KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR
TRIWULAN III - 2008
BANK INDONESIA SURABAYA
Penerbit : Bank Indonesia Surabaya Bidang Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011 psw. 129/128 Fax : 031-3554178 Email :
[email protected] [email protected] [email protected]
Visi Bank Indonesia : “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil” Misi Bank Indonesia : “Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan” Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia : “Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan” Visi Kantor Bank Indonesia Surabaya : “Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan” Misi Kantor Bank Indonesia Surabaya : “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan pelaksanaan tugas bidang ekonomi moneter, sistem pembayaran, dan pengawasan bank serta memberikan saran kepada pemerintah daerah dan lembaga terkait lainnya”.
KATA PENGANTAR Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional Propinsi Jawa Timur Triwulan III-2008 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi stakeholders eksternal maupun internal yang berkaitan dengan perkembangan perekonomian, perbankan dan sistem pembayaran di Jawa Timur baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Kajian ini menguraikan berbagai perkembangan penting dalam perekonomian daerah Jawa Timur serta berbagai faktor yang mempengaruhinya selama periode laporan. Perkembangan ekonomi yang dimaksud mencakup kondisi ekonomi makro (PDRB), laju inflasi, perkembangan perbankan, sistem pembayaran serta pertumbuhan ekonomi dan perkembangan harga. Dalam penyusunan kajian ini kami banyak memperoleh bantuan berupa penyediaan data dan informasi dari berbagai pihak seperti perbankan dan instansi di lingkungan pemerintah daerah, BUMN maupun swasta sehingga kajian ini menjadi lebih informatif. Atas seluruh bantuan tersebut kami mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Harapan kami, hubungan kemitraan yang terjalin selama ini dapat lebih ditingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dan saran untuk lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan kemanfaatan yang optimal. Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah selalu memberikan kekuatan dan kemudahan kepada kita semua dalam memberikan kontribusi yang terbaik bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Jawa Timur pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Surabaya,
November 2008
BANK INDONESIA SURABAYA
Amril Arief Pemimpin
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN RINGKASAN EKSEKUTIF BAB 1
i ii iv v vii viii
MAKRO EKONOMI REGIONAL 1.1 KONDISI UMUM 1.2 SISI PERMINTAAN a. Konsumsi b. Investasi c. Ekspor Impor 1.3 SISI PENAWARAN a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran b. Industri Pengolahan c. Pertanian d. Keuangan, Persewaan dan Jasa e. Bangunan f. Transportasi dan Komunikasi 1.4. KESEJAHTERAAN 1.5 KEUANGAN DAERAH
1 3 3 6 8 12 15 18 21 23 24 26 27 29
Dampak Krisis Ekonomi Global Terhadap Kinerja Ekspor Impor Propinsi Jawa Timur
33
Survei Respon Dunia Industri terhadap Peraturan Bersama 5 Menteri Tentang Pengoptimalan Beban Listrik melalui Pengalihan Jam Kerja Industri
37
BAB 2
PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TIMUR 2.1 UMUM 2.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq) 2.3 INFLASI TAHUNAN (yoy) 2.4 INFLASI INTI DAN NON INTI
41 41 41 45 47
Boks 3
Survei Fluktuasi Harga Pangan & Model Inflasi Bahan Makanan (Volatile foods) di Jawa Timur
49
Boks 4
Perkembangan Konversi Minyak Tanah ke ELPIJI di Surabaya
52
BAB 3
STABILITAS DAN INTERMEDIASI PERBANKAN 3.1 INTERMEDIASI PERBANKAN 3.1.1. DANA PIHAK KETIGA (DPK) 3.1.2. KREDIT 3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN 3.2.1. RISIKO KREDIT
54 54 55 56 61 61
Boks 1
Boks 2
ii
3.3 3.4 3.4
3.2.2. RISIKO LIKUIDITAS 3.2.3. RISIKO PASAR PERBANKAN SYARIAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA
63 64 64 65 67
Boks 5
Perkembangan Likuiditas Perbankan di Jawa Timur
69
BAB 4
SISTEM PEMBAYARAN 4.1 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA TUNAI a. Aliran Uang Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) b. Perkembangan Aktivitas Penukaran Uang Pecahan Kecil c. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Uang Kartal 4.2 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI a. Transaksi Kliring b. Transaksi RTGS (Real Time Gross Settlement) 4.3 PENEMUAN UANG PALSU DI PERBANKAN JAWA TIMUR
72 72 72 74 75 76 77 78 80
PROSPEK EKONOMI DAN HARGA 5.1 PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR 5.2 PROYEKSI INFLASI JAWA TIMUR 5.3 PROSPEK PERBANKAN TAHUN 2008
83 83 85 85
BAB 5
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Tabel 1.2 Tabel 1.3 Tabel 1.4 Tabel 1.5 Tabel 1.6 Tabel 1.7 Tabel 1.8 Tabel 1.9 Tabel 1.10 Tabel 1.11 Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 3.1
Data Ekspor dan Impor Jawa Timur ertumbuhan dan Sumbangan Sektoral Utilisasi Kapasitas Produksi di Jawa Timur Pertumbuhan Ekonomi Sektor PHR Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian Realisasi Bayar Bantuan Langsung Tunai di Jawa Timur Realisasi PAD Provinsi Jawa Timur hingga Tw III-2008 Realisasi Dana Perimbangan Provinsi Jawa Timur hingga Tw III-2008 Realisasi Belanja Pemerintah di Provinsi Jawa Timur Jadwal Pemilihan Kepala Daerah di Jawa Timur 10 wilayah Produksi Daging Ayam Terbesar di Jawa Timur Tahun 2007 10 wilayah Produksi Daging Ayam Terbesar di Jawa Timur Tahun 2007 Perkembangan Indikator Perbankan di Jawa Timur
10 13 14 15 18 21 28 29 29 30 31 44 44 55
iv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.1
PDRB Sektoral Jawa Timur Berdasarkan Harga Berlaku
Lampiran 1.2
PDRB Sektoral Jawa Timur Berdasarkan Harga Konstan 2000 (Rp juta)
Lampiran 1.3
Pertumbuhan PDRB Sektoral Jawa Timur (y-o-y) Berdasarkan Harga Konstan 2000 (%)
Lampiran 1.4
Sumbangan PDRB Sektoral Jawa Timur Berdasarkan Harga Konstan 2000 (%)
Lampiran 3.1
Perkembangan Bank Umum Jawa Timur
Lampiran 3.2
Perkembangan Bank Syariah Jawa Timur
vii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3 Gambar 1.4 Gambar 1.5 Gambar 1.6 Gambar 1.7 Gambar 1.8 Gambar 1.9 Gambar 1.10 Gambar 1.11 Gambar 1.12 Gambar 1.13 Gambar 1.14 Gambar 1.15 Gambar 1.16 Gambar 1.17 Gambar 1.18 Gambar 1.19 Gambar 1.20 Gambar 1.21 Gambar 1.22 Gambar 1.23 Gambar 1.24 Gambar 1.25 Gambar 1.26 Gambar 1.27 Gambar 1.28 Gambar 1.29 Gambar 1.30 Gambar 1.31 Gambar 1.32 Gambar 1.33 Gambar 1.34 Gambar 1.35 Gambar 1.36 Gambar 1.37 Gambar 1.38 Gambar 1.39 Gambar 1.40 Gambar 1.41 Gambar 1.42 Gambar 1.43 Gambar 1.44 Gambar 1.45 Gambar 1.46 Gambar 1.47 Gambar 1.48 Gambar 1.49
Indeks Ekspektasi Konsumen Indeks Penjualan SPE Konsumsi Listrik Rumah Tangga Perkembangan Indeks Omzet Riil Volume Penjualan Motor Volume Penjualan Mobil Indeks Ketepatan Waktu Membeli Barang Tahan Lama (Durable Goods) Indeks Penghasilan Saat ini dan Ekspektasi Penghasilan Pekembangan Kredit Konsumsi Perkembangan Tabungan Perorangan Perkembangan Deposito Perkembangan Nilai Impor Capital Goods Perkembangan Volume Impor Capital Goods Perkembangan Volume Penjualan Semen Perkembangan Kredit Investasi Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Pertumbuhan Nilai Ekspor dan Impor Pertumbuhan Volume Ekspor Impor Neraca Perdagangan Luar Negeri Neraca Perdagangan Kumulatif Negara Tujuan Ekspor Jawa Timur Perkembangan Ekspor menurut Tujuan Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Struktur Perekonomian Jawa Timur Pertumbuhan Ekonomi Tw III-2008 dan TW II-2008 Pertumbuhan dan Sumbangan Pertumbuhan TW III-2008 Perkembangan Pertumbuhan Sektor Andalan Indeks Realisasi Usaha Volume Barang di Pel Tanjung Perak Konsumsi Listrik Golongan Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jatim Jumlah Wisatawan Asing melalui Bandara Juanda Kredit Sektor Perdagangan dan Hotel Perkembangan Sales Rokok PT Bentoel Perkembangan Sales Rokok Sampoerna Perkembangan Sales Rokok PT Gudang Gara, Perkembangan Harga BBM Industri Perkembangan Kredit Srktor Industri Luas Lahan Tanam dan Panen Padi di Jawa Timur Luas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jawa Timur Luas Lahan Puso di Jawa Timur Perkembangan Kredit Pertanian Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa Timur Perkembangan NIM Perbankan Jawa Timur Perkembangan Fee Based Income Perkembangan Interest Based Income Volume Penjualan Semen di Jawa Timur
3 4 4 4 4 5 5 6 6 6 6 7 7 7 8 9 9 9 9 10 10 11 11 12 12 12 12 13 14 15 15 16 16 17 17 19 19 19 20 21 22 22 23 23 24 24 24 24 25
v
Gambar 1.50 Gambar 1.51 Gambar 1.52 Gambar 1.53 Gambar 1.54 Gambar 1.55 Gambar 1.56 Gambar 1.57 Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 2.7 Gambar 2.8 Gambar 2.9 Gambar 2.10 Gambar 2.11 Gambar 2.12 Gambar 2.13 Gambar 2.14 Gambar 2.15 Gambar 2.16 Gambar 2.17 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 3.6 Gambar 3.7 Gambar 3.8 Gambar 3.9 Gambar 3.10 Gambar 3.11 Gambar 3.12 Gambar 3.13 Gambar 3.14 Gambar 3.15 Gambar 3.16 Gambar 3.17 Gambar 3.18 Gambar 3.19 Gambar 3.20 Gambar 3.21 Gambar 3.22 Gambar 3.23 Gambar 3.24 Gambar 3.25 Gambar 3.26 Gambar 3.27 Gambar 3.28 Gambar 3.29 Gambar 3.30 Gambar 3.31
Kredit Perbankan Sektor Properti Kredit Dektor Properti per Penggunaan NPL Kredit Properti Arus Penumpang dan Barang di Tanjung Perak Statistik Kontainer PT TPS di Tanjung Perak Penumpang Domestik di Bandara Juanda Penumpang Internasional di Bandara Juanda Perkembangan Dana Pemerintah di Perbankan Inflasi Jawa Timur Inflasi Jawa Timur & Nasional Sumbangan Inflasi Jawa Timur & Nasional Perkembangan Harga Mingguan beberapa komoditas di Surabaya Perkembangan Harga Bulanan Beberapa Komoditas di Surabaya Pergerakan Harga Beras Mingguan Pergerakan Harga Beras Bulanan Inflasi Nasional & Jawa Timur Inflasi Jawa Timur Perkembangan Harga CPO di Pasar Dunia Perkembangan Harga Kedelai di Pasar Dunia Perkembangan Harga Gandum di Pasar Dunia Inflasi Berdasarkan Kelompok Sumbangan Inflasi Berdasarkan Kelompok Perkembangan Capacity Utilization Perkembangan Nilai Tukar Rp-USD Ekspektasi Harga 3 bulan ke depan Pertumbuhan Indikator Perbankan (yoy) Pertumbuhan NIM Perbankan (yoy) Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Perkembangan Suku Bunga DPK Komposisi DPK Bank Umum Komposisi DPK Golongan Perorangan Suku Bunga Kredit dan BI Rate Pertumbuhan Kredit (yoy) Pertumbuhan Kredit per Jenis Penggunaan Pangsa Kredit per Jenis Penggunaan Pertumbuhan Kredir Modal Kerja Pertumbuhan Kredit Investasi Pertumbuhan Kredit Konsumsi Pertumbuhan Kredit Per Sektor Ekonomi (yoy) Pertumbuhan Kredit Per Sektor Ekonomi (yoy) Perkembangan LDR Perkembangan LDR Per kelompok Bank Pangsa Kredit UMKM terhadap total kredit Pertumbuhan Kredit UMKM Tingkat NPL Kredit UMKM & Kredit Total Tingkat NPL Kredit UMKM Perkembang Non Performing Loans Perkembangan NPL Kredit Investasi Perkembangan NPL Kredit Modal Kerja Perkembangan NPL Kredit Konsumsi NPL per Sektor Unggulan Perkembangan NPLs kredit Properti Perkembangan Indikator Perbankan Syariah Perkembangan IndikatorBPR Pertumbuhan Kredit per Jenis Penggunaan Pertumbuhan DPK per Jenis Simpanan
25 25 26 27 27 27 27 31 42 42 43 43 43 44 44 45 45 45 45 46 46 46 47 47 48 54 54 55 55 56 56 57 57 57 57 58 58 58 59 59 59 59 60 60 61 61 62 62 62 62 63 63 65 65 66 66
Gambar 3.32 Gambar 3.33 Gambar 3.34 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7 Gambar 4.8 Gambar 4.9 Gambar 4.10 Gambar 4.11 Gambar 4.12 Gambar 4.13 Gambar 4.14 Gambar 4.15 Gambar 4.16 Gambar 5.1 Gambar 5.2 Gambar 5.3 Gambar 5.4
Perkembangan Indikator Bank ber KP (yoy) Perkembangan Indikator bank ber KP (mtm) Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Rata-rata Harian Arus Uang Rata-rata Harian Net Inflow Inflow, Outflow dan Netinflow Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil Jumlah Lembar Uang yang Ditukarkan Berdasarkan Nominal Nilai Uang yang Ditukarkan Berdasarkan Nominal Pecahan Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur Perkembangan Transaksi Kliring Di Jawa Timur Perkembangan Transaksi RTGS Di Jawa Timur Transaksi BI-RTGS Tw III-2008 menurut Volume Transaksi BI-RTGS Tw III-2008 menurut Nilai Komposisi Jenis pengguna BI RTGS Uang Palsu Yang Ditemukan Oleh Perbankan di Jawa Timur Statistik Uang Palsu yang ditemukan (lembar) Statistik Uang Palsu yang ditemukan (nilai) Estimasi Realisasi Usaha Tw IV 2008 Ekspektasi Konsumen 6 bulan yad Proyeksi Inflasi Jawa Timur tahun 2008 Ekspektasi Harga 3 bulan ke depan
67 67 68 73 73 73 74 75 75 76 77 78 78 79 79 80 81 82 82 84 84 84 84
Ringkasan Eksekutif
RINGKASAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR EKSEKUTIF TRIWULAN III-2008 I. PERKEMBANGAN EKONOMI, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Asesmen Ekonomi Perekonomian Jawa Timur pada triwulan III-2008 tumbuh 6,02%, sedikit lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya (5,5 – 6%). Kegiatan konsumsi rumah tangga, yang merupakan penggerak utama ekonomi, masih mampu tumbuh dan menjadi pendorong ekonomi di tengah tekanan inflasi yang meningkat pasca kenaikan harga BBM di bulan Mei 2008. Aktivitas konsumsi utamanya dilakukan dalam rangka menyambut hari raya Lebaran. Penjualan barang durable goods seperti kendaraan bermotor masih tumbuh seiring dengan membaiknya keyakinan konsumen di triwulan ini. Untuk membiayai konsumsi, masyarakat diyakini menggunakan tabungannya dan memanfaatkan pinjaman perbankan (kredit konsumsi). Kegiatan investasi swasta masih tumbuh meskipun mulai menunjukkan gejala perlambatan. Investasi pemerintah masih rendah, namun terdapat pengeluaran APBD yang signifikan untuk biaya penyelenggaraan Pilkada di berbagai daerah di Provinsi Jawa Timur. Pertumbuhan Ekspor masih dalam tren melambat pada triwulan ini, sehingga neraca perdagangan luar negeri kembali defisit karena di sisi lain impor masih tumbuh tinggi seiring permintaan domestik. Perlambatan ekspor ini disebabkan oleh tren pelemahan ekonomi global yang menyebabkan turunnya permintaan dari negara-negara partner dagang Jawa Timur.
Dari
sisi
penawaran,
sektor-sektor
utama
mampu
tumbuh
tinggi
khususnya sektor PHR yang merupakan sektor paling dominan. Sektor PHR, baik subsektor perdagangan, hotel, maupun restoran, mendapat permintaan yang tinggi pada triwulan ini seiring maraknya aktivitas konsumsi masyarakat. Sektor Industri tumbuh tertolong oleh penurunan biaya energi meskipun di sisi lain masih menghadapi persoalan daya beli relatif lemah dan gangguan suplai energi listrik. Demonstrasi buruh/karyawan tidak lagi terdengar pada triwulan ini. Sektor Pertanian tumbuh lebih tinggi pada triwulan ini seiring tibanya musim panen kedua di bulan Juli-Agustus. Ketersediaan pupuk (khususnya pupuk bersubsidi)
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
viii
Ringkasan Eksekutif
masih menjadi keluhan utama di sektor pertanian. Dari sisi pembiayaan, kredit perbankan ke sektor-sektor andalan mengalami tren penurunan meskipun tetap berada pada tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi. Kondisi ini terkait dengan kebijakan moneter ketat yang dicanangkan oleh bank sentral untuk mengerem laju pertumbuhan kredit di tengah tingginya tekanan inflasi khususnya yang berasal dari permintaan (demand-pull inflation).
Asesmen Inflasi Inflasi Jawa Timur pada triwulan III 2008 mengalami perlambatan meskipun masih pada level yang cukup tinggi, terutama akibat faktor seasonal dan kenaikan harga bahan bakar. Inflasi pada triwulan III 2008 mencapai 2,96% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan II 2008 yang mencapai 4,37%. Sementara itu, secara tahunan inflasi Jawa Timur sebesar 11,39% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan II 2008 yang sebesar 10,39%. Sumber inflasi berasal dari kenaikan harga komoditas pada kelompok bahan makanan, kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga, serta kelompok perumahan, air, listrik & bahan bakar. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan inflasi di Jawa Timur antara lain: kenaikan permintaan masyarakat menjelang puasa dan lebaran, peningkatan ekspektasi kenaikan harga oleh konsumen, tahun ajaran baru, serta kenaikan harga bahan bakar rumah tangga yang disertai dengan pola distribusi yang tidak lancar. Meskipun masih tinggi, inflasi Jawa Timur secara tahunan lebih rendah dibandingkan inflasi nasional. Secara tahunan, tingkat inflasi Jawa Timur masih lebih rendah dibandingkan nasional (12,14%). Sedangkan secara triwulanan, inflasi Jawa Timur sedikit lebih tinggi dibandingkan nasional (2,85%)
Asesmen Stabilitas Sistem Keuangan Dan Intermediasi Perbankan
Hingga triwulan III 2008, perkembangan indikator industri perbankan di Jawa Timur menunjukkan trend yang melambat, baik bank umum maupun BPR. Pertumbuhan kredit yang sempat mencapai 33,33% (yoy) mulai menunjukkan perlambatan seiring dengan kenaikan suku bunga. Di sisi lain,
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
ix
Ringkasan Eksekutif
pertumbuhan DPK mulai menunjukkan perbaikan meskipun masih dalam level yang rendah dan berada di bawah pertumbuhan kredit. Tingkat LDR bank umum masih berada dalam level yang cukup tinggi yaitu di kisaran 72,35% dengan rasio NPL terjaga di bawah 3%. Dari sisi risiko yang dihadapi perbankan, hingga triwulan III 2008 risiko kredit, risiko likuiditas dan risiko pasar masih relatif terjaga. Namun terdapat potensi tekanan kedepan, dipengaruhi oleh trend peningkatan suku bunga, pengetatan likuiditas, serta pelemahan nilai tukar rupiah.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
x
Bab I – Makro Ekonomi Regional
1
MAKRO EKONOMI REGIONAL
1.1. KONDISI UMUM Perekonomian Jawa Timur pada triwulan III-2008 tumbuh 6,02%, sedikit lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya (5,5 – 6%). Kegiatan konsumsi rumah tangga, yang merupakan penggerak utama ekonomi, masih mampu tumbuh dan menjadi pendorong ekonomi di tengah tekanan inflasi yang meningkat pasca kenaikan harga BBM di bulan Mei 2008. Aktivitas konsumsi utamanya dilakukan dalam rangka menyambut hari raya Lebaran. Penjualan barang durable goods seperti kendaraan bermotor juga masih tumbuh seiring dengan membaiknya keyakinan konsumen di triwulan ini. Untuk membiayai konsumsi, masyarakat diyakini menggunakan tabungannya dan memanfaatkan pinjaman perbankan (kredit konsumsi). Kegiatan investasi swasta masih tumbuh meskipun mulai menunjukkan gejala perlambatan. Investasi pemerintah masih rendah, namun terdapat pengeluaran APBD yang signifikan untuk biaya penyelenggaraan Pilkada di berbagai daerah di Provinsi Jawa Timur. Pertumbuhan Ekspor masih dalam tren melambat pada triwulan ini, sehingga neraca perdagangan luar negeri kembali defisit karena di sisi lain impor masih tumbuh tinggi seiring permintaan domestik. Perlambatan ekspor ini disebabkan oleh tren pelemahan ekonomi global yang menyebabkan turunnya permintaan dari negara-negara partner dagang Jawa Timur. Dari sisi penawaran, sektor-sektor utama mampu tumbuh tinggi khususnya sektor PHR yang merupakan sektor paling dominan. Sektor PHR, baik subsektor perdagangan, hotel, maupun restoran, mendapat permintaan yang tinggi pada triwulan ini seiring maraknya aktivitas konsumsi masyarakat. Sektor Industri tumbuh tertolong oleh penurunan biaya energi meskipun di sisi lain masih menghadapi persoalan daya beli relatif lemah dan gangguan suplai energi listrik. Demonstrasi buruh/karyawan tidak lagi terdengar pada triwulan ini. Sektor Pertanian tumbuh lebih tinggi pada triwulan ini seiring tibanya musim panen kedua di bulan Juli-Agustus. Ketersediaan pupuk (khususnya pupuk bersubsidi)
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
1
Bab I – Makro Ekonomi Regional
masih menjadi keluhan utama di sektor pertanian. Dari sisi pembiayaan, kredit perbankan ke sektor-sektor andalan mengalami tren penurunan meskipun tetap berada pada tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi. Kondisi ini terkait dengan kebijakan moneter ketat yang dicanangkan oleh bank sentral untuk mengerem laju pertumbuhan kredit di tengah tingginya tekanan inflasi khususnya yang berasal dari permintaan (demand-pull inflation).
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
2
Bab I – Makro Ekonomi Regional
1.2. SISI PERMINTAAN Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur didorong utamanya oleh komponen Konsumsi yang pada triwulan III-2008 ini mampu tumbuh lebih tinggi. Di sisi lain, komponen Investasi dan Ekspor-Impor tumbuh melambat. Kinerja ekspor terus mengalami penurunan sebagai dampak krisis ekonomi global. a. Konsumsi Secara umum, aktivitas konsumsi rumah tangga tumbuh lebih cepat pada triwulan III-2008 ini. Indikasi percepatan ini tampak pada hasil Survei Konsumen BI yang merupakan cerminan keyakinan masyarakat untuk melakukan konsumsi. Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) tercatat meningkat setelah sempat menurun drastis pada triwulan II-2008 pasca keputusan pemerintah untuk menaikkan harga BBM. Meskipun secara riil daya beli masyarakat menurun, namun tampaknya pada triwulan ini masyarakat sudah mulai merasakan hal tersebut sebagai sesuatu yang normal sehingga keyakinan untuk konsumsi meningkat. Selain itu, konsumsi pada triwulan ini juga dimotivasi oleh persiapan menjelang Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada tanggal 1 Oktober 2008.
Gambar 1.1 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 140 120 100 80 60 40
Indeks Ekspektasi Konsumen
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 2005
baya
2006
2007
2008
Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
3
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Bila dianalisis lebih mendalam, peningkatan konsumsi ini tampak baik pada konsumsi makanan maupun non-makanan seperti tercermin pada hasil Survei Penjualan Eceran BI Surabaya (Gambar 1.2). Selain itu, berbagai indikator konsumsi non-makanan lain seperti konsumsi listrik rumah tangga, penjualan mobil, dan penjualan motor, juga menunjukkan adanya tingkat konsumsi yang tinggi. Khusus untuk indikator pembelian motor dan mobil, meskipun pertumbuhannya tampak menurun dibandingkan triwulan II-2008, namun sesungguhnya tingkat pertumbuhan ini masih cukup tinggi (di kisaran 40% year-on-year). Tingginya konsumsi mobil dan motor sejalan dengan hasil Survei Konsumen yang menunjukkan perbaikan keyakinan masyarakat untuk membeli barang tahan lama/durable goods (Gambar 1.7). Gambar 1.2 Indeks Penjualan Makanan Minuman 1,840 1,640
Gambar 1.3 Konsumsi Listrik Rumah Tangga Konsumsi listrik RT
130
Peralatan RT
800
KwH per pelanggan RT
Pakaian
700
120
Makanan Tembakau
1,440
600 110
1,240
500
1,040 100
840 640
400 300
90
440
200
240
80
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
40 2007
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006
70
2008
2006
Sumber: Survei Penjualan Eceran BI Surabaya
2007
2008
Sumber: PLN Distribusi Jatim
Gambar 1.4 Perkembangan Indeks Omzet Riil
Gambar 1.5 Volume Penjualan Motor
Sumber : Dipenda Propinsi Jatim
120,000
18,000
250%
Penjualan Motor gPenjualan Motor
16,000
200%
100,000
14,000 12,000
150%
80,000
10,000
100% 60,000
8,000
50%
6,000
Indeks Omzet Riil
40,000
0%
4,000 20,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
0 2006 Sumber: Survei Penjualan Eceran BI Surabaya
2007
2008
-50%
0
-100% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2,000
2006
2007
2008
Sumber: Dipenda Provinsi Jatim
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
4
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Gambar 1.6 Volume Penjualan Mobil 300
Penjualan Mobil
120%
gPenjualan Mobil
100%
250
80% 60%
200
40%
90
Gambar 1.7 Indeks Ketepatan Waktu Membeli Barang Tahan Lama (Durable Goods)
80 70 60
20% 50
150
0% -20% -40% -60%
50
2006
2007
30
Indeks Ketepatan Waktu Membeli Barang Tahan Lama
20
-80%
10
-100%
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0
40
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
100
2006
2008
Sumber: Dipenda Provinsi Jatim
2007
2008
Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya
Survei Bank Indonesia lainnya menunjukkan bahwa persepsi masyarakat tentang kondisi penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan lalu masih cenderung menurun. Belum tampak adanya perubahan persepsi yang signifikan dibandingkan kondisi pada triwulan sebelumnya. Namun demikian, terdapat perbaikan ekspektasi masyarakat akan penghasilan mereka di masa mendatang (Gambar 1.8). Kondisi ini mendukung indikator kredit konsumsi yang terus meningkat hingga mencapai pertumbuhan 24% (yoy) pada triwulan III-2008.
