KAJIAN EKONOM I REGIONAL JAWA TIM UR
TRIWULAN II - 2014
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV
Penerbit : Kant or Perw akilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl.Pahlaw an No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011 psw . 8301/8258 Fax : 031-3554178 Email :
[email protected]
Bahan sof t copy dari kajian ini dapat di dow nload pada w eb BI (ht t p://w w w .bi.go.id )
Visi, M isi dan Nilai St rat egis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia : M enjadi lembaga bank sent ral yang kredibel dan t erbaik di regional melalui penguat an nilai-nilai st rat egis yang dimiliki sert a pencapaian inf lasi yang rendah dan nilai t ukar yang st abil
M isi Bank Indonesia : 1. M encapai st abilit as nilai rupiah dan menjaga ef ekt ivit as t ransmisi kebijakan monet er unt uk mendorong pert umbuhan ekonomi yang berkualit as. 2. M endorong sist em keuangan nasional bekerja secara ef ekt if dan ef isien sert a mampu bert ahan t erhadap gejolak int ernal dan ekst ernal unt uk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkont ribusi pada pert umbuhan dan st abilit as perekonomian nasional. 3. M ew ujudkan sist em pembayaran yang aman, ef isien, dan lancar yang berkont ribusi t erhadap perekonomian, st abilit as monet er dan st abilit as sist em keuangan dengan memperhat ikan aspek perluasan akses dan kepent ingan nasional. 4. M eningkat kan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung t inggi nilai-nilai st rat egis dan berbasis kinerja, sert a melaksanakan t at a kelola (governance) yang berkualit as dalam rangka melaksanakan t ugas yang diamanat kan UU. Nilai
Nilai St rat egis :
Trust and Int egrit y
Prof essionalism
Excellence
Public Int erest
Visi dan M isi Kant or Perw akilan Bank Indonesia Wilayah IV (Jaw a Timur) M isi Kant or Kant or Perw akilan Bank Indonesia Wilayah IV:
dan sist em pembayaran secara ef isien dan opt imal sert a memberikan saran kepada Pemda dan lembaga t erkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.
Visi Kant or Perw akilan Bank Indonesia Wilayah IV:
peningkat an
peran dalam
menjalankan t ugas-t ugas Bank Indonesia yang
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang M aha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II - 2014 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat w aktu. Kajian triw ulanan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi stakeholders eksternal maupun internal yang berkaitan dengan perkembangan perekonomian, perbankan dan sistem pembayaran di Jaw a Timur baik pada triw ulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah Provinsi Jaw a Timur didasarkan pada data dan informasi yang diperoleh dari berbagai pihak seperti perbankan dan instansi di lingkungan pemerintah daerah, BUM N maupun sw asta. Atas seluruh bantuan tersebut kami mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Harapan kami, hubungan kemitraan yang terjalin selama ini dapat lebih ditingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dan saran untuk lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan kemanfaatan yang maksimal. Semoga Tuhan Yang M aha Pemurah selalu memberikan kekuatan dan kemudahan kepada kita semua dalam memberikan kontribusi yang terbaik bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Jaw a Timur pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Surabaya, 13 Agustus 2014 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV (JAWA TIM UR)
Dw i Pranoto Direktur Eksekutif
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GRAFIK
iv
RINGKASAN EKSEKUTIF
ix
INDIKATOR M AKRO EKONOM I JAWA TIM UR
xiii
INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIM UR
xiv
DAFTAR ISTILAH
xv
DAFTAR SINGKATAN BAB 1
xviii
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL 1.1
1
PERTUM BUHAN EKONOM I JAWA TIM UR TW. I 2014
1
1.1.1
SISI PERM INTAAN
2
a.
Konsumsi
3
b.
Invest asi
6
c.
Ekspor - Impor
10
c.1
Ekspor Impor Ant ar Daerah
10
c.2
Ekspor Impor Luar Negeri
11
1.1.2
SISI PENAWARAN
13
a.
Sekt or Perdagangan, Hot el & Rest oran
15
b.
Sekt or Indust ri Pengolahan
17
c.
Pert anian
20
d.
Keuangan, Persew aan dan Jasa
22
e.
Bangunan
23
f.
Pengangkut an dan Komunikasi
25
BOKS 1 KINERJA EKSPOR M ANUFAKTUR JAWA TIM UR: PROSPEK DAN TANTANGANNYA BOKS 2 IDENTIFIKASI DINI PERGESERAN EKONOM I SEKTORAL DI JAWA TIM UR BOKS 3 POLA KONSUM SI DAN PERPUTARAN UANG M ENJELANG LEBARAN
BAB 2
PERKEM BANGAN INFLASI
26
2.1
KONDISI UM UM
26
2.2
INFLASI BULANAN (mt m)
27
2.3
INFLASI TRIWULAN (qt q)
32
2.4
INFLASI TAHUNAN (yoy)
35
2.5
INFLASI M ENURUT KOTA
37
2.6
DISAGREGASI INFLASI
40
BOKS 4 KONEKTIVITAS DAERAH UNTUK M ENINGKATKAN PERDAGANGAN ANTAR DAERAH i
BAB 3
PERKEM BANGAN PERBANKAN &SISTEM PEM BAYARAN 3.1
3.2
BAB 4
46
3.1.1.
ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF
46
3.1.2.
DANA PIHAK KETIGA (DPK)
49
3.1.3.
KREDIT
49
3.1.4
KREDIT USAHA M IKRO KECIL M ENENGAH (UM KM )
57 60
3.2.1.
RISIKO KREDIT
61
3.3
PERBANKAN SYARIAH
61
3.4
BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
64
3.5
BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA
66
3.6
PERKEM BANGAN SISTEM PEM BAYARAN
69
3.6.1
TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI
69
3.6.2
TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI
74
PERKEM BANGAN KEUANGAN DAERAH
80
4.1
UM UM
80
4.2
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA TIM UR
80
4.2.1
Pendapat an Daerah
81
4.2.2
Realisasi Pendapat an Daerah
83
4.2.3
Belanja Daerah
84
4.2.4
Realisasi Belanja Daerah
86
APBD PROVINSI DAN KABUPATEN KOTA JAWA TIM UR
88
KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT
90
5.1
UM UM
90
5.2
KETENAGAKERJAAN
90
5.2.1
Dat a Ket enagakerjaan Jaw a Timur
90
5.2.2
Survei Kegiat an Dunia Usaha (SKDU)
93
KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT PEDESAAN
95
5.3.1
Kesejaht eraan Pet ani
95
5.3.2
Kesejaht eraan Nelayan
97
5.3
5.4
BAB 6
PERKEM BANGAN KINERJA BANK UM UM
STABILITAS SISTEM PERBANKAN
4.3 BAB 5
45
PROFIL KEM ISKINAN JAWA TIM UR
PERKIRAAN EKONOM I DAN HARGA
98
102
6.1
PERKIRAAN PERTUM BUHAN EKONOM I JAWA TIM UR
102
6.2
PERKIRAAN INFLASI JATIM
104
6.3
PROSPEK EKONOM I JAWA TIM UR TAHUN 2014
106
6.4
PROSPEK INFLASI JAWA TIM UR TAHUN 2014
107
ii
DAFTAR TABEL Tabel 1.1
Pert umbuhan Ekonomi Jaw a Timur (Sisi Permint aan)
2
Tabel 1.2
Pert umbuhan Ekonomi Jaw a Timur (Sisi Penaw aran)
14
Tabel 2.1
Inf lasi Triw ulan I Tahun 2014 & Triw ulan II 2014 di Jaw a Timur (mt m)
27
Tabel 2.2
Inf lasi & Sumbangan Inf lasi di Jaw a Timur (qt q)
32
Tabel 2.3
Inf lasi Jaw a Timur (yoy) Per Kelompok Barang
35
Tabel 2.4
Inf lasi 8 Kot a di Jaw a Timur
38
Tabel 2.5
Inf lasi 8 Kot a di Jaw a Timur per Kelompok Barang & Jasa Triw ulan II-2014 (% yoy)
39
Tabel 2.6
Sumbangan Inf lasi 8 Kot a di Jaw a Timur per Kelompok Barang & Jasa Triw ulan II2014 (% yoy)
39
Tabel 2.7
Komodit as Penyumbang Inf lasi dan Delasi Kel. Administ ered Price
43
Tabel 3.1
Perkembangan Indikat or Perbankan ( Bank Umum & BPR ) di Jaw a Timur
45
Tabel 3.2
Perkembangan Indikat or Bank Umum di Jaw a Timur
47
Tabel 3.3
Perkembangan NPL per Kelompok Bank
70
Tabel 3.4
Perkembangan NPL Perbankan
61
Tabel 3.5
Perkembangan Indikat or Bank Berkant or Pusat Di Surabaya
79
Tabel 3.6
Perkembangan Arus Uang Tunai (Inf low -Out f low ) Kant or Bank Indonesia
80
Tabel 3.7
Perput aran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw .IV - 2013
80
Tabel 4.1
81
Tabel 4.3
Anggaran Pendapat an Daerah Provinsi Jaw a Timur 2013 (Jut a Rupiah) Realisasi Anggaran Pendapat an Belanja Daerah Prov.Jat im Triw ulan 2013 (jut a Rupiah) Anggaran Belanja Daerah Prov.Jaw a Timur Tahun 2013
Tabel 4.4
Realisasi Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jaw a Timur Tahun 2013
86
Tabel 4.5
APBD Provinsi dan Kabupat en Kot a Jat im
88
Tabel 5.1
Kondisi Ket enagakerjaan di Jaw a Timur Perkembangan Penggunaan Reanaga Kerja Survei Kegiat an Dunia Usaha SKDU Jaw a Timur
91
Tabel 4.2
Tabel 5.2 Tabel 5.3
Nilai Tukar Pet ani di Jaw a
83 84
94 95 iii
Tabel 5.4
Nilai Tukar Nelayan Jaw a
Tabel 5.5
Garis Kemiskinan, Jumlah & Persent ase Penduduk M iskin
Tabel 5.6 Tabel 6.1
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Jaw a Timur M enurut Daerah Tendensi Arah Inf lasi dan Fakt or Risiko
98 100 101 105
iv
DAFTAR GRAFIK Graf ik 1.1
Pert umbuhan Ekonomi Sisi Permint aan
2
Graf ik 1.2
St rukt ur Perekonomian Prov. Jaw a Timur
2
Graf ik 1.3
Pert umbuhan Konsumsi dan Invest asi
3
Graf ik 1.4
Pert umbuhan Ekspor Impor
3
Graf ik 1.5
Indeks Omset Riil (SPE)
4
Graf ik 1.6
Konsumsi List rik Rumah Tangga
4
Graf ik 1.7
Indeks kondisi Ekonomi saat ini (IKE)
4
Graf ik 1.8
Kinerja Kredit Konsumsi
4
Graf ik 1.9
Komposisi Kredit Konsumsi (Rumah dan M obil)
5
Graf ik 1.10
Penyaluran Kredit Konsumsi (Rumah dan M obil)
5
Graf ik 1.11
Survei Konsumen Kondisi saat ini
5
Graf ik 1.12
Survei Konsumen Ekspekt asi M asyarakat
5
Graf ik 1.13
Impor Barang Konsumsi
6
Graf ik 1.14
Simpanan Perorangan di Perbankan
6
Graf ik 1.15
Nilai Proyek PM A
7
Graf ik 1.16
Nilai Proyek PM DN
7
Graf ik 1.17
Jumlah Proyek PM A
7
Graf ik 1.18
Jumlah Proyek PM DN
7
Graf ik 1.19
Kinerja PM TB (Invest asi Sekt or Riil)
8
Graf ik 1.20
Penyaluran Kredit Invest asi
8
Graf ik 1.21
Perkembangan Impor Barang M odal
8
Graf ik 1.22
Realisasi Pendapat an & Belanja TW. I 2014
8
Graf ik 1.23
Rencana & Realisasi Invest asi
9
Graf ik 1.24
Konsumsi Semen
9
Graf ik 1.25
Impor Barang M odal
9
Graf ik 1.26
Komposisi Impor Barang M odal
9
Graf ik 1.27
Kinerja Ekspor Impor Jat im
10
Graf ik 1.28
Kinerja M anuf akt ur Kaw asan Eropa
10
Graf ik 1.29
Kinerja Perdagangan LN dan DN
11
Graf ik 1.30
Bongkar M uat Ekspor DN
11
Graf ik 1.31
Kinerja Perdagangan LN dan DN
12
Graf ik 1.32
Neraca Perdagangan Ekspor LN
12
Graf ik 1.33
Negara Ut ama Tujuan Ekspor
12
Graf ik 1.34
Bongkar M uat Ekspor DN
12
Graf ik 1.35
Kinerja Ekspor Impor LN
13 v
Graf ik 1.36
Komposisi Impor LN
13
Graf ik 1.37
Pert umbuhan Tiga sekt or Ut ama
14
Graf ik 1.38
Pert umbuhan Sekt or Pendukung
14
Graf ik 1.39
Pert umbuhan Sekt or pendukung
14
Graf ik 1.40
Ut ilisasi kapasit as produksi
15
Graf ik 1.41
Ut ilisasi kapasit as produksi sekt oral
15
Graf ik 1.42
Indeks realisasi Usaha
15
Graf ik 1.43
Indeks realisasi Usaha Sekt oral
15
Graf ik 1.44
Pert umbuhan Subsekt or PHR
17
Graf ik 1.45
TPK Hot el Berbint ang dan Jumlah Wisman
17
Graf ik 1.46
Lama Wisat aw an M enginap di Hot el
17
Graf ik 1.47
Konsumsi List rik Golongan Bisnis
17
Graf ik 1.48
Pert umbuhan Sekt or Indust ri Pengolahan
19
Graf ik 1.49
Perkembangan Impor Bahan Baku dan Barang M odal
19
Graf ik 1.50
Konsumsi List rik Golongan indust ri
19
Graf ik 1.51
Pert umbuhan Subsekt or Pert anian
21
Graf ik 1.52
Luas Lahan Tanam dan Panen Padi
21
Graf ik 1.53
Luas Lahan Tanam dan PanenJagung di Jat im
21
Graf ik 1.54
Luas Lahan Puso di Jat im
22
Graf ik 1.55
Pert umbuhan Subsekt or Keuangan
22
Graf ik 1.56
Perkembangan Kredit Perbankan di Jat im
22
Graf ik 1.57
Volume Penjualan semen di jat im
24
Graf ik 1.58
Pert umbuhan dan Suku Bunga KPR
24
Graf ik 1.59
Indeks Harga Propert i Residensial
24
Graf ik 1.60
Rat a-Rat a Pembangunan Propert i Residensial
24
Graf ik 1.61
Arus Penumpang di Tanjung Perak
25
Graf ik 1.62
Arus Barang di Tanjung Perak
25
Graf ik 1.63
Penumpang Domest ik di Bandara Juanda
25
Graf ik 1.64
Penumpang Int ernasional di Bandara Juanda
25
Graf ik 2.1
Inf lasi Jaw a Timur & Nasional (yoy)
26
Graf ik 2.2
Perkembangan Inf lasi Jaw a Timur
26
Graf ik 2.3
Disagregasi Inf lasi Jaw a Timur (yoy)
26
Graf ik 2.4
Perbandingan Inf lasi di Kaw asan Jaw a (yoy)
26
Graf ik 2.5
Inf lasi per Kelompok Barang Tw II-2014 (mt m)
28
Graf ik 2.6
Inf lasi April 2014 per Kelompok Barang (mt m)
28
Graf ik 2.7
Inf lasi M ei 2014 per Kelompok Barang (mt m)
28
Graf ik 2.8
Inf lasi Juni 2014 per Kelompok Barang (mt m)
28 vi
Graf ik 2.9
Inf lasi Komodit as Bumbu-bumbuan (mm)
29
Graf ik 2.10
Inf lasi Sub Kelompok Padi-padian (mt m)
29
Graf ik 2.11
Inf lasi Daging dan elur (mt m)
30
Graf ik 2.12
Inf lasi Transport asi (mt m) Inf lasi Kelompok Sandang (mt m)
30 32
Inf lasi Tarip Lisrik (mt m)
32 33
Graf ik 2.16
Inf lasi (qt q) Sub Kelompok Bahan M akanan Inf lasi (qt q) Sub Kelompok Bahan M akanan
Graf ik 2.17
Inf lasi (qt q) Sub Kelompok M akanan, M inuman, Rokok dan Tembakau
Graf ik 2.18 Graf ik 2.19
Inf lasi (qt q) Sub Kelompok Perumahan, Air, List rik, Gas dan Bahan Bakar Komodit as Penyumbang Inf lasi Sub Kelompok Tembakau dan M inuman Beralkohol (qt q)
34
Graf ik 2.20
Inf lasi Sub Kelompok Telur, Susu, dan Hasil-hasilnya (qt q)
34
Graf ik 2.21
Inf lasi Sub Kelompok Daging dan Hasil-hasilnya (qt q)
35
Graf ik 2.13 Graf ik 2.14 Graf ik 2.15
33 33 33
36
Graf ik 2.22 Inf SubMKelompok Inf lasi lasi Tahunan Kelompok(yoy) Bahan akanan, M2013-2014 akanan Jadi, Sandang dan Transpor (yoy) 2010-2014
36
Inf lasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan M akanan Tahun 2013-2014
37
Graf ik 2.25
Inf lasi (yoy) Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
37
Graf ik 2.26
Perbandingan Inf lasi Tahunan (mt m) 8 Kot a di Jaw a Timur
38
Graf ik 2.27
Perbandingan Inf lasi Tahunan (yoy) 8 Kot a di Jaw a Timur
38
Graf ik 2.28
Disagregasi Inf lasi Jaw a Timur (yoy)
40
Graf ik 2.29
Perbandingan Disagregasi Inf lasi Jat im & Rat a-rat anya (yoy)
Graf ik 2.30
Perbandingan Disagregasi Inf lasi Jat im (mt m)
40 40
Graf ik 2.31
Disagregasi Inf lasi Jat im (mt m)
40
Graf ik 2.32
Indeks Keyakinan & Ekspekt asi Konsumen
43
Graf ik 2.33
Ekspekt asi Harga Pedagang yang akan dat ang
43
Graf ik 3.1
Perkembangan LDR
48
Graf ik 3.2
Perkembangan LDR per Kelompok Bank
48
Graf ik 3.3
Pert umbuhan Indikat or Ut ama Perbankan (yoy)
48
Graf ik 3.4
Perkembangan Tot al Aset Bank Umum
49
Graf ik 3.5
Proporsi Aset Bank Umum
49
Graf ik 3.6
Pert umbuhan DPK Bank Umum
49
Graf ik 3.7
Pert umbuhan Dana Pihak Ket iga (y-o-y)
50
Graf ik 3.8
Pert umbuhan Dana Pihak Ket iga (qt q)
50
Graf ik 2.23 Graf ik 2.24
vii
Graf ik 3.9
Perkembangan DPK per Jenis Simpanan
51
Graf ik 3.10
Komposisi DPK Bank Umum (% )
51
Graf ik 3.11
Perbandingan Suku Bunga Simpanan - BI Rat e
51
Graf ik 3.12
Pert umbuhan Kredit (yoy)
53
Graf ik 3.13
Pert umbuhan Kredit (qt q)
53
Graf ik 3.14
Perkembangan NPL
53
Graf ik 3.15
Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
54
Graf ik 3.16
Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
54
Graf ik 3.17
Pert umbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (yoy)
54
Graf ik 3.18 Graf ik 3.19 Graf ik 3.20
Pert umbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (qt q) Proporsi Kredit Sekt oral
54 55
NPL Kredit Sekt oral (% )
56
Graf ik 3.21
Perbandingan Suku Bunga Kredit & BI Rat e
56
Graf ik 3.22
Perkembangan Kredit UM KM
58
Graf ik 3.23
58
Graf ik 3.24
Proporsi Kredit UM KM Kredit Berdasarkan Prosent ase Penyaluran UM KMBank di Jaw a Timur Berdasarkan lokasi Proyek
Graf ik 3.25
Perkembangan NPL Perbankan
61
Graf ik Graf ik Graf ik Graf ik
Perkembangan Indikat or Perbankan Syariah (qt q) Perkembangan Indikat or Perbankan Syariah (yoy) Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jaw a Timur
62 62 63
Pert umbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy)
63
Graf ik 3.30
Pert umbuhan Pembiayaan Syariah per Jenis Penggunaan
63
Graf ik 3.31
Pangsa Pembiayaan Syariah per jenis Penggunaan Non Perf orming Financing (NPF) dan Financing t o Deposit s Rat io (FDR) Perbankan Syariah di Jaw a Timur Pert umbuhan Dana Pihak Ket iga BPR (% yoy) Pert umbuhan Kredit BPR (yoy)
63
Proporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan Perkembangan LDR & NPL BPR Pert umbuhan Indikat or Bank Ber-KP di Surabaya (yoy)
66 66 67
Pert umbuhan Indikat or Bank Ber-KP di Surabaya (qt q)
67
Proporsi DPK Per Jenis Pada Bank Ber KP di Surabaya Pert umbuhan DPK Per Simpanan Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qt q) Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di
68
Surabaya (yoy) Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkant or Pusat di Surabaya
68 68 69 70 71
3.26 3.27 3.28 3.29
Graf ik 3.32 Graf ik Graf ik Graf ik Graf ik Graf ik Graf ik
3.33 3.34 3.35 3.36 3.37 3.38
Graf ik 3.39 Graf ik 3.40 Graf ik Graf ik Graf ik Graf ik Graf ik
3.41 3.42 3.43 3.44 3.45
Proporsi Kredit Perjenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkant or Pusat di Surabaya
59
64 65 65
68
viii
Graf ik 3.46 Graf ik 3.47 Graf ik 3.48
Perkembangan Arus Uang Tunai (inf low - out f low ) dalam jut a rupia Perkembangan Net Flow Jaw a Timur
73
Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB)
73 74
Graf ik 3.49
St at ist ik Uang Palsu yg Dit emukan
75
Graf ik 3.50
St at ist ik Uang Palsu yg Dit emukan
75
Graf ik 3.51
St at ist ik Pecahan Uang Palsu yg Dit emukan
75
Graf ik 3.52
Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jaw a Timur
77
Graf ik 3.53
Perkembangan Transaksi RTGS Di Jaw a Timur
78
Graf ik 3.54
Pert umbuhan Transaksi RTGS (QTQ)
78
Graf ik 3.55
6 Kot a Dengan Akt ivit as Transaksi Out going RTGS Terbesar Tw I 2014
79
Graf ik 3.56
Perkembangan Transaksi Kliring di Jat im
80
Graf ik 3.57
Tolakan Transaksi Kliring di Jat im
80
Graf ik 4.1
Perkembangan APBD Provinsi Jat im
80
Graf ik 4.2
Proporsi Anggaran Pendapat an Daerah Jat im Realisasi Pendapat an Asli Daerah Provinsi Jaw a Timur Tahun 2013 (Jut a Rupiah)
82
Graf ik 4.4
Proporsi Anggaran Belanja Tidak langsung Prov. Jat im
85
Graf ik 4.5
Proporsi Anggaran Belanja Langsung Prov. Jat im
86
Graf ik 4.6
Realisasi Anggaran Belanja 2013 dan 2014
87
Graf ik 5.1
Perkembangan Share Tenaga Kerja Sisi Sekt oral
91
Graf ik 5.2
Penyerapan Tenaga Kerja
92
Graf ik 5.3
Komposisi Tenaga Kerja Formal
92
Graf ik 5.4 Graf ik 5.5 Graf ik 5.6
92 94 94
Graf ik 5.8 Graf ik 5.9
Komposisi Bidang Tenaga Kerja Inf ormal Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sekt or Ut ama Penyerapan Tenaga Kerja Sekt oral Perubahan NTP Jat im, Indeks harga yang dit erima (lt ), Indeks harga yang dibayar (lb) 2012 - 2013 Subsekt or NTP Jat im (% ) NTN, IT dan IB Jat im
Graf ik 5.10 Graf ik 6.1 Graf ik 6.2
Perkembangan Penduduk M iskin di Jaw a Timur (% ) Indeks Ekspet asi Konsumen (IEK) Indeks Ekspet asi Penghasilan
Graf ik 4.3
Graf ik 5.7
84
96 97 98 99 102 102
Ringkasan Eksekutif
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kinerja ekonomi Jatim melambat sebesar 5,94% (yoy), lebih tinggi dibandingkan nasional (5,12% ).
KAJIAN EKONOM I REGIONAL (KER) TRIWULAN II 2014
Asesmen Perkembangan M akro Ekonomi Perekonomian Jaw a Timur (Jatim) menunjukkan perlambatan pada triw ulan II 2014. Pertumbuhan ekonomi pada triw ulan ini tercatat sebesar 5,9% (yoy), melambat 0,5% (yoy) dibandingkan triw ulan I 2014 (6,4% , yoy) ). Dari sisi permintaan, pertumbuhan periode ini didorong masih kuatnya konsumsi rumah tangga. Selain dinamika ekonomi nasional yang memengaruhi kinerja perekonomian Jatim, faktor global juga turut memberikan pengaruh. Tercatat kinerja ekspor dalam dan luar negeri Jatim mengalami koreksi. Namun demikian, net perdagangan Jatim masih terjaga surplus. Selain itu, aksi wait and see para pelaku usaha kembali mendorong koreksi pertumbuhan investasi. Kegiatan investasi masih banyak berupa non bangunan, yang cenderung bersifat maintenance mesin sebagaimana terlihat dari data impor luar negeri Jatim. Dari sisi penaw aran, perlambatan ekonomi disebabkan menurunnya kinerja sektor non Industri atau sektor Jasa. Saluran perlambatan ekonomi KTI pada Jatim terindikasi berpengaruh melalui sektor non Industri dengan lag 2 (dua) periode. Tercatat kinerja sektor pertambangan, bangunan, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persew aan dan jasa perusahaan serta sektor jasa mengalami perlambatan di kisaran 0,3% - 4,3% (yoy). Penurunan cukup dalam pada sektor jasa disebabkan oleh pengurangan jumlah tenaga honorer. Selain itu, penurunan kinerja subsektor tanaman bahan makanan dan peternakan disebabkan karena belum masuknya musim panen serta kenaikan biaya input pertanian (pupuk), sehingga memperlambat kinerja sektor pertanian. Namun, perlambatan ini masih tertahan oleh laju pertumbuhan 2 (dua) sektor utama Jatim, yaitu sektor Industri Pengolahan dan sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR).
Inflasi Jatim terkoreksi di level 6,66% , lebih rendah dibanding inflasi nasional (6,70% ).
Asesmen Inflasi Inflasi Jatim pada Tw II-2014 sebesar 6,66% (yoy) sedikit meningkat dibandingkan triw ulan sebelumnya (6,59% ) dan lebih rendah dibandingkan inflasi nasional (6,70% ). Perhitungan inflasi pada tahun 2014 ini tidak lagi menggunakan Survei Biaya Hidup (SBH) tahun 2007 melainkan menggunakan SBH tahun 2012 dan dilakukan di 8 (delapan) Kabupaten/Kota di Jaw a Timur yaitu Surabaya, M alang, Kediri, Jember, Sumenep, Probolinggo, M adiun dan Banyuw angi. Pada periode ini, kelompok core inflation menjadi penyumbang utama inflasi Jaw a Timur (3,09% -yoy), disusul oleh administered price (2,48% ) dan core inflation (1,09% ). Tingginya ekspektasi masyarakat menjelang Ramadhan dan Idul Fitri mendorong kenaikan konsumsi, dan menjadi salah satu penyebab kenaikan inflasi kelompok inti. Inflasi kelompok administered price lebih didorong oleh penyesuaian tarip listrik khususnya untuk rumah tangga R3 (>6.600 VA) dan adanya pajak daerah tembakau yang mempengaruhi harga rokok. Sedangkan inflasi kelompok volatile food w alaupun telah kembali kepada pola normal namun sedikit meningkat disebabkan tingginya permintaan masyarakat akan bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan pada saat Ramadhan.
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur Triwulan II-2014
x
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
Jika dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Jaw a, inflasi Jaw a Timur menempati urutan terendah ketiga setelah Jaw a Barat dan DI Yogyakarta. Terkendalinya inflasi tersebut tidak lepas dari peran serta semua pihak yang dikoordinasikan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jaw a Timur. Realisasi inflasi di kaw asan Jaw a mulai dari yang terendah yaitu Jaw a Barat (6,08% ), DI Yogyakarta (6,35% ), Jaw a Timur (6,66% ), DKI Jakarta (7,09% ), Jaw a Tengah (7,26% ) dan tertinggi di Provinsi Banten (8,52% ).
Asesmen Perbankan Kinerja perbankan di Jaw a Timur masih terus menunjukkan perkembangan positif dengan pertumbuhan kredit mencapai 19,18% (yoy).
Kinerja perbankan di Jaw a Timur pada triw ulan II-2014, secara umum masih menunjukkan perkembangan yang relatif baik. Aset dan penghimpunan dana masyarakat (DPK) masih lebih tinggi dari periode sebelumnya, sementara penyaluran kredit mengarah perlambatan. Risiko likuiditas (LDR) membaik ditengah risiko kredit (NPL) yang cenderung meningkat. Aset perbankan tercatat sebesar Rp451,85 triliun atau tumbuh 16,32% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triw ulan sebelumnya sebesar 15% (yoy). Kenaikan aset diimbangi dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai 16,62% (yoy) atau sebesar Rp356,39 triliun dan pertumbuhan kredit mencapai 19,18% atau sebesar Rp325,98 triliun. DPK tumbuh lebih tinggi dibandingkan triw ulan sebelumnya, sedangkan penyaluran kredit yang disalurkan berdasarkan lokasi kantor bank di Jaw a Timur ini mulai mengarah perlambatan. Kondisi ini mendorong risiko likuiditas yang tercermin dari rasio LDR cenderung membaik meskipun masih mencatatkan angka yang relatif tinggi sebesar 91,47% , sedangkan risiko kredit mulai mengarah peningkatan di level 2,12% .
Prospek Ekonomi, Inflasi dan Perbankan Tw III 2014 Tren perbaikan ekonomi Jaw a Timur diperkirakan terjadi pada triw ulan III 2014. Perekonomian Jaw a Timur diperkirakan mampu berekspansi dari 5,94% (yoy) pada triw ulan II 2014 menjadi 6,23% (yoy) pada triw ulan III 2014.
Ekonomi Jatim pada triw ulan III 2014 diperkirakan tumbuh pada rentang 6,0% s.d 6,4% (yoy).
Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Jaw a Timur masih ditopang oleh peningkatan belanja/konsumsi rumah tangga, konsumsi Pemerintah serta membaiknya kinerja ekspor-impor. Dari sisi pembelanjaan Pemerintah Daerah, pada triw ulan III 2014 diperkirakan mampu meningkat sebesar 10,50% . Belanja rutin pegaw ai diperkirakan menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Pada triw ulan III 2014, ekspor diperkirakan mampu tumbuh positif dengan impor yang cenderung menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya. M elanjutnya perbaikan perekonomian negara maju dan upaya diversifikasi tujuan ekspor, terutama ke Timur Tengah dan Afrika Selatan menjadi faktor penyebab peningkatan neraca perdagangan Jaw a Timur. Selain itu, adanya tren peningkatan harga komoditas internasional di triw ulan III 2014 berkontribusi pada peningkatan nilai ekspor Jaw a Timur. Investasi Jaw a Timur di triw ulan III 2014 juga diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan perbaikan ekonomi negara maju selaku investor utama Jaw a Timur.
Dari sisi penaw aran, perekonomian Jaw a Timur masih ditopang oleh tiga sektor utama (PHR, Industri Pengolahan dan Pertanian). Namun demikian,
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur Triwulan II-2014
xi
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV perkembangan ketiganya pada triw ulan III 2014 cenderung berbedabeda. Sektor pertanian dan PHR diperkirakan mengalami peningkatan, sementara Industri Pengolahan cenderung melambat. Sektor pertanian diperkirakan mampu terakselerasi seiring dengan dimulainya masa panen tanaman bahan makanan (tabama) memasuki bulan Juli 2014. Sementara itu, di sektor peternakan, permintaan daging sapi, daging ayam dan telur ayam yang tinggi pada lebaran turut berkontribusi pada peningkatan sektor ini. Perbaikan kinerja sektor PHR diperkirakan terus berlanjut hingga triw ulan III 2014. Adanya momen lebaran di triw ulan ini menjadi sumber utama yang meningkatkan arus perdagangan, hotel dan restoran. Industri pengolahan pada triw ulan ini cenderung mengalami perlambatan. Perlambatan ekonomi KTI masih berkontribusi pada perlambatan kinerja sub sektor mesin dan alat angkut. Sementara itu, pengenaan PPn 10% pada komoditas pertanian yang masuk ke sektor industri diperkirakan mampu berpengaruh pada perlambatan sub sektor industri makanan-minuman di triw ulan berikutnya.
Inflasi IHK pada triw ulan III 2014, diperkirakan berada di kisaran 4,3% s/d 4,6% (yoy).
M encermati perkembangan inflasi terkini dan tracking beberapa indikator harga, maka inflasi kota Jaw a Timur pada Tw III-2014 diperkirakan secara tahunan (yoy) berada di kisaran 4,3% s/d 4,6% . Dari sisi inflasi volatile foods, beberapa sentra produksi di Jaw a Timur seperti beras di Jember dan Banyuw angi, baw ang merah di Nganjuk serta cabai di Kediri masih memasuki musim tanam di aw al Tw III-2014 sehingga diperkirakan akan menambah pasokan di akhir Tw III-2014 (panen gadu) w alaupun tidak sebesar pada saat panen raya. M eskipun demikian, perlu diw aspadai pula terjadinya gangguan musim (seperti El Nino atau curah hujan tinggi) yang dapat mengganggu tingkat produksi komoditas pertanian. Hal lain yang perlu diw aspadai adalah potensi gangguan ketersediaan daging ayam ras sebagai dampak lanjutan pembatasan produksi bibit ayam atau day old chicken (DOC) dan impor bibit indukan ayam atau grand parent stock (GPS). Dari sisi inflasi administered Prices, kelompok ini diproyeksi akan menjadi pendorong utama inflasi Jaw a Timur diantaranya melalui pelaksanaan penyesuaian tarif listrik rumah tangga per 1 Juli 2014 masing-masing sebesar 11,36% (R1), 10,43% (R2) dan 5,70% (R3) setiap 2 (dua) bulan sekali, rencana pemerintah untuk menyesuaikan tarif batas atas angkutan udara pasca Lebaran, kebijakan pembatasan penjualan BBM bersubsidi sebesar 46 juta KL yang mulai berlaku per 1 Agustus 2014, serta berlanjutnya penyesuaian harga komoditas rokok sebagai dampak lanjutan penyesuaian cukai rokok 2013 dan pemberlakuan pajak tembakau. Walaupun mengalami peningkatan tekanan risiko inflasi, namun secara tahunan (yoy) inflasi kelompok ini akan turun dan menuju ke pola normalnya sebagai dampak telah hilangnya dampak base year IHK kenaikan BBM pada tahun 2013. Dari sisi core Inflation, inflasi kelompok ini diproyeksi masih akan meningkat pada Tw III-2014. Hal yang mendasari antara lain dampak lanjutan berbagai kebijakan Pemerintah (pada administered price) yang akan ditransmisikan oleh pelaku usaha kepada harga jual konsumen. Selain itu, dimulainya tahun ajaran baru juga akan meningkatkan inflasi di kelompok pendidikan. Sedangkan secara eksternal, belum stabilnya nilai tukar Rupiah dan fluktuasi harga komoditas internasional juga akan
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur Triwulan II-2014
xii
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV mempengaruhi tingkat harga di Jaw a Timur khususnya untuk sisi tradable. Pertumbuhan kredit perbankan pada triw ulan III 2014 diperkirakan masih tetap tinggi
Diperkirakan pada triw ulan III 2014 kinerja industri perbankan di Jaw a Timur akan tetap menunjukkan peningkatan. Struktur dan pondasi sistem perbankan yang cukup baik diyakini masih dapat terjaga terutama ditopang oleh peningkatan fungsi intermediasi oleh perbankan. Adanya keterbatasan likuiditas dari Dana Pihak Ketiga diperkirakan akan mendorong peningkatan suku bunga kredit dan DPK. Namun demikian, dengan penerapan strategi pengembangan usaha yang tepat serta efisiensi biaya perbankan di Jaw a Timur diharapkan mampu terus meningkatkan kinerjanya. Pertumbuhan kredit perbankan pada triw ulan III 2014 diperkirakan masih cukup tinggi. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan adanya momen puasa serta persiapan Lebaran. Sektor ekonomi andalan Jatim seperti sektor perdagangan, sektor industri pengolahan, sektor konstruksi serta sektor transportasi dan komunikasi pertanian masih menjadi sektor unggulan bagi perbankan untuk dibiayai.
Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Jatim tahun 2014 diproyeksikan tumbuh pada rentang 6,0-% s.d 6,4% (yoy).
Prospek Ekonomi dan Inflasi Tahun 2014 Secara keseluruhan diperkirakan pertumbuhan ekonomi Jatim tahun 2014 mencapai 6,0-6,4% (yoy), cenderung melambat dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 6,55% . Pertumbuhan ini diyakini masih yang tertinggi dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Jaw a. Dari sisi permintaan, hampir seluruh komponen permintaan mengalami perlambatan. Konsumsi rumah tangga, meskipun masih menjadi penopang utama perekonomian Jaw a Timur, namun kinerjanya tidak setinggi tahun 2013. Pelaksanaan Pilpres 2014 kurang mampu menggiatkan konsumsi dan investasi masyarakat seiring aksi wait and see yang berlanjut hingga triw ulan III 2014. Sementara itu, adanya momen lebaran juga diperkirakan tidak setinggi pengaruh tahun sebelumnya. Di sisi penaw aran, pendorong utama perbaikan ekonomi Jatim berasal dari sektor utama, Industri Pengolahan dan sektor pendukung (List rik Gas Air Bersih dan Jasa-Jasa). Sementara itu, dari sisi eksternal, nilai tukar yang mulai menemukan keseimbangannya juga menjadi salah satu faktor pendorong perbaikan kinerja perdagangan Jatim yang mengalami surplus, meskipun cenderung melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perdagangan antar daerah masih terkontraksi akibat perlambatan ekonomi KTI. Sektor pertanian pun hingga akhir tahun 2014 tidak signifikan terpengaruh oleh adanya El Nino. Efisiensi w aduk dan irigasi serta penganekaragaman komoditas yang ditanam menjadi salah satu faktor yang menahan penurunan produksi tanaman pangan.
Secara keseluruhan, inflasi akhir tahun diperkirakan mereda di kisaran 5,1% 5,4% .
Tekanan inflasi pada akhir tahun 2014 diproyeksi mereda dibandingkan periode laporan atau berada di kisaran proyeksi 5,1% - 5,4% (yoy). Dari sisi permintaan, adanya hari raya keagamaan pada Tw II-2014 dan Tw IV2014 akan menjadi pendorong utama inflasi yang bersifat seasonal. Sementara dari sisi penaw aran, telah berakhirnya musim panen raya dan dimulainya musim tanam serta potensi badai El Nino pada tahun 2014 diproyeksi akan sedikit mengurangi kecukupan pasokan di masyarakat.
