Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/fisip Perubahan Sosial Masyarakat Kota Banda Aceh Dalam Mitigasi Bencana : Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami Putra Rizki Youlan Radhianto1, Khairulyadi2 Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unsyiah Email :
[email protected] ABSTRAK Perubahan sosial masyarakat dalam menghadai bencana merupakan suatu persoalan yang muncul didaerah rawan bencana. Perubahan yang dimaksud berupa perubahan sikap dalam menghadapi bencana sehingga sebisa mungkin dikemudian hari dapat meminimalisir resiko yang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perubahan sosial masyarakat Kota Banda Aceh dalam menghadapi bencana, pra tsunami, tsunami, dan pasca tsunami yang ditinjau dari pengetahuan, kepercayaan, dan tindakan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif, dimana yang menjadi informan diperoleh dengan metode purposive sampling. Untuk menganalisis penelitian ini, peneliti menggunakan Teori Kontruksi Sosial. Data dikumpulkan dengan cara wawancara dan studi kepustakaan, serta selanjutnya dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah perubahan sosial masyarakat Kota Banda Aceh pra tsunami, tsunami, pasca tsunami dalam menghadapi bencana terjadi sangat dinamis. Perubahan tersebut terlihat pada bagaimana pengetahuan, kepercayaan, dan tindakan masyarakat dalam cara menghadapi bencana yang terus berubah mulai dari periode pra tsunami, saat terjadi tsunami, dan pasca tsunami. Pada saat periode pra tsunami, pengetahuan, kepercayaan, tindakan masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor agamis dan doktrin kultural yang turun temurun. Sehingga pada saat terjadinya bencana masyarakat cenderung menggunakan kontruksi sosial yang ada sebagai suatu cara mereka dalam menghadapi bencana. Hasilnya, akibat dari minimnya pengetahuan dalam hal menghadapi bencana khususnya tsunami, maka bencana tersebut menelan banyak korban jiwa. Namun pasca tsunami pengetahuan, kepercayaan, dan tindakan masyarakat dalam menghadapi bencana berubah, hal ini dikarenakan proses dealektis yang terjadi dengan masuknya pemahaman baru tentang cara menghadapi bencana yang bersifat sekuler dan berbasiskan ilmu pengetahuan empiris. Hal ini mempengaruhi pengetahuan, kepercayaan, dan tindakan mereka dalam menghadapi bencana. Sehingga masyarakat meninggalkan cara-cara lama mereka yang sangat beresiko dan mengkontruksikan cara baru tersebut kedalam diri mereka sehingga hal ini membawa sebuah perubahan sosial masyarakat dalam menghadapi bencana. Kata kunci: Perubahan Sosial, Masyarakat, Bencana
Corresponding Author :
[email protected] JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 1. №. 1, Januari 2017: 1-18
1
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/fisip ABSTRACT Social change of society in the face of disaster is an emerging issue of disaster-prone areas. Change is in the form of a change in attitude in the face of natural disasters so that as much as possible in the future to minimize the risk may occur. This study aimed to determine how social change of society in Banda Aceh in the face of disaster such as pre-tsunami, tsunami, and post-tsunami in terms of knowledge, beliefs, and actions. This study used qualitative descriptive research which the informants were attained by applying purposive sampling method. To analyze this study, the researcher used the Social Construction Theory. Data were collected through conducting interviews and literature study, and then data were analyzed by using a qualitative approach. Results from this study were the social change of Banda Aceh society in pre-tsunami, tsunami and post-tsunami in dealing with disaster is very dynamic. These changes are reflected in how knowledge, beliefs, and actions of the society in a way that continues to change the face of disaster ranging from pre-tsunami period, when the tsunami hit, and after the tsunami happened. At the time of the pre-tsunami period, knowledge, trust, and society actions are greatly influenced by religious and cultural doctrine in hereditary. So that at the time of the disaster, the society tends to use social construction as a way they deal with disasters. As a result, having poor knowledge of the particular tsunami disaster was claimed that it gets many victims. But after getting tsunami knowledge, beliefs, and actions of society for disasters have changed, it is because the dialectic process happened with the inclusion of a new understanding on how to face disasters in secular and based on empirical science. This influences on knowledge, beliefs, and their actions in the face of disaster. So that people leave their old and very risky ways and construct new way into them in order to bring a social change of society in the face of disaster. Keywords: Social Change, Society, Disaster PENDAHULUAN Bencana merupakan sebuah fenomena yang kerap terjadi di abad modern, bencana sering kali datang tanpa tanda-tanda apapun. Bencana dapat disebabkan oleh kejadian yang bersifat alamiah (natural disaster) maupun oleh ulah tangan manusia (man-made disaster). Oleh karenanya bencana menjadi momok yang cukup menakutkan bagi keberlangsungan peradaban umat manusia, dan juga memaksa manusia untuk bertahan (survive) dalam menghadapi bencana. Secara geografis Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana: Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto, Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-18
2
