KAJIAN JIAN EKONOMI REGION GIONAL JAWA TIMUR
TRIWULAN IV - 2012
KANTOR OR PE PERWAKILAN BANK K INDONESIA IND WILAYAH IV
Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011 psw. 8301/8258 Fax : 031-3554178 Email :
[email protected]
Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI (http://www.bi.go.id)
Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Misi Bank Indonesia esia : “ Mencapai dan memel emelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemelih meliharaan kestabilan moneter dan sistem tem kkeuangan untuk mendukung pembangunan gunan nasional yang berkesinambungan.“ Visi Bank Indonesia sia : “Menjadi bank sentral ntral yyang kredibel secara nasional maupun n inter internasional melalui penguatan nilai-nilai ilai stra strategis serta pencapaian inflasi yang rendah ndah d dan stabil.“ Nilai – Nilai Strategis egis : Kompetensi – Intergrita rgritas – Transparansi – Akuntabilitas – Kebersam ersamaan.
Visi dan Misi Kan Kantor Bank Indonesia Surabaya Misi Kantor Bank nk Ind Indonesia Surabaya : “Mendukung pencapa ncapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang ng m moneter, perbankan dan sistem pembayar bayaran secara efisien dan optimal serta member emberikan saran kepada Pemda dan lembag embaga terkait lainnya di daerah dalam m ra rangka mendukung pembangunan ekonom konomi daerah.” Visi Kantor Bank nk Indonesia Ind Surabaya : “Menjadi kantorr Ba Bank Indonesia yang dapat dipercaya ya d di daerah melalui peningkatan peran ran da dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indones donesia yang diberikan.”
KATA PENGANTAR Pertama-tama kam mi panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan n Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah--Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional Provi vinsi Jawa Timur Triwulan IV - 2012 dapatt d diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian Ka triwulanan ini disusun untuk memenu uhi kebutuhan informasi bagi stakeholders ekksternal maupun internal yang berkaitan de dengan perkembangan perekonomian, perban nkan dan sistem pembayaran di Jawa Timur ur baik pada triwulan dimaksud maupun prospeek ke depan. Analisa pada kajian an ini menggambarkan perkembangan pereko onomian daerah Provinsi Jawa Timur didasa sarkan pada data dan informasi yang diperole leh dari berbagai pihak seperti perbankan da dan instansi di lingkungan pemerintah daerah,, BUMN maupun swasta. Atas seluruh bant ntuan tersebut kami mengucapkan pengharga gaan dan terima kasih yang sebesar-besarny nya. Harapan kami, hubungan kemitraan yang g terjalin selama ini dapat lebih ditingkatk tkan di masa yang akan datang. Kami jugaa mengharapkan masukan dan saran unt ntuk lebih meningkatkan kualitas kajian ssehingga dapat memberikan kemanfaatan n yang maksimal. Semoga Tuhan Yang Y Maha Pemurah selalu memberikan kekuatan dan kemudahan kepada kitaa semua dalam memberikan kontribusi yan ng terbaik bagi peningkatan kesejahteraan n masyarakat Jawa Timur pada khususnya dan n Indonesia pada umumnya. Surabaya, 7 Februari Fe 2013 BANK INDONESIA SIA SURABAYA
Mohamad ad Ishak Pemim mpin
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GRAFIK
vii
DAFTAR ISTILAH
xiii
DAFTAR SINGKATAN
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
RINGKASAN EKSEKUTIF
xxiii
INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR
xxv
INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR BAB 1
xxvii
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1 KONDISI UMUM
1
1.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012
1
1.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun Triwulan IV-2012
3
1.2 SISI PERMINTAAN
5
a.
Konsumsi
6
b.
Investasi
9
c.
Ekspor - Impor
11
1.3 SISI PENAWARAN
BOKS 1 BOKS 2
BAB 2
1
14
a.
Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran
17
b.
Sektor Industri Pengolahan
19
c.
Pertanian
20
d.
Keuangan, Persewaan dan Jasa
21
e.
Bangunan
22
f. Pengangkutan dan Komunikasi DAMPAK KENAIKAN UMK TERHADAP KINERJA SEKTOR USAHA TAHUN 2013 PENCIPTAAN WIRAUSAHA BARU GUNA PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA DAN PENINGKATAN PENGHASILAN MASYARAKAT
PERKEMBANGAN INFLASI
23 25 29 31
2.1 Kondisi Umum
31
ii
2.2 Inflasi Bulanan (mtm)
32
2.3 Inflasi Triwulanan (qtq)
41
2.4 Inflasi Tahunan (yoy)
45
2.5 Inflasi Menurut Kota
47
BOKS 3
2.5 Disagregasi Inflasi DAMPAK KENAIKAN TARIF TENAGA LISTRIK (TTL) 2013 TERHADAP INFLASI DI JAWA TIMUR
49 55
BOKS 4
KETAHANAN PANGAN JAWA TIMUR
56
BAB 3
PERKEMBANGAN PERBANKAN 3.1 PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM 3.1.1. Aset dan Aktiva Produktif 3.1.2. Dana Pihak Ketiga (DPK) 3.1.3. Kredit 3.1.4. Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) 3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN 3.2.1. Risiko Kredit 3.2.2. Risiko Likuiditas 3.3 PERBANKAN SYARIAH 3.4 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) 3.5 BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA 3.6 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 3.6.1 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA TUNAI Aliran Uang Masuk/Keluar (Inflow/Outflow ) a. b. Uang Kartal Tidak Layak Edar 3.6.2 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI Transaksi RTGS (Real Time Gross Settlement ) a. b. Transaksi Kliring BOKS 5 RENCANA BISNIS BANK TAHUN 2013 BOKS 6 KEWAJIBAN PEMENUHAN MODAL MINIMUM PERBANKAN
58 59 61 62 64 67 69 71 74 76 79 82 86 86 86 88 89 89 91 95 96
BAB 4
97 97 98 99
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4.1 UMUM 4.2 REALISASI PENDAPATAN DAERAH 4.3 REALISASI BELANJA DAERAH ii
BAB 5
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 5.1 UMUM 5.2 KETENAGAKERJAAN 5.2.1 Data Ketenagakerjaan Jawa Timur 5.2.2 Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) 5.3 UPAH MINIMUM KAB/KOTA 5.4 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN 5.4.1 Kesejahteraan Petani 5.4.2 Kesejahteraan Nelayan 5.5 PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR
103 103 103 104 106 108 108 109 110 111
BAB 6
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
115
6.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR
115
6.2 PERKIRAAN INFLASI JATIM
115
6.3 PROSPEK PERBANKAN JAWA TIMUR
118
iii
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Tabel 1.2 Tabel 1.3 Tabel 1.4 Tabel 1.5 Tabel 1.6 Tabel 1.7 Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 2.7 Tabel 2.8 Tabel 2.9 Tabel 2.10
Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Jawa Timur Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Provinsi Jawa Timur Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Provinsi Jawa Timur Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Provinsi Jawa Timur Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Sisi Permintaan Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian Pertumbuhan Ekonomi Sektor Bangunan Inflasi Triwulan II Tahun 2011 & 2012 di Jawa Timur (mtm ) Perbandingan 10 Besar Inflasi & Deflasi Tertinggi Jawa Timur Vs Nasional Perbandingan 10 Besar Inflasi & Deflasi Tertinggi Jawa Timur Vs Nasional Perbandingan 10 Besar Inflasi & Deflasi Tertinggi Jawa Timur Vs Nasional Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq) Perkembangan Pengadaan BULOG Divre Jawa Timur 2007-2012 Inflasi Jawa Timur (yoy ) Per Kelompok Barang Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan IV2012 Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang &
Jasa Triwulan IV-2012 Tabel 2.11 Perkembangan Capacity Utilization Industri Pengolahan Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Jawa Tabel 3.1 Timur Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3
Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur Penyaluran Kredit pada Kab/Kota Dominan di Jawa Timur Perkembangan NPL per Kelompok Bank Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow-Outflow ) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw.IV- 2012 Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw.III- 2012 Realisasi Pendapatan APBD Prop.Jatim Triwulan IV - 2012 Alokasi Dana Kegiatan Pekerjaan Umum Jawa Timur Pagu Untuk Direktorat/Badan Terkait Pengembangan Transportasi di Jawa Timur
v
1 2 3 5 14 20 22 33 36 37 40 42 44 46 47 48 48 51 58 58 60 71 80 87 91 91 98 100 100
Tabel 4.4 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6 Tabel 6.1
Realisasi Belanja APBD Prov.Jatim Triwulan IV-2012 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur (2008 - 2012) Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja SKDU Jawa Timur Kenaikan UMK Jawa Timur Daya Beli per Kapita Petani dan Nelayan Garis Kemiskinan, Jumlah & Persentase Penduduk Miskin Menurut DaerahKedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Indeks Kemiskinan (P2) di Jawa Timur Menurut Daerah Tedensi Arah Inflasi dan Faktor Risiko
vi
101 104 107 108 111 112 114 117
DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Grafik 1.2 Grafik 1.3 Grafik 1.4 Grafik 1.5 Grafik 1.6 Grafik 1.7 Grafik 1.8 Grafik 1.9 Grafik 1.10 Grafik 1.11 Grafik 1.12 Grafik 1.13 Grafik 1.14 Grafik 1.15 Grafik 1.16 Grafik 1.17 Grafik 1.18 Grafik 1.19 Grafik 1.20 Grafik 1.21 Grafik 1.22 Grafik 1.23 Grafik 1.24 Grafik 1.25 Grafik 1.26 Grafik 1.27 Grafik 1.28 Grafik 1.29 Grafik 1.30 Grafik 1.31 Grafik 1.32
Pertumbuhan Kredit Bank Umum Per Sektor Prov. Jawa Timur Kontribusi Pertumbuhan PDRB Sektoral Prov. Jawa Timur Kontribusi PDRB Sisi Permintaan Prov. Jawa Timur Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Prov. Jawa Timur Struktur Perekonomian Prov. Jawa Timur Sisi Permintaan PDRB Prov. Jawa Timur Sisi Permintaan PDRB Prov. Jawa Timur Indeks Penjualan Eceran Konsumsi Listrik Rumah Tangga Perkembangan Kredit Konsumsi Dana Simpanan Perbankan Perorangan Survei Konsumen Keyakinan Konsumen Survei Konsumen Kondisi Ekonomi Saat Ini Perkembangan PMTB Perkembangan Jumlah Proyek Investasi Perkembangan Nilai Proyek Investasi Perkembangan Kredit Investasi Perkembangan Volume Penjualan Semen Perkembangan Impor Barang Modal Perkembangan Kinerja Ekspor Jatim Perkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri Jatim Pertumbuhan Nilai Ekspor Per Jenis Barang Pertumbuhan Ekspor Per Jenis Barang Perkembangan Nilai Ekspor Perkembangan Nilai Impor Nilai Impor Per Jenis Barang Pertumbuhan Impor Per Jenis Barang Statistik Kontainer di Tanjung Perak Statistik Discharge-Loaded di Tanjung Perak Statistik Kontainer Internasional Statistik Kontainer Domestik Pertumbuhan Tiga Sektor Utama
vii
2 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8 8 8 9 10 10 10 11 11 12 12 12 12 12 12 13 13 13 13 14 14 15
Grafik 1.33 Grafik 1.34 Grafik 1.35 Grafik 1.36 Grafik 1.37 Grafik 1.38 Grafik 1.39 Grafik 1.40 Grafik 1.41 Grafik 1.42 Grafik 1.43 Grafik 1.44 Grafik 1.45 Grafik 1.46 Grafik 1.47 Grafik 1.48 Grafik 1.49 Grafik 1.50 Grafik 1.51 Grafik 1.52 Grafik 1.53 Grafik 1.54 Grafik 1.56 Grafik 1.57 Grafik 1.58 Grafik 1.59 Grafik 1.60 Grafik 1.61
Petumbuhan Sektor Pendukung Pertumbuhan Sektor Pendukung Utilisasi Kapasitas Produksi Utilisasi Kapasitas Produksi Sektoral Indeks Realisasi Usaha Indeks Realisasi Usaha Sektoral Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jatim Jumlah Wisatawan Asing Melalui Bandara Juanda Konsumsi Listrik Golongan Bisnis Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Perkembangan Nilai Impor Barang Bahan Baku Perkembangan Pertumbuhan Impor Barang Bahan Baku Konsumsi Listrik Golongan Industri Luas Lahan Tanam dan Panen Padi di Jawa Timur Luas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jawa Timur Luas Lahan Puso di Jawa Timur Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa Timur Perkembangan NIM Perbankan Jawa Timur Perkembangan Fee - Based Income Perkembangan Interest - Based Income Perkembangan Pendapatan - Biaya Operasional Bank Umum Volume Penjualan Semen di Jawa timur Rata-Rata Pembangunan Properti Residensial Rata-Rata Penjualan Properti Residensial Arus Penumpang di Tanjung Perak Arus Barang di Tanjung Perak Penumpang Domestik di Bandara Juanda Grafik 1.62 Penumpang Internasional di Bandara Juanda Grafik 2.1 Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy) Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Jawa Timur Grafik 2.3 Perbandingan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy ) Grafik 2.4 Rata-Rata Inflasi Sub Kelompok (mtm ) Grafik 2.5 Inflasi Oktober Per Kelompok Barang Grafik 2.6 Inflasi November Per Kelompok Barang
viii
15 15 16 16 17 17 17 17 18 18 19 19 19 19 20 20 21 21 21 22 22 22 22 23 23 24 24 24 24 32 32 32 34 34 34
Grafik 2.7 Grafik 2.8 Grafik 2.9 Grafik 2.10 Grafik 2.11 Grafik 2.12
Inflasi Desember Per Kelompok Barang Perbandingan Inflasi Per Kelompok Barang Inflasi Kelompok Barang Perkembangan Harga Sub Kelompok Sandang (mtm ) Perkembangan Harga Komoditas Emas Internasional
34 35 35 36 36
Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar (mtm )
37
Grafik 2.13 Sub Kelompok Bahan Makanan Yang Mengalami Inflasi Tertinggi Pada Oktober 2012 (mtm ) Grafik 2.14 Perkembangan Harga Komoditas Tepung Internasional Grafik 2.15 Sub Kelompok Bahan Makanan Yang Mengalami Deflasi Tertinggi Pada Oktober 2012 (mtm ) Grafik 2.16 Inflasi Tahunan (yoy ) Kelompok Barang Strategis Grafik 2.17 Perbandingan Inflasi Per Kelompok Barang Grafik 2.18 Pergerakan Harga Komoditas Sub Kelompok Bumbu-Bumbuan Grafik 2.19 Pergerakan Harga Emas Perhiasan Grafik 2.20 Perbandingan Inflasi Per Kelompok Barang Grafik 2.21 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan Grafik 2.22 Inflasi Sub Kelompok Daging (mtm ) Grafik 2.23 Inflasi Sub Kelompok Daging (yoy ) Grafik 2.24 Inflasi (qtq ) Sub Kelompok Bahan Makanan Grafik 2.25 Grafik 2.26 Grafik 2.27 Grafik 2.28 Grafik 2.29 Grafik 2.30 Grafik 2.31
Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan Tw III-2012 & Tw IV-2012 Pergerakan Harga Beras Surabaya Pergerakan Harga Beras Internasional Luas Panen dan Produksi Padi Kab. Jember Luas Panen dan Produksi Padi Prov. Jawa Timur Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan Makanan Tahun 2011-2012 Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Makanan Jadi, Minuman & Tembakau
Grafik 2.32 Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan Makanan Tahun 2011-2012 Grafik 2.33 Inflasi (yoy ) Kelompok Makanan Jadi, Minuman & Tembakau Grafik 2.34 Perbandingan Inflasi (yoy ) 7 Kota di Jawa Timur Grafik 2.35 Inflasi Jatim Per Komponen (yoy ) Grafik 2.36 Perbandingan Inflasi Jatim dan Rata-Ratanya (yoy ) Grafik 2.37 Perbandingan - Disagregasi Inflasi Jawa Timur
ix
37 37 37 38 38 39 39 40 40 41 41 43 43 43 43 44 44 46 46 46 46 47 48 48 49
Grafik 2.38 Grafik 2.39 Grafik 2.40 Grafik 2.41 Grafik 2.42 Grafik 2.43 Grafik 2.44 Grafik 2.45 Grafik 2.46 Grafik 2.47 Grafik 2.48 Grafik 2.49 Grafik 2.50 Grafik 2.51 Grafik 2.52 Grafik 2.53 Grafik 3.1 Grafik 3.2 Grafik 3.3 Grafik 3.4 Grafik 3.5 Grafik 3.6 Grafik 3.7 Grafik 3.8 Grafik 3.9 Grafik 3.10 Grafik 3.11 Grafik 3.12 Grafik 3.13 Grafik 3.14 Grafik 3.15 Grafik 3.16 Grafik 3.17 Grafik 3.18 Grafik 3.19
Disagregasi Inflasi (mtm ) Jawa Timur Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Perkembangan Capacity Utilization Perkembangan Harga Minyak Internasional Perkembangan Harga CPO Perbandingan Batu Bara Perkembangan Harga Karet Perbandingan Komponen Inflasi Inti Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable Perkembangan Inflasi Inti - Exclude Gold Price Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable Perkembangan Inflasi Inti - Exclude Gold Price Perkembangan Inflasi Traded - Konstruksi dan Non Konstruksi Perkembangan Inflasi Non Traded - Konstruksi dan Non Konstruksi Indeks Keyakinan & Ekspektasi Konsumen Ekspektasi Harga Yang Akan Datang Perkembangan LDR Perkembangan LDR per Kelompok Bank Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy ) Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (qtq ) Perkembangan Total Aset Bank Umum Proporsi Aktiva Produktif Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y) Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o- y) Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq ) Perkembangan DPK per Jenis Simpanan Komposisi DPK Bank Umum (%) Perbandingan Suku Bunga Simpanan - BI Rate Pertumbuhan Kredit (yoy ) Pertumbuhan Kredit (qtq ) Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan(y-o-y ) Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (q-t-q ) Proporsi Kredit Sektoral
x
49 50 50 51 51 51 51 52 53 53 53 53 53 53 54 54 53 60 61 61 62 62 62 63 63 64 64 64 65 65 66 66 66 66 66
Grafik 3.20 Grafik 3.21 Grafik 3.22 Grafik 3.23 Grafik 3.24 Grafik 3.25 Grafik 3.26 Grafik 3.27 Grafik 3.28 Grafik 3.29 Grafik 3.30 Grafik 3.31 Grafik 3.32 Grafik 3.33
Perkembangan Kredit Sektoral Dominan (yoy) Perbandingan Suku Bunga Kredit & BI Rate Perkembangan Kredit UMKM Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank 5 Besar Provinsi Penyalur KUR Perkembangan Penyaluran KUR di Jatim Perkembangan NPL Bank Umum Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan Sektor dengan Penyaluran Kredit Terbesar (Juta Rupiah) Sektor dengan Pertumbuhan Penyaluran Kredit Terbesar (% yoy) NPL Per Sektor Ekonomi Money Position Perbankan di Jawa Timur Money Position Perbankan di Jawa Timur Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (qtq )
67 67 68 68 69 69 72 72 72 73 74 75 76 76
Grafik 3.34 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (yoy ) Grafik 3.35 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jawa Timur Grafik 3.36 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy ) Grafik 3.37 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah per Jenis Penggunaan Grafik 3.38 Pangsa Pembiayaan Syariah Perjenis Penggunaan Grafik 3.39 Non Performing Financin g (NPF) dan Financing to Deposits Ratio (FDR) Perbankan Syariah di Jawa Timur Grafik 3.40 Perkembangan Indikator BPR (yoy ) Grafik 3.41 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (qtq ) Grafik 3.42 Pertumbuhan Kredit BPR per-Jenis Penggunaan (yoy ) Grafik 3.43 Proporsi Kredit BPR PerJenis Penggunaan Grafik 3.44 Perkembangan LDR & NPL BPR Grafik 3.45 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (yoy ) Grafik 3.46 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (qtq ) Grafik 3.47 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya Grafik 3.48 Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di
76 77 77 78 78
Surabaya Grafik 3.49 Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq ) Grafik 3.50 Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan Bank Ber-KP di Surabaya Grafik 3.51 Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkantor Pusat di Surabaya
84
xi
79 81 81 81 82 82 83 83 84
85 85 85
Grafik 3.52 Grafik 3.53 Grafik 3.54 Grafik 3.55 Grafik 3.56 Grafik 3.57 Grafik 3.58 Grafik 3.59 Grafik 3.60 Grafik 3.61 Grafik 3.62 Grafik 4.1 Grafik 5.1 Grafik 5.2 Grafik 5.3 Grafik 5.4 Grafik 5.5 Grafik 5.6 Grafik 5.7 Grafik 5.8 Grafik 5.9 Grafik 5.10 Grafik 5.11 Grafik 5.12 Grafik 5.13 Grafik 5.14 Grafik 6.1 Grafik 6.2 Grafik 6.3 Grafik 6.4 Grafik 6.5
Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB) Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur Perkembangan Transaksi RTGS Di Jawa Timur 6 Kota Dengan Aktivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw IV2012 6 Kota Dengan Aktivitas Transaksi Incoming RTGS Terbesar Tw IV2012 Perkembangan Transaksi Kliring Di Jawa Timur Tolakan Transaksi Kliring Di Jawa Timur Statistik Uang Palsu Yang Ditemukan Staistik Uang Palsu Yang Ditemukan (lembar) Staistik Uang Palsu Yang Ditemukan (nilai) Statistik Uang Palsu yang Dilaporkan Per Kota (lembar) Dana Pemerintah Prov/Kab/Kota di Perbankan Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral Penyerapan Tenaga Kerja Komposisi Tenaga Kerja Formal Komposisi Tenaga Kerja Informal Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral NTP Nasional & Jawa Timur NTP dan Pertumbuhan (Nasional & Jatim) lt Serta Pertumbuhan Nasional & Jatim lb dan Pertumbuhanan Nasional & Jatim Ib vs Inflasi Sub Bahan Makanan NTN Nasional & Jatim NTN Serta Pertumbuhan (Nasional & Jatim) Perkembangan Penduduk Miskin di Jawa Timur Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indeks Ekspektasi Penghasilan Estimasi Realisasi Usaha Tw I - 2013 Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw I - 2013 Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang & Jasa di Surabaya
xii
88 89 90 90 90 92 92 92 93 93 93 102 104 105 105 105 108 108 109 109 109 109 110 111 111 111 115 115 116 116 117
Ringkasan Eksekutif
RINGKASAN EKSEKUTIF
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kinerja perekonomian Jawa Timur (Jatim) pada tahun 2012 mencapai 7,27% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 (7,22%)
KAJIAN EKONOMI REGIONAL (KER) TRIWULAN IV IV – 2012 201 2
Assesmen Perkembangan Makro Ekonomi
Mengakhiri tahun 2012, kinerja perekonomian Jawa Timur
(Jatim) pada tahun 2012 mencapai 7,27% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 (7,22%) serta pertumbuhan ekonomi
nasional
Sebagaimana
yang
berada
diinformasikan
pada
pada
level tabel
6,23%. berikut,
pertumbuhan ekonomi Jatim dalam kurun waktu 8 (delapan) tahun terakhir cenderung lebih tinggi dibandingkan nasional, kecuali pada tahun 2007 yang sedikit berada di bawah nasional. Jika diukur lebih lanjut, kinerja perekonomian Jatim terus meningkat, sedangkan nasional mulai mengalami perlambatan di tahun 2012. Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan kinerja ekspor impor Jatim menjadi sumber pendorong pertumbuhan. Peningkatan konsumsi rumah tangga secara umum di 2012 terkait dengan cukup terjaganya daya beli masyarakat, sementara kegiatan ekspor impor masih didominasi oleh perdagangan antar daerah/provinsi. Masih kuatnya konsumsi domestik diperkuat oleh data pertumbuhan ekspor barang dan
jasa
antar
daerah
yang
mengalami
peningkatan
dibandingkan dengan kinerja ekspor antar negara/luar negeri yang justru menurun. Sementara itu, dari sisi penawaran, sektor Perdagangan Hotel
dan
Restoran
(PHR)
merupakan
sektor
pendorong
pertumbuhan ekonomi Jatim. Pertumbuhan sektor PHR sebagai
sektor
yang
pertumbuhan
paling sub
dominan sektor
terutama
perdagangan
didorong yang
oleh
tercatat
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
xiii
RINGKASAN EKSEKUTIF
mendapat permintaan tinggi seiring masih tingginya kegiatan konsumsi masyarakat Jatim. Sektor Industri Pengolahan tetap tumbuh tinggi walaupun sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan tersebut didukung oleh stabilnya
permintaan
domestik
di
tengah
pelemahan
permintaan ekspor negara tujuan Eropa dan Amerika Serikat, dengan sub sektor pendorong terbesar adalah industri pupuk, kimia dan barang dari karet. Sektor Pertanian tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, terutama dipicu oleh perlambatan sub sektor tanaman bahan makanan sebagai akibat adanya gangguan cuaca yaitu pergeseran musim dan tingginya curah hujan pada akhir tahun 2012. Assesmen Inflasi Kenaikan IHK di 7 (tujuh) kota pada periode laporan mengalami peningkatan sehingga secara tahunan mencapai 4,50%.
Perkembangan inflasi di wilayah Jawa Timur (Jatim) yang dihitung berdasarkan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) di 71 kota pada triwulan IV-2012 sebesar 0,91% (qtq) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 1,93%(qtq). Hingga akhir tahun 2012, inflasi tahunan Jatim (4,50%) berada pada level yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu pada kisaran 4,27% (yoy. Berdasarkan kelompok barang, hanya kelompok bahan makanan dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yang mengalami mengalami penurunan inflasi pada tahun 2012 dan kelompok lainnya sedikit mengalami tekanan kenaikan. Rata-rata laju inflasi bulanan di sepanjang triwulan IV-2012 relatif berfluktuasi bila dibandingkan triwulan IV-2012. Melambatnya inflasi pada sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya, sub kelompok ikan diawetken, sub kelompok sayur-sayuran, sub kelompok bumbu-bumbuan, sub kelompok lemak dan minyak dan sub kelompok bahan makanan lainnya, pada akhirnya membentuk
1
7 kota di Jawa Timur yang masuk dalam perhitungan inflasi Nasional : Surabaya, Malang, Kediri, Jember, Probolinggo, Madiun dan Sumenep, dengan bobot kota total sebesar 10,87%.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
xiv
RINGKASAN EKSEKUTIF
inflasi kelompok bahan makanan berada pada level yang lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2011. Berdasarkan disagregasinya, perlambatan laju inflasi di sepanjang triwulan IV-2012 didorong oleh melambatnya seluruh kelompok penyebab terjadinya inflasi yang memiliki rata-rata lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III-2012. Melambatnya laju inflasi pada triwulan IV-2012 terutama didorong oleh perlambatan rata-rata inflasi bulanan pada kelompok core inflation, yaitu dari 0,62% menjadi 0,26%. Kondisi tersebut juga yang diikuti oleh kelompok volatile food dari 0,96% (mtm) menjadi 0,65% dan kelompok administered price dari 0,34% (mtm) menjadi 0,11%.
Assesmen Perbankan Pada triwulan IV-2012, perbankan (Bank Umum dan BPR) di Jawa Timur masih menunjukkan perkembangan kinerja yang positif, tercermin dari indikator total aset, kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh dengan baik serta tingkat risiko kredit yang dicerminkan oleh rasio Non Performing Loan (NPL) terjaga di bawah 5%. Aset Bank Umum dan BPR tumbuh sebesar 20,79% (yoy) dengan penyaluran utama pada kredit. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit Bank Umum dan BPR yang mencapai 26,18% (yoy) dan diiringi oleh kualitas kredit atau rasio NPL yang terjaga di kisaran 2,68%. Berlawanan dengan kredit yang tumbuh positif pada triwulan laporan, DPK justru mengalami penurunan sehingga mendorong peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencerminkan fungsi intermediasi perbankan meningkat. Peningkatan fungsi intermediasi tersebut terutama didorong oleh terjaganya kondisi perekonomian nasional dan daerah. Dengan mempertimbangkan tren pertumbuhan kredit yang terus meningkat dan bahkan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, maka peluang sumbangan sektor perbankan atas peningkatan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur diperkirakan akan meningkat.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
xv
RINGKASAN EKSEKUTIF
Prospek Ekonomi, Inflasi dan Perbankan Triwulan I-2013 Ekonomi Jatim pada Tw I-2013 diperkirakan tumbuh pada rentang pertumbuhan 7,00%–7,25%
Pada
triwulan
I-2013,
pertumbuhan
ekonomi
Jatim
diproyeksikan tumbuh pada rentang pertumbuhan 7,00%–7,25% (yoy). Perekonomian Jawa Timur triwulan ini diperkirakan relatif stabil
dibandingkan
triwulan
sebelumnya
yang
mencatat
pertumbuhan pada level 7,09% (yoy). Dertumbuhan perekonomian Jawa Timur dari sisi permintaan masih ditopang oleh tingkat konsumsi masyarakat, sebagaimana tercermin pada hasil survei konsumen. Penetapan tingkat Upah Minimum Kota (UMK) tahun 2013 dengan kenaikan 15% - 20% diperkirakan turut mendorong daya beli masyarakat ekonomi menengah ke bawah, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat konsumsi rumah tangga. Komponen terbesar selanjutnya, yaitu investasi swasta (PMTB) diproyeksikan tumbuh stabil meskipun tantangan kenaikan biaya produksi akibat kebijakan penetapan TTL, UMK dan gas industri serta masih berlanjutnya pelemahan perekonomian globalakan mempengaruhi kebijakan perusahaan untuk berproduksi, ekspansi atau membuka usaha baru. Di sisi penawaran, kinerja sektor PHR diperkirakan masih cukup stabil dengan didukung tingginya transaksi perdagangan antar pulau/daerah, serta peranan subsektor hotel dan restoran yang semakin meningkat seiring membaiknya daya beli masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Menghadapi tantangan kenaikan biaya produksi di awal tahun, sektor industri pengolahan diproyeksikan sedikit melambat, ditambah dengan masih lemahnya permintaan global yaitu di kawasan Amerika Serikat dan Eropa. Sementara itu, tibanya masa tanam di sub sektor tanaman bahan makanan dan masih tingginya potensi gangguan cuaca (curah hujan dan angin) hingga akhir Februari 2013 diperkirakan turut mempengaruhi kinerja sub sektor pertanian hingga diperkirakan mengalami perlambatan meskipun masih berada pada level 1,50% (yoy). Kondisi sektoral pada triwulan I-2013 ini searah dengan indeks realisasi usaha dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) atas estimasi realisasi usaha dan penggunaan tenaga kerja sektoral tiga sektor utama di Jawa Timur. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
xvi
RINGKASAN EKSEKUTIF
Pada triwulan I-2013, kinerja industri perbankan di Jawa Timur diperkirakan sedikit mengalami perbaikan, meskipun terdapat tekanan dari beberapa faktor. Struktur dan pondasi sistem perbankan yang cukup baik diperkirakan masih dapat terjaga terutama ditopang oleh peningkatan fungsi intermediasi oleh perbankan. Pelonggaran suku bunga disertai penyusunan strategi pengembangan usaha yang tepat oleh perbankan diharapkan mampu meningkatkan peran sektor perbankan untuk mendorong perekonomian daerah. Selanjutnya, pertumbuhan kredit oleh perbankan pada triwulan I-2013 diperkirakan mengalami peningkatan, meskipun tidak sebesar pertumbuhan tahun sebelumnya. Tren penurunan suku
bunga
perbankan
diharapkan
mampu
mendorong
pertumbuhan kredit, khususnya pada sektor produktif, namun dalam batas pertumbuhan yang terjaga. Sektor ekonomi andalan Jatim seperti sektor perdagangan, sektor industri pengolahan, sektor konstruksi serta sektor transportasi dan komunikasi pertanian masih menjadi sektor unggulan bagi perbankan untuk dibiayai. Disamping itu, kredit konsumsi juga diperkirakan masih tetap tumbuh stabil.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
xvii
LAMPIRAN INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR INDIKATOR
2010
2011
2012
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) JAWA TIMUR - Kota Surabaya - Kota Malang - Kota Kediri - Kota Jember - Kota Probolinggo - Kota Madiun - Kota Sumenep LAJU INFLASI TAHUNAN (Y-O-Y) JAWA TIMUR - Kota Surabaya - Kota Malang - Kota Kediri - Kota Jember - Kota Probolinggo - Kota Madiun - Kota Sumenep PDRB Harga Konstan (Milliar Rp) - Pertanian - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, gas, dan air bersih - Bangunan - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan komunikasi - Keuangan, persewaan, dan jasa - Jasa Pertumbuhan PDRB (yoy )
122,53 121,93 122,68 121,91 123,74 127,23 126,45 120,74
124,36 123,53 124,84 124,14 126,95 127,92 129,01 121,91
125,591 125,081 125,735 123,956 127,970 129,455 130,053 122,031
125,92 125,50 126,03 124,60 126,99 129,84 130,09 123,09
128,50 128,30 128,46 127,34 128,73 131,95 132,33 125,05
129,67 129,38 129,91 128,66 130,02 132,75 133,51 127,02
6,31 6,72 5,43 5,52 5,80 7,17 5,29 6,17 87.144.003 12.759.576 2.046.220 22.025.035 1.183.995 2.848.380 27.183.239 6.547.474 4.737.927 7.812.157 7,14
7,10 7,34 6,70 6,81 7,10 6,68 6,53 6,75 87.026.727 10.337.933 2.099.675 22.932.487 1.206.216 2.947.205 27.759.932 6.774.834 4.896.615 8.071.829 7,20
7,46 8,00 6,42 5,98 7,97 7,19 6,51 6,31 88.871.181 15.553.734 1.802.122 22.036.934 1.174.790 2.626.382 27.425.226 6.136.604 4.785.173 7.330.216 7,17
6,26 6,98 5,37 4,48 5,04 5,59 5,32 5,70 91.400.676 13.543.813 2.085.751 22.576.080 1.237.703 3.054.205 28.748.367 7.059.211 4.993.959 8.101.587 7,29
4,87 5,22 4,71 4,45 4,03 3,71 4,65 3,57 93.499.766 13.023.015 2.139.238 23.259.085 1.245.192 3.102.022 30.020.944 7.307.368 5.124.947 8.277.955 7,29
4,27 4,73 4,07 3,64 2,42 3,78 3,49 4,19 93.211.655 10.507.871 2.201.521 24.299.093 1.274.399 3.212.217 30.450.678 7.442.073 5.282.030 8.541.772 7,11
Pertumbuhan (YoY) - Pertanian - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, gas, dan air bersih - Bangunan - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan komunikasi - Keuangan, persewaan, dan jasa - Jasa Pertumbuhan PDRB (yoy )
3,06 8,42 3,66 6,31 5,77 12,66 10,19 6,09 4,45 7,14
1,99 9,25 5,82 8,31 8,80 9,74 11,25 9,00 4,08 7,16
2,82 10,34 6,66 7,22 7,42 9,60 12,41 8,21 3,89 6,98
3,35 5,44 6,08 7,05 10,98 9,47 12,14 8,50 4,48 7,25
2,06 4,55 5,60 5,17 8,90 10,44 11,61 8,17 5,96 7,12
1,64 4,85 5,96 5,65 8,99 9,69 9,85 7,87 5,82 7,11
Tw I
Tw II
Tw III
130,58 130,32
131,75 131,39
134,29 133,80
130,51 129,34 131,12 133,59 134,42 128,26
131,63 130,90 132,22 135,90 135,20 129,81
134,34 134,04 134,39 139,28 137,51 132,63
3,97 4,19 3,80 4,34 2,46 3,19 3,36 5,10 95.330.557 15.982.668 1.893.917 23.409.626 1.257.835 2.893.702 30.081.571 6.945.037 5.156.525 7.709.676 7,27
4,63 4,69 4,44 5,06 4,12 4,66 3,93 5,46 98.085.149 14.177.715 2.120.466 23.871.800 1.320.473 3.224.522 31.799.848 7.627.427 5.439.472 8.503.427 7,31
4,50 4,29 4,58 5,26 4,40 5,55 3,91 6,06 100.427.099 13.591.281 2.160.927 24.936.426 1.310.535 3.314.209 32.958.742 7.949.406 5.544.158 8.661.415 7,41
2,25 5,09 6,27 8,08 10,18 9,69 13,01 7,69 5,18 7,19
3,04 1,66 6,71 6,86 5,58 10,54 8,08 7,37 4,96 7,21
2,24 1,32 6,47 6,91 4,75 10,78 11,14 7,50 3,89 7,29
Tw IV 135,50 135,02 135,89 134,62 135,86 140,56 138,20 133,44 4,50 4,37 4,60 4,63 4,49 5,88 3,51 5,06 99.823.633 10.712.279 2.225.952 25.799.205 1.349.589 3.408.133 33.535.338 8.119.044 5.662.313 9.011.780 7,09
2,24 1,32 6,47 6,91 4,75 10,78 11,14 7,50 3,89 7,29
xviii
LAMPIRAN INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR A. Perbankan INDIKATOR
Tw III
2010 Tw IV
2011 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
249,63 215,24 90,91 35,86 88,47 155,98 95,02 19,33 41,63
256,43 217,02 90,19 38,03 88,79 161,93 95,80 21,77 44,36
270,26 226,92 92,85 40,31 93,76 172,59 102,38 23,36 47,37
282,00 234,25 98,48 41,85 95,31 180,42 107,00 23,29 50,12
292,82 250,61 110,42 40,99 99,20 190,57 113,54 24,89 52,15
3,03
2,94
3,37
3,55
3,47
2,90
73,81% 58,64 3,68%
72,47% 49,78 4,05
74,61% 56,27 4,58
76,06% 59,07 4,62
77,02% 61,29 4,68
76,04% 62,35 3,74
76,25%
5,47 3,35 1,02 2 4 3 0 1 4,99% 124,67%
5,73 3,51 1,11 2,40 4,15 2,86 0,12 1,17 4,24% 118,28%
5,86 3,58 1,12 2,46 4,28 2,94 0,11 1,23 4,99% 119,67%
6,16 3,72 1,15 2,58 4,62 3,13 0,13 1,36 4,92% 115,49%
6,37 3,84 1,15 2,69 4,82 3,22 0,14 1,47 4,77% 125,69%
6,81 4,04 1,28 2,76 4,85 3,18 0,14 1,53 4,01% 120,01%
2012 Tw III
Tw I
Tw II
Tw IV
304,22
322,89
342,66
252,81
262,25
273,66
109,95
116,20
122,89
42,85
43,54
46,07
100,00 192,75 112,31 26,13 54,32 2,96
104,70
2,64
2,60
63,21 4,22
102,50 210,06 123,45 28,75 57,86 2,73 80,10% 68,87 3,82
85,07 63,65 3,68
82,84 68,53 3,63
6,98 4,18 1,33 2,85 5,15 3,36 0,16 1,64 4,29% 123,38%
7,35 4,39 1,35 3,03 5,57 3,63 0,17 1,77 4,14% 127,08%
8,01
8,33 4,89 1,57 3,32 5,94 3,80 0,28 1,85 0,03 1,21
Bank Umum : Total Asset (Rp. Triliun) DPK (Rp. Triliun) - Tabungan (Rp. Triliun) - Giro (Rp. Triliun) - Deposito (Rp. Triliun) Kredit (Rp. Triliun) - Bank Pelapor - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi Non Performing Loan (NPL-Gross) Loan to Deposit Ratio - LDR (%) Kredit UMKM (Triliun Rp)-Bank Pelapor NPL UMKM Gross (%)
233 203 83 36 84 150 92 18 39
223,51 129,66 31,21 62,64
353,60 289,09 134,22 47,67 107,20 239,48 139,52 33,72 66,25
BPR : Total Asset (Rp. Triliun) DPK (Rp. Triliun) - Tabungan (Rp. Triliun) - Deposito (Rp. Triliun) Kredit (Rp. Triliun) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi Non Performing Loan (NPL-Gross) Loan to Deposit Ratio - (LDR) %
4,74 1,47 3,27 5,81 3,78 0,20 1,83 0,04 1,23 -
SYARIAH : Total Asset (Rp. Triliun) DPK (Rp. Triliun) - Giro (Rp. Triliun) - Tabungan (Rp. Triliun) - Deposito (Rp. Triliun) Pembiayaan (Rp. Triliun) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi Non Performance Financing (NPF) % Financing to Deposit Ratio (FDR) %
7 5 0 2 3 4 2 1 2 1,37 85,08
7,57 5,71 0,43 2,18 3,10 5,14 2,12 0,69 2,76 1,08 90,02
8,04 6,28 0,47 2,23 3,58 6,16 2,25 0,93 2,97 1,14 98,06
2010 Tw III Tw IV 8,70 6,84 9,55 5,25 51,58 2,14 142,31 141,82 144.268 157.374 37,09 38,26 1,31 1,27 669.104 598.697 24.784 20.592
Tw I 8,99 3,54 6,30 127 142.015 40,04 1,35 764.425 24.250
9,02 7,07 0,56 2,50 4,01 6,96 2,80 1,04 3,13 1,45 98,53
10,30 7,74 0,46 2,78 4,50 8,08 3,17 1,19 3,72 1,41 104,46
11,65 9,23 0,63 3,36 5,24 8,84 3,45 1,40 3,98 1,21 95,73
12,01 9,32 0,84 4,90 3,58 8,93 3,60 1,51 3,83 1,36 95,77
2011 Tw II Tw III 7,13 12,2 7,62 14,66 5,08 5,61 125,07 149,32 141.213 149.834 40,58 41,00 1,37 1,23 691.041 518.985 20.257 17.900
Tw IV 8,7 8,24 4,07 148,29 155.650 44,33 1,37 596.757 48.249
Tw I 12,70 6,52 4,76 122,21 141.322 44,05 1,40 632.814 20.065
13,14 9,88 0,88 5,08 3,92 10,03 4,16 1,75 4,12 1,43 101,59
100,80
16,57 12,39 1,39 4,83 6,18 11,99 5,08 2,29 4,61 1,43 96,72
2012 Tw II Tw III 20,08 14,91 12,08 14,30 5,10 0,29 182,77 185,10 172.750 146.738 46,32 38,59 1,40 1,28 638.541 637.615 19.361 23.280
Tw IV 9,99 11,53 0,88 206,28 196.553 46,11 1,29 979.293 21.770
14,08 10,59 0,88 5,43 4,28 10,68 4,54 1,89 4,25 1,63
B. SISTEM PEMBAYARAN INDIKATOR Inflow (Rp. Triliun) Outflow (Rp. Triliun) Pemusnahan Uang (Rp- Triliun) Nominal Transaksi RTGS Volume Transaksi RTGS Nominal Kliring Kredit (Rp. Triliun) Volume Kliring Kredit (juta lembar) Tolakan Kliring (Rp. Juta) Tolakan Kliring (lembar)
Bab 1
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
1 1.1.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL KONDISI UMUM
1.1.1. Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Kinerja perekonomian Jawa Timur (Jatim) pada tahun 2012 mencapai 7,27% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun 2011 (7,22%) serta pertumbuhan ekonomi nasional yang berada pada level 6,23%.
