasil survei maupun liaison mengindikasikan ekonomi Jawa Tengah dapat tumbuh meningkat di triwulan III 2014. Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan tersebut
Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada 2014 diperkirakan akan mengalami perlambatan dibanding tahun sebelumnya. Ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2014
diperkirakan tumbuh sebesar 5,3%-5,8% (yoy) (Grafik 6.1).
diperkirakan 5,2% - 5,7% (yoy), dengan kecenderungan bias Konsumen masih cukup optimis atas kondisi ekonomi
ke bawah. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi
kedepan dan diikuti oleh membaiknya ekspektasi
Indonesia yang diperkirakan termoderasi di tahun 2014. Bank
pelaku usaha. Indikator tersebut mengindikasikan masih
Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia
akan cukup baiknya kegiatan konsumsi masyarakat.
pada tahun 2014 pada kisaran 5,1 – 5,5%. Di sisi permintaan,
Perbaikan konsumsi masyarakat, yang berpangsa besar
perlambatan ekonomi Jawa Tengah diperkirakan karena
dalam ekonomi daerah, dapat menjadi pendorong
melambatnya investasi, ekspor serta impor dibanding tahun
peningkatan ekonomi. Di sisi lain, melihat dari terjaganya
sebelumnya. Sementara dari sisi sektoral, perlambatan
konsumsi tersebut, pelaku usaha memiliki ekspektasi kondisi
perekonomian di tahun 2014 terutama didorong oleh
ekonomi yang membaik. Berdasar survei kegiatan dunia
perlambatan di sektor pertanian. Produksi sektor ini
usaha, pengusaha memperkirakan kondisi situasi bisnis
khususnya pada tanaman bahan makanan diperkirakan tidak
perusahaan dan kegiatan dunia usaha lebih baik dibanding
setinggi tahun sebelumnya. Sebaliknya, sektor industri
triwulan sebelumnya. Investasi diperkirakan tetap tumbuh
pengolahan diperkirakan dapat tumbuh lebih baik dibanding
tinggi meski tidak setinggi sebelumnya, khususnya untuk
tahun sebelumnya. Kondisi ini tidak terlepas dari perbaikan di
investasi bangunan sejalan dengan realisasi infrastruktur
sisi permintaan masyarakat maupun global serta adanya
Pemerintah. Kegiatan investasi juga diperkirakan membaik
peningkatan kapasitas sebagai dampak investasi yang
sejalan dengan membaiknya stabilitas politik. Terkait dengan
dilakukan tahun sebelumnya.
kondisi tersebut, ekspor diperkirakan naik dibarengi dengan masih tingginya impor, sejalan dengan tingginya ketergantungan bahan baku impor. Membaiknya ekspor tidak terlepas dari mulai membaiknya perekonomian global.
Kinerja permintaan domestik diperkirakan masih menjadi penopang perekonomian Jawa Tengah. Konsumsi diperkirakan naik dan investasi diperkirakan tumbuh tetap tinggi meski melambat. Ekspor dan impor
Melihat dari kondisi tersebut, dari sisi sektoral akan
diperkirakan akan mengalami peningkatan (Tabel 6.1).
berdampak kepada kinerja sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran.
Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah 10
Grafik 6.2. Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha 50
YOY PERSEN
8
40
6
30
4
20
2
10
0 -2
I
II
III
IV
I
II
2012 PDRB
* Proyeksi Bank Indonesia Sumber : BPS, estimasi BI
III
IV
I
2013 PERTANIAN
II 2014
INDUSTRI
III*
0
INDEKS
III
IV 2012
I
II
III 2013
IV
I
II
IIIP
2014 PERKIRAAN KEGIATAN DUNIA USAHA
PHR
* Ekspektasi Sumber : Bank Indonesia
OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH - BAB VI
57
Tabel 6.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000 menurut Penggunaan dan Proyeksi Triwulan III 2014 (%) 2013
LAPANGAN USAHA
2014
2013 III**
IV**
I**
IIIp
I*
II*
KONSUMSI RUMAH TANGGA
5.0
5.1
5.3
5.0
5.1
4.9
5.1
II**
4.9-5.4
KONSUMSI LEMBAGA SWASTA NIRLABA
7.1
7.9
5.9
6.7
6.9
11.9
14.5
14.0-14.5
KONSUMSI PEMERINTAH
2.2
3.8
7.6
8.1
5.6
4.8
0.8
0.6-1.1
PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO
5.4
7.8
8.5
9.5
7.9
9.6
6.7
5.6-6.1
EKSPOR BARANG DAN JASA
3.7
8.9
10.5
11.2
8.6
9.7
7.0
8.6-9.1
IMPOR BARANG DAN JASA
1.7
7.4
18.5
10.0
9.3
10.5
0.6
6.0-6.5
PDRB
5.6
6.2
5.9
5.6
5.8
5.3
5.2
5.3-5.8
* Angka Sementara **Angka Sangat Sementara p Proyeksi Bank Indonesia Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Hasil survei mengkonfirmasi konsumsi rumah tangga
Konsumsi pemerintah diperkirakan meningkat.
masih berada pada level yang tinggi di triwulan III 2014.
Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan III 2014
Hal ini antara lain terindikasi dari beberapa hasil survei terakhir
diperkirakan sedikit meningkat dibanding triwulan
seperti Survei Penjualan Eceran dan Survei Tendensi
sebelumnya. Dilihat dari realisasi APBD Provinsi Jawa Tengah
Konsumen. Hasil SPE mengindikasikan penjualan eceran pada
hingga triwulan II 2014, besaran penyairan anggaran tiap
triwulan III 2014 diperkirakan tetap tinggi. Hasil survei
triwulan tercatat tidak jauh berbeda dengan realisasi triwulan
tersebut juga diperkuat oleh hasil Survei Tendensi Konsumen
yang sama tahun sebelumnya. Namun adanya kenaikan
di Jawa Tengah yang memperlihatkan kenaikan optimisme
anggaran belanja APBD di tahun ini mendorong adanya
konsumen terutama pada komponen pendapatan rumah
sedikit kenaikan belanja pemerintah di tahun 2014 dibanding
tangga mendatang. Secara keseluruhan, Indeks Tendensi
tahun sebelumnya.
Konsumen di triwulan mendatang juga tercatat meningkat. Investasi diperkirakan melambat pada triwulan III 2014. Konsumsi lembaga nirlaba diperkirakan sedikit
Hasil survei dan liaison mengindikasikan pelaku usaha tetap
melambat. Perlambatan tersebut diperkirakan karena
melakukan investasi namun dengan pertumbuhan yang tidak
usainya Pemilu sehingga dorongan konsumsi lembaga nirlaba
sebesar triwulan sebelumnya. Kredit investasi diperkirakan
tidak sebesar triwulan sebelumnya.
tumbuh dalam level yang stabil.
Grafik 6.3. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Mendatang
Grafik 6.4. Perkembangan Ekspektasi Konsumen Mendatang
125
INDEKS
150
INDEKS
140
120
13
115
12 110
11
OPTIMIS
10
105
PESIMIS
9 100
8 7
95
2011
2012 PENDAPATAN RT MENDATANG
2013
I
II
III
I
IV
II
2011
2014
III
IV
I
II
2012 PENGHASILAN SAAT INI
ITK MENDATANG
III
2013 KETERSEDIAAN LAPANGAN KERJA
KETEPATAN WAKTU PEMBELIAN BARANG TAHAN LAMA
RENCANA PEMBELIAN BARANG TAHAN LAMA, REKREASI DAN PESTA HAJATAN
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah
Tabel 6.2. Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah (%)
LAPANGAN USAHA
Pangsa Ekspor Jateng*
2015
2014
2.8
1.9
2.8
3.0
0.0
0.0
JEPANG
7.54
1.4
1.5
1.4
1.0
-0.3
0.0
TIONGKOK
5.24
7.7
7.7
7.5
7.3
0.0
0.0
ZONA EURO
21.13
-0.7
-0.5
1.2
1.5
0.1
0.1
2.8
3.0
4.3
5.3
-0.1
0.1
BAB VI - OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH
2013
2014
Perbedaan dari WEO Januari'14
25.77
* Pangsa ekspor tahun 2000-2013 Sumber : IMF World Economic Outlook (WEO) Update April 2014
2012
Proyeksi
AMERIKA SERIKAT
VOLUME PERDAGANGAN DUNIA
58
Pertumbuhan Ekonomi
2015
IV
I
2014
II
Pada triwulan III 2014 diperkirakan ekspor luar negeri
Industri pengolahan di triwulan III diperkirakan akan
naik. Adanya perbaikan perekonomian dunia diperkirakan
berkinerja lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan
dapat mendorong peningkatan ekspor luar negeri. Ekonomi
sebelumnya. Kinerja industri pengolahan didorong oleh
global saat ini diperkirakan terus membaik meski tidak
industri migas, setelah sebelumnya di triwulan I dan II 2014
secepat yang diperkirakan. Perbaikan terutama didorong oleh
melambat cukup dalam. Sementara itu, industri non migas
kondisi negara maju, khususnya AS dan Eropa, yang semakin
diperkirakan juga akan mengalami peningkatan di triwulan
baik, di tengah kondisi negara berkembang yang masih
laporan. Berdasar hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU),
cenderung menurun. Indikator perekonomian AS dan Eropa
ekspektasi responden dari kelompok industri pengolahan
terus menunjukkan perbaikan. Sementara ekonomi Tiongkok
memperkirakan akan terjadi peningkatan kegiatan
menunjukkan adanya proses stabilisasi yang ditunjukkan oleh
khususnya pada tiga subsektor. Ketiga subsektor tersebut
perbaikan indikator manufaktur dan produksi (Tabel 6.2).
