IV KONDISI UMUM TAPAK 4.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Secara geografis kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea terletak pada 106˚ 32’ 0” BT – 106˚ 35’ 46” BT dan 6˚ 36’ 0” LS – 6˚ 55’ 46” LS. Secara administratif terletak di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. GKC ini memiliki luas ±470 ha, dengan batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara : Desa Ciaruteun Hilir dan Desa Ciampea Sebelah Selatan : Jalur jalan Darmaga-Ciampea-Jasinga, Desa Leuwiliang Kolot dan Bojong Rangkas Sebelah Timur : Jalur jalan Bantar kambing-Ciampea-Jasinga, Desa Ciampea Sebelah Barat : Sungai Ciaruteun Menurut pembagian administrasi pengelolaan hutan, Kawasan GKC berada dalam wilayah RPH Gobang, BKPH Leuwiliang, KPH Bogor, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Letak, luas, dan batas tapak ditunjukkan pada Gambar 4.
4.2 Iklim Data iklim Ciampea diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Balai Besar Wilayah II stasiun klimatologi klas I Darmaga. Data iklim lokasi studi berada pada elevasi 190-360 m dpl, dengan letak astronomis antara 6˚ 33' LS dan 106˚ BT. Data diambil pada kisaran waktu 1998-2008. Suhu berada pada kisaran 24˚C-32˚C dengan suhu rata-rata 26˚C dan hampir merata sepanjang tahun (Gambar 5). Dari Gambar 6 terlihat bahwa kisaran curah hujan tahunan dalam tapak adalah 12-291 mm,
dengan rata-rata 129,5 mm. Curah hujan tertinggi pada
Januari dan curah hujan terendah pada bulan Agustus. Hari hujan terbanyak terdapat pada bulan Januari sebesar 28 hari dan terendah pada bulan Agustus dan September, dengan hari hujan rata-rata 14 hari (Gambar 7).
GAMBAR.4 LUAS BA
Suhu minimum rata‐ rata Suhu rata‐rata
Desember
November
Oktober
September
Agustus
Juli
Juni
Mei
April
Maret
Februari
Januari
suhu rata‐rata
40 30 30 30 31 31 30 30 31 31 32 32 31 26 26 26 25 26 25 25 26 25 26 26 26 25 26 24 26 24 25 30 20 10 0
Suhu maksimum rata‐ rata
Curah hujan(mm)
Gambar 5. Grafik Rata-Rata Suhu Tahun 1998-2008 (Sumber BMG Bogor, 2009)
400 291 256 238 300 152 105 200 100 0
237 52
27
14
122
48
12
Hari hujan (Hari)
Gambar 6. Grafik Rata-Rata Curah Hujan Tahun 1998-2008 (Sumber BMG Bogor, 2009)
30 25 20 15 10 5 0
28
25
25
24
20 11
16 7
4
9 0
0
Gambar 7. Grafik Rata-Rata Hari Hujan Tahun 1998-2008 (Sumber BMG Bogor, 2009)
21
Kelembaban udara Kawasan GKC sekitar 66%-83% dengan rata-rata kelembaban tahunan 74,75%, kelembaban tertinggi bulan Januari dan kelembaban terendah
Kelembaban udara (%)
pada bulan September (Gambar 8). 100 83 80 60 40 20 0
81
79
79
76
73
71
68
69
66
74
78
Gambar 8. Grafik Rata-Rata Kelembaban Udara Tahun 1998-2008 (Sumber BMG Bogor, 2009) Intensitas penyinaran adalah lamanya matahari bersinar dalam satu hari yang turut mempengaruhi terciptanya kelembaban udara dan suhu. penyinaran bulanan Kawasan GKC 18%-93% dengan rata-rata 65%. Intensitas radiasi terbanyak pada bulan Juli dan intensitas terendah pada bulan Februari (Gambar 9).
Lama penyinaran (%)
100 83 80 60 40 20 0
81
79
79
76
73
71
68
66
69
74
78 74,75
Gambar 9. Grafik Rata-Rata Lama Penyinaran Tahun 2008 (Sumber BMG Bogor, 2009)
Kecepatan angin rata-rata 2,5 km/jam, dimana kecepatan angin terbesar 3,2 km/jam pada bulan Februari dan kecepatan angin terendah 2 km/jam terjadi pada bulan Juni. Angin bergerak dari arah Timur Laut (Gambar 10).