Sebagaimana diinformasikan pada tabel berikut, pertumbuhan
ekonomi Jatim dalam kurun waktu 8 tahun terakhir cenderung lebih tinggi dibandingkan nasional, kecuali pada tahun 2007 yang sedikit berada di bawah nasional. Jika diukur lebih lanjut, kinerja perekonomian Jatim terus meningkat, sedangkan nasional mulai mengalami perlambatan di tahun 2012. Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Jawa Timur Wilayah 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Nasional 5,69 5,50 6,35 6,01 4,63 6,20 6,46 Jawa Timur 5,84 5,80 6,11 6,16 5,01 6,68 7,22 Sumber: BPS Jawa Timur
2012 6,23 7,27
Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan kinerja ekspor impor Jatim menjadi sumber pendorong pertumbuhan. Peningkatan konsumsi rumah tangga secara umum di 2012 terkait dengan cukup terjaganya daya beli masyarakat, sementara kegiatan ekspor impor masih didominasi oleh perdagangan antar daerah/provinsi. Masih kuatnya konsumsi domestik diperkuat oleh data pertumbuhan ekspor barang dan jasa antar daerah yang mengalami peningkatan dibandingkan dengan kinerja ekspor antar negara/luar negeri yang justru menurun. Masih berlanjutnya perlambatan ekspor luar negeri bisa dipahami seiring masih lemahnya permintaan dunia
dan penurunan harga komoditas ekspor utama di pasar
internasional. Sementara itu, kegiatan investasi tumbuh melambat seiring dengan terdapatnya sejumlah kendala yang mengakibatkan ekspansi kegiatan usaha relatif tertahan. Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit perbankan pada kegiatan konsumtif masih lebih rendah dibandingkan penyaluran kredit ke sektor produktif. Hal ini searah dengan kebijakan Bank Indonesia yang menginginkan adanya peningkatan kredit pada sektor produktif, sedangkan pertumbuhan kredit konsumtif diharapkan melaju pada level stabil dengan tingkat prudential yang lebih baik.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
1
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Provinsi Jawa Timur Komponen Sisi Permintaan Konsumsi Rumahtangga Kons Lbg Swasta Nirlaba Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Stok Ekspor Barang dan Jasa a. Antar Negara/Luar Negeri b. Antar Daerah/Provinsi 7. Impor Barang dan Jasa a. Antar Negara/Luar Negeri b. Antar Daerah/Provinsi Produk Domestik Regional Bruto
2005 7,14 3,03 7,27 8,36 6,10 10,72 25,41 2,19 14,06 30,13 3,26 5,84
1. 2. 3. 4. 5. 6.
2006 7,11 6,53 8,68 7,22 (47,97) 8,84 12,33 6,35 6,23 2,34 9,53 5,80
2007 6,32 4,94 8,25 2,71 14,93 5,63 6,65 4,86 5,33 2,43 7,62 6,11
2008 4,64 1,54 11,59 5,86 (6,35) 5,86 9,11 3,37 3,52 4,61 2,70 6,16
2009 7,84 5,34 12,40 5,22 (109,40) 9,24 8,31 10,00 9,22 6,77 11,10 5,01
2010 5,01 8,54 9,41 6,97 (1.468,95) (3,11) 8,45 (12,32) 0,61 12,30 (7,99) 6,67
2011 7,16 7,79 1,18 11,64 (15,09) 10,67 11,81 9,55 10,13 9,37 10,82 7,23
2012 6,15 5,74 1,25 3,68 (12,67) 12,00 3,53 20,50 7,25 12,62 2,49 7,27
Sumber: BPS Jawa Timur Dari sisi penawaran, sektorsektor- sektor utama pada struktur perekonomian Jawa Timur tetap tumbuh tinggi khususnya sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR). Pertumbuhan sektor PHR sebagai sektor yang paling dominan terutama didorong oleh pertumbuhan sub sektor perdagangan yang tercatat mendapat permintaan tinggi seiring masih tingginya kegiatan konsumsi masyarakat Jatim. Sektor Industri Pengolahan tetap tumbuh tinggi walaupun sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan tersebut didukung oleh stabilnya permintaan domestik di tengah pelemahan permintaan ekspor negara tujuan Eropa dan Amerika Serikat, dengan sub sektor pendorong terbesar adalah industri pupuk, kimia dan barang dari karet. Sektor Pertanian tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, terutama dipicu oleh perlambatan sub sektor tanaman bahan makanan sebagai akibat adanya gangguan cuaca yaitu pergeseran musim dan tingginya curah hujan pada akhir tahun 2012.
Grafik 1.1 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Per Sektor (% yoy) Prov.Jawa Timur PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN INDUSTRI PENGOLAHAN
% yoy
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 (20,00) (40,00)
Tw I
Tw II
Tw III
2011
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2012
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
2
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Ditinjau dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit perbankan di Jawa timur kepada sektorsektor utama secara umum menunjukkan tren peningkatan. Meskipun pertumbuhan kredit kepada sektor pertanian Triwulan IV 2012 mencatat perlambatan dibandingkan periode sebelumnya, namun kredit sektor dimaksud mencatat pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan sektor utama lain. Sementara itu penyaluran kredit kepada sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan mencatat pertumbuhan yang relatif sama dan lebih stabil. Terkait dengan hal tersebut di atas, upaya peningkatan pengelolaan risiko pada sektor utama masih menjadi tantangan dunia perbankan, utamanya pada sektor pertanian. Hal tersebut diperlukan mengingat pentingnya dukungan pembiayaan dalam pengembangan sektor pertanian dalam rangkat peningkatan ketahanan pangan daerah. Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Sisi PenawaranProvinsi Jawa Timur Sektor 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Pertanian 3,16 3,99 3,13 0,78 3,92 2,23 Pertambangan Dan Penggalian 9,32 8,58 10,50 10,24 6,92 9,18 Industri Pengolahan 4,61 3,05 4,64 6,39 2,80 4,32 Listrik, Gas dan Air Bersih 6,18 4,07 11,81 (17,62) 2,72 6,43 Konstruksi 3,48 1,42 1,21 8,18 4,25 6,64 Perdagangan , Hotel Dan Restoran 9,15 9,62 8,39 2,64 5,58 10,67 Pengangkutan Dan Komunikasi 5,00 6,77 7,77 20,67 12,98 10,07 Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perush 7,49 7,46 8,47 11,89 5,30 7,27 Jasa - Jasa 4,23 5,27 5,87 19,16 5,76 4,34 Produk Domestik Regional Bruto 5,84 5,80 6,11 6,16 5,01 6,68 Sumber: BPS Jawa Timur
2011 2,53 6,08 6,06 6,25 9,12 9,81 11,44 8,18 5,08 7,22
2012 3,49 2,10 6,34 6,21 7,05 10,06 9,64 8,01 5,07 7,27
1.1.2. Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun Triwulan IVIV-2012 Menutup tahun 2012, perekonomian Jawa Timur (Jatim) triwulan IV-2012 tumbuh 7,09% (yoy) sedikit lebih rendah dari perkiraan KPwBI Wilayah IV (Jawa Timur) sebelumnya yang berada pada kisaran 7,20% - 7,30% (yoy). Kinerja ekonomi Jatim mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 7,41% (yoy). Namun demikian, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada periode laporan masih berada pada level yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat sebesar 6,11%. Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan investasi swasta (Pembentukan Modal Tetap Bruto – PMTB)
menjadi sumber pendorong pertumbuhan.
Peningkatan kegiatan
konsumsi rumah tangga Jatim terkorelasi dengan beberapa momentum perayaan, masih stabilnya daya beli masyarakat serta tersedianya berbagai alternatif sumber pembiayaan dengan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
3
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
suku bunga kompetitif. Di sisi lain, membaiknya awareness para pengambil kebijakan untuk menarik investor ke daerahnya turut mendorong kinerja investasi swasta baik berupa Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Namun, di sisi lain, kegiatan belanja pemerintah mengalami kontraksi dari 0,02% (yoy) menjadi -4,06%. Selanjutnya, membaiknya transaksi perdagangan ekspor impor Jatim terbentuk dari peningkatan transaksi ekspor barang dan jasa antar daerah. Secara keseluruhan meskipun tingkat pertumbuhan komponen utama mengindikasikan adanya peningkatan, namun analisis berdasarkan proporsinya memberikan informasi berbeda. Sebagaimana ditunjukkan pada tabel 1.4, proporsi konsumsi rumah tangga semakin menurun sejak triwulan I-2012, sedangkan proporsi investasi/PMTB dan net ekspor mengalami peningkatan. Kondisi ini secara keseluruhan membentuk perekonomian yang tumbuh pada level lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu ditinjau dari sisi penawaran, sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR), sektor Industri Pengolahan dan sektor Pertanian masih menjadi sektor utama pendorong pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Ketiga sektor tersebut, secara berurutan menyumbang pertumbuhan ekonomi masing-masing sebesar 0,61%, 1,73% dan 0,24%. Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, pertumbuhan sektor PHR berada pada level yang lebih tinggi, yaitu dari 9,79% (yoy) menjadi 10,13%. Sedangkan, kedua sektor lainnya, masing-masing mengalami perlambatan, yaitu sektor industri pengolahan dari sebelumnya 7,21% menjadi 6,17% (yoy) dan sektor pertanian dari 4,36% menjadi 1,95% (yoy). Proporsi ketiga sektor utama pada perekonomian Jawa Timur Triwulan IV 2012 masih stabil yaitu sebesar 71,45%, sedikit lebih tinggi apabila dibandingkan dengan proporsi ketiganya pada Triwulan IV 2011 yang tercatat sebesar 71,10%.
Grafik 1.2 1. 2 Kontribusi Pertumbuhan PDRB Sektoral Prov.Jawa Timur Prov.Jawa Timur 9,21 9. JASA-JASA 9,37 5,21 5,09 6,01 5,97
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. … 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
Grafik 1.3 1. 3 Kontribusi PDRB Sisi Permintaan Per mintaan Prov.Jawa Timur Prov.Jawa Timur Tw IV 2012 Tw IV 2011
Perubahan Stok
4,71 4,87 1,32 1,41
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
Konsumsi Pemerintah
28,05 27,92
Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba
2,09 2,30
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
0
5
10
1,07 q4-2011
15
20,01
q4-2012 q3-2012
7,15 0,61
Konsumsi Rumah Tangga
12,43 12,56
1. PERTANIAN
52,26
Pembentukan Modal Tetap Bruto
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
Sumber: BPS Jatim, diolah
Ekspor
30,97 30,62
6. PERDAGANGAN, HOTEL & … 5. BANGUNAN
Impor
-47,45
Tw III 2012
20
25
30
35
-80,00
-50,00
-20,00
66,35 10,00
40,00
70,00
Sumber: BPS Jatim, diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
4
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.4 1.4 Perkembangan Pertumbuhan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur
Indonesia
Grafik 1.5 Struktur Perekonomian Prov. Jawa Timur
Tren-Jawa Timur
8
7
%
7,29 7,29 7,27 7,31 7,14 7,20 7,17 7,11 6,50 6,53 6,90 6,50 6,50 6,50 6,17 6,506,40 5,81 5,42 5,70 5,80 5,28
6,64 6,58 6,44 6,42 6,40 6,25 6,416,53 6,32 5,875,83 5,89 5,85 5,79
6,03 6
y o y
7,41 7,09
6,11
5,18
5
5,01 4,58 4,37 4,20 4,33 4,00
4
Jasa - Jasa
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
Keuangan, Persewaan & Jasa Perush Pengangkutan & Komunikasi Perdagangan, Hotel & Restoran Konstruksi Listrik, Gas & Air Bersih Industri Pengolahan I II III IV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV
3
I
II III IV
I
II III IV
I
II III IV
I
II III IV
I
II III IV
I
II III IV
2008 2007
2008
2009
2010
2011
2009
2010
2011
2012
Pertambangan & Penggalian Pertanian
2012
Sumber: BPS Jatim, diolah
Sumber: BPS Jatim, diolah
1.2. SISI PERMINTAAN Dari sisi permintaan, pertumbuhan pada triwulan ini masih didorong oleh kinerja konsumsi
rumah
tangga
dan
investasi
(PMTB),
yang
masing-masing
menyumbang
pertumbuhan ekonomi sebesar 4,67% (yoy) dan 1,63%. Sebagaimana diinformasikan pada tabel 1.4 , tingkat pertumbuhan keduanya mencapai 6,57% (yoy) dan 8,80%. Selanjutnya, kinerja ekspor impor Jatim turut mendorong pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan ekspor sebesar 12,97% (yoy) dan impor (10,36%) atau secara keseluruhan menyumbang sebesar 1,62% (yoy). Berbeda dengan triwulan sebelumnya, komponen konsumsi pemerintah justru mengalami kontraksi sebesar -4,06% (yoy) atau menyumbang -0,34% dari 7,09% (yoy) pertumbuhan ekonomi.
Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Provinsi Jawa Timur Konsumsi Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Investasi (PMBT) Net Ekspor (Impor) Eksport (Luar Negeri) Eksport (Dalam Negeri) Impor Impor (Luar Negeri) Impor (Dalam Negeri) PDRB
I 2,38% 5,39% -8,4% 5,4% 6,21% -355,82 9,34% 10,06% 5,59% -41,50% 16,40% 7,17%
2011 II III 22,24% 21,17% 10,54% 6,26% 1,2% 8,6% 10,5% 6,3% 7,97% 13,96% 147,74 139,24 12,26% 15,08% 8,01% 9,62% 6,11% 8,83% -42,40% -42,68% 14,50% 14,53% 7,29% 7,29%
IV 19,92% 8,95% 2,0% 9,0% 10,61% 103,64 10,52% 13,86% 9,52% -45,26% 18,01% 7,11%
I 17,09% 6,48% 4,1% 6,5% 2,41% 127,56 9,42% 13,98% 8,56% 7,22% 13,41% 7,27%
2012 II III 10,13% 16,74% 3,77% 8,36% 2,6% 0,0% 3,8% 8,4% 5,32% 4,84% 11,42 28,81 1,50% 1,42% 19,48% 20,74% 10,37% 9,93% 8,55% 6,89% 15,66% 13,86% 7,31% 7,41%
IV 4,92% 4,49% -4,1% 4,5% 8,80% 61,27 2,32% 23,32% 10,36% 6,35% 4,82% 7,09%
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
5
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.6 1. 6 Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur 80
Grafik 1.7 1.7 Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur 6
(%, yoy)
60 50
Pembentukan Modal Tetap Bruto Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah
40 30
(%, yoy)
Net Ekspor Net Ekspor Antar Pulau g_Net Ekspor (rhs-%yoy) g_Net Ekspor Antar Pulau (rhs-%yoy)
(Triliun Rupiah)
70
600
4
400
2
200
0
20
0 I
II
III 2008
10
IV
I
II
III
IV
I
2009
II
III 2010
IV
I
II
III
IV
2011
I
II
III
IV
2012
-2
-200
-4
-400
0 I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV
2008
2009
2010
2011
Sumber : BPS Jatim (diolah)
I
II III IV 2012 -6
Sumber : BPS Jatim (diolah)
-600
a. Konsumsi Pada triwulan IV - 2012, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Tercatat pertumbuhan komponen ini mengalami peningkatan dari 5,66% (yoy) menjadi 6,57%. Membaiknya konsumsi rumah tangga Jatim pada triwulan ini turut dikonfirmasi oleh meningkatnya beberapa indikator konsumsi, seperti hasil survei penjualan eceran, konsumsi listrik rumah tangga, kredit konsumsi dan simpanan perorangan. Sementara itu, salah satu indikator konsumsi lainnya, yaitu Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) mengalami perlambatan, yang didorong oleh penurunan kedua indeks penyusunnya yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). Berbeda dengan arah pertumbuhan ekonomi Jatim yang mengalami perlambatan, kinerja konsumsi masyarakat Jatim pada triwulan IV-2012 membaik. Kondisi ini terkorelasi dengan adanya beberapa momentum perayaan, masih stabilnya daya beli masyarakat serta tersedianya berbagai alternatif sumber pembiayaan dengan suku bunga kompetitif. Sebagaimana dapat dilihat pada grafik 1.7, salah satu indikator konsumsi rumah tangga Jatim yaitu hasil indeks omset penjualan mengindikasikan adanya peningkatan, khususnya untuk kelompok barang budaya dan rekreasi (indeks 163,26), kelompok konstruksi
(indeks
223,95) serta kelompok makanan, minuman dan tembakau (indeks 94,52). Momentum perayaan Idul Adha, Natal dan Tahun Baru di sepanjang triwulan IV-2012 turut mendorong kenaikan indeks ketiga kelompok tersebut, sebagaimana dapat dilihat dari meningkatnya kegiatan berwisata masyarakat Jatim, khususnya pada bulan Desember 2012. Secara keseluruhan, indeks omset riil dari Hasil Survei Penjualan Eceran yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV, mengalami kenaikan dari sebelumnya berada pada level 108,14 menjadi 109,14.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
6
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.9 1. 9 Konsumsi Listrik Rumah Tangga
Grafik 1.8 Indeks Penjualan Eceran Indeks Omset Riil Makanan, Minuman, Tembakau Barang Budaya dan Rekreasi
Peralatan Rumah Tangga Alat Tulis
Pakaian & Perlengkapannya Konstruksi
120 100
150
500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 -
Indeks
80 60 40 20 -
1,000
Konsumsi Listrik
Kwh/pelanggan 900
140
800 130 700 120
600
110
500 400
100
300 90 200 80
100
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
0
70
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber: Hasil Survei Penjualan Eceran BI (diolah)
2011
2012
I
II
III IV
I
2007
II
III IV
2008
I
II
III IV
2009
I
II
III IV
2010
I
II
III IV
2011
I
II
III IV
2012
Sumber : PLN (diolah)
Sementara itu, indikator konsumsi listrik rumah tangga mengindikasikan terjadinya peningkatan konsumsi (lihat grafik 1.8), yaitu dari 843,2 juta Kwh menjadi 906,7 juta Kwh atau sama dengan meningkat dari 109,72 menjadi 115,39
Kwh per pelanggan. Peningkatan
konsumsi listrik rumah tangga turut dipicu oleh peningkatan jumlah rumah tangga yang dilayani dari 7,68 juta menjadi 7,86 juta, atau meningkat sebesar 2,24% (qtq). Selain itu, momentum perayaan hari besar keagamaan serta persiapan menyambut Tahun Baru turut mendorong jumlah konsumsi seiring makin maraknya kegiatan rumah tangga dalam merespon ketiga momentum tersebut. Sebagai salah satu sumber pembiayaan belanja rumah tangga, indikator simpanan perorangan terindikasi tumbuh melambat yaitu dari 24,74% (yoy) menjadi 15,34%. Arah perlambatan indikator ini turut mengkonfirmasi tren peningkatan konsumsi rumah tangga dengan didorong oleh penurunan pertumbuhan simpanan jenis tabungan
(dari 15,92%
menjadi 29,29%), giro (dari 23,62% menjadi 16,68%) serta deposito (dari 10,55% menjadi 6,58%). Faktor lainnya yang mendorong perlambatan indikator ini adalah tren penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia per tanggal 9 Februari 2012 yang kemudian turut mempengaruhi suku bunga simpanan bank, sehingga nasabah cenderung memindahkan simpanannya pada bentuk investasi lain, seperti emas, yang mengalami tren penurunan harga pada periode laporan. Sebagai sumber pembiayaan lainnya, kondisi serupa tercermin pula pada peningkatan kinerja pertumbuhan kredit konsumsi Bank Umum, yaitu dari 25,12% (yoy) menjadi 27,19%. Pola ini searah dengan tren kenaikan konsumsi rumah tangga Jatim pada triwulan laporan. Ke depan diperkirakan kinerja kredit konsumsi berpotensi mengalami peningkatan menyusul pemberlakuan Kebijakan Bank Indonesia yang mengatur batas maksimum suku bunga kartu kredit sebesar 2,95% per bulan dalam rangka meningkatkan aspek perlindungan konsumen Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
7
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
dan mendukung praktek pemberian Kartu Kredit yang lebih memperhatikan manajemen risiko pemberian kredit. Grafik 1.10 1. 10 Perkembangan Kredit Konsumsi 50
%, yoy
Modal Kerja
Investasi
Grafik 1.1 1.11 Dana Simpanan Perbankan Perorangan 35
Konsumsi
45
gDPK Perorangan gTab Perorangan
30
gGiro Perorangan gDep Perorangan
60 50
40 35 30
25
40
20
30
15
20
10
10
5
-
25 20 15 10 5
-
Sumber : LBU BI (dioah)
2011
(10)
Nopember
Juli
Tw III
Mei
Tw I
Nop
Januari
Jul
2010
Tw III
Mei
Jan
Tw I
Nop
Juli
Tw III
Mei
Tw I
0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2007
2012
2008
2009
2010
2011
2012
Perlambatan konsumsi masyarakat turut dikonfirmasi oleh hasil survei konsumsi, yang mengindikasikan penurunan indeks sebagai akibat dari menurunnya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) menjadi sebesar 102,73 dan 109,07. Kekhawatiran atas perkembangan ekonomi pasca kenaikan harga BBM bersubsidi dan ketidakpastian ekonomi global diterjemahkan oleh para responden dengan menurunnya keyakinan ketersediaan lapangan pekerjaan dan penghasilan saat ini. Selain itu, juga terdapat kecenderungan untuk melakukan penundaan pembelian barang tahan lama, seperti elektronik dan kendaraan bermotor. Kondisi ini diindikasikan dengan menurunnya Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama dari sebelumnya 130 menjadi 108. Demikian pula, responden memiliki menurunkan ekspektasinya atas perkembangan perekonomian Indonesia oleh penurunan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK), dari 125,73 menjadi 109,07. Grafik 1.1 1. 12 Survei Konsumen – Keyakinan Konsumen 160
Grafik 1.1 1. 13 Survei Konsumen – Kondisi Ekonomi Saat Ini
Ind eks Keyakinan Konsumen (IKK)
INDEKS
INDEKS 160
Ind eks Ko ndisi Ekonomi Saat Ini (IKE) 140
Ind eks Ekspektasi Ko nsumen (IEK)
140 120
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Penghasilan Saat Ini Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama
120
100
100
80
80
60
60
40
40
20
20 0
0 I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber: Hasil Survei Konsumen BI (diolah)
I
II III IV I
II III IV I
2007 2008 Sumber: Hasil Survei Konsumen BI (diolah)
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV
2009
2010
2011
2012
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
8
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
b. Investasi Kinerja investasi Jawa Timur yang tercermin
Grafik 1.14 1.14 Perkembangan PMTB PMTB 20
Triliun Rp 18
Pembentukan Modal Tetap Bruto
0,10
gPMTB (rhs)
0,08
pada
tingkat
pertumbuhan
investasi
(Pembentukan Modal Tetap Bruto – PMTB)
16 0,06 14
pada triwulan IV-2012 meningkat dari sebesar
0,04
12 10
0,02
8
0,00
6
4,84% (yoy) menjadi 8,80%. diukur
Namun, jika
berdasarkan proporsinya terindikasi
-0,02 4 -0,04
2 0
-0,06 I
II
III
2008
IV
I
II
III
IV
2009
I
II
III
2010
IV
I
II
III
IV
2011
I
II
III
2012
Sumber: BPS Jawa Timur, diolah Sumber : BPS Jatim (diolah)
IV
mulai mengalami penurunan sejak triwulan I2012. Telah dijelaskan sebelumnya pula bahwa pola
yang
sama
terjadi
pada
indikator
konsumsi rumah tangga, sehingga patut
diwaspadai dampak lanjutannya di masa mendatang atas kinerja pertumbuhan ekonomi Jatim. Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), diperoleh informasi bahwa kinerja penanaman modal pada periode laporan mengindikasikan hal serupa pada jenis Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Dapat dilaporkan, bahwa realisasi investasi jenis PMA mengalami peningkatan dari USD 232,2 juta (66 proyek) menjadi USD 872,2 juta (294 proyek) atau pertumbuhannya meningkat dari -7% (yoy) menjadi 12%. Demikian pula dengan kinerja investasi jenis PMDN yang tercatat meningkat dari Rp.5,165 milyar
(36 proyek) menjadi Rp. 9.493 milyar (232 proyek) atau
pertumbuhannya meningkat dari 92% (yoy) menjadi 292%. Hasil kegiatan Liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV turut menguraikan penyebab peningkatan signifikan realisasi investasi di akhir tahun yaitu faktor agresifnya Pemerintah Daerah guna menarik investor ke daerahnya. Beberapa hal yang dilakukan meliputi pemberian kemudahan dalam proses pengajuan perijinan usaha, jaminan bantuan penyelesaian masalah birokrasi serta perbaikan layanan infrastruktur, diantaranya berupa penambahan kapasitas bandar udara di daerah, pembangunan alternatif pelabuhan laut serta perbaikan akses jalan ke daerah industri. Namun, dengan adanya kebijakan Pemerintah berupa kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) dan Upah Minimum Kota (UMK) diperkirakan dapat mempengaruhi realisasi investasi di tahun 2013. Bahkan beberapa pelaku usaha berencana melakukan relokasi usaha ke luar negeri sebagaimana diuraikan dalam Boks 1 – Dampak Kenaikan UMK terhadap Kinerja Sektor Usaha Tahun 2013, yang merupakan analisis dari hasil
Quick Survey pada triwulan IV-2012.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
9
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.1 1.16 Perkembangan Nilai Proyek Investasi
Grafik 1.1 1.15 Perkembangan Jumlah Proyek Investasi Jumlah
Jumlah Proyek PMA Perubahan Jumlah Proyek PMA
350
10.000 Jumlah
Jumlah Proyek PMDN Perubahan Jumlah Proyek PMDN 300%
300
Nilai Proyek PMA (USD million) g Nilai Proyek PMA
9.000
1200%
Nilai Proyek PMDN (Rp miliar) g Nilai Proyek PMDN
1000%
8.000 800% 7.000
250 200%
600%
6.000
200
400%
5.000
100%
150
4.000
200%
3.000
100
0% 2.000
0% 50
-200%
1.000
-100%
I
II
III IV
I
2007
II
III IV
2008
I
II
III IV
I
2009
II
III IV
I
2010
II
III IV
I
II
2011
-400%
I
III IV
II
III
IV
I
2007
2012
Sumber: BKPM
II
III
IV
I
II
2008
III
2009
IV
I
II
III
2010
IV
I
II
III IV
2011
I
II
III IV
2012
Sumber: BKPM
Grafik 1.17 1. 17 Perkembangan Kredit Investasi 50
%, yoy
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
45 40 35 30 25 20 15 10 5
Sumber : LBU BI (dioah)
2010
2011
Nopember
Tw III
Juli
Mei
Tw I
Nop
Januari
Jul
Tw III
Mei
Jan
Tw I
Nop
Juli
Tw III
Mei
Tw I
0
2012
Indikator lainnya juga mengindikasikan hal yang sama, sebagaimana tercermin dari membaiknya kinerja penyaluran kredit investasi yang merupakan salah satu sumber pembiayaan investasi dari Bank Umum. Pada periode laporan tercatat pertumbuhan kredit jenis ini meningkat dari 35,59% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 36,28%. Tren ini diharapkan terus berlanjut sebagai respon atas kebijakan Bank Indonesia untuk mendorong kinerja penyaluran kredit pada sektor produktif melalui strategi penurunan suku bunga kredit. Selanjutnya,
indikator
kinerja
impor
barang
modal
mengindikasikan
adanya
peningkatan transaksi dibandingkan periode sebelumnya. Tren ini turut mengkonfirmasi membaiknya iklim investasi Jatim, selain faktor upaya penambahan investasi berupa lahan atau pabrik baru. Hasil kegiatan Liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV pun mengindikasikan hal serupa dengan bertambahnya jumlah investor baru baik dari dalam dan luar negeri di wilayah Jatim. Meskipun beberapa pelaku usaha dengan produk yang memiliki tujuan ekspor masih melakukan aksi “wait and see”, karena masih belum Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
10
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
membaiknya permintaan global. Namun, indikator investasi lainnya, yaitu volume penjualan semen di wilayah Jatim sedikit melambat, meskipun masih berada pada level tinggi yaitu di atas 13,5% (yoy). Grafik 1.19 1.19 Perkembangan Impor Barang Modal
Grafik 1.18 1.18 Perkembangan Volume Penjualan Semen 2.500.000
(TON)
Penjualan Semen
(%, yoy)
g_Penjualan Semen
30%
800
Capital Goods
160
g_Capital Goods
140
700
120
20% 2.000.000
600 10%
100
500
80
400
60
300
40
1.500.000 0% 1.000.000 -10%
500.000 -20%
20
200
-
100
(20) (40)
0 -30%
0 I
II
III
2008
IV
I
II
III
2009
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia
IV
I
II
III
2010
IV
I
II
III
2011
IV
I
II
III
2012
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
IV
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber: Bank Indonesia
c. EksporEkspor-Impor Mengawali tahun 2012, tercatat transaksi perdagangan Jatim mengalami peningkatan signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya dengan mencatatkan kinerja net ekspor sebesar Rp. 3,94 trilyun, sebagai lanjutan tren positif sejak triwulan II-2010. Membaiknya kinerja ekspor impor Jatim dipicu oleh peningkatan nilai net ekspor perdagangan antar pulau ( Rp. 4,91 triliun) dalam mengimbangi ekspor impor luar negeri Jatim yang kembali mencatatkan nilai net impor (Rp. 0, 97 triliun). Turut mengkonfirmasi kondisi net impor perdagangan luar negeri Jatim yaitu hasil Laporan Aplikasi Permohonan Ekspor Barang (PEB) dan Permohonan Impor Barang (PIB) yang mencatatkan kondisi net impor sebesar USD 2.438,9 juta dengan faktor pendorong dari melambatnya kinerja ekspor barang bahan baku (intermediate goods) sedangkan transaksi impor relatif stabil terjaga pada nilai USD 4.500 juta. Berdasarkan data ini, kinerja perdagangan luar negeri Jatim terus mengalami perbaikan dibandingkan periode sebelumnya. Ekspor barang bahan baku menurun akibat masih lemahnya permintaan global dan penurunan harga komoditas internasional. Selain itu, merembetnya pelemahan ekonomi negara emerging seperti Cina dan India, turut mempengaruhi kinerja ekspor Jatim pada periode laporan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
11
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.20 1. 20 Perkembangan Kinerja Ekspor Jatim
6.000.000
(Rp juta)
Net Ekspor
Grafik 1.21 1.21 Perkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri Jatim
Net Ekspor Antar Pulau
1.000 (USD juta)
5.000.000
800
4.000.000
600
NET EKSPOR (USD Juta)
Net Capital Goods
Net Intermediate Goods
Net Consumption Goods
400
3.000.000 200
2.000.000 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
1.000.000
(200) 2006
-
2007
2008
2009
2010
2011
2012
(400)
I
(1.000.000) (2.000.000)
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV
2009
2010
2011
2012
Sumber: BPS Jatim
(600) (800)
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 1.22 1.22 Perkembangan Nilai Ekspor Per Jenis Barang
Grafik 1.23 1.23 Pertumbuhan Ekspor Per Jenis Barang
5000
Capital Goods
Intermediate Goods
80
Consumption Goods
4500
g_Total Ekspor
g_Capital Goods (rhs)
g_Intermediate Goods (rhs)
g_Consumption Goods (rhs)
250
70 200
4000
60 3500
50
150
3000
40 2500
100
30
2000
20
1500
50
10
1000
-
-
500
(10)
0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber: Bank Indonesia
(20)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III (50) 2006
2007
2009
2010
2011
2012
(30)
(100)
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 1.25 1.25 Perkembangan Nilai Impor
Grafik 1.24 1.24 Perkembangan mbangan Nilai Ekspor Perke 4.500
2008
Total Ekspor g_Total Ekspor
(USD juta)
4.000
(%, yoy)
80 60
5000
(USD juta)
Total Impor
4500
g_Total Impor
(%, yoy)
60
4000
3.500
80
40
3500
40
2.500
20
3000
20
2.000
-
3.000
2500
1.500
(20)
1.000 (40)
500 -
(60) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2006
2007
Sumber: Bank Indonesia
2008
2009
2010
2011
2012
2000
-
1500
(20)
1000
(40)
500
(60)
0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber: Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
12
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.2 1.26 Nilai Impor per Jenis Barang 5000 (USDjuta)
Capital Goods
Intermediate Goods
Grafik 1.27 1.27 Pertumbuhan Impor per Jenis Barang
Consumption Goods
160,0
4500
(%, yoy)
140,0
4000
g_Total Impor
g_Capital Goods
g_Intermediate Goods
g_Consumption Goods
120,0
3500 100,0
3000
80,0
2500 2000
60,0
1500
40,0
1000
20,0
500
0,0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
0
-20,0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -40,0
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
-60,0
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
Kondisi serupa turut diindikasikan oleh perolehan data dari kegiatan bongkar muat kontainer di Pelabuhan Tanjung Perak. Sebagaimana ditunjukkan pada grafik 1.28, terjadi penurunan jumlah kontainer yang melakukan kegiatan bongkar/impor, dengan dominasi pada jenis pengiriman barang antar pulau (8,47% - yoy). Sedangkan arus muat/ekspor melambat dengan dominasi pada jenis pengiriman barang antar negara (3,12%). Tercatat penurunan arus bongkar muat kontainer baik yang ditujukan untuk pasar internasional maupun domestik, secara total masih tumbuh positif sebesar 5,08% (yoy) atau menjadi sebanyak 354.601 Teus. Dapat diinformasikan pula bahwa jumlah kapal yang melakukan transaksi bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Perak mengalami penurunan sebesar 5,39%, namun masih lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang dilaporkan menurun 10,95%. Grafik 1.2 1.29 Statistik Discharge Discharge--Loaded di Tanjung Perak
Grafik 1.2 1.28 Statistik Kontainer di Tanjung Perak 400.000
Total Kontainer (Teus)
350.000
Ships Call
500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 -
300.000 250.000 Sumber: PT X, Tanjung Perak
200.000 150.000
100.000 50.000 -
200.000
Sumber: PT X, Tanjung Perak
2009
2010
2011
2012
gDischarge
gLoaded
40 30
140.000
20
120.000
10
100.000 80.000
-
60.000
(10)
40.000
(20)
20.000 -
(30) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
TEUS 2008
Loaded
160.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2007
Discharge
180.000
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber: PT X, Tanjung Perak
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
13
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.30 1.30 Statistik Kontainer Internasional 160.000 140.000
Discharge
Loaded
gDischarge
gLoaded
Grafik 1.31 1.31 Statistik Kontainer Domestik
120.000
40
40.000
30
35.000
80 60 40
25.000
10
80.000
20
20.000
-
60.000
2009
2010
2011
2012
(60)
-
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2008
(40)
5.000
(30)
-
(20)
10.000
(20)
20.000
-
15.000
(10)
40.000
TEUS
Loaded gLoaded
30.000
20
100.000
Discharge gDischarge
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
TEUS
%
Sumber: PT X, Tanjung Perak
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber: PT X, Tanjung Perak
1.3. SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Jawa Timur pada tahun 2012 secara keseluruhan masih didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Industri Pengolahan dan Sektor. Pada triwulan IV-2012, ketiga sektor tersebut masih mendominasi struktur perekonomian di Jawa Timur dengan rincian kontribusi 30,97% (Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran), 28,05% (Industri Pengolahan), dan 12,43% (Sektor Pertanian). Secara umum, jumlah kontribusi ketiga sektor utama tersebut mencapai 71,45%. Tabel.1.5 Tabel.1. 5 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Sisi Permintaan 2011 Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Per Jasa-jasa PDRB
I
II
2,82 10,3 6,66 7,22 7,42 9,60 12,41 8,21 3,89 7,17
3,35 5,4 6,08 7,05 10,98 9,47 12,14 8,50 4,48 7,29
2012 III 2,06 4,5 5,60 5,17 8,90 10,44 11,61 8,17 5,96 7,29
IV 1,64 4,9 5,96 5,65 8,99 9,69 9,85 7,87 5,82 7,11
I
II
2,76 5,1 6,23 7,07 10,18 9,69 13,17 7,76 5,18 7,27
4,68 1,7 5,74 6,69 5,58 10,61 8,05 8,92 4,96 7,31
III 4,36 1,0 7,21 5,25 6,84 9,79 8,79 8,18 4,63 7,41
IV 1,95 1,1 6,17 5,90 6,10 10,13 9,10 7,20 5,50 7,09
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
14
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.33 Pertumbuhan Sektor Pendukung
Grafik 1.32 Pertumbuhan Tiga Sektor Utama 60,00
8,00
50,00
6,00
40,00
4,00
20,00
15,00
15,00
10,00
10,00
30,00
2,00
20,00
0,00
5,00
10,00
-2,00
0,00
5,00 0,00
%
-20,00
I
-4,00
0,00 -10,00
%
I
II
III
IV
2008
I
II
III
IV
2009
I
II
III
IV
I
II
2010
III
IV
I
II
2011
-30,00
III
IV
II
I
II
III
IV
I
II
III
2009
I
II
III
IV
I
II
III
2011
2012
gPengangkutan & Komunikasi (rhs)
IV
-5,00 -10,00 -15,00
gJasa-jasa
gIndustri Pengolahan
Sumber: BPS Jatim (diolah)
IV
2010
-15,00
-10,00
gPertanian
IV
2008
-10,00
-8,00
2012
III
-5,00
-6,00
Sumber: BPS Jatim (diolah)
gPerdagangan, Hotel & Restoran (rhs)
gKeuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan.