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur Triwulan II-2014
xiii
LAMPIRAN INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR INDIKATOR INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) JAWA TIMUR - Kota Surabaya - Kota Malang - Kota Kediri - Kab. Jember - Kota Probolinggo - Kota Madiun - Kab. Sumenep - Kab. Banyuwangi LAJU INFLASI TAHUNAN (Y-O-Y) JAWA TIMUR - Kota Surabaya - Kota Malang - Kota Kediri - Kab. Jember - Kota Probolinggo - Kota Madiun - Kab. Sumenep - Kab. Banyuwangi PDRB Harga Konstan (Milliar Rp) - Pertanian - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, gas, dan air bersih - Bangunan - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan komunikasi - Keuangan, persewaan, dan jasa - Jasa
Pertumbuhan (yoy) - Pertanian - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, gas, dan air bersih - Bangunan - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan komunikasi - Keuangan, persewaan, dan jasa - Jasa Pertumbuhan PDRB (yoy )
2013 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
139.39 138.95 139.65 138.00 139.66 144.54 142.52 137.77
139.55 139.09 140.14 138.82 139.33 137.07 144.58 142.10
144.74 144.18 145.31 144.47 144.83 141.63 150.44 147.45
145.79 145.17 146.65 145.45 145.65 142.29 151.75 148.59
6.75 6.63 7.01 6.70 6.51 8.20 6.04 7.42
5.93 5.86 6.46 6.05 5.38 5.59 6.39 5.10
7.78 7.76 8.16 7.79 7.77 8.02 7.22 6.76
7.59 7.52 7.92 8.05 7.21 7.98 7.52 6.62
101,592,876 16,210,298 1,949,636 24,618,463 1,328,343 3,132,579 32,903,774 7,707,809 5,594,390 8,147,583
1.42 2.91 5.16 5.61 8.26 9.38 10.98 8.49 5.68 6.57
104,838,963 14,378,586 2,177,323 25,452,321 1,381,232 3,564,182 34,637,806 8,393,503 5,865,905 8,988,106
1.42 2.34 6.62 4.60 10.53 8.92 10.04 8.24 5.72 6.90
106,972,444 13,851,750 2,270,837 26,272,724 1,371,165 3,594,584 35,766,969 8,800,228 5,954,027 9,090,159
1.92 4.72 5.36 4.63 8.46 8.52 10.70 7.39 4.95 6.51
106,024,163 10,889,462 2,299,832 27,153,725 1,405,760 3,714,675 36,122,757 8,936,202 6,041,520 9,460,230
1.65 3.19 5.25 4.16 8.99 7.72 10.06 6.70 4.98 6.21
xviii
LAMPIRAN INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR A. Perbankan INDIKATOR Bank Um um
2013 Tw I
Tw II
2014 Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
:
Tot al Asset (Rp. Triliun) DPK (Rp. Triliun) - Tabungan (Rp. Triliun) - Giro (Rp. Triliun) - Deposit o (Rp. Triliun) Kredit (Rp. Triliun) - Bank Pelapor - M odal Kerja - Invest asi - Konsumsi Non Perf orming Loan (NPL-Gross) Loan t o Deposit Rat io - LDR (% ) Kredit UM KM (Triliun Rp)-Bank Pelapor NPL UM KM Gross (% )
362.32 287.82 130.08 46.57 111.16 245.21 142.72 33.43 69.06 2.26 85.20% 70.40 3.89
379.47 293.80 133.15 45.98 114.67 265.35 153.43 38.62 73.31 2.12 90.32% 78.65 3.56
406.88 313.69 140.54 51.85 121.31 284.35 165.97 41.56 76.82 2.02 90.64% 79.16 3.59
420.52 335.31 151.77 53.34 130.19 304.11 181.17 43.96 78.98 1.75 90.70% 83.26 3.29
417.36 332.44 144.69 52.22 135.53 304.41 179.72 44.90 79.79 2.07 91.57% 84.99 3.72
442.61 350.74 147.57 60.44 142.73 318.60 186.91 46.30 85.39 2.12 90.83% 92.29 4.16
8.57 4.98 1.61 3.38 6.19 4.11 0.20 1.88 3.84% 124%
8.97 5.09 1.60 3.50 6.70 4.48 0.23 1.99 3.88% 131%
9.39 5.30 1.65 3.65 6.92 4.62 0.26 2.05 4.28% 131%
9.46 5.41 1.74 3.67 6.85 4.62 0.25 1.99 4.00% 127%
9.46 5.41 1.74 3.67 6.85 4.62 0.25 1.99 4.00% 127%
9.46 5.41 1.74 3.67 6.85 4.62 0.25 1.99 4.00% 127%
17.27 13.27 1.25 4.97 7.04 12.67 5.40 2.31 4.96 1.91 95.50
18.74 13.95 1.30 5.29 7.35 13.81 5.95 2.58 5.27 1.97 98.97
19.23 14.03 0.78 5.81 7.44 14.09 6.26 2.51 5.32 2.5 100.43
21.82 16.91 0.99 6.50 9.43 15.01 6.86 2.77 5.39 2.59 86.76
25.97 16.27 0.84 6.23 9.19 15.79 7.44 2.98 5.36 3.74 97.05
23.05 16.59 1.29 6.44 8.86 18.42 6.73 3.32 8.37 3.35 111.03
BPR : Tot al Asset (Rp. Triliun) DPK (Rp. Triliun) - Tabungan (Rp. Triliun) - Deposit o (Rp. Triliun) Kredit (Rp. Triliun) - M odal Kerja - Invest asi - Konsumsi Non Perf orming Loan (NPL-Gross) Loan t o Deposit Rat io - (LDR) %
SYARIAH : Tot al Asset (Rp. Triliun) DPK (Rp. Triliun) - Giro (Rp. Triliun) - Tabungan (Rp. Triliun) - Deposit o (Rp. Triliun) Pembiayaan (Rp. Triliun) - M odal Kerja - Invest asi - Konsumsi Non Perf ormance Financing (NPF) % Financing t o Deposit Rat io (FDR) %
B. SISTEM PEM BAYARAN INDIKATOR Inf low (Rp. Triliun) Out f low (Rp. Triliun) Pemusnahan Uang (Rp- Triliun) Nominal Transaksi RTGS Volume Transaksi RTGS Nominal Kliring Kredit (Rp. Triliun) Volume Kliring Kredit (jut a lembar) Tolakan Kliring (Rp. Jut a) Tolakan Kliring (lembar)
2013 Tw I 15.99 8.16 1.67 510.00 257,086 36.69 1.30 964,720 25,418
Tw II 11.35 11.77 3.28 536.39 409,646 49.46 1.38 774,711 21,488
2014 Tw III 18.78 18.05 5.02 518.72 387,880 51.73 1.35 964,847 25,638
Tw IV 10.98 14.42 4.61 487.32 411,368 44.39 1.06 707,567 18,731
Tw I
Tw II
18.02 8.97 5.16 426.96 239,219 44.55 1.17 815,636 19,285
12.08 10.69 3.85 466.60 239,220 47.21 1.2 967,724 21,384
xvi
Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional
BAB I
1 1.1.
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL Pertumbuhan Ekonomi Jaw a Timur Triw ulan II 2014 Perekonomian Jaw a Timur (Jatim) menunjukkan perlambatan pada triw ulan II 2014.
Pertumbuhan ekonomi pada triw ulan ini tercatat sebesar 5,9% (yoy), melambat 0,5% (yoy) dibandingkan triw ulan I 2014 (6,4% , yoy) ). Angka ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nasional yang tercatat sebesar 5,1% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan periode ini didorong masih kuatnya konsumsi rumah tangga. Selain dinamika ekonomi nasional yang memengaruhi kinerja perekonomian Jatim, faktor global juga turut memberikan pengaruh. Tercatat kinerja ekspor dalam dan luar negeri Jatim mengalami koreksi. Namun demikian, net perdagangan Jatim masih terjaga surplus. Selain itu, aksi w ait and see para pelaku usaha kembali mendorong koreksi pertumbuhan investasi. Kegiatan investasi masih banyak berupa non bangunan, yang cenderung bersifat maintenance mesin sebagaimana terlihat dari data impor luar negeri Jatim. Dari sisi penaw aran, perlambatan ekonomi disebabkan menurunnya kinerja sektor non Industri atau sektor Jasa. Saluran perlambatan ekonomi KTI pada Jatim terindikasi berpengaruh melalui sektor non Industri dengan lag 2 (dua) periode. Tercatat kinerja sektor pertambangan, bangunan, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persew aan dan jasa perusahaan serta sektor jasa mengalami perlambatan di kisaran 0,3% - 4,3% (yoy). Penurunan cukup dalam pada sektor jasa disebabkan oleh penghentian belanja bantuan sosial dan hibah. Selain itu, adanya penambahan Batas Usia Pensiun (BUP) turut berpengaruh pana penurunan jumlah pegaw ai negeri yang direkrut . Penurunan kinerja subsektor tanaman bahan makanan dan peternakan disebabkan karena belum masuknya musim panen serta kenaikan biaya input pertanian (pupuk), sehingga memperlambat kinerja sektor pertanian. Namun, perlambatan ini masih tertahan oleh laju pertumbuhan 2 (dua) sektor utama Jatim, yaitu sektor Industri Pengolahan dan sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
1
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Jaw a Timur (Sisi Permintaan)
Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Wilayah PDRB (%,yoy) Sisi Permintaan Konsumsi Konsumsi swasta Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Ekspor Impor
2011
2012
7.2 6.6 7.2 1.3 9.7 11.1 7.6
2013
2014
7.3
I 6.7
II 6.9
III 6.5
IV 6.2
Total 6.5
I 6.4
II 5.9
5.6 6.1 0.2 5.4 11.6 9.8
6.3 6.8 0.3 6.1 8.5 5.6
6.6 6.9 2.8 6.3 6.9 5.0
7.1 7.5 2.5 6.5 5.5 4.9
7.7 8.2 2.9 7.7 5.2 6.0
6.9 7.4 2.3 6.7 6.5 5.4
7.9 8.2 2.6 7.5 9.2 7.4
7.2 8.7 (9.1) 5.1 3.1 4.3
350 (Rp. Triliun) Jasa
Angkutan & Komunikasi Bangunan Industri Pertanian
300 250
Keu, Persewaan & Jasa Persh. PHR LGA Tambang
200
150 100 50 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 2009
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan
2010
2011
2012
2013
2014
Grafik 1.2. Struktur Perekonomian
1.2.1. SISI PERM INTAAN Pendorong
pertumbuhan
ekonomi dari sisi permintaan
tumbuhnya konsumsi rumah tangga.
masih bersumber
dari
M asih tingginya daya beli masyarakat tercermin dari
angka pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Sumber perlambatan ekonomi berasal dari menurunnya kinerja ekspor, investasi dan belanja pemerintah Jatim. Perlambatan transaksi ekspor lebih disebabkan oleh menurunnya nilai ekspor antar daerah, khususnya untuk kelompok barang modal dan kendaraan usaha. Selain itu, kinerja investasi kembali tertahan akibat kecenderungan pelaku usaha untuk menunggu hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 pada triw ulan III 2014. Tertahannya penyaluran gaji ketiga belas dan realisasi dana hibah atau bantuan sosial menyebabkan rendahnya serapan anggaran belanja pemerintah daerah. Namun demikian, Pemprov Jatim telah mengupayakan percepatan proses realisasi belanja bantuan keuangan kepada kab/kota. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
2
BAB I
16.00
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
(%, yoy)
gPDRB
gKons RT
14.00
gPMTB
14.00
12.00
12.00
10.00
10.00
8.00
8.00
6.00
6.00
4.00
4.00
2.00
2.00
0.00
0.00
-2.00 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber : BPS Jatim
Grafik 1.3. Pertumbuhan Konsumsi & Investasi
-4.00
(%, yoy)
gPDRB
gEkspor
gImpor
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
-6.00
Sumber : BPS Jatim
Grafik 1.4. Pertumbuhan Ekspor Impor
a. Konsumsi M asih kuatnya belanja rumah tangga masyarakat Jatim menjadi faktor utama penahan perlambatan ekonomi Jatim triw ulan ini. Tercatat konsumsi rumah tangga Jatim meningkat dari 8,2% (yoy) ke 8,7% . Bonus demografi kelompok usia produktif dan meningkatnya kelompok ekonomi menengah ke atas mendorong peningkatan daya beli penduduk Jatim. Di sisi lain, penyelenggaraan Pemilihan Presiden (Pilpres) tidak berkontribusi banyak pada belanja masyarakat periode ini. Realisasi belanja banyak didominasi kelompok belanja iklan media massa di Provinsi DKI Jakarta. Hal ini berbeda dengan penyelenggaraan Pilpres sebelumnya yang cenderung terdesentralisasi ke daerah seiring masih banyaknya penggunaan media non elektronik di daerah. Hasil Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia Wilayah IV mengkonfirmasi arah pertumbuhan belanja masyarakat Jatim periode ini. M eningkatnya belanja perlengkapan rumah tangga dan kelompok barang budaya dan rekreasi mencerminkan masih tingginya belanja rumah tangga pada kelompok barang durable good . Selain itu belanja makanan, minuman dan tembakau pun masih tumbuh meningkat seiring meningkatnya daya beli masyarakat Jatim.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
3
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL Indeks Omset Riil Makanan, Minuman & Tembakau Perlengkapan Rumah Tangga (rhs)
200
Bahar Bakar Konstruksi (rhs) Barang Budaya & Rekreasi (rhs) (INDEKS) 700
(INDEKS)
600 150
500 400
100 300 200
50
100 -
I
II
III
IV
I
2011
II
III
IV
I
2012
II
III
IV
2013
I
II
Konsumsi Listrik Rumah Tangga gKonsumsi Listrik Rumah Tangga (rhs) (%,yoy) 20% 1000 (Kwh) 900 800 700 600 10% 500 400 300 200 100 0% 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 2007
2014
Grafik 1.5. Indeks Omset Riil
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Grafik 1.6. Konsumsi Listrik Rumah Tangga
Survei Penjualan Eceran
Sementara itu, konsumsi listrik rumah tangga pun tumbuh lebih tinggi dari angka pertumbuhan di sepanjang tahun 2013, lihat grafik 1.6. Terjaganya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) di atas level 110 turut mendorong optimisme konsumen sebagaimana tercermin dari stabilnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di kisaran level 120 pada periode laporan. M eningkatnya angka IKE pada periode laporan disebabkan kenaikan Indeks Penghasilan Saat Ini dan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini. Namun, pertumbuhan indeks pembelian barang tahan lama (grafik 1.7) diperkirakan akan
sedikit
tertahan
mengingat
terbatasnya penyaluran
kredit
konsumsi perbankan
sebagaimana tercermin dari melambatnya pertumbuhan kredit konsumsi di
Jaw a Timur.
Perlambatan pertumbuhan ini telah dirasakan sektor keuangan, khususnya jenis kredit konsumsi peruntukan rumah tinggal dan kendaraan bermotor yang tercatat melambat di kisaran -1% s.d -8% (yoy) dibandingkan dengan triw ulan I 2014, lihat grafik 1.10. M eskipun beberapa komponen masih tumbuh lebih tinggi, yaitu kredit pembiayaan pembelian mobil serta rumah tipe menengah dan besar. Hal ini mencerminkan masih tingginya daya beli masyarakat Jatim. 160
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
INDEKS
Share Kredit Kons.(Rhs)
100,000 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 -
140 120 100 80 60 40
20 0 I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
II
2014
Grafik 1.7. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Kredit Konsumsi
g Kredit Kons.(Rhs)
(Rp Miliar)
(%, yoy)
40 35 30
25 20 15
10 5 I
II
III
2011
IV
I
II
III
2012
IV
I
II
III
IV
2013
I
II
2014
Grafik 1.8. Kinerja Kredit Konsumsi
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
4
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
40,000
Sepeda Motor Rmh Tipe Diatas 70 Rmh s.d. Tipe 21
(Miliar Rp)
35,000
Mobil Rmh Tipe 22 s.d. 70
200.0
30,000
gMobil gRmh s.d. Tipe 21 gRmh Tipe Diatas 70
(%, yoy)
gSepeda Motor gRmh Tipe 22 s.d. 70
150.0
25,000 20,000
100.0
15,000 10,000
50.0
5,000 0 I
II
III
IV
I
2012
II
III
IV
2013
I
0.0
II
I
2014
II
III
IV
I
2012
-50.0
Grafik 1.9. Komposisi Kredit Konsumsi
II
III
IV
2013
I
II 2014
Grafik 1.10. Penyaluran Kredit Konsumsi
(Rumah & M obil)
(Rumah & M obil)
Sebagaimana telah diinformasikan sebelumnya, bahw a tumbuhnya konsumsi rumah tangga turut tercermin dari hasil Survei Konsumsi (yang dilakukan Kpw BI Wilayah IV) dengan tumbuhnya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) (lihat grafik 1.11) di atas level 110. Kenaikan IKE lebih dominan didorong oleh persepsi masyarakat atas membaiknya tingkat penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja saat ini. M asih tingginya tantangan sektor riil di tengah risiko kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL), ketidakpastian arah ekonomi negara berkembang serta penyesuaian respon atas UU M inerba menjadi beberapa hal yang dikhaw atirkan kelompok masyarakat rumah tangga periode laporan.
INDEKS
160
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Penghasilan Saat Ini Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama
180
INDEKS
160
140
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Ekspektasi penghasilan 6 bulan y.a.d. Kondisi ekonomi Indonesia 6 bulan y.a.d. Ketersediaan lapangan kerja 6bl yad
140
120
120
100
100
80
80 60
60 40
40 20
20 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 2007
Grafik 1.11. Survei Konsumen Ini
Kondisi Saat
2008
2009
2010
2011
Grafik 1.12. Survei Konsumen
2012
2013
2014
Ekspektasi
M asyarakat
Hal senada turut diutarakan responden survei pada indikator Ekspektasi Konsumen sebagaimana terkonfirmasi dari melambatnya keyakinan konsumen akan ketersediaan lapangan kerja dalam 6 (enam) bulan mendatang, lihat grafik 1.12. Namun demikian, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
5
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
keseluruhan nilai indeks masih di atas 100. Hal ini mencerminkan masyarakat cenderung optimis karena nilai bersih di atas 100 sama dengan jumlah responden yang merasa optimis lebih besar dibandingkan dengan jumlah responden yang merasa pesimis. Sementara itu, pertumbuhan simpanan perorangan sebagai salah satu sumber pembiayaan konsumsi masyarakat kembali menurun, dengan melanjutkan pola perlambatan triw ulan sebelumnya, lihat grafik 1.14. Tertahannya pertumbuhan variabel ini diduga sebagai akibat dari terbatasnya ruang pembiayaan perbankan sehingga masyarakat cenderung memanfaatkan dana simpanannya sebagai salah satu sumber pembiayaan konsumsi. Namun demikian, angka pertumbuhan ini masih lebih tinggi dibandingkan kondisi di tahun 2010 dan 2011. Selanjutnya, tracking atas perkembangan kinerja impor barang konsumsi masyarakat Jatim mengindikasikan adanya peningkatan kebutuhan konsumsi barang impor, yang didominasi kelompok bahan makanan sebagai konsekw ensi dari menurunnya kinerja subsektor tanaman bahan makanan dan peternakan Jatim.
Impor Barang Konsumsi 600,000,000
g_Impor Brg Konsumsi-Skala Kanan
(USD)
(% , yoy)
120
(%, yoy)
35 30
gDPK Perorangan gTab Perorangan (rhs)
gGiro Perorangan (rhs) gDep Perorangan (rhs)
(%, yoy)
60
50
100
500,000,000
25
40
60
20
30
40
15
20
20
10
10
80 400,000,000 300,000,000 200,000,000
0 100,000,000
-20
-40
-
I
II
III
2011
IV
I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
2014
Grafik 1.13. Impor Barang Konsumsi
5
-
-
(10) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013 2014
Grafik 1.14. Simpanan Perorangan di Perbankan
b. Investasi Kinerja investasi di triw ulan II 2014 tumbuh lebih rendah (5,1% - yoy) dibandingkan dengan triw ulan IV 2013 (7,5% ). Perlambatan investasi terutama dari Penanaman M odal Asing (PM A) yang tercatat menurun dari USD 812,63 Juta menjadi USD 635,12 Juta atau sebesar -21,8% (yoy), lihat grafik 1.15. Sementara investasi Penanaman M odal Dalam Negeri (PM DN) masih terjaga stabil pada level 10,5 Triliun atau tumbuh sebesar 0,28% (Grafik 1.15 dan Grafik 1.16). Berdasarkan hasil liaison dan survei, kenaikan komponen biaya produksi meliputi upah tenaga kerja dan tarif energi turut memberikan sentimen negatif terhadap minat investor asing maupun dalam negeri untuk berinvestasi di Jaw a Timur. Faktor
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
6
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
perlambatan investasi juga diinformasikan pelaku usaha dari kegiatan liaison
yang lebih
memilih untuk melakukan w ait and see terhadap hasil Pilpres 2014. 1,600
Nilai Proyek PMA gNilai Proyek PMA (%, yoy)
(USD Juta)
3500%
(%, yoy)
3000%
1,200
2500%
1,000
2000%
800
1500%
600
1000%
400
500%
Nilai Proyek PMDN gNilai Proyek PMDN (%, yoy)
(Rp Milyar)
250
1,400
(%, yoy)
700% 600%
200 500% 400%
150
300% 100
200% 100%
50
200
0%
0%
-
-500% I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
-100%
-
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
II
2007
2014
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman M odal
2008
Grafik 1.15. Nilai Proyek PM A
2010
2011
2012
2013
2014
Grafik 1.16. Nilai Proyek PM DN
Jumlah Proyek PMA gJumlah Proyek PMA (%, yoy)
350
2009
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman M odal
250
Jumlah Proyek PMDN gJumlah Proyek PMDN (%, yoy)
(Jumlah)
(%, yoy)
300%
300
300% 200
250 200%
200% 150
200 100%
150
100% 100
100 0%
0%
50
50
-100%
I
II III IV I 2007
II III IV I 2008
II III IV I 2009
II III IV I 2010
II III IV I 2011
II III IV I 2012
II III IV I 2013
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman M odal
Grafik 1.17. Jumlah Proyek PM A
II
2014
-100%
-
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman M odal
Grafik 1.18. Jumlah Proyek PM DN
Pelemahan investasi di Jaw a Timur pada triw ulan I 2014 juga diindikasikan dari penyaluran kredit investasi yang tumbuh menurun (19,55% - yoy) dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya yang mencapai 33,84% (grafik 1.20). Sebagaimana telah diinformasikan sebelumnya, berdasarkan hasil liaison , pelaku usaha masih mengambil sikap w ait and see dengan meminimalisasi investasi. Adapun investasi yang dilakukan oleh sebagian besar perusahaan adalah maintenance mesin yang dilakukan secara reguler ataupun peremajaan mesin lama tanpa menambah kapasitas produksi. Dengan adanya kenaikan biaya tenaga kerja, perusahaan berusaha menekan biaya produksi dengan menerapkan sistem otomasi pada produksi. Kondisi ini mendorong pada peningkatan impor barang modal, yang didominasi impor mesin. Tercatat, pertumbuhan kelompok mesin industri meningkat tinggi dari 12%
menjadi 43% .
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
7
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
Kelompok impor suku cadang mesin pun melonjak dari 32% menjadi 72% . Selain untuk memenuhi fungsi peraw atan, meningkatnya impor suku cadang diindikasikan sebagai bagian dari strategi otomasi mesin. Beberapa perusahaan yang melakukan pembelian mesin industri dari Tiongkok mew ajibkan ketersediaan suku cadang dengan membeli paket mesin dan suku cadang, mengingat beberapa jenis mesin tidak memiliki perw akilan maintenance di Jatim. Di sisi lain, menurunnya sektor pertambangan di KTI mengakibatkan perlambatan nilai impor kendaraan yang biasa digunakan sebagai alat produksi pada sektor pertambangan. Secara keseluruhan impor barang modal ke Jatim meningkat dari level 5% (yoy) menjadi 38% .
25
Pembentukan Modal Tetap Bruto
(Rp Triliun)
16%
(%, yoy)
gPMTB (rhs)
20
350,000,000
12%
300,000,000
10%
15
8% 10
Modal Kerja gModal Kerja (Skala Kanan)
14%
Investasi gInvestasi (Skala Kanan)
Konsumsi gKonsumsi (Skala Kanan) 40
(Juta Rp)
35 30
250,000,000 25 200,000,000
20
150,000,000
15
6% 4%
5
10 100,000,000
2% 0%
0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
5 50,000,000
0
0
-5
I
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013 2014
II
III
IV
I
2012
II
III
IV
2013
I
II 2014
Sumber : BPS Jatim
Grafik 1.19. Kinerja PM TB (Investasi Sektor
Grafik 1.20. Penyaluran Kredit Investasi
Riil)
Impor Barang Modal 800,000,000
g_Impor Brg Modal-Skala Kanan
(USD)
700,000,000 600,000,000 500,000,000 400,000,000 300,000,000 200,000,000
100,000,000 -
I
II
III
2011
IV
I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
(% , yoy) 50 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 -50 I II 2014
Grafik 1.21. Impor Barang M odal
(USD) 600,000,000
Mesin Alat Rakit Mobil Pribadi
Kendaraan (u/ Industri) (%, yoy) gMesin (rhs) 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 (10.0) (20.0) (30.0)
500,000,000 400,000,000 300,000,000 200,000,000 100,000,000 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw IV 2011
2012
2013
2014
Grafik 1.22. Realisasi Pend. & Belanja Tw . I 2014
M ayoritas responden kegiatan liaison mengindikasikan kecenderungannya untuk menahan investasi usahanya terkait belum pastinya Presiden terpilih termasuk arah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
8
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
kebijakan pemerintah 5 (lima) tahun mendatang. Hal ini tercermin dari masih rendahnya rencana dan realisasi investasi pelaku usaha responden liaison pada triw ulan II 2014 (lihat grafik 1.23). Di sisi lain, investasi industri padat karya semisal industri tekstil dan alas kaki pada tahun ini tercatat menurun cukup dalam. Dengan demikian, peralihan sistem produksi sektor industri pada semi otomatis pun turut mendorong perlambatan kinerja investasi pada periode laporan. Indikator
lainnya mengindikasikan
sedikit
peningkatan
pada kinerja sektor
bangunan sebagaimana dapat dilihat pada grafik 1.24 atas kinerja penjualan semen di Jatim. Berprosesnya transisi sistem produksi menjadi semi otomasi turut mendorong peningkatan impor barang modal, khususnya kelompok mesin industri. Di sisi lain, impor kendaraan industri mengalami perlambatan seiring menurunnya permintaan dari w ilayah KTI akibat penurunan kinerja sektor pertambanga pasca pemberlakuan UU M inerba di aw al tahun 2014. 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 -
I
II
III
IV
I
II
2012
III
IV
I
2013
Investasi
II 2014
Perk Rencana Investasi
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (ASI)
Grafik 1.23. Rencana & Realisasi Investasi
Impor Barang Modal 800,000,000
Grafik 1.24. Konsumsi Semen Suku Cadang Mesin Mesin gSk Cdg Msn - Skala Kanan
g_Impor Brg Modal-Skala Kanan
(USD)
(% , yoy)
700,000,000
80 60
1,000,000,000
Kendaraan (u/ Industri) gKend. Industri - Skala Kanan gMesin - Skala Kanan (% , yoy)
(USD)
200
900,000,000
600,000,000
40
500,000,000
150
800,000,000 700,000,000
20
400,000,000
100
600,000,000
50
500,000,000
300,000,000
0
200,000,000
-20
100,000,000
400,000,000
0
300,000,000 200,000,000
-40
-
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
-50
100,000,000
-100
-
I
2011
2012
2013
Grafik 1.25. Impor Barang M odal
2014
II
III
2011
IV
I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II 2014
Grafik 1.26. Komposisi Impor Barang M odal
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
9
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
c. Ekspor
Impor
Di tengah melambatnya kinerja ekspor impor Jatim, tercatat neraca perdagangan Jatim masih dalam kondisi net ekspor (surplus), yang banyak disumbang dari transaksi ekspor impor dalam negeri. M eskipun pertumbuhan ekspor dalam negeri melambat cukup dalam (dari level 17% (yoy) menjadi 14% ), namun masih mencatatkan angka surplus, mengingat masih rendahnya angka kebutuhan impor Jatim dari daerah lain. Perlambatan kinerja ekspor dalam negeri turut disebabkan dari menurunnya permintaan impor kendaraan sektor pertambangan melalui Pelabuhan Tanjung Perak, yang di-ekspor kembali ke w ilayah KTI. Berbeda dengan triw ulan I 2014, transaksi perdagangan luar negeri Jatim kembali mencatatkan angka defisit sebesar -1,2 juta USD. Hal ini disebabkan oleh menurunnya kinerja ekspor dari -0,002% (yoy) menjadi -0,11% , sedangkan impor sedikit menurun dari 0,03% (yoy) menjadi -0,02% . Perlambatan kinerja ekspor impor luar negeri lebih disebabkan berkurangnya marjin usaha sebagai akibat dari meningkatnya biaya produksi dan masih tingginya kandungan impor bahan baku. Net ekspor 6,000,000
Net Ekspor DN
Net Ekspor LN
(Juta Rp)
5,000,000 4,000,000
3,000,000 2,000,000 1,000,000 0
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II*
-1,000,000
2011
2012
2013
2014
-2,000,000
Sumber : BPS Jatim
Grafik 1.27. Kinerja Ekspor Impor Jatim
Sumber : Bloomberg
Grafik 1.28. Kinerja Manufaktur Kawasan Eropa
c. 1. Ekspor Impor Antar Daerah Di tengah perlambatan kinerja ekspor antar daerah Jatim, kondisi neraca perdagangan masih mencatatkan angka net ekspor (surplus), yang meningkat sebesar 0,29 juta USD. Tercatat ekspor antar daerah Jatim tumbuh melambat dari 17,35% (yoy) menjadi 14,21% , sedangkan impor terjaga stabil di 10% (yoy), lihat grafik 1.29. Perlambatan performa ekspor perdagangan antar daerah Jatim terutama didorong dari menurunnya permintaan barang impor kendaraan industri sebagai akibat melambatnya kinerja sektor pertambangan pasca pemberlakuan UU M inerba. Terjaganya impor antar daerah turut mengkonfirmasi masih stabilnya kinerja sektor industri pengolahan di Jatim. Hal
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
10
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
ini berdasarkan data bahw a komoditas impor antar daerah masih didominasi kelompok bahan baku industri Jatim berupa aneka kayu dan makanan laut. Sedangkan barang logam menurun tajam pasca pemberlakuan UU M inerba di aw al tahun 2014. Keseluruhan transaksi perdagangan antar daerah ini terindikasi dari realisasi yang lebih rendah pada jumlah volume barang yang dikirim melalui Pelabuhan Tanjung Perak, lihat grafik 1.30. Ekspor DN Net Ekspor DN gImpor DN-Skala Kanan 70,000,000
Impor DN gEkspor DN-Skala Kanan (%,yoy) 0.2
(Juta Rp)
60,000,000
0.15
50,000,000
0.1
40,000,000
0.05 30,000,000
0
20,000,000
-0.05
10,000,000
-0.1
0
I
II
III
2011
IV
I
II
III
IV
I
II
2012
III
IV
2013
I
II*
2014
Grafik 1.29. Kinerja Perdagangan LN & DN
Grafik 1.30. Bongkar Muat Ekspor DN (Tj.Perak)
c. 2. Ekspor Impor Luar Negeri Neraca perdagangan luar negeri Jatim kembali mengalami defisit sebesar -1,27 juta USD, setelah sebelumnya mencatat angka positif pada triw ulan I 2014. M asih tingginya ketergantungan impor luar negeri mendorong pelemahan neraca perdagangan Jatim. Selain itu, beberapa ekspor yang masih memasuki masa transisi menuju sistem produksi yang semi otomasi turut mendorong pelemahan daya saing produk seiring semakin minimnya marjin usaha yang diperoleh sektor
usaha. Hal ini mendorong menurunnya kinerja ekspor luar
negeri di tengah stabilitas angka impor luar negeri.
c. 2.1. Ekspor Luar Negeri Perlambatan kinerja ekspor luar negeri Jatim menjadi -10,53% (yoy) pada triw ulan ini dipicu menurunnya volume ekspor hasil olahan logam (dampak UU M inerba) dan industri makanan minuman, lihat grafik 1.31. Namun, upaya diversifikasi negara tujuan mulai membuahkan hasil dengan melonjaknya permintaan ke kaw asan Afrika dan Tim ur Tengah, lihat grafik 1.33. Namun, berdasarkan informasi dari pelaku usaha, upaya diversifikasi ini masih belum mampu menyamai
permintaan ekspor ke negara maju. Perlambatan ekspor
diikuti dengan impor yang menurun, sehingga neraca perdagangan Jatim defisit sebesar 142,2 juta USD (Grafik 1.32). Perlambatan transaksi ekspor Jatim utamanya disebabkan oleh penurunan komoditas kertas dan furniture (Grafik 1.34). Di tengah melemahnya nilai tukar, marjin ekspor komoditas berbahan baku dalam negeri mengalami peningkatan. Berdasarkan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
11
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
konfirmasi pada pelaku usaha, pelemahan kinerja keduanya merupakan pola seasonal, yang diharapkan kembali membaik pada triw ulan
III 2014 seiring tibanya pesanan menjelang
perayaan Natal.
Net Ekspor LN gImpor LN-Skala Kanan 2,500,000
gEkspor LN-Skala Kanan
6000
EKSPOR
(Juta USD)
IMPOR
NET EKSPOR
(%,yoy) 10
(Juta Rp)
4000
2,000,000
5
1,500,000
2000
1,000,000
0
500,000
0 I
-5
0
I
-500,000
II
III
IV
I
2011
II
III
IV
I
2012
II
III
IV
I
2013
II
-2000
II*
2014
-10
-4000
-15
-6000
III
IV
I
II
2012
III
IV
I
2013
II* 2014
-1,000,000
-1,500,000
Grafik 1.31. Kinerja Perdagangan LN (Juta USD) 3500
MEE
RRC
Japan
ASEAN
USA
Grafik 1.32. Neraca Perdagangan Ekspor LN
South Africa
Furniture & Foot Wear Paper and paperboard Animal or vegt. fats and oils
2,500.00 (Juta USD) 241.08
3000
389.90 326.71
2500
471.22
2,000.00
544.26
2000
1,068.28
1,500.00
780.11
Manufactures of Metal Organic chemicals
269.39
636.07
165.22 218.22
1500 1000
975.25
500
327.67
0
20.46
729.10
1,000.00
262.18
500.00
627.83
529.19
I
468.61 325.17 II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
471.33
I
178.39
0.00 2011
2012
2013
2014
I
II
III 2011
Grafik 1.33. Negara Utama Tujuan Ekspor
IV
I
II
III 2012
IV
I
II
III 2013
IV
I
II 2014
Grafik 1.34. Bongkar Muat Ekspor DN (Tj.Perak)
c. 2.2. Impor Luar Negeri Kinerja impor luar negeri Jatim pada Triw ulan II 2014 menunjukkan penurunan dari 0,03% (yoy) menjadi - 0,02% (Grafik 1.35). Impor Jatim yang sebagian besar didominasi oleh barang bahan baku dan barang modal menunjukkan karakter ekonomi Jatim sebagai daerah industri. Perlambatan impor periode ini disebabkan menurunnya impor barang konsumsi, sedangkan jenis barang modal dan bahan baku masih mengalami peningkatan. Berdasarkan klasifikasi HS 2 Digit, komposisi impor Jatim pada triw ulan II 2014 masih didominasi oleh komoditas mesin industri (14,8% dari total impor), iron and steel (9,53% ) dan plastics (7,14% ).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
12
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL Net Ekspor LN gImpor LN-Skala Kanan
2,500,000
gEkspor LN-Skala Kanan (%,yoy) 10
(Juta Rp)
Impor Barang Modal Impor Barang Konsumsi g_Impor Bhn Baku-Skala Kanan 6,000,000,000
Impor Bahan Baku g_Impor Brg Modal-Skala Kanan g_Impor Brg Konsumsi-Skala Kanan
(USD)
(% , yoy)
2,000,000
140
120
5
1,500,000
5,000,000,000 100 4,000,000,000
1,000,000
80
0
60 3,000,000,000 40
500,000
-5
0 -500,000
I
II
III
2011
IV
I
II
III
IV
I
2012
II
III
2013
IV
I
20
0
II*
2014
2,000,000,000 1,000,000,000
-20
-10 -
-1,000,000
-40 I
-15
-1,500,000
Grafik 1.35 Kinerja Ekspor Impor LN
II
III
IV
I
2011
II
III 2012
IV
I
II
III
IV
2013
I
II 2014
Grafik 1.36 Komposisi Impor LN
1.2.2. SISI PENAWARAN Dari sisi penaw aran, struktur perekonomian Jaw a Timur pada triw ulan II 2014 masih didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR), sektor Industri Pengolahan dan sektor Pertanian. Kontribusi masing-masing sektor tersebut terhadap PDRB Jaw a Timur triw ulan II 2014 sebesar 31,39% (PHR), 26,26% (Industri Pengolahan) dan 14,93% (Pertanian). Kontribusi sektor PHR dan Industri Pengolahan cenderung mengalami peningkatan dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya, sementara itu, sektor pertanian memiliki kontribusi yang menurun seiring dengan tingginya alih fungsi lahan pertanian dan penurunan jumlah rumah tangga petani di triw ulan II 2014. Kinerja negatif pertumbuhan ekonomi Jaw a Timur di triw ulan II 2014 tercermin dari pertumbuhan negatif di hampir seluruh sektor ekonomi, kecuali Listrik, Gas dan Air Bersih; Perdagangan, Hotel dan Restoran; serta Industri Pengolahan. Ketiga sektor tersebut masih mampu tumbuh positif di tengah perlambatan sektor lainnya. Sementara itu, sektor Jasa-Jasa mengalami penurunan paling dalam, yakni tumbuh melambat sebesar 4,49% dari 8,45% (yoy) pada triw ulan I 2014 menjadi 3,96% pada triw ulan II 2014. Hal ini terutama disebabkan karena penurunan pada subsektor Jasa Pemerintahan Umum (melambat Kemasyarakatan (melambat
9,95% ) dan Jasa Sosial
9,16% ). Adanya penghentian belanja hibah dan bantuan sosial
akibat kehati-hatian Pemerintah Daerah dalam menyalurkan alokasi belanjanya merupakan salah satu faktor penyebab menurunnya Jasa Pemerintahan Umum secara signifikan di triw ulan ini. Selain itu, adanya penambahan Batas Usia Pensiun (BUP) turut mempengaruhi penurunan jumlah pegaw ai negeri yang direkrut. Sub sektor Jasa Sosial Kemasyarakatan kembali menurun di triw ulan II 2014 setelah mencapai puncaknya di triw ulan I 2014 pasca diterapkannya asuransi BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) yang meningkatkan jumlah pasien Rumah Sakit di Jaw a Timur hingga 20% . Namun demikian, jika dibandingkan dengan triw ulan II 2013, pertumbuhan sub Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
13
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
sektor Jasa Sosial Kemasyarakatan cenderung meningkat dari 6,51% (yoy) pada triw ulan II 2013 menjadi 7,66% (yoy) pada triw ulan II 2014. Pertumbuhan yang melambat juga terjadi pada sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor Pengangkutan dan Komunikasi serta sektor Pertanian. Ke depan, memasuki triw ulan III 2014, sektor ekonomi tersebut diperkirakan mengalami ekspansi, terutama sektor PHR, Pengangkutan dan Komunikasi, Pertanian serta Jasa-Jasa seiring dengan adanya Hari Raya Idul Fitri dan tibanya musim panen. Tabel.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Jaw a Timur Sisi Penaw aran (% , yoy) 2013 LAPANGAN USAHA 2012 2013 I II III IV
2014 I
II
1. PERTANIAN
3.49
1.42
1.42
1.92
1.65
1.59
1.76
0.54
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
2.32
2.91
2.34
4.72
3.19
3.30
4.57
2.90
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
6.34
5.16
6.62
5.36
5.25
5.59
6.81
6.81
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
6.21
5.61
4.60
4.63
4.16
4.74
4.94
7.36
5. BANGUNAN
7.05
8.26
10.53
8.46
8.99
9.08
9.54
7.94
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
10.06
9.38
8.92
8.52
7.72
8.61
6.79
7.37
9.65
10.98
10.04
10.70
10.06
10.43
9.50
7.53
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH.
7.91
8.49
8.24
7.39
6.70
7.68
7.67
7.37
9. JASA-JASA
5.06
5.68
5.72
4.95
4.98
5.32
8.45
3.96
7.27
6.57
6.90
6.51
6.21
6.55
6.40
5.94
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Sumber: BPS Jatim, diolah
Sumber: BPS Jatim, diolah
Sumber: BPS Jatim, diolah
Grafik 1.37 Pertumbuhan Tiga Sektor Utama
Grafik 1.38 Pertumbuhan Sektor Pendukung
Sumber: BPS Jatim, diolah
Grafik 1.39 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Pertumbuhan Sektor Pendukung
Triw ulan II 2014
14
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
Salah satu indikator perkembangan kegiatan usaha, melalui Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perw akilan Bank Indonesia Wilayah IV menunjukkan bahw a kinerja dunia usaha di Jaw a Timur pada triw ulan II 2014 secara qtq masih menunjukkan pertumbuhan yang positif, tercermin dari indeks kapasitas usaha terpakai yang menguat sebesar 2,81% . Secara sektoral, utilisasi kapasitas produksi di sektor pertanian cenderung menurun, sesuai dengan arah perlambatan pertumbuhan ekonomi di sektor ini. Sementara itu, Sektor ekonomi yang mengalami peningkatan paling tinggi adalah Sektor PHR, sebagaimana pola seasonalnya dan ikut pula didorong oleh peningkatan kinerja di Sektor Industri Pengolahan. Ekspektasi pelaku usaha terhadap kondisi ekonomi triw ulan III 2014 diperkirakan lebih baik, sejalan dengan indeks perkiraan kegiatan usaha yang meningkat dari 21,94% menjadi 39,86% .
Grafik 1.40 Utilisasi Kapasitas Produksi
Grafik 1.41 Utilisasi Kapasitas Produksi Sektoral
Grafik 1.43 Indeks Realisasi Usaha Sektoral
Grafik 1.42 Indeks Realisasi Usaha
a.
Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR) Pada triw ulan II 2014, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mengalami peningkatan
kinerja dibandingkan triw ulan sebelumnya dari 6,79% (yoy) menjadi 7,37% (yoy). peningkatan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
15
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
terjadi pada sub sektor perdagangan, dari 6,12% (yoy) menjadi 6,98% (yoy), sementara sub sektor hotel dan restoran cenderung melambat, masing-masing tumbuh sebesar 7,24% (yoy) dan 9,45% (yoy). Peningkatan kinerja perdagangan terutama bersumber dari peningkatan perdagangan ritel di dalam Provinsi Jaw a Timur, terutama sektor makanan. Hal ini didukung oleh kinerja konsumsi masyarakat yang cenderung meningkat di triw ulan II 2014, yaitu dari 8,26% (yoy) menjadi 8,69% (yoy). Indikator pendukung lain, seperti konsumsi list rik golongan bisnis juga menunjukkan peningkatan yang relatif signifikan, yaitu tumbuh dari 7,13% (yoy) menjadi 19,64% (yoy) pada triw ulan II 2014. Pada triw ulan ini, kinerja ekspor antar daerah Jaw a timur yang memiliki share 32,35% terhadap PDRB Jaw a Timur masih mengalami net ekspor (surplus), meskipun cenderung menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya. Net ekspor antar daerah Jaw a Timur tumbuh 4,19% (yoy) dengan pelambatan
volume impor antar daerah dari 10,95% (yoy)
menjadi 10,02% (yoy). Ekspor antar daerah Provinsi Jaw a Timur masih terkonsentrasi pada Kaw asan Timur Indonesia(KTI), Jaw a Barat serta DKI Jakarta. Perlambatan perekonomian di KTI pasca pemberlakuan Undang-Undang M inerba turut berkontribusi pada perlambatan kinerja ekspor antar daerah Jaw a Timur. Dari hasil Focus Group Discussion dengan pelaku usaha daging ayam yang menguasai pangsa pasar 30% di Jaw a Timur, pemberhentian operasional salah satu perusahaan tambang di Nusa Tenggara Barat mampu menurunkan penjualan daging ayam sebesar 25% dari total penjualannya. Dari sisi eksternal, perdagangan luar negeri Jaw a Timur masih mencatatkan net impor yang relatif lebih besar dibandingkan triw ulan sebelumnya. Tercatat net impor di triw ulan II 2014 sebesar 8,52% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya yang mencapai 3,63% (yoy). Adanya revisi ke baw ah proyeksi pertumbuhan ekonomi AS (share ekspor Jatim ke AS sebesar 12,58% pada triw ulan II 2014) seiring dengan cuaca dingin ekstrim di triw ulan I 2014 turut berpengaruh pada kinerja ekspor luar negeri Jaw a Timur. Selain itu, ekonomi negara berkembang juga cenderung melambat, terutama sebagai akibat proses rebalancing ekonomi Tiongkok. Sejalan dengan hal tersebut, harga komoditas masih menunjukkan tren penurunan. Oleh karena itu, kinerja ekspor luar negeri di triw ulan ini mengalami perlambatan dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
16
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
Sumber: BPS Jatim , diolah
Grafik 1.44 Pertumbuhan Subsektor PHR
Grafik 1.45 TPK Hotel Berbintang dan Jumlah Wisman
Grafik 1.46
Grafik 1.47
Lama Wisataw an M enginap di Hotel
Konsumsi Listrik Golongan Bisnis
Perlambatan sektor hotel dan restoran terkonfirmasi dari penurunan Tingkat Hunian Kamar di triw ulan II 2014 yang pertumbuhannya cenderung melambat. Penurunan jumlah w isataw an mancanegara seiring dengan perlambatan ekonomi negara asal diperkirakan menjadi salah satu penyebabnya. M eskipun pada bulan Juni mulai terdapat libur sekolah, namun, dampaknya relatif terbatas terhadap kinerja hotel dan restoran. Hal ini disebabkan karena libur sekolah tersebut bersamaan dengan momen puasa Ramadhan, sehingga aktivitas liburan cenderung terbatas.
b. Sektor Industri Pengolahan Sektor Industri Pengolahan cenderung stabil pada triw ulan II 2014. Industri pengolahan mampu tumbuh sebesar 6,81% (yoy), stabil dibandingkan dengan periode sebelumnya. Sumber utama pertumbuhan ini terutama berasal dari sub sektor industri semen dan barang galian yang meningkat sebesar 2,91% menjadi 6,72% (yoy), industri makanan, minuman dan tembakau yang tumbuh sebesar 0,98% menjadi 6,12% (yoy), industri tekstil meningkat sebesar
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
17
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
0,98% menjadi 11,67% (yoy), serta industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya yang meningkat sebesar 0,54% menjadi 6,97% (yoy). Pada triw ulan ini, menjelang Ramdhan dan Hari Raya Idul Fitri, sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau serta industri tekstil mulai menunjukkan geliat usaha. Hasil liason mengindikasikan bahw a perusahaan-perusahaan di sub sektor makanan minuman mulai melakukan building stock produknya sejak aw al triw ulan II 2014 untuk memitigasi tingginya permintaan pada saat lebaran. Kapasitas produksi diperkirakan mencapai puncaknya (full
capacity) menjelang 2 bulan sebelum hingga lebaran. Sementara itu, industri tekstil juga memiliki pola yang hampir sama. Stok dan penjualan di M all dan Pusat Grosir mulai meningkat sejak triw ulan II 2014 dan mencapai puncaknya di triw ulan II 2014. Penurunan kinerja di sektor industri pengolahan terjadi pada sub sektor industri alat angkut mesin dan peralatannya, industri logam dasar, serta industri kertas. Pada triw ulan II 2014, ketiga sektor tersebut hanya mampu tumbuh menjadi masing-masing sebesar 7,83% (yoy), 11,26% (yoy) dan 6,53% (yoy). Perlambatan di sub sektor industri alat angkut dan peralatannya disebabkan karena perlambatan ekonomi KTI, sehingga penggunaan alat angkut mesin dan peralatannya yang diimpor dari Jaw a Timur cenderung menurun. Sementara itu, perlambatan di sub sektor industri logam seiring dengan perlambatan sektor konstruksi, baik pembangunan properti residensial maupun realisasi proyek infrastruktur Pemerintah yang cenderung terbatas. Di sisi lain, konfirmasi dari Asosiasi Pengusaha Kertas Indonesia (APKI) Cabang Jaw a Timur, perlambatan sub sektor indust ri kertas disebabkan karena penurunan impor bahan kertas bekas akibat sulitnya proses izin masuk ke Indonesia seiring dengan diklasifikasikannya produk tersebut sebagai produk limbah (B3). Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha yang dilakukan oleh KPw BI Wilayah IV masih relatif optimis terhadap perbaikan kinerja industri pengolahan di triw ulan selanjutnya. Berdasarkan hasil liaison, dampak Pemilu Presiden di tahun ini cenderung terbatas. Tidak seperti pola Pemilu sebelumnya, dimana penjualan mampu melonjak signifikan, namun di tahun ini penjualan cenderung normal. Peningkatan Tarif Tenaga Listrik (TTL) untuk perusahaan yang go public dan industri besar yang mulai berlaku di aw al bulan ini juga masih direspon terbatas oleh dunia usaha di Jaw a Timur. Di periode selanjutnya, kenaikan biaya energi yang menambah biaya operasional perusahaan sekitar 20% tersebut akan di pass through
ke konsumen melalui
peningkatan harga jual. Sebagian besar kontak liaison menganggap kenaikan TTL tersebut sebagai suatu kebijakan yang w ajar. Peningkatan harga tidak menjadi permasalahan asalkan harga tersebut tidak berfluktuasi tajam.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
18
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
Hasil SKDU menunjukkan bahw a pelaku usaha cenderung menahan diri untuk melakukan penambahan tenaga kerja sebagai dampak dari kenaikan UM K. Harga jual komoditas tercatat masih mengalami kenaikan, namun lebih rendah dibandingkan triw ulan sebelumnya. Kenaikan harga jual tersebut terutama disebabkan karena kenaikan harga bahan baku dan material yang menyumbang 30% terhadap harga jual produk. Dari sisi pembiayaan, perlambatan kinerja industri pengolahan terkonfirmasi dari kredit yang disalurkan Bank Umum dan BPR di triw ulan II 2014 yang juga mengalami perlambatan. Kredit yang disalurkan pada triw ulan ini tumbuh sebesar 22,55% (yoy) atau senilai Rp 90,29 triliun, lebih rendah dibandingkan triw ulan sebelumnya yang mampu tumbuh 30,58% (yoy) atau senilai Rp 88,79 triliun. Pada triw ulan III 2014, kinerja kredit yang disalurkan kepada industri pengolahan diperkirakan mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan ekspor komoditas industri Jaw a Timur dan kenaikan permintaan domestik karena faktor seasonal. .
Sumber: BPS Jatim , diolah
Grafik 1.48 Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan
Grafik 1.49
Grafik 1.50
Perkembangan Impor Bahan Baku dan Barang M odal
Konsumsi Listrik Golongan Industri
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
19
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
c. Pertanian Kinerja sektor Pertanian mengalami perlambatan pada triw ulan II 2014. Sektor ini hanya mampu tumbuh sebesar 0,54% (yoy), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan triw ulan sebelumnya yang mencapai 1,76% (yoy). Perlambatan tersebut terjadi di dua sub sektor utama, yaitu sub sektor tanaman bahan makanan yang menurun dari 1,75% (yoy) menjadi -1,10% (yoy) dan sub sektor peternakan yang menurun dari 1,95% (yoy) menjadi -3,02% (yoy). Dikonfirmasi dari Dinas Pertanian Jaw a Timur, salah satu faktor penyebab perlambatan kinerja sektor pertanian di triw ulan ini adalah adanya peningkatan input atau biaya usaha tani. Jumlah pupuk bersubsidi cenderung terbatas, sehingga sebagian petani beralih ke pupuk non subsidi. Peningkatan biaya tersebut juga tercermin dari naiknya biaya tenaga kerja. Tingginya biaya input tersebut tidak sebanding dengan harga jual produk pertanian yang cenderung stabil, bahkan mengalami penurunan, seperti komoditas cabai. Penurunan kinerja sub sektor tanaman bahan makanan terkonfirmasi dari penurunan luas panen padi dan jagung di triw ulan II 2014. Luas panen padi mengalami penurunan dari 760 ha pada triw ulan I 2014 menjadi 592 ha pada triw ulan II 2014. Begitu pula dengan luas panen jagung yang menurun dari 559.327 ha menjadi 207.337 ha di triw ulan II 2014. Penurunan panen tersebut disebabkan karena tanaman padi saat ini sedang berada pada musim panen, dimana lahan tanam padi meningkat dari 515 ha menjadi 594 ha di triw ulan II 2014. Oleh karena itu, masa panen hanya terjadi di beberapa w ilayah, menurun signifikan dibandingkan dengan triw ulan I 2014 yang mencapai panen raya pada bulan Februari dan M aret 2014. Sementara itu, untuk tanaman hortikultura, seperti cabai merah, cabai raw it dan tomat sayur di w ilayah Kediri mengalami pergeseran panen disebabkan karena replanting di bulan M aret hingga April 2014 pasca erupsi Gunung Kelud. Kinerja sub sektor peternakan juga mencatatkan penurunan pertumbuhan. Adanya penurunan permintaan daging ayam dari KTI turut mempengaruhi pelemahan kinerja tersebut. Selain itu, adanya kebijakan Kementerian Perdagangan pada bulan April 2014 yang membatasi harga penjualan anak ayam umur sehari atau Day Old Chick (DOC) dan volume penjualannya turut berpengaruh signifikan terhadap kinerja sub sektor peternakan unggas. Harga DOC maksimum yang ditetapkan Pemerintah adalah sebesar Rp 3.200/ekor, padahal, pada tahun 2013, harga penjualan rata-rata DOC mampu mencapai Rp 4.700/ekor. Produsen DOC pun diminta untuk mengurangi volume produksi DOC nya sebesar 15% dari produksi normal. Hal ini secara otomatis akan mengurangi marjin pelaku usaha peternakan ayam hingga 20% . Ke depan, hal ini juga dapat meningkatkan potensi permintaan pakan ternak yang sebagian besar dipenuhi dengan impor oleh petani yang membeli DOC dengan harga lebih murah. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
20
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
Secara umum persediaan bahan pangan di Jaw a Timur pada periode laporan masih aman dan dapat mencukupi kebutuhan masyarakat. Sampai dengan Juni 2014, Bulog Divre Jatim mempunyai cadangan beras mencapai 550 ribu ton. Cadangan beras tersebut diperkirakan cukup untuk 12 bulan ke depan, termasuk saat menjelang Ramadhan hingga Idul Fitri. Penyerapan beras oleh Bulog dilakukan di beberapa sentra beras di Jaw a Timur, diantaranya Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Banyuw angi dan Jember. Dari sisi komoditas peternakan, sebagai antisipasi peningkatan konsumsi daging menjelang bulan puasa dan lebaran 2014, Dinas Peternakan Jaw a Timur meningkatkan supply daging sapi, daging ayam dan telur ayam. Dinas Peternakan menyiapkan 39.570 ton daging ayam pedaging, 220.093 ton telur ayam ras, dan daging sapi 39.637 ton. Jumlah tersebut akan mampu memenuhi kebutuhan pasar selama 3 (tiga) bulan mendatang. Besaran stok ketiga komoditas dimaksud dinilai aman dan mampu mendukung permintaan pasar dari luar Jatim seperti DKI Jakarta, Kalimantan, Sulaw esi, dan Nusa Tenggara.
Sumber: BPS Jatim , diolah
Grafik 1.51 Pertumbuhan Subsektor Pertanian
Grafik 1.52 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi
Grafik 1.53 Luas Lahan Tanam & Panen Jagung di Jaw a Timur
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
21
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
Grafik 1.54 Luas Lahan Puso di Jaw a Timur
d. Keuangan, Persew aan, dan Jasa Kinerja sektor keuangan, persew aan, dan jasa perusahaan mengalami perlambatan pada triw ulan II 2014. Hampir seluruh sub sektor mengalami perlambatan, kecuali sub sektor sew a bangunan. Sub sektor Jasa Perusahaan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank melambat paling dalam, masing-masing tumbuh sebesar 5,99% (yoy) dan 7,72% (yoy) pada triw ulan II 2014. Sementara itu, sub sektor bank juga menurun dari 9,53% (yoy) menjadi 9,22% (yoy).
Sumber: BPS Jatim , diolah
Grafik 1.55
Grafik 1.56
Pertumbuhan Sub Sektor Keuangan
Perkembangan Kredit Perbankan di Jatim
Kebijakan pembatasan kredit pada level 15-17% dan kenaikan suku bunga kredit masih menjadi sentimen utama perlambatan kinerja sektor keuangan. Namun demikian, sektor keuangan masih memiliki pertumbuhan laba yang relatif tinggi di kisaran 20,19% (yoy), meskipun menurun dibanding triw ulan sebelumnya (20,27% (yoy)) seiring dengan perlambatan kredit yang disalurkan. Sementara itu, perlambatan kinerja sub sektor jasa perusahaan disebabkan karena perlambatan usaha sew a alat transportasi. Di sisi lain, sew a bangunan masih
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
22
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
mencatatkan pertumbuhan yang positif seiring dengan relatif tingginya bahan bangunan dan tanah sehingga konsumen menunda melakukan pembangunan hunian dan cenderung menyew a rumah atau bangunan. Penyaluran kredit sektor perbankan cenderung menurun di triw ulan II 2014. Kredit berdasarkan lokasi proyek dan lokasi bank masih relatif tinggi, meskipun melambat dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya. Pada triw ulan ini, kredit lokasi proyek mencapai Rp 369,97 triliun, tumbuh sebesar 19,10% (yoy), melambat dibandingkan triw ulan sebelumnya yang mencapai 21,59% (yoy). Begitu pula dengan kredit berdasarkan lokasi bank yang tumbuh 18,99% (yoy) atau Rp 325,45 triliun, melambat dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya yang mencapai 23,18%
(yoy). Perlambatan jumlah kredit ini merupakan respon atas
peningkatan suku bunga kredit yang meningkat secara gradual sejak bulan September tahun 2013 hingga bulan Juni 2014 dan berada di titik 12,38% pada triw ulan ini. Peningkatan suku bunga kredit tersebut dinilai merupakan dampak dari ketatnya dana pihak ketiga seiring denganpeningkatan BI Rate dan mulai berada di level stabil 7,50% sejak November 2013 hingga kini.
e. Bangunan Kinerja sektor bangunan di triw ulan II 2014 mengalami penurunan. Pada triw ulan ini, sektor bangunan hanya mampu tumbuh sebesar 7,94% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya yang mencapai 9,54% (yoy). Penurunan kinerja ini juga terlihat pada indikator lain. Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) yang dilakukan oleh KPw BI Wilayah IV menunjukkan bahw a pembangunan properti residensial mengalami penurunan sebesar 13,4% dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya. Penurunan ini terutama disumbang oleh menurunnya pembangunan rumah tipe menengah dan besar masing
masing sebesar
20,1% dan 29,7% . Sedangkan pembangunan rumah tipe kecil turun sebesar 2,3% . Realisasi proyek infrastruktur di triw ulan II 2014 juga cenderung terbatas. Sejumlah sarana umum, seperti Jalan Tol Trans Jaw a dan Kereta Api Double Track masih terkendala pembebasan lahan di beberapa titik. Namun demikian, penjualan semen di triw ulan II 2014 mengalami peningkatan sebesar 11,06% (yoy) menjadi 1,97 juta ton. Hal ini dikarenakan terdapatnya lag w aktu satu triw ulan antara penjualan semen atau bahan bangunan dengan realisasi proyeknya. Pembelian semen oleh beberapa cenderung digunakan sebagai stok untuk pembangunan di kemudian hari.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
23
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
Tingginya suku bunga KPR hingga triw ulan II 2014 masih menjadi penghambat utama dalam pengembangan bisnis properti residensial di Jaw a Timur. Secara keseluruhan, kredit yang disalurkan untuk sektor bangunan mengalami penurunan sebesar dari tumbuh sebesar 30,62% (yoy) menjadi 26,76% (yoy) di triw ulan II 2014. Suku bunga KPR untuk rumah pribadi cenderung mengalami kenaikan rata-rata sebesar 4,56% . Peningkatan suku bunga tertinggi terutama terjadi pada rumah tipe menengah dan besar seiring dengan upaya menjaga sektor keuangan dari potensi buble. Suku bunga rumah tipe menengah (tipe 22-70) meningkat menjadi 10,65% menjadi 11,62% . Begitu pula dengan rumah tipe besar (tipe >70) yang meningkat dari 9,95% menjadi 10,20% . Di sisi lain, suku bunga untuk kegiatan usaha produktif (KPR Ruko/ Rukan) mengalami penurunan dan direspon dengan peningkatan volume KPR Ruko/Rukan yang relatif signifikan (meningkat dari tumbuh 31,79% (yoy) menjadi 115% (yoy) pada triw ulan II 2014.
Grafik 1.57
Grafik 1.58
Volume Penjualan Semen di Jaw a Timur
Pertumbuhan dan Suku Bunga KPR
unit
Grafik 1.59
Grafik 1.60
Indeks Harga Properti Residensial
Rata-Rata Pembangunan Properti Residensial
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
24
BAB I
f.
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
Pengangkutan dan Komunikasi Kinerja sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triw ulan II 2014 mengalami
perlambatan dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya. Sektor ini melambat dari 9,50% (yoy) menjadi 7,53% (yoy). Sumber perlambatan berasal dari sub sektor komunikasi seiring dengan pola tahunan yang kembali ke titik normalnya setelah relatif tinggi di triw ulan I 2014. Sub sektor angkutan juga mengalami kinerja yang menurun, terutama di sub sektor angkutan jalan raya. Pada triw ulan II 2014, sub sektor angkutan tumbuh 8,00% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 8,60% (yoy). Penurunan sub sektor angkutan disebabkan karena menurunnya kinerja angkutan jalan raya seiring dengan semakin tingginya kepadatan arus barang di Pantura Jaw a Timur yang meningkatkan w aktu tempuh dan efisiensi pengiriman barang. Sementara itu, arus penumpang di Tanjung Perak juga menurun, kembali ke titik normalnya pasca meningkat di triw ulan I 2014 seiring dengan perayaan tahun baru dan Imlek. Ke depan, seiring dengan tingginya arus mudik dan arus balik Lebaran 2014 diperkirakan meningkatan kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi secara signifikan.
Grafik 1.61 Arus Penumpang di Tanjung Perak
Grafik 1.62 Arus Barang di Tanjung Perak
Grafik 1.63
Grafik 1.64
Penumpang Domestik di Bandara Juanda
Penumpang Internasional di Bandara Juanda
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
25
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
BOKS I Kinerja Ekspor Manufaktur Jawa Timur Prospek dan Tantangannya Secara nasional, Jatim menyumbang ekspor manufaktur terbesar kedua setelah Jaw a Barat. Tercatat proporsi ekspor manufaktur Jaw a Timur selama bulan Januari s.d M ei 2014 adalah 12% , lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat sebesar 10% (grafik 1). Ditinjau dari sisi pertumbuhannya, kinerja ekspor Jatim terus mencatatkan angka positif hingga M ei 2014 dengan pertumbuhan mencapai 2% (yoy) (grafik 2). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun 2012 yang mencatat pertumbuhan negatif sebesar -20% (yoy). Pertumbuhan ekspor manufaktur Jaw a Timur lebih yang tinggi dibandingkan dengan Sumatera Utara dan Jaw a Barat menjadi indikasi positif potensi pengembangan ekspor ini ke depan. Indonesia
60%
20% 50%
40% 30% 20%
7%
7%
6%
6%
9%
9%
8%
8%
6% 8%
10%
10%
9%
9%
12%
12%
12%
12%
12%
11%
16%
17%
17%
17%
18%
2011
2012
2013
Jan'13 - Mei'13
Jan'14 - Mei'14
Sumut
(%, yoy)
Kaltim
Jatim
Riau
Sumut
10%
2% 0%
Riau
Jabar
15%
Jatim
-10%
Kaltim
-20%
Jabar
-30%
-11%
-7% 2012
-5%
-5% 2013
-4%
Jan'13 - Mei'13
Jan'14 - Mei'14
-13%
-20%
-40% 10%
-48%
-50%
0%
-53%
-60% -60%
-70%
Grafik 1
Grafik 2
Perkembangan Proporsi Ekspor
Pertumbuhan Ekspor
6000
EKSPOR
(Juta USD)
IMPOR
NET EKSPOR
4000 2000 0 I
-2000
II
III
IV
I
2012
II
III 2013
IV
I
II* 2014
-4000 -6000 Grafik 3 Kinerja Ekspor Jawa Timur
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
Net ekspor Jaw a Timur pada M ei 2014 mengalami net eksport yang lebih besar dibandingkan dengan M ei 2013. Berdasarkan klasifikasi SITC, kinerja ekspor komoditas animal and vegetable oil serta komoditas manufaktur menjadi komoditas pendukung perekonomian Jaw a Timur. Ekspor komoditas lainnya makanan minuman (mamin), kimia dan furniture Jaw a Timur selama bulan Januari s.d M ei 2014 tercatat meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Ekspor fu rniture meningkat dari -50% (yoy) pada Januari
M ei 2013, menjadi lebih dari 100% (yoy) pada periode yang
sama tahun 2014 (grafik 3). Demikian pula dengan ekspor kimia yang meningkat dari -50% (yoy) pada Januari
M ei 2013 menjadi 50% (yoy) pada periode 2014, dan mamin yang meningkat dengan
pertumbuhan di kisaran 25% (yoy) pada periode laporan. Sementara itu, komoditas utama Jaw a Timur yaitu logam dasar terkena dampak penerapan UU M inerba di th.2013 yang menyebabkan pertumbuhan tahunan tidak terlalu besar.
Permintaan ekspor Jaw a Timur kepada negara utama terus menunjukkan tren meningkat sejak tahun 2012. Pertumbuhan ekspor ke China mencatat pertumbuhan cukup signifikan dari -30% (yoy) menjadi lebih dari 50% (yoy) pada tahun 2014. Hal tersebut didukung o leh strategi diversifikasi negara tujuan ekspor yaitu Afrika Selatan & Timur Tengah (grafik 4). 150%
(%, yoy)
100%
Ekspor (All) Kimia Furniture Hasil dr Kayu Baju & Kulit Samak Tekstil
Logam Dasar Mamin Kertas Pertanian Mesin Elektrik
70% 60% 50%
(%, yoy)
Ekspor (All) MEE
Japan US
China Malaysia
40%
30%
50%
20% 10% 0%
0%
2012
2013
Jan'13 - Mei'13
Jan'14 - Mei'14
-50%
-10%
2012
2013
Jan'13 - Mei'13
Jan'14 - Mei'14
-20% -30%
-100%
-40%
Grafik 4
Grafik 5
Pertumbuhan Ekspor Jawa Timur per Komoditas
Perkembangan Ekspor Jawa Timur kepada Negara Tujuan Utama
Berdasarkan hasil quick survei kepada 54 (lima puluh empat) pelaku industri manufaktur di Jaw a Timur dengan skala usaha mayoritas < Rp 200 M (74% ), diketahui bahw a kinerja ekspor yang tercermin dari volume, harga jual dan margin sebagian besar responden masih stabil. Namun demikian, yang perlu diw aspadai adalah adanya indikasi penurunan ekspor yang cukup besar. Jumlah responden yang mengalami penurunan kinerja ekspor melalui penurunan volume dan marjin masing-masing mencapai 39% dan 32% .
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
Kinerja Ekspor Volume Naik
Volume Stabil
Kinerja Ekspor
Volume turun
Margin Naik
20%
32%
39%
41%
Margin Stabil
Marjin Turun
22%
46%
Grafik 6 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Ekspor
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
BOKS II Identifikasi Dini Pergeseran Ekonomi Sektoral di Jawa Timur Perekonomian Jaw a Timur mengalami pergeseran dalam kurun w aktu dua puluh tahun terakhir. Gambar 1 menunjukkan bahw a perekonomian tahun 1993 didominasi oleh sektor Industri Pengolahan yang memiliki share sebesar 30,67% , diikuti oleh sektor pertanian (26,28% ) dan sektor PHR sebesar 25,40% . Dua puluh tahun kemudian, pada 2013, terjadi pergeseran struktur ekonomi yang ditunjukkan oleh penurunan share Industri Pengolahan dan Pertanian. Share kedua sektor tersebut menurun masing-masing menjadi 26,60% dan 14,91% . Sementara itu, share sektor PHR justru mengalami peningkatan yang relatif signifikan di level 31,34% .
Penurunan share sektor
Pertanian terjadi seiring dengan semakin tingginya alih fungsi lahan dari lahan persaw ahan dan perkebunan yang ditransformasi menjadi areal perumahan, industri dan infrastruktur Pemerintah. Selain itu, return yang rendah di sektor ini menurunkan inisiatif pekerja, sehingga jumlah rumah tangga petani pun mengalami penurunan.
Gambar 1. Share PDRB Sektoral Jatim 1993 dan 2013 Penurunan sektor Industri pengolahan di Jaw a Timur dilatarbelakangi oleh beberapa faktor. Kinerja Rupiah yang terdepresiasi signifikan pasca tahun 1997 mampu meningkatkan biaya bahan baku industri terutama yang diimpor dari luar negeri. Berbagai krisis pun terjadi, baik di negara maju maupun negara berkembang, seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang dan Tiongkok yang secara langsung berpengaruh pada penurunan minat investasi asing di sektor ini. Di sisi lain, share sektor PHR yang meningkat dibandingkan dengan tahun 1993 terjadi atas relatif besarnya masyarakat yang beralih dari sektor formal ke sektor informal pasca kelesuan dan Pemberhentian Hubungan Kerja di era tahun 1997 an. Selain itu, Jaw a Timur yang masih menjadi hub utama perdagangan Indonesia Barat dan Indonesia Timur serta meningkatnya tren permintaan di kedua kaw asan tersebut mendorong kinerja
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
perdagangan Jaw a Timur. Jaw a Timur yang merupakan kota megapolis dengan agenda bisnis yang relatif tinggi turut menggerakkan sub sektor hotel dan restoran. Pergeseran ini pun tercermin dari penggunaan tenaga kerja di masing-masing sektor yang ditunjukkan pada grafik 2.
Gambar 2. Share Penggunaan Tenaga Kerja Sektoral di Jawa Timur Pertumbuhan
ekonomi
Jaw a
Gambar 3. Pertumbuhan Ekonomi Kab/Kota di Jawa Timur Timur
tercermin
oleh
pertumbuhan
ekonomi
di
38
Kabupaten/Kota di Jaw a Timur. Dalam kurun w aktu sebelas tahun terakhir, perekonomian di Kabupaten/Kota di Jatim terakselerasi relatif signifikan. Pada tahun 2013, pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh w ilayah perkotaan dengan dukungan sektor Industri Pengolahan yang relatif kuat, seperti Kota Batu (8,20% , yoy), Kota M adiun (8,07% , yoy), Kota Surabaya (7,34% , yoy), Kota M alang (7,30% , yoy), Kabupaten Gresik (7,14% , yoy) dan Kabupaten Sidoarjo (7,04% , yoy). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah terdapat pada w ilayah -w ilayah dengan dominasi sektor primer yang relatif tinggi, seperti Kab. Sampang yang hanya mampu tumbuh 5,74% (yoy), Kab. Pacitan (6,02% , yoy) dsb. Pergeseran sektoral pada struktur perekonomian juga terjadi di level Kabupaten/Kota di Jaw a Timur. Tabel 1 menunjukkan selisih antara share PDRB sektoral tahun 2006 dan 2013. Secara umum, penurunan share terjadi pada sektor Pertanian dan Industri Pengolahan di seluruh w ilayah kerja Bank Indonesia. Kabupaten/Kota di w ilayah kerja BI Jember (Jember, Lumajang, dsb.) merupakan salah satu sentra produksi pangan (padi) yang pada 2013 mengalami penurunan share sektor pertanian yang paling besar, yakni berkurang 4,3% jika dibandingkan dengan tahun 2006. Jika di breakdown lebih jauh, sub sektor yang mengalami penurunan share terbesar adalah tanaman bahan pangan. Sementara itu, di w ilayah kerja KPw BI Wilayah IV (Gresik, Sidoarjo, M ojokerto, Surabaya dsb), sektor yang paling besar mengalami penurunan share adalah sektor Industri Pengolahan. Di sisi lain, sektor PHR di semua w ilayah kerja mengalami pertumbuhan positif share sektor tersebut.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
Tabel 1. Selisih Share PDRB Sektoral per Wilayah Kerja Bank Indonesia Tahun 2006 dan 2013 Sektoral 1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 9. JASA-JASA
Tabel 2. Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi per Wilayah Kerja Bank Indonesia 2007-2013
Wil.IV Malang Kediri Jember JATIM (1.9) (2.6) (3.2) (4.3) (2.6) 1.7 (0.2) (0.2) (0.1) 0.9 (3.4) 0.0 (0.5) (0.1) (2.0) (0.0) (0.3) (0.1) (0.1) (0.1) (0.2) 0.5 0.3 0.2 0.1 3.9 3.1 4.1 4.2 3.9 0.4 (0.2) 0.1 0.2 0.3 0.1 0.3 0.1 (0.0) 0.1 (0.6) (0.6) (0.6) 0.1 (0.5)
Adanya transformasi struktural baik di level Provinsi Jaw a Timur maupun Kabupaten/Kota perlu dicermati. M engingat sektor pertanian dan industri pengolahan merupakan sektor produktif yang mampu menggerakkan sektor-sektor lainnya. M aka, penurunan kinerja di kedua sektor tersebut diperkirakan mampu mengurangi kinerja ekonomi Jaw a Timur secara keseluruhan. Pengurangan share sektor pertanian dan industri pengolahan serta perlambatan pertumbuhan kedua sektor tersebut mampu mengancam ketahanan pangan Jaw a Timur dan volume perdagangan Jaw a Timur. Peningkatan kinerja sektor PHR tanpa dukungan sektor produktif diperkirakan berpengaruh pada impor barang antar daerah maupun luar negeri.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
BOX III POLA KONSUMSI DAN PERPUTARAN UANG MENJELANG LEBARAN
PROFIL RESPONDEN Dalam upaya menangkap pergerakan konsumsi masyarakat yang secara umum diperkirakan meningkat menjelang Lebaran, dilakukan survei khusus yaitu survei pola konsumsi dan perputaran uang menjelang lebaran. Survei ini bertujuan untuk mengetahui perubahan konsumsi masyarakat menjelang Lebaran yang dilakukan melalui pendekatan dari sisi pedagang, baik grosir maupun eceran, terutama pada kelompok komoditas bahan makanan dan sandang. Selain itu, juga bermaksud untuk menangkap adanya peningkatan perdagangan antar daerah selama bulan Ramadhan dan pergerakan perputaran uang di Kota Surabaya selama bulan Ramadhan. Survei dilakukan kepada 100 responden pedagang di Kota Surabaya dengan komposisi 40% pedagang sembako, 40% pedagang sandang (pakaian dan perlengkapannya) serta 20% pedagang makanan jadi dan minuman. Dilihat dari tujuan penjualannya, sebagian besar responden merupakan pedagang yang melayani pembelian grosir dan eceran. Hanya sebagian kecil yang melayani penjualan khusus untuk kepentingan grosir.
Grafik 1. Sebaran Responden Per Komoditas
Grafik 2. Sebaran Target Pembelian Per Komoditas 100% 80%
Sembako 40%
Sandang 40%
70%
60%
Grosir & Eceran 90%
92%
Eceran
40%
Mamin 20%
Grosir
20% 30%
0%
Sembako
POLA KONSUM SI M ENJELANG LEBARAN Faktor
seasonal
lebaran,
memberikan
80%
konsumsi masyarakat, khususnya Kota Surabaya yang
60%
tercatat mengalami kenaikan yang relatif signifikan.
40%
signifikan
terhadap
perubahan
20%
84%
responden
dan 10%
responden mencatatkan tidak adanya
93%
70%
NAIK SAMA
15% 15%
menyebutkan
terjadi kenaikan omset penjualan menjelang lebaran
Sandang
TURUN
Kenaikan konsumsi diindikasikan dari hasil survei, dimana sebanyak
8%
Mamin
95%
100%
pola
pengaruh
10%
5%
8%
Mamin
Sandang
0% Sembako
Grafik 3. Pola Penjualan M enjelang Lebaran Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
perubahan omset penjualan dibandingkan dengan kondisi normal. Dan hanya 6% responden mengalami penurunan penjualan menjelang lebaran khususnya terjadi pada pedagang u ntuk komoditas sembako. Berdasarkan komoditas yang dijual, penjualan sembako secara umum mengalami kenaikan penjualan dibandingkan kondisi normal. Peningkatan omset penjualan terjadi pada 70% pedagang sembako yang disurvei. Peningkatan permintaan menjelang lebaran, khususnya untuk komoditas gula, tepung terigu dan telur menjadi pendorong utama peningkatan omset penjualan. Sementara itu, terdapat 15% responden yang mencatatkan penurunan penjualan disebabkan oleh stok barang yang tidak tersedia dan juga faktor persaingan usaha yang semakin tinggi. Sementara untuk komoditas makanan jadi dan minuman, hampir seluruh responden mencatatkan kenaikan omset penjualan (95% ) dan hanya 5% yang tidak mengalami perubahan omset penjualan dibandingkan kondisi biasanya. Kondisi tersebut sejalan dengan penjualan komoditas sandang, dimana 93% responden yang mengalami kenaikan penjualan dan 8% mencatatkan tidak ada perubahan pola konsumsi antara kondisi normal dan menjelang lebaran. Kenaikan omset penjualan untuk komoditas sembako rata-rata sebesar 88,35% , komoditas makanan jadi dan minuman sebesar 181% dan komoditas sandang mengalami kenaikan omset penjualan paling tinggi sebesar 229% dibandingkan dengan kondisi normal. Berdasarkan sebarannya, sebagian besar pedagang komoditas sandang (68% ) mengalami kenaikan penjualan di atas 120% , dan beberapa pedagang mengalami kenaikan sampai dengan 900% . Hal ini sekaligus menggambarkan karakteristik masyarakat Kota Surabaya pada khususnya, dimana konsumsi sandang banyak dilakukan menjelang Lebaran.
Grafik 4. % Kenaikan Omset Dibanding Biasa 100%
Grafik 5. % Kenaikan Dibanding Ramadhan 2013 100%
5%
9% 9%
>121%
20%
10%
15% 20%
91% - 120%
91% - 120% 68%
60% 26%
61% - 90%
60%
31% - 60%
40%
73%
61% - 90%
25%
40% 15%
20%
38%
14% 14% 3%
0%
Sembako
Mamin
Sandang
80% 76%
1% - 30%
31% - 60% 1% - 30%
20%
3% 20%
>121%
14%
80%
80%
5% 5%
28%
<0%
<0% 5%
0%
Sembako
Mamin
Sandang
Sementara itu, dibandingkan dengan momen Ramadhan Tahun 2013, kenaikan penjualan pada Ramadhan 2014 tidak terlalu signifikan, bahkan untuk komoditas tertentu mengalami penurunan penjualan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada komoditas sembako, rata-rata kenaikan sebesar 1,08% , sebanyak 73% mengalami kenaikan pada range 1% - 30% dan 28% pedagang tercatat mengalami penurunan dibandingkan Ramadhan 2013. Sementara untuk komoditas makanan jadi dan minuman, 80% pedagang mengalami kenaikan pada range 1% - 30% dengan rata-rata kenaikan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
penjualan komoditas M amin sebesar 21% . Kondisi berbeda terjadi pada komoditas sandang, dimana proporsi responden yang mengalami kenaikan penjualan lebih rendah dibandingkan yang menurun. Dari hasil survei terlihat bahw a sebanyak 76% mengalami penurunan penjualan dibandingkan Ramadhan 2013 dan hanya 14% yang mengalami kenaikan pada range 1% - 30% . Hal ini menyebabkan rata-rata penjualan komoditas sandang mengalami penurunan sebesar 18% . Penurunan penjualan komoditas sandang disebabkan momen Lebaran yang bertepatan dengan Tahun Ajaran Baru untuk anak sekolah, sehingga masyarakat mengurangi porsi konsumsi untuk Lebaran dan dialihkan ke kebutuhan sekolah anak.
Grafik 6. Bulan Terjadi Kenaikan Penjualan
Grafik 7. Bulan Persiapan untuk Pemenuhan Stok 70%
67%
70% Sembako
60%
Mamin
Sandang
60%
55% 48%
50%
65%
Sembako
Mamin
Sandang
50% 40%
38%
40%
40%
35% 30%
30%
30% 21% 20%
20% 13%
10%
5%
5%
MARET
APRIL
15% 15%
25%
20% 10%
30%
15% 5% 5%
8% 3%
15% 10%
8% 5%
3%
0%
0% JANUARI
FEBRUARI
MEI
JUNI
JULI
JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI
JULI
Kenaikan penjualan paling banyak terjadi pada bulan Juni, yaitu menjelang bulan Ramadhan. Karakteristik responden yang merupakan pedagang grosir w alaupun juga melayani pembelian eceran menyebabkan puncak penjualan sebelum ramadhan untuk keperluan stok bagi pedagang eceran. Penjualan komoditas sembako dan sandang tercatat meningkat mulai bulan M ei dan puncaknya pada Juni dan pada bulan Juli sudah mulai menurun. Demikian pula dengan komoditas makanan dan minuman, yang mencapai puncak penjualan pada bulan Juni. Namun dibandingkan dengan komoditas sembako, penjualan mamin sudah mulai meningkat pada bulan M aret. Untuk mengantisipasi lonjakan kenaikan penjualan, sebagian besar pedagang menaikkan stok barang dagangan dan menyew a gudang sebagai tempat untuk penyimpanan stok menjelang Lebaran. Pemenuhan stok sudah mulai dilakukan pada bulan Januari khususnya untuk komoditas sembako dan mamin. Pemenuhan stok mulai meningkat pada bulan M aret dan April serta mencapai puncak pada bulan M ei, sebulan sebelum perkiraan lonjakan permintaan terjadi. Sementara untuk komodit as sandang, pemenuhan stok untuk antisipasi lebaran mulai pada bulan April, meningkat signifikan di bulan M ei dan mulai menurun di bulan Juni. Strategi lain yang dilakukan pedagang untuk merespon kenaikan penjualan adalah menaikkan harga jual. Hasil survei menunjukkan bahw a 53% responden menjaw ab terdapat kenaikan harga jual produk, 46% menyatakan tidak ada perubahan atau penyesuaian harga dan hanya 1% yang menyebutkan terjadi penurunan. Berdasarkan jenis barang, komoditas sembako dan mamin adalah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
komoditas yang banyak mengalami kenaikan harga, sementara pada komoditas sandang hanya 35% yang mengalami kenaikan dan 63% tidak ada perubahan harga. Grafik 8. Tingkat Harga M enjelang Lebaran
Grafik 9. Persentase Kenaikan Harga 40%
80%
35%
68%
Sembako
63%
60%
Mamin
Sandang
30%
60%
25%
Naik
40%
40%
35%
33%
Sama
15%
15% 13%
Turun 20%
20%
20%
20% 10%
10% 5%
3%
0%
Sembako
Mamin
0%
Sandang
1% - 10%
11%-20%
21%-30%
>30%
Persentase kenaikan harga menjelang lebaran berkisar antara 5% - 30% . Bila dibandingkan antar komoditas, persentase kenaikan harga menjelang lebaran untuk komoditas sandang lebih rendah dibandingkan dengan mamin dan sembako. Bagi pedagang komoditas sandang, kenaikan harga dari produsen menjadi faktor utama kenaikan harga, sementara meningkatnya permintaan menjelang lebaran tidak berpengaruh signifikan dalam penentuan harga. Sedangkan pada komoditas sembako dan makanan minuman, selain kenaikan harga dari produsen, faktor lain yang mempengaruhi kenaikan harga adalah adanya tambahan biaya tenaga kerja, kenaikan biaya transportasi, stok yang terbatas serta meningkatnya permintaan masyarakat. Pengaruh kenaikan harga pembelian dari produsen berpengaruh signifikan dalam penentuan harga di tingkat pedagang, karena komposisi biaya tertinggi
pada
level
pedagang
adalah
100%
80%
43%
biaya 60%
76%
Lainnya
69%
pembelian yaitu rata-rata sebesar 63% . Pada komoditas sembako, komposisi biaya pembelian mencapai 76% dari total biaya, disusul oleh biaya
Harga pembelian 26%
40%
Tenaga Kerja Biaya Pengiriman
20%
pengiriman dan tenaga kerja yang mempunyai
16% 12%
30%
12%
15%
Sembako
Mamin
0%
porsi berimbang masing-masing sebesar 12% .
