KAJIAN EKONOM I REGIONAL JAWA TIM UR
TRIWULAN III - 2014
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV
Penerbit : Kant or Perw akilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pahlaw an No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011 psw . 8301/8258 Fax : 031-3554178 Email :
[email protected]
Bahan sof t copy dari kajian ini dapat di dow nload pada w eb BI (ht t p://w w w .bi.go.id )
Visi, M isi dan Nilai St rat egis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia : M enjadi lembaga bank sent ral yang kredibel dan t erbaik di regional melalui penguat an nilai-nilai st rat egis yang dimiliki sert a pencapaian inf lasi yang rendah dan nilai t ukar yang st abil
M isi Bank Indonesia : 1. M encapai st abilit as nilai rupiah dan menjaga ef ekt ivit as t ransmisi kebijakan monet er unt uk mendorong pert umbuhan ekonomi yang berkualit as. 2. M endorong sist em keuangan nasional bekerja secara ef ekt if dan ef isien sert a mampu bert ahan t erhadap gejolak int ernal dan ekst ernal unt uk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkont ribusi pada pert umbuhan dan st abilit as perekonomian nasional. 3. M ew ujudkan sist em pembayaran yang aman, ef isien, dan lancar yang berkont ribusi t erhadap perekonomian, st abilit as monet er dan st abilit as sist em keuangan dengan memperhat ikan aspek perluasan akses dan kepent ingan nasional. 4. M eningkat kan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung t inggi nilai-nilai st rat egis dan berbasis kinerja, sert a melaksanakan t at a kelola (governance) yang berkualit as dalam rangka melaksanakan t ugas yang diamanat kan UU.
Nilai
Nilai St rat egis :
Trust and Int egrit y Prof essionalism Coordination and Teamw ork
Excellence
Public Int erest
Visi dan M isi Kant or Perw akilan Bank Indonesia Wilayah IV (Jaw a Timur) M isi Kant or Kant or Perw akilan Bank Indonesia Wilayah IV: dan sist em pembayaran secara ef isien dan opt imal sert a memberikan saran kepada Pemda dan lembaga t erkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah. Visi Kant or Perw akilan Bank Indonesia Wilayah IV: peningkat an
peran dalam
menjalankan t ugas-t ugas Bank Indonesia yang
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang M aha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat w aktu. Kajian triw ulanan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi stakeholders eksternal maupun internal yang berkaitan dengan perkembangan perekonomian, perbankan dan sistem pembayaran di Jaw a Timur baik pada triw ulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah Provinsi Jaw a Timur didasarkan pada data dan informasi yang diperoleh dari berbagai pihak seperti perbankan dan instansi di lingkungan pemerintah daerah, BUM N maupun sw asta. Atas seluruh bantuan tersebut kami mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Harapan kami, hubungan kemitraan yang terjalin selama ini dapat lebih ditingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dan saran untuk lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan kemanfaatan yang maksimal. Semoga Tuhan Yang M aha Pemurah selalu memberikan kekuatan dan kemudahan kepada kita semua dalam memberikan kontribusi yang terbaik bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Jaw a Timur pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Surabaya, 14 November 2014 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV (JAWA TIM UR)
Dw i Pranoto Direktur Eksekutif
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GRAFIK
v
RINGKASAN EKSEKUTIF
x
INDIKATOR M AKRO EKONOM I JAWA TIM UR
xv
INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIM UR
xvi
DAFTAR ISTILAH
xvii
DAFTAR SINGKATAN
xxi
BAB 1
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL 1.1
1
PERTUM BUHAN EKONOM I JAWA TIM UR TW. I 2014
1
1.1.1
SISI PERM INTAAN
2
a.
Konsumsi
3
b.
Invest asi
6
c.
Ekspor - Impor
8
c.1
Ekspor Impor Ant ar Daerah
9
c.2
Ekspor Impor Luar Negeri
10
1.1.2
SISI PENAWARAN
12
a.
Sekt or Perdagangan, Hot el & Rest oran
15
b.
Sekt or Indust ri Pengolahan
17
c.
Pert anian
19
d.
Keuangan, Persew aan dan Jasa
21
e.
Bangunan
22
f.
Pengangkut an dan Komunikasi
24
BOKS 1 PENDALAM AN PROSPEK INVESTASI DAN SUM BER PEM BIAYAAN BOKS 2 PERKEM BANGAN INDUSTRI ROKOK JAWA TIM UR
BAB 2
PERKEM BANGAN INFLASI
26
2.1
KONDISI UM UM
26
2.2
INFLASI BULANAN (mt m)
27
2.3
INFLASI TRIWULAN (qt q)
31
2.4
INFLASI TAHUNAN (yoy)
33
2.5
INFLASI M ENURUT KOTA
36
2.6
DISAGREGASI INFLASI
37
BOKS 3 DAM PAK POTENSI KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI JAWA TIM UR ii
BAB 3
PERKEM BANGAN PERBANKAN &SISTEM PEM BAYARAN 3.1
3.2
43
PERKEM BANGAN KINERJA BANK UM UM
44
3.1.1.
ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF
46
3.1.2.
DANA PIHAK KETIGA (DPK)
46
3.1.3.
KREDIT
48
3.1.4
KREDIT USAHA M IKRO KECIL M ENENGAH (UM KM )
53
STABILITAS SISTEM PERBANKAN
55
3.2.1.
RISIKO KREDIT
56
3.2.2
RISIKO DARI SISI KORPORASI
59
3.3
PERBANKAN SYARIAH
62
3.4
BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
65
3.5
BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA
67
3.6
PERKEM BANGAN SISTEM PEM BAYARAN
69
3.6.1
TRANSAKSI SISTEM PEM BAYARAN TUNAI
69
3.6.2
TRANSAKSI SISTEM PEM BAYARAN NON TUNAI
74
BOKS 4 LIKUIDITAS RUPIAH BAB 4
PERKEM BANGAN KEUANGAN DAERAH
80
4.1
UM UM
80
4.2
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA TIM UR
80
4.2.1
Anggaran Pendapat an Daerah
81
4.2.2
Realisasi Pendapat an Daerah
83
4.2.3
Anggaran Belanja Daerah
84
4.2.4
Realisasi Belanja Daerah
86
4.3
BAB 5
APBD PROVINSI DAN KABUPATEN KOTA JAWA TIM UR
88
4.3.1
Rasio Pendapat an Daerah Provinsi dan Kabupat en Kot a Jaw a Timur
89
4.3.2
Rasio Belanja Daerah Provinsi dan Kabupat en Kot a Jaw a Timur
91
KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT
93
5.1
UM UM
93
5.2
KETENAGAKERJAAN
93
5.2.1
Dat a Ket enagakerjaan Jaw a Timur
93
5.2.2
Survei Kegiat an Dunia Usaha (SKDU)
96
KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT PEDESAAN
97
5.3.1
Kesejaht eraan Pet ani
97
5.3.2
Kesejaht eraan Nelayan
99
5.3
5.4
PROFIL KEM ISKINAN JAWA TIM UR
100
BOKS 5 POTENSI KENAIKAN UM K 2015 BAB 6
PERKIRAAN EKONOM I DAN HARGA 6.1
PERKIRAAN PERTUM BUHAN EKONOM I JAWA TIM UR
104 104
6.2
PERKIRAAN INFLASI JATIM
106
6.3
PROSPEK EKONOM I JAWA TIM UR TAHUN 2014
108
6.4
PROSPEK INFLASI JAWA TIM UR TAHUN 2014
108 iii
DAFTAR TABEL Tabel 1.1
Pert umbuhan Ekonomi Jaw a Timur (Sisi Permint aan)
Tabel 1.2
Pert umbuhan Ekonomi Jaw a Timur Sisi Penaw aran (% , yoy) Inf lasi Triw ulan II Tahun 2014 & Triw ulan III 2014 di Jaw a Timur (mt m)
13 27
Tabel 2.2 Tabel 2.3
Inf lasi & Sumbangan Inf lasi di Jaw a Timur (qt q)
31
Inf lasi Jaw a Timur (yoy) Per Kelompok Barang
34
Tabel 2.4
Komodit as Penyumbang Inf lasi Tahunan Jaw a Timur (yoy) Inf lasi 8 Kot a di Jaw a Timur Tw III-2014
35
Tabel 2.1
Tabel 2.5 Tabel 2.6
Inf lasi 8 kot a di Jaw a Timur per Kelompok Barang & Jasa Triw ulan III-2014 (% yoy)
Tabel 2.8
Sumbangan Inf lasi 8 Kot a di Jaw a Timur Per Kelompok Barang & Jasa Triw ulan III2014 (% yoy) Komodit as Penyumbang Inf lasi Kelompok Volat ile Food (yoy) Tw III-2014
Tabel 2.9
Komodit as Penyumbang Inf lasi Kelompok Core Inf lat ion (yoy) Tw III-2014
Tabel 2.7
2
36 37 37 40 41
Tabel 2.10 Komodit as Penyumbang Inf lasi Kelompok Administ ered Price (yoy) Tw III-2014
42
Tabel 3.1
Perkembangan Indikat or Perbankan ( Bank Umum & BPR ) di Jaw a Timur
43
Tabel 3.2
Perkembangan Indikat or Bank Umum di Jaw a Timur
44
Tabel 3.3
Perkembangan NPL Perbankan
56
Tabel 3.4
Prof il Risiko Kredit Sekt oral Perbankan
60
Tabel 3.5
Perkembangan Indikat or Bank Perkredit an Rakyat di Jaw a Timur (Triliun Rp)
65
Tabel 3.6
Perkembangan Indikat or Bank Berkant or Pusat Di Surabaya (M iliar Rp)
67
Tabel 3.7
Perkembangan Arus Uang Tunai (Inf low -Out f low ) Kant or Bank Indonesia
70
Tabel 3.8
Perput aran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw .IV - 2013
77
Tabel 4.1
Anggaran Pendapat an Daerah Provinsi Jaw a Timur 2014 (Jut a Rupiah) Realisasi Anggaran Pendapat an Belanja Daerah Prov.Jat im Triw ulan III-2014 (jut a Rupiah) Anggaran Belanja Daerah Prov.Jaw a Timur Tahun 2014 Realisasi Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jaw a Timur Tw III Tahun 2014 (Jut a Rupiah) APBD Provinsi dan Kabupat en Kot a Jat im
81
94
Tabel 5.3
Kondisi Ket enagakerjaan di Jaw a Timur Perkembangan Penggunaan Reanaga Kerja Survei Kegiat an Dunia Usaha SKDU Jaw a Timur Nilai Tukar Pet ani di Jaw a
Tabel 5.4
Garis Kemiskinan, Jumlah & Persent ase Penduduk M iskin
Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 5.1 Tabel 5.2
Tabel 5.5 Tabel 6.1
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Jaw a Timur M enurut Daerah Tendensi Arah Inf lasi dan Fakt or Risiko Jat im Tw IV-2014
83 85 87 89
97 98 102 103 106
Tabel 6.2
Tendensi Arah Inf lasi dan Fakt or Risiko Jat im Tahun 2014
109
DAFTAR GRAFIK Graf ik 1.1
Pert umbuhan Ekonomi Sisi Permint aan
2
Graf ik 1.2
St rukt ur Perekonomian
2
Graf ik 1.3
Pert umbuhan Konsumsi dan Invest asi
3
Graf ik 1.4
Pert umbuhan Ekspor Impor
3
Graf ik 1.5
Indeks Omset Riil (SPE)
4
Graf ik 1.6
Konsumsi List rik Rumah Tangga
4
Graf ik 1.7
Indeks kondisi Ekonomi saat ini (IKE)
4
Graf ik 1.8
Kinerja Kredit Konsumsi
4
Graf ik 1.9
Komposisi Kredit Konsumsi (Rumah dan M obil)
5
Graf ik 1.10
Penyaluran Kredit Konsumsi (Rumah dan M obil)
5
Graf ik 1.11
Survei Konsumen Kondisi saat ini
5
Graf ik 1.12
Survei Konsumen Ekspekt asi M asyarakat
5
Graf ik 1.13
Impor Barang Konsumsi
6
Graf ik 1.14
Simpanan Perorangan di Perbankan
6
Graf ik 1.15
Nilai Proyek PM A
7
Graf ik 1.16
Nilai Proyek PM DN
7
Graf ik 1.17
Jumlah Proyek PM A
7
Graf ik 1.18
Jumlah Proyek PM DN
7
Graf ik 1.19
Kinerja PM TB (Invest asi Sekt or Riil)
8
Graf ik 1.20
Penyaluran Kredit Invest asi
8
Graf ik 1.21
Impor Barang M odal
8
Graf ik 1.22
Konsumsi Semen
8
Graf ik 1.23
Kinerja Ekspor Impor Jat im
9
Graf ik 1.24
Kinerja Perdagangan DN
10
Graf ik 1.25
Bongkar M uat Ekspor DN (Tj. Perak)
10
Graf ik 1.26
Kinerja Perdagangan LN
11
Graf ik 1.27
Neraca Perdagangan Ekspor LN
11
Graf ik 1.28
Komodit i Ekspor Jaw a Timur
11
Graf ik 1.29
Kinerja Ekspor Impor LN
12
Graf ik 1.30
Komposisi Impor LN
12
Graf ik 1.31
Pert umbuhan Tiga Sekt or Ut ama
13
Graf ik 1.32
Pert umbuhan Sekt or Pendukung
13
Graf ik 1.33
Pert umbuhan Sekt or Pendukung
14
Graf ik 1.34
Ut ilisasi Kapasit as Produksi
14
Graf ik 1.35
Ut ilisasi Kapasit as Produksi Sekt oral
14 iv
Graf ik 1.36
Indeks realisasi Usaha
15
Graf ik 1.37
Indeks realisasi Usaha Sekt oral
15
Graf ik 1.38
Pert umbuhan Subsekt or PHR
17
Graf ik 1.39
TPK Hot el Berbint ang dan Jumlah Wisman
17
Graf ik 1.40
Lama Wisat aw an M enginap di Hot el
17
Graf ik 1.41
Konsumsi List rik Golongan Bisnis
17
Graf ik 1.42
Pert umbuhan Sekt or Indust ri Pengolahan
19
Graf ik 1.43
Perkembangan Impor Bahan Baku dan Barang M odal
19
Graf ik 1.44
Konsumsi List rik Golongan indust ri
19
Graf ik 1.45
Pert umbuhan Subsekt or Pert anian
20
Graf ik 1.46
Luas Lahan Tanam dan Panen Padi
21
Graf ik 1.47
Luas Lahan Tanam dan PanenJagung di Jat im
21
Graf ik 1.48
Luas Lahan Puso di Jat im
21
Graf ik 1.49
Pert umbuhan Subsekt or Keuangan
22
Graf ik 1.50
Perkembangan Kredit Perbankan di Jat im
22
Graf ik 1.51
Volume Penjualan semen di jat im
23
Graf ik 1.52
Pert umbuhan dan Suku Bunga KPR
23
Graf ik 1.53
Indeks Harga Propert i Residensial
23
Graf ik 1.54
Rat a-Rat a Penjualan Propert i Residensial
23
Graf ik 1.55
Arus Penumpang di Tanjung Perak
24
Graf ik 1.56
Arus Barang di Tanjung Perak
24
Graf ik 1.57
Penumpang Domest ik di Bandara Juanda
25
Graf ik 1.58
Penumpang Int ernasional di Bandara Juanda
25
Graf ik 2.1
Inf lasi Jaw a Timur & Nasional (yoy)
26
Graf ik 2.2
Perbandingan Inf lasi di Kaw asan Jaw a (yoy)
26
Graf ik 2.3
Inf lasi per Kelompok Barang Tw III-2014 (mt m)
27
Graf ik 2.4
Sumbangan Inf lasi Kelompok Barang (mt m)
27
Graf ik 2.5
Inf lasi Komodit as Bumbu-Bumbuan (mt m)
28
Graf ik 2.6
Inf lasi Sub Kelompok Daging (mt m)
28
Graf ik 2.7
Inf lasi Daging dan Telur (mt m)
29
Graf ik 2.8
Inf lasi Transport asi (mt m)
29
Graf ik 2.9
Inf lasi Kelompok Sandang (mt m)
30
Graf ik 2.10
Inf lasi Bidang Pendidikan (mt m)
30
Graf ik 2.11
Inf lasi (qt q) Sub Kelompok Perumahan, Air, List rik, Gas dan Bahan Bakar
31
Graf ik 2.12
Inf lasi (qt q) Sub Kelompok M akanan, M inuman, Rokok dan Tembakau
31
Graf ik 2.13
Komodit as Inf lasi Sub Kelompok BahanBakar, Penerangan dan Air (qt q)
32
Graf ik 2.14
Komodit as Inf lasi Sub Kelompok Pendidikan (qt q)
32 v
Graf ik 2.15
Inf lasi Sub Kelompok Daging dan Hasil-Hasilnya (qt q)
33
Graf ik 2.16
Inf lasi Tahunan (yoy) Sub Kelompok 2013 - 2014
34
Graf ik 2.17
Inf lasi Kelompok Bahan M akanan, M akanan Jadi, Sandang dan Tranpor (yo
34
Graf ik 2.18
Inf lasi Tahunan (yoy) Kelompok M akanan M inuman Tahun 2013 - 2014
35
Graf ik 2.19
Inf lasi (yoy) Kelompok Perumahan, Air, List rik, Gas Tahun 2013 - 2014
35
Graf ik 2.20
Perbandingan Inf lasi Tahunan (mt m) 8 Kot a di Jaw a Timur
36
Graf ik 2.21
Perbandingan Inf lasi Tahunan (yoy) 8 Kot a di Jaw a Timur
36
Graf ik 2.22
Disagregasi Inf lasi Jaw a Timur (yoy)
38
Graf ik 2.23
Perbandingan Disagregasi Inf lasi Jat im & Rat a-Rat anya (yoy)
38
Graf ik 2.24
Disagregasi Inf lasi Jaw a Timur (mt m)
38
Graf ik 2.25
Perbandingan Disagregasi Inf lasi Jat im & Rat a-Rat anya (mt m)
38
Graf ik 2.26
Indeks Keyakinan & Ekspekt asi Konsumen
41
Graf ik 2.27
Ekspekt asi Harga Pedagang yang Akan Dat ang
41
Graf ik 3.1
Perkembangan LDR
45
Graf ik 3.2
Perkembangan LDR per Kelompok Bank
45
Graf ik 3.3
Pert umbuhan Indikat or Ut ama Perbankan (yoy)
45
Graf ik 3.5
Perkembangan Tot al Aset Bank Umum
46
Graf ik 3.6
Proporsi Aset Bank Umum
46
Graf ik 3.7
Perkembangan DPK Bank Umum
46
Graf ik 3.8
Pert umbuhan Dana Pihak Ket iga (y-o-y)
46
Graf ik 3.9
Pert umbuhan Dana Pihak Ket iga (qt q)
47
Graf ik 3.10
Perkembangan DPK per Jenis Simpanan
48
Graf ik 3.11
Komposisi DPK Bank Umum (% )
48
Graf ik 3.12
Perbandingan Suku Bunga Simpanan - BI Rat e
48
Graf ik 3.13
Pert umbuhan Kredit (yoy)
49
Graf ik 3.14
Pert umbuhan Kredit (qt q)
49
Graf ik 3.15
Perkembangan NPL
50
Graf ik 3.16
Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
51
Graf ik 3.17
Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
51
Graf ik 3.18
Pert umbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (yoy)
51
Graf ik 3.19
Pert umbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (qt q)
51
Graf ik 3.20
Proporsi Kredit Sekt oral
51
Graf ik 3.21
NPL Kredit Sekt oral (% )
52
Graf ik 3.22
Perbandingan Suku Bunga Kredit & BI Rat e
53
Graf ik 3.23
Perkembangan Kredit UM KM
54
Graf ik 3.24
Proporsi Kredit UM KM Berdasarkan Bank
54
vi
Graf ik 3.25
Prosent ase Kredit UM KM t erhadap Tot al Kredit
55
Graf ik 3.26
Perkembangan NPL Perbankan
57
Graf ik 3.27
HHI Sekt or Ekonomi
57
Graf ik 3.28
HHI Jenis Penggunaan
57
Graf ik 3.29
Konsent rasi Kredit M enurut Jenis Penggunaan
58
Graf ik 3.30
Konsent rasi Kredit Sekt oral
59
Graf ik 3.31
POD Sekt or Pert ambangan Jaw a Timur
60
Graf ik 3.32
POD SubSekt or Pert ambangan Jaw a Timur
60
Graf ik 3.33
POD Sekt or Konst ruksi Jaw a Timur
61
Graf ik 3.34
POD Sub Sekt or Konst ruksi Jaw a Timur
61
Graf ik 3.35
Transit ion M at rix Juni 2014 s.d. Sept ember 2014
62
Graf ik 3.36
Perkembangan Indikat or Perbankan Syariah(qt q)
63
Graf ik 3.37
Perkembangan Indikat or Perbankan Syariah(yoy)
63
Graf ik 3.38
Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jaw a Timur
63
Graf ik 3.39
Pert umbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy)
63
Graf ik 3.40
Pert umbuhan Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan
64
Graf ik 3.41
Pangsa Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan Non Perf orming Financing (NPF) dan Financing t o Deposit s Rat io (FDR) Perbankan Syariah di Jaw a Timur
64
Graf ik 3.43
Pert umbuhan Dana Pihak Ket iga BPR (% yoy)
66
Graf ik 3.44
Pert umbuhan Kredit BPR (yoy)
Graf ik 3.45
Proporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan
66 66
Graf ik 3.46
Perkembangan LDR & NPL BPR
66
Graf ik 3.47
Pert umbuhan Indikat or Bank Ber-KP di Surabaya (yoy)
67
Graf ik 3.48
Pert umbuhan Indikat or Bank Ber-KP di Surabaya (qt q)
67
Graf ik 3.49
Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya Pert umbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qt q) Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (yoy)
68
Graf ik 3.52
Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya
68
Graf ik 3.53
Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkant or Pusat di Surabaya
69
Graf ik 3.54
Perkembangan Arus Uang Tunai (inf low - out f low ) dalam jut a rupia
71
Graf ik 3.55
Perkembangan Net Flow Jaw a Timur
71
Graf ik 3.56
Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB)
72
Graf ik 3.57
St at ist ik Uang Palsu yg Dit emukan (lembar)
73
Graf ik 3.58
St at ist ik Pecahan Uang Palsu di Jat im (lembar)
73
Graf ik 3.42
Graf ik 3.50 Graf ik 3.51
64
68 68
vii
Graf ik 3.59
Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jaw a Timur
74
Graf ik 3.60
Perkembangan Transaksi RTGS Di Jaw a Timur
75
Graf ik 3.61
Pert umbuhan Transaksi RTGS (QTQ)
76
Graf ik 3.62
6 Kot a Dengan Akt ivit as Transaksi Out going RTGS Terbesar Tw I 2014
76
Graf ik 3.63
Transaksi Kliring di Jat im
78
Graf ik 3.64
Tolakan Transaksi Kliring di Jat im
Graf ik 4.1
Perkembangan APBD Provinsi Jat im
78 80
Graf ik 4.2
Proporsi Anggaran Pendapat an Daerah Jat im Realisasi Pendapat an Asli Daerah Provinsi Jaw a Timur Tw III 2013 dan 2014
82
Graf ik 4.4
Proporsi Anggaran Belanja Tidak langsung Prov. Jat im
85
Graf ik 4.5
Proporsi Anggaran Belanja Langsung Prov. Jat im
86
Graf ik 4.6
Realisasi Anggaran Belanja Tw III 2013 dan 2014
88
Graf ik 4.7
Rasio Kelonggaran Fiskal Provinsi dan Kabupat en Kot a Jaw a
90
Graf ik 4.8
Rasio PAD t hd Tot al Pendapat an Provinsi dan Kabupat en Kot a Jaw a Rasio dana Transf er t hd Tot al Pendapat an Provinsi dan Kabupat en Kot a Jaw a
91
Graf ik 4.3
Graf ik 4.9 Graf ik 4.10
84
91
Rasio Belanja Belanja M Pegaw Provinsi dan Kabupat en dan Kot aKabupat Jaw a en Kot a Rasio odal ai t hd Tot al Belanja Provinsi Jaw a Rasio Belanja Bant uan Sosial t hd Tot al Belanja Provinsi dan Kabupat en Kot a Jaw a
91
Graf ik 5.1
Perkembangan Share Tenaga Kerja Sisi Sekt oral
94
Graf ik 5.2
Penyerapan Tenaga Kerja
95
Graf ik 5.3
Komposisi Tenaga Kerja Formal
95
Graf ik 5.4
Komposisi Bidang Tenaga Kerja Inf ormal
95
Graf ik 5.5
Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sekt or Ut ama
97
Graf ik 5.6
Penyerapan Tenaga Kerja Sekt oral Perubahan NTP Jat im, Indeks harga yang dit erima (lt ), Indeks harga yang dibayar (lb) 2012 - 2013
97
Graf ik 5.8 Graf ik 5.9
Subsekt or NTP Jat im (% ) NTN, IT dan IB Jat im
99
Graf ik 5.10 Graf ik 5.11
M ilai Tukar Nelayan di Jaw a
100 100
Perkembangan Penduduk M iskin di Jaw a Timur (% )
101
Graf ik 6.1
Ekspet asi Konsumen
104
Graf ik 6.2
Ekspet asi Penghasilan
104
Graf ik 6.3
Est imasi realisasi usaha
105
Graf ik 6.4
Est imasi Penggunaan Tenaga Kerja
105
Graf ik 4.11 Graf ik 4.12
Graf ik 5.7
92 92
98
viii
Ringkasan Eksekutif
LAM PIRAN INDIKATOR M AKRO EKONOM I JAWA TIM UR 2013
INDIKATOR
2014
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
139.39
139.55
144.74
145.79
111.29
111.93
113.26
INDEKS HARGA KONSUM EN (IHK) JAWA TIM UR - Kota Surabaya
138.95
139.09
144.18
145.17
110.97
111.76
113.25
- Kota M alang
139.65
140.14
145.31
146.65
111.85
112.46
113.83
- Kota Kediri
138.00
138.82
144.47
145.45
112.17
112.51
113.79
- Kab. Jember
139.66
139.33
144.83
145.65
110.73
111.35
112.20
- Kota Probolinggo
144.54
137.07
141.63
142.29
112.43
112.94
114.19
- Kota M adiun
142.52
144.58
150.44
151.75
110.65
110.95
112.10
- Kab. Sumenep
137.77
142.10
147.45
148.59
- Kab. Banyuw angi
110.34
110.55
112.16
112.39
112.59
112.84
LAJU INFLASI TAHUNAN (Y-O-Y) JAWA TIM UR
6.75
5.93
7.78
7.59
6.75
6.66
4.13
- Kota Surabaya
6.63
5.86
7.76
7.52
6.69
6.57
4.38
- Kota M alang
7.01
6.46
8.16
7.92
7.12
6.91
4.57
- Kota Kediri
6.70
6.05
7.79
8.05
6.76
6.54
3.58
- Kab. Jember
6.51
5.38
7.77
7.21
6.71
6.53
3.22
- Kota Probolinggo
8.20
5.59
8.02
7.98
7.37
7.04
3.60
- Kota M adiun
6.04
6.39
7.22
7.52
6.12
6.42
3.76
- Kab. Sumenep
7.42
5.10
6.76
6.62
5.86
6.00
4.15
6.63
7.17
2.45
- Kab. Banyuw angi
PDRB Harga Konstan (M illiar Rp) - Pertanian - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan
101,592,876
104,838,963
106,972,444
106,024,163
107,954,603
111,021,373
113,291,711
16,210,298
14,378,586
13,851,750
10,889,462
16,353,707
14,415,267
14,608,174
1,949,636
2,177,323
2,270,837
2,299,832
2,038,696
2,240,364
2,315,550
24,618,463
25,452,321
26,272,724
27,153,725
26,296,144
27,185,404
27,717,119
1,405,760
1,398,635
1,475,672
1,461,097
- Listrik, gas, dan air bersih
1,328,343
1,381,232
1,371,165
- Bangunan
3,132,579
3,564,182
3,594,584
3,714,675
3,431,447
3,847,075
3,934,563
32,903,774
34,637,806
35,766,969
36,122,757
35,136,387
37,189,872
38,045,506
- Pengangkutan dan komunikasi
7,707,809
8,393,503
8,800,228
8,936,202
8,440,159
9,025,495
9,238,886
- Keuangan, persew aan, dan jasa
5,594,390
5,865,905
5,954,027
6,041,520
6,023,437
6,298,477
6,431,009
- Jasa
8,147,583
8,988,106
9,090,159
9,460,230
8,835,991
9,343,747
9,539,809
1.42
1.42
1.92
1.65
0.88
0.26
5.46
- Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pertumbuhan (yoy) - Pertanian - Pertambangan dan Penggalian
2.91
2.34
4.72
3.19
4.57
2.90
1.97
- Industri Pengolahan
5.16
6.62
5.36
5.25
6.81
6.81
5.50
- Listrik, gas, dan air bersih
5.61
4.60
4.63
4.16
5.29
6.84
6.56
- Bangunan
8.26
10.53
8.46
8.99
9.54
7.94
9.46
- Perdagangan, Hotel dan Restoran
9.38
8.92
8.52
7.72
6.79
7.37
6.37
- Pengangkutan dan komunikasi
10.98
10.04
10.70
10.06
9.50
7.53
4.98
- Keuangan, persew aan, dan jasa
8.49
8.24
7.39
6.70
7.67
7.37
8.01
- Jasa
5.68
5.72
4.95
4.98
8.45
3.96
4.95
Pertumbuhan PDRB (yoy )
6.57
6.90
6.51
6.21
6.26
5.90
5.91
xviii
LAM PIRAN INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIM UR A. Perbankan INDIKATOR
2013 Tw I
Tw II
2014 Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Bank Umum : Total Asset (Rp. Triliun)
362.32
379.47
406.88
420.52
417.36
442.61
465.12
DPK (Rp. Triliun)
287.82
293.80
313.69
335.31
332.44
350.74
371.46
- Tabungan (Rp. Triliun)
130.08
133.15
140.54
151.77
144.69
147.57
153.40
46.57
45.98
51.85
53.34
52.22
60.44
62.15
- Deposito (Rp. Triliun)
111.16
114.67
121.31
130.19
135.53
142.73
155.89
Kredit (Rp. Triliun) - Bank Pelapor
245.21
265.35
284.35
304.11
304.41
318.60
327.06
- M odal Kerja
142.72
153.43
165.97
181.17
179.72
186.91
192.83
- Investasi
33.43
38.62
41.56
43.96
44.90
46.30
47.93
- Konsumsi
69.06
73.31
76.82
78.98
79.79
85.39
86.3
2.26
2.12
2.02
1.75
2.07
2.12
2.08
85.20%
90.32%
90.64%
90.70%
91.57%
90.83%
88.05%
70.40
78.65
79.16
83.26
84.99
92.29
91.13
3.89
3.56
3.59
3.29
3.72
4.16
4.23
Total Asset (Rp. Triliun)
8.57
8.97
8.80
8.89
9.15
9.43
9.73
DPK (Rp. Triliun)
4.98
5.09
5.30
5.45
5.62
5.74
5.91
- Tabungan (Rp. Triliun)
1.61
1.60
1.65
1.78
1.81
1.81
1.81
- Deposito (Rp. Triliun)
3.38
3.50
3.65
3.67
3.81
3.93
4.09
Kredit (Rp. Triliun)
6.19
6.70
6.88
6.81
7.25
7.71
7.74
- M odal Kerja
4.11
4.48
4.62
4.58
4.85
5.21
5.22
- Investasi
0.20
0.23
0.22
0.25
0.27
0.27
0.27
- Konsumsi
1.88
1.99
2.05
2.00
2.13
2.23
2.25
3.84%
3.77%
4.30%
3.61%
4.18%
4.40%
4.94%
124%
131%
130%
126%
129%
134%
131%
Total Asset (Rp. Triliun)
17.27
18.74
19.23
21.82
25.97
23.05
23.42
DPK (Rp. Triliun)
13.27
13.95
14.03
16.91
16.27
16.59
17.36
- Giro (Rp. Triliun)
1.25
1.30
0.78
0.99
0.84
1.29
1.18
- Tabungan (Rp. Triliun)
4.97
5.29
5.81
6.50
6.23
6.44
6.85
- Deposito (Rp. Triliun)
7.04
7.35
7.44
9.43
9.19
8.86
9.32
12.67
13.81
14.09
15.01
15.79
18.42
18.73
- M odal Kerja
5.40
5.95
6.26
6.86
7.44
6.73
7.69
- Investasi
2.31
2.58
2.51
2.77
2.98
3.32
3.16
- Konsumsi
4.96
5.27
5.32
5.39
5.36
8.37
7.87
Non Performance Financing (NPF) %
1.91
1.97
2.5
2.59
3.74
3.35
3.67
95.50
98.97
100.43
86.76
97.05
111.03
107.92
- Giro (Rp. Triliun)
Non Performing Loan (NPL-Gross) Loan to Deposit Ratio - LDR (% ) Kredit UM KM (Triliun Rp)-Bank Pelapor NPL UM KM Gross (% )
BPR :
Non Performing Loan (NPL-Gross) Loan to Deposit Ratio - (LDR) %
SYARIAH :
Pembiayaan (Rp. Triliun)
Financing to Deposit Ratio (FDR) %
B. SISTEM PEM BAYARAN 2013
INDIKATOR Tw I Inflow (Rp. Triliun)
Tw II
2014 Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
15.99
11.35
18.78
10.98
18.02
12.08
21.11
Outflow (Rp. Triliun)
8.16
11.77
18.05
14.42
8.97
10.69
19.37
Pemusnahan Uang (Rp- Triliun)
1.67
3.28
5.02
4.61
5.16
3.85
3.85
510.00
536.39
518.72
487.32
426.96
466.60
453.24
Nominal Transaksi RTGS Volume Transaksi RTGS Nominal Kliring Kredit (Rp. Triliun) Volume Kliring Kredit (juta lembar) Tolakan Kliring (Rp. Juta) Tolakan Kliring (lembar)
257,086
409,646
387,880
411,368
239,219
239,220
382.144
36.69
49.46
51.73
44.39
44.55
47.21
47.1
1.30
1.38
1.35
1.06
1.17
1.2
1.15
964,720 25,418
774,711 21,488
964,847
707,567
815,636
967,724
982,202
25,638
18,731
19,285
21,384
20,275
Bab 1 Perkembangan Ekonomi M akro Regional
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
KAJIAN EKONOM I REGIONAL (KER) TRIWULAN III 2014
RINGKASAN EKSEKUTIF
Asesmen Perkembangan M akro Ekonomi Kinerja ekonomi Jatim di triwulan III 2014 stabil dan tumbuh sebesar 5,91% (yoy).
Perekonomian Jaw a Timur (Jatim) relatif stabil pada t riw ulan III 2014. Pertumbuhan ekonomi pada triw ulan ini tercatat sebesar 5,91% (yoy), cenderung stabil dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya yang mencapai 5,90% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan periode ini didorong peningkatan konsumsi pemerintah dan investasi. Peningkatan konsumsi pemerintah dipengaruhi pencairan gaji ke-13 serta perbaikan infrastruktur menjelang hari raya idul fitri yang turut mendorong peningkatan investasi. Peningkatan investasi juga didorong pencapaian jumlah proyek dan nilai investasi PM DN yang mencapai titik tertinggi pada triw ulan ini. Komponen lainnya berupa konsumsi rumah tangga terlihat melambat dipengaruhi oleh penurunan daya beli masyarakat. Begitu juga dengan ekspor impor yang menunjukkan tren perlambatan sejalan dengan penurunan kinerja sektor industri pengolahan serta turunnya permintaan dari beberapa negara tujuan ekspor. Dari sisi penaw aran, pertumbuhan posit if terjadi pada sektor Pertanian; Bangunan, Keuangan, Persew aan dan Jasa Perusahaan; serta sektor JasaJasa. Sektor pertanian merupakan sumber pertumbuhan ekonomi paling tinggi pada triw ulan III 2014, tumbuh 5,46% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya yang mencapai 0,26% (yoy). Pertumbuhan di sektor ini disebabkan karena peningkatan kinerja di sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) dan peternakan. Di sisi lain, perlambatan di sektor Industri Pengolahan seiring dengan masih rendahnya kapasitas produksi di triw ulan ini. Penurunan permintaan luar negeri yang terkonfirmasi dari perlambatan kinerja ekspor Jaw a Timur diperkirakan juga menjadi salah satu penyebabnya. Kebijakan-kebijakan yang meningkatkan beban perusahaan seperti peningkatan tarif listrik industri turut memperlambat pencapaian nilai tambah di sektor ini. Perlambatan di sektor PHR disebabkan karena penurunan daya beli masyarakat yang mendorong penurunan sub sektor restoran. Sementara itu, kenaikan biaya operasional di sub sektor hotel pada triw ulan ini menyebabkan tingkat okupansi hotel dan keuntungan mengalami penurunan. Dari sisi perdagangan, ekspor Jaw a Timur yang belum stabil menjadi penyebab berlanjutnya defisit neraca perdagangan luar negeri dan perlambatan pertumbuhan surplus neraca perdagangan domestik.
Asesmen Inflasi Inflasi Jatim menurun di level 4,13% (yoy), lebih rendah dibanding inflasi nasional (4,53% ), yoy.
Inflasi Jatim pada triw ulan III 2014 sebesar 4,13% (yoy) turun dibandingkan triw ulan sebelumnya (6,66% ) dan lebih rendah dibandingkan inflasi nasional (4,53% ). Rendahnya inflasi periode ini karena telah hilangnya dampak base year IHK dari kenaikan bahan bakar minyak (BBM ) pada tahun 2013 lalu. Perhitungan inflasi pada tahun 2014 ini tidak lagi menggunakan Survei Biaya Hidup (SBH) tahun 2007 melainkan menggunakan SBH tahun 2012 dan dilakukan di 8 (delapan) Kabupaten/Kota di Jaw a Timur yaitu Surabaya, M alang, Kediri, Jember, Sumenep, Probolinggo, M adiun dan Banyuw angi.
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur Triwulan III-2014
x
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Penyumbang utama inflasi berasal dari kelompok core inflation (2,74% yoy), disusul oleh administered price (1,14% ) dan terendah volatile food (0,24% ).Tekanan inflasi terbesar bersumber dari administered price (6,48% - yoy), disusul oleh core inflation (4,43% ) dan terendah volatile food (1,37% ). Tingginya inflasi kelompok administered price disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar rumah tangga (LPG 12kg) dan penyesuaian tarip listrik. Sedangkan dimulainya tahun ajaran baru khususnya untuk akademi/perguruan tinggi menjadi pendorong utama inflasi kelompok core inflation . Inflasi kelompok volatile food triw ulan ini tercatat terendah selama 5 (lima) tahun terakhir karena berlanjutnya koreksi harga sub kelompok bumbu-bumbuan dan kembali normalnya konsumsi masyarakat.
Asesmen Perbankan Kinerja perbankan di Jaw a Timur masih terus menunjukkan perkembangan positif, meskipun pertumbuhan kredit melambat di level 14,36% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya (19,30% , yoy).