Grafik 1.34 Pertumbuhan Sektor Pendukung Pendukung 20,00
20,00 15,00
15,00
10,00 10,00
5,00 0,00
5,00
-5,00 0,00
%
-10,00 I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
-5,00 -10,00
2008
2009
2010
2011
2012
-15,00 -20,00 -25,00 -30,00
-15,00
Sumber: BPS Jatim (diolah)
IV
gPertambangan dan Penggalian gBangunan (rhs) gListrik, Gas & Air Bersih (rhs)
Pada triwulan IV-2012, Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran mencatat pertumbuhan tertinggi yaitu mencapai 10,13% (yoy), lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan III-2012 yang tercatat sebesar 9,79% (yoy). Pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh tingginya pertumbuhan Sub Sektor Perdagangan dengan pertumbuhan 10,52% (yoy). Sementara sub sektor lain yaitu restoran tumbuh 8,59% (yoy), disusul kemudian dengan sub sektor hotel dengan pertumbuhan sebesar 7,21% (yoy). Tibanya masa liburan akhir tahun dan perayaan natal serta tahun baru diperkirakan menjadi pendorong peningkatan kinerja ketiga sub sektor tersebut. Sektor dengan pertumbuhan tertinggi selanjutnya dalam perekonomian Jawa Timur pada triwulan IV-2012 adalah Sektor Pengangkutan dan Komunikasi dengan pertumbuhan sebesar 9,10% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,79% (yoy). Dorongan terbesar pertumbuhan berasal dari sub sektor komunikasi dengan pertumbuhan 10,65% (yoy) yang didorong oleh peningkatan aktivitas komunikasi masyarakat Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
15
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
pada saat libur natal dan tahun baru. Sementara itu sub sektor angkutan mengalami pertumbuhan sebesar 7,51% (yoy) atau sedikit di atas pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,34% (yoy). Dorongan pertumbuhan terbesar adalah pada angkutan udara yaitu mencapai 10,96% (yoy). Industri pengolahan pada triwulan IV-2012 mencatat pertumbuhan sebesar 6,17% (yoy), sedikit lebih rendah apabila dibandingkan dengan pertumbuhan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sebesar 7,21% (yoy). Pertumbuhan Industri Pengolahan Jawa Timur pada periode ini terutama didorong oleh pertumbuhan industri pupuk, kimia dan barang dari karet sebesar 15,02% (yoy). Selain itu, industri logam dasar besi dan baja juga mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi di kisaran 13,97%, meningkat cukup signifikan apabila dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 13,97% (yoy). Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV, tingkat utilisasi kapasitas produksi di Jawa Timur tercatat mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 73,73% menjadi 75,66% (lihat grafik 1.35). Dari sisi sektoral, peningkatan kapasitas produksi ini utamanya dipicu oleh nilai utilisasi produksi di sektor pertambangan (81,67%), disusul kemudian dengan industri pertanian (79,43%) dan industri pengolahan (74,22%) . Grafik 1.35 Utilisasi Kapasitas Produksi
Grafik 1.36 Utilisasi Kapasitas Produksi Sektoral Total Pertambangan Listrik, Gas dan Air Bersih
120,00
90,00
%, SBT 80,00
78,1
74,3 73,9
73,8 73,2
70,00
73,6
100,00 77,173,7 75,7
73,3
69,5 70,7
69,3
74,5
Pertanian Industri Pengolahan
80,00
60,00
60,00
50,00
40,00
40,00
20,00 0,00
30,00 I
II
III
IV
I
2009
II
III
2010
Sumber : Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha BI (diolah)
IV
I
II
III
2011
IV
I
II
III
2012
IV
I
II
III 2009
IV
I
II
III 2010
IV
I
II
III 2011
IV
I
II
III
IV
2012
Sumber : Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha BI (diolah)
Kondisi yang sedikit berbeda diperoleh dari perkembangan kegiatan usaha melalui angka indeks realisasi usaha hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang mengalami perlambatan dari 16,30 menjadi 12,71. Secara sektoral, indeks realisasi usaha tertinggi adalah pada sektor industri pengolahan (3,99), diikuti kemudian dengan sektor pertanian (3,40) dan sektor jasa-jasa (2,27).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
16
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.37 Indeks Realisasi Usaha
Grafik 1.38 Indeks Realisasi Usaha Sektoral
40
35,87
TOTAL
31,82
30
25,86 23,29 22,32 21,6
22,1
20
S B T
16,55212809 16,30 12,65
15,81 11,6
11,35
10
7,05
PHR
30 25
8,49
6,43
6,47
4,15
INDUSTRI PENGOLAHAN
35
20,88
19,5518,54
PERTANIAN
40
26,35
20
1,1
0
15 I
II
III
IV
I
II
III
IV
-10
I
II
III
IV
I
II
III
-1,85
-0,45 2006
2007
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
10
-1,46 2008
2009
2010
2011
2012
5 -20
0
-18,91
Indeks Realisasi Usaha
I
-5
-30 -27,23
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV
2008
2009
2010
2011
2012
-10 -15
-40
Sumber: SKDU BI Surabaya
Sumber: SKDU BI Surabaya
a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Pada triwulan IV-2012, Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran mencatat pertumbuhan tertinggi yaitu mencapai 10,13% (yoy), lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh tingginya pertumbuhan sub sektor Perdagangan yang tumbuh 10,52% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,11% (yoy). Sementara sub sektor restoran tumbuh 8,59% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sebesar 8,48% (yoy). Sementara itu sub sektor hotel tumbuh 7,21%, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan 7,47% (yoy). Peningkatan konsumsi masyarakat seiring dengan tibanya masa liburan akhir tahun dan perayaan natal serta tahun baru diperkirakan menjadi pendorong peningkatan kinerja ketiga sub sektor tersebut. Grafik 1.39
Grafik 1.40
Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim
Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jatim
TPK Hotel Berbintang Jatim
5 Asing
%
60%
Indonesia
Total
4 55%
H A R I
50% 45% 40% 35%
3 2 1 0 I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV
2007
2008
2009
2010
2011
2012
30% I
II
III
2007
IV
I
II
III
2008
Sumber : BPS Jatim (diolah)
IV
I
II
III
2009
IV
I
II
III
2010
IV
I
II
III
2011
IV
I
II
III
IV
2012
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
17
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Perlambatan kinerja kinerja subsektor hotel di Jawa Timur dikonfirmasi oleh perlambatan pertumbuhan beberapa indikator seperti Tingkat Penghunian Kamar (TPK) dan lama tinggal tamu di Hotel Berbintang. Tercatat, TPK Hotel Berbintang mengalami penurunan dari sebelumnya mencapai 47,11% pada triwulan III-2012 menjadi 45,72% pada triwulan IV-2012. Indikator rata - rata lama menginap tamu di hotel berbintang turut mengindikasikan adanya penurunan, baik tamu asing maupun domestik. Tercatat rata-rata lama menginap tamu asing pada triwulan III adalah selama 2,36 hari, sementara pada pada triwulan IV-2012 berkurang menjadi selama 2,18 hari. Begitu pula dengan rata-rata menginap tamu domestik yang berkurang dari 2 hari pada triwulan III-2012, menjadi 1,69 hari pada periode laporan. Namun demikian, penurunan tersebut tidak terlalu signifikan dikarenakan masih tertahan oleh tingginya permintaan hotel pada saat libur natal dan tahun baru. Berbeda dengan ketiga indikator sebelumnya, indikator jumlah wisatawan asing melalui Bandara Juanda dan konsumsi listrik bisnis di Jawa Timur pada triwulan ini mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Jumlah penumpang internasional meningkat dari 175.400 ribu (triwulan III-2012) menjadi 198.700 (triwulan IV-2012). Pertumbuhan konsumsi listrik golongan bisnis/industri mencatat peningkatan dari sebesar 11,11% (yoy) pada triwulan III-2012 menjadi 53,72% (yoy) pada triwulan IV-2012. Seiring dengan relatif stabilnya kebutuhan masyarakat untuk melakukan perjalanan terutama di hari libur dan cuti bersama, maka kinerja subsektor perhotelan dan restoran diperkirakan masih terus berada dalam tren peningkatan. Namun demikian, adanya kebijakan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) dan Upah Minimum Kabupaten / Kota di tahun 2013 diperkirakan dapat menghambat pertumbuhan sektor ini. Grafik 1.41 1.41
Grafik 1.42 1.42
Jumlah Wisatawan Asing melalui Bandara Juanda
Konsumsi Listrik Golongan Bisnis
Jml Penumpang Intl
gPenumpang Intl (rhs)
250
Konsumsi Listrik Industri
Pertumbuhan
50%
% yoy
Ribu Orang
40% 200 30% 150
20%
10%
100
0%
%
Kwh
980
60%
880
50%
780
40%
680
30%
580
20%
480
10%
380
0%
280
-10%
180
-20%
50 -10%
80 -20%
2007
2010
III
2012
IV
I
II
III
2011
IV
I
II
IV
I
II
III
III
2009
IV
I
2008
Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)
II
III
IV
I
II
IV
I
II
III
0
-30% I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber : PLN (diolah)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
18
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
b. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan mencatat pertumbuhan sebesar 6,17% (yoy), lebih rendah apabila dibandingkan dengan pertumbuhan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sebesar 7,21% (yoy). Pertumbuhan Industri Pengolahan Jawa Timur pada periode ini terutama didorong oleh pertumbuhan industri pupuk, kimia dan barang dari karet sebesar 15,02% (yoy). Selain itu, industri logam dasar besi dan baja juga mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi di kisaran 13,97%, meningkat cukup signifikan apabila dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 13,97% (yoy). Hampir seluruh subsektor pada sektor industri pengolahan mencatat pertumbuhan tahunan positif, kecuali pada sub sektor pengolahan semen dan barang galian bukan logam (-7,07%) serta sub sektor barang lainnya (6,69%). Grafik 1.43 1.43 Pertumbuhan Sektor Indusri Pengolahan 6,00
Grafik 1.44 1.44 Perkembangan Nilai Impor Barang Bahan Baku 5000
20,00
%
(USDjuta)
Capital Goods
Intermediate Goods
Consumption Goods
4500
4,00
10,00
2,00
0,00
0,00
-10,00
4000 3500 3000
% I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
2500
IV
-2,00
2000
-20,00 2008
2009
2010
2011
1500
2012
-4,00
1000
-30,00 gMakanan Minuman dan Tembakau
-6,00
500
-40,00
gKertas dan Barang Cetakan
0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
gPupuk, Kimia dan Barang dari Karet
Sumber: BPS Jatim (diolah) gLogam dasar besi dan baja
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
Perbaikan kinerja sektor industri pengolahan turut dikonfirmasi oleh ketiga indikatornya, yaitu impor bahan baku dan modal, konsumsi bahan bakar dan listrik sektor industri. Meskipun impor bahan baku mengalami sedikit menurun, namun impor barang modal mencatatkan peningkatan signifikan. Kondisi ini merefleksikan rencana investasi para pelaku usaha untuk mengganti maupun menambah mesin produksi di wilayah Jawa Timur. Grafik 1.45 Perkembangan Pertumbuhan Impor Impor Barang Bahan Baku 160,0
(%, yoy)
140,0
Grafik 1.46 1.46 Konsumsi Listrik Listrik Golongan Industri Konsumsi Listrik Industri
g_Total Impor
g_Capital Goods
g_Intermediate Goods
g_Consumption Goods
Pertumbuhan
%
Kwh
980
60%
880
50%
780
40%
680
30%
80,0
580
20%
60,0
480
10%
380
0%
120,0 100,0
40,0
280
-10%
20,0
180
-20%
0,0
80 I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
-30% I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV
2007
2008
2009
2010
2011
2012
-20,0 -40,0 -60,0
Sumber : PLN (diolah)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
19
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
c. Pertanian Pertumbuhan
ekonomi
sektor
pertanian
Jawa
Timur
mengalami
perlambatan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 1,95% (yoy). Tabel 1.6 Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian
Sektor/Sub Sektor Pertanian Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan
2011 III IV
I
II
2,82 1,88 3,76 5,91 4,60 3,92
3,35 2,18 3,97 6,40 4,83 4,28
2,06 2,43 -1,53 4,42 7,62 3,00
Total
1,64 0,90 9,36 0,61 8,04 -2,78
I
2012 III
II
IV
Total
2,53 2,76 4,68 4,36 1,95 3,49 1,92 1,91 5,09 4,94 -1,49 2,88 3,03 3,94 2,82 1,02 2,81 2,37 4,18 3,34 3,42 3,24 4,68 3,69 6,11 23,03 16,52 40,51 26,89 26,27 2,02 4,02 4,55 5,10 4,12 4,46
Sumber : BPS Jawa Timur
Pada triwulan IV-2012, sub sektor tanaman bahan makanan menunjukkan perlambatan pertumbuhan yaitu sebesar -1,49%. Hal tersebut diperkirakan disebabkan oleh faktor cuaca dimana terjadi pergeseran musim sehingga musim kemarau lebih panjang daripada biasanya, sementara curah hujan akhir tahun sangat tinggi. Hal tersebut dikonfirmasi oleh penurunan produksi beberapa jenis tanaman bahan makanan pokok yaitu padi dan jagung . Pemerintah daerah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi tanaman pangan di Jatim, salah satunya dengan mengembangkan jaringan irigasi seluas 89.700 ha, dengan memanfaatkan potensi baru, seperti pemanfaatan air Bojonegoro Barrage Kab. Bojonegoro, pengembangan jaringan irigasi Jabung Ring Dike dan Bengawan Jero Kab. Lamongan serta pengembangan irigasi Rawa Paras dan Papar Peterongan (Kediri dan Jombang). Sementara itu, pemerintah Bojonegoro juga berupaya mengatasi kekeringan yang selalu datang setiap tahun dengan membangun 179 unit embung penampung air hujan pada tahun 2013.
Luas Panen Padi (Ha)
Luas Tanam Padi (Ha)
gLuas Panen Padi (%)
gLuas Tanam Padi (%)
%
Ha 1.000.000
Grafik 1.48 Graf ik 1. 48 Luas Lahan Tanam & Panen Jagung di Jawa Timur
150
800.000
Luas Panen Jagung (Ha) gLuas Panen Jagung (%)
200
100
900.000
Luas Tanam Jagung (Ha) gLuas Tanam Jagung (%) %
Grafik 1.47 1.47 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi
Ha
60
700.000
40
600.000
600.000 50
20
500.000
-
400.000
400.000 -
(20)
300.000
(40)
200.000 200.000
(50)
(60)
100.000
(80)
-
(100)
80
800.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2006 2006 2007 2008 Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah)
2009
2010
2011
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2012
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
20
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.49 1.49 Luas Lahan Puso di Jawa Timur Luas Puso Padi (Ha) gLuas Puso Padi (%)
%
35.000 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 -
Luas Puso Jagung (Ha) gLuas Puso Jagung (%)
Ha
12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 (2.000)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah)
d. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Pada periode laporan kinerja Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan masih relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun demikian, pertumbuhan sektor ini sedikit melambat dari sebesar 8,18% pada triwulan III-2012 menjadi 7,20% (yoy) pada triwulan IV-2012. Semua sub sektor yaitu sub sektor bank, sub sektor Lembaga Keuangan Tanpa Bank, Sub Sektor Jasa Penunjang Keuangan, Sub Sektor Sewa Bangunan dan Sub Sektor Jasa Perusahaan menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan tertinggi adalah pada sub sektor bank dengan dengan pertumbuhan mencapai 8,74% (yoy). Di sisi lain, sumber pembiayaan perbankan untuk berbagai sektor ekonomi masih cenderung menunjukan peningkatan diantaranya pertumbuhan dana pihak ketiga, net interest
margin dan fee based income. Sementara itu, penurunan Rasio Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional menunjukkan adanya peningkatan efisensi biaya yang telah dilakukan perbankan di Jawa Timur.
30,00
Grafik 1.50 1.50
Grafik 1.51 1.51
Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa Jawa Timur
Perkembangan NIM Perbankan Jawa Timur
Kredit
% yoy
6.000.000
DPK
25,00
Nilai Net Interest Margin (NIM)
gNet Interest Margin (NIM)
160,00% 140,00%
5.000.000
120,00%
20,00
4.000.000
100,00%
15,00 3.000.000
10,00 5,00
2.000.000
-
1.000.000
80,00% 60,00% 40,00% 20,00%
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV -
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
2011
IV
II
III
I
III
II
I
2010
IV
2012
IV
2011
III
I
2010 Sumber : LBU BI (dioah)
II
0,00%
2012
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
21
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.52 1.52
Grafik 1.53 1.53
Perkembangan Fee Fee-- Based Income Fee Based Income
700.000
Perkembangan Interest Interest--Based Income
g.Fee Based Income
60,00%
Interest Based Income
50,00%
9.000.000
40,00%
8.000.000
30,00%
7.000.000
400.000
20,00%
6.000.000
300.000
10,00%
5.000.000
0,00%
4.000.000
600.000
g.Interest Based Income 50% 40%
500.000
200.000
20%
3.000.000
-10,00% 100.000
30%
10%
2.000.000
-20,00%
0%
1.000.000 -
III
-
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
-30,00%
-10% I
2009
2010
2011
II
III IV
I
II
III IV
I
II
III IV
I
II
III IV
2012
2009
2010
2011
2012
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
Grafik 1.54 1.54 Perkembangan Pendapatan – Biaya Operasional Bank Umum 5.000.000
140,60
Pendapatan Operasional - Biaya Operasional BO/PO
4.000.000
120,60
3.000.000
100,60
2.000.000
80,60
1.000.000
60,60 40,60
(1.000.000)
I II 2009
III
IV
I II 2010
III
IV
I II 2011
III
IV
I II 2012
III
IV 20,60 0,60
(2.000.000)
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
e. Bangunan Kinerja sektor bangunan pada akhir tahun 2012 menunjukan perlambatan pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari 6,84% (yoy) pada triwulan III-2012 menjadi sebesar 6,10% pada triwulan IV-2012. Kondisi tersebut terkonfirmasi oleh perlambatan pertumbuhan volume penjualan semen dari 17,81% (yoy) menjadi 13,54% (yoy). Selain itu, perlambatan juga terjadi pada kinerja penyaluran kredit pada sektor konstruksi dari sebesar 44,97% (yoy) menjadi sebesar 38,23% (yoy) pada triwulan IV-2012. Tabel 1.7 Pertumbuhan Sektor Bangunan
Tahun 2011 Tahun 2012 Tw I 7,42 10,18 Tw II 10,98 5,58 Tw III 8,90 6,84 Tw IV 8,99 6,10 Total 9,12 7,05
Grafik 1.56 Volume Penjualan Semen di di Jawa Timur 2.500.000
(TON)
Penjualan Semen
(%, yoy)
g_Penjualan Semen
30%
20% 2.000.000
10% 1.500.000 0% 1.000.000 -10%
500.000 -20%
0
-30% I
II
III
2008
IV
I
II
III
2009
IV
I
II
III
2010
IV
I
II
III
2011
IV
I
II
III
IV
2012
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
22
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Sumber: Asosisasi Semen Indonesia
Beberapa indikator yang mengkonfirmasi perlambatan kinerja sektor bangunan antara lain data penjualan semen, pembangunan dan penjualan properti residensial di Jawa Timur. Pertumbuhan volume penjualan semen pada triwulan IV-2012 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2012, yaitu dari sebesar 17,81% (yoy) menjadi 13,54% (yoy). Selain itu, walaupun secara umum pertumbuhan rata-rata pembangunan dan penjualan properti residensial di Jawa Timur menunjukkan tren meningkat, namun pada triwulan IV-2012 terjadi perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Beberapa faktor yang diperkirakan menahan pertumbuhan kinerja sektor bangunan antara lain kenaikan harga bahan bangunan, kenaikan upah pekerja, mahalnya biaya perizinan, penambahan fasilitas umum pada perumahan dan kenaikan uang muka KPR disebabkan permintaan rumah dari kelas menengah. Grafik 1.57 1.57 RataRata-Rata Pembangunan Properti Residensial 45
43 40
Grafik 1.58 1.58 RataRata- Rata Penjualan Properti Residensial
KECIL
MENENGAH
45
BESAR
Grand Total
40
27
26
25
24 21
20
17 15
10
9 5 7
5
9
10 4
3
16 8 8 4
14
11,69
9 9
10
4
3
16,7 17 10,2 13 12 14 9 9,7 9 6 6,0 3
6
7 4
25
18 16
8
7
15
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
10
14
5
8 6 4
2011
21
Tw II
8
9
7
Tw III
10
10 7
4 Tw IV
3 Tw I
13 77 3
8 2 Tw II
Tw III
14,69 9,85 10,87 12 9,43 8,87 11,97 10 9,13 9 7,96 9,28 7 5,07 5,27 4,60 5 3 Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw IV 2010
2010
25,53
21
9 3
2
-
Tw III
23
16
Tw I
Tw II
Grand Total
27
25
20
17 17
Tw I
MENENGAH
BESAR
30
31
30
30
KECIL
35
35
35
15
41
2011
2012
2012
Sumber : SHPR, KPw BI Wilayah BI Jawa Timur
Sumber : SHPR, KPw BI Wilayah IV Jawa Timur
f.
Pengangkutan dan Komunikasi Kinerja sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan IV-2012 menunjukkan
peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 8,79% (yoy) menjadi 9,10% (yoy). Hal tersebut didorong oleh pertumbuhan seluruh sub sektor yaitu sub sektor pengangkutan dan komunikasi. Sub sektor pengangkutan tumbuh 7,51% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,34% (yoy). Pada sub sektor ini, pertumbuan tertinggi adalah pada angkutan udara sebesar 10,96% (yoy), dan angkutan laut dengan prosentase sebesar 9,54% (yoy). Pertumbuhan strategi pemasaran maskapai penerbangan yang cukup baik antara lain dengan penerapan efisiensi biaya penerbangan, kemudahan pembelian tiket secara on line tanpa harus melalui agen, serta promosi penjualan tiket dengan harga promo masih menjadi faktor pendorong peningkatan jumlah penumpang moda transportasi udara. Tren peningkatan tersebut dapat dijadikan alasan tingginya
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
23
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
pertumbuhan industri transportasi udara di Indonesia, yaitu mencapai 20% dalam 5 (lima) tahun terakhir. Sub sektor komunikasi juga mencatat pertumbuhan dari sebesar 10,18% menjadi sebesar 10,65%. Hal tersebut ditunjukkan oleh semakin gencarnya promo yang dilakukan oleh beberapa operator komunikasi jelang akhir tahun 2012. Selain itu, dapat diinformasikan pula bahwa salah satu operator telekomunikasi terbesar telah menerapkan strategi promo akhir tahun di wilayah Jawa Timur melalui bonus volume layanan baik untuk voice, sms maupun data. Promo dimaksud pada akhirnya akan mendorong operator lain untuk melakukan promo serupa yang semakin mendorong peningkatan penggunaan fasilitas komunikasi di Jawa Timur. Gambar 1.59 1.59
Gambar 1.60 1. 60
Arus Penumpang di Tanjung Perak
Arus Barang di Tanjung Perak
Jml Penumpang 150
Vol Barang
g Jml Penumpang (rhs) % yoy
Ribu Orang
3500
g Jml Barang (rhs)
Ribu Ton
100%
% yoy
50%
80%
3000
40%
130
30%
110
60% 2500 40%
20%
90
2000
20%
10% 70 0% 50
-10%
30
-20% 1000
-20%
10
-30% I
II III IV 2007
I
II III IV 2008
I
II III IV
I
II III IV
2009
I
II III IV
2010
2011
I
II III IV
-40%
-40% 500
-60% -80%
0 I
2012
II
III IV
2007
Sumber : BPS Provinsi Jatim
II
III IV
I
II
2008
III IV
I
II
2009
III IV
I
2010
II
III IV
I
II
2011
III IV
2012
Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)
Gambar 1.61 1.61
Gambar 1.62 1.62
Penumpang Domestik di Bandara Juanda
Penumpang Internasional di Bandara Juanda
Jml Penumpang Domestik
Jml Penumpang Intl
% yoy
Ribu Orang
40% 30%
gPenumpang Intl (rhs)
250
50%
% yoy
Ribu Orang
40% 200 30%
20% 150
20%
10% 0%
10%
100
0%
-10%
50 -10%
-20% 0
2007
2008
Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)
2009
2010
2011
2012
2009
IV
I
II
III
III
2011
IV
I
II
III
2010
IV
I
II
IV
II
I
2008
III
III
IV
I
III
2007
IV
-20%
I
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
II
2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0
I
II
-10
0%
1500
2012
Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
24
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
BOKS 1 Dampak Kenaikan UMK Terhadap Kinerja Sektor Usaha Tahun 2013
A. Overview Kenaikan UMK Upah Minimum Kota/Kabupaten (UMK) adalah besaran upah minimum yang diterima pekerja tetap di sektor formal di suatu kota/kabupaten berdasarkan Kriteria Hidup Layak (KHL) yang diajukan tiap tahunnya. KHL merupakan standar kebutuhan seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat hidup layak secara fisik untuk kebutuhan satu bulan yang meliputi kebutuhan pangan, sandang, papan, transportasi, kesehatan, pendidikan, rekreasi, tabungan dan diatur dalam Permenakertrans
No. 13 Tahun 2012 tentang Komponen dan
Pelaksanaan Tahapan Pencapaian KHL. Di Jawa Timur, kenaikan dan besaran UMK ditetapkan dengan Peraturan Gubenur No. 72 Tahun 2012 yang mulai berlaku sejak 1 Januari 2013. Detail informasi terkait data UMK Kabupaten/Kota dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 UMK Kota Kabupaten di Jawa Timur Tahun 2013 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Kabupaten/Kota Kota Surabaya Kab. Gresik Kab. Sidoarjo Kab. Pasuruan Kab. Mojokerto Kota Malang Kab. Malang Kota Batu Kota Kediri Kab. Kediri Kab. Jombang Kota Pasuruan Kab. Pamekasan Kab. Tuban Kab. Lamongan Kab. Bojonegoro Kab. Jember Kab. Banyuwangi Kab. Probolinggo
UMK 2012 Rp1.257.000 Rp1.257.000 Rp1.252.000 Rp1.252.000 Rp1.234.000 Rp1.132.000 Rp1.130.000 Rp1.100.215 Rp1.037.500 Rp999.000 Rp978.200 Rp975.000 Rp975.000 Rp970.000 Rp950.000 Rp930.000 Rp920.000 Rp915.000 Rp888.500
UMK 2013 Rp1.740.000 Rp1.740.000 Rp1.720.000 Rp1.720.000 Rp1.700.000 Rp1.340.300 Rp1.343.700 Rp1.268.000 Rp1.128.400 Rp1.089.950 Rp1.200.000 Rp1.195.800 Rp1.059.600 Rp1.144.400 Rp1.075.700 Rp1.029.500 Rp1.091.950 Rp1.086.400 Rp1.198.600
% 38,42 38,42 37,38 37,38 37,76 18,40 18,91 15,25 8,76 9,10 22,67 22,65 8,68 17,98 13,23 10,70 18,69 18,73 34,90
No 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Kabupaten/Kota Kab. Bangkalan Kota Probolinggo Kota Mojokerto Kab. Lumajang Kab. Sumenep Kab. Blitar Kota Blitar Kab. Tulungagung Kota Madiun Kab. Situbondo Kab. Bondowoso Kab. Sampang Kab. Nganjuk Kab. Ngawi Kab. Madiun Kab. Magetan Kab. Pacitan Kab. Ponorogo Kab. Trenggalek
UMK 2012 Rp885.000 Rp885.000 Rp875.000 Rp825.391 Rp825.000 Rp820.000 Rp815.000 Rp815.000 Rp812.500 Rp802.500 Rp800.000 Rp800.000 Rp785.000 Rp780.000 Rp775.000 Rp750.000 Rp750.000 Rp745.000 Rp760.000
UMK 2013 Rp983.800 Rp1.103.200 Rp1.040.000 Rp1.011.950 Rp965.000 Rp946.850 Rp924.800 Rp1.007.900 Rp953.000 Rp1.048.000 Rp946.000 Rp1.104.600 Rp960.200 Rp900.000 Rp960.750 Rp866.250 Rp887.250 Rp924.000 Rp903.900
% 11,16 24,66 18,86 22,60 16,97 15,47 13,47 23,67 17,29 30,59 18,25 38,08 22,32 15,38 23,97 15,50 18,30 24,03 18,93
Sumber : Lampiran Peraturan Gubernur No. 72 Tahun 2012
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
25
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Rata-rata kenaikan UMK Jawa Timur 2013 (yoy) sebesar 21,51%. Kota dengan kenaikan tertinggi sebesar 38,42% adalah Surabaya dan Gresik, sedangkan yang terendah adalah Pamekasan dengan kenaikan 8,68%. Menyikapi kenaikan tersebut, terdapat beragam pendapat dari kalangan pekerja. Sebagian beranggapan kenaikan UMK 2013 telah memenuhi harapan mereka. Sebagian yang lain masih menginginkan kenaikan menyamai UMK di Jabodetabek yang rata-ratanya sebesar Rp 2 juta/bulan. Di Jawa Timur, sebagian besar pelaku usaha (89,19%) cenderung keberatan terkait kenaikan tersebut, sebagaimana tercermin dari hasil survei Liason KPwBI Wilayah IV Jatim. Survei Liason adalah survei untuk memperoleh informasi mengenai perkembangan serta arah kegiatan ekonomi untuk mendukung formulasi kebijakan moneter dan kajian ekonomi
regional.
Keberatan
pengusaha
terhadap
kenaikan
UMK
diakomodasi
Menakertrans melalui Kepmenakertrans No. 231 Tahun 2003 Tentang Tata Cara Penangguhan Pelaksanaan Upah Minimum. Grafik 1 Respon Pengusaha Terhadap Kenaikan UMK 100,00
89,19
89,19
83,78 72,97
80,00
75,68
83,78
60,00 27,03
40,00 20,00
10,81
16,22
24,32 10,81
16,22
-
(%)
Ya Tidak
Sumber : Survei Liason KPwBI Wilayah IV Jawa Timur
B. Dampak Kenaikan UMK 1. Kenaikan Daya Beli Pekerja Sektor Formal Data BPS provinsi Jawa Timur per Agustus 2012, mencatat jumlah pekerja di sektor formal sebanyak 6.450.590 orang dan pekerja di sektor informal sebanyak 12.631.400 orang. Berdasarkan undang-undang, pekerja di sektor formal berhak untuk mendapatkan upah sebagaimana tercantum dalam Permenakertrans, sedangkan upah pekerja informal tidak selalu mengikuti ketentuan UMK karena menyesuaikan dengan kemampuan keuangan perusahaan. Oleh karena itu, adanya kenaikan penghasilan pekerja di sektor formal akan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
26
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
mendorong kenaikan daya beli, yang selanjutnya mendorong konsumsi. Peningkatan tersebut diperkirakan dapat diakomodir oleh sektor usaha melalui peningkatan kapasitas produksinya. Berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPwBI Wilayah IV Jatim kapasitas produksi terpakai pada Tw IV 2012 sebesar 75,66% . SKDU adalah survei triwulanan terhadap para pelaku usaha yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dini mengenai indikasi perkembangan kegiatan ekonomi dari sisi penawaran dan memberi arah pertumbuhan Produk Domestik Bruto 2. Kenaikan Biaya Produksi Grafik 2 Jenis Tunjangan Yang Dibayar Pengusaha (Selain UMK) 13,51
Bonus
(%)
72,97
20,00
produksi
tunjangan
27,03 -
biaya
sebesar
30%-40%
sebagai
usaha juga masih berkewajiban untuk membayar
83,78
Jamsostek Kesehatan Transport
pengusaha memprediksi akan terjadi kenaikan
kompensasi kenaikan UMK. Di samping itu, pelaku
5,41
Makan
Responden survei yang terdiri dari kalangan
40,00
60,00
80,00
yang
meliputi
Jamsostek
(83,78%
responden), kesehatan (72,97% responden) dan
100,00
Survei : Liason KPw BI Wilayah IV Jawa Timur
transportasi (27,03% responden).
3. Kenaikan Harga Jual Produk Meningkatnya biaya produksi turut mempengaruhi kebijakan harga penjualan mayoritas responden. Berdasarkan hasil survei Liason diperoleh informasi 83,78% responden berencana menaikkan harga jual produknya dalam kisaran 10% - 20%.
4. Efisiensi Biaya Tenaga Kerja
Grafik 3 Rencana Efisiensi Biaya Tenaga Kerja
Guna meningkatkan efisiensi biaya operasional, perusahaan melakukan beberapa strategi di tahun 2013,
10,81
Lainnya
kontrak
2,7
Melakukan efisiensi biaya
72,97
Melakukan pengaturan sistem kontrak tenaga kerja
diantaranya tenaga
adalah kerja,
pengaturan
otomatisasi
sistem
produksi,
pengurangan jumlah tenaga kerja dengan memilih
43,24
Melakukan otomatisasi produksi
mempekerjakan pekerja dengan output tinggi dan
35,14
Melakukan pengurangan jml tenaga kerja
( %) -
20,00
40,00
60,00
80,00
pilihan akhir jika laba usaha terus menurun adalah
Sumber : Survei Liason KPw BI Wilayah IV Jawa Timur
opsi merumahkan pekerja dengan output rendah.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
27
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
5. Relokasi Usaha Mayoritas responden (72,97%) memilih tidak melakukan relokasi usaha karena prosesnya relatif sulit dan ada kemungkinan UMK di daerah yang baru juga akan naik. Sementara 27,03% responden berencana melakukan relokasi ke negara lain seperti Vietnam, Thailand, Myanmar maupun Kamboja karena biaya tenaga kerja yang relatif lebih murah, tingkat produktivitas lebih tinggi serta kepastian kebijakan pemerintah/peraturan sektor produktif. C. Dukungan Kebijakan Dalam menghadapi persaingan global serta masih lemahnya perekonomian dunia di tahun 2013, 89,19% responden mengharapkan dukungan kebijakan pemerintah yang lebih baik, diantaranya dengan melakukan penetapan tingkat UMK setiap
3 (tiga) tahun, kebijakan
kenaikan UMK secara bertahap pada level 10% s.d 15% serta insentif pada usaha skala kecil khususnya yang terkena dampak krisis global. Selanjutnya, responden (pengusaha) mengharapkan dukungan kebijakan dari Bank Indonesia berupa penetapan suku bunga Bank Indonesia terutama suku bunga kredit investasi agar lebih kompetitif dan penyederhanaan regulasi perbankan terutama untuk perdagangan luar negeri.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
28
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
BOKS 2 Penciptaan Wirausaha Baru Guna Penciptaan Lapangan kerja dan Peningkatan Penghasilan Masyarakat Sebagai salah satu upaya peningkatan aktivitas kewirausahaan (Entrepreneurial
Activity), Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Wilayah IV menyelenggarakan program Penciptaan Wirausaha Baru. Program ini merupakan kontribusi BI dalam pemberdayaan sektor riil dan UMKM guna mendukung program pembangunan pemerintah daerah dalam mencapai petumbuhan ekonomi yang berkualitas. Program ini diharapkan menjadi alternatif penciptaan lapangan kerja dan peningkatan penghasilan, utamanya di Provinsi Jawa Timur. Target dari kandidat wirausaha baru BI adalah mahasiswa dengan rentang usia 19-25 tahun dan ex magang TKI usia 25-35 tahun yang berdomisili di Jawa Timur dan sudah pernah memiliki usaha. Program bersifat multiyears, dilakukan berkesinambungan dari tahun 2012 sampai dengan 2014. Beberapa fasilitas yang diperoleh oleh peserta antara lain pendampingan dalam pengembangan usaha, bantuan promosi usaha, serta seed capital guna stimulus usaha. Tujuan yang ingin dicapai program Penciptaan Wirausaha Baru adalah sebagai berikut : 1. Mencetak wirausaha baru melalui program pelatihan dan pendampingan yang berkelanjutan dan berperan serta dalam pengembangan kewirausahaan Indonesia yang pada akhirnya dapat membuka lapangan kerja dan mengurangi pengangguran 2. Mengubah persepsi mahasiswa dari generasi job seeker menjadi job creator sebagai pengusaha muda yang handal dan mandiri serta sebagai tindak lanjut pendidikan kewirausahaan di kampus-kampus yang saat ini sudah ada 3. Menciptakan pasar bagi industri perbankan karena pengusaha muda adalah calon potensial nasabah bagi bank Serangkaian kegiatan telah dilakukan di tahun 2012 dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : 1. Tahapan seleksi Proses seleksi diikuti oleh ± 75 orang di bulan Juni-Juli 2012, yang diawali dengan seleksi administrasi serta penyampaian business plan/rencana usaha sebagai salah satu persyaratan. Untuk menjaring peserta penerima program, dilaksanakan seleksi berdasarkan minat, bakat, ide bisnis, dan kemampuan, meliputi seleksi administratif, psikotes, dan wawancara.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
29
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
2. Tahapan Pelatihan dan Pendampingan “Start Your Business (SYB)”
Start Your Business (SYB) merupakan modul yang dikembangkan oleh International Labour Organization (ILO) untuk digunakan sebagai modul pemandu penilaian dan perencanaan usaha yang dapat ditindaklanjuti. Pelatihan diselenggarakan pada tanggal 11-28 September 2012. Tujuan dari pelatihan Start Your Business adalah : a. memberikan pengetahuan, keahlian dan mendorong perubahan perilaku para pengusaha baru agar dapat merencanakan usahanya dengan lebih baik. b. memfasilitasi jejaring dan kerjasama antar para pelaku usaha muda dan eks TKI magang Jepang c. membantu
para
pengusaha
untuk
bekerjasama
secara
kolektif
untuk
mempromsikan dan mengembangkan usaha. Metode pelatihan mengadopsi proses pembelajaran yang dilakukan dengan cara memberikan materi, memfasilitai diskusi, curah pendapat, kerja kelompok, dan permainan game bisnis. 3. Tahapan Penilaian Kelayakan Usaha Penilaian dilakukan terhadap presentasi business plan dari masing – masing peserta untuk selanjutnya dipilih menjadi wirausaha baru BI. 4. Tahapan Pembiayaan (Seed Capital) Pada tahapan ini, para wirausaha BI yang terpilih diberikan stimulus berupa dana seed
capital sebesar masing – masing Rp. 15.000.000,- (lima belas juta rupiah) dari dana Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) guna menjalankan kegiatan usahanya. Rangkaian kegiatan lanjutan untuk tahun 2013 dan 2014 juga sudah disiapkan dalam rangka pendampingan kegiatan usaha, promosi hasil usaha sampai dengan akses pembiayan perbankan. Agenda promosi yang disiapkan di tahun 2013 ini adalah menyelengarakan bazaar perbankan dan UMKM untuk promosi hasil usaha para wirausaha BI serta mengikutkan dalam pameran – pameran yang diadakan oleh pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
30
Bab 2
PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TIMUR
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
2
PERKEMBANGAN INFLASI
2.1 KONDISI UMUM UMUM Tekanan inflasi IHK sepanjang tahun 2012 tetap terkendali, meskipun terjadi sedikit peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Perkembangan inflasi di wilayah Jawa Timur (Jatim) yang dihitung berdasarkan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) di 71 kota pada triwulan IV-2012 sebesar 0,91% (qtq) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 1,93%(qtq). Hingga akhir tahun 2012, inflasi tahunan Jatim (4,50%) berada pada level yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu pada kisaran 4,27% (yoy. Berdasarkan kelompok barang, hanya kelompok bahan makanan dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yang mengalami mengalami penurunan inflasi pada tahun 2012 dan kelompok lainnya sedikit mengalami tekanan kenaikan. Rata-rata laju inflasi bulanan di sepanjang triwulan IV-2012 relatif berfluktuasi bila dibandingkan triwulan IV-2012. Melambatnya inflasi pada sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya, sub kelompok ikan diawetken, sub kelompok sayur-sayuran, sub kelompok bumbubumbuan, sub kelompok lemak dan minyak dan sub kelompok bahan makanan lainnya, pada akhirnya membentuk inflasi kelompok bahan makanan berada pada level yang lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2011. Berdasarkan faktor-faktor penyebabnya (disagregasi), perlambatan laju inflasi di sepanjang triwulan IV-2012 didorong oleh melambatnya seluruh kelompok penyebab terjadinya inflasi yang memiliki rata-rata lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III2012. Melambatnya laju inflasi pada triwulan IV-2012 terutama didorong oleh perlambatan rata-rata inflasi bulanan pada kelompok core inflation, yaitu dari 0,62% menjadi 0,26%. Kondisi tersebut juga yang diikuti oleh kelompok volatile food dari 0,96% (mtm) menjadi 0,65% dan kelompok administered price dari 0,34% (mtm) menjadi 0,11%.
