a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh Ulia Zuhra, Kartika Sari Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unsyiah Email :
[email protected]
ABSTRAK
Kontrol sosial berpotensi menentukan perilaku seseorang agar sesuai dengan norma sosial di lingkungan. Bentuk perilaku cyberbullying dapat dikatakan sebagai perilaku menyimpang karena tidak sesuai dengan harapan kelompok dan norma sosial. Individu dengan kontrol sosial yang kuat lebih mungkin untuk menyesuaikan diri dengan norma, sedangkan individu dengan ikatan sosial yang lemah lebih mungkin untuk menyimpang dari norma-norma tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kontrol sosial sekolah dengan perilaku cyberbullying pada siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan gabungan dua teknik pengambilan sampel yaitu multi stage cluster dan proportionate stratified random sampling. Sampel yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 109 siswa-siswi di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kontrol sosial sekolah (School Bond) Libbey yang telah dikembangkan dan disusun ulang oleh Adilla dan adaptasi skala cyberbullying (Student Needs Assessment Survey) Willard. Hasil analisis data menggunakan statistik nonparametric dengan teknik analisis data Spearman menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar -0,347 dengan nilai (p) = 0,000 (p < 0,05). Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang diajukan diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara kontrol sosial sekolah dengan perilaku cyberbullying pada remaja di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Banda Aceh. Hal ini dapat Corresponding Author :
[email protected] JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 2. №. 2, Mei 2017:
1057
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP diartikan bahwa semakin tinggi kontrol sosial sekolah maka semakin rendah intensitas perilaku cyberbullying. Kata Kunci : Kontrol Sosial Sekolah, Perilaku Cyberbullying, Remaja Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Banda Aceh ABSTRACT
Social control potentially determines a person's behavior so that it is suitable with social norms in the neighborhoods. The forms of cyberbullying behavior can be regarded as deviant behavior because it is incompatible with the expectations of the group and social norms. Individuals with a strong social control are able to adjust themselves to the norms, whereas individuals with weak social ties are more likely to deviate from these norms. This study aims to find out the relationship between school social control and cyberbullying behavior towards Senior High School students in Banda Aceh. This study applies a quantitative approach by using a combination of two sampling technique namely multi stage cluster and proportionate stratified random sampling. The samples of study were 109 students in state Senior High School in Banda Aceh. The instrument used in this study is the scale of social control schools (School Bond) from Libbey which has been developed and rearranged by Adilla and adapted scale of cyberbullying (Student Needs Assessment Survey) by Willard. The results of data analysis by using the nonparametric statistical data analysis techniques showed that Spearman correlation coefficient (r) of -0.347 with a value of (p) = 0.000 (p <0.05). Based on these results, the hypothesis is accepted so that it can be concluded that there is a significant and negative relationship between school control of social and cyberbullying behavior in students in the state Senior High School of Banda Aceh. This may imply that the higher the social control of the school, the lower the intensity of cyberbullying behavior occurs. Keywords: Social School Control, Cyberbullying Behavior, Senior High School Students Banda Aceh Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh (Ulia Zuhra, Kartika Sari) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
1058
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP PENDAHULUAN
Remaja atau adolescence dapat diartikan sebagai masa transisi dari periode anak-anak ke periode dewasa dengan melewati berbagai tahap perkembangan dan perubahan seperti fisik, kognitif, dan sosial (Hurlock, 1993). Masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun (Papalia, Olds & Feldman, 2009). Konsep tentang remaja bukanlah berasal dari bidang hukum, melainkan berasal dari bidang ilmu-ilmu sosial lainnya seperti Antropologi, Sosiologi, Psikologi dan Paedagogi. Selain itu konsep remaja juga merupakan relatif baru yang muncul kira-kira setelah era industrialisasi merata di negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan negara-negara maju lainnya. Dengan perkataan lain, masalah remaja baru menjadi pusat perhatian ilmu-ilmu sosial dalam 100 tahun terakhir (Sarwono, 2012). Kehidupan remaja saat ini tidak dapat dipisahkan dengan internet. Jumlah pengakses internet mengalami kenaikan pada tahun 2011 sebesar 7,23%. Pada tahun 2012 tercatat jumlah pengakses internet melalui media telepon genggam sebesar 62,58% (Haryati, 2014). Penelitian oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (2014) diketahui bahwa pengguna internet di Indonesia hingga saat ini telah mencapai 82 juta orang, 80 persen di antaranya adalah remaja berusia 1519 tahun. Salah satu cara yang sering digunakan remaja untuk terhubung dengan teman adalah dengan menggunakan akun media sosial atau yang dapat disebut dengan Social Networking Site (SNS) seperti: facebook, twitter, path, youtube, dan lain-lain. Cara remaja dalam menghubungi teman lamanya dengan mengunggah foto atau video, membuat status profile dengan me-mention temannya, membuat tulisan atau cerpen, dan lain-lain pada akun SNS yang ia miliki (Rahayu, 2012). Dampak yang dihasilkan dari SNS di satu sisi banyak keuntungan dan manfaat yang bisa kita dapatkan, diantaranya adalah dapat mempermudah Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh (Ulia Zuhra, Kartika Sari) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
1059
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Jurn
wa sis
a
h M ah lmia a lI
FISIP manusia dalam menjalani tugas kehidupannya serta meningkatkan kualitas hidupnya. Tetapi di sisi lain tidak sedikit kerugian yang menyertai penggunaan SNS ini. Salah satu dampak negatif yang saat ini sedang berkembang di Indonesia adalah perilaku cyberbullying (Rahayu, 2012). Patchin dan Hinduja (2012) menyatakan bahwa cyberbullying adalah perilaku ketika seseorang berulang kali melecehkan, menghina, atau mengejek orang lain menggunakan media internet melalui ponsel atau perangkat elektronik lainnya. Contohnya seperti mengunggah gambar seseorang yang memalukan dan menyebarluaskan melalui media sosial, mengirimkan ancaman melalui pesan singkat berulang-ulang, dan menggunakan akun palsu untuk menghina orang lain. Munculnya
cyberbullying
disebabkan semakin majunya
teknologi
informasi dan munculnya tren baru seperti situs jejaring sosial (Slonje, Smith & Frisen, 2012) yang berdampak pada peningkatan pengguna internet. Patchin dan Hinduja (2014) mengemukakan bahwa ada beberapa hal kerugian terkait perilaku cyberbullying yang menjurus ke dunia nyata. Perilaku cyberbullying dapat menyakiti remaja secara fisik dan mental serta remaja merasa dirinya kurang percaya diri dan tidak berharga.Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 2 Juni 2016 di salah satu SMA di Kota Banda Aceh diketahui bahwa pernah terjadi perilaku cyberbullying yaitu berkelahi secara online menggunakan pesan elektronik dengan bahasa yang kasar dan vulgar seperti memaki atau mengejek sehingga menyebabkan terancamnya siswa tersebut dikeluarkan dari sekolah. Menurut Thornton bentuk perilaku cyberbullying dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk delinquency (kenakalan), karena perilaku tersebut melanggar norma masyarakat dan dapat dikenai hukuman (dalam Adilla, 2009).Tindakantindakan yang tidak sesuai dengan harapan kelompok atau tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat disebut sebagai perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang merupakan hasil dari kekosongan kontrol sosial (Setiadi & Kolip, 2011). Berger mendefinisikan kontrol sosial adalah
Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh (Ulia Zuhra, Kartika Sari) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
1060
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Jurn
wa sis
a
h M ah lmia a lI
FISIP berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggotanya yang berbuat menyimpang (dalam Setiadi & Kolip, 2011). Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa kontrol sosial di sekolah mempunyai peran penting untuk mengikat seorang anak. Hal ini bertujuan agar siswa tersebut tidak melakukan delinquency atau perilaku menyimpang (Adilla. 2009). Kontrol sosial di sekolah menjaga setiap siswa agar tetap menjaga perilaku, hal ini diharapkan akan menjadi sebuah pembentuk karakter yang baik. kontrol sosial berpotensi menentukan perilaku seseorang agar sesuai norma sosial lingkungan tersebut (Permana, 2014). Oleh karena itu, penelitian ini mencoba melihat hubungan kontrol sosial sekolah (school bond) dengan perilaku cyberbullying pada siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh.