Sandang
Sementara untuk komoditas makanan minuman, komposisi terbesar masih pada biaya pembelian yaitu 69% , disusul oleh biaya tenaga kerja sebesar 16% dan biaya pengiriman sebesar 15% . Pada komoditas sandang, biaya pembelian masih mendominasi struktur biaya w alaupun tidak sebesar dua komoditas yang lain. Komposisi biaya pengiriman untuk komoditas sandang juga tergolong tinggi yaitu sebesar 30% sehingga kenaikan ongkos angkut relatif berdampak terhadap penentuan harga. Pada ramadhan 2014, kenaikan biaya pengiriman pada komoditas sandang berkisar antara 1% - 10% , sedangkan untuk komoditas sembako terjadi kenaikan biaya pengiriman pada range 11% - 20% .
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
PERDAGANGAN ANTAR DAERAH Kota Surabaya merupakan pusat perdagangan di Wilayah Jaw a Timur, sehingga perdagangan antar daerah diperkirakan ikut meningkat seiring dengan peningkatan aktivitas penjualan menjelang Lebaran. Berdasarkan jenis barangnya, daerah asal barang untuk komoditas sembako sebagian besar dari Kota Surabaya dan luar kota dalam satu Provinsi yaitu daerah Bangkalan, Pam ekasan, Gresik, Lamongan, M alang, Sidoarjo dan Probolinggo. Sementara untuk komoditas makanan dan minuman, selain berasal dari Kota Surabaya dan sekitarnya, juga berasal dari Provinsi lain w alaupun hanya 10% yaitu dari Provinsi DKI Jakarta dan Banjarmasin. Perdagangan antar daerah paling terlihat pada komoditas sandang, dimana w ilayah asal barang selain berasal dari dalam Kota Surabaya dan sekitarnya (Kediri, Tulungagung dan Sidoarjo) juga dari Luar Provinsi yaitu Jaw a Barat, Jakarta dan Pekalongan serta dari Luar Negeri yaitu China.
Grafik 11. Daerah Asal Barang 100%
Grafik 12. Daerah Asal Pembeli
98%
100% 90%
Sembako
Mamin
Sandang
60%
81%
80%
75%
80%
Sembako
Mamin
Sandang
65%
63%
63%
60%
60%
52% 43%
35%
40%
40% 23%
19%
20%
20%
10%
5%
5%
1%
0%
0% Kota Surabaya
Luar Kota
Luar Provinsi
Luar Negeri
Kota Surabaya
Luar Kota
Luar Provinsi
Luar Negeri
Sementara untuk daerah asal pembeli sebagian besar berasal dari Kota Surabaya dan daerah lain di Provinsi Jaw a Timur. Sementara komoditas sandang, terdapat 5% pembeli yang berasal dari Luar Provinsi yaitu Jaw a Tengah, Bali serta Kalimantan Timur. Sedangkan pembeli yang berasal dari Luar Negeri adalah pembeli dari M alaysia. Sebagaimana pola seasonal, permintaan komoditas dari w ilayah lain juga ikut mengalami kenaikan. Rata-rata kenaikan pembelian dari luar kota dalam Provinsi Jaw a Timur sebesar 30% , sementara untuk peningkatan pembelian dari Luar Provinsi Jaw a Timur rata-rata mencapai 17,5% dibandingkan dengan kondisi normalnya. Sedangkan untuk pembelian dari Luar Negeri hanya meningkat sekitar 5% dari kondisi normal.
PERPUTARAN UANG TUNAI Seiring
dengan
peningkatan
konsumsi masyarakat, perputaran
uang
diperkirakan
ikut
mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan sebagian besar pedagang masih menggunakan sistem pembayaran secara konvensional yaitu pembayaran secara t unai, baik untuk pembayaran guna pembelian barang maupun untuk penjualan. Untuk komoditas sembako dan makanan minuman, komposisi pembayaran secara tunai untuk pembelian bahan baku adalah sebesar 99% dan sisanya melalui transfer. Sementara untuk komoditas sandang, komposisi pembayaran yang dilakukan secara
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
tunai mencapai 73% , transfer 25% dan sisanya menggunakan debet. Sedangkan untuk penjualan barang ke konsumen, dari semua komoditas yang disurvei, penggunaan metode pembayaran menggunakan transfer dan debet masih sangat minim dilakukan.
Grafik 13. M etode Pembayaran Pembelian 100%
1%
Grafik 14. M etode Pembayaran Penjualan Barang 100%
2% 25%
99%
Transfer
40%
73%
3%
99%
97%
98%
60%
Debet 99%
4%
80%
80%
60%
2%
Transfer
Tunai
40%
Tunai
20%
20%
0%
0% Sembako
Mamin
Sandang
Sembako
Mamin
Sandang
Dengan mengacu pada kondisi diatas, tingkat kebutuhan uang tunai di masyarakat diperkirakan mengalami peningkatan relatif tinggi. Dengan kenaikan rata-rata omset penjualan mencapai 150% untuk semua komoditas, perputaran uang tunai diperkirakan ikut meningkat 150% dibandingkan dengan kondisi normal. Kebutuhan uang tunai per denominasi secara umum kebutuhan UPB (Uang Pecahan Besar) sedikit lebih banyak dibandingkan dengan UPK (Uang Pecahan Kecil). Pada perdagangan sembako dan makanan minuman, kebutuhan paling besar terdapat pada uang dengan denominasi Rp 50.000,-
Rp 100.000,-, sementara untuk denominasi lainnya secara umum merata. Dibandingkan
dengan pecahan lainnya, kebutuhan uang logam tercatat paling kecil, bahkan untuk pedagang komoditas sandang, sangat minim memerlukan pecahan uang logam dalam transaksi sehari
hari.
Pecahan yang paling banyak digunakan untuk keperluan transaksi adalah pecahan dengan denominasi Rp 10.000,- ke atas. Sebagian besar pedagang memperoleh kebutuhan pecahan uang dari Bank Umum maupun tukar antar pedagang, hanya 13% yang memanfaatkan Bank Indonesia untuk penukaran uang. Pecahan uang yang sulit didapatkan sebagian besar adalah denominasi
Rp 5.000,-, disusul dengan pecahan
Rp 1.000,- dan uang logam Rp 500,-. Grafik 15. Kebutuhan Uang 100% 12% 80%
8%
Grafik 16. Denominasi yang sulit didapat 40%
10%
Sembako
15%
Mamin
30%
30%
12%
Uang Logam
11% 60%
12%
24%
14% 40%
20% 15%
Rp 10.000
17% 24%
13%
Rp 20.000 Rp 50.000 - Rp 100.000
28%
23%
Rp 1.000 - Rp 2.000 Rp 5.000
17%
20%
Sandang
19%
17%
10% 8%
10% 3%
35% 22%
0% 0% Sembako
Mamin
Sandang
500
1000
5000
10000
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
Permasalahan yang banyak dihadapi oleh pedagang di Kota Surabaya adalah masalah pemodalan. Pengajuan kredit ke bank yang relatif sulit dirasakan oleh 38% pedagang, selain itu kenaikan harga dari produsen ataupun tengkulak ikut menjadi kendala bagi 29% pedagang yang disurvei. Kendala lainnya adalah ketersediaan stok, infrastruktur yang kurang mendukung serta kenaikan biaya tenaga kerja. Harapan yang disampaikan pedagang kepada Pemerintah Daerah antara lain adalah mempermudah akses pengajuan kredit ke Bank untuk pemodalan, terjaganya keamanan dan kestabilan ekonomi, penertiban harga serta pembenahan infrastruktur. Grafik 17. Kendala Usaha
Grafik 18. Harapan Kepada Pemerintah
Stok Barang 8% Infrastruktur 8% Biaya Tenaga Kerja 8%
Modal 38%
Penertiban Harga 12%
Kenaikan Harga 29%
Lainnya 9%
Infrastruktur 9%
Peduli Pedagang Kecil 14% Suku Bunga 2%
Pemodalan 37% Ekonomi Stabil 12% Keamanan 14%
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
Bab 2 Perkembangan Inflasi Jawa Timur
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
2 PERKEM BANGAN INFLASI 2.1 KONDISI UM UM Inflasi Jatim
pada Triw ulan II 2014 sebesar 6,66%
(yoy) sedikit
meningkat
dibandingkan triw ulan sebelumnya (6,59% ) dan lebih rendah dibandingkan inflasi nasional (6,70% ). Perhitungan inflasi pada tahun 2014 ini tidak lagi menggunakan Survei Biaya Hidup (SBH) tahun 2007 melainkan menggunakan SBH tahun 2012 dan dilakukan di 8 (delapan) Kabupaten/Kota di Jaw a Timur yaitu Surabaya, M alang, Kediri, Jember, Sumenep, Probolinggo, M adiun dan Banyuw angi. Pada periode ini, kelompok core inflation menjadi penyumbang utama inflasi Jaw a Timur (3,09% -yoy), disusul oleh administered price (2,48% ) dan core inflation (1,09% ). Tingginya ekspektasi masyarakat menjelang Ramadhan dan Idul Fitri mendorong kenaikan konsumsi, dan menjadi salah satu penyebab kenaikan inflasi kelompok inti. Inflasi kelompok
administered price lebih didorong oleh penyesuaian tarip listrik khususnya untuk rumah tangga R3 (>6.600 VA) dan adanya pajak daerah tembakau yang mempengaruhi harga rokok.Sedangkan inflasi kelompok volatile food w alaupun telah kembali kepada pola normal namun sedikit meningkat disebabkan tingginya permintaan masyarakat akan bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan pada saat Ramadhan.
Grafik 2.1. Inflasi Jaw a Timur & Nasional (yoy)
Grafik 2.2.Perkembangan Inflasi Jaw a Timur
Grafik 2.3. Disagregasi Inflasi Jaw a Timur (yoy)
Grafik 2.4. Perbandingan Inflasi di Kaw asan Jaw a (yoy)
26
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
Jika dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Jaw a, inflasi Jaw a Timur menempati urutan terendah ketiga setelah Jaw a Barat dan DI Yogyakarta. Terkendalinya inflasi tersebut tidak lepas dari peran serta semua pihak yang dikoordinasikan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jaw a Timur. Realisasi inflasi di kaw asan Jaw a mulai dari yang terendah yaitu Jaw a Barat (6,08% ), DI Yogyakarta (6,35% ), Jaw a Timur (6,66% ), DKI Jakarta (7,09% ), Jaw a Tengah (7,26% ) dan tertinggi di Provinsi Banten (8,52% ).
2.2
INFLASI BULANAN (mtm) Sepanjang Triw ulan II 2014, secara bulanan Jaw a Timur masih mengalami inflasi,
namun lebih rendah dibandingkan Triw ulan I 2014. Inflasi secara bertahap mulai meningkat dan mencapai titik tertinggi pada Juni 2014 (0,36% ) yang didorong oleh kenaikan harga pada kelompok bahan makanan (0,92% ) dan sandang (0,51% ).Tingginya inflasi kelompok bahan makanan dipicu oleh kenaikan harga pada sub kelompok bumbu-bumbuan (5,58% ), telur dan hasil-hasilnya (2,73% ), dan daging dan hasil-hasilnya (2,26% ). Sedangkan pada kelompok sandang, kenaikan harga emas perhiasan (0,71% ) menjadi penyebab utama. Penahan laju inflasi adalah deflasi kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (-0,05% ) melalui koreksi harga tarifkereta api (-4,00% ) dan angkutan udara (0,06% ) sebagai dampak minimnya hari libur dan belum dimulainya arus mobilitas masyarakat. Tabel 2.1 Inflasi Triw ulan I Tahun 2014 & Triw ulan II Tahun 2014 di Jaw a Timur (mtm)
No
1 2 3 4 5 6
Kelompok Barang
Tw I-2014 RataJan Feb M ar Rata
Tw II-2014 Apr M ay Jun
RataRata
Umum
1.06 0.28 0.23
0.52
0.01 0.21 0.36
0.19
Bahan M akanan M amin, Rokok & Tembakau perumahan, Air, Listrik, Gas & BB Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
1.96 0.88 1.33 0.79 0.62 0.13
-0.37 0.42 0.31 0.22 0.60 0.24
0.63 0.68 0.58 0.50 0.45 0.16
-1.48 0.78 0.28 -0.37 0.86 0.40
0.92 0.45 0.26 0.51 0.24 0.06
-0.31 0.52 0.27 0.22 0.65 0.16
0.52 0.07 0.56
0.38
0.42 0.42 -0.05
0.26
7 Transpor, Komunikasi
0.31 0.75 0.09 0.49 0.14 0.10
-0.39 0.31 0.26 0.51 0.86 0.04
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
Walaupun kelompok bahan makanan adalah penyumbang utama inflasi Juni 2014, namun berdasarkan rata-rata selama 3 (tiga) bulan terakhir, kelompok kesehatan justru mengalami inflasi yang terbesar (0,65% ), disusul oleh kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau (0,52% ). Tingginya inflasi pada kelompok kesehatan sebagai dampak pemberlakuan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai Barang M ew ah (PPN BM ), dimana beberapa
27
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
produk kebutuhan sehari-hari yang merupakan komoditas sub kelompok peraw atan jasmani dan
kosmetika
memang
dikategorikan
sebagai
luxury
goodsmengalami
kenaikan
harga.Sedangkan tingginya inflasi kelompok makanan jadi disebabkan dampak lanjutan inflasi kelompok bahan makanan dan berlanjutnya penyesuaian cukai rokok serta pajak daerah atas tembakau oleh produsen rokok.
Grafik 2.5. Inflasi per Kelompok Barang Triw ulan II-2014
Grafik 2.6.Inflasi April 2014per Kelompok Barang (mtm)
(mtm)
Grafik 2.7.Inflasi M ei 2014per Kelompok Barang (mtm)
Grafik 2.8.Inflasi Juni 2014per Kelompok Barang (mtm)
Berdasarkan grafik inflasi bulanan di atas (bulan April, M ei dan Juni 2014), secara rata-rata tampak bahw a pendorong utama inflasi bulanan untuk Triw ulan II 2014 masih kelompok
administered price yang berdampak pada peningkatan harga secara kelompok transportasi, kelompok makanan minuman, rokok dan tembakau dan kelomp ok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Sedangkan kelompok bahan makanan selama 2 (dua) periode aw al justru menjadi penahan laju inflasi dengan mengalami deflasi masing-masing -1,48% dan 0,39% .
28
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
Perkembangan inflasi bulanan secara ringkas selama Triw ulan II 2014 adalah sebagai berikut :
1. Bulan April 2014
- Pada April 2014, Jaw a Timur mengalami inflasi sebesar 0,01% , lebih rendah dibandingkan M aret 2014 (0,23% ) yang disebabkan tingginya deflasi kelompok bahan makanan (-1,48% ) khususnya sub kelompok bumbu-bumbuan (-8,58% ) dan padipadian (-3,17% ).Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH), cabai merah mengalami penurunan harga dari Rp42.726 (M aret 2014) menjadi Rp37.819 (April 2014) karena telah dimulainya musim panen di beberapa sentra produksi di Jaw a Timur, yaitu M alang, Tuban dan Blitar. Sedangkan komoditas cabai raw it yang pada saat terjadinya erupsi Gunung Kelud Februari 2014 lalu mengalami peningkatan harga hingga mencapai Rp91.848/kg, pada April 2014 telah turun menjadi Rp77.223/kg atau mengalami deflasi sebesar -13,75% .
- Sub kelompok padi-padian melalui komoditas beras juga mengalami deflasi terbesar selama 2 (dua) tahun terakhir (-3,50% ) utamanya terjadi pada beras medium (IR 64 I)karena telah dimulainya masa panen raya di sentra utama beras di Jaw a Timur (Jember, Lamongan dan Jombang).
Grafik 2.9.Inflasi Komoditas Bumbu-Bumbuan (mtm)
Grafik 2.10. Inflasi Sub Kelompok Padi-Padian (mtm)
- Pendorong laju inflasi pada April 2014 adalah kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau (0,78% ) melalui kenaikan harga makanan jadi dan rokok, serta kelompok
kesehatan
(0,86% )
melalui
kenaikan
tarip
rumah
sakit
(1,03% ).
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, kenaikan Pajak Pertambahan Nilai Barang M ew ah (PPN BM ) serta pelemahan nilai Rupiah menjadi penyebab utamanya. Tercatat beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain sabun mandi cair (5,62% ), sabun w ajah (2,88% ) dan sabun mandi (2,79% ). Sedangkan untuk kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau, penyesuaian berbagai kebijakan terkait rokok menyebabkan harga rokok kretek filter meningkat sebesar 1,01% .
29
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
2. Bulan M ei 2014
- Inflasi Jaw a Timur sebesar 0,21% meningkat dibandingkan April 2014 (0,01% ). Pendorong utama adalah inflasi pada kelompok kesehatan (0,86% ), sandang (0,51% ) dan transportasi (0,42% ). Sedangkan berdasarkan komoditasnya inflasi Jaw a Timur disumbang oleh kenaikan harga daging ayam ras (7,43% ), telur ayam ras (9,17% ) dan angkutan udara (4,73% ).
- M asih sejalan dengan periode sebelumnya, penyesuaian harga oleh produsen akibat kenaikan PPN BM menyebabkan kenaikan harga komoditas kelompok ini tetap berlanjut.Sedangkan inflasi pada kelompok sandang utamanya disumbang oleh kenaikan harga komoditas seragam sekolah anak (7,35% ) dan emas perhiasan (0,21% ). Akan dimulainya tahun ajaran baru mendorong kenaikan kebutuhan masyarakat akan perlengkapan penunjang pendidikan, sehingga menjadi salah satu pemicu kenaikan harga komoditas ini.
- Kenaikan harga daging ayam ras salah satunya karena adanya kebijakan tentang suplai bibit ayam atau day old chicken (DOC) dan impor bibit indukan ayam atau grand
parent stock (GPS)dari Kementrian Perdagangan yang membatasi produksi ayam. Sedangkan kenaikan harga telur ayam ras dikarenakan para peternak mulai memasok kepada para pengusaha kecil sehingga persediaan telur di pasar menjadi relatif berkurang. Akan tibanya moment bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri menyebabkan para pengusaha kecil (home industry) mulai melakukan proses produksi makanan dan kue-kue lebaran sehingga permintaan akan telur ayam ras sebagai salah satu bahan utama menjadi meningkat, sedangkan di lain sisi tingkat produksi telur ayam ras relatif tetap.
Grafik 2.11.Inflasi Daging dan Telur (mtm)
Grafik 2.12.Inflasi Transportasi (mtm)
- Kelompok transportasi juga mengalami inflasi yang relatif tinggi khususnya disumbang oleh
kenaikan
harga
pada
angkutan
udara
(4,73% )
dan
tarip
kereta
api
(9,99% ).Banyaknya hari libur pada M ei 2014 serta berlanjutnya penyesuaian harga sesuai Peraturan M enteri Perhubungan Nomor 2 tahun 2014 tentang Besaran Biaya
30
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
Tambahan Tarif Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadw al Dalam Negeri menjadi penyebab utama inflasi.
- Penahan laju inflasi pada M ei 2014 adalah kelompok bahan makanan (-0,39% ). Walaupun 3 (tiga) komoditas utama penyumbang inflasi berasal dari kelompok bahan makanan, namun secara kumulatif kelompok ini masih mengalami deflasi melalui koreksi harga sub kelompok bumbu-bumbuan (-16,38% ) khususnya komoditas cabai raw it (-62,63% ) dan cabai merah (-19,84% ) serta sub kelompok padi-padian (-0,68% ) khususnya komoditas beras (-0,79% ).
3. Bulan Juni 2014
- Jaw a Timur mengalami inflasi sebesar 0,36% pada Juni 2014. Berbeda dibandingkan 2 (dua) periode sebelumnya (April dan M ei), pada Juni 2014 kelompok bahan makanan menjadi penyumbang utama inflasi di Jaw a Timur (0,92% ) disusul oleh kelompok sandang (0,51% ) dan kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau (0,45% ). Tingginya inflasi
kelompok
bahan
makanan
tercermin
pula pada komoditas
penyumbangnya. Tercatat komoditas baw ang merah, telur ayam ras dan daging ayam ras menjadi penyumbang utama inflasi, masing-masing sebesar 19,10% , 7,83% dan 4,26% .
- Tingginya inflasi baw ang merah disebabkan oleh sisi permintaan maupun penaw aran. Dari sisi permintaan, peningkatan konsumsi komoditas tersebut di masyarakat sehubungan dengan persediaan pangan dan belanja kebutuhan menjelang bulan puasa menjadi pendorong utama. Peningkatan permintaan tersebut tidak diimbangi sisi penaw aran karena beberapa daerah sentra produksi baw ang merah (seperti di Nganjuk) masih mengalami musim tanam.Berdasarkan pola produksi baw ang merah di Jaw a Timur, pada bulan M ei dan Juni tingkat produksi baw ang merah hanya mencapai 3,42% dan 6,56% dari total produksi selama 1 (satu) tahun dan meningkat kembali pada bulan Juli dan Agustus di kisaran 12% -13% per bulan.
- Selain bahan makanan, tariflistrik dan emas perhiasan juga menjadi penyumbang inflasi pada Juni 2014. Inflasi tarip listrik sebagai dampak penyesuaian tarif pada kelompok rumah tangga R3 (>6.600 VA) yang proporsi pelanggannya di Jaw a Timur hanya sebesar 0,23%
dan proporsi penggunaan (KWH) mencapai 2,85% .Sedangkan
kenaikan harga emas perhiasan dari Rp449.313/gr menjadi Rp450.688/gr (sesuai hasil SPH) disebabkan oleh peningkatan harga emas dunia (dari US$ 1.251/oz menjadi US$ 1.318/oz pada akhir Juni 2014) dan melemahnya nilai tukar Rupiah yang pada akhir Juni 2014 mencapai Rp11.892/US$ (M ei 2014 : Rp11.532/US$).
31
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
Grafik 2.13. Inflasi Kelompok Sandang (mtm)
Grafik 2.14. Inflasi Tarip Listrik (mtm)
- Penahan laju inflasi kelompok volatile foods adalah deflasi pada sub kelompok sayursayuran (-0,73% ) dan buah-buahan (-0,45% ), khususnya melalui komoditas jeruk (2,14% ), salak (-8,05% ), semangka (-3,89% ) dan saw i hijau (-3,79% ) khususnya di daerah Jember dan M alang sebagai faktor kondusifnya cuaca sehingga mendorong berhasilnya hasil panen. Komoditas lain yang menahan laju inflasi adalah cabai merah dan cabai raw it yang pada periode sebelumnya mengalami inflasi.
2.3. INFLASI TRIWULANAN (qt q) Laju inflasi pada Triw ulan II 2014 sebesar 0,58% (qtq), turun dibandingkan Triw ulan I 2014 yang sebesar 1,58% . Penurunan laju inflasi dibandingkan periode sebelumnya karena tertahannya inflasi kelompok bahan makanan(-0,96% ) serta melambatnya inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (0,81% ) dan kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau (1,56% ). Tabel 2.2 Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jaw a Timur (qtq)
No
Kelompok Barang
Inflasi QTQ Sumbangan Inflasi QTQ 2013 2014 2013 2014 Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
1 2 3 4 5
Umum Bahan M akanan M amin, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB Sandang Kesehatan
0.11 -2.36 0.89 0.97 -4.37 1.11
3.72 4.34 2.31 1.57 5.69 0.97
0.73 0.34 1.13 1.57 -1.28 0.47
1.58 1.90 2.07 1.74 1.51 1.36
0.58 -0.96 1.56 0.81 0.65 1.97
0.11 -0.48 0.15 0.24 -0.30 0.06
3.72 0.73 0.91 0.07 0.37 0.18 0.38 0.39 0.37 -0.09 0.05 0.02
1.58 0.58 0.39 -0.19 0.33 0.25 0.43 0.20 0.10 0.04 0.07 0.10
6 7
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi
0.18 3.32
2.08 7.87
1.02 1.09
0.47 1.15
0.50 0.79
0.02 0.58
0.18 1.47
0.04 0.21
0.09 0.20
0.04 0.15
Sumber : BPS, data diolah
Turunnya inflasi bahan makanan karena melimpahnya pasokan di masyarakat (dimulainya musim panen yang sempat bergeser karena adanya bencana banjir dan erupsi Gunung Kelud di Triw ulan I 2014), w alaupun terdapat perlambatan kinerja di sektor pertanian seiring dengan tingginya alih fungsi lahan, penurunan jumlah rumah tangga petani
32
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
di Triw ulan II 2014, penurunan luas lahan yang dipanen dan kenaikan biaya usaha tani.Selain itu, tertahannya kenaikan lebih lanjut pada komoditas bahan bakar rumah tangga (LPG 12 kg) juga menjadi faktor relatif rendahnya inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Sedangkan berdasarkan sumbangannya, kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau memberikan sumbangan terbesar (0,25% ), disusul oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (0,20% ) serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (0,15% )yang menunjukkan bahw a sumbangan inflasi pada Triw ulan II 2014 masih disebabkan oleh kelompok administered price.
Grafik 2.15Inflasi (qtq) Sub KelompokBahan M akanan
Grafik 2.16Inflasi (qtq) Sub KelompokBahan M akanan
Grafik 2.17Inflasi (qtq) Sub KelompokM akanan, M inuman,
Grafik 2.18 Inflasi (qtq) Sub Kelompok Perumahan, Air,
Rokok dan Tembakau
Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Dengan mencermati kelompok penyumbang utama inflasi secara triw ulanan serta volatilitasnya, analisis lebih lanjut akan dilakukan terhadap kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau serta kelompok bahan makanan. Berdasarkan sub kelompoknya pada Triw ulan II 2014 untuk kedua kelompok tersebut, secara triw ulanan kenaikan tertinggi terjadi pada sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol,sub kelompoktelur, susu dan hasilhasilnya, serta sub kelompok daging dan hasil-hasilnya. Penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut :
33
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
Tembakau dan M inuman Beralkohol Secara triw ulanan, komoditas pada sub kelompok
ini
yang
mengalami
inflasi
tertinggi adalah rokok putih (2,99% ) dan rokok
kretek
filter
(1,99% ),
namun
berdasarkan sumbangannya, penyumbang inflasi terbesar adalah rokok kretek filter dan rokok kretek.Berdasarkan grafik di Grafik 2.19 Komoditas Penyumbang Inflasi Sub Kelompok Tembakau dan M inuman Beralkohol (qtq)
samping, tampak bahw a kedua komoditas tersebut mengalami inflasi sejak tahun
2013 sebagai dampak kebijakan penyesuaian tarif cukai rokok.Pada tahun 2014, produsen kembali melakukan penyesuaian harga seiring dengan kenaikan pajak yang dikenakan daerah kepada tembakau (10% ) w alaupun cukai tidak mengalami kenaikan tahun 2014. Berdasarkan hasil liaison ke salah satu produsen rokok besar di Jaw a Timur, produsen masih akan terus menaikkan harga rokok secara bertahap sebagai dampak kenaikan cukai di 2013 dan pajak daerah, sehingga komoditas ini masih akan menjadi salah satu penyumbang inflasi di tahun 2014.
Telur, Susu dan Hasil-Hasilnya Sub kelompok ini mengalami inflasi sebesar 9,29% (qtq) pada Triw ulan II 2014, meningkat signifikan dibandingkan Triw ulan I 2013 yang hanya mengalami inflasi 0,08% . Inflasi terbesar pada sub kelompok ini terjadi pada komoditas telur ayam ras (25,79% -qtq), disusul oleh susu untuk w anita (5,08% ) dan telur puyuh (4,99% ). Tingginya inflasi sub kelompok ini, khususnya telur ayam ras disebabkan baik oleh faktor permintaan maupun penaw aran. Dari sisi permintaan karena akan tibanya bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri sehingga
masyarakat
meningkatkan
pembelian
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi selama
bulan
Ramadhan.
Sedangkan
dari
sisi
Grafik 2.20 Inflasi Sub KelompokTelur, Susu dan HasilHasilnya (qtq)
penaw aran, produksi telur ayam ras Jaw a Timur
tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat Jaw a Timur saja.Berdasarkan informasi dari Dinas Peternakan Provinsi Jaw a Timur, beberapa sentra produksi telur ayam ras seperti Blitar, Kediri, Tulungagung dan M alang juga memasok kebutuhan telur ke beberapa provinsi di Indonesia seperti DKI Jakarta, Kalimantan, Sulaw esi dan Nusa Tenggara. Dengan mempertimbangkan
34
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
pola konsumsi menjelang Hari Raya Idul Fitri, diproyeksi kebutuhan masyarakat akan telur ayam ras masih akan meningkat hingga mencapai kisaran 118 ribu ton.
Daging dan Hasil-Hasilnya Pada Triw ulan II 2014, sub kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami inflasi sebesar 6,05% (qtq), meningkat dibandingkan Triw ulan I 2014 yang mencapai 0,13% . Penyumbang utama inflasi sub kelompok ini adalah komoditas daging ayam ras (13,20% ) dan daging sapi (0,55% ).Kenaikan harga daging ayam ras terjadi pada tingkat peternak sehingga mendorong pula kenaikan harga di segmen tengkulak dan pedagang. Pemicu lain peningkatan harga daging ayam ras adalah masih berlanjutnya aturan terkait suplai bibit ayam atau day old chicken (DOC) dan impor bibit indukan ayam atau grand parent stock Grafik 2.21 Inflasi Sub KelompokDaging dan Hasil-
(GPS)
dari
Kementerian
Perdagangan
yang
Hasilnya (qtq)
membatasi produksi ayam. Peraturan tersebut dikeluarkan untuk melindungi jatuhnya harga ayam ras akibat tingginya produksi DOC yang akan merugikan peternak. Namun di sisi lain, peraturan tersebut mendorong kenaikan harga khususnya di w ilayah yang tidak memiliki produksi ayam ras yang melimpah. Dari sisi permintaan, sejalan dengan telur ayam ras tingkat konsumsi masyarakat akan komoditas ini juga meningkat menjelang hari bulan Ramadhan sehingga memicu pula kenaikan harga.
2.4. INFLASI TAHUNAN (yoy) Secara tahunan, inflasi Jaw a Timur pada Triw ulan II 2014 mencapai 6,66% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (5,92% ) namun masih dibaw ah inflasi nasional (6,70% ).Berdasarkan kelompoknya, kenaikan tertinggi terjadi pada kelompok transportasi dan komunikasi (10,67% ), disusul oleh kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau (7,25% ) dan kelompok bahan makanan (6,42% ). Sedangkan berdasarkan sumbangannya, kelompok transportasi dan komunikasi juga menjadi penyumbang terbesar (2,00% ), diikuti oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (1,33% ) dan kelompok bahan makanan (1,28% ). Peningkatan inflasi tersebut masih merupakan imbas dari, kenaikan BBM dan tarif listrik di tahun 2013, penyesuaian harga bahan bakar rumah tangga di tahun 2014, fluktuasi produksi komoditas pertanian, penyesuaian tarip listrik rumah tangga pada Triw ulan II 2014, penyesuaian tariftransportasi di tahun 2014, belum stabilnya nilai Rupiah dan pergerakan harga komoditas internasional.
35
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
Tabel 2.3 Inflasi Jaw a Timur (yoy) Per Kelompok Barang
No
Kelompok Barang
Inflasi YOY Sumbangan Inflasi YOY 2013 2014 2013 2014 Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw I Tw II Tw III Tw I Tw II
Umum 1 Bahan M akanan 2 M amin, Rokok & Tembakau 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB
5.92 11.27 6.12 4.53
7.78 13.20 5.83 5.46
7.59 11.78 6.19 6.09
6.59 5.98 6.46 5.41
6.66 6.42 7.25 5.40
5.92 2.27 1.00 1.14
7.78 2.76 0.93 1.33
4 Sandang 5 Kesehatan
-2.25 -0.29 -1.88 1.88 3.69 3.80 3.59 3.95
6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 7 Transpor, Komunikasi
4.40 2.91 3.63 2.65 3.00 0.40 0.25 5.23 12.61 12.94 13.33 10.67 0.92 2.36
7.59 2.38 1.00 1.50
6.59 1.23 1.05 1.33
6.66 1.28 1.19 1.33
5.01 -0.15 -0.02 -0.12 0.12 4.95 0.19 0.19 0.18 0.19
0.33 0.25
0.32 2.42
0.23 2.47
0.26 2.00
Sumber: BPS, data diolah
Berbeda dengan tahun 2013, pada tahun 2014 kelompok sandang mulai mengalami inflasi sebagai dampak kenaikan harga emas internasional dan depresiasi Rupiah. Demikian pula dengan kelompok kesehatan yang selama tahun 2013 mengalami inflasi relatif rendah, pada tahun 2014 mulai meningkat mencapai 4,95% salah satunya sebagai dampak penyesuaian harga akibat penerapan PPN BM pada barang kebutuhan sehari-hari.
Grafik 2.22 Inflasi Tahunan (yoy) Sub Kelompok 2013 -
Grafik 2.23 Inflasi Kelompok Bahan M akanan, M akanan
2014
Jadi, Sandang dan Tranpor (yoy) 2010-2014
Jika dibandingkan dengan Juni 2013, mayoritas kelompok mengalami kenaikan inflasi, dimana kenaikan terbesar terjadi pada kelompok sandang (5,01% ) dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (10,67% ).Tingginya inflasi pada kelompok sandang dipengaruhi utamanya oleh pergerakan harga komoditas emas perhiasan. Secara internal, akan tibanya Hari Raya Idul Fitri direspon dengan peningkatan permintaan masyarakat akan emas perhiasan. Sedangkan dari sisi eksternal, peningkatan harga emas dunia (dari US$ 1.251/oz menjadi US$ 1.318/oz pada akhir Juni 2014) dan melemahnya nilai tukar Rupiah yang pada akhir Juni 2014 mencapai Rp11.892/US$ (M ei 2014 : Rp11.532/US$) merupakan kombinasi yang menyebabkan inflasi emas perhiasan meningkat signifikan
36
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
sebesar 10,58% (Juni 2013 : -9,76% - yoy). Sedangkan inflasi pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan utamanya disebabkan oleh inflasi angkutan udara yang mencapai 47,34% .
Grafik 2.24.Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan
Grafik 2.25.Inflasi (yoy) Kelompok Transpor, Komunikasi dan
M akanan Tahun 2013 - 2014
Jasa Keuangan
Berbeda dengan kedua kelompok sebelumnya, kelompok bahan makanan w alaupun masih
mengalami
inflasi
(6,42% -yoy)
namun
berada
pada
tingkat
yang
lebih
rendahdibandingkan Juni 2013 (11,27% ). Termoderasinya inflasi kelompok bahan makanan sebagaimana yang telah diproyeksi pada periode sebelumnya disebabkan oleh koreksi harga pada sub kelompok bumbu-bumbuan (-10,72% ), sayur-sayuran (0,90% ) dan buah-buahan sebagai dampak telah dimulainya musim panen dan telah hilangnya dampak kebijakan pengendalian impor produk hortikultura di aw al tahun 2013. Penurunan yang lebih dalam tertahan oleh inflasi sub kelompok ikan segar (16,00% ) dan lemak dan minyak (12,27% ).
2.5. INFLASI M ENURUT KOTA Pada tahun 2014 ini, terdapat penambahan kabupaten/kota yang diukur inflasinya secara
nasional
yaitu
dari
7
(tujuh)
kabupaten/kota
menjadi
8
(delapan)
kabupaten/kota.Secara tahunan (yoy), inflasi tertinggi terjadi di Kota Banyuw angi (7,17% ), disusul kemudian Probolinggo (7,04% ), M alang (6,91% ), Surabaya (6,57% ), Kediri (6,54% ), Jember (6,53% ), M adiun (6,42% ) dan Sumenep (6,00% ). Sedangkan secara bulanan, inflasi tertinggi terjadi di Sumenep (0,70% ), Kediri (0,52% ), Probolinggo (0,47% ), M adiun (0,43% ), Banyuw angi dan Surabaya (0,37% ), M alang (0,31% ) dan Jember (0,12% ).
37
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
Tabel 2.4 Inflasi 8 Kota di Jaw a Timur
Wilayah Jaw a Timur Surabaya M alang Kediri Jember Sumenep Probolinggo M adiun Banyuw angi
Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi Tahunan (yoy) 2013 2014 2013 2014 Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 0.11 0.11 0.35 0.60 -0.25 -0.53 0.03 -0.31
3.72 3.66 3.69 4.07 3.95 3.33 4.05 3.77
0.73 0.69 0.92 0.68 0.57 0.46 0.87 0.77
1.58 1.65 1.51 1.35 1.32 1.63 1.13 1.71 1.82
0.58 0.71 0.55 0.30 0.56 0.19 0.45 0.27 0.18
5.93 5.86 6.46 6.05 5.38 5.59 6.39 5.10
7.78 7.75 8.17 7.78 7.77 6.79 8.02 7.23
7.59 7.52 7.92 8.05 7.21 6.63 7.96 7.52
6.59 6.36 7.19 7.00 6.50 5.45 7.22 6.23 6.71
6.66 6.57 6.91 6.54 6.53 6.00 7.04 6.42 7.17
Sumber: BPS, Data diolah.
Secara bulanan, terjadinya inflasi di 8 (delapan) Kabupaten/Kota tersebut mayoritas disebabkan peningkatan harga pada kelompok bahan makanan (khususnya daging, telur dan bumbu-bumbuan), kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau, serta kelompok sandang sebagai dampak tingginya permintaan menjelang bulan Ramadhan. Kabupaten Sumenep mengalami inflasi terbesar untuk kelompok bahan makanan (1,65% - mtm) khususnya untuk bumbu-bumbuan (7,43% ) dan telur, susu dan hasil-hasilnya (4,04% ). Hal ini karena Kabupaten Sumenep bukan merupakan sentra utama untuk komoditas bumbubumbuan dan telurayam ras sehingga ketersediaan komoditas tersebut di pasar tergantung pada kelancaran distribusi dari daerah lain. Inflasi tertinggi untuk kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau terjadi di Kota Kediri (0,88% ) khususnya pada sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol (1,45% ). Kota Kediri merupakan salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia sehingga perubahan tingkat harga rokok akibat penyesuaian cukai dan pajak daerah akan langsung direspon oleh masyarakat (pedagang dan konsumen) di Kota tersebut.