Aset perbankan tercatat sebesar Rp474,85 triliun atau tumbuh 14,24% (yoy), lebih rendah dibandingkan triw ulan sebelumnya yang tercatat sebesar 16,38% (yoy). Demikian pula dengan pertumbuhan kredit yang melambat cukup signif ikan dari 19,30% (yoy) pada triw ulan II 2014 menjadi 14,36% (yoy) pada triw ulan III 2014. Sementara itu Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh stabil dari sebesar 16,65% (yoy) pada Triw ulan II 2014 menjadi 16,95% (yoy) pada Triw ulan III 2014 dengan nominal Rp 377,37 triliun. Pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kredit mendorong perbaikan risiko likuiditas dari 91,54% (triw ulan II 2014) menjadi 88,72% (triw ulan III 2014). Perbaikan likuiditas dimaksud didukung oleh penurunan risiko kredit atau Non Performance Loan (NPL) dari 2,17% pada triw ulan II 2014 menjadi 2,15% pada triw ulan III 2014. Sementara penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek yang menunjukkan jumlah seluruh dana perbankan yang masuk ke Jaw a Timur mencapai angka Rp387,48 triliun. Kondisi ini menandakan adanya aliran dana bersih yang masuk (net inflow ) ke Jaw a Timur mencapai Rp52,68 triliun, setelah memperhitungkan jumlah kredit yang disalurkan oleh kantor bank yang berdomisili di Jaw a Timur sebesar Rp334,81 triliun. Angka net inflow Rp52,68 triliun ini, lebih tinggi dibandingkan triw ulan sebelumnya yang hanya Rp44,51 triliun.
Prospek Ekonomi dan Inflasi triw ulan IV 2014 Ekonomi Jatim pada triw ulan IV 2014 diperkirakan tumbuh pada rentang 5,50% 5,90% (yoy).
Tren perlambatan ekonomi Jaw a Timur diperkirakan masih terjadi pada triw ulan IV 2014. Perekonomian Jaw a Timur pada triw ulan IV 2014 diperkirakan berada di kisaran 5,50% -5,90% . Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Jaw a Timur masih ditopang oleh peningkatan belanja/konsumsi rumah tangga, konsumsi Pemerintah serta membaiknya kinerja investasi Jaw a Timur. Dikonfirmasi dari hasil Survei Konsumen, kenaikan penghasilan di akhir tahun ini disebabkan karena adanya ekspektasi tambahan gaji atau upah pekerja, seperti bonus akhir tahun dan bonus di hari Natal. Perbaikan kinerja konsumsi Pemerintah Daerah di t riw ulan IV 2014 diperkirakan mampu tumbuh sebesar 0,8% (yoy) seiring dengan semakin tingginya realisasi penyerapan belanja di akhir tahun. Penyerapan belanja Pemerintah Daerah di akhir tahun secara rata-rata mencapai 95% dari rencana belanja yang dianggarkan dalam APBD. Peningkatan realisasi belanja infrastruktur, seperti percepatan pembangunan Tol Trans Jaw a, Frontage Road Ahmad Yani serta Tol Surabaya M ojokerto diperkirakan menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan realisasi belanja di triw ulan IV 2014.
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur Triwulan III-2014
xi
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Sumber pertumbuhan selanjutnya adalah kinerja investasi Jaw a Timur yang relatif membaik. Investasi asing diperkirakan mulai masuk ke Jaw a Timur. Adanya ekspansi usaha dan pembangunan pabrik baru, seperti pabrik semen di Jember yang berkapasitas 1,5 juta ton per tahun diperkirakan mulai menarik investasi asing di akhir tahun ini. Pertumbuhan ekonomi negara maju yang diperkirakan mulai membaik juga berkontribusi pada meningkatnya aliran investasi di Jaw a Timur. Dari sisi penaw aran, hampir semua sektor mengalami peningkatan, terutama sektor pengangkutan dan komunikasi yang diperkirakan mampu tumbuh sebesar 7,30% (yoy), lebih t inggi dibandingkan triw ulan sebelumnya yang mencapai 5,00% (yoy). Peningkatan di sektor ini disebabkan oleh tingginya arus penumpang dan barang menjelang hari Natal dan Tahun Baru. Sektor pendukungnya, Perdagangan, Hotel dan Restoran juga diperkirakan mengalami peningkatan. Sementara itu, sektor pertanian mengalami kontraksi yang relatif signifikan, yakni diperkirakan hanya mampu tumbuh sebesar 0,5% (yoy), melambat dibandingkan triw ulan sebelumnya yang mencapai 5,5% (yoy). Inflasi IHK pada triw ulan IV 2014, diperkirakan berada di kisaran 4,8% s/d 5,1% (yoy).
M encermati perkembangan inflasi terkini dan tracking beberapa indikator harga, maka inflasi kota Jaw a Timur pada triw ulan IV 2014 diperkirakan secara tahunan (yoy) berada di kisaran 4,8% s/d 5,1% . Dari sisi inflasi volatile food, tingkat konsumsi masyarakat diperkirakan mulai meningkat pada akhir November dan mencapai puncaknya pada Desember 2014 sehingga dari sisi permintaan akan mendorong kenaikan harga. Dari sisi supply, pada triw ulan IV 2014 sentra produsen di Jatim telah memasuki musim tanam sehingga berpotensi mengurangi pasokan di masyarakat khususnya komoditas beras dan bumbu-bumbuan, sedangkan El Nino diperkirakan berdampak pada level yang minimal sehingga tidak terlalu mempengaruhi produksi t anaman pertanian Jatim. Beberapa petani mengantisipasi minimnya hujan dengan menanam palaw ija yang tidak membutuhkan pengairan dalam jumlah besar sehingga lahan yang ada tetap dapat dioptimalkan. Dari sisi peternakan, masih terdapat potensi kenaikan harga sub kelompok daging dan hasil-hasilnya, terkait dengan dampak lanjutan pembatasan produksi bibit ayam atau day old chicken (DOC) unt uk melindungi harga dari sisi produsen. M encermati kondisi tersebut, pada triw ulan IV 2014 diperkirakan kelompok ini akan menjadi salah satu penyumbang inflasi terbesar. Kelompok inflasi Administered Prices diproyeksi masih akan mengalami tekanan inflasi yang besar di triw ulan IV 2014. Berbagai tekanan risiko inflasi yang mendorongnya yaitu penyesuaian tarip listrik tahap ke-3 pada November 2014, berlanjutnya penyesuaian harga rokok sebagai dampak lanjutan kenaikan cukai rokok 2013 dan pajak tembakau, potensi kenaikan harga tarif transportasi karena banyaknya hari libur dan potensi penyesuaian harga BBM bersubsidi.
Inflasi kelompok Core Inflation pada triw ulan IV 2014 juga diproyeksi meningkat namun pada level yang moderat. Tekanan utama inflasi diperkirakan berasal dari ekspektasi masyarakat akan tingginya transaksi ekonomi di akhir tahun 2014 sehingga mendorong kenaikan permintaan dan konsumsi. Tekanan inflasi selanjutnya adalah ekspektasi akan kenaikan Upah M inimum Kota pada tahun 2015 yang berpotensi mempengaruhi harga jual karena meningkatnya biaya produksi. Belum stabilnya nilai tukar Rupiah juga menjadi potensi risiko bagi para pelaku usaha karena mempengaruhi harga perolehan biaya produksi yang selanjutnya ditransmisikan kepada harga jual.
Prospek Ekonomi dan Inflasi Tahun 2014 Secara keseluruhan diperkirakan pertumbuhan ekonomi Jatim tahun 2014 mencapai 5,70% -6,10% (yoy), cenderung melambat dibandingkan tahun
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur Triwulan III-2014
xii
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Jatim tahun 2014 diproyeksikan tumbuh pada rentang 5,70-% s.d 6,10% (yoy).
2013 yang mencapai 6,55% . Pertumbuhan ini diyakini masih yang tertinggi dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Jaw a. Dari sisi permintaan, hampir seluruh komponen permintaan mengalami perlambatan, kecuali konsumsi rumah tangga yang diperkirakan masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Jaw a Timur. Secara keseluruhan, di tahun 2014, kinerja perdagangan Jaw a Timur mengalami kontraksi seiring dengan perlambatan kinerja ekspor mineral akibat pemberlakunan UU M inerba. Tantangan ke depan yang harus dihadapi Jaw a Timur adalah pemberlakuan M asyarakat Ekonomi ASEA N 2015. Komoditas unggulan Jaw a Timur diharapkan mampu bersaing dengan komoditas ASEAN baik secara kualitas maupun harga. Teknologi yang tepat guna serta efisiensi produksi diharapkan menjadi langkah strategis Jaw a Timur dalam menjaw ab kebutuhan masyarakat pada high technology goods. Di sisi penaw aran, pendorong utama perbaikan ekonomi Jatim berasal dari sektor utama, Industri Pengolahan dan sektor pendukung (Listrik Gas Air Bersih dan Jasa-Jasa), dan sektor Pertanian. Industri Jaw a Timur yang menjadi backbone industri nasional menyumbang pertumbuhan ekonomi di tahun 2014. Tingginya tekanan industri pengolahan di tahun 2014 mew arnai kinerja Industri Pengolahan. Kenaikan UM K, kenaikan tarif listrik serta rencana peningkatan harga BBM berpengaruh pada kinerja perekonomian Jaw a Timur di tahun ini. Tekanan juga terjadi di sektor keuangan, tren pengetatan kredit di Jaw a Timur juga menjadi salah satu faktor yang menekan kinerja sektor keuangan. Sementara itu, sektor pertanian hingga akhir tahun 2014 tidak signifikan terpengaruh oleh adanya El Nino. Efisiensi w aduk dan irigasi serta penganekaragaman komoditas yang ditanam menjadi salah satu faktor yang menahan penurunan produksi tanaman pangan.
Secara keseluruhan, inflasi akhir tahun diperkirakan mereda di kisaran 4,5+1% .
Tingginya inflasi kelompok administered price akibat kenaikan BBM tahun 2013 telah termoderasi pada triw ulan III 2014, w alaupun meningkat kembali karena kenaikan tarip listrik dan bahan bakar rumah tangga. Dari sisi produksi, adanya bencana banjir dan erupsi Gunung Kelud pada aw al tahun 2014 tidak terlalu berpengaruh terhadap produksi dan tingkat harga Jatim karena upaya pengendalian yang tepat dari Pemerintah Provinsi melalui TPID Jatim. Tekanan inflasi terbesar sepanjang tahun 2014 terjadi pada triw ulan I 2014 karena belum dimulainya musim panen dan triw ulan III 2014 karena adanya Hari Raya Idul Fitri dan banyaknya hari libur. Pada triw ulan IV 2014, tekanan inflasi juga diproyeksi meningkat karena tingginya konsumsi masyarakat menjelang Hari Natal dan Tahun Baru 2014. M engacu pada hal tersebut, inflasi Jatim pada tahun 2014 diperkirakan sesuai dengan arah inflasi nasional yaitu secara tahunan berada di kisaran 4,5% + 1% . Berdasarkan disagregasinya, sampai dengan akhir tahun 2014 secara tahunan kelompok administered price diperkirakan masih mengalami tekanan inflasi terbesar, disusul oleh volatile food dan core inflation . Tekanan inflasi kelompok administered price tahun 2014 diperkirakan berada di kisaran 8% - 10% , relatif lebih rendah dibandingkan tahun 2013 dengan pendorong utama adalah kenaikan harga bahan-bahan rumah tangga, tarip listrik dan transportasi.
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur Triwulan III-2014
xiii
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Tekanan inflasi kelompok volatile food pada akhir tahun 2014 diproyeksi di kisaran 5% - 8% dan lebih dipengaruhi oleh faktor permintaan dan ketersediaan pasokan. Faktor produksi sempat menjadi penyebab tingginya inflasi kelompok ini pada aw al tahun 2014 (berkurangnya produksi akibat banjir dan erupsi Gunung Kelud), namun mereda kembali seiring tibanya musim panen raya. Inflasi kelompok core inflation pada akhir tahun 2014 diperkirakan berada pada kisaran 4% - 5% dengan tekanan utama dari sisi domest ik. Pendorong utama inflasi antara lain kenaikan konsumsi masyarakat karena adanya Hari Natal dan Tahun Baru 2015 serta ekspektasi inflasi akibat penetapan UM K tahun 2015. Selain itu, masih belum stabilnya nilai tukar Rupiah juga berpotensi mempengaruhi biaya produksi pelaku usaha yang bahan bakunya berasal dari impor.
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur Triwulan III-2014
xiv
BAB I
1 1.1.
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL Pertumbuhan Ekonomi Jaw a Timur Triw ulan III 2014 Perekonomian Jaw a Timur (Jatim) menunjukkan pertumbuhan yang stabil pada triw ulan
III 2014. Pertumbuhan ekonomi pada triw ulan ini tercatat sebesar 5,91% (yoy), stabil dibandingkan triw ulan II 2014 (5,90% , yoy). Angka ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nasional yang tercatat sebesar 5,01% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan periode ini didorong peningkatan konsumsi pemerintah dan investasi. Peningkatan konsumsi pemerintah dipengaruhi pencairan gaji ke-13 serta perbaikan infrastruktur menjelang hari raya idul fitri yang turut mendorong peningkatan investasi. Peningkatan investasi juga didorong pencapaian jumlah proyek dan nilai investasi PM DN yang mencapai titik tertinggi pada triw ulan ini. Komponen lainnya berupa konsumsi rumah tangga terlihat melambat dipengaruhi oleh penurunan daya beli masyarakat. Begitu juga dengan ekspor impor yang menunjukkan tren perlambatan sejalan dengan penurunan kinerja sektor industri pengolahan serta turunnya permintaan dari beberapa negara tujuan ekspor. Dari sisi penaw aran, kinerja pertumbuhan ekonomi Jaw a Timur yang cenderung stabil di triw ulan III 2014 tercermin dari peningkatan kinerja beberapa sektor utama yang diim bangi dengan perlambatan sektor lainnya. Pertumbuhan positif terjadi pada sektor Pertanian; Bangunan, Keuangan, Persew aan dan Jasa Perusahaan; serta sektor Jasa-Jasa. Sektor pertanian merupakan sumber pertumbuhan ekonomi paling tinggi pada triw ulan III 2014, tumbuh 5,46% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya yang mencapai 0,26% (yoy). Pertumbuhan di sektor ini disebabkan karena peningkatan kinerja di sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) dan peternakan.
Di sisi lain, perlambatan di sektor Industri Pengolahan
seiring dengan masih rendahnya kapasitas produksi di triw ulan ini. Penurunan permintaan luar negeri yang terkonfirmasi dari perlambatan kinerja ekspor Jaw a Timur diperkirakan juga menjadi salah satu penyebabnya. Kebijakan-kebijakan yang meningkatkan beban perusahaan seperti peningkatan tarif listrik industri turut memperlambat pencapaian nilai tambah di sektor ini. Perlambatan di sektor PHR disebabkan karena penurunan daya beli masyarakat yang mendorong penurunan sub sektor restoran. Sementara itu, kenaikan biaya operasional di sub sektor hotel pada triw ulan ini menyebabkan tingkat okupansi hotel dan keuntungan mengalami penurunan. Dari sisi perdagangan, ekspor Jaw a Timur yang belum stabil menjadi penyebab berlanjutnya defisit neraca perdagangan luar negeri dan perlambatan pertumbuhan surplus neraca perdagangan domestik. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
1
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Jaw a Timur (Sisi Permintaan)
Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Wilayah PDRB (%,yoy) Sisi Permintaan Konsumsi Konsumsi swasta Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Ekspor Impor
7.3
I 6.7
2013 II III 6.9 6.5
IV 6.2
Total 6.5
I 6.3
2014 II 5.9
III 5.9
5.6 6.1 0.2 5.4 11.6 9.8
6.3 6.8 0.3 6.1 8.5 5.6
6.6 6.9 2.8 6.3 6.9 5.0
7.7 8.2 2.9 7.7 5.2 6.0
6.9 7.4 2.3 6.7 6.5 5.4
7.9 8.3 2.6 7.5 9.3 5.7
7.0 8.7 (10.6) 5.1 7.1 5.1
6.9 8.1 (5.9) 6.3 3.5 1.7
2011
2012
7.2 6.6 7.2 1.3 9.7 11.1 7.6
350 300
7.1 7.5 2.5 6.5 5.5 4.9
Pertanian Industri Pengolahan Konstruksi Pengangkutan Dan Komunikasi
Pertambangan Dan Penggalian Listrik, Gas dan Air Bersih Perdagangan , Hotel Dan Restoran Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perush
(Rp. Triliun)
250 200 150 100 50 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2009
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan
2010
2011
2012
2013
2014
Grafik 1.2. Struktur Perekonomian
1.2.1. SISI PERM INTAAN Pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan bersumber dari peningkatan konsumsi pemerintah yang dipengaruhi pencairan gaji ke-13 pada Juli 2014 serta alokasi dana untuk perbaikan infrastruktur jalan menjelang perayaan hari raya idul fitri. Selain itu, peningkatan investasi khususnya PM DN turut mendorong pertumbuhan ekonomi pada triw ulan ini. Sumber perlambatan ekonomi berasal dari menurunnya konsumsi rumah tangga serta kinerja ekspor impor baik dalam maupun luar negeri. Penurunan konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh penurunan daya beli yang disebabkan banyaknya kasus pengurangan pegaw ai di beberapa daerah Jaw a Timur sepanjang tahun 2014. Sedangkan penurunan kinerja ekspor impor dipengaruhi turunnya permintaan beberapa negara tujuan ekspor serta menurunnya kinerja sektor industri pengolahan yang selama ini masih mengandalkan bahan baku impor.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
2
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
16
(%, yoy)
gPDRB
gKons RT
gPMTB
14.00
14
12.00
12
10.00
10
8.00
8
6.00
6
4.00
4
2.00
2
0.00
0
-2.00 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber : BPS Jatim
(%, yoy)
gPDRB
gEkspor
gImpor
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
-4.00 -6.00
Sumber : BPS Jatim
Grafik 1.3. Pertumbuhan Konsumsi & Investasi
Grafik 1.4. Pertumbuhan Ekspor Impor
a. Konsumsi Konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan dipengaruhi penurunan daya beli masyarakat akibat fenomena pemutusan hubungan kerja beberapa industri dalam rangka efisiensi. Kondisi ini dikonfirmasi oleh jumlah penduduk bekerja per Agustus 2014
yang
berkurang sebanyak 247.000 orang dibandingkan Agustus 2013. Selain itu, tingkat pengangguran terbuka Jaw a Timur per Agustus 2014 juga mengalami peningkatan sebesar 0,17% dibandingkan Februari 2014. Selain itu, penurunan kinerja sektoral khususnya PHR dan industri pengolahan turut mempengaruhi melambatnya konsumsi rumah tangga pada triw ulan ini. M eskipun pertumbuhan konsumsi rumah tangga secara yoy lebih rendah dibandingkan triw ulan sebelumnya, secara qtq pertumbuhan konsumsi rumah tangga menunjukkan peningkatan didorong tingginya konsumsi makanan dan non makanan pada momen-momen khusus seperti ramadhan, idul fitri, libur sekolah dan tahun ajaran baru. Peningkatan konsumsi rumah tangga terjadi hampir pada semua komoditas kecuali komoditas peralatan rumah tangga. Kondisi ini dikonfirmasi melalui indeks omset riil yang menunjukkan tren peningkatan dibandingkan tren sebelumnya. Sementara itu, konsumsi listrik rumah tangga juga mengalami perlambatan menjadi 3,66% dibandingkan triw ulan sebelumnya (10,9% , yoy). Kondisi ini diperkirakan terjadi karena masyarakat semakin cermat dalam menggunakan listrik, mengingat pada bulan Juli dan September (Triw ulan III) tahun 2014
terjadi kenaikan tarif listrik untuk semua golongan
pelanggan. Akan tetapi, tingkat konsumsi masyarakat yang melambat ternyata tidak menghambat keyakinan konsumen akan kondisi ekonomi saat ini. Survei konsumen yang dilakukan Kpw BI Wilayah IV menunjukkan kenaikan indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
3
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
hingga mencapai level 129, lebih tinggi dibandingkan triw ulan I dan II tahun 2014. Hal ini turut mendorong optimisme konsumen sebagaimana tercermin dari kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang mencapai level 128 pada periode laporan. M eningkatnya angka IKE pada periode laporan disebabkan kenaikan Indeks Penghasilan Saat Ini, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini serta Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama. Indeks Omset Riil Bahan Bakar Mamin & Tembakau Konstruksi
250 200
Suku Cadang Alat Tulis Perlengkapan Rumah Tangga (rhs) Barang Budaya & Rekreasi (rhs)
Konsumsi Listrik RT
(INDEKS) 700 600
(INDEKS)
gKonsumsi Listrik RT (rhs)
(kwh)
(yoy)
1000 900
14% 12%
800
500
700
10%
150
400
600
8%
100
300
500
200 50
100
-
I
II
III 2011
IV
I
II
III 2012
IV
I
II
III
IV
2013
I
II
III
2014
400
6%
300
4%
200 2%
100
0%
0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2007
Grafik 1.5. Indeks Omset Riil
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Grafik 1.6. Konsumsi Listrik Rumah Tangga
Survei Penjualan Eceran
Di sisi lain, pertumbuhan indeks pembelian barang tahan lama diperkirakan akan sedikit tertahan mengingat terbatasnya penyaluran kredit konsumsi perbankan sebagaimana tercermin dari melambatnya pertumbuhan kredit konsumsi di Jaw a Timur. Perlambatan pertumbuhan ini telah dirasakan sektor keuangan, khususnya jenis kredit konsumsi peruntukan rumah tinggal dan kendaraan bermotor yang tercatat melambat sekitar 8% dibandingkan dengan triw ulan II 2014. Komponen yang masih mengalami pertumbuhan pada triw ulan ini adalah kredit konsumsi yang ditujukan untuk pembelian rumah tipe kecil. Share Kredit Kons. (rhs) 100,000 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 -
gKredit Kons. (rhs) %, yoy 30.00
Rp Miliar
25.00 20.00 15.00 10.00 5.00
0.00 I
II
III 2012
Grafik 1.7. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Kredit Konsumsi
IV
I
II
III 2013
IV
I
II
III
2014
Grafik 1.8. Kinerja Kredit Konsumsi
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
4
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
40,000
(Miliar Rp)
35,000
Sepeda Motor Rmh Tipe Diatas 70 Rmh s.d. Tipe 21
Mobil Rmh Tipe 22 s.d. 70
30,000 25,000 20,000 15,000
10,000 5,000 0 I
II
III
IV
I
2012
II
III
IV
I
II
2013
III
2014
Grafik 1.9. Komposisi Kredit Konsumsi
Grafik 1.10. Penyaluran Kredit Konsumsi
(Rumah & M obil)
(Rumah & M obil)
Sebagaimana telah diinformasikan sebelumnya, bahw a tumbuhnya konsumsi rumah tangga turut tercermin dari hasil Survei Konsumsi (yang dilakukan Kpw BI Wilayah IV) dengan tumbuhnya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) di atas level 128. Kenaikan IKE lebih dominan didorong oleh persepsi masyarakat atas membaiknya tingkat penghasilan, ketersediaan lapangan kerja dan ketepatan w aktu pembelian barang tahan lama saat ini. Beberapa tantangan seperti kenaikan TTL, ketidakpastian arah ekonomi negara berkembang serta penyesuaian respon atas UU M inerba yang tadinya dikhaw atirkan kelompok masyarakat rumah tangga tampaknya sudah dipandang secara optimis pada triw ulan ini. 160
140
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Penghasilan Saat Ini Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
200
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Ekspektasi Penghasilan 6 bulan y.a.d. Kondisi Ekonomi Indonesia 6 bulan y.a.d. Ketersediaan Lapangan Kerja 6 bulan y.a.d.
150
120 100
100
80 60
50
40 20
0
0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2007
2008
2009
2010
2011
Grafik 1.11. Survei Konsumen
2012
2013
2014
Kondisi Saat
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2007
2008
2009
2010
2011
2012
Grafik 1.12. Survei Konsumen
Ini
2013
2014
Ekspektasi
M asyarakat
Hal senada turut diutarakan responden survei pada indikator Ekspektasi Konsumen sebagaimana
terkonfirmasi
dari
peningkatan
keyakinan
konsumen
akan
peningkatan
penghasilan serta ketersediaan lapangan kerja dalam 6 (enam) bulan mendatang. Namun demikian, keyakinan masyarakat akan kondisi ekonomi Indonesia 6 (enam) bulan yang akan datang masih melambat dipengaruhi isu kenaikan BBM serta masa transisi pemerintahan baru. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
5
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
Kondisi perlambatan konsumsi rumah tangga didukung pertumbuhan simpanan perorangan sebagai salah satu sumber pembiayaan konsumsi masyarakat. Tertahannya pertumbuhan variabel ini diduga sebagai dampak dari penurunan daya beli masyarakat akibat kondisi keuangan yang kurang baik. M asyarakat lebih memilih melakukan penyimpanan dana dibandingkan membelanjakan uangnya untuk kepentingan konsumsi. Penerimaan gaji ke-13 serta pesangon dari kegiatan PHK dan pensiun dini perusahaan turut mendorong tumbuhnya dana simpanan masyarakat. Namun demikian, angka pertumbuhan ini masih lebih tinggi dibandingkan kondisi di tahun sebelumnya. Selanjutnya, tracking atas perkembangan kinerja impor barang konsumsi masyarakat Jatim mengindikasikan adanya peningkatan kebutuhan konsumsi barang impor yang didominasi oleh komoditi khususnya kendaraan.
Grafik 1.13. Impor Barang Konsumsi
Grafik 1.14. Simpanan Perorangan di Perbankan
b. Investasi Kinerja investasi di triw ulan III 2014 tumbuh lebih tinggi (5,14% - yoy) dibandingkan dengan triw ulan II 2014 (6,27% % ). Salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan investasi adalah perbaikan infrastruktur jalan menjelang hari raya idul fitri serta kelanjutan pembangunan tol trans jaw a kertosono-mojokerto. Peningkatan investasi terutama berasal dari pertumbuhan Penanaman M odal Dalam Negeri (PM DN) dengan nilai proyek mencapai 11,4 Triliun atau tumbuh sebesar 8,54% (qtq) dan 30% (yoy). Namun demikian, kondisi berbeda terjadi pada Penanaman M odal Asing (PM A) yang mengalami penurunan sebesar 21,58% (qtq) dan 18% (yoy). Berdasarkan hasil liaison dan survei, kenaikan komponen biaya produksi meliputi upah tenaga kerja, tarif energi dan pajak turut memberikan sentimen negatif terhadap minat investor asing maupun dalam negeri untuk berinvestasi di Jaw a Timur. Ditambah dengan masih tingginya hambatan perijinan investasi di tingkat kab/kota terutama di bidang ijin lingkungan serta kesulitan upaya pembebasan lahan. Keterbatasan tenaga kerja siap pakai juga turut menjadi salah satu faktor yang menghambat penanaman modal oleh
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
6
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
investor asing maupun dalam negeri. Sejumlah kontak liaison cenderung untuk w ait and see terhadap kondisi perpolitikan nasional sembari menunggu arah kebijakan pemerintahan baru.
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman M odal
Grafik 1.15. Nilai Proyek PM A
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman M odal
Grafik 1.17. Jumlah Proyek PM A
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman M odal
Grafik 1.16. Nilai Proyek PM DN
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman M odal
Grafik 1.18. Jumlah Proyek PM DN
M eskipun investasi mengalami peningkatan, penyaluran kredit investasi mengalami penurunan menjadi 15,16% (yoy) dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya yang mencapai 19,55% . Sebagaimana telah diinformasikan sebelumnya, berdasarkan hasil liaison , pelaku usaha masih mengambil sikap w ait and see dengan meminimalisasi investasi menunggu arah kebijakan pemerintahan baru khususnya terkait rencana kenaikan tarif energi. Adapun investasi yang dilakukan oleh sebagian besar perusahaan adalah pembelian kendaraan yang dipergunakan untuk kepentingan produksi. Kondisi ini sejalan dengan kinerja sektor pertambangan KTI yang mulai menunjukkan perbaikan. Investasi mesin pada triw ulan ini mengalami penurunan seiring perlambatan yang terjadi pada industri padat modal seperti industri tekstil, industri karet serta barang dari karet, industri makanan serta industri kendaraan bermotor.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
7
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
Sumber : BPS Jatim
Grafik 1.19. Kinerja PM TB (Investasi Sektor Riil)
Grafik 1.20. Penyaluran Kredit Investasi
Grafik 1.21. Impor Barang M odal
Investasi di sektor bangunan turut menunjukkan tren perlambatan sebagaimana dapat dilihat dari kinerja penjualan semen di Jatim. Kondisi ini turut mengkonfirmasi sikap w ait and see para pelaku usaha terhadap kebijakan pemerintah baru 5 (lima) tahun
mendatang.
Grafik 1.22. Konsumsi Semen
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
8
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
c. Ekspor
Impor
Di tengah melambatnya kinerja ekspor impor Jatim, tercatat neraca perdagangan Jatim masih dalam kondisi net ekspor (surplus), yang banyak disumbang dari transaksi ekspor impor dalam negeri. M eskipun pertumbuhan ekspor dalam negeri kembali mengalami perlambatan (dari level 14,21% (yoy) menjadi 13,64% ), namun masih mencatatkan angka surplus, mengingat masih rendahnya angka kebutuhan impor Jatim dari daerah lain. Perlambatan kinerja ekspor dalam negeri masih disebabkan kondisi KTI yang belum pulih sepenuhnya. Sejalan dengan kondisi pada triw ulan II 2014, transaksi perdagangan luar negeri Jatim kembali mencatatkan angka deficit disebabkan oleh menurunnya kinerja ekspor luar negeri dari -1,77% (yoy) menjadi -8,97% , begitu juga dengan impor yang turut mengalami penurunan dari -0,48% (yoy) menjadi -6,88% . Perlambatan kinerja ekspor impor luar negeri lebih disebabkan berkurangnya marjin usaha sebagai akibat dari meningkatnya biaya produksi dan masih tingginya kandungan impor bahan baku.
Sumber : BPS Jatim
Grafik 1.23. Kinerja Ekspor Impor Jatim
c. 1. Ekspor Impor Antar Daerah Di tengah perlambatan kinerja ekspor antar daerah Jatim, kondisi neraca perdagangan masih mencatatkan angka net ekspor (surplus), yang meningkat sebesar 0,21 juta USD dibandingkan triw ulan sebelumnya. Tercatat ekspor antar daerah Jatim menunjukkan sedikit perlambatan dari 14,21% (yoy) menjadi 13,64% didorong kondisi kaw asan timur indonesia sebagai salah satu tujuan ekspor utama Jaw a Timur yang belum pulih sepenuhnya, begitu juga dengan impor turut mengalami perlambatan dari 10,02% menjadi 9,63% . M eskipun secara yoy, ekspor impor antar daerah menunjukkan perlambatan, pertumbuhan secara qtq menunjukkan peningkatan kinerja perdagangan antar daerah.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
9
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
Kondisi ini terutama didorong meningkatnya permintaan kendaraan untuk produksi pertambangan seiring membaiknya kondisi ekonomi kaw asan timur. Selain itu, persiapan menjelang perayaan Idul Adha yang jatuh pada bulan Oktober 2015 turut mendorong ekspor hew an ternak ke w ilayah luar Jaw a Timur. Terjaganya impor antar daerah turut mengkonfirmasi masih stabilnya kinerja sektor industri pengolahan di Jatim. Hal ini berdasarkan data bahw a komoditas impor antar daerah masih didominasi kelompok bahan baku industri Jatim
berupa aneka kayu dan makanan laut. Peningkatan transaksi
perdagangan antar daerah ini terkonfirmasi oleh realisasi yang lebih tinggi pada jumlah volume barang yang dikirim melalui Pelabuhan Tanjung Perak.
4000
Vol Barang
g Jml Barang (rhs)
Ribu Ton
% yoy
100% 80%
3500
60%
3000
40%
2500
20% 2000
0% 1500
-20%
1000
-40%
500
-60%
0
-80% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)
Grafik 1.24. Kinerja Perdagangan DN
2010
2011
2012
2013
2014
Grafik 1.25. Bongkar Muat Ekspor DN (Tj.Perak)
c. 2. Ekspor Impor Luar Negeri Neraca perdagangan luar negeri Jatim kembali mengalami deficit melanjutkan tren penurunan pada triw ulan II 2014. M asih tingginya ketergantungan impor luar negeri khususnya barang modal dan barang konsumsi mendorong pelemahan neraca perdagangan Jatim. Selain itu, komoditas unggulan ekspor Jaw a Timur mengalami penurunan dikarenakan penurunan kinerja sektor industri pengolahan serta turunnya permintaan beberapa negara tujuan ekspor akibat belum stabilnya perekonomian global.
c. 2.1. Ekspor Luar Negeri Kinerja ekspor jatim mengalami penurunan dari -1,77% (yoy) menjadi -8,97% . Perlambatan kinerja ekspor luar negeri jatim dipicu menurunnya volume ekspor komoditas unggulan seperti perhiasan permata, bahan kimia organik, produk hasil olahan tembakau, alas kaki, furnitur serta komoditas kertas. Perlambatan ekspor luar negeri juga dipengaruhi kemampuan sektor industri pengolahan yang menunjukkan penurunan pada triw ulan ini serta turunnya permintaan dari beberapa negara tujuan ekspor seperti Cina, Jepang, Uni Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
10
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
Emirat, Afrika Selatan dan Hongkong. Upaya diversifikasi negara tujuan ekspor pada dasarnya telah dilakukan oleh pemerintah Jaw a Timur, akan tetapi pola permintaan dari negara tujuan ekspor baru yang masih belum stabil, belum dapat mengimbangi proporsi ekspor ke negara mitra dagang utama (Jepang & AS).
Grafik 1.26. Kinerja Perdagangan LN
Grafik 1.27. Neraca Perdagangan Ekspor LN
Grafik 1.28. Komoditi Ekspor Jawa Timur
c. 2.2. Impor Luar Negeri Kinerja impor luar negeri Jatim pada Triw ulan III 2014 menunjukkan penurunan dari -0,48% (yoy) menjadi -6,88% . Impor Jatim yang sebagian besar didominasi oleh barang bahan baku dan barang modal menunjukkan
karakter ekonomi Jatim sebagai daerah
industri. Perlambatan impor periode ini disebabkan menurunnya impor bahan baku sejalan dengan penurunan kinerja sektor industri pengolahan khususnya industri pengolahan tembakau, industri kayu dan industri tekstil, sedangkan jenis barang modal dan barang konsumsi masih mengalami peningkatan. Berdasarkan klasifikasi HS 2 Digit, komposisi impor Jatim pada triw ulan II 2014 masih didominasi oleh komoditas mesin dan alat mekanik (14,16% dari total impor), bungkil industri makanan (9,51% ) serta besi dan baja (6,8% ).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
11
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
Grafik 1.29 Kinerja Ekspor Impor LN
Grafik 1.30 Komposisi Impor LN
1.2.2. SISI PENAWARAN Dari sisi penaw aran, struktur perekonomian Jaw a Timur pada triw ulan III 2014 masih didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR), sektor Industri Pengolahan dan sektor Pertanian. Kontribusi masing-masing sektor tersebut terhadap PDRB Jaw a Timur triw ulan III 2014 sebesar 31,43% (PHR), 26,31% (Industri Pengolahan) dan 14,87% (Pertanian). Kontribusi sektor pertanian cenderung meningkat, sementara kontribusi sektor PHR dan sektor Industri Pengolahan cenderung stabil. Kinerja pertumbuhan ekonomi Jaw a Timur yang cenderung stabil di triw ulan III 2014 (5,91% , triw ulan II 2014: 5,90% ) tercermin dari peningkatan kinerja beberapa sektor utama yang diimbangi dengan perlambatan sektor lainnya. Pertumbuhan positif terjadi pada sektor Pertanian; Bangunan, Keuangan, Persew aan dan Jasa Perusahaan; serta sektor Jasa-Jasa. Sektor pertanian merupakan sumber pertumbuhan ekonomi paling tinggi pada triw ulan III 2014, tumbuh 5,46% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya yang mencapai 0,26% (yoy). Pertumbuhan di sektor ini disebabkan karena peningkatan kinerja di sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) dan peternakan. Pada triw ulan ini masih terdapat panen padi di beberapa w ilayah dengan stok komoditas hortikultura yang masih mencukupi. Di sisi lain, kinerja tanaman palaw ija juga cenderung meningkat akibat bergesernya jenis tanam petani dari komoditas padi ke palaw ija seiring dengan curah hujan yang rendah. Hal ini diperkirakan menjadi pendorong peningkatan sub sektor tabama. Sedangkan
sub sektor
peternakan juga mengalami peningkatan kinerja seiring dengan tingginya permintaan sapi hidup menjelang Idul Adha dan kenaikan harga susu sapi. Pada
triw ulan
III
2014,
sektor
yang
mengalami
perlambatan
adalah
sektor
Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Listrik, Gas, dan Air Bersih; Perdagangan, Hotel, dan Restoran; serta sektor Pengangkutan dan Komunikasi. Sektor yang melambat paling signifikan adalah sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang tumbuh 4,98% (yoy), melambat Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
12
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
dibandingkan triw ulan sebelumnya yang mencapai 7,53%
(yoy). Perlambatan tersebut
bersumber dari perlambatan sub sektor komunikasi dan sub sektor angkutan laut serta angkutan darat. Di musim lebaran tahun 2014, jumlah pemudik tidak setinggi tahun sebelumnya. Selain itu, kenaikan tarif airport tax juga berpengaruh pada penurunan jumlah penumpang udara, sehingga jalur darat lebih banyak digunakan oleh masyarakat. Di sisi lain, perang tarif yang berlangsung antar provider telekomunikasi diperkirakan menurunkan nilai tambah sub sektor ini dan berpengaruh pada kinerjanya di triw ulan III 2014. Keseluruhan hal itu menyebabkan penurunan sektor Pengangkutan dan Komunikasi di triw ulan ini. Penurunan arus pemudik di tahun ini juga menjadi salah satu penyebab perlambatan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Perlambatan sektor Industri Pengolahan seiring dengan masih rendahnya kapasitas produksi di triw ulan ini. Penurunan permintaan luar negeri yang terkonfirmasi dari perlambatan kinerja ekspor Jaw a Timur diperkirakan juga menjadi salah satu penyebabnya. Kebijakankebijakan yang meningkatkan beban perusahaan seperti peningkatan tarif listrik industri turut memperlambat pencapaian nilai tambah di sektor ini.
LAPANGAN USAHA
Tabel.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Jaw a Timur Sisi Penaw aran (% , yoy) 2012 2013
I
II
I
II
1. PERTANIAN
2.76
4.68
4.36
1.95
1.42
1.42
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
5.13
2.01
1.37
1.24
2.91
2.34
4.72
3.19
4.57
2.90
1.97
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
6.23
5.74
7.21
6.17
5.16
6.62
5.36
5.25
6.81
6.81
5.50
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
7.07
6.69
5.25
5.90
5.61
4.60
4.63
4.16
5.29
6.84
6.56
10.18
5.58
6.84
6.10
8.26
10.53
8.46
8.99
9.54
7.94
9.46
9.69
10.61
9.79
10.13
9.38
8.92
8.52
7.72
6.79
7.37
6.37
13.17
8.05
8.79
9.10
10.98
10.04
10.70
10.06
9.50
7.53
4.98
5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
III
IV
III 1.92
IV
2014
1.65
I
II
0.88
0.26
III 5.46
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH.
7.76
8.52
8.18
7.20
8.49
8.24
7.39
6.70
7.67
7.37
8.01
9. JASA-JASA
5.18
4.94
4.63
5.50
5.68
5.72
4.95
4.98
8.45
3.96
4.95
7.27
7.30
7.42
7.10
6.57
6.90
6.51
6.21
6.26
5.90
5.91
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Sumber: BPS Jatim, diolah
Sumber: BPS Jatim, diolah
Grafik 1.31 Pertumbuhan Tiga Sektor Utama
Sumber: BPS Jatim, diolah
Grafik 1.32 Pertumbuhan Sektor Pendukung
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
13
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
Sumber: BPS Jatim, diolah
Grafik 1.33 Pertumbuhan Sektor Pendukung
Grafik 1.34 Utilisasi Kapasitas Produksi
Grafik 1.35 Utilisasi Kapasitas Produksi Sektoral
Salah satu indikator perkembangan kegiatan usaha, melalui Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perw akilan Bank Indonesia Wilayah IV menunjukkan bahw a kinerja dunia usaha di Jaw a Timur pada triw ulan III 2014 secara qtq
masih
menunjukkan pertumbuhan yang positif, tercermin dari indikator realisasi kegiatan usaha yang mengalami kenaikan sebesar 0,52 poin, dengan nilai SBT sebesar 22,46% . Peningkatan kinerja dunia usaha dipengaruhi oleh faktor seasonal (lebaran). Sejalan dengan arah pertumbuhan ekonomi di triw ulan III 2014, secara sektoral, utilisasi kapasitas produksi di sektor Pertanian dan Listrik, Gas, Air Bersih mengalami kenaikan. Sementara itu, utilisasi produksi di sektor Industri Pengolahan cenderung menurun. Ekspektasi pelaku usaha terhadap aktivitas ekonomi pada triw ulan mendatang diperkirakan masih optimis, diindikasikan dari indikator ekspektasi kegiatan usaha yang masih menguat sebesar 4,48 poin dengan SBT sebesar 26,95% .
