KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR
TRIWULAN II - 2008
BANK INDONESIA SURABAYA
Penerbit : Bank Indonesia Surabaya Bidang Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011 psw. 129/128 Fax : 031-3554178 Email :
[email protected] [email protected] [email protected] [email protected]
Visi Bank Indonesia : “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil” Misi Bank Indonesia : “Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan” Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia : “Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan” Visi Kantor Bank Indonesia Surabaya : “Mewujudkan Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya melalui peningkatan perannya sebagai Economic Intelligence dan unit penelitian” Misi Kantor Bank Indonesia Surabaya : “Berperan secara aktif dalam pelaksanaan kebijakan Bank Indonesia dalam mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran secara efektif dan efisien dan peningkatan kajian ekonomi regional serta koordinasi dengan pemerintah daerah dan lembaga terkait”
KATA PENGANTAR Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional Propinsi Jawa Timur Triwulan II-2008 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi stakeholders eksternal maupun internal yang berkaitan dengan perkembangan perekonomian, perbankan dan sistem pembayaran di Jawa Timur baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Kajian ini menguraikan berbagai perkembangan penting dalam perekonomian daerah Jawa Timur serta berbagai faktor yang mempengaruhinya selama periode laporan. Perkembangan ekonomi yang dimaksud mencakup kondisi ekonomi makro (PDRB), laju inflasi, perkembangan perbankan, sistem pembayaran serta pertumbuhan ekonomi dan perkembangan harga. Dalam penyusunan kajian ini kami banyak memperoleh bantuan berupa penyediaan data dan informasi dari berbagai pihak seperti perbankan dan instansi di lingkungan pemerintah daerah, BUMN maupun swasta sehingga kajian ini menjadi lebih informatif. Atas seluruh bantuan tersebut kami mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Harapan kami, hubungan kemitraan yang terjalin selama ini dapat lebih ditingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dan saran untuk lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan kemanfaatan yang optimal. Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah selalu memberikan kekuatan dan kemudahan kepada kita semua dalam memberikan kontribusi yang terbaik bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Jawa Timur pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Surabaya,
Agustus 2008
BANK INDONESIA SURABAYA
Amril Arief Pemimpin
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN RINGKASAN EKSEKUTIF
i ii iv v vii viii
BAB 1
INDIKATOR KEGIATAN EKONOMI 1.1 KONDISI UMUM 1.2 SISI PERMINTAAN a. Konsumsi b. Investasi c. Ekspor Impor 1.3 SISI PENAWARAN a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran b. Industri Pengolahan c. Pertanian d. Keuangan, Persewaan dan Jasa e. Bangunan f. Transportasi dan Komunikasi 1.4. KESEJAHTERAAN a. Ketenagakerjaan b. Kemiskinan 1.5 KEUANGAN DAERAH
1 1 2 3 8 10 14 17 20 23 25 27 30 32 32 34 37
Boks 1 Boks 2
Ketahanan Pangan di Jawa Timur Isu Strategis BLT 2008
40 43
BAB 2
PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TIMUR 2.1 UMUM 2.2 INFLASI BULANAN (yoy) 2.3 INFLASI TAHUNAN (yoy)
48 48 48 51
Boks 3
Proyeksi Inflasi Jawa Timur Tw III-2008 dengan Metode VAR
54
BAB 3
STABILITAS DAN INTERMEDIASI PERBANKAN 3.1 INTERMEDIASI PERBANKAN 3.1.1. ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF 3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK) 3.1.3. KREDIT 3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN 3.2.1. RISIKO KREDIT 3.2.2. RISIKO LIKUIDITAS 3.2.3. RISIKO OPERASIONAL 3.3 PERBANKAN SYARIAH 3.4 BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA
57 57 58 58 60 64 64 66 67 68 69
Pembiayaan Perbankan kepada UMKM dan Koperasi melalui SKIM "KUR"
71
Boks 4
ii
Boks 5
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
73
BAB 4
SISTEM PEMBAYARAN 4.1 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA TUNAI a. Aliran Uang Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) b. Perkembangan Aktivitas Penukaran Uang Pecahan Kecil c. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Uang Kartal 4.2 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI a. Transaksi Kliring b. Transaksi RTGS (Real Time Gross Settlement) 4.3 PENEMUAN UANG PALSU DI PERBANKAN JAWA TIMUR
74 74 74 76 77 78 79 80 82
PROSPEK EKONOMI DAN HARGA 5.1 PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR 5.2 PROYEKSI INFLASI JAWA TIMUR 5.3 PROSPEK PERBANKAN TAHUN 2008
84 84 85 86
BAB 5
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Tabel 1.2 Tabel 1.3 Tabel 1.4 Tabel 1.5 Tabel 1.6 Tabel 1.7 Tabel 1.8 Tabel 1.9 Tabel 1.10 Tabel 1.11 Tabel 1.12 Tabel 1.13 Tabel 1.14 Tabel 1.15 Tabel 1.16 Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 3.1
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Data Ekspor dan Impor Jawa Timur Nilai Ekspor Triwulan II-2008 Nilai Impor Triwulan II-2008 Pertumbuhan dan Sumbangan Sektoral Utilisasi Kapasitas Produksi di Jawa Timur Pertumbuhan Ekonomi Sektor PHR Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian Perkembangan Tenaga Kerja Jawa Timur Perkembangan Tenaga Kerja Nasional Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Perubahan UMK Propinsi Jawa Timur Perkembangan Penduduk Miskin di Jawa Timur Perubahan Garis Kemiskinan di Jawa Timur Realisasi PAD Provinsi Jawa Timur Semester I-2008 Realisasi APBD Provinsi Jawa Timur Semester I-2008 Inflasi Jawa Timur Per Kelompok Pengeluaran (mtm) Sumbangan Inflasi Jawa Timur per Kelompok Pengeluaran (mtm) Perkembangan Indikator Perbankan di Jawa Timur
3 11 12 13 15 16 17 21 23 32 32 34 35 35 37 38 50 50 57
iv
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3 Gambar 1.4 Gambar 1.5 Gambar 1.6 Gambar 1.7 Gambar 1.8 Gambar 1.9 Gambar 1.10 Gambar 1.11 Gambar 1.12 Gambar 1.13 Gambar 1.14 Gambar 1.15 Gambar 1.16 Gambar 1.17 Gambar 1.18 Gambar 1.19 Gambar 1.20 Gambar 1.21 Gambar 1.22 Gambar 1.23 Gambar 1.24 Gambar 1.25 Gambar 1.26 Gambar 1.27 Gambar 1.28 Gambar 1.29 Gambar 1.30 Gambar 1.31 Gambar 1.32 Gambar 1.33 Gambar 1.34 Gambar 1.35 Gambar 1.36 Gambar 1.37 Gambar 1.38 Gambar 1.39 Gambar 1.40 Gambar 1.41 Gambar 1.42 Gambar 1.43 Gambar 1.44 Gambar 1.45 Gambar 1.46 Gambar 1.47 Gambar 1.48 Gambar 1.49
Perkembangan Nilai Impor Barang Konsumsi Perkembangan Volume Impor Barang Konsumsi Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indeks Penjualan Makanan dan Minuman Konsumsi Listrik Rumah Tangga Volume Penjualan Semen di Jawa Timur Volume Penjualan Motor Volume Penjualan Mobil Indeks Ketepatan Waktu Membeli Barang Tahan Lama (Durable Goods) Indeks Penghasilan Saat ini dan Ekspektasi Penghasilan Perkembangan Tabungan Perorangan Perkembangan Deposito Perorangan Perkembangan Kredit Konsumsi Perkembangan Nilai Impor Capital Goods Perkembangan Volume Impor Capital Goods Perkembangan Kredit Investasi Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Neraca Perdagangan Luar Negeri Neraca Perdagangan Kumulatif Volume Barang di Tanjung Perak Perkembangan Nilai Ekspor Produk Utama Komponen Impor Jawa Timur Negara Tujuan Ekspor Jawa Timur 2007 Perkembangan Ekspor menurut Tujuan Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Struktur Perekonomian Jawa Timur Tw.II-2008 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Jawa Timur Tw II-2008 Perkembangan Pertumbuhan Sektor Andalan Indeks Realisasi Usaha Volume Barang di Pel Tanjung Perak Indeks Realisasi Usaha Sektor PHR Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jatim Jumlah Wisatawan Asing melalui Bandara Juanda Kredit Sektor Perdagangan dan Hotel Perkembangan Harga BBM Industri Perkembangan Kredit Sektor Industri Luas Lahan Tanam dan Panen Padi di Jawa Timur Luas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jawa Timur Luas Lahan Puso di Jawa Timur Perkembangan Kredit Pertanian Kondisi Operasional Perbankan Jawa Timur Perkembangan NIM Perbankan Jawa Timur Perkembangan Fee Based Income Perbankan Jawa Timur Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa Timur Volume Penjualan Semen di Jawa Timur Kredit Perbankan Sektor Properti Kredit Sektor Properti Per Penggunaan
4 4 4 6 6 6 6 6 6 8 8 8 8 9 9 10 11 11 11 11 12 12 13 13 13 14 14 14 15 17 18 18 19 19 19 20 22 22 25 25 25 25 27 27 27 27 28 29 29 v
Gambar 1.50 Gambar 1.51 Gambar 1.52 Gambar 1.53 Gambar 1.54 Gambar 1.55 Gambar 1.56 Gambar 1.57 Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 2.7 Gambar 2.8 Gambar 2.9 Gambar 2.10 Gambar 2.11 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 3.6 Gambar 3.7 Gambar 3.8 Gambar 3.9 Gambar 3.10 Gambar 3.11 Gambar 3.12 Gambar 3.13 Gambar 3.14 Gambar 3.15 Gambar 3.16 Gambar 3.17 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7 Gambar 4.8 Gambar 4.9 Gambar 4.10 Gambar 4.11 Gambar 4.12 Gambar 4.13 Gambar 4.14 Gambar 4.15 Gambar 4.16 Gambar 5.1 Gambar 5.2
NPL Kredit Properti Arus Penumpang dan Barang di Tanjung Perak Statistik Kontainer PT TPS di Tanjung Perak Penumpang Domestik di Bandara Juanda Penumpang Internasional di Bandara Juanda Perkembangan Inflasi Beras di Jawa Timur Perkembangan Nilai Tukar Petani Perkembangan Dana Pemerintah di Perbankan Perbandingan Inflasi Nasional dan Jatim Perkembangan Inflasi Jawa Timur Inflasi Jawa Timur dan Nasional (mtm) Inflasi Kelompok Bahan Makanan (mtm) Sumbangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan (mtm) Perkembangan Harga Gandum di Pasar Dunia Perkembangan Harga CPO di Pasar Dunia Perkembangan Harga Kedelai di Pasar Dunia Inflasi Kelompok Bahan Makanan (yoy) Inflasi Jawa Timur (yoy) Sumbangan Inflasi Jawa Timur (yoy) Struktur Aktiva Produktif Bank Umum di Jawa Timur Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Perkembangan Dana Pihak Ketiga Pertumbuhan Kredit dan BI Rate Pertumbuhan Kredit (yoy) Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan Pangsa Kredit Per Jenis Penggunaan Pertumbuhan Kredit Per Sektor Ekonomi (yoy) Pertumbuhan Kredit Per Sektor Ekonomi (ytd) Pertumbuhan Kredit dan DPK (yoy) Perkembangan LDR Pertumbuhan Kredit UMKM dan pangsa-nya terhadap total kredit Tingkat NPL Kredit UMKM & Kredit Total Perkembangan Non Performing Loan Perkembangan NPLs Kredit Properti Perkembangan NPLs Kredit Ekspor Perkembangan Indikator Perbankan Syariah Rata-rata Harian Arus Uang Tunai Rata-rata Harian Net Inflow Inflow, Outflow dan Netflow Gabungan Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil Jumlah Lembar Uang yang Ditukarkan Berdasarkan Nominal Pecahan Nilai Uang yang Ditukarkan Berdasarkan Nominal Pecahan Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB) Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur Perkembangan Transaksi Kliring Di Jawa Timur Perkembangan Transaksi RTGS Di Jawa Timur Volume Transaksi BI-RTGS Nilai Transaksi BI-RTGS Komposisi Transaksi Berdasarkan Jenis Pengguna Uang Palsu Yang Ditemukan Oleh Perbankan di Jawa Timur Statistik Uang Palsu yang ditemukan (lembar) Statistik Uang Palsu yang ditemukan (nilai) Estimasi Realisasi Usaha Tw III-2008 Ekspektasi Konsumen 6 bulan yad
29 30 30 31 31 36 36 39 48 48 50 51 51 52 52 52 52 53 53 58 59 59 60 60 61 61 62 62 62 62 63 64 65 65 66 69 75 75 75 76 77 77 78 78 79 80 81 81 82 83 83 83 85 85 vi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.1
PDRB Sektoral Jawa Timur Berdasarkan Harga Berlaku
Lampiran 1.2
PDRB Sektoral Jawa Timur Berdasarkan Harga Konstan 2000 (Rp juta)
Lampiran 1.3
Lampiran 1.4
Pertumbuhan PDRB Sektoral Jawa Timur (y-o-y) Berdasarkan Harga Konstan 2000 (%)
Sumbangan PDRB Sektoral Jawa Timur Berdasarkan Harga Konstan 2000 (%)
Lampiran 3.1
Perkembangan Bank Umum Jawa Timur
Lampiran 3.2
Perkembangan Bank Syariah Jawa Timur
vii
Ringkasan Eksekutif
RINGKASAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR EKSEKUTIF TRIWULAN II-2008 Pada triwulan II-2008 kondisi perekonomian Jawa Timur relatif belum menunjukkan kinerjayang membaik bahkan melambat. Dari sisi kestabilan harga, terlihat mengalami tekanan akibat kebijakan pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak sehingga inflasi Jawa Timur menembus dua digit. Permasalahan optimalisasi kapasitas fiskal masih juga menjadi permasalahan penting yang harus mendapat perhatian tercermin dari realisasi APBD yang rendah. Indikator kesejahteraan Jawa Timur pada Triwulan I-2008 menunjukan perbaikan tercermin dari
menurunnya
tingkat
pengangguran
dan
tingkat
kemiskinan
hal
ini
menandakan terdapat peningkatan kualitas pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Prospek pertumbuhan ekonomi Jawa timur diperkirakan melambat dan
inflasi
diperkirakan masih mengalami tekanan.
I. PERKEMBANGAN EKONOMI, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Asesmen Ekonomi Perlambatan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur masih berlanjut pada triwulan II-2008 yang tumbuh sbesar 5,16% di kisaran bawah perkiraan sebelumnya (5,5 – 6%) . Perlambatan pertumbuhan tersebut disebabkan perlambatan pertumbuhan konsumsi sebagai penggerak utama ekonomi Jawa Timur dari sisi permintaan. Konsumsi bahan makanan mengalami penurunan yang signifikan sedangkan konsumsi non makanan masih tumbuh. Hal ini disebabkan oleh tindakan antisipasi konsumen menjelang naiknya harga BBM dengan cara melakukan pembelian dini untuk menghindari harga yang lebih tinggi pasca kenaikan BBM. Kegiatan investasi swasta masih tumbuh menggembirakan seperti yang ditunjukkan oleh berbagai indikator yaitu kredit perbankan untuk tujuan investasi, impor barang modal, dan volume penjualan semen. Aktivitas Ekspor kembali melambat pada triwulan ini, dan bahkan nilainya sudah lebih kecil daripada nilai Impor (defisit). Dari sisi penawaran, perlambatan terjadi pada sektor-sektor utama, yaitu PHR, Industri, dan Pertanian. Sektor PHR menghadapi persoalan dari menurunnya aktivitas ekspor-impor dan melemahnya daya beli masyarakat.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
viii
Ringkasan Eksekutif
Subsektor Perhotelan melanjutkan tren pemulihan pada triwulan ini seiring dengan meningkatnya occupancy rate dan kunjungan wisatawan asing. Sektor Industri secara umum terus tertekan oleh biaya energi yang meningkat di satu sisi, dan melemahnya daya beli di sisi lain. Sektor Pertanian tumbuh melambat karena dampak lanjutan bencana banjir yang terjadi akhir tahun lalu. Luas lahan panen di triwulan ini menurun setelah sejumlah lahan tanam terkena banjir. Subsektor Perikanan masih tumbuh melambat akibat tingginya biaya bahan bakar yang harus ditanggung nelayan. Ukuran kesejahteraan masyarakat terkini menunjukkan adanya perbaikan taraf ekonomi di Jawa Timur. Jumlah pengangguran Dalam kurun waktu Februari 2007 – Februari 2008, terjadi penurunan tingkat pengangguran terbuka di Jawa Timur dari 7,45% menjadi 6,24%. Sedangkan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan di Jawa Timur jumlah penduduk Jawa Timur yang hidup di bawah garis kemiskinan mengalami penurunan dari 7,15 juta orang menjadi 6,65 juta orang. Penurunan ini selanjutnya membuat persentase penduduk miskin Jawa Timur juga menurun dari 19,98% menjadi 18,51%.. Pencapaian ini dimungkinkan oleh adanya pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga dalam kurun waktu tersebut. Kondisi Keuangan Daerah masih menunjukkan kinerja yang belum optimal terutama realisasi APBD. Belanja Pemerintah Provinsi Jawa Timur secara umum baru mencapai 46% dari target di sepanjang 2008 sebesar Rp6,09 triliun. Tingkat realisasi belanja yang tinggi umumnya terjadi pada pos-pos belanja tidak langsung, khususnya Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, dan Belanja Tidak Terduga. Tingkat realisasi pos-pos belanja langsung masih sangat rendah dan berada di kisaran 30% hingga berakhirnya Semester I-2008. Pos Belanja Modal bahkan baru terealisasi sebesar 20% saja. Kondisi ini tentu tidak optimal bagi perekonomian daerah mengingat belanja modal pemerintah berperan sebagai komponen investasi dan diharapkan dapat memberi multiplier effect kepada pertumbuhan ekonomi daerah secara keseluruhan.
Asesmen Inflasi Inflasi Jawa Timur pada triwulan II-2008 menembus level dua digit yaitu sebesar 10,39% (y-o-y) sebagai dampak kenaikan harga BBM serta gejolak harga pangan dunia. Tingkat inflasi Jawa Timur pada triwulan laporan
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
ix
Ringkasan Eksekutif
mencapai 10,39% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 11,03% (yoy). Tingkat inflasi tersebut disumbangkan oleh kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi & komunikasi, sebagai dampak tingginya harga pangan dunia (kedelai, jagung, gandum) serta tingkat harga minyak goreng dan emas perhiasan yang masih relatif tinggi, sejalan dengan masih tingginya harga Crude Palm Oil (CPO) di pasar dunia. Secara bulanan, kenaikan harga tertinggi pada triwulan II 2008 terdapat pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (7,50%), diikuti oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar (1,66%). Secara tahunan, inflasi Provinsi Jawa
Timur pada triwulan II 2008 sebesar 10,39% (yoy), lebih
tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (5,30%). Dari sisi sumbangannya, secara tahunan kelompok bahan makanan masih mendominasi, yaitu sebesar 4,24% (yoy), serta kelompok transportasi & komunikasi (1,49%). Meskipun berdasarkan perhitungan SBH tahun dasar 2007 (2007=100) bobot kelompok makanan mengalami penurunan, namun hingga triwulan II 2008 sumbangannya (bobot x inflasi) terhadap inflasi Jawa Timur masih mendominasi. Di sisi lain, peningkatan sumbangan yang signifikan pada kelompok transportasi & komunikasi disebabkan adanya kenaikan harga BBM rata-rata 28,75% sejak 24 Mei 2008, serta adanya peningkatan bobot kelompok dimaksud terutama pada sub kelompok komunikasi. Dampak dari kenaikan komoditas administered price serta komoditas bahan makanan, baik di pasar lokal maupun pasar dunia, menyebabkan tingkat inflasi Jawa Timur pada triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2007.
Asesmen Stabilitas Sistem Keuangan Dan Intermediasi Perbankan Intermediasi perbankan yang tercermin pada penyaluran kredit oleh perbankan berjalan dengan baik, dan diimbangi oleh pertumbuhan DPK. Pada triwulan II 2008, penyaluran kredit kepada masyarakat oleh bank umum di Jawa Timur cenderung meningkat dan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan kredit tahunan sebesar 33,33% lebih besar dibandingkan pertumbuhan DPK yang sebesar 12,56% mampu mendorong LDR bank umum hingga 70,06%. Peningkatan pertumbuhan kredit juga diikuti oleh kualitas kredit tercermin dari NPL sebesar 3,09%.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
x
Ringkasan Eksekutif
Selama triwulan II 2008, stabilitas industri perbankan di Jawa Timur relatif terjaga namun terdapat potensi timbulnya risiko kredit terutama akibat proyeksi perlambatan pada kinerja struktur dunia usaha. Risiko kredit perbankan di Jawa pada triwulan II 2008 relatif terkendali, tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPLs) yang terus menurun dan berada di bawah level 5%, yaitu sebesar 3,09%. Dari sisi kelompok bank, perbaikan kualitas kredit disumbangkan oleh kelompok bank pemerintah dan swasta. Risiko likuiditas perbankan pada triwulan II 2008 cenderung meningkat tercermin dari adanya peningkatan tenor penempatan dana masyarakat pada perbankan yang bersifat jangka pendek. Kondisi ini berpotensi menimbulkan mismatch antara sumber dana dengan penggunaan dana oleh perbankan. Risiko operasional, beberapa bank di Jawa Timur masih menghadapi berbagai tantangan, antara lain kompetensi dan profesionalisme SDM perbankan yang masih perlu ditingkatkan sejalan dengan perkembangan yang semakin pesat dan persaingan yang semakin ketat,
kebijakan
intern
bank
yang
kurang
mengakomodasi
perubahan,
pemahaman dan pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan operasional bank serta belum membuminya budaya pengendalian risiko. Selain itu, masih ditemui kasus-kasus tindak pidana perbankan sebagai akibat belum baiknya integritas SDM bank.
Asesmen Sistem Pembayaran Sistem pembayaran di wilayah Jawa Timur pada triwulan II-2008 mengalami peningkatan transaksi pembayaran pada triwulan II-2008, dibandingkan kondisi triwulan II-2007, baik pada transaksi tunai maupun non-tunai. Selama triwulan II-2008 transaksi non tunai tercatat rata-rata harian uang yang masuk ke Bank Indonesia tercatat sebesar Rp70,53 miliar, sedangkan rata-rata harian uang yang keluar sebesar Rp83,73 miliar, sehingga terjadi net outflow rata-rata harian sebesar Rp13,20 miliar. Transakasi Non tunai dengan mengunakan sarana Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) maupun kliring pada triwulan II-2008 menunjukkan kecenderungan yang meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Transaksi keuangan secara non tunai masih didominasi oleh sistem BI-RTGS. Selama triwulan II-2008, BI-RTGS berperan hingga 70% dari nilai penyelesaian transaksi keuangan non-tunai di wilayah Jawa Timur.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
xi
Ringkasan Eksekutif
Transaksi keuangan melalui sistem kliring di wilayah Jawa Timur pada triwulan II2008 mencapai Rp41,49 triliun, secara tahunan meningkat signifikan sebesar 31,42% (yoy). Dilihat dari volumenya, jumlah warkat yang diproses pada triwulan I-2008 tercatat sebanyak 1,52 juta lembar, relatif stabil dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya.
II PROSPEK EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN III-2008
Prospek Ekonomi Triwulan III 2008 Pada triwulan III-2008, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur diperkirakan 1
masih akan melambat dan berada di kisaran 5,5 - 6% . Konsumsi masyarakat diperkirakan kembali melambat mengingat tingkat inflasi yang masih tinggi ditambah risiko tekanan harga yang berasal dari permintaan masyarakat menyambut Lebaran. Investasi swasta diprediksi akan terus membaik melanjutkan tren sebelumnya, sementara Investasi Pemerintah diperkirakan juga akan dipacu pada triwulan III ini untuk mengkompensasi lambatnya realisasi pada periode sebelumnya. Ekspor diproyeksikan masih akan melemah sebagai imbas resesi ekonomi yang dialami negara-negara partner dagang seperti Amerika dan Jepang. Impor akan tetap tinggi sehingga membuat defisit neraca perdagangan luar Jawa Timur makin lebar. Dari sisi sektoral, ketiga sektor ekonomi utama diprediksi berkontribusi pada perlambatan pertumbuhan ekonomi. Subsektor Perdagangan yang mendominasi Sektor PHR masih mengalami tekanan dari lemahnya daya beli domestik maupun eksternal. Sektor Industri menghadapi persoalan tingginya biaya energi dan ketersediaan suplai listrik. Tingginya biaya operasi juga menjadi tantangan di Sektor Pertanian, khususnya biaya pemupukan dan penyediaan air. Musim kering 2008 diprediksi mundur sehingga berlangsung lebih lama dari biasanya. Pada triwulan III-2008, Inflasi Jawa Timur diperkirakan meningkat dan 2
berada di kisaran 10,5 ± 1% . Hal ini masih disebabkan adanya peluang tekanan pada inflasi volatile food termasuk faktor imported inflation, serta 1 2
Estimasi BI Estimasi BI
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
xii
Ringkasan Eksekutif
tingkat ekspektasi masyarakat terhadap inflasi ke depan yang juga meningkat. Pengaruh musiman berupa peningkatan kebutuhan konsumsi masyarakat menjelang bulan puasa dan hari raya Idul Fitri menjadi faktor pendorong tingkat inflasi, disamping tekanan lainnya dari sisi penawaran. Realisasi belanja pemerintah yang cenderung meningkat memasuki semester II 2008 merupakan salah satu sumber tekanan terhadap inflasi yang patut diwaspadai. Disisi lain, persoalan sekitar distribusi dan tata niaga beberapa komoditas utama juga diperkirakan masih menyisakan masalah untuk diselesaikan, termasuk masalah infrastruktur yang belum memadai.