Keyakinan
akan
perbaikan
penghasilan
di
masa
mendatang
mendorong masyarakat untuk melakukan pinjaman (kredit konsumsi) dari perbankan. Selain kredit perbankan, pembiayaan konsumsi masyarakat diperkirakan diperoleh pula dari berbagai perusahaan pembiayaan yang marak tersedia di pasar. Pembiayaan jenis ini umumnya ditujukan untuk pembelian produk-produk elektronik, otomotif, dan produk ritel rumah tangga lainnya. Aktivitas konsumsi diduga juga dibiayai oleh simpanan masyarakat di bank. Pertumbuhan tabungan milik perorangan di perbankan Jawa Timur tampak melambat secara signifikan pada triwulan ini, meskipun masih mencatatkan tingkat pertumbuhan (yoy) yang tinggi di kisaran 20%. Selain untuk membiayai aktivitas konsumsi yang makin mahal, penurunan laju simpanan masyarakat dalam bentuk tabungan juga diduga karena beralihnya simpanan tersebut menjadi bentuk deposito. Pertumbuhan simpanan deposito milik perorangan di perbankan Jawa Timur tercatat kembali meningkat pada triwulan ini (Gambar 1.11). ________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
5
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Sementara itu, konsumsi pemerintah daerah pada triwulan ini relatif lancar, yang umumnya berupa realisasi belanja tidak langsung seperti belanja pegawai dan belanja bagi hasil.
Gambar 1.8 Indeks Penghasilan Saat ini dan Ekspektasi Penghasilan
Gambar 1.9 Perkembangan Kredit Konsumsi
35%
150 140
Nilai Kredit Konsumsi 25
gKredit Konsumsi
30%
130
23
120
25%
110
20%
20
100
18
15%
Indeks Penghasilan Saat Ini Ekspektasi Penghasilan
90 80
15
10%
70
5%
13
0%
10
60
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
50 2006
2007
2006
2008
Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya
2008
Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah
Gambar 1.10 Perkembangan Tabungan Perorangan 60
2007
Gambar 1.11 Perkembangan Deposito Perorangan
50
Tabungan perorangan
35%
gTabungan perorangan
30%
50
25%
40
60%
Deposito perorangan
50%
gDeposito Perorangan
48
40% 46
30%
20% 15%
30
10%
20
44
20% 10%
42
5% 0%
10
0% 40
-10%
-5%
-
-10% 3
6
9
12
3
6
2006
9
2007
12
3
6
9
2008
Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah
38
-20% 3
6
9
2006
12
3
6
9
2007
12
3
6
9
2008
Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah
b. Investasi
Kegiatan investasi diprediksi tumbuh melambat pada triwulan ini, sebagaimana dikonfirmasi oleh data impor yang menunjukkan adanya penurunan laju volume ________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
6
Bab I – Makro Ekonomi Regional
impor barang modal (capital goods) dari luar negeri ke Jawa Timur. Impor barang modal sempat mencapai tingkat tertinggi pada triwulan II-2008 dengan mencatatkan pertumbuhan volume hingga 140% (yoy). Pada triwulan ini, angka tersebut mengalami koreksi meskipun masih tumbuh cukup tinggi di kisaran 60% (yoy). Berdasarkan nilainya, penurunan impor tersebut telah mencatat pertumbuhan negatif karena pada saat yang sama juga terjadi penurunan harga komoditas yang diimpor Jawa Timur. Barang modal didefinisikan sebagai barang yang digunakan dalam memproduksi barang atau jasa namun tidak menjadi bagian dari barang atau jasa yang diproduksi tersebut. Contoh barang modal adalah peralatan transportasi, mesin industri, dan alat perkantoran.
Gambar 1.12 Perkembangan Nilai Impor Capital Goods
Gambar 1.13 Perkembangan Volume Impor Capital Goods 160%
90
300
Nilai Impor Capital Goods
160%
80
Volume Impor Capital Goods
140%
gNilai Impor Capital Goods
140%
70
gVolume Impor Capital Goods
120%
120%
60
250
100%
200
80% 150
100% 80%
50
60%
40
40%
60%
20%
30
40% 100
20% 0%
50
-20%
0% 20
-20%
10
-40%
0
-60% Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
0
-40% 2006
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 2006
2007
2007
2008
2008
Sumber: BI
Sumber: BI
Gambar 1.14 Perkembangan Volume Penjualan Semen
s
Vol Penjualan Semen
600,000
100%
gPenjualan Semen 80%
500,000
60%
400,000
40% 300,000 20% 200,000
0% -20%
0
-40% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
100,000
2006
2007
2008
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
7
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Di sisi lain, investasi pemerintah daerah hingga triwulan III-2008 ini masih tergolong rendah, seperti yang diindikasikan oleh tingkat realisasi anggaran pemerintah yang umumnya baru mencapai kisaran 55% (lihat juga Bagian 1.5. Keuangan Daerah). Rencana investasi pemerintah umumnya baru akan dikerjakan besar-besaran di triwulan IV. Berbeda dengan realisasi investasi yang melambat, pertumbuhan kredit perbankan untuk tujuan investasi pada triwulan ini justru tercatat lebih baik daripada triwulan II-2008. Fasilitas kredit investasi ini diduga baru akan digunakan untuk aktivitas di triwulan mendatang.
Gambar 1.15 Perkembangan Kredit Investasi 35% 30%
14
Nilai Kredit Investasi gKredit Investasi
12 10
20%
8
15%
6
10%
4
5%
2
0%
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
25%
2006
2007
2008
Sumber: Laporan Bulanan perbankan, diolah
c. Ekspor-Impor Aktivitas ekspor pada triwulan ini tercatat terus melemah sebagai dampak krisis ekonomi global yang berimbas pada berkurangnya permintaan akan produk-produk Jawa Timur di luar negeri. Secara volume, ekspor Jawa Timur ke luar negeri pada triwulan III-2008 sudah tumbuh negatif sebesar -2,86% (yoy), sementara dari sisi nilai tercatat masih tumbuh sebesar 6,19%. Kondisi ini sedikit lebih baik dibandingkan situasi triwulan II-2008. Di sisi lain, impor Jawa Timur masih tumbuh tinggi meskipun juga mengalami sedikit penurunan. Secara nilai, impor Jawa Timur masih tumbuh
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
8
Bab I – Makro Ekonomi Regional
tinggi sebesar 42,87% (yoy) pada triwulan III-2008. Tetap tingginya impor ini terkait dengan struktur ekonomi Jawa Timur yang masih banyak tergantung pada pasokan dari luar negeri baik untuk barang konsumsi akhir maupun barang setengah jadi. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur tidak hanya dicukupi oleh produksi maupun bahan baku yang berasal dari dalam negeri, melainkan juga dari luar negeri dalam bentuk impor. Dengan perkembangan ekspor dan impor tersebut, surplus neraca perdagangan (trade balance) Jawa Timur kembali tercatat defisit hingga triwulan III-2008 (Juli-September 2008). Kondisi ini sangat berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang umumnya mencatat surplus. Gambar 1.16 Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor
Gambar 1.17 Perkembangan Volume Ekspor dan Impor
1,200
1,000
Nilai Ekspor
1,800
Volume Ekspor
Nilai Impor
1,600
Volume Impor
1,400
800 1,200 1,000
600
800
400
600 400
200 200
2007
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
-
2006
2006
2008
Sumber: BI
2007
2008
Sumber: BI
Gambar 1.18 Pertumbuhan Nilai Ekspor dan Impor
Gambar 1.19 Pertumbuhan Volume Ekspor dan Impor
100.00%
70.00%
gVolume Impor
gNilai Ekspor 60.00%
gNilai Impor
80.00%
gVolume Ekspor
50.00% 40.00%
60.00%
30.00%
40.00%
20.00% 10.00%
20.00% 0.00% 1
2
-10.00%
0.00% 1
2
3
4
5
6
7
2007
8
9
10 11 12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
3
4
5
6
7
2007
8
9
10 11 12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
2008
-20.00%
2008
-20.00%
-30.00%
Sumber: BI
Sumber: BI
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
9
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Tabel 1.1 Data Ekspor dan Impor Jawa Timur Deskripsi
Ekspor Impor
Pertumb Ekspor (yoy) Pertumb Impor (yoy)
Tw I 08
Nilai (US$) Volume (ton) Nilai (US$) Volume (ton) Nilai Volume Nilai Volume
Tw II 08
2,631,768,486 1,758,438,987 2,709,590,284 3,758,489,475
Tw III 08
2,806,085,166 1,717,991,981 3,067,398,640 3,884,762,867
10.42% 5.49% 64.74% 30.29%
2,867,496,622 1,761,677,002 3,153,053,911 4,023,144,927
-1.07% -5.56% 51.81% 7.37%
6.19% -2.86% 42.87% 12.14%
Sumber: BI
Gambar 1.20 Neraca Perdagangan Luar Negeri
Gambar 1.21 Neraca Perdagangan Kumulatif 3,000
Cumulative Net Ekspor
Net Ekspor
360
2,500 310
2,000
260 210
1,500 160
1,000
110 60
500
2006
2007
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
(40)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
2008
(90)
(500)
2006
2007
2008
(140)
(1,000)
(190)
Sumber: BI
Sumber: BI
Berdasarkan negara tujuan, ekspor Jawa Timur masih didominasi oleh lima negara, yaitu Jepang, Amerika Serikat, Malaysia, China, dan Thailand. Ekspor ke lima negara ini mencapai 50% total nilai ekspor Jawa Timur di sepanjang Januari-September 2008. Dengan demikian, kinerja ekspor Jawa Timur sangat tergantung pada permintaan dari negara-negara partner dagang ini. Sebagai contoh, resesi ekonomi di Jepang yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini, berdampak pada menurunnya ekspor Jawa Timur ke Jepang. Terkait krisis keuangan dan ekonomi global yang bermuara di Amerika Serikat, kinerja ekspor Jawa Timur diprediksi juga akan ikut terpengaruh mengingat Amerika Serikat adalah negara tujuan ekspor terbesar kedua Jawa Timur. Meskipun demikian, hingga bulan Agustus 2008 belum tampak penurunan nilai ekspor yang signifikan ke Amerika Serikat. Untuk lebih detilnya, baca juga Boks 1: Dampak Krisis Ekonomi Global terhadap Kinerja Ekspor dan Impor Jawa Timur. ________________________________________________________________________________________________ 10 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Gambar 1.23 Perkembangan Ekspor menurut Tujuan (dalam USD ribu)
Gambar 1.22 Negara Tujuan Ekspor Jawa Timur 2008
250,000,000
Japan 14% 200,000,000
USA 12%
Others 42%
Malaysia 10% China 6%
Japan
USA
Malaysia Thailand
China Spore
150,000,000
100,000,000
50,000,000
Spore 5%
Thailand 6%
Sumber: BI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
0
S Korea 5%
2006
2007
2008
Sumber: BI
________________________________________________________________________________________________ 11 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
1.3. SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Jawa Timur pada triwulan III-2008 ini masih serupa dengan periode-periode sebelumnya, yaitu didominasi oleh tiga sektor utama: Perdagangan, Hotel & Restoran, Industri Pengolahan, dan Pertanian (kombinasi ketiganya memberi sumbangan hingga 73,80% terhadap PDRB Jawa Timur triwulan III-2008). Perekonomian Jawa Timur pada triwulan III1
2008 tumbuh sebesar 6,02% , sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2008 yang sebesar 5,97%. Percepatan ini disumbangkan oleh peningkatan kinerja di sektor-sektor ekonomi utama Jawa Timur. Gambar 1.25 Struktur Perekonomian Jawa Timur
Gambar 1.24 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi 8
100%
Jawa Timur
Indonesia
7
Listrik Gas Air Bersih
80% 5.98
6.35
6.28
6.31
6.09
6.02
Tambang
6.02
Bangunan
6.31
6
6.21
5.97 5.54 5
60%
5.97
Keuangan
5.80
Angkut & Kom
4.98
Jasa
40%
4.92
Pertanian Industri
4
20%
PHR
3 Tw I
Tw II Tw III Tw IV Tw I 2005
Tw II Tw III Tw IV Tw I 2006
Tw II Tw III Tw IV Tw I 2007
0%
Tw II Tw III
1
2008
2
3
4
1
2006
Sumber: BPS Jawa Timur
2
3
4
1
2007
2
3
2008
Sumber: BPS Jawa Timur
Gambar 1.26 Pertumbuhan Ekonomi Tw III-2008 dan TwII-2008
Gambar 1.27 Pertumbuhan dan Sumbangan Pertumbuhan Tw III-2008
Jasa-jasa
Jasa-jasa
Keu, Sewa, dan Jasa
Keu, Sewa, dan Jasa
Angkutan dan Komunikasi
Angkutan dan Komunikasi
Perdagangan Hotel dan Rest
Perdagangan Hotel dan Rest
Bangunan
Bangunan
Sumbangan
Tw II-08
Listrik, Gas dan Air Bersih
Pertumbuhan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Tw III-08
Industri Pengolahan
Industri Pengolahan
Pertambangan & Penggalian
Pertambangan & Penggalian Pertanian
Pertanian 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pertumbuhan (%)
10
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
%
Sumber: BPS Jawa Timur
1
Sumber: BPS Jawa Timur
Angka sangat sementara BPS
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
12
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Tabel 1.2 Pertumbuhan dan Sumbangan Sektoral Tw I-07
SEKTOR
Tw II-07
Tw III-07
Tw IV-07
Tw I-08
Tw II-08
Pertumb Sumb Pertumb Sumb Pertumb Sumb Pertumb Sumb Pertumb Sumb Pertumb
Sumb
Pertanian
2.83
1.15
2.79
1.00
3.61
1.04
3.40
0.85
2.16
1.10
1.86
0.80
Pertambangan & Penggalian
8.61
0.07
11.09
0.13
10.01
0.16
11.43
0.15
7.50
0.07
6.79
0.11
Industri Pengolahan
4.16
1.41
4.60
1.62
4.78
1.74
4.98
1.69
4.14
1.37
3.42
1.32
Listrik, Gas dan Air Bersih
11.72
0.10
11.95
0.11
16.21
0.11
7.81
0.12
3.87
0.10
7.15
0.09
Bangunan
-0.08
0.16
1.97
0.20
1.93
0.22
0.76
0.19
2.54
0.16
2.02
0.17
8.23
1.62
8.37
1.97
8.43
1.84
8.50
2.10
8.46
1.64
8.06
1.69
Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi
6.90
0.32
8.63
0.36
8.01
0.36
7.55
0.38
6.96
0.32
6.24
0.30
Keuangan, Persewaan, dan Jasa
7.96
0.26
9.38
0.33
8.17
0.33
8.32
0.34
7.93
0.26
5.85
0.27
Jasa-jasa
5.65
0.45
5.92
0.50
6.26
0.51
5.67
0.53
5.77
0.44
5.21
0.41
6.21
6.21
6.31
6.31
6.35
6.35
5.45
5.45
5.16
5.16
PDRB
5.54
5.54
Sumber: BPS Jawa Timur
Ketiga sektor dominan ini terus menunjukkan kinerja yang stabil, dan bahkan mampu tumbuh lebih cepat dibanding triwulan sebelumnya. Namun demikian, sektor riil di Jawa Timur masih menghadapi berbagai persoalan fundamental antara lain seperti meningkatnya biaya produksi, daya beli masyarakat yang masih lemah, dan ketersediaan suplai energi listrik.
Gambar 1.28 Perkembangan Pertumbuhan Sektor Andalan gPDRB gPHR gIndustri gPertanian
12 10 8 6 4 2 0 1
2
3
4
2006
1
2
3 2007
4
1
2
3
2008
Sumber: BPS Jawa Timur
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini tercatat meningkatkan utilisasi kapasitas produksi yang ada di Jawa Timur. Berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank Indonesia Surabaya, diketahui bahwa secara rata-rata terjadi peningkatan kapasitas produksi terpakai dari 75,13% di ________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
13
Bab I – Makro Ekonomi Regional
triwulan II-2008 menjadi 80,12% di triwulan III-2008. Tingkat utilisasi ini menunjukkan bahwa masih terdapat ruang bagi perekonomian Jawa Timur untuk melakukan ekspansi lebih tinggi lagi di masa mendatang tanpa mengorbankan stabilitas harga karena masih terdapat kelonggaran pada sisi penawaran. Tabel 1.3 Utilisasi Kapasitas Produksi di Jawa Timur
SEKTORAL
Tw III-2008
Tw II-2008
PERTANIAN A. Tanaman Pangan B. Tanaman Perkebunan C. Peternakan dan Hasil - hasilnya D. Kehutanan E. Perikanan PERTAMBANGAN
81.57 83.33 80.89 87.44 40.00 71.00 85.33
76.35 75.29 75.00 80.43 69.82 72.50
INDUSTRI PENGOLAHAN A. Industri Non Migas 1. Makanan, minuman dan tembakau 2. Tekstil, barang kulit dan alas kaki 3. Barang kayu dan hasil hutan lainnya 4. Kertas dan barang cetakan 5. Kimia dan barang dari karet 6. Semen dan barang galian bukan logam 7. Logam dasar, besi dan baja 8. Alat angkutan, mesin dan peralatannya 9. Barang Lainnya B. Industri Migas 1. Pengilangan minyak bumi 2. Gas alam cair LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH
79.16
74.34
79.72 77.80 76.09 90.33 84.25 87.67 88.50 72.50 65.56
75.45 71.83 69.20 80.83 71.90 86.00 95.00 67.08 68.75
TOTAL SELURUH SEKTOR
83.14
88.93
80.12
75.13
Sumber: SKDU BI Surabaya
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini juga dikonfirmasi oleh hasil survei SKDU terhadap pelaku usaha di Jawa Timur yang menunjukkan peningkatan realisasi usaha di triwulan III-2008 bila dibandingkan triwulan II-2008. Semua hal tersebut
mengkonfirmasi
adanya
pertumbuhan
yang
lebih
tinggi
di
perekonomian Jawa Timur. Gambar 1.29 Indeks Realisasi Usaha 30
Indeks Realisasi Usaha 25.86
22.1
23.29 21.6
22.32 20 16.7 11.35
10
7.05 0.67
-0.45
-1.85
0 Tw I
Tw II
Tw III
2005
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2006
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2007
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2008
-10
-20
-18.91
-20.54
Sumber: SKDU BI Surabaya
-27.23 -30
________________________________________________________________________________________________ 14 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Pada triwulan III-2008, sektor Perdagangan, Hotel & Restoran tetap tampil sebagai sektor utama dalam perekonomian Jawa Timur, dengan pangsa sebesar 33,28% dari total PDRB, dan tumbuh tinggi sebesar 8,73%. Pertumbuhan sebesar ini tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Sektor PHR
Tw III 2008
Tw II 2008
No.
Sub Sektor
Pertumbuhan (%)
Sumbangan (%)
Pertumbuhan (%)
Sumbangan (%)
1.
Perdagangan
9.03
1.59
8.98
1.45
2.
Hotel
5.67
0.06
4.24
0.06
3.
Restoran
7.80
0.31
7.80
0.29
Total
8.73
1.95
8.65
1.80
Sumber: BPS Jawa Timur
Subsektor Perdagangan yang memiliki pangsa terbesar tumbuh lebih cepat pada triwulan III-2008 sehingga menjadi motor penggerak perekonomian. Prompt indicator volume barang di Pelabuhan Tanjung Perak dan konsumsi listrik oleh pebisnis di Jawa Timur mengkonfimasi percepatan pertumbuhan ini. Tingginya volume perdagangan pada triwulan ini terkait erat dengan aktivitas masyarakat menyambut hari raya Idul Fitri. Gambar 1.30 Volume Barang di Pel Tanjung Perak
Gambar 1.31 Konsumsi Listrik Golongan Bisnis
1400
220
Konsumsi Listrik Bisnis
Pertumbuhan
1200
18% 16%
200
14%
1000
180 800 600
Volume Barang
400
12%
160
10%
140
8% 6%
120
4%
0
80 2006
2007
2008
Sumber: BPS
2% 0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
200
2006
2007
2008
Sumber: PT PLN Distribusi Jawa Timur
________________________________________________________________________________________________ 15 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Subsektor Hotel pada triwulan ini juga mencatat kinerja yang lebih baik dengan tumbuh sebesar 5,67% (yoy), lebih tinggi daripada triwulan II-2008 yang tumbuh 4,24%. Peningkatan kinerja ini tercermin pada prompt indicators tingkat hunian (occupancy rate) hotel berbintang di Jawa Timur dan lama tinggal tamu di hotel (Gambar 1.32 dan Gambar 1.33). Perbaikan kinerja subsektor hotel ini diyakini terkait juga dengan meningkatnya jumlah wisatawan asing ke Jawa Timur. Statistik jumlah wisatawan asing yang melalui Bandar Udara Juanda terus menunjukkan tren peningkatan dan bahkan melonjak tinggi di masa liburan bulan Juli-Agustus 2008 (Gambar 1.34). Strategi
kalangan
pengusaha
hotel
di
Jawa
Timur
untuk
mempertahankan tarif kamar (published rate) di tengah meningkatnya biaya produksi tampaknya berhasil menjaring minat konsumen di musim liburan triwulan III-2008. Selain itu, pengusaha hotel juga menempuh strategi menyasar konsumen FIT (Free Individual Traveler) dan paket MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition). Gambar 1.32 Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim
Gambar 1.33 Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jatim Asing Indonesia TOTAL
6
60
Occupancy Rate 5
50
4
40
20
2
10
1
0
0
2006
2007
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7
3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7
30
2006
2008
Sumber: BPS
2007
2008
Sumber: BPS
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
16
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Gambar 1.34 Jumlah Wisatawan Asing melalui Bandara Juanda 20,000 18,000
Jml Wisman melalui Juanda
16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
0 2006
2007
2008
Sumber: BPS
Dilihat dari sisi pembiayaan, kredit perbankan ke sektor perdagangan dan perhotelan mengalami tren penurunan pada triwulan ini meskipun masih berada di tingkat yang cukup tinggi (tumbuh 25% yoy). Tren penurunan ini terkait dengan kebijakan suku bunga tinggi yang ditetapkan oleh bank sentral untuk mengerem laju pertumbuhan kredit. Sektor Perdagangan adalah sektor penerima kredit perbankan terbesar kedua di Jawa Timur setelah sektor Industri. Gambar 1.35 Kredit Sektor Perdagangan dan Hotel 35 30
Kredit PHR
40%
gKredit PHR
35% 30%
25
25% 20%
20
15%
15
10% 10
5% 0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
5 2006
2007
2008
Sumber: Laporan Bulanan perbankan, diolah
________________________________________________________________________________________________ 17 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
b. Industri Pengolahan Sektor Industri Pengolahan juga tumbuh lebih cepat pada triwulan ini (4,71%) dibandingkan kinerja pada triwulan II-2008 yang sebesar 4,32%. Seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 1.5, kontributor utama pertumbuhan pada triwulan ini tetap berasal dari subsektor makanan, minuman & tembakau, subsektor kimia & barang karet, serta subsektor kertas & barang cetakan. Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri
Tw III 2008 No.
Sub Sektor
Tw II 2008
Pertumbuhan (%)
Sumbangan (%)
Pertumbuhan (%)
Sumbangan (%)
1.
Makanan, minuman & tembakau
3.75
0.86
3.55
0.82
2.
Tekstil, barang kulit & alas kaki
0.87
0.05
-1.44
0.06
3.
Barang kayu & hasil hutan lainnya
0.45
0.04
-1.69
0.04
4.
Kertas & barang cetakan
9.93
0.19
8.16
0.25
5.
Kimia & barang dari karet
5.78
0.21
4.66
0.12
6.
Semen & barang galian bukan logam
4.47
0.06
3.55
0.05
7.
Logam dasar besi & baja
4.23
0.13
4.96
0.13
8.
Alat angkutan, mesin & peralatannya
12.67
0.03
9.85
0.03
9.
Barang lainnya
3.22
0.07
4.56
0.05
4.71
1.64
4.32
1.53
Total Sumber: BPS Jawa Timur
Pemantauan terhadap kinerja perusahaan manufaktur rokok besar di Jawa Timur menunjukkan pencapaian kinerja yang relatif stabil di triwulan III2008. Produk rokok memiliki porsi yang signifikan dalam struktur PDRB Sektor Industri Pengolahan di Jawa Timur.