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
14
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
Grafik 1.37 Indeks Realisasi Usaha Sektoral
Grafik 1.36 Indeks Realisasi Usaha
a.
Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR) Pada triw ulan
III 2014, sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran
mengalami
perlambatan dibandingkan triw ulan sebelumnya dari 7,37% (yoy) menjadi 6,37% (yoy). Perlambatan terjadi di semua sub sektor, terutama sub sektor restoran yang melambat sebesar 2,46% dari 9,45% (yoy) menjadi 6,99% (yoy). Begitu pula di sub sektor perdagangan dan sub sektor hotel yang mengalami perlambatan. Berdasarkan informasi di lapangan, perlambatan yang terjadi di sub sektor restoran disebabkan karena pengaruh tidak langsung dan pengaruh langsung kenaikan LPG 12 kg yang diresmikan oleh Pemerintah. Dikonfirmasi dari Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo), dampak tidak langsung kenaikan harga LPG yaitu mampu menurunkan daya beli masyarakat, sehingga permintaan terhadap produk makanan-minuman ritel menurun. Sementara itu, dampak langsungnya, kenaikan harga LPG 12 kg meningkatkan biaya operasional pengusaha seiring dengan masih terdapatnya usaha restoran dan kafe, terutama yang berskala kecil yang masih menggunakan LPG 12 kg di Jaw a Timur. Kenaikan biaya tidak direspon oleh pengusaha dengan meningkatkan harga jual, sehingga marjin keuntungan cenderung menurun dalam triw ulan ini. Di Jember, pengusaha restoran mengalami penurunan keuntungan di kisaran 10% -20% . Di tahun 2015, diperkirakan sub sektor restoran mampu mengalami peningkatan kinerja. Apkrindo memprediksi akan terjadi kenaikan jumlah restoran dan kafe hingga 15% seiring dengan percepatan pembangunan infrastruktur. Hal ini disebabkan karena sektor usaha kuliner merupakan sektor pendukung properti, seperti hotel, mal, dan infrastruktur jalan. Sehingga, percepatan infrastruktur di Jaw a Timur, seperti ruas jalan M iddle East Ring Road
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
15
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
(M ERR) dan Frontage Road Jl. Ahamad Yani akan mendorong tumbuhnya usaha kuliner baru dan meningkatkan kinerja sub sektor restoran. Perlambatan di sub sektor perdagangan di triw ulan ini, yaitu tumbuh 6,24% (yoy), menurun dibandingkan pertumbuhan triw ulan sebelumnya yang mencapai 6,98% (yoy) disebabkan karena kontraksi perdagangan Jaw a Timur dengan pihak asing maupun pihak lokal. Kinerja perdagangan luar negeri Jaw a Timur menurun secara signifikan. Neraca perdagangan luar negeri Jaw a Timur mengalami net import
sebesar Rp 9,88 triliun, lebih tinggi
dibandingkan triw ulan sebelumnya yang mencapai Rp 8,41 triliun. Belum stabilnya pasar luar negeri di triw ulan ini diperkirakan menjadi salah satu penyebabnya. Sementara itu, kinerja perdagangan antar daerah Jaw a Timur juga menunjukkan perlambatan. Neraca perdagangan domestik Jaw a Timur meskipun masih mencatatkan adanya surplus perdagangan sebesar Rp 22,14 triliun di triw ulan III 2013, namun pertumbuhannya cenderung melambat. Pada triw ulan III 2014, net export perdagangan antar daerah mampu tumbuh 4,02% (yoy), lebih rendah dibandingkan triw ulan sebelumnya yang mencapai 4,19% (yoy). Perlambatan di sub sektor hotel, yaitu tumbuh 6,83% (yoy), melambat dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya yang mencapai 7,24% (yoy) disebabkan karena tingginya tekanan di sub sektor ini yang semakin meningkat. Seiring tingginya biaya operasional sektor perhotelan (tarif listrik, BBM , dan upah pegaw ai) di Jaw a Timur, kinerja sub sektor ini mengalami perlambatan. Beradasarkan informasi dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), tingginya
persaingan
usaha
hotel
dan
penginapan
menyebabkan
pengusaha
tidak
meningkatkan harga sew a per kamar, sehingga keuntungannya cenderung menurun. Pengusaha memilih untuk melakukan efisiensi dengan merumahkan tenaga kerjanya. Sebagai informasi, tingkat persaingan hotel yang tinggi di Jaw a Timur yang tercermin dari peningkatan pertumbuhan hotel baru yang mencapai 40% , tidak sebanding dengan peningkatan pertumbuhan w isataw an yang rata-rata hanya tumbuh sebesar 8% -10% . Hal ini menyebabkan tingkat okupansi hotel di Jaw a Timur hanya mencapai 55% -57% . Penurunan kinerja sub sektor hotel juga tercermin dari konsumsi listrik golongan bisnis yang mengalami penurunan di triw ulan III 2014.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
16
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
Sumber: BPS Jatim , diolah
Grafik 1.38 Pertumbuhan Subsektor PHR
Grafik 1.39 TPK Hotel Berbintang dan Jumlah Wisman
Grafik 1.40
Grafik 1.41
Lama Wisataw an M enginap di Hotel
Konsumsi Listrik Golongan Bisnis
b. Sektor Industri Pengolahan Sektor Industri Pengolahan mengalami perlambatan pada triw ulan III 2014. Industri pengolahan mampu tumbuh sebesar 5,50% (yoy), melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,81% (yoy). Sumber utama pertumbuhan ini terutama berasal dari sub sektor semen dan barang galian bukan logam yang meningkat sebesar 10,27% dari 6,72% (yoy) menjadi 16,99% (yoy). Peningkatan kinerja di sub sektor ini sejalan dengan peningkatan sektor bangunan yang tumbuh 9,46% (yoy), meningkat dibandingkan triw ulan sebelumnya yang mencapai 7,94% (yoy). Kinerja sektor bangunan yang ekspansif mendorong peningkatan permintaan bahan baku bangunan, seperti semen, batu, pasir dan barang galian lainnya. Sumber utama pertumbuhan di sektor Industri Pengolahan selanjutnya adalah sub sektor industri kertas dan barang cetakan. Peningkatan di sub sektor ini disebabkan karena adanya tahun ajaran baru di bulan Juli-Agustus, terutama untuk kalangan mahasisw a. Hal ini meningkatkan permintaan terhadap industri kertas, baik berupa buku tulis, serta textbook.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
17
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
Sumber utama perlambatan di sektor Industri Pengolahan adalah perlambatan di industri logam dasar besi dan baja, industri tekstil dan industri makanan-minuman dan tembakau. Perlambatan industri logam dasar besi dan baja masih merupakan dampak atas penurunan volume ekspor hasil olahan logam (dampak UU M inerba). Hingga triw ulan III 2014, telah terdapat tiga buah smelter (pemurnian baja) yang dalam tahap realisasi pembangunan, yakni di Gresik, Tuban dan Lumajang. Salah perusahaan tambnag terbesar di Indoensia saat ini juga sedang dalam proses mematangkan rencana pembangunan smelter tembaga di Gresik dengan kapasitas produksi 1,8 juta ton konsentrat tembaga di lahan seluas 80 hektar dan total investasi sebesar US $ 2,3 miliar.
Jaw a Timur dipilih sebagai lokasi pembangunan smelter
karena adanya jaminan infrastruktur yang baik, dukungan Pemerintah Daerah yang tinggi serta dekat dengan lokasi industri pengguna produk sampingan. Sumber perlambatan selanjutnya adalah industri tekstil. Pada triw ulan ini terdapat 3 pabrik di Jaw a Timur dan 8 pabrik di Indonesia yang menutup kegiatan usahanya, yaitu 2 pabrik di Surabaya, 1 pabrik di Pandaan, 2 pabrik di Bandung, 1 pabrik di Sragen, 1 pabrik di Pekalongan dan 1 pabrik di Banten. Terdapat ribuan tenaga kerja yang diberhentikan maupun dirumahkan untuk sementara w aktu. Penurunan kinerja ini disebabkan karena tingginya beban listrik di industri tekstil yang mencapai 25% dari total biaya. Beban listrik itu sebanyak 18% 23% digunakan di sektor pemintalan dan 15% -19% digunakan di sektor perajutan. Perlambatan di sub sektor industri makanan-minuman dan tembakau, terutama di industri tembakau juga merupakan sumber perlambatan sektor ini yang telah terjadi dalam beberapa w aktu
terakhir. Berbagai kebijakan
menekan
kinerja sub sektor ini yang
menyebabkan penurunan permintaan dan pangsa pasar industri tembakau di Jaw a Timur. Beberapa pabrik besar, merumahkan pegaw ainya dan memberikan opsi pensiun dini, sementara itu, pabrik rokok yang lain di M alang
juga merumahkan 1.000 karyaw annya.
Industri rokok kecil (golongan III) dengan produksi 0-500 juta batang per tahun juga turut terdampak. Dua pabrik rokok, yaitu di Kabupaten M adiun dan Kabupaten Ngaw i menutup usahanya seiring dengan penurunan permintaan Sigaret Kretek Tangan serta persaingan dengan industri besar yang semakin ketat. Perlambatan di sub sektor makanan-minuman dan tembakau juga disebabkan karena kinerja industri gula di Jaw a Timur yang mengalami kelesuan. Harga pasar berada di baw ah HPP Pemerintah. Harga lelang yang disepakati berada di baw ah HPP (Rp 8.500/kg), bahkan per kilogram mencapai Rp 8.100. Perlambatan di sektor Industri Pengolahan ini juga terkonfirmasi dari pertumbuhan konsumsi listrik industri yang mengalami penurunan serta penurunan impor bahan baku (intermediate goods) di triw ulan III 2014. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
18
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
.
Sumber: BPS Jatim , diolah
Grafik 1.42 Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan
Grafik 1.43
Grafik 1.44
Perkembangan Impor Bahan Baku dan Barang M odal
Konsumsi Listrik Golongan Industri
c. Pertanian Kinerja sektor Pertanian mengalami peningkatan dan koreksi yang relatif signifikan di triw ulan III 2014. Sektor ini mampu tumbuh sebesar 5,46% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan triw ulan sebelumnya yang mencapai 0,26% (yoy). Peningkatan tersebut terjadi di dua sub sektor utama, yaitu sub sektor tanaman bahan makanan yang tumbuh positif dari -1,60% (yoy) menjadi 5,66% (yoy). Selain itu, sub sektor peternakan juga mengalami peningkatan dari -3,02% (yoy) menjadi 1,39% (yoy). Peningkatan di sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) disebabkan karena masih terdapatnya panen padi di beberapa w ilayah, terutama Kabupaten Jember. Selain itu, stok komoditas hortikultura juga masih mencukupi. Di sisi lain, kinerja tanaman palaw ija juga cenderung meningkat akibat bergesernya jenis tanam petani dari komoditas padi ke palaw ija seiring dengan curah hujan yang rendah. M usim kemarau di triw ulan III 2014 direspon petani,
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
19
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
terutama di Kabupaten Tuban, Lamongan dan Bojonegoro dengan penggunaan mesin untuk mengambil air dari aliran sungai Bengaw an Solo. Ketahanan pangan Jaw a Timur hingga akhir tahun 2014 diperkirakan relatif aman. Stok beras saat ini di Bulog mencapai 448.935 ton dan mencukupi untuk kebutuhan selama 10 bulan ke depan. Peningkatan di sub sektor peternakan disebabkan karena peningkatan permintaan sapi hidup menjelang Idul Adha. Dinas Peternakan Jaw a Timur memprediksi terjadinya kenaikan kebutuhan daging hingga 10% akibat pelaksanaan Idul Adha. Kenaikan permintaan siklikal tersebut diperkirakan mendorong kenaikan harga hingga 30% dari harga normal. Kebutuhan sapi kurban diperkirakan sebesar 75.098 ekor, sementara kebutuhan kambing dan domba kurban diperkirakan mencapai 243.989 ekor. Selain itu, perkembangan positif di sub sektor ini juga disebabkan karena peningkatan harga susu sapi di tingkat Industri Pengolahan Susu (IPS) yang mencapai Rp 5.200-Rp 5.400 per liter. Hal itu secara keseluruhan yang meningkatkan nilai tambah sub sektor peternakan.
Sumber: BPS Jatim , diolah
Grafik 1.45 Pertumbuhan Subsektor Pertanian
Pada triw ulan III 2014, kinerja positif di sub sektor perikanan juga mendorong peningkatan kinerja sektor pertanian Jaw a Timur. Gelombang yang relatif stabil meningkatkan hasil tangkapan ikan. Ke depan, dengan adanya pengembangan sistem logistik ikan koridor Jaw a Timur-Sulaw esi Utara dan Jakarta yang dioperasikan di bulan Oktober 2014 diperkirakan harga ikan di level nelayan dapat lebih stabil. Sistem logistik ikan ini menyediakan cold storage yang berkapasitas 300 ton di Kendari, 400 ton di Lamongan dan 1.500 ton di Jakarta dengan nilai investasi sebesar Rp 95 miliar. Pasokan ikan yang berlebihan pada saat musim tangkap dapat disimpan lebih lama dengan teknologi pendingin, sehingga harga ikan dapat lebih stabil.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
20
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
Grafik 1.46 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi
Grafik 1.47 Luas Lahan Tanam & Panen Jagung di Jaw a Timur
Grafik 1.48 Luas Lahan Puso di Jaw a Timur
d. Keuangan, Persew aan, dan Jasa Kinerja sektor keuangan, persew aan, dan jasa perusahaan mengalami peningkatan pada triw ulan III 2014 dari 7,37% (yoy) menjadi 8,01% (yoy). Sub sektor jasa perusahaan, sew a bangunan dan sub sektor bank mengalami kenaikan, sementara sub sektor lembaga keuangan bukan bank mengalami perlambatan. Peningkatan di sub sektor sew a bangunan seiring dengan peningkatan harga sew a rumah maupun ruko, sementara itu peningkatan di sub sektor perbankan seiring dengan perkembangan kinerja bank umum sampai dengan triw ulan III 2014 yang secara umum masih stabil dengan tren perlambatan pertumbuhan kredit yang didukung oleh penurunan risiko kredit. Kinerja perbankan di triw ulan ini didorong oleh peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK). DPK bank umum Jaw a Timur sampai dengan triw ulan III 2014 sebesar Rp 371,46 triliun, meningkat dari 16,72% (yoy) pada triw ulan II 2014 menjadi 17,04% (yoy) pada triw ulan III 2014. Pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dibandingkan kredit mendorong penguatan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
21
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
likuiditas yang tercermin dari penurunan LDR dari sebesar 90,83% menjadi 88,95% . Kebijakan pengetatan kredit masih terjadi di triw ulan ini. Pertumbuhan kredit melambat dari 19,41% (yoy) pada triw ulan II 2014 menjadi 14,41% (yoy) pada triw ulan III 2014 dengan nominal sebesar Rp 327,06 triliun. Secara sektoral, kredit yang disalurkan oleh bank umum dan BPR di Jaw a Timur masih didominasi oleh kredit di sektor Industri Pengolahan (Rp 94,24 triliun) dan sektor PHR (Rp 91,99 triliun). Seiring dengan pertumbuhan di sektor tersebut, pertumbuhan kredit di sektor pertanian cenderung meningkat, sementara di sektor PHR dan Industri Pengolahan cenderung menurun. Perlambatan di sub sektor lembaga keuangan bukan bank di triw ulan ini terutama didorong oleh lembaga asuransi seiring dengan perlambatan ekonomi dan daya beli masyarakat di triw ulan ini. Sementara itu, lembaga pembiayaan (leasing) masih memiliki kinerja yang relatif baik. Salah satu lembaga pembiayaan di Jaw a Timur mulai berfokus pada pembiayaan kendaraan murah (low cost green car) yang mencapai 20% dari total pembiayaan. Diikuti oleh pembiayaan di kendaraan low multipurpose vehicle sebesar 10% dan pembiayaan kendaraan roda dua yang mencapai 70% -80% .
Juta Rp
Aset g Aset
Kredit g Kredit
DPK g DPK (% yoy rhs)
500.000.000
30,00
400.000.000
25,00
300.000.000
20,00
200.000.000
15,00
100.000.000
10,00
-
5,00 I
II
III IV
I
2012
II
III IV
2013
I
II
III
2014
Sumber: BPS Jatim , diolah
Grafik 1.49
Grafik 1.50
Pertumbuhan Sub Sektor Keuangan
Perkembangan Kredit Perbankan di Jatim
e. Bangunan Kinerja sektor bangunan di triw ulan III 2014 mengalami peningkatan yang relatif signifikan. Pada triw ulan ini, sektor bangunan mampu tumbuh sebesar 9,46% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya yang mencapai 7,94% (yoy). Peningkatan ini terkonfirmasi dari hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) yang menunjukkan penjualan rumah mengalami peningkatan, terutama rumah tipe kecil (tipe s.d 22). Peningkatan penjualan rumah tersebut menyebabkan harga properti residensial tipe kecil juga mengalami kenaikan. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
22
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
Kebijakan Loan to Value yang diberlakukan pada tahun 2012 dan 2013 mampu menurunkan kredit pemilikan rumah tipe besar (tipe > 70) dan tipe menengah (tipe 22 s.d 70) di Jaw a Timur. Outstanding kredit rumah tipe kecil pada triw ulan III 2014 mencapai Rp 3.105 triliun, tipe
sedang mencapai Rp 14.519 triliun dan tipe besar mencapai Rp 14.048 triliun. Perkembangan sektor bangunan semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah apartemen, terutama untuk kalangan menengah di Jaw a Timur. M otif investasi yang tinggi tetap menjadi pendorong utama peningkatan permintaan rumah landed house maupun non landed house.
Grafik 1.51
Grafik 1.52
Volume Penjualan Semen di Jaw a Timur
Pertumbuhan dan Suku Bunga KPR
unit
Grafik 1.53
Grafik 1.54
Indeks Harga Properti Residensial
Rata-Rata Penjualan Properti Residensial
Perkembangan infrastruktur di Jaw a Timur tercermin oleh realisasi proyek M P3EI. Terdapat 16 proyek yang sedang dikerjakan dengan tiga buah proyek yang sudah selesai. Tiga proyek yang sudah selesai tersebut antara lain: pertama, Terminal Teluk Lamong dengan kapasitas 1
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
23
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
juta TEUs pada tahap aw al dan 5,5 juta TEUs dalam tahap pengembangan. Kedua, proyek kereta api double track juga menunjukkan realisasi yang penyelesaiannya hampir mencapai 100% . Ketiga adalah proyek Terminal Dua Juanda dengan total investasi mencapai Rp 1,05 triliun.
f.
Pengangkutan dan Komunikasi Kinerja sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triw ulan III 2014 mengalami
perlambatan dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya. Sektor ini melambat dari 7,53% (yoy) menjadi 4,98% (yoy). Perlambatan tersebut bersumber dari perlambatan sub sektor komunikasi dan sub sektor angkutan laut serta angkutan darat. Di musim lebaran tahun 2014, jumlah pemudik tidak setinggi tahun sebelumnya. Selain itu, kenaikan tarif airport tax juga berpengaruh pada penurunan jumlah penumpang udara, sehingga jalur darat lebih banyak digunakan oleh masyarakat. Di sisi lain, perang tarif yang berlangsung antar provider telekomunikasi diperkirakan menurunkan nilai tambah sub sektor ini dan berpengaruh pada kinerjanya di triw ulan III 2014. Keseluruhan hal itu menyebabkan penurunan sektor Pengangkutan dan Komunikasi di triw ulan ini.
Grafik 1.55
Grafik 1.56
Arus Penumpang di Tanjung Perak
Arus Barang di Tanjung Perak
Perlambatan di sub sektor pengangkutan terkonfirmasi oleh penurunan penumpang maupun barang di pelabuhan Tanjung Perak. Selain disebabkan karena penurunan kinerja perdagangan luar negeri maupun domest ik, perlambatan di triw ulan ini juga disebabkan karena adanya penutupan Pelabuhan Tanjung Perak dan Alur Pelayaran Barat Surabaya selama dua hari dari pukul 06.00-11.00 WIB karena adanya peningkatan pergerakan kapal perang menjelang Hari Ulang Tahun TNI ke-69. Pengusaha kapal, Indonesia National Shipow ners Association (INSA) terkonfirmasi mengalami penurunan keuntungan hingga Rp 1-2 miliar akibat
perayaan tersebut.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
24
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
Grafik 1.57
Grafik 1.58
Penumpang Domestik di Bandara Juanda
Penumpang Internasional di Bandara Juanda
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
25
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
BOKS I Pendalaman Prospek Investasi Dan Sumber Pembiayaan Reformasi struktural perekonomian dari consumption-led growth menuju investment-driven grow th sangat diperlukan guna membangun pondasi ekonomi Indonesia yang berkualitas. Kondisi investasi di Jaw a Timur searah dengan tren nasional yang berada di kisaran 20% dengan tingkat pertumbuhan 5,1% , dan share terbesar dari sektor konsumsi mencapai 66% dengan laju pertumbuhan 7,16% pada triw ulan II 2014. M eskipun konsumsi masih menjadi penggerak utama perekonomian Jaw a Timur, prospek investasi di Jaw a Timur sebenarnya cukup menarik bagi investor, Jaw a Timur menempati peringkat utama untuk Penanaman M odal Dalam Negeri (PM DN) dan peringkat keempat untuk Penanaman M odal Asing (PM A).
Gambar 1. Share and Grow th Investasi terhadap PDRB
Untuk menangkap prospek investasi di Jaw a Timur, pendekatan survey dilakukan terhadap 21 PM DN dan 4 PM A di tiga sektor utama yaitu Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR), Industri Pengolahan, dan Pertanian.
Lebih dari setengah (55% ) sumber pembiayaan pelaku usaha
Jaw a Timur berasal dari lembaga non bank, khususnya di dalam sektor Industri Pengolahan dan Pertanian yang mengandalkan kemitraan dan laba perusahaan yang ditahan. Sedangkan, sumber pembiayaan non-bank sektor PHR pada umumnya berasal dari perusahan induk. Kredit investasi tetap menjadi sumber pembiayaan pendukung, akan tetapi hanya digunakan sebagian (10-60% ) dari total kredit dan sisa kelonggaran tarik disimpan sebagai dana cadangan. Berdasarkan survey tersebut, pelaku usaha tidak menunjukan preferensi terhadap pembiayaan luar negeri.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
Tahun
Tw
BI Rate
Pangsa Pembiayaan Investasi (% ) M odal Kerja (% ) Bank Non Bank Bank Non Bank
Total (% )
2013 I II III IV 2014 I II III
BI Rate 5.75 5.75 6.5 7.25 7.5 7.5 7.5
18 29 36 46 29 31 25
Total (% )
82 71 64 54 71 69 75
Total (% )
Total (% )
13 32 31 38 21 25 23
Gambar 2. Sumber Pembiayaan Jaw a Timur M enurut hasil Survey dan Likert Liaison
Hasil likert liaison juga menunjukan perilaku pembiayaan serupa dimana 75% pelaku usaha memilih pembiayaan investasi non-bankdan hanya 25% yang menggunakan pembiayaan perbankan. Perw akilan APINDO Jaw a Timur turut mengkonfirmasi hasil survey dan menyatakan bahw a pelaku usaha di Jaw a Timur didominasi oleh family businesses sehingga sumber pembiayaan investasi banyak berasal dari internal. Rencana Investasi di Jaw a Timur berjalan searah dengan kapasitas produksi perusahaan yang berada dalam tren penurunan semenjak triw ulan II 2013. Akan tetapi, kapasitas utilisasi yang mulai meningkat pada triw ulan II dan III tahun 2014tidak diikuti peningkatan rencana investasi dikarenakan pelaku usaha wait and see akan kondisi politik pasca pemilu. Dari hasil survey, hanya 12% dari pelaku usaha yang menyatakan berminat investasi dalam jangka pendek
menengah, dan 88% menyatakan tidak
berminat investasi. Keputusan untuk tidak berinvestasi disebabkan permintaan pasar yang lesu, merupakan alasan utama penundaan investasi, disusul dengan adanya potensi kenaikan harga BBM bersubsidi dan UM K di Jaw a Timur, akses pembiayaan suku bunga yang mahal, serta kondisi infrastruktur yang tidak mendukung. M eskipun demikian, sekitar 60% pelaku usaha optimis bahw a tren investasi mulai meningkat meskipun adanya risiko kenaikan biaya produksi.
Gambar 3. Rencana dan Prospek Investasi di Jaw a Timur 2014 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
87 68 69 62 78 75 77
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
M eskipun pelaku usaha mulai menyadari peran aktif pemerintah dalam memudahkan perizinan, keringanan pajak usaha, serta pembangunan infrastruktur, pelaku usaha tetap merasa insentif pemerintah di ketiga hal itu masih belum optimal. Berdasarkan hasil survey, perizinan pembangunan usaha serta perizinan usaha masih merupakan tantangan terbesar dalam berinvestasi di Jaw a Timur khususnya karena adanya perbedaan ketentuan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Infrastruktur listrik dan jalanan sudah dinilai cukup kondusif dalam mendukung investasi, akan tetapi infrastrukur pelabuhan di Jaw a Timur masih terbatas dan memakan w aktu yang cukup lama dan biaya yang tinggi untuk kegiatan bongkar muat barang. Dari segi pembiayaan, pelaku usaha berpendapat bahw a prosedur, plafondserta suku bunga yang diberikan saat ini tidak kondusif dalam mendukung iklim investasi di Jaw a Timur.
Gambar 4. Tantangan dan Risiko Investasi di Jaw a Timur
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
BOKS II Perkembangan Industri Rokok Jaw a Timur Jaw a Timur termasuk salah satu sentra industri pengolahan tembakau di w ilayah Jaw a selain Jaw a Tengah. Struktur industri pengolahan tembakau Jaw a Timur didominasi oleh industri rokok kretek dan industri pengeringan/pengolahan tembakau. Industri pengolahan menjadi salah satu tulang punggung perekonomian Jaw a Timur mengingat penerimaan cukai hasil tembakau Jaw a Timur memberikan kontribusi 50% terhadap total penerimaan cukai hasil tembakau nasional. Selain itu, industri pengolahan tembakau merupakan industri terbesar kedua dalam hal penyerapan tenaga kerja sektor industri di Jaw a Timur setelah industri makanan. Dalam hal sumbangan pertumbuhan ekonomi sektor industri pengolahan, sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau memberikan sumbangan terbesar (0,96% ), dimana proporsi industri pengolahan tembakau sebesar 55% hingga 60% dari total sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau.
Dew asa ini, industri pengolahan tembakau khususnya industri rokok menghadapi tantangan beragam yang berpotensi mendorong perlambatan ekonomi. Beberapa tantangan yang dihadapi industri rokok diantaranya perubahan preferensi konsumen dari produk rokok SKT (Sigaret Kretek Tangan) menjadi SKM (Sigaret Kretek M esin), hal ini didorong atas peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan sehingga lebih memilih konsumsi rokok dengan filter untuk mengurangi dampak nikotin. Selain
itu,
UM K
yang
meningkat
setiap
tahun
mendorong perusahaan melakukan strategi otomasi guna meningkatkan efisiensi. Beberapa peraturan yang memberatkan industri rokok juga menjadi pemicu matinya industri rokok dalam negeri khususnya Jaw a Timur.
Dampak dari beragam tantangan diatas adalah fenomena penutupan industri rokok khususnya industri skala kecil dan menengah serta timbulnya aksi PHK dan pensiun dini yang diinisiasi perusahaan. Hingga Oktober 2014, tiga perusahaan rokok besar di Jaw a Timur melakukan PHK dan pensiun dini yang menyebabkan sekitar 11870 orang kehilangan pekerjaan. Jumlah ini berpotensi mendorong peningkatan angka pengangguran sebesar 2% , mengurangi tingkat Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
BAB I
PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
serapan tenaga kerja sektor industri pengolahan Jaw a Timur sebesar 1,41% serta mengurangi tingkat serapan tenaga kerja Jaw a Timur sebesar 0.048% . Selain itu, PHK dan pensiun dini juga berpotensi menambah jumlah penduduk miskin di Jaw a Timur sebesar 0.02% pada Februari 2015.
Kondisi industri rokok yang kurang baik juga ditunjukkan oleh pertumbuhan kredit yang mengalami perlambatan serta NPL yang mengalami peningkatan sejak Triw ulan II 2013. Sedangkan nominal kredit masih mengalami peningkatan hingga Triw ulan III 2013 dan selanjutnya menunjukkan tren menurun. M eskipun demikian, sejak triw ulan III 2014 kondisi pertumbuhan kredit dan NPL industri rokok Jaw a Timur mulai menunjukkan perbaikan didorong peningkatan yang cukup signifikan pada kredit investasi.
Berdasarkan hasil liason Triw ulan III 2014 yang dilakukan pada industri rokok Jaw a Timur, diperkirakan permintaan domestik terhadap produk rokok khususnya SKM masih cukup tinggi dan mendorong peningkatan penjualan serta investasi perusahaan. Akan tetapi peningkatan
biaya khususnya biaya bahan
baku
mengakibatkan
perolehan
margin
perusahaan akan lebih rendah dibandingkan periode-periode sebelumnya.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
Bab 2 Perkembangan Inflasi Jawa Timur
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
2 PERKEM BANGAN INFLASI 2.1 KONDISI UM UM Inflasi Jatim pada triw ulan III 2014 sebesar 4,13% (yoy) turun dibandingkan triw ulan sebelumnya (6,66% ) dan lebih rendah dibandingkan inflasi nasional (4,53% ). Rendahnya inflasi periode ini karena telah hilangnya dampak base year IHK dari kenaikan bahan bakar minyak (BBM ) pada tahun 2013 lalu. Perhitungan inflasi pada tahun 2014 ini tidak lagi menggunakan Survei Biaya Hidup (SBH) tahun 2007 melainkan menggunakan SBH tahun 2012 dan dilakukan di 8 (delapan) Kabupaten/Kota di Jaw a Timur yaitu Surabaya, M alang, Kediri, Jember, Sumenep, Probolinggo, M adiun dan Banyuw angi. Penyumbang utama inflasi berasal dari kelompok core inflation (2,74% -yoy), disusul oleh administered price (1,14% ) dan terendah volatile food (0,24% ).
Tekanan inflasi
terbesar bersumber dari administered price (6,48% - yoy), disusul oleh core inflation (4,43% ) dan terendah volatile food (1,37% ). Tingginya inflasi kelompok administered price disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar rumah tangga (LPG 12kg) dan penyesuaian tarip listrik. Sedangkan dimulainya tahun ajaran baru khususnya untuk akademi/perguruan tinggi menjadi pendorong utama inflasi kelompok core inflation . Inflasi kelompok volatile
food triw ulan ini tercatat terendah selama 5 (lima) tahun terakhir karena berlanjutnya koreksi harga sub kelompok bumbu-bumbuan dan kembali normalnya konsumsi masyarakat.
Grafik 2.1. Inflasi Jaw a Timur & Nasional (yoy)
Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi di Kaw asan Jaw a (yoy)
Dalam konteks spasial Jaw a, inflasi Jaw a Timur menempati urutan kedua terendah setelah Jaw a Barat. Terjaganya inflasi tersebut tidak lepas dari peran serta semua pihak yang dikoordinasikan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jaw a Timur. Realisasi inflasi di kaw asan Jaw a mulai dari yang terendah yaitu Jaw a Barat (3,86% ), Jaw a Timur (4,13% ), DIY (4,54% ), DKI Jakarta (4,84% ), Jaw a Tengah (5,00% ) dan tertinggi di Banten (6,12% ).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
26
BAB II
2.2
PERKEM BANGAN INFLASI
INFLASI BULANAN (mt m) Sepanjang triw ulan III 2014, secara bulanan Jaw a Timur mengalami inflasi yang lebih
tinggi dibandingkan triw ulan II 2014. Inflasi bulanan tertinggi terjadi pada Juli 2014 (0,48% ) yang merupakan puncak konsumsi menjelang Hari Raya Idul Fitri 2014 dan secara bertahap melandai hingga mencapai 0,33% pada September 2014. Berdasarkan rata-rata selama 3 (tiga) bulan terakhir, kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau mengalami tekanan inflasi terbesar (0,73% ), disusul oleh kelompok pendidikan, rekreasi dan olehraga (0,68% ). Tingginya inflasi pada 2 (dua) kelompok tersebut karena kenaikan harga energi (bahan bakar rumah tangga dan tarip listrik) yang dimulai pada Triw ulan III-2014 serta kenaikan biaya pendidikan (SD, SLTP, SLTA dan akademi/perguruan tinggi) seiring dimulainya tahun ajaran baru 2014. Tabel 2.1 Inflasi Triw ulan II Tahun 2014 & Triw ulan III Tahun 2014 di Jaw a Timur (mtm)
No
1 2 3 4 5 6
Kelompok Barang
Tw II-2014 Apr M ay Jun
RataRata
Tw III-2014 Jul Aug Sep
RataRata
Umum
0.01 0.21 0.36
0.19
0.48 0.37 0.33
0.39
Bahan M akanan M amin, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
-1.48 0.78 0.28 -0.37 0.86 0.40
0.92 0.45 0.26 0.51 0.24 0.06
-0.31 0.52 0.27 0.22 0.65 0.16
0.74 0.60 0.17 1.12 0.45 0.24
0.05 0.76 0.85 -0.51 0.25 0.85
0.31 0.73 0.54 0.23 0.31 0.68
0.42 0.42 -0.05
0.26
0.39 -0.08 -0.34
-0.01
7 Transpor, Komunikasi
-0.39 0.31 0.26 0.51 0.86 0.04
0.13 0.82 0.58 0.09 0.24 0.96
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
Kelompok sandang dan transportasi mengalami inflasi yang lebih rendah sebagai dampak penurunan harga emas perhiasan dan kembali normalnya tarif transportasi (angkutan antar kota, angkutan udara dan kereta api) pasca berlalunya peringatan hari besar keagamaan.
Grafik 2.3. Inflasi per Kelompok Barang Tw III-2014 (mtm)
Grafik 2.4. Sumbangan Inflasi Kelompok Barang (mtm)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
27
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
Perkembangan inflasi bulanan secara ringkas selama Triw ulan III-2014 adalah sebagai berikut :
1. Bulan Juli 2014 - Pada Juli 2014 Jaw a Timur mengalami inflasi 0,48% (mtm), naik dibandingkan Juni
2014 (0,36% ) namun lebih rendah dibandingkan inflasi nasional (0,93% ). Inflasi didorong oleh kenaikan harga kelompok sandang (1,12% ) melalui kenaikan harga komoditas emas perhiasan (2,12% ), disusul kelompok bahan makanan (0,73% ) dari kenaikan harga daging sapi (3,13% ) dan beras (0,57% ), dan kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau (0,60% ) dari kenaikan harga pada komoditas rokok kretek filter (0,91% ).
- Tekanan
inflasi terbesar bersumber dari kelompok volatile food (0,70% ) melalui
kenaikan harga sub kelompok daging dan hasil-hasilnya (2,21% ) terutama komoditas daging sapi dan daging ayam ras, serta sub kelompok lemak dan minyak (1,46% ) melalui komoditas kelapa. Tingginya inflasi pada kedua sub kelompok tersebut disebabkan peningkatan permintaan masyarakat berkenaan dengan Hari Raya Idul Fitri 2014. Inflasi kelompok volatile food tertahan oleh koreksi harga pada sub kelompok bumbu-bumbuan (-3,42% ) melalui penurunan harga komoditas cabai raw it (-4,98% ), baw ang putih (-7,80% ) dan baw ang merah (-2,77% ) sebagai dampak melimpahnya pasokan. - Kelompok administered price meningkat mencapai 0,53% (Juni : 0,20% , mtm) melalui
kenaikan tarif transportasi (angkutan antar kota dan tarip kereta api), penyesuaian tarif listrik dan kenaikan harga rokok kretek filter. Inflasi yang lebih tinggi pada kelompok ini tertahan oleh koreksi harga tarif angkutan udara (-1,64% ).
- Inflasi inti baik tradable maupun non tradable juga meningkat, mencapai 0,38% (Juni 2014 : 0,24% ) sebagai dampak lanjutan tingginya ekspektasi masyarakat dan transaksi ekonomi menjelang hari besar keagamaan. Pendorong utama inflasi kelompok ini adalah kenaikan harga emas perhiasan (2,12% ) dan tingkat konsumsi masyarakat untuk menyambut Lebaran 2014 yang meliputi makanan jadi (0,54% ), jasa peraw atan jasmani (1,60% ) dan sandang (1,12% ).
Grafik 2.5. Inflasi Komoditas Bumbu-Bumbuan (mtm)
Grafik 2.6. Inflasi Sub Kelompok Daging (mtm)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
28
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
2. Bulan Agust us 2014
- Jaw a Timur mengalami inflasi 0,37% (mtm), turun dibandingkan Juli 2014 (0,48% ) dan lebih rendah dari Nasional (0,47% ). Inflasi didorong oleh kenaikan harga kelompok pendidikan (0,96% ) melalui kenaikan biaya sekolah dasar (3,57% ) dan kelompok perumahan (0,58% ) melalui kenaikan tarip listrik (3,89% ). Adanya penyesuaian tarip listrik tersebut menyebabkan inflasi kelompok administered price meningkat menjadi 0,74% (Juli 2014 : 0,53% ).
- Inflasi volatile food sebesar 0,16% turun signifikan dibandingkan Juli 2014 (0,70% ). Penurunan inflasi dari sisi supply disebabkan koreksi harga pada sub kelompok bumbubumbuan (-2,70% ) dan sayur-sayuran (-0,75% ) karena melimpahnya pasokan. Sedangkan dari sisi permintaan, disebabkan kembali normalnya pola konsumsi.
- Inflasi core inflation terkendali sejalan dengan minimalnya tekanan dari eksternal dan domestik serta terjaganya ekspektasi masyarakat. Inflasi kelompok ini sebesar 0,39% (Juli 2014 : 0,38% ), dengan tekanan utama berasal dari sub kelompok jasa pendidikan (2,02% ) yang bersifat seasonal seiring tibanya tahun ajaran baru, serta sub kelompok makanan jadi (0,84% ) sebagai dampak lanjutan kenaikan harga beberapa komoditas bahan makanan.