Grafik 2.26.Perbandingan Inflasi Tahunan (mtm)
Grafik 2.27.Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy)
8 Kota di Jaw aTimur
8 Kota di Jaw aTimur
38
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
Sedangkan inflasi kelompok sandang tertinggi terjadi di Kabupaten Sumenep (1,73% ) khususnya pada sandang anak-anak (3,21% ). Hal ini menunjukkan tingginya animo masyarakat di Kabupaten Sumenep untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri dengan meningkatkan konsumsi sandang. Inflasi tertinggi periode ini terjadi di Kabupaten Banyuw angi (7,17% ) melalui kenaikan harga baw ang merah dan baw ang putih sebesar 12,24% dan 10,71% (mtm) yang mendorong inflasi bahan makanan meningkat menjadi 0,92% (mtm) atau 14,05% (yoy). Sedangkan inflasi terendah berada di Kabupaten Sumenep melalui koreksiharga komoditas ikan-ikanan (tongkol pindang : -4,59% dan tongkol/ambu-ambu : -6,46% ) sehingga mendorong inflasi kelompok bahan makanan hanya mengalami inflasi sebesar 3,87% (yoy). Tabel 2.5 Inflasi 8kota di Jaw a Timur per Kelompok Barang & Jasa Triw ulan II-2014 (% yoy)
Kelompok Barang
Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun Banyuwangi
Umum
6.66
6.57
6.91
6.54
6.53
6.00
7.04
6.42
7.17
Bahan M akanan
6.42
6.84
3.84
2.15
8.01
3.87
7.35
5.38
14.05
M amin, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi
7.25 5.40 5.01 4.95 3.00 10.67
7.34 5.43 5.35 5.20 2.95 10.01
7.64 5.65 4.36 3.79 1.66 15.51
9.13 5.25 5.78 5.79 6.96 10.54
5.16 4.95 3.49 9.29 2.35 9.37
9.24 4.46 7.09 6.29 6.11 7.41
9.12 6.13 2.48 2.98 4.01 9.82
10.38 5.05 3.00 4.17 5.51 7.74
1.30 5.01 7.12 1.77 0.87 6.61
Sumber : BPS, data diolah
Sedangkan berdasarkan kelompok barang penyumbang inflasi, sumber tekanan inflasi di 8 (delapan) kabupaten/kota pada Triw ulan II 2014 ini secara tahunan bersumberdari 2 (dua) kelompok utama yaitu kelompoktransportasi, komunikasi dan jasa keuangan dan kelompok bahan makanan.Hal ini karena tingginya bobot kedua kelompok tersebut dalam konsumsi masyarakat yang mencapai 18,63% dan 20,11% . Selain itu, penyebab yang relatif sama dan berdampak serupa di seluruh w ilayah di Jaw a Timur yaitu kenaikan tarif angkutan udara serta peningkatan konsumsi menjelang bulan Ramadhan (khususnya daging ayam ras dan telur ayam ras) menyebabkan kelompok yang terdampak juga relatif sama. Tabel 2.6 Sumbangan Inflasi 8 Kota di Jaw a Timur Per Kelompok Barang & Jasa Triw ulan II-2014 (% yoy)
Kelompok Barang
Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun Banyuwangi
Umum
6.66
6.57
6.91
6.54
6.53
6.00
7.04
6.42
7.17
Bahan M akanan M amin, Rokok & Tembakau
1.28 1.19
1.33 1.20
0.69 1.27
0.44 1.65
1.91 0.75
0.95 1.45
1.89 1.56
1.04 1.95
4.39 0.18
Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB Sandang Kesehatan
1.33 0.33 0.25
1.40 0.37 0.26
1.44 0.25 0.18
1.15 0.30 0.29
0.98 0.22 0.47
0.90 0.53 0.35
1.10 0.15 0.14
1.21 0.17 0.24
0.85 0.58 0.07
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi
0.26 2.00
0.25 1.80
0.16 3.11
0.53 2.27
0.20 2.06
0.50 1.37
0.37 1.88
0.48 1.38
0.06 1.25
Sumber : BPS, data diolah
39
BAB II
2.6.
PERKEM BANGAN INFLASI
DISAGREGASIINFLASI Berdasarkan disagregasinya, secara tahunan inflasi Jatim didorong oleh peningkatan
harga kelompok administered price dan volatile foods pada tingkat14,09% dan 6,15% , sedangkan kelompok core inflation sedikit meningkat yaitu sebesar 4,92% (yoy).Berdasarkan sumbangannya,
inflasi
terbesar
oleh
kelompok
core inflation(3,09% ), disusul oleh
administered price(2,48% ) dan kelompok volatile foods(1,09% ).Fluktuasi harga komoditas internasional, dampak pelemahan nilai Rupiah serta berbagai kebijakan Pemerintah selama 1 (satu) tahun terakhir telah ditransmisikan oleh para pelaku usaha kepada tingkat harga konsumen.
Grafik 2.28. Disagregasi Inflasi Jaw a Timur (yoy)
Grafik 2.29. Perbandingan Disagregasi Inflasi Jatim & Rata-Ratanya(yoy)
Inflasi kelompok volatile food telah kembali kepada pola normalnya sejak akhir Triw ulan I 2014 yaitu berada di kisaran 5% - 8% sebagai dampak telah dimulainya panen raya khususnya untuk komoditas beras dan hortikultura. Inflasi kelompok administered price mulai melambat w alaupun belum kembali kepada pola normalnya yang utamanya disebabkan oleh penyesuaian tarif transportasi dan bahan bakar rumah tangga. Inflasi kelompok ini diproyeksi kembali kepada pola normalnya (kisaran 2% - 4% ) pada Juli 2014 sebagai dampak telah hilangnya unsur base year IHK 2013.
Grafik 2.30.Perbandingan
Disagregasi Inflasi Jaw a Timur (mtm)
Grafik 2.31.Disagregasi Inflasi (mtm) Jaw a Timur
40
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
Berbeda dengan disagregasi tahunan, secara bulanan inflasi Jaw a Timur pada Triw ulan II 2014 lebih didorong oleh inflasi kelompok volatile food (0,99% - mtm) dengan sumbangan sebesar 0,17% , disusul oleh kelompok core inflation (0,24% ) yang menyumbang inflasi sebesar 0,15% dan kelompok
administered price (0,20% ) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,04% . Rendahnya inflasi kelompok administered price karena terjadinya deflasi pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (-0,05% ) yang disebabkan koreksi tarip kereta api (-4,00% ) dan angkutan udara (-0,06% ) akibat minimnya hari libur nasional apda Juni 2014.
Volat ile f oods Kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 0,99% (mtm) atau 6,15% (yoy), meningkat dibandingkan M ei 2014 yang mengalami deflasi -0,56% (mtm) atau 5,71% (yoy) dan menyumbang inflasi Jatim sebesar 1,09% (yoy).Secara bulanan, tekanan inflasi pada kelompok ini utamanya didorong oleh sub kelompok bumbu-bumbuan (5,58% -mtm), telur, susu dan hasil-hasilnya (2,73% ) dan daging dan hasil-hasilnya (2,26% ). Sedangkan berdasarkan komoditasnya, penyumbang utama inflasi adalah baw ang merah (19,10% ), baw ang putih (19,03% ), telur ayam ras (7,83% ) dan daging ayam ras (4,26% ). Sub kelompok bumbu-bumbuan yang mengalami inflasi terbesar di kelompok bahan makanan, disumbang oleh kenaikan harga baw ang merah dan baw ang putih masing-masing sebesar 19,10% dan 19,03% . Sedangkan komoditas cabai merah dan cabai raw it yang pada periode sebelumnya sempat menjadi penyumbang inflasi, pada periode ini justru mengalami deflasi sebesar -4,34% dan -14,25% . Tingginya inflasi baw ang merah dan baw ang putih disebabkan baik oleh sisi permintaan maupun penaw aran. Dari sisi permintaan, peningkatan konsumsi komoditas tersebut di masyarakat sehubungan dengan persediaan pangan dan belanja kebutuhan menjelang bulan puasa menjadi pendorong utama.Peningkatan permintaan tersebut tidak diimbangi sisi penaw aran yang memadai karena beberapa daerah sentra produksi baw ang merah di Nganjuk masih mengalami musim tanam dan dipanen bulan September. Sedangkan di Probolinggo, beberapa petani mengalihkan penanaman lahannya dari baw ang merah menjadi jagung karena faktor iklim yang relatif kering dan rendahnya harga baw ang merah di pasaran yang merugikan petani baw ang merah. Berdasarkan pola produksi baw ang merah di Jaw a Timur, pada bulan M ei dan Juni tingkat produksi baw ang merah hanya mencapai 3,42% dan 6,56% dari total produksi selama 1 (satu) tahun dan meningkat kembali pada bulan Juli dan Agustus di kisaran 12% -13%
per bulan. Sementara kenaikan harga baw ang putih
merupakan dampak kenaikan harga di pasar internasional dari USD 580 per ton menjadi USD 640 sebagai pengaruh berkurangnya hasil panen di Tiongkok.
41
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
Penyumbang inflasi terbesar kedua adalah telur ayam ras (7,83% -mtm atau 2,73% yoy) yang disebabkan faktor tingginya permintaan masyarakat. Inflasi telur ayam ras tertinggi terjadi di Sumenep (11,59% ) dan terendah di Banyuw angi (1,08% ). Berdasarkan informasi dari Dinas Peternakan Provinsi Jaw a Timur, beberapa sentra produksi telur ayam ras seperti Blitar, Kediri, Tulungagung dan M alang juga memasok kebutuhan telur ke beberapa provinsi di Indonesia seperti DKI Jakarta, Kalimantan, Sulaw esi dan Nusa Tenggara sehingga tidak seluruhnya dikonsumsi oleh masyarakat Jaw a Timur. Sub kelompok daging dan hasil-hasilnya melalui komoditas daging ayam ras juga menjadi salah satu penyumbang utama inflasi kelompok volatile foods. Inflasi komoditas ini terjadi di 8 Kabupaten/Kota dengan inflasi tertinggi di M adiun (6,84% ) dan terendah di Jember (1,38% ). M asih sejalan dengan periode sebelumnya kenaikan harga terjadi pada tingkat peternak sehingga mendorong pula kenaikan harga di segmen tengkulak dan pedagang. Pemicu lain peningkatan harga daging ayam ras adalah masih berlanjutnya aturan terkait suplai bibit ayam atau day old chicken (DOC) dan impor bibit indukan ayam atau
grand parent stock (GPS) dari Kementerian Perdagangan yang membatasi produksi ayam.
Core Inf lat ion Inflasi kelompok ini relatif turun dari 0,31% (mtm-M ei 2014) menjadi 0,24% (Juni 2014). Sedangkan secara tahunan sedikit meningkat dari 4,73% (M ei 2014) menjadi 4,92% (Juni 2014) dan menyumbang inflasi Jatim sebesar 3,09% .Penyebab peningkatan inflasi inti berasal dari aspek eksternal dan internal. Dari sisi eksternal, tekanan inflasi inti meningkat terutama didorong oleh depresiasi nilai tukar Rupiah. Secara rata-rata bulanan, nilai tukar Rupiah melemah cukup signifikan yakni sebesar 3,01% (mtm) dari Rp11.532 (M ei) ke Rp11.892 (Juni). Dampak pelemahan nilai tukar ini tertahan oleh berlanjutnya penurunan harga komoditas global yang terkait dengan impor.
Walaupun
tekanan
eksternal
meningkat,
namun
belum
secara
signifikan
mempengaruhi tingkat harga di Jaw a Timur pada periode ini, tercermin dari inflasi core
traded yang hanya sebesar 0,34% relatif stabil dibandingkan M ei 2014 (0,36% ). Dari sisi internal, tekanan inflasi inti bersumber dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,46% -mtm) dan kelompok sandang (0,52% ) yang tercermin dari peningkatan harga makanan ringan/snack (2,15% ) dan emas perhiasan 0,71% . Berdasarkan pembentuknya, secara bulanan kelompok inti tradable mengalami peningkatan yang lebih besar dibandingkan non tradable namun dengan trend menurun dibandingkan di aw al tahun. Sedangkan secara tahunan, inflasi inti tradable mengalami trend yang meningkat
42
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
dibandingkan tahun sebelumnya sebagai dampak depresiasi Rupiah dan kondisi eksternal yang masih belum stabil. Dari
sisi
ekspektasi,
terdapat
penurunan
optimisme
masyarakat
terhadap
perkembangan perekonomian di Jaw a Timur yang tercermin dari penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (dari 124,41-M ei 2014 menjadi 119,41-Juni 2014). Penurunan tersebut didorong oleh turunnya Indeks Ekspektasi Konsumen (dari 129,62-M ei 2014 menjadi 124,80Juni 2014) dan Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (dari 119,20-M ei 2014 menjadi 114,02-Juni 2014). Sedangkan perubahan harga secara umum dalam 3 bulan yang akan datang menunjukkan
ekspektasi
peningkatan
kenaikan
harga
utamanya
didorong
oleh
meningkatnya ekspektasi pada kelompok kesehatan. Sebaliknya, dalam jangka w aktu yang lebih panjang (6 bulan) ekspektasi masyarakat kembali turun seiring dengan berlalunya potensi tekanan inflasi di Triw ulan III 2014. Hal ini mengindikasikan bahw a pada Juni 2014 relatif rendahnya ekspektasi masyarakat mendorong inflasi yang stabil dan terkendali.
Grafik 2.32.Indeks Keyakinan & Ekspektasi Konsumen
Grafik 2.33 .Ekspektasi Harga Pedagang yang Akan Datang
Administ ered Price Inflasi administeredprice pada Juni 2014 secara bulanan melambat dari 0,56% (M ei 2014) menjadi 0,20% (Juni 2014). Sedangkan secara tahunan turun dari 17,83% (M ei 2014) menjadi 14,09% (Juni 2014) serta menyumbang inflasi Jaw a Timur sebesar 2,48% , sebagai dampak deflasi sub kelompok transportasi. M elambatnya inflasi kelompok administered
price
karena
adanya
deflasi
sub
kelompok
transportasi sebesar -0,09% melalui penurunan tarif
Tabel 2.7. Komoditas Penyumbang Inflasi dan
Tabel 3. Komoditas Penyumbang Inflasi dan Deflasi Kel. Administered Price Deflasi Kelompok Administered Price Komoditas
kereta api (-4,00% ) dan angkutan udara (-0,06% ). Penyumbang utama inflasi pada periode laporan adalah
kenaikan
tarif
listrik
(1,55% )
sebagai
Tarip Listrik Rokok Kretek Filter Rokok Kretek Tarip Jalan Tol
Jun-14 Inflasi mtm Sumbangan (%) (%) 1.3449 0.0369 0.4528 0.0069 0.5053 0.0043 2.0061 0.0012
dampak penyesuaian tarif pada kelompok rumah
43
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
tangga R3 (>6.600 VA) yang proporsi pelanggannya di Jaw a Timur hanya sebesar 0,23% dan proporsi penggunaan (KWH) mencapai 2,85% . Selain transportasi dan tarif listrik, sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol juga mengalami kenaikan harga yaitu rokok kretek (0,51% ) dan rokok kretek filter (0,45% ). Peningkatan harga tersebut terjadi akibat penyesuaian harga yang dilakukan oleh produsen seiring dengan kenaikan pajak yang dikenakan daerah kepada tembakau (10% ) w alaupun cukai tidak mengalami kenaikan tahun 2014.
44
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
BOKS IV Konektivitas Daerah Untuk Memperkuat Perdagangan Antar Daerah Konektivitas merupakan aspek yang penting dalam konstelasi perdagangan antar w ilayah di Jaw a Timur. Suatu w ilayah memiliki ketergantungan yang tinggi pada w ilayah lain baik sebagai pengguna output yang dihasilkan w ilayah lain maupun sebagai penyuplai input bagi w ilayah lain. Namun demikian, ketersediaan data perdagangan antar w ilayah cenderung terbatas. Focus Group Discussion dilakukan terhadap pelaku usaha di Jaw a Timur pada komoditas strategis (beras, daging ayam, daging sapi, dan rokok) untuk mengetahui gambaran alur perdagangan antar w ilayah di Jaw a Timur.
Gambar 1. Peta Distribusi Beras Jatim
Gambar 2. Lima Provinsi Terbesar Tujuan Ekspor
Beras
Komoditas beras Jatim yang menyumbang 17,18%
stok beras nasional yang
dihasilkan dari Kabupaten/Kota di w ilayah Barat Utara Jatim. Wilayah tersebut terdiri dari M adiun, Jombang, Nganjuk, Ngaw i yang menyumbang 45% produksi beras Jatim. Surplus beras (terutama di bulan Februari dan M aret) setelah dikurangi untuk konsumsi Jatim (69% ), sisanya
didistribusikan
ke
w ilayah
lain
Gambar 3. Provinsi Tujuan Ekspor Daging Ayam Jatim
yang
mengalami defisit. Lima besar provinsi tujuan ekspor
beras
(15,08% ),
NTT
Jatim
adalah
(13,80% ),
Sumatera Papua
Utara
(11,28% ),
Sumatera Barat (6,17% ) dan Jaw a Tengah (4,13% ). Hal ini juga merupakan salah satu langkah dalam menjaga kestabilan harga beras, terutama saat mengalami kelebihan pasokan. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
Komoditas daging ayam sebanyak 49% digunakan untuk memenuhi kebutuhan Jatim, sementara itu sisanya didistribusikan ke Provinsi lain. Indonesia Timur merupakan tujuan utama ekspor daging ayam, terutama Papua (16% ) dan Kalimantan (14% ). Pasokan daging ayam diperoleh dari peternak inti plasma yang berada di Kabupaten Blitar, Probolinggo dan Jombang. Pola serupa juga terlihat pada komoditas daging sapi yang banyak didistribusikan ke Kalimantan Barat dan DKI Jakarta. Sementara untuk komoditas rokok yang merupakan komoditas industri unggulan Jatim banyak didistribusikan hampir merata ke seluruh w ilayah Indonesia. Jaw a Timur menyumbang 30-40% produksi rokok nasional yang didukung oleh produsen di Kota Kediri, M alang dan Surabaya. Dilihat dari sisi komponen biaya logistik, Indonesia memiliki biaya logistik yang paling tinggi di Asia Tenggara, yaitu 25-30% dari PDB (Prasetyo, 2012). Di Jaw a Timur, rata-rata biaya logistik komoditas strategis tersebut berkisar antara 5-20% dari total biaya. Komoditas daging ayam dan daging sapi memiliki komponen biaya logistik sebesar 5-10% jika dikirim ke Provinsi di Jaw a, dan 10-20% jika dikirim ke luar Jaw a. Komoditas ini memerlukan biaya logistik yang lebih besar dikarenakan daging yang dijual ke luar Jaw a sebanyak 80% dikirim dalam bentuk frozen untuk antisipasi terhadap w aktu pengiriman yang panjang (8 hari dari Jaw a ke Papua). Kapal khusus yang mengakomodasi komoditas beku juga relatif terbatas. Komoditas daging ayam yang dikirim Jatim ke luar Jaw a harus melalui Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, sedangkan untuk komoditas daging sapi harus dikirim melalui Pelabuhan Tanjung M as, Jaw a Tengah. Kondisi demikian disebabkan biaya pengangkutan dengan kapal khusus dari pelabuhan Tanjung Perak (Jatim) lebih mahal dibandingkan kedua pelabuhan tersebut. Biaya logistik komoditas rokok berkisar antara 5-7% untuk produsen berskala besar. Sementara, perusahaan berskala kecil memiliki biaya logistik yang lebih besar, yakni 15-20% . Hal ini dikarenakan perusahaan berskala besar lebih mampu mengoptimalkan penggunaan sumber dayanya sehingga menikmati keunggulan karena efisiensi produksi dan distribusi. Konektivitas perdagangan Jaw a Timur akan semakin terakselerasi dengan dukungan infrastruktur yang memadai. Perkembangan M P3EI Jaw a Timur hingga periode ini menunjukkan progress yang relatif baik. Pelabuhan Teluk Lamong senilai Rp4,1 triliun telah Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
terselesaikan hingga 90% dan berencana operasi pada September/Oktober 2014. Sementara itu, proyek double track senilai Rp19,4 triliun telah terselesaikan 97,6% untuk w ilayah Jatim dan berencana operasi pada Desember 2014. Selanjutnya, pada tahun 2015 akan dimulai pembangunan monorail dan trem di tengah kota Surabaya senilai Rp760 miliar. Pada bulan Juli 2014, Bandara Notohadinegoro di Jember juga telah diresmikan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
3
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Kinerja perbankan di Jaw a Timur pada triw ulan II 2014, secara umum masih menunjukkan perkembangan yang relatif baik. Aset dan penghimpunan dana masyarakat (DPK) masih lebih tinggi dari periode sebelumnya, sementara penyaluran kredit mengarah perlambatan. Risiko likuiditas (LDR) membaik ditengah risiko kredit (NPL) yang cenderung meningkat. Aset perbankan tercatat sebesar Rp451,85 triliun atau tumbuh 16,32% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triw ulan sebelumnya sebesar 15% (yoy). Kenaikan aset diimbangi dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai 16,62% (yoy) atau sebesar Rp356,39 triliun dan pertumbuhan kredit mencapai 19,18% atau sebesar Rp325,98 triliun. DPK tumbuh lebih tinggi dibandingkan triw ulan sebelumnya, sedangkan penyaluran kredit yang disalurkan berdasarkan lokasi kantor bank di Jaw a Timur ini mulai mengarah perlambatan. Kondisi ini mendorong risiko likuiditas yang tercermin dari rasio LDR cenderung membaik meskipun masih mencatatkan angka yang relatif tinggi sebesar 91,47% , sedangkan risiko kredit mulai mengarah peningkatan di level 2,12% . Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Jaw a Timur
INDIKATOR BANK UMUM DAN BPR (Triliun Rp) Total Aset Pertumbuhan (%yoy) Dana Pihak Ketiga Pertumbuhan (%yoy) Kredit Lokasi Bank (LB) Pertumbuhan (%yoy) Kredit Lokasi Proyek (LP) Pertumbuhan (%yoy) NPL LB (%)
2013 I
II
2014 III
IV
I
II
370,89
388,44
416,27
429,98
426,52
451,85
19,18
17,63
18,70
18,80
15,00
16,32
298,33
305,60
322,67
340,71
338,06
356,40
14,89
12,98
14,29
14,67
13,32
16,62
252,70
273,52
292,79
310,96
311,66
325,98
27,08
26,25
27,07
26,15
23,33
19,18
289,18
310,63
331,53
349,92
351,61
369,97
26,41
25,27
24,83
24,40
21,59
19,10
2,30
2,16
2,06
1,80
2,11
2,16
NPL LP (%)
2,25
2,14
1,98
1,98
2,22
2,30
LDR LB(%)
84,70
89,50
90,74
91,27
92,19
91,47
LDR LP(%)
98,38
103,19
104,25
104,13
104,07
103,88
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
40
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Sementara penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek yang menunjukkan jumlah seluruh dana perbankan yang masuk ke Jaw a Timur mencapai angka Rp369,97 triliun. Kondisi ini menandakan adanya aliran dana bersih yang masuk (net inflow ) ke Jaw a Timur mencapai Rp44,52 triliun, setelah memperhitungkan jumlah kredit yang disalurkan oleh kantor bank yang berdomisili di Jaw a Timur sebesar Rp325,45 triliun. Angka net inflow Rp44,52 triliun ini, lebih tinggi dibandingkan triw ulan sebelumnya yang hanya Rp40,34 triliun. Namun demikian, angka pertumbuhan tahunan (yoy) penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek ini juga mengarah perlambatan yang hanya mencapai 19,10% , lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan
triw ulan
sebelumnya
(21,59% ).
Sementara
dengan
membandingkan sumber dana yang berhasil dihimpun kantor bank yang berdomisili di Jaw a Timur sebagaimana tercermin dari rasio LDR, perlambatan tersebut mendorong penurunan angka LDR dari 104,07% (triw ulan I-2014) menjadi 103,88% . Di sisi lain, sebagai urat nadi perekonomian, perlambatan penyaluran kredit baik dari kantor bank yang berlokasi di Jaw a Timur maupun berdasarkan lokasi proyek, diyakini turut menahan laju pertumbuhan ekonomi Jaw a Timur pada triw ulan ini di level 5,94% (triw ulan I2014 : 6,40% ). Oleh karena itu, penting bagi berbagai pihak terutama pelaku usaha untuk melakukan terobosan dan menggali potensi sumber dana dari luar perbankan, ataupun melakukan bauran kebijakan guna menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi Jaw a Timur ke depannya.
3.1.
PERKEM BANGAN KINERJA BANK UM UM Kinerja Bank Umum di Jaw a Timur sampai dengan triw ulan II 2014 secara umum masih
menunjukkan perkembangan positif dan menunjukkan terlaksananya fungsi intermediasi dengan baik. Tercatat aset bank umum pada periode laporan mencapai Rp442,61 triliun atau tumbuh 16,64% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triw ulan sebelumnya sebesar 15,19% (yoy). Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun Bank Umum mencapai Rp350,74 triliun atau tumbuh 16,72% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya sebesar 13,33% (yoy). Penyaluran kredit masih mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi meski dengan tren perlambatan dibandingkan periode sebelumnya. Pertumbuhan kredit melambat dari 23,49% (yoy) pada triw ulan I-2014 menjadi 19,41% (yoy) pada periode laporan, dengan nominal Rp318,59 triliun. Perlambatan kredit tersebut mendorong perbaikan angka LDR dari sebesar 91,57% menjadi 90,83% , meskipun masih dalam level yang relatif tinggi.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
41
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jaw a Timur 2013
INDIKATOR BANK UM UM
(Triliun Rp)
I
II
2013 III
IV
I
II
362,32
379,47
406,88
420,52
417,36
442,61
Grow th Aset (% yoy)
19,10
17,52
18,74
18,93
15,19
16,64
Dana Pihak Ketiga
293,35
300,50
317,37
335,31
332,45
350,74
Grow th DPK (% yoy)
14,82
12,93
14,33
14,74
13,33
16,72
Kredit Lokasi Bank
246,51
266,82
285,87
304,11
304,41
318,60
Total Aset
Grow th Kredit (% yoy)
27,27
26,41
27,27
26,41
23,49
19,41
Kredit Lokasi Proyek
282,99
303,93
324,60
343,07
344,76
363,11
Grow th Kredit (% yoy)
26,55
25,39
24,96
24,59
21,83
19,47
LDR Lokasi Bank (% )
84,03
88,79
90,08
90,70
91,57
90,83
LDR Lokasi Proyek (% )
96,47
101,14
102,28
102,32
103,70
103,53
NPL Lokasi Bank (% )
2,26
2,12
2,01
1,75
2,07
2,12
NPL Lokasi Proyek (% )
2,25
2,14
1,96
1,96
2,18
2,27
Peningkatan DPK pada periode laporan terutama didorong oleh pertumbuhan tabungan yang mencapai 22,5% (yoy). Kondisi tersebut didorong oleh adanya tren peningkatan suku bunga rata-rata tertimbang DPK sejak pertengahan tahun 2013 seiring dengan kebijakan kenaikan BI rate. Selain itu, adanya peningkatan pertumbuhan dana sektor pemerintah dari 12,64% (yoy) pada Triw ulan I 2014 menjadi 38,78% (yoy) pada periode laporan diperkirakan disebabkan oleh adanya dana transfer dari pusat untuk daerah. Kenaikan suku bunga pada akhirnya juga menahan laju pertumbuhan kredit di level 19,47% (yoy) pada periode laporan. Kendati pertumbuhan kredit mengalami perlambatan, namun fungsi intermediasi bank umum di Jaw a Timur yang tercermin dari besar Loan to Deposit Ratio (LDR) masih relatif baik meskipun sudah mencatatkan angka yang cukup tinggi di level 90,83% . Tingginya penyaluran kredit dimaksud didukung oleh terjaganya risiko kredit atau Non Performance Loan (NPL)yang relatif rendah sebesar 2,12% , meskipun mulai cenderung meningkat dibandingkan dua periode sebelumnya. Berdasarkan kelompok bank, rasio LDR terbesar pada periode ini ada pada bank asing dengan prosentase sebesar 124,05% , disusul kemudian dengan bank pemerintah yang tercatat sebesar 102,15% , dan bank sw asta dengan LDR sebesar 77,82% .
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
42
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
NPL (%) rhs
100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00
3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 I
II
III
IV
I
2012
II
III
IV
2013
I
%
%
LDR (%)
LDR
Bank Pemerintah
Bank Swasta
Bank Asing
140,00 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00
II
I
II
2014
III
IV
I
II
2012
Graf ik 3.1Perkembangan LDR
III
IV
2013
I
II 2014
Graf ik 3.2Perkembangan LDR per Kelompok Bank
Bank Pemerintah masih mendominasi penyaluran kredit Bank Umum di Jaw a Timur mencapai angka sebesar Rp161,56 triliun atau 50,71% dari total kredit. Disusul Bank Umum Sw asta sebesar Rp137,82 triliun atau 43,26% . Sedangkan Bank Asing hanya sebesar Rp19,22
Juta Rp
triliun atau 6,03% .
Aset
Kredit
DPK
g Aset
g Kredit
g DPK (%rhs)
500.000.000
30,00
400.000.000
25,00
300.000.000
20,00
200.000.000
15,00
100.000.000
10,00
-
5,00 I
II
III
2012
IV
I
II
III
IV
2013
I
II
2014
Graf ik 3.3 Pert umbuhan Indikator Ut ama Perbankan (yoy)
ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF Pada periode pertengahan tahun 2014 (triw ulan II), total aset Bank Umum
di Jaw a
Timur tumbuh sebesar 16,64% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
pertumbuhan
pertumbuhan
jumlah
pada periode sebelumnya sebesar aset
Bank
Umum
di Jaw a Timur
15,19%
(yoy).
Peningkatan
didorong
oleh
peningkatan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
43
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dari sebesar 13,33% (yoy) pada triw ulan I 2014 menjadi 16,72% (yoy) pada triw ulan II 2014. Aset
g Aset (% rhs)
Bank Pemerintah
500.000.000
Juta Rp
300.000.000 200.000.000 100.000.000 I
II
III
IV
2012
I
II
III
IV
2013
I
Bank Asing
6%
23,00 21,00 19,00 17,00 15,00 13,00 11,00 9,00 7,00 5,00
400.000.000
Bank Swasta
46% 48%
II
2014
Graf ik 3.5 Perkembangan Tot al Aset Bank Umum
Graf ik 3.6 Proporsi Aset Bank Umum
3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK) Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun Bank Umum di Jaw a Timur pada Triw ulan II 2014 mencapai sebesar Rp350,74 triliun atau tumbuh 16,72% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya. Pertumbuhan tersebut lebih rendah apabila dibandingkan pertumbuhan Triw ulan I 2014 yang tercatat sebesar 13,33% (yoy).
Juta Rp
DPK
g DPK (%yoy) rhs
400.000.000 350.000.000 300.000.000 250.000.000 200.000.000 150.000.000 100.000.000 50.000.000 -
21,00 19,00 17,00 15,00 13,00 11,00 9,00 7,00 5,00 I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
2014
Graf ik 3.7 Perkembangan DPK Bank Umum
Peningkatan kinerja penghimpunan DPK Bank Umum pada periode laporan didorong oleh tren peningkatan suku bunga. Adanya peningkatan BI Rate yang cukup signifikan dari 5,75% pada bulan M ei 2013 menjadi 7,5% pada Juni 2014 pada akhirnya mendorong peningkatan suku bunga DPK dan Kredit. Rata-rata suku bunga tertimbang DPK meningkat dari 3,22% pada Juni 2013, dan 4,19% pada M aret 2014, menjadi 4,37% pada Juni 2014.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
44
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Kenaikan suku bunga DPK meningkatkan minat masyarakat menyimpan dana dalam bentuk tabungan dan deposito. Berdasarkan bentuknya, struktur DPK Bank Umum di Jaw a Timur pada Triw ulan II 2014 masih didominasi oleh tabungan dengan nominal mencapai Rp147,57 triliun dengan proporsi sebesar 42,07% dari total DPK. M enyusul deposito dengan prosentase sebesar 40,69% dengan nominal Rp142,73 triliun dan terkecil dalam bentuk giro sebesar Rp60,44 triliun atau 17,23% dari total DPK. Ditinjau dari sisi pertumbuhan, deposito masih memberikan kontribusi terbesar dengan prosentase pertumbuhan sebesar 22,5% (yoy). Disusul giro dengan pertumbuhan 19,48% (yoy). Sementara tabungan pada periode ini mencatat pertumbuhan lebih kecil yaitu sebesar 10,62% (yoy) pada periode laporan. Perlambatan pertumbuhan tabungan diperkirakan didorong oleh penurunan suku bunga tabungan dari 1,81% pada Triw ulan I 2014 menjadi 1,71% pada triw ulan II 2014, dan didukung adanya momen libur tahun ajaran baru sekolah sehingga meningkatkan kebutuhan dana masyarakat. Sementara giro dan deposito mencatat peningkatan yang didorong oleh peningkatan suku bunga hingga 0,41% dari triw ulan sebelumnya.
Tabungan
Deposito
Giro
30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 -
Tabungan
Deposito
20,00 15,00 10,00 % (qtq)
% yoy
Giro
5,00 0,00
I
II
III IV
2012
I
II
III IV
2013
I
II
2014
Graf ik 3.8 Pert umbuhan Dana Pihak Ket iga (yoy)
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
-5,00 2012
2013
2014
-10,00
Graf ik 3.9 Pert umbuhan Dana Pihak Ket iga (qt q)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
45
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Giro
Tabungan
Deposito
Giro
Juta Rp
160.000.000 140.000.000 120.000.000 100.000.000 80.000.000 60.000.000 40.000.000 20.000.000 -
Tabungan
Deposito
17%
41%
42% I
II
III
IV
I
II
2012
III
IV
I
2013
II
2014
Graf ik 3.10 Perkembangan DPK PerJenisSimpanan
%
Giro
Graf ik 3.11 Komposisi DPK Bank Umum (% )
Tabungan
Deposito
DPK
BI Rate
9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 I
II
III
IV
2012
I
II
III
IV
2013
Graf ik 3.12 Perbandingan Suku Bunga Simpanan
I
II 2014
BI Rat e
Peningkatan suku bunga DPK bank umum di Jaw a Timur terutama didorong oleh peningkatan suku bunga Deposito, dari sebesar 7,26% pada Triw ulan I 2014 menjadi sebesar 7,78% pada Triw ulan II 2014. Suku bunga rata-rata tertimbang Giro meningkat dari sebesar 1,78% pada Triw ulan I 2014 menjadi 2,18% pada Triw ulan II 2014. Sementara itu suku bunga rata-rata tertimbang tabungan pada periode laporan turun dari 1,80% menjadi 1,71% . Penurunan suku bunga tabungan terjadi pada bank kelompok bank sw asta dari 2,12% pada trw ulan I 2014 menjadi 1,89% pada periode laporan.
3.1.3.
KREDIT Sampai dengan Triw ulanII 2014, fungsi intermediasi yang tercermin dari besar
penyaluran kredit oleh Bank Umum di Jaw a Timur mulai mengarah perlambatan. Tercatat jumlah kredit yang disalurkan mencapai sebesar Rp318,59 triliun atau tumbuh19,41% (yoy) dibandingkan triw ulan sebelumnya (23,49% ).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
46
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Perlambatan penyaluran kredit secara tahunan ini (yoy), dampak dari perlambatan pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja. Kredit investasi tumbuh melambat dari 33,84% (yoy) pada triw ulan I 2014 menjadi 19,55% (yoy). Demikian pula dengan kredit modal kerja yang tumbuh melambat dari 24,95% (yoy) menjadi 20,80% (yoy) pada Triw ulan II 2014. Sedangkan kredit konsumsi masih mencatatkan peningkatan pertumbuhan dari 15,41% (yoy) menjadi 16,39% (yoy) pada triw ulan laporan. Perlambatan penyaluran kredit modal kerja dan investasi diperkirakan disebabkan oleh peningkatan suku bunga kedua jenis kredit dimaksud dengan kisaran 4 - 5 bp dari triw ulan sebelumnya. Hal tersebut sejalan dengan perlambatan ekonomi yang terjadi pada periode laporan, yang pada akhirnya turut mendorong perlambatan kredit kepada sektor utama di Jaw a Timur. Tercatat kredit kepada sektor industri pengolahan melambat dari 30,58% (yoy) pada triw ulan I 2014 menjadi 22,55% pada triw ulan II 2014. Demikian pula dengan kredit kepada sektor perdagangan besar dan eceran melambat dari 31,74% (yoy) menjadi 21,46% (yoy). Sementara itu kredit konsumsi mencatat peningkatan yang lebih kecil yaitu 0,14 bp dibandingkan dengan periode sebelumnya.M omen liburan sekolah dan tahun ajaran baru pada bulan Juni mendorong peningkatan aktifitas ekonomi yang pada akhirnya mendorong peningkatan penyaluran kredit konsumsi pada periode laporan. Tingkat risiko likuiditas Bank Umum yang tercermin dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) menunjukan perbaikan pada periode laporan, meskipun masih mencatatkan angka yang relatif tinggi yaitu 90,83% (triw ulan I-2014 : 91,57% ). Kondisi ini disebabkan dampak kenaikan penghimpunan dana masyarakat yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kredit yang disalurkan. Sementara itu, tingkat risiko kredit sebagaimana tercermin dari rasio Non Performance Loan (NPL) mulai menunjukan tren peningkatan meskipun relatif rendah di level
2,12
g Kredit (% yoy)
Kredit 30.00
350,000,000 300,000,000 250,000,000 200,000,000 150,000,000 100,000,000 50,000,000 -
25.00 20.00 15.00
10.00 5.00 I
II
III IV
2012
I
II
III IV
2013
I
II
2014
Graf ik 3.13 Pert umbuhan Kredit (yoy)
Juta Rp
Juta Rp
Kredit
g Kredit (% qtq)
350,000,000 300,000,000 250,000,000 200,000,000 150,000,000 100,000,000 50,000,000 -
11.00 9.00 7.00 5.00 3.00 1.00 -1.00 -3.00 -5.00 I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
2014
Graf ik 3.14 Pert umbuhan Kredit (qt q )
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
47
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
%
NPL (%) 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 I
II
III
IV
2013
I
II 2014
Graf ik 3.15 Perkembangan NPL
Pada Triw ulan II 2014 kredit yang disalurkan Bank Umum di Jaw a Timur masih didominasi oleh kredit produktif yaitu kredit modal kerja dan investasi. Total proporsi kredit modal kerja dan investasi terhadap keseluruhan kredit mencapai 73,20% . Kredit modal kerja pada periode laporan dengan proporsi 58,67% (Rp186,91 triliun) dan kredit investasi 14,53% (Rp46,29). Disusul kredit konsumsi dengan prosentase 26,8% atau sebesar Rp85,39 triliun. Penyaluran kredit yang didominasi sektor produktif selaras dengan kinerja perekonomian Jaw a Timur
yang
lebih
didominasi
ke
sektor
mengindikasikan
menjadi
indikator
potensi
pengembangan kredit Jaw a Timur yang sangat baik khususnya dalam mendorong peningkatan ekonomi masyarakat. Sementara itu proporsi kredit UM KM baru mencapai 28,97% dari total kredit dengan nilai nominal Rp92,29 triliun. Proporsi ini lebih tinggi dibandingkan triw ulan sebelumnya yang mencatat proporsi sebesar 27,92% . Apabila ditinjau berdasarkan kelompok bank, Bank Pemerintah masih menjadi penyalur kredit terbesar dengan proporsi 50,71% dari total kredit, disusul Bank Sw asta 43,26% dan porsi terkecil dari Bank Asing sebesar 6,03% . Ditinjau dari kinerja pertumbuhan kredit nya, Bank Sw asta mencatatkan pertumbuhan tahunan tertinggi yaitu di level 24,47% (yoy), sementara Bank Pemerintah dan Bank Asing masing-masing mencatat pertumbuhan 16,79% dan 8,25% (yoy). Pertumbuhan tahunan kredit dari ketiga kelompok bank dimaksud juga menunjukkan tren perlambatan dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
48
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Modal Kerja
Investasi
Bank Pemerintah
Konsumsi
Bank Swasta
Bank Asing
6%
27%
59%
14%
Graf ik 3.15 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
Investasi g Investasi
Konsumsi g Konsumsi (%rhs)
200,000,000
45.00
150,000,000
35.00
100,000,000
25.00
50,000,000
15.00 5.00
I
II
III
2012
IV
I
Graf ik 3.16 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
II
III
2013
IV
I
II
2014
Modal Kerja
% (qtq)
Juta Rp
Modal Kerja g Modal Kerja
51%
43%
18.00 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 -2.00
I
II
III 2012
Investasi
IV
I
Konsumsi
II
III 2013
IV
I
II 2014
Graf ik 3.17 Pert umbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (yoy) Graf ik 3.18 Pert umbuhan Kredit PerJenis Penggunaan(qt q)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
49
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
0% 1% 0%
0% 3% 0% 0%
0% 27%
1%
28%
0% 0%
0% 2%
26% 2% 3%
4% 1%
1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 2. PERIKANAN 3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 4. INDUSTRI PENGOLAHAN 5. LISTRIK, GAS DAN AIR 6. KONSTRUKSI 7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM 9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI 10. PERANTARA KEUANGAN 12. REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN 13. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB 14. JASA PENDIDIKAN 14. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 15. JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA 16. JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA 17. BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA 18. KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA 19. PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA 20. Lain-lain
Graf ik3.19 Proporsi Kredit Sekt oral
Secara sektoral, kredit yang disalurkan oleh Bank Umum di Jaw a Timur pada periode laporan sebagian besar masih kepada sektor Industri Pengolahan mencapai 28,31% dari total kredit, dengan nominal Rp90,18 triliun. Disusul sektor Perdagangan Besar Eceran dengan proporsi 26,36% atau sebesar Rp83,98 triliun. Tingginya penyaluran kredit kepada kedua sektor tersebut searah dengan peran keduanya sebagai sektor utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi daerah, dengan angka pertumbuhan masing-masing sebesar 22,58% (yoy) dan 22,15%
(yoy). Namun demikian, adanya perlambatan pertumbuhan serta
peningkatan NPL dibandingkan periode sebelumnya perlu mendapat perhatian khusus. Sementara itu, kredit yang disalurkan kepada sektor pertanian, perburuan dan kehutanan memperoleh proporsi kredit yang relatif kecil yaitu sebesar 2,83% , dengan pertumbuhan sebesar 9,74% (yoy). Proporsi tersebut lebih kecil apabila dibandingkan dengan prosentase pada periode yang sama tahun sebelumnya (Triw ulan II 2013) yang tercatat sebesar 3,07% . Hal tersebut mengindikasi belum optimalnya akses perbankan kepada sektor pertanian yang merupakan salah satu leading sektor ekonomi di Jaw a Timur.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
50
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
NPL (%)
6.00 5.00
%
4.00 3.00 2.00
1.00 0.00 PERTANIAN
PERIKANAN
PERTAMBANGAN
INDUSTRI LISTRIK, GAS DAN PENGOLAHAN AIR
KONSTRUKSI
PERDAGANGAN
PENYEDIAAN AKOMODASI
TRANSPORTASI
Lain-lain
Graf ik 3.20NPL Kredit Sekt oral (% )
Rendahnya proporsi kredit sektor pertanian yang disalurkan bank umum di Jaw a Timur terkait dengan relatif tingginya risiko kredit (NPL) yang mencapai4,92% , meskipun cenderung menurun dibandingkan triw ulan sebelumnya sebesar 5,15% . Risiko kredit yang semakin terjaga tersebut, menjadi peluang untuk meningkatkan penyaluran kredit ke sektor pertanian ke depannya. Sementara itu, dua sektor ekonomi utama lain di Jaw a Timur yaitu industri pengolahan dan perdagangan mencatat risiko kredit (NPL) yang lebih rendah, masing-masing di kisaran 1,72% dan 2,90% .