22
kecepatan angin (km/jam)
4 3,1 3 2 1 0
3,2
2,5
2,3
2,2
2
2,4
2,2
2,6
2,4
2,8
2,8
Gambar 10. Grafik Rata-Rata Kecepatan Angin Tahun 2008 (Sumber BMG Bogor, 2009) 4.3 Kenyamanan Kenyamanan bersifat subjektif, namun dapat dihitung sehingga diperoleh nilai standar yang dapat dikuantifikasi. Sebagai acuan dalam penataan lanskap untuk kepentingan pengguna kondisi iklim awal dapat ditinjau melalui kuantifikasi kenyamanan salah satunya dengan Thermal Humidity Index (THI). THI= 0.8 T + (RH*T) 500 dimana, T
: Temperatur (°C)
RH
: Kelembaban Relatif (%) Tapak nyaman THI< 27°C
Tabel 3. Perhitungan Nilai THI Temperatur (°C)
Kelembaban (%)
THI
Keterangan
25 26 26
83 74.75 66
24.15 24.687 24.232
< 27 < 27 < 27
Dari Tabel 3 terlihat bahwa pada suhu rata-rata maksimum dan minimum menunjukkan tapak berada dalam kondisi yang nyaman dengan nilai THI kurang dari 27. Hal ini disebabkan karena masih banyaknya penutupan lahan oleh vegetasi terutama di seluruh bagian Gunung Kapur. Kondisi iklim di Gunung Kapur ini berpotensi untuk menunjang pengembangan kawasan sebagai area wisata.
23
4.4 Akustik Bunyi yang terdapat di GKC adalah bunyi alami dan bunyi non-alami. Suara kicauan burung dan satwa kera, gesekan daun, semilir angin, dan aliran air sungai merupakan bunyi alami yang terdengar di dalam tapak, sedangkan bunyi nonalami antara lain bunyi yang berasal dari aktivitas kegiatan penambangan baik dari pabrik besar dan penambangan milik warga. Bunyi alami yang terdengar pada tapak menjadi pendukung kealamiahan serta dapat menentramkan hati pengunjung yang terbiasa dengan kebisingan perkotaan.
4.5 Penggunaan Lahan Kawasan GKC terbagi menjadi beberapa penggunaan lahan, seperti hutan (103 Ha), perkebunan (72 Ha), tegalan (29 Ha), sawah (10 Ha), pemukiman (60 Ha), dan tanah kosong (18 Ha). Area yang paling luas adalah hutan dimana terdapat pada bagian GKC. Selanjutnya, area persawahan masih tergolong luas hampir sebanding dengan permukiman warga (Gambar 12). Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor yang berlaku selama 20 tahun dari tahun 2005-2025, Kecamatan Ciampea masuk dalam arahan pemanfaatan zona B-2 yaitu sebagai perumahan hunian rendah (pedesaan), pertanian/ladang, dan industri berorientasi tenaga kerja. Peraturan daerah (Perda) mengenai RTRW ini telah disahkan oleh Gubernur Jawa Barat. Perda nomor 17 tahun 2000 telah disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Nasional. Dibuatnya rencana penataan terhadap GKC mampu mendukung RTRW. Adanya sejumlah pemukiman dan industri maka perlu mempertahankan ruang terbuka hijau seperti Gunung Kapur tersebut. Selain itu perencanaan GKC mampu memberikan alternatif wisata. Adanya pemekaran Bogor bagian Barat yang akan memiliki otonomi daerah sendiri, maka perencanaan wisata ini dapat memberikan kontribusi pemasukan kepada pemerintah.
GAMBAR 11 TGL
4.5 Pengunjung Dikarenakan kawasan ini belum secara resmi dijadikan kawasan wisata maka pengunjung yang terbanyak berasal dari sekitar kawasan sebesar 73% dan 20% berasal dari luar Bogor seperti Jakarta. Banyaknya potensi wisata yang belum diketahui oleh masyarakat menyebabkan pengunjung di kawasan ini tergolong sedikit. Kawasan ini hanya ramai dikunjungi pada hari libur. Pengunjung datang ke kawasan ini untuk rekreasi, baik hiking, camping, ataupun menikmati keindahan dari Gunung Kapur ini. Bagi pengunjung yang akan menaiki Gunung Kapur mereka datang pada pagi hari mulai pukul 7. Pada area Camping Ground hanya dikunjungi pada hari libur. Objek wisata seperti air terjun dan mata air juga jarang dikunjungi, dikarenakan akses menuju objek tersebut cukup sulit. Di hari selain libur pun kawasan ini dikunjungi oleh siswa sekolah menengah atas untuk praktikum dan orang dewasa yang percaya mitos mengenai Gunung Kapur. Berdasarkan hasil wawancara dan kuisioner diperoleh bahwa objek yang paling sering dikunjungi dan disukai adalah Gunung Kapur. Pengunjung berharap dapat dibangun banyak fasilitas yang dapat menunjang kegiatan wisata, karena saat ini fasilitas dinilai kurang memadai. Secara terperinci karakteristik, persepsi dan preferensi pengunjung dapat dilihat pada Lampiran 3.
Gambar 12. Pengunjung Gunung Kapur