1
7 kota di Jawa Timur yang masuk dalam perhitungan inflasi Nasional : Surabaya, Malang, Kediri, Jember, Probolinggo, Madiun dan Sumenep, dengan bobot kota total sebesar 10,87%. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
31
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI Grafik 2.1. Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy) jatim
8
Grafik 2.2. 2.2. Perkembangan Inflasi Jawa Timur %
nasional
8
7
Inflasi Bulanan (mtm) Inflasi Triwulanan (qtq)
inflasi Tahunan (yoy)
7
4,50
6
6 5
5
4
4,30
4
3 2
3
1 0
2 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
-1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 2010
Sumber BPS Jatim (diolah) Sumber :: BPS
2011
2012
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Searah dengan stabilnya laju inflasi nasional, inflasi Jatim pun mengindikasikan pola yang sama. Namun demikian, jika dibanding dengan provinsi lain di kawasan Jawa, inflasi Jatim pada tahun 2012 tercatat sebagai yang tertinggi (Grafik 2.3). Realisasi tahunan (yoy)
inflasi
Grafik 2.3 Perbandingan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy)
provinsi – provinsi di Pulau 2012 Tw IV
Jawa hingga akhir tahun 2012 berdasarkan urutan realisasi inflasi dari yang terendah yaitu Jawa Barat (3,84%), Jawa Tengah (4,24%),
Daerah
Istimewa
Jawa Timur
2010 Tw II
5.00 2012 Tw III
2010 Tw III 0.00
2012 Tw II
(4,50%), sedangkan inflasi nasional tercatat
Jawa Barat Jawa Tengah
2010 Tw IV
-5.00
Yogyakarta
(4,31%) Banten (4,36%) dan Jawa Timur sebesar 4,30% (yoy).
2010 Tw I 10.00
DIY Banten
2012 Tw I
2011 Tw I Nasional
2011 Tw IV
2011 Tw II
2011 Tw III Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
2.2 INFLASI BULANAN (mtm) Secara bulanan, rata-rata realisasi inflasi Jatim berada pada level yang sama dibandingkan inflasi bulanan di sepanjang triwulan IV-2011 (lihat tabel 2.1), yaitu pada level 0,30% (mtm). Tercatat beberapa sub kelompok mengalami peningkatan tekanan inflasi yang meliputi sub kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, sub kelompok sandang, sub kelompok kesehatan serta sub kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan. Sedangkan sub kelompok bahan makanan serta sub kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga berada pada level yang lebih rendah. Dan sisanya yaitu sub kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau berada pada level stabil yaitu 0,26% (mtm). Di sepanjang triwulan IV-2012, sebagaimana diinformasikan pada tabel 2.1, inflasi bulanan Jatim memiliki tren yang meningkat, yaitu dari 0,15% (Oktober) menjadi 0,21%(November) dan berlanjut meningkat menjadi 0,55% (Desember). Pola yang sama pun terjadi di triwulan IV-2011 namun dengan fluktuasi nilai yang lebih tinggi. Jika dibandingkan dengan rata-rata
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
32
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI 2
historis inflasinya selama 6 (enam) tahun terakhir , inflasi bulanan di sepanjang triwulan IV-2012 memiliki nilai yang lebih tinggi pada bulan Desember karena adanya faktor musiman dengan kecenderungan terjadinya inflasi pada periode ini, sedangkan pada periode lainnya masih berada pada level yang lebih rendah. Secara keseluruhan, pola inflasi di sepanjang triwulan IV-2012 cenderung meningkat sama dengan periode yang sama pada tahun-tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan semakin besarnya tekanan permintaan menjelang libur Natal dan Tahun Baru di akhir tahun. Tabel 2.1 2.1 Inflasi Triwulan IV Tahun 2011 & 2012 di Jawa Timur (mtm)
No 1 2 3 4 5 6 7
Tw Okt Umum 0,06 Bahan Makanan -0,52 Mamin, Rokok & Tembakau 0,24 Perumahan,Air,Listrik,Gas & Bb 0,22 Sandang -2,05 Kesehatan 0,08 Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 0,38 Transpor,Komunikasi & Jasa Keu. -0,30 Kelompok Barang
IV-2011 Nov Des 0,24 0,60 0,83 2,18 0,29 0,24 0,21 0,18 2,15 -0,26 0,24 0,21 0,01 0,01 0,29 0,25
RataRataTw IV-2012 rata Okt Nov Des rata 0,30 0,15 0,21 0,55 0,30 0,83 -0,34 0,44 1,52 0,54 0,26 0,17 0,37 0,25 0,26 0,20 0,50 0,16 0,31 0,32 -0,05 0,66 -0,05 -0,30 0,10 0,18 0,27 0,15 0,26 0,23 0,13 0,27 0,05 0,01 0,11 0,08 0,05 0,16 0,58 0,26
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
Berdasarkan kelompok barang, rata-rata laju inflasi bulanan sepanjang triwulan IV-2012 ditandai dengan inflasi yang berada dibawah rata-rata inflasi bulanannya, kecuali untuk kelompok bahan makanan serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (lihat tabel 2.1). Sebagaimana dapat dilihat pada grafik 2.4, kelompok yang memiliki nilai inflasi rata-rata bulanan tertinggi pada periode laporan adalah kelompok makanan bahan makanan sebesar 0,54% (mtm). Meningkatnya harga daging sapi akibat terbatasnya pasokan di sepanjang triwulan IV-2012 menjadi faktor pendorong inflasi sub kelompok daging dan hasil-hasilnya. Sementara itu, kenaikan harga pada sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya serta sub kelompok bumbu-bumbuan turut dipengaruhi oleh sedikit gangguan pada faktor produksi karena masuknya musim penghujan di bulan Desember, terutama untuk komoditas bawang merah, cabe merah dan cabe rawit. Selanjutnya, rata-rata inflasi terendah disumbang oleh kelompok sandang sebesar 0,10% (mtm), terutama pada bulan November dan Desember yang mengalami deflasi masing-masing sebesar -0,05% (mtm) dan 0,30%. Pemicu deflasi sub kelompok ini adalah turunnya harga emas perhiasan yang sejalan dengan dipengaruhi oleh penurunan harga emas internasional.
2
Rata-rata inflasi bulanan Jawa Timur selama 5 (lima) tahun terakhir (2007-2011) untuk bulan April, Mei dan Juni masing-masing sebesar 0,01%, 0,32% dan 0,78% (mtm) Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
33
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Grafik 2.4 2.4. RataRata-Rata Inflasi Sub Kelompok (mtm) 0.45 0.22 0.28
UMUM BAHAN MAKANAN MAMIN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,G … SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN… (0.37) TRANSPOR,KOMUNIKASI (0.23) (0.50)
Grafik 2.5. 2.5. Inflasi Oktober per Kelompok Barang
0.07 0.27 0.34 0.48 0.56 0.32 0.24 0.31 0.59 0.48 0.14 0.20 0.25 0.02 0.04 0.27
1.57
Desember November
1.48
Oktober
0.03
0,70 0,60 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00 -0,10 -0,20 -0,30 -0,40
0.50
1.00
1.50
2.00
0,44
Bahan Makanan
1.60
0,35 0,30
Kesehatan
1.00
0,25
Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga
0.80
0,15
Inf. Jatim : 0,21%
0,16
0,05
Inf. Jatim : 0,15%
BAHAN MAKANAN MAMIN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI
-0,34
1.40 1.20
1.52
BAHAN MAKANAN MAMIN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI
0.60
0,15
0,16
0.40
0.25
0,05 0,05
0.00
0,00
-0.20 -0.40
-0,05
0.01
-0.30
Inflasi mtm (%)
Sumber : BPS Jatim (diolah)
0.58
Inf. Jatim : 0,55% 0.31 0.26
0.20
0,10
-0,05
0,27
Grafik 2.7. 2.7. Inflasi Des 2012 per Kelompok Barang
Mamin, Rokok & Tembakau Perumahan,Air,Listrik,G as & BB Sandang
0,37
0,27
0,17
Sumber : BPS Jatim (diolah)
0,45
0,20
0,50
(%, mtm) -
Grafik 2.6. 2.6. Inflasi Nov 2012 per Kelompok Barang
0,40
0,66
Inflasi mtm (%)
Inflasi mtm (%)
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Sebagaimana diinformasikan pada grafik 2.5, grafik 2.6 dan grafik 2.7, bahwa pendorong inflasi bulanan di sepanjang triwulan IV-2012 memiliki sumber yang berbedabeda berdasarkan kelompok barangnya. Panen di beberapa komoditas utama pada sub kelompok bahan makanan mendorong terjadinya deflasi pada periode Oktober. Kondisi tersebut berbeda dengan kondisi bulan November dan Desember dengan inflasi yang didominasi oleh sub kelompok ini. Selanjutnya, pergerakan harga emas perhiasan turut mempengaruhi tingkat inflasi pada kelompok sandang, seiring semakin besarnya minat masyarakat dalam berinvestasi pada komoditas ini sejalan dengan tren penurunan suku bunga perbankan, sehingga komoditas ini semakin prospektif sebagai alternatif investasi jangka pendek.
Bulan Oktober Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jawa Timur mengalami peningkatan dari 0,02% (mtm) menjadi 0,15%. Nilai ini sedikit lebih rendah dibandingkan inflasi nasional (0,16% - mtm). Dari sisi permintaan, relatif stabilnya tingkat konsumsi masyarakat sebagaimana tercermin dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
34
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Indonesia Wilayah IV (Jawa Timur) mengindikasikan bahwa sumber kenaikan harga berasal dari sisi penawaran. Identifikasi lebih lanjut menunjukkan bahwa kenaikan beberapa komoditas pada kelompok inflasi inti dan inflasi administered price turut mempengaruhi tingkat inflasi, sedangkan kelompok volatile food mengalami deflasi. Berdasarkan kelompok barang, inflasi pada bulan Oktober (mtm) utamanya didorong oleh kelompok sandang sebesar 0,66% (mtm), selanjutnya diikuti oleh kenaikan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (0,50%). Sementara itu, kelompok barang yang menahan terjadinya inflasi adalah deflasi pada sub kelompok bahan makanan sebesar -0,34% (mtm). Sebagaimana diinformasikan sebelumnya,
inflasi Jatim
pada
Oktober
2012
(0,15%/mtm), berdasarkan disagregasinya, didominasi oleh sumbangan dari kelompok core
inflation (0,31%) dan kelompok administered price (0,08%), sedangkan kelompok volatile food mengalami deflasi sebesar
-0,33%. Sumbangan inflasi kelompok core inflation,
berasal dari kenaikan sub kelompok barang pribadi dan sandang lain serta sub kelompok biaya tempat tinggal masing-masing sebesar 1,43% (mtm) dan 1,02%. Hampir seluruh kelompok pembentuk volatile food mengalami deflasi di kisaran -0,02% s.d
-2,20%
(mtm). Hanya sub kelompok daging dan hasil-hasilnya serta sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya yang mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,75% (mtm) dan 0,02%. Grafik 2.8 Perbandingan Inflasi Per Kelompok Barang 6,00
4,00
Grafik Grafik 2.9 Inflasi per Kelompok Barang (dalam %)
BAHAN MAKANAN
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB
SANDANG
KESEHATAN
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA
BAHAN MAKANAN
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K
TRANSPORTASI, KOMUNIKASI
2,00
Okt-12
Sep-12
Jul-12
Agust-12
Jun-12
Apr-12
Mei-12
Mar-12
Jan-12
Feb-12
Des-11
Okt-11
Nop-11
Sep-11
Jul-11
Agust-11
Jun-11
Apr-11
Mei-11
Mar-11
Jan-11
-2,00
Feb-11
0,00
3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 -0,50 -1,00
MAMIN, ROKOK & TEMBAKAU
PENDIDIKAN, REKREASI,OR
PERUMAHAN
-4,00
KESEHATAN
-6,00
SANDANG Inflasi (mtm) September 2012
Sumber: BPS (diolah)
-8,00
Sumber: BPS Provinsi jawa Timur
Inflasi (mtm) Oktober 2012
Sumber: BPS Provinsi jawa Timur
Identifikasi lebih lanjut terkait sumber pendorong inflasi bulanan berdasarkan komoditas utamanya adalah dari emas perhiasan (1,60%), biaya sewa rumah (1,67%), biaya kontrak rumah (0,81%) dan biaya akademi/perguruan tinggi (1,14%). Dari 10 (sepuluh) komoditas utama penyumbang inflasi dan deflasi (lihat tabel 2.2), dapat dilihat bahwa rata-rata komoditas pada kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar 0,35% (mtm) sehingga turut membentuk deflasi kelompok volatile food (-0,33%).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
35
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI Tabel 2.2 2.2 Perbandingan 10 Besar Inflasi & Deflasi Tertinggi Jatim vs Nasional
Inflasi Jatim Nasional
Komoditas Emas Perhiasan Biaya Sewa Rumah Biaya Kontrak Rumah Biaya Akademi/Perguruan Tinggi Daging Sapi Batu Bata/Batu Tela Wortel Daging Ayam Ras Sepeda Motor Semen
Deflasi Jatim Nasional
Komoditas
1,60 2,84 Gula Pasir 1,67 0,80 Jagung Muda 0,81 0,85 Bawang Putih 1,14 0,50 Kelapa 1,22 0,84 Minyak Goreng 3,13 -0,27 Buah Alpukat 17,67 13,77 Ikan Tongkol 0,87 1,14 Cumi - Cumi 0,49 0,07 Semangka 1,34 0,84 Tongkol Pindang Inflasi Jatim > Nasional Inflasi Jatim < Nasional Deflasi Jatim > Nasional Deflasi Jatim < Nasional
-1,29 -8,28 -2,61 -5,70 -0,75 -15,13 -4,65 -7,57 -4,11 -3,25
-0,58 -1,70 -5,04 -1,31 -1,56 -5,75 -0,76 -2,04 -2,25 -3,11
Sebagaimana telah diinformasikan sebelumnya bahwa kenaikan komoditas emas perhiasan secara signifikan mempengaruhi pergerakan harga pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lain pada level 1,43% (mtm). Kenaikan harga emas perhiasan lokal ini turut dipengaruhi oleh tren meningkat harga emas dunia, yang bergerak dari level USD 1.745,69/pounds menjadi USD 1.758,97/pounds, atau meningkat sebesar 0,76% (mtm). Selain itu, pendorong inflasi kelompok sandang juga berasal dari sub kelompok sandang wanita dan sandang anak-anak masing-masing sebesar 0,22% (mtm) dan 0,06%. Beberapa komoditas yang mendorong inflasi pada kedua sub kelompok ini meliputi celana panjang anak, kemeja pendek wanita, kaos kaki dan gaun anak pada kisaran 15% s.d 20% (mtm). Selanjutnya, kenaikan biaya sewa dan kontrak rumah di wilayah Jawa Timur turut mempengaruhi level inflasi pada sub kelompok biaya tinggal pada level 1,02% (mtm), lihat grafik 2.12.
Grafik 2.10 2.10 Perkembangan Harga Sub Kelompok Sandang (mtm)
Grafik 2.11 Perkembangan Harga Komoditas Emas Internasional
Sandang Laki-laki Sandang Wanita Sandang Anak-anak Barang Pribadi dan Sandang Lain
8,00 6,00
2.000,00
1.745,69 1.652,95 1.671,26 1.741,23 1.512,551.574,62 1.676,84 1.764,00 1.600,00 1.739,43 1.587,551.594,19 1.771,92 1.422,91 1.638,95 1.361,02 1.375,12 1.528,62 1.400,00 1.485,41 1.200,00
4,00
1.000,00
2,00
800,00 600,00 Jul-12
Sep-12
Mei-12
Jan-12
Mar-12
Nop-11
Jul-11
Sep-11
Mei-11
Jan-11
Mar-11
Nop-10
Jul-10
Sep-10
Mei-10
Jan-10
Mar-10
(2,00)
USD/pound
1.800,00
400,00 200,00 0,00 1
(4,00)
2
3
4
5
6
7
2011
(6,00) Sumber: BPS Provinsi jawa Timur
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10*
2012
Sumber: Bloomberg
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
36
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI Grafik 2.12 2.12 Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar (mtm) 7,00
(%, mtm)
Grafik 2.13 2.13 Sub Kelompok Bahan Makanan yang mengalami Inflasi Tertinggi pada Okt 2012(mtm) 15
Biaya Tempat Tinggal
(%, mtm)
Bahan Bakar, Penerangan dan Air
6,00
Perlengkapan Rumahtangga 5,00
TEPUNG TERIGU
BERAS JAGUNG
DAGING AYAM RAS
DAGING SAPI
10
Penyelenggaraan Rumahtangga
4,00 5 3,00 2,00
Jul-12
Sep-12
Mei-12
Jan-12
Mar-12
Nop-11
Jul-11
Sep-11
Mei-11
Jan-11
Mar-11
Nop-10
Jul-10
Sep-10
Mei-10
Jan-10
Mar-10
-1,00
Okt-12
Sep-12
Jul-12
Agust-12
Jun-12
Apr-12
Mei-12
Mar-12
Jan-12
Feb-12
Des-11
Okt-11
Nop-11
Sep-11
Jul-11
Agust-11
Jun-11
Apr-11
Mei-11
(5)
0,00
Feb-11
1,00
Mar-11
-
(10)
Sumber: BPS Provinsi jawa Timur
Sumber: BPS Provinsi jawa Timur
Sementara itu, deflasi tertinggi berdasarkan kelompoknya di bulan Oktober 2012 berasal dari kelompok bahan makanan, yang hampir seluruh sub kelompoknya mengalami deflasi, kecuali sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya serta sub kelompok daging dan hasil-hasilnya, yang masing-masing berada pada level 0,02% (mtm) dan 0,75%. Sebagaimana ditunjukkan pada grafik 2.13, kenaikan harga komoditas tepung terigu dan beras jagung menjadi sumber kenaikan kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya. Kenaikan harga keempat komoditas diduga berasal dari faktor domestik, sebagaimana dapat dilihat dari relatif stabilnya harga komoditas internasional. Faktor ketersediaan komoditas, ekspektasi masyarakat dan kelancaran arus distribusi diduga turut mempengaruhi kenaikan harga keempat komoditas ini. Dapat diinformasikan pula bahwa dengan membaiknya ketersediaan kedelai bagi industri tahu dan tempe menyumbang penurunan harga pada kelompok kacang-kacangan dibandingkan September 2012. Selain itu, minimnya gangguan cuaca turut mempengaruhi jumlah pasokan ikan laut di wilayah Jawa Timur sehingga turut mendorong terbentuknya deflasi kelompok bahan makanan pada periode laporan. Grafik 2.14 2.14 Perkembangan Harga Komoditas Tepung Terigu Internasional
Grafik 2.15 2.15 Sub Kelompok Bahan Makanan yang mengalami Deflasi Tertinggi pada Okt 2012(mtm) 8,35
USD/Bushes 9 7,50 8
8,178,34
7
140
(%, mtm)
120 100
6
6,30 6,16 6,39 3,95 5,936,00
5 4
80 60
4,45
3 40
2 20
1 -
-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10* (20)
2011
Sumber: Bloomberg
2012
BANDENG BAWAL CAKALANG GURAME KEPITING/RAJUNGAN LAYANG MERAH MUJAIR NILA TENGGIRI TERI TONGKOL UDANG BASAH KUNIRAN BENGGOL BANDENG PINDANG IKAN ASIN BELAH TERI TONGKOL KELAPA MARGARINE MINYAK GORENG
(40)
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
37
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Bulan November Inflasi bulanan IHK 7 kota di Jatim pada bulan November kembali mencatat inflasi yang cukup terkendali, sedikit di atas inflasi Oktober dan inflasi nasional 0,07% (mtm). Tercatat, inflasi Jatim mencapai 4,55% (yoy) atau 0,21% (mtm), sedangkan inflasi tahunan nasional sebesar 4,32% (yoy) dan . Realisasi inflasi ini berada sedikit lebih rendah dari perkiraan semula. Secara umum penurunan angka inflasi terjadi pada hampir semua kelompok, terutama kelompok bahan makanan (0,21%), kelompok sandang (0,15%), serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga (0,14%). Sementara itu dorongan peningkatan inflasi terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman , rokok dan tembakau. Di sisi lain mampu menahan inflasi di bulan laporan. Grafik 2.17 2.17
Grafik 2.16 2.16 Inflasi Tahunan (yoy) 4 Kelompok Barang Strategis
Perbandingan Inflasi Per Kelompok Barang
BAHAN MAKANAN
Inflasi yoy (%)
BAHAN MAKANAN
MAKANAN JADI, MINMAN, ROKOK & TEMB
20,00
8,00
SANDANG
TRANSPORT ASI, KOMUNIKASI
PENDIDIKAN, REKREASI & O.RAGA
16,00
MAMIN,ROK OK & TEMBAKAU
6,00 4,00
12,00 2,00
8,00
0,00
PENDIDIKAN, REKREASI, OLAH RAGA
4,00
PERUMAHA N
0,00 1
3
5
7
9 11 1
3
5
7
9 11
1
3
5
7
KESEHATAN
9 11
SANDANG
-4,00 2010
2011
Inflasi (mtm) Okt 2012
2012
Sumber : BPS (diolah)
Sumber: BPS (diolah)
Inflasi (mtm) Nov 2012
Komoditas utama yang memberikan sumbangan inflasi adalah daging sapi, bawang merah, bawang putih, wortel, beras, telur ayam ras, jeruk dan kelapa. Masih berlanjutnya kenaikan harga daging sapi disebabkan adanya kebijakan pemerintah mengurangi kuota impor sapi potong, sehingga jumlah persediaan daging sapi di pasaran langka. Kebijakan pemerintah mengurangi impor sapi potong tersebut tidak didukung oleh kelancaran arus perdagangan dari produsen ke konsumen antar wilayah di Indonesia dan jumlah sapi yang tersedia. Selain
itu,
peningkatan
harga
komoditas
bumbu-bumbuan
diduga
akibat
berkurangnya pasokan dan sebagai dampak terjadinya gangguan produksi komoditas bumbu akibat adanya pergantian cuaca. Selanjutnya kenaikan harga beras terjadi seiring dengan berlalunya masa panen raya dan memasukinya musim tanam. Sementara itu, lonjakan inflasi kelompok volatile food sedikit tertahan oleh deflasi pada beberapa
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
38
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
komoditas pangan, seperti daging ayam ras, cabe rawit, cabe merah, tongkol pindang, minyak goreng, ketimun, tomat sayur dan pepaya. Tabel 2.3 2.3 Perbandingan 10 Besar Inflasi & Deflasi Tertinggi Jatim vs Nasional
Inflasi Jatim Nasional
Komoditas Daging sapi Bawang merah
5,97 23,81
3,33 Daging Ayam Ras 22,19 Emas perhiasan
-8,37 -0,87
-6,81 -0,71
Bawang putih Angkutan udara Gula pasir Wortel Beras Telur ayam ras Jeruk Kelapa
12,11 5,17 1,66 18,64 0,31 2,01 3,05 6,74
11,07 5,03 0,18 17,82 0,58 1,36 0,53 0,45
-10,18 -18,50 -8,41 -1,01 -11,07 -2,63 -3,05 -0,25
-12,13 -12,70 -3,64 -1,28 -9,14 -2,84 -0,48 -0,31
Cabe rawit Cabe Merah Tongkol pindang minyak goreng Ketimun Tomat sayur Pepaya Bensin
Grafik 2.18 2.18 Pergerakan Harga Komoditas Sub Kelompok Bumbu-bumbuan 90.000 80.000
Deflasi Jatim Nasional
Komoditas
Rp/ Kg
70.000
Grafik 2.19 2.19
Perkembangan Harga Emas Perhiasan Cabe Merah
500.000
Bawang Merah
450.000
Cabe Rawit
400.000
Bawang Putih
350.000
60.000
Harga Emas Perhiasan
300.000
50.000
250.000
40.000
200.000
30.000
150.000 100.000
20.000
50.000 10.000
-
-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011
Rp/Gram
2010 2009
2010
Sumber : Survei Pemantauan Harga BI Surabaya (diolah)
2011
2011
2012
2012 Sumber : Survei Pemantauan Harga BI Surabaya (diolah)
Bulan Desember Meningkatnya konsumsi masyarakat seiring tibanya beberapa momentum Hari Besar di sepanjang bulan Desember turut mempengaruhi level Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jatim, tercatat mengalami peningkatan dibanding periode November pada level 0,55% (mtm) dan sedikit berada di atas inflasi nasional 0,54% (mtm). Kenaikan laju inflasi periode ini dipicu oleh meningkatnya tekanan inflasi di kelompok bahan makanan (1,52% - mtm), kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan (0,58%), kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (0,31%) serta kelompok kesehatan (0,26%). Beberapa kelompok lainnya mengalami inflasi namun pada laju yang lebih rendah, yang meliputi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,25% - mtm) serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga (0,01%). Sedangkan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
39
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
kelompok sandang (-0,30%) tercatat mengalami deflasi, yang dipicu oleh penurunan harga emas perhiasan sebesar -0,90% (mtm). Kenaikan harga daging sapi, beras, telur dan daging ayam ras pada periode laporan mendorong laju inflasi pada periode laporan, bahkan tercatat inflasi pada sub kelompok daging dan hasil-hasilnya mencapai level 3,82% (mtm). Meskipun harga daging sapi tidak setinggi periode sebelumnya, namun meningkatnya permintaan terkait perayaan hari besar turut memicu kenaikan harga komoditas ini, sehingga turut mempengaruhi level harga komoditas kelompok daging lainnya, seperti telur dan daging ayam ras yang mengalami kenaikan lebih tinggi di level 5% – 8%. Grafik 2.20 2.20 Perbandingan Inflasi Per Kelompok Barang 0,60
BAHAN MAKANAN
8,00 TRANSPORT ASI, KOMUN IKASI
6,00 4,00
(%, mtm)
0,56
0,56
0,50
MAMIN,ROK OK & TEMBAKAU
0,40 0,28
0,30
2,00 0,00
PENDIDIKAN,
Grafik 2.21 2.21 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan
0,28 0,21
0,20
0,13
PERUMAHAN
REKREASI, OL AH RAGA
0,09
0,10 (0,11)
-
KESEHATAN
SANDANG (0,10)
Inflasi (mtm) Nov 2012 Inflasi (mtm) Des 2012 Sumber: BPS Provinsi jawa Timur
Inflasi Des'12
Rata-rata inflasi Des' 07-12
Daging dan Hasil-
(0,20) SSumber : BPShasilnya Jatim (diolah)
Inflasi Des'12
Rata-rata inflasi Des' 07-12
Inflasi Des'12
Telur, Susu dan Hasilhasilnya
Rata-rata inflasi Des' 07-12
Ikan Segar
Inflasi Des'12
Rata-rata inflasi Des' 07-12
Bumbu - bumbuan
Sumber: BPS Provinsi jawa Timur
Tabel 2.4 2.4 Perbandingan 10 Besar Inflasi & Deflasi Tertinggi Jatim vs Nasional
Komoditas Angkutan udara Daging sapi Beras Telur ayam ras Bawang merah Daging ayam ras Mujair Bandeng Pasir Kentang
Inflasi Komoditas Jatim Nasional 16,86 5,32 Emas perhiasan 5,21 3,34 Minyak goreng 1,23 2,26 Tomat sayur 7,36 4,76 Gula pasir 13,97 7,89 Bawang putih 3,46 5,40 Kacang panjang 9,12 3,06 Apel 3,67 1,82 wortel 4,21 0,52 Sepatu 8,57 3,30 Kembang kol Inflasi Jatim > Nasional Inflasi Jatim < Nasional Deflasi Jatim > Nasional Deflasi Jatim < Nasional
Fenomena peningkatan harga komoditas
Deflasi Jatim Nasional -0,81 0,05 -1,74 -1,11 -5,67 -0,37 -0,90 -1,11 -1,17 -3,66 -2,56 -20,35
-2,37 -0,12 -0,61 1,02 1,36 -4,33 -0,02 0,94
pada kelompok bahan makanan
umumnya dipicu oleh meningkatnya permintaan sebagai respon masyarakat atas beberapa momentum perayaan seperti Natal dan Tahun Baru. Khusus untuk komoditas daging sapi, lonjakan kenaikan harga dipicu
oleh berkurangnya pasokan sapi lokal, khususnya dari
sentra produksi di Indonesia Timur. Namun demikian, laju inflasi kelompok volatile food Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
40
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
cukup terhambat oleh terjadinya deflasi pada beberapa komoditas lainnya, seperti minyak goreng, gula pasir dan bawang putih. Tidak lazimnya kenaikan harga pada sub kelompok daging, telur dan ikan segar pada bulan ini juga terindikasi tingginya inflasi komoditas tersebut saat ini dengan rata-rata inflasi komoditas yang sama selama 5 (lima) tahun terakhir (lihat grafik 2.21). Secara berurutan dapat diuraikan perbedaan signifikan pada sub kelompok daging dan hasilhasilnya yang memiliki rata-rata inflasi sebesar -0,11% (mtm), sedangkan pada Desember 2012, inflasi sub kelompok ini mencapai 0,56% (mtm). Kenaikan harga daging sapi pada periode ini juga berdampak pada kenaikan komoditas bakso (0,04% - mtm), lihat grafik 2.22. Jika dibandingkan dengan komoditas lainnya, fluktuasi komoditas daging sapi dan daging ayam ras cukup tinggi dibandingkan komoditas lainnya(lihat grafik 2.22). Pola inflasi tahunan komoditas pada kelompok ini sedikit berbeda, namun secara keseluruhan mengalami peningkatan di akhir tahun, bahkan lebih tinggi dibandingkan pada saat Hari Raya Idul Fitri (lihat grafik 12). Kedua analisis ini menghasilkan kesimpulan yang sama yaitu kecenderungan fluktuatifnya inflasi pada komoditas daging sapi dan daging ayam ras, sehingga patut menjadi perhatian serius pemerintah daerah guna menjaga ketersediaannya di pasar, khususnya pada saat konsumsi masyarakat meningkat. Grafik 2.22 2.22 Inflasi Sub Kelompok Daging (mtm) 15,0
Grafik 2.23 2.23 Inflasi Sub Kelompok Daging (yoy)
(%, mtm)
30,0 BAKSO DAGING AYAM RAS
DAGING AYAM KAMPUNG DAGING SAPI
BAKSO DAGING AYAM RAS HATI SAPI
(%, yoy)
25,0
DAGING AYAM KAMPUNG DAGING SAPI SOSIS DAGING SAPI
10,0 20,0 5,0
15,0 10,0 Des-12
Okt-12
Nop-12
Sep-12
Jul-12
Agust-12
Jun-12
Apr-12
Mei-12
Mar-12
Jan-12
Feb-12
Des-11
Okt-11
Nop-11
Sep-11
Jul-11
Agust-11
Jun-11
Apr-11
Mei-11
Feb-11
5,0
Sumber: BPS Provinsi jawa Timur
Des-12
Okt-12
Nop-12
Sep-12
Jul-12
Agust12
Jun-12
Mei-12
Apr-12
Mar-12
(5,0)
(10,0)
Feb-12
Jan-12
(5,0)
Mar-11
-
Sumber: BPS Provinsi jawa Timur
2.3. INFLASI TRIWULANAN (qtq) Laju inflasi Jatim secara triwulanan pada Tw IV-2012 mencapai 0,91% (qtq), atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 1,93% (qtq). Hampir seluruh kelompok barang mengalami perlambatan inflasi. Hanya kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang mengalami peningkatan inflasi dari 0,68% (qtq) menjadi 0,97%. Perlambatan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok sandang yaitu dari 3,61% (qtq) menjadi 0,31%. Selanjutnya secara berurutan penurunan pada kelompok pendidikan, rekreasi dan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
41
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
olahraga (0,32% - qtq), kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,79%) serta kelompok
bahan makanan (1,62%) pun turut menyumbang perlambatan pada
periode laporan. Berdasarkan sumbangannya, perlambatan inflasi terjadi di seluruh kelompok kecuali kelompok kesehatan tidak mengalami perubahan level inflasi dibandingkan triwulan III2012. Hasil analisis secara lebih detail menunjukkan bahwa perlambatan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan, dengan penurunan dari 0,87% (qtq) menjadi 0,24%, yang diikuti oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar serta kelompok sandang. Tabel 2.5 2.5 Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq)
Inflasi QTQ WILAYAH Umum Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
Tw I 0,99 0,81 1,20 1,01 1,04 1,64 0,79 1,06
2011 Tw II Tw III 0,26 2,05 -1,14 2,07 0,71 2,23 0,65 0,79 2,03 5,88 1,46 0,26 0,35 5,29 0,17 0,79
Tw IV 0,92 2,49 0,77 0,61 -0,21 0,52 0,40 0,23
Tw I 0,70 0,56 1,28 0,67 1,06 0,50 0,25 0,42
2012 Tw II Tw III 0,89 1,93 0,90 2,55 1,90 2,59 1,18 0,68 -0,48 3,61 0,54 0,86 0,27 3,56 0,40 0,80
Tw IV 0,91 1,62 0,79 0,97 0,32 0,68 0,32 0,79
Tw I 0,99 0,18 0,22 0,22 0,07 0,08 0,07 0,19
Sumbangan Inflasi QTQ 2011 2012 Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 0,26 2,05 0,92 0,68 0,89 1,93 -0,25 0,46 0,57 0,13 0,06 0,87 0,13 0,40 0,14 0,23 0,25 0,56 0,14 0,17 0,12 0,14 0,18 0,23 0,14 0,41 -0,01 0,07 -0,06 0,16 0,07 0,01 0,02 0,02 0,02 0,04 0,03 0,48 0,04 0,02 0,00 0,34 0,03 0,14 0,04 0,07 0,06 0,20
Tw IV 0,91 0,24 0,17 0,19 0,13 0,04 0,03 0,09
Sumber : BPS, data diolah
Berdasarkan sumbangannya, perlambatan inflasi terjadi pada seluruh kelompok kecuali kelompok kesehatan yang berada pada level yang sama dibandingkan triwulan III2012. Sumbangan tertinggi triwulan ini berasal dari kelompok bahan makanan yang mengalami penurunan dari 0,87% (qtq) menjadi 0,24%. Selanjutnya diikuti oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga masing-masing menjadi sebesar 0,17% (qtq) dan 0,03%. Perlambatan ini mengikuti pola-pola tahun sebelumnya seiring meredanya permintaan masyarakat pasca Hari Raya Idul Fitri dan tibanya waktu panen beberapa komoditas bahan makanan (bulan Oktober dan November) seperti Sebagaimana terlihat pada grafik 2.24, pendorong melambatnya inflasi kelompok bahan makanan adalah karena terjadinya deflasi pada sub kelompok lemak dan minyak sebesar -2,66% (qtq), sub kelompok ikan diawetkan (2,50%) serta sub kelompok kacangkacangan (-0,01%). Namun, perlambatan inflasi kelompok ini sedikit tertahan oleh peningkatan inflasi beberapa sub kelompok, yaitu sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya, sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya serta sub kelompok bumbubumbuan. Sisanya berada dalam tren yang melambat jika dibandingkan dengan triwulan III2012. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
42
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI Grafik 2.25 2.25 Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan Tw III-2012 & Tw IV-2012
Grafik 2.24 2.24 Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan % (qtq)
15,00 10,00 5,00
1,45
Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 15,00 Bahan Makanan Lainnya Daging dan Hasil-hasilnya 10,00
5,49
3,85 2,25
3,27
-2,66
0,77 -0,01 0,25
-2,50
5,00
0,09
Lemak dan Minyak
Lemak dan Minyak
Bumbu - bumbuan
Buah - buahan
Sayur-sayuran
Kacang - kacangan
Ikan Segar
0,00 -5,00
Bahan Makanan Lainnya
-25,00
Telur, Susu dan Hasil2nya
-20,00
Ikan Diawetkan
-15,00
Ikan Segar
-10,00
Daging dan Hasil-hasilnya
-5,00
Padi-padian, umbi-umbian
0,00
-10,00 Bumbu - bumbuan
Ikan Diawetkan
Buah - buahan
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya
Kacang - kacangan
Sayur-sayuran
Sumber : BPS, data diolah
-30,00 Sumber : BPS, data diolah
Tw III
Tw IV
Tw III
Tw IV
Sumber : BPS, data diolah
Sebagai komoditas utama makanan pokok masyarakat Jawa Timur, bobot dari sub kelompok padi-padian,
umbi-umbian dan hasilnya memiliki porsi terbesar pada kelompok
bahan makanan. Pada triwulan IV-2012 komoditas beras mencatatkan kenaikan harga sebesar 1,61% (qtq) meskipun hasil Survei Pemantauan Harga untuk wilayah Kota Surabaya dan sekitarnya menunjukkan harga yang stabil, namun harga beras cenderung meningkat di wilayah lainnya, seperti Kota Kediri, Malang dan sekitarnya. Sebagaimana ditunjukkan pada grafik 2.27, harga beras internasional terus mengalami penurunan. Analisis lebih lanjut mengindikasikan bahwa tren ini tidak mempengaruhi harga beras domestik karena minimnya penggunaan impor beras dengan adanya kesiapan Bulog sebagai lembaga berwenang dalam stabilisator harga beras di Indonesia. Informasi dari instansi terkait mengindikasikan adanya penurunan produksi, salah satunya adalah Kabupaten Jember, yang mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya (lihat grafik 2.28). Kinerja produksi tanaman padi wilayah Jawa Timur pada periode ini dapat dilihat pada grafik 2.29, yang menunjukkan adanya penurunan luas panen dari 251.667 hektar menjadi 195.041 hektar atau -4,98% (yoy) dan luas padi dari 927.455 hektar menjadi 794.420 hektar atau -7,69% (yoy). Grafik 2.26 2.26 Pergerakan Harga Beras di Surabaya 10500
Grafik 2.27 2.27 Pergerakan Harga Beras Internasional 600,00
Rp/Kg
Harga Beras Domestik
Harga Beras Internasional
10000
500,00
9500 400,00
9000 300,00
8500 8000
200,00
7500
100,00
7000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1
USD/mt 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2010 Sumber : Survei Pemantauan HargaBI Surabaya (diolah)
2011
2012
2013
2010
2011
2012
Sumber : Bloomberg
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
43
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Grafik 2.29 2.29 Luas Panen dan Produksi Padi Prov.Jawa Timur Ha 1,000,000
%
Grafik 2.28 2.28 Luas Panen dan Produksi Padi Kab.Jember
Luas Panen Padi (Ha)
Luas Tanam Padi (Ha)
gLuas Panen Padi (%)
gLuas Tanam Padi (%)
200
150
800,000
100 600,000 50 400,000 200,000
(50)
-
(100) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah)
Tabel 2.6 2.6 Perkembangan Pengadaan Bulog Divre Jawa Timur 2007 - 2012
No
Bulan
2007 (Ton)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Jumlah
111,037 202,540 113,844 70,187 39,274 6,047 105 543,034
Realisasi Pengadaan 2008 2009 2010 (Ton) (Ton) (Ton) 32,490 559 51,369 16 162,685 258,602 69,304 242,450 296,401 192,078 169,469 174,055 176,416 102,798 109,207 105,646 96,318 69,846 23,169 55,885 65,077 15,393 41,179 28,176 7,351 35,685 19,905 18,133 50,684 3,311 7,090 17,313 298 706 975,025 1,108,737 615,302
2011 (Ton) 183 17,513 87,312 91,779 75,803 38,622 18,296 27,622 3,875 6,284 14,761 29,720 411,764
2012 Rencana Realisasi (Ton) (Ton) 63,500 625 89,000 19,510 135,000 153,557 192,000 242,648 160,000 195,755 132,500 117,775 92,500 83,936 67,500 66,273 42,100 33,978 37,500 83,256 20,000 35,687 4,400 64,000 1,036,000 1,097,000
Sumber : BPS, data diolah
Hingga akhir tahun 2012, produksi beras nasional mengalami kenaikan 4,9 % (yoy) atau sebesar 38 juta ton, dengan perkiraan kebutuhan sebesar 33 juta ton, sehingga terdapat surplus produksi hingga mencapai 5 juta ton. Namun demikian, masih terdapat beberapa periode yang minim cadangan, sehingga masih dibutuhkan impor beras secara nasional sebesar 700 ribu ton dari jatah 1 juta ton. Rencananya beras akan diimpor dari Vietnam sebesar 600.000 ton dan India (100.000 ton). Di sisi lain, hingga November 2012, angka serapan beras petani di tingkat nasional telah mencapai 3,58 juta ton, dengan angka pengali hampir mencapai dua kali lipat dibandingkan tahun 2010 dan 2011. Berdasarkan informasi dari Perum Bulog Divre Jawa Timur diperoleh data target penyerapan beras tahun 2013 sebesar 1.050.000 ton. Guna mencapai target ini, Bulog
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
44
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Divre Jatim menerapkan tiga strategi, yaitu strategi “dorong-tarik”, pengembangan “jaringan semut” serta pengembangan sistem on farm. Ketiga strategi ini diklaim berhasil mempercepat arus pengadaan, sebagaimana terlihat pada tabel 2.6, realisasi penyerapan beras di wilayah Jawa Timur lebih besar 5,89% atau 63.000 ton dibandingkan target di awal tahun. Sebagai informasi strategi on farm yang dikembangkan meliputi 4 (empat) jenis yaitu On Farm Mandiri, On Farm Kemitraan, On Farm Sinergi dan On Farm Alternatif.