%
Modal Kerja
Investasi
Kredit 13.50 13.00 12.50 12.00 11.50 11.00 10.50 10.00
I
Konsumsi
BI Rate (rhs)
8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
2014
Graf ik 3.21Perbandingkan Suku Bunga Kredit & BIRat e
Pasca adanya kenaikan BI Rate sejak pertengahan tahun 2013, suku bunga rata-rata tertimbang kredit yang disalurkan bank umum di Jaw a Timur juga menunjukkan tren peningkatan. Tercatat suku bunga kredit pada periode laporan adalah sebesar 12,38% , meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 11,98% . Suku bunga kredit
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
51
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
tertinggi adalah pada kredit konsumsi dengan rata-rata suku bunga mencapai 12,59% , meningkat dibandingkan triw ulan I 2014 yang tercatat sebesar 12,45% . Sementara itu suku bunga kredit modal kerja dan investasi berada di level yang lebih rendah yaitu di kisaran 12,31% dan 12,25% pada periode laporan.
3.1.4 KREDIT USAHA M IKRO KECIL M ENENGAH (UM KM ) Perbankan di Jaw a Timur terus berperan aktif dalam meningkatkan peran UM KM dalam mendukung
perekonomian
daerah.
Hal
tersebut
ditunjukkan
dengan
adanya
upaya
peningkatan penyaluran kredit kepada sektor UM KM . Jumlah UM KM (6,8 juta UM KM , BPS Jatim) yang sangat banyak di Jaw a Timur terkonsentrasi di Jember, M alang dan Banyuw angi akan semakin memberi peluang bagi perbankan untuk lebih meningkatkan penetrasinya ke sektor UM KM . Kredit yang disalurkan untuk sektor UM KM di Jaw a Timur pada triw ulan II 2014 mencapai Rp92,28 triliun atau tumbuh melambat sebesar 15,93% (yoy) dibandingkan triw ulan sebelumnya (19,12% ). Proporsi penyaluran kredit UM KM terbesar disalurkan untuk kredit mikro dengan jumlah rekening sebanyak 1,5 juta, disusul kredit usaha kecil sebanyak 174.355 rekening, dan terkecil untuk usaha menengah sebanyak 52.619 rekening. Jumlah kredit yang disalurkan ke sektor UM KM adalah sebesar 87% kepada Usaha M ikro, 3% Usaha M enengah, dan 10% Usaha
Kecil. Sedangkan berdasarkan klasifisikasi penyaluran kredit berdasarkan lapangan
usaha, Kredit UM KM yang disalurkan untuk sektor Pertanian hanya mencapai 6,88% atau sebesar Rp6,35 triliun (1,76 juta rekening). Padahal jumlah UM KM di sektor pertanian mencapai 60,25% dari total UM KM atau sebanyak 4.112.443 usaha. Sementara untuk kredit UM KM yang disalurkan diluar sektor Pertanian mencapai 93,12% atau sebesar Rp85,94 triliun (1,5 juta rekening) .
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
52
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
g UMKM (%yoy)
NPL UMKM 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 -
Juta Rp
100,000,000 80,000,000 60,000,000 40,000,000 20,000,000 I
II III IV I
II III IV I
2012
2013
%
Kredit UMKM
5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00
II
I
2014
II
III
2012
IV
I
II
III
IV
I
2013
II
2014
Graf ik 3.22Perkembangan Kredit UM KM
1%
Tw I 2014 Bank Pemerintah
Bank Swasta
Bank Asing
Tw II 2014
Bank Pemerintah
Bank Swasta
Bank Asing
1% 40%
42% 57%
59%
Graf ik 3.23Proporsi Kredit UM KM Berdasarkan Bank
Bank Pemerintah mendominasi proporsi penyaluran kredit UM KM di Jaw a Timur yang mencapai 57% dengan nominal sebesar Rp52,56 triliun. Disusul Bank Sw asta dengan proporsi sebesar 42% dan nominal Rp38,73 triliun dan terkecil dari Bank Asing dengan nominal sebesar Rp0,98 triliun atau 1% dari total kredit. Proporsi penyaluran kredit dari Bank Sw asta meningkat dari sebesar 40% pada triw ulan I 2014 menjadi 42% pada Triw ulan II 2014, mengindikasikan bahw a Bank Sw asta mulai menganggap sektor UM KM di Jaw a Timur, dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembangan bisnis ke depannya.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
53
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
1%
1% 2% 2% 2% 2%
1%
1%1% 1%1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 2%
0%
0%
0%
30%
2% 7%
2%
2% 2%
2% 2%
4%
3%
3%
4%
5% 5%
4%
Kota Surabaya
Kab. Sidoarjo
Kab. Gresik
Kab. Malang
Kota Malang
Kab. Jember
Kab. Banyuwangi
Kab. Kediri
Kab. Jombang
Kab. Mojokerto
Kab. Bojonegoro
Kab. Pasuruan
Kab. Lamongan
Kab. Tulungagung
Kab. Nganjuk
Kab. Blitar
Kab. Lumajang
Kab. Ponorogo
Kab. Tuban
Kab. Magetan
Kab. Ngawi
Kab. Probolinggo
Kab. Madiun
Kab. Bondowoso
Kab. Situbondo
Kota Kediri
Kab. Pamekasan
Kab. Trenggalek
Kab. Pacitan
Kab. Sumenep
Kota Madiun
Kota Probolinggo
Kab. Bangkalan
Kota Pasuruan
Kota Mojokerto
Kab. Sampang
Kota Blitar
Kota Batu
Graf ik 3.32 Prosent ase Penyaluran Kredit UM KM di Jaw a Timur berdasarkan Lokasi Proyek
Apabila ditinjau berdasarkan lokasi proyeknya, beberapa kabupaten/kota dengan penyaluran kredit UM KM terbesar adalah Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik, Kabupaten M alang, Kota M alang, Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuw angi. Kota Surabaya mencatat penyaluran kredit UM KM terbesar dengan nominal mencapai Rp27,26 triliun atau 29,61% dari total kredit UM KM Jaw a Timur. Sementara itu, kredit UM KM yang disalurkan kepada UM KM yang berlokasi di Kabupaten Sidoarjo pada periode laporan mencapai Rp 6,47 triliun atau 7,03% dari total kredit lokasi proyek UM KM Jaw a Timur. Wilayah dengan jumlah penyaluran kredit UM KM terendah adalah Kota Batu dengan nominal Rp399 miliar atau 0,43% dari total kredit UM KM . Bank Indonesia dan Pemerintah menyediakanberbagai fasilitas dan kebijakan sebagai upaya pengembangan UM KM , antara lain dengan pembentukan PT.Jamkrida (Lembaga
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
54
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Penjaminan Kredit Daerah) dan penyaluran kredit linkage. Selain itu, untuk meningkatkan kapasitas UM KM , juga diberikan bantuan teknis/pelatihan, pengembangan klaster komoditas potensial, pendampingan UM KM untuk memperoleh akses pembiayaan melalui Konsultan Keuangan M itra Bank (KKM B), dan Program Sertifikasi Tanah.
3.2.
STABILITAS SISTEM PERBANKAN Stabilitas sistem perbankan di Jaw a Timur selama Triw ulan II 2014 yang tercermin dari
risiko likuiditas dan risiko kredit terus terjaga. Pertumbuhan kredit perbankan yang mengarah perlambatan dengan tumbuh sebesar 18,99% (yoy), masih didukung dengan rasio NPL yang rendah di level 2,16% . Namun angka NPL ini mulai menunjukkan kenaikan dibandingkan dengan dua triw ulan sebelumnya, masing-masing sebesar 1,80% (triw ulan IV 2013) dan 2,11% (triw ulan I 2014). Sementara risiko likuiditas yang ditunjukkan dari Loan to Deposit Ratio (LDR) masih cukup tinggi sebesar 91,38% , meskipun masih lebih rendah dibanding periode sebelumnya di level 92,13% dampak dari perlambatan pertumbuhan kredit. Namun demikian, tingginya angka rasio LDR ini, mencerminkan kondisi likuiditas perbankan mulai menunjukkan pengetatan, dampak dari pertumbuhan dana masyarakat yang tidak setinggi akhir 2012 (17,71% ). M asyarakat diperkirakan melakukan diversifikasi asetnya di lembaga keuangan non bank seperti pembelian surat berharga, properti, emas dan lainnya. Selain kedua risiko di atas, perbankan penting untuk mew aspadai beberapa risiko lainnyaseperti risiko operasional yang terkait dengan mekanisme proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem dan atau kejadian-kejadian yang mempengaruhi operasional bank. Untuk mengantisipasi hal tersebut, penting bagi perbankan untuk mengoptimalikan fungsi pengaw asan internal bank yang menjadi kunci utama menjaga performa dan kredibilitas bank sebagai lembaga intermediasi, selain didukung pengaw asan eksternal.
3.2.1. RISIKO KREDIT Tabel 3.4 Perkembangan NPL Perbankan
KETERANGAN NPL Kredit (% ) a. Bank Umum b. BPR
2013 I
II
2,30 2,26 3,84
2014 III
2,16 2,12 3,77
IV
2,06 2,01 4,28
I
1,80 1,75 4,00
II
2,11 2,07 3,78
2,16 2,12 3,72
Sumber: Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
55
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah terhadap total kredit atau Non Performing Loan (NPL) di Jaw a Timur secara umum masih menunjukkan kinerja yang stabil dari w aktu ke w aktu. NPL perbankan pada Triw ulan II 2014 adalah sebesar 2,16% , sedikit
lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat
sebesar 2,11% .
Peningkatan NPL ini didorong oleh pertumbuhan kredit yang cukup tinggi di sepanjang tahun 2013, dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 26,82% (yoy). Berdasarkan kelompoknya, persentase NPL tertinggi adalah Bank Perkreditan rakyat (BPR) dengan NPL sebesar 3,72% . Sementara itu bank umum mencatat kinerja pengelolaan risiko kredit yang lebih baik, yaitu dengan NPL di level 2,12% .
%
NPL Kredit
Bank Umum
BPR
4,50 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 I
II
III
2013
IV
I
II
2014
Graf ik 3.26 Perkembangan NPL Perbankan
3.3. PERBANKAN SYARIAH Indikator kinerja utama Perbankan Syariah di Jaw a Timur pada triw ulan II 2014 secara umum masih relatif baik. Aset tumbuh 23% (yoy) dari Rp21,82 triliun pada triw ulan I 2014 menjadi Rp23,05 atau sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan triw ulan sebelumnya (26,37% ). Demikian pula dengan kinerja penghimpunan Dana Pihak Ketiga yang tumbuh melambat dari 22,62% (yoy) menjadi 19,94% (yoy) pada triw ulan II 2014 atau Rp16,59 triliun. Sementara itu berbeda dengan indikator kinerja utama lainnya, kinerja pembiayaan Bank Syariah di Jaw a Timur menunjukkan peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat pembiayaan yang disalurkan pada periode laporan mencapai Rp18,42 triliun, atau tumbuh 33,43% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triw ulan sebelumnya yang hanya 24,62% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
56
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Aset
Pembiayaan
DPK
Aset
Pembiayaan
DPK
g Aset qtq
g Pembiayaan qtq
g DPK (% qtq)
g Aset
g Pembiayaan
g DPK (% yoy)
25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 (5.00) (10.00)
Juta Rp
20,000,000 15,000,000
10,000,000 5,000,000 I
II
III
IV
I
II
2012
III
2013
IV
I
Juta Rp
25,000,000
25,000,000
60.00
20,000,000
50.00
40.00
15,000,000
30.00 10,000,000
20.00
5,000,000
10.00
-
I
II
II
III
IV
I
II
2012
2014
Graf ik 3.33Perkembangan Indikat or Perbankan Syariah(qt q)
III
IV
I
2013
II
2014
Graf ik 3.34 Perkembangan Indikat or Perbankan Syariah(yoy)
Berdasarkan jenisnya, pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah di Jaw a Timur pada periode laporan masih didominasi kepada pembiayaan produktif yaitu modal kerja dan investasi. Total kedua pembiayaan dimaksud memperoleh porsi 54,56% dari total pembiayaan yang disalurkan pada periode laporan. Tingginya proporsi pembiayaan produktif Bank Syariah di Jaw a Timur menunjukkan bahw a masyarakat telah mulai mempercayai perbankan syariah sebagai mitra bisnis, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja (konsumsi). Sementara itu, pembiayaan konsumsi mencatat prosentase yang cukup tinggi yaitu mencapai 45,44% dari total pembiayaan. Adanya peningkatan porsi pembiayaan konsumsi dari 33,93% (triw ulan I 2014) menjadi 45,44% (triw ulan II 2014) diperkirakan didorong oleh peningkatan kebutuhan masyarakat selama periode tahun ajaran baru dan persiapan lebaran 2014. GIRO
TABUNGAN
DEPOSITO
g DPK 60.00 50.00
8% 53%
39%
Juta Rp
40.00 30.00 20.00 10.00 -
I
II
III 2012
Graf ik 3.35 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jaw a Timur
IV
I
II
III 2013
IV
I
II 2014
Graf ik 3.36 Pert umbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
57
Juta Rp
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
g Modal Kerja
g Investasi
g Konsumsi (% yoy)
9,000,000 8,000,000 7,000,000 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000 -
80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi 37%
45%
18%
II
2014
Graf ik 3.37 Pert umbuhan Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan
Graf ik 3.38 Pangsa Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan
Ditinjau dari sisi pertumbuhan, pada periode laporan jenis pembiayaan yang mencatat pertumbuhan tertinggi adalah pembiayaan konsumsi dengan pertumbuhan sebesar 58,89% (yoy). Pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan periode sebelumnya (triw ulan I 2014) yang tercatat hanya sebesar 7,93% (yoy). Sementara itu, pembiayaan modal kerja dan investasi mencatat perlambatan dibandingkan peiode sebelumnya. Pembiayaan modal kerja melambat dari 37,92% (yoy) pada periode triw ulan I 2013 menjadi 13% (yoy) pada triw ulan II 2014. Pembiayaan investasi melambat dari 29,39% (yoy) menjadi 28,6% (yoy) pada periode laporan. Peningkatan pertumbuhan pembiayaan konsumsi diperkirakan didorong oleh peningkatan kebutuhan pembiayaan masyarakat pada saat tahun baru dan jelang lebaran 2014. Sementara dari sisi risiko pembiayaan yang tercermin dari rasio Non Performing Financing (NPF), menunjukan perbaikan dari 3,74% menjadi 3,35% .Sedangkan likuiditas yang
tercermin dari rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) meningkat menjadi 111,03% , lebih tinggi dibandingkan dengan Triw ulan I 2014 yang tercatat sebesar 97,05% , dampak dari peningkatan pertumbuhan pembiayaan sementara pertumbuhan dana masyarakat melambat. Tingginya angka FDR tersebut, menunjukkan pula perbankan syariah di Jaw a Timur menggunakan sumber pembiayaan yang berasal dari luar Jaw a Timur (kantor pusat masing-masing bank syariah). Fenomena ini merupakan peluang bagi bank syariah untuk menggali potensi sumber pendanaan masyarakat di Jaw a Timur untuk membiayai pelaku usaha yang semakin banyak bermitra dengan bank syariah.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
58
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
FDR
NPF
120.00
4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 -
100.00
%
80.00 60.00 40.00 20.00 -
I
II
III
IV
I
2012
II
III
IV
2013
I
II 2014
Graf ik 3.39
Non Perf orming Financing (NPF) dan Financing t o Deposits Rat io (FDR) Perbankan Syariah Jaw a Timur
3.4. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Indikator kinerja utama BPR di Jaw a Timur sampai dengan Triw ulan II 2014 secara umum menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tercatat total aset BPR pada periode laporan tumbuh sebesar 2,98% (yoy), lebih rendah dibandingkan triw ulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,78% (yoy). Penghimpunan dana tumbuh sebesar 11,45% (yoy) pada periode laporan, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 12,69% . Demikian pula penyaluran kredit BPR yang tumbuh sebesar 10,28% (yoy), sedikit melambat dibandingkan dengan Triw ulan I 2014 yang tercatat sebesar 17,16% (yoy). Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkredit an Rakyat di Jaw a Timur (Jut a Rp) URAIAN 1 Total Asset 2 Kredit Per Jenis Penggunaan M odal Kerja Investasi Konsumsi 3 NPL ( Krd Umum) % (bruto) 4 Dana (dpk) - DEPOSITO - TABUNGAN 5 LDR (% )
2014
2013 I
II
III
IV
I
II
8.572.689
8.966.980
9.391.693
9.458.203
9.154.206
9.234.232
6.189.661 4.105.148 202.962 1.881.551 3,84% 4.984.885
6.697.201 4.481.920 225.223 1.990.057 3,77% 5.093.066
6.920.414 4.617.058 258.083 2.045.274 4,28% 5.301.227
6.853.955 4.616.767 245.564 1.991.624 4,00% 5.405.566
7.251.764 4616767 245564 1991624 3,78% 5.617.306
7.385.341 4616767 245564 1991624 3,72% 5.655.551
3.377.435
3.497.001
3.651.184
3.669.283
3.808.526
3.821.639
1.607.450 124,17%
1.596.064 131,50%
1.650.044 130,54%
1.736.284 126,79%
1.808.780 129,10%
1.833.912 130,59%
Sumber: Bank Indonesia, dat a diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
59
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Total dana masyarakat yang disimpan pada BPR di Jaw a Timur sampai dengan Triw ulan II 2014 mencapai Rp 5,65 triliun. Penghimpunan dana pihak ketiga oleh BPR didominasi oleh deposito yang mencapai 67,57% terhadap total DPK, sementara tabungan memperoleh proporsi yang lebih kecil yaitu sebear 32,43% dari total DPK. Namun demikian apabila ditinjau dari sisi pertumbuhannya, tabungan mampu tumbuh sebesar 14,9% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan deposito yang tercatat tumbuh sebesar 9,28% (yoy). Hal ini menunjukkan bahw a BPR mulai meningkatkan penghimpunan dana murah dari masyarakat yang berbentuk tabungan. Di sisi lain, stabilnya peningkatan dana masyarakat dalam bentuk deposito dan tabungan yang disimpan di BPR hingga Triw ulan II 2014, menunjukkan tingginya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja BPR. Selain itu, adanya fenomena peningkatan BI Rate dan LPS rate turut mendongkrak peningkatan suku bunga simpanan di BPR yang secara rata-rata berada di atas tingkat suku bunga deposito bank umum. Dana (dpk)
Deposito
Kredit Per Jenis Penggunaan Modal Kerja Investasi
Tabungan
20,00
40,00
15,00
30,00
10,00
20,00
% yoy
% yoy
25,00
5,00
10,00
-
-
I
II
III
IV
I
II
I
II
III
IV
I
II
(10,00)
2013
2014
Graf ik 3.40 Pert umbuhan Dana Pihak Ket iga BPR (% - yoy)
2013
(20,00)
2014
Graf ik 3.42Pert umbuhan Kredit BPR (yoy)
Kredit yang disalurkan oleh BPR didominasi oleh kredit modal kerja dengan prosentase mencapai 62,51% dari total kredit. Dari sisi pertumbuhannya, pada Triw ulan II 2014 kredit investasi tumbuh paling tinggi yaitu sebesar 9,03% (yoy). Sementara itu kredit modal kerja dan konsumsi yang disalurkan BPR tumbuh lebih rendah yaitu sebesar 3,01% (yoy) dan 0,08% (yoy). Modal Kerja
Investasi
LDR
Konsumsi
29% 67%
4%
4,40% 4,20% 4,00% 3,80% 3,60% 3,40% I
II
III 2013
Graf ik 3.43Proporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan
NPL (rhs)
134,00% 132,00% 130,00% 128,00% 126,00% 124,00% 122,00% 120,00% IV
I
II 2014
Graf ik 3.44Perkembangan LDR & NPL BPR
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
60
a
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Sebagaimana periode sebelumnya, Loan to Deposit Ratio (LDR) BPR pada periode Triw ulan II 2014 masih menunjukkan peningkatan. Tercatat LDR BPR pada periode laporan adalah sebesar 130,59% , lebih tinggi dibandingkan dengan Triw ulan I 2014 yang sebesar 129,10% . Sementara itu, kualitas kredit yang ditunjukkan dengan rasio Non Performing Loan (NPL) menunjukkan penurunan dari 3,78% pada Triw ulan I 2014 menjadi sebesar 3,72% pada Triw ulan II 2014. M asih relatif tingginya kredit risiko kredit BPR mencerminkan perlunya peningkatan kew aspadaan dan pengaw asan BPR terhadap kredit yang disalurkan melalui penyeleksian profil debitur secara efisien dengan memperhatikan konsep 5 C (Capital, Collateral, Capacity, Character, dan Condition of Economy).
3.5. BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA 1
Kinerja 6 (enam) bank umum yang berkantor pusat di Surabaya pada Triw ulan II 2014 secara umum menunjukkan tren pertumbuhan yang menggembirakan. Tercatat pertumbuhan total aset Bank Berkantor Pusat di Jaw a Timur meningkat27,20% (yoy) dari sebesar Rp45,08 triliun pada Triw ulan I 2014 menjadi Rp55,19 triliun pada periode laporan. Pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang hanya tercatat sebesar 9,26% (yoy). Tabel 3.6 Perkembangan Indikat or Bank Berkant or Pusat di Surabaya (M iliar Rp) Bank KP di Jatim
2013
2014
I 41,263.37
II 43,389.42
III 46,111.46
Pertumbuhan (% yoy)
12.56
13.11
Pertumbuhan (% qtq)
14.81
5.15
28,820.31
Pertumbuhan (% yoy) Pertumbuhan (% qtq)
Total Aset
Dana Pihak Ketiga
Kredit
IV 41,269.59
I 45,084.54
55,191.74
9.13
14.83
9.26
27.20
6.27
-10.50
9.24
22.42
31,187.23
32,438.73
29,486.76
32,260.77
40,121.72
9.40
17.22
16.14
22.88
11.94
28.65
20.10
8.21
4.01
-9.10
9.41
24.37
II
20,435.75
22,059.81
23,363.48
23,749.50
24,553.40
26,785.02
Pertumbuhan (% yoy)
16.31
15.27
16.95
18.45
20.15
21.42
Pertumbuhan (% qtq)
1.92
7.95
5.91
1.65
3.38
9.09
LDR (%)
70.91
70.73
72.02
80.54
76.11
66.76
NPL (%)
2.01
2.24
2.13
1.97
2.66
2.72
1
) 6 Bank BerkantorPusat di kota Surabaya : Bank Jatim, Bank M aspion, Bank Antar Daerah (Bank Anda), Bank AnglomasInternasional (Bank Amin), Bank Centratama Nasional Bank (CNB) dan Bank Prima M aster.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
61
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Aset
Kredit
DPK
g Aset
g Kredit
g DPK
g Aset (% qtq)
60,000,000
40.00 35.00
50,000,000
30.00 25.00
30,000,000
20.00
%
Juta Rp
40,000,000
15.00
20,000,000
10.00 10,000,000
5.00 -
I
II
III
IV
I
2012
II
III
IV
2013
I
II
2014
aset
I
II
III
IV
I
2012
g Kredit (% qtq)
II
III
IV
2013
I
II
2014
Graf ik 3.46 Pert umbuhan Indikat or Bank Ber-KP di Surabaya (qt q)
Graf ik 3.45 Pert umbuhan Indikat or Bank BerKP di Surabaya (yoy)
Sumber utama pertumbuhan
30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 -5.00 -10.00 -15.00 -20.00
g DPK(% qtq)
bank
berkantor pusat
di Surabaya adalah
peningkatan dana pihak ketiga terutama giro yang meningkat cukup tinggi yaitu mencapai 37,29% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang mencatat pertumbuhan negatif sebesar 4,23% (yoy). Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun dari masyarakat secara berurutan adalah Giro (42,06% ), Deposito (36,12% ) dan Tabungan (21,83% ).
GIRO
TABUNGAN
DEPOSITO
DPK
Giro
Tabungan
Deposito
60.00 50.00
36%
40.00
42% % qtq
30.00
22%
20.00 10.00 -
(10.00) (20.00) (30.00)
I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
2014
(40.00) (50.00)
Graf ik 3.47Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya
Graf ik 3.48 Pert umbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qt q)
Kinerja penyaluran kredit Bank Umum yang berkantor pusat di Surabaya meningkat dari 20,15% (yoy) pada triw ulan I 2014, menjadi 21,42% (yoy) hingga mencapai Rp26,78 triliun pada triw ulan II 2014. Berdasarkan jenis kreditnya, kredit investasi dan kredit modal kerja mencatat pertumbuhan tertinggi dengan prosentase pertumbuhan masing-masing sebesar 25,73% (yoy) dan 25,41% (yoy). Sementara itu, kredit konsumsi mencatat pertumbuhan di
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
62
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
level yang lebih rendah yaitu 18,73% (yoy). Tren peningkatan pertumbuhan ketiga jenis kredit dimaksud menunjukkan baiknya fungsi intermediasi bank berkantor pusat di Jaw a Timur. Baiknya kinerja penyaluran kredit Bank Umum Berkantor Pusat di Surabaya pada Triw ulan II2014 didukungoleh terjaganya kualitas kredit yang ditunjukkan oleh rasio NPL yang cukup rendah dan stabil di kisaran2,72% .
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
g Modal Kerja
g Investasi
g Konsumsi 90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 (10.00) (20.00) (30.00) (40.00) (50.00)
18,000,000 16,000,000 14,000,000 12,000,000 10,000,000 8,000,000 6,000,000 4,000,000 2,000,000 -
I
II
III
IV
I
2012
II
III
IV
I
2013
Investasi
Konsumsi
35% 59%
6%
II 2014
Graf ik 3.49 Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (yoy)
Graf ik 3.50 Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya
LDR
%
Juta Rp
Modal Kerja
NPL (rhs) 5,00 4,50 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00
90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
2014
Graf ik 3.51 Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkant or Pusat di
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
63
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
3.6. PERKEM BANGAN SISTEM PEM BAYARAN Sistem pembayaran merupakan salah satu komponen terintegrasi dengan fungsi Bank Indonesia lainnya yaitu moneter dan stabilitas sistem keuangan. Kebijakan dan pelaksanaan Sistem Pembayaran mempunyai keterkaitan dengan efektivitas pengendalian moneter dan kestabilan sistem keuangan. Sampai dengan pertengahan tahun 2014 (Triw ulan II), kegiatan Sistem Pembayaran di Jaw a Timur baik tunai maupun non tunai berjalan dengan sangat baik. Hal tersebut tidak terlepas dari tingginya komitmen Bank Indonesia dalam menjamin kelancaran sistem pembayaran dan pemenuhan kebutuhan uang masyarakat, baik dalam jumlah maupun pecahan yang mencukupi. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan kinerja Sistem Pembayaran di Jaw a Timur antara lain peningkatan jumlah transaksi keuangan tunai yang terdiri atas aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow ) dan aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow ), transaksi keuangan non tunai (BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)), serta
jumlah temuan uang palsu di Wilayah Jaw a Timur.
3.6.1 Transaksi Sistem Pembayaran Tunai Transaksi pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa kegiatan, antara lain jumlah aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow ), jumlah aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow ), serta kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE).
a.
Aliran Uang M asuk/ Keluar (Inflow /Outflow )
Pada Triw ulan II 2014, jumlah aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia di w ilayah Jaw a Timur yang meliputi KPw BI Wilayah IV (Surabaya), M alang, Kediri, dan Jember secara kumulatif masih menunjukkan posisi net intflow meskipun tidak sebesar periode sebelumnya (Triw ulan I 2014). Hal tersebut dapat diartikan bahw a jumlah aliran uang kartal yang kembali ke Bank Indonesia dari perbankan (inflow ) lebih besar dibandingkan dengan jumlah aliran uang kartal yang keluar Bank Indonesia kepada perbankan (outflow ).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
64
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Tabel 3.6 Perkembangan ArusUangTunai (Inflow –Outflow) Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Wilayah
Keterangan
SURABAYA
KEDIRI
JAWA TIMUR
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
4.728,70
7.026,66
10.069,52
7.858,51
4.842,11
5.155,37
INFLOW
7.502,76
4.975,73
9.058,45
4.748,35
7.013,61
4.147,03
NET FLOW
2.774,06
(2.050,92)
(1.011,07)
(3.110,16)
2.171,50
(1.008,34)
OUTFLOW
1.657,39
2.183,55
3.803,58
2.830,61
1.915,43
2.943,87
INFLOW
2.194,90
1.656,83
3.514,64
1.696,85
3.813,91
2.702,22
(1.133,76)
1.898,47
537,51
(526,72)
(288,94)
(241,65)
826,44
1.105,54
2.139,94
2.217,84
1.247,48
1.472,53
INFLOW
4.205,10
3.069,28
4.160,30
2.982,05
4.798,58
3.461,75
NET FLOW
3.378,66
1.963,74
2.020,36
764,21
3.551,10
1.989,21
OUTFLOW
943,13
1.450,60
2.039,90
1.508,41
966,42
1.120,81
INFLOW
2.088,87
1.652,96
2.048,87
1.548,03
2.395,42
1.770,21
NET FLOW
1.145,75
202,35
8,97
39,61
1.429,00
649,40
OUTFLOW
8.155,66
11.766,34
18.052,93
14.415,37
8.971,44
10.692,58
15.991,64
11.354,80
18.782,25
10.975,28
18.021,51
12.081,21
(3.440,10)
9.050,07
1.388,63
OUTFLOW
JEMBER
Tw I
OUTFLOW
NET FLOW
MALANG
dalam miliar rupiah 2014
2013
INFLOW
7.835,97
NET FLOW
(411,54)
729,32
Keterangan : Net Flow (+) : Net Inflow Net Flow (-) : Net outflow
Tercatat net inflow Jaw a Timur pada periode laporan adalah sebesar Rp 1,39 triliun.Jumlah tersebut lebih rendah apabila dibandingkan dengan net inflow periode sebelumnya (Triw ulan I 2014) yang mencapai Rp 9,05 triliun. Kondisi tersebut secara umum disebabkan oleh peningkatan kebutuhan uang kartal masyarakat pada periode libur tahun ajaran baru dan jelang lebaran 2014 pada pertengahan tahun.
NETFLOW
INFLOW 10.000,00
15.000,00
8.000,00 6.000,00
10.000,00
Miliar Rupiah
Miliar Rupiah
OUTFLOW 20.000,00
5.000,00 Tw I
Tw II Tw III Tw IV
Tw I
Tw II
4.000,00 2.000,00 (2.000,00) (4.000,00)
2013
2014
Gambar 3.45 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow –Outflow) Juta Rupiah
Tw I
Tw II
Tw III 2013
Tw IV
Tw I
Tw II 2014
(6.000,00)
Gambar 3.46 Perkembangan Net Flow JawaTimur
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
65
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Apabila ditinjau lebih dalam, penurunan jumlah net inflow pada periode laporan disebabkan oleh peningkatan outflow dan penurunan inflow selama triw ulan II 2014. Tercatat jumlah aliran uang kartal dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow ) selama triw ulan II 2014 adalah sebesar Rp 10,69 triliun. Jumlah outflow
tersebut meningkat 19,18%
(qtq)
dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 8,97 triliun. Sementara itu, jumlah aliran uang kartal dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow ) selama periode laporan (Triw ulan II 2014) adalah sebesar Rp 12,08 triliun. Jumlah tersebut lebih rendah -32,96 % (qtq) dibandingkan Triw ulan I 2014 yang tercatat sebesar Rp 18,02 triliun. Peningkatan jumlah outflow dan penurunan inflow pada periode laporan disebabkan oleh tingginya kebutuhan masyarakat akan uang kartal selama libur tahun ajaran baru dan jelang lebaran 2014. Kondisi tersebut mendorong penurunan net inflow yang cukup signifikan hingga -84,66% (qtq), dari sebesar Rp 9,05 triliun pada triw ulan I 2014 menjadi Rp 1,39 triliun pada triw ulan II 2014. Jumlah aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia di Jaw a Timur mengikut i pola tren pergerakan triw ulanannya. Di Provinsi Jaw a Timur, jumlah outflow dan inflow uang kartal akan meningkat cukup tinggi pada momen perayaan tertentu seperti bulan puasa dan Hari Raya Idul Fithri, kemudian kembali normal pada periode selanjutnya. Adanya momen libur tahun ajaran baru dan persiapan lebaran pada pertengahan tahun turut mendorong terjadinya net inflow yang lebih lebih kecil pada periode dimaksud.
b.
Uang Kartal Tidak Layak Edar
Selain pengelolaan aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia, salah satu tugas Bank Indonesia dalam sistem pembayaran tunai adalah memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan kepada masyarakat atau yang biasa disebut dengan Clean M oney Policy. Kegiatan dimaksud antara lain terkait dengan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) secara rutin. Selama triw ulan II 2014, tercatat jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan turun-25,51% (qtq) dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya. Penurunan tersebut tersebut terkait dengan adanya penurunan inflow yang terjadi pada periode dimaksud.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
66
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
%
Rasio UTLE thdp Inflow (%) 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 -
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2013
Tw II 2014
Gambar 3.47 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)
Namun demikian, persentase jumlah Uang Tidak Layak Edar (UTLE) terhadap inflow di Provinsi Jaw a Timur pada periode laporan menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tercatat rasio UTLE terhadap inflow di Jaw a Timur pada Triw ulan II 2014 adalah sebesar 31,85% , lebih tinggi apabila dibandingkan triw ulan sebelumnya yang tercatat sebesar 28,66% . Dalam rangka mengendalikan jumlah uang kartal tidak layak edar yang dimusnahkan, Bank Indonesia terus melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang kartal, antara lain melalui brosur, pamflet, serta edukasi perbankan. Dengan demikian diharapkan usia edar uang kartal dapat lebih panjang sehingga mengurangi besarnya volume UTLE yang pada akhirnya mengurangi biaya percetakan uang baru.
Temuan Uang Palsu Surabaya
Lembar
c.
Malang
Kediri
Jember
TOTAL (rhs)
4.500 4.000 3.500 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 500 0
9.000 8.000 7.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 2012
2013
2014
Gambar 3.48 Statistik Uang Palsu yang Ditemukan (lembar)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
67
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Selama Triw ulan II Tahun 2014, penemuan uang palsu di Jaw a Timur baik melalui perbankan maupun berdasarkan laporan masyarakat menunjukkan penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat penemuan uang palsu pada periode laporan sebanyak 6.094 lembar dalam
berbagai pecahan. Jumlah tersebut
menurun -12,38%
(qtq) apabila
dibandingkan dengan temuan pada Triw ulan I 2014 yang tercatat sebanyak 6.955 lembar.
Surabaya
Malang
Kediri
Jember
100.000
50.000
20.000
10.000
5.000
2.000
1% 2% 0% 0%
9% 40%
23%
22%
28%
75%
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
Gambar3.49Statistik Uang Palsu yang ditemukan (lembar)
Gambar3.50Statistik Pecahan Uang Palsu di Jatim (lembar)
Sebagaimana periode sebelumnya, sebagian besar uang palsu yang beredar di Jaw a Timur pada Triw ulan I 2014 masih didominasi oleh nominal Rp100.000,- dengan proporsi sebesar 75% dari total temuan (berdasarkan lembar). Surabaya sebagai kota terbesar dan pintu gerbang perdagangan dengan Indonesia Timur, hingga saat ini masih menjadi kota dengan penemuan uang palsu tertinggi di w ilayah Jaw a Timur (40% ). M enghadapi maraknya pemalsuan uang, Bank Indonesia bersama instansi berw enang yang terkait terus berupaya melakukan penanggulangan yang bersifat preventif maupun represif.
Tindakan
preventif
dilaksanakan
melalui
upaya–upaya
memasyarakatkan
pengetahuan mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah, meningkatkan unsur pengaman pada uang baru, serta peningkatan kerjasama dengan instansi terkait di dalam maupun luar negeri. Sementara itu, upaya penanggulangan secara represif dilaksanakan oleh Kepolisian dengan menangkap dan menghukum pembuat maupun pengedar uang palsu sesuai dengan ketentuan perundang - undangan yang berlaku.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
68
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
3.6.2Transaksi Sistem Pembayaran Non Tunai Alat
pembayaran
nontunai
terus
berkembang
dan
semakin
lazim
dipakai
masyarakat.Transaksi pembayaran nontunai dengan nilai besar diselenggarakan Bank Indonesia melalui sistem BI-RTGS (Real Time Gross Settlement ) dan Sistem Kliring. Sebagai informasi, sistem BI-RTGS adalah muara seluruh penyelesaian transaksi keuangan di Indonesia.Sebagian besar transaksi keuangan nasional bernilai besar dan bersifat mendesak (urgent ) seperti transaksi di Pasar Uang AntarBank (PUAB), transaksi di bursa saham, transaksi pemerintah, transaksi valuta asing (valas) serta settlement hasil kliring dilakukan melalui sistem BI-RTGS. Transaksi sistem pembayaran non tunai dalam kajian ini mencakup kegiatan transaksi non tunai masyarakat melalui perbankan dengan menggunakan sistem BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Secara umum
perkembangan keduanya jenis sistem pembayaran tersebut di Jaw a Timur terus mengalami peningkatan dari w aktu ke w aktu dengan dominasi terbesar transaksi RTGS.
Kliring
Kliring (Rp triliun)
RTGS
RTGS (Rp triliun)
600,00 500,00 400,00 300,00 200,00 100,00 0,00
100% 80% 60% 40% 20% 0%
Tw I
Tw II Tw III Tw IV Tw I 2012
Tw II Tw III Tw IV Tw I 2013
Tw II
Tw I
Tw II
2014
Tw III
Tw IV
Tw I
2012
Tw II
Tw III
2013
Tw IV
Tw I
Tw II 2014
Gambar 3.51 Perkembangan Transaksi Non Tunai di Jawa Timur
a. Transaksi BI-RTGS ( Real Time Gross Settlement ) BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan dalam w aktu seketika. Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia pada tanggal 17 November
2000,
BI-RTGS berperan
penting
dalam
pemrosesan
aktivitas transaksi
pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk High Value Payment System (HVPS) atau transaksi bernilai besar yaitu transaksi Rp.100 juta ke atas dan
bersifat segera (urgent). Transaksi HPVS saat ini mencapai 90% dari seluruh transaksi
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
69
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
pembayaran di Indonesia sehingga dapat dikategorikan sebagai sistem pembayaran nasional yang memiliki peranan signifikan (Systemically Important Payment System ). Sejak diberlakukannya Surat Edaran No.15/18/DASP tanggal 30 April 2013 perihal Perubahan Atas Surat Edaran Bank Indonesia No.11/13/DASP tanggal 4 M ei 2009 perihal Batas Nominal Nota Debet dan Transfer Kredit dalam Penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia, batas nilai nominal transfer kredit yang dapat dikliringkan melalui SKNBI meningkat menjadi sebesar Rp 500 juta per transaksi. Peraturan tersebut berlaku sejak tanggal 31 M ei 2013. Perubahan batas nilai nominal transfer kredit dimaksud dilatarbelakangi adanya kebutuhan masyarakat akan nominal transfer SKNBI yang lebih besar.Diharapkan kenaikan batas nilai nominal transfer dimaksud dapat memberikan alternatif layanan yang lebih luas kepada masyarakat untuk melakukan transfer kredit melalui SKNBI serta mendukung kelancaran Sistem Pembayaran. RTGS (Rp triliun)
Volume (rhs)
Transaksi
600,00
500.000 450.000 400.000 350.000 300.000 250.000 200.000 150.000 100.000 50.000 0
Rp Triliun
500,00 400,00 300,00 200,00
100,00 0,00 Tw I
Tw II
Tw III
2012
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2013
Tw IV
Tw I
Tw II
2014
Gambar 3.52 Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Timur
Selama Triw ulan I 2014, jumlah nominal transaksi RTGS (dari Jaw a Timur, ke Jaw a Timur dan antar Jaw a Timur) tercatat sebesar Rp 466,6 triliun. Jumlah tersebut lebih tinggi 9,28% (qtq) dibandingkan dengan periode sebelumnya yaitu Triw ulan I 2014 yang tercatat sebesar Rp 426,96 triliun. Sementara itu volume transaksi RTGS pada periode laporan tetap stabil sejumlah 239,22 transaksi.Pertumbuhan transaksi RTGS pada periode laporan diperkirakan didorong oleh peningkatan transaksi ekonomi masyarakat pada saat libur tahun ajaran baru dan jelang lebaran 2014.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
70
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Nominal
Volume
80,00 60,00
% qtq
40,00 20,00 -
Tw I
Tw II
Tw III Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III Tw IV
Tw I
Tw II
(20,00)
2012
2013
2014
(40,00) (60,00)
Gambar 3.53 Pertumbuhan Transaksi RTGS (qtq)
Searah dengan perkembangan perekonomian di beberapa kota di Jaw a Timur, besar transaksi RTGS di tingkat kota/kabupaten masih menunjukkan adanya kegiatan perekonomian yang masih terpusat pada w ilayah-w ilayah tertentu. Berdasarkan asal kotanya, pada transaksi outgoing dan incoming RTGS masih didominasi oleh kota/kabupaten dengan kapasitas
perekonomian yang cukup menonjol,dimana Kota Surabaya sebagai Ibu Kota provinsi Jaw a Timur masih mendominasi besarnya transaksi.