Tabel 1.36 Perkembangan Sales Rokok PT Bentoel
Tabel 1.37 Perkembangan Sales Rokok Sampoerna
________________________________________________________________________________________________ 18 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Sales Produk Rokok Bentoel
1,800
gSales (RHS)
1,600 1,400
10,000
0.70
9,000
0.40
gSales (RHS)
0.35
8,000
0.60
0.30
7,000
1,200
0.50
Rp miliar
Rp miliar
Sales produk rokok Sampoerna
0.80
1,000 0.40 800 0.30
600
6,000
0.25
5,000
0.20
4,000
0.15
3,000 0.20
400
0.10
200 2
3
4
1
2
2006
3
4
1
2007
2
0.05
1,000 -
1
0.10
2,000
1
3
2
3
2006
2008
Sumber: Laoran Keuangan publikasi
4
1
2
3
2007
4
1
2
3
2008
Sumber: Laoran Keuangan publikasi
Tabel 1.38 Perkembangan Sales Rokok PT Gudang Garam Sales produk rokok GG gSales (RHS)
12,000
0.40 0.35
10,000
0.30 0.25
Rp miliar
8,000
0.20 6,000
0.15 0.10
4,000
0.05 -
2,000
(0.05) 0
(0.10) 1
2
3
2006
4
1
2
3
4
2007
1
2
3
2008
Sumber: Laoran Keuangan publikasi
Pada
triwulan
ini,
Sektor
Industri
masih
menghadapi
persoalan
melemahnya daya beli konsumen baik di dalam negeri maupun dari luar negeri. Namun demikian, Sektor Industri mendapat sedikit keleluasaan dari turunnya harga minyak dunia secara drastis di sepanjang triwulan ini. Sesuai aturan pemerintah, harga bahan bakar yang dikonsumsi oleh industri dipatok mengikuti harga yang terbentuk di pasar internasional. Penurunan harga ini mampu mengurangi tekanan ongkos produksi yang cukup dipengaruhi oleh biaya bahan bakar. Hingga akhir September 2008, harga BBM industri telah turun hingga 30% dibandingkan posisi akhir Juni 2008. Beberapa perusahaan manufaktur di Jawa Timur juga sedang merintis penggunaan energi alternatif yang lebih murah seperti batu bara. Dari sisi internal perusahaan, demonstrasi oleh buruh/karyawan untuk menuntut perbaikan kesejahteraan sudah tidak
________________________________________________________________________________________________ 19 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
lagi terdengar pada triwulan ini. Kenaikan UMK diprediksi baru akan terjadi di tahun 2009. Gambar 1.39 Perkembangan Harga BBM Industri 14,000
M Solar Transp 12,000
M Diesel M Solar Industri
10,000 8,000 6,000 4,000 2,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 2005
2006
2007
2008
Sumber: Pertamina
Di awal triwulan III-2008, kalangan industri mendapat tantangan baru berupa munculnya Peraturan Bersama Lima Menteri yang mewajibkan sejumlah industri untuk mengalihkan jam kerjanya ke hari Sabtu dan Minggu untuk menjaga kelancaran pasokan listrik. Tercatat sejumlah 500 pelanggan golongan industri di Jawa Timur yang harus melakukan pengalihan jam kerja ini. Kalangan pengusaha industri umumnya mengkhawatirkan gangguan terhadap jadual produksi dan timbulnya biaya ekstra akibat pengalihan jam kerja. Untuk mengetahui respon dan pendapat dunia industri terhadap kebijakan ini, Kantor Bank Indonesia Surabaya mengadakan survei kepada pelanggan listrik industri Jawa Timur tersebut. Hasil Survei ini dapat dilihat pada Boks 2: Survei Respon Dunia Industri terhadap Peraturan Bersama Lima Menteri. Dari sisi pembiayaan, kredit perbankan untuk sektor industri masih tumbuh tinggi di kisaran 50% meskipun mulai menunjukkan gejala perlambatan menyusul pengetatan laju kredit yang dilakukan oleh perbankan. Pertumbuhan kredit Sektor Industri yang demikian tinggi ini memberi keyakinan adanya aktivitas yang signifikan di sektor riil. Gejolak di sektor finansial diduga turut menyebabkan tingginya pertumbuhan kredit ini karena para pengusaha merasa kesulitan untuk mendapatkan kucuran dana dari pasar
________________________________________________________________________________________________ 20 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
modal maupun hutang dari institusi non-perbankan. Kredit bank kemudian menjadi tumpuan harapan para pengusaha ini. Gambar 1.40 Perkembangan Kredit Sektor Industri 40
60%
Kredit Industri
50%
gKredit Industri
35
40%
30
30% 25 20% 20
10% 0%
10
-10% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
15
2006
2007
2008
Sumber: Laporan Bulanan perbankan
c. Pertanian Kinerja sektor pertanian pada triwulan ini mengalami percepatan yang signifikan, dengan tumbuh sebesar 2,40% (yoy). Percepatan ini terkait erat dengan masih berlanjutnya musim panen kedua (gadu) di bulan Juli-Agustus 2008. Aktivitas sektor pertanian pada triwulan ini diwarnai oleh awal musim panen kedua bagi padi dan musim tanam bagi jagung (Gambar 1.41 dan Gambar 1.42).
Tabel 1.6 Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian Tw III 2008
No.
Sub Sektor
Tw II 2008
Pertumbuhan (%)
Sumbangan (%)
Pertumbuhan (%)
Sumbangan (%)
1.
Tanaman bahan makanan
0.59
0.41
0.09
0.53
2.
Tanaman perkebunan
2.64
0.27
2.37
0.13
3.
Peternakan & hasilnya
4.48
0.16
2.36
0.16
4.
Kehutanan
6.67
0.01
18.91
0.01
5.
Perikanan
5.98
0.10
7.96
0.10
2.40
0.96
1.93
0.93
Total Sumber: BPS Jawa Timur
Subsektor tanaman bahan makanan, yang merupakan subsektor andalan, pada triwulan ini mampu tumbuh lebih tinggi tanpa gangguan yang berarti meskipun sempat dibayangi oleh musim kemarau yang panjang. Seiring dengan
________________________________________________________________________________________________ 21 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
tibanya musim hujan di awal triwulan IV nanti, subsektor tabama diproyeksikan akan dapat tumbuh lebih tinggi lagi. Subsektor perikanan masih tumbuh melambat pada triwulan ini meskipun harga solar non-subsidi sudah mulai menurun. Nelayan sempat mengalami kesulitan untuk membeli solar sebagai bahan bakar karena harga yang dikenakan kepada mereka adalah harga non-subsidi (harga keekonomian). Di sisi lain, penghasilan dari melaut tidak selalu bisa diandalkan terutama di tengah lemahnya daya beli masyarakat. Percepatan kinerja sektor pertanian pada triwulan ini tidak tercermin pada sisi pembiayaan, yaitu jumlah kredit perbankan yang disalurkan ke sektor pertanian. Laju pertumbuhan kredit perbankan ke sektor pertanian kembali menurun pada triwulan III-2008 ini hingga mendekati 0% (Gambar 1.44). Namun demikian, diduga tidak terdapat keterkaitan erat antara kredit pertanian dari perbankan dengan kinerja sektor riil-nya mengingat sebagian besar petani justru tidak memiliki akses terhadap kredit perbankan. Dalam sebuah penelitian yang 2
dilakukan oleh Kantor Bank Indonesia Surabaya , terungkap bahwa sekitar 56% petani yang menjadi responden menggunakan modal sendiri dalam usahanya. Hal ini ditempuh karena karena kepemilikan lahan mereka yang relatif sempit sehingga tidak membutuhkan alokasi dana yang besar untuk memulai usaha produksinya. Mereka kemudian menyisihkan sebagian keuntungan dari masa panen sebelumnya untuk membiayai musim tanam berikutnya. Gambar 1.41 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi di Jawa Timur
Luas Panen Padi
Luas Tanam Padi
Luas Panen Jagung
500,000
500,000
400,000
400,000
300,000
300,000
200,000
Luas Tanam Jagung
200,000
100,000
100,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
-
2006
2007
-
2008
Sumber: Dinas Pertanian Jawa Timur
2
600,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
600,000
Gambar 1.42 Luas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jawa Timur
2006
2007
2008
Sumber: Dinas Pertanian Jawa Timur
Penelitian Investasi Sektor Pertanian di Jawa Timur (Oktober 2008)
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
22
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Gambar 1.43 Luas Lahan Puso di Jawa Timur 25,000
Gambar 1.44 Perkembangan Kredit Pertanian
Luas Puso Padi
5
Luas Puso Jagung
60%
Kredit Pertanian
20,000
4.5
15,000
4
50%
gKredit Pertanian
40% 30% 3.5
10,000
20% 3 10%
5,000
2.5
0%
2006
2007
2008
2
-10% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
-
2006
rtanian Jawa Timur
2007
2008
Sumber: Laporan Bulanan perbankan
d. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa mengalami perlambatan pada triwulan ini, dengan mencatat pertumbuhan sebesar 7,91%, lebih rendah dibanding triwulan II-2008 (8,65%). Penurunan kinerja ini terjadi di semua subsektor kecuali subsektor lembaga keuangan bukan bank. Subsektor perbankan mengalami sedikit perlambatan pada triwulan ini dengan tumbuh sebesar 7,35%, lebih rendah daripada triwulan II-2008 yang sebesar 7,96%. Perlambatan ini tercermin pada laju pertumbuhan kredit yang mulai melandai setelah selama dua tahun terakhir terus berada dalam tren peningkatan. Ekspansi kredit yang terus-menerus tidak diimbangi dengan pengumpulan Dana Pihak Ketiga (DPK) sehingga perbankan mengalami keketatan likuiditas dan harus mengerem laju kreditnya. Dari aspek keuangan, perbankan Jawa Timur sebenarnya masih mampu membukukan pendapatan bunga (interest-based income) dengan pertumbuhan yang terus meningkat. Peningkatan ini merupakan dampak dari melebarnya spread suku bunga yang ditawarkan oleh perbankan merespon kebijakan suku bunga tinggi yang ditetapkan oleh bank sentral. Di sisi lain, laju pendapatan non-bunga seperti fee-based income mengalami penurunan. Namun demikian, secara nominal pendapatan non-bunga masih relatif kecil (<10%) bila dibandingkan total pendapatan perbankan.
________________________________________________________________________________________________ 23 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Gambar 1.45 Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa Timur
Gambar 1.46 Perkembangan NIM Perbankan Jawa Timur 800,000
35% 30%
200%
Net Interest Margin gNet Interest Margin
700,000
gDPK
150%
gKredit
600,000
25%
100%
500,000 20%
50%
400,000 15%
300,000
0%
10%
200,000 5%
-50%
100,000 0%
-
2007
-100% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2006
2008
2006
Sumber: Laporan Bulanan perbankan
2007
2008
Sumber: Laporan Bulanan perbankan
Gambar 1.48 Perkembangan Interest Based Income
Gambar 1.47 Perkembangan Fee Based Income 500,000
Fee Based Income
40%
450,000
gFee Based Income
35%
400,000 30% 350,000
4,500,000
Interest Based Income
40%
4,000,000
gInterest Based Income
35%
3,500,000
30%
3,000,000
25%
2,500,000
20%
2,000,000
15%
1,500,000
10%
1,000,000
5% 0%
25%
300,000 250,000
20%
200,000
15%
150,000 10% 100,000 50,000
5%
500,000
-
0%
-
3
6
9
12
3
2006
6
9 2007
12
3
6 2008
Sumber: Laporan Bulanan perbankan
e. Ban e. Bangunan
-5% 3
9
6
9
12
3
2006
6
9 2007
12
3
6
9
2008
Sumber: Laporan Bulanan perbankan
Pada triwulan III-2008 ini, Sektor Bangunan menunjukkan perlambatan kinerja meskipun tidak signifikan. Sektor Bangunan mencatat pertumbuhan sebesar 2,09% pada triwulan III-2008, sedikit lebih rendah daripada triwulan II2008 yang tumbuh 2,96%. Penurunan kinerja ini dikonfirmasi oleh volume penjualan semen di Jawa Timur yang pertumbuhannya menunjukkan tren menurun. Kinerja sektor bangunan ini mendapat tantangan dari kenaikan berbagai harga bahan baku properti seperti besi, batu bata, dan pasir, dan semen, menyusul kenaikan harga BBM di bulan Mei 2008. Pengusaha properti di Jawa Timur dihadapkan pada pilihan sulit antara menaikkan harga jual atau memotong margin keuntungan mereka.
________________________________________________________________________________________________ 24 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Gambar 1.49 Volume Penjualan Semen di Jawa Timur Vol Penjualan Semen
600,000
100%
gPenjualan Semen 80%
500,000
60% 400,000 40% 300,000 20% 200,000 0% 100,000
-20% -40% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0
2006
2007
2008
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
Tekanan juga muncul dari kredit properti yang merupakan salah satu unsur pendukung pertumbuhan sektor bangunan. Kredit untuk sektor properti mulai menunjukkan pertumbuhan yang melandai setelah sempat tumbuh tinggi di kisaran 30% (yoy) dalam beberapa triwulan terakhir. Seperti yang telah diprediksi sebelumnya, peningkatan suku bunga acuan BI-rate mulai berdampak pada laju penyaluran kredit properti di triwulan ini. Banyak bank menerapkan prosedur pengucuran KPR yang lebih selektif di tengah kebijakan moneter ketat ini.
Laju KPR diperkirakan akan lebih ketat lagi di triwulan
mendatang seiring dengan fenomena keketatan likuditas di perbankan nasional. Dari sisi kualitas, tingkat non-performing loan (NPL) kredit properti masih tergolong wajar (di bawah 5%) dan bahkan terus menunjukkan tren menurun.
Gambar 1.51 Kredit Sektor Properti Per Penggunaan
Gambar 1.50 Kredit Perbankan Sektor Properti 12,000,000
11,000,000
Kredit Properti
50%
10,000,000
gKredit Properti
45%
10,000,000
Modal Kerja T <70 Rukan/Ruko
Investasi T >70
40%
9,000,000
35%
8,000,000
30%
7,000,000
25%
6,000,000
20%
8,000,000 6,000,000 4,000,000
15% 10% 5%
3,000,000
0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
4,000,000
2006
2007
2008
2,000,000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
5,000,000
2006
2007
2008
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
________________________________________________________________________________________________ 25 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Gambar 1.52 NPL Kredit Properti 5.00 4.50 4.00 3.50 3.00 2.50
NPL Properti
2.00 1.50 1.00 0.50 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0.00
2006
2007
2008
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
f. Transportasi dan Komunikasi
Sektor transportasi dan komunikasi menunjukkan percepatan pada triwulan ini dengan mencatatkan pertumbuhan sebesar 8,21%, lebih tinggi daripada pencapaian pada triwulan II-2008 yang sebesar 7,66%. Angkutan laut yang sempat menunjukkan pertumbuhan rendah selama beberapa triwulan terakhir, pada triwulan ini menunjukkan perbaikan dengan tumbuh 11,45% (yoy). Percepatan ini tercermin pada statistik jumlah penumpang dan barang melalui Pelabuhan Tanjung Perak (Gambar 1.53), yang tampak meningkat dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya. Statistik arus kontainer yang dilayani oleh PT Terminal Petikemas Surabaya juga memberi indikasi yang sama (Gambar 1.54). Peningkatan kinerja ini terkait dengan puncak arus transportasi yang umumnya jatuh pada masa liburan Juni-Juli.
________________________________________________________________________________________________ 26 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Gambar 1.53 Arus Penumpang dan Barang di Tanjung Perak
Gambar 1.54 Statistik Kontainer PT TPS di Tanjung Perak
1,400
120
140,000 1,200
100
gTotal Kontrainer
120,000
1,000
40%
Total kontainer (TEUS)
30%
100,000
80
20% 800
80,000
60
10%
600
60,000
40
0%
400 20
Jml Penumpang
40,000
200
Volume Barang
2006
2007
-10%
20,000
0
0
-20% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
0 2008
2006
2007
2008
Sumber: PT Terminal Petikemas Surabaya
Di sisi lain, kinerja angkutan udara dalam perekonomian Jawa Timur justru mengalami penurunan. Pada triwulan III-2008, pertumbuhan jumlah penumpang domestik di Bandar Udara Juanda menurun hingga mendekati 0% (yoy) sementara penumpang internasional masih tumbuh di kisaran 10% (yoy). Kondisi ini diprediksi terkait dengan meningkatnya harga tiket pesawat sejak awal tahun 2008 yang mengikuti tren harga minyak dunia. Namun demikian, situasi diperkirakan dapat berubah ketika harga minyak dunia menurun. Gambar 1.55 Penumpang Domestik di Bandara Juanda
Gambar 1.56 Penumpang Internasional di Bandara Juanda
400
Jml Penumpang Domestik
30%
350
gPenumpang Domestik
25%
100%
80
Jml Penumpang Intl
70
gPenumpang Intl
20% 60
300
60%
15% 50
250
10%
200
5%
40
0%
30
150
40% 20%
-5%
0%
20
100
80%
-10%
0
-20% 2006
2007
2008
-20%
0
-40% 2006
2007
2008
Sumber: BPS
Sumber: BPS
1.4.
10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
-15% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
50
KESEJAHTERAAN Seperti yang telah direncanakan, program Bantuan Langsung Tunai (BLT) tahun 2008 dilakukan dalam dua tahap penyaluran, yakni tahap pertama sebesar
________________________________________________________________________________________________ 27 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Rp300.000,00
(untuk
3
bulan
penerimaan)
dan
tahap
kedua
sebesar
Rp400.000,00 (untuk 4 bulan penerimaan). Realisasi penyaluran BLT di Provinsi Jawa Timur sendiri telah mencapai 94,22% (Tahap I) dan 88,54% (Tahap II) hingga akhir triwulan III-2008. Setelah sempat sedikit terganggu pada awal pelaksanaannya, penyaluran BLT Tahap II berlangsung lebih lancar dan tanpa gejolak yang berarti. Di seluruh Jawa Timur, terdapat sejumlah 3,22 juta keluarga yang digolongkan sebagai keluarga miskin dan berhak atas BLT. Sebagian besar keluarga miskin tersebut berlokasi di daerah tapal kuda (Jember, Situbondo, Banyuwangi, Bondowoso) dan Madura (Sumenep, Sampang). Tabel 1.7 Realisasi Bayar Bantuan Langsung Tunai di Jawa Timur
NO.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
KOTA/KABUPATEN
KAB. BANGKALAN KAB. BANYUWANGI KOTA BATU KAB. BLITAR KAB. BOJONEGORO KAB. BONDOWOSO KAB. GRESIK KAB. JEMBER KAB. JOMBANG KAB. KAB. MALANG KAB. KAB. PASURUAN KAB. PROBOLINGGO KOTA KEDIRI KAB. KEDIRI KOTA KOTA BLITAR KOTA KOTA MADIUN KOTA PROBOLINGGO KAB. LAMONGAN KAB. LUMAJANG KAB. MADIUN KAB. MAGETAN KOTA MALANG KAB. MOJOKERTO KOTA MOJOKERTO KAB. NGANJUK KAB. NGAWI KAB. PACITAN KAB. PAMEKASAN KOTA PASURUAN KAB. PONOROGO KAB. SAMPANG KAB. SIDOARJO KAB. SITUBONDO KAB. SUMENEP KOTA SURABAYA KAB. TRENGGALEK KAB. TUBAN KAB. TULUNGAGUNG JUMLAH
ALOKASI BLT (RTS) 93.237 156.719 6.005 78.181 163.304 159.243 57.861 237.413 76.704 163.91 127.544 137.626 10.375 105.661 4.689 6.318 8.921 111.411 85.825 60.144 39.737 24.272 62.471 4.984 91.175 90.416 54.252 95.103 7.749 98.027 153.015 52.872 105.077 128.789 121.145 73.009 102.02 69.697 3.224.901
DISTRIBUSI KARTU (RTS) 93.132 142.365 4.796 74.892 151.274 154.42 43.927 214.598 61.481 137.193 115.134 136.136 9.954 88.447 4.47 5.283 8.376 111.411 71.139 50.94 30.899 20.266 51.41 4.627 90.752 87.584 46.313 93.903 6.882 91.436 151.062 49.902 105.077 114.601 107.129 68.516 100.991 61.193 2.961.911
DAYA SERAP TAHAP I (%) 99,74 90,72 78,52 95,59 95,86 99,90 95,04 99,20 82,73 83,22 90,13 99,59 98,95 96,17 93,86 99,35 97,98 97,97 81,92 99,18 98,36 98,50 99,66 99,60 95,22 96,96 84,59 98,18 96,40 93,24 97,63 97,84 99,95 87,10 87,72 93,68 96,67 87,65 94,22
DAYA SERAP TAHAP II (%) 99,52 90,49 48,13 95,22 95,72 99,81 94,81 98,82 12,52 24,97 89,74 99,24 98,42 95,86 93,45 98,97 95,77 97,80 79,30 98,89 98,03 94,26 99,44 99,46 94,76 96,76 84,59 97,81 96,24 92,96 96,98 97,50 99,83 70,21 87,36 93,39 97,62 87,07 88,54
Sumber: www.kompensasi.info
________________________________________________________________________________________________ 28 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Namun peningkatan
demikian,
dana
kesejahteraan
BLT
dalam
ini
diyakini
jangka
belum
panjang
dapat
dan
memberi
berkelanjutan
(sustainable). Penerima BLT umumnya menggunakan dananya untuk keperluan jangka pendek seperti membayar utang, membeli obat, dan membeli makanan. Nilai dana BLT tahap I yang sebesar Rp300.000,00 untuk masa 3 bulan bahkan umumnya hanya bertahan dalam jangka waktu rata-rata 1 bulan saja.
________________________________________________________________________________________________ 29 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
1.5. KEUANGAN DAERAH Realisasi Penerimaan Asli Daerah (PAD) Provinsi Jawa Timur di triwulan III2008 terus berlangsung lancar dan bahkan pada bulan Agustus 2008 telah mencapai 91% target penerimaan tahun 2008. Penerimaan pos-pos utama, yaitu PKB, BBNKB, dan Pajak Bahan Bakar, telah mencapai masing-masing 77%, 113%, dan 83% pada bulan Agustus 2008 (Tabel 1.8). Pencapaian ini membuat pos PAD pada sisi Penerimaan APBD telah mencatatkan penerimaan sebesar Rp2,9 triliun hingga bulan Agustus 2008 (yaitu 82% dari target penerimaan di sepanjang 2008 yang sebesar Rp3,5 triliun). Sementara itu, pendapatan daerah yang berasal dari Dana Perimbangan berupa Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Umum (DAU) telah terealisasi masing-masing sebesar 63% dan 75% (Tabel 1.9). Kondisi ini membuat pos Dana Perimbangan pada sisi Penerimaan APBD telah mencatatkan penerimaan sebesar Rp980 miliar (yaitu 73% dari pagu penerimaan tahun 2008 yang sebesar Rp1,34 triliun).
NO
JENIS PEMUNGUTAN
Tabel 1.8 RealisasTi ARGET PAD Provinsi ur hingga TwIII-2008 TH. ANGG.Jawa 2008 Tim BULAN AGT 2008 (Rp.) S/D BULAN INI AGT 2008
(%)
(Rp.) 1 Pajak Kendaraan Bermotor 2 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 3 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 4 Pajak Air Permukaan 5 Pajak Air Bawah Tanah 6 Retribusi Jasa Usaha 7 Pendapatan Denda Pajak 8 Penerimaan Lain-lain (Kontribusi Parkir)
1,409,500,000,000
155,737,725,900
1,090,566,996,230
77.37
1,005,000,000,000
169,702,686,000
1,138,874,365,625
113.32
750,000,000,000
100,199,705,980
629,687,417,808
83.96
16,000,000,000
1,721,722,238
11,887,157,798
74.29
16,150,000,000
1,509,695,885
12,496,208,165
77.38
2,000,000,000
186,860,065
1,635,995,045
81.8
-
JUMLAH
6,437,665,270
43,469,983,465 -
4,050,000,000
586,061,875
3,981,687,425
98.31
3,202,700,000,000
436,082,123,213
2,932,599,811,561
91.57
Sumber: Dipenda Provinsi Jatim
Tabel 1.9 Realisasi Dana Perimbangan Provinsi Jawa Timur hingga TwIII-2008
Item
Pagu
Juta Rp Realisasi
%
DBH
279,780
176,160
63%
DAU
1,022,861
767,146
75%
DAK
-
-
0%
Dana Otsus
-
-
0%
40,801
36,933
91%
1,343,442
980,239
73%
D. Penyesuaian Total
Sumber: DJPK Departemen Keuangan
________________________________________________________________________________________________ 30 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Di lain pihak, belanja Pemerintah Provinsi Jawa Timur secara umum baru mencapai 60,3% hingga akhir triwulan III-2008. Tingkat realisasi belanja yang tinggi umumnya terjadi pada pos-pos belanja tidak langsung, khususnya Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, dan Belanja Tidak Terduga. Tingkat realisasi pospos belanja langsung masih tergolong rendah, termasuk pos Belanja Modal. Kondisi ini tentu tidak optimal bagi perekonomian daerah mengingat belanja modal pemerintah berperan sebagai komponen investasi dan diharapkan dapat memberi multiplier effect kepada pertumbuhan ekonomi daerah secara keseluruhan. Situasi serupa juga dijumpai pada realisasi APBD Kabupaten/Kota dan realisasi APBN di wilayah Provinsi Jawa Timur. Tabel 1.10 Realisasi Belanja Pemerintah di Provinsi Jawa Timur No. Belanja Pemerintah di Jatim 1
APBN
2
APBD Provinsi
3
Alokasi 2008 (Rp triliun)
Penyerapan s/d % Penyerapan TwIII-08
20,723
11,462
55.3%
7,314
4,410
60.3%
APBD Kab./ Kota
31,946
18,482
57.9%
JUMLAH
59,983
34,354
57.3%
Sumber: Pemprov Jawa Timur
Belum seimbangnya laju realisasi penerimaan dengan laju realisasi penggunaan membuat dana Pemerintah Daerah yang tersimpan di perbankan Jawa Timur terus meningkat (Gambar 1.57). Meskipun sekilas saldo dana ini tampak lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, nilai nominalnya masih cukup tinggi. Lebih rendahnya saldo dana pemerintah di tahun 2008 ini pun diduga lebih disebabkan oleh banyaknya penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di wilayah Jawa Timur. Di sepanjang tahun 2008, tercatat sejumlah 17 Pilkada berlangsung di tingkat Kabupaten/Kota maupun Provinsi (Tabel 1.16). Biaya penyelenggaraan Pilkada umumnya menjadi beban anggaran masing-masing daerah sehingga banyak menyerap dana APBD. Sebagai ilustrasi, Pilkada
Gubernur
Jawa
Timur
yang
berlangsung
dua
putaran
akan
menghabiskan biaya sekitar Rp800 miliar, atau 15% dari total kekuatan APBD Provinsi Jawa Timur tahun 2008 sebesar Rp5,3 triliun.