Prospek Perbankan Ekonomi Triwulan III 2008 Pada triwulan III-2008, industri perbankan memiliki peluang untuk meningkatkan kinerjanya. Struktur dan pondasi sistem perbankan yang cukup baik selama periode semester I 2008 diperkirakan dapat terus berlanjut, terutama ditopang oleh peningkatan fungsi intermediasi oleh perbankan. Disamping itu, optimisme terhadap efektivitas berbagai paket kebijakan perbankan diharapkan dapat menjadi stimulus untuk pertumbuhan ekonomi dan dapat menjaga kestabilan sistem keuangan. Dari sisi penyaluran kredit, potensi pertumbuhannya pada triwulan III-2008 terus meningkat, seiring dengan pertumbuhan sektor ekonomi produktif di Jawa Timur. Faktor yang perlu menajdi perhatian dan berpotensi menyebabkan penurunan kinerja perbankan yaitu dampak dari kenaikan harga BBM yang dapat menyebabkan penurunan kinerja kredit. Kondisi ini pernah terjadi pada tahun 2005 ketika pemerintah menetapkan kebijakan kenaikan harga BBM.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
xiii
Bab I – Makro Ekonomi Regional
1
MAKRO EKONOMI REGIONAL
1.1. KONDISI UMUM Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan II-2008 kembali mengalami
tekanan
sehingga
berada
di
kisaran
bawah
perkiraan
sebelumnya (5,5 – 6%). Kegiatan konsumsi rumah tangga, yang merupakan penggerak utama ekonomi, tumbuh melambat. Masyarakat secara bertahap melakukan pengurangan konsumsi makanan seiring makin tingginya inflasi bahan pangan. Di sisi lain, konsumsi non-makanan relatif lebih stabil. Penjualan kendaraan bermotor bahkan menunjukkan hasil yang sangat berbeda dengan tumbuh hingga dua kali lipat dibandingkan setahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh tindakan antisipasi konsumen menjelang naiknya harga BBM dengan cara melakukan pembelian dini untuk menghindari harga yang lebih tinggi pasca kenaikan BBM. Khusus untuk sepeda motor, peningkatan penjualan juga didorong oleh makin mudahnya skim pembelian. Kegiatan investasi swasta masih tumbuh menggembirakan seperti yang ditunjukkan oleh berbagai indikator yaitu kredit perbankan untuk tujuan investasi, impor barang modal, dan volume penjualan semen. Investasi pemerintah (APBD) melalui belanja barang modal masih rendah hingga berakhirnya triwulan II-2008. Aktivitas Ekspor kembali melambat pada triwulan ini, dan bahkan nilainya sudah lebih kecil daripada nilai Impor (defisit). Kondisi ini dipicu oleh pelemahan ekonomi global yang menyebabkan turunnya permintaan dari negara-negara partner dagang Jawa Timur. Di sisi lain, aktivitas impor tetap terus bertumbuh seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang ditopangnya. Dari sisi penawaran, perlambatan terjadi pada sektor-sektor utama, yaitu PHR, Industri, dan Pertanian. Sektor PHR menghadapi persoalan dari menurunnya aktivitas ekspor-impor dan melemahnya daya beli masyarakat. Subsektor Perhotelan melanjutkan tren pemulihan pada triwulan ini seiring dengan meningkatnya occupancy rate dan kunjungan wisatawan asing. Sektor Industri secara umum terus tertekan oleh biaya energi yang meningkat di satu sisi,
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
1
Bab I – Makro Ekonomi Regional
dan melemahnya daya beli di sisi lain. Inflasi yang tinggi juga memicu berbagai demonstrasi buruh/karyawan untuk menuntut perbaikan kesejahteraan yang mengganggu produktivitas. Sektor Pertanian tumbuh melambat karena dampak lanjutan bencana banjir yang terjadi akhir tahun lalu. Luas lahan panen di triwulan
ini menurun setelah sejumlah lahan tanam terkena banjir. Subsektor
Perikanan masih tumbuh melambat akibat tingginya biaya bahan bakar yang harus ditanggung nelayan. Solar untuk kegiatan perikanan umumnya harus dibeli pada harga keekonomian (non-subsidi). Dari sisi pembiayaan, kredit perbankan ke sektor-sektor andalan tetap dalam tren peningkatan kecuali kredit Sektor Pertanian yang kinerjanya terus menurun. Ukuran kesejahteraan masyarakat terkini menunjukkan adanya perbaikan taraf ekonomi di Jawa Timur. Dalam kurun waktu Maret 2007 – Maret 2008, tercatat adanya penurunan jumlah pengangguran dan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan di Jawa Timur. Pencapaian ini dimungkinkan oleh adanya pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga dalam kurun waktu tersebut. Namun demikian, kondisi ini diprediksi akan mengalami perubahan dalam kurun waktu satu tahun mendatang. Tingginya inflasi terutama pasca kenaikan harga BBM di bulan Mei 2008, dan perlambatan pertumbuhan ekonomi diyakini akan berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat di Jawa Timur.
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
2
Bab I – Makro Ekonomi Regional
1.2. SISI PERMINTAAN Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan II2008 diwarnai oleh perlambatan di komponen Konsumsi dan Ekspor-Impor. Seperti halnya di triwulan I-2008, Konsumsi melambat akibat tingginya inflasi yang melemahkan daya beli, sedangkan kinerja ekspor mengalami penurunan sebagai dampak krisis ekonomi global. Di sisi lain, Komponen Investasi mampu untuk tetap tumbuh lebih tinggi pada triwulan II-2008 ini. Tabel 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur 2006
URAIAN Tw I
Tw II
2007
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
2008 Tw III
Tw IV
Tw I
Konsumsi Rumahtangga
7.65%
5.07%
6.83%
8.86%
4.29%
5.11%
6.85%
8.87%
3.70%
- Makanan
9.59%
11.94%
10.78%
7.97%
2.23%
1.76%
2.84%
5.39%
2.24%
- Non Makanan
4.98%
-3.85%
1.77%
10.05%
7.28%
10.17%
12.43%
13.40%
5.71%
Konsumsi Lembaga Swasta Tidak
1.79%
7.73%
10.50%
6.21%
2.35%
5.86%
5.88%
5.51%
3.87%
Mencari Untung Konsumsi Pemerintah
12.89%
6.70%
8.40%
7.75%
14.19%
8.07%
4.27%
7.86%
7.64%
Pembentukan Modal Tetap Bruto
7.23% 14.93%
5.07% 39.67%
5.50%
1.96%
2.47%
5.48%
1.15%
4.75%
Perubahan Stok
11.07% 88.07%
224.31%
211.64%
-0.81%
6.12%
212.06%
157.34%
Ekspor
3.02%
6.94%
14.03%
11.45%
5.86%
6.68%
7.14%
8.53%
3.68%
a. Antar Negara/Luar Negeri
0.18%
10.32%
17.75%
21.60%
7.85%
4.30%
1.74%
12.59%
5.27%
b. Antar Pulau Luar Provinsi
4.02%
8.00%
0.00%
5.59%
2.72%
1.10%
7.66%
4.07%
1.58%
c. Antar Provinsi Melalui Darat
6.24%
1.82%
20.53%
4.17%
5.82%
15.05%
14.24%
6.31%
3.22%
Impor
4.56%
3.98%
3.84%
12.47%
4.80%
3.27%
7.34%
3.00%
3.94%
a. Antar Negara/Luar Negeri
1.92%
1.48%
2.90%
2.95%
0.43%
2.85%
2.69%
3.44%
4.69%
b. Antar Pulau Luar Provinsi
6.76%
7.02%
7.26%
22.01%
5.06%
5.33%
5.99%
5.34%
2.65%
c. Antar Provinsi Melalui Darat
6.48%
5.17%
2.32%
20.27%
10.91%
2.13%
16.72%
0.90%
4.12%
Produk Domestik Regional Bruto
4.92%
5.97%
6.02%
6.28%
5.54%
6.21%
6.31%
6.35%
5.45%
Sumber: BPS Jawa Timur
a. Konsumsi Secara umum, aktivitas konsumsi rumah tangga diprediksi kembali tumbuh melambat pada triwulan II-2008 meskipun masih memberi andil dominan terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Indikasi perlambatan ini tampak pada hasil Survei Konsumen BI yang merupakan cerminan keyakinan
masyarakat
untuk
melakukan
konsumsi.
Indeks
Ekspektasi
Konsumen (IEK) tercatat terus menurun, bahkan mencapai level yang lebih rendah dibandingkan kondisi tahun 2005 ketika terjadi kenaikan harga BBM ________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
3
Bab I – Makro Ekonomi Regional
hingga 166% (Gambar 1.3). Perlambatan konsumsi juga diindikasikan oleh tingkat impor barang konsumsi yang menurun baik secara nilai maupun volume. Selama ini, aktivitas konsumsi perekonomian Jawa Timur ditopang pula oleh barang-barang konsumsi yang diimpor dari luar negeri (Gambar 1.1 dan 1.2). Kejadian penting pada triwulan II-2008 yang berpengaruh pada tingkat konsumsi rumah tangga adalah kenaikan harga BBM pada tanggal 25 Mei 2008. Menyusul keputusan pemerintah untuk menaikkan harga BBM, harga sebagian besar barang dan jasa ikut melonjak sehingga menekan daya beli/konsumsi masyarakat.
Gambar 1.1 Perkembangan Nilai Impor Barang Konsumsi 300 250
Gambar 1.2 Perkembangan Volume Impor Barang Konsumsi
Nilai Impor B Konsumsi
80%
450
Volume Impor B Konsumsi
120%
gNilai Impor B Konsumsi
70%
400
gVolume Impor B Konsumsi
100%
60%
350
80%
300
60%
250
40%
20%
200
20%
10%
150
0%
0%
100
-20%
50
-40%
50%
200
40% 150
30%
100 50
-10% 0
-20% Tw I
Tw II
Tw III Tw IV
Tw I
2006
Tw II Tw III Tw IV
Tw I
2007
Tw II
0
-60% Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2008
2006
Sumber: BI
2007
2008
Sumber: BI
Gambar 1.3 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 140 120 100 80 60
Indeks Ekspektasi Konsumen
40 20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
0 2005
2006
2007
2008
Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
4
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Bila dianalisis lebih mendalam, perlambatan khususnya tampak pada konsumsi
makanan,
sementara
konsumsi
non-makanan
belum
terlalu
terpengaruh hingga triwulan ini. Relatif stabilnya konsumsi non-makanan ini tercermin pada berbagai indikator antara lain konsumsi listrik rumah tangga, penjualan semen, penjualan mobil, dan penjualan motor. Sementara itu, penjualan produk-produk makanan mengalami kembali mengalami penurunan di triwulan II-2008 seperti yang ditunjukkan oleh hasil Survei Penjualan Eceran BI Surabaya (Gambar 1.4). Sebuah fenomena menarik tampak pada tingkat penjualan kendaraan bermotor (mobil dan motor) yang justru meningkat tajam menjelang kenaikan harga BBM dan bahkan mencapai puncaknya pada bulan Mei 2008 ketika harga BBM benar-benar dinaikkan. Kondisi ini berlawanan dengan hasil Survei Konsumen yang menunjukkan merosotnya keyakinan masyarakat untuk membeli barang tahan lama/durable goods (Gambar 1.9). Fenomena ini dapat dijelaskan sebagai tindakan antisipasi masyarakat terhadap kemungkinan naiknya harga kendaraan bermotor pasca kenaikan harga BBM sehingga mereka melakukan pembelian dini. Selain itu, kendaraan bermotor
umumnya
dikonsumi
oleh
kelompok
masyarakat
dengan
pendapatan menengah ke atas yang lebih tahan terhadap gejolak harga dan mampu mempertahankan daya beli-nya melalui berbagai sumber pendapatan alternatif. Khusus untuk tingkat penjualan motor, yang melonjak hingga 200% pada bulan Mei 2008, dapat dipahami sebagai pilihan ekonomis konsumen untuk memiliki
motor
sendiri
dibandingkan
menggunakan
angkutan
umum.
Masyarakat beranggapan bahwa akibat kenaikan harga BBM, menggunakan angkutan umum akan membutuhkan biaya yang lebih tinggi daripada mengoperasikan motor. Oleh karena itu, mereka berusaha membeli motor sebagai alat transportasi sehari-hari meskipun untuk pembeliannya harus dilakukan secara kredit. Maraknya pembiayaan kredit motor yang tersedia di pasar berikut berbagai kemudahan skim kredit yang ditawarkannya turut memberi andil pada tingginya konsumsi masyarakat ini.
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
5
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Gambar 1.4 Indeks Penjualan Makanan Minuman
Gambar 1.5 Konsumsi Listrik Rumah Tangga Konsumsi listrik RT
110
140 130
Makanan Minuman
120
700
KwH per pelanggan RT
105
600
100
110
500
95
400
100 90
90
300
80
85
70
200
80
100
40
70
0
2005
2006
2007
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
75
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5* 6*
60 50
2005
2008
Sumber: Survei Penjualan Eceran BI Surabaya
2006
2007
2008
Sumber: PLN Distribusi Jatim
Gambar 1.6 Volume Penjualan Semen di Jawa Timur
Gambar 1.7 Volume Penjualan Motor Penjualan Motor
Vol Penjualan Semen
gPenjualan Semen
600,000
100%
500,000
80%
400,000
gPenjualan Motor
90,000
250%
80,000
200%
70,000 150%
60%
60,000
40%
50,000
100%
40,000
50%
300,000 20%
30,000
200,000
0%
10,000
-40%
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
0
2006
2007
0%
20,000
-20%
-50% -100% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
100,000
2005
2008
2007
2008
Sumber: Dipenda Provinsi Jatim
Sumber: Asosisasi Semen Indonesia
Gambar 1.8 Volume Penjualan Mobil Penjualan Mobil
2006
Gambar 1.9 Indeks Ketepatan Waktu Membeli Barang Tahan Lama (Durable Goods)
gPenjualan Mobil 150%
700
100 90
600
100%
500
Indeks Ketepatan Waktu Membeli Barang Tahan Lama
80 70
400
50%
300
0%
200 -50%
100
60 50 40 30 20
2005
2006
2007
2008
10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
-100% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
0
2005
Sumber: Dipenda Provinsi Jatim
2006
2007
2008
Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
6
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Survei Bank Indonesia lainnya menunjukkan bahwa persepsi masyarakat tentang kondisi penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan lalu cenderung terus menurun. Hal serupa juga tampak pada ekspektasi masyarakat akan penghasilan
mereka
di
masa
mendatang
(Gambar
1.10).
Kondisi
ini
mengkonfirmasi prediksi perlambatan aktivitas konsumsi pada triwulan II-2008 ini. Dari sisi pembiayaan, aktivitas konsumsi diduga dibiayai oleh simpanan masyarakat di bank dan pinjaman dari bank. Laju pertumbuhan tabungan milik perorangan di perbankan Jawa Timur tampak melambat pada triwulan ini, meskipun masih mencatatkan tingkat pertumbuhan (yoy) yang tinggi di kisaran 30%. Selain untuk membiayai aktivitas konsumsi yang makin mahal, penurunan laju simpanan masyarakat dalam bentuk tabungan juga diduga karena beralihnya simpanan tersebut menjadi bentuk deposito. Setelah selama beberapa periode tumbuh negatif, pertumbuhan simpanan deposito milik perorangan di perbankan Jawa Timur tercatat positif pada triwulan ini (Gambar 1.11 dan Gambar 12). Aktivitas konsumsi masyarakat pada triwulan ini diyakini juga dibiayai oleh kredit perbankan, khususnya kredit konsumsi. Laju pertumbuhan kredit konsumsi perbankan Jawa Timur terus menunjukkan perbaikan hingga mencapai angka 17% (yoy) pada bulan Juni 2008. Selain kredit perbankan, pembiayaan konsumsi masyarakat diperkirakan juga berasal dari berbagai perusahaan pembiayaan yang marak tersedia di pasar. Pembiayaan jenis ini umumnya ditujukan untuk pembelian produk-produk elektronik, otomotif, dan produk ritel rumah tangga lainnya. Sementara itu, konsumsi pemerintah daerah pada triwulan ini relatif lancar, seperti yang diindikasikan oleh tingkat realisasi belanja rutin daerah yang umumnya mencapai kisaran 50% (lihat juga Bagian 1.5 Keuangan Daerah).
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
7
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Gambar 1.10 Indeks Penghasilan Saat ini dan Ekspektasi Penghasilan
Gambar 1.11 Perkembangan Tabungan Perorangan
160
60
Tabungan perorangan
35%
50
gTabungan perorangan
25%
140 120 100
40
80
30
60
20% 15% 10%
20
Indeks Penghasilan Saat Ini 40
30%
Ekspektasi Penghasilan
5% 0%
10
-5%
20
-
0
-10%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
3
2005
2006
2007
6
9
12
3
6
Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya
60% 50%
gDeposito Perorangan
45
40% 30%
44
20% 43
10%
42
0%
41
-10%
40
-20% 3
2006
2007
2008
6
9 2007
12
3
6 2008
Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah
50% 45% 40% 35% 30%
Nilai Kredit Konsumsi
22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10
gKredit Konsumsi
25% 20% 15% 10% 5% 0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
46
12
6
Gambar 1.13 Perkembangan Kredit Konsumsi
Deposito perorangan
47
9
3
Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah
Gambar 1.12 Perkembangan Deposito Perorangan
6
12
2008
2006
3
9
2005
2006
2007
2008
Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah
b. Investasi Kegiatan investasi kembali tumbuh tinggi dan bahkan lebih baik pada triwulan ini, sebagaimana dikonfirmasi oleh data impor yang menunjukkan adanya peningkatan laju impor barang modal (capital goods) dari luar negeri ke Jawa Timur. Laju impor barang modal memang terus meningkat sejak tahun 2006 dan mencapai tingkat tertinggi pada triwulan II-2008 ini, baik dari segi nilai maupun volume. Barang modal didefinisikan sebagai barang yang digunakan dalam memproduksi barang atau jasa namun tidak menjadi bagian dari barang ________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
8
Bab I – Makro Ekonomi Regional
atau jasa yang diproduksi tersebut. Contoh barang modal adalah peralatan transportasi, mesin industri, dan alat perkantoran. Gambar 1.14 Perkembangan Nilai Impor Capital Goods 300
Gambar 1.15 Perkembangan Volume Impor Capital Goods 160%
Nilai Impor Capital Goods
140%
gNilai Impor Capital Goods
250
250%
70
Volume Impor Capital Goods 60
100% 200
80%
200%
gVolume Impor Capital Goods
120% 50
150%
40
60%
150 100
100%
40%
30
20%
20
50%
0% -20%
50
-40% 0
-60% Tw I
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
0%
10 0
-50% Tw I
Tw II Tw III Tw IV Tw I 2006
2006
2007
Tw II Tw III Tw IV Tw I
Tw II
Tw II 2007
2008
2008
Sumber: BI
Sumber: BI
Di sisi lain, investasi pemerintah daerah hingga triwulan II-2008 ini masih tergolong rendah, seperti yang diindikasikan oleh tingkat realisasi belanja langsung yang umumnya baru mencapai kisaran 20% (lihat juga Bagian 1.5. Keuangan Daerah). Belanja modal Pemerintah Provinsi Jawa Timur bahkan baru mencapai 20% hingga berakhirnya triwulan II-2008. Sementara itu, Departemen Pekerjaan Umum mengalokasikan dana sejumlah Rp4,68 triliun untuk 59 proyek fisik di wilayah Jawa Timur di sepanjang tahun 2008. Proyek-proyek ini umumnya berupa pembangunan infrastruktur permukiman, jalan dan jembatan, serta pemeliharaannya. Sejumlah besar dana tersebut dialokasikan untuk penyelesaian proyek Jembatan Surabaya-Madura khususnya Bentang Tengah (Rp849 miliar), sisi 1
Surabaya (Rp151 miliar), dan sisi Madura (Rp266 miliar) . Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit perbankan untuk tujuan investasi pada triwulan ini tercatat lebih baik daripada triwulan II-2007 dan menunjukkan tren perbaikan. Selain kredit perbankan, sektor riil diperkirakan juga menggunakan sumber pendanaan investasi lain seperti modal sendiri, pinjaman, obligasi, dan saham, meskipun proporsinya masih relatif kecil.
1
Informasi proyek fisik di daerah dapat diakses di: https://eproc.pu.go.id/publik/new/kegiatan/default.asp
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
9
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Gambar 1.16 Perkembangan Kredit Investasi Nilai Kredit Investasi
35%
14
gKredit Investasi
30%
12 10
20%
8
15%
6
10%
4
5%
2
0%
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
25%
2005
2006
2007
2008
Sumber: Laporan Bulanan perbankan, diolah
c. Ekspor-Impor Pelemahan aktivitas ekspor pada triwulan ini turut memberi andil pada perlambatan ekonomi Jawa Timur. Laju ekspor tercatat menurun sebagai dampak krisis ekonomi global yang berimbas pada berkurangnya permintaan akan produk-produk Jawa Timur di luar negeri. Secara volume, ekspor Jawa Timur ke luar negeri hanya tumbuh sebesar 3,07% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2007 yang mencapai 12,18%. Dari sisi nilai, ekspor Jawa Timur bahkan tumbuh negatif (-0,97%) yang merupakan penurunan signifikan dibandingkan pencapaian pada triwulan II-2007 yang tumbuh sebesar 44,17%. Penurunan ini juga dikonfirmasi oleh statistik jumlah barang yang diangkut di Pelabuhan Tanjung Perak (Gambar 1.21). Di sisi lain, impor Jawa Timur dari luar negeri terus meningkat pada triwulan II-2008 ini, baik secara volume maupun nilai. Tetap tingginya impor ini terkait dengan struktur ekonomi Jawa Timur yang masih banyak tergantung pada pasokan dari luar negeri baik untuk barang konsumsi akhir maupun barang setengah jadi. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur tidak hanya dicukupi oleh produksi maupun bahan baku yang berasal dari dalam negeri, melainkan juga dari luar negeri dalam bentuk impor. Dengan perkembangan ekspor dan impor tersebut, surplus neraca perdagangan (trade balance) Jawa Timur tercatat defisit di sepanjang triwulan II2008 (April-Juni 2008). Kondisi ini sangat berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang mayoritas mencatat surplus. ________________________________________________________________________________________________ 10 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Gambar 1.17 Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor
Gambar 1.18 Perkembangan Volume Ekspor dan Impor
1,200
1,800
Nilai Ekspor
Volume Ekspor
Nilai Impor
1,600
Volume Impor
1,000
1,400 800
1,200 1,000
600
800 400
600 400
200
200 -
-
2006
2007
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 2005
2008
2005
Sumber: BI
2006
2007
2008
Sumber: BI
Tabel 1.2 Data Ekspor dan Impor Jawa Timur Deskripsi
Ekspor Impor
Pertumb Ekspor Pertumb Impor
Tw II 06
Nilai (US$) Volume (ton) Nilai (US$) Volume (ton)
Tw II 07
1,298,630,876 1,031,669,230 994,002,197 1,706,742,314
Tw II 08
1,872,262,634 1,157,296,668 1,233,682,809 1,905,188,645
Nilai Volume Nilai Volume
44.17% 12.18% 24.11% 11.63%
1,854,019,988 1,200,239,674 2,024,615,975 2,434,650,833 -0.97% 3.71% 64.11% 27.79%
Sumber: BI
Gambar 1.19 Neraca Perdagangan Luar Negeri
Gambar 1.20 Neraca Perdagangan Kumulatif 3,000
Net Ekspor
390
Cumulative Net Ekspor 340
2,500
290
2,000
240 190
1,500 140 90
1,000
(10)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
40
(60)
2005
2006
2007
500
2008
-
(160)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
(110)
(500)
2005
2006
2007
2008
(210)
Sumber: BI
Sumber: BI
________________________________________________________________________________________________ 11 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Gambar 1.21 Volume Barang di Tanjung Perak 1400 1200 1000 800 600 400
Volume Barang
200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
0 2005
2006
2007
2008
Sumber: BPS
Ekspor masih didominasi oleh produk manufaktur dengan pangsa hingga 96% dari total nilai ekspor. Komoditas ekspor produk manufaktur yang utama tetap berupa produk barang dari logam, produk kimia dan bahan kimia, kertas dan produk kertas, serta makanan dan minuman. Penurunan nilai ekspor tampak jelas pada produk barang dari logam (basic metals), serta produk kimia dan bahan kimia.
Tabel 1.3 Nilai Ekspor Triwulan II-2008
Gambar 1.22 Perkembangan Nilai Ekspor Produk Utama 300,000,000
Basic Metals
DESKRIPSI
NILAI EKSPOR
Chemical products 250,000,000
Food Products
TOTAL NILAI EKSPOR
1,854,019,988
Paper and paper products 200,000,000
Agriculture, Hunting & Fishing
150,000,000
Mining and Quarrying
100,000,000
Manufacturing Basic Metals Paper and paper products Food products and beverages Chemical and chemical products Furniture
50,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2005
2006
2007
97,865,401 4,051,689 1,752,102,898 348,637,239 262,268,593 234,889,111 225,646,701 145,454,579
2008
Sumber: BI
Sumber: BI
Sementara itu, impor Jawa Timur masih didominasi oleh bahan baku (intermediate goods) untuk mendukung kegiatan produksi terutama pada industri yang mengandung komponen impor tinggi (high import content) seperti industri barang dari logam, industri alat angkutan, dan industri pupuk dan ________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
12
Bab I – Makro Ekonomi Regional
2
kimia . Terdapat keterkaitan yang tinggi antara komoditas impor dengan komoditas ekspor Jawa Timur (Tabel 1.4). Gambar 1.23 Komponen Impor Jawa Timur
Tabel 1.4 Nilai Impor Triwulan II-2008
3,000 Capital Goods
Int Goods
Cons Goods
DESKRIPSI
NILAI IMPOR
2,500
TOTAL NILAI IMPOR
2,024,615,975
2,000
Agriculture, Hunting & Fishing
218,319,948
1,500
Mining and Quarrying
19,925,213
1,000
Manufacturing Chemical and chemical products Basic Metals Food products and beverages Machinery and Equipment Furniture
500 0 Tw I
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2005
2006
2007
Tw II
2008
Sumber: BI
1,786,370,814 478,305,717 354,864,402 237,494,759 200,660,361 130,005,666
Sumber: BI
Berdasarkan negara tujuan, ekspor Jawa Timur didominasi oleh Jepang, Singapura, dan Amerika Serikat. Kinerja ekspor Jawa Timur kemudian sangat tergantung pada permintaan dari ketiga negara ini. Resesi ekonomi yang sedang 3
terjadi di Jepang diyakini berdampak signifikan pada nilai dan volume transaksi perdagangannya dengan Jawa Timur (Gambar 1.25). Gambar 1.24 Negara Tujuan Ekspor Jawa Timur 2007
Gambar 1.25 Perkembangan Ekspor menurut Tujuan (dalam USD ribu) Japan 350,000,000
Japan 26% Others 34%
Singapore USA
300,000,000
Hongkong UK
250,000,000
Malaysia
200,000,000
150,000,000
100,000,000
Malaysia 4% UK 4%
Singapore 16% Hongkong 5%
USA 11%
Sumber: BI
2
3
50,000,000
0
Sumber: BI
Tabel Input-Output Jawa Timur (2000) Bloomberg: Morgan Stanley Cuts Japan Growth Forecast on U.S. Spillover (August 1st, 2008)
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
13
Bab I – Makro Ekonomi Regional
1.3. SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Jawa Timur pada triwulan II2008 ini masih serupa dengan periode-periode sebelumnya, yaitu didominasi oleh tiga sektor utama: Perdagangan, Hotel & Restoran, Industri Pengolahan, dan Pertanian. Ketiga sektor ini memiliki pangsa hingga 73,70% dari PDRB Jawa Timur pada triwulan II-2008. Perekonomian Jawa Timur pada triwulan II-2008 tumbuh 4
sebesar 5,16% , lebih rendah dibandingkan triwulan II-2007 yang sebesar 6,21%. Perlambatan ini disumbangkan oleh penurunan kinerja secara umum di sektorsektor utama Jawa Timur. Gambar 1.26 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur 8
Jawa Timur
Nasional
7 5.98
6.09
6.28
6.31
6.35
6.02
6
6.31
6.21
5.97
5.16
5.54 5
5.45
4.98 4.92
4
3 Tw I
Tw II Tw III Tw IV Tw I 2005
Tw II Tw III Tw IV 2006
Tw I
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II* 2007
2008
Sumber: BPS Jawa Timur
Gambar 1.27 Struktur Perekonomian Jawa Timur Tw II-2008
Gambar 1.28 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Jawa Timur Tw II-2008
Listrik Gas Air, 1.73% Bangunan, 3.20% Sumbangan
Jasa-jasa
Pertumbuhan
Tambang, 2.06% Keuangan, 5.32% Angkut dan Kom, 5.80%
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Pengangkutan dan Komunikasi
PHR, 32.69% Perdagangan, Hotel, dan Restoran Bangunan
Jasa, 8.02%
Listrik, Gas dan Air Bersih Industri Pengolahan Pertambangan & Penggalian
Tani, 15.55%
Pertanian
0
1
Industri, 25.62%
Sumber: BPS Jawa Timur
4
2
3
4
5
6
7
8
9
%
Sumber: BPS Jawa Timur
Angka prediksi BPS
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
14
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Tabel 1.5 Pertumbuhan dan Sumbangan Sektoral
Tw I-07
SEKTOR
Tw II-07
Tw III-07
Tw IV-07
Tw I-08
Tw II-08
Pertumb Sumb Pertumb Sumb Pertumb Sumb Pertumb Sumb Pertumb Sumb Pertumb
Sumb
Pertanian
2.83
1.15
2.79
1.00
3.61
1.04
3.40
0.85
2.16
1.10
1.86
0.80
Pertambangan & Penggalian
8.61
0.07
11.09
0.13
10.01
0.16
11.43
0.15
7.50
0.07
6.79
0.11 1.32
Industri Pengolahan
4.16
1.41
4.60
1.62
4.78
1.74
4.98
1.69
4.14
1.37
3.42
Listrik, Gas dan Air Bersih
11.72
0.10
11.95
0.11
16.21
0.11
7.81
0.12
3.87
0.10
7.15
0.09
Bangunan
-0.08
0.16
1.97
0.20
1.93
0.22
0.76
0.19
2.54
0.16
2.02
0.17
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
8.23
1.62
8.37
1.97
8.43
1.84
8.50
2.10
8.46
1.64
8.06
1.69
Pengangkutan dan Komunikasi
6.90
0.32
8.63
0.36
8.01
0.36
7.55
0.38
6.96
0.32
6.24
0.30
Keuangan, Persewaan, dan Jasa
7.96
0.26
9.38
0.33
8.17
0.33
8.32
0.34
7.93
0.26
5.85
0.27
Jasa-jasa
5.65
0.45
5.92
0.50
6.26
0.51
5.67
0.53
5.77
0.44
5.21
0.41
6.21
6.21
6.31
6.31
6.35
6.35
5.45
5.45
5.16
5.16
PDRB
5.54
5.54
Sumber: BPS Jawa Timur
Ketiga sektor dominan ini menunjukkan kinerja yang relatif stabil, meskipun melambat dengan tingkat perlambatan yang bervariasi. Persoalan yang dihadapi sektor riil di triwulan ini masih serupa dengan triwulan lalu, yaitu biaya produksi yang meningkat, daya beli masyarakat yang makin lemah, ketersediaan suplai energi listrik, serta gangguan perubahan musim.