Grafik 2.7. Inflasi Daging dan Telur (mtm)
Grafik 2.8. Inflasi Transportasi (mtm)
- Penahan laju inflasi pada Agustus 2014 adalah sub kelompok bumbu-bumbuan melalui koreksi harga komoditas baw ang merah (-13,17% ), telur ayam ras (-3,48% ) dan tomat sayur (-9,31% ). Kelompok transportasi juga menjadi penahan inflasi karena turunnya tarif angkutan antar kota (-3,22% ) dan kendaraan carter (-4,87% ) karena kembali normalnya arus mobilitas masyarakat. Emas perhiasan yang pada periode sebelumnya masih mengalami inflasi, pada periode ini mengalami deflasi sebesar -0,72% . Penurunan harga emas perhiasan tersebut sejalan dengan transaksi emas dunia, yang terjadi penurunan permintaan emas sebagai dampak penguatan pasar ekuitas USA dan mata uang US$ (dari Rp 11.591/US$ menjadi Rp 11.717/US$), menyebabkan investor asing melakukan aksi tunggu dan menahan investasi dalam bentuk logam mulia. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
29
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
3. Bulan Sept ember 2014
- Pada September 2014 Jaw a Timur mengalami inflasi sebesar 0,33% (mtm), sedikit melambat dibandingkan Agustus 2014 (0,37% ), namun lebih tinggi daripada Nasional (0,27% ). Tekanan inflasi terbesar bersumber dari kelompok administered price (0,47% mtm) sebagai dampak kenaikan harga bahan bakar rumah tangga (LPG 12kg) sebesar 5,34%
yang terjadi pada minggu kedua September 2014 serta berlanjutnya
penyesuaian tarip listrik rumah tangga (0,96% ).
- Kelompok core inflation sedikit meningkat (dari 0,39% -Agustus 2014 menjadi 0,41% September 2014) namun masih relatif terkendali, dengan tekanan terbesar berasal dari kelompok inti non tradable. Setelah pada periode sebelumnya ketiga jenjang pendidikan yaitu sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas memasuki tahun ajaran baru, pada September 2014 dimulai tahun ajaran baru untuk akademi/perguruan tinggi yang mendorong inflasi komoditas ini sebesar 3,74% . Dampak lanjutan kenaikan LPG 12 kg terhadap harga jual makanan jadi juga menjadi pendorong peningkatan inflasi kelompok ini. Dari sisi permintaan, terdapat penurunan sebagai dampak relatif normalnya konsumsi masyarakat.
- Inflasi kelompok volatile food mengalami perlambatan (0,02% ) dibandingkan Agustus 2014 (0,16% ) karena berlanjutnya koreksi harga sub kelompok bumbu-bumbuan khususnya baw ang merah (-12,90% ) dan turunnya harga daging sapi (-2,58% ) yang selama ini persisten mengalami inflasi. Walaupun melambat, namun potensi inflasi masih tetap ada yang terindikasi dari mulai meningkatnya inflasi sub kelompok sayursayuran dan harga komoditas cabai merah.
Grafik 2.9. Inflasi Kelompok Sandang (mtm)
Grafik 2.10. Inflasi Bidang Pendidikan (mtm)
- Penahan inflasi adalah kelompok sandang melalui berlanjutnya penurunan harga emas perhiasan (-3,08% ) dan kelompok transportasi (-0,52% ) melalui koreksi harga angkutan antar kota (-7,79% ) dan angkutan udara (-0,70% ) seiring minimnya hari libur pada September 2014.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
30
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
2.3. INFLASI TRIWULANAN (qt q) Inflasi triw ulanan
pada Triw ulan
III 2014
sebesar 1,19%
(qtq), meningkat
dibandingkan triw ulan II 2014 (0,58% ). Semua kelompok mengalami inflasi dengan sumbangan inflasi terbesar pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (0,40% ) dan kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau (0,36% ). Tabel 2.2 Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jaw a Timur (qtq)
No
1 2 3 4 5
Kelompok Barang Umum Bahan M akanan M amin, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB Sandang Kesehatan
6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 7 Transpor, Komunikasi
Inflasi QTQ Sumbangan Inflasi QTQ 2013 2014 2013 2014 Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 3.72 4.34 2.31 1.57 5.69 0.97
0.73 0.34 1.13 1.57 -1.28 0.47
1.58 0.58 1.90 -0.96 2.07 1.56 1.74 0.81 1.51 0.65 1.36 1.97
1.19 0.92 2.20 1.61 0.70 0.94
2.08 7.87
1.02 1.09
0.47 1.15
2.07 0.18 0.09 -0.03 1.47 0.20
0.50 0.79
3.72 0.91 0.37 0.38 0.37 0.05
0.73 0.07 0.18 0.39 -0.09 0.02
1.58 0.58 1.19 0.39 -0.19 0.19 0.33 0.25 0.36 0.43 0.20 0.40 0.10 0.04 0.05 0.07 0.10 0.05 0.04 0.21
0.04 0.15
0.18 0.00
Sumber : BPS, data diolah
Peningkatan inflasi kelompok perumahan karena penyesuaian harga tarip listrik dan bahan bakar rumah tangga (LPG 12 kg). Dibandingkan triw ulan sebelumnya, tarip listrik meningkat 6,18% (qtq) karena dimulainya penyesuaian tarip listrik rumah tangga sejak 1 Juli 2014 dan secara bertahap meningkat setiap 2 (dua) bulan sekali. Sedangkan bahan bakar rumah tangga meningkat 5,76% melalui penyesuaian harga sebesar Rp1.500/kg yang berlaku sejak minggu ke-2 September 2014. Tingginya inflasi kelompok makanan minuman utamanya dipicu oleh sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol melalui peningkatan harga rokok kretek filter (2,38% ) dan rokok kretek (2,99% ) karena berlanjutnya pembebanan kenaikan cukai rokok dan pajak tembakau secara bertahap.
Grafik 2.11 Inflasi (qtq) Sub Kelompok Perumahan, Air,
Grafik 2.12 Inflasi (qtq) Sub Kelompok M akanan,
Listrik, Gas dan Bahan Bakar
M inuman, Rokok dan Tembakau
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
31
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
Penahan inflasi adalah kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (0,03% ) melalui koreksi harga angkutan antar kota (-4,15% ) dan angkutan udara (-1,73% ) karena kembali normalnya mobilitas masyarakat setelah Hari Raya Idul Fitri. Dari sisi bahan makanan, sub kelompok bumbu-bumbuan juga menjadi penahan inflasi (-8,81% ) melalui penurunan harga komoditas baw ang merah (-26,42% ) dan cabai raw it (-14,62% ). Dengan mencermati tekanan risiko selama triw ulan III 2014, analisis lebih lanjut akan dilakukan terhadap sub kelompok yang mengalami inflasi triw ulanan terbesar yaitu bahan bakar, penerangan dan air (4,64% - qtq), pendidikan (3,87% ) dan daging dan hasil-hasilnya (3,39% ).
Bahan Bakar, Penerangan dan Air Inflasi sub kelompok ini selama tahun 2014 mengalami kenaikan signifikan pada triw ulan I 2014 dan triw ulan III 2014. Berdasarkan grafik 2.13
diketahui
bahw a
pemicu
kenaikan
tersebut adalah harga bahan bakar rumah tangga (LPG 12 kg) yang naik pada Januari 2014
(Rp1.000/kg) dan
September
2014
(Rp1.500/kg). Sedangkan kenaikan tarip listrik
Grafik 2.13 Komoditas Inflasi Sub Kelompok BahanBakar, Penerangan dan Air (qtq)
rumah tangga yang dimulai sejak 1 Juli 2014
memiliki dampak terhadap inflasi yang relatif lebih landai karena pelaksanaannya dibebankan secara bertahap (2 bulan sekali) sehingga tidak memberikan shock yang terlalu signifikan. Besaran tarif kenaikan listrik ini menyesuaikan dengan perubahan faktor yang mempengaruhi biaya pokok penyediaan listrik yaitu nilai tukar Rupiah terhadap US$, harga minyak dan tingkat inflasi.
Pendidikan Inflasi sub kelompok ini terjadi pada bulan Agustus dan September 2014 sebagai dampak dimulainya
tahun
ajaran
baru.
Hal
ini
menyebabkan pada triw ulan III 2014 inflasi sub kelompok
pendidikan
meningkat
menjadi
3,87% melalui peningkatan biaya pendidikan sekolah dasar (4,14% ), sekolah menengah Grafik 2.14 Komoditas Inflasi Sub Kelompok Pendidikan (qtq)
pertama (4,75% )
(3,75% ), dan
sekolah
menengah
akademi/perguruan
atas tinggi
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
32
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
(3,74% ). Sesuai pola historis, kenaikan biaya pendidikan SD, SLTP dan SLTA terjadi lebih cepat dan disusul oleh kenaikan biaya akademi/perguruan tinggi pada bulan selanjutnya. Walaupun meningkat signifikan, namun inflasi sub kelompok ini bersifat seasonal sehingga hanya terjadi menjelang tahun ajaran baru. Jaw a Timur secara konsisten mengalami kenaikan inflasi sub kelompok pendidikan karena banyaknya lembaga pendidikan khususnya SLTA dan akademi/perguruan tinggi sehingga menarik masyarakat dari daerah lain untuk menimba ilmu di Jaw a Timur, yang selanjutnya mendorong kenaikan biaya operasional dan biaya pendidikan.
Daging dan Hasil -Hasilnya Pada triw ulan III 2014, sub kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami inflasi sebesar 3,39% (qtq), turun dibandingkan Triw ulan II-2014 yang mencapai 6,05% . Turunnya inflasi sub kelompok ini karena melambatnya inflasi daging ayam ras dari 13,20% (Juni 2014-qtq) menjadi 5,82% (September 2014). Inflasi komoditas daging ayam ras lebih disebabkan faktor
supply dari peternak yaitu keterbatasan stok akibat siklus musiman dimana para peternak belum
dapat
memanen
hew an
ternak
mereka. Walaupun daging ayam ras masih mengalami inflasi, namun pada tingkat yang lebih
rendah
dibandingkan
triw ulan
sebelumnya karena turunnya permintaan Grafik 2.15 Inflasi Sub Kelompok Daging dan
masyarakat setelah berakhirnya Hari Raya Idul
Hasil-Hasilnya (qtq)
Fitri. Di sisi lain, inflasi daging sapi sedikit meningkat dibandingkan triw ulan sebelumnya (dari 0,55% menjadi 0,72% ). Peningkatan tersebut karena akan tibanya hari besar keagamaan Idul Adha sehingga mendorong tingginya permintaan sapi.
2.4. INFLASI TAHUNAN (yoy) Secara tahunan, inflasi Jaw a Timur pada triw ulan III 2014 mencapai 4,13% turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (7,78% ) dan lebih rendah dari inflasi nasional (4,53% ). Turunnya inflasi tahunan ini karena telah hilangnya dampak base year IHK kenaikan BBM yang terjadi pada Juni 2013. Berdasarkan kelompoknya, kenaikan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau (7,20% ), disusul oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (5,48% ) dan kelompok kesehatan (5,02% ). Sedangkan berdasarkan sumbangannya, kelompok perumahan, air,
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
33
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
listrik, gas dan bahan bakar menjadi penyumbang inflasi terbesar (1,35% ) disusul oleh kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau (1,19% ) dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (0,52% ). Tingginya sumbangan inflasi ketiga kelompok di atas karena adanya berbagai kebijakan pemerintah selama 1 (satu) tahun terakhir seperti kenaikan harga LPG 12 kg yang juga mempengaruhi harga makanan jadi, kenaikan tarip listrik dan penyesuaian tarif angkutan udara dan kereta api menuju batas atas. Selain itu adanya bencana alam di aw al tahun 2014 (banjir dan erupsi Gunung Kelud) juga sempat mempengaruhi inflasi bahan makanan namun dapat segera dikendalikan pada periode berikutnya. Tabel 2.3 Inflasi Jaw a Timur (yoy) Per Kelompok Barang
No
Kelompok Barang
Inflasi YOY Sumbangan Inflasi YOY 2013 2014 2013 2014 Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
Umum 1 Bahan M akanan 2 M amin, Rokok & Tembakau 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB
7.78 13.20 5.83 5.46
7.59 11.78 6.19 6.09
6.59 5.98 6.46 5.41
6.66 6.42 7.25 5.40
4.13 1.95 7.20 5.48
7.78 2.76 0.93 1.33
7.59 2.38 1.00 1.50
6.59 1.23 1.05 1.33
6.66 1.28 1.19 1.33
4.13 0.39 1.19 1.35
4 Sandang 5 Kesehatan
-0.29 -1.88 1.88 3.80 3.59 3.95
5.01 4.95
2.50 -0.02 -0.12 0.12 5.02 0.19 0.18 0.19
0.33 0.25
0.17 0.25
6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 7 Transpor, Komunikasi
2.91 3.63 2.65 3.00 3.64 12.61 12.94 13.33 10.67 2.79
0.26 2.00
0.31 0.52
0.25 0.32 2.36 2.42
0.23 2.47
Sumber: BPS, data diolah
Jika dibandingkan triw ulan III 2013 terlihat
bahw a terdapat perubahan arah inflasi.
Kelompok bahan makanan dan transportasi mengalami penurunan inflasi tahunan yang signifikan sebagai akibat telah hilangnya dampak kenaikan harga bumbu-bumbuan (kebijakan pengendalian impor hortikultura) dan hilangnya base year IHK kenaikan harga BBM pada Juni 2013. Sedangkan kelompok makanan minuman dan kesehatan meningkat dibandingkan triw ulan III 2013 karena dampak lanjutan kenaikan harga bahan bakar rumah tangga terhadap makanan jadi serta adanya pembebanan PPN BM terhadap barang kebutuhan sehari-hari.
Grafik 2.16 Inflasi Tahunan (yoy) Sub Kelompok 2013 -
Grafik 2.17 Inflasi Kelompok Bahan M akanan, M akanan
2014
Jadi, Sandang dan Tranpor (yoy) 2010-2014
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
34
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
Grafik 2.18. Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok M akanan
Grafik 2.19. Inflasi (yoy) Kelompok Perumahan, Air, Listrik,
M inuman Tahun 2013 - 2014
Gas Tahun 2013 - 2014
Berdasarkan sub kelompoknya, peningkatan inflasi tertinggi pada kelompok makanan minuman terjadi pada sub kelompok minuman yang tidak beralkohol (dari 2,06% menjadi 5,61% ) melalui kenaikan harga komoditas es (16,10% ), minuman ringan (10,89% ) dan ice
cream (10,69% ). Sedangkan untuk kelompok perumahan, tekanan inflasi terbesar terjadi pada sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air melalui kenaikan harga tarip listrik (11,38% ) dan bahan bakar rumah tangga (16,79% ). Tabel 2.4 Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Jaw a Timur (yoy)
Komoditas
Inflasi Inflasi
Sumbangan
Angkutan Udara
35.20
0.3444
Tarip Listrik
11.38
Bahan Bakar RT Daging Sapi
Komoditas
Deflasi Deflasi
Sumbangan
Bawang Merah
-42.39
-0.1603
0.3215
Cabai Rawit
-57.86
-0.0976
16.79
0.3059
Emas Perhiasan
-4.28
-0.0592
14.10
0.1555
Gula Pasir
-9.57
-0.0585
Tukang Bukan Mandor
6.84
0.1183
Tomat Sayur
-21.15
-0.0269
Rokok Kretek Filter
7.62
0.1171
Cabai Merah
-28.23
-0.0221
11.05
0.0956
Melon
-14.39
-0.0206
Mie
7.14
0.0942
Semangka
-14.43
-0.0202
Akademi/Perguruan Tinggi
7.16
0.0940
Angkutan Antar Kota
-3.29
-0.0146
0.0933
Telepon Seluler
-1.01
-0.0094
Minyak Goreng
Es
16.10
Sumber: BPS, data diolah
Pada tabel di atas tampak bahw a 10 (sepuluh) besar komoditas penyumbang utama
inflasi adalah komoditas yang termasuk dalam administered price sedangkan komoditas penyumbang deflasi adalah komoditas volatile food . Hal ini mencerminkan bahw a tekanan inflasi terbesar di Jaw a Timur selama 1 (satu) tahun terakhir berasal dari kelompok administered price.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
35
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
2.5. INFLASI M ENURUT KOTA Dari 8 (delapan) kabupaten/kota yang diukur inflasinya oleh BPS, secara tahunan inflasi tertinggi terjadi di Kota M alang (4,57% ), disusul oleh Surabaya (4,38% ), Sumenep (4,15% ), M adiun (3,76% ), Probolinggo (3,60% ), Kediri (3,58% ), Jember (3,22% ) dan terendah di Banyuw angi (2,45% ). Secara bulanan, Surabaya dan Jember mengalami inflasi tertinggi (0,41% ) disusul Kediri (0,34% ), M alang (0,26% ), Sumenep (0,25% ), Banyuw angi (0,11% ), M adiun (0,07% ) dan terendah Probolinggo (0,04% ). Tabel 2.5 Inflasi 8 Kota di Jaw a Timur Tw III-2014
Wilayah Jawa Timur Surabaya M alang Kediri Jember Sumenep Probolinggo M adiun Banyuw angi
Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi Tahunan (yoy) 2013 2014 2013 2014 Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 3.72 0.73 1.58 0.58 1.19 7.78 7.59 6.59 6.66 4.13 3.66 3.69 4.07 3.95 3.33 4.05 3.77
0.69 0.92 0.68 0.57 0.46 0.87 0.77
1.65 1.51 1.35 1.32 1.63 1.13 1.71 1.82
0.71 0.55 0.30 0.56 0.19 0.45 0.27 0.18
1.33 1.22 1.14 0.76 1.46 1.11 1.04 0.22
7.75 8.17 7.78 7.77 6.79 8.02 7.23
7.52 7.92 8.05 7.21 6.63 7.96 7.52
6.36 7.19 7.00 6.50 5.45 7.22 6.23 6.71
6.57 6.91 6.54 6.53 6.00 7.04 6.42 7.17
4.38 4.57 3.58 3.22 4.15 3.60 3.76 2.45
Sumber: BPS, Data diolah.
Lebih tinggi dari inflasi Jatim
Pada tabel di atas tampak bahw a trend inflasi tahunan yang lebih tinggi dari Jaw a Timur terjadi di Kota M alang, Kota Probolinggo dan Kota Surabaya. Sedangkan trend inflasi yang lebih rendah terjadi di Kab. Jember, Kab. Kediri dan Kab. M adiun. Tingginya inflasi di daerah perkotaan selain karena tidak memiliki produksi pangan sehingga tergantung pada daerah lain, juga karena daya beli masyarakatnya lebih tinggi sehingga mendorong peningkatan konsumsi.
Grafik 2.21. Perbandingan Inflasi Tahunan (mtm)
Grafik 2.22. Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy)
8 Kota di Jaw a Timur
8 Kota di Jaw a Timur
Berdasarkan kelompok pengeluaran bulanan, inflasi tertinggi di 8 (delapan) Kab/Kota tersebut terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga, serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Jember mengalami inflasi terbesar pada
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
36
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
kelompok pendidikan (2,10% -mtm) karena tingginya jumlah mahasisw a baru yang meningkatkan ekspansi lembaga pendidikan disana. Sedangkan inflasi tertinggi kelompok perumahan terjadi di Probolinggo (1,49% ) karena tingginya kenaikan harga bahan bakar rumah tangga yang mencapai 9,1% (lebih tinggi dibandingkan Jatim yang sebesar 5,34% ). Tabel 2.6 Inflasi 8 kota di Jaw a Timur per Kelompok Barang & Jasa Triw ulan III-2014 (% yoy)
Kelompok Barang
Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun Banyuwangi
Umum
4.13
4.38
4.57
3.58
3.22
4.15
3.60
3.76
2.45
Bahan M akanan
1.95
2.35
1.97
-0.98
2.53
2.34
2.78
-0.74
1.23
M amin, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi
7.20 5.48 2.50 5.02 3.64 2.79
8.26 5.39 2.20 5.28 3.57 2.66
6.57 6.08 2.20 4.58 2.93 4.91
7.20 5.47 3.61 6.27 4.49 2.33
5.88 4.16 0.77 7.56 4.64 0.68
8.57 4.61 3.49 5.25 6.12 1.64
4.34 7.70 4.58 1.94 3.19 0.65
8.29 5.74 1.92 3.80 4.87 1.72
0.63 4.42 5.72 2.52 2.95 2.57
Sumber : BPS, data diolah
Sedangkan berdasarkan kelompok barang penyumbang inflasi, tekanan utama inflasi di 8 (delapan) Kab/Kota bersumber dari kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (rata-rata menyumbang 1,17% -yoy) dan kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau (1,05% ). Hal ini selain karena tingginya inflasi kedua kelompok tersebut, juga karena besarnya bobot keduanya yang mencapai 21,45% dan 16,45% . Tabel 2.7 Sumbangan Inflasi 8 Kota di Jaw a Timur Per Kelompok Barang & Jasa Triw ulan III-2014 (% yoy)
Kelompok Barang
Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun Banyuwangi
Umum
4.13
4.38
4.57
3.58
3.22
4.15
3.60
3.76
2.45
Bahan M akanan M amin, Rokok & Tembakau
0.39 1.19
0.46 1.36
0.36 1.09
-0.20 1.31
0.60 0.86
0.59 1.35
0.72 0.74
-0.14 1.56
0.38 0.09
Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB Sandang Kesehatan
1.35 0.17 0.25
1.39 0.15 0.27
1.54 0.13 0.21
1.20 0.19 0.32
0.82 0.05 0.38
0.92 0.26 0.29
1.39 0.29 0.09
1.37 0.11 0.21
0.76 0.46 0.10
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi
0.31 0.52
0.30 0.47
0.28 0.98
0.34 0.50
0.39 0.15
0.50 0.30
0.30 0.12
0.43 0.31
0.20 0.49
Sumber : BPS, data diolah
2.6.
DISAGREGASI INFLASI Berdasarkan disagregasinya, secara tahunan inflasi Jatim didorong oleh peningkatan
harga kelompok administered price dan core inflation pada tingkat 6,48% (yoy) dan 4,43% % , sedangkan kelompok volatile food melandai yaitu sebesar 1,37% . Berdasarkan sumbangannya, inflasi terbesar oleh kelompok core inflation (2,74% ), disusul oleh
administered price (1,14% ) dan kelompok volatile foods (0,24% ).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
37
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
Tingginya sumbangan inflasi kelompok core inflation karena besarnya bobot perhitungan kelompok ini pada basket inflasi yang mencapai 64,54% , disusul oleh kelompok
volatile food (17,82% ) dan administered price (17,64% ). Tekanan dari sisi domestik seperti kenaikan biaya pendidikan, kenaikan harga barang akibat pembebanan PPN BM serta belum stabilnya nilai rupiah yang mempengaruhi harga bahan baku impor juga menjadi inflasi kelompok core inflation .
Grafik 2.24. Perbandingan Disagregasi Inflasi Jatim &
Grafik 2.23. Disagregasi Inflasi Jaw a Timur (yoy)
Rata-Ratanya (yoy)
Inflasi
kelompok
administered
price pada triw ulan
III 2014
turun
signifikan
dibandingkan 1 (satu) tahun terakhir namun masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata selama 5 (lima) tahun terakhir. Hal ini karena adanya kebijakan penyesuaian harga bahan bakar rumah tangga, tarip listrik dan transportasi selama tahun 2014. Inflasi kelompok
volatile food juga telah kembali ke pola normalnya dan lebih rendah dibandingkan rata-rata 5 (lima) tahun terakhir. Sedangkan inflasi kelompok core inflation relatif stabil.
Grafik 2.25. Disagregasi Inflasi Jaw a Timur (mtm)
Grafik 2.26. Perbandingan Disagregasi Inflasi Jatim & Rata-Ratanya (mtm)
Hal yang sama juga terjadi pada disagregasi inflasi secara bulanan, dimana kelompok
administered price dan core inflation mengalami tekanan inflasi terbesar yaitu 0,47% dan 0,41% . Sedangkan inflasi kelompok volatile food hanya sebesar 0,02% .
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
38
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
Volat ile f oods Kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 0,02% (mtm) atau 1,37% (yoy), meningkat dibandingkan triw ulan II 2014 yang sebesar 0,99% (mtm) atau 6,15% (yoy). Secara bulanan, tekanan inflasi terbesar kelompok volatile food berasal dari sub kelompok padi-padian (0,60% ) dan sayur-sayuran (1,13% ). Berdasarkan komoditasnya, daging ayam ras, cabai merah dan beras merupakan penyumbang utama inflasi dengan mengalami inflasi sebesar 3,67% , 37,47% dan 0,57% . Sedangkan secara tahunan, tekanan terbesar berasal dari sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya (10,65% ) dan lemak dan minyak (9,88% ). Inflasi daging ayam ras tertinggi terjadi di Sumenep (9,82% ) dan Jember (9,34% ). Berdasarkan informasi dari para pedagang di Jember, tingginya tingkat harga tersebut karena keterbatasan stok akibat siklus musiman dimana para peternak belum dapat memanen hew an ternak mereka. Selain itu, berlanjutnya kebijakan suplai bibit ayam atau day old
chicken (DOC) dan impor bibit indukan ayam atau grand parent stock (GPS) untuk meminimalkan fluktuasi harga di tingkat peternak disinyalir juga masih menjadi penyebab meningkatnya inflasi daging ayam ras. Di lain sisi, daging sapi justru mengalami deflasi sehingga menahan laju inflasi sub kelompok daging dan hasil-hasilnya. Deflasi daging sapi terbesar terjadi di Kabupaten Sumenep (-6,16% ) dan Kota Surabaya (-4,21% ). Adanya Hari Raya Idul Fitri pada aw al Oktober 2014 menyebabkan para peternak yang selama ini menyimpan sapi sebagai salah satu investasi, menjualnya kepada masyarakat sehingga persediaan daging sapi menjadi berlimpah. Sub kelompok bumbu-bumbuan masih mengalami deflasi pada triw ulan III 2014 (2,96% -mtm atau -17,56% -yoy). Namun jika melihat per komoditasnya, trend deflasi mulai rendah dan bahkan cabai merah telah mengalami kenaikan harga dan menjadi komoditas penyumbang inflasi terbesar ke-4 di Jaw a Timur. Inflasi cabai merah tertinggi t erjadi di Kabupaten Sumenep (90,28% ) dan Kota M alang (65,03% ). Kabupaten Sumenep dan Kota M alang memang bukan merupakan daerah penghasil cabai merah sehingga bergantung pada pemenuhan dan kelancaran distribusi dari daerah produsen. Sedangkan mayoritas daerah produsen lain hanya mengalami panen dalam jumlah yang tidak terlalu besar karena belum semua lahan siap dipanen dan beberapa petani menunggu harga menjadi lebih baik sebelum memanen lahannya. Faktor pendorong lain adalah tingginya permintaan cabai merah masyarakat menjelang Hari Raya Idul Adha. Beras juga menjadi komoditas utama penyumbang inflasi pada periode ini. Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Sumenep (1,85% -mtm) dan Kota M alang (1,48% -mtm). M inimnya panen untuk komoditas beras dan akan dimulainya musim tanam pada aw al triw ulan IV 2014 menjadi salah satu pemicunya. Selain itu tidak adanya penyaluran raskin ke13 dan 14 pada akhir tahun 2014 karena telah dimajukan pelaksanaannya di aw al tahun Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
39
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
2014 dan belum tercapainya target pengadaan BULOG, juga berpotensi menekan tingkat harga komoditas beras. M eskipun demikian, dengan adanya stok beras BULOG yang mencapai 496 ribu ton (setara dengan kebutuhan 11 bulan) diharapkan mampu menjaga harga beras tetap stabil. Tabel 2.8 Komoditas Penyumbang Inflasi Kelompok Volatile Food (yoy) Tw III-2014
Komoditas
Inflasi Inflasi
Sumbangan
Daging Sapi
14.10
0.1555
Minyak Goreng
11.05
Susu Bubuk Udang Basah
Komoditas
Deflasi Deflasi
Sumbangan
Bawang Merah
-42.39
-0.1603
0.0956
Cabai Rawit
-57.86
-0.0976
20.00
0.0744
Tomat Sayur
-21.15
-0.0269
18.73
0.0718
Cabai Merah
-28.23
-0.0221
6.32
0.0532
Melon
-14.39
-0.0206
Mie Kering Instant
13.51
0.0449
Semangka
-14.43
-0.0202
Lele
14.11
0.0338
Daging Ayam Ras
-0.74
-0.0090
Bawang Putih
15.80
0.0310
Terong Panjang
-5.48
-0.0032
Kacang Panjang
21.99
0.0253
Beras
-0.07
-0.0029
7.67
0.0238
Mujair
-1.32
-0.0027
Telur Ayam Ras
Apel Sumber : BPS, data diolah
Dari sisi permintaan, kembali normalnya konsumsi masyarakat seiring dengan berakhirnya perayaan Hari Raya Idul Fitri serta masih terjaganya pasokan di masyarakat menjadi salah satu faktor utama penahan inflasi kelompok volatile food .
Core Inf lat ion Inflasi kelompok inti secara bulanan meningkat dari 0,24% (triw ulan II 2014) menjadi 0,41% (triw ulan III 2014), sedangkan secara tahunan relatif melambat dari 4,92% (triw ulan II-2014) menjadi 4,43% (triw ulan III 2014). Dari sisi eksternal, koreksi harga global, baik pangan maupun non pangan mampu memitigasi tekanan eksternal dari nilai tukar. Secara rata rata bulanan, nilai tukar Rupiah melemah (1,29% , mtm) dari Rp11.710 pada Agustus 2014 menjadi Rp11.861. Pergerakan harga yang terus turun terutama ditunjukkan oleh komoditas pangan (jagung, kedelai, dan gandum) yang didukung oleh peningkatan jumlah stok global terkait dengan hasil panen yang membaik. Koreksi turunnya harga juga terlihat pada kelompok non pangan, yaitu emas. Koreksi harga emas tersebut ditransmisikan pada harga emas perhiasan domestik. Tekanan eksternal yang relatif minimal tersebut tercermin dari inflasi kelompok core tradable yang sebesar 0,34% turun dari periode lalu (0,39% ). Dari sisi internal, tekanan permintaan terindikasi menurun. Hal ini tercermin dari turunnya inflasi inti tradable khususnya tradable food dari 0,82% menjadi 0,79% karena telah kembali normalnya konsumsi masyarakat. Hal ini terindikasi pula dari penurunan Indeks Keyakinan Konsumen dari 131,02 (Agustus 2014) menjadi 129,43 (September 2014) didorong oleh turunnya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (dari 129,23 menjadi 128,84). Hal ini Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
40
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
mengindikasikan meredanya aktivitas ekonomi masyarakat pada triw ulan III 2014 sehingga meminimalkan ekspektasi inflasi masyarakat.
Grafik 2.27. Indeks Keyakinan & Ekspektasi Konsumen
Grafik 2.28. Ekspektasi Harga Pedagang yang Akan Datang
Hal yang sama juga terjadi pada Indeks Ekspektasi Konsumen (turun dari 132,80 menjadi 130,03) yang mencerminkan rendahnya ekspektasi inflasi masyarakat ke depannya. Walaupun mengalami penurunan, namun konsumen dan pelaku usaha optimis 3 (tiga) bulan ke depan akan terjadi kenaikan harga seiring adanya perayaan Natal dan Tahun Baru 2015. Sedangkan untuk jangka w aktu yang lebih panjang (6 bulan ke depan) diperkirakan inflasi dan aktivitas ekonomi akan melambat karena minimnya peringatan hari besar keagamaan dan tibanya musim panen raya yang umumnya diikuti dengan penurunan harga pada kelompok bahan makanan. Tabel 2.9 Komoditas Penyumbang Inflasi Kelompok Core Inflation (yoy) Tw III-2014
Komoditas
Inflasi Inflasi
Sumbangan
Tukang Bukan Mandor
6.84
0.1183
Mie
7.14
Akademi/Perguruan Tinggi Es Mobil
Komoditas
Sumbangan
Emas Perhiasan
-4.28
-0.0592
0.0942
Gula Pasir
-9.57
-0.0585
7.16
0.0940
Telepon Seluler
-1.01
-0.0094
16.10
0.0933
Brokoli
-43.02
-0.0037
4.82
0.0881
Kusen
13.10
0.0864
Mernying
Semen
5.76
0.0750
Pasir
9.82
Sate
Soto
Sepeda Motor
Deflasi Deflasi
-1.35
-0.0037
-36.16
-0.0026
Sandal Kulit
-2.77
-0.0024
0.0533
Kembung Rebus
-3.34
-0.0021
12.11
0.0520
Handy Cam
-2.34
-0.0017
2.60
0.0513
Flash Disk
-5.97
-0.0011
Sumber : BPS, data diolah
Sebaliknya inflasi inti nontradable meningkat dari 0,40% (Agustus 2014) menjadi 0,54% (September 2014) sebagai dampak inflasi sub kelompok pendidikan (1,73% ). Setelah pada periode sebelumnya ketiga jenjang pendidikan yaitu sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas memasuki tahun ajaran baru (menyebabkan inflasi kelompok pendidikan mencapai 2,02% ), pada September 2014 dimulai tahun ajaran baru untuk akademi/perguruan tinggi. Kenaikan biaya akademi/perguruan tinggi (yang mencapai Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
41
BAB II
PERKEM BANGAN INFLASI
3,74% ) ini merupakan yang tertinggi selama 3 (tiga) tahun terakhir yang hanya berada di kisaran 3% - 3,5% sebagai dampak semakin tingginya jumlah mahasisw a yang menuntut ilmu di Jaw a Timur yang berujung pada peningkatan biaya operasional dan penambahan sarana pendidikan.
Administ ered Price Inflasi administered price pada triw ulan III 2014 secara bulanan meningkat dari 0,20% (triw ulan II 2014) menjadi 0,47% (triw ulan III 2014). Sedangkan secara tahunan turun dari 14,09% menjadi 6,48% (yoy) karena hilangnya dampak base year IHK kenaikan BBM tahun 2013. Walaupun dampak base year telah hilang namun inflasi kelompok ini masih relatif tinggi karena tingginya inflasi sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air melalui kenaikan harga bahan bakar rumah tangga (LPG 12 kg) sebesar 5,34% yang merupakan penyesuaian kedua selama tahun 2014. Realisasi inflasi bahan bakar rumah tangga ini lebih rendah dibandingkan proyeksi Bank Indonesia yang diperkirakan memberikan sumbangan inflasi di kisaran 0,15% - 0,25% . Hal ini karena implementasi kenaikan harga LPG 12 kg yang ditetapkan pada minggu ke-II September sehingga belum diukur secara penuh, serta nd
belum teridentifikasinya dampak lanjutan (2 round) pada realisasi inflasi bahan bakar rumah tangga. Tarip listrik menjadi penyumbang inflasi kedua sesuai dengan rencana PT. PLN untuk menaikkan tarif listrik rumah tangga secara bertahap sejak 1 Juli 2014. Rokok juga masih menjadi penyumbang inflasi sebagai upaya penyesuaian harga pelaku usaha terhadap kebijakan kenaikan cukai rokok 2013 dan pemberlakuan pajak tembakau tahun 2014. Tabel 2.10 Komoditas Penyumbang Inflasi Kelompok Administered Price (yoy) Tw III-2014
Komoditas
Inflasi Inflasi
Sumbangan
Angkutan Udara
35.20
0.3444
Tarip Listrik
11.38
0.3215
Bahan Bakar RT
16.79
0.3059
7.62
0.1171
18.21
0.0641
Rokok Kretek
6.55
0.0565
Rokok Putih
8.76
0.0171
Tarip Air Minum PAM
1.26
0.0104
16.59
0.0098
0.13
0.0013
Rokok Kretek Filter Tarip Kereta Api
Tarip Jalan Tol Angkutan Dalam Kota
Komoditas Angkutan Antar Kota
Deflasi Deflasi
Sumbangan
-3.29
-0.0146
Sumber : BPS, data diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
42
BA B II
PERKEM BA NGA N INFLA SI
BOKS III Dampak Potensi Kenaikan Harga BBM terhadap Inflasi Jaw a Timur Rencana penyesuaian harga BBM bersubsidi yang saat ini sedang mengemuka di masyarakat berpotensi meningkatkan inflasi Jaw a Timur
khususnya pada kelompok
administered price (dampak langsung) dan core inflation (dampak lanjutan). Kenaikan BBM bersubsidi telah dilakukan beberapa kali oleh Pemerintah Indonesia (yang terbaru pada 22 Juni 2013) dan berdampak pada tingginya inflasi yang mencapai 8,61% -yoy (Jaw a Timur : 8,39% ). Dampak terbesar kenaikan BBM bersubsidi terhadap inflasi Jaw a Timur terjadi pada tahun 2005, sedangkan inflasi yang terjadi tahun 2008 dan 2013 relatif lebih terkendali. Tabel 1 Perkembangan Harga BBM Bersubsidi
Grafik 1 Inflasi Saat Kenaikan BBM (mtm)
Berdasarkan asesmen Kantor Perw akilan Bank Indonesia Wilayah IV dengan memperhatikan pola historis kenaikan BBM , setiap kenaikan BBM Rp1.000/liter akan memberikan tambahan st
inflasi Jaw a Timur sebesar 1,07% . Tambahan inflasi tersebut bersumber dari inflasi 1 round nd
(dampak langsung kenaikan BBM , yaitu inflasi komoditas bensin dan solar), 2 round (inflasi rd
komoditas yang menggunakan bensin sebagai input ) dan 3 round (pengaruh bagi harga jual barang lainnya karena pengaruh kenaikan biaya pengiriman dan produksi). Tabel 2 Dampak Kenaikan BBM Terhadap Inflasi di Jaw a Timur
Komoditas
Jatim
Surabaya
Malang
Kediri
Jember
Asumsi Kenaikan (Rp/liter)
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
0.72 0.20 0.15 1.07
0.67 0.15 0.15 0.96
0.78 0.37 0.15 1.29
0.96 0.19 0.15 1.30
1.00 0.32 0.15 1.47
0.87 0.18 0.15 1.20
0.68 0.12 0.15 0.94
0.52 0.04 0.15 0.71
0.71 0.13 0.15 0.99
1st round 2nd round 3rd round Total
Probolinggo Madiun Sumenep Banyuwangi
Dengan asumsi kenaikan BBM (bensin dan solar) masing-masing sebesar Rp3.000/liter, tambahan inflasi Jaw a Timur akan berada di kisaran 3,20% . Kenaikan tersebut telah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan III Tahun 2014
BA B II
PERKEM BA NGA N INFLA SI
mempertimbangkan berbagai dampak lanjutan yang ditimbulkan baik terhadap sektor transportasi maupun komoditas lainnya. Sedangkan secara spasial, dampak kenaikan BBM terbesar terjadi di Jember (4,40% ) dan Kediri (3,89% ) karena tingginya proporsi penggunaan BBM dalam konsumsi rumah tangga sehari-hari. Dampak di atas tentunya tidak bersifat final. Beberapa hal dapat mempengaruhi bahkan menahan laju inflasi yang lebih tinggi. Kerjasama semua pihak baik Pemerintah dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah Jaw a Timur (TPID Jaw a Timur), pelaku usaha maupun masyarakat untuk menciptakan situasi kondusif dan mengendalikan ekspektasi inflasi merupakan kunci utama meminimalkan dampak lanjutan kenaikan harga BBM . Yang tidak kalah penting kemudian adalah, bagaimana mengalokasikan subsidi BBM tersebut untuk pengembangan sektor-sektor produktif yang dapat meningkatkan perekonomian Indonesia umumnya dan kesejahteraan masyarakat khususnya. Dengan pemahaman yang sama akan kenaikan BBM dan pengaruhnya terhadap inflasi, diharapkan ekspektasi inflasi dapat terjaga dan dampak kenaikan inflasi yang signifikan dapat diminimalkan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan III Tahun 2014
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
BAB III
3
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Kinerja perbankan (bank umum dan BPR) di Jaw a Timur pada triw ulan III 2014 secara
umum
masih
menunjukkan
perkembangan
yang
stabil.