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/fisip Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari pulau Sumatera- jawa- Nusa Tenggara- Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa- rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti, letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor (http://dibi.bnpb.go.id). Posisi ini sangat tidak menguntungkan bagi Indonesia yang tercatat sebagai salah satu Negara paling tinggi tingkat kegempaannya bahkan 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat (Arnold, 1986). Sepanjang tahun 2015 saja tercatat ada 1.116 kejadian bencana yang terjadi dengan korban jiwa mencapai 168 orang, dan 636.205 jiwa harus menderita dan mengungsi (http://dibi.bnpb.go.id/). Diantara daerah paling rawan bencana di Indonesia, Aceh merupakan salah satunya. Sebagai provinsi yang baru saja dilanda gempa bumi yang berkekuatan 9,3 Skala Richter (SR) dan disusul gelombang Tsunami setinggi 30 meter 98ft). Menurut U.S Geological Survey, korban meninggal dunia di Aceh saat bencana gempa bumi dan gelombang tsunami dipastikan sebanyak 130.736 jiwa, dan puluhan ribu lainnya dinyatakan hilang, (Wikipedia.org). Ini menunjukkan rendahnya kesiapan dalam menghadapi bencana dan juga tidak adanya system peringatan dini dalam penanggulangan bencana (Early Warning Disaster System) di Aceh yang menjadi salah satu penyebab banyaknya korban jiwa saat bencana gempa dan tsunami pada 2004 silam. Kota Banda Aceh sebagai Ibukota dari Provinsi Pemerintah Aceh memiliki kondisi geografis, hidrologi dan demografis yang rawan terhadap bencana. Sebagai salah satu kota dengan tingat kerawanan bencana yang tinggi, maka masyarakat kota Banda Aceh memiliki sebuah keharusan dalam mempelajari bagaimana memanajemen bencana sehingga sebisa mungkin untuk mengurangi resiko dan korban saat bencana terjadi. Dalam kajian Sosiologi, bencana sebenarnya telah lama menjadi objek penelitian para Sosiolog misalnya Burton, Kates and White (1993). Meskipun ada banyak definisi Sosiologi, sebahagian besar ilmuan akan setuju bahwa fokus disiplin ilmu sosiologi adalah tentang interaksi manusia. Oleh karena itu, ketika terjadi bencana, sosiolog akan bertanya, “bagaimana masyarakat menanggapinya?”. Perkembangan aktual dari sosiologi bencana berkonsentrasi pada kajian tentang risiko dengan pendekatan pada kemampuan untuk berkompromi dengan situasi yang tidak diharapkan, dengan penekanan pada fleksibilitas, adaptabilitas, resiliensi dan kapasitas. Dengan kata lain sosiologi bencana berfokus pada bagaimana masyarakat menghadapi bencana, dan bagaimana masyarakat tetap teguh terhadap situasi sulit saat bencana. Pemahaman risiko dalam studi bencana sebenarnya berangkat dari pola yang sama yakni untuk menyelaraskan kembali hubungan alam dan manusia. Hanya saja risiko lebih mengarah pada aspek antroposentrisme yakni berorientasi kepada Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana: Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto, Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-18
3
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/fisip keselamatan manusia (human security) sendiri dari bencana yang ditimbulkan oleh alam. Masyarakat dalam menyelamatkan diri (survive) cenderung memiliki pola dan budaya tersendiri yang terbentuk oleh berbagai faktor seperti kepercayaan (religusitas), kebiasaan/tindakan (behaviour) dan pengetahuan (Knowledge). Menurut Soerjono Soekanto (1990), budaya berguna bagi manusia yaitu untuk melindungi diri terhadap alam, mengatur hubungan antar manusia dan sebagai wadah dari segenap perasaan manusia. Penekanan terhadap aspek sosial terhadap skema penanggulangan bencana sendiri dikarenakan adanya perubahan paradigma ilmu bencana. Jauh sebelum Gempa Bumi dan Gelombang Tsunami terjadi pada 2004 silam, masyarakat Aceh khususnya kota Banda Aceh tentunya telah memilki konsep penanganan bencana sesuai dengan pengetahuan lokal (local wisdom). Mercer et al., (2009) mendefinisikan pengetahuan lokal sebagai seperangkat pengetahuan yang ada dan diyakini masyarakat lokal dalam suatu jangka waktu tertentu melalui akumulasi pengalaman, relasi masyarakat dengan alam, praktik dan institusi masyarakat dan diteruskan antar generasi (Ma’arif, S, 2010). Seluruh pengetahuan bersifat dinamis, terus berubah, berkembang dan beradaptasi karena respon masyarakat pada perubahan lingkungannya. Menurut hipotesa awal yang peneliti dapat dilapangan pada 23 Januari 2016 di Gampong Deah Geulumpang yang termasuk daerah paling parah terkena dampak Tsunami, masyarakat sekitar memiliki kepercaayan ketika terjadi bencana sebagai contoh gempa bumi, maka sesuai dengan petuah leluhur setiap terjadi gempa diharuskan untuk beristigfar ataupun memanjatkan doa pada Tuhan. Dalam Hal ini peneliti melihat terbentuknya pemahaman tersebut sesuai dengan intepretasi masyarakat terhadap bencana. Pengetahuan, kepercayaan, dan tindakan terhadap bencana yang melalui proses panjang yang akhirnya membentuk sebuah struktur didalam masyarakat. Hal ini juga senada dengan yang dikatakan (Agrawal 1995), bahwa selama bertahun- tahun masyarakat lokal telah memberikan tanggapan pada lingkungan mereka dan menyesuaikannya dengan perubahan, menggunakan baik ilmu pengetahuan modern maupun pengetahuan lokal. (Maarif, 2015) Tetapi sayangnya kepercayaan yang dianut oleh masyarakat desa tersebut tidak menjawab permasalahan ketika bencana gempa bumi dan tsunami terjadi pada 26 desember 2004 silam, dimana gelombang Tsunami telah meluluh-lantakkan desa tersebut dan menewaskan banyak penduduk setempat. Oleh karena itu pasca terjadinya tsunami, masyarakat mulai disugukan dengan cara-cara baru dalam penanganan bencana khususnya Tsunami, melalui program intervensi yang dilakukan NGO Nasional maupun Internasional yang bekerja sama dengan pemerintah setempat. Program Manajemen bencana yang dilakukan oleh NGO maupun pemerintah merupakan upaya dan tindakan yang dilakukan untuk pencegahan, penjinakan atau Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana: Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto, Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-18
4