Gambar 1.25 Perkembangan Pertumbuhan Sektor Andalan PHR
Industri
Tani 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0%
I
II
III
IV
I
2005
II
III
2006
IV
I
II
III
2007
IV
I
II
2008
-2%
Sumber: BPS Jawa Timur
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
15
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini tercatat meningkatkan utilisasi kapasitas produksi yang ada di Jawa Timur. Berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank Indonesia Surabaya, diketahui bahwa secara rata-rata terjadi peningkatan kapasitas produksi terpakai dari 63,32% di triwulan II-2007 menjadi 75,13% di triwulan II-2008. Kondisi ini mengkonfirmasi adanya pertumbuhan di perekonomian Jawa Timur. Tingkat utilisasi kapasitas yang berada di level 75,13% menunjukkan bahwa masih terdapat ruang bagi perekonomian Jawa Timur untuk melakukan ekspansi lebih tinggi lagi di masa mendatang tanpa mengorbankan stabilitas harga karena masih terdapat kelonggaran pada sisi penawaran. Tabel 1.6 Utilisasi Kapasitas Produksi di Jawa Timur SEKTORAL PERTANIAN A. Tanaman Pangan B. Tanaman Perkebunan C. Peternakan dan Hasil - hasilnya D. Kehutanan E. Perikanan PERTAMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN A. Industri Non Migas 1. Makanan, minuman dan tembakau 2. Tekstil, barang kulit dan alas kaki 3. Barang kayu dan hasil hutan lainnya 4. Kertas dan barang cetakan 5. Kimia dan barang dari karet 6. Semen dan barang galian bukan logam 7. Logam dasar, besi dan baja 8. Alat angkutan, mesin dan peralatannya 9. Barang Lainnya B. Industri Migas 1. Pengilangan minyak bumi 2. Gas alam cair LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH TOTAL SELURUH SEKTOR
Tw II-2007
Tw II-2008
63.05 65.00 43.75 86.40
76.35 75.29 75.00 80.43
75.00 100.00
69.82 72.50
64.52
74.34
61.00 65.86 69.10 57.00 70.00 38.33 79.67 56.67 70.18
75.45 71.83 69.20 80.83 71.90 86.00 95.00 67.08 68.75
60.00
88.93
63.32
75.13
Sumber: SKDU BI Surabaya
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini juga dikonfirmasi oleh hasil survei SKDU terhadap pelaku usaha di Jawa Timur yang menunjukkan peningkatan realisasi usaha di triwulan II-2008 bila dibandingkan triwulan II2007. Semua hal tersebut memberikan kesimpulan bahwa ekonomi masih tumbuh pada triwulan II-2008 meskipun melambat.
________________________________________________________________________________________________ 16 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Gambar 1.23 Indeks Realisasi Usaha 30
Indeks Realisasi Usaha 25.86 22.32
22.1
21.6
20 16.7 11.35
10 7.05 0.67
-1.85
-0.45
0 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
2005
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
2006
Tw III
Tw IV
Tw I
2007
Tw II 2008
-10
-20
-18.91
-20.54 -27.23
-30
Sumber: SKDU BI Surabaya
a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Pada triwulan II-2008, sektor Perdagangan, Hotel & Restoran tetap tampil sebagai sektor utama dalam perekonomian Jawa Timur, dengan pangsa sebesar 33,28% dari total PDRB, dan tumbuh tinggi sebesar 8,06%. Namun demikian, pertumbuhan sektor PHR ini masih lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Tabel 1.7 Pertumbuhan Ekonomi Sektor PHR
Tw II 2007
Tw II 2008
No.
Sub Sektor
Pertumbuhan (%)
Sumbangan (%)
Pertumbuhan (%)
Sumbangan (%)
1.
Perdagangan
8.87
1.60
8.57
1.37
2.
Hotel
1.19
0.06
4.19
0.05
3.
Restoran
7.34
0.32
6.21
0.26
Total
8.37
1.97
8.06
1.69
Sumber: BPS Jawa Timur
Subsektor
perdagangan
yang
memiliki
pangsa
terbesar
tumbuh
melambat pada triwulan II-2008 sebagaimana diindikasikan oleh prompt indicator volume barang di Pelabuhan Tanjung Perak dan Indeks Realisasi Usaha Sektor PHR. Hal ini tidak lepas dari fenomena melemahnya ekonomi global dan nasional yang berdampak pada aktivitas perdagangan di Jawa Timur. ________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
17
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Gambar 1.27 Volume Barang di Pel Tanjung Perak
Gambar 1.29 Indeks Realisasi Usaha Sektor PHR 15
1400
Indeks Realisasi Usaha
1200
10.4
10
1000
6.04 5
5.65
3.12
800
3.75
0 Tw I
Tw II
400
-2.31
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
2005
Volume Barang
2.69
0.88
1.08
600
Tw III
2006
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2007
Tw I
-5
200
-9.55 -8.89
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
0 2005
2006
2007
-10
-10.2 -11.49
2008 -15
Sumber: BPS
Sumber: SKDU BI Surabaya
Di sisi lain, Subsektor Hotel pada triwulan ini justru mencatat kinerja yang lebih baik dengan tumbuh sebesar 4,19% (yoy), lebih tinggi daripada triwulan II-2007 yang tumbuh negatif 1,19%. Peningkatan kinerja ini tercermin pada prompt indicators tingkat hunian (occupancy rate) hotel berbintang di Jawa Timur dan lama tinggal tamu di hotel (Gambar 1.33 dan Gambar 1.34). Perbaikan kinerja subsektor hotel ini diyakini terkait juga dengan meningkatnya jumlah wisatawan asing ke Jawa Timur. Statistik jumlah wisatawan asing yang melalui Bandar Udara Juanda terus menunjukkan tren peningkatan (Gambar 1.35). Pasca kenaikan harga BBM di bulan Mei 2008, pengusaha hotel di Jawa Timur memilih strategi mempertahankan tarif kamar (published rate) namun melakukan revisi kontrak terhadap pelanggan segmen tertentu seperti korporasi dan instansi pemerintah. Strategi ini dipilih karena para pengusaha menilai alternatif untuk merevisi harga kontrak terhadap pelanggan tertentu akan lebih efisien dilakukan daripada menaikkan published rate. Permintaan akan jasa hotel dari pasar segemented selama ini memang lebih kuat sehingga pengusaha berani untuk merevisi kontrak mereka. Selain itu kalangan pengusaha hotel juga akan lebih memprioritaskan FIT (Free Individual Traveler) dan paket MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition).
________________________________________________________________________________________________ 18 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Tw II
2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Gambar 1.33 Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim
Gambar 1.34 Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jatim Asing Indonesia TOTAL
6
60
Occupancy Rate 5
50 40
4
30
3
20
2
10
1
2006
2007
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
0 2008
2006
2007
2008
Sumber: BPS
Sumber: BPS
Gambar 1.35 Jumlah Wisatawan Asing melalui Bandara Juanda 16,000 14,000
Jml Wisman melalui Juanda
12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
0 2006
2007
2008
Sumber: BPS
Dilihat dari sisi pembiayaan, kredit perbankan ke sektor perdagangan dan perhotelan terus mengalami tren perbaikan pada triwulan ini sesuai dengan kinerja riil sektoral-nya. Pertumbuhan kredit di sektor ini diperkirakan akan relatif stabil di periode-periode mendatang, bahkan dapat meningkat bila didukung oleh kinerja sektor riil. Namun demikian, tingkat pertumbuhan kredit ini diperkirakan masih belum akan menyamai pencapaian di tahun 2005 ketika tumbuh di atas 50%.
________________________________________________________________________________________________ 19 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Gambar 1.36 Kredit Sektor Perdagangan dan Hotel 35
70%
Kredit PHR gKredit PHR
60%
30
50%
25
40% 20 30% 15
20%
10
10% 0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
5 2005
2006
2007
2008
Sumber: Laporan Bulanan perbankan, diolah
b. Industri Pengolahan Sektor
industri
tumbuh
melambat
pada
triwulan
ini
(3,42%)
dibandingkan kinerja pada triwulan II-2008 yang sebesar 4,60%. Seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 1.8, kontributor utama pertumbuhan pada triwulan ini tetap berasal dari subsektor makanan, minuman & tembakau, subsektor kertas & barang cetakan, dan subsektor logam dasar besi dan baja. Sektor Industri terus tertekan oleh biaya energi yang meningkat di satu sisi, dan melemahnya daya beli di sisi lain. Permintaan barang dari luar negeri juga menurun sejalan dengan melemahnya ekonomi global dan ekonomi negara-negara partner dagang, Dari sisi internal perusahaan, inflasi yang tinggi memicu berbagai demonstrasi oleh buruh/karyawan untuk menuntut perbaikan kesejahteraan sehingga mengganggu produktivitas. Di penghujung triwulan II-2008, kalangan industri mendapat tantangan baru berupa Surat Keputusan Bersama (SKB) Lima Menteri yang menetapkan sejumlah industri untuk mengalihkan jam kerjanya ke hari Sabtu dan Minggu untuk menjaga kelancaran pasokan listrik. Tercatat sejumlah 500 pelanggan golongan industri di Jawa Timur yang harus melakukan pengalihan jam kerja ini. Kebijakan pemerintah ini umumnya dikeluhkan kalangan pengusaha karena dapat berdampak pada tuntutan buruh untuk mendapat uang lembur.
________________________________________________________________________________________________ 20 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
PLN Distribusi Jawa Timur menargetkan penghematan listrik sebesar 150MW dari kebijakan pengalihan jam kerja industri. Namun demikian, pengalihan jam kerja 500 pelanggan industri tersebut diperhitungkan hanya mampu memberi penghematan sebesar 20MW saja sehingga pemadaman bergilir di wilayah Jawa Timur diperkirakan akan terus berlangsung hingga 2009. Pemadaman bergilir selama ini sering menjadi keluhan para pengusaha utamanya dari jenis usaha yang harus beroperasi penuh selama tujuh hari seminggu. Tabel 1.8 Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri
Tw II 2007 No.
Sub Sektor
Tw II 2008
Pertumbuhan (%)
Sumbangan (%)
Pertumbuhan (%)
Sumbangan (%)
1.
Makanan, minuman & tembakau
3.49
0.87
2.61
0.71
2.
Tekstil, barang kulit & alas kaki
3.66
0.06
2.42
0.05
3.
Barang kayu & hasil hutan lainnya
0.71
0.04
2.38
0.03
4.
Kertas & barang cetakan
9.60
0.26
5.12
0.21
5.
Kimia & barang dari karet
5.86
0.12
3.57
0.10
6.
Semen & barang galian bukan logam
-3.14
0.05
2.60
0.04
7.
Logam dasar besi & baja
6.07
0.13
4.77
0.11
8.
Alat angkutan, mesin & peralatannya
9.89
0.03
9.18
0.03
9.
Barang lainnya
2.73
0.05
3.88
0.04
4.60
1.62
3.42
1.32
Total Sumber: BPS Jawa Timur
Risiko terbesar yang dihadapi oleh Sektor Industri Pengolahan sesungguhnya berasal dari tren peningkatan harga bahan bakar minyak. Sesuai aturan pemerintah, harga bahan bakar yang dikonsumsi oleh industri dipatok mengikuti harga yang terbentuk di pasar internasional. Kenaikan harga yang persisten ini dipastikan akan mendorong naik ongkos produksi yang pada gilirannya dapat berdampak negatif pada kinerja sektor secara keseluruhan. Hingga akhir Juni 2008, harga BBM industri telah naik rata-rata 100% dibandingkan posisi Juni 2007.
________________________________________________________________________________________________ 21 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Gambar 1.37 Perkembangan Harga BBM Industri 14,000
M Solar Transp
12,000
M Diesel 10,000
M Solar Industri
8,000 6,000 4,000 2,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
0 2005
2006
2007
2008
Sumber: Pertamina
Dari sisi pembiayaan, kredit perbankan untuk sektor industri masih tumbuh menggembirakan di tengah sulitnya kinerja sektor riil. Kredit Sektor Industri mampu tumbuh konsisten sejak titik baliknya di akhir tahun 2006 dan kini bahkan dapat melampaui kondisi sebelum gejolak kenaikan BBM di tahun 2005. Pertumbuhan kredit untuk sektor industri pada bulan Juni 2008 mencapai 53% (yoy). Gambar 1.38 Perkembangan Kredit Sektor Industri 35
60%
Kredit Industri gKredit Industri
30
50% 40%
25
30% 20%
20
10% 15 0% -10% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
10 2005
2006
2007
2008
Sumber: Laporan Bulanan perbankan
________________________________________________________________________________________________ 22 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
c. Pertanian Kinerja sektor pertanian pada triwulan ini mengalami perlambatan yang signifikan, meskipun masih mampu tumbuh sebesar 1,86%. Perlambatan terjadi di hampir semua subsektor, kecuali perkebunan dan kehutanan. Namun demikian, subsektor yang paling memberi dampak perlambatan adalah subsektor tanaman bahan makanan (tabama) yang memiliki porsi terbesar dalam PDRB. Tabel 1.9 Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian Tw II 2007 No.
Sub Sektor
Tw II 2008
Pertumbuhan (%)
Sumbangan (%)
Pertumbuhan (%)
Sumbangan (%)
1.
Tanaman bahan makanan
1.18
0.57
0.03
0.45
2.
Tanaman perkebunan
3.69
0.14
4.13
0.11
3.
Peternakan & hasilnya
6.53
0.16
5.72
0.14
4.
Kehutanan
-7.85
0.02
0.18
0.01
5.
Perikanan
6.94
0.11
3.23
0.09
2.79
1.00
1.86
0.80
Total Sumber: BPS Jawa Timur
Aktivitas sektor pertanian pada triwulan ini diwarnai oleh awal musim panen kedua bagi padi dan musim tanam bagi jagung (Gambar 1.39 dan Gambar 1.40). Seperti pola di tahun-tahun sebelumnya, triwulan kedua adalah masa panen kedua (gadu) bagi komoditas padi. Pertumbuhan subsektor tabama pada triwulan ini masih terganggu oleh dampak bencana banjir yang melanda sebagian wilayah Jawa Timur pada akhir tahun 2007. Saat itu, banjir mengakibatkan berkurangnya lahan tanam dan meningkatnya lahan yang rusak (puso). Dampak banjir tersebut kini berlanjut menjadi berkurangnya lahan yang dipanen. Sebagai contoh, pada periode April – Juni 2008 tercatat sejumlah 600.000 hektar lahan padi yang dipanen di Jawa Timur, menurun dibandingkan periode yang sama tahun 2007 ketika sejumlah 786.000 hektar berhasil dipanen. Namun demikian, penurunan ini tidak berpengaruh signifikan pada stok pangan dan harga pangan di Jawa Timur (lihat juga Boks 1).
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
23
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Untuk membantu para petani yang terkena bencana banjir, Dinas Pertanian Jawa Timur dan Departemen Pertanian telah memberikan bantuan penyediaan pupuk NPK dan benih hibrida. Bencana banjir di tahun ini tergolong lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya karena tahun 2008 adalah musim basah (La Nina). Di samping itu, bencana banjir tahun ini juga disebabkan oleh terus berkurangnya daerah tangkapan air (catchment area) dan kurang terpeliharanya irigasi dan bendungan. Sementara itu, subsektor perikanan masih tumbuh melambat pada triwulan ini utamanya akibat tingginya biaya operasi yang dibutuhkan untuk melaut. Nelayan mengalami kesulitan untuk membeli solar sebagai bahan bakar karena harga yang dikenakan kepada mereka adalah harga non-subsidi (harga keekonomian). Harga solar pada triwulan II-2008 telah meningkat sekitar 100% dibandingkan harga pada triwulan II-2007. Di sisi lain, penghasilan dari melaut tidak selalu bisa diandalkan. Untuk menutupi biaya operasi, mereka harus menjual hasil tangkapannya dengan harga yang lebih tinggi yang sebenarnya menyulitkan penjualan di tengah lemahnya daya beli masyarakat. Dengan kondisi seperti ini, banyak nelayan yang memilih beralih profesi agar dapat mencukupi kebutuhan diri dan keluarganya sehari-hari. Perlambatan kinerja sektor pertanian pada triwulan ini juga tercermin pada sisi pembiayaan, yaitu jumlah kredit perbankan yang disalurkan ke sektor pertanian. Laju pertumbuhan kredit perbankan ke sektor pertanian kembali menurun pada triwulan II-2008 ini (Gambar 1.42). Pada bulan Juni 2008, kredit pertanian hanya tumbuh sebesar 8% (yoy), lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan kinerja di sektor riil pertanian tampaknya berdampak langsung pada kinerja kredit perbankan yang merupakan salah satu unsur pendukung pertumbuhan.
________________________________________________________________________________________________ 24 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Gambar 1.39 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi di Jawa Timur 600,000
Luas Panen Padi
Gambar 1.40 Luas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jawa Timur
Luas Tanam Padi
400,000
Luas Panen Jagung
Luas Tanam Jagung
350,000
500,000
600,000 500,000
300,000
400,000
400,000
250,000
300,000
200,000
300,000
150,000
200,000
200,000
100,000
100,000
100,000
50,000
-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
-
-
2005
2006
2007
2005
2008
Sumber: Dinas Pertanian Jawa Timur
2007
2008
Sumber: Dinas Pertanian Jawa Timur
Gambar 1.42 Perkembangan Kredit Pertanian
Gambar 1.41 Luas Lahan Puso di Jawa Timur
25,000
2006
Luas Puso Padi
5
Luas Puso Jagung
60%
Kredit Pertanian
Sumber: Dinas Pertanian Jawa Timur
20,000
50%
gKredit Pertanian
4.5
40%
Sumber: Laporan bulanan perbankan 4
15,000
30% 20%
3.5 10,000
D
10%
3
0% 5,000
2.5
-10%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2005
2006
2007
2008
-20% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2
-
.
2005
2006
2007
2008
d. Keuangan, Perrsewaan dan Jasa Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa mengalami perlambatan pada triwulan ini, dengan mencatat pertumbuhan sebesar 5,85%, lebih rendah dibanding triwulan II-2007 (9,38%). Penurunan kinerja ini terjadi di semua subsektor termasuk subsektor perbankan. Seperti halnya di triwulan I-2008, subsektor perbankan pada triwulan ini kembali mengalami perlambatan dengan tumbuh sebesar 6,62%, lebih rendah daripada triwulan II-2007 yang sebesar 8,42%. Perlambatan ini tercermin pada
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
25
Sumber:
Bab I – Makro Ekonomi Regional
kondisi berbagai indikator operasional perbankan Jawa Timur, seperti rasio BOPO,
Net
Interest
Margin
(pendapatan
bunga),
Fee
Based
Income
(pendapatan non-bunga), dan pertumbuhan kredit dan DPK. Secara nominal, perbankan Jawa Timur masih membukukan pendapatan yang lebih besar daripada biaya operasinya. Rasio efisiensi BOPO perbankan Jawa Timur sebenarnya masih berada di posisi baik (nilai di bawah 1), namun pergerakannya kembali menunjukkan indikasi pelemahan. Hal ini diduga terjadi karena pertumbuhan pendapatan yang diperoleh perbankan mulai menurun, seperti yang tercermin pada data pendapatan bunga (Gambar 1.44) maupun non-bunga (Gambar 1.45). Seperti
yang
dialami
pada
triwulan
I-2008, margin pendapatan
perbankan melalui kegiatan perkreditan diperkirakan kembali menurun pada triwulan ini. Selain stabilnya suku bunga acuan pada tingkat yang rendah (hingga bulan Mei 2008), kompetisi yang ketat untuk menyalurkan kredit kepada debitur berkualitas makin mendorong suku bunga kredit untuk turun sehingga berdampak pada pendapatan operasional bank. Di sisi lain, pendapatan non bunga yang selama dua tahun terakhir tumbuh tinggi juga kembali melandai. Perbankan Jawa Timur sebenarnya melakukan ekspansi kredit yang cukup signifikan di sepanjang triwulan II-2008. Namun demikian, ekspansi ini tampaknya
tidak
cukup
mampu
mendongkrak
pendapatan.
Tingginya
pertumbuhan kredit yang mencapai 32% (yoy) tidak dibarengi dengan pertumbuhan DPK sehingga perbankan Jawa Timur diduga mengalihkan dananya dari penempatan di berbagai aset keuangan (seperti SBI dan SUN) menjadi penyaluran kredit.
________________________________________________________________________________________________ 26 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Gambar 1.43 Kondisi Operasional Perbankan Jawa Timur
Gambar 1.44 Perkembangan NIM Perbankan Jawa Timur
1,200,000
1.3
800,000 1.2
BO/PO
200%
Net Interest Margin gNet Interest Margin
PO-BO
1,000,000
700,000
150%
800,000
600,000 1.1
600,000
100%
500,000 400,000
1
50%
400,000
200,000 0.9
3
(200,000)
6
9
12
3
2005
6
9
12
3
2006
6
9
12
3
2007
0%
200,000
6 0.8
2008
300,000
-50%
100,000
(400,000)
-
0.7
-100% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
(600,000) (800,000)
2006
0.6
Sumber: Laporan Bulanan perbankan
40%
Fee Based Income
400,000
2008
Sumber: Laporan Bulanan perbankan
Gambar 1.45 Perkembangan Fee Based Income Perbankan Jawa Timur 450,000
2007
35%
gFee Based Income
350,000
Gambar 1.46 Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa Timur 35%
gDPK
30%
gKredit
30% 25%
300,000
25%
250,000
20%
20% 15%
150,000
15% 10%
100,000
10%
50,000
5%
5%
-
0%
0%
3
6
9
12
2006
3
6 2007
9
12
3
6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
200,000
2006
2008
Sumber: Laporan Bulanan perbankan
2007
2008
Sumber: Laporan Bulanan perbankan
e. Bangunan Pada triwulan II-2008 ini, Sektor Bangunan kembali menunjukkan perbaikan kinerja meskipun belum signifikan. Sektor Bangunan mencatat pertumbuhan sebesar 2,02% pada triwulan II-2008, sedikit lebih tinggi daripada triwulan II-2007 yang tumbuh 1,97%. Perbaikan kinerja ini dikonfirmasi oleh volume penjualan semen di Jawa Timur yang lebih tinggi secara year-on-year, dan terus berada dalam tren positif setelah untuk beberapa waktu sempat tumbuh negatif.
________________________________________________________________________________________________ 27 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Perbaikan kinerja sektor bangunan ini mendapat tantangan dari kenaikan berbagai harga bahan baku properti seperti besi, batu bata, dan pasir, menyusul kenaikan harga BBM di bulan Mei 2008. Pengusaha properti di Jawa Timur dihadapkan pada pilihan sulit antara menaikkan harga jual atau memotong margin keuntungan mereka. Namun demikian, sektor bangunan ternyata masih mampu tumbuh di tengah berbagai tekanan ini.
Gambar 1.47 Volume Penjualan Semen di Jawa Timur
Vol Penjualan Semen
gPenjualan Semen
600,000
100%
500,000
80% 60%
400,000
40% 300,000 20% 200,000
0% -20%
0
-40% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
100,000
2006
2007
2008
Sumber: Asosisasi Semen Indonesia
Kondisi yang membaik ini juga tercermin di perkembangan kredit properti yang merupakan salah satu unsur pendukung pertumbuhan sektor bangunan. Kredit untuk sektor properti terus bertumbuh meskipun masih lebih rendah dari kondisi yang pernah dicapai di tahun 2005. Pada triwulan II2008, kredit properti tumbuh pada kisaran 30% (yoy), membaik dibandingkan triwulan II-2007 yang hanya sebesar 10% (yoy). Kredit perbankan Jawa Timur di sektor properti masih didominasi oleh Kredit Pemilikan Rumah (KPR), terutama untuk rumah bertipe lebih kecil dari 2
70 m . Tingkat suku bunga acuan BI-rate yang relatif stabil hingga triwulan II2008 dan persaingan antar bank dalam mendapatkan debitur membuat suku bunga KPR masih berada di tingkat yang cukup rendah sehingga berdampak positif pada laju pemberian kredit. Namun demikian, kondisi ini diperkirakan akan sedikit berubah pasca kenaikan harga BBM di bulan Mei 2008 yang diikuti oleh kenaikan BI-rate. Perubahan diproyeksikan baru akan terjadi pada
________________________________________________________________________________________________ 28 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
triwulan III-2008 mengingat transmisi kenaikan harga dan kebijakan suku bunga acuan umumnya membutuhkan waktu. Dari sisi kualitas, tingkat non-performing loan (NPL) kredit properti masih tergolong wajar (di bawah 5%) dan bahkan terus menunjukkan tren menurun. Hal ini tentu akan memberi dorongan lebih kepada pihak perbankan untuk makin gencar menyalurkan kredit properti.