adalah industri makanan dan minuman, industri TPT dan
Sementara itu, berdasar informasi dari dunia usaha, ekspor
industri barang kayu. Secara umum, beberapa faktor yang
TPT terutama pakaian akan meningkat di triwulan III karena
masih mendorong kinerja sektor industri pengolahan
adanya peningkatan permintaan dalam rangka menghadapi
diantaranya meningkatnya volume perdagangan dunia di
Natal di negara-negara tujuan ekspor utama daerah seperti
tahun 2014 dan penambahan kapasitas dari investasi yang
AS dan Eropa.
telah dilakukan pada tahun sebelumnya. Meski demikian, adanya kenaikan biaya energi dari kenaikan biaya listrik (TTL)
Pertumbuhan dari sisi sektoral, berasal dari perbaikan
diperkirakan dapat menurunkan kinerja industri pengolahan.
sektor industri pengolahan yang dibarengi dengan berlanjutnya kenaikan sektor perdagangan, hotel, dan
Kinerja sektor PHR diperkirakan meningkat di triwulan
restoran. Di sisi lain, sektor pertanian diperkirakan akan
III 2014. Hasil Survei Penjualan Eceran menunjukkan masih
mengalami penurunan dibanding triwulan II 2014.
tingginya ekspektasi penjualan pedagang eceran. Selain itu, ekspektasi konsumen dalam memandang perekonomian ke
Sektor pertanian diperkirakan menurun secara tahunan dibandingkan tahun sebelumnya. Sesuai dengan siklus produksi padi, triwulan II merupakan masa tanam yang
depan masih cukup optimis. Penyelenggaraan Pilpres diperkirakan turut meningkatkan ekspektasi pelaku usaha dan konsumen di Jawa Tengah.
kemudian diikuti dengan musim panen di periode triwulan III. Namun panen di triwulan III diperkirakan tidak sebesar tahun sebelumnya. Kondisi ini dikarenakan luasan tanam di periode ini lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pada tahun lalu luasan tanam bertambah dikarenakan adanya peralihan petani yang menanam palawija menjadi menanam padi. Selain itu, secara keseluruhan tahun, berbagai permasalahan struktural seperti alih fungsi lahan, menurunnya jumlah rumah tangga petani, dan permasalahan produktivitas menyebabkan produksi sektor Pertanian diperkirakan hanya tumbuh terbatas. Lebih lanjut, adanya potensi El Nino yang diperkirakan terjadi pada semester II tahun ini dapat menyebabkan penurunan pada hasil produksi pertanian.
6.2 Inflasi Pada triwulan III 2014, inflasi diperkirakan meneruskan tren penurunan. Berdasarkan perkembangan harga terkini, inflasi Jawa Tengah pada triwulan III tahun 2014 diperkirakan sebesar 4,52%-5,02% (yoy), turun dari triwulan II 2014 yang sebesar 7,26% (yoy). Adapun tekanan inflasi diperkirakan bersumber dari meningkatnya permintaan pada periode tahun ajaran baru serta Ramadhan dan Idul Fitri. Sementara itu, inflasi di kelompok pangan berpotensi meningkat sebagai pengaruh dari menurunnya produksi padi. Inflasi administered prices diperkirakan akan meningkat sejalan dengan diberlakukannya kenaikan tarif dasar listrik untuk beberapa kelompok termasuk kelompok rumah tangga. Risiko inflasi dari perluasan kebijakan yang membatasi penjualan BBM bersubsidi. Hingga saat ini, kebijakan pembatasan solar bersubsidi di wilayah Jakarta belum memberikan dampak.
OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH - BAB VI
59
Inflasi Jawa Tengah hingga Juli 2014 masih dalam tren
Inflasi kelompok barang yang diatur pemerintah
menurun. yakni dari 7,98% (yoy) di akhir 2013 menjadi
(administered prices) turun tajam. Terkait dengan mulai
sebesar 5,03% (yoy). Secara spasial, penurunan inflasi
hilangnya dampak kenaikan BBM bersubsidi pada tahun
terutama terjadi di Kudus dan Semarang. Hilangnya dampak
2013.