________________________________________________________________________________________________ 31 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Gambar 1.57 Perkembangan Dana Pemerintah di Perbankan 14,000,000 12,000,000
Juta Rupiah
10,000,000
Tabungan Deposito Giro
8,000,000 6,000,000 4,000,000 2,000,000 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 2004
2005
2006
2007
2008
Sumber: Laporan bulanan perbankan, diolah
Tabel 1.11 Jadual Pemilihan Kepala Daerah di Jawa Timur Tahun 2008 No Nama Daerah
Tanggal Pilkada
1
Kab. Tulungagung
9-Mar-08
2
Kab. Lumajang
23-Jul-08
3
Kab. Bondowoso
23-Jul-08
4
Kab. Probolinggo
10-Jan-08
5
Kab. Pasuruan
18-Mei-08
6
Kab. Jombang
23-Jul-08
7
Kab. Nganjuk
4-Mar-08
8
Kab. Madiun
18-Jun-08
Ket
9
Kab. Magetan
24-Jun-08
10
Kab. Bangkalan
23-Jan-08
11
Kab. Pamekasan
5-Mar-08
12
Kota Kediri
23-Oct-08
Putaran I
12-Dec-08
Putaran II
13
Kota Malang
14
Kota Probolinggo
15
Kota Mojokerto
16
Kota Madiun
17 Provinsi Jatim
23-Jul-08
23-Jul-08
Putaran I
4-Nov-08
Putaran II
Sumber: Jaringan Pendidikan Pemilih Untuk Rakyat (www.jppr.or.id)
Menarik untuk diperhatikan adanya kecenderungan peningkatan porsi deposito dalam komposisi dana pemerintah daerah yang tersimpan di perbankan. Kondisi ini menunjukkan adanya potensi dana menganggur yang cukup tinggi mengingat deposito adalah jenis simpanan berjangka yang tidak memungkinkan pencairan dana sewaktu-sewaktu. Selain itu, hal ini juga mengungkap adanya motivasi Pemda untuk mendapatkan imbal hasil finansial (profit motive) dari dana milik mereka yang menganggur. Semua fakta ini ________________________________________________________________________________________________ 32 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
menunjukkan perlunya perbaikan dalam proses realisasi anggaran Pemda agar dana-dana ini tidak menganggur dan dapat bermanfaat sebesar-besarnya bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Beberapa inisiatif di Provinsi Jawa Timur yang feasible untuk dibiayai oleh dana Pemda antara lain adalah program subsidi bunga kredit untuk UMKM, pembentukan Lembaga Penjamin Kredit Daerah (LPKD), dan program kredit bergulir untuk mengentaskan pengangguran dan kemiskinan.
________________________________________________________________________________________________ 33 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Bab 1 – Makro Ekonomi Regional
Boks 1. DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KINERJA EKSPOR-IMPOR PROVINSI JAWA TIMUR
Kasus gagal bayar subprime-mortgage di Amerika Serikat pada pertengahan tahun 2007 telah ber-eskalasi menjadi krisis keuangan dan ekonomi yang bersifat global. Ekonomi Amerika Serikat diyakini memasuki era resesi ditandai dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi, macetnya penyaluran kredit perbankan, dan bangkrutnya berbagai institusi keuangan besar. Sebagai ekonomi terbesar di dunia, kemunduran Amerika Serikat membawa dampak turunan ke ekonomi-ekonomi lain di berbagai belahan bumi, tak terkecuali Indonesia. Transmisi dampak krisis ekonomi global terhadap Indonesia berlangsung utamanya melalui jalur sektor keuangan berupa pelemahan nilai tukar dan keketatan likuiditas valas akibat aksi capital outflow yang masif. Pasar modal dan pasar uang Indonesia mengalami saat-saat yang sulit pada triwulan III-2008 ini. Selain itu, krisis juga berdampak ke sektor riil berupa menurunnya permintaan akan produk-produk ekspor dari Indonesia. Amerika Serikat memiliki posisi penting sebagai negara tujuan ekspor luar negeri produk-produk Jawa Timur dan berada di posisi kedua setelah Jepang. Namun demikian, peran Amerika Serikat yang cukup signifikan ini sebenarnya sudah relatif berkurang selama delapan tahun terakhir. Porsi ekspor Jawa Timur ke Amerika Serikat menurun dari 17,02% (tahun 2000) menjadi 12,49% (tahun 2008). Hal serupa juga terjadi pada negara tujuan Jepang. Dalam periode yang sama, porsi ekspor Jawa Timur meningkat ke negara-negara Asia seperti Malaysia, China, Thailand, dan Korea Selatan. Dengan porsi yang sudah berkurang ini, dampak resesi di Amerika Serikat terhadap ekspor luar negeri Jawa Timur diprediksi relatif terbatas. Meskipun demikian, tetap perlu diwaspadai dampak yang bersifat tidak langsung (indirect effect) karena ada kemungkinan bahwa ekspor Jawa Timur ke negara lain seperti China, pada akhirnya akan menjadi ekspor negara tersebut ke Amerika Serikat. Produk asal Jawa Timur yang di-ekspor ke Amerika Serikat umumnya berupa furnitur dan peralatan rumah tangga, makanan laut (seafood), makanan kaleng (canned food), serta bahan baku seperti alumunium, kertas, dan plastik. Kategori produk furnitur dan peralatan rumah tangga diprediksi akan merasakan dampak
_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
33
Bab 1 – Makro Ekonomi Regional
yang signifikan karena krisis ekonomi di Amerika Serikat justru berawal dari kasus gagal bayar subprime-mortgage (KPR). Kontraksi ekonomi di sektor properti residensial diyakini akan berdampak langsung pada produk-produk pelengkap perumahan seperti furnitur dan peralatan rumah tangga.
Gambar 1 Ekspor Jawa Timur menurut Negara Tujuan (2000-2008) 100%
Tabel 1 Ekspor Jawa Timur menurut Negara Tujuan (2000-2008)
S Korea Spore
90%
Negara Tujuan
Thailand
80%
China
70%
Malaysia
60%
USA
50% 40%
% terhadap total ekspor 2000
2004
2008
Japan
22.27%
22.01%
14.19%
USA
17.02%
15.58%
12.49%
Malaysia
5.35%
6.59%
10.16%
China
3.33%
5.03%
6.33%
Thailand
3.19%
3.61%
6.01%
Spore
4.60%
3.19%
4.76%
S Korea
2.04%
2.19%
4.70%
30% 20%
Japan
10%
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
0%
Sumber: BI
Sumber: BI
Gambar 2 Ekspor Jawa Timur ke Amerika Serikat (2007-2008)
20% Furniture,bedding,lamps illum.signs 36%
Fish,crustaceans,moluscs,oth.invert Prep. of meat,fish,crust., molluscs Alumunium and articles thereof 14% Paper and paperboard Plastics and articles thereof Others 6%
9% 6%
9%
Sumber: BI
Untuk mengantisipasi melemahnya ekspor ini, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah mengintensifkan upaya diversifikasi produk dan negara tujuan ekspor antara lain dengan merintis hubungan dagang dengan negara-negara di Timur Tengah. Pemerintah
Provinsi
juga
mewaspadai
“beralihnya”
ekspor
negara-negara
berkembang lain, seperti China, Malaysia, dan Thailand, ke Indonesia sebagai
_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
34
Bab 1 – Makro Ekonomi Regional
akibat perlambatan ekonomi Amerika Serikat. Pemerintah Provinsi menyerukan upaya peningkatan konsumsi produk-produk dalam negeri dan pengamanan pasar domestik dari serbuan produk impor ilegal. Terkait kinerja ekspor furnitur, pengusaha furnitur di Jawa Timur telah berusaha mengalihkan pasarnya ke Eropa dengan melakukan perubahan desain dan model produk mengingat demand furnitur Amerika Serikat selama ini cenderung spesifik untuk kebutuhan luar ruang 1
(outdoor) . Dampak lain krisis keuangan dan ekonomi ini adalah gangguan pada transaksi ekspor-impor yang dilakukan oleh pengusaha Jawa Timur, khususnya yang menggunakan alat pembayaran Letter of Credit (L/C). Seiring dengan kekeringan likuiditas perbankan (khususnya likuiditas valas) dan menurunnya kepercayaan antar bank, kalangan perbankan meningkatkan kehati-hatian dalam penerbitan dan pencairan L/C yang berdampak pada kecepatan transaksi dan kondisi cashflow perusahaan eksportir/importir. Namun demikian, gangguan ini tidak signifikan mempengaruhi kinerja ekspor karena penggunaan L/C sebagai alat pembayaran ekspor relatif kecil. Di sepanjang tahun 2007-2008, penggunaan L/C hanya tercatat sebesar 18% (ekspor) dan 22% (impor) terhadap total nilai ekspor dan impor Jawa Timur. Gambar 3 Nilai Ekspor Jawa Timur menurut Cara Pembayaran (Jan – Agt 2008)
1 - Pembayaran dimuka
2% 17%
2 - Sight L/C 2%
3 - Wesel Inkaso 4 - Perhitungan Kemudian
16% 61%
5 - Konsinyasi 6 - Usance L/C 7 - Lainnya
1% 1%
Sumber: BI
1
Informasi diperoleh dari Focus Group Discussion di KBI Surabaya tanggal 3 November 2008
_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
35
Bab 1 – Makro Ekonomi Regional
Gambar 4 Nilai Impor Jawa Timur menurut Cara Pembayaran (Jan – Agt 2008)
22% 0 - Non L/C 1 - L/C
78%
Sumber: BI
_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
36
Bab 1 – Makro Ekonomi Regional
Boks 2. SURVEI RESPON DUNIA INDUSTRI TERHADAP PERATURAN BERSAMA 5 MENTERI TENTANG PENGOPTIMALAN BEBAN LISTRIK MELALUI PENGALIHAN JAM KERJA INDUSTRI Pada tanggal 14 Juli 2008 telah ditandatangani Peraturan Bersama Menteri Perindustrian, Menteri ESDM, Menakertrans, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Negara BUMN tentang “Pengoptimalan Beban Listrik melalui Pengalihan Waktu Kerja pada Sektor Industri di Jawa Bali”. Peraturan Bersama ini diterbitkan dengan pertimbangan bahwa saat ini kondisi kelistrikan di Jawa-Bali mengalami defisit pasokan pada hari Senin-Jumat, sedangkan pada hari Sabtu-Minggu suplai listrik masih tersedia dan belum dimanfaatkan secara optimal. Peraturan Bersama ini mengatur bahwa setiap industri wajib mengalihkan satu sampai dua hari waktu kerja pada hari Senin sampai Jumat ke hari Sabtu dan Minggu setiap bulannya. Teknik implementasi pengalihan waktu kerja ini disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing daerah dan diatur oleh PLN di daerah tersebut. Perusahaan industri wajib melaporkan pengalihan waktu kerja ke dinas kabupaten/kota yang membidangi perindustrian dengan tembusan ke Depperin, Departemen ESDM, Depnakertrans, Departemen Dalam Negeri, Kementerian Negara BUMN. Aturan ini tidak berlaku bagi industri yang sudah bekerja 24 jam sehari selama 7 hari seminggu. Dengan implementasi aturan ini, diharapkan dapat dihindari pemadaman listrik di Jawa-Bali akibat kekurangan pasokan 1 . Pada hari Senin-Jumat, setiap harinya terdapat defisit hingga 600 MW di kelistrikan Jawa-Bali. Aturan ini diharapkan dapat memindahkan defisit beban 600 MW tersebut ke hari Sabtu-Minggu. Provinsi Jawa Timur sendiri ditargetkan 2
dapat menyumbang pengalihan sebesar 150 MW . Di Provinsi Jawa Timur, Peraturan Bersama ini telah efektif dilakukan sejak 31 Juli 2008. Terdapat sejumlah 11.000 industri yang beroperasi di Jawa Timur. Namun demikian, hanya sejumlah 509 perusahaan yang memenuhi syarat (qualified) untuk pengalihan jam kerja, yaitu:
1 2
1.
Menggunakan daya di atas 200 kVA (pelanggan PLN golongan I-3)
2.
Beroperasi 5 atau 6 hari seminggu (sehingga memiliki
peluang untuk
Sumber: Peraturan Bersama Lima Menteri tanggal 14 Juli 2008 Wawancara dengan Corporate Secretary PT PLN Distribusi Jawa Timur
_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
37
Bab 1 – Makro Ekonomi Regional
digeser waktu kerjanya) Kelimaratus sembilan perusahaan ini dibagi ke dalam 12 klaster yang ditetapkan berdasarkan pertimbangan lokasi geografis dan keseimbangan daya yang dapat dihemat pada setiap klasternya. Realisasi pengalihan jam kerja ini dilakukan dengan persetujuan Bupati/Walikota setempat. Tabel 1. Pembagian Klaster Pengalihan Jam Kerja di Jawa Timur Klaster 1
Wilayah
Jml Perusahaan
Surabaya Selatan, Gresik, Kediri, Jember
72
2
Surabaya Selatan, Surabaya Utara, Gresik
49
3
Surabaya Selatan, Surabaya Barat
58
4
Surabaya Barat
29
5
Surabaya Barat, Sidoarjo, Malang
50
6
Surabaya Barat
13
7
Sidoarjo
14
8
Surabaya Barat
20
9
Mojokerto
57
10
Surabaya Barat
42
11
Bojonegoro, Madiun, Pasuruan
50
12
Bojonegoro, Madiun, Pasuruan
55
JUMLAH
509
Sumber: PT PLN Distribusi Jawa Timur
Hingga bulan September 2008, implementasi Peraturan Bersama ini di Jawa Timur dirasa belum efektif. Dari target penghematan 150 MW diperkirakan baru tercapai sebesar 75%-nya saja. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya jumlah perusahaan yang dapat mengalihkan jam kerja. Selain itu, pelaksanaan pengalihan jam kerja diserahkan kepada kesediaan perusahaan masing-masing (tidak dipaksakan). Pasal 7 Peraturan Bersama sebenarnya memungkinkan adanya sanksi berupa pemutusan aliran Iistrik sementara bagi perusahaan yang tidak melaksanakan ketentuan. Namun demikian, PT PLN Distribusi Jawa Timur berketatapan untuk tidak mengenakan penalti tersebut dan memilih untuk melakukan pendekatan persuasif. Dengan kondisi ini, pemadaman bergilir di Jawa Timur dipastikan akan terus berlangsung hingga 2009 karena kuota pemadaman tetap lebih tinggi daripada penghematan yang diperoleh dari penggeseran jam kerja. Untuk mengetahui persepsi dan ekspektasi sektor industri Jawa Timur 3
Survei dilakukan dengan metode kuesioner terhadap 84 perusahaan industri yang qualified terkena ketentuan SKB tersebut (yaitu beroperasi selama 5-6 hari dalam seminggu dan menggunakan data di atas 200 kVA)
_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
38
Bab 1 – Makro Ekonomi Regional
sehubungan dengan penerapan Peraturan Bersama tersebut, telah dilakukan 3
survei oleh KBI Surabaya terhadap sejumlah perusahaan terpilih . Survei ini juga bertujuan untuk mengukur kebutuhan akan layanan perbankan di hari SabtuMinggu. Berikut ditampilkan ringkasan hasil survei tersebut: •
Sebagian besar responden merasa SKB ini belum efektif karena masih terjadi pemadaman di hari kerja dan hanya merupakan solusi jangka pendek
•
Beberapa hal yang dikeluhkan responden adalah terganggungnya kelancaran produksi, sulitnya pengaturan jadual kerja, turunnya motivasi kerja pegawai, hingga timbulnya biaya ekstra (umumnya terkait biaya tenaga kerja)
•
Responden merasa bahwa belum dibutuhkan bagi perbankan untuk buka pada hari Sabtu-Minggu karena kebutuhan akan layanan perbankan masih dapat dilakukan pada hari kerja (Senin-Jumat)
•
Sebagian besar responden berpendapat bahwa solusi terhadap persoalan ini adalah penambahan kapasitas pembangkit PLN. Meskipun banyak responden yang memiliki genset, biaya listrik PLN dianggap masih lebih murah Secara umum, SKB ini tidak berpengaruh signifikan pada kinerja industri di Jawa Timur karena terbatasnya jumlah perusahaan yang terdampak. Namun demikian, kondisi ini memberi preseden buruk bagi dunia usaha dan iklim investasi di Jawa Timur. Dewan Konseling Investasi Jawa Timur telah beberapa kali menerima keluhan dari investor maupun calon investor terkait suplai listrik ini. Solusi terhadap persoalan ini membutuhkan penanganan strategis oleh Pemerintah Pusat mengingat sifat sistem kelistrikan yang “interkoneksi” (misalnya sistem kelistrikan Jawa Bali). Selain itu, UU Ketenagalistrikan mengamanatkan bahwa PT PLN adalah pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan di Indonesia. Untuk mengimbangi pertumbuhan permintaan pasokan listrik, PT PLN sebenarnya sedang berupaya melakukan pembangunan pembangkit-pembangkit baru hingga tahun 2010. Khusus untuk sistem kelistrikan Jawa-Bali, sejumlah proyek pembangunan pembangkitan saat ini sedang berlangsung:
•
Paiton Suralaya (1 x 600 MW)
•
Indramayu (3 x 300 MW)
•
Rembang + Labuhan (2 x 300 mW)
•
Pacitan (2 x 300 MW)
•
Teluk Naga – Pelabuhan Ratu (3 x 300 MW)
_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
39
Bab 1 – Makro Ekonomi Regional
•
Tanjung Awar Awar (2 x 300 MW)
•
Cilacap Ex Jepara (1 x 600 MW) Beberapa di antaranya diharapkan sudah dapat beroperasi pada pertengahan tahun 2009 sehingga dapat membantu mengatasi permasalahan defisit yang sekarang terjadi.
_______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
40
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
2 PERKEMBANGAN INFLASI 2.1. UMUM Inflasi Jawa Timur pada triwulan III 2008 mengalami perlambatan meskipun masih pada level yang cukup tinggi, terutama akibat faktor seasonal dan kenaikan harga bahan bakar. Inflasi pada triwulan III 2008 mencapai 2,96% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan II 2008 yang mencapai 4,37%. Sementara itu, secara tahunan inflasi Jawa Timur sebesar 11,39% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan II 2008 yang sebesar 10,39%. Sumber inflasi berasal dari kenaikan harga komoditas pada kelompok bahan makanan, kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga, serta kelompok perumahan,
air,
listrik
&
bahan
bakar.
Adapun
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kenaikan inflasi di Jawa Timur antara lain: kenaikan permintaan masyarakat menjelang puasa dan lebaran, peningkatan ekspektasi kenaikan harga oleh konsumen, tahun ajaran baru, serta kenaikan harga bahan bakar rumah tangga yang disertai dengan pola distribusi yang tidak lancar. Meskipun masih tinggi, inflasi Jawa Timur secara tahunan lebih rendah dibandingkan inflasi nasional. Secara tahunan, tingkat inflasi Jawa Timur masih lebih rendah dibandingkan nasional (12,14%). Sedangkan secara triwulanan, inflasi Jawa Timur sedikit lebih tinggi dibandingkan nasional (2,85%)
2.2. INFLASI TRIWULANAN (qtq) Secara
triwulanan,
kenaikan
harga
tertinggi
terdapat
pada
kelompok bahan makanan (5,64%), diikuti kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga (4,52%), dan kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar (3,11%). Inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan III 2008 meningkat cukup tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Kenaikan ini dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi oleh masyarakat serta perilaku produsen yang menaikkan harga cukup signifikan akibat bulan puasa pada bulan September dan lebaran pada 1-2 Oktober. Pada kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga, inflasi yang terjadi merupakan hal yang rutin terjadi ___________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
41
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
akibat tahun ajaran baru untuk dunia pendidikan, meskipun tidak sebesar inflasi pada triwulan III 2007. Sementara itu, pada kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar, kenaikan harga terjadi pada bahan bakar rumah tangga yaitu minyak tanah dan gas. Hal ini disebabkan kebijakan Pertamina yang menaikkan harga jual LPG non-subsidi (tabung 12 kg), yang diperparah dengan adanya kelangkaan pasokan LPG di pasaran. Disamping itu, program konversi minyak tanah di Jawa Timur yang belum tuntas turut mendorong harga jual minyak tanah. Grafik 2.2 Inflasi Jawa Timur & Nasional
Grafik 2.1 Inflasi Jawa Timur Bahan Makanan Perumahan, air Kesehatan Transportasi, komunikasi
12.00 10.00
Makanan jadi, Minuman Sandang Pendidikan, rekreasi
6.00 Jawa Timur 5.00
8.00
4.00
6.00
3.00
4.00
2.00
2.00
1.00
0.00
Nasional
Tw.II
Tw.III
Tw.IV
Tw.I
Tw.II
2007
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0.00 Tw.I
-2.00
Tw.III
2008
2006
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
2007
2008
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
Berdasarkan sumbangannya, sumbangan inflasi terbesar berasal dari kelompok bahan makanan (1,20%), diikuti kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar (0,69%). Selama kurun waktu Juli – September, kontribusi kelompok bahan makanan hampir selalu mendominasi inflasi Jawa Timur kecuali pada bulan September yang berada di bawah kelompok
perumahan,
air,
listrik,
gas
&
bahan
bakar.
Dilihat
dari
komoditasnya, daging ayam ras memberikan sumbangan terbesar diikuti oleh telur ayam ras, dan cabe rawit. Sementara itu, kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap inflasi Jawa Timur, meskipun trendnya cenderung menurun dibandingkan triwulan I 2008. Sumbangan tersebut berasal dari komoditas bahan bakar rumah tangga, terutama pada bulan Juli yang mencapai 0,34%.
___________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
42
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Grafik 2.3 Sumbangan Inflasi Jawa Timur Bahan Makanan Perumahan, air Kesehatan Transportasi, komunikasi
2.50
Makanan jadi, Minuman Sandang Pendidikan, rekreasi
2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 Tw.I
Tw.II
-0.50
Tw.III
Tw.IV
Tw.I
Tw.II
2007
Tw.III
2008
Sumber: BPS, data diolah
Kenaikan harga komoditas daging ayam ras dan telur ayam mulai meningkat sejak bulan Juli meskipun berfluktuasi. Pasokan daging ayam ras di Jawa Timur sebagian besar berasal dari Kota Surabaya, Kab. Malang, dan Kab. Jombang. Sedangkan pasokan telur ayam sebagian besar berasal dari Blitar, Kediri dan Tulungagung. Berdasarkan hasil Survey Pemantauan Harga (SPH), fluktuasi harga daging ayam ras dan telur ayam meningkat terutama pada bulan Juli dan Agustus, baik secara mingguan dan bulanan. Hal ini disebabkan permintaan masyarakat yang meningkat serta adanya kenaikan harga pakan ternak. Dari sisi ketahanan pangan, persediaan stok daging ayam dan telur ayam di Jawa Timur diperkirakan mencukupi, dimana jumlah stok daging ayam di Jawa Timur sebesar 44.639 ton sedangkan kebutuhan masyarakat sebesar 40.456 ton (surplus 4.183 ton), sedangkan stok telur ayam broiler sebesar 21.193 ton dan kebutuhan masyarakat sebesar 18.428 ton (surplus 2.765 ton). Grafik 2.5 Perkembangan Harga Bulanan Beberapa Komoditas di Surabaya
Grafik 2.4 Perkembangan Harga Mingguan Beberapa Komoditas di Surabaya 11.00
daging ayam ras telur ayam ras
15.00
daging sapi
9.00 7.00
10.00
5.00
5.00
3.00
-3.00
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sept
-5.00
-5.00 -7.00
0.00 I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV
1.00 -1.00
daging ayam ras
daging sapi
telur ayam
Sumber: Survey Pemantauan Harga, data diolah
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
-10.00
Sumber: Survey Pemantauan Harga, data diolah
___________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Sept
43
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Tabel 3.2 10 Wilayah Produksi Daging Ayam Terbesar di Jawa Timur Tahun 2007
Tabel 3.1 10 Wilayah Produksi Daging Ayam Terbesar di Jawa Timur Tahun 2007 No
Kabupaten/Kota
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kota Surabaya Malang Jombang Kediri Blitar Bojonegoro Gresik Lumajang Pasuruan Jember JAWA TIMUR
Daging Ayam (Kg) Ayam Buras Ayam Pedaging 65,815,414 2,171,430 5,382,000 19,323,137 9,418,277 11,244,864 3,562,994 5,710,246 2,934,648 6,118,744 6,431,059 2,394,138 1,083,250 4,096,919 1,198,462 3,936,908 1,626,142 3,281,733 2,257,981 2,283,744 36,166,825 124,380,367
Jumlah 67,986,844 24,705,137 20,663,141 9,273,240 9,053,392 8,825,197 5,180,169 5,135,370 4,907,875 4,541,725 160,547,192
Sumber: Dinas Peternakan Jawa Timur
No
Kabupaten/Kota
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Blitar Kediri Tulungagung Malang Jombang Magetan Pasuruan Banyuwangi Mojokerto Probolinggo JAWA TIMUR
Telur (Kg) Ayam Buras Ayam Pedaging 133,846,494 1,860,780 1,457,540 38,854,193 833,168 30,612,173 1,998,897 28,751,852 3,902,815 19,042,236 398,379 18,134,719 662,425 16,255,830 659,060 4,882,493 636,870 4,870,567 1,337,133 3,449,087 28,262,074 324,917,825
Jumlah 135,707,274 40,311,733 31,445,341 30,750,749 22,945,051 18,533,098 16,918,255 5,541,553 5,507,437 4,786,220 353,179,898
Sumber: Dinas Peternakan Jawa Timur
Pergerakan harga komoditas beras selama triwulan III 2008 cukup stabil dengan tingkat fluktuasi yang rendah. Sebagai komoditas yang memiliki bobot terbesar pada perhitungan inflasi kelompok bahan makanan, pergerakan harga beras di Jawa Timur cukup stabil terutama periode Juli – September. Hal ini dipengaruhi kecukupan pasokan seiring dengan musim panen, serta faktor distribusi yang lancar. Berdasarkan data BULOG Divre Jawa Timur, jumlah stok beras hingga September 2008 adalah 535.000 ton dan diperkirakan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat hingga 11 bulan mendatang. Sementara itu, terdapat 256.000 ton komoditas beras yang dikirimkan BULOG Divre Jawa Timur ke beberapa daerah lain di luar pulau Jawa, diantaranya: Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Papua, Riau, Nangroe Aceh Darussalam, Kalimantan Selatan, dan Bali. Grafik 2.6 Pergerakan Harga Beras Mingguan
Grafik 2.7 Pergerakan Harga Beras Bulanan 8.00
2.00
6.00
1.00
4.00
-1.00 -2.00
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV
0.00 Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sept
-3.00 -4.00 -5.00
2.00 0.00 -2.00 -4.00
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
-8.00
-7.00
-10.00
Sumber: Survey Pemantauan Harga, data diolah
___________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Sept
-6.00
-6.00
Sumber: Survey Pemantauan Harga, data diolah
I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV
3.00
44
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
2.3 . INFLASI TAHUNAN (y-o-y) Secara tahunan, inflasi Jawa Timur berada di bawah inflasi nasional meskipun lebih tinggi dibandingkan inflasi Jawa Timur triwulan sebelumnya. Trend peningkatan inflasi Jawa Timur sejak awal tahun 2008 mulai menunjukkan perlambatan, meskipun masih berada diatas 10%. Hal ini terutama dipengaruhi penurunan inflasi dalam kurun waktu Juli hingga September, baik secara bulanan maupun triwulanan. Berdasarkan kelompok, kenaikan harga tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan (21,97%), diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau (9,96%), dan kelompok sandang (9,23%). Grafik 2.9 Inflasi Jawa Timur
Grafik 2.8 Inflasi Nasional & Jawa Timur 13.00
Jatim
18.00
12.00
Nasional
16.00
Jatim (yoy) LHS
Jatim (mtm) RHS
Jatim (qtq) RHS
14.00
11.00
12.00
10.00 %
10.00
9.00
8.00
8.00
6.00
7.00
4.00
6.00
2.00 9
8
7
6
5
4
3
2
1
12
11
9
10
8
7
6
5
4
3
2
1
2007
(2.00)
2008
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
-
5.00
2006
Sumber: BPS, data diolah
2007
2008
Sumber: BPS, data diolah
Meskipun masih tinggi, namun inflasi pada kelompok bahan makanan relatif melambat. Perlambatan ini antara lain dipengaruhi ketersediaan pangan yang mencukupi, serta harga komoditas di pasar dunia yang mulai mengalami penurunan, diantaranya: minyak bumi, Crude Palm Oil (CPO), emas, kedelai, jagung, dan gandum. Grafik 2.11 Perkembangan Harga Kedelai di Pasar Dunia
Grafik 2.10 Perkembangan Harga CPO di Pasar Dunia 1400
18 CPO Price
16
1000
14
800
12 USD/bushel
Soybean Price
600 400
10 8 6
Sumber: Bloomberg
Sumber: Bloomberg
___________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Jul-08
May-08
Jan-08
Mar-08
Nov-07
Jul-07
Sep-07
May-07
Jan-07
Mar-07
Nov-06
Jul-06
Sep-06
May-06
Jan-06
Mar-06
Nov-05
Sep-05
Jul-05
Mar-05
0 May-05
Jul-08
Apr-08
Jan-08
Oct-07
Jul-07
Apr-07
Jan-07
Oct-06
Jul-06
Apr-06
Jan-06
Oct-05
Jul-05
2
Apr-05
4
0 Jan-05
200
Jan-05
USD/ton
1200
45
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Grafik 2.12 Perkembangan Harga Gandum di Pasar Dunia 14
12
Wheat Price
USD/bushel
10
8
6
4
2
Jul-08
Apr-08
Jan-08
Jul-07
Oct-07
Apr-07
Jan-07
Jul-06
Oct-06
Apr-06
Jan-06
Jul-05
Oct-05
Apr-05
Jan-05
0
Sumber: Bloomberg
Kenaikan harga pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau terus meningkat. Tren peningkatan inflasi pada kelompok dimaksud mulai tampak sejak awal tahun 2008 dan terus meningkat. Tekanan ini diperkirakan akibat dampak lanjutan kenaikan harga BBM dan bahan bakar rumah tangga khususnya pada kelompok makanan jadi. Di sisi lain, penerapan Peraturan Menteri Keuangan (Permenkeu) Nomor 134/PNK.4/2007 tentang Kenaikan Tarif Cukai Rokok, yang diberlakukan mulai Januari 2008 dan mengatur kenaikan cukai rokok hingga 1000%, sehingga berdampak pada peningkatan biaya produksi. Disamping itu, kenaikan harga bahan baku rokok seperti tembakau dan cengkeh turut mempengaruhi harga dan produksi rokok dan tembakau di Jawa Timur. Dari
sisi
mendominasi
sumbangannya, dengan
trend
kelompok
yang
bahan
meningkat.