Gambar 1.48 Kredit Perbankan Sektor Properti 10,000,000
Gambar 1.49 Kredit Sektor Properti Per Penggunaan
Kredit Properti
60%
12,000,000
50%
10,000,000
40%
8,000,000
30%
6,000,000
20%
4,000,000
gKredit Properti
9,000,000 8,000,000
Modal Kerja < 70 Rukan/Ruko
Investasi > 70
7,000,000 6,000,000
10%
3,000,000
0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
4,000,000
2005
2006
2007
2008
2,000,000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
5,000,000
2005
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
2006
2007
2008
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
Gambar 1.50 NPL Kredit Properti 5.00 4.50
NPL Properti
4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
0.00
2005
2006
2007
2008
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
________________________________________________________________________________________________ 29 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
f. Transportasi dan Komunikasi Sektor transportasi dan komunikasi menunjukkan perlambatan pada triwulan ini dengan mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,24%, lebih rendah daripada pencapaian pada triwulan II-2007 yang sebesar 8,63%. Angkutan laut yang sempat menunjukkan perbaikan kinerja selama beberapa periode terakhir, pada triwulan ini kembali mengalami perlambatan. Perlambatan ini tercermin pada statistik jumlah barang yang melalui Pelabuhan Tanjung Perak pada bulan April-Juni 2008 (Gambar 1.51), yang tercatat menurun bila dibandingkan dengan kondisi satu tahun sebelumnya. Statistik arus kontainer yang dilayani oleh PT Terminal Petikemas Surabaya juga memberi indikasi yang sama (Gambar 1.52). Perlambatan ini diprediksi terkait erat dengan menurunnya kinerja ekspor Jawa Timur. Sementara itu, arus penumpang yang melalui Tanjung Perak juga tampak sedikit menurun dibandingkan satu tahun sebelumnya. Bulan Juni yang biasanya merupakan salah satu puncak arus penumpang transportasi laut, pada tahun 2008 ini pun tidak dapat menyamai pencapaian di tahun 2007. Gambar 1.51 Arus Penumpang dan Barang di Tanjung Perak 120
1,400 1,200
100
1,000
Gambar 1.52 Statistik Kontainer PT TPS di Tanjung Perak 140000
40% Total kontainer (TEUS)
gTotal Kontrainer
120000
30%
100000
20%
80
60 600 40 400 20
Jml Penumpang
200
Volume Barang
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
0 2005
2006
2007
2008
Sumber: BPS
80000 10% 60000 0%
40000 20000
-10%
0
-20% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
800
2005
2006
2007
2008
Sumber: PT Terminal Petikemas Surabaya
Di sisi lain, kinerja angkutan udara dalam perekonomian Jawa Timur justru mengalami perkembangan yang menggembirakan. Pada triwulan II2008, pertumbuhan ekonomi subsektor angkutan udara tercatat sebesar 4.97%, jauh lebih baik bila dibandingkan triwulan II-2007 yang sebesar 1,73%. Perbaikan ini dikonfirmasi oleh pertumbuhan jumlah penumpang domestik di
________________________________________________________________________________________________ 30 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Bandar Udara Juanda yang cukup tinggi pada triwulan II-2008. Jumlah penumpang internasional di Bandar Udara Juanda juga menunjukkan tingkat pertumbuhan yang lebih baik daripada setahun sebelumnya. Kondisi ini kembali menunjukkan bahwa industri jasa transportasi udara telah berhasil mengatasi berbagai tekanan yang pernah dialaminya seperti perang harga tiket antar maskapai penerbangan dan reputasi keselamatan yang kurang baik. Meskipun tidak lagi menawarkan “tiket murah” sebagai daya tariknya, jasa transportasi udara tetap memperoleh permintaan yang tinggi di pasar. Peningkatan permintaan ini menunjukkan bahwa transportasi udara telah memiliki pasar tersendiri yang tetap loyal menggunakan jasanya di tengah persaingan dengan moda transportasi lain (misalnya transportasi laut dan kereta api). Peningkatan permintaan ini juga disebabkan oleh kemajuan ekonomi dan perubahan gaya hidup yang menuntut mobilitas tinggi dari masyarakat. Gambar 1.53 Penumpang Domestik di Bandara Juanda
Gambar 1.54 Penumpang Internasional di Bandara Juanda Jml Penumpang Intl
Jml Penumpang Domestik 400
30%
gPenumpang Domestik
25%
350
20%
300
60
250
10%
50
200
5%
150
0%
100
100%
70
15%
-5%
gPenumpang Intl
80
80% 60% 40%
40 20%
30
0%
-15%
10
-20%
0
-20%
0
-40%
2006
2007
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
-10%
50
2007
Sumber: BPS
2006
2007
2007
Sumber: BPS
________________________________________________________________________________________________ 31 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
1.4. KESEJAHTERAAN a. Ketenagakerjaan Dalam kurun waktu Februari 2007 – Februari 2008, terjadi penurunan tingkat pengangguran terbuka di Jawa Timur dari 7,45% menjadi 6,24% (Tabel 1.10). Meskipun dalam kurun waktu tersebut terjadi penambahan angkatan kerja sebanyak 600 ribu orang, namun penyerapan tenaga kerja yang terjadi tetap lebih tinggi (800 ribu orang) sehingga terjadi penurunan jumlah penganggur sebanyak 200 ribu orang. Kondisi serupa juga terjadi di sebagian besar provinsi lain di Indonesia. Hanya tujuh provinsi yang mengalami peningkatan jumlah penganggur dalam periode pencatatan tersebut. Merujuk pada pola di tingkat nasional, penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur dalam periode Februari 2007 – Februari 2008 diperkirakan paling banyak terjadi di sektor Jasa Kemasyarakatan dan sektor Perdagangan (Tabel 1.11).
Tabel 1.10 Perkembangan Tenaga Kerja Jawa Timur Angkatan Kerja (juta) Feb-07
Feb-08
Bekerja (juta) Feb-07
Pengangguran (ribu)
Feb-08
Feb-07
Tk Pengangguran (%)
Feb-08
Feb-07
Feb-08
Jawa Timur
19,52
20,12
18,07
18,86
1 454,31
1 255,89
7,45
6,24
Indonesia
108,13
111,48
97,58
102,05
10 547,92
9 427,59
9,75
8,46
Sumber: BPS
Tabel 1.11 Perkembangan Tenaga Kerja Nasional Berdasarkan Lapangan Pekerjaan
Lapangan Pekerjaan Utama
2006 Feb
2007 Agt
Feb
2008 Agt
Feb
Pertanian
42,32
40,14
42,61
41,21
42,69
Industri
11,58
11,89
12,09
12,37
12,44
4,37
4,70
4,40
5,25
4,73
18,56
19,22
19,43
20,55
20,68
Konstruksi Perdagangan Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi
5,47
5,66
5,58
5,96
6,01
Keuangan
1,15
1,35
1,25
1,40
1,44
10,57
11,36
10,96
12,02
12,78
1,15
1,15
1,27
1,17
1,27
95,18
95,46
97,58
99,93
102,05
Jasa Kemasyarakatan Lainnya *) Total Sumber: BPS
________________________________________________________________________________________________ 32 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Sesuai
Surat
Keputusan
(SK)
Gubernur
Jawa
Timur
No.
188/399/KPTS/013/200 tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota di Jawa Timur 2008, mulai tanggal 1 Januari 2008 berlaku UMK yang baru di seluruh Jawa Timur
(Tabel
1.13).
UMK
2008
ini
dibandingkan
UMK
2007
dengan
umumnya tingkat
mengalami
perubahan
peningkatan
yang
bervariasi.
Peningkatan tertinggi terjadi di Kabupaten Sampang (28,42%) dan terendah di Kabupaten Magetan (0%). Peningkatan UMK di sebagian besar daerah berada di kisaran 6-12% yang berarti sudah lebih tinggi dibandingkan inflasi umum (headline inflation) Jawa Timur tahun 2007 yang tercatat sebesar 6,29%. Menyusul kebijakan Pemerintah untuk menaikkan harga BBM pada bulan Mei 2008, muncul tuntutan dari kalangan buruh dan serikat pekerja untuk diadakan revisi terhadap besaran UMK 2008 di Jawa Timur. Tuntutan ini memuncak pada tanggal 26 Mei 2008 ketika ribuan buruh berdemonstrasi di Surabaya menuntut revisi UMK 2008 sebesar minimal 15%. Namun demikian, Pemerintah Provinsi Jawa Timur berketetapan bahwa angka UMK 2008 akan terus dipertahankan hingga akhir tahun nanti. Revisi UMK baru akan ditetapkan untuk besaran UMK tahun 2009. Pada September 2008 akan diadakan survei untuk mengetahui dampak inflasi terhadap kebutuhan pokok buruh/pekerja di Jatim yang selanjutkan digunakan sebagai pertimbangan dalam menyusun besaran UMK 2009 Jawa Timur. Pemerintah Provinsi berpendapat bahwa kenaikan harga BBM pada bulan Mei 2008 sudah diatasi oleh kompensasi dari para pengusaha. Masing-masing pengusaha yang diantaranya tergabung dalam APINDO diyakini sudah menambah tunjangan transportasi, sehingga tidak perlu ada revisi nilai UMK.
________________________________________________________________________________________________ 33 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Tabel 1.12 Perubahan UMK Provinsi Jawa Timur No KAB / KOTA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Kab.Pacitan Kab.Ponorogo Kab.Trenggalek Kab.Tulungagung Kab.Blitar Kab.Kediri Kab.Malang Kab.Lumajang Kab.Jember Kab.Banyuwangi Kab.Bondowoso Kab.Situbondo Kab.Probolinggo Kab.Pasuruan Kab.Sidoarjo Kab.Mojokerto Kab.Jombang Kab.Nganjuk Kab.Madiun Kab.Magetan Kab.Ngawi Kab.Bojonegoro Kab.Tuban Kab.Lamongan Kab.Gresik Kab.Bangkalan Kab.Sampang Kab.Pamekasan Kab.Sumenep Kota Kediri Kota Blitar Kota Malang Kota Probolinggo Kota Pasuruan Kota Mojokerto Kota Madiun Kota Surabaya Kota Batu
UMP 2007 450,000 450,000 460,000 490,000 450,000 645,000 743,250 495,000 575,000 567,500 495,000 492,500 566,500 740,000 743,500 740,000 640,000 455,000 450,000 596,000 450,000 550,000 606,500 600,000 743,500 586,000 475,000 560,000 545,000 645,000 448,500 742,250 566,500 650,000 656,500 464,750 746,000 704,775
UMP 2008 Perubahan % Perubahan 500,000 500,000 510,000 526,000 501,750 717,000 802,000 550,000 645,000 619,000 550,000 530,000 604,000 802,000 802,000 803,652 690,000 510,000 500,000 596,000 510,000 630,000 660,000 650,000 803,652 622,000 610,000 625,000 590,000 717,000 506,500 802,941 604,000 710,000 687,500 522,750 805,500 737,000
50,000 50,000 50,000 36,000 51,750 72,000 58,750 55,000 70,000 51,500 55,000 37,500 37,500 62,000 58,500 63,652 50,000 55,000 50,000 60,000 80,000 53,500 50,000 60,152 36,000 135,000 65,000 45,000 72,000 58,000 60,691 37,500 60,000 31,000 58,000 59,500 32,225
11.11% 11.11% 10.87% 7.35% 11.50% 11.16% 7.90% 11.11% 12.17% 9.07% 11.11% 7.61% 6.62% 8.38% 7.87% 8.60% 7.81% 12.09% 11.11% 0.00% 13.33% 14.55% 8.82% 8.33% 8.09% 6.14% 28.42% 11.61% 8.26% 11.16% 12.93% 8.18% 6.62% 9.23% 4.72% 12.48% 7.98% 4.57%
Sumber: Apindo
b. Kemiskinan Dalam kurun waktu Maret 2007 – Maret 2008, jumlah penduduk Jawa Timur yang hidup di bawah garis kemiskinan mengalami penurunan dari 7,15 juta orang menjadi 6,65 juta orang. Penurunan ini selanjutnya membuat persentase penduduk miskin Jawa Timur juga menurun dari 19,98% menjadi 18,51%. Penurunan jumlah penduduk miskin ini sudah memperhitungkan kenaikan garis kemiskinan sebesar 9,56%, yaitu dari Rp148.428,00 pada Maret 2007 menjadi Rp162.618,00 pada Maret 2008 (Tabel 1.13 dan 1.14).
________________________________________________________________________________________________ 34 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Turunnya tingkat kemiskinan selama periode Maret 2007 - Maret 2008 ini dapat dijelaskan oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Laju inflasi umum yang relatif stabil dan terkendali selama periode Maret 2007 - Maret 2008. Laju inflasi Jawa Timur “year-on-year” (Maret 2008 terhadap Maret 2007) adalah sebesar 8,82%. 2. Stabilnya harga beras sebagai komoditi yang paling penting bagi penduduk miskin. Tingkat inflasi beras di Jawa Timur selama periode Maret 2007 Maret 2008 tercatat terus menurun (disinflasi) dan bahkan sempat mengalami deflasi pada bulan Maret 2008 (Gambar 1.55). 3. Terjaganya daya beli petani di pedesaan yang merupakan penyusun 70 persen penduduk miskin Jawa Timur. Sebagai konsekuensi dari terjaganya tingkat inflasi, daya beli petani di Jawa Timur tercatat stabil seperti yang ditunjukkan oleh angka Nilai Tukar Petani (Gambar 1.56). 4. Berkurangnya jumlah penganggur di Jawa Timur dalam kurun waktu Februari 2007 - Februari 2008. Tingkat Pengangguran terbuka Jawa Timur turun dari 7,45% pada Februari 2007 menjadi 6,24% pada Februari 2008. Turunnya pengangguran ini diyakini berdampak positif pada berkurangnya jumlah penduduk miskin.
Tabel 1.13 Perkembangan Penduduk Miskin di Jawa Timur Jumlah Penduduk Miskin (000) % Penduduk Miskin Desa K+D Kota Desa K+D 2007 2008 2007 2008 2007 2008 2007 2008 2007 2008 2007 2008 2 575,7 2 310,6 4 579,6 4 340,6 7 155,3 6 651,3 14,71 13,15 25,02 23,64 19,98 18,51 13 559,3 12 768,5 23 609,0 22 194,8 37 168,3 34 963,3 12,52 11,65 20,37 18,93 16,58 15,42 Kota
Jawa Timur INDONESIA Sumber: BPS
Tabel 1.14 Perubahan Garis Kemiskinan di Jawa Timur
Jawa Timur INDONESIA
Garis Kemiskinan 2007 Kota Desa K+D 148,428 166,546 140,322 166,697 187,942 146,837
Garis Kemiskinan 2008 Kota Desa K+D 162,618 182,468 153,736 182,633 205,909 160,875
Sumber: BPS
________________________________________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
35
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Gambar 1.56 Perkembangan Nilai Tukar Petani
Gambar 1.55 Perkembangan Inflasi Beras di Jawa Timur 130
35 30
Inflasi Beras (yoy)
Nasional Jawa Timur
120
25 110
15
100
10 90
5 May-08
Mar-08
Jan-08
Nov-07
Sep-07
Jul-07
May-07
Mar-07
Jan-07
0 (5)
80 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
Inflasi (%)
20
2005
2006
2007
2008
(10)
Sumber: BPS
Sumber: BPS
Kebijakan Pemerintah untuk menaikkan harga BBM pada bulan Mei 2008 mendapat sorotan luas karena berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat, tak terkecuali di Jawa Timur. Untuk mengkompensasi kenaikan harga BBM tersebut, pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan cash transfer yang diberikan pada kelompok sasaran tertentu. Kebijakan ini dikenal dengan sebutan Bantuan Tunai Langsung (BLT) dan diharapkan dapat membantu mempertahankan daya beli kelompok masyarakat miskin terhadap inflasi yang secara riil menggerus daya beli masyarakat. Lihat juga Boks 2 untuk pembahasan pelaksanaan BLT 2008 di Jawa Timur.
________________________________________________________________________________________________ 36 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
1.5. KEUANGAN DAERAH
Realisasi Penerimaan Asli Daerah (PAD) Provinsi Jawa Timur di triwulan II2008 terus berlangsung lancar dan bahkan telah mencapai lebih dari 50% target penerimaan tahun 2008. Penerimaan pos-pos utama, yaitu PKB, BBNKB, dan Pajak Bahan Bakar, telah mencapai masing-masing 56%, 81%, dan 57% pada bulan Juni 2008 (Tabel 1.15). Tingkat realisasi ini juga sedikit lebih baik dibandingkan pencapaian pada bulan Juni 2007. Sementara itu, pendapatan daerah yang berasal dari pusat berupa Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Umum (DAU) telah terealisasi masing-masing sebesar 33% dan 50% (Tabel 1.16). Pencapaian ini membuat sisi Pendapatan APBD telah mencatatkan penerimaan sebesar Rp3,2 triliun hingga Semester I-2008 (yaitu 61% dari target penerimaan di sepanjang 2008 yang sebesar Rp5,3 triliun). Tabel 1.15 Realisasi PAD Provinsi Jawa Timur Semester I-2008 NO
JENIS PEMUNGUTAN
TARGET TH. ANGG. 2008 (Rp.)
BULAN JUNI 2008 (Rp.)
S/D BULAN INI JUNI
(%)
1
Pajak Kendaraan Bermotor
1,409,500,000,000
136,885,462,541
2
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
1,005,000,000,000
148,866,573,515
820,494,155,825 81.64
3
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
750,000,000,000
86,062,458,729
433,809,803,430 57.84
4
Pajak Air Permukaan
16,000,000,000
1,058,443,280
8,377,171,350 52.36
5
Pajak Air Bawah Tanah
16,150,000,000
1,509,916,786
9,422,908,691 58.35
6
Retribusi Jasa Usaha
7
Pendapatan Denda Pajak
8
Penerimaan Lain-lain (Kontribusi Parkir)
JUMLAH
788,082,727,465 55.91
2,000,000,000
190,956,990
-
5,225,028,395
1,250,600,420 62.53
4,050,000,000
518,492,750
2,841,783,025 70.17
3,202,700,000,000
380,317,332,986
2,095,772,661,731 65.44
31,493,511,525
Sumber: Dipenda Provinsi Jatim
Di sisi lain, belanja Pemerintah Provinsi Jawa Timur secara umum baru mencapai 46% dari target di sepanjang 2008 sebesar Rp6,09 triliun. Tingkat realisasi belanja yang tinggi umumnya terjadi pada pos-pos belanja tidak langsung, khususnya Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, dan Belanja Tidak Terduga. Tingkat realisasi pos-pos belanja langsung masih sangat rendah dan berada di kisaran 30% hingga berakhirnya Semester I-2008. Pos Belanja Modal bahkan baru terealisasi sebesar 20% saja. Kondisi ini tentu tidak optimal bagi perekonomian daerah mengingat belanja modal pemerintah berperan sebagai
________________________________________________________________________________________________ 37 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
-
Bab I – Makro Ekonomi Regional
komponen investasi dan diharapkan dapat memberi multiplier effect kepada pertumbuhan ekonomi daerah secara keseluruhan. Seperti yang diprediksi sebelumnya, alokasi belanja APBD Provinsi Jawa Timur di tahun 2008 ini masih tidak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Anggaran yang diterima publik berkisar Rp500 miliar sementara belanja untuk aparatur mencapai Rp1,2 triliun. Ini menunjukkan bahwa kekuatan APBD masih tercurah kepada belanja aparatur pemerintahan, baik berupa belanja gaji, administrasi umum, dan operasional pemeliharaan. Tabel 1.16 Realisasi APBD Provinsi Jawa Timur Semester I-2008
1 4 4.1 4.1.1 4.1.2 4.1.3 4.1.4 4.2 4.2.1 4.2.2 4.3 4.3.1 4.3.4
5 5.1 5.1.1 5.1.3 5.1.4 5.1.5 5.1.6 5.1.7 5.1.8 5.2 5.2.1 5.2.2 5.2.3
% 6 39.62% 31.31% 35.55% 52.74% -157.18% -36.77% 57.43% 67.75% 50.00% -70.05% 26.48% 0.00%
3,342,189,189,928 1,810,951,658,995 651,190,447,626 6,000,000,000 104,191,872,420 213,328,751,153 777,354,467,372 3,307,771,788 1,578,348,636 1,531,237,530,933 291,836,908,259 837,100,765,342 402,299,857,332
54.87% 46.17% 56.50% 100.00% 12.23% 40.51% 59.78% 57.46% 6.27% 70.62% 64.72% 69.06% 79.63%
PENDAPATAN DAERAH PENDAPATAN ASLI DAERAH Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah DANA PERIMBANGAN Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak Dana Alokasi Umum LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH Pendapatan Hibah Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus JUMLAH PENDAPATAN DAERAH
5,358,418,871,246
3,235,335,463,316
BELANJA DAERAH BELANJA TIDAK LANGSUNG Belanja Pegawai Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil kepada Pemda Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemda Belanja Tidak Terduga BELANJA LANGSUNG Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal
6,090,816,900,759 3,922,477,296,784 1,152,578,379,990 6,000,000,000 852,080,700,000 526,578,145,653 1,300,329,581,241 5,757,000,000 25,153,489,900 2,168,339,603,975 450,940,905,609 1,212,178,985,673 505,219,712,693
2,748,627,710,831 2,111,525,637,789 501,387,932,364 0 747,888,827,580 313,249,394,500 522,975,113,869 2,449,228,212 23,575,141,264 637,102,073,042 159,103,997,350 375,078,220,331 102,919,855,361
JUMLAH BELANJA DAERAH
6,090,816,900,759
2,748,627,710,831
-732,398,029,513
486,707,752,485
732,398,029,513 787,898,029,513 362,898,029,513 425,000,000,000 0
1,670,052,488,951 1,716,252,488,951 1,277,420,224,987 437,292,346,385 1,539,917,579
-937,654,459,438 -928,354,459,438 -914,522,195,474 -12,292,346,385 -1,539,917,579
787,898,029,513
1,716,252,488,951
-928,354,459,438
55,500,000,000 55,500,000,000
46,200,000,000 46,200,000,000
9,300,000,000 9,300,000,000
55,500,000,000
46,200,000,000
9,300,000,000
732,398,029,513
1,670,052,488,951
0
2,156,760,241,436
Uraian 2
SURPLUS / ( DEFISIT ) 6 6.1 6.1.1 6.1.2 6.1.8
Selisih ( Rp ) 5 (=4-3) 2,123,083,407,930 1,122,078,486,746 1,136,465,038,739 127,166,666,458 -114,526,167,169 -27,027,051,282 1,010,913,226,926 499,482,912,926 511,430,314,000 -9,908,305,742 3,746,180,358 -13,654,486,100
Jumlah ( Rp ) Anggaran Realisasi 3 4 5,358,418,871,246 3,235,335,463,316 3,584,133,471,300 2,462,054,984,554 3,196,650,000,000 2,060,184,961,261 241,127,729,660 113,961,063,202 72,860,990,000 187,387,157,169 73,494,751,640 100,521,802,922 1,760,140,399,946 749,227,173,020 737,279,769,946 237,796,857,020 1,022,860,630,000 511,430,316,000 14,145,000,000 24,053,305,742 14,145,000,000 10,398,819,642 0 13,654,486,100
No
PEMBIAYAAN DAERAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya Pencairan Dana Cadangan Penerimaan Pembiayaan Daerah lain yang Sah JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH
6.2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 6.2.2 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH PEMBIAYAAN NETO SISA LEBIH (KURANG) PEMBIAYAAN ANGGARAN
Sumber: Bappeda Provinsi Jatim
________________________________________________________________________________________________ 38 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Secara umum, realisasi belanja Pemerintah Daerah di Jawa Timur (38 Pemkab/Pemkot dan 1 Pemprov) mengalami perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini tercermin dari posisi dana milik pemerintah yang disimpan di perbankan Jawa Timur (Gambar 1.57). Meskipun saldo giro 39 Pemda tersebut masih tergolong tinggi, namun telah menunjukkan penurunan di triwulan II2008 yang berarti telah terjadi realisasi belanja yang signifikan. Kondisi ini merupakan perbaikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya ketika realisasi belanja Pemda umumnya terjadi di triwulan IV. Namun demikian, tingginya saldo giro dana Pemda di perbankan mengindikasikan bahwa masih banyak peluang untuk mempercepat dan memperbaiki proses realisasi belanja anggaran agar dapat bermanfaat maksimal bagi pertumbuhan ekonomi Jawa Timur.
Gambar 1.57 Perkembangan Dana Pemerintah di Perbankan
12,000,000
Giro 10,000,000
Tabungan Deposito
Juta Rupiah
8,000,000
6,000,000
4,000,000
2,000,000
3
6
9
2004
12
3
6
9
12
2005
3
6
9
2006
12
3
6
9
2007
12
3
6
2008
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan, diolah
________________________________________________________________________________________________ 39 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab I - Makro Ekonomi Regional
Boks 1
KETAHANAN PANGAN DI JAWA TIMUR Persyaratan pemenuhan ketahanan pangan minimal mengandung dua unsur pokok yaitu ketersediaan pangan dan aksessibilitas masyarakat terhadap pangan. Salah satu unsur tersebut tidak dipenuhi maka suatu daerah belum dapat dikatakan mempunyai ketahanan pangan yang baik. Walaupun pangan tersedia cukup ditingkat nasional dan regional, tetapi jika akses individu untuk memenuhi kebutuhan pangannya tidak merata, maka ketahanan pangan masih dikatakan rapuh. Akses terhadap pangan, ketersediaan pangan dan resiko terhadap akses dan ketersediaan pangan tersebut merupakan determinan yang esensial dalam ketahanan pangan. Melihat penjelasan tersebut diatas, dapat digambarkan mengenai gambaran ketahanan pangan di Jatim , sebagai berikut : 1. Bencana Banjir di awal tahun 2008 Bencana banjir telah melanda 17 Kabupaten di Jawa Timur, mengakibatkan 56.547 Ha lahan terrendam banjir namun yang mengalami lahan puso hanya mencapai 32.947 Ha. Untuk membantu para petani yang terkena bencana tersebut, Dinas Pertanian Jawa Timur melakukan upaya penyediaan dana benih hibrida untuk lahan seluas 6.600 hektar dan bantuan pupuk NPK sebanyak 400 ton. Apabila dibandingkan dengan luas lahan pertanian di Jatim yang mencapai 1,7 juta Ha maka lahan puso yang disebabkan banjir hanya mencapai 1,93% dari total areal pertanian di Jawa Timur, artinya lahan puso tidak terlalu menganggu kebutuhan stok beras di Jatim. 2. Cadangan Pangan (buffer stock) Komoditas Beras Gambaran stok beras di Jawa Timur sampai bulan Juni 2008 mencapai 598.570 ton yang berasal dari pengadaan tahun 2007-2008, serta hasil giling tahun 2007. Adapun rencana penyaluran stok tersebut di tahun 2008 diperuntukkan bagi raskin sebesar 48.551 ton (kebutuhan 10 bulan) dan golongan lain sebesar 3.328 ton. Berdasarkan perhitungan Bulog divisi regional Jawa Timur, kemampuan ketahanan stok beras mencapai 11,5 bulan yang berasal dari beras dalam negri, sisa impor dan gabah yang tersedia.