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/fisip mitigasi, penyelamatan, rehabilitasi dan rekonstruksi, baik sebelum, pada saat, maupun setelah kejadian bencana (Pribadi dan Merati, 1996). Tentunya pogram-program tersebut telah membetuk suatu paradigma baru dalam masyarakat dalam menghadapi bencana, yang dulunya berbasis lokal dan digantikan dengan pendekatan yang baru yang merupakan hasil pengalaman (experience) daerah atau pun Negara lainnya yang dianggap lebih efektif. Adapun program yang telah dilaksanakan dalam mitigasi bencana seperti, pendidikan mitigasi bencana kepada masyarakat, siswa/i sekolah, intansi pemerintahan, dan penyandang cacat. Selain itu dari segi infrastruktur Pemerintah Jepang melalui Japan Intenational Cooperation System (JICS) memberikan bantuan 3 unit Escape Building (gedung penyelamatan) sebagai wujud kepedulian kemanusian. Gedung ini berguna sebagai tempat evakuasi saat terjadinya bencana, dan juga pemasangan alarm tsunami dan papan petunjuk jalur evakuasi bencana di jalan-jalan seputaran Kota Banda Aceh. Hal ini bertujuan untuk mempengaruhi pola perilaku masyarakat dalam melakukan evakuasi saat terjadinya bencana. Bencana kini bukan lagi dianggap sebagai fenomena yang sporadis, namun sebisa mungkin bencana tersebut dikelola dan direduksi. Namun demikian, semakin meningkatnya kesadaran sosial masyarakat tentang pengurangan risiko bencana dan kerentanan menghadapi ancaman bencana, telah dikembangkan upaya untuk membangun hubungan baru dan berkelanjutan berdasarkan kekuatan masing- masing pengetahuan yang berlandaskan pada masyarakat. Setelah 11 tahun bencana tsunami terjadi, perubahan apasaja yang telah terjadi pada masyarakat kota Banda Aceh dalam melihat bencana, apakah masyarakat sudah lebih peka dengan bencana baik tsunami, banjir, maupun kebakaran, dan bencana lainnya. Perubahan apa yang timbul dari pengalaman bencana gempa dan tsunami 2004 silam yang menjadi kearifan baru bagi masyarakat kota Banda Aceh dalam menghadapi bencana. Oleh karenanya peneliti tartarik untuk meneliti hal tersebut, melihat bagaimana proses perubahan sosial masyarakat kota Banda Aceh baik sebelum terjadinya gempa dan tsunami, saat terjadi tsunami, dan pasca terjadinya tsunami dalam hal cara menghadapi bencana. TINJAUAN PUSTAKA Perubahan Sosial Sebagai Hasil Kontruksi Sosial Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur/tatanan didalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat. Pada tingkat makro, terjadi perubahan ekonomi, politik, sedangkan ditingkat mezo terjadi perubahan kelompok, komunitas, dan organisasi, dan ditingkat mikro sendiri terjadi perubahan interaksi, dan perilaku individual. Masyarakat bukan Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana: Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto, Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-18
5
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/fisip sebuah kekuatan fisik (entity), tetapi seperangkat proses yang saling terkait bertingkat ganda (Sztompka, 2008). Proses perubahan dalam masyarakat itu terjadi karena manusia adalah mahkluk yang berfikir dan bekerja, disamping itu selalu berusaha untuk memperbaiki nasib serta kekurang-kekurangnya untuk mempertahankan hidup (survive). Namun ada juga yang berpendapat bahwa perubahan sosial dalam masyarakat itu, karena keinginan manusia untuk menyesuaikan diri dengan keadaan disekelilingnya atau disebabkan oleh ekologi. Perubahan sosial pada tingkat mikro dalam hal ini dapat dijelaskan sebagai hasil dari kontruksi sosial individu terhadap dunia sosialnya. Ini sejalan dengan prinsip kontruksi sosial yang melihat individu sebagai refleksi dari dunia sosialnya yang kemudian melalui proses dan membentuk sebuah kontruksi sosial. Kontrusi sosial tebentuk dengan adanya dorongan terhadap individu untuk survive terhadap dunia sosialnya, hal ini yang kemudian mendorong individu berinovasi kedalam dirinya yang dimanifestasikan kedalam dunia sosialnya sehingga memunculkan perubahan sosial. Kontruksi sosial terbentuk atas tiga hal dasar yaitu ekternalisasi, objektifasi dan internalisasi. Ketiga proses yang dilalui individu ini menjelaskan bagaimana seorang individu melalui proses sosialnya, dimulai dari refleksi dunia sosial kedalam dirinya yang merupakan pengamalan terhadap apa yang ditemukan melalui proses mental maupun fisik. Proses fisik maupun mental yang didapat melalui proses eksetnalisasi ini kemudian dijadikan referensi bagi individu untuk menghadapi dunia sosialnya, sehingga sebisa mungkin individu menciptakan temuan-temuan baru berupa alat maupun kebudayaan non materil untuk memudahkan hidupnya. Temuan-temuan tersebut kemudian menjadi indikator yang mendukung perubahan terhadap individu tersebut yang merupakan sub dari masyarakat. Sehingga jika diteruskan perubahan akan bergerak pada tingkat makro yaitu masyarakat secara umum. Pada proses terakhir dari kontruksi sosial adalah ketika individu mulai merefleksikan seluruh hasil dari penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Pada bagian ini individu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari terbentuknya sebuah realitas sosial yang mempengaruhi perubahan sosial dalam masyarakat. Pada tingkat ini hasil objektifasi kemudian ditafsirkan kedalam bentuk kesadaran yang memperngaruhi individu dalam dunia sosialnya. Pengetahuan, Tindakan Dan Keprcayaan Dalam Kontruksi Sosial Dalam teori kontruksi sosial terdapat tiga proses dealektis yang dijelaskan oleh Luckman dan Peter L. Berger, ketiga proses dealetkis itu meliputi eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses dealetkis tersebut tentunya berjalan sebagaimana masyarakat terus bergerak, proses ini merupakan proses yang didalamnya melibatkan Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana: Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto, Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-18
6
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/fisip masyarakat sebagai subjek. Masyarakat sebagai sebuah realitas subjektif merupakan sebuah institusional yang didalamnya terdapat nilai-nilai budaya yang telah tertanam, baik itu pengetahuan, kepercayaan, dan cara bertindak (tindakan), ketiga nilai-nilai ini sangat berpengaruh dalam proses dealektis masyarakat. Pada proses eksternalisasi dimana masyarakat dipengaruhi oleh pengetahuanpengetahuan yang didalamnya terkandung nilai-nilai lokal yang telah mengakar dan menjadi sebuah kearifan, pengetahuan ini kemudian menjadi sebuah anutan dasar yang menjadi sebuah standar pada masyarakat tersebut. Setelah itu masyarakat melakukan objektivikasi terhadap pengetahuan yang telah diketahuainya, disini masyarakat mulai melakukan pemaknaan terhadap realitas yang ada sebagai bahan kepercayaan yang sesuai dengan pemaknaan yang tertanam dalam dirinya. Kepercayaan itu meliputi produk hasil pemaknaan terhadap realitas eksternalnya yaitu proses sosialisasi didalam diri yang menghasilkan alat untuk keberlngsungan hidupnya. Pada proses Internalisasi masyarakat memahami atau menafsirkan langsung menjadi tindakan objektifnya sebagai suatu pengungkapkan makna. PELAJARAN SOSIAL DAN MITIGASI BENCANA -