Inflasi kelompok barang yang diatur Pemerintah
kenaikan BBM tahun 2013 menurunkan inflasi di bulan Juli
(administered prices) tercatat sebesar 0,86% (mtm), atau
2014.
lebih rendah dibanding rata-rata lima tahun terakhir sebesar 0,97% (mtm). Inflasi tahunan trun tajam dari 12,85% (yoy)
Dampak faktor musiman puasa dan Idul Fitri terhadap inflasi Jawa Tengah terkendali. Tercermin pada inflasi Juli 2014 sebesar 0,72% (mtm), yang jauh di bawah rata-rata inflasi terkait Lebaran selama lima tahun terakhir sebesar 0,96%. Inflasi bulanan Juli ini juga lebih rendah dibanding
pada akhir tahun 2013 menjadi 5,89% (yoy). Rendahnya inflasi pada kelompok ini juga didukung oleh kenaikan tarif angkutan udara 3,46% yang jauh lebih rendah dibanding rata-rata kenaikan saat Lebaran, yang dalam tiga tahun terakhir naik sebesar 13,61%.
inflasi Nasional sebesar 0,93% (mtm). Untuk keseluruhan tahun 2014, inflasi diperkirakan Harga bahan pangan relatif terkendali. Hal ini tercermin pada inflasi kelompok barang bergejolak atau volatile foods. Inflasi bulanan kelompok ini tercatat sebesar 1,35% (mtm), atau di bawah rata-rata inflasi bulanan Lebaran sepanjang lima tahun terakhir sebesar 1,41%. Kondisi tersebut dapat dicapai sejalan dengan pasokan bahan pangan yang memadai, disamping dukungan dari masyarakat untuk bijak berbelanja. Sejalan dengan hal tersebut inflasi tahunan
akan menurun dibanding tahun sebelumnya. Inflasi tahun 2014 diperkirakan akan berada pada kisaran bawah 4,5% - 5,5% (yoy), atau turun tajam dibandingkan tahun 2013 sebesar 7,98% (yoy). Penurunan ini didukung oleh terjaganya ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga komoditas pangan strategis. Selain itu, semakin solidnya koordinasi antara Pemerintah dan BI dalam forum TPI/TPID turut mendukung penurunan inflasi Jawa Tengah.
volatile foods, turun tajam dari 12,82% (yoy) menjadi 2,90% (yoy).
Risiko inflasi pada semester II 2014 masih perlu diantisipasi. Risiko diantaranya berasal dari dampak dari
Beberapa program TPID di Jawa Tengah diperkirakan mampu meredam inflasi saat Ramadhan dan Idul Fitri. Program '4K', yaitu ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, dan komunikasi publik, yang serentak dilaksanakan oleh TPID Provinsi dan TPID Kab/Kota di Jawa Tengah diperkirakan dapat menjaga stabilitas harga. Secara spesifik, Gerakan Bijak Berbelanja dilakukan secara lebih luas, bekerjasama dengan alim ulama dan melalui berbagai media yang ada. Inflasi inti cenderung stabil. Inflasi inti Juli 2014 sebesar 0,48% (mtm) sehingga secara tahunan turun dari 5,25% (yoy) ke 4,36% (yoy), yang mengindikasikan tidak adanya lonjakan permintaan yang signifikan. Sementara itu, inflasi kelompok inti bulan Juli didorong oleh faktor musiman, yaitu penyesuaian upah tukang mandor dan biaya pendidikan untuk sekolah dasar.
60
BAB VI - OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH
faktor iklim El Nino dan perluasan kebijakan pembatasan BBM bersubsidi. Terjadinya kemarau panjang sebagai dampak El Nino di triwulan IV berisiko pada produksi pangan. Meski demikian, kondisi stok beras Bulog yang ada saat ini masih memadai dan dapat memenuhi pasokan pangan daerah untuk tujuh bulan kedepan. Rendahnya harga cabe saat ini diperkirakan juga dapat mengurangi animo petani menanam cabe sehingga harga dapat kembali meningkat. Selain itu, kemungkinan kenaikan tarif batas angkutan udara juga dapat memengaruhi pencapaian inflasi di 2014.
Grafik 6.5. Proyeksi Inflasi Tahunan Jawa Tengah
Grafik 6.6. Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei Konsumen
9
200
YOY PERSEN
INDEKS
195
8
190
7
185
6
180
5
175 170
4
165
3 2
160 1
I
II
III 2012
IV
I
II
III 2013
IV
I
II 2014
IIIp
2
3
4
5
IVp
6
7
8
9
10
11
12
2013 EKSPEKTASI HARGA 3 BULAN YAD
1
2
3
4
5
6
2014 EKSPEKTASI HARGA 6 BULAN YAD
EKSPEKTASI HARGA 6 BULAN YAD
Sumber : Bank Indonesia Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah dan proyeksi Bank Indonesia
OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH - BAB VI
61