TINJAUAN TEORI
a. Aspek Kontrol Sosial sebagai Social School Bond Berdasarkan survei yang dilakukan pada 4000 siswa Sekolah Menengah Atas, Hirschi (1969) menyimpulkan bahwa kenakalan muncul ketika terdapat kerenggangan antara ikatan individu dengan lembaga sosial maupun konvensional, termasuk sekolah. Ikatan sosial sekolah memiliki empat komponen (dalam Jenkins, 1995 dan Libbey, 2004), yaitu: 1. Attachment, yaitu peduli tentang orang lain di sekolah dan pendapat serta harapan mereka. 2. Commitment, yaitu menghargai tujuan pendidikan. 3. Involvement, yaitu mengambil bagian atau mengikuti kegiatan di sekolah yang berhubungan dengan sekolah. 4. Belief, yaitu menerima aturan sekolah dengan meyakini adil dan sah. Interaksi sosial yang tidak memuaskan di sekolah diyakini mencegah siswa dalam mengembangkan ikatannya dengan sekolah.
Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh (Ulia Zuhra, Kartika Sari) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
1061
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Jurn
wa sis
a
h M ah lmia a lI
FISIP b. Aspek Cyberbullying Willard (2007) mendefinisikan cyberbullying merupakan tindakan mengirim atau mengunggah materi yang berbahaya atau melakukan agresi sosial melalui internet dan teknologi lainnya. Tindakan cyberbullying adalah dimana seorang anak yang mengintimidasi seseorang yang dianggap lemah. Intimidasi yang terjadi yaitu melalui sarana teknologi, melalui jejaring sosial. Menurut Willard (2007) ada beberapa bentuk perilaku cyberbullying yang diturunkan menjadi aspek-aspek perilaku cyberbullying, diantaranya adalah : a. Flaming, yaitu berkelahi secara online menggunakan pesan elektronik dengan bahasa kasar dan vulgar seperti memaki, menggosip atau mengejek. b. Harassment, yaitu mengirim pesan yang berisi hinaan secara berulang-ulang. c. Denigration, yaitu mengirim atau memposting gosip atau rumor tentang seseorang untuk merusak reputasinya. d. Impersonation, yaitu berpura-pura menjadi orang lain dan mengirim atau memposting materi untuk membuat orang lain kesulitan atau merusak reputasi orang tersebut. e. Outing,
yaitu
menyebarkan
rahasia
seseorang,
informasi
memalukan atau gambar secara online. f. Trickery, yaitu berbicara dengan seseorang untuk mengungkapkan rahasia atau informasi memalukan, kemudian disebarkan secara online. g. Exclusion, yaitu mengucilkan seseorang dari suatu kelompok secara online. h. Cyberstalking, yaitu melakukan pelecehan dan fitnah kepada
seseorang secara intens dan berulang sehingga menimbulkan rasa takut.
Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh (Ulia Zuhra, Kartika Sari) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
1062
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Jurn
wa sis
a
h M ah lmia a lI
FISIP METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian korelasi. Adapun populasi dalam penelitian ini yaitu 8.722 siswa yang merupakan jumlah seluruh siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Kota Banda Aceh pada tahun 2014 (Badan Pusat Statistik, 2015). Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah: (a) Siswa-siswi SMAN di kota Banda Aceh. (b) Berusia 15-19 tahun. (c) Laki-laki dan perempuan. (d) Menggunakan media sosial/smartphone/internet. Teknik pengambilan sampel menggunakan gabungan dua teknik pengambilan sampel yaitu multi stage cluster dan proportionate stratified random sampling. Multi stage cluster digunakan karena populasi terdiri dari kelompok cluster kecamatan dan juga sekolah (Azwar, 2013). Proportionate stratified random sampling adalah pengambilan sampel yang memperhatikan pertimbangan unsur-unsur atau kategori dalam populasi penelitian (Sugiyono, 2013).
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data menggunakan 2 skala yaitu, skala kontrol sosial sekolah dan skala perilaku cyberbullying. Skala kontrol sosial sekolah yang digunakan dalam penelitian ini adalah adaptasi skala School Bond oleh Libbey (2004) yang telah dikembangkan Adilla (2009) dan kemudian skala tersebut telah disusun ulang dalam bahasa Indonesia sebanyak 34 butir pernyataan. Skala perilaku cyberbullying diadaptasi dari Student Needs Assessment Survey yang disusun oleh Willard (2007). Skala Student Needs Assessment Survey terdiri dari 24 butir pertanyaan. Pada penelitian ini 7 butir pertanyaan yang digunakan sesuai dengan kebutuhan penelitian yaitu pertanyaan nomor 5(a), 5(d), 5(f), 5(h), 5(j), 5(l), 5(m). Skala Student Needs Assessment Survey merupakan alat ukur yang disusun dalam Bahasa Inggris, dikarenakan perbedaan bahasa yaitu sampel pada penelitian ini menggunakan Bahasa Indonesia, maka skala diterjemahkan terlebih Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh (Ulia Zuhra, Kartika Sari) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
1063
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Jurn
wa sis
a
h M ah lmia a lI
FISIP dahulu ke dalam Bahasa Indonesia. Selanjutnya, skala tersebut divalidasi melalui proses expert review yang bertujuan untuk memeriksa kesesuaian bahasa yang digunakan. Skala School Bond telah di uji coba (try out) kepada 60 subjek dan mendapatkan reliabilitas α = 0,899 dan skala Student Needs Assessment Survey telah di uji coba (try out) kepada 50 subjek dan mendapatkan reliabilitas α = 0,642. Penelitian dilakukan dengan memberikan skala School Bond dan Student Needs Assessment Survey kepada 109 subjek dan diperoleh reliabilitas skala School Bond α = 0,930 dan reliabilitas skala Student Needs Assessment Survey α = 0,660. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian ini menggunakan metode analisis data non parametrik yaitu Spearman dengan menggunakan program SPSS Versi 23.0 for Windows.
HASIL PENELITIAN
Uji Asumsi a. Uji Normalitas Hasil uji normalitas yang dilakukan pada 109 sampel penelitian menunjukkan bahwa pada variabel kontrol sosial sekolah diperoleh hasil (K-S Z = 0,059 p = 0,200 > 0,05) artinya variabel tersebut berdistribusi normal dengan (p > 0,05). Selanjutnya variable perilaku cyberbullying diperoleh hasil (K-S Z = 0,239 p = 0,000 < 0,05) artinya variabel ini tidak berdistribusi normal karena (p < 0,05). b. Uji Linearitas Hasil uji linearitas yang dilakukan dari 109 sampel penelitian melalui ANOVA test for linearity menunjukkan nilai signifikansi nilai linearitas sebesar 0,000. Nilai signifikansi (p) = 0,000 tersebut merupakan nilai yang kurang dari 0,05 (p = 0,000 < 0,05). Hal tersebut memperlihatkan hubungan Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh (Ulia Zuhra, Kartika Sari) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
1064
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP yang linear antara variabel kontrol sosial sekolah dengan perilaku cyberbullying.