-
Pelajaran Sosial dalam penelitian ini merupakan suatu bentuk pembelajaran masyarakat tentang suatu kejadian. Dalam penelitian ini, bencana tsunami dilihat sebagai suatu pendorong terjadinya pelajaran sosial dalam masyarakat. Pelajaran sosial dalam penelitian ini ditinjau dari pengetahuan, kepercayaan, dan tindakan masyarakat yang dilihat dari waktu ke waktu, baik saat sebelum bencana tsunami terjadi, saat kejadian, dan pasca kejadian bencana. Halini dikarenakan pelajaran sosial sangat terkait dengan pengalaman masyarakat terkait dengan apa yang dialaminya secara historis yang membentuk suatu kontruksi sosial. Sehingga pelajaran sosial kemudian menjadi dorongan yang mengarahkan masyarakat pada perubahan sosial secara makro. Mitigasi Bencana dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai suatu upaya sistematis untuk mengurangi resiko saat terjadi bencana, yang dilakukan baik secara fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana. Bencana dalam perspektif sosiologis dipahami sebagai bentuk perasaan masyarakat terkait dengan pengalaman emosional pada kejadian-kejadian yang mengancam keberlangsungan hidup. Bencana juga dilihat sebagai suatu bagian dari definisi yang disusun dalam konteks sosial budaya hidup masyarakat yang mengalami bencana. Olehkarennya mitigasi bencana sangat berkaitan dengan pelajaran sosial masyarakat yang terbentuk melalui pengalaman masyarakat dalam mengatasi bencana.
Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana: Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto, Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-18
7
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/fisip
METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku yang diamati dari orangorang (Taylor dan Bogdan, 1984:5 dalam Bagong Suyanto dan Sutinah, 2008: 166). Lokasi penelitian dilakukan di Gampong Lambung, dan Gampong Alue Deah Teungoh Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian disebabkan oleh semua gampong-gampong tersebut berada di kecamatan yang paling parah terkena dampak bencana tsunami, dan juga gampong-gampong tersebut merupakan sasaran Pemerintah maupun LSM/NGO dalam melakukan program intervensi guna memberikan pemahaman baru bagi masyarakat setempat. Subyek penelitian adalah orang, tempat, atau benda yang diamati dalam rangka pembumbutan sebagai sasaran (Kamus Bahasa Indonesia, 1989: 862). Adapun subyek penelitian dalam tulisan ini, adalah tokoh kunci masyarakat setempat (Geuchik ataupun tuha peut), dan juga masyarakat korban tsunami. Subjek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Adapun yang dipakai untuk menentukan informan dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling adalah sebagai berikut: 1. Tokoh Masyarakat Gampong setempat; 2. Masyarakat, terdiri dari 5 orang laki-laki dan 5 orang perempuan; Kemudian dalam penelitian ini peneliti mengambi 2 sumber data diantaranya: 1. Data primer adalah data yang di dapat dari sumber pertama baik individu maupun perseorangan seperti hasil dari wawancara, observasi maupun dokumentasi seperti yang dikatakan Umar (2009: 42).Data yang diperoleh langsung dari 12 informan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan untuk wawancara langsung. 2. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini berupa keadaan geografis, demografi, kegiatan sosial masyarakat didapat dari data atau profil gampong. Dan data lainnya yang berkaitan dengan penelitian didapat dari instansi terkait (Badan Pusat Statistik, Kantor Geuchik), surat kabar, dokumen, buku-buku/ studi kepustakaan (Library Research), dan internet. - Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara, sumber dan pengaturan. Dalam penelitian perolehan data sangat luas serta mendalam, maka perlu Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana: Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto, Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-18
8
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/fisip diklasifikasikan upaya yag dilakukan dalam penelitian ini melalui wawancara mendalam, observasi, studi kepustakaan. Dalam rangka menjawab perumusan masalah yang ditetapkan penulis maka analisis data yang menjadi acuan dalam penelitian ini mengacu pada beberapa tahapan yang dijelaskan oleh Miles dan Huberman (Sugiyono2010;91) yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu: 1. Pengumpulan informasi melalui wawancara terhadap keyinforman yang compatible terhadap penelitian kemudian observasi langsung di lapangan untuk menunjang penelitian yang dilakukan agar mendapatkan sumber data yang diharapkan. 2. Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan di lapangan selama meneliti. Tujuan diadakan transkrip data (transformasi data) untuk memilih informasi mana yang dianggap sesuai dengan masalah yang menjadi pusat penelitian dilapangan. 3. Penyajian data (data display) yaitu kegiatan sekumpulan informasi dalam bentuk teks naratif, grafik jaringan, tabel dan bagan yang bertujuan mempertajam pemahaman penelitian terhadap informasi yang dipilih kemudian disajikan dalam table ataupun uraian penjelasan. Namun yang akan paling sering digunakan untuk penyajian data penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif. 4. Pada tahap akhir adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi, yang mencari arti pola-pola penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat dan proposisi. Penarikan kesimpulan dilakukan secara cermat dengan melakukan verifikasi berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan dilapangan sehingga datadata teruji validasinya. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kondisi Masyarakat Saat Terjadi Tsunami 2004 Kondisi masyarakat saat terjadi bencana tsunami pada tahun 2004 lalu, merupakan suatu faktor penting untuk dapat memahami bagaimana dinamika yang dihadapi pada saat itu. Dalam pengertian umum kondisi merupakan suatu keadaan yang sedang dihadapi baik itu oleh individu maupun masyarakat. kondisi sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya sehingga memberikan dampak pada yang menghadapinya. Kondisi masyarakat Kota Banda Aceh pada saat terjadi tsunami merupakan suatu proses sosial, dimana masyarakat menghadapi bencana yang bagi mereka merupakan suatu bencana baru yang sama sekali tidak pernah mereka hadapi yaitu Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana: Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto, Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-18
9
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/fisip tsunami, sehingga menciptakan kondisi yang sangat tidak kondusif. Kondisi tersebut tidak lain disebabkan oleh ketidakpekaan maupun ketidakberdayaan masyarakat dalam hal penanggulangan bencana. Padahal masyarakat memiliki pengetahuan lokal tentang cara menghadapi bencana, namun hal tersebut tidak begitu solutif dikarenakan betuk mitigasi bencana lebih berbasis pada hal-hal yang bersifat kultural yang merupakan hasil warisan kontruksi sosial para leluhur. Hal ini tentunya juga disebabkan oleh kondisi masyarakat yang tidak memiliki pengalaman maupun pengetahuan terkait bagaimana cara menanggulangi bencana secara modern khususnya tentang bagaimana menanggulangi tsunami. Selain itu tata letak kota juga menjadi salah satu penyebab banyaknya korban jiwa ketika bencana tsunami terjadi, dikarenakan oleh tata letak yang sangat tidak responsif terhadap bencana menyebabkan alur evakuasi menjadi sangat tidak terarah. Dalam tinjauan teori kontruksi sosial, kondisi yang dialami masyarakat ketika tsunami dilihat sebagai suatu realitas yang bersifat pradisposisi (kecenderungan), dimana faktor subjektifitas akan selalu memberikan pengaruh terhadap bagaimana masyarakat kemudian bertindak dengan pengetahuan seadanya dalam menghadapi tsunami. Kondisi tersebut menjadi suatu proses yang memberikan pengaruh bagi masyarakat dalam hal mengartikan kondisi darurat tsunami. Pada tataran subjektif, masyarakat kemudian sebisa mungkin untuk dapat menyelamatkan diri, walaupun mereka sama sekali tidak mengerti dengan apa yang mereka lakukan pada saat itu. Tsunami dianggap sebagai suatu ancaman bagi mereka, sehingga sebisa mungkin harus dapat menyelamatkan diri. Hal ini menjadi dorongan besar mengapa masyarakat dapat bertahan dalam kondisi tersebut.. Proses Perubahan Sosial Pada Masyarakat Kota Banda Aceh Pra Tsunami, Dan Pasca Tsunami Dalam Mitigasi Bencana Perubahan sosial merupakan suatu kepastian yang akan dialami oleh setiap masyarakat, hal ini merujuk pada dinamisitas struktur masyarakat yang akan mengikuti arus nilai maupun temuan-temuan baru. Menurut John Lewin Gillin dan John Phillip Gillin, perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang diterima yang disebabkan oleh perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan materii, komposisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi dan penemuaan baru dalam masyarakat tersebut. Bencana alam seperti yang gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Kota banda Aceh pada 2004 lalu, menjadi sebuah indikator yang disebut sebagai sebab geografis yang menyebabkan terjadinya sebuah perubahan sosial. Korelasi antara bencana dan perubahan sosial dilihat dari bagaimana masyarakat sebelum terjadinya bencana gempa dan tsunami, saat kejadian, dan pasca kejadian tersebut bergerak menuju perubahan. Perubahan-perubahan tersebut lihat melalui bagaimana cara menghadapi bencana saat Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana: Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto, Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-18
10
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/fisip sebelum dan sesudah terjadi bencana gempa dan tsunami hingga membuat masyarakat benar-benar berubah kearah yang lebih baik dalam hal penaggulangan bencana. Perubahan sosial dalam pemahaman teori kontruksi sosial, dilihat sebagai suatu proses dealektis yang dialami oleh masyarakat yang melibatkan realitas sosial yang berkembang didunia sosialnya. Teori kotruksi sosial akan menjelaskan bagaimana proses eksternalisasi (pengetahuan), objektivasi (kepercayaan), dan internalisasi (tindakan) berperan mewujudkan sebuah perubahan sosial masyarakat dalam cara menghadapi bencana mulai sejak pra tsunami, tsunami, dan pasca tsunami. Bencana dalam hal ini merupakan sesuatu realitas yang berkembang didalam dunia sosial yang kemudian akan mendorong masyarakat untuk lebih waspada dan mengubah maindset mereka dalam hal penanggulangan bencana. Hal ini dilakukan melalui proses interpretasi masyarakat terhadap apa yang telah dialami pada saat bencana gempa dan tsunami menimpa Kota Banda Aceh. Oleh karenanya masyarakat kemudian akan kembali menyimak dan belajar dari kejadian tersebut sehingga menciptakan ataupun menemukan cara baru dalam menghadapi bencana agar dapat sebisa mungkin mengurangi resiko yang mereka alami. - Pengetahuan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Pra Tsunami dan Pasca Tsunami Pengetahuan masyarakat dalam menghadapi bencana merupakan suatu tahapan dimana masyarakat sebagai suatu proses kontruksi sosial dipengaruhi oleh apa yang bereda didunia sekitarnya. Proses peredaran pengetahuan dimasyarakat juga sangat berpengaruh pada pengalaman dan juga pelajaran yang didapat melalui proses formal maupun informal. Dalam pemahaman kontruksi sosial, pengetahuan dilihat sebgai suatu yang bersifat eksternalisasi, dimana pengetahuan disuatu masyarakat merupakan suatu pengaruh yang kemudian didapat dari komunitas masyarakat disekitarnya. Eksetrnalisasi merupakan suatu realitas dimana individu berusaha mencurahkan atau mengeksprekspresikan