_____________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
40
Bab I - Makro Ekonomi Regional
PENGELOLAAN STOK BERAS SAMPAI 20 JUNI 2008 PENGELOLAAN STOK BERAS SAMPAI 20 JUNI 2008
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
SUB DIV
Sub.Utara Sub.Seltn Bojonegr Madiun Kediri Bondows Malang Probolng Banyuwg Tulungag Jember Madura Ponorg Jumlah
HGL 2007
BERAS DN ADA ' 08
1.224 2.587 99 2.103 106 1.019 2.180 1.041 10.359
34.213 31.879 38.571 18.395 42.649 41.504 46.060 40.346 24.136 37.411 40.861 12.225 27.872 436.122
STOK OPERASIONAL GBH EQ.BRS ADA ' 07 2007 2008 666 4.310 2.900 411 688 102 9.076
-
44 4.975 24.870 3.353 1.942 2.301 723 6.693 18.895 2.278 13.389 9.332 88.794
WFP -
BERAS LN BULOG 54.220 54.220
-
Stok dlm Perjalanan DN LN Jumlah
-
88.477 36.854 65.330 28.644 47.590 45.908 46.783 47.556 44.050 39.689 57.118 12.225 38.347 598.570
Sumber : Bulog Jawa Tiumur
Namun kemampuan ketersediaan stok beras ini akan dipengaruhi oleh trend harga beras internasional/domestik, semakin menarik harga beras akan memberikan dorongan kepada para pedagang untuk mengekspor/mengimpor beras. Pada Triwulan II tahun 2008 kenaikan harga beras internasional menunjukan trend yang terus meningkat, dimana harga beras internasional Thailand 15% dan Vietnam 15% mencapai harga Rp 8.500/kg pada bulan Juni 2008, sedangakan harga beras lokal IR64 II Sby hanya Rp 5.300/kg. 1. Kemampuan Daya Beli Faktor yang sangat sensitive mempengaruhi ketahanan dan keamanan pangan di tingkat rumah tangga adalah daya beli atau keterjangkauan komoditi pangan. Gambaran Jumlah penduduk Jatim saat ini kurang lebih 38 juta orang, 17% dalam kondisi penduduk miskin atau sebesar 7,1 juta penduduk dalam tingkat kemiskinan. Pola konsumsi rumah tangga akan dibelanjakan berupa pangan dan non pangan. Dengan naiknya harga BBM, penduduk miskin akan mengurangi jumlah dan kualitas kebutuhan pangannya, kondisi ini yang menyebabkan terjadinya gizi buruk. Berkaitan dengan kebijakan pengurangan subsidi harga pada komoditas bahan bakar minyak (BBM) di bulan Mei 2008, pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan cash transfer yang diberikan pada kelompok sasaran tertentu untuk mengkompensasi kenaikan harga BBM tersebut, dengan harapan dapat membantu mempertahankan daya beli kelompok masyarakat miskin terhadap inflasi yang secara riil menggerus daya beli masyarakat. 2. Kapasitas Produksi Pangan dan Tingkat Konsumsi Kebutuhan pangan di Jawa Timur, hampir dapat dipenuhi dari potensi domestik, kecuali untuk komoditas kedelai yang masih mengalami defisit 162.592 ton. Sedangkan untuk padi, jagung, kacang maupun ubi mengalami surplus. Surplus
_____________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
41
Bab I - Makro Ekonomi Regional
pangan di Jawa Timur didukung oleh sumberdaya alam yang sesuai, potensi sumber daya manusia dan adanya dukungan infrastruktur ekonomi yang baik. Kapasitas Produksi dan Tingkat Konsumsi Jawa Timur Tahun 2008*) Ton
No 1 2 3 4 5 6 7
Komoditas Padi Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar
Kapasitas 6,732,182 4,256,756 258,823 188,580 93,191 3,497,885 146,214
Konsumsi 3,563,066 307,937 421,415 30,191 20,691 808,391 110,710
Surplus/defisit 3,169,116 3,948,819 (162,592) 158,389 72,500 2,689,494 35,504
*) Sumbe Dinas Pertanian Prop Jatim
== oo0oo ===
_____________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
42
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Boks 2
ISU STRATEGIS BLT 2008 Menyusul keputusan untuk mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM) di bulan Mei 2008, pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan cash transfer
yang
diberikan
pada
kelompok
sasaran
tertentu
untuk
mengkompensasi kenaikan harga BBM tersebut. Kebijakan ini dikenal dengan sebutan Bantuan Tunai Langsung (BLT). BLT diharapkan dapat membantu mempertahankan daya beli kelompok masyarakat miskin terhadap inflasi yang secara riil menggerus daya beli masyarakat. Kebijakan BLT di tahun 2008 ini mendapat banyak sorotan karena menggunakan data tahun 2005 (hasil Pendataan Sosial Ekonomi 2005) sebagai basis penyaluran dana. Banyak pihak yang menilai data tersebut kurang akurat sehingga salah sasaran. Selain itu, dalam rentang waktu tiga tahun diyakini data tersebut sudah tidak valid lagi. Penetapan keluarga miskin dalam PSE 05 dilakukan dengan pendekatan karakteristik rumah tangga dengan menggunakan 14 variabel kualitatif penjelas kemiskinan. Keempatbelas variabel yang digunakan adalah luas lantai per kapita, jenis lantai, jenis dinding, fasilitas tempat buang air besar, sumber
air
minum,
sumber
penerangan,
bahan
bakar,
membeli
daging/ayam/susu, frekuensi makan, membeli pakaian baru, kemampuan berobat, lapangan usaha kepala rumah tangga, pendidikan kepala rumah 1
tangga, dan aset yang dimiliki rumah tangga . BLT tahun 2008 dilakukan dalam dua tahap penyaluran, tahap pertama sebesar Rp300.000 (untuk 3 bulan penerimaan) dan tahap kedua sebesar Rp400.000 (untuk 4 bulan penerimaan). Seperti halnya BPT 2005, PT Pos Indonesia bertugas menyalurkan dana BLT kepada penerima.
1
Berita Resmi Statistik No. 47/IX/1 September 2006, BPS
______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
43
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Pelaksanaan BLT 2008 di Jawa Timur
Di Jawa Timur sendiri, PSE 05 menyebutkan sejumlah 3,24 juta keluarga digolongkan sebagai keluarga miskin yang berhak atas BLT (Lampiran 1). Sebagian besar keluarga miskin tersebut berlokasi di daerah tapal kuda (Jember, Situbondo, Banyuwangi, Bondowoso) dan Madura (Sumenep, Sampang). Jumlah keluarga miskin yang kemudian menjadi target BLT 2008 sedikit berbeda dengan hasil PSE 05 karena beberapa penyesuaian terkait status penerima (misalnya karena pindah domisili atau meninggal dunia). Jumlah keluarga miskin target BLT 2008 dapat dilihat pada Lampiran 2. Hingga 24 Juni 2008, alokasi BLT di Jawa Timur yang sebesar Rp46,19 miliar baru terserap sebesar 4,77%. Daerah-daerah yang sudah menyalurkan BLT adalah Kota Surabaya, Kota Malang, Kota Kediri, dan Kabupaten Malang. Untuk Kota Surabaya, tingkat penyaluran tahap I telah mencapai 87%. Sebanyak 13% lainnya diperkirakan belum mencairkan dananya namun akan melakukannya dalam waktu dekat. Batas waktu pencairan BLT tahap I adalah hingga Desember 2008, sehingga waktu yang tersedia masih cukup panjang. Sejumlah ±5000 kartu diperkirakan tidak sampai pada sasaran. Terhadap kartu-kartu ini, pihak PT Pos mengijinkan untuk dilakukan penyesuaian (misalnya diganti dengan keluarga lain) atas persetujuan aparat daerah setempat (RT, RT, dan Lurah). Namun demikian, kewenangan penggantian tetap berada di BPS Pusat, sehingga data usulan penggantian ini kemudian diteruskan oleh PT Pos di Jawa Timur kepada BPS Pusat. Proses penyaluran BLT tahun 2008 ini relatif lebih lancar karena PT Pos menyiagakan lebih banyak loket-loket penyaluran. PT Pos menargetkan maksimal 800 penerima untuk setiap loket layanan. PT Pos juga menyediakan layanan “antar ke rumah” bagi penerima yang kondisi fisiknya tidak memungkinkan untuk datang ke kantor pos terdekat.
______________________________________________________________________ 44 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Efektivitas BLT 2008
Pertanyaan penting yang sering muncul terkait penyaluran BLT ini adalah sejauh mana dana BLT ini dapat mempertahankan daya beli penerimanya dalam menghadapi tekanan inflasi akibat kenaikan harga BBM. Merujuk pada kajian-kajian
2
terdahulu ,
dana
BLT
diperkirakan
tidak
cukup
untuk
mempertahankan daya beli di tengah tingginya tekanan inflasi. Sebagian besar penerima BLT mengaku menggunakan dananya untuk keperluan jangka pendek (seperti membayar utang, membeli obat, membeli makanan) sehingga tidak mampu memberi daya tahan jangka panjang yang berkelanjutan (sustainable). Nilai dana BLT tahap I yang sebesar Rp300.000 untuk masa 3 bulan umumnya bahkan hanya bertahan dalam jangka rata-rata 1 bulan saja.
2
Kajian “Pemanfaatan SLT oleh Rumah Tangga Miskin” oleh Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Kajian Cepat “Pelaksanaan SLT 2005 di Indonesia: Studi Kasus Provinsi DKI Jakarta” oleh Lembaga Penelitian SMERU
______________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
45
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Lampiran Boks 2 Jumlah Keluarga Miskin Hasil Validasi Data Gakin 2005
No.
Kabupaten / Kota
(1) Kabupaten 1 Pacitan 2 Ponorogo 3 Trenggalek 4 Tulungagung 5 Blitar 6 Kediri 7 Malang 8 Lumajang 9 Jember 10 Banyuwangi 11 Bondowoso 12 Situbondo 13 Probolinggo 14 Pasuruan 15 Sidoarjo 16 Mojokerto 17 Jombang 18 Nganjuk 19 Madiun 20 Magetan 21 Ngawi 22 Bojonegoro 23 Tuban 24 Lamongan 25 Gresik 26 Bangkalan 27 Sampang 28 Pamekasan 29 Sumenep Kota 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Jumlah Keluarga Miskin PSE 05 (2)
Kediri Blitar Malang Probolinggo Pasuruan Mojokerto Madiun Surabaya Batu Jumlah
54,270 98,094 73,009 70,330 78,245 100,775 165,525 85,904 240,074 157,818 159,973 106,092 138,455 127,922 53,056 62,783 78,172 91,249 62,131 39,889 91,162 163,526 102,412 112,354 58,079 93,401 153,759 95,118 128,793
10,437 4,733 24,445 8,936 7,759 5,001 6,332 121,447 6,015 3,243,475
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
______________________________________________________________________ 46 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab I – Makro Ekonomi Regional
Lampiran Boks 2
REALISASI BAYAR PROVINSI JAWA TIMUR BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) 2008 TAHAP I NO.
KOTA/KABUPATEN
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38.
KAB. BANGKALAN KAB. BANYUWANGI KOTA BATU KAB. BLITAR KAB. BOJONEGORO KAB. BONDOWOSO KAB. GRESIK KAB. JEMBER KAB. JOMBANG KAB. KAB. MALANG KAB. KAB. PASURUAN KAB. PROBOLINGGO KOTA KEDIRI KAB. KEDIRI KOTA KOTA BLITAR KOTA KOTA MADIUN KOTA PROBOLINGGO KAB. LAMONGAN KAB. LUMAJANG KAB. MADIUN KAB. MAGETAN KOTA MALANG KAB. MOJOKERTO KOTA MOJOKERTO KAB. NGANJUK KAB. NGAWI KAB. PACITAN KAB. PAMEKASAN KOTA PASURUAN KAB. PONOROGO KAB. SAMPANG KAB. SIDOARJO KAB. SITUBONDO KAB. SUMENEP KOTA SURABAYA KAB. TRENGGALEK KAB. TUBAN KAB. TULUNGAGUNG JUMLAH
ALOKASI BLT (RTS) 93.237 156.719 6.005 78.181 163.304 159.243 57.861 237.413 76.704 163.910 127.544 137.626 10.375 105.661 4.689 6.318 8.921 111.411 85.825 60.144 39.737 24.272 62.471 4.984 91.175 90.416 54.252 95.103 7.749 98.027 153.015 52.872 105.077 128.789 121.145 73.009 102.020 69.697 3.224.901
DISTRIBUSI KARTU (RTS) 93.237 156.719 6.005 78.181 163.304 159.243 57.861 237.413 76.704 163.910 127.544 137.626 10.375 105.661 4.689 6.318 8.921 111.411 85.825 60.144 39.737 24.272 62.471 4.984 91.175 90.416 54.252 95.103 7.749 98.027 153.015 52.872 105.077 128.789 121.145 73.009 102.020 69.697 3.224.901
REALISASI BAYAR (RTS) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 19.662 0 0 9.576 0 0 0 0 0 0 0 0 19.344 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 105.385 0 0 0 153.967
(RUPIAH) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5.898.600.000 0 0 2.872.800.000 0 0 0 0 0 0 0 0 5.803.200.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 31.615.500.000 0 0 0 46.190.100.000
DAYA SERAP ALOKASI BLT (%) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 12,00 0,00 0,00 92,30 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 79,70 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 86,99 0,00 0,00 0,00 4,77
Sumber: www.kompensasi.info (diakses pada tanggal 24 Juni 2008, pukul 16.10)
______________________________________________________________________ 47 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
2 PERKEMBANGAN INFLASI
2.1. UMUM Tekanan
inflasi
Jawa
Timur
pada
triwulan
II-2008
meningkat
dibandingkan triwulan II-2007, terutama akibat dampak kenaikan harga BBM serta gejolak harga pangan dunia. Tingkat inflasi Jawa Timur pada triwulan laporan mencapai 10,39% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 11,03% (yoy). Tingkat inflasi tersebut disumbangkan oleh kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi & komunikasi, sebagai dampak tingginya harga pangan dunia (kedelai, jagung, gandum) serta tingkat harga minyak goreng dan emas perhiasan yang masih relatif tinggi, sejalan dengan masih tingginya harga Crude Palm Oil (CPO) di pasar dunia. Gambar 2.2 Perkembangan Inflasi Jatim
Gambar 2.1 Perbandingan Inflasi Nasional dan Jatim 20 18
Nasional
18
Jatim
16
y-o-y
m-t-m
y-t-d
16 14
14 12
12 10
10
8
8 6
6
4
4
2
2
2005
2006
2007
2008
Sumber: BPS Jatim, diolah
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
0
-2
2005
2006
2007
2008
Sumber: BPS Jatim, diolah
2.2.INFLASI BULANAN (mtm) Secara bulanan, kenaikan harga tertinggi pada triwulan II 2008 terdapat pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (7,50%), diikuti oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar (1,66%). Inflasi pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami peningkatan yang signifikan pada bulan Juni 2008 sebagai dampak lanjutan kebijakan kenaikan harga BBM per-24 Juni 2008, yang ___________________________________________________________________________________ 48 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
rata-rata mencapai 28,75% (lihat juga Boks 3). Sementara itu, lonjakan harga minyak tanah yang terjadi sejak Maret 2008 turut memberikan pengaruh pada kenaikan harga kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar, meskipun tren-nya menurun. Tekanan ini terkait dengan program konversi minyak tanah ke elpiji yang masih berjalan, yang disertai dampaknya pada kelangkaan pasokan di beberapa wilayah. Disamping itu, pasokan elpiji/gas yang belum teratur dan lancar juga menjadi salah satu faktor penghambat. Untuk Provinsi Jawa Timur, program ini telah dicanangkan pada bulan November 2007 dengan target konversi sejumlah 1,65 juta kepala keluarga di sejumlah kota, dan hingga Februari 2008 realisasi nya baru mencapai ±68%. Inflasi Jawa Timur pada bulan Juni 2008 sebesar 2,24% (mtm), merupakan tingkat inflasi tertinggi selama kurun waktu tahun 2008. Jika dibandingkan dengan inflasi nasional, pergerakan harga komoditas bulanan di Jawa Timur pada bulan Mei dan Juni relatif lebih rendah dan berada di bawah inflasi nasional. Pergerakan tingkat inflasi bulanan di Jawa Timur selama tahun 2008 menunjukkan tren yang meningkat dan lebih besar dibandingkan tahun 2007. Tekanan inflasi yang signifikan pada bulan Maret 2008 disebabkan kenaikan harga minyak tanah yang disertai kelangkaan pasokan, turut memberikan dampak inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau, serta kelompok perumahan. Seiring dengan berkurangnya dampak shock tersebut, dan disertai dengan pemulihan pasokan minyak tanah maka inflasi pada bulan Mei 2008 kembali pulih dan didukung oleh ekspektasi inflasi di masyarakat yang membaik. Namun, wacana kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM kembali meningkatkan ekspektasi inflasi di masyarakat yang disertai adanya gap waktu yang cukup jauh antara rencana kenaikan harga BBM dengan aplikasinya.
___________________________________________________________________________________ 49 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Gambar 2.3 Inflasi Jawa Timur dan Nasional (mtm) 3.00
Nasional
2.50
Jawa Timur 2.00
1.50
1.00
0.50 0.00
-0.50 2007
2008
Sumber: BPS
Berdasarkan
sumbangannya,
pada
bulan
Juni,
kelompok
transportasi, komunikasi & jasa keuangan memberikan sumbangan terbesar terhadap inflasi Jawa Timur, yaitu sebesar 1,39%. Dari kelompok tersebut, komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi adalah bensin (0,91%), angkutan dalam kota (0,19%). Sementara itu, kelompok lainnya yang memberikan sumbangan inflasi adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar (0,37%). Komoditas yang memberikan sumbangan inflasi dominan terhadap kelompok ini antara lain: bahan bakar rumah tangga (0,09%), semen (0,07%). Tabel 2.1 Inflasi Per-Kelompok Pengeluaran (mtm)
No
Kelompok
1 Bahan Makanan Sumber: BPS Provinsi Jatim 2 Makanan jadi, Minuman 3 Perumahan, air 4 Sandang 5 Kesehatan 6 Pendidikan, rekreasi 7 Transportasi, komunikasi Total
Inflasi (%) 0.81 1.32 1.66 0.52 0.65 0.25 7.50 2.24
Sumber: BPS
Tabel 2.2 Sumbangan per-Kelompok Pengeluaran (mtm)
No
Kelompok
1 Bahan Makanan Sumber: BPS Provinsi Jatim 2 Makanan jadi, Minuman 3 Perumahan, air 4 Sandang 5 Kesehatan 6 Pendidikan, rekreasi 7 Transportasi, komunikasi Total
Inflasi (%) 0.17 0.23 0.37 0.33 0.32 0.21 1.39 2.24
Sumber: BPS
Inflasi kelompok bahan makanan pada bulan Juni 2008 mencapai 0,81% (mtm) dengan sumbangan mencapai 0,17% (mtm). Komoditi beras yang termasuk dalam kelompok bahan makanan, berdasarkan hasil
___________________________________________________________________________________ 50 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
1
survey pemantauan harga (SPH) di wilayah Surabaya, hingga bulan Juni 2008 pergerakan harga komoditi dimaksud relatif stabil. Hal ini seiring dengan mulai masuknya masa panen, serta didukung pelaksanaan operasi pasar oleh Bulog.
Gambar 2.4 Inflasi Kelompok Bahan Makanan (mtm)
Gambar 2.5 Sumbangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan (mtm)
5.00
1.20 4.00
1.00
3.00
0.80
2.00
0.60 0.40
1.00
0.20
-1.00
2007
2008
-0.20
2007
6
5
4
3
2
1
12
11
9
10
8
7
6
5
4
3
2
0.00 1
6
5
4
3
2
1
12
11
9
10
8
7
6
5
4
3
2
1
0.00
2008
-0.40
-2.00
Sumber: BPS
Sumber: BPS
2.3 INFLASI TAHUNAN (yoy)
Secara tahunan, inflasi Provinsi Jawa
Timur pada triwulan II 2008
sebesar 10,39% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (5,30%). Namun demikian, inflasi Jawa Timur pada triwulan II 2008 masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 11,03% (yoy). Berdasarkan kelompok barang dan jasa, inflasi terbesar Jawa Timur didominasi oleh kenaikan harga kelompok bahan makanan (20,68%) dan kelompok sandang (11,55%). Tekanan tersebut sebagai akibat kenaikan administered price serta tekanan eksternal akibat kenaikan harga komoditas di pasar dunia, terutama minyak bumi, CPO, emas, kedelai, jagung, gandum.
1
SPH merupakan kegiatan pencatatan harga jual/tarif beberapa komoditi terpilih secara periodikal dari para penjual/pedagang baik di pasar tradisional maupun modern dan komoditas jasa.
___________________________________________________________________________________ 51 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Gambar 2.6 Perkembangan Harga Gandum di Pasar Dunia
Gambar 2.7 Perkembangan Harga CPO di Pasar Dunia
1400
CPO Price
14
Wheat Price
1200
12 1000
10
800 USD/ton
6
600
Sumber: BPS
Apr-08
Oct-07
Jan-08
Jul-07
Apr-07
Jan-07
Jul-06
Oct-06
Apr-06
Jan-06
Jul-05
Jan-05
Apr-08
Jan-08
Jul-07
Oct-07
Apr-07
Jan-07
Jul-06
Oct-06
Apr-06
Jan-06
Jul-05
Oct-05
0
Apr-05
200
0 Jan-05
2
Oct-05
400
4
Apr-05
USD/bushel
8
Sumber: BPS
Gambar 2.9 Inflasi Kelompok Bahan Makanan (yoy)
Gambar 2.8 Perkembangan Harga Kedelai di Pasar Dunia 18
25 16
14
20
USD/bushel
Soybean Price 12
15
10
8
10 6
5
4
2
2007
Sumber: BPS
6
5
4
3
2
1
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
04-08
01-08
10-07
07-07
04-07
01-07
10-06
07-06
04-06
01-06
10-05
07-05
04-05
01-05
1
0 0
2008
Sumber: BPS
Dari sisi sumbangannya, secara tahunan kelompok bahan makanan masih mendominasi, yaitu sebesar 4,24% (yoy), serta kelompok transportasi & komunikasi (1,49%). Meskipun berdasarkan perhitungan SBH tahun dasar 2007 (2007=100) bobot kelompok makanan mengalami penurunan, namun hingga triwulan II 2008 sumbangannya (bobot x inflasi) terhadap inflasi Jawa Timur masih mendominasi. Di sisi lain, peningkatan sumbangan yang signifikan pada kelompok transportasi & komunikasi disebabkan adanya kenaikan harga BBM rata-rata 28,75% sejak 24 Mei 2008, serta adanya peningkatan bobot kelompok dimaksud terutama pada sub kelompok komunikasi. Dampak dari kenaikan komoditas administered price serta komoditas bahan makanan, baik di pasar lokal maupun pasar dunia, menyebabkan tingkat inflasi Jawa Timur pada triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2007. ___________________________________________________________________________________ 52 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Gambar 2.10 Inflasi Jawa Timur (yoy) 25
20
Bahan Makanan Makanan jadi, Minuman
15
Perumahan, air 10
Sandang Kesehatan
5
Pendidikan, rekreasi Transportasi, komunikasi
0 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2007
Q2 2008
Gambar 2.11 Sumbangan Inflasi Jawa Timur (yoy) 5
Bahan Makanan
4
Makanan jadi, Minuman
4
Perumahan, air
3
Sandang
3 2
Kesehatan
2
Pendidikan, rekreasi
1
Transportasi, komunikasi
1 0 Q1
Q2
Q3
Q4
2007
Q1
Q2 2008
___________________________________________________________________________________ 53 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Boks 3
PROYEKSI INFLASI JAWA TIMUR TW.III-2008 Dengan Metode VAR Model proyeksi inflasi jangka panjang di Jawa Timur dibangun dengan menggunakan metode Vector Autoregressive Model (VAR) dengan persamaan jangka panjang yang menggunakan pengembangan teori Phillips Curve (Mankiw, 2003). Variabel yang digunakan dalam model proyeksi tersebut adalah: variable ekspektasi inflasi, output gap dan supply shock. Untuk variabel ekspektasi inflasi akan digunakan variabel proxy yaitu inflasi lag 1 bulan dengan asumsi masyarakat mengadopt ekspektasi inflasi saat ini berdasarkan inflasi 1 bulan sebelumnya (teori adaptive inflation). Variabel output gap merupakan selisih antara PDRB potensial dengan PDRB aktual, dimana variabel PDRB potensial berupa trend PDRB. Variabel supply shock akan diwakilkan oleh harga BBM dan/atau nilai tukar Rupiah terhadap US dollar. Formula yang digunakan adalah sebagai berikut :
(
)
π = π e + β * Υ − Υ +ν Keterangan: e
Y
Υ
υ
= inflasi = ekspektasi inflasi = output aktual = output potensial = supply shock
Uji Akar Unit (Unit Root Test) Berdasarkan hasil uji akar unit (unit root test), diperoleh hasil sbb:
IHK stasioner pada 1 difference
Output gap stasioner pada 1 difference
Harga BBM (diwakilkan premium) stasioner pada 1 difference
Nilai tukar stasioner pada 1 difference
st
st
st
st
Proyeksi Inflasi Jawa Timur Tw.III-2008 Perhitungan proyeksi inflasi Tw.III-2008 adalah dengan menggunakan asumsi sbb: kurs sedikit menguat, o_gap meningkat (PDRB Potensial > PDRB
__________________________________________________________________ 54 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Aktual), dan harga BBM yang meningkat. Hasil estimasi model SVAR (dengan asumsi variabel kurs sebagai variabel eksogen) diperoleh hasil sbb:
Tabel 1 Perbandingan IHK actual & forecast
P eriode ac tual forec as t
2007 Q1 144.05 146.22
Q2 145.13 148.73
2008 Q2
Q3 148.05 151.63
Q4 Q1 Q3 151.32 156.75 154.70 157.72 160.87 165.22
Grafik 1 Perbandingan IHK actual & forecast
180 160 140 120 100 80 60 99
00
01
02
IHK
03
04
05
06
07
08
IHK (Baseline Mean)
Berdasarkan hasil estimasi diatas, maka proyeksi inflasi Jawa Timur pada Tw.III-2008 adalah sebesar 10,5%+/-1. Tabel 2 Forecasting Inflasi P eriode F orec as t
mtm -
Tw.III-2008 qtq yoy 2.70 11.59
ytd 9.19
Impulse Response Test The
Impulse
Response
Test
digunakan
untuk
melihat
pengaruh
kontemporer (pada saat yang bersamaan) dari suatu variabel terhadap variabel yang lain.