makanan
masih
Besarnya kontribusi
kelompok bahan makanan terhadap inflasi Jawa Timur mencapai 4,67%, diikuti oleh kelompok perumahan, air, listrik & bahan bakar sebesar 2,05%, dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau sebesar 1,69%. Grafik 2.13 Inflasi Berdasarkan Kelompok Bahan Makanan Perumahan, air Kesehatan Transportasi, komunikasi
25.00 20.00
Grafik 2.14 Sumbangan Inflasi Berdasarkan Kelompok
Makanan jadi, Minuman Sandang Pendidikan, rekreasi
Bahan Makanan Perumahan, air Kesehatan Transportasi, komunikasi
5.00 4.50
Makanan jadi, Minuman Sandang Pendidikan, rekreasi
4.00 3.50
15.00
3.00 2.50
10.00
2.00 1.50
5.00
1.00 0.50
0.00
0.00 Q1
Q2
Q3 2007
Q4
Q1
Q2
Q3
2008
Sumber: BPS, data diolah
Q1
Q2
Q3 2007
Q4
Q1
Q2
Sumber: BPS, data diolah
___________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Q3
2008
46
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
2.4 . INFLASI INTI DAN NON-INTI Dilihat dari komponennya, Inflasi Jawa Timur pada triwulan III 2008 bersumber dari kenaikan inflasi non-inti dan inflasi inti. Berdasarkan agregasi inflasi, kenaikan harga pada komponen volatile food dan administered-price goods cukup tinggi, begitu pula dengan inflasi non-inti. Berdasarkan analisis terhadap sumber-sumber penyebab inflasi inti, diketahui bahwa terdapat potensi tekanan inflasi dari interaksi antara permintaan dan penawaran, sebagaimana tercermin pada kesenjangan output (output gap) yang terus meningkat, meskipun masih negatif. Meskipun tingkat penggunaan kapasitas produksi (capacity utilization) di Jawa Timur pada tahun 2008 cenderung meningkat, namun masih berada dalam batas wajar yang tidak akan mendorong inflasi (inflationary). Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha menunjukkan bahwa secara rata-rata kapasitas terpakai industri di Jawa Timur pada triwulan III 2008 adalah sebesar 80,12% sedikit meningkat dibandingkan triwulan II 2008 yang tercatat sebesar 75,13%. Di sisi lain, nilai tukar rupiah selama triwulan III 2008 cenderung melemah, meskipun pada bulan September sedikit mengalami penguatan. Sementara itu, faktor lain yang mempengaruhi inflasi inti adalah tingginya ekspektasi inflasi. Ekspektasi konsumen untuk harga pada tiga bulan yang akan datang juga cenderung meningkat. Gambar 2.16 Perkembangan Nilai Tukar Rp-USD
Gambar 2.15 Perkembangan Capacity Utilization 9600
85 80 75 70 65 60 55 50 45 40
9500 9400 9300 9200 9100 9000
9/1/2008
8/1/2008
Sumber: SKDU
7/1/2008
2008
6/1/2008
2007
5/1/2008
2006
4/1/2008
2005
3/1/2008
2004
2/1/2008
2003
8800 1/1/2008
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
8900
Sumber: Bank Indonesia Gambar 2.17 Ekspektasi Harga 3 Bulan ke Depan 250.00 200.00 150.00 100.00 50.00
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agt Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sept
0.00
2007
2008
Sumber: SPE
___________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
47
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Boks 3. SURVEI FLUKTUASI INFLASI HARGA PANGAN & MODEL INFLASI BAHAN MAKANAN (VOLATILE FOODS) DI JAWA TIMUR
Trend inflasi Jawa Timur dalam kurun waktu 2003-2007 cukup berfluktuasi, yang diikuti oleh peningkatan sumbangan inflasi volatile foods. Kompleksitas sumber inflasi, khususnya inflasi volatile foods memerlukan analisa dan identifikasi yang lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang menyebabkan fluktuasi harga bahan makanan di Jawa Timur. Hal ini juga penting terkait proses pengendalian inflasi dan efektivitas pembentukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia Surabaya mengambil sample 5 (lima) komoditas bahan makanan (beras, daging ayam, telur ayam, cabe, dan minyak goreng) dan meliputi 4 Kab/Kota di Jawa Timur, yaitu: Surabaya, Malang, Kediri dan Jember. Secara garis besar, terdapat 3 (tiga) bagian analisis, yaitu: 1. Analisis Model Structural Equation Model (SEM) mengenai Pola Pergerakan Harga. 2. Perilaku Penyesuaian Harga. 3. Tata Niaga Bahan Pangan. ANALISIS MODEL SEM MENGENAI POLA PERGERAKAN HARGA Pola pergerakan harga bahan makanan dengan mekanisme model SEM, menggunakan 2 model utama, yaitu: (i) pengujian model untuk menganalisis keterkaitan antara mekanisme tata niaga terhadap fluktuasi harga volatile foods, dan (ii) pengujian model untuk menganalisis keterkaitan langsung antara 4 variabel utama dalam mekanisme tata niaga, yaitu: kompetisi, biaya pemasaran, kegagalan pasar, dan ekspektasi terhadap fluktuasi harga volatile foods. Dari hasil estimasi diperoleh kesimpulan bahwa instabilitas pergerakan harga komoditas bahan makanan memiliki keterkaitan yang erat dengan mekanisme tata niaga komoditas bahan makanan. Di samping itu, hasil estimasi dengan melihat keterkaitan langsung antara 4 (empat) variabel utama menjelaskan bahwa tingkat kompetisi, biaya pemasaran dan ekspektasi harga merupakan faktor dominan dalam menjelaskan pergerakan atau fluktuasi harga volatile foods.
_______________________________________________________________________ 49 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
PERILAKU PENYESUAIAN HARGA Dengan menggunakan model probit, hasil estimasi menunjukkan bahwa kecepatan perubahan harga pada pedagang komoditas bahan makanan di 4 (empat) kota besar di Jawa Timur sangat ditentukan oleh tingkat kompetisi pasar dan skala produksi. Sedangkan variabel penetrasi pasar tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada perilaku penyesuaian harga, mengingat sebagian besar pedagang komoditas bahan makanan khususnya agen kecil dan pengecer tidak memiliki kekuatan penuh untuk mengendalikan harga. Hasil estimasi kecepatan penyesuaian harga untuk jangka waktu 1 minggu dan 1 bulan menunjukkan bahwa signifikansi didominasi oleh 3 (tiga) jenis komoditas bahan makanan yaitu: telur, cabe dan minyak goreng. Namun dalam skala waktu yang berbeda terdapat perubahan penentu (determinan) variabel bebas terhadap signifikansi model persamaan. Jangka Waktu
Signifikansi Komoditas
Signifikansi Variabel Penjelas
1 minggu
Telur, cabe & minyak goreng
Kompetisi pasar & skala produksi
1 bulan
Telur, cabe & minyak goreng
Kompetisi pasar & penetrasi pasar
3 bulan
Beras, ayam ras, cabe & minyak goreng
Skala produksi pedagang
MEKANISME TATA NIAGA BAHAN PANGAN MEKANISMA TATA NIAGA BERAS
MEKANISMA TATA NIAGA TELUR
_______________________________________________________________________ 50 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
MEKANISME TATA NIAGA MINYAK GORENG
• > 95% produksi minyak goreng di Indonesia berasal dari bahan baku kelapa dan kelapa sawit • Sejak tahun 1985 minyak goreng mayoritas diproduksi dari kelapa sawit • Produksi kelapa sawit Indonesia & Malaysia mencapai 85% produksi dunia • Output industri kelapa sawit menjadi sektor unggulan ekspor Indonesia
Beberapa kendala yang dihadapi dalam tata niaga minyak goreng, antara lain:
Mayoritas perkebunan kelapa sawit & perusahaan minyak goreng adalah milik swasta,
Industri kelapa sawit cenderung terintegrasi dan bersifat oligopoli,
Regulasi Pemerintah relatif terbatas dan lebih banyak di tingkat nasional,
Kurangnya campur tangan pemerintah, sehingga industri minyak goreng lebih ditentukan oleh mekanisme pasar.
_______________________________________________________________________ 51 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Boks 4. PERKEMBANGAN KONVERSI MINYAK TANAH KE ELPIJI DI SURABAYA
Program konversi minyak tanah (mitan) di Provinsi Jawa Timur mulai dicanangkan pada bulan November 2007 yang meliputi 6 wilayah kota dengan target awal sebanyak 1.650.000 kk. Setelah melewati pencacahan menjadi 1.321.127 kk dan 15.429 usaha mikro khusus kota Gresik. Khusus wilayah Kota Surabaya, program konversi mitan ini digulirkan sejak September 2007, dengan target 580.000 kk. Realisasi hingga saat ini sebanyak 346.900 kk yang telah menerima paket elpiji 3 kg, dan 17 kecamatan yang sudah 1
masuk kategori closed, yaitu: Sukomanunggal, Sawahan, Gayungan, Gunung Anyar, Tenggilis Mejoyo, Pakal, Sambikerep, Wonocolo, Jambangan, Lakarsantri, Tegalsari, Bubutan, Tambaksari, Rungkut, Benowo, Bulak, dan Karang Pilang. Grafik 3. Realisasi Konversi Mitan di Surabaya belum realisasi, 233,100 , 40,19%
Other, 580,000 , 35,15%
KONVERSI
target Jatim, 1,650,000 , 59%
realisasi, 346,900 , 59,81%
Beberapa permasalahan yang dihadapi terkait belum tuntasnya konversi mitan tersebut adalah: -
Pendistribusian yang belum merata
-
Terdapat daerah yang belum closed, namun pasokan mitan telah ditarik
-
Harga mitan dan elpiji di pasaran hampir sama tinggi
-
Pertamina belum membayar Petrogas Jatim Utama (PJU) selaku BUMD yang ditunjuk untuk melakukan konversi Dengan segala kendala yang dihadapi, target konversi tetap harus berjalan sesuai yang ditetapkan. Untuk itu, perlu dilakukan langkah-langkah mengatasi dan mengantisipasi segala kendala yang ada, terutama mengingat sumbangan
1
Istilah yang dipakai untuk menyatakan bahwa pembagian elpiji sudah tuntas
_____________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
52
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
bahan bakar rumah tangga terhadap inflasi di Jawa Timur pada triwulan III 2008 cukup besar. Berdasarkan hal tersebut, terdapat beberapa usulan terkait pelaksanaan konversi mitan di Surabaya, antara lain:
Peningkatan
koordinasi
dan
transparansi
antara
Pertamina,
PJU,
dan
Pemerintah untuk menyelesaikan simpul proses konversi.
Transparansi dan pemberian informasi kepada masyarakat terkait program konversi dan pembatasan/penarikan mitan di pasaran, untuk mengantisipasi peningkatan ekspektasi di masyarakat.
Memperlancar distribusi elpiji dan menjaga ketersediaan pasokan di pasaran.
_____________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
53
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
_____________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
54
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
3
STABILITAS DAN INTERMEDIASI PERBANKAN Hingga triwulan III 2008, perkembangan indikator pada industri
perbankan di Jawa Timur menunjukkan trend yang melambat, baik bank umum maupun BPR. Pertumbuhan kredit yang sempat mencapai 33,33% (yoy) mulai menunjukkan perlambatan seiring dengan kenaikan suku bunga. Di sisi lain, pertumbuhan DPK mulai menunjukkan perbaikan meskipun masih dalam level yang rendah dan berada di bawah pertumbuhan kredit. Tingkat LDR bank umum masih berada dalam level yang cukup tinggi yaitu di kisaran 72,35% dengan rasio NPL terjaga di bawah 3%. Dari sisi risiko yang dihadapi perbankan, hingga triwulan III 2008 risiko kredit, risiko likuiditas dan risiko pasar masih relatif terjaga. Namun terdapat potensi tekanan kedepan, dipengaruhi oleh trend peningkatan suku bunga, pengetatan likuiditas, serta pelemahan nilai tukar rupiah.
3.1. INTERMEDIASI PERBANKAN Intermediasi perbankan yang tercermin pada penyaluran kredit oleh perbankan berjalan dengan baik, dan diimbangi oleh pertumbuhan DPK. Pada triwulan III 2008, penyaluran kredit kepada masyarakat oleh bank umum di Jawa Timur cenderung mulai melambat meskipun masih dalam level yang cukup tinggi. Di sisi lain, pertumbuhan DPK dan aset bank umum di Jawa Timur pada triwulan III 2008 mengalami peningkatan, yang sebelumnya sempat mengalami perlambatan. Hal ini seiring dengan kenaikan suku bunga DPK dan kredit. Gambar 3.1 Pertumbuhan Indikator Perbankan (yoy) 40.00
aset
kredit
D PK
35.00
Gambar 3.2 Pertumbuhan NIM Perbankan (yoy) 70.00 50.00
25.00
40.00
20.00
30.00
15.00
20.00
10.00
10.00 -
-
(10.00)
1 2 3 4 5 6 7 8 109 11 12 1 2 3 45 6 78 9 10 11 12 1 23 4 56 7 8 109 11 121 2 3 4 5 6 78 9
5.00
2005
2006
2007
2008
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
(20.00)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
60.00
30.00
2006
2007
2008
(30.00)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
54
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Meskipun secara makro indikator perbankan berkembang dengan baik, namun rendahnya spread margin yang diperoleh perbankan belum mampu meningkatkan pendapatannya yang tercermin pada Net Interest Margin (NIM) maupun fee based income yang cenderung menurun. Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan di Jawa Timur (miliar Rp)
INDIKATOR Aset Pertumbuhan (yoy) Kredit Pertumbuhan (yoy) UMKM Pertumbuhan (yoy) DPK Pertumbuhan (yoy) LDR NPL
(miliar rupiah) 2008 Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III 146,667,121 153,836,677 159,989,412 167,474,291 166,386,598 177,178,874 187,821,858 10.36 12.16 13.81 13.51 13.45 15.17 17.40 74,851,747 78,938,504 85,981,733 92,147,710 95,095,487 105,248,297 112,312,978 13.05 16.85 21.38 23.82 27.05 33.33 30.62 39,334,061 42,149,610 45,118,424 47,753,300 49,124,635 54,452,081 57,349,876 16.09 19.78 24.72 24.82 24.89 29.19 27.11 128,612,237 133,460,353 137,280,908 143,548,428 142,926,240 150,226,452 155,232,459 11.00 11.14 12.49 11.89 11.13 12.56 13.08 58.20% 59.15% 62.63% 64.19% 66.53% 70.06% 72.35% 6.26% 5.93% 4.95% 4.44% 3.40% 3.09% 2.96% 2007
Sumber : Bank Indonesia
3.1.1. DANA PIHAK KETIGA (DPK) Pertumbuhan DPK bank umum pada triwulan III 2008 meningkat,
terutama
didorong
oleh
pertumbuhan
deposito. Pertumbuhan DPK pada triwulan III 2008 sebesar 13,08% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2008 yang tumbuh sebesar 12,56%. Berdasarkan jenisnya, kenaikan DPK tersebut karena peningkatan simpanan masyarakat dalam bentuk deposito berjangka yang terus meningkat sejak triwulan II 2008, yaitu dari 5,56% (yoy) hingga mencapai 16,03% pada triwulan
III
2008.
Sementara
itu,
pertumbuhan
tabungan
mengalami perlambatan yaitu dari 26,24% (yoy) pada triwulan II 2008 menjadi 19,89% pada triwulan III 2008, sedangkan giro pertumbuhan giro terus melambat hingga mencapai -2,88%. Gambar 3.3 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga GIRO
60.00
DEPOSITO 50.00
TABUNGAN
Gambar 3.4 Perkembangan Suku Bunga DPK 14.00
Tab Rate
14
12.00
Dep Rate
12
BI Rate
40.00
10.00
30.00
8.00
8
20.00
6.00
6
4.00
4
2.00
2
-
0
10.00 c
10
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
QII 2008
QIII 2008
QI 2008
QIII 2007
QIV 2007
QII 2007
2008
Q1 2007
2007
QIV 2006
2006
QII 2006
2005
QIII 2006
(10.00)
QI 2006
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
-
55
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Sumber: Bank Indonesia, dat adiolah
Sumber: Bank Indonesia, dat adiolah
Trend kenaikan suku bunga mempengaruhi jumlah penempatan dana masyarakat di perbankan. Peningkatan suku bunga acuan – BI Rate hingga mencapai 9,25% (Sept 2008) mendorong kenaikan suku bunga DPK yang ditawarkan oleh perbankan, terutama pada deposito berjangka. Hal ini dipengaruhi oleh isu kesulitan likuiditas yang dialami oleh industri perbankan, dan juga ditunjukkan oleh pertumbuhan kenaikan suku bunga deposito yang lebih besar dibandingkan kenaikan suku bunga kredit. Pangsa tabungan pada struktur DPK bank umum di Jawa Timur
terus
meningkat,
meskipun
secara
keseluruhan
deposito berjangka masih mendominasi. Hingga September 2008, pangsa deposito berjangka pada bank umum mencapai 44,19%, tabungan mencapai 36,38% dan giro mencapai 19,43%.
Gambar 3.5 Komposisi DPK Bank Umum
Gambar 3.6 Komposisi DPK Golongan Perorangan 120,000,000
180,000,000 160,000,000
100,000,000
140,000,000 120,000,000
80,000,000
tab
tabungan
100,000,000
60,000,000
80,000,000 60,000,000
deposito
40,000,000
40,000,000
dep 20,000,000
20,000,000
giro
Sumber: Bank Indonesia, dat adiolah Sumber: Bank Indonesia, dat adiolah
3.1.2. KREDIT Pertumbuhan kredit bank umum pada triwulan III 2008 relatif melambat, terutama pada kredit konsumsi dan kredit modal kerja. Seiring dengan kenaikan suku bunga kredit, trend pertumbuhan kredit mulai menunjukkan perlambatan. Kredit konsumsi yang sempat tumbuh cukup signifikan sejak tahun 2007, pada triwulan III 2008 cenderung menurun dengan tingkat pertumbuhan sebesar 27,01% (yoy). Demikian pula
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
56
Jun-08
Sep-08
Mar-08
Dec-07
Jun-07
Sep-07
Mar-07
Dec-06
Jun-06
Sep-06
Mar-06
2008
Dec-05
2007
Jun-05
2006
Sep-05
2005
giro
Mar-05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
-
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
dengan kredit modal kerja yang tumbuh sebesar 31,09% (Tw.III 2008), lebih rendah dibandingkan triwulan II 2008 yang tumbuh sebesar 37,96%. Sementara itu, pertumbuhan kredit investasi mencapai 30,75%, lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2008 yang tercatat 19,66%. Gambar 3.8 Pertumbuhan Kredit (yoy)
Gambar 3.7 Suku Bunga Kredit dan BI Rate 18.00
Modal Kerja
BI Rate
Konsumsi
Investasi
kredit (nominal) qtq
120,000,000
mtm yoy
40.00 35.00
16.00
100,000,000 14.00
30.00 25.00
80,000,000
20.00 12.00
60,000,000
10.00
40,000,000
8.00
20,000,000
15.00 10.00 5.00 0.00 -5.00
-
-10.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
QIII 2008
QII 2008
QI 2008
QIV 2007
QIII 2007
QII 2007
Q1 2007
QIV 2006
QIII 2006
QI 2006
QII 2006
6.00
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
Secara umum, struktur kredit bank umum di Jawa Timur masih didominasi oleh kredit modal kerja. Pangsa kredit modal kerja pada triwulan laporan mencapai 65,91%, lebih besar dibandingkan triwulan II 2008 yang mencapai 65,70%. Pangsa kredit konsumsi sebesar 22,79%, sedikit lebih besar dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 22,77%. Sementara itu, kredit investasi memiliki pangsa terkecil yaitu sebesar 11,31%, menurun dibandingkan triwulan II 2008 yang mencapai 11,54%. Dominasi kredit modal kerja dengan nominal kredit modal kerja yang mencapai Rp 74,02 triliun menunjukkan kebutuhan likuiditas yang tinggi oleh masyarakat terutama oleh dunia usaha. Gambar 3.9 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan 50.00 45.00 40.00 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 -
kmk
KI
Gambar 3.10 Pangsa Kredit Per Jenis Penggunaan
KK
Konsumsi 23%
c Modal Kerja 66%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Investasi 11%
2005
2006
2007
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
2008
57
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Gambar 3.12 Pertumbuhan Kredit Investasi
Gambar 3.11 Pertumbuhan Kredit Modal Kerja nom inal 80,000,000
nom inal
%
KMK (left axis)
%
KI (left axis)
40.00
14,000,000
35.00
12,000,000
30.00
60,000,000
30.00
10,000,000
25.00
50,000,000
25.00
8,000,000
20.00
40,000,000
20.00
6,000,000
15.00
4,000,000
10.00
2,000,000
5.00
yoy (right axis)
70,000,000
15.00
30,000,000 20,000,000
10.00
10,000,000
5.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2005
2006
2007
0.00
-
0.00
-
35.00
yoy (right axis)
2005
2008
Sumber: Bank Indonesia
2006
2007
2008
Sumber: Bank Indonesia
Gambar 3.13 Pertumbuhan Kredit Konsumsi nom inal
%
KK (left axis)
30,000,000
50.00
yoy (right axis)
45.00
25,000,000
40.00 35.00
20,000,000
30.00 25.00
15,000,000
20.00 10,000,000
15.00 10.00
5,000,000
5.00 0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2005
2006
2007
2008
Sumber: Bank Indonesia
Secara sektoral, penyaluran kredit bank umum di Jawa Timur kepada sektor-sektor dominan umumnya mengalami perlambatan.