diri ke dalam dunia sosialnya, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Dalam hal ini pengetahuan dilihat sebagai suatu hasil dari proses eksternalisasi yang terjadi pada individu, sehingga menemukan suatu dunia yang dipengaruhi oleh berbagai pengetahuan yang beredar disekitarnya. Pengetahuan kemudian berpengaruh penting bagi pemaknaan apa yang yang dimaksud dengan bencana didalam masyarakat, sehingga pada proses ini masyarakat akan selalu memaknai bencana sesuai dengan pengetahuan yang ia miliki. Pengetahuan masyarakat saat sebelum tsunami sangatlah dipengaruhi oleh faktor religusitas dan juga doktrin kultural. Hal ini menjadi legacy (wairsan) mitigasi bencana yang telah terkontruksi dari pengalaman para leluhur menghadapi bencana. pengetahuan ini kemudian yang sangat mempengaruhi pikiran masyarakat saat menghadapi bencana Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana: Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto, Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-18
11
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/fisip tsunami lalu.Pada kasus bencana gempa dan tsunami 2004 silam, tsunami dianggap sebagai suatu kejadian kiamat oleh masyarakat, hal ini disebabkan oleh pengetahuan yang mereka miliki. Proses ini kemudian pasca tsunami coba dikontruksikan kembali oleh NGO Nasional maupun Internasional bahwa tsunami bukanlah suatu kejadian kiamat seperti yang masyarakat ketahui selama ini, namun tsunami merupakan kejadian ataupun bencana yang disebabkan oleh aktivitas tektonik seperti gempa maupun vulkanik yang disebabkan oleh ledakan gunung api di bawah laut. Proses kontruksi pengetahuan baru ini dalam masyarakat, kemudian melahirkan suatu perubahan cara pandang masyarakat dalam melihat bencana tsunami, hal ini juga dibarengi dengan berubahnya cara tanggap bencana ketika suatu waktu mereka dihadapkan dengan kondisi yang sama seperti yang terjadi pada tahun 2004 silam. Pada dasarnya, proses ekseternalisasi dalam hal ini pemaknaan pengetahuan umum kedalam dunia sosial masyarakat bukanlah suatu yang bersifaat stagnan, namun proses ini terus mengalami dealektika tergantung dengan pengetahuan-pengetahuan yang dikemudian hari bereda. Proses katalisasi dari sebuah pengetahuan baru dimasyarakat dilakukan melalui metode-metode ilmiah yang kemudian dapat diterima sebagai suatu pengetahuan yang bersifat komperhensif dan aktual. Bencana tsunami telah menjadi suatu pelajaran sosial yang membentuk suatu pengetahuan baru ditengah masyarakat, sehingga perubahan sosial tidak dapat dihindari dan menjadi suatu keharusan dalam hal menghadapi bencana. Sehingga dikemudian hari menjadi ketika bencana terjadi kembali, pengetahuan yang telah dimiliki dari proses eksternalisasi menjadi berguna dalam pengurangan resiko. - Kepercayaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Pra Tsunami dan Pasca Tsunami Kepercayaan masyarakat dalam menghadapi bencana merupakan suatu indikator yang diukur dalam melihat sebuah perubahan sosial yang terjadi. Kepercayaan merupakan salah satu unsur dari nilai-nilai kebudayaan yang mengkontruksikan diri didalam keyakinan masyarakat, baik itu terhadap kepercayaan yang bersifat agamis, maupun kepercayaan kepada leluhur. Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan merupakan kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya. Ketika seseorang mengambil suatu keputusan, ia akan lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan dari orang- orang yang lebih dapat ia percaya dari pada yang kurang dipercayai (Moorman, 1993). Dalam pemahaman kontruksi sosial, kepercayaan dilihat sebagai suatu hasil dari objektivasi diri manusia yang melibatkan faktor-faktor yang bersifat subjektif Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana: Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto, Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-18
12
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/fisip ddidalam dirinya. Objektivasi yaitu hasil yang telah dicapai baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hasil itu menghasilkan realitas objektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatu faktisitas yang berada di luar dan berlainan dari manusia yang menghasilkannya. Lewat proses objektivasi ini, masyarakat menjadi suatu realitas suigeneris. Pada proses terbentuknya kepercayaan tidak terlepas dari kenyataan dunia sosial yang telah dipengaruhi oleh faktor pengetahuan yang bereda dimasyarakat. Pengetahuan-pengetahuan tersebut kemudian coba diobjektivasikan dalam bentuk suatu kepercayaan yang membuat individu yakin bahwa apa yang telah diketahui sebagai suatu hasil dari pengamalan dan berguna bagi dirinya. Dalam kejadian tsunami lalu,masyarakat dapat dilihat sebagai suatu dunia yang dipengaruhi oleh kepercayaan-kepercayaan yang berlaku didalam. Hal ini dapat dilihat pada bagaimana masyarakat melakukan ritual keagamaannya seperti mengucapkan kalimat zikir maupun doa, sebagai bentuk kepercayan mereka terhadap nilai-nilai agama yang mampu mengatasi sebuah bencana. Kepercayaan yang beredar pada masyarakat Aceh umumnya dan Banda Aceh khususnya, bencana merupakan sesuatu yang diberikan tuhan akibat dari dosa yang dilakukan oleh manusia, sehingga ritualritual doa maupun ucapan-ucapan keagamaan kemudian menjadi suatu yang pasti akan coba ditempuh sesuai dengan tuntunan dan kepercayan yang berlaku untuk sedemikian rupa dapat mengatasi bencana. Pasca tsunami, seiring dengan berkembangnya pengetahuan baru dimasyarakat terkait dengan mitigasi bencana dan juga pengalaman yang telah dirasakan, kemudian melahirkan sebuah kepercayaan baru yang mengkontruksi sebagai proses objektivasi terhadap pengetahuan yang ada. Kepercayaan baru ini kemudian lebih bersifat sekuler, dimana keterlibatan kepercayaan religus bergeser kepada kepercayaan yang bersifat ilmiah (saintifik). Kepercayaan ini kemudian menjadi sebuah pendorong masyarakat lebih inovatif dalam hal penanggulangan bencana. Dalam kontruksi sosial proses ini dianggap sebagai suatu bentuk hirarkis dari sebuah model terbentunya perubahan sosial.