Nilai
Volume
45.000,00 40.000,00
Miliar Rp
35.000,00 30.000,00
25.000,00 20.000,00 15.000,00 10.000,00 5.000,00
0,00 SURABAYA
KEDIRI
GRESIK
MALANG
JEMBER
Gambar 3.54 Kota dengan aktivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw I - 2014
Tercatat transaksi RTGS selama Triw ulan II -2014 dari, ke dan antar kota Surabaya mencapai Rp 38,19 triliun dengan volume sebanyak 19.674 transaksi. Kota lain di Jaw a Timur yang memiliki transaksi RTGS cukup tinggi pada periode ini adalah Kediri, M alang, Gresik, Jember dan Sidoarjo.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
71
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
b.
Transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)
Dalam rangka mendukung kelancaran sistem pembayaran, khususnya melalui transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), kegiatan kliring di Jaw a Timur diikuti oleh 459 kantor peserta kliring baik langsung maupun tidak langsung yang tersebar di 38 kabupaten/kota. Penyelenggaraan kegiatan kliring dilaksanakan di 4 (empat) Kantor Perw akilan Bank Indonesia di w ilayah Jaw a Timur yaitu Surabaya, M alang, Kediri dan Jember. Tabel3.7 Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw I - 2014
Jumlah Kota
Perputaran Kliring ( D )
Rata-2 Perputaran
Jumlah Penolakan Cek
Rata-2 Penolakan Cek
Persentase Rata-2 Penolakan
Kliring Sehari
Dan Giro Kosong
Dan BG Kosong Sehari
Cek Dan BG Kosong Sehari
Kantor Peserta
Lembar
Nominal
Lembar
Nominal
Lembar
Nominal
Lembar
Nominal
Lembar
(satuan)
(juta Rp)
(satuan)
(juta Rp)
(satuan)
(juta Rp)
(satuan)
(juta Rp)
(% )
Nominal (% )
Surabaya
260
1.034.200
40.582.113
51.788
2.032.903
17.937
843.520
899
42.376
5
M alang
65
104.860
4.163.753
5.251
208.641
2.010
78.685
101
3.958
6
6
Kediri
78
37.531
1.662.775
1.881
83.637
728
25.307
37
1.261
6
5
Jember
56
Jatim
459
6
26.097
802.007
1.341
41.255
709
20.212
36
1.031
199
15.772
1.202.688
47.210.648
60.262
2.248.126
21.384
967.724
1.072
48.625
1,78
2,16
Secara nominal, transaksi perputaran kliring di Jaw a Timur yang berlangsung pada Triw ulan II 2014 menunjukkan peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat jumlah nominal transaksi kliring pada periode laporan adalah sebesar Rp 47,21 triliun, lebih tinggi apabila dibandingkan dengan Triw ulan sebelumnya yang mencatat nominal transaksi sebesar Rp 44,55 triliun. Jumlah nominal kliring tersebut
meningkat
5,97%
(qtq)
dibandingkan periode sebelumnya. Volume transaksi kliring pada periode laporan juga mencatat peningkatan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tercatat volume kliring pada Triw ulan II 2014 adalah 1,2 juta lembar w arkat (cek, bilyet giro, nota kredit dan nota debet perbankan). Jumlah tersebut lebih tinggi dari jumlah w arkat kliring pada Triw ulan I 2014 yang tercatat sebanyak 1,17 juta lembar (meningkat 3,23% qtq).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
72
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Nominal (Rp triliun)
Warkat (juta lembar) rhs
Tolakan Kliring (Rp juta)
Tolakan Kliring (Warkat-lembar)-Skala Kanan
1,60
60,00 50,00
40,00
1,40
1.200.000
30.000
1,20
1.000.000
25.000
1,00
800.000
20.000
600.000
15.000
400.000
10.000
0,20
200.000
5.000
0,00
-
0,80
30,00
0,60
2012
2013
2013
Tw II
Tw I
Tw IV
Tw III
Tw II
Tw I
2012
2014
Gambar 3.55 Transaksi Kliring di Jawa Timur
-
Tw IV
Tw II
Tw I
Tw IV
Tw III
Tw II
Tw I
Tw IV
Tw III
Tw II
Tw I
0,00
Tw III
10,00
Tw II
0,40
Tw I
20,00
2014
Gambar 3.56 Tolakan Transaksi Kliring di Jawa Timur
3.6.3 Prospek Kinerja Sistem Pembayaran Kinerja Sistem Pembayaran di Jaw a Timur baik tunai maupun non tunai pada Triw ulan III 2014 diperkirakan terus meningkat. Hal tersebut terkait dengan adanya peningkatan aktifitas ekonomi masyarakat khususnya pada saat lebaran akhir Juli 2014. Optimisme pertumbuhan ekonomi Jaw a Timur pada tahun 2014 turut menguatkan potensi peningkatan transaksi sistem pembayaran di Jaw a Timur selama tahun 2014. Hal tersebut didukung oleh pertumbuhan sektor industri dan sektor perdagangan hotel restoran (PHR) serta stabilitas perbankan. Bank Indonesia terus mendukung perluasan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yaitu optimalisasi penggunaan alat pembayaran non tunai seperti kartu atm, kartu atm debit, kartu kredit dan e-money. Untuk itu, Kantor Perw akilan Bank Indonesia Wilayah IV (Jaw a Timur) menjalin
kerjasama dengan
beberapa perguruan
tinggi
negeri
di
Surabaya
untuk
melaksanakan edukasi kepada mahasisw a dan mahasisw a baru dengan target kurang lebih 10.000 mahasisw a. Edukasi GNNT dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti sosialisasi, seminar, serta pameran atau exhibition . Selain itu, Bank Indonesia bersama beberapa Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya telah mempersiapkan toko dan koperasi kampus agar dapat menyediakan merchant untuk melayani transaksi non tunai. Terkait
dengan hal tersebut
di atas, dalam
rangka meningkatkan keamanan
penggunaan alat pembayaran non tunai seperti kartu atm, kartu atm debit dan kartu kredit, Bank Indonesia melalui Surat Edaran No.13/22/DASP mew ajibkan bank untuk mengganti teknologi kartu ATM dan/atau kartu Debet dari magnetic stripe ke chip dan pin paling kurang
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
73
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
6 (enam) digit paling lambat akhir Desember 2015. Aw al tahun 2016 semua kartu ATM dan/kartu Debet Bank harus w ajib menggunakan chip dan pin minimal 6 digit. Selain itu, melalui Surat Edaran No 14/27/DASP maka per 1 Januari 2015 Bank Indonesia mew ajibkan seluruh penerbit kartu kredit untuk memenuhi ketentuan pemberian kartu kredit kepada pemegang kartu kredit. Ketentuan tersebut antara lain mengenai batas minimum usia, batas minimum pendapatan tiap bulan, batas maksimum plafon kartu kredit yang dapat diberikan, dan batas maksimum jumlah penerbit kartu kredit yang dapat memberikan fasilitas kartu kredit. Dengan demikian diharapkan pengembangan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) dapat seiring dengan peningkatan keamanan dan kenyamanan penggunaan alat pembayaran kartu.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
74
Bab 4 Perkembangan Keuangan Daerah
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
4 PERKEM BANGAN KEUANGAN DAERAH 4.1. UM UM Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan w ujud pengelolaan keuangan daerah yang berdasarkan UU No.17 Tahun 2003 merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dew an Perw akilan Rakyat Daerah (DPRD). Penyusunan APBD memperhatikan adanya keterkaitan antara kebijakan perencanaan dengan penganggaran oleh Pemerintah Daerah serta sinkronisasi dengan berbagai kebijakan Pemerintah Pusat dalam Perencanaan dan Penganggaran Negara. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan suatu gambaran atau tolak ukur pentingnya keberhasilan suatu daerah dalam meningkatkan potensi perekonomian daerah. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan berdampak positif terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), khususnya penerimaan pajak daerah. APBD memiliki fungsi otorisasi, perencanaan, pengaw asan, alokasi, distribusi dan stabilisasi. Fungsi otorisasi mengandung arti bahw a Perda tentang APBD menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Fungsi perencanaan berarti bahw a APBD menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. Sedangkan fungsi pengaw asan terlihat dari digunakannya APBD sebagai standar dalam penilaian penyelenggaraan pemerintahan daerah. Kebijakan desentralisasi fiskal yang ditetapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat Daerah bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya keuangan daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Oleh sebab itu, proses pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaannya mengacu kepada prinsip transparansi dan akuntabilitas.
4.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jaw a Timur Pendapatan
Juta Rupiah
Belanja
20.000.000,00 15.000.000,00 10.000.000,00 5.000.000,00 0,00 2010
2011
2012
2013
2014
Grafik 4.1 Perkembangan APBD Provinsi Jawa Timur Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2014
95
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Seiring
dengan
peningkatan
pertumbuhan
ekonomi daerah, alokasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jaw a Timur terus menunjukkan peningkatan dari w aktu ke w aktu. Tercatat total anggaran pendapatan daerah tahun 2014 adalah sebesar Rp 18,79 triliun, meningkat 14,64% dari total anggaran pendapatan daerah setelah perubahan tahun 2013 yang dianggarkan sebesar Rp 16,39 triliun. Demikian pula dengan anggaran belanja daerah yang meningkat 6,73% , dari Rp 17,61 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp 18,79 triliun pada tahun 2014.
4.2.1 Anggaran Pendapatan Daerah Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 (Juta Rupiah) APBD Th. 2013 (Juta Rp)
APBD Th. 2014 (Juta Rp)
PENDAPATAN DAERAH
16.399.184,06
18.799.577,31
14,64
PENDAPATAN ASLI DAERAH
10.382.698,22
12.503.564,80
20,43
8.598.000,00 103.604,57
10.685.000,00 104.887,32
24,27 1,24
334.920,91
339.967,75
1,51
LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH
1.346.172,75
1.373.709,74
2,05
DANA PERIMBANGAN
3.173.852,58
3.459.730,70
9,01
DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL BUKAN PAJAK
1.455.559,86
1.491.306,55
2,46
DANA ALOKASI UMUM DANA ALOKASI KHUSUS
1.632.648,29 85.644,43
1.866.548,19 101.875,97
14,33 18,95
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
2.842.633,26
2.836.281,81
-0,22
36.800,69
30.812,40
-16,27
2.805.832,56
2.805.469,41
-0,01
Uraian
PAJAK DAERAH RETRIBUSI DAERAH HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN
PENDAPATAN HIBAH DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI KHUSUS
Perubahan (%) 2013 - 2014 %
Total pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Jaw a Timur yang dianggarkan pada Tahun 2014 adalah sebesar Rp 18,79 triliun. Jumlah tersebut meningkat 14,64% dibandingkan anggaran pendapatan setelah perubahan tahun 2013 yang tercatat sebesar Rp 16,39 triliun. Peningkatan tertinggi adalah pada Pendapatan Pajak Daerah yang direncanakan meningkat 24,27% , dari Rp 8,59 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp 10,68 triliun pada tahun 2014. Sementara itu, anggaran pendapatan hibah dianggarkan lebih kecil dengan prosentase penurunan sebesar -16,27% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2014
96
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Sebagaimana pola-pola anggaran di daerah, struktur pendapatan daerah di Provinsi Jaw a Timur didominasi oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang memperoleh porsi 66,51% dari total anggaran pendapatan, yaitu sebesar Rp 12,5 triliun. PAD antara lain
bersumber dari
penerimaan pajak daerah seperti Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Air Baw ah Tanah, Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor serta penerimaaan asli daerah lainnya yang sah. Sementara itu, Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain yang Sah memperoleh proporsi anggaran yang lebih kecil. Dana perimbangan dianggarkan sebesar Rp 3,46 triliun atau 18,40% dari anggaran pendapatan daerah, dan anggaran lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah dianggarkan sebesar Rp 2,83 triliun atau 15,09% dari anggaran pendapatan daerah.
PAD 2013 1%
3%
13%
PAD 2014 PAJAK DAERAH
RETRIBUSI DAERAH
83%
HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH
3% 11% 1%
PAJAK DAERAH
RETRIBUSI DAERAH
85%
HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH
Grafik 4.2 Proporsi Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur
Pada bagian Pendapatan Asli Daerah, Pajak Daerah masih menjadi sumber pendapatan terbesar dengan prosentase sebesar 85,46% dari total PAD yang direncanakan diperoleh pada tahun 2014. Proporsi tersebut lebih besar apabila dibandingkan dengan proporsi tahun sebelumnya 2013 yang tercatat hanya sebesar 82,81% . Proporsi terbesar dalam anggaran PAD Provinsi Jatim Tahun 2014 selanjutnya adalah dana Perimbangan sebesar 18,40% , dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar 15,09% .
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2014
97
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
4.2.2
Realisasi Pendapatan Daerah Tabel 4.2 Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II Tahun 2014 (Juta Rupiah)
Uraian
APBD Th. 2013 (Juta Rp)
Realisasi Tw II 2013 Juta Rp
%
APBD Th. 2014 (Juta Rp)
Realisasi Tw II 2014 Juta Rp
%
PENDAPATAN DAERAH
16.399.184,06
8.531.350,46
52,02
18.799.577,31
9.723.522,54
51,72
PENDAPATAN ASLI DAERAH
10.382.698,22
5.518.091,56
53,15
12.503.564,80
6.482.869,93
51,85
8.598.000,00
4.368.401,66
50,81
10.685.000,00
5.084.297,20
47,58
RETRIBUSI DAERAH
103.604,57
48.089,88
46,42
104.887,32
57.698,98
55,01
HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN
334.920,91
315.713,10
94,26
339.967,75
333.520,27
98,10
LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH
1.346.172,75
785.886,92
58,38
1.373.709,74
1.007.353,48
73,33
DANA PERIMBANGAN
3.173.852,58
1.665.603,92
52,48
3.459.730,70
1.829.076,09
52,87
DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL BUKAN PAJAK
1.455.559,86
687.532,46
47,23
1.491.306,55
709.693,57
47,59
DANA ALOKASI UMUM
1.632.648,29
952.378,13
58,33
1.866.548,19
1.088.819,73
58,33
85.644,43
25.693,33
30,00
101.875,97
30.562,79
30,00
2.842.633,26
1.347.654,97
47,41
2.836.281,81
1.411.576,52
49,77
36.800,69
16.336,35
44,39
30.812,40
9.530,47
30,93
2.805.832,56
1.331.318,62
47,45
2.805.469,41
1.402.046,05
49,98
PAJAK DAERAH
DANA ALOKASI KHUSUS LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH PENDAPATAN HIBAH DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI KHUSUS
Berdasarkan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya, realisasi anggaran pendapatan daerah Provinsi Jaw a Timur sampai dengan triw ulan II 2014 mencapai 51,72% . Berdasarkan kelompoknya, realisasi Dana Perimbangan mencatat prosentase tertinggi yaitu 52,87% dan mencerminkan berjalannya fungsi koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah yang baik. Demikian pula dengan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah yang juga mencatat realisasi cukup tinggi, yaitu masing-masing mencapai 51,85% dan 49,77% . Sumber pendapatan asli daerah yang mencatat realisasi tertinggi adalah hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, yaitu mencapai 98,10% . Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Penerimaan ini antara lain dari BPD, perusahaan daerah, dividen BPR-BKK dan penyertaan modal daerah kepada pihak ketiga. Realisasi pendapatan terbesar selanjutnya adalah retribusi daerah yang antara lain berasal dari retribusi pelayanan kesehatan, retribusi pasar grosir dan pertokoan, retribusi penjualan produksi usaha daerah, retribusi izin trayek kendaraan penumpang, retribusi Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2014
98
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
air, dan retribusi jembatan timbang dengan prosentase sebesar 55,01% . Sementara itu penerimaan pajak daerah juga mencatat realisasi yang cukup tinggi yaitu 47,58% dari rencana APBD. Penerimaan dari sektor pajak ini antara lain pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak kendaraan di atas air, pajak air baw ah tanah dan pajak air permukaan. 2013
2014
54,00 52,00
%
50,00 48,00 46,00 44,00 PENDAPATAN ASLI DAERAH
DANA PERIMBANGAN
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
Grafik 4.3 Realisasi PAD Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2013 dan 2014
4.2.3. Anggaran Belanja Daerah Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jaw a Timur pada tahun 2014 direncanakan sebesar Rp 18,79 triliun atau meningkat 6,73% dibandingkan anggaran belanja tahun sebelumnya sebesar Rp 17,611 triliun. Berdasarkan kelompoknya, kelompok Belanja Tidak Langsung dianggarkan meningkat 13,85% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp 12,75 triliun. Sementara itu belanja langsung dianggarkan lebih kecil yaitu sebesar Rp 6,04 triliun atau lebih rendah -5,71% dibandingkan tahun sebelumnya. Tabel 4.3 Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jaw a Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah) Uraian
APBD Th. 2013 (Juta Rp)
APBD Th. 2014 (Juta Rp)
Perubahan (%) 2013 - 2014 %
BELANJA DAERAH
17.611.859,87
18.796.934,71
6,73
BELANJA TIDAK LANGSUNG
11.203.748,93
12.755.043,69
13,85
1.609.084,28
1.935.973,67
20,32
5.516,77
4.174,94
-24,32
5.139.576,86
4.477.219,66
-12,89
59.290,61
12.149,38
-79,51
BELANJA BAGI HASIL KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA
3.298.463,28
4.443.118,75
34,70
BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA
1.010.668,49
1.703.157,58
68,52
BELANJA PEGAWAI BELANJA BUNGA BELANJA HIBAH BELANJA BANTUAN SOSIAL
BELANJA TIDAK TERDUGA
81.148,65
179.249,72
BELANJA LANGSUNG
6.408.110,94
6.041.891,02
120,89
BELANJA PEGAWAI
1.158.590,88
698.342,41
BELANJA BARANG DAN JASA
4.000.944,84
4.123.498,81
3,06
BELANJA MODAL
1.248.575,22
1.220.049,80
-2,28
-5,71 -39,72
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2014
99
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Berdasarkan sub kelompoknya, proporsi Anggaran Belanja Tidak Langsung Provinsi Jaw a Timur masih didominasi oleh belanja hibah sebesar Rp 4,47 triliun dengan prosentase sebesar 35,1% dari total anggaran Belanja Tidak Langsung. Prosentase terbesar selanjutnya adalah Belanja Bagi Hasil kepada Kabupaten/Kota sebesar 34,83% (Rp 4,44 triliun). Sementara itu, Belanja Pegaw ai yang diperuntukkan untuk pembayaran gaji pegaw ai dianggarkan sebesar Rp 1,94 triliun atau 15,18% dari Belanja Tidak Langsung. Prosentase alokasi belanja tidak langsung pegaw ai tersebut meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 14,36% .
2013
2014
BELANJA PEGAWAI
1%
9%
BELANJA PEGAWAI
2% 0%
14%
BELANJA BUNGA
15%
13%
0%
BELANJA HIBAH
BELANJA BUNGA
BELANJA HIBAH
29% BELANJA BANTUAN SOSIAL
46%
1%
BELANJA BANTUAN SOSIAL
35% BELANJA BAGI HASIL KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA BELANJA TIDAK TERDUGA
35%
0%
BELANJA BAGI HASIL KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA BELANJA TIDAK TERDUGA
Grafik 4.4 Proporsi Anggaran Belanja Tidak Langsung Provinsi Jaw a Timur
Pada kelompok anggaran Belanja Langsung, anggaran Belanja Barang dan Jasa masih mendominasi dengan prosentase sebesar 68,25% , disusul kemudian dengan Belanja Pegaw ai dan Belanja M odal dengan prosentase masing-masing sebesar 11,56%
dan 20,18% .
Peningkatan prosentase belanja barang dan jasa dari sebesar 62,44% pada tahun 2013 menjadi sebesar 68,25% pada tahun 2014 terkait dengan peningkatan kebutuhan operasional Pemerintah Provinsi Jaw a Timur. Demikian pula dengan alokasi belanja modal yang meningkat dari sebesar 19,48% menjadi 20,19% dari belanja tidak langsung pada tahun 2014. Sementara itu prosentase belanja langsung pegaw ai terhadap total belanja langsung menunjukkan penurunan dari sebesar 18,08% pada tahun 2013 menjadi 11,56% pada tahun 2014.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2014
100
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
2013 20%
2014
18%
62%
20%
12%
BELANJA PEGAWAI
BELANJA PEGAWAI
BELANJA BARANG DAN JASA
BELANJA BARANG DAN JASA
68%
BELANJA MODAL
BELANJA MODAL
Grafik 4.5 Proporsi Anggaran Belanja Langsung Provinsi Jawa Timur
Adanya peningkatan prosentase alokasi anggaran barang dan jasa dari 62% pada tahun 2013 menjadi 68% pada tahun 2018 menjadi salah satu indikasi adanya peningkatan kebutuhan belanja barang dan jasa yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan. Sementara alokasi anggaran belanja dalam rangka pembelian atau pembangunan aset tetap berw ujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan masih tetap stabil di kisaran 20% dari belanja langsung.
4.2.3. Realisasi Belanja Daerah Tabel 4.4 Realisasi Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jaw a Timur Triw ulan I Tahun 2014 (Juta Rupiah)
Uraian BELANJA DAERAH BELANJA TIDAK LANGSUNG BELANJA PEGAWAI BELANJA BUNGA BELANJA HIBAH BELANJA BANTUAN SOSIAL
APBD Th. 2013 (Juta Rp) 17.611.859,87 11.203.748,93 1.609.084,28 5.516,77 5.139.576,86 59.290,61
Realisasi Tw II 2013 Juta Rp 5.123.311,62 3.516.320,88 514.821,12 2.530,41 1.217.757,91 12.231,10
Realisasi Tw II 2014
% 29,09 31,39 31,99 45,87 23,69 20,63
APBD Th. 2014 (Juta Rp) 18.796.934,71 12.755.043,69 1.935.973,67 4.174,94 4.477.219,66 12.149,38
Juta Rp 6.686.847,02 4.977.273,31 684.567,92 2.109,86 1.625.401,34 2.879,69
% 35,57 39,02 35,36 50,54 36,30 23,70
BELANJA BAGI HASIL KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA
3.298.463,28
1.369.680,99 41,52
4.443.118,75
1.524.841,05
34,32
BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA
1.010.668,49
359.506,96 35,57
1.703.157,58
1.054.712,04
61,93
BELANJA TIDAK TERDUGA BELANJA LANGSUNG BELANJA PEGAWAI BELANJA BARANG DAN JASA BELANJA MODAL
81.148,65 6.408.110,94 1.158.590,88 4.000.944,84 1.248.575,22
179.249,72 6.041.891,02 698.342,41 4.123.498,81 1.220.049,80
82.761,41 1.709.573,71 254.707,06 1.331.836,55 123.030,10
46,17 28,30 36,47 32,30 10,08
39.788,88 1.606.990,74 328.259,10 1.075.683,26 203.046,03
49,03 25,08 28,33 26,89 16,26
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2014
101
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Sampai dengan Triw ulan II 2014, realisasi belanja daerah Provinsi Jaw a Timur mencapai 35,57% dari APBD. Prosentase tersebut meningkat apabila dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya (Triw ulan II 2013) yang tercatat sebesar 29,09% . Apabila ditinjau berdasarkan kelompoknya, realisasi tertinggi adalah pada kelompok belanja tidak langsung dengan realisasi sebesar 39,02% dari anggaran. Belanja dengan realisasi tertinggi pada kelompok ini adalah belanja bantuan keuangan kepada Pemerintah Daerah / Pemerintah Desa dengan prosentase mencapai 61,93% . Sementara itu, belanja bantuan sosial mencatat realisasi terendah yaitu sebesar 23,70% dari rencana. Kelompok belanja langsung sampai dengan triw ulan II 2014 mencatat realisasi yang lebih kecil yaitu sebesar 28,30% dari anggaran yang direncanakan. Realisasi tertinggi adalah belanja pegaw ai yang merupakan pengeluaran honorarium atau upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah, dengan prosentase 36,47% . Belanja barang dan jasa yang digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang dengan nilai manfaat kurang dari 12 (dua belas) bulan mencatat realisasi sebesar 32,30% . Sementara itu, belanja modal yang digunakan untuk pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berw ujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya masih mencatat prosentase realisasi yang sangat kecil, yaitu sebesar 10,08% dari rencana. Secara umum realisasi belanja menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, penerapan prinsip kehati-hatian dalam proses pengadaan yang dilakukan diperkirakan masih menjadi faktor penyebab realisasi belanja daerah masih di kisaran 35,57% . Selain itu, masih minimnya pembayaran proyek pada pertengahan tahun juga menjadi penyebab masih rendahnya realisasi belanja pemerintah. Diperkirakan penyerapan belanja akan mengalami peningkatan pada triw ulan III, dan mencapai puncak pada triw ulan IV 2014 seiring dengan telah diselesaikannya kontrak / proyek yang dilaksanakan.
%
2013
2014
45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00
BELANJA TIDAK LANGSUNG
BELANJA LANGSUNG
Grafik 4.6 Realisasi Anggaran Belanja Triw ulan II 2013 dan 2014
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2014
102
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
4.3. APBD Provinsi dan Kabupaten Kota Jaw a Timur Secara umum, APBD Provinsi dan Kabupaten Kota di Jaw a Timur mencatat peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Total anggaran pendapatan APBD Provinsi dan Kabupaten Kota di Jaw a Timur pada tahun 2014 direncanakan sekitar Rp 78,45 triliun, atau meningkat 15,63% dibandingkan tahun sebelumnya. demikian pula dengan anggaran belanja yang dianggarkan meningkat 15,77% , dari Rp 71,87 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp 83,21 triliun pada tahun 2014. Anggaran belanja modal yang mencerminkan perhatian pemerintah daerah terhadap pengembangan dan perbaikan infrastruktur seperti jalan, bangunan, irigasi dan jaringan dianggarkan meningkat cukup tinggi hingga 25,6% , dari Rp 12,02 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp 15,09 triliun pada tahun 2014. Tabel 4.5 APBD Provinsi dan Kabupaten Kota Jaw a Timur (Juta Rupiah)
Uraian
APBD 2013
2014
dalam Juta Rp Rata2 Realisasi Semester I 2013 2014
Pendapatan
67.847.880
78.451.700
48,39
43,66
PAD
17.196.665
20.979.147
49,86
44,30
Pajak daerah
11.890.898
14.362.684
51,78
40,41
1.237.156
1.618.921
46,23
47,99
778.540
735.354
61,99
55,11
3.290.071
4.262.187
53,11
48,61
39.341.440
43.320.116
50,52
43,52
DBH
4.323.031
5.251.279
3.825,76
39,30
DAU
32.575.663
35.525.315
52,14
45,94
DAK
2.442.745
2.543.521
26,92
22,31
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
11.309.776
14.152.437
5,73
44,55
Belanja
71.872.047
83.205.871
26,75
22,69
Belanja Pegawai
29.992.330
33.081.189
34,57
31,38
5.994.977
6.363.949
28,34
19,15
608.468
545.671
11,80
8,72
Belanja Barang dan jasa
13.967.266
17.224.214
24,03
22,13
Belanja Modal
12.018.048
15.094.808
7,97
6,92
Retribusi daerah Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Lain-lain PAD yang sah Dana Perimbangan
Belanja Hibah Belanja Bantuan sosial
Apabila ditinjau dari kinerja realisasi anggaran, sampai dengan semester I 2014 rata-rata realisasi anggaran pendapatan Provinsi dan Kabupaten Kota di Jaw a Timur mencapai 43,66% dari APBD. Prosentase tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (semester I 2013) yang tercatat mencapai 48,39% . Demikian pula dengan rata-rata Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2014
103
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
realisasi anggaran belanja daerah yang pada periode laporan mencatatkan realisasi sebesar 22,69% , lebih rendah dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya yang mencapai 26,75% . Penurunan realisasi anggaran terjadi hampir di seluruh jenis belanja, termasuk belanja pegaw ai, belanja barang jasa, dan barang modal. Realisasi belanja pegaw ai sebesar 31,38% yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya 34,57% diperkirakan disebabkan oleh pengurangan jumlah pegaw ai honorarium pada periode laporan. Realisasi belanja hibah dan bantuan sosial yang disalurkan sampai dengan pertengahan tahun masih relatif rendah, yaitu masing-masing mencapai 19,15% dan 8,72% . Hal tersebut merupakan dampak dari kebijakan pemerintah provinsi dan daerah yang menahan penyaluran dana bantuan sosial dan dana hibah selama Pilpres berlangsung, sebagai respon atas permintaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Pemerintah Pusat. Direncanakan Pemerintah Provinsi Jaw a Timur kembali akan menyalurkan kedua dana dimaksud pada bulan September 2014. Selain itu, adanya Peraturan Gubernur No. 9 tahun 2014 tanggal 14 Februari 2014 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan Pemprov Jatim yang mengatur pemusatan pengadaan melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengadaan Barang/Jasa (P2BJ) diperkirakan juga turut menahan realisasi belanja barang/jasa pada pertengahan tahun 2014 karena masih dalam proses penyesuaian.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2014
104
Bab 5 Kesejahteraan Masyarakat
BAB V–KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT
5 KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT 5.1. UM UM Kondisi kesejahteraan masyarakat Jaw a Timur pada triw ulan II 2014 mengalami perbaikan dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya. Berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha, penggunaan tenaga kerja cenderung meningkat, meskipun masih negatif (penambahan tenaga kerja relatif terbatas). Perbaikan indikator tenaga kerja di triw ulan ini terutama terjadi pada sektor PHR dan Pengangkutan & Komunikasi. Sementara itu, di sektor Industri Pengolahan, indikator ketenagakerjaan relatif tertekan disebabkan karena implikasi kebijakan peningkatan UM K 2014 yang direspon dengan otomasi oleh pelaku usaha. Dari sisi kesejahteraan masyarakat desa, meskipun pertumbuhan ekonomi sektor pertanian cenderung menurun, namun masyarakat desa masih menikmati kesejahteraan yang relatif stabil. Hal ini dicerminkan dari Nilai Tukar Petani dan Nilai Tukar Nelayan mengalami peningkatan dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya,. Peningkatan harga komoditas pangan menjadi salah satu penyebab peningkatan kedua indikator tersebut. Sementara itu, kondisi gelombang laut yang relatif aman di beberapa w ilayah di Jaw a Timur juga berkontribusi terhadap peningkatan NTN di Jaw a Timur. Dari sisi persentase penduduk miskin, pada triw ulan II 2014, angka kemiskinan mengalami penurunan dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan yang menurun hal ini menunjukkan penurunan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.
5.2. KETENAGAKERJAAN 5.2.1. Data Ketenagakerjaan Jaw a Timur Data ketenagakerjaan Jaw a Timur yang dirilis oleh BPS masih berada di posisi triw ulan I 2014. Pada triw ulan I 2014, ketenagakerjaan Jaw a Timur mengalami perbaikan dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya. Penduduk yang siap bekerja dan berusia kerja (angkatan kerja) di Jaw a Timur meningkat sebesar 1,40% dari 20,43 juta orang menjadi 20,71 juta orang. Sebanyak 95,98% (19,88 juta orang) dari angkatan kerja tersebut merupakan penduduk yang sedang bekerja, sisanya merupakan penduduk yang menganggur.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II Tahun 2014
90
BAB V–KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT
Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jaw a Timur (Ribu orang)
2012 Feb 20,157.74 19,331.59 826.15 69.54% 4.10%
Kegiatan Angkatan Kerja Bekerja Menganggur TPAK (%) TPT (%)
2013 Feb 20,462.20 19,653.85 808.35 70.11% 3.95%
Aug 20,238.06 19,411.26 826.80 69.57% 4.09%
Aug 20,432.45 19,553.91 878.54 69.78% 4.30%
2014 Feb 20,717.77 19,885.39 832.38 70.52% 4.02%
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
Peningkatan
jumlah
penduduk
yang
bekerja
tersebut
seiring
dengan
pertumbuhan ekonomi Jaw a Timur triw ulan I 2014 yang mengalami ekspansi. Permintaan domestik yang meningkat menggerakkan produksi output sektor riil, sehingga tenaga kerja yang digunakan juga meningkat. Secara sektoral, tenaga kerja di Jaw a Timur sebanyak 36,86% diserap di sektor pertanian, selanjutnya, 21,79% di sektor perdagangan, 14,30% di sektor industri dan 14,24% di sektor jasa kemasyarakatan.
120%
Pertanian Perdagangan Lainnya *)
Industri Transportasi
Konstruksi Jasa Kemasyarakatan
100% 13.91%
12.91%
13.59%
15.54%
14.24%
20.27%
20.03%
20.74%
20.98%
21.79%
13.46%
14.76%
14.65%
14.21%
14.30%
40.93%
39.65%
38.68%
37.90%
36.86%
Feb
Ags
Feb
Ags
Feb
80%
60%
40%
20%
0%
2012
2013
2014
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
Grafik 5.1 Perkembangan Share Tenaga Kerja Sektoral
Di Jaw a Timur mulai terdapat pola pergeseran penyerapan tenaga kerja antara sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Seperti yang ditunjukkan pada grafik 5.1 di atas, pada Februari 2012, terdapat 40,93% penduduk yang bekerja di sektor pertanian, namun jumlah tersebut menurun secara gradual, hingga mencapai 36,86% di Februari 2014. Sementara itu, penyerapan di sektor sekunder, seperti sektor industri mengalami peningkatan dari 13,46% pada Februari 2012 menjadi 14,30% di Februari 2014. Begitu
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II Tahun 2014
91
BAB V–KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT
pula, di sektor tersier (perdagangan serta jasa kemasyarakatan) yang cenderung meningkat dalam kurun w aktu tiga tahun terakhir. Hal ini disebabkan karena akselerasi pertumbuhan ekonomi Jaw a Timur yang terutama didorong oleh pertumbuhan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) serta Industri Pengolahan. Oleh karena itu, penyerapan di kedua sektor tersebut cenderung meningkat. Sementara itu, adanya alih fungsi lahan, rendahnya insentif untuk menjadi petani merupakan faktor penyebab penurunan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian. Hal ini juga searah dengan hasil sensus pertanian 2013 yang menyatakan bahw a rumah tangga petani menurun dari 14,18 juta orang pada sensus tahun 2003 menjadi 10,18 juta orang pada sensus tahun 2013 di Jaw a.
Formal 14000
Informal
g Formal- Skala Kanan
g Informal- Skala Kanan
%
Ribu Orang
6 5
12000
Buruh/Karyawan
Berusaha Dibantu Buruh Tetap
Berusaha Sendiri
Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap
Pekerja Bebas
Pekerja Keluarga/Tdk Dibayar
7000
4
Ribu Orang 6000
10000 3
5000
8000
2
6000
1
4000
0
3000
-1
2000
-2
1000
4000 2000 0
-3 Feb
Ags 2012
Feb
Ags
0
Feb
2013
Feb
Ags
2014
2012
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
Feb
Ags 2013
Feb 2014
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
Grafik 5.2
Grafik 5.3
PenyerapanTenaga Kerja
Komposisi Tenaga Kerja Formal
Feb-14
Feb-12
Universitas
DI/II/III
SMK
SMA
SMP
SD ke Bawah
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
Grafik 5.4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II Tahun 2014
92
BAB V–KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT
Kondisi ketenagakerjaan di Jaw a Timur yang membaik juga ditunjukkan dengan penyerapan tenaga kerja di sektor formal yang tumbuh signifikan, meningkat 4,58% jika dibandingkan dengan bulan Agustus 2013 lalu. Sementara itu, di sektor informal mengalami penurunan, hanya mampu tumbuh 0,25% , lebih rendah dibandingkan dengan Agustus 2013 yang mencapai 0,53% . Semakin banyak pekerja di sektor formal, maka risiko pekerjaan semakin rendah dengan kepastian penghasilan yang lebih tinggi. Pekerja di sektor formal sebagian besar (89,67% ) bekerja sebagai buruh/ karyaw an, sisanya merupakan pekerja yang dibantu buruh tetap. Di sisi informal, pekerja di Jaw a Timur pada Februari 2014 sebagian besar dibantu oleh buruh tidak tetap (28,88% ) dan pekerja keluarga atau tidak dibayar (28,61% ). Tingginya pekerja di sektor ini, terutama pekerja keluarga yang tidak dibayar pada umumnya terdapat di pedesaan dengan kegiatan utamanya adalah pertanian. Dari sisi pendidikan, kualitas pekerja di Jaw a Timur masih jauh dari standar. Terbukti dengan dominasi pekerja yang menyelesaikan pendidikan hanya di tingkat Sekolah Dasar (SD) mencapai 51,99% dari total pekerja di Jaw a Timur. Namun demikian, pada Februari 2014, proporsi jumlah pekerja yang lulus SD cenderung mengalami penurunan, sementara itu, pekerja yang lulus SM P,SM A, SM K dan Perguruan Tinggi mengalami peningkatan. Kenaikan Upah M inimum Kota (UM K) di Jaw a Timur pada tahun 2014 ini telah direspon oleh masing-masing pelaku usaha, terutama dengan relokasi perusahaan ke tempat yang memiliki UM K lebih rendah (Jaw a Timur Bagian Barat dan Jaw a Tengah). Selain itu, perusahaan juga membebankan biaya kenaikan upah pada harga barang dan jasa yang dihasilkan. Oleh sebab itu, kenaikan UM K tidak signifikan berpengaruh pada penurunan angkatan kerja yang justru meningkat sebesar 1,40% .
5.2.2. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
1
Hasil Survei Kegiatan Usaha (SKDU) di w ilayah kerja KPw BI Wilayah IV Jaw a Timur, secara qtq , menunjukkan adanya peningkatan penggunaan tenaga kerja di triw ulan II 2014, meskipun realisasi penggunaan tenaga kerja di Jaw a Timur masih negatif.
1
SKDU (Survei Kegiatan Dunia Usaha) adalah survei yang dilakukan Bank Indonesia secara triwulan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dini mengenai indikasi perkembangan kegiatan ekonomi (sisi penwaran) di sektor riil pada triwulan sedang berjalan maupun perkiraan triwulan yang akan datang. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II Tahun 2014
93
BAB V–KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT
Tabel 5.2 Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jaw a Timur No
SEKTOR
2012
Tw I
Tw II
2013
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
2014
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III*
REALISASI 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PERTANIAN PERTAMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN JASA - JASA
1.54 0.03 -3.28 -0.77 0.26 3.23 -1.52 0.32 -0.42
-0.62 -0.21 3.44 -0.82 0.49 3.67 0.46 0.71 0.42
-0.39 -0.21 -1.69 -0.03 0.00 7.30 -1.93 -0.21 -1.82
-0.15 0.37 -4.33 -0.02 0.24 0.84 -0.64 0.34 1.36
0.68 0.35 -8.16 0.01 0.00 -1.86 -0.92 -0.20 3.13
-0.48 0.52 -4.68 -0.39 0.59 0.44 -0.27 -0.53 0.00
0.19 0.21 -5.46 -0.84 0.00 -1.77 0.71 -0.12 0.78
-0.17 0.73 -2.87 0.36 0.26 0.79 0.76 0.26 -0.84
-0.97 0.07 -1.13 -0.88 0.44 -2.87 0.52 1.37 0.51
-0.29 0.00 -1.85 -0.43 0.00 -0.69 0.61 1.10 0.11
-0.50 0.00 3.23 -0.91 0.73 -0.95 0.22 1.18 0.22
TOTAL SELURUH SEKTOR
-0.61
7.54
2.70
-1.99
-6.95
-4.81
-6.31
-0.72
-2.94
-1.44
3.22
Peningkatan penggunaan tenaga kerja di triw ulan II 2014 terutama terjadi pada sektor utama, yakni sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran serta sektor Pengangkutan dan Komunikasi. Sementara itu, penggunaan tenaga kerja di sektor Industri Pengolahan masih tertekan, terutama setelah terjadinya peningkatan UM K di tahun 2014. Peningkatan biaya tenaga kerja tersebut direspon dengan otomasi yang dilakukan oleh pengusaha. Pada triw ulan ini, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) juga terjadi pada sebagian besar industri rokok kretek yang merupakan padat karya sebagai respon atas penurunan permintaan rokok jenis ini.