Perlambatan
pertumbuhan aset dan kredit perbankan ditopang oleh perbaikan risiko likuiditas dan penurunan risiko kredit. Aset perbankan tercatat sebesar Rp474,85 triliun atau tumbuh 14,24% (yoy), lebih rendah dibandingkan triw ulan sebelumnya yang tercatat sebesar 16,38% (yoy). Demikian pula dengan pertumbuhan kredit yang melambat cukup signifikan dari 19,30% (yoy) pada triw ulan II 2014 menjadi 14,36% (yoy) pada triw ulan III 2014. Sementara itu Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh stabil dari sebesar 16,65% (yoy) pada Triw ulan II 2014 menjadi 16,95% (yoy) pada Triw ulan III 2014 dengan nominal Rp 377,37 triliun. Pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kredit mendorong perbaikan risiko likuiditas dari 91,54% (triw ulan II 2014) menjadi 88,72% (triw ulan III 2014). Perbaikan likuiditas dimaksud didukung oleh penurunan risiko kredit atau Non Performance Loan (NPL) dari 2,17% pada triw ulan II 2014 menjadi 2,15% pada triw ulan III 2014. Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Jawa Timur INDIKATOR BANK UMUM DAN BPR (Triliun Rp) Total Aset Pertumbuhan (%yoy) Dana Pihak Ketiga Pertumbuhan (%yoy) Kredit Lokasi Bank (LB) Pertumbuhan (%yoy) Kredit Lokasi Proyek (LP) Pertumbuhan (%yoy)
2013 I
II
2014 III
IV
I
II
III
370,89
388,44
415,67
429,42
426,52
452,05
19,18
17,63
18,53
18,65
15,00
16,38
474,85 14,24
298,33
305,60
322,67
340,75
338,06
356,49
377,37
14,89
12,98
14,29
14,69
13,32
16,65
16,95
252,70
273,52
292,76
310,95
311,66
326,31
334,81
27,08
26,25
27,05
26,14
23,33
19,30
14,36
289,18
310,63
331,53
349,92
370,36
370,83
387,48
26,41
25,27
24,83
24,40
28,08
19,38
16,88
NPL LB (%)
2,30
2,16
2,07
1,79
2,12
2,17
2,15
NPL LP (%)
2,25
2,14
1,98
1,98
2,22
2,29
2,39
LDR LB(%)
84,70
89,50
90,73
91,25
92,19
91,54
88,72
LDR LP(%)
98,38
103,19
104,25
104,13
104,07
104,02
102,68
Sementara penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek yang menunjukkan jumlah seluruh dana perbankan yang masuk ke Jaw a Timur mencapai angka Rp387,48 triliun. Kondisi ini menandakan adanya aliran dana bersih yang masuk (net inflow ) ke Jaw a Timur mencapai
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
43
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Rp52,68 triliun, setelah memperhitungkan jumlah kredit yang disalurkan oleh kantor bank yang berdomisili di Jaw a Timur sebesar Rp334,81 triliun. Angka net inflow Rp52,68 triliun ini, lebih tinggi dibandingkan triw ulan sebelumnya yang hanya Rp44,51 triliun. Namun demikian, angka pertumbuhan tahunan (yoy) penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek ini juga mengarah perlambatan yang hanya mencapai 16,88% , lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triw ulan sebelumnya yang mencapai 19,38% . Perlambatan penyaluran kredit tersebut mendorong penurunan angka LDR lokasi proyek dari 104,02% pada triw ulan II 2014 menjadi 102,68% pada triw ulan III 2014.
3.1.
PERKEM BANGAN KINERJA BANK UM UM Perkembangan kinerja bank umum sampai dengan triw ulan III 2014 secara umum masih
stabil dengan tren perlambatan pertumbuhan kredit yang didukung oleh penurunan risiko kredit. Tercatat aset bank umum sampai dengan periode laporan adalah sebesar Rp465,12 triliun dengan pertumbuhan sebesar 14,32% (yoy), lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 16,64% (yoy). Pertumbuhan kredit melambat dari 19,41% (yoy) pada triw ulan II 2014 menjadi 14,41% (yoy) pada triw ulan III 2014 dengan nominal sebesar Rp327,06 triliun. Sementara itu DPK bank umum Jaw a Timur sampai dengan periode laporan sebesar Rp371,46 triliun, meningkat dari 16,72% (yoy) pada triw ulan II 2014 menjadi 17,04% (yoy) pada triw ulan III 2014. Pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dibandingkan kredit mendorong penguatan likuiditas yang tercermin dari penurunan LDR dari sebesar 90,83% menjadi 88,95% pada periode laporan. Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jaw a Timur 2013
INDIKATOR BANK UM UM
(Triliun Rp) Total Aset
I
II
362.32
2014 III
379.47
IV
406.88
I
420.52
II
417.36
III
442.61
465.12
Growth Aset (%yoy)
19.10
17.52
18.74
18.93
15.19
16.64
14.32
Dana Pihak Ketiga
293.35
300.50
317.37
335.31
332.45
350.74
371.46
Growth DPK (%yoy)
Kredit Lokasi Bank Growth Kredit (%yoy)
Kredit Lokasi Proyek
14.82
12.93
14.33
14.74
13.33
16.72
17.04
246.51
266.82
285.87
304.11
304.41
318.60
327.06
27.27
26.41
27.27
26.41
23.49
19.41
14.41
282.99
303.93
324.60
343.07
344.76
363.11
379.74
Growth Kredit (%yoy)
27.27
26.41
27.27
26.41
21.83
19.47
16.99
LDR Lokasi Bank (%)
84.03
88.79
90.08
90.70
91.57
90.83
88.05
LDR Lokasi Proyek (%)
96.47
101.14
102.28
102.32
103.70
103.53
102.23
NPL Lokasi Bank (%)
2.26
2.12
2.01
1.75
2.07
2.12
2.08
NPL Lokasi Proyek (%)
2.25
2.14
1.96
1.96
2.18
2.27
2.34
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
44
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Peningkatan DPK pada periode laporan terutama didorong oleh pertumbuhan deposito yang mencapai 27,87% (yoy). Kondisi tersebut didorong oleh adanya tren peningkatan suku bunga rata-rata tertimbang DPK khususnya deposito sejak pertengahan tahun 2013 seiring dengan kebijakan kenaikan BI rate. Suku bunga rata-rata tertimbang DPK Jaw a Timur pada triw ulan III 2014 tercatat sebesar 4,48% , sement ara deposito mencapai 7,91% . Tren kenaikan suku bunga pada akhirnya menahan laju pertumbuhan kredit hingga di level 14,41% (yoy) pada periode laporan. Perlambatan pertumbuhan kredit yang diiringi dengan peningkatan pertumbuhan DPK mendorong perbaikan likuiditas bank umum di Jaw a Timur. Rasio LDR menunjukkan perbaikan dari 90,83% pada triw ulan II 2014 menjadi 88,03% pada triw ulan III 2014. Perbaikan likuiditas tersebut didukung oleh penurunan risiko kredit menjadi 2,08% pada periode laporan. NPL (%) rhs
95 90 85 80 75 70
3,40 2,90 2,40
%
%
LDR (%)
1,90 1,40 I
II
III
2012
IV
I
II
III
IV
I
2013
II
LDR
Bank Pemerintah
Bank Swasta
Bank Asing
130 110 90 70 50
III
I
II
2014
III
IV
I
2012
Graf ik 3.1 Perkembangan LDR
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
Graf ik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank
Berdasarkan kelompok bank, rasio LDR terbesar pada periode ini ada pada bank asing dengan prosentase sebesar 124,13% , disusul kemudian dengan bank pemerintah yang tercatat sebesar 98,94% , dan bank sw asta dengan LDR sebesar75,14% . Namun demikian secara nominal, Bank Pemerintah masih mendominasi penyaluran kredit Bank Umum di Jaw a Timur dengan penyaluran kredit sebesar Rp166,17 triliun atau 50,81% dari total kredit. Disusul kemudian dengan Bank Umum Sw asta sebesar Rp140,66 triliun atau 43,01% . Sedangkan Bank Asing mencatat penyaluran kredit sebesar Rp20,23 triliun atau 6,19% .
Triliun Rp
Aset g Aset
Kredit g Kredit
DPK g DPK (% yoy rhs)
500 400 300 200 100 -
30 25 20 15 10 5 I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
Graf ik 3.3 Pert umbuhan Indikator Ut ama Perbankan (yoy)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
45
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF Sampai dengan triw ulan III 2014 total aset Bank Umum di Jaw a Timur mencapai Rp 465,12 triliun atau tumbuh sebesar14,32% (yoy), lebih rendah apabila dibandingkan dengan pertumbuhan periode sebelumnya (triw ulan II 2014) yang tercatat sebesar 16,64% (yoy). Berdasarkan kelompoknya, bank sw asta merupakan bank dengan jumlah aset terbesar yaitu mencapai Rp 220,15 triliun atau 47,33% dari total asset bank umum Jaw a Timur. Bank Pemerintah menyumbang porsi terbesar kedua dengan prosentase yang tidak terlalu jauh berbeda yaitu sebesar 47,17% dari total asset (Rp 219,39 triliun). Sementara itu porsi aset bank asing di Jaw a Timur adalah sebesar 5,5% dengan nominal Rp 25,58 triliun.
Triliun Rp
Aset
Bank Pemerintah
g Aset (% rhs)
500 400 300 200 100 -
Bank Swasta
Bank Asing
6%
25 20
47%
15
47%
10 5 I
II
III
IV
I
II
2012
III
IV
I
II
2013
III
2014
Graf ik 3.4 Perkembangan Tot al Aset Bank Umum
Graf ik 3.5 Proporsi Aset Bank Umum
3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK) Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun Bank Umum di Jaw a Timur pada triw ulan III 2014 mencapai sebesar Rp371,46 triliun atau tumbuh 17,04% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan pertumbuhan periode sebelumnya (triw ulanII 2014) yang tercatat sebesar 16,72% (yoy).
DPK
g DPK (%yoy) rhs
Triliun Rp
400
20
300
15
200 10
100 -
5 I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
Graf ik 3.6 Perkembangan DPK Bank Umum
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
46
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Peningkatan kinerja penghimpunan DPK Bank Umum pada periode laporan didorong oleh tren peningkatan suku bunga. Adanya peningkatan BI Rate yang cukup signifikan dari 5,75% pada bulan M ei 2013 menjadi 7,5% pada Juni 2014 pada akhirnya mendorong peningkatan suku bunga DPK dan Kredit. Rata-rata suku bunga tertimbang DPK meningkat dari 3,5% pada September 2013, dan 4,37% pada Juni 2014, menjadi 4,48% pada September 2014. Kenaikan suku bunga DPK meningkatkan minat masyarakat untuk menyimpan dana dalam bentuk tabungan dan deposito. Struktur DPK Bank Umum di Jaw a Timur pada triw ulan III 2014 didominasi oleh deposito dengan nominal mencapai Rp 155,89 triliun dengan proporsi sebesar 41,97% . Porsi tersebut lebih besar dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya yang hanya sebesar 40,69% . Sementara itu tabungan dan giro memperoleh porsi yang lebih kecil yaitu masing-masing 41,3% dan 16,73% . Demikian pula apabila ditinjau dari sisi pertumbuhan tahunan,deposito masih memberikan kontribusi terbesar dengan prosentase pertumbuhan sebesar 27,87% (yoy). Pertumbuhan tertinggi selanjutnya adalah giro dengan pertumbuhan 13,78% (yoy). Sementara tabungan pada periode ini mencatat pertumbuhan lebih kecil yaitu sebesar 8,93% (yoy) pada periode laporan. Peningkatan porsi dan pertumbuhan deposito pada periode lebaran didorong oleh tren peningkatan suku bunga deposito dari 7,78% pada trw iulan II 2014 menjadi 7,91% (yoy) pada triw ulan III 2014.
Tabungan
Giro
Deposito
Tabungan
Deposito
20 15 % (qtq)
% yoy
Giro 30 25 20 15 10 5 0 I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
Graf ik 3.7 Pert umbuhan Dana Pihak Ket iga (yoy)
10 5 0 -5 -10
I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
Graf ik 3.8 Pert umbuhan Dana Pihak Ket iga (qt q)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
47
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Giro
Tabungan
Deposito
Giro
Tabungan
Deposito
Triliun Rp
200 150
17%
42%
100 50
41%
I
II
III
IV
I
2012
II
III
IV
I
2013
II
III
2014
%
Graf ik 3.9 Perkembangan DPK Per Jenis Simpanan
10 8 6 4 2 0
Graf ik 3.10 Komposisi DPK Bank Umum (% )
SB DPK
Giro
Deposito
BI Rate
I
II
III
2012
IV
I
Tabungan
II
III
IV
I
2013
Graf ik 3.11 Perbandingan Suku Bunga Simpanan
II
III
2014
BI Rat e
Peningkatan suku bunga DPK bank umum di Jaw a Timur terutama didorong oleh peningkatan suku bunga deposito, dari sebesar 7,78% pada Triw ulan II 2014 menjadi sebesar 7,91% pada Triw ulan III 2014. Suku bunga rata-rata tertimbang tabungan meningkat dari sebesar 1,71% pada triw ulan II 2014 menjadi 1,73% pada Triw ulan III 2014. Sementara itu suku bunga rata-rata tertimbang giro pada periode laporan turun dari 2,18% menjadi 1,95% .
3.1.3.
KREDIT Sampai dengan Triw ulan III 2014, fungsi intermediasi yang tercermin dari besar
penyaluran kredit oleh Bank Umum di Jaw a Timur masih mengarah pada tren perlambatan. Tercatat jumlah kredit yang disalurkan mencapai sebesar Rp327,06 triliun atau tumbuh 14,41% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah apabila dibandingkan triw ulan sebelumnya yang mencapai 19,41% (yoy). Perlambatan penyaluran kreditsecara tahunan didorong oleh perlambatan seluruh jenis kredit kredit terutama modal kerja. Pertumbuhan kredit modal kerja melambat dari 19,41%
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
48
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
(yoy) pada triw ulan II 2014 menjadi 14,41% (yoy) triw ulan III 2014. Kredit investasi melambat dari 19,55% (yoy) pada triw ulan II 2014 menjadi 15,16% (yoy) pada triw ulan III 2014. Demikian pula dengan pertumbuhan kredit konsumsi yang melambat dari 16,39% (yoy) pada triw ulan II 2014 menjadi 12,30% (yoy) pada triw ulan III 2014. Perlambatan penyaluran kredit bank umum di Jaw a Timur diperkirakan disebabkan oleh tren pertumbuhan ekonomi dan peningkatan suku bunga kredit. Tercatat rata-rata tertimbang suku bunga kredit bank umum pada periode laporan meningkat 7 bp dari triw ulan sebelumnya, yaitu dari 12,38% pada triw ulan II 2014 menjadi 12,45% pada triw ulan III 2014. Kredit modal kerja dan investasi mencatat peningkatan suku bunga yang cukup tinggi hingga 8 dan 9 bp menjadi masing-masing 12,39% dan 12,34% . Sementara itu suku bunga kredit konsumsi mencatat peningkatan lebih kecil yaitu 3 bp, dari 12,59% pada triw ulan II 2014 menjadi 12,34% pada triw ulan III 2014. Tidak adanya momen khusus seperti hari libur atau hari raya keagamaan pada periode laporan turut mendorong perlambatan kredit pada periode laporan. Tingkat risiko likuiditas Bank Umum yang tercermin dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) menunjukan perbaikan pada periode laporan. Tercatat LDR membaik dari 90,83% pada triw ulan II 2014 menjadi 88,05% pada triw ulan III 2014. Kondisi tersebut didukung pula oleh perbaikan risiko kredit yang tercermin dari penurunan NPL dari 2,12% pada triw ulan II 2014 menjadi 2.08% pada triw ulan III 2014.
g Kredit (% yoy)
Kredit
Triliun Rp
400
30 25 20 15 10 5
300 200 100 I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II 2014
Graf ik 3.12 Pert umbuhan Kredit (yoy)
III
g Kredit (% qtq)
400 Triliun Rp
Kredit
10
300
5
200
0
100
-
-5 I
II
III 2012
IV
I
II
III 2013
IV
I
II
III
2014
Graf ik 3.13 Pert umbuhan Kredit (qt q )
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
49
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
NPL (%)
4 3 2 1 0 I
II
III
IV
I
2012
II
III
IV
I
2013
II
III
2014
Graf ik 3.14 Perkembangan NPL
Pada triw ulan III 2014 kredit yang disalurkan Bank Umum di Jaw a Timur masih didominasi oleh kredit produktif yaitu kredit modal kerja dan investasi, dimana total proporsi kredit keduanya terhadap keseluruhan kredit mencapai 73,61% . Kredit modal kerja pada periode laporan memperoleh proporsi 58,96% (Rp192,83 triliun) dan kredit investasi 14,65% (Rp47,93 triliun). Sementara kredit konsumsi memperoleh proporsi sebesar 26,39% dari total kredit dengan nominal Rp86,29 triliun. Penyaluran kredit yang didominasi sektor produktif selaras
dengan
kinerja
perekonomian
Jaw a
Timur
dan
menjadi
indikator
potensi
pengembangan kredit Jaw a Timur yang sangat baik khususnya dalam mendorong peningkatan ekonomi masyarakat. Sementara itu proporsi kredit UM KM terhadap masih stabil di kisaran 28% dari total kredit dengan nominal sebesar Rp 91,14 triliun. Pertumbuhan kredit UM KM pada periode laporan tercatat sebesar 13,39% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan periode sebelumnya (triw ulan II 2014) yang tercatat sebesar 15,93% (yoy). Sementara itu, risiko kredit UM KM meningkat dari 4,16% pada triw ulan II 2014 menjadi 4,23% pada triw ulan III 2014. Ditinjau berdasarkan kelompok bank, Bank Pemerintah masih menjadi penyalur kredit terbesar dengan proporsi 50,81% dari total kredit, disusul Bank Sw asta 43,01% dan porsi terkecil dari Bank Asing sebesar 6,19% . Bank Sw asta masih mencatat pertumbuhan tahunan tertinggi yaitu di level 19,2% (yoy), sementara Bank Pemerintah dan Bank Asing masing-masing mencatat pertumbuhan 11,2%
dan 9,74%
(yoy). Pertumbuhan tahunan kredit bank
pemerintah dan bank sw asta menunjukkan tren perlambatan dibandingkan dengan periode sebelumnya, sementara kredit yang disalurkan bank asing menujukkan peningkatan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
50
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Modal Kerja
Investasi
Bank Pemerintah
Konsumsi
Bank Swasta
Bank Asing
6%
26% 47%
59%
15%
47%
Graf ik 3.15 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
Modal Kerja g Modal Kerja
Investasi g Investasi
Konsumsi g Konsumsi (%rhs)
Modal Kerja
35
200
25 100
15
II
III
IV
2012
I
II
III
IV
2013
I
II
Konsumsi
15 10 5 0
5 I
Investasi
20
45 % (qtq)
300 Triliun Rp
Graf ik 3.16 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
III
-5
I
II
III
IV
I
II
2012
2014
III
IV
2013
I
II
III
2014
Graf ik 3.17 Pert umbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (yoy)) Graf ik 3.18 Pert umbuhan Kredit PerJenis Penggunaan(qt q)
Pertanian, perburuan, dan sarana pertanian Pertambangan
3% 27%
1%
Industri pengolahan Listrik, gas, dan air
29%
Konstruksi
27%
4% 3%
0% 4%
Perdagangan, restoran, dan hotel Pengangkutan, pergudangan dan komunikasi Jasa-jasa dunia usaha Jasa-jasa sosial/masyarakat
2% Lain-lain
Graf ik3.19 Proporsi Kredit Sekt oral
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
51
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Secara sektoral, kredit yang disalurkan oleh Bank Umum di Jaw a Timur pada periode laporansebagian besar masih kepadasektor Industri Pengolahan dengan prosentase mencapai 28,78% dari total kredit dan nominal Rp94,13 triliun. Sektor dengan penyaluran kredit terbesar kedua adalah sektor Perdagangan Hotel dan Restoran dengan proporsi 27,31% atau sebesar Rp89,31 triliun. Tingginya penyaluran kredit kepada kedua sektor tersebut searah dengan peran keduanya sebagai sektor utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi daerah. Namun
demikian,
adanya
perlambatan
pertumbuhan
kedua
sektor
dimaksud
dibandingkan periode sebelumnya perlu mendapat perhatian khusus. Tercatat pertumbuhan kredit kepada sektor industri pengolahan melambat dari 22,58% (yoy) pada triw ulan II 2014 menjadi 13,36% (yoy) pada periode laporan. Demikian pula dengan kredit kepada sektor perdagangan hotel dan restoran yang menjukkan perlambatan dari 22,2% (yoy) pada triw ulan II 2014 menjadi 17,24% (yoy) pada triw ulan III 2014. Perlambatan tersebut masih didukung oleh tingkat risiko kredit yang cukup stabil dengan NPL masing-masing sebesar 1,62% dan 2,94% . Sementara itu, kredit yang disalurkan kepada sektor pertanian, perburuan dan sarana pertanian masih memperoleh proporsi kredit yang relatif kecil yaitu sebesar 3,10% , dengan pertumbuhan sebesar 27,41% (yoy) pada periode laporan.Proporsi kredit sektor pertanian yang lebih besar dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (triw ulan III 2013) yang tercatat sebesar 2,78%
mengindikasikan peningkatan peran perbankan kepada sektor
pertanian yang merupakan salah satu leading sector ekonomi di Jaw a Timur.
%
NPL (%) 6 5 4 3 2 1 0
Graf ik 3.20 NPL Kredit Sekt oral (% )
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
52
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Rendahnya proporsi kredit sektor pertanian yang disalurkan bank umum di Jaw a Timur terkait dengan relatif tingginya risiko kredit (NPL)
yang mencapai 4,9% ,meningkat
dibandingkan triw ulan sebelumnya sebesar 4,83% . Risiko kredit yang cukup tinggi tersebut perlu diw aspadai, mengingat sektor utama lain yaitu industri pengolahan dan perdagangan mencatat risiko kredit (NPL) yang lebih rendah, yaitu masing-masing di level 1,62% dan 2,94% . SB Kredit Konsumsi
Modal kerja BI Rate
Investasi
15
%
10 5 0 I
II
III
IV
I
II
2012
III
IV
I
2013
II
III
2014
Graf ik 3.21 Perbandingkan Suku Bunga Kredit & BIRat e
Pasca adanya kenaikan BI Rate sejak pertengahan tahun 2013, suku bunga rata-rata tertimbang kredit yang disalurkan bank umum di Jaw a Timur juga menunjukkan tren peningkatan. Tercatat suku bunga kredit pada periode laporan adalah sebesar 12,45% , meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 12,38% . Suku bunga kredit tertinggi adalah pada kredit konsumsi dengan rata-rata suku bunga mencapai 12,62% , meningkat dibandingkan triw ulan II 2014 yang tercatat sebesar 12,59% . Sementara itu suku bunga kredit modal kerja dan investasi berada di level yang lebih rendah yaitu di kisaran 12,39% dan 12,34% pada periode laporan.
3.1.4 KREDIT USAHA M IKRO KECIL M ENENGAH (UM KM ) Perbankan di Jaw a Timur terus berperan aktif dalam meningkatkan peran UM KM dalam mendukung
perekonomian
daerah.
Hal
tersebut
ditunjukkan
dengan
adanya
upaya
peningkatan penyaluran kredit kepada sektor UM KM . Jumlah UM KM di Jaw a Timur yang mencapai 6,8 juta UM KM (BPS Jatim) dan terkonsentrasi di Jember, M alang dan Banyuw angi memberi peluang bagi perbankan untuk lebih meningkatkan penetrasinya ke sektor UM KM . Kredit yang disalurkan untuk sektor UM KM di Jaw a Timur pada triw ulan III2014 adalah sebesar Rp91,13 triliun atau tumbuh sebesar 13,39% (yoy), lebih lambat dibandingkan triw ulan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
53
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
sebelumnya yang tercatat sebesar 15,93% (yoy). Perlambatan pertumbuhan kredit UM KM yang disertai dengan peningkatan NPL dari 4,16% pada triw ulan II 2014 menjadi 4,23% pada triw ulan III 2014 perlu mendapat perhatian bersama.
g UMKM (%yoy)
NPL UMKM 30 25 20 15 10 5 0
Triliun Rp
100 80 60 40 20 I
II
III
IV
I
II
2012
III
IV
2013
I
II
III
5 4 3 2 1 0
%
Kredit UMKM
I
2014
II
III
IV
I
2012
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
Graf ik 3.22 Perkembangan Kredit UM KM
1%
Tw II 2014
Bank Pemerintah
Bank Swasta
Tw III 2014 Bank Asing
Bank Pemerintah
Bank Swasta
Bank Asing
1% 40%
42% 57%
59%
Graf ik 3.23 Proporsi Kredit UM KM Berdasarkan Bank
Sampai dengan periode laporan Bank Pemerintah masih mendominasi proporsi penyaluran kredit UM KM di Jaw a Timur hingga 59% dari total kredit UM KM dengan nominal sebesar Rp54,07 triliun. Disusul kemudian dengan Bank Sw asta dengan proporsi sebesar 40% dan nominal Rp35,99 triliun. Sementara itu Bank Asing memberi porsi kredit UM KM terkecil dengan prosentase sebesar 1% dengan nominal sebesar Rp 1,07 triliun. Peningkatan prosentase kredit UM KM dari sebesar 57% pada triw ulan II 2014 menjadi 59% pada triw ulan III 2014mengindikasikan peningkatan peran bank pemerintah dalam pengembangan sektor UM KM di Jaw a Timur.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
54
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
%
Total Kredit Bank Swasta
Bank Pemerintah Bank Asing
40 30 20 10 0 I
II
III 2012
IV
I
II
III 2013
IV
I
II
III
2014
Graf ik 3.24 Prosent ase Kredit UM KM t erhadap Tot al Kredit
Apabila ditinjau berdasarkan share kredit UM KM terhadap total kredit yang disalurkan, secara umum prosentase kredit UM KM yang disalurkan bank umum di Jaw a Timur menunjukkan tren penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat prosentase kredit UM KM dibandingkan kredit total menurun dari 28,97% pada triw ulan II 2014 menjadi 27,86% pada triw ulan III 2014. Penurunan share kredit juga terjadi pada Bank Pemerintah dan Bank Sw asta dengan share kredit UM KM pada periode laporan sebesar 24,64% dan 16,35% . Sementara itu share kredit UM KM terhadap total kredit Bank Asing menunjukkan peningkatan meski dalam prosentase yang sangat kecil, yaitu dari 3,88% pada triw ulan II 2014 menjadi 4,2% pada triw ulan III 2014. Bank Indonesia dan Pemerintah menyediakan berbagai fasilitas dan kebijakan sebagai upaya pengembangan UM KM , antara lain dengan pembentukan PT. Jamkrida (Lembaga Penjaminan Kredit Daerah) dan penyaluran kredit linkage. Selain itu, untuk meningkatkan kapasitas UM KM , juga diberikan bantuan teknis/pelatihan, pengembangan klaster komoditas potensial, dan pendampingan UM KM untuk memperoleh akses pembiayaan melalui Konsultan Keuangan M itra Bank (KKM B).
3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN Secara umum, kondisi stabilitas perbankan pada Triw ulan III 2014 masih terjaga, tetapi diw arnai dengan perlambatan kredit. Pada Triw ulan III kredit tumbuh melambat pada level 14,36% dibandingkan Triw ulan II yang berada pada level 19,30% . Perlambatan kredit ini dipicu oleh keketatan likuiditas yang terjadi di perbankan selama beberapa periode terakhir. Keketatan likuiditas ini ditandai dengan melambatnya pertumbuhan DPK yang terjadi dari
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
55
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
tahun 2013 hingga triw ulan I 2014 dengan pertumbuhan di rentang level 12% s.d. 14% . M eskipun saat ini DPK telah tumbuh membaik dengan level 16,96% (membaik dari Triw ulan II sebesar 16,65% ), nampaknya perbankan masih perlu w aktu untuk meningkatkan penyaluran kreditnya ke sektor riil. M elambatnya kredit dan sedikit peningkatan pada DPK perbankan menyebabkan penurunan fungsi intermediasi perbankan. Hal ini dapat dilihat dari rasio LDR berdasar lokasi bank yang berada di level 88,72% yang turun dibandingkan triw ulan II yang sebesar 91,54% . Rasio ini masih berada di rentang aman, namun peningkatan fungsi intermediasi perbankan masih perlu ditingkatkan untuk menggenjot perekonomian Jaw a Timur. Ruang untuk peningkatan fungsi intermediasi ini masih luas mengingat rasio LDR maksimum yang diatur Bank Indonesia adalah sebesar 92% . Beberapa identifikasi potensi risiko dalam stabilitas sistem perbankan di Jaw a Timur akan dijabarkan sebagai berikut:
3.2.1. RISIKO KREDIT Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) masih terjaga. NPL perbankan pada Triw ulan III 2014 adalah sebesar 2,17% , sedikit lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 2,15% . Berdasarkan kelompoknya, persentase NPL tertinggi adalahBank Perkreditan rakyat (BPR)
dengan NPL sebesar 4,94% .
Sementara itu bank umum mencatat kinerja pengelolaan risiko kredit yang lebih baik, yaitu dengan NPL di level 2,08% . Tabel 3.3 Perkembangan NPL Perbankan
Sumber: Bank Indonesia
Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah terhadap total kredit atau Non Performing Loan (NPL) di Jaw a Timur secara umum masih menunjukkan kinerja yang stabil dari w aktu ke w aktu. NPL perbankan pada Triw ulan II 2014 adalahsebesar 2,16% , sedikit lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 2,11% .Peningkatan NPL ini didorong oleh pertumbuhan kredit yang cukup tinggi di sepanjang tahun 2013, dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 26,82% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
56
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Berdasarkan kelompoknya, persentase NPL tertinggi adalah Bank Perkreditan rakyat (BPR) dengan NPL sebesar 3,72% . Sementara itu bank umum mencatat kinerja pengelolaan risiko kredit yang lebih baik, yaitu dengan NPL di level 2,12% .
NPL Kredit
Bank Umum
BPR
6 5
%
4 3 2 1 0 I
II
III
IV
I
2013
II
III
2014
Graf ik 3.25 Perkembangan NPL Perbankan
Identifikasi risiko kredit juga dapat dilakukan dengan melihat konsentrasi penyaluran kredit perbankan. M enggunakan indeks pengukuran konsentrasi atau Herfindahl Hirschman Index (HHI), Jaw a Timur memiliki potensi penyaluran kredit yang terlalu terkonsentrasi di sektor tertentu. Pada Triw ulan III 2014, indeks HHI menyebutkan bahw a konsentrasi kredit sektoral di Jaw a Timur tergolong terkonsentrasi secara moderat (moderately concentrated ) dengan level yang terus meningkat menuju kondisi terkonsentrasi secara tinggi (highly concetrated ). 4.387
Graf ik 3.26 HHI Sekt or Ekonomi
Graf ik 3.27 HHI Jenis Penggunaan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
57
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Level threshold yang digunakan sebagai tolok ukur tingkat konsentrasi mengacu pada US Department of Justice. Pembagian yang dilakukan adalah mengelompokkan level konsentrasi menjadi 3 bagian sebagai berikut: a. Indeks <1500 sebagai tidak terkonsentrasi b. Indeks 1500 s.d. 2500 sebagai terkonsentrasi secara moderat c.
Indeks >2500 sebagai terkonsentrasi tinggi Hasil penghitungan menunjukkan bahw a kredit menurut jenis penggunaan sudah sangat terkonsentrasi dengan nilai indeks yang berada di atas level 2.500.
Hasil penghitungan menunjukkan bahw a kredit berdasar jenis penggunaan berada pada level yang sangat terkonsentrasi, dengan pemusatan kredit ada pada kredit modal kerja. Kredit modal kerja untuk triw ulan III mendominasi penyaluran kredit sebesar 59% . Konsentrasi kredit pada KM K ini menunjukkan potensi yang baik bagi pembangunan perekonomian Jaw a Timur. Dengan adanya pemusatan kredit di KM K, diharapkan sektor riil menadapatkan sumber pembiayaan
yang
cukup
untuk
menjalankan
bisnisnya
sehingga
bisa
mendukung
pembangunan ekonomi.
Graf ik 3.28 Konsent rasi Kredit M enurut Jenis Penggunaan
Sedangkan dari sisi penyaluran kredit sektoral, penyaluran kredit di Jaw a Timur didominasi oleh kredit sektor industri pengolahan (29% ) dan perdagangan besar dan eceran (26% ). Jika dikaitkan dengan risiko kredit dari rasio NPL, kedua sektor ini masih memiliki performa kolektabilitas kredit yang terjaga. Rasio NPL sektor industri pengolahan adalah sebesar 1,62 dan sebesar 2,98 untuk sektor perdagangan besar dan eceran. M eski demikian, pemusatan kredit di dua sektor ini berpotensi untuk mengganggu stabilitas sistem keuangan di Jaw a Timur, terutama jika terjadi shock yang bersumber dari dua sektor ini. Untuk itu,
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
58
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
perbankan perlu lebih mendiversifikasi penyaluran kreditnya ke sektor-sektor lain yang memiliki performa bagus dan belum mendapat banyak porsi penyaluran kredit.
Graf ik 3.29 Konsent rasi Kredit Sekt oral
3.2.2. RISIKO DARI SISI KORPORASI Sebagai lembaga intermediasi, perbankan juga terekspos risiko yang bersumber dari kinerja korporasi. Lancar atau tidaknya kegiatan korporasi akan mempengaruhi kemampuan membayar utang korporasi ke perbankan, sehingga akan mempengaruhi risiko kredit perbankan. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menganalisis performa kredit korporasi adalah Probability of Default (POD) dan Transition M atrix.
3.2.2.1. Probability of Default (POD) POD merupakan
penghitungan
yang
menjelaskan
mengenai
prosentase
kemungkinan perubahan kolektabilitas kredit korporasi dalam jangka w aktu satu tahun. Salah satu metode untuk menghitun POD adalah dengan analisis mortality rate. M etode mortality rate membandingkan rasio korporasi yang memiliki kolektabilitas aw al pada kol.1 dan kol.2 di aw al periode yang kemudian berubah menjadi Non Performing Loan di akhir periode. POD memberi gambaran yang lebih jelas mengenai kinerja kredit dalam kurun w aktu satu tahun terakhir, tanpa memperhitungakan kredit baru ataupun kredit yang dilunasi sepanjang periode observasi.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
59
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Tabel 3.4 Prof il Risiko Kredit Sekt oral Perbankan
Hasil penghitungan POD di Jaw a Timur menunjukkan bahw a beberap sektor pengalami peningkatan POD yang cukup tinggi secara year-to-date (ytd). Sektor pertambangan mengalami penurunan kinerja paling tinggi selama selama satu tahun terakhir. Rasio POD pertambangan Triw ulan III menunjukkan nilai 12,99% , naik cukup tinggi dibandingkan triw ulan IV 2013 yang berada pada level 2,84% . Subsektor yang mengalami perlambatan kinerja paling tinggi adalah subsektor pertambangan barang tambang lainnya dan pertambangan minyak dan gas bumi. Penurunan kinerja sector pertambangan ini dipicu oleh lesunya sector pertambangan semenjak diberlakukannya UU minerba yang mengatur tentang ekspor minerba. Selain itu, depresiasi rupiah yang masih terus berlanjut juga menyebabkan tekanan pada perusahaan-perusahaan tambang.
Graf ik 3.30 POD Sekt or Pert ambangan Jaw a TImur
Graf ik 3.31 POD SubSekt or Pertambangan Jaw a TImur
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
60
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Sektor lain yang mengalami peningkatan POD adalah sektor konstruksi. Sektor ini memiliki nilai POD yang naik pada triw ulan III 2014 sebesar 10,45% , dibandingkan posisi triw ulan IV 2013 yang berada pada level 2,08% . Subsektor yang mengalami penurunan kinerja paling dalam adalah subsektor proyek yang dibiayai dengan pinjaman dari/untuk pembayaran di luar negeri. Kondisi ini erat kaitannya dengan fluktuasi nilai tukar rupiah yang masih melemah cukup dalam di triw ulan III 2014. Selain itu, hasil survey harga properti residensial (SHPR) Jaw a Timur triw ulan III 2014 juga menyebutkan bahw a volume penjualan rumah masih turun sebesar 25% . Penurunan volume penjualan rumah terbesar dialami oleh rumah tipe kecil dan menengah, dengan penurunan masing-masing sebesar 23,9% dan 22,5% . Selain itu, diketahui juga bahw a faktor utama penyebab penurunan volume penjualan ini adalah tingginya suku bunga KPR.
Graf ik 3.32 POD Sekt or Konst ruksi Jaw a TImur
Graf ik 3.33 POD Sub Sekt or Konst ruksi Jaw a TImur
3.2.2.2. Transition M atrix Transition matrix merupakan salah satu indikator untuk melihat pergerakan kredit perbankan. Dengan transition matrix, analisis dapat difokuskan untuk melihat probabilitas pergeseran
kolektabilitas kredit
selama periode observasi, dari satu
kolektabiltas ke
kolektabilitas yang lain. Dengan menggunakan data pergerakan historis, perilaku kredit ke depan dapat diperkirakan dengan lebih baik. Hasil penghitungan transition matrix kredit perbankan sektoral adalah sebagai berikut:
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
61
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Tabel 3.5 Transit ion M at rix Juni 2014 s.d. Sept ember 2014
Transition matrix di atas menggambarkan bahw a kemungkinan perubahan kolektabilitas kredit dari kol.1 dan kol.2 menjadi NPL adalah 14,58% pada triw ulan III 2014. Hal ini berarti, kredit dengan status performing loan cenderung untuk tetap berada di kualitas tersebut setelah 3 bulan. Jika dilihat sebaliknya, kredit kualitas NPL memiliki kemungkinan maksimal 18,11% untuk berubah menjadi performing loan dalam w aktu 3 bulan.
3.3. PERBANKAN SYARIAH Senada dengan perkembangan kinerja bank umum, indikator kinerja utama Perbankan Syariah di Jaw a Timur pada triw ulan III 2014 masih cukup stabil dengan tren perlambatan pertumbuhan aset dan pembiayaan.Tercatat aset bank syariah di Jaw a Timur pada periode laporan mencapai Rp 23,42 triliun dengan pertumbuhan 21,79% (yoy), lebih rendah bila dibandingkan dengan pertumbuhan periode sebelumnya (triw ulan II 2014) yang tercatat sebesar 23% (yoy). Demikian pula dengan pembiayaan bank syariah yang melambat dari 33,43% (yoy) pada triw ulan II 2014 menjadi 21,79% (yoy) pada triw ulan III 2014, dengan nominal sebesar Rp 18,73 triliun. Sementara itu berbeda dengan indikator kinerja utama lainnya, kinerja penghimpunan DPKbank syariah di Jaw a Timur menunjukkan peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat DPK yang berhasil dihimpun pada periode laporan mencapai Rp17,36 triliunatau tumbuh 23,74% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triw ulan sebelumnya yang tercatat sebesar 18,94% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
62
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Aset g Aset qtq
Pembiayaan g Pembiayaan qtq
DPK g DPK (% qtq)
Triliun Rp
30
Aset g Aset
30 20 10 0 -10
20 10 I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
Pembiayaan g Pembiayaan
DPK g DPK (% yoy) 60 50 40 30 20 10 0
25 20 15 10 5 -
Triliun Rp
BAB III
III
I
II
2014
III
IV
I
2012
Graf ik 3.34 Perkembangan Indikat or Perbankan Syariah(qt q)
II
III
IV
I
II
2013
III
2014
Graf ik 3.35 Perkembangan Indikat or Perbankan Syariah(yoy)
Berdasarkan jenisnya, pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah di Jaw a Timur pada periode laporan masih didominasi kepada pembiayaan produktif yaitu modal kerja dan investasi. Total kedua pembiayaan dimaksud memperoleh porsi 57,99% dari total pembiayaan yang disalurkan pada periode laporan. Tingginya proporsi pembiayaan produktif Bank Syariah di Jaw a Timur menunjukkan bahw a masyarakat telah mulai mempercayai perbankan syariah sebagai mitra bisnis, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja (konsumsi). Sementara itu, pembiayaan konsumsi mencatat prosentase yang cukup tinggi yaitu mencapai 42,01% dari total pembiayaan. Adanya penurunan porsi pembiayaan konsumsi dari 45,44% pada triw ulan II 2014 menjadi 42,01% pada triw ulan III 2014 mengindikasikan peningkatan peran bank syariah pada pengembangan sektor produktif. Selain itu, relatif rendahnya permintaan kredit konsumsi seiring tidak adanya momen khusus atau hari raya keagamaan pada periode laporan turut menjadi pendorong penurunan share kredit konsumsi.