Uji Hipotesis Dalam penelitian ini uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis statistik nonparametric dengan teknik korelasi Spearman, hal ini dikarenakan tidak terpenuhinya salah satu prasyarat uji asumsi yaitu data tidak berdistribusi normal. Apabila salah satu uji asumsi tidak terpenuhi, maka analisis korelasi dilakukan dengan menggunakan statistik nonparametric (Sugiyono, 2013). Pada penelitian ini hasil uji hipotesis menunjukkan nilai signifikansi (p) = 0,000 (p < 0,05), dengan nilai koefisien korelasi (r) = -0,347, data tersebut dapat diartikan bahwa hipotesis diterima dan menunjukkan terdapat hubungan negatif dan signifikan antara kontrol sosial sekolah dengan perilaku cyberbullying pada siswasiswi Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Banda Aceh. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi kontrol sosial sekolah maka semakin rendah intensitas perilaku cyberbullying.
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kontrol sosial sekolah dengan perilaku cyberbullying pada siswa-siswi SMAN di Kota Banda Aceh. Analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara kontrol sosial sekolah dengan perilaku cyberbullying. Hubungan negatif ini menunjukkan bahwa tingginya kontrol sosial sekolah yang terdapat di sekolah dapat menurunkan perilaku cyberbullying. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adilla (2009) yang menemukan bahwa terdapat hubungan secara signifikan antara kontrol sosial dengan perilaku bullying. Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan semakin kuat kontrol sosial yang dimiliki pelajar semakin negatif mereka berperilaku bullying. Penelitian lainnya juga dilakukan Permana (2014) pada Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh (Ulia Zuhra, Kartika Sari) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
1065
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Yogyakarta. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan positif dan signifikan antara kontrol sosial dengan karakter siswa artinya semakin tinggi kontrol sosial dilaksanakan semakin baik pula karakter siswa tersebut. Hal ini juga ditunjukkan dari hasil angket bahwa siswa mematuhi peraturan yang ada di sekolah seperti mentaati untuk selalu menjaga kebersihan kelas dan himbauan dari guru seperti siswa mentaati himbauan guru untuk menjaga kerapian seragam. Hasil temuan penelitian berdasarkan variabel kontrol sosial sekolah pada aspek attachment menemukan bahwa sebanyak 52 subjek (47,7%) setuju dengan pernyataan hampir semua guru mendukung kegiatan mereka yang berhubungan dengan pelajaran di kelas, 11 subjek (10,1%) sangat setuju hampir semua guru mendukung kegiatan mereka yang berhubungan dengan pelajaran di kelas, 31 subjek (28,4%) tidak setuju dengan pernyataan hampir semua guru mendukung kegiatan mereka yang berhubungan dengan pelajaran di kelas dan 15 subjek (13,8%) menyatakan sangat tidak setuju hampir semua guru mendukung kegiatan mereka yang berhubungan dengan pelajaran di kelas. Hasil tersebut menunjukkan bahwa persentase yang tinggi pada aspek ini yaitu dari 109 subjek terdapat 52 subjek (47,7%) yang setuju dan 11 subjek (10,1%). Berdasarkan variabel kontrol sosial sekolah pada aspek attachment juga ditemukan bahwa 72 subjek (66%) yang mengatakan bahwa mereka berteman baik dengan teman-teman di kelas lain baik di tingkat yang sama ataupun beda tingkat, 19 subjek (17,4%) sangat setuju dengan pernyataan tersebut, 9 subjek (8,2%) tidak setuju dengan pernyataan tersebut, dan 9 subjek (8,2%) sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan persentase yang tinggi yaitu 66% dari 109 siswa-siswi berteman baik dengan teman-teman di kelas lain baik di tingkat yang sama ataupun beda tingkat. Berdasarkan variabel kontrol sosial sekolah pada aspek commitment ditemukan 64 subjek (58,7%) setuju mereka berusaha menghindari masalah di sekolah, 23 subjek (21,1%) sangat setuju, 14 subjek (12,8%) tidak setuju dan 8 subjek (7,3%) menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh (Ulia Zuhra, Kartika Sari) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
1066
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP menunjukkan bahwa persentase yang tinggi sebanyak 64 subjek yaitu 58,7% dari 109 subjek menyatakan mereka berusaha menghindari masalah di sekolah. Berdasarkan variabel kontrol sosial sekolah pada aspek beliefs ditemukan 53 subjek (48,6%) setuju mereka mengerti dengan jelas peraturan yang terdapat di sekolah, 23 subjek (21,1%) sangat setuju, 13 subjek (12%) tidak setuju dan 20 subjek (18,3%) menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa subjek yang setuju (48,6%) dan sangat setuju (23%) untuk mengerti dengan jelas peraturan yang terdapat di sekolah lebih tinggi dibandingkan subjek yang tidak setuju (20%) dan sangat tidak setuju (13%) dengan pernyataan tersebut. Berdasarkan hasil persentase skala perilaku cyberbullying pada aspek exclusion, sebanyak 44 subjek (40,4%) melakukan 1-4 kali mengucilkan orang dari grup online, sebanyak 17 subjek (15,6%) melakukan 5 kali-lebih mengucilkan orang dari grup online sementara yang tidak melakukan hanya 48 subjek (44%), sedangkan pada aspek cyberstalking merupakan perilaku cyberbullying yang paling rendah pada siswa-siswi SMAN yaitu sebanyak 94 subjek (86,2%) menyatakan bahwa selama enam bulan terakhir, mereka tidak pernah mengirimkan pesan berulang kali yang mengancam dan mengintimidasi orang lain, sedangkan 8 subjek (7,3%) yang lain menyatakan bahwa selama enam bulan terakhir, mereka pernah 1-4 kali mengirimkan pesan berulang kali yang mengancam dan mengintimidasi orang lain dan sebanyak 7 subjek (6,4%) menyatakan selama enam bulan terakhir, mereka pernah hingga 5 kali-lebih mengirimkan pesan berulang kali yang mengancam dan mengintimidasi orang lain. Hasil penelitian menunjukkan angka frekuensi yang paling tinggi berada pada kategori tidak yaitu sebanyak 94 subjek (81,9%) dari 109 subjek yang menyatakan bahwa mayoritas subjek dalam penelitian ini tidak melakukan tindakan cyberstalking. Kontrol sosial sekolah (social school bond) sebagai usaha sekolah dan orang disekitar lingkungan siswa-siswi dalam membimbing dan melakukan pencegahan terhadap perilaku menyimpang yang mungkin dilakukan siswa-siswi. Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh (Ulia Zuhra, Kartika Sari) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
1067
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP Perilaku cyberbullying merupakan salah satu perilaku yang melanggar aturan seperti melakukan perkelahian secara online, mengirimkan pesan jahat dan tidak senonoh, merendahkan orang lain, berpura-pura menjadi orang lain untuk mengirim materi yang merusak reputasi seseorang, membagikan rahasia pribadi orang lain tanpa izin, mengucilkan hingga mengancam dan mengintimidasi orang lain secara berulang-ulang. Ybarra dan Mitchell (2007) mengatakan bahwa para pelaku cyberbullying adalah orang-orang yang cenderung agresif dan sering melanggar aturan (dalam Patchin & Hinduja, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Mawardah dan Adiyanti (2014) menjelaskan salah satu perilaku cyberbullying berasal dari lingkungan sekolah yang tidak sehat sehingga membuat perkembangan praktik bullying meningkat menjadi praktik cyberbullying. Selain itu dengan kemudahan teknologi pelaku cyberbullying dapat mengganggu korbannya kapan saja dan dimana saja termasuk di sekolah. Penelitian yang dilakukan oleh Maya (2015) dikatakan bahwa hampir semua remaja yang ditemukan melakukan perilaku cyberbullying, karena terlebih dahulu memiliki masalah di lingkungan sekitarnya, terutama lingkungan sekolah. Patchin dan Hinduja (2014) menjelaskan bahwa langkah preventif yang paling penting dalam mengatasi perilaku tersebut adalah sekolah dapat berperan untuk mengarahkan dan mendidik siswanya dengan baik khususnya tentang penggunaan internet. Pada penelitian yang dilakukan oleh Hamzah (2015), menjelaskan kontrol sosial merupakan suatu pengendalian sosial untuk mencegah terjadinya pelanggaran dimana individu diarahkan, dibujuk atau diingatkan supaya tidak melakukan pelanggaran yang disebutkan. Kontrol sosial yang kuat akan menjaga siswa untuk tetap menaati dan menjalankan norma-norma sosial yang ada pada lingkungan. Norma-norma sosial mengandung harapan-harapan dan sebagai standar perilaku maka diharapkan agar individu maupun kelompok dapat berperilaku sesuai dengan norma-norma sosial.
Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh (Ulia Zuhra, Kartika Sari) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
1068
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP Dengan demikian dari sifatnya dapat dikatakan bahwa kontrol sosial itu dapat bersifat preventif maupun represif atau bahkan kedua-duanya. Preventif merupakan suatu usaha untuk mencegah terjadinya perilaku yang menyimpang dari norma-norma sosial, sedangkan represif bertujuan untuk mengembalikan keserasian yang terganggu akibat perilaku yang menyimpang dari norma-norma sosial. Jadi dapat disimpulkan bahwa kontrol sosial sekolah memegang peran penting dalam perkembangan perilaku siswa di sekolah khususnya perilaku negatif dan agresif seperti perilaku cyberbullying.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kontrol sosial sekolah dengan perilaku cyberbullying pada siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Kota Banda Aceh. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara kontrol sosial sekolah dengan perilaku cyberbullying pada siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Kota Banda Aceh. Artinya, semakin tinggi kontrol sosial sekolah maka semakin rendah perilaku cyberbullying.
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang ingin peneliti ajukan agar dapat menjadi pertimbangan kepada: 1. Subjek Penelitian Berdasarkan hasil penelitian, maka diharapkan kepada siswa yang berada pada intensitas perilaku cyberbullying atau sebagai pelaku Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh (Ulia Zuhra, Kartika Sari) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
1069
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Jurn
wa sis
a
h M ah lmia a lI
FISIP cyberbullying agar dapat mengontrol perilaku negatifnya, memiliki kesadaran akan kewajiban mereka sebagai seorang pelajar, menghormati serta patuh terhadap norma-norma yang berlaku dan tidak menyalahgunakan penggunaan teknologi khususnya yang berbasis internet dan media sosial. 2. Sekolah Kepada pihak sekolah dan tenaga pendidik diharapkan untuk dapat memberikan pengontrolan terhadap siswa dan intervensi, misalnya dengan membangun hubungan interaksi yang positif, diskusi dengan para siswasiswi bagaimana penggunaan internet yang positif serta dampak negatif yang mungkin timbul bila sedang berinternet serta melakukan pengawasan secara maksimal terhadap perilaku siswa-siswi pengguna internet dengan cara seperti melakukan pendaftaran untuk dapat menggunakan fasilitas wifi atau internet di sekolah, hal ini sebagai langkah awal pemantauan aktifitas penggunaan internet. 3. Peneliti Selanjutnya Kepada peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan variabel yang sama, dianjurkan untuk mencermati variabel lain yang mungkin mempengaruhi kontrol sosial dan perilaku cyberbullying atau dapat lebih menyempurnakan hasil penelitian ini dengan menambah variabel lain, seperti perubahan sosial, lingkungan, pengetahuan, pendidikan orang tua, kontrol orang tua, penggunaan waktu luang dan lain sebagainya. Kepada peneliti selanjutnya juga diharapkan tidak hanya melihat dari sudut pandang pelaku saja, tetapi dapat melihat juga pada sudut pandang korban, pelaku-korban, dan dari pihak pengontrol seperti sekolah, orang tua ataupun lembaga kemasyarakatan.
DAFTAR PUSTAKA Adilla, N. (2009). Pengaruh kontrol sosial terhadap perilaku bullying pelajar di sekolah menengah pertama. Jurnal Kriminologi Indonesia. 5(1), 56-66. Azwar, S. (2013). Penyusunan skala psikologi (ED.2). Yogyakarta: Pustaka. Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh (Ulia Zuhra, Kartika Sari) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
1070
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP BPS. (2015). Banda Aceh dalam Angka 2015. Banda Aceh: Badan Pusat Statistik Hamzah, M. (2015). Peran Kontrol Sosial dalam Pengendalian Perilaku Mahasiswa Kos Sekitar Kampus Universitas Mulawarman Samarinda. eJournal Sosiatri-Sosiologi. 3(2), 124-137. Haryati. (2014). Cyberbullying Sisi Lain Dampak Negatif Internet. Pusat Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Informatika dan Informasi dan Komunikasi Publik. 11, 46-63. Hurlock, E.B.(1993). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. (Terjemahan: Istiwidayanti & Soedjarwo). Jakarta: Erlangga. Hurlock, E.B. (2009). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (Ed. 5). (Terjemahan: Istiwidayanti & Soedjarwo). Jakarta: Erlangga. Idrus, M. (2009). Metode penelitian ilmu sosial pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Jakarta : Erlangga. Jenkins, P.H. (1995). School Delinquency and School Commitment. Sociology of Education. 68(3), 221-239 KEMKOMINFO. (2014). Pengguna Internet di Indonesia Capai 82 juta. Diakses melalui www.kompas.com. 19 Mei 2016. Libbey, H.P. (2004). Measuring student relationship to school: attachment, bonding, connectedness and engagement. Journal of School Health. 74(7), 274-283. Mawardah, M., & Ardiyanti., M.G. (2014). Regulasi Emosi dan Kelompok Teman Sebaya Pelaku Cyberbullying. Jurnal Psikologi. 41(1), 60-73. Maya, N. (2015). Fenomena cyberbullying di kalangan pelajar. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 4(3), 443-450. Patchin, J.W., & Hinduja, S. (2012). Cyberbullying Prevention and Response, Expert Perspectives. New York: Routledge. Patchin, J.W., & Hinduja, S. (2014). Cyberbullying Identification, Prevention, and Response. Cyberbullying Research Center. Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh (Ulia Zuhra, Kartika Sari) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
1071
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Jurn
wa sis
a
h M ah lmia a lI
FISIP Papalia, D.E., Old, S.W., & Fieldman, R.D. (2009). Human development Perkembangan Manusia (Ed. 10). Terjemahan: Brian Marwensdy. Jakarta: Salemba Humanika. Permana, M.R.A. (2014). Pengaruh penggunaan internet, kontrol sosial, dan kontrol diri terhadap karakter siswa kelas XII Program Keahlian Teknik Ketenagalistrikan
SMKN
3
Yogyakarta.
Skripsi.
Fakultas
Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta. Priyatno, D. (2011). Buku Saku SPSS; Analisis statistik data, lebih cepat, efesien, dan akurat. Yogyakarta: MediaKom. Rahayu, F.S. (2012). Cyberbullying sebagai dampak negatif penggunaan teknologi informasi. Journal of Information System. 8(1), 22-31. Sarwono, W.S. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Setiadi, E.M.,& Kolip, U. (2011). Pengantar sosiologi pemahaman fakta dan gejala permasalahan sosial: Teori, aplikasi, dan pemecahannya. Jakarta: Kencana.
Slonje, R., Smith, P.K., & Frisen, A. (2012). The nature of cyberbullying and strategies for prevention. Journal Of Computers In Human Behavior. Xxx (2012) Xxx-Xxx. Sugiyono. (2013). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Willard, N.E. (2007). Cyberbullying and cyberthreats: Responding to the challenge of online social aggression, threats, and distress. Research Press.
Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh (Ulia Zuhra, Kartika Sari) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
1072
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh Ulia Zuhra, Kartika Sari Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unsyiah Email :
[email protected]
ABSTRAK
Kontrol sosial berpotensi menentukan perilaku seseorang agar sesuai dengan norma sosial di lingkungan. Bentuk perilaku cyberbullying dapat dikatakan sebagai perilaku menyimpang karena tidak sesuai dengan harapan kelompok dan norma sosial. Individu dengan kontrol sosial yang kuat lebih mungkin untuk menyesuaikan diri dengan norma, sedangkan individu dengan ikatan sosial yang lemah lebih mungkin untuk menyimpang dari norma-norma tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kontrol sosial sekolah dengan perilaku cyberbullying pada siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan gabungan dua teknik pengambilan sampel yaitu multi stage cluster dan proportionate stratified random sampling. Sampel yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 109 siswa-siswi di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kontrol sosial sekolah (School Bond) Libbey yang telah dikembangkan dan disusun ulang oleh Adilla dan adaptasi skala cyberbullying (Student Needs Assessment Survey) Willard. Hasil analisis data menggunakan statistik nonparametric dengan teknik analisis data Spearman menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar -0,347 dengan nilai (p) = 0,000 (p < 0,05). Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang diajukan diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara kontrol sosial sekolah dengan perilaku cyberbullying pada Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh (Ulia Zuhra, Kartika Sari) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
1073
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP remaja di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Banda Aceh. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi kontrol sosial sekolah maka semakin rendah intensitas perilaku cyberbullying. Kata Kunci : Kontrol Sosial Sekolah, Perilaku Cyberbullying, Remaja Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Banda Aceh ABSTRACT
Social control potentially determines a person's behavior so that it is suitable with social norms in the neighborhoods. The forms of cyberbullying behavior can be regarded as deviant behavior because it is incompatible with the expectations of the group and social norms. Individuals with a strong social control are able to adjust themselves to the norms, whereas individuals with weak social ties are more likely to deviate from these norms. This study aims to find out the relationship between school social control and cyberbullying behavior towards Senior High School students in Banda Aceh. This study applies a quantitative approach by using a combination of two sampling technique namely multi stage cluster and proportionate stratified random sampling. The samples of study were 109 students in state Senior High School in Banda Aceh. The instrument used in this study is the scale of social control schools (School Bond) from Libbey which has been developed and rearranged by Adilla and adapted scale of cyberbullying (Student Needs Assessment Survey) by Willard. The results of data analysis by using the nonparametric statistical data analysis techniques showed that Spearman correlation coefficient (r) of -0.347 with a value of (p) = 0.000 (p <0.05). Based on these results, the hypothesis is accepted so that it can be concluded that there is a significant and negative relationship between school control of social and cyberbullying behavior in students in the state Senior High School of Banda Aceh. This may imply that the higher the social control of the school, the lower the intensity of cyberbullying behavior occurs.
Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh (Ulia Zuhra, Kartika Sari) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
1074
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP Keywords: Social School Control, Cyberbullying Behavior, Senior High School Students Banda Aceh
PENDAHULUAN
Remaja atau adolescence dapat diartikan sebagai masa transisi dari periode anak-anak ke periode dewasa dengan melewati berbagai tahap perkembangan dan perubahan seperti fisik, kognitif, dan sosial (Hurlock, 1993). Masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun (Papalia, Olds & Feldman, 2009). Konsep tentang remaja bukanlah berasal dari bidang hukum, melainkan berasal dari bidang ilmu-ilmu sosial lainnya seperti Antropologi, Sosiologi, Psikologi dan Paedagogi. Selain itu konsep remaja juga merupakan relatif baru yang muncul kira-kira setelah era industrialisasi merata di negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan negara-negara maju lainnya. Dengan perkataan lain, masalah remaja baru menjadi pusat perhatian ilmu-ilmu sosial dalam 100 tahun terakhir (Sarwono, 2012). Kehidupan remaja saat ini tidak dapat dipisahkan dengan internet. Jumlah pengakses internet mengalami kenaikan pada tahun 2011 sebesar 7,23%. Pada tahun 2012 tercatat jumlah pengakses internet melalui media telepon genggam sebesar 62,58% (Haryati, 2014). Penelitian oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (2014) diketahui bahwa pengguna internet di Indonesia hingga saat ini telah mencapai 82 juta orang, 80 persen di antaranya adalah remaja berusia 1519 tahun. Salah satu cara yang sering digunakan remaja untuk terhubung dengan teman adalah dengan menggunakan akun media sosial atau yang dapat disebut dengan Social Networking Site (SNS) seperti: facebook, twitter, path, youtube, dan lain-lain. Cara remaja dalam menghubungi teman lamanya dengan Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh (Ulia Zuhra, Kartika Sari) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
1075
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Jurn
wa sis
a
h M ah lmia a lI
FISIP mengunggah foto atau video, membuat status profile dengan me-mention temannya, membuat tulisan atau cerpen, dan lain-lain pada akun SNS yang ia miliki (Rahayu, 2012). Dampak yang dihasilkan dari SNS di satu sisi banyak keuntungan dan manfaat yang bisa kita dapatkan, diantaranya adalah dapat mempermudah manusia dalam menjalani tugas kehidupannya serta meningkatkan kualitas hidupnya. Tetapi di sisi lain tidak sedikit kerugian yang menyertai penggunaan SNS ini. Salah satu dampak negatif yang saat ini sedang berkembang di Indonesia adalah perilaku cyberbullying (Rahayu, 2012). Patchin dan Hinduja (2012) menyatakan bahwa cyberbullying adalah perilaku ketika seseorang berulang kali melecehkan, menghina, atau mengejek orang lain menggunakan media internet melalui ponsel atau perangkat elektronik lainnya. Contohnya seperti mengunggah gambar seseorang yang memalukan dan menyebarluaskan melalui media sosial, mengirimkan ancaman melalui pesan singkat berulang-ulang, dan menggunakan akun palsu untuk menghina orang lain. Munculnya
cyberbullying
disebabkan semakin
majunya
teknologi
informasi dan munculnya tren baru seperti situs jejaring sosial (Slonje, Smith & Frisen, 2012) yang berdampak pada peningkatan pengguna internet. Patchin dan Hinduja (2014) mengemukakan bahwa ada beberapa hal kerugian terkait perilaku cyberbullying yang menjurus ke dunia nyata. Perilaku cyberbullying dapat menyakiti remaja secara fisik dan mental serta remaja merasa dirinya kurang percaya diri dan tidak berharga.Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 2 Juni 2016 di salah satu SMA di Kota Banda Aceh diketahui bahwa pernah terjadi perilaku cyberbullying yaitu berkelahi secara online menggunakan pesan elektronik dengan bahasa yang kasar dan vulgar seperti memaki atau mengejek sehingga menyebabkan terancamnya siswa tersebut dikeluarkan dari sekolah. Menurut Thornton bentuk perilaku cyberbullying dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk delinquency (kenakalan), karena perilaku tersebut melanggar norma masyarakat dan dapat dikenai hukuman (dalam Adilla, 2009).TindakanHubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh (Ulia Zuhra, Kartika Sari) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
1076
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Jurn
wa sis
a
h M ah lmia a lI
FISIP tindakan yang tidak sesuai dengan harapan kelompok atau tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat disebut sebagai perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang merupakan hasil dari kekosongan kontrol sosial (Setiadi & Kolip, 2011). Berger mendefinisikan kontrol sosial adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggotanya yang berbuat menyimpang (dalam Setiadi & Kolip, 2011). Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa kontrol sosial di sekolah mempunyai peran penting untuk mengikat seorang anak. Hal ini bertujuan agar siswa tersebut tidak melakukan delinquency atau perilaku menyimpang (Adilla. 2009). Kontrol sosial di sekolah menjaga setiap siswa agar tetap menjaga perilaku, hal ini diharapkan akan menjadi sebuah pembentuk karakter yang baik. kontrol sosial berpotensi menentukan perilaku seseorang agar sesuai norma sosial lingkungan tersebut (Permana, 2014). Oleh karena itu, penelitian ini mencoba melihat hubungan kontrol sosial sekolah (school bond) dengan perilaku cyberbullying pada siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh.