Berdasarkan
nominal
kredit,
sektor
ekonomi
dominan yang memperoleh kredit perbankan di Jawa Timur antara lain: sektor industri (32,16%), sektor perdagangan, hotel & restoran (27,74%), sektor jasa dunia usaha (5,31%) dan sektor pertanian (4,17%). Pertumbuhan kredit pada sektor tersebut umumnya mengalami perlambatan, dengan tingkat pertumbuhan sebesar 46,71% untuk sektor industri, 23,65% untuk sektor PHR, 11,63% untuk sektor jasa dunia usaha, dan 5,54% untuk sektor pertanian.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
58
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Gambar 3.15 Pertumbuhan Kredit Per Sektor Ekonomi (yoy)
Gambar 3.14 Pertumbuhan Kredit Per Sektor Ekonomi (yoy) Lain-2
% 70.00
JS.So sial
QII-2008 JS.Dunia
Industri Jasa Dunia Usaha
PHR Pertanian
60.00
QI-2008
50.00 A ngkut/Ko mnikasi
40.00 Dagang/Ho tel
30.00
Ko nstruksi
20.00
Listrik,Gas
10.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0.00
Industri
-10.00 Tambang
2005
-20.00 Tani (20.00)
2006
2007
2008
-30.00 -
20.00
40.00
60.00
Sumber: Bank Indonesia masih relatif
80.00
100.00
120.00
tinggi
Loan
to
Deposit
Ratio
Sumber: Bank Indonesia
yaitu
sebesar
72,35%
(LDR)
terutama
disebabkan pertumbuhan kredit yang masih cukup tinggi. Berdasarkan kelompok bank, tingkat LDR bank asing dan bank pemerintah berada di atas LDR bank umum secara keseluruhan, sedangkan bank swasta lebih rendah. Trend perkembangan LDR masing-masing kelompok bank menunjukkan bahwa secara umum mulai terjadi penurunan LDR terutama pada bank asing dan bank swasta. Hal ini menunjukkan bahwa gap pertumbuhan kredit yang sebelumnya jauh lebih tinggi dibandingkan penghimpunan DPK mulai mengalami penurunan.
Gambar 3.17 Perkembangan LDR per-Kelompok Bank
Gambar 3.16 Perkembangan LDR 75.00%
110.00%
70.00%
100.00%
65.00%
90.00%
Bank Umum
Bank Pem
Bank Sw asta
Bank Asing
80.00%
60.00% 70.00%
55.00%
60.00%
50.00% 2005
2006
2007
2008
40.00% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
50.00%
2006
Sumber: Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
2007
Sumber: Bank Indonesia
2008
59
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Dari sisi ekses likuiditas, sampai dengan triwulan III 2008 jumlah dana menganggur di perbankan mulai menunjukkan perbaikan meskipun tingkat undisbursed loan masih berada di kisaran 15,44%. Tingkat undisbursed loan
bank umum di Jawa
Timur pada triwulan laporan sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2008 yang tercatat 14,13%. Namun, di sisi lain terjadi penurunan jumlah penempatan dana di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) oleh perbankan Jawa Timur, yang secara tahunan turun sebesar -35,50%. Hal ini disebabkan kebutuhan likuiditas yang meningkat.
Kredit UMKM Sampai dengan triwulan III 2008, perkembangan kredit usaha mikro
kecil dan menengah (UMKM) mengalami perlambatan.
Dengan tingkat pertumbuhan kredit mencapai 27,11% (yoy), pangsa kredit UMKM terhadap total kredit mencapai 51,06%.
Gambar 3.19 Pertumbuhan Kredit UMKM
Gambar 3.18 Pangsa Kredit UMKM terhadap total kredit 180,000,000
kredit UMKM g(yoy) kredit UMKM
juta rp
160,000,000
70,000,000
140,000,000
g(yoy) total kredit
% 45.00 40.00
60,000,000
120,000,000
35.00 50,000,000
100,000,000 kredit UMKM
30.00
40,000,000
25.00
60,000,000
30,000,000
20.00
40,000,000
20,000,000
80,000,000
total kredit
15.00 10.00
20,000,000
10,000,000
-
5.00
2004
2005
2006
2007
2008
Sumber: Bank Indonesia
0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2004
2005
2006
2007
2008
Sumber: Bank Indonesia
Potensi sektor UMKM di Jawa Timur yang cukup besar ditunjukkan
oleh
tingkat
pertumbuhan
kredit
UMKM
yang
cenderung selalu lebih tinggi dibandingkan kredit secara total. Namun pada tahun 2008, pertumbuhan kredit UMKM justru lebih rendah dibandingkan kredit secara total. Seringkali penyaluran kredit
UMKM
oleh
perbankan
terbentur
kendala-kendala,
diantaranya kemampuan dan kompetensi yang berbeda-beda pada SDM setiap bank. Sementara itu, paket kebijakan perbankan Januari
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
60
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
2006 dan kebijakan pemerintah untuk menyalurkan kredit usaha rakyat (KUR) yang bertujuan memberikan insentif perluasan pembiayaan UMKM belum memperlihatkan hasil yang signifikan. Kualitas kredit UMKM pada triwulan III 2008 relatif membaik meskipun masih berada diatas NPL secara keseluruhan.
Gambar 3.20 Tingkat NPL Kredit UMKM & Kredit Total NPL Total Kredit
8.00%
Gambar 3.21 Tingkat NPL Kredit UMKM
NPL UMKM
NPL nominal
3,000,000
6.00%
NPL %
2,500,000
6.00%
5.00%
5.00%
4.00%
4.00%
3.00%
3.00%
2.00%
2.00%
1.00%
500,000
1.00%
0.00%
-
2005
2006
2007
2,000,000 1,500,000 1,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
7.00%
7.00%
2008
2004 Sumber: Bank Indonesia
2005
2006
2007
2008
Sumber: Bank Indonesia
Dalam rangka mendorong pemberdayaan sektor riil dan UMKM,
Bank
Indonesia
melakukan
beberapa
upaya
seperti
penyediaan program Bantuan Teknis Pelatihan kepada bank, BDSP dan UMKM. Disamping itu, akan dilakukan kerjasama dan koordinasi antara Bank Indonesia dan instansi terkait untuk mendukung
sektor
UMKM,
yaitu
melalui
penandatanganan
kesepakatan bersama (Memorandum of Understanding/MoU) dalam hal pemberdayaan Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB).
3.2. STABILITAS SISTEM PERBANKAN Selama triwulan III 2008, stabilitas industri perbankan di Jawa Timur relatif terjaga namun terdapat potensi timbulnya risiko kredit terutama akibat proyeksi perlambatan pada kinerja struktur dunia usaha dan peningkatan suku bunga. 3.2.1. RISIKO KREDIT Risiko kredit perbankan di Jawa pada triwulan III 2008 relatif terkendali, tercermin dari rasio Non Performing Loans
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
61
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
(NPLs) yang terus menurun dan berada di bawah level 5%, yaitu sebesar 2,96%. Dari sisi kelompok bank, perbaikan kualitas kredit disumbangkan oleh kelompok bank pemerintah dan swasta. Disamping itu, kualitas kredit per-jenis penggunaannya juga relatif membaik, terutama kredit konsumsi.
Gambar 3.22 Perkembangan Non Performing
Gambar 3.23 Perkembangan NPL Kredit Investasi %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0.00%
-
2004
2005
2006
2007
2005
2008
2006
2007
Tw.III
1.00%
2,000,000 Tw.I
0.00% Tw.II
1,000,000
4,000,000
Tw.III
0.50% Tw.IV
2,000,000
2.00%
8,000,000 6,000,000
Tw.I
1.00%
Tw.II
3.00%
3,000,000
Tw.III
4.00%
10,000,000
1.50%
Tw.IV
5.00%
12,000,000
2.00%
Tw.I
4,000,000
14,000,000
Tw.II
5,000,000
6.00%
Tw.III
7.00%
Tw.IV
6,000,000
NPL %(left axis)
Juta rp
NPL KI
Tw.I
8.00%
KI (nominal)
2.50%
Tw.II
NPL nominal (right axis)
2008
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Gambar 3.25 Perkembangan NPL Kredit Konsumsi
Gambar 3.24 Perkembangan NPL Kredit Modal
% %
Juta rp
KMK (nominal)
7.00%
80,000,000 70,000,000 60,000,000 50,000,000 40,000,000 30,000,000 20,000,000 10,000,000 -
NPL KMK
6.00% 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00%
2005 2006 Sumber: Bank Indonesia
Tw.III
Tw.I
Tw.II
Tw.III
2007
Tw.IV
Tw.I
Tw.II
Tw.III
Tw.IV
Tw.I
Tw.II
Tw.III
Tw.IV
Tw.I
Tw.II
0.00%
KK (nominal)
1.40%
Juta rp 30,000,000
NPL KK
1.20%
25,000,000
1.00%
20,000,000
0.80%
15,000,000
0.60%
10,000,000
0.40% 0.20%
5,000,000
0.00%
-
2005
2006
2007
2008
2008 Sumber: Bank Indonesia
Relatif terjaganya tingkat NPL kredit pada rasio yang rendah juga tercermin pada NPL yang terjaga pada sektor ekonomi dominan. Pada triwulan III 2008, tingkat NPL kredit pada sektor industri dan jasa dunia usaha relatif membaik, sedangkan terdapat sedikit peningkatan pada sektor PHR. Gambar 3.26 NPL per Sektor Unggulan
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
62
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
jasa dunia (left axis) PHR (right axis)
0.07%
tani industri (left axis)
4.50% 4.00%
0.06%
3.50% 0.05%
3.00%
0.04%
2.50%
0.03%
2.00% 1.50%
0.02%
1.00%
2006
2007
Tw.III
Tw.I
Tw.II
Tw.III
Tw.IV
Tw.I
Tw.II
Tw.III
Tw.IV
Tw.I
2005
Tw.II
Tw.III
Tw.IV
0.00% Tw.I
0.50%
0.00% Tw.II
0.01%
2008
Sumber: Bank Indonesia
Sementara itu, kredit properti menunjukkan kualitas yang terus membaik. Seiring dengan trend pertumbuhan kredit dimaksud yang cenderung meningkat, rasio NPLs-nya (gross) hingga triwulan laporan sebesar 2,66%, relatif lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 3,04%, serta terhadap tahun sebelumnya yang mencapai 3,96%. Gambar 3.27 Perkembangan NPLs Kredit Properti 12,000,000
Kredit Properti
10,000,000
NPL (%)
5.00 4.50 4.00 3.50
8,000,000
3.00 6,000,000
2.50 2.00
4,000,000
1.50 1.00
2,000,000
0.50 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2004
2005
2006
2007
2008
Sumber: Bank Indonesia
3.2.2. RISIKO LIKUIDITAS Risiko likuiditas perbankan pada triwulan III 2008 cenderung berkurang tercermin dari adanya peningkatan tenor penempatan dana masyarakat pada perbankan yang bersifat jangka panjang, yaitu berupa peningkatan deposito berjangka, serta penurunan jumlah DPK berbentuk giro, meskipun tenor penempatan yang jangka pendek masih mendominasi. Kondisi ini perbankan
untuk
meningkatkan
penyaluran
mendorong
kredit
investasi,
meskipun kredit modal kerja yang berjangka waktu pendek masih mendominasi. Meskipun demikian, risiko likuiditas perbankan di Jawa Timur sampai saat ini masih cukup terjaga yang terlihat pada perilaku Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
63
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
bank yang cukup berhati-hati dalam mengelola aset. Komposisi pendanaan bank yang cenderung didominasi oleh dana berjangka waktu pendek menyebabkan bank relatif berhati-hati dalam meningkatkan aktiva berupa kredit, sehingga pertumbuhan kredit investasi yang berjangka waktu panjang tumbuh masih terbatas. Disamping itu, kehati-hatian bank juga tercermin pada rasio LDR yang tumbuh relatif lambat.
3.2.3. RISIKO PASAR
Risiko pasar bagi bank tercermin pada suku bunga dan nilai tukar. Dari sisi suku bunga, seiring dengan peningkatan suku bunga acuan, terdapat kenaikan suku bunga DPK serta kredit selama triwulan III 2008. Namun, peningkatan suku bunga DPK lebih tinggi dibandingkan suku bunga kredit, sehingga spread bunga relatif terjaga. Kondisi yang dihadapi perbankan saat ini ketetatan likuiditas yang relatif meningkat. Hal ini akan mendorong perbankan untuk meningkatkan suku bunga baik dana maupun kredit, yang pada akhirnya akan berdampak pada biaya yang menjadi beban perbankan.
3.3. PERBANKAN SYARIAH Sampai dengan triwulan III 2008, perkembangan industri perbankan syariah masih memiliki pangsa relatif kecil, namun secara umum perbankan syariah mencatatkan perkembangan yang cukup menggembirakan, yang tercermin dari pertumbuhan jumlah aset, dana maupun pembiayaan. Hal ini mengindikasikan adanya potensi yang cukup besar bagi perbankan yang berprinsip syariah untuk terus mengembangkan usahanya. Pertumbuhan aset perbankan syariah di Jawa Timur pada triwulan III 2008 sebesar 47,70% sehingga menjadi Rp 3,01 triliun, lebih besar bila dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yang mencapai 33,86% (yoy). Meskipun demikian, dengan pangsa sebesar 1,60% terhadap total aset masih dirasakan cukup jauh untuk mencapai target sebesar 5%.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
64
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Sementara itu, pembiayaan tumbuh 36,31% (yoy) sehingga mencapai Rp.2,12 triliun.
Gambar 3.28 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah
100.00 90.00
aset
kredit
DPK
80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 Jul-08
Jan-08
Apr-08
Jul-07
Oct-07
Jan-07
Apr-07
Jul-06
Oct-06
Jan-06
Apr-06
Jul-05
Oct-05
Jan-05
Apr-05
0.00
Sumber: Bank Indonesia
Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) yang mencerminkan fungsi intermediasi pada segmen perbankan syariah di Jawa Timur mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya hingga mencapai 84,72%, relatif berada di atas rasio bank umum konvensional.
3.3. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Perkembangan indikator BPR di wilayah kerja Bank Indonesia Surabaya hingga triwulan III 2008 menunjukkan perlambatan dibandingkan tahun 2007. Sampai dengan September 2008, terdapat 337 BPR dengan 450 kantor, serta 7 BPR yang bersegmen syariah. Intermediasi BPR relatif melambat terutama pada pertumbuhan DPK, meskipun secara tahunan pertumbuhan kredit cenderung meningkat.
Gambar 3.29 Perkembangan Indikator BPR 30.00
aset DPK
25.00
kredit
20.00 15.00 10.00 5.00 -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008 2006
2007
2008
65
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Sumber: Bank Indonesia
Total aset BPR di Jawa Timur saat ini sebesar Rp 4,04 triliun dan portfolio kredit mencapai Rp 3,02 triliun. Perkembangan kredit
berdasarkan jenis penggunaan cukup stabil meskipun terjadi sedikit perlambatan pada kredit investasi. Sementara itu, perlambatan pertumbuhan DPK utamanya disebabkan penurunan jumlah deposito yang signifikan, meskipun tabungan juga dalam trend penurunan. Grafik 3.31 Pertumbuhan DPK per-Jenis Simpanan
Grafik 3.30 Pertumbuhan Kredit per-Jenis Penggunaan %
120.00
35.00
modal kerja 100.00
investasi konsumsi
80.00
deposito tabungan
30.00 25.00
60.00
20.00
40.00
15.00 10.00
20.00
5.00
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
6
7
8
9
0.00
2007
2008
(40.00)
Sumber: Bank Indonesia
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
(20.00)
-5.00
2006
2007
2008
Sumber: Bank Indonesia
Untuk meningkatkan kinerja industri BPR, maka telah ditempuh beberapa upaya strategis, termasuk untuk meningkatkan kualitas SDM BPR, serta memperkuat daya saing dan tingkat kepercayaan masyarakat kepada BPR. Langkah yang ditempuh berupa pelaksanaan sertifikasi bagi pengurus BPR, dimana hingga saat ini telah seluruh BPR yang ada di Jawa Timur telah memiliki Direksi yang bersertifikasi. Dari sisi penguatan kelembagaan BPR, sesuai dengan Arsitektur Perbankan Indonesia (API) Pilar ke-5 yaitu “Program Pengembangan Infrastruktur Perbankan” maka diperlukan upaya pengembangan sarana pendukung operasional perbankan yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi operasional BPR di masa mendatang. Dalam kaitan itu, pada akhir tahun 2007 telah dibentuk Lembaga APEX BPR sebagai Pilot Project Nasional. Keberadaan lembaga ini diharapkan dapat
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
66
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
berfungsi sebagai induk bagi BPR untuk mengatasi kondisi apabila BPR menghadapi kesulitan likuiditas (mismatch) atau kekurangan modal kerja dalam rangka meningkatkan fungsinya sebagai lembaga intermediasi khususnya dalam menyalurkan kredit kepada sektor UMKM.
3.5. BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA Perkembangan kinerja 8 bank umum yang berkantor pusat di Surabaya hingga triwulan III 2008 menuunjukkan adanya peningkatan yang terindikasi pada pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Berkurangnya jumlah bank yang berkantor pusat di Surabaya sejak Januari 2008 sebanyak 1 bank menyebabkan trend pertumbuhan tahunan mengalami penurunan. Namun bila dilihat dari pertumbuhan bulanan, dapat disimpulkan bahwa kinerja 8 bank tersebut relatif stabil dan cenderung meningkat khususnya pada penyaluran kredit. Demikian pula dengan fungsi intermediasi yang membaik dan diindikasikan oleh peningkatan LDR hingga mencapai 47,52% lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 46,97%. Penurunan indikator tersebut lebih disebabkan akibat adanya penurunan jumlah bank yang beroperasi di wilayah Surabaya sebanyak 1 bank yaitu: PT. Bank Arta Niaga Kencana yang diakuisisi oleh PT. Bank Commonwealth. Dalam rangka mendukung industri perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan stabilitas sistem keuangan, maka dibutuhkan permodalan perbankan yang sehat dan kuat.
Grafik 3.32 Perkembangan Indikator Bank Ber-KP (yoy) 50.00
aset
kredit
Grafik 3.33 Perkembangan Indikator Bank Ber-KP (mtm) DPK
40.00
10.00 5.00
30.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
20.00 (5.00)
10.00
2008
aset
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
(10.00)
2007
(10.00)
2003
2004
2005
2006
2007
2008
(15.00)
(30.00)
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
kredit DPK
(20.00) (20.00)
67
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.34 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0.00% 2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Sumber: Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
68
Bab 3 –Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Boks 5 PERKEMBANGAN LIKUIDITAS PERBANKAN DI JAWA TIMUR
Ketetatan likuiditas perbankan mulai dirasakan sejak pertengahan tahun 2008, tercermin dari struktur DPK yang didominasi dana jangka pendek, pertumbuhan
kredit
yang
sangat
tinggi
namun
tidak
disertai
dengan
pertumbuhan DPK, serta adanya perang suku bunga antar bank untuk memperoleh sumber pendanaan dari nasabah. Kondisi ini juga di perparah dengan terjadinya krisis global yang bersumber dari Subprime Mortgage Crisis di US, sehingga berdampak pada sektor keuangan (penurunan nilai IHSG, pengetatan likuiditas valas akibat capital outflow), serta sektor riil (penurunan ekspor). Berdasarkan kondisi tersebut, Bank Indonesia mengambil langkah-langkah yang bertujuan untuk menjaga kecukupan likuiditas valuta asing dan rupiah di dalam negeri. Langkah-langkah tersebut mencakup: 1. Perpanjangan tenor FX Swap dari paling lama 7 hari menjadi sampai 1 bulan (berlaku sejak 15 Oktober 2008). Langkah ini untuk memenuhi permintaan valuta USD yang sifatnya temporer sehingga memberi waktu penyesuaian yang cukup bagi bank/pelaku pasar sebelum benar-benar melakukan penyesuaian komposisi portfolio-nya. 2. Penyediaan pasokan valuta asing bagi perusahaan domestik melalui perbankan (berlaku sejak 15 Oktober 2008), untuk meningkatkan kepastian pemenuhan kebutuhan valuta asing perusahaan domestik. 3. Penurunan rasio GWM valuta asing untuk bank umum konvensional dan syariah dari 3,0% menjadi 1,0% (berlaku sejak 13 Oktober 2008) untuk menambah ketersediaan likuiditas valuta USD yang dapat digunakan bank dalam bertransaksi dengan nasabahnya. 4. Pencabutan ketentuan pasal 4 PBI No. 7/1/PBI/2005 tentang batasan posisi saldo harian Pinjaman Luar Negeri jangka pendek dengan meniadakan batasan posisi saldo harian Pinjaman Luar Negeri jangka pendek (berlaku sejak 13 Oktober 2008). Langkah ini ditujukan untuk mengurangi tekanan pembelian USD karena adanya pengalihan rekening rupiah ke valuta asing oleh nasabah asing.
_______________________________________________________________________ 69 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Bab 3 –Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
5. Penyederhanaan perhitungan GWM rupiah (berlaku sejak 24 Oktober 2008) menjadi hanya dalam bentuk statutory reserves sebesar 7,5% dari DPK agar likuiditas rupiah dalam sistem perbankan menjadi lebih memadai. Sementara itu, kinerja 8 bank umum yang berkantor pusat di Surabaya, menunjukkan hal-hal sebagai berikut: a. Dengan adanya penurunan rasio GWM menjadi 5% sejak tanggal 24 Oktober 2008, maka kondisi likuiditas bank-bank yang berkantor pusat di Surabaya semakin baik. Sebelum adanya ketentuan GWM yang baru tersebut, bank-bank berkantor pusat di Surabaya harus memelihara GWM sekitar 7% s.d. 10% dari Dana Pihak Ketiga. Kelonggaran likuiditas bank tercermin dari adanya peningkatan penempatan dana pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dari Rp5,7 triliun pada akhir September 2008 menjadi Rp6,7 triliun pada akhir Oktober 2008. Grafik 3. Jumlah Penempatan di SBI
Grafik 3. Rasio NPLs
12,000,000
3.00%
10,000,000
2.50%
8,000,000
2.00% 1.50%
6,000,000
1.00%
4,000,000
0.50%
2,000,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2006
2007
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0.00%
-
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2008
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
b. Tidak terdapat penambahan jumlah kepemilikan surat berharga selain SBI bank-bank berkantor pusat di Surabaya, yaitu tetap sebesar Rp268,9 Miliar dan sebagian besar dalam kategori “Dimiliki Hingga jatuh Tempo (Held to Maturity)”, sehingga tidak berdampak pada kinerja bank-bank tersebut. c. Rasio kredit bermasalah (Non Perforning Loans) secara agregat masih dapat dipertahankan di bawah 5%. d. Secara umum kebijakan penyaluran kredit bank lebih berhati-hati dan selektif, sehingga beberapa bulan terakhir cenderung mengurangi ekspansi
_______________________________________________________________________ 70 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Bab 3 –Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
kredit. Outstanding kredit 8 bank umum berkantor pusat di Surabaya yang pada posisi bulan September 2008 sebesar Rp10,30 triliun, pada posisi akhir Oktober 2008 hanya meningkat Rp151 Miliar (1,46%), sehingga menjadi Rp10,46 Triliun. Suku bunga kredit telah berkisar antara 15% s.d. 17%. e. Dari
sisi
kebijakan
penghimpunan
dana,
bank-bank
berusaha
mempertahankan nasabah utamanya (prime customer), sehingga kepada nasabah-nasabah tersebut diberikan suku bunga pendanaan sebesar 11% s.d. 12%. Dalam jangka menengah hal ini berpotensi mempengaruhi Net Iinterest Margin (NIM) bank.
_______________________________________________________________________ 71 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan III-2008
Bab 4 - Sistem Pembayaran
4 SISTEM PEMBAYARAN
Sistem pembayaran di wilayah Jawa Timur pada triwulan III-2008 berjalan baik dan normal. Secara umum, terjadi peningkatan transaksi pembayaran pada triwulan III-2008, dibandingkan kondisi triwulan II-2008, baik pada transaksi tunai maupun non-tunai. Kegiatan lain di bidang sistem pembayaran,
seperti
layanan
penukaran
uang
pecahan
kecil
dan
pemusnahan (pemberian tanda tidak berharga) juga tercatat berjalan baik dan normal tanpa deviasi yang berarti. Penemuan uang palsu masih terus terjadi dan kerjasama dengan berbagai pihak untuk mengatasinya juga terus dilakukan secara intensif.
4.1 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA TUNAI Transaksi tunai antara perbankan di Jawa Timur dengan Kantor Bank Indonesia di Jawa Timur (KBI Surabaya, KBI Malang, KBI Kediri, dan
KBI
Jember)
dibandingkan
pada
triwulan
triwulan
III-2008
sebelumnya. Kondisi
tercatat
meningkat
ini terkait
dengan
kebutuhan transaksi yang meningkat menjelang hari raya Idul Fitri. Namun demikian, kondisi tahun 2008 ini masih jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2006 ketika belum diimplementasikan inisiatif focus group untuk optimalisasi cash management di antara bank-bank. Dengan program ini, bank yang memiliki kelebihan likuditas (posisi long) diarahkan untuk bertransaksi langsung dengan bank yang membutuhkan likuiditas (posisi short) tanpa melalui kas Bank Indonesia. a. Aliran Uang Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) Pada triwulan III-2008, terjadi peningkatan pada rata-rata harian transaksi inflow dan outflow dibandingkan triwulan II-2008. Selama triwulan III-2008, rata-rata harian uang yang masuk ke Bank Indonesia tercatat sebesar Rp88,73 miliar, sedangkan rata-rata
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
72
Bab 4 - Sistem Pembayaran
harian uang yang keluar sebesar Rp105,35 miliar, sehingga terjadi net outflow rata-rata harian sebesar Rp16,61 miliar.