2.4. INFLASI TAHUNAN (yoy) Inflasi Jawa Timur pada triwulan IV-2012 menunjukkan tren perlambatan. Tercatat, laju inflasi Jatim pada periode ini berada pada level yang stabil yaitu 4,50% (yoy). Secara keseluruhan inflasi Jatim tahun 2012 (4,50% - yoy) berada pada level yang lebih tinggi dibandingkan 2011 (4,27%), namun masih lebih rendah dari rata-rata inflasi selama 5 (lima) tahun yaitu 5,89%. Secara historis, inflasi Jawa Timur sejak tahun 2009 lebih tinggi dari nasional. Di tahun ini, level inflasi Jatim kembali berada di atas nasional yang berada pada level 4,30% (yoy). Tabel 2.7 2.7 Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang
Inflasi YOY WILAYAH Umum Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
Tw I 7,46 15,71 5,63 4,62 9,58 3,11 6,75 3,93
2011 Tw II Tw III 6,26 4,87 9,69 5,33 5,98 6,22 4,83 3,08 7,64 13,27 4,34 3,88 7,08 6,97 3,98 1,44
Tw IV 4,27 4,26 5,00 3,09 8,93 3,93 6,92 2,27
Tw I 3,97 4,00 5,09 2,74 8,95 2,76 6,35 1,62
2012 Tw II Tw III 4,63 4,50 6,14 6,65 6,32 6,69 3,29 3,18 6,27 3,99 1,83 2,43 6,26 4,51 1,86 1,87
Tw IV 4,50 5,74 6,71 3,54 4,53 2,60 4,43 2,43
Tw I 7,46 3,55 1,01 0,99 0,63 0,15 0,59 0,71
Sumbangan Inflasi YOY 2011 2012 Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 6,26 4,87 4,27 3,97 4,62 4,50 2,16 1,19 0,97 0,91 1,39 1,53 1,08 1,13 1,02 0,92 1,16 1,24 1,04 0,65 0,66 0,57 0,70 0,67 0,51 0,92 0,60 0,61 0,42 0,27 0,21 0,18 0,18 0,13 0,08 0,11 0,62 0,63 0,63 0,58 0,56 0,41 0,71 0,25 0,39 0,29 0,33 0,32
Tw IV 4,50 1,32 1,24 0,74 0,31 0,12 0,40 0,42
Sumber: BPS, data diolah
Pendorong inflasi pada triwulan ini adalah kenaikan harga pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 2,43% (yoy), kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar (6,71%), kelompok sandang (4,53%) serta kelompok kesehatan (4,53%). Adanya deflasi pada kelompok bahan makanan dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga menjadi penahan laju inflasi pada periode laporan. Sisanya, yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
45
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI Grafik 2.30 2.30 Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan Makanan Tahun 2011 - 2012
Grafik 2.3 2.31 Inflasi (yoy) Kelompok Makanan Jadi, Minuman & Tembakau Inflasi yoy (%)
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
8,00
BAHAN MAKANAN
20,00
Umum
10,00 Bahan Makanan
MAKANAN JADI, MINMAN, ROKOK & TEMB
16,00
6,00
12,00
4,00 2,00 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
0,00
8,00 4,00
Perumahan, Air, Listri k, Gas & BB
Kesehatan
Sandang
Sumber : BPS, (data diolah)
0,00 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112 2010
Inflasi (yoy) Desember 2011 Inflasi (yoy) Desember 2012
2011
2012
Sumber: BPS (diolah)
Sumber : BPS, (data diolah)
Selama triwulan laporan, perkembangan dua kelompok barang utama penyumbang inflasi di Jawa Timur menunjukkan perkembangan yang berbeda, yaitu kelompok bahan makanan cenderung menurun, sedangkan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami peningkatan. Sementara itu, telah disebutkan sebelumnya, pendorong penurunan kelompok bahan makanan berasal dari sub kelompok sayur-sayuran yang mengalami deflasi sebesar -2,43% (yoy), sub kelompok ikan diawetkan (-1,61%) serta sub kelompok lemak dan minyak (-0,31%). Di sisi lain, pendorong kenaikan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau berasal dari sub kelompok makanan jadi yang mengalami inflasi sebesar 4,43% (yoy) dan sub kelompok minuman yang tidak beralkohol (9,72%). Grafik 2.3 2.32 Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan Makanan Tahun 2011-2012
Grafik 2.3 2.33 Inflasi (yoy) Kelompok Makanan Jadi, Minuman & Tembakau Makanan Jadi 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 -2,00
Padi-padian, Umbi-… 20,00 Bahan Makanan … Daging dan Hasil-… 10,00 Lemak dan Minyak Bumbu - bumbuan
0,00 -10,00 -20,00 -30,00 -40,00
Buah - buahan Kacang - kacangan
Sumber : BPS, (data diolah)
Ikan Segar Ikan Diawetkan Telur, Susu dan … Sayur-sayuran
Inflasi (yoy) Desember 2011 Inflasi (yoy) Desember 2012
Tembakau dan Minuman Beralkohol
Sumber : BPS, (data diolah)
Minuman yang Tidak Beralkohol
Inflasi (yoy) Desember 2011 Inflasi (yoy) Desember 2012
2.5. INFLASI MENURUT KOTA Pada triwulan IV-2012, 7 (tujuh) kota di Jatim yang masuk dalam perhitungan inflasi nasional secara umum menunjukkan perlambatan laju inflasi triwulanan. Tercatat, inflasi tertinggi pada periode laporan terjadi di kota Malang dengan inflasi sebesar 1,15% (qtq) Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
46
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
sedangkan terendah terjadi di kota Madiun (0,50%). Searah dengan perlambatan inflasi Jawa Timur, ketujuh kota yang termasuk dalam penghitungan inflasi nasional pun berada pada level inflasi yang lebih rendah dibandingkan triwulan III-2012. Tabel 2.8 2.8 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur
WILAYAH Tw I 0,99 1,25 0,72 -0,15 0,80 0,10 1,20 0,81
Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun Sumber:
Inflasi Triwulan (qtq) 2011 2012 Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 0,26 2,05 0,92 0,68 0,89 1,93 0,91 0,34 2,23 0,84 0,73 0,82 1,83 0,91 0,24 1,92 1,13 0,46 0,86 2,05 1,15 0,52 2,20 1,03 0,53 1,20 2,40 0,43 -0,76 1,37 1,00 0,84 0,84 1,65 1,09 0,87 1,59 1,57 0,97 1,21 2,17 0,61 0,30 1,62 0,61 0,63 1,73 2,49 0,92 0,03 1,73 0,89 0,68 0,58 1,71 0,50
Tw I 7,46 8,00 6,42 5,98 7,97 6,31 7,19 6,51
Inflasi Tahunan (yoy) 2011 2012 Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 6,26 4,87 4,29 3,97 4,62 4,50 4,50 6,98 5,22 4,73 4,19 4,69 4,29 4,37 5,37 4,71 4,07 3,80 4,44 4,58 4,60 4,48 4,45 3,64 4,34 5,06 5,26 4,63 5,04 4,03 2,42 2,46 4,12 4,40 4,49 5,70 3,57 4,19 5,10 5,46 6,06 5,06 5,59 3,71 3,78 3,19 4,66 5,55 5,88 5,32 4,65 3,49 3,36 3,93 3,91 3,51
BPS, Data diolah.
Sebagaimana diinformasikan sebelumnya, inflasi tahunan Jawa Timur berada relatif stabil yaitu pada level 4,50% (yoy). Stabilitas ini terbentuk dari variasi naik turunnya inflasi di 7 (tujuh) kota yang termasuk dalam penghitungan inflasi nasional. Beberapa kota mengalami peningkatan tekanan inflasi (lihat tabel 2.8) yang secara berurutan berdasarkan bobotnya meliputi Surabaya (4,37% - yoy), Malang (4,60%), Jember (4,49%) dan Probolinggo (5,88%). Sisanya yaitu Kediri, Sumenep dan Madiun mengalami penurunan harga cukup dalam. Grafik 2.34 2.34 Perbandingan Inflasi Year on Year(yoy) 7 Kota di Jawa Timur 6,50
Pada
akhir
tahun
2012,
kota
yang
mengalami inflasi tahunan tertinggi adalah Probolinggo sebesar 5,88% (yoy). Tekanan
% (yoy) Probolinggo 5,88
6,00
inflasi Kota Probolinggo meningkat sejak
5,50 5,00
Agustus 2012 dan terus bertahan di atas
Kediri 4,63 Malang 4,60
Sumenep 5,06
4,50 4,00
level 5,50% (yoy) hingga akhir tahun.
Jatim 4,50 Surabaya 4,37
Jember 4,49
Berdasarkan
kelompoknya,
inflasi
di
3,50
sepanjang tahun didorong oleh kenaikan
Madiun 3,51 3,00 3,00 3,50 4,00 Sumber : BPS Jatim (diolah)
4,50
5,00
5,50
6,00
6,50
harga pada kelompok bahan makanan.
Di sisi lain, rendahnya inflasi di kota Madiun dibandingkan kota-kota lainnya di Jatim terutama disebabkan rendahnya inflasi kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dibandingkan kota lainnya. Informasi yang diperoleh dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Kediri, terkait beberapa hal yang mendorong rendahnya inflasi tersebut adalah karena minimnya tekanan dari sisi penawaran sebagai dampak kelancaran arus distribusi barang serta meningkatnya produksi komoditas tanaman pangan dibandingkan tahun 2011.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
47
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI Tabel 2.9 2.9 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan IV IV -2012 2012 (% yoy) yoy )
KELOMPOK BARANG
Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun
UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN,ROKOK PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN
4.63 6.14 6.32 3.24 6.27 1.83 6.26 1.86
4.69 5.85 7.00 3.33 6.43 1.51 6.32 2.07
4.44 6.91 4.96 1.89 4.61 1.71 7.26 2.53
5.06 6.32 7.96 3.89 6.76 3.93 5.55 1.37
4.12 5.27 4.58 5.52 5.37 0.25 4.09 0.73
5.46 9.22 4.82 3.17 8.30 5.88 4.96 0.31
4.66 7.14 5.17 2.46 9.94 2.02 7.11 0.90
3.93 5.32 4.72 3.48 5.37 2.88 5.88 0.77
Sumber : BPS, data diolah.
Sementara itu, berdasarkan kelompok barang penyumbang inflasi, sumber tekanan inflasi di ketujuh kota cenderung beragam (tabel 2.8). Kelompok bahan makanan memberikan sumbangan inflasi tertinggi di kota Malang, Jember, Sumenep, Probolinggo dan Madiun. Sedangkan inflasi di kota Surabaya dan Kediri, terutama disumbang oleh kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau. Tabel 2.10 2.10 Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang & Jasa Triwulan IV-2012 (% YOY)
KELOMPOK BARANG
Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun
UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN,ROKOK PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN
4.58 1.19 1.04 0.61 0.38 0.08 0.53 0.30
4.69 1.10 1.14 0.61 0.40 0.07 0.55 0.36
4.44 1.44 0.91 0.34 0.23 0.06 0.67 0.35
4.64 1.12 1.40 0.81 0.35 0.18 0.42 0.23
4.12 1.16 0.60 1.01 0.36 0.00 0.26 0.10
5.46 2.39 0.72 0.60 0.62 0.25 0.27 0.08
4.66 1.32 0.81 0.56 0.65 0.09 0.44 0.13
3.93 1.29 0.68 0.66 0.38 0.12 0.33 0.12
Sumber : BPS, data diolah.
2.5 DISAGREGASI INFLASI Berdasarkan faktor-faktor penyebabnya (disagregasi), inflasi tahunan Jatim didorong oleh peningkatan harga kelompok volatile foods dan kelompok inflasi inti masing-masing pada level 6,55% (yoy) dan 4,27%, sedangkan kelompok administered price berada pada level yang lebih rendah yaitu sebesar 2,96%. Grafik 2.3 2.36 Perbandingan Inflasi Jatim & Rata-Ratanya(yoy)
Grafik 2.3 2.35 Inflasi Jatim per Komponen (yoy) 25,00 % (yoy)
umum
Volatile food
Adm Price
Volatile Food
Core Inflation
12,00 10,00
20,00
8,00 6,00
15,00
4,00 2,00 10,00
0,00
5,00
Core Inflation
Administered Price
0,00 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 -5,00
2009
2010
2011
2012
inflasi (yoy) Des '12
inflasi (yoy) rata-rata 08-12
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
48
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Grafik 2.3 2.38 Disagregasi Inflasi (mtm) Jawa Timur
Grafik 2.3 2.37 Perbandingan – Disagregasi Inflasi Jawa Timur 8,00
1,80
(% ,mtm) Umum
1,67 1,51
1,60
Volatile food
Adm Price
Core Inflation
6,00
1,40 1,20 4,00
1,00 0,80
0,40 0,20
2,00
0,51
0,60 0,18
0,19 0,00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
0,00 Inflasi Des'12
Rata-rata inflasi Des' 07-12
Inflasi Des'12
Core Inflation SSumber: BPS Jatim (diolah)
0,01
Rata-rata inflasi Des' 07-12
Administered Price
Inflasi Des'12
Rata-rata inflasi Des' 07-12
Volatile Food
-2,00
2009
2010
2011
2012
-4,00 Sumber: BPS (diolah)
Selanjutnya, berdasarkan disagregasinya, rata-rata inflasi bulanan Jatim terutama didorong oleh peningkatan harga kelompok volatile foods dan kelompok inflasi inti masingmasing pada level 1,65% dan 0,33%, sedangkan kelompok administered price mengalami inflasi 0,15%. Namun demikian bila dibandingkan dengan rata-ratanya, pencapaian level kelompok inflasi volatile food pada Desember 2012 sedikit lebih rendah dibandingkan ratarata inflasi selama 5 (lima) tahun terakhir (lihat grafik 2.37), yang berada pada level 1,76% (mtm). Sedangkan dua kelompok lainnya, yaitu kelompok inflasi inti dan kelompok
administered price lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi selama 5 (lima) tahun terakhir (lihat grafik 2.37), yang berada pada level 0,22% (mtm) dan -0,07%. Berbeda dengan periode sebelumnya, pada kelompok volatile food tercatat sub kelompok daging dan hasilhasilnya menyumbang kenaikan inflasi cukup tinggi. Sedangkan penurunan harga emas perhiasan pada periode laporan turut menekan laju inflasi kelompok inflasi inti pada periode laporan, meskipun masih berada pada level yang cukup tinggi dibandingkan kelompok
administered price. Masih sama dengan periode sebelumnya, fluktuasi harga pada kelompok volatile food dominan mendorong laju inflasi Jatim. Namun sedikit berbeda dengan periode sebelumnya, tekanan inflasi kali ini berasal dari sub kelompok daging dan hasil-hasilnya (0,56% - mtm), diikuti sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya (0,28%) serta sub kelompok ikan segar (0,28%).
Sedikit berbeda jika dibandingkan dengan rata-rata inflasi periode Desember
selama 5 (lima) tahun terakhir, faktor pendorong inflasi kelompok ini disebabkan oleh sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya (0,62% - mtm), sub kelompok bumbubumbuan (0,56%) dan sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya (0,21%).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
49
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Fenomena peningkatan harga komoditas pada kelompok volatile food pada umumnya dipicu oleh faktor musiman akibat meningkatnya permintaan sebagai respon masyarakat atas beberapa momentum perayaan seperti Natal dan Tahun Baru. Khusus untuk komoditas daging sapi, tren kenaikan harga di sepanjang triwulan IV-2012 dipicu oleh berkurangnya pasokan sapi lokal, khususnya dari sentra produksi di Indonesia Timur. Namun demikian, laju inflasi kelompok volatile food cukup tertahan oleh deflasi beberapa komoditas, seperti minyak goreng, gula pasir dan bawang putih. Di akhir tahun 2012, tekanan inflasi di Jatim yang berasal dari faktor fundamental atau inflasi inti tercatat sebesar 4,27% (yoy), atau menurun dibanding akhir tahun 2011 yang tercatat sebesar 5,26%. Secara umum tekanan inflasi inti di awal tahun 2012 berasal dari faktor eksternal maupun internal. Ketidakpastian ekonomi Amerika dan Eropa mempengaruhi ekspektasi pelaku ekonomi. Hal ini mendorong fluktuasi harga komoditas internasional sebagai respon atas arah kebijakan pemerintah Amerika Serikat untuk mengetatkan anggaran belanja dan kenaikan pajak (fiscal cliff). Sementara itu kondisi
output gap yang menunjukkan kesenjangan antara sisi permintaan dan penawaran pada periode laporan diestimasikan berada pada kondisi yang cukup baik. Pasca meningkatnya permintaan pada periode Hari Raya Idul Fitri pada triwulan III-2012, respon permintaan masyarakat Jawa Timur diperkirakan mengalami perlambatan, yang kemudian direspon dengan baik oleh sisi penawaran/sektor produksi. Hal ini turut dikonfirmasi oleh membaiknya tingkat kapasitas utilisasi dunia usaha berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jatim pada Tw IV-2012 yang masih berada pada level 70%, yaitu dari sebelumnya 73,73% menjadi 75,66% dari kapasitas terpasangnya.
Grafik 2.39 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah 90
Kurs Tukar Rupiah 80.1
80
77.7 74.9
75.1
%
71.5 70.0
70
67.2
60
73.9
74.3
73.2
74.5
78.1 78.5
73.3 70.7
69.8 63.4
69.3
64.2 63.3
56.9 50
Sumber: Kurs Tengah Bank Indonesia
1-Jun-12
1-Apr-12
1-May-12
1-Mar-12
1-Jan-12
1-Feb-12
1-Dec-11
1-Nov-11
1-Oct-11
1-Sep-11
40
1-Aug-11
1-Jul-11
1-Jun-11
9800 Rp/ 1 USD 9600 9400 9200 9000 8800 8600 8400 8200 8000
Grafik 2.4 2.40 Perkembangan Capacity Utilization
30
I
II
III
2006
IV
I
II
III
2007
IV
I
II
III
2008
IV
I
II
III
2009
IV
I
II
III
2010
IV
I
II
III
2011
IV
I 2012
Sumber Survei Kegiatan Dunia Usaha
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
50
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Grafik 2.4 2.41 Perkembangan Harga Minyak Internasional
Grafik 2.4 2.42 Perkembangan Harga CPO USD/Barel
USD/Barel
120 110 100 89,51 90 80 70 60 50 40 30
1.430
110,04 93,75
1.143,28
1.230,20
1.230 733,88
1.030
82,29
88,15 830 679,11
630 430 230
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1
30 1
Sumber : Bloomberg
2011
2012
2013
2
3
4
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
2011
Sumber : Bloomberg
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2013
2012
Grafik 2.4 2.44 Perkembangan Harga Karet
Grafik 2.4 2.43 Perkembangan Batu Bara USD Cent / Kg
USD / Metrik Ton
600
90
550
80 70
5
527,33
500
76,16
450
68,08
60 50
400
57,01
40
350
30
300
20
322,47 360,65 303,62
250
10
200
-
150
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2011
2012
2013
Sumber : Bloomberg
2013
2012
Sumber : Bloomberg
Tabel 2.11 2.11 Perkembangan Capacity Utilization Industri pengolahan No 1
2
3
4
SEKTOR REALISASI PERTANIAN, PERKEBUNAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN A. Tanaman Pangan B. Tanaman Perkebunan C. Peternakan dan Hasil - hasilnya D. Kehutanan E. Perikanan PERTAMBANGAN A. Minyak dan gas bumi B. Pertambangan tanpa migas C. Penggalian INDUSTRI PENGOLAHAN A. Industri Non Migas 1. Makanan, minuman dan tembakau 2. Tekstil, barang kulit dan alas kaki 3. Barang kayu dan hasil hutan lainnya 4. Kertas dan barang cetakan 5. Kimia dan barang dari karet 6. Semen dan barang galian bukan logam 7. Logam dasar, besi dan baja 8. Alat angkutan, mesin dan peralatannya 9. Barang Lainnya B. Industri Migas LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH A. Listrik B. Gas C. Air bersih TOTAL SELURUH SEKTOR
Tw I
Tw II
2010 Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
2011 Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
2012 Tw III
Tw IV
72,84 84,75 55,92 87,50 0,00 79,49 70,00 0,00 50,00 80,00 68,16
69,66 71,56 62,22 88,33 0,00 67,61 55,13 0,00 0,50 73,33 71,51
79,71 73,61 88,75 85,63 0,00 76,43 75,00 0,00 100,00 50,00 73,29
74.69 73.33 72.50 86.67 0,00 72.62 75.00 0,00 75.00 0,00 74.41
74.47 81.56 59.44 75.88 0,00 77.93 78.33 0,00 75.00 80.00 73.80
72.17 68.00 70.47 83.75 0,00 83.22 68.33 0,00 80.00 62.50 74.85
74.82 71.94 74.38 85.86 100.00 66.94 61.67 0,00 80.00 52.50 74.26
80.32 69.00 85.08 86.88 0,00 87.84 100.00 0,00 100.00 0,00 77.32
84,38 91,47 72,50 88,40 0,00 86,25 91,43 0,00 80,00 93,33 74,44
79,20 78,93 69,57 89,44
70.71 69.24 62.01 83.89
79,43 81,33 67,17 92,22
86,96 92,14
76.00 86.25
80,01 81,67
70,00 95,83 76,54
80.00 87.14 73.56
75,00 83,00 74,22
64,84 81,53 53,07 67,80 73,24 98,50 63,93 78,00 64,18
70,88 74,19 63,23 76,38 78,47 73,00 68,23 76,25 66,00
73,79 77,03 58,15 83,57 76,13 100,00 69,71 76,67 72,13
71.00 74.26 61.73 89.56 87.11 80.00 76.45 72.50 73.57
73.98 80.11 59.67 83.63 80.91 90.00 73.17 64.63 67.13
75.38 74.37 65.81 86.38 83.54 99.00 68.67 73.13 68.00
74.40 78.37 56.73 71.63 83.86 92.33 74.29 73.57 69.55
77.40 78.98 59.91 84.14 87.23 80.00 77.64 80.00 71.88
76,06 77,94 65,45 77,57 80,29 75,50 68,00 73,57 67,80
71,82 85,15 71,25 84,67 81,31 90,00 71,97 80,00 67,92
76.11 77.59 60.44 74.00 81.23 63.33 52.50 79.43 71.73
71,93 75,43 73,90 85,86 82,45 57,78 81,13 70,00
83,82 0,00 0,00 83,82
68,71 67,50 75,00 67,75
61,36 26,67 100,00 70,71
72.29 82.50 0,00 69.74
64.56 35.00 80.00 70.99
64.83 45.00 0,00 69.79
78.49 46.50 81.67 86.27
76.06 66.25 72.00 81.78
82,99 95,00 75,00 81,99
67,69 44,31 69,33 72,33
79.08 75.00 82.00 79.67
72,01 44,25 72,00 78,18
69,49
70,71
73,89
74,31
73,26
73,64
74,47
78.14
78,53
77,09
73.73
75,66
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
51
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Grafik 2.4 2.45 Perbandingan Komponen Infasi Inti 2,50
INTI
(%, mtm)
Inti - Tradeable (Barang)
2,00
Inti - Non Tradeable (Jasa) 1,50 1,00 0,50 0,00 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 -0,50 2011
2012
Sumber: BPS (diolah) Sumber : BPS, data diolah.
Berdasarkan komponen pembentuknya, penurunan inflasi inti terutama disebabkan oleh penurunan inflasi pada kedua kelompok pembentuknya, yaitu inflasi inti tradeable (barang) dan inflasi inti non tradeable (jasa). Minimnya tekanan inflasi kelompok inti pada periode laporan menjadi salah satu faktor terbentuknya stabilitas inflasi, yang terjaga pada kisaran 0,30% s.d 0,35% (mtm). Jika dibandingkan antara komponen pembentuknya, terdapat peningkatan sumbangan
imported inflation yang tercermin pada laju inflasi barang lebih tinggi dibandingkan inflasi jasa, masing-masing sebesar 0,27% (mtm) dan 0,23%. Berdasarkan data historisnya, pola ini biasa terbentuk di akhir tahun seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat pada komponen inflasi barang dibandingkan jasa. Klasifikasi inflasi kelompok inti berdasarkan pengelompokan barang pabrik (kelompok inti - manufacturing good) dan jasa (kelompok inti - services) pada grafik 2.49 mengindikasikan bahwa tekanan inflasi kelompok jasa mengalami peningkatan dibandingkan kelompok barang pabrik, yang dipicu oleh tingginya kenaikan harga tarif angkutan udara. Selanjutnya, klasifikasi kelompok inflasi barang untuk makanan (Core Inflation Traded – Food) dan selain makanan (Core Inflation Traded – Non Food) menunjukkan bahwa inflasi kelompok non food lebih tinggi dibandingkan food, karena minimnya tekanan harga pada kelompok ini, khususnya pada sub kelompok ikan yang diawetkan dan kelompok sayursayuran. Minimnya tekanan harga emas perhiasan pada periode laporan turut mendukung terbentuknya level inflasi inti yang menyerupai pada level inflasi inti selain komoditas emas.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
52
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI Grafik 2.4 2.47 Perkembangan Inflasi Inti – Exclude Gold Price
Grafik 2.4 2.46 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable 2,50
INTI Inti - Tradeable (Barang) Inti - Non Tradeable (Jasa) Core -Exc. Gold
(%, mtm)
2,00 1,50
1,40
(%, mtm)
INTI Core -Exc. Gold
1,20 1,00 0,80 0,60
1,00
0,40 0,50
0,20 0,00
0,00 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
-0,20
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
-0,50 2011
2011
2012
Sumber : BPS, data diolah.
Sumber : BPS, data diolah.
Grafik 2.49 2.49 Perkembangan Inflasi Inti – Exclude Gold Price
Grafik 2.48 2.48 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable 2,00
(%, mtm)
2012
TRADED
Food
Non Food
3,00
MANUFACTURING GOOD SERVICES
(%, mtm)
2,50
1,50
2,00 1,00
1,50 1,00
0,50 0,50 0,00
0,00 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 -0,50
2011
Sumber : BPS, data diolah.
2012
-0,50 -1,00
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2011
2012
Sumber : BPS, data diolah.
Sementara itu, analisis lebih lanjut mengenai inflasi kelompok inti barang (konstruksi) mengindikasikan minimnya tekanan inflasi pada kelompok ini. Kondisi ini berbanding terbalik dengan inflasi kelompok inti jasa (konstruksi) yang meningkat tinggi akibat kenaikan upah buruh bukan mandor pada periode laporan. Ekspektasi inflasi masyarakat (yang tercermin dari hasil survei konsumen) juga masih menjadi faktor pendorong inflasi inti, baik pada ekspektasi harga 3 (tiga) dan 6 (enam) bulan yang akan datang (lihat grafik 2.53).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
53
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Grafik 2.51 2.51 Perkembangan Inflasi Non Traded – Konstruksi dan Non Konstruksi
Grafik 2.50 2.50 Perkembangan Inflasi Traded – Konstruksi dan Non Konstruksi 2,00
2,50
TRADED
NON TRADED
Core Traded-Konstruksi 1,50
Core Traded-Non Konstruksi
Core Non Traded-Konstruksi
2,00
Core Non Traded-Non Konstruksi 1,50
1,00
1,00
0,50
0,50 0,00 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
0,00
-0,50 2011
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012
-0,50 2011
-1,00
Grafik 2.5 2.53 Ekspektasi Harga yang Akan Datang
Grafik 2.5 2.52 Indeks Keyakinan & Ekspektasi Konsumen Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
160
2012
Sumber BPS, data diolah. Sumber: BPS:(diolah)
Sumber : BPS, Sumber: BPS (diolah)data diolah.
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
210
Indeks
200 Indeks
140
190
120
180
100
170
80
160
60
150
40
140
20
130
Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yang akan datang Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yang akan datang
120
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 2008
Sumber: Hasil Survei Konsumen BI (diolah)
2009
2010
Sumber : BPS, data diolah.
2011
2012
123456789101 1 2123456789101 1 2123456789101 1 2123456789101 1 2123456789101 1 2 2008
2009
2010
2011
2012
Sumber: Hasil Survei Konsumen BI (diolah) Sumber : BPS, data diolah.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
54
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Boks 3 Dampak Kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) 2013 terhadap Inflasi di Jawa Timur Pemerintah mengambil kebijakan untuk melakukan penyesuaian TTL 2013 yang akan dilaksanakan secara bertahap per tiga bulan dituangkan melalui Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 30 Tahun 2012 seiring dengan rencana pemerintah untuk menurunkan subsidi listrik pada APBN 2013. Secara umum, karakteristik pelanggan
Pangsa Pelanggan PLN di Jawa Timur 3%
1%
listrik kelompok rumah tangga di Jawa
0%
Timur
7%
52%
37%
450 900 1.300 2.200 3.500-5.500 6.600 keatas
didominasi
oleh
pelanggan
kelompok rumah tangga dengan pangsa mencapai 92,73%, dan didominasi oleh golongan tarif ≤900VA yang mencapai 89% dari total pelanggan rumah tangga.
sumber: PLN
Data ini cukup besar bila dibandingkan dengan pelanggan rumah tangga dengan
golongan tarif ≤900VA dalam skala nasional yang mencapai 55,5%. Hal ini menunjukkan bahwa subsidi listrik dari pemerintah sudah dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat di Jawa Timur. Berdasarkan perhitungan, dengan mengacu pada penyesuaian TTL 2013 maka diperkirakan dampak langsung kenaikan TTL terhadap inflasi di Jawa Timur rata-rata sebesar 0,02 setiap triwulan, atau sebesar 0,07 selama tahun 2013. Sementara itu, dampak tidak langsung atas 3
kenaikan TTL tersebut diperkirakan akan meningkatkan inflasi dalam kisaran 0,20-0,30% , sehingga total kenaikan inflasi atas dampak langsung dan tidak langsung mencapai 0,270,37%. Tabel 1 Perhitungan Dampak Dampak Kenaikan TTL terhadap Inflasi di Jawa Timur
No.
Gol Tarif Rumah Tangga (VA)
1 450 2 900 3 1.300 4 2.200 5 3.500-5.500 6 6.600 keatas Total
3
Jumlah Pelanggan
3.835.656 2.685.167 529.566 195.716 68.164 17.249 7.331.518
Pangsa (%) 1 52,32 36,62 7,22 2,67 0,93 0,24 100
Harga Awal (Rp/kwh) 415 605 790 795 890 1.330
Harga 1 Jan-31 Mar (Rp/kwh)
Harga 1 Apr-30 Jun (Rp/kwh)
415 605 833 843 948 1.336
415 605 879 893 1009 1.342
Harga 1 Jul-30 Sep (Rp/kwh) 415 605 928 947 1075 1.347
Harga mulai 1 Okt (Rp/kwh) 415 605 979 1004 1145 1.352
Total Kenaikan (%) 2 0,00% 0,00% 23,92% 26,29% 28,65% 1,65% 13,42%
Bobot Listrik di IHK (%) 3 2,64% 2,64% 2,64% 2,64% 2,64% 2,64%
Total Sumbangan Inflasi 0,00 0,00 0,05 0,02 0,01 0,00 0,07
Berdasarkan estimasi yang dilakukan oleh DKM/BRE Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
55
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
BOKS 4 KETAHANAN PANGAN JAWA TIMUR Ketahanan pangan n merupakan salah satu isu paling strategis dalam da pembangunan nasional karena terkait era rat dengan ketahanan sosial, stabilitas politik,, ketahanan nasional serta stabilitas ekonomi. As Aspek fundamental dalam membangun ketahaanan pangan adalah ketersediaan pangan dal alam jumlah dan kualitas yang memadaii khususnya melalui perbaikan manajemen cad adangan pangan. Bagi Bank Indonesia, terc rcapainya ketahanan pangan berperan sangat p penting khususnya dalam rangka pencapaian target t pengendalian inflasi. ur sebagai salah satu lumbung pangan nasio ional memiliki peran Provinsi Jawa Timu penting dalam ketahanan n pangan nasional. Tercatat pada tahun 2012 2 produksi beras dari Jawa Timur mencapai 17% 7% dari produksi beras nasional atau setara dengan d 12,043 juta gabah kering giling. Nam amun demikian Jawa Timur masih harus tetap mewaspadai pertumbuhan penduduk ya yang cukup tinggi serta kompleksitas pola perda rdagangan komoditas pangan baik di tingkat nasi sional maupun global. Grafik 1.1 Produktivitas Padi Jawa Timur
sa pemetaan kondisi Terkait dengan haal tersebut di atas, berdasarkan hasil analisa pangan terhadap 5 (lima)) komoditas yaitu beras, bawang merah, caba bai merah, gula pasir dan minyak goreng diketah tahui bahwa pengaruh spasial atau jarak dari sa satu kabupaten kota ke kota lain di Jawa Timu ur berpengaruh terhadap pembentukan harg rga. Kondisi tersebut mengindikasikan peran perdagangan p antar daerah (jarak) yang cukup cu tinggi dalam pembentukan harga di Jaw wa Timur. Beberapa faktor la lain yang mempengaruhi harga komoditas pan angan utama di Jawa Timur adalah pendapatan n perkapita, curah hujan dan harga barang ko omplementer. Selain itu, pergerakan harga yan ang mencerminkan surplus defisit beras di w wilayah Jawa Timur searah dengan pergerakan n surplus defisit DKI Jakarta dan Surabaya sebag agai benchmark atau acuan harga. Pergerakan n surplus defisit komoditas pangan dapatt diketahui dengan
Kajian Ekonomi Regionall Provinsi Jawa Timur Triwu ulan IV – Tahun 2012
56
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
pendekatan harga, denga gan asumsi bahwa tingginya harga mencerm minkan keterbatasan stock dan sebaliknya. Grafik 1.2 Tendensi Surplus Defisit Beras as Ja Jawa Timur
gangan antar daerah, Terkait dengan pola perdaga sebagian
besar
petani
di
Jawa
Timur
menggunakan modal sendir iri untuk membiayai kegiatan usaha tani. Sela elain mencerminkan kemandirian keuangan, kon ondisi tersebut juga dapat
diartikan
bahwa
penyaluran
kredit
kepada sektor pertanian mas asih belum optimal. Sebagian besar petani daan pedagang serta tur sebagai penunjang perdagangan antar dae aerah di Jawa Timur menilai kondisi infrastruktu (jalan, pelabuhan dan ba bandara) berada dalam kondisi cukup baikk untuk menunjang kegiatan perdagangan Selanjutnya, dispari aritas atau perbedaan harga yang tercermin dar ari derajat perbedaan atau koefisien variasi harga rga Jawa Timur terhadap Jakarta secara umum m menunjukkan tren peningkatan dari waktu ke waktu. Hal tersebut mengindikasikan tingka kat variabilitas harga relatif terhadap Jakarta se semakin melebar. Artinya, ketahanan pangan n Jawa Timur cukup kuat sehingga tidak terlalu lu bergantung pada daerah lain.
Kajian Ekonomi Regionall Provinsi Jawa Timur Triwu ulan IV – Tahun 2012
57
Bab 3
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
3
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Pada triwulan I V-2012, perbankan (Bank Umum dan BPR) di Jawa Timur masih
menunjukkan perkembangan kinerja yang positif, positif, tercermin dari indikator total aset, kredit dan Dana Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh dengan baik baik serta tingkat risiko kredit yang dicerminkan oleh rasio Non Performing Loan (NPL) terjaga di bawah 5%. 5% Aset Bank Umum dan BPR tumbuh sebesar 20,79% (yoy) dengan penyaluran utama pada kredit. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit Bank Umum dan BPR yang mencapai 26,18% (yoy) dan diiringi oleh kualitas kredit atau rasio NPL yang terjaga di kisaran 2,68%. Berlawanan dengan kredit yang tumbuh positif pada triwulan laporan, DPK justru mengalami penurunan sehingga mendorong peningkatan
Loan to Deposit Ratio (LDR) dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencerminkan fungsi intermediasi perbankan meningkat. Peningkatan fungsi intermediasi tersebut terutama didorong oleh terjaganya kondisi perekonomian nasional dan daerah. Dengan mempertimbangkan tren pertumbuhan kredit yang terus meningkat dan bahkan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, maka peluang sumbangan sektor perbankan atas peningkatan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur diperkirakan akan meningkat. Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Jawa Timur INDIKATOR BANK UMUM DAN BPR
2011
2012
TW I
TW II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
262.29
276.41
287.12
299.63
311.21
330.24
350.68
361.92
15.30
15.87
16.43
17.33
18.65
19.47
22.13
20.79
2.71
5.38
3.88
4.36
3.86
6.11
6.19
3.21
218.52
228.35
235.87
252.42
256.99
266.63
278.40
293.98
12.45
13.85
14.70
16.37
17.60
16.77
18.03
16.46
0.74
4.50
3.29
7.02
1.81
3.76
4.41
5.60
165.41
176.37
184.37
194.50
197.91
215.64
229.31
245.42
22.05
19.71
20.45
22.07
19.65
22.26
24.38
26.18
3.81
6.63
4.53
5.49
1.75
8.96
6.34
7.02
LDR (%)
75.69
77.24
78.16
77.05
77.01
80.87
82.37
83.48
NPL (%)
3.41
3.59
3.50
2.92
3.00
2.77
2.68
1.94
Total Aset (Triliun Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq %) Dana Pihak Ketiga (Triliun Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq) Kredit (Triliun Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq)
Tw III
Tw IV
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Perkembangan sistem pembayaran pembayaran di wilayah Jawa Timur (KPwBI Surabaya, KPwBI Malang, KPwBI Jember dan KPwBI Kediri) pada triwulan IV -2012 menunjukkan perlambatan untuk transaksi tunai, sedangkan transaksi nonnon-tunai menunjukkan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
58
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
peningkatan. peningkatan. Transaksi tunai mengalami net-outflow sebesar Rp1,53triliun dan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Disisi lain, transaksi non-tunai melalui sistem BI-RTGS dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.
3.1.
PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM Sejalan dengan kinerja perbankan (Bank Umum dan BPR), kinerja Bank Umum di Jawa
Timur pada triwulan IV-2012 tetap menunjukkan perkembangan positif dan mencerminkan pelaksanaan fungsi intermediasi yang berjalan dengan baik. Peningkatan kinerja Bank Umum di Jawa Timur tersebut tercermin dari pertumbuhan total aset, DPK dan kredit (masing-masing sebesar 20,75%, 16,39% dan 26,28%). Pertumbuhan kredit selama tahun 2012 tercatat cukup tinggi meskipun masih berada di bawah pertumbuhan kredit nasional yang tercatat 23,18% (yoy). Sementara itu sejalan dengan kinerja perbankan di Jawa Timur, DPK bank umum cenderung mengalami perlambatan sehingga mendorong turunnya pertumbuhan aset dibandingkan triwulan sebelumnya. Meskipun demikian rasio LDR masih cukup tinggi yaitu sebesar 82,84%, sementara rasio NPL dapat ditekan menjadi 2,60% atau turun dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 2,64%. Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur
INDIKATOR BANK UMUM Total Aset (Juta Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq %) Dana Pihak Ketiga (Juta Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq) Kredit (Juta Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq) LDR (%) NPL (%)
Tw I 256.43 15.86 2.72 214.94 12.48 0.83 161.12 22.23 3.81 74.96% 3.36
2011 Tw II 270.26 22.42 5.39 224.62 13.73 4.56 171.76 19.50 6.59 76.46% 3.55
Tw III 280.75 20.87 4.34 232.03 15.63 3.23 179.54 20.65 4.53 77.38% 3.47
Tw IV 292.82 17.30 3.84 248.38 16.43 6.98 189.65 22.18 5.63 76.35% 2.89
Tw I 304.22 18.64 3.89 252.81 17.62 1.78 192.75 19.63 1.64 76.25% 2.96
2012 Tw II 322.89 19.48 10.73 262.25 16.75 6.43 210.06 22.30 12.66 80.10% 2.73
Tw III 342.66 22.05 6.12 273.66 17.94 4.35 223.51 24.49 6.40 85.07% 2.64
Tw IV 353.60 20.75 3.19 289.09 16.39 5.64 239.48 26.28 7.15 82.84% 2.60
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Grafik berikut menunjukkan kinerja Bank Umum di Jawa Timur yang stabil dan secara konsisten tumbuh selama 3 (tiga) tahun terakhir.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
59
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 3.1 Perkembangan LDR
Grafik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank
Berdasarkan grafik 3.1 di atas, tampak bahwa tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum selama periode 2010 hingga triwulan IV-2012 menunjukkan tren meningkat secara konsisten dan berada di kisaran 80% s.d. 85%. Peningkatan ini utamanya didorong oleh rata-rata
pertumbuhan
kredit
yang
lebih
tinggi
daripada
DPK.
Kedepan,
dengan
mempertimbangkan peluang atas pertumbuhan kredit perbankan yang masih tinggi untuk mengakomodasi peningkatan pertumbuhan ekonomi, diharapkan LDR dapat mencapai kisaran 85% s.d. 90% sehingga dapat mengoptimalkan fungsi intermediasi perbankan namun tetap memiliki tingkat likuiditas yang memadai. Berdasarkan kelompok bank, rasio LDR terbesar masih didominasi oleh kelompok Bank Pemerintah dengan LDR sebesar 100,69%, diikuti oleh kelompok Bank Asing sebesar 91,38% dan Bank Swasta sebesar 67,45% (grafik 3.2). Angka ini mengalami peningkatan terutama untuk bank asing dan bank swasta bila dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan kondisi keseluruhan kelompok bank, kenaikan LDR pada kelompok bank asing karena peningkatan penyaluran kredit juga disebabkan oleh penurunan DPK. Sedangkan kelompok bank swasta, peningkatan LDR terutama didorong oleh pertumbuhan penyaluran kredit yang mencapai 8,20% (qtq). Hal ini menunjukkan bahwa bank asing dan bank swasta juga mulai meningkatkan fungsi intermediasi pada masyarakat di wilayahnya. Berdasarkan nominal, proporsi penyaluran kredit masing-masing kelompok bank terhadap total kredit perbankan di Jawa Timur masih didominasi oleh Bank Pemerintah sebesar 51,78%, Bank Swasta sebesar 42,55% dan sisanya adalah Bank Asing sebesar 5,67%. Secara
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
60
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
umum, tidak terjadi pergeseran proporsi secara signifikan diantara ketiga kelompok bank tersebut. Grafik 3.3 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy)
Grafik 3.4 3.4 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (qtq)
3.1.1. ASET DAN AKTIVA AKTIVA PRODUKTIF Total aset Bank Umum pada triwulan IV-2012 menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya baik dari sisi nominal maupun pertumbuhan, yaitu tumbuh 20,75% atau meningkat sebesar Rp60,77 triliun (yoy). Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya terjadi perlambatan pada pertumbuhan aset bank umum di Jawa Timur (pertumbuhan pada triwulan III-2012 mencapai 22,05%) walaupun masih tetap berada pada kisaran 20% s.d. 25%. Tingginya pertumbuhan aset bank umum disebabkan karena bank mengalokasikan sumber dana yang diperolehnya pada aktiva produktif yang juga tumbuh secara signifikan. Komposisi terbesar penyaluran aktiva produktif Bank Umum adalah pada kredit (67,73%), disusul oleh penempatan pada bank lain (2,96%) dan penempatan pada Bank Indonesia (1,91%). Komposisi ini meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dan diharapkan mampu mendukung bank untuk mencapai kinerja yang optimal dan meningkatkan fungsi intermediasi perbankan. Sejalan dengan stabilnya inflasi dan tingginya pertumbuhan ekonomi, diharapkan akan semakin memacu pertumbuhan kinerja bank dalam meningkatkan aktiva produktifnya. Pada triwulan IV-2012, penempatan pada Bank Indonesia dan penempatan pada bank lain masing-masing tumbuh sebesar 15,89% dan 76,76% (yoy) atau 26,24% dan 13,87% (qtq). Tingginya pertumbuhan penempatan Bank Umum ini mengindikasikan beberapa hal antara lain masih terdapat idle fund dari penghimpunan DPK yang belum tersalurkan dalam
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
61
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
bentuk kredit namun di lain sisi dapat diartikan pula sebagai peningkatan cadangan likuiditas bank untuk memenuhi pemenuhan Giro Wajib Minimum baik primer maupun sekunder serta untuk mengantisipasi penarikan dana oleh masyarakat. Grafik 3.6 3.6 Proporsi Aktiva Produktif
Grafik 3.5 3. 5 Perkembangan Total Aset Bank Umum
Sumber : Bank Indonesia (diolah)
3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK) Grafik 3.7 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy)
Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum di Jawa Timur pada triwulan IV-2012 tetap menunjukkan pertumbuhan yang positif, yaitu tumbuh sebesar 16,39% (yoy) atau 5,64% Secara
(qtq)
menjadi
tahunan,
Rp289,09
pertumbuhan
triliun. DPK
memiliki trend meningkat secara konsisten walaupun sedikit melambat pada Triwulan IV-2012. Perlambatan tersebut merupakan tren yang bersifat seasonal sehingga diharapkan pada triwulan selanjutnya akan meningkat secara konsisten. Sedangkan secara triwulan, pertumbuhan DPK berfluktuasi dengan siklus yang hampir sama yaitu cenderung melambat setiap
awal
triwulan
dan
kembali
meningkat
pada
triwulan
selanjutnya.
Dengan
mempertimbangkan siklus musiman tersebut serta melihat prospek daya beli masyarakat yang masih meningkat, diprediksi sepanjang tahun 2013 pertumbuhan DPK masih tetap meningkat sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Struktur DPK Bank Umum di Jawa Timur masih didominasi oleh tabungan (46,43%), deposito (37,08%) dan giro (16,49%). Terdapat sedikit penurunan pada jenis simpanan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
62
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
deposito dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 38,26% menjadi 37,08%. Sementara dari pertumbuhannya, tabungan memberikan kontribusi terbesar dengan tumbuh sebesar 21,91% (yoy) disusul oleh giro (20,71%) dan deposito (8,50%). Secara bertahap, komposisi deposito mulai turun seiring dengan tren penurunan suku bunga deposito. Kebijakan dan kondisi makro juga memberikan ruang yang kondusif untuk mendukung penurunan komposisi dana mahal Bank Umum. Hal ini tercermin dari penetapan BI rate sebesar 5,75% dan suku bunga penjaminan LPS sebesar 5,5% yang direspon oleh Bank Umum dengan menurunkan suku bunga deposito sehingga pada Tw IV-2012 rata-rata suku bunga deposito sebesar 5,23% sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,17%. Peningkatan ini merupakan respon pasar untuk meningkatkan minat masyarakat pada deposito yang mengalami penurunan selama tahun 2012. Grafik 3.8 3. 8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy))
Grafik 3.1 3. 10 Perkembangan DPK Per Jenis Simpanan (Rp. Milyar)
Grafik 3. 3. 9 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq)
Grafik 3.11 3.11 Komposisi DPK Bank Umum (%)
Tw III-2012 Tw IV-2012
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
63
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 3.12 Perbandingan Suku Bunga Simpanan – BI Rate
Diharapkan dengan adanya tren penurunan komposisi dan suku bunga deposito tersebut akan mampu mendorong Bank Umum untuk beroperasi dengan lebih efisien sehingga dapat memberikan suku bunga kredit yang kompetitif dan meningkatkan fungsi intermediasi perbankan serta sejalan dengan arah pertumbuhan perbankan nasional yaitu meningkatkan efisiensi perbankan. 3.1.3.
KREDIT Penyaluran kredit oleh Bank Umum di Jawa Timur pada triwulan IV-2012 mengalami
peningkatan yang cukup signifikan, yaitu sebesar Rp49,84 triliun atau tumbuh 26,28% (yoy) dan 7,15% (qtq). Tingginya pertumbuhan kredit dibandingkan triwulan sebelumnya utamanya dipengaruhi oleh kondisi perekonomian Jawa timur yang cukup stabil dan kondusif serta faktor musiman akibat adanya perayaan Natal dan Tahun Baru 2013. Grafik 3.13 3.13 Pertumbuhan Kredit (yoy)
Grafik 3.14 3.14 Pertumbuhan Kredit (qtq)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
64
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Berdasarkan jenisnya, kredit di Jawa Timur pada laporan masih didominasi oleh kredit produktif yaitu kredit modal kerja dengan jumlah mencapai Rp139,52 triliun atau sebesar 58,26% dari total kredit, disusul kemudian oleh kredit konsumsi sebesar Rp 66,25 triliun dengan proporsi 27,66% serta kredit investasi sebesar Rp 33,72 triliun dengan proporsi 14,08%. Pertumbuhan kredit tertinggi pada periode ini masih terjadi pada kredit investasi dengan pertumbuhan sebesar 36,28% (yoy) disusul kredit konsumsi sebesar 27,19% (meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 25,12%) dan kredit modal kerja sebesar 23,67%. Terdapat tren peningkatan kredit konsumsi dan investasi serta perlambatan kredit modal kerja pada periode ini. Walaupun melambat, kredit modal kerja masih mendominasi penyaluran kredit Bank Umum di Jawa Timur selama 3 tahun terakhir sehingga perbankan Jawa Timur masih turut berperan aktif dalam mendorong aktivitas dunia usaha melalui penyaluran kredit yang bersifat produktif. Berdasarkan kelompok bank, Bank Pemerintah masih menjadi penyalur kredit terbesar dengan proporsi 51,78% disusul oleh Bank Swasta sebesar 42,55% dan Bank Asing sebesar 5,67%. Tidak terdapat pergeseran proporsi penyaluran kredit yang signifikan pada kelompok bank tersebut. Namun berdasarkan pertumbuhannya, bank asing mendominasi dengan tingkat pertumbuhan sebesar 36,14% disusul oleh bank bank swasta sebesar 29,30% dan bank pemerintah sebesar 22,94%. Hal ini menunjukkan bank semakin meningkatkan fungsi intermediasinya dan adanya tingkat persaingan yang semakin kondusif antara kelompok bank sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas penyaluran kredit kepada masyarakat. Grafik 3.15 3.15 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
Grafik 3.16 3.16
Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
65
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 3.17 3.17 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (yoy)
Grafik 3.18 3.18 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (qtq)
Grafik 3.19 3.19 Proporsi Kredit Sektoral
Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit bank umum paling besar disalurkan kepada sektor-sektor yang mendominasi struktur perekonomian di Jatim, seperti sektor Industri Pengolahan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dengan proporsi masing-masing sebesar 28,09% dan 23,85%. Sementara apabila dilihat dari angka pertumbuhannya, peningkatan penyaluran kredit tertinggi adalah pada sektor jasa perorangan yang melayani rumah tangga, sektor pertambangan dan penggalian serta sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 71,85%, 56,40%, dan 49,75% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
66
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 3.2 3.20 Perkembangan Kredit Sektoral Dominan (yoy)
Grafik 3.21 3.21 Perbandingkan Suku Bunga Kredit & BI rate
3.1.4 KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) Sejalan dengan komitmen untuk meningkatkan peranan UMKM dalam mendukung perekonomian daerah, perbankan juga turut mengambil peranan dengan meningkatkan penyaluran kredit pada sektor tersebut. Peluang perbankan dalam pengembangan kredit UMKM masih terbuka lebar mengingat tingginya jumlah UMKM di Jawa Timur. Bank Indonesia melalui arah kebijakan tahun 2013 yang menekankan pada peningkatan financial inclusion serta penguatan UMKM turut memberikan ruang pada pengembangan UMKM. Selain itu, Bank Indonesia Wilayah IV Jawa Timur dan Pemerintah Daerah akan mengoptimalkan fasilitas yang telah ada antara lain melalui lembaga penjaminan kredit daerah, APEX-BPR, Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB), Badan Pertanahan Nasional (BPN), perbankan dan lembagalembaga lainnya untuk mendukung penguatan UMKM melalui peningkatan penyaluran kredit UMKM sehingga dapat menghidupkan dan memperkuat sektor riil. Berbagai upaya tersebut walaupun belum menunjukkan perkembangan yang signifikan, namun secara bertahap mampu meningkatkan kredit UMKM secara konstan. Realisasi penyaluran kredit UMKM tahun 2012 berada pada kisaran Rp60-70 triliun (grafik 3.22).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
67
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 3.22 3.22 Perkembangan Kredit UMKM
Grafik 3.23 3.23 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank
1
Pada triwulan IV-2012, penyaluran kredit UMKM di Jawa Timur mencapai Rp68,53 triliun, tumbuh sebesar 9,93% (yoy) dan 7,67% (qtq) atau meningkat dibandingkan triwulan III-2012 yang tumbuh sebesar 3,85% (yoy) dan -7,58% (qtq). Peningkatan pertumbuhan ini karena adanya peningkatan permintaan oleh masyarakat menjelang perayaan Natal dan tahun baru 2013 yang memberikan peluang usaha bagi para UMKM sehingga meningkatkan kebutuhan modal kerja usahanya. Pada tahun 2013, nominal kredit UMKM diprediksi akan tetap tumbuh positif sejalan dengan kondusifnya perekonomian Jawa Timur serta berbagai kebijakan yang bertujuan untuk mengembangkan pelaku usaha termasuk UMKM. Proporsi penyaluran kredit UMKM oleh Bank Umum di Jawa Timur didominasi oleh Bank Pemerintah sebesar 54,89% dengan jumlah mencapai Rp 37,62 triliun, disusul oleh Bank Swasta dan Bank Asing masing-masing sebesar Rp29,83 triliun (43,53%) dan Rp1,09 miliar (1,58%). Dapat disimpulkan bahwa Bank swasta secara bertahap mulai konsisten meningkatkan penyaluran kredit UMKM, tercermin dari pergeseran komposisi penyaluran kredit UMKM dari Bank Pemerintah ke Bank Swasta selama tahun 2012 yang mencapai 4% s.d. 5%. Hal ini sejalan dengan arah kebijakan Bank Indonesia dan menunjukkan bahwa perbankan di Jawa Timur telah merespon kebijakan Pemerintah Daerah dan menjadikan UMKM sebagai salah satu pasar potensial. KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)2 Hingga akhir periode laporan, perkembangan penyaluran KUR di Jawa Timur terus menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Berdasarkan data Kementerian Koordinator 1
mengacu pada definisi UMKM berdasarkan UU No.20 tahun 2008 tentang UMKM KUR merupakan kredit/pembiayaan kepada kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam bentuk pemberian kredit modal kerja dan kredit investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif. 2
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
68
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Perekonomian RI, realisasi penyaluran KUR dalam skala nasional hingga triwulan IV-2012 mencapai Rp40,69 triliun dengan jumlah debitur sebanyak 7.666.079 nasabah atau tumbuh sebesar 20,22% dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan wilayahnya, provinsi Jawa Timur masih berada pada urutan pertama daerah penyalur KUR dengan plafon tertinggi secara nasional yaitu Rp14,77 triliun (15,24%), disusul oleh Jawa Tengah dan Jawa Barat dengan plafon masing-masing sebesar Rp14,45 triliun dan Rp12,44 triliun. Sampai dengan akhir periode laporan tercatat outstanding / baki debet KUR di Jawa Timur sebesar Rp5,95 triliun, meningkat sebesar 24,20% (yoy) dan 2,50% (qtq) dibandingkan dengan triwulan III-2012 yang tercatat sebesar Rp 5.61 triliun. Grafik 3.24 3.24
3.2.
5 Besar Provinsi Penyalur KUR
Grafik 3.25 3.25 PerkembanganPenyaluran KUR di Jatim
STABILITAS SISTEM PERBANKAN Stabilitas sistem perbankan yang merupakan bagian dari stabilitas sistem keuangan
memegang peranan penting untuk mewujudkan perekonomian yang kuat dan stabil. Hasil penilaian terhadap kondisi sistem keuangan nasional menunjukkan bahwa stabilitas sistem keuangan tetap terjaga di tengah dinamika perkembangan perekonomian global. Baiknya kondisi sistem keuangan didukung oleh kinerja perbankan yang cukup menggembirakan. Kinerja positif perbankan antara lain tercermin dari aspek permodalan dan profitabilitas yang semakin kuat. Di samping itu, kualitas intermediasi juga semakin baik yang ditunjukkan dari meningkatnya penyaluran kredit produktif. Stabilitas industri perbankan yang tercermin dari berbagai risiko yang dihadapi dalam pelaksanaan transaksi perbankan selama triwulan IV-2012 relatif stabil dan terjaga. Peningkatan DPK sebesar 16,46% (yoy) yang diimbangi dengan kecukupan alat likuid bank berupa giro BI, penempatan pada Bank Indonesia dan penempatan pada bank lain untuk mengantisipasi adanya penarikan likuiditas. Namun perlu dicermati peningkatan penyaluran kredit yang tidak
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
69
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
sepenuhnya berasal dari DPK sehingga menurunkan cadangan likuiditas dalam bentuk penempatan BI dan antar bank aktiva. Di lain sisi, potensi risiko kredit yang tercermin dari rasio
Non Performing Loans (NPL) stabil di kisaran 2%-3% dan mencapai 2,62% pada triwulan IV2012. Peningkatan penyaluran kredit yang diimbangi dengan terjaganya rasio NPL mengindikasikan adanya peningkatan stabilitas sistem perbankan yang didukung oleh kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam melaksanakan kewajibannya sebagai debitur. Sementara itu, risiko lain yang masih harus diwaspadai adalah adanya risiko operasional yang terkait dengan mekanisme proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem dan atau kejadian–kejadian yang mempengaruhi operasional bank. Untuk itu, perlu adanya optimalisasi fungsi pengawasan atas kegiatan operasional perbankan baik oleh internal bank melalui fungsi Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) maupun oleh pihak eksternal dalam hal ini Bank Indonesia sebagai regulator dan masyarakat sebagai pengguna jasa perbankan. Beberapa program peningkatan perlindungan dan pemberdayaan nasabah yang terdiri atas Transparansi Produk, Penyelesaian Pengaduan, Mediasi Perbankan, dan Edukasi Konsumen masih menjadi upaya yang terus dilakukan oleh Bank Indonesia untuk mendorong terciptanya iklim perbankan yang kondusif dengan cara mendorong peningkatan kualitas pelayanan perbankan maupun perlindungan konsumen. Selain itu, upaya peningkatan akses masyarakat kepada perbankan melalui program financial inclusion diharapkan semakin memperkuat tingkat stabilitas sistem keuangan. 3.2.1. RISIKO KREDIT Tabel 3.4 3.4 Perkembangan NPL perper-Kelompok Bank
Kelompok Bank NPL Bank Umum (%) Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
Tw I 3.01 2.74 2.71 6.64
2010 Tw II Tw III 2.88 3.04 2.67 2.99 2.56 2.53 6.57 7.11
Tw IV 2.96 3.14 2.35 5.55
Tw I 3.36 3.77 2.57 5.18
2011 Tw II Tw III 3.55 3.47 4.10 4.37 2.64 2.13 4.88 4.46
Tw IV 2.89 3.69 1.71 4.18
Tw I 2.96 4.09 0.85 8.40
2012 Tw II Tw III 2.73 2.64 3.62 3.37 1.51 1.51 3.87 3.05
Tw IV 2.60 3.46 1.64 1.98
Sumber: Bank Indonesia
Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah terhadap total kredit atau Non Performing Loan (NPL) di Jawa Timur pada periode laporan membaik dibandingkan periode sebelumnya yaitu dari 2,64% menjadi 2,60%.
Turunnya NPL ini
disebabkan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nominal kredit bermasalah. Tercatat nominal NPL pada triwulan IV-2012 sebesar Rp6,23 triliun meningkat 5,37% dibandingkan triwulan III-2012 yang mencapai Rp5,91 triliun.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
70
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Berdasarkan kelompok bank, persentase NPL tertinggi berada kelompok bank pemerintah yang mencapai 3,37%, disusul kemudian oleh kelompok bank swasta dan bank asing dengan rasio NPL masing-masing sebesar 1,64% dan 1,98%. Berdasarkan jenis penggunaannya, NPL kredit tertinggi terjadi pada kredit modal kerja dengan prosentase sebesar 3,27%, disusul oleh kredit investasi sebesar 2,35% dan kredit konsumsi sebesar 1,31%. Peningkatan NPL terbesar berada pada jenis kredit modal kerja yaitu sebesar 9,33% (qtq) atau meningkat menjadi Rp4,57 triliun, sedangkan kredit investasi hanya meningkat sebesar 4,42% dan kredit konsumsi turun sebesar -10,90%. Tingginya pertumbuhan NPL kredit modal kerja ini sejalan dengan proporsi penyaluran kredit terbesar di Jawa Timur pada triwulan IV-2012. Sementara kredit investasi mengalami penurunan NPL karena pada triwulan IV-2012 banyak terdapat pembayaran termin dari proyek-proyek yang telah jatuh tempo serta adanya penyelesaian pelaksanaan proyek. Rendahnya NPL kredit konsumsi dan adanya penurunan nominal NPL kredit tersebut menunjukkan bahwa kredit konsumsi merupakan kredit yang memiliki tingkat risiko rendah secara agregat karena tersebar pada banyak debitur sehingga dapat meminimalkan potensi kerugian jika terjadi default beberapa debitur.
Grafik 3.26 3.26 Perkembangan NPL Bank Umum
Grafik 3.27 3.27 Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan
Namun secara individual, kredit konsumsi justru memiliki risiko kredit yang besar karena bukan merupakan sektor produktif sehingga jaminan terhadap pengembalian kredit lebih kecil dibandingkan kredit produktif (sumber pengembalian tidak dapat dipastikan). Secara sektoral, penyaluran kredit terbesar yang dilakukan oleh Bank Umum hingga akhir triwulan IV-2012 tertuju pada sektor Industri Pengolahan, sektor Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha, serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dengan proporsi masing-masing
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
71
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
sebesar 28,09%, 27,66% dan 23,85%. Sektor ini juga merupakan sektor utama perekonomian di Jawa Timur sehingga perbankan telah bersinergi dalam mendukung perekonomian daerah. Grafik 3.28 3.28 Sektor dengan Penyaluran Kredit Terbesar (Juta Rupiah)
Sementara untuk 8 (delapan) sektor lainnya yaitu jasa kesehatan dan kegiatan sosial, listrik, gas dan air, jasa pendidikan, perikanan, badan internasional dan badan ekstra internasional lainnya, administrasi pemerintahan, jasa perorangan yang melayani rumah tangga, serta sektor lain-lain, masing-masing hanya memiliki proporsi kurang dari 0,5%terhadap total penyaluran kredit. Dari sisi pertumbuhan tahunan, peningkatan penyaluran kredit tertinggi terdapat pada Sektor Perorangan yang Melayani Jasa Rumah Tangga sebesar 71,85% (yoy), Pertambangan dan Penggalian sebesar 56,40% (yoy) dan Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi (49,75%). Sementara sektor usaha yang justru mengalami perlambatan adalah sektor administrasi pemerintahan, badan internasional dan ekstra internasional lainnya, serta sektor kegiatan yang belum jelas batasannya. Pertumbuhan tertinggi ini umumnya terjadi pada sektor yang proporsinya terhadap total kredit relatif kecil. Sementara itu, 3 (tiga) sektor utama Jawa Timur tumbuh secara konstan pada tingkat 25%-30%. Dengan demikian, pertumbuhan yang signifikan tersebut tidak akan mengganggu stabilitas kredit perbankan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
72
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 3.29 3.29 Sektor dengan Pertumbuhan Penyaluran Kredit Terbesar (% yoy)
Berdasarkan kualitasnya, NPL terbesar dimiliki oleh sektor perikanan dengan NPL sebesar 9,93%, disusul kemudian oleh sektor pertanian, perburuan dan kehutanan dengan NPL sebesar 8,39%. Sementara sektor utama Jawa Timur yaitu perdagangan besar dan eceran serta sektor industri pengolahan hanya memiliki NPL sebesar 2,81% dan 3,37% sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat risiko pada sektor ini relatif lebih terkendali dibandingkan sektor utama lainnya dan mampu mendukung pertumbuhan kredit. Namun berdasarkan proporsinya, sektor utama Jawa Timur yaitu sektor perdagangan besar dan eceran, sektor industri pengolahan dan sektor penerima kredit bukan lapangan usaha memberikan sumbangsih terbesar pada NPL (grafik 3.30).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
73
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 3.30 3.30
NPL per Sektor Ekonomi
3.2.2 3.2. 2. RISIKO LIKUIDITAS Risiko likuiditas perbankan di Jawa Timur pada Triwulan IV-2012 masih terjaga dengan baik. Cash Ratio yang mencerminkan kemampuan perbankan Jawa Timur dalam melunasi kewajiban jangka pendek dengan aktiva likuid yang dimilikinya sebesar 5,58%, menurun dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 6,40%. Turunnya cash ratio perbankan disebabkan turunnya peningkatan penempatan pada BI dan bank lain masingmasing sebesar -35,08% dan -27,16% (qtq) sehingga mengurangi cadangan bank untuk memenuhi kewajiban jangka pendek khususnya kepada pihak ketiga. Penurunan penempatan tersebut utamanya digunakan sebagai salah satu sumber dana untuk ekspansi kredit.
Grafik 3.31 3.31 Money Position Perbankan di Jawa Timur
Sementara itu, aktiva lancar turun dari Rp18,23 triliun pada triwulan
sebelumnya menjadi
Rp16,66 triliun (-8,62%-qtq). Komposisi aktiva lancar terbesar berupa penempatan pada bank lain sebesar Rp5,16 triliun, disusul kas dan penempatan pada Bank Indonesia masing– masing sebesar Rp8,53 triliun dan Rp2,97 triliun.
Sementara
pasiva
lancar
sebesar
Rp298,5 triliun dan didominasi oleh dana pihak ketiga. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
74
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Pada triwulan IV-2012, komposisi dana pihak ketiga di Jawa Timur terhadap giro, tabungan dan deposito masing-masing adalah 16,49%, 46,43% dan 37,08%. Perubahan yang tampak dibandingkan periode sebelumnya adalah adanya pergeseran dari deposito menjadi tabungan (proporsi tabungan dan deposito pada periode sebelumnya adalah 44,91% dan 38,26%). Hal ini menunjukkan bahwa preferensi penempatan dana masyarakat adalah pada instrumen perbankan tabungan dan sejalan dengan arah kebijakan perbankan nasional untuk meningkatkan efisiensi perbankan melalui penghimpunan dana murah. Tabungan di satu sisi memiliki kelebihan dalam biaya dana karena tidak membebani perbankan namun di sisi lain memerlukan manajemen likuiditas yang lebih baik untuk mengantisipasi penarikan dana nasabah sewaktu-waktu. Sedangkan deposito lebih bersifat manageable namun memerlukan persediaan atau cadangan likuiditas yang lebih besar khususnya untuk deposito berjangka pendek (1 bulan) selain merupakan dana mahal. Berdasarkan jangka waktunya, deposito jangka pendek masih menjadi pilihan sebagian besar nasabah perbankan. Hal ini tercermin dari komposisi deposito berjangka waktu 1 dan 3 bulan yang masing-masing sebesar 57,12% dan 12,89%. Hanya 12,74% deposito yang memiliki jangka waktu lebih dari 1 tahun (meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang hanya sebesar 7%). Sebagai akibatnya bank harus memiliki mitigasi yang tepat untuk memastikan kecukupan cadangan likuiditas terhadap pencairan deposito jangka pendek tersebut. Grafik 3.3 3. 32 Money Position Perbankan di Jawa Timur
Walaupun trend pertumbuhan dana pihak ketiga di Jawa Timur (yoy) masih didominasi oleh tabungan dan disusul oleh deposito namun
perbankan
diharapkan
tetap
menjaga asset and liability management (ALMA), melakukan pengendalian risiko likuiditas
serta
penghimpunan
menjaga DPK
komposisi
sehingga
dapat
meminimalkan risiko likuiditas.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
75
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
3.3.
PERBANKAN SYARIAH Selama beberapa periode terakhir, perbankan syariah di Jawa Timur tetap menunjukkan
pertumbuhan dan perkembangan yang positif. Hal ini didukung oleh pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang kondusif, masih terbukanya potensi pengembangan pasar perbankan syariah di Jawa Timur dan upaya pengembangan perbankan syariah yang dilakukan oleh Bank Indonesia serta instansi pemerintah. Peningkatan kinerja perbankan syariah di Jawa Timur yang konsisten juga dapat menjadi indikasi meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap Bank Syariah.
Grafik 3.3 3. 33 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (qtq)
Grafik 3.34 3.34 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (yoy)
Indikator kinerja utama Perbankan Syariah di Jawa Timur yang terdiri atas aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan pembiayaan selama triwulan IV-2012 mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Aset tumbuh sebesar 42,21% (yoy) dan 17,65% (qtq) dari Rp 14,08 triliun pada Triwulan III-2012 menjadi Rp 16,57 triliun pada triwulan IV-2012. Sementara itu, dana masyarakat yang disimpan pada Bank Syariah di Jawa Timur tumbuh 34,25% (yoy) dan 17,03% (qtq), atau meningkat dari sebesar Rp 10,59 triliun menjadi Rp 12,39 triliun. Berdasarkan komposisinya, peningkatan dana masyarakat didorong oleh cukup tingginya pertumbuhan ketiga jenis simpanan yaitu giro, tabungan dan deposito yang masing– masing secara tahunan (yoy) tumbuh sebesar 119,06%, 44,05%, dan 17,76%.
Secara
triwulanan (qtq), pertumbuhan dari masing-masing Dana Pihak Ketiga Bank Syariah adalah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
76
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
57,62% untuk giro, -11% untuk tabungan, dan 44,27% untuk deposito. Berbeda dengan triwulan sebelumnya, pada triwulan IV-2012 terjadi pergeseran bentuk simpanan dari tabungan menjadi deposito seiring dengan tingginya pertumbuhan deposito (qtq).
Grafik 3.35 3.3 5 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jawa Timur
Grafik 3.36 3.36 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy)
Selama triwulan IV-2012 penyaluran pembiayaan tumbuh 12,29% (qtq) atau 35,63% (yoy) dengan baki debet sebesar Rp 11,99 triliun. Berdasarkan jenisnya, proporsi terbesar pembiayaan masih didominasi oleh pembiayaan modal kerja sebesar 42,41%, disusul oleh pembiayaan konsumsi sebesar 38,45% dan pembiayaan investasi sebesar 19,14%. Terjadi pergeseran proporsi penyaluran pembiayaan (sebesar 6% selama tahun 2012) dari konsumsi menjadi modal kerja dan investasi. Grafik 3.37 3.37
Pertumbuhan Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan
Grafik 3.38 3.38 Pangsa Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
77
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Beralihnya komposisi terbesar penyaluran pembiayaan dari konsumsi ke modal kerja menunjukkan bahwa masyarakat telah mulai mempercayai perbankan syariah sebagai mitra bisnis, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Hal ini tercermin dari pertumbuhan pembiayaan modal kerja dan investasi (yoy) yang masing-masing tumbuh sebesar 47,22% dan 63,72% jauh di atas pertumbuhan pembiayaan konsumsi yang hanya mencapai 15,70%.
Dengan
demikian,
perbankan
syariah
juga
secara
bertahap
mendukung
pengembangan sektor produktif di Jawa Timur. Kinerja penyaluran pembiayaan yang positif tersebut diiringi dengan kualitas pembiayaan yang baik, tercermin dari rasio Non Performing Financing (NPF) sebesar 1,43% menurun dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 1,63%. Walaupun secara nominal jumlah pembiayaan bermasalah meningkat dibandingkan periode sebelumnya (dari Rp 173 milyar menjadi Rp 182 milyar) namun jumlah tersebut masih berada dalam kendali perbankan dan telah dimitigasi serta dikelola penanganannya dengan baik. Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) yang mencerminkan proporsi penyaluran pembiayaan dibandingkan dengan dana yang dihimpun secara umum menunjukkan pertumbuhan yang stabil di kisaran 95%-100%. Walaupun sedikit mengalami perlambatan dibandingkan periode sebelumnya (dari 100,80% menjadi 96,72%), namun secara substansi perbankan syariah telah mampu mengoptimalkan penghimpunan dananya ke dalam sektorsektor yang produktif. Turunnya rasio FDR tersebut karena nominal pertumbuhan DPK lebih tinggi daripada pertumbuhan pembiayaan. Grafik 3.39 3.39 Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Ratio (FDR) Perbankan Syariah Jawa Timur
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
78
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
3.4.
BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Indikator kinerja utama BPR di Jawa Timur pada triwulan IV-2012 menunjukkan sedikit
perlambatan terutama pada indikator total aset dan DPK, meskipun masih tumbuh dalam tingkat yang cukup baik. Secara tahunan (yoy), total aset pada periode laporan tumbuh sebesar 22,31%, mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 25,75%. Pola peningkatan yang sama juga terjadi pada penghimpunan dana yaitu sebesar 21,07% sedikit melambat dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 23,45%. Sementara itu, sejalan dengan pola perkembangan penyaluran kredit Jawa Timur, penyaluran kredit BPR tumbuh secara stabil yaitu dari 20,38% pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 22,42% pada periode ini. Tabel 3.5 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur INDIKATOR BPR Total Aset (Juta Rupiah)
2011 Tw I
Tw II
2012 Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
5,863,144
6,155,763
6,372,570
6,808,042
6,982,253
7,345,638
8,013,778
Pertumbuhan (yoy)
17.39
17.64
16.50
18.76
19.09
19.33
25.75
Pertumbuhan (qtq)
2.28
4.99
3.52
6.83
2.56
5.20
9.10
3,578,663
3,724,342
3,837,571
4,040,661
4,177,128
4,385,038
Pertumbuhan (yoy)
15.80
15.02
14.53
15.19
16.72
17.74
23.45
Pertumbuhan (qtq)
2.02
4.07
3.04
5.29
3.38
4.98
8.04
Dana Pihak Ketiga (Juta Rupiah)
Kredit (juta Rupiah)
4,282,468
4,617,801
4,823,475
4,849,367
5,153,678
5,572,413
4,737,430
5,806,554
Tw IV 8,327,121 22.31 3.91 4,892,009 21.07 3.26 5,936,457
Pertumbuhan (yoy)
13.68
14.20
15.46
16.88
20.34
20.67
20.38
Pertumbuhan (qtq)
3.22
7.83
4.45
0.54
6.28
8.12
4.20
2.24
LDR (%)
119.67%
115.49%
125.69%
120.01%
123.38%
127.08%
122.57%
121.35%
NPL (%)
4.99%
4.92%
4.77%
4.01%
4.29%
4.14%
4.24%
3.39%
22.42
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Melambatnya pertumbuhan aset pada triwulan ini dipicu oleh melambatnya pertumbuhan DPK pada triwulan IV-2012 yang mencapai (2,24%). Hingga akhir periode laporan total dana masyarakat yang disimpan pada BPR di Jawa Timur mencapai Rp4,89 triliun. Berdasarkan jenisnya, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh tabungan yaitu meningkat sebesar Rp106,22 miliar atau tumbuh sebesar 7,25% (qtq) dan 22,74% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya. Sementara deposito meningkat sebesar Rp48,36 miliar atau tumbuh sebesar 1,48% (qtq) dan 20,30% (yoy), menjadi Rp3,32 triliun pada periode laporan. Walaupun mengalami pertumbuhan yang positif, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya terjadi sedikit perlambatan pada penghimpunan DPK yang sejalan dengan pola penghimpunan DPK perbankan di Jawa Timur pada triwulan laporan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
79
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Stabilnya peningkatan dana masyarakat dalam bentuk deposito dan tabungan yang disimpan di BPR hingga triwulan IV-2012, selain menunjukkan tingginya kepercayaan masyarakat juga terkait dengan besarnya suku bunga simpanan BPR yang secara rata-rata berada di atas tingkat suku bunga deposito bank umum. Walaupun BPR memiliki daya saing dalam penghimpunan dana karena pemberian suku bunga deposito yang lebih tinggi dibandingkan Bank Umum (komposisi deposito terhadap total penghimpunan dana sebesar 67,68% turun dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 69,06%), namun secara bertahap juga mulai meningkatkan penghimpunan dana murah yang tercermin dari pertumbuhan tabungan yang melebihi pertumbuhan deposito selama tahun 2012. LPS juga secara bertahap menurunkan suku bunga penjaminannya sehingga menjadi acuan oleh BPR untuk menentukan komposisi pendanaan dan meningkatkan efisiensi. Grafik 3.40 3.40 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (% - yoy)
Grafik 3.41 3. 41 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%-qtq)
Grafik 3.42 3.42 Pertumbuhan Kredit BPR per-Jenis Penggunaan (yoy)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
80
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Proporsi penyaluran kredit terbesar adalah pada kredit modal kerja yaitu 64,04%, disusul oleh kredit konsumsi sebesar 31,17% dan kredit investasi sebesar 4,79%. Sedangkan dari pertumbuhannya, kredit investasi mengalami peningkatan yang signifikan yaitu tumbuh 98% (yoy) atau 45,65% (qtq) disusul oleh kredit konsumsi yang tumbuh 21% (yoy) atau 1,11% (qtq), dan kredit modal kerja yang tumbuh sebesar 19,69% (yoy) atau 0,54% (qtq). Pertumbuhan kredit BPR sejalan dengan pertumbuhan kredit perbankan di Jawa Timur yang didominasi oleh kredit investasi. Sedangkan untuk kredit konsumsi terdapat trend penurunan pertumbuhan kredit sehingga dapat disimpulkan bahwa BPR juga mulai meningkatkan penyaluran kreditnya pada sektor produktif sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitarnya. Grafik 3.43 3.43 Proporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan
Grafik 3.44 3.44 Perkembangan LDR & NPL BPR
Pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dari pertumbuhan kredit selama 2 (dua) periode terakhir menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) sedikit menurun dari 122,57% (Triwulan III2012) menjadi 121,35% pada Triwulan IV-2012. Tingginya pertumbuhan kredit tersebut didukung dengan terjaganya kualitas kredit yang tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) selama 1 (satu) tahun terakhir berada di kisaran 3%-4,5% dan mencapai titik terendahnya yaitu 3,39% pada triwulan IV-2012. Hal tersebut menunjukkan bahwa fungsi intermediasi BPR telah berjalan dengan cukup baik dan menjadi salah satu indikasi peningkatan kinerja BPR dalam menghadapi resiko kredit.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
81
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
3.5. BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA SURABAYA Kinerja 6 (enam)3 bank umum yang berkantor pusat di Surabaya pada triwulan laporan menunjukkan perlambatan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat pertumbuhan total aset Bank Berkantor Pusat di Jawa Timur turun dari 35,28% (yoy) atau 10,15% (qtq), menjadi 17,61% (yoy) atau -14,94% (qtq) pada triwulan IV-2012 dengan nominal sebesar Rp 35,94 triliun.