- Tindakan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Pra Tsunami dan Pasca Tsunami Tindakan meurupakan suatu bentuk aktualisasi suatu pikiran kedalam suatu perbuatan. Tindakan pada waktu tertentu juga dapat dilihat sebagai suatu perilaku yang terdorong oleh adanya pemahaman maupun nilai kepercayaan didalamnya. Tindakan masyarakat dalam menghadapi bencana khususnya tsunami, dapat digolongkan sebagai suatu proses yang telah mengalami pengaruh dari pikiran maupun nilai-nilai yang terkandung pada masyarakat tersebut. Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana: Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto, Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-18
13
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/fisip Pada tataran teoritis tindakan dapat dilihat sebagai sebuah pemaknaan dari suatu realita dunia sosial yang telah teraktualisasi kedalam suatu bentuk. Dalam pendekatan kontruksi sosial, tindakan bisa dilihat sebagai suatu bagian dari proses internalisasi yang sangat berkaitan erat dengan proses eksternalisasi dan objektivasi dan merupakan suatu kesatuan dealektis yang tidak dapat dipisahkan. Sesuai dengan penjelasan teoritis diatas, tindakan masyarakat Kota Banda Aceh yang dilakukan baik pra tsunami, tsunami, dan pasca tsunami sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan juga kepercayaan yang berkembang dilingkungannya. Hal ini dapat dilihat ketika bencana tsunami terjadi, masyarakat menyimpulkan bahwa tindakan yang dipengaruhi oleh nila-nilai keagaman sangat memungkinkan dapat menyelamatkan mereka dari bencana, sehingga saat tsunami terjadi banyak masyarakat yang melarikan diri ke tempat-tempat ibadah atau pun melakukan ritual-ritual keagamaan seperti azan, berzikir, dan juga berdoa. Tetapi berbeda halnya ketika pasca tsunami, seiring dengan munculnya pengetahuan baru dan pengalaman yang dihadpi pada masa lalu. Tindakan masyarakat kemudian lebih teraktualisasikan kedalam tindakan-tindakan yang lebih terukur. Hal ini sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan kepercayaan yang beredar pasca tsunami dengan dibentuknya program-program intervensi seperti mitigasi bencana oleh pihak NGO Nasional maupun Internasional. Ini menunjukkan bahwa tindakan sangat dipengaruhi oleh faktor- faktor eksternal dan objektifitas maupun subjektifitas masyarakat. seluruh proses tersebut memiliki korelasi ilmiah sehingga terbentuknya suatu tindakan yang bersifat empiris. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan dan analisa data penelitian perubahan sosial masyarakat Kota Banda Aceh dalam mitigasi bencana: pelajaran sosial dari bencana tsunami, maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial dimasyarakat kota Banda Aceh dalam hal mitigasi bencana disebabkan oleh tiga faktor yaitu: pengetahuan (eksternalisasi), kepercayaan (objektivasi), dan tindakan (internalisasi). Ketiga hal tersebut merupakan suatu proses dealektis yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Faktor pengetahuan (eksternalisasi) yang dimaksud adalah dimana masyarakat dalam hal ini sangat dipengaruhi oleh dunia sosialnya yang berupa pengetahuan yang ia dapatkan dari proses formal maupun non formalnya. Hal tersebut yang kemudian menjadi berpengaruh pada pengetahuan yang berkembang dimasyarakat dalam hal ini terkait dengan mitigasi bencana. Pengetahuan pra tsunami dan pasca tsunami tentunya memiliki perbedaan yang signifikan, dimana pengetahuan tentang cara menghadapi bencana pra tsunami lebih dipengaruhi oleh nilai yang berkembang ditingkat lokal dalam hal ini nilai-nilai religusitas dan doktrin kultural. Namun pasca tsunami hal itu Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana: Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto, Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-18
14
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/fisip bergeser, seiring dengan pengetahuan baru yang didapat melalu mitigasi bencana maupun pengalaman masa lalu, maka pengetahuan yang berkembang sangat bersifat sekuler dan terukur tanpa namun tetap dipengaruhi oleh nilai-nilai religusitas. Faktor selanjutnya adalah kepercayaan (objektifasi), faktor ini sangat dipengaruhi oleh pengetahuan (eksternalisasi), dimana pengetahuan yang berkembang ditengah masyarakat kemudian sebisa mungkin diobjektivasikan untuk mempengaruhi subjektifitasnya dalam melihat bencana. Dalam proses objektivasi ini masyarakat kemudian menerjemahkan pengetahuan yang mereka dapatkan menjadi suatu kepercayaan dalam dirinya. Pada proses pra tsunami, kepercayaan yang diratifikasi oleh masyarakat sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki, yang erat kaitannya dengan religusitas dan nilai-nilai lokal. Pasca tsunami seiring dengan berkembangnya pengetahuan-pengetahun mengenai bencana yang bersifat universal, maka kepercayaan masyarakat pun sangat dipengaruhi pengetahuan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana kemudian masyarakat melihat bencana tidak hanya sebagai suatu yang bersifat musibah, namuan bencana kemudian dipercayai sebagai suatu proses gejala alamiah yang disebabkan oleh pergerakan bumi. Faktor terakhir yang menentukan terbentuknya suatu kontruksi sosial yang kemudian melahirkan perubahan sosial adalah faktor tindakan (internalisasi). Faktor yang merupakan suatu hasil dari proses pengetahuan dan kepercayaan ini kemudian melahirkan suatu perilakunya dalam menghadapi bencana. Pada saat pra tsunami, tindakan yang dilakukan sangat bersifat ritual dan tidak terukur. Namun pasca tsunami seiring dengan pengetahuan yang berkembang dan memperngaruhi kepercayaan masyarakat, maka tindakan yang dilakukan dalam menghadapi bencana lebih terukur dan mengalami perubahan yang sangat signifikan. Hal ini tidak terlepas dari proses dealektis yang saling berpengaruh satu dengan lainnya. Dari semua hal yang dijelaskan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan sampai saat ini memang belum ada suatu pengetahuan, kepercayaan, maupun tindakan yang baku dalam hal mitigasi bencana. Namun segala bentuk yang hadir hari ini merupakan suatu proses yang cukup dinamis dan universal terkait dengan pengalaman dalam menghadapi bencana. Hal ini sangat terkait dengan pelajaran sosial yang dapat diambil oleh masyarakat pada bencana tsunami silam, yang mana bencana tersebut membentuk suatu kontruksi baru pada masyarakat sehingga terjadinya suatu perubahan sosial. DAFTAR PUSTAKA Buku Arikunto, Suharsimi. (2006). Metode Penelitian.Jakarta: Rineka Cipta. Daymont, Cristine. (2008). Metode Riset Kualitatif. Jakarta: Bentang. Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana: Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto, Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-18