GIRO
TABUNGAN
DEPOSITO
% yoy
7%
54%
39%
g DPK
60 50 40 30 20 10 0 I
II
III
2012
Graf ik 3.36 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jaw a Timur
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
Graf ik 3.37 Pert umbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
63
Triliun Rp
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
g Modal Kerja
g Investasi
g Konsumsi (% yoy)
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
80
10 8 6 4 2 -
60
41%
42%
40
20 0 I
II
III
IV
I
2012
II
III
IV
I
2013
II
17%
III
2014
Graf ik 3.38 Pert umbuhan Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan
Graf ik 3.39 Pangsa Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan
Ditinjau dari sisi pertumbuhan, pada periode laporan jenis pembiayaan yang mencatat pertumbuhan tertinggi adalah pembiayaan konsumsi dengan pertumbuhan sebesar 47,95% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan periode sebelumnya (triw ulanII 2014) yang tercatat sebesar 58,89% (yoy).Demikian pula dengan pembiayaan investasi yang mencatat perlambatan dari 28,6% (yoy) pada triw ulan II 2014 menjadi 25,91% pada triw ulan III 2014. Sementara itu pembiayaan modal kerja menunjukkan peningkatan pertumbuhan dari sebesar 13% pada triw ulan II 2014 menjadi 23,05% (yoy) pada periode laporan. Peningkatan pertumbuhan DPK yang diiringi dengan perlambatan kredit mendorong perbaikan Finance to Deposit Ratio (FDR) dari sebesar 111,03% pada triw ulan II 2014 menjadi 107,92% pada triw ulan III 2014. Namun demikian risiko pembiayaan yang tercermin dari besar Non Performance Finance (NPF) bank syariah menunjukkan peningkatan dari sebesar 3,35%
pada triw ulan II 2014 menjadi 3,67% pada triw ulan IV 2014.
%
FDR
NPF (rhs)
120 100 80 60 40 20 0
4,00 3,00 2,00 1,00 I
II
III
2012
IV
I
II
III
IV
2013
I
II
III
2014
Graf ik 3.40
Non Perf orming Financing (NPF) dan Financing t o Deposits Rat io (FDR) Perbankan Syariah Jaw a Timur Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
64
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
3.4. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Indikator kinerja utama BPR di Jaw a Timur sampai dengan Triw ulan II 2014 secara umum masih cukup stabil dengan tekanan pada penurunan kredit dan peningkatan NPL. Tercatat total aset BPR pada periode laporan mencapai Rp 9,73 triliun dengan pertumbuhan sebesar 10,57% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan triw ulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,23% (yoy). Sementara itu penyaluran kredit BPR melambat dari 15,21% (yoy) pada triw ulan II 2014 menjadi 12,50% pada triw ulan III 2014. Demikian pula dengan kineja penghimpunan DPK yang menunjukkan perlambatan dari sebesar 12,72% (yoy) pada triw ulan II 2014 menjadi 11,50% (yoy) pada periode laporan.
Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Perkredit an Rakyat di Jaw a Timur (Triliun Rp)
URAIAN 1 2
3 4
5
Total Asset Kredit Per Jenis Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumsi NPL (%) Dana (dpk) - DEPOSITO - TABUNGAN LDR (%)
2013 I
II
2014 III
8,57
8,97
6,19 4,11 0,20 1,88 3,84% 4,98 3,38 1,61 124,17%
6,70 4,48 0,23 1,99 3,77% 5,09 3,50 1,60 131,50%
8,80
IV 8,90
I
II
III
9,15
9,44
9,73
6,88 6,84 7,25 4,62 4,58 4,85 0,22 0,25 0,27 2,05 2,01 2,13 4,30% 3,61% 4,18% 5,30 5,45 5,62 3,65 3,67 3,81 1,65 1,78 1,81 129,82% 125,57% 129,10%
7,72 5,21 0,27 2,24 4,40% 5,74 3,93 1,81 134,40%
7,74 5,22 0,27 2,25 4,94% 5,91 4,10 1,81 130,98%
Sumber: Bank Indonesia, dat a diolah
Total dana masyarakat yang disimpan pada BPR di Jaw a Timur sampai dengan Triw ulan III 2014mencapai Rp5,91 triliun. Penghimpunan dana pihak ketiga oleh BPR didominasi oleh deposito yang mencapai 69,36% terhadap total DPK, sementara tabungan memperoleh proporsi yang lebih kecil yaitu sebesar 30,64% dari total DPK. Demikian pula apabila ditinjau dari
sisi
pertumbuhannya,deposito
mampu
tumbuhsebesar
12,29%
(yoy),lebih
tinggi
dibandingkan dengan tabunganyang mencatat pertumbuhan sebesar 9,77% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
65
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Deposito
Tabungan
Kredit 40
25 20 15 10 5 0
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
30 20 % yoy
% yoy
Dana (dpk)
10 0
I
II
III
IV
I
II
III
I
-10 2013
2014
II
IV
I
II
2013
-20
Graf ik 3.41 Pert umbuhan Dana Pihak Ket iga BPR (% - yoy)
III
III
2014
Graf ik 3.42 Pert umbuhan Kredit BPR (yoy)
Kredit yang disalurkan oleh BPR didominasi oleh kredit modal kerja dengan prosentase mencapai 67,37% dari total kredit. Dari sisi pertumbuhannya, pada Triw ulan III 2014 kredit investasi tumbuh paling tinggi yaitu sebesar 25,13% (yoy). Sementara itu kredit modal kerjadan konsumsiyang disalurkan BPR tumbuh lebih rendah yaitu masing-masing di level 12,98% (yoy) dan 10,07% (yoy). Modal Kerja
Investasi
LDR
Konsumsi
29%
NPL (rhs)
140%
6%
135%
5%
4%
130%
3% 125%
67%
2%
120%
4%
1%
115%
0% I
II
III 2013
Graf ik 3.43 Proporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan
Perlambatan
pertumbuhan
kredit
yang
IV
I
II
III
2014
Graf ik 3.44 Perkembangan LDR & NPL BPR
lebih
besar
dibandingkan
perlambatan
pertumbuhan DPK BPR pada akhirnya mendorong perbaikan likuiditas BPR. Tercatat LDR BPR pada periode laporan sebesar 130,98% , lebih rendah apabila dibandingkan dengan LDR periode sebelumnya (triw ulan II 2014) yang tercatat sebesar 134,40% . Sementara itu peningkatan risiko kredit tercermin dari peningkatan rasio NPL dari sebesar 4,4% pada triw ulan II 2014 menjadi 4,94% pada triw ulan III 2014.M asih relatif tingginya kredit risiko kredit BPR mencerminkan perlunya peningkatan kew aspadaan dan pengaw asan BPR terhadap kredit yang disalurkan melalui penyeleksian profil debitur secara efisien dengan memperhatikan konsep 5 C (Capital, Collateral, Capacity, Character, dan Condition of Economy).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
66
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
3.5. BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA Senada dengan perkembangan kinerja perbankan, kinerja 6 (enam)1 bank umum yang berkantor pusat di Surabaya pada Triw ulan III 2014 pada periode laporan turut menunjukkan perlambatan pertumbuhan.Tercatat pertumbuhan total aset Bank Berkantor Pusat di Jaw a Timur melambat dari 27,2% (yoy) pada triw ulan II 2014 menjadi 21,48% (yoy) dengan nominal Rp 56,02triliun pada triw ulan III 2014. Tabel 3.7 Perkembangan Indikat or Bank Berkant or Pusat di Surabaya (M iliar Rp) 2013
Total Aset Pertumbuhan (% yoy) Pertumbuhan (% qtq) Dana Pihak Ketiga Pertumbuhan (% yoy) Pertumbuhan (% qtq) Kredit Pertumbuhan (% yoy) Pertumbuhan (% qtq) LDR (%) NPL (%)
Aset g Aset
60.000
II 43.389,42
III 46.111,46
IV 41.269,59
I 45.084,54
55.191,74
56.018,35
12,56 14,81 28.820,31 9,40 20,10 20.435,75 16,31 1,92 70,91 2,01
13,11 5,15 31.187,23 17,22 8,21 22.059,81 15,27 7,95 70,73 2,24
9,13 6,27 32.438,73 16,14 4,01 23.363,48 16,95 5,91 72,02 2,13
14,83 -10,50 29.486,76 22,88 -9,10 23.749,50 18,45 1,65 80,54 1,97
9,26 9,24 32.260,77 11,94 9,41 24.553,40 20,15 3,38 76,11 2,66
27,20 22,42 40.121,72 28,65 24,37 26.785,02 21,42 9,09 66,76 2,72
21,48 1,50 40.415,40 24,59 0,73 27.961,26 19,68 4,39 69,18 2,60
Kredit g Kredit
DPK g DPK
g Aset (% qtq) 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Miliar Rp
50.000 40.000 30.000 20.000
10.000 0 I
II
III
2012
IV
I
2014
I 41.263,37
II
III
2013
IV
I
II
g DPK(% qtq)
III
g Kredit (% qtq)
30 20 10 0 -10
I
II
III IV
I
II
III IV
I
II
III
III
-20
2014
Graf ik 3.45 Pert umbuhan Indikat or Bank BerKP di Surabaya (yoy)
Sumber utama pertumbuhan
II
%
Bank KP di Jatim
aset
2012
2013
2014
Graf ik 3.46 Pert umbuhan Indikat or Bank Ber-KP di Surabaya (qt q)
bank
berkantor pusat
di Surabaya adalah
peningkatan dana pihak ketiga terutama deposito yang meningkat cukup tinggi yaitu mencapai 35,11% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang mencatat pertumbuhan
1
) 6 Bank BerkantorPusat di kota Surabaya : Bank Jatim, Bank M aspion, Bank Antar Daerah (Bank Anda), Bank AnglomasInternasional (Bank Amin), Bank CentratamaNasional Bank (CNB) dan Bank Prima M aster.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
67
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
sebesar 30,84% (yoy).Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun dari masyarakat secara berurutan adalah Giro (38,9% ), Deposito (37,24% ) dan Tabungan (23,86% ).
GIRO
TABUNGAN
DEPOSITO
DPK
Giro
Tabungan
Deposito
60
37%
40
39% % qtq
20 0 -20
24%
I
II
III
2012
-40
IV
I
II
III
IV
2013
I
II
III
2014
-60 Graf ik 3.47 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya
Graf ik 3.48 Pert umbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qt q)
Kinerja penyaluran kredit Bank Umum yang berkantor pusat di Surabaya melambat dari 27,20% (yoy) pada triw ulanII 2014, menjadi 19,68% (yoy) dengan nominal Rp27,96 triliun pada triw ulanIII 2014. Berdasarkan jenis kreditnya, kredit investasi mencatat pertumbuhan tertinggi dengan prosentase pertumbuhan sebesar 23,95% (yoy). Sementara itu, kredit modal kerja dan kredit konsumsi mencatat pertumbuhan di level yang lebih rendah dengan prosentase masing-masing sebesar 19,5% (yoy) dan 19,39% (yoy). Tren perlambatanpertumbuhan kredit dimaksud searah dengan perlambatan ekonomi yang terjadi. Baiknya kinerja penyaluran kredit Bank Umum Berkantor Pusat di Surabaya pada Triw ulan III 2014 didukungoleh terjaganya kualitas kredit. Tercatat risiko kredit atau NPL bank ber kantor pusat di Jaw a Timur membaik dari 2,72% pada triw ulan II 2014 menjadi 2,60% pada periode laporan. Modal Kerja g Modal Kerja
Investasi g Investasi
Konsumsi g Konsumsi
20.000.000
90 70 50 30 10 -10 -30 -50
15.000.000 Juta Rp
Modal Kerja
10.000.000
5.000.000 I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
III
Investasi
Konsumsi
36% 58%
6%
2014
Graf ik 3.49 Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (yoy)
Graf ik 3.50 Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
68
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
%
LDR
NPL (rhs)
100
5
80
4
60
3
40
2
20
1
0
0 I
II
III
IV
2012
I
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
Graf ik 3.51 Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkant or Pusat di
3.6 PERKEM BANGAN SISTEM PEM BAYARAN Sistem pembayaran merupakan salah satu komponen terintegrasi dengan fungsi Bank Indonesia lainnya yaitu moneter dan stabilitas sistem keuangan. Kebijakan dan pelaksanaan Sistem Pembayaran mempunyai keterkaitan dengan efektivitas pengendalian moneter dan kestabilan sistem keuangan. Sampai dengan triw ulan III tahun 2014, kegiatan Sistem Pembayaran di Jaw a Timur baik tunai maupun non tunai terus berjalan dengan sangat baik. Hal tersebut tidak terlepas dari tingginya komitmen Bank Indonesia dalam menjamin kelancaran sistem pembayaran dan pemenuhan kebutuhan uang masyarakat, baik dalam jumlah maupun pecahan yang mencukupi. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan kinerja Sistem Pembayaran di Jaw a Timur antara lain peningkatan jumlah transaksi keuangan tunai yang terdiri atas aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow ) dan aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow ), transaksi keuangan non tunai (BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)), serta jumlah temuan
uang palsu di Wilayah Jaw a Timur.
3.6.1 Transaksi Sistem Pembayaran Tunai Transaksi pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa kegiatan, antara lain jumlah aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow ), jumlah aliran uang
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
69
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow ), serta kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE).
a.
Aliran Uang M asuk/ Keluar (Inflow /Outflow ) Selama Triw ulan III 2014, jumlah aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia di
w ilayah Jaw a Timur yang meliputi KPw BI Wilayah IV (Surabaya), M alang, Kediri, dan Jember secara kumulatif masih menunjukkan posisi net inflow dengan nominal lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya (triw ulan II 2014). Hal tersebut dapat diartikan bahw a jumlah aliran uang kartal yang kembali ke Bank Indonesia dari perbankan (inflow ) lebih besar dibandingkan dengan jumlah aliran uang kartal yang keluar Bank Indonesia kepada perbankan (outflow ). Tabel 3.8 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow –Outflow) Kantor Perwakilan Bank Indonesia dalam miliar rupiah Wilayah
SURABAYA
KEDIRI
MALANG
Keterangan
Tw I
Tw II
2014 Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw II
OUTFLOW
4.728,70
7.026,66
10.069,52
7.858,51
4.842,11
5.155,37
9.088,47
INFLOW
7.502,76
4.975,73
9.058,45
4.748,35
7.013,61
4.147,03
9.545,48
NET FLOW
2.774,06
(2.050,92)
(1.011,07)
(3.110,16)
2.171,50
(1.008,34)
OUTFLOW
1.657,39
2.183,55
3.803,58
2.830,61
1.915,43
2.943,87
4.451,67
INFLOW
2.194,90
1.656,83
3.514,64
2.702,22
4.084,67
NET FLOW
537,51
OUTFLOW
826,44
(526,72) 1.105,54
1.696,85
3.813,91
(1.133,76)
1.898,47
2.139,94
2.217,84
1.247,48
(288,94)
(241,65) 1.472,53
457,00
(366,99) 3.574,25
INFLOW
4.205,10
3.069,28
4.160,30
2.982,05
4.798,58
3.461,75
4.913,44
NET FLOW
3.378,66
1.963,74
2.020,36
764,21
3.551,10
1.989,21
1.339,19
OUTFLOW JEMBER
2013
INFLOW
943,13
1.450,60
2.039,90
1.508,41
966,42
1.120,81
2.258,33
2.088,87
1.652,96
2.048,87
1.548,03
2.395,42
1.770,21
2.569,81
NET FLOW
1.145,75
202,35
8,97
39,61
1.429,00
649,40
311,49
OUTFLOW
8.155,66
11.766,34
18.052,93
14.415,37
8.971,44
10.692,58
19.372,71
15.991,64
11.354,80
18.782,25
10.975,28
18.021,51
12.081,21
21.113,40
(3.440,10)
9.050,07
1.388,63
1.740,69
JAWA TIMUR INFLOW NET FLOW
7.835,97
(411,54)
729,32
Keterangan : Net Flow (+) : Net Inflow Net Flow (-) : Net outflow
Tercatat net inflow Jaw a Timur pada periode laporan adalah sebesar Rp1,74 triliun. Jumlah tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan net inflow periode sebelumnya (triw ulan II 2014) yang tercatat Rp1,39 triliun. Kondisi tersebut secara umum disebabkan oleh kembalinya uang yang beredar di masyarakat pasca peningkatan kebutuhan uang kartal masyarakat pada periode libur tahun ajaran baru dan jelang lebaran 2014 pertengahan tahun.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
70
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
INFLOW
NETFLOW
25.000
10.000
20.000
8.000
15.000
6.000 Miliar Rupiah
Miliar Rupiah
OUTFLOW
10.000
5.000 0 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
4.000 2.000 0
-2.000
Tw III
-4.000
2013
2014
Gambar 3.52 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow –Outflow) Juta Rupiah
-6.000
Tw I
Tw II Tw III Tw IV 2013
Tw I
Tw II Tw III 2014
Gambar 3.53 Perkembangan Net Flow Jawa Timur
Apabila ditinjau lebih dalam, peningkatan jumlah net inflow pada periode laporan disebabkan oleh peningkatan nominal inflow yang lebih besar daripada peningkatan outflow . Tercatat jumlah aliran uang kartal dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow ) pada periode laporan adalah sebesar Rp 19,37 triliun, meningkat Rp 8,68 triliun atau 81,18% (qtq) dibandingkan triw ulan sebelumnya. Sementara itu, jumlah aliran uang kartal dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow ) selama periode laporan (triw ulan III 2014) adalah sebesar Rp 21,11 triliun. Jumlah tersebut meningkat Rp 9,03 triliun atau 74,76 % (qtq) dibandingkan triw ulan II 2014 yang tercatat sebesar Rp 12,08 triliun. Peningkatan jumlah inflow pada periode laporan disebabkan oleh kembalinya uang beredar di masyarakat pasca tingginya outflow untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat akan uang kartal selama libur tahun ajaran baru dan jelang lebaran 2014. Kondisi tersebut mendorong peningkatan net inflow sebesar 25,35% (qtq), dari Rp 1,39 triliun pada triw ulan II 2014 menjadi Rp 1,74 triliun pada triw ulan III 2014. Jumlah aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia di Jaw a Timur masih mengikuti pola tren pergerakan triw ulanannya. Di Provinsi Jaw a Timur, jumlah outflow dan inflow uang kartal akan meningkat cukup tinggi pada momen perayaan tertentu seperti bulan puasa dan Hari Raya Idul Fithri, kemudian kembali normal pada periode selanjutnya. Adanya momen libur tahun ajaran baru dan persiapan lebaran pada periode sebelumnya turut mendorong terjadinya peningkatan net inflow pada periode dimaksud.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
71
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
b.
Uang Kartal Tidak Layak Edar Selain pengelolaan aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia, salah satu tugas Bank
Indonesia dalam sistem pembayaran tunai adalah memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan kepada masyarakat atau yang biasa disebut dengan Clean M oney Policy. Kegiatan dimaksud antara lain terkait dengan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) secara rutin. Selama triw ulan III 2014, tercatat jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan meningkat 0,07% (qtq) dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya. Peningkatan tersebut terkait dengan adanya peningkatan inflow yang terjadi pada periode laporan.
%
Rasio UTLE thdp Inflow (%) 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2013
Tw I
Tw II
Tw III
2014
Gambar 3.54 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)
Persentase jumlah Uang Tidak Layak Edar (UTLE) terhadap inflow di Provinsi Jaw a Timur pada periode laporan menunjukkan penurunan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tercatat rasio UTLE terhadap inflow di Jaw a Timur selama triw ulan III 2014 adalah sebesar 18,24% , lebih rendah apabila dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya yang tercatat sebesar 31,85% . Dalam rangka mengendalikan jumlah uang kartal tidak layak edar yang dimusnahkan, Bank Indonesia terus melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang kartal, antara lain melalui brosur, pamflet, serta edukasi perbankan. Dengan demikian diharapkan usia edar uang kartal dapat lebih panjang sehingga mengurangi besarnya volume UTLE yang pada akhirnya mengurangi biaya percetakan uang baru.
c.
Temuan Uang Palsu Selama Triw ulan III Tahun 2014, penemuan uang palsu di Jaw a Timur baik melalui
perbankan
maupun
berdasarkan
laporan
masyarakat
menunjukkan
peningkatan
dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat penemuan uang palsu pada periode laporan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
72
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
sebanyak 6.895 lembar dalam berbagai pecahan. Jumlah tersebut meningkat 13,14% (qtq) apabila dibandingkan dengan temuan pada triw ulan II 2014 yang tercatat sebanyak 6.094 lembar.
Lembar
Surabaya
Malang
Kediri
Jember
TOTAL (rhs) 9.000 8.000 7.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0
4.500 4.000 3.500 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 500 0
Tw I
Tw II Tw III Tw IV Tw I 2012
Tw II Tw III Tw IV Tw I 2013
Tw II Tw III 2014
Gambar 3.55 Statistik Uang Palsu yang Ditemukan (lembar)
Surabaya
Malang
Kediri
Jember
100.000
50.000
11%
1%
44%
19% 26%
20.000
0%
10.000
5.000
0%
20%
79%
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 3.56Statistik Uang Palsu yang ditemukan (lembar)
Gambar 3.57Statistik Pecahan Uang Palsu di Jatim (lembar)
Sebagaimana periode sebelumnya, sebagian besar uang palsu yang beredar di Jaw a Timur pada triw ulan III 2014 masih didominasi oleh nominal Rp100.000,- dengan proporsi sebesar 79% dari total temuan (berdasarkan lembar). Surabaya sebagai kota terbesar dan pintu gerbang perdagangan dengan Indonesia Timur, hingga saat ini masih menjadi kota
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
73
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
dengan penemuan uang palsu tertinggi di w ilayah Jaw a Timur dengan prosentase sebesar 44% . M enghadapi maraknya pemalsuan uang, Bank Indonesia bersama instansi berw enang yang terkait terus berupaya melakukan penanggulangan yang bersifat preventif maupun represif.
Tindakan
preventif
dilaksanakan
melalui
upaya upaya
memasyarakatkan
pengetahuan mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah, meningkatkan unsur pengaman pada uang baru, serta peningkatan kerjasama dengan instansi terkait di dalam maupun luar negeri. Sementara itu, upaya penanggulangan secara represif dilaksanakan oleh Kepolisian dengan menangkap dan menghukum pembuat maupun pengedar uang palsu sesuai dengan ketentuan perundang - undangan yang berlaku.
3.6.2 Transaksi Sistem Pembayaran Non Tunai Alat pembayaran non tunai terus berkembang dan semakin lazim dipakai masyarakat. Transaksi pembayaran non tunai dengan nilai besar diselenggarakan Bank Indonesia melalui sistem BI-RTGS (Real Time Gross Settlement ) dan Sistem Kliring. Sebagai informasi, sistem BIRTGS adalah muara seluruh penyelesaian transaksi keuangan di Indonesia. Sebagian besar transaksi keuangan nasional bernilai besar dan bersifat mendesak (urgent ) seperti transaksi di Pasar Uang Antar Bank (PUAB), transaksi di bursa saham, transaksi pemerintah, transaksi valuta asing (valas) serta settlement hasil kliring dilakukan melalui sistem BI-RTGS. Transaksi sistem pembayaran non tunai dalam kajian ini mencakup kegiatan transaksi non tunai masyarakat melalui perbankan dengan menggunakan sistem BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Secara umum
perkembangan keduanya jenis sistem pembayaran tersebut di Jaw a Timur terus mengalami peningkatan dari w aktu ke w aktu dengan dominasi terbesar transaksi RTGS.
Kliring
Kliring (Rp triliun)
RTGS
88,37 91,33 91,69 91,78 91,55 91,56 90,93 91,65 90,55 90,81 90,59
11,63 8,67 8,31 8,22 8,45 8,44 9,07 8,35 9,45 9,19 9,41 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 2012
2013
2014
RTGS (Rp triliun)
600,00 500,00 400,00 300,00 200,00 100,00 0,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 2012
2013
2014
Gambar 3.58 Perkembangan Transaksi Non Tunai di Jawa Timur
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
74
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
a. Transaksi BI-RTGS ( Real Time Gross Settlement ) BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan dalam w aktu seketika. Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia pada tanggal 17 November
2000,
BI-RTGS berperan
penting
dalam
pemrosesan
aktivitas transaksi
pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk High Value Payment System (HVPS) atau transaksi bernilai besar yaitu transaksi Rp 100 juta ke atas dan
bersifat segera (urgent). Transaksi HPVS saat ini mencapai 90% dari seluruh transaksi pembayaran di Indonesia sehingga dapat dikategorikan sebagai sistem pembayaran nasional yang memiliki peranan signifikan (Systemically Important Payment System ). Sejak diberlakukannya Surat Edaran No.15/18/DASP tanggal 30 April 2013 perihal Perubahan Atas Surat Edaran Bank Indonesia No.11/13/DASP tanggal 4 M ei 2009 perihal Batas Nominal Nota Debet dan Transfer Kredit dalam Penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia, batas nilai nominal transfer kredit yang dapat dikliringkan melalui SKNBI meningkat menjadi sebesar Rp 500 juta per transaksi. Peraturan tersebut berlaku sejak tanggal 31 M ei 2013. Perubahan batas nilai nominal transfer kredit dimaksud dilatarbelakangi adanya kebutuhan masyarakat akan nominal transfer SKNBI yang lebih besar. Diharapkan kenaikan batas nilai nominal transfer dimaksud dapat memberikan alternatif layanan yang lebih luas kepada masyarakat untuk melakukan transfer kredit melalui SKNBI sertamendukung kelancaran Sistem Pembayaran. Hal tersebut cukup efektif mengingat mulai terdapat peningkatan share kliring terhadap total transaksi non tunai, dari 9,07% pada triw ulan III 2013 menjadi 9,41% pada triw ulan III 2014.
RTGS
Transaksi
Volume
Nominal (Rp Triliun) rhs
1.000.000 100.000 10.000 1.000 100 10 1
600,00 500,00 400,00 300,00 200,00 100,00 0,00 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 2012
2013
2014
Gambar 3.59 Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Timur
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
75
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Selama triw ulan III 2014, jumlah nominal transaksi RTGS dari Jaw a Timur, ke Jaw a Timur dan antar Jaw a Timur tercatat sebesar Rp 453,24 triliun. Jumlah tersebut lebih rendah -2,86% (qtq) dibandingkan dengan periode sebelumnya yaitu triw ulan III 2014 yang tercatat sebesar Rp 466,6 triliun. Sementara itu volume transaksi RTGS pada periode laporan meningkat dari sebanyak 239.220 transaksi pada triw ulan II 2014 menjadi 382.144 transaksi pada triw ulan III 2014. Penurunan nominal transaksi RTGS pada periode laporan diperkirakan didorong oleh perlambatan transaksi ekonomi masyarakat seiring berlalunya libur tahun ajaran baru dan ramadhan 2014.
g RTGS (% yoy) Nominal
g RTGS (% qtq)
Volume
Nominal
60,00
80,00
40,00
60,00
40,00
-
(40,00)
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 2012
2013
% qtq
% yoy
20,00
(20,00)
Volume
20,00 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
(20,00)
2014
(40,00)
2012
2013
2014
(60,00)
(60,00)
Gambar 3.60 Pertumbuhan Transaksi RTGS
Nilai (Miliar Rp)
Volume
300.000 250.000 200.000
150.000 100.000 50.000 0 SURABAYA
KEDIRI
MALANG
GRESIK
JEMBER
Gambar 3.61 Kota dengan aktivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw III - 2014
Searah dengan perkembangan perekonomian di beberapa kota di Jaw a Timur, besar transaksi RTGS di tingkat kota/kabupaten masih menunjukkan adanya kegiatan perekonomian
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
76
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
yang masih terpusat pada w ilayah-w ilayah tertentu. Berdasarkan asal kotanya, pada transaksi outgoing dan incoming RTGS masih didominasi oleh kota/kabupaten dengan kapasitas
perekonomian yang cukup menonjol, di mana Kota Surabaya sebagai Ibu Kota provinsi Jaw a Timur masih mendominasi besarnya transaksi. Tercatat transaksi RTGS dari, ke dan antar kota Surabaya selama triw ulan III -2014 mencapai Rp 275,66 triliun dengan volume sebanyak 117.457 transaksi. Kota lain di Jaw a Timur yang memiliki transaksi RTGS cukup tinggi pada periode ini adalah Kediri, M alang, Gresik dan Jember.
b.
Transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) Dalam rangka mendukung kelancaran sistem pembayaran, khususnya melalui transaksi
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), kegiatan kliring di Jaw a Timur diikuti oleh 477 kantor peserta kliring baik langsung maupun tidak langsung yang tersebar di 38 kabupaten/kota. Penyelenggaraan kegiatan kliring dilaksanakan di 4 (empat) Kantor Perw akilan Bank Indonesia di w ilayah Jaw a Timur yaitu Surabaya, M alang, Kediri dan Jember. Tabel 3.9 Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw III - 2014 dalam jutaan
Jumlah Kota
Perputaran Kliring ( D )
Kantor Peserta
Surabaya
252
M alang
Lembar (satuan)
Nominal (juta Rp)
Rata-2 Perputaran Kliring Sehari Lembar (satuan)
Nominal (juta Rp)
Jumlah Penolakan Cek Dan Giro Kosong
Rata-2 Penolakan Cek Persentase Rata-2 Penolakan Dan BG Kosong SehariCek Dan BG Kosong Sehari
Lembar (satuan)
Lembar (satuan)
Nominal (juta Rp)
Nominal (juta Rp)
Lembar (%)
Nominal (%)
973.761
40.130.513
44.262
655.114
17.101
858.512
777
39.023
2
6
74
99.291
4.074.397
4.513
63.278
1.828
79.735
83
3.624
2
6
Kediri
85
34.936
1.668.452
1.588
23.369
659
23.820
30
1.083
2
5
Jember
66
37.910
1.221.910
1.723
18.895
687
20.135
31
915
2
5
Jatim
477
1.145.898
47.095.272
52.086
2.140.694
20.275
982.202
922
44.646
1,77
2,09
Secara nominal, transaksi perputaran kliring di Jaw a Timur yang berlangsung pada Triw ulan III 2014 menunjukkan perlambatan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat jumlah nominal transaksi kliring pada periode laporan adalah sebesar Rp 47,10 triliun, lebih rendah apabila dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya yang mencatat nominal transaksi sebesar Rp 47,21 triliun. Jumlah nominal kliring tersebut lebih rendah -0,23% (qtq) dibandingkan periode sebelumnya.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
77
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Volume transaksi kliring pada periode laporan juga mencatat penurunan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tercatat volume kliring pada triw ulan III 2014 adalah 1,15 juta lembar w arkat (cek, bilyet giro, nota kredit dan nota debet perbankan). Jumlah tersebut lebih rendah dari jumlah w arkat kliring pada triw ulan II 2014 yang tercatat sebanyak 1,20 juta lembar (turun 4,38% qtq). Warkat (juta lembar) rhs
2012
2013
2012
2014
Gambar 3.62 Transaksi Kliring di JawaTimur
2013
Tw III
Tw I
Tw II
Tw III
Tw II
Tw I
Tw IV
Tw III
Tw II
Tw I
Tw IV
Tw III
Tw II
Tw I
0
Tw III
10
Tw IV
20
Tw I
30
Tw II
40
30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 -
1.200.000 1.000.000 800.000 600.000 400.000 200.000 Tw III
50
Tolakan Kliring (Rp juta) Tolakan Kliring (Warkat-lembar)-Skala Kanan
Tw I
1,60 1,40 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00
Tw IV
60
Tw II
Nominal (Rp triliun)
2014
Gambar 3.63 Tolakan Transaksi Kliring di JawaTimur
3.6.3 Prospek Kinerja Sistem Pembayaran Kinerja Sistem Pembayaran di Jaw a Timur baik tunai maupun non tunai pada Triw ulan IV 2014 diperkirakan terus meningkat. Hal tersebut terkait dengan adanya peningkatan aktifitas ekonomi masyarakat khususnya pada saat libur natal dan tahun baru 2015. Optimisme pertumbuhan ekonomi Jaw a Timur pada akhir tahun 2014 turut menguatkan potensi peningkatan transaksi sistem pembayaran di Jaw a Timur selama tahun 2014. Hal tersebut didukung oleh pertumbuhan sektor industri dan sektor perdagangan hotel restoran (PHR) serta stabilitas perbankan. Bank Indonesia terus mendukung perluasan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yaitu optimalisasi penggunaan alat pembayaran non tunai seperti kartu atm, kartu atm debit, kartu kredit dan e-money. Untuk itu, Kantor Perw akilan Bank Indonesia Wilayah IV (Jaw a Timur) menjalin
kerjasama
dengan
beberapa
perguruan
tinggi
negeri
di
Surabaya
untuk
melaksanakan edukasi kepada mahasisw a dan mahasisw a baru dengan target kurang lebih 10.000 mahasisw a. Edukasi GNNT dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti sosialisasi, seminar, serta pameran atau exhibition . Selain itu, Bank Indonesia bersama beberapa
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
78
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya telah mempersiapkan toko dan koperasi kampus agar dapat menyediakan merchant untuk melayani transaksi non tunai. Terkait
dengan hal tersebut
di atas, dalam
rangka meningkatkan keamanan
penggunaan alat pembayaran non tunai seperti kartu atm, kartu atm debit dan kartu kredit, Bank Indonesia melalui Surat Edaran No.13/22/DASP mew ajibkan bank untuk mengganti teknologi kartu ATM dan/atau kartu Debet dari magnetic stripe ke chip dan pin paling kurang 6 (enam) digit paling lambat akhir Desember 2015. Aw al tahun 2016 semua kartu ATM dan/kartu Debet Bank harus w ajib menggunakan chip dan pin minimal 6 digit. Selain itu, melalui Surat Edaran No 14/27/DASP maka per 1 Januari 2015 Bank Indonesia mew ajibkan seluruh penerbit kartu kredit untuk memenuhi ketentuan pemberian kartu kredit kepada pemegang kartu kredit. Ketentuan tersebut antara lain mengenai batas minimum usia, batas minimum pendapatan tiap bulan, batas maksimum plafon kartu kredit yang dapat diberikan, dan batas maksimum jumlah penerbit kartu kredit yang dapat memberikan fasilitas kartu kredit. Dengan demikian diharapkan pengembangan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) dapat seiring dengan peningkatan keamanan dan kenyamanan penggunaan alat pembayaran kartu.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
79
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
BOKS IV Likuiditas Daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen kebijakan fiskal yang utama bagi pemerintah daerah. Anggaran Belanja Daerah yang tercantum dalam APBD mencerminkan potret pemerintah daerah dalam menentukan skala prioritas terkait program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran. Penetapan prioritas beserta upaya pencapaiannya merupakan konsekuensi dari meningkatnya peran dan tanggung jaw ab pemerintah daerah dalam
mengelola pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya. Dengan demikian, daerah harus memastikan dana tersebut benar-benar dimanfaatkan untuk program dan kegiatan yang memiliki nilai tambah besar bagi masyarakat.
Dana Pihak Ketiga (DPK) milik Pemerintah Daerah pada bank umum di Jaw a Timur terus menunjukkan peningkatan hingga Rp 20,06 triliun pada Agustus 2014. Jumlah tersebut meningkat 31,05% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya. Tren perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) milik Pemda di perbankan Jaw a Timur antara lain menunjukkan peningkatan alokasi dana APBN ke daerah, serta peningkatan kinerja Pemda dalam pengelolaan dana. Secara umum, DPK Pemda akan meningkat pada Triw ulan II s.d III seiring dengan peningkatan realisasi pendapatan daerah dan masih rendahnya realisasi belanja. Selain itu, pencairan dana transfer pada aw al triw ulan II juga turut mendorong peningkatan DPK Pemda di bank umum. DPK Pemda tersebut akan berkurang cukup signifikan pada akhir tahun (Triw ulan IV) seiring dengan tingginya realisasi belanja daerah. Gambar II Proporsi DPK Milik Pemda
Gambar I Perkembangan DPK Milik Pemda DPK Milik Pemda
LDR Bank X (% rhs)
Giro
Cash Ratio Bank X(% rhs)
Tabungan
Deposito
% yoy 30.000.000
90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00
25.000.000
Juta Rp
20.000.000 15.000.000
10.000.000 5.000.000 0 I
II
III 2012
IV
I
II
III 2013
IV
I
II 2014
45% 55%
8
0% Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
43
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Sebagian besar dana milik Pemda disimpan dalam bentuk deposito (55% ) dan Giro (45% ) pada perbankan Jaw a Timur. Hal tersebut cukup menarik mengingat sejak tahun 2012 terjadi tren pergeseran bentuk simpanan dana milik Pemda di perbankan, dari giro menjadi deposito. Tercatat proporsi giro menurun dari 55,25% pada bulan Agustus 2012 menjadi 45,16% pada Agustus 2014. Sementara itu proporsi simpanan pemda dalam bentuk deposito meningkat dari sebesar 44,34% menjadi 54,66% . Pergeseran tersebut diperkirakan didorong oleh tren kenaikan suku bunga deposito yang cukup signifikan, dari 5,63% pada Agustus 2012 menjadi 7,54% pada Agustus 2014. Sementara suku bunga tabungan dan giro masih stabil di kisaran 1,9% dan 3% . Selain itu, bedasarkan informasi dengan instansi terkait diketahui bahw a Pemerintah Daerah lebih memilih untuk menyimpan dananya dalam bentuk deposito yang menjanjikan return yang lebih tinggi dibandingkan giro, sembari menunggu realisasi anggaran yang besar di akhir tahun. Gambar IV Suku Bunga DPK Milik Pemda
Gambar III Perkembangan Proporsi DPK Milik Pemda Giro Milik Pemda
Tabungan Milik Pemda
Deposito Milik Pemda
100% 90%
27,05
80% 70%
39,36
39,57
31,70
30,70
0,62
0,26
60%
0,37
42,67
42,93
0,42 0,26
41,93
42,88
0,13
0,44
60,26
60,17
67,68
%
0,18 72,53
30%
69,03 57,10
56,74
51,73
57,88
56,99 45,16
20% 10% 0% I
II
III 2012
IV
I
II
III 2013
IV
I
SB Giro Milik Pemda
SB Tabungan Milik Pemda
SB Deposito Milik Pemda
SB DPK Bank Umum 54,66
0,19
0,23
0,33
50% 40%
47,83
SB DPK Milik Pemda
II 2014
8
8 7 6 5 4 3 2 1 0 I
II
III 2012
IV
I
II
III 2013
IV
I
II
8
2014
Ditinjau dari sisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), total APBD Provinsi dan Kabupaten Kota di Jaw a Timur tahun 2014 meningkat di kisaran 16% dibandingkan tahun sebelumnya. Tercatat anggaran pendapatan pada tahun 2014 sebesar Rp 78,45 triliun, meningkat 15,63% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 67,85 triliun. Anggaran belanja meningkat 15,77% (yoy) dari Rp 71,85 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp 83,21 triliun pada tahun 2014. Namun demikian, ketergantungan terhadap pemerintah pusat yang masih cukup tinggi terlihat dari komposisi anggaran pendapatan Jaw a Timur yang sebagian besar masih didominasi oleh Dana Perimbangan (55% ). Namun demikian
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
44
BAB III
PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
proporsi Dana Perimbangan yang menurun dari 61% pada tahun 2012 menjadi 55% pada tahun 2014 menunjukkan adanya peningkatan kemandirian fiskal daerah. Gambar V Perkembangan APBD Provinsi dan Kab Kot Jatim
Juta Rp
Pendapatan
Tabel I Perkembangan APBD Provinsi dan Kab Kot Jatim APBD Jatim (Juta Rp)
Belanja
Pendapatan Belanja Growth Pendapatan (% yoy) Growth Belanja (% yoy)
90.000.000,00 80.000.000,00 70.000.000,00 60.000.000,00 50.000.000,00 40.000.000,00 30.000.000,00 20.000.000,00 10.000.000,00 0,00
2013
2014
67,847,880.48 78,451,700.03 71,872,046.77 83,205,871.15 17.60 15.63 16.55 15.77
2014 PAD Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
18%
27%
55%
2012
2013
2014
Realisasi anggaran khususnya belanja yang rendah pada aw al tahun perlu mendapat perhatian. Sebagaimana periode sebelumnya, realisasi APBD sampai dengan semester I 2014 masih didominasi oleh anggaran pendapatan dengan realisasi mencapai 43,66% . Sementara realisasi belanja daerah baru mencapai 22,69% pada semester I 2014. Sehubungan dengan hal tersebut, akan lebih baik bila Pemda melakukan perbaikan dalam perencanaan anggaran sehingga tidak kesulitan realisasi pada akhir tahun. Selain itu, dikarenakan porsi Dana Pemda pada BPD Jatim cukup tinggi yaitu mencapai 51% dari total DPK, maka BPD Jatim perlu untuk mulai mencari alternatif sumber pendanaan lain sebagai cadangan, misalnya dengan menaw arkan suku bunga yang kompetitif.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2014
45
Bab 4 Perkembangan Keuangan Daerah
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
4 PERKEM BANGAN KEUANGAN DAERAH 4.1. UM UM Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan w ujud pengelolaan keuangan daerah yang berdasarkan UU No.17 Tahun 2003 merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dew an Perw akilan Rakyat Daerah (DPRD). Penyusunan APBD memperhatikan adanya keterkaitan antara kebijakan perencanaan dengan penganggaran oleh Pemerintah Daerah serta sinkronisasi dengan berbagai kebijakan Pemerintah Pusat dalam Perencanaan dan Penganggaran Negara. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan suatu gambaran atau tolak ukur pentingnya keberhasilan suatu daerah dalam meningkatkan potensi perekonomian daerah. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan berdampak positif terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), khususnya penerimaan pajak daerah. APBD memiliki fungsi otorisasi, perencanaan, pengaw asan, alokasi, distribusi dan stabilisasi. Fungsi otorisasi mengandung arti bahw a Perda tentang APBD menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Fungsi perencanaan berarti bahw a APBD menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. Sedangkan fungsi pengaw asan terlihat dari digunakannya APBD sebagai standar dalam penilaian penyelenggaraan pemerintahan daerah. Kebijakan desentralisasi fiskal yang ditetapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan ant ara Pemerintah Pusat Daerah bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya keuangan daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Oleh sebab itu, proses pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaannya mengacu kepada prinsip transparansi dan akuntabilitas.