Tabel 3.6 3. 6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat di Surabaya (dalam Milyar Rupiah) 2011
2012
INDIKATOR BANK kp TW I Total Aset (Milyar Rupiah)
TW II
Tw III
Tw IV
TW I
TW II
TW III
TW IV
26,786.47
29,668.52
31,234.86
30,560.73
36,657.87
38,361.03
42,254.53
Pertumbuhan (yoy %)
10.83
14.55
21.53
24.33
36.85
29.30
35.28
17.61
Pertumbuhan (qtq %)
8.97
10.76
5.28
(2.16)
19.95
4.65
10.15
(14.94)
20,305.85
23,003.10
23,954.47
21,755.51
26,344.53
26,605.35
27,931.45
9.82
12.03
17.36
20.81
29.74
15.66
16.60
10.30
12.76
13.28
4.14
(9.18)
21.09
0.99
4.98
(14.09)
14,269.65
15,529.87
16,680.43
16,958.44
17,436.07
18,919.55
19,726.76
19,805.25
30.09
30.38
28.20
24.70
22.19
21.83
18.26
16.79
4.93
8.83
7.41
1.67
2.82
8.51
4.27
0.40
LDR (%)
70.27%
67.51%
69.63%
77.95%
66.18%
71.11%
70.63%
82.54%
NPL (%)
0.82%
1.03%
1.30%
1.08%
1.40%
1.89%
2.01%
2.06%
Dana Pihak Ketiga (Milyar Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq) Kredit (Milyar Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq)
Grafik 3.45 3.4 5 Pertumbuhan Indikator Bank Ber KP di Surabaya (yoy)
35,941.11
23,996.10
Grafik 3.46 3.46 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
Berbeda dibandingkan periode sebelumnya, pada triwulan IV-2012 terjadi penurunan asset bank berkantor pusat di Surabaya yang cukup signifikan. Sumber utama penurunan aset tersebut adalah turunnya DPK dalam bentuk giro dan deposito milik Pemerintah Daerah masing-masing sebesar -16,25% dan -37,52% (qtq) yang antara lain digunakan untuk pembiayaan proyek-proyek pemerintah. Penurunan dana milik Pemerintah Daerah ini 3
) 6 Bank BerkantorPusat di kota Surabaya : Bank Jatim, Bank Maspion, Bank Antardaerah (Bank Anda), Bank Anglomas Internasional (Bank Amin), Bank Centratama Nasional Bank (CNB) dan Bank Prima Master.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
82
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
merupakan suatu pola yang bersifat seasonal dimana pada akhir tahun selalu melambat dan akan meningkat kembali pada tahun berikutnya. Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun dari masyarakat terdiri atas giro, tabungan dan deposito dengan proporsi masing-masing sebesar 36,24%, 36,38% dan 27,38%. Pertumbuhan terbesar DPK didominasi oleh peningkatan simpanan dalam bentuk tabungan yang mencapai 15,17% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 23,32%. Sedangkan DPK lainnya dalam bentuk giro dan deposito mengalami penurunan sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya. Grafik 3.4 3.47 7 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya
Grafik 3.4 3.48 8 Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
Penyaluran kredit Bank Umum yang berkantor pusat di Surabaya tumbuh sebesar 16,79% (yoy) dan 0,40% (qtq), meningkat dari sebesar Rp19,73 triliun pada Triwulan III-2012 menjadi Rp 19,81 triliun pada periode laporan. Berdasarkan jenis kreditnya, kredit konsumsi masih memiliki porsi terbesar yaitu mencapai 60,10%, disusul kemudian oleh kredit modal kerja dan Investasi dengan proporsi masing-masing sebesar 34,01% dan 5,89%. Terdapat peningkatan penyaluran kredit konsumsi yang signifikan pada triwulan IV-2012 yaitu sebesar 12,34% (qtq) sedangkan kredit modal kerja dan investasi justru mengalami perlambatan masing-masing sebesar -11,44% dan -23,55%. Berdasarkan grafik 3.49 dapat dilihat bahwa trend pertumbuhan kredit modal memang berfluktuatif dan membentuk pola tertentu yaitu sedikit melambat pada akhir tahun dan meningkat kembali di awal tahun, namun masih memiliki tren meningkat. Hal ini karena kredit modal kerja didominasi oleh pelaksanaan proyek yang umumnya dimulai pada awal tahun. Sedangkan kredit konsumsi walaupun secara komposisi mendominasi
namun trend
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
83
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
pertumbuhannya secara bertahap mengalami penurunan. Dengan demikian diharapkan perpaduan dua kondisi tersebut akan tetap meningkatkan penyaluran kredit produktif kepada masyarakat. Kinerja penyaluran kredit Bank Umum Berkantor Pusat di Surabaya pada triwulan IV2012 didukung oleh terjaganya kualitas kredit yang ditunjukkan oleh rasio NPL yang cukup rendah, yaitu sebesar 2,06%. Walaupun sedikit meningkat dibandingkan triwulan-III 2012 yang tercatat sebesar 2,01%, namun besarnya NPL tersebut masih relatif terjaga dan masih dapat dikendalikan oleh bank melalui penerapan manajemen risiko kredit yang cukup memadai. Grafik 3.49 3.49 Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
Grafik 3.50 3.50 Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya
Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, Bank Umum Berkantor Pusat di Jawa Timur menunjukkan perkembangan kinerja positif yang terlihat dari peningkatan
Loan to Deposit Ratio (LDR) secara konsisten di kisaran 65%-80% dan mencapai nilai tertingginya pada triwulan IV-2012 yaitu sebesar 82,54%.
Grafik 3.51 3.51 Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkantor Pusat di Surabaya
Sumber : Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
84
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
3.6
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Sistem pembayaran merupakan salah satu komponen terintegrasi dengan fungsi Bank
Indonesia lainnya yaitu moneter dan perbankan. Kebijakan dan pelaksanaan Sistem Pembayaran mempunyai keterkaitan dengan efektivitas pengendalian moneter dan pengawasan perbankan. Sampai dengan akhir tahun 2012 kegiatan Sistem Pembayaran di Jawa Timur baik tunai maupun non tunai berjalan dengan baik. Kondisi tersebut mencerminkan tingginya komitmen Bank Indonesia dalam menjamin kelancaran sistem pembayaran dan pemenuhan kebutuhan uang bagi masyarakat, baik dalam jumlah maupun pecahan yang cukup. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan kinerja Sistem Pembayaran di Jawa Timur antara lain peningkatan jumlah transaksi keuangan tunai (inflow dan outflow), transaksi keuangan non tunai (BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)), serta jumlah temuan uang palsu di Wilayah Jawa Timur.
3.6.1 Transaksi Keuangan Tunai Transaksi pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa kegiatan, antara lain: jumlah aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow),jumlah aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow), serta kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). a.
Aliran Uang Masuk/Keluar (Inflow/Outflow Inflow/Outflow) Pada triwulan akhir tahun 2012, aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia di
wilayah Jawa Timur yang meliputi KPwBI Wilayah IV (Surabaya), KPwBI Malang, KPwBI Kediri, dan KPwBI Jember secara kumulatif menunjukkan posisi net outflow.Hal tersebut dapat diartikan bahwa jumlah aliran uang yang keluar dari Bank Indonesia kepada perbankan (outflow) lebih besar dibandingkan jumlah aliran uang yang masuk ke Bank Indonesia (inflow).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
85
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Tabel 3.6 PerkembanganArusUangTunai (Inflow –Outflow) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah SURABAYA
KEDIRI
MALANG
JEMBER
JAWA TIMUR
Keterangan OUTFLOW INFLOW NET FLOW OUTFLOW INFLOW NET FLOW OUTFLOW INFLOW NET FLOW OUTFLOW INFLOW NET FLOW OUTFLOW INFLOW NET FLOW
Tw III 7.241,75 6.584,76 (656,99) 3.567,30 2.239,74 (1.327,56) 2.135,13 2.726,22 591,09 1.716,67 649,34 (1.067,32) 14.660,84 12.200,06 (2.460,79)
dalam miliar rupiah 2012
2011 Tw IV 4.826,88 5.316,03 489,15 2.081,37 1.207,69 (873,67) 1.331,60 2.177,24 845,64 0,95 1,03 0,09 8.240,80 8.702,00 461,20
Tw I 3.350,88 6.422,70 3.071,82 1.546,42 1.851,00 304,59 875,65 3.105,34 2.229,69 845,27 1.249,74 404,48 6.618,21 12.628,79 6.010,57
Tw II 6.080,74 5.078,72 (1.002,03) 3.027,60 1.113,18 (1.914,42) 1.359,03 2.181,97 822,93 1.518,28 1.331,97 (186,30) 11.985,65 9.705,83 (2.279,82)
Tw III 6.803,54 8.120,04 1.316,50 3.585,98 2.309,86 (1.276,12) 1.996,30 2.823,32 827,02 1.915,09 1.654,95 (260,14) 14.300,91 14.908,16 607,25
Tw IV 6.192,91 4.776,87 (1.416,04) 2.561,01 1.269,90 (1.291,11) 1.417,27 2.792,64 1.375,38 1.359,02 1.154,19 (204,83) 11.530,20 9.993,60 (1.536,60)
K e te ra n g a n : N e t F l o w ( +) : N e t In f lo w N e t F l o w ( -) : N e t o u tfl o w
Tercatat netoutflow Jawa Timur pada periode laporan adalah sebesar Rp 1,53 triliun. Kondisi tersebut berbeda apabila dibandingkan triwulan sebelumnya (triwulan III-2012) yang mencatat net inflow sebesar Rp 607,25 miliar.Secara umum, baik inflow maupun outflow Jawa Timur pada periode laporan mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu 19,37% (qtq) untuk outflow, dan -32,97% (qtq) untuk inflow. Penurunan tersebut disebabkan oleh berkurangnya transaksi ekonomi masyarakat yang menggunakan uang kartal pasca libur hari Raya Idul Fitri pada bulan Agustus 2012 (triwulan III-2012). Penurunan jumlah inflow yang lebih besar dibandingkan dengan outflow menyebabkan Jawa Timur mencatat net outflow pada triwulan IV-2012. Posisi net outflow yang terjadi pada periode laporan disebabkan oleh besarnya jumlah aliran keluar dari Bank Indonesia kepada perbankan (outflow) karena tingginya kebutuhan uang kartal masyarakat pada saat liburan Natal dan tahun baru (Desember 2012). Sementara jumlah aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow) yang tidak terlalu besar menjadi indikasi tingginya peredaran uang kartal di masyarakat pada periode laporan. Gambar 3.51 Perkembangan Net Flow JawaTimur
Gambar 3.50 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow –Outflow) DalamJuta Rupiah
Juta Rupiah
OUTFLOW
Net Flow
INFLOW
20.000.000,00
8.000.000,00
15.000.000,00
6.000.000,00
10.000.000,00
4.000.000,00
5.000.000,00
2.000.000,00
0,00
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2012
Tw IV
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
(2.000.000,00) 2012
(4.000.000,00)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
86
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
b. Uang Kartal Tidak Layak Edar Salah satu upaya yang dilakukan Bank Indonesia dalam memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan kepada masyarakat (Clean Money Policy) adalah pelaksanaan kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) secara rutin. Selama triwulan IV-2012 jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan adalah sebesar Rp 882,95 miliar. Jumlah tersebut lebih besar 201,93% (qtq) apabila dibandingkan dengan jumlah triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 292,43 miliar. Kenaikan jumlah uang yang dimusnahkan pada triwulan akhir 2012 merupakan dampak dari tingginya tingkat peredaran uang pada triwulan III-2012 terutama pada periode libur Hari Raya Idul Fitri di bulan Agustus 2012. Gambar 3.52 PemusnahanUangTidakLayakEdar (PTTB)
PTTB
Rasio PTTB thdp Inflow
6.000.000,00 5.000.000,00 4.000.000,00 3.000.000,00 2.000.000,00 1.000.000,00 0,00
50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2012 Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
Namun demikian, secara umum tren perkembangan jumlah PTTB di Jawa Timur menunjukkan penurunan. Tren penurunan jumlah uang kartal tidak layak edar tersebut terkait dengan upaya Bank Indonesia yang terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang kartal, antara lain melalui brosur, pamflet, serta edukasi perbankan. Dengan demikian diharapkan usia edar uang kartal dapat lebih panjang sehingga mengurangi besarnya volume PTTB yang pada akhirnya mengurangi biaya percetakan uang baru.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
87
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
3.6.2 Transaksi Keuangan Non Tunai Transaksi sistem pembayaran non tunai dalam kajian ini mencakup kegiatan transaksi non tunai masyarakat melalui perbankan dengan menggunakan sistem BI-Real Time Gross
Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Secara umum perkembangan keduanya jenis sistem pembayaran tersebut di Jawa Timur terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu dengan dominasi terbesar transaksi RTGS. Gambar 3.53 PerkembanganTransaksi Non Tunai Di JawaTimur
Share Kliring
Share RTGS
Kliring (Rp triliun)
250,00
100%
RTGS (Rp triliun)
200,00
80%
150,00
60% 100,00
40%
50,00
20% 0%
0,00
Tw I
Tw II
Tw III 2011
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw I
Tw IV
Tw II
Tw III 2011
2012
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2012
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
Tingginya volume transaksi RTGS dibandingkan dengan transaksi kliring mencerminkan kebutuhan masyarakat akan fasilitas sistem pembayaran yang cepat, aman dan efisien. Kondisi tersebut didukung oleh pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang tinggi sehingga secara langsung maupun tidak langsung meningkatkan aktivitas ekonomi masyarakat. Upaya Bank Indonesia dalam mencapai less cash society dilakukan dengan pemberian himbauan dan sosialisasi kepada masyarakat untuk mengurangi penggunaan uang kartal, dan beralih kepada alat pembayaran non tunai seperti e-money, ATM , mobile banking ataupun electronic
banking. a. Transaksi BIBI - RTGS ( Real Time Gross Settlement) Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dikembangkan sebagai upaya mitigasi risiko dalam sistem pembayaran antar bank bernilai besar (high-value payment
system).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
88
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Gambar 3.54 Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Timur Volume
Nominal (Rp Triliun) rhs
1.000.000,00
250,00
100.000,00
200,00
10.000,00
150,00
1.000,00 100,00
100,00
50,00
10,00 1,00
0,00 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2011
Tw II
Tw III
Tw IV
2012
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Transaksi keuangan dengan menggunakan sistem RTGS di Jawa Timur pada triwulan IV-2012 menunjukkan tren peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat volume transaksi RTGS (outgoing) dari 30 kota di Jawa Timur pada periode laporan adalah sebanyak 196.553 transaksi dengan nominal mencapai Rp 206,28 triliun. Nominal tersebut meningkat 11,44% (qtq) atau 39,10% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya. Sementara apabila ditinjau dari volume transaksi, meningkat cukup tinggi yaitu mencapai 33,95% (qtq) dan 26,28% (yoy). Searah dengan perkembangan perekonomian di beberapa kota di Jawa Timur, besar transaksi RTGS di tingkat kota/kabupaten masih menunjukkan terpusatnya kegiatan perekonomian pada wilayah–wilayah tertentu. Berdasarkan asal kotanya, pada triwulan laporan, transaksi outgoing dan incoming RTGS masih didominasi oleh Kota/Kabupaten dengan karakteristik perekonomian yang cukup menonjol, dimana Kota Surabaya sebagai Ibu kota provinsi Jawa Timur masih mendominasi besarnya transaksi. Gambar 3.55 6 Kota dengan aktivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw IV -2012
160000 140000 120000 100000 80000 60000 40000 20000 0
120000
Nilai (Miliar Rp)
100000
Volume
80000 60000 40000 20000 0 SURABAYA MALANG
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
KEDIRI
GRESIK
BATU
Gambar 3.56 6 Kota dengan aktivitas Transaksi Incoming RTGS Terbesar Tw IV -2012
JEMBER
Nilai (Miliar Rp) Volume
SURABAYA MALANG
KEDIRI
GRESIK
BATU
JEMBER
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
89
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Tercatat transaksi RTGS pada triwulan IV-2012 dari Kota Surabaya ke kota lainnya (outgoing) mencapai Rp 112,06 triliun dengan volume sebanyak 75.201 transaksi. Sementara itu transaksi RTGS yang masuk ke rekening perbankan di Surabaya (incoming) tercatat sebanyak 118.987 transaksi dengan nilai mencapai Rp144,93 triliun. Kota lain di Jawa Timur yang memiliki transaksi RTGS cukup tinggi, baik outgoing maupun incoming adalah Malang, Kediri, Gresik, Batu dan Jember. b. Transaksi Kliring Dalam rangka mendukung kelancaran sistem pembayaran, khususnya melalui transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), kegiatan kliring di Jawa Timur diikuti oleh 460 kantor/bank umum peserta kliring baik langsung maupun tidak langsung yang tersebar di 38 kabupaten/kota. Penyelenggaraan kegiatan kliring dilaksanakan di 4 (empat) Kantor Perwakilan Bank Indonesia di wilayah Jawa Timur yaitu Surabaya, Malang, Kediri dan Jember. Tabel 3.7 Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw IV - 2012
Kota
Surabaya Malang Kediri Jember Jatim
Jumlah Kantor Peserta 261 65 78 56 460
Perputaran Kliring ( D ) Lembar (satuan) 1.110.862 81.808 60.040 41.900 1.294.610
Nominal (juta Rp) 39.707.807 3.171.695 2.034.371 1.201.097 46.114.970
Rata-2 Perputaran Penolakan Cek Rata-2 Penolakan Cek % Rata-2 Penolakan Kliring Sehari & Giro Kosong & BG Kosong Sehari Cek & BG Kosong Sehari Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (%) (%) 65.345 2.335.753 17.594 751.069 1.035 44.181 1,58 1,89 4.812 186.570 1.889 153.366 111 9.022 2,31 4,84 3.532 119.669 1.469 47.753 86 2.809 2,45 2,35 2.465 70.653 818 27.105 48 1.594 1,95 2,26 76.154 2.712.645 21.770 979.293 1.281 57.605 1,68 2,12
Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw III - 2012 2012
Kota
Surabaya Malang Kediri Jember Jatim
Jumlah Perputaran Kliring ( D ) Rata-2 Perputaran Penolakan Cek Kantor Kliring Sehari & Giro Kosong Peserta Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) 258 1.108.980 38.615.533 55.449 617.790 19.258 503.839 65 79.966 3.016.456 3.998 65.916 2.671 96.903 78 57.546 1.892.080 2.877 41.950 756 18.604 56 38.180 1.153.122 1.909 24.348 595 18.269 457 1.284.672 44.677.191 64.234 2.233.860 23.280 637.615
Rata-2 Penolakan Cek % Rata-2 Penolakan & BG Kosong Sehari Cek & BG Kosong Sehari Lembar Nominal Lembar Nominal (satuan) (juta Rp) (%) (%) 963 25.192 1,74 4,08 134 4.845 3,34 7,35 38 930 1,31 2,22 30 913 1,56 3,75 1.164 31.881 1,81 1,43
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
90
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Secara nominal, transaksi perputaran kliring di Jawa Timur yang berlangsung pada triwulan IV-2012 menunjukkan tren meningkat. Tercatat sebanyak 1,29 juta warkat keuangan (cek, bilyet giro, nota kredit dan nota debet perbankan) ditransaksikan melalui kliring dengan nominal mencapai Rp 46,11 triliun. Jumlah nominal tersebut meningkat 3,21% (qtq) atau 4,03% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya. Selain mencerminkan tingginya aktifitas ekonomi dengan menggunakan sistem pembayaran non tunai, hal tersebut juga mengindikasikan peningkatan kesadaran masyarakat untuk menggunakan alat pembayaran non tunai. Sementara itu, secara nominal jumlah tolakan kliring juga menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari sebesar Rp 637,61 miliar pada triwulan III2012 menjadi sebesar Rp 979,29 miliar pada triwulan IV-2012, meningkat 53,59% (qtq) atau 64,10% (yoy). Namun demikian, jumlah warkat keuangan atau warkat kliring yang ditolak menurun dari sebesar 23.280 lembar pada triwulan III-2012 menjadi sebesar 21.770 lembar pada periode laporan. Gambar 3.57
Gambar 3.58
Perkembangan Transaksi Kliring di JawaTimur
TolakanTransaksi Kliring di JawaTimur Tolakan Kliring (Rp juta)
Warkat (juta lembar)
60.000
1.000.000,00
50.000
800.000,00
40.000
600.000,00
30.000
400.000,00
20.000
200.000,00
10.000
1,400 1,300 1,200
2011
2012
Tw IV
Tw III
Tw II
Tw I
Tw IV
Tw I
Tw IV
Tw III
Tw II
Tw I
Tw IV
Tw III
Tw II
Tw I
-
-
1,100
2011
Tolakan Kliring (Warkat-lembar)-Skala Kanan
1.200.000,00
Tw III
1,500
Tw II
Nominal (Rp triliun) 47,00 46,00 45,00 44,00 43,00 42,00 41,00 40,00 39,00 38,00 37,00 36,00
2012
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
5.3 PENEMUAN UANG PALSU DI JAWA TIMUR Gambar 3.59 Statistik Uang Palsu yang Ditemukan lembar
Surabaya
Malang
Kediri
Jember
Jatim (rhs)
4.500 4.000 3.500 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 500 0
9.000 8.000 7.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0 Tw I
Tw II
Tw III
2011
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2012
Tw IV
Nominal Jt Rp
Surabaya
Malang
Kediri
Jember
Jatim (rhs)
450,00 400,00 350,00 300,00 250,00 200,00 150,00 100,00 50,00 0,00
800,00 700,00 600,00 500,00 400,00 300,00 200,00 100,00 0,00 Tw I
Tw II
Tw III 2011
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2012
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
91
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Pada Triwulan IV -2012, penemuan uang palsu di Jawa Timur baik melalui perbankan maupun berdasarkan laporan masyarakat menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat penemuan uang palsu pada periode laporan sebanyak 5.663 lembar dalam berbagai pecahan dengan nilai nominal sebesar Rp 517,48 juta. Prosentase peningkatan jumlah lembar uang palsu tersebut adalah sebesar 4,19% (qtq) dibandingkan periode sebelumnya. Gambar 3.61 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (nilai)
Gambar 3.60 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (lembar) 100.000
50.000
3%
20.000
1%
10.000
5.000
100.000
50.000
20.000
1%
3%
10.000
5.000
0% 0%
7%
13%
80%
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
92%
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
Sebagaimana periode sebelumnya, sebagian besar uang palsu yang beredar di Jawa Timur pada Triwulan laporan didominasi oleh nominal Rp100.000,- dengan proporsi mencapai 80% (berdasarkan lembar) dan 92% (berdasarkan nominal). Surabaya sebagai kota terbesar dan pintu gerbang perdagangan dengan Indonesia Timur, hingga saat ini masih menjadi kota dengan penemuan uang palsu tertinggi di wilayah Jawa Timur, baik lembar maupun nominal. Menghadapi maraknya pemalsuan uang, Bank Indonesia bersama instansi berwenang yang terkait terus berupaya melakukan penanggulangan yang bersifat preventif maupun represif. Tindakan preventif dilaksanakan melalui upaya–upaya memasyarakatkan pengetahuan mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah, meningkatkan unsur pengaman pada uang baru, serta peningkatan kerjasama dengan instansi terkait di dalam maupun luar negeri. Sementara itu, upaya penanggulangan secara represif dilaksanakan oleh Kepolisian dengan menangkap dan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
92
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
menghukum pembuat maupun pengedar uang palsu sesuai dengan ketentuan perundang undangan yang berlaku.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
93
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Boks 5 Rencana Bisnis Bank Tahun 2013 Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.12/21/PBI/2010 tanggal 19 Oktober 2010 tentang Rencana Bisnis Bank (RBB), perbankan wajib menyampaikan rencana kerja untuk tahun 2013 yang antara lain meliputi rencana intermediasi, ekspansi usaha, pengembangan produk dan aktivitas baru, perubahan jaringan kantor maupun perubahan internal lainnya. Berdasarkan RBB inilah dapat diketahui arah perbankan selama satu tahun ke depan khususnya dalam penyaluran kredit dan penghimpunan dana. Tabel 3….. Rencana Bisnis Bank 2013 Komponen Pertumbuhan Kredit Pertumbuhan DPK Pertumbuhan UMKM Share UMKM LDR NPL BOPO
Nilai 12% s.d. 23% 10% s.d. 21% 11% s.d. 26% 36% s.d. 80% 86% s.d. 95% < 2% 65% s.d. 95%
Sesuai tabel disamping tampak bahwa arah perkembangan perbankan untuk bank berkantor pusat di Surabaya telah sesuai
dengan
arah
perkembangan
perbankan nasional yaitu mendorong penguatan
UMKM
dan
efisiensi
perbankan.
Pertumbuhan kredit yang berada di kisaran 12% s.d. 23% serta pertumbuhan DPK di kisaran 10% s.d. 21% diharapkan mampu mendorong perekonomian di Jawa Timur serta menggerakkan perbankan yang lain untuk berkompetisi secara sehat. Dengan target tersebut, LDR ditargetkan berada di kisaran 86% s.d. 95% yang mencerminkan titik optimal fungsi intermediasi perbankan. Dengan tingkat pertumbuhan kredit UMKM yang mencapai 11% s.d. 26%, diharapkan dapat meningkatkan share kredit UMKM pada kisaran 30% s.d. 35%, meningkat dari posisi triwulan IV-2012 yang mencapai 28,62%.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
94
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Boks 6 Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum Perbankan Pada 27 Desember 2012, Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.14/26/PBI/2012 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor berdasarkan Modal Inti Bank. Tujuan PBI tersebut adalah agar perbankan memiliki ketahanan, daya saing dan efisiensi yang baik dalam menghadapi rencana integrasi sektor keuangan ASEAN pada tahun 2020. PBI tersebut mengkaitkan kegiatan usaha dan jaringan kantor bank dengan ketahanan permodalan masing-masing bank sehingga ke depannya jika bank akan melakukan ekspansi usaha antara lain melalui pembukaan jaringan kantor, bank harus menyediakan modal inti tertentu sebagai wujud ketahanan terhadap pelaksanaan kegiatan usaha tersebut. Tingkat permodalan dan persyaratan tersebut saat ini dikategorikan berdasarkan kondisi bank yang terbagi menjadi 4 BUKU, yaitu : 1. BUKU 1 untuk bank dengan Modal Inti < Rp 1 Triliun 2. BUKU 2 untuk bank dengan Modal Inti Rp 1 Triliun s.d. Rp 5 Triliun 3. BUKU 3 untuk bank dengan Modal Inti Rp 5 Triliun s.d. Rp 30 Triliun 4. BUKU 4 untuk bank dengan Modal Inti > Rp 30 Triliun Adanya kebijakan tersebut tentunya berdampak bagi perbankan. Di satu sisi akan mempengaruhi ekspansi perbankan, namun di sisi lain akan mampu mewujudkan perbankan yang sehat, kuat dan berdaya saing sehingga bersinergi dalam mewujudkan stabilitas sistem keuangan. Untuk itu, perbankan diharapkan mampu berbenah diri dan mengevaluasi kinerja masing-masing sehingga mampu menyongsong integrasi sektor keuangan tersebut dengan baik.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2012
95
Bab 4
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4.1. UMUM Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan wujud dari pengelolaan keuangan daerah yang berdasarkan UU No.17 tahun 2003 merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Penyusunan APBD memperhatikan adanya keterkaitan antara kebijakan perencanaan dengan penganggaran oleh Pemerintah Daerah serta sinkronisasi dengan berbagai kebijakan Pemerintah Pusat dalam perencanaan dan penganggaran negara. Kebijakan desentralisasi fiskal yang ditetapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat Daerah bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya keuangan daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Oleh sebab itu, proses pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaannya mengacu kepada prinsip transparansi dan akuntabilitas. Secara umum, kinerja pengelolaan keuangan Provinsi Jawa Timur yang tercermin dari besarnya anggaran dan realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah menunjukkan peningkatan. Anggaran pendapatan daerah pada tahun 2012 adalah sebesar Rp 14,73 triliun, lebih tinggi 48,66% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya dianggarkan sebesar Rp 9,90 triliun. Hal tersebut didukung oleh tingginya realisasi pendapatan yang mencapai Rp 15,54 triliun atau 105,53% dari anggaran. Sementara itu apabila ditinjau dari sisi pengeluaran, anggaran belanja daerah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 dialokasikan sebesar Rp 15,15 triliun. Besar anggaran belanja daerah tersebut lebih besar 42,60% apabila dibandingkan dengan alokasi tahun 2011 yang hanya sebesar Rp 10,63 triliun. Realisasi anggaran belanja daerah pada tahun 2012 mencapai Rp 15,31 triliun atau 101,04%. Kinerja pendapatan daerah Provinsi Jawa Timur cukup baik yang tercermin dari lebih tingginya prosentase realisasi pendapatan daerah dibandingkan dengan belanja daerah. Hal tersebut menunjukkan adanya upaya optimalisasi pendapatan dan efisiensi belanja keuangan yang dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Struktur anggaran pendapatan daerah di Jawa Timur masih didominasi oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan proporsi sebesar 61,57% dari total pendapatan. Sumber Pendapatan Asli Daerah antara lain adalah dari penerimaan pajak daerah seperti Pajak Kendaraan Bermotor, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
96
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Air Bawah Tanah, Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, retribusi parkir serta penerimaaan asli daerah lainnya yang sah. Sementara itu alokasi Dana Perimbangan (Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) serta pendapatan lain-lain yang sah (pendapatan hibah dan dana penyesuaian) memberikan kontribusi yang relatif sama yaitu masing-masing sebesar 18,91% dan 19,52%. 4.2.
REALISASI PENDAPATAN DAERAH Realisasi perolehan pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur hingga akhir
Triwulan IV-2012 mencapai Rp 15,54 triliun dengan prosentase sebesar 105,53% dari pendapatan yang ditargetkan pada tahun 2012. Realisasi tersebut lebih baik apabila dibandingkan dengan prosentase realisasi tahun 2011 yang hanya mencapai 97,48% dari rencana anggaran. Sampai dengan akhir periode laporan, realisasi pendapatan daerah terbesar bersumber dari Pendapatan Asli Daerah dengan nominal mencapai Rp 9,72 triliun atau 107,23% dari rencana anggaran semula. Realisasi pendapatan daerah terbesar selanjutnya adalah Dana Perimbangan dengan realisasi mencapai Rp 3,07 triliun dengan prosentase mencapai 110,19% dari rencana anggaran. Realisasi pendapatan lain-lain daerah yang sah pada pada tahun 2012 tercatat sebesar Rp 2,75 triliun dengan prosentase terhadap anggaran sebesar 95,62%. TABEL 4.1 REALISASI PENDAPATAN APBD PROP. JAWA TIMUR TRIWULAN IV-2012 Anggaran
Realisasi s.d Tw IV 2011
Anggaran
Juta Rupiah Realisasi s.d Tw IV 2012
Sebelum No
Uraian
Sebelum (Rp)
4 4.1 4.1.1 4.1.2 4.1.3 4.1.4
PENDAPATAN DAERAH PENDAPATAN ASLI DAERAH PAJAK DAERAH RETRIBUSI DAERAH HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH
4.2 4.2.1
YANG SAH DANA PERIMBANGAN DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL
4.2.2 4.2.3 4.3
BUKAN PAJAK DANA ALOKASI UMUM DANA ALOKASI KHUSUS LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH
4.3.1 4.3.4
YANG SAH PENDAPATAN HIBAH DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI
%
Perubahan 2011 9.907.001,03
9.656.999,17
7.615.042,88 6.120.000,00 56.357,56
7.154.984,50 5.907.320,40 66.249,67
97,48 93,96 96,52 117,55
315.158,90
243.826,83
1.123.526,42
937.587,60
2.267.158,15
2.445.304,86
107,86
864.625,25
1.175.387,90
135,94
1.347.501,70 55.031,20
1.212,93 56.982,20
0,09 103,55
24.800,00
56.709,81
228,67
24.800,00
28.167,69
113,58
-
28.542,12
KHUSUS
Perubahan
(Rp)
%
2012 14.727.475,36
15.541.624,78
105,53
9.068.160,05 7.502.400,00 123.663,97
9.724.212,80 7.816.590,83 118.823,64
107,23 104,19 96,09
77,37
320.317,07
352.899,91
110,17
83,45
1.121.779,01
1.435.898,42
128,00
2.785.080,97
3.069.016,10
110,19
1.240.732,16
1.523.964,91
122,83
1.491.561,14 52.787,68
1.491.561,14 53.490,06
100,00 101,33
2.874.234,34
2.748.395,88
95,62
23.300,00
34.240,52
146,96
2.850.934,34
2.714.155,36
95,20
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daeah Provinsi Jawa Timur
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
97
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
4.3. REALISASI BELANJA DAERAH Pada tahun 2012 alokasi Anggaran Belanja Pemerintah Jawa Timur adalah sebesar Rp 15,15 triliun, lebih tinggi 42,6% dibandingkan dengan anggaran belanja daerah tahun 2011 yang tercatat sebesar Rp 10,63 triliun. Realisasi belanja daerah tahun 2012 mencapai Rp 15,31 triliun atau 101,04% dari alokasi anggaran. Realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 93,69%. Hal tersebut mengindikasikan kinerja Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang cukup baik dalam pelaksanaan program kerja anggaran 2012. Meskipun demikian, perlu disadari bahwa porsi terbesar dari belanja daerah masih didominasi oleh belanja tidak langsung (62,92%) dimana sumbangan utamanya berasal dari belanja hibah (40,12%). Di sisi lain, porsi belanja tidak langsung hanya sebesar 37,08% dengan sumbangan terbesar berasal dari belanja barang & jasa (63,43%) dan belanja modal (18,62%). Sementara itu, realisasi APBD untuk pembangunan infrastruktur menjadi hal mutlak yang diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Mengacu pada kerangka MP3EI terutama pada koridor ekonomi di 6 koridor (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali & Nusa Tenggara, Papua & Kep. Maluku), maka pada tahun 2015 ditargetkan proyek MP3EI telah memasuki fase ke-2 yaitu memperkuat basis ekonomi & investasi. Fase tersebut berupa: •
Mempercepat pembangunan proyek infrastruktur jangka panjang
•
Memperkuat kemampuan inovasi untuk peningkatan daya saing kegiatan ekonomi utama MP3EI
•
Peningkatan tata kelola ekonomi di berbagai bidang
•
Perluasan pengembangan industri penciptaan nilai tambah Terkait dengan pembangunan infrastruktur dimaksud, berdasarkan data yang diperoleh
dari Kementerian Pekerjaan Umum tahun 2012, alokasi dana terbesar terdapat pada pelaksanaan preservasi dan peningkatan kapasitas jalan nasional sebesar Rp.1,44 triliun, diikuti oleh berbagai program pemukiman dan lingkungan sebesar Rp.924,8 miliar.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
98
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
TABEL 4.2 ALOKASI DANA KEGIATAN PEKERJAAN UMUM JAWA TIMUR
TABEL TABEL 4.3 PAGU UNTUK DIREKTORAT/BADAN TERKAIT PENGEMBANGAN TRANSPORTASI DI JATIM JA TIM
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
99
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH TABEL 4.4 4. 4 REALISASI BELANJA APBD PROV. JAWA TIMUR TRIWULAN IV - 2012 Anggaran No
Uraian
Realisasi s.d Tw IV 2011
BELANJA DAERAH BELANJA TIDAK LANGSUNG BELANJA PEGAWAI BELANJA BUNGA BELANJA HIBAH BELANJA BANTUAN SOSIAL BELANJA BAGI HASIL KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN
5.1.7
%
Perubahan 2011 10.626.361,39
9.956.292,00
5.797.640,03 1.497.004,81 4.878,21 974.301,07 87.714,90
5.868.940,65 1.283.591,78 167,63 682.406,82 46.673,81
93,69 101,23 85,74 3,44 70,04 53,21
2.229.468,22
2.326.860,42
963.160,44
41.112,37 4.828.721,36 833.869,94 3.094.388,94 900.462,48
(Rp)
%
Perubahan 2012 15.153.689,10
15.311.533,12
101,04
9.436.506,40 1.668.623,32 6.139,01 3.895.673,77 31.358,00
9.633.561,67 1.486.342,13 6.036,03 3.865.450,91 44.990,10
102,09 89,08 98,32 99,22 143,47
104,37
2.292.840,28
2.702.278,80
117,86
1.503.774,28
156,13
1.490.172,03
1.477.431,62
99,15
25.465,89 4.087.351,35 642.604,49 2.568.589,49 876.157,38
61,94 84,65 77,06 83,01 97,30
51.700,00 5.717.182,70 969.382,98 3.685.777,30 1.062.022,42
51.032,08 5.677.971,46 1.019.269,02 3.601.563,72 1.057.138,72
98,71 99,31 105,15 97,72 99,54
PEMERINTAHAN DESA BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA
5.1.8 5.2 5.2.1 5.2.2 5.2.3
Juta Rupiah Realisasi s.d Tw IV 2012
Sebelum (Rp)
5 5.1 5.1.1 5.1.2 5.1.4 5.1.5 5.1.6
Anggaran Sebelum
DAN PEMERINTAHAN DESA BELANJA TIDAK TERDUGA BELANJA LANGSUNG BELANJA PEGAWAI BELANJA BARANG DAN JASA BELANJA MODAL
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Jawa Timur
Jika dibandingkan berdasarkan komponen penyusunnya, realisasi belanja modal Pemerintah Provinsi Jawa Timur tertinggi adalah pada komponen belanja langsung berupa belanja bantuan sosial dengan prosentase realisasi mencapai 143,47% dengan nominal Rp 44,99 miliar rupiah. Prosentase realisasi belanja terkecil adalah belanja tidak langsung pegawai (gaji) yaitu 89,08% dengan nominal sebesar Rp 1,49 triliun, lebih rendah dari alokasi anggaran sebesar Rp 9,44 triliun. Sementara itu, belanja modal yang mengindikasikan kinerja pemerintah provinsi dalam merealisasikan rencana investasi menunjukkan prosentase yang cukup baik, yaitu mencapai 99,54% dari anggaran. Tingginya penyaluran anggaran mengindikasikan adanya perbaikan tata cara pelaporan pelaksanaan anggaran atas anggaran periode sebelumnya, sehingga dana pelaksanaan kegiatan dapat diperoleh tepat waktu guna mendukung pembangunan infrastruktur di daerah. Selain itu, realisasi belanja modal yang hampir mencapai 100% mengindikasikan lancarnya proses tender pengadaan barang dan jasa yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur Baiknya realisasi APBD Provinsi Jawa Timur tercermin pada penurunan saldo dana pemerintah di perbankan pada triwulan ini (lihat gambar 4.1).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
100
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Grafik 4.1 Dana Pemerintah Prov/ kab/Kota di Perbankan
18.000.000
Tabungan
16.000.000
Deposito
Giro
14.000.000 12.000.000 10.000.000 8.000.000 6.000.000 4.000.000 2.000.000 I 2004
I
II
III IV
2008
I
II
III IV
2009
I
II
III IV
2010
I
II
III IV
2011
I
II
III IV
2012
Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia
Saat ini, sumber pembiayaan pembangunan Provinsi Jawa Timur masih berasal dari APBD daerah, antara lain: pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan, serta dana penyesuaian & otonomi khusus. Sedangkan alternatif sumber pembiayaan lainnya seperti obligasi daerah, utang/pinjaman luar negeri dan instrumen pembiayaan lainnya masih belum digunakan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
101
Bab 5
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 5.1. UMUM Pada triwulan IV-2012, Kondisi kesejahteraan masyarakat Jawa Timur yang tercermin pada kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan menunjukkan
kondisi
perbaikan
dibandingkan
triwulan
sebelumnya.