Grafik 5.5 Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama
Grafik 5.6 Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II Tahun 2014
94
BAB V–KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT
5.3. KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT PEDESAAN Tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan di Jaw a Timur yang tercermin pada Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) pada triw ulan II 2014 mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode sebelumnya.
5.3.1. Kesejahteraan Petani Berdasarkan indikator kesejahteraan yang telah dirilis Badan Pusat Statistik Provinsi Jaw a Timur (BPS Jatim), penghitungan Nilai Tukar Petani pada Desember 2013 mengalami perubahan tahun dasar 2012,dimana sebelumnya menggunakan tahun dasar 2007 yang dirasa tidak sesuai lagi dengan pola produksi dan konsumsi petani seiring dengan perkembangan teknologi, perubahan iklim, serta pendapatan. Tabel 5.3 Nilai Tukar Petani di Jaw a
Provinsi Banten Jabar Jateng DIY Jatim
M ar 14 105.59 104.64 100.28 102.05 104.07
Juni 14 104.35 104.23 100.34 102.10 104.29
∆ -1.24 -0.41 0.06 0.05 0.22
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
Nilai Tukar Petani (NTP) di level nasional maupun Jaw a Timur pada triw ulan II 2014 menunjukkan peningkatan. Hal ini mencerminkan peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan, khususnya petani. Di Jaw a Timur NTP triw ulan II 2014 mencapai 104,29, meningkat 0,22 dibandingkan dengan triw ulan I 2014. Jaw a Timur yang tergolong sebagai lumbung pangan nasional dengan volume panen yang tinggi menjadi salah satu faktor lebih tingginya NTP Jaw a Timur dibandingkan dengan NTP nasional. NTP nasional mencapai 101,98 pada triw ulan II 2014, meningkat dibandingkan triw ulan sebelumnya yang mencapai 101,86. Jika dibandingkan dengan w ilayah lain, pada triw ulan II 2014, rata-rata semua Provinsi mengalami peningkatan NTP, kecuali Banten dan Jaw a Barat. Peningkatan NTP Jaw a Timur disebabkan karena peningkatan indeks yang diterima petani (IT) lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan indeks yang dibayar petani (IB). Indeks yang diterima petani meningkat sebesar 1,37 dari 115,17 pada triw ulan I 2014 menjadi 116,54 pada triw ulan II 2014. Komoditas yang menyebabkan kenaikan indeks harga yang diterima petani di triw ulan II 2014 antara lain kakao, gabah, baw ang merah, jagung, mangga, tomat dan ikan sw anggi.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II Tahun 2014
95
BAB V–KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
Grafik5.7 Perubahan NTP Jaw a Timur, Indeks harga yg diterima (lt), dan Indeks harga yang dibayar (lb) 2012 2013
Indeks harga yang dibayar petani pada triw ulan II 2014 juga meningkat sebesar 1,07 dari 110,67 menjadi 111,74. Peningkatan IB tersebut terutama disebabkan oleh dua faktor, yakni pertama, peningkatan harga komoditas di pasar, seperti daging ayam dan telur ayam. Kedua, terjadinya peningkatan komponen atau bahan pokok produk pertanian, seperti bibit ayam ras pedaging, benih ikan gurame serta pelet. Selain itu, akibat kenaikan tarif tenaga listrik, harga es batu untuk pendingin produk pertanian mengalami peningkatan. Keseluruhan hal itu, menyebabkan kenaikan IB petani. Namun demikian, peningkatan IB yang tidak setinggi peningkatan IT, menyebabkan petani masih menikmati Nilai Tukar Petani (NTP) yang relatif tinggi dibandingkan triw ulan sebelumnya. NTP Jaw a Timur yang meningkat juga disumbang dari peningkatan NTP sub sektor peternakan dan hortikultura. Peningkatan NTP di sub sektor peternakan dan hortikultura sejalan dengan peningkatan harga komoditas ternak dan buah/sayuran. Keterbatasan volume panen hortikultura di triw ulan ini turut mendorong peningkatan harga komoditas hortikultura.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II Tahun 2014
96
BAB V–KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
Grafik 5.8 NTP Sub Sektor Pertanian di Jaw a Timur
5.3.2. Kesejahteraan Nelayan Kesejahteraan nelayan yang tercermin pada Nilai Tukar Nelayan (NTN) di Jaw a Timur mengalami peningkatan di triw ulan II 2014. NTN meningkat sebesar 0,67% dari 106,14 menjadi 106,81. Hal ini disebabkan karena indeks harga yang diterima nelayan (IT) meningkat sebesar 3,42, lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan indeks harga yang dibayar nelayan (IB) yang meningkat sebesar 1,30. Komoditas yang mengalami peningkatan indeks harga yang diterima nelayan adalah ikan tongkol, ikan sw anggi, ikan kuw e, dan ikan kerapu. Gelombang tinggi terjadi di beberapa w ilayah sentra perikanan Jaw a Timur, seperti Pantai Grajagan, Banyuw angi. Namun di w ilayah lain, seperti Lamongan dan Tuban, gelombang relatif terkendali. Oleh karena itu, tangkapan ikan masih relatif meningkat dan berkontribusi pada peningkatan indeks yang diterima petani di Jaw a Timur. Apabila dibandingkan dengan w ilayah lain, NTN Jaw a Timur relatif tinggi dan meningkat bersama dengan dua Provinsi lain, yakni Banten dan DKI Jakarta. Indeks yang dibayar (IB) nelayan Jaw a Timur yang mengalami peningkatan disebabkan karena peningkatan indeks harga konsumsi rumah tangga (terutama bahan makanan) dan indeks harga Biaya Produksi dan Penambahan Barang M odal (BPPM ), terutama biaya sew a (kapal) yang digunakan nelayan dalam mencari ikan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II Tahun 2014
97
BAB V–KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT
Provinsi DKI Jakarta Jabar Jateng DIY Jatim Banten Sumber : BPS Jatim, (diolah)
∆
Mar 14 Jun 14 104.81 106.01 106.86 105.73 106.14 112.41
106.8 105.36 106.07 105.06 106.81 113.01
1.99 -0.65 -0.79 -0.67 0.67 0.60
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
Grafik 5.9
Grafik 5.4
NTN, IT dan IB Jaw a Timur
Nilai Tukar Nelayan di Jaw a
5.4 PROFIL KEM ISKINAN JAWA TIM UR Secara umum, beberapa tahun terakhir
perkembangan perekonomian Jaw a Timur
menunjukkan kinerja yang positif diiringi oleh penigkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator kesejahteraan lainnya tercermin dari angka kemiskinan dari tahun ke tahun menunjukkan penurunan. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2013 (SUSENAS), 2
jumlah penduduk Jaw a Timur yang berada di baw ah garis kemiskinan (penduduk miskin) pada M aret 2014 turun sebesar 0,31 poin dari 12,73% pada September 2013 menjadi 12,42% atau sebesar 4.786.790 jiw a. Berbagai gagasan terus dikembangkan, baik pemerintah pusat maupun daerah dilaksanakan dalam rangka pengentasan kemiskinan. Salah satu contoh program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Jaw a Timur terkait hal ini adalah program pemberdayaan potensi desa/kota yang diharapkan mampu mew ujudkan pengelolaan kemiskinan secara profesional dan berkelanjutan dengan berbasis pada potensi dan modal sosial lokal sehingga dapat
mengembangkan
pola-pola
baru
yang
inovatif
untuk
penganggulangan
kemiskinan.Selain itu, Pemerintah Jaw a Timur berkomitmen mengentaskan kemiskinan dengan cara memberikan fasilitas dan kemudahan di usaha mikro kecil dan menengah (UM KM ), fasilitas koperasi, mendirikan pusat pelayanan perizinan terpadu (P2T) yang bertujuan untuk menarik investor agar menanamkan modalnya di Jaw a Timur.
2
Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di baw ah Garis Kemiskinan. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II Tahun 2014
98
BAB V–KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT
Grafik 5.10 Perkembangan Penduduk M iskin di Jaw a Timur (% ) Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Penghitungannya tidak lepas dari besaran garis kemiskinan yang telah ditetapkan. Garis kemiskinan pada bulan M aret 2014 sebesar Rp 282.796 per kapita per bulan, meningkat 3,30% dibandingkan dengan September 2013 yang mencapai Rp 273.758 per kapita per bulan. Peningkatan angka garis kemiskinan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh laju inflasi di Jaw a Timur, serta dampak tidak langsung dari kenaikan tarif listrik industri yang meningkatkan harga barang hasil industri di Jaw a Timur. Garis Kemiskinan ditentukan secara signifikan oleh pergerakan Garis Kemiskinan M akanan (GKM ). Pada M aret 2014, Garis Kemiskinan M akanan (GKM ) meningkat sebesar 3,19% menjadi Rp 208.116 per kapita per bulan, sementara Garis Kemiskinan Non M akanan meningkat sebesar 3,62% menjadi Rp 74.681 per kapita per bulan. Berdasarkan komoditas, peningkatan GKM banyak disumbang oleh komoditas beras, rokok filter, gula pasir, tempe dan tahu. Sementara itu, GKNM disumbang oleh komoditas perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi untuk kaw asan perkotaan. Di sisi lain, kaw asan pedesaan disumbang oleh komoditas perumahan, bensin, listrik, kayu bakar dan pendidikan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II Tahun 2014
99
BAB V–KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT
Tabel 5.5 Garis Kemiskinan, Jumlah & Persentase Penduduk M iskin M enurut Daerah Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) Daerah/ tahun
(1) Perkotaan Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 Sept 2011 Maret 2012 Sept 2012 Maret 2013 Sept 2013 Maret 2014 Pedesaan Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 Sept 2011 Maret 2012 Sept 2012 Maret 2013 Sept 2013 Maret 2014 Kota + Desa Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 Sept 2011 Maret 2012 Sept 2012 Maret 2013 Sept 2013 Maret 2014
Makanan
Bukan Makanan
Total
Jumlah Penduduk Miskin (Ribu)
(2)
(3)
(4)
(5)
Perubahan Persentase Persentase Penduduk Miskin Penduduk Miskin (%) (6)
(7)
131,487 145,676 152,965 169,242 174,210 175,806 182,073 187,350 200,620 206,858
51,921 56,948 60,418 65,303 68,193 69,499 71,874 77,853 78,033 80,723
183,408 202,624 213,383 234,546 242,403 245,305 253,947 265,209 278,653 287,582
2,438.76 2,148.51 1,873.55 1,768.23 1,734.31 1,630.63 1,605.96 1,550.46 1,622.03 1,535.81
13.15 12.17 10.58 9.87 9.66 9.06 8.90 8.57 8.90 8.35
-0.98 -1.59 -0.71 -0.21 -0.81 -0.16 -0.33 0.33 -0.55
118,971 131,522 139,806 155,457 161,141 167,352 176,674 189,172 202,651 209,263
36,461 43,106 46,073 50,818 53,025 54,864 57,882 61,358 66,643 69,166
155,432 174,628 185,879 206,275 214,166 222,216 234,556 250,530 269,294 278,429
4,581.19 3,874.07 3,655.76 3,587.98 3,493.00 3,440.34 3,354.58 3,220.80 3,243.79 3,250.98
23.64 21.00 19.74 18.19 17.66 17.35 16.88 16.15 16.23 16.13
-2.64 -1.26 -1.55 -0.53 -0.84 -0.47 -0.73 0.08 -0.10
125,091 138,440 146,240 162,017 167,360 171,375 179,244 188,306 201,683 208,116
44,020 49,874 53,087 57,711 60,243 61,827 64,540 69,205 72,075 74,681
169,112 188,317 199,327 219,727 227,603 233,202 243,783 257,510 273,758 282,796
7,019.95 6,022.59 5,529.30 5,365.21 5,227.31 5,070.98 4,960.54 4,771.26 4,865.82 4,786.79
18.51 16.68 15.26 14.23 13.85 13.4 13.08 12.55 12.73 12.42
-1.47 -1.83 -1.42 -1.03 -0.38 -0.83 -0.32 -0.53 0.18 -0.32
Pembangunan inklusif di Jaw a Timur dapat terlihat dengan adanya indikator penurunan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin yang tercermin pada Indeks Kedalaman (Poverty Gap Index) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index). Kemiskinan tidak hanya mencakup persentase penduduk miskin, tetapi juga menyangkut seberapa besar jarak dan keragaman pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Dari data kemiskinan rilis Badan Pusat Statistik Provinsi Jaw a Tim ur (BPS Jatim) digambarkan bahw a indeks kedalaman kemiskinan (P1) mengalami penurunan pada M aret 2014 dari 2,07 menjadi 1,85. Hal serupa juga terjadi pada Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) yang menurun dari 0,50 menjadi 0,44. Penurunan keduanya mengindikasikan rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin menyempit.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II Tahun 2014
100
BAB V–KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT
Tabel 5.6 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2 ) di Jaw a Timur M enurut Daerah Tahun Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 September 2011 Maret 2012 September 2012 Maret 2013 September 2013 Maret 2014 Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 September 2011 Maret 2012 September 2012 Maret 2013 September 2013 Maret 2014
Kota
Desa
Kota + Desa
2.34 2.18 1.53 1.51 1.25 1.25 1.29 1.31 1.42 1.16
4.38 3.54 3.18 2.96 2.67 2.32 2.52 2.32 2.66 2.48
3.38 2.88 2.38 2.27 2.00 1.81 1.93 1.84 2.07 1.85
0.61 0.60 0.37 0.35 0.28 0.27 0.30 0.33 0.34 0.27
1.23 0.91 0.79 0.72 0.63 0.48 0.57 0.52 0.66 0.59
0.93 0.76 0.59 0.54 0.46 0.38 0.44 0.43 0.50 0.44
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II Tahun 2014
101
Bab 6 Perkiraan Ekonomi dan Harga
BAB VI
6
PERKIRAAN EKONOM I DAN HARGA
PERKIRAAN EKONOM I DAN HARGA
6.1 PERKIRAAN PERTUM BUHAN EKONOM I JAWA TIM UR Tren perbaikan ekonomi Jaw a Timur diperkirakan terjadi pada triw ulan III 2014. Perekonomian Jaw a Timur diperkirakan mampu berekspansi dari 5,94% (yoy) pada triw ulan II 2014 menjadi di kisaran 6,00% -6,40% (yoy) pada triw ulan III 2014. Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Jaw a Timur masih ditopang oleh peningkatan belanja/konsumsi rumah tangga, konsumsi Pemerintah serta membaiknya kinerja ekspor-impor. Hasil survei konsumen menunjukkan bahw a indeks penghasilan di triw ulan III 2014 cenderung meningkat sebagaimana tercermin pada hasil survei konsumen (Grafik 6.1). Penghasilan yang meningkat tersebut diperkirakan bersumber dari pencairan gaji ke-13 Pegaw ai Negeri Sipil dan Tunjangan Hari Raya (THR). Ekspektasi penghasilan yang tinggi akan mendorong pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi semakin tinggi pula. Namun demikian, Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) cenderung melambat terhadap kondisi perekonomian Jaw a Timur di triw ulan mendatang. Perkiraan harga yang meningkat menginjak tingginya permintaan pada saat lebaran menjadi salah satu faktor penyebab pesimisme tersebut.
Grafik 6.1. Ekspektasi Konsumen
Grafik 6.2. Ekspektasi Penghasilan
Dari sisi pembelanjaan Pemerintah Daerah, pada triw ulan III 2014 diperkirakan mampu meningkat sebesar 10,50% . Belanja rutin pegaw ai diperkirakan menjadi salah satu faktor penyebabnya. Sementara itu, dukungan belanja infrastruktur diperkirakan cenderung meningkat, terutama realisasi pembebasan lahan terdampak atas pembangunan Tol Trans Jaw a, Tol Surabaya M ojokerto dan Tol Gempol Pandaan. Berdasarkan informasi dari Dinas PU Bina M arga, menjelang lebaran dan tahun ajaran baru, w arga terdampak banyak mengajukan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II Tahun 2014
102
BAB VI
PERKIRAAN EKONOM I DAN HARGA
klaim atas UGR (Uang Ganti Rugi). Di Indonesia, hingga bulan Agustus, telah terserap 74,50% dari dana pembebasan lahan di tahun 2014. Pada triw ulan III 2014, ekspor diperkirakan mampu tumbuh positif dengan impor yang cenderung menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya. M elanjutnya perbaikan perekonomian negara maju dan upaya diversifikasi tujuan ekspor, terutama ke Timur Tengah dan Afrika Selatan menjadi faktor penyebab peningkatan neraca perdagangan Jaw a Timur. Selain itu, adanya tren peningkatan harga komoditas internasional di triw ulan III 2014 berkontribusi pada peningkatan nilai ekspor Jaw a Timur. Pada triw ulan III 2014, investasi diperkirakan masih tumbuh melambat sebesar 4,25% (yoy). M asih berlangsungnya aksi w ait and see para pelaku usaha atas hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 dan proses transisi pemerintah menyebabkan masih rendahnya angka realisasi investasi bangunan. Namun, beralihnya sistem produksi sektor industri menuju semi otomasi semakin mendorong pertumbuhan realisasi investasi non bangunan. Hal ini pada akhirnya turut berpengaruh pada kinerja impor barang modal yang didominasi kelompok mesin industri dan suku cadang. Di sisi lain, kenaikan UM K yang tinggi pada 2 (dua) tahun terakhir, pada akhirnya berpengaruh pada penurunan minat investasi industri padat karya di Jatim, sebagaimana dikonfirmasi dalam berbagai forum diskusi dan liaison dengan pelaku usaha. Sementara itu, realisasi pembangunan infrastrukt ur jalan Tol masih memasuki tahap pembebasan lahan. Dari sisi penaw aran, perekonomian Jaw a Timur masih ditopang oleh tiga sektor utama (PHR, Industri Pengolahan dan Pertanian). Namun demikian, perkembangan ketiganya pada triw ulan III 2014 cenderung berbeda-beda. Sektor pertanian dan PHR diperkirakan mengalami peningkatan, sementara Industri Pengolahan cenderung melambat. Sektor pertanian diperkirakan mampu terakselerasi seiring dengan dimulainya masa panen tanaman bahan makanan (tabama) memasuki bulan Juli 2014. Sementara itu, di sektor peternakan, permintaan daging sapi, daging ayam dan telur ayam yang tinggi pada lebaran turut berkontribusi pada peningkatan sektor ini. Risiko yang perlu diw aspadai terkait kinerja sektor ini adalah keterbatasan pasokan pupuk bersubsidi yang meningkatkan biaya input petani. Sementara itu, kebijakan pembatasan penggunaan solar bersubsidi yang juga digunakan input bagi sebagian besar nelayan diperkirakan sedikit menekan kinerja sub sektor perikanan. M elalui SE No. 937/07/Ka. BPH/2014 mengenai Pengendalian Konsumsi BBM , BPH M igas mengurangi jatah solar sebesar 20% di lembaga penyaluran BBM untuk nelayan yang diatur dalam SPBB/SPBN/SPDN/APM S mulai 4 Agustus 2014. Kebijakan tersebut diperkirakan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II Tahun 2014
103
BAB VI
PERKIRAAN EKONOM I DAN HARGA
meningkatkan biaya input nelayan untuk solar yang memiliki komponen 60-70% dari seluruh biaya operasional penangkapan ikan per trip. Di sisi lain, sektor pertanian juga diperkirakan terdampak atas kebijakan pengenaan Pajak Pertambahan Nilai 10% atas penjualan produk pertanian ke industri pengolahan. Perbaikan kinerja sektor PHR diperkirakan terus berlanjut hingga triw ulan III 2014. Adanya momen lebaran di triw ulan ini menjadi sumber utama yang meningkatkan arus perdagangan, hotel dan restoran. Perdagangan, terutama mengalami peningkatan ke Kaw asan Barat Indonesia (DKI Jakarta dan Jaw a Barat), sementara itu, perdagangan ke Kaw asan Timur Indonesia masih cenderung stabil. Hal ini tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang menunjukkan peningkatan realisasi usaha di triw ulan III 2014 untuk sektor PHR dengan penggunaan tenaga kerja yang cenderung stabil. Industri pengolahan pada triw ulan ini cenderung mengalami perlambatan. Perlambatan ekonomi KTI masih berkontribusi pada perlambatan kinerja sub sektor mesin dan alat angkut. Sementara itu, pengenaan PPn 10% pada komoditas pertanian yang masuk ke sektor industri diperkirakan mampu berpengaruh pada perlambatan sub sektor industri makanan-minuman di triw ulan berikutnya.
Grafik 6.3. Estimasi Realisasi Usaha
Grafik 6.4. Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja
6.2 PERKIRA A N INFLA SI JA W A TIM UR M encermati perkembangan inflasi terkini dan tracking beberapa indikator harga, maka inflasi kota Jaw a Timur pada triw ulan III 2014 diperkirakan secara tahunan (yoy) berada di kisaran 4,3% s/d 4,6% .
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II Tahun 2014
104
BAB VI
PERKIRAAN EKONOM I DAN HARGA
Tabel 6.1 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Risiko
Faktor Risiko
Tw II-2014 Tw III-2014
Volatile Food
Tw III-2014 - Berakhirnya musim panen raya beberapa komoditas utama di Jawa Timur yang mayoritas terjadi pada bulan Maret s.d. Juli tiap tahunnya - Stok beras masih mencukupi konsumsi masyarakat s.d. 13 bulan ke depan - Beberapa kendala pada sektor peternakan seperti keterbatasan stok sapi dan DOC ayam ras sehingga berpotensi tidak memenuhi permintaan masyarakat
Administered Price
Tw III-2014 - Adanya kenaikan tarif listrik industri (per 1 Juni 2014) dan tarif listrik rumah tangga (per 1 Juli 2014) - Adanya rencana pemerintah untuk menyesuaikan tarif batas atas angkutan udara pasca Lebaran
Core Inflation
Tw III-2014 - Masih terdepresiasinya nilai Rupiah berpotensi meningkatkan harga barang impor - Dampak lanjutan kenaikan tarif listrik industri yang berpotensi dibebankan kepada harga akhir barang dan jasa - Dampak lanjutan kenaikan tarif PPN BM - Adanya Pemilihan Umum yang mempengaruhi ekspektasi investor asing dan para pelaku usaha - Dimulainya tahun ajaran baru berpotensi meningkatkan biaya-biaya terkait pendidikan dan peralatan pendukung pendidikan
M enurun
M eningkat
Stabil
Berdasarkan tabel di atas, tekanan inflasi pada triw ulan III 2014 dari ketiga kelompok inflasi relatif meningkat, khususnya pada inflasi kelompok administered price dan core inflation, dengan penjelasan sebagai berikut : 1. Volatile Foods Tingkat konsumsi masyarakat diperkirakan akan mencapai puncaknya pada Juli 2014 sehingga mendorong kenaikan harga dari sisi permintaan. Namun seiring berlalunya hari besar keagamaan, konsumsi akan kembali pada pola normalnya di bulan Agustus dan September 2014 sehingga sisi penaw aran lebih dominan dalam membentuk harga. Beberapa sentra produksi di Jaw a Timur seperti beras di Jember dan Banyuw angi, baw ang merah di Nganjuk serta cabai di Kediri masih memasuki musim tanam di aw al Tw III-2014 sehingga diperkirakan akan menambah pasokan di akhir Tw III-2014 (panen gadu)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II Tahun 2014
105
BAB VI
PERKIRAAN EKONOM I DAN HARGA
w alaupun tidak sebesar pada saat panen raya. M eskipun demikian, perlu diw aspadai pula terjadinya gangguan musim (seperti El Nino atau curah hujan tinggi) yang dapat mengganggu tingkat produksi komoditas pertanian. Hal lain yang perlu diw aspadai adalah potensi gangguan ketersediaan daging ayam ras sebagai dampak lanjutan pembatasan produksi bibit ayam atau day old chicken (DOC) dan impor bibit indukan ayam atau grand parent stock (GPS). Berbagai upw ard risk tersebut diantisipasi oleh Pemerintah Provinsi Jaw a Timur melalui intensifikasi pertanian (peningkatan produktivitas) dan senantiasa memantau kecukupan pasokan khususnya untuk komoditas daging dan telur. 2. Administered Prices Kelompok ini diproyeksi akan menjadi pendorong utama inflasi Jaw a Timur diantaranya melalui pelaksanaan penyesuaian tarif listrik rumah tangga per 1 Juli 2014 masing-masing sebesar 11,36% (R1), 10,43% (R2) dan 5,70% (R3) setiap 2 (dua) bulan sekali, rencana pemerintah untuk menyesuaikan tarif batas atas angkutan udara pasca Lebaran, kebijakan pembatasan penjualan BBM bersubsidi sebesar 46 juta KL yang mulai berlaku per 1 Agustus 2014, serta berlanjutnya penyesuaian harga komoditas rokok sebagai dampak lanjutan penyesuaian cukai rokok 2013 dan pemberlakuan pajak tembakau. Walaupun mengalami peningkatan tekanan risiko inflasi, namun secara tahunan (yoy) inflasi kelompok ini akan turun dan menuju ke pola normalnya sebagai dampak telah hilangnya dampak base year IHK kenaikan BBM pada tahun 2013. 3. Core Inflation Inflasi kelompok ini diproyeksi masih akan meningkat pada Tw III-2014. Hal yang mendasari antara lain dampak lanjutan berbagai kebijakan Pemerintah (pada administered
price) yang akan ditransmisikan oleh pelaku usaha kepada harga jual konsumen. Selain itu, dimulainya tahun ajaran baru juga akan meningkatkan inflasi di kelompok pendidikan. Sedangkan secara eksternal, belum stabilnya nilai tukar Rupiah dan fluktuasi harga komoditas internasional juga akan mempengaruhi tingkat harga di Jaw a Timur khususnya untuk sisi tradable.
6.3 PROSPEK EKONOM I JA W A TIM UR TA HUN 2014 Secara keseluruhan diperkirakan pertumbuhan ekonomi Jatim tahun 2014 mencapai 6,0-6,4% (yoy), cenderung melambat dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 6,55% . Pertumbuhan ini diyakini masih yang tertinggi dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Jaw a.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II Tahun 2014
106
BAB VI
PERKIRAAN EKONOM I DAN HARGA
Dari sisi permintaan, hampir seluruh komponen permintaan mengalami perlambatan. Konsumsi rumah tangga, meskipun masih menjadi penopang utama perekonomian Jaw a Timur, namun kinerjanya tidak setinggi tahun 2013. Pelaksanaan Pilpres 2014 kurang mampu menggiatkan konsumsi dan investasi masyarakat seiring aksi w ait and see yang berlanjut hingga triw ulan III 2014. Sementara itu, adanya momen lebaran juga diperkirakan tidak setinggi pengaruh tahun sebelumnya. Pembaikan perekonomian negara maju sepanjang tahun ini secara optimis diharapkan mampu meningkatkan ekspor Jaw a Timur di tahun 2014. Faktor risiko yang perlu diw aspadai pada tahun 2014 adalah daya saing produk Jatim menjelang pelaksanaan M asyarakat Ekonomi Asean (M EA) 2015, khususnya produk UM KM . Selain itu, adanya transfer of know ledge pada aliran tenaga kerja dan investasi yang bebas perlu segera disepakati di antara negara anggota menjelang pemberlakuan M EA 2015 mendatang. Selain itu, perlambatan ekonomi Tiongkok juga perlu diw aspadai seiring dengan tingginya intensitas perdagangan Jaw a Timur dengan negara tersebut. Di sisi penaw aran, pendorong utama perbaikan ekonomi Jatim berasal dari sektor utama, Industri Pengolahan dan sektor pendukung (Listrik Gas Air Bersih dan Jasa-Jasa). Sementara itu, dari sisi eksternal, nilai tukar yang mulai menemukan keseimbangannya juga menjadi salah satu faktor pendorong perbaikan kinerja perdagangan Jatim yang mengalami surplus,
meskipun
cenderung
melambat
dibandingkan
dengan
tahun
sebelumnya.
Perdagangan antar daerah masih terkontraksi akibat perlambatan ekonomi KTI. Sektor pertanian pun hingga akhir tahun 2014 tidak signifikan terpengaruh oleh adanya
El Nino.
Efisiensi w aduk dan irigasi serta penganekaragaman komoditas yang ditanam menjadi salah satu faktor yang menahan penurunan produksi tanaman pangan.
6.4 PROSPEK INFLA SI JA W A TIM UR TA HUN 2014 Tekanan inflasi pada akhir tahun 2014 diproyeksi mereda dibandingkan periode laporan atau berada di kisaran proyeksi 5,1% - 5,4% (yoy). Dari sisi permintaan, adanya hari raya keagamaan pada triw ulan II 2014 dan triw ulan IV 2014 akan menjadi pendorong utama inflasi yang bersifat seasonal. Sementara dari sisi penaw aran, telah berakhirnya musim panen raya dan dimulainya musim tanam serta potensi badai El Nino pada tahun 2014 diproyeksi akan sedikit mengurangi kecukupan pasokan di masyarakat. Secara ringkas prospek inflasi tersebut teruraikan sebagai berikut :
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II Tahun 2014
107
BAB VI
PERKIRAAN EKONOM I DAN HARGA
1. Volatile Foods Pergerakan harga pada kelompok bahan makanan sampai dengan triw ulan III 2014 diprediksi akan mengalami penurunan dan meningkat kembali pada triw ulan IV 2014. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : Sisi Permintaan Sebagaimana trend pada periode-periode sebelumnya, trend permintaan akan mereda pada triw ulan II 2014, kemudian meningkat pada aw al triw ulan III 2014 dan akhir triw ulan IV 2014 seiring dengan adanya Hari Raya Idul Fitri dan Natal. Sisi Penaw aran Tingkat produksi komoditas pangan pada selama tahun 2014 diproyeksi akan sedikit menurun seiring dengan pergeseran musim panen akibat banjir pada aw al tahun 2014, gangguan produksi akibat erupsi Gunung Kelud serta potensi terjadinya El Nino w alaupun pada intensitas yang relatif rendah. M eskipun demikian, hal tersebut akan tertahan oleh :
- Penambahan luas tanam komoditas kedelai seluas 500 ribu hektar oleh Pemerintah Provinsi Jaw a Timur sehingga dapat mendorong peningkatan produksi kedelai di Jaw a Timur.
- M enyikapi potensi terjadinya badai El Nino, diproyeksi terdapat peningkatan produksi tanaman palaw ija, seperti jagung, kedelai serta tanaman perkebunan seperti tembakau karena ketiga tanaman tersebut cenderung membutuhkan air lebih sedikit daripada padi, sehingga mampu bertahan di tengah kondisi kering.
- M ekanisme logistik pangan seperti memastikan kecukupan stok beras di BULOG, memberdayakan 843 lumbung pangan yang tersebar di 29 Kabupaten dan 1 Kota, serta mengoptimalkan fungsi 228 rumah pangan lestari yang tersebar di 38 Kabupaten/Kota di Jaw a Timur. Sedangkan untuk tingkat pasokan daging-dagingan, masih terdapat potensi risiko yang disebabkan relatif terbatasnya ketersediaan hew an ternak di masyarakat. Sensus pertanian tahun 2013 menyebutkan bahw a terdapat penurunan populasi sapi di Jaw a Timur sebesar 24,22% dibandingkan tahun 2011. Sedangkan untuk ayam ras, mempertimbangkan produksi Jaw a Timur tidak hanya dikonsumsi secara lokal melainkan juga dikirimkan kepada w ilayah lain (khususnya Kaw asan Timur Indonesia) dan adanya pembatasan produksi bibit ayam dan impor bibit indukan ayam, masih dimungkinkan terjadi fluktuasi harga ke depannya.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II Tahun 2014
108
BAB VI
PERKIRAAN EKONOM I DAN HARGA
2. Administered Prices Tekanan inflasi kelompok administered price pada akhir tahun 2014 secara tahunan diproyeksi mereda. Namun secara bulanan, terdapat beberapa pelaksanaan kebijakan Pemerintah yang berpotensi mendorong inflasi. Beberapa hal yang mempengaruhi tingkat inflasi kelompok ini yaitu : Upw ard Risk
- Adanya kebijakan pembatasan penjualan BBM bersubsidi sebesar 46 juta KL yang mulai berlaku per 1 Agustus 2014. Berdasarkan Surat Edaran Badan Pengaturan Hilir M inyak dan Gas Bumi (BPH M igas) No. 937/07/Ka tgl. 24 Juli 2014, diatur bahw a solar bersubsidi hanya dijual pada pukul 08.00
18.00. Di luar w aktu tersebut maka tarif
solar yang berlaku adalah tarif non subsidi.
- Kenaikan tarif listrik rumah tangga per 1 Juli 2014 masing-masing sebesar 11,36% (R1), 10,43% (R2) dan 5,70% (R3) setiap 2 (dua) bulan sekali.
- Rencana penyesuaian harga bahan bakar rumah tangga (LPG 12 kg). - M asih berlanjutnya kenaikan harga komoditas rokok. Dow nw ard Risk
- Hilangnya dampak base year kenaikan harga BBM pada aw al triw ulan III 2014 sehingga mampu mendorong inflasi kelompok ini kembali kepada pola normalnya.
- Peningkatan tarif listrik dilakukan pula secara bertahap sehingga meminimalkan dampak lanjutan terhadap kenaikan harga komoditas lainnya.
3. Core Inflation Tingkat inflasi kelompok ini pada akhir tahun 2014 secara tahunan diproyeksi relatif meningkat di kisaran 4,5% - 5,0% . Pendorong utama inflasi adalah masih belum stabilnya nilai Rupiah dan harga komoditas internasional serta dampak lanjutan penyesuaian harga karena pelaksanaan kebijakan Pemerintah yang oleh pelaku usaha ditransmisikan kepada harga jual akhir (konsumen).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II Tahun 2014
109
DAFTAR ISTILAH
DAFTAR ISTILAH Administ ered price Harga barang yang diat ur oleh pemerint ah, misalnya harga bahan bakar minyak dan t arif dasar list rik. APBD Anggaran Pendapat an dan Belanja Daerah. Rencana keuangan t ahunan pemerint ah daerah yang dibahas dan set ujui bersama oleh pemerint ah daerah dan DPRD dan dit et apkan dengan perat uran daerah. BI Rat e Suku bunga ref erensi kebijakan monet er dan dit et apkan dalam Rapat Dew an Gubernur set iap bulannya. BI-RTGS Bank Indonesia Real Time Gross Set t lement , yang merupakan suat u penyelesaian kew ajiban bayar-membayar (set t lement ) yang dilakukan secara on-line at au seket ika unt uk set iap inst ruksi t ransf er dana. Bobot inf lasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suat u komodias t erhadap t ingkat inf lasi secara keseluruhan yang diperhit ungkan dengan melihat t ingkat konsumsi masyarakat t erhadap komodit as t ersebut . Dana Pihak Ket iga (DPK) Simpanan pihak ket iga bukan bank yang t erdiri dari giro, t abungan dan simpanan berjangka. Ekspor dan Impor Dalam kont eks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa ant ar negara dan ant ar provinsi. Fakt or Fundament al Fakt or pendorong inf lasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan monet er, yakni int eraksi permint aan-penaw aran at au out put gap, eksernal sert a ekspekt asi inf lasi masyarakat .
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
xix
DAFTAR ISTILAH
Fakor Non Fundament al Fakt or pendorong inf lasi yang berada di luar kew enangan ot orit as monet er, yakni produksi maupun dist ribusi bahan pangan (volat ile f oods) sert a harga barang/jasa yang dit ent ukan oleh pemerint ah (adminisered price). Financing t t o Deposit Rat io (FDR) aau Loan t o Deposit Ratio (LDR) Rasio pembiayaan at au kredit t erhadap dana pihak ket iga yang dit erima oleh bank, baik dalam rupiah dan valas. Terminologi FDR unuk bank syariah, sedangkan LDR unt uk bank konvensional. Import ed inf lation Salah sat u disagregasi inf lasi, yait u inf lasi yang berasal dari pengaruh perkembangan harga di luar negeri (ekst ernal). Indeks Ekspekt asi Konsumen Salah sat u pembent uk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen t erhadap ekspekt asi kondisi ekonomi 6 bulan mendat ang dengan skala 1 – 100. Indeks Kondisi Ekonomi Salah sat u pembent uk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen t erhadap kondisi ekonomi saa ini dengan skala 1 – 100. Indeks Keyakinan Konsumen Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen t erhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspekt asi kondisi ekonomi enam bulan mendat ang dengan skala 1 – 100. Inf lasi IHK Kenaikan harga barang dan jasa dalam sat u periode yang diukur dengan perubahan indeks harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat luas. Inf lasi Inti Inf lasi IHK set elah mengeluarkan komponen volat ile f oods dan administ ered prices. Inf low Uang yang diedarkan aliran masuk uang kart al ke Bank Indonesia. Invest asi Kegiat an meningkat kan nilai t ambah suat u kegiat an produksi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
xx
DAFTAR ISTILAH
Kredit Penyediaan uang at au t agihan yang sejenis, berdasarkan perset ujuan at au kesepakat an pinjam-meminjam ant ara Bank dengan pihak lain yang mew ajibkan peminjam unt uk melunasi hut angnya set elah jangka w akt u t ert ent t u dengan pemberian bunga, t ermasuk Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan not e purchase agreement (NPA) Pengambilan t agihan dalam rangka kegiat an anjak piut ang. Liaison Kegiat an pengumpulan dat a/st at ist ik dan inf ormasi yang bersif at kualit at if dan kuant it at if yang dilakukan secara periodik melalui w aw ancara langsung kepada pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiat an ekonomi dengan cara yang sist emat is dan didokument asikan dalam bent uk laporan. mt m M ont h t o mont h. Perbandingan ant ara dat a sat u bulan dengan bulan sebelumnya. Net Inf low Uang yang diedarkan inf low lebih besar dari out f low . Non Perf orming Financing (NPF) at au Non Perf orming Loan (NPL) Rasio pembiayaan at au kredit macet t erhadap ot al penyaluran pembiayaan at au kredit oleh bank, baik dalam rupiah dan valas, Terminologi NPF dan pembiayaan unt uk bank syariah, sedangkan NPL dan kredit unt uk bank konvensional.Krit eria NPF at au NPL adalah (1) kurang lancar, (2) diragukan dan (3) macet . Omset Nilai penjualan brut o yang diperoleh dari sat u kali proses produksi Out f low Aliran keluar uang kart al dari Bank Indonesia. Pendapat an Asli Daerah (PAD) Pendapat an yang diperoleh dari akt ivit as ekonomi suat u daerah sepert i hasil pajak daerah, rest ribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah. qt q Quart er t o quart er. Perbandingan anara dat a sat u t riw ulan dengan t riw ulan sebelumnya.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
xxi
DAFTAR ISTILAH
Sekt or Ekonomi Dominan Sekt or ekonomi yang mempunyai nilai t ambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembent ukan PDRB secara keseluruhan. Volat ile Food Salah sat u disagregasi inf lasi, yait u unt uk komodit as yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena f akt or-f akt or t ert ent u. yoy Year on year. Perbandingan ant ara dat a sat u t ahun dengan t ahun sebelumnya.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
xxii
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR SINGKATAN APBD Anggaran Pendapat an dan Belanja Negara BBM Bahan Bakar M inyak BOPO Rasio Biaya Operasional t erhadap Pendapat an Operasional BPS Badan Pusat St at ist ik IHK Indeks Harga Konsumen IKK Indeks Keyakinan Konsumen KPR Kredit Pemilikan Rumah LDR Loan t o Deposit Rat io LTV Loan t o Value NIM Net Int erest M argin NPF Non Perf orming Financing NPL Non Perf orming Loan PHR Perdagangan, Hot el dan Rest oran PLN Perusahaan List rik Negara PM A Penanaman M odal Asing Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
lxxii
DAFTAR SINGKATAN
PM DN Penanaman M odal Dalam Negeri PM TB Pembent ukan M odal Tet ap Domest ik Brut o q-t -q Quart er t o quart er RBB Rencana Bisnis Bank SKDU Survei Kegiat an Dunia Usaha yoy Year on year
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan II 2014
lxxiii