4.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jaw a Timur Pendapatan
Juta Rupiah
Belanja
20.000.000,00 15.000.000,00 10.000.000,00 5.000.000,00 0,00 2010
2011
2012
2013
2014
Grafik 4.1 Perkembangan APBD Provinsi Jawa Timur Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014
80
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Seiring
dengan
peningkatan
pertumbuhan
ekonomi daerah,
alokasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jaw a Timur terus menunjukkan peningkatan dari w aktu ke w aktu. Tercatat total anggaran pendapatan daerah tahun 2014 adalah sebesar Rp 18,79 triliun, meningkat 14,64% dari total anggaran pendapatan daerah setelah perubahan tahun 2013 yang dianggarkan sebesar Rp 16,39 triliun. Demikian pula dengan anggaran belanja daerah yang meningkat 6,73% , dari Rp 17,61 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp 18,79 triliun pada tahun 2014.
4.2.1 Anggaran Pendapatan Daerah Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 (Juta Rupiah) APBD Th. 2013 (Juta Rp)
APBD Th. 2014 (Juta Rp)
PENDAPATAN DAERAH
16.399.184,06
18.799.577,31
14,64
PENDAPATAN ASLI DAERAH
10.382.698,22
12.503.564,80
20,43
8.598.000,00 103.604,57
10.685.000,00 104.887,32
24,27 1,24
334.920,91
339.967,75
1,51
LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH
1.346.172,75
1.373.709,74
2,05
DANA PERIMBANGAN
3.173.852,58
3.459.730,70
9,01
DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL BUKAN PAJAK
1.455.559,86
1.491.306,55
2,46
DANA ALOKASI UMUM DANA ALOKASI KHUSUS
1.632.648,29 85.644,43
1.866.548,19 101.875,97
14,33 18,95
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
2.842.633,26
2.836.281,81
-0,22
36.800,69
30.812,40
-16,27
2.805.832,56
2.805.469,41
-0,01
Uraian
PAJAK DAERAH RETRIBUSI DAERAH HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN
PENDAPATAN HIBAH DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI KHUSUS
Perubahan (%) 2013 - 2014 %
Total pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Jaw a Timur yang dianggarkan pada Tahun 2014 adalah sebesar Rp 18,79 triliun. Jumlah tersebut meningkat 14,64% dibandingkan anggaran pendapatan setelah perubahan tahun 2013 yang tercatat sebesar Rp 16,39 triliun. Peningkatan tertinggi adalah pada Pendapatan Pajak Daerah yang direncanakan meningkat 24,27% , dari Rp 8,59 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp 10,68 triliun pada tahun 2014. Sementara itu, anggaran pendapatan hibah dianggarkan lebih kecil dengan prosentase penurunan sebesar -16,27% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014
81
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Sebagaimana pola-pola anggaran di daerah, struktur pendapatan daerah di Provinsi Jaw a Timur didominasi oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang memperoleh porsi 66,51% dari total anggaran pendapatan, yaitu sebesar Rp 12,5 triliun. PAD antara lain
bersumber dari
penerimaan pajak daerah seperti Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Air Baw ah Tanah, Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor serta penerimaaan asli daerah lainnya yang sah. Sementara itu, Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain yang Sah memperoleh proporsi anggaran yang lebih kecil. Dana perimbangan dianggarkan sebesar Rp 3,46 triliun atau 18,40% dari anggaran pendapatan daerah, dan anggaran lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah dianggarkan sebesar Rp 2,83 triliun atau 15,09% dari anggaran pendapatan daerah.
PAD 2013 1%
3%
13%
PAD 2014 PAJAK DAERAH
RETRIBUSI DAERAH
83%
HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH
3% 11% 1%
PAJAK DAERAH
RETRIBUSI DAERAH
85%
HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH
Grafik 4.2 Proporsi Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur
Pada bagian Pendapatan Asli Daerah, Pajak Daerah masih menjadi sumber pendapatan terbesar dengan prosentase sebesar 85,46% dari total PAD yang direncanakan diperoleh pada tahun 2014. Proporsi tersebut lebih besar apabila dibandingkan dengan proporsi tahun sebelumnya 2013 yang tercatat hanya sebesar 82,81% .Proporsi terbesar dalam anggaran PAD Provinsi Jatim Tahun 2014 selanjutnya adalah dana Perimbangan sebesar 18,40% ,dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar 15,09% .
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014
82
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
4.2.2
Realisasi Pendapatan Daerah Tabel 4.2 Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014 (Juta Rupiah)
APBD
Realisasi
APBD
Realisasi
Th. 2013 (Juta Rp)
Tw III 2013
Th. 2014 (Juta Rp)
Tw III 2014
Uraian
Juta Rp
%
Juta Rp
%
PENDAPATAN DAERAH
16.399.184,06
12.829.690,00 83,93
18.799.577,31
15.236.553,24
PENDAPATAN ASLI DAERAH
10.382.698,22
8.619.793,00 90,51
12.503.564,80
10.369.654,57 82,93
8.598.000,00
6.997.023,00 88,98
10.685.000,00
8.229.109,69 77,02
RETRIBUSI DAERAH
103.604,57
71.420,00 56,50
104.887,32
95.909,56 91,44
HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN
334.920,91
329.020,00 100,04
339.967,75
337.920,27 99,40
LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH
1.346.172,75
1.222.328,00 101,45
1.373.709,74
1.706.715,05 124,24
DANA PERIMBANGAN
3.173.852,58
2.188.558,00 75,58
3.459.730,70
2.749.113,15 79,46
DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL BUKAN PAJAK
1.455.559,86
937.435,00 79,61
1.491.306,55
1.163.093,60 77,99
DANA ALOKASI UMUM DANA ALOKASI KHUSUS
1.632.648,29 85.644,43
1.224.486,00 75,00 26.636,00 31,10
1.866.548,19 101.875,97
1.555.456,76 83,33 30.562,79 30,00
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
2.842.633,26
2.021.338,00 70,52
2.836.281,81
2.117.785,51 74,67
36.800,69
25.151,00 236,94
30.812,40
14.138,42 45,89
2.805.832,56
1.996.187,00 69,90
2.805.469,41
2.103.647,09 74,98
PAJAK DAERAH
PENDAPATAN HIBAH DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI KHUSUS
81,05
Realisasi anggaran pendapatan daerah Provinsi Jaw a Timur sampai dengan triw ulan III 2014 sudah sangat baik yaitu mencapai 81,05% dari rencana. Berdasarkan kelompoknya, realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencatat prosentase tertinggi yaitu 82,93% dari yang direncanakan. Hal tersebut mencerminkan tingginya realisasi pendapatan daerah yang antara lain bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Sumber pendapatan asli daerah yang mencatat realisasi tertinggi adalah hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, yaitu mencapai 99,40% . Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Penerimaan ini antara lain dari BPD, perusahaan daerah, dividen BPR-BKK dan penyertaan modal daerah kepada pihak ketiga. Realisasi pendapatan terbesar selanjutnya adalah retribusi daerah yang antara lain berasal dari retribusi pelayanan kesehatan, retribusi pasar grosir dan pertokoan, retribusi penjualan produksi usaha daerah, retribusi izin trayek kendaraan penumpang, retribusi
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014
83
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
air, dan retribusi jembatan timbang dengan prosentase sebesar 91,44% . Sementara itu penerimaan pajak daerah juga mencatat realisasi yang cukup tinggi yaitu 77,02% dari rencana APBD. Penerimaan dari sektor pajak ini antara lain pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermot or, pajak kendaraan di atas air, pajak air baw ah tanah dan pajak air permukaan. Demikian pula dengan realisasi Dana Perimbangan yang cukup tinggi hingga mencapai 79,46% dari rencana. Sumbangan terbesar berasal dari realisasi Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar 83,33% , disusul kemudian dengan Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak dengan prosentase sebesar 77,99% dari rencana. Sementara itu realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) mencatat realisasi yang masih relatif rendah yaitu sebesar 30% dari rencana.
2013
2014
100
%
80 60 40 20
0 PENDAPATAN ASLI DAERAH
DANA PERIMBANGAN
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
Grafik 4.3 Realisasi PAD Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III 2013 dan 2014
4.2.3. Anggaran Belanja Daerah Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jaw a Timur pada tahun 2014 direncanakan sebesar Rp 18,79 triliun atau meningkat 6,73% dibandingkan anggaran belanja tahun sebelumnya sebesar Rp 17,611 triliun.Berdasarkan kelompoknya, kelompok Belanja Tidak Langsung dianggarkan meningkat 13,85% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp 12,75 triliun. Sementara itu belanja langsung dianggarkan lebih kecil yaitu sebesar Rp 6,04 triliun atau lebih rendah -5,71% dibandingkan tahun sebelumnya.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014
84
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Tabel 4.3 Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jaw a Timur Tahun 2014 (Juta Rupiah) APBD Th. 2013 (Juta Rp)
Uraian
APBD Th. 2014 (Juta Rp)
Perubahan (%) 2013 - 2014 %
BELANJA DAERAH
17.611.859,87
18.796.934,71
6,73
BELANJA TIDAK LANGSUNG
11.203.748,93
12.755.043,69
13,85
1.609.084,28
1.935.973,67
20,32
5.516,77
4.174,94
-24,32
5.139.576,86
4.477.219,66
-12,89
59.290,61
12.149,38
-79,51
BELANJA BAGI HASIL KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA
3.298.463,28
4.443.118,75
34,70
BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA
1.010.668,49
1.703.157,58
68,52
BELANJA PEGAWAI BELANJA BUNGA BELANJA HIBAH BELANJA BANTUAN SOSIAL
BELANJA TIDAK TERDUGA BELANJA LANGSUNG
81.148,65
179.249,72
6.408.110,94
6.041.891,02
120,89 -5,71
BELANJA PEGAWAI
1.158.590,88
698.342,41
BELANJA BARANG DAN JASA
4.000.944,84
4.123.498,81
-39,72 3,06
BELANJA MODAL
1.248.575,22
1.220.049,80
-2,28
Berdasarkan sub kelompoknya, proporsi Anggaran Belanja Tidak Langsung Provinsi Jaw a Timur masih didominasi oleh belanja hibah sebesar Rp4,47 triliun dengan prosentase sebesar 35,1% dari total anggaran Belanja Tidak Langsung. Prosentase terbesar selanjutnya adalah Belanja Bagi Hasil kepada Kabupaten/Kota sebesar 34,83% (Rp 4,44 triliun). Sementara itu,Belanja Pegaw ai yang diperuntukkan untuk pembayaran gaji pegaw ai dianggarkan sebesar Rp 1,94 triliun atau15,18% dari Belanja Tidak Langsung. Prosentase alokasi belanja tidak langsung pegaw ai tersebut meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 14,36% .
2013
2014
BELANJA PEGAWAI
1%
9%
BELANJA PEGAWAI
2% 0%
14%
BELANJA BUNGA
15%
13%
0%
BELANJA HIBAH
BELANJA BUNGA
BELANJA HIBAH
29% BELANJA BANTUAN SOSIAL
46%
1%
BELANJA BANTUAN SOSIAL
35% BELANJA BAGI HASIL KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA BELANJA TIDAK TERDUGA
35%
0%
BELANJA BAGI HASIL KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA BELANJA TIDAK TERDUGA
Grafik 4.4 Proporsi Anggaran Belanja Tidak Langsung Provinsi Jaw a Timur
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014
85
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Pada kelompok anggaran Belanja Langsung, anggaran Belanja Barang dan Jasa masih mendominasi dengan prosentase sebesar 68,25% , disusul kemudian dengan Belanja Pegaw ai dan Belanja M odal dengan prosentase masing-masing sebesar 11,56%
dan 20,18% .
Peningkatan prosentase belanja barang dan jasa dari sebesar 62,44% pada tahun 2013 menjadi sebesar 68,25% pada tahun 2014 terkait dengan peningkatan kebutuhan operasional Pemerintah Provinsi Jaw a Timur.Demikian pula dengan alokasi belanja modal yang meningkat dari sebesar 19,48% menjadi 20,19% dari belanja tidak langsung pada tahun 2014. Sementara itu prosentase belanja langsung pegaw ai terhadap total belanja langsung menunjukkan penurunan dari sebesar 18,08% pada tahun 2013 menjadi 11,56% pada tahun 2014.
2013 20%
2014
18%
62%
20%
12%
BELANJA PEGAWAI
BELANJA PEGAWAI
BELANJA BARANG DAN JASA
BELANJA BARANG DAN JASA
BELANJA MODAL
68% BELANJA MODAL
Grafik 4.5 Proporsi Anggaran Belanja Langsung Provinsi Jawa Timur
Adanya peningkatan prosentase alokasi anggaran barang dan jasa dari 62% pada tahun 2013 menjadi 68% pada tahun 2018 menjadi salah satu indikasi adanya peningkatan kebutuhan belanja barang dan jasa yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan. Sementara alokasi anggaran belanja dalam rangka pembelian atau pembangunan aset tetap berw ujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan masih tetap stabil di kisaran 20% dari belanja langsung.
4.2.3. Realisasi Belanja Daerah Sampai dengan triw ulan III 2014, realisasi belanja daerah Provinsi Jaw a Timur mencapai 58,14% dari APBD. Prosentase tersebut lebih rendah apabila dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya (triw ulan III 2013) yang tercatat sebesar 69,31% . Apabila ditinjau berdasarkan kelompoknya, realisasi tertinggi adalah pada kelompok belanja tidak langsung dengan realisasi sebesar 60,88% dari anggaran. Belanja dengan realisasi tertinggi pada
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014
86
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
kelompok ini adalah belanja bantuan keuangan kepada Pemerintah Daerah/Pemerintah Desa dengan prosentase mencapai 84,72% . Sementara itu, belanja bantuan sosial masih mencatat realisasi terendah yaitu sebesar 27,81% dari rencana. Kelompok belanja langsung sampai dengan triw ulan III 2014 mencatat realisasi sebesar 52,33% dari anggaran yang direncanakan. Realisasi tertinggi adalah belanja pegaw ai yang merupakan pengeluaran honorarium atau upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah, dengan prosentase 60,78% . Belanja barang dan jasa yang digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang dengan nilai manfaat kurang dari 12 (dua belas) bulan mencatat realisasi sebesar 58,82% . Sementara itu, belanja modal yang digunakan untuk pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berw ujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya masih mencatat prosentase realisasi yang sangat kecil, yaitu sebesar 25,57% dari rencana. Tabel 4.4 Realisasi Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014 (Juta Rupiah)
APBD Uraian
BELANJA DAERAH BELANJA TIDAK LANGSUNG BELANJA PEGAWAI BELANJA BUNGA BELANJA HIBAH BELANJA BANTUAN SOSIAL
Th. 2013 (Juta Rp) 17.611.859,87 11.203.748,93 1.609.084,28 5.516,77 5.139.576,86 59.290,61
Realisasi
APBD
Tw III 2013 Juta Rp 11.239.678,00 7.735.695,00 1.170.993,00 3.956,00 3.784.239,00 39.039,00
75,92 67,85 71,72 75,86 50,57
Th. 2014 (Juta Rp) 18.796.934,71 12.755.043,69 1.935.973,67 4.174,94 4.477.219,66 12.149,38
% 69,31
Realisasi Tw III 2014 Juta Rp 10.927.871,53 7.765.872,45 1.226.078,49 3.057,94 2.863.644,60 3.378,53
% 58,14 60,88 63,33 73,25 63,96 27,81
BELANJA BAGI HASIL KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA
3.298.463,28
1.873.117,00 77,15
4.443.118,75
2.137.484,94 48,11
BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA
1.010.668,49
806.235,00 89,28
1.703.157,58
1.442.912,83 84,72
BELANJA TIDAK TERDUGA BELANJA LANGSUNG BELANJA PEGAWAI BELANJA BARANG DAN JASA BELANJA MODAL
81.148,65 6.408.110,94 1.158.590,88 4.000.944,84 1.248.575,22
179.249,72 6.041.891,02 698.342,41 4.123.498,81 1.220.049,80
89.315,11 3.161.999,08 424.460,32 2.425.512,19 312.026,57
58.114,00 3.503.983,00 777.764,00 2.254.484,00 471.735,00
93,73 58,15 71,56 57,12 47,58
49,83 52,33 60,78 58,82 25,57
Secara umum realisasi belanja menunjukkan kinerja yang stabil dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, penerapan prinsip kehati-hatian dalam proses Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014
87
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
pengadaan yang dilakukan diperkirakan masih menjadi faktor penyebab realisasi belanja daerah masih di kisaran 58,14% . Selain itu, masih minimnya pembayaran proyek periode laporan juga menjadi penyebab masih rendahnya realisasi belanja pemerintah. Diperkirakan penyerapan belanja akan
mengalami peningkatan
pada triw ulan
IV 2014
seiring
dengan
telah
diselesaikannya kontrak / proyek yang dilaksanakan.
2013
2014
80
%
60 40 20
0 BELANJA TIDAK LANGSUNG
BELANJA LANGSUNG
Grafik 4.6 Realisasi Anggaran Belanja Triw ulan III 2013 dan 2014
4.3. APBD Provinsi dan Kabupaten Kota Jaw a Timur Secara umum, APBD Provinsi dan Kabupaten Kota di Jaw a Timur mencatat peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Total anggaran pendapatan APBD Provinsi dan Kabupaten Kota di Jaw a Timur pada tahun 2014 direncanakan sekitar Rp 78,45 triliun, atau meningkat 15,63% dibandingkan tahun sebelumnya. demikian pula dengan anggaran belanja yang dianggarkan meningkat 15,77% , dari Rp 71,87 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp 83,21 triliun pada tahun 2014. Anggaran belanja modal yang mencerminkan perhatian pemerintah daerah terhadap pengembangan dan perbaikan infrastruktur seperti jalan, bangunan, irigasi dan jaringan dianggarkan meningkat cukup tinggi hingga 25,6% , dari Rp 12,02 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp 15,09 triliun pada tahun 2014. Apabila ditinjau dari kinerja realisasi anggaran, sampai dengan semester I 2014 rataratarealisasi anggaran pendapatan Provinsi dan Kabupaten Kota di Jaw a Timur mencapai 43,66% dari APBD. Prosentase tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (semester I 2013) yang tercatat mencapai 48,39% . Demikian pula dengan rata-rata realisasi anggaran belanja daerah yang pada periode laporan mencatatkan realisasi sebesar 22,69% , lebih rendah dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya yang mencapai 26,75% . Penurunan realisasi anggaran terjadi hampir di seluruh jenis belanja, termasuk belanja pegaw ai, belanja barang jasa, dan barang modal. Realisasi belanja pegaw ai sebesar 31,38%
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014
88
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya 34,57% diperkirakan disebabkan oleh pengurangan jumlah pegaw ai honorarium pada periode laporan. Tabel 4.5 APBD Provinsi dan Kabupaten Kota Jaw a Timur (Juta Rupiah)
Uraian
APBD 2013
2014
dalam Juta Rp Rata2 Realisasi Semester I 2013 2014
Pendapatan
67.847.880
78.451.700
48,39
43,66
PAD
17.196.665
20.979.147
49,86
44,30
Pajak daerah
11.890.898
14.362.684
51,78
40,41
1.237.156
1.618.921
46,23
47,99
778.540
735.354
61,99
55,11
3.290.071
4.262.187
53,11
48,61
39.341.440
43.320.116
50,52
43,52
DBH
4.323.031
5.251.279
3.825,76
39,30
DAU
32.575.663
35.525.315
52,14
45,94
DAK
2.442.745
2.543.521
26,92
22,31
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
11.309.776
14.152.437
5,73
44,55
Belanja
71.872.047
83.205.871
26,75
22,69
Belanja Pegawai
29.992.330
33.081.189
34,57
31,38
5.994.977
6.363.949
28,34
19,15
608.468
545.671
11,80
8,72
Belanja Barang dan jasa
13.967.266
17.224.214
24,03
22,13
Belanja Modal
12.018.048
15.094.808
7,97
6,92
Retribusi daerah Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Lain-lain PAD yang sah Dana Perimbangan
Belanja Hibah Belanja Bantuan sosial
Realisasi belanja hibah dan bantuan sosial yang disalurkan sampai dengan pertengahan tahun masih relatif rendah, yaitu masing-masing mencapai 19,15% dan 8,72% . Hal tersebut merupakan dampak dari kebijakan pemerintah provinsi dan daerah yang menahan penyaluran dana bantuan sosial dan dana hibah selama Pilpres berlangsung, sebagai respon atas permintaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Pemerintah Pusat. Direncanakan Pemerintah Provinsi Jaw a Timur kembali akan menyalurkan kedua dana dimaksud pada bulan September 2014. Selain itu, adanya Peraturan Gubernur No. 9 tahun 2014 tanggal 14 Februari 2014 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan Pemprov Jatim yang mengatur pemusatan pengadaan melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengadaan Barang/Jasa (P2BJ) diperkirakan juga turut menahan realisasi belanja barang/jasa pada pertengahan tahun 2014 karena masih dalam proses penyesuaian.
4.3.1 Rasio Pendapatan Daerah Provinsi dan Kabupaten Kota Jaw a Timur Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014
89
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Secara umum, rasio pendapatan daerah provinsi dan kabupaten kota di Jaw a Timur menunjukkan kineja yang baik dari tahun ke tahun. Rasio kelonggaran fiskal yang mencerminkan fleksibilitas pemerintah daerah dalam mengalokasikan anggaran untuk kegiatan atau proyek penting pada tahun 2014 mencapai 42,60% , meningkat dibandingkan tahun sebelumnya (2013) yang tercatat sebesar 40,56% . Namun demikian, posisi rasio fiskal Jaw a Timur yang masih sedikit di baw ah rata-rata Jaw a membuka peluang pemerintah provinsi dan kabupaten kota di Jaw a Timur untuk meningkatkan ruang fiskal daerah.
Rasio Kelonggaran Fiskal 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00
41,64%
Jabagbar
Jabagteng
Jabagtim
2012
2014
2013
JAWA
Grafik 4.7 Rasio Kelonggaran Fiskal Provinsi dan Kabupaten Kota Jaw a
Demikian pula dengan rasio ketergantungan daerah Jaw a Timur yang menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari rasio PAD terhadap total pendapatan provinsi dan kabupaten kota Jaw a Timur yang meningkat dari 25,35% pada tahun 2013 menjadi 26,74% pada tahun 2014. Peningkatan rasio PAD terhadap total pendapatan mencerminkan membaiknya kemandirian daerah yang tercermin dari peningkatan kemampuan pemerintah daerah dalam optimalisasi pendapatan. Peningkatan
rasio
PAD
terhadap
total
pendapatan
dimaksud
didukung
oleh
membaiknya rasio dana transfer terhadap total pendapatan. Tercatat rasio dana transfer terhadap total pendapatan Jaw a Timur menurun dari sebesar 57,89% pada tahun 2013 menjadi 55,22%
pada tahun 2014. Penurunan
tersebut
mencerminkan
peningkatan
kemandirian daerah yang tercermin dari pengurangan tingkat ketergantungan terhadap dana pusat. Peningkatan PAD Jaw a Timur menjadi salah satu faktor pendorong meningkatnya kemandirian daerah.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014
90
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Rasio PAD thd Total Pendapatan
Rasio Dana Transfer thd Total Pendapatan
40,00
25,72%
30,00
80,00
56,76%
60,00
20,00
40,00 10,00
20,00
0,00
0,00
Jabagbar Jabagteng Jabagtim 2012
2013
JAWA
Jabagbar
2014
Jabagteng 2012
2013
Jabagtim
JAWA
2014
Grafik 4.8 Rasio PAD thd Total Pendapatan Provinsi dan
Grafik 4.9 Rasio dana Transfer thd Total Pendapatan
Kabupaten Kota Jaw a
Provinsi dan Kabupaten Kota Jaw a
4.3.2 Rasio Belanja Daerah Provinsi dan Kabupaten Kota Jaw a Timur Senada dengan rasio pendapatan, rasio belanja daerah provinsi dan kabupaten kota di Jaw a Timur juga menunjukkan perbaikan dari tahun ke tahun. Tercatat rasio belanja pegaw ai terhadap total belanja Jaw a Timur menurun dari 46,66% pada tahun 2013 menjadi 43,34% pada tahun 2014. Hal tersebut menggambarkan efisiensi anggaran belanja pegaw ai sehingga dapat dialihkan untuk kegiatan lain yang lebih penting, seperti pembangunan infrastruktur serta sarana dan prasarana.
Rasio Belanja Pegawai thd Total Belanja 50,00
46,2%
40,00 30,00 Jabagbar
Jabagteng Jabagtim 2012 2013 2014
JAWA
Grafik 4.10 Rasio Belanja Pegaw ai Provinsi dan Kabupaten Kota Jaw a
Selain itu, rasio belanja modal terhadap total belanja yang mencerminkan perhatian pemerintah daerah terhadap pengembangan infrastruktur meningkat dari 16,72% pada tahun 2013 menjadi 18,14% pada tahun 2014. Penurunan belanja bantuan sosial terhadap total Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014
91
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
belanja dari 0,85% pada tahun 2013 menjadi 0,66% pada tahun 2014 turut mengkonfirmasi keberhasilan pemerintah daerah Jaw a Timur dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Rasio Belanja Modal thd Total Belanja
Rasio Belanja Bantuan Sosial thd Total Belanja
22,00 20,00
1,50 17,14%
18,00
1,00
0,75%
16,00
0,50
14,00
0,00
12,00 Jabagbar
Jabagteng Jabagtim 2012 2013 2014
JAWA
Jabagbar Jabagteng Jabagtim 2012 2013 2014
JAWA
Grafik 4.11 Rasio Belanja M odal thd Total Belanja
Grafik 4.12 Rasio Belanja Bantuan Sosial thd Total
Provinsi dan Kabupaten Kota Jaw a
Belanja Provinsi dan Kabupaten Kota Jaw a
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014
92
Bab 5 Kesejahteraan M asyarakat
BAB V–KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT
5 KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT 5.1. UM UM Pada triw ulan III 2014, data ketenagakerjaan Jaw a Timur menunjukkan penurunan jumlah penduduk yang bekerja serta peningkatan Tingkat Pengangguran Terbuka. Perlambatan ekonomi di triw ulan ini diperkirakan menjadi salah satu penyebab rendahnya
penyerapan
tenaga
kerja.
Selain
itu,
peningkatan
Upah
M inimum
Kabupaten/Kota di Jaw a Timur pada tahun 2014 juga menjadi faktor pendorong penurunan indikator ketenagakerjaan di triw ulan ini. Namun demikian, secara qtq , hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha, penggunaan tenaga kerja cenderung meningkat . Perbaikan indikator tenaga kerja di triw ulan ini terutama terjadi pada sektor industri dan pertanian. Dari sisi kesejahteraan masyarakat desa, Jaw a Timur mengalami peningkatan Nilai Tukar Petani dan Nilai Tukar Nelayan. Tingginya permintaan komoditas daging menyumbang peningkatan di sub sektor peternakan, sementara itu, gelombang laut yang relatif stabil berpengaruh pada peningkatan tangkapan ikan. Kedua hal tersebut secara positif meningkatkan kesejahteraan petani maupun nelayan. Dari sisi persentase penduduk miskin, data masih berada di posisi triw ulan II 2014. Angka kemiskinan mengalami penurunan dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan yang menurun hal ini menunjukkan penurunan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.
5.2. KETENAGAKERJAAN 5.2.1. Data Ketenagakerjaan Jaw a Timur Data ketenagakerjaan Jaw a Timur yang dirilis oleh BPS menunjukkan adanya penurunan dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya. Pada bulan Agustus 2014, penduduk yang siap bekerja dan berusia kerja (angkatan kerja) di Jaw a Timur menurun sebesar 2,74% dari 20,71 juta orang menjadi 20,15 juta orang. Sebanyak 95,81% (19,31 juta orang) dari angkatan kerja tersebut merupakan penduduk yang sedang bekerja, sisanya merupakan penduduk yang menganggur. Tingkat pengangguran terbuka mengalami kenaikan dari 4,02% pada bulan Februari 2014 menjadi 4,19% pada bulan Agustus 2014, namun jika dibandingkan dengan bulan Agustus tahun 2013, tingkat pengangguran terbuka cenderung menurun. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
93
BAB V–KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT
Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jaw a Timur (Ribu orang)
2012
Kegiatan
Feb 20,157.74 19,331.59 826.15 69.54% 4.10%
Angkatan Kerja Bekerja Menganggur TPAK (%) TPT (%)
2013 Aug 20,238.06 19,411.26 826.80 69.57% 4.09%
Feb 20,462.20 19,653.85 808.35 70.11% 3.95%
2014 Aug 20,432.45 19,553.91 878.54 69.78% 4.30%
Feb 20,717.77 19,885.39 832.38 70.52% 4.02%
Aug 20,149.99 19,306.51 843.49 68.12% 4.19%
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
Penurunan jumlah penduduk yang bekerja tersebut seiring dengan perlambatan ekonomi yang terjadi di triw ulan II 2014 (dari 6,40% menjadi 5,94% , yoy). Penurunan output secara keseluruhan yang disebabkan karena penurunan komponen investasi dan konsumsi Pemerintah mengakibatkan penurunan
penyerapan tenaga kerja di Jaw a
Timur. Secara sektoral, share penyerapan tenaga kerja di Jaw a Timur masih didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu pertanian, perdagangan, dan sektor industri. Pada bulan Agustus 2014, share tenaga kerja di sektor perdagangan mengalami penurunan (dari 21,79% menjadi 20,86% ), sementara di sektor industri dan pertanian cenderung meningkat masing-masing dari 14,30% menjadi 14,38% dan dari 36,86% menjadi 37,61% .
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
Grafik 5.1 Perkembangan Share Tenaga Kerja Sektoral
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
94
BAB V–KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
Grafik 5.2
Grafik 5.3
PenyerapanTenaga Kerja
Komposisi Tenaga Kerja Formal
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
Grafik 5.4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal
Kondisi ketenagakerjaan di Jaw a Timur yang menurun juga ditunjukkan oleh penurunan penyerapan di sektor formal dan informal. Pada bulan Agustus 2014, pertumbuhan penyerapan di sektor formal menurun sebesar 1,13% dari 6,81 juta orang menjadi 6,74 juta orang. Tenaga kerja di sektor formal masih didominasi oleh pekerja buruh atau karyaw an. Begitu pula dengan pertumbuhan tenaga kerja informal yang menurun sebesar 3,84% dari 13,07 juta orang menjadi 12,56 juta orang yang didominasi oleh lapangan usaha yang dibantu oleh buruh tidak tetap. Struktur tenaga kerja Jaw a Timur yang didominasi oleh tenaga kerja di sektor informal (65,08% ) mencerminkan tingginya peranan Usaha M ikro Kecil dan M enengah yang tahan terhadap gejolak perekonomian. Terbukti pada krisis 1998, sektor UM KM merupakan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
95
BAB V–KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT
sektor yang paling mampu bertahan seiring dengan rendahnya interaksi dengan pasar asing. Namun demikian, ke depan, UM KM Jaw a Timur diharapkan mampu bersaing, baik dari sisi kualitas dan harga, terutama dalam menghadapi Komunitas Ekonomi ASEAN 2015. Dari sisi pendidikan, kualitas pekerja di Jaw a Timur masih jauh dari standar. Terbukti dengan dominasi pekerja yang menyelesaikan pendidikan hanya di tingkat Sekolah Dasar (SD) mencapai 53,31% dari total pekerja di Jaw a Timur. Namun demikian, pada Agustus 2014, jika dibandingkan dengan Agustus tahun 2012, proporsi jumlah pekerja yang lulus SD cenderung mengalami penurunan, sementara itu, pekerja yang lulus SM A, SM K dan Perguruan Tinggi mengalami peningkatan. Penurunan jumlah penduduk yang bekerja di bulan Agustus 2014 juga merupakan dampak dari kenaikan Upah M inimum Kabupaten/Kota di tahun 2014. Kenaikan UM K rata-rata Jaw a Timur yang mencapai 15,37% direspon oleh pelaku usaha dengan merelokasi tempat usahanya ke sebagian w ilayah dengan UM K yang lebih rendah (Jaw a Tengah). Respon pelaku usaha yang lain adalah dengan mengurangi tenaga kerja, seperti yang terjadi di beberapa perusahaan rokok di Jember, Kediri dan M alang. Penurunan jumlah tenaga kerja di sektor yang padat karya tersebut secara signifikan menurunkan jumlah penduduk yang bekerja dan tingkat pengangguran terbuka. Ke depan, dengan potensi adanya kenaikan UM K di tahun 2015, diperkirakan pasar tenaga kerja di Jaw a Timur semakin kompetitif dengan supply of labor yang tinggi dan demand of labor yang rendah.
5.2.2. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
1
Hasil Survei Kegiatan Usaha (SKDU) di w ilayah kerja KPw BI Wilayah IV Jaw a Timur, secara qtq , menunjukkan adanya peningkatan penggunaan tenaga kerja di Jaw a Timur. Dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya, realisasi penggunaan tenaga kerja mulai menunjukkan perbaikan yang tercermin dari indikator realisasi tenaga kerja sebesar SBT 5,03% atau naik 6,46 poin dibandingkan triw ulan sebelumnya.
Peningkatan
tersebut terutama terjadi di sektor pertanian, bangunan, pengangkutan dan komunikasi serta sektor keuangan. Hasil survei menunjukkan, dunia usaha menganggap secara qtq, kondisi keuangan relatif baik dengan akses memperoleh kredit yang membaik. Pada 1
SKDU (Survei Kegiatan Dunia Usaha) adalah survei yang dilakukan Bank Indonesia secara triwulan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dini mengenai indikasi perkembangan kegiatan ekonomi (sisi penwaran) di sektor riil pada triwulan sedang berjalan maupun perkiraan triwulan yang akan datang. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
96
BAB V–KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT
triw ulan IV 2014, pelaku usaha memperkirakan penyerapan tenaga kerja mengalami penurunan, terutama di sektor pertanian Tabel 5.2
SEKTOR
Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jaw a Timur 2012 2013
2014
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
PERTANIAN PERTAMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH BANGUNAN PHR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN JASA - JASA
1.54 0.03 -3.50 -0.77 0.26 3.23 -1.52 0.32 -0.42
-0.62 -0.21 3.44 -0.82 0.49 3.67 0.46 0.71 0.42
-0.39 -0.21 -1.69 -0.03 0.00 7.30 -1.93 -0.21 -1.82
-0.15 0.37 -4.33 -0.02 0.24 0.84 -0.64 0.34 1.36
0.68 0.35 -8.16 0.01 0.00 -1.86 -0.92 -0.20 3.13
-0.48 0.52 -4.68 -0.39 0.59 0.44 -0.27 -0.53 0.00
0.19 0.21 -5.46 -0.84 0.00 -1.77 0.71 -0.12 0.78
-0.17 0.73 -2.87 0.36 0.26 0.79 0.76 0.26 -0.84
-0.97 0.07 -1.13 -0.88 0.44 -2.87 0.52 1.37 0.51
-0.29 0.00 -1.85 -0.43 0.00 -0.69 0.61 1.10 0.11
0.56 0.39 -0.04 -0.02 1.46 -0.34 1.63 1.35 0.03
TOTAL
-0.83
7.54
2.70
-1.99
-6.95
-4.81
-6.31
-0.72
-2.94
-1.44
5.03
IV*
REALISASI 0.47 0.39 1.08 -0.02 0.37 1.17 1.08 0.42 0.03
*) Ekpektasi Penyerapan Tenaga Kerja
Grafik 5.5
Grafik 5.6
Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama
Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral
5.3. KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT PEDESAAN Tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan di Jaw a Timur yang tercermin pada Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) pada triw ulan III 2014 mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode sebelumnya.
5.3.1. Kesejahteraan Petani Berdasarkan indikator kesejahteraan yang telah dirilis Badan Pusat Statistik Provinsi Jaw a Timur (BPS Jatim), penghitungan Nilai Tukar Petani pada Desember 2013 mengalami perubahan tahun dasar 2012,dimana sebelumnya menggunakan tahun dasar
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
97
BAB V–KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT
2007 yang dirasa tidak sesuai lagi dengan pola produksi dan konsumsi petani seiring dengan perkembangan teknologi, perubahan iklim, serta pendapatan. Tabel 5.3 Nilai Tukar Petani di Jaw a
Provinsi Tw . I 2014 Tw . II 2014 Tw . III 2014 Banten Jabar Jateng DIY Jatim
105.59 104.64 100.28 102.05 104.07
104.35 104.23 100.34 102.10 104.29
103.74 104.16 101.15 102.92 105.30
∆ (0.61) (0.07) 0.81 0.82 1.01
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
Nilai Tukar Petani (NTP) di Jaw a Timur dan nasional pada triw ulan III 2014 menunjukkan peningkatan. Hal ini mencerminkan peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan, khususnya petani. Di Jaw a Timur NTP triw ulan III 2014 mencapai 105,30, meningkat 1,01 dibandingkan dengan triw ulan II 2014. Jaw a Timur yang tergolong sebagai lumbung pangan nasional dengan volume panen yang tinggi menjadi salah satu faktor lebih tingginya NTP Jaw a Timur dibandingkan dengan NTP nasional. NTP nasional mencapai
102,36,
lebih
tinggi
0,30
dibandingkan
triw ulan
sebelumnya.