TINJAUAN TEORI
c. Aspek Kontrol Sosial sebagai Social School Bond Berdasarkan survei yang dilakukan pada 4000 siswa Sekolah Menengah Atas, Hirschi (1969) menyimpulkan bahwa kenakalan muncul ketika terdapat kerenggangan antara ikatan individu dengan lembaga sosial maupun konvensional, termasuk sekolah. Ikatan sosial sekolah memiliki empat komponen (dalam Jenkins, 1995 dan Libbey, 2004), yaitu: 5. Attachment, yaitu peduli tentang orang lain di sekolah dan pendapat serta harapan mereka. 6. Commitment, yaitu menghargai tujuan pendidikan. 7. Involvement, yaitu mengambil bagian atau mengikuti kegiatan di sekolah yang berhubungan dengan sekolah. Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh (Ulia Zuhra, Kartika Sari) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
1077
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Jurn
wa sis
a
h M ah lmia a lI
FISIP 8. Belief, yaitu menerima aturan sekolah dengan meyakini adil dan sah. Interaksi sosial yang tidak memuaskan di sekolah diyakini mencegah siswa dalam mengembangkan ikatannya dengan sekolah.
d. Aspek Cyberbullying Willard (2007) mendefinisikan cyberbullying merupakan tindakan mengirim atau mengunggah materi yang berbahaya atau melakukan agresi sosial melalui internet dan teknologi lainnya. Tindakan cyberbullying adalah dimana seorang anak yang mengintimidasi seseorang yang dianggap lemah. Intimidasi yang terjadi yaitu melalui sarana teknologi, melalui jejaring sosial. Menurut Willard (2007) ada beberapa bentuk perilaku cyberbullying yang diturunkan menjadi aspek-aspek perilaku cyberbullying, diantaranya adalah : i. Flaming, yaitu berkelahi secara online menggunakan pesan elektronik dengan bahasa kasar dan vulgar seperti memaki, menggosip atau mengejek. j. Harassment, yaitu mengirim pesan yang berisi hinaan secara berulang-ulang. k. Denigration, yaitu mengirim atau memposting gosip atau rumor tentang seseorang untuk merusak reputasinya. l. Impersonation, yaitu berpura-pura menjadi orang lain dan mengirim atau memposting materi untuk membuat orang lain kesulitan atau merusak reputasi orang tersebut. m. Outing,
yaitu
menyebarkan
rahasia
seseorang,
informasi
memalukan atau gambar secara online. n. Trickery, yaitu berbicara dengan seseorang untuk mengungkapkan rahasia atau informasi memalukan, kemudian disebarkan secara online. o. Exclusion, yaitu mengucilkan seseorang dari suatu kelompok secara online. Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh (Ulia Zuhra, Kartika Sari) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
1078
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Jurn
wa sis
a
h M ah lmia a lI
FISIP p. Cyberstalking, yaitu melakukan pelecehan dan fitnah kepada
seseorang secara intens dan berulang sehingga menimbulkan rasa takut.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian korelasi. Adapun populasi dalam penelitian ini yaitu 8.722 siswa yang merupakan jumlah seluruh siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Kota Banda Aceh pada tahun 2014 (Badan Pusat Statistik, 2015). Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah: (a) Siswa-siswi SMAN di kota Banda Aceh. (b) Berusia 15-19 tahun. (c) Laki-laki dan perempuan. (d) Menggunakan media sosial/smartphone/internet. Teknik pengambilan sampel menggunakan gabungan dua teknik pengambilan sampel yaitu multi stage cluster dan proportionate stratified random sampling. Multi stage cluster digunakan karena populasi terdiri dari kelompok cluster kecamatan dan juga sekolah (Azwar, 2013). Proportionate stratified random sampling adalah pengambilan sampel yang memperhatikan pertimbangan unsur-unsur atau kategori dalam populasi penelitian (Sugiyono, 2013).
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data menggunakan 2 skala yaitu, skala kontrol sosial sekolah dan skala perilaku cyberbullying. Skala kontrol sosial sekolah yang digunakan dalam penelitian ini adalah adaptasi skala School Bond oleh Libbey (2004) yang telah dikembangkan Adilla (2009) dan kemudian skala tersebut telah disusun ulang dalam bahasa Indonesia sebanyak 34 butir pernyataan. Skala perilaku cyberbullying diadaptasi dari Student Needs Assessment Survey yang disusun oleh Willard (2007). Skala Student Needs Assessment Survey terdiri dari 24 butir pertanyaan. Pada penelitian ini 7 butir pertanyaan yang digunakan sesuai Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh (Ulia Zuhra, Kartika Sari) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
1079
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Jurn
wa sis
a
h M ah lmia a lI
FISIP dengan kebutuhan penelitian yaitu pertanyaan nomor 5(a), 5(d), 5(f), 5(h), 5(j), 5(l), 5(m). Skala Student Needs Assessment Survey merupakan alat ukur yang disusun dalam Bahasa Inggris, dikarenakan perbedaan bahasa yaitu sampel pada penelitian ini menggunakan Bahasa Indonesia, maka skala diterjemahkan terlebih dahulu ke dalam Bahasa Indonesia. Selanjutnya, skala tersebut divalidasi melalui proses expert review yang bertujuan untuk memeriksa kesesuaian bahasa yang digunakan. Skala School Bond telah di uji coba (try out) kepada 60 subjek dan mendapatkan reliabilitas α = 0,899 dan skala Student Needs Assessment Survey telah di uji coba (try out) kepada 50 subjek dan mendapatkan reliabilitas α = 0,642. Penelitian dilakukan dengan memberikan skala School Bond dan Student Needs Assessment Survey kepada 109 subjek dan diperoleh reliabilitas skala School Bond α = 0,930 dan reliabilitas skala Student Needs Assessment Survey α = 0,660. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian ini menggunakan metode analisis data non parametrik yaitu Spearman dengan menggunakan program SPSS Versi 23.0 for Windows.
HASIL PENELITIAN
Uji Asumsi c. Uji Normalitas Hasil uji normalitas yang dilakukan pada 109 sampel penelitian menunjukkan bahwa pada variabel kontrol sosial sekolah diperoleh hasil (K-S Z = 0,059 p = 0,200 > 0,05) artinya variabel tersebut berdistribusi normal dengan (p > 0,05). Selanjutnya variable perilaku cyberbullying diperoleh hasil (K-S Z = 0,239 p = 0,000 < 0,05) artinya variabel ini tidak berdistribusi normal karena (p < 0,05). d. Uji Linearitas Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh (Ulia Zuhra, Kartika Sari) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
1080
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP Hasil uji linearitas yang dilakukan dari 109 sampel penelitian melalui ANOVA test for linearity menunjukkan nilai signifikansi nilai linearitas sebesar 0,000. Nilai signifikansi (p) = 0,000 tersebut merupakan nilai yang kurang dari 0,05 (p = 0,000 < 0,05). Hal tersebut memperlihatkan hubungan yang linear antara variabel kontrol sosial sekolah dengan perilaku cyberbullying.