Gambar 4.1 Rata-rata Harian Arus Uang Tunai
Gambar 4.2 Rata-rata Harian Net Inflow
200,000
100,000
Outflow
180,000
Inflow
160,000
80,000
140,000
60,000
120,000 100,000
40,000
80,000 60,000
20,000
40,000
-
20,000
Tw.I
Tw.I
Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III 2006
2007
Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I
(20,000)
2008
2006
Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I 2007
Tw.II Tw.III 2008
(40,000)
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 4.3 Inflow, Outflow dan Netflow Gabungan Inflow Outflow 14
6
Netflow - Skala Kanan
5
12
4
10
3
8
2 6
1
4
0
2006
Tw III
Tw I
Tw II
Tw III
2007
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2005
Tw IV
-2 Tw I
-1
0 Tw II
2
2008
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Secara netto, empat Kantor Bank Indonesia di Provinsi Jawa Timur pada triwulan III-2008 mengalami aliran uang kartal keluar atau net outflow. Net outflow pada triwulan III-2008 mencapai Rp1,02 triliun, meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami net outlow sebesar Rp858 miliar. Berlanjutnya kondisi net outflow pada triwulan III ini merupakan siklus yang rutin terjadi di sistem pembayaran sejalan dengan siklus pertumbuhan ekonomi yang juga meningkat. Pada umumnya, net outflow terjadi hingga triwulan IV dan baru akan berbalik arah menjadi net inflow di triwulan I.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
73
Bab 4 - Sistem Pembayaran
b. Perkembangan Aktivitas Penukaran Uang Pecahan Kecil Dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat akan uang pecahan kecil, Bank Indonesia Surabaya menjalin kerjasama dengan lima Perusahaan Penukaran Uang Pecahan Kecil (PPUPK) untuk menyediakan layanan penukaran mata uang Rupiah pecahan kecil (Rp10.000 atau lebih kecil). Layanan ini bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam mendapatkan uang pecahan sesuai dengan jumlah dan jenis pecahan yang dibutuhkan. Pada triwulan III-2008, secara nominal terlihat bahwa jumlah uang pecahan yang kecil yang ditukarkan mencapai Rp111,57 miliar atau sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp113 miliar. Di luar angka ini, aktivitas penukaran uang kecil pada triwulan ini juga diramaikan oleh penukaran oleh masyarakat langsung ke Bank Indonesia khususnya menjelang hari raya Idul Fitri. Kebutuhan masyarakat yang meningkat tajam menjelang Idul Fitri ini merupakan bagian dari kultur yang berkembang di masyarakat. Secara umum, pecahan mata uang rupiah yang paling diminati masyarakat adalah pecahan Rp5.000 sebanyak 12.332.200 lembar, diikuti oleh pecahan Rp1.000 sebanyak 8.042.000 lembar. Sementara itu, pecahan uang besar yang diterima Bank Indonesia untuk ditukarkan umumnya adalah pecahan Rp100.000 dan pecahan Rp50.000. Gambar 4.4 Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil 180 160
Jumlah Uang Kecil Ditukar
140 Rp Miliar
120 100 80 60 40 20
2005
2006
2007
Tw III
Tw I
Tw II
Tw IV
Tw III
Tw I
Tw II
Tw IV
Tw II
Tw III
Tw I
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
0
2008
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
74
Bab 4 - Sistem Pembayaran
Gambar 4.5 Jumlah Lembar Uang yang Ditukarkan Berdasarkan Nominal Pecahan
Gambar 4.6 Nilai Uang yang Ditukarkan Berdasarkan Nominal Pecahan
Rp10.000 9%
Rp500 3%
Rp100 29%
Rp200 0%
Rp100 1%
Rp1.000 7%
Rp10.000 34%
Rp5.000 28% Rp200 0% Rp500 15% Rp5.000 55%
Rp1.000 19%
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Kerjasama Bank Indonesia Surabaya dengan lima PPUPK ini direncanakan berakhir pada triwulan IV mendatang. Di tahun 2009, Bank Indonesia akan mengaktifkan kembali layanan kas keliling untuk memberi jasa penukaran uang kecil kepada masyarakat secara langsung.
c. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Uang Kartal Jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan (PTTB) pada triwulan
III-2008
di
Jawa
Timur
tercatat
sedikit
menurun
dibandingkan triwulan II-2008. Namun demikian, penurunan ini sebanding dengan besarnya inflow uang kartal sehingga rasio PTTB terhadap inflow relatif stabil. Besarnya
volume PTTB sangat terkait dengan perilaku
masyarakat dalam menggunakan uang kartal. Penggunaan yang cermat dan tepat akan dapat memperpanjang usia edar uang kartal dan menundanya untuk menjadi uang tidak layak edar (UTLE). Bank Indonesia
terus
menyosialisasikan
kepada
masyarakat
akan
pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang kartal karena laju pemusnahan uang kartal berdampak pada biaya pencetakan uang baru untuk menggantikan uang yang dimusnahkan tersebut.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
75
Bab 4 - Sistem Pembayaran
PTTB (Rp triliun)
110
5
Rasio PTTB thdp inflow
90
2005
2006
2007
Tw III
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
-10 Tw I
0 Tw II
10
Tw III
1
Tw IV
30
Tw I
2
Tw II
50
Tw III
3
Tw IV
70
Tw I
4
Proporsi thdp inflow (%)
6
Tw II
Jumlah PTTB (Rp triliun
Gambar 4.7 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB)
2008
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
4.2 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI Penyelesaian transaksi non tunai dengan mengunakan sarana Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) maupun kliring pada triwulan III-2008 menunjukkan kecenderungan yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan
transaksi
ekonomi
yang
mengiringi
pertumbuhan
aktivitas ekonomi di Jawa Timur. Selain itu, hal ini juga sejalan dengan upaya Bank Indonesia untuk mengarahkan sistem pembayaran di Indonesia menuju less cash society (LCS) dengan meningkatkan penggunaan alat transaksi non-tunai. Untuk mendukung upaya ini, Bank Indonesia senantiasa meningkatkan kualitas dan kecepatan pelayanan transaksi non tunai. Transaksi keuangan secara non tunai di Jawa Timur masih didominasi oleh sistem BI-RTGS. Selama triwulan III-2008, BI-RTGS berperan hingga 70% dari nilai penyelesaian transaksi keuangan nontunai di wilayah Jawa Timur.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
76
Bab 4 - Sistem Pembayaran
Gambar 4.8 Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur
200
Kliring (Rp triliun)
Kliring, RTGS (Rp triliun)
175
RTGS (Rp triliun)
150 125 100 75 50
2005
2007
Tw III
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2006
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
0
Tw II
25
2008
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
a. Transaksi Kliring Penyelesaian transaksi non tunai dengan mengunakan sarana kliring pada triwulan III-2008 kembali menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Transaksi keuangan melalui sistem kliring di wilayah Jawa Timur pada triwulan III-2008 mencapai Rp44,67 triliun, meningkat dari 41,49 triliun di triwulan II-2008. Dilihat dari volumenya, jumlah warkat yang diproses pada triwulan III-2008
tercatat
sebanyak
1,54
juta
lembar,
relatif
stabil
dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini berarti bahwa nilai transaksi kliring per lembarnya mengalami peningkatan. Peningkatan ini wajar terjadi di tengah pertumbuhan ekonomi daerah yang relatif stabil di kisaran 6% selama satu tahun terakhir. Laju perputaran uang umumnya berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi yang mendasarinya. Dalam periode triwulan III-2008, Cek/Bilyet Giro (BG) kliring yang ditolak karena saldo tidak cukup, baik dari sisi jumlah warkat maupun nilai transaksi, masih relatif rendah. Presentase nilai nominal dan volume cek dan BG yang ditolak di sepanjang triwulan III-2008 masing-masing adalah 1,47% dan 1,58%, dengan nominal sebesar Rp658
miliar
dan
warkat
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
sejumlah
24.405
lembar.
Untuk
77
Bab 4 - Sistem Pembayaran
meningkatkan kualitas transaksi kliring dan mengurangi kejadian penolakan, Bank Indonesia telah memberlakukan penerbitan Daftar Hitam Nasional (DHN) yang berisi identitas nasabah penarik cek dan atau bilyet giro kosong. Gambar 4.9 Perkembangan Transaksi Kliring Di Jawa Timur 80
5
Nominal (Rp triliun)
Warkat (juta lembar)
4
60 50
3
40 2
30 20
1
Jumlah Warkat (lembar)
Nominal (Rp triliun)
70
10
2005
2006
2007
Tw III
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw I
Tw IV
0 Tw II
0
2008
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
b. Transaksi RTGS (Real Time Gross Settlement) Secara tahunan, transaksi RTGS (outgoing) dari 4 (empat) Kantor Bank Indonesia di Jawa Timur mengalami peningkatan baik dari sisi volume transaksi maupun nominal. Tren peningkatan transaksi
ini
mengindikasikan
makin
tingginya
kebutuhan
masyarakat akan transfer dana yang cepat serta kepercayaan mereka yang makin tinggi akan keandalan sistem pembayaran melalui perbankan.
Gambar 4.10 Perkembangan Transaksi RTGS Di Jawa Timur 200
Volume (transaksi)
125,000
150 100,000
125 100
75,000
75
50,000
50
Volume (transaksi)
Nominal (Rp triliun)
150,000
Nominal (Rp triliun)
175
25,000
25
2006
2007
Tw II
Tw III
Tw I
Tw IV
Tw II
Tw III
Tw I
Tw IV
Tw II
Tw III
Tw I
Tw III
2005
Tw IV
Tw I
0 Tw II
0
2008
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
78
Bab 4 - Sistem Pembayaran
Bila dianalisis, sistem BI-RTGS umumnya digunakan untuk transaksi bernilai besar (di atas Rp100 juta) dan hanya sebanyak 26% transaksi melalui BI-RTGS yang dilakukan untuk transaksi bernilai di bawah Rp100 juta. Dari sisi nilai, 90% transaksi melalui RTGS dilakukan untuk transaksi bernilai di atas Rp500 juta. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan sistem BI-RTGS untuk memproses transaksi bernilai besar (diatas Rp100 juta) sudah tercapai. Di sisi lain, sistem BI-RTGS juga diminati oleh masyarakat yang melakukan transaksi bernilai ritel (di bawah Rp100 juta) meskipun biaya-nya lebih mahal daripada kliring. Gambar 4.11 Transaksi BI-RTGS TwIII-2008 menurut Volume
>500 juta 22%
<100 juta 26%
200-500 juta 27%
100-200 juta 25%
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 4.12 Transaksi BI-RTGS TwIII-2008 menurut Nilai
<100 juta 1%
100-200 juta 4% 200-500 juta 9%
>500 juta 86%
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
79
Bab 4 - Sistem Pembayaran
Berdasarkan jenis pengguna, transaksi melalui RTGS lebih banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dan dunia usaha. Nasabah perbankan
merupakan
kelompok
pengguna
sistem
BI-RTGS
terbanyak (63%), disusul oleh kelompok pemerintah sebesar 23%, dan kelompok perbankan yang menggunakannya untuk transaksi pasar uang antar bank (PUAB) sebesar 7%. Situasi ini sedikit berbeda dengan triwulan sebelumnya ketika kelompok pemerintah memiliki porsi terkecil. Hal ini terjadi sejalan dengan meningkatnya transaksi dana pemerintah di triwulan ini dibanding triwulan sebelumnya. Gambar 4.13 Komposisi jenis pengguna BI-RTGS berdasarkan nilai
Pemerintah 23%
PUAB 7% Nasabah 70%
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
4.3. PENEMUAN UANG PALSU DI PERBANKAN JAWA TIMUR Jumlah uang palsu yang ditemukan di perbankan Jawa Timur pada triwulan III-2008 mengalami sedikit peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Uang palsu yang ditemukan perbankan Jawa Timur pada triwulan III-2008 tercatat sebanyak 3.778 lembar, lebih tinggi dibandingkan pada triwulan II-2008 yang tercatat sebanyak 3.267 lembar uang palsu. Dilihat dari jumlah lembarnya maupun nilainya, pecahan yang paling banyak ditemukan adalah pecahan Rp50 ribu. Uang palsu yang dicatat oleh Bank Indonesia ini diperoleh melalui laporan dari perbankan maupun masyarakat umum, yang kemudian diteruskan kepada pihak Kepolisian untuk penanganan secara hukum. Uang palsu ini umumnya diketahui ketika ditransaksikan di mekanisme
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
80
Bab 4 - Sistem Pembayaran
perbankan. Di luar yang tercatat ini, ada kemungkinan sejumlah uang palsu yang belum diketahui dan masih beredar di masyarakat. Dalam rangka menekan dan mencegah peredaran uang palsu di masyarakat, Bank Indonesia terus mengupayakan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang yang dikenal dengan metode 3D (dilihat, diraba, diterawang). Sosialisasi ini dilakukan melalui berbagai media, baik media
massa
maupun
pertemuan-pertemuan
langsung
dengan
perbankan, siswa/mahasiswa, dan masyarakat umum. Di sepanjang triwulan III-2008, terjadi beberapa kali penemuan dan pengungkapan kasus uang palsu oleh jajaran kepolisian di Jawa Timur. Selain itu, terdapat pula beberapa kasus penemuan uang palsu di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali, yang menunjukkan bahwa mata rantai “perdagangan” uang palsu berawal dari Jawa Timur dan distribusikan ke luar daerah. Hal ini menunjukkan bahwa tindak pidana pemalsuan uang masih terus terjadi dengan beragam teknik cetak dan dalam skala pemalsuan yang berbeda sehingga masyarakat harus selalu waspada. Terlebih karena terdepat kecenderungan para pelaku untuk menggunakan strategi memalsukan uang pecahan kecil (Rp 5.000) yang umumnya lebih tidak disadari oleh masyarakat.
Gambar 4.14 Uang Palsu Yang Ditemukan Oleh Perbankan Di Jawa Timur
10,000 9,000
Lembar Upal
Jumlah upal (lembar)
8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 Tw III
Tw I
Tw II
Tw III
2007
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2006
Tw IV
Tw I
2005
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
0
2008
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
81
Bab 4 - Sistem Pembayaran
Gambar 4.15 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (lembar) Pada triwulan I 2008 berdasarkan
Gambar 4.16 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (nilai) Pada triwulan I 2008 berdasarkan Rp10.000 0% Rp5.000 0%
Rp10.000 3% Rp5.000 0%
Rp20.000 2%
Rp20.000 1%
Rp100.000 26%
Rp50.000 56%
Rp100.000 43%
Rp50.000 69%
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
82
Bab 5 – Prospek Ekonomi dan Harga
5 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA
5.1 PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pada triwulan IV-2008, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur diproyeksikan akan tumbuh lebih tinggi dan berada di kisaran 6 – 6,5% sehingga pertumbuhan ekonomi Jawa Timur 2008 akan berada di kisaran 5,95 – 6,05%. Konsumsi masyarakat diperkirakan akan kembali tumbuh tinggi pada triwulan ini, sejalan dengan perayaan beberapa hari raya keagamaan yang jatuh di triwulan IV-2008 (Idul Fitri, Idul Adha, dan Natal). Untuk mengimbangi daya beli yang menurun, masyarakat diyakini akan tetap menggunakan dukungan pembiayaan dari lembaga keuangan bank (kredit konsumsi) maupun non-bank (misalnya pegadaian) di samping memanfaatkan dana tabungan mereka. Investasi diperkirakan akan meningkat pada penghujung tahun khususnya yang dilakukan oleh Pemerintah, sebagai kompensasi lambatnya realisasi belanja pada triwulantriwulan sebelumnya. Ekspor diprediksi sedikit melemah mengingat krisis ekonomi di tingkat global masih terus berlangsung meskipun deversifikasi dan pencarian negara baru tujuan ekspor sedang digalakkan. Impor diperkirakan tetap tumbuh tinggi untuk memenuhi permintaan domestik. Dari sisi sektoral, ketiga sektor ekonomi utama diprediksi berkontribusi pada percepatan pertumbuhan ekonomi. Sektor PHR akan mendapat permintaan yang tinggi di masa-masa liburan dan perayaan hari raya keagamaan. Sektor Industri, khususnya Subsektor makanan, minuman, dan tembakau, turut tumbuh tinggi seiring meningkatnya aktivitas konsumsi masyarakat. Sektor Pertanian akan memasuki musim tanam yang didukung oleh curah hujan yang meningkat di akhir tahun. Faktor-faktor lain yang patut diperhitungkan dampaknya pada triwulan IV2008 adalah pencairan BLT 2008 tahap II dan aktivitas Pilkada Gubernur Jawa Timur putaran kedua di bulan November 2008. Di sisi lain, pertumbuhan kredit ke sektor-sektor ekonomi utama diproyeksi akan
_________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
83
Bab 5 – Prospek Ekonomi dan Harga
melambat seiring dengan kebijakan moneter ketat untuk mengendalikan laju inflasi.
Gambar 5.2 Ekspektasi Konsumen 6 bulan yad
Gambar 5.1 Estimasi Realisasi Usaha Tw IV-2008 30
160 140
20
120 100
10
80
-10
2006
2007
Indeks Penghasilan Saat Ini
60
Tw IV *
Tw III
Tw II
Tw I
Tw IV
Tw III
Tw II
Tw I
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
0
Ekspektasi Penghasilan 6 bulan yad
40
2008
20 TOTAL
Pertanian
Industri
PHR
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
-20
2006
2007
2008
-30
Sumber: SK BI Surabaya
Sumber: SKDU BI Surabaya
5.2 PROYEKSI INFLASI JAWA TIMUR Pada
triwulan
IV-2008,
Inflasi
Jawa
Timur
diperkirakan 1
melambat dan berada di kisaran semula yaitu 10,5 ± 1% . Perkiraan inflasi triwulanan Jawa Timur pada akhir tahun 2008 sebesar 1,24% (qtq) dan diperkirakan bisa lebih rendah. Hal ini dipengaruhi adanya peluang penurunan tekanan pada inflasi volatile food termasuk faktor imported inflation, serta pengawalan ekspektasi masyarakat terhadap inflasi ke depan agar senantiasa stabil. Grafik 5.4 Ekspektasi Harga 3 Bulan ke Depan
Grafik 5.3 Proyeksi Inflasi Jawa Timur Tahun 2008 16.00
16.00 yoy
yoy
2007
Tw.IV
Tw.II
0.00 Tw.III
2.00
0.00 Tw.I
2.00 Tw.IV
4.00
Tw.III
6.00
4.00
Tw.II
6.00
Tw.I
8.00
Tw.IV
8.00
Tw.III
10.00
Tw.II
12.00
10.00
Tw.I
12.00
2006
200.00 150.00 100.00 50.00 0.00
2008
Sumber: Estimasi Bank Indonesia
1
250.00
14.00
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agt Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sept
qtq
14.00
2007
2008
Sumber: SPE
Estimasi BI
_________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
84
Bab 5 – Prospek Ekonomi dan Harga
Pengaruh musiman berupa perayaan Natal serta tahun baru berpotensi
meningkatkan
kebutuhan
konsumsi
masyarakat,
meskipun tidak sebesar triwulan sebelumnya. Disamping perkiraan adanya kenaikan dari sisi permintaan, perlu diwaspadai juga faktor pendorong inflasi dari sisi penawaran. Realisasi belanja pemerintah yang cenderung meningkat memasuki semester II 2008 merupakan salah satu sumber tekanan terhadap inflasi yang patut diwaspadai. Di sisi lain, persoalan sekitar distribusi dan tata niaga beberapa komoditas utama juga diperkirakan masih menyisakan masalah untuk diselesaikan, termasuk masalah
infrastruktur
yang
belum
memadai.
Sementara
itu,
trend
pelemahan nilai tukar rupiah juga dapat mendorong inflasi inti.
5.3. PROSPEK PERBANKAN TAHUN 2008 Hingga peluang
akhir
untuk
tahun
2008,
meningkatkan
industri
kinerjanya,
perbankan
memiliki
meskipun
terdapat
tekanan dari beberapa faktor. Struktur dan pondasi sistem perbankan yang cukup baik hingga triwulan III 2008 diperkirakan dapat terus berlanjut, terutama ditopang oleh peningkatan fungsi intermediasi oleh perbankan. Trend kenaikan suku bunga disertai isu likuiditas perbankan yang semakin mengetat diperkirakan akan mulai membaik. Persaingan antar bank untuk menarik nasabah melalui perang suku bunga mulai mereda seiring dengan peningkatan penghimpunan DPK. Beberapa kebijakan yang dikeluarkan untuk menjaga likuiditas perbankan. Perlambatan pertumbuhan kredit oleh perbankan pada triwulan IV 2008 diperkirakan masih terus berlanjut, namun dalam trend yang melambat. Upaya bank untuk mempersempit gap antara pendanaan (DPK) dan pembiayaan (kredit) dilakukan untuk mengatasi pengetatan likuiditas serta mengoptimalkan kinerja-nya. Sektor ekonomi produktif seperti sektor perdagangan, sektor industri pengolahan dan sektor pertanian masih menjadi sektor unggulan bagi perbankan untuk dibiayai. Disamping itu, kredit konsumsi juga diperkirakan masih akan meningkat.
_________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
85
Bab 5 – Prospek Ekonomi dan Harga
_________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
86
Lampiran 1.1 PDRB SEKTORAL JAWA TIMUR Berdasarkan Harga Berlaku (Rp juta)
Tw I
2008 Tw II
28,571,253
23,760,918
26,419,637
19,400,342
12,738,609
11,325,664
b. Tanaman perkebunan
2,525,688
3,134,705
6,871,488
c.
4,078,279
4,255,962
4,838,101
561,814
592,712
263,859
2,005,130
3,038,929
3,120,525
SEKTOR 1. PERTANIAN a. Tanaman bahan makanan Peternakan dan hasil-hasilnya
d. Kehutanan e. Perikanan 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
Tw III
1,764,448
3,185,714
4,547,070
a. Minyak dan gas bumi
349,669
518,793
511,713
b. Pertambangan tanpa migas
198,486
184,703
228,351
1,216,293
2,482,218
3,807,005
37,218,355
41,769,306
50,028,205
19,307,869
22,797,884
28,233,409
2) Tekstil barang kulit dan alas kaki
1,612,369
1,481,141
1,384,118
3) Barang kayu dan hasil hutan lainnya
1,194,720
1,394,371
1,646,733
4) Kertas dan barang cetakan
5,997,270
5,657,310
4,610,297 5,573,362
c.
Penggalian
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1) Makanan, minuman dan tembakau
5) Kimia dan barang dari karet
2,498,236
3,015,661
6) Semen & barang galian bukan logam
1,285,990
1,311,868
1,615,353
7) Logam dasar besi dan baja
3,280,586
3,684,956
3,583,695
8) Alat angkutan, mesin & peralatannya
815,687
994,737
1,127,668
1,225,628
1,431,377
2,253,571
3,096,034
2,910,787
3,017,898
2,098,854
1,995,487
2,148,281
b. Gas kota
873,612
785,663
742,245
c.
Air bersih
123,569
129,637
127,372
5. BANGUNAN
4,289,082
5,347,868
5,903,387
40,325,725
46,333,878
45,676,828
33,259,819
37,672,499
37,031,943
530,656
1,054,193
1,067,982
6,535,250
7,607,187
7,576,903
7,787,924
8,354,181
8,738,608
a. Pengangkutan
5,308,274
5,968,060
6,150,946
1) Angkutan Rel
67,091
72,731
117,183
2,450,524
2,697,263
2,589,977
365,467
563,325
546,874
50,241
55,002
96,170
710,180
817,306
1,035,137
9) Barang lainnya 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH a. Listrik
6. PERDAGANGAN, HOTEL, DAN REST a. Perdagangan besar & eceran b. Hotel c.
Restoran
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
2) Angkutan jalan raya 3) Angkutan laut 4) Angkutan sungai, danau dan penyeberangan 5) Angkutan udara 6) Jasa penunjang angkutan
1,664,770
1,762,433
1,765,605
2,479,651
2,386,121
2,587,662
6,388,330
7,197,007
7,884,601
1,252,157
1,419,988
1,620,949
848,893
940,487
1,172,973
d. Sewa bangunan
2,494,197
2,662,899
3,009,350
e. Jasa perusahaan
1,793,083
2,173,633
2,081,328
11,568,341
12,195,751
13,161,130
a. Pemerintahan umum
4,757,883
5,380,839
6,173,494
b. Swasta
6,810,458
6,814,912
6,987,636
1,121,332
1,262,763
1,306,639
b. Komunikasi 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA a. Bank b. Lembaga keuangan tanpa bank
9. JASA-JASA
1) Sosial dan kemasyarakatan 2) Hiburan dan rekreasi 3) Perorangan dan rumah tangga PDRB Sumber: BPS Jawa Timur * Angka Sangat Sementara
319,766
394,913
426,260
5,369,361
5,157,236
5,254,737
141,009,492
151,055,410
165,377,364
Lampiran 1.2 PDRB SEKTORAL JAWA TIMUR Berdasarkan Harga Konstan 2000 (Rp juta)
Tw I
2008 Tw II
14,971,804
11,710,270
12,584,221
10,371,618
6,632,851
5,462,971
b. Tanaman perkebunan
1,554,727
1,610,790
3,594,929
c.
1,880,687
1,909,143
2,155,332
d. Kehutanan
225,213
223,745
83,249
e. Perikanan
939,560
1,333,741
1,287,740
SEKTOR 1. PERTANIAN a. Tanaman bahan makanan Peternakan dan hasil-hasilnya
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
Tw III
1,012,101
1,590,454
2,109,162
a. Minyak dan gas bumi
220,704
274,828
264,465
b. Pertambangan tanpa migas
124,643
109,197
132,974
c.
666,754
1,206,428
1,711,723
18,593,532
19,444,419
21,636,597
9,489,863
10,367,809
11,382,882
2) Tekstil barang kulit dan alas kaki
780,788
673,245
611,778
3) Barang kayu dan hasil hutan lainnya
531,184
488,869
575,027
4) Kertas dan barang cetakan
3,442,433
3,205,223
2,488,777
5) Kimia dan barang dari karet
1,300,237
1,472,854
2,717,489
601,893
629,996
796,753
1,524,539
1,606,779
1,674,708
8) Alat angkutan, mesin & peralatannya
353,601
420,858
453,457
9) Barang lainnya
568,995
578,785
935,727
1,310,262
1,280,185
1,403,918
1,063,094
982,019
1,033,399
185,298
232,153
304,503
Air bersih
61,871
66,013
66,016
5. BANGUNAN
2,098,844
2,433,181
2,655,830
22,127,313
24,731,192
23,661,122
18,186,287
20,093,786
19,119,213
367,485
719,158
732,732
3,573,541
3,918,248
3,809,177
Penggalian
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1) Makanan, minuman dan tembakau
6) Semen & barang galian bukan logam 7) Logam dasar besi dan baja
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH a. Listrik b. Gas kota c.
6. PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN a. Perdagangan besar & eceran b. Hotel c.
Restoran
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
4,320,959
4,424,775
4,633,231
a. Pengangkutan
2,842,653
2,910,143
3,102,610
1) Angkutan Rel
40,066
44,676
62,614
1,113,694
1,103,325
1,188,967
161,024
221,346
255,763
23,095
26,288
43,700
480,561
485,107
519,360
2) Angkutan jalan raya 3) Angkutan laut 4) Angkutan sungai, danau dan penyeberangan 5) Angkutan udara 6) Jasa penunjang angkutan b. Komunikasi 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA
1,024,214
1,029,401
1,032,207
1,478,306
1,514,632
1,530,622
3,531,946
4,111,861
4,237,876
a. Bank
721,162
1,037,707
1,029,992
b. Lembaga keuangan tanpa bank
449,559
487,169
549,643
1,396,248
1,436,759
1,531,356
d. Sewa bangunan e. Jasa perusahaan
964,976
1,150,226
1,126,885
5,973,954
6,107,255
6,353,152
a. Pemerintahan umum
2,344,329
2,587,007
2,929,284
b. Swasta
3,629,625
3,520,248
3,423,868
1) Sosial dan kemasyarakatan
516,116
560,572
549,339
2) Hiburan dan rekreasi
161,443
203,138
218,049
2,952,065
2,756,538
2,656,480
73,940,714
75,833,592
79,275,109
9. JASA-JASA
3) Perorangan dan rumah tangga PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Sumber: BPS Jawa Timur * Angka Sangat Sementara
Lampiran 1.3 PERTUMBUHAN PDRB SEKTORAL JAWA TIMUR (y-o-y) Berdasarkan Harga Konstan 2000 (%) SEKTOR 1. PERTANIAN
Tw I
Tw II
2007 Tw III
Tw IV
Tw I
2008 Tw II
Tw II
2.83
2.79
3.61
3.40
2.87
1.93
2.40
a. Tanaman bahan makanan
2.02
1.18
1.77
1.28
2.13
0.09
0.59
b. Tanaman perkebunan
2.48
3.69
3.24
3.27
0.19
2.37
2.64
c.