__________________________________________________________________ 55 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kali ini impulse response test digunakan untuk melihat pengaruh dari shock BBM dan nilai tukar (kurs) terhadap IHK di Jawa Timur. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa adanya shock pada harga BBM akan direspon searah oleh variabel IHK mulai t+1 sampai dengan t+2. Sedangkan adanya shock pada variabel o_gap akan direspon searah oleh IHK mulai t+1 sampai dengan t+4. Kondisi ini sejalan dengan teori. Variance Decomposition Menjelaskan kontribusi varians setiap variabel terhadap perubahan suatu variabel
tertentu.
Hasil
pengujian
dari
Variance
Decomposition
menunjukkan bahwa peramalan IHK lebih dipengaruhi oleh variabel BBM yang kontribusinya mencapai 25% hingga 10 periode kedepan.
__________________________________________________________________ 56 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
3
STABILITAS DAN INTERMEDIASI PERBANKAN Hingga triwulan II 2008, perkembangan indikator pada industri
perbankan di Jawa Timur menunjukkan tren yang positif. Dampak kenaikan harga BBM belum menunjukkan adanya tekanan pada fungsi intermediasi, dan di sisi lain kualitas kredit yang terjaga.. Di sisi lain, tekanan risiko yang mempengaruhi stabilitas sistem perbankan relatif terkendali.
3.1. INTERMEDIASI PERBANKAN Intermediasi perbankan yang tercermin pada penyaluran kredit oleh perbankan berjalan dengan baik, dan diimbangi oleh pertumbuhan DPK. Pada triwulan II 2008, penyaluran kredit kepada masyarakat oleh bank umum di Jawa Timur cenderung meningkat dan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan kredit tahunan yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan DPK mampu mendorong LDR bank umum hingga 70,06%. Peningkatan pertumbuhan kredit juga diikuti oleh kualitas kredit yang semakin membaik hampir di seluruh sektor ekonomi. Meskipun secara makro indikator perbankan berkembang dengan baik, namun rendahnya spread margin yang diperoleh perbankan belum mampu meningkatkan pendapatannya yang tercermin pada Net Interest Margin (NIM) maupun fee based income.
Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan di Jawa Timur (miliar Rp)
In d ikato r 1 2 3 4 5
As et yoy (%) K redit yoy (%) DP K yoy (%) LDR NP L
Q1 146,667,121 10.36 74,851,747 13.05 128612237 11.00 58.20% 6.26%
2007 Q2 Q3 153,836,677 159,989,412 12.16 13.81 78,938,504 85,981,733 16.85 21.38 133460353 137280908 11.14 12.49 59.15% 62.63% 5.93% 4.95%
Q4 167,474,291 13.51 92,147,710 23.82 143548428 11.89 64.19% 4.44%
2008 Q1 Q2 177,178,874 166,386,598 15.17 13.45 105,248,297 95,095,487 33.33 27.05 142926240 150,226,452 12.56 11.13 70.06% 66.53% 3.09% 3.40%
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
57
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
3.1.1. ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF Total aset bank umum di Jawa Timur tumbuh lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya, terutama disumbang oleh peningkatan aktiva produktif. Pada triwulan II 2008 total aset bank umum tumbuh sebesar 15,17% (yoy) hingga mencapai Rp.177,18 triliun. Pertumbuhan tersebut masih didominasi oleh peningkatan total aset kelompok bank asing yang mencapai 18,96%. Sedangkan dari sisi sumber kenaikan, pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh pangsa aktiva produktif bank umum yang meningkat terutama pada penyaluran kredit. Secara keseluruhan, total aktiva produktif bank umum masih didominasi
oleh
kredit
yang
mencapai
87%,
diikuti
oleh
penempatan pada BI yang mencapai 8%. Gambar 3.1 Struktur Aktiva Produktif Bank Umum di Jawa Timur kas 3%
tagihan lainnya 2%
penempatan pada BI 8%
kredit 87%
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK) Pertumbuhan DPK bank umum pada triwulan II 2008 meningkat, dan bila ditinjau dari segi jangka waktu, pertumbuhan
sumber
menunjukkan
perbaikan,
dana
jangka
sehingga
panjang
struktur
DPK
terus masih
didominasi oleh sumber dana jangka panjang. Pertumbuhan DPK mencapai 12,56% (yoy) sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat 11,14% (yoy). Dilihat dari sumber DPK perbankan, porsi terbesar masih berasal dari dana yang relatif mahal, yaitu deposito, yang hingga akhir triwulan
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
58
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
laporan pangsanya mencapai 42,09%. Kondisi ini disebabkan tren kenaikan
suku
bunga
hingga
akhir
triwulan
serta
adanya
perlambatan kinerja bursa saham yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Gambar 3.2 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
Gambar 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga
30.00 25.00
GIRO 21%
TABUNGAN 38%
20.00 15.00 10.00 5.00 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
(5.00) 2007
DEPOSITO 41%
2008 GIRO
DEPOSITO
TABUNGAN
Di sisi lain, pertumbuhan DPK dalam bentuk giro yang sempat meningkat tajam pada triwulan I 2008 justru mengalami tekanan yang
signifikan
hingga
mencapai
5,87%
(yoy).
Hal
ini
mengindikasikan menurunnya kebutuhan masyarakat terhadap dana likuid untuk transaksi tunai oleh dunia usaha. Sementara itu, tren kenaikan pertumbuhan tabungan yang berlangsung sejak pertengahan tahun 2006 masih terus berlanjut meskipun sedikit melambat. Peningkatan pertumbuhan DPK yang diiringi oleh peningkatan suku bunga berpengaruh pada biaya/beban bunga yang menjadi beban perbankan. Strategi bank untuk memperbaiki kondisi operasional-nya yaitu dengan mencari dana murah dari masyarakat masih terus berlangsung hingga triwulan II 2008. Beberapa upaya yang ditempuh
antara
meningkatkan
lain:
kualitas
menawarkan layanan,
paket-paket
promo,
mengkombinasikan
fasilitas
tabungan dengan market/pasar (mis: produk tabungan yang link dengan reksadana), serta perluasan jaringan dan infrastruktur termasuk kualitas IT (Information Technology) yang semakin baik. Sementara itu, seiring dengan tren peningkatan suku bunga menyebabkan adanya pergeseran alokasi aktiva produktif bank umum. Meskipun kredit masih mendominasi sekitar 91,94% total aktiva produktif, namun terdapat penurunan pangsa simpanan bank pada SBI yang dialihkan pada instrumen surat berharga.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
59
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
3.1.3. KREDIT
Pertumbuhan kredit bank umum pada sektor produktif terus
menunjukkan
peningkatan
dan
disertai
dengan
perbaikan kualitas kredit Meskipun hingga akhir triwulan laporan tren suku bunga terus menunjukkan peningkatan, namun tidak memberikan pengaruh yang
signifikan
terhadap
penyaluran
kredit
oleh
industri
perbankan. Hal ini diindikasikan oleh pertumbuhan kredit yang secara
tahunan
mencapai
33,33%
(yoy)
dan
lebih
tinggi
dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya tumbuh 16,85% (yoy).
Gambar 3.5 Pertumbuhan Kredit (yoy)
Gambar 3.4 Pertumbuhan Kredit dan BI Rate
35.00
kredit (y oy )
30.00
B I R ate
25.00
120,000,000
35.00
100,000,000
30.00 25.00
80,000,000
20.00
20.00
60,000,000
15.00
15.00
10.00
40,000,000
5.00
20,000,000
0.00 Q1
Q2
Q3 2007
Q4
Q1
Q2 2008
10.00 5.00
Q1 kredit (nominal)
0.00 Q2
Q3 2007
Q4
Q1
Q2 2008
kredit (y oy )
Pertumbuhan kredit modal kerja yang sempat stagnan sejak tahun 2005 terus menunjukkan perbaikan. Hal ini mengindikasikan bahwa debitur menganggap tingkat suku bunga saat ini sudah cukup rendah untuk mencairkan fasilitas kredit dan didukung oleh iklim usaha yang cukup stabil. Porsi kelonggaran tarik (undisbursed loan) kredit modal kerja pada triwulan II 2008 sebesar 18,26% dan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 22,23%. Di sisi lain, kredit investasi mengalami perbaikan seiring dengan mulai terealisasinya proyek-proyek pemerintah serta dunia usaha menjelang akhir semester I 2008.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
60
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Gambar 3.6 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan
Gambar 3.7 Pangsa Kredit Per Jenis Penggunaan
40.00 modal kerja 35.00
Kons ums i 23%
inv es tas i kons ums i
30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 Q1
Q2
Q3 2006
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2007
Q1
Q2 2008
Inv es tas i 12%
Modal Kerja 65%
Pertumbuhan kredit konsumsi yang sempat menurun hingga awal tahun 2007 mulai menunjukkan perbaikan dengan pangsa yang semakin meningkat. Preferensi bank untuk kembali 'bermain' pada pasar tersebut menunjukkan bahwa pangsa pasar yang besar disertai pola konsumsi masyarakat Indonesia yang cenderung konsumtif menjadi daya tarik kuat bagi industri perbankan. Akibat kondisi tersebut, persaingan yang cukup tinggi di segmen yang sama mendorong bank untuk mencari alternatif pembiayaan dan fasilitas yang diharapkan mampu menarik minat masyarakat, seperti: kemudahan masyarakat untuk memperoleh kartu kredit disamping keuntungan dan fasilitas yang ditawarkan, program Kredit Tanpa Agunan (KTA) yang terus berkembang, alternatif jenis pembiayaan konsumtif yang bervariasi, serta didukung oleh kemudahan dan proses pengajuan kredit yang relatif singkat. Disamping itu, pola “perang tarif” dengan penawaran suku bunga rendah menjadi strategi yang diambil oleh sebagian besar perbankan di Indonesia selama triwulan I-2008. Akibat penerapan pola tersebut, bank rela mengorbankan margin yang diperolehnya agar tetap dapat menjaga dan meningkatkan “performance” nya dimata masyarakat. Sepanjang triwulan II 2008, kredit pada sebagian besar sektor ekonomi mengalami pertumbuhan (yoy) yang lebih besar dibanding tahun lalu. Hal ini diharapkan menjadi sinyal positif bagi perkembangan dunia usaha, terutama akibat tekanan biaya produksi & operasional.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
61
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Gambar 3.9 Pertumbuhan Kredit Per Sektor Ekonomi (ytd)
Gambar 3.8 Pertumbuhan Kredit Per Sektor Ekonomi (yoy)
Lain-2 JS.Sosial
Lain-2 JS.Sosial
Q1-2007 Q1-2008
JS.Dunia Q2-2007
JS.Dunia
Q2-2008
Angkut/Komnikasi
Angkut/Komnikasi
Dagang/Hotel Dagang/Hotel
Konstruksi
Konstruksi
Listrik,Gas
Listrik,Gas Industri
Industri
Tambang
Tambang
Tani (20.00)
Tani -
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
Sementara itu, perkembangan kredit properti hingga triwulan laporan terus menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Sektor yang sempat mengalami penurunan yang cukup signifikan di awal tahun 2004 mulai kembali bergairah dimana hingga triwulan II 2008 tumbuh mencapai 30,81% (yoy). Salah satu faktor yang mendorong peningkatan sektor properti tersebut adalah stigma pemikiran di masyarakat yang masih meyakini bahwa properti merupakan salah satu alternatif investasi, disamping jumlah kebutuhan masyarakat terhadap properti yang terus meningkat. Hal ini mendasari masyarakat untuk memilih perbankan sebagai sumber pembiayaan pembelian properti. Disamping itu, berbagai macam properti yang ditawarkan developer yang disertai pengembangan dan variasi jenis & type rumah menjadi magnet yang cukup kuat bagi masyarakat. Loan to Deposit Ratio (LDR) relatif stabil dan sedikit meningkat berkisar 70,06%. Peningkatan tersebut lebih didorong oleh faktor pertumbuhan kredit yang lebih besar dari pertumbuhan DPK. Gambar 3.10 Pertumbuhan Kredit dan DPK (yoy)
35.00
Gambar 3.11 Perkembangan LDR 75.00%
kredit
30.00
70.00%
DPK
25.00 65.00%
20.00 60.00%
15.00 10.00
55.00%
5.00 50.00%
-
Q1
1
2
3
4
5
6
7
2007
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
6
Q2
Q3 2006
Q4
Q1
Q2
Q3 2007
Q4
Q1
Q2 2008
2008
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
62
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Meskipun trend rasio pinjaman terhadap DPK terus meningkat, namun secara keseluruhan masih berada di bawah target yang ditetapkan yaitu sekitar 80%. Disamping itu, peningkatan LDR lebih dipengaruhi
pertumbuhan
DPK
yang
cenderung
melambat
dibandingkan pertumbuhan kredit. Dari sisi ekses likuiditas, sampai dengan triwulan II 2008 masih terdapat dana menganggur di perbankan, meskipun relatif menurun dibandingkan periode sebelumnya. Jumlah dana menganggur tersebut ditunjukkan oleh berbagai indikator seperti tingginya tingkat undisbursed loan yang berada di kisaran 14%, masih banyaknya penempatan dana di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) oleh perbankan Jawa Timur, serta tingkat loan to deposit ratio (LDR) yang belum membaik secara signifikan.
Kredit UMKM Sampai dengan triwulan II 2008, perkembangan kredit usaha mikro
kecil
dan
menengah
(UMKM)
terus
menunjukkan
peningkatan. Dengan tingkat pertumbuhan kredit mencapai 29,19% (yoy) mampu memperluas pangsa-nya terhadap total kredit hingga sebesar 52,37%.
Gambar 3.12 Pertumbuhan kredit UMKM dan pangsa-nya terhadap total kredit 35.00
54.00% y oy (left ax is ) 53.50%
30.00
pangs a (right ax is ) 53.00%
25.00
52.50%
20.00
52.00%
15.00
51.50% 51.00%
10.00
50.50% 5.00
50.00%
0.00
49.50% Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2006
Q3
Q4
2007
Q1
Q2 2008
Potensi sektor UMKM di Jawa Timur yang cukup besar ditunjukkan
oleh
tingkat
pertumbuhan
kredit
UMKM
yang
cenderung selalu lebih tinggi dibandingkan kredit secara total. Namun
seringkali
perbankan
terbentur
kendala-kendala,
diantaranya kemampuan dan kompetensi yang berbeda-beda pada SDM setiap bank. Sementara itu, paket kebijakan perbankan Januari
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
63
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
2006 dan kebijakan pemerintah untuk menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang bertujuan memberikan insentif perluasan pembiayaan UMKM belum memperlihatkan hasil yang signifikan. Kualitas kredit UMKM pada triwulan II 2008 relatif membaik meskipun masih berada diatas NPL secara keseluruhan. Gambar 3.13 Tingkat NPL Kredit UMKM & Kredit Total 8.00% 7.00% 6.00% 5.00% 4.00% 3.00%
NPL Total
2.00%
NPL UMKM
1.00% 0.00% Q1
Q2
Q3
Q4
2006
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2007
Q2
2008
Dalam rangka mendorong pemberdayaan sektor riil dan UMKM,
Bank
Indonesia
melakukan
beberapa
upaya
seperti
penyediaan program Bantuan Teknis Pelatihan kepada bank, BDSP dan UMKM. Disamping itu, akan dilakukan kerjasama dan koordinasi antara Bank Indonesia dan instansi terkait untuk mendukung
sektor
UMKM,
yaitu
melalui
penandatanganan
kesepakatan bersama (Memorandum of Understanding/MoU) dalam hal pemberdayaan Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB).
3.2. STABILITAS SISTEM PERBANKAN Selama triwulan II 2008, stabilitas industri perbankan di Jawa Timur relatif terjaga namun terdapat potensi timbulnya risiko kredit terutama akibat proyeksi perlambatan pada kinerja struktur dunia usaha. 3.2.1. RISIKO KREDIT Risiko kredit perbankan di Jawa pada triwulan II 2008 relatif terkendali, tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPLs) yang terus menurun dan berada di bawah level 5%, yaitu sebesar 3,09%. Dari sisi kelompok bank, perbaikan kualitas kredit disumbangkan oleh kelompok bank pemerintah dan swasta.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
64
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Gambar 3.14 Perkembangan Non Performing Loans 6,000,000 5,000,000
NPL nominal
8.00%
NPL (%)
7.00% 6.00%
4,000,000
5.00%
3,000,000
4.00% 3.00%
2,0 00,000
2.00% 1,000,000
1.00%
-
0.00% Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2006
Q2
Q3
Q4
Q1
2007
Q2
2008
Berdasarkan jenis penggunaan, rasio NPL tertinggi masih didominasi oleh kredit modal kerja meskipun relatif menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan tekanan risiko kredit terendah terjadi pada kredit investasi dengan trend rasio NPL yang menurun. Sementara itu, kredit properti menunjukkan kualitas yang terus membaik. Seiring dengan trend pertumbuhan kredit dimaksud yang cenderung meningkat, rasio NPLs-nya (gross) hingga triwulan laporan sebesar 3,04%, relatif lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 3,24%, serta terhadap tahun sebelumnya yang mencapai 4,16%.
Gambar 3.15 Perkembangan NPLs Kredit Properti NPL Nominal
350,000
5.00
NPL (%)
4.50
300,000 250,000
4.00 3.50
200,000
3.00 2.50
150,00 0
2.00
100,000
1.50 1.00
50,000
0.50
-
0.00 Q1
Namun
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
2006
2007
tidak
demikian
Q4
Q1
Q2
2008
halnya
pada
kredit
ekspor.
Peningkatan mengesankan transaksi ekspor Jawa Timur yang didukung oleh pembiayaan dari perbankan justru diikuti oleh penurunan kualitas kredit. Rasio NPLs yang sempat berada di kisaran 3,95% pada triwulan I 2007 mengalami peningkatan hingga mencapai 5,17% pada triwulan I 2008.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
65
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Gambar 3.16 Perkembangan NPLs Kredit Ekspor 5.00% 4.50% 4.00% 3.50% 3.00% 2.50% 2.00% 1.50% 1.00% 0.50% 0.00%
350,000 300,000 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 Q1 Q2 Q3 NPL Nominal 2006 NPL (%)
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2007
Q1
Q2
2008
Disamping kualitas kredit, kondisi persaingan antar bank yang semakin mengemuka tidak hanya dalam hal memperoleh dana namun juga berlanjut dalam memperebutkan debitur-debitur, sehingga turut berpotensi menimbulkan risiko kredit. Disamping itu, penyaluran kredit perbankan juga rentan terhadap praktekpraktek persaingan yang tidak sehat. Aksi saling 'membajak' debitur
antara
bank
yang
satu
dengan
lainnya
semakin
berkembang, dimana masing-masing bank berusaha untuk menarik dan mempengaruhi debitur untuk pindah dengan berbagai imingiming dan penawaran seperti pemberian fasilitas kredit yang lebih besar atau suku bunga yang lebih rendah. Hal tersebut bukan saja merugikan
bank-bank
tersebut,
namun
juga
berpotensi
mempengaruhi performance kredit perbankan secara keseluruhan manakala bank-bank tersebut mengabaikan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit. Peningkatan kredit bank juga menjadi cukup fluktuatif akibat aksi saling membajak debitur bank tersebut.
3.2.2. RISIKO LIKUIDITAS Risiko likuiditas perbankan pada triwulan II 2008 cenderung berkurang tercermin dari adanya peningkatan tenor penempatan dana masyarakat pada perbankan yang bersifat jangka pendek. Kondisi ini berpotensi menimbulkan mismatch antara sumber dana dengan penggunaan dana oleh perbankan. Pendanaan perbankan yang masih didominasi oleh danadana jangka pendek mengakibatkan penyaluran kredit dari bank juga terkonsentrasi pada pembiayaan jangka pendek. Dengan komposisi DPK perbankan seperti ini, secara umum perbankan Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
66
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
dihadapkan pada masalah tingginya tingkat volatilitas dana, sehingga pada gilirannya akan menyulitkan perbankan untuk menempatkan dananya pada pembiayaan investasi berjangka panjang. Meskipun demikian, risiko likuiditas perbankan di Jawa Timur sampai saat ini masih cukup terjaga yang terlihat pada perilaku bank yang cukup berhati-hati dalam mengelola aset. Komposisi pendanaan bank yang cenderung didominasi oleh dana berjangka waktu pendek menyebabkan bank relatif berhati-hati dalam meningkatkan aktiva berupa kredit, sehingga pertumbuhan kredit investasi yang berjangka waktu panjang tumbuh masih terbatas. Disamping itu, kehati-hatian bank juga tercermin pada rasio LDR yang tumbuh relatif lambat, serta likuiditas bank dalam bentuk SBI masih cukup tinggi meskipun tumbuh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Sampai dengan Maret 2008, dana bank umum berkantor pusat di Jawa Timur yang ditempatkan di SBI sebesar Rp.8,11 triliun atau tumbuh 1,33% (yoy).
3.2.3. RISIKO OPERASIONAL Dari segi risiko operasional, beberapa bank di Jawa Timur masih menghadapi berbagai tantangan, antara lain kompetensi dan profesionalisme SDM perbankan yang masih perlu ditingkatkan sejalan dengan perkembangan yang semakin pesat dan persaingan yang
semakin
mengakomodasi
ketat,
kebijakan
perubahan,
intern
pemahaman
bank dan
yang
kurang
pemanfaatan
teknologi informasi dalam kegiatan operasional bank serta belum membuminya budaya pengendalian risiko. Selain itu, masih ditemui kasus-kasus tindak pidana perbankan sebagai akibat belum baiknya integritas SDM bank. Dalam upaya mengatasi permasalahan perbankan terutama dari sisi stabilitas sistem perbankan, dilakukan beberapa upaya antara lain: untuk memitigasi risiko kredit, perbankan Jawa Timur diminta
menjaga
kecukupan
pembentukan
penyisihan
penghapusan kredit, dimana hingga triwulan I 2008 perbankan di
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
67
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Jawa Timur telah membentuk penyisihan penghapusan kredit sebesar Rp.1,73 triliun. Upaya lain yang dilakukan yaitu: (i) menerapkan manajemen risiko yang tepat dalam penyaluran kredit, (ii) meningkatkan kemampuan analisis kredit dari loan officers, (iii) mengurangi kesenjangan informasi (asymmetric information) dalam pemberian kredit, antara lain dengan memanfaatkan data dan informasi yang disediakan Pusat Informasi Kredit, (iv) meningkatkan pemberian kredit melalui sindikasi atau risk sharing agreement, (v) mengefektifkan
penerapan
Peraturan
Pemerintah
No.33/2006
tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara, terutama untuk memperlancar restrukturisasi kredit pada bank-bank BUMN.
3.3. PERBANKAN SYARIAH Sampai dengan triwulan II 2008, perkembangan industri perbankan syariah masih memiliki pangsa relatif kecil, namun secara umum perbankan syariah mencatatkan perkembangan yang cukup menggembirakan, yang tercermin dari pertumbuhan jumlah aset, dana maupun pembiayaan. Hal ini mengindikasikan adanya potensi yang cukup besar bagi perbankan yang berprinsip syariah untuk terus mengembangkan usahanya. Proses sosialisasi dan pengenalan prinsip syariah yang terus dilakukan oleh pihak perbankan dan pihak lainnya mampu meningkatkan apresiasi dan awareness masyarakat terhadap segmen perbankan ini dari waktu ke waktu. Saat ini terdapat 26 bank umum syariah yang tersebar di Surabaya, Malang, Kediri, Jember dan Sidoarjo. Pertumbuhan aset perbankan syariah di Jawa Timur pada triwulan II 2008 sebesar 50,75% sehingga menjadi Rp.2,65 triliun, jauh lebih besar bila dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yang mencapai 23,16% (yoy). Meskipun demikian, dengan pangsa sebesar 1,49% terhadap total aset masih dirasakan cukup jauh untuk mencapai target sebesar 5%. Sementara itu, pembiayaan tumbuh 46,64% (yoy) sehingga mencapai Rp.2,18
triliun.
Pertumbuhan
pembiayaan
tersebut
didanai
oleh
peningkatan dana pihak ketiga sebesar Rp.529 miliar (38,23%) yang secara kumulatif meningkat menjadi Rp.1,91 triliun.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
68
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Gambar 3.17 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah 45.00 40.00
50.00 45.00 40.00 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5. 00 0. 00
35.00 30.00 25.00
aset
kredit
20.00 15.00 10.00
DPK
5.00 0.00 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2006
Q2
Q3
Q4
2007
Q1 2008
Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) yang mencerminkan fungsi intermediasi pada segmen perbankan syariah di Jawa Timur mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya hingga mencapai 114%, relatif jauh berada di atas rasio bank umum konvensional. Meskipun demikian, pangsa aset syariah yang relatif rendah terhadap seluruh total aset perbankan masih berada jauh di bawah target minimum yang ditetapkan, yaitu sekitar 8%. Dalam rangka pengembangan industri perbankan syariah, maka pada tanggal 16 Juli 2008 telah disahkan Undang-Undang No.21 tahun 2008 tentang perbankan syariah,
yang antara lain mengatur peran dan fungsi
perbankan syariah, serta ketentuan mengenai perolehan izin usaha bagi bank syariah atau Unit Usaha Syariah (UUS). Dengan adanya ketentuan tersebut diharapkan target pencapaian pangsa aset perbankan syariah dapat tercapai.
3.4. BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA Perkembangan kinerja 8 bank umum yang berkantor pusat di Surabaya hingga triwulan II-2008 menunjukkan adanya peningkatan yang terindikasi pada pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Demikian pula dengan fungsi intermediasi yang membaik dan diindikasikan oleh peningkatan LDR
hingga
mencapai
46,28%
lebih
tinggi
dibandingkan
tahun
sebelumnya yang mencapai 42,97%.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
69
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Penurunan indikator tersebut lebih disebabkan akibat adanya penurunan jumlah bank yang beroperasi di wilayah Surabaya sebanyak 1 bank yaitu: PT. Bank Arta Niaga Kencana yang diakuisisi oleh PT. Bank Commonwealth. Dalam rangka mendukung industri perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan stabilitas sistem keuangan, maka dibutuhkan permodalan perbankan yang sehat dan kuat.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
70
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
Boks 4
Pembiayaan Perbankan kepada UMKM dan Koperasi melalui SKIM ”KUR” Pemerintah mengeluarkan kebijakan pembiayaan perbankan kepada UMKM dan Koperasi melalui SKIM Penjaminan ”Kredit Usaha Rakyat” yang dilandasi oleh MoU pada bulan Oktober 2007 mengenai kesepakatan penjaminan KUR antara Departemen Teknis, LPK dan 6 bank (BRI, Bank Mandiri, BNI, BTN, Bank Bukopin, Bank Syariah Mandiri). Adapun tujuan KUR yaitu untuk meningkatkan akses pembiayaan dan pengembangan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi dalam rangka penanggulangan/pengetasan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja. Ketentuan umum yang berlaku bagi Skim “KUR” yakni kredit yang disalurkan maksimal 500 juta, penetapan suku bunga maksimal 16% efektif per tahun, pembagian resiko penjaminan yaitu LPK 70% dan Bank 30% serta imbal jasa penjaminan/premi ditetapkan 1,5% per tahun dan menjadi beban APBN sedangkan penjaminan dilaksanakan secara otomatis oleh LPK. Perkembangan pelaksanaan KUR di Jawa Timur sampai bulan Mei 2008 telah mencapai Rp 516 miliar dengan perincian kredit investasi sebesar Rp 26 miliar dan kredit modal kerja Rp
490 miliar.