Uji Hipotesis Dalam penelitian ini uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis statistik nonparametric dengan teknik korelasi Spearman, hal ini dikarenakan tidak terpenuhinya salah satu prasyarat uji asumsi yaitu data tidak berdistribusi normal. Apabila salah satu uji asumsi tidak terpenuhi, maka analisis korelasi dilakukan dengan menggunakan statistik nonparametric (Sugiyono, 2013). Pada penelitian ini hasil uji hipotesis menunjukkan nilai signifikansi (p) = 0,000 (p < 0,05), dengan nilai koefisien korelasi (r) = -0,347, data tersebut dapat diartikan bahwa hipotesis diterima dan menunjukkan terdapat hubungan negatif dan signifikan antara kontrol sosial sekolah dengan perilaku cyberbullying pada siswasiswi Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Banda Aceh. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi kontrol sosial sekolah maka semakin rendah intensitas perilaku cyberbullying.
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kontrol sosial sekolah dengan perilaku cyberbullying pada siswa-siswi SMAN di Kota Banda Aceh. Analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara kontrol sosial sekolah dengan perilaku cyberbullying. Hubungan negatif ini menunjukkan bahwa tingginya kontrol sosial sekolah yang terdapat di sekolah dapat menurunkan perilaku cyberbullying.
Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh (Ulia Zuhra, Kartika Sari) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
1081
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adilla (2009) yang menemukan bahwa terdapat hubungan secara signifikan antara kontrol sosial dengan perilaku bullying. Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan semakin kuat kontrol sosial yang dimiliki pelajar semakin negatif mereka berperilaku bullying. Penelitian lainnya juga dilakukan Permana (2014) pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Yogyakarta. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan positif dan signifikan antara kontrol sosial dengan karakter siswa artinya semakin tinggi kontrol sosial dilaksanakan semakin baik pula karakter siswa tersebut. Hal ini juga ditunjukkan dari hasil angket bahwa siswa mematuhi peraturan yang ada di sekolah seperti mentaati untuk selalu menjaga kebersihan kelas dan himbauan dari guru seperti siswa mentaati himbauan guru untuk menjaga kerapian seragam. Hasil temuan penelitian berdasarkan variabel kontrol sosial sekolah pada aspek attachment menemukan bahwa sebanyak 52 subjek (47,7%) setuju dengan pernyataan hampir semua guru mendukung kegiatan mereka yang berhubungan dengan pelajaran di kelas, 11 subjek (10,1%) sangat setuju hampir semua guru mendukung kegiatan mereka yang berhubungan dengan pelajaran di kelas, 31 subjek (28,4%) tidak setuju dengan pernyataan hampir semua guru mendukung kegiatan mereka yang berhubungan dengan pelajaran di kelas dan 15 subjek (13,8%) menyatakan sangat tidak setuju hampir semua guru mendukung kegiatan mereka yang berhubungan dengan pelajaran di kelas. Hasil tersebut menunjukkan bahwa persentase yang tinggi pada aspek ini yaitu dari 109 subjek terdapat 52 subjek (47,7%) yang setuju dan 11 subjek (10,1%). Berdasarkan variabel kontrol sosial sekolah pada aspek attachment juga ditemukan bahwa 72 subjek (66%) yang mengatakan bahwa mereka berteman baik dengan teman-teman di kelas lain baik di tingkat yang sama ataupun beda tingkat, 19 subjek (17,4%) sangat setuju dengan pernyataan tersebut, 9 subjek (8,2%) tidak setuju dengan pernyataan tersebut, dan 9 subjek (8,2%) sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan persentase yang
Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh (Ulia Zuhra, Kartika Sari) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
1082
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP tinggi yaitu 66% dari 109 siswa-siswi berteman baik dengan teman-teman di kelas lain baik di tingkat yang sama ataupun beda tingkat. Berdasarkan variabel kontrol sosial sekolah pada aspek commitment ditemukan 64 subjek (58,7%) setuju mereka berusaha menghindari masalah di sekolah, 23 subjek (21,1%) sangat setuju, 14 subjek (12,8%) tidak setuju dan 8 subjek (7,3%) menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa persentase yang tinggi sebanyak 64 subjek yaitu 58,7% dari 109 subjek menyatakan mereka berusaha menghindari masalah di sekolah. Berdasarkan variabel kontrol sosial sekolah pada aspek beliefs ditemukan 53 subjek (48,6%) setuju mereka mengerti dengan jelas peraturan yang terdapat di sekolah, 23 subjek (21,1%) sangat setuju, 13 subjek (12%) tidak setuju dan 20 subjek (18,3%) menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa subjek yang setuju (48,6%) dan sangat setuju (23%) untuk mengerti dengan jelas peraturan yang terdapat di sekolah lebih tinggi dibandingkan subjek yang tidak setuju (20%) dan sangat tidak setuju (13%) dengan pernyataan tersebut. Berdasarkan hasil persentase skala perilaku cyberbullying pada aspek exclusion, sebanyak 44 subjek (40,4%) melakukan 1-4 kali mengucilkan orang dari grup online, sebanyak 17 subjek (15,6%) melakukan 5 kali-lebih mengucilkan orang dari grup online sementara yang tidak melakukan hanya 48 subjek (44%), sedangkan pada aspek cyberstalking merupakan perilaku cyberbullying yang paling rendah pada siswa-siswi SMAN yaitu sebanyak 94 subjek (86,2%) menyatakan bahwa selama enam bulan terakhir, mereka tidak pernah mengirimkan pesan berulang kali yang mengancam dan mengintimidasi orang lain, sedangkan 8 subjek (7,3%) yang lain menyatakan bahwa selama enam bulan terakhir, mereka pernah 1-4 kali mengirimkan pesan berulang kali yang mengancam dan mengintimidasi orang lain dan sebanyak 7 subjek (6,4%) menyatakan selama enam bulan terakhir, mereka pernah hingga 5 kali-lebih mengirimkan pesan berulang kali yang mengancam dan mengintimidasi orang lain. Hasil penelitian menunjukkan angka frekuensi yang paling tinggi berada Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh (Ulia Zuhra, Kartika Sari) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
1083
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP pada kategori tidak yaitu sebanyak 94 subjek (81,9%) dari 109 subjek yang menyatakan bahwa mayoritas subjek dalam penelitian ini tidak melakukan tindakan cyberstalking. Kontrol sosial sekolah (social school bond) sebagai usaha sekolah dan orang disekitar lingkungan siswa-siswi dalam membimbing dan melakukan pencegahan terhadap perilaku menyimpang yang mungkin dilakukan siswa-siswi. Perilaku cyberbullying merupakan salah satu perilaku yang melanggar aturan seperti melakukan perkelahian secara online, mengirimkan pesan jahat dan tidak senonoh, merendahkan orang lain, berpura-pura menjadi orang lain untuk mengirim materi yang merusak reputasi seseorang, membagikan rahasia pribadi orang lain tanpa izin, mengucilkan hingga mengancam dan mengintimidasi orang lain secara berulang-ulang. Ybarra dan Mitchell (2007) mengatakan bahwa para pelaku cyberbullying adalah orang-orang yang cenderung agresif dan sering melanggar aturan (dalam Patchin & Hinduja, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Mawardah dan Adiyanti (2014) menjelaskan salah satu perilaku cyberbullying berasal dari lingkungan sekolah yang tidak sehat sehingga membuat perkembangan praktik bullying meningkat menjadi praktik cyberbullying. Selain itu dengan kemudahan teknologi pelaku cyberbullying dapat mengganggu korbannya kapan saja dan dimana saja termasuk di sekolah. Penelitian yang dilakukan oleh Maya (2015) dikatakan bahwa hampir semua remaja yang ditemukan melakukan perilaku cyberbullying, karena terlebih dahulu memiliki masalah di lingkungan sekitarnya, terutama lingkungan sekolah. Patchin dan Hinduja (2014) menjelaskan bahwa langkah preventif yang paling penting dalam mengatasi perilaku tersebut adalah sekolah dapat berperan untuk mengarahkan dan mendidik siswanya dengan baik khususnya tentang penggunaan internet. Pada penelitian yang dilakukan oleh Hamzah (2015), menjelaskan kontrol sosial merupakan suatu pengendalian sosial untuk mencegah terjadinya pelanggaran dimana individu diarahkan, dibujuk atau diingatkan supaya tidak Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh (Ulia Zuhra, Kartika Sari) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
1084
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP melakukan pelanggaran yang disebutkan. Kontrol sosial yang kuat akan menjaga siswa untuk tetap menaati dan menjalankan norma-norma sosial yang ada pada lingkungan. Norma-norma sosial mengandung harapan-harapan dan sebagai standar perilaku maka diharapkan agar individu maupun kelompok dapat berperilaku sesuai dengan norma-norma sosial. Dengan demikian dari sifatnya dapat dikatakan bahwa kontrol sosial itu dapat bersifat preventif maupun represif atau bahkan kedua-duanya. Preventif merupakan suatu usaha untuk mencegah terjadinya perilaku yang menyimpang dari norma-norma sosial, sedangkan represif bertujuan untuk mengembalikan keserasian yang terganggu akibat perilaku yang menyimpang dari norma-norma sosial. Jadi dapat disimpulkan bahwa kontrol sosial sekolah memegang peran penting dalam perkembangan perilaku siswa di sekolah khususnya perilaku negatif dan agresif seperti perilaku cyberbullying
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kontrol sosial sekolah dengan perilaku cyberbullying pada siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Kota Banda Aceh. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara kontrol sosial sekolah dengan perilaku cyberbullying pada siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Kota Banda Aceh. Artinya, semakin tinggi kontrol sosial sekolah maka semakin rendah perilaku cyberbullying.