Jika
dibandingkan dengan w ilayah lain, pada triw ulan III 2014, rata-rata semua Provinsi mengalami peningkatan NTP, kecuali Banten dan Jaw a Barat.
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
Grafik5.7 Perubahan NTP Jaw a Timur, Indeks harga yg diterima (lt), dan Indeks harga yang dibayar (lb) 2012 2013
Peningkatan NTP Jaw a Timur disebabkan karena peningkatan indeks yang diterima petani (IT) lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan indeks yang dibayar petani (IB). Indeks yang diterima petani meningkat sebesar 2,45 dari 116,54 pada triw ulan II 2014 menjadi 118,99 pada triw ulan III 2014. Komoditas yang menyebabkan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
98
BAB V–KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT
kenaikan indeks harga yang diterima petani di triw ulan III 2014 antara lain sapi potong, gabah, minyak nilam, bandeng, tomat, kol, ikan kembung dan ikan kuniran. Indeks harga yang dibayar petani pada triw ulan III 2014 juga meningkat sebesar 1,26 dari 111,74 menjadi 113. peningkatan Indeks yang Dibayar tersebut disebabkan karena indeks harga konsumsi rumah tangga (inflasi pedesaan) mengalami kenaikan dan indeks harga biaya produksi dan pembentukan barang modal juga mengalami kenaikan. Komoditas yang menyebabkan kenaikan Indeks yang Dibayar petani adalah tomat sayur, solar, daging ayam ras, sew a alat penangkapan, cabai merah, gas LPG, beras dan rokok kretek dan filter. NTP Jaw a Timur yang meningkat juga disumbang dari peningkatan NTP sub sektor peternakan dan perikanan. Peningkatan NTP di sub sektor peternakan sejalan dengan
peningkatan
harga komoditas ternak
menjelang
Idul Adha, sementara
peningkatan sub sektor perikanan seiring dengan peningkatan tangkapan ikan pasca gelombang laut yang relatif kondusif di pesisir Jaw a Timur.
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
Grafik 5.8 NTP Sub Sektor Pertanian di Jaw a Timur
5.3.2. Kesejahteraan Nelayan Kesejahteraan nelayan yang tercermin pada Nilai Tukar Nelayan (NTN) di Jaw a Timur mengalami peningkatan di triw ulan III 2014. NTN meningkat sebesar 2,48% dari 106,81 menjadi 109,29. Hal ini disebabkan karena indeks harga yang diterima nelayan (IT) meningkat sebesar 4,10, lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan indeks harga yang dibayar nelayan (IB) yang meningkat sebesar 1,40. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
99
BAB V–KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT
Komoditas yang mengalami peningkatan indeks harga yang diterima nelayan adalah ikan kembung, ikan kuniran, kepiting, ikan lemuru, ikan tenggiri, ikan kakap dan cumi-cumi. Gelombang tinggi terjadi di beberapa w ilayah sentra perikanan Jaw a Timur, seperti Pantai Grajagan, Banyuw angi. Namun di w ilayah lain, seperti Lamongan dan Tuban, gelombang relatif terkendali. Oleh karena itu, tangkapan ikan masih relatif meningkat dan berkontribusi pada peningkatan indeks yang diterima petani di Jaw a Timur. Apabila dibandingkan dengan w ilayah lain, NTN di Jaw a seluruhnya mengalami peningkatan, kecuali DKI Jakarta. Indeks yang Dibayar oleh petani mengalami kenaikan terutama disebabkan karena kebijakan pembatasan solar. Selain itu, disebabkan pula oleh peningkatan indeks harga konsumsi rumah tangga (terutama bahan makanan) dan indeks harga Biaya Produksi dan Penambahan Barang M odal (BPPM ), terutama biaya sew a (kapal) yang digunakan nelayan dalam mencari ikan. Komoditas utama yang mengalami kenaikan Indeks yang Diterima nelayan adalah tomat sayur, solar, sew a alat penangkapan, upah membersihkan kapal, cabai merah, rokok kretek, serta jaring angkat.
Provinsi Tw. I 2014 Tw. II 2014 Tw. III 2014 DKI Jakarta Jabar Jateng DIY Jatim Banten Sumber : BPS Jatim, (diolah)
Grafik 5.9 NTN, IT dan IB Jaw a Timur
108.23 103.46 103.36 102.91 104.33 110.25
106.8 105.36 106.07 105.06 106.81 113.01
105.37 107.26 108.78 107.21 109.29 115.77
∆ -1.43 1.90 2.71 2.15 2.48 2.76
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
Tabel 5.4 Nilai Tukar Nelayan di Jaw a
5.4 PROFIL KEM ISKINAN JAWA TIM UR Secara umum, beberapa tahun terakhir
perkembangan perekonomian Jaw a Timur
menunjukkan kinerja yang positif diiringi oleh penigkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator kesejahteraan lainnya tercermin dari angka kemiskinan dari tahun ke tahun menunjukkan penurunan. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2013 (SUSENAS),
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
100
BAB V–KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT 2
jumlah penduduk Jaw a Timur yang berada di baw ah garis kemiskinan (penduduk miskin) pada M aret 2014 turun sebesar 0,31 poin dari 12,73% pada September 2013 menjadi 12,42% atau sebesar 4.786.790 jiw a. Berbagai gagasan terus dikembangkan, baik pemerintah pusat maupun daerah dilaksanakan dalam rangka pengentasan kemiskinan. Salah satu contoh program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Jaw a Timur terkait hal ini adalah program pemberdayaan potensi desa/kota yang diharapkan mampu mew ujudkan pengelolaan kemiskinan secara profesional dan berkelanjutan dengan berbasis pada potensi dan modal sosial lokal sehingga dapat
mengembangkan
pola-pola
baru
yang
inovatif
untuk
penganggulangan
kemiskinan.Selain itu, Pemerintah Jaw a Timur berkomitmen mengentaskan kemiskinan dengan cara memberikan fasilitas dan kemudahan di usaha mikro kecil dan menengah (UM KM ), fasilitas koperasi, mendirikan pusat pelayanan perizinan terpadu (P2T) yang bertujuan untuk menarik investor agar menanamkan modalnya di Jaw a Timur.
Grafik 5.10 Perkembangan Penduduk M iskin di Jaw a Timur (% ) Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Penghitungannya tidak lepas dari besaran garis kemiskinan yang telah ditetapkan. Garis kemiskinan pada bulan M aret 2014 sebesar Rp 282.796 per kapita per bulan, meningkat 3,30% dibandingkan dengan September 2013 yang mencapai Rp 273.758 per kapita per
2
Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di baw ah Garis Kemiskinan. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
101
BAB V–KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT
bulan. Peningkatan angka garis kemiskinan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh laju inflasi di Jaw a Timur, serta dampak tidak langsung dari kenaikan tarif listrik industri yang meningkatkan harga barang hasil industri di Jaw a Timur. Garis Kemiskinan ditentukan secara signifikan oleh pergerakan Garis Kemiskinan M akanan (GKM ). Pada M aret 2014, Garis Kemiskinan M akanan (GKM ) meningkat sebesar 3,19% menjadi Rp 208.116 per kapita per bulan, sementara Garis Kemiskinan Non M akanan meningkat sebesar 3,62% menjadi Rp 74.681 per kapita per bulan. Berdasarkan komoditas, peningkatan GKM banyak disumbang oleh komoditas beras, rokok filter, gula pasir, tempe dan tahu. Sementara itu, GKNM disumbang oleh komoditas perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi untuk kaw asan perkotaan. Di sisi lain, kaw asan pedesaan disumbang oleh komoditas perumahan, bensin, listrik, kayu bakar dan pendidikan. Tabel 5.5 Garis Kemiskinan, Jumlah & Persentase Penduduk M iskin M enurut Daerah Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) Daerah/ tahun
(1) Perkotaan Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 Sept 2011 Maret 2012 Sept 2012 Maret 2013 Sept 2013 Maret 2014 Pedesaan Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 Sept 2011 Maret 2012 Sept 2012 Maret 2013 Sept 2013 Maret 2014 Kota + Desa Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 Sept 2011 Maret 2012 Sept 2012 Maret 2013 Sept 2013 Maret 2014
Makanan
Bukan Makanan
Total
Jumlah Penduduk Miskin (Ribu)
(2)
(3)
(4)
(5)
Perubahan Persentase Persentase Penduduk Miskin Penduduk Miskin (%) (6)
(7)
131,487 145,676 152,965 169,242 174,210 175,806 182,073 187,350 200,620 206,858
51,921 56,948 60,418 65,303 68,193 69,499 71,874 77,853 78,033 80,723
183,408 202,624 213,383 234,546 242,403 245,305 253,947 265,209 278,653 287,582
2,438.76 2,148.51 1,873.55 1,768.23 1,734.31 1,630.63 1,605.96 1,550.46 1,622.03 1,535.81
13.15 12.17 10.58 9.87 9.66 9.06 8.90 8.57 8.90 8.35
-0.98 -1.59 -0.71 -0.21 -0.81 -0.16 -0.33 0.33 -0.55
118,971 131,522 139,806 155,457 161,141 167,352 176,674 189,172 202,651 209,263
36,461 43,106 46,073 50,818 53,025 54,864 57,882 61,358 66,643 69,166
155,432 174,628 185,879 206,275 214,166 222,216 234,556 250,530 269,294 278,429
4,581.19 3,874.07 3,655.76 3,587.98 3,493.00 3,440.34 3,354.58 3,220.80 3,243.79 3,250.98
23.64 21.00 19.74 18.19 17.66 17.35 16.88 16.15 16.23 16.13
-2.64 -1.26 -1.55 -0.53 -0.84 -0.47 -0.73 0.08 -0.10
125,091 138,440 146,240 162,017 167,360 171,375 179,244 188,306 201,683 208,116
44,020 49,874 53,087 57,711 60,243 61,827 64,540 69,205 72,075 74,681
169,112 188,317 199,327 219,727 227,603 233,202 243,783 257,510 273,758 282,796
7,019.95 6,022.59 5,529.30 5,365.21 5,227.31 5,070.98 4,960.54 4,771.26 4,865.82 4,786.79
18.51 16.68 15.26 14.23 13.85 13.4 13.08 12.55 12.73 12.42
-1.47 -1.83 -1.42 -1.03 -0.38 -0.83 -0.32 -0.53 0.18 -0.32
Pembangunan inklusif di Jaw a Timur dapat terlihat dengan adanya indikator penurunan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin yang tercermin pada Indeks
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
102
BAB V–KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT
Kedalaman (Poverty Gap Index) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index). Kemiskinan tidak hanya mencakup persentase penduduk miskin, tetapi juga menyangkut seberapa besar jarak dan keragaman pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Dari data kemiskinan rilis Badan Pusat Statistik Provinsi Jaw a Timur (BPS Jatim) digambarkan bahw a indeks kedalaman kemiskinan (P1) mengalami penurunan pada M aret 2014 dari 2,07 menjadi 1,85. Hal serupa juga terjadi pada Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) yang menurun dari 0,50 menjadi 0,44. Penurunan keduanya mengindikasikan rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin menyempit. Tabel 5.6 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2 ) di Jaw a Timur M enurut Daerah Tahun Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 September 2011 Maret 2012 September 2012 Maret 2013 September 2013 Maret 2014 Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 September 2011 Maret 2012 September 2012 Maret 2013 September 2013 Maret 2014
Kota
Desa
Kota + Desa
2.34 2.18 1.53 1.51 1.25 1.25 1.29 1.31 1.42 1.16
4.38 3.54 3.18 2.96 2.67 2.32 2.52 2.32 2.66 2.48
3.38 2.88 2.38 2.27 2.00 1.81 1.93 1.84 2.07 1.85
0.61 0.60 0.37 0.35 0.28 0.27 0.30 0.33 0.34 0.27
1.23 0.91 0.79 0.72 0.63 0.48 0.57 0.52 0.66 0.59
0.93 0.76 0.59 0.54 0.46 0.38 0.44 0.43 0.50 0.44
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
103
BAB V–KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT
BOKS V Potensi Kenaikan UM K 2015 Upah M inimum Kabupaten/Kota (UM K) di Jaw a Timur mengalami perkembangan dalam beberapa w aktu terakhir. Dalam kurun w aktu 10 tahun terakhir, rata-rata UM K di Jaw a Timur meningkat sebesar 219,24% (atau 21% setiap tahunnya), yaitu dari Rp 411.902 di tahun 2004 menjadi Rp 1.314.942 di tahun 2014. Pada tahun 2014, melalui Peraturan Gubernur Jaw a Timur Nomor 78 Tahun 2013 tanggal 20 November 2013, UM K Jaw a Timur secara rata-rata meningkat 15,37% atau sebesar Rp1.314.942, lebih rendah dibanding dengan peningkatan tahun 2013 yang mencapai 22,14% ataupun rata-rata kondisi normalnya. Secara spasial, UM K tertinggi dialami oleh Kota Surabaya, Kabupaten Gresik dan Kabupaten Surabaya yang merupakan
w ilayah
dengan
dominasi sektor manufaktur yang
relatif
tinggi. Secara
keseluruhan, UM K Jaw a Timur di tahun 2014, jika dibandingkan dengan Provinsi lain di Jaw a menduduki urutan terbesar keempat setelah DKI Jakarta, Banten, dan Jaw a Barat, sementara itu, DI Yogyakarta dan Jaw a Tengah memiliki UM K yang lebih rendah. Persebaran tersebut dapat dilihat di gambar 1. Di Jaw a Timur, UM K tertinggi dinikmati oleh w ilayah-w ilayah inti dan peripheral yang memiliki sektor industri yang berkembang, seperti Kota Surabaya, Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten M ojokerto. Sementara itu, w ilayah Jaw a Timur bagian barat yang berbatasan dengan Jaw a Tengah dan ketergantungan pada sektor primer memiliki UM K yang paling rendah, seperti Kota Blitar, Kabupaten M agetan, Kabupaten Pacitan dsb, sebagaimana ditunjukkan pada tabel 1 di baw ah ini.
Kota Blitar
Lower Middle Wage Kab. Jember
Higher Middle Wage Kab. Malang
Kota Surabaya
Kab. Blitar Kab. Magetan
Kota Mojokerto Kota Probolinggo
Kota Malang Kota Batu
Kab. Gresik Kab. Sidoarjo
Kab. Ponorogo
Kab. Banyuwangi
Kab. Jombang
Kab. Pasuruan
Kab. Trenggalek Kab. Pacitan
Kab. Lamongan Kota Kediri
Kab. Tuban Kota Pasuruan
Kab. Mojokerto
Kab. Bojonegoro Kab. Kediri
Kab. Probolinggo
Low Wage
High Wage
Kab. Nganjuk Kab. Sampang Kab. Lumajang Kab. Tulungagung Kab. Bondowoso Kab. Bangkalan Kab. Pamekasan Kab. Sumenep
Gambar 1. Peta UM K 2014 di Jaw a
Kab. Situbondo Kota Madiun Kab. Madiun Kab. Ngawi
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
BAB V–KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT
Pada tahun 2015, UM K diperkirakan mengalami peningkatan dengan mempertimbangkan perkembangan pertumbuhan ekonomi di Jaw a Timur, tingkat inflasi dan Kebutuhan Hidup Layak (KHL). UM K di 38 Kabupaten/Kota di Jaw a Timur seluruhnya telah mencapai 100% dari Kebutuhan Hidup Layak di masing-masing w ilayah, yang ditunjukkan oleh gambar 2. Wilayah Jaw a Bagian Tengah masih memiliki 13 Kabupaten/Kota yang berada di baw ah KHL, sementara Jaw a Bagian Barat memiliki 7 Kabupaten/Kota yang masih berada di baw ah KHL. Adanya w ilayah-w ilayah yang memiliki UM K di baw ah KHL mendorong potensi peningkatan UM K yang lebih tinggi di periode selanjutnya. Sementara itu, di Jaw a Timur yang telah mencapai UM K di atas KHL, peningkatan UM K di tahun 2015 seharusnya hanya mempertimbangkan kenaikan pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Adanya rencana kenaikan BBM di akhir tahun 2014 juga diperkirakan mendorong peningkatan inflasi di Jaw a Timur dan kenaikan UM K.
Kenaikan UM K di Jaw a Timur direspon berbeda-beda oleh beberapa pihak. Dunia usaha cenderung mengekspektasikan agar kenaikan upah tidak setinggi tahun 2014. Kenaikan upah akan meningkatkan biaya produksi yang harus ditanggung oleh pelaku usaha, terutama yang bersifat padat karya. Beberapa perusahaan rokok di Jaw a Timur sepanjang tahun 2014 mulai mengurangi skala usahanya, baik dengan pengurangan jumlah tenaga kerja maupun penurunan jumlah barang yang diproduksi. Pasar tenaga kerja di Jaw a Timur dinilai kurang kompetitif seiring dengan relatif rendahnya produktifitas pekerja per hari (rata-rata jam kerja berkurang sebesar dua jam per hari). Oleh karena itu, dunia usaha mulai melirik pasar tenaga kerja asing, seperti Vietnam yang memiliki upah pekerja lebih rendah. Dari hasil Focus Group Discussion dengan dunia usaha, rata-rata kenaikan upah yang ditoleransi adalah sebesar 10% 12% .
Di sisi lain, pekerja atau buruh menghendaki agar upah mengalami kenaikan sebesar 30% di tahun 2015. UM K yang dibentuk dari KHL yang merupakan standar hidup pekerja berstatus lajang, dinilai kurang tepat. Sebagai informasi, di Jaw a Timur, 70% pekerja berstatus tidak lajang yang memiliki kebutuhan hidup lebih besar. Oleh karena itu, kalangan pekerja menginginkan agar UM K ditingkatkan, salah satunya melalui penambahan jumlah komponen KHL dari 60 item menjadi 84 item. Sementara itu, Pemerintah Daerah sebagai pihak penengah, cenderung menginginkan agar kenaikan UM K di tahun 2015 berkisar antara 16% -20% . Upah yang terlalu tinggi dikhaw atirkan akan mengganggu kinerja sektor usaha, sementara upah yang rendah dikhaw atirkan akan menurunkan daya beli pekerja di Jaw a Timur.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
BAB V–KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT
Gambar 2. UM K per KHL 2014
160% 140%
144.75%
25.00
120.00%
20.00
120%
15.00
100% 72.38%
80% 56.43%
60%
10.00 5.00
40%
18.69%
-
20%
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
0% JATIM
JATENG
DIY
JABAR
Gambar 3. Disparitas Upah di Jaw a
BANTEN
Kenaikan UMK
Tingkat Pengangguran
Gambar 4. Kenaikan UM K dan Pengangguran Jatim
Disparitas upah di Jaw a cenderung tinggi, terutama di Jaw a Timur dan Jaw a Barat. Semakin tinggi disparitas, maka perbedaan (gap) antara Kabupaten/Kota dengan UM K tertinggi dan terendah semakin besar. Di Jaw a Timur, UM K tertinggi sebesar Rp 2.200.000 terdapat di Kota Surabaya. Nilai tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan UM K terendah di Jaw a Timur (sebesar Rp 1.000.000) yang terdapat di Kabupaten Blitar, Kota Blitar, Kabupaten M agetan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Trenggalek, dan Kabupaten Pacitan. Oleh karena itu, Jaw a Timur menggunakan Upah M inimum Kabupaten/Kota dan belum membentuk Upah M inimum Provinsi. Begitu pula di empat provinsi lain di Jaw a yang belum menetapkan UM P. Kenaikan UM K di Jaw a Timur tidak direspon dengan peningkatan pengangguran. Gambar 4 menunjukkan bahw a tingkat pengangguran di Jaw a Timur memiliki tren yang menurun seiring dengan tren peningkatan UM K. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, terutama pengembangan sektor riil yang relatif pesat yang mampu menyerap tenaga kerja dari sektor formal ke informal.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
Bab 6 Perkiraan Ekonomi dan Harga
BAB VI
6
PERKIRAAN EKONOM I DAN HARGA
PERKIRAAN EKONOM I DAN HARGA
6.1 PERKIRAAN PERTUM BUHAN EKONOM I JAWA TIM UR Tren perlambatan ekonomi Jaw a Timur diperkirakan masih terjadi pada triw ulan IV 2014. Perekonomian Jaw a Timur pada triw ulan IV 2014 diperkirakan berada di kisaran 5,50% 5,90% . Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Jaw a Timur masih ditopang oleh peningkatan belanja/konsumsi rumah tangga, konsumsi Pemerintah serta membaiknya kinerja investasi Jaw a Timur. Hasil survei konsumen menunjukkan bahw a indeks ekspektasi penghasilan di triw ulan selanjutnya cenderung meningkat sebagaimana tercermin pada hasil survei konsumen (Grafik 6.1). Dikonfirmasi dari hasil survei yang sama, kenaikan penghasilan di akhir tahun ini disebabkan karena adanya ekspektasi tambahan gaji atau upah pekerja, seperti bonus akhir tahun dan bonus di hari Natal. Indeks Penghasilan Saat Ini
170 160 150 140 130 120 110 100 90 80
Indeks Ekspektasi Penghasilan Saat Ini
In de ks
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Grafik 6.1. Ekspektasi Konsumen
Grafik 6.2. Ekspektasi Penghasilan
Perbaikan kinerja konsumsi Pemerintah Daerah di triw ulan IV 2014 diperkirakan mampu tumbuh sebesar 0,8% (yoy) seiring dengan semakin tingginya realisasi penyerapan belanja di akhir tahun. Penyerapan belanja Pemerintah Daerah di akhir tahun secara rata-rata mencapai 95% dari rencana belanja yang dianggarkan dalam APBD. Peningkatan realisasi belanja infrastruktur, seperti percepatan pembangunan Tol Trans Jaw a, Frontage Road Ahmad Yani serta Tol Surabaya M ojokerto diperkirakan menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan realisasi belanja di triw ulan IV 2014. Sumber pertumbuhan selanjutnya adalah kinerja investasi Jaw a Timur yang relatif membaik. Investasi asing diperkirakan mulai masuk ke Jaw a Timur. Adanya ekspansi usaha Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
104
BAB VI
PERKIRAAN EKONOM I DAN HARGA
dan pembangunan pabrik baru, seperti pabrik semen di Jember yang berkapasitas 1,5 juta ton per tahun diperkirakan mulai menarik investasi asing di akhir tahun ini. Pertumbuhan ekonomi
negara maju
yang
diperkirakan
mulai
membaik
juga berkontribusi
pada
meningkatnya aliran investasi di Jaw a Timur. Kinerja perdagangan Jaw a Timur di triw ulan IV 2014 diperkirakan relatif membaik dengan pertumbuhan impor yang menurun lebih dalam dibanding penurunan pertumbuhan ekspor. Ekspor Jaw a Timur masih didukung oleh kinerja perdagangan antar daerah seiring dengan tingginya permintaan bahan pangan dan hasil industri di akhir tahun, terutama permintaan yang bersumber dari Kaw asan Timur Indonesia (KTI). Sementara itu, impor Jaw a Timur masih didukung oleh tingginya impor bahan baku seiring dengan meningkatnya kinerja Industri Pengolahan di triw ulan IV 2014.
Grafik 6.3. Estimasi Realisasi Usaha
Grafik 6.4. Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja
Dari sisi penaw aran, hampir semua sektor mengalami peningkatan, terutama sektor pengangkutan dan komunikasi yang diperkirakan mampu tumbuh sebesar 7,30% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triw ulan sebelumnya yang mencapai 5,00% (yoy). Peningkatan di sektor ini disebabkan oleh tingginya arus penumpang dan barang menjelang hari Natal dan Tahun Baru. Sektor pendukungnya, Perdagangan, Hotel dan Restoran juga diperkirakan mengalami peningkatan. Sementara itu, sektor pertanian mengalami kontraksi yang relatif signifikan, yakni diperkirakan hanya mampu tumbuh sebesar 0,5% (yoy), melambat dibandingkan triw ulan sebelumnya yang mencapai 5,5% (yoy). Panen tanaman bahan makanan diperkirakan relatif tinggi di bulan Oktober. Hal ini yang menjadi pendorong utama pertumbuhan di sektor pertanian. Namun demikian, kinerja sub sektor peternakan yang kembali ke normalnya menyebabkan pertumbuhan di sektor ini cenderung mengalami kontraksi. Di sektor Industri pengolahan, pada triw ulan ini kinerjanya diperkirakan membaik. Sumber permintaan domestik
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
105
BAB VI
PERKIRAAN EKONOM I DAN HARGA
menjadi penyumbang utama perbaikan kinerja sektor ini. Sub sektor makanan-minuman diperkirakan masih mampu menjadi pendorong utama pertumbuhan.
6.2 PERKIRA A N INFLA SI JA W A TIM UR M encermati perkembangan inflasi terkini dan tracking beberapa indikator harga, maka inflasi kota Jaw a Timur pada triw ulan IV 2014 diperkirakan secara tahunan (yoy) berada di kisaran 4,8% s/d 5,1% . Tabel 6.1 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Risiko Jatim Tw IV-2014
Faktor Risiko
Tw III-2014 Tw IV-2014
Tw IV-2014 - Berakhirnya musim panen raya beberapa komoditas utama di Jawa Timur dan dimulainya musim tanam sehingga berpotensi mengurangi pasokan - Stok beras masih mencukupi konsumsi masyarakat s.d. 11 bulan ke depan
Volatile Food
- Potensi berlanjutnya kenaikan harga daging ayam ras terkait kebijakan pembatasan DOC - Peningkatan konsumsi masyarakat menjelang Natal dan Tahun Baru 2015 Tw IV-2014 - Berlanjutnya penyesuaian tarif transportasi udara sesuai Peraturan Menteri Perhubungan nomor 2 tahun 2014 - Adanya kenaikan tarif listrik industri (per 1 Juni 2014) dan tarif listrik rumah tangga (penyesuaian ke-3 pada November 2014)
Administered Price
- Berlanjutnya penyesuaian harga rokok dan rencana kenaikan Cukai Rokok tahun 2015 - Dampak lanjutan pembatasan BBM bersubsidi - Potensi kenaikan harga BBM bersubsidi di akhir tahun 2014 Tw IV-2014 - Belum stabilnya nilai tukar Rupiah - Dampak lanjutan kenaikan tarif listrik industri yang berpotensi dibebankan kepada harga akhir barang dan jasa
Core Inflation
- Peningkatan ekspektasi masyarakat seiring dengan tingginya aktivitas ekonomi
M enurun
M eningkat
Stabil
Berdasarkan tabel di atas, tekanan inflasi pada triw ulan IV 2014 dari ketiga kelompok inflasi relatif meningkat dengan penjelasan sebagai berikut :
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
106
BAB VI
PERKIRAAN EKONOM I DAN HARGA
1. Volatile Foods Tingkat konsumsi masyarakat diperkirakan mulai meningkat pada akhir November dan mencapai puncaknya pada Desember 2014 sehingga dari sisi permintaan akan mendorong kenaikan harga. Dari sisi supply, pada triw ulan IV 2014 sentra produsen di Jatim telah memasuki musim tanam sehingga berpotensi mengurangi pasokan di masyarakat khususnya komoditas beras dan bumbu-bumbuan, sedangkan El Nino diperkirakan berdampak pada level yang minimal sehingga tidak terlalu mempengaruhi produksi tanaman pertanian Jatim. Beberapa petani mengantisipasi minimnya hujan dengan menanam palaw ija yang tidak membutuhkan pengairan dalam jumlah besar sehingga lahan yang ada tetap dapat dioptimalkan. Dari sisi peternakan, masih terdapat potensi kenaikan harga sub kelompok daging dan hasil-hasilnya, terkait dengan dampak lanjutan pembatasan produksi bibit ayam atau day old chicken (DOC) untuk melindungi harga dari sisi produsen. M encermati kondisi tersebut, pada triw ulan IV 2014 diperkirakan kelompok ini akan menjadi salah satu penyumbang inflasi terbesar. 2. Administered Prices Kelompok ini diproyeksi masih akan mengalami tekanan inflasi yang besar di triw ulan IV 2014. Berbagai tekanan risiko inflasi yang mendorongnya yaitu penyesuaian tarip listrik tahap ke-3 pada November 2014, berlanjutnya penyesuaian harga rokok sebagai dampak lanjutan kenaikan cukai rokok 2013 dan pajak tembakau, potensi kenaikan harga tarif transportasi karena banyaknya hari libur dan potensi penyesuaian harga BBM bersubsidi. 3. Core Inflation Inflasi kelompok ini pada triw ulan IV 2014 juga diproyeksi meningkat namun pada level yang moderat. Tekanan utama inflasi diperkirakan berasal dari ekspektasi masyarakat akan tingginya transaksi ekonomi di akhir tahun 2014 sehingga mendorong kenaikan permintaan dan konsumsi. Tekanan inflasi selanjutnya adalah ekspektasi akan kenaikan Upah M inimum Kota pada tahun 2015 yang berpotensi mempengaruhi harga jual karena meningkatnya biaya produksi. Belum stabilnya nilai tukar Rupiah juga menjadi potensi risiko bagi para pelaku usaha karena mempengaruhi harga perolehan biaya produksi yang selanjutnya ditransmisikan kepada harga jual.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
107
BAB VI
PERKIRAAN EKONOM I DAN HARGA
6.3 PROSPEK EKONOM I JA W A TIM UR TA HUN 2014 Secara keseluruhan diperkirakan pertumbuhan ekonomi Jatim tahun 2014 mencapai 5,70% -6,10% (yoy), cenderung melambat dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 6,55% . Pertumbuhan ini diyakini masih yang tertinggi dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Jaw a. Dari sisi permintaan, hampir seluruh komponen permintaan mengalami perlambatan, kecuali konsumsi rumah
tangga yang diperkirakan masih
menjadi penopang
utama
pertumbuhan ekonomi Jaw a Timur. Secara keseluruhan, di tahun 2014, kinerja perdagangan Jaw a Timur mengalami kontraksi seiring dengan perlambatan kinerja ekspor mineral akibat pemberlakuan UU M inerba. Tantangan ke depan yang harus dihadapi Jaw a Timur adalah pemberlakuan M asyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Komoditas unggulan Jaw a Timur diharapkan mampu bersaing dengan komoditas ASEAN baik secara kualitas maupun harga. Teknologi yang tepat guna serta efisiensi produksi diharapkan menjadi langkah strategis Jaw a Timur dalam menjaw ab kebutuhan masyarakat pada high technology goods. Di sisi penaw aran, pendorong utama perbaikan ekonomi Jatim berasal dari sektor utama, Industri Pengolahan dan sektor pendukung (Listrik Gas Air Bersih dan Jasa-Jasa), dan sektor Pertanian. Industri Jaw a Timur yang menjadi backbone industri nasional menyumbang pertumbuhan ekonomi di tahun 2014. Tingginya tekanan industri pengolahan di tahun 2014 mew arnai kinerja Industri Pengolahan. Kenaikan UM K, kenaikan tarif listrik serta rencana peningkatan harga BBM berpengaruh pada kinerja perekonomian Jaw a Timur di tahun ini. Tekanan juga terjadi di sektor keuangan, tren pengetatan kredit di Jaw a Timur juga menjadi salah satu faktor yang menekan kinerja sektor keuangan. Sementara itu, sektor pertanian hingga akhir tahun 2014 tidak signifikan terpengaruh oleh adanya El Nino. Efisiensi w aduk dan irigasi serta penganekaragaman komoditas yang ditanam menjadi salah satu faktor yang menahan penurunan produksi tanaman pangan.
6.4 PROSPEK INFLA SI JA W A TIM UR TA HUN 2014 Tingginya inflasi kelompok administered price akibat kenaikan BBM tahun 2013 telah termoderasi pada triw ulan III 2014, w alaupun meningkat kembali karena kenaikan tarip listrik dan bahan bakar rumah tangga. Dari sisi produksi, adanya bencana banjir dan erupsi Gunung Kelud pada aw al tahun 2014 tidak terlalu berpengaruh terhadap produksi dan tingkat harga Jatim karena upaya pengendalian yang tepat dari Pemerintah Provinsi melalui TPID Jatim. Tekanan inflasi terbesar sepanjang tahun 2014 terjadi pada triw ulan I 2014 karena belum dimulainya musim panen dan triw ulan III 2014 karena adanya Hari Raya Idul Fitri dan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
108
BAB VI
PERKIRAAN EKONOM I DAN HARGA
banyaknya hari libur. Pada triw ulan IV 2014, tekana inflasi juga diproyeksi meningkat karena tingginya konsumsi masyarakat menjelang Hari Natal dan Tahun Baru 2014. M engacu pada hal tersebut, inflasi Jatim pada tahun 2014 diperkirakan sesuai dengan arah inflasi nasional yaitu secara tahunan berada di kisaran 4,5% + 1% . Tabel 6.2 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Risiko Jatim Tahun 2014 Th.2013
Volatile Food
Faktor Risiko
Th.2014
Th.2014 - Tidak terdapat permasalahan pada impor hortikultura - Stok beras BULOG masih mencukupi konsumsi masyarakat s.d. 11 bulan ke depan - Dampak El Nino namun pada tingkat yang rendah diproyeksi tidak terlalu mengganggu hasil produksi - Peningkatan konsumsi masyarakat menjelang Natal dan Tahun Baru 2015 - Penerapan kebijakan pembatasan produksi bibit ayam atau day old chicken (DOC) - Produksi masih dipengaruhi faktor cuaca
Administered Price
Core Inflation
Th.2014 - Berlanjutnya penyesuaian tarif transportasi udara sesuai Peraturan Menteri Perhubungan nomor 2 tahun 2014 - Kenaikan tarif listrik industri (per 1 Juni 2014) dan tarif listrik rumah tangga (mulai 1 Juli 2014 dan meningkat 2 bulan sekali) - Kenaikan harga bahan bakar rumah tangga (LPG 12 kg) pada Januari dan September 2014 - Berlanjutnya penyesuaian harga rokok - Dampak lanjutan pembatasan BBM bersubsidi - Potensi kenaikan harga BBM bersubsidi di akhir tahun 2014 Th.2014 - Belum stabilnya nilai tukar Rupiah - Dampak lanjutan kenaikan tarif listrik industri yang berpotensi dibebankan kepada harga akhir barang dan jasa - Ekspektasi kenaikan harga UMK tahun 2015 - Peningkatan ekspektasi masyarakat seiring dengan tingginya aktivitas ekonomi
M enurun
M eningkat
Stabil
Berdasarkan disagregasinya, sampai dengan akhir tahun 2014 secara tahunan kelompok administered price diperkirakan masih mengalami tekanan inflasi terbesar, disusul oleh volatile food dan core inflation . Tekanan inflasi kelompok administered price tahun 2014 diperkirakan berada di kisaran 8% - 10% , relatif lebih rendah dibandingkan tahun 2013 dengan pendorong utama adalah kenaikan harga bahan-bahan rumah tangga, tarip listrik dan transportasi.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
109
BAB VI
PERKIRAAN EKONOM I DAN HARGA
Tekanan inflasi kelompok volatile food pada akhir tahun 2014 diproyeksi di kisaran 5% - 8% dan lebih dipengaruhi oleh faktor permintaan dan ketersediaan pasokan. Faktor produksi sempat menjadi penyebab tingginya inflasi kelompok ini pada aw al tahun 2014 (berkurangnya produksi akibat banjir dan erupsi Gunung Kelud), namun mereda kembali seiring tibanya musim panen raya. M enjelang akhir tahun 2014, tingginya permintaan masyarakat khususnya pada komoditas bumbu-bumbuan dan daging berpotensi meningkatkan inflasi kelompok ini karena minimnya musim panen di triw ulan IV 2014 (telah memasuki musim tanam) dan belum memadainya tata niaga atau mekanisme logistik untuk komoditas daging sapi karena relatif terbatasnya ketersediaan hew an ternak di masyarakat yang dapat dipotong sew aktu-w aktu. Selain itu, Jaw a Timur sebagai lumbung pangan nasional juga harus mengirimkan hasil produksi untuk memenuhi kebutuhan w ilayah/Provinsi lain di Indonesia sehingge berpotensi mengurangi stok lokal. Inflasi kelompok core inflation pada akhir tahun 2014 diperkirakan berada pada kisaran 4% - 5% dengan tekanan utama dari sisi domestik. Pendorong utama inflasi antara lain kenaikan konsumsi masyarakat karena adanya Hari Natal dan Tahun Baru 2015 serta ekspektasi inflasi akibat penetapan UM K tahun 2015. Selain itu, masih belum stabilnya nilai tukar Rupiah juga berpotensi mempengaruhi biaya produksi pelaku usaha yang bahan bakunya berasal dari impor.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triw ulan III Tahun 2014
110
DAFTAR ISTILAH
DAFTAR ISTILAH Administered price Harga barang yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik. APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan setujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah. BI Rate Suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur setiap bulannya. BI-RTGS Bank Indonesia Real Time Gross Settlement, yang merupakan suatu penyelesaian kewajiban bayar-membayar (settlement) yang dilakukan secara on-line atau seketika untuk setiap instruksi transfer dana. Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komodias terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut. Dana Pihak Ketiga (DPK) Simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan dan simpanan berjangka. Ekspor dan Impor Dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar provinsi. Faktor Fundamental Faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap, eksernal serta ekspektasi inflasi masyarakat.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2014
xix
DAFTAR ISTILAH
Fakor Non Fundamental Faktor pendorong inflasi yang berada di luar kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan (volatile foods) serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah (adminisered price). Financing tto Deposit Ratio (FDR) atau Loan to Deposit Ratio (LDR) Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam rupiah dan valas. Terminologi FDR unuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank konvensional. Imported inflation Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan harga di luar negeri (eksternal). Indeks Ekspektasi Konsumen Salah satu pembentuk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang dengan skala 1 – 100. Indeks Kondisi Ekonomi Salah satu pembentuk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saa ini dengan skala 1 – 100. Indeks Keyakinan Konsumen Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang dengan skala 1 – 100. Inflasi IHK Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode yang diukur dengan perubahan indeks harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat luas. Inflasi Inti Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices. Inflow Uang yang diedarkan aliran masuk uang kartal ke Bank Indonesia. Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2014
xx
DAFTAR ISTILAH
Kredit Penyediaan uang atau tagihan yang sejenis, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertenttu dengan pemberian bunga, termasuk • Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase agreement (NPA) • Pengambilan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang. Liaison Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan. mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya. Net Inflow Uang yang diedarkan inflow lebih besar dari outflow. Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL) Rasio pembiayaan atau kredit macet terhadap otal penyaluran pembiayaan atau kredit oleh bank, baik dalam rupiah dan valas, Terminologi NPF dan pembiayaan untuk bank syariah, sedangkan NPL dan kredit untuk bank konvensional.Kriteria NPF atau NPL adalah (1) kurang lancar, (2) diragukan dan (3) macet. Omset Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi Outflow Aliran keluar uang kartal dari Bank Indonesia. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, restribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah. qtq Quarter to quarter. Perbandingan anara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2014
xxi
DAFTAR ISTILAH
Sektor Ekonomi Dominan Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan. Volatile Food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu. yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2014
xxii
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR SINGKATAN APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara BBM Bahan Bakar Minyak BOPO Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BPS Badan Pusat Statistik IHK Indeks Harga Konsumen IKK Indeks Keyakinan Konsumen KPR Kredit Pemilikan Rumah LDR Loan to Deposit Ratio LTV Loan to Value NIM Net Interest Margin NPF Non Performing Financing NPL Non Performing Loan PHR Perdagangan, Hotel dan Restoran PLN Perusahaan Listrik Negara PMA Penanaman Modal Asing Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2014
lxxii
DAFTAR SINGKATAN
PMDN Penanaman Modal Dalam Negeri PMTB Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto q-t-q Quarter to quarter RBB Rencana Bisnis Bank SKDU Survei Kegiatan Dunia Usaha yoy Year on year
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2014
lxxiii