Sedangkan jumlah masyarakat
yang
mendapatkan skim KUR tersebut sebanyak 37.015 orang yang terdiri dari 36.488 debitur modal kerja dan 567 debitur kredit investasi. Hasil dari forum grup diskusi dengan BPR dan Dinas Koperasi, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam pelaksanaan Skim KUR
adalah
sebagai
berikut : 1. Terjadinya persaingan dengan BPR dalam memperebutkan pasar kredit mikro, kecil dan menengah. Dalam jangka pendek penyaluran KUR tidak terlalu menganggu kinerja kredit BPR, namun dalam jangka panjang kebijakan SKIM KUR tersebut dapat mempengaruhi pangsa pasar BPR dikarenakan dominasi KUR bisa dibawah Rp 5 juta rupiah. BPR mengusulkan agar BI dapat membuat suatu regulasi mengenai tingkat kejenuhan pasar dan batasan jumlah kredit yang disalurkan Bank Umum ditingkat Kecamatan/Desa. 2. Bunga 16% efektif per tahun bagi Skim KUR. Penetapan maksimum bunga 16% efektif per tahun bagi UMKM masih dalam batasan yang wajar dan tidak memberatkan pelaku usaha UMKM dengan melihat kondisi perekonomian saat ini, dengan membandingkan tingkat bunga yang diberikan oleh BPR dengan besaran rata-rata 2%-2,5% sebulan.
_______________________________________________________________________ 71 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab 3 – Stabilitas dan Intermediasi Perbankan
3. Kebijakan skim penjaminan KUR diperuntukkan bagi BPR. Pada saat ini skim KUR masih diperuntukkan bagi 6 bank umum, namun untuk pemeretaan
kelembagaan
dan
memperluas
pangsa
pasar
UMKM
perlu
memperluas KUR melalui BPR. Namun ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian apabila Skim KUR diperuntukkan bagi BPR yaitu : -
Kondisi hambatan skim KUR bagi BPR yaitu penetapan tingkat suku bunga dengan maksimum 16% efektif. Apabila melihat kondisi BPR dengan cost of fund dan over head cost yang tinggi rasanya sangat sulit memberikan tingkat suku bunga KUR sebesar 16% bagi BPR.
-
Berdasarkan tingkat suku bunga yang diberikan oleh BPR dalam kisaran 25% dan skim KUR mengunakan dana perbankan yang berasal dari pihak ketiga. Melihat hal tersebut terasa sulit apabila kredit KUR diperuntukkan bagi BPR kecuali dengan mengunakan sistem chaneling
-
Disisi lain sistem chaneling KUR dapat menjadi beban langsung bagi dana pemerintah dan bisa menjadi moral hazard bagi perbankan.
Dalam rangka memperluas jangkaun Skim KUR melalui BPR masih diperlukan kajian yang mendalam mengingat keterbatasan BPR dalam hal dana dan pengenaan bunga yang cukup tinggi.
=== oo0oo===
_______________________________________________________________________ 72 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab 5 – Prospek Ekonomi dan Harga
Boks 5 UNDANG-UNDANG No.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah Upaya pengembangan dan peningkatan peran industri perbankan syariah di Indonesia diharapkan dapat didukung dengan terbitnya UndangUndang No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Bank syariah telah berdiri di Indonesia sejak tahun 1992, dimana hingga tahun 1998 hanya terdapat 1 bank syariah yang beroperasi. Hal ini disebabkan sistem perundangan di Indonesia belum mengenal adanya sistem perbankan syariah, dan hanya mengenal sistem bagi hasil dalam usaha perbankan. Dengan terbitnya UU tersebut, perkembangan bank syariah ke depan akan memiliki peluang usaha yang besar, karena: (i) Bank Umum Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat tidak dapat dikonversi menjadi Bank Konvensional, sedangkan Bank Konvensional dapat dikonversi menjadi Bank Syariah (pasal 5 ayat 7), (ii) kemungkinan yang lebih luas bagi warga negara asing dan/atau badan hukum asing yang tergabung secara kemitraan dalam badan hukum Indonesia untuk mendirikan dan/atau memiliki Bank Umum Syariah (Pasal 9 ayat 1 butir b) (iii) penggabungan (merger) atau peleburan (akuisisi) antara Bank Syariah dan Bank Non Syariah wajib menjadi Bank Syariah (pasal 17 ayat 2), (iii) Bank Umum Konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah (UUS) harus melakukan pemisahan (spin off) apabila UUS mencapai aset minimal 50% dari total nilai aset bank induknya; atau 15 tahun sejak berlakunya UU Perbankan Syariah (Pasal 68 ayat 1). Disamping itu, peluang aktivitas usaha bagi bank syariah juga lebih banyak dan beragam dibandingkan bank konvensional, dimana terdapat usaha-usaha yang bisa dilakukan oleh sebuah bank umum syariah dan tidak dapat dilakukan oleh bank konvensional (Pasal 19 s.d 21),
___________________________________________________________________ 73 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Bab 4 - Sistem Pembayaran
4 SISTEM PEMBAYARAN
Sistem pembayaran di wilayah Jawa Timur pada triwulan II-2008 berjalan baik dan normal. Secara umum, terjadi peningkatan transaksi pembayaran pada triwulan II-2008, dibandingkan kondisi triwulan II-2007, baik pada transaksi tunai maupun non-tunai. Kegiatan lain di bidang sistem pembayaran, seperti layanan penukaran uang pecahan kecil dan pemusnahan (pemberian tanda tidak berharga) juga tercatat berjalan baik dan normal tanpa deviasi yang berarti. Penemuan uang palsu masih terus terjadi dan kerjasama dengan berbagai pihak untuk mengatasinya juga terus dilakukan secara intensif.
4.1 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA TUNAI Transaksi tunai antara perbankan di Jawa Timur dengan Kantor Bank Indonesia di Jawa Timur (KBI Surabaya, KBI Malang, KBI Kediri, dan KBI Jember) pada triwulan II-2008 tercatat meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun damikian, kondisi tahun 2008 ini masih jauh lebih rendah dibandingkan
tahun 2006 ketika belum
diberlakukan ketentuan yang membatasi penyetoran uang kartal ke Bank Indonesia hanya untuk uang yang tidak layak edar (UTLE) saja. Sejak 2007, pihak perbankan didorong untuk melakukan optimalisasi cash management di antara mereka melalui inisiatif focus group. a. Aliran Uang Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) Pada triwulan II-2008, terjadi peningkatan pada rata-rata harian transaksi inflow dan outflow dibandingkan triwulan II-2007. Selama triwulan II-2008, rata-rata harian uang yang masuk ke Bank Indonesia tercatat sebesar Rp70,53 miliar, sedangkan rata-rata harian uang yang keluar sebesar Rp83,73 miliar, sehingga terjadi net outflow rata-rata harian sebesar Rp13,20 miliar.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
74
Bab 4 - Sistem Pembayaran
Gambar 4.1 Rata-rata Harian Arus Uang Tunai
Gambar 4.2 Rata-rata Harian Net Inflow
200,000 180,000
Outflow
160,000
Inflow
100,000 80,000
140,000 60,000
120,000 100,000
40,000
80,000 60,000
20,000
40,000 -
20,000
Tw.I
-
Tw.II
(20,000)
Tw.I
Tw.II
Tw.III Tw.IV
Tw.I
Tw.II
2006
Tw.III Tw.IV
Tw.I
2007
Tw.III
Tw.IV
Tw.I
2006
Tw.II
Tw.II
Tw.III
Tw.IV
2007
Tw.I
Tw.II
2008
(40,000)
2008
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 4.3 Inflow, Outflow dan Netflow Gabungan Inflow Outflow
14
6
Netflow - Skala Kanan
5
12
4
10
3
8
2 6
1
4
0
2005
Tw I
Tw II
Tw III
2007
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2006
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
-2 Tw I
-1
0 Tw II
2
2008
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Secara netto, empat Kantor Bank Indonesia di Provinsi Jawa Timur pada triwulan II-2008 mengalami aliran uang kartal keluar atau net outflow. Net outflow pada triwulan II-2008 mencapai Rp858 miliar, meningkat dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mengalami net outlow sebesar Rp530 miliar.. Kondisi net outflow pada triwulan II ini merupakan siklus yang rutin terjadi setelah sebelumnya mengalami net inflow di awal tahun. Hal ini menunjukan peningkatan kebutuhan
uang
kartal
oleh
perbankan
dan
masyarakat
untuk
mendukung transaksi ekonomi dan keuangan. Pada umumnya, net outflow terjadi hingga triwulan IV dan baru akan berbalik arah menjadi net inflow di triwulan I.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
75
Bab 4 - Sistem Pembayaran
b. Perkembangan Aktivitas Penukaran Uang Pecahan Kecil
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat, maka Bank Indonesia menjalin kerjasama dengan beberapa Perusahaan Penukaran Uang Pecahan Kecil (PUPK) untuk menyediakan
layanan penukaran
mata uang Rupiah pecahan kecil. Layanan ini bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam mendapatkan uang pecahan sesuai dengan jumlah dan jenis pecahan yang dibutuhkan. Pada triwulan II-2008, secara nominal terlihat bahwa jumlah uang pecahan yang kecil yang ditukarkan mencapai Rp113,35 miliar atau lebih rendah menurun 10,06% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Aktivitas penukaran uang kecil umumnya akan meningkat menjelang hari raya Idul Fitri, yang tahun ini akan jatuh di triwulan III. Secara umum, pecahan mata uang rupiah yang paling diminati masyarakat adalah pecahan Rp1.000 sebanyak 13.170.000 lembar, diikuti oleh pecahan logam Rp200 sebanyak 12.230.000 keping. Sementara itu, pecahan uang besar yang diterima Bank Indonesia untuk ditukarkan umumnya adalah pecahan Rp100.000 dan pecahan Rp50.000. Gambar 4.4 Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil 180 160 Jumlah Uang Kecil Ditukar
140 Rp Miliar
120 100 80 60 40 20 Tw I
Tw II
Tw III
2007
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2006
Tw IV
Tw I
2005
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
0
2008
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
76
Bab 4 - Sistem Pembayaran
Gambar 4.5 Jumlah Lembar Uang yang Ditukarkan Berdasarkan Nominal Pecahan Rp100 0%
Gambar 4.6 Nilai Uang yang Ditukarkan Berdasarkan Nominal Pecahan Rp500 3%
Rp10.000 14%
Rp200 2%
Rp1.000 12%
Rp200 27%
Rp100 0%
Rp5.000 13%
Rp5.000 27%
Rp10.000 56%
Rp500 17% Rp1.000 29%
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
c. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Uang Kartal Jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan (PTTB) pada triwulan II-2008
di Jawa Timur tercatat meningkat dibandingkan
triwulan II-2007. Namun demikian, peningkatan ini sebanding dengan besarnya inflow uang kartal sehingg rasio PTTB terhadap inflow relatif stabil. Terkait aktivitas PTTB, Bank Indonesia saat ini menerapkan kebijakan penyetoran uang kartal ke Bank Indonesia hanya untuk uang yang tidak layak edar (UTLE). Sepanjang belum tergolong “tidak layak edar”, maka uang kartal tersebut akan terus disirkulasikan di bank-bank dan digunakan sebagai alat pembayaran di masyarakat. Selain itu, Bank Indonesia juga terus menyosialisasikan pentingnya perlakuan yang baik terhadap uang kartal. Hal ini bertujuan agar usia uang kartal dapat lebih panjang (tidak lekas rusak) yang berdampak positif pada penghematan biaya pencetakan uang.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
77
Bab 4 - Sistem Pembayaran
Gambar 4.7 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB) 6
110 PTTB (Rp triliun) Rasio PTTB thdp inflow (%)
-10
2006
Tw IV
Tw II
Tw I
Tw II
Tw II
2005
2007
Tw II
0 Tw I
10
Tw III
1
Tw IV
30
Tw III
2
Tw I
50
Tw IV
3
Tw III
70
Proporsi thdp inflow (%)
90
4
Tw I
Jumlah PTTB (Rp triliun
5
2008
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
4.2 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI Penyelesaian transaksi non tunai dengan mengunakan sarana Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) maupun kliring pada triwulan
II-2008
menunjukkan
kecenderungan
yang
meningkat
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan upaya Bank Indonesia untuk mengarahkan sistem pembayaran di Indonesia menuju less cash society (LCS). Untuk mendukung upaya ini, Bank Indonesia senantiasa meningkatkan kualitas dan kecepatan pelayanan transaksi non tunai. Transaksi keuangan secara non tunai masih didominasi oleh sistem BIRTGS. Selama triwulan II-2008, BI-RTGS berperan hingga 70% dari nilai penyelesaian transaksi keuangan non-tunai di wilayah Jawa Timur. Gambar 4.8 Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur 200 Kliring (Rp triliun)
175 Kliring, RTGS (Rp triliun)
RTGS (Rp triliun) 150 125 100 75 50
2005
2006
2007
Tw II
Tw I
Tw IV
Tw III
Tw II
Tw I
Tw IV
Tw II
Tw III
Tw I
Tw III
Tw IV
Tw I
0
Tw II
25
2008
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
78
Bab 4 - Sistem Pembayaran
a. Transaksi Kliring Penyelesaian transaksi non tunai dengan mengunakan sarana kliring
pada
triwulan
II-2008
kembali
menunjukkan
peningkatan
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Transaksi keuangan melalui sistem kliring di wilayah Jawa Timur pada triwulan II-2008 mencapai Rp41,49 triliun, secara tahunan meningkat signifikan sebesar 31,42% (yoy). Dilihat dari volumenya, jumlah warkat yang diproses pada triwulan I-2008 tercatat sebanyak 1,52 juta lembar, relatif stabil dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Hal ini berarti bahwa nilai transaksi kliring per lembarnya mengalami peningkatan. Peningkatan ini wajar terjadi di tengah pertumbuhan ekonomi daerah yang relatif tinggi selama satu tahun terakhir. Laju perputaran uang umumnya berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi. Dalam periode triwulan II-2008, Cek/Bilyet Giro kliring yang ditolak karena saldo tidak cukup, baik dari sisi jumlah warkat maupun nilai transaksi, masih relatif rendah. Presentase jumlah nilai nominal dan volume cek dan BG yang ditolak pada periode laporan masing-masing adalah 1,31% dan 1,26%, dengan nominal sebesar Rp522 miliar dan warket sejumlah 20.027 lembar. Untuk meningkatkan kualitas transaksi kliring dan mengurangi kejadian penolakan, Bank Indonesia telah memberlakukan penerbitan Daftar Hitam Nasional (DHN) yang berisi identitas nasabah penarik cek dan atau bilyet giro kosong. Gambar 4.9 Perkembangan Transaksi Kliring Di Jawa Timur
Nominal (Rp triliun)
70
5
Nominal (Rp triliun) 4
Warkat (juta lembar)
60 50
3
40 2
30 20
1
Jumlah Warkat (lembar)
80
10
2005
2006
2007
Tw II
Tw I
Tw IV
Tw II
Tw III
Tw I
Tw IV
Tw II
Tw III
Tw I
Tw IV
Tw II
Tw III
0 Tw I
0
2008
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
79
Bab 4 - Sistem Pembayaran
b. Transaksi RTGS (Real Time Gross Settlement)
Secara tahunan, transaksi RTGS (outgoing) dari 4 (empat) Kantor Bank Indonesia di Jawa Timur mengalami peningkatan baik dari sisi volume transaksi maupun nominal. Tren peningkatan transaksi ini mengindikasikan makin tingginya kebutuhan masyarakat akan transfer dana yang cepat serta kepercayaan mereka yang makin tinggi akan keandalan sistem pembayaran melalui perbankan.
Gambar 4.10 Perkembangan Transaksi RTGS Di Jawa Timur 200
150,000
Nominal (Rp triliun) Volume (transaksi)
175
125,000 100,000
125 100
75,000
75
50,000
Volume (transaksi)
Nominal (Rp triliun)
150
50 25,000
25
2005
Tw I
Tw II
Tw III
2007
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2006
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
0 Tw II
0
2008
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Bila dilihat lebih mendalam, sistem BI-RTGS umumnya digunakan untuk transaksi bernilai besar (di atas Rp100 juta) dan hanya sebanyak 26% transaksi melalui BI-RTGS yang dilakukan untuk transaksi bernilai di bawah Rp100 juta. Dari sisi nilai, 90% transaksi melalui RTGS dilakukan untuk transaksi bernilai di atas Rp500 juta. Hal ini menunjukan bahwa tujuan sistem BI-RTGS untuk transaksi bernilai besar (diatas Rp100 juta) sudah tercapai.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
80
Bab 4 - Sistem Pembayaran
Gambar 4.11 Volume transaksi BI-RTGS
Dibawah 100 Juta 26%
Diatas 500 Juta 22%
200 Juta s.d 500 Juta 27%
100 Juta s.d Dibawah 200 Juta 25%
Volume Transakasi
Gambar 4.12 Nilai transaksi BI-RTGS
Dibawah 100 Juta 1%
Nilai Transakasi
100 Juta s.d Dibawah 200 Juta 3% 200 Juta s.d 500 Juta 6%
Diatas 500 Juta 90%
Berdasarkan jenis pengguna, transaksi melalui RTGS lebih banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dan dunia usaha. Nasabah perbankan merupakan kelompok pengguna sistem BI-RTGS terbanyak (63%), disusul oleh kelompok perbankan yang menggunakannya untuk transaksi pasar uang antar bank (PUAB) sebesar 24%, dan kelompok pemerintah sebesar 13%.
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
81
Bab 4 - Sistem Pembayaran
Gambar 4.13 Pemerintah Komposisi Transaksi Berdasarkan Jenis Pengguna 13% PUAB 24%
Nasabah 63%
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
4.3. PENEMUAN UANG PALSU DI PERBANKAN JAWA TIMUR
Jumlah uang palsu yang ditemukan di perbankan Jawa Timur pada triwulan II-2008 kembali mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Uang palsu yang ditemukan perbankan Jawa Timur pada triwulan II-2008 tercatat sebanyak 3.267 lembar, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II-2007 yang tercatat sebanyak 5.177 lembar uang palsu. Dilihat dari jumlah lembarnya maupun nilainya, pecahan yang paling banyak ditemukan adalah pecahan Rp50 ribu. Uang palsu yang dicatat oleh Bank Indonesia ini diperoleh melalui laporan dari perbankan maupun masyarakat umum, yang kemudian diteruskan kepada pihak Kepolisian untuk penanganan secara hukum. Uang palsu
ini
umumnya
diketahui
ketika
ditransaksikan
di
mekanisme
perbankan. Dalam rangka menekan dan mencegah peredaran uang palsu di masyarakat, Bank Indonesia terus mengupayakan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang yang dikenal dengan metode 3D (dilihat, diraba, diterawang). Sosialisasi ini dilakukan melalui berbagai media, baik media massa maupun pertemuan-pertemuan langsung dengan perbankan, siswa/mahasiswa, dan masyarakat umum. Pada
bulan
Mei
2008,
Bank
Indonesia
Surabaya
memberikan
penghargaan kepada jajaran Kepolisian Daerah Jawa Timur atas prestasi pengungkapan kasus pemalsuan uang yang tergolong besar di Indonesia. Kasus pemalsuan uang tersebut terbongkar pada akhir 2007 dan telah
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
82
Bab 4 - Sistem Pembayaran
berhasil mengedarkan uang palsu sebanyak Rp15,4 miliar selama tiga tahun beroperasi di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Gambar 4.14 Uang Palsu Yang Ditemukan Oleh Perbankan Di Jawa Timur 10,000 9,000 Jumlah upal (lembar)
8,000
Lembar Upal
7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 Tw I
Tw II
Tw III
2007
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2006
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2005
Tw IV
Tw I
Tw II
0
2008
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 4.15 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (lembar) Rp10.000 8%
Gambar 4.16 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (nilai)
Rp5.000 0%
Rp20.000 2%
Rp100.000 22%
Rp20.000 1%
Rp10.000 Rp5.000 1% 0%
Rp100.000 38%
Rp50.000 60% Rp50.000 68%
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
83
Bab 5 – Prospek Ekonomi dan Harga
5 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA
5.1 PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pada triwulan III-2008, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur diproyeksikan masih akan melambat dan berada di kisaran 5,5 1
6% . Konsumsi masyarakat diperkirakan kembali melambat mengingat tingkat inflasi yang masih tinggi ditambah risiko tekanan harga yang berasal dari permintaan masyarakat menyambut Lebaran. Investasi swasta diprediksi akan terus membaik melanjutkan tren sebelumnya, sementara Investasi Pemerintah diperkirakan juga akan dipacu pada triwulan III ini untuk mengkompensasi lambatnya realisasi pada periode sebelumnya. Ekspor diproyeksikan masih akan melemah sebagai imbas resesi ekonomi yang dialami negara-negara partner dagang seperti Amerika dan Jepang. Impor akan tetap tinggi sehingga membuat defisit neraca perdagangan luar Jawa Timur makin lebar. Dari sisi sektoral, ketiga sektor ekonomi utama diprediksi berkontribusi pada perlambatan pertumbuhan ekonomi. Subsektor Perdagangan yang mendominasi Sektor PHR masih mengalami tekanan dari lemahnya
daya
beli
domestik
maupun
eksternal.
Sektor
Industri
menghadapi persoalan tingginya biaya energi dan ketersediaan suplai listrik. Tingginya biaya operasi juga menjadi tantangan di Sektor Pertanian, khususnya biaya pemupukan dan penyediaan air. Musim kering 2008 diprediksi mundur sehingga berlangsung lebih lama dari biasanya.
1
Estimasi BI
_________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
84
Bab 5 – Prospek Ekonomi dan Harga
Gambar 5.2 Ekspektasi Konsumen 6 bulan yad
Gambar 5.1 Estimasi Realisasi Usaha Tw III-2008 30
160
Indeks Realisasi Usaha
140
20
120 100
10
80
2007
Tw II
Tw III*
Tw I
Tw III
Tw IV
Tw I
2006
Tw II
Tw IV
Tw II
2005
Tw III
Tw I
Tw III
Tw IV
Tw I -10
Tw II
0
Indeks Penghasilan Saat Ini
60
Ekspektasi Penghasilan 6 bulan yad 40
2008
20 -20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
0 2005
-30
2006
2007
2008
Sumber: SK BI Surabaya
Sumber: SKDU BI Surabaya
5.2 PROYEKSI INFLASI JAWA TIMUR Pada
triwulan
III-2008,
Inflasi
Jawa
Timur
diperkirakan
2
meningkat dan berada di kisaran 10,5 ± 1% . Hal ini masih disebabkan adanya peluang tekanan pada inflasi volatile food termasuk faktor imported inflation, serta tingkat ekspektasi masyarakat terhadap inflasi ke depan yang juga meningkat. Pengaruh musiman berupa peningkatan kebutuhan konsumsi masyarakat menjelang bulan puasa dan hari raya Idul Fitri menjadi faktor pendorong tingkat inflasi, disamping tekanan lainnya dari sisi penawaran. Realisasi belanja pemerintah yang cenderung meningkat memasuki semester II 2008 merupakan salah satu sumber tekanan terhadap inflasi yang patut diwaspadai. Disisi lain, persoalan sekitar distribusi dan tata niaga beberapa komoditas utama juga diperkirakan masih menyisakan masalah untuk diselesaikan, termasuk masalah infrastruktur yang belum memadai.
2
Estimasi BI
_________________________________________________________________ Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
85
Bab 5 – Prospek Ekonomi dan Harga
5.3. PROSPEK PERBANKAN TAHUN 2008 Pada triwulan III-2008, industri perbankan memiliki peluang untuk meningkatkan kinerjanya. Struktur dan pondasi sistem perbankan yang cukup baik selama periode semester I 2008 diperkirakan dapat terus berlanjut, terutama ditopang oleh peningkatan fungsi intermediasi oleh perbankan. Disamping itu, optimisme terhadap efektivitas berbagai paket kebijakan
perbankan
diharapkan
dapat
menjadi
stimulus
untuk
pertumbuhan ekonomi dan dapat menjaga kestabilan sistem keuangan. Dari sisi penyaluran kredit, potensi pertumbuhannya pada triwulan III-2008 terus meningkat, seiring dengan pertumbuhan sektor ekonomi produktif di Jawa Timur. Meskipun tren suku bunga menunjukkan peningkatan, namun perbaikan kualitas kredit pada triwulan II-2008 mencerminkan adanya perbaikan repayment capacity debitur yang didukung oleh sikap kehati-hatian perbankan dalam menilai calon debiturnya. Sektor ekonomi produktif seperti sektor perdagangan, sektor industri pengolahan dan sektor pertanian masih menjadi sektor unggulan bagi perbankan untuk dibiayai. Disamping itu, kredit konsumsi juga diperkirakan akan terus meningkat.