15
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/fisip James Midgley, (2013). Social Development : Theory and Practice. Los Angeles : SAGA. Johnson, Sociological Theory, II (1986). terj. Robert M.Z. Lawang, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Jilid II, Jakarta: Gramedia. Kinloch, Graham C (2005). Perkembangan dan Paradigma Utama Teori Sosiologi, Bandung: Pustaka Setia. Lexy J Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Luckman, Peter. L. Berger. (2012). Tafsir Sosial Atas Kenyataan: Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan. Jakara : LP3ES Martono, Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta; Rajawali Pers. Permana, C.E. (2010). Kearifan Lokal Masyarakat Baduy dalam Mitigasi Bencana. Jakarta: Wedatama Widya Sastra Poloma, M. Margareth (1987). Sosiologi Kontemporer, Jakarta: Rajawali Pers. Pribadi, K. S., & Merati, G. W. (1996). Mitigasi Bencana. Rudito, Bambang dan Famiola, Melia. (2013). Social Mapping Metode Pemetaan Sosial : Teknik Memahami Suatu Masyarakat atau Komuniti. Bandung. RekayasaSains Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. (2009). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana. Ritzer, George & Goodman, Douglas J (2004). Modern Sociological Theory, 6th edition, terj. Alimandan, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Prenada Media. Soekanto, Soerjono (1990). Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Alfabeta. Suyanto, Bagong, and Sutinah. (2005) Metode Penelitian Sosial. Kencana. Suwarsono, Suwarsono, dan Y. SO, (1994) Perubahan Sosial dan Pembangunan. LP3ES, Jakarta Sztompka, Piötr. (2008). Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada. Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana: Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto, Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-18
16
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/fisip Umar, Husein. (2009). Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Undang-Undang Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana Qanun No.3 Tahun 2011 tentang susunan organisasi dan tata kerja badan penanggulangan bencana daerah Kota Banda Aceh. Tulisan Ilmiah/Jurnal Aguirre, B. E. (2002). Can sustainable development sustain us? International Journal of Mass Emergencies and Disasters, 20(2), 111-125 Albala-Bertrand, J. M. (2000). Responses to complex humanitarian emergencies and natural disasters: An analytical comparison. Third World Quarterly, 2, 215-227 Arnold, C. (1986). Occupant behavior related to seismic performance in a highrise office building. Earthquake Engineering Research Institute. Bates, F.L. and Pelanda, C. (1994) “An Ecological Approach to Disasters” in Dynes, R.R., and Tierney K. (Eds.). (1994). Disasters, collective behavior and social organization. Newark, DE: University of Delaware Press: 145159 Cecep,Raden, et al. (2011). Kearifan Lokal Tentang Mitigasi Bencana Pada Masyarakat Badu. Jurnal Makara, Sosial Humaniora, Vol. 15, No. 1, Juli 2011: 67-76 Kreps, G.A. 1984. Sociological Inquiry and Disaster Research. Annual Review of Sociology, Vol. 10. No.1, hal. 309-330. Ma’arif, S. (2010). Bencana dan Penanggulangannya: Tinjauan dari Aspek Sosiologi. Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana, Vol. 1, 1-17. Maarif, Syamsul, et al. (2015). Kontestasi Pengetahuan Dan Pemaknaan Tentang Ancaman Bencana Alam. ISSN 2087636X: 1. Moorman, Christine, Rohit Deshpande, and Gerald Zaltman. (1993). Factors affecting trust in market research relationships. The Journal of Marketin, hal. 81-101. Prelog. J Andrew, (2010). Social Change and Disaster. Annotated Bibliography Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana: Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto, Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-18
17
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1 Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/fisip Subiyantoro, I. (2010). Selayang Pandang tentang Bencana. Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana, Vol. 1, 43-46. Siasah. Dr. Muhsinatun et al. (2010). Sosialisasi Pendidikan Mitigasi Pada Lingkungan Rawan Bencana. Karya Ilmiah Kebencanaan. Skripsi Haiqal, Muhammad. (2015). Efektivitas Bangunan Penyelamat Sebagai Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh. Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada. Internet ASEAN, “ASEAN Agreement on Disaster Management and Emergency Respone”, http://www.aseansec.org/17579. (diakses 10 September 2015) (http://regional.kompas.com/read/2014/12/25/20093411/Aceh.Tidak.Siap.jika.Ada.Be ncana.Lagi).htm, diakses 10 September 2015 (http://nasional.tempo.co/read/news/2012/04/16/058397416/gedung-penyelamatdiabaikan-warga-aceh-saat-gempa). (diakses 10 September 2015) (http://dibi.bnpb.go.id/). (diakses 10 September 2015) (http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_dan_tsunami_Samudra_Hindia_2004)(dia kses 10 September 2015)
Perubahan Sosial Maysyarakat Kota Banda Aceh dalam Mitigasi Bencana: Pelajaran Sosial dari Bencana Tsunami (Putra Rizki Youlan Radhianto, Khairulyadi) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-18
18