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang ingin peneliti ajukan agar dapat menjadi pertimbangan kepada: 4. Subjek Penelitian Berdasarkan hasil penelitian, maka diharapkan kepada siswa yang berada pada intensitas perilaku cyberbullying atau sebagai pelaku Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh (Ulia Zuhra, Kartika Sari) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
1085
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Jurn
wa sis
a
h M ah lmia a lI
FISIP cyberbullying agar dapat mengontrol perilaku negatifnya, memiliki kesadaran akan kewajiban mereka sebagai seorang pelajar, menghormati serta patuh terhadap norma-norma yang berlaku dan tidak menyalahgunakan penggunaan teknologi khususnya yang berbasis internet dan media sosial. 5. Sekolah Kepada pihak sekolah dan tenaga pendidik diharapkan untuk dapat memberikan pengontrolan terhadap siswa dan intervensi, misalnya dengan membangun hubungan interaksi yang positif, diskusi dengan para siswasiswi bagaimana penggunaan internet yang positif serta dampak negatif yang mungkin timbul bila sedang berinternet serta melakukan pengawasan secara maksimal terhadap perilaku siswa-siswi pengguna internet dengan cara seperti melakukan pendaftaran untuk dapat menggunakan fasilitas wifi atau internet di sekolah, hal ini sebagai langkah awal pemantauan aktifitas penggunaan internet. 6. Peneliti Selanjutnya Kepada peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan variabel yang sama, dianjurkan untuk mencermati variabel lain yang mungkin mempengaruhi kontrol sosial dan perilaku cyberbullying atau dapat lebih menyempurnakan hasil penelitian ini dengan menambah variabel lain, seperti perubahan sosial, lingkungan, pengetahuan, pendidikan orang tua, kontrol orang tua, penggunaan waktu luang dan lain sebagainya. Kepada peneliti selanjutnya juga diharapkan tidak hanya melihat dari sudut pandang pelaku saja, tetapi dapat melihat juga pada sudut pandang korban, pelaku-korban, dan dari pihak pengontrol seperti sekolah, orang tua ataupun lembaga kemasyarakatan.
DAFTAR PUSTAKA Adilla, N. (2009). Pengaruh kontrol sosial terhadap perilaku bullying pelajar di sekolah menengah pertama. Jurnal Kriminologi Indonesia. 5(1), 56-66. Azwar, S. (2013). Penyusunan skala psikologi (ED.2). Yogyakarta: Pustaka. BPS. (2015). Banda Aceh dalam Angka 2015. Banda Aceh: Badan Pusat Statistik Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh (Ulia Zuhra, Kartika Sari) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
1086
a Jurn
wa sis
h M ah lmia a lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP Hamzah, M. (2015). Peran Kontrol Sosial dalam Pengendalian Perilaku Mahasiswa Kos Sekitar Kampus Universitas Mulawarman Samarinda. eJournal Sosiatri-Sosiologi. 3(2), 124-137. Haryati. (2014). Cyberbullying Sisi Lain Dampak Negatif Internet. Pusat Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Informatika dan Informasi dan Komunikasi Publik. 11, 46-63. Hurlock, E.B.(1993). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. (Terjemahan: Istiwidayanti & Soedjarwo). Jakarta: Erlangga. Hurlock, E.B. (2009). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (Ed. 5). (Terjemahan: Istiwidayanti & Soedjarwo). Jakarta: Erlangga. Idrus, M. (2009). Metode penelitian ilmu sosial pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Jakarta : Erlangga. Jenkins, P.H. (1995). School Delinquency and School Commitment. Sociology of Education. 68(3), 221-239 KEMKOMINFO. (2014). Pengguna Internet di Indonesia Capai 82 juta. Diakses melalui www.kompas.com. 19 Mei 2016. Libbey, H.P. (2004). Measuring student relationship to school: attachment, bonding, connectedness and engagement. Journal of School Health. 74(7), 274-283. Mawardah, M., & Ardiyanti., M.G. (2014). Regulasi Emosi dan Kelompok Teman Sebaya Pelaku Cyberbullying. Jurnal Psikologi. 41(1), 60-73. Maya, N. (2015). Fenomena cyberbullying di kalangan pelajar. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 4(3), 443-450. Patchin, J.W., & Hinduja, S. (2012). Cyberbullying Prevention and Response, Expert Perspectives. New York: Routledge. Patchin, J.W., & Hinduja, S. (2014). Cyberbullying Identification, Prevention, and Response. Cyberbullying Research Center.
Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh (Ulia Zuhra, Kartika Sari) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
1087
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:628-650 Mei 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Jurn
wa sis
a
h M ah lmia a lI
FISIP Papalia, D.E., Old, S.W., & Fieldman, R.D. (2009). Human development Perkembangan Manusia (Ed. 10). Terjemahan: Brian Marwensdy. Jakarta: Salemba Humanika. Permana, M.R.A. (2014). Pengaruh penggunaan internet, kontrol sosial, dan kontrol diri terhadap karakter siswa kelas XII Program Keahlian Teknik Ketenagalistrikan
SMKN
3
Yogyakarta.
Skripsi.
Fakultas
Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta. Priyatno, D. (2011). Buku Saku SPSS; Analisis statistik data, lebih cepat, efesien, dan akurat. Yogyakarta: MediaKom. Rahayu, F.S. (2012). Cyberbullying sebagai dampak negatif penggunaan teknologi informasi. Journal of Information System. 8(1), 22-31. Sarwono, W.S. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Setiadi, E.M.,& Kolip, U. (2011). Pengantar sosiologi pemahaman fakta dan gejala permasalahan sosial: Teori, aplikasi, dan pemecahannya. Jakarta: Kencana.
Slonje, R., Smith, P.K., & Frisen, A. (2012). The nature of cyberbullying and strategies for prevention. Journal Of Computers In Human Behavior. Xxx (2012) Xxx-Xxx. Sugiyono. (2013). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Willard, N.E. (2007). Cyberbullying and cyberthreats: Responding to the challenge of online social aggression, threats, and distress. Research Press.
Hubungan Kontrol Sosial Sekolah dengan Perilaku Cyberbullying pada Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Banda Aceh (Ulia Zuhra, Kartika Sari) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:628-650
1088