_________________________________________________________________ 86 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2008
Lampiran 1.1 PDRB SEKTORAL JAWA TIMUR Berdasarkan Harga Berlaku (Rp juta) SEKTOR 1. PERTANIAN a. Tanaman bahan makanan b. Tanaman perkebunan c. Peternakan dan hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN a. Minyak dan gas bumi b. Pertambangan tanpa migas c. Penggalian 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1) Makanan, minuman dan tembakau 2) Tekstil barang kulit dan alas kaki 3) Barang kayu dan hasil hutan lainnya 4) Kertas dan barang cetakan 5) Kimia dan barang dari karet 6) Semen & barang galian bukan logam 7) Logam dasar besi dan baja 8) Alat angkutan, mesin & peralatannya 9) Barang lainnya 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH a. Listrik b. Gas kota c. Air bersih 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN, HOTEL, DAN REST a. Perdagangan besar & eceran b. Hotel c. Restoran 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. Pengangkutan 1) Angkutan Rel 2) Angkutan jalan raya 3) Angkutan laut 4) Angkutan sungai, danau dan penyeberangan 5) Angkutan udara 6) Jasa penunjang angkutan b. Komunikasi 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA a. Bank b. Lembaga keuangan tanpa bank d. Sewa bangunan e. Jasa perusahaan 9. JASA-JASA a. Pemerintahan umum b. Swasta 1) Sosial dan kemasyarakatan 2) Hiburan dan rekreasi 3) Perorangan dan rumah tangga PDRB Sumber: BPS Jawa Timur * Angka Prediksi
2007
2008
Tw I
Tw II
Tw III
25,556,877 17,646,011 2,313,287 3,608,521 283,316 1,705,742 1,556,509 296,888 182,473 1,077,147 33,346,315 17,398,897 1,466,033 1,086,157 5,307,545 2,212,434 1,154,889 2,927,741 696,860 1,095,761 2,688,572 1,951,482 623,778 113,312 3,836,669 34,596,825 28,438,912 487,503 5,670,411 6,968,719 4,819,077 58,349 2,294,112 316,372 44,559 612,859 1,492,826 2,149,642 5,520,485 1,096,575 746,739 2,117,315 1,559,856 10,211,022 4,249,939 5,961,083 974,632 281,356 4,705,095
21,039,615 11,655,341 2,767,175 3,638,610 445,665 2,532,825 2,635,278 370,096 160,145 2,105,038 36,404,392 19,981,111 1,367,857 1,248,856 4,796,290 2,601,547 1,167,643 3,175,269 831,360 1,234,459 2,455,043 1,835,828 509,608 109,606 4,695,235 38,749,420 31,406,364 942,491 6,400,565 7,240,316 5,100,512 62,067 2,306,970 467,420 48,782 697,479 1,517,795 2,139,804 6,122,418 1,234,901 797,158 2,215,759 1,874,601 10,536,553 4,685,028 5,851,525 1,079,730 334,242 4,437,554
23,352,797 10,268,596 6,065,836 4,136,306 214,528 2,667,530 3,759,114 393,087 191,353 3,174,674 43,432,928 24,637,088 1,239,341 1,474,882 3,811,681 4,808,021 1,430,126 3,142,165 911,971 1,977,653 2,692,177 1,981,867 602,618 107,691 5,137,851 37,939,804 30,617,108 936,866 6,385,831 7,503,873 5,183,333 84,803 2,177,952 435,694 80,984 883,374 1,520,527 2,320,540 6,662,490 1,409,668 953,792 2,504,036 1,794,994 11,314,752 5,370,506 5,944,245 1,117,246 332,621 4,494,378
124,281,993
129,878,270
141,795,786
Tw IV 19,492,373.66 8,082,250.82 3,511,432.10 4,487,634.66 264,388.29 3,146,667.79 3,354,529.87 492,207.23 199,507.64 2,662,815.00 40,631,443.41 22,515,211.83 1,776,581.42 1,793,328.45 4,804,479.98 2,372,274.76 1,261,200.05 2,579,666.82 1,336,723.64 2,191,976.46 2,422,176.13 1,660,218.20 641,657.77 120,300.16 4,309,594.65 42,816,538.21 35,298,641.70 915,854.31 6,602,042.20 7,985,052.67 5,573,401.77 78,583.95 2,352,223.37 548,782.79 54,615.56 830,237.91 1,708,958.19 2,411,650.90 6,423,814.17 1,329,805.52 807,970.06 2,511,468.25 1,774,570.35 11,527,760.75 5,480,926.60 6,046,834.16 1,120,232.41 389,491.89 4,537,109.86 138,963,284
Tw I
Tw II*
28,452,869 19,400,342 2,588,147 4,150,449 308,800 2,005,130 1,764,448 349,669 198,486 1,216,293 37,196,058 19,307,869 1,612,369 1,190,990 5,989,660 2,498,236 1,285,990 3,280,586 815,687 1,214,670 3,096,034 2,098,854 873,612 123,569 4,289,082 40,325,725 33,259,819 530,656 6,535,250 7,772,886 5,303,984 67,091 2,450,524 365,467 50,241 705,890 1,664,770 2,468,903 6,388,330 1,252,157 848,893 2,494,197 1,793,083 11,568,341 4,757,883 6,810,458 1,121,332 319,766 5,369,361
23,546,619 12,622,055 3,151,308 4,250,552 494,666 3,028,038 3,115,277 465,499 188,611 2,461,168 41,441,440 22,772,832 1,518,073 1,419,348 5,609,347 2,911,599 1,300,191 3,494,440 973,122 1,442,488 2,850,370 1,979,974 744,292 126,103 5,248,887 45,667,348 37,044,371 1,054,193 7,568,783 8,371,735 5,999,724 72,731 2,694,956 563,325 55,002 845,205 1,768,504 2,372,011 7,011,816 1,385,410 914,181 2,632,322 2,079,903 12,214,955 5,432,374 6,782,580 1,246,567 383,214 5,152,799
140,853,773
149,468,447
Lampiran 1.2 PDRB SEKTORAL JAWA TIMUR Berdasarkan Harga Konstan 2000 (Rp juta) SEKTOR 1. PERTANIAN a. Tanaman bahan makanan b. Tanaman perkebunan c. Peternakan dan hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN a. Minyak dan gas bumi b. Pertambangan tanpa migas c. Penggalian 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1) Makanan, minuman dan tembakau 2) Tekstil barang kulit dan alas kaki 3) Barang kayu dan hasil hutan lainnya 4) Kertas dan barang cetakan 5) Kimia dan barang dari karet 6) Semen & barang galian bukan logam 7) Logam dasar besi dan baja 8) Alat angkutan, mesin & peralatannya 9) Barang lainnya 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH a. Listrik b. Gas kota c. Air bersih 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN a. Perdagangan besar & eceran b. Hotel c. Restoran 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. Pengangkutan 1) Angkutan Rel 2) Angkutan jalan raya 3) Angkutan laut 4) Angkutan sungai, danau dan penyeberangan 5) Angkutan udara 6) Jasa penunjang angkutan b. Komunikasi 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA a. Bank b. Lembaga keuangan tanpa bank d. Sewa bangunan e. Jasa perusahaan 9. JASA-JASA a. Pemerintahan umum b. Swasta 1) Sosial dan kemasyarakatan 2) Hiburan dan rekreasi 3) Perorangan dan rumah tangga PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Sumber: BPS Jawa Timur * Angka Prediksi
2007
2008
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II*
14,553,592 10,155,697 1,551,824 1,846,807 122,093 877,171 941,500 191,938 121,540 628,022 17,776,943 9,130,369 754,752 516,135 3,240,247 1,240,976 578,811 1,455,099 322,114 538,441 1,261,406 997,645 204,016 59,745 2,046,810 20,382,636 16,685,683 353,547 3,343,406 4,003,839 2,721,254 36,986 1,082,668 160,398 22,152 451,490 967,560 1,282,585 3,272,473 673,250 421,660 1,271,772 905,791 5,647,828 2,256,883 3,390,946 478,077 152,704 2,760,165
11,488,825 6,626,601 1,573,467 1,865,127 188,171 1,235,459 1,453,219 231,023 104,343 1,117,853 18,639,554 10,012,648 683,080 497,267 2,963,316 1,407,313 608,421 1,530,849 383,111 553,549 1,218,060 937,039 218,568 62,454 2,363,156 22,763,244 18,438,496 689,920 3,634,828 4,109,790 2,821,021 41,470 1,080,787 221,960 24,622 479,886 972,296 1,288,769 3,784,412 961,341 451,232 1,289,356 1,082,482 5,739,122 2,459,304 3,279,818 519,443 180,632 2,579,743
12,289,304 5,430,802 3,502,395 2,062,940 78,044 1,215,123 1,936,567 237,288 122,370 1,576,909 20,662,429 10,971,946 606,528 572,432 2,264,026 2,569,084 762,698 1,606,726 402,480 906,509 1,318,767 982,081 275,182 61,505 2,601,528 21,761,941 17,535,048 693,447 3,533,446 4,281,724 2,957,158 54,134 1,158,221 229,496 40,467 497,309 977,531 1,324,566 3,927,093 959,514 492,669 1,408,372 1,066,538 5,993,484 2,795,618 3,197,866 525,946 188,468 2,483,453
9,611,252 4,157,678 1,828,470 2,096,789 101,481 1,426,834 1,693,508 241,817 121,018 1,330,673 19,084,993 10,050,778 827,067 698,095 2,820,292 1,213,528 676,603 1,204,583 616,068 977,978 1,356,401 1,025,271 267,211 63,920 2,128,107 23,662,793 19,277,787 648,022 3,736,983 4,314,861 3,040,857 47,891 1,136,594 280,337 26,522 517,673 1,031,839 1,274,005 3,779,642 1,003,423 416,589 1,398,707 960,923 5,963,380 2,775,359 3,188,021 517,424 204,844 2,465,753
14,867,854 10,252,192 1,602,343 1,949,036 124,723 939,560 1,012,101 220,704 124,643 666,754 18,512,615 9,423,878 780,788 531,184 3,434,071 1,300,237 601,893 1,524,539 353,601 562,424 1,310,262 1,063,094 185,298 61,871 2,098,844 22,106,954 18,165,929 367,485 3,573,541 4,282,629 2,820,685 39,500 1,108,182 161,024 23,095 468,561 1,020,323 1,461,944 3,531,946 721,162 449,559 1,396,248 964,976 5,973,954 2,344,329 3,629,625 516,116 161,443 2,952,065
11,702,985 6,628,721 1,638,483 1,971,872 188,516 1,275,393 1,551,835 252,862 107,706 1,191,266 19,277,066 10,274,298 699,579 509,083 3,115,068 1,457,582 624,259 1,603,870 418,288 575,038 1,305,162 999,933 239,883 65,347 2,410,939 24,597,314 20,017,833 718,813 3,860,668 4,366,098 2,928,525 44,469 1,093,259 231,895 25,767 503,746 1,029,389 1,437,573 4,005,963 1,025,001 484,281 1,387,764 1,108,916 6,038,057 2,568,232 3,469,825 554,692 192,676 2,722,457
69,887,027
71,559,381
74,772,838
71,594,937
73,697,158
75,255,418
Lampiran 1.3 PERTUMBUHAN PDRB SEKTORAL JAWA TIMUR (y-o-y) Berdasarkan Harga Konstan 2000 (%) SEKTOR
2007 Tw I
Tw II
2008 Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II*
1. PERTANIAN a. Tanaman bahan makanan b. Tanaman perkebunan c. Peternakan dan hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN a. Minyak dan gas bumi b. Pertambangan tanpa migas c. Penggalian 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1) Makanan, minuman dan tembakau 2) Tekstil barang kulit dan alas kaki 3) Barang kayu dan hasil hutan lainnya 4) Kertas dan barang cetakan 5) Kimia dan barang dari karet 6) Semen & barang galian bukan logam 7) Logam dasar besi dan baja 8) Alat angkutan, mesin & peralatannya 9) Barang lainnya 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH a. Listrik b. Gas kota c. Air bersih 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN a. Perdagangan besar & eceran b. Hotel c. Restoran 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. Pengangkutan 1) Angkutan Rel 2) Angkutan jalan raya 3) Angkutan laut 4) Angkutan sungai, danau dan penyeberangan 5) Angkutan udara 6) Jasa penunjang angkutan b. Komunikasi 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA a. Bank b. Lembaga keuangan tanpa bank d. Sewa bangunan e. Jasa perusahaan 9. JASA-JASA a. Pemerintahan umum b. Swasta 1) Sosial dan kemasyarakatan 2) Hiburan dan rekreasi 3) Perorangan dan rumah tangga
2.83 2.02 2.48 5.62 20.74 5.20 8.61 15.41 2.66 7.88 4.16 2.95 2.01 4.27 7.87 5.12 -1.43 5.55 3.40 7.45 11.72 7.30 44.26 3.25 -0.08 8.23 8.88 -0.55 6.10 6.90 3.51 1.95 2.13 6.54 4.23 1.59 5.60 14.88 7.96 6.97 6.55 9.34 7.44 5.65 3.97 6.80 7.99 6.46 6.62
2.79 1.18 3.69 6.53 -7.85 6.94 11.09 34.12 5.12 7.83 4.60 3.49 3.66 0.71 9.60 5.86 -3.14 6.07 9.89 2.73 11.95 5.82 52.98 4.79 1.97 8.37 8.87 1.19 7.34 8.63 5.65 3.27 2.10 29.17 7.41 1.73 7.45 15.76 9.38 8.43 7.91 10.78 9.19 5.92 4.39 7.09 7.77 8.11 6.88
3.61 1.77 3.24 7.06 2.55 7.58 10.01 35.29 10.88 6.94 4.78 3.26 2.25 -1.33 8.77 5.87 4.10 5.76 40.55 3.56 16.21 5.75 86.48 5.02 1.93 8.43 8.98 0.98 7.28 8.01 5.31 12.12 2.42 28.48 7.67 1.43 5.98 14.55 8.17 6.11 11.34 10.37 5.83 6.26 5.01 7.37 7.97 11.97 6.91
3.40 1.28 3.27 5.11 5.88 7.37 11.43 41.86 3.44 7.98 4.98 3.39 2.76 -1.17 8.34 5.22 5.53 5.72 32.13 3.63 7.81 4.31 24.75 4.66 0.76 8.50 9.01 1.36 7.23 7.55 4.81 9.92 2.05 8.46 6.55 5.92 6.16 14.71 8.32 7.55 11.09 9.91 5.74 5.67 4.72 6.51 6.74 8.81 6.27
2.16 0.95 3.26 5.54 2.15 7.11 7.50 14.99 2.55 6.17 4.14 3.21 3.45 2.92 5.98 4.78 3.99 4.77 9.78 4.45 3.87 6.56 -9.17 3.56 2.54 8.46 8.87 3.94 6.88 6.96 3.65 6.80 2.36 0.39 4.26 3.78 5.45 13.98 7.93 7.12 6.62 9.79 6.53 5.77 3.87 7.04 7.96 5.72 6.95
1.86 0.03 4.13 5.72 0.18 3.23 6.79 9.45 3.22 6.57 3.42 2.61 2.42 2.38 5.12 3.57 2.60 4.77 9.18 3.88 7.15 6.71 9.75 4.63 2.02 8.06 8.57 4.19 6.21 6.24 3.81 7.23 1.15 4.48 4.65 4.97 5.87 11.55 5.85 6.62 7.32 7.63 2.44 5.21 4.43 5.79 6.79 6.67 5.53
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
5.54
6.21
6.31
6.35
5.45
5.16
Sumber: BPS Jawa Timur * Angka Prediksi
Lampiran 1.4 SUMBANGAN PDRB SEKTORAL JAWA TIMUR Berdasarkan Harga Konstan 2000 (%) SEKTOR
2007
2008
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II*
1. PERTANIAN a. Tanaman bahan makanan b. Tanaman perkebunan c. Peternakan dan hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN a. Minyak dan gas bumi b. Pertambangan tanpa migas c. Penggalian 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1) Makanan, minuman dan tembakau 2) Tekstil barang kulit dan alas kaki 3) Barang kayu dan hasil hutan lainnya 4) Kertas dan barang cetakan 5) Kimia dan barang dari karet 6) Semen & barang galian bukan logam 7) Logam dasar besi dan baja 8) Alat angkutan, mesin & peralatannya 9) Barang lainnya 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH a. Listrik b. Gas kota c. Air bersih 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN a. Perdagangan besar & eceran b. Hotel c. Restoran 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. Pengangkutan 1) Angkutan Rel 2) Angkutan jalan raya 3) Angkutan laut 4) Angkutan sungai, danau dan penyeberangan 5) Angkutan udara 6) Jasa penunjang angkutan b. Komunikasi 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA a. Bank b. Lembaga keuangan tanpa bank d. Sewa bangunan e. Jasa perusahaan 9. JASA-JASA a. Pemerintahan umum b. Swasta 1) Sosial dan kemasyarakatan 2) Hiburan dan rekreasi 3) Perorangan dan rumah tangga
1.15 0.81 0.12 0.15 0.01 0.07 0.07 0.02 0.01 0.05 1.41 0.72 0.06 0.04 0.26 0.10 0.05 0.12 0.03 0.04 0.10 0.08 0.02 0.00 0.16 1.62 1.32 0.03 0.27 0.32 0.22 0.00 0.09 0.01 0.00 0.04 0.08 0.10 0.26 0.05 0.03 0.10 0.07 0.45 0.18 0.27 0.04 0.01 0.22
1.00 0.57 0.14 0.16 0.02 0.11 0.13 0.02 0.01 0.10 1.62 0.87 0.06 0.04 0.26 0.12 0.05 0.13 0.03 0.05 0.11 0.08 0.02 0.01 0.20 1.97 1.60 0.06 0.32 0.36 0.24 0.00 0.09 0.02 0.00 0.04 0.08 0.11 0.33 0.08 0.04 0.11 0.09 0.50 0.21 0.28 0.05 0.02 0.22
1.04 0.46 0.30 0.17 0.01 0.10 0.16 0.02 0.01 0.13 1.74 0.93 0.05 0.05 0.19 0.22 0.06 0.14 0.03 0.08 0.11 0.08 0.02 0.01 0.22 1.84 1.48 0.06 0.30 0.36 0.25 0.00 0.10 0.02 0.00 0.04 0.08 0.11 0.33 0.08 0.04 0.12 0.09 0.51 0.24 0.27 0.04 0.02 0.21
0.85 0.37 0.16 0.19 0.01 0.13 0.15 0.02 0.01 0.12 1.69 0.89 0.07 0.06 0.25 0.11 0.06 0.11 0.05 0.09 0.12 0.09 0.02 0.01 0.19 2.10 1.71 0.06 0.33 0.38 0.27 0.00 0.10 0.02 0.00 0.05 0.09 0.11 0.34 0.09 0.04 0.12 0.09 0.53 0.25 0.28 0.05 0.02 0.22
1.10 0.76 0.12 0.14 0.01 0.07 0.07 0.02 0.01 0.05 1.37 0.70 0.06 0.04 0.25 0.10 0.04 0.11 0.03 0.04 0.10 0.08 0.01 0.00 0.16 1.64 1.34 0.03 0.26 0.32 0.21 0.00 0.08 0.01 0.00 0.03 0.08 0.11 0.26 0.05 0.03 0.10 0.07 0.44 0.17 0.27 0.04 0.01 0.22
0.80 0.45 0.11 0.14 0.01 0.09 0.11 0.02 0.01 0.08 1.32 0.71 0.05 0.03 0.21 0.10 0.04 0.11 0.03 0.04 0.09 0.07 0.02 0.00 0.17 1.69 1.37 0.05 0.26 0.30 0.20 0.00 0.08 0.02 0.00 0.03 0.07 0.10 0.27 0.07 0.03 0.10 0.08 0.41 0.18 0.24 0.04 0.01 0.19
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
5.54
6.21
6.31
6.35
5.45
5.16
Sumber: BPS Jawa Timur * Angka Prediksi
Lampiran 3.1 PERKEMBANGAN BANK UMUM JAWA TIMUR Rp Juta 2007
BANK UMUM TW I A Jaringan Kantor 1 Jumlah Bank 2 Jaringan Kantor 3 Jumlah BPR B Kondisi Keuangan 1 Total Asset a. Bank Pemerintah b. Bank Swasta c. Bank Asing 2 Kredit (Baki debet) a. Bank Pemerintah b. Bank Swasta c. Bank Asing Per jenis Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumsi Per Sektor Tani Tambang Industri Listrik,Gas Konstruksi Dagang/Hotel Angkut/Komnikasi JS.Dunia JS.Sosial Lain-2 3 Dana a. Bank Pemerintah b. Bank Swasta c. Bank Asing GIRO a. Bank Pemerintah b. Bank Swasta c. Bank Asing DEPOSITO a. Bank Pemerintah b. Bank Swasta c. Bank Asing TABUNGAN a. Bank Pemerintah b. Bank Swasta c. Bank Asing 4 LDR a. Bank Pemerintah b. Bank Swasta c. Bank Asing 5 NPL Bank Umum a. Bank Pemerintah b. Bank Swasta c. Bank Asing 6 kredit U K M a. Bank Pemerintah b. Bank Swasta c. Bank Asing 7 NPL UKM a. Bank Pemerintah b. Bank Swasta c. Bank Asing 8 KUK a. Bank Pemerintah b. Bank Swasta c. Bank Asing 9 Kredit ekspor a. Bank Pemerintah b. Bank Swasta c. Bank Asing NPL a. Bank Pemerintah b. Bank Swasta c. Bank Asing 10 Kredit Property a. Bank Pemerintah b. Bank Swasta c. Bank Asing NPL NPL %
TW II 68 2,340 335
146,667,121 64,149,054 71,438,390 11,079,677 74,851,747 37,270,784 30,869,356 6,711,607 74,851,747 47,816,158 9,117,693 17,917,896 74,851,747 3,450,083 174,206 21,764,993 106,500 2,666,814 21,673,519 1,228,303 4,336,401 1,148,719 18,302,209 128,612,237 55,127,286 65,470,215 8,014,736 24,856,826 12,582,948 9,556,842 2,717,036 61,442,097 21,311,809 35,421,432 4,708,856 42,313,314 21,232,529 20,491,941 588,844 58.20% 67.61% 47.15% 83.74% 6.26% 9.72% 3.03% 1.88% 39,334,061 15,732,244 22,644,810 957,008 5.32% 8.23% 3.32% 4.62% 17,208,080 13,550,156 3,649,069 8,855 2,848,465 1,241,845 622,884 983,736 112,524 80,030 3,391 29,103 6,979,742 3,477,695 3,415,891 86,156 307,879 4.41 6,979,742
2008 TW III
68 2,344 335 153,836,677 68,306,904 72,624,718 12,905,055 78,938,504 40,226,422 32,846,812 5,865,270 78,938,504 50,120,398 10,146,708 18,671,398 78,938,504 4,079,071 169,358 21,811,730 124,477 2,912,244 23,467,983 1,385,207 4,704,955 1,232,952 19,050,527 133,460,353 58,328,661 65,384,893 9,746,799 29,431,202 14,773,189 10,361,625 4,296,388 59,282,631 21,163,733 33,463,487 4,655,411 44,746,520 22,391,739 21,559,781 795,000 59.15% 68.97% 50.24% 60.18% 5.93% 8.28% 3.52% 3.25% 42,149,610 17,038,812 24,057,807 1,052,991 5.66% 8.21% 3.89% 4.70% 18,394,546 14,490,366 3,895,477 8,703 3,500,654 1,747,428 612,721 1,140,505 207,165 102,024 63,538 41,603 7,314,677 3,637,497 3,581,599 95,581 304,360 4.16 7,314,677
TW IV
TW I
TW II
68 2,384 337
69 2,403 337
70 2,472 337
70 2,492 337
159,989,412 71,630,029 76,057,469 12,301,914 85,981,733 41,893,444 36,990,254 7,098,035 85,981,733 56,118,393 9,711,924 20,151,416 85,981,733 4,439,123 190,649 24,624,115 125,582 2,843,554 25,197,374 1,475,034 5,345,055 1,189,392 20,551,855 137,280,908 60,629,732 67,743,846 8,907,330 31,051,034 16,404,184 11,797,474 2,849,376 59,123,667 20,832,295 33,099,650 5,191,722 47,106,207 23,393,253 22,846,722 866,232 62.63% 69.10% 54.60% 79.69% 4.95% 6.93% 3.17% 2.50% 45,118,424 18,399,593 25,497,355 1,221,476 5.29% 7.50% 3.75% 4.19% 19,619,706 15,444,305 4,127,459 47,942 3,544,241 1,796,965 640,308 1,106,968 205,323 100,637 62,599 42,087 7,823,097 3,901,789 3,825,876 95,432 309,704 3.96 7,823,097
167,474,291 73,665,513 81,413,898 12,394,880 92,147,710 43,221,411 40,728,820 8,197,479 92,147,710 60,213,810 10,571,595 21,362,305 92,147,710 3,963,616 220,866 27,417,140 174,535 2,925,529 27,100,480 1,701,739 5,723,745 1,156,802 21,763,258 143,548,428 61,825,046 72,335,279 9,388,103 28,918,594 14,747,031 11,560,131 2,611,432 61,071,467 19,791,072 35,425,886 5,854,509 53,558,367 27,286,943 25,349,262 922,162 64.19% 69.91% 56.31% 87.32% 4.44% 6.21% 2.74% 3.55% 47,753,300 19,591,172 26,873,705 1,288,423 4.90% 6.86% 3.35% 7.36% 19,129,969 14,838,761 4,218,857 72,351 4,516,712 1,833,225 720,552 1,962,935 167,012 49,708 64,464 52,840 8,264,841 4,018,119 4,085,939 160,783 258,230 3.12 8,264,841
166,386,598 71,893,848 79,258,565 15,234,185 95,095,487 44,307,038 41,583,650 9,204,799 95,095,487 62,568,643 10,370,697 22,156,147 95,095,487 4,089,860 307,327 29,615,859 189,946 2,935,751 27,219,383 1,755,565 5,237,143 1,188,922 22,555,731 142,926,240 61,890,910 70,482,383 10,552,947 30,185,870 14,954,229 12,281,076 2,950,565 60,162,259 20,198,945 33,435,999 6,527,315 52,578,111 26,737,736 24,765,308 1,075,067 66.53% 71.59% 59.00% 87.22% 3.40% 4.07% 2.69% 3.46% 49,124,635 20,433,538 26,970,539 1,720,558 4.61% 6.07% 3.40% 6.15% 20,493,210 16,141,237 4,244,227 107,746 4,130,475 2,078,958 816,078 1,235,439 213,666 85,331 59,806 68,529 8,856,162 4,536,825 4,070,421 248,916 286,591 3.24 8,856,162
177,178,874 76,398,509 85,428,529 15,351,836 105,248,297 50,382,032 45,037,651 9,828,614 105,248,297 69,143,728 12,141,174 23,963,395 105,248,297 4,326,218 351,028 33,560,923 232,502 3,295,873 30,212,132 1,931,983 5,683,054 1,198,479 24,456,105 150,226,452 65,229,005 74,472,168 10,525,279 31,157,981 15,496,622 13,700,951 1,960,408 62,579,372 20,897,055 35,181,784 6,500,533 56,489,099 28,835,328 25,589,433 2,064,338 70.06% 77.24% 60.48% 93.38% 3.09% 3.62% 2.44% 3.32% 54,452,081 23,173,550 29,436,931 1,841,600 4.18% 5.43% 3.09% 5.97% 19,684,991 15,266,962 4,322,817 95,212 5,713,181 2,228,804 840,540 2,643,837 207,804 85,072 63,818 58,914 9,568,587 4,934,154 4,363,821 270,612 290,462 3.04 9,568,587
Lampiran 3.2 PERKEMBANGAN BANK SYARIAH JAWA TIMUR Rp Juta URAIAN A
JARINGAN KANTOR Jumlah bank Jumlah Kantor
2007 TW I
TW II
2008 TW III
TW IV
TW I
TW II
3 47
3 49
3 51
3 54
3 54
3 55
1,695,807
1,756,605
2,040,791
2,235,297
2,425,671
2,648,080
1,377,660
1,487,243
1,634,661
1,766,455
1,939,221
2,180,887
Jenis Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumsi
1,377,660 672,715 252,726 452,219
1,487,243 775,654 251,582 460,007
1,634,661 809,976 282,161 542,524
1,766,455 842,349 272,158 651,948
1,939,221 865,386 264,758 809,077
2,180,887 996,791 270,210 913,886
Per Sektor Usaha Pertanian Pertambangan Perindustrian Listrik, air dan Gas Konstruksi Perdagangan Angkutan Jasa Dunia Jasa Sosial Lain-lain
1,377,660 7,874 3,845 69,249 0 94,093 160,334 15,018 495,539 79,318 452,390
1,487,243 6,696 3,784 61,340 0 101,008 194,073 14,425 556,313 89,426 460,178
1,634,661 6,583 3,712 103,326 0 108,076 137,621 13,210 603,842 115,596 542,695
1,766,455 29,644 3,542 115,336 870 60,720 152,859 13,114 607,313 130,938 652,119
1,939,221 37,937 6,801 120,252 2,206 46,549 147,377 13,512 566,056 189,283 809,248
2,180,887 48,079 8,367 119,944 4,764 48,625 190,123 13,341 633,271 200,487 913,886
3.24
6.50
3.82
2.60
2.38
2.10
1,348,842 99,706 577,598 671,538
1,383,914 115,195 598,495 670,224
1,552,211 186,922 674,480 690,809
1,678,632 168,558 778,565 731,509
1,846,234 168,672 912,142 765,420
1,912,999 186,789 937,289 788,921
102.14
107.47
105.31
105.23
105.04
A KONDISI KEUANGAN 1 Asset 2 Pembiayaan
3 NPF (%) 4 Dana Giro Tabungan deposito 4 FDR (%)
114.00