Indikator
ketenagakerjaan baik dari data Ketenagakerjaan rilis Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim) mengindikasikan adanya peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja. Namun sebaliknya, Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Triwulan IV-2012 di Jawa Timur mengindikasikan adanya sedikit penurunan penyerapan jumlah tenaga kerja terutama di sektor industri pengolahan. Sementara itu, adanya kenaikan rata-rata UMK di Kabupaten/Kota Jawa Timur, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jawa Timur seiring dengan relatif stabilnya tekanan inflasi. Kondisi
kesejahteraaan
masyarakat
pedesaan
juga
menunjukan
adanya
peningkatan, tercermin dari peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) berada di atas level 100. Kenaikan Nilai Tukar Nelayan (NTN) disebabkan oleh lebih tingginya kenaikan indeks harga yang diterima oleh nelayan dibandingkan dengan indeks harga yang harus dibayarkan. Demikian pula terhadap Nilai Tukar Petani (NTP) menunjukkan peningkatan yang didorong oleh pertumbuhan indeks harga yang diterima petani (It) lebih tinggi dibandingkan dengan indeks harga yang dibayarkan (Ib). 5.2. 5.2. KETENAGAKERJAAN Perbaikan perekonomian Jawa Timur yang masih terus berlangsung hingga dipenghujung tahun 2012, memberikan dampak positif pada kondisi ketenagakerjaan. Meskipun berbagai permasalahan terkait ketidaksesuaian tenaga kerja masih terjadi, namun jumlah pengangguran pada triwulan IV-2012 mengalami penurunan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
102
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
5.2.1. Data Ketenagakerjaan Jawa Timur Situasi ketenagakerjaan di Jawa Timur relatif membaik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah angkatan kerja di Jatim per Agustus 2012 sebanyak 19,90 Juta orang, meningkat dibandingkan data ketenagakerjaan di bulan Agustus 2011 (19,76 juta). Peningkatan ini menyebabkan menurunnya rasio penduduk yang menganggur dengan jumlah angkatan kerja yang biasa disebut dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Pada periode laporan tercatat TPT mengalami penurunan dari 4,16% menjadi sebesar 4,12%. Demikian juga dengan pertumbuhan ekonomi Jatim yang tinggi juga menjadi faktor pendorong terjadinya peningkatan penyerapan tenaga kerja. Tercatat terjadi peningkatan jumlah penduduk yang bekerja, dari 18,94 juta menjadi 19,08 juta jiwa. Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur (2008 – 2012) 2008 Kegiatan
Feb
Total Angkatan Kerja Bekerja Menganggur TPAK (%) TPT (%)
2009 Aug
Feb
2010 Aug
Feb
2011 Aug
Feb
20.117.245 20.178.590 20.316.773 20.338.568 20.623.490 19.527.051 18.861.360 18.882.277 19.123.221 19.305.056 19.611.540 19.698.108 1.255.885 1.296.313 1.193.552 1.033.512 1.011.950 828.943 69,69% 69,32% 69,36% 69,25% 69,77% 69,08% 6,24% 6,42% 5,87% 5,08% 4,91% 4,25%
2012 Aug
Feb
20.251.672 19.761.885 19.831.685 19.406.025 18.940.340 19.012.225 845.647 821.546 819.460 71,39% 69,49% 69,55% 4,18% 4,16% 4,14%
Aug
19.901.558 19.081.995 819.563 69,62% 4,12%
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
Grafik 5.1 Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral Jasa Kemasyarakatan
20000
Industri
Perdagangan
Pertanian
TOTAL
18000
19.600 19.400
16000 14000
19.200
12000
19.000
10000 8000
18.800
6000
18.600
4000 18.400
2000 0
18.200 Feb
Aug 2008
Feb
Aug 2009
Feb
Aug 2010
Feb
Aug 2011
Feb
Aug 2012
Sumber: BPS Jawa Timur, (diolah)
Secara sektoral, distribusi penyerapan tenaga kerja terbesar di Jawa Timur pada triwulan laporan masih didominasi oleh ketiga sektor unggulannya yaitu pertanian dengan proporsi sebesar 39,30% yang diikuti oleh sektor perdagangan dengan proporsi sebesar 20,17% kemudian disusul oleh sektor industri yang menyerap sebesar 14,91% dari total tenaga kerja di Jawa Timur. Dominasi sektor pertanian menjadi ciri dari wilayah pedesaan yang merupakan wilayah terluas di Jawa Timur. Namun demikian Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
103
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
penurunan sektor lahan pertanian akibat konversi lahan untuk pemukiman dan industri diyakini akan berdampak pada penurunan tenaga kerja di sektor ini dan beralih pada sektor lainnya. G rafik 5.2 Penyerapan Tenaga Kerja
G rafik 5.3 Komposisi Tenaga Kerja Formal
25
16% Informal
Formal
G Formal
7
G Informal
12% 8% 15 13,58
14,12
14,10
13,76
14,11
13,26
12,84
12,84
Berusaha dibantu buruh tetap
g berusaha dibantu buruh tetap
g buruh/karyawan
4%
4
0%
3
-4%
2
10%
-8%
1
-12%
-
5% 4,80
4,54
4,64
4,53
4,99
5,49
5,10
4,88
5,81
5,50
5,12
5,19
5,02
5,50
5,44
6,11
5,70
6,45
6,15
Feb
Aug
Feb
2008
Aug
Feb
2009
Aug 2010
Feb
Aug 2011
Feb
Aug 2012
-10% -15% 0,48
0,58
0,49
0,55
0,51
0,56
0,60
0,62
0,65
0,65
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
2008
Sumber: BPS Jawa Timur (diolah)
0% -5%
5 5,29
20% 15%
5
12,63
12,86
10
Buruh/Karyawan
6
20
2009
2010
2011
-20%
2012
Sumber: BPS Jawa Timur, (diolah)
Grafik 5.4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal Pekerja Tak Dibayar Berusaha dibantu buruh tdk tetap
Pekerja Bebas Non Pertanian Berusaha sendiri
Pekerja Bebas di Pertanian
16 14 12 10 8 6
3,65
3,56
3,85
3,69
3,99
3,77
3,62
3,62
3,67
0,94 1,57
1,04 1,51
3,69
0,86 1,48
1,00 1,50
1,01 1,46
0,91 1,47
1,05 1,43
1,05 1,43
1,13 1,41
1,19 1,39
4,26
4,25
4,34
4,46
4,36
4,10
3,85
3,85
3,99
3,61
3,33
3,45
3,40
3,42
3,29
3,02
2,89
2,89
2,67
2,76
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
4 2 -
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber: BPS Jawa Timur, (diolah)
Berdasarkan komposisinya, karakteristik tenaga kerja di Jawa Timur masih didominasi oleh penyerapan tenaga kerja di sektor informal. Komposisi terbesar pada kelompok pekerja tak dibayar dan posisi berikutnya diduduki oleh kelompok berusaha dibantu buruh. Hal ini menunjukan pada sektor tertentu, dominasi pekerja sosial yang mengalami kecederungan sulit lepas dari kondisi kemiskinan semakin meningkat. Kualitas komposisi tenaga kerja ini secara langsung menunjukan tingkat kesejahteraan masyarakat Jawa Timur yang sebagian besar tinggal di pedesaan cenderung mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan dengan imbalan upah yang memadai. Namun Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
104
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
demikian selama tiga tahun terakhir, tercatat jumlah pekerja di sektor informal semakin menurun dan bergeser pada sektor formal. Namun belum adanya dukungan sumber dana yang kuat serta keterbatasan kemampuan sumber daya manusia pada sektor informal, sehingga mempengaruhi pertumbuhan tenaga kerja yang lambat dan tidak bertahan lama pada sektor tersebut. Di sisi lain, perkembangan tenaga kerja di sektor formal sedikit mengalami peningkatan, yang didominiasi oleh tenaga buruh/ karyawan yang mencapai 89,99% dari total tenaga kerja yang bekerja di sektor formal, sedangkan selebihnya merupakan tenaga kerja yang masuk dalam kategori berusaha dibantu buruh tetap (wirausaha). 1
1 5.2.2 .2. 2. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
Berbeda dengan indikator ketenagakerjaan dari BPS Provinsi Jawa Timur, indikator ketenagakerjaan hasil Survei Kegiatan Usaha (SKDU) yang di Bank Indonesia di wilayah kerja Jawa Timur mengalami penurunan, tercermin dari nilai Saldo Bersih 2
Terimbang (SBT) sebesar -1,99% turun 4,69 dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan tertinggi terjadi pada sektor Industri Pengolahan sebesar 4,33% yang diikuti oleh sektor Pengangkutan sebesar 0,64% dan sektor Pertanian sebesar 0,15%. Perlambatan kinerja sektor-sektor
ini pada triwulan IV-2012 menyebabkan
menurunnya nilai SBT Penggunaan Tenaga Kerja. Dilain pihak, membaiknya kinerja sektor lainnya turut mempengaruhi penggunaan tenaga kerja pada sektor terkait, yang ditunjukkan dengan meningkatnya nilai SBT sektor tersebut dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan nilai SBT tertinggi terjadi pada sektor Jasa yang diikuti oleh sektor Pertambangan dan sektor Keuangan serta sektor Bangunan. Meskipun ke depan akan terjadi kenaikan upah minimum karyawan(UMK), tarif dasar listrik (TDL) dan bahan bakar minyak (BBM), diperkirakan pelaku kegiatan usaha masih optimis akan terjadi peningkatan penggunaan tenaga kerja pada triwulan yang akan datang.
1
SKDU (Survei Kegiatan Dunia Usaha) adalah survei yang dilakukan Bank Indonesia secara triwulan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dini mengenai indikasi perkembangan kegiatan ekonomi (sisi penwaran) di sektor riil pada triwulan sedang berjalan maupun perkiraan triwulan yang akan datang. 2 Diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang bersangkutan sebagai penimbangnya. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
105
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Tabel 5. 2 Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jawa Timur 2011
S E KT OR R E AL IS AS I P E R TANIAN P E R TAMBANGAN INDUS TR I P E NGOLAHAN LIS TR IK, GAS DAN AIR BE R S IH BANGUNAN P HR P E NGANGKUTAN DAN KOMUNIKAS I KE UANGAN, P E R S E WAAN & J AS A P E R US AHAAN J AS A - J AS A TOTAL
2013 I*
2012
I
II
III
IV
I
II
III
IV
2,89 0,00 -3,18 0,07 1,64 -0,58 -0,60 2,13 0,79 3,16
-0,79 0,04 -0,46 0,61 1,32 1,65 -0,54 1,72 0,90 4,44
-0,82 -0,94 -1,66 -0,08 -0,37 0,63 0,19 1,67 0,84 -0,54
-0,94 0,04 0,28 -0,05 0,35 -1,38 0,33 1,36 0,00 -0,02
1,54 0,03 -3,50 -0,77 0,26 3,23 -1,52 0,32 -0,42 -0,83
-0,62 -0,21 3,44 -0,82 0,49 3,67 0,46 0,71 0,42 7,54
-0,39 -0,21 -1,69 -0,03 0,00 7,30 -1,93 -0,21 -1,82 2,70
-0,15 0,37 -4,33 -0,02 0,24 0,84 -0,64 0,34 1,36 -1,99
0,31 0,29 -0,30 -0,41 -0,24 5,48 -0,27 0,45 0,45 5,76
*) Ekpektasi Penyerapan Teanaga Kerja
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia (diolah)
Grafik 5. 5 Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama 10
TOTAL INDUSTRI PENGOLAHAN
%, SBT
Grafik 5. 6 Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral
PERTANIAN PHR
8 8 %, SBT
6
PERTANIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
PHR
PERTAMBANGAN
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH
BANGUNAN
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN
JASA - JASA
6
4 4
2
2
0
0
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
-2
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
-2
2009
2010
2011
2012
-4
-4
-6
-6
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indoneisa (diolah)
2009
2010
2011
2012
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indoneisa (diolah)
5.3. UPAH MINIMUM KAB/KOTA Pada tanggal 24 November 2012 Gubernur Jawa Timur telah menetapkan upah minimum 38 kabupaten/kota di Jawa Timur, yang tertuang dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2012 tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2013. Dibandingkan dengan UMK 2012,
UMK 2013 ini umumnya
mengalami peningkatan dengan tingkat perubahan yang bervariasi. Peningkatan tertinggi terjadi di Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik (38,4%) sedangkan terendah berada di Kabupaten Pamekasan (8,7%). Apabila dilihat dari nilai rupiahnya, tertinggi adalah Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik (Rp 1.740.000,00) sedangkan terendah berada di Kabupaten Magetan (Rp 866.250,00). Tingkat kebutuhan hidup (KLH) di
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
106
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Kota Surabaya yang relatif tinggi menjadi salah satu pertimbangan penetapan UMK tersebut. Adanya kenaikan rata-rata UMK di Kabupaten/Kota Jawa Timur dengan stabilnya laju inflasi, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jawa Timur. Dari sisi dunia usaha, kenaikan UMK disikapi berbeda (uraian lengkap di boks I) kenaikan UMK dan TTL yang mulai berlaku sejak awal tahun 2013 serta serta adanya wacana kenaikan tarif yang ditetapkan pemerintah lainnya menjadi salah satu faktor kenaikan biaya produksi yang pada akhirnya akan berpotensi mendorong inflasi (boks 2). Disamping itu dikawatirkan dapat berdampak luas terhadap dunia usaha dan akan berpotensi
terhadap
fenomena
pemutusan
hubungan
kerja
(PHK)
karena
ketidakmampuan pelaku usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Tabel 5. 3 Kenaikan UMK Jawa Timur No 1
KOTA/KAB UPATEN Kota Surabaya
2012
2013
Rp1.257.000
Rp1.740.000
KENAIKAN (%)
No 20
38,4 2 3 4 5 6
Kabupaten Gresik Kabupaten Pasuruan Kabupaten Sidoarjo Kabupaten Mojokerto Kabupaten Malang
Rp1.257.000
Rp1.740.000
21 38,4
Rp1.252.000
Rp1.720.000
Rp1.252.000
Rp1.720.000
22 37,4 23 37,4
Rp1.234.000
Rp1.700.000
24 37,8
Rp1.132.254
Rp1.343.700
Rp1.130.500
Rp1.340.300
25
KOTA/KAB UPATEN Kabupaten Pamekasan Kabupaten Situbondo Kota Mojokerto Kabupaten Bojonegoro Kabupaten Lumajang Kabupaten Tulungagung
2012
2013
Rp975.000
Rp1.059.600
Rp802.500
Rp1.048.000
8,7 30,6 Rp875.000
Rp1.040.000
Rp930.000
Rp1.029.500
Rp825.391
Rp1.011.950
Rp815.000
Rp1.007.900
18,9 10,7 22,6
18,7 7
Kota Malang
23,7 26
Kabupaten Bangkalan
Rp885.000
Rp983.800
27
Kabupaten Sumenep
Rp825.000
Rp965.000
28
Kabupaten Madiun
Rp775.000
Rp960.750
29
Kabupaten Nganjuk Kota Madiun
Rp785.000
Rp960.200
Rp812.500
Rp953.000
Kabupaten Blitar Kabupaten Bondowoso Kota Blitar
Rp820.000
Rp946.850
Rp800.000
Rp946.000
Rp815.000
Rp924.000
Kabupaten Ponorogo Kabupaten Trenggalek Kabupaten Ngawi Kabupaten Pacitan Kabupaten Magetan
Rp745.000
Rp924.000
Rp760.000
Rp903.900
18,6 8
Kota Batu
Rp1.100.215
Rp1.268.000 15,3
9 10 11
Kabupaten Jombang
Rp978.200
Rp1.200.000
Kabupaten Probolinggo Kota Pasuruan
Rp888.500 Rp975.000
Rp1.195.800
Kabupaten Tuban Kota Kediri
Rp970.000
Rp1.144.400
22,7 Rp1.198.600 34,9 30
11,2 17 24 22,3
22,6 12 13
17,3 31
18 Rp1.037.500
Rp1.128.400
32 8,8
14 15 16 17 18 19
Kabupaten Sampang Kota Probolinggo Kabupaten Jember Kabupaten Kediri Kabupaten Banyuwangi Kabupaten Lamongan
Rp800.000
Rp1.104.600
33
15,5 18,3
38,1 Rp885.000
Rp1.103.200
13,4 34
24,7 Rp920.000
Rp1.091.950
35 18,7
Rp999.000
Rp1.089.950
Rp915.000
Rp1.086.400
36 9,1 37 18,7
Rp950.000
Rp1.075.700
38 13,2
KENAIKAN (%)
24 18,9 Rp780.000
Rp900.000
Rp750.000
Rp887.250
Rp750.000
Rp866.250
15,4 18,3 15,5
Sumber : Disnakertrans
5. 4. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN Tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan di Jawa Timur pada triwulan IV-2012 relatif membaik dibandingkan periode sebelumnya, khususnya didorong oleh perbaikan Tukar Nelayan (NTN). Demikian pula dengan Nilai Tukar Petani (NTP) yang mengindikasikan kondisi kejahteraan petani juga menunjukkan sedikit peningkatan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
107
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
5. 4.1. Kesejahteraan Petani Pada triwulan IV-2012, Nilai Tukar Petani (NTP) di provinsi Jawa Timur mengalami sedikit peningkatan dan telah melampaui level 100 yang mengindikasikan bahwa kesejahteraan petani di Jawa Timur berada pada level yang cukup baik. Tercatat NTP Jawa Timur pada periode laporan adalah sebesar 103,28 meningkat dibandingkan triwulan III-2012 yang tercatat sebesar 103,25. Namun demikian, apabila dibandingkan dengan indikator kesejahteraan nasional, NTP Jawa Timur masih berada di bawah level NTP Nasional yaitu sebesar 105,72. Kenaikan NTP Jawa Timur didorong oleh indeks harga yang diterima petani (lt) lebih tinggi yaitu sebesar 1,39 (qtq) dibandingkan indeks harga yang dibayarkan oleh petani (lb) jauh lebih kecil yaitu sebesar 0,93 (qtq). Peningkatan indeks harga yang diterima petani (lt) disebabkan oleh kenaikan (lt) 2 (dua) sub sektor pertanian yaitu Sub Sektor Tanaman Pangan dan Sub Sektor Peternakan. Sementara Sub Sektor Hortikultura, Sub sektor Perikanan dan Sub Sektor Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami penurunan. Grafik Grafik 5. 7 NTP Nasional & Jawa Timur 108
NTP Nasional
Grafik Grafik 5. 8 NTP dan Pertumbuhan (Nasional & Jatim) NTP Nasional
NTP Jawa Timur
NTP Jawa Timur
g It Nasional
g It Jatim
108
106
4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 -0,5 -1
106
104
104
102
102
100
100
98
98
96
96
94
94
92
92
90
90
I
II
III
IV
I
2009
II
III
IV
I
2010
II
III
IV
I
2011
II
III
IV
I
IV
I
II
III
IV
I
II
2010
III
IV
I
II
2011
III
IV
2012
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Grafik Grafik 5. 9 It serta Pertumbuhan Nasional & Jatim lt Nasional
lt Jatim
g lt Nasional
Grafik Gr afik 5.10 5. 10 Ib dan Pertumbuhan Nasional & Jatim
g lt Jatim
160
Ib Nasional
4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 -0,5 -1
140 120 100 80 60 40 20 0 II
III
2009
Sumber : BPS Jatim (diolah)
I
II
2012
III
IV
2009 Sumber : BPS Jatim (diolah)
I
II
III
2010
IV
I
II
III
2011
IV
I
II
III
2012
IV
Ib Jatim
g Ib Nasional
g Ib Jatim
160
3
140
2,5
120
2
100
1,5
80
1
60
0,5
40
0
20
-0,5 -1
0 I
II
III
2009
IV
I
II
III
2010
IV
I
II
III
2011
IV
I
II
III
IV
2012
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
108
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Karakteristik petani di Jawa Timur yang sebagian besar merupakan buruh (tidak punya lahan) menyebabkan petani tidak punya kemampuan/daya tawar yang tinggi atas pendapatan yang diterimanya. Disamping itu, sistem ijon turut menjadi faktor lainnya yang menahan kenaikan NTP.
Grafik Grafik 5. 5. 11 Ib vs inflasi sub bahan makanan 3
Ib Jawa Timur
7
Inflasi
6
2,5
5 4
2
3
1,5
2 1
1
0 -1
0,5
-2
0
-3
I
II
III
IV
I
2009
II
III
2010
IV
I
II
III
2011
IV
I
II
III
IV
2012
Sumber : BPS Jatim (diolah)
5. 4.2. Kesejahteraan Nelayan Kondisi kesejahteraan nelayan yang tercermin pada Nilai Tukar Nelayan (NTN) Provinsi Jawa Timur pada triwulan IV-2012, mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat Nilai Tukar Nelayan (NTN) pada triwulan III-2012 sebesar 152,79 meningkat menjadi 153,79 pada triwulan IV-2012. Berbeda dengan karakteristik Nilai Tukar Petani (NTP), Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur memiliki nilai lebih baik dibandingkan nasional atau cenderung berada di atas level nasional, dengan kisaran nilai berada di level 150. Dengan demikian, tingkat kesejahteraan nelayan di Jatim lebih baik dibandingkan petani. Biaya operasional yang relatif lebih rendah, serta faktor risiko kegagalan yang tidak setinggi di sektor pertanian menjadi salah satu penyebab tingginya nilai NTN dibandingkan NTP. Selain itu, kuantitas tangkapan yang baik dan respon harga pasar yang menguntungkan faktor pendukung peningkatan Nilai Tukar Nelayan (NTN). Sementara itu, berdasarkan komposisinya peningkatan indeks harga yang diterima nelayan pada periode ini disebabkan oleh kenaikan harga beberapa jenis ikan, seperti ikan bambangan/merah, ikan bawal dan udang belanak. Sedangkan kenaikan indeks harga yang dibayar oleh nelayan dipicu oleh kenaikan indeks harga konsumsi rumah tangga yaitu beras serta indeks harga biaya produksi dan penambahan barang modal yaitu biaya buruh dan biaya sewa.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
109
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Grafik Grafik 5.11 5. 11 NTN Nasional & Jawa Timur NTN Nasional
180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
Grafik Grafik 5.12 5.12 NTN serta Pertumbuhan (Nasional & Jatim)
NTN Jawa Timur
Nasional
180
Jatim
g NTN Nasional
g NTN Jatim
8
160
6
140
4
120
2
100 0
80 -2
60
I
II
III
IV
I
2009
II
III
2010
IV
I
II
III
IV
I
2011
II
III
40
-4
20
-6
0
IV
-8
I
II
2012
III
IV
I
2009
II
III
IV
2010
I
II
III
IV
I
2011
II
III
IV
2012
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Tabel 5. 4 Daya beli per kapita petani & nelayan3
Tahun Daya beli petani & nelayan (Rp)
2007
2008
2009
2010
2011
2012
1.145.335
1.186.965
1.222.999
1.302.092
1.397.310
1.433.618
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
5.5. PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR Perbaikan perekonomian Jawa Timur yang masih terus berlansung pada beberapa tahun terakhir memberikan dampak positif pada kondisi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator kesejahteraan yang tercermin dari angka kemiskinan dari tahun ke tahun menunjukkan penurunan. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), jumlah penduduk Jawa Timur yang berada di bawah garis kemiskinan (penduduk 4
miskin) pada September 2012 sebanyak 4,96 juta atau 13,08% dari total penduduk di Jawa Timur, turun dibandingkan dengan tahun 2011 yang mencapai 5,23 juta (13,85%). Grafik Grafik 5.12 Perkembangan Penduduk Miskin di Jawa Timur (%) %
25 19,95
21,09
19,98 18,51
20
16,68 15,26
15
14,23
13,4
10 5 0 2005
3 4
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Daya beli petani & nelayan dihitung berdasarkan PDRB sub sektor pertanian & jumlah tenaga kerja di sektor pertanian
Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
110
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Konsistensi dan komitmen Pemerintah pusat maupun daerah telah berupaya untuk melaksanakan berbagai program dalam rangka pengentasan kemiskinan dengan menunjukkan efektivitasnya sehingga dapat menekan angka kemiskinan. Di Jawa Timur program-program penganggulangan dan pengentasan kemiskinan dimaksudkan untuk meningkatkan dan mengembangkan peran masyarakat serta fungsi lembaga-lembaga Desa guna mendorong kesadaran kaum miskin dalam memperbaiki nasibnya. Salah satu contoh program yang dilaksanakan adalah Program Pemberdayaan Potensi Desa/Kelurahan (P3D/K) yang telah dialokasikan oleh Bapemas Provinsi Jawa Timur sejak tahun 2011 dan sekarang ini telah memasuki tahap penguatan. Tabel 5. 5 Garis Kemiskinan, Jumlah & Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) Daerah/ tahun
(1) Perkotaan Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 Sept 2011 Maret 2012 Sept 2012 Pedesaan Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 Sept 2011 Maret 2012 Sept 2012 Kota + Desa Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 Sept 2011 Maret 2012 Sept 2012
Makanan
Bukan Makanan
Total
(2)
(3)
(4)
Jumlah Persentase Penduduk Miskin Penduduk Miskin (Ribu) (5)
Perubahan Persentase Penduduk Miskin (%)
(6)
(7)
131.487 145.676 152.965 169.242 174.210 175.806 182.073
51.921 56.948 60.418 65.303 68.193 69.499 71.874
183.408 202.624 213.383 234.546 242.403 245.305 253.947
2.438,76 2.148,51 1.873,55 1.768,23 1.734,31 1.630,63 1.605,96
13,15 12,17 10,58 9,87 9,66 9,06 8,90
-0,98 10,58 -0,71 -0,21 -0,81 -0,16
118.971 131.522 139.806 155.457 161.141 167.352 176.674
36.461 43.106 46.073 50.818 53.025 54.864 57.882
155.432 174.628 185.879 206.275 214.166 222.216 234.556
4.581,19 3.874,07 3.655,76 3.587,98 3.493,00 3.440,34 3.354,58
23,64 21,00 19,74 18,19 17,66 17,35 16,88
-2,64 19,74 -1,55 -0,53 -0,84 -0,47
125.091 138.440 146.240 162.017 167.360 171.375 179.244
44.020 49.874 53.087 57.711 60.243 61.827 64.540
169.112 188.317 199.327 219.727 227.603 233.202 243.783
7.019,95 6.022,59 5.529,30 5.365,21 5.227,31 5.070,98 4.960,54
18,51 16,68 15,26 14,23 13,85 13,40 13,08
-1,47 -1,83 -1,42 -1,03 -0,38 -0,83 -0,32
Sumber : BPS Jatim
Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Penghitungannya tidak lepas dari besaran garis kemiskinan yang telah ditetapkan. Garis kemiskinan pada bulan September 2012 sebesar Rp 243.783,- atau meningkat sebesar 4,54% dari garis kemiskinan Maret 2012. Peningkatan angka garis kemiskinan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh laju inflasi di Jawa Timur. Komoditas makanan yang berpengaruh besar Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
111
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah beras, rokok filter, gula pasir, tempe dan tahu. Disisi lain, komoditas bukan makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan dan transportasi. Sementara itu, untuk daerah perkotaan kontributor terbesar terhadap garis kemiskinan non makanan adalah perumahan, pendidikan, bensin, pakaian perempuan dewasa dan pakain jadi. Sedangkan di pedesaan komoditasnya adalah perumahan, kayu bakar, pakaian jadi anak-anak, listrik dan pakaian jadi laki-laki dewasa. Tingginya pengaruh pergerakan harga perumahan terhadap garis kemiskinan menjadi 5
satu hal yang harus diperhatikan. Berdasarkan hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR)
diketahui bahwa tren pergerakan harga rumah terus meningkat hingga mencapai 4,5% (qtq) yang terutama disumbang oleh rumah tipe besar dan menengah. Kemiskinan tidak hanya mencakup persentase penduduk miskin, tetapi juga menyangkut seberapa besar jarak dan keragaman pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Indikator tersebut dapat dihat dari (P1) dan (P2). Dari data kemiskinan rilis Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim) digambarkan bahwa indeks kedalaman kemiskinan (P1) mengalami peningkatan sebesar 0.12 poin. Tercatat pada Maret 2012 sebesar 1,81 menjadi 1.93 pada September 2012. Peningkatan Indeks Kedalaman Kemiskinan terjadi di perkotaan (0,04 poin) dan pedesaan (0,2 poin). Sementara itu Indeks Keparahan Kemiskinan mengalami kenaikan 0,06 poin atau menjadi 0,44 pada September 2012. Peningkatan keduanya mengindikasikan rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar.
5
SHPR (Survei Harga Properti Residensial) adalah survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia secara triwulanan untuk memperoleh informasi dini mengenai perkembangan harga properti residensial dan perkiraan ke depan sebagai salah satu masukan dalam memformulasikan kebijakan moneter. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
112
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Tabel 5. 6 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Jawa Timur Menurut Daerah
Tahun Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 September 2011 Maret 2012 September 2012 Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 September 2011 Maret 2012 September 2012
Kota
Desa
Kota + Desa
2,34 2,18 1,53 1,51 1,25 1,25 1,29
4,38 3,54 3,18 2,96 2,67 2,32 2,52
3,38 2,88 2,38 2,27 2 1,81 1,93
0,61 0,6 0,37 0,35 0,28 0,27 0,30
1,23 0,91 0,79 0,72 0,63 0,48 0,57
0,93 0,76 0,59 0,54 0,46 0,38 0,44
Sumber : BPS Jatim
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
113
Bab 6
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
6
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
6.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pada triwulan I-2013, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan tumbuh pada rentang pertumbuhan 7,00%–7,25% (yoy). Perekonomian Jawa Timur triwulan ini diperkirakan relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan pada level 7,09% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Jawa Timur masih ditopang oleh tingkat konsumsi masyarakat, sebagaimana tercermin pada hasil survei konsumen. Penetapan tingkat Upah Minimum Kota (UMK) tahun 2013 dengan kenaikan 15% - 20% diperkirakan turut mendorong daya beli masyarakat ekonomi menengah ke bawah, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat konsumsi rumah tangga. Komponen terbesar selanjutnya, yaitu investasi swasta (PMTB) diproyeksikan tumbuh stabil meskipun tantangan kenaikan biaya produksi akibat kebijakan penetapan TTL, UMK dan gas industri serta masih berlanjutnya pelemahan perekonomian globalakan mempengaruhi kebijakan perusahaan untuk berproduksi, ekspansi atau membuka usaha baru. Selanjutnya, pelemahan ekonomi global yang mulai merambat di kawasan Asia diperkirakan turut mempengaruhi kinerja perdagangan luar negeri meskipun transaksi ekspor impor antar daerah/provinsi tetap tumbuh tinggi. Namun, patut diwaspadai terjadinya penurunan nilai net ekspor karena masih tingginya level impor dibandingkan ekspor secara keseluruhan. Sebagaimana pola sebelumnya, belanja pemerintah di awal tahun terindikasi masih minim, namun diperkirakan mengalami perbaikan seiring makin membaiknya awareness pemerintah daerah. Grafik 6.1 6.1 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 160
Grafik 6.2 6.2 Indeks Ekspektasi Penghasilan
In d eks Keyakinan Ko nsumen (IKK)
INDEKS
170
In d eks Ko ndisi Eko nomi Saat In i (IKE)
INDEKS
Indeks Penghasilan Saat Ini Indeks Ekspektasi Penghasilan Saat Ini
160
In d eks Ekspektasi Ko nsumen (IEK)
140
150
120
140
100
130 80 120 60
110
40
100
20
90 80
0 I
II III IV 2007
I
II III IV 2008
I
II III IV 2009
Sumber: Hasil Survei Konsumen BI (diolah)
I
II III IV 2010
I
II III IV 2011
I
II III IV 2012
I
2013
I
II III IV I
II III IV I
II III IV
2007
2008
2009
I
II III IV 2010
I
II III IV 2011
I
II III IV 2012
I
2013
Sumber: Hasil Survei Konsumen BI (diolah)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
114
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Di sisi penawaran, kinerja sektor PHR diperkirakan masih cukup stabil dengan didukung tingginya transaksi perdagangan antar pulau/daerah, serta peranan subsektor hotel dan restoran yang semakin meningkat seiring membaiknya daya beli masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Menghadapi tantangan kenaikan biaya produksi di awal tahun, sektor industri pengolahan diproyeksikan sedikit melambat, ditambah dengan masih lemahnya permintaan global yaitu di kawasan Amerika Serikat dan Eropa. Sementara itu, tibanya masa tanam di sub sektor tanaman bahan makanan dan masih tingginya potensi gangguan cuaca (curah hujan dan angin) hingga akhir Februari 2013 diperkirakan turut mempengaruhi kinerja sub sektor pertanian hingga diperkirakan mengalami perlambatan meskipun masih berada pada level 1,50% (yoy). Kondisi sektoral pada triwulan I-2013 ini searah dengan indeks realisasi usaha dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) atas estimasi realisasi usaha dan penggunaan tenaga kerja sektoral tiga sektor utama di Jawa Timur. Grafik 6.3 Estimasi Realisasi Usaha Usaha Tw I-2013 2013 40
TOTAL
PERTANIAN
Grafik 6.4 Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw I- 2013 2013
INDUSTRI PENGOLAHAN
PHR
35
10
TOTAL
PERTANIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
PHR
8
30
6 25 20
4
15
2
10
0
5
-2
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I*
0 -5 -10
I
II
III 2011
IV
I
II
III
IV
2012
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indoneisa (diolah)
I* 2013
-4
2011
2012
2013
-6 Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indoneisa (diolah)
6.2 PERKIRAAN INFLASI JAWA TIMUR Mencermati perkembangan inflasi terkini dan tracking beberapa indikator harga, maka inflasi kota Jawa Timur pada triwulan I-2013 diperkirakan secara tahunan berada di kisaran 5,10% s/d 5,45%.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
115
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Tabel 6.1 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Risiko
Tw IV-12
Tw I-13
Faktor Risiko Tw I-13 : Minim panen dan baru memasuki musim tanam di akhir periode Tw I-13 : Kenaikan cukai rokok diperkirakan belum meningkat signifikan Tw I-13 : - Fluktuasi Harga Komoditas Internasional masih dalam batas minim (Emas & Minyak Bumi & komoditas internasional) - Potensi depresiasi nilai tukar rupiah pun diperkirakan masih dalam batas normal
Volatile Food Administered Price
Core Inflation
Menurun
Meningkat
Stabil
Peningkatan tersebut diperkirakan banyak dipengaruhi oleh inflasi volatile food yang masih berpotensi untuk meningkat dan cenderung berfluktuasi. Kondisi ini dipengaruhi oleh masih tingginya gangguan cuaca (curah hujan dan angin) pada produksi sub kelompok bahan makanan, sebagaimana diinformasikan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Prov.Jawa Timur (BMKG Jatim), khususnya pada daerah produsen, seperti daerah Jember, Probolinggo dan Bojonegoro. Di sisi lain, tekanan inflasi terkait pergerakan harga komoditas internasional relatif minim seiring masih lemahnya permintaan global sehingga diperkirakan masih dalam tren menurun. Grafik 6.5 Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang & Jasa Di Surabaya 250
Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yang akan datang
220,00 200,00 180,00 160,00 140,00 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00
Indeks
Indeks
Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yang akan datang Perubahan harga umum 3 bulan yad
Perubahan harga umum 6 bulan yad
200 150 100 50 0 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 2010
2008
2009
Sumber: Hasil Survei Konsumen BI (diolah)
2010
2011
2012
2011
2012
2013
2013 Sumber: Hasil Survei Konsumen BI (diolah)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
116
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Dari sisi fundamental, potensi dorongan inflasi inti diperkirakan masih berasal dari kelompok non tradeable, khususnya yang disebabkan oleh kenaikan Upah Minimum Kota (UMK). Pergerakan harga emas dan kurs rupiah diperkirakan relatif stabil sehingga mengurangi tekanan kelompok ini pada periode laporan. Sementara itu kondisi output gap yang menggambarkan kesenjangan antara sisi permintaan dan penawaran diperkirakan masih berada pada kondisi yang cukup baik dan tidak memberikan dorongan yang signifikan terhadap kenaikan harga, meskipun pada triwulan I-2013 diperkirakan akan terjadi dorongan pada sisi permintaan dan penawaran seiring dengan peningkatan aktivitas ekonomi di Jawa Timur. Namun peningkatan tersebut masih dapat dipenuhi mengingat masih terdapat ruang untuk mengoptimalkan penggunaan kapasitas terpasang pada sektor produksi. Ekspektasi masyarakat atas tingkat inflasi mendatang diperkirakan masih memberikan tekanan. Ekspektasi kenaikan harga 3 bulan yang akan datang berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) dan Survei Pedagang Eceran (SPE) menunjukkan peningkatan baik dari sisi konsumen maupun produsen. Selanjutnya dorongan dari sisi administered price pada triwulan I-2013 diperkirakan mengalami peningkatan. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya potensi dampak kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL), Upah Minimum Kota (UMK) serta cukai rokok di awal tahun diperkirakan menjadi faktor pendorong utama kelompok ini. 6.3 6.3 PROSPEK PERBANKAN JAWA TIMUR Pada triwulan I-2013, kinerja industri perbankan di Jawa Timur diperkirakan sedikit mengalami perbaikan, meskipun terdapat tekanan dari beberapa faktor. Struktur dan pondasi sistem perbankan yang cukup baik diperkirakan masih dapat terjaga terutama ditopang oleh peningkatan fungsi intermediasi oleh perbankan. Pelonggaran suku bunga disertai penyusunan strategi pengembangan usaha yang tepat oleh perbankan diharapkan mampu meningkatkan peran sektor perbankan untuk mendorong perekonomian daerah. Selanjutnya, pertumbuhan kredit oleh perbankan pada triwulan I-2013 diperkirakan mengalami peningkatan, meskipun tidak sebesar pertumbuhan tahun sebelumnya. Tren penurunan suku bunga perbankan diharapkan mampu mendorong pertumbuhan kredit, khususnya pada sektor produktif, namun dalam batas pertumbuhan yang terjaga. Sektor ekonomi andalan Jatim seperti sektor perdagangan, sektor industri pengolahan, sektor konstruksi serta sektor transportasi dan komunikasi pertanian masih menjadi sektor unggulan bagi perbankan untuk dibiayai. Disamping itu, kredit konsumsi juga diperkirakan masih tetap tumbuh stabil.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2012
117
DAFTAR ISTILAH
DAFTAR ISTILAH Administered price Harga barang yang diaur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan setujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan perauran daerah
BI Rate Suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur setiap bulannya
BI--RTGS BI Bank Indonesia Real Time Gross Settlement, yang merupakan suatu penyelesaian kewajiban bayar-membayar (settlement) yang dilakukan secara on-line atau seketika untuk setiap instruksi transfer dana
Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komodias terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut
Dana Pihak Ketiga (DPK) Simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan dan simpanan berjangka
Ekspor dan Impor Dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar provinsi
Faktor Fundamental Faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap, eksernal serta ekspektasi inflasi masyarakat
Fakor Non Fundamental Faktor pendorong inflasi yang berada di luar kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan (volatile foods) serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah (adminisered price)
Financing tto Deposit Ratio (FDR) aau Loan to Deposit Deposit Ratio (LDR) Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam rupiah dan valas. Terminologi FDR unuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank konvensional
Imported inflation Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan harga di luar negeri (eksternal)
Indeks Ekspektasi Konsumen Salah satu pembentuk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang dengan skala 1 – 100
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2012
DAFTAR ISTILAH
Indeks Kondisi Ekonomi Salah satu pembentuk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saa ini dengan skala 1 – 100
Indeks Keyakinan Konsumen Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang dengan skala 1 – 100
Inflasi IHK Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode yang diukur dengan perubahan indeks harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat luas
Inflasi Inti Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices
Inflow Uang yang diedarkan aliran masuk uang kartal ke Bank Indonesia
Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi
Kredit Penyediaan uang atau tagihan yang sejenis, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjammeminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertenttu dengan pemberian bunga, termasuk • Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase agreement (NPA) • Pengambilan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang
Liaison Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan
Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya
Net Inflow Uang yang diedarkan inflow lebih besar dari outflow Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL) Rasio pembiayaan atau kredit macet terhadap otal penyaluran pembiayaan atau kredit oleh bank, baik dalam rupiah dan valas, Terminologi NPF dan pembiayaan untuk bank syariah, sedangkan NPL dan kredit untuk bank konvensional.Kriteria NPF atau NPL adalah (1) kurang lancar, (2) diragukan dan (3) macet
Omset Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi
Outflow Outflow Aliran keluar uang kartal dari Bank Indonesia
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, restribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2012
DAFTAR ISTILAH
Qtq Quarter to quarter. Perbandingan anara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya
Sektor Ekonomi Dominan Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembenttukan PDRB secara keseluruhan
Volatile Food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sanga bergejolak karena faktor-faktor tertentu
Yoy Year on year. Perbandingan antara daa sau tahun dengan tahun sebelumnya
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2012
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR SINGKATAN APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BBM Bahan Bakar Minyak
BOPO Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
BPS Badan Pusat Statistik
IHK Indeks Harga Konsumen
IKK Indeks Keyakinan Konsumen
KPR Kredit Pemilikan Rumah
LDR Loan to Deposit Ratio
LTV Loan to Value
NIM Net Interest Margin
NPF Non Performing Financing
NPL Non Performing Loan
PHR Perdagangan, Hotel dan Restoran
PLN Perusahaan Listri Negara
PMA Penanaman Modal Asing
PMDN Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2012
DAFTAR SINGKATAN
Penanaman Modal Dalam Negeri
PMTB Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto Q-t- Q Quarter to quarter
RBB Rencana Bisnis Bank
Yoy Year on year
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2012