5.62
6.53
7.06
5.11
1.83
2.36
4.48
20.74
-7.85
2.55
5.88
84.46
18.91
6.67
Peternakan dan hasil-hasilnya
d. Kehutanan e. Perikanan 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN a. Minyak dan gas bumi
5.20
6.94
7.58
7.37
7.11
7.96
5.98
8.61
11.09
10.01
11.43
7.50
9.44
8.91 11.45
15.41
34.12
35.29
41.86
14.99
18.96
b. Pertambangan tanpa migas
2.66
5.12
10.88
3.44
2.55
4.65
8.67
c.
7.88
7.83
6.94
7.98
6.17
7.92
8.55
Penggalian
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
4.16
4.60
4.78
4.98
4.59
4.32
4.71
1) Makanan, minuman dan tembakau
2.95
3.49
3.26
3.39
3.94
3.55
3.75
2) Tekstil barang kulit dan alas kaki
2.01
3.66
2.25
2.76
3.45
-1.44
0.87
3) Barang kayu dan hasil hutan lainnya
4.27
0.71
-1.33
-1.17
2.92
-1.69
0.45
4) Kertas dan barang cetakan
7.87
9.60
8.77
8.34
6.24
8.16
9.93 5.78
5) Kimia dan barang dari karet 6) Semen & barang galian bukan logam 7) Logam dasar besi dan baja
5.86
5.87
5.22
4.78
4.66
-3.14
4.10
5.53
3.99
3.55
4.47
5.55
6.07
5.76
5.72
4.77
4.96
4.23 12.67
8) Alat angkutan, mesin & peralatannya
3.40
9.89
40.55
32.13
9.78
9.85
9) Barang lainnya
7.45
2.73
3.56
3.63
5.67
4.56
3.22
11.72
11.95
16.21
7.81
3.87
5.10
6.46
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH a. Listrik b. Gas kota c.
5.12 -1.43
7.30
5.82
5.75
4.31
6.56
4.80
5.23
44.26
52.98
86.48
24.75
-9.17
6.22
10.66
Air bersih
3.25
4.79
5.02
4.66
3.56
5.70
7.33
5. BANGUNAN
-0.08
1.97
1.93
0.76
2.54
2.96
2.09
8.23
8.37
8.43
8.50
8.56
8.65
8.73
8.88
8.87
8.98
9.01
8.99
8.98
9.03
-0.55
1.19
0.98
1.36
3.94
4.24
5.67
6. PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN a. Perdagangan besar & eceran b. Hotel c.
Restoran
6.10
7.34
7.28
7.23
6.88
7.80
7.80
6.90
8.63
8.01
7.55
7.92
7.66
8.21
a. Pengangkutan
3.51
5.65
5.31
4.81
4.46
3.16
4.92
1) Angkutan Rel
1.95
3.27
12.12
9.92
8.33
7.73
15.67
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
2) Angkutan jalan raya
2.13
2.10
2.42
2.05
2.87
2.09
2.65
3) Angkutan laut
6.54
29.17
28.48
8.46
0.39
-0.28
11.45
4) Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
4.23
7.41
7.67
6.55
4.26
6.77
7.99
5) Angkutan udara
1.59
1.73
1.43
5.92
6.44
1.09
4.43
6) Jasa penunjang angkutan b. Komunikasi 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA
5.60
7.45
5.98
6.16
5.86
5.87
5.59
14.88
15.76
14.55
14.71
15.26
17.53
15.56 7.91
7.96
9.38
8.17
8.32
7.93
8.65
a. Bank
6.97
8.43
6.11
7.55
7.12
7.94
7.35
b. Lembaga keuangan tanpa bank
6.55
7.91
11.34
11.09
6.62
7.96
11.56
d. Sewa bangunan
9.34
10.78
10.37
9.91
9.79
11.43
8.73
e. Jasa perusahaan
7.44
9.19
5.83
5.74
6.53
6.26
5.66 6.00
9. JASA-JASA
5.65
5.92
6.26
5.67
5.77
6.41
a. Pemerintahan umum
3.97
4.39
5.01
4.72
3.87
5.19
4.78
b. Swasta
6.80
7.09
7.37
6.51
7.04
7.33
7.07
1) Sosial dan kemasyarakatan
7.99
7.77
7.97
6.74
7.96
7.92
4.45
2) Hiburan dan rekreasi
6.46
8.11
11.97
8.81
5.72
12.46
15.70
3) Perorangan dan rumah tangga
6.62
6.88
6.91
6.27
6.95
6.85
6.97
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
5.54
6.21
6.31
6.35
5.80
5.97
6.02
Sumber: BPS Jawa Timur * Angka Sangat Sementara
Lampiran 1.4 SUMBANGAN PDRB SEKTORAL JAWA TIMUR Berdasarkan Harga Konstan 2000 (%)
Tw I
2007 Tw II Tw III
1.15
1.00
a. Tanaman bahan makanan
0.81
b. Tanaman perkebunan c.
SEKTOR 1. PERTANIAN
Peternakan dan hasil-hasilnya
d. Kehutanan e. Perikanan
Tw IV
Tw I
2008 Tw II
Tw III
1.04
0.85
1.17
0.93
0.96
0.57
0.46
0.37
0.81
0.53
0.41
0.12
0.14
0.30
0.16
0.13
0.13
0.27
0.15
0.16
0.17
0.19
0.15
0.16
0.16
0.01
0.02
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.07
0.11
0.10
0.13
0.07
0.10
0.10
0.07
0.13
0.16
0.15
0.08
0.12
0.16
a. Minyak dan gas bumi
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
b. Pertambangan tanpa migas
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
c.
0.05
0.10
0.13
0.12
0.05
0.09
0.13 1.64
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
Penggalian
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
1.41
1.62
1.74
1.69
1.46
1.53
1) Makanan, minuman dan tembakau
0.72
0.87
0.93
0.89
0.74
0.82
0.86
2) Tekstil barang kulit dan alas kaki
0.06
0.06
0.05
0.07
0.06
0.06
0.05
3) Barang kayu dan hasil hutan lainnya
0.04
0.04
0.05
0.06
0.04
0.04
0.04
4) Kertas dan barang cetakan
0.26
0.26
0.19
0.25
0.27
0.25
0.19
5) Kimia dan barang dari karet
0.10
0.12
0.22
0.11
0.10
0.12
0.21
6) Semen & barang galian bukan logam
0.05
0.05
0.06
0.06
0.05
0.05
0.06
7) Logam dasar besi dan baja
0.12
0.13
0.14
0.11
0.12
0.13
0.13
8) Alat angkutan, mesin & peralatannya
0.03
0.03
0.03
0.05
0.03
0.03
0.03
9) Barang lainnya
0.04
0.05
0.08
0.09
0.04
0.05
0.07
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH
0.10
0.11
0.11
0.12
0.10
0.10
0.11
a. Listrik
0.08
0.08
0.08
0.09
0.08
0.08
0.08
b. Gas kota
0.02
0.02
0.02
0.02
0.01
0.02
0.02
c.
Air bersih
0.00
0.01
0.01
0.01
0.00
0.01
0.01
5. BANGUNAN
0.16
0.20
0.22
0.19
0.17
0.19
0.20
6. PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN
1.80
1.62
1.97
1.84
2.10
1.74
1.95
a. Perdagangan besar & eceran
1.32
1.60
1.48
1.71
1.43
1.59
1.45
b. Hotel
0.03
0.06
0.06
0.06
0.03
0.06
0.06
c.
Restoran
0.27
0.32
0.30
0.33
0.28
0.31
0.29
0.32
0.36
0.36
0.38
0.34
0.35
0.35
a. Pengangkutan
0.22
0.24
0.25
0.27
0.22
0.23
0.24
1) Angkutan Rel
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
2) Angkutan jalan raya
0.09
0.09
0.10
0.10
0.09
0.09
0.09
3) Angkutan laut
0.01
0.02
0.02
0.02
0.01
0.02
0.02
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
4) Angkutan sungai, danau dan penyeberangan
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
5) Angkutan udara
0.04
0.04
0.04
0.05
0.04
0.04
0.04
6) Jasa penunjang angkutan b. Komunikasi 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA
0.08
0.08
0.08
0.09
0.08
0.08
0.08
0.10
0.11
0.11
0.11
0.12
0.11
0.12
0.26
0.33
0.33
0.34
0.28
0.32
0.32
a. Bank
0.05
0.08
0.08
0.09
0.06
0.08
0.08
b. Lembaga keuangan tanpa bank
0.03
0.04
0.04
0.04
0.04
0.04
0.04
d. Sewa bangunan
0.10
0.11
0.12
0.12
0.11
0.11
0.12
e. Jasa perusahaan 9. JASA-JASA
0.07
0.09
0.09
0.09
0.08
0.09
0.09
0.45
0.50
0.51
0.53
0.47
0.48
0.48
a. Pemerintahan umum
0.18
0.21
0.24
0.25
0.18
0.20
0.22
b. Swasta
0.27
0.28
0.27
0.28
0.29
0.28
0.26
1) Sosial dan kemasyarakatan
0.04
0.05
0.04
0.05
0.04
0.04
0.04
2) Hiburan dan rekreasi
0.01
0.02
0.02
0.02
0.01
0.02
0.02
3) Perorangan dan rumah tangga
0.22
0.22
0.21
0.22
0.23
0.22
0.20
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
5.54
6.21
6.31
6.35
5.80
5.97
6.02
Sumber: BPS Jawa Timur * Angka Sangat Sementara
Lampiran 3.1 PERKEMBANGAN BANK UMUM
BANK UMUM I.1 JATIM A Jaringan Kantor 1 Jumlah Bank 2 Jaringan Kantor 3 Jumlah BPR B Kondisi Keuangan 1 Total Asset a. Bank Pemerintah b. Bank Swasta c. Bank Asing 2 Kredit (Baki debet) a. Bank Pemerintah b. Bank Swasta c. Bank Asing Per jenis Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumsi Per Sektor Tani Tambang Industri Listrik,Gas Konstruksi Dagang/Hotel Angkut/Komnikasi JS.Dunia JS.Sosial Lain-2 3 Dana a. Bank Pemerintah b. Bank Swasta c. Bank Asing GIRO a. Bank Pemerintah b. Bank Swasta c. Bank Asing DEPOSITO a. Bank Pemerintah b. Bank Swasta c. Bank Asing TABUNGAN a. Bank Pemerintah b. Bank Swasta c. Bank Asing 4 LDR a. Bank Pemerintah b. Bank Swasta c. Bank Asing 5 NPL Bank Umum a. Bank Pemerintah b. Bank Swasta c. Bank Asing 6 kredit U K M a. Bank Pemerintah b. Bank Swasta c. Bank Asing 7 NPL UKM a. Bank Pemerintah b. Bank Swasta c. Bank Asing 8 KUK a. Bank Pemerintah b. Bank Swasta c. Bank Asing 9 Kredit ekspor a. Bank Pemerintah b. Bank Swasta c. Bank Asing NPL a. Bank Pemerintah b. Bank Swasta c. Bank Asing 10 Kredit Property a. Bank Pemerintah b. Bank Swasta c. Bank Asing NPL %
2007 Tw,I
68 2,340 335
Tw.II
68 2,344 335
Tw.III
68 2,384 335
Tw.IV
69 2,403 337
146,667,121 153,836,677 159,989,412 167,474,291 64,149,054 68,306,904 71,630,029 73,665,513 71,438,390 72,624,718 76,057,469 81,413,898 11,079,677 12,905,055 12,301,914 12,394,880 74,851,747 78,938,504 85,981,733 92,147,710 37,270,784 40,226,422 41,893,444 43,221,411 30,869,356 32,846,812 36,990,254 40,728,820 6,711,607 5,865,270 7,098,035 8,197,479 74,851,747 78,938,504 85,981,733 92,147,710 47,816,158 50,120,398 56,118,393 60,213,810 9,117,693 10,146,708 9,711,924 10,571,595 17,917,896 18,671,398 20,151,416 21,362,305 74,851,747 78,938,504 85,981,733 92,147,710 3,450,083 4,079,071 4,439,123 3,963,616 174,206 169,358 190,649 220,866 21,764,993 21,811,730 24,624,115 27,417,140 106,500 124,477 125,582 174,535 2,666,814 2,912,244 2,843,554 2,925,529 21,673,519 23,467,983 25,197,374 27,100,480 1,228,303 1,385,207 1,475,034 1,701,739 4,336,401 4,704,955 5,345,055 5,723,745 1,148,719 1,232,952 1,189,392 1,156,802 18,302,209 19,050,527 20,551,855 21,763,258 128,612,237 133,460,353 137,280,908 143,548,428 55,127,286 58,328,661 60,629,732 61,825,046 65,470,215 65,384,893 67,743,846 72,335,279 8,014,736 9,746,799 8,907,330 9,388,103 24,856,826 29,431,202 31,051,034 28,918,594 12,582,948 14,773,189 16,404,184 14,747,031 9,556,842 10,361,625 11,797,474 11,560,131 2,717,036 4,296,388 2,849,376 2,611,432 61,442,097 59,282,631 59,123,667 61,071,467 21,311,809 21,163,733 20,832,295 19,791,072 35,421,432 33,463,487 33,099,650 35,425,886 4,708,856 4,655,411 5,191,722 5,854,509 42,313,314 44,746,520 47,106,207 53,558,367 21,232,529 22,391,739 23,393,253 27,286,943 20,491,941 21,559,781 22,846,722 25,349,262 588,844 795,000 866,232 922,162 58.20% 59.15% 62.63% 64.19% 67.61% 68.97% 69.10% 69.91% 47.15% 50.24% 54.60% 56.31% 83.74% 60.18% 79.69% 87.32% 6.26% 5.93% 4.95% 4.44% 9.72% 8.28% 6.93% 6.21% 3.03% 3.52% 3.17% 2.74% 1.88% 3.25% 2.50% 3.55% 39,334,061 42,149,610 45,118,424 47,753,300 15,732,244 17,038,812 18,399,593 19,591,172 22,644,810 24,057,807 25,497,355 26,873,705 957,008 1,052,991 1,221,476 1,288,423 5.32% 5.66% 5.29% 4.90% 8.23% 8.21% 7.50% 6.86% 3.32% 3.89% 3.75% 3.35% 4.62% 4.70% 4.19% 7.36% 17,208,080 18,394,546 19,619,706 19,129,969 13,550,156 14,490,366 15,444,305 14,838,761 3,649,069 3,895,477 4,127,459 4,218,857 8,855 8,703 47,942 72,351 2,848,465 3,500,654 3,544,241 4,516,712 1,241,845 1,747,428 1,796,965 1,833,225 622,884 612,721 640,308 720,552 983,736 1,140,505 1,106,968 1,962,935 112,524 207,165 205,323 167,012 80,030 102,024 100,637 49,708 3,391 63,538 62,599 64,464 29,103 41,603 42,087 52,840 6,979,742 7,314,677 7,823,097 8,264,841 3,477,695 3,637,497 3,901,789 4,018,119 3,415,891 3,581,599 3,825,876 4,085,939 86,156 95,581 95,432 160,783 4.41 4.16 3.96 3.12
Tw.I
70 2,472 337 166,386,598 71,893,848 79,258,565 15,234,185 95,095,487 44,307,038 41,583,650 9,204,799 95,095,487 62,568,643 10,370,697 22,156,147 95,095,487 4,089,860 307,327 29,615,859 189,946 2,935,751 27,219,383 1,755,565 5,237,143 1,188,922 22,555,731 142,926,240 61,890,910 70,482,383 10,552,947 30,185,870 14,954,229 12,281,076 2,950,565 60,162,259 20,198,945 33,435,999 6,527,315 52,578,111 26,737,736 24,765,308 1,075,067 66.53% 71.59% 59.00% 87.22% 3.40% 4.07% 2.69% 3.46% 49,124,635 20,433,538 26,970,539 1,720,558 4.61% 6.07% 3.40% 6.15% 20,493,210 16,141,237 4,244,227 107,746 4,130,475 2,078,958 816,078 1,235,439 213,666 85,331 59,806 68,529 8,856,162 4,536,825 4,070,421 248,916 3.24
2008 Tw.II
70 2,492 337 177,178,874 76,398,509 85,428,529 15,351,836 105,248,297 50,382,032 45,037,651 9,828,614 105,248,297 69,143,728 12,141,174 23,963,395 105,248,297 4,326,218 351,028 33,560,923 232,502 3,295,873 30,212,132 1,931,983 5,683,054 1,198,479 24,456,105 150,226,452 65,229,005 74,472,168 10,525,279 31,157,981 15,496,622 13,700,951 1,960,408 62,579,372 20,897,055 35,181,784 6,500,533 56,489,099 28,835,328 25,589,433 2,064,338 70.06% 77.24% 60.48% 93.38% 3.09% 3.62% 2.44% 3.32% 54,452,081 23,173,550 29,436,931 1,841,600 4.18% 5.43% 3.09% 5.97% 19,684,991 15,266,962 4,322,817 95,212 5,713,181 2,228,804 840,540 2,643,837 207,804 85,072 63,818 58,914 9,568,587 4,934,154 4,363,821 270,612 3.04
Tw.III
70 2,587 337 187,821,858 80,073,741 91,145,317 16,602,800 112,312,978 55,130,940 46,802,806 10,379,232 112,312,978 74,020,667 12,698,422 25,593,889 112,312,978 4,684,989 399,628 36,125,007 231,946 4,161,844 31,155,828 2,150,546 5,966,817 1,236,737 26,199,636 155,232,459 65,055,739 78,859,103 11,317,617 30,156,384 15,829,782 12,264,144 2,062,458 68,598,991 21,676,502 39,543,731 7,378,758 56,477,084 27,549,455 27,051,228 1,876,401 72.35% 84.74% 59.35% 91.71% 2.96% 3.11% 2.56% 4.00% 57,349,876 25,130,110 30,213,806 2,005,961 3.74% 4.60% 2.86% 6.20% 21,045,921 16,548,849 4,399,318 97,754 5,736,414 2,071,998 704,343 2,960,073 220,267 77,180 49,935 93,152 10,256,422 5,419,421 4,527,679 309,322 2.66
Lampiran 3.2 PERKEMBANGAN BANK BERKANTOR
URAIAN I.2 BANK BER-KP DI JATIM A Jaringan Kantor 1 Jumlah Bank 2 Jaringan Kantor di Jatim
2007 Tw.I
Tw.II
23,221,866
20,968,328
21,497,595
23,890,518
8,021,388 5,228,845 2,025,461 767,082 8,021,388 362,221 1,751 531,951 1,080 1,241,900 3,570,602 109,620 918,517 513,500 770,246
7,982,503 5,124,337 2,049,342 808,824 7,982,503 328,742 2,108 526,179 2,645 1,170,103 3,535,170 118,217 1,004,033 483,321 811,985
7,472,330 4,704,469 2,065,647 702,214 7,472,330 341,125 2,847 427,318 2,335 1,013,458 3,567,437 83,986 874,012 454,296 705,516
8,001,719 4,943,940 2,186,384 871,395 8,001,719 370,670 2,739 468,542 2,776 989,606 3,938,260 77,370 853,655 426,680 871,421
8,646,381 5,331,748 2,385,389 929,244 8,646,381 428,640 3,151 504,437 3,183 1,342,306 4,005,932 77,222 928,654 423,599 929,257
1.18% 88,675 22,644
1.15% 92,492 25,360
1.07% 85,298 30,534
1.17% 87,130 41,154
16,184,819 7,331,474 2,796,586 6,056,759
17,459,270 8,306,799 6,356,136 2,796,335
19,116,110 9,609,671 6,473,763 3,032,676
16,833,128 7,254,658 5,652,232 3,926,238
16,872,353 8,029,636 5,885,454 2,957,263
905226
689151
2,043,303
823,913
633,423
6 SBI
8007227
6,111,587
8,782,113
5,435,297
8,113,987
7 LDR
43.51%
42.97%
41.96%
47.42%
44.29%
3,901,061 2,593,633 485,003 822,425 3,901,061 169,377 2,214 425,652 1,199 366,825 1,757,508 93,778 418,647 176,064 489,797
4,052,477 2,688,552 885,554 478,371 4,052,477 157,699 1,945 408,997 1,278 453,526 1,807,126 95,721 444,013 198,996 483,175
4,347,300 2,897,975 946,564 502,761 4,347,300 161,170 1,751 415,477 1,080 563,168 1,928,679 84,919 443,088 242,043 505,925
4,300,510 2,843,224 942,809 514,476 4,300,510 175,452 2,108 449,201 2,645 483,927 1,892,201 88,959 460,130 228,250 517,637
2.03% 79,096
2.13% 86,405
2.09% 90,721
1.93% 83,029
2.13% 84,861
2.04% 90,710
1.86% 89,170
220,110 2.17%
220,054 2.05%
238,425 1.91%
233,912 2.02%
136,322 1.77%
142,992 3.46%
150,269 2.25%
5 Penempatan di Bank lain
8 UKM (UMKM) Per Jenis Penggunaan - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi Per Sektor Tani Tambang Industri Listrik, Gas, Air Konstruksi Dagang Angkutan JS.Dunia JS.Sos Lain-lain 9
NPL ( Krd UKM) - Nominal
10 11
Kredit Property NPL Kred Property
21,140,844
23,156,386
24,630,173
7,042,315 4,640,589 1,694,668 707,058 7,042,315 309,403 10,691 496,700 1,199 810,073 3,307,766 113,696 735,085 545,850 711,852
7,501,951 4,876,176 1,910,097 715,678 7,501,951 330,942 1,945 531,670 1,278 1,016,597 3,350,652 115,046 843,145 590,194 720,482
1.16% 81,365 22,123
9 284
Tw.II
8 283
4 Dana (dpk) - GIRO - DEPOSITO - TABUNGAN
9 285
2008 Tw.II
Tw.I
8 271
3 NPL ( Krd Umum) % (bruto) nominal ppap
9 283
Tw.IV
8 264
B Kondisi Keuangan 1 Total Asset 2 Kredit Per Jenis Penggunaan - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi Per Sektor Tani Tambang Industri Listrik, Gas, Air Konstruksi Dagang Angkutan JS.Dunia JS.Sos Lain-lain
9 284
Tw.III
3,978,095 2,523,247 1,023,112 431,735
3,978,095 198,236 2,847 366,793 2,335 369,799 1,857,020 76,436 444,619 224,973 435,037
1.16% 92,980 50,180 17,289,697 7,662,361 6,465,590 3,161,746 798323 7,230,012 46.28%
4,448,344 2,810,034 1,165,998 472,311 4,448,344 231,548 2,739 405,612 2,776 442,421 2,107,600 77,370 466,949 238,992 472,337
1.03% 89,170 49,355 18,195,777 9,051,073 5,876,883 3,267,821 1990261 5,664,102 47.52%
4,782,376 2,976,039 1,272,641 533,696 4,782,376 275,568 3,151 407,540 3,183 581,609 2,117,305 77,222 538,056 245,032 533,709
Lampiran 3.3 PERKEMBANGAN BANK SYARIAH
URAIAN I.5 BANK SYARIAH DI JATIM A Jaringan Kantor 1 Jumlah Bank 2 Jaringan Kantor di Jatim B Kondisi Keuangan 1 Total Asset 2 Kredit Per Jenis Penggunaan - Modal Kerja - Konsumsi - Investasi Per Sektor Tani Tambang Industri Listrik, Gas, Air Konstruksi Dagang Angkutan JS.Dunia JS.Sos Lain-lain
3 NPL ( Krd Umum) % (bruto nominal 4 Dana (dpk) - GIRO - TABUNGAN - DEPOSITO 5 LDR (%)
2007 Tw.I
Tw.II
Tw.III
Tw.IV
2008 Tw.II
Tw.I
Tw.III
3 47
3 49
3 51
3 51
3 54
3 55
3 62
1,695,807
1,756,605
2,040,791
2,235,297
2,425,671
2,648,080
3,014,199
1,377,660 1,487,243 672,715 775,654 452,219 460,007 252,726 251,582 1,377,660 1,487,243 7,874 6,696 3,845 3,784 69,249 61,340 - 94,093 101,008 160,334 194,073 15,018 14,425 495,539 556,313 79,318 89,426 452,390 460,178
1,634,661 809,976 282,161 542,524 1,634,661 6,583 3,712 103,326 108,076 137,621 13,210 603,842 115,596 542,695
1,766,455 842,349 272,158 651,948 1,766,455 29,644 3,542 115,336 870 60,720 152,859 13,114 607,313 130,938 652,119
1,939,221 865,386 264,758 809,077 1,939,221 37,937 6,801 120,252 2,206 46,549 147,377 13,512 566,056 189,283 809,248
2,180,887 996,791 270,210 913,886 2,180,887 48,079 8,367 119,944 4,764 48,625 190,123 13,341 633,271 200,487 913,886
2,497,399 1,176,759 303,363 1,017,277 2,497,399 68,578 8,339 120,819 6,749 176,659 212,205 15,781 652,870 218,122 1,017,277
3.24 44,632
6.50 96,628
3.82 62,447
2.60 45,888
2.38 46,217
2.10 45,819
3.16 78,908
1,348,842 99,706 577,598 671,538
1,383,914 598,495 670,224 107
1,552,211 186,922 674,480 690,809
1,678,633 168,559 778,565 731,509
1,846,234 168,672 912,142 765,420
1,912,999 186,789 937,289 788,921
2,115,819 239,431 956,342 920,046
102.14
107.47
105.31
105.23
105.